ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 )
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: DANANG FEBRIYANTO 109082000058
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 i
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 )
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: DANANG FEBRIYANTO 109082000058
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Danang Febriyanto
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 11 Februari 1990
3. Alamat
: Perum Harapan Bahagia Rt 007 Rw 004, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi
II.
4. Telepon
: 08988816244
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. TK Tarbiyatun Nufus Jakarta Barat
Tahun 1995 - 1996
2. SD Negeri 01 Jakarta Barat
Tahun 1996 - 2002
3. SMP Negeri 19 Bekasi
Tahun 2002 - 2005
4. SMA Negeri 4 Bekasi
Tahun 2005 - 2008
5. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Tahun 2009 - 2013
vi
III.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Sukamto
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Yogyakarta, 4 April 1952
3. Ibu
: Suwariyah
4. Tempat, Tanggal Lahir
: Kebumen, 5 April 1955
5. Alamat
: Perum Harapan Bahagia Rt 007 Rw 004 Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi
6. Anak ke dari
: 2 dari 2 bersaudara
vii
ANALYSIS OF IMPLEMENTATION GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TO CORPORATE PERFORMANCE ( Empirical Study Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Years 2008 – 2012 ) By: Danang Febriyanto abstract This study aims to examines the analysis of the implementation of good corporate governance on corporate performance. Data obtained by 40 companies with the 2008 - 2012 period associated with 5 variables, 4 independent variables: independent board, board size, institutional ownership, managerial ownership and 1 dependent variable: the corporate performance as measured by Tobin's Q. Data analysis method used is heteroscedasticity, normality test, autocorrelation test, multikolonieritas test, determination test, T statistics test, and F statistics test. The results showed that (1)variable independent board has a significant effect on corporate performance,(2)variable board of directors has a significant effect on corporate performance,(3)institutional ownership variable has a significant effect on corporate performance,(4)managerial ownership variable has a significant effect on corporate performance. Keywords: corporate governance, independent board, board size, institutional ownership, managerial ownership, corporate performance
viii
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2012 ) Oleh : Danang Febriyanto Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis penerapan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Data yang diperoleh sebanyak 40 perusahaan dengan kurun waktu 2008 - 2012 yang dihubungkan dengan 5 variabel penelitian, yaitu, 4 variabel independen : dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan 1 variabel dependen : kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Metode analisis data yang digunakan adalah uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolonieritas, uji determinasi, uji statistik t, dan uji statistik f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)variabel dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (2)variabel dewan direksi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (3)variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan, (4)variabel kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kata kunci: corporate governance, dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kinerja perusahaan
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada: 1.
Bapak Sukamto dan Ibu Suwariyah tercinta, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju untukku.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
3.
Ibu Zuwesti Eka Putri, SE,.M.Ak selaku selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
4.
Ibu Dr. Rini, Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5.
Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
6.
Keluargaku tercinta, Kaka siwi, Bulek Marmi, Lek Jiran, Ade Ika yang selama ini selalu mendukung dan memberikan semangat serta nasihat yang tidak akan pernah penulis lupakan sampai kapanpun.
7.
Akuntansi B UIN 2009, dan seluruh teman-temanku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
8.
Seluruh Team Bopak dan sahabat, Adriansyah, Wayan, Yayan, Eko, Brian, Matuy, Fiki, Arif, Septy, Echy, Fauzi, Hendro, Dhio dan Heri, terima kasih atas semuanya selama ini dan semoga tak pernah ada kata berpisah.
9.
Sahabat seperjuanganku, Meisya, Sukoco, Dellia, Randi dan Septian, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Seniorku, Ka Andi, Ka Oktavia, dan Ka Nurlia, terima kasih atas bantuannya. 11. Sahabatku dari SMA, Erry, Jefry, Didik, Cahyo, Bekti, terima kasih untuk persahabatannya selama ini, semoga tetap solid sampai kapanpun. 12. Priyaniza Arum Mayangsari, terima kasih atas semua motivasinya untuk selalu semangat, terus mengingatkan dan menghitung mundur akan deadline. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 6 September 2013
Danang Febriyanto
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................. i Lembar Pengesahan Skripsi ........................................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................... iii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi…………………………………………….iv Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................. v Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... vi Abstract ......................................................................................................... viii Abstrak........................................................................................................... ix Kata Pengantar ............................................................................................... x Daftar Isi ....................................................................................................... xii Daftar Gambar ............................................................................................. xv Daftar Tabel ................................................................................................ xvi Daftar Lampiran ........................................................................................ xvii BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10 A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil .............. 10 1. Agency Theory ...................................................................... 10 2. Good Corporate Governance ................................................ 12 a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ................... 14 b. Tujuan Good Corporate Governance. ............................... 20 c. Good Corporate Governance di Indonesia ........................ 22 3. Kinerja Perusahaan……………………………………………26 a. Definisi Kinerja ............................................................... 26 b. Sistem Pengukuran Kinerja ............................................. 27 c. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan ............................. 28 xii
d. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan ................................. 29 4. Dewan Komisaris Independen ............................................... 30 5. Dewan Direksi………………………………………................30 6. Kepemilikan Institusional ....................................................... 32 7. Kepemilikan Manajerial ......................................................... 33 B. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 35 C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 38 D. Hipotesis .................................................................................. 40 BAB III
METODE PENELITIAN ............................................................ 45 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 45 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 45 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 46 D. Metode Analisis Data................................................................ 47 1. Statistik Deskriptif.................................................................... 47 2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………. 47 a. Uji Autokorelasi…………………………………………….47 b. Uji Multikolonieritas………………………………………..48 c. Uji Heteroskedasitas………………………………………..48 d. Uji Normalitas………………………………………………49 3. Uji Hipotesis…………………………………………………...50 a. Koefisien Determinasi………………………………………50 b. Uji Statistik t………………………………………………..51 c. Uji Statistik f………………………………………………..52 E. Operasional Variabel dan Pengukurannya………………………52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 57 A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 57 B. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................... 59 C. Analisis dan Pembahasan……………………………………….. 61 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 61 a. Uji Autokorelasi ............................................................... 61 b. Uji Multikolonieritas ........................................................ 62 xiii
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 63 d. Uji Normalitas …………………………………………….65 2. Pengujian Hipotesis ………………………………………….. 66 a. Koefisien Determinasi ....................................................... 66 b. Uji Statistik t .................................................................... 67 c.. Uji Statistik f ................................................................... 72 BAB V
PENUTUP.................................................................................... 75 A. Kesimpulan............................................................................... 75 B. Implikasi………………………………………………………….76 C. Saran.......................................................................................... 76
Daftar Pustaka ............................................................................................. 78 Lampiran ...................................................................................................... 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Konseptual Hubungan Antar Variabel………………………..38
4.1
Grafik Hasil Uji Heteroskedasitas……………………………………….64
4.2
Grafik Normality Probability Plot (Hasil Uji Normalitas)………………65
xv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang…………..................35
3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian…………………………..56
4.1
Rincian Sampel Penelitian……………………………………………...57
4.2
Distribusi Sampel Berdasarkan Klasifikasi Jenis Industri……………..58
4.3
Statistik Deskriptif……………………………………………………..59
4.4
Hasil Uji Autokorelasi……………………………………………….....61
4.5
Tabel Dublin Watson…………………………………………………..62
4.6
Hasil Uji Multikolinearitas……………………………………………..63
4.7
Koefisien Determinasi………………………………………………....66
4.8
Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)………………………..67
4.9
Hasil Uji Statistik F……………………………………………………73
xvi
DAFTAR LAMPIRAN No.
Keterangan
Halaman
1.
Daftar Klasifikasi Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian……….83
2.
Data Komisaris Independen…………………………………………….84
3.
Data Ukuran Dewan Direksi……………………………………………85
4.
Data Kepemilikan Institusional…………………………………………86
5.
Data Kepemilikan Manajerial…………………………………………...87
6.
Data Tobin’s Q………………………………………………………….88
7.
Uji Statistik Deskriptif, Uji Autikorelasi………………………….…….98
8.
Uji Multikolonieritas, Uji Heteroskedastisitas……………………….....99
9.
Uji Normalitas, Uji Determinasi……… ………………………………100
10.
Uji Hipotesis Statistik t, Uji Hipotesis Statistik f……………………...101
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Namun di lain pihak, manajer sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda terutama dalam hal peningkatan prestasi individu dan kompensasi yang akan diterima. Jika manajer perusahaan melakukan tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan kepentingan investor maka akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Oleh karenanya dibutuhkan adanya suatu perlindungan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Almilia dan Sifa, 2006) Hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan pada umumnya berkisar pada hal-hal yang sifatnya fundamental yaitu : (1)Perlunya kemampuan perusahaan untuk mengelola 1
sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien, yang mencakup seluruh bidang aktivitas (sumber daya manusia, akuntansi, manajemen, pemasaran dan produksi), (2)Konsistensi terhadap sistem pemisahan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga secara praktis perusahaan mampu meminimalkan konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara manajemen dan pemegang saham dan (3)Perlunya kemampuan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pada penyandang dana ekstern, bahwa dana ekstern tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan perusahaan (Darmawati, 2005). Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka perusahaan perlu memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, yang mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan dirinya akan memperoleh keuntungan investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi, selain itu juga harus dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan serta perusahaan itu sendiri. (Tjager, 2003). Kondisi yang dihadapi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia masih lemah dalam mengelola perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh masih lemahnya standar-standar akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban terhadap para pemegang saham, standar-standar pengungkapan dan transparansi serta proses-proses kepengurusan perusahaan. Kenyataan tersebut secara tidak langsung menunjukkan masih lemahnya perusahaan2
perusahaan publik di Indonesia dalam menjalankan manajemen yang baik dalam memuaskan stakeholders perusahaan. Dalam upaya mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka para pelaku bisnis di Indonesia menyepakati penerapan good corporate governance (GCG), suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, hal ini sesuai dengan penandatanganan perjanjian Letter of intent (LOI) dengan IMF tahun 1998, yang salah satu isinya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di Indonesia (Sedarmayanti, 2007). Good Corporate Governance (GCG) kini ditempatkan di posisi terhormat, hal itu setidaknya terwujud dalam dua keyakinan. Pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam
jangka
panjang,
sekaligus
memenangkan
persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia, di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan good corporate governance, di antaranya, sistem regulator yang payah, standar akuntansi dan audit yang tidak konsisten, praktek perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak-hak pemegang saham minoritas (Suranta dan Merdistusi, 2004). Penerapan dan pengelolaan Corporate Governance yang baik merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat 3
waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan semua informasi kinerja keuangan perusahaan secara akurat, tepat waktu dan transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang Good Corporate Governance (GCG) bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi sebagai upaya peningkatan kinerja dan nilai perusahaan (Tjager, 2003). Munculnya berbagai skandal akuntansi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik terutama investor terhadap pelaporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
Badan
Pemeriksa
Keuangan
menemukan
beberapa
pelanggaran kepatuhan PT Jamsostek atas laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp 7 triliun, Hal tersebut terungkap dalam makalah presentasi Bahrullah Akbar, anggota VII Badan Pemeriksa Keuangan. Bahrullah mengatakan ada empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011 Jamsostek yang menyimpang dari aturan. Pertama, Jamsostek membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar Rp7,24 triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004. Kedua, Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Ketiga, BPK menemukan Jamsostek belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni jaminan medium term notes. Adapun temuan keempat dari BPK adalah masih terdapat beberapa kelemahan dalam pemantauan piutang hasil
4
investasi. Pengendalian dan monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh tempo dan bunga deposito belum sepenuhnya memadai. (Rustia, 2012) Masalah penyimpangan lainnya juga terjadi di negara jepang, yaitu masalah Olympus di tahun 2011, produsen kamera asal Jepang mengaku telah menyembunyikan kerugian investasi di perusahaan sekuritas selama puluhan tahun atau sejak era 1980-an. Selama ini, Olympus menutupi kerugiannya dengan menyelewengkan dana akuisisi. Presiden Direktur Olympus Shuichi Takayama menuding Tsuyoshi Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris sebagai pihak yang bertanggung jawab. Sementara Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutupnutupi. Keduanya menyatakan siap jika dituntut hukuman pidana. Pengumuman yang mengejutkan ini juga membuat saham Olympus jatuh 29% ke posisi terendahnya dalam 16 tahun terakhir. Perusahaan ini juga sudah kehilangan 70% nilai pasarnya, setara Rp 5,1 triliun karena masalah investasi bodong tersebut. (Taqiyyah, 2012) Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan Corporate Governance. Corporate Governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (Ujiyanto, 2007).
5
Ukuran yang dicapai dalam menilai kinerja perusahaan sangatlah bermacam-macam dan berbeda-beda dari satu industri ke industri lainnya tergantung pada aktivitas pokok perusahaan seperti produksi, keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan banyak lagi kegiatan lainnya. Kinerja keuangan adalah salah satu tolak ukur dalam menilai suatu perusahaan, kondisi keuangan yang bagus cenderung menarik perhatian investor, Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan (Kieso dan Weygandt, 2008). Titi Purwantini (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan dengan indikator independensi dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan kepemilikan terkonsentrasi. Secara empiris, menyatakan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan kinerja keungan perusahaan. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2005 sampai 2007. Iqbal Bukhori (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan indikator
jumlah dewan direksi, jumlah dewan
komisaris, dan ukuran perusahaan. Secara empiris, menyatakan bahwa penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan 6
perusahaan. Penelitian ini mengambil populasi laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu, yaitu: 1. Tahun yang diamati, pada penelitian ini mengambil tahun 2008-2012. Alasan peneliti menggunakan tahun 2008 sampai dengan 2012, karena periode tersebut menunjukkan kondisi yang paling aktual berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti. 2. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada satu industri saja yaitu industri manufaktur dengan tujuan untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh perbedaan industri. 3. Pada penelitian ini, mekanisme Corporate Governance yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja keuangan yang diukur melalui Tobin’s Q rasio. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, menarik untuk diteliti sejauh mana tingkat keberhasilan perusahaan dalam menerapkan good corporate governance serta pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Penulis merasa tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: “Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Perusahaan ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2012 )”.
