Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
PERANAN MANAJEMEN RISIKO KUALITATIF PADA TAHAP INISIASI PROYEK I Nyoman Norken Program Studi Teknik Sipil, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Badung, Bali Email:
[email protected]
ABSTRAK Penerapan manajemen risiko pada manajemen proyek konstruksi belakangan ini sudah merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan proyek, terutama pada tahap implementasi, mulai dari tahapan penawaran hingga tahap penyelesaian proyek. Pada tahap implementasi ini penerapan manajemen risiko bahkan tidak saja dilakukan secara kualitatif namun sudah sampai pada analisis kuantitatif. Padahal manajemen risiko dapat dilakukan diberbagai kegiatan proyek yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi, dalam arti kata proyek yang mempunyai frekuensi dan konsekuensi risiko yang tinggi. Paper ini akan mencoba menelaah peranan manajemen risiko pada tahap awal dari satu siklus proyek yaitu pada tahap inisiasi atau tahapan konseptual gagasan suatu proyek dengan pendekatan manajemen risiko kualitatif. Manajemen risiko kualitatif pada tahap ini akan dapat memberikan pemahaman akan potensi risiko terutama risiko-risiko dominan (major risks) pada satu siklus proyek, mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap operasi dan pemeliharaan proyek. Pada tahap awal kegiatan proyek yang merupakan tahap inisiasi yang dapat diartikan sebagai tahapan konseptual gagasan yang terdiri dari perumusan gagasan, telaah awal dari berbagai alternanif yang mungkin bisa diaktualisasi pada tahapan kegiatan berikutnya sampai pada tahap operasi dan pemeliharaan satu proyek. Manajemen risiko pada tahap ini akan dapat mengidentifikasi, menilai, mengelompokkan berbagai jenis risiko yang muncul dari berbagai sumber, memitigasi berbagai risiko dominan (major risks) serta mengalokasikan kepemilikan/otorisasi risiko. Beberapa hasil penelitian manajemen risiko dengan metode kualitatif pada rencana investasi telah dapat memberikan gambaran tentang berbagai jenis, tingkat, mitigasi serta kepemilikan risiko yang dapat dijadikan acuan melakukan tahapan proyek berikutnya sampai pada tahap operasi dan pemeliharaan proyek. Manajemen risiko seperti ini sangat berpotensi untuk dapat diterapkan dalam berbagai proyek keteknik-sipilan secara umum agar risiko-risiko dominan dapat dikenali lebih awal sebelum proyek dilaksanakan, sehingga potensi kegagalan atau kerugian dapat dinimalkan apabila proyek dilaksanakan. Kata-kata kunci: risiko, manajemen risiko, risiko dominan, identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi risiko, kepemilikan risiko, metode kualitaif, inisiasi proyek, siklus proyek
1.
PENDAHULUAN
Belakangan ini peranan manajemen risiko dalam kegiatan manajemen proyek semakin intesif dilakukan, hal ini dilakukan mengingat tingkat kompleksitas dari proyek semakin hari semakin tinggi, disamping itu adanya keterbatasan kemampuan untuk memprediksi apa yang terjadi dikemudian hari dari apa yang direncanakan pada hari ini dari kegiatan proyek. Implementasi manajemen risiko dalam pelaksanaan proyek konstruksi sudah mulai intensif dilakukan sejak tahun 1990an, Sebagai ilustrasi, Thompson and Perry (1991) menyatakan bahwa pada kurun waktu 1974-1988, 63 % dari 1778 proyek yang dibiayai oleh Bank Dunia mengalami peningkatan biaya, sedangkan di UK pada tahun 1975 menunjukkan proyek konstruksi di sektor publik bahwa satu dari enam kontrak yang dilaksanakan terjadi peningkatan biaya hingga 40 % dari nilai kontrak awal, dan dalam jumlah yang cukup berarti meningkat hingga 80 %. Selain itu studi pada tahun 1983 menyatakan terlalu banyak proyek yang melampaui biaya dan waktu yang telah ditargetkan, hal ini disebabkan oleh penyimpangan-penyimpangan yang tidak diperhitungkan, atau walaupun telah diperhitungkan secara umum, tidak dapat diantisipasi sekalipun oleh personil yang berpengalaman. Selanjutnya Thompson and Perry (1991) menyatakan efek risiko yang paling serius dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah kegagalan menjaga estimasi biaya yang telah direncanakan, kegagalan menyelesaikan tepat waktu, dan kegagalan dalam mencapai kualitasyang telah ditetapkan. Udiyana (2010), memberikan ilustrasi
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M-1
I Nyoman Norken
kegagalan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dalam mengantisipasi peristiwa Bom Bali tahun 2002 sebagai kegagalan operasional dan mengantisipasi kejadian yang diluarperhitungan sebelumnya. Chapman (1999), memberikan ilustrasi bahwa dengan melaakukan manajemen risiko proyek akan dapat memberikan keuntungan bagi para investor, antara lain: dapat mengantisipasi perubahan yang merugikan, dapat memproteksi diri dari kejadian yang tidak diharapkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian manajemen risiko kualitatif pada proyek konstruksi, yang telah dilakukan oleh Krisnayanti (2005), Lestari (2009) dan Udiyana (2010) yang memberikan berbagai jenis, tingkat, mitigasi dan kepemilikan risiko dari gagasan rencana investasi berbagai proyek. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa, manajemen risiko mulai sejak awal proyek digagas akan memberikan pemahaman tentang berbagai risiko yang diperkirakan akan terjadi dan antisipasi mitigasi dapat dilakukan sesuai dengan derajat risiko dan tingkat penerimaan risiko.
