ANALISIS KOMBINASI PONDASI KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA DENGAN BORED PILE UNTUK MEREDUKSI SETTLEMENT PADA GEDUNG XYZ
EVA YUNITA SARAH
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Kombinasi Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba dengan Bored Pile untuk mereduksi Settlement pada Gedung XYZ” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017 Eva Yunita sarah NIM F44110053
ABSTRAK EVA YUNITA SARAH. Analisis Kombinasi Pondasi Konstruksi Sarang LabaLaba dengan Bored Pile untuk Mereduksi Settlement pada Gedung XYZ. Dibimbing oleh ASEP SAPEI dan MUHAMMAD FAUZAN Pondasi terbagi dua jenis yaitu pondasi dalam dan dangkal. Pemilihan jenis pondasi bergantung pada beban yang harus didukung, kondisi tanah dan biaya pembuatan pondasi yang dibandingkan terhadap biaya struktur atasnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar kemampuan kombinasi pondasi konstruksi sarang laba-laba (KSLL) dengan bored pile untuk mendukung beban dan mengetahui besar penurunan yang terjadi apabila mengkombinasikan pondasi KSLL dengan bored pile. Pemodelan gedung dan analisis pembebanan menggunakan software ETABS 9.7.0. Kemampuan kombinasi KSLL dengan bored pile dalam mendukung beban sebesar 5.57 ton/m2. Penurunan seketika yang terjadi sebesar 1.28 cm dan penurunan konsolidasi yang terjadi 10.4 cm, dengan demikian total penurunan yang terjadi sebesar 11.68 cm dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.2,449,920,286.00. Reduksi penurunan yang terjadi sebesar 48.42 cm setelah dilakukan kombinasi pondasi KSLL dengan bored pile. Kata kunci: bored pile, konstruksi sarang laba-laba, penurunan, pondasi, reduksi
ABSTRACT EVA YUNITA SARAH Analysis of Combination of Spider Web Construction Foundation with Bored Pile in Settlement Reducing on XYZ Building. Supervised by ASEP SAPEI and MUHAMMAD FAUZAN There are two types of foundation: deep and shallow. The way to choose a foundation is based on the weight that will be supported, soil condition, and foundation production cost comparing with upper structure cost. The purpose of this research were to measure the capability of combination of spider web construction (KSLL) with bored pile to support load and to analyze the settlement of KSLL foundation with bored pile. Building modeling and load analysis were conducted using ETABS 9.7.0 software. The capability of combination of KSLL with bored pile to support load was 5.57 ton/m2. The results showed that the sudden settlement was 1.28 cm, and consolidation settlement was 10.4 cm. It meaned that settlement total was 11.68 cm and total cost was Rp.2,449,920,286.00. After KSLL foundation was combined with bored pile, the settlement was decreased 48.42 cm. Keywords: bored pile, foundation, reduction, spider web construction, settlement
ANALISIS KOMBINASI PONDASI KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA DENGAN BORED PILE UNTUK MEREDUKSI SETTLEMENT PADA GEDUNG XYZ
EVA YUNITA SARAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
vii
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Kombinasi Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba dengan Bored Pile untuk Mereduksi Settlement pada Gedung XYZ : Eva Yunita Sarah : F44110053
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS Dosen Pembimbing I
Muhammad Fauzan, S.T., M.T Dosen Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan, DEA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
i
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini adalah Analisis Kombinasi Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba dengan Bored Pile pada Gedung XYZ. Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah: 1. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Bapak Muhamad Fauzan, S.T., MT selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, solusi, saran, inspirasi, dan seluruh bantuannya mulai dari awal penelitian hingga karya ilmiah ini selesai. 2. Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng selaku dosen penguji ujian skripsi atas kritik dan sarannya. 3. Ayahanda Gumuk Asmer Sagala, Ibunda Rosma Sijabat, Abang Gardner, Bapak Tamaro, Abang Marthin, Eda Tamaro, Tamaro, Ka ocin, Ka Ane, Intan, Almasul dan Arief, serta Keluarga Besar (SIL 48 IPB, PMK IPB, BPH PMK, BBB, Dias 48, Kost Putri Bunda) dan teman-teman kampus lainnya untuk semangat, bantuan dan kebersamaan sampai karya ilmiah ini selesai. 4. Seluruh Staf PT. Katama Suryabumi dan Bapak Budi atas bantuannya dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan selama penelitian. 5. Staf Tata Usaha Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Staf Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam hal administrasi. Kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini dan tidak bisa disebutkan satu-persatu diucapkan juga terima kasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu selanjutnya terutama di bidang teknik sipil.
Bogor, Januari 2017 Eva Yunita Sarah
iii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Tanah Klasifikasi Pondasi Analisis Tegangan Tanah Penurunan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Struktur Bangunan Analisis Struktur Analisis Pondasi Bored Pile Analisis Pondasi KSLL Penurunan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
iii iii iii iv 1 1 2 2 2 2 3 3 4 10 11 13 13 13 13 14 14 16 17 18 20 20 20 20 21 24 35
iv
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Batas Penurunan Maksimum Nilai Beban Hidup dan Mati sebelum dan sesudah terjadi kombinasi Hasil analisis tegangan tanah akibat beban bangunan Hasil Analisis Tegangan Tanah Efektif
11 16 18 19
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis-jenis pondasi bored pile Tampak atas pondasi KSLL Perbandingan Proses penyebaran KSLL Penurunan Konsolidasi Sekunder Skema Prosedur Penelitian Denah Lantai Struktur Isometrik Struktur gedung 8 lantai Lokasi Kolom yang diberi Beban
6 8 10 12 13 14 15 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Sondir 2 Grafik Sondir 3 Data dan Diagram Sondir pada Lokasi S1 4 Data dan Diagram Sondir pada Lokasi S2 5 Data dan Diagram Sondir pada Lokasi S3 6 Data dan Diagram Sondir pada Lokasi S4 7 Data dan Diagram Sondir pada Lokasi S5 8 Nilai Qult dan Qijin
23 25 28 29 30 31 32 34
v
DAFTAR NOTASI qu qult FK D B c γ,γb Nc, Nq, N Φ KP qijin FS Si q μ ES IW
= = = = = = = = = = = = = = = = =
Scp Cc e0 H ΔP Po SCS ttotal tprimer Cα Qu Qb Qs qb Ab As Fs Qult qc Ap JHL KII St Es Fz
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
Fz’
=
daya dukung tanah (kg/cm2) daya dukung batas (Ultimite) angka keamanan, berkisar antara 1.5 –3.0 kedalaman penanaman pondasi (m) lebar pondasi (m) kohesi tanah (kg/m2) berat jenis tanah faktor daya dukung tanah sudut geser tanah (°) koefisien tekanan tanah daya dukung yang dijinkan (ton) faktor keamanan, umumnya bernilai 3.0 penurunan seketika (cm) tegangan kontak angka poisson ratio sifat elastisitas tanah (kg/cm2) faktor pengaruh, bergantung pada bentuk dan kekakuanpondas penurunan konsolidasi primer (cm) indeks kompresi tanah angka pori tanah tebal lapisan tanah (m) tambahan tegangan (m) tegangan tanah efektif (t/m2) penurunan konsolidasi sekunder (cm) waktu penurunan total (detik) waktu penurunan konsolidasi primer (detik) koefisien konsolidasi Kapasitas daya dukung aksial ultimit bored pile (ton) Kapasitas tahanan di ujung tiang. (ton) Kapasitas tahanan kulit. (ton) Daya dukung ujung tiang persatuan luas. (ton) Luas ujung tiang (cm2) Luas Penampang Tiang (m2) satuan tahanan kulit persatuan luas (kg/m2) kapasitas daya dukung bored pile tunggal (ton) tahanan ujung sondir.(kg/cm2) luas penampang tiang.(m2) jumlah hambatan lekat keliling tiang (cm2) penurunan total (cm) sifat elastisitas tanah (kg/cm2) Pembebanan yang diterima hanya oleh pondasi KSLL (ton) Pembebanan yang diterima hanya oleh pondasi KSLL (ton)