7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengaruh dewan komisaris independen (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
2.
Bagaimana pengaruh ukuran dewan direksi (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
3.
Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
4.
Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan : 1.
Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris independen (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
2.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
3.
Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan.
4.
Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial (indikator good corporate governance) terhadap kinerja perusahaan. 8
D. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan penelitian ini memberikan manfaat, diantaranya: 1.
Bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Akuntansi Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai praktik Good Corporate Governance berkaitan dengan kinerja perusahaan serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat diterapkan di masa yang akan datang.
2.
Bagi Peneliti Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan.
3.
Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca seperti investor, badan otoritas pasar modal, dan para analis keuangan lainnya mengenai relevansi kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan Good Corporate Governance.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil 1. Agency Theory (Teori Keagenan) Teori agensi pada awalnya berkaitan dengan masalah kepemilikan perusahaan melalui pembelian saham. Teori agensi dalam manajemen keuangan membahas adanya hubungan agensi, yaitu hubungan mengenai adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan oleh manajer. Hubungan agensi seperti ini rawan konflik, yaitu konflik kepentingan pribadi (konflik agensi). Konflik tersebut terjadi karena pemilik modal berusaha menggunakan dana sebaik-baiknya dengan risiko sekecil mungkin, sedangkan manajer cenderung mengambil keputusan pengelolaan dana untuk memaksimalkan keuntungan yang sering bertentangan dan cenderung mengutamakan kepentingannya sendiri. (Jensen & Meckling, 1976). Teori agensi berkembang dalam dua aliran, positivism dan principal agent. Keduanya menggunakan dasar yang sama, yaitu adanya kontrak prinsipiil dan agen. Aliran pertama, positivsm difokuskan pada situasi yang menyebabkan timbulnya konflik kepentingan antara agen prinsipiil dan cara pengelolaan konflik tersebut agar perilaku agen lebih terkendali pada kepentingan prinsipiil. Secara umum, pendapat itu hanya berfokus pada hubungan agen prinsipiil atau pemilik manajer perusahaan 10
yang go public dan pendekatannya tidak terlalu matematis. Menurut aliran principal agent masalah biaya agensi merupakan penerapan di bidang pendelegasian kepada pelaksana pekerjaan yang banyak dijumpai dalam kasus sehari-hari. (Jensen & Meckling, 1976). Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu Corporate Governanace dan manajemen laba. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai
pertanggungjawaban
kinerjanya,
principal
dapat
menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. (Berkaoui, 2007) Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/ menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek 11
yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Darmawati, 2005). 2. Good Corporate Governance Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001 pengertian Good Corporate Governance adalah sebagai berikut: “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan”. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG): “Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku”. (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004). Berdasarkan
pengertian
diatas,
Corporate
Governance
didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi
12
tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan investasi pemegang saham dalam jangka panjang (Effendi, 2009). GCG memacu terbentuknya pola manajemen yang professional, transparan, bersih dan berkelanjutan. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2006 yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyebut lima asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran. Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001), yaitu: meningkatkan kinerja perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih mudah, mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan meningkatkan shareholders’s value. Good Corporate Governance terdiri dari dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari dalam perusahaan (Corporate Governance internal perusahaan) dan unsur yang berasal dari luar perusahaan (Corporate Governance eksternal Perusahaan). Corporate Governance internal perusahaan adalah unsur yang selalu diperlukan dalam perusahaan dan sangat berperan dalam mengelola perusahaan. Jika kinerja Corporate Governance internal baik maka kinerja perusahaan pun baik dan sebaliknya. Unsur-unsur Corporate Governance internal perusahaan adalah pemegang saham, direksi, dewan komisaris, manajer, karyawan, sistem, dan komite audit. Corporate Governance eksternal perusahaan adalah unsur yang selalu dibutuhkan atau diperlukan di luar perusahaan dan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan 13
perusahaan. Adapun unsur-unsur Corporate Governance eksternal perusahaan adalah kecukupan undang-undang dan perangkat hukum, investor, institusi penyedia informasi, akuntan publik, institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan, pemberi pinjaman, dan pengesah legalitas (Kresnohadi, 2000) a. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Prinsip Good Corporate Governance diharapkan menjadi titik rujukan pembuat kebijakan (pemerintah) dalam membangun kerangka kerja penerapan Corporate Governance. Bagi pelaku usaha dan pasar modal, prinsip ini dapat menjadi pedoman mengolaborasi praktek terbaik bagi peningkatan kinerja dan keberlangsungan perusahaan. Menurut SK Menteri BUMN Nomor : Kep. 117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance yang dikutip oleh Sedarmayanti
diutarakan
bahwa
prinsip-prinsip
Good
Corporate
Governance meliputi : 1). Fairnes (Kewajaran) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam. Prinsip ini diwujudkan antara lain :
14
a. Dengan
membuat
peraturan
korporasi
yang
melindungi
kepentingan minoritas. b. Membuat pedoman perilaku perusahaan (corporate conduct) dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam dan konflik kepentingan. c. Menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi. 2). Disclosure dan Transparancy (Transparansi) Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta dalam pengambilan keputusan
mengenai
perubahan
mendasar
atas
perusahaan
dan
memperoleh bagian keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Prinsip ini diwujudkan antara lain : a. Mengembangkan sistem informasi akuntansi yang berbasiskan standar akuntansi b. Mengembangkan
informasi
teknologi
dan
management
information system untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh Dewan Komisaris dan Direksi. c. Mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka. 15
Adapun hal-hal yang harus diungkapkan adalah : a. Financial and Operating Result Laporan keuangan yang sudah di audit adalah sumber informasi untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan untuk meletakkan dasar bagi penilaian asset sekuritas. Diskusi manajemen dan analisis operasi terkadang juga menyertai laporan keuangan, pengungkapan hal-hal diatas akan bermanfaat bagi investor. b. Tujuan Perusahaan Tujuan perusahaan harus disosialisasikan kepada lingkungan bisnis dan masyarakat umum. Informasi ini mungkin penting bagi investor dan pengguna lainnya untuk mengevaluasi hubungan perusahaan dengan komunitas tempat mereka beroperasi dan langkah-langkah perusahaan yang akan diambil perusahaan untuk mencapai tujuannya. c. Kepemilikan Saham Salah satu hak investor adalah mendapatkan informasi tentang struktur kepemilikan perusahaan hingga hak-hak pemilik perusahaan. Pengungkapan yang diperlukan adalah data pemegang saham mayoritas, hak-hak voting khusus, persetujuan pemegang saham dan lain-lain. d.
Isu-isu material yang berhubungan dengan kepegawaian dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya Setiap informasi yang diungkapkan harus di audit terlebih dahulu
agar mempunyai standar kualitas yang tinggi, audit harus dilaksanakan 16
oleh auditor independen untuk memberikan informasi yang independent bagi pihak eksternal. Jalur informasi harus mencerminkan keadilan, ketepatan waktu, dan efisiensi biaya agar informasi relevan. 3). Accountability (Akuntabilitas) Tanggung
jawab
manajemen
melalui
pengawasan
efektif
berdasarkan keseimbangan kekuasaan antar manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor, merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan antara lain : a. menyiapkan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat. b. Mengembangkan Komite Audit dan risiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris. c. Mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi internal. Terdapat beberapa karakteristik akuntabilitas, sebagai berikut : a. Anggota Dewan Direksi dan Komisaris harus bertindak didasari informasi yang lengkap, dengan itikad baik sebesar-besarnya untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham. b. Bila keputusan Dewan Direksi dan Komisaris mempunyai pengaruh yang berbeda-beda diantara pemegang saham, maka Dewan harus memuaskan keluhan pemegang saham. 17
c. Dewan Direksi dan Komisaris harus menjamin ketaatan atas hukum yang diterapkan dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham. d. Dewan Direksi dan Komisaris harus memenuhi beberapa fungsi, yaitu: 1) Malakukan review atas strategi perusahaan, pelaksanaan rencana utama, kebijakan resiko, anggaran tahunan dan rencana bisnis, pemantauan kinerja perusahaan dan mengawasi harta utama, pembelanjaan dan akuisisi. 2) Menyeleksi, memberikan penghargaan, memantau hingga bila dibutuhkan mengawasi succession planning. 3) Malakukan review atas gaji eksekutif dan memastikan pencalonan atas anggota Dewan terbuka. 4) Memantau
dan
mengelola
konflik
kepentingan
dari
manajemen, pemegang saham termasuk penyalahgunaan harta penyalahgunaanhubungan transaksi dari berbagai pihak. 5) Memastikan integritas dari sistem pelaporan akuntansi dan financial perusahaan, melalui audit yang independen, dan sistem pengendalian yang tepat. 6) Mengawasi proses transparansi dan transaksi. 4). Responsibility (Responsibilitas) Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta pemegang 18
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Prinsip ini diwujudkan antara lain : a. Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang. b. Menyadari akan adanya tanggung jawab social. c. Menghindari penyalahgunaan kekuasaan. d. Memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance dimaksudkan untuk mencapai beberapa hal berikut : a. Memaksimalkan nilai perseroan bagi pemegang saham dengan cara meningkatkan prinsip transparansi,akuntabilitas, kewajaran, dan responsibilitas agar perusahaan memiliki daya saing kuat, baik secara nasional maupun internasional, serta menciptakan iklim yang mendukung investasi. b. Mendorong pengelolaan perseroan secara professional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris, direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham. c. Mendorong agar pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap 19
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yan berkepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar perseroan”. Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip GCG pada hakikatnya sama yaitu mempertanggungjawabkan kegiatan yang telah dipercayakan, transparansi atas informasi dan keadaan yang sesugguhnya yang diamati perusahaan, persamaan perlakuan bagi seluruh pemegang saham dan stakeholders, serta tanggung jawab legal manajemen. (Effendi, 2009) b. Tujuan Good Corporate Governance Corporate Governance yang baik diakui membantu mengebalkan perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Dalam banyak hal GCG yang baik telah terukti juga meningkatkan kinerja korporat. Dalam keputusan BUMN Nomor Kep. : 117/M-MBU/2002 diutarakan bahwa penerapan GCG pada BUMN bertujuan untuk : a. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
20
b. Mendorong pengelolaan BUMN secara professional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ. c. Mendorong
agar organ dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dalam kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab social BUMN terhadap stakeholder maaupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN. d. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. e. Meningkatkan investasi nasional. (2007:60) Tindakan pemantauan efektifitas praktik Corporate Governance dalam suatu BUMN merupakan tanggung jawab dan dilakukan oleh Komisaris atau Dewan Pengawas. Dalam hal ini pemegang saham atau pemilik modal tidak diperkenankan mencampuri kegiatan operasional perusahaan yang menjadi tanggung jawab Direksi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kusumawati, 2005) Corporate Governance sebagai suatu sistem bagaimana suatu perusahaan dikelola dan diawasi, pelaksanaan GCG membawa banyak manfaat dari penerapannya. Berikut ini pendapat beberapa tokoh, menurut The forum for Corporate Governance in Indonesia yang dikutip oleh
21
Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah : 1. Lebih mudah memperoleh modal. 2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah. 3. Memperbaiki kinerja Usaha. 4. Mempengaruhi harga saham 5. Memperbaiki kinerja ekonomi. (2002:10) Corporate Governance yang baik merupakan langkah yang penting dalam
membangun
kepercayaan
pasar
(market
convidence)
dan
mendorong arus investasi internasional yang stabil dan bersifat jangka panjang. Jadi berdasarkan beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat GCG antara lain adalah entitas bisnis akan menjadi lebih efisien, meningkatkan kepercayaan publik, dapat mengukur target kinerja perusahaan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan harga saham, meningkatkan corporate image. (Effendi, 2009) c. Good Corporate Governance di Indonesia Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir ini telah menjadikan Corporate Governance menjadi isu penting di kalangan eksekutif, Non Government Organization (NGO), Konsultan Korporasi, akademisi, dan pembuat kebijakan (pemerintah) di berbagai belahan dunia. Isu yang terkait dengan Corporate Governance seperti isider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial, dan 22
perlindungan investor telah menjadi ungkapan lazim dibicarakan di kalangan pelaku usaha. Corporate Governance juga telah menjadi salah satu isu penting bagi pelaku usaha di Indonesia. Sentralisasi isu Corporate Governance dilatarbelakangi permasalahan yang terkait dengan trend di industri pasar modal, korporasi, pasar audit, tuntutan akan transparansi dan independensi, dan krisis financial Asia. Penerapan prinsip-prinsip GCG, yang didukung dengan regulasi yang memadai, akan mencegah berbagai bentuk overstated, ketidakjujuran dalam financial disclosure yang merugikan stakeholders. (Daniri, 2005) Penerapan GCG dapat meningkatkan kinerja perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan investor, lemahnya praktik GCG merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di Negara Indonesia. (Carningsih, 2009) Pemerintah melalui kantor kementrian BUMN maupun otoritas pasar modal dalam hal ini Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan direksi Bursa Efek Indonesia (pada saat itu masih Bursa Efek Jakarta) telah mewajibkan BUMN dan Emiten untuk menerapkan kebijakan GCG yang bertujuan menciptakan kepastian hukum yang bermuara kepada perlindungan investor dan masyarakat. Fokus utama penerapan GCG saat 23
ini adalah di lingkungan BUMN dan perusahaan terbuka, namun kenyataannya konsep GCG masih belum dipahami dengan baik oleh sebagian besar pelaku usaha.Penerapan GCG di organisasi publik, bank maupun
BUMN,
dirahapkan
dapat
mengembalikan
kepercayaan
masyarakat, untuk mengantisipasi persaingan yang ketat di era pasar bebas, tanggung jawab sosial perusahaan dan etika bisnis. Suatu bisnis tidak hanya dijalankan dengan modal uang saja, tetapi juga dengan tanggung jawab dan moralitas perusahaan terhadap stakeholders dan masyarakat. Penerapan GCG tidak dapat dilepaskan dari moral dan etika para pelaku bisnis, yang selayaknya dituangkan dalam suatu standar baku di masing-masing perusahaan yang disebut Corporate Code of Conduct. (Filia dan Endang, 2010) Privatisasi memungkinkan penerapan GCG dengan lebih baik dan konsisten di lingkungan BUMN, yang pada gilirannya menumbuhkan keyakinan investor kepada BUMN. Bagi Indonesia, dengan aktivitas BUMN yang hampir menyentuh berbagai sektor ekonomi nasional, tumbuhnya keyakinan investor terhadap BUMN akan sangat berpengaruh secara keseluruhan. (Filia dan Endang, 2010) Komite Nasional mengenai kebijakan Corporate Governance (National Committee on Corporate Governance), mengidentifikasi 13 bidang
penting
yang
memerlukan
pembaharuan,
menyusun
dan
menerbitkan Pedoman Good Corporate Governance (Code for Good
24
Corporate Governance), yang dapat digunakan oleh korporasi dalam mengembangkan Corporate Governance, berisi : a. Hak dan tanggung jawab pemegang saham. b. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan komisaris. c. Fungsi, tugas dan kewajiban dewan direksi. d. Sistem audit, termasuk peran auditor eksternal dan komite audit. e. Fungsi,
tugas
dan
kewajiban
sekretaris
perusahaan.\Hak
stakeholders, dan akses kepada informasi yang relevan. f. Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat. g. Kewajiban para komisaris dan direksi untuk menjaga kerahasiaan. h. Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam. i.