2.
RISIKO DAN KETIDAKPASTIAN
Risiko dapat diartikan sebagai peluang terjadinya kerugian atau kemungkinan terjadinya kerugian, dan risiko juga merupakan akibat dari adanya ketidakpastian. Ketidakpastian ada, akibat dari ketidakmampuan manusia untuk mengetahui apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dari apa yang kita lakukan saat ini. Ketidakpastian dapat dikatagorkan menjadi ketidakpastian alami/random dan ketidakpastian karena prilaku manusia/teknologi. Ketidakpastian alami atau random adalah merupakan ketidakpastian yang disebabkan oleh fenomena alam seperti; gempa bumi, hujan deras, angin kencang dan lain sebagainya yang umumnya sangat sulit untuk diperkirakan karena sifatnya random, dan pendekatan yang dilakukan adlah stokastik/statistik. Sedangkan ketidakpastian teknologi adalah ketidakpastian akibat dari prilaku manusia yang diakibatkan oleh ketidakpastian dalam melakukan sampling, pengukuran, terbatasnya data, analisis data atau penerapan model serta estimasi yang tidak sesuai. Ketidakpastian teknologi dapat dikurangi dengan menggali informasi yang lebih banyak serta menerapkan metode/model yang lebih sesuai dan lebih baik (Norken, 2002). Ketidakpastian tidak dapat sepenuhnya dihilangkan namun dapat dikurangi dengan melakukan analisis risiko dan manajemen risiko. Analisis risiko dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif, dan merupakan satu proses dari identifikasi dan penilaian (assessment), sedangkan manajemen risiko adalah respon dan tindakan yang dilakukan untuk memitigasi serta mengontrol risiko yang telah dianalisis ( Thompson and Perry, 1991). Kualitatif analisis dan manajemen risiko akan dapat menentukan yang mana merupakan risiko dominan (major/main risks) dengan mengalikan frekuensi/likelihood dengan konsekuensi dari risiko yang telah teridentifikasi, apabila frekuensi tinggi dan konsekuensi tinggi akan menghasilkan tingkat/derajat risiko tinggi (major risks) dan sebaliknya frekuensi rendah dan konsekuensi rendah akan menghasilkan derajat risiko rendah (minor risks), selanjutnya dilakukan respon/penanganan yang diberikan terhadap risiko-risiko utama/major risks, yang lazim disebut mitigasi risiko.
3.
