ANALISIS WACANA RUBRIK “MEDIA DAN KITA” MAJALAH UMMI EDISI JULI-OKTOBER 2009 Skripsi ”Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)”
Oleh: Astri Putriyani NIM 103051028444
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS WACANA RUBRIK “MEDIA DAN KITA” MAJALAH UMMI EDISI JULI-OKTOBER 2009
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi syarat Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Astri Putriyani NIM 103051028444
Di bawah bimbingan
Drs. Jumroni.M,si NIP 196305151992031006
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS WACANA RUBRIK “MEDIA DAN KITA” MAJALAH UMMI EDISI JULI-OKTOBER 2009 telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada 15 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam. Jakarta, 15 Maret 2010 Sidang Munaqosyah Ketua,
Sekretaris,
Drs. Jumroni.M.Si NIP 196305151992031006
Dra. Umi Musyarrofah, M.A NIP 1971081619970302002 Penguji
Penguji I,
Dra. Asriati Jamil, M. Hum NIP 196104221990032001
Penguji II,
Dra. Mahmudah Fitria ZA, M.PD NIP 196402121997032001
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Jakarta, 15 Maret 2010 Penulis,
Astri Putriyani
Abstrak Media, sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Bagi anak – anak, tentu saja akibatnya semakin parah jika proses pertumbuhan pemikiran anak itu hanya diisi hal – hal yang berbau televisi, Padahal, ada jutaan anak di negeri ini yang sadar atau tidak sadar telah dititipkan orang tuanya kepada televisi. Dalam skripsi ini penulis akan menganalisa wacana anak dan media pada rubrik media dan kita majalah Ummi edisi Juli-Oktober 2009 Dalam rubrik Media dan Kita ditulis dengan bahasa apa adanya dan peristiwa yang faktual, Nina M Armando sendiri alami, menjadikan rubrik media dan kita tersebut reasonable dan sesuai dengan peristiwa atau kondisi kebanyakan para keluarga. Dalam skripsi ini penulis akan membahas yang sudah dirumuskan pada perumusan masalah bagaimanakah pesan-pesan yang disampaikan pada pembaca dalam rubrik media dan kita? Memang dari segi orang tua yang memiliki berbagai macam kesibukan, membebaskan anak terutama balita untuk menonton televisi sungguh meringankan. Anak jadi punya kesibukan sendiri, tidak rewel dan tidak keluyuran di luar rumah. Padahal, dampak negatifnya sangat besar bagi perkembangan anak/balita tersebut. Memperhatikan berbagai dampak negatif televisi tersebut harusnya para orang tua pintar-pintar memilih dan mensajikan mana yang sesuai untuk anak kita berdasarkan pertimbangan usia dan minatnya. Bukan berdasar selera kita. Mentang-mentang kita suka baca lalu anak disuruh membaca terus. Atau sebaliknya, karena kita suka nonton televisi maka anak kita cekoki dengan tayangan televisi secara terus menerus. Dalam menulis skripsi penulis menganalisis wacana dalam rubrik media dan kita yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan metode dari Teun Van Dijk. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Struktur Makro, Superstuktur, Stuktur Mikro Media ibarat pisau bermata dua, semua kembali kepada pemakainya. Jika media dianggap belum selektif dalam menyajikan tayangan, mengapa kita tidak menggunakan hak kita sebagai konsumen?. Kita dapat lebih bijak dan selektif dalam memilih tontonan dan bacaan yang sehat. Pilih, beli, baca dan tontonlah tayangan media yang mengandung unsur informasi, hiburan dan pendidikan yang sehat bagi keluarga kita. Ingatkan anak-anak, keluarga serta rekan-rekan di sekeliling kita dan ajaklah mereka untuk menghentikan konsumsi tayangan yang mengandung unsur seks, kekerasan dan gaya hidup yang tidak “membumi” sehingga kita bisa memanfaatkan media di sekitar kita dengan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak-anak kita.
KATA PENGANTAR
Tidak ada kata yang pantas untuk memulai pengantar ini selain puji serta syurkur Penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat dan kekuatan, sehingga Penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Meskipun, banyak kendala-kendala di tengah jalan yang kadang menjadi beban pikiran dan penghambat proses. Tetapi semua itu Penulis jadikan sebagai pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Shalawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada suri tauladan umat manusia sedunia, yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, dan kita semua para pengikutnya. Yang telah mengorbankan jiwa, raga, bahkan harta dan bendanya untuk memperjuangkan Islam, sehingga kita dapat meneruskan ajarannya dan hidup dalam bimbingan warisannya, yaitu: alqur’an dan hadist. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak sekali bantuan yang Penulis dapatkan dari berbagai pihak. Baik itu dukungan materil, maupun non materil. Sebab itu, sudah sepantasnya Penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada beliau semua atas bantuannya. Terutama kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, beserta para pembantu Rektor. Walaupun saya kurang mengenal dengan akrab satu sama lain, namum hal itu tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya kepada mereka.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, MA, selaku Pudek III. 4. Bapak Drs. Jumroni, MA. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 5. Ibu Umi Musyarrafah, MA, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada Penulis. 6. Untuk semua Dosen (yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu) yang dengan kesabaran dan kesungguhannya telah mengajar dan mendidik Penulis selama proses belajar di kampus. Terutama untuk dosen pembimbing Penulis, Bapak Drs. Jumroni, MA yang dengan sabar membimbing Penulis dari awal sampai selesainya skripsi ini. 7. Kepada para pejabat Pusat Pengkajian Komunikasi Massa (PPKM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Gun-Gun Heriyanto M.Sc, Prof. Andi Faisal Bakti P.hd, Ibu DR. Umaimah Wahid, Ibu Armawati Arbi M.Sc, Bapak Budi M.Sc, dan lainnya, yang telah memberikan banyak ilmu kepada Penulis dan para aktivis PPKM dalam bentuk seminar dan diskusi.
8. Kepada semua kru majalah Ummi, terutama kakak Zirlyfera Jamil selaku Pimpinan Redaksi majalah Ummi, yang sudah bersedia untuk Penulis wawancarai, saya ucapkan terima kasih atas bantuan kalian semua. Karena tanpa bantuan kalian semua, skripsi ini tidak akan mungkin bisa diselesaikan. 9. Untuk Ibunda tercinta, Ibu Yati Suriyati yang kasih dan sayangnya tidak pernah berkurang kepada Penulis dan ingin melihat anaknya menjadi sarjana, terima kasih atas dukungan kepercayaan, pengorbanannya, serta doanya selama ini. Semoga engkau tetap berada dalam ridha Allah SWT dan dipanjangkan umurnya untuk selalu taat beribadah kepada-Nya. 10. Tak lupa kepada suamiku, Anak-anakku, Ibu mertua, dan saudarasaudaraku di rumah, Dodiana Kusuma, Azka Rameyza Alya Kusuma, Azzam Izzuhu Zain kusuma, Icih Sukaesih, Ua Nuna, Bi Emi, Mang Dadi, Mang Iman, Mang Ghoienk, Vindut, Mimin, yang selalu memberikan semangat dan doa. Semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang setimpal. 11. Sahabat-sahabatku KPI, Zakaria, Romadon, Jarwo, Aswin (JK), dan tim hore, Ika Roti, Fatimah, Kiki, yang selalu menolong saat penulis berada dalam kesulitan, semoga persahabatan kita tidak hanya di bawah atap kampus ini. Dan semua teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih semua!!!
12. Kepada temanku yang lainnya, Muin, Manto, D-blenk, kawan-kawan PMI, Khususnya Amin, Hamdi, Pacun, Sae, BPI, khususnya Barok, Dinay, dan kawan-kawanya MD, terutama Maya, Kesos, Terutama Syakur, dan kawan-kawan yang Penulis tidak bisa sebutkan satu per satu. Terima kasih juga kepada Mas Irwan yang telah berusaha membantu Penulis untuk dapat wawancara kepada Ustad Shabri Lubis, Sukses untuk kalian semua. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.
Akhirnya, saat ini Penulis hanya bisa membalas dengan doa dan doa, semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi Penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skirpi ini yang salah. Penulis mengakui banyak sekali kekurang dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnakannya. Wassalam.
Jakarta, 11 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK……………………………..………………………………………
i
KATA PENGANTAR……………………..…………………………….…..…
ii
DAFTAR ISI………………………………..……………………………. ..… vi DAFTAR TABEL………………………………..………………………….… viii BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………..…… 1 A. Latar Belakang Masalah…………………………...……… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………... 8 C. Tujuan Penelitian………………………………………...... 9 D. Manfaat Penelitian…………………………………………
9
E. Metode Penelitian…………………………………………. 10 F. Sistematika Penulisan……………………………………… 15 BAB II
TINJAUAN TEORITIS………………………………………... 16 A. Anak-Anak dan Berita……………………………………... 16 B. Media dan Berita………………………………………….. 20 C. Anak-Anak dan Media……………………………………. 28 D. Analisis Wacana Moel Teun Van Dijk………...………….
BAB III
33
1.
Teks………………………………………………... 33
2.
Kognisi Sosial…………………………………..…. 34
3.
Konteks Sosial…………………………………..… 35
PROFIL MAJALAH UMMI……………………………..…… 37 A. Gambaran Umum Majalah Ummi…………………………. 37 B. Visi, Misi, Majalah Ummi……………………………….... 40
C. Struktur Redaksi Majalah Ummi………………………..…..40 D. Rubrikasi Majalah Ummi……………………………..…..…41 E. Rubrik Media dan Kita………………………………………42 BAB IV
ANALISIS WACANA ANAK DAN MEDIA PADA RUBRIK MEDIA DAN KITA MAJALAH UMMI EDISI JANUARIAPRIL 2009……………………………………………………...49 A. Temuan Data…………………………………………..……..49 1. Kerangka Data Analisis Teks……………………………49 2. Kerangka Data Kognisi Sosial…………………………...62 3. Kerangka Data Konteks Sosial…………………………...62 B. Analisis Data………………………………………………...62 1. Anak dan Media dilihat melalui Analisis Teks…..………63 2. Anak dan Media dilihat dalam Kognisi Sosial……..……65 3. Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial……....….66
BAB V
PENUTUP…………………………………………………….…71 A. Kesimpulan……………………………………….………….71 B. Saran-Saran…………………………………………………..71
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………73 LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………76
DAFTAR TABEL
1. Skema penelitian dan metode kerangka Van Dijk………………………11 2. Perbedaan Media Cetak, Elektronik Dan On Line………………………22 3. Perbedaan Surat Kabar, Tabloid, Majalah Dan Bulettin………………...23 4. Struktur teks……………………………………………………….……..34 5. Elemen-elemen dalam struktur teks wacana Van Dijk………………….35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media telah terbukti mempunyai peran yang sangat besar sebagai penyebar informasi, sebagai agen sosialisasi. Terlebih dalam kebebasan, pasca jatuhnya Soeharto. Dari segi pemberitaan dan jumlahnya media massa lebih mempunyai gerak yang lebih luas. Dari segi jumlah, tercatat 934 penerbitan dan di tahun 2000 pemerintah telah mengeluarkan surat Izin Usaha Penerbitan Pers sekitar 180020001.Jumlah media elektronik pun bertambah, kita bisa dengan mudah memilih tontonan, ada RRI, RCTI, SCTV, TPI, Antv, ditambah TV local yang diperkirakan mencapai 20-an. Jumlah jurnalis pun bertambah. Dengan jumlah yang ada sekarang ini, media sangatlah bisa untuk menjadi agen sosialisasi dalam segala bidang. Media, sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas ide atau gagasan dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia representasikan untuk diletakan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris2. Dengan kemampuan media untuk membentuk opini publik apakah realitas yang ada sekarang ini merupakan realitas yang dibentuk oleh media atau memang realitas yang sebenarnya ada? Dan berdasarkan peran yang dimilikinya kita juga 1
Pers Indonesia,”Kompas, 9 Februari 2000, hal.4. Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-
2
1, hal. 31
bisa melihat bahwa media tidaklah berdiri sendiri ada kepentingan dan institusi di belakang media Ia bukanlah benda mati melainkan media massa dalam hal ini media cetak dengan teks yang ada dipengaruhi oleh banyak hal. Diantara faktor–faktor yang mempengaruhi media yaitu redaksi Wartawan dan kepentingan pemilik modal Bisa dikatakan isi dari media tergantung pada siapa yang ada di belakangnya Karena media juga tidak sekedar menyajikan teks, bukan sebagai Kontrol sosial, penyebar informasi, tetapi Juga harus bersaing dengan media lainnya, ada profit oriented yang diperjuangkan oleh media. Demikian
juga
dengan
kehadiran
televisi
benar–benar
layak
diperhitungkan kini dia menjadi Terhormat bagi semua keluarga, tidak peduli miskin atau kaya. Si kotak ajaib ini selalu di taruh pada tempat utama atau terbaik untuk sebuah keluarga. Hampir tidak ada yang menaruh barang ini di kamar mandi, gudang, atau tempat yang tidak penting lainya kecuali sudah rusak atau sudah tidak terpakai lagi. Semua anggota keluarga akan duduk mengelilinginya tanpa sadar, memperhatikan apa yang dikatakan dan apa yang muncul dari si kotak ajaib ini. Artinya, pesawat TV mampu menjadi pusat perhatian. Tanpa kenal lelah dia akan terus memperkenalkan program–programnya kepada semua orang tanpa pilih kasih, ia tidak pernah berontak bisa dihidupkan kapan saja, dimatikan kapan saja, seolah dia adalah barang penurut seratus persen. Memang seratus persen mati hidupnya barang ini berada di bawah kendali kita, semudah menekan tombol remote di tangan kita.