Etika berusaha.
j.
Ketidakpatutan pemberian donasi politik.
k. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan. l.
Kesempatan kerja yang sama bagi para karyawan, (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004) Selain itu, Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
merupakan salah satu institusi yang aktif dan representative, (didirikan tahun 2000), diprakarsai 5 asosiasi bisnis, yaitu: Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen(IAI-KAM),Ikatan Netherlands Association (INA/Perkumpilan Indonesia Belanda), Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI). FCGI 25
bertujuan menjebatani kesenjangan antara praktik bisnis sekarang dengan international best practice, dan memberi informasi tentang Corporate Governance. Tantangan yang dihadapi oleh dunia bisnis akan semakin beragam bentuknya, dan tantangan tersebut akan jauh lebih nyata pada masa mendatang, di mana dunia semakin tidak bisa dibatasi lagi secara nyata dengan sekat, karena perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih. (Daniri, 2005) 3. Kinerja Perusahaan a. Definisi Kinerja Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. (Cahyani, 2009) Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, 26
pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Ceacilia Srimindarti, 2004). Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka ada beberapa pengertian kinerja yaitu keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan. (Mulyadi, 2007) Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses. Pengukuran kinerja yang didefinisikan sebagai “performing measurement“ adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. (Darmawati, 2005) b. Sistem Pengukuran Kinerja Sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berguna bagi perusahaan, sehingga
membantu
mengelola,
mengontrol,
merencanakan,
dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan adanya pengukuran kinerja maka perusahaan diharapkan mampu bertahan dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang ada. Sistem pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio tobin’Q yang merupakan rasio dari perbandingan antara equity market value dan equity book value (Herawaty,2008) 27
Rasio Tobin’s Q adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Rasio ini di kembangkan oleh Profesor James Tobin (1976). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap investasi. Jika rasio-q diatas
satu, ini
menunjukkan bahwa estimasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu maka investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008) c. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja adalah salah satu faktor penting dalam keberhasilan perusahaan, adapun manfaat penilaian perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. 2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. 3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang.
28
4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. 5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. (Rafriny, 2012) d. Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan Tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. 2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar 29
deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. (Serli, 2011) 4. Dewan Komisaris Independen Board governance yang terdiri dari komisaris independen, komite audit, dan sekertaris perusahaan bahwa untuk mencapai good corporate governance, jumlah komisaris independen yang harus terdapat dalam perusahaan sekurang-kurangnya 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata sesuai kepentingan perusahaan. (Wardhani, 2008) Permasalahan dalam penerapan CG adalah chief executive officer (CEO) memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris padahal fungsi komisaris adalah untuk mengawasi kinerja CEO. Efektifitas dewan komisaris dalam menyeimbangkan kekuatan CEO sangat dipengaruhi oleh tingkat independensi dari dewan komisaris. Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan pada nilai perusahaan. 5. Dewan Direksi Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, 30
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur (Murwaningsari, 2007) Direksi dalam menjalankan perseroan memiliki, tugas-tugas, yaitu : a. Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan
tugas
pengurusan
Perseroan
dengan
tetap
memperhatikan keseimbangan kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan. b. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran
Dasar dan keputusan RUPS dan
memastikan seluruh aktivitas Perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Perseroan. c. Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas Perseroan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. d. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara amanah dan transparan. Untuk itu Direksi mengembangkan
31
system pengendalian internal dan system manajemen resiko secara terstruktural dan komprehensif. e. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan berbenturan dengan kepentingan pribadi. Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Machfoedz (2003) merupakan penelitian yang menguji pengaruh ukuran dewan direksi terhadap kinerja perusahaan, dimana pada penelitian ini disimpullkan bahwa ukuran dewan direksi menunjukkan pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. 6. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki institusi dari total saham yang beredar. Adanya kepemilikan institusional
dapat
memantau
secara
profesional
perkembangan
investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan. Pemegang saham institusional seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, dan reksadana. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004) Laporan keuangan periodik yang diterbitkan manajemen sebagai sumber informasi bagi investor institusi dalam melakukan aktivitas monitoring. Shleifer dan Vishny (1986) berpendapat bahwa kepemilikan 32
institusional yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Semakin besar tingkat kepemilikan saham institusi maka semakin efektif mekanisme
pengendalian
terhadap
kinerja
manajemen.
Adanya
kepemilikan saham institusional dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya sehingga tingkat pengendalian terhadap kinerja manajemen sangat tinggi yang pada akhirnya dapat menekan potensi kecurangan yang dilakukan oleh manajemen. Xie et al (2001) dalam Murwaningsari (2007) menemukan hubungan yang berlawanan antara kinerja saham dan kepemilikan saham institusional. Perusahaan dengan kepemilikan saham institusional yang besar (lebih dari 5 %) mengindikasikan
kemampuannya
Semakin
kepemilikan
besar
untuk
memonitoring manajemen.
institusional
maka
semakin
efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen. Penelitian Slovin dan Sushka (2000) dalam murwaningsari (2007) menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif. 7. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan manajemen dan principal. Kepemilikan manajerial juga dapat dikatakan sebagai situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang 33
saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Gray et al. (1987) menyatakan bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan, manajer akan berusaha untuk mengungkapkan informasi sosial kepada pihak yang berkepentingan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Jehsen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana kinerja perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat. Peningkatan kepemilikan manajerial akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat dan mengambil alih kekayaan pemegang saham/investor.
34
B. Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Mengenai Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Perusahaan No. Peneliti Judul Metodologi Penelitian Alat Analisis Hasil Perbedaan Persamaan 1. V. Titi Purwantini Pengaruh Mekanisme Memakai Memakai Uji asumsi 1. Independensi dewan (2012) Good Corporate struktur indikator klasik,uji komisaris berpengaruh Governance terhadap kepemilikan dewan hipotesis negatif terhadap nilai Nilai Perusahaan dan terkonsentrasi komisaris dengan perusahaan tetapi tidak Kinerja Keuangan independen, regresi signifikan. Perusahaan (Studi dan berganda,uji 2. Kepemilikan Institusional pada perusahaan kepemilikan signifikansi mempengaruhi nilai manufaktur yang institusional. parameter perusahaan secara negatif terdaftar di Bursa Efek individual 3. Kepemilikan terkonsentrasi Indonesia) dengan mempengaruhi secara positif ROA,ROE nilai perusahaan dan kinerja keuangan. 2.
Iqbal Bukhori, Raharja (2012)
Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris perusahaan terdaftar di BEI 2010)
Memakai ukuran perusahaan dan ukuran dewan komisaris
Memakai ukuran dewan direksi
Uji statistik deskriptif,uji asumsi klasik dengan regresi linier berganda memakai CFROA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi, jumlah dewan komisaris, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya 35 35
No.
Peneliti
Judul
3.
Ni Ketut Sukasih dan Ni Luh Nyoman Ayu Suda Susilawati (2011)
Dampak Good Corporate Governance terhadap Kinerja perusahaan (Studi Kasus di Bursa Efek Indonesia)
4.
Rafriny Amyulianthy (2012)
Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik Indonesia
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metodologi Penelitian Perbedaan Persamaan Memakai Mamakai ukuran indikator perusahaan good dan lama corporate perusahaan governance terhadap penilaian kinerja Memakai dewan direksi independen
Memakai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan dewan komisaris independen
Alat Analisis
Hasil
Uji statistik deskriptif dengan regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate governance signifikan terhadap kinerja yang di ukur dengan ROA tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan dan lama perusahaan
Analisis data regresi berganda
1. Kepemilikan Institusional berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan 2. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan 3. Dewan komisaris independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan 4. Dewan direksi Independen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja perusahaan Bersambung ke halaman selanjutnya 36 36
No.
Peneliti
Judul
5.
Wajdi Ben Rejeb, Mohamed Frioui (2012)
The Impact of Good Corporate Governance Practices on Stakeholder’s Satisfaction in Tunisian Listed Companies
6.
Ebraheem Saleem Salem Alzoubi dan Mohamad Hisyam Selamat (2012)
The Effectiveness of Corporate Governance Mechanisms on Constraining Earning Management: Literature Review and Proposed Framework
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metodologi Penelitian Perbedaan Persamaan Objek yang Analisis diteliti kasus Good perusahaan di Corporate Negara Governance Tunisia
Memakai komite audit
Analisis Good Corporate Governance
Alat Analisis
Hasil
Uji validitas, uji reabilitas, analisis regresi berganda
Hasil ini berpengaruh positif dan signifikan antara pengimplikasian dasar prinsip good corporate governance (responsibilitas, transparansi, dan akuntabilitas) dan kepuasan stakeholders terhadap perusahaan yang ada di negara Tunisia.
analisis regresi berganda
Penelitian ini signifikan dan berpendapat bahwa perusahaanperusahaan dengan karakteristik yang efektif, dewan dan komite audit cenderung untuk memungkinkan terjadinya earning management karena oportunistik produktif ini akan menyebabkan ketidakpastian tentang nilai ekonomi dari suatu perusahaan.
Sumber : diolah dari berbagai referensi
37
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. ( Abdul Hamid, 2010) Adapun masalah - masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance dan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian tentang dampak Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan (studi empiris perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2008-2012
Good Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya.
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia
Bersambung ke halaman berikutnya
38
Gambar 2.1 (lanjutan) Variabel Independen
Variabel Dependen
Komisaris Independen (X1) (Ujiyantho dan Bambang, 2007)
Dewan Direksi (X2) Murwaningsari (2007)
Kinerja Perusahaan (Y) (Herawaty, 2008)
Kepemilikan Institusional (X3) Murwaningsari (2007)
Kepemilikan Manajerial (X4) (Suranta (2002), Ujiyanto (2007)
Uji Asumsi Klasik
Metode Analisis : Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
39
D. Hipotesis Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Rancangan hipotesis penelitian ini untuk membuktikan apakah penerapan Good Corporate Governance
memiliki hubungan dengan kinerja
perusahaan, maka dilakukan pengujian dengan hipotesis statistik sebagai berikut: 1. Dewan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan Proporsi dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau komisaris independen juga mempengaruhi kinerja perusahaan yang bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Semakin tinggi perwakilan dari outsider director (komisaris independen), maka semakin tinggi independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. ( Cahyani, 2009) Hubungan antara komisaris independen dan kinerja perusahaan juga didukung oleh perspektif bahwa dengan adanya komisaris independen diharapkan dapat memberikan fungsi pengawasan terhadap perusahaan secara objektif dan independen, menjamin pengelolaan yang bersih dan
40
sehatnya
operasi perusahaan sehingga dapat mendukung kinerja
perusahaan. (Darmawati, 2005) Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Rafriny Amyulianty (2012) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, namun penelitian yang dilakukan oleh Titi Purwantini (2012) menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan : Ha 1 : Dewan komisaris independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 2. Dewan Direksi terhadap kinerja perusahaan Board size atau ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik, dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan kinerja perusahaan pun juga akan ikut meningkat. (Kusumawati, 2005) Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Direksi harus memastikan, bahwa perusahaan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam 41
Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yermack (1996) dalam Murwaningsari (2007) melaporkan bahwa ukuran dewan mempunyai hubungan yang negatif dengan kinerja perusahaan. Perusahaan yang mempunyai ukuran dewan direksi yang kecil cenderung mempunyai rasio keuangan yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Rafriny Amyulianthy (2012) menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan : Ha 2 : Ukuran dewan direksi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 3. Kepemilikan Institusional terhadap kinerja perusahaan Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan
pengendalian
terhadap
perusahaan,
sehingga
akan
berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. semakin tinggi kepemilikan institusional semakin baik kinerja perusahaan, mempunyai kemampuan untuk mengontrol kinerja perusahaan sehingga semakin hatihati manajemen dalam menjalankan perusahaan. Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan pada umumnya dan manajer pengelola perusahaan pada khususnya. (Machmud dan Djakman, 2008) Investor
institusional
akan
memantau
secara
professional
perkembangan investasi yang ditanamkan pada perusahaan dan memiliki tingkat pengendalian yang tinggi terhadap tindakan manajemen. Hal ini 42
memperkecil potensi manajemen untuk melakukan kecurangan, dengan demikian maka dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan kepentingan stakeholders lainnya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Faisal (2005) menemukan hubungan yang berlawanan antara kinerja saham dengan kepemilikan saham institusional. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5 persen) mengindikasikan
kemampuannya
dalam
memonitor
manajemen.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen yang dapat merugikan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rafriny Amyulianthy (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan : Ha 3 : Kepemilikan Institusional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 4. Kepemilikan Manajerial terhadap kinerja perusahaan Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan manajemen dan principal. Kepemilikan manajerial juga dapat dikatakan sebagai situasi dimana manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Semakin besar kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan semakin 43
produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan kinerja perusahaan. (Listyani, 2003). Fuerst dan Kang (2000) dalam Suranta (2004) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara insider ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Besarnya kepemilikan dari CEO dan corporate insider mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan dan nilai pasar. Penelitian lain yang dilakukan Rafriny Amyulianthy (2012) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut
diatas serta mengacu pada penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan Ha 4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
44
BAB. III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena bertujuan meneliti hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Objek penelitian ini adalah mekanisme Good Corporate Governance dalam hal Dewan Komisaris Independen, Ukuran
Dewan
Direksi,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial dan Kinerja Perusahaan yang diukur dengan Tobin’Q. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan. B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Purposive sampling dalam hal ini lebih khusus menggunakan metode judgment sampling. Judgment sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002).
