ANALISIS PENGARUH KINERJA PERUSAHAAN DAN PASAR TERHDAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 20112014) Akhmad Milan Hidayat Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) mengetahui bagaimana pengaruh kinerja perusahaan terhadap harga saham dan (2) mengetahui bagaimana pengaruh pasar terhadap harga saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman. Penelitian ini menggunakan variabel ROA, ROE, EVA, MVA dan Market Share yang diambil dari laporan keuangan perusahaan periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan uji hipotesis yang dihitung melalui uji F dan uji T. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa (1) secara simultan yang dihitung melalui uji F semua variabel independen berpengaruh terhadap varibel dependen sedangkan secara parsial yang dihitung melalui uji T hanya variabel ROA yang berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham; dan (2) investor yang melakukan investasi jangka panjang lebih menggunakan analisis fundamental sedangkan untuk investasi jangka pendek investor lebih banyak menggunakan analisis teknikal serta melihat isu politik dan ekonomi atau berita yang terjadi. Kata kunci: Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Market Share, Harga Saham.
A. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Theory Of The Firm maksimalisasi laba adalah sasaran utama dari perusahaan. Pertama yaitu memaksimalkan laba jangka pendek dan selanjutnya untuk jangka panjang yaitu memaksimalkan nilai yang diharapkan (expected value), namun pada umumnya tujuan perusahaan yakni memaksimalkan kesejahteraan pemilik, melalui peningkatan nilai perusahaan. Kesejahteraan pemegang saham (investor) ditunjukkan melalui harga pasar per lembar saham perusahaan, yang juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aktiva. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor – sektor yang produktif. Bagi masayarakat pemodal kehadiran pasar modal merupakan tambahan alternatif pilihan untuk investasi. Tujuan para pemodal (investor) menanamkan dananya pada sekuritas antara lain adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang maksimal pada resiko tertentu untuk memperoleh hasil tertentu pada risiko yang minimal. Dalam pasar saham khususnya dibagi menjadi beberapa sektor yang didalamnya terdapat beberapa sub sektor. Menurut data terakhir pada pasar modal terdapat 9 sektor seperti pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan dan perdagangan. Sedangkan ada 47 sub sektor yang ada pada pasar saham salah satunya seperti sub sektor makanan dan minuman. Penelitian ini mengambil studi kasus pada sub sektor makanan dan minuman karena dari data yang diperoleh dari beberapa laporan perusahaan yang ada pada sub sektor makanan dan minuman total penjualan dari tahun 2011 sampai 2014 selalu mengalami peningkatan. Investor menginvestasikan dananya dengan harapan akan memperoleh return atas investasi tersebut disamping menjaga investasinya agar tidak berkurang nilainya. Para pengambil keputusam termasuk di dalam nya para investor dalam menanamkan dananya memerlukan berbagai macam informasi yang bermanfaat untuk melakukan prediksi hasil investasinya di pasar modal. Informasi yang lazim digunakan oleh para investor atau pemodal dikelompokkan dalam dua hal yaitu informasi yang bersifat teknikal dan informasi yang bersifat fundamental. Analisis teknis atau lebih dikenal dengan istilah analisis teknikal adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume. Pada awalnya analisis teknikal hanya memperhitungkan
pergerakan harga pasar atau instrumen yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa harga mencerminkan seluruh faktor yang relevan sebelum seorang investor menyadarinya melalui berbagai cara lain. Analisis teknikal dapat menggunakan berbagai model dan dasar misalnya, untuk pergerakan harga digunakan metode seperti misalnya Indeks Kekuatan Relatif, Indeks pergerakan rata-rata, regresi, korelasi antar pasar dan intra pasar, siklus ataupun dengan cara klasik yaitu menganalisis pola grafik. Berbeda dengan analisis teknikal, analisis fundamental dilakukan dengan mengidentifikasi faktor – faktor mendasar yang dapat mempengaruhi harga saham. Sedangkan pendekatan teknikal lebih menekankan pada aspek teknis (matematis) dan psikologis yang dapat mempengaruhi harga