ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PROYEK MODERNISASI KONTROL PROSES TAHAP II PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI, CILEGON, BANTEN
SKRIPSI
NINA TRI LESTARI F44080028
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RISK MANAGEMENT ANALYSIS FOR MODERNIZATION OF THE CONTROL PROCESS PROJECT PHASE II AT PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRY, CILEGON, BANTEN Nina Tri Lestari1, Dedi Kusnadi Kalsim2, and Muhamad Budi Saputra3 Departement of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor West Java, Indonesia. Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Technology improvement has a positive impact to human life, but on the other hand there are also negative risks that may appear. Because of this, there should be a measurement or analysis of risk management so that the risks can be minimized. Risk management is a systematic way of looking at the risks and determining the proper handling of those risks. PT. KTI developed a process automation system, especially the integration into SIKTI or the entire process of reporting data and information at PT. Krakatau Tirta Industry on MCP II project. To support the project, then conduct a study to analyze the management and risk management to determine the response that may occur on the project MCP II. The method was based on the guidelines for Australian/New Zealand Standard 4360:2004 “Risk Management”. The main element of the risk management process, are following: communicate and consult, establish the context, identify risks, analyze risks, evaluate risks, treat risks, monitor and review. Establish the context are divided into five risk categories, they are technical risk, financial, work execution, field implementation, and the environment. Total numbers of risk identified are 58 risks, but risk can be analyzed only amounted to 55 risks because the 3 risks are intangible in terms of cost. Risk evaluation carried out by sorting the result cost of risk into the three conditions, they are the initiation, construction, and implementation. Based on the evaluation of risks there are six risk that requires risk control, such as the unable operator, loss due to damage or loss of data, damage to the instrument, the connection between PS1 Cidanau and WTP is unstable or disconnect, the connection problem with the streaming current monitor, and the last is the installation of equipment damage due to unsafe interference (lighting, theft, etc). Keywords: integration, modernization control process, risk, risk management, risk management standard.
Nina Tri Lestari. F44080028. Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten. Dibimbing oleh Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng.Dip.HE dan Muhamad Budi Saputra, ST.MEng. 2012
RINGKASAN Kemajuan teknologi memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, namun disisi lain juga terdapat risiko negatif yang mungkin timbul dalam penggunaanya. Karena hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu pengukuran atau analisis manajemen risiko sehingga risiko yang ditimbulkan dapat diminimalkan. Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan risiko tersebut. PT. KTI mengembangkan suatu sistem otomasi proses, khususnya integrasi ke SIKTI atau seluruh proses pelaporan data dan informasi yang ada di PT. Krakatau Tirta Industri pada proyek MCP II. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen dan menentukan respon manajemen risiko yang mungkin terjadi pada proyek MCP II. Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan pedoman Australia/New Zealand Standard 4360:2004 tentang “Risk Management”. Tahapan penelitian terdiri atas: komunikasi dan konsultasi, penentuan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, pemantauan dan review. Konteks yang ditetapkan untuk menganalisis manajemen risiko proyek MCP II terbagi menjadi lima kategori risiko, yaitu risiko teknis, finansial, pelaksanaan pekerjaan, implementasi lapangan, dan lingkungan. Jumlah risiko yang diidentifikasi berjumlah 58 risiko, namun risiko yang dapat dianalisis hanya berjumlah 55 risiko dikarenakan 3 risiko memiliki sifat intangible atau tidak terukur. Analisis risiko yang dilakukan ditentukan berdasarkan konsekuensi, probabilitas, dan visibilitas dari setiap risiko serta risiko biaya. Confidence level yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 90%, yang menyatakan keandalan yang terjadi sebesar 90%. Pengujian instrument perlu dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas data. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan perangkat lunak statistik. Berdasarkan hasil yang didapat, 71% nilai validitas kurang dari 0.05 dan nilai cronbach’s alpha adalah 0.642. Nilai validitas hitung adalah 0.05 dan nilai reliabilitas tabel sebesar 0.6. Nilai ini menyatakan bahwa hasil penelitian yang didapat valid dan reliabel karena telah memenuhi syarat dimana nilai validitas rhitung > rtabel dan nilai cronbach’s alpha > rtabel. Nilai consistency indeks (CI) merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa skala perbandingan berpasangan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Sedangkan consistency ratio (CR) digunakan untuk mengetahui hubungan antara CI dengan besaran tertentu cukup baik bila memiliki CR ≤ 10%. Nilai consistency ratio yang dihasilkan untuk setiap risiko kurang dari 10%, yaitu dengan rata - rata CR sebesar 4.90%, hasil ini menunjukkan data yang didapat memiliki konsistensi yang cukup tinggi dan kesahihan hasil. Evaluasi risiko dilakukan dengan mengurutkan risiko biaya yang dihasilkan kedalam tiga kondisi waktu, yaitu masa inisiasi, konstruksi, dan implementasi. Berdasarkan hasil evaluasi risiko terdapat enam risiko yang memerlukan pengendalian risiko, yaitu ketidakahlian operator, kerugian akibat kerusakan atau kehilangan data, kerusakan instrument, koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP Krenceng yang tidak stabil atau terputus, masalah koneksi dengan streaming current monitor, dan yang terakhir adalah kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dan lainnya).
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PROYEK MODERNISASI KONTROL PROSES TAHAP II PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI, CILEGON, BANTEN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh: NINA TRI LESTARI F44080028
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Penelitian : Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten. Nama
: Nina Tri Lestari
NIM
: F44080028
Departemen
: Teknik Sipil dan Lingkungan
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng.Dip.HE NIP. 19490416 197603 1 002
Muhamad Budi Saputra, ST.MEng NIP. 00197
Mengetahui, Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.Sc NIP. 19561025 198003 1003
Tanggal Ujian:6 Juli 2012
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Nina Tri Lestari F44080028
© Hak cipta milik Nina Tri Lestari, tahun 2012 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, microfilm, dan sebagainya.
BIODATA PENULIS Nina Tri Lestari. Lahir di Bogor pada 24 November 1989 dari ayah Suyono dan ibu Ngatiyem. Penulis merupakan putri ketiga dari lima bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Kotabatu II Bogor (1997-2002), SMP Negeri 7 Bogor (2002-2005), dan lulus dari SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2008. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi seperti anggota Gentra Kaheman, pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) periode 2010/2011 sebagai sekretaris Divisi Komunikasi dan Informasi. Penulis juga aktif dalam kepanitian seperti menjadi Sekretaris umum PONDASI 2010. Selain kegiatan organisasi dan kepanitiaan di IPB, penulis juga aktif sebagai Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah (2010/2011) dan Asisten Praktikum Mata Kuliah Bahan Konstruksi (2011/2012). Selain itu, penulis pernah melakukan magang dalam proyek pembangunan gedung tiga lantai Wings Fahutan di IPB (2010). Adapun prestasi yang pernah diraih penulis antara lain peringkat 17 dalam lomba Eco-House Design Competition yang diadakan oleh UGM (2010) dan masuk ke dalam 10 besar finalis lomba Spectaculer Bridge National Competition yang diadakan oleh ITS (2011). Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2011 yang dilaksanakan di PT. Krakatau Tirta Industri dengan judul “Aspek Teknik Sipil dan Lingkungan pada Analisis Optimalisasi dan Kelayakan Proyek Distribusi Jaringan Perpipaan PT. Krakatau Tirta Industri”. Untuk menyelesaikan program sarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten”.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya serta shalawat dan salam dihaturkan kepada Muhammad Rasulullah SAW sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul “Analisis Manajemen Risiko Proyek Modernisasi Kontrol Proses Tahap II PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Banten” dilaksanakan di PT. Krakatau Tirta Industri sejak bulan Maret hingga Juni 2012. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan pernghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Ibu, ayah dan saudara atas kasih sayang, doa dan semua dukungan baik moril maupun materil.
2.
Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng.Dip.HE. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan penelitian dan dalam penyusunan skripsi.
3.
M Budi Saputra, ST.MEng selaku Kepala Dinas Air Baku PT. Krakatau Tirta Industri yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi selama waktu pelaksanaan penelitian serta pada masukan dalam penyusunan skripsi.
4.
M. Nashir, ST atas bimbingannya selama melakukan penelitian.
5.
Indah Dwi Sukma, Amalia Prima Putri, Burhanudin Fallah, teman sebimbingan atas motivasi dan dukungannya.
6.
Maulana Ibrahim Rau, Yanuar Chandra, Amanda Desviani P, Haska A. Pradana, teman sepenelitian atas bantuan dan kerjasamanya selama ini, serta teman SIL 45 yang senantiasa memberikan semangat.
7.
Seluruh karyawan PT. Krakatau Tirta Industri yang membantu dalam pelaksanaan penelitian. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bogor. Juli 2012
Nina Tri Lestari
vi
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ x I. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1 1.2 Tujuan .............................................................................................................................. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 2 2.1. Pengertian Risiko ............................................................................................................. 2 2.2. Macam-Macam Risiko ..................................................................................................... 2 2.3. Definisi Manajemen Risiko .............................................................................................. 3 2.4. Manfaat Manajemen Risiko ............................................................................................. 5 2.5. Proses Manajemen Risiko ................................................................................................ 6 2.6. Crystal Ball Professional Edition ..................................................................................... 8 III. METODOLOGI ...................................................................................................................... 14 3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan .................................................................................... 14 3.2. Alat Dan Bahan .............................................................................................................. 14 3.3. Metode Penelitian ........................................................................................................... 14 IV. PROYEK MODERNISASI KONTROL PROSES TAHAP II ............................................... 21 4.1. Latar Belakang ............................................................................................................... 21 4.2. Manfaat Proyek Modernization Control Process ........................................................... 21 4.3. Sistem Configuration ..................................................................................................... 22 4.4. Ruang Lingkup ............................................................................................................... 25 4.5. Target ............................................................................................................................. 27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 31 5.1. Analisa Stakeholders ...................................................................................................... 31 5.2. Jadwal Dan Biaya ........................................................................................................... 32 5.3. Penetapan Konteks ......................................................................................................... 32 5.4. Identifikasi Risiko .......................................................................................................... 32 5.5. Analisis Risiko ............................................................................................................... 35 5.6. Evaluasi Risiko ............................................................................................................... 39 5.7. Pengendalian Risiko ....................................................................................................... 42 VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................... 43 6.1. Simpulan ........................................................................................................................ 43 6.2. Saran............................................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 44 LAMPIRAN .................................................................................................................................... 46
vii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16.
Potensi risiko ....................................................................................................................... 7 Distribusi probabilitas berdasarkan kegunaan dan bentuk data ......................................... 11 Contoh skala ordinal pada kuesioner 1 .............................................................................. 14 Skala penilaian kriteria perbandingan berpasangan ........................................................... 15 Contoh matriks skala perbandingan berpasangan .............................................................. 15 Contoh skala ordinal pada kuesioner 2 .............................................................................. 15 Index random ..................................................................................................................... 17 Analisis stakeholders ......................................................................................................... 31 Identitas karyawan PT. KTI............................................................................................... 35 Kuesioner 1: Pertanyaan ini untuk menguji pengetahuan dan pemahaman mengenai proyek MCP II. .................................................................................................................. 36 Contoh hasil rata-rata geometrik skala ordinal risiko lingkungan ..................................... 37 Contoh rata-rata geometrik skala perbandingan berpasangan risiko lingkungan .............. 37 Nilai concistency ratio ....................................................................................................... 37 Contoh distribusi probabilitas Beta PERT untuk risiko lingkungan .................................. 38 Contoh distribusi probabilitas seragam untuk risiko lingkungan ...................................... 38 Pengendalian risiko ........................................................................................................... 42
viii
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5a. Gambar 5b. Gambar 5c. Gambar 6. Gambar 7a. Gambar 7b. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13a. Gambar 13b. Gambar 13c. Gambar 13d. Gambar 13e. Gambar 13f. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17a. Gambar 17b. Gambar 17c. Gambar 18.
Types of risk ................................................................................................................... 3 Contoh penyebab risiko – risiko penting (AIRMIC 2002) ............................................ 4 Grafik ukuran sentral tendensi ....................................................................................... 8 a. Skewness, dan b. Kurtosis .......................................................................................... 9 Korelasi negatif .............................................................................................................. 9 Korelasi nol .................................................................................................................... 9 Korelasi positif............................................................................................................... 9 Probabilitas latin Hypercube ........................................................................................ 10 Variabel random diskrit ............................................................................................... 10 Variabel random kontinu ............................................................................................. 10 Tahapan penelitian ....................................................................................................... 19 Proses pengendalian risiko ........................................................................................... 20 Sistem configuration Vijeo Citect Scada ..................................................................... 22 Architectures type Vijeo Citect Scada ......................................................................... 23 Diagram streaming current meter dalam WTP ........................................................... 25 UMC800 ...................................................................................................................... 26 HC900 .......................................................................................................................... 26 Horner ......................................................................................................................... 26 Streaming current monitor ........................................................................................... 26 ADAM-4572 dan f. EGX100 ....................................................................................... 26 EGX100 ....................................................................................................................... 26 Communication link Krenceng – Cidanau ................................................................... 29 Struktur organisasi stakeholders .................................................................................. 31 Tingkat nilai risiko lingkungan .................................................................................... 39 Inisiasi .......................................................................................................................... 40 Konstruksi .................................................................................................................... 40 Implementasi ................................................................................................................ 41 Risiko keuntungan proyek MCP II .............................................................................. 42
ix
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3a. Lampiran 3b. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.
Contoh kuesioner penelitian ........................................................................................ 47 Tabel hasil rata-rata geometrik ................................................................................... 65 Distribusi probabilitas Beta PERT .............................................................................. 67 Distribusi probabilitas seragam ................................................................................... 74 Analisis risiko dengan Confidence Level 50%, 80%, dan 90%.................................... 77 Evaluasi risiko ............................................................................................................. 80 Pengendalian risiko ...................................................................................................... 84
x
I. 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa manusia untuk terus melakukan pembaharuan teknologi yang lebih canggih, terutama dalam aspek teknik sipil dan lingkungan yang berhubungan erat dengan kehidupan manusia. Kemajuan teknologi akan membawa suatu risiko yang dapat memberikan pengaruh positif bagi kehidupan manusia, namun disisi lain juga terdapat pengaruh negatif yang mungkin timbul dalam penggunaanya. Risiko merupakan suatu kombinasi dari probability dan dampak suatu kegiatan yang akan menghasilkan respon secara langsung atau akan terjadi di masa depan. Pengaruh atau risiko positif dapat membawa suatu keuntungan dalam pelaksaan kemajuan teknologi, sedangkan risiko negatif yang ditimbulkan dapat memberikan kerugian biaya yang cukup besar sehingga membuat suatu perusahaan terhambat atau terhenti produksinya yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penanggulangan risiko yang dinamakan manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Identifikasi risiko dilakukan dengan bantuan pendapat dari para ahli. Strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu. PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel melakukan suatu perkembangan perusahaan dengan menggunakan kemajuan teknologi untuk mendukung visi dan misi perusahaan. Visi PT. KTI adalah sebagai “Perusahaan penyedia air kelas dunia”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dilakukan suatu Modernization Control Process (MCP) sebagai salah satu pendukung pencapaian misi “Menyediakan air dan solusinya bagi industri dan masyarakat dengan mengutamakan keharmonisan lingkungan”. PT. Krakatau Tirta Industri pada project MCP I telah mengembangkan sistem control integrasi sistem dengan Scada Vijeo Citect dan converter-nya ke bagian controlling proses, khususnya pada existing motor-motor yang ada di lapangan dan beberapa parameter proses pengolahan air, pada tahap awal ini belum seluruhnya terintegrasi ke dalam sistem aplikasi. Untuk membuat seluruhnya terintegrasi, dilakukan pengembangan MCP Tahap II Scada sistem otomatisasi proses, khususnya integrasi ke Sistem Informasi PT. KTI (SIKTI) atau seluruh proses pelaporan data dan informasi yang ada di PT. Krakatau Tirta Industri sekarang ini. Penentuan tahapan pengembangan dimulai dengan mengintegrasikan semua field instrument yang belum dikoneksikan ke Scada pada interface eksisting yang terpasang di area produksi Graha Krenceng dan Plant Cidanau.
1.2
Tujuan Penelitian
1. 2.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: Menganalisis manajemen risiko. Menentukan respon manajemen risiko.
1
II. 2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Risiko Risiko didefinisikan sebagai kombinasi kemungkinan dari suatu peristiwa dan konsekuensi (ISO/IEC Guide 73). Setiap kegiatan pasti memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang berpotensi untuk kejadian dan konsekuensi yang merupakan peluang untuk manfaat atau ancaman terhadap kegagalan. Pertimbangan risiko dapat dilihat dari dua perspektif dengan semakin banyak mengetahui atau memahami dua aspek dalam risiko, yaitu positif dan negatif dari risiko (AIRMIC 2002). Menurut Regan (2003) risiko diartikan sebagai suatu kemungkinan yang menimbulkan atau mengesankan kerugian atau bahaya. Definisi lain risiko adalah suatu aktivitas yang rentan akan menimbulkan dampak negatif, dengan mempertimbangkan probabilitas dan dampak dari kemunculan risiko tersebut (Stoneburner 2001). Secara umum, risiko akan bertambah jika kemungkinan atau akibatnya bertambah. Kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam manajemen risiko (Harold 2003). Risiko dalam setiap kejadian adalah fungsi dari kemungkinan (likelihood) dan akibat (impact), yaitu: Risiko = f (kemungkinan, akibat)
2.2
(1)
Macam-Macam Risiko Risiko dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut karakteristiknya, yaitu: 2.2.1 Risiko Berdasarkan Sifat 1. Risiko spekulatif (spekulatif risk). yaitu risiko yang memang sengaja diadakan, agar dilain pihak dapat diharapkan hal-hal yang menguntungkan. Contoh: risiko yang disebabkan hutang piutang, perjudian, menjual produk, dan sebagainya. 2. Risiko murni (pure risk), yaitu risiko yang tidak disengaja, yang jika terjadi dapat menimbulkan kerugian secara tiba-tiba. Contoh: risiko kebakaran, perampokan, pencurian, dan sebagainya. 2.2.2 Risiko Berdasarkan Dapat Tidaknya Dialihkan 1. Risiko yang dapat dialihkan, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi dengan membayar sejumlah premi. Dengan demikian kerugian tersebut menjadi tanggungan (beban) perusahaan asuransi. 2. Risiko yang tidak dapat dialihkan, yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi. 2.2.3 Risiko Berdasarkan Asal Timbulnya 1. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proyek karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, risiko mismanagement, dan sebagainya.
2
2.
Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan. Misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan sebagainya.
Selain macam – macam risiko diatas, Trieschmann, Gustavon, Hoyt (2001), juga mengemukakan beberapa macam risiko yang lain, diantaranya : 1. Risiko Statis dan dinamis (berdasarkan sejauh mana ketidakpastian berubah karena waktu) a. Risiko statis yaitu risiko yang asalnya dai masyarakat yang tidak berubah dan berada dalam keseimbangan stabil. Risiko statis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh risiko spekulasi statis: menjalankan bisnis ekonomi stabil. Contoh risiko murni statis: ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (random). b. Risiko Dinamis yaitu risiko yang timbul karena terjadinya perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif. Contoh sumber risiko dinamis: urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan undang-undang atau perubahan peraturan pemerintah. 2.
Risiko Subyektif dan Obyektif a. Risko subyektif: risiko yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami keraguan atau cemas akan terjadinya kejadian tertentu. b. Risiko obyektif: probabiltas menyimpang aktual dari yang diharapkan sesuai pengalaman.
