ANALISIS PENGGUNAAN STRUKTUR PONDASI SARANG LABA-LABA PADA GEDUNG BNI ‘46 WILAYAH 05 SEMARANG Analysis of Spider Web Foundation Structure at BNI’ 46 Building Region 05 Semarang
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata I Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
Disusun Oleh : RATNA SARI CIPTO HARYONO L2A000147 TIRTA RAHMAN MAULANA L2A000172
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGGUNAAN STRUKTUR PONDASI SARANG LABA-LABA PADA GEDUNG BNI ‘46 WILAYAH 05 SEMARANG
Disusun Oleh : Ratna Sari Cipto Haryono
NIM L2A000147
Tirta Rahman Maulana
NIM L2A000172
Semarang,
Mei 2007
Disetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Siti Hardiyati, SP1. MT NIP. 130896243
Ir. Muhrozi, MS NIP. 131672478
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Ir. Bambang Pudjianto, MT NIP. 131459442
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
kata pengantar
Tirta Rahman Maulana
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan hidayahNya yang tak ternilai. Sholawat dan salam selalu tertuju pada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa mendoakan keselamatan umatnya. Tak ada yang pantas terucap selain Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dalam menganalisis penggunaan struktur pondasi sarang laba-laba pada pembangunan gedung BNI ’46 wilayah 05 Semarang. Laporan tugas akhir ini diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan akademis bagi mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan sarjana strata I (S-I) di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Tugas akhir merupakan salah satu cara agar mahasiswa dapat belajar dan memahami serta mengerti hal-hal dan permasalahan dan dapat membandingkan serta menghubungkan dengan teori-teori yang telah didapat di bangku kuliah. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam isi laporan ini. Keterbatasan pikiran, kemampuan, tidak membatasi penulis untuk terus berusaha semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan masukan demi kesempurnaan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing selama proses penyusunan laporan ini baik secara moril maupun materil, terutama kepada : 1. Bapak Ir. Bambang Pudjianto, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 2. Ibu Ir. Sri Sangkawati, MS selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 3. Bapak Ir. Arif Hidayat, CES, MT selaku Koordinator Bidang Akademik Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 4. Ibu Ir. Siti Hardiyati, SP1. MT selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir yang telah sabar membimbing dan memberi masukan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas ini. 5. Bapak Ir. Muhrozi, MS selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang telah membimbing dan juga memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini. 6. Bapak Ir. Robert J. Kodoatie, M.Eng dan Bapak Ir. Hari Warsianto, MS selaku Dosen Wali penulis di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP Semarang. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
iii
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono kata pengantar
Ratna Tirta Rahman Maulana
7. Bapak Ir. Aris, Site Manager PT. Hutama Karya (Persero) selaku kontraktor pelaksana pada proyek pembangunan gedung BNI ’46 wilayah 05 Semarang. 8. Seluruh staf PT. Hutama Karya (Persero) yang telah membantu dan memberikan data-data yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 9. Seluruh staf pengajaran Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang yang membantu dalam pengurusan surat perijinan sehingga penulis dapat melaksanakan tugas akhir dengan lancar. 10. Tirta thank,s to Mama, Papa, Abang, Torri, Prima, Dedek, Andin, dan Tipong. Akhirnya… 11. Tirta special thank’s to Angela Thea Kalangsari for the spirit, sweetest memories and for the unforgettable moments, juga untuk kesabaran, kesetiaaan, menemani, menunggu, di setiap keadaan apapun. Terima kasih bi... 12. Tirta thank’s to Gondrong, Ringgo, Ari Gondrong. Ayo semangat bro, masa depan telah menunggu kita. Dan untuk H 3946 JG (No comment). 13. Teman-teman semua, terutama mahasiswa Teknik Sipil khususnya angkatan 2000, terus berjuang. 14. Serta semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Setitik air akan sangat berarti saat kita berada ditengah padang pasir yang kering. Itulah harapan penulis, meskipun sedikit, namun laporan ini diharapkan bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta memberi warna yang indah bagi perkembangan ilmu rekayasa sipil, khususnya di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Amin.
