EKSLUSI DAN INKLUSI PADA RUBRIK METROPOLITAN HARIAN KOMPAS: ANALISIS WACANA KRITIS BERDASARKAN SUDUT PANDANG THEO VAN LEEUWEN
Harry Andheska Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 29111, Indonesia surel:
[email protected]
ABSTRACT The use of critical theory as a means of measurement in this study due to the issue of Kereta Rel Listrik (KRL) frequently breaking the rules by climbing to the roof of the train. This study basically emphasizes the point of attention on the figure of KRL passengers as someone who always marginalized in social life. This study is a qualitative approach and content analysis method. The study was also limited to just one text message contained in one metropolitan section on Haian Compass. Discourse analysis model used is a model of Theo Van Leuween with the aim to detect and investigate how the passengers sitting on the roof of KRL marginalized position in a discourse. The research found that there are two types of exclusion that is done, ie passivation and nominalization; whereas the inclusion of three types, namely differentiation, abstraction, and identification. Limitations in this study due to study factors that focus on just one text message. Keywords: Exclusion and Inclusion, Critical Discourse, Theo Van Leeuwen ABSTRAK Penggunaan teori kritis sebagai alat pengkajian dalam penelitian ini disebabkan oleh adanya persoalan tentang penumpang kereta rel listrik (KRL) yang sering melanggar aturan dengan menaiki atap kereta tersebut. Penelitian ini pada dasarnya lebih menekankan titik perhatiannya pada sosok penumpang KRL sebagai sosok yang senantiasa termajinalkan dalam kehidupan sosial. Kajian ini merupakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi. Kajian ini juga terbatas hanya pada satu teks berita yang dimuat dalam satu rubrik metropolitan pada haian Kompas. Model analisis wacana yang digunakan adalah model Theo Van Leuween dengan tujuan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana para penumpang yang duduk di atap KRL dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat dua jenis eksklusi yang dilakukan, yakni pasivasi dan nominalisasi; sedangkan inklusi ada tiga
51
jenis, yakni diferensiasi, abstraksi, dan identifikasi. Keterbatasan dalam kajian ini disebabkan karena faktor kajian yang hanya terfokus pada satu teks berita. Kata Kunci: Eksklusi dan Inklusi, Wacana Kritis, Theo Van Leeuwen
Berdasarkan pandangan yang
PENDAHULUAN Media
massa
merupakan
lebih mendalam mengenai hubungan
salah satu media yang menggunakan
bahasa dan media massa dalam
bahasa sebagai alat untuk menye-
perkembangan kehidupan sosial ini,
barkan
di
terlihat bahwa bahasa sebagai unsur
tersebut
pokok dalam informasi di media
sejalan dengan salah satu dari lima
massa menjadi sentral peranannya
fungsi yang dimiliki media massa
dalam menyebarkan ideologi kelom-
dalam kehidupan masyarakat, yaitu
pok supaya terhegemoni dalam struk-
pengawasan, penafsiran, keterkaitan,
tur
penyebaran nilai, dan hiburan. Dari
Bahasa menjadi senjata terselubung
seluruh
fungsi
yang dipergunakan oleh pihak yang
sosial
memiliki kekuasaan untuk menekan
merupakan fungsi paling utama dan
pihak yang mengalami ketimpangan
menunjukkan kekuatan media massa
sosial. Bahasa dan media menjadi
dalam mempengaruhi masyarakat.
dua
Melalui fungsi sosial itu, media dapat
realitas. Realitas tersebut terwujud
mewariskan norma-norma atau nilai-
untuk
kepentingan
nilai tertentu kepada masyarakat.
otoritas
tertentu
nilai-nilai
masyarakat.
Pernyataan
fungsi
penyebaran
sosial
tersebut,
nilai/fungsi
52
kemasyarakatan
kekuatan
yang
yang
yang
luas.
membangun
pusat-pusat kemudian
terjalin
dengan
kepentingan
kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga
kebertahanan media itu sendiri.
mencakup struktur pesan yang lebih
Dalam ilmu bahasa, terdapat
kompleks. Oleh karena itu, analisis
salah satu cabang yang menitikbe-
itu
ratkan perhatian dan kajiannya terha-
deskripsi bentuk bahasa yang tidak
dap bahasa dalam kehidupan sosial,
terikat pada tujuan atau fungsi yang
yaitu
dirancang
analisis
wacana.
