ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, DAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO PADA BANK PEMBAGUNAN DAERAH
Oleh : AHMAD FADHIL 106081002375
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ahmad Fadhil
Tempat/Tanggal lahir : Cairo, Mesir/10 Nopember 1988 Alamat
: Jl. Mampang Prapatan XV No.17 Rt. 08/06 Jakarta Selatan 12780
Agama
: Islam
Warga negara
: Indonesia
Telepon
: 02199826643 - 085691916427
Email
:
[email protected]
Nama Orang Tua Ayah
: (Alm.) Fauzi Fathullah
Ibu
: Ny. Yulinda Media Lubis
Pendidikan : 1. SDN Pancoran 01 Pagi
Tahun 2000
2. Mts. Al-Khairiyah
Tahun 2003
3. SMA SULUH Jakarta
Tahun 2006
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB
Tahun 2011
v
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio, and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate toward Credit Distribution and its implications on the Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks. This research used path analysis method with decomposition model and using the software Amos 18. The results of substructure I indicate that Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio and Interest Rate of Bank Indonesia Certificate have significantly effect to credit distribution. The results of substructure II indicate that Third Party Funds, Capital Adequacy Ratio and Credit distribution have significantly effect to Loan to Deposit Ratio at the Regional Development Banks. Keywords: Capital Adequacy Ratio, Credit Distribution, Interest Rate of Bank Indonesia Certificate, Loan to Deposit Ratio, Third Party Fund
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat bank Indonesia terhadap penyaluran Kredit serta impikasinya pada Loan to Deposit Ratio di Bank Pembangunan Daerah. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi dan menggunakan software Amos 18. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Kredit berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit Ratio Bank Pembagunan Daerah. Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio, Dana Pihak Ketiga, Kredit, Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
vii
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur hamba haturkan kepada Sang Maha Kuasa ALLAH SWT. Yang telah memberikan rahmat, karunia, nikmat, serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA TERHADAP PENYALURAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO BANK PEMBANGUNAN DAERAH”. Sholawat serta Salam teruntuk junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW beserta Istri, Sahabat dan para pengikutnya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat, guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentunya penulis menyadari bahwas sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibunda tercinta Ny. Yulinda Media Lubis yang telah sabar dan tulus ikhlas membesarkan serta mendidik putra-putrinya. Terima kasih Mah. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala membalasnya dengan memberikan kebahagiaan dunia akhirat, dan semoga penulis dapat membalas jasanya walaupun tidak akan sebanding dengan apa yang telah diberikan, amin Ya Robbal ’Alamin 2. Ayahanda tersayang (Alm.) Fauzi Fathullah terima kasih buat semuanya. Semoga ALLAH SWT berkenan mengampuni dosa-dosa beliau, dan menerima
seluruh amal beserta ibadahnya, amin Ya Robbal `Alamin.
Walaupun saat ini ayah tidak hadir, tapi semangat dan pesanmu InsyaALLAH akan selalu menemani perjalanan hidup ini. Semoga penulis dapat menjadi kebanggaan beliau dan keluarga. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE. MAB, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Suhendra, S. Ag, MM, selaku kepala Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya. 7. Segenap dosen dan pengajar yang telah memberikan sebagian ilmunya, terutama ilmu ekonomi secara umum dan ilmu manajemen secara khusus. 8. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska, Mas Heri, Pak Rahmat, Ibu Umi yang telah membantu penulis dalam mengurus
kebutuhan
administrasi
dan
urusan
menyangkut
kegiatan
perkuliahan. 9. Kakak ku Ahmad Fajar SE, Adik ku Farah Muniati beserta keluarga besarku yang turut memberikan dukungan dan doa kepada penulis, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya. 10. Faizal, Agus dan Amero yang telah membantu penulis secara langsung dalam penulisan skripsi ini (thanks bro). 11. Sahabat ku Hasan, Iqbal dan Farhan atas motivasi serta kritikan-kritikan yang membangun. 12. Segenap Keluarga besar Manajemen B 2006, kawan-kawan manajemen Perbankan, sahabat-sahabat Begajul (Agus, Diaz, Rayhan, Rifqi, Amero, Apri, Eep, Eko, Erlangga, Fany, Alfian, Beno, Fadly) terima kasih untuk suka maupun duka selama menjadi civitas akademika UIN Jakarta, semoga tali silaturahmi kita akan terus terjalin sampai kapanpun. 13. Dhania untuk waktu, perjalanan cerita. 14. Sahabat-sahabat ku malam kamis jam 8, terima kasih atas obrolannya.
ix
15. Ahmad Fadhil Fauzi yang telah melaksanakan tanggung jawabnya, jangan pernah takut apalagi menyerah dalam menjalani kehidupan ini kecuali hanya kepada ALLAH Rabbul `Alamin. 16. Pihak-pihak lain yang turut membantu, yang mungkin tidak disebutkan oleh penulis semoga kebaikan kalian diberikan balasan kebaikan.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih banyak memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan guna perbaikan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta,
Juni 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................................. ABSTRACK ............................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. BAB. I .
BAB. II.
BAB. III.
i v vi vii viii xi xiii xiv xv
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1. Identifikasi Masalah .............................................................. 2. Batasan Masalah .................................................................... B. Perumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................
1 1 8 10 11
TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ........................................................................ 1. Lembaga Keuangan ............................................................... 2. Bank......................................................................................... 3. LDR (Loan to Deposit Ratio) ................................................. 4. Kredit ...................................................................................... 5. DPK (Dana Pihak Ketiga) ..................................................... 6. CAR (Capital AdequacyRatio) .............................................. 7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)...................... B. Penelitian Sebelumnya ................................................................. C. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................ D. Kerangka Berpikir ....................................................................... E. Hipotesis ........................................................................................
13 13 14 18 19 20 22 23 25 31 34 37
METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... D. Metode Analisis ............................................................................ E. Operasional Variabel Penelitian .................................................
38 38 39 40 50
xi
BAB. IV.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.............................. B. Analisis .......................................................................................... 1. Analisis Deskriptif Variabel .................................................. 2. Analisis Statistik ..................................................................... a. Analisis Korelasi ............................................................... b. Substruktur I .................................................................... c. Substruktur II .................................................................. d. Uji Kesesuain Model (Goodness of Fit) .......................... e. Trimming ........................................................................... f. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung ...................
52 55 55 69 70 73 78 84 86 94
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ................................................................................... 102 B. Implikasi ....................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 105
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
49
4.1
Daftar Bank Pembangunan Daerah
54
4.2
Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah
56
4.3
Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah
59
4.4
Suku Bunga SBI
62
4.5
Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah
65
4.6 4.7
Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah
67 70
4.8
Hasil Korelasi antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI
70
4.9
Pengaruh antara DPK CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit
74
4.10
Pengaruh antara DPK, CAR, Suku Bunga SBI, dan Kredit Pada LDR
79
4.11
Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit serta Implikasinya pada LDR
85
4.12
Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming
88
4.13
Hasil Uji Pengaruh DPK, CAR, dan Kredit Pada LDR
89
4.14
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming
93
4.15
Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang DPK (X1), CAR (X2), Suku Bunga SBI (X3), dan Kredit (Y) pada LDR (Z)
96
Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Berpikir
36
3.1
Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y
41
3.2
Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y terhadap Z
42
4.1
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010
53
4.2
Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah
57
4.3
Capital Adequacy Ratio Bank Penbangunan Derah
60
4.4
Suku Bunga SBI
64
4.5
Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah
66
4.6
Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah
68
4.7
Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
69
4.8
Diagram Jalur Substruktur I
73
4.9
Diagram Jalur Substruktur II
78
4.10
Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming
87
4.11
Diagram Jalur Substruktur II Setelah Trimming
89
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming
109
Lampiran 2
Hasil Uji Fit Sebelum Trimming
111
Lampiran 3
Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming
113
Lampiran 4
Hasil Uji Fit Setelah Trimming
115
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1. Identifikasi Masalah Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang yang terus bergerak maju yang saat ini telah tergolong menjadi Negara semi-industri, melakukan segala kegiatan di semua sektor, terutama sektor riil dengan tujuan
memajukan
perekonomian
nasional
dalam
mengantisipasi
perkembangan dunia. Hal ini dilakukan karena untuk menjadi sebuah Negara maju indikatornya adalah pertumbuhan dan perkembangan di dunia usaha. Ditengah-tengah persoalan pengangguran dan kemiskinan yang masih dihadapi Indonesia, kehadiran industri padat karya yang luas memang sangat dibutuhkan. Mendorong investasi terutama investasi yang bersifat padat karya sangatlah penting untuk membantu meningkatkan kapasitas perekonomian. Karena memacu pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
dengan
peningkatan
kapasitas
produksi
hanya
akan
menghasilkan tekanan inflasi yang utamanya muncul akibat keterbatasan dari sisi penawaran. Selama satu dekade terakhir sejumlah negara mengalami krisis parah, tidak hanya merugikan bagi sistem keuangan mereka tetapi juga perekonomian regional secara keseluruhan. Kinerja perekonomian 1
Indonesia akhir-akhir ini memang sedang membaik, ditengah gejolak dampak krisis global yang juga membuat banyak Negara lain berkontraksi cukup dalam yang sampai saat ini masih berlangsung. Dalam kondisi yang tidak menguntungkan tersebut perekonomian Indonesia pada tahun 2009 masih dapat tumbuh sebesar 4,5%. Indonesia merupakan salah satu dari tiga Negara yang berhasil membukukan pertumbuhan positif pasca krisis selain China dan India. Ini dikarnakan basis perekonomian yang banyak ditopang permintaan domestik yang ternyata lebih memiliki daya tahan. Sedangkan pencapaian di tahun 2010 perekonomian Indonesia berhasil tumbuh sekitar 5%. Dan prediksi pertumbuhan ekonomi untuk 2011 adalah 6-6,3%, hal tersebut dapat dicapai apabila diimbangi dengan peningkatan investasi yang memadai. Seperti kita ketahui dalam kurun waktu 15 tahun terakhir Indonesia telah diterpa dua kali krisis. Yang pertama krisis keuangan Asia terjadi di tahun 1997-1998 serta krisis global pada tahun 2008. Sejarah Krisis yang pernah dialami Indonesia menunjukkan bahwa krisis keuangan Asia 19971998 dan krisis global 2008 ditandai dengan net outflow yang tinggi, setelah mengalami periode net inflow yang tinggi, yaitu pada tahun sebelumnya 1995-1996 dan 2007. Kedua krisis tersebut juga ditandai dengan pertumbuhan kredit yang tergolong tinggi. Pada 1997, rasio Kredit/GDP mencapai 60,2% dan pertumbuhan kredit year on year (yoy) sebesar 29%. Sementara di tahun 2008, rasio Kredit/GDP sebesar 25,6%
2
dan pertumbuhan kredit (yoy) mencapai 29% (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:21). Untuk mencapai target 6-6,3% pertumbuhan perekonomian di 2011, dibutuhkan aliran modal yang cukup besar yang sebaiknya dipenuhi dari sumber dana domestik. Selain sumber daya modal, terdapat berbagai faktor yang juga turut andil dalam proses peningkatan perekonomian Negara, antara lain sumber daya manusia, infrastruktur dan energi serta beberapa faktor lain. Sehingga perlu adanya iklim penggalian sumber daya dalam negeri melalui mobilisasi dana masyarakat serta partisipasi langsung dari Pemerintah sebagai regulator. Menurut Perry (2006:430), stabilitas sistem perbankan dan sistem moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disaluran dalam bentuk dan pembiayaan lain kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara, maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektvitas pelaksanaan kebijakan moneter. Kegiatan perekonomian suatu Negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis, dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem 3