RISK
PURE
STATIC
OBJECTIVE
SUBJECTIVE
SPEKULATIVE
DYNAMIC
STATIC
OBJECTIVE
SUBJECTIVE
DYNAMIC
OBJECTIVE
SUBJECTIVE
Gambar 1. Types of risk (Triesmann 2001)
2.3
Definisi Manajemen Risiko Untuk dapat menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Beberapa definisi manajemen risiko antara lain : Manajemen risiko merupakan suatu proses dalam mengidentifikasi risiko, penilaian risiko dan pengambilan langkah-langkah untuk mengurangi risiko sehingga risiko tersebut
3
berada pada tingkat yang dapat diterima. Kegiatan dalam manajemen adalah kegiatan memperbesar probabilitas dan dampak dari peristiwa-peristiwa positif dan meminimalisasi probabilitas dan dampak dari peristiwa-peritiwa yang tidak diinginkan dalam pencapaian suatu tujuan (Crouhy 2001). Clough and Sears (1994) menyatakan bahwa manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian. Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi (William 1995). Sedangkan menurut Dorfman (1998) manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami exposure terhadap suatu kerugian. Tindakan manajemen risiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam risiko. Responden melakukan dua macam tindakan manajemen risiko yaitu mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi, sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika risiko terjadi atau ketika risiko harus diambil (Shen 1997). Manajemen risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan risiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari risiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk menanggapi risiko (Uher 1996). Pendekatan sistematis mengenai manajemen risiko dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu (Soeharto 1999): 1. Identifikasi risiko 2. Analisa dan evaluasi risiko 3. Respon atau reaksi untuk menanggulangi risiko tersebut
FINANSIAL RISK
STRATEGIC RISK
Interest Rates Foreign Exchange Credit
Competition Customer Changes Customer Demand Industry Changes M & A Integration
Liquidity and Cash Flow
Research and Development Intelectual Capital
INTERNALLY DRIVEN Accounting Controls Information System Recruitment Supply Chain Regulation Culture Board Composition OPERATIONAL RISK
Public Access Employess Properties Product & Services
Contracts Natural Events Suppliers Environment
HAZARD RISK
Gambar 2 . Contoh penyebab risiko – risiko penting (AIRMIC 2002)
4
2.4
Manfaat Manajemen Risiko
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Manfaat yang ditawarkan oleh manajemen risiko adalah: Menghindarkan kemungkinan munculnya hasil-hasil yang tidak dapat diterima dan mengejutkan secara biaya. Pembuatan keputusan dari proses-proses manajemen yang sedang berlangsung dengan bersifat lebih terbuka dan transparansi. Sistematis dan tepat dimana prosesnya menyediakan pengertian yang lebih baik mengenai suatu masalah yang berhubungan dengan suatu aktivitas. Pelaporan yang lebih efektif dan terstruktur dalam memenuhi kebutuhan perusahaan Keluaran atau outcome yang lebih baik, dalam bentuk efisiensi dan efektivitas dari aktivitas-aktivitas suatu departemen. Penilaian yang tepat dari proses-proses inovatif untuk mengekspos risiko sebelum risiko tersebut benar-benar muncul dan mengizinkan keputusan berdasarkan informasi pada nilai keuntungan.
Menurut Darmawi (2005) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam lima kategori utama yaitu : 1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. 2. Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. 3. Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung. 4. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu. 5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image. Manfaat manajemen risiko dalam perusahaan sangat jelas, maka secara implisit sudah terkandung didalamnya satu atau lebih sasaran yang akan dicapai manajemen risiko antara lain sebagai berikut ini (Darmawi 2005): 1 Survival. 2. Kedamaian pikiran. 3. Memperkecil biaya. 4. Menstabilkan pendapatan perusahaan. 5. Memperkecil atau meniadakan gangguan operasi perusahaan. 6. Melanjutkan pertumbuhan perusahaan. 7. Merumuskan tanggung jawab perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat. Suatu kondisi ketidakpastian akan memunculkan risiko. Dalam konteks perusahaan atau organisasi, risiko merupakan ketidakmampuan potensial dalam pencapaian suatu tujuan. Salah satu contoh adalah ketidakmampuan dalam merealisasikan target produksi yang berakibat pada naik turunnya produksi. Ketidakmampuan ini terjadi akibat adanya hambatan teknis yang bersumber pada kondisi internal maupun eksternal perusahaan yang terdiri dari dua komponen yaitu probabilitas (kemungkinan) gagal dalam mencapai hasil dan konsekuensi (akibat) gagal dalam mencapai hasil tersebut.
5
Dua komponen diatas digunakan untuk menghindari ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam penilaian suatu risiko. Komponen tersebut membuat analisa risiko lebih terukur dan jelas. Terdapat faktor lain yang mungkin secara signifikan membantu munculnya risiko, seperti frekuensi kejadian, sensitivitas waktu, dan ketergantungan antar risiko yang dapat pula dipakai secara langsung atau tidak dalam metodologi penetapan urutan risiko (US Dept of defence extension 2003).
2.5
Proses Manajemen Risiko 2.5.1 Identifikasi Risiko Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat sangat penting dalam manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain: 1. Brainstorming 2. Survei 3. Wawancara 4. Informasi historis 5. Kelompok kerja 2.5.2 Analisa Risiko Tahap selanjutnya adalah pengukuran risiko dengan cara mengetahui potensial terjadinya severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Analisis risiko adalah suatu pendekatan kearah pengembangan satu pemahaman serta kesadaran menyeluruh tentang risiko yang berhubungan dengan satu variabel tertentu. Masalah pokok dengan membuat keputusan tentang investasi dalam satu proyek adalah suatu proses yang meliputi ramalan yang ditandai ketidakpastian sehingga patut dipertimbangkan. Berdasarkan hal tersebut, dikembangkan suatu teknik Monte Carlo Simulation (MCS) yang merupakan pengembangan dari pemodelan unsur-unsur ketidakpastian (Xiofeng 2008). Untuk menghindari atau mengurangi kesalahan pada penilaian risiko, maka tiap-tiap level dampak dan probabilitas dapat didefinisikan dengan jelas dan dikonversikan ke dalam angka-angka tertentu. Pembangunan sebuah model yang bersifat global analisis maupun dinamis analisis diharapkan mampu menjawab semua permasalahan yang ditimbulkan (Elizabeth 2009). Penyusunan model yang terpenting adalah menggunakan data historical yang diolah secara statistik dan metode kuantitatif. Teknik-teknik kuantitatif tersebut menurut Norris (2000) adalah: 1. Analisis sensitivitas. Secara sederhana, analisis sensitivitas menentukan efek pada keseluruhan proyek dari perubahan salah satu variabel risiko seperti keterlambatan desain atau material. 2. Analisis probabilistik. Analisis ini melakukan spesifikasi sebuah distribusi probabilitas untuk tiap risiko dan kemudian mempertimbangkan efek dari kombinasi risiko. Bentuk umum dari analisis probabilistik menggunakan teknik sampling yang dikenal dengan Simulasi Monte Carlo. Potensi suatu risiko dapat diketahui dari probabilitas dan dampak suatu risiko. untuk mengukur bobot risiko, dapat digunakan skala likert dari 1 – 5 seperti Tabel 1. yang disarankan oleh JISC InfoNet.
6
Tabel 1. Potensi risiko No 1. 2.
Skala Sangat rendah Rendah
Probabilitas Hampir tidak mungkin terjadi Kadang terjadi
3.
Sedang
Mungkin tidak terjadi
4.
Tinggi
Sangat mungkin terjadi
5. Sangat tinggi Sumber : JISC InfoNet
Hampir pasti terjadi
Dampak Dampak kecil Dampak kecil pada biaya, waktu, dan kualitas Dampak sedang pada biaya, waktu, dan kualitas Dampak substansial pada biaya, waktu, dan kualitas Mengancam kesuksesan proyek
2.5.3 Evaluasi risiko Australian/New Zealand Standard “Risk Management” menerangkan bahwa evaluasi risiko dilakukan untuk memahami risiko yang diperoleh pada tahap analisis risiko untuk membuat keputusan mengenai langkah selanjutnya yang harus dilakukan, dimana keputusan tersebut meliputi risiko yang membutuhkan pengelolaan risiko, aktivitas pengelolaan risiko mana yang harus dilakukan, dan risiko mana yang perlu diprioritaskan dalam pengelolaan risiko. Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko yang membutuhkan mitigasi dan bagaimana prioritas mitigasi. Kriteria dalam pengambilan keputusan harus konsisten dengan konteks internal, eksternal, dan manajemen risiko yang telah didefinisikan. 2.5.4 Pengelolaan Risiko Menurut Australian/New Zealand Standard “Risk Management “ terdapat beberapa jenis cara mengelola risiko: 1. Risk avoidance yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas. 2. Risk reduction disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. 3. Risk transfer yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging. 4. Risk deferral merupakan dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. 5. Risk retention, walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas. 2.5.5 Implementasi Manajemen Risiko Mengimplementasikan metode yang telah direncanakan sesuai dengan respon yang akan digunakan untuk menangani risiko. Terdapat dua cara implementasi respon risiko, yaitu respon langsung dan respon darurat. Respon langsung (immediate response) melakukan suatu modifikasi terhadap rencana awal (planning) sehingga risiko yang teridentifikasi berkurang atau hilang sama sekali. Respon darurat (contingency response) merupakan sebuah persiapan
7
dalam perencanaan langkah-langkah tindakan terhadap respon yang hanya akan diimplementasikan jika konsekuensi yang tidak diinginkaan dari risiko yang telah teridentifikasi muncul (Norris 2000). 2.5.6 Monitoring Risiko Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Praktik, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Monitoring proses sangat penting dilakukan mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah, sehingga ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
2.6
Crystal Ball Professional Edition Crystal Ball Professional Edition adalah suatu perangkat lunak yang dilengkapi dengan spreadsheet berbasis analisis dengan tools Monte Carlo (Crystal Ball), time series forecasting (CB Predictor), dan optimization (OptQuest). Program ini juga mencakup Crystal Ball dan CB Predictor Developer Kit untuk membangun custom interface dan proses penggunaan Visual Basic untuk aplikasi. 2.6.1 Statistik Statistik dasar yang digunakan dalam Crystal Ball adalah: 1. Mengukur sentral tendensi, yaitu; mean, median, dan mode.
Gambar 3. Grafik ukuran sentral tendensi (User Manual Crystal Ball) 2. 3.
Mengukur variabel, yaitu mengukur variasi, standar deviasi, koefisien variabilitas, dan range. Mengukur data set, yaitu statistik yang menggambarkan data set berupa skewness, kurtosis, dan mean standard error.
Skewness menyatakan suatu nilai kemiringan dari distribusi frekuensi yang tidak simetris. Kurva A menggambarkan skewness positif (kemiringan bergerak kearah kanan) sehingga sebagian besar nilai berada di dekat harga minimum. Kurva B menggambarkan skewness negatif (kemiringan kearah kiri), dimana sebagian besar nilai berada didekat nilai maksimum.
8
Kurtosis mengacu pada sifat puncak suatu distribusi. Misalkan Gambar 4. merupakan pembagian upah dalam sebuah perusahaan besar. Kurva A memiliki puncak yang cukup tinggi, karena sebagian besar karyawan menerima upah yang sama, dan hanya sebagian kecil yang menerima upah lebih tinggi atau kecil. Kurva B dengan puncak yang relatif datar menunjukkan penyebaran upah cukup merata. Berdasarkan kurva statistik, maka kurva A memiliki kurtosis yang lebih tinggi dibandingkan kurva B.
(a)
(b) Gambar 4. a. Skewness, dan b. Kurtosis (User Manual Crystal Ball) Terdapat beberapa statistik yang menggambarkan hubungan set data, yaitu koefisien korelasi dan peringkat korelasi. Pengukuran data lainnya yaitu, certainty, percentile, dan confidence interval. Grafik korelasi disajikan pada Gambar 5.
(a) (b) (c) Gambar 5. a Korelasi negatif, b. Korelasi nol, dan c. Korelasi positif (User Manual Crystal Ball 2008) 2.6.2 Metode simulasi sampel Crystal Ball adalah program untuk simulasi data yang menyediakan dua pilihan metode sampling, yaitu Monte Carlo dan latin Hypercube. Monte Carlo secara acak memilih setiap nilai yang valid dari setiap asumsi yang ada pada distribusi. Nilai yang dihasilkan pada simulasi Monte Carlo bersifat independen, artinya nilai acak yang dipilih pada satu percobaan tidak akan berpengaruh pada nilai acak berikutnya yang dihasilkan. Istilah “Metode Monte Carlo” diperkenalkan oleh S. Ulam dan Nicholas Metropolis (1949). Istilah ini merujuk pada kasino “games of chance” di Monte Carlo. Monaco. Kunci dari metode Monte Carlo adalah
9
penggunaan input acak dan distribusi probabilitas. Simulasi Monte Carlo adalah simulasi statistik yang khusus menggunakan bilangan acak (random) sebagai parameter masukan (input). Teknik Monte Carlo adalah skema model yang menghitung parameter-parameter stochastic atau deterministic dalam sampel acak (Hamdy 2007). Latin Hypercube memilih nilai-nilai secara acak, tetapi penyebaran nilai acak dilakukan merata pada masing-masing asumsi yang ada pada distribusi. Crystal Ball membagi probabilitas setiap asumsi distribusi ke segmen yang tidak tumpang tindih, masing-masing memiliki probabilitas yang sama seperti Gambar 6.
Gambar 6. Probabilitas latin Hypercube (User Manual Crystal Ball 2008) 2.6.3 Distribusi Crystal Ball Crystal Ball merupakan program user friendly atau mudah dioperasikan dan dipahami. di dalam Crystal Ball terdapat beberapa teorema yang dapat digunakan, yaitu KolmogravSminov, Darling, dan Chi-Square. Program Crytal Ball memiliki tiga macam karakteristik, yaitu: 1. Assumption cell atau sel-sel asumsi. 2. Decision cell atau sel-sel keputusan. 3. Forecast cell atau sel-sel peramalan. Assumption cell adalah nilai atau variabel yang tidak diketahui pasti masalah yang akan diselesaikan. Sel ini harus berupa nilai numerik dan bukan formula atau teks dan didefinisikan sebuah distribusi probabilitas yang dapat dipilih, seperti; normal, uniform, exponential, geometric, weibull, beta, hyper geometric, gamma, logistic, pareto, extreme, value, negative, binomial, dan costum. Decision cell berisi nilai numerik atau angka bukan formula atau teks atau menjelaskan variabel yang memiliki interval nilai tetrtentu sehingga didapat nilai optimal. Sedangkan forecast cell merupakan sel formula dari assumption cell. Angka yang dihasilkan merupakan suatu variabel random. Variabel random merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh kesempatan atau peluang. Istilah random disebabkan tidak ada cara untuk memperkirakan angka yang akan muncul.
0
(a)
120
Nilai variabel random kontinu dapat terjadi dalam interval ini (b) Gambar 7. a. Variabel random diskrit dan b. Variabel random kontinu
10
Terdapat dua macam variabel random, yaitu diskrit dan kontinu. Variabel random diskrit hanya mengisis nilai-nilai tertentu yang terpisah dalam suatu interval. Jika digambarkan di atas garis interval, variabel random diskrit akan berupa sederetan titik-titik yang terpisah. Variabel random kontinu akan berupa sederetan titik yang tersambung membentuk garis lurus (Mulyono 2007). Kemunculan nilai variabel random diasumsikan sebagai suatu probabilitas, sehingga kemungkinan kemunculan random variabel yang bersifat discrete dan continue diartikan sebagai discrete probability dan continues probability (Walpole 2007). Discrate probability distribution menggambarkan perbedaan, nilai tak hingga, dan nilai integer. Disribusi ini terlihat berbeda untuk setiap tinggi kolom. Continue probability distribution mengasumsikan semua nilai berada pada kisaran yang mungkin, termasuk range nilai yang tak hingga. Distribusi ini memiliki kurva yang solid dan halus. Langkah pertama dalam memilih distribusi probabilitas harus berdasarkan data yang ada, menggunakan pemahaman secara fisik mengenai kondisi-kondisi variabel data. Tabel 2. menjelaskan distribusi probabilitas berdasarkan Crystal Ball. Tabel 2. Distribusi probabilitas berdasarkan kegunaan dan bentuk data. Distribution Condition Application Examples Natural People’s heights, Mean value is most likely. phenomena. reproduction rates, It is symmetrical about the inflation. mean. More likely to be close to Normal the mean than far away. Sales estimates, Minimum and maximum are When you know the number of cars sold fixed. minimum, in a week, inventory It has a most likely value in maximum, and numbers, marketing his range, which forms a Triangular most-likely cost. triangle with the minimum value, useful and maximum. with limited data. Situations Real estate prices, Upper and lower limits are where values stock prices, pay unlimited. are positively scales, oil reservoir Distribution is positively skewed. size. skewed, with most values Lognormal near lower limit. Natural logarithm of the distribution is a normal distribution. When you A real estate Minimum is fixed. know the range appraisal, leak on a Maximim is fixed. and all possible pipeline. All values in range are values are equally likely to occur. Uniform equally likely. Discrete uniform is the discrete equivalent of the uniform distribution. Discrete Uniform Less commonly used distribution are listed below and on the back side of the card
11
Distribution
Binomial
Yes-No
Beta
BetaPERT
Tabel 2. Lanjutan Condition Application Describes the For each trial, only 2 number of times outcomes are possible; an event occur in usually, success or failure. a fixed number Trials are independent. of trials, also Probability is the same from used for Boolean trial to trial. logic (true/false The Yes-No distribution is or on/off) equivalent to the Binomial distribution with one trial. Represents Minimum and maximum variability over a range is between 0 and a fixed range, positive value. describes Shape can be specified with empirical data. two positive values, alpha, and beta. When you know Minimum and maximum are the minimum, fixed. maximum, and It has a most likely value in most likely this range, which forms a value, useful triangle with the minimum with limited and maximum; betaPERT data. forms a smoothed curve on the underlying triangle. Describes events Distribution describes the that recur time between occurrences. Distribution is not affected by randomly. previous events.
Examples Number of head in 10 flips on a coin, likelihood of success or failure.
Representing the reliability of a company's devices.
Similar to Triangular, but especially for project management
Time between incoming phone calls, time between customer arrivals.
Exponential
Gamma
Weibull
Max Extreme
Possible occurrences in any unit of measurement is not limited. Occurrences are independent. Average number of occurrences is constant from unit to unit. This flexible distribution can assume the properties of other disributions. When shape parameters equal 1, it is identical to Exponential, when equal to 2, it is identical to Rayleigh. Conditions and parameters are complex. See: Castilo, Enrique. Extreme Value Theory in Engineering. London; Academic Press, 1988.
Applied for physical quantities, such as the time between events when the event process is not completely random. Fatique and failure tests or other physical quantities
Demand for expected number of units sold during lead time, meteorological processes (pollutant concentrations).
Describes largest value (Max Extreme) or smallest value (min Extereme) of a response over time or the breaking strength of materials.
Largest or smallest flood flows, rainfall, and earthquakes, aircraft loads and tolerances.
Failure time in a reliability study, breaking strength of a material in a control test
Min Extreme
12
Distribution
Logistic
Student’s t
Pareto
Poisson
Hypergeometric
Neg Binomial
Geometric
Tabel 2. Lanjutan Condition Application Conditions and parameters are Descibes growth. complex. See: Fishman, G. Springer Series in Operation Research. NY: Springer-Verlag. 1996. Econometric data. Midpoint values is mostlikely. It is symmetrical about the mean. Approximates the Normal distribution when degrees of freedom are equal to or greater than 30. Conditions and parameters are Analyzes other complex. See: Fishman, G. distributions Springer Series in Operation associated with Research. NY: Springerempirical Verlag. 1996. phenomena.
Number of possible occurrences is not limited. Occurrences are independent. Average number of occurrences is the same from unit to unit. Total number of items (population) is fixed. Sample size (number of trials) is a portion of the population. Probability of success changes after each trials.
Describes the number of times an event occur in a given interval (usually time).
Number of trials is not fixed. Trials continue to the γth succes (trials never less than δ). Probability of success is the same from trial to trial. Number of trials is not fixed. Trials continue until the first success. Probability of success is the same from trial to trial.
Models the distribution of the number of trials or failures until the γth successful occurrence Describes the number of trials until the first successful occurrence.
Describes the number of times an event occurs in a fixed number of trials, but trials are dependent on previous results.
Examples Growth of a population as a function of time, some chemical reactions. Excange rates.
Investigating distributions associated with city population sizes, size of companies, stock prices fluctuations. Number of telephone calls per minute, number of defects per 100 square yards of material. Chance of a picked part being defective when selected from a box (without replacing picked parts to the box for the next trial). Number of sales calls before you close 10 order.
Number of times you spin a roulette wheel before you win, how many wells to drill before you hit oil. Very flexible distribution, used to represent a situation you cannot describe with other distribution types. Can be either continuous or discrete or a combination of both. Used to input an entire set of data point from a range of cells.
Custom Sumber : User Manual (2008)
13
III. 3.1
METODOLOGI
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret 2012 hingga juni 2012, bertempat di PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon, Provinsi Banten.
3.2
Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer dengan program Microsoft Excel, Crystal Ball, dan perangkat lunak statistik. Bahan-bahan yang digunakan adalah serangkaian data primer dan sekunder untuk mengidentifikasi risiko dan menentukan risiko biaya seperti: 1. Data primer berupa kuesioner dan wawancara 2. Data sekunder berupa rancangan anggaran biaya dan materi proyek modernisasi kontrol proses tahap II.
