ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK RUMAH KACA (BAND) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
BAGUS SANTOSA NIM: 106051101918
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M.
ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK RUMAH KACA (BAND) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Bagus Santosa NIM: 106051101918
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Bismillahirrahmaanirrahiim
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Agustus 2010
Bagus Santosa
ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN A-POLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK RUMAH KACA (BAND) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Bagus Santosa NIM: 106051101918
Di bawah bimbingan
Drs. Study Rizal L.K, MA NIP 19640428 199303 1 002
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN APOLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK RUMAH KACA (BAND) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Konsentrasi Jurnalistik. Jakarta, 26 Agustus 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota,
Sekretaris merangkap anggota,
Dr. H. Arief Subhan, MA 19660110 199303 1 004
Rully Nasrullah, M.Si 19750318 200801 1 008
Anggota,
Penguji 1
Penguji 2
Rully Nasrullah, M.Si 19750318 200801 1 008
Lili Bariadi, MM, M.Si 19740519 199803 1 004
Pembimbing
Drs. Study Rizal LK, MA 19640428 199303 1 002
ABSTRAK Bagus Santosa Analisis Wacana Kolom Obrolan A-Politis Rubrik Mandat Rakyat 2009 pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band) Sebelum Pemilu Legislatif 2009 yang lalu, Harian Umum Kompas membuat rubrik khusus untuk menyorotinya. Rubrik ini adalah "Mandat Rakyat 2009" Dalam rubrik tersebut Kompas membuat sebuah kolom dengan nama "Obrolan A-Politis" untuk kebebasan beberapa tokoh (non politis dan wartawan) untuk beropini tentang apapun yang berhubungan dengan Pemilu 2009, salah satunya adalah Efek Rumah Kaca atau yang lebih sering dikenal dengan ERK. Adapun alasan Kompas memilih ERK adalah karena ERK merupakan sebuah band dari kalangan sipil. Empat tema awal tulisan ERK di kolom “Obrolan A-Politis” merupakan hasil dari diskusi manajer ERK dan pihak Kompas. Para personel ERK yang notabenenya adalah para penulisnya tidak ikut mendiskusikan temanya, dan pada tulisan berikutnya-lah personel ERK dibebaskan memilih temanya sendiri. Lalu, adapun alasan memilih analisis wacana model Teun van A Dijk karena model ini lebih mudah dan terasa tepat untuk mengoprek tulisan dari ERK tersebut. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui, bagaimana maksud dari teks pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)? Bagaimana dimensi kognisi sosial pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)? Bagaimana dimensi konteks pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)? Penelitan ini adalah penelitian kualitatif yang hasilnya berdasarkan pemikiran yang sistematis dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A. van Dijk yang dijabarkan secara deskriptif. Bahasan penelitiannya meliputi teks, kognisi sosial serta konteks sosial dari tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat" Kompas Januari 2009. Kemudian hasil penelitiannya penulis simpulkan kedalam beberapa dimensi, yaitu teks, 1) bercerita mengenai kegiatan kisaran pra Pemilu dan lebih ke persiapan kampanye, 2) Iklan politik, 3) masalah DPR yang dikaitkan relevansinya dengan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat; dan 4) masalah korupsi. Kemudian kognisi sosial, awalnya personil ERK diberikan tema oleh Kompas dari hasil diskusi, namun setelah empat tema tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik oleh ERK, selanjutnya ERK diberikan kewenangan sendiri untuk memilih tema. Prosedural penulisannya adalah setiap personel ERK menulis, kemudian dipilih satu tulisan yang layak cetak, selanjutnya diedit oleh Harlan, manajer ERK, kemudian dikirim ke Kompas. Pihak kompas hanya mengedit kisaran kaidah penulisan jurnalistik dan space yang diberikan. Lalu konteks,1) pembaca digiring agar siap menyongsong Pemilu 2009, 2) iklan politik yang ada malah mirip politik citra 3) relevansi DPR dengan lagu Iwan Fals ternyata makin ke arah konotasi negatif; dan 4) Korupsi yang sudah mengakar ternyata berdampak pada korupsi bahasa
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin segala puji hanya pantas disanjungkan untuk-Nya karena atas daya, upaya serta izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W karena beliaulah dunia yang dahulunya penuh dengan kegelapan menjadi terang benderang dengan cahaya Al-Quran serta berbagai perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis hanyalah manusia biasa, banyak kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai suatu tujuan, terlebih lagi dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, dalam kata pengantar ini penulis akan mengucapkan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini. Rasa terima kasih yang tak terhingga ini diberikan kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak DR. H. Arief Subhan, M.A beserta para pembantu dekan yang tidak dapat penulis urai satu persatu. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Rubiyanah, M.A dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Rulli Nasrullah, M.si. yang sudah melayani mahasiswa/inya dengan baik dan penuh kesabaran. 3. Bapak Drs. Study Rizal LK. M.A sebagai pembimbing yang telah tabah dan sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. 4. Pihak Kompas, khusus kepada Ibu Kunti (Sekretaris Redaksi) yang melancarkan birokrasi dalam melakukan wawancara dengan pihak Kompas. Serta Ibu Ratna Myrna M (Mantan Editor ”Mandat Rakyat
ii
2009”, kini Editor Kompas Minggu) yang sudah mau memberikan waktunya untuk penulis wawancara. 5. Pihak Efek Rumah Kaca, khususnya Yuri (Road Manajer Efek Rumah Kaca) yang melancarkan pertemuan penulis dengan Cholil Mahmud (vokalis Efek Rumah Kaca, sekaligus penulis kolom ”Obrolan A-Politis”). Harlan Boer Bin (Manajer Efek Rumah Kaca) yang membantu penulis dalam penulisan karya ilmiah ini. Serta Cholil Mahmud yang memberikan sedikit waktunya untuk diwawancarai oleh penulis. 6. Bapak Gun Gun Heryanto, M.si., sebagai penasehat akademik. Serta dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan curahan ilmu dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi ini. 7. Dan seluruh orang-orang yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.. Akhir kata, mungkin masih banyak terdapat kekurangan pada karya ilmiah ini. Kritik yang membangun sangat penulis nanti demi perbaikan skripsi ini dan skripsi selanjutnya di masa mendatang. Ciputat, Agustus 2010
Bagus Santosa
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
BABII
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5
D. Metodologi Penelitian
6
E. Sistematika Penulisan
7
KAJIAN TEORITIS A. Rubrik
9
B. Kolom
10
C. Wacana
11
1. Pengertian Wacana
11
2. Wacana Teun A. van Dijk
14
a. Analisis Wacana
14
b. Analisis Teks
16
c. Analisis Kognisi Sosial
17
d. Analisis Konteks Sosial
20
GAMBARAN UMUM A. Harian Umum Kompas
21
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
21
2. Visi dan Misi Harian Umum Kompas
27
a. Visi Harian Umum Kompas
28
b. Misi Harian Umum Kompas
29
c. Nilai-nilai Dasar Harian Umum Kompas
30
3. Keorganisasian Harian Umum Kompas a. Bidang Redaksi
iv
31 31
b. Direktorat SDM Umum
32
c. Bidang Penelitian dan Pengembangan
32
d. Bidang Teknologi Informasi
34
e. Bidang Bisnis
34
B. Efek Rumah Kaca
BAB IV
35
1. Profil Efek Rumah Kaca
35
2. Diskografi Efek Rumah Kaca
36
TEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Temuan data dan analisis teks kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)
38
1. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu 10 Januari 2009)
38
a. Struktur Makro
42
b. Struktur Mikro
42
2. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu 17 Januari 2009)
43
a. Struktur makro
46
b. Struktur mikro
46
3. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu 24 Januari 2009)
47
a. Struktur makro
52
b. Struktur mikro
52
4. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” (edisi Sabtu 31 Januari 2009)
53
a. Struktur makro
60
b. Sturktur mikro
60
B. Temuan data dan analisis kognisi sosial kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)
v
60
C. Temuan data dan analisis konteks sosial kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band) BAB V
62
PENUTUP A. Kesimpulan
64
B. Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
67
LAMPIRAN I (Transkip Wawancara dengan Myra Ratna M)
69
LAMPIRAN II (Transkip Wawancara dengan Cholil Mahmud)
74
LAMPIRAN III (Salinan kolom “Obrolan A-Politis”)
74
LAMPIRAN IV (Salinan kolom “Obrolan A-Politis”)
75
LAMPIRAN V (Surat Keterangan wawancara Kompas)
76
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1.2 Skema Penelitian dan Metode van Dijk
16
Tabel 2.2 Elemen Wacana Teun A van Dijk
17
Tabel 3.2 Skema/Model Kognisi Sosial
18
Tabel 1.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 10 Januari 2009 Judul: Mari Menyongsong
38
Tabel 2.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 17 Januari 2009 Judul: Selera Rakyat Indonesia
43
Tabel 3.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 24 Januari 2009 Judul: Yang Agung dari Leuwinanggung
47
Tabel 4.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 31 Januari 2009 Judul: Bahasa Korupsi Bahasa
54
Tabel 1.4 Skema Kognisi Sosial kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakya 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca
60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2 Diagram Model Analisis Van Dijk
vii
15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum Pemilu (Pemilihan Umum) Legislatif 2009 yang lalu, Harian Umum Kompas—salah satu harian terbesar di Indonesia—membuat rubrik khusus untuk menyorotinya. Rubrik ini adalah “Mandat Rakyat 2009” yang berlangsung selama tiga bulan terhitung dari Januari sampai Maret. Dalam rubrik ini Kompas menyediakan tiga halaman yang memuat berita pra-Pemilu 2009 dan opini masyarakat tentang Pemilu 2009. Harian Umum Kompas memang biasa menyediakan rubrik khusus untuk tiap kali Pemilunya, hanya saja nama dari setiap rubrik Pemilu itu berbeda. 1 Dalam rubrik “Mandat Rakyat 2009”, Kompas membuat sebuah kolom dengan nama “Obrolan A-Politis” untuk kebebasan beberapa tokoh (non politisi atau wartawan) untuk beropini tentang apapun yang berhubungan dengan Pemilu 2009. Khusus Januari, Kompas memberikan mandat kepada Acil Bimbo (setiap hari Selasa), Nia Dinata (setiap hari Kamis) dan Efek Rumah Kaca (setiap hari Sabtu sampai dengan 4 April 2009). Adapun tulisan Acil Bimbo per Januari adalah “Jahat Koruptor atau Israel?” (20 Januari 2009) dan “Pesona Aa Babam” (27 Januari 2009). Lalu tulisan Nia Dinata per Januari adalah “Demokrasi tanpa Pesta” (15 Januari 2009), “Obama, Banjir Kampanye” (22 Januari 2009) dan “Pemihakkan bagi Perempuan” (29 Januari 2009) Alasan Kompas memilih mereka adalah sebagai jembatan bagi para pembaca agar sadar bahwa sebentar lagi akan diadakan pesta demokrasi di
1
Wawancara dengan Myrna Ratna M, Editor Kompas Minggu tanggal 25 Mei 2010
1
2
Indonesia. Acil Bimbo dipilih sebagai jembatan untuk para kaum lawas, Nia Dinata mewakili kaum perempuan dan Efek Rumah Kaca sebagai jembatan buat para anak muda yang juga baru mendapatkan penghargaan MTV Music Award 2009. 2 Kompas memberikan kepercayaan kepada Efek Rumah Kaca atau yang lebih sering dikenal dengan ERK untuk mengisi kolom “Obrolan A-Politis” pada rubrik “Mandat Rakyat 2009” khusus edisi Pemilu 2009. Kompas pernah mengatakan bahwa ERK bukanlah band yang murahan. Kompas menyebut “musik mereka (baca:ERK) bukan musik kacang goreng” dalam artikelnya yang berjudul “ERK: lima ribu copy saja”. 3 Kompas memang sedari awal sudah melirik ERK, terbukti dari salah satu kolom “Obrolan Kita”, Kompas menceritakan tentang ERK pada September 2008: Melalui lagu, Efek Rumah Kaca atau ERK memotret peristiwa di dunia nyata. Inilah grup band Indonesia masa kini yang memiliki pernyataan politik. Ketika kontroversi pornografi dan pornoaksi mencuat, ERK menulis lagu ”Jalang”. Lagu tersebut mengkritik pasal-pasal karet RUU Pornografi dan Pornoaksi. … Ketika kasus Munir mencuat, band asal Jakarta ini meluncurkan lagu “Di Udara”. Lagu tersebut menegaskan, teror dan ancaman pembunuhan tidak akan menciutkan nyali pejuang HAM seperti Munir. … Lirik ERK tidak hanya bicara soal politik. Mereka juga bicara soal penyakit diabetes … dan nafsu belanja … Bahkan, mereka menyoroti musisi Indonesia yang atas nama selera pasar berbondong-bondong menulis lagu-lagu cinta. …Lirik-lirik kritis itu selanjutnya diramu ERK dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Itulah kekuatan lagu-lagu ERK…. 4 Walaupun ERK yang masih dengan label indie 5 , mereka tetap produktif menciptakan lagu-lagu yang cemerlang. Terbukti telah dua album yang mereka
2
Wawancara dengan Myrna Ratna M, Editor Kompas Minggu tanggal 25 Mei 2010 Kompas, Senin, 16 November 2008 4 Kompas, Minggu, 7 September 2008 5 Indie berasal dari kata Independent. Label indie adalah istilah untuk membedakan antara musik yang dimainkan oleh musisi profesional dengan musisi amatir. Tapi yang pasti indie adalah gerakan bermusik yang berbasis dari apa yang kita punya, do it yourself, etika yang kita punya mulai dari merekam, mendistribusikan dan promosi dengan uang sendiri. 3
3
keluarkan, Efek Rumah Kaca (2007/Pavilliun) dan Kamar Gelap (2008/Aksara). Dan kini mereka mampu membuat label sendiri dengan nama Jangan Marah Record yang diluncurkan pada bulan April 2010 serta mendapatkan banyak penghargaan dari berbagai media. 6 Melihat pemberian kepercayaan Kompas kepada ERK untuk menulis di kolomnya maka timbul ketertarikan untuk meneliti lebih jauh. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “ANALISIS WACANA KOLOM OBROLAN APOLITIS RUBRIK MANDAT RAKYAT 2009 PADA KOMPAS OLEH EFEK RUMAH KACA (BAND)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pada penelitian ini, pembatasan masalahnya adalah pada tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” Kompas Edisi Januari 2009. Pada Pemilu 2009 kemarin, Kompas membuat rubrik khusus untuk menyoroti Pemilu 2009 dengan nama “Mandat Rakyat 2009”. Di dalam rubrik tersebut terdapat sebuah kolom dengan nama “Obroloan A-Politis” yang berisikan opini beberapa tokoh dan ERK menjadi penulis pada kolom tersebut setiap hari Sabtu selama tiga bulan terhitung dari 10 Januari sampai 4
Bicara indie tidak terlepas dari mainstream dan umumnya yang dimaksud dengan mainstream adalah arus utama, tempat di mana band-band yang bernaung di bawah label besar, sebuah industri yang mapan. Band-band tersebut dipasarkan secara meluas yang coverage promosinya juga secara luas, nasional maupun internasional, dan mereka mendominasi promosi di seluruh media massa, mulai dari media cetak, media elektronik hingga multimedia dan mereka terekspos dengan baik. Jadi jika kita berbicara kriteria indie dibandingkan dengan mainstream itu lebih kepada industrinya, perbedaannya lebih kepada nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan rekaman. Untuk masalah talent atau talenta, tidak ada yang memungkiri kalau band-band indie terkadang lebih bagus daripada band-band mainstream. Jadi di sini hanya masalah uang, karena industri musik berbasis kepada profit, jadi label menanamkan modal yang besar untuk mencari keuntungan yang lebih besar, itu tadi pada nilai investasinya. (Wendy Purwanto a.k.a Wendz Rawk, editor Rolling stone Magazine) 6 Ditulis oleh Harlan, Manajer ERK pada halaman profil ERK di http://www.myspace.com/efekrumahkaca diakses 7 maret 2010 jam 21.00
4
April 2009. Dan pada peneltian kali ini dibatasi hanya pada edisi Januari 2009, yang berjudul “Mari Menyongsong!” (10 Januari 2009), “Selera Rakyat Indonesia!” (17 Januari 2009), “Yang Agung dari Leuwinanggung” (24 Januari 2009), dan “Bahasa Korupsi Bahasa” (31 Januari 2009). Kemudian dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana Teun A. van Dijk, yang meneliti tiga dimensi, yaitu teks yang terbagi menjadi struktur makro, superstruktur dan struktur mikro, struktur makro menunjuk pada makna keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati dari tema atau topik yang diangkat oleh suatu wacana; kognisi sosial; serta konteks sosial. 7 Adapun alasan memilih tulisan-tulisan tersebut karena tulisan itu merupakan tema yang didiskusikan manajer ERK dan pihak Kompas. Empat tema awal tulisan ERK di kolom “Obrolan A-Politis” merupakan hasil dari diskusi manajer ERK dan pihak Kompas dan pada tulisan berikutnya-lah personel ERK dibebaskan memilih temanya sendiri. Lalu adapun alasan memilih analisis wacana model Teun van A Dijk karena model ini lebih mudah dan terasa tepat untuk mengoprek tulisan dari ERK tersebut. Berdasarkan pemaparan latar belakang dan pembatasan masalah sebelumnya, maka ada beberapa pertanyaan untuk merumuskan masalah penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana maksud dari teks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
7
Teun A. van Dijk, Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet Course for the Oberta de Catalunya (UOC.)
