Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 2, (2016) Halaman 277-294
PENGARUH LIKUIDITAS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
Riska Ananda*1, Endang Surasetyo Ningsih*2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Akuntansi, Universitas SyiahKuala1,2 Email:
[email protected]*1,
[email protected]*2
ABSTRACT The purpose of this research to determine the effect of likuidity, ownership institusional, and firm size againts the earnings quality in manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2010-2014. The research type used in this research is hypothesis testing. by using purposive sampling method, there are 240 samples of manufacture companies data that become the object to be researched. The data type used is secondary data obtained from the financial statements and annual report, contained in the Indonesia Stock Exchange. The analysis used is multiple linear regression to test the hypothesis. The research results show that (1) likuidity has negative and significant influence toward earnings quality, (2) ownership institusional has positif and significant influence toward earnings quality, and (3) firm size has positif and significant influence toward earnings quality. Conclusion from this research that likuidity, ownership institusional, and firm size affect to earnings quality. Keywords—earnings quality, likuidity, ownership institusional, and firm size.
1.
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban manajemen atas kinerjanya. Laporan keuangan menurut Harahap (2006:105) menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Salah satu informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Informasi laba biasanya menjadi pusat perhatian para pengguna laporan keuangan.Laba merupakan komponen yang penting namun sering tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena adanya manajemen laba (earnings management). Menurut Salno dan Baridwan (2000), konsep earnings management yang menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktik earnings management dipengaruhi oleh adanya konflik antara kepentingan principal (pemilik) dan agent (manajer) yang timbul
karena setiap pihak berusaha untuk mencapai tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Konflik keagenan muncul karena manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (principal). Kondisi ini timbul ketika kedua belah pihak mempunyai persepsi dan sikap yang berbeda terhadap pemberian informasi yang digunakan principal untuk memberikan insentifkepada agent. Adanya informasi yang tidak simetris antara agent dan principal dapat memberikan kesempatan kepada agent untuk melakukan tindakan manipulasi laba atau manajemen laba (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).Tindakan manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Kualitas laba dapat dikatakan rendah jika laba yang disajikan tidak sesuai dengan laba yang sebenarnya, sehingga informasi yang diperoleh dari laporan laba menjadi bias dan dampaknya menyesatkan investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan (Siallagan
277
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 dan Mas’ud, 2006). Kualitas laba adalah laba dalam laporan keuangan yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Sukmawati et al., 2014). Kualitas laba merupakan konsep yang multi dimensional dimana terdapat beberapa aspek yang diperhatikan dalam menentukan seperti apa laba yang dikatakan berkualitas. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kualitas laba dapat dihitung dengan menggunakan DA (Discretionary Accrual) karena dianggap lebih baik untuk mendeteksi manajemen laba. Discretionary accrual adalah akrual yang digunakan untuk mengurangi atau memperbesar laba yang dilaporkan
No
dengan cara memilih kebijakan akuntansi oleh manajemen yang bersifat subjektif. Jika nilai discretionary accrual positif maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menaikkan nilai laba.Namun jika discretionary accrual bernilai negatif maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan nilai labanya.Berdasarkan observasi awal terhadap 48 perusahaan manufaktur yangmenjadi sampel penelitian ini, dipilih secara acak 10 perusahaan untuk dijadikan fenomena yang berkaitan dengan nilai discretionary accrual dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Nilai Discretionary Accrual10 Perusahaan Manufaktur Nilai Discretionary Accrual Kode Perusahaan 2010 2011 2012 2013
1
ALMI
-0,321
-0,163
-0,243
0,038
2014 0,747
2
AMFG
-0,303
-0,129
-0,242
-0,356
0,639
3
ARNA
-0,264
-0,221
-0,370
-0,463
1,905
4
BTON
-0,191
-0,149
-0,053
-0,070
0,220
5
BUDI
-0,315
-0,149
-0,359
-0,434
1,151
6
EKAD
-0,139
0,011
-0,067
-0,170
0,426
7
INTP
-0,181
-0,134
-0,204
-0,272
0,783
8 9
SMCB SMGR
-0,323
-0,297
-0,412
-0,780
1,643
-0,127
-0,220
-0,402
-0,440
1,091
10
SRSN
-0,045
-0,077
-0,006
-0,260
0,403
Nilai Rata-Rata
-2,208
-1,528
-2,357
-3,207
9,006
Sumber: www.idx.co.id (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat adanya fluktuasi nilai discretionary accrualdari masingmasing perusahaan pada tahun 2010-2014. Data tersebut menunjukkan rata-rata nilai discretionary accrual untuk tahun 2010 sebesar -2,208, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan dengan ratarata nilai discretionaryaccrualsebesar -1,528. Namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,829 dengan nilai rata-rata sebesar -2,357 dan terus meningkat di tahun 2013 sebesar -0,85 dengan ratarata nilai discretionary accrual sebesar -3,207. Di tahun 2014 mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 9,006. Adanya perubahan nilai discretionary accrual pada tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa
pihak manajemen memiliki strategi untuk menaikkan laba agar terlihat lebih berkualitas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan bonus yang lebih besar atau menghindari pelanggaran debt covenants, maka perusahaan melakukan skenario yang dapat memperbesar laba. Namun pada tahun 2014, discretionary accrual memiliki nilai positif yang berarti pihak manajemen menaikkan nilai laba. Dalam hal ini informasi tentang laba perusahaan harus berkualitas untuk mendukung keputusan investasi yang berkualitas. Wijayanti (2006) menyatakan bahwalaba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earning) di masa depan
278
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Sedangkan Bernard dan Stober (1989) menyatakan bahwa laba yang berkualitas adalah laba yang dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan terbaik.Pentingnya kualitas informasi laba yang disajikan oleh perusahaan secara tegas telah disebutkan dalam SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No.8yang menyatakan bahwa selain untuk menilai kinerja manajemen, laba juga membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative, serta untuk menaksir risiko dalam investasi atau kredit (FASB, 2010). Dalam upaya pengambilan keputusan investasi yang tepat, investor diharapkan dapat menggunakan data informasi laba yang dilaporkan oleh perusahaan dengan cermat. Penelitian mengenai kualitas laba berkembang sangat cepat dan baik untuk diamati karena kualitas laba berguna dalam analisis fundamental oleh investor dalam model penilaian untuk menentukan reaksi pasar atas informasi laba suatu perusahaan. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba, salah satu diantaranya adalah likuiditas. Sukmawati et al., (2014) menyatakan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh terhadap kualitas laba karena jika suatu perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendeknya berarti perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dalam memenuhi hutang lancar, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktik manajemen laba. Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak eksternal perusahaan maupun internal perusahaan (Kasmir, 2013:129). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati et al., (2014) menyimpulkan bahwa likuiditas yang diproksikan oleh current ratio memiliki pengaruhsignifikan terhadap kualitas laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Dira dan Ida (2014) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas laba adalah kepemilikan institusional. Boediono (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka laba akan semakin berkualitas. Kepemilikan institusional itu sendiri merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritasnya dimiliki oleh institusi atau lembaga lainnya (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain).Menurut Lee et al., (1992), ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner), sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated), sehingga investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang relatif lebih besar dari laba sekarang.Kepemilikan institusional ditentukan dengan membandingkan jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham perusahaan yang beredar. Hasil penelitian Taruno (2013) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yushita et al.,(2013) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Kualitas laba dapat juga dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka going concern perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan yang mengakibatkanperusahaan tidak cenderung melakukan praktik manajemen laba. Mulyani (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan dapat menentukan baik atau tidaknya kinerja dari perusahaan tersebut. Investor biasanya lebih memiliki kepercayaan pada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dianggap mampu untuk terus meningkatkan kinerja perusahaannya dengan berupaya meningkatkan kualitas labanya. Perusahaan besar juga dianggap memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil. Hasil penelitian Dira dan Ida (2014) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh 279
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 positif terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Namun hal ini berbeda dengan penelitian Sukmawati et al., (2014)
yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh dengan kualitas laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
2. KERANGKA
menjadi kurang baik dan kemungkinan adanya praktik manajemen laba untuk mempercantik laba tersebut. Oleh karena itu, investor merespon negatif terhadap tingginya tingkat likuiditas suatu perusahaan. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2012) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Dalam artian, jika likuiditas suatu perusahaan terlalu besar berarti perusahaan tersebut tidak mampu mengelola aktiva lancarnya semaksimal mungkin yang menjadikan kinerja keuangan tidak baik dan kemungkinan ada manipulasi laba untuk mempercantik informasi laba tersebut.
TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS
DAN
Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori keagenan merupakan hubungan kerja antara principal (pemilik) dan agent (manajer). Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan principal, namun disisi lain manajer juga berkepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal sehingga menimbulkan masalah agensi (agency problem). Masalah agensi adalah masalah yang timbul karena konflik kepentingan antara principal dan agent sehingga akan mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Teori keagenan menyatakan bahwa dalam asimetri informasi, manajemen dapat memilih keputusan untuk memaksimalkan kepentingannya. Konflik tersebut muncul dari kemampuan pemegang saham dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen yang dapat mengurangi nilai perusahaan. Principal atau pemegang saham dapat membatasi tindakan agent dengan melakukan pengendalian yang tepat untuk memastikan kepentingannya terpenuhi (Jensen dan Meckling, 1976). Pengaruh Likuiditas terhadap Kualitas Laba Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek (Subramanyam dan John, 2013:43). Alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aset yang bersifat likuid, yakni aktiva lancar dengan perputaran kurang dari satu tahun, karena lebih mudah dicairkan dari pada aset tetap yang perputarannya lebih dari satu tahun (Harahap, 2010:301). Hasil penelitian Dira dan Ida (2014) menunjukkan hubungan yang negatif antara likuiditas terhadap kualitas laba. Hal ini dikarenakan apabila likuiditas perusahaan terlalu besar maka perusahaan tersebut tidak mampu mengelola aktiva lancarnya semaksimal mungkin sehingga kinerja keuangan
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba Kepemilikan institusional merupakan proporsi jumlah kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki olehlembaga, seperti asuransi, bank dan institusional lainnya (Tarjo, 2008).Investor institusional memiliki kemampuan untuk memonitoring atau memainkan peranan yang sangat penting dalam mengurangi dorongan untuk manipulasi laba. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muid (2009) yang menunjukkan hubungan yang positif antara kepemilikan institusional terhadap kualitas laba, yaitu semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga dapat semakin meningkat. Selain itu, dengan semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal tersebut maka diharapkan tingkat pengendalian internal perusahaan juga semakin baik. Artinya, semakin tinggi kepemilikan institusional maka laba akan semakin berkualitas. Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Taruno (2013) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa investor institusional tidak berorientasi pada laba sekarang. Investor institusional 280
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 lebih mementingkan kinerja perusahaan jangka panjang sehingga kepemilikan saham oleh institusi dapat menjadi kendala bagi perilaku opportunistik manajer. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba Ukuran perusahaan dinyatakan dengan total aset, jika semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki total aset sedikit atau rendah. Ukuran perusahaan adalah suatu skala untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan
menurut beberapa cara diantaranya total aktiva, log size, total penjualan, nilai pasar saham. Investor dalam menginvestasikan modalnya akan memilih perusahaan yang mampu melibatkan kinerja yang baik agar modal yang ditanamkan nantinya memperoleh hasil yang menguntungkan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka going concern perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan yang akan menyebabkan perusahaan tidak perlu melakukan praktik manajemen laba. Maka dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba (Dira dan Ida, 2014). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2007), Susilawati (2008) yang menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Berdasarkan uraian sebelumnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
Likuiditas Kepemilikan Institusional
Kualitas laba
Ukuran Perusahaan
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Likuiditas, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2) Likuiditas berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3) Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4)
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen (likuiditas, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan) terhadap variabel dependen (kualitas laba). Tujuan disusunnya desain penelitian terlebih dahulu adalah agar penelitian yang dilakukan terarah dan mencapai tujuan. Desain penelitian adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian dalam rangka menjawab pertanyaan dan mengidentifikasi masalah (Sekaran dan Bougie, 2010:102). Desain penelitian 281
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 berhubungan dengan pengambilan keputusan terhadap tujuan penelitian, letak penelitian, jenis yang sesuai dengan penelitian, tingkat manipulasi dan kontrol peneliti, level analisis data dan aspek temporal (horizon waktu). Populasi dan Sampel Penelitian Adapun perusahaan manufaktur yang menjadi sampel sasaran dari penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014. 2) Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian. 3) Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan terkait dengan indikator-indikator perhitungan untuk variable Kepemilikan Institusional yang diamati pada penelitian ini. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang digunakan dalam Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Sekaran (2011:77), data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, dan informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau non publikasi baik di dalam atau luar organisasi, semua yang dapat berguna bagi peneliti. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumen yang dipublikasikan). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui situs BEI (Bursa Efek Indonesia) yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang telah diaudit secara berturut-turut selama periode 2010-2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengolah data yang telah ada sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti, dan menelaah laporan keuangan yang menjadi populasi dalam penelitian ini.