3.3
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian menggunakan pedoman Australia/New Zealand Standard 4360:2004 tentang “Risk Management”. Tahapan penelitian terdiri dari: 3.3.1 Penentuan Konteks Risiko Penentuan konteks dilakukan dengan melakukan konsultasi dan wawancara kepada para ahli di PT. KTI yang terkait dalam proyek MCP II. Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui materi dan rancangan anggaran biaya proyek MCP II (Modernization Control Process II). Penentuan konteks bertujuan untuk menentukan ruang lingkup manajemen risiko yang mungkin pada proyek MCP II yang telah dilakukan. 3.3.2 Identifikasi Risiko Identifikasi risiko merupakan proses mengidentifikasi apa, mengapa, dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko. Identifikasi risiko merupakan pengembangan dari konteks risiko. Hasil identifikasi risiko tersebut kemudian disusun dalam bentuk kuesioner (Lampiran 1) yang kemudian disebarkan kepada karyawan PT. KTI yang terkait dalam proyek MCP II. Tabel 3. Contoh skala ordinal pada kuesioner 1 2 1 No. Kriteria ya cukup 1 Apakah anda mengetahui tentang proyek modernisasi kontrol proses tahap II? Sumber : Data hasil
0 tidak
14
Skala pengukuran variabel dalam kuesioner penelitian ini menggunakan skala nominal, skala ordinal, dan skala perbandingan berpasangan. Skala nominal merupakan tingkat untuk mengkategorikan. Contoh pertanyaan untuk skala nominal adalah jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Skala ordinal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi atau sebaliknya. Contoh skala ordinal disajikan pada Tabel 3. dan Tabel 6. Skala perbandingan berpasangan (pairwaise comparison) digunakan untuk menentukan kepentingan relatif dari elemen-elemen dan kriteria-kriteria yang disajikan pada Tabel 4. dan 5. Tabel 4. Skala penilaian kriteria perbandingan berpasangan Nilai Keterangan 1 Faktor vertikal sama penting dengan faktor horizontal 3 Faktor vertikal lebih penting dengan faktor horizontal 5 Faktor vertikal jelas lebih penting dengan faktor horizontal 7 Faktor vertikal sangat jelas lebih penting dengan faktor horizontal 9 Faktor vertikal mutlak lebih penting dengan faktor horizontal 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan 1/(2-9) Kebalikan dari keterangan nilai 2-9 Sumber: Saaty (1983)
Faktor vertikal
Tabel 5. Contoh matriks skala perbandingan berpasangan A1
Faktor horizontal A3 A4
A2
A1 A2 A3 A4 A5
A5
1 1 1 1 1
3.3.3 Analisis Risiko Analisis risiko dilakukan untuk menentukan tingkatan probabilitas, konsekuensi yang akan terjadi, dan visibilitas suatu risiko. Tabel 6. Contoh skala ordinal pada kuesioner 2 N Risiko/Opportunity o. 1. Kerusakan instrumen 2. Lainnya Sumber: Data kuesioner
1 2 3 4 5
Konsekuensi Min Med Max 1 2 4
Probabilitas Min Med Max 1 3 4
Visibilitas Min Med Max 1 2 3
Setiap parameter dibagi kedalam lima kriteria penilaian, yaitu: Kriteria penilaian konsekuensi risiko, yaitu: : Sangat rendah : Rendah : Sedang : Tinggi : Sangat tinggi
15
1 2 3 4 5
Kriteria penilaian probabilitas risiko, yaitu: : Tidak pernah : 0 kali /tahun : Jarang : < 2 kali/tahun : Kadang-kadang : 2 – 5 kali/tahun : Sering : 5 – 10 kali/tahun : Sangat sering : > 10 kali/tahun
1 2 3 4 5
Kriteria penilaian visibilitas risiko dibagi, yaitu: : Sangat visibel : Visibel : Cukup visibel : Tidak visibel : Sangat tidak visibel
Masing-masing nilai yang diberikan oleh responden pada setiap parameter tiap risiko digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik pada persamaan 2.
𝑛
𝑛
𝑋𝐺 =
𝑋𝑖
(2)
𝑖=1
Keterangan 𝑋𝐺 : rata – rata geometrik n : jumlah responden 𝑋𝑖 : penilaian oleh responden ke-i Π : perkalian Dalam penggunaan kuesioner perlu dilakukan pengujian instrumen, yaitu uji validitas dan reliabilitas. Uji ini untuk menguji kebenaran dari data yang dihasilkan. Uji validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid bila alat ukur yang digunakan menunjukkan apa yang seharusnya diukur (Sugiyono 2004). Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah pernyataaan-pernyataan pada kuesioner relevan atau tidak. Uji reliabilitas digunakan untuk menyatakan apakah alat ukur yang digunakan dapat memberikan hasil yang konsisten. Syarat valid adalah rhitung > rtabel, sedangkan syarat reliabilitas adalah r cronbach’s alpha > rtabel. Pengujian reliabilitas dan validitas data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak statistik. Bahan yang diuji berupa skala ordinal mengenai pemahaman karyawan PT. KTI terhadap proyek MCP II. Pengujian instrumen consistency ratio untuk skala perbandingan berpasangan dilakukan secara manual dengan bantuan Microsoft Excel. Consistency ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa perbandingan berpasangan yang dilakukan konsisten atau tidak. Perhitungan consistency ratio dapat dihitung dengan rumus: (π − n) (n − 1) CI CR = IR
CI =
(3) (4)
16
Keterangan: CI : consistency index CR : consistency ratio π : nilai rata-rata dari consistency vector n : banyaknya alternatif IR : indeks random yang didapat dari tabel Oarkridge Syarat consistency ratio < 10%. Nilai Index random disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Index Random n RI 1 0.00 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 14 1.57 15 1.59 Sumber : Saaty (1994) Rata-rata geometrik yang dihasilkan dari setiap probabilitas, konsekuensi, dan visibilitas risiko dianalisis dengan menggunakan software Crystal Ball dengan precision control on confidence level sebesar 95% dengan iterasi sebanyak 1000 kali. Distribusi probabilitas yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua, yaitu: 1. Distribusi Beta PERT (Beta PERT Distribution) Distribusi ini digunakan untuk mengukur setiap probabilitas, konsekuensi, dan visibilitas risiko. Distribusi Beta Pert merupakan distribusi yang menggambarkan situasi dimana nilai minimum, maksimum, dan nilai yang disukai diketahui. Distribusi ini hampir sama dengan distribusi segitiga (triangular distribution), namun distribusi ini memiliki nilai perbedaan yang lebih halus dibandingkan distribusi segitiga. 2. Distribusi seragam (Uniform Distribution) Distribusi ini digunakan untuk mengukur risiko biaya yang mungkin terjadi. Distribusi seragam merupakan distribusi dengan kondisi nilai minimum dan maksimum telah ditetapkan. Distribusi ini mengasumsikan bahwa semua nilai merata disekitar nilai minimum dan nilai maksimum. Dari setiap distribusi probabilitas yang digunakan, kemudian dicari nilai keandalan sebesar; 50%, 80%, dan 90% dari masing-masing risiko. Selanjutnya, dilakukan pehitungan tingkatan risiko dari hasil yang didapat dengan keandalan 90%. Rumus tingkat risiko adalah: Tingkat Risiko = Konsekuensi x Probabilitas x Visibilitas
(5)
17
3.3.4 Evaluasi Risiko Membandingkan tingkat risiko yang dihasilkan dengan kriteria Australian/New Zealand Standard Risk Management 4360:2004. Tingkat biaya risiko yang dihasilkan dari setiap risiko kemudian diurutkan berdasarkan waktu kejadian. Waktu kejadian risiko dibagi kedalam tiga kondisi, yaitu pada saat inisiasi, masa konstruksi, dan implementasi (masa setelah konstruksi). Selanjutnya, dilakukan pembagian evaluasi dari setiap kondisi, yaitu risiko diterima dan risiko prioritas pemantauan (monitoring). Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian. Tetapi bila tingkat risiko ditetapkan tinggi maka perlu pengendalian terhadap risiko tersebut.
1.
2.
Evaluasi data dilakukan dengan membagi tingkat risiko kedalam dua kategori, yaitu: Risiko yang menjadi prioritas utama memiliki risiko > 50,000,000/bulan. Risiko yang masuk kedalam kategori ini akan diperlakukan suatu upaya dan pemantauan yang lebih tinggi, dengan harapan dampak dan kemungkinan risiko yang akan terjadi dapat berkurang. Risiko yang diterima memiliki tingkat risiko < Rp 50,000,000/bulan. Risiko yang masuk kedalam kategori ini dianggap sebagai risiko yang tidak memerlukan pemantauan atau upaya.
3.3.5 Pengendalian Risiko Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada, serta meningkatakan visibilitas dengan menggunakan berbagai alternatif metode. 3.3.6 Monitor dan Review Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan. 3.3.7 Komuniksi dan Konsultasi Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
18
Penentuan konteks
Identifikasi risiko
Kuesioner
Software statistik
Ms. Excel
Crystal Ball +
- Validitas - Reliabilitas
- Probabilitas - Konsekuensi - Visibilitas
Consistency Ratio
Tingkat Risiko biaya
+
Pemantauan dan review
Komunikasi dan konsultasi
Analisis risiko
Tingkat nilai risiko
Evaluasi Risiko
Risiko diterima
Ya
Tidak Pengendalian risiko
Gambar 8. Tahapan penelitian
19
Peringkat dan evaluasi Risiko
Ya
Risiko yang diterima
Diterima
Tdk
Mengurangi probabilitas
Mengurangi konsekuensi
Meningkatkan visibilitas
Mencegah
Pertimbangan biaya dan keuntungan yang ada
Menilai alternatif pengendalian
Monitor dan Review
Komunikasi dan
Konsultasi
Identifikasi alternatif pengendalian
Merekomendasikan strategi pengendalian
Pemilihan strategi pengendalian
Persiapan alternatif pengendalian
Pelaksanaan pengendalian terpilih
Persiapan rencana pengendalian
Mengurangi probabilitas
Mengurangi konsekuensi
Risiko yang diterima
Meningkatkan visibilitas
Ya
Pencegahan
Kembali
Tdk
Gambar 9. Proses pengendalian risiko (AS/NZS 4360:2004)
20
IV. 4.1
PROYEK MODERNISASI KONTROL PROSES TAHAP II Latar Belakang Untuk mendukung visi dan misi perusahaan PT. Krakatau Tirta Industri, maka Divisi Operasi menyelenggarakan suatu program pengembangan dengan melakukan suatu otomatisasi. PT. Krakatau Tirta Industri pada proyekt tahap I telah mengembangkan sistem kontrol integrasi sistem dengan Scada Vijeo Citect dan converter ke bagian controlling proses khususnya pada existing motor-motor yang ada di lapangan dan beberapa parameter proses pengolahan air, pada tahap I belum seluruhnya terintegrasi ke dalam sistem aplikasi. Untuk membuat seluruhnya terintegrasi, maka dilakukan pengembangan Tahap II Scada sistem otomatisasi proses khususnya integrasi ke SIKTI atau seluruh proses pelaporan data dan informasi yang ada di PT. KTI sekarang ini, dimana field instrument yang belum dikoneksikan ke bagian converter automatic proses akan direalisasikan, sehingga tahapan development modernisasi automatisasi ini dapat sesuai dengan konsep arah dan tujuan manajemen khususnya di Direktorat Operasi dan pada proyek Scada tahap II, akan dioptimasikan sejauh mana modernisasi diintegrasikan sesuai dengan arah bisnis strategik PT. KTI sekarang dan akan datang.
4.2
Manfaat Proyek Modernization Control Process 4.2.1 Efektivitas Proses penjernihan air telah banyak mengalami kemajuan dari masa ke masa sejak didirikannya PT. Krakatau Tirta Industri. Peningkatan volume kebutuhan air pun menyebabkan bertambahnya aplikasi yang dibutuhkan untuk mendukung peningkatan tersebut. Pengembangan sistem kontrol integrasi sistem dengan Scada Vijeo Citect dan converternya ke bagian controlling proses dapat membantu proses penjernihan air untuk mengurangi human error, efisiensi waktu dan tenaga kerja. 4.2.2 Easy Monitoring and Recording Integrasi hasil database Scada monitoring field instrument pada proses penjernihan air dengan SIKTI mempermudah monitoring pada proses penjernihan air. Aplikasi yang akan dipakai untuk mengintegrasikan software atau tools dalam sistem otomatisasi kontrol proses terhadap interface yang ada di mesin, dioptimalisasikan Scada dengan Vijeo Citect. Vijeo Citect merupakan paket software Scada dari Schneider yang memiliki fleksibilitas, reliabilitas, integrasi, mudah digunakan, accessibility, architectures types, runtime application, dan keamanan. 4.2.3 Mewujudkan Misi KTI PT. Krakatau Tirta Industri merupakan salah satu anak perusahaan PT. Krakatau Steel yang memiliki visi sebagai perusahaan penyedia air kelas dunia. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dilakukan suatu modernisasi kontrol proses sebagai salah satu pendukung pencapaian misi “menyediakan air dan solusinya bagi industri dan masyarakat dengan mengutamakan keharmonisan lingkungan”. Modernisasi kontrol proses tahap II dilakukan
21
untuk menguasai teknologi air bersih, khususnya dibidang manajemen operasi, perawatan serta rekayasa teknologi air bersih sehingga mampu menjadi perusahaan yang handal.
4.3
Sistem Configuration Secara hirarki operasional, topologi sistem kontrol proses terpasang menggunakan Vijeo Citect Scada untuk visualization control desk sebagai interface antara operator dengan field instruments. Pada sistem kontrol proses desain baru ini terdapat chart recorder/trending untuk merekam data atau kejadian selama operasional proses kontrol. Secara terpisah tetapi terintegrasi, data field instruments process di monitoring dan diakuisisi oleh PLC dan Horner melalui converter serial ke Internet Protocol (IP) Adam.
Gambar 10. Sistem configuration Vijeo Citect Scada 4.3.1 Vijeo Citect Scada (supervisor control and data acquisition) Vijeo Citect adalah paket software Scada dari Schneider yang sangat flexible, simple, dan terorganisir untuk menangani supervisi pada proses industrial plant. Software terintegrasi tools yang berbeda untuk mempermudah intuisi dan kreatifitas dalam membuat desain HMI. Vijeo Citect juga mendukung fasilitas multilanguages serta memiliki library driver protocol komunikasi untuk berbagai jenis device (PLC’s, controller, motor drives, data acquisition module, dan lainnya). Mempunyai kemudahan dalam merekam data proses berupa trending dan data dapat di-export kedalam Microsoft Excel, Acces, dan lainnya sebagai report. Vijeo Citect memiliki beberapa fitur utama menarik antara lain : • Flexibility dan reliability, artinya Vijeo Citect memiliki fleksiblitas dan reabilitas untuk membuat development dan desain HMI pada proses kontrol serta monitoring data proses di plant industrial.
22
• • • • • •
Integration. Software Vijeo Citect memiliki project explorer dimana terintegrasi semua komponen yaitu: graphic builder dan project editor. Ease of use. Accessibility. Architectures type. Scada Winlog telah support berbagai protocol driver untuk mengakomodasi interconnect dengan berbagai macam device. Runtime applications. Mode runtime applications sangat membantu dalam otomatisasi running applications saat booting awal PC. Security : access groups authorized. Definisi Group akan menentukan level dan kapasitas dari pengguna dalam authorisasi akses aplikasi proyek.
Stand Alone
Client Server
Single server 2 Client Web Server
2 Server 2 Client Web Server
Gambar 11. Architectures type Vijeo Citect Scada Integrasi sistem HMI Scada Vijeo Citect yang dikoneksikan ke sistem atau realtime yang sudah berjalan di SIKTI menggunakan Vijeo Citect dari Schneider Electric adalah: 1. Komunikasi Scada dan SIKTI berbasis pada database, konsep database HMI Scada Vijeo Citect mengacu kepada konsep pengelolaan sisi data yang tersimpan dalam sebuah database. Konsep ini dikenal dengan Database Management System (DBMS). Salah satu dari sekian teknologi database yang menggunakan konsep SQL adalah MYSQL dan adopsi ini sudah diterapkan pada SIKTI. 2. Scada hanya memberikan data realtime (sesaat) yang akan disimpan pada temporary server otomatisasi proses (sebagai data source otomatis) sehingga inisiasi data pemulihan Scada akan dilakukan oleh server SIKTI, disimpan dengan file extention Access database, sehingga source database ini dapat dijadikan master tragger interface Scada ke SIKTI dengan sistem yang telah digabungkan ke SIKTI realtime. 3. Manipulasi data secara realtime langsung berhubungan dengan port I/O pada mesin proses produksi dengan data realtime dari Scada yang akan dibuatkan interface tragger ke SIKTI sehingga pembacaan sources database dapat langsung diakomodasi oleh SIKTI (Gate Interface Scada Data ke SIKTI). 4. Entry manual yang selama ini dilakukan sudah tidak dipakai lagi jika menggunakan data akuisisi dari Scada otomatisasi. 5. Security Scada sistem sudah dilengkapi dengan fitur login dengan level otorisasi yang dapat diset sesuai kebutuhannya, administrator dan engineer dengan otorisasi penuh sedang untuk level operator dengan otorisasi terbatas. 4.3.2 Control Platform Horner merupakan Programmable Logic Controller (PLC), sistem yang terbuka. Selain itu mempunyai fasilitas untuk interface dengan sistem lain (non vendor) karena menggunakan protocol Modbus.
23
Platform Kontrol dan IO sistem yang menjadi kelebihan Horner adalah : • Open system dan flexibility. • Lowers costs, more options, dan easy-to-use. • Compact device : combining controller, operator interface, i/o, dan networking. • Simply dan customizing design. • Reliable as a traditional controller. • Spare parts easily available. Horner memiliki fasilitas dalam mendesain aplikasi logika melalui builder terintegrasi yaitu Cscape. Cscape suatu free software yang mengkombinasikan graphical ladder diagram programming dengan operator interface development untuk mengintegrasi kontrol package secara lengkap. Cscape memiliki fitur yang powerful seperti IEC-1131 style free form, drag dan drop ladder editor, memiliki 100 functions block dalam form pilihan, seperti fungsi conversion, string handling, advanced math, flow control dan masih banyak lagi. Operator interface didesain sesederhana mungkin untuk membuat screen tampilan operator interface. Tampilan screen dapat dipanggil dari logic ladder atau operational tersendiri. I/O configuration merupakan tools untuk mengkonfigurasi I/O melalui Cscape secara manual maupun otomatis dengan support lebih 60 I/O modules dapat dipilih dari from, built-in expansion, dan remote I/O semua dapat ditangani dalam tools ini. 4.3.3 Mesin HC900 Hybrid Controller HC900 hybrid controller memiliki proses yang canggih dan logic controller desain modular, scalable yang dibangun untuk bekerja diberbagai proses peralatan dengan biaya yang hemat. Logic controller (LC) dilengkapi dengan layar sentuh sehingga mudah dioperasikan bagi operator. Controller hybrid memiliki arsitektur fleksibel yang dapat mengakomodasi aplikasi bersyarat dan dengan fitur canggih serta konektivitas serbaguna mampu mengontrol penyesuaian pinpoint. HC900 hybrid controller juga mampu menyederhanakan poses dokumentasi dan menghilangkan filling errors. Modular dan scalable pada HC900 hybrid controller tersedia dalam tiga ukuran kisi dan tiga level performa CPU untuk menangani berbagai otomatisasi yang diminta, menyediakan fleksibilitas dengan memberikan kebutuhan bagi pengguna, yang dapat berkembang seperti yang diinginkan. Berbasis windows, perangkat lunak hybrid control designer mampu mengoperasikan lebih dari Ethernet, sehingga mudah untuk mengkonfigurasi logika kontrol dan interface operator. Layar sentuh interface operator dan pengguna mampu memberikan efisiensi, operasi intuitif, mengurangi atau menghilangkan kesalahan, memperbaiki kecepatan akses data, dan proses pengawasan. Logic controller (LC) termasuk modul pilihan dalam CPU controller, beberapa ukuran kisi I/O dan remote I/O per sistem kisi yang menyediakan fleksibilitas. LC juga menyediakan PID (proportional integral derivative) controller loop yang lebih unggul dan kuat dalam pengolahan analog dari banyak logika kontrol tanpa kompromi terhadap performa logika proses upgrade UMC800 ke Hybrid tersebut diharapkan seluruh controller engginee dapat sesuai dengan proses bisnis yang dibutuhkan oleh PT. KTI. dan sejalan dengan visi dan misi kedepannya. 4.3.4 Streaming Current Monitor Latar Belakang reinfrastruktur ini sudah lama direncanakan oleh Divisi Operasi namun pada tahap dua proyek modernisasi kontrol proses ini akan disertakan streaming current monitor (SCM) sebagai upaya dalam mengoptimalkan teknologi proses koagulan dosis kontrol
24
dengan paten sensor desain yang didalamnya menggunakan extended live teknologi. Streaming current monitor adalah alat yang digunakan untuk mengukur muatan kecil, partikel suspensi dalam suatu cairan/air. SCM adalah satu-satunya instrument online yang dapat digunakan untuk mengontrol stabilitas partikel dalam air dengan cara menggumpalkan kemudian mendapat kontrol umpan balik dari dosis koagulan. Beberapa keunggulannya adalah dapat merekam chemical savings, memelihara kualitas air, memberikan proteksi terhadap gangguan ketidaknormalan dalam proses koagulasi kimia, feedback kontrol, mengoptimalkan treatment, dan teknologi. Kedepannya PT. KTI mempunyai patented design (keakuan desain yang dipatenkan), dapat memonitor dengan teknologi digital, modbus yang optional, low cost dalam mengganti elemen sensor dan replaceable electrodes. Fitur-fitur tersebut jika telah diadposi oleh PT. KTI diharapkan akan membawa dampak yang baik bagi bisnis khususnya dalam pengelolaan air bersih yang handal dan terpercaya.