5
2.
Bagaimana dimensi kognisi sosial pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
3.
Bagaimana dimensi konteks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut: a. Menjabarkan dimensi teks sosial pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band). b. Menjelaskan dimensi kognisi sosial pada kolom “Obrolan APolitis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band). c. Mendeskripsikan dimensi konteks pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band). 2. Manfaat Penelitian Hasil peneltian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi sebagai berikut: a. Manfaat Akademis: 1) Memberikan sumbangsih bagi ilmu komunikasi khususnya penelitian dengan menggunakan metode analisis wacana model Teun A. van Dijk.
6
2) Memberikan tambahan wawasan tentang analisis wacana Teun A. van. Dijk. 3) Memperkaya khazanah kajian ilmu komunikasi khususnya tentang analisis wacana Teun A van Dijk. b. Manfaat Praktis: 1) Memberikan semangat agar band-band lain bisa menjadi penulis di media khususnya cetak. 2) Motivasi bagi orang lain untuk menjadi penulis di kolom pada sebuah surat kabar. 3) Menjadi inspirasi dan pacuan untuk penelitian di masa mendatang.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitan ini adalah penelitian kualitatif yang hasilnya berdasarkan pemikiran yang sistematis dengan menggunakan analisis wacana milik Teun A. van Dijk yang dijabarkan secara deskriptif. Bahasan penelitiannya meliputi teks, kognisi sosial serta konteks sosial dari tulisan Efek Rumah Kaca pada kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat” Kompas Januari 2009. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan artikel kolom “Obrolan APolitis” (khusus Efek Rumah Kaca) Kompas Edisi 10, 17, 24 dan 31 Januari 2009. Dan untuk gambaran umum mengenai Kompas diambil dari makalah yang diberikan pusat database Kompas yang tidak diterbitkan.
7
b. Wawancara Wawancara dilakukan kepada personil Efek Rumah Kaca, khususnya Cholil Mahmud selaku penulis pada kolom “Obrolan A-Politis” untuk kelengkapan temuan data dan analisis. Dan Myrna Ratna M, mantan editor rubrik “Mandat Rakyat 2009” yang kini duduk sebagai editor rubrik “Kompas Minggu” untuk mengetahui profil Kompas dan kelengkapan temuan data dan analisis. Wawancara ini menggunakan alat berupa catatan dan rekaman baik berupa suara ataupun gambar. 3. Teknik Pengolahan Data Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana milik Teun A. van Dijk yang membagi wacana ke dalam tiga bagian, yaitu: a. Teks, yang terbagi atas: Struktur makro (tematik), superstruktur (skematik) serta Struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik dan retoris) 8 b. Kognisi sosial, c. Konteks sosial, dengan menggunakan tabel non statistik. Di mana temuan data dan analisis digabungkan menjadi satu yang kemudian dideskripsikan oleh peneliti. 4. Penyimpulan Hasil Penelitian Penyimpulan penelitian ini berdasarkan semua data yang didapat baik secara primer maupun sekunder yang diolah menggunakan tabel non statistik, yang disusun secara sistematis dari pemikiran peneliti secara subjektif.
8
Teun A. van Dijk, Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet Course for the Oberta de Catalunya (UOC.), 2003.
8
E. Sistematika Penulisan Untuk membantu penyusunan dan pembahasan penelitian ini, maka disistematiskan ke dalam lima (V) bab, dengan mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang disusun oleh Hamid Nasuhi dkk, dan diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Teoritis, bab ini mengkaji lebih dalam mengenai rubrik, kolom dan wacana. Bab II Profil Kompas Dan Efek Rumah Kaca, bab ini berisikan profil Kompas, dan Efek Rumah Kaca. Bab IV Temuan Data dan Analisis, bab ini menguraikan tentang analisa penelitian mengenai analisis wacana kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band). Bab V Penutup, bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang didapati dalam penelitian ini.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Rubrik Rubrik dalam pers menurut Harimurti Kridalaksana adalah “kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu” 1 . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rubrik adalah “kepala karangan (ruang tetap) dalam surat kabar, majalah dan lain sebagainya” 2 . Senada dengan hal tersebut, menurut Effendy, “rubrik berasal dari istilah Belanda yang berarti ruangan pada surat kabar, majalah atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek kegiatan dalam kehidupan masyarakat seperti rubrik wanita, olahraga, politik dan lain sebagainya” 3 . Sedangkan menurut Masri dalam bukunya Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, Asal muasal istilah rubrikasi dimulai tidak lama setelah Guttenberg menemukan mesin cetak ketika banyak buku yang diproduksi secara masal. Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata tebal dan untuk menandainya (Book mark sekarang) antara buku satu dengan yang lainnya diberi sekat dengan pita berwarna merah. Di dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah rubber. Dan karena itu, hingga kini untuk menandai ruang antara buku satu dengan yang lain disebut rubrikasi. Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu yang khas dimana masing-masing rubrik tersebut mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda. Seorang pembaca yang menyukai menu A belum tentu menyukai menu B, begitu sebaliknya. Tidak setiap menu disantap. Demikian pula pembaca, mereka sering membaca rubrik yang mereka suka. 4
1
Harimurti Kridalaksana, Leksian Komunikasi, (Jakarta:Pradnya Paramita, 1984), hlm.
89 2
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1989) , hlm. 316 3 Anton, Meolino (et, al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), hlm. 756 4 R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2007) hlm. 88
9
10
Dari definisi di atas, maka bisa disimpulkan bahwa rubrik adalah kepala karangan yang bersifat tetap dalam sebuah media cetak yang berguna sebagai ruangan mengenai suatu aspek kehidupan. B. Kolom Kolom menurut Slamet Soeseno dalam buku Asep Syamsul M. Romli Jurnalistik Praktik untuk Pemula, adalah "tulisan yang memuat pendapat berdasarkan penalaran, pemikiran kritis, menurut pandangan subjektif penulis”. 5 Sedangkan kolom menurut A.S Haris Sumadiria adalah “opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan/keadaan yang terdapat dalam masyarakat. Opini yang dimaksud adalah views yang bersifat subjektif semau penulisnya, bukan news (berita) yang bersifat objektif berdasarkan fakta”. 6 Lebih lanjut Haris mengatakan bahwa, opini digunakan media sebagai: “pendamping, penganalisis, penafsir berita; wahana diskusi – karena opini merupakan tulisan seorang kolumnis dan ini bebas untuk didiskusikan, baik mengiyakan atau menidakkan; sarana memberikan solusi terhadap suatu masalah; serta sarana proses aktualisasi; sarana eksistensi diri”. 7 Masih menurut Haris, “seorang kolumnis – sebutan untuk penulis kolom – membahas topik apa saja sesuai dengan tema yang tersaji dalam cerita singkat
5
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktik untuk Pemula, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006), cet 7, hlm. 90 6 Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet. 2 hlm. 9 7 Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional,, hlm. 11-13
11
yang memikat, logis, rasional, enak dibaca, menggairahkan dan menyegarkan yang membaca opini kolumnis”. 8 Sementara itu Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa, berpendapat bahwa ada beberapa pertimbangan yang dijadikan media untuk memilih seorang kolomnis, yaitu, “memiliki kredibilitas, tajam dan analitis, kaya dengan data dan informasi, berani, berpikir runtut, berwawasan luas, bukan jago kandang (maksudnya, bukan hanya terampil dalam kelompoknya tapi juga mampu tampil di masyarakat), konsisten dan paham dunia jurnalistik”. 9 Jadi bisa disimpulkan bahwa kolom adalah sebuah opini singkat yang bersifat subjektif dari seorang penulis kolom atau biasa disebut kolomnis. Kolom sendiri bisa digunakan untuk pendamping, penganalisis, penafsir berita. C. Wacana 1. Pengertian Wacana Untuk pengertian wacana berdasarkan etimologis, Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana mengatakan bahwa “wacana atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata discourse ternyata merupakan serapan dari bahasa Latin, discursus, kata dis, berarti ‘dari, dalam arah yang berbeda’, dan currere, berarti ‘berlari’. Jadi discursus berarti lari kian kemari”. 10
8
Drs. A.S. Haris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional,, hlm. 15 9 Aceng Abdullah, Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 68-79 10 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) cet. 6 hlm. 9
12
Sementara itu dalam Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana karya Deddy Mulyana, “wacana dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta, wac/wak/uak yang berarti berkata, dan akhiran (sufiks) ana bermakna membendakan”. 11 Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ada tiga makna
dari
tutur/cakapan
kata yang
wacana.
yaitu,
merupakan
“perkataan/ucapan/tuturan; satu
kesatuan;
serta
keseluruhan
satuan
bahasa
terbesar/terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan utuh, seperti novel, buku dan artikel”. 12 Selanjutnya pengertian wacana berdasarkan terminologis menurut Alex sendiri adalah “rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek yang disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsure segmental maupun nonsegmental bahasa” 13 Lalu Henry Guntur Tarigan memandang “wacana tidak hanya mencakup percakapan atau obrolan tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara dalam lakon”. 14 Sejalan dengan Tarigan, Ismail Marahimin mendefinisikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur yang menurut urutan yang semestinya dan komunikasi buah pikiran baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur”. 15 Ia menyimpulkan bahwa semua komunikasi tulisan dan lisan yang teratur dan logis bisa dikategorikan sebagai 11
Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005) hlm. 3 12 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:Modern English Press, 2002) cet. 3 hlm. 1709 13 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 11 14 Tarigan dan Henry Guntur, Pengajaran Wacana, (Bandung:Angkasa, 1993), hlm. 23 15 Ismail Marahimin, Menulis Secara Poluler, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), hlm. 26
13
wacana. Wacana dikatakan harus memiliki dua komponen penting, yaitu kesatuan dan koherensi (coherence). Selanjutnya wacana menurut Samsuri dalam Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, karya Alex Sobur ialah “rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri dari seperangkat kalimat yang memiliki hubungan pengertian satu sama lain.” 16 Kemudian menurut Kartomiharjo ketika bicara wacana dalam Analisis Wacana Kritis, karya Yoce Aliah Darma, “wacana menurutnya dipandang sebagai cabang ilmu bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Analisis wacana lazim digunakan untuk menemukan makna wacana yang digunakan dalam sebuah teks.” 17 Selanjutnya Michel Foucult dalam Eriyanto, Analisis Wacacna: Pengantar Analisis Teks Media, menganggap bahwa wacana sebagai sesuatu yang memproduksi yang lain (sebuah gagasan, konsep atau efek). Wacana dapat dideteksi karena secara otomatis ide, opini, konsep dan pandangan hidup dibentuk dalam konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu. 18 . Jadi wacana sendiri bisa diartikan sebagai tuturan yang dibendakan, baik lewat tulisan, rekaman suara ataupun gambar yang kemudian menjadi bahan diskusi publik, oleh sebab itu wacana berkembang dan memproduksi yang lain
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 10 17 Prof. Dr. Hj Yoce Aliah Darma, M.Pd, Analisis Wacana Kritis, (Bandung:Yrama Widya, 2009) hlm. 15 18 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, (Jakarta:LKiS, 2001), hlm. 65
14
(ide, gagasan, konsep dan efek) serta dapat mempengaruhi cara berpikir dan cara bertindak orang lain. 2. Wacana Teun A. van Dijk a. Analisis Wacana Critical Discourse Analysis (CDA) [atau analisis wacana] has become the general label for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical semiotics and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices, aims, theories or methods of CDA. 19 Wacana umumnya adalah berupa tulisan dan ucapan yang bermula akibat linguistik kritis, semiotika kritis dan kesadaran sosio-politik dan bahasa, wacana dan komunikasi. Van Djik juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap relasi kekuasaan (hegemoni) dengan wacana adalah pola-pola akses terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk masyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta struktur sosial mikro dengan makro. 20
19
Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse, 1995) Vol. 1,
hal. 17 20
Teun van Djik,. Discourse And Society: Vol 4 (2). (London:Newbury Park and New Delhi: Sage, 1993), hal. 249
15
Berdasarkan kalimat diatas, van Djik menjelaskan bahwa teori analisa wacana memiliki aspek pembahasan yang sangat luas, seperti model-model masyarakat dan pola pikirnya, ideologi masyarakat, nilai-nilai sosial dan lainnya. Model Teun A. van Dijk adalah model analisis wacana yang paling sering digunakan dan model analisis wacana van Dijk sering disebut “kognisi sosial”. 21 Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi : teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu penulis. Sementara itu aspek konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat mengenai suatu masalah. 22 Model analisis van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut 23 : Gambar 1.2 Diagram Model Analisis van Dijk Konteks Sosial Kognisi Sosial Teks
Skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka van Dijk adalah sebagai berikut 24 :
21
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 221 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 224 23 Prof. Dr. Hj. Yoce Aliah Darma, M.Pd. Analisis Wacana Kritis, (Bandung: CV. Yrama Widya, 2009), hlm. 88 24 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, hlm. 275 22
16
Tabel 1.2 Skema Penelitian dan Metode van Dijk STRUKTUR METODE Teks Menganalisis bagaimana strategi wacana yang digunakan untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.