Namun perangainya yang penurut itu, tanpa kita sadari, dapat berubah menjadi makhluk yang buas yang sangat sulit dijinakkan. Bahayanya lagi, korbanya tidak menyadari kalau dirinya sudah berada di bawah pengaruhnya sehingga akhirnya dia yang mengontrol pemilik dan penontonnya. Televisi kian menancapkan pengaruhnya secara langsung atau tidak langsung tidak dapat dihindari lagi kini kita hidup di era media televisi yang tidak bisa dipisahkan dari bagian hidup kita. Pengaruh langsung yang kelihatan, misalnya ada banyak orang terlambat masuk kantor, terlambat bangun pagi, hilangnya jam–jam produktif 3 Pengaruh tidak langsung yang pelan tapi pasti adalah perubahan persepsi, nilai–nilai hidup bahkan karakter pun lambat laun bisa berubah, Marilah kita jeli mengamati nilai–nilai individu kita yang mulai bergeser dari apa yang dulu kita miliki. Padahal sudah tak terhitung pula jam–jam yang harus kita habiskan untuk menemani, mendengarkan ajakan,buaian si kotak ajaib tersebut Keinginan–keinginan luhur yang sejak kecil kita miliki pun secara lembut, tanpa kita sadari, telah tergantikan dengan apa yang setiap hari kita lihat pada pesawat televisi Pesawat tersebut menawarkan kemewahan, kebahagiaan yang identik dengan banyaknya uang, pergaulan yang bebas, hilangnya sopan santun anak terhadap orangtua, budaya pemberontak sampai anggapan bahwa pekerjaan bukan lagi anugrah tetapi beban berat, Akibatnya cita–cita ingin kaya dengan cepat, mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah, termasuk tidak mau
3
Manasye Mahayoni dan Hendrik Lim, MBA, Anak Vs Media: Kuasailah Media Sebelum Anak Anda Dikuasainya ( Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), h. ix
berpikir panjang, sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan lagi dengan kita. Bagi anak–anak, tentu saja akibatnya semakin parah jika proses pertumbuhan pemikiran anak itu hanya diisi hal–hal yang berbau televisi, Padahal, ada jutaan anak di negeri ini yang sadar atau tidak sadar telah dititipkan orang tuanya kepada televisi, yang dianggap sebagai pengganti suster. Dengan sadar misalnya, saat ibu sibuk di dapur atau saat mencuci pakaian, anaknya supaya tidak rewel didudukkan di depan pesawat televisi yang sedang dihidupkan. “Kubunuh kau…” “Potong lehernya…” “Bang Joni, i’..u’..i’..u’..” Itulah beberapa kalimat yang sering diucapkan oleh Lia murid TK berusia 4 tahun. Di waktu yang lain, tiba-tiba ia terjatuh berpura-pura pingsan, atau berjalan dengan berjingkat sambil berkata “Selamat pagi Pak Taka…” seperti tokoh Sasha pada acara televisi “OB” yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Demikianlah beberapa perkataan dan perilaku yang ditirukan oleh anakanak dari media, yaitu televisi. Mungkin hal tersebut masih dapat dikatakan beruntung karena apa yang ditirukan tidak sampai melukai orang lain secara fisik dan mental, bahkan cenderung terlihat lucu bagi orang dewasa didekatnya. Tetapi bagaimana jika anak menyaksikan tayangan yang penuh dengan adegan kekerasaan, kemudian menirukannya, misalnya: anak menirukan adegan pada acara televisi smack down atau Power Ranger, ia memukul temannya, loncat dari ketinggian dan menindih temannya, hingga teman kesakitan atau dirinya terluka.
Mengapa anak-anak mudah sekali menirukan adegan-adegan yang ditayangkan oleh Televisi? Seperti kita ketahui bahwa anak-anak senang sekali menonton TV. Mereka tidak segan-segan untuk duduk di depan kotak ajaib tersebut selama berjam-jam. Dalam sebuah penelitian, anak-anak usia pra sekolah menunjukkan minat yang lebih besar pada TV ketimbang usia sekolah. Hal ini dikarenakan anak balita cenderung terbatas teman bermainnya dan lebih banyak tinggal dirumah. Namun hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan karakter anak jika tidak terkontrol karena mereka jika melihat sesuatu langsung dimasukkan dan percaya tanpa dipilih-pilih. Mereka akan lebih mudah merekam hal-hal yang menyenangkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini terjadi karena mereka tidak punya pengalaman, dan dalam benak mereka belum ada program penyaring. Anak-anak mampu membedakan kenyataan dan fantasi pada usia sembilan tahun. Sehingga anak-anak dibawah usia 9 tahun membutuhkan dampingan orang tua untuk mengetahui manakah hal-hal yang nyata dan yang hanya sekedar fantasi. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak. Oleh karena itu, jika tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya benar atau salah, anak mungkin tidak tahu. Di sinilah tugas ayah dan bunda untuk selalu memberi pengertian kepada anak secara konsisten. Sedangkan menurut Albert
Bandura, seorang tokoh Psikologi, sikap, tabiat dan tingkah laku individu itu dipelajari dan ditiru dari interaksinya dengan orang lain.4 Bandura mengatakan individu meneruskan ataupun mengubah sikap dan tabiatnya karena adanya faktor-faktor pengukuh yang mempengaruhi perilakunya. Menurut Teori Bandura, ada dua jenis faktor penguat. Yang pertama adalah faktor-faktor di luar diri individu, yaitu kejadian yang dialaminya secara langsung akibat perilakunya. Salah satu contoh faktor pengukuh adalah pujian dan celaan yang diterima setelah melakukan sesuatu perbuatan. Faktor penguat kedua adalah faktor-faktor yang berasal dari individu itu sendiri, konsep diri dan harga diri yang akan mempengaruhi sikap, tabiat dan perilaku nya5. Dari orang-orang di sekeliling, individu akan belajar role-playing atau bermain peran. Setiap hari, seseorang bermain peran, karena dia selalu membayangkan dirinya berpikir, berbuat dan berasa seperti orang lain. Individu itu membayangkan apa yang akan dilakukan dan apa yang akan dikatakan oleh orang lain tentang dirinya. Dia juga membayangkan apabila dia sendiri yang berada dalam keadaan mereka, apa yang akan dilakukannya ataupun apa yang akan dikatakan. Hal ini menjadikan orang lain menjadi sumber sikap, tabiat dan tingkah laku individu. Dengan kata lain individu akan meniru kesan dari sikap, tabiat dan tingkah laku yang ditangkap dari model, melakukan role-model atau model peranan. Individu itu mempelajari dan mengamalkan suatu sikap, tabiat dan tingkah laku
4
Mahayoni dan Hendrik Lim, MBA, Anak Vs Media: Kuasailah Media Sebelum Anak Anda Dikuasainya, h. 4. 5 Ibid, h.5.
dengan memerhatikan sikap, tabiat dan tingkah laku orang lain di sekelilingnya. Orang yang ditiru disebut model. Pada umumnya role-model anak-anak adalah orang tua, karena orang tua merupakan figur terdekat anak dan dianggap memiliki frekuensi berinteraksi dengan anak yang cukup sering. Namun ketika anak lebih sering berinteraksi dengan media televisi, maka ia akan lebih banyak mempelajari banyak hal dari televisi. Untuk mempelajarinya ia melakukan modelling (meniru) terhadap berbagai hal yang ia saksikan di media tersebut. Karena keterbatasan kemampuan kognitif, dan pengetahuan yang dimiliki, maka anak-anak langsung saja menirukan hal-hal yang ia saksikan. Perbuatan meniru-niru orang lain mempunyai kebaikan. Apabila tabiat yang kita tiru adalah tabiat-tabiat positif seperti bersedekah, belajar ilmu-ilmu baru dan rajin bekerja. Sikap ini mempunyai keburukan apabila individu itu meniru-niru perbuatan yang tidak ada kebaikan, tentunya akan memberikan kerugian bagi diri sendiri. Uraian di atas adalah gambaran umum media dan kita khususnya anakanak. Seperti kita ketahui, paska orde baru proses pengurusan SIUPP dipermudah, sehingga banyak orang tertarik untuk menerbitkan media, pilihan media dalam hal ini media cetak menjadi lebih beragam. Keberagaman inipun ada pada media Islam Media Islam muncul dengan format yang berbeda. Kemunculan media massa Islam ini tentu merupakan hal yang menggembirakan, umat Islam lebih mempunyai banyak pilihan bacaan keIslaman, dan proses dakwah pun akan
dimudahkan. Khususnya majalah bagi keluarga Islam, untuk lebih santun, tidak membawa budaya konsumtif dan mampu menjadi media yang peka tehadap persoalan-persoalan keluarga khususnya anak-anak. Lantas bagaimana majalah Islam Ummi menggambarkan media dan kita Atas dasar inilah penulis melakukan penelitian pada majalah Ummi sekaligus sebagai judul skripsi: Analisis Wacana Rubrik Media dan Kita Edisi Juli- Oktoberl 2009
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dalam penelitian teks, peneliti membatasi penelitian hanya pada teks yang ada pada rubrik Media dan Kita majalah Ummi Edisi Juli- Oktoberl 2009 Penelitan ini dilakukan pada majalah Ummi, adapun alasan penulis mengambil majalah Ummi sebagai penelitian, karena pertama, majalah ini seringkali menyajikan sesuatu baik itu artikel maupun berita secara panjang lebar dan mendalam, majalah seperti halnya media cetak lainnya pesan-pesan yang disampaikan dapat dikaji ulang dan dipelajari, serta memiliki daya persuasi yang lebih tinggi. Majalah-majalah khusus banyak bertahan karena analisanya yang panjang lebar dan artikelnya yang bisa menjadi rujukan. Bisa dikatakan majalah berperan besar dalam menafsirkan berita dan membahas suatu masalah. Kedua, penulis ingin mengetahui bagaimana sebuah majalah Ummi, yang 99% dikelola oleh perempuan, sementara pemilihan Media dan Kita sebagai bahan penelitian
karena rubrik Media dan Kita merupakan salah satu rubrik yang disenangi pembaca 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana teks dan wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam rubrik Media dan Kita majalah Ummi Edisi Juli- Oktober 2009
C Tujuan Penelitian Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk menganalisis wacana dalam rubrik media dan kita yang disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan metode dari Teun Van Dijk
D. Manfaat Penelitian 1. Dalam tataran akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi pengembangan ilmu komunikasi yang terspesifikasi dalam komunikasi massa dan pengembangan bagi ilmu dakwah, dalam hal ini dakwah bil qalam. Penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya tentang media dan kita. 2. Dalam tataran praktis penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi para pembaca dan khususnya bagi para praktisi dalam memproduksi sebuah teks
atau pesan, hendaknya bisa mempertanggung jawabkan teks atau pesan yang disampaikan kepada khalayak
E. Metodelogi Penelitian Metodelogi penelitian yang dugunakan pada penelitian ini adalah analisis wacana (discourse analysis). Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kuantitatif yang lebih menekankan pada “apa” (what). Melalui analisis wacana, tidak hanya mengetahui isi pesan teks, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora apa yang disampaikan. Analisis wacana, lebih melihat kepada bagaimana isi pesan yang akan diteliti.6 Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan kepada analisis atau teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang juga harus diamati, harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu.
Model dari analisis Van Dijk terdiri dari tiga bagian yang saling terkait, yaitu: 1.
Teks dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu
2.
Kognisi sosial, pada level ini dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan
Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-1, hal. 68.
3.
Konteks, pada level ini mempelajari wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Kalau digambarkan, maka skema penelitian dan metode yang bisa
dilakukan dalam kerangka Van Dijk sebagai berikut pada tabel 1.
Tabel 1 Skema Penelitian dan Metode Kerangka Van Dijk STRUKTUR
METODE
Teks
Critical Linguistics
Menganalisa bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambargan seseorang
atau
Bagaimana dipakai
pristiwa
strategi
untuk
memarjinalkan
tertentu.
tekstual
yang
menyingkirkan suatu
atau
kelompok,
gagasan, atau pristiwa tertentu
Kognisi Sosial Menganalisis
Wawancara mendalam bagaimana
kognisi
wartawan dalam memahami seseorang atau pristiwa tertentu yang akan ditulis
Konteks Sosial Menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau pristiwa digambarkan
Studi pustaka, penelusuran sejarah
Ada beberapa peneliti sebelum penulis yang telah menggunakan analisis wacana model Van Dijk dalam penelitiannya diantaranya 1.
Analisis wacana Taboid fikri pada kolom ufuk (edisi maret 2003) Skripsi Kamaluddin (9951017371). Peneliti menganalisis pesan dakwah dan teknik penulisan rubrik ufuk edisi maret 2003, sebanyak empat edisi. Teknik penulisan yang dianaisis meliputi tema tulisan, struktur tulisan, koherensi, pilihan kata dan gaya penuisan, elemen kognisi sosial dan konteks sosial tidak dianalisis pada penelitian ini.
2.