Kualitas Laba Dalam penelitian ini, pengukuran DA (Discretionary Accrual) sebagai proksikualitas laba dihitung menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995). Model ini digunakan karena dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba (Siallagan dan Mas’ud, 2006). Perusahaan-perusahaan yang digunakan adalah perusahaan yang memiliki nilai discretionary accrual positif dan negatif atau yang melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba dan menurunkan laba. Adapun langkah-langkah perhitungan nilai discretionary accrual dengan menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow et al.,(1995) adalah sebagai berikut: 1. Untuk mencari nilai α1, α2 dan α3 dapat dilakukan dengan teknik regresi. Regresi ini adalah untuk mendeteksi adanya DA (Discretionary Accrual)dan NDA (Non Discretionary Accrual). 2. Untuk menghitung discretionary accrual dilakukan dengan memasukkan nilai α1, α2 dan α3 yang diperoleh dari regresi. Perhitungan ini dilakukan untuk seluruh sampel perusahaan pada masing-masing periode. 3. Untuk perhitungan selanjutnya, nilai discretionary accrual yang digunakan adalah nilai absolut dari discretionary accrual. Dalam mencari discretionary accrual, harus dicari total akrual perusahaan terlebih dahulu dengan persamaan sebagai berikut: = − keterangan: TAit = Total Akrual perusahaan i pada tahun ke t NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun ke t OCFit = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun ke t Selanjutnya menghitung estimasi NDA (Non Discretionary Accrual) dengan model Jones (1991) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) sebagai berikut: / = / + ((∆ − ∆ )/ )+ ( / ) + it Penelitian ini menentukan nilai NDA (Non Discretionary Accrual) menggunakan model Jones yang dimodifikasi (Riahi dan Belkaoi, 2007:204) dengan formulasi:
Operasionalisasi Variabel 282
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 =
/
+ )/
((∆
− ∆ ) + ( / ) + Selanjutnya untuk menghitung DA (Discretionary Accrual) dapat dihitung sebagai berikut:
keterangan: DA
ΔREV ΔREC PPEit εit ,
,
= (
/
)−
= Discretionary accrual perusahaan i pada tahun ke t = Non discretionary accrual perusahaan i pada tahun ke t = Total akrual perusahaan i pada tahun ke t = Total aktiva perusahaan i pada tahun ke t-1 = Perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun ke t = Perubahan piutang bersih perusahaan i pada tahun ke t = Nilai aktiva tetap perusahaan i pada tahun ke t = error term (residual regresi) perusahaan i pada tahun ke t = Koefisien dari persamaan regresi
Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki. Alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aset yang bersifat likuid, yakni aset lancar dengan perputaran kurang dari satu tahun, karena lebih mudah dicairkan dari pada aset tetap yang perputarannya lebih dari satu tahun (Harahap, 2010:301). Proksi likuiditas dalam penelitian ini adalah rasio lancar. Subramanyam dan John (2013:44) menyatakan bahwa rumus untuk mengukur likuiditas adalah sebagai berikut: = Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh institusi keuangan, seperti perusahaan
asuransi dan bank. Tarjo (2008) menyatakan bahwa rumus untuk mengukur kepemilikan institusional adalah sebagai berikut: Kepemilikan =
Institusional x 100%
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aset perusahaan (Zeptian, 2013). Salah satu tolak ukur yang menunjukan besar kecilnya perusahaan adalah skala perusahaan atau disebut juga ukuran perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan total aset sebagai alat ukur dari ukuran perusahaan. Total aset setiap tahunnya akan dirata-ratakan, sehingga diperoleh satu nilai total aset selama lima tahun penelitian. Almilia (2008) menyatakan bahwa rumus untuk mengukur ukuran perusahaan adalah sebagai berikut: Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset Uji Normalitas Pengujian dalam penelitian ini normalitas menggunakan P-P Plot. Apabila P-P Plot memiliki titik-titik yang berada disekitar garis lurus, maka dapat diasumsikan bahwa data memiliki distribusi populasi yang normal, sedangkan jika terjadi sebaliknya maka data memiliki distribusi tidak normal.Jika p < 0,05 maka data tersebut merupakan data yang tidak normal distribusinya. Sebaliknya jika p > 0,05 maka data yang dimiliki adalah data yang mempunyai distribusi normal, karena setelah dilakukan uji perbandingan ternyata data yang dimiliki tidak berbeda dengan kurva normal. Ukuran inilah yang digunakan untuk menentukan apakah data tersebut berasal dari populasi yang normal atau tidak. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinieritas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF 283
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 > 10 maka terjadi gangguan multikolinieritas pada penelitian tersebut.
maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Uji Heterokedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka menunjukkan telah terjadi heterokedastisitas. Namun sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW-Test). Bila nilai dw terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. Bila nilai dw lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif. Bila nilai dw lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif. Bila nilai dw negatif diantara batas atas atau du dan batas bawah dl atau dw terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji signifikansi parameter individualbertujuan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika prob < 0.05 atau t hitung > t tabel maka variabel X secara individu (parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y. 2. Jika prob > 0.05 atau t hitung < t tabel maka variabel X secara individu (parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² dikatakan baik jika diatas 0,5 karena nilai R² berkisar antara 0 sampai 1. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan.