Critical linguistic
Kognisi Sosial Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis Analisis Sosial
Wawancara mendalam
Menganalisis bagaimana Studi pustaka, wacana yang berkembang dalam sejarah, wawancara masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.
penelusuran
b. Analisis Teks van Dijk melihat teks terdiri dari berbagai struktur/tingkatan yaitu: 1) Struktur makro, merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2) Superstruktur, adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
17
3) Struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase yang digunakan dan sebagainya. 25 Elemen wacana van Dijk lebih lengkapnya dapat digambarkan sebagai berikut 26 :
Struktur Wacana Struktur Makro Superstruktur
Struktur Mikro
Struktur Mikro Struktur Mikro Struktur Mikro
Tabel 2.2 Elemen Wacana Teun A van Dijk Hal yang diamati Tematik (Apa yang dikatakan?) Skematik (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai?) Semantik (Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita) Sintaksis (Bagaimana pendapat disampaikan?) Stilistik (Pilihan kata apa yang dipakai?) Retoris (Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)
Elemen Topik Skema
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon Grafis, Metafora, Ekspresi
c. Analisis Kognisi Sosial Dalam kerangka analisis wacana van Dijk perlu meneliti kognisi sosial, yakni kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, makna diberikan oleh pengguna bahasa (dalam kasus ini adalah penulis). Oleh karena itu
25
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 73-74 26 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, hlm. 74
18
dibutuhkan penelitian mengenai representasi kognisi dan strategi penulis dalam memproduksi berita. 27 Peristiwa
dipahami
berdasarkan
skema
atau
model.
Skema
dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana tercakup cara pandang terhadap manusia, peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bagaimana kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memproses informasi yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi. 28 Ada beberapa skema/model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi sosial penulis, digambarkan sebagai berikut 29 : Tabel 3.2 Skema/Model Kognisi Sosial Skema person (person schemas) Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain Skema diri (self schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami dan digambarkan seseorang Skema peran (role schemas) Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Pandangan ini akan mempengaruhi pemberitaansuatu peristiwa Skema peristiwa (event schemas) Skema ini barangkali yang paling banyak digunakan penulis dan setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaknai dalam skema tertentu Model ini berkaitan dengan representasi sosoial, uaitu bagaimana pandangan, kepercayaan dan prasangka yang berkembang dalam masyarakat. Dan salah satu yang terpenting dalam proses kognisi sosial ini adalah memori. Memori 27
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 259-260 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 261 29 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 262 28
19
itu sendiri ada dua, yaitu memori jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory). Memori jangka pendek meliputi memori peristiwa, kejadian hal yang mengacu pada kejadian beberapa waktu lalau (durasi pendek). sedang memori jangka panjang adalah memori yang mengacu pada peristiwa, objek yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Dalam Long-term memory terdapat dua macam, yaitu memori episodik (episodic memory) yaitu memori yang berhubungan dengan diri sendiri seperti otobiografi, sedang yang lainnya adalah memori semantik (semantic memory) yaitu pengetahuan tentang realitas/dunia. 30 Selanjutnya Van Dijk menjelaskan empat strategi besar yang dilakukan dalam analisis kognisi sosial, yaitu: 1) Seleksi, yaitu strategi yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa dan/atau informasi diseleksi 2) Reproduksi, berhubungan dengan apakah informasi dikopi atau tidak dipakai 3) Penyimpulan, berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan secara ringkas. Oleh karena itu dalam penyimpulan ini paling tidak ada tiga hal terkait. Pertama, adalah penghilangan dengan merangkum informasi dan menghilangkan informasi yang tidak relevan. Kedua, generalisasi di mana informasi yang agak mirip dijadikan sumber informasi yang berlaku umum. Ketiga, adalah konstruksi yang berhubungan dengan kombinasi beberapa fakta
30
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 264-265
20
atau
informasi
sehingga
membentuk
pengertian
secara
keseluruhan. 4) Transformasi lokal, berhubungan bagaimana peristiwa itu akan ditampilkan 31 d. Analisis Konteks Sosial Masih menurut van Dijk wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan direkonstruksi oleh masyarakat. Menurut van Dijk dalam analisis sosial ini ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu kekuasaan (power) dan akses (access). 32 Van Dijk mendefinisikan kekuasaan sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai. Selain kontrol yang bersifat langsung dan fisik kekuasaan juga berbentuk persuasif. 33 Berkaitan dengan akses, van Dijk berpendapat bahwa akses ini didominasi oleh kelompok-kelompok elit. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa, mereka lebih besar mempunyai kesempatan menggunakan akses pada media dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi khalayak. 34
31
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 269-270 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 271 33 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 272 34 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, hlm. 272 32
BAB III GAMBARAN UMUM A. Harian Umum Kompas 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya Sejarah Harian Umum Kompas rupanya cukup erat dengan sejarah Indonesia, yaitu ketika suhu perpolitikan di Indonesia memanas menjelang tahun 1965, ketika itu Partai Komununis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan pembentukan angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform 1 PKI melakukan penyerobotoan tanah milik Negara. Aksi serupa dilukiskan oleh ‘Harian Rakyat’ sebagai adil dan patriotik. Suatu hari di awal 1965, Letjen Ahmad Yani (19221965) selaku menteri/panglima TNI-AD menelpon rekannya sekabinet, Drs Frans Seda. Ahmad Yani melemparkan ide untuk menerbitkan harian melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, lalu kemudian membicarakannya dengan Ignatus Josef Kasimo (1900-1986) sesama rekan dari partai katolik dan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong (19201980) dan Jacob Oetama. PK Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan harian. Pada awalnya nama yang dipilih adalah “Bentara Rakyat”, pemakaian nama itu dumaksudkan untuk menunjukan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (1964-1966) menghadap 1
Landreform atau reformasi tanah adalah redistribusi tanah yang dikuasai langsung oleh negara sebagai objek pengaturan penguasaan tanah kepada petani penggarap. .
21
22
kepada Presiden Soekarno di Istana Merdeka, setelah Presiden Soekarno mendengar bahwa Frans Seda akan menerbitkan sebuah Harian lalu Soekarno menyarankan sebuah nama yaitu “Kompas”. Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba, maka jadilah nama Harian Umum Kompas hingga sekarang, sementara nama Yayasan Bentera Rakyat sebagai penerbit Harian Umum Kompas. Para pendiri Yayasan Bentera Rakyat adalah para pemimpin organisasi katolik seperti: partai katolik, wanita katolik, PMKRI, dan PK Ojong. Pengurus Yayasan terdiri dari ketua : I.J. Kasimo, wakil ketua: Drs Frans Seda, Penulis I : F.C. Palaunsuka, penulis II : Jacob Oetama, Bendahara : PK. Ojong. Walaupun mendapat bantuan dari Mgr. Soegijapranoto dan bantuan dari pimpinan Angkatan Darat, proses izin terbit mengalami kesulitan karena PKI dan antek-anteknya “menguasai” aparatur negara, khususnya Departemen Penerangan Pusat dan daerah. PKI tidak mentolerir sebuah harian yang menjadi saingan berat. Tahap demi tahap rintangan dapat teratasi, pusat memberi izin prinsip namun harus di konfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya. Lalu persyaratan terakhir untuk terbit adalah harus ada bukti 3.000 orang pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangannya. Frans Seda akhirnya punya inisiatif untuk mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru sekolah, anggota-anggota Koperasi Kopra Primerdi Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dan dalam waktu singkat, daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangan terkumpul. Bagian perizinan Puskodam V Jaya akhirnya menyerah dan mengeluarkan izin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran Harian Umum Kompas bereaksi keras, bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan “Harian
23
Umum Kompas” sebagai “Komando Pastor”. Harian Umum Kompas lahir pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”, pada keesokan harinya Harian Umum Kompas mulai dipasarkan. Harian Umum Kompas pertama kali terbit sebanyak empat halaman. Kemudian setelah Orde Lama tumbang dan digantikan Orde Baru yang ditandainya peristiwa G30S/PKI, maka terbentuklah peta ideologi pers di Indonesia. Agassi dalam buku Akhmad Zaini Akbar berjudul 1966-1974 Kisah Pers Indonesia memetakan ideologi pers pada periode awal kebangkitan orde baru (Orba), yaitu: a. “Pers Militer”, yaitu Harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Ampera, Api Pancasila, Pelopor Baru dan Warta Harian. Empat harian yang terakhir adalah harian yang punya hubungan khusus dengan militer, namun satu sama lain tidak selalu satu pendapat tentang hal-hal tertentu dan bahkan tak jarang saling berentangan. Hal ini merupakan refleksi dari masih belum integratifnya pandangan dan sikap militer dalam menghadapi beberapa politik tertentu b. “Pers Nasionalis” (Pers PNI), yaitu Suluh Marhaen dan El-Bahar. Harian terakhir bukan pers PNI, tapi punya hubungan baik dengan kelompok kiri partai itu dan lebih kiri daripada pers PNI, serta selalu mendukung dan mengekspresikan pandangan-pandangan Soekarno, walaupun terbit di zaman Orba c. “Pers Kelompok Intelektual”, yaitu Harian Kami, Nusantara, Indonesia dan Pedoman
24
d. “Pers Kelompok Muslim”, yaitu Duta Masyarakat, Angkatan Baru, Suara Islam dan Mercu Suar e. “Pers Kelompok Kristen”, yaitu Harian Umum Kompas (Katolik) dan Sinar Harapan (Prostetan) f. “Pers Kelompok Independem”, yaitu Harian Merdeka, Jakarta Times serta Revolusioner. 2 Peta ini dibuat Agassi ini didasarkan atas ekspresi cultural (nilai-nilai, aliran atau ideologi) yang ditampilkan pers dalam politik redaksional (pemberitaan dan editorialnya). Misalnya, “Pers Militer” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis militer, walaupun tidak selalu uniform, namun untuk sejumlah persoalan politik krusial selalu terdapat kesamaan pandangan, seperti dalam soal stabilitas, ketertiban politik nasional, ideologi Negara, kepentingan nasional, persatuan dan kesatuan nasional serta lainnya. Sedang “Pers Nasionalis” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis kaum nasionalis radikal dan Soekarnois. “Pers kelompok Intelektual” bisa dihubungkan dengan ekspresi ideologis kaum intelektual di dalam maupun di luar kampus yang menginginkan perubahan atau pembaharuan politik nasional. Kelompok ini sering dihubungkan dengan tokoh-tokoh PSI (Partai Serikat Islam) atau kelompok Sosialis. Selanjutnya, “Pers Muslim” adalah pers yang mengekspresikan pandangan ideologis kaum muslimin pada umumnya, namun perlu dicatat pula bahwa kelompok ini pun tidak selalu punya pandangan bahkan dalam banyak hal bertentangan secara diametral. Lalu “Pers kelompok Kristen”, adalah pers yang mengekspresikan pandangan idelologis umat Kristen, baik Katolik maupun Protestan. Sedangkan “pers kelompok independen” adalah pers yang yang tidak mengekspresikan pandangan ideologis kelompok mana pun dalam masyarakat. Tapi, karena tidak punya pandangan ideologis ekslusif, maka di dalam prakteknya pers kelompok ini kadang-kadang terjebak dalam pandangan-pandangan ideologis dari kelompok pers lainnya, sehingga sering dikatakan “Pers plin-plan” 3 Awalnya Kompas mempercayakan percetakan di Eka Grafika, namun setelah sebulan dicetak di Eka Grafika, harian ini kemudian dicetak di percetakan masa Merdeka Jl. Sangaji, Jakarta. Percetakan ini memang lebih baik dari percetakan pertama. Meskipun sistem settingnya masih cetak timbul, namun 2
Ahmad Zaini Akbar, 1966-1974 Kisah Pers Indonesia, (Yogyakarta:LKiS,1955), hlm.
3
Ahmad Zaini Akbar 1966-1974 Kisah Pers Indonesia, hlm. 58-59.
