ANALISIS PENERAPAN HARGA POKOK PRODUKSI BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. ARTA MAKMUR INDUSTRI DI MAKASSAR Hj. RUSDIAH HASANUDDIN STIE YPUP Makassar
ABSTRAK Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Harga Pokok Produksi berdasarkan metode Activity Based Costing ( ABC ) sistem dalam perusahaan dan untuk mengetahui Harga Pokok Produksi perusahaan. Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : Harga Pokok Produksi dan Activity Based Costing. Sistem ABC sesuai diterapkan pada perusahaan yang telah melakukan modernisasi pada prosesnya, dimana biaya overheadnya lebih besar daripada biaya langsungnya. Metode ABC adalah metode yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik sebab biaya overhead yang pengalokasiannya berdasarkan nonunit memiliki persentase yang siginifikan dari total biaya overhead. Selain itu, pemicu biaya (cost driver) yang digunakan dalam pengalokasian biaya overhead juga memiliki rasio yang berbeda. Penerapan sistem ABC akan meningkatkan keakuratan perhitungan biaya manufaktur produk. Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Activit Based Costing (ABC) System PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha pada umumnya, dan sektor industri pada khususnya di Indonesia dewasa ini, maka tujuan dari para manajemen perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan dengan berusaha memperoleh atau mendapatkan keuntungan yang optimal. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka diperlukan adanya manajemen yang mampu menciptakan suatu rangkaian kerjasama yang terorganisir dengan baik antara masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan. Pengelolaan manajemen yang mapan, akan dapat tercapai apabila terjadi jalinan hubungan timbal balik dan saling menunjang antara fungsi yang satu dengan fungsi lainnya. Sehingga suatu kriteria yang penting dalam penyusunan organisasi perusahaan yang efektif adalah sampai seberapa jauh suatu bagian dalam organisasi perusahaan mempunyai kedudukan yang bebas dan berdiri sendiri dalam suatu perusahaan. Salah satu faktor yang dapat menunjang suksesnya masing-masing bagian tersebut dalam mencapai tujuannya adalah suatu penentuan Harga Pokok Produksi. Peranan Harga Pokok Produksi dalam perusahaan sangatlah penting. Dengan kalkulasi Harga Pokok Produksi maka dapat diketahui berapa besar jumlah Harga Pokok Produksi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi. Perhitungan ( Kalkulasi ) Harga Pokok Produksi adalah permasalahan yang fundamental bagi suatu perusahaan. Sebab
kalkulasi Harga Pokok Produksi berkaitan dengan penentuan besarnya alokasi biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi. Pentingnya masalah kalkulasi Harga Pokok Produksi dalam kegiatan perusahaan, maka salah satu faktor yang berpengaruh dalam kegiatan industri adalah : Bagaimana penerapan metode penentuan Harga Pokok Produksi dalam menetapkan Harga Pokok Produksi dalam proses produksi?. Dengan metode penentuan Harga Pokok Produksi dalam kegiatan perusahaan maka akan berpengaruh terhadap laba yang akan di capai, khususnya dalam perhitungan laba rugi. PT. Arta Makmur Industri adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam makanan ringan. Selama ini perusahaan membebankan biaya overhead hanya berdasarkan kuantitas produk yang diproduksi, dan dalam aktifitasnya perusahaan mengalami perkembangan dalam kegiatan operasional. Dengan berkembangnya aktifitas perusahaan, maka perusahaan berupaya untuk mengetahui sejauh mana prosedur kalkulasi penentuan Harga Pokok Produksi digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasional. Dalam kegiatannya, suatu perusahaan ingin menghasilkan informasi Harga Pokok Produk yang lebih akurat. Perusahaan membutuhkan metode yang tepat untuk hasil tersebut. Metode ABC ( Activity Based Costing ), metode ini dapat memberikan informasi yang lebih akurat sebab metode ini membebankan biaya-biaya produksi sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi produk tersebut atau yang biasa dikenal dengan pemicu biaya ( Cost Driver ). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis mengemukakan masalah pokok, adalah Bagaimana proses perhitungan Harga Pokok Produksi untuk masing-masing produk dengan menggunakan sistem Activity Based Costing telah efisien?. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui penerapan Harga Pokok Produksi berdasarkan metode Activity Based Costing ( ABC ) sistem dalam perusahaan. 2. Untuk mengetahui Harga Pokok Produksi perusahaan. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Pengertian Biaya Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Biaya(2000:8), dalam artian yang sempit biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh aktiva, sedangkan dalam artian yang luas biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang dapat diukur dalam satuan uang dan telah terjadi atau secara potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Lebih lanjut lagi Suwardjono dalam bukunya Akuntansi Biaya (2003:4) mengemukakan pengertian biaya sebagai pengukur dalam unit moneter suatu sumber ekonomi yang digunakan atau dikorbankan untuk tujuan tertentu. Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah biaya dari suatu produksi dimana sering disebut juga biaya produksi yang adalah jumlah dari tiga unsur biaya, yaitu: bahan langsung/biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi juga memiliki pengertian seluruh biaya yang dibebankan dalam kaitannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Metode Of Tracing Menurut Hansen dan Mowen (2000:34-35) terdapat tiga metode penulusuran/tracing method yaitu : 1. Direct Tracing adalah suatu proses pengidentifikasian dan penetapan biaya-biaya secara khusus dan secara fisik yang berhubungan dengan sebuah cost ke cost object-nya. Hal ini dapat dilakukan dengan observasi secara fisik kepada biaya-biaya seperti biaya bahan baku langsung. 2. Direct Tracing adalah suatu penelusuran yang mengguanakan driver untuk membebankan biaya ke obyek biaya. Dalam konteks pembebanan biaya, driver dapat dilihat sebagai faktor pemicunya dengan cara melihat tingkat konsumsi sumber daya. Oleh karena itu, driver merupakan faktor yang dapat merubah penggunaan sumber daya dan yang ada hubungan sebab akibat antara biaya yang terkait dengan obyek biaya. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) System Menurut Armanto Witjaksono dalam bukunya Akuntansi Biaya (2006:207) ABC adalah suatu metode akuntansi biaya dimana pembebananan harga pokok produk merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan ( produksi ) barang atau jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produksi barang atau jasa disebut sebagai cost driver. Menurut ahli yang terhimpun dalam JE-UNJANI dalam bukunya Akuntansi Biaya 2 (2001:624) ABC merupakan kependekan dari activity based costing (Pembiayaan atau penetapan biaya berdasarkan aktivitas). Karena istilah ini bagi kalangan akademisi dan para manajemen puncak sudah cukup dikenal maka istilah ABC tidak akan diterjemahkan akan tetapi masih tetap akan dipakai sebagaimana adanya ( aslinya ). Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut : 1. ABC adalah suatu proses identifikasi aktivitas yang menyebabkan biaya dan menentukan cost driver setiap aktivitas untuk setiap produk dan jasa yang berbeda. 2. ABC adalah salah satu upaya meningkatkan akurasi informasi biaya. 3. Penerapan metode ABC dimulai dengan identifikasi secara mendetail mengenai aktivitas (transaksi) yang dibutuhkan untuk memproduksi barang atau jasa. Pengertian Aktivitas, Sumber Daya, dan Objek Biaya Elemen – elemen dalam metedologi akuntansi, sebagai berikut : a. Aktivitas adalah ssuatu kelompok kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi atau suatu proses kerja, misalnya kegiatan memproses tagihan. b. Sumber daya ( Resources ) yang dimaksud disini adalah pengeluaran ( Expenditures ) organisasi seperti gaji, utilitas, depresiasi dan sebagainya.
c. Objek Biaya secara sederhana dapat diartikan sebagai alasan mengapa perhitungan harga pokok harus dilakukan. Tahap – Tahap Dalam Perancangan Sistem ABC 1. 2. 3. 4.