saham, yaitu dengan menggunakan data pasar yang di publikasikan, seperti : harga saham, volume perdagangan saham, indeks harga saham baik gabungan maupun individu, serta faktor lain yang bersifat teknis. Faktor fundamental merupakan faktor yang berada di luar pasar modal yang akan mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Analisis terhadap harga saham dengan mendasarkan pada faktor – faktor fundamental berlandaskan prinsip bahwa sebab mendasar yang menimbulkan gerak harga saham adalah antisipasi tentang perubahan dalam pendapatan/laba. Perusahaan yang menghasilkan laba tinggi dan stabil akan mendapatkan respon positif dari investor, dan investor bersedia membayar sahamnya dengan harga yang lebih tinggi. Return saham akan naik seiring dnegan meningkatnya harga saham. Keuntungan dari analisa fundamental adalah jika ekonomi telah dilakukan secara konsisten dan menghasilkan keuntungan yang cukup besar, dan membuat prospek ekonomi jangka panjang yang cerah. Di lain pihak, analis fundamental percaya bahwa pasar saham tidak benar-benar mewakili nilai sebenarnya dari valuasi perusahaan karena sifat spekulatif dari pedagang. Analis fundamental percaya pada konsep investasi dengan berpegangan pada saham yang bagus untuk jangka waktu yang panjang dan dapat memperoleh dividen dengan melihat investasi yan gdilakukan pada perusahaan tersebut. Analisis fundamental mungkin telah ada sejak zaman pasar saham pertama kali dibuka. Analisis fundamental terlihat lebih luas, dan mayoritas investor di seluruh dunia mendukung bentuk analisis model ini. Penelitian ini menekankan pada aspek fundamental perusahaan yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham, khususnya kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan sebagai unsur dari faktor fundamental perusahaan merupakan hasil implementasi dari kebijakan – kebijakan perusahaan. Informasi fundamental merupakan informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kineja perusahaan. Informasi fundamental perusahaan yang lazim digunakan untuk memprediksi harga saham adalah berbagai ukuran kinerja perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan. berdasarkan laporan keuangan dapat diketahui beberapa faktor fundamental antara lain : rasio – rasio keuangan, arus kas, dan ukuran – ukuran kinerja yang dikaitkan dengan return saham. Penelitian ini menguji kinerja keuangan perusahaan dari konsep kinerja perusahaan yang lebih modern yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dengan konsep kinerja perusahaan klasik yaitu Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) ditambahkan variabel pasar melalui Market Share dalam mempengaruhi harga saham. Economic Value Added (EVA) merupakan suatu konsep yang dijelaskan oleh George Bennet Stewart & Joel M. Stern yang merupakan konsultan keuangan di Perusahaan Stern Stewart and Co. yang berpusat di New York, USA. Mereka menjelaskan Economic Value Added merupakan suatu konsep pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang dapat mengevaluasi keuntungan sebenarnya yang dihasilkan perusahaan. Menurut penelitian Husaini (2012) tentang “Pengaruh variabel Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham” menunjukan bahwa secara parsial variabel Return On Assests (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham sedangkan Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh. Tetapi Hasil Penelitian ini ditentang oleh penelitian yang dilakukan Darnita (2014) tentang ” Pengaruh variabel Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham” menghasilkan secara parsial hanya variabel Return On Equity (ROE) dan Net Proift Margin (NPM) yang memiliki pengaruh terhadap harga saham. Menurut penelitian Mardiyanto (2013) tentang “Analisis pengaruh Nilai Tambah Ekonomi dan Nilai Tambah Pasar terhadap Harga Saham” studi kasus pada perusahaan sektor ritel yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2011 menghasilkan bahwa Nilai Tambah Pasar atau Market Value Added (MVA) berpengaruh dibandingkan Nilai Tambah Ekonomi atau Economic Value Added (EVA). Penelitian ini mencoba untuk meneliti seberapa besar pengaruhnya kelima variabel tersebut terhadap harga saham khususnya pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaſtar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan dan Pasar terhadap Harga Saham.”