57
25
percetakannya sendiri sudah menggunakan mesin rotasi. Karena itu daya cetaknya lebih cepat. Dan semenjak itulah oplah Harian Harian Umum Kompas naik dari semula 4.800 eksemplar di masa Eka Grafika melonjak menjadi 8.003 eksemplar. Pada tanggal 26 Juni 1967 oplah Harian Umum Kompas menjadi 30.650 ekslempar. Tepat setahun kemudian, tanggal 26 Juni 1968, menjadi 44.400. Lalu pada tanggal 26 Juni 1969 (ketika harian ini membuka stand di Jakarta Fair) oplahnya meningkat lagi menjadi 63.747 ekslempar. Tepat pada 26 Juni 1970 batas 80.000 telah dilewati, yaitu 80.412 ekslempar. Dari jumlah itu, kira-kira 31.000 beredar di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%. Selebihnya (60%) tersebar di luar Jakarta, di seluruh Nusantara. Pola ini menandakan bahwa Harian Umum Kompas menjadikan harian nasional dan bukan harian lokal atau harian daerah, sudah ternyata sejak semula dan bertahan terus hingga kini. Krishna Sen and David T. Hall, dalam bukunya Media, Culture and Politics in Indonesia, memandang Harian Umum Kompas sebagai: Harian yang paling prestisius dan laku di Indonesia (lebih dari setengah juta kopi terjual setiap hari pada tahun 1995), dan juga harian berkualitas terbesar di Asia Tenggara.… Ini karena Harian Umum Kompas memiliki reputasi kedalaman analitis dan gaya penulisan yang rapi. Menganggap gaya tulisannya sebaga ‘determind boringness’ (gaya yang membosankan tapi tegas)“4 . Maka wajar saja jika oplah Harian Umum Kompas terus menanjak. Selanjutnya ketika oplah Harian Umum Kompas terus menanjak, ada peristiwa yang cukup mengegerkan insan pers pada waktu itu, termasuk Harian Umum Kompas sendiri. Puncaknya tanggal 15 Januari 1974 atau yang dikenal “Peristiwa 15 Januari 1974” (Malari), merupakan peristiwa pembredelan beberapa harian. Tidak mengherankan bahwa penurunan tiras tidak saja dialami oleh harian 4
Krishna Sen and David T. Hall, Media Budaya dan Politik di Indonesia, Penerjemah Sirikit Syah, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 2001), hlm. 68
26
yang baru saja dibredel, tapi juga oleh harian yang sebelumnya tidak bredel, contoh sebelum “peristiwa 15 Januari 1974” dan sebelum Harian Indnoesia Raya dibredel untuk selamanya, tiras tertinggi Harian Umum Kompas 177.000 ekslempar. Dalam bulan Mei jumlah tiras tinggal 169.000 ekslempar. Turun 8.000 ekslempar dalam lima bulan. Kenaikan kembali tiras baru terjadi setelah situasi normal kembali dan pers kurang lebih bisa berfungsi seperti biasa. 5 Meskipun bisa pula terjadi suatu ketika tiras naik karena masyarakat ingin tahu apa yang disajikan suatu harian setelah ia bredel. Hal ini biasanya tidak berlangsung lama, karna akhirnya pembaca menghadapi kenyataan bahwa isi harian hambar. Ketika baru saja terbit tanggal 6 Februari 1978, setelah dibredel sejak 21 Januari 1978 (Januari 1974, Harian Umum Kompas tidak dibredel), Harian Umum Kompas mencapai tiras 293.000 ekslempar sedang tiras tertinggi selama dibredel 276.000 ekslempar. Setelah mencapai tiras “puncak” begitu terbit kembali setelah dilarang terbit itu, hari-hari berikutnya tiras terus merosot. Pada tanggal 25 Februari 1978 tinggal 272.387 ekslempar. Jika situasi tetap belum menentu dan ketidak pastian para wartawan masih berlangsung terus, masih sangat besar kemungkinan tiras cenderung terus menurun. 6 Menurut Krishna Sen dan David T. Hall, Harian Umum Kompas yang menerapkan nilai kehati-hatian dan self-censorship dalam isu politik dan ternyata berhasil lolos dari pelarangan/pembredelan besar-besar pada tahun 70-an itu, meskipun dengan kesadaran yang semakin meninggi akan kerapuhan. Harian Umum Kompas merespon kerapuhan itu dengan strategi diversifikasi dan reinvestasi besar-besaran sepanjang tahun 80-an. Lalu sepanjang tahun 1980-an oplah Harian Umum Kompas mengalami perkembangan pesat, misalnya 600.000 tahun 1986 selama sebulan. Sekarang rata-rata 500.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-Minggu. Oplah terbesar di capai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan 5
Tim penerbit Buku Kompas, Beberapa segi perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, (Jakarta:Buku Kompas, 2002), cet. 3, hlm. 203 6 Tim penerbit Buku Kompas, Beberapa segi perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, cet. 3, hlm. 203
27
oplah 750.000 eksemplar dalam edisi khusus. 7 Sejak 1989, dibawah divisi pers daerah (Persda), Harian Umum Kompas menjadi kerajaan bisnis yang cukup jaya dengan menggunakan nama Kompas-Gramedia Group dan pada kisaran tahun itu pula Harian Umum Kompas merangkul berbagai Harian daerah melalui suntikan modal, redaksional dan kolaborasi manajerial.8 Pada awal 90-an, Harian Umum Kompas memiliki 38 perusahaan, bukan hanya percetakan dan penerbitan tapi juga radio, travel, hotel, industry periklanan, tambak udang, lembaga pendidikan Bahasa Inggris, computer dan banyak lagi. Melalui berbagai buku, majalah dan harian, Kompas-Gramedia Group mendominasi industri penerbitan. 9 Dan tepat pada tahun 1997, kelompok ini memiliki Sembilan harian, lima tabloid dan 14 majalah. Kompas-Gramedia Group menunjukkan keinginannya untuk terus beroperasi di bawah sejumlah hambatan terhadap isi berita yang ditetapkan oleh pemerintahan Orba (Orde Baru) sambil mengambil keuntungan penuh atas kebijakan pemerintah mendukung perusahaan sejak pertengahan 70-an. Kekuatan ekonominya yang berkembang di Orba telah diatur untuk bertahan terhadap rezim politik tersebut. 10 2. Visi dan Misi Harian Umum Kompas Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Harian Umum Kompas menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Harian Umum Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, budaya, agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Harian Umum
7
Pusat database Kompas Krishna Sen and David T. Hall, Media Budaya dan Politik di Indonesia, hlm. 68 9 Krishna Sen and David T. Hall, Media Budaya dan Politik di Indonesia, hlm. 68 10 Krishna Sen and David T. Hall, Media Budaya dan Politik di Indonesia, hlm. 69 8
28
Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Harian Umum Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transeden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanism trancedental”. “Kata Hati Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy dan compassion Harian Umum Kompas. a. Visi Harian Umum Kompas Visi Harian Umum Kompas adalah “Menjadi Institusi Yang Memberikan Pencerahan Bagi Perkembangan Masyarakat Indonesia Yang Demokratis dan Bermartabat. Serta Menunjang Tinggi Asas Nilai Kemanusiaan”. Dalam kiprahnya dalam industri pers “Visi Harian Umum Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanisme trancedental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur secara spesifik bisa diuraikan sebagai berikut: 1) Harian Umum Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka 2) Harian Umum Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompokkelompok tertentu baik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi. 3) Harian Umum Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok.
29
4) Harian Umum Kompas adalah harian nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa. 5) Harian Umum Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan pemerintah yang menjadi lingkungan. b. Misi Harian Umum Kompas: Misi Harian Umum Kompas adalah “Mengantisipasi Dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (trend
setter)
Dengan
Menyediakan
Dan
Menyebarluaskan
Informasi
Terpercaya”. Harian Umum Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5 sasaran operasional: 1) Harian Umum Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan cirri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna. 2) Harian Umum Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan. 3) Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu
30
berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi kritis dan teguh pada prinsip. 4) Berusaha
menyebarkan
informasi
seluas-luasnya
dengan
meningkatkan tiras. 5) Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Harian Umum Kompas harus memperoleh keuntungan dari usaha. Namun keuntungan yang dicari bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosialnya sebagai perusahaan. c. Nilai-nilai Dasar Harian Umum Kompas Seluruh kegiatan dan keputusan harus berdasarkan dan mengikuti nilainilai sebagai berikut: 1) Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian sesuai dengan harkat dan martabatnya 2) Mengutamakan watak baik 3) Profesionalisme 4) Semangat kerja tim 5) Berorientasi pada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra kerja – penerima proses selanjutnya) 6) Tanggung jawab sosial 7) Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai tersebut, dengan begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi pelanggan.
31
3. Keorganisasian Harian Umum Kompas PT. Kompas Media Nusantara adalah lembaga media massa, pemimpin tertinggi adalah Pemimpin Umum dibantu oleh Wakil Pemimpin Umum Non Bisnis dan Wakil Pemimpin Umum Bidang Bisnis, lalu ada Pemimpin Redaksi yang bertanggung jawab bidang redaksi dan Pemimpin Perusahaan yang bertanggung jawab bidang bisnis. Dibawah Pemimpin Redaksi ada General Manajer Iklan dan General Sirkulasi dan General Manajer marketing communication. Di antara dua bidang itu, ada bidang Penelitian dan Pengembangan, Direktorat SDM-Umum dan Teknologi Informasi. Mereka sifatnya supporting dan di bawah supervise Wakil Pemimpin Umum Non Bisnis, sementara untuk Pemimpin Perusahaan disuprvisi Wakil Pemimpin Umum bidang bisnis. Pembagian
dalam
Struktur
Organisasi
ini,
dimaksudkan
untukl
memudahkan system kerja. “Produk” Harian Umum Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil sinergis dari unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Produk Harian Umum Kompas adalah harian dan berita. Adapun tahap manajemen produk itu adalah sebagai berikut: a. Bidang Redaksi 1) Perencanaan, dilaksanakan rapat pagi dalam merencanakan berita yang akan dimuat. 2) Pengorganisasian, mengkoordinasi wartawan untuk mencari dan menulis berita sesuai rapat pagi.
32
3) Pelaksanaan, membuat headline, kemudian menyunting berita dalam bentuk lay out harian untuk dicetak dengan deadline pukul 23.00 dan di cetak pukul 01.00. 4) Pengevaluasian, dilakukan evaluasi setiap desk/bidang redaktur, rapat minggu dilakukan setiap rabu. Evaluasi meliputi: percetakan susunan huruf dan kata-kata, bentuk dan susunan berita setiap halaman, serta isi beritanya. b. Direktorat SDM-Umum, dipimpin oleh seorang direktur dan dibawahnya ada empat manajer, yaitu: 1) Bidang Umum, mengurusi sarana dan prasarana untuk setiap karyawan, agar mendapatkan kenyamanan dalam melakukan tugas. 2) Bidang Penerimaan dan Penempatan, unit untuk merekrut calon karyawan dan menempatkannya di unit yang sesuai dengan keahliannya. Perkembangan dari calon wartawan sampai pension menjadi tanggung jawab dari bidang Penerimaan dan Penempatan. 3) Bidang Kesejahteraan (Rumenerasi), mengurursi kesejahteraan karyawan, misalnya: tunjangan, cuti, sekolah, rumah sakit dan lainnya. 4) Pendidikan dan Pelatihan, unit yang mendidik dan memersiapkan calon karyawan memasuki dunia kerja di bidangnya. Melakukan training untuk peningkatan SDM atau karyawan. c. Bidang Penelitian dan Pengembangan, kepala Penelitian dan Pengembangan kedudukannya sejajar dengan Pemimpin Redaksi
33
(Pemred), bertanggung jawab langsung kepada Pemimpin Umum. Kepala Litbang membawahi: 1) Pusat
Informasi
Harian
Umum
Kompas
(PIK),
bertugas
mengumpulkan, mengolah dan melakukan temu kembali informasi yang dibutuhkan. Bukan hanya pusat dokumentasi, tapi juga menjadi pusat informasi Manajer Pusat Informasi membawahi: bidang akuisisi, pengadaan dan perawatan bahan pustaka; bidang pengolahan arsip elektronik, mencakup kegiatan pengolahan harian Harian Umum Kompas dan informasi dari sumber lain ke dalam bentuk elektronik; bidang layanan informasi, melayani pemberian informasi dan kegiatan sirkulasi. 2) Pusat Penelitian Harian Umum Kompas (Puslitkom), bertugas menangani penelitian dari hasil kerja redaksi yang hasilnya diserahkan ke bagian redaksi. Penelitian dilakukan dengan bantuan dari mahasiswa dengan mengadakan polling terhadap masyarakat umum. 3) Pusat
Penelitian
pasar/konsumen,
Bisnis memantau
(Puslitbis), pendapat
menangani masyarakat
riset
terhadap
perubahan Harian Umum Kompas dan mengadakan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan Harian Umum Kompas. Forum Pembaca Kompas yang ditangani selama ini untuk memberikan masukan/kritik tentang harian Harian Umum Kompas.
34
4) Bidang Database, berisikan data-data mengenai artis, tokoh politik, pengusaha, kabupaten seluruh Indonesia sampai partai politik di Indonesia. d. Bidang Teknologi Informasi, bidang ini bertujuan untuk memenugi kebutuhan sumber daya teknologi dengan cepat dan tepat, serta bisa memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Tim kerja dibutuhakan pada bidang ini, maka di bagi per bidang keahliannya, yaitu: 1) Software dan Aplikasi (SA), diisi oleh para programmer dan system
analis
yang
bertanggung
jawab
membangun/mengintegrasikan software, aplikasi dan data base menjadi suatu system informasi. 2) Hardware dan Infrastruktur (HI), membangun/mengintegrasikan hardware dan infrastruktur untuk menjalankan system informasi yang dibutuhkan/ 3) Helpdesk dan Support (HDS), bidang HDS harus proaktif untuk melakukan inventarisasi, instalasi, perawatan, perbaikan dan dukungan teknis serta memberikan pelatihan agar sumber daya TI perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal. e. Bidang Bisnis,
fungsinya adalah: bertanggung jawab dan
berkewajban menjadikan lembaga Harian Umum Kompas menjadi badan usaha komersial yang sehat, mengatur pendapatan dan pembiayaan kegiatan usaha agar media menjadi produk laku terjual, memantapkan agar unit bisnis dan personilnya sebagai
35
institusi social yang punya nilai ekonomis dan kemasyarakatan, serta mengedarkan produk agar bisa dikonsumsi pada saat pembaca membutuhkan.