Namun,
tidak
dapat
untuk
dibatasi
pada
menggunakan
bidang analisis wacana ini belum
bentuk tersebut dalam urusan-urusan
banyak disentuh oleh ahli linguistik.
manusia (Sobur, 2001:48).
Istilah analisis wacana memiliki
Dari perspektif komunikasi,
pengertian yang sangat beragam,
analisis wacana sebagai salah satu
mengingat istilah ini digunakan di
pilihan yang digunakan untuk
berbagai bidang ilmu seperti sosial,
media. Melalui analisis wacana, kita
politik, psikologi, komunikasi, dan
akan mengetahui bagaimana isi teks
lain-lain, Di bidang bahasa, analisis
media, dan mengetahui bagaimana
wacana merupakan studi tentang
pesan itu disampaikan kepada kita
struktur pesan dalam komunikasi.
melalui frase, kalimat, metafora, dan
Secara
lainnya. Eriyanto (2001) menambah-
spesifik,
analisis
wacana
adalah telaah mengenai aneka fungsi
kan
(pragmatik) bahasa. Analisis wacana
bagaimana
lahir dari kesadaran bahwa persoalan
kebahasaan tersebut, analisis wacana
yang terdapat dalam komunikasi
lebih bisa melihat makna yang
bukan
pada
tersembunyi dari suatu teks‖. Dari
penggunaan kalimat atau bagian
pengertian tersebut, terlihat bahwa
hanya
terbatas
53
bahwa
isi
dengan
melihat
bangunan
struktur
ilmu bahasa dan ilmu komunikasi
orang, kelompok, atau gagasan ter-
saling berkaitan dalam kajian analisis
tentu di dalam media massa.
wacana ini, mengingat seluruh teks
Salah
satu
wujud
ketim-
yang dikaji sebagai isi media massa
pangan-ketimpangan sosial yang se-
tersebut berwujud bahasa.
ring menjadi sorotan di media massa
Pusat kajian wacana bersifat emansipatoris,
yakni
dewasa ini adalah ketimpangan-
berpihak
ketimpangan sosial yang menimpa
kepada mereka yang terpinggirkan,
para
termajinalkan, dan tidak diberikan
Indonesia. Tak jarang media massa
kesempatan bersuara baik atas dasar
menyuguhkan pemberitaan tentang
ras, warna kulit, agama, gender, atau
kasus yang dialami mereka. Bagai-
kelas
lebih
mana representasi yang dijalankan
mengkritisi terhadap ketimpangan-
oleh media massa terhadap para
ketimpangan
di
penumpang tersebut melalui bahasa
analisis
di media massa adalah salah satu
wacana ini di antaranya adalah
pertanyaan yang melatarbelakangi
melihat teks sebagai bentuk dari
penelitian analisis wacana dengan
interaksi.
dapat
pendekatan kritis ini. Dalam prak-
dilihat bukan hanya sebagai bentuk
tiknya, pendekatan kritis ini sering
pernyataan, tetapi juga dapat dilihat
digunakan oleh kelompok-kelompok
sebagai bentuk pernyataan, tuduhan,
yang
atau ancaman. Wacana dapat diguna-
kepentingan di masyarakat. Hardi-
kan untuk mendelegitimasi, mendis-
man
kriminasi, atau memarjinalisasi sese-
menambahkan bahwa konsep kunci
sosial.
masyarakat.