Semarang,
Mei 2007
Ratna Sari Cipto Haryono Tirta Rahman Maulana
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
iv
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
daftar isi
Tirta Rahman
Maulana
DAFTAR ISI Halaman Judul --------------------------------------------------------------------------------------- i Lembar Pengesahan ------------------------------------------------------------------------------- ii Kata Pengantar -------------------------------------------------------------------------------------- iii Daftar Isi------------------------------------------------------------------------------------------------ v Daftar Gambar---------------------------------------------------------------------------------------- viii Daftar Tabel ------------------------------------------------------------------------------------------- x Daftar Simbol ----------------------------------------------------------------------------------------- xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Uraian ----------------------------------------------------------------------------------------------- I-1 1.2 Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------------- I-1 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ----------------------------------------------------- I-3 1.4 Maksud dan Tujuan ----------------------------------------------------------------------------- I-4 1.5 Sasaran -------------------------------------------------------------------------------------------- I-4 1.6 Sistematika Penulisan -------------------------------------------------------------------------- I-5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum ---------------------------------------------------------------------------------- II-1 2.2 Klasifikasi Tanah --------------------------------------------------------------------------------- II-2 2.2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir -------------------------------------- II-2 2.2.2 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO -------------------------------- II-2 2.2.3 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED ------------------------------------- II-3 2.3 Klasifikasi Pondasi ------------------------------------------------------------------------------ II-4 2.3.1 Pondasi Dalam (Deep Foundation) -------------------------------------------------- II-4 2.3.2 Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) -------------------------------------------- II-5 2.4 Konstruksi Sarang Laba-Laba ---------------------------------------------------------------- II-7 2.4.1 Tinjauan Umum --------------------------------------------------------------------------- II-7 2.4.2 Keistimewaan Sistem Konstruksi dan Bentuk Pondasi Sarang Laba-Laba ---------------------------------------------------------------------------------- II-10 2.4.3 Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban--------------------------- II-15 2.5 Pembebanan Pada Struktur Atas ----------------------------------------------------------- II-16 2.5.1 Beban Statik ------------------------------------------------------------------------------- II-16 2.5.2 Beban Dinamik---------------------------------------------------------------------------- II-19 Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
v
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono daftar isi
Ratna Tirta Rahman
Maulana 2.6 Analisis Dan Perancangan Struktur Bawah ----------------------------------------------- II-24 2.6.1 Daya Dukung Tanah -------------------------------------------------------------------- II-24 2.6.2 Pengaruh Muka Air Tanah ------------------------------------------------------------- II-27 2.6.3 Daya Dukung Ijin ------------------------------------------------------------------------- II-28 2.6.4 Analisis Tegangan Tanah -------------------------------------------------------------- II-29 2.6.5 Penurunan / Settlement ---------------------------------------------------------------- II-30 2.6.6 Perancangan Struktur Bawah --------------------------------------------------------- II-36 2.7 Perhitungan Konstruksi Sarang Laba-Laba----------------------------------------------- II-38 2.7.1 Ketebalan Ekivalen Pada KSLL ------------------------------------------------------ II-38 2.7.2 Perkiraan Daya Dukung Tanah ------------------------------------------------------- II-39 2.7.3 Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum yang Timbul ----------------------- II-40 2.7.4 Perhitungan Rib Konstruksi------------------------------------------------------------ II-40 2.7.5 Perhitungan Pelat ------------------------------------------------------------------------ II-42 2.7.6 Kontrol KSLL ------------------------------------------------------------------------------ II-43