45
Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangannya secara terusmenerus pada tahun 2008-2012 b. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir pada 31 desember, hal ini untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam menghitung Tobin’Q c. Perusahaan mempunyai struktur kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional d. Perusahaan mencantumkan dewan direksi dan dewan komisaris C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dan umumnya berupa bukti, catatan/ laporan historis yang telah tersusun dalam arsip/ data dokumenter. Data sekunder dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, Indonesian capital market directory, dan internet dengan kriteria perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan per 31 desember pada tahun 2008-2012 2. Data persentase saham kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang diambil dari catatan atas laporan keuangan konsolidasian perusahaan
46
3. Jumlah ukuran dewan direksi dan dewan komisaris independen yang diambil dari catatan atas laporan keuangan konsolidasian perusahaan D. Metode Analisis Data Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh dari ukuran dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial yang merupakan variabel independen dalam penelitian ini dengan variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan. Pengujian variable-variabel ini menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan perangkat lunak SPSS 20. 1. Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan Statistik Deskriptif untuk mengetahui gambaran mengenai standar deviasi, rata-rata, minimum, maksimum dan variabelvariabel yang diteliti. Statsitik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel statsitik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan data, serta penyajian hasil peningkatan tersebut (Ghozali, 2012). 2.Uji Asumsi Klasik a.Uji Autokorelasi Pengujian ini dilakukan untuk menguji dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengguna periode satu dengan 47
kesalahan pada periode t-1 (tahun sebelumnya)(Ghozali, 2012). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari auto korelasi. Pengujian ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui dari uji Durbin-Watson (DW), dan hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW). Berikut adalah keterangan untuk interpretasi statistik Durbin-Watson : 1) Terdapat autokorelasi
: d < DwI atau d > 4 - DwI
2) Tidak dapat disimpulkan
: 4-Dwu
3) Tidak terdapat autokorelasi
: Dwu < d < 4 - Dwu
e. Uji Multikolineritas Pengujian multikolineritas dilakukan untuk menguji pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terdapat Korelasi maka terdapat problem multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat dari tolerance value dan nilai variance inflation factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10. Apabila tolerance variance di bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka terjadi multikolinieritas, (Ghozali, 2012). c. Uji Heterokedastitas Pengujian ini digunakan untuk menguji suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahuinya digunakan grafik scatter plot, yaitu dengan melihat 48
pola-pola tertentu pada grafik (Ghozali, 2012). Salah satu cara untuk mendeteksi
ada
atau
tidaknya
heterokedastitas
adalah
dengan
menggunakan grafik Scatterplot antara nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila nilai probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan lima persen dan grafik scatterplot, titik-titik menyebar di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas (Ghozali, 2012). d.Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan uji normalitas untuk mengetahui data terdistribusi normal atau tidak serta menguji normalitas data yang digunakan pada grafik histogram yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengamsumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji normalitas data, penelitian ini mengguanakan analisis grafik. Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan potongan data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dikatakan normal jika data atau titik-titik terbesar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal, (Ghozali, 2012). 49
3.Pengujian Hipotesis Uji hipotesis menggunakan alat regresi berganda. Pemilihan regresi berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variable independen terhadap variable dependen. Persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = α + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3 X3 + β 4 X4
Keterangan : Y = Tobin’ Q α = Konstanta β = Koefisien regresi X1= Proporsi dewan komisaris independen X2=Ukuran dewan direksi X3=Kepemilikan institusional X4=Kepemilikan manajerial a.Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variable independen (mekanisme corporate governance dalam hal dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) dalam menjelaskan variable dependen (kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variable independen memberikan hampir semua 50
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variable dependen (Ghozali, 2012). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien detrminasi adalah bias terhadap jumlah variable independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variable independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variable tersebut berpengaruh secar signifikan terhadap variable dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai Adjust R2, yang dapat naik turun apabila satu variable independen ditanbahkan ke dalam model. Jika nilai Adjust R2 adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variable dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variable independen dan tidak ada factor lain yang menyerbabkan fluktuasi variable dependen. Nilai Adjusted R2 berkisar antar 0 dan 1. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat kemampuan variable independen dapat menjelaskan variable dependen. Sebaliknya, jika nilai Adjusted R2 semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variable independen dapat menjelaskan fluktuasi variable dependen (Ghozali, 2012). b. Pengujian Parsial (uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independent secara individual yaitu mekanisme corporate governance dalam hal dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
51
dalam menerangkan variasi variable dependen, yaitu kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan uji t adalah dengan menentukan level of significance yang digunakan sebesar 5% atau (α) = 0,05. Jika sag t lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak. Namun jika sig t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, berarti ada pengaruh signifikan antara variable independen dengan variable dependen (Ghozali, 2012) c. Uji Hipotesis (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) menyatakan bahwa semua variabel independen yang dimasukkan dalam model tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen, sedangkan (Hi) menyatakan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai fhitung lebih besar daripada ftabel, maka Ho dapat ditolak dan Hi diterima. Sebaliknya jika fhitung lebih kecil daripada ftabel maka Ho diterima dan Hi ditolak. Bila berdasarkan nilai probabilitas, maka probabilitas > 0,05 (< 0,05), maka Ho diterima (ditolak), (Ghozali, 2012) E. Operasional Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu variable independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah
52
mekanisme corporate governance sedangkan variabel dependennya adalah kinerja keuangan perusahaan. 1.Variabel Dependen Variabel terikat (dependent variable) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro, 2002). Sebagai variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini adalah kinerja perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q sebagai ukuran penilaian pasar (klapper dan Love,2002). Penulis menyesuaikan rumus tersebut untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan berdasarkan pasar. Rumus yang digunakan adalah Tobin’s Q dengan rincian rumus adalah sebagai berikut (Klaper dan Love, 2002). Tobin’s Q = (EMV+D) (EBV+D)
Keterangan : Q
: Kinerja perusahaan, di ukur dengan Tobin Q rasio.
EMV
:Nilai pasar equitas (Equity Market Value), diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (Closing Price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.
D
: Nilai buku dari total hutang.
EBV
: Nilai buku dari total ekuitas (equity book value)
Sumber: (Herawaty, SNA 11 Pontianak 2008)
53
Perhitungan secara sederhananya yaitu Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham tanggal beredar pada akhir tahun, sementara Equity Book Value (EBV) diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajibannya (Herawaty, 2008). Beberapa penelitian terdahulu menggunakan Tobin’s Q model yang diberi symbol “Q” untuh mengukur kinerja perusahaan. Perusahaan yang menunjukkan Tobin’s Q lebih besar berarti perusahaan tersebut memenfaatkan
sumber
daya
yang
dimilikinya
dengan
baik
(Murwaningsari, 2007). 2.Variabel Independen Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Sebagai variabel bebas (independent variable) pada penelitian ini adalah indikator dari good corporate governance yaitu : a. Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris independen adalah angota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2004).
54
Proporsi
dewan
komisaris
independen
diukur
dengan
menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (Ujiyantho dan Bambang, 2007). b. Ukuran Dewan Direksi Board of Management (dewan direksi) adalah anggota dewan yang bertanggung jawab terhadap kinerja perusahaan dan menjalankan manajemen perusahaan. Menggambarkan jumlah anggota dewan direksi, diukur dengan mengetahui berapa banyak jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan (Murwaningsari, 2007). c. Kepemilikan Institusional Kepemilikan
saham
institusional
(institusional
Ownership)
merupakan proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun yang diukur dalam persen. Variabel ini akan menggambarkan tingakt kepemilikan saham oleh institusional dalam perusahaan. Tingkat kepemilikan
institusional
yang
tinggi
akan
menimbulkan
usaha
pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional, sehingga dapat menghalangi perilaku opportunis manajer (Ujiyantho dan Bambang, 2007). d. Kepemilikan Manajerial Menggambarkan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yaitu direktur dan komisaris (Setyawan, 1999 dalam Faisal, 2004). Diukur
55
dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Tabel 3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian Variabel Indikator Skala Independen: -Ukuran Dewan Jumlah anggota dewan Nominal Direksi direksi dalam perusahaan (Murwaningsari, 2007) -Dewan Komisaris Independen
Persentase anggota dewan komisaris yang bersal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan (ujiyantho dan Bambang, 2007)
Rasio
-Kepemilikan Institusional
Persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar (Murwaningsari,2007)
Rasio
-Kepemilikan Manajerial
Persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen (komisaris, direksi dan karyawan) dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar (Ujiyantho dan Bambang, 2007)
Rasio
Perbandingan antara (Equity Market Value ditambah kewajiban) dengan total asset (Herawaty, 2008)
Rasio
Dependen : -Kinerja Perusahaan (Tobin’s Q
Sumber :(Herawaty,2008, Murwaningsari,2007, Ujiyantho dan Bambang,2007)
56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012. Sampel perusahaan manufaktur yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 40 perusahaan. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan tahun 2008-2012 yang diambil di Bursa Efek Indonesia dan www.idx.co.id. Tabel 4.1 merupakan rincian sampel yang diperoleh. Tabel 4.1 Rincian Sampel Penelitian Kriteria Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 Perusahaan manufaktur yang berhasil diperoleh dan menerbitkan laporan keuangan secara konsisten tahun 2008-2012 Perusahaan yang tidak menyampaikan data kepemilikan institusional Perusahaan yang tidak menyampaikan data kepemlikan manajerial Perusahaan yang tidak menyampaikan data dewan komisaris independen Perusahaan yang menjadi sampel Sumber: Data Sekunder diolah
57
Jumlah 447 138 69
( 7 ) ( 13 ) ( 9 ) 40
Berdasarkan klasifikasi jenis industrinya, perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 15 jenis industry dalam perusahaan manufaktur. PT Astra International
memiliki total
aktiva terbesar dari seluruh perusahaan yang masuk dalam sampel dengan nilai total aktiva sebesar Rp 182,274,000,000,000. Sementara perusahaan dengan total aktiva terendah adalah PT Alam Karya Unggul dengan total aktiva sebesar Rp 10,582,842,395. Data total aktiva terbesar dan terkecil ini dapat dilihat di daftar lampiran. Tabel 4.2 Distribusi Sampel Klasifikasi Jenis Industri Perusahaan manufaktur No
Jenis Industri
Jumlah
1
Industri Semen
3
2
Industri Keramik, Porselen, dan Kaca
2
3
Industri Logam
3
4
Industri Kimia
4
5 6 7 8 9 10
Industri Plastik dan Kemasan Industi Pakan Ternak Industri Pulp dan Kertas Industri Otomotif dan Komponen Industri Tekstil dan Garment Industri Kabel
2 2 1 7 3 2
11
Industri Makanan dan Minuman
3
12 13 14
Industri Rokok Industri Farmasi Industri Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga Industri Peralatan Rumah Tangga
2 2 2
15
2
Sumber: Data Sekunder diolah
58
B. Analisis Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian mini meliputi Proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial sebagai variable independen. Sedangkan variable dependen yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin’Q. Variabel tersebut akan diuji secara deskriptif seperti berikut ini : Tabel 4.3 Descriptive Statistics N
1. V
TOBINSQ
aKOMISARISINDEPENDEN DEWANDIREKSI
rKEPEMILIKANINSTITUSIONAL KEPEMILIKANMANAJERIAL
iValid N (listwise)
Minimum
200
.22
Maximum 2.73
Mean 1.1056
Std. Deviation .51059
200
.25
.60
.3299
.09787
200
2.00
11.00
4.9500
2.00690
200
35.00
98.00
73.8291
15.94299
200
.00
24.42
3.3510
5.35515
200
1. Variabel Independen a. Dewan Komisaris Independen Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunjukkan bahwa mean dari dewan komisaris independen sebesar 0.3299, dewan komisaris independen minimum sebesar 0.25 yaitu PT Chandra Asri Petrochemical, PT Tiga Pilar Sejahtera Food, PT Kedawung Setia Industrial, PT Sumi Indo Kabel, dan dewan komisaris independen maksimum sebesar 0.60 yaitu PT Kimia Farma, sedangkan standar deviasi dewan komisaris independen sebesar 0.09787.