4. Pengujian Hipotesis Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji Statistik F)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Statistik Deskriptif
Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Jika angka probabilitas < α 5%, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variebel terikat (Y). Jika angka probabilitas > α 5%,
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel yang diamati. Statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
284
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Kualitas Laba Likuiditas KI SIZE Valid N (listwise)
N
Min
Max
240 240 240 240 240
-6,51 ,01 5,27 10,47
3,10 11,74 99,00 13,90
Mean -,0275 2,2619 55,0939 12,3443
Std. Deviation ,49401 1,60157 26,90007 ,72613
Sumber: Output SPSS 21 (2015) Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat nilai terendah, tertinggi, rata-rata, dan standar deviasi untuk masing-masing variabel dengan jumlah sampel penelitian yang digunakan sebanyak 240 data observasi. Kualitas Laba yang diproksikan dengan DA (Discretionary accrual) merupakan variabel dependen, sedangkan variabel independen adalah likuiditas,KI (kepemilikan institusional), dan SIZE (ukuran perusahaan). Nilai terendah dari kualitas laba sebagai variabel dependen adalah sebesar -6,51 atau sebesar651% yang dialami oleh PT. Trias Sentosa Tbk. pada tahun 2014. Sedangkan nilai tertinggi dari kualitas laba adalah sebesar 3,10 atau sebesar 310% yang dialami oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2014. Nilai rata-rata sebesar -0,0275 memiliki makna bahwa secara umum kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2014 memiliki nilai sebesar 2,75%.Nilai standar deviation sebesar 0,49401 artinya nilai standard deviation lebih tinggi dari nilai rata-rata dan menunjukkan bahwa variasi data kualitas laba bersifat heterogen. Variabel independen yang pertama adalah likuiditas yang diproksikan dengan CR (Current Ratio). Variabel ini menunjukkan perbandingan aset lancar terhadap kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan. Nilai CR terendah sebesar 0,01 atau 1% dialami oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2014, sedangkan yang memiliki CR tertinggi sebesar 11,74 atau 1174% adalah PT. Mandom Indonesia Tbk. pada tahun 2011. Nilai rata-rata likuiditas sebesar 2,2619 artinya rata-rata likuiditasyang dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2010 sampai tahun 2014 adalah sebesar 226,19%.Nilai standar deviation sebesar 1,60157 artinya nilai standard deviation lebih rendah dari nilai rata-rata dan menunjukkan bahwa variasi data likuiditas bersifat homogen. Variabel independen yang kedua adalah kepemilikan institusional. Variabel ini menunjukkan perbandingan jumlah saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah saham yang beredar. Kepemilikan institusional terendah sebesar 5,27 atau 527% yang dialami oleh PT. Trias Sentosa Tbk. pada tahun 2011, sedangkan yang memiliki kepemilikan institusional tertinggi sebesar 99,00 atau 9900%adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesian Tbk. pada tahun 2012. Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 55,0939, artinya rata-rata kepemilikan institusional yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2014 adalah sebesar 5509,39%. Nilai standard deviation sebesar 26,90007 lebih rendah dari nilai rata-ratanya, artinya adalah variasi data kepemilikan institusional bersifat homogen. Variabel independen yang ketiga adalah ukuran perusahaan. Variabel ini menunjukkan perbandingan Ln total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai ukuran perusahaan terendah sebesar 10,47 atau 1047% dialami oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk. pada tahun 2010, sedangkan yang memiliki ukuran perusahaan tertinggi sebesar 13,90 atau 1390% adalah PT. Astra Auto Part Tbk. pada tahun 2013. Nilai ratarata ukuran perusahaan sebesar 12,3443, artinya ratarata ukuran perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2014 adalah sebesar 1234,43%.Nilai standard deviation sebesar 0,72613 285
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 lebih rendah dari nilai rata-ratanya, artinya adalah variasi data ukuran perusahaan bersifat homogen.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel dependen, Uji Asumsi Klasik variabel independen, dan keduanya mempunyai Model yang digunakan dalam penelitian ini distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik akan menghasilkan parameter penduga yang sahih adalah data ditribusi normal atau mendekati normal. apabila memenuhi pengujian asumsi klasik. Pengujian Uji asumsi klasik yang pertama dalam penelitian ini asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas data melalui analisis terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji statistik dengan melakukan uji statistik nonparametric heterokedastisitas, dan uji autokeralasi (Ghozali, one sample kolmogorov-smirnove.Uji asumsi klasik 2009). pertama dilakukan adalah uji normalitas data. Tabel 4.2 berikut ini menunjukkan pengujian normalitas. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b
Unstandardiz ed Residual 48 ,0000000 ,16991963 ,172 ,164 -,172 1,192 ,116
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Output SPSS 21 (2015) Berdasarkan Tabel 4.2 data disimpulkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 (Ghozali, 2006:114). Setelah variabel terdistribusi normal maka data tersebut dapat digunakan untuk menguji statistik lainnya.
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dapat dideteksi dngan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas memiliki angka VIF di bawah10 dan angka tolerance mendekati 1. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Multikolinieritas
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
t Sig.