Analisis wacana pesan dakwah pada lirik lagu pada album religi “lahir kembali” peneliti menganalisis pesan dakwah yang ada pada album religi ”lahir kembali” Skripsi Diana Syauqiyah, peneliti menganalisis teks-teks lagu, menganalisis elemen kognisi sosial, dalam hal ini mewawancarau Ust. Jefry sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Dalam analisis konteks sosial, menganalisa bagaimana menganalisa wacana yang berkembang dalam masyarakat dalam
penggambaran seseorang atau
pristiwa
tertentu
dihubungkan dengan teks dalam lirik-lirik lagu album “lahir kembali” wacana yang diambil sebagai data, adalah apa yang ditemukan dalam teks yang berkaitan dengan gejala kehidupan sosial dan beberapa gejala psikologi. 3.
Majalah sebagai media dakwah (Analisis Wacana Jendela Keluarga kolom Faudzil Adhim Majalah suara Hidayatulah Edisi Juli 2004). Skripsi Arie Nurul Hatta, peneliti menganalisis elemen tematik, skematik semantik,
stilistik, sintaksis, dan retoris. Elemen Kognisi Sosial dan elemen konteks sosial tidak dianalisis. Adapun rubrik Media dan Kita yang akan penulis analisis adalah majalah Ummi Edisi Juli-Oktober 2009: 1. Edisi Juli 2009
: Orang tua Elektronik Saat Liburan
2. Edisi Agustus 2009
: Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme
3. Edisi September 2009
: Anak-anak Pasar Potensial TV
4. Edisi Oktober 2009
: Berbahayakah Sulap dan Hipnotis di Layar Kaca kita
1.
Subjek: Penelitian dan Objek penelitian serta sumber data Subjek penelitian ini adalah rubrik Media dan Kita majalah Ummi edisi
Januari-April 2009. sedangkan objek penelitiannya adalah teks yang terdapat pada media dan kita. Sumber data adalah mereka yang dapat memberikan informasi tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini sumber data dapat diperoleh dari para pengirim redaksi ke majalah Ummi. 2.
Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung
tentang beberapa jenis data. Penulis menggunakan teknik wawancara terpimpin, yaitu penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah penulis persiapkan, kemudian setelah itu di jawab oleh pemberi data dengan bebas dan terbuka
dengan menggunakan alat panduan wawancara. Pada penelitian ini penulis mewawancarai Ibu Zirlyfera Jamil selaku pemimpin redaksi majalah Ummi. b. Observasi Observasi adalah berupa kegiatan mengenai yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan, penyelidikan dan riset7. Penelitian mengobservasi teksteks media dan kita majalah Ummi edisi Januari-April 2009. dalam observasi, peneliti mengumpulkan berbagai macam bentuk data yang ada pada media dan kita majalah Ummi edisi Juli- Oktober 2009, dan referensi dari perpustakaan. Kemudian penulis menganalisis teks-teks rubrik media dan kita dengan menggunakan analisis wacana. c. Dokumentasi Dokumentasi yang dipakai oleh penulis adalah majalah Ummi edisi JuliOktober 2009
4.
Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis wacana. Wacana
adalah suatu bahasan yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi atau kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata yang disampaikan secara lisan atau tertulis.8 Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. sementara analisis wacan yang digunakan sebagai metode dalam penelitian ini adalah model Van 7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), Cet. Ke- 92 . H.G. Tatrigan, Pengajaran Wacana, (Bandung: Angkasa: 1987). Cet. Ke-1, h. 27
8
Dijk. Alas an penulis menggunakan analisis wacana model Van Dijk adalah karena penelitian atas wacana model Van Dijk tidak hanya menganalisis teks semata, tetapi juga menganalisis proses produksi teks, sehingga kita bisa mengetahui kenapa teks bisa semacam itu.
E Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah BAB I
Pendahuluan. Membahas latar belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan
BAB II
Tinjauan Teoritis membahas Anak-Anak dan Berita, Media dan Berita, Anak-Anak dan Media, Analisis Wacana Moel Teun Van Dijk
BAB III
Profil Majalah Ummi, bab ini akan mengetengahkan mengenai Gambaran Umum Majalah Ummi, Visi Misi Majalah Ummi, Rubrik Media dan Kita
BAB IV
Analisis Data, bab ini mengetengahkan atau menganalisis bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh Majalah Ummi
BAB V
Penutup, bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap pembahasan bab-bab terdahulu.
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Anak-Anak dan Berita
Pengertian Anak Tinjauan secara Kronologis dan Psikologis. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Haditono (dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.
Sedangkan Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.9
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
Sedangkan berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan. Banyak kota besar memiliki surat kabar pagi dan petang. Stasiun televisi biasanya memiliki acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu
Anak-anak belajar tentang lingkungannya dari berbagai sumber berita, mereka belajar dari orang tua, guru, teman dan media. Informasi dari televisi, radio atau internet,semua yang disampaikannya adalah berita yang dapat memberikan pengalaman pendidikan yang positif, tetapi akan menjadi masalah jika yang ditayangkan media tersebut adalah berita atau topik yang dapat 9
Sumadi,” Pengembangan Alat Ukur Psikologis”( Suryabrata, 2000)
mengganggu psikologi anak. Berita tentang bencana alam, penculikan anak, pembunuhan massal, teroris, kekerasan di sekolah atau kehidupan sex orang dewasa akan membuat anak melihat dunia ini sebagai sesuatu yang membingungkan, mengancam dan tempat yang tidak aman.
Anak-anak
melihat
berita
Berbeda
dengan
film
atau
program
entertainment, berita adalah suatu tayangan yang nyata. Tetapi berdasarkan usia atau tingkat kedewasaannya anak mungkin belum cukup mengerti perbedaan yang jelas antara kenyataan dan fantasi bagi beberapa anak, berita yang bombastis dan sensasional akan dicerna dan ditransformasikan kedalam sesuatu yang mungkin terjadi kepada mereka. Anak yang melihat tayangan penculikan atau pemboman, mungkin akan khawatir, Apakah nanti saya juga akan diculik? Berita bencana alam atau berita pembunuhan akan dapat merasuk ke dalam diri dan pikiran anak10.
Berita juga dapat mengenalkan sindrom dunia nyata yang memberikan gambaran tidak lengkap kepada anak tentang dunia dan masyarakat yang sebenarnya. Kuncinya adalah jelaskan yang sebenarnya sebatas yang dapat anda jelasakan. Untuk beberapa hal, seperti bencana alam, tidak perlu membatasi. Orang tua harus tetap memberi keleluasaan bagi anak untuk mengutarakan ketakutannya. Dorong anak anda untuk membicarakan secara terbuka ketakutan mereka. Anak yang lebih tua kurang bisa menerima penjelasan yang hanya 10
: Dessy Nataliani, MA, “Pendidikan Media Dari Waktu ke Waktu”artikel diakses pada Kamis, 20 Maret 2008 05:35:57 dari http://dessynataliani.blogsome.com/2005/07/03/anak-danberita-di-media/trackback/
permukaan. Dalam diri mereka telah tumbuh sikap skeptis pada berita, bagaimana berita tersebut diproduksi dan dijual telah menutup sedikit kekhawatiran merek terhadap isi berita itu sendiri. Jika anak yang lebih tua terganggu dengan sebuah berita, bantu mereka untuk mengatasi ketakutannya. Kesediaan orang dewasa untuk mendengarkan akan memberikan kekuatan bagi mereka.
Ada beberapa Tips Memilih berita untuk anak: Perhatikan bahwa berita tersebut tidak memuat gambar yang mengganggu. Pilih program televisi, surat kabar, atau majalah yang diperuntukkan bagi anak, karena biasanya tidak sensasional, tidak mengganggu emosi anak, dan memberikan informasi bagi anak. Diskusikan beberapa berita tersebut.
Bantu anak untuk memikirkan berita-berita tersebut. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan oleh orang tua: Bagaimana pendapatmu tentang kejadian ini? Bagaimana menurutmu ini bisa terjadi? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat mendorong topik pembicaraan selain berita tersebut. Tempatkan berita pada konteks yang tepat. Perlihatkan bahwa tidak semua acara perlu ditonton dan jelaskan bagaimana satu kejadian (berita) dikaitkan dengan kejadian lain, sehingga membantu anak merasa nyaman dengan apa yang mereka lihat dan dengar.
Perluas diskusi dari masalah berita yang mengganggu ke pembicaraan yang lebih luas. Gunakan berita bencana alam untuk membicarakan bantuan kemanusiaan, kerjasama dan kemampuan manusia untuk mengatasi akibat dari bencana tersebut. Menonton berita bersama anak anda untuk menyaring berita
yang mereka lihat. Antisipasi perlu dilakukan saat menemani anak dengan menghindari tayangan yang tidak tepat untuk umur dan perkembangan anak.Jika anda merasa tidak nyaman dengan isi berita atau tidak tepat dengan umur anak, matikan TV atau radio anda11.
B. Media dan Berita Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar Media merupakan bentuk jamak medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. AECT (1979) mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi. Sedangkan Olson (1974) mendefinisikan medium sebagai teknologi untuk menyajikan, merekam, membagi dan mendistribusikan symbol dengan melalui rangsangan indra tertentu, disertai penstrukturan informasi.
Perkembangan media telah menimbulkan dua kali dari empat kali revolusi dunia pendidikan (Ashby, 1972). Perkembangan media ini baik berupa buku, siaran radio dan televisi berpotensi untuk tumbuh dan berkembangnya masyarakat belajar.12
Akan tetapi sejak maraknya perkembangan media baik di mancanegara maupun di Indonesia banyak terjadi pro dan kontra berkenaan dengan materi yang diekspose oleh media. Berbagai penelitian yang diselenggarakan di Amerika 11
12
Nataliani, “Pendidikan Media Dari Waktu ke Waktu”
Dedih Suryadi. Unsur-unsur Pendidikan Islam Terpadu. Makalah Forum Silaturrahmi SDIT Daarussalaam, 2003
Serikat menunjukkan hasil-hasil yang perlu menjadi perhatian kita bersama. Sehingga perlu dicermati dan dikaji ulang mengenai dampak kehadiran media disekitar kita terutama dalam lingkungan keluarga sebagai basis pertama pendidikan anak-anak kita.
Penegertian media dalam proses pemebelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menagkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena
melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia. Media dan Berita merupakan sistem komunikasi yang memiliki kemampuan untuk menyebarkan pesan ke berbagai tempat, sehingga media dan berita
sering
dimanfaatkan
banyak
pihak
dalam
menggali
informasi
perkembangan yang terjadi di dunia. Media bisa dikatakan sebagai alat untuk menyebarluaskan berita Jenis jenis Media yaitu Media Elektronik Media Cetak
: Televisi, Radio : Surat Kabar / Harian, Tabloid , Majalah, Buletin
Tabel 2 PerbedaanMedia Cetak, Elektronik dan On Line Media Cetak Paparan dan
lebih
Media Elektronik
Media On Line
lengkap Singkat dan kurang
mendalam
Paparan tidak selengkap
karena lengkap karena
luasnya Space
MC tapi lebih lengkap
terbatasnya waktu
daripada ME
Berita hari ini adalah Berita hari ini adalah Berita hari ini adalah kejadian
kemarin
atau peristiwa hari ini (bahkan peristiwa hari ini
tadi malam Cukup
hanya hitungan detik) menggunakan Memerlukan
indra penglihatan
pendengaran
indra Memerlukan (TV
indra
& Penglihatan
Radio) dan Penglihatan (TV) Media berupa kertas cetak Segmentasi dewasa
Barang elektronik (TV,
Menggunakan Internet
Radio) Segala usia
Dewasa,
intelektual
menengah ke atas
Tabel 3 PerbedaanSurat Kabar, Tabloid, Majalah dan Bulettin Perbedaan Waktu Terbit
Surat Kabar
Tabloid
Majalah
Buletin
Setiap hari
Setiap minggu/ bergantung kebijakan perusahaan
relative umum
Relatif terbatas/ Tertentu
Bentuk dan Ukuran Lembaran kertas Lembaran kertas
Berbentuk
Bisa
buram dengan
dengan kualitas
hampir seperti
berbentuk
luas + 42 x 58 cm
yang relative
buku dengan
seperti
perhalaman
lebih bagus
ukuran bervariasi majalah tapi
daripada surat
(ex : Tempo,
lebih tipis,
kabar dengan
Sabili, Intisari)
atau hanya
luas 29 x 42 cm/
semacam
hal
lembaran setengah folio
Sifat Sajian
Formal, Kaku
Variasi Warna
Minim Warna
Harga
Relatif Murah
Variatif & Kreatif, bergantung Segmentasi Lebih banyak
Relatif banyak
Minim warna
warna
warna bahkan
tapi bergantung
kadang Full
karakteristik
Colour
Bulettin
Relatif mahal
Relatif murah
Soft News
Harga sedang, cenderung mahal
Prioritas Berita
Stright News
Feature dan Soft
Feature,
(aktualitas dan
News (Sisi
Investigation
sisi pentingnya diutamakan)
kemenarikan/hib Report dan Soft uran
News
diprioritaskan)
(bergantung Segmentasi)
Prioritas Substansi Berita
Umum
Khusus, Bergantung segmentasi
Definisi Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.jadi media lebih kepada alat untuk menyampaikan berita. News (berita) mengandung kata new yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar beberkan. Banyak pemikir komunikasi yang mendefinisikan tentang berita, diantaranya: 1. Menurut W.J.S. Purwadarminta: berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru. 2. Menurut Dean M. Lyle Spencer: Berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca. 3. Menurut Willard C. Bleyer: Berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar. 4. Menurut William S Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. 5. Menurut Eric C. Hepwood: Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting yang dapat menarik perhatian umum. 6. Menurut Dja’far H Assegaf: Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa ( baru ), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena
luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi–segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. 7. Menurut J.B. Wahyudi: Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memilki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan melalui media massa periodik. 8. Menurut Amak Syarifuddin: Berita adalah suatu laporan kejadian yang ditimbulkan sebagai bahan yang menarik perhatian publik media massa.13
Dari pengertian-penertian diatas, menimbulkan pendapat bahwa tidak semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita. Yang disebut berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan Contohnya Tulisan Non Fiksi di media massa bukanlah berita, tetapi tulisan ilmiah yang mengandung opini penulisnya baik tersurat maupun tersirat. Tulisan Fiksi pada dasarnya bertujuan untuk menghibur. Namun dalam perkembangannya, tulisan fiksi ini bisa menjadi alternative kritik sosial atau mengungkapkan argumentasi penulisnya. Bahkan, fiksi juga menjadi alternatif mengungkap kata yang tidak mungkin di sampaikan melalui berita. Contohnya adalah tulisan Seno Gumira Adjidarma yang menulis cerpen “Maria dan Telinga” yang mengungkap fakta kekerasan pemerintahan Soeharto dalam konflik TimorTimur.