BAB III METODOLOGI 3.1 TinjauanUmum ----------------------------------------------------------------------------------- III-1 3.2 Metode Pengumpulan Data ------------------------------------------------------------------- III-1 3.2.1 Data Primer -------------------------------------------------------------------------------- III-1 3.2.2 Data Sekunder ---------------------------------------------------------------------------- III-2 3.3 Metode Perhitungan Dan Analisis ----------------------------------------------------------- III-3 3.4 Penyajian Laporan ------------------------------------------------------------------------------ III-4
BAB IV ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisis Data -------------------------------------------------------------------------------------- IV-1 4.2 Analisis Data Tanah ---------------------------------------------------------------------------- IV-1 4.2.1 Hasil Penyelidikan Laboratorium ----------------------------------------------------- IV-3 4.2.2 Hasil Penyelidikan Sondir -------------------------------------------------------------- IV-4 4.3 Analisa Pembebanan --------------------------------------------------------------------------- IV-9 4.3.1 Beban Balok ------------------------------------------------------------------------------- IV-9 4.3.2 Beban Kolom ------------------------------------------------------------------------------ IV-9 4.4 Analisis Daya Dukung Pondasi -------------------------------------------------------------- IV-11 4.5 Analisa Penurunan / Settlement ------------------------------------------------------------- IV-16 4.5.1 Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan ---------------------------------------- IV-16 4.5.2 Tekanan Tanah Efektif (Po) ----------------------------------------------------------- IV-20 Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
vi
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono daftar isi
Ratna Tirta Rahman
Maulana 4.5.3 Perhitungan Penurunan / Settlement ----------------------------------------------- IV-22 4.6 Perhitungan Rib Konstruksi ------------------------------------------------------------------- IV-26 4.6.1 Tebal Ekivalen Rib Konstruksi -------------------------------------------------------- IV-26 4.6.2 Tinggi Rib Konstruksi-------------------------------------------------------------------- IV-28 4.6.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Konstruksi ------------------------------------------ IV-29 4.7 Perhitungan Rib Settlement ------------------------------------------------------------------- IV-38 4.7.1 Tebal Ekivalen Rib Settlement -------------------------------------------------------- IV-38 4.7.2 Tinggi Rib Settlement ------------------------------------------------------------------- IV-39 4.7.3 Dimensi Dan Penulangan Rib Settlement ----------------------------------------- IV-40
BAB V RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT 5.1 Syarat – Syarat Umum ------------------------------------------------------------------------- V-1 5.2 Syarat – Syarat Administrasi ----------------------------------------------------------------- V-9 5.3 Syarat – Syarat Teknis ------------------------------------------------------------------------- V-22
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA 6.1 Daftar Harga Satuan Bahan Bangunan ---------------------------------------------------- VI-1 6.2 Daftar Harga Satuan Upah Pekerja --------------------------------------------------------- VI-1 6.3 Daftar Analisa Harga Satuan ----------------------------------------------------------------- VI-2 6.4 Perhitungan Volume Pekerjaan -------------------------------------------------------------- VI-6 6.5 Rencana Anggaran Biaya --------------------------------------------------------------------- VI-16 6.6 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ---------------------------------------------------- VI-20
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------------------------- VII-1 7.2 Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------- VII-3
Daftar Pustaka --------------------------------------------------------------------------------------- xii Lampiran : 1) Surat-surat 2) Data-data Proyek 3) Gambar-gambar Proyek
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
vii
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono daftar gambar
Tirta Rahman Maulana DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pondasi Dalam (D/B ≥ 4) --------------------------------------------------------- II-5 Gambar 2.2 Pondasi Dangkal (D/B ≤ 1)------------------------------------------------------ II-5 Gambar 2.3 Pondasi Dangkal ------------------------------------------------------------------- II-6 Gambar 2.4 Flow Chart Klasifikasi Pondasi Telapak -------------------------------------- II-6 Gambar 2.5 Tipe-Tipe Pondasi Rakit / Pelat / Mat (Raft) Footing ---------------------- II-7 Gambar 2.6 Konstruksi Sarang laba-Laba --------------------------------------------------- II-8 Gambar 2.7 Pelat Pipih Menerus Yang Dikakukan Oleh Rib Tegak, Pipih dan Tinggi di Bawahnya ---------------------------------------------------------------- II-10 Gambar 2.8 Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan Kekakuan Ekivalen Pada Pondasi KSLL ------------------------------------- II-11 Gambar 2.9 Rib Settlement ---------------------------------------------------------------------- II-12 Gambar 2.10 Kolom Yang Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib -------------------------- II-12 Gambar 2.11 Perbandingan Proses Penyebaran Beban Sampai ke Dasar Rib ----- II-15 Gambar 2.12 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Struktur Basement ---------------------- II-18 Gambar 2.13 Pengaruh Angin Pada Bangunan Gedung----------------------------------- II-19 Gambar 2.14 Koefisien Angin Untuk Tekanan dan Hisapan Pada Bangunan -------- II-20 Gambar 2.15 Klasifikasi Beban Pada Struktur Atas ----------------------------------------- II-22 Gambar 2.16 Pengaruh Lokasi Muka Air Tanah Terhadap Daya Dukung Pondasi Dangkal ------------------------------------------------------------------- II-28 Gambar 2.17 Beban Merata Berbentuk Persegi ---------------------------------------------- II-30 Gambar 2.18 Penurunan Seketika (Immediately Settlement) ----------------------------- II-31 Gambar 2.19 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement) ----------------------- II-34 Gambar 2.20 Grafik Penyajian Penurunan Konsolidasi Primer dan Konsolidasi Sekunder ----------------------------------------------------------------------------- II-34 Gambar 2.21 Metode Casagrande Untuk Menentukan Jenis Konsolidasi ------------- II-35 Gambar 2.22 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum memikul Momen ------- II-41 Gambar 2.23 Luasan Daerah Penyebaran Beban Setelah Memikul Momen --------- II-42 Gambar 2.24 Pembebanan Lajur Pada Pelat Selebar C ----------------------------------- II-42 Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Analisis -------------------------------------------------- III-3 Gambar 4.1 Bagan Klasifikasi Tanah ---------------------------------------------------------- IV-5 Gambar 4.2 Pondasi Rakit ------------------------------------------------------------------------ IV-11 Gambar 4.3 Denah Floating Foundation Yang Dianalisis -------------------------------- IV-16 Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
viii
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono daftar gambar
Tirta Rahman Maulana
Gambar 4.4 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik B Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-16 Gambar 4.5 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik I Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-17 Gambar 4.6 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik F Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-17 Gambar 4.7 Beban Merata Berbentuk Persegi di Titik G Pada Kedalaman (Z) -3,0 m ----------------------------------------------------- IV-18 Gambar 4.8 Distribusi Beban Merata Pada Luas Bangunan ---------------------------- IV-23 Gambar 4.9 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen ------- IV-28 Gambar 4.10 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen ------- IV-39
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
ix
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono daftar tabel
Tirta Rahman Maulana
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Struktur Ditinjau Dari Kategori Bangunannya --------- II-22 Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman Dan Kemiringan Untuk Persamaan Daya Dukung Meyerhof -------------------------------------------------------------- II-26 Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah ------------------------------------------- II-26 Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata -------- II-30 Tabel 2.5 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi Dan Kekakuan Pondasi (Iw) ----------------------------------------------------------------------------- II-32 Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio (µ) Menurut Jenis Tanah -------------------------------- II-32 Tabel 2.7 Nilai Sifat Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah ----------------------- II-33 Tabel 4.1 Summary Of Soil Data Gedung BNI ’46 Semarang -------------------------- IV-3 Tabel 4.2 Hubungan Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah Menurut Atterberg --- IV-4 Tabel 4.3 Friction Ratio (fr) ----------------------------------------------------------------------- IV-5 Tabel 4.4 Conus Resistence (qc) --------------------------------------------------------------- IV-6 Tabel 4.5 Korelasi Antara Jenis tanah – Nilai Gs ------------------------------------------- IV-6 Tabel 4.6 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah – Nilai --------------------------------------- IV-6 Tabel 4.7 Korelasi Uji Penetrasi Standart (N - SPT) --------------------------------------- IV-7 Tabel 4.8 Hasil Korelasi Antara qc – γ --------------------------------------------------------- IV-7 Tabel 4.9 Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e) ---------------------------------- IV-7 Tabel 4.10 Hasil Korelasi Antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)--------------------------- IV-8 Tabel 4.11 Korelasi Antara e – Cc ---------------------------------------------------------------- IV-8 Tabel 4.12 Hasil Analisa Sondir ------------------------------------------------------------------- IV-8 Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data Sampai -35.00 m -------------------------------- IV-8 Tabel 4.14 Faktor Pengaruh Newmark ---------------------------------------------------------- IV-19 Tabel 4.15 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan (∆P) ------------ IV-20 Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po) -------------------------------- IV-22 Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement -------------------------------------- IV-25
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
x
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono daftar simbol
Tirta Rahman Maulana
DAFTAR SIMBOL As
=
Luas penampang tulangan tarik
As’
=
Luas penampang tulangan tekan
d
=
Tinggi efektif penampang
d’
=
Jarak dari serat tekan / tarik terluar beton ke pusat tulangan tekan / tarik
D
=
Diameter tulangan ulir
f’c
=
Kuat tekan beton
fy
=
Tegangan leleh untuk tulangan
Mu
=
Momen lentur terfaktor
qc
=
Conus resistance
R1
=
Tegangan tekan pada penampang beton = 0,85 f’c
Vu
=
Gaya geser terfaktor pada penampang
Ø
=
Faktor reduksi kekuatan
ρ
=
Rasio (perbandingan) luas penampang tulangan tarik terhadap luas penampang efektif beton
ρ’
=
Rasio (perbandingan) luas penampang tulangan tekan terhadap luas penampang efektif beton
ρb
=
Rasio penulangan tarik pada kondisi balance
β 1
=
Perbandingan tinggi balok tegangan terhadap tinggi garis netral di ukur dari serat tekan beton terluar suatu penampang beton
γd
=
Berat isi kering / dry soil weight (gr/m2)
γb
=
Berat isi basah / wet soil weight (gr/m2)
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
xi
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN
Tirta Rahman
Maulana
BAB I PENDAHULUAN 1.1
URAIAN Pada
perencanaan
pembangunan
gedung
bertingkat
tinggi
harus
diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang sehingga setiap hambatan yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang dapat teratasi dengan baik. Hal tersebut haruslah menjadi landasan utama dalam setiap pekerjaan khususnya di bidang Teknik Sipil seperti pembuatan gedung, jalan, waduk, bendung, saluran irigasi, jembatan dan struktur-struktur yang lainnya. Semua struktur bangunan yang ada di atas tanah didukung oleh sistem pondasi pada permukaan tanah. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang dan beratnya sendiri kepada dan kedalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya. Pemilihan sistem pondasi yang digunakan pada dasarnya merupakan studi alternatif ekonomis. Hal-hal yang ikut dipertimbangkan tidak hanya material dan tenaga kerja, tetapi juga biaya-biaya lain seperti mengendalikan air tanah, cara-cara mengatasi agar seminimal mungkin kerusakan pada bangunan didekatnya dan waktu yang digunakan untuk membangun. Selain itu perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu pelaksanaan pembangunan struktur tidak boleh merusak lingkungan sekitar. Yang terpenting dari semua aspek diatas adalah aspek keamanan, dimana gedung diharapkan terjamin keutuhan strukturnya selama umur rencana termasuk di dalamnya penentuan jenis pondasi yang digunakan.
1.2
LATAR BELAKANG Kota Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah, selain sebagai pusat
pemerintahan, juga menjadi urat nadi bagi perekonomian Jawa Tengah. Kota Semarang adalah salah satu kota besar dengan tingkat keamanan yang paling baik, jika dibandingkan dengan Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini jelas akan berdampak terhadap iklim investasi yang terus menggeliat di Kota Semarang. Mulai banyaknya investor-investor yang menanamkan modalnya, membuat semakin meningkatnya kegiatan perbankan di Kota Semarang. Bank Negara Indonesia 1946 Tbk merupakan salah satu bank pemerintah terbesar dan dipercaya oleh jutaan penduduk Indonesia, merasa perlu untuk Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
I-1
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN
Tirta Rahman
Maulana meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan membangun suatu kantor wilayah yang representatif dan memadai sebagai antisipasi dari hal tersebut. Pembangunan
Gedung
Kantor
Wilayah
Bank Negara
Indonesia
1946
Tbk,
direncanakan 6 (enam) lantai dengan sub structure (struktur bawah) menggunakan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba. Pemilihan jenis pondasi merupakan salah satu tahap penting dalam perencanaan sebuah bangunan. Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak dibawahnya (Bowles, 1997). Suatu sistem pondasi harus dapat menjamin dan harus mampu mendukung beban bangunan di atasnya, termasuk gaya-gaya luar seperi gaya angin, gempa dan lain-lain. Jika terjadi kegagalan konstruksi pada pondasi, misalnya retak atau patah, dapat terjadi hal-hal seperti :
Kerusakan pada dinding, retak, miring.