Wacana
yang
terjadi
Karakteristik
Sebuah
wacana
54
penumpang
mengalami
dalam
kereta
api
di
marginalisasi
(Sunarto,
2001:20)
untuk memahami teori kritis ini
Van Leeuwen, Sara Mills, Teun A.
adalah kritik. Kritik merupakan suatu
Van Dijk, dan Norman Fairclough.
program
Frankfrut
Salah satu model analisis wacana
untuk merumuskan suatu teori yang
yang digunakan untuk mendeteksi
bersifat
dan
bagi
mahzab
emasipatoris
tentang
meneliti
bagaimana
suatu
kebudayaan dan masyarakat modern.
kelompok atau seseorang dimarji-
Kritik-kritik mereka diarahkan pada
nalkan posisinya dalam suatu wacana
berbagai bidang kehidupan masya-
adalah analisis wacana dengan model
rakat modern seperti seni, ilmu
Theo
pengetahuan,
2001:171).
ekonomi,
politik,
Van
Leuween.
(Eriyanto,
sosial, budaya terutama pada bidang
Theo Van Leuween membuat
yang di dalamnya telah diselubungi
suatu model analisis yang bisa
ideologi-ideologi yang menguntung-
digunakan untuk melihat bagaimana
kan pihak-pihak tertentu sekaligus
peristiwa
mengasingkan manusia individual
tersebut
digambarkan
yang ada di dalamnya.
media,
dan
dan
aktor-aktor
sosial
di
dalam
bagaimana
suatu
Dalam menerapkan analisis
kelompok yang tidak mempunyai
wacana berparadigma kritis (Critical
akses menjadi pihak yang terus-
Discourse Analysis), ada beberapa
menerus
tokoh yang terkenal sebagai pelopor
Van
teori ini dan mengusung model
kelompok sosial tertentu dapat dilihat
penelitiannya masing-masing, antara
berdasarkan
lain: Roger Fowler, Robert Hodge,
tersebut dalam sebuah wacana. Ada
Gunther Kress, dan Tony Trew, Theo
yang dikeluarkan dalam pembicaraan
55
dimarginalkan, Leuween,
Menurut
pemarjinalan
kehadiran
kelompok
(eksklusi) dan ada yang dihadirkan
Pemarjinalan tersebut dapat dilihat
dalam
dari dihadirkan atau tidak dihadir-
pembicaraan
(inklusi)
(Eriyanto, 2001:173).
kannya/dikeluarkannya suatu kelom-
Secara khusus Theo Van Leeuwen
mengungkapkan
pok atau seseorang ini dalam teks.
bahwa
bahasa adalah cerminan ideologi
METODOLOGI
sehingga dengan mempelajari bahasa
Pendekatan yang diterapkan
yang tercermin dalam teks, ideologi
dalam penelitian ini adalah pende-
dapat dibongkar. Theo Van Leeuwen
katan kualitatif. Menurut Moleong
memperkenalkan
analisis
(2002:2) penelitian yang bersifat
wacana ini untuk mendeteksi dan
kualitatif itu menunjukkan pada segi
meneliti bagaimana suatu kelompok
alamiah
yang
atau seseorang dimarjinalkan posisi-
dengan
kuatum
nya dalam suatu wacana. Pendapat
Penelitian kualitatif juga diartikan
tersebut mengacu kepada wacana dan
sebagai
kekuasaan.
Eriyanto
mengadakan perhitungan. Selanjut-
(2001:171) bahwa kekuasaan bukan
nya, penelitian ini menggunakan
hanya beroperasi lewat jalur-jalur
metode analisis isi (content analysis).
formal, hukum dan institusi negara
Menurut Bungin (2003:84) bahwa
dengan kekuasaan melarang dan
content analysis adalah yang paling
menghukum, tetapi juga beroperasi
abstrak untuk
lewat serangkaian wacana untuk
kualitatif.
mendefinisikan
digunakan saat menganalisis wacana
model
Menurut
suatu
kelompok
sebagai tidak benar atau buruk.
berita
56
dipertentangkan atau
penelitian
yang
menganalisis
Metode
yang
jumlah.
analisis
tidak
data isi
merepresentasikan
penumpang
KRL
di
dalamnya.