59
b. Ukuran Dewan Direksi Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunnjukkan bahwa mean dari ukuran dewan direksi sebesar 4.9500, ukuran dewan direksi minimum sebesar 2.00 yaitu PT Alam Karya Unggul, PT Nusantara Inti Corpora, PT Arwana Citramulia , dan ukuran dewan direksi maksimum sebesar 11.00 yaitu PT Asahimas Flat Glass, sedangkan standar deviasi ukuran dewan direksi sebesar 2.00690. c. Kepemilikan Institusional Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunnjukkan bahwa mean dari kepemilikan institusional sebesar 73.8291, kepemilikan institusional minimum sebesar 35.00 yaitu PT Nusantara Inti Corpora, dan kepemilikan institusional maksimum sebesar 98.00 yaitu PT HM Sampoerna, sedangkan standar deviasi kepemilikan institusional sebesar 15.94299. d. Kepemilikan Manajerial Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunnjukkan bahwa mean dari kepemilikan manajerial sebesar 3.3510, kepemilikan manajerial minimum sebesar 0.00 yaitu PT Indomobil Sukses International, kepemilikan manajerial maksimum sebesar 24.42 yaitu PT Nipress, sedangkan standar deviasi kepemilikan manajerial sebesar 5.35515.
60
2. Variabel Dependen a. Kinerja Perusahaan Berdasarkan analisis data pada table 4.3 menunjukkan bahwa mean dari kinerja perusahaan sebesar 1.1056, dan kinerja perusahaan minimum sebesar 0.22 yaitu PT Nusantara Inti Corpora, dan kinerja perusahaan maksimum sebesar 2.73 yaitu PT Astra Otoparts, sedangkan standar deviasi dari kinerja perusahaan sebesar 0. 51059. C. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Autokorelasi. Tabel 4.4 Model Summaryb Model
Durbin-Watson 2.161
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber: Data Sekunder diolah
Tabel 4.4. menyajikan nilai DW sebesar 2,161. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai tabel DW dengan menggunakan nilai signifikansi 5% dengan jumlah sampel 200 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k = 4). Berikut tabel Durbin-Watson yang disajikan dalam Tabel 4.5.
61
Tabel 4.5. Tabel Durbin-Watson k=4 dL dU 30 1,142 1,738 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200 1,728 1,810 Nilai batas atas (dU) untuk sampel 200 (n) dan jumlah variabel N
independen 4 (k=4) adalah 1,810. Hal ini menunjukkan bahwa nilai DW 2,161 lebih besar dari batas atas (dU) 1,810 dan kurang dari 4 – 1,810 (4 – dU). Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi penelitian ini, sehingga model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi autokorelasi. b. Uji multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Pengujian multikolonieritas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0.1, maka data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas ( Ghozali, 2012). Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis ditunjukkan pada table 4.6 sebagai berikut :
62
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
KOMISARISINDEPENDEN
.952
1.050
DEWANDIREKSI
.965
1.037
1 KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
.912
1.096
KEPEMILIKANMANAJERIAL
.886
1.129
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber: Data Sekunder diolah
Berdasarkan analisis data pada table 4.6 menunjukkan hasil uji multikolonieritas dengan VIF berkisar antara 1.037 sampai 1.129, Sedangkan nilai tolerance berkisar antara 0.886 sampai 0.965. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variable independen tidak memiliki masalah multikolonieritas. c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaam varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Model regresi
yang baik adalah
yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada 63
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2012). Gambar 4.1 merupakan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot untuk data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja perusahaan. Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Sekunder diolah
Berdasarkan uji heteroskedastisitas pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
64
d. Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas residual menggunakan grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memiliki asumsi normalitas (Ghozali, 2012). Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan Normal PPlot dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Grafik Normality Probability Plot
Sumber: Data Sekunder diolah
Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan 65
demikian, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas. 2. Pengujian Hipotesis a. Koefisien Determinasi Uji
ini
dilakukan
untuk
mengukur
kemampuan
variable
independen, yaitu dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dalam menjelaskan variasi variable dependen yaitu kinerja perusahaan. Hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan dalam table 4.6. Tabel 4.7 Model Summaryb Model 1
R
R Square a
.485
Adjusted R Square
.236
Std. Error of the Estimate
.220
.45097
a. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI, KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL b. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber: Data Sekunder diolah Berdasrkan analisis data pada table 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien Adjusted R Square adalah sebesar 0,220 Hal ini berarti 22% variabel Tobin’s Q dapat dijelaskan oleh variable dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial. Sedangkan sisanya (100% - 22%
= 78 %)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Variabel tersebut yaitu komite audit, ukuran perusahaan, lama perusahaan (Siregar dan Utama, 2005).
66
b. Uji Statistik t Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara individual yaitu mekanisme corporate governance dalam hal dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dalam menerangkan variasi variable dependen, yaitu kinerja perusahaan. Berikut hasil uji penelitiannya :
Tabel 4.8 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
.014
.196
1.434
.335
DEWANDIREKSI
.073
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
KOMISARISINDEPENDEN
KEPEMILIKANMANAJERIAL
t
Sig.
Beta .072
.942
.275
4.284
.000
.016
.288
4.515
.000
.004
.002
.133
2.025
.044
-.017
.006
-.182
-2.732
.007
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber: Data Sekunder diolah
Berdasarkan analisis data pada table 4.7 yang menunjukkan hasil pengujian antara variable dependen dengan variable independen yang dilakukan dengan uji t, hasilnya adalah sebagai berikut :
67
Hasil uji hipotesis 1 : Dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian variable dewan komisaris independen mempunyai angka signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Nilai beta
yang dihasilkan positif sebesar 0,275
Estimasi arah yang positif pada koefisien variable dewan komisaris independen menunjukkan bahwa setiap peningkatan dewan komisaris independen akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini berhasil didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Benhart dan Rosenstein (1998) dalam Murwaningsari (2007) yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin efektif peranan komisaris independen di dalam melaksanakan fungsi monitoring terhadap perilaku oportunis manajemen. Perilaku oportunis manajemen yang dimonitor dengan baik oleh komisaris independen akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil uji hipotesis 2 : Dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian variable ukuran dewan direksi mempunyai angka signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Nilai beta yang dihasilkan positif sebesar 0,288. Estimasi arah yang positif 68
meninjukkan bahwa setiap peningkatan ukuran dewan direksi akan menaikkan kinerja perusahaan. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Pearce dan Zahra (1992) dalam Faisal (2005) yang menyatakan bahwa peningkatan ukuran dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya jaringan dengan pihak luar perusahaan dan menjamin adanya ketersediaan sumber daya. Sedangkan hasil penelitian ini
kontradiktif
dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Murwaningsari (2007) yang menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil uji hipotesis 3 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian variable kepemilikan institusional mempunyai angka signifikan 0,044 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. nilai beta yang dihasilkan positif sebesar 0,133. Arah positif pada koefisien variable kepemilikan institusional menunjukkan bahwa setiap
peningkatan kepemilikan institusional akan menaikkan kinerja
perusahaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung atau sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Serli (2011) institusional
berpengaruh
yang mengatakan bahwa kepemilikan
signifikan
terhadap
kinerja
perusahaan. 69
Kepemilikan institusional ini akan memantau pergerakan kinerja perusahaan sehingga kinerja perusahaan sesuai dengan visi misi yang telah direncanakan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2007),
Sri
dan Siti
(2012).
Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh institusional tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi domestik akan
menurunkan kegiatan monitoring yang dilakukan oleh pemegang saham institusi domestik sehingga kinerja perusahaan akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan pemilik mayoritas institusi ikut dalam pengendalian perusahaan sehingga cenderung bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengorbankan kepentingan minoritas di dalam perusahaan. Adanya kecenderungan tersebut membuat terjadinya ketidakseimbangan dalam penentuan arah kebijakan perusahaan yang pada akhirnya hanya akan menguntungkan pihak pemegang saham mayoritas saja (institutional ownership). Hasil uji hipotesis 4 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan Hasil pengujian variable kepemilikan manajerial mempunyai angka signifikan 0,007 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Tetapi hasilnya negatif karena beta yang dihasilkan sebesar 70
0,182. Estimasi arah yang negatif menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajerial (dewan komisaris dan dewan direksi) yang semakin banyak cenderung akan menurunkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini berhasil didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Suranta (2003) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negative terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa baik dewan komisaris maupun dewan direksi memiliki insentif untuk memaksimumkan kesejahteraannya dan konflik yang terjadi dalam teori keagenan tidak dapat dikurangi. Hal ini disebabkan mereka terlibat dalam manajemen perusahaan dan ikut memutuskan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja perusahaan. Para pemilik perusahaan yang memiliki jumlah saham yang lebih sedikit tidak dapat melakukan kontrol dan monitoring terhadap perilaku yang tidak menguntungkan bagi mereka. Akibatnya adalah berdampak pada asimetri informasi yang sering dirasakan oleh pemilik minoritas perusahaan. (Suranta, 2003). Hasil penelitian ini juga berhasil didukung oleh Herawaty (2008) tetapi kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2007). Dari table coefficient dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y=0,014+1,434X1+0,073X2+0,004X3-0,017X4 1. Nilai Konstanta model persamaan regresi sebesar 0.014. Artinya jika variable dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial dianggap 71
konstan, maka rata-rata kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q sebesar 0,014. 2. Koefisien regresi dewan komisaris independen sebesar 1,434 menyatakan bahwa setiap penambahan dewan komisaris sebesar 1 akan meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q sebesar 1,434. 3. Koefisien regresi dewan direksi sebesar 0,073 menyatakan bahwa setiap penambahan dewan direksi sebesar 1 akan meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q sebesar 0,073. 4. Koefisien
regresi
kepemilikan
institusional
sebesar
0,004
menyatakan bahwa setiap penambahan kepemilikan institusional sebesar 1 akan meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q sebesar 0,004. 5. Koefisien
regresi
kepemilikan
manajerial
sebesar
-0,017
menyatakan bahwa setiap penambahan kepemilikan manajerial sebesar 1 akan menurunkan kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q sebesar 0,017. c. Uji Statistik F Uji F dilakukan dengan tujuan menguji apakah semua variable independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen.
72
Berikut hasil penelitiannya :
Tabel 4.9 ANOVAa Model
Sum of Squares
Mean Square
Regression
12.223
4
3.056
ResidualB
39.657
195
.203
51.881
199
e Total r
df
F 15.025
Sig. .000b
a. Dependent Variable: TOBINSQ
db. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI, KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
Sumber: Data Sekunder diolah Berdasarkan table di atas yang menunjukkan hasil uji F dengan signifikansi sebesar 0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,05, Artinya bahwa variable dewan komisaris independen, ukuran dewan direksi, kepemilikan Institusional dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama berpengaruh secara signifikansi terhadap variable kinerja perusahaan. Corporate governance merupakan suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan kinerja perusahaan kepada para pemegang saham. Dey Report (1994) dalam Siallagan dan Machfoed (2006) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para pemegang saham. Berarti fungsi kontrol telah dilaksanakan dengan efisien pada perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Dengan demikian, 73
penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini berhasil didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang menemukan adanya hubungan
positif
antara
corporate
governance
terhadap
kinerja
perusahaan.
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara signifikan pengaruh corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20082012. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda hasil pengujian terhadap 40 sampel perusahaan manufaktur diperoleh sebagai berikut : 1. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengaruh
corporate
governance dalam hal dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 2. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengaruh
corporate
governance dalam hal ukuran dewan direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 3. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengaruh
corporate
governance dalam hal kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. 4. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengaruh
corporate
governance dalam hal kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.
75
B. Implikasi Implikasi yang dapat diberikan penulis terkait dengan penelitian ini adalah: 1. Akademisi, dapat di gunakan oleh para akademisi sebagai referensi dalam menambah pengetahuan mengenai praktik Good Corporate Governance yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. 2. Peneliti, dapat digunakan oleh peneliti sebagai sarana menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai praktik Good Corporate Governance 3. Praktisi, dapat digunakan oleh para praktisi seperti investor, badan otoritas pasar modal, dan para analis keuangan mengenai relevansi kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh penerapan Good Corporate Governance C. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa saran sebagai berikut : 1. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih besar sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan. 2. Pada penelitian selanjutnya, periode penelitian sebaiknya lebih dari 5 tahun agar hasil penelitian lebih akurat dan dapat memprediksi hasil penelitian untuk jangka panjang. Selain
itu agar dapat
diketahui ada tidaknya peningkatan kesadaran perusahaan di
76
Indonesia akan penerapan good corporate governance, serta untuk mengetahui perhatian masyarakat dan para pemegang saham. 3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan variablevariabel baru yang diidentifikasi sebagai variable mekanisme corporate governance dan rasio keuangan lainnya.
77
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Lailatul L. Sifa.2006 “Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi IX Padang. Belkaoui Ahmed Riahi, 2007, “Teori Akuntansi”, Buku 2, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Cahyani, Nuswandari, 2009, “Pengaruh Corporate governance perception index terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur”, Vol. 16. No. 2, September, 2009, hal: 70-84. Carningsih, 2009, “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Hubungan antara Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Daniri,
Achmad. 2005. “Good Corporate Governance”: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesai”, Jakarta :PT Triexs Trimacindo
Darmawati dkk. (2005). “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 6, Hal. 6581. Ebraheem Saleem Salem Alzoubi and Mohamad Hisyam Selamat. 2012. “The Effectiveness of Corporate Governance Mechanisms on Constraining Earning Management: Literature Review and Proposed Framework ”. International Journal of Global Business, 5 (1), 17- 35 Effendi, Muh. Arief.2009 “The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi”. Salemba Empat, Jakarta. Faizal. 2004. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Filia Puspitasari Dan Endang Ernawati,2010.“Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha”, Universitas Surabaya, Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan. Forum for Corporate Governance in Indonesia.2001 “Tata Kelola Perusahaan.” Seri Tata Kelola Perusahan, Jilid I. Edisi ke-3. Jakarta.