Rumusan Masalah Berdasarkan perbedaan dari hasil penelitian sebelumnya dan perlunya perluasan penelitian yang didukung oleh teori yang mendasari, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana pengaruh kinerja perusahaan terhadap harga saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2014 ? 2. Bagaimana pengaruh pasar terhadap harga saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2014 ? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis bagaimana pengaruh kinerja perusahaan terhadap harga saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2014. 2. Menganalisis bagaimana pengaruh pasar terhadap harga saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 – 2014. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi : 1. Bagi calon investor dapat melakukan analisis saham yang akan diperjual belikan di pasar modal melalui analisis faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham, sehingga investor dapat melakukan investasi atau portofolio dengan baik. 2. Bagi penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang berhubungan dengan faktor – faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham. 3. Bagi akademisi dapat digunakan sebagai perluasan pembelajaran dalam bidang ekonomi khususnya dalam hal pendekatan fundamental untuk menilai harga saham. B. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham Menururt Munawir (2004), mengemukakan bahwa Return On Assets (ROA) adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. Menurut Kasmir (2012) Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yangdigunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset (ROA) semakin efisien operasional perusahaan dan begitu juga sebaliknya, rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain. Rasio ini bisa dibilang merupakan rasio terpenting diantara rasio profitabilitas yang lainnya. karena rasio ini mengambarkan berapa besar pengembalian yang bisa didapatkan oleh investor. Indikator ROA juga merupakan salah saru indikator yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA dapat berarti perusahaan telah efisien dalam menciptakan laba dengan cara mengolah dan mengelola semua aset yang dimilikinya. Dengan semakin efisien perusahaan dalam menghasilkan laba, maka harga saham perusahaan di pasar modal cenderung meningkat dan hal ini berdampak pada meningkatnya return saham. Dengan demikian Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap harga saham. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis: H1: Return On Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. B. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Menurut Fahmi (2012) Return On Equity (ROE) dapat disebut juga laba atas equity atau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (prosentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis. ROE menjadi salah satu tolok ukur yang perlu menjadi perhitungan bagi investor untuk menginvestasikan dananya pada saham tertentu. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga saham, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang
akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cendrung naik. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis: H2: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. C. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Konsep Economic Value Added (EVA) dikembangkan oleh Joel Stern dan Bennet Stewart, pemilik perusahaan konsultan keuangan Stern Stewart & Company dalam bukunya “ The EVA Challenge Implementing Value – Added Change in An Organization”, diterbitkan tahun 2001. Konsep Economic Value Added (EVA) diluncurkan Stern Stewart & Company pada tahun 1989. Konsep Economic Value Added (EVA) didasarkan pada prinsip bahwa perusahaan mampu menciptakan kekayaan untuk para pemegang saham hanya apabila manajer mampu menghasilkan surplus melebihi total cost of capital yang diinvestasikan. Economic Value Added merupakan sistem manajeman keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam perusahaan yang menyatakan bahwa modal kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal (Wijaya, 2005). Analisis penilaian kinerja dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) jika dihubungkan dengan harga saham adalah jika kinerja suatu perusahaan yang dihitung menggunakan Economic Value Added (EVA) semakin baik atau bernilai positif maka harga saham perusahaan semakin tinggi. Sehingga risiko yang ditimbulkan semakin kecil maka akan menarik minat investor untuk menanamkan modal di perusahaan tersebut. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis: H3: Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. D. Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Market Value Added (MVA) suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah. Peningkatan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang kuat dengan Market Value Added (MVA). Indikator yang digunakan untuk mengukur Market Value Added (MVA) menururt Young & O’Byrne (2002), yaitu (1) jika Market Value Added (MVA) > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana. (2) jika Market Value Added (MVA) < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana. Analisis penilaian kinerja dengan menggunakan Market Value Added (MVA) apabila dihubungkan dengan harga saham adalah jika nilai MVA semakin baik (positif) maka harga saham yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan dan begitu juga sebaliknya. Sehingga apabila nilai Market Value Added bernilai positif ini dilihat oleh investor dapat menjadi tolak ukur kinerja perusahaan yang baik dan menarik minat investor untuk menanamkan modal ke perusahaan terebut melalui saham yang nantinya akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis: H4: Market Value Added (MVA) berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. E. Pengaruh Market Share Terhadap Harga Saham Menurut Sumarni dan Soeprihanto (2010), ada empat jenis ukuran atau jenis dalam mendefinisikan dan mengukur Market Share (pangsa pasar) yang ada dalam suatu pasar, ukuran pangsa pasar tersebut antara lain : 1. Pangsa pasar keseluruhan. Pangsa pasar keseluruhan adalah penjulan suatu perusahaan yang penjualannya dinyatakan sebagai persentase dari penjualan pasar secara total atau secara keseluruhan dalam suatu industri, diperlukan 2 (dua) keputusan untuk menggunakan ini yaitu : apakah proses perhitungan pangsa pasar akan menggunakan perhitungan dalam unit penjualan atau dalam pendapatan penjualan (rupiah) untuk menyatakan pangsa pasar. 2. Pangsa pasar yang dilayani. Pangsa pasar yang dilayani adalah persentase dari total penjualan terhadap pasar yang telah dilayani oleh suatu perusahaan, pasar yang dilayani adalah semua pembeli yang dapat dan ingin membeli produknya. 3. Pangsa pasar relative (untuk 3 pesaing puncak). Pangsa pasar ini hanya menyatakan persentase penjualan suatu perusahaan dari penjualan gabungan 3 perusahaan pesaing tersebar dalam bidang yang sama. 4. Pangsa pasar relative (terhadap pesaing pemimpi). Beberapa perusahaan melihat pangsa pasar mereka sebagai persentase penjualan pesaing pemimpi. Perusahaan yang memiliki pangsa pasar lebih besar 100% disebut
sebagai pemimpi pasar, sementara perusahaan yang memiliki pangsa pasar tepat 100% berarti perusahaan tersebut pemimpin pasar yang ada bersama-sama. Market share mempengaruhi harga saham melalui penjualan yang akan berdampak kepada pendapatan perusahaan yang selanjutkan dapat dilihat oleh investor untuk melakukan penilain berapa persentase perusahaan tersebut menguasai pasar pada sektor tersebut. Sehingga investor dapat memutuskan untuk berinvestasi kepada perusahaan yang akan diinvestasikan sehingga akan berdampak kepada kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Dari uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis: H5: Market Share berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. C. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan jenis ekplanasinya, penelitian ini bersifat penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan tertinggi dibandingkan dengan diskriptif dan komparatif karena dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan fenomena yang akan dating, dan mengkontrol suatu kejadian (Sugiyono, 2003). Jenis dari penelitian ini sendiri adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang mengumpulkan data berupa angka. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Indonesia, dengan melakukan pengumpulan data terhadap beberapa Saham Sub Sektor Makanan dan Minuman yang tercatat Aktif di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dimulai dari bulan januari tahun 2011 sampai dengan desember tahun 2014 dengan menggunakan data tahunan pada setiap variabel. C. Definisi Operasional Variabel Pada bagian ini akan disajikan statistika deskripsi dari variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini: 1. Harga Saham (y): Saham merupakan salah satu bentuk efek atau surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal (bursa). Pengukuran dari variabel harga saham ini yaitu harga penutupan saham (closing price) tiap perusahaan yang diperoleh dari harga saham pada periode akhir tahun. Harga Saham = Harga Saham Pada Periode Akhir Tahun (Closing Price) 2. Return on Assets (ROA) (x1): rasio yang mencerminkan pendapatan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. Cara memperoleh ROA yaitu membagi laba bersih setelah pajak dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Data laba bersih dan total aktiva diambil dari laporan keuangan masingmasing perusahaan. ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva 3. Return on Equity (ROE) (x2): rasio yang mencerminkan pendapatan sebuah perusahaan yang didapat dari investasi atas modal sendiri. Cara memperoleh ROE yaitu membagi laba bersih setelah pajak dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Data laba bersih dan total ekuitas diambil dari laporan keuangan masing-masing perusahaan. ROE = Laba Bersih Setelah Pajak Total Modal Sendiri 4. Economic Value Added (EVA) (x3): mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan cara mengurangi laba operasi setelah pajak dengan beban modal (cost of capital), dimana beban biaya modal mencerminkan tingkat resiko perusahaan. EVA = Laba Operasional Setelah Pajak – Beban Biaya Modal
suatu biaya