PEMBAHASAN
Penentuan metode analisis isi ini
Dari
analisis
data
yang
didasarkan pada sifat sumber data
dilakukan, terlihat secara jelas bahwa
yang hermeneutis-fenomenologis dan
penulis memihak kepada kelompok
sifat ideografis data.
kaum elit. Kaum elit di sini diartikan
Objek penelitian ini adalah
sebagai
kalangan
pejabat
yang
media massa harian umum Kompas.
bernaung di bawah PT KAI. Selain
Data dari penelitian ini dibatasi
itu, juga ditemukan adanya pihak
hanya pada tulisan berita yang
yang dimarjinalkan. Yang berposisi
berjudul ―Penumpang di Atap KRL
sebagai pihak yang termarjinalkan,
Dirazia‖ yang terbit pada hari Rabu,
yakni kalangan masyarakat mene-
11 Mei 2011. Berita ini dimuat
ngah ke bawah yang kesehariannya
dalam rubrik ―Metropolitan‖. Alasan
menggunakan jasa PT KAI dalam
pemilihan
melakukan berbagai aktivitas.
berita
ini
karena
di
dalamnya terdapat kasus yang terjadi
A. Eksklusi
di ibu kota yang secara kasat mata
Eksklusi adalah suatu isu
sarat dengan nuansa politis. Berita ini
sentral dalam analisis wacana. Pada
lebih menonjol dalam memberikan
dasarnya
gambaran terhadap masalah utama
bagaimana satu kelompok atau aktor
dari penelitian ini dan menunjang
sosial tertentu tidak dilibatkan dalam
kepada tujuan penelitian.
suatu
eksklusi
proses
adalah
pembicaraan
proses
atau
wacana. (Eriyanto, 2001:173). Penghilangan aktor sosial ini memiliki tujuan
57
tertentu.
Menurut
Van
Leuween,
pembaca
perlu
melawan saat di lakukan penertiban.
masing-
Jadi, perhatian pembaca seolah-olah
masing kelompok itu ditampilkan
ditujukan pada tindakan penumpang
dalam teks, apakah ada pihak atau
tersebut.
aktor yang dengan strategi wacana
1. Pasivasi
mengkritisi
berita
bagaimana
tertentu hilang dalam teks atau tidak.
Eksklusi dengan cara pasivasi
Ada beberapa strategi bagaimana
ini ditemukan dalam teks berita yang
suatu
dianalisis.
aktor
(seseorang
atau
Ada
empat
bentuk
dalam
penggambaran pasivasi ini. Cara ini
pembicaraan. Di antaranya dapat
digunakan untuk melindungi pelaku,
digambarkan berikut ini.
dalam hal ini untuk melindungi para
kelompok)
dikeluarkan
pejabat yang berwenang di PT KAI
Penggunaan strategi eksklusi ditemukan dalam teks berita yang
sebagai
dianalisis. Dari tiga proses eksklusi
menghegemoni
yang
Van
dilakukan penumpang KRL. Proses
Leeuwen dalam teorinya, ditemukan
pasivasi ini tergambar dalam kalimat
dua proses eksklusi dalam berita ini,
berikut.
dikemukakan
Theo
pihak
yang
dianggap
tindakan
yang
(1) Ratusan penumpang kereta
yakni pasivasi dan nominalisasi. ada
rel listrik yang duduk di
beberapa pelaku yang disamarkan
tempat seharusnya, selasa
bahkan
Dalam
berita
ini
terlihat
dikeluarkan
dalam
(10/5),
ditertibkan
Penulis
lebih
Stasiu
Pasar
pembicaan.
Jakarta Selatan.
memfokuskan pusat pemberitaanya kepada
para
penumpang
yang
58
di
Minggu,
(2) Sedikitnya
46
orang
KRL.
Dalam
keempat
ditangkap karena duduk di
tersebut,
atas atap karena duduk di
disinggung
atas atap, bergelantungan di
yang melakukan penertiban, siapakah
pintu,
yang melakukan penangkapan, dan
berdiri
di
antara
gerbong, atau di lokomotif.