PENDAHULUAN Latar Belakang Konstruksi pembangunan gedung atau non gedung pada umumnya dimulai dari tahap struktur bawah sampai struktur atas. Pekerjaan struktur bawah salah satunya meliputi pekerjaan pondasi. Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi ini akan menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut. (Bowles 1995) Pemilihan terhadap jenis pondasi terbilang cukup beragam. Pondasi dibedakan atas pondasi dalam dan dangkal. Pemilihan pondasi yang tepat sangat mempengaruhi hasil konstruksi. Secara garis besar pemilihan pondasi ditentukan oleh faktor teknis, ekonomis dan lingkungan. Pondasi yang umumnya digunakan dalam kegiatan konstruksi salah satunya adalah pondasi bored pile yang merupakan jenis pondasi dalam. Pondasi ini memiliki ketahanan struktur di atas rata-rata dari pondasi lainnya namun memerlukan biaya yang lebih tinggi. Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung. Haryono dan Maulana (2007) menyatakan bahwa penggunaan pondasi dalam seperti tiang pancang akan menaikkan biaya sebanyak 30%, sedangkan penggunaan pondasi dangkal harus secara presisi mempertimbangkan resiko penurunan bangunan secara tidak merata (irregular differential settlement) ditambah dengan total settlement. Pondasi KSLL ini memiliki keunggulan yang lebih hemat dari segi teknis dan ekonomisnya. Pondasi bored pile dengan KSLL dapat dikombinasikan guna menciptakan pondasi yang memiliki ketahanan struktur yang lebih tinggi yang menyebabkan penurunan terhadap suatu gedung menjadi lebih minim. Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Jika seluruh permukaan tanah di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam dan penurunan terjadi tidak berlebihan, maka turunnya bangunan akan tidak nampak oleh pandangan mata dan penurunan yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan bangunan. Namun, kondisi demikian tidak baik bagi kestabilan bangunan, terutama bila penurunan terjadi secara berlebihan. Umumnya, penurunan tak seragam lebih membahayakan bangunan daripada penurunan total. Pemilihan jenis pondasi bergantung pada beban yang harus didukung, kondisi tanah dan biaya pembuatan pondasi yang dibandingkan terhadap biaya struktur atasnya. Semakin meningkatnya daya dukung pondasi maka kekuatan pondasi dalam menerima beban diatasnya semakin besar dan penurunan yang terjadi juga semakin minim. Pengaruh jumlah, diameter, dan perletakan bored pile pada pondasi konstruksi sarang laba-laba melatarbelakangi penelitian ini.
2 Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa perumusan masalah yang meliputi: 1. Seberapakah besar kemampuan kombinasi pondasi KSLL setelah dikombinasi dengan bored pile untuk mendukung beban 2. Seberapakah besar nilai tegangan tanah maksimum, tegangan tanah akibat beban bangunan dan tegangan tanah efektif. 3. Seberapakah besar nilai penurunan yang terjadi dalam kombinasi KSLL dengan bored pile. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui besar kemampuan kombinasi pondasi KSLL dengan bored pile untuk mendukung beban. 2. Mengetahui besar penurunan yang terjadi apabila mengkombinasikan pondasi KSLL dengan bored pile. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah memberikan informasi yang bermanfaat mengenai kombinasi kekuatan pondasi KSLL dan bored pile dengan mempertimbangkan daya dukung pondasi untuk menahan beban yang terjadi dan penurunan yang terjadi. Ruang Lingkup Penelitian 1. 2. 3. 4.
Penelitian dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut: Stuktur gedung yang dianalisis meliputi daya dukung tanah, tegangan tanah dan settlement Gaya dalam dianalisis dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu ETABS. Hanya ditinjau untuk daya dukung pondasi tiang bor tegak lurus (vertikal) dan gaya horizontal tiang. Perhitungan daya dukung tiang hanya dari data sondir.
3
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Klasifikasi Tanah Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut (Das 1995). Jenis –jenis tanah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu tanah granuler, tanah kohesif dan tanah lempung. Tanah granuler merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan perkerasan jalan, karena mempunyai kapasitas dukung yang tinggi dan penurunan kecil, asalkan tanahnya padat. Penurunan terjadi segera sesudah penerapan beban. Jika dipengaruhi getaran pada frekuensi tinggi, penurunan yang besar dapat terjadi pada tanah yang tidak padat. Tanah kohesif, seperti: lempung, lempung berlanau, lempung berpasir atau berkerikil yang sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, sifat-sifat tanah kohesif yang perlu ditentukan adalah kadar air, berat volume kering dan angka pori, kuat geser, plastisitas, konsistensi, sensitivitas, kompresibiltas dan sifat kembang susut. Perilaku lempung dalam mendukung beban pondasi sangat bergantung pada sejarah geologi, kadar air dan kandungan mineralnya. Lempung dinyatakan sebagai lunak, sedang, atau kaku, tergantung dari kadar air seperti yang dinyatakan dalam konsistensi. Pada waktu kering, tanah ini sangat keras dan menyusut yang disertai retakan. Waktu kadar air tinggi, kuat geser akan turun dan lempung ekspansif menjadi mengembang. Jenis-jenis lempung kaku sampai keras, hanya mengalami penurunan konsolidasi yang kecil dibawah tekanan yang relatif besar. Jika dalam lapisan tanah ini terdapat lensa-lensa pasir dan kerikil, perancangan pondasi harus memperhitungkan variasi kapasitas dukung pada lokasi tertentu. Jenis tanah yang ketiga adalah tanah lanau. Lanau adalah material yang butiran-butirannya lolos saringan nomor 200. Peck et al. (1953) membagi tanah ini menjadi 2 kategori, yaitu lanau yang dikarakteristikan sebagai tepung batu atau bubuk batu yang tidak berkohesi dan tidak plastis, dan lanau yang bersifat plastis. Sifat-sifat teknis lanau tepung batu lebih cenderung mendekati sifat pasir halus. Selanjutnya adalah tanah organik. Tanah organik merupakan jenis sembarang tanah yang mengandung bahan organik yang mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Bahan-bahan organik dapat terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang. Jumlah bahan organik dinyatakan dalam istilah kadar organik, yaitu nilai banding antara berat bahan organik terhadap contoh tanah yang kering oven. Berat bahan organik dapat ditentukan dengan memanaskan contoh tanah untuk membakar bahan organiknya (MacFarlane, 1959). Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah di lapangan dibutuhkan untuk data perancangan fondasi bangunan-bangunan seperti: bangunan gedung, dinding penahan tanah, bendungan, jalan, dermaga dan lain-lain. Bergantung pada maksud dan tujuannya,
4 penyelidikan tanah dapat dilakukan dengan cara-cara menggali lubang uji (testpit), pengeboran dan uji secara langsung di lapangan (in-situ test). Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis kapasitas dukungan dan penurunan. Ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban bangunan, tingkat keamanan yang diinginkan, kondisi lapisan tanah dan biaya yang tersedia untuk penyelidikan. Oleh karena itu, untuk bangunan-bangunan sederhana atau ringan, kadang-kadang tidak dibutuhkan penyelidikan tanah, karena kondisi tanahnya dapat diketahui berdasarkan pengalaman setempat. Tujuan penyelidikan tanah, antara lain adalah untuk menentukan sifat-sifat tanah yang terkait dengan perancangan struktur yang akan dibangun diatasnya, menetukan kapasitas dukung tanah menurut tipe pondasi yang dipilih, menentukan tipe dan kedalaman fondasi, mengetahui posisi muka air tanah dan untuk memprediksi besarnya penurunan. Klasifikasi Pondasi Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi bangunan. Fungsi pondasi adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah pondasi dan tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakan konstruksi yang berada di atas pondasi. Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain terhadap tanah dasar dimana pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja. Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar/tidak merata. Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling. Untuk struktur pondasi sendiri harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja. Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar, beban yang diterima pondasi, peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan pelaksanaannyadan sebagainya. Berdasarkan elevasi kedalamannya, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi dangkal dan pondasi dalam. (Das, 1998). Pondasi dangkal (shallow foundation) adalah struktur konstruksi paling bawah yang berfungsi meneruskan (mendistribusikan) beban bangunan ke lapisan tanah keras yang berada relatif dekat dengan permukaan tanah. Pada awalnya, yang dikategorikan pondasi dangkal adalah pondasi yang memiliki kedalaman (Df) lebih kecil atau sama dengan dimensi lebar pondasi (B). Namun dalam perkembangannya, pondasi masih dianggap dangkal meskipun kedalaman pondasi mencapai tigasampai empatkali lebar pondasi (4B) (Budi, 2011). Adapun beberapa jenis pondasi dangkal yang dikenal diantaranya pondasi telapak, pondasi cakar ayam, dan pondasi rakit.Pondasi Telapak ialah pelebaran alas kolom atau dinding dengan tujuan untuk meneruskan beban pada tanah suatu tekanan yang sesuai dengan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Pondasi telapak yang mendukung kolom tunggal disebut telapak kolom individual, telapak tersendiri atau telapak sebar. Pondasi telapak di bawah suatu dinding disebut telapak dinding atau telapak menerus. Apabila sebuah pondasi telapak mendukung beberapa kolom disebut telapak gabungan. Bentuk khusus dari telapak gabungan