SIKLUS PROYEK DAN MANAJEMEN RISIKO
a. Siklus Proyek Secara umum siklus kegiatan suatu pyoyek dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu: tahap prakonstruksi, tahap kontruksi dan tahap pascakontruksi. Kegiatan pada tahap prakonstruksi meliputi tahap inisiasi/gagasan sampai perencanaan detail yang siap dibangun. Selanjutnya tahap konstruksi adalah tahap pembangunan mulai dari persiapan pembangunan sampai tahap penyelesaian (completion date), sedangkan tahap pasca konstruksi adalah tahap operasional dan pemeliharaan (operation and maintenance) sampai akhir masa pemanfaatan proyek. Husen (2009) menguraikan bahwa tahapan dalam siklus kegiatan proyek paling tidak ada 5 tahapan yaitu: tahap konseptual, tahap studi kelayakan, tahap detail desain, tahap konstruksi dan tahap operasi dan pemeliharaan proyek. Tahap konseptual adalah merupakan tahap awal dengan kegiatan perumusan gagasan, studi kelayakan awal, estimasi awal dari biaya dan spesipikasi proyek serta estimasi awal dari jadwal dan umur rencana dari proyek yang akan direncanakan. b. Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan seperangkat kebijakan, prosedur untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan suatu kegiatan terhadap risiko. Berkaitan dengan analisis dan manajemen risiko yang berkaitan dengan siklus pelaksanaan proyek, Husen (2009) menguraikan manajemen risiko pada pelaksanaan proyek, khususnya risiko terhadap biaya proyek, sementara Thompson and Perry (1991) menyatakan bahwa analisis dan manajemen risiko dapat dilakukan pada saat awal proyek, hal ini sejalan dengan Cooper dan Chapman (1987) menyarankan ada 5 kondisi yang berbeda dimana analisis risiko sangat diperlukan untuk dilakukan antara lain:
M-2
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Peranan Manajemen Risiko Kualitatif Pada Tahap Inisiasi Proyek
o
o o o o
Pada tahap studi kelayakan awal investasi atau usulan proyek dimana keputusan harus diambil yang kerap kali dengan informasi yang terbatas, apakah proyek dibatalkan, ditunda atau dilanjutkan pada tahap berikut. Pada proyek dengan yang berpotensi mendatangkan kerugian, atau dengan benefit cost ratio mendekati nol. Pada investasi proyek yang mempunyai potensi risiko yang tidak lumrah (unusual risks) atau ketidakpastian, yang dapat mengakibatkan pengembalian investasi yang tidak menentu. Pada pemilihan berbagai alternatif proyek atau investasi yang telah ditetapkan pada tahap studi kelayakan awal atau tahap studi kelayakan. Pada perencanaan detail atau optimasi spesifikasi proyek dimana konsep telah diberikan persetujuan.
Selanjutnya Thompson and Perry (1991) menyatakan bahwa analisis dan manajemen risiko dapat dilakukan pada saat awal proposal proyek dan dapat memberikan manfaat yang berarti dalam memahami lebih dalam tentang proyek yang akan dilaksanakan, memahami potensi risiko yang mungkin timbul serta respon yang akan dilakukan untuk mengurangi dampak yang diakibatkan dari risiko tersebut. Sedangkan Godfrey et.al, (1996), menyatakan manfaat manajemen risiko antara lain: dapat mengendalikan ketidakpastian dengan lebih baik, lebih percaya diri dalam memutuskan untuk melanjutkan proyek, risiko dapat dikendalikan, estimasi yang lebih realistik serta akuntabilitas lebih baik. Dari uraian di atas sangat jelas analisis dan manajemen risiko mempunyai peranan sangat penting pada saat inisiasi awal atau pada saat studi kelayakan awal dari suatu proyek.
4.
SUMBER RISIKO DAN IDENTIFIKASI RISIKO
a.