(3) Dalam persidangan kemake-46
orang
sekali
siapakah
tidak
sebenarnya
siapa yang memberikan sanksi. Pihak yang
rin,
sama
kalimat
melakukan
penertiban,
penangkapan, dan pemberian sanksi
yang
kepada para penumpang dikeluarkan
tertangkap rata-rata dija-
dari pembicaraan. Di dalam berita
tuhi
tersebut, pihak yang melakukan dan
sanksi
membayar
denda Rp 21.000.
penangkapan
penertiban
hanya
digambarkan sebagai ―petugas kea(4) Penertiban dilakukan mu-
manan‖ saja. Padahal, sebagaimana
lai pukul 06.00 hingga
yang diketahui, pihak keamanan
pukul
kemudian
tersebut terdiri dari berbagai satuan
diulang pada pukul 16.00
instansi. Relevan dengan pendapat
hingga pukul 19.00.
Eriyanto (2001:174) yang menga-
11.00.
takan bahwa salah satu cara dalam Pemilihan bentuk pasif dalam
membentuk pasivasi yaitu dengan
kalimat-kalimat di atas telah menga-
membuat
burkan siapa sesungguhnya sosok
kalimat
dalam
bentuk
pasif. Lewat pemakaian kalimat pasif
pelaku yang menertibkan, menang-
ini, aktor dapat tidak hadir dalam
kap, serta menjatuhi hukuman bagi
teks, sesuatu yang tidak mungkin
para penumpang yang naik ke atap 59
terjadi
dalam
yang
sosok para penumpang sebagai objek
Pembentukan
pemberitaan. Kedua, dapat disebab-
kalimat pasif ini berdampak pada
kan pihak media massa memang
pemahaman makna isi berita.
belum mendapatkan informasi yang
berstruktur
kalimat
aktif.
Perhatian yang disuguhkan
akurat mengenai fenomena yang
media massa tersebut lebih mene-
terjadi sesungguhnya; apakah tinda-
kankan pada tindakan buruk para
kan
yang
dilakukan
penumpang yang sering menaiki atap
penumpang
tersebut
KRL. Stategi bahasa dalam pem-
suatu bentuk pelanggaran aturan atau
beritaan
mengakibatkan
ada hal lain yang tersebunyi di balik
pembaca menjadi tidak kritis dengan
hal tersebut. Ketiga, bisa disebabkan
ketidakhadiran pelaku. Berbeda jika
pihak media massa memang ingin
digunakan bentuk aktif yang pasti
melindungi PT KAI dari kasus ini
menempatkan
maka wartawan sengaja menga-
tersebut
posisi
aktor/pelaku
pelaku
para
merupakan
sebagai subjek yang menjadi pusat
burkan
perhatian pembaca. Dengan kata lain,
penertiban dan razia terhadap para
pada konstruksi berita ini, tindakan
penumpang tersebut.
penumpang yang menyalahi aturan
2. Nominalisasi
Cara
tersebut menjadi objek pemberitaan
yang
oleh
melakukan
peghilangan
pelaku
massa.
melalui proses nominalisasi hanya
Pemilihan strategi bahasa tersebut
ditemukan satu bentuk pada teks
dapat
yang dianalisis. Proses ini pada
dan
eksploitasi
disebabkan
media
banyak
hal.
Pertama, disebabkan memang media
dasarnya
massa tersebut ingin menjadikan
mengubah kelas kata. Kata yang
60
dilakukan
dengan
berjenis
verba
diubah
menjadi
halnya dengan peristiwa atau gejala.
nomina dengan cara menambahkan
Dengan
demikian
pemberitaan
imbuhan ―pe-an‖. Adapun bentuk
tersebut melepaskan diri dari konteks
nominalisasi ini dapat dilihat sebagai
pelaku, waktu, dan tempat.
berikut. Dari data di atas, terdapat (5) Sebagian penumpang memprotes
penertiban
kata ―penertiban‖ yang merupakan
itu. jenis kata benda. Kata penertiban
Mereka
mengaku
nekat tersebut sebenarnya berasal dari kata
duduk
di
atap
jumlah
KRL
karena
yang
kerja ―menertibkan‖. Berdasarkan
ada hal
tersebut,
siapa
aktor
yang
kurang. melakukan penertiban tidak kelihaPenggunaan strategi bahasa tan.