5 yang umumnya digunakan apabila salah satu kolomnya mendukung dinding luar disebut telapak kantilever. Pondasi dalam (deep foundation) merupakan struktur bawah suatu konstruksi yang berfungsi untuk meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah keras yang berada jauh dari permukaan tanah. Suatu pondasi dapat dikategorikan sebagai pondasi dalam apabila perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi lebih dari sepuluh (Df/B 10). Pondasi dalam dapat dibedakan menjadi pondasi dalam dengan pile didesakkan ke dalam tanah. Pondasi tipe ini memakai pile berupa tiang pancang, sheet pile, dll. Pekerjaan pondasi tipe ini membutuhkan bantuan crane dan hammer pile untuk mendesakkan pile ke dalam tanah, pondasi dalam dengan pile ditempatkan pada ruang yang telah disediakan dengan cara dibor (bored pile). Pondasi tipe ini membutuhkan mesin bor untuk membuat lubang dengan kedalaman rencana kemudian pile dirangkai, pondasi caisson merupakan bentuk dari pondasi sumuran dengan diameter yang relatif lebih besar. Pondasi Bored Pile Pondasi bored pile adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah lebih dahulu (Hardiyatmo 2011). Pemasangan pondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah dirangkai dan dicor beton. Apabila tanah mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa disebut dengan temporary casing untuk menahan dinding lubang agar tidak terjadi kelongsoran, dan pipa ini akan dikeluarkan pada waktu pengecoran beton. Ada beberapa keuntungan dalam pemakaian pondasi bored pile jika dibandingkan dengan tiang pancang yaitu pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang membahayakan bangunan sekitarnya. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile cap). Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile. Kedalaman tiang dapat divariasikan. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium. Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang dapat dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya serta tidak ada terjadinya resiko kenaikan muka tanah. Kerugian menggunakan pondasi bored pile yaitu pengecoran bored pile dipengaruhi kondisi cuaca. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang badan bored pile mengurangi kapasitas dukung bored pile, terutama bila bored pile cukup dalam. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau tanah yang berkerikil. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka dipasang temporary casing untuk mencegah terjadinya kelongsoran. Terdapat tiga metode pelaksanaan pembuatan bored pile yaitu metode kering, basah, dan casing. Metode pertama adalah metode kering. Metode ini cocok digunakan pada tanah di atas muka air tanah yang ketika di bor dinding lubangnya tidak longsor, seperti lempung kaku homogen. Metode selanjutnya adalah metode basah.
6 Metode ini umumnya dilakukan bila pengeboran melewati muka air tanah, sehingga lubag bor selalu longsor, didalam lubang bor diisi dengan larutan tanah lempung /bentonite atau larutan polimer. Metode casing adalah metode yang digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, misalnya tanah dilokasi adalah pasir bersih dibawah muka air tanah. Untuk menahan agar lubang tidak longsor digunakan pipa selubung baja (casing). Adapun jenis-jenis bored pile seperti pada Gambar 1. (Das 1941)
Gambar 1 Jenis-jenis Bored Pile Keterangan: a. Bored pile lurus untuk tanah keras. b. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel. c. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium. d. Bored pile lurus untuk tanah berbatu-batuan. Bored Pile dalam Tanah Granuler Pada waktu pengeboran, biasanya dibutuhkan tabung luar (casing) sebagai pelindung terhadap longsoran dinding galian larutan tertentu kadang-kadang juga digunakan dengan maksud yang sama untuk melindungi dinding lubang tersebut. Gangguan kepadatan tanah, terjadi saat tabung pelindung di tarik ke atas saat pengecoran. Karena itu, dalam hitungan kapasitas dukung tiang bor didalam tanah pasir, Tomlinson (1977) menyarankan untuk menggunakan sudut gesek dalam ultimit dari contoh terganggu, kecuali jika tiang diletakkan pada kerikil padat di mana dinding lubang yang bergelombang tidak terjadi. Jika pemadatan yang baik dapat dilakukan saat pengecoran beton yang berada di dasar tiang, maka gangguan kepadatan tanah dapat dieleminasi sehingga sudut gesek dalampada kondisi padat dapat digunakan. Akan tetapi, pemadatan tersebut mungkin sulit dikerjakan karena terhalan oleh tulangan beton. Bored Pile dalam Tanah Kohesif Pemasangan tiang bor pada adhesi antara sisi tiang dan tanah sekitarnya, menunjukkan bahwa nilai adhesi lebih kecil dari pada nilai kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) tanah sebelum pemasangan tiang. Hal ini adalah akibat dari pelunakan lempung disekitar dinding lubang bor. Pelunakan tersebut adalah pengaruh dari bertambahnya kadar air lempung oleh pengaruh-pengaruh: air pada pengecoran beton, pengaliran air tanah ke zona yang bertekanan lebih rendah di sekitar lubang bor, dan air yang dipakai untuk pelaksanaan lubang bor. Pelunakan
7 pada lempung dapat dikurangi, jika pengeboran dan pengecoran dilaksanakan dalam waktu 1 atau 2 jam. Pelaksanaan pengeboran juga mempengaruhi kondisi dasar lubang yang dibuat. Pengeboran mengakibatkan pelunakan dan gangguan tanah lempung di dasar lubang, yang berakibat menambah besarnya penurunan. Pengaruh gangguan ini sangat besar, terutama bila diameter ujung tiang diperbesar. Pada ujung tiang yang diperbesar ini kapasitas dukungnya sebagian besar bergantung pada tahanan ujung tiang. Karena itu, penting untuk membersihkan dasar lubang. Ganguan yang lain dapat pula terjadi akibat pemasangan tiang yang tidak baik, seperti pengeboran yang melengkung, pemisahan campuran beton saat pengecoran dan pelengkungan tulangan beton saat pemasangan. Kapasitas Daya Dukung Bored Pile dari Hasil SPT Standard penetration test (SPT) adalah sejenis percobaan dinamis dengan memasukkan suatu alat yang dinamakan split spon ke dalam tanah. Data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang sebelum pembangunan dimulai. Persamaan (1) dan (2) berdasarkan Reese dan Wright (1977). Tahanan ujung ultimit tiang (Qb) dihitung dengan persamaan : Qb = Ab . fb (1) Tahanan gesek dinding tiang (Qs) dihitung dengan persamaan: Qs = As . fs (2) Kapasitas Daya Dukung Bored Pile dari Hasil Sondir Diantara perbedaan tes di lapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklarifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang, data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari bored pile sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari pondasi tiang. Untuk menghitung daya dukung bored pile berdasarkan data hasil pengujian sondir dapat dilakukan dengan persamaan (3). (Mayerhoff 1956). Daya dukung ultimate bored pile dihitung dengan persamaan (3). Nilai luasan penampang (Ap) dan keliling tiang (KII) dihitung dengan persamaan (4) dan (5) Qult = (qc x Ap) + (JHL x KII) 1
(3)
Ap = 4 𝜋 D2
(4)
KII = 𝜋 𝐷
(5)
Untuk memperoleh besarnya nilai daya dukung ijin pondasi digunakan persamaan (6).