Flocculator Mixer
Raw water
Clarifier
Filter
Coagulant (Alum)
Dosing Pump
Controller
Streaming Current Meter
Gambar 12. Diagram streaming current meter dalam WTP Pembangunan Scada sistem dengan HMI Scada Vijeo Citect (proyek tahap I) telah membuat 9 konten gambar proses di layar, diantaranya adalah ; overall proses, area PS1, PS2, PS3, PS4, dan area PS5, accelerator, GLF dan Trending, yang secara keseluruhan dikoneksikan ke interface yang menghubungkan ke 30 unit motor di lapangan dengan menggunakan modul Horner sebagai interface ke Enginee UMC.
4.4
Ruang Lingkup Ruang lingkup untuk pekerjaan Modernization Control Proscess produksi tahap I (MCP I), programmable logic controller (PLC) melakukan monitoring data proses penjernihan air yang akan dikumpulkan dalam database untuk interconnect dengan web service server PT. KTI (SIKTI) yang meliputi:
Accelator
Reuse backwash station
Pump station I – Cidanau
Pump station II – Krenceng reservoir
Pump station III – reservoir dan water tower
25
Pump station IV – reservoir
Pump station V – reservoir
Dosing pump – Chemical Station
Run hour, kWh meter, amper motor.
Ruang lingkup untuk pekerjaan Modernization Control Proscess Produksi tahap II (MCP II) ini meliputi inventarisasi instrument dan peralatan control eksisting di lapangan, wirring, installation dan integrasi instrument dan control kedalam Scada sistem sebagai berikut:
Enginee UMC800 Upgradeable to Hybrid HC900 controller.
Parameter-parameter yang akan dioptimalkan dan dikoneksikan ke Scada (koagulant,current streaming in technology), end point proses dari jartes dengan streaming current ke Scada, sebagai kontrol akuisisi data chemical savings, maintain water quality, overdose protection, feedback control, easily retrofitted optimize treatment.
Migrasi data program ke hybrid controller dan integrasi field instrument baru, sehingga sistem kontrol proses menjadi lebih handal dan akurat.
Pemasangan power meter untuk PS1.
Wirring interface gate dari RTU motor PS1, dikoneksikan ke Scada sebagai fungsi monitoring status motor dari plant cidanau.
Supervisi integrator dan tim MCP II produksi dalam pembangunan HMI Scada Vijeo Citec (jika dalam Script tahap I harus ada pengembangan atau pertambahan programmable) sesuai penambahan instruksi ke field instrumen yang akan di koneksikan ke Scada sistem.
Penempatan server client di DTC Cidanau sebagai pusat repository data dan informasi link SCADA ke server pusat (Graha Krenceng).
(a)
(b)
(c)
(d) (e) (f) Gambar 13. a. UMC800, b. HC900, c. Horner, d Streaming current monitor, e. ADAM-4572 dan f. EGX100
26
4.4.1 Instalasi Proyek Tahap I yang Telah Terpasang Integrasi ke Scada dan SIKTI telah dilakukan pada tahap awal. Data dan informasi telah tersedia di Scada sistem dengan SQL databasenya yang di tragger-kan ke SIKTI, sehingga dapat dijadikan alat monitoring akuisisi data dan informasi yang secara langsung atau realonline di monitor, dikontrol dan dikoreksi secara langsung di SIKTI. Pengelompokan equipment, device atau field instrument (double link), yang mengkoneksikan seluruh motormotor sebanyak 30 unit, 15 motor besar (soft staker interface), twido 13 pompa dosing dengan prioritas identifikasi motor yang dikoneksikan dengan memasang modul Horner ke lokasi yang ideal (diruang panel control room), untuk penggantian switch terdapat 5 motor pada (Pump Station) PS2, impelar alum, impelar kapur, 2 motor pompa kapur, 1 motor PS4 (61M1), 4 pompa booster, 6 motor accelator (impelar dan bridge). Parameter proses peralatan yang ada diproduksi antara lain; controller UMC Twido, memograph, power meter, dimana pada UMC800 AI Card yang terpasang terdiri atas 26 level Control IO yaitu greenleaf filter (20 level), tower (1 level), reservoir (2 level), waduk (1 level), bak kapur (1 level), dan bak alum (1 level). PH Control terdiri dari 6 I/O; accelator I, II, III (1 level), PH air bersih (1 level), PH air baku (1 level), dan PH depolec (1 level). Seluruh I/O tersebut telah wirring ke interface (otomatisasi proses). Parameter interface antara lain; ampere, Kwh, PH, debit, totalizer, level, preasure, flow airbaku, PS4-tower). Peralatan level kapur (2 buah) dan meter kecil-PDAM belum tersedia sehingga belum dapat dikoneksikan. Cara untuk menghubungkan ke interface mesin memograph UMC800 adalah dengan menggunakan converter ke Ethernet dengan ADAM 4570, modebus UMC Horner menggunakan ADAM 4572. Converter pada ADAM Etnernet menggunakan IP static address pada range class IP yang akan disesuaikan. interkoneksi wirring dari selector switch ke motor menggunakan relay Horner Smart Relay. Identifikasi (libraryan wirring cable), penamaan atau tagging ditentukan dengan menggunakan lokasi devices number PS1 MTR 001. 4.2.2 Tahapan Proyek II Infrastruktur Jejaring Lan, Wirring Interface, dan Instalasi Software atau Toggle Client Scada ke Plant PS1 Tahapan ini menyiapkan konsep desain realonline dari PS1 ke Plant Krenceng atau di kantor pusat Graha Divisi Operasi, dimana telah disiapkan ruang DTC (Data centre) di ruang Control Room sebagai pusat data dan informasi akuisisi dan migrasi integrasi data Scada sistem dan SIKTI integrasi. Aplikasi yang akan dipakai untuk mengintegrasikan tools dalam sistem otomatisasi kontrol proses terhadap interface yang ada di mesin, dioptimalisasikan Scada dengan Vijeo Citect, dengan memodifikasi Script penambahan instruksi terhadap interface yang baru (proyek II) yang akan dikoneksikan ke sistem otomatisasi proses. Selanjutnya, mengidentifikasi kompatibelitas antara engginee UMC800 (obsolence) kedalam Mesin yang baru HC900 hibrid controller (honeywell process solution), interface, dan port-port yang akan dikoneksikan ke sistem dalam hal ini Scada dan desainnya dengan menggunakan aplikasi tools HMI Scada Vijeo Citect yang sudah di install pada server otomatisasi proses secara realonline dan realtime yang sudah kontinu dijalankan.
4.5
Target 4.5.1 Target End Point terhadap Proyek Modernisasi Kontrol Proses Otomatisasi Tahap II a. Pemasangan jaringan Networking/LAN area Cidanau:
27
b. c. d. e f.
Alternatif 1: Jaringan kabel telepon yang ada di reinfrastruktur yaitu dengan mengganti kabel dropt wire atau kabel telepon dengan yang baru (existing yang lama banyak terdapat sambungan akibat putus (tertimpa pohon) sehingga dampak dari terputus/sambungan tersebut akan menyebabkan jaringan drop (terputusnya networking atau koneksi ke server). Alternatif 2: Jaringan untuk koneksi ke Server pusat (DTC Graha Krenceng) di-upgrade dengan layanan servis; Lease Line Network Telephone dan layanan VSAT dari Indosat. Pemasangan power meter PS1 Pemasangan RTU motor PS1 Optimalisasi parameter yang ada di PS1 yang memungkinkan untuk dikoneksikan ke sistem. Pemasangan CCTV di lokasi DAM dan plant motor di PS1
4.5.2 Lokasi Plant Krenceng a. Upgrade UMC800 ke teknologi Hybrid HC900 compatible, termasuk panel dan marshaling atau cabinet antara panel HC900 dengan instrument, programing, installation, training, dan start up commissioning. b. Penambahan EGX100 untuk komunikasi ke interface power meter (jika sudah menggunakan TCPIP atau masih menggunakan modbus maka ditambahkan dengan konverter modbus ke TCP/IP). c. Interkoneksi inverter motor accelator dan motor dosing. d. Mengkoneksikan parameter koagulan dan jartest proses kedalam sistem streaming current berikut monitoring, akuisisi data dan informasinya ke Scada sistem. e. Merubah alamat totalizer flow meter PS IV pada sistem Scada. f. Mengoptimalkan parameter-parameter yang akan dikoneksikan ke sistem. 4.5.3 Peralatan Penunjang IT Pemasangan UPS power dan battery Chargered APC Smart-UPS, 1980 Watts/2200 : VA, input 230V/output 230V, interface port DB-9 RS-232, smartslot, USB, Rack. Height 2 U Berikut stopkontak surge arrester socket power APC 8 port colokan. 1. Pengadaan dan pemasangan managable switch AT-telesync 24 port. 2. Pengadaan dan pemasangan kable UTP cat5/cat6 100/1000 and connector cat6/cat5. 3. Router RB/493 mampu routing 16.250 pps (1500 byte paket) dapat seimbang pada 8 ISP, Bandwith management, ether 1 support POE 12-24 Volt DC port ethernet 802.1q VLAN, protocol routing RIPv2 dan OSPF. 4. RACK SERVER ABBA 19” C20-10900-GG/GB 20U, depth 900 mm untuk DTC controll room Cidanau 2 U pada server, monitor, router, UPS. 5. Server Client untuk tongle Scada sistem di DTC PS1 spec; server HP Proliant DL120 G6 490931‐371 HP DL120G6 1 Xquad Core Intel Xeon X3430 (2.40Ghz, 95watt, 1333FSB, 8MB, Turbo 1/1/2/3), RAM 2GB dengan LCD-led 32 inch termasuk dudukan Kni/breaket LCD, mouse keyboard wireless fidelity 6. CCTV monitor skup area DAM, motor PS1 dan data pusat Cidanau ; decoder, cable coax, cable cat multipair, camera comcoder 3 titik. 7. Lain-lain
28
Selector Switch yang belum ada di PS1 atau plant Krenceng agar dilakukan penambahan fasilitas agar statusnya dapat segera di wirring ke Scada Perlu dicari solusi pada flicker untuk penunjukkan status on atau trip, pada saat ini kondisi perjalanan dengan flicker terlalu cepat belum dapat dipantau oleh Scada secara optimal. Untuk mengintegrasikan Scada Vijeo Citect ke console/client perlu diadakan pengadaan tongle ID Scada client agar dapat online sharing ke pengguna dan supervisory management khususnya di PS1 Cidanau. Disiapkan console berupa display yang besar atau wide screen minimum 50 inch agar dapat dioptimalkan view Scada prosessing di layar besar dan berkonsep touchscreen (layar sentuh) dengan link per page viewall per proses (informasi yang cepat dan akurat) dipasang di ruang control room, information atau lobby, presentasi, dan lainnya.
Gambar 14. Communication link Krenceng – Cidanau 4.5.4 Non teknis (Development SDM) 1. Agar tim pelaksana khususnya teknisi, integrator dalam menangani program script di Scada Vijeo Citect dan Hornernya dapat dilakukan pelatihan untuk pendalaman lebih optimal lagi terhadap teknologi yang akan dipasang. 2. Dalam proyek otomatisasi tahap dua, akan diatur tugas dan wewenang dari seluruh Tim modernisasi kontrol proses yang akan dituangkan dalam SK Direktur SDM dan umum dengan komposisis sebagai berikut; Pelindung/Penasehat ; 1.Direktur Operasi ; 2.Direktur SDM dan umum Penanggung jawab Tim ; 1. Kadiv operasi Ketua Tim dan Wakilnya Sekretaris tim ANGGOTA Tim ; IT engineer 3 personil Integrator operation 2 personil Process controlling 2 personil Technicion electric dan field instrument 3 personil Sekretaris, administrator risk management 1 personil
29
3.
Lain-lain. Untuk mengaplikasikan otomatisasi proses ke tahapan 2 maka secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: Investasi field instrument yang belum ada atau mengganti yang sudah rusak/upgrade. Mengoptimalkan hardware controller yang untuk dapat di tambahkan device control atau dengan script program pada software Scada, desain yang belum terakomodir dan belum dikoneksikan ke interface Scada. Parameter Kwh meter dapat di input ke Scada sistem. Guna keakuratan data pada sensor PH agar dikalibrasi ulang secara kontinu atau diganti dengan yang baru, sehingga akuisisi data akan akurat dibaca oleh Scada sistem. Mengkoneksikan interface untuk proses dosing koagulan. Otomatisasi proses QC-Jartest dengan pengadaan alat PH meter, streaming current dan lainnya. Pemasangan sensor airbaku di kanal sungai airbaku (Cidanau river), untuk mengetahui debit air sebelum ditarik ke Sump Pump motor M1-4M1.
30
V. 5.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Stakeholders Pihak terkait yang masuk ke dalam proyek modernization control process tahap II (MCP II) ini disajikan dalam struktur organisasi yang dipengaruhi oleh hasil analisis manajemen risiko tahap II pada Gambar 15. dan Tabel 8. Setiap pihak yang terkait memiliki kekuatan dan kepentingan yang berbeda untuk proyek. Table 8. Analisis Stakeholders Resistive
High
Interest Neutral - Staf Ahli direktur utama dan Bidang Manajemen Review - Divisi Keuangan - Dinas IT
Power
Supportive - Kepala divisi operasi - Dinas pengolahan air - Dinas Proses Laboratorium K3LH - Dinas air baku
- Konsumen - Divisi Logistik - Operator dan Teknisi
Low Sumber: Data hasil
Kepala Divisi Operasi Pengawas Staf Ahli direktur utama dan Bidang Manajemen Review
Divisi Keuangan
Pelaksana
Dinas Pengolahan Air
Dinas Proses Laboratorium K3LH
Dinas Air Baku
Dinas IT
Pelaksana Lapangan Divisi Logistik
Operator dan Teknisi
Officer Pengolah Data
Konsumen Gambar 15. Struktur organisasi stakeholders
31
5.2
Jadwal Dan Biaya MCP II dijadwalkan memakan waktu sekitar 3 bulan yaitu dari juli 2011 hingga September 2011. Dan total biaya untuk menyelesaikan proyek ini adalah sekitar Rp. 628,544,106,- namun dalam aplikasinya total biaya yang dikeluarkan untuk proyek modernisasi kontrol proses tahap II ini adalah Rp. 771,740,000,-. Persentasi peningkatan harga adalah sebesar 23% dari perkiraan harga awal proyek yaitu sebesar Rp. 143,195,894,Peningkatan pengeluaran ini cukup tinggi dengan nilai peningkatan hampir seperempat dari total biaya awal.
5.3
Penetapan Konteks Terdapat lima konteks risiko yang dihasilkan dari hasil konsultasi dengan para ahli di PT. KTI, yaitu: 1. Risiko teknik, yaitu risiko yang berhubungan dengan hal teknis pada proyek MCP II. 2. Risiko finansial, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi pengeluaran dan pendapat atau risiko yang dapat mempengaruhi anggaran biaya perusahaan. 3. Risiko pelaksanaan pekerjaan, yaitu risiko yang terjadi selama selama masa proyek MCP II. 4. Risiko implementasi lapangan, yaitu risiko yang terjadi setelah proyek MCP II. 5. Risiko lingkungan, yaitu risiko yang berhubungan dengan stakeholders terkait.
5.4
Identifikasi Risiko Analisis risiko dilakukan dengan wawancara dan konsultasi kepada stakeholder terkait dan ahli dalam setiap aspek untuk menetukan dan mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi. Penilaian ahli digunakan untuk mengukur penilaian risiko berdasarkan kemungkinan kejadian (probability), besarnya konsekuensi (consequences), dan keterlihatan risiko (visibility). Dari hasil tersebut kemudian dilakukan identifikasi risiko yang dibagi ke dalam 5 kategori: Kategori 1. Risiko teknik 1. Kerusakan instrument menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya. 2. Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II mengakibatkan kinerja dalam proses integrasi terhambat. 3. Masalah koneksi dengan streaming current monitor menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual. 4. Kesalahan kalibrasi field instrument mengakibatkan kesalahan dalam pemberian dosis yang harus diberikan saat proses pengolahan air dan dapat menyebabkan kualitas air yang diharapkan tidak sesuai dan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. 5. Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada menyebabkan kerugian baik waktu penggantian ataupun biaya yang sudah dikeluarkan untuk membeli alat tersebut. 6. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal akan mengakibatkan terjadinya penambahan biaya untuk membeli suku cadang atau service yang dilakukan.
32
7.
8. 9.
10.
11.
12.
13.
Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman dapat berpengaruh terhadap waktu atau proses yang cukup lama serta tenaga kerja yang dibutuhkan cukup banyak sehingga biaya yang dikeluarkan pun tinggi. Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi dapat mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya pengeluaran. Kesalahan desain/penempatan peralatan dapat mengakibatkan proses integrasi tidak dapat tercapai sehingga akan terjadi keterlambatan koneksi dan menghambat proses yang akan menimbulkan kerugian baik dalam segi waktu maupun biaya. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil atau terputus akan mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI dapat mengakibatkan pelaksanaan proyek terhambat dan semakin lama karena adanya waktu tambahan untuk menyiapkan infrastruktur pendukung. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi berpengaruh terhadap kebenaran data yang dihasilkan yang kemudian dapat menjadi database atau pedoman dalam proses pengolahan air. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll) akan mengakibatkan kerugian karena terhambatnya proses pengolahan air serta perbaikan atau pembelian peralatan baru.
Kategori 2. Risiko finansial. 1. Kegagalan proyek yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian yang baik dalam segi waktu untuk pelakasanaan proyek tersebut maupun biaya yang telah dikeluarkan 2. Target waktu tidak tercapai dapat mengakibatkan terjadinya pertambahan biaya dan merugikan perusahaan serta menghambat kinerja perusahaan 3. Kerusakan atau kehilangan alat atau data mengakibatkan biaya tambahan berupa perbaikan atau penggantian alat baru dan data yang rusak atau hilang mengganggu proses pengolahan air yang berdampak terhadap pemasukan perusahaan dan kerahasiaan perusahaan. 4. Keterlambatan proyek dapat mengakibatkan kerugian waktu dan biaya penundaan. 5. Adanya biaya tambahan tak terduga mengakibatkan kerugian karena terjadinya peningkatan anggaran biaya yang telah disepakati oleh stakeholders. 6. Ketepatan waktu proyek memberikan keuntungan karena proses integrasi dapat berjalan sesuai rencana. 7. Efisiensi tenaga kerja memberikan keuntungan karena jumlah shift tenaga kerja dapat dikurangi karena otomatisasi integrasi data. 8. Waktu proyek lebih cepat memberikan keuntungan. 9. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya atau penambahan biaya. 10. Penundaan pembiayaan berpengaruh terhadap biaya operasional dan tenaga kerja yang semakin meningkat seiring dengan waktu penundaan. 11. Keterbatasan pendanaan mengakibatkan kerugian dikarenan terjadinya penundaan proyek dan terhambatnya proses integrasi. 12. Fluktuasi nilai tukar uang berpengaruh negatif bila harga rupiah lemah dan dapat berpengaruh positif bila harga rupiah menguat dipasaran.
33
13. 14.
Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kerugian karena adanya kenaikan harga yang secara tiba-tiba. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam berpengaruh terhadap kepercayaan antara stakeholders terkait, dimana kepercayaan tersebut berguna untuk menentukan harga yang berlaku.
Kategori 3. Risiko pelaksanaan pekerjaan. 1. Keterlambatan pelaksanaan proyek mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. 2. Keterlambatan penyelesaian proyek mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. 3. Keterlambatan pengadaan instrument mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. 4. Pelaksanaan K3L belum maksimal akan mengakibatkan terjadinya kerugian karena adanya tenaga kerja yang terluka dan biaya tambahan akibat kecelakaan kerja. 5. SOP tidak terlaksana dapat mengakibatkan pelaksanaan proyek menjadi tidak terarah dan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam proses pelaksanaan. 6. Kesalahan metode kerja dapat mengakibatkan waktu penyelesaian menjadi lebih lama dari waktu yang telah disepakati. 7. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering mengakibatkan waktu pelaksanaan proyek lebih efisisen. 8. Ketepatan pengadaan instrument mengakibatkan pelaksanaan proyek berjalan sesuai rencana. 9. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas) mengakibatkan proses inregrasi berjalan sesuai rencana. 10. Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya) memberikan kemudahan bagi perusahaan karena proses integrasi menjadi lebih cepat. 11. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien mengakibatkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek. 12. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam waktu pelaksanaan proyek. 13. Tidak ada quality control terhadap peralatan menyebabkan peralatan menjadi cepat rusak. 14. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty mengakibatkan proses jaminan, guaranty, dan warranty terhambat. 15. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim mengakibatkan masalah bagi perusahaan karena terhambatnya proyek disebabkan kendala dalam melakukan pembayaran, change order karena ketidakcocokan instrument, serta klaim barang yang tidak sesuai. Kategori 4. Risiko implementasi lapangan. 1. Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor mengakibatkan tertundanya kedatangan instrument yang dibutuhkan. 2. Keamanan tidak terjamin/kurang dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan alat atau data.