Dalam
hal
ini
seharusnya
melalui nominalisasi juga mengakidihadirkan petugas keamanan sebabatkan hilangnya sosok pelaku/aktor. gai aktor yang melakukan razia Berdasarkan
keterangan
dari kepada para penumpang KRL yang
Eriyanto (2001:176) bahwa nomiduduk di atas atap. Penggunaan nalisasi tidak membutuhkan subjek nominalisasi ini menggiring pembaca karena nominalisasi pada dasarnya untuk menjadi tidak kritis. Pembaca merupakan proses mengubah kata menjadi lebih memfokuskan perhakerja
yang
bermakna
tindaktiannya pada tindakan penumpang
an/kegiatan menjadi kata benda yang yang menjadi korban, dan tidak bermakna peristiwa. Dalam setiap memfokuskan
perhatian
kepada
kegiatan/tindakan selalu terkandung sosok aktor pelaku. Lambat laun hal unsur pelaku, tetapi tidak demikian ini dapat membangun pola pandang
61
yang buruk terhadap
pandangan
(6) Berbagai
upaya
dilakukan
masyarakat pengguna jasa PT KAI
PT
pernah
KAI
untuk
mencegah penumpang naik ke yang memanfaatkan KRL untuk
atap
beraktivitas.
kereta,
mulai
dari
memasang kawat di atas atap, penyemprotan
B. Inklusi
penumpang
kereta, bahkan sampai dipasangi Dari wacana teks berita yang
pagar. Namun, tetap saja ada
dianalisis, sosok penumpang yang
orang
duduk di atap KRL direpresentasikan
penumpang menjadi lebih kreatif
yang
untuk melalui tiga bentuk, yakni: diferensiasi,
abstraksi,
dan
naik
mengakali
karena
berbagai
hambatan pencegah orang naik
identifikasi.
ke atas atap.
Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan (7) Dari catatan PT KAI, rataberikut ini.
rata tiga orang per bulan
1. Diferensiasi
meninggal karena tersengat listrik saat berada di atap
Diferensiasi pada dasarnya
KRL.
merupakan strategi analisis wacana
Bahaya
ini
masih
belum membuat orang jera yang mengontraskan kehadiran pihak
duduk
penghegemoni (pejabat di PT KAI)
terutama KRL ekonomi serta
dan
pihak
di
atap
kereta,
pada jam sibuk di pagi hari
tersubordinasi
dan sore hari. (penumpang
KRL).
Melalui
pengkontrasan ini, salah satu pihak
Wacana di atas merupakan
akan menjadi pihak yang tersudut,
bentuk dari stategi wacana eksklusi
dan ada satu pihak lain yang akan
dengan cara diferensiasi. Di dalam
menjadi pihak yang dominan dan
paragraf
terpandang. Hal ini terlihat dari data
antara pihak pejabat PT KAI dengan
wacana berikut ini.
para penumpang KRL. Penggunaan 62
tersebut
dibandingkan
kalimat ―Berbagai upaya pernah
Hadirnya peristiwa atau kelompok
dilakukan PT KAI untuk mencegah
lain selain yang diberitakan itu,
penumpang naik ke atap kereta,
menurut Van Leuween, bisa menjadi
mulai dari memasang kawat di atas
penanda yang baik bagaimana suatu
atap,
penumpang
kelompok atau peristiwa direpresen-
kereta, bahkan sampai dipasangi
tasikan dalam teks. Diferensiasi-
pagar‖ menggiring pembaca pada
indeferensiasi ini merupakan strategi
pemikiran bahwa PT KAI telah
wacana bagaimana suatu kelompok
melakukan berbagai langkah dalam
disudutkan
mengatasi masalah penumpang KRL.
kelompok atau wacana lain yang
Hal ini mengakibatkan PT KAI
dipandang lebih dominan atau lebih
berada pada posisi yang benar. Pihak
bagus.
PT
penyemprotan
KAI
dikontraskan
dengan
menghadirkan
dengan
Akibat proses diferensiasi ini,
penumpang KRL yang menjadi pihak
masalah yang sebenarnya menjadi
yang patut dipersalahkan.
tertutup. Permasalahan utama dari
Mengacu
pendapat
kasus ini sebenarnya adalah jumlah
yang
armada KRL yang terbatas. Kalau
mengatakan bahwa suatu peristiwa
armada KRL lengkap dan memenuhi
atau seorang aktor sosial dapat
kebutuhan masyarakat, pasti para
ditampilkan
secara
penumpang tidak akan menumpangi
mandiri sebagai suatu peristiwa yang
KRL dengan cara menaiki atapnya.
unik dan khas, tetapi bisa juga
Tidak akan mungkin seseorang mau
kontras
untuk mencelakai dirinya. Masya-
Eriyanto
pada
(2001:179)
dalam
dengan
teks
menampilkan
peristiwa atau aktor lain dalam teks.
rakat
63
sesungguhnya
menyadari
bahwa menaiki atap kereta tersebut
tersendiri bagi pembaca. Efek yang
sangat berbahaya bagi keselamatan
dihasilkan
akan
jiwa. Akan tetapi, mengingat tingkat
mengubah
paradigma
mobilitas masyarakat yang tinggi dan
Proses abstraksi ini hampir mirip
padat, sedangkan jumlah armada
dengan majas hiperbola. Pembaca
KRL
dapat saja berubah pandangan dari
yang
terbatas
terpaksa
mampu pembaca.
masyarakat menaiki atap KRL. Oleh
positif
karena itu, tindakan pelanggaran
suatu objek yang direpresentasikan.
yang dilakukan para penumpang
Sesuai dengan Eriyanto (2001:181)
tersebut
mengatakan bahwa
seharusnya
menjadi
menjadi
dapat
negatif
makna
diterima
KAI
depannya.
karena dengan membuat abstraksi
Sebagaimana yang diketahui, selama
peristiwa atau aktor yang sebetulnya
ini
melakukan
secara kuantitatif berjumlah kecil,
tindakan kekerasan kepada masya-
dengan abstraksi dikomunikasikan
rakat untuk mengantisipasi masalah
seakan berjumlah banyak. Hal ini
ini. PT KAI belum menunjukkan
terdapat dalam kutipan berikut.
sikap yang tegas untuk memikirkan
(8) Sarwono termasuk da-
PT
KAI
permasalaha
ke
hanya
dari
segi
akan
yang
pemikiran yang tersendiri bagi PT untuk
khalayak
terhadap
prasarana
lam ratusan orang yang
terutama dari jumlah armada yang
berusaha melawan keti-
terbatas.
ka disuruh turun oleh
2. Abstraksi
petugas keamanan khu-
Menampilkan aktor secara
sus kereta api.
abstrak akan menimbulkan kesan
64
berbeda
(9) Beberapa
penumpang
yang emosional, suka memaki, dan
lain, rata-rata adalah
melawan. Khalayak akan melihat
laki-laki, sampai dikejar
citra buruk kaum laki-laki. Secara
petugas
terus
tidak langsung, hal ini telah terjadi
memaki dan menolak
diskrimasi pemberitaan kepada laki-
ditertibkan.
laki. Dalam peristiwa ini tidak
karena
mungkin rasanya si penulis berita Berdasarkan kutipan di atas,
tidak tahu dengan jumlah penumpang
terihat ada kata ―ratusan‖ yang
yang melawan kepada petugas serta
digunakan untuk merepresentasikan para
penumpang
yang
siapa-siapa saja penumpang yang
melawan
menolak untuk ditertibkan.
petugas keamanan. Kata tersebut seolah-olah menggambarkan
3. Identifikasi
citra
Dalam indentifikasi, proses
para penumpang KRL yang buruk.
pendefinisian
Publik akan menilai bahwa rata-rata
menambahkan anak kalimat sebagai
secara massal penumpang kereta api
penjelas. Penambahan anak kalimat
tersebut merupakan orang yang tidak
ini
taat dengan peraturan. Para penum-
pembaca dengan berita yang akan
pang KRL direpresentasikan memi-
disampaikan. Apabila suatu kelom-
liki pola pemikiran yang kolot dan
pok digambarkan dengan buruk,
kuno dan sering melawan kepada
maka pembaca pasti akan menerima
petugas
juga
secara buruk pula. Hal ini mengacu
dengan penggunaan kata ―rata-rata‖.
pada pendapat Eriyanto (2001:184)
Kata
mengatakan bahwa dalam strategi
keamanan.
tersebut
Begitu
mengasosiasikan
bahwa ―laki-laki‖ merupakan orang 65
berfungsi
dilakukan
untuk
dengan
meyakinkan
indentifikasi, proses pendefinisian itu
menuju
dilakukan dengan memberi anak
Pusat‖. Penambahan anak kalimat
kalimat sebagai penjelas. Di sini ada
tersebut
dua
Sarwono merupakan seorang pekerja
proposisi,
kedua
adalah
dimana
proposisi
penjelas
atau
Tanah
yang
Abang,
Jakarta
menunjukkan
hampir
bahwa
setiap
hari
KRL
dalam
keterangan dari proposisi pertama.
menggunakan
Umumnya dihubungkan dengan kata
aktivitasnya. Secara tidak langsung
hubung seperti: yang dan dimana.
teks ini juga menggambarkan bahwa
Seperti yang tertera di bawah ini.
Sarwono setiap harinya menumpangi
(10)
―Lihat saja, di dalam
KRL dengan cara menaiki atapnya.
sudah uwel-uwel begitu.
Perhatian
Mau pengangan di pintu
difokuskan
saja
Pembaca
tak
Makanya, atap,‖
kata
cukup. duduk
jasa
di
pembaca
pun
hanya
kepada
Sarwono.
akan menilai
Sarwono
sebagai sosok yang tidak taat dengan
Sarwono
aturan.
(37), pekerja asal Depok yang pada Selasa pagi
SIMPULAN
kemarin hendak menuju
Berdasarkan
pembahasan
Tanah Abang, Jakarta
tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pusat.
dalam teks berita yang berjudul ―Penumpang di Atap KRL Dirazia‖
Dari kutipan tersebut terlihat
terdapat
penggunaan identifikasi. Hal itu
ketimpangan-ketimpangan
kepentingan sosial. Penulis berita
ditandai dengan anak kalimat ―yang
memperjuangkan kelompok dari PT
pada Selasa pagi kemarin hendak 66
KAI,
sedangkan
pihak
yang
dengan aturan, suka mencaci, dan
dimarjinalkan adalah para penum-
melawan
kepada
pang KRL. Jelas terlihat bahwa
keamanan.
para
petugas
terdapat penyalahgunaan kekuasaan
Penelitian ini masih bersifat
atas kasus ini. Pendeskripsian ketiga
terbatas dalam menjaring data berita
hal
yang di dalamnya merepresentasikan
tersebut
disesuaikan
dengan
metode analisis Theo Van Leuween
sosok
yang ditinjau dalam dua hal, yaitu
bermasalah sehingga penelitian ini
proses eksklusi (bagaimana sosok
belum
pelaku dikeluarkan dalam teks) dan
simpulan
proses inklusi (bagaimana sosok
representasi penumpang KRL di
penumpang
digambarkan
media massa, khususnya di Kompas.
dalam teks. Proses eksklusi yang
Penelitian ini hanya dibatasi pada
ditemukan hanya ada dua bagian,
satu
yakni pasivasi dan nominalisasi,
diperlukan data yang lebih lengkap
sedangkan proses inklusi ditemukan
untuk menyempurnakan simpulan
ada tiga bagian, yakni diferensiasi,
yang telah diperoleh.
KRL
penumpang
dapat
teks
KRL
dijadikan akhir
berita
yang
sebagai mengenai
saja.
Masih
abstraksi, dan identifikasi. Hasil DAFTAR PUSTAKA
penelitian ini memperlihatkan bahwa
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Harian Umum Kompas merepresentasikan
sosok
penumpang
yang Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
duduk di atap KRL sebagai sosok yang marginal, tidak mempunyai
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
kekuatan dan kekuasaan, tidak taat
67
Sunarto, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakara: LKIS.
68