8 Qijin =
qc x Ac 3
+
𝐽𝐻𝐿 𝑥 𝐾𝐼𝐼 5
(6)
Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) Menurut Haryono dan Maulana (2007) pondasi KSLL merupakan konstruksi bangunan bawah konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Dinamakan sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu berbentuk sarang laba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu berada dalam satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi, untuk septic tank, bank reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib (tulang iga) KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan puntir.
Gambar 2 Tampak atas konstruksi sarang laba-laba Konstruksi sarang laba-laba terdiri dari pelat beton tipis bermutu K-225 berukuran 10- 15 cm yang dibawahnya dikakukan oleh rib–rib tegak yang tipis dan relatif tinggi, biasanya, 50-150 cm. Penempatan rib–rib diatur sedemikian rupa sehingga dari atas kelihatan membentuk petak–petak segitiga, sedangkan rongga–rongga di bawah pelat dan diantara rib–rib diisi dengan tanah atau pasir yang dipadatkan lapis demi lapis (Hastomo, 2014). Disamping itu, menurut ryantori dan soetjipto pondasi ini dapat menghemat biaya hingga 30%.Sesuai
9 dengan definisinya, maka konstruksi sarang laba-laba terdiri dari dua bagian konstruksi, pertama terdiri dari konstruksi beton, berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada tiga macam yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap kebawah). Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemekian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid). Bagian konstruksi selanjutnya merupakan bagian perbaikan tanah atau pasir. Rongga yang ada diantara rib-rib di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah atau pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk memperoleh hasil yang optimal maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum (standart proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik. Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui bahwa jika pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan atau stress tanah yang timbul akan semakin tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dan sebaliknya, jika pondasi semakin kaku (rigid), maka distribusi tegangan atau stress tanah akan semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yang dialami pondasi. Dengan menggunakan pondasi KSLL, kekakuan yang didapat lebih tinggi, maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan rib-rib beton yang saling mengunci. Menurut lokakarya yang diadakan di bandung pada pertengahan tahun 2004 oleh puslitbang depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah, disimpulkan kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut : 1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation). 2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit. 3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib. 4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat rendah yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan total settlement yang mungkin terjadi. 5. Pelaksanaanya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di daerah terpencil. 6. KSLL mampu menghemat penggunaan baja tulangan maupun beton.
10 7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan secara padat karya. 8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang, lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana. Pengaruh kekakuan ekivalen dan letak pelat di sisi atas rib pada pondasi KSLL terhadap proses penyebaran beban.
Gambar 3 Perbandingan proses penyebaran beban pondasi KSLL Perbedaan antara pondasi rakit dan pondasi KSLL adalah adanya pengaruh kekakuan ekivalen dan peletakan pelat pada pondasi KSLL. Haryono dan Maulana (2007) menggunakan pengaruh kedua hal tersebut terhadap proses penyebaran beban yang ditampilkan pada Gambar 3. Penyebaran beban pada pondasi KSLL akibat P1 dan P2 pada kolom diteruskan ke tanah dasar dengan sudut penyebaran 45° . Beban-beban tersebut kemudian disebarkan menjadi beban yang nilainya lebih kecil secara merata untuk melawan tekanan tanah w. Analisis Tegangan Tanah Tegangan tanah maksimum merupakan tegangan tanah maksimum yang dialami oleh tanah apabila tanah tersebut terkena keseluruhan beban bangunan. Nilai ini dibutuhkan dalam perancangan pondasi dan dihitung dengan persamaan (7) dan (8) (Hardiyatmo 2011) Qo = {(R/A) ± ((My×x)/Iy)± ((Mx×y)/Ix)} (7) Tegangan tanah akibat beban bangunan merupakan tegangan tanah yang terjadi karena adanya pembebanan secara vertikal dari bangunan di atas pondasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
11 Po = (q×B×L)/[(B+H)×(L+H)]
(8)
Tegangan tanah efektif merupakan tegangan dalam tanah yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari air yang terdapat di dalam tanah. Berat tanah yang terendam oleh air disebut berat tanah efektif, sedangkan tegangan yang terjadi disebut tegangan efektif. Untuk menghitung nilai tegangan efektif pada kedalaman tertentu, digunakan persamaan (9). Tegangan tanah efektif pada kedalaman tertentu dimana air mulai muncul dihitung dengan persamaan (10). Po = γb × h
(9)
Po = Po’ + ( γb – γw ) × h
(10) Penurunan
Penurunan yang terjadi pada tanah lempung berdasarkan sifat penting dari lapisan lempung (sedimentary clays) adalah lapisan lempung setelah mengendap dalam waktu yang lama akan mengalami konsolidasi dan penurunan akibat tekanan dari lapisan-lapisan yang kemudian mengendap diatasnya. Endapan yang terjadi pada lapisan lempung ini semakin lama mungkin menjadi menghilang lagi oleh karena, misalnya oleh erosi air atau es ini berarti lapisan-lapisan bawah pada suatu saat dalam sejarah geologinya pernah mengalami konsolidasi akibat tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan yang berlaku di atasnya pada masa sekarang ini. Lapisan yang dijelaskan di atas disebut over consolidated, sedangkan lapisan yang belum pernah mengalami tekanan yang lebih tinggi diatasnya daripada tekanan yang berlaku pada masa sekarang disebut normally consolidated. Penurunan yang terjadi akibat beban yang bekerja pada pondasi dapat diklasifikasikan dalam dua jenis penurunan, yaitu penurunan seketika dan penurunan konsolidasi. Tabel 1 Batas penurunan maksimum (Bowles 1995) Jenis Pondasi
Batas Penurunan Maksimum (mm)
Pondasi terpisah (isolated foundation) pada tanah lempung
65
Pondasi terpisah pada tanah pasir Pondasi rakit pada tanah lempung Pondasi rakit pada tanah pasir
40 65-100 40-65
Penurunan Seketika Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu pembebanan bekerja atau dilaksanakan. Nilai faktor pengaruh newmark (Iw) sebesar 1.2 . Nilai Iw tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi. Nilai angka poisson ratio (µ) sebesar 0.1 – 0.3 diklasifikasikan menurut jenis tanah. Nilai sifat elastisitas tanah (Es) sebesar 5 – 25 Mpa. Nilai q yang dipakai adalah nilai yang merupakan besaran kemampuan KSLL dan bored pile setelah terjadi