Menurut Cooper dan Kaplan hierarki aktivitas dari ABC terbagi atas : Unit Level Batch Level Product Level Facility Level
Sebagian besar biaya dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari keempat kelompok aktivitas di atas. Unit Level biasanya bervariasi tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Batch Level seperti biaya teknisi untuk mempersiapkan mesin tergantung pada jumlah batch produksi yang diinginkan. Production Level seperti biaya mesin yang dikhususkan untuk memproduksi suatu produk khusus tentu tergantung pada jumlah produk khusus yang hendak diproduksi. Adapun Facility Level seperti keamanan (satpam dan sebagainya) tentu tergantung pada jumlah lokasi produksi (pabrik). Tipe Aktivitas Produksi Umumnya ada 4(empat) cara dimana masing-masing aktivitas dapat diatur untuk mencapai perbaikan dalam proses, yaitu : 1. Reduksi aktivitas. Mereduksi waktu atau upaya yang diperlukan untuk mengerjakan suatu aktivitas. 2. Eliminasi aktivitas. Mengeliminasi (mengurangi) aktivitas secara keseluruhan. 3. Menseleksi aktivitas. Menseleksi alternatif biaya rendah dari sekumpulan alternatif desain yang disediakan. 4. Ikut serta melakukan aktivitas. Membuat berbagai perubahan yang mengijinkan keikut sertaan atas aktivitas dengan produk lain sehingga menghasilkan skala ekonomi. Manfaat dan Kelemahan Sistem ABC 1. 2. 3. 4.
Manfaat Activity Based Costing System Memperbaiki kualitas pembuatan keputusan. Menyediakan informasi biaya berdasarkan aktifitas, sehingga memungkinkan manajemen melakukan manajemen berbasis aktivitas (activity based manajemen). Perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi biaya overhead pabrik. Memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan.
Secara konseptual penentuan harga pokok berbasis aktivitas mempunyai kelemahan sebagai berikut : 1. Berapa biaya masih dialokasikan secara arbitrer. 2. Dalam penentuan harga pokok produk masih terdapat penggunaan periode-periode waktu secara arbitrer. 3. Penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya-biaya pemanufakturan mengabaikan beberapa biaya yang dapat diidentifikasikan terhadap produk tertentu dari analisa harga pokok produk. Hipotesis
Berdasarkan rumusan pada permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis yaitu diduga bahwa dalam penentuan Harga Pokok Produksi berdasarkan Activity Based Costing System telah efisien. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan industri makanan ringan yaitu PT. Arta Makmur Industri yang berlokasi di Kawasan Industri Makassar, tepatnya Jl.Ir.Sutami No.17. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 45 hari. Definisi Operasional 1. Harga Pokok Produksi adalah biaya dari suatu produksi dimana sering disebut juga biaya produksi yang adalah jumlah dari tiga unsur biaya, yaitu: bahan langsung/biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi juga memiliki pengertian seluruh biaya yang dibebankan dalam kaitannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. 2. Activity Based Costing adalah suatu metode akuntansi biaya dimana pembebananan harga pokok produk merupakan penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan ( produksi ) barang atau jasa. Metode Analisis Berdasarkan pada masalah pokok dan hipotesis sebagaimana telah dikemukakan, maka metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok produksi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena harga pokok produksi akan menentukan harga jual produk. 