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
-1,615
,463
-3,488
,001
Likuiditas 1 KI
,039
,018
-,253
-2,097
,002
,001
,292
SIZE
,125
,037
,412
a. Dependent Variable: Kualitas Laba Sumber: Output SPSS 21 (2015)
286
S
Collinearity Statistics
Tolerance
VVIF
,042
,963
1,038
2,456
,018
,992
1,008
3,414
,001
,964
1,037
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 2, (2016) Halaman 277-294 Tabel 4.3 menunjukkannilai VIF dan tolerancedari masing-masing variabel, yaitu likuiditas, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan. Nilai tolerance untukketigavariable>0,10 dannilai VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi yang digunakan terbebas dari multikolinieritas antar variabel bebas.
Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t B Std. Error Beta ,117 ,352 ,334 ,028 ,014 ,288 2,007 -,001 ,001 -,185 1,310 -,002 ,028 -,013 -,089
Model
(Constant) Likuiditas 1
Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar-residual tidak heterogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji gletser dilakukan dengan meregresi absolute unstandarized residual dengan masing-masing variabel independen, sehingga menghasilkan data seperti yang terlihat pada Tabel4.4.
KI SIZE
T sig.
S
,740 ,051 ,197 ,930
a. Dependent Variable: abs Sumber: Output SPSS 21 (2015) Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan sudah terbebas dari pelanggaran heterokedastisitas. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari tingkat signifikansi masing-masing variabel yang menunjukkan angka diatas 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa uji heterokedastisitas dapat diterima.
Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji DurbinWatson. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi kesalahan pengganggu antara periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat nilai uji Durbin-Watson pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summarya Model 1
R
R Square ,619a
Adjusted R Square ,383
Std. Error of the Estimate ,341
a. Predictors: (Constant), Likuiditas, KI, SIZE b. Dependent Variable: Kualitas Laba
Sumber: Output SPSS 21 (2015)
287
,17561683
DW 2,041
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 1, No. 2, (2016) Halaman 277-294 Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi 5% nilai dw untuk 240 observasi dan 3 variabel yang menjelaskan du = 1,6708 dan 4-du = 2,3292 dengan nilai dw = 2,041 (1,6708<2,041<2,3292). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.
Hasil Uji Hipotesis Nilai koefisien regresi masing-masing variabel independen, yaitu jumlah likuiditas, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan untuk variabel dependen kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan hasil dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
T
Beta
S Sig.
(Constant)
-1,615
,463
-3,488
,001
Likuiditas1 KI
-,039
,018
-,253
-2,097
,042
,002
,001
,292
2,456
,018
,125
,037
,412
3,414
,001
SIZE
a. Dependent Variable: Kualitas Laba
Sumber: Output SPSS 21 (2015) Persamaan regresi linier berganda dengan pengukuran kualitas laba yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan statistik seperti yang terlihat pada Tabel 4.6 adalah: Y= -1,615 – 0,039X1+0,002X2 + 0,125X3 + e Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa: 1) Konstanta (a) sebesar -1,615. Artinya, jika likuiditas, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan dianggap konstan, maka besarnya kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 akan turun sebesar 161,5%. 2) Koefisien regresi likuiditas sebesar -0,039, artinya setiap kenaikan 100% likuiditas akan menurunkan kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 sebesar 3,9%. 3) Koefisien regresi kepemilikan institusional sebesar 0,002, artinya setiap kenaikan 100% kepemilikan institusional akan menaikkan kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 sebesar 0,2%.
4) Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar 0,125, artinya setiap kenaikan 100% ukuran perusahaan akan menaikkan kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2014 sebesar 12,5%. Pengaruh Likuiditasterhadap Kualitas Laba Berdasarkan hasil penelitian pengaruh likuiditas terhadap kualitas laba terlihat bahwa likuiditas memiliki nilai signifikansi sebesar 0,042 (4,2%) atau berada di bawah tarif nilai signifikansi 0,05 (5%). Hubungan negatif yaitu sebesar -2,097 yang ditunjukkan oleh likuiditas terhadap kualitas laba bermakna bahwa jika semakin tinggi likuiditas dalam suatu perusahaan, maka semakin kecil kualitas laba pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang mempunyai likuiditas terlalu besar maka perusahaan tersebut tidak mampu mengelola aktiva lancarnya semaksimal mungkin sehingga kinerja keuangan menjadi kurang baik dan kemungkinan adanya praktik manajemen laba untuk mempercantik laba tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dira dan Ida (2014), yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 yang menunjukkan hasil bahwa likuiditas berpengaruh 288
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 secara negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Irawati (2013), yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 yang menunjukkan hasil bahwa likuiditas berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kualitas laba. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba Berdasarkan hasil penelitian pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas laba terlihat bahwa kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi sebesar 0,018 (1,8%) di bawah nilai signifikansi 0,05 (5%). Hubungan positif yaitu sebesar 2,456 yang ditunjukkan oleh kepemilikan institusional terhadap kualitas laba bermakna bahwa jika semakin tinggi kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan, maka semakin besar kualitas laba pada perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Muid (2009) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba. semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga dapat semakin meningkat. Selain itu, dengan semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal tersebut maka diharapkan tingkat pengendalian internal perusahaan juga semakin baik. Artinya, semakin tinggi kepemilikan institusional maka laba akan semakin berkualitas.Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Taruno (2013) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa investor institusional tidak berorientasi pada laba sekarang. Investor institusional lebih mementingkan kinerja perusahaan jangka panjang sehingga kepemilikan saham oleh institusi dapat menjadi kendala bagi perilaku opportunistik manajer. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Laba