13
Siti Nurnabila Adawiyah,”Sekilas Tentang Jurnalistik”, artikel diakses pada 5 Agustus 2009 dari http://mkbi.multiply.com/journal/item/19.html
Faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita. Tujuh di antaranya adalah: Jenis-jenis Berita 1.
Sifat kejadian
2.
Masalah yang dicakup
3.
Lingkup pemberitaan
4.
Sifat pemberitaan
Unsur-unsur Berita Secara umum, unsur-unsur berita yang selalu ada pada sebuah berita adalah: 1.
Headline, biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan
2.
Deadline, ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.
3.
Lead, lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.
4.
Body, atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.
Unsur Utama Sebuah Berita: H: How (Bagaimana). Jika satu saja elemen 5W+1H tidak ada dalam sebuah tulisan jurnalistik, Maka berita tersebut belum lah lengkap dan layak disebut sebagai berita. 1. What : Pokok masalah dalam sebuah peristiwa. Apa kejadian yang sedang terjadi, apa peristiwa yang sedang berlangsung. 2. Who : Subyek berita (manusia) dalam sebuah peristiwa. Siapa pelaku dalam peristiwa tersebut. Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Keterangan pelaku ini, selain mencantumkan nama, juga status, umur, ataupun jabatannya bila perlu. Terkantung pada jenis peristiwanya. 3. Where : Dimana peristiwa itu terjadi. Tempat ini harus dijelaskan dengan detil. 4. When : Kapan terjadinya peristiwa itu, mulai kapan hingga kapannya. Tanggal bulan dan tahun yang lengkap. Jika perlu lengkapi dengan detil jam. 5. Why : Mengapa bisa terjadi, dan kemudian dianggap penting? Penjelasan ‘Why’ ini dapat kita uraikan dengan jelas, latar belakang terjadinya suatu peristiwa. Apa maksud, tujuan, motif dan sebagainya. 6. How : Bagaimana proses kejadiannnya. Bagaimana peristiwa itu terjadi.
Berita muncul dalam benak manusia untuk disebarkan kepada manusia lain untuk mewujudkan komunikasi sosial. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, tapi lebih merupakan sesuatu yang diserap setelah peristiwa itu terjadi. Berita tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa Joseph Klapper dalam William L. Rivers, melihat adanya kemampuan “rekayasa kesadaran”dan ini dinyatakan sebagai kekuatan terpenting media, yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan apapun. Rekayasa kesadaran, sudah ada sejak lama, namun media-lah yang memungkinkan hal ini dilaksanakan secara cepat dan besar-besaran
C. Anak-Anak dan Media Perkembangan media massa mulai dari cetak sampai elektronik, memiliki kekuatan tersendiri antara satu sama lainnya. Di antara media tersebut, media massa elektroniklah yang paling berpengaruh, media massa tersebut bernama televisi. Televisi merupakan media massa elektronik yang memiliki kekuatan audio visual sekaligus. Sampai saat ini televisi masih menjadi sarana pelengkap ruang tamu yang menjadi pusat perhatian, terutama di saat jam istirahat. Televisi yang lahir lebih muda daripada media massa sebelumnya, memang memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya. Dalam khazanah ilmu komunikasi, karena keunggulannya ini kemudian Marshall McLuhan meramalkan bahwa media elektronik (baca: televisi) akan mematikan media lain, non elektronik. Yang dimaksud McLuhan di sini setidaknya televisi
telah hadir dengan meraup keuntungan dari iklan terbesar dibandingkan dengan media massa lainnya. Karena skup siarannya yang lebih luas dan kekuatan audiovisual yang dimiliki televisi tidak dimiliki media cetak.14 Dilihat dari fungsi, televisi merupakan media massa elektronik yang memiliki beberapa fungsi sangat signifikan dalam mensinergikan sumberdaya masyarakat yang ada. Dalam konteks Indonesia – yang merupakan negara kepulauan - terutama untuk mempererat persatuan dan kesatuan negara kita (integritas bangsa).15 Fungsi tersebut adalah: transformasi informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertaint), dan mempengaruhi (to influence). Selama ini banyak sekali pandangan stereotip yang menganggap bahwa televisi sebagai media yang destruktif dalam kultur masyarakat. Program acara yang ditampilkan seringkali menjadi teror orang tua terhadap anak yang mengkonsumsi acara tersebut. Karena selama ini program televisi banyak sekali menayangkan acara yang kurang bermanfaat, murahan, dan adegan-adegan sembrono, seperti: kekerasan, seks, sadisme, dan semacamnya. Sejumlah pakar pendidikan menganggap TV merupakan wahana komunikasi yang counter productive bagi produktivitas nasional dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).16
14 Andrik Purwasito,“Komunikasi Multikultural,”(Surakarta: Muhammadiyah University Press,2003), Cet ke-1, hal. 264. 15 Prof. Onong Uchajana Effendy, MA, “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,” hal. 9394. 16 Asep S. Muhtadi, ed., “Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,” (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, hal.99.
Kini penyesatan banyak dilakukan lewat media massa dengan cara mencampuradukkan antara hiburan dengan kebudayaan, pendidikan, pengarahan, pikiran, dan semacamnya. Penyesatan ini dapat menimbulkan kegoncangan kepribadian seseorang, terutama anak yang sedang menuju proses pendewasaan. Saat ini, sudah waktunya para pengemban dakwah segera menyadari bahaya media terhadap akidah dan akhlak kaum muslimin. Mereka harus segera menghentikan dan menumpasnya. Berdasarkan peringkat, golongan yang paling mudah menjadi sasaran kekerasan pemberitaan media adalah anak-anak. Pandangan yang keliru jika kita menilai anak-anak bukan sebagai “objek” yang mudah menjadi sasaran media. Menurut penelitian secara umum, anak-anak adalah suatu publik yang “sempurna”, di samping “publik peniru”.17 Menurut penelitian yang telah dilakukan terhadap anak-anak yang biasa menonton televisi diketahui bahwa anak-anak itu tidak konsentrasi pada seluruh cerita yang ada di layar, tetapi mereka lebih memusatkan perhatiannya terhadap pernak-pernik yang digunakan sang actor dan semua benda yang mereka lihat. Tidak dapat dipungkiri sangat besar arti media dalam hal penyebarluasan terjadinya kasus perlakuan salah terhadap anak dan kasus kejahatan pada anak lainnya. Namun, kemasan pemberitaan media kadang masih lebih mencari sisi sensasi dan pada beberapa kasus kerap kurang berpihak pada kepentingan terbaik bagi anak, baik anak sebagai korban atau pelaku.
17
Muna Haddad Yakan, “Hati-hati Terhadap Media Yang Merusak Anak,” (Jakarta: Gema Insani Press,1990), Cet. Ke-1, h. 27.
Dengan kata lain, sampai sekarang arti media telah eksis untuk melaporkan berita tentang anak yang telah menjadi korban, sementara peran media yang ditujukan bagi anak yang belum menjadi korban melalui usaha yang promotif dan preventif belum terlihat jelas. Padahal, besarnya kelompok anak yang disebut terakhir ini meliputi hampir 90 persen dari seluruh populasi anak.
Dengan demikian, media harus memainkan peran kunci dalam upaya pencegahan perlakuan salah terhadap anak. Sebagai kekuatan besar yang berkemampuan membentuk opini masyarakat, media seyogianya bisa membuat program dan pelaporan yang lebih bertanggung jawab dengan artian tidak menonjolkan sisi sensasionalnya, tetapi bersifat mendidik untuk upaya promotif dan preventif. Langkah penting lainnya dari media adalah media harus dapat menggambarkan dan menjelaskan kepada publik bahwa pengasuhan dan perawatan anak yang baik merupakan pekerjaan yang sangat bernilai dan sangat penting di dalam masyarakat kita. 18
Relasi antara anak dan media serta kedudukan mereka dalam masyarakat memang sering membuat kita cemas, bahkan merasa gemas. Itulah salah satu gambaran yang disampaikan sebagai bentuk diskusi kritis dalam seminar yang bertajuk “Anak, Media, dan Masyarakat”. Budi Irawanto, seorang pengamat media dan film yang menjadi salah satu pembicara dalam seminar tersebut bahkan
18
Dr Indra Sugiarno SpA Ketua Satgas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Sumber: http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0708/15/humaniora/3763357.htm
menggarisbawahi bahwa media massa, apa pun bentuknya, kemudian seakan-akan tampil menjadi monster bagi anak-anak19. Hal ini terjadi karena absennya pendampingan kritis dan aktif dari orang tua. Kecenderungan anak-anak sekarang yang nampak berbicara, bertindak, dan bersikap layaknya orang dewasa tentu harus diwaspadai. Kedewasan berlebihan yang melebihi perkembangan psikologis normal layaknya anak sebayanya memang patut disadari. Pengaruh media, terutama televisi, pada masa sekarang mau tidak mau harus diakui dapat berpengaruh besar pada gaya hidup dan pemikiran orang. “Kini, orang menganggap media sebagai etalase hidup.” Lanjut Budi Irawanto. Orang tua, dalam hal ini, perlu segera menyadarinya dan menjadi filter aktif pengaruh teknologi pada anak-anak. “Kapiltalisme bisnis media memang tidak bisa dicegah, tapi harus ada dialog antara anak dan orang tua.” Tambah Budi Wahyuni, aktivis perempuan yang juga menjadi pembicara pada hari itu. Tentunya media tidak serta merta menjadi momok yang mencemaskan, karena dibalik itu semua media dapat mengambil peran penting dalam pertumbuhan wacana sosial. Namun demikian, pertanyaan besar muncul berkenaan dengan kemampuan orang tua atau figur dewasa lainnya agar tanggap dan responsif. “Kemiskinan tampaknya menjadi problem20
19
Budi Irawanto, Seminar “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009 20
Budi Wahyuni, “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009
Maka dari itu, komitmen dan keseriusan menjadi kunci pokoknya. Hal ini secara hukum berkaitan erat dengan penyelenggaraan perlindungan anak, seperti terantum dalam UU Perlindungan Anak pasal 20. “Anak-anak kita harus menjadi pusat pertimbangan kebijakan kita, terutama orang tua. Hal ini penting terutama dalam ranah domestik.” Tegas Magdalena Sitorus menekankan bahwa kita harus menjamin perlindungan anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya21. Dalam hubungannya dengan dunia pendidikan Elga Andriana, seorang penyelenggara pendidikan, mengungkapkan keprihatinannya karena tidak ada pendidikan yang bersifat berkelanjutan. Kedudukan anak dalam masyarakat terutama relasinya dengan dunia pendidikan harus didorong untuk lebih kooperatif, bukan sekedar kompetisi saja. Pada intinya, peran aktif kita penting agar tidak ada istilah tawar menawar demi kepentingan terbaik bagi anak-anak sehingga kita tidak perlu cemas, apalagi gemas.
D. Analisis Wacana Moel Teun Van Dijk 1
Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Kalau digambarkan maka stuktur teks adalah sebagai berikut:22
21
Magdalena Sitorus, Wakil Ketua II KPAI , “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009 22
Eriyanto, Analisis Wacana. (LKiS, Yogyakarta, 2001), Cet Ke-1, hal 227
Tabel 4 Struktur teks Struktur Makro Makna globa dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang di angkat dari sudut teks
Superstuktur Kerangka suatu teks, seperti bagaimana pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan
Stuktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
2. Kognisi Sosial Analisis wacana tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Dalam hal ini menggunakan analisis yang disebut kognisi sosial, kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.
3. Konteks Sosial Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang susuatu di produksi dan di kontruksi dalam masyarakat23 Berikut penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam struktur teks wacana Van Dijk 24 Tabel 5 Elemen-elemen dalam struktur teks wacana Van Dijk Struktur
Hal yang diamati
Elemen
Struktur
Tematik
Topik
Makro
Tema atau topik yang
Wacana
dikedepankan
dalam
suatu teks media dan kita Superstruktur
Bagaimana bagian dan Skema urutan media dan kita dikemaskan dalam teks media dan kita utuh
Struktur Mikro
Semantik Makna
Latar, Detil, Maksud, yang
ingin
ditekankan dalam suatu teks media dan kita, misal dengan pada
23 24
h.74
memberi suatu
sisi
detil atau
Ibid, h. 271 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1,
membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain Stuktur Mikro
Sintaksis
Bentuk
Bagaimana (bentuk,
kalimat,
kalimat Koherensi, Kata ganti
susunan
yang
dipilih) Stuktur Mikro
Stilistik
Leksikon
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks media dan kita
Stuktur Mikro
Retoris
Grafis,
Bagaimana dengan cara Ekspresi penekanan dilakukan
Metafora,
BAB III PROFIL MAJALAH UMMI A.