34
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tidak adanya pemeliharaan/perawatan mengakibatkan umur pakai peralatan yang ada menjadi lebih singkat. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru dapat menimbulkan terhambatnya integrasi atau hilangnya data yang diperlukan. Operator menolak menggunakan sistem baru akan menimbulkan masalah operasional. Ketidakahlian operator dapat menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap mengakibatkan pelaksaan proyek pun tidak siap. Training operator yang tidak direncanakan dapat mengganggu proses integrasi.
Kategori 5. Risiko lingkungan. 1. Kepuasan pengguna layanan air. 2. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait mengakibatkan adanya kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan kepercayaan diantara stakeholders terkait hilang. 3. Pengurangan jumlah karyawan shift dapat menyebabkan terjadinya efisiensi biaya. 4. Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja) berpengaruh terhadap pengoptimalan pembagian tugas dan jam kerja karyawan. 5. Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru dapat mengakibatkan kesalahpahaman dan iri diantara para operator sehingga kinerja karyawan menjadi menurun. 6. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada supplier perlu dilakukan untuk menyukseskan proyek dan penyelesaian proyek tepat waktu.
5.5
Analisis Risiko Skala nominal yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk menentukan data identitas responden, seperti: jenis kelamin, umur, dan pendidikan. Jumlah responden penelitian ini adalah 10 orang dari 14 karyawan PT. KTI yang terlibat dalam proyek MCP II. Hasil identitas karyawan PT. KTI disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Identitas karyawan PT. KTI Kriteria
Jumlah
Persentase
Jenis kelamin
Kriteria
Jumlah
Persentase
Pendidikan
Perempuan
1
10%
SD
-
-
Laki-laki
9
90%
SMP
-
-
SMA
2
20%
Diploma
3
30%
Umur < 20 tahun
-
-
20-30 tahun
3
30%
S1
4
40%
7
70%
Pasca Sarjana (S2/S3)
1
10%
> 30 tahun Sumber : Data hasil
Skala ordinal yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua fungsi, yaitu untuk mengetahui pemahaman karyawan PT. KTI terhadap proyek MCP II dan untuk menentukan probabilitas, konsekuensi, dan visibilitas dari setiap risiko yang mungkin terjadi
35
pada proyek MCP II. Skala ordinal yang digunakan untuk mengetahui pemahaman karyawan PT. KTI terhadap proyek MCP II, terdiri dari tiga kategori, yaitu; ya, cukup, dan tidak (lihat Tabel 10). Hasil dari pertanyaan 1 artinya: 90% responden mengetahui dan memahami proyek MCP II dan 10% responden cukup mengetahui proyek tersebut. Berdasarkan hasil keseluruhan, sebagian besar responden mengetahui dan memahami proyek MCP II, karena jumlah nilai persentase jawaban “ya” lebih besar dibandingkan jumlah “cukup”, dan “tidak”. Tabel 10. Kuesioner 1: Pertanyaan ini untuk menguji pengetahuan dan pemahaman mengenai proyek MCP II. Jumlah No Pertanyaan Ya Cukup Tidak 1 Apakah Anda mengetahui tentang proyek modernisasi 90% 10% 0% kontrol proses tahap II? 2 Apakah Anda mengetahui field instrument yang 40% 60% 0% digunakan dalam MCP II? 3 Apakah Anda mengetahui mengenai streaming current 50% 40% 10% monitor? 4 Apakah Anda mengetahui mengenai DBMS – Database 60% 20% 20% Management System? 5 Apakah Anda mengetahui tentang Scada Vijeo Citect? 50% 40% 10% 6 Apakah Anda mengetahui hubungan Visi dan Misi dari 70% 30% 0% perusahaan terhadap penerapan MCP II? 7 Menurut Anda, apakah PT. KTI sudah memenuhi 70% 30% 0% keinginan pelanggan dalam melayani jasa air? 8 Menurut Anda, apakah penerapan MCP II memiliki peran 70% 30% 0% yang penting dalam mendukung Misi KTI? 9 Menurut Anda, apakah Anda setuju dengan proyek MCP 80% 20% 0% II? 10 Menurut Anda, apakah setelah memberlakukan MCP II, 40% 40% 20% performa perusahaan meningkat? 11 Menurut Anda, apakah kemampuan karyawan mengalami 60% 20% 20% peningkatan setelah diberlakukannya MCP II? 12 Menurut Anda, apakah penerapan MCP II mempengaruhi 60% 20% 20% kinerja karyawan? 13 Menurut Anda, apakah Anda akan merasa terbantu 80% 10% 10% dengan adanya proyek MCP II? Sumber: Data hasil Pengujian instrument perlu dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas data. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan perangkat lunak statistik. Hasil yang dimasukkan ke dalam perangkat lunak statistik adalah dari pertanyaan nomor 7 hingga 13 pada Tabel 10. Hal ini dikarenakan hasil yang didapat juga didukung dengan alasan responden dalam memilih jawaban. Berdasarkan hasil yang didapat, 71% nilai validitas kurang dari 0.05 dan nilai cronbach’s alpha adalah 0.642. Nilai validitas hitung adalah 0.05 dan nilai reliabilitas tabel sebesar 0.6. Nilai ini menyatakan bahwa hasil penelitian yang didapat valid dan reliabel karena telah memenuhi syarat dimana nilai validitas rhitung > rtabel dan nilai cronbach’s alpha > rtabel. Fungsi skala ordinal yang kedua adalah untuk menetukan tingkat konsekuensi, probabilitas, dan visibilits dari setiap risiko. Skala perbandingan berpasangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan atau pengaruh relatif antara satu rusiko dengan risiko lainnya dalam menentukan bobot prioritas. Nilai yang telah diberikan
36
oleh responden kemudian digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik. Contoh hasil rata-rata geometrik tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. dan Tabel 12. Hasil keseluruhan untuk setiap risiko dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 11. Contoh hasil rata-rata geometrik skala ordinal risiko lingkungan No.
Risiko/Oportunity
L.1 Kepuasan pengguna layanan air. L.2 Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. L.3 Pengurangan jumlah karyawan shift. L.4 Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja). L.5 Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. L.6 Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier.
Konsekuensi Min Med Max 1.414 2.625 3.923
Probabilitas Min Med Max 1.516 2.625 3.898
Min 1.20
Visibilitas Med Max 2.23 3.58
1.231
2.132
3.415
1.231
2.132
3.438
1.69
2.73
4.06
1.196
2.024
3.492
1.39
2.595
3.812
2.13
3.21
4.37
1.335
2.285
3.618
1.712
2.781
3.898
1.99
3.12
4.37
1.644
2.814
3.898
1.597
2.734
3.923
1.93
3.05
4.41
1.231
2.521
3.812
1.231
2.352
3.622
1.78
2.68
4.06
Sumber: Data hasil Tabel 12. Contoh rata-rata geometrik skala perbandingan berpasangan risiko lingkungan Elemen A
L.1 1
L.1 L.2 L.3 L.4 L.5 L.6 Sumber: Data hasil
L.2 3.602 1
Elemen B L.3 L.4 3.920 2.164 2.255 1.405 1 0.624 1
L.5 2.39 2.526 1.547 2.553 1
L.6 2.769 2.221 1.349 2.11 2.011 1
Nilai consistency indeks (CI) merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa skala perbandingan berpasangan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Sedangkan consistency ratio digunakan untuk mengetahui hubungan antara CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak dengan memiliki CR ≤ 10%. Berdasarkan Tabel 13. nilai consistency ratio yang dihasilkan untuk setiap risiko kurang dari 10%, yaitu dengan rata CR sebesar 4.90%, hasil ini menunjukkan data yang didapat memiliki konsistensi yang cukup tinggi dan kesahihan hasil.
No
Risiko
1 Teknik 2 Finansial 3 Pelaksanaan Pekerjaan 4 Implementasi Lapangan 5 Lingkungan Sumber: Data hasil
Tabel 13. Nilai consistency ratio consistency index n λmax (CI) 13 13.78 6.52% 14 15.11 8.55% 15 15.89 6.35% 9 9.70 8.73% 6 6.32 6.39%
consistency ratio (CR) 4.18% 4.45% 4.00% 6.19% 5.70%
Hasil dari rata-rata geometrik skala ordinal dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Crystal Ball dengan precision control on confidence level sebesar 95% dengan iterasi sebanyak 1000 kali. Penentuan distribusi probabilitas dalam penelitian didasarkan pada data
37
yang ada. Berdasarkan kondisi data, digunakan distribusi Beta PERT dan distribusi seragam. Distribusi Beta PERT digunakan untuk mengukur distribusi probabilitas, konsekuensi, dan visibilitas risiko. Distribusi seragam (Uniform distribution) digunakan untuk mengukur risiko biaya. Dalam penelitian ini dilakukan tiga keandalan, yaitu 50%, 80%, dan 90%. Contoh hasil distribusi Beta PERT dan distribusi seragam disajikan pada Tabel 14. dan Tabel 15. Tabel 14. Contoh distribusi probabilitas Beta PERT untuk risiko lingkungan No Risiko L.1 Kepuasan pengguna layanan air.
Properties Possibility
L.2 Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait.
Grafik
50% 1.96
80% 3.05
90% 3.24
Possibility
1.54
2.62
2.80
L.3 Pengurangan jumlah karyawan shift.
Possibility
1.85
3.04
3.24
L.4 Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja).
Possibility
2.12
3.17
3.32
L.5 Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru.
Possibility
2.06
3.14
3.31
L.6 Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada supplier.
Possibility
1.68
2.78
2.97
Sumber: Data hasil Tabel 15. Contoh distribusi probabilitas seragam untuk risiko lingkungan No Risiko L.1 Kepuasan pengguna layanan air. L.2 Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. L.3 Pengurangan jumlah karyawan shift. L.4 Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja). L.5 Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. L.6 Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada supplier.
Grafik
50%
80%
90%
Rp
10,635,311 Rp 12,663,507 Rp 13,408,370
Rp
10,340,957 Rp 12,599,346 Rp 13,308,370
Rp
38,842,760 Rp 57,224,744 Rp 62,861,671
Sumber: Data hasil Tabel 14. menunjukkan bahwa nilai probabilitas untuk risiko lingkungan memiliki nilai skewness yang positif dikarenakan kemiringan bergerak kearah nilai minimum dengan nilai skewness berkisar antara 0.004 hingga 0.165 dan memiliki kurtosis dengan puncak relatif datar yang menunjukkan penyebaran possibility cukup merata. Nilai yang dihasilkan pada keandalan 50%, 80%, dan 90% berbeda-beda. Nilai keandalan ini menunjukkan bahwa besarnya kemungkinan kejadian (possibility). Pada keandalan 50%, nilai yang didapat berkisar antara 1.54 hingga 2.12, artinya kemungkinan kejadian setiap risiko lingkungan berada pada kriteria kemungkinan jarang terjadi (< 2kali/tahun). Hasil ini berbeda bila dibandingkan dengan nilai
38
keandalan 80% dan 90%, yang sebagian besar menunjukkan bahwa kemungkinan kejadian adalah kadang-kadang (2-5 kali/tahun). Distribusi seragam mengasumsikan bahwa nilai tersebar merata pada kisaran nilai minimum dan maksimum. Tabel 15. memperlihatkan bahwa terdapat tiga risiko yang tidak memiliki risiko biaya. Sebenarnya, risiko tersebut memiliki risiko biaya, namun risiko tersebut bersifat intangible atau tidak dapat diukur dalam segi biaya. Dikarenakan parameter pengukuran yang cukup sulit untuk ditentukan. Untuk menentukan risiko biaya, digunakan lima segi pengukuran, yaitu: instrument cost (IC), operational cost (OC), total cost of ownership (TCO), labour cost (LC), dan maintenance cost (MC). Setiap risiko biaya yang diukur tidak semuanya mimliki kelima segi pengukuran tersebut. Contohnya risiko pengurangan jumlah karyawan shift yang hanya diukur berdasarkan labour cost (LC). Risiko kepuasan pengguna layanan air, kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait, dan kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru tidak memiliki kelima segi pengukuran tersebut, sehingga risiko biaya tersebut tidak terukur. Keseluruhan distribusi probabilitas disajikan pada Lampiran 3. Tingkat risiko merupakan hubungan perkalian antara konsekuensi, probabilitas, dan visibilitas risiko. Perhitungan tingkat nilai risiko dilakukan dengan mengambil nilai keandalan 90% dari setiap parameter risiko. Contoh tingkat risiko disajikan pada Gambar 16. Tingkat Risiko 0
10
20
30
40
50
Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholder terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja). Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier. Keandalan 50%
Keandalan 80%
Keandalan 90%
Gambar16 . Tingkat nilai risiko lingkungan Gambar 16. menunjukkan bahwa tingkat nilai risiko yang tertinggi terjadi pada keandalan 90% risiko kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru, dengan nilai sebesar 40.98. Nilai ini dipengaruhi karena nilai probabilitas dan konsekuensi yang tinggi serta visibilitas yang rendah.
5.6
Evaluasi Risiko Evaluasi risiko berfungsi untuk mengetahui risiko biaya yang diterima dan risiko yang menjadi prioritas pada masa inisiasi, konstruksi, dan implementasi. Evaluasi risiko yang
39
dilakukan dengan keandalan sebesar 90%. Hasil evaluasi risiko disajikan pada Gambar 17. yang menyatakan kerugian pada proyek MCP II. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang … Keterbatasan pendanaan. Penundaan pembiayaan. Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang… Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Kesalahan desain/penempatan peralatan. Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan … Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900… Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan … 25
50
75
100 125 150 175 200 225 250 275 Millions
Biaya
(a) Inflasi. Kerugian akibat fluktuasi nilai tukar uang. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai. Kerugian akibat kegagalan proyek. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan … Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng … Kesalahan kalibrasi field instrument. Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Kesalahan metode kerja konstruksi. Pelaksanaan K3L belum maksimal. Keterlambatan pengadaan instrumen. Keterlamabatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pelaksanaan proyek. Kerusakan instrumen (50)
50
150
250
350
Biaya
450
550
650
Millions
(b)
40
SOP tidak terlaksana. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply… Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak… Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng … Kesalahan kalibrasi field instrument. Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II Kerusakan instrumen Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Training operator yang tidak direncanakan SOP yang tidak siap. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan… Operator menolak menggunakan sistem baru. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Tidak adanya pemeliharaan/perawatan. Keamanan tidak terjamin/kurang. (50)
50
150
250
350
Biaya
450
550 650 Millions
(c) Gambar 17. a. Inisiasi, b. Konstruksi, dan c. Implementasi Risiko yang diterima memiliki risiko biaya kurang dari Rp. 50,000,000,-/bulan dan risiko yang menjadi prioritas memiliki risiko biaya yang lebih besar dari Rp. 50,000,000,-/bulan. Gambar 17. menunjukkan risiko negatif atau kerugian dari proyek MCP II pada saat inisiasi, konstruksi, dan implementasi. Pada masa inisiasi terdapat satu risiko yang diterima, yaitu risiko reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam, sedangkan risiko yang perlu mendapat monitoring berjumlah 11 risiko. Dari 11 risiko yang masuk kedalam kategori monitoring, terdapat risiko yang perlu menjadi prioritas, yaitu risiko mengenai dukungan purna jual (suku cadang/service) HC900 yang tidak optimal. Namun, risiko-risiko tersebut telah mendapat suatu pengendalian sehingga status risiko pada masa konstruksi telah berubah menjadi aman atau “off ”. Risiko yang diterima pada masa konstruksi berjumlah 3, yaitu inflasi, kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga, dan pelaksanaan K3L yang belum maksimal. Terdapat 3 risiko yang memerlukan prioritas khusus dari 16 risiko yang memerlukan monitoring, hal ini dikarenakan biaya risiko tersebut sangat tinggi. 16 risiko tersebut telah dilakukan suatu pengendalian, sehingga status risiko tersebut pada masa implementasi adalah aman atau “ off “. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model merupakan risiko yang dapat diterima pada masa implementasi, sedangkan risiko yang memerlukan monitoring berjumlah 16 risiko. Dari 16 risiko tersebut, terdapat 6 risiko yang memerlukan monitoring khusus, karena biaya yang dapat terjadi cukup tinggi (Lampiran 5). Risiko selain memberikan efek negatif, juga memberikan kemungkinan suatu efek positif atau keuntungan yang dapat dilihat pada Gambar 18. Keuntungan tersebut mungkin terjadi pada masa inisiasi, konstruksi, dan implementasi. Berdasarkan Gambar 18. terdapat 11 risiko positif yang dihasilkan dengan 1 risiko pada saat inisiasi, 6 risiko pada masa konstruksi, dan 4 risiko pada masa implementasi. Keuntungan tertinggi terjadi pada masa konstruksi dengan risiko keuntungan akibat fluktuasi nilai tukar uang.
41
Operator lebih mudah dalam memonitoring proses … Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja). Pengurangan jumlah karyawan shift. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas). Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan akibat fluktuasi nilai tukar uang. Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya). Inisiasi
Konstruksi
25
50
Implementasi
75 Biaya
100
125
150
Millions
Gambar18 . Risiko keuntungan proyek MCP II
5.7
Pengendalian Risiko Pengendalian risiko dilakukan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Berdasarkan hasil evaluasi risiko terdapat 6 risiko yang memerlukan pengendalian risiko. Pengendalian risiko tersebut disajikan pada Tabel 16. Kontrol yang dilakukan pada risikorisiko tersebut diharapkan dapat mengurangi konsekuensi dan probabilitas serta meningkatkan visibilitas. Selain itu, kerugian yang akan terjadi pun diharapkan dapat berkurang. Keseluruhan pengendalian risiko disajikan pada Lampiran 6. Tabel 16. Pengendalian risiko N o
Risiko
1
Ketidakahlian operator
2
Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Kerusakan instrumen
3 4
5
6
Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll).
Kontrol Pelatihan dan maintenance secara rutin Peningkatan keamanan dan maintenance secara rutin Maintenance secara rutin Peningkatan jaringan koneksi dan maintenance secara berkala Peningkatan jaringan koneksi dan maintenance secara berkala Maintenance secara teratur
Rp
585,857,373
Kepercayaan risiko level 90% 41.31
Rp
610,155,566
35.57
Rp
531,096,920
37.36
Rp
603,410,332
24.26
Rp
286,048,463
26.31
Rp
117,098,983
27.46
Risiko dalam biaya
Sumber : Data hasil
42
V.
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Analisis manajemen risiko pada modernisasi kontrol proses tahap II PT. Krakatau Tirta Industri dilakukan dengan membagi risiko dalam lima kategori, yaitu risiko teknis, finansial, pelaksanaan pekerjaan, implementasi lapangan, dan lingkungan. 2. Evaluasi risiko dibagi kedalam tiga kondisi waktu, yaitu masa inisiasi, konstruksi, dan implementasi. Berdasarkan hasil evaluasi risiko terdapat enam risiko yang memerlukan pengendalian risiko, yaitu ketidakahlian operator, kerugian akibat kerusakan atau kehilangan data, kerusakan instrument, koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP Krenceng yang tidak stabil atau terputus, masalah koneksi dengan streaming current monitor, dan yang terakhir adalah kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dan lainnya)
5.2 Saran Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis manajemen risiko lebih baik dilakukan sebelum pelaksanaan suatu proyek sehingga dapat mengetahui risiko lebih awal dan melakukan penanganan risiko sejak dini. 2. Perlu adanya suatu pengalaman untuk dapat membuat suatu expert judgement dan pengambilan keputusan dalam menilai suatu risiko. 3. Perlu adanya pembelajaran dan pemahaman mengenai material dan teknologi dalam proses pengolahan air. 4. Perlu adanya pembelajaran dan pemahaman mengenai teknologi integrasi dan otomatisasi dalam teknik monitoring kualitas airbaku.
43
DAFTAR PUSTAKA Acquisition Community Connection DAU. 2012. Risk Management. https://acc.dau.mil [15 Februari 2012] AIRMIC, ALARM, IRM, A. 2002. Risk Management Standard. Clough R.H, and Sears G.A. 1994. Construction Contracting, 6th Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Crouhy M, Galai D, Mark R. 2001. Risk Management. USA: McGraw Hill. Crystal Ball. 2008. User Manual: CB Reference Manual. __________. 2008. User Manual: CR Distrubution Reference Card. http://www.oracle.om/crystalball [20 juni 2012] Darmawi Herman. 2012. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara. Departement of Family and Communitty Service. 1999. Risk Management in Departement of Family and Community Service, Risk. Australia: Audit and Compliance Branch. DoD, US: Departement of Defence Extension to. 2003. A Guide to the Project Management Bode of Knowledge, 1st Edition. Fort Belvoir, Virginia: Defence Acquisition University Press. Dorfman, Mark S. 2007. Introduction to Risk Management and Insurance. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Elizabeth Pate Cornell, Lea A Deleris. 2009. Failure in the Insurance Industry: A Quantitative System Analysis. Journal Risk Management and Insurance Review, Mouth Vernon: Fall. Hamdy A, Taha. 2007. Operation research an Introduction, 8th Edition. PEARSON: Prentice Hall. Irham Fahmi. 2010. Manajemen Risiko. Bandung: Alfabeta. James R, Evan, David L, Olson. 2002. Introduction to Simulation and Risk Analysis, 2 sd Edition. University of Cincinnati and University of Nebraska: Prentice Hall. JISC Infonet Northumbria University. 2012. Risk Management. http://www.jiscinfonet.ac.uk [10 Februari 2012] Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Ghana Indonesia. Bogor. Kerzner Harold. 2003. Project Management : A System Approach to Planning Schedulling, and Controlling, 8th Edition. New Jersey: John Wiley and Son. Marimin, Nurul Maghfiroh. 2010. Teknik Pengambilan Keputusan dalam Rantai Pasok. Bogor: IPB Press. Mulyono Sri. 2007. Riset Operasi. FE-UI. Norris C, Perry J, Simon P. 2000. Project Risk Analysis and Management. The Assosiation for Project Management, Buckingham. Saaty TL. 1983. Decision making for leader: The Analytical Hierarchy Process for Decision in Complex World. Pittsburgh: RWS publication. Saaty TL. 2004. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytical Hierarcy Process. Pittsburgh: RWS publication. Siahaan Hinsa. 2007. Manajemen Risiko pada Perusahaan dan Birokrasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Soeharto I. 1999. Manajemen Proyek : dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. Staff UI . 2012. Mata Kuliah K3 Materi Manajemen Risiko. http://staff.ui.ac.id [10 Februari 2012] Standard Australia dan Standard New Zealand. 2004. Risk Management Guideline. AS/NZS 4360: Sydney NSW.