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas laba terlihat bahwa ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 (0,1%) di bawah nilai signifikansi 0,05 (5%). Hubungan positif yaitu sebesar 3,414 yang ditunjukkan oleh ukuran perusahaan terhadap kualitas laba bermakna bahwa jika semakin tinggi ukuran perusahaan dalam suatu perusahaan, maka semakin besar kualitas laba pada perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dira dan Ida (2014) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap kualitas laba. Dira dan Ida (2014) yang menyatakan bahwa hubungan positif terhadap kualitas laba ini menggambarkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka going concern perusahaan tersebut akan semakin tinggi dalam meningkatkan kinerja keuangan yang akan menyebabkan perusahaan tidak perlu melakukan praktik manajemen laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan menurut beberapa cara diantaranya total aktiva, log size, total penjualan, nilai pasar saham. Investor dalam menginvestasikan modalnya akan memilih perusahaan yang mampu melibatkan kinerja yang baik agar modal yang ditanamkan nantinya memperoleh hasil yang menguntungkan.
5. KESIMPULAN,
KETERBATASAN
DAN
SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1) Likuiditas,kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas laba pada perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. 2) Likuiditasberpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. 3) Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. 289
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 4) Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasanketerbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya sehingga diperoleh hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datang, antara lain: 1) Pemilihan variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap kualitas laba hanya melihat tiga faktor saja yaitu likuiditas, kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan. Hal ini memungkinkan terabaikannya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhikualitas laba. 2) Penelitian ini hanya meneliti pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010sampai dengan 2014. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1) Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambahkan beberapa variabel lainnya yang 2) diduga mempengaruhi kualitas laba seperti struktur modal. 3) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas objek penelitian, tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja karena memungkinkan ditemukan hasil dan kesimpulan yang berbeda jika dilakukan pada objek yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Abdelghany, K.E. 2005. Measuring the Quality of Earnings. Managerial Auditing Journal. Vol. 20. No. 9: 1001-1015. Almilia, Luciana Spica. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Internet Financial and Sustainability Reporting. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 12. No. 2. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2007. Accounting Theory. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Bernard, V. and T. Stober. 1989. The Nature and Amount of Information Reflected in Cash Flow and Accruals. The Accounting Review. Vol. 64. No. 4: 624-652. Boediono, Gideon. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional AkuntansiVIII. Solo.
[03 07 2015] Brigham, Eugene F. dan Houston, F. Joel. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi 8. Edisi Indonesia. Jakarta: Erlangga. Bushee, B. 1998, The Influence of Institutional Investors on Myopic R & D Investment Behavior. The Accounting Review. 73.3: 305– 333. Dechow, P.M, R.G. Sloan and A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review. Vol. 70. No. 2: 193-225. Dechow, Patricia, Weili Ge, and Caherine Schrand. 2010. Understanding Earnings Quality: A Review of the Proxies, Their Determinants and Their Consequences. Journal of Accounting and Economics. 50: 344-400. Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 10. No. 1: 47-58. Dira, Kadek Prawisanti dan Ida Bagus Putra Astika. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Pertumbuhan Laba, dan Ukuran Perusahaan Pada Kualitas Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 7. No. 1: 64-78. [15 02 2015] Dittmar, A. 2000. Why do Firms Re Purchase Stock. Journal of Business. Vol. 73. No. 3: 331-335. Fendi, Permana Widjaja dan Rovila El Maghviroh. 2011. Analisis Perbedaan Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan Sebelum dan Sesudah Adanya Komite pada Bank-bank Go public di Indonesia. The Indonesian Accounting Review. Vol. 1. No. 2: 117-134 Financial Accounting Standar Board (FASB). 2010. The Objective of General Purpose Financial 290