perekonomian. Dalam kebanyakan kasus krisis keuangan, sektor perbankan selalu memainkan peran penting. Sebagai sektor yang sering mendominasi dalam suatu perekonomian, sektor perbankan seringkali memicu krisis atau memperburuk situasi. Mempertimbangkan dampaknya, ketahanan perbankan merupakan baris pertahanan pertama yang penting dalam usaha melindungi perekonomian. Berdasarkan logika ini, pemulihan perbankan adalah langkah yang paling menentukan dalam penanganan krisis keuangan. Misalnya, dalam krisis keuangan global terakhir hampir semua negara maju bergantung pada pemulihan bank untuk mengakhiri krisis tersebut. Banyak ekonom dan bankir yang menyadari masalah dengan kerapuhan sektor perbankan. Sumber dana modal dapat diperoleh melalui pinjaman atau pembiayaan oleh lembaga-lembaga keuangan. Diantara lembaga-lembaga keuangan yang ada di Indonesia, sektor industri perbankan mendominasi pangsa sekitar 80% dari total asset sektor keuangan. Karna alasan tersebut industri perbankan turut serta berperan aktif dalam rangka pertumbuhan serta perkembangan perekonomian Indonesia. Seperti yang telah diamanatkan dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”. Dari undangundang tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempuyai tugas pokok 4
sebagai intermediary service antara pihak surplus dengan pihak deficit. Maksudnya adalah bank membantu pihak surplus dengan menghimpun dana dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito. Setelah itu dana yang berhasil terhimpun disalurkan kepada pihak deficit yaitu pihak-pihak yang membutuhkan uang yang dislurkan dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi ataupun dalam bentuk kredit konsumsi. Proses intermediasi ini merupakan fungsi dan tugas perbankan, namun di sisi lain perbankan juga harus menjaga likuiditasnya, karena bank harus menghadapi berbagai resiko yang harus dihadapi dan perlu diantisipasi karena menghadapi ketidakpastian di masa mendatang. Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah melalui otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai bank sentral, dengan mengeluarkan rangkaian regulasi dibidang keuangan, moneter dan perbankan yang berkelanjutan, dengan tujuan untuk menciptakan iklim pebankan yang sehat, mandiri dan efisien. Risiko likuiditas perbankan selama semester I 2010 moderat. Secara umum, perbankan masih memiliki alat likuid yang cukup memadai untuk memenuhi kewajibannya. Namun di sisi lain pertumbuhan kredit yang lebih cepat dari pertumbuhan DPK (Dana Pihak Ketiga) dapat menimbulkan tekanan likuiditas, khususnya bagi bank yang memiliki alat likuid terbatas. Selama semester I 2010, terjadi penurunan jumlah alat likuid bank sebesar Rp 2,5 T, khususnya dalam bentuk tertiary reserves yang berasal dari kelompok bank kantor cabang bank asing (KCBA). 5
Namun demikian, terindikasi adanya shifting dalam bentuk secondary reserves yang meningkat cukup besar (11,52%) (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:29). Seperti dikutip dari Indonesian Financial Review, per 1 Maret 2011 lalu bank sentral menggulirkan dua kebijakan. Bank Indonesia memberlakukan aturan baru tentang LDR (Loan to Deposit Ratio) bagi industri perbankan nasional. Bank-bank diharuskan memiliki rasio pengucuran kredit terhadap simpanan DPK dalam rentang 78-100%. Jika LDR lebih rendah dari batas minimum, bank terkena pinalti berupa tambahan setoran wajib minimum (GWM) ke BI sebesar 0,1 kali simpanan rupiahnya untuk setiap 1% kekurangan LDR tersebut. Sebaliknya, bank dengan LDR lebih tinggi dari batas atas dan memiliki rasio CAR (kecukupan modal) kurang dari 14% akan dikenai disentif berupa tambahan GWM 0,2 kali simpanan untuk setiap 1% kelebihan LDR. Penalti tak berlaku jika CAR melebihi 14%. Satunya lagi kewajiban menyangkut kewajiban bagi bank beraset di atas Rp 10 triliun untuk mengumumkan prime lending rate alias suku bunga dasar kreditnya mulai akhir Maret 2011 (Metta, 2011:3). Kebijakan yang diambil Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia memang bertujuan baik yaitu agar kelebihan likuiditas di bank-bank bermodal besar bisa diserap agar tak memicu inflasi dan mendorong perbankan lebih aktif lagi dalam menyalurkan kredit dengan tujuan menggerakan ekonomi. Namun di satu sisi dikhawatirkan 6
pengucuran kredit yang berlebihan ini mengakibatkan turunnya kualitas perbankan. Dan pada akhirnya dapat menyebabkan kredit bermasalah bahkan mungkin kredit macet. Atau dengan kata lain dikhawatirkan mengancam solvabilitas bank seperti saat periode 1997-1998. Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman Haddad menyatakan BPD (Bank Pembangunan Daerah) memang masih memiliki permasalahan di beberapa sektor, termasuk permodalan, likuiditas serta struktur. Meski demikian dari total 26 bank pembangunan daerah beberapa sudah berada pada titik aman modal, yaitu Rp 100 miliar dan sudah ada satu BPD yang Go Pubic (http://majalah.tempointeraktif.com). Menurut Sunarsip Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence (IEI), BPD memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan perekonomian daerah, dimana BPD tersebut berdiri. Selain menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir Pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga, BPD memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN, swasta, asing dan campuran) yakni sebagian besar DPK merupakan dana milik pemerintah, khususnya Pemda. Berbeda dari perbankan secara umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah, namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil, sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai kredit jangka panjang/investasi. Implikasinya, kelompok BPD yang 7
beroperasi di Indonesia, porsi kreditnya hanya sebesar 7,76 persen dari total kredit perbankan nasional. Kredit yang disalurkan BPD memang mengalami peningkatan. Namun, harus diakui bahwa porsi alokasi dana BPD dalam bentuk SBI juga sangat tinggi, di mana di tahun 2007 telah mencapai 24,35% dari total SBI. Sehingga, memang tidak seluruhnya salah bila BPD dianggap belum sepenuhnya menjalankan fungsi intermediasi dan menjadi penggerak utama bagi pembangunan ekonomi di daerah (Republika, 9 Januari 2008:16).
2. Batasan Masalah Pentingnya penelitian ini, karena persoalan likuiditas menjadi kendala khusunya dalam BPD. Karateristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya menjadi salah satu faktor. Rasio LDR merupakan salah satu indikator yang menunjukkan fungsi intermediasi perbankan ysng menunjukkan perbandinagan antara DPK dan kredit. Rasio LDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh dananya atau menjadi tidak likuid dan sebaliknya. Hal tersebut dapat mempengaruhi stabilitas keuangan terganggu, sehingga dapat menghambat target pertumbuhan ekonomi Pemerintah.
8
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, studi ini mengkaji pengaruh beberapa variabel terhadap penyaluran kredit dan LDR pada Bank Pembangunan Daerah. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Penyaluran Kredit serta Implikasinya
Terhadap
Loan
to
Deposit
Ratio
pada
Bank
Pembangunan Daerah”.
9
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit. 2. Bagaimana pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). 3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
10
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama bertujuan: a. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit. b. Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). c. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
2. Manfaat Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat akademis maupun praktis. a. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk: 11
1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh. 2) Bagi civitas akademika dapat menambah informasi dan sumber tambahan bahan kajian penelitian. b. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat: 1) Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
yang
bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. 2) Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis 1. Lembaga Keuangan Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Sedangkan dalam SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi perusahaan. Menurut Sadono (2004:273) yang dimaksudkan dengan lembaga keuangan atau instansi keuangan adalah semua perusahaan yang kegiatan utamanya meminjamkan uang yang disimpankan kepada mereka. Lembaga-lembaga ini mendorong masyarakat untuk membuat tabungan kepada mereka, dan sebagai “balas jasanya” para penabung akan diberi “pendapatan” berupa bunga ke atas tabungan yang mereka buat. Sedangkan menurut Rodoni (2007:2) lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset-aset keuangan (financial assets) maupun nonfinancial asset atau asset riil. 13
Dapat disimpulkan yang di maksud lembaga keuangan adalah badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan berupa aset-aset keuangan dan aset-aset non keuangan yang dalam kegiatanya di dalam bidang keuangan melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dengan imbalan berupa bunga dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dengan tujuan membiayai investasi perusahaan. Jenis-jenis lembaga keuangan yang lazim terdapat di suatu Negara dapat dibedakan menjadi bank umum/bank perdagangan, bank tabungan, perusahaan peminjaman, pasaran saham, dan perusahaan asuransi.
2. Bank a. Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan, bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit).
Serta
sebagai
lembaga
yang
berfungsi
memperlancar
pembayaran. Dan falsafah yang mendasari kegiatan usaha adalah 14
kepercayaan masyarakat. Menurut Mishkin (2007:9) bank (banks) adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman. Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa bank adalah badan usaha atau lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan yang menghimpun dana dari msyarakat dalam benruk simpanan dan kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak-pihak yang memerlukan dana dalam bentuk kredit serta memberikan jasajasa lainnya dalam rangka memperlancar lalu lintas pembayaran. b. Jenis-jenis Bank. Adapun menurut Totok (2006:84), bank dan digolongkan berdasarkan: 1) Jenis Bank Menurut Kegaitan Usaha a) Bank Umum b) Bank Perkreditan Rakyat 2) Jenis Bank Menurut Bentuk Badan Usaha a) Bank Umum : Perseroan Terbatas, Koperasi, atau Perusahaan Daerah. b) Bank Perkreditan Rakyat : Perusahaan Daerah, Koperasi, Perseroan Terbatas atau bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
15
3)
Jenis Bank Menurut Target Pasar a) Retail Bank b) Corporate Bank c) Retail-Corporate Bank
c. Fungsi Bank. Menurut Totok (2006:9) dalam bukunya, fungsi bank yang lebih spesifik adalah sebagai berikut: 1) Agent of Trust Dasar kepercayaan,
utama baik
kegiatan dalam
perbankan
hal
adalah
menghimpun
trust
dana
atau
maupun
penyaluran dana. Masyarakat akan berminat menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan juga percaya bahwa pada saat yang telah dijanjikan masyarakat dapat menarik kembali simpanan dananya di bank. Pihak bank juga akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dananya dengan baik, debitur akan mampu membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. 16
2) Agent of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak bisa dipisahkan dan saling berinteraksi mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut
memungkinkan
masyarakat
melakukan
investasi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan
uang,
sehingga
dapat
membangun
perekonomian
masyarakat. 3) Agent of Service Disamping
melakukan
kegiatan
penghimpunan
dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. Dengan
demikian
secara
umum,
fungsi
utama
bank
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak melalui kegiatannya yaitu 17
menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan.Dan secara garis besar bank hanya sebagai lembaga perantara saja, sehingga tanpa adanya simpanan dana dari masyarakat maka bank tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya.
3. LDR (Loan to Deposit Ratio) Menurut Slamet (2006:165) LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total DPK (dana pihak ketiga) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR juga akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah: LDR =
Total Kredit yang di berikan X100% Total DPK
Sebelum terjadi krisis moneter, jika menggunakan rumus seperti diatas banyak bank yang LDR-nya mencapai diatas 110%, hal ini berakibat pada penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan menjadi tidak sehat. Untuk itu Bank Indonesia membuat kebijakan bahwa dalam penghitungan LDR Extended (LDR yang diperluas), dengan rumus:
LDR =
Total Kredit yang diberikan X100% Total DPK + Obligasi yang diterbitkan + modal inti 18
Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai sejauh mana bank memiliki kondisi “sehat” dalam menjalankan fungsi bank sebagai lembaga intermediary. Menurut Slamet (2006:166) LDR dapat dijadikan tolak ukur kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi, yaiutu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (Unit Surplus of Funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (Unit Deficit of Funds). Oleh karena itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah kredit yang ada, sehingga bank akan dibebani dengan bunga simpanan yang besar sementara bunga yang diterima oleh bank terlalu sedikit. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko kredit macet yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian dan juga dapat berpengaruh terhadap likuiditas bank.
4. Kredit Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
19
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit berasal dari bahasa latin “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjamanan tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2003:101). Berdasarkan pengertian di atas kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi kewajibannya dalam bentuk pokok pinjman, bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan atas dasar kepercayaan sesuai dengan jangka waktunya.
5.
DPK (Dana Pihak Ketiga) Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. a. Rekening giro atau checking account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek 20
untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindah bukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro memperoleh buku cek dan bilyet giro (Totok, 2006:97). b. Deposito Berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank (Totok, 2006:97). c. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan kartu debet (Totok, 2006:98). d. Menurut Totok (2006:98) terdapat cara lain penghimpunan dana dari deposan, antara lain : 1) Sertifikat Deposito merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Yang bukti simpanannya dapat diperjualbelikan, proses penarikan dapat dilakukan atas unjuk siapapun yang memegang bukti simpanan. Bunga sertifikat deposito dibayarkan di muka yaitu saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito. 2) Deposit on call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah. Tingkat bunga yang ditetapkan biasanya lebih rendah 21
daripada tingkat bunga deposito berjangka dan lebih tinggi daripada jasa giro. 3) Rekening giro terkait tabungan. Fasilitas ini memungkinkan nasabah menikmati bunga yang lebih tinggi, yaitu bunga tabungan, namun tetap dapat menikmati kelebihan fasiitas rekening gironya Penyetoran oleh nasabah selalu dimasukkan ke rekening tabungan, sementara jika penarikan cek atau bilyet giro dan ternyata saldo rekening giro tidak mencukupi, maka pihak bank akan melakukan pemindah bukuan dari tabungan ke rekening giro.
6. CAR (Capital Adequaacy Ratio) Banks have to make decisions about the amount of capital they need to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owners (equity holders) of the bank. Third, a minimum amount of bank capital (bank capital requirement) is required by regulatory authorities (Mishkin, 2007:231). Sedangkan menurut Slamet (2006:161), Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva tertimbang. Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan dengan risiko pasar atau risiko opeasional, ini tergantung pada kondisi yang 22
bersangkutan. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mangacu pada ketentuan/standar internasional yang dikeluarkan oleh Banking for Internastional Settelment (BIS). CAR dirumuskan sebagai berikut: CAR =
Modal Inti + Modal Pelengkap X100% ATMR
7. Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) a. Suku Bunga Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:505), interest rate is the price paid for borrowing money for a priod of time, usually expressed as a percentage of the principal per year. Bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2003:37). Menurut Mishkin (2007:4), interest rate is the cost of borrowing or the price paid for the rental of funds (usually expressed as a percentage of the rental of $100 per year). b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat 23
Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. SBI merupakan simpanan bank-bank komersial di bank sentral. Bunga SBI adalah premi yang dibayar bank sentral atas "deposito" bank-bank tersebut. SBI digunakan sebagai alat penyedot rupiah yang beredar. Jika rupiah dinilai sudah terlalu banyak (sehingga bisa menurunkan nilai tukar rupiah atau mempercepat laju inflasi), bank sentral akan memperkuat alat sedotnya. Oleh karena itu, suku bunga SBI bisa menjadi semacam patokan. Suku bunga SBI akan menentukan tingkat suku bunga yang lain: bunga deposito, kredit, dan akhirnya bunga pinjaman antarbank atau interbank call-money (http://majalah.tempointeraktif.com).
24
B. Penelitian Sebelumnya Meydianawati (2007) Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja Bank Umum Indonesia secara parsial dan serempak kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian pertama, pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan DPK. Selain itu, program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta NPLs yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor ini.
25
Nasiruddin (2005) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi LDR di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang periode 2003. Teknik yang analisis digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t dan uji F untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat signfikansi 5%.
Hasil analisi menunjukkan
bahwa variabel tingkat kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap LDR di BPR wilayah Jawa Tengah, variabel kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap LDR , variabel suku bunga kredit berpengaruh signifikan terhadap LDR. Kemampuan prediksi dari tiga variabel dengan nilai adjusted R Square sebesar 0,916 atau 91% sedang sisanya dipengaruhi variabel lain diluar penelitian. Arief (2007) meneliti tentang pengaruh jumlah penghimpunan dana bank, suku bunga kredit modal kerja, dan tingkat laju inflasi terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank-bank umum di Indonesia (2001.01– 2006.04). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah penghimpunan dana secara individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Jadi semakin besar jumlah penghimpunan dana yang masuk ke bank semakin besar pula jumlah alokasi kredit modal kerja. Tingkat inflasi secara individu berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap alokasi kredit modal kerja. Suku bunga kredit modal kerja secara individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja. 26
Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk volume kredit perbankan yang go public di Indonesia. Metode analisis digunakan metode statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes digunakan untuk analisis parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk analisis secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DPK dan laba atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk volume kredit, hal itu menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885> 1.999 dan 2.583> 1.999) dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari 0,05. Rasio CAR yang positif dan tidak signifikan mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan signifikansi
0.470>
0,05.
NPF
telah
negatif
dan
tidak
signifikan
mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat mengambil kesimpulan bahwa DPK, CAR, laba atas aset dan NPF memiliki pengaruh simultan volume kredit. Aryaningsih (2008) penelitian mengenai pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri. Menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut; Pertama, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai 27
koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan kredit sebesar 65, 9% sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Namun dari uji t, diperoleh hitung lebih kecil dari t table, sehingga suku bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Kedua, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi inflasi terhadap permintaan kredit sebesar 47,5%. Sisanya sekitar 52,5% permintaan kredit dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t variabel inflasi secara partial tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan kredit. Ketiga, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan kredit sebesar 73,9%. Sisanya sekitar 26,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t, variabel pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit. Keempat, perhitungan uji statistika regresi linier berganda secara simultan menunjukan suku bunga, inflasi, dan pendapatan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit. Hasil ini ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih kecil dari F tabel sebesar 2,82. Seandy (2010) meneliti pengaruh Capital adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Inflasi, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Echange Rate terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variablevariabel independen; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate dengan uji F, berpengaruh signifikan terhadap LDR. Hasil secara parsial 28
dengan uji t, variabel; CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK dan Exchange Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi 0,000; 0,049; 0,005;dan 0,030, sedangkan variable pertumbuhan DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,533 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh variable-variabel penelitian sebesar 53,3 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Fikrulyn (2010) meneliti Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Penawaran Kredit dan
Non Performing Loan
(NPL) terhadap Fungsi
Intermediasi Bank. Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode 2005-2010. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa secara parsial dengan Uji t variabel-variabel independen: Dana Pihak Ketiga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000.
Tingkat
Penawaran
Kredit
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. NPL berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap LDR dengan tingkat signifikansi sebesar 0,269. Secara simultan dengan uji F variabel-variabel independen: Dana Pihak Ketiga, Tingkat Penawaran Kredit dan Non Performing
Loan (NPL)
berpengaruh
bersama-sama
secara
signifikan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR). Nilai Adjusted R Square sebesar 0.672.
29
Hesti Eliza (2010) meneliti tentang Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal Inti dan Inflasi terhadap Pembiayaan serta Implikasinya kepada FDR Pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum dan setelah trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti dan inflasi memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,987. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel DPK, Modal Inti dan Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hasil pengujian sebelum trimming, diketahui variabel DPK, Modal Inti, Inflasi dan Pembiayaan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR pada Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,825. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa hanya variabel DPK dan Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap FDR. Hasil pengujian setelah trimming secara simultan, diketahui bahwa DPK dan Pembiayaan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap FDR Bank Muamalat
Indonesia sebesar 0,821.
Hasil
pengujian
secara parsial
menunjukkan bahwa DPK memiliki pengaruh yang negatif terhadap FDR, sedangkan Pembiayaan memiliki pengaruh yang positif terhadap FDR pada Bank Muamalat Indonesia.
30
C. Keterkaitan Antar Variabel 1. Variabel DPK (Dana Pihak Ketiga). DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabel endogen). Menurut Condro (2007:86) kenaikan dan penurunan alokasi Kredit usaha kerja karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank umum. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi Kredit usaha kerja. Dapat disimpulkan apabila variabel DPK mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan kenaikan. DPK (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Arifin (2006:155) bahwa simpanan (deposit nasabah mempunyai pengaruh terhadap likuiditas. Fikrulyn (2010) berpendapat, bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat jika diberikan dalam bentuk kredit, yang menyebabkan penyaluran dana pihak ketiga pada masyarakat mengalami penurunan dan menyebabkan LDR menjadi rendah.
2. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Kredit (variabek endogen). Apabila variabel CAR mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap 31
variabel Kredit akan menyebabkan penurunan. Menurut Amiranti (2009:53) hal ini dikarnakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga mengurangi permodalan bank. CAR (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010), semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.
3. Variabel Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Kredit (variabel endogen). Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel kredit akan menyebabkan penurunan. Menurut Roy (2005:59), suku bunga SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank. 32
Suku Bunga SBI (variabel eksogen) mempengaruh Loan to Deposit ratio (variabel endogen). Menurut Agus Tribawanto dalam Nasiruddin (2005:26) menyatakan tingkat suku bunga pinjaman dan kolektibilitas kredit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap macetnya KUT baik secara individual maupun secara serempak sehingga dapat mempengaruhi LDR nya. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka semakin rendah LDR BPR karena BOR mempunyai kesulitan untuk membayar dana pihak ketiga ini disebabkan pemasukan dari penghasilan bunga kredit berkurang. Apabila variabel suku bunga SBI mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel LDR akan menyebabkan peningkatan.
4. Variabel Kredit. Kredit (variabel eksogen) mempengaruhi Loan to Deposit ratio variabel endogen). Apabilavariabel kredit mengalami kenaikan maka pengaruhnya terhadap variabel LDR akan menyebabkan kenaikan. Hal ini juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip Siamat (2004:157), mengatakan bahwa likuiditas bank akan terjamin jika aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal.
33
D. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur (path analysis). Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel mediating /intervening atau variabel antara. Ganbar diatas merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan menggnakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14). Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti adalah BPD (Bank Pembangunan Daerah) di Indonesia yang berjumlah 26 bank. Variabel yang diteliti adalah DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia), Kredit yang disalurkan dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah DPK, CAR dan Suku Bunga SBI. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah Kredit dan LDR.
34
Untuk pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk pengambilan data Suku Bunga SBI diperoleh dari SEKI (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia) di Perpustakaan Bank Indonesia. Kedua umtuk pengambilan data DPK, CAR, Kredit dan LDR diambil dari SPI (Statistik Perbankan Indonesia) pada BPD melalui situs (www.bi.go.id). Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menetukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data disimpan menggunakan software PASW Statistics 18 dan diolah dengan menggunakan software AMOS 18. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan antar variabel, besarnya R Square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambar berikut merupakan paradigma jalur. Analisis dilakukan dengan menggunakan kolerasi, regresi dan dan jalur, sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau, atau melalui variabel intervening (Sugiyono, 2007:14). Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berpikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian:
35
Gambar. 2.1 Kerangka Berpikir
Bank Indonesia
Bank Pembagunan Daerah
Kebijakan Moneter
px1z px2z
DPK rx1x3
rx1x2 CAR rx2x3 SBI
px1y px2y
e1 Kredit
px3y
e2 pyz
LDR
px3z
Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
Hubungan langsung dan tidak langsung
Interpretasi
36
E. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap Kredit. Ho:
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Penyaluran Kredit.
Ha:
Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Penyaluran Kredit.
2. DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) dan variabel intervening Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). Ho:
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap LDR.
Ha:
Terdapat pengaruh signifikan antara DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap LDR.
37
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI (Serifikat Bank Indonesia) dan Penyaluran Kredit terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio). Objek dalam penelitan ini adalah seluruh BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang beroperasi di Indonesia sebanyak 26 bank periode Juli 2005 – Juni 2010.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Rodoni, 2010:17). Sampel penelitian ini berjumlah masing-masing 60 buah, yang terdiri dari data dana pihak ketiga, capital adequacy ratio, penyaluran kredit dan loan to deposit ratio Bank Pembangunan Daerah serta suku bunga Sertifikat Bank Indonesia periode Juli 2005 sampai dengan Juni 2010.
38
C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara: 1. Studi Kepustakaan Untuk memperoleh informasi, landasan serta konsep yang kuat dilakukan
pencarian
dari
berbagai
literatur,
jurnal-jurnal
yang
dipublikasikan, artikel, majalah serta berbagai sumber lainnya yang berkaitan dengan topik. 2. Data Sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan diolah sendiri dari data yang sudah tersedia. Data sekunder yang digunakan merupakan data time series yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Data tersebut meliputi: a. Data DPK, CAR, Kredit dan LDR diperoleh dari laporan bulanan Statistik Perbankan Indonesia pada Bank Pembangunan Daerah yang ada di website bank Indonesia. b. Data Suku Bunga SBI diperoleh dari laporan Statisitik Ekonoi dan keuangan Indonesia yang ada di website bank Indonesia.
39
D. Metode Analisis Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga dapat dikatakan merupakan bentuk khusus dari analisis jalur (regression is special case of path analysis). Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit (Ghozali, 2008:21). Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analaisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui
40
variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung (Ghozali, 2008:21). Menurut Sugiyono (2007:297), penggunaan analisis jalur dalam analisis data penelitian didasarkan pada bebrapa asumsi sebagai berikut. 1. Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linier, aditif dan kausal. 2. Variabel-variabel residual tidak berkolerasi dengan variabel yang mendahuluinya, dan tidak juga berkolerasi dengan variabel yang lain. 3. Dalam model hanya terdapat jalur kausal/sebab-akibat searah. 4. Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari sumber yang sama. Berdasarkan kerangka berpikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut: Substruktur I: Gambar. 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y
X1
Y
X2
e1
X3
Substruktur I menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dinyatakan sebagai: Y = ρYX1 + ρYX2 + ρYX3 + ε 1
41
Keterangan: Y = Penyaluran Kredit
X3= Suku Bunga SBI
X1 = DPK (Dana Pihak Ketiga)
ε 1= Residual Error
X2 = CAR (Capital Adequacy Ratio) Substruktur II: Gambar. 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3 dan Y terhadap Z
X1 Y
X2
X3
e2
Z
Substruktur II menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dinyatakan sebagai:
Z = ρZX1 + ρZX2 + ρZX3 + ρZY + ε 2
Keterangan: Z = LDR (Loan to Deposit Ratio)
Y = Penyaluran Kredit
X1= DPK (Dana Pihak Ketiga)
ε 2= Residual Error
X2 = CAR (Capital Adequacy Ratio) X3 = Suku Bunga SBI Hair et.al dalam Ghozali (2008:61), mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah. Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat 42
seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas an seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variable yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable dalam model merupakan dedukasi dari teori. Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest. Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung.
Teknik
estimasi model persamaan structural pada awalnya dilakukanb dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika 43
asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer.
Namun demikian teknik ML sangat sensitif
terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti, weight
least
square (WLS), generalized
least
square (GLS)
dan
asymptotivally distribution free (ADF). Langkah 5: Menilai Identifikasi Model Struktural Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi (> 0,90) antar koefisien estimasi. Langkah 6: Menilai Kriteria Goodness-of-Fit Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam terdiri dari: 1. Absolute Fit Measure Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan). 44
a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chisquare ( χ 2 ). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi ( α ) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. b. CMIN/DF Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al dalam Ghozali nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit. c. Goodness of Fit Index (GFI) Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 45
(poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit. d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA) Root
mean
square
error
of
approximination
(RMSEA)
merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistik chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar. 2. Incremental Fit Measures Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya. a. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Adjusted
Goodnbess
of
Fit
Index
(AGFI)
merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.
46
b. Tucker-Lewis Index (TLI) Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah ≥ 0,90. c. Normed Fit Index (NFI) Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90. 3. Parsimony Fit Measures Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 didalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.
47
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 debngan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimony. b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Parsimonious normal fit index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlahb degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk membandingkan model alternative sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan.
48
Tabel. 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
Laporan Statistik Absolut Fit
Nilai yang Direkomendasikan
Keterangan
Prob. χ 2
Tidak signifikan (p > 0,05)
χ 2 /df
≤5 <2
Model yang diusulkan cocok/fit dengan data observasi - Ukuran yang reasonable -Ukuran fit - good fit
RMSEA
< 0,1 < 0,05 < 0,01 0,05 ≤ x ≤ 0,08
- very good fit - outstanding fit - reasonable fit
≥ 0,9
good fit
≥ 0,9 ≥ 0,9 ≥ 0,9
good fit good fit good fit
0-1,0
lebih besar lebih baik lebih besar lebih baik
GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit PNFI PGFI
0-1,0
(Sumber: Ghozali, 2008)
Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model Ketika model telah dinyatakan diterima,
maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka 49
model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Endogen a. LDR (Loan to Deposit Ratio) LDR atau rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga merupakan salah satu indikator likuiditas sebuah bank. Menurut Slamet, LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total DPK yang dapat dihimpun oleh Bank (Slamet, 2006:165). b. Kredit Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
2. Variabel Eksogen a. DPK (Dana Pihak Ketiga) Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana 50
dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. CAR (Capital Adequacy Ratio) Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh sebuah bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva tertimbang (Slamet, 2006:166). c. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Menurut Kasmir (203:37), bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Sesuai dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghinpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang dalam
melakukan
usahanya
berasaskan
demokrasi
ekonomi
dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Dan didalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut menurut jenisnya dibedakan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Mengenai objek dalam penelitian ini yaitu Bank Pembangunan Daerah (BPD) menurut jenisnya termasuk dalam golongan bank umum. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Saat ini di Indonesia terdapat 26 BPD, dari jumlah BPD tersebut baru satu yang sudah go public. Tiga lainnya masih berstatus perusahaan Daerah.
52
Gambar. 4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010 Bank Umum (122)
Bank Pemerintah (4)
Bank Swasta (118)
BPR (1861)
BPR Konvensional (1718)
BPR Syariah (143)
Bank Pemerintah Unit Usaha Syariah (2)
Bank Pembangunan Daerah(26)
Bank Umum Swasta (83)
BPD Unit Usaha Syariah (14)
BPD Umum Swasta Unit Usaha Syariah (10)
Bank Umum Swasta Syariah (9)
Menurut Sunarsip BPD memiliki relasi yang tidak dapat dipisahkan dengan perekonomian daerah, dimana BPD tersebut berdiri. Makanya, tidak mengherankan bila BPD selalu melekat nama daerah asal BPD didirikan. Selain menjalankan kegiatan bank umum, BPD juga berfungsi sebagai kasir Pemda, seperti dana realisasi APBD. Sehingga, BPD memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok bank lainnya (BUMN, swasta, asing dan campuran). Pendirian BPD adalah untuk mendorong pembangunan di daerah. BPD diarahkan untuk menopang pembangunan infrastruktur, UMKM,
53
pertanian, dan lain-lain kegiatan ekonomi dalam rangka pembangunan daerah (Republika, 9 Januari 2008:16).
Tabel. 4.1 Daftar Bank Pembangunan Daerah
Bank Jambi (Jambi)
Bank Maluku (Ambon)
Bank Kalsel (Banjarmasin)
Bank Bengkulu (Kota Bengkulu)
Bank Kaltim (Samarinda)
Bank Jateng (Semarang)
Bank Sultra (Kendari)
Bank Jatim (Surabaya)
Bank BPD DIY (Yogyakarta)
Bank NTB (Mataram)
Bank Nagari (Padang)
Bank NTT (Kupang)
Bank DKI (Jakarta)
Bank Sulteng (Palu)
Bank Lampung (Bandar Lampung)
Bank Sulut (Manado)
Bank Kalteng (Palanka Raya)
Bank BPD Bali (Denpasar)
Bank BPD Aceh ( Banda Aceh)
Bank Papua (Jayapura)
Bank Sulsel (Makassar)
Bank Riau Kepri (Pekanbaru)
Bank BJB (Bandung)
Bank Sumsel Babel (Palembang)
Bank Kalbar (Pontianak)
Bank Sumut (Medan)
(Sumber: Wikipedia.com)
54
B. Analisis 1. Analisis Deskriptif Variabel Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2010, PASW Statistics 18 dan Software Amos 18 untuk dapat mengolah data BPD (Bank Pembangunan Daerah) dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen; DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI. Sedangkan variabel endogen; Penyaluran Kredit dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut. a. Analisis Deskriptif DPK Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 1) disebutkan bahwa, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sumber DPK dari segi mata uangnya dibedakan menjadi (Slamet, 2006:79): 1) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam bentuk rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK ini terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka (deposito dan Sertifikat Deposito), tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban 55
segera yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari bank sentral. 2) Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing Sedangkan yang dimaksud Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). Data DPK yang digunakan adalah jumlah penghimpunan dana pihak ketiga pada kelompok BPD periode bulan Juni 2005 – bulan Juni 2010. Data DPK tersebut terdiri atas giro, deposito, dan tabungan dalam bentuk rupiah maupun valas yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia pada situs www.bi.go.id pada tanggal 1 April 2011. Tabel. 4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2005 73653 78208 77658 73336 77554 85283
2006 87338 92143 96396 100825 115291 117107 114775 125450 125549 127647 127796 129141
Tahun 2007 2008 124001 127864 129630 135187 134873 141028 137451 140927 138051 148815 140308 144359 145782 147245 152525 146383 153631 159201 150537 166004 151479 162210 134287 143262
2009 151045 155017 166111 172660 171724 171573 169456 173696 173873 175135 168015 152251
2010 160376 164539 181181 184041 183098 198673 -
(Sumber: Data diolah, dalam milyar rupiah)
56
Tabel. 4.2 menunjukkan perkembangan jumlah DPK pada Bank Pembangunan Daerah periode Juli 2005 – Juni 2010. Pada masa penelitian ini jumlah DPK terendah terjadi pada bulan Oktober 2005 yaitu sebesar Rp.73.336 (milyar). Pada bulan selanjutnya jumlah DPK cenderung mengalami kenaikkan hingga pada tingkat tertinggi yaitu pada bulan Juni 2010 yaitu sebesar Rp.198.673 (milyar). Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai beriku. Gambar. 4.2 Grafik Dana Pihak Ketiga Bank Pembangunan Daerah
(Sumber: Data diolah, per milyar rupiah)
Pada grafik di atas, DPK menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan jumlah kantor BPD yang terus meningkat sehingga semakin besar juga dana masyarakat atau DPK yang dapat diserap oleh Bank Pembangunan Daerah. Selama 57
periode Juli 2005 sampai dengan Juni 2010 pertumbuhan rata-rata DPK di BPD yaitu sebesar 19,1 persen per tahunnya. b. Analisis Deskriptif CAR Menurut Faishol (2007:153) CAR merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugiankerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat, namun apabila persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund). Data CAR yang digunakan adalah perkembangan CAR pada kelompok BPD periode bulan Juli 2005 – bulan Juni 2010. Data CAR tersebut diperolah dari Statistik Perbankan Indonesia pada situs www.bi.go.id pada tanggal 1 April 2011.
58
Tabel. 4.3 Capital Adequacy Ratio Bank Pembangunan Daerah
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2005 0,1893 0,1870 0,1862 0,1860 0,1866 0,1924
2006 0,2299 0,2265 0,2187 0,2156 0,1933 0,1863 0,1825 0,1824 0,1868 0,1878 0,1870 0,1912
Tahun 2007 2008 0,2399 0,2280 0,2310 0,2241 0,2269 0,2122 0,2090 0,1970 0,1921 0,1826 0,1793 0,1701 0,1773 0,1639 0,1746 0,1610 0,1730 0,1582 0,1757 0,1599 0,1774 0,1673 0,1835 0,1682
2009 0,2044 0,2023 0,2059 0,1805 0,1694 0,1541 0,1507 0,1487 0,1485 0,1511 0,1503 0,1582
2010 0,1974 0,1949 0,1829 0,1714 0,1636 0,1559 -
(Sumber : Data diolah)
Tabel.4.3 menunjukkan perkembangan tingkat CAR pada kelompok BPD periode bulan Juli 2005 – bulan Juni 2010. Pada masa penelitian ini CAR terendah terjadi pada bulan September 2009 yaitu sebesar 0,1485, sedangkan CAR tertinggi terjadi pada bulan Januari 2007 yaitu sebesar 0,2399. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
59
Gambar. 4.3 Grafik Capital Adequacy Ratio Bank Pembangunan Daerah
(Sumber: Data diolah)
Grafik di atas menggambarkan fluktuasi tingkat kecukupan modal BPD yang cenderung menurun selama periode Juli 2005 hingga Juni 2010, terutama pada Januari 2006 – Desember 2009 dan menunjukkan tren meningkat pada kuartal pertama tiap tahunnya. Rata-rata penurunan CAR yaitu sebesar 1 persen per tahunnya. Pada Juni tahun 2005 CAR mengalami peningkatan sebesar 5,9 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2006 CAR BPD mengalami penurunan sebesar 2 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan peningkatan kredit dan dana yang disalurkan yang tidak sebanding dengan peningkatan modal, sehingga menyebabkan rasio permodalan (CAR) cenderung menurun.
60
c. Analisis Deskriptif Suku Bunga SBI Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan atas utang yang memiliki jangka waktu pendek antara 1-3 bulan dengan system diskonto/bunga.Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan (www.wikipedia.com). Data suku bunga SBI yang digunakan adalah data perkembangan suku bunga SBI 1 bulan, periode bulan Juli 2005 – bulan Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia pada perpustakaan Bank Indonesia pada tanggal 1 April 2011.
61
Tabel. 4.4 Suku Bunga SBI
Bulan
2005 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 0,00708 Agustus 0,00793 September 0,00833 Oktober 0,00917 November 0,01021 Desember 0,01063
2006 0,01063 0,01062 0,01061 0,01062 0,01042 0,01042 0,01021 0,00979 0,00938 0,00896 0,00854 0,00813
Tahun 2007 2008 0,00792 0,00667 0,00771 0,00661 0,00750 0,00663 0,00750 0,00666 0,00729 0,00693 0,00708 0,00728 0,00688 0,00769 0,00688 0,00773 0,00688 0,00809 0,00688 0,00915 0,00688 0,00937 0,00667 0,00903
2009 0,00792 0,00728 0,00684 0,00633 0,00604 0,00579 0,00559 0,00548 0,00540 0,00541 0,00540 0,00538
2010 0,00537 0,00534 0,00523 0,00517 0,00525 0,00522 -
(Sumber: Data diolah)
Tabel. 4.4 menunjukkan fluktuasi tingkat suku bunga SBI 1 bulan pada periode Juli 2005 – Juni 2010. Pada masa penelitian ini SBI terendah terjadi pada bulan April 2010 yaitu sebesar 0,00517, sedangkan suku bunga SBI tertinggi terjadi pada bulan Desember 2005 dan Januari 2006 yaitu sebesar 0,01063. Pada Juli tahun 2005 suku bunga SBI mengalami peningkatan hingga tahun 2006 yaitu sebesar 10,9 persen. Hal ini disebabkan karena stabilitas makro ekonomi yang mendapat tekanan, terutama dari sektor eksternal dengan naikknya harga minyak dunia. Perkembangan eksternal tersebut mendorong kebijakan pemerintah dengan menaikkan harga BBM yang berimplikasi kepada naiknya inflasi. Hal tersebut memicu naikknya tingkat suku bunga SBI. Faktor lain yang menyebabkan tingginya suku bunga SBI adalah faktor internal yakni kenaikan upah minimum propinsi serta naiknya gaji pegawau negri 62
sipil. Pada periode selanjutnya tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi. Hal ini ditandai dengan naiknya pertumbuhan ekonomi. Kajian Statistik Indonesia mencatat sampai dengan tahun 2007 pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan hingga mencapai angka 6,1 persen. Pada tahun 2008, tingkat suku bunga SBI kembali mengalami kenaikan sebesar 6,7 persen dari tahun sebelumnya sebagai dampak dari krisis keuangan global. Ditahun 2009 kondisi perekonomian jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ekonomi tumbuh 6,5 persen sementara inflasi cukup rendah dengan volatilitas nilai tukar rupiah yang cukup terkendali. Sehingga ditahun 2009 dan 2010 suku bunga SBI relatif lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
63
Gambar. 4.4 Grafik suku bunga SBI
(Sumber: Data diolah)
Untuk meminimalkan dampak negatif aliran modal asing jangka pendek terhadap stabilitas moneter dan sistem keuangan. Dewan Gubernur memutuskan untuk mengganti ketentuan one month holding period terhada SBI menjadi six month holding period mulai berlaku 13 Mei 2011.
d. Analisis Deskriptif Penyaluran Kredit Menurut Hesty (2009:1), penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk menyalurkan kredit ini mencapai 70% - 80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu, sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk bunga.
64
Data penyaluran kredit yang digunakan adalah total jumlah kredit yang disalurkan oleh BPD pada periode Juli 2005 – Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia pada situs www.bi.go.id pada tanggal 1 April 2011. Tabel. 4.5 Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desesember
2005 42012 43561 43561 44950 45013 44931
2006 45018 45922 47254 48263 49501 51130 52333 53615 55008 55772 56513 55955
Tahun 2007 2008 55588 71524 56930 73240 58816 75023 61287 78105 62928 81075 65088 85276 66818 88286 68982 91478 70900 93950 71419 95753 72858 97497 71881 96385
2009 96371 98443 100880 103949 107325 111057 113797 117396 119667 121874 123260 120754
2010 120372 122361 124765 127329 129472 132740 -
(Sumber: Data diolah, per milyar rupiah)
Tabel. 4.5 menunjukkan perkembangan penyaluran kredit pada BPD periode Juli 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini jumlah penyaluran kredit terendah terjadi pada bulan Juli 2005 yaitu sebesar Rp.42.012,- (Milyar), dimana jika diperhatikan terjadi kecenderungan peningkatan penyaluran Kredit dari bulan ke bulan sampai tingkat tertinggi yaitu pada bulan Juni 2010 sebesar Rp.132.740,- (Milyar). Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut.
65
Gambar. 4.5 Grafik Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah
(Sumber: Data diolah, per milyar rupiah)
Grafik di atas menunjukkan perkembangan penyaluran kredit pada Bank Umum selama periode Juli 2005 sampai Juni 2010 yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank Pembangunan Daerah selama periode Juli 2005 hingga Juni 2010. Dengan rata-rata peningkatan sebesar 23,7 persen per tahun menunjukkan
konsistensi
Bank
Pembangunan
Daerah
dalam
menyalurkan kredit sebagai lembaga intermediasi untuk membantu menggerakkan perekonomian daerah dan nasional secara lebih khusus. Akan tetapi menurut Sunarsip dari sebanyak 26 BPD yang beroperasi di Indonesia, porsi kreditnya hanya sebesar 7,76 persen dari total kredit perbankan nasional. Kredit yang disalurkan BPD memang mengalami peningkatan. Namun, harus diakui bahwa porsi alokasi dana BPD dalam bentuk SBI juga sangat tinggi, di mana di tahun 2007 66
telah mencapai 24,35% dari total SBI perbankan (Republika, 9 Januari 2008:16). e. Analisis Deskriptif LDR LDR atau rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga merupakan salah satu indikator likuiditas sebuah bank. Dimana indikator ini digunakan untuk mengujur jumlah dana pihak ketiga yang disalurukan dalam bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan (Totok, 2006:9). Tabel. 4.6 Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2005 0,5014 0,4853 0,4986 0,5306 0,5059 0,4696
2006 0,5154 0,4984 0,4902 0,4787 0,4294 0,4366 0,4560 0,4274 0,4381 0,4369 0,4422 0,4333
Tahun 2007 2008 0,4483 0,5594 0,4392 0,5418 0,4361 0,5320 0,4459 0,5542 0,4558 0,5448 0,4639 0,5907 0,4583 0,5996 0,4523 0,6249 0,4615 0,5901 0,4744 0,5768 0,4810 0,6011 0,5353 0,6728
2009 0,6380 0,6350 0,6073 0,6020 0,6250 0,6473 0,6715 0,6759 0,6882 0,6959 0,7336 0,7931
2010 0,7506 0,7437 0,6886 0,6918 0,7071 0,6681 -
(Sumber: Data diolah)
Tabel. 4.6 menunjukkan perkembangan LDR pada BPD periode Juli 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini jumlah rasio LDR 67
terendah sebesar 42,74 persen atau 0,4274 terjadi pada bulan Agustus 2006, sedangkan jumah Loan to Deposit Ratio tertinggi sebesar 79,31 persen atau 0,7931 pada bulan Desember 2009. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut. Gambar. 4.6 Grafik Loan to Deposit Ratio Bank Pembangunan Daerah
(Sumber: Data diolah)
Grafik di atas menggambarkan fungsi intermediasi BPD dilihat dari rasio LDR selama periode Juli 2005 hingga Juni 2010. Pada Juli – Desember tahun 2006 perbandingan penyaluran kredit terhadap dana pihak ketiga mengalami penurunan sebesar 84,7 persen dari tahun sebelumnya. Namun, secara keseluruhan LDR BPD mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,9 persen per
68
tahun. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah kredit yang disalurkan semakin meningkat setiap tahunnya. 2. Analisis Statistik Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut. Gambar. 4.7 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
(Sumber: Output Amos 18)
69
Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel. 4.7 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
Pengaruh Variabel DPK Kredit CAR Kredit SBI Kredit DPK LDR CAR LDR SBI LDR Kredit LDR
Estimasi 0,629 - 0,153 - 0,246 - 0,863 0,045 0,030 1,729
Probabilitas 0,000 0,012 0,002 0,000 0,027 0,262 0,000
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak signifikan Signifikan
(Sumber: Data diolah)
a. Analisis Korelasi Korelasi antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI kelompok BPD dapat dilihat pada tabel sebagai berikut, untuk besarnya nilai dapat dilihat pada Lampiran.1: Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming, untuk estimasi pada tabel correlations sedangkan probabilitas (P) pada tabel covariances. Adapun hasil ringkasan perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut. Tabel. 4.8 Hasil Korelasi antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI
Korelasi Antar Variabel DPK
<-->
CAR
DPK CAR
<--> <-->
SBI SBI
Estimasi -0,525 -0,742 0,402
Probabilitas 0,000 0,000 0,004
(Sumber: Data diolah)
70
Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5
: Korelasi cukup kuat
> 0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
> 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: Ho: Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Ha: Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan: •
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
•
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
1) Korelasi antara DPK dan CAR Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel DPK dan CAR sebesar -0,525. Korelasi sebesar -0,525 mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan CAR kuat dan berlawanan artinya jika nilai DPK mengalami kenaikan maka nilai CAR akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, dan Ha diterima artinya hubungan DPK dan CAR korelasi signifikan negatif.
71
2) Korelasi antara DPK dan Suku Bunga SBI Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel DPK dan Suku Bunga SBI sebesar -0,742. Korelasi sebesar -0,742 mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan Suku Bunga SBI kuat dan berlawanan artinya jika nilai DPK mengalami kenaikan maka nilai Suku Bunga SBI akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak, dan Ha di terima artinya hubungan CAR dan Suku Bunga SBI korelasi signifikan negatif. 3) Korelasi antara CAR dan Suku Bunga SBI Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel CAR dan Suku Bunga SBI sebesar 0,402. Korelasi sebesar 0,402 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan Suku Bunga SBI cukup kuat dan searah artinya jika nilai CAR mengalami kenaikan maka nilai Suku Bunga SBI juga akan mengalami kenaikan,
dan
sebaliknya.
Korelasi
dua
variabel
tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0,004 < 0,05 maka Ho ditolak, dan Ha di terima artinya hubungan CAR dan Suku Bunga SBI korelasi signifikan positif.
72
b. Substuktur I Substruktur yang pertama menganalisis jalur pengaruh DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI sebagai variabel eksogen terhadap Penyaluran Kredit sebagai variabel endogen baik secara simultan maupun secara parsial. Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur pertama adalah sebagai berikut. Gambar. 4.8 Diagram Jalur Substruktur I
(Sumber: Output Amos 18)
Untuk melihat besarnya nilai dapat dilhat pada Lampiran.1: Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming, pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized 73
Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (P). Adapun hasil ringkasan perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut. Tabel. 4.9 Pengaruh antara DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit
Pengaruh antar variabel DPK --> Kredit CAR --> Kredit SBI --> Kredit (Sumber : Data diolah)
Estimasi
Probabilitas
R Square
0,629 -0,153 -0,246
0,000 0,012 0,002
0,841
Untuk melihat pengaruh DPK, CAR dan Suku Bunga SBI secara bersama-sama terhadap penyaluran kredit dapat dilihat hasil perhitungan pada tabel 4.8 khususnya angka R square (r2) sebesar 0,841. Angka tersebut digunakan untuk menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut: KD = r2 x 100% KD = 0,841x 100% KD = 84,1% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit secara bersama-sama adalah 84,1%, sedangkan sisanya sebesar 15,9% (100%-84,1%) dipengaruhi oleh faktor dan variabel-variabel lain di luar model ini. Untuk melihat besarnya pengaruh DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit secara parsial, digunakan kolom estimasi pada 74
tabel. 4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. Dengan kriteria sebagai berikut: • Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. • Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
1) Pengaruh antara variabel DPK dengan Kredit Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan Kredit. Besarnya pengaruh DPK terhadap Kredit adalah sebesar 0,629 atau 62,9%. DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Meydianawathi (2007) bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja pada bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Condro (2007:86) berpendapat Kenaikan dan penurunan alokasi Kredit usaha kerja karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank umum. Semakin besar 75
jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank umum maka akan semakin besar pula jumlah alokasi Kredit usaha kerja. 2) Pengaruh antara variabel CAR dengan Kredit Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,012 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel CAR dengan Kredit. Besarnya pengaruh CAR terhadap Kredit sebesar -0,153 atau -1,53%. CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila CAR mengalami kenaikan, maka jumlah Kredit yang disalurkan akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah (2007) bahwa CAR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit. Setiap kenaikan pada CAR akan menurunkan Kredit yang disalurkan oleh Bank Pembangunan Daerah. Hasil ini diakibatkan rata-rata CAR Bank Pembangunan Daerah pada periode Juli 2005 – Juni 2010 berada pada kisaran 14,85 % - 23,99%, jauh diatas ketentuan minimal yang disyaratkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Menurut Amiranti hal ini dikarnakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga mengurangi permodalan bank (Amiranti, 2009:53).
76
3) Pengaruh antara Suku Bunga SBI terhadap Kredit Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,002 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variable Suku Bunga SBI terhadap Kredit. Besarnya pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Kredit sebesar 0,246 atau -24,6%. Suku Bunga SBI miliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan Suku Bunga SBI, maka jumlah Kredit yang disalurkan oleh Bank Pembangunan Daerah akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2009) bahwa Suku Bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit. Roy (2005:59) berpendapat SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank.
77
c. Substuktur II Substruktur yang kedua menganalisis jalur pengaruh DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio), Suku Bunga SBI, dan kredit sebagai variabel eksogen terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) sebagai variabel endogen baik secara simultan maupun secara parsial. Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur pertama adalah sebagai berikut. Gambar 4.9 Diagram Jalur Substruktur II
DPK -.74
e2
-.86 .03
SBI
-.53
1.73
KREDIT
.40
.98
LDR
.05
CAR
(Sumber: Output Amos 18)
Untuk melihat besarnya nilai dapat dilhat pada Lampiran.1: Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming, pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh 78
antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (P). Adapun Ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 18 adalah sebagai berikut. Tabel 4.10 Pengaruh antara DPK, CAR, Suku Bunga SBI dan Kredit Pada LDR
Pengaruh antar variabel DPK --> LDR CAR --> LDR SBI --> LDR Kredit - - > LDR (Sumber: Data diolah)
Estimasi
Probabilitas
-0,863 0,045 0,030 1,729
0,000 0,027 0,262 0,000
R Square
0,984
Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,984. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh DPK, CAR, Suku Bunga SBI dan Kredit pada LDR secara gabungan adalah 98,4% (0,984 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 1,6% (100% - 98,4%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel DPK, CAR, Suku Bunga SBI, dan Kredit sebesar 98,4%, sementara pengaruh 1,6% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Untuk melihat pengaruh DPK, CAR, Suku Bunga SBI dan Kredit secara bersama-sama terhadap LDR dapat dilihat hasil perhitungan pada tabel 4.9 khususnya angka R square (r2) sebesar 0,984. Angka tersebut digunakan untuk menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut:
79
KD = r2 x 100% KD = 0,984 x 100% KD = 98,4% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel DPK, CAR, Suku Bunga SBI dan Kredit terhadap LDR secara bersama-sama adalah 98,4%, sedangkan sisanya sebesar 1,6% (100%98,4%) dipengaruhi oleh faktor dan variabel-variabel lain di luar model ini. Untuk melihat besarnya pengaruh DPK, CAR, Suku Bunga SBI, dan Kredit pada LDR secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. Dengan kriteria sebagai berikut: • Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. • Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
1) Pengaruh antara variabel DPK dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
80
ada hubungan linier antara variabel DPK dengan LDR. Besarnya pengaruh DPK pada LDR sebesar -0,863 atau -86,3%. DPK memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka LDR akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan peneltian Fikrulyn (2010), bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat jika diberikan dalam bentuk kredit, yang menyebabkan penyaluran dana pihak ketiga pada masyarakat mengalami penurunan dan menyebabkan LDR menjadi rendah. Menurut Sunarsip berbeda dari perbankan secara umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah, namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil, sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai kredit khususnya kredit jangka panjang (Republika, 9 Januari 2008:16). 2) Pengaruh antara variabel CAR dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,027 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, 81
ada hubungan linier antara variabel CAR dengan LDR. Besarnya pengaruh CAR pada LDR sebesar 0,045 atau 4,5%. CAR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR, maka LDR juga akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nasiruddin (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi LDR di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang, bahwa variabel CAR berpengaruh signifikan positif terhadap LDR di BPR wilayah Jawa Tengah. Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010), semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang
cukup
baik
dalam
menunjang
kebutuhannya
serta
menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri. 3) Pengaruh antara variabel Suku Bunga SBI dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,262 > 0,05. Maka telah cukup data untuk menerima Ho dan menolak Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel Suku Bunga SBI dengan LDR. Besarnya pengaruh Suku Bunga SBI pada LDR sebesar 0,030 atau 3%.
82
Suku Bunga SBI memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan pada LDR. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Sudirman (2003), dimana variabel suku bunga SBI berpengaruh meningkatkan LDR-BU dengan signifikansi sedang pada tingakt kepercayaan 90%. Menurut Sudirman (2003:26), dampak tersebut tidak sesuai dengan kondisi umum yang seharusnya karena sebagian besar BU di propinsi Bali berkantor pusat di luar Bali, sehingga keputusan penyaluran kreditnya tidak sepenuhnya tergantung dari perubahan Suku Bunga SBI di Denpasar. 4) Pengaruh antara variabel Kredit dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Kredit dengan LDR. Besarnya pengaruh Kredit pada LDR sebesar 1,729 atau 172,9%. Kredit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit yang disalurkan, maka LDR juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hesti (2010) pada Bank Muamalat Indonesia periode Desember 2003 sampai dengan September 2009, bahwa pembiayaan berpengaruh signifikan positif pada Financing to Deposit Ratio (FDR).
83
Hal ini juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip Siamat (2004:157), mengatakan bahwa likuiditas bank akan terjamin jika aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal.
d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) besarnya nilai dapat dilihat pada Lampiran.2: Hasil Uji Fit Sebelum Trimming. Adapaun secara ringkas sebagai berikut.
84
Tabel. 4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh DPK, CAR, dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit serta Implikasinya pada LDR
Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008)
Hasil
Keterangan
-
Model tidak cocok
0,000
Ukuran fit
0,832
Poor Fit
1
Perfect Fit
≥ 0,9 ≥ 0,9 ≥ 0,9
1
Perfect Fit
0-1,0
0
0-1,0
-
Lebih besar lebih baik Poor Fit
Absolut Fit Prob. χ 2
χ 2 /df RMSEA GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit PNFI PGFI
Tidak signifikan (p > 0,05) ≤5 <2 < 0,1 < 0,05 < 0,01 0,05 ≤ x ≤ 0,08 ≥ 0,9
(Sumber: Data diolah)
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang Fit. Hal ini disebabakan dalam model tersebut masih banyak pengaruh antar variabel yang tidak signifikan.
85
e. Trimming Peneliti akan melakukan analisis jalur model trimming. Analisis Jalur Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan. Suku Bunga SBI pada LDR dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,262 > 0,05 (tidak signifikan). Dari hasil modifikasi model analisis jalur dengan menghilangkan jalur (panah) Suku Bunga SBI pada LDR, diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan sudah tidak menunjukkan probabilitas yang lebih dari 0,05. Dari
hasil
perhitungan
setelah
trimming
dengan
menggunakan Software AMOS 18, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut.
86
Gambar. 4.10 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming
(Sumber: Output Amos 18)
Untuk
melihat
besarnya
nilai
dapat
dilhat
pada
Lampiran.3: Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming, pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (P). Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen setelah trimming dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. 87
Tabel. 4.12 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming
Pengaruh Variabel DPK CAR SBI DPK CAR Kredit
--> --> --> --> --> -->
Kredit Kredit Kredit LDR LDR LDR
Estimasi
Probabilitas
0,629 - 0,153 - 0,246 - 0,871 0,043 1,711
0,000 0,012 0,002 0,000 0,036 0,000
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
(Sumber: Data diolah)
Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK, CAR dan Suku Bunga SBI terhadap Kredit. 2) Untuk menganalisis pengaruh variabel DPK, CAR dan variabel intervening Kredit terhadap LDR. 3) Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel DPK, CAR, Suku Bunga SBI terhadap LDR dan variabel intervening Kredit terhadap LDR. Adapun gambar hasil analisis diagram jalur substruktur kedua setelah trimming adalah sebagai berikut.
88
Gambar. 4.11 Diagram Jalur Substruktur II Setelah Trimming
DPK e2
-.87
.98
-.53 1.71
KREDIT
LDR
-.04
CAR
(Sumber: Output Amos 18)
Untuk
melihat
besarnya
nilai
dapat
dilhat
pada
Lampiran.3: Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming, pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (P). Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut. Tabel 4.13 Hasil Uji Pengaruh DPK, CAR, dan Kredit Pada LDR
Pengaruh antar variabel DPK --> LDR CAR --> LDR Kredit - - > LDR (Sumber: Data diolah)
Estimasi -0,871 0,043 1,711
Probabilitas 0,000 0,036 0,000
R Square
0,984
89
Besarnya pengaruh variabel DPK, CAR dan Kredit pada LDR secara simultan adalah 98,4%, sedangkan sisanya sebesar 1,6% (100%-98,4%) dipengaruhi oleh faktor lain. Besarnya pengaruh DPK pada LDR sebesar -0,871 atau -87,1%, pengaruh CAR pada LDR sebesar 0,043 atau 4,3%, dan pengaruh Kredit LDR sebesar 1,711 atau 171,1%. 1) Pengaruh antara variabel DPK dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel DPK dengan LDR. Besarnya pengaruh DPK terhadap LDR yaitu sebesar -0,871 atau -87,1%. DPK memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka LDR akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan peneltian Fikrulyn (2010) yang menganalisis pengaruh DPK, tingkat penawaran Kredit dan non performing loan terhadap fungsi intermediasi bank pada Bank Rakyat Indonesia, bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat
jika
diberikan
dalam
bentuk
kredit,
yang 90
menyebabkan penyaluran dana pihak ketiga pada masyarakat mengalami penurunan dan menyebabkan LDR menjadi rendah. Menurut Sunarsip berbeda dari perbankan secara umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah, namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil, sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai kredit khususnya kredit jangka panjang (Republika, 9 Januari 2008:16). 2) Pengaruh antara variabel CAR dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,036 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel CAR dengan LDR. Besarnya pengaruh CAR pada LDR sebesar 0,043 atau 4,3%. CAR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR, maka LDR juga akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nasiruddin (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi LDR di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang, bahwa variabel CAR berpengaruh signifikan positif terhadap LDR di BPR wilayah Jawa Tengah.
91
Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010), semakin tinggi
nilai
CAR
mengindikasikan
bahwa
bank
telah
mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya
serta
menanggung
risiko-risiko
yang
ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri. 3) Pengaruh antara variabel Kredit dengan LDR. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Kredit dengan LDR. Besarnya pengaruh Kredit pada LDR sebesar 1,711 atau 171,1%. Kredit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit yang disalurkan, maka LDR juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hesti (2010) pada Bank Muamalat Indonesia periode Desember 2003 sampai dengan September 2009, bahwa pembiayaan berpengaruh signifikan positif pada Financing to Deposit Ratio (FDR). Hal ini juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip Siamat (2004:157), mengatakan bahwa 92
likuiditas bank akan terjamin jika aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal.
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) setelah trimming besarnya nilai dapat dilihat pada lampiran.4 Adapun secara ringkas sebagai berikut besarnya. Tabel. 4.14 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming
Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008)
Hasil
Keterangan
0,265
Model cocok
Absolut Fit Prob. χ 2
Tidak signifikan (p > 0,05)
Df
1
χ 2 /df RMSEA GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit PNFI PGFI
≤5 <2 < 0,1 < 0,05 < 0,01 0,05 ≤ x ≤ 0,08 ≥ 0,9
1,243
Good fit
0,064
Reasonable fit
0,992
Good fit
≥ 0,9 ≥ 0,9 ≥ 0,9
0,876 0,994 0,997
Poor fit Good fit Good fit
0-1,0
0,100
0-1,0
0,066
Lebih besar lebih baik Lebih besar lebih baik
(Sumber: Data diolah)
Dilihat
dari
nilai
chi-square
sebesar
1,243
dengan
probabilitas 0,265 yang jauh diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa 93
data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF ( χ 2 /df) sebesar 1,243 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena berada dibawah 2. Apabila dilihat dari krteria fit lainnya seperti nilai AGFI sebesar 0,876 yang berada dibawah 0,90
yang
mengindikasikan model belum sesuai, akan tetapi menurut Ghozali (2008:71) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria fit yang lainnya. Untuk kriteria fit lainnya, nilai GFI, TLI, NFI, yang berada di atas 0,90 mengidndikasikan model sudah sesuai. Sementara untuk nilai PNFI dan PGFI sudah berada pada nilai yang.
f. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen kredit dan pengaruh langsung variabel endogen terhadap Loan to Deposit Ratio, serta pengaruh tidak langsung variabel eksogen terhadap Loan to Deposit Ratio melalui variabel intervening Kredit dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut: 1) Pengaruh antara DPK terhadap Kredit. DPK
memiliki
pengaruh
langsung/pengaruh
total
terhadap Kredit sebesar 0,629. 94
2) Pengaruh antara DPK terhadap LDR. DPK memiliki pengaruh langsung pada LDR sebesar
-
0,871. Pengaruh tidak langsung DPK pada LDR melalui intervening Kredit sebesar 1,076 ( 0,629 x 1,711 ). Pengaruh Total DPK pada LDR sebesar 0,205 ( -0,871 + 1,076 ). 3) Pengaruh CAR terhadap Kredit. CAR
memiliki
pengaruh
langsung/pengaruh
total
terhadap Kredit sebesar- 0,153. 4) Pengaruh CAR terhadap LDR. CAR memiliki pengaruh langsung pada LDR sebesar 0,043. Pengaruh tidak langsung CAR pada LDR melalui intervening Kredit sebesar -0,262 ( -0,153 x 1,711 ). Pengaruh Total CAR pada LDR sebesar -0,219 ( -0,262 + 0,043 ). 5) Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Kredit. Suku Bunga SBI memiliki pengaruh langsung/pengaruh total terhadap Kredit sebesar -0,246. 6) Pengaruh Kredit terhadap LDR. Kredit
memiliki
pengaruh
langsung/pengaruh
total
terhadap LDR sebesar 1,711.
95
Tabel 4.15 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang DPK (X1), CAR (X2), Suku Bunga SBI(X3) dan Kredit (Y) pada LDR (Z)
Pengaruh variabel X1 → Y X1 → Z X2 → Y X2 → Z X3 → Y Y→Z
Langsung 0,629 -0,871 -0,153 0,043 -0,246 1,711
Pengaruh Kausal Tidak Langsung Melalui Y 1,076 -0,262 -
Total 0,629 0,205 -0,153 -0,219 -0,246 1,711
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka interpretasi yang dapat disusun persamaan path analysis setelah trimming sebagai berikut: a. Persamaan Sub Struktur I Kredit = 0,629 DPK – 0,153 CAR – 0,246 SBI + 0,159 ε 1 ; R square = 0,841 Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap Kredit pada BPD (Bank Pembangunan Daerah). Hasil pengujian secara parsial, diketahui variable DPK pada BPD memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka jumlah kredit juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Meydianawathi (2010) bahwa DPK secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit 96
investasi dan modal kerja pada bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. Menurut Condro (2007:86) bahwa kenaikan dan penurunan alokasi KUK karenanya sangat dipengaruhi oleh jumlah dana yang tersimpan pada bank. Semakin besar jumlah dana dari pihak ketiga yang ada pada bank maka akan semakin besar pula jumlah alokasi KUK. Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila CAR mengalami kenaikan, maka jumlah Kredit yang disalurkan akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah (2007) bahwa CAR memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Menurut Amiranti (2009:53) hal ini dikarnakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga mengurangi permodalan bank. Suku Bunga SBI miliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan Suku Bunga SBI, maka jumlah Kredit yang disalurkan oleh Bank Pembamgunan Daerah akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2009) bahwa Suku Bunga SBI memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit. Menurut Roy (2005:59) bahwa SBI dapat mempengaruhi perkembangan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan karena 97
tingkat suku bunga SBI juga diikuti oleh perkembangan tingkat suku bunga kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku bunga kredit juga akan naik sehingga mengurangi minat masyarakat untuk mengambil kredit kepada bank.
b. Persamaan Sub Struktur II LDR = -0.871 DPK + 0,043 CAR + 1,711 Kredit + 0,016 ε 2 ; R square = 0,984 Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Kredit berpengaruh signifikan pada LDR (Loan to Deposit Ratio) pada BPD (Bank Pembangunan Daerah). Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel DPK memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan DPK, maka LDR akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan peneltian Fikrulyn (2010) yang menganalisis pengaruh DPK, tingkat penawaran Kredit dan non performing loan terhadap fungsi intermediasi bank pada Bank Rakyat Indonesia, bahwa DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR, hal ini disebabkan disebabkan karena bank lebih cenderung menempatkan dana pihak ketiganya pada instrumen keuangan seperti SUN dan SBI karena bank takut non performing loan meningkat jika diberikan dalam bentuk kredit, yang menyebabkan penyaluran dana 98
pihak
ketiga
pada
masyarakat
mengalami
penurunan
dan
menyebabkan LDR menjadi rendah. Menurut Sunarsip (Republika, 9 Januari 2008:16), berbeda dari perbankan secara umum, fokus DPK BPD adalah giro. Walaupun giro adalah dana termurah, namun perlu digarisbawahi bahwa giro juga yang paling tidak stabil/volatile. Porsi tabungan dan deposito di BPD masih relatif kecil, sehingga cukup sulit bagi BPD untuk menjadi bank yang dapat membiayai kredit khususnya kredit jangka panjang. CAR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR, maka LDR juga akan mengalami peningkatan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan
penelitian
Nasiruddin
(2005),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi LDR di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang, bahwa variabel CAR berpengaruh signifikan positif terhadap LDR di BPR wilayah Jawa Tengah. Menurut Dendawijaya dalam Seandy (2010) semakin tinggi nilai CAR mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk di dalamnya risiko kredit. Dengan modal yang besar maka suatu bank dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.
99
Kredit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR. Artinya, apabila terjadi kenaikan Kredit yang disalurkan, maka LDR juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hesti (2010) pada Bank Muamalat Indonesia periode Desember 2003 sampai dengan September 2009, bahwa pembiayaan berpengaruh signifikan positif pada Financing to Deposit Ratio (FDR). Hal ini juga sesuai dengan teori Commercial Loan Theory sebagaimana dikutip Siamat (2004:157), mengatakan bahwa likuiditas bank akan terjamin jika aktiva produktif bank terdiri dari kredit jangka pendek yang dicairkan dalam kegiatan usaha yang berjalan secara normal. Menurut Joko, penyebab masih rendahnya LDR perbankan nasional ada empat faktor (Seputar Indonesia, 27 Agustus 2007): a. Perbankan nasional pernah mengalami kemerosotan jumlah kredit karena diserahkan ke BPPN untuk ditukar dengan obligasi rekapitalisasi. b. Sejak proses rekapitalisasi tahun 1999-2000, perbankan nasional memiliki aktiva berupa obligasi pemerintah (obligasi rekapitalisasi) yang memiliki bobot risiko (ATMR=Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) nol yang akhirnya mampu mengangkat angka CAR perbankan untuk selalu berada di atas 8%. Bagi bank yang saat ini memiliki angka CAR sekitar 12%, pelepasan obligasi rekap dan dana yang dihasilkan digunakan untuk membiayai kredit, perlu pertimbangan 100
ekstra hati-hati agar CAR-nya tidak merosot di bawah 8% sesuai ketentuan BI. c. Suku bunga SBI (8,25%) yang masih berada di atas suku bunga simpanan perbankan (sekitar 7%) menjadi salah satu exit strategy perbankan untuk menempatkan ekses likuiditasnya dengan aman dan menguntungkan ketika ekspansi kredit belum dapat dilakukan. d. Pertumbuhan DPK secara absolut sejak 2005 kembali melampaui pertumbuhan kredit, sehingga hal ini akan semakin memperlambat pencapaian LDR.
Dari studi yang dilakukan IEI, masih terdapat satu BPD yang belum memenuhi ketentuan permodalan dan tiga belum siap sebagai bank jangkar. Bila BPD ingin tetap eksis, komitmen pemilik terhadap aspek permodalan harus dipenuhi. Melihat realitas saat ini, dimana keberadaan bank
pembangunan
begitu
diperlukan,
selayaknya
BPD
perlu
direvitalisasikan. API memang telah memberi tempat buat BPD sebagai bank fokus. Namun, bila tidak ditopang oleh regulasi yang memadai, peran tersebut tidak akan dapat berjalan baik seperti telah terjadi selama ini (Republika, 9 Januari 2008:16).
101
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian path analysis pada substruktur I ditemukan bahwa variabel DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI memiliki pengaruh secara simultan terhadap penyaluran Kredit pada Bank Pembangunan Daerah sebesar 0,841. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel DPK memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan pada Bank Pembangunan Daerah, sedangkan variable CAR dan Suku Bunga SBI memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan pada BPD. 2. Hasil pengujian path analysis pada substruktur II DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Kredit memiliki pengaruh secara simultan pada LDR (Loan to Deposit Ratio) di BPD (Bank Pembangunan Daerah) sebesar 0,984. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa DPK memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada LDR, sedangkan CAR dan Kredit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada LDR di kelompok BPD. 3. Hasil pengujian substruktur I dan II, diketahui bahwa pengaruh langsung dan tidak langsung yaitu variabel DPK (Dana Pihak Ketiga) memiliki 102
pengaruh langsung terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio) sebesar -0,871. Sedangkan pengaruh tidak langsung DPK terhadap LDR melalui Kredit sebesar 1,076. Variabel CAR (Capital Adequacy Ratio) memiliki pengaruh langsung terhadap LDR sebesar 0,043. Sedangkan pengaruh tidak langsung CAR terhadap LDR melalui Kredit sebesar -0,262. Variabel kredit memiliki pengaruh langsung terhadap LDR sebesar 1,711.
103
B. Implikasi Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis tiga variabel eksogen yaitu DPK (Dana Pihak Ketiga), CAR (Capital Adequacy Ratio) dan Suku Bunga SBI terhadap varaibel endogen yaitu Kredit dan LDR (Loan to Deposit Ratio) di kelompok Bank Pembangunan Daerah tahun 2005 bulan Juli hingga tahun 2010 bulan Juni. Agar dapat memperoleh gambaran
yang
lebih
mendalam
serta
komprehensif
maka
penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Menambah variabel eksogen dan endogen yang lebih banyak, baik dari varabel moneter seperti kurs, inflasi, jumlah uang beredar, Produk Domestik Bruto. Maupun variabel internal perbankan seperti Non Performing Loan untuk memperkaya perspektif analisis. 2. Menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah data yang lebih banyak dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data yang lebih akurat dan dengan rentang waktu yang lebih panjang memungkinkan hasil penelitian lebih baik. 3. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
104
DAFTAR PUSTAKA
Amiranti, Marsya, “Analisis pengaruh variabel internal dan eksternal perbankan terhadap penawaran kredit umkm”, Skripsi FISIP UI, 2009.
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan Ketiga, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2005.
Aryaningsih, Nyi Nyoman, ”Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 2008.
Bancin, Roy Efraim, “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Inflasi dan Jumlah Kredit yang disalurkan Perbankan di Indonesia”, Skripsi Universitas Sumatra Utara, 2005.
Bank Indonesia, Kajian Stabilitas Keuangan, No.15 September 2010, Jakarta : Bank Indonesia, 2010.
Dharmasaputra, Metta,”Aturan Baru, Krisis Baru?”, Indonesian Financial Review, edisi 2, Maret 2011. Hal. 3.
Eliza, Hesti, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Modal Inti dan Inflasi terhadap Pembiayaan serta Implikasinya kepada FDR Pada Bank Muamalat Indonesia”, Skripsi Univertsitas Islam Negri Jakarta, 2010.
Faishol, Ahmad, “Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Mu’amalat Indonesia Tbk.”, JBM Januari, 2007.
105
Francisca dan Hasan Sakti Siregar, “Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang GO PUBLIC di Indonesia”, Skripsi diakses tanggal 20 Februari 2011, dari http://www.akuntansi.usu.ac.id
Ghozali, Imam, Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008.
Haryati, Sri, “Perumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan pengaruh variabel makro ekonomi”, Jurnal Keuangan Perbankan, Vol. 13, No.2 Mei 2009, hal 299-310.
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.
Lestari, Indah, “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan terhadap Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, Skripsi Universitas Sumatra Utara, 2007.
Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007. Hal. 134-137.
Mishkin, Frederic S, The Economics of Money, Banking, and Financial Markets, Pearson Education Inc, New York, 2007.
Nandadipa, Seandy, “Analisis pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate terhadap LDR pada Bank Umum di Indonesia”, Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Diponogoro, 2010.
Nasiruddin, “Faktor-faktor yang mempengaruhi LDR di BPR wilayah kerja kantor bank Indonesia Semarang”, Tesis Universitas Diponogoro, 2005.
106
Nina Fibiyanti, Fikrulyn, “Analisis Pengaruh Dana Pijha Ketiga, Tingkat Penawran Kredit dan Non Performing Loan terhadap fungsi intermediasi Bank (studi kasus pada Bank Rakyat Indonesia)”, Skripsi Universitas Malang. 2010.
Retnadi, Djoko, “Menelaah LDR Versi Baru”, Seputar Indonesia, 27 Agustus 2007.
Rinjayani, Hesty, “Analisa Informasi Akuntansi terhadap Pemberian Kredit pada PT. BRI (persero) Tbk Cabang Mataram”, Laporan Tugas Akhir STIE AMM, 2009.
Riyadi, Selamet, Banking Assets And Liability Management, edisi ketiga, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Indoyama N, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Center for Sosial Economics Studies, Jakarta, 2007.
Rodoni, Ahmad, dkk, Buku Panduan Penulisan Skripsi, FEB UIN, Jakarta, 2010.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi keempat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta,2004.
Samuelson & Nordhaus. Economics, 8th Edition. Mc Graw Hill-Irwin. New York: America. 2005. Situs Bank Indonesia, “www.bi.com”, diakses tanggal 15 Bulan Februari 2011.
Situs Tempo, “www.tempointeraktif.com”, diakses tanggal 17 Bulan Februari 2011. Situs Wikipedia, “www.wikipedia.com”, diakses tanggal 17 Bulan Februari 2011. 107
Sudirman, I Wayan. “ Faktor-faktor Penghambat Peningkatan Loan To Deposit Ratio (LDR) Perbankan di Proponsi Bali”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 18, No. 1, 2003. Hal 21-36.
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Cetakan Keduabelas, CV Alfabeta. Bandung, 2007.
Sujati, Condro Wahyu, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alokasi KUK Pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, Skripsi Universitas Islam Indonesia, 2007.
Sukirno, Sadono, Teori Pengantar Makro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2004.
Sunarsip, “Relasi Pembangunan Daerah dan Perekonomian Daerah”, Republika, 9 Januari 2008. Hal. 16.
Triandaru, Sigit dan Totok Budi Santoso, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, edisi kedua, Salamba Empat, Jakarta, 2006.
Warjiyo, Perry, ”Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter, Keterkaitan dan Perkembangannya di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2006. Hal. 429-453.
Warjiyo, Perry, “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia”. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. 2004.
108
Lampiran 1: Hasil Analisis Amos 18 sebelum Trimming Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate
S.E.
C.R.
P
Label
.577
.077
7.547
***
par_4
SBI
-4070977.114
1283926.647
-3.171
.002
par_5
CAR
-185507.896
74192.219
-2.500
.012
par_6
SBI
1.774
1.583
1.121
.262
par_7
<---
DPK
.000
.000
-23.245
***
par_8
<---
CAR
.197
.089
2.217
.027
par_9
<---
Kredit
.000
.000
41.818
***
par_10
Kredit
<---
DPK
Kredit
<---
Kredit
<---
LDR
<---
LDR LDR LDR
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Kredit Kredit Kredit LDR LDR LDR LDR
<--<--<--<--<--<--<---
DPK SBI CAR SBI DPK CAR Kredit
Estimate .629 -.246 -.153 .030 -.863 .045 1.729
Covariances: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> SBI <--> CAR <-->
CAR DPK DPK
Estimate .000 -38.914 -375.821
S.E. .000 8.505 105.244
C.R. 2.863 -4.576 -3.571
P .004 *** ***
Label par_1 par_2 par_3
Correlations: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> SBI <--> CAR <-->
CAR DPK DPK
Estimate .402 -.742 -.525
Variances: (Group number 1 - Default model)
SBI CAR DPK e1 e2
Estimate .000 .001 947534469.890 127106649.225 .000
S.E. .000 .000 174455236.513 23402231.009 .000
C.R. 5.431 5.431 5.431 5.431 5.431
P *** *** *** *** ***
Label par_11 par_12 par_13 par_14 par_15
109
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate .841 .984
Kredit LDR
Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .577 .000
CAR -185507.896 -.954
SBI -4070977.114 -23.479
Kredit .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .629 .225
CAR -.153 -.219
SBI -.246 -.395
Kredit .000 1.729
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .577 .000
CAR -185507.896 .197
SBI -4070977.114 1.774
Kredit .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .629 -.863
CAR -.153 .045
SBI -.246 .030
Kredit .000 1.729
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .000 .000
CAR .000 -1.151
SBI .000 -25.253
Kredit .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .000 1.088
CAR .000 -.264
SBI .000 -.425
Kredit .000 .000
110
Lampiran 2: Hasil Uji Fit Sebelum Trimming Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (15 - 15):
15 15 0
Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = .000 Degrees of freedom = 0 Probability level cannot be computed
Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 15 15 5
CMIN .000 .000 418.221
DF 0 0 10
P
CMIN/DF
.000
41.822
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
RMR .000 .000 200167232.327
GFI 1.000 1.000 .351
AGFI
PGFI
.027
.234
NFI Delta1 1.000 1.000 .000
IFI Delta2 1.000 1.000 .000
TLI rho2
CFI
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
RFI rho1
.000
.000
1.000 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .000 .000 1.000
PNFI .000 .000 .000
PCFI .000 .000 .000
111
NCP Model Default model Saturated model Independence model
NCP .000 .000 408.221
LO 90 .000 .000 345.011
HI 90 .000 .000 478.845
FMIN Model Default model Saturated model Independence model
FMIN .000 .000 7.088
F0 .000 .000 6.919
LO 90 .000 .000 5.848
HI 90 .000 .000 8.116
RMSEA Model Independence model
RMSEA .832
LO 90 .765
AIC 30.000 30.000 428.221
BCC 33.396 33.396 429.353
HI 90 .901
PCLOSE .000
AIC Model Default model Saturated model Independence model
BIC 61.415 61.415 438.693
CAIC 76.415 76.415 443.693
ECVI Model Default model Saturated model Independence model
ECVI .508 .508 7.258
LO 90 .508 .508 6.187
HI 90 .508 .508 8.455
MECVI .566 .566 7.277
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER .05
HOELTER .01
3
4
112
Lampiran 3: Hasil Analisis Amos 18 setelah Trimming Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Kredit Kredit Kredit LDR LDR LDR
<--<--<--<--<--<---
DPK SBI CAR DPK CAR Kredit
Estimate .577 -4070977.114 -185507.896 .000 .187 .000
S.E. .077 1283926.647 74192.219 .000 .089 .000
C.R. 7.547 -3.171 -2.500 -23.595 2.094 44.309
P *** .002 .012 *** .036 ***
Label par_4 par_5 par_6 par_7 par_8 par_9
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Kredit Kredit Kredit LDR LDR LDR
<--<--<--<--<--<---
DPK SBI CAR DPK CAR Kredit
Estimate .629 -.246 -.153 -.871 .043 1.711
Covariances: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> SBI <--> CAR <-->
CAR DPK DPK
Estimate .000 -38.914 -375.821
S.E. .000 8.505 105.244
C.R. 2.863 -4.576 -3.571
P .004 *** ***
Label par_1 par_2 par_3
Correlations: (Group number 1 - Default model)
SBI <--> SBI <--> CAR <-->
CAR DPK DPK
Estimate .402 -.742 -.525
Variances: (Group number 1 - Default model)
SBI CAR DPK e1 e2
Estimate .000 .001 947534469.890 127106649.225 .000
S.E. .000 .000 174455236.513 23402231.009 .000
C.R. 5.431 5.431 5.431 5.431 5.431
P *** *** *** *** ***
Label par_10 par_11 par_12 par_13 par_14
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
Estimate .841 .984
113
Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .577 .000
CAR -185507.896 -.952
SBI -4070977.114 -24.995
Kredit .000 .000
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .629 .206
CAR -.153 -.218
SBI -.246 -.420
Kredit .000 1.711
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .577 .000
CAR -185507.896 .187
SBI -4070977.114 .000
Kredit .000 .000
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .629 -.871
CAR -.153 .043
SBI -.246 .000
Kredit .000 1.711
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .000 .000
CAR .000 -1.139
SBI .000 -24.995
Kredit .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Kredit LDR
DPK .000 1.077
CAR .000 -.261
SBI .000 -.420
Kredit .000 .000
114
Lampiran 4: Hasil Uji Fit Setelah Trimming Notes for Model (Default model) Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: Number of distinct parameters to be estimated: Degrees of freedom (15 - 14):
15 14 1
Result (Default model) Minimum was achieved Chi-square = 1.243 Degrees of freedom = 1 Probability level = .265 Model Fit Summary CMIN Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 14 15 5
CMIN 1.243 .000 418.221
DF 1 0 10
P .265
CMIN/DF 1.243
.000
41.822
RMR, GFI Model Default model Saturated model Independence model
RMR .000 .000 200167232.327
GFI .992 1.000 .351
AGFI .876
PGFI .066
.027
.234
NFI Delta1 .997 1.000 .000
IFI Delta2 .999 1.000 .000
TLI rho2 .994
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
RFI rho1 .970 .000
.000
CFI .999 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .100 .000 1.000
PNFI .100 .000 .000
NCP .243 .000 408.221
LO 90 .000 .000 345.011
PCFI .100 .000 .000
NCP Model Default model Saturated model Independence model
HI 90 7.613 .000 478.845
115
FMIN Model Default model Saturated model Independence model
FMIN .021 .000 7.088
F0 .004 .000 6.919
LO 90 .000 .000 5.848
HI 90 .129 .000 8.116
RMSEA Model Default model Independence model
RMSEA .064 .832
LO 90 .000 .765
AIC 29.243 30.000 428.221
BCC 32.413 33.396 429.353
HI 90 .359 .901
PCLOSE .299 .000
AIC Model Default model Saturated model Independence model
BIC 58.564 61.415 438.693
CAIC 72.564 76.415 443.693
ECVI Model Default model Saturated model Independence model
ECVI .496 .508 7.258
LO 90 .492 .508 6.187
HI 90 .621 .508 8.455
MECVI .549 .566 7.277
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER .05 183 3
HOELTER .01 315 4
116