Sumber Risiko Risiko dapat berasal dari berbagai sumber, seperti diuraikan oleh Thompson and Perry (1991), menyatakan bahwa sumber risiko utama pada proyek konstruksi meliputi: relasi, pemerintah, regulasi, pendanaan, definisi proyek, organisasi proyek, perencanaan, kondisi setempat, supply, rekanan, bahan, tenaga kerja, logistik, data estimasi, inflasi, nilai tukar dan force majeour. Walaupun demikian disarankan untuk membuat daftar sumber risiko sesuai dengan pengalaman dan jenis proyek karena risiko untuk setiap jenis proyek adalah spesifik. Namun Godfrey et. al, (1996), menguraikan secara lebih luas berbagai sumber risiko walau masih disadari belum lengkap, antara lain: politis, lingkungan, perencanaan, pemasaran, ekonomi, keuangnan, alami, proyek, teknis, manusia, kriminal dan keselamatan, termasuk potensi penyebab perubahan dan ketidakpastian dari masing-masing sumber risiko (Tabel 1). Tabel 1. Sumber Risiko dan Penyebabnya Perubahan dan Ketidakpastian karena: Kebijakan pemerintah, opini publik, perubahan ideologi, dogma, perundangan, kekacauan (perang, terorisme, kerusuhan) Lingkungan Pencemaran, kebisingan, perijinan, opini publik, kebijakan internal/perusahaan, (environmental) perudangan yang berkaitan dengan lingkungan, dampak lingkungan Perencanaan (planning) Persyaratan perijinan, kebijakan dan praktek, tata guna lahan, dampak sosial dan ekonomi, opini publik Pemasaran (market) Permintaan (perkiraan), persaingan, keusangan, kepuasan pelanggan, mode Ekonomi (economic) Kebijakan keuangan, perpajakan, inflasi, suku bunga, nilai tukar Keuangan (financial) Kebangkrutan, keuntungan, asuransi, risk share Alami (natural) Kondisi tanah diluar dugaan, cuaca, gempa, kebakaran dan ledakan, temuan situs arkeologi Proyek (project) Definisi, stategi pengadaan, persyaratan unjuk kerja, standar, kepemimpinan, organisasi (kedewasaan, komitmen, kompetensi dan pengalaman), perencanaan dan pengendalian kualitas, rencana kerja, tenaga kerja dan sumber daya, komunikasi dan budaya Teknis (technical) Kelengkapan desain, efisiensi operasional, keandalan Manusia (human) Kesalahan, tidak kompeten, kelalaian, kelelahan, kemampuan berkomunikasi, budaya, bekerja dalam kondisi gelam atau malam hari Kriminal (criminal) Kurang aman, perusakan, pencurian, penipuan, korupsi Keselamatan (safety) Peraturan (kesehatan dan keselamatan kerja), zat berbahaya, bertabrakan, keruntuhan, kebanjiran, kebakaran dan ledakan Sumber: Godfrey et.al, (1996) Sumber risiko Politis (political)
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M-3
I Nyoman Norken
b.
Identifikasi Risiko Identifikasi risiko merupakan tahapan awal dalam manajemen risiko yang bertujuan untuk dapat menguraikan dan merinci jenis risiko yang mungkin terjadi dari aktivitas atau kegiatan yang akan kita lakukan. Setiap kegiatan yang akan dilakukan diidentifikasi ketidakpastian (potensi kerugian, kesalahan, ketidak sesuaian) yang mungkin akan terjadi, dengan berpedoman pada ”What can go wrong” dari apa yang akan dilakukan. Dari uraian rencana kegiatan yang akan dilakukan dan berpedoman pada perubahan/ketidakpastian dari berbagai sumber risiko yang ada, maka identifikasi risiko dapat dilakukan. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi risiko, namun Godfrey et.al, (1996) menguraikan sebagai berikut: o ”What can go wrong” analisis yaitu dengan membuat daftar atau uraian tentang: apa yang bisa tidak sesuai dari apa yang akan kita lakukan o Free and structured brainstorming yaitu dengan melakukan diskusi bebas atau terstruktur (bisa dilakukan bergrup tidak lebih dari 5 orang) dengan membahas dan mencatat apa yang mungkin bisa salah dari setiap jenis pekerjaan yang telah diprogramkan. o Promt lists yaitu membuat daftar yang bisa membantu mengidentifikasi risiko-risiko yang spesifik o Use of record yaitu dengan menggunakan catatan-catatan yang sudah pernah dibuat tentang kesalahan kemudian dibuat daftarnya. o Structured interviewed yaitu dengan dengan melakukan wawancara yang sudah terstruktur dan direncanakan dengan baik kepada para akhli (expert), sesuai dengan bidang yang dibutuhkan. o Hindsight reviews yaitu dengan melihat kebelakang dari apa yang telah dilakukan dan mendiskusikan apa yang kurang dan apa lebih baik yang telah dilaksanakan, kemudian memperbaharui dan menambah daftar ”What can go wrong” dari kegiatan yang dilakukan. Beberapa contoh identifikasi risiko pada analisis risiko kualitatif dapat disajikan sebagai berikut: Krisnayanti (2005) merujuk pada gagasan untuk investasi hotel berbintang tiga di Bali telah mengidentifikasi risiko sebanyak 40 (empat puluh) risiko dengan rincian 20 risiko pada masa prakonstruksi, 3 pada masa konstruksi dan 17 pada masa operasi dan pemeliharaan. Selanjutnya Lestari (2009) menguraikan pada gagasan perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai Bali mengidentifikasi 34 jenis risiko dari berbagai sumber risiko. Walaupun tidak secara tegas membagi menurut siklus proyek namun identifikasi risiko telah tercermin mulai dari prakonstruksi hingga operasional dan pemeliharaan dari gagasan pengembangan Bandara Ngurah Rai. Sedangkan Udiyana (2010) menguraikan tentang identifikasi risiko pada gagasan investasi rumah sakit di Kota Denpasar. Jumlah risiko yang dapat diidentifikasi sebanyak 61 risiko yang terbagi dalam kategori yaitu: masa prakonstruksi 25 jenis risiko, masa konstruksi 13 risiko dan 33 risiko. Dari contoh ini dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya pada saat inisiasi awal atau konseptualisasi gagasan proyek, berbagai potensi risiko sepanjang siklus proyek sudah dapat diperkirakan, sehingga atas dasar hasil identifikasi tersebut dapat dilanjutkan dengan penilaian (assessment) terhadap berbagai jenis risiko tersebut sehingga fokus perhatian dapat ditujukan pada risiko dengan katagori utama (main risks atau major risks).