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 Reporting and Qualitative Characteristics of Useful Financial Information. Statement of Financial Accounting Concept No. 8. FASB. Norwalk. [02 10 2015] Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D.N dan Porter, D.C. 2003. Dasar-dasar Ekonometrika. Jilid 1 Edisi Kelima. Mardanugraha, dkk. Jakarta: Salemba Empat. Godfrey, J. Hodgson, A and Holmes, S. 2009. Accounting Theory. Queensland: John Wiley and Sons. Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi 9. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2007. Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ketetapan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia. Hofler, R, Elston and Lee 1992. Dividend Policy and Institutional Ownership Empirical Evidence using a Propensity Score Matching Estimation. Papers on Entrepreneurship, Growth and Public Policy. Indonesia Stock Exchange. 2010-2014. IDX Statistik 2010-2014. Jakarta: IDX. [15 04 2015] Irawati, Dhian Eka. 2012. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis. Vol. 1. No. 2: 2-6. [15 02 2015] Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost
and Ownership Structure. Jurnal of Financial Economics. Vol. 3. No.4: 305-360. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Keown, Arthur. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 1. Alih Bahasa Haryandini. Jakarta: Salemba Empat. Muid, Dul. 2009. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis. Vol. 4. No. 2: 94-108. Mulyani, F. Asyik, dan Andayani. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Earnings Respone Coefficien pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. JAAI. Vol. 11. No. 1: 35-45. Praptitorini, M. D. dan I. Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Pujiati, Diyah dan Erman Widanar. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. Vol. 12. No.1: 71-86. Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Makassar. Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Salno, H.M. dan Baridwan. 2000. Analisis Perataan Penghasilan (income smoothing): Faktorfaktor yang mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.3. No.1: 4-17. Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 2, Edisi 4, Jakarta: Penerbit Salemba Empat Sekaran, Uma. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 2, Edisi 4, Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 291
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1 Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business. Edisi 5. New York: Jhon Wiley & Sons, Itd. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. [26/02/2013] Stice, James D, Earl K. Stice dan K. Fread Skousen. 2011. Akuntansi Keuangan. Buku 1. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat. Subramanyam, K. R. dan John J. Wild. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Buku 1. Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat. Sukmawati, Shanie, Kusmuriyanto dan Linda Agustina. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Return on Asset terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis. Vol. 3. No. 1: 26-33. [05 02 2015. Sulistio, Helen. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Non Akuntansi Terhadap Initial Return: Studi Pada Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo: 8799. Susilawati, Christine Dwikarya. 2008. Faktor-faktor penentu ERC. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 7. No. 2: 146-161. Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Taruno, Singgih Aji. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba: Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis. Vol. 2. No. 3: 323-329. [05 02 2015]. Ujiyantho, Arief dan Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar. [26 02 2013]. Wijayanti, H.Y. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Terhadap Persitensi Laba, Akrual, dan Arus Kas. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Yushita, Amanita Novi, Rahmawati dan Hanung Triatmoko. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Auditor Eksternal, dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Economla. Vol. 9. No. 2: 141153. Zeptian, Andra dan Abdul Rohman 2013. Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Pada Perbankan. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 2. No. 4:1-1
292
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1
LAMPIRAN 1 DaftarSampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kode Perusahaan ALMI AMFG APLI ARNA AUTO BRAM BUDI CPIN CTBN DLTA EKAD GDYR GGRM GJTL HMSP IGAR INDR INDS INTP JPFA KBLI KBLM KDSI KLBF
NAMA PERUSAHAAN Alumindo Light Metal Industry Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Asiaplast Industries Tbk Arwana Citra Mulia Tbk Astra Auto Part Tbk Indo Kordsa Tbk Budi Acid Jaya Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk Citra Turbindo Tbk Delta Djakarta Tbk Ekadharma International Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gudang Garam Tbk Gajah Tunggal Tbk Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Champion Pasific Indonesia Tbk Indo Rama Synthetic Tbk Indospring Tbk Indocement Tunggal Prakasa Tbk Japfa Comfeed Indonesia Tbk KMI Wire and Cable Tbk Kabelindo Murni Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kalbe Farma Tbk
293
IJurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 2, (2016) ISSN: 1978-1520July xxxx, pp. 1
Lampiran 1-Lanjutan No
Kode Perusahaan
25 MASA 26 MLBI 27 MYOR 28 NIPS 29 PBRX 30 PICO 31 PYFA 32 RICY 33 SCCO 34 SKLT 35 SMGR 36 SMSM 37 SQBB 38 SRSN 39 STTP 40 TCID 41 TKIM 42 TOTO 43 TRST 44 TSPC 45 ULTJ 46 UNIC 47 UNIT 48 UNVR Sumber : www.idx.co.id
NAMA PERUSAHAAN Multistrada Arah Sarana Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora Indah Tbk Nippress Tbk Pan Brothers Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Pyridam Farma Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk Sekar Laut Tbk Semen Gresik Tbk Selamat Sempurna Tbk Taisho Pharmaceutical Indonesian Tbk Indo Acidatama Tbk Siantar Top Tbk Mandom Indonesia Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Trias Sentosa Tbk Tempo Scan Pasific Tbk Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Unggul Indah Cahaya Tbk Nusantara Inti Corpora Tbk Unilever Indonesia Tbk
294