2. Activity Based Costing Sebuah metode perhitungan harga pokok produksi yang akurat karena menelusuri biaya berdasarkan aktivitas. Metode ini didasari prinsip bahwa biaya-biaya yang terjadi di perusahaan berhubungan sebab akibat dengan aktivitas yang dilakukan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Biaya Overhead per Periode Form Biaya Overhead per Periode digunakan untuk mengubah data biaya overhead dalam satu periode. Dalam pengujian pencatatan estimasi biaya overhead, data biaya yang dipakai adalah data biaya overhead pada periode tahun 2007. Untuk memasukkan data biaya overhead, harus terlebih dahulu dihitung secara manual total biaya overhead pada setiap activity sesuai dengan Master Detail Activity selama periode tahun 2007. Jumlah biaya overhead per masing- masing activity dimasukkan ke dalam form Biaya Overhead per Periode. Gambar 2 menunjukkan proses entry data biaya overhead Listrik dan Air pada activity Pencetakan Barang Jadi dalam periode 2007 sebesar Rp. 185.070.345,-. Volume Cost Driver per Periode
Bila pencatatan pada suatu periode belum pernah dilakukan, maka program akan secara otomatis menjumlahkan seluruh volume pemakaian cost driver yang telah digunakan selama periode tersebut. Tabel 1. Pemakaian Cost Driver Tahun 2007 Nama Cost Driver Jam Mesin Jam Tenaga Kerja Tidak Langsung Kilogram Bahan yang dicampur Jumlah Barang Jadi yang diproduksi Jumlah Barang Assembly yang diproduksi
Volume 18,360 12,000 581,585 6,436,233 2,753,483
Perhitungan Cost Driver Rate Dalam penelitian ini, data periode 2007 digunakan untuk perhitungan dalam proses produksi periode tahun 2008. Perhitungan cost driver rate tidak bisa dilakukan bila belum adanya pencatatan pada estimasi biaya overhead dan volume konsumsi cost driver pada periode yang sama. Form Perhitungan Cost Driver Rate yang tampak pada Gambar 5 akan menampilkan perhitungan tarif cost driver untuk setiap activity. Jumlah biaya yang muncul pada setiap activity merupakan penjumlahan biaya overhead pada setiap activity. Sedangkan jumlah volume yang muncul merupakan jumlah pemakaian cost driver setiap activity. Jumlah cost driver rate didapatkan dari pembagian antara jumlah biaya overhead yang dibebankan dibagi dengan jumlah volume konsumsi cost driver setiap activity. Hasil Produksi Form Hasil Produksi digunakan untuk mengolah data hasil produksi seperti mencari, menambah, mengubah atau menghapus data hasil produksi. Dalam menambahkan activity kedalam detail hasil produksi, selain pengecekan kolom yang belum terisi ada juga pengecekan untuk jam mulai dan jam selesai. Bila waktu pada jam selesai lebih dahulu atau sama dibandingkan waktu pada jam mulai, maka akan muncul pesan error. Ada tiga activity yang akan dimasukkan kedalam detail hasil produksi, yaitu activity pencampuran bahan yang dilakukan oleh Joko dengan upah Rp.3.500,-/Jam pada pukul 06.30 sampai dengan 08.30, activity perawatan mesin oleh Agus pada pukul 08.45 sampai dengan 10.15 dan activity pencetakan oleh Farida dengan upah Rp. 4.000,-/Jam pada pukul 11.00 sampai pukul 18.00. dari ketiga activity tersebut dihasilkan 3.142 buah. Laporan pemakaian tenaga kerja langsung yang terjadi setelah terjadinya transaksi produksi dapat dilihat pada Gambar 8. Pemakaian tenaga kerja langsung diperhitungkan berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung dalam melakukan activity yang dilakukan oleh tenaga kerja langsung. Dalam produksi no. HP/0408/09/001, yang masuk dalam perhitungan pemakaian tenaga kerja langsung adalah Joko yang melakukan activity pencampuran bahan sebesar (2 Jam * Rp.3.500) = Rp.7.000 dan Farida yang melakukan activity pencetakan barang jadi sebesar (7 Jam * Rp.4.000) = Rp.28.000. Jadi total pemakaian tenaga kerja langsung setelah terjadi produksi adalah sebesar (Rp.7.000 + Rp.28.000) = Rp.35.000,-.
