ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA RIIL, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS SAHAM TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ45 DAN JII
Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen
Oleh : Haret Bima Dwi Putra P100140044
MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
HALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA RIIL, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS SAHAM TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ45 DAN JII
PUBLIKASI ILMIAH oleh: HARET BIMA DWI PUTRA P 100140044
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing I
Dra. Rina Trisnawati, M.Si.,Akt.,Ph.D., CA NIK.901
Dosen Pembimbing II
Drs. Wiyadi, MM., Ph.D NIK.388 i
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar disuatu perguruantinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 12 Oktober 2016 . Penulis
HARET BIMA DWI PUTRA P 100140044
iii
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA RIIL, UKURAN PERUSAHAAN DAN LIKUIDITAS SAHAM TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ45 DAN JII
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh manajemen laba riil, ukuran perusahaan dan likuiditas saham terhadap cost of equity capital pada perusahaan go public yang tergabung dalam indeks LQ45 dan JII pada periode 2004-2015. Penilaian manajemen laba riil menggunakan pendekatan abnormal cash flow from operations, abnormal production cost dan abnormal discretionary expenses. Ukuran perusahaan diukur menggunakan logaritma natural dari total asset. Likuiditas saham diukur menggunakan pendekatan trading volume activity. Desain Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan hyphotetico deductive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba riil tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital dengan parameter negatif. Likuiditas saham tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital. Kata kunci: manajemen laba riil, ukuran perusahaan, likuiditas saham, cost of equity capital ABSTRACT This research aims to determine the effect of real earning management, firm size and stock liquidity on cost of equity capital, on occured in companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2004-2015 period. Real earning management measurement used approach on abnormal cash flow from operations, abnormal production cost and abnormal discretionary expenses. Firm size measured by natural logarithm of total asset. While stock liquidity measurement used approach on trading volume activity. Design of this research is quantitative with hyphotetico deductive approachment. Research result indicate that there is no significant relationship between real earning management and the cost of capital. While, firms size has a significant negative relationship on cost of equity capital and stock liquidity has no significant relationship on cost of equity capital. Keyword: real earning management, firm size, stock liquidity, cost of equity capital 1. PENDAHULUAN Perusahaan membutuhkan modal untuk dapat berkembang. Dalam usahanya upaya untuk memperoleh modal, perusahaan harus memiliki daya tarik berupa jaminan akan prospek perusahaan yang bagus di masa depan. Prospek 1
perusahaan tergambar dari laporan keuanganya, terutama laporan yang memuat tentang informasi laba. Mengingat pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan mengetahui lebih banyak informasi internal dibandingkan para pemegang saham maka informasi laba ini sangat rentan dimanipulasi. Joosten (2012) menyatakan bahwa untuk menghindari penurunan harga saham yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya harapan investor akan pelaporan laba yang positif dan sesuai perkiraan analis, maka perusahaan akan cenderung melakukan tindakan manajemen laba. Ini sesuai dengan penelitian Graham et al (2005) yang menemukan bahwa perusahaan – perusahaan besar melakukan manajemen laba agar target laba mereka terpenuhi. Menurut Joosten (2012), terjadi perubahan trend manajemen laba dari manajemen laba berbasis akrual menjadi manajemen laba riil disebabkan oleh semakin ketatnya pengawasan dan regulasi dalam pelaporan keuangan. Selain itu manipulasi laba melalui aktivitas riil juga lebih sulit dideteksi oleh pemegang saham daripada manipulasi laba secara akrual (Kothari, 2012). Perubahan trend manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan juga menimbulkan pergeseran penelitian menjadi fokus pada manajemen laba riil dari sebelumnya manajemen laba berdasarkan akrual. Graham et al (2005), Roychodwury (2006), Cohen et al (2008), dan Joosten (2012), menunjukkan pentingnya memahami manajemen laba berdasarkan manipulasi aktivitas riil selain manajemen laba berbasis akrual. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Yu (2008), Zang (2012), Degeorge et al (2013) dan Enomoto et al (2015) menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya melakukan manajemen laba secara akrual tapi juga secara riil tergantung pada berbagai kondisi yang dihadapi. Manajemen laba yang dilakukan perusahaan menyebabkan terjadinya kekaburan laba (earning opacity). Kekaburan laba mengandung arti bahwa informasi laba perusahaan tidak dapat
menggambarkan laba ekonomi
sesungguhnya (Bhattacharya et al, 2003). Kemudian menurut Sunarto (2008), apabila laba mengandung kekaburan, maka akan tercipta resiko informasi. Untuk menutupi resiko informasi ini investor memperbesar tingkat pengembalian yang
2
disyaratkan (required rate of return). Peningkatan pada required rate of return akan meningkatkan cost of equity. Ukuran perusahaan juga mempunyai korelasi dengan cost of equity capital. Semakin besar ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asetnya, akan memilki resiko yang lebih kecil (Asbaugh dan Collins, 2008). Menurut Banz (1981), investor akan menuntut tingkat return yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki resiko yang tinggi. Dengan semakin besarnya tingkat return yang diharapkan oleh investor, maka cost of equity capital yang dikeluarkan perusahaan juga
akan
semakin
besar.