44
Stoneburner G, Goguen A, Feringa A. 2001. Risk Management Guide for Information Technology System. National Institute of Standart and Technology. US Departement of Commerce. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Tim Modernization Control Process Tahap II. 2011. Pengembangan Modernisasi Control Proses Automation Production Ii-Integrasi All Field Instrument to System. Cilegon. PT. Krakatau Tirta Industri. Trieschmann, Gustavson, Hoyt. 2001. Risk Management and Insurance. 8th Edition. South-Western Collage Publishing. Uher, Thomas E. 1996. Introduction to Risk Management. New South Wales Faculty of The Built Environment: UNSW Press. Walpole RE, Myers RH, Myer SL, Ye K. 2007. Probability Statistic for Engineer and Scientist, 8th Edition. PEARSON: Prentice Hall. Williams C. Arthur Jr, Michael L, Smith, Peter C Young. 1995. Risk Management and Insurance, 7th Edition. McGraw Hill International. Edition Financial Series. Xiofeng Du, Amory N Li. 2008. Monte Carlo Simulation and Value at Risk of Concessionary Project: the Case Study of the Guangshen Freeway in China. Management Research News: Emerald Group Publishing Limited.
45
Lampiran
Lampiran 1. Contoh kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS MANAJEMEN RISIKO MODERNISASI KONTROL PROSES TAHAP II
Responden yang terhormat, Dalam rangka penelitian untuk mengetahui analisis manajemen risiko proyek modernisasi kontrol proses tahap II, kami ingin mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan risiko yang akan terjadi pada proyek modernisasi kontrol proses tahap II yang Anda lakukan untuk dijadikan sebagai bahan penelitian kami. Untuk itu, kami mengharapkan partisipasi Anda sebagai responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan dalam kuesioner ini dengan benar dan jujur. Atas partisipasi Anda, kami ucapkan terima kasih.
Identitas Responden Petunjuk pengisian: Berilah tanda (√) pada setiap pilihan jawaban yang disediakan sesuai dengan kondisi Anda..
1. Nama
:
2. Dinas/Divisi/Jabatan
:
3. Jenis Kelamin
:
Perempuan
Laki-laki
4. Umur
:
< 20 tahun
20 – 30 tahun
5. Pendidikan terakhir
:
> 30 tahun
SD
SMA
Sarjana (S1)
SMP
Diploma
Pasca Sarjana (S2/S3)
47
KUESIONER 1 Note : Pertanyaan ini untuk menguji pengetahuan dan pemahaman Anda mengenai proyek MCP II. Petunjuk pengisian: Berilah tanda ( √ ) pada pilihan yang menurut Anda benar.
1.
Contoh pengisian Apakah Anda mengetahui tentang proyek modernisasi kontrol proses tahap II √ Ya Cukup Tidak √
1. Apakah Anda mengetahui tentang proyek modernisasi kontrol proses tahap II? Ya Cukup Tidak 2. Apakah Anda mengetahui field instrument yang digunakan dalam MCP II? Ya Cukup Tidak 3. Apakah Anda mengetahui mengenai streaming current monitor? Ya Cukup Tidak 4. Apakah Anda mengetahui mengenai DBMS – Database Management System? Ya Cukup Tidak 5. Apakah Anda mengetahui tentang Scada Vijeo Citect? Ya Cukup Tidak 6. Apakah Anda mengetahui hubungan Visi dan Misi dari perusahaan terhadap penerapan MCP II? Ya Cukup Tidak 7. Menurut Anda, apakah PT. KTI sudah memenuhi keinginan pelanggan dalam melayani jasa air bersih? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________
48
8. Menurut Anda, apakah penerapan MCP II memiliki peran yang penting dalam mendukung Misi KTI? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 9. Menurut Anda, apakah Anda setuju dengan proyek MCP II? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 10. Menurut Anda, apakah setelah memberlakukan MCP II, performa perusahaan meningkat? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 11. Menurut Anda, apakah kemampuan karyawan mengalami peningkatan setelah diberlakukannya MCP II? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 12. Menurut Anda, apakah penerapan MCP II mempengaruhi kinerja karyawan? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ 13. Menurut Anda, apakah Anda akan merasa terbantu dengan adanya proyek MCP II? Ya Cukup Tidak Alasan: ______________________________________________________________ ______________________________________________________________
49
KUESIONER 2 Note : Kami meminta Anda untuk melakukan penilaian terhadap dampak, probabilitas (kemungkinan kejadian), dan keuntungan atau kerugian finansial yang mungkin terjadi didalam penerapan MCP II. Petunjuk pengisian pemberian skor 1. Dampak 1: Sangat rendah
2: Rendah
3: Sedang
4: Tinggi
5: Sangat tinggi
2. Kemungkinan kejadian 1: Tidak pernah 2: Jarang 3: Kadang-kadang Keterangan : Tidak pernah Jarang Kadang-kadang
4: Sering 5: Sangat sering
: 0 kali/tahun : < 2 kali/tahun : 2 - 5 kali/tahun
Keterangan : Min : minimum
Med
Sering Sangat sering
: medium
: 5 - 10 kali/tahun : > 10 kali/tahun
Max
: Maksimum
Contoh pengisian kuesioner 2
No.
Risiko/Opportunity
1.
Kerusakan instrumen
2.
Lainnya
Kemungkinan kejadian
Dampak
Kerugian/ Keuntungan
Min
Med
Max
Min
Med
Max
Min
Max
1
2
4
1
3
4
1 juta
10 juta
50
1. RISIKO TEKNIS
No.
Risiko/Opportunity
1. 2.
Kerusakan instrumen. Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II. Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kesalahan kalibrasi field instrument. Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal. Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman. Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi. Kesalahan desain/penempatan peralatan. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Lainnya
Dampak Min
3.
4. 5.
6.
7.
8
9
10.
11.
12.
13.
14.
Med
Max
Kemungkinan kejadian Min Med Max
Kerugian/ Keuntungan Min Max
51
2. RISIKO FINANSIAL
No.
Risiko/Opportunity
1.
Kerugian akibat kegagalan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai. Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Penundaan pembiayaan. Keterbatasan pendanaan. Fluktuasi nilai tukar uang. Inflasi. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam. Lainnya
Dampak Min
2. 3.
4. 5.
6.
7. 8.
9.
10 11 12. 13 14.
15.
Med
Max
Kemungkinan kejadian Min Med Max
Kerugian/ Keuntungan Min Max
52
3. RISIKO PELAKSAAN PEKERJAAN
No.
Risiko/Opportunity
1.
Keterlambatan pelaksanaan proyek. Keterlamabatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pengadaan instrumen. Pelaksanaan K3L belum maksimal. SOP tidak terlaksana.
Dampak Min
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9.
10
11
12.
13.
14.
15.
16.
Med
Max
Kemungkinan kejadian Min Med Max
Kerugian/ Keuntungan Min Max
Kesalahan metode kerja konstruksi. Ketepatan pekerjaan dan produk desainengineering. Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas). Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya). Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim. Lainnya
53
4. RISIKO IMPLEMENTASI LAPANGAN
No.
Risiko/Opportunity
1.
Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor. Keamanan tidak terjamin/kurang. Tidak adanya pemeliharaan/perawat an. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Operator menolak menggunakan sistem baru. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap.
Dampak Min
2. 3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
10.
Med
Max
Kemungkinan kejadian Min Med Max
Kerugian/ Keuntungan Min Max
Training operator yang tidak direncanakan Lainnya
54
5. RISIKO LINGKUNGAN
No.
Risiko/Opportunity
1.
Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja). Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier. Lainnya
Dampak Min
2.
3. 4.
5.
6.
7.
Med
Max
Kemungkinan kejadian Min Med Max
Kerugian/ Keuntungan Min Max
55
KUESIONER 3 Note : Anda diminta untuk melakukan penilaian terhadap visibilitas dari sebuah risiko/ opportunity Petunjuk pengisian pemberian skor 1: Sangat visible 4. tidak visible 2: Visible 5. Sangat tidak visible 3. Cukup visible
Contoh pengisian kuesioner 3 No. Risiko/Opportunity 1.
Kerusakan instrumen
2.
Lainnya
Visibilitas dari risiko Min
Med
Max
1
2
5
1. RISIKO TEKNIS No.
Risiko/Opportunity
1. 2.
Kerusakan instrumen.
3.
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
4. 5.
Kesalahan kalibrasi field instrument. Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal. Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman. Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi. Kesalahan desain/penempatan peralatan. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Lainnya
6. 7. 8. 9. 10 11. 12 13. 14.
Visibilitas dari risiko Min Med Max
Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II.
56
2. RISIKO FINANSIAL No.
Risiko/Opportunity
1. 2.
Kerugian akibat kegagalan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai.
3.
Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Penundaan pembiayaan. Keterbatasan pendanaan. Fluktuasi nilai tukar uang. Inflasi. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam. Lainnya
Visibilitas dari risiko Min Med Max
3. RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN No.
Risiko/Opportunity
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Keterlambatan pelaksanaan proyek. Keterlamabatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pengadaan instrumen. Pelaksanaan K3L belum maksimal. SOP tidak terlaksana. Kesalahan metode kerja konstruksi. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering. Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas). Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya). Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim. Lainnya
Visibilitas dari risiko Min Med Max
57
4. RISIKO IMPLEMENTASI LAPANGAN No.
Risiko/Opportunity
1.
Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor. Keamanan tidak terjamin/kurang. Tidak adanya pemeliharaan/perawatan. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Operator menolak menggunakan sistem baru. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap. Training operator yang tidak direncanakan Lainnya
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Visibilitas dari risiko Min Med Max
5. RISIKO LINGKUNGAN No.
Risiko/Opportunity
1. 2. 3. 4. 5.
Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja). Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier. Lainnya
6. 7.
Visibilitas dari risiko Min Med Max
58
KUESIONER 4 Note : Anda diminta untuk membandingkan elemen A terhadap elemen B berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria. Petunjuk pengisian: 1. Pada bagian ini Anda diminta untuk membandingkan antara elemen A dan elemen B, dengan memberi nilai komparasinya. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan. 3. Nilai perbandingan memiliki skala 1 – 9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut. Nilai Komparasi (A dibandingkan dengan B) 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/ ( 2- 9)
Definisi A dan B sama penting A sedikit lebih penting dari B A lebih penting dari B A sangat jelas lebih penting dari B A mutlak lebih dari B Nilai-nilai diantara dua pertimbangan Kebalikan dri nilai 2 - 9
Pengisian Kuesioner Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria risiko lingkungan. Keterangan: L.1 L.2 L.3
: : :
Kepuasan pengguna layanan air Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait Pengurangan jumlah karyawan shift
Elemen A L.1 L.2 L.3
L.1 1
Elemen B L.2 L.3 5 7 1 9 1
59
1. RISIKO TEKNIS: Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria risiko teknis. Keterangan: T.1
:
Kerusakan instrumen.
T.2
:
Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II.
T.3
:
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
T.4 T.5 T.6
: : :
Kesalahan kalibrasi field instrument. Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal.
T.7
:
Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman.
T.8
:
Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi.
T.9 T.10 T.11 T.12 T.13 T.14
: : : : : :
Kesalahan desain/penempatan peralatan. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Lainnya…..
Elemen A
T. 1
T. 2
T. 3
T. 4
T. 5
T. 6
Elemen B T. T. 7 8
T. 9
T. 10
T. 11
T. 12
T. 13
T.1 T.2 T.3 T.4 T.5 T.6 T.7 T.8 T.9 T.10 T.11 T.12 T.13 T.14
60
T. 14
2. RISIKO FINANSIAL Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria risiko finansial. Keterangan: F.1 F.2 F.3 F.4 F.5 F.6 F.7 F.8 F.9 F.10 F.11 F.12 F.13 F.14 F.15
: : : : : : : : : : : : : : :
Kerugian akibat kegagalan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai. Kerugian akibat kerusakan/kehilang-an alat atau data. Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Penundaan pembiayaan. Keterbatasan pendanaan. Fluktuasi nilai tukar uang. Inflasi. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam. Lainnya….
Elemen B Elemen A
F. 1
F. 2
F. 3
F. 4
F. 5
F. 6
F. 7
F. 8
F. 9
F. 10
F. 11
F. 12
F. 13
F. 14
F.1 F.2 F.3 F.4 F.5 F.6 F.7 F.8 F.9 F.10 F.11 F.12 F.13 F.14 F.15
61
F. 15
3. RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria risiko pekerjaan lapangan. Keterangan: PP.1 PP.2 PP.3 PP.4 PP.5 PP.6 PP.7 PP.8 PP.9 PP.10 PP.11 PP.12 PP.13 PP.14 PP.15 PP.16
Elemen A PP.1
PP. 1
PP. 2
: : : : : : : : : : : : : : : :
Keterlambatan pelaksanaan proyek. Keterlamabatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pengadaan instrumen. Pelaksanaan K3L belum maksimal. SOP tidak terlaksana. Kesalahan metode kerja konstruksi. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering. Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas). Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya). Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim. Lainnya….
PP. 3
PP .4
PP. 5
PP. 6
PP. 7
Elemen B PP. PP. 8 9
PP. 10
PP. 11
PP. 12
PP. 13
PP. 14
PP. 15
PP.2 PP.3 PP.4 PP.5 PP.6 PP.7 PP.8 PP.9 PP.10 PP.11 PP.12 PP.13 PP.14 PP.15 PP.16
62
PP. 16
4. RISIKO IMPLEMENTASI LAPANGAN Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria risiko Implementasi lapangan. Keterangan: IL.1 IL.2 IL.3 IL.4 IL.5 IL.6 IL.7 IL.8 IL.9 IL.10
: : : : : : : : : :
Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor. Keamanan tidak terjamin/kurang. Tidak adanya pemeliharaan/perawatan. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Operator menolak menggunakan sistem baru. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap. Training operator yang tidak direncanakan Lainnya….
Elemen B Elemen A
IL.1
IL.2
IL.3
IL.4
IL.5
IL.6
IL.7
IL.8
IL.9
IL.10
IL.1 IL.2 IL.3 IL.4 IL.5 IL.6 IL.7 IL.8 IL.9 IL.10
63
5. RISIKO LINGKUNGAN Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria risiko lingkungan. Keterangan: L.1 L.2 L.3 L.4 L.5 L.6 L.7
: : : : : : :
Elemen A L.1 L.2 L.3 L.4 L.5 L.6 L.7
Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja). Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada supplier. Lainnya…..
L.1
L.2
L.3
Elemen B L.4
L.5
L.6
L.7
- TERIMA KASIH -
64
Lampiran 2. Tabel hasil rata-rata geometrik No T T.1 T.2 T.3 T.4 T.5 T.6 T.7 T.8 T.9 T.10 T.11 T.12 T.13 F F.1 F.2 F.3 F.4 F.5 F.6 F.7 F.8 F.9 F.10 F.11 F.12 F.13 F.14
Risiko Risiko Teknis Kerusakan instrumen Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kesalahan kalibrasi field instrument. Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal. Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman. Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi. Kesalahan desain/penempatan peralatan. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Risiko Finansial Kerugian akibat kegagalan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai. Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Penundaan pembiayaan. Keterbatasan pendanaan. Fluktuasi nilai tukar uang. Inflasi. reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam.
Biaya Min
2,000,000 5,746,828 7,746,828 5,746,828 64,371,828 244,870,000 57,890,244 57,890,244 15,000,000 522,057,828 55,788,494 5,746,828 57,890,244
64,311,667 5,746,828 10,746,828 5,746,828 964,675 5,746,828 7,000,000 12,746,828 1,607,792 12,746,828 5,746,828 137,098,549 23,700,344 6,431,167
Konsekuensi Min Med Max
Kemungkinan Min Med Max
Min
1.07 1.28 1.15 1.20 1.07 1.20 1.47 1.07 1.20 1.20
2.66 2.63 2.19 1.94 1.83 2.32 2.85 2.19 2.32 2.11
4.09 3.95 3.68 3.30 3.21 3.73 4.16 3.49 3.48 3.62
1.53 1.32 1.34 1.20 1.32 1.15 1.62 1.07 1.20 1.37
2.93 2.26 2.35 1.62 1.86 2.11 2.85 2.02 2.42 2.42
4.16 3.50 3.27 2.73 2.95 3.10 3.84 3.32 3.56 3.42
1.47 1.58 2.02 1.86 1.97 1.71 1.69 1.53 1.53 1.34
2.63 2.45 2.70 2.86 2.78 2.59 2.63 2.70 2.63 2.63
3.54 3.52 3.44 3.78 3.78 3.78 3.44 3.54 3.40 3.40
119,003,597 1.41 68,961,930 1.20 124,007,763 1.47
2.22 2.11 2.55
3.46 3.62 3.82
1.41 1.20 1.53
2.35 2.23 2.73
3.23 3.22 3.64
1.64 1.58 1.43
2.73 2.55 2.17
3.72 3.46 3.03
64,311,667 68,961,930 681,201,930 68,961,930 32,155,833 68,961,930 14,000,000 82,961,930 6,431,167 82,961,930 68,961,930 136,832,002 46,734,948 32,155,833
2.49 2.35 3.02 2.73 2.66 2.35 2.42 2.26 2.73 2.66 2.66 2.63 2.52 2.59
3.99 3.60 4.25 3.96 3.82 3.56 3.54 3.42 3.97 3.84 3.73 3.73 3.62 3.81
1.15 1.41 1.37 1.64 1.52 1.28 1.32 1.41 1.37 1.58 1.43 1.25 1.25 1.37
2.02 2.35 2.52 2.73 2.66 2.42 2.70 2.26 2.45 2.66 2.70 2.63 2.42 2.42
3.15 3.34 3.68 3.79 3.71 3.84 3.84 3.31 3.73 3.34 3.62 3.58 3.38 3.62
1.68 1.69 1.51 1.47 1.69 1.47 1.85 1.93 1.61 1.45 1.51 1.51 1.35 1.62
2.65 2.73 2.38 2.48 2.42 2.76 2.88 2.96 2.55 2.68 2.65 2.88 2.38 2.70
3.96 3.95 3.94 3.96 3.95 3.92 4.04 4.37 4.10 4.06 3.59 4.13 3.81 3.84
Max
585,500,000 68,961,930 310,961,930 68,961,930 127,586,930 258,500,000 124,007,763 124,007,763 80,000,000 614,011,930
1.37 1.32 1.47 1.28 1.23 1.41 1.07 1.23 1.34 1.37 1.37 1.37 1.37 1.32
Visibilitas Med Max
65 65
Lampiran 2. Lanjutan
66
No
Risiko
PP PP.1 PP.2 PP.3 PP.4 PP.5 PP.6 PP.7 PP.8 PP.9 PP.10 PP.11 PP.12 PP.13 PP.14 PP.15 IL IL.1 IL.2 IL.3 IL.4 IL.5 IL.6 IL.7 IL.8 IL.9 L L.1 L.2 L.3 L.4 L.5 L.6
Risiko Pelaksanaan Pekerjaa Keterlambatan pelaksanaan proyek. Keterlamabatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pengadaan instrumen. Pelaksanaan K3L belum maksimal. SOP tidak terlaksana. Kesalahan metode kerja konstruksi. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering. Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas). Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya). Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim. Risiko Implementasi Lapangan Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor. Keamanan tidak terjamin/kurang. Tidak adanya pemeliharaan/perawatan. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Operator menolak menggunakan sistem baru. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap. Training operator yang tidak direncanakan Risiko Lingkungan Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja). Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier.