Laporan pemakaian biaya overhead yang terjadi setelah terjadinya transaksi produksi 10. Pemakaian biaya overhead diperhitungkan berdasarkan volume cost driver yang terpakai dikali dengan cost driver rate setiap activity. Dalam produksi no. HP/0408/09/001, yang masuk dalam perhitungan pemakaian biaya overhead adalah activity pencampuran bahan, activity pencetakan barang jadi dan activity perawatan mesin. Laporan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi dihasilkan dari perhitungan persediaan awal periode barang dalam proses ditambahkan dengan biaya produksi yang ditimbulkan selama periode dan dikurangi dengan persediaan akhir periode dalam proses. Jadi perhitungan harga pokok produksi sebesar Rp. 3.882.814,- berasal dari penjumlahan antara persediaan akhir dalam proses sebesar Rp. 0,- dengan total barang dalam proses sebesar Rp. 8.550.000,- dan dikurangi dengan persediaan akhir dalam proses sebesar Rp. 4.667.686,-. Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produk Berdasarkan data perhitungan harga pokok produk per order produksi dari perusahaan dan data pengujian perhitungan harga pokok produk menggunakan metode ABC, maka dapat diketahui perbandingan antara kedua metode. Perusahaan menggunakan plantwide rate (single overhead cost pool, yaitu jumlah unit produksi yang selesai) dalam mengalokasikan overhead costs per unit barang. Harga pokok produk yang ditetapkan menggunakan metode plantwide rate mengalami over-costing atau under-costing. Penerapan harga pokok produk yang mengalami overcosting akan mempengaruhi perhitungan harga pokok penjualan. Semakin tinggi harga pokok produksi maka semakin tinggi harga pokok penjualannya sehingga dapat menyebabkan melemahnya daya saing perusahaan. Penerapan perhitungan harga pokok produk yang mengalami under-costing akan mempengaruhi perhitungan laporan laba rugi perusahaan. Semakin banyak harga pokok produk yang mengalami under-costing maka akan semakin sedikit laba perusahaan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Sistem ABC sesuai diterapkan pada perusahaan yang telah melakukan modernisasi pada prosesnya, dimana biaya overheadnya lebih besar daripada biaya langsungnya. b. Metode ABC adalah metode yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik sebab biaya overhead yang pengalokasiannya berdasarkan non-unit memiliki persentase yang siginifikan dari total biaya overhead. Selain itu, pemicu biaya (cost driver) yang digunakan dalam pengalokasian biaya overhead juga memiliki rasio yang berbeda. c. Penerapan sistem ABC akan meningkatkan keakuratan perhitungan biaya manufaktur produk. DAFTAR PUSTAKA Hansen, D. R., Mowen, M. M. 2006. Cost management: Accounting and control. Thomson South-Western, Cincinmati
Harnanto, Zulkifli, 2003, Manajemen Biaya, STIE-YKPN, Yogyakarta. Hongren, Charles T., George Foster, Srikant M. Datar, 2003 Cost Accounting ; A Manajerial emphasis, Eleventh edition, New Jersy, Prentice-Hall, Inc, Engelewood Cliffs Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, Balai Pustaka. Khomi, Maisyah dan Yuningsih 2003, Akuntansi Biaya, Malang, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Kusnadi, H, Drs, HMA, M.SI, 2001, Akuntansi Biaya (Tradisional & Modern), Jilid 2, JEUNJANI, Bandung. Mulyadi, 1999, Akuntansi Biaya, STIE-YKPN, Yogyakarta. Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta Aditiya Media. Sulastiningsih, Dra, M.Si, Zulkifli, S.E, MM, 1999, Akuntansi Biaya , Dilengkapi dengan IsuIsu Kontemporer, Unit Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta Sunarto, 2003, Akuntansi BIaya, Edisi Revisi, Penerbit Amus, Yogyakarta. Witjaksono Armanto, 2006, Akuntansi Biaya, Penerbit Graha Ilmu, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Yogyakarta.