78
Ghozali, Imam. 2012. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 20”. Edisi VI. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gray, R., Owen, D., dan Maunders, K. 1987. Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall: London. Hamid, Abdul.2010. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”.Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Herawaty, Vinola.2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA)XI Pontianak . Imam Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal. 2002. The forum for Corporate Governance in Indonesia. Iqbal Bukhori, Raharja. 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010)”. Diponegoro journal of accounting, volume 1, nomor 2, tahun 2012, hal 15-30 Jehsen, Michael C. & W.H. Meckling. (1976). “Theory of the firm: managerial behavior, agency cost, and ownership structure”, Jounal of Financial Economics 3, Page: 305-360. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara, Nomor: KEP-117/MMBU/ 2002 Tentang ”Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)”. Kieso E. Donald, dan Weygandt J Jerry, 2008, Akuntansi Intermediate. Jilid Satu, Edisi Keduabelas, Erlangga. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. 2004. Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia. Kresnohadi, Ariyoto, 2000, “Good Corporate Governance Dan Konsep Penegakannya Di BUMN Dan Lingkungan Usahanya”, Majalah Usahawan No.10 Tahun XXIX. Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
79
Leora. F. Klapper & I. Love. (2002). “Corporate Governance, Investor Protection and Performance in Emerging Market”. World Bank Working Paper. http:// ssrn. com. Listyani, Theresia Tyas, 2003, “Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Dan Pengaruhnya terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Maksi, Vol. 3, Agustus, hal: 98-114. Mulyadi (2007). Akuntansi Manajemen:Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi kedua). Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Murwaningsari, Etty. 2007.“Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening”, Journal the 1st Accounting Conference FEUI Ni Ketut Sukarsih dan Ni Luh Nyoman Ayu Suda Susilawati. 2011. “Dampak Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan (studi kasus di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal bisnis dan kewirausahaan. Nur Indriantoro, dan Bambang Supomo,2002. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Rafriny Amyulianthy.2012. “Pengaruh Struktur Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik Indonesia”. Jurnal liquidity,Vol 1,no 2 hlm 9198. Rustia,Anastasya.2012.http://investasi.kontan.co.id/news/bpk - temukan - potensipenyimpangan-gcg-di-atas-rp7-triliun. (diakses tanggal 25 mei 2013). Sedarmayanti.2007.Governance dan Good Corporate Governance. (Edisi Ketiga). Bandung : Penerbit Mandar Maju. Serli, Ike Ari Susanti, 2011, “Pengaruh Kualitas Corporate Governance, Kualitas Audit, Dan Earnings Management terhadap Kinerja Perusahaan”, Jurnal ekonomi dan bisnis, Vol. 5, No. 2 Juli 2011, hal. 145-161. Shleifer, A dan Vishny, R.W. 1986. Large Shareholders and Corporate Control, Journal of Political Economiy 94, 31. Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz.2006 “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang, 80
Srimindarti, Ceacilia.2004 Seri Fokus Ekonomi. Jilid I. Edisi ke-3. Bandung : Penerbit Mandar Maju. Siregar, S.V., dan S. Utama, 2008, “ Type of earnings management and the effect of ownership structure, firm size, and corporate-governance practices: Evidence from Indonesia”, The International Journal of Accounting 43, p.1–27. Suranta, Eddy dan Mas’ud Machfoedz.2003. “Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi”, Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya,. Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi, 2004, “Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems, dan Kinerja Perusahaan”, Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII, Bali, 2-3 Desember. Sutojo, Sutojo, dan Aldrige, E. John, 2005, “Good Corporate Governance : Tata Kelola Perusahaan yang Sehat”, PT. Damar Mulia Rahayu, Jakarta. Taqiyyah,Barratut.2012. http://investasi.kontan.co.id/news/bursa- jepang-melorotterguncang-skandal-olympus.(diakses tanggal 15 april 2013) Tjager. IN., Alijoyo, F.A., Djemat, H.R, dan Soembodo, B, 2003, “Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia, Serial Mastering Good Coprorate Governance”, Prenhanllindo, Jakarta. Ujiyantho, Muhammad Arief dan Bambang Agus Pramuka.2007.“Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X. V. Titi Purwantini. 2012. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahhaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal. STIE AUB Surakarta. Wajdi Ben Rejeb and Mohamed Frioui. 2012. “The Impact of Good Corporate Governance Practices on Stakeholder’s Satisfaction in Tunisian Listed Companies”.Intenational Journal Of Business and Management Studies Vol 4, No 2. Wardhani,R.2008.Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan Sebagai Mekansme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
81
LAMPIRAN
82
Lampiran 1 Sampel Penelitian Perusahaan Manufaktur No Nama Perusahaan 1 PT Alam Karya Unggul (AKKU) 2 PT Berlina {BRNA) 3 PT Eterindo Wahanatama (ETWA) 4 PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) 5 PT Nipress (NIPS) 6 PT Kedaung Indah Can (KICI) 7 PT Trias Sentosa (TRST) 8 PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) 9 PT Asahimas Flat Glass (AMFG) 10 PT Astra International (ASII) 11 PT Astra Otoparts (AUTO) 12 PT Citra Tubindo (CTBN) 13 PT Selamat Sempurna (SMSM) 14 PT Mandom Indonesia (TCID) 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) PT Jaya Pari Steel (JPRS) PT Kimia Farma (KAEF) PT Malindo Feedmill (MAIN) PT Krakatau Steel (KRAS) PT Kabelindo Murni (KBLM) PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) PT Apac Citra Centertex (MYTX) PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) PT Centex (CNTX) PT Goodyear Indonesia (GDYR) PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) PT HM Sampoerna (HMSP) PT Sumi Indo Kabel (IKBI) PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) PT Kalbe Farma (KLBF) PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) PT Sierad Produce (SIPD) PT Holcim Indonesia (SMCB) PT Semen Gresik (SMGR) PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) PT Arwana Citramulia (ARNA) PT Delta Djakarta (DLTA) PT Fajar Surya Wisesa (FASW)
Jenis Industri dalam Manufaktur Industri Plastik dan Kemasan Industri Plastik dan Kemasan Industri Kimia Industri Kimia Industri Otomotif dan Komponen Industri Peralatan Rumah Tangga Industri Plastik dan Kemasan Industri Kimia Industri Keramik, Porselen, dan Kaca Industri Otomotif dan Komponen Industri Otomotif dan Komponen Industri Logam Industri Otomotif dan Komponen Industri Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga Industri Otomotif dan Komponen Industri Logam Industri Farmasi Industi Pakan Ternak Industri Logam Industri Kabel Industri Kimia Industri Otomotif dan Komponen Industri Tekstil dan Garment Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Garment Industri Otomotif dan Komponen Industri Peralatan Rumah Tangga Industri Rokok Industri Kabel Industri Semen Industri Farmasi Industri Makanan dan Minuman Industri Rokok Industi Pakan Ternak Industri Semen Industri Semen Industri Tekstil dan Garment Industri Keramik, Porselen, dan Kaca Industri Makanan dan Minuman Industri Pulp dan Kertas 83
Lampiran 2 Sampel Dewan Komisaris Independen No. Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT Alam Karya Unggul (AKKU) PT Berlina {BRNA) PT Eterindo Wahanatama (ETWA) PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) PT Nipress (NIPS) PT Kedaung Indah Can (KICI) PT Trias Sentosa (TRST) PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) PT Asahimas Flat Glass (AMFG) PT Astra International (ASII) PT Astra Otoparts (AUTO) PT Citra Tubindo (CTBN) PT Selamat Sempurna (SMSM) PT Mandom Indonesia (TCID) PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) PT Jaya Pari Steel (JPRS) PT Kimia Farma (KAEF) PT Malindo Feedmill (MAIN) PT Krakatau Steel (KRAS) PT Kabelindo Murni (KBLM) PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) PT Apac Citra Centertex (MYTX) PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) PT Centex (CNTX) PT Goodyear Indonesia (GDYR) PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) PT HM Sampoerna (HMSP) PT Sumi Indo Kabel (IKBI) PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) PT Kalbe Farma (KLBF) PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) PT Sierad Produce (SIPD) PT Holcim Indonesia (SMCB) PT Semen Gresik (SMGR) PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) PT Arwana Citramulia (ARNA) PT Delta Djakarta (DLTA) PT Fajar Surya Wisesa (FASW)
2008 0.5 0.25 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.45 0.33 0.4 0.33 0.4 0.42 0.5 0.6 0.33 0.4 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.5
Komisaris Independen 2009 2010 2011 0.5 0.5 0.33 0.25 0.5 0.5 0.33 0.33 0.25 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.33 0.45 0.45 0.45 0.33 0.33 0.33 0.4 0.4 0.4 0.33 0.33 0.33 0.4 0.4 0.4 0.42 0.42 0.42 0.5 0.5 0.5 0.6 0.6 0.6 0.33 0.33 0.33 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.5 0.5 0.5 84
2012 0.33 0.5 0.5 0.33 0.25 0.33 0.33 0.33 0.33 0.45 0.33 0.4 0.33 0.4 0.42 0.5 0.6 0.33 0.4 0.5 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.5
Lampiran 3 Sampel Dewan Direksi No. Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT Alam Karya Unggul (AKKU) PT Berlina {BRNA) PT Eterindo Wahanatama (ETWA) PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) PT Nipress (NIPS) PT Kedaung Indah Can (KICI) PT Trias Sentosa (TRST) PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) PT Asahimas Flat Glass (AMFG) PT Astra International (ASII) PT Astra Otoparts (AUTO) PT Citra Tubindo (CTBN) PT Selamat Sempurna (SMSM) PT Mandom Indonesia (TCID) PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) PT Jaya Pari Steel (JPRS) PT Kimia Farma (KAEF) PT Malindo Feedmill (MAIN) PT Krakatau Steel (KRAS) PT Kabelindo Murni (KBLM) PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) PT Apac Citra Centertex (MYTX) PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) PT Centex (CNTX) PT Goodyear Indonesia (GDYR) PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) PT HM Sampoerna (HMSP) PT Sumi Indo Kabel (IKBI) PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) PT Kalbe Farma (KLBF) PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) PT Sierad Produce (SIPD) PT Holcim Indonesia (SMCB) PT Semen Gresik (SMGR) PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) PT Arwana Citramulia (ARNA) PT Delta Djakarta (DLTA) PT Fajar Surya Wisesa (FASW)
2008 2 3 3 4 5 3 3 6 11 8 8 5 4 5 9 4 5 5 6 3 5 3 3 3 6 3 3 5 6 8 5 4 5 6 9 6 2 2 5 5
Dewan Direksi 2009 2010 2011 2 2 3 3 3 2 3 3 3 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 4 4 6 6 5 9 9 11 8 8 9 8 8 8 6 6 6 4 4 5 5 6 6 9 7 7 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 6 3 3 3 5 7 7 4 3 4 3 3 3 3 3 3 6 6 6 3 3 3 3 3 3 5 5 5 6 6 5 8 8 8 5 5 6 4 4 4 4 4 4 4 7 5 8 8 8 6 5 7 2 2 2 2 2 2 5 5 5 5 5 5 85
2012 2 3 4 2 4 3 4 5 11 9 8 7 5 6 7 4 5 7 7 3 7 3 3 4 6 3 3 7 6 9 5 4 5 5 8 7 2 2 5 5
Lampiran 4 Sampel Kepemilikan Institusional No. Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT Alam Karya Unggul (AKKU) PT Berlina {BRNA) PT Eterindo Wahanatama (ETWA) PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) PT Nipress (NIPS) PT Kedaung Indah Can (KICI) PT Trias Sentosa (TRST) PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) PT Asahimas Flat Glass (AMFG) PT Astra International (ASII) PT Astra Otoparts (AUTO) PT Citra Tubindo (CTBN) PT Selamat Sempurna (SMSM) PT Mandom Indonesia (TCID) PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) PT Jaya Pari Steel (JPRS) PT Kimia Farma (KAEF) PT Malindo Feedmill (MAIN) PT Krakatau Steel (KRAS) PT Kabelindo Murni (KBLM) PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) PT Apac Citra Centertex (MYTX) PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) PT Centex (CNTX) PT Goodyear Indonesia (GDYR) PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) PT HM Sampoerna (HMSP) PT Sumi Indo Kabel (IKBI) PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) PT Kalbe Farma (KLBF) PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) PT Sierad Produce (SIPD) PT Holcim Indonesia (SMCB) PT Semen Gresik (SMGR) PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) PT Arwana Citramulia (ARNA) PT Delta Djakarta (DLTA) PT Fajar Surya Wisesa (FASW)
Kepemilikan Institusional (%) 2008 2009 2010 2011 2012 79 79 95 95 95 51.42 51.42 51.42 60.73 51.42 71.16 63.44 55.42 55.63 55.63 80 80 80 80 80 37.11 37.11 37.11 37.11 37.11 75 75 75 75 82.55 59.46 59.46 59.46 59.46 60.36 75.84 75.84 75.84 75.84 75.84 84 84 84 84 84 50 50 50 50 50 93 95 95 95 95 76 80 80 80 86 58 58 58 58 58 77 79 78 78 78 93 93 93 93 93 67 68 68 68 68 90 90 90 90 90 59 59 59 59 59 80 80 80 80 80 84.51 84.51 84.51 83.65 77.23 77.93 77.93 77.93 77.93 77.93 45.24 45.24 45.24 45.24 45.24 79.72 79.72 79.72 79.72 79.72 72 72 72 72 72 90 90 90 90 90 93 93 94 94 94 74.81 74.81 74.81 74.81 74.81 98 98 98 98 98 93 93 93 93 93 64 64 64 64 64 55 55 55 55 55 75 75 75 75 75 65 84 85 85 85 41 41 41 41 41 77 77 80 80 80 75 75 51 51 63 35 54 54 54 54 55.98 55.98 55.98 55.98 64 84.6 84.6 84.6 81.67 81.67 77.7 75.74 75.74 75.74 75.74 86
Lampiran 5 Sampel Kepemilikan Manajerial No. Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
PT Alam Karya Unggul (AKKU) PT Berlina {BRNA) PT Eterindo Wahanatama (ETWA) PT Pelat Timah Nusantara (NIKL) PT Nipress (NIPS) PT Kedaung Indah Can (KICI) PT Trias Sentosa (TRST) PT Unggul Indah Cahaya (UNIC) PT Asahimas Flat Glass (AMFG) PT Astra International (ASII) PT Astra Otoparts (AUTO) PT Citra Tubindo (CTBN) PT Selamat Sempurna (SMSM) PT Mandom Indonesia (TCID) PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) PT Jaya Pari Steel (JPRS) PT Kimia Farma (KAEF) PT Malindo Feedmill (MAIN) PT Krakatau Steel (KRAS) PT Kabelindo Murni (KBLM) PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) PT Prima Alloy Steel Universal (PRAS) PT Apac Citra Centertex (MYTX) PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) PT Centex (CNTX) PT Goodyear Indonesia (GDYR) PT Kedawung Setia Industrial (KDSI) PT HM Sampoerna (HMSP) PT Sumi Indo Kabel (IKBI) PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) PT Kalbe Farma (KLBF) PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) PT Sierad Produce (SIPD) PT Holcim Indonesia (SMCB) PT Semen Gresik (SMGR) PT Nusantara Inti Corpora (UNIT) PT Arwana Citramulia (ARNA) PT Delta Djakarta (DLTA) PT Fajar Surya Wisesa (FASW)
Kepemilikan Manajerial (%) 2008 2009 2010 2011 2012 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 13.34 13.34 13.34 22.87 15.88 0.25 0.25 0.23 0.27 0.27 1.29 1.29 0.62 0.5 0.5 24.26 24.26 24.26 24.26 24.42 5.0 5.0 5.0 5.0 5.0 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 13.34 13.34 13.34 13.34 13.34 6.04 6.04 6.04 6.04 6.04 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 6.04 6.04 6.04 6.04 6.04 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 15.53 15.53 15.53 15.53 15.53 0.27 0.04 0.04 0.04 0.04 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 6.4 6.4 6.4 6.4 6.4 6.52 6.51 1.51 6.28 6.28 6.27 6.27 5.91 5.91 5.91 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 1.51 6.89 6.89 6.89 6.89 6.89 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 3.81 3.81 3.81 3.81 3.81 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 87
No.