5. Market Value Added (MVA) (x4): perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar saham (book value per share). MVA = (Saham yang Beredar x Harga Saham) – Total Ekuitas Saham Biasa 6. Market Share (x5): Menurut (Sumarni & Soeprihanto, 2010) pangsa pasar merupakan penjulan suatu perusahaan yang penjualannya dinyatakan sebagai persentase dari penjualan pasar secara total atau secara keseluruhan dalam suatu industri, diperlukan 2 (dua) keputusan untuk menggunakan ini yaitu : apakah proses perhitungan pangsa pasar akan menggunakan perhitungan dalam unit penjualan atau dalam pendapatan penjualan (rupiah) untuk menyatakan pangsa pasar. Market Share = Pendapatan Penjualan Total Pendapatan Penjualan Industri D. Sampel Data Dalam penelitian ini menggunakan sampel dengan teknik purposive sampling, dimana penentuan sampel dilakukan dengan cara dipilih berdasakan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004). Dari total populasi 15 perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dipilih sampel 12 perusahaan emiten. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kriteria: 1. Sampel merupakan perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian 2. Sampel memiliki kelengkapan data laporan keuangan Berikut daftar sampel perusahaan yang terdaftar pada sub sektor makanan dan minuman: Tabel 1: Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman No Kode Nama Perusahaan 1 ADES PT Akasha Wira International Tbk 2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 CEKA PT Cahaya Kalbar 4 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 5 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 6 INDF PT Indofood Sukses Makmur 7 MLBI PT Multi Bintang Indonesia 8 MYOR PT Mayora Indah 9 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk 10 SKLT PT Sekar Laut Tbk 11 STTP PT Siantar Top Tbk 12 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2015 E. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan alat analisis regersi dengan data panel. Dapa panel merupakan gabungan dari data time series dan data cross section. Adapun model regresi dapat diformulasikan sebagai berikut: Yit = α + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it+ β4 X4it+ β5 X5it+ eit Di mana: Y = Harga Saham Perusahaan Sub Sektor Makan dan Minuman α = Konstanta X1 = Return on Assets X2 = Return on Equity X3 = Economic Value Added X4= Market Value Added X5= Market Share E = Error
i = Perusahaan ke i t = Tahun pengamatan (2011,…….,2014) F. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat diukur dari goodness of fit fungsi regresinya, Secara statistik, analisa ini dapat dapat diukur dari nilai statistik T, nilai statistik F, dan koefisien determinasi (Kuncoro, 2011). Analisa regresi ini bertujuan untuk mengetahui secara parsial maupun simultan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta untuk mengetahui proporsi variabel independen dalam menjelaskan perubahan variabel dependen. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Statistik Penelitian Pada bagian ini akan digambarkan atau dideskripsikan dari data masing-masing variabel yang telah diolah menggunakan SPSS versi 18.0, adapun hasil olahan data SPSS dalam bentuk deskriptif statistik akan menampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian antara lain yaitu jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), dan standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel, dan varian yang disajikan dalam Tabel 4.2 berikut: Tabel 1 : Deskriptif Statitik Harga Saham, Return on Assets, Return on Equity, Economic Value Added, Market Value Added, Market Share. Descriptive Statistics Mean HS
Std. Deviation
N
28045,0417
84890,64930
48
ROA
12,7146
12,49585
48
ROE
25,8812
31,51387
48
EVA
116048,8125
1,70516E5
48
MVA
1,7900E6
3,47242E6
48
8,3333
14,56638
48
MS
Sumber : Output SPSS Versi 18.0, data diolah. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui deskripsi statistik dari masing-masing variabel dari 48 sampel penelitian. Variabel Harga saham diperoleh rata-rata sebesar 28.045,04 dan standar deviasi sebesar 84.890,64 yang menunjukkan bahwa standar deviasi harga saham lebih besar dibanding dengan rata rata, hal ini dapat disimpulkan bahwa data harga saham kurang baik. Variable ROA mempunyai nilai standar deviasi sebesar 12,49 dimana nilai standar deviasinya lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 12,71 dengan demikian dapat dikatakan bahwa simpangan data pada variable return on assets baik. Variabel ROE diperoleh rata-rata sebesar 25,88 dan standar deviasi sebesar 31,51 lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Ini menunjukkan bahwa data pada variabel ROE kurang baik. Variabel EVA nilai standar deviasi sebesar 1,7 lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata sebesar 116048,81 menunjukkan bahwa data pada variabel EVA baik. Variabel MVA diperoleh rata-rata sebesar 1,79 dan standar deviasi sebesar 3,47 lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Ini menunjukkan bahwa data pada variabel MVA kurang baik. Variabel Market Share nilai standar deviasi sebesar 14,56 lebih besar dibandingkan nilai rata-rata sebesar 8,33 menunjukkan bahwa data pada variabel market share kurang baik. Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan. Jika nilai rata-rata (mean) masing-masing variabel lebih kecil dari pada standar deviasinya, biasanya didalam data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2006).