Biaya Min
Max
Konsekuensi Min Med Max
Kemungkinan Min Med Max
Min
Visibilitas Med Max
12,746,828 12,746,828 12,746,828 5,000,000 5,746,828 12,746,828 5,746,828 5,746,828 5,746,828 5,746,828 5,746,828 5,746,828 8,447,918 70,742,833 67,527,250
82,961,930 82,961,930 82,961,930 36,000,000 68,961,930 82,961,930 68,961,930 68,961,930 68,961,930 68,961,930 68,961,930 68,961,930 75,393,097 128,623,333 96,467,500
1.52 1.58 1.64 1.28 1.34 1.39 1.47 1.58 1.47 1.41 1.37 1.43 1.60 1.28 1.23
2.66 2.77 2.96 2.42 2.59 2.67 2.63 2.77 2.63 2.55 2.45 2.59 2.59 2.52 2.13
3.95 3.95 4.28 3.73 3.90 3.90 3.92 3.97 3.95 3.84 3.65 3.70 4.13 3.92 3.52
1.47 1.47 1.37 1.47 1.28 1.25 1.78 1.52 1.58 1.58 1.23 1.47 1.43 1.28 1.37
2.66 2.77 2.73 2.52 2.42 2.39 2.78 2.88 2.73 2.66 2.26 2.42 2.59 2.42 2.05
4.06 3.86 4.06 3.75 3.70 3.56 3.92 3.86 4.04 3.84 3.40 3.38 3.92 3.81 3.34
1.60 1.58 2.17 1.81 1.64 1.64 1.97 1.88 1.88 2.01 1.66 1.47 1.53 1.47 1.74
2.14 2.08 2.52 2.73 2.73 2.63 3.02 2.96 3.05 2.96 2.58 2.26 2.52 2.35 2.55
3.72 3.74 3.96 3.95 3.95 4.04 4.16 4.13 4.44 4.13 3.84 3.88 3.65 3.48 3.86
8,447,918 5,746,828 5,746,828 12,746,828 12,746,828 76,311,667 5,746,828 5,746,828 12,746,828
75,393,097 68,961,930 68,961,930 82,961,930 82,961,930 645,611,667 68,961,930 68,961,930 82,961,930
1.43 1.37 1.35 1.73 1.97 1.80 1.41 1.68 1.97
2.19 2.49 2.24 2.88 2.67 2.96 2.63 2.93 3.07
3.49 3.66 3.44 4.22 3.89 4.01 4.04 4.10 4.22
1.28 1.60 1.23 1.83 1.71 1.71 1.64 1.43 1.76
2.39 2.59 2.11 2.78 2.32 3.02 3.02 2.70 2.78
3.64 3.58 3.21 4.01 3.59 4.13 3.96 3.81 4.04
1.32 1.35 1.47 1.41 1.62 1.47 1.47 1.58 1.52
2.35 2.48 2.45 2.45 2.66 2.55 2.42 2.73 2.52
3.75 3.92 3.66 3.36 3.71 4.05 3.66 4.13 3.54
7,000,000 7,000,000 5,746,828
14,000,000 14,000,000 68,961,930
1.41 1.23 1.20 1.34 1.64 1.23
2.63 2.13 2.02 2.29 2.81 2.52
3.92 3.42 3.49 3.62 3.90 3.81
1.52 1.23 1.39 1.71 1.60 1.23
2.63 2.13 2.59 2.78 2.73 2.35
3.90 3.44 3.81 3.90 3.92 3.62
1.20 1.69 2.13 1.99 1.93 1.78
2.23 2.73 3.21 3.12 3.05 2.68
3.58 4.06 4.37 4.37 4.41 4.06
66
Lampiran 3a. Distibusi Beta PERT No T T.1
Risiko Risiko Teknis Kerusakan instrumen
T.2
Properties
Graph
50%
80%
90%
Konsekuensi
2.69
3.15
3.39
Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II
Konsekuensi
2.62
3.09
3.31
T.3
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
Konsekuensi
2.27
2.72
2.97
T.4
Kesalahan kalibrasi field instrument.
Konsekuensi
2.00
2.37
2.55
T.5
Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada.
Konsekuensi
1.91
2.32
2.51
T.6
Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal.
Konsekuensi
2.34
2.80
3.03
T.7
Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman.
Konsekuensi
2.83
3.27
3.49
T.8
Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi.
Konsekuensi
2.19
2.63
2.84
T.9
Kesalahan desain/penempatan peralatan.
Konsekuensi
2.31
2.69
2.87
T.10 Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. T.11 Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI.
Konsekuensi
2.17
2.56
2.78
Konsekuensi
2.26
2.62
2.79
T.12 Keamanan dan validitas data yang diakuisisi.
Konsekuensi
2.13
2.60
2.79
T.13 Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian,dll). F Risiko Finansial F.1 Kerugian akibat kegagalan proyek.
Konsekuensi
2.57
3.02
3.22
Konsekuensi
2.51
3.01
3.18
F.2
Kerugian akibat target waktu tidak tercapai.
Konsekuensi
2.38
2.76
2.96
F.3
Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data.
Konsekuensi
2.99
3.46
3.66
F.4
Kerugian akibat keterlambatan proyek.
Konsekuensi
2.76
3.19
3.42
F.5
Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga.
Konsekuensi
2.61
3.06
3.26
F.6
Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek.
Konsekuensi
2.38
2.78
2.97
F.7
Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja.
Konsekuensi
2.39
2.80
3.01
F.8
Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat.
Konsekuensi
2.26
2.63
2.82
F.9
Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model.
Konsekuensi
2.73
3.17
3.37
Konsekuensi
2.64
3.07
3.23
F.10 Penundaan pembiayaan.
67
Lampiran 3a. Lanjutan No Risiko F.11 Keterbatasan pendanaan.
Properties Konsekuensi
F.12 Fluktuasi nilai tukar uang.
Graph
50% 2.63
80% 3.04
90% 3.20
Konsekuensi
2.59
3.02
3.20
F.13 Inflasi.
Konsekuensi
2.51
2.91
3.10
F.14 reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam.
Konsekuensi
2.58
3.03
3.26
PP Risiko Pelaksanaan Pekerjaan PP.1 Keterlambatan pelaksanaan proyek.
Konsekuensi
2.69
3.11
3.30
PP.2 Keterlamabatan penyelesaian proyek.
Konsekuensi
2.79
3.20
3.37
PP.3 Keterlambatan pengadaan instrumen.
Konsekuensi
2.99
3.43
3.62
PP.4 Pelaksanaan K3L belum maksimal.
Konsekuensi
2.42
2.87
3.07
PP.5 SOP tidak terlaksana.
Konsekuensi
2.62
3.09
3.29
PP.6 Kesalahan metode kerja konstruksi.
Konsekuensi
2.64
3.11
3.32
PP.7 Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering.
Konsekuensi
2.66
3.11
3.29
PP.8 Ketepatan pengadaan instrument.
Konsekuensi
2.81
3.22
3.41
PP.9 Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas).
Konsekuensi
2.66
3.09
3.31
PP.10 Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya).
Konsekuensi
2.54
2.97
3.16
PP.11 Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien.
Konsekuensi
2.47
2.88
3.07
PP.12 Pengawas proyek yang tidak berpengalaman.
Konsekuensi
2.58
2.95
3.15
PP.13 Tidak ada quality control terhadap peralatan.
Konsekuensi
2.67
3.13
3.37
PP.14 Masalah jaminan, guaranty, dan warranty.
Konsekuensi
2.57
3.06
3.25
PP.15 Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim.
Konsekuensi
2.23
2.62
2.79
IL Risiko Implementasi Lapangan IL.1 Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor.
Konsekuensi
2.25
2.62
2.79
IL.2 Keamanan tidak terjamin/kurang.
Konsekuensi
2.52
2.88
3.08
IL.3 Tidak adanya pemeliharaan/perawatan.
Konsekuensi
2.29
2.66
2.84
IL.4 Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru.
Konsekuensi
2.90
3.35
3.57
IL.5 Operator menolak menggunakan sistem baru.
Konsekuensi
2.74
3.11
3.28
68
Lampiran 3a. Lanjutan No Risiko IL.6 Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat.
Properties Konsekuensi
IL.7 Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air.
Graph
50% 2.97
80% 3.35
90% 3.50
Konsekuensi
2.64
3.12
3.37
IL.8 SOP yang tidak siap.
Konsekuensi
2.91
3.35
3.53
IL.9 Training operator yang tidak direncanakan
Konsekuensi
3.07
3.46
3.64
Konsekuensi
2.62
3.06
3.26
L L.1
Risiko Lingkungan Kepuasan pengguna layanan air.
L.2
Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait.
Konsekuensi
2.21
2.62
2.79
L.3
Pengurangan jumlah karyawan shift.
Konsekuensi
2.14
2.54
2.75
L.4
Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja).
Konsekuensi
2.37
2.75
2.91
L.5
Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru.
Konsekuensi
2.81
3.18
3.35
L.6
Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada supplier. Risiko Teknis Kerusakan instrumen
Konsekuensi
2.54
2.96
3.16
Kemungkinan
2.95
3.35
3.56
T T.1 T.2
Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II
Kemungkinan
2.30
2.69
2.88
T.3
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
Kemungkinan
2.35
2.69
2.86
T.4
Kesalahan kalibrasi field instrument.
Kemungkinan
1.70
1.96
2.10
T.5
Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada.
Kemungkinan
1.93
2.24
2.38
T.6
Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal.
Kemungkinan
2.10
2.44
2.62
T.7
Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman.
Kemungkinan
2.81
3.17
3.34
T.8
Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi.
Kemungkinan
2.04
2.45
2.66
T.9
Kesalahan desain/penempatan peralatan.
Kemungkinan
2.39
2.78
2.96
T.10 Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. T.11 Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI.
Kemungkinan
2.40
2.72
2.90
Kemungkinan
2.33
2.64
2.78
T.12 Keamanan dan validitas data yang diakuisisi.
Kemungkinan
2.18
2.56
2.71
T.13 Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll).
Kemungkinan
2.69
3.07
3.24
69
Lampiran 3a. Lanjutan No F F.1
Risiko Risiko Finansial Kerugian akibat kegagalan proyek.
F.2
Properties
Graph
50%
80%
90%
Kemungkinan
2.04
2.42
2.55
Kerugian akibat target waktu tidak tercapai.
Kemungkinan
2.36
2.68
2.84
F.3
Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data.
Kemungkinan
2.53
2.94
3.11
F.4
Kerugian akibat keterlambatan proyek.
Kemungkinan
2.77
3.12
3.32
F.5
Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga.
Kemungkinan
2.63
3.02
3.19
F.6
Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek.
Kemungkinan
2.45
2.92
3.15
F.7
Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja.
Kemungkinan
2.66
3.08
3.29
F.8
Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat.
Kemungkinan
2.27
2.59
2.76
F.9
Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model.
Kemungkinan
2.49
2.90
3.09
F.10 Penundaan pembiayaan.
Kemungkinan
2.61
2.90
3.00
F.11 Keterbatasan pendanaan.
Kemungkinan
2.65
3.04
3.18
F.12 Fluktuasi nilai tukar uang.
Kemungkinan
2.56
2.96
3.13
F.13 Inflasi.
Kemungkinan
2.39
2.76
2.93
F.14 reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam.
Kemungkinan
2.44
2.85
3.06
PP Risiko Pelaksanaan Pekerjaan PP.1 Keterlambatan pelaksanaan proyek.
Kemungkinan
2.70
3.15
3.35
PP.2 Keterlamabatan penyelesaian proyek.
Kemungkinan
2.77
3.17
3.34
PP.3 Keterlambatan pengadaan instrumen.
Kemungkinan
2.75
3.21
3.40
PP.4 Pelaksanaan K3L belum maksimal.
Kemungkinan
2.52
2.95
3.13
PP.5 SOP tidak terlaksana.
Kemungkinan
2.46
2.91
3.09
PP.6 Kesalahan metode kerja konstruksi.
Kemungkinan
2.37
2.81
3.00
PP.7 Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering.
Kemungkinan
2.81
3.21
3.36
PP.8 Ketepatan pengadaan instrument.
Kemungkinan
2.87
3.25
3.42
PP.9 Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas).
Kemungkinan
2.77
3.19
3.41
PP.10 Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya).
Kemungkinan
2.64
3.04
3.22
70
Lampiran 3a. Lanjutan No Risiko PP.11 Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien.
Properties Kemungkinan
PP.12 Pengawas proyek yang tidak berpengalaman.
Graph
50% 2.28
80% 2.67
90% 2.85
Kemungkinan
2.41
2.73
2.90
PP.13 Tidak ada quality control terhadap peralatan.
Kemungkinan
2.63
3.07
3.29
PP.14 Masalah jaminan, guaranty, dan warranty.
Kemungkinan
2.48
2.95
3.14
PP.15 Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim.
Kemungkinan
2.16
2.50
2.65
IL Risiko Implementasi Lapangan IL.1 Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor.
Kemungkinan
2.40
2.81
2.99
IL.2 Keamanan tidak terjamin/kurang.
Kemungkinan
2.61
2.93
3.10
IL.3 Tidak adanya pemeliharaan/perawatan.
Kemungkinan
2.15
2.49
2.66
IL.4 Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru.
Kemungkinan
2.82
3.21
3.41
IL.5 Operator menolak menggunakan sistem baru.
Kemungkinan
2.42
2.77
2.95
IL.6 Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat.
Kemungkinan
3.01
3.43
3.59
IL.7 Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air.
Kemungkinan
2.95
3.36
3.55
IL.8 SOP yang tidak siap.
Kemungkinan
2.68
3.10
3.28
IL.9 Training operator yang tidak direncanakan
Kemungkinan
2.80
3.21
3.39
Kemungkinan
2.63
3.05
3.24
L L.1
Risiko Lingkungan Kepuasan pengguna layanan air.
L.2
Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait.
Kemungkinan
2.21
2.62
2.80
L.3
Pengurangan jumlah karyawan shift.
Kemungkinan
2.63
3.04
3.24
L.4
Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja).
Kemungkinan
2.82
3.17
3.32
L.5
Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru.
Kemungkinan
2.75
3.14
3.31
L.6
Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier. Risiko Teknis Kerusakan instrumen
Kemungkinan
2.38
2.78
2.97
Visibilitas
2.63
2.94
3.10
T T.1 T.2
Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II
Visibilitas
2.47
2.82
2.99
T.3
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
Visibilitas
2.72
2.97
3.10
71
Lampiran 3a. Lanjutan No T.4
Risiko Kesalahan kalibrasi field instrument.
Properties Visibilitas
T.5
Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada.
T.6
Graph
50% 2.84
80% 3.16
90% 3.30
Visibilitas
2.81
3.15
3.30
Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal.
Visibilitas
2.62
2.99
3.19
T.7
Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman.
Visibilitas
2.60
2.89
3.03
T.8
Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi.
Visibilitas
2.64
2.98
3.14
T.9
Kesalahan desain/penempatan peralatan.
Visibilitas
2.57
2.87
3.00
T.10 Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. T.11 Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI.
Visibilitas
2.55
2.85
3.01
Visibilitas
2.70
3.06
3.22
T.12 Keamanan dan validitas data yang diakuisisi.
Visibilitas
2.50
2.85
2.99
T.13 Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). F Risiko Finansial F.1 Kerugian akibat kegagalan proyek.
Visibilitas
2.18
2.48
2.63
Visibilitas
2.67
3.11
3.26
F.2
Kerugian akibat target waktu tidak tercapai.
Visibilitas
2.76
3.13
3.33
F.3
Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data.
Visibilitas
2.47
2.91
3.12
F.4
Kerugian akibat keterlambatan proyek.
Visibilitas
2.59
3.01
3.25
F.5
Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga.
Visibilitas
2.51
2.92
3.13
F.6
Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek.
Visibilitas
2.74
3.18
3.39
F.7
Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja.
Visibilitas
2.89
3.26
3.46
F.8
Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat.
Visibilitas
3.00
3.41
3.63
F.9
Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model.
Visibilitas
2.64
3.08
3.29
F.10 Penundaan pembiayaan.
Visibilitas
2.70
3.16
3.34
F.11 Keterbatasan pendanaan.
Visibilitas
2.62
2.99
3.13
F.12 Fluktuasi nilai tukar uang.
Visibilitas
2.85
3.32
3.52
F.13 Inflasi.
Visibilitas
2.42
2.88
3.09
F.14 reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam.
Visibilitas
2.70
3.11
3.32
72
Lampiran 3a. Lanjutan No Risiko PP Risiko Pelaksanaan Pekerjaan PP.1 Keterlambatan pelaksanaan proyek.
Properties
Graph
50%
80%
90%
Visibilitas
2.29
2.66
2.85
PP.2 Keterlamabatan penyelesaian proyek.
Visibilitas
2.25
2.64
2.82
PP.3 Keterlambatan pengadaan instrumen.
Visibilitas
2.67
2.98
3.13
PP.4 Pelaksanaan K3L belum maksimal.
Visibilitas
2.75
3.15
3.33
PP.5 SOP tidak terlaksana.
Visibilitas
2.77
3.19
3.37
PP.6 Kesalahan metode kerja konstruksi.
Visibilitas
2.66
3.12
3.34
PP.7 Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering.
Visibilitas
3.04
3.45
3.60
PP.8 Ketepatan pengadaan instrument.
Visibilitas
3.01
3.40
3.58
PP.9 Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas).
Visibilitas
3.09
3.54
3.76
PP.10 Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya).
Visibilitas
2.96
3.34
3.51
PP.11 Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien.
Visibilitas
2.62
3.03
3.21
PP.12 Pengawas proyek yang tidak berpengalaman.
Visibilitas
2.35
2.76
3.00
PP.13 Tidak ada quality control terhadap peralatan.
Visibilitas
2.55
2.92
3.11
PP.14 Masalah jaminan, guaranty, dan warranty.
Visibilitas
2.41
2.78
2.93
PP.15 Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim.
Visibilitas
2.65
3.01
3.17
IL Risiko Implementasi Lapangan IL.1 Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor.
Visibilitas
2.39
2.82
3.01
IL.2 Keamanan tidak terjamin/kurang.
Visibilitas
2.54
2.96
3.19
IL.3 Tidak adanya pemeliharaan/perawatan.
Visibilitas
2.49
2.87
3.06
IL.4 Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru.
Visibilitas
2.44
2.78
2.94
IL.5 Operator menolak menggunakan sistem baru.
Visibilitas
2.67
3.05
3.22
IL.6 Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat.
Visibilitas
2.63
3.09
3.29
IL.7 Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air.
Visibilitas
2.45
2.85
3.07
IL.8 SOP yang tidak siap.
Visibilitas
2.76
3.23
3.43
IL.9 Training operator yang tidak direncanakan
Visibilitas
2.52
2.87
3.03
73
Lampiran 3a. Lanjutan No L L.1
Risiko Risiko Lingkungan Kepuasan pengguna layanan air.
L.2
Properties
Graph
50%
80%
90%
Visibilitas
2.26
2.68
2.87
Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait.
Visibilitas
2.80
3.24
3.42
L.3
Pengurangan jumlah karyawan shift.
Visibilitas
3.25
3.64
3.82
L.4
Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja).
Visibilitas
3.17
3.56
3.72
L.5
Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru.
Visibilitas
3.08
3.51
3.70
L.6
Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier.
Visibilitas
2.76
3.14
3.34
Lampiran 3b. Distribusi probabilitas seragam No T T.1
Risiko Risiko Teknis Kerusakan instrumen
T.2
50%
80%
90%
311,871,015
478,383,705
531,096,920
Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II
37,498,821
56,902,313
62,549,848
T.3
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
169,053,923
256,602,714
286,048,463
T.4
Kesalahan kalibrasi field instrument.
36,975,810
55,565,506
61,576,711
T.5
Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada.
97,059,529
116,071,250
122,081,778
T.6
Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal. Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman.
251,694,556
255,818,480
257,383,905
90,248,352
110,768,692
117,315,081
T.8
Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi.
92,264,486
110,770,708
117,333,361
T.9
Kesalahan desain/penempatan peralatan.
47,736,596
67,797,559
72,655,144
T.10
Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI.
566,295,633
592,938,784
603,410,332
86,354,356
106,115,314
112,653,630
T.12
Keamanan dan validitas data yang diakuisisi.
36,030,758
56,336,519
62,441,490
T.13
Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Risiko Finansial Kerugian akibat kegagalan proyek.
90,511,628
111,019,399
117,098,983
64,311,667
64,311,667
64,311,667
T.7
T.11
F F.1
Graph
74
Lampiran 3b. Lanjutan No. F.2
Risiko Kerugian akibat target waktu tidak tercapai.
F.3
Graph
50% 37,554,693
80% 57,100,787
90% 63,183,732
Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data.
334,025,967
541,071,905
610,155,566
F.4
Kerugian akibat keterlambatan proyek.
38,237,004
57,414,687
62,439,181
F.5
Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga.
16,321,650
25,692,106
28,853,584
F.6
Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek.
38,841,698
56,622,569
62,602,735
F.7
Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja.
10,508,878
12,531,290
13,173,570
F.8
Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat.
48,466,912
68,842,834
75,698,536
F.9
Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model.
4,208,407
5,612,826
6,005,427
F.10
Penundaan pembiayaan.
48,638,434
68,981,024
75,637,293
F.11
Keterbatasan pendanaan.
39,318,480
57,918,429
63,383,195
F.12
Kerugian akibat fluktuasi nilai tukar uang.