B. Efek Rumah Kaca 1. Profil Efek Rumah Kaca Efek Rumah Kaca (ERK) adalah sebuah band yang terdiri dari Cholil (vokalis/gitaris), Adrian (basis/vokal latar) dan Akbar (drumer/vokal latar), terbentuk pada tahun 2001. Setelah mengalami beberapa kali perubahan personil, akhirnya mereka memantapkan diri mereka dengan formasi tiga orang dalam band-nya. Sebelumnya, band ini bernama Hush 11 yang diganti menjadi Superego 12 , yang kemudian berubah lagi pada sekitar tahun 2005 menjadi Efek Rumah Kaca yang diambil dari salah satu judul lagu mereka yang ditulis tahun 2003 yang kemudian dirilis tahun 2007 dengan nama album yang sama dibawah label Paviliun Records. ERK adalah sebuah band pop berbahasa Indonesia dengan tema yang sangat variatif. Lirik puitis, kadang langsung, dengan berbagai sudut pandang dan kekayaan pilihan kata. Tidak sekedar hiburan, ERK menjadikan musik sebagai potret zaman, membicarakan berbagai keadaan hari ini; situasi sosial, budaya, politik, lingkungan, psikologis, apa saja. Lagu ERK juga sering ikut masuk dalam album kompilasi, seperti lagu “Melankolia” (Do Re Mi, compilation/ Paviliun Records/ 2006), “Di Udara” (Todays of Yesterdays, compilation/ BadSectors Records/ 2006), “Jatuh Cinta Itu
11
Hush pada awalnya terdiri dari lima orang personel dan kemudian menjadi tiga orang dan berubah nama menjadi Superego 12 Superego ternyata sudah dipakai lebih dulu oleh salah satu band di Yogyakarta
36
Biasa Saja” (Valentine's Love Songs, compilation/ Hai Magazine/ 2008), “Banyak Asap di Sana” (Make Fair Trade, compilation/ Kawanku Magazine/ 2008), serta “Hujan Jangan Marah” (Siaga Bencana, compilation/ Electrified Records/ 2008). 13 Penghargaan yang mereka dapatkan antara lain, ”Hot & Freaky 2008” TRAX Magazine, Nominator untuk “The Best Alternative” Anugerah Musik Indonesia Award 2008, penghargaan “The Best Cutting Edge Band 2008” MTV Indonesia, penghargaan “Rookie Of The Year 2008” Rolling Stone Indonesia, sampai “Class Music Heroes 2008” Class Mild. ERK juga menjadi band pembuka pada acara Japan’s post rock/ambience/experimental band Mono di Jakarta. Band pembuka untuk acara Sweden’s electropop band, Radio Dept, Bandung. Serta band pembuka pada acara"Whitest Boy Alive and DJ Aoki" Jakarta. Belum lagi ERK menjadi salah satu anak band di Indonesia yang menjadi penulis tetap pada kolom “Obrolan A-Politik”, Harian Umum Kompas pada tahun 2009 untuk menuliskan opini mengenai kancah perpolitikan sebelum Pemilu 2009. 14 2. Diskografi Efek Rumah Kaca Efek Rumah kaca, Paviliun Record, 2007: -
Jalang
-
Belanja Terus Sampai Mati
-
Bukan Lawan Jenis
-
Cinta Melulu
-
Debu-debu Berterbangan
-
Desember
-
Di Udara
-
Efek Rumah Kaca
-
Insomnia
-
Jatuh Cinta Itu Biasa Saja
-
Melankolia
-
Sebelah Mata
13
Ditulis oleh Harlan, Manager ERK pada halaman profil ERK di http://www.amp.channelv.com/efekrumahkaca di akses tanggal 7 Maret 2010 pukul 21.00 WIB 14 Ditulis oleh Harlan, Manager ERK pada halaman profil ERK di http://www.myspace.com/efekrumahkaca diakses 7 Maret 2010 pukul 21.00 WIB
37
Kamar Gelap, Aksara Record, 2008: -
Tubuhmu Membiru…. Tragis
-
Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa
-
Mosi Tidak Percaya
-
Lagu Kesepian
-
Hujan Jangan Marah
-
Kenakalan Remaja di Era Informatika
-
Menjadi Indonesia
-
Kamar Gelap
-
Jangan Bakar Buku
-
Banyak Asap Disana
-
Lelaki Pemalu
-
Balerina
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Temuan data dan analisis teks kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band) 1. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 10 Januari 2009 Tabel 1.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 10 Januari 2009 Judul: Mari Menyongsong! Struktur Hal yang diamati Elemen wacana Volume kampanye yang Tematik, Struktur Makro (Tematik) massif tapi rasanya tetap susah Volume kampanye untuk bisa mendapat informasi belum dapat membantu yang utuh akan parpol berikut pemilih dalam menentukan para calegnya pilihan dan semua persiapan Pemilu dinilai perlu untuk mencari jawaban akan legislator yang akan dipilih. Masalahnya hasil dari Pemilu ini adalah harapan. Superstruktur • Volume kampanye yang Skema, Iklan pemilu yang (Skematik) massif tapi rasanya tetap susah untuk bisa mendapat massif tapi sulit menentukan informasi yang utuh akan pilihan padahal Pemilu itu kompetensi tiga puluhan penting untuk pilihan dan harapan kita kedepan jadi parpol berikut para calegnya • Pemilu erat sekali jangan salah pilih, cari hubungannya dengan pilihan rekam jejaknya dan tetap dan harapan, hasil pemilu kritis, karena Pemilu adalah akan mengikat dan mengatur sebuah harapan kedepannya yang nantinya akan kita • Mencari rekam jejak dan mengatur kita. sepak terjang calon legislator adalah salah satu jawabannya. Setelah pemilu selesai pun, kita perlu kritis mengukur kinerja wakil rakyat melalui berbagai media.
38
39
Struktur Mikro (Semantik)
Kampanye yang begitu masif ternyata tidak mampu memberikan jawaban kepada calon pemilih. Alasannya pemilih tidak tertarik dengan politik padahal pemilu adalah hasil potilik dan dengan itu hidup kita akan tertatur. Jadi lebih baik kita mencari rekam jejak dari para calon legislator yang sedang berkampanye
Struktur Mikro (Sintaksis)
Kampanye yang masif tidak mampu memberikan jawaban kepada calon pemilih karena pemilih tidak tertarik dengan politik, padahal Pemilu adalah hasil politik dan itu akan mengatur serta mengikat kita, karena itu adalah pilihan dan harapan kita. Pada intinya semua partai adalah baik, tapi dengan rekam jejak dan sepak terjang dari para calon legislator adalah salah satu jawaban dari ketidaktertarikan kita kepada politik (dalam hal ini, Pemilu)
Latar, Rasanya tetap susah untuk bisa mendapat informasi tentang parpol, padahal volume kampanye masif. Detail, Umbul-umbul, baliho, spanduk parpol. poster caleg. Di plang jalanan, bendera partai, bahkan kaus model distro funky ala pemain band di TV menjadi T-shirt partai. Maksud, Pemilu itu baik, karena dengan pemilu adalah proses politik dan hasilnya akan mengikat dan mengatur kita, karena itu adalah pilihan dan harapan kita Praanggapan, Mungkin masalah politik khususnya Pemilu tidak menarik buat rakyat Bentuk kalimat, Kampanye yang masif tidak mampu memberikan jawaban kepada calon pemilih untuk memilih. Koherensi, Kondisional (negatif), Kampanye yang masif tidak mampu memberikan jawaban kepada calon pemilih karena pemilih tidak tertarik dengan politik Kondisional (positif), Padahal Pemilu adalah hasil politik dan itu akan mengatur dan mengikat kita, karena itu adalah pilihan dan harapan kita Pembeda, Mengetahui platform dan ideologi partai tidak cukup karena dengan ”mata
40
Struktur Mikro (Stilistik)
Iklan parpol yang masif, politik tidak menarik untuk kita, hasil politik yaitu Pemilu adalah harapan, mencari rekam jejak adalah harapannya.
Struktur Mikro (Retoris)
Iklan parpol semuanya sama. Iklan parpol juga terlalu masif, sehingga iklan yang sudah tidak dianggap penting pun tersaingi. Selain itu iklan parpol juga terkadang membawa sosok yang familiar. Salah satu hasil dari politik adalah pemblokiran situssitus jejaring dan sejenisnya. Selanjutnya, pada dasarnya semua partai adalah sama, ideologi mereka baik, sehingga bisa memilih dengan menutup mata
tertutup” pun kita tahu bahwa semua platform partai pasti baik. Mencari rekam jejak dan sepak terjang calon legislator adalah salah jawaban dari kampanye politik yang masif tersebut. Kata ganti, Kita, pembaca diajak kedalam tulisan. Leksikon, Volume kampanye yang masif meliputi segala bidang, mulai dari umbulumbul, baliho, spanduk yang menghalangi papan usaha tambal ban, poster dan bendera partai yang menghalangi iklan usaha cuci sofa dan sedot WC, serta kaus model distro yang dijadikan T-shirt partai, serta menambahi embelembel figur yang familiar (selebriti) Grafis, Umbul-umbul, baliho, atau apa pun alat branding partai dan caleg kini merajalela. Secara visual, arahan fotografi dan desainnya identik. Secara copy, kerap ada kata ”menyongsong” “Menyongsong”, iklan parpol sama, selalu dengan embel-embel menyongsong kehidupan baru, kehidupan yang lebih baik, kehidupan yang adil, dan hal-hal lain yang akan disongsong Informasi nomor telepon tempat cuci sofa ”disaingi” bendera partai Iklan-iklan seperti cuci sofa, sedot wc, tambal ban,
41
kalah dengan banyaknya iklan parpol, padahal iklan seperti cuci sofa, tambal ban, sedot wc adalah iklan yang terlalu sering dilihat, hingga kita terkadang tidak terlalu menyadarinya. Seperti poster dan bendera, yang mau menyaingi iklan sedot WC, tambal ban dan cuci sofa yang sebenarnya tidak begitu penting. Apalagi kalau ada figur familiar di sana (baca: selebriti, teman baik, atau saudara) Biasanya iklan yang menarik menggunakan figur yang terlebih dahulu dikenal, banyak parpol/caleg yang membawa marga, anak, bapak, ibu, atau tokoh lain kedalam posternya Politik, dalam hal ini hasil pemilu, akan mengikat dan mengatur kita. Fenomena terjadinya pemblokiran situs Myspace, Multiply, dan ”sejenisnya” adalah hasil proses politik Fenomena pemblokiran situs Myspace, Multiply dan “sejenisnya”, mungkin sejenisnya disini adalah situs jejaring sosial lain, yaitu Facebook, lihat Pemilu Iran yang lalu, Facebook disana diblokir oleh pemerintah Iran, dengan alasan dijadikan alat propaganda. Semakin jelas, mengetahui platform dan ideologi partai saja rasanya tidak
42
cukup karena dengan ”mata tertutup” pun kita tahu bahwa semua platform partai pasti baik Dengan menutup mata pun kita bisa memilih karena pada dasarnya semua partai adalah baik dan oleh karena itu semuanya adalah sama, tak ada bedanya. Metafora, ”mata tertutup” Dari tabel diatas, maka tulisan ERK yang berjudul “Mari Menyongsong” adalah cerita mengenai kegiatan kisaran pra Pemilu dan lebih ke persiapan kampanye. a. Struktur Makro Volume kampanye belum dapat membantu pemilih dalam menentukan pilihan. Padahal Pemilu itu adalah proses politik dan politik itu bertujuan untuk mengatur kita kedepannya. Tapi dalam persiapan pemilu ini hanya diisi oleh kampanye yang begitu massif dan intens. b. Struktur Mikro Kampanye yang masif tidak mampu memberikan jawaban kepada calon pemilih karena pemilih tidak tertarik dengan politik, padahal Pemilu adalah hasil politik dan itu akan mengatur serta mengikat kita, karena itu adalah pilihan dan harapan kita. Padahal iklan yang seperti itu tidak terlalu berguna untuk kita, mengetahui rekam jejak dan sepak terjang para legislator dirasa lebih penting ketimbang kampanye yang terkadang membawa sosok yang familiar bahkan menyangi dagangan orang lain.
43
2. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 17 Januari 2009 Tabel 2.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 17 Januari 2009 Judul: Selera Rakyat Indonesia! Struktur Hal yang diamati Elemen wacana Belanja iklan parpol yang Tematik, Struktur Makro (Tematik) fantastik mencapai Rp 800 miliar Belanja iklan parpol bahkan Rp 20 triliun namun yang fantastik, namun tidak sangat disayangkan tidak ada ada yang mengajak cerdas, iklan parpol yang mengajak kritis dan menggunakan hati cerdas, kritis dan menggunakan dalam memilih. hati dalam memilih Superstruktur • Belanja iklan parpol yang Skema, (Skematik) Belanja iklan parpol fantastik mencapai Rp 800 yang fantastik, wajar karena miliar bahkan Rp 20 triliun • Di media, berita selalu di media, berita parpol selalu menjatuhkan, maka menjatuhkan parpol • Dengan iklan membuat citra, dari itu membuat citra dengan cara memuja diri dengan iklan yang memuja diri sendiri dan bisa sendiri • Iklan politik sama dengan dikatakan bahwa iklan politik sama dengan iklan iklan komersil lainnya • Yang disayangkan tidak ada komersil lainnya. Tidak ada iklan parpol yang mengajak iklan parpol yang mengajak kritis dan cerdas, kritis dan cerdas, menggunakan hati dalam menggunakan hari dalam memilih memilih Belanja iklan parpol tidak Latar, Struktur Mikro (Semantik) mengajak pemilih untuk cerdas, Belanja iklan parpol kritis dan memilih dengan hati, yang fantastik, tapi tidak kemasan iklan politik sama ada yang mengajak pemilih dengan iklan produk lainnya. Itu untuk cerdas, kritis dan digunakan karena memperbaiki menggunakan hati dalam citra akibat ulah media, media memilih seringkali memberitakan Detail, kejelekan sebuah partai Iklan-iklan partai di berminggu-minggu. Oleh karena televisi sama persis seperti itu, belanja iklan politik iklan produk, ada yang menembus angka yang fantastis, memperlihatkan keakraban Rp. 800 miliar atau bahkan partai dengan kaum petani sampai Rp 20 triliun dan nelayan, pemberantasan kemiskinan dan kekerasan, empati dengan angle sisi emosional anak-anak, juga
44
Struktur Mikro (Sintaksis)
Iklan politik digunakan untuk memuji diri sendiri, digunakan untuk memulihkan citra akibat pemberitaan media. Oleh karena itu iklan politik mirip dengan iklan produk, merayu pemilih.