Lampiran 6 Sampel Nilai Tobin’s Q Kode Harga Saham Perusahaan Penutupan (a)
1
AKKU
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
BRNA ETWA NIKL NIPS KICI TRST UNIC AMFG ASII AUTO CTBN SMSM TCID IMAS JPRS KAEF MAIN KRAS KBLM TPIA PRAS
50 700 98 270 1200 100 380 2775 1470 10550 3500 3100 650 5400 4300 600 110 740 600 93 2700 120
Saham Beredar
MVE = a x b
Kewajiban
Asset
(b) 230,000,000 11,500,000,000 16,431,504,000 42,858,282,000 138.000.000 96,600,000,000 231,752,000,000 432,192,000,000 968,297,000 94,893,106,000 168,086,000,000 417,549,000,000 2,523,350,000 681,304,500,000 532,517,000,000 792,222,000,000 20,000,000 24,000,000,000 201,689,883,200 325,008,127,626 138,000,000 13,800,000,000 2,032,000,000,000 8,622,000,000,000 2.808.000.000 1,067,040,000,000 965,030,000,000 2,019,160,000,000 383.331.363 1,063,744,532,000 1,573,760,000,000 2,837,700,000,000 434,000,000 637,980,000,000 519,607,000,000 1,998,986,000,000 4,048,000,000 42,706,400,000,000 40,163,000,000,000 80,740,000,000,000 771,000,000 2,698,500,000,000 1,190,886,000,000 3,981,316,000,000 800,000,000 2,480,000,000,000 973,000,000,000 1,907,630,000,000 1,439,668,860 935,784,759,000 341,000,000,000 930,000,000,000 201.066.667 1,085,760,002,000 94,624,000,000 910,790,000,000 996.502.680 4,284,961,520,000 5.098.497.333.042 5.578.514.465.713 750,000,000 450,000,000,000 129,572,000,000 399,344,000,000 5.554.000.000 610,940,000,000 497,905,000,000 1,445,669,000,000 339,000,000 250,860,000,000 815,384,000,000 859,935,000,000 15,775,000,000 9,465,000,000,000 9,897,323,000,000 15,374,427,000,000 1.120.000.000 104,160,000,000 233,909,000,000 459,111,000,000 728.401.000 1,966,682,700,000 962,680,000,000 2,374,666,000,000 588,000,000 70,560,000,000 440,567,000,000 555,321,000,000
Tobin’s Q 2008 0.65 0.76 0.63 1.53 0.69 0.24 1.01 0.93 0.58 1.03 0.98 1.81 1.37 1.29 1.68 1.45 0.76 1.24 1.25 0.74 1.23 0.92 88
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
MYTX AISA CNTX GDYR KDSI HMSP IKBI INTP KLBF MLBI RMBA SIPD SMCB SMGR UNIT ARNA DLTA FASW
50 425 2850 1100 98 810 1300 3100 450 50 520 50 500 780 140 390 2000 1550
1.466.666.577 73,333,328,850 1,672,000,000 710,600,000,000 10,000,000 28,500,000,000 41,000,000 45,100,000,000 405.000.000 39,690,000,000 4,383,000,000 3,550,230,000,000 306.000.000 397,800,000,000 3.681.231.699 11,411,818,270,000 9.579.215.922 4,310,647,165,000 21,070,000 1,053,500,000 6.733.125.000 3,501,225,000,000 9.391.108.493 46,955,542,700 7.662.900.000 3,831,450,000,000 5,931,520,000 4,626,585,600,000 75.422.200 10,559,108,000 917.678.872 357,894,760,100 16.013.181 32,026,362,000 2.477.888.787 3,840,727,620,000
2,070,740,000,000 2,176,060,000,000 780,107,000,000 1,358,348,000,000 387,660,000,000 473,820,000,000 725,601,000,000 1,022,329,000,000 257,584,000,000 485,722,000,000 8,084,000,000,000 16,134,000,000,000 129,273,000,000 636,409,000,000 2,765,000,000,000 11,287,000,000,000 1,358,990,000,000 5,703,832,000,000 888,254,000,000 941,389,000,000 2,725,331,000,000 4,455,532,000,000 352,000,000,000 1,385,000,000,000 5,137,054,000,000 7,674,980,000,000 2,429,249,000,000 10,602,964,000,000 53.202.374.910 288.122.190.002 448,217,000,000 736,091,000,000 174,316,000,000 698,297,000,000 2.410.688.834.886 3.718.547.929.224
0.98 1.09 1.85 0.75 0.61 0.72 0.83 1.25 0.99 0.94 1.39 0.59 1.17 0.66 0.22 1.09 0.3 1.68
89
No.
Kode
Harga Saham Saham Beredar
Perusahaan Penutupan (a) 1
AKKU
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
BRNA ETWA NIKL NIPS KICI TRST UNIC AMFG ASII AUTO CTBN SMSM TCID IMAS JPRS KAEF MAIN KRAS KBLM TPIA PRAS MYTX AISA
150 600 205 265 1450 101 375 2400 1800 34700 5750 3100 750 7000 4000 500 127 900 800 100 2,607 119 65 360
MVE = a x b
Kewajiban
Asset
(b) 230,000,000 138.000.000 968,297,000 2,523,350,000 20,000,000 138,000,000 2.808.000.000 383.331.363 434,000,000 4,048,000,000 771,000,000 800,000,000 1,439,668,860 201.066.667 996.502.680 750,000,000 5.554.000.000 339,000,000 15,775,000,000 1.120.000.000 728.401.000 588,000,000 1.466.666.577 1,672,000,000
Tobin’s Q 2009
34,500,000,000 12,984,415,000 82,800,000,000 305,973,000,000 198,500,885,000 270,972,000,000 668,687,750,000 180,833,000,000 29,000,000,000 187,474,283,800 13,938,000,000 2,360,000,000,000 1,053,000,000,000 776,931,000,000 919,995,271,200 1,060,050,000,000 781,200,000,000 443,085,000,000 140,465,600,000,000 40,006,000,000,000 4,433,250,000,000 1,262,292,000,000 2,480,000,000,000 904,910,000,000 1,079,751,645,000 397,000,000,000 1,407,466,669,000 113,823,000,000 3,986,010,720,000 4.442.314.213.689 375,000,000,000 82,263,000,000 705,358,000,000 570,516,000,000 305,100,000,000 766,697,000,000 12,620,000,000,000 6,949,013,000,000 112,000,000,000 131,065,000,000 1,898,941,407,000 962,052,000,000 69,972,000,000 342,177,000,000 95,333,327,510 1.720.950.353.798 601,920,000,000 925,857,000,000
32,495,689,000 507,226,000,000 535,797,000,000 608,332,000,000 314,477,779,213 8,428,000,000,000 1,921,660,000,000 2,386,680,000,000 1,972,397,000,000 88,938,000,000,000 4,644,939,000,000 1,982,970,000,000 942,000,000,000 994,620,000,000 5.093.148.275.101 353,951,000,000 1,565,831,000,000 885,348,000,000 12,795,803,000,000 354,781,000,000 3,003,086,000,000 420,714,000,000 1.803.398.349.671 1,568,829,044,876
1.46 0.77 0.68 1.4 0.69 0.28 0.95 0.82 0.62 2.03 1.23 1.71 1.56 0.26 1.65 1.29 0.81 1.21 1.52 0.68 0.95 0.98 1.01 0.97 90
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
CNTX GDYR KDSI HMSP IKBI INTP KLBF MLBI RMBA SIPD SMCB SMGR UNIT ARNA DLTA FASW
2,650 10000 155 1000 1620 3100 900 130 650 50 1450 1100 170 149 6200 1520
10,000,000 41,000,000 405.000.000 4,383,000,000 306.000.000 3.681.231.699 9,577,000,000 21,070,000 6,733,125,000 9.391.108.493 7.662.900.000 5,931,520,000 75.422.200 1.835.357.744 16.013.181 2.477.888.787
26,500,000,000 347,660,000,000 410,000,000,000 76,043,707,000,000 62,775,000,000 312,043,000,000 4,383,000,000,000 7,250,000,000,000 495,720,000,000 69,845,000,000 11,411,818,270,000 2,572,000,000,000 8,619,300,000,000 1,691,512,000,000 2,739,100,000 888,254,000,000 4,376,531,250,000 2,983,528,000,000 46,955,542,700 462,000,000,000 11,111,205,000,000 3,949,183,000,000 6,524,672,000,000 2,625,604,000,000 12,821,774,000 74.167.185.407 273,468,303,900 474,362,000,000 99,281,722,200 160,808,000,000 3,766,390,956,000 2.086.647.098.293
381,420,000,000 115,838,794,000,000 550,691,000,000 17,716,000,000,000 561,949,000,000 13,277,000,000,000 6,482,447,000,000 993,465,000,000 4,894,434,000,000 1,641,000,000,000 7,265,366,000,000 12,951,308,000,000 310.308.236.324 822,687,000,000 760,426,000,000 3.671.234.906.908
0.87 0.66 0.68 0.66 1.79 1.05 1.59 0.89 1.5 0.31 2.07 0.71 0.28 0.91 0.34 1.59
91
No.