5.
PENILAIAN DAN PENERIMAAN RISIKO
a.
Penilaian (assessment) risiko Peninalian (assessment) risiko pada dasarnya adalah melakukan perhitungan atau penilaian terhadap dampak risiko yang telah teridentifikasi, besar kecilnya dampak dari risiko akan dapat dikategorikan yang mana merupakan risiko dengan tingkat yang utama (major risks), yang mempunyai dampak besar dan luas yang membutuhkan pengelolaan, atau tidak (minor risks), yang tidak memerlukan penanganan khusus karena tingkat risiko ada dalam batas-batas yang dapat diterima. Godfrey et. al, (1996) serta Husen (2009) menguraikan besarnya dampak risiko merupakan perkalian dari frekuensi (likelihood) dengan konsekuensi (consequence) dari risiko yang telah teridentifikasi. Untuk itu Godfrey et. al, (1996) memberikan pedoman terhadap frekuensi, konsekuensi, besar (scale) risiko dan tingkat penerimaan risiko seperti Tabel 2, berikut:
M-4
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Peranan Manajemen Risiko Kualitatif Pada Tahap Inisiasi Proyek
Consecquence (Scale) Likelihood (Scale) Frequent (5)
Tabel 2. Penilaian dan Tingkat Penerimaan Risiko. Catastropic Critical Serious Marginal (5) (4) (3) (2)
Unacceptale (25) Probable (4) Unacceptale (20) Occasional (3) Unacceptale (15) Remote (2) Undesirable (10) Improbable (1) Undesirable (5) Sumber: Godfrey et. al, (1996).
Unacceptale (20) Unacceptale (16) Undesirable (12) Undesirable (8) Acceptable (4)
Unacceptale (15) Undesirable (12) Undesirable (9) Undesirable (6) Acceptable (3)
Undesirable (10) Undesirable (8) Undesirable (6) Acceptable (4) Negligible (2)
Negligible (1) Undesirable (5) Acceptable (4) Acceptable (3) Negligible (2) Negligible (1)
b. Penerimaan risiko Tingkat penerimaan risiko dapat dibagi menjadi 4 yaitu: o Unacceptable yaitu risiko yang tidak dapat ditoleransi, harus dihindari atau bila mungkin ditransfer kepada pihak lain. o Undesirable yaitu risiko yang memerlukan penanganan/mitigasi risiko (risk reduction) sampai pada tingkat yang dapat diterima. o Acceptable yaitu risiko yang dapat diterima karena tidak mempunyai dampak yang besar dan masih dalam batas yang dapat diterima. o Negligible yaitu risiko yang dampaknya sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Risiko-risiko yang termasuk dalam unacceptable dan undesirale merupakan jenis risiko dengan kategori utama(major/main risks) yang memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus karena mempunyai dampak yang besar apabila tersebut tidak dikurangi atau bila perlu dihindari, sedangkan risiko yang termasuk dalam acceptable dan negligible merupakan risiko dengan kategori minor (minor risks) yang tidak mempunyai dampak yang berarti sehingga dapat diterima dan bahkan dapat diabaikan. Beberapa penelitian terhadap penilaian dan penerimaan risiko pada tahap inisiasi proyek telah dapat memberikan gambaran tentang potensi risiko pada siklus proyek secara keseluruhan antara lain: o Kristinayanti (2005) menguraikan bahwa terdapat 10 jenis risiko dengan kategori tidak dapat diterima (unacceptable risks) dan 20 jenis risiko dengan kategori tidak diharapkan (undesirable risks) pada rencana pembangunan hotel bintang tiga di Provinsi Bali, dengan jumlah risiko yang teridentifikasi sebanyak 40 risiko. Adapun contoh risiko dengan kategori tidak dapat diterima adalah: adanya kerusuhan dan isu bom, tekanan dari masyarakat terkait dengan adat-istidat setempat, target hunian yang tidak tercapai, kurangnya fasilitas penunjang hotel seperti: spa, fitness, arcade dll, kurangnya pemeliharaan hotel dsbnya. Sedangkan contoh untuk risiko dengan kategori tidak diharapkan antara lain: Otonomi Daerah/UU yang kurang mendukung investasi, kesulitan dalam pembebasan tanah, masalah perijinan, isu berbagai jenis penyakit, pelayanan hotel yang kurang baik, pengelolaan limbah hotel yang kurang baik. o Lestari (2009) menguraikan bahwa dalam mengantisipasi arus lalu lintas udara pada Bandara Ngurah Rai diketemukan 13 jenis risiko dengan kategori tidak dapat diterima (unacceptable risks) dan 12 jenis risiko dengan kategori tidak diharapkan (undesirable risks), dengan jumlah risiko yang teridentifikasi sebanyak 34 risiko. Beberapa contoh risiko dengan kategori tidak dapat diterima antara lain: kesulitan dalam pembebasan lahan jika Bandara diperluas, mengganggu tatanan masyarakat disekitar Bandara, hilangnya sebagian jalur hijau, terbatasnya kapsitas penunjang (runway, taxiway, apron, terminal, parkir pesawat, terbatasnya kemampuan untuk memenuhi tuntutan fasilitas dimasa yang akan datang (A380), diperlukan biaya yang sangat besar dalam pengembangan bandara termasuk biaya untuk perbaikan lingkungan. Adapun contoh untuk berbagai risiko dengan kategori tidak diharapkan adalah: kerusakan hutan bakau dan terjadinya abrasi, terganggunya adat-istiadat masyarakat, peluang kecelakaan dan terganggunya lalu lintas udara akibat adanya satu runway. o Udiyana (2010) menyatakan bahwa dalam merencanakan investasi rumah sakit di Kota Denpasar terdapat 23 jenis risiko dengan kategori tidak dapat diterima (unacceptable risks) dan 31 jenis risiko dengan kategori tidak diharapkan (undesirable risks), dengan jumlah risiko yang teridentifikasi sebanyak 61 risiko. Contoh berbagai risiko dengan kategori tidak dapat diterima adalah: kesulitan
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M-5
I Nyoman Norken
pengadaan tanah, kurang cermat dalam dalam memilih konsultan perencana dan kontraktor pelaksana, kurang lengkapnya Poli, tidak ada fasilitas evakuasi pasien, keterlibatan pemilik yang berlewbihan, kurang cermat dalam biaya rawat dan biaya tindakan medis, terbatasnya alat alat medik, biaya operasional tinggi, pengelolaan yang kurang profesional, kurang tertibnya penunggu pasien, adanya tuduhan mal praktek, terjadinya praktek-praktek korupsi dalam pengelolaan keuangan. Sedangkan contoh risiko dengan kategori tidak diharapkan adalah: kurang cermat dalam menentukan lokasi, kesulitan dalam mengurus perijinan, kurang cermat dalam menentukan jenis rumah sakit yang dibangun, kurang cermat dalam menentukan jumlah dan kelas kamar rawat inap, kesulitan dalam memperoleh dana pembangunan, tempat parkir pengunjung yang tidak memadai, terganggunya warga sekitar, kualitas bangunan yang kurang baik, kesulitan dalam pemeliharaan dan operasional karena as built drawing tidak lengkap, ketidak mampuan pasien dalam membayar biaya sisa bila membuka pelayanan ansurasi kesehatan (ASKES), kurangnya tenaga ahli dan tenaga medik, kurangnya pemeliharaan terhadap limbah medik, air limbah dan dapur, rusaknya alat medik akibat kesalahan pemakaian, hilangnya rekam medik pasien.