B. Hasil Uji Chow Uji Chow digunakan untuk menguji model terbaik diantara common effect model dan fixed effect model. Ho : Model yang paling efisien adalah model common effect model H1 : Model paling efisien adalah model fixed effect model Hipotesa null diterima apabila angka probabilitas chi square lebih dari titik kritis (5%). Apabila demikian, model yang efisien adalah model common effect model. Hasil uji chow ini dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 2 : Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: EQ01 Test cross-section fixed effects
Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
1.116619
(11,31)
0.3819
16.020877
11
0.1404
Sumber : Output Eviews 7, data diolah. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat probabilitas Chi-squarenya sebesar 0,14 atau lebih dari titik kritis sebesar 0,05. Maka dapat dapat disimpulkan model yang cocok untuk penelitian ini adalah common effect model. C. Hasil Uji Hipotesis 1. Hasil Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independent dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Tabel 3 : Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary Model R d
1
,730
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
,533
,478
i
m
e
n
s
i
o
n
0
a. Predictors: (Constant), MS, ROE, MVA, EVA, ROA b. Dependent Variable: HS
Sumber: Output SPSS versi 18.0, data sekunder diolah
61343,40535
Durbin-Watson 1,790
Dari tabel di atas bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0,478 menunjukkan bahwa variasi variabel independen mampu menjelaskan 47,8% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 52,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independent. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,730 menunjukkan bahwa kuat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 25,5%. 2. Hasil Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadapa variabel dependen (Ghozali, 2001). Berikut hasil uji F yang diolah menggunakan SPSS yang disajikan dalam Tabel 4.9. Tabel 4 : Hasil Uji F b
ANOVA Model
Sum of Squares
1
Df
Mean Square
Regression
1,807E11
5
3,613E10
Residual
1,580E11
42
3,763E9
Total
3,387E11
47
F
Sig.
9,602
,000
a
a. Predictors: (Constant), MS, ROE, MVA, EVA, ROA b. Dependent Variable: HS
Sumber: Output SPSS versi 18.0, data sekunder diolah Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 dan nilai F hitung sebesar 9,602. Dasar pengambilan keputusan adalah tingkat signifikansinya sebesar 5% atau 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka menunjukkan adanya pengaruh Return on Assets, Return on Equity, Economic Value Added, Market Value Added dan Market Share secara simultan terhadap Harga Saham. 3. Hasil Uji T Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial didalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Tabel 5 : Hasil Uji T Coefficients Model
a
Standardiz ed Unstandardized
Coefficient
Collinearity
Coefficients
s
Statistics Toleran
B 1
(Constan
Std. Error
-23162,481
15234,636
ROA
11544,598
1800,384
ROE
-3223,290
EVA MVA
Beta
t
Sig.
ce
VIF
-1,520
,136
1,699
6,412
,000
,158
6,322
797,534
-1,197
-4,042
,000
,127
7,890
,004
,117
,008
,032
,974
,202
4,958
-,015
,004
-,622
-3,911
,000
,439
2,277
1754,669
1196,125
,301
1,467
,150
,264
3,792
t)
MS
a. Dependent Variable: HS
Sumber: Output SPSS versi 18.0, data sekunder diolah
Dari tabel di atas dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Harga Saham = -23.162,481 + 11.544,598 Return on Assets – 3223,290 Return on Equity + 0,004 Economic Value Added – 0,015 Market Value Added + 1.754,669 Market Share. D. Interpretasi Hasil Penelitian 1.) Analsis Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Harga Saham Hipotesis 1 yang diajukan pada penelitian ini adalah “Diduga Return On Assets berpengaruh positif terhadap Harga Saham”. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 1 terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Return On Assets (ROA) suatu perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Return On Assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh asetnya dalam menghasilkan laba bersih. Semakin besar ROA, berarti semakin efektif dan efisien penggunaan aset perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aset yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar. Selama periode penelitian, semua perusahaan yang berada pada sub sektor makanan dan minuman memiliki nilai Return On Assets yang cukup baik. Dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2014 semua perusahaan sub sektor makanan dan minuman memiliki nilai Return On Assets yang bernilai positif. Ini dapat menjadi penilaian investor yang hendak untuk melakukan investasi saham pada perusahaan tersebut. Dengan nilai Return On Assets yang positif dapat menjadi nilai plus perusahaan karena bisa dikatakan perusahaan pada sub sektor makanan dan minuman meliki kinerja yang efektif dan efisien dalam menggunakan aset perusahaan yang ada. Sehingga berpengaruh terhadap keputusan investor dalam berinvestasi pada saham perusahaan tersebut yang berdampak terhapat permintaan saham perusahaan yang akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan harga saham. 