12 kombinasi. Perhitungan penurunan seketika yang terjadi dilakukan dengan menggunakan persamaan (11). Si = qB [1- µ2)/Es] Iw (11) Penurunan Konsolidasi Penurunan konsolidasi menurut Fikriane (2014) merupakan penurunan yang diakibatkan keluarnya air dalam pori tanah akibat beban yang bekerja pada pondasi, besarnya ditentukam oleh waktu pembebanan dam terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100%), mendekati jenuh (Sr = 90%-100%) atau pada tanah berbutir halus (K ≤ 10-6 m/s). Penurunan konsolidasi yang terjadi dibagi dua, yaitu konsolodasi primer dan sekunder. Konsolidasi primer adalah konsolidasi yang terjadi ketika gradien tekanan pori berlebihan akibat perubahan tegangan didalam stratum yang ditinjau. Pada akhir konsolidasi primer kelebihan tekanan pori mendekati nol dan perubahan tegangan telah beralih dari keadaan total ke keadaan efektif. Penurunan tambahan ini disebut penurunan sekunder yang terus berlanjut untuk suatu waktu tertentu. Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi pada saat terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang ditinjau (atau pada contoh di laboratorium). Scp =
𝐶𝑐 𝑥 𝐻 (log 𝑃𝑜 +𝐴𝑃 ) 1+𝑒𝑜
𝑃𝑜
(12)
Gambar 4 Penurunan konsolidasi sekunder Pada tanah jenuh tidak akan mungkin terdapat pengurangan angka pori tanpa terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih. Tingkat penurunannya sangat rendah sehingga tekanan pori yang berlebih tidak dapat diukur. Jadi penurunan total (St) yang terjadi dihitung dengan persamaan (13). Waktu penurunan yang terjadi dihitung dengan persamaan (14). St = Si + Scp + Scs (13) t = ( Tv x H2) / Cv
(14)
13
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2015 sampai September 2015 dan dilanjutkan kembali dari Januari sampai Juni 2016. Pengambilan data penelitian dilakukan di PT. Katama untuk pembangunan gedung XYZ, dan pengolahan data dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian adalah laptop/komputer beserta software ETABS 9.7.0, Ms. office 2010, Ms. excel 2010. Juga digunakan laporan penyelidikan tanah, tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (RSNI 03-1726-201x), dan peta hazard gempa Indonesia 2010. Prosedur Penelitian Penelitian dimulai dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan peraturan SNI 1726:2012, SNI 03-2847-2012, dan peta hazard gempa Indonesia 2010 dan laporan penyelidikan tanah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dan perencanaan struktur dengan bantuan software SAP 2000 versi 14 dan ETABS 9.7.0.
Gambar 5 Skema prosedur penelitian Pemodelan struktur berupa gedung 8 lantai yang typical yang berfungsi sebagai rumah sakit menggunakan pondasi kombinasi sarang laba-laba dan bored
14 pile. Acuan untuk standar perencanaan yang digunakan dalam pemodelan ini di antaranya tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung SNI 031729-2002, pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung PPPURG 1987. Melalui pemodelan pada software ETABS diperoleh gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur. Analisis struktur dilakukan setelah gaya-gaya dalam didapatkan untuk menentukan jumlah tulangan kolom dan balok menggunakan software ETABS 9.7.0. Setelah diperoleh nilai beban hidup dan beban mati maka selanjutnya dilakukan analisis kombinasi pondasi KSLL dan bored pile untuk memperoleh kapasitas daya dukung ultimit dan kapasitas daya dukung ijin. Selanjutnya diperoleh penurunan setelah terjadi kombinasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Pemodelan Struktur Bangunan Pemodelan dan struktur gedung yang digunakan telah dimodelkan berdasarkan Kinanti (2016) dengan spesifikasi menggunakan bahan beton bertulang dengan mutu beton K300, mutu baja tulangan BJ24, dan baja profil BJ40. Tipe balok dan dimensi yang digunakan adalah TB1 (40x80 cm2), TB2 (30x50 cm2), B1 (40x70 cm2), B2 (20x50 cm2), BA (30x60 cm2), dan BB (20x40 cm2). Perencanaan kolom harus memperhitungkan seluruh beban vertikal yang bekerja pada kolom. Elemen dan dimensi kolom yang digunakan pada pemodelan ini adalah K1 (70x70 cm2) dan K2 (20x20 cm2).
Gambar 6 Denah lantai struktur Pemodelan struktur dilakukan menggunakan program ETABS 9.7.2 dengan perencanaan struktur rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Struktur yang dimodelkan merupakan gedung typical 8 lantai yang difungsikan sebagai gedung rumah sakit. Model struktur dibuat sebanyak 2 buah yang identik dengan pembebanan yang sama, namun menggunakan pondasi yang berbeda.
15 Berdasarkan SNI 1726:2012 faktor keutamaan gempa untuk rumah sakit (I) sebesar 1,5. Struktur direncanakan di daerah bandung dengan percepatan batuan dasar SS sebesar 1,2 dan S1 sebesar 0,4. Pemodelan struktur rumah sakit ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Isometrik struktur gedung 8 lantai Denah lokasi kolom yang ditinjau ditampilkan pada Gambar 7. Nilai beban terpusat diperoleh menggunakan ETABS 9.7.0.
Gambar 8 Lokasi kolom yang diberi beban
16 Lokasi kolom yang diberi beban sama dengan lokasi perletakan pondasi bored pile yang menerus vertikal dengan lokasi kolom. Perletakan pondasi bored pile tepat dibawah pondasi KSLL namun vertikal terhadap kolom yang memberi beban pada pondasi KSLL. Sehingga beban tidak diterima hanya oleh pondasi KSLL tetapi juga diteruskan terhadap pondasi bored pile. Analisis Struktur Perencanaan suatu sistem pondasi sangat bergantung kepada besarnya reaksi yang ditimbulkan pada support atau reaksi perletakannya. Besarnya reaksi perletakkan dipengaruhi oleh komponen-komponen beban yang terjadi pada bangunan. Kombinasi komponen pembebanan terbesar dijadikan sebagai beban ultimate yang akan digunakan dalam perencanaan struktur bawah. Reaksi perletakan ini terjadi pada support yang juga berada pada titik-titik ditempatkannya kolom. Tabel 2 Nilai beban hidup dan beban mati sebelum dan sesudah terjadi kombinasi Kolom 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Fz (ton) 307.08 517.26 518.95 299.1 446.36 705.21 839.39 507.86 515.44 818.62 630.72 310.86 512.33 861.56 836.62 491.42 503 871.39 868.16 511.5 ΣP
Fz' (ton) 80.24 177 178.69 72.26 106.1 364.95 499.13 167.6 175.18 478.36 290.46 84.02 172.07 521.3 496.36 151.16 162.74 531.13 527.9 171.24
Kolom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Fz (ton) 511.58 868.22 871.27 502.84 490.98 841.73 861.42 512.6 515.55 817.93 646.11 309.63 445.42 705.99 840.64 508.82 307.1 516.97 5188 298.47 23764.9
Fz' (ton) 171.32 527.96 531.01 162.58 150.72 501.47 521.16 172.34 175.29 477.67 305.85 82.79 105.16 365.73 500.38 168.56 80.26 176.71 178.54 71.63 10835
Pendefinisian beban pada kolom dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan beban terbesar pada support, sehingga asumsi beban pada setiap kolom adalah beban terbesar tersebut. Nilai reaksi perletakan yang timbul pada masing-masing titik setelah terjadi kombinasi ditampilkan pada Tabel 2. Nilai P yang digunakan yaitu pada titik P40 sebesar 298,47 ton.