6. MITIGASI DAN ALOKASI RISIKO a. Mitigasi Risiko Mitigasi risiko dimaksudkan adalah tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi akibat dari risiko apabila risiko telah dapat teridentifikasi, tindakan ini juga merupakan penanganan risiko sampai pada batas yang dapat diterima, walaupun penanganan risiko belum tentu sepenuhnya dapat dihilangkan karena kadang-kadang masih ada risiko sisa yang sering disebut residual risk. Flanagan dan Norman (1993) menguraikan ada 4 cara untuk melakukan mitigasi risiko antara lain: o Menahan risiko (risk retention) yaitu tindakan menahan atau menerima risiko karena dampak dari risiko tersebut masih dalam batas yang dapat diterima, dalam arti kata bahwa konsekuensi dari risiko masih batas-batas yang dapat dipikul. o Mengurangi risiko (risk reduction) yaitu dengan melakukan usaha-usaha atau tindakan untuk mengurangi konsekuensi dari risiko yang diperkirakan terjadi, walaupun masih ada kemungkinan risiko tidak sepenuhnya bisa dikurangi, tetapi masih pada tingkat konsekuensi yang dapat diterima. o Memindahkan risiko (risk transfer) yaitu tindakan memindahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain yang mempunyai kemampuan untuk memikul atau mengendalikan risiko yang diperkirakan akan terjadi. o Menghindari risiko (risk avoidance) yaitu tindakan menghindari konsekuensi risiko dengan menghindari aktivitas yang diperkirakan mempunyai tingkat kerugian/konsekuensi yang sangat tinggi. Dalam hal mitigasi risiko pada tahap inisiasi proyek, terutama terhadap risiko-risiko dengan kategori tidak dapat diterima (unacceptable) dan risiko dengan kategori tidak diharapkan (undesirable), Kristinayanti (2005), Lestari (2009) dan Udiyana (2010) menguraikan bahwa seluruh risiko dengan kategori unacceptable dan undesirable dapat dilakukan mitigasi dengan melakukan tindakan mengurangi risiko (risk reduction), dan contoh mitigasi risiko disajikan pada Tabel 3. b. Alokasi Risiko. Prinsip kepemilikan risiko adalah pengalokasian risiko terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab kontrol terhadap kejadian atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan risiko serta penanganan/mitigasi apabila risiko tersebut dikemudian hari muncul. Kristinayanti (2005) menguraikan ada 4 prinsip dalam mengalokasikan kepemilikan risiko, antara lain: o Pihak mana yang mempunyai kontrol terhadap kegiatan/kejadian yang dapat atau berpotensi menimbulkan risiko. o Pihak mana yang dapat menangani risiko apabila risiko muncul. o Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol. o Apabila risiko yang timbul diluar kontrol semua pihak maka diasumsikan sebagai risiko bersama. Tabel 3 berikut merupakan contoh dari mitigasi dan kepemilikan/otorisasi risiko pada tahap inisiasi proyek, yang merupakan hasil penelitian dari Kristinayanti (2005), Lestari (2009) dan Udiyana (2010).
M-6
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Peranan Manajemen Risiko Kualitatif Pada Tahap Inisiasi Proyek
No A 1*
2**
3***
B 1*
2**
3***
7.
Tabel 3. Contoh Mitigasi dan Alokasi/Kepemilikan Risiko Penerimaan dan Mitigasi Risiko Alokasi/Kepemilikan risiko Jenis Risiko Unacceptable risks Fasilitas penunjang Pemilik dan pengelola hotel • Membuat fasilitas tersebut (spa, fitness centre, • Menerapkan paket discount bagi hunian arcade, dll) yang yang menggunakan fasilitas tersebut. dimiliki dan dikelola • Menyewa ditempat lain hotel terbatas. Kesulitan Pengelola Bandara (PT • Merelokasi hutan bakau bila mendapat ijin memperpanjang Angkasa Pura I), • Merelokasi jalan raya atau membuat runway kearah timur Departemen/Dinas subway karena adanya hutan • Memikirkan alternatif perpanjangan runway Perhubungan, Badan Lingkungan Hidup bakau dan jalan raya kearah barat, dengan teknologi terapung Biaya tinggi pada Konsultan dan Pengelola • Melakukan studi kelayakan yang cermat operasional rumah Rumah Sakit • Efisiensi penggunaan sumberdaya sakit • Melakukan layanan berbasis efektivitas biaya Undesirable risks Terjadi isu flu Pemilik, Pengelola dan • Meyakinkan kepada tamu melalui internet, burung/penyakit Pemerintah brosur dll bahwa kondisi aman • Bekerjasama dengan agen perjalanan dalam dan luar negeri • Mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Adanya satu runway Pengelola Bandara (PT • Pengaturan jadwal penerbangan dengan menyebabkan Angkasa Pura I), Maskapai ketat Penerbangan/Pengguna kepadatan dan • Pembatasan dan pemerataan penerbangan hambatan sesuai dengan kapasitas bandara. pergerakkan pesawat Kurang cermat Pemilik, Konsultan dan • Membuat studi kelayakan dan desain dalam menentukan Pengelola Rumah Sakit. dengan memperhatikan berbagai aspek lokasi • Mengoptimalkan lokasi yang ada Sumber: *Kristinayanti (2005), **Lestari (2009) dan ***Udiyana (2010).