panorama alam memukau yang seolah merayu kita pada betapa Indonesia bisa jaya jika ”dikelola” oleh partai saya. Maksud, Iklan parpol sama dengan iklan produk, tidak ada iklan yang parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hari dalam memilih Praanggapan, Ketika media memberitakan tentang keburukan salah satu parpol, itu akan ditampilkan berminggu-minggu, karena itu, perlu memuji partai sendiri dengan cara iklan politik di media. Nominalisasi Belanja iklan parpol pada Pemilu 2009 mencapai Rp 800 miliar bahkan Rp 20 triliun Bentuk kalimat, Iklan politik di media digunakan untuk memuji partai sendiri tidak ada yang mengajak pemilih untuk cerdas, kritis dan menggunakan hati Koherensi, Kondisional (negatif), Iklan politik di media adalah sebagai pemulihan citra, tapi bukan itu yang diinginkan rakyat Indonesia Kondisional (positif), Iklan politik sama dengan iklan produk, merayu sebanyak mungkin peminat Pembeda, Pada Pemilu 2004 ada salah satu partai yang membuat iklan yang
45
Struktur Mikro (Stilistik)
Untuk memulihkan citra, butuh uang banyak membuat iklan politik guna meng-counter berita negatif yang digencarkan media
Struktur Mikro (Retoris)
Iklan politik mirip dengan iklan kecap, mengatasnamakan pilihan anda, bahkan ada yang mengaku akrab dengan petani dan nelayan, atau mengaku sebagai penjaga dan pembuat keindahan di Indonesia
mencerdaskan rakyat. Pemilu tahun ini, belum ada. Kata ganti, Si Fulan, kader Partai Kambing Dijepit, tertangkap tangan, kaki, dan mulut ketika korupsi Memperlihatkan “keakraban” partai dengan kaum petani dan nelayan. Pemberantasan kemiskinan dan kekerasan menjadi amunisi janji. Juga panorama alam memukau yang seolah merayu kita pada betapa Indonesia bisa jaya jika ”dikelola” oleh partai saya. Leksikon, Untuk memulihkan dan membentuk citra maka dibutuhkanlah uang banyak untuk memuja-muja diri sendiri dan partai sekaligus meng-counter berita negatif. Selain itu iklan-iklan partai di televisi sama persis seperti iklan produk, merayu sebanyak mungkin peminat Grafis, Tetapi, maksudnya sama. Bandar kecap, ”Kami paling tepat menjadi pilihan Anda” Iklan partai di media sama saja dengan iklan produk, bahkan nyaris sama dengan iklan kecap, mengatasnamakan cita rasa pilihan anda. Ada yang memperlihatkan ”keakraban” partai dengan kaum petani dan nelayan. Ada kemungkinan
46
keakraban itu hanya untuk iklan saja, untuk selanjutnya belum tentu. Juga panorama alam memukau yang seolah merayu kita pada betapa Indonesia bisa jaya jika ”dikelola” oleh partai saya. Penekanan tentang keindahan Indonesia jika dikelola oleh partai saya, tapi apa iya itu dikelola oleh partai saya? Metafora, -
“Selera Rakyat Indonesia” bicara mengenai iklan politik ketika kampanye. Iklan politik yang mereka (baca:parpol) tawarkan kepada masyarakat hanya memuji diri sendiri, mirip dengan iklan produk. Tulisan ini berkata bahwa iklan politik saat kampanye tidak mencerdaskan bangsa, cuma iming-iming politik guna mendulang suara, iklan parpol tidak ada yang mengajak cerdas, kritis dan menyadarkan pemilih untuk memilih dengan menggunakan hati. a. Struktur Makro Dengan iklan membuat citra, dengan cara memuja diri sendiri. Iklan politik sama dengan iklan komersil lainnya. Yang disayangkan tidak ada iklan parpol yang mengajak cerdas, kritis dan menggunakan hati dalam memilih. b. Struktur Mikro Iklan politik digunakan untuk memuji diri sendiri, digunakan untuk memulihkan citra akibat pemberitaan media. Oleh karena itu iklan politik mirip dengan iklan produk, merayu pemilih. Untuk memulihkan citra, butuh uang banyak membuat iklan politik guna meng-counter berita negatif yang digencarkan
47
media. Iklan politik mirip dengan iklan kecap, mengatasnamakan pilihan anda, bahkan ada iklan yang mengaku akrab dengan petani dan nelayan, atau mengaku sebagai penjaga dan pembuat keindahan di Indonesia. 3. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 24 Januari 2009 Tabel 3.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu 24 Januari 2009 Judul: Yang Agung dari Leuwinanggung Struktur wacana Hal yang diamati Elemen Tulisan ini berkisahkan DPR Struktur Makro Tematik, (Tematik) dengan mengurai relevansinya Analisis lagu Iwan Fals – yang berpatok pada lagu Iwan Surat buat Wakil Rakyat, Fals – Surat buat Wakil Rakyat mengurai relevansinya untuk sekarang Superstruktur • Untukmu yang duduk sambil Skema, Anggota DPR sekarang (Skematik) diskusi, untukmu yang biasa tidak lagi bersafari, bersafari, di sana di Gedung sekarang sudah berjas atau DPR. • Lirik ini tidak lagi relevan. batik. Rapatnya pun sudah Anggota DPR sekarang, tidak di DPR, kadang diluar Banyak caleg yang dengan jas dan batiknya sering kali diam-diam merupakan sanak famili melakukan sidang di luar yang belum tentu kompeten Harapan rakyat masih Gedung DPR (baca: hotel) dari terpenuhi. dan tanpa publikasi untuk jauh Anggota DPR sekarang menghindari kontrol publik. • Wakil rakyat kumpulan tidak diam, tapi sering bahkan baku orang hebat, bukan interupsi kumpulan teman-teman hantam Banyak pemilih yang dekat, apalagi sanak famili. • Banyak sekali caleg yang bingung, dan memilih para merupakan sanak famili yang caleg dengan melotre. Jangankan tidur, datang belum tentu kompeten ke tempat sidang pun menjadi wakil rakyat. Dan kadang-kadang, mereka satu pertanyaan, apakah masih ada orang hebat di lebih senang “jalan-jalan keluar”, walk out sana? • Di hati dan lidahmu kami berharap, suara kami mohon dengar lalu sampaikan, jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang
48
•
•
•
•
• •
jangan hanya diam, Di kantung safarimu kami titipkan, masa depan kami dan negeri ini, dari Sabang sampai Merauke. Cukup relevan karena bait ini berisi harapan rakyat yang masih jauh dari terpenuhi, apalagi terpuaskan. Agenda rakyat sulit mengalahkan agenda pribadi dan partai. Yang kurang relevan, anggota DPR sekarang sudah tidak lagi diam, dalam sidang sering terjadi interupsi. Bahkan pernah sampai baku hantam. Entah atas nama rakyat atau karena tidak paham tata tertib sidang. Saudara dipilih bukan dilotre, meski kami tak kenal siapa saudara, kami tak sudi memilih para juara, juara diam juara he-eh juara haha-ha. Relevan dan tidak relevan. Pada pemilu lalu, karena banyaknya caleg dan ratarata tidak dikenal menyebabkan pemilih bingung dan mulai mengandalkan ”kreativitas lotre” untuk menentukan pilihan—mulai dari menggunakan kancing baju, buku jari, mencari nama yang keren, memilih kumis terunik, dan banyak lagi. Wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat. Kurang relevan. Jangankan tidur di ruang sidang, datang sidang saja kadang-kadang. Mereka lebih senang ”jalanjalan ke luar”. Mungkin mereka pikir sama artinya dengan walk out.
49
Struktur Mikro (Semantik)
Lagu Iwan Fals – Surat buat Wakil Rakyat sudah tidak relevan sekarang (dalam konotasi negatif), banyaknya sidang di luar gedung, caleg yang merupakan sanak famili, tidak diam, cenderung berinterupsi bahkan baku hantam, dan sering keluar, walk out
Latar, Menyatakan bahwa banyak ketidakrelevanan lagu Iwan Fals – “Surat buat Wakil Rakyat” dengan keadaan di DPR/MPR, memang lagu ini adalah potret dewan kita pada masanya dan ternyata sekarang makin parah Detail, Anggota DPR sekarang menggunakan jas atau batiknya dan sering kali diam-diam melakukan sidang di luar Gedung DPR (baca: hotel) tanpa publikasi untuk menghindari kontrol publik. Banyak sekali caleg yang merupakan sanak famili yang belum tentu kompeten menjadi wakil rakyat. Anggota DPR sekarang sudah tidak lagi diam tapi sering terjadi interupsi bahkan baku hantam. Banyaknya caleg dan rata-rata tidak dikenal menyebabkan pemilih bingung dan mulai mengandalkan ”kreativitas lotre” dan untuk anggota DPR sekarang, jangankan tidur di ruang sidang, datang sidang saja kadang-kadang, mereka lebih senang ”jalanjalan ke luar”, walk out Maksud, Mengurai kembali potret anggota DPR yang sekarang makin parah dari potret Iwan Fals mengenai DPR/MPR Praanggapan, Terjadinya baku hantam di DPR/MPR adalah karena atas nama rakyat atau
50
Struktur Mikro (Sintaksis)
Mencari relevansi atas lagu Iwan Fals – Surat buat Wakil Rakyat yang semakin tidak relevan (dalam konotasi negatif), dan mengharapkan Iwan Fals mengkritis hal ini lagi sekarang
Struktur Mikro (Stilistik)
Lagu Iwan Fals – surat buat Wakil Rakyat sudah tidak relevan (dalam konotasi negatif)
Struktur Mikro
Menegaskan lagu Iwan Fals
karena tidak paham tata tertib sidang. Nominalisasi Bentuk kalimat, Mencari relevansi atas lagu Iwan Fals – Surat buat Wakil Rakyat, ditakutkan lagu ini akan semakin tidak relevan (dalam konotasi negatif) Koherensi, Kondisional negatif, Anggota DPR sekarang sudah tidak lagi diam, dalam sidang sering terjadi interupsi. Bahkan pernah sampai baku hantam. Kondisional positif, Banyaknya caleg dan rata-rata tidak dikenal menyebabkan pemilih bingung dan mulai mengandalkan ”kreativitas lotre” untuk menentukan pilihan Pembeda, Jangankan tidur di ruang sidang, datang sidang saja kadang-kadang. Mereka lebih senang ”jalan-jalan ke luar”. Mungkin mereka pikir ”jalan-jalan ke luar” sama artinya dengan walk out. Kata ganti, Yang agung dari Leuwinanggung, untuk Iwan Fals Mereka, untuk anggota DPR Leksikon, Relevansi lagu Iwan Fals – Surat buat Wakil Rakyat dengan keadaan sekarang, menjadi semakin tidak relevan Grafis,
51
(Retoris)
– Surat buat Wakil Rakyat sudah tidak relevan lagi sekarang (dalam konotasi negatif). Rapat sering dilakukan di hotel, tanpa publikasi guna menghindari kontrol publik. Pemilih memilih asal-asalan, tergantung kemauan mereka dengan cara, hitung kancing, hitung buku jari nama yang keren, kumis terunik dan lain sebagainya
Relevansi. Banyak orang bilang, lagu ”Surat buat Wakil Rakyat” masih relevan dengan kondisi DPR kemarin dan saat ini. Masak sih? Artinya, DPR enggak banyak berubah, dong? Mari kita ”bongkar” premis tersebut. Mencoba menganalisis mengenai lagu tersebut dengan relevansinya untuk keadaan sekarang Sering kali diam-diam melakukan sidang di luar Gedung DPR (baca: hotel) dan tanpa publikasi untuk menghindari kontrol publik. Rapat sekarang ini sering dilakukan diluar, bisa dihotel atau mana pun, tanpa publikasi serta yang penting agar tidak ada kontrol publik dari masyarakat sendiri Banyaknya caleg dan rata-rata tidak dikenal menyebabkan pemilih bingung dan mulai mengandalkan ”kreativitas lotre” untuk menentukan pilihan Kreativitas lotre bisa dilihat mulai dari menggunakan kancing baju, buku jari, mencari nama yang keren, memilih kumis terunik, dan lainnya. Mereka lebih senang ”jalan-jalan ke luar”. Mungkin mereka pikir ”jalan-jalan ke luar” sama artinya dengan walk out Aksi walk out menjadi aksi baru yang sering dilihat
52
ketika sidang berlangsung, para anggota DPR sering jalan-jalan keluar. Metafora, “Yang agung dari Leuwinanggung” “Yang Agung dari Leuwinanggung” bicara tentang DPR yang sekaligus sebuah kritikan terbalik akan relevansi lagu dari Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat. ERK menilai bahwa yang ada pada lagu Iwan Fals adalah salah, dan malahan makin parah untuk sekarang. Leuwinanggung berarti asal kelahiran sang pencipta lagu Surat buat Wakil Rakyat. Leuwinanggung sendiri berada di bilangan Bogor, Jawa Barat. a. Struktur Makro Analisis lagu Iwan Fals – Surat buat Wakil Rakyat, mengurai relevansinya untuk sekarang yang ternyata kenyataanya makin parah. Lagu surat buat wakil rakyat ternyata menjadi semakin tidak relevan (dalam konotasi negatif). b. Struktur Mikro Teks ini mencoba menganalisis mengenai lagu tersebut dengan relevansinya untuk keadaan sekarang, lirik lagu tersebut diuraikan dengan dibandingkan dengan keadaan sekarang, ternyata semakin tidak relevan (dalam artian kearah negatif). Sering kali diam-diam melakukan sidang di luar Gedung DPR (baca: hotel) dan tanpa publikasi untuk menghindari kontrol publik.1 Rapat sekarang ini sering dilakukan diluar, bisa dihotel atau mana pun, tanpa publikasi serta yang penting agar tidak ada kontrol publik dari masyarakat sendiri 1
Yang dicetak miring adalah kutipan asli dari teks.