103,735,118
124,853,707
130,806,520
Keuntungan akibat fluktuasi nilai tukar uang
102,078,080
123,429,067
130,531,376
F.13
Inflasi.
35,847,031
42,549,452
44,590,997
F.14
Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam.
19,291,340
26,795,441
29,527,209
PP PP.1
Risiko Pelaksanaan Pekerjaan Keterlambatan pelaksanaan proyek.
48,675,085
68,868,601
75,736,732
PP.2
Keterlamabatan penyelesaian proyek.
50,338,238
69,333,387
77,130,445
PP.3
Keterlambatan pengadaan instrumen.
46,817,304
69,725,973
76,660,031
PP.4
Pelaksanaan K3L belum maksimal.
21,011,275
29,718,820
32,577,898
PP.5
SOP tidak terlaksana.
38,390,142
57,059,107
63,044,488
PP.6
Kesalahan metode kerja konstruksi.
47,680,485
68,345,435
74,772,787
PP.7
Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering.
36,728,705
56,432,081
62,318,801
PP.8
Ketepatan pengadaan instrument.
38,224,851
55,376,062
63,046,066
PP.9
Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas).
38,345,533
56,071,660
63,396,540
PP.10
Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya).
36,492,712
55,022,816
62,737,459
75
Lampiran 3b. Lanjutan No. PP.11
Risiko Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien.
PP.12
50% 36,973,218
80% 57,205,252
90% 62,791,134
Pengawas proyek yang tidak berpengalaman.
36,184,225
54,795,933
62,008,304
PP.13
Tidak ada quality control terhadap peralatan.
42,480,761
61,130,061
68,860,057
PP.14
Masalah jaminan, guaranty, dan warranty.
99,027,615
117,674,066
123,346,919
PP.15
Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim.
81,487,606
90,614,678
93,431,272
IL IL.1
Risiko Implementasi Lapangan Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor.
41,681,061
62,746,255
68,587,146
IL.2
Keamanan tidak terjamin/kurang.
37,595,955
56,976,649
62,645,942
IL.3
Tidak adanya pemeliharaan/perawatan.
37,553,887
56,334,906
62,815,431
IL.4
Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru.
48,015,526
68,960,416
76,332,553
IL.5
Operator menolak menggunakan sistem baru.
46,137,112
68,620,699
76,208,334
IL.6
Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat.
341,196,900
528,365,035
585,857,373
IL.7
Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap.
37,459,503
58,197,722
63,569,017
37,524,748
57,286,003
63,569,832
IL.9
Training operator yang tidak direncanakan
47,332,299
68,863,729
75,713,476
L L.1 L.2
Risiko Lingkungan Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift.
10,635,311
12,663,507
13,408,370
10,340,957
12,599,346
13,308,370
38,842,760
57,224,744
62,861,671
IL.8
L.3 L.4
Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja).
L.5
Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier.
L.6
Graph
76
Lampiran 4. Analisis risiko dengan Confidence Level 50%, 80%, dan 90%. No T T.1 T.2 T.3 T.4 T.5 T.6 T.7 T.8 T.9 T.10 T.11 T.12 T.13 F F.1 F.2 F.3 F.4 F.5 F.6 F.7 F.8 F.9 F.10 F.11 F.12
77
F.13 F.14
Risiko Risiko Teknis Kerusakan instrumen Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kesalahan kalibrasi field instrument. Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal. Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman. Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi. Kesalahan desain/penempatan peralatan. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Risiko Finansial Kerugian akibat kegagalan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai. Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Penundaan pembiayaan. Keterbatasan pendanaan. Kerugian akibat fluktuasi nilai tukar uang. Keuntungan akibat fluktuasi nilai tukar uang. Inflasi. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam.
Biaya 80%
50%
90%
kepercayaan risiko 50% 80% 90%
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
311,871,015 37,498,821 169,053,923 36,975,810 97,059,529 251,694,556 90,248,352 92,264,486 47,736,596 566,295,633 86,354,356 36,030,758 90,511,628
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
478,383,705 56,902,313 256,602,714 55,565,506 116,071,250 255,818,480 110,768,692 110,770,708 67,797,559 592,938,784 106,115,314 56,336,519 111,019,399
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
531,096,920 62,549,848 286,048,463 61,576,711 122,081,778 257,383,905 117,315,081 117,333,361 72,655,144 603,410,332 112,653,630 62,441,490 117,098,983
20.87 14.90 14.46 9.66 10.35 12.89 20.69 11.83 14.13 13.32 14.17 11.62 15.12
30.98 23.41 21.73 14.69 16.34 20.45 29.92 19.18 21.51 19.88 21.11 18.98 23.03
37.36 28.53 26.31 17.61 19.73 25.34 35.22 23.73 25.44 24.26 24.96 22.54 27.46
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
64,311,667 37,554,693 334,025,967 38,237,004 16,321,650 38,841,698 10,508,878 48,466,912 4,208,407 48,638,434 39,318,480 103,735,118 102,078,080 35,847,031 19,291,340
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
64,311,667 57,100,787 541,071,905 57,414,687 25,692,106 56,622,569 12,531,290 68,842,834 5,612,826 68,981,024 57,918,429 124,853,707 123,429,067 42,549,452 26,795,441
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
64,311,667 63,183,732 610,155,566 62,439,181 28,853,584 62,602,735 13,173,570 75,698,536 6,005,427 75,637,293 63,383,195 130,806,520 130,531,376 44,590,997 29,527,209
13.69 15.48 18.70 19.77 17.21 16.01 18.38 15.44 18.02 18.59 18.29 18.88 18.88 14.53 17.00
22.60 23.14 29.57 30.01 26.96 25.86 28.09 23.28 28.32 28.13 27.67 29.67 29.66 23.14 26.79
26.40 28.09 35.57 36.88 32.53 31.72 34.27 28.30 34.30 32.38 31.87 35.23 35.23 28.08 33.15
77
Lampiran 4. Lanjutan No PP PP.1 PP.2 PP.3 PP.4 PP.5 PP.6 PP.7 PP.8 PP.9 PP.10 PP.11 PP.12 PP.13 PP.14 PP.15 IL IL.1 IL.2 IL.3 IL.4 IL.5 IL.6 IL.7 IL.8 IL.9
Risiko Risiko Pelaksanaan Pekerjaa Keterlambatan pelaksanaan proyek. Keterlamabatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pengadaan instrumen. Pelaksanaan K3L belum maksimal. SOP tidak terlaksana. Kesalahan metode kerja konstruksi. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering. Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas). Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya). Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim. Risiko Implementasi Lapangan Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor. Keamanan tidak terjamin/kurang. Tidak adanya pemeliharaan/perawatan. Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Operator menolak menggunakan sistem baru. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap. Training operator yang tidak direncanakan
Biaya 80%
50%
90%
kepercayaan risiko 50% 80% 90%
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
48,675,085 50,338,238 46,817,304 21,011,275 38,390,142 47,680,485 36,728,705 38,224,851 38,345,533 36,492,712 36,973,218 36,184,225 42,480,761 99,027,615 81,487,606
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
68,868,601 69,333,387 69,725,973 29,718,820 57,059,107 68,345,435 56,432,081 55,376,062 56,071,660 55,022,816 57,205,252 54,795,933 61,130,061 117,674,066 90,614,678
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
75,736,732 77,130,445 76,660,031 32,577,898 63,044,488 74,772,787 62,318,801 63,046,066 63,396,540 62,737,459 62,791,134 62,008,304 68,860,057 123,346,919 93,431,272
16.69 17.39 22.01 16.84 17.87 16.65 22.74 24.25 22.75 19.85 14.75 14.64 17.89 15.35 12.71
26.05 26.76 32.74 26.67 28.71 27.25 34.42 35.55 34.90 30.19 23.31 22.16 27.99 25.03 19.75
31.52 31.69 38.45 32.01 34.27 33.23 39.75 41.73 42.45 35.74 28.04 27.41 34.57 29.81 23.43
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
41,681,061 37,595,955 37,553,887 48,015,526 46,137,112 341,196,900 37,459,503 37,524,748 47,332,299
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
62,746,255 56,976,649 56,334,906 68,960,416 68,620,699 528,365,035 58,197,722 57,286,003 68,863,729
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
68,587,146 62,645,942 62,815,431 76,332,553 76,208,334 585,857,373 63,569,017 63,569,832 75,713,476
12.93 16.67 12.29 19.94 17.69 23.50 19.14 21.53 21.64
20.80 24.95 18.99 29.89 26.20 35.41 29.94 33.52 31.92
25.02 30.46 23.13 35.73 31.15 41.31 36.65 39.63 37.34
78 78
Lampiran 4. Lanjutan No L L.1 L.2 L.3 L.4 L.5 L.6
Risiko Risiko Lingkungan Kepuasan pengguna layanan air. Kesenjangan komunikasi antara stakeholders terkait. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (Penyusutan tenaga kerja). Kesenjangan keahlian antara operator lama dan operator baru. Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier.
Biaya 80%
50%
90%
Rp Rp
10,635,311 10,340,957
Rp Rp
12,663,507 12,599,346
Rp Rp
13,408,370 13,308,370
Rp
38,842,760
Rp
57,224,744
Rp
62,861,671
kepercayaan risiko 50% 80% 90% 15.63 13.65 18.29 21.16 23.78 16.66
25.12 22.23 28.11 31.00 35.01 25.88
30.28 26.69 34.10 35.98 40.98 31.36
79 79
Lampiran 5. Evaluasi Risiko No.
Risiko
A 1
Risiko masa inisiasi Scada Vijeo Citect tidak compatible dengan peralatan yang ada. Dukungan purna jual (suku cadang/service) HC 900 tidak optimal. Teknologi peralatan yang ada telah ketinggalan zaman.
2 3
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
Ketidakcocokan instrument yang dibeli dengan kebutuhan operasi. Kesalahan desain/penempatan peralatan. Ketidaksiapan infrastruktur penunjang di PT. KTI. Keamanan dan validitas data yang diakuisisi. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty. Peraturan perpajakan cukai belum jelas untuk barang impor. Penundaan pembiayaan. Keterbatasan pendanaan. Reputasi dan status kelayakan dari vendor yang beragam. Tersedia tenaga ahli dan tenaga kerja (sumberdaya).
Deskripsi
Peluang atau ancaman
Risiko dalam biaya
Kepercayaan risiko level 90%
Menyebabkan kerugian baik waktu penggantian ataupun biaya yang sudah dikeluarkan untuk membeli alat tersebut Mengakibatkan terjadinya penambahan biaya untuk membeli suku cadang atau service yang dilakukan. Berpengaruh terhadap waktu atau proses yang cukup lama serta tenaga kerja yang dibutuhkan cukup banyak sehingga biaya yang dikeluarkan pun tinggi. Mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya pengeluaran.
Ancaman
Rp
122,081,778
19.73
Ancaman
Rp
257,383,905
25.34
Ancaman
Rp
117,315,081
35.22
Ancaman
Rp
117,333,361
23.73
Mengakibatkan proses integrasi tidak dapat tercapai
Ancaman
Rp
72,655,144
25.44
Mengakibatkan pelaksanaan proyek terhambat dan semakin lama karena adanya waktu tambahan untuk menyiapkan infrastruktur pendukung Berpengaruh terhadap kebenaran data yang dihasilkan
Ancaman
Rp
112,653,630
24.96
Ancaman
Rp
62,441,490
22.54
Mengakibatkan proses jaminan, guaranty, dan warranty terhambat. Mengakibatkan tertundanya kedatangan instrument yang dibutuhkan Peningkatan biaya operasional dan tenaga kerja Mengakibatkan kerugian dikarenan terjadinya penundaan proyek dan terhambatnya proses integrasi Berpengaruh terhadap kepercayaan antara stakeholders terkait
Ancaman
Rp
123,346,919
29.81
Ancaman
Rp
68,587,146
25.02
Ancaman Ancaman
Rp Rp
75,637,293 63,383,195
32.38 31.87
Ancaman
Rp
29,527,209
33.15
Peluang
Rp
62,737,459
35.74
Memberikan kemudahan bagi perusahaan karena proses integrasi menjadi lebih cepat
80 80
Lampiran 5. Lanjutan No.
Risiko
B 1
Risiko masa konstruksi Kerusakan instrumen saat konstruksi
2 3 4 5
Keterlambatan pelaksanaan proyek. Keterlambatan penyelesaian proyek. Keterlambatan pengadaan instrumen. Pelaksanaan K3L belum maksimal.
6
Kesalahan metode kerja konstruksi.
7
Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering. Ketepatan pengadaan instrument. Ketepatan pekerjaan kontruksi (jadwal dan kualitas). Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien. Pengawas proyek yang tidak berpengalaman. Tidak ada quality control terhadap peralatan. Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kesalahan kalibrasi field instrument. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Kendala pengaturan pembayaran, change order, dan klaim.
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Deskripsi
Menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya. Mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. Mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. Mengakibatkan kerugian biaya dan waktu bagi perusahaan. Mengakibatkan terjadinya kerugian karena adanya tenaga kerja yang terluka dan biaya tambahan akibat kecelakaan kerja Mengakibatkan waktu penyelesaian menjadi lebih lama dari waktu yang telah disepakati Mengakibatkan waktu pelaksanaan proyek lebih efisisen
Peluang atau ancaman
Risiko dalam biaya
Kepercayaan risiko level 90%
Ancaman
Rp
531,096,920
37.36
Ancaman Ancaman Ancaman Ancaman
Rp Rp Rp Rp
75,736,732 77,130,445 76,660,031 32,577,898
31.52 31.69 38.45 32.01
Ancaman
Rp
74,772,787
33.23
Peluang
Rp
62,318,801
39.75
Peluang Peluang
Rp Rp
63,046,066 63,396,540
41.73 42.45
Mengakibatkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek
Ancaman
Rp
62,791,134
28.04
Mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam waktu pelaksanaan proyek Menyebabkan peralatan menjadi cepat rusak
Ancaman
Rp
62,008,304
27.41
Ancaman
Rp
68,860,057
34.57
Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual. Mengakibatkan kesalahan dalam pemberian dosis Mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada. Mengakibatkan terhambatnya proyek
Ancaman
Rp
286,048,463
26.31
Ancaman Ancaman
Rp Rp
61,576,711 603,410,332
17.61 24.26
Ancaman
Rp
93,431,272
23.43
Mengakibatkan pelaksanaan proyek berjalan sesuai rencana Mengakibatkan proses inregrasi berjalan sesuai rencana.
81 81
Lampiran 5. Lanjutan No.
Risiko
17 18
Kerugian akibat kegagalan proyek. Kerugian akibat target waktu tidak tercapai. Kerugian akibat keterlambatan proyek. Kerugian karena adanya biaya tambahan tak terduga. Keuntungan akibat ketepatan waktu proyek. Keuntungan akibat waktu proyek lebih cepat. Kerugian akibat fluktuasi nilai tukar uang. Keuntungan akibat fluktuasi nilai tukar uang. Inflasi. Risiko masa implementasi Keamanan tidak terjamin/kurang. Tidak adanya pemeliharaan/perawatan.
19 20 21 22 23 24 25 C 1 2 3 4 5 6 7
Operator tidak mampu mengoperasikan sistem baru. Operator menolak menggunakan sistem baru. Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Operator lebih mudah dalam memonitoring proses pengolahan air. SOP yang tidak siap.
Deskripsi Mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya Mengakibatkan kerugian karena adanya biaya tambahan Mengakibatkan kerugian karena adanya biaya penundaan Peningkatan anggaran biaya yang telah disepakati oleh stakeholders Mengakibatkan proses pelaksanaan integrasi berjalan sesuai rencana Mengakibatkan proses pelaksanaan integrasi menjadi lebih cepat dan mudah Menyebabkan total biaya yang dikeluarkan menjadi meningkat
Peluang atau ancaman Ancaman Rp Ancaman Rp
Risiko dalam biaya 64,311,667 63,183,732
Kepercayaan risiko level 90% 26.40 28.09
Ancaman Ancaman
Rp Rp
62,439,181 28,853,584
36.88 32.53
Peluang
Rp
62,602,735
31.72
Peluang
Rp
75,698,536
28.30
Ancaman
Rp
130,806,520
31.87
Peluang
Rp
130,531,376
35.23
Mengakibatkan kerugian karena adanya kenaikan secara tiba-tiba
Ancaman
Rp
44,590,997
28.08
Mengakibatkan terjadinya kehilangan alat atau data Mengakibatkan umur pakai peralatan yang ada menjadi lebih singkat Menimbulkan terhambatnya integrasi atau hilangnya data yang diperlukan Menimbulkan masalah operasional
Ancaman Ancaman
Rp Rp
62,645,942 62,815,431
30.46 23.13
Ancaman
Rp
76,332,553
35.73
Ancaman
Rp
76,208,334
31.15
Menyebabkan kerusakan instrumen dan kesalahan pembacaan data Kemudahan dalam monitoring
Ancaman
Rp
585,857,373
41.31
Peluang
Rp
63,569,017
36.65
Berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek
Ancaman
Rp
63,569,832
39.63
Menyebabkan total biaya yang dikeluarkan menjadi berkurang
82 82
Lampiran 5. Lanjutan No.
Risiko
8
Training operator yang tidak direncanakan Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Keuntungan karena efisiensi tenaga kerja. Kesalahan estimasi biaya dan eskalasi model. Pengurangan jumlah karyawan shift. Efisiensi tenaga kerja (penyusutan tenaga kerja). Kerusakan instrumen saat implementasi Kendala dalam mengoperasikan instrument MCP II Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor. Kesalahan kalibrasi field instrument. Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus. Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll). Fiksasi kebutuhan dan pemesanan operating supply bahan kepada. supplier. SOP tidak terlaksana.
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20
21
83 836 5
Peluang atau ancaman Ancaman
Rp
75,713,476
Kepercayaan risiko level 90% 37.34
Mengakibatkan biaya tambahan berupa perbaikan atau penggantian alat baru dan data yang rusak atau hilang Jumlah shift tenaga kerja dapat dikurangi karena otomatisasi integrasi data. Mengakibatkan terjadinya pemborosan biaya atau penambahan biaya Menyebabkan terjadinya efisiensi biaya. Berpengaruh terhadap pengoptimalan pembagian tugas dan jam kerja karyawan Menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya. Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual. Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual. Mengakibatkan kesalahan dalam pemberian dosis Mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada. Mengakibatkan kerugian karena terhambatnya proses pengolahan air serta perbaikan atau pepembelian peralatan baru
Ancaman
Rp
610,155,566
35.57
Peluang
Rp
13,173,570
34.27
Ancaman
Rp
6,005,427
34.30
Peluang Peluang
Rp Rp
13,408,370 13,308,370
34.10 35.98
Ancaman
Rp
531,096,920
37.36
Ancaman
Rp
62,549,848
28.53
Ancaman
Rp
286,048,463
26.31
Ancaman Ancaman
Rp Rp
61,576,711 603,410,332
17.61
Ancaman
Rp
117,098,983
24.26 27.46
Berpengaruh terhadap penyelesaian proyek
Ancaman
Rp
62,861,671
31.36
Mengakibatkan pelaksanaan proyek menjadi tidak terarah dan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam proses pelaksanaan
Ancaman
Rp
63,044,488
34.27
Deskripsi Mengganggu proses integrasi
Risiko dalam biaya
83
Lampiran 6. Pengendalian risiko No.
Risiko
Deskripsi
1
Ketidakahlian operator sehingga menimbulkan kerusakan alat. Kerugian akibat kerusakan/kehilangan alat atau data. Kerusakan instrument
Menyebabkan kerusakan instrumen dan kesalahan pembacaan data
Live
Peluang atau ancaman Ancaman
Mengakibatkan biaya tambahan berupa perbaikan atau penggantian alat baru dan data yang rusak atau hilang Menyebabkan kinerja dari proses integrasi terganggu atau terhenti dan mengakibatkan kerugian baik waktu maupun biaya. Menyebabkan proses integrasi menjadi terhambat karena pengukuran dan pencatatan harus dilakukan secara manual. Mengakibatkan proses integrasi terganggu karena informasi atau data yang dibutuhan terhambat atau tidak ada. Mengakibatkan kerugian karena terhambatnya proses pengolahan air serta perbaikan atau pepembelian peralatan baru
Live
Ancaman
Live
Ancaman
Live
Ancaman
Live
Ancaman
Live
Ancaman
2
3
4
Masalah koneksi dengan Streaming Current Monitor.
5
Koneksi antara PS1 Cidanau dan WTP. Krenceng yang tidak stabil/terputus.
7
Kerusakan peralatan akibat instalasi yang tidak aman (gangguan petir, pencurian, dll).
Pelatihan dan maintenance secara rutin Peningkatan keamanan dan maintenance secara rutin Maintenance secara rutin
Rp
585,857,373
Kepercayaan risiko level 90% 41.31
Rp
610,155,566
35.57
Rp
531,096,920
37.36
Peningkatan jaringan koneksi dan maintenance secara berkala Peningkatan jaringan koneksi dan maintenance secara berkala Maintenance secara teratur
Rp
286,048,463
26.31
Rp
603,410,332
24.26
Rp
117,098,983
27.46
Risiko dalam biaya
Kontrol
84 84
5