Lantai pecah, retak, bergelombang.
Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain. Untuk itu pondasi haruslah kuat, stabil dan aman agar tidak mengalami
kegagalan konstruksi, karena akan sulit untuk memperbaiki suatu sistem pondasi. Menurut Suyono (1984), pemilihan jenis pondasi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain adalah : 1. Keadaan tanah pondasi, meliputi jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah keras dan lainnya. 2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya, meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban, penyebaran beban), sifat dinamis bangunan atas (statis tertentu atau tak tentu, kekakuan dan lainnya). 3. Batasan-batasan di sekelilingnya, meliputi kondisi lokasi proyek, pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan sekitarnya. 4. Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya waktu berbanding lurus dengan biaya pelaksanaan, semakin sedikit waktu yang digunakan maka dapat mereduksi biaya proyek. Akan tetapi hal ini tidak mutlak terjadi, karena masih ada berbagai faktor yang andil dalam proses pembangunan di antaranya mutu material yang digunakan, jenis peralatan yang dipakai dan lain-lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemilihan jenis pondasi secara garis besar ditentukan berdasarkan faktor teknis, ekonomis dan lingkungan. Kompleksnya Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
I-2
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN
Tirta Rahman
Maulana sifat, perilaku dan parameter tanah membuat Sarjana Sipil terus berusaha mencari solusi yang tepat untuk membuat suatu sistem pondasi yang tepat berdasarkan faktor teknis, ekonomis dan lingkungan sehingga dapat digunakan pada kondisi tanah yang sesuai. Jika bangunan akan dibangun di daerah dengan daya dukung tanah relatif rendah atau tinggi bangunan yang tanggung (tidak tinggi ataupun rendah atau antara 3 sampai 8 lantai) diharapkan kombinasi Pondasi Sarang Laba-Laba mampu menjadi salah satu solusi yang tepat. Karena, jika menggunakan pondasi dalam, misalnya dengan tiang pancang, maka harga bangunan akan naik hingga 30%, sedangkan jika digunakan pondasi dangkal harus mempertimbangkan resiko penurunan bangunan secara tidak merata (irregular differential settlement) ditambah dengan total settlement. Konstruksi
Sarang
Laba-Laba
merupakan
struktur
kombinasi
yang
memungkinkan adanya kerjasama timbal balik saling menguntungkan antara sistem pondasi plat beton pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak pipih tapi tinggi dengan sistem perbaikan tanah dibawah plat atau diantara rib-rib. Sejak tahun 1976 sampai saat ini, Konstruksi Sarang Laba-Laba telah digunakan pada lebih dari 1000 bangunan di Indonesia. Pada proyek pembangunan Gedung Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang, dikarenakan kondisi tanahnya kurang baik, artinya dengan daya dukung rendah dan konsolidasi yang tinggi, digunakan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba. Selain itu, Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba juga mempunyai keuntungan-keuntungan antara lain : 1. Bentuk dan sistem konstruksinya yang sederhana, maka memungkinkan untuk dilaksanakan dengan peralatan yang sederhana. 2. Memungkinkan untuk dilaksanakan lebih cepat dibandingkan dengan sistem-sistem pondasi lain. 3. Tahan terhadap gempa.
1.3
RUANG LINGKUP DAN BATASAN MASALAH Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini mencakup analisis Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba yang meliputi daya dukung tanah, tebal ekivalen, tekanan tanah maksimum, kontrol terhadap tegangan geser, dimensi dan penurunan (settlement). Sedangkan batasan masalah dari penyusunan Tugas Akhir ini meliputi : 1. Analisis secara konvensional 2. Konstruksi Sarang Laba-Laba Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
I-3
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN
Tirta Rahman
Maulana Secara sederhana Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) dapat digambarkan sebagai berikut : Merupakan pelat pipih menerus, yang bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tapi tinggi. Rib-rib tegak pengaku penempatannya diatur sedemikian rupa sehingga denah / tampak atas dari pada susunan rib-rib tersebut membentuk petak-petak segitiga. Dalam penggunaannya sebagai pondasi yang memikul beban-beban terpusat / kolom maka susunan rib-rib diatur sedemikian rupa sehingga titik-titik pertemuan rib-rib dengan titik kerja beban / kolom berimpit. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis melakukan perhitungan berdasarkan teori-teori dasar Teknik Pondasi dan Mekanika Tanah, sehingga penulis menyadari bahwa perhitungan yang terdapat pada Laporan Tugas Akhir ini mungkin tidak sama persis dengan perhitungan aslinya mengingat perhitungan asli pondasi KSLL dilindungi hak paten dan hanya diketahui oleh pencipta pondasi KSLL sendiri, yaitu Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto.