Gambaran Umum Majalah Ummi Banyak sekali majalah wanita yang membidik kaum ibu muslimah di tanah
air, tapi yang bertahan cukup lama dan bisa menunjukkan eksistensinya sebagai 'market leader' di bidangnya hingga hari ini adalah Majalah Ummi. Dengan menampilkan topik-topik yang hangat dan aktual, majalah Ummi senantiasa setia mengunjungi pembacanya setiap bulannya. Banyak tips praktis yang bisa kita dapatkan terutama bagi para wanita dengan segala macam permasalahannya. Kelahiran majalah Ummi pada mulanya digagas oleh Dadi Kusradi (Pemimpin Umum), dan Dwi Septiawati (Pemimpin Redaksi). Dadi dan Septi adalah pasangan suami-istri yang konsen pada dakwah. Mereka melihat ada kekosongan di segmen remaja Islam. Akhirnya berinisiatif untuk menerbitkan majalah di segmen remaja Islam. Dwi Septiawati alumnus Universitas Negeri Jakarta jurusan bahasa Arab dan Dadi dari fakultas Ekonomi Universits Krisna Dwi¬payana Jakarta. Pada dasarnya tidak lepas dari belum adanya bacaan alternatif majalah Islam pada tahun 1989. waktu itu hanya ada majalah Amanah. Kebetulan waktu itu , pengajian di kampus mulai marak. Dan dengan landasan pemikiran satu alternative bacaan pada muslimah terbitlah Majalah Ummi pada bulan April 1989 dengan no SIUPP 558/SK/Menpen/SIUPP/1998 Tanggal 25 September 1998. Selain itu tentu saja untuk mengambil peluang pasar dimana pada waktu itu sudah banyak diadakan kajian-kajian keIslaman di kampus. Kehadiran majalah Ummi
sebagai majalah Islam dengan formulanya yang ringan, tidak profokatif hadir sebagai salah satu alternative bacaan yang cukup diminati.25 Majalah, seperti media massa lainnya, mampu menyebarkan informasi dengan luas. Namun, sedikit berbeda dengan media lain, biasanya sebagian besar majalah terfokus pada masalah atau segmen tertentu. Segmen majalah Ummi adalah perempuan dewasa, mahasiswi, dan ibu rumah tangga.
Salah satu majalah perempuan Islam yang banyak dibaca saat ini adalah majalah UMMI. Media yang dibidani oleh beberapa mahasiwa UI pada tahun 1989 sekarang terbit dengan tiras 85.000 eksemplar. Dari angket yang dilakukan UMMI pada bulan Maret tahun 2000, 95,6 % pembacanya adalah perempuan dengan tingkat pendidikan PT (52,7 %), SMU (39,9%) dan sebagian besar berstatus belum menikah (73,3 %).
Apa kekuatan UMMI ? Menurut Dwi Septiawati - Pemimpin Redaksi UMMI- sejak awal UMMI concern pada pemberdayaan perempuan. Menurutnya, perempuan merupakan separo lebih dari jumlah populasi penduduk Indonesia dan pengaruh mereka sangat kuat dalam membentuk sebuah masyarakat yang baik. Untuk itu UMMI mengemban tugas sebagai media akselerator dan dinamisator bagi terbentuknya karakter perempuan shalihah (mar'atus sholihat), isteri yang taat
Alamsyah M. Dja'far, “Mengintip Dapur Majalah Islam”. majalah Syir'ah No. 57/V/September/
dan mulia (zaujah muthi'ah wa karimah) dan ibu pendidik (ummu madrosah). Identitas Perempuan Islami adalah motto yang menjadi brand image UMMI.
Yang menarik, media yang pada awalnya dibidani kaum adam ini sekarang sepenuhnya dikelola perempuan. Menurut Septi, semua ini bukan semata-mata perjuangan gender tapi lebih pada memberi kesempatan dan ruang yang lebih luas kepada perempuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya untuk kemashalatan keluarga dan umatnya. Karenanya UMMI merancang jam kerja dan aturan sedemikian rupa agar mereka cukup punya waktu untuk menjalani peran-peran femininnya sebagai isteri dan ibu di rumahnya, termasuk menjadi ibu masyarakat dan bangsa.
Nama Ummi dipilih dengan alasan karena nama Islam dan bisa langsung diidentifikasi sebagai nama muslimah. Identitas wanita islami adalah slogan majalah Ummi, karena majalah Ummi menawarkan nilai-nilai Islam. Untuk iklan, Ummi mempunyai kebijakan tersendiri. Majalah Ummi hanya menampilkan iklan yang syar’I harus menutup aurat, dan produk yang diiklankan tidak haram dan syubhat. Majalah Ummi diterbitkan oleh PT KIMUS BINA TADZKIA yang juga membidani majalah SAKSI dan Annida bernaung dalam satu kantor. Namun, sekarang majalah Ummi dan Annida memiliki kantor sendiri yang beralamat di jl. Mede No. 42A Utan Kayu Jakarta Timur 13120
B.
Visi dan Misi Majalah Ummi 1. Menjadikan perempuan sebagai mar’atushalihah, ketika perempuan sebagai seorang pribadi, maka dia pribadi yang shalihah, yang berdaya guna. 2. Jauziah mautiah wal karimah, kalau perempuan itu adalah seorang istri, maka dia istri yang mulia, ketaatan yang mulia bukan ketaatan karena takut 3. Ketika dia seorang ibu, dia adalah ibu yang madrasah
C.
Struktur Redaksi Majalah Ummi Dewan redaksi majalah Ummi mengalami beberapa pergantian. Adapun
dewan redaksi yang sekarang ada dalam majalah Ummi adalah Pemimpin Umum
: Dwi Septiawati
Pemimpin Redaksi
: Zirlyfera jamil
Sekretaris Redaksi
: Meilis Sawitri
Redaktur
: Rosita, Rahmi Rizal
Kontributo
: Herlini Amran, MA., Heru Susetyo, SH., Tate Qomarudin, Lc., Sinta Santi, Lc., Sri Rahmawati, Psi, Ira Puspadewi, dr. Dewi Inong Irana, SpKK., Ahmad Kusyairi Suhail, MA., Ust. Musyaffa, Lc., DR.Ir. Sugiyono, M.AppSc., Asmawati, S.Sos., Ahmad Gozali, Nina M Armando, Vieny M.A,
Pra Cetak
: Ahmad Topik
Ilustrasi/ Artistik
: Ahmad Fauzi
Iklan dan Promosi
: Yani Pelita Sari, Sherry Dahlia, Gandaria Y, Mawadah
Administrasi dan Keuangan : Pulung Erawan, Eka Puja Linuih Sirkulasi dan Distribusi
: Nur Hamzah Bakri, Rudi Haryadi, Supriyadi, Dedi setiawan
Penagihan
: Lely Marnila
SDM & Umum
: Meutia Geumala, Satiri Hasan
D.
Rubrikasi Majalah Ummi
Rubric majalah Ummi berisi 80% edukasi dan 20 % entertaint26 dengan tujuh tema utama dan beberapa sub tema dalam setiap tema utamanya. •
Khas Ummi
:
Tafakur
: Kata Pengantar dari Redaksi
Tamu Kita
: Menampilkan public figure
Bahasan Utama
: Mengupas topik-topik tentang perempuan dan
keluarga •
Mutiara Islam
:
Fiqih Utama
: Rubrik konsultasi
Mutiara Dakwah
: artikel lepas yang berkaitan dengan persoalan dan
probem dakwah Kajian Hadits
: Mengupas makana dan arti sebuah Hadits
Kajian Al-Quran
: Membahas salah satu ayat Al-Quran
26
Zirlyfera Jamil, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, wawancara pribadi, Jakarta 25 Januari 2010
•
•
Ya Ummi
: Konsultasi seputar rumah tannga dan pernikahan
Jejak
: Cerita seputar sejarah perempuan shaihah
Artikel
:
Media dan Kita
: Membahas pengaruh media terhadap kita
Ufuk Dalam
: Liputan Islam lokal
Ufuk Luar
: Liputan Islam mancanegara
Perjalanan
: pengalaman perjalanan seseorang ke luar negeri
Keluarga
:
Kolom Ayah
: Kolom lepas tentang keuarga dari sudut pandang
seorang ayah Konsultasi Keuangan : Berisi konsultasi keuangan
E.
Obrolan
: Catatan akhir dari redaksi
•
Cantik
: Kecantikan, Sketsa
•
Fiksi
: Cerita bersambung, cerita pendek
•
Dapur
: Resep masakan
Rubrik Media dan Kita Rubrik Media dan Kita mempunyai bahasan berbeda setiap bulannya dan
mencerminkan visi misi majalah Ummi, media dan kita termasuk rubrik yang dipegang oleh redaksi, sedangkan untuk nara sumber oleh Nina M Armando, beliau seorang Dosen di Dept. Komunikasi dan juga Sekretaris MARKA dan KIDIA.
Dalam majalah Ummi khususnya rubrik Media dan Kita ditulis dengan bahasa apa adanya dan peristiwa yang faktual, Nina M Armando sendiri alami, menjadikan rubrik media dan kita tersebut reasonable dan sesuai dengan peristiwa atau kondisi kebanyakan para keluarga.
Penulis media dan kita Nina M Armando, beliau yakin banyak orang tua yang sudah merasa cerdas bahkan intelek bisa dan percaya diri mengatur banyak hal, cara-cara, untuk menghalangi bagaimana anak-anak tidak tergila-gila pada TV; tapi pasti akan merasa masih jauh dari apa yang mereka seharusnya lakukan setelah mebaca rubrik ini. Itu sudah lebih baik, Nina M Armando, juga yakin masih banyak diluar sana, orang tua yang sama sekali tidak menyadari atau bahkan tidak perduli akan urusan keluarga, perkembangan anak, khususnya anak dan media.27
Dengan menampilkan topik-topik yang hangat dan aktual, majalah Ummi senantiasa setia mengunjungi pembacanya setiap bulannya. Banyak tips praktis yang bisa kita dapatkan terutama bagi para wanita dengan segala macam permasalahannya.
Banyak para orang tua mengadu ke majalah Ummi dan mereka merasa takut dengan dampak negatif tayangan televisi yang seolah tanpa sensor. Memang ada Lembaga Sensor yang mengawasi agar tidak muncul tayangan yang berbau
27
Nina M.Armando 2004. Bijak mengkonsumsi TV. Ummi Edisi Khusus 2004
SARA dan Pornografi. Tapi ternyata itu tidak cukup. Masih banyak tayangan televisi yang memang tidak porno dan mengandung SARA, tapi justru mengandung kekerasan, pelecehan terhadap orang lain, sikap tidak menghormati orang tua dan gaya pakaian yang tidak sesuai dengan budaya kita. Yang ironis, kekerasan dan pelecehan terhadap wanita justru banyak ditemukan pada film anak-anak yang ditayang media televisi seperti Doraemon, Crayon Sinchan dan PMan, film anak tersebut merupakan film yang termasuk digemari alias memiliki rating tinggi. Jika film anak sudah mengandung hal yang negatif sedemikian, bagaimana dengan tayangan lain seperti sinetron dan infotainment yang sempat di fatwa haram oleh MUI beberapa waktu yang lalu. Memang dari segi orang tua yang memiliki berbagai macam kesibukan, membebaskan
anak
terutama
balita
untuk
menonton
televisi
sungguh
meringankan. Anak jadi punya kesibukan sendiri, tidak rewel dan tidak keluyuran di luar rumah. Padahal, dampak negatifnya sangat besar bagi perkembangan anak/balita
tersebut.
Memperhatikan berbagai dampak negatif televisi tersebut, harusnya para orang tua sengaja tidak mengenalkan televisi pada anak semenjak lahir hingga berumur 1,5 tahun. Bukan berarti anti televisi. Nina M Armando dan suaminya sepakat untuk mengenalkan televisi secara terbatas kepada anaknya yang sudah berusia 4 atau 5 tahun sehingga sudah bisa diajak diskusi mengenai tayangan yang baik atau yang buruk, dan tidak akan melarang secara semena-mena karena sejatinya media televisi juga punya beberapa kelebihan.