Hal
ini
dikarenakan
perusahaan
harus
mengkompensasikan tingkat return yang diharapkan oleh investor dengan memperbesar dividen yield. Penelitian – penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap cost of equity capital. Annin (1997), Omran dan Pointon (2004) serta Kien Pham, Suchard dan Zein (2005) mendapatkan bukti empiris ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan cost of equity capital. Likuiditas saham dan resiko merupakan pertimbangan penting yang digunakan investor ketika menanamkan modalnya. Secara umum, suatu saham dapat dianggap likuid ketika dapat dibeli atau dijual dengan segera, dalam jumlah yang besar dan tanpa menggerakkan harga (Pastor dan Stambaugh, 2002). Foucault (2006) menyatakan bahwa likuiditas yang rendah akan meningkatkan biaya transaksi. Ini mengakibatkan investor menginginkan expected return yang lebih tinggi apabila bertransaksi saham yang tidak likuid. Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian Acharyaa dan Pedersen (2005) yang menemukan bahwa expected return akan membesar sejalan dengan tingkat ilikuiditas market dan ilikuiditas saham perusahaan yang bersangkutan. Peningkatan pada expected return berarti peningkatan pula pada cost of equity capital yang dikeluarkan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis memiliki ketertarikan untuk meneliti pengaruh manajemen laba riil, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap cost of equity capital perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45 dan JII (Jakarta Islamic Index). 3
2. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam indeks JII dan indeks LQ 45.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: Perusahaan yang listing di bursa efek Indonesia pada periode 2004 – 2015. Perusahaan yang tergabung dalam indeks JII dan LQ 45 pada periode 2004 – 2015 Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuanganya secara berturut – turut pada periode 2004 – 2015 Ukuran perusahaan adalah skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan. Pada penelitian ini ukuran perusahaan didefinisikan sebagai nature log (ln) dari total assets. Pengukuran ini merujuk pada penelitian Llukani (2013); Swastika (2013); dan Ali et al. (2015). Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk memprediksi keadaan, hubungan atau pengaruh dari satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel dependenya. Persamaan regresi berganda pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4+ b5X5 +ε Keterangan : y
: cost of equity capital
α
: konstanta
b1, b2, b3, b4 ,b5 : koefisien regresi X1
: Abnormal CFO
X2
: Abnormal Production Cost
X3
: Abnormal Discretionary Expenses
X4
: Ukuran perusahaan
X5
: Likuiditas saham
ε
: Standar error
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana dinyatakan di atas, bahwa kriteria sampel penelitian adalah: (1) Perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada periode 2004–2015; (2) Perusahaan yang tergabung dalam indeks JII dan LQ 45 pada periode 2004–2015 dan (3) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuanganya secara berturut– turut pada periode 2004–2015. Adapun berdasarkan sebaran data penelitian diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1.Kriteria Pengambilan Sampel Keterangan
LQ45
JII
Jumlah populasi perusahaan yang terdaftar dan masuk indeks LQ – 45 atau JII Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut pada periode 2004-2015 Perusahaan yang termasuk non manufaktur Perusahaan yang datanya tidak lengkap Data Outlier
495
330
(84) (74) (51) (27)
(63) (46) (13)