17 Total beban yang diterima hanya oleh pondasi KSLL ditunjukkan dengan besaran nilai Fz setiap kolomnya dalam jumlah 40 titik kolom yang diberi beban. Fz’ menunjukkan pengurangan beban yang diterima oleh KSLL. Masing-masing kolom diletakkan pondasi bored pile sehingga terjadi pengurangan beban yang diterima oleh KSLL dari jumlah beban yang diterima KSLL sebesar 23764.9 ton menjadi 10835 ton. Analisis Pondasi Bored Pile Di antara perbedaan tes lapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan perannya dari faktor geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus- menerus dari permukaan tanahtanah dasar. CPT atau sondir ini juga dapat mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi bored pile, data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas dukung (bearing capacity) dari bored pile sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari bored pile. Besaran nilai dari kapasitas daya dukung ultimit dan kapasitas daya dukung ijin dapat dilihat pada Lampiran 9. Daya dukung ijin pondasi bored pile yang digunakan yaitu daya dukung ijin maksimum pada kedalaman 14 m sebesar 113.42 ton. Panjang bored pile ditentukan sesuai dengan data sondir yang terdalam yaitu sebesar 14 m. Diameter bored pile sebesar 1 m atau 100 cm. Jumlah titik pengeboran sebanyak 40 titik disesuaikan dengan denah titik bored pile. Denah titik bored pile dapat lebih jelas dilihat pada Gambar 8. Besarnya nilai qult dan qijin diperoleh berdasarkan persamaan (6). Nilai Qijin yang digunakan adalah sebesar 475.40 ton yang terletak pada kedalaman 14 m di lokasi S5, sehingga jumlah tiang yang diperlukan sebanyak 1 tiang. 𝑃
N = 𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛
298 .47 𝑡𝑜𝑛
N = 113 .42𝑡𝑜𝑛 N = 2.63 ~ 3 tiang Hasil akhirnya diperoleh kekuatan untuk 3 tiang pondasi bored pile adalah sebesar 475.40 ton. Total keseluruhan sisa gaya pada setiap kolom menjadi 10835 ton setelah dilakukan kombinasi KSLL dengan bored pile. Nilai qu untuk kombinasi bored pile dengan KSLL adalah sebesar 5.57 ton/m2 Analisis Pondasi KSLL Karakteristik tanah hasil penyelidikan tanah yang terdiri dari pekerjaan lapangan dan pengujian laboratorium. Hasil dari pengamatan muka air tanah didapatkan ketinggian muka air tanah sebesar 3.800 m. Berdasarkan hasil penyelidikan di laboratorium didapatkan nilai rata-rata indeks plastisitas (PI) pada kedalaman -5 m sebesar 45.692 pada kedalaman -10 m sebesar 33.404 dan pada kedalaman -15 m sebesar 34.473 maka tanah di lokasi penelitian dapat diklasifikasikan sebagai jenis tanah lempung murni yang bersifat kohesif dengan
18 kadar plastisitas yang tinggi. Pengolahan data tanah ini nantinya diperlukan untuk memprediksi besarnya penurunan (settlement) yang terjadi. Perhitungan daya dukung pondasi diperlukan untuk mengetahui besarnya kemampuan pondasi untuk mendukung beban bangunan di atasnya tanpa terjadi keruntuhan geser. Daya dukung pondasi KSLL secara teoritis 50% lebih kuat dibandingkan dengan daya dukung pondasi rakit, dimana daya dukung pondasi rakit sama dengan daya dukung batas dibagi dengan angka keamanan yang bernilai 3. Berdasarkan hasil penyelidikan tanah BH1 pada kedalaman 5 m, diperoleh γb sebesar 17.985 kN/m3, Φ sebesar 6.533o, C sebesar 22.850 kN/m2, dan GS sebesar 2.666. Persamaan Terzaghi menghasilkan nilai Nq sebesar 1.64, nilai Nc sebesar 7.32, nilai Nγ sebesar 0.50, dan Kp sebesar 12.20 yang bergantung dari sudut geser tanah. Tegangan tanah maksimum diperoleh melalui analisis gaya pada bangunan dengan γ beton sebesar 24,51 kN/m3 dan γ tanah sebesar 18.43 kN/m3. Besarnya resultan gaya pada beban-beban terpusat adalah 2733161.619 kN. Momen pada sumbu-x (Mx) adalah sebesar 120413.2 kNm dan pada sumbu-y (My) sebesar 530218.44kNm. Melalui data tersebut, eksentrisitas sumbu-x adalah sebesar -2.43 m dan pada sumbu-y bernilai -0.63 m. Persamaan untuk tegangan tanah maksimum adalah sebagai berikut. qo = 15.412 ± 0.00037 x ± 0.0048 10-3 y Nilai (+) untuk mendapatkan q maks dan (-) untuk mendapatkan q min. Nilai tegangan tanah maksimum adalah sebesar 26.83 t/m2. Tabel 3 Hasil analisis tegangan tanah akibat beban bangunan H (m) 1 2 3 4 5 6 7
ΔP(m) 0.206 0.197 0.189 0.181 0.174
H (m) 8 9 10 11 12 13 14
ΔP(m) 0.167 0.16 0.15 0.148 0.143 0.138 0.133
Tegangan tanah terjadi karena pembebanan secara vertikal dari bangunan diatas pondasi. Lapisan tanah 0.000 m sampai dengan kedalaman -2.000 m dibawah pondasi tidak memberikan kontribusi terhadap settlement karena adanya pemadatan didalam KSLL. Perhitungan tegangan tanah akibat beban bangunan, secara lengkap ditujukan pada Tabel 3. Berdasarkan perhitungan didapatkan tegangan tanah efektif (ΔP) pada kedalaman -1.000 m sebesar 7.38 kN/m2. Tegangan tanah efektif ditinjau dari kedalaman -3.000 m sampai dengan kedalaman -15.000 m. Lapisan tanah 0.000 m sampai dengan kedalaman -2.000 m dibawah pondasi tidak memberikan kontribusi terhadap settlement karena adanya pemadatan didalam KSLL. Nilai gamma B sebesar 17.985 kN/m2. Hasil perhitungan tegangan tanah efektif (Po)
19 sampai kedalaman -15.000 m secara lengkap ditujukan pada Tabel 4. Dari perhitungan didapatkan tegangan tanah efektif (Po) pada kedalaman -14 m sebesar 15.45 t/m2. Tabel 4 Hasil analisis tegangan tanah efektif H (m) 1 2 3 4 5 6 7
Po (t/m2) 5.28 6.21 7.13 8.06 8.99
H (m) 8 9 10 11 12 13 14
Po (t/m2) 9.92 10.84 11.77 12.7 13.62 14.55 15.45
Penurunan Seperti yang telah dijelaskan penurunan total adalah penurunan seketika dan konsolidasi yang terjadi. Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu pembebanan bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi antara 0 – 7 hari dan terjadi pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai derajat kejenuhan (Sr %) < 90%. Nilai penurunan seketika yang diperoleh adalah sebesar 1.28 cm. Si = q B [ (1 - µ2) / Es] Iw = 5,57 (30) [1-0.22/15000] (1.2) = 0,01283 m = 1.28 cm Penurunan Konsolidasi yang terjadi setelah terjdi kombinasi KSLL dengan bored pile sebesar 0.104 m atau sebesar 10.4 cm. Total penurunan yang terjadi ialah penurunan seketika dan penurunan konsolidasi yang dijumlahkan sebesar 11.68 cm. Total penurunan (settlement) pondasi KSLL dengan tipikel gedung yang sama berdasarkan (Kinanti, 2015) ialah sebesar 60.10 cm. Reduksi penurunan terjadi sebesar 48.42 cm dalam kurun waktu yang sama. 𝐶𝑐 𝑥 𝐻 (log 𝑃𝑜+𝐴𝑃)