Menurut rubrik media dan kita Ada beberapa acara televisi yang baik untuk anak seperti laptop si Unyil dan Bocah petualang di Trans 7, surat untuk sahabat di Trans TV, serta beberapa film dokumenter tentang hewan liar atau discovery chanel di beberapa TV swasta lain. Beberapa acara televisi diatas memberikan banyak hal yang positif bagi anak. Anak dikenalkan dengan lingkungan sekitar dan anak-anak sebayanya yang berada jauh di tempat yang berbeda. Ini akan membuat anak tidak kaget jika suatu saat bertemu dengan anak dari Papua yang berkulit hitam dan berambut kribo. Mereka akan mengenal dan menyadari keanekaragaman budaya bangsa kita. Mungkin dengan buku kita bisa mengajarkan hal serupa, tapi bagaimana dengan dialek khas daerah anak tersebut. Melalui film dokumenter hewan liar, anak akan semakin mengenal berbagai macam jenis hewan dan perilakunya secara alami dan nyata secara audio dan visual. Sebuah pengalaman yang tidak bisa diberikan buku ataupun koran. Rubrik media dan kita juga membantu para orang tua mengambil jalan tengah. Kita yang harus pintar-pintar memilih dan mensajikan mana yang sesuai untuk anak kita berdasarkan pertimbangan usia dan minatnya. Bukan berdasar selera kita. Mentang-mentang kita suka baca lalu anak disuruh membaca terus. Atau sebaliknya, karena kita suka nonton televisi maka anak kita cekoki dengan tayangan televisi secara terus menerus. Tidak selamanya menonton televisi jelek dan tidak selamanya membaca buku terus menerus itu bagus.28 Televisi memberikan informasi dan hiburan dalam bentuk audio visual sementara buku lebih pada bentuk tercetak yang dapat disimpan dan dibaca sewaktu-waktu. 28
Nina M. Armando 2005. “Mengendalikan TV? BISA…!!!”. Ummi, April 2005
Seharusnya para orang tua sudah membaca majalah Ummi khususnya rubrik Media dan Kita
sejak TV mulai berisi acara-acara yang tanpa batas
khususnya untuk anak-anak, lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Dengan menampilkan topik-topik yang hangat dan aktual, pada rubrik media dan kita senantiasa setia mengunjungi pembacanya setiap bulannya. Banyak tips praktis yang bisa kita dapatkan terutama bagi para wanita dengan segala macam permasalahannya mengenai medi
Melalui rubrik media dan kita diharapkan menjadi solusi bagi orang tua terutama ibu dalam mendidik anaknya berkaitan dengan masalah televisi secara seimbang. Bersikap ekstrem dengan menghilangkan atau meniadakan televisi dalam kehidupan rumah tangga adalah hal yang hampir mustahil dalam era dunia media penyiaran saat ini. Jalan tengah yang harus diambil adalah dengan menerima kehadirannya, tetapi harus mampu menjinakkannya. Didalam rubrik media dan kita akan ditemukan solusinya Yang paling penting adalah kita harus “melek media” yang bisa kita wujudkan dalam aktivitas-aktivitas seperti:
1. Memilih media yang baik/sehat untuk anak-anak 2. Menjadi pendamping saat anak mengkonsumsi media (mediasi bagi anak). 3. Menggunakan panduan atau mengetahui jadwal media 4. Meletakkan media di tempat terbuka, mudah dipantau oleh orang-orang disekitarnya. 5. Sebaiknya anak tidak mendapatkan televisi pribadi.
6. Mendorong orang tua untuk banyak mendongeng dan bercerita kepada anak – anak. 7. Menciptakan kondisi agar anak-anak mencintai buku. 8. Menjalin komunikasi yang intensif antara orangtua, guru dan anak sehingga terjalin kerjasama yang saling mendukung pendidikan dan perkembangan anak.
Kita memang bisa sangat khawatir dengan dampak buruk media, terutama bagi anak-anak dan remaja, kalangan yang paling rentan terpengaruh oleh media. Tetapi mengisolasi mereka dari media adalah suatu hal yang tidak bisa kita lakukan seratus persen , sebab:
•
Media ada di mana-mana.
•
Ada sisi positif dari media yang bisa dimanfaatkan sebagai media informasi dan pendidikan bagi keluarga.
Media ibarat pisau bermata dua, semua kembali kepada pemakainya. Jika media dianggap belum selektif dalam menyajikan tayangan, mengapa kita tidak menggunakan hak kita sebagai konsumen?. Kita dapat lebih bijak dan selektif dalam memilih tontonan dan bacaan yang sehat. Pilih, beli, baca dan tontonlah tayangan media yang mengandung unsur informasi, hiburan dan pendidikan yang sehat bagi keluarga kita. Ingatkan anak-anak, keluarga serta rekan-rekan di sekeliling kita dan ajaklah mereka untuk menghentikan konsumsi tayangan yang mengandung unsur seks, kekerasan dan gaya hidup yang tidak “membumi”
sehingga kita bisa memanfaatkan media di sekitar kita dengan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak-anak kita.
Majalah Ummi khususnya rubrik “media dan kita” sederhana, tapi sangat bermanfaat. Faktanya : media memang tidak bisa disingkirkan atau dihilangkan tapi di ’siasati’ sehingga kita (anak+orangtua) yang mengatur media (TV) agar tidak mengatur kita
Selain menyajikan informasi melalui tulisan, majalah Ummi juga menfasilitasi minat pembaca Ummi untuk mengembangkan kemampuan menulisnya dengan mengadakan pelatihan menulis yang rutin diadakan setiap tahun. Kegiatan tahunan lainnya adalah UMMI AWARD, lomba pemilihan ibu teladan versi Ummi, tidak hanya itu majalah Ummi juga sering mengadakan talk show dan ikut serta dalam bock fair untuk lebih mendekatkan diri dengan pembacanya.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN PADA RUBRIK MEDIA DAN KITA MAJALAH UMMI EDISI JULI-OKTOBER 2009 A.
Temuan Data Dengan menggunakan kerangka analisis wacana Teun Van Dijk, penulis
menganalisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Namun sebelum menganalisis data, penulis memaparkan terlebih dahulu temuan data yang penulis peroleh dengan cara mengambil data-data yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti pada rubrik media dan kita edisi Juli-Oktober 2009, yaitu: 1. Edisi Juli 2009
: Orang tua Elektronik Saat Liburan
2. Edisi Agustus 2009
: Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme
3. Edisi September 2009
: Anak-anak Pasar Potensial TV
4. Edisi Oktober 2009
: Berbahayakah Sulap dan Hipnotis di Layar Kaca kita
1. Kerangka Data Analisis Teks Dalam analisis teks, penulis memfokuskan pada strategi wacana serta teknik penulisan yang dipakai, dengan cara menguraikan struktur makro, superstruktur dan struktur mikro yang terdiri dari elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. a. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum suatu teks29.Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks, menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan atau penulis dalam pemberitaannya Hal yang diamati dalam elemen ini adalah tema atau topik yang disampaikan redaksi Ummi dalam
media dan kita melalui tulisannya, topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks berita topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum30. Pada rubrik media dan kita edisi Juli-Oktober 2009, ditemukan beberapa tema besar, mengenai anak dan media, tema besar ini sejalan dengan visi misi majalah Ummi, yaitu: 1) Tentang perempuan sebagai Ummu madrasah 2) Tentang perempuan dalam menghadapi konflIk keluarga, perempuan sebagai istri yang mulia 3) Tentang perempuan sebagai mar’ah shalihah Berikut penjabaran dari tema yang terdapat pada masing-masing edisi media dan kita •
Edisi Juli 2009 Tema/ Topik
: Perempuan sebagai Ummu Madrasah
Sub-Tema
: Elektronik teman saat liburan
Temuan
: Alangkah ideal jika orangtua merencanakan cara penggunaan waktu anak-anak saat liburan dengan baik ”menyerahkan“ anak kepada media elektronik semacam
29 30
Eriyanto, Analisis Wacana,( Yogyakarta :LkiS,2001), Cet. Ke-2,h. 229 Ibid, h. 230
TV, game, dan internet sepenuhnya sama sekali bukan pilihan bijak, pertama karena isi media ini banyak yang tidak aman untuk anak, kedua karena bisa menimbulkan efek edukasi pada anak •
Edisi Agustus 2009 Tema/ Topik
: Perempuan sebagai Ummu Madrasah
Sub-Tema
: Film-film yang positif
Temuan
: Dalam obrolan ringan dengan beberapa orangtua setelah menonton kedua film ini, sejumlah orangtua mengatakan bahwa film-film ini sebenarnya membawa pesan penting bagi para orangtua. Orangtua harus mengenal anak sebaik-baiknya, jangan memaksakan kehendak pada anak, dan orang tua seharusnya mengembangkan bakat anak
•
Edisi September 2009 Tema/ Topik
: Perempuan sebagai mar’ah shalihah
Sub-Tema
: Anak-anak target utama TV
Temuan
: Jika salah satu hak anak yang dilindungi dalam UU perlindungan anak adalah hak untuk berekreasi dan menerima informasi lisan atau tertulis, maka kita seharusnya dengan lebih jernih berpikir, bentuk rekreasi seperti apa atau bentuk informasi seperti apa?
•
Edisi Oktober 2009 Tema/ Topik
: Perempuan sebagai istri yang mulia
Sub-Tema
: Berbahayaka acara sulap bagi anak-anak
Temuan
: Khusus untuk hipnotis dan sulap, sebelum aksi semacam ini meruak lebih banyak di layar kaca kita, ada baiknya kita sebagai anggota masyarakat melakukan aksi untuk meminta komisi penyiaran Indonesia (KPI) mengingatkan stasiun TV untuk menghentikan tontonan ini lebih banyak lagi. Makin banyak dan sering sebuah tayangan muncul, makin mungkin orang terkena pengaruh, jadi untuk tidak menimbulkan mudarat yang lebih besar, baik sekali jika masyarakat melakukan aksi ini. Kepada KPI permintaan masyarakat dapat ditujukan melalui situs www.kpi.go.id
b. Skematik Elemen ini menunjukan bagaimana bagian-bagian dari pendahuluan sampai akhir, dalam teks disusun dan diurutkan hingga memebentuk kesatuan arti31. Ada dua kategori skema besar yang dianalisis yaitu: pertama, Summary, yang umumnya ditandai dua elemen, yakni judul dan lead elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting, judul dan lead umumnya menunjukan tema yang ingin ditampikan oleh wartawan dan penulis dalam pemberitaannya, kedua, Story yakni isi berita secara keseluruhan, bisa berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa dan bisa juga komentar yang ditampilkan dalam teks
31
Ibid, h. 232
Pada rubrik media dan kita edisi Juli-Oktober 2009 ada empat rubrik media dan kita dengan Summary, judul sebagai berikut: Edisi Juli 2009
: Orangtua Elektronik Saat Liburan
Edisi Agustus 2009
: Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme
Edisi September 2009 : Anak-anak Pasar Potensial TV Edisi Oktober 2009
: Berbahayakah Sulap dan Hipnotis di Layar Kaca kita
Lead (teras berita), pada umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi teks secara keseluruhan32 Lead pada masing-masing edisi adalah sebagai berikut: Edisi Juli 2009
: Teman saya Lala, bercerita dengan Masyqul bahwa putrinya Zahra (10 tahun) kini fasih menyebut namanama selebritis Indonesia lengkap dengan gosip seputar mereka
Edisi Agustus 2009
: Setelah selesai menonton film Garuda di Dadaku, beberapa orangtua “ditodong” oleh anaknya,Anak-anak itu menyatakan ingin masuk klub sepak bola seperti Bayu, tokoh utama Garuda di Dadaku
Edisi September 2009 : Ada hal yang sangat memprihatinkan bagi saya dan beberapa teman saat peringatan hari Anak Nasional. Pada hari itu di stasiun Global TV disiarkan secara langsung acara “Nickelodeon Indonesia Kid’s Choice Awards”.
32
Ibid, h. 232
Edisi Oktober 2009 : Linbad sekarang sedang naik daun, pesulap pria yang berpenampilan penuh misteri ini (rambut keriting panjang acak-acakan, mata dengan eyliner tebal menatap tajam, dalam tiap aksinya tak pernah bersuara, selalu membawa burung hantu) muncul dibanyak acara. Ia membuat pertunjukan spektakuler dengan tampil terjun dari ketinggian 20 meter tanpa menggunakan alat Story merupakan isi cerita secara keseluruhan, elemen in berisi situasi atau proses jalannya peristiwa dan disertai dengan komentar yang ditampilkan dalam teks33. Story terdiri dari dua subkategori: a) Situasi yakni proses atau jalannya suatu pristiwa b) kometar yang ditampilkan dalam teks Data yang ditemukan untuk elemen story adalah bahwa rubrik media dan kita edisi Juli- Oktober 2009 berbentuk isi dari yang hendak diceritakan, diawali dengan teras yang menjadi pengantar, kemudian uraian permasalahan dan solusi yang ditawarkan Komentar Data yang ditemukan untuk elemen komentar adalah bahwa tiap edisi rubrik media dan kita dihadirkan komentar, baik nara sumber maupun dari keluarga atau orang yang ada dalam permasalahan yang dibahas pada media dan kita c. Semantik
33
Ibid, h. 232
Elemen ini berisi makna yang akan ditekankan dalam teks, elemen ini terdiri dari latar, detil dan maksud. Latar, elemen ini dapat mempengruhi arti yang ingin ditampilkan. Seorang penulis atau wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang dutulis. Latar yang dipiih menentukan ke arah mana khalayak hendak dibawa. Latar pada media dan kita : Edisi Juli 2009
: Orang tua Elektronik Saat Liburan : kita lihat saja penggunaan media elektronik oleh anak-anak saat liburan akhir pekan. Anak-anak lebih banyak menonton TV bermain game dan mengakses internet banyak orangtua memang lebih melonggarkan media-media ini pada saat liburan
akhir
pekan.