2.) Analsis Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Hipotesis 2 yang diajukan pada penelitian ini adalah “Diduga Return On Equity berpengaruh positif terhadap Harga Saham”. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 2 tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan Return On Equity (ROE) suatu perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Selama periode penelitian, semua perusahaan yang berada pada sub sektor makanan dan minuman memiliki nilai Return On Equity yang cukup baik. Dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2014 semua perusahaan sub sektor makanan dan minuman memiliki nilai Return On Equity yang bernilai positif. Namun peningkatan Return On Equity (ROE) justru menurunkan Harga Saham perusahaan. Return On Equiy (ROE) hanya menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan investasi para pemilik, namun kurang menggambarkan perkembangan dan prospek perusahaan sehingga para investor tidak terlalu memperhitungkan Return On Equity (ROE) sebagai pertimbangan investasinya. 3.) Analsis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Hipotesis 3 yang diajukan pada penelitian ini adalah “Diduga Economic Value Added berpengaruh positif terhadap Harga Saham”. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 3 terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian jika dikaitkan dengan rumus Economic Value Added sendiri yang mana Economic Value Added = Nopat – Capital Charger. Dimana Nopat adalah laba bersih perusahaan setelah pajak dan capital charger yang memiliki komposisi terbesar adalah modal, hutang dan beban. Economic Value Added (EVA) menyajikan suatu ukuran yang baik mengenai sampai sejauh mana perusahaan telah memberikan nilai tambahan. Economic Value Added (EVA) dapat mempengaruhi nilai perusahaan atau dalam hal ini adalah harga saham. Komponen-komponen EVA dipertimbangkan oleh para investor dan penganalisisnya dalam mengambil keputusan investasinya. Karena investor dalam menentukan investasinya selalu mempertimbangkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko yang dihadapi perusahaan diantaranya dicerminkan dengan cost of capital (biaya modal). Sehingga apabila nilai Economic Value Added bernilai Positif atau bisa dikatakan perusahaan menciptakan nilai tambah ekonomi maka
resiko yang dihadapi semakin kecil dan membuat permintaan saham akan naik dan meningkatkan harga saham perusahaan. 4.) Analsis Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Harga Saham Hipotesis 4 yang diajukan pada penelitian ini adalah “Diduga Market Value Added berpengaruh positif terhadap Harga Saham”. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 4 tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan Market Value Added (MVA) suatu perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Market Value Added (MVA) yang positif berarti menunjukkan pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekakyaan pemegang saham dan Market Value Added (MVA) yang negatif mengakibatkan berkurangnya nilai modal pemegang saham, jika Market Value Added (MVA) sama dengan 0 maka perusahaan tidak meningkatkan kekayaan bagi pemegang saham. Penurunan Market Value Added (MVA) justru akan meningkatkan harga saham karena nilai Market Value Added (MVA) hanya mencerminkan peningkatan atau nilai tambah yang akan diterma pemegang saham dan faktor-faktor di dalam menghitung nilai Market Value Added (MVA) kurang mencerminkan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi harga saham. 5.) Analsis Pengaruh Market Share Terhadap Harga Saham Hipotesis 5 yang diajukan pada penelitian ini adalah “Diduga Market Share berpengaruh positif terhadap Harga Saham”. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis 5 terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan Market Share suatu perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Market share adalah bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dan seluruh potensi jual, biasanya dinyatakan dalam persentase. Atau Pangsa pasar (market share) adalah persentase total dari penjualan suatu perusahaan (dari seluruh sumber) dengan total penjualan jasa ataupun produk dalam industri. Market share merupakan bagian dari pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan. Pangsa pasar dapat menjadi salah satu dari indikator meningkatnya kinerja pemasaran suatu perusahaan. Peningkatan presentase market share perusahaan akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut karena market share mencerminkan seberapa besar perusahaan tersebut menguasai penjualan pada industri tersebut. Sehingga apabila market share mengalami peningkatan akan berpengaruh terhadap penjualan perusahaan yang dapat mempengaruhi pendapatan perusahaan. Ketika pendapatan perusahaan meningkat akan mencerminkan kondisi perusahaan yang baik sehingga memiliki resiko yang kecil. Ini menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan melalui saham yang akan berdampak terhadap peningkatan permintaan saham dan meningkatkan pula harga saham perusahaan tersebut. E. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengukuran kinerja perusahaan yang diukur melalui Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) hanya Return On Assets (ROA) yang berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan dari pasar sendiri yang diukur melalui Market Share (pangsa pasar) tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014. 2. Investor yang berinvestasi untuk jangka panjang lebih menggunakan analisis fundamental perusahaan karena untuk investasi jangka panjang, investor harus menilai dari sisi laporan keuangan perusahaan tersebut. Sedangkan investor jangka pendek lebih melihat harga saham melalui analisis teknikal serta melihat isu politik dan ekonomi atau berita yang terjadi. Seperti terjadinya bencana alam akan berpengaruh terhadap peningkatan harga saham perusahaan makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan demand terhadap makanan dan minuman instant yang diberikan kepada korban bencana alam akan meningkat sehingga perusahaan tersebut mengalami peningkatan permintaan dan akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham perusahaan makanan dan minuman. B. Saran Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta kesimpulan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini, yaitu: 1. Bagi perusahaan makanan dan minuman sebaiknya lebih meningkatkan Return On Assets (ROA) dengan cara meningkat laba bersih setelah pajak perusahaan karena Return On Assets (ROA) perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan harga saham perusahaan. Sedangkan bagi investor yang ingin berinvestasi pada pasar
saham sebaiknya memilh perusahaan yang mempunyai nilai Return On Assets (ROA) yang tinggi karena ini mencerminkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimiliki perusahaan. 2. Bagi perusahaan lebih menguatkan fundamental perusahaan agar tidak terpengaruh oleh isu yang beredar atau yang sedang terjadi yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan. Sedangkan bagi investor jangka pendek sebaiknya lebih melihat pergerakan harga saham perusahaan tesebut untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan serta dapat memahami isu yang sedang terjadi yang nantinya dapat berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Darnita, E. (2014). Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Dendawijaya L. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia; 2005. Fahmi I. Analisi Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta; 2012. Ghozali I. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipinegoro; 2001. Gujarati D. Ekonometrika Dasar. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga; 2003. Hidayat, A. ( 2011). Pengaruh Economic Value Added, Market Share dan Earnings Per Share terhadap Return Saham. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol.1(No.1): 52-89 Husaini, A. (2012). Pengaruh Variabel Return on Assets , Return on Equity , Net Profit Margin Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham. Jurnal Profit, 6(1), 45–47. Indonesia Stock Exchange. (2016). Ringkasan Kinerja Perusahaan Tercatat http://www.idx.co.id/id/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx. diakses pada 15 Januari 2016. Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2012. Kuncoro M. Metode Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN; 2011. Mardiyanto, H. (2013). Analisis Pengaruh Nilai Tambah Ekonomi dan Nilai Tambah Pasar terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Ritel yang Listing di BEI. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol.1, No.1. Munawir S. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keem. Yogyakarta: Liberty; 2004. Sugiyono. Metode Penelitian Admnistrasi. Bandung: Alfabeta; 2003. Sumarni M, & Soeprihanto J. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan). Edisi Kelima. Yogyakarta: Liberty; 2010. Wahid, S, (2002). Jalan Pintas Menguasai SPSS 10.0. Yogyakarta: Andi. Wijaya T, A. Memahami Konsep EVA (Economic Value Added) Dan Value Based Manajement (VBM) Teori,soal,dan Kasus. Jakarta: Havarindo; 2005. Yahoo Finance , 2016. Market Data http://finance.yahoo.com/market-overview/ diakses pada 21 Januari 2016 Young D, & O’Byrne S. Eva & Manajemen Berdasarkan Nilai. Jakarta: Salemba; 2002.