1.4
MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan disusunnya Tugas Akhir ini adalah :
1. Melakukan perhitungan dan menganalisis kekuatan sub structure (struktur bawah / pondasi) pada Gedung Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang. 2. Melakukan analisis terhadap keamanan konstruksi pondasi sarang laba-laba dilihat dari jenis tanah, keadaan lingkungan dan pembebanan pada Gedung Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang, meliputi dimensi rib, besarnya tegangan tanah maksimum, daya dukung pondasi Sarang Laba-Laba dan penurunan / settlement yang terjadi.
1.5
SASARAN Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu kurikulum yang harus
ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan S1 pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah : 1. Menerapkan beberapa mata kuliah yang telah diterima selama menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
I-4
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN
Tirta Rahman
Maulana 2. Melakukan perhitungan dan analisis secara cermat, tepat sasaran dan efisien dengan menggunakan asumsi yang tepat sehingga diperoleh hasil perencanaan struktur pondasi yang aman, ekonomis dan efisien. 3. Menjadikan penyusunan Laporan Tugas Akhir sebagai latihan awal dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan selesai tepat waktu sebelum terjun di masyarakat.
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam 3 bagian yang mencakup bagian
awal, bagian pokok dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, lembar pengesahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar simbol. Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, surat-sarat, data-data proyek, dan gambar-gambar proyek. Sebagian besar dari penyusunan Laporan Tugas Akhir ini terletak pada bagian pokok yang garis besar sistematikanya adalah : BAB I
:
PENDAHULUAN Berisi uraian umum, latar belakang, ruang lingkup dan batasan masalah, maksud dan tujuan, sasaran, dan sistematika penulisan.
BAB II
:
KAJIAN PUSTAKA Berisi landasan teori tentang klasifikasi tanah, jenis-jenis pondasi, landasan teori pondasi KSLL dan perhitungannya, pembebanan pada struktur atas, analisis daya dukung dan tegangan tanah, penurunan / settlement, dan perancangan struktur bawah.
BAB III
:
METODOLOGI Berisi tentang tinjauan umum, metode-metode dan langkah-langkah yang dipakai dalam menyelesaikan dan menyusun Laporan Tugas Akhir.
BAB IV
:
ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN Berisi perhitungan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba berdasarkan keadaan tanah dan pembebanan pada struktur, serta analisisnya terhadap daya dukung, tegangan dan tekanan tanah, dimensi, dan penurunan / settlement.
BAB V
:
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT Berisi tentang rencana kerja pembangunan proyek dan syarat-syarat yang berlaku di proyek.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
I-5
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN
Tirta Rahman
Maulana BAB VI
:
RENCANA ANGGARAN BIAYA Berisi tentang estimasi anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan proyek dari awal hingga selesai.
BAB VII
:
PENUTUP Berisi tentang kesimpulan hasil perhitungan dan analisis KSLL serta kesimpulan terhadap hasil perhitungan anggaran biaya nya dan juga saran-saran berdasarkan kesimpulan yang telah diambil.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
I-6
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
TINJAUAN UMUM Dalam pembangunan suatu struktur perlu dilakukan suatu analisis ataupun
desain dengan dibatasi oleh berbagai kriteria yang digunakan sebagai ukuran terhadap struktur yang akan didirikan. Dalam proses perancangan perlu dicari derajat kedekatan antara sistem struktural yang digunakan dengan tujuan desain (tujuan yang dikaitkan dengan masalah arsitektural, efisiensi, serviceability, kemudahan pelaksanaan dan biaya).