53
Banyaknya caleg dan rata-rata tidak dikenal menyebabkan pemilih bingung dan mulai mengandalkan ”kreativitas lotre” untuk menentukan pilihan Kreativitas lotre bisa dilihat mulai dari menggunakan kancing baju, buku jari, mencari nama yang keren, memilih kumis terunik, dan lainnya. Mereka lebih senang ”jalan-jalan ke luar”. Mungkin mereka pikir ”jalanjalan ke luar” sama artinya dengan walk out Aksi walk out menjadi aksi baru yang sering dilihat ketika sidang berlangsung, para anggota DPR sering jalan-jalan keluar. 4. Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” edisi Sabtu 31 Januari 2009 Tabel 4.4 Analisis teks kolom “Obrolan A-Politis” Sabtu, 31 Januari 2009 Judul: Bahasa Korupsi Bahasa Struktur wacana Hal yang diamati Elemen Korupsi sudah sangat sering Tematik, Struktur Makro Korupsi sudah menjadi (Tematik) dijadikan bahan tulisan, diskusi, dan malahan praktiknya secara hal yang antipati lihat kasatmata mudah ditemui di banyak bahasa dan kosakata kehidupan sehari-hari. Salah satu yang muncul. Sebenarnya ciri nyata dari betapa bahasa dan kosakata itu memasyarakatnya korupsi bertolak belakang dari kata adalah keberagaman istilah aslinya. Padahal kata bahasa dan kosakata yang lahir korupsi berarti merusak. berkat aktivitas itu. Aneka mata Penyelewangan arti dalam uang tercipta: uang pelicin, uang bahasa korupsi, bisa rokok, uang dengar, sampai uang dikatakan korupsi bahasa. kaget. Dan kata keterangan tempat kian beragam: lahan basah, lahan becek, hingga lahan banjir. Para pelaku korupsi, baik yang kakap maupun yang ”kelas kelurahan”, banyak mengum-bar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Superstruktur • Korupsi sudah sangat sering Skema, (Skematik) Salah satu ciri nyata dijadikan bahan tulisan, betapa diskusi, dan malahan dari
54
•
•
•
praktiknya secara kasatmata mudah ditemui di kehidupan sehari-hari. Terlalu sering dibahas dan tidak membawa perubahan, jelas tema korupsi rentan terkena antipati, sekaligus terasa megakasual. Salah satu ciri nyata dari betapa memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata yang lahir berkat aktivitas itu Aneka mata uang tercipta: uang pelicin, uang rokok, uang dengar, sampai uang kaget. Dan kata keterangan tempat kian beragam: lahan basah, lahan becek, hingga lahan banjir. Para pelaku korupsi, baik yang kakap maupun yang ”kelas kelurahan”, banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Mungkin biar koruptor terlihat lebih santun untuk menutupi tindakan manipulasinya. Singkatnya, koruptor juga mahir nyastra. Contoh-contoh ”kosakata” korupsi di atas adalah beberapa yang antara eufimisme dan kata aslinya tidak mempunyai arti yang jauh berbeda. Masalah mulai muncul (koruptor senang sekali buat masalah) ketika antara eufimisme dan kata aslinya mempunyai arti yang sangat berbeda, bahkan bertolak belakang, seperti ”uang damai” dan ”semua beres”. Uang damai adalah uang yang diberikan oleh pihak yang berselisih paham untuk
memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata untuk korupsi itu sendiri. Aneka mata uang tercipta, kata keterangan tempat kian beragam serta banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi
55
•
•
•
mendamaikan masalah. Dia pikir dengan uang masalah bisa selesai. Pada praktiknya, sering kali dendam masih membara walau uang sudah diterima. Begitu pula yang terjadi pada pihak pemberi suap, suka merasa tertipu dan tidak nyaman dengan ”kedamaian” yang coba ia ciptakan, sehingga dongkol di belakang. Artinya, uang tidak mendamaikan masalah. Begitu juga dengan ”semua beres”. Seolah dengan membayarkan sejumlah uang suap semua permasalahan menjadi beres. Padahal, apabila suap itu tertangkap, permasalahan akan semakin runyam dan jauh dari beres. Dan juara bertahan yang paling menyedihkan adalah kalimat populer ini, ”Tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”, lawan bicara terlihat lebih bijaksana. Fakta justru sebaliknya, tidak bijaksana. Asal kata korupsi adalah corruption, yang ternyata juga bersumber dari bahasa Latin corruptus, yang bisa diartikan merusak/menghancurkan habis-habisan. Artinya, segala tindakan yang merusak atau menghancurkan adalah tindakan korupsi. Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa ula dikatakan korupsi. Jadi, sering kali dalam tindak pidana korupsi terjadi dua kejahatan: korupsi itu sendiri dan korupsi bahasa. Karena
56
Struktur Mikro (Semantik)
bahasa adalah bagian dari budaya, para koruptor telah merugikan kebudayaan bangsa ini. Korupsi sudah mewabah, Latar, sehingga muncul bahasa korupsi, Penyelewengan arti yang nyata-nyata itu adalah akibat ulah ”bahasa korupsi juga. korupsi” bisa pula dikatakan korupsi Detail, Ketika bicara “tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”, lawan bicara terlihat lebih bijaksana. Fakta justru sebaliknya, tidak bijaksana Maksud, Bahwa korupsi sudah mendarahdaging, lihat kosakata yang lahir untuk mengistilahkan korupsi Praanggapan, Uang damai adalah uang yang diberikan oleh pihak yang berselisih paham untuk mendamaikan masalah. Dia pikir dengan uang masalah bisa selesai. Pada praktiknya, sering kali dendam masih membara walau uang sudah diterima. Begitu pula yang terjadi pada pihak pemberi suap, suka merasa tertipu dan tidak nyaman dengan ”kedamaian” yang coba ia ciptakan, sehingga dongkol di belakang. Artinya, uang tidak mendamaikan masalah. Begitu juga dengan ”semua beres”. Seolah dengan membayarkan sejumlah uang suap semua permasalahan menjadi beres. Padahal, apabila suap itu tertangkap, perma-
57
salahan akan semakin runyam dan jauh dari beres. Dan juara bertahan yang paling menyedihkan adalah kalimat populer ini, ”Tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu”, lawan bicara terlihat lebih bijaksana. Fakta justru sebaliknya, tidak bijaksana. Bentuk kalimat, Istilah dalam korupsi termaksud korupsi bahasa Koherensi, Kondisional (negatif), Para pelaku korupsi banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, motif dan tempat korupsinya. Mungkin biar para koruptor terlihat santun Kondisional (positif), Uang damai, sering digunakan untuk mendamaikan masalah, faktanya seringkali terdapat dendam dalam uang damai tersebut Pembeda, Dalam tindak korupsi, terdapat dua kejahatan, korupsi itu sendiri dan korupsi bahasa Kata ganti, Pak, untuk kelompok imajiner di luar pembaca dan penulis Ia, untuk para pelaku korupsi
Struktur Mikro (Sintaksis)
Menguraikan kosakata yang sering muncul ketika disandingkan dengan kegiatan korupsi. Padahal penggunaan kosakata sebagai kata ganti untuk kegiatan korupsi adalah korupsi juga, korupsi bahasa. Selain itu juga, ini membuktikan bahwa korupsi sudah merajalela, terbukti dari banyaknya nama untuk istilah korupsi
Struktur Mikro (Stilistik)
Aneka mata uang, kata Leksikon, keterangan tempat bahkan strata Aneka mata uang para pelaku korupsi terbentuk tercipta: uang pelicin, uang dengan sendirinya rokok, uang dengar, sampai uang kaget. Kata keterangan tempat
58
Struktur Mikro (Retoris)
Strata pelaku korupsi terbentuk, mulai dari kelas kakap sampai kelas kelurahan, entah untuk tempat atau nilai rupiah yang didulang pelaku korupsi. Kemunculan kosakata korupsi, berupa uang damai, semua beres, mohon kebijaksanaannya, yang kesemuanya itu bisa disebut sebagai bahasa korupsi.
kian beragam: lahan basah, lahan becek, hingga lahan banjir. Para pelaku korupsi juga, baik yang kakap maupun yang ”kelas kelurahan” Grafis, Para pelaku korupsi, baik yang kakap maupun yang kelas “kelurahan” Pelaku korupsi ternyata berstrata, dan terdapat juga kelas kelurahan. Berarti korupsi sudah mengakar bahkan sampai tingkat kelurahan Contoh-contoh ”kosakata” korupsi di atas adalah beberapa yang antara eufimisme dan kata aslinya tidak mempunyai arti yang jauh berbeda. Korupsi sendiri sudah memiliki beberapa kosakata, mulai dari mata uang, keterangan tempat hingga stratanya “uang damai” dan “semua beres” Uang damai digunakan untuk mendamaikan suatu masalah, ternyata tidak benar. Karena terkadang menyisakan dendam antarpengguna jasa uang damai. Dan untuk semua beres, ternyata tidak semua masalah akan beres, bahkan menambah masalah lain. suka merasa tertipu dan tidak nyaman dengan ”kedamaian” yang coba ia ciptakan Hasil korupsi terkadang mendamaikan antarorang yang memiliki masalah, namun nyatanya uang yang
59
menciptakan kedamaian itu tidak nyata damainya Begitu juga dengan ”semua beres”. Seolah dengan membayarkan sejumlah uang suap semua permasalahan menjadi beres Terkadang orang menganggap mudah masalah dengan menggunakan uang, nyatanya malah tidak. Dengan maksud semua beres ternyata tidak melulu masalah langsung beres jika ketemu dengan istilah “semua beres” ”Tolong kebijaksanaannya, Pak.” Seolah-olah apabila bisa ”membantu” Biasanya dalam memperlancar urusan, kata “Tolong kebijak-sanaannya pak” muncul sebagai pahlawan. Namun nyatanya tidak begitu. Tidak ada yang terbantu dengan “tolong kebijaksanaannya” Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi Istilah-istilah yang sedari tadi disebutkan adalah bahasa korupsi, bahasa yang digunakan saat korupsi Metafora, “uang damai” dan “semua beres” “Bahasa Korupsi Bahasa” mengatakan bahwa dalam korupsi, bahasa juga terkena dampaknya. Lihat bahasa yang digunakan untuk menyebut korupsi, banyak. Mulai dari uang pelican hingga mohon kebijaksanaannya. Dan ternyata
60
dalam bahasa untuk menyebut korupsi itu juga merupakan sebuah korupsi terhadap bahasa itu sendiri. a. Struktur Makro Korupsi sudah menjadi hal yang antipati, lihat banyak bahasa dan kosakata yang muncul. Sebenarnya bahasa dan kosakata itu bertolak belakang dari kata aslinya. Padahal kata korupsi berarti merusak. Penyelewangan arti dalam bahasa korupsi, bisa dikatakan korupsi bahasa. b. Struktur Mikro Salah satu ciri nyata dari betapa memasyarakatnya korupsi adalah keberagaman istilah bahasa dan kosakata untuk korupsi itu sendiri. Aneka mata uang tercipta, kata keterangan tempat kian beragam serta banyak mengumbar eufimisme untuk mengutarakan lokasi, maksud, dan motif korupsinya. Penyelewengan arti akibat ulah ”bahasa korupsi” bisa pula dikatakan korupsi B. Temuan data dan analisis kognisi sosial kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band) Tabel 5.4 Skema Kognisi Sosial kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca Skema Person (Person Schemas) Penulis, yaitu ERK mengenalkan dan menjabarkan sedikit persiapan Pemilu 2009. ERK yang merupakan sebuah Band, membawa Pemilu dengan teks yang renyah dengan gaya tulisan mereka ala anak Band. ERK sendiri adalah bukan wartawan ataupun politisi. Penulis menjadi orang biasa atau warga biasa yang menyikapi dan memandang persiapan Pemilu 2009. Skema Diri (Self Schemas) ERK menulis di kolom “Obrolan A-Politis” sebagai orang diluar wartawan atau politisi. ERK yang menjadi jembatan antara pembaca (sasarannya adalah pembaca muda) dengan politisi/ calon legislator atau anggota parpol. ERK menjadi anak Band sekaligus warga biasa yang melihat persiapan Pemilu 2009 serta pengingat kepada pembaca bahwa sebentar lagi akan diadakan Pemilu.
61
Skema Peran (Role Schemas) sebagai koran nasional, Kompas memberikan tempat kepada penulis diluar wartawan dan politisi untuk mengamati dan mengkritisi masalah Pemilu 2009 mulai dari persiapannya. Dan ERK dijadikan jembatan para pembaca muda agar gegap akan Pemilu 2009 yang sebentar lagi akan digelar. Skema Peristiwa (Even Schemas) Isu Pemilu ini merupakan isu yang terjadwal, setiap 5 tahun sekali Indonesia mengadakan Pemilu. Dan Pemilu 2009 kali ini Kompas memberi wadah bagi para penulis diluar wartwan dan politisi guna menceritakan persiapan pemilu dengan sudut mereka (penulis) pilih. Kognisi sosial dilihat dari sisi penulis melihat persiapan pemilu. Empat judul diatas adalah hasil diskusi antara wakil dari ERK (manajer ERK, Bin Harlan Boer) dengan redaksi Kompas, yaitu Myrna Ratna M. Dan semua tulisan ini ditulis oleh Cholil Mahmud, vokalis ERK. 2 Dalam tulisan di kolom “Obrolan A-Politis”, ERK memiliki gaya tulisan yang unik. Persiapan Pemilu 2009 dibuat seperti syair yang enak dibaca. Lugas dan singkat, itu yang bisa peneliti simpulkan. Mungkin terbawa dari gaya penulisan lirik mereka, ERK membuat tulisan tentang Pemilu jadi syair yang syahdu yang mudah ditangkap para pembaca muda. ERK awalnya mendiskusikan 4 tema besar, persiapan Pemilu 2009, iklan politik, anggota DPR dan korupsi. 3 Kesemuanya diangkat dengan tata bahasa yang ciamik. Pemilu menurut mereka (ERK) adalah suatu keharusan dalam proses politik karena politik adalah suatu keharusan untuk membimbing kita menjadi benar dengan kesepakatan bersama. Selanjutnya ERK membicarakan iklan politik yang besar-besaran mengalahkan iklan-iklan dipinggir jalan. Tapi iklan politik yang massif itu tidak mampu memberikan pencerahan para pemilih, khususnya pemilih muda
2
Wawancara dengan Cholil Mahmud, Vokalis ERK, penulis kolom “Obrolan A-Politis” pada Minggu tanggal 25 Mei 2010 3 Wawancara dengan Cholil Mahmud, Minggu tanggal 25 Mei 2010
62
Lalu ERK bicara mengenai kinerja DPR, yang disangkutkan dengan lirik lagu Iwan Fals-Surat buat Wakil Rakyat. Ternyata lirik lagu itu semakin tidak relevan dengan kenyataan yang ada sekarang. Bukan semakin menuju kebenaran, malahan menuju relevansi yang cenderung kearah negatif. 4 Terakhir ERK bicara tentang korupsi, ERK (Cholil, penulis kolom “Obrolan A-Politis”) yang juga aktif dalam CICAK (Cinta Indonesia CInta KPK) membahas korupsi yang membahasa. Dilihat dari bahasa korupsi yang banyak dan bersegmentasi. 5 Segala aspek memiliki bahasa korupsi sendiri sesuai dengan kekhasannya. Selain itu bahasa dalam korupsi menurut ERK adalah mengkorupsikan bahasa itu sendiri. Menurut mereka Bahasa Korupsi Bahasa.