Sebagai
ilustrasi
saja
data
menunjukan bahwa waktu menonton TV anak-anak saat libur akhir pekan lebih lama sekitar 3 jam dibandingkan waktu menonton TV dihari biasa Edisi Agustus 2009
: Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme: ayah Guntur adalah seorang komentator pertandingan bulutangkis antar kampung yang juga bekerja sebagai pengumpul bulu angsa, ia sangat mencintai bulutangkis dan ia menularkan semangat dan kecintaannya kepada putranya. Guntur bertekad untuk dapat menjadi juara dunia semangat dan perjuangannya untuk mendapat beasiswa bulutangkis dan menjadi juara patut mendapat acungan jempol.
Edisi September 2009 : Anak-anak Pasar Potensial TV: diantara para bintang pemenang itu hanya seorang yang masih dapat dikatakan anak-anak, yakni Gita Gutawa. Yang lainnya adalah orang dewasa, mereka adalah bintang hiburan di acaraacara yang bukan diperuntukan bagi anak-anak, aktor dan aktrisnya adalah pemain disinetron atau film dewasa. Yang penyanyi atau band menyajikan lagu dewasa(cinta, patah hati, ciuman pertama, pengkhianatan dll). Edisi Oktober 2009
: Berbahayakah Sulap dan Hipnotis diLayar Kaca kita: aksinya selain heboh juga dapat mengerikan.Linbad misalnya pernah membuat pertunjukan yang membuat kita bergidik ngeri dalam sebuah acara di RCTI dalam aksi itu ia mengiris-iris tangannya dengan pisau tajam dan kemudian memotong lidahnya. Ada darah yang keluar? Tidak tentu saja, tentu saja itu berbahaya bila ditiru anakanak
Detil yaitu elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol inrormasi yang ditampilkan seseorang. Detil yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak, detil yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan dirinya.
Hal-hal yang disajikan secara detil pada media dan kita meliputi latar belakang masalah, solusi nara sumber, solusi komentator, sedangkan untuk namanama komentator dan orang-orang yang mengalami permasalahan yang sedang dibahas pada media dan kita disamarkan dengan memakai nama samaran
Edisi Agustus 2009: dengan judul: Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme “Garuda didadaku, dan king mengandung nilai-nilai positif seperti tekad pantang menyerah, semangat untuk meraih cita-cita, persahabatan, kesetiaan menolong teman, dan semangat nasionalisme. Muatan seperti ini dalam media adalah sesuatu yang harus secara cerdas ditangkap oleh orangtua dan kemudian diberikan kepada anak”
Edisi Oktober 2009: dengan judul: Berbahayakah Sulap dan Hipnotis di Layar Kaca kita “Lihatlah aksi Damien, ilusionis terkenal lainnya. Pada Juli lalu ia muncul dengan aksi mencengangkan tapi juga membahayakan, ia menelan benang dan kemudian mengeluarkan benang itu dari mata! Ia tampak agak kewalahan melakukan aksinya: ia seperti ingin muntah saat menelan dan kemudian matanya berair saat mengeluarkan benang. Bayangkan jika aksi semacam ini ditiru oleh anak-anak.”
Maksud yaitu untuk melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit apakah tidak34. Maksud yang diuraikan secara eksplisit dan implisit mempunyai tujuan yang sama yaitu sebagai tawaran solusi jika khalayak mengalami masalah yang sama. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi. d. sintaksis Menjelaskan penempatan kalimat yang disampaikan, yang terdiri dari bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti. Bentuk kalimat Dalam media dan kita bentuk kalimat yang dipilih adalah induktif Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks, koherensi juga merupakan elemen yang menggambarkan bagaimana suatu masalah dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan35. Koherensi dapat diamati diantaranya dari kata hubung dan juga penjelas Edisi Juli 2009: dengan judul: Orangtua Elektronik saat Liburan. “Yang juga patut dilakukan, selain melakukan seleksi sebelum menonton film, lakukan pendampingan menonnton film terutama untuk anak-anak yang lebih keci. Walaupun fim-film itu aman, bagus sekali jika orangtua mendampingi aktif anaknya menonton orangtua dapat menekankan lagi kepada anak nilai-nilai positif dari film”. Edisi Agustus 2009 dengan judul: Jadi Pemain Bola dan Nasionalisme 34
Alex Sobur, I Analisis Teks Wacana, (Bandung;Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-2,
35
Opcit.h. 243
h. 79
“Alangkah ideal jika orangtua tidak saja mengajak anak-anak menonton film-film semacam ini tetapi juga membicarakan muatan-muatan positif yang dikandung film setelah selesai menontonnya bersama anak, dengan demikian inspirasi positif yang terkandung dalam tontonan dapat secara maksimal diserap anak sekaligus melatih anak untuk cerdas mencerna media Edisi Oktober 2009 dengan judul: Berbahayakah Sulap dan Hipnotis di Layar Kaca kita “Linbad, pesulap yang menganut aliran fakir, yang konon merupakan salah satu airan magic terkuno, menampilkan aksi yang bisa jadi memang memikat, namun, ada masalah tersendiri yang berpotensi muncul dari pertunjukan yang tampak memukau itu”
Kata ganti elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Dan juga alat yang digunakan menunjukan, bagaimana wartawan memposisikan). Salah satu contoh pada media dan kita edisi Juli 2009: dengan judul: Orangtua Elektronik saat Liburan. Kata ganti orangtua elektronik berimplikasi kepada pengasuh atau teman: “Walau anak-anak memasuki masa liburan, jangan sampai anda sebagai orangtua juga ikut berlibur mengawasi media anak, jangan menyerahkan anak-anak di masa liburan kepada orangtua elektronik. (edisi Juli 2009 Orangtua Elektronik saat Liburan)
e. Stilistik Mengungkapkan gaya bahasa yang dipilih oleh wartawan dalam menyatakan maksudnya. Pusat perhatian stilistik ada pada style, gaya bahasa. Style Pilihan kata yang dipakai oleh wartawan, bukan semata-mata karena hal yang seharusnya, melainkan secara ideologis menunjukan pemaknaan wartawan terhadap suatu fakta dan realitas
Edisi Juli 2009
: Orangtua Elektronik saat Liburan “Sementara itu konsumsi media pun bisa membuat ketagihan. Hal inipun sebenarnya terjadi pada videogame dan internet, media-media ini memang menimbulkan efek adiksi. Anak-anak sebagai “assive, zombie-like” Saat berada didepan TV menganalogikan TV sebagai drugs (TV sebagai narkotika) yang sebagaimana obat bius atau alkohol, membuat pemirsa ketagihan”
Edisi September 2009: Anak-anak Pasar Potensial TV Diantara para bintang pemenang itu hanya seorang yang masih dapat dikatakan anak-anak, yakni Gita Gutawa. Yang lainnya adalah orang dewasa, mereka adalah bintang hiburan di acara-acara yang bukan diperuntukan bagi anak-anak, aktor dan aktrisnya adalah pemain disinetron atau film dewasa. Yang penyanyi atau band
menyajikan lagu dewasa.(Edisi September 2009 Anakanak Pasar Potensial TV). Kata lagu dewasa disini mengisahkan tentang (cinta, patah hati, ciuman pertama, pengkhianatan dll).
f. retoris Dalam retoris hal yang diamati adalah bagaimana kalimat dibentuk untuk menarik perhatian khalayak, elemen yang berkaitan adalah grafis dan metafora. Grafis, elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan bagian untuk mengetahui apa yang dianggap penting dari teks, elemen grafis muncul dalam bentuk huruf yang di cetak tebal, huruf yang dicetak miring juga muncul dalam bentuk gambar, foto, grafik, tabel, untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Metafora, Pesan yang disampaikan dikuatkan oleh kiasan, ungkapan sehari-hari, ayat-ayat alqur’an, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita, bisa juga menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks Contohnya sebagai berikut: Edisi September 2009: “Saat menyaksikan Nickelodeon Indonesia Kid’s Choice Awards, saya melihat masa kanak-kanak yang hilang itu, anak-anak yang tampil di panggung di sana banyak yang menggunakan make up, berpenampian dan menari
seperti orang dewasa mereka bak miniatur orang dewasa
2. Kerangka Data Kognisi Sosial Pada tingkat kognisi sosial, peneliti akan menganalisa bagaimana wartawan memproduksi suatu teks, hal ini juga berkaitan dengan bagaimana majalah Ummi berperan dalam pembentukan media terhadap anak Pada rubrik media dan kita, nara sumber merupakan sosok utama yang berperan dalam terbentuknya suatu teks, karena media dan kita merupakan salah satu rubrik yang dipegang langsung oleh redaksi majalah Ummi, maka apa yang ditulis dalam media dan kita bisa dikatakan sebagai perspektif majalah Ummi
3. Kerangka Data Konteks Sosial Dalam konteks sosial, peneliti akan menganalisa bagaimana wacana anak dan media berkembang dalam masyarakat. Wacana yang diambil sebagai data adalah apa yang ditemukan dalam teks yang berkaitan dengan gejala-gejala sosial
B. Analisa Data Setelah peneliti menemukan data-data yang berkaitan dengan penelitian analisis wacana dalam teks media dan kita edisi Juli-Oktober 2009, maka peneliti akan menganalisis data tersebut dikaitkan dengan anak dan media
1. Anak dan Media dilihat melalui Analisis Teks
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan
orang
lain
untuk
dapat
membantu
mengembangkan
kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. anakanak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya. Anak-anak belajar tentang lingkungannya dari berbagai sumber berita, mereka belajar dari orang tua, guru, teman dan media. Informasi dari televisi, radio atau internet,semua yang disampaikannya adalah berita yang dapat memberikan pengalaman pendidikan yang positif, tetapi akan menjadi masalah jika yang ditayangkan media tersebut adalah berita atau topik yang dapat mengganggu psikologi anak. Berita tentang bencana alam, penculikan anak, pembunuhan massal, teroris, kekerasan di sekolah atau kehidupan sex orang dewasa akan membuat anak melihat dunia ini sebagai sesuatu yang membingungkan, mengancam dan tempat yang tidak aman
Dari data yang telah ditemukan dalam media dan kita edisi September 2009 tercatat bahwa anak-anak sebagai pasar potensial TV:
“Saat menyaksikan Nickelodeon Indonesia Kid’s Choice Awards, saya melihat masa kanak-kanak yang hilang itu, anak-anak yang tampil di panggung di sana banyak yang menggunakan make up, berpenampian dan menari seperti orang dewasa mereka bak miniatur orang dewasa Dari teks diatas bisa dikatakan bahwa anak-anak tampak sebagai pasar potensial industri TV. Semuanya itu adalah contoh-contoh bagaimana anak memperoleh hal-hal yang tidak sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan anak, yang menunjukan bahwa hak anak sesungguhnya terabaikan, anak-anak itu
memasuki dunia orang dewasa padahal, mereka masih terlalu kecil untuk memasuki kehidupan yang terlalu cepat mereka masuki. Sementara pada edisi Juli 2009 penulis menemukan pernyataan sebagai berikut: “Teman saya Lala, bercerita dengan Masyqul bahwa putrinya Zahra (10 tahun) kini fasih menyebut nama-nama selebritis Indonesia lengkap dengan gosip seputar mereka, itulah hasil dari liburan akhir tahun kemarin. Zahra bebas nonton TV saat liburan, jadinya ia keranjingan nonton infotainment” kata Lala jengkel
Alangkah ideal jika orangtua merencanakan penggunaan waktu anak-anak saat liburan dengan baik”menyerahkan “ anak kepada media elektronik semacam TV, game dan internetsepenuhnya sama sekali bukan pilihan bijak, pertama karena isi media ini banyak yang tidak aman untuk anak, keduakarena bisa menimbulkan efek edukasi pada anak Sebaiknya anak-anak diajak untuk melakukan kegiatan lain. Bermain bersama teman atau saudara, mengunjungi temapat wisata, memasak, pergi ke taman, membereskan kamar, berkebun, adalah beberapa pilihan yang mungkin dilakukan. Jika pun ingin tetap menggunakan media usahakan pilihannya adalah media cetak atau film-filmVCD/DVD yang sebelumnya sudah diseleksi orangtua. Yang juga patut dilakukan, selain melakukan seleksi sebelum menonton film terutama untuk ana-anak yang lebih kecil orang tua sebaiknya mendampingi aktif anaknya menonton agar orangtua dapat menekankan lagi kepada anak nilai-nilai positif dari film.
Walau anak-anak memasuki masa liburan, jangan sampai anda sebagai orangtua juga ikut berlibur mengawasi media anak, jangan menyerahkan anakanak di masa liburan kepada orangtua elektronik.