Scp = 1+𝑒𝑜 𝑃𝑜 = 0.104 m = 10.4 cm Perhitungan penurunan konsolidasi terhadap penggabungan pondasi mengacu pada tanah yang berlapis dibawah pondasi group tiang. Perhitungan dimulai pada kedalaman dari 2/3 panjang pondasi yaitu dimulai pada kedalaman 9 m. Jadi besarnya penurunan keseluruhan yang diakibatkan adanya konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) ialah sebesar 16.1 cm. Waktu terjadinya penurunan konsolidasi dengan faktor waktu U sebesar 90% dapat dihitung menggunakan persamaan (14). U = 90%
20 1
Tv = 4 x π x U2 = ¼ x 3.14 x (0.9)2 = 0.636 Cv = 3.74 x 10-3cm2/detik (dari data uji) H = 5 m (total tebal layer 1 m dikali dengan 5 m) t = ( Tv x H2) / Cv = (0.636 x 52) / 3.74 x 10-7 = 13.48 tahun Waktu penurunan 13.48 tahun yang terjadi pada kombinasi pondasi KSLL dengan bored pile sama seperti dengan waktu penurunan yang terjadi pada penelitian sebelumnya terhadap pondasi KSLL. Dalam kurun waktu 13.48 tahun penurunan dapat direduksi mencapai 48.42 cm. Rencana Anggaran Biaya Total biaya yang dikeluarkan dalam penggabungan pondasi bored pile dan KSLL untuk mereduksi penurunan yang terjadi pada gedung XYZ sebesar Rp.2,449,920,286.00. Total biaya pembuatan pondasi bored pile sebesar Rp.1,121,590,736.00 sedangkan total biaya pembuatan pondasi konstruksi sarang laba-laba sebesar Rp.776,820,642.00, sehingga selisih biaya pembuatan bored pile dengan KSLL sebesar Rp.344,770,094.00. Perkiraan biaya yang diperoleh berdasarkan gambaran Ryntyaji (2015) dan Girsang (2007). Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk penggabungan pondasi bored pile mencapai 30 % lebih besar dari pondasi KSLL, tetapi penurunan tanah yang terjadi dapat dikurangi, menjadi sebesar 11.68 cm dalam kurun waktu 13.48 tahun. Menurut Kinanti (2016) penurunan pada gedung XYZ bila hanya dengan menggunakan pondasi KSLL sebesar 60.10 cm dalam kurun waktu 12.13 tahun.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. 2.
Kemampuan daya dukung pondasi KSLL setelah dikombinasi dengan pondasi bored pile dalam mendukung beban total sebesar 5.57 ton/m2. Total penurunan (settlement) pondasi KSLL dengan tipikel gedung yang sama sebesar 60.10 cm dengan total biaya kisaran Rp.776,820,642.00. Penurunan total yang terjadi setelah mengkombinasikan pondasi KSLL dengan bored pile adalah sebesar 11.68 cm dengan biaya yang diperlukan sebesar Rp.2,449,920,286.00. Reduksi penurunan yang terjadi sebesar 48.42 cm dengan total tambahan biaya mencapai 30%. Saran
Untuk memperoleh penurunan maksimum di bawah 10 cm atau 100 mm diperlukan diameter pondasi bored pile yang lebih besar dari 1 m dan pondasi bored pile yang lebih panjang.
21
DAFTAR PUSTAKA Adam NF. 2014 . Analisis penurunan pondasi tiang pancang tunggal dan kelompok pada pembangunan gedung training centre. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol. 1, No. 1. Antari SAN. 2014. Analisa perhitungan pile – raft foundationpada proyek the 18 office park. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol.2, No.3 Arkindo. 2011. Laporan Penyelidikan Tanah Rencana Pembangunan Pabrik Rancaekek-Bandung. Bandung (ID): PT. Arkindo Asiyanto. 2009.Metode konsruksi untuk pekerjaan Pondasi. Penerbit Universitas Indonesia. Bowles JE. 1995. Analisa dan Desain Pondasi. Edisi keempat Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002 Jakarta (ID): BSN [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. SNI 03-17262012 Jakarta (ID): BSN. Budi GS, Susanto H, Condro SR. 2003. Evaluasi penurunan tanah liat dengan metode sub-layer. Dimensi teknik sipil. vol 5, no. 1: 14 – 19 Budi GS. 2011. Pondasi Dangkal. Yogyakarta (ID): ANDI. Das BM. 1941. Principles of Foundation Engineering. Fourth Edition. California: State University. Das BM. 1995. Mekanika Tanah Jilid 2 ( Prinsip - Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta (ID): Erlangga. [DPU] Dinas Pekerjaan Umum. 2010. Peta Hazard Gempa Indonesia 2010. Jakarta(ID): DPU Fikriane SH. 2014. Analisis Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba pada Gudang Pabrik NKI Bandung. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Girsang P. 2009. Analisa Daya Dukung Pondasi Bored Pile Tunggal Pada Proyek Pembangunan Gedung Crystal Square Jalan Imam Bonjol No.6 Medan. [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Gunawan R. 1999. Pengantar Teknik Fondasi. Yogyakarta (ID): Kanisius. Halibu E. 2015. Perencanaan Pondasi Bored Pile dan Metode Pelaksanaan pada Proyek Pembangunan Gedung RSJ Prof DR. V.L Ratumbuysang Manado. [skripsi]. Manado (ID). Politeknik Negeri Manado. Hamidah H. 2014. Pengaruh spasi pada performa prefabricated vertical drain (pvd) dalam perbaikan tanah lunak. Jom FTEKNIK. Vol 1, No. 2 Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Hardiyatmo HC. 2002. Teknik Pondasi 2. Edisi Kedua. Yogyakarta (ID): Beta Offset Hardiyatmo HC. 2011a. Analisis dan Perancangan Fondasi I. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Hardiyatmo HC. 2011b. Analisis dan Perancangan Fondasi II. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
22 Haryono RSC, Maulana TR. 2007. Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba. [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Hastomo A. 2014. Analisa Perancangan dan Perhitungan Konstruksi Sarang Laba–Laba Dimodifikasi Untuk Beban Skala Besar. [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Bandar Lampung. Hidayati AM, Ardana M DW. 2008. Kombinasi Preloading dan Penggunaan Pre-fabricated Vertical Drains untuk Mempercepat Konsolidasi Tanah Lempung Lunak (studi kasus tanah lempung Suwung Kangin). Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Vol. 12, No. 2 Kinanti I. 2016. Analisis Pondasi Konstruksi Sarang Laba-laba pada Gudang Pabrik NKI Bandung. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. MacFarlane IC. 1959. Engineering Handbook. National Research Council of Canada. Canada (ID): Press Canada Mawardi S. 2005. Kendala Perencanaan Pondasi Rakit-Tiang Pancang. Jurnal Sistem Teknik Industri. Vol 6, No.4:85-89. Mentang OS, Balamba S, Sompie OBA, Sarajar AN. 2013. Analisis penurunan pada pondasi rakit jenis pelat rata dengan metode konvensional. Jurnal Sipil Statik. Vol. 1 No. 11 (718-729). Meyerhof GG. 1956. Penetration tests and bearing capacity of cohesionless soils. ASCEJ Peck RB, Hanson WE, Thornbun TH. 1953. Foundation Engineering. New York (ID): John Willey and Sons Purwanto SS. 2012. Konstruksi pondasi sarang laba-laba atas tanah daya dukung rendah bangunan bertingkat tanggung. Jurnal Teknik Sipil. 12 (1): 51-60. Purwanto S. 2012. Konstruksi Pondasi Sarang Laba-Laba atas Tanah Daya Dukung Rendah Bangunan Bertingkat Tanggung. [skripsi]. Palembang (ID): Universitas Palembang. Putro G. 2015. Perencaanaan Pondasi Tiang Bor pada Proyek Gedung Menara Palma. [skripsi]. Depok (ID): Universitas Gunadarma. Rahayu A, Arifin B. 2012. Perencanaan Alternatif Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba pada Palu Grand Mall. [skripsi]. Palu (ID): Universitas Tadulako Reese LC, Wright SJ. 1977. Drilled Shaft Design and Construction Guideliness Manual. New York (ID): U.S. Department of Transportation. Riza MM. 2010. Aplikasi Perencanaan Gedung dengan ETABS. Yogyakarta (ID): ARS Group. Ryntyaji T. 2015. Analisis Perbandingan Kekuatan, Metode Pelaksanaan dan Biaya antara Bored Pile dengan Driven Pile pada Pembangunan Hotel Best Western Adisucipto. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta Simanjuntak A, Irwan TH. 2014. Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Kelompok Pada Proyek Pembangunan Gedung Pendidikan Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan (UNIMED). [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Sosrodarsono S, Nakazawa K. 1994. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Cetakan Keenam. Jakarta (ID): Prandya. Sudibyakto. 2000. Kajian dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
23 Surjandari NS. 2007. Analisis Penurunan Pondasi pada Tanah Lunak. Jurnal Gema Teknik.2: 1-21 Surjandari, Niken S. 2007. Analisa Penurunan Pondasi Rakit Pada Tanah Lunak. Jurnal Jurusan Teknik Sipil. No 2: 17-21. Tomlinson MJ. 1977. Pile Design and Construction Practice. Austin (ID): The Garden City Press.
24 Lampiran 1 Data sondir Pada S1 depth(m)
qc(kg/cm2)
LF(kg/cm2)
TF(kg/cm2)
FR(%)
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
18 147 49 31 16 18 18 -
33 70 45 32 23 25 19 -
9 22 39 52 63 74 82 -
3.3 1 1.4 1.75 2.6 2.2 2 -
LF(kg/cm2) 22 51 12 17 13 22 18 49 -
TF(kg/cm2) 6 17 29 38 47 54 59 70 -
FR(%) 4.2 3.7 1,1 0.8 3.1 7.3 6.2 2.6 -
Pada S2 Depth(m) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
qc(kg/cm2) 10 25 25 44 6,5 5 6 41 -
Pada S3 depth(m) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
qc(kg/cm2) 8 150 49 34 7 5 241 -
LF(kg/cm2) 18 22 22 28 12 22 -
TF(kg/cm2) 4 14 28 37 46 57 -
FR(%) 4.5 0.1 0.8 1.4 5 8 -
25 Lampiran 1 Data sondir (lanjutan) Pada S4 depth(m) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
qc(kg/cm2) 8 22 36 48 0,1 5 42 61 -
LF(kg/cm2) 18 14 36 28 13 8 28 28 -
TF(kg/cm2) 4 13 24 36 42 49 56 70 -
FR(%) 4.6 0.8 2.1 1.1 14.2 4 1 1 -
Pada S5 depth(m) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
qc(kg/cm2) 14 34 40 30 13 6 22 180 -
LF(kg/cm2) 22 37 28 18 8 22 9 44 -
TF(kg/cm2) 4 17 25 34 46 51 57 71 -
FR(%) 3 2 1.2 1.2 1.2 6 1.1 0,6 -
26 Lampiran 2 Grafik sondir Pada S1
Pada S2
27 Lampiran 2 Grafik sondir (lanjutan) Pada S3
Pada S4
28 Lampiran 2 Grafik sondir (lanjutan) Pada S5
29 Lampiran 3 Data dan diagram sondir test pada lokasi S1
30 Lampiran 4 Data dan diagram sondir test pada lokasi S2
31 Lampiran 5 Data dan diagram sondir test pada lokasi S3
32 Lampiran 6 Data dan diagram sondir test pada lokasi S4
33 Lampiran 7 Data dan diagram sondir test pada lokasi S5
Qult 144.13 1160.86 396.90 259.68 145.38 164.54 167.05 -
*dalam satuan ton
depth (m) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
S1
Qijin 47.67 386.03 130.67 84.38 45.82 51.75 52.25 -
Qult 80.38 201.59 205.36 357.33 65.78 56.21 65.63 343.83 -
S2
Lampiran 8 Nilai Qult dan Qijin S3 Qijin Qult Qijin 26.54 64.06 21.18 66.48 1181.90 393.38 67.24 393.44 129.98 117.52 278.52 91.29 19.96 69.39 21.21 16.47 57.15 16.66 19.41 111.68 Qult 64.06 176.78 290.14 388.10 13.97 54.64 347.28 500.83 -
S4 Qijin 21.18 58.38 95.71 127.86 2.90 16.16 113.42 164.01 -
Qult 111.16 272.24 321.85 246.18 116.49 63.11 190.60 1435.29 -
S5 Qijin 36.88 89.78 106.17 80.76 36.65 18.78 61.08 475.40 -
34
35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juni 1993 sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Gumuk Asmer Sagala dan Ibu Rosma Sidjabat. Penulis mengikuti pendidikan dasar pada tahun 1999 sampai tahun 2005 di SD Negeri 09, Cengkareng, Jakarta Barat. Kemudian tahun 2005 melanjutkan ke SMP Negeri 249, Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah lulus SMP pada tahun 2008 kemudian diterima di SMA Negeri 95 Jakarta. Pada tahun 2011, penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dan mengambil Mayor Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa dan mengikuti perkuliahan, penulis aktif terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa seperti menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) IPB. Penulis juga terlibat dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB sebagai bendahara umum. Penulis aktif dalam kepanitiaan acara seperti anggota divisi acara pada RAF 2012, divisi publikasi dekorasi dan dokumentasi pada ICEF 2013, ketua divisi danus dan usaha pada kegiatan PONDASI 2013. Penulis juga menjadi juara 2 team catur pada FAC 2013, juara 1 team catur pada FAC 2014. Penulis pernah melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Wijaya Karya Realty pada tahun 2014 dan menyusun laporan berjudul Mempelajari Struktur Pondasi Pada Proyek Pembangunan Apartemen The Hive, Cawang – DKI Jakarta. Untuk menyelesaikan program sarjana, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul “Analisis Pondasi Kombinasi Konstruksi Sarang Laba-Laba dengan Bored Pile untuk Pembangunan Gedung XYZ” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Asep Sapei, MS dan Bapak Muhammad Fauzan, S.T., M.T.