Jumlah Sampel
259
208
Sumber: data sekunder diolah, 2016 3.1 Statistik Deskriptif Analisis statistik diskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui deskripsi tentang manajemen laba riil, ukuran perusahaan, likuditas saham dan cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII . Adapun hasilnya dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2. Statistik Deskriptif Indeks LQ 45 Min Max Mean Abn. CFO -0,530 0,884 0,008 Abn. Pro. Cost -1,916 0,739 0,001 Abn. Dis. Expenses -0,175 0,698 0,003 Likuiditas Saham 0,879 1,040 0,966 Ukuran Perusahaan 11,219 14,372 13,154 Cost of Equity -1,097 -0,764 -0,941 Sumber: data sekunder diolah, 2016 Variabel
5
Indeks JII Min Max Mean -0,516 0,653 0,008 -1,027 1,405 -0,003 -0,302 0,737 -0,001 0,879 1,040 0,963 11,756 14,330 13,130 -1,132 -0,773 -0,943
Dari tabel di atas nampak bahwa pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45 maupun JII mempunyai rata – rata nilai abnormal CFO yang positif. Ini berarti manajemen laba dilakukan dengan pola menaikkan aliran kas operasi. Menaikkan aliran kas operasi ini dapat dilakukan dengan cara pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan penjualan, seperti pemberian diskon atau memperlunak syarat pengajuan kredit sehingga volume penjualan menjadi besar. Abnormal production cost merupakan manipulasi biaya produksi yang mengakibatkan nilainya menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari biaya produksi normalnya. Pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ45, rata-rata abnormal production cost bernilai positif, maka dapat diketahui bahwa rata-rata perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 melakukan manajemen laba dengan pola menaikkan biaya produksi. Sedangkan pada rata – rata perusahaan yang tergabung dalam indeks JII manajemen laba dilakukan dengan jalan pola menurunkan biaya produksi. Abnormal Discretionary Expenses merupakan manipulasi laba melalui biaya iklan, biaya penjualan serta biaya penelitian dan pengembangan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 melakukan manajemen laba dengan pola menaikkan biaya iklan, biaya penjualan serta biaya penelitian dan pengembangan. Sedangkan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks JII ratarata melakukan manajemen laba dengan pola menurunkan biaya iklan, biaya penjualan serta biaya penelitian dan pengembangan. Likuiditas saham menggambarkan kemampuan sebuah saham untuk diperjualbelikan dengan segera, dalam jumlah yang besar dan tanpa mengalami perubahan notasi harga yang signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 rata-rata likuiditas saham adalah 0,966, hal ini menunjukkan bahwa nilai transaksi rata-rata pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 adalah 96,6% dari seluruh kapitalisasi pasar. Sedangkan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks JII nilai transaksi rata-rata indeks JII adalah 96,3% dari seluruh kapitalisasi pasar. 6
Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural dari total aset (log total aset) adalah skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 rata-rata adalah 13,154. Sedangkan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks JII ratarata ukuran adalah 13,130. Ini berarti bahwa rata-rata perusahaan yang tergabung di LQ 45 dan JII berukuran besar. Cost of Equity Capital adalah biaya yang digunakan untuk membiayai sumber pendanaan perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 maupun JII mempunyai nilai yang negative. Ini berarti
ekspektasi investor
terhadap return yang akan diterima adalah rendah.
3.2 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan adanya pengaruh variabel - variabel independen terhadap variabel dependenya. Pada penelitian ini pengujian regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba riil, likuiditas saham dan ukuran perusahaan terhadap cost of equity capital pada perusahaan –perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 dan JII. Hasil perhitungan ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Variabel
Indeks LQ 45 thitung P (Constant) -0,488 Abn. CFO 0,029 1,324 0.187 Abn. Pro. Cost 0,026 1,582 0.115 Abn. Dis. Expenses 0,017 0,752 0.453 Likuiditas Saham -0,223 -1,762 0.079 Ukuran Perusahaan -0,018 -2,879 0.004 2 R 0,066 Fhitung 3,596 P 0,004 Sumber: Data sekunder diolah, 2016 7
Indeks JII thitung -0,732 0,018 0,744 0,008 0,523 -0,024 -1,152 0,227 1,654 -0,033 -4,377 0,112 5,109 0,000
p 0,458 0,602 0,251 0,100 0,000
Dari tabel 3 yang merupakan hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = -0,488 +0,029X1 + 0,026X2 + 0,017X3- 0,223 X4- 0,018 X5 + e (1) Y = -0,732 +0,018X1 + 0,008X2- 0,024X3+ 0,227 X4- 0,033 X5 + e (2) 3.3 Pengaruh Manajemen Laba Riil Terhadap Cost of Equity Capital Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa abnormal CFO tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital, baik pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 maupun JII. Ini berarti bahwa manipulasi arus kas penjualan yang dilakukan oleh manajer tidak berpengaruh terhadap ekspektasi investor terhadap return yang akan diterimanya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh fokus daripada investor lebih kepada fundamental perusahaan secara keseluruhan bukan hanya berfokus pada current earnings perusahaan. Seperti yang diketahui, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) pada tahun 2015, kepemilikan asing pada saham – saham perusahaan di Indonesia mencapai 62,8% yang berarti sebagian besar investor di bursa saham Indonesia adalah investor asing. Kemudian dengan merujuk pada pernyataan Froot et al (2000) yang mendefinisikan investor asing sebagai investor institusi besar dengan kemampuan analisis investasi yang baik, maka tidak mengherankan apabila mereka lebih fokus kepada fundamental perusahaan secara keseluruhan daripada hanya berfokus pada current earnings perusahaan. Berikutnya, pengujian untuk pengaruh abnormal production cost juga didapat hasil bahwa abnormal production cost tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital baik pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 maupun JII. Ini menunjukkan bahwa ekspektasi investor terhadap return yang akan didapatkanya tidak dipengaruhi oleh besarnya laba operasi yang dihasilkan dari memproduksi barang dengan jumlah berlebihan. Pada umumnya praktik manajemen laba riil dilakukan oleh perusahaan – perusahaan dengan kinerja keuangan yang buruk sehingga tidak memiliki cukup celah untuk melakukan manipulasi secara akrual (Ningsih, 2012). Sedangkan 8
perusahaan yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini baik yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII kesemuanya rata – rata merupakan perusahaan dengan ukuran yang besar sehingga memiliki lebih banyak akrual untuk dimanipulasi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan olehTrisnawati dan Nugroho (2011); Sasongko dan Purbasari (2012); Wiyadi dan Safitri (2012) yang mendapati adanya praktek manajemen laba akrual pada perusahaan yang juga tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII. Berikutnya, hasil pengujian untuk pengaruh abnormal discretionary expenses menunjukkan bahwa abnormal discretionary expenses tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 maupun JII. Ini berarti bahwa perubahan laba perusahaan yang disebabkan oleh manipulasi pada beban – beban diskresionari tidak berpengaruh terhadap ekspektasi return investor. Hasil - hasil penelitian tersebut menunjukkan manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII, sehingga H1 yang menyatakan bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII tidak terbukti kebenarannya. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Purwaningtias dan Surifah (2015) yang mendapati bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap cost of equity. Leuz et al. (2003) dalam penelitianya menyebutkan bahwa Indonesia berada pada kelompok (cluster) negara – negara dengan tingkat perlindungan investor yang lemah. Sejalan dengan pernyataan Joosten (2012) yang menyebutkan bahwa pergeseran manajemen laba, dari manajemen laba akrual menjadi manajemen laba riil dikarenakan oleh tingginya tingkat perlindungan investor dan ketatnya pengawasan dari regulator, maka ada kemungkinan bahwa di Indonesia yang tingkat perlindungan investornya masih lemah, manajer masih menggunakan cara – cara akrual dalam memanipulasi laba. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Fitriyani (2004), Utami (2005), dan Rinobel (2015) yang menunjukkan bahwa manajemen laba secara akrual berpengaruh positif signifikan terhadap cost of equity capital pada perusahaan. 9
3.4 Pengaruh Likuiditas Saham Terhadap Cost of Equity Capital Berdasarkan hasil pengujian untuk pengaruh likuiditas saham terhadap cost of capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 diperoleh nilai thitung sebesar -1,762 dengan nilai p = 0,079 dan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks JII diperoleh nilai t hitung sebesar 1,654 dengan nilai p = 0,100. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan nilai p> 0,05 sehingga H2 ditolak, artinya likuiditas saham tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII.Tidak signifikanya pengaruh likuiditas terhadap cost of equity capital menunjukkan bahwa saham – saham perusahaan di Indonesia dinilai investor memiliki likuiditas yang tinggi sehingga ekpektasi mereka terhadap return tidak dipengaruhi oleh tingkat likuiditasnya. Hasil ini menguatkan pendapat Butler et al (2001) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berhubungan langsung dengan cost of equity capital yang dikalkulasikan menggunakan expected return ataupun discount rate. Likuiditas saham lebih berpengaruh kepada biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usahanya mendapatkan sumber pendanaan dari luar (cost of raising external capital) dimana perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas saham yang rendah harus membayar lebih banyak fee kepada investment banking ketika perusahaan mengeluarkan saham baru (right issue).
Hal ini dikarenakan saham dengan
likuiditas rendah cenderung dihindari oleh investor dan trader karena tingginya biaya transaksi dan timbulnya kesulitan dalam bertransaksi.
3.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Cost of Equity Capital Ukuran perusahaan adalah sebuah skala yang digunakan untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, yaitu log total aktiva (Marihot dan Doddy, 2007), log total penjualan (Nuryaman, 2008), rata – rata penjualan (Brigham dan Houston, 2001) dan kapitalisasi pasar (Halim, dkk. 2005). Ferry dan Jones (1979) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat dinilai dari total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total aktiva.
10
Pada penelitian ini ukuran perusahaahn diproksikan dengan logaritma natural dari total aset (log total aset). Berdasarkan hasil perhitungan statistik diskriptif dapat diketahui bahwa pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 mempunyai nilai ukuran perusahaan terendah adalah 11,219; sementara nilai tertinggi adalah 14,372 dan rata-rata ukuran pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 adalah 13,154. Dengan mengeksponensialkan angka logaritma tersebut maka diketahui bahwa rata – rata perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 mempunyai nilai aset sebesar 14.26 Triliun Rupiah. Kemudian dengan merujuk pengklasifikasian ukuran perusahaan yang dilakukan oleh Ang (1997) dalam Rahmawati et al (2007) dimana: a. Saham berkapitalisasi besar, merupakan saham-saham yang memiliki total aset lebih besar atau sama dengan 5 triliun rupiah. b. Saham berkapitalisasi menengah, merupakan saham yang memiliki total aset di antara 1 triliun rupiah sampai dengan 5 triliun rupiah. c. Saham berkapitalisasi kecil, merupakan saham dengan total aset kurang dari 1 triliun rupiah. maka rata – rata perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 adalah perusahaan berukuran besar. Pada perusahaan yang tergabung dalam indeks JII ukuran perusahaan terendah adalah 11,756; sementara nilai tertinggi adalah 14,330 dengan rata-rata ukuran perusahaan sebesar 13,130. Ini berarti bahwa rata-rata perusahaan yang tergabung di JII mempunyai nilai aset sebesar 13,49 triliun yang juga termasuk dalam kategori perusahaan berkapitalisasi besar. Hasil pengujian untuk pengaruh ukuran perusahaan terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital. Besar nilai koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 adalah sebear -0,018, sedangkan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks JII adalah sebesar -0,033 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan sebesar 1%; maka akan berdampak terhadap penurunan cost ofequity 11
capital sebesar 0,018% untuk perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan 0,033% untuk perusahaan yang tergabung dalam indeks JII. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Annin (1997); Omran dan Pointon (2004) serta Kien Pham, Suchard dan Zein (2005). Hasil ini juga semakin menguatkan pendapat Banz (1981) serta AshbaughSkaife dan Collins (2008) yang menyatakan bahwa pada perusahaan besar, expected return yang diharapkan oleh investor akan lebih rendah daripada expected return pada perusahaan berukuran lebih kecil.
Hal ini dikarenakan
perusahaan besar lebih mempunyai kepastian akan prospeknya di masa depan, sedangkan perusahaan kecil lebih beresiko karena memiliki efisiensi yang rendah, tingkat hutang (leverage) yang tinggi dan berada dalam kategori perusahaan marginal dengan tingkat profitabilitas yang rendah sehingga tidak ada kepastian mengenai kelangsunganya di masa depan. Besar kecilnya resiko ini mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam memperoleh modalnya. Perusahaan besar dapat menekan biaya untuk pembayaran bunga hutang maupun pembayaran deviden. Hal ini disebabkan perusahaan besar memiliki resiko yang rendah sehingga expected return yang diharapkan oleh investor juga rendah.
4. PENUTUP Berdasarkah hasil penelitian peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa: Manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII. Likuiditas saham tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 dan JII. Pengukuran manajemen laba dilakukan dengan pendekatan manajemen laba riil. Di masa mendatang diperlukan pendekatan manajemen laba terintegrasi agar dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap dalam mengukur praktek manajemen laba.
12
DAFTAR PUSTAKA Ali, U., Muhammad Afzal Noor, Muhammad Kashif Khurshid dan Akhtar Mahmood. 2015. Impact of Firm Size on Earnings Management; A Study of Textile Sector of Pakistan. European Journal of Business and Management Vol.7, No.28, 2015 Acharya, V.V. and Pederson, L.H. (2005).Asset pricing with liquidity risk. Journal of Financial Economics, 77, 375–410. Annin, Michael. 1997. Fama-French and Small Company Cost of Equity Calculations. Journal of Business Valuation Review Ashbaugh-Skaife, H., Collins D.W., William R. Kinney Jr.,Ryan LaFond. 2008. The Effect of SOX Internal Control Deficiencies on Firm Risk and Cost of Equity. Atyeh, Mohammad H., dan Wael AL-RAshed. 2015. Correlation among Cost of Capital, Book Values and Shares Prices: The Case of Kuwait Listed Companies. Journal of Economics, Business and Management, Vol. 3, No. 1 Banz, Rolf W. 1981. The Relationship Between Return and Market Value of Common Stock. Journal of Financial Economics vol. 9, 3-18 Bhattacharya, U; H. Daouk; and M. Welker. 2003. “The World Price of Earnings Opacity.” The Accounting Review, Vol. 78, No. 3, July: 641 – 678. Bogdan, Sinisa, Suzana Baresa dan Sasa Ivanovic. 2012. Measuring Liquidity on Stock Market: Impact on Liquidity Ratio. Journal Tourism and Hospitality Management, vol 18 no. 2 183-193 Butler, M., Leone, A.J. and Willenborg, M., 2002. An empirical analysis of auditor reporting and its association with abnormal accruals. Journal of accounting and economics, 31 (1), 39–165. Brigham Michael. 1983. Fundamentals of Financial Management. Third Edition. The Dryden Press. Chaney, Paul K., Debra C. Jeter dan Craig M. Lewis. 1998. The Use of Accruals in Income Smoothing: A Permanent Earnings Hypothesis. Journal of Quantitative Analysis of Finance and Accounting, Volume 6, pages 103-135 Cohen, Daniel A. dan Paul Zarowin. 2010. Accrual-Based and Real Earnings Management Activities Around Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting & Economics Vol. 50 Dechow et al. 1999. An empirical assessment of the residual income valuation model. Journal of Accounting and Economics, vol. 26, pp. 1-34, 1999. Degeorge F., Ding Y., Jeanjean T., Stolowy H. 2013. Analyst Coverage, Earning Management and Financial Development: an International Study. Journal Accounting Public Policy vol. 32 Enomoto, M., Kimura, F.,Yamaguchi T. 2015. Accrual Based and Real Earning Management: An International Comparison for Investor Protection. Discussion Paper Series Kobe University. Foucault, Thierry. 2006. Liquidity, cost of capital and the organization of trading in stock markets. Journal Review Economic and Finance no. 82/2006 Froot, Kenneth A., Paul G.J O'Connel and Mark S. Seasholes. 2000.The Portfolio Flows of International Investors. Journal of Financial Economics vol. 59 13
Graham, J., C. Harvey & Rajgopal, S. (2005). The economic implications of corporate financial reporting.Journal of Accounting and Economics, 40 (13), 3–73. Indriani, Yohana. (2005). Pengaruh Kualitas Auditor, Corporate Governance, Leverage dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba. Universitas Diponegoro : Semarang. Joosten, Carmen. 2012. Real earnings management and accrual-based earnings management as substitutes. Master Thesis of Department Accountancy Faculty of Economics and Business Studies Tilburg University. Kien Pham, P., Suchard J.A., Zein, J. 2005. Corporate Governance, Cost of Capital and Performance: Evidence from Australian Firms. available at: http://ssrn.com/abstract=1015986 diakses pada 2 April 2016 Kothari, S.P., Mizik, N.,Roychodwury,S.,2012. Managing for the moment: The role of real activity versus accruals earning management in SEO valuation. Working Paper Kumar, Gaurav dan Arun Kumar Misra. 2015. Closer View at the Stock Market Liquidity:A Literature Review. Asian Journal of Finance & Accounting Vol. 7 No 2 Kusumawati, Astri Arfani Nur dan Noer Sasongko. 2005. Analisis Perbedaan Pengaturan Laba (Earnings Management) pada Kondisi Laba dan Rugi pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1. Hal. 1–20. Kusumawati, E.,Shinta Permata Sari, dan Rina Trisnawati. 2013. Pengaruh Asimetri Informasi dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Praktik Earning Management (Kajian Perbandingan Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks Syariah dan Indeks Konvensional Bursa Efek Indonesia). Proceeding Seminar Nasional dan Call for Papers Sancall 2013 Leuz, C., Nanda, D., Wysocki, P.,2003. Earning Management and investor protection: an international comparison. Journal Finance Economic vol 69 Llukani, Teuta. 2013. Earnings Management and Firm Size: An Empirical Analyze in Albanian Market. European Scientific Journal vol. 9 no.16 M. Crae and H. Nilsson. 2001. The explanatory and predictive power of different specifications of the Ohlson (1995) valuation models. The European Accounting Review, vol. 10, no. 2, pp. 315-341, 2001. Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X di Makassar, 26-28 Juli. Masoumi,Seyed Rasoul and Hanieh Khodadadi Tirkolaei. 2013. On The Relation between Real Earnings Management and Cash Flow from Operation in Tehran stock exchange. Journal of Technical Journal of Engineering and Applied Sciences. Idris, Mohammed Ibrahim. 2012. The Impact of Ownership Structure and External Audit on Accruals and Real Activities Earnings Management in Jordan. Thesis University of Gloucestershire
14
Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Omran, Mohammed and Pointon, John. 2004. The Determinants of the Cost of Capital by Industry within an Emerging Economy: Evidence from Egypt. Internationla Journal of Business vol. 9 Oswald, D. and Young, Zarowin., 2004. What role taxes and regulation? A second look at open market share buyback activity in the UK. Journal of business finance and accounting, 31 (1/2), 257–292. Pastor, L. and Stambaugh, R.F. (2003). Liquidity Risk and Expected Stock Returns. Journal of Political Economy, v111, 642-685. Polakitan, Cendi D. 2015. Analisis Komparasi Risiko Saham LQ 45 dan Non LQ 45 Pada Beberapa Sub Sektor Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Vol.3 ,No.1, 2015:6172
15