2. Anak dan Media dilihat dalam Kognisi Sosial Menurut Van Dijk, titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks36. Proses terbentuknya teks-teks pada media dan kita majalah Ummi edisi Juli-Oktober 2009, menurut redaksi Ummi adalah hasil kerja antara reporter dan redaksi, sesuai strategi dalam memahami pristiwa yang diliput, menurut Van Dijk hal yang pertama dilakukan seleksi bahasan yang akan dikaji pada rubrik media dan kita pemilihan bahasan itu melalui, kadang-kadang usulan dari pembaca, trend yang sedang ada, setelah beberapa tema didapatkan, barulah diputuskan tema apa yang akan diambil. Setelah penentuan tema barulah diberikan kepada nara sumber media dan kita Nina M. Armando dosen di Dept. Komunikasi FISIP UI, dan juga sebagai MARKA dan KIDIA Setelah diputuskan tema yang dibahas, barulah nara sumber menulis berita dan reporter melakukan reportase Langkah selanjutnya hasil reportase wartawan,direproduksi melalui sidang redaksi. Hasil reportase itu diolah tata bahasanya. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa isi teks itu tidak boleh berbenturan dengan visi misi Ummi37. Hal ini sejalan dengan pernyataan Eriyanto bahwa wartawan adalah bagian dari 36
Opcit.h. 266 Zirlyfera Jamil, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, wawancara pribadi, Jakarta 25 Januari 2010 37
kelompok atau kelas tertentu dalam masyarakat, sehingga pemberitaan yang dilakukan oleh wartawan pada dasarnya sukar dihindari sikap partisipan. Wartawan mempunyai nilai-nilai tertentu yang hendak dia perjuangkan yang berpengaruh besar dalam isi pemberitaan38. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Stuart Hall bahwa media pada dasarnya tidak memproduksi, melainkan menentukan (to define) realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih39 Menurut Zirlyfera Jamil, media dan kita dihadirkan untuk memberikan solusi masalah-masalah media kepada keluarga. Pengaruh media, terutama televisi, pada masa sekarang mau tidak mau harus diakui dapat berpengaruh besar pada gaya hidup dan pemikiran orang. “Kini, orang menganggap media sebagai etalase hidup. Orang tua, dalam hal ini, perlu segera menyadarinya dan menjadi filter aktif pengaruh teknologi pada anak-anak. 3. Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial Membahas Anak dan Media dilihat dalam Konteks Sosial berarti melihat bagaimana wacana tentang anak dan media yang ada di masyarakat. Wacana yang berkembang dalam masyarakat selama ini, Jika melihat fakta melalui kehidupan dalam masyarakat menunjukan bahwa, media harus memainkan peran kunci dalam upaya pencegahan perlakuan salah terhadap anak. Sebagai kekuatan besar yang berkemampuan membentuk opini masyarakat, media seyogianya bisa membuat program dan pelaporan yang lebih bertanggung jawab dengan artian
38 39
Eriyanto, Opcit, h. 41 Eriyanto, Opcit, h. 37
tidak menonjolkan sisi sensasionalnya, tetapi bersifat mendidik untuk upaya promotif dan preventif.
Tetapi berdasarkan usia atau tingkat kedewasaannya anak mungkin belum cukup mengerti perbedaan yang jelas antara kenyataan dan fantasi Bagi beberapa anak,
tayangan
yang
bombastis
dan
sensasional
akan
dicerna
dan
ditransformasikan kedalam sesuatu yang mungkin terjadi kepada mereka. Anak yang melihat tayangan penculikan atau pemboman, mungkin akan khawatir, Apakah nanti saya juga akan diculik? Berita bencana alam atau berita pembunuhan akan dapat merasuk ke dalam diri dan pikiran anak40
Hubungan antara anak-anak dan media dapat ditinjau dari dua sudut pandang: pembinaan anak-anak oleh media dan pembinaan anak-anak untuk dapat memberikan tanggapan yang sebaik-baiknya kepada media. Maka muncullah semacam ketimbalbalikan yang menunjuk kepada pertanggungjawaban dari media sebagai sebuah industri dan kepada kebutuhan untuk mengambil bagian secara aktif dan kritis dari pihak pembaca, pemirsa dan pendengar. Dalam kerangka ini, pelatihan untuk memanfaatkan media dengan sebaik-baiknya menjadi esensial bagi perkembangan anak-anak secara kultural, moral dan spiritual
Mendidik anak-anak agar mereka dapat memilih dengan baik pemanfaatan media adalah tanggung jawab orangtua, dan sekolah. Peranan orangtua adalah
40
: Dessy Nataliani, MA, “Pendidikan Media Dari Waktu ke Waktu”artikel diakses pada Kamis, 20 Maret 2008 05:35:57 dari http://dessynataliani.blogsome.com/2005/07/03/anak-danberita-di-media/trackback/
yang paling penting. Mereka mempunyai hak dan kewajiban untuk memastikan, bahwa anak-anak mereka memanfaatkan media dengan bijak.
Media juga dapat mengenalkan sindrom dunia nyata yang memberikan gambaran tidak lengkap kepada anak tentang dunia dan masyarakat yang sebenarnya. Kalangan anak-anak adalah kalangan konsumen yang khusus, karena mereka rentan terpengaruh media. Mereka mudah meniru atau mengimitasi apa yang dilihatnya, sekaligus tidak kritis terhadap apa yang ditontonnya. Banyak contoh kasus pengaruh media terhadap anak, antara lain:
Di Bandung, seorang anak SD kelas 2 meninggal dunia setelah bermain dengan teman sekelasnya. Di Balikpapan seorang anak kelas 2 SD mengalami patah tangan. Dan masih banyak lagi kasus serupa di daerah lain. Setelah di selidiki ternyata sang bocah senang menonton tayangan “Smackdown” di televisi41. Di wilayah India beberapa bocah meninggal dunia sedangkan lainnya mengalami luka yang cukup serius setelah mereka mempraktekkan eksekusi hukuman gantung terpidana yang diekspose secara besar-besaran dalam tayangan televisi negara tersebut. Di Jepang seorang bocah berusia belasan tahun membunuh adik teman sekelasnya karena persaingan di sekolah. Bocah tersebut melakukan hal yang sadis dengan memutilasi bagian tubuh korbannya setelah ia mencekik korban tersebut sampai mati.. Kemudian ia menggantungkan kepala korban di gerbang sekolah setelah ia melukai wajah korbannya dengan goresan benda tajam. Polisi kesulitan menangkap pelaku karena tidak menduga bahwa hal tersebut dilakukan oleh seorang bocah usia belasan tahun. Dua orang siswa Columbine High School, AS, melakukan pembantaian di sekolah mereka. Peristiwa tersebut menimbulkan korban: 12 orang teman sekelas, seorang guru, diri mereka sendiri dan melukai 23 orang lainnya
41
i 2006
Nina M. Armando “Smackdown Lagi! Duh…!!!”. Ummi, Rubrik Media dan Kita. Mei
dalam drama penyanderaan selama 5 jam. Kedua pelaku membantai dengan meniru persis videogame yang sering mereka mainkan. Biasanya kekerasan ini di kombinasikan dengan materi seksual dan profanity agresif secara verbal yang berpotensi ditiru oleh anak-anak. Kini kekerasan juga muncul dalam bentuk games dan video klip. Pergeseran nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sangat terasa dampaknya. Budaya masyarakat timur yang penuh adab sopan dan santun kini semakin terkikis oleh budaya permisivisme dan hedonisme yang lebih mengutamakan sisi konsumerisme dan dunia glamour. Suatu hal yang dahulu sangat tabu bagi masyarakat, sekarang dianggap modis, modern dan gaul. Sehingga bukanlah suatu hal yang mengherankan ketika anak usia SD sudah mengenal pacaran bahkan berciuman di muka umum.
Media saat ini lebih banyak mengajarkan: Gejala menjamurnya infotainment yang menyuguhkan info kehidupan selebritis yang glamour. Tayangan iklan yang menawarkan berbagai produk dengan harga yang menggiurkan. Kecintaan pada diri sendiri menimbulkan efek individualisme yang tinggi.42
Kita memang bisa sangat khawatir dengan dampak buruk media, terutama bagi anak-anak dan remaja, kalangan yang paling rentan terpengaruh oleh media. Tetapi mengisolasi mereka dari media adalah suatu hal yang tidak bisa kita lakukan seratus persen , sebab Media ada di mana-mana.
42
Nasrullah, R. “Memilih Tayangan dengan Nurani”. Ummi, Mei-Juni 2003.
Media massa (terutama televisi dan film) sangat berpotensi menimbulkan prilaku agresif (antisosial) pada khalayaknya. Dalam hal ini materi kekerasan berpotensi: Kuncinya adalah jelaskan yang sebenarnya sebatas yang dapat anda jelasakan. Untuk beberapa hal, seperti bencana alam, tidak perlu membatasi. Orang tua harus tetap memberi keleluasaan bagi anak untuk mengutarakan ketakutannya. Dorong anak anda untuk membicarakan secara terbuka ketakutan mereka.. Jika anak yang terganggu dengan sebuah berita, bantu mereka untuk mengatasi ketakutannya. Kesediaan orang dewasa untuk mendengarkan akan memberikan kekuatan bagi mereka.
Media ibarat pisau bermata dua, semua kembali kepada pemakainya. Jika media dianggap belum selektif dalam menyajikan tayangan, mengapa kita tidak menggunakan hak kita sebagai konsumen?. Kita dapat lebih bijak dan selektif dalam memilih tontonan dan bacaan yang sehat. Pilih, beli, baca dan tontonlah tayangan media yang mengandung unsur informasi, hiburan dan pendidikan yang sehat bagi keluarga kita. Ingatkan anak-anak, keluarga serta rekan-rekan di sekeliling kita dan ajaklah mereka untuk menghentikan konsumsi tayangan yang mengandung unsur seks, kekerasan dan gaya hidup yang tidak “membumi” sehingga kita bisa memanfaatkan media di sekitar kita dengan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak-anak kita.
BAB V PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian diatas serta hasil analisis wacana dan data-data
yang penulis lakukan. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Anak dan Media pada rubrik media dan kita majalah Ummi edisi JuliOktober 2009, menampilkan Media banyak memberi pengaruh yang tidak baik kapada anak-anak, terutama TV bisa dianalogikan
sebagai drugs yang
sebagaimana obat bius atau alkohol, membuat pemirsa ketagihan. Tema-tema pada media dan kita edisi Juli-Oktober 2009, masih seputar media dan pengruhnya terhadap anak-anak. Realitas pada masyarakat banyak dipengaruhi oleh media
B.
Saran -Saran Rubrik media dan kita yang paling diminati oleh khalayak Ummi sebaiknya
menampilkan
tema yang mengusung isu-isu terbaru mengenai media dan
pengaruhnya terhadap anak
Sebagai media yang memiliki segmen wanita muslimah, dan dalam hal ini media dan kita yang banyak memberikan solusi masalah media dan pengaruhnya terhadap anak sebaiknya lebih meningkatkan mutunya agar dapat mewujudkan visi dan misinya dan ini bukanlah hal yang mudah dalam arus persaingan yang ketat, untuk menghadapi banyaknya bermunculan majalah-majalah perempuan yang cenderung menyajikan pleasure megazine. Untuk menghadapi ini perlu adanya penyamaankarakter dengan semangat untuk terus memperjuangkan visi misi Ummi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Tatang, Muhammad. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1989. Armando, Nina M, 2004. Bijak mengkonsumsi TV. Ummi Edisi Khusus 2004
Armando, Nina M. Armando 2005. “Mengendalikan TV? BISA…!!!”. Ummi, April 2005
Armando, Nina M. “Smackdown Lagi! Duh…!!!”. Ummi, Rubrik Media dan Kita. Mei i 2006
Dja'far, Alamsyah M, “Mengintip Dapur Majalah Islam”. majalah Syir'ah No. 57/V/September/
Effendy, Onong Uchajana, MA, “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,” .
Eriyanto, Analisis Wacana. (LKiS, Yogyakarta, 2001), Cet Ke-1, hal 227
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989.
Irawanto, Budi, Seminar “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009
Mahayoni, Manasye dan Lim, Hendrik, MBA, Anak Vs Media: Kuasailah Media Sebelum Anak Anda Dikuasainya ( Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008.
Muda, Deddy Iskandar. Jurnalistik Televisi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.
Muhtadi, Asep S, “Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,” Bandung: Pusdai Press, 2000.
Nasrullah, R. “Memilih Tayangan dengan dengan Nurani”. Ummi, Mei-Juni 2003.
Nasuhi, Hamid, Dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
Nataliani, Dessy MA, “Pendidikan Media Dari Waktu ke Waktu”artikel diakses pada Kamis, 20 Maret 2008 05:35:57 dari http://dessynataliani.blogsome.com/2005/07/03/anak-dan-berita-dimedia/trackback
Nurnabila, Siti Adawiyah, ”Sekilas Tentang Jurnalistik”, artikel diakses pada 5 Agustus 2009 dari http://mkbi.multiply.com/journal/item/19.html
Purwasito, Andrik, “Komunikasi Multikultural,” (Surakarta: Muhammadiyah University Press,2003), Cet ke-1, hal. 264.
Rivers, William. L, dan Peterson, Jay W. Jensen Theodor. Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Kencana, 2003.
Sitorus, Magdalena, Wakil Ketua II KPAI , “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001.
Sugiarno, Indra Sugiarno, Ketua Satgas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) Sumber:
http://www.kompas.co.id/kompascetak/0708/15/humaniora/3763357.ht m
Sumadi,” Pengembangan Alat Ukur Psikologis” Suryabrata, 2000 Suryadi, Dedih, Unsur-unsur Pendidikan Islam Terpadu. Makalah Forum Silaturrahmi SDIT Daarussalaam, 2003
Tatrigan, H.G, Pengajaran Wacana, Bandung: Angkasa: 1987.
Wahyuni, Budi, “Anak, Media, dan Masyarakat”. Koedjono, Gedung Pusat Mrican, USD Sabtu, 7 Maret 2009
Yakan, Muna Haddad, “Hati-hati Terhadap Media Yang Merusak Anak,” Jakarta: Gema Insani Press,1990.
SUMBER LAIN Koran Kompas, Pers Indonesia, 9 Februari 2000.
wawancara pribadi dengan, Zirlyfera Jamil, Pemimpin Redaksi Majalah Ummi, Jakarta 25 Januari 2010 ,