C. Temuan data dan analisis konteks sosial kolom "Obrolan A-Politis" rubrik "Mandat Rakyat 2009" pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band) Teks yang dibuat ERK adalah kesesuaian dengan kenyataan. Ketika ERK bicara tentang persiapan Pemilu tentang “Volume kampanye yang massif, Tapi rasanya tetap susah untuk bisa mendapat informasi yang utuh akan kompetensi tiga puluhan parpol berikut para calegnya”. Ternyata persiapan Pemilu hanya sampai pada kampanye saja, penyuluhan mengenai Pemilu yang akan dilaksanakan nantinya kurang atau malah kalah dengan kampanyenya sendiri. Padahal Pemilu itu sendiri amat penting guna melanjutkan kehidupan kita 5 tahun kedepan. Selanjutnya ERK bicara mengenai iklan politik yang jor-joran bahkan terkesan pemulihan citra Parpol. Iklan politik bukan mencerdaskan pemilih malah 4 5
Wawancara dengan Cholil Mahmud, Minggu tanggal 25 Mei 2010 Wawancara dengan Cholil Mahmud, Minggu tanggal 25 Mei 2010
63
mempersulit pemilih dan terkesan mirip dengan iklan produk yang mementingkan pembeli (baca: pemilih). Iklan politik berlomba berebut pasar dan bahkan menyelipkan kata “pilihlah saya” Lalu, anggota DPR menurut ERK dilihat dari lagu Iwan Fals-“Surat buat Wakil Rakyat”, ternyata relevansinya dengan sekarang semakin jauh. Iwan Fals yang menyindir anggota DPR dalam lirik lagunya ternyata sekarang semakin kebal bahkan bertindak semakin jauh dari tugas yang sesungguhnya diemban para anggota DPR. Dan terakhir ERK bicara tentang korupsi. Dimana korupsi sudah dijadikan bahasa untuk korupsi, mirip tanda, bahasa lokal atau sekedar penghalus. Korupsi dikenal dengan banyak kata, kata untuk berkorupsi. Dan benar saja, dalam bahasa korupsi itu sendiri ternyata telah mengkorupsi bahasa. Jadi Bahasa Korupsi Bahasa.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjabaran mengenai penelitian empat teks yang dibuat oleh Efek Rumah Kaca (ERK) pada kolom “Obrolan A-Politis” dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk yang menganalisis tiga elemen yaitu, teks, kognisi sosial, dan konteks sosial, maka bisa diambil kesimpulannya sebagai berikut: 1. Teks Efek Rumah Kaca menuliskan beberapa tema tentang pra-Pemilu 2009. Tema ini ditentukan berdasarkan hasil diskusi antara pihak Kompas dan Manajer Efek Rumah Kaca, Harlan Boer Bin. Adapun kesimpulan tentang teks-teks tersebut adalah: a. “Mari Menyongsong” (10 Januari 2009) bercerita mengenai kegiatan kisaran pra Pemilu dan lebih ke persiapan kampanye. b. “Selera Rakyat Indonesia” (17 Januari 2009) bicara mengenai iklan politik ketika kampanye. Iklan politik yang mereka (baca:parpol) tawarkan kepada masyarakat hanya memuji diri sendiri, mirip dengan iklan produk. Iklan politik pada saat kampanye tidak mencerdaskan bangsa, cuma iming-iming politik guna mendulang suara. c. “Yang Agung dari Leuwinanggung” (24 Januari 2009) bicara tentang DPR yang sekaligus mengaitkan akan relevansinya dengan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat. 64
65
d. “Bahasa Korupsi Bahasa” (31 Januari 2009) mengatakan bahwa dalam korupsi, bahasa juga terkena dampaknya. Lihat bahasa yang digunakan untuk menyebut korupsi, banyak. Mulai dari uang pelican hingga mohon kebijaksanaannya. Dan ternyata dalam bahasa untuk menyebut korupsi itu juga merupakan sebuah korupsi terhadap bahasa itu sendiri. 2. Kognisi Sosial Awalnya personil ERK diberikan tema oleh Kompas dari hasil diskusi, namun setelah empat tema tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik oleh ERK, selanjutnya ERK diberikan kewenangan sendiri untuk memilih tema. Prosedural penulisannya adalah setiap personel ERK menulis, kemudian dipilih satu tulisan yang layak cetak, selanjutnya diedit oleh Harlan, manajer ERK, kemudian dikirim ke Kompas. Pihak kompas hanya mengedit kisaran kaidah penulisan jurnalistik dan space yang diberikan. 3. Konteks Tulisan ERK telah mencakup kognisi sosial yang sedang berlangsung kala itu. Pra-Pemilu terekam dengan baik dan ditulis ERK juga dengan apik. a. “Mari Menyongsong”, pembaca digiring agar siap menyongsong Pemilu 2009. Itu juga terbukti dari gembar-gembor yang telah dilancarkan di berbagai media, cetak, radio, TV, bahkan public sphere sekalipun. b. “Selera Rakyat Indonesia” juga menggunakan data yang kongret dan selajur dengan realitas yang ada. Kenyataan-kenyataan seperti penggunaan wilayah umum sebagai tempat berkampanye, serta
66
iklan parpol di TV yang lebih terlihat politik citra juga terekam dengan baik di tulisan ini. c. “Yang Agung dari Leuwinanggung”, tulisan ini bicara tentang anggota DPR yang dikorelasikan dengan lagu Iwan Fals yang berjudul Surat buat Wakil Rakyat yang ternyata sekarang ini relevansinya sudah sangat jauh dalam konotasi negatif. d. “Bahasa Korupsi Bahasa” yang membicarakan masalah korupsi. Korupsi yang sudah mengakar ternyata berdampak pada korupsi bahasa. Dalam artian korupsi berarti pengrusakan.
B. Saran Dari penelitian mengenai Analisis Wacana Rubrik “Mandat Rakyat 2009” Kolom “Obrolan A-politis” pada Kompas oleh Efek Rumah Kaca (Band), peneliti memiliki beberapa saran: 1. Kompas menjaga wacana tentang kalangan non politis dan wartawan untuk menyoroti masalah Pemilu. 2. Kompas tetap berani menampilkan wacana penulis-penulis muda dalam kolomnya, terlebih anak band yang berkualitas disegala bidang. 3. Kompas tidak hanya menyediakan kolom untuk anak band menulis pada kolom khusus saja, jika bisa Kompas memberikannya kolom setiap hari atau tiap minggu. 4. Agar ERK bisa menjaga eksistensinya tidak hanya dibelantika permusikkan di Indoneisia saja, tapi dibidang tulis menulis khususnya kritik sosial.
DAFTAR PUSTAKA Buku Abdullah, Aceng, Press Relations:Kiat Hubungan dengan Media Massa, Bandung:Remaja Rosda Karya, 2000 Anton, Meolino (et, al), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1998 Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004 Darma, Prof. Dr. Hj Yoce Aliah M.Pd, Analisis Wacana Kritis, Bandung:Yrama Widya, 2009 Effendy, Onong Uchjana, Kamus Bandung:Remaja Rosdakarya, 1989
Komunikasi
Mandar
Maju,
Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Ananlisis Teks Media, Jakarta:LKiS, 2001 Hamid, Nasuhi dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA, 2007. Kridalaksana, Harimurti, Leksian Komunikasi, Jakarta:Pradnya Paramita, 1984 Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Marahimin, Ismail, Menulis Secara Poluler, Jakarta: Pustaka Jaya, 1994 Mc Quail, Denis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Kedua, Jakarta, 1989 Mulyana, Dedy, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi dan Prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005 Mulyana, Prof. Deddy M.A., Ph.D. & Dr. Solatun, M.Si. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007 Putra, R. Masri Sareb, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, Yogyakarta:Graha Ilmu,2007 Romli, Asep Syamsul M S.IP, Jurnalistik Praktik untuk Pemula, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2006
67
68
Salim, Peter dan Salim, Yenny, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:Modern English Press, 2002, cet. 3 Sen, Krishna and T. Hall, David, Media Budaya dan Politik di Indonesia, Penerjemah Sirikit Syah, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 2001 Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006 Sumadiria, Drs. A.S. Haris M.Si,, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Wartawan dan Jurnalis Profesional, Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2005 Tarigan dan Guntur, Henry, Pengajaran Wacana, Bandung:Angkasa, 1993 Tim penerbit Buku Kompas, Beberapa segi perkembangan Sejarah Pers di Indonesia, Jakarta:Buku Kompas, 2002, cet. 3 Van Dijk, Teun, Ideology and discourse: A Multidisciplinary Introduction. Internet Course for the Oberta de Catalunya (UOC.), 2003. ____________, Discourse And Society: Vol 4 (2). London:Newbury Park and New Delhi: Sage. 1993. Zaini Akbar, Ahmad, Yogyakarta:LKiS,1955
1966-1974
Kisah
Pers
Indonesia,
Non Buku Harian Umum Kompas, Minggu, 7 September 2008 Harian Umum Kompas, Senin, 16 November 2008 Harian Umum Kompas, Sabtu 10 Januari 2009 Harian Umum Kompas, Sabtu 17 Januari 2009 Harian Umum Kompas, Sabtu 24 Januari 2009 Harian Umum Kompas, Sabtu 31 Januari 2009 Internet Profil Efek Rumah Kaca, ditulis oleh Harlan Bin, Manajer ERK, http://www.amp.channelv.com/efekrumahkaca Profil Efek Rumah Kaca, ditulis oleh Harlan Bin, Manajer ERK http://www.myspace.com/efekrumahkaca Dampak Musik Indie Bagi Perkembangan Industri Musik Indonesia, Wendi Putranto a.k.a Wenz Rawk, Editor Rollingstone Magazine, http://pedeepro.multiply.com/journal/item/31/Dampak_Musik_Indie_Bagi _Perkembangan_Industri_Musik_Indonesia
TRANSKIP WAWANCARA (25 Mei 2010) Dengan Cholil Mahmud, Vokalis Efek Rumah Kaca sekaligus penulis dalam kolom “Obrolan A-Politis” rubrik “Mandat Rakyat 2009” Kompas Tanggal 25 Mei 2010 Penulis (P): Apa menulis buat Anda? Cholil (C): Menulis buat kami adalah kesempatan yang bagus, tantangan, menyenangkan, buat belajar dan yang pasti uang. (P): Langsung ke inti pertemuan kita kali ini, bagaimana menentukan tema di setiap tulisan ERK pada kolom “Obrolan A-Politis”? (C): Empat tulisan awal ini adalah tema yang dikasih Bin (Bin Harlan, adalah manajer ERK). Bin-lah yang mendiskusikannya dengan Kompas. Dan yang dicetak di Kompas adalah tulisan saya. Tema tulisan selanjutnya adalah dari kami (Cholil, Adrian dan Akbar) dan kami merasa lebih sulit menulis tanpa tema (P): Bagaimana prosedural penulisan di kolom ini? (C): Setiap tulisan kita omongin bersama, brainstorming. Terus masing-masing orang pulang dan membuat tulisannya sendiri. Semua orang pasti punya angle yang beda tentang tema tulisan, kemudian dipilih satu yang paling menarik dan di edit sedikit sama Harlan Bin lalu dikirim ke Kompas. Kebetulan keempat tulisan ini adalah tulisan saya. (P): Langsung
menuju
konten
tulisan,
apa
maksud
dari
“Mari
Menyonsong!”? (C): “Mari menyongsong” itu menceritakan tentang Hype, proses Pemilu, kampanye Pemilu dan Pemilu itu sendiri. Garis besarnya bicara tentang menyongsong Pemilu. 73
74
(P): Lalu apa yang disampaikan dalam “Selera Rakyat”? (C): “Selera Rakyat” itu isinya tentang iklan pemilu, maksudnya iklan-iklan politik sekarang ini adalah iklan citra, tidak ada yang berani mengajak masyarakat untuk cerdas memilih. (P): Selanjutnya apa yang disampaikan pada tulisan yang berjudul “Yang Agung dari Leuwinanggung”? (C): Tulisan ini bicara soal DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). DPR yang direalisasikan pada lagu Iwan Fals yang berjudul “Surat untuk Wakil Rakyat”. Tulisan ini mengkritisi lagu Iwan Fals yang semakin tidak relevan dengan kehidupan yang sekarang, dengan nilai yang ke arah negatif. (P): Dan apa inti dari “Bahasa Korupsi Bahasa”? (C): “Bahasa Korupsi Bahasa”, bicara tentang korupsi. Yaitu paduan antara bahasa korupsi dan korupsi bahasa. (P): Setelah menulis, mana yang anda pilih, menulis atau bermusik? (C): Ya lebih milih menciptakan lagu ketimbang menulis karena kami adalah pemusik.
TRANSKIP WAWANCARA (25 Mei 2010) Dengan Myrna Ratna M, Editor Politik dan Hukum 2009 sekaligus “Mandat Rakyat 2009”, kini Editor Kompas Minggu
Penulis (P): Apa itu rubrik “Mandat Rakyat 2009”? Myrna (M): Ya, sebelumnya kita flashback ke belakang. Setiap kali menjelang Pemilu, Kompas selalu menghadirkan rubrik mengenai Pemilu, baik sebelum atau sesudahnya yang setiap kali kehadirannya dengan nama-nama yang berbeda dan khusus tahun 2009 rubrik Pemilu diberi nama “Mandat Rakyat 2009” yang dimulai enam bulan sebelum Pemilu. (P): Apakah rubrik “Mandat Rakyat 2009” adalah khusus berdiri sendiri atau tidak? (M): Rubrik ini masuk dalam desk politik dan hokum dengan membentuk rubrik sendiri (P): Lantas mengapa namanya “Mandat Rakyat 2009”? (M): Mandat Rakyat 2009 karena ini adalah harapan, mereka (para caleg dan capres) nantinya adalah
para mandat rakyat, yaitu orang-orang yang
diberikan mandat oleh rakyat. Tujuannya adalah sebagai penuadaran agar pemilih ikut memilih pada Pemilu 2009 dengan menampilkan rekam jejak para caleg dan capres, para politisi dan parpolnya serta apa-apa yang telah mereka lakukan selama ini sebelum pemilu berlangsung sampai Pemilu diselenggarakan.
69
70
(P): Apa sajakah isi dari “Mandat Rakyat 2009” (M): Ya, selain informasi mengenai Pemilu, baik persiapan hingga hasil akhir, rubrik ini juga menampilkan opini dari para tokoh, seperti dalam “Obrolan A-Politis” (P): Apa itu “Obrolan A-politis”? (M): Obrolan A-politis adalah sebuah kolom yang bertujuan memberikan pandangan diluar wartawan dan politisi sebagai jembatan antara pembaca dan parpol, serta agar para pembaca sadar bahwa sebentar lagi akan diadakan Pemilu (P): Apakah ada arti khusus untuk “Obrolan A-Politis”? (M): Nama “Obrolan A-Politis” dibuat sengaja terkesan nyeleneh supaya eyecatching lalu agar para pembaca bisa merepretasikan secara bebas serta agar menjadi stimulasi supaya pembaca ikut andil (melangsungkan) Pemilu itu sendiri. (P): Apa tujuan pembuatan kolom “Obrolan A-Politis”? (M): Para penulisnya adalah orang terkenal atau public figure yang berguna sebagai jembatan antara pembaca dan para politisi. Serta agar para politisi membaca pandangan masyarakat tentang Pemilu, selain itu ditujukkan juga untuk menyosialisasikan bahwa akan diadakan Pemilu, hampir mirip dengan tujuan dari adanya rubrik “Mandat Rakyat 2009”
71
(P): Lalu siapa sajakah penulis untuk kolom “Obrolan A-Politis”? (M): Untuk penulis periode pertama, Kompas bekerja sama dengan Efek Rumah Kaca, Acil Bimbo dan Nia Dinata. Yang mereka ditugasi antaralain Efek Rumah Kaca pada hari Sabtu sebagai jembatan para anak muda, Acil Bimbo untuk hari Selasa untuk para orang tua dan Nia Dinata untuk perempuan. (P): Selanjutnya, mengapa Kompas memilih Efek Rumah Kaca sebagai di kolom “Obrolan A-Politis”? (M): Selain mereka baru saja mendapatkan MTV Music Award, mereka dari Band Indie, Populer dan Kritis. Lirik lagu mereka juga terdengar cerdas. (P): Bagaimana prosedural mengenai tulisan yang diberikan kepada penulis (Efek Rumah Kaca)? (M): Penulisan sesuai tema dimana setiap tema kita rembukan dulu Kompas dan Efek Rumah Kaca. Tema tidak mesti dari kita (Kompas) tapi juga bisa dari mereka (penulis) (P): Lalu apa batasan yang diberikan Kompas kepada penulis (Efek Rumah Kaca)? (M): Batasannya sekedar space yang diberikan, yaitu sekitar 3000-3500 karakter dan pengeditan sebatas prinsip umum jurnalistik, seperti tanda baca atau kata-kata kasar dan yang penting tidak merusak konten tulisan.
72
(P): Khusus Efek Rumah Kaca, apakah setiap personelnya menulis untuk kolom ini? (M): Tulisan Efek Rumah Kaca yang masuk ke Kompas kesemuanya meggunakan nama Efek Rumah Kaca bukan nama pribadi penulis (P): Apakah setiap penulis mengajukan diri sebagai penulis atau Kompaslah yang memilih mereka? (M): Semua penulis dipilih oleh Kompas berdasarkan pengamatan Kompas, mereka diberikan kebebasan untuk menulis untuk satu
periode, walau
terkadang ada beberapa penulis yang memilih mundur ditengah-tengah.