SIMPULAN DAN SARAN
a.
Simpulan o Analisis/manajemen risiko merupakan rangkaian yang menyangkut kebijakan, prosedur untuk mengelola, memonitor dan mengendalikan risiko dari suatu kegiatan yang akan dilakukan. o Analisis/manajemen risiko dapat dilakukan pada berbagai tahapan pada siklus proyek termasuk pada saat tahap inisiasi/tahap studi kelayakan awal dari kegiatan proyek. o Analisis/manajemen risiko pada tahap inisiasi proyek dapat mencakup identifikasi, penilaian, mitigasi dan alokasi kepemilikan/otorisasi risiko, sepanjang siklus proyek yang akan direncanakan. o Hasil-hasil dari beberpa penelitian seperti: rencana investasi hotel, rencana pengembangan bandara serta rencana investasi rumah sakit swasta, menunjukkan bahwa manajemen risiko pada tahap awal proyek telah dapat melakukan identifikasi, penilaian, mitigasi dan oterisasi terhadap risiko dengan kategori unacceptable dan undiserable sepanjang siklus proyek.
b.
Saran o Untuk proyek dengan potensi risiko yang sangat tinggi, terutama proyek-proyek yang berskala besar sebaiknya sejak awal dilakukan analisis/manajemen risiko agar derajat risiko sejak awal dapat diketahui sepanjang siklus proyek o Analisis/manajemen risiko pada tahap inisiasi proyek akan dapat dijadikan dasar untuk mecari alternatif yang lebih baik dari proyek yang akan dilaksanakan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
M-7
I Nyoman Norken
DAFTAR PUSTAKA Chapman, Robert.J. (2001) The Controlling Influences on Effective Risk Identification and Assessment for Construction Design Management, International Journal of Project Management, Vol.19, 147-160. Cooper, Dale F and C.B.Chapman. (1987), Risk Analysis for Large Projects, John Wiley & Sons, Chichester Godfrey, Patrick S., Halcrow, Sir William & Partners Ltd. (1996). Control of Risk. A Guide to the Systematic Management of Risk from Construction, CIRIA, Special Publication 125, Westminster London. Flanagan, R and George Norman, (1993), Risk Mangement and Construction, Blackwell Sience, Oxfords Hertz, David B and Thomas, Howard. (1983) Risk Analysis and Its Applications, John Wiley & Sons, New York. Husen, Abrar. (2009), Manajemen Proyek, Penerbit Andi, Yogyakarta. Kristinayanti, Wayan Sri. (2005), Manajemen Risiko pada Investasi Hotel Bintang Tiga di Bali, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Lestari, I Gusti Agung Ayu Istri. (2009), Manajemen Risiko Pada Bandara Ngurah Rai Dalam Mengantisipasi Arus Lalu Lintas Udara di Masa Yang Akan Datang, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar. Norken I Nyoman, (2002), Water Supply and Wastewater Reuse for Urban Areas, the Role of Risk Analysis: Case Studies in Bali Island, Ph.D Thesis, Manchester Centre for Civil and Construction Engineering, UMIST, Manchester Raftey, John. (1994). Risk Analysis in Project Management, E & FN Spon, London. Tompson, P.A., J.G. Perry. (1991). Engineering Construction Risks, Thomas Telford Ltd, London. Udiyana, I Made Nur. (2010), Analisis Risiko Pada Investasi Rumah Sakit Swasta di Kota Denpasar, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
M-8
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta