DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Lanang Sadewo 108082000157
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Lanang Sadewo 108082000157
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Amilin, SE.,Ak., M.Si NIP. 197306152005011009
Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak NIP. 19800416 200901 2 006
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa, 3Juni 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
:Lanang Sadewo :108082000157 : Akuntansi : Design Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi. Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Juni 2013 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP. 19570617 198503 1 002
(
2. Yessi Fitri.,SE,Ak,M.Si. NIP. 19760924 200604 2 002
(
3. Yusroh Rahmah, SE.,MSi. NIP.19800506 200801 2 016
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini, 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
:Lanang Sadewo :108082000157 : Akuntansi :Design Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi. Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 20 September 2013 1. Leis Suzanawati, SE., M.Si NIP.19720809 200501 2 004
(
2. Dr. Rini, SE.,M.Si.,Ak. NIP. 19760315 200501 2 002
(
3. Reskino, SE, M.Si, Ak NIP. 10740928 200801 2 004
(
4. Dr. Amilin SE., Ak.,M.Si. NIP. 197306152005011009
(
5. Zuwesty EkaPutri, SE.,M.Ak. NIP. 19800416 200901 2 006
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
) Pembimbing I
) Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :Lanang Sadewo No. Induk Mahasiswa
:108082000157
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. 2. 3. 4.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat,............................................... Yang Menyatakan, Materai Rp.6000,(.........................................................)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. NamaLengkap
: Lanang Sadewo
2. TempatTanggalLahir
: Bekasi, 23 Juli 1990
3.
: Komp.Paspampres Jl. Pipit I Blok A1 No.1
Alamat
Kel. Tengah, Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur.
II.
III.
4. Telepon
: 08988714978
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1.
SD Kartika XI-3Tahun 1996-2002
2.
SMP N20 Jakarta Tahun 2002-2005
3.
SMA N 93 Jakarta Tahun 2005-2008
4.
S1 EkonomiAkuntansi UIN SyarifHidayatullahTahun 2008-2013
PENGALAMAN ORGANISASI 1.
Anggota rohis SMAN 93 Jakarta, periode 2006-2007
2.
Ketua Basket Ball SMAN 93 Jakarta, periode 2007-2008
3.
Anggota PPI JT 2006
4.
Wakil ketua OSIS SMAN 93 Jakarta, periode 2007-2008
5.
Anggota karang taruna Komp PASPAMPRES, periode 2008-2009
vi
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1.
Ayah
: Mu’atim
2.
TempatTanggalLahir
: Tulungagung,18 Pebruari 1958
3.
Ibu
: Suharini
4.
TempatTanggalLahir
: Tulungagung, 2 Maret 1965
5.
Alamat
: Komp. Paspampres Jl. Pipit I Blok A1 No.1 RT 013 RW 06 Kel. Tengah, Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur.
6.
Telepon
: 081586175508
7.
AnakKe /dari
: 2 dari 2 bersaudara
vii
DESIGN APPLICATION OF ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM FOR DETERMINING THE COST OF PRODUCTION (Case Study On Autobody Manufacturing Company and Automotive Components in CV Delima Mandiri)
Lanang Sadewo ABSTRACT This study aims to help company to implement activity based costing method as a tool of management accounting to press production costs. Activity based costing method presents more accurate costs and informative product cost and directs to product profitability measurement which is more accurate and well informed strategic decisions concerning sales pricing, product lines and market segments. Furthermore, activity based costing can help managers identify and control the cost of unused capacity. It can be concluded that by using the method of activity based costing, a company will experience positive impact on production cost arregement, in the imposition of factury overhead cost to each product. On the calculations that have been done well it can be seen that the activity-based costing is a good alternative for the company in order to maximize profits by using a proper production cost system in the imposition of factory overhead cost. Keywords: Activity based costing, overhead, selling price.
viii
DESIGN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufakturdan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri)
Lanang Sadewo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan membantu perusahaan untuk menerapkan metode activity based costing sebagai alat bantu akuntansi manajemen dalam menekan biaya produksi. Metode activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar. Lebih jauh lagi, ABC dapat membantu manajer mengidentifikasikan dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai. Berdasarkan kesimpulan dapat diketahui dengan menggunakan metode acitivity based costing, perusahaan akan mendapatkan dampak positif dalam penyusunan harga pokok produksi, yaitu dalam pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk. Dari kalkulasi yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa activity based costing merupakan alternatif yang baik bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan labanya dengan menggunakan sistem harga pokok produksi yang tepat dalam pembebanan biaya overhead pabrik. Kata kunci: Activity based costing,overhead, harga jual produk.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb. Puji Syukur ALHAMDULILLAH, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri)”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapaigelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Padakesempatanini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skrips iini terutama kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Mu’atim dan Ibunda Suharini yang selalu mencurahkan perhatian, arahan , cinta dan sayang, dukungan serta doa tiada henti yang tertuju hanya untuk anakmu ini, semoga semakin hari anakmu ini semakin mampu membuat Ayahanda dan ibunda tersenyum di dunia maupun di akherat kelak, aammmiinnn. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Rini, SE.,M.Si., Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Amilin, SE.,Ak., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan setra wejangannya untuk penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini. x
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi. 7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telahm emberikan bantuan kepada penulis. 8. Seluruh pengurus dan staf CV Delima Mandiri, khususnya kepada Bapak Wilson yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian ini. 9. Kakak kandung Ratna Dewi Mahrini dan Mas Bimo yang telah memberikan sedikit perhatiannya untuk adikmu ini, dan tak lupa kedua keponakanku yang telah memberikan inspirasi hidup untuk uncleboy 10. Teman spesial Hilda Savitri yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, dan telah menemani penulis dalam kurun waktu enam tahun ini, hidupku selalu berwarna ketika ada kau. 11. Sahabat-sahabat kelas akuntansi e angkatan 2008, khususnya kepada Saddam Hussin, Rusli, Aweng selalu bahagia, Heri, terimakasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis. 12. Sahabat-sahabat kelas konsentrasi akuntansi manajemen 2008 terimakasih atasdukungan yang diberikan kepada penulis. 13. Keluarga besar BDS SQUAD yang telah memberikan warna dalam pembuatan skripsi ini. 14. PPI 2006 JT yang telah memberikan penglaman pertemanan yang sangat berharga. 15. Semuapihak yang tidak disebutkan namany asatu persatu dalam kesempatan ini, sehingga karya sederhana ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk kepentinganbersama.
xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan
kritik
yang
membangun
dari
berbagai
pihak.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Jakarta, 04 September 2013
Lanang Sadewo
xii
DAFTAR ISI Halaman Judul ...............................................................................................
i
Lembar Pengesahan Skripsi..........................................................................
ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ......................................................
iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ..................................................................
iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..............................................
v
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................
vi
Abstract .........................................................................................................
viii
Abstrak .........................................................................................................
ix
Kata Pengantar .............................................................................................
x
Daftar Isi ........................................................................................................
xiii
Daftar Tabel.................................................................................................... xvii Daftar Gambar ..............................................................................................
xix
Daftar Lampiran ...........................................................................................
xx
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur .....................................................................
10
1.
Konsep Dasar Haga Pokok Produksi ...................................
10
2.
Komponen Harga Pokok Produksi ......................................
11
xiii
3.
Konsep Dasar Biaya ............................................................
18
4.
Pengelompokkan Biaya .......................................................
20
5.
Objek Penelitian Biaya ........................................................
28
6.
Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ABC ...........................
31
7.
Klasifikasi Aktifitas .............................................................
34
8.
Cost Driver dan Kalkulasi Biaya ABC ................................
37
9.
Manfaat Sistem ABC Bagi Manajemen ...............................
41
10. Keunggulan Metode ABC ....................................................
42
11. Keterbatasan Metode ABC ...................................................
44
12. Akuntansi Biaya Tradisional ...............................................
47
13. Perbedaan Traditional Costing dengan ABC .......................
49
14. PenelitianTerdahulu .............................................................
51
B. Kerangka Pemikiran .................................................................
55
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
57
B. Jenis dan Sumber Data .............................................................
57
1.
Jenis Data .............................................................................
57
2.
Sumber Data ........................................................................
58
C. Teknik Analisis Data ................................................................
58
D. Definisi
Operasional
Variabel
Penelitian
dan
Pengukurannya .........................................................................
xiv
59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................
61
1. Sejarah Perusahaan ..............................................................
61
2. Visi dan Misi CV Delima Mandiri ......................................
62
3. Motto CV Delima Mandiri ..................................................
62
4. Produk Perusahan ................................................................
62
5. Daftar Konsumen CV Delima Mandiri................................
63
6. Jobdesk Delima Mandiri ......................................................
65
7. Data Khusus .........................................................................
74
B. Analisis Data ...............................................................................
81
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada CV Delima MandiriTahun 2011 ..............
81
2. Pehitungan Harga Pokok Produksi dengan Activit Based Costing System pada CV Delima Mandiri Tahun 2011.......
83
3. Membandingkan Sistem Tradisional dengan Activity Based Costing System dalam Menentukan Harga Pokok Produksi ...............................................................................
91
C. Pembahasan ................................................................................
92
1. Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada CV Delima Mandiri .............................................................
92
2. Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System pada CV Delima Mandiri ........................................ 3. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional
xv
93
dengan Activity Based Costing System pada CV Delima Mandiri ................................................................................ BAB V
94
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan ......................................................................................
98
B.
Implikasi ..........................................................................................
99
C.
Saran ................................................................................................
100
DaftarPustaka .................................................................................................
101
Lampiran ........................................................................................................
103
xvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel 2.1
Keterangan Penelitian Tedahulu ...........................................................
51
4.1
Data Produksi CV Delima Mandiri ...................................
75
4.2
Pemakaian Bahan Baku Per Jenis Produk CV Delima Mandiri Tahun 2011 ..........................................................
4.3
76
Data Biaya Tenaga Kerja Langsung CV Delima Mandiri Tahun 2011 ........................................................................
76
4.4
Ringkasan Data Produksi CV Delima Mandiri Tahun 2011
77
4.5
Rincian Biaya Overhead CV Delima Mandiri Tahun 2011
77
4.6
Daftrar Cost Driver tahun 2011 .........................................
80
4.7
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional .........................................................................
4.8
82
Klasisikasi Biaya ke Dalam Berbagai Aktivitas pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 .............................................
83
4.9
Daftar Cost Driver 2011 ....................................................
86
4.10
Cost Pool HomogenCV Delima Mandiri Tahun 2011 ......
87
4.11
Pool Rate Aktivitas Level Unit pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ........................................................................
4.12
88
Pool Rate Aktivitas Level Batch pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ........................................................................
xvii
88
4.13
Pool Rate Aktifitas Level Produk pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ..........................................................
4.14
Pool Rate Aktifitas Level Fasilitas pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ..........................................................
4.15
90
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ................
4.17
89
Pembebanan BOP dengan Activity Based Costing pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 .......................................
4.16
88
91
Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan Activity Based Costing pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 ........................................................................
xviii
92
DAFTAR GAMBAR No. Gambar Keterangan 2.1
Income Statement Manufacturing Organization ...............
27
2.2
Cost Assignment Method ...................................................
30
2.3
Activity Clasification Model.............................................
35
2.4
Skema Kerangka Pemikiran.............................................
55
xix
DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran
Keterangan
1.
Data Perusahaan .............................................
103
2.
Struktur dan Teknis Wawancara ....................
115
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Lingkungan bisnis telah menjadi global dan kompetitif menuntut perusahaan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer ini merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan hidup dan bertumbuh dalam lingkungan bisnis yang global dan kompetitif ini. Customer value cepat sekali mengalami perubahan dalam lingkungan bisnis sekarang ini, baik karena tuntutan kebutuhan customer yang meningkat maupun karena pesaing secara inovatif berusaha menawarkan manfaat lebih banyak. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan Hariadi (2012:150) yang mengungkapkan bahwa lingkungan organisasi mengalami perubahan luar biasa dari waktu ke waktu. Perubahan eksternal tersebut memaksa manajemen organisasi untuk terus menerus melakukan berbagai upaya demi menyesuaikan dengan lingkungan bisnis yang dihadapi agar tetap survive dan berkembang sesuai tuntutan pasar. Tekanan kompetisi dan globalisasi ekonomi sebagai akibat dari perkembangan komunikasi, teknologi dan transportasi telah memicu munculnya tehnik-tehnik produksi dan manajemen baru. Top manajemen melakukan perubahan strategi, tujuan, Struktur organisasi, pola komitmen dan pengendalian agar perusahaan tetap terus
1
tumbuh sesuai rencana. Dalam menghadapi arus perubahan ini, manajemen membutuhkan informasi akuntansi yang up to date dan sesuai dengan perkembangan terkini agar dapat menjalankan fungsi pengendalian dan dapat mengambil keputusan yang tepat. (Hariadi, 2012:150) Dewasa ini perubahan teknologi yang sangat pesat mendorong perusahaan untuk ikut mengembangkan kemampuan produksinya, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan yang berdampak pada ketatnya persaingan dunia usaha. Hal ini disebabkan karena banyaknya perusahaan yang mengandalkan otomatisasi teknologi, terutama di perkembangan industri manufaktur. Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang signifikan dalam dunia bisnis tanpa dibatasi dengan ruang dan waktu. Teknologi industri perlu didefinisikan lebih detail untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik khususnya untuk kegiatan jasa yaitu seperti kegiatan produksi (manufaktur) dan mendukung kegiatan manufaktur secara keseluruhan untuk mempermudah dalam proses penggunaan jasa terhadap teknologi industri tersebut. (Apriyanto, 2012:1) Banyaknya industri yang menggunakan kemajuan teknologi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja produksinya, sangat dirasakan terutama oleh industri manufaktur otomotif yang memanfaatkan teknologi dalam membuat autobody manufaktur otomotif untuk memperoleh hasil yang sama bahkan cenderung lebih baik.
2
Bagi perusahaan yang menggunakan beberapa teknologi sebagai penunjang proses produksinya dalam melakukan diversifikasi produk, maka pembebanan biaya overhead pabrik harus dilakukan dengan akurat agar tidak menyebabkan distorsi dan tidak tercapainya cost effective yang pada akhirnya akan membahayakan posisi perusahaan sendiri. Dengan tuntutan itu maka manajer memerlukan informasi mengenai biaya produksi yang digunakan dalam rangka memproduksi produk yang akan dilempar ke pasaran. Dengan mempelajari biaya produksi maka harapan manajer adalah mereka akan dapat melakukan penghematan dan pengendalian biaya produksi dalam rangka untuk dapat menciptakan harga jual yang kompetitif (Siswanto, 2004:77) Sejalan dengan meningkatnya persaingan, menjadikan informasi biaya yang akurat semakin penting. Manajer-manajer menginginkan biaya-biaya dihubungkan pada aktivitas-aktivitas dengan suatu dasar yang sederhana. Agar kebijaksanaan penetapan harga jual ini sesuai dengan tujuan atau sasaran perusahaan, manajemen memerlukan informasi yang akurat tentang biaya produksi yang menjadi dasar dalam penetapan harga. Untuk meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan harus mampu menentukan harga jual produk yang tepat. Dengan demikian biaya yang dibebankan pada produk tidak over costed (dibebani biaya lebih dari yang seharusnya) dan juga tidak under costed (dibebani biaya kurang dari yang seharusnya) sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual produk yang bersaing atau bahkan lebih murah dibandingkan pesaing dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik dibandingkan pesaing (Tandiontong, 2011:2).
3
Perhitungan biaya produksi yang selama ini menggunakan metode akuntansi biaya konvensional dapat menimbulkan distorsi biaya produksi, yang dikarenakan metode tersebut hanya mempergunakan satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula. Untuk mengatasi keterbatasan pada metode akuntansi biaya konvensional maka dikembangkan sistem biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Sistem activity based costing (selanjutnya disebut ABC), yang didasari oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi biaya dan produk mengkonsumsi aktivitas. Hasil penelitian yang dilakukan Nina Yuliastanti (2010) menunjukkan bahwa sistem ABC memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk yang secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Mulyadi (2007:235) mengatakan bahwa ABC sebagai sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengolahan aktivitas. Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi contoh numerikal yang sederhana untuk mengartikulasi fundamental dari sistem ABC pada perusahaan yang akan menjadi objek penelitian pada makalah ini. Objek studi kasus ini
4
merupakan perusahaan manufaktur kelas menengah ke atas dalam industri karoseri, yaitu CV Delima Mandiri. CV Delima Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan kendaraan atau yang biasa disebut karoseri. CV Delima mandiri didirikan oleh Widarta sejak 4 Januari 1996 dengan akta pendirian No. 198 tanggal 14 Februari 1996 dari Notaris Dwi Swandiani, SH. CV Delima mandiri. Dimana pelanggannya sebagian besar adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Selain itu CV Delima Mandiri juga menjalin kerjasama dengan instansi pemerintahan, seperti Kementrian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementrian Ketahanan, Kementrian Pendidikan, dan Kementrian Dalam Negeri. Dalam perkembangannya, CV Delima Mandiri juga membuka bisnis servis dan reparasi kendaraan roda empat atau lebih. Selain itu, Delima Mandiri juga bergerak di bidang perdagangan. Salah satunya adalah perdagangan barang-barang Hidrolik. Selain itu, Delima Mandiri juga memperluas bidang usahanya ke konstruksi bangunan dan keamanan, termasuk CCTV dan road blocker. Seperti kebanyakan usaha kecil menengah usaha tersebut masih menggunakan metode biaya tradisional, sistem biaya ini menggunakan unit volume related cost driver seperti jam kerja langsung, jam alat atau mesin, dan biaya material sesuai dengan volume produksi. Penggunaan dasar tunggal ini mengakibatkan terjadinya distorsi dalam perhitungan biaya pokok produksi, karena tidak semua sumber daya dalam proses produksi digunakan secara proporsional (Sumarsid, 2011:2).
5
Usaha tersebut menemui beberapa kendala dalam menentukan harga pokok produksi. Beberapa kendala yang dihadapi CV Delima Mandiri antara lain pencatatan beban biaya produksi perusahaan hanya meliputi biaya yang terlihat saja, seperti biaya bahan baku langsung, dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan faktor biaya produksi sebenarnya mencakup tiga biaya utama yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bentuk nyata kendala yang terajadi pada perusahaan ini yaitu ketika tahun 2008 CV Delima Mandiri mengalami penurunan laba akibat perusahaan tidak mencatat biaya yang terjadi di luar biaya proses produksi pada harga pokok produksi disetiap produk yang mereka milik, misalnya biaya listrik perusahaan secara keseluruhan, biaya perawatan mesin, tenaga kerja tidak langsung, bahan baku tidak langsung, dan beban lainnya yang tidak termasuk dalam proses produksi. Sampai saat ini, manajemen merasa bahwa mereka telah membebankan biaya pada seluruh produk tanpa memperhatikan sistem biaya yang digunakan, perusahaan telah memperoleh keuntungan, sebagai akibat harga jual uang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan oleh organisasi dalam membuat produk-produknya. Oleh karena itu, CV Delima Mandiri sangat memerlukan perhitungan biaya produksi dan penetapan harga pokok yang akurat. Pada kasus ini, peneliti akan menerapkan metode activity based costing pada CV Delima Mandiri yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat untuk membantu mengatasi masalah dalam pemaksimalan laba dan pengakuan
6
biaya yang sedang dialami oleh CV Delima Mandiri. Dalam penggunaan metode activity based costing
ditekankan untuk mencari pemicu biaya
produksi pada tahap perencanaan dan desain produk. Melalui activity based costing dapat diketahui harga pokok produksi yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk satu produk, sehingga pemaksimalan laba dapat dicapai. Metode apapun yang digunakan, biaya selalu memegang peranan yang penting untuk memperhitungkan laba yang ingin dicapai dan memiliki pengaruh yang besar terhadap penjualan suatu produk. Dalam kesempatan ini, akan dipaparkan beberapa penjelasan mengenai gambaran sistem biaya berdasarkan aktivitas yang dapat menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat serta bagaimana sistem ABC dapat diterapkan secara baik pada sebuah industri manufaktur dan dituangkan dalam bentuk penulisan karya akhir dengan judul: “Design Penerapan Activity Based Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif CV Delima Mandiri).” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan sistem tradisional pada CV Delima Mandiri? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan activity based costing system pada CV Delima Mandiri? 3. Bagaimana perbandingan harga pokok produksi pada CV Delima Mandiri
7
antara menggunakan sistem tradisional dengan menggunakan
activity
based costing? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
perhitungan
harga
pokok
produksi
dengan
menggunakan sistem tradisional pada CV Delima Mandiri. 2. Untuk
mengetahui
perhitungan
harga
pokok
produksi
dengan
menggunakan activity based costing pada CV Delima Mandiri. 3. Untuk mengetahui perbedaan antara keduanya.pada CV Delima Mandiri. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a.
Penerapan teori activity based costing dalam perancangan produk agar menghasilkan biaya yang efisien.
b.
Memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam mengurangi biaya produksi selama proses produksinya serta bermanfaat juga dalam memaksimalkan laba perusahaan.
c.
Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang penelitian dan menambah wawasan serta pemahaman yang lebih baik terhadap activity based costing.
2. Manfaat praktis a.
Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi terhadap pihak perusahaan mengenai konsep produksi yang efisien.
8
b.
Sebagai bahan informasi kepada akademisi dan masyarakat mengenai konsep produksi yang tepat guna.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Konsep Dasar Harga Pokok Produksi Terdapat beberapa definisi harga pokok produksi yang diungkapkan oleh sejumlah akademisi, diantaranya adalah Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, dan George Foster (2006:45) yang mengatakan bahwa harga pokok produksi merupakan biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akuntansi berjalan. Selain itu, Ray H. Garrison, Eric W. Nooren, dan Peter C. Brewer (2006:60) menjelaskan bahwa harga pokok produksi adalah berupa biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam satu periode. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya produksi yang digunakan untuk memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu periode waktu tertentu. Perhitungan harga pokok produksi digunakan untuk perhitungan laba atau rugi perusahaan yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan. harga pokok produksi memiliki peranan dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk beberapa hal seperti menerima atau menolak pesanan, membuat atau membeli bahan baku, dan lain-lain. Informasi mengenai harga pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai harga jual produk yang
10
bersangkutan. Oleh sebab itu, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang jadi dapat diperhitungkan untuk menentukan harga jual yang tepat. 2. Komponen Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi terdiri dari tiga elemen biaya produk yaitu Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead Pabrik. Harga pokok produksi diperhitungkan dari biaya produksi yang terkait dengan produk yang telah selesai selama periode tertentu. Barang dalam proses awal harus ditambahkan dalam biaya produksi periode tersebut dan barang dalam persediaan akhir barang dalam proses harus dikurangkan untuk memperoleh harga pokok produksi (Garrison, Noreen, dan Brewer, 2006:60). Ketiga elemen biaya produk sebagai pembentuk harga pokok produksi adalah: a. Biaya Bahan Baku Bahan Baku menurut Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, danGeorge Foster (2006:43) adalah : Biaya bahan langsung (direct material costs) adalah biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dan yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. Biaya Bahan Baku adalah biaya yang digunakan untuk memperoleh semua bahan baku yang akan digunakan untuk proses produksi dan dapat dikalkulasikan secara langsung ke dalam biaya produksi. Bahan
11
baku adalah bahan yang menjadi bagian dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. Besarnya Biaya Bahan Baku ditentukan oleh biaya perolehannya yaitu dari pembelian sampai dengan biaya dapat digunakan dalam proses produksi. Contoh Biaya Bahan Baku adalah biaya pembelian plat besi yang digunakan untuk membuat body mobil dalam perusahaan karoseri atau biaya pembelian tembakau yang digunakan untuk membuat rokok dalam perusahaan rokok. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengertian Biaya Tenaga Kerja Langsung menurut Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah (2009:226) Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produkproduk dari perusahaan. Pengertian lain tentang Biaya Tenaga Kerja Langsung diungkapkan oleh Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, dan George Foster (2006: 43) Biaya tenaga kerja manufaktur langsung (direct manufacturing labour cost) meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan kemudian barang jadi) dengan cara yang ekonomis. Dari beberapa definisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah biaya yang digunakam untuk penggunaan tenaga kerja langsung dalam pengolahan suatu produk dari bahan baku menjadi barang jadi. Biaya Tenaga Kerja Langsung
12
meliputi kompensasi atas seluruh tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke obyek biaya dengan cara yang ekonomis. Contoh Biaya Tenaga Kerja Langsung adalah gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada tenaga kerja bagian produksi yang memproduksi bahan baku menjadi barang jadi. c. Biaya Overhead Pabrik Adapun pengertianBiaya Overhead Pabrik menurut Ray H. Garrison, Eric W. Noreen,dan Peter C. Brewer (2006: 56) Biaya Overhead Pabrik adalah seluruh biaya manufaktur yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead
juga
disebut sebagai biaya overhead manufaktur, biaya manufaktur tidak langsung atau biaya produksi tidak langsung. Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya manufaktur yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku atau biaya tenaga kerja langsung serta yang tidak dapat ditelusuri ke unit produksi secara individual. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya utama dari suatu produk, namun biaya overhead pabrik juga harus terjadi untuk membuat suatu produk. Biaya overhead pabrik mencakup semua biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Segala jenis biaya produksi tidak langsung dicatat dalam berbagai rekening overhead pabrik yang jumlah maupun namanya bisa berbedabeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya.
13
Pemilihan nama rekening dan jumlah rekening yang disediakan tergantung pada sifat perusahaan dan informasi yang diinginkan perusahaan. Contoh biaya overhead pabrik adalah biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perawatan alat produksi, sewa pabrik, penyusutan pabrik dan sebagainya. Selain itu Firdaus Ahmad Dunia dan Wasilah (2009:248) memaparkan klasifikasi biaya overhead pabrik berdasarkan sifat atau objek pengeluaran sebagai berikut: 1) Bahan Baku dan Perlengkapan Biaya bahan baku dan perlengkapan adalah biaya yang dikeluarkan untuk semua bahan yang dipakai dalam produksi yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada objek biaya tertentu dengan pertimbangan ekonomis dan praktis. Objek biaya tersebut dapat berupa produk atau jumlah unit produk tertentu, pekerjaan-pekerjaan khusus, atau objek biaya lainnya. 2) Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi dari suatu produk, biaya-biaya ini tidak mungkin untuk dibebankan secara langsung objek biaya tertentu. Biaya ini tidak praktis untuk dibebankan secara langsung kepada jumlah unit produksi tertentu.
14
3) Biaya Tidak Langsung Lainnya Biaya tidak langsung ini meliputi berbagai macam biaya overhead pabrik yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja tidak langsung. Adapun penggolongan biaya overhead pabrik menurut Mulyadi (2007: 193) menyebutkan biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara: a) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya dalam perusahaan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi
yang
termasuk
dalam
biaya
overhead
pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut: (1) Biaya bahan penolong Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. (2) Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory suplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
15
(3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. (4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Contoh biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik. (5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu Contoh biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan peralatan, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trialrun. (6) Biaya Overhead Pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Contoh Biaya Overhead Pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya. b) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi biaya overhead
16
pabrik dilihat dari perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: (1) Biaya Overhead Pabrik Tetap Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. (2) Biaya Overhead Pabrik Variabel Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. (3) Biaya Overhead Pabrik Semi Variabel Biaya overhead pabrik semi variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya, biaya overhead pabrik semivariabel dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan Biaya variabel. c) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik menurut hubungannya dengan departemen Dilihat dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada di pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1) Biaya
overhead
pabrik
langsung
departemen
(direct
departmental overhead expenses) (2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departmental
overhead
expenses).
Dalam
perusahaan 17
manufaktur untuk menghasilkan produk yang akan dipasarkan membutuhkan berbagai jenis biaya, dan biaya-biaya ini akan menjadi dasar dalam penentuan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dikeluarkan untuk tujuan menghasilkan produk jadi. Harga pokok produksi tidak dicatat dalam rekening biaya, melainkan dibebankan pada produk yang dihasilkan dan laporan dalam neraca sebagai persediaan. Harga pokok produksi tersebut belum akan tampak dalam laporan Laba-Rugi sebelum produk yang bersangkutan terjual. 3. Konsep Dasar Biaya Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masingmasing berbeda. Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya tersebut dalam menjalankan tujuan sehari-hari. Para akuntan, ekonom dan teknisi, dari masing-masing memilki dan menggunakan konsep yang meskipun tidak bertentangan satu sama lain, namun tetap tampak adanya perbedaan. Maka dari itu tidak mudah untuk mendefinisikan atau menjelaskan istilah biaya tanpa menimbulkan kesangsian atau keragu-raguan akan akuntan mencoba merumuskan konsep atau pengertian biaya yang lazim digunakan dalam dunia akuntansi. Terdapat berbagai pengertian biaya. Berikut adalah pendapat para pakar ekonomi dalam mengartikan biaya. Menurut Hansen & Mowen (2007:55), biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat saat ini atau masa mendatang bagi suatu
18
perusahaan (istilah manfaat masa mendatang berarti pendapatan). Biaya yang manfaatnya sudah diperoleh akan menjadi beban, sedangkan biaya yang belum terpakai diklasifikasikan sebagai aset dan muncul di laporan posisi keuangan. Contoh, usaha rental mobil membeli mobil dengan mengeluarkan uang kas sejumlah Rp 80 juta. Mobil tersebut adalah biaya bagi perusahaan karena untuk memperolehnya perusahaan harus mengeluarkan kas, sedangkan mobil tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan di masa depan. Setelah mobil tersebut digunakan, biaya mobil berubah menjadi beban, yaitu beban penyusutan yang diperhitungkan. Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan utama antara biaya yang diklasifikasikan sebagai beban dan biaya sebagai aset adalah waktu. Akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrifed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya (seperti bahan baku atau iklan) biasanya diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Selain itu, menurut Mulyadi (2007:24), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemudian akan terjadi tujuan tertentu (di dalam arti luas). Sedangkan, dalam arti yang lebih sempit biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan atas sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan sesuatu, yaitu pendapatan barang atau jasa. Sering kali istilah biaya
19
digunakan sebagai sinonim dari beban atau expense. 4. Pengelompokkan Biaya Pengklasifikasian biaya atau penggolongan biaya dilakukan sesuai dengan tujuan biaya itu sendiri. Untuk tujuan yang berbeda, diperlukan cara penggolongan biaya yang berbeda pula. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Biaya Langsung Biaya langsung merupakan biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan. Konsep biaya langsung lebih luas dari pengertian bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Kebanyakan biaya langsung merupakan variabel dengan dasar dan akan
meningkat
atau
menurun
dalam
hubungannya
untuk
meningkatkan dan menurunkan pendapatan penjualan. Melalui alasan ini, biaya langsung telah dipertimbangkan untuk dikendalikan, dan dipertanggungjawabkan dari manajer departemen atau divisi. b. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Gaji manajer dalam perusahaan dalam perusahaan jasa menjadi biaya tidak langsung dari setiap jenis produk. Untuk dapat ditelusuri ke objek biaya seperti produk tertentu, biaya tersebut pasti disebabkan oleh objek biaya. Gaji manajer disebut juga common cost, yaitu biaya yang bersama-sama dinikmati oleh sejumlah objek biaya, common cost adalah salah satu
20
jenis biaya tidak langsung. Sedangkan biaya tertentu mungkin masuk kategori langsung atau tidak langsung tergantung dari objek biayanya. Bila gaji manajer pabrik adalah biaya tidak langsung produksi, biaya ini bersifat langsung untuk divisi produksi. c. Biaya Controllable dan Noncontrollable Jika suatu biaya dapat diawasi (controllable), manajer dapat mempengaruhi jumlah yang dibelanjakan. Sebagai contoh, manajer dapur
dapat
mempengaruhi
jumlah
belanja
atas
makanan.
Bagaimanapun, tidak mungkin tidak mungkin manajer dapur tidak dapat mempengaruhi jumlah pembelanjaan atas sewa, terutama dalam jangka pendek. Kekeliruan sering dibuat dari menyebut biaya langsung controllable cost dan biaya tak langsung noncontrollable cost. d. Join Cost Join Cost (biaya gabungan) adalah apa yang dibagi, maka hal itu adalah tanggung jawab, dua atau lebih departemen atau area. Sebuah jasa rumah makan melayani makanan dan minuman, kedua-duanya merupakan join cost. Gaji pelayan adalah suatu biaya gabungan dan harus dibebankan (sebagai dengan pendapatan, atau beberapa metode sesuai dengan yang lainnya) terhadap bagian departemen makanan dan sisa hidangan dari departemen minuman. Kebanyakan biaya tak langsung juga adalah join cost. Masalahnya adalah untuk menemukan suatu basis rasional untuk memisahkan biaya dan beban dari bagian masing-masing departemen.
21
e. Biaya Diskresionary Biaya ini disebabkan oleh keputusan tahunan yang dibuat oleh manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu. Contoh yang termasuk ke dalam biaya ini termasuk iklan, penelitian, hubungan masyarakat, program pengembangan manajemen dan magang untuk para mahasiswa. Karakteristik yang terpenting dari biaya diskresionary adalah bahwa manajemen tidak terpaku pada keputusan yang berkaitan dengan biaya tersebut. Mereka masih dapat melakukan penyesuaian dari tahun ke tahun atau mungkin dalam waktu kurang dari satu tahun karena kondisi memang menuntut modifikasi keputusan manajemen. f. Biaya Relevan dan Tidak Relevan Biaya relevan adalah apa yang menentukan keputusan. Untuk menjadi relevan, suatu biaya harus dalam konteks masa depan dan berbeda antara alternatif. Sebagai contoh, sebuah rumah makan sedang mempertimbangkan menggantikan daftar penjualan mekaniknya dengan elektronik. Biaya relevan disini adalah ongkos daftar baru, biaya dari pelatihan karyawan pada peralatan baru, dan setiap perubahan di dalam pemeliharaan dan material menyediakan biayabiaya atas mesin baru. Sepanjang tidak ada perubahan adalah memerlukan banyak jasa yang diharuskan, biaya tenaga kerja rumah makan tiak akan menjadi biaya relevan. Hal ini akan tidak membuat perbedaan terhadap keputusan.
22
g. Sunk Cost Sunk Cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak diubah oleh keputusan apapun masa yang akan datang. Karena sunk cost tidak diubah oleh keputusan apapun, sunk cost bukanlah biaya diferensial. Oleh karenanya, sunk cost dapat diabaikan dalam pembuatan keputusan. h. Biaya Opportunity Biaya opportunity merupakan biaya yang tidak melakukan sesuatu. Biaya opportunity tidak selalu dicatat dalam catatan akuntansi organisasi, tetapi opprtunity cost adalah biaya yang harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan. Setiap alternatif memiliki biaya opportunity yang melekat padanya. i. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktifitas. Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh perubahan aktifitas. Sebagai konsekuensinya, pada saat level aktifitas naik atau turun, total biaya tetap konstan kecuali jika dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari luar seperti perubahan harga. Sewa merupakan contoh yang tepat untuk menggambarkan biaya tetap. j. Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktifitas.
Aktifitas tersebut dapat diwujudkan 23
dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual, kilometer, jumlah bed yang digunakan, jam kerja, dan sebagainya. Contoh yang paling baik untuk menggambarkan biaya variabel adalah biaya bahan langsung. Biaya bahan langsung yang digunakan selama satu periode akan bervariasi sesuai dengan tingkat unit yang dihasilkan. Ada banyak contoh yang menunjukkan bahwa biaya akan berubah-ubah sesuai dengan produk dan jasa yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. k. Biaya Semi Tetap atau Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang totalnya selalu berubah tetapi tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatankegiatan perusahaan. Berubahnya biaya ini tidak dalam tingkat perubahan yang konstan. (Arfan Ikhsan:2009:154) Adapun jenis biaya menurut Carter dan Usry (2006:40), biaya dalam hubungannya dengan produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. Biaya Manufaktur Disebut juga biaya produksi atau biaya yang merupakan penjumlahan dari tiga elemen biaya: 1) Biaya bahan baku langsung (direct material cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang diproduksi. 2) Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) adalah jumlah pengorbanan
yang
dibayarkan
kepada
tenaga
kerja
yang
melakukan konversi bahan baku menjadi barang jadi dan dapat dibebankan secara ekonomis ke produk tertentu. Bahan baku langsung ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung merupakan 24
biaya utama (prime cost). Sedangkan, biaya tenaga kerja langsung ditambah dengan biaya overhead disebut sebagai biaya konversi (convertion cost). Biaya overhead (factory overhead cost) adalah biaya manufaktur yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke barang atau jasa tertentu (output). 3) Biaya overhead merupakan cakupan semua biaya manufaktur, kecuali yang dicatat sebagai biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead terdiri dari: biaya bahan baku tidak langsung ; biaya tenaga kerja tidak langsung; biaya reparasi dan pemeliharaan; biaya yang timbul akibat penilaian aktiva tetap, antara lain: biaya penyusutan mesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya yang digunakan untuk keperluan pabrik; biaya yang timbul akibat berlalunya waktu antara lain: biaya asuransi mesin kendaraan, dan biaya asuransi lainnya yang digunakan untuk keperluan pabrik. Jika dilihat dari segi biaya overhead pabrik, maka biaya ini dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: 1) Overhead pabrik tetap, yaitu biaya overhead pabrik yang jumlahnya tetap (tidak berubah) sampai batas tertentu walaupun volume kegiatan mengalami perubahan. 2) Overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang jumlahnya mengalami perubahan sebanding dengan perubahan volume kegiatan. b. Biaya Komersial (Non Manufaktur)
25
Biaya komersial terdiri dari dua klasifikasi biaya, yaitu biaya pemasaran, dan biaya administrasi. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk atau jasa. Biaya pemasaran terdiri dari biaya promosi, biaya penjualan, dan biaya pengiriman. Sedangkan biaya administrasi adalah biaya yang terkait dengan penelitian, pengembangan, dan administrasi yang tidak dibebankan ke biaya produksi dan pemasaran. Biaya sebuah produk untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal mengacu pada biaya produksi, maka biaya produksi yang melekat pada unit yang terjual diakui sebagai beban harga pokok penjualan pada laporan laba rugi. Biaya produksi yang melekat pada unit yang tidak dijual dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca keuangan. Sedangkan biaya penjualan, dan biaya administrasi dipandang sebagai biaya periode (harus dipotong pada setiap periode) sehingga dicatat sebagai beban pada laporan laba rugi. Biaya periode merupakan biaya biaya nonproduksi, biaya tersebut tidak pernah muncul dalam neraca keuangan. Berikut contoh dari laporan laba rugi berdasarkan klasifikasi fungsional untuk perusahaan manufaktur.
26
Gambar 2.1 Income Statement Manufacturing Organization Manufacturing Organization Income Statement For the Year Ended December 31, 2006 Sales Less Cost of goods sold Gross margin Less operating experises Research and development Rp 100,000 Selling Rp 300,000 Administrative Rp 150,000 Operating Income
Rp 2,000,000 Rp 1,300,000 Rp 700,000
Rp550,000 Rp 150, 000
Sumber: Don, R.H., Maryanne, M.M & Liming, G., Cost Management: Accounting and Control, 6th ed., 2006 (p.31). Menurut Hilton (2007:36) biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Berdasarkan pola perilaku biaya 1) Biaya variabel (variabel cost) secara total berubah seiring dengan perubahan tingkat aktivitas atau volume yang terkait. 2) Biaya tetap (fixed cost) tidak akan berubah secara total dalam periode tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atau tingkat aktivitas atau volume terkait. b. Berdasarkan biaya yang berhubungan dengan berbagai departemen dalam suatu organisasi dibagi menjadi: 1) Direct cost, biaya yang langsung berhubungan dengan objek biaya . 2) Indirect cost, biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan objek biaya. c. Berdasarkan fungsinya (fungsional categories) terbagi atas tiga jenis, yaitu Manufacturing cost, (ii) selling cost, (iii) administrative cost. Biaya pabrik (manufacturing cost) terbagi atas biaya bahan langsung (direct material 27
cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) dan biaya overhead manufaktur. 5. Objek Penelitian Biaya Sistem akuntansi biaya disusun untuk mengukur dan menentukan biaya pada objek biaya. Objek biaya pada dasarnya merupakan suatu item atau aktifitas yang ada pada produk, pelanggan, departemen, proyek, kegiatan, dan lain-lain di mana biaya diukur dan dibebankan. Biaya yang menjadi objek aktifitas, dihitung sebagai unit dasar dari pekerjaan yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Salah satu objek biaya yang paling penting adalah output
dari
organisasi itu sendiri. Jenis output dari organisasi ada dua, yaitu produk nyata dan jasa. Produk nyata adalah barang yang dihasilkan dengan mengubah bahan baku melalui penggunaan input tenaga kerja dan modal. Sedangkan jasa adalah aktifitas yang dilakukan organisasi untuk digunakan oleh pelanggan atau aktifitas yang dilakukan pelanggan untuk menggunakan produk atau fasilitas organisasi. Penelusuran biaya ke objek biaya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Penelusuran langsung (direct tracing) Penelusuran langsung adalah proses mengidentifikasi dan menetapkan biaya pada objek biaya dengan cara khusus yaitu dengan melakukan pengamatan fisik pada satu objek biaya. Sebagai contoh, asumsikan bahwa departemen pembelian adalah objek biaya. Gaji supervisor bagian pembelian dimasukkan dalam perhitungan pembelian barang
28
adalah contoh biaya yang secara khusus dapat diidentifikasi (dengan pengamatan fisik) pada objek biaya (bagian pembelian). Idealnya, semua biaya harus dibebankan pada objek biaya dengan menggunakan penelusuran langsung. Sayangnya, sangat sering tidak mungkin untuk langsung mengamati secara fisik jumlah sumber daya yang dikonsumsi pada
sebuah
menggunakan
objek.
Pendekatan
hubungan
sebab
terbaik
akibat
berikutnya
untuk
adalah
mengidentifikasi
penelusuran. b. Penelusuran driver (driver tracing) Pemicu biaya adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam penggunaan sumber daya, aktivitas dan pendapatan. Driver tracing adalah penggunaan driver untuk membebankan biaya pada objek biaya. Walaupun perhitungan driver tracing kurang tepat dibandingkan dengan direct tracing, tetapi driver tracing sangat akurat jika menggunakan
hubungan
sebab
dan
akibat.
Misalnya,
mempertimbangkan biaya listrik untuk pabrik jeans. Manajer pabrik mungkin ingin tahu berapa banyak listrik digunakan untuk menjalankan mesin jahit. Mengamati fisik secara langsung berapa banyak listrik yang digunakan untuk mengukur konsumsi daya dari mesin jahit, mungkin tidak praktis. Dengan demikian, driver seperti “jam mesin” dapat digunakan untuk menetapkan biaya listrik. Jika biaya listrik per jam mesin adalah $ 0,50 dan mesin jahit menggunakan jam mesin 20.000 dalam satu tahun, maka $ 10.000 dari biaya listrik ($
29
0,50 x 20.000) akan dibebankan untuk aktivitas menjahit. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya ke obyek biaya dibagi menjadi tiga, yaitu direct tracing, driver tracing, dan alokasi. Mengidentifikasi pemicu biaya dan menilai kualitas hubungan sebab akibat, jauh lebih mahal daripada menggunakan direct tracing dan alokasi. Bahkan, salah satu keuntungan dari alokasi adalah sederhana dan murah untuk diterapkan. Namun, alokasi adalah metode pembebanan biaya yang paling tidak akurat, akurat dan penggunaannya harus dihindari sebisa mungkin. Dalam banyak kasus, driver tracing meningkatkan akurasi perhitungan yang lebih besar daripada biaya tambahan yang ditimbulkan karena menggunakan driver tracing. Gambar 2.2 Cost Assignment Method Cost of Resources
Resource Driver
Direct Tracing
Driver Tracing
Allocation
Physical
Causal
Convenience
Observation
Factors
Assumed Linkage
Cost Object
Sumber: Don, R.H., Maryanne, M.M. & Liming, G., Cost Management: Accounting and Control, 6th ed, 2006 (p.27).
30
6. Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas ABC Menurut Bastian dan Nurlela (2009:24) activity based costing adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya. Menurut
Carter
dan
William
(2009:528)
perhitungan
biaya
berdasarkan akitivitas didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang berkaitan dengan volume. Dibandingkan dengan akuntansi biaya tradisional, activity based costing mencerminkan penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh. Menurut Widjaja (2009:80) perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya tersebut. Dasar pemikiran pendekatan perhitungan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabakan timbulnya biaya. Biaya dari sumber daya dibebankan ke aktivitas bedasarkan aktivitas yang menggunakan sumber daya (penggerak konsumsi sumber daya) dan biaya
31
dari aktivitas dibebakan ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya (penggerak konsumsi aktivitas). Activity based costing membebankan biaya overhead pabrik ke objek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasi sumber daya dan aktivitas juga biayanya serta jumlah yang yang dibutuhkan untuk memproduksi output. Penggunaan penggerak biaya konsumsi sumber daya yang dikonsumsi oleh aktifitas dan menghitung biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian perusahaan membebankan biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian perusahaan membebankan biaya dari suatu aktivitas ke produk atau jasa dengan mengalikan biaya dari setiap aktivitas dengan jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap objek biaya. Menurut Garrison and Noreen (2006:440) perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing) adalah metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. Dari keempat definisi diatas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan activity based costing adalah suatu sistem perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam penganmbilan keputusan. Tujuan dari sistem biaya tradisional adalah untuk menilai secara tepat persediaan dan harga pokok penjualan untuk pelaporan eksternal. Sedangkan tujuan dari perhitungan biaya
32
berdasarkan aktivitas adalah memahami overhead dan profitabilitas produk dan konsumen. Sementara itu, Hilton, Maher dan Selto (2007:163) mendefinisikan ABC sebagai berikut: “Acivity based costing is a costing method that first assign costs to activities and then to goods and services based on how much each good or service uses the activity”. Sedangkan definisi ABC yang diungkapkan Horngren (2007) “Activity Based Costing (ABC) is a managerial accounting sistem which determines the cost of activities without distortion and provides management with relevant and timely information”. Pakar dalam negeripun turut mendefinisikan konsep ABC, salah satunya Mulyadi (2007:121) yang mengatakan bahwa ABC sebagai sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengolahan aktivitas. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum pengertian ABC adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biayabiaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
33
7. Klasifikasi Aktivas Hansen & Mowen (2006:129) menyatakan bahwa tahap pertama dalam ABC ini adalah mengidentifikasi aktivitas yang terjadi di perusahaan. Kemudian aktivitas-aktivitas yang sama dikumpulkan dalam saru kategori. Secara umum aktivitas terbagi menjadi 4 kategori, yaitu 1) unit level, 2) batch level, 3) product level, 4) facility level. Pengklasifikasian aktivitas dalam kategori ini didasarkan setiap biaya aktivitas yang terbentuk mempunyai cost driver yang berbeda-beda. Ronald (2007) menyebutkan kategori di atas sebagai cost pool yaitu gabungan dari result-producting activities yang mempunyai cost driveryang sama. Rincian dari cost pool atau kategori aktivitas tersebut sebagai berikut: a. Unit Level adalah biaya aktivitas yang dilaksanakan atas setiap unit produk atau jasa individual. Contohnya biaya mesin, asembing, dll. b. Batch Level adalah biaya aktivitas yang berkaitan dengan kelompok unit, produk atau jasa. Contohnya biaya production scheduling dan material handling. c. Product – Sustaining Level merupakan biaya aktivitas yang mendukung produk atau jasa tanpa menghiraukan unit atau batch. Contohnya biaya pengembangan, proses engineering ,dll. d. Facility – Sustaining Activity Driver adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa individual namun mendukung operasi perusahaan
secara
keseluruhan.
Contohnya,
biaya
pemasaran,
keamanan, dan manajemen dll.
34
Gambar 2.3 Activity Clasification Model Individual Activity
A1
A2
A3
A4
A5
Activity Level Filter
L Unit Level
Batch Level
Driver Filter
Driver Filter
Set 1
Product Level
Set 2
Set 3
Facility Level
Driver Filter
Set 4
Set 5
Set 6
Set 7
Homogeneous Set of Activities
Sumber: Hansen (2006:131)
Dari empat aktivitas tadi, kategori unit level, batch level, dan product level merupakan aktivitas yang berkaitan langsung dengan produksi. Dan memungkinkan untuk menghitung biaya dari aktivitas secara langsung. Sedangkan kategori yang keempat facility – sustaining activitydriver merupakan masalah yang sebenarnya dalam ABC karena biaya yang timbul pada aktivitas ini tidak dapat ditelusuri secara langsung pada parameter yang baku. Dari hal tersebut maka kategori tadi dibagi atas 2 bagian, yaitu sebagai berikut: a. Biaya langsung produk/jasa meliputi kategori atau pool cost (1) unit
35
level, (2) batch level, (3) product level; biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke produk. Biaya ini dibebankan sebagai biaya produk melalui aktivitas yang menghasilkan produk yang bersangkutan. b. Biaya tidak langsung produk; biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke aktivitas. Biaya ini dikelempokkan menjadi dua golongan, yaitu: 1) Biaya langsung aktivitas; biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke aktivitas melalui direct tracing. 2) Biaya tidak langsung aktivitas; biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke aktivitas. Biaya ini dibebankan ke aktivitas melaui salah satu dari dua cara berikut ini; a) Driver tracing, dibebankan ke aktivitas melalui resources driver, yaitu basis yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas. b) Allocation, dibebankan ke aktivitas melaui basis yang bersifat sembarang. Untuk sumber daya yang pembebanannya ke aktivitas menggunakan driver tracing, keadilan pembebanan ke aktivitas dipengaruhi oleh karakteristik terjadinya sumber daya tersebut. a. Sumber daya yang dikonsumsi secara merata sepanjang tahun. b. Sumber daya yang dikonsumsi secara periodik sepanjang tahun. c. Capasity resources yang disediakan untuk konsumsi dalam jangka panjang.
36
8. Cost Driver dan Kalkulasi Biaya ABC Tahap selanjutnya dalam perhitungan ABC ini menurut Hilton (2007:180) adalah mengidentifikasi masing-masing cost driver untuk setiap aktivitas cost pool. Cost driver adalah karakteristik dari suatu kejadian atau aktivitas yang menyerap biaya. Ada beberapa tahapan penerapan activity based costing menurut Bastian dan Nurlela (2009:26), yaitu: a. Mengidentifikasi, mendefinisikan aktivitas, dan pool aktivitas. 1) Aktivitas tingkat unit. 2) Aktivitas tingkat batch. 3) Aktivitas tingkat produk. 4) Aktivitas tingkat pelanggan. 5) Aktifitas pemeliharaan organisasi. Tahapan utama dan pertama dalam menerepkan activity based costing (ABC) adalah mengidentifikasi aktifitas yang menjadi dasar sistem tersebut. Tahapan ini mungkin sulit dilakukan, karena memakan waktu dan membutuhkan pertimbangan yang cukup rumit. Prosedur umum yang dilakukan pada tahap ini, dengan melakukan wawancara terhadap semua orang yang terlibat atau semua tingkat supervise atau semua manajer yang menimbulkan overhead dan meminta mereka untuk menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan, biasanya akan diperoleh catatan aktivitas yang cuku beragam dan rumit. Adapun aktifitas yang cukup beragam tersebut, dapat digabungkan menjadi
37
lima tingkat aktifitas, yaitu aktifitas tingkat unit; batch; produk; pelanggan; dan pemeliharaan organisasi. Penjelasannya sebagai berikut: 1) Aktivitas tingkat unit. Dilakukan oleh setiap unit produksi. Biaya aktifitas unit bersifat proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh: biaya pekerja untuk operator peralatan produksi, ini menjdi aktivitas tingkat unit, karena pekerja tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit produksi. 2) Aktivitas tingkat batch Dilakukan setiap batch yang diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang terdapat dalam batch tersebut. Contoh: membuat pesanan pelanggan, penataan peraltan, pengaturan pengiriman pesanan pelanggan, ini merupakan tingkat batch. Biaya tingkat batch lebih tergantung pada jumlah batch yang dihasilkan, bukan jumlah unit yang diproduksi, jumlah unit yang terjual atau ukuran lainnya. 3) Aktivitas pemeliharaan organisasi Aktivitas ini dilakukan tanpa memperhatikan produk apa yang diproduksi, berapa unit yang dibuat, berapa batch yang dihasilkan dan pelanggan mana yang dilayani. Contoh: aktifitas kebersihan kantor, pengadaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman dan penyusunan laporan keuangan untuk internal maupun eksternal.
38
Penggabungan aktifitas dalam activity based costing, setiap harus dikelompokkan yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu tingkat. Contoh: jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan dimiliki korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan pelanggan, sehingga kedua aktifitas tingkat batch ini dapat digabung, tanpa mengurangi keakuratannya. Gabungan dari biaya overhead yang berhubungan dengan aktifitas yang sama dikenal dengan cost pool, yang akan digunakan untuk menghitung tarif pembebanan ke setiap aktiftas. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktifitas dan objek biaya. Tahap kedua dalam menerapkan activity based costing adalah sejauh mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek biaya, yang menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya, seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan itu sendiri. b. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas. Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana biaya tersebut terjadi. Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau semua biaya bisa ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas, seperti: pemrosesan pesanan, di mana semua departemen pembelian dapat ditellusuri ke aktivitas ini. Dalam activity based costing sangat umum overhead terkait dengan beberapa aktivitas. Untuk kondisi seperti ini, biaya departemen dapat dibagi ke beberapa kelompok atau pool 39
aktivitas dengan menggunakan proses aalokasi tahap pertama, yaitu membebankan overhead ke pool biaya aktivitas. c. Menghitung tarif per aktifitas. Tarif per aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke produk dihitung, dengan menentukan total aktiviitas sesungguhnya yang dperlukan untuk memproduksi bauran produk dan untuk melayani pelanggan yang saat ini. Kemudian menentukan tarif aktivitas dengan membagi total biaya pool aktivitas masing-masing aktivitas dengan total pemicu aktivitas. Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas Total pemicu aktifitas
d. Membebankan
biaya
ke
objek
biaya
dengan
menggunakan
menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas. Langkah berikut dalam penerapan activity based costing disebut alokasi tahap kedua, di mana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk atau pelanggan dengan cara mengalihkan tarif pool aktivitas dengan ukuran aktivitas yang dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan. Pembebanan= pool rate x jumlah aktivitas yang dikonsumsi
e. Menyiapkan laporan untuk manajemen. Tahap ini adalah tahap laporan yang disusun, dengan menggabungkan bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang ke produk atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.
40
9. Manfaat Sistem ABCbagi manajemen. Manfaat yang diperoleh dalam penerapan activity based costing menurut Bastian dan Nurlela (2009:29) adalah ABC menyajikan pengukuran yang akurat, dapat memperbaiki pengambilan keputusan, dan memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus. Kelebihan sistem ABC akan dijelaskan dengan lebih mendetail pada pemaparan berikut: a. Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan
biaya
secara
lebih
akurat
dan
membantu
perkembangan proyek-proyek yang meningkatkan nilai. b. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan. Para manajemen puncak yang telah menerapkan activity based costing percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang digunakan activity based costing, akan mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan. c. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus. Banyak
perusahaan
berusaha
untuk
mengurangi
biaya,
guna
menawarkan produk atau jasa layanan beraneka akan meningkatkan biaya. Dengan menggunakan ABC, biaya yang dikeluarkan akan
41
terlihat dengan jelas pada setiap aktivitas di mana biaya yang tidak mempunyai nilai tambah bagi pelanggan dapat dieliminasi lebih cepat. a. ABC menyajikan biaya produk, kemampuan memperoleh laba, keputusan-keputusan strategis mengenai harga jual, lini produk, pasar pelanggan, dan pengeluaran modal dengan akurat dan informatif. b. ABC memberikan pengukuran biaya pemicu aktivitas dengan akurat, sehingga membantu manajemen memperbaiki produk, membuat keputusan pemilihan desain produk, mengendalikan biaya, dan membantu mempertinggi berbagai nilai proyeksi. c. ABC membantu manajer dalam mengakses informasi tentang biayabiaya yang relevan dalam membuat keputusan bisnis. 10. Keunggulan metode ABC. Adapun kelebihan ABC menurut Bastian dan Nurlela (2009:29), yaitu para manajemen puncak akan setuju menerapkan suatu sistem yang baru di organisasi mereka, jika mereka percaya bahwa mereka akan memperoleh manfaat yang lebih, jika dibandingkan dengan sistem yang lama. Kelebihan activity based costing menurut William dan Carter (2009:545) adalah sebagai berikut: a. Activity based costing (ABC) mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya. b. ABC mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya. Misal, pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami bagaimana ABC akan menunjukkan bahwa
42
produk bervolume tinggi ternyata merugi padahal analisis margin kontribusi menunjukkan bahwa harga jual melebihi biaya produksi variabel. c. ABC berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya jangka panjang dari setiap produksi, namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu. d. ABC menunjukkan seberapa banyak aktivitas tingkat batch dan tingkat produk yang didedikasikan untuk setiap produk dan bukan seberapa banyak penghematan yang akan terjadi jika lebih sedikit produk atau batch diproduksi. Kelebihan sistem ABC menurut Blocher (2006:232) adalah sebagai berikut: a.
Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.
b. Keputusan dan kendali yang lebih baik. Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas. c. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas. ABC membantu manajer mengidentifikasikan dan mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.
43
Penulis memiliki kesimpulan tentang kelebihan ABC, yaitu sebagai berikut : a. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk kompetitif. Sebagai hasilnya pihak manajemen dapat meningkatkan mutu dan fokus pada pengurangan biaya. b. ABC membantu dalam pengambilan keputusan pihak manajemen. c. ABC membuat manajemen berada pada posisi dimana dapat dilakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. d. ABC membantu manajemen dalam melakukan analisis volume produk, untuk mencari break event pada produk bervolume rendah. e. Melalui analisis biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat merekayasa kembali proses manufaktur dalam mencapai pola keluaran yang lebih bermutu dan efisien. 11. Keterbatasan ABC Kelemahan activity based costing menurut Bastian dan Nurlela (2009:30) adalah sebagai berikut: a. Dibandingkan sistem biaya tradisional yang hanya membebankan biaya cukup satu pemicu biaya seperti jam kerja langsung, ABC membutuhkan berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa, dan dimasukkan dalm sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat keakuratan yang didapat yang pada akhirnya mengakibatkan biaya yang tinggi.
44
b. Sulitnya mengubah pola kebiasaan manajer. Mengubah
pola
kebiasaan
manajer
membutuhkan
waktu
penyesuaian, karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya tradisional dalam beroperasinya dan juga digunakan sebagai evaluasi kinerja, maka dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawanan dari para karyawan. Jika ha ini terjadi maka penerapan sistem ABC akan mengalami kegagalan. c. Mudahnya data activity based costing disalah artikan. Dalam prakteknya, data BC dengan mudah dapat disalah artikan dan harus digunakan secara hati-hati ketika pengambilan keputusan. Biaya yang dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC, para pengambil keputusan harus dapat mengidentifikasi biaya mana yang betul-betul relevan dengan keputusan saat itu. d. Bentuk laporan kurang sesuai. Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan ABC tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi perusahaan yang menerapkan ABC harus menyusun laporan biaya yang berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal ini membutuhkan waktu dan biaya tambahan. Kelemahan activity based costing menurut Blocher (2006:233) adalah sebagai berikut:
45
a. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya ata aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya pendukung fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik, asuransi pabrik, dan pakan bumi dan bangunan untuk pabrik. b. Mengabaikan biaya. Biaya produk atau jasa yang mengidentifikasi sistem ABC cenderung tidak mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak
termasuk
biaya
untuk
aktivitas
seperti
pemasaran,
pengiklanan, penelitian, dan pengembangan. Meski sebagian dari biaya-biaya ini dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa. Biaya produk tidak termasuk biaya-biaya ini karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. c. Mahal dan menghasilkan waktu Perhitungan
biaya
berdasar
aktivitas
tidak
murah
dan
membutuhkan waktu yang banyak untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan dan organisasi yang telah menggunakan sistem perhitungan biaya tradisional berdasarkan
46
volume, pelaksanaan suatu sistem baru cenderung sangat mahal. Lagipula, seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih untuk mengembangkan dan melaksanakan activity based costing dengan sukses. Sekalipun data tersedia, banyak biaya yang perlu dialokasikan ke produk atas dasar ukuran volume, karena tidak dapat ditemukan aktivitas khusus yang ditimbulkan. Hal ini terjadi pada biaya facility-sustaining seperti membersihkan pabrik dan mengatur proses produksi. d. Banyak biaya yang dihilangkan dalam analisis. Misalnya biaya pemasaran, periklanan, riset dan pengembangan dan klaim jaminan. Tetapi pada perhitungan biaya tradisional, biaya pemasaran dan administratif tidak termasuk ke dalam biaya produk pada Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) termasuk biaya periode. e. Sistem ABC sangat mahal untuk dikembangkan dan diterapkan serta seperti kebanyakan manajemen inovasi, ABC seringkali memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengembangkan atau melaksanakan hingga pada tahap berhasil. 12. Akuntansi Biaya Tradisional Dalam sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur ataupun jasa memerlukan suatu sistem akuntansi biaya yang sangat tepat dan seuai dengan kondisi yang terjadi dalam masyarakat. Sistem itu dibuat untuk memberikan informasi biaya kepada manajemen yang berguna
47
untuk pembuatan perencenaan, keputusan, dan pengendalian biaya serta perhitungan dan penentuan biaya produksi. Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah dimana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya overhead, pabrik baik biaya yang bersifat variabel maupun
tetap,
menjadi
biaya
produk.
Sistem
biaya
tradisional
mengasumsikan produk-produk dan volume produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain sistem biaya tradisonal membuat produk individual menjadi fokus dari sistem biaya. Menurut Sidharta dan Yessica (2008:15) perhitungan biaya produksi pada metode biaya tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak yang sangat akurat. Ada beberapa kelemahan pada akuntansi biaya tradisional yaitu: a. Akuntasi biaya tradisional hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi. b. Akuntansi biaya tradisional menyediakan informasi biaya berdasarkan pusat pertanggungjawaban. Oleh karena akuntansi biaya tradisional tidak didesain untuk menyajikan informasi tentang aktivitas, maka akuntansi biaya tradisional tidak menyediakan informasi penting yang diperlukan oleh personel untuk melakukan pengelolaan terhadap operasi perusahaan.
48
c. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi. d. Ada beberapa diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda-beda. e. Sistem keuangan tradisional hanya menyajikan kesimpulan dari biayabiaya yang telah lalu sebagai feedback atas siklus laporan keuangan. Sedangkan dewasa ini kompetitif sebuah perusahaan harus mengambil keputusan yang akurat dan fokus ke konsumen dengan informasi yang terkini. Sehingga dengan informasi biaya tradisional ini, manajer akan terlambat dalam mengambil sikap. 13. Perbedaan Traditional costing method dengan Activity Based Costing Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method dengan activity based costing menurut Carter dan Usri (2006:499) antara lain: a. Activity based costing menggunakan cost driver yang lebih banyak dibandingkan traditional costing method yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga ABC mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi dalam penentuan harga pokok produk bila dibandingkan dengan sistem tradisional. b. ABC
menggunakan
aktivitas-aktivitas
sebagai
pemacu
untuk
menentukan berapa besar overhead pabrik yang akan dialokasikan pada
suatu
produk
tertentu.
Traditional
costing
method
mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.
49
c. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan traditional costing method lebih mengutamakan pada kinerja keuangan jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisioanal dapat mengukurnya dengan cukup akurat. Tetapi apabila traditional costing method digunakan untuk penetapan harga pokok dan untuk mengidentifiksikan produk yang menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan. d. ABC membagi konsumsi overhead dalam empat kategori yaitu: unit, batch, produk, dan fasilitas. Traditional costing method membagi biaya overhead dalam unit yang lain. Perbedaan antara perhitungan traditional costing method dengan activitybased costing menurut Amin Widjaja (2009:100) antara lain a. Activity Based Costing menggunakan penggerak biaya berdasarkan aktivitas (termasuk yang berdasarkan volume maupun yang tidak berdasarkan
volume),
sedangkan
traditional
costing
method
menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume. b. ABC membebankan biaya overhead pertama ke pusat biaya aktivitas dan kedua ke sebelum produk atau jasa, sedangkan traditional costing method membebankan biaya overhead pertama ke departemen dan kedua ke produk atau jasa. c. ABC fokus pada pengelolaan proses dan aktivitas serta pemecahan masalah lintas fungsional, sedangkan traditional costing method fokus
pada
pengelolaan
biaya
departemen
fungsional.
50
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Lanjutan No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
1.
Leni Nopilia (2012)
Estimasi Perhitungan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji dengan Sistem Activity Based Costing
2.
Siti Sarah (2010)
Penerapan Activity Based Costing untuk Biaya Gardu Pelayanan Tol Sebagai
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Menggunakan Penulis metode menerapkan descriptive metode Activity analysis yang Based Costing mengulas dan pada menjelaskan perhitungan bagaimana penyelenggaraan konsep dari ibadah haji. Activity Based Costing.
Menggunakan metode descriptive
Penulis menerapkan metode Activity
Hasil Penelitian Perhitungan penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) dengan sistem ABC memberikan hasil yang berbeda dengan perhitungan yang selama ini dipergunakan oleh Kementrian Agama sebagai penyelenggara haji. Perhitungan BPIH yang dilakukan dengan ABC menghasilkan harga pokok jasa penyelenggaraan ibadah haji yang lebih akurat karena masing-masing cost pool per aktivitas telah dialokasikan ke dalam unit jasa dengan menggunakan cost driver yang relevan. Sehingga biaya dibebankan ke jamaah sesuai dengan penggunaan sumber daya.
Hasil penelitian menunjukkan perhitungan dengan menggunakan ABC dapat mengklasifikasi lima
51
Tabel 2.1 Lanjutan No
Nama Peneliti
Judul Penelitian Dasar Perhitungan Efisisensi yang Dicapai Atas Pemakaian E-Tol Card dan Gardu Tol Otomatis
3.
Tommy Widjaja (2008)
Usulan Penerapan Activity Based Costing pada PT M-I Chemicals Indonesia (Chemicals Drilling Manufacture)
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan analysis yang Based Costing mengulas dan pada efisiensi menjelaskan biaya gardu bagaimana pelayanan tol. konsep dari Activity Based Costing.
Metode Perhitungan Activity Based Costing
Penulis menerapkan metode Activity Based Costing pada perusahaan produsen minyak bumi yaitu PT M-I Chemicals Indonesia
Hasil Penelitian jenis gardu tol tol dengan biaya gardu tol yang berbeda-beda sesuai dengan aktivitasnya. Kemudian dilakukan perbandingan antara gardu tol manual, elektronik, dan otomatis. Sehingga dari hasil perbandingan tersebut dihitung efisiensi yang dicapai perusahaan dalam menerapkan gardu tol elektronik, dan gardu tol otomatis. Perhitungan harga pokok dengan sistem ABC memiliki perbedaan dalam pengalokasian biaya overhead. Menurut sistem ABC biaya overhead dikelompokkan berdasarkan aktivitas yang terjadi. Lalu dialokasikan ke dalam kelompok biaya (cost pool) berdasarkan empat kategori konsumsi aktivitas, yaitu: unit level, batch level, product level, dan facility level. Setiap cost pool memiliki cost driver tersendiri untuk membebankan biaya overhead pada masing-masing produk yang
52
Tabel 2.1 Lanjutan No
Nama Peneliti
4.
Nina Yuliastanti (2010)
5.
Priyo Hari Adi (2005)
Judul Penelitian Penerapan Sistem Activity Based Costing (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Komponen Otomotif)
Implementasi Activity Based Costing Terhadap Kinerja Perusahaan
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
Metode Perhitungan Activity Based Costing
Penulis menerapkan metode Activity Based Costing pada perusahaan manufaktur komponen otomotif.
Metode Perhitungan Activity Based Costing
Penulis menerapkan metode Activity Based Costing pada perusahaan secara umum.
Hasil Penelitian dihasilkan. Sistem ABC memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masingmasing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk yang secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. ABC merupakan sistem akuntansi biaya kontemporer yang terintegrasi dan komprehensif. Kemampuan ABC tidak hanya dapat mengukur kos produk secara tepat, namun dari informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk
53
Tabel 2.1 Lanjutan No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian berbagai kepentingan strategis lain dalam perusahaan. Implementasi ABC tidak hanya terfokus pada aspek finansial, namun juga pada aspek non finansial lain yang merupakan indikator keberhasilan/kinerja perusahaan.
54
B. Kerangka Pemikiran Definisi kerangka pemikiran menurut Hamid (2007:26) adalah sebagai berikut: “Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan”. Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:
CV Delima Mandiri yang tidak dapat memaksimalkan target labanya dengan konsep biaya standar.
Adanya konsep metode Activity Based Costing yang telah sukses diterapkan di beberapa perusahaan yang mengalami berbagai macam masalah pemaksimalan laba
Basis Teori
Variabel Independen
Activity Based Costing
Variabel Dependen
Harga pokok produksi
Bersambung ke halaman selanjutnya
55
Gambar 2.4 (lanjutan)
Metode Analisis: Activity Based Costing
Hasil pengujian dan pembahasan
Kesimpulan dan implikasi
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif tentang studi komparatif dalam menentukan harga pokok penjualan melalui traditional costing method dengan activity based costing (ABC) pada jenis industri di bidang manufaktur. Industri manufaktur yang akan diteliti adalah CV Delima Mandiri yang beralamat di Jl. Dreded 42, Empang, Bogor Selatan dengan objek penelitian penentuan harga pokok produksi suatu produk. Penelitian kualitatif ini dilakukan secara intensif, dengan peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat dengan hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat
laporan
secara
mendetail
(Sugiyono,2010:14). Data
yang
dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009, direct cost, direct labor, dan biaya overhead yang terkait dengan perusahaan tersebut.
B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berisi angka-angka yang diperoleh dari perusahaan. Data kuantitatif yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai biaya produksi berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
57
2. Sumber data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber data internal yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang terdiri atas data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data ini didapat dari hasil wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan dalam perusahaan, seperti pemilik usaha, penanggung jawab produksi, dan bagian-bagian yang bersangkutan dengan produksi dan pemasaran, sehingga dapat diperoleh keterangan yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Contoh: prosedur proses produksi. b. Data Sekunder Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan dalam bentuk dokumen dan laporan keuangan yang dapat membantu dalam pembentukan biaya pembuatan produk. Contoh: laporan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
C. Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data biaya yang terjadi pada perusahaan, menyajikannya sehingga memberi gambaran mengenai keadaan sebenarnya dari perusahaan, apakah perusahaan sudah mengelompokkan biaya dengan tepat, menghitung harga pokok produk dengan tepat dan menetapkan harga jual dengan tepat. Juga
58
menganalisis data biaya tersebut, sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang lebih tepat. Kemudian, dari hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan dan saran. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa catatan hasil interview, dokumen, serta laporan laporan yang diberikan perusahaan. Saat melakukan interview, observasi, dan analisis dokumen, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkannya untuk mengambil data yang dibutuhkan. Setelah data didapat kemudian dibandingkan dengan teori (theoritical comparison) yang digunakan dan kemudian ditariklah kesimpulan sebagai hasil penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan teori perhitungan activity based costing menurut Garrison dan Noreen(2006:438-487), meliputi: 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas. 2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya. 3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas. 4. Menghitung tarif aktivitas. 5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas. 6. Hubungan manfaat penerapan activity based costing dengan pengambilan keputusan manajemen yaitu keputusan operasional mengenai perbaikan biaya produksi. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah activity based cosing dan traditional costing method untuk menentukan harga pokok produksi truk
59
Dalmas dan Dump truk. Adapun definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: 1. Activity Based Costing Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa activity based costing adalah suatu sistem perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam pengambilan keputusan. Dalam perhitungan sistem activity based costing biaya hanya dibebankan kepada produk apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut mempengaruhi produk yang dibuat. Pengukuran dilakukan dengan menghitung ulang harga pokok produksi berdasarkan activity based costing dalam buku Garrison dan Noreen (2006). 2. Tradisional Costing Method Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya tradisional adalah pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiranpenafsiran terhadapnya atas nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi. Akibatnya sistem akuntasi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan yang terdistorsi. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah sistem perhitungan biaya yang digunakan perusahaan selama ini.
60
BAB IV DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan CV Delima Mandiri adalah perusahaan yang bergerak di bidang perakitan kendaraan atau yang biasa disebut karoseri. CV Delima mandiri didirikan oleh Widarta sejak 4 Januari 1996 dengan akta pendirian No. 198 tanggal 14 Februari 1996 dari Notaris Dwi Swandiani, SH. Perusahaan ini berdiri di Jalan Dreded No. 42 Bogor, termasuk ke dalam wilayah Kota Bogor Selatan. Pada masa awal berdirinya, perusahaan ini hanya merupakan sebuah bengkel las mobil sederhana dengan luas bangunan pada waktu itu yang hanya 100 m2 . Namun berkat kerja keras serta kesungguhan Widarta dalam mengembangkan usahanya, kini bengkel sederhana tersebut telah berubah menjadi perusahaan berskala nasional. Gedung perusahaan pun telah diperluas dan kini luasnya telah mencapai 1385 m2. Saat ini CV Delima Mandiri juga memiliki fasilitas dan pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan pelayanan transportasi berskala nasional. Pada tahun 2007, CV Delima Mandiri membuka workshop terbaru di Jalan Parung Aleng, Sentul, untuk mendukung proses produksi yang lebih banyak dan berkualitas. Dalam perkembangannya, CV Delima Mandiri juga membuka bisnis servis dan reparasi kendaraan roda empat atau lebih. Selain itu, Delima
61
Mandiri juga bergerak di bidang perdagangan. Salah satunya adalah perdagangan barang-barang Hidrolik. Selain itu, Delima Mandiri juga memperluas bidang usahanya ke konstruksi bangunan dan keamanan, termasuk CCTV dan road blocker. 2. Visi dan Misi CV Delima Mandiri Visi
: Menjadi brand yang paling dipercaya dan menjadi favorit bagi pelanggan, karyawan, supplier, dan masyarakat sekitar di bidang bisnis yang dijalani.
Misi
: Menyediakan produk dan servis yang sesuai atau melampaui ekspektasi pelanggan, baik dari segi kualitas, waktu pengiriman, harga, dan pelayanan lainnya.
Pengembangan proses produksi dan sumber daya manusia yang berkesinambungan sehingga memberi manfaat yang besar bagi seluruh karyawan, supplier, masyarakat sekitar. 3. Motto CV Delima Mandiri Bertekad memenuhi persyaratan pelanggan dan melakukan perbaikan secara berkisinambungan untuk mencapai kepuasan pelanggan melalui : a. Penyediaan produk bermutu dengan harga bersaing. b. Pengiriman produk dengan tepat waktu. c. Penyediaan sumber daya manusia yang handal. 4. Produk Perusahaan Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang karoseri, produk yang dihasilkan CV Delima Mandiri adalah kendaraan. Kendaraan yang dihasilkan oleh CV Delima Mandiri adalah sebagai berikut:
62
a. Kendaraan operasional (roda empat dan roda dua) b. Kendaraan niaga (mobil box) c. Ambulance d. Puskesmas keliling e. Mobil transfusi darah f. Bus g. Unit pelayanan SIM keliling h. Unit pelayanan TIM KB keliling i. Dump truck j. Pemadam kebakaran k. Unit rantis AWC l. Tangki air m. Arm roll n. Plat form o. Mobil patroli p. Unit pengendalian massa (Dalmas) q. Kendaraan khusus lainnya Dari sejumlah produk yang dipaparkan, peneliti akan mengambil sample yaitu damp truk dan truk dalmas, karena produk tersebut telah mewakili semua proses produksi dari produk CV Delima Mandiri. 5. Daftar Konsumen CV Delima Mandiri Delima Mandiri dipercaya oleh banyak instansi pemerintah ataupun swasta di Indonesia untuk memasok kendaraan, beberapa instansi tersebut
63
antara lain: a. Astra International b. Auti 2000 c. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) d. Badan Narkotika Nasional (BNN) e. Caltex f. Departemen Kehutanan RI g. Departemen Kesehatan RI h. Departemen Pekerjaan Umum RI i. Departemen Perhubungan RI j.
Departemen Perindustrian RI
k. Departemen Pertahanan RI l.
Islamic Development Bank (IDB)
m. Kejaksaan Agung RI n. Lautan Berlian Utama Motor o. Mabes Polri p. Mahkamah Agung RI q. Mustika Prima Berlian r.
PT. Birotika Semesta (DHL)
s.
PT. Bukit Asam
t.
PT. Infomedia (Yellow Pages)
u. PT. Nutrifood Indonesia v. Palang Merah Indonesia
64
w. Pemda-Pemda x. Pertamina y. Prabu Pandawa Motor z.
Prabu Pura Motor
aa. Radio-Radio Swasta bb. TNI AD cc. TNI AU Dari data di atas diketahui CV Delima mandiri adalah dsalah satu rekanan dari pihak pemerintah. 6. Jobdesk CV Delima Mandiri a.
Divisi Keuangan Tugas pokok divisi ini adalah: 1) Memastikan Sistem Manajemen Mutu ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara. 2) Melaporkan kepada Pemimpin Perusahaan, kinerja dari Sitem Manajemen Mutu (SMM) serta peningkatan yang diperlukan 3) Memastikan
pemahaman
tentang
persyaratan
pelanggan
disebarluaskan di seluruh tingkat perusahaan. Divisi keuangan memiliki wewenang sebagai berikut: 1) Berwenang untuk menunjuk tim audit mutu internal. 2) Berwenang untuk melakukan komunikasi antar fungsi dan tingkatan dalam bentuk rapat koordinasi. 3) Menyelenggarakan audit mutu internal dan tinjauan manajemen.
65
b. Divisi Perencanaan Tugas pokok divisi ini antara lain: 1) Membuat desain kendaraan atau produk sesuai dengan keinginan pelanggan. 2) Berkoordinasi dengan bagian pemasaran mengenai gambar yang akan ditawarkan kepada pelanggan. 3) Berkoordinasi dengan bagian produksi mengenai gambar dan spesifikasi yang diinginkan pelanggan Wewenang divisi perencanaan yaitu untuk membuat design kendaraan yang akan ditawarkan oleh perusahaan. c.
Divisi Pemasaran Tugas pokoknya adalah: 1) Mencari pesanan penjualan dan pangsa pasar sebanyak-banyaknya. 2) Mencatat semua pesanan dan prasyarat yang telah disepakati antara pembeli dengan pihak perusahaan. 3) Melakukan koordinasi dengan bagian produksi mengenai batas waktu selesainya pesanan dari pembeli. 4) Melakukan
koordinasi
dengan
bagian
produksi
mengenai
spesifikasi yang telah disetujui oleh pihak perusahaan dan pihak pembeli. 5) Bertanggung jawab kepada Direktur mengenai target yang harus dicapai. 6) Berkoordinasi dengan bagian design mengenai gambar dan spesifikasi yang akan ditawarkan. 66
Sedangkan wewenangnya adalah untung mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan pemasaran perusahaan. d. Staf Divisi Keuangan Staf pada divisi keuangan memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1) Mebuat perencanaan dan pengaturan Cash Flow setiap bulan. 2) Membuat bukti penerimaan dan bukti pengeluaran kas dan bank setiap ada transaksi. 3) Mencatat transaksi penerimaan dan pengeluaran kas setiap hari berdasarkan bukti. 4) Membuat laporan keuangan pada setiap akhir periode pembukuan. 5) Bertangung jawab kepada Direktur Utama. Wewenang staf divisi keuangan adalah berwenang untuk menyetujui atau menolak setiap pengeluaran biaya-biaya dengan argumen yang dapat dipertangung jawabkan. e. Divisi Produksi Tugas pokoknya adalah: 1) Bertangung jawab atas jalan / tidaknya proses produksi dari awal sampai dengan akhir produksi. 2) Bertangung jawab atas ketepatan waktu produksi yang telah direncanakan. 3) Bertangung jawab atas setiap bagian dari prpoduksi. 4) Berkewajiban untuk memberi laporan pertangung jawaban tentang produksi yang telah selesai dan yang belum selesai kepada
67
Direktur. 5) Bertangung jawab atas ketepatan waktu pengiriman sampai ke tangan pelanggan. Wewenangnya adalah untuk mengambil keputusan mengenai segala hal yang berhubungan dengan proses produksi. f. Divisi HRD Beberapa tugas pokok divisi HRD adalah: 1) Mengatur penempatan karyawan, mutasi karyawan, pengesahan dan pemutusan hubungan kerja. 2) Mengelola Sumber Daya Manusia dan hubungan kerja antar karyawan 3) Mengadakan pelatihan Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan kinerja karyawan 4) Melakukan pemeriksaan absensi terhadap semua karyawan 5) Menghitung upah karyawan Wewenang divisi HRD adalah:untuk melakukan evaluasi kinerja setiap karyawan g. Divisi Purchasing Tugas pokok: 1) Memesan bahan baku yang diperlukan untuk produksi 2) Menjalin hubungan yang baik dengan pemasok 3) Mengatur kontrak pembelian dengan pemasok 4) Membuat Purchase Order (PO) Wewenang untuk menentukan pemasok yang dianggap terbaik untuk
68
dilakukan pemesanan dan pembelian bahan baku untuk produksi h. Divisi Penngendalian Mutu Tugas pokok: 1) Membuat dan mengatur layout untuk tata ruang gudang 2) Merencanakan penyediaan sarana penyimpanan Wewenang untuk mengembalikan material yang tidak sesuai pesanan kepada supplier i. DivisiInventory Tugas pokok: 1) Bertanggung jawab kepada Direktur mengenai pemeliharaan mesin dan instalasi listrik 2) Mengatur jadwal pelaksanaan perawatan dan perbaikan mesian agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan lancar Wewenang untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan mesin dan instalasi listrik perusahaan j. Staf Divisi Pemasaran 1 Tugas pokok: 1) Mencari pesanan penjualan dan pangsa pasar sebanyak-banyaknya 2) Mencatat semua pesanan dan prasyarat yang telah disepakati antara pembeli dengan pihak perusahaan 3) Melakukan koordinasi dengan bagian produksi mengenai batas waktu selesainya pesanan dari pembeli 4) Melakukan
koordinasi
dengan
bagian
produksi
mengenai
spesifikasi yang telah disetujui oleh pihak perusahaan dan pihak
69
pembeli 5) Berkoordinasi dengan bagian design mengenai gambar dan spesifikasi yang akan ditawarkan. Wewenang adalah untuk menentukan harga di luar price list dengan persetujuan Head of Marketing. k. Staf Divisi Pemasaran2 Tugas pokok: 1) Membuat angket keluhan pelanggan dan mengirimkannya 2) Membuat kuisioner mengenai mutu produk yang dihasilkan perusahaan dan mengirimkannya kepada pelanggan 3) Mencatat semua komplain dan keluhan pelanggan 4) Berkoordinasi dengan kabag marketing dan produksi mengenai keluhan pelanggan 5) Menampung saran dan keluhan yang diberikan pelanggan Wewenang dari staf Divisi Pemasaran dua adalah untuk menerima atau menolak komplain pelanggan disertai dengan pembuktian l. Staf Divisi Purchasing Tugas pokok: Melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk produksi m. Staf Divisi Inventory Tugas pokok: 1) Melakukan pemeriksaan secara fisik terhadap setiap barang yang masuk ke gudang untuk dicocokkan dengan bukti serah terima barang
70
2) Mencatat setiap transaksi ke dalam kartu stock 3) Memastikan kerapihan penataan barang di dalam gudang 4) Memastikan barang sudah tersimpan dengan baik Wewenang dari Divisi Invertory adalah untuk menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang sesuai dengan bukti pendukungnya n. Staf Divisi Produksi Tugas pokok: 1) Bertanggung jawab atas jalan atau tidaknya proses produksi dari awal sampai akhir produksi 2) Bertanggung jawab atas ketepatan waktu produksi yang telah direncanakan 3) Bertanggung jawab atas setiap bagian dari proses produksi 4) Berkewajiban untuk memberi laporan pertanggung jawaban tentang produksi yang telah selesai dan yang belum selesai kepada head of production 5) Bertanggung jawab atas kualitas hasil produksi yang dihasilkan 6) Berkoordinasi dengan bagian pembelian bahan baku atas ketersediaan bahan baku, agar proses produksi dapat berjalanlancar Wewenang adalah untuk menentukan waktu lembur bagi pekerja lapangan o. Staf Divisi Produksi Tugas pokok adalah bertanggung jawab untuk menjamin tidak ada produk yang tidak sesuai aspek yang terkirim ke proses berikutnya, dan wewenangnya untuk meminta perbaikan atau pekerjaan ulang pada
71
proses yang dianggap tidak sesuai spek. p. Staf Divisi Produksi Tugas pokok: 1) Bertanggung jawab atas produk yang dikirimkan ke tangan pelanggan 2) Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pengiriman sampai ke tangan pelanggan q. Staf Divisi Produksi Terdapat tiga kelompok staf divisi produksi pada CV Delima Mandiri, yaitu: 1. Staf produksi awal a) Komponen rangka Tugas pokok: Membuat bagian-bagian komponen rangka b) Sub Assy Tugas pokok: Menggabungkan komponen-komponen rangka menjadi part-part body. c) Welder Tugas pokok : Pengelasan. d) Supervisor produksi Tugas pokok: Bertanggung jawab dalam pembuatan prototype Supervise pekerjaan tenaga kerja borong. e) Metal cutting Tugas pokok: Memotong plat-plat untuk komponen
72
2. Staf produksi setengah jadi a) Perakitan komponen Tugas pokok: Membuat bagian-bagian komponen rangka b) Sub assy Tugas pokok: Merakit komponen-komponen yang ada menjadi bagian-bagian part. c) Pre-setting Tugas pokok: Merakit part-part utuh. d) Body assy Tugas pokok: Merakit part-part menjadi mobil keseluruhan. e) Metal finish Tugas pokok: Melakukan pengecekan hasil pekerjaan plat sampai siap didempul. 3. Satf produksi akhir a) Gosok plat Tugas pokok: Menggosok plat sampai siap dipoxy, melap thinner sampai plat bersih siap dipoxy. b) Epoxy Tugas pokok: Menilai hasil gosokkan plat, memastikan plat benar-benar kering sebelum dipoxy primer dan filler. c) Gosok dempul Tugas pokok: Menggosok plat yang sudah didempul sampai siap dipoxy filter atau dicat.
73
d) Dempul Tugas
pokok:
Mendempul
plat
sebelum
dipoxy
filler,
mendempul plamir dengan dempul pilihan. e) Cat Tugas pokok: Menilai hasil gosokan mobil, menilai kesiapan produk sebelum dicat. Penjelasan lebih lanjut mengenai divisi produksi dapat dilihat pada lampiran 1. 7. Data Khusus Untuk dapat bertahan dalam pasar, produk yang dihasilkan haruslah memiliki karakteristik dan mutu yang baik. CV Delima Mandiri dalam setiap melakukan proses produksi selalu mempertahankan hal tersebut, hal ini merupakan ketetapan yang telah disepakati bersama. Peneliti memilih sampel yang diproduksi oleh CV Delima Mandiri berdasarkan saran serta pengkajian bahwa sampel tersebut telah mewakili dari semua produk. Sampel yang diambil oleh peneliti adalah truck dalmas dan dump truck. Jenis produk dan jumlah unit yang dihasilkan CV Delima Mandiri tiap tahun mengalami perubahan. Adapun data produksi CV Delima Mandiri pada tahun 2011 disajikan pada Tabel sebagai berikut:
74
Tabel 4.1 Data produksi CV Delima Mandiri tahun 2011 No. Jenis Produk Kuantum Nilai (Rp) 1. Truk Dalmas 2 101.538.757,94
Jumlah 2.
Dump Truck
14
1.111.179.453,58
Jumlah TOTAL Sumber: CV Delima Mandiri
1.212.718.211,52
CV Delima Mandiri memiliki biaya produksi yang digunakan tahun 2011 untuk memproduksi produk-produk diatas adalah:
a. Pemakaian bahan baku Jumlah pemakaian bahan baku yang digunakan untuk berproduksi selama tahun 2011 dapat disajikan pada lampiaran tabel 4.4.Material bahan baku yang diperlukan perusahaan untuk memproduksi trukdalmas. Berdasarkan rincian material yang dibutuhkan untuk memproduksi truk dalmas dan dump truck yang dijabarkan pada lampiran..., maka berikut ini adalah total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi kedua kendaraan tersebut pada tahun 2011.
75
Tabel 4.2 Pemakaian bahan baku per jenis produk CV DelimaMandiri pada tahun 2011. No. Jenis Produk Kuantum Nilai (Rp) 1. Truk Dalmas 2 36.917.736 Jumlah 2.
Dump Truck
14 Jumlah
36.917.736 456.816.976 456.816.976 493.734.712
TOTAL Sumber: CV Delima Mandiri b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya Tenaga Kerja Langsung meliputi gaji pokok dari pekerja pada setiap tahapan produksi, dan lain-lain. Jumlah pemakaian BiayaTenaga Kerja Langsung yang digunakan untuk berproduksi selama tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran tabel. Berdasarkan rincian biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk memproduksi truk dalmas dan dump truck yang dijabarkan pada lampiran 1, maka berikut ini adalah total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi kedua kendaraan tersebut pada tahun 2011. Tabel 4.3 Data Biaya Tenaga Kerja Langsung CV Delima Mandiri 2011 No. Jenis Produk Kuantum Nilai (Rp) 1. Truk Dalmas 2 52.316.236 Jumlah 2.
Dump Truck
14 Jumlah
TOTAL Sumber: CV Delima Mandiri
52.316.236 568.228.976 568.228.976 620.545.212
Berdasarkan data produksi CV Delima Mandiri 2011, data 76
pemakaian Bahan Baku CV Delima Mandiri, Data Biaya TenagaKerja Langsung CV Delima Mandiri Tahun 2011 maka dapat diringkas dalam Tabel 10 sebagai berikut: Tabel 4.4 Ringkasan data produksi CV Delima Mandiri Tahun 2011 Jenis Unit Produksi BBB (Rp) BTKL (Rp) Produk Truk 2 36.917.736 52.316.236 Dalmas Dump 14 456.816.976 568.228.976 Truck Jumlah 493.734.712 620.545.212 Sumber: Data sekunder yang telah diolah c. Biaya Overhead Berdasarkan data biaya CV Delima Mandiri tahun 2011, maka dapat diperoleh data pemakaian Biaya Overhead Pabrik. Rincian jumlah pemakaian Biaya Overhead Pabrik yang digunakan untuk berproduksi selama tahun 2011 dapat dilihatpada Tabel 4.5. Berikut ini akan disajikan rincian Biaya Overhead Pabrik di CV Delima Mandiri tahun 2011: Tabel 4.5 Rincian Biaya Overhead Pabrik di CV Delima Mandiri tahun 2011 No. Keterangan Jumlah (Rp) 1. Biaya Bahan Pembantu 394.489.713 2. Biaya Energi 5.349.896.000 3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung 1.556.400.000 4. Biaya Pemeliharaan Bangunan 75.089.000 5. Biaya Pemeliharaan Mesin 152.432.000 6. Biaya Penyusutan Bangunan 87.914.600 7. Biaya Penyusutan Mesin 110.800.000 8. Biaya Asuransi Bangunan 11.085.260 9. Biaya Pemasaran 63.400.000 TOTAL BOP 7.801.706.573 Sumber: Data sekunder yang telah diolah 77
Penjelasan pemakaian Biaya Overhead Pabrik pada CV Delima Mandiri sebagai berikut: 1) Biaya bahan pembantu Biaya bahan pembantu terdiri dari biaya solar, premium, pelumas, air dan bahan pembantu lain yang digunakan oleh CV Delima Mandiri dalam melakukan prosesproduksi. Biaya-biaya bahan pembantu tersebut penggunaannya seiring dengan banyaknya jumlah unit yang diproduksi. Dasar pembebanan yang tepat adalah jumlah unit yang diproduksi. 2) Biaya energi Biaya energi merupakan biaya yang digunakan untuk membayar biaya pemakaian listrik pabrik yang digunakan dalam jangka waktusatu tahun baik untuk penerangan maupun untuk proses produksi. Biaya energi dikonsumsi oleh tiap unit yang diproduksi karenamesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi semuanya mengunakan listrik. Dasar pembenanan biaya energi adalah jumlah KWH. 3) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja tak langsung, seperti honorarium untuk pengawas yang hanya mengawasi kegiatan produksi dan memberikan petunjuk pelaksanaan proses produksi. Biaya tenaga kerja tak langsung dikonsumsi oleh jumlah waktu yang diperlakukan untuk melaksanakan inspeksi.
78
4) Biaya pemeliharaan bangunan Biaya pemeliharaan bangunan merupakan biaya yang secara yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk melakukan reparasi dan pemeliharaan gedung-gedung yang mendukung proses produksi. Besarnya biaya pemeliharaan bangunan ini didasarkan pada luas area pabrik yang dikonsumsi. 5) Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan mesin merupakan biaya yang secara yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai untuk melakukan reparasi dan pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan lain yang mendukung proses produksi. Biaya pemeliharaan mesin ini didasarkan pada jumlah jam inspeksi. 6) Biaya penyusutan bangunan Biaya penyusutan bangunan merupakan biaya yang terjadi karena penggunaan bangunan yang menyebabkan penurunan nilai gedunggedung tersebut dalam jangka waktu tertentu. Gedung yang digunakan akan mengalami penyusutan setelah digunakan dalam jangka waktu tertentu. Besarnya biaya didasarkan pada luasnya bangunan pabrik. 7) Biaya penyusutan mesin Biaya penyusutan mesin merupakan biaya yang terjadi karena penggunaan mesin yang menyebabkan penurunan nilai mesinmesin tersebut dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebannya
79
adalah jumlah unit produksi. 8) Biaya asuransi bangunan Biaya asuransi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran asuransi kebakaran dan kerusakan bangunan. Biaya asuransi ini sesuai dengan luas area pabrik yang digunakan untuk beroperasi. 9) Biaya pemasaran Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pemasaran, seperti promosi daniklan. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit yang diproduksi. Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung penerapan Activity-Based Costing System, antara lain: 1) Jumlah pemakaian energi listrik 2) Jumlah jam inspeksi 3) Luas area yang dikonsumsi Jumlah kuantitas data-data tersebut dapat disajikan dalam Tabel 4.6 sebagai berikut: Tabel 4.6 Daftar Cost Driver Tahun 2011 No. 1. 2. 3.
Cost Driver Jumlah Unit Jumlah KWH Jenis Inspeksi
Truk Dalmas 2
14
Produk Lainnya 927
7.410
551.498
7.493.092
8.052.000
370,65jam
3313,50jam
152.154,1jam
155.838,25jam
Dump Truck
Jumlah 943
80
4.
9m2
Luas Area
63m2
4228m2
4300m2
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
B. Analisis Data Harga Pokok Produksi dapat dihitung dengan sistem tradisional dan Activity-Based Costing System. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh suatu penjelasan bahwa CV Delima Mandiri belum menerapkan Activity-Based Costing System untuk menghitung harga pokok produksi. Selama ini CV Delima Mandiri masih menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem tradisional. Dalam bab ini akan dibahas mengenai penerapan Activity-Based Costing System untuk menghitung harga pokok produksi pada CV Delima Mandiri. 1. Perhitungan harga pokok produksi dengan Sistem Tradisional pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Salah satu cara yang biasa digunakan untuk membebankan Biaya Overhead Pabrik pada produk adalah dengan menghitung tarif tunggal dengan menggunakan Cost Driver berdasar unit. Perhitungan Biaya Overhead
Pabrik
Pembebananbiaya
dengan tahap
tarif
tunggal
terdiri
dari
dua
tahap.
pertama
yaitu
Biaya
Overhead
Pabrik
diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik. Tarif tunggal dihitung dengan menggunakan dasar pembebanan biaya berupa jam mesin, unit produk, jam kerja dan sebagainya. Pembebanan biaya tahap kedua biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing
81
produk. a. Tahap pertama Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasi menjadi satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik dengan menggunakan dasar pembebanan biaya berupa unit produk. Perhitungan tarif tunggal berdasarkan unit produk dapat disajikan sebagai berikut: Tarif tunggal berdasar unit produk =
= Rp 8.273.283,75 b. Tahap kedua Tahap kedua yaitu biaya overhead pabrik dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakanmasingmasing produk. Perhitungan harga pokok produksi dengan sistem tradisional disajikan dalam Tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan SistemTradisional
Elemen Biaya Biaya Utama Biaya Overhead Pabrik 8.273.283,75 x 2 Jumlah Elemen Biaya Biaya Utama
Truk Dalmas Biaya Total (Rp) Jumlah (Unit) 89.233.972 2 16.546.567,5 2
101.538.757,94 Dump Truck Biaya Total 1.025.045.952
Biaya per Unit (Rp) 44.616.986 8.273.283,75
52.890.269,75 Jumlah (Unit) 14
Biaya per Unit (Rp) 73.217.568
82
Biaya Overhead Pabrik 8.273.283,75 x 14 Jumlah
115.825.972,5
14
1.111.179.453,58
8.273.283,75
81.490.851,75
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit denganSistem Tradisional pada CV Delima Mandiri 2011 diperoleh hasil harga pokok produksi untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 52.890.269,75 dan untuk Dump Truck sebesarRp 81.490.851,75. 2. Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri 2011 a. Prosedur tahap pertama Tahap pertama menentukan harga pokok produksi berdasar Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari sumber daya keaktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari: 1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas pada CV Delima Mandiri aktivitas dapat digolongkan menjadi empat level aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8 Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas padaCV Delima Mandiri Tahun 2011 Level Aktivitas Aktivitas Level Unit Aktivitas Level Batch Aktivitas Level Produk
Komponen BOP Biaya bahan pembantu Biaya energi Biaya penyusutan mesin Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemasaran
Jumlah (Rp) 394.489.713 5.349.896.000 110.800.000 1.556.400.000 152.432.000 63.400.000
83
Aktivitas Level Fasilitas
Biaya pemeliharaan bangunan Biaya penyusutan bangunan Biaya asuransi bangunan TOTAL
75.089.000 87.914.600 11.085.260 7.801.706.573
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Berikut ini penjelasan dari tiap level aktivitas yang dapat diidentifikasi meliputi: a) Aktivitas Unit Level (Unit-Level Activities). Aktivitas ini terjadi berulang untuk setiap unit produksi dan konsumsinya seiring dengan jumlah unit yang diproduksi. Jenis aktivitas ini meliputi pemakaian bahan pembantu, aktivitas pemakaian energi, dan aktivitas penyusutan mesin. b) Aktivitas Batch Level (Batch-Level Activities) Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi dan aktivitas penyebab biaya ini terjadi berulang setiap satu batch (kelompok). Aktivitas yang termasuk dalam level ini adalah Biaya Tenaga Kerja tak Langsung dan biaya pemeliharaan mesin. c) Aktivitas Produk Level (Product-Level Activities). Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Aktivitas ini dilakukan untuk mendukung produksi tiap produk yang berbeda. Aktivitas yang masuk dalam level ini aktivitas pemasaran. d) Aktivitas Fasilitas Level (Facility-Level Activities)
84
Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk. Aktivitas ini berkaitan dengan unit, batch maupun produk. Jenis aktivitas ini meliputi pemeliharaan bangunan, penyusutan bangunan, dan asuransi bangunan. 2) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas. a) Aktivitas pemakaian bahan pembantu dalam proses produksi menkonsumsi biaya bahan pembantu. b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi menkonsumsi biaya listrik. c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan mesin. d) Aktivitas
penyusutan
bangunan
mengkonsumsi
biaya
penyusutan bangunan. e) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tak langsung mengkonsumsi biaya tenaga kerja tak langsung. f) Aktivitas reparasi dan pemeliharaan mesin mengkonsumsi biaya pemeliharaan mesin. g) Aktivitas reparasi dan pemeliharaan bangunan mengkonsumsi biaya pemeliharaan bangunan. h) Aktivitas asuransi bangunan mengkonsumsi biaya asuransi. i) Aktivitas pemasaran dalam proses produksi mengkonsumsi biaya pemasaran. 3) Menentukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas.
85
Setelah aktivitas-aktivitas diidentifikasi sesuai dengan levelnya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Cost Driver dari setiap biaya. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam penentuan tarif per unit Cost Driver. Data Cost Driver pada setiap produk dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 4.9 DaftarCost Driver 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Cost Driver Jumlah Unit Jumlah KWH Jenis Inspeksi Luas Area
Truk Dalmas
Dump Truck 2
14
Produk Lainnya 927
7.410
551.498
7.493.092
370,65jam
3313,50ja m 63m2
152.154,1j am 4228m2
9m2
Jumlah 943 Unit 8.052.000 KWH 155.838,25jam 4300m2
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
4) Penentuan
kelompok-kelompok
biaya
yang
homogen
(Homogeneous Cost Pool). Pembentukan Cost Pool yang homogen dimaksudkan untuk merampingkan pembentukan Cost Pool yang terlalu banyak, karena aktivitas yang memiliki Cost Driver yang berhubungan dapat
dimasukkan
ke
dalam
sebuah
Cost
Pool
dengan
menggunakan salah satu Cost Driver yang dipilih. Aktivitas yang dikelompokkan dalam level unit dikendalikan oleh dua Cost Driver yaitu jumlah unit produksi dan jumlah KWH. Aktivitas yang dikelompokkan dalam batch level dikendalikan oleh satu Cost Driver yaitu jam inspeksi. Aktivitas yang dikelompokkan dalam 86
level produk dikendalikan satu Cost Driver yaitu jumlah unit produksi, sedangkan aktivitas yang dikelompokkan dalam level fasilitas dikendalikan oleh satu Cost Driver yaitu luas area yang digunakan. Rincian Cost Pool yang homogen pada CV Delima Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Cost Pool Homogen pada CV Delima Mandiri Cost Pool Homogen Pool 1
Pool 2 Pool 3
Pool 4 Pool 5
Aktivitas BOP
Cost Driver
Level Aktivitas
Aktivitas Bahan Pembantu Aktivitas Penyusutan Mesin Aktivitas Pemakaian Listrik Aktivitas Tenaga Kerja Langsung Aktivitas Pemeliharaan Mesin Aktivitas Pemasaran Aktivitas Pemeliharaan bangunan Aktivitas Penyusutan Bangunan Aktivitas Asuransi Bangunan
Jumlah Unit
Uint level
Jumlah Unit
Unit Level
KWH
Unit Level
Jam Inspeksi
Batch Level
Jam Insepeksi
Batch Level
Unit Produk Luas Area
Produk Level Fasilitas Level
Luas Area
Fasilitas Level
Luas Area
Fasilitas Level
Sumber: Data sekunder yang telah diolah 5) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate) Setelah menentukan Cost Pool yang homogen, kemudian menentukan tarif per unit Cost Driver. Tarif kelompok (Pool Rate) adalah tarif biaya overhead pabrik per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead pabrik untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut. Tarif per unit Cost Driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 87
BOP kelompok aktivi Das tertentu Tarif BOP per kelompok aktivitas = Driver biayanya
(Supriyono, 2010: 272) Pool Rate aktivitas level unit pada CV Delima Mandiri tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagaiberikut: Tabel 4.11 Pool Rate aktivitas level unit pada CV Delima Mandiri Tahun 2011 Cost Pool Cost pool 1
Elemen BOP Biaya bahan pembantu Biaya penyusutan mesin
Jumlah biaya Jumlah unit produksi Pool Rate 1
Jumlah (Rp) 394.489.713 110.800.000 505.289.713 943 Unit 535.832,15
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Cost Pool Elemen BOP Cost pool 2 Biaya energi Jumlah biaya Jumlah KWH Pool Rate 2
Jumlah (Rp) 5.349.896.000 5.349.896.000 8.052.000 KWH 664,4
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Pool Rate aktivitas level batch pada CV Delima Mandiri tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel4.12 sebagai berikut: Tabel 4.12 Pool Rate Aktivitas Level batch pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Cost Pool Cost pool 3
Elemen BOP Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya pemeliharaan mesin
Jumlah biaya Jumlah inspeksi Pool Rate 3
Jumlah (Rp) 1.556.400.000 152.432.000 1.708.832.000 155.838,25jam 10.965,42
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Pool Rate aktivitas level produk pada CV Delima Mandiri dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut:
88
Tabel 4.13 Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Cost Pool Cost pool 4 Jumlah biaya Unit produk Pool Rate 4
Elemen BOP Biaya pemasaran
Jumlah (Rp) 63.400.000 63.400.000 943 unit 67.232,23
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Pool Rate aktivitas level fasilitas pada dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Cost Pool Cost pool 5
Elemen BOP Biaya pemeliharaan bangunan Biaya penyusutan bangunan Biaya asuransi bangunan
Jumlah (Rp) 75.089.000 87.914.600 11.085.260 174.078.860 4300 m2 40483,45
Jumlah biaya Luas area Pool Rate 5
Sumber: Data sekunder yang telah diolah b. Prosedur Tahap Kedua Tahap kedua menentukan harga pokok produksi berdasar aktivitas adalah membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver. Biaya untuk setiap kelompok Biaya Overhead Pabrik dilacak ke berbagai jenis produk. Biaya Overhead Pabrik ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus sebagai berikut: BOP dibebankan= Tarif kelompok x Unit cost driver yang digunakan
(Supriyono, 2010: 272) Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan Activity-Based Costing System dapat dilihat pada Tabel 4.15 sebagai berikut
89
Tabel 4.15 Pembebanan BOP dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Level aktivitas
Cost Driver Unit produk
Unit KWH
Batch
Produk
Fasilitas
Jam inspeksi
Unit Produk
Luas Area
Proses pembebanan 535832,15 x 2 535832,15 x 14 535832,15 x 927 664,4 x 7.410 664,4 x 551.498 664,4 x 7.493.092 10.965,42 x 370,65 10.965,42 x 3313,50 10.965,42 x 152.154,1
Truk Dalmas
Produk lainnya
Jumlah (Rp)
1.071.664,3 7.501.650,1 496.716.403,05
505.289.717,45
4.978.410.324,8 Total aktivitas level unit
5.349.748.800 585.556.2917,45
4.923.204 366.415.271,2
4.064.332,923 36.333.919,17 1.668.433.611,222 1.708.831.863,315 Total aktivitas level batch 1.708.831.863,315
67.232,23 x 2 67.232,23 x 14 67.232,23 x 927
134.464,46
40483,45 x 9 40483,45 x 63 40483,45 x 4228
364.351,05
Total BOP Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dump Truck
941.251,22 62.324.277,21 Total aktivitas level produk
63.399.992,89 63.399.992,89
2.550.457,35
10.558.016,733
174.078.835 171.164.026,6 Total aktivitas level fasilitas 174.078.835 413.742.549,04 7.377.048.642,882 7.801.349.208,655
90
Berdasarkan pembebanan Biaya Overhead Pabrik yang telah dilakukan, maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan ActivityBased Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011 dapat disajikan pada Tabel 4.16 sebagai berikut: Tabel 4.16 Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Keterangan BBB BTKL BOP(pembulatan) HPP Unit produk HPP per unit (pembulatan)
Truk Dalmas Rp 36.917.736 Rp 52.316.236 Rp 10.559.000 Rp 99.792.972 2 unit Rp 49.896.486
Dump Truck Rp 456.816.976 Rp 568.228.976 Rp 413.742.550 Rp 1.438.788.502 14 unit Rp 102.770.607
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada tahun 2011 menggunakan Activity-Based Costing System diperoleh hasil harga pokok produksi untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 49.896.486, dan untuk Dump Truck sebesar Rp 102.770.607 3. Membandingkan sistem tradisional dengan Activity-Based Costing System dalam menentukan harga pokok produksi. Perbandingan harga pokok produksi sistem tradisional dengan Activity- Based Costing System dapat disajikan pada Tabel 4.17 sebagai berikut
91
Tabel 4.17 Perbandingan harga pokok produksi sistem tradisional dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri tahun 2011 Jenis produk Truk Dalmas Dump Truck
Sistem Tradisional (Rp) 52.890.269,75
SistemABC (Rp) 49.896.486
Selisih (Rp) 2.993.783,75
81.490.851,75
102.770.607
-21.279.755,25
Nilai kondisi Overcost Undercost
Sumber: Data sekunder yang telah diolah Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan harga pokok produksi dengan Activity-Based Costing System untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 49.896.486, dan untuk Dump Truck sebesar Rp 102.770.607. Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan sistem tradisional, maka Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar untuk produk Dump Truck, sedangkan produk Truk Dalmas memberikan hasil yang lebih kecil. Selisih untuk Dump Truck sebesar Rp 21.279.755,25,
sedangkan
selisih
untuk
Truk
Dalmas
sebesar
Rp2.993.783,75.
C. Pembahasan 1. Harga Pokok Produksi dengan sistem tradisional pada CV Delima Mandiri Selama ini CV Delima Mandiri
masih menggunakan sistem
tradisional dalam menentukan harga pokok produksi. Dalam menentukan tarif tersebut CV Delima Mandiri mempunyai beberapa pertimbangan yaitu segmen pasar atau daya beli konsumen. Perhitungan harga pokok produksi CV Delima Mandiri adalah dengan cara menjumlahkan semua
92
biaya tetap dan biaya variabel. Sistem Tradisional menggunakan jumlah unit yang diproduksi sebagai dasar dalam perhitungan harga pokok produksi. Dengan sistem tradisional diperoleh hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada tahun 2011 untuk Truk Dalmas adalah sebesar Rp 52.890.269,75, dan Rp 81.490.851,75 untuk Dump Truck. 2. Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing System pada CV Delima Mandiri. Penentuan harga pokok produksi berdasar Activity-Based Costing System terdiri dari dua tahap yaitu prosedur tahap pertama dan prosedurtahap kedua. Activity-Based Costing System menggunakan Cost Driver yang lebih banyak, oleh karena itu Activity-Based Costing System mampu menentukan hasil yang lebih akurat dan tidak menimbulkan distorsi
biaya.
Selain
itu
Activity-Based
Costing
System
dapat
meningkatkan mutu pengambilan keputusan sehingga dapat membantu pihak manajemen memperbaiki perencanaan strategisnya. Dilihat dari hasil perhitungan harga pokok produksi yang menunjukkan hasil yang lebih besar dari sistem tradisional adalah produk Dump Truck sebesar Rp102.770.607. Activity-Based Costing System merupakan sistemak untansi biaya yang menyediakan informasi secara akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan harga jual produk.
93
3. Perbandingan harga pokok produksi sistem tradisional dengan ActivityBased Costing System pada CV Delima Mandiri Berdasarkan kajian teori dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar untuk produk Dump Truck. Sedangkan menurut penelitian yang penulis lakukan, biaya produksi Truk Dalmas lebih besar saat menggunakan sistem traditional method. Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit Dump Truck dengan metode sistem tradisional adalah sebesar Rp 81.490.815,75, sedangkan jika melalui sistem Activity Based Costing dibutuhkan biaya yang lebih besar yaitu sebesar Rp 102.770.607. Di sisi lain biaya produksi untuk satu unit Truk Dalmas memerlukan biaya yang lebih besar jika menggunakan sistem tradisional, yaitu sebesar Rp 52.890.269,75. Sedangkan Activity Based Costing dapat menekan biaya produksi hingga mencapai angka Rp 49.896.486 untuk pembuatan satu unit Truk Dalmas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih besar untuk produk Dump Truck Rp 21.279.755,25, sedangkan produk Truk Dalmas memberikan hasil yang lebih kecil dengan selisih biaya sebanyak Rp 2.993.783,75. Perbedaan yang terjadi antara harga pokok produksi berdasar sistem tradisional dan Activity-Based Costing System disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada sistem tradisional Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja yaitu jumlah unit produksi. Akibatnya terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead
94
Pabrik. Pada Activity-Based Costing System Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada beberapa Cost Driver sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas. Dari hasil analisa yang dilakukan penulis dapat ditarik kesimpulan bahwa Activity Based Costing merupakan metode alternatif yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan manufaktur dan jasa dalam upaya menentukan harga pokok produksi dan Cost Driver yang relevan. Hal ini senada dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Leni Nopilia (2012), Penelitian yang dilakukan di Kementrian Agama Republik Indonesia itu menunjukkan bahwa adanya perbedaan perhitungan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) antara perhitungan menggunakan ABC dengan sistem perhitungan yang digunakan Kementrian Agama sebelumnya. Penelitian tersebut mengemukakan perhitungan yang dilakukan dengan metode Activity Based Costing menghasilkan harga pokok jasa penyelenggaran ibadah haji yang lebih akurat karena masingmasing cost pool per aktivitas telah dialokasikan ke dalam unit jasa dengan menggunakan cost driver yang relevan. Sehingga biaya dibebankan ke jamaah haji sesuai dengan sumber daya yang digunakan. Hasil penelitian ini juga memberikan dampak yang lebih real dalam keakuratan perhitungan biaya produk, sehingga dapat membantu manajer dalam mengambil keputusan. Hal ini sesuai yang diutarakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nina Yuliastanti (2010), dimana sistem ABC memperbaiki keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui banyak dari biaya overhead tetap, ternyata bervariasi
95
secara proporsional dengan proporsional dengan perubahan selain volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Peniliti sebelumnya lebih lanjut memukakan hubungan antara sebab akibat itu memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan
biaya
produk
yang
secara
signifikan
memperbaiki
pengambilan keputusan. Hasil perhitungan yang telah dijabarkan sebelumnya merupakan gambaran atau deskripsi dari penerapan metode Activity Based Costing sebagai salah satu usulan alternatif yang penulis ajukan dan dapat digunakan perusahaan dalam upaya menentukan harga pokok produksi dan Cost Driver yang relevan. Serta keakuratan perhitungan biaya produk, sehingga dapat membantu manajer dalam mengambil keputusan disegala bidang. Hal tersebut dikarenakan semua biaya yang dikeluarkan perusahaan akan dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi setiap unitnya. Activity Based Costing dapat dijadikan salah satu strategi dalam memecahkan masalah pemaksimalan laba perusahaan. Namun, semua keputusan adalah hak dari kepala perusahaan untuk menerapkan metode apa yang harus digunakannya agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang maksimal. Pada rencana dan kebijakan perusahaan sebelumnya yang sifatnya masih sederhana dan tidak terdapat perencanaan manajemen yang baik untuk menentukan cost driver yang relevan, perusahaan hanya terfokus pada biaya yang terlihat saat proses produksi berlangsung saja. Kejadian tersebut menyebabkan tidak tersentuhnya biaya-biaya lain yang termasuk
96
dalam indikator penentuan harga pokok produksi. Dalam hal ini CV Delima Mandiri dapat menetapkan presentase Cost Driver yang merupakan indikator utama dalam menentukan tingkat keberhasilan dari penerapan metode Activity Based Costing merujuk pada perbandingan tingkat kesulitan dalam proses pembuatan suatu produk. Keakuratan yang ditimbulkan oleh ABC dapat dijadikan tolok ukur untuk penetapan kebijakan yang akan diambil manajer. Dengan demikian, perusahaan dapat menetapkan keuntungan sesuai yang diharapkan dengan tetap memerhatikan faktor lain di luar biaya produksi seperti persaingan pasar.
97
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang penulis lakukan di CV Delima Mandiri, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu terdapat perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi pada CV Delima Mandiri sebelum dan sesudah menerapkan Activity Based Costing System. Dengan menerapkan metode Activity Based Costing System dapat diketahui perbedaan jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan sebelum dan setelah menggunakan metode tersebut. Perbandingan Harga Pokok Produksi pada CV Delima Mandiri dengan menggunakan Sistem Tradisional dan Activity- Based Costing System adalah sebagai berikut: 1. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih mahal dari Sistem Tradisional adalah pada Dump Truck sedangkan Truk Dalmas memberikan hasil yang lebih murah. 2. Activity-Based Costing System memberikan hasil lebih besar dengan Sistem Tradisional pada Dump Truck,
dan selisih dengan Sistem
Tradisional sebesar Rp 21.279.755,25 atau 26,2 % sedangkan Truk Dalmas dengan Activity- Based Costing System memberikan hasil yang lebih kecil. Selisih Harga Pokok Produksi Truk Dalmas dengan Sistem Tradisional sebesar Rp 2.993.783,75 atau 5,66 % 3. Perbedaan
yang
terjadi
antara
Harga
Pokok
Produksi
dengan
menggunakan Sistem Tradisional dengan Activity-Based Costing System
96
disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masingmasing produk. Pada Sistem Tradisional biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik. Pada metode Activity-Based Costing System, Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga Activity-Based Costing System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap jenis produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. B. Implikasi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu akuntansi manajemen khususnya dalam pembahasan mengenai metode Activity Based Costing, dalam pemaksimalan laba, dan pembebanan cost driver dalam penyusunan harga pokok produksi. Berdasarkan kesimpulan dapat diketahui dengan menggunakan metode Acitivity Based Costing perusahaan akan mendapatkan dampak positif dalam penyusunan harga pokok produksi, yaitu dalam pembebanan biaya Overhead pabrik pada masing-masing produk. Dari kalkulasi yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa activity based costing merupakan alternative yang baik bagi perusahaan agar dapat memaksimalkan labanya dengan menggunakan sistem harga pokok produksi yang tepat dalam pembebanan biaya overhead pabrik.
97
C. Keterbatasan Penelitian ini masih jauh dari sempurna, mengingat masih terdapat keterbatasan-keterbatasan antara lain menyangkut: 1. Dalam penentuan variabel dalam penelitian ini rata-rata hampir sama dengan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, tanpa punya banyak kesempatan untuk menelaah lebih seksama. 2. Keterbatasan waktu yang begitu singkat untuk melakukan penelitian ini dan hanya menggunakan data perusahaan dalam kurun waktu satu tahun saja sehingga tidak dapat dibandingkan dari tahun ke tahun. D. Saran Bagi CV Delima Mandiri penulis menyarankan, sebaiknya perusahaan menggunakan Activity Based Costing untuk mendapatkan laba yang lebih maksimum dan untuk mengetahui Cost Driver dalam penyusunan harga pokok produksi, dan bagi peneliti berikutnya penulis menyarankan untuk lebih memvariasikan variable-variabel yang dapat dihubungkan dengan penerapan metode Activity Based Costing karena pada penelitian ini masih menggunakan variable-variabel yang tidak jauh berbeda dari peneliti-peneliti sebelumnya. Serta mempersiapkan penelitian tersebut dengan seksama mulai dari lamanya waktu penelitian hingga periode data yang diperoleh dari perusahaan agar lebih mendapatkan hasil penelitian dari activity based costing secara lebih mendalam.
98
DAFTAR PUSTAKA Atkinson, Anthony A., Robert s.Kaplan, Ella Mae Matsimura, and S.Mark Young. Management Accounting. Fitfth Edition, Prentice Hall, Inc., 2007. Blocher, Edward., David E.Stout, Gary Cokins and Kung H. Chen. Cost Management A Strategic Emphasis. Fourth Edition, Mc Graw Hill, 2008. Brewer, P.C., Garrison, R.H & Eric W. Nooren, Akuntansi Manajerial Jilid 1(Edisi 11). Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006. Bustami, Bastian dan Nurlela. Akuntansi Biaya : Teori & Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009. Carter,W.K. & Usry, M.F., Akuntansi Biaya Jilid 1(Edisi 13). Jakarta:Penerbit Salemba Empat, 2006. Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen dan Liming Guan, Cost Management: Accounting and Control, (6th Ed), 2006. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hansen, D.R., Marryane M. Mowen, Management Accounting. Seventh Edition, Thomson South Western, 2006. Hansen, Don. R., Mowen, Maryanne. M, Miller Management Accountingand Control, Shoutern-Western College Publishing, 2006. Hari Adi, Priyo. “Implementasi Activity Based Costing Terhadap Kinerja Perusahaan.” Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005. Hilton, R.W., Michael W. Maher and Frank H.Selto. Cost Management:Strategies for Business Decisions. Fourth Edition. McGraw-Hill?Irwin, 2008. Horngren, Charles. T., Foster, George, and Datar, Srikant M., Cost Accounting; A Managerial Emphasis, 11th Edition, Upper Sadle River: Prentice-Hall, 2003. Horngren, Charles T., Srikant M Datar, George Foster, Madhav V. Rajan, and Cristopher Ittner, Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Thirteenth Edition, Prentice Hall, 2009. Mulyadi. Activity Based Cost System. Edisi Enam, Yogyakarta, UPP STIM YKPN Yogyakarta, 2007. Mulyadi, Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya. Edisi ke-6. Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2007.
99
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Ciputat: Ceqda, 2007. Nopilia, Leni. “Estimasi Perhitungan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji dengan Sistem Activity Based Costing” Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2012. Sarah, Siti. “Penerapan Activity Based Costing untuk Biaya Gardu Pelayanan Tol Sebagai Dasar Perhitungan Efisisensi yang Dicapai Atas Pemakaian E-Tol Card dan Gardu Tol Otomatis”. Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010. Supriyono, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Penerbit BPFE, 2010. Tunggal, Amin Widjaja. Pengantar Activity Based Costing (ABC) dan ActivityBased Management (ABM), Penerbit Harvindo, Jakarta 2009. Wasilah, Ahmad Dunia, Firdaus. Akuntansi Biaya Edisi 2, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009. Widjaja, Tomy. “Usulan Penerapan Activity Based Costing pada PT M-I Chemicals Indonesia (Chemicals Drilling Manufacture).” Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2008. Yuliastanti, Nina. “Penerapan Sistem Activity Based Costing (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Komponen Otomotif)”. Tesis S2 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2010.
100
Lampiran I Data perusahaan
Job desk staf produksi bagian awal
Nama bagian Komponen rangka Sub Assy
Total Assy
Welder Supervisor produksi
Metal cutting Komponen
Pekerjaan Membuat bagian-bagian komponen rangka Menggabungkan komponenkomponen rangka menjadi part-part body Menggabungkan part-part dari sub assy, untuk kemudian dibangun menjadi bentuk utuh body Pengelasan Bertanggung jawab dalam pembuatan prototype Supervise pekerjaan tenaga kerja borong Memotong plat-plat untuk komponen Perakitan komponen
Persyaratan kompetensi Kemahiran menggunakan mesin potong Kemahiran menggunakan jig Pengelasan Kemahiran pengukuran Pengelasan
Kemahiran dan pengetahuan dalam segala bidang pekerjaan pembuatan rangka bus -
Kemampuan metal cutting, pengukuran yang optimal Sub assy Merakit komponen-komponen Pengelasan, pengukuran, yang ada menjadi bagian- pengalaman di metal finish bagian part Pre-setting Merakit part-part utuh Pengelasan, pengalaman di metal finish Body assy Merakit part-part menjadi Pengelasan, pengalaman di mobil keseluruhan metal finish Metal finish Pengecekan hasil pekerjaan plat sampai siap didempul Komponen Pembuatan komponen Pemotongan plat, pengukuran Bodi: lambung Penggabungan komponen- Pengalaman dalam komponen menjadi part yang pembuatan komponen Bodi: cowl terkait, dan memasang pada Kemampuan depan rangka bus. Bodi: cowl menilai kesesuaian rangka belakang Bodi: lakupan dan engsel depan Bodi: lapisan Keahlian dalam Bodi: spakbor pengelasan Bodi: pintu Bodi: bagasi Keahlian belakang Bodi: kunci-
104
Nama bagian Pekerjaan kunci Bodi: ducting AC Bodi: tenda Bodi: dudukan dashboard Bodi: ring lampu Bodi: kap atas Metal finish Mengecek ulang hasil kerja dan memperbaiki hasil kerja yang kasar atau tidak sesuai aspek
Nama bagian Gosok plat
Epoxy
Gosok dempul
Dempul
Cat
Persyaratan kompetensi pengguntingan plat
Pengalaman di pembuatan komponen dan pemasangan bod
Job desk staf produksi bagian akhir Pekerjaan Persyaratan kompetensi Menggosok plat sampai siap dipoxy, melap thinner sampai plat bersih siap dipoxy Menilai hasil gosokkan plat, Mampu menilai hasil memastikan plat benar-benar gosokan plat kering sebelum dipoxy primer dan filler Menggosok plat yang sudah Mampu menilai hasil didempul sampai siap dipoxy dempul filter atau dicat Mampu menilai gosokan yang baik Mendempul plat sebelum Pengalaman menggosok dipoxy filler plat Mendempul plamir Mengetahui kondisi plat Dempul pilihan yang sudah siap didempul Menilai hasil gosokan mobil, Mengetahui hasil kerja menilai kesiapan produk yang siap cat sebelum dicat Mempunyai pengalaman menggosok, mempoxy, dan mendempul
105
Job desk staf produksi bagian finishing
Nama bagian Perakitan rangka bangku
Pekerjaan Membuat komponen rangka bangku -
Persyaratan Kompetensi Pengelasan, penggunaan gurinda, mesin bor, dan pengukuran
Penggabungan
komponen menjadi rangka bangku lengkap -
Mengubah bangku
orisinil agar sesuai aspek Pasang-pasang dan bongkar Pemotongan kayu Penyetelan
Pendempulan Plitur/dico finishing
Kunci-kunci
Memasang perlengkapan Pengeboran, pengukuran interior Memotong kayu-kayu agar sesuai ukuran membuat komponen Menyetel komponen-komponen kayu, pemasangan menjadi Pengukuran, pengalaman bentuk dasar produk Mendempul produk dasar kayu membuat produk sejenis di industry karoseri sebelum diplitur/dicat Pewarnaan produk kayu Finishing produk, memperbaiki bagian-bagian yang kurang sempurna Pengeboran, keuletan, Pemilihan kunci yang pengalaman sesuai Mengepas kunci ke ruang kunci Pemasangan kunci
jahit
Pasang
Menjahit bahan-bahan
Pengukuran, pengalaman mengerjakan produk sejenis di karoseri, kemampuan menjahit hasil Memasang hasil jahit ke bagian Pengukuran, pengalaman, 106
jahit ke bangku Pasang plafon Pasang karpet Pasang / cat merk dan sticker Asisten pasang / cat merk
yang terkait
kecermatan
Memasang sticker
Presisi dalam pengukuran, ketelitian Menempel kertas lem bantu, Keuletan dan ketelitian pengerjaan pada level mudah
107
LIST SUPPLIER/PEMASOK NO. 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7.
8.
9. 10.
NAMA PEMASOK ACC
ALAMAT
NO.TELP
Jl. Raya Pemda No.10, Kedung 0251- 8662461 Halang, Bogor Anugrah Sejati Jl. Komplek Laladon Asri Blok 0251-9476879, A No.11, Laladon, Ciomas, 9430234 Bogor Automotive Glass Jakarta Center Bintang Sejahtera Jl. Outer Ring Road No.21A, 021-5558697 Pintu Air, Cengkareng, Jakarta Barat Cahaya Benteng Mas Jl. Pangeran Jayakarta No.151, 021- 681964 Jakarta Calsivo Jl. Cihampelas No. 260, 022-2032610 Bandung Cisadane Indah Jl. Raya Penggilingan (Aneka 021-4809283 Unggul Elok) No. 431, Cakung, Jakarta Timur Dinamika Engineering Jl. Manunggal V, Kedoya 021-53124786 Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Fajar Harapan Komp. V Point, Jl. Raya 0251-8336775 Pajajaran No. 1 ZF, Bogor Galaxy Variasi Jl. Raya Tajur, Bogor 0251-314796
NO.FAX 0251- 7542757
-
BARANG YANG DIBELI Besi Gurinda merk Ribben
Silikon merk Simson
021-5558697
Air Conditioner
021-6283207
Plat galvanyl
021-4804274
-
Kain imitasi, kain woll Thinner, wash bensin
Hidrolik
0251-8380498
Stabilus merk Bansbach
0251-314120
Suku cadang dan variasi (kaca film, car audio, central lock, dan
108
NO. 11. 12.
13. 14.
15.
NAMA PEMASOK Hydrotecnindo
ALAMAT
Jl. Laskar Pekayon Jaya No.16, Bekasi Selatan Indovisual Komp. Perkantoran Multiguna Presentatama, PT blok 1A-B Kemayoran, Jl. Rajawali Selatan Raya, Jakarta Intinusa Persada Jakarta Karya Guna, CV Jl. Swadarma Raya No.9A, Ulujami Pesanggrahan, Jakarta Selatan Karya Mandiri Jl. P. Jayakarta No.16/22-3, Semesta Jakarta Pusat
16.
Lancar Jaya Mandiri
17.
Maju Jaya Sejahtera
NO.TELP
NO.FAX
021-8213684
021-8213684
021-6412132
021-641212
021-58904683
021-79198788
021-6240770
021-6294013
Sunter Hijau IX Blok 3 No.3, 021-6517712 Jakarta Utara LTC lt.GF2 Blok C19No.3, 021-62201337 Jakarta Barat
021-62201337
BARANG YANG DIBELI alarm) Hoist arm roll, hoist dump truck Sreenworks
Alat elektronik Gas (oksigen, karbondioksida, acetilyn) Besi dan alumunium (besi beton, plat putih, plat hitam, plat boardess, plat strip, plat steinless steel, besi kanal, besi siku, pipa hitam, pipa kotak), SPHC, SPCC, plat kapal, bordes, strip, nako, beton, siku, kanal, H. Beam, IWF, pipa. Semprot polyurethane Mesin las, kawat las
109
NO.
NAMA PEMASOK
18.
Marga Bharata
19.
Mekar Jaya
20.
Mycotama Distribusindo Nuraria Bersama
21.
22.
23.
24.
25. 26. 27.
ALAMAT
NO.TELP
NO.FAX
Jl. Pangeran Jayakarta 101 A/2, 021-6019838 Jakarta Jl. Batutulis No.73 Bogor 0251-8362770
021-6295312
Jl. Raya Bogor KM 30.3, Cimanggis, Depok Maju Mutiara Faza Office Kav. RC. 4, Jl. Condet Raya, No.27, Pasar Rebo, Jakarta Timur Oto Friend Proyek Mega Sparepart, Asem Reges Blok C-O No.5, Jl. Raya Taman Sari, Jakarta Pusat Ronadamar Sejahtera Jl. Rawa Ternate I/3, Pulogadung Industrial Estate, Jakarta RVM Global Graha Atrium 10th floor suite 10.03, Jl. Senen Raya No.135, Jakarta Samudera Agung Jl. Otista Raya No.11, Jakarta Timur Sejahtera, UD Jl. Raya Ciawi, Bogor Sticker.Lab Sticker)
0251-8363851
BARANG YANG DIBELI Lem aica aibon Pendukung pengelasan dan pengecatan (amplas, gurinda, kawat las, plingkut) Bahan interior bus dan lampu-lampu Kertas lem, double tape, lap takrag
021-71577389
021-8710882
021-87784309
021-87784310
021-62304967
021-6266883
021-4606202
021-4602524
Elektrikal mekanikal lampu) Lem Fox
021-3862131
021-3441085
Kain woll, kain imitasi
021-85909101
021-85909106
0251-8242677
0251-8249323
Besi dan alumunium (siku, profil, plat) Busa, kain woll, aksesoris interior Sticker, neon box, name board,
(DNA Jl. Suka Mukti No.10 (Mayasari 022-2034444 Lt. 3) Pasteur, Bandung
-
dan (lampu-
110
NO.
NAMA PEMASOK
28.
Tandike Indonesia
29.
THO Sticker
ALAMAT
NO.TELP
NO.FAX
Jl. Ciledug Raya No.2, Seskoal, 021-7222666 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Jl. Batutulis No. 32-34, Bogor 0251-2783088
021-7234999
-
BARANG YANG DIBELI sunblasting, print mug Peralatan evakuasi darat Sticker
111
Material Truk Dalmas
Rangka dan Plat No
Deskripsi Barang
1 UNP 100 2 UNP 65 3 Siku 50 x 50 4 Siku 40 x 40 5 Pipa 1 1/4" x 2.3 mm (Full) 6 Pipa 1/2" x 2.3 mm 7 Pipa 1" x 2.3 mm (Full) 8 Pipa 3/4" x 2.3 mm (Full) 9 Kayu Kaso 50 x 70 x 4500 10 Pipa 40 x 20 x 2.3 mm 11 Plat Boardess 2.3 mm 12 Plat Hitam 2.3 mm (Full) 13 Plat Hitam 2.0 mm Pengecatan 1 Cat Pu Mini Orange 2 Cat Pu Super Black 3 Pernis 4 Kertas lem 5 Amplas 6 Dempul 7 Epoxy 8 Thinner ND 9 Thinner PU Perlengkapan Tambahan 1 Pantle hook besar TOTAL PEMBELIAN MATERIAL
Jml
Satuan
Harga
2 3.5 2 3 14 2 2 3.5 2 4 4 6.5 1
batang batang batang batang batang batang batang batang batang batang lembar lembar lembar
412.500 255.603 237.500 168.750 200.000 95.000 117.500 104.156 309.375 175.000 615.000 536.625 481.250
825.000 894.609 475.000 506.250 2.800.000 190.000 235.000 364.547 618.750 700.000 2.460.000 3.488.063 481.250
11 1 1 10 15 5 1 14 4
Liter Liter Liter Roll lembar Kg Galon Liter Liter
181.819 153.409 187.500 4.813 2.250 100.000 87.500 12.898 26.136
2.000.006 153.409 187.500 48.125 33.750 500.000 87.500 180.565 104.545
1
Unit
1.125000
Total Harga
1.125.000 18.458.868
Sumber: CV Delima Mandiri
112
Material Dump Truck Rangka dan Plat No Deskripsi Barang Jml Satuan 1 UNP 120 4 batang 2 UNP 100 2 batang 3 UNP 80 7 batang 4 Plat 3 mm (dinding) 7 lembar 5 Plat 4 mm (lantai) 3 lembar 6 Plat 10 mm ('0.5 x 122) 0.5 lembar 7 Behel 19 mm 2 batang 8 Pipa hitam 3/4" (perisai) 3.5 batang pipa hitam 1 1/2" (bull 0.5 batang 9 bar) 10 Kayu kaso 60 x 100 2 batang 11 Plat boardess 2.3 mm 0.5 lembar Pengecatan 1 Cat hitam pilpilan 1 liter 2 Steel gloss dp 7 liter 3 Steel gloss 2 liter 4 Pernis 1 liter 5 Kertas lem 10 roll 6 Amplas 15 lembar 7 Dempul 5 kg 8 Epoxy 1 galon 9 Thinner ND 14 liter 10 Thinner PU 4 liter Perlengkapan Tambahan 1 Hydrolic 1 Unit 2 Pantle hook 1 unit Total Pembelian Material Sumber: CV Delima Mandiri
Harga (Rp) 535.900 379.500 271.400 655.500 923.450 2.645.000 304.750 95.824 189.750
Total Harga 2.143.600 759.000 1.899.800 4.588.500 2.770.350 1.322.500 609.500 335.383 94.875
138.000 565.800
276.000 282.900
25.300 90.850 155.250 172.500 4.428 2.070 92.000 80.500 11.866 24.045
25.300 635.950 310.500 172.500 44.275 31.050 460.000 80.500 166.120 96.181
14.950,000 575.000
14.950.000 575.000 32.629.784
113
Total Penggunaan Tenaga Kerja Langsung Truk Dalmas ONGKOS TENAGA KERJA LANGSUNG N Tahapan produksi Jml Satuan Harga Total Harga o 1 Bag. Elektrikal 1 Unit 862.500 862.500 2 Bag. Pengecatan 1 Unit 1.725.000 1.725000 3 Bag. Pembuatan Bodi 1 Unit 3.450.000 3.450.000 4 Bag. Terpal 1 Unit 517.500 517.500 5 Bag. Bangku 1 Unit 402.500 402.500 6 Bag. Plingkut & Finishing 1 Unit 166.750 166.750 7 Bag. Kaca 1 Unit 115.000 115.000 8 Bag. Logo 1 Unit 172.500 172.500 9 Bag. Plafon 1 Unit 230.000 230.000 1 Bag. Kunci 1 Unit 57.500 57.500 0 26.158.118 Total Ongkos Tenaga Kerja Langsung Sumber: CV Delima Mandiri
114
Total Penggunaan Tenaga Kerja Langsung Dump Truck ONGKOS TENAGA KERJA LANGSUNG No Tahapan produksi Jml Satuan Harga Total Harga 1 Bag. Plingkut dan 1 unit 166.750 166,750 Finishing 2 Bag. Pengecatan 1 unit 1.121.250 1.121.250 3 Bag. Body 1 unit 5.750.000 5.750.000 4 Bag. Mekanikal 1 unit 287.500 287.500 5 Bag. Kaca 1 unit 115.000 115.000 6 Bag. Terpal/Jaring 1 unit 517.500 517.500 7.958.000 Total Ongkos Tenaga Kerja Langsung Sumber: CV Delima Mandiri
115
Lampiran II Struktur dan Teknis Wawancara
115
PEDOMAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR
Judul Penelitian
: “Perbandingan Penerapan Sistem Tradisional dan Activity Based Costing untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi Kasus Pada Perusahaan Autobody Manufaktur dan Komponen Otomotif di CV Delima Mandiri
Tanggal Penelitian
: 22 Desember2012
A. Identitas Informan Nama Informan
: Wilson Witarsa, SE
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 28 tahun
Posisi
: Pimpinan Bagian Keuangan
B. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat penelitian dan menjelaskan bahwa kerahasiaan informan terjamin.
3. Melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 20 menit sampai 30 menit.
116
C. Pertanyaan Wawancara Setelah
menyampaikan
maksud
dan
tujuan,
selanjutnya
peneliti
mewawancarai informan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur organisasi di CV Delima Mandiri? 2. Berapa omset yang didapatkan dari usaha dagang tersebut dalam jangka waktu satu tahun? 3. Bagaimana dengan keadaan omset usaha anda pada lima tahun teakhir ini? 4. Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau tahun-tahun sebelumnya? 5. Berapa prosentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan produk tersebut? 6. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi untuk menentukan harga jual? Metode traditional cost atau cost-plus pricing ataukah metode biaya standar? Atau . . . . . . 7. Berapa jumlah tenaga kerja langsung yang dimiliki persuhaan anda? 8. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari dan berapa jumlah hari kerja dalam satu bulan untuk pekerja pabrik? 9. Mengenai biaya-biaya langsung: a. Berapa total biaya bahan baku yang diperlukan dalam sebulan? b. Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana sistem penggajiannya? 10. Mengenai biaya overhead pabrik: a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air, dan telpon?
117
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan dan biaya angkut pembelian? 11. Dari manakah bahan baku tersebut didapat? 12. Seberapa luas jangkauan pasar dari CV Delima Mandiri? 13. Bagaimana proses produksi untuk produk satu unit produk truk dalmas dan dump truk? D. Penutup 1. Menyimpulkan hasil wawancara 2. Menyampaikan terima kasih 3. Mengakhiri wawancara.
118
TEKNIS WAWANCARA
1. Berapa omset yang didapatkan dari perusahaan tersebut dalam jangka waktu satu tahun? Jawaban: Maaf ya mas perusahaan kami tidak dapat memberi tahu omset kami berapa dalam satu tahun, tapi kira-kira lebih dari 8 Miliyar.
2. Bagaimana dengan keadaan omset perusahaan anda pada lima tahun teakhir? Apakah pernah mengalami penurunan omset di bulan atau tahun-tahun sebelumnya? Jawaban: Pada tahun 2008 memang pernah mengalami penurunan omset. Pada saat itu, banyak factor juga sebabnya, mulai dari naiknya bahan bakunya dan makin banyaknya pesaing baru yang bermunculan.
3. Produk jenis apa saja yang dihasilkan oleh CV Delima Mandiri?
Jawaban: Kami banyak memproduksi berbagai macam truk ataupun bus. Tidak jarang kami mendapatkan pesanan mobil pemadam kebakaran. Akan tetapi jika ingin meneliti, lebih baik anda meneliti dump truk dan truk dalmas. Karena sample tersebut sudah mewakili proses produksi produk yang kami miliki
4. Berapa prosentase keuntungan yang diinginkan dari penjualan produk tersebut? Jawaban: Kalau masalh yang diinginkan mah pasti besar ya. Akan tetapi semua tidak berjalan dengan semestinya, dikarenakan banyaknya pesaing
119
tadi dan sistem pengakuan biaya yang masih menggunakan tradisional costing.
5. Metode apa yang biasa digunakan sebagai penentu biaya produksi untuk menentukan harga jual? Metode traditional cost ataukah metode biaya stndar atau adakah metode lain? Jawaban: Tradisional costing mas. 6. Berapa jumlah tenaga kerja langsung yang dimiliki perusahaan anda? Jawaban: kami mempunyai banyak tenaga kerja langsung, sekitrar 50 0rang. Akan tetapi kami juga memiliki tenaga kerja langsung yang memakai sistem borongan.
7. Berapa jumlah jam kerja dalam sehari dan berapa jumlah hari kerja dalam satu bulan untuk pekerja pabrik? Jawaban: Jam kerja dimulai jam 9 pagi dan selsai jam 5 sore, dalam sebulan ya sekitar 25 hari jumlah hari kerjanya.
8. Mengenai biaya-biaya langsung: a.
Berapa harga bahan baku untuk produksi dump truk dan truk dalmas?
Jawaban: Iya mas nanti saya kasih soft copy nya ya. (Lihat lampiran 1).
b.
Berapa biaya gaji tenaga kerja langsungnya dan bagaimana sistem penggajiannya? Jawaban: Itu bisa saya kasih softcopy nya ya.(Lihat lampiran 1).
120
9. Mengenai biaya overhead pabrik: a. Berapa biaya sewa bangunan, listrik, air dan telpon? Jawaban: Untuk bangunan kami tidak menyewa karena bangunan milik kami. Namun kami mengasuransikan bangunan kami sebesar Rp 11.085.200 pada tahun 2011. Untuk biaya listrik pada tahun 2011 itu sebesar Rp 5.349.896.000. namun untuk telepon dan air kita gabungkan ke dalam akun yang dinamakan biaya bahan pembantu sebesar Rp 394.489.713.
b. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan penjualan dan biaya angkut pembelian? Jawaban: Biasanya semua itu tergantung kesepakatan. Jika biaya semua itu dibebankan ke kita ya kami taro biaya itu ke biaya gabungan tadi mas.
10. Dari pengeluaran biaya-biaya tersebut, biaya apa saja yang bisa ditekan untuk meminimalkan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas dari produk? Jawaban: Biasanya biaya pemasaran dan biaya pemeliharaan bangunan. Kalu untuk biaya bahan baku kayaknya tidak ada yang bisa ditekan mas.
11. Dari manakah bahan baku tersebut didapat?
Jawaban: Nanti saya kasih softcopy tentang suplayer dan pelanggan kami mas.
121
12.
Seberapa luas jangkauan pasar dari Usaha Dagang Eko Kusen?
Jawaban: Perusahaan kami sudah mencakup seluruh indonesia mas. Semua itu tergantung pesanan mas. 13. Bagaimana proses produksi untuk produk tersebut?
Jawaban: Ini secara garis besar saja ya mas. Proses produksi untuk membuat satu buah truk dalmas membutuhkan waktu 15-20 hari mas, proses produksi yang dimulai pukul 08.00 dimulai dengan proses pemotongan plat besi untuk mendapatkan ukuran panjang dan lebar body yang akan dibuat, tahap pemotongan plat ini membutuhkan sekitar 5-6 jam mas. Tahap selanjutnya setelah plat dan besi melalui proses pemotongan, plat dan besi akan melalui proses pemasangan kerangkan body bis tersebut. Proses ini yang akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Pasalnya jika proses ini tidak teliti dampaknya akan cepat rapuhnya produk kami nanti, dan dampaknya akan menurunkan pemasanan pada produk kami mas. Ya sekitar 13 harian untuk pemasangan kerangka dan plat body produk kami. Jika telah melewati proses tersebut barulah body kita dempul amplas, amplas dan pemasangan aksesoris lainnya. Setelah itu barulah produk tersebut kami cat dan menkompon produk kami. Setelah itu baru kita cek lagi kualitas produk kami mas.
122