Kode
Harga Saham Saham Beredar
Perusahaan Penutupan (a) 1
AKKU
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
BRNA ETWA NIKL NIPS KICI TRST UNIC AMFG ASII AUTO CTBN SMSM TCID IMAS JPRS KAEF MAIN KRAS KBLM TPIA PRAS MYTX AISA
129 1600 230 430 3975 185 300 1830 5900 54550 17850 2500 1070 7500 7900 580 159 3200 1170 73 3,207 93 72 780
MVE = a x b
Kewajiban
Asset
(b) 230,000,000 138.000.000 968,297,000 2,523,350,000 20,000,000 138,000,000 2.808.000.000 383.331.363 434,000,000 4,048,000,000 771,000,000 800,000,000 1,439,668,860 201.066.667 1.036.979.405 750,000,000 5.554.000.000 339,000,000 15,775,000,000 1.120.000.000 728.401.000 588,000,000 1.466.666.577 1,672,000,000
Tobin’s Q 2010
29,670,000,000 13,551,815,000 220,800,000,000 326,944,000,000 222,708,310,000 230,386,000,000 1,085,040,500,000 430,238,661,000 79,500,000,000 189,439,039,200 25,530,000,000 2,200,000,000,000 842,400,000,000 764.773.814.908 701,496,394,300 1,170,430,000,000 2,560,600,000,000 529,732,000,000 220,818,400,000,000 54,559,000,000,000 13,762,350,000,000 1,482,705,000,000 2,000,000,000,000 1,605,270,000,000 1,540,445,680,000 499,000,000,000 1,508,000,003,000 98,758,000,000 8,192,137,300,000 6.377.009.888.213 435,000,000,000 111,147,000,000 883,086,000,000 543,257,000,000 1,084,800,000,000 710,475,000,000 18,456,750,000,000 9,052,290,000,000 81,760,000,000 175,594,000,000 2,335,982,007,000 952,955,000,000 54,684,000,000 326,703,000,000 105,599,993,500 1.695.512.272.796 1,304,160,000,000 1,346,881,000,000
28,379,813,000 550,907,000,000 533,380,000,000 917,662,004,000 337.605.715.524 8,594,000,000,000 1.965.890.977.609 2,536,250,000,000 2,372,657,000,000 113,362,000,000,000 5,585,852,000,000 2,719,470,000,000 1,067,000,000,000 1,047,238,000,000 7.959.590.129.920 411,282,000,000 1,657,292,000,000 966,319,000,000 19,350,040,000,000 403,195,000,000 3,003,086,000,000 461,969,000,000 1.882.934.081.017 1,936,949,441,138
1.52 0.99 0.85 1.65 0.79 0.26 0.82 0.73 1.15 2.42 2.73 1.32 1.91 1.53 1.83 1.32 0.86 1.86 1.42 0.64 1.09 0.82 0.96 1.36 92
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
CNTX GDYR KDSI HMSP IKBI INTP KLBF MLBI RMBA SIPD SMCB SMGR UNIT ARNA DLTA FASW
2,650 12100 235 2810 1200 2500 340 203 800 71 1500 1650 139 290 12000 3600
10,000,000 41,000,000 405.000.000 4,383,000,000 306.000.000 3.681.231.700 9,374,000,000 21,070,000 7,240,005,000 9.391.108.493 7.662.900.000 5,931,520,000 75.422.200 1.835.357.744 16.013181 2.477.888.787
26,500,000,000 328,630,000,000 496,100,000,000 81,461,205,000,000 95,175,000,000 302,185,000,000 12,316,230,000,000 10,310,000,000,000 367,200,000,000 108,391,000,000 9,203,079,250,000 2,246,000,000,000 3,187,160,000,000 1,260,361,000,000 4,277,210,000 665,861,000,000 5,792,004,000,000 2,773,070,000,000 666,768,703,000 823,000,000,000 11,494,350,000,000 3,611,246,000,000 9,787,008,000,000 3,423,246,000,000 10,483,685,800 71.071.568.355 532,253,745,800 458,094,000,000 192,158,172,000 115,225,000,000 8,920,399,633,000 2.684.424.213.751
350,700,000,000 127,685,085,000,000 557,725,000,000 20,525,000,000,000 648,089,290,000 15,346,000,000,000 7,032,497,000,000 1,137,082,000,000 4,902,597,000,000 2,056,000,000,000 10,437,249,000,000 15,562,999,000,000 309.791.883.807 873,154,000,000 708,584,000,000 4.495.022.404.702
1.03 0.64 0.71 1.1 0.73 0.75 0.63 0.59 1.74 0.72 1.44 0.85 0.26 1.13 0.43 2.58
93
No.
Kode
Harga Saham
Perusahaan Penutupan (a) 1
AKKU
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
BRNA ETWA NIKL NIPS KICI TRST UNIC AMFG ASII AUTO CTBN SMSM TCID IMAS JPRS KAEF MAIN KRAS KBLM TPIA PRAS MYTX AISA
60 1770 430 256 3900 175 400 2000 6550 7400 3400 4000 1360 7000 11000 485 340 980 840 114 2,412 132 225 495
Saham Beredar
MVE = a x b
Kewajiban
Asset
(b) 230,000,000 138.000.000 968,297,000 2,523,350,000 20,000,000 138,000,000 2.808.000.000 383.331.363 434,000,000 4,048,000,000 3,856,000,000 800,000,000 1,439,668,860 201.066.667 1,382,639,206 750,000,000 5.554.000.000 1,695,000,000 15,775,000,000 1.120.000.000 3.066.196.416 588,000,000 1.466.666.577 2,926,000,000
Tobin’s Q 2011
13,800,000,000 5,832,610,570 244,260,000,000 389,457,000,000 416,367,710,000 244,754,000,000 645,977,600,000 477,181,919,000 78,000,000,000 280,690,000,000 24,150,000,000 2,312,000,000,000 1,123,200,000,000 781.691.751.610 766,662,726,000 1,393,400,000,000 2,842,700,000,000 545,395,000,000 29,955,200,000,000 78,481,000,000,000 13,110,400,000,000 2,241,333,000,000 3,200,000,000,000 1,009,440,000,000 1,957,949,650,000 545,000,000,000 1,407,466,669,000 110,452,000,000 15,209,031,270,000 7.830.586.686.127 363,750,000,000 100,029,000,000 1,888,360,000,000 541,737,000,000 1,661,100,000,000 905,977,000,000 13,251,000,000,000 12,274,830,000,000 127,680,000,000 398,591,000,000 7,487,651,648,000 8,072,530,000,000 77,616,000,000 342,114,676,806 329,999,979,800 1.784.606.616.024 1,448,370,000,000 1,757,492,000,000
11,767,293,414 643,964,000,000 620,709,000,000 921,277,510,000 446,689,000,000 8,742,000,000,000 2.078.643.008.389 2,806,540,000,000 2,690,595,000,000 154,319,000,000,000 6,964,227,000,000 2,450,240,000,000 1,328,000,000,000 1,130,865,000,000 12.905.429.951.184 437,849,000,000 1,794,400,000,000 1,327,801,000,000 23,980,790,000,000 642,955,000,000 16,049,220,000,000 481,912,000,000 1.848.394.822.216 3,590,309,000,000
1.67 0.98 1.06 1.22 0.8 0.27 0.92 0.76 1.26 0.7 2.2 1.71 1.88 1.34 1.78 1.05 1.35 1.93 1.06 0.82 0.97 0.87 1.14 0.89 94
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
CNTX GDYR KDSI HMSP IKBI INTP KLBF MLBI RMBA SIPD SMCB SMGR UNIT ARNA DLTA FASW
8,000 11200 245 3900 1430 4000 680 320 790 54 1750 1880 300 365 11150 3325
10,000,000 41,000,000 405.000.000 4,383,000,000 306.000.000 3.681.231.701 10.156.014.422 21,070,000 7,240,005,000 9.391.108.493 7.662.900.000 5,931,520,000 75.422.200 1.835.357.744 16.013.181 2.477.888.787
80,000,000,000 306,270,000,000 459,200,000,000 83,626,715,000,000 99,225,000,000 308,398,000,000 17,093,700,000,000 9,027,000,000,000 437,580,000,000 131,277,890,000 14,724,926,800,000 2,418,000,000,000 6,906,089,807,000 1,758,619,000,000 6,742,400,000 690,545,000,000 5,719,603,950,000 4,086,673,000,000 507,119,858,600 1.370.530.530.045 13,410,075,000,000 3,423,241,000,000 11,151,257,600,000 5,046,505,788,000 22,626,660,000 64.730.300.526 669,905,576,600 348,334,000,000 178,546,968,200 123,231,000,000 8,238,980,217,000 3.134.396.282.692
365,250,000,000 130,802,310,000,000 587.566.985.478 19,330,000,000,000 705,243,330,000 18,151,000,000,000 8,274,554,000,000 1,220,813,000,000 6,333,957,000,000 2.641.602.932.160 10,950,501,000,000 19,661,602,767,000 304.802.980.424 831,508,000,000 696,167,000,000 4.936.093.736.569
1.05 0.64 0.69 1.35 0.81 0.94 1.05 0.57 1.54 0.71 1.54 0.82 0.29 1.22 0.43 2.3
95
No.
Kode
Harga Saham Saham Beredar
Perusahaan Penutupan (a) 1
AKKU
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
BRNA ETWA NIKL NIPS KICI TRST UNIC AMFG ASII AUTO CTBN SMSM TCID IMAS JPRS KAEF MAIN KRAS KBLM TPIA PRAS MYTX AISA
64 700 310 223 3600 270 300 2000 8300 7600 3700 4400 1525 11000 5400 330 740 800 640 135 4,375 300 305 1080
MVE = a x b
Kewajiban
Asset
(b) 230,000,000 690.000.000 968,297,000 2,523,350,000 20,000,000 138,000,000 2.808.000.000 383.331.363 434,000,000 4,048,000,000 3,856,000,000 800,000,000 1,439,668,860 201.066.667 2,765,278,412 750,000,000 5.554.000.000 1,695,000,000 15,775,000,000 1120000000 3.066.196.416 588,000,000 1.466.666.577 2,926,000,000
Tobin’s Q 2012
14,720,000,000 6,675,164,651 4,830,000,000 468,554,000,000 300,172,070,000 523,208,000,000 562,707,050,000 679,580,000,000 72,000,000,000 310,716,000,000 37,260,000,000 2,840,000,000,000 842,400,000,000 835.136.579.731 766,662,726,000 1,085,360,000,000 3,602,200,000,000 658,332,000,000 30,764,800,000,000 92,460,000,000,000 14,267,200,000,000 3,396,543,000,000 3,520,000,000,000 1,258,300,000,000 2,195,495,012,000 621,000,000,000 2,211,733,337,000 164,751,000,000 14,932,503,420,000 11.869.218.951.856 247,500,000,000 51,098,000,000 4,109,960,000,000 634,814,000,000 1,356,000,000,000 1,118,011,000,000 10,096,000,000,000 14,459,610,000,000 151,200,000,000 458,195,000,000 13,414,609,320,000 9,662,850,000,000 176,400,000,000 297,056,156,250 447,333,306,000 1.864.250.275.649 3,160,080,000,000 1,834,123,000,000
10,582,842,395 770,384,000,000 960,957,000,000 1,106,160,000,000 525,620,000,000 9,496,000,000,000 2,188,129,000,000 2,482,710,000,000 3,115,421,000,000 182,274,000,000,000 8,881,642,000,000 2,684,380,000,000 1,441,000,000,000 1,261,573,000,000 17.577.664.024.361 398,607,000,000 2,076,348,000,000 1,799,882,000,000 25,619,470,000,000 722,941,000,000 16,871,150,000,000 577,349,886,068 1.803.323.308.102 3,867,576,000,000
1.7 1.23 0.85 1.12 0.73 0.3 0.76 0.74 1.37 0.68 1.98 1.78 1.95 1.88 1.52 0.74 2.28 1.37 0.96 0.84 1.37 0.82 1.28 1.29 96
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
CNTX GDYR KDSI HMSP IKBI INTP KLBF MLBI RMBA SIPD SMCB SMGR UNIT ARNA DLTA FASW
6,700 12000 495 3700 1500 4400 450 707 580 50 3000 2000 345 640 25500 2500
10,000,000 41,000,000 405.000.000 4,383,000,000 306.000.000 3.681.231.702 46.875.122.110 21,070,000 7,240,005,000 9.391.108.493 7.662.900.000 5.931.520.000 75.422.200 1.835.357.745 16.013.181 2.477.888.787
67,000,000,000 289,000,000,000 492,000,000,000 71,185,039,000,000 200,475,000,000 254,557,936,400 16,217,100,000,000 12,939,000,000,000 459,000,000,000 185,337,620,000 16,197,419,490,000 3,336,000,000,000 21,093,804,960,000 2,046,314,000,000 14,896,490,000 822,195,000,000 4,199,202,900,000 5,011,668,000,000 46,955,542,700 2.021.380.807.617 22,988,700,000,000 3,750,461,000,000 11,863,040,000,000 8,414,229,138,000 26,020,659,000 139.475.335.813 1,174,628,957,000 332,552,000,000 408,336,115,500 147,095,000,000 6,194,721,968,000 3.771.344.290.709
311,560,000,000 123,915,331,000,000 570.564.051.755 26,247,000,000,000 796,673,240,000 22,755,000,000,000 9,417,957,000,000 1,152,048,000,000 6,935,601,000,000 3.298.123.574.771 12,168,517,000,000 26,579,083,786,000 379.900.742.389 937,360,000,000 745,307,000,000 5.578.334.207.456
1.14 0.58 0.79 1.11 0.81 0.86 2.45 0.73 1.32 0.75 2.19 0.76 0.43 1.6 0.74 1.78
97
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
TOBINSQ
200
.22
2.73
1.1056
.51059
KOMISARISINDEPENDEN
200
.25
.60
.3299
.09787
DEWANDIREKSI
200
2.00
11.00
4.9500
2.00690
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
200
35.00
98.00
73.8291
15.94299
KEPEMILIKANMANAJERIAL
200
.00
24.42
3.3510
5.35515
Valid N (listwise)
200
Hasil Uji Autokorelasi
b
Model Summary Model
Durbin-Watson 2.161
b. Dependent Variable: TOBINSQ
98
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolonieritas a
Coefficients Model
Collinearity Statistics Toleran
VIF
ce KOMISARISINDEPENDEN
.952
1.050
DEWANDIREKSI
.965
1.037
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
.912
1.096
KEPEMILIKANMANAJERIAL
.886
1.129
1
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Hasil Uji Heteroskedastisitas
99
Lampiran 9
Hasil Uji Normalitas
Hasil Uji Determinasi Tabel 4.7 Model Summaryb Model 1
R
R Square a
.485
Adjusted R Square
.236
Std. Error of the Estimate
.220
a. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI, KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL b. Dependent Variable: TOBINSQ
100
.45097
Lampiran 10 Hasil Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
.014
.196
1.434
.335
DEWANDIREKSI
.073
KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
KOMISARISINDEPENDEN 1
Std. Error
KEPEMILIKANMANAJERIAL
t
Sig.
Beta .072
.942
.275
4.284
.000
.016
.288
4.515
.000
.004
.002
.133
2.025
.044
-.017
.006
-.182
-2.732
.007
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Hasil Uji Statistik f
ANOVA Model
1
Sum of Squares
a
df
Mean Square
Regression
12.223
4
3.056
Residual
39.657
195
.203
Total
51.881
199
a. Dependent Variable: TOBINSQ b. Predictors: (Constant), KEPEMILIKANMANAJERIAL, DEWANDIREKSI, KOMISARISINDEPENDEN, KEPEMILIKANINSTITUSIONAL
101
F 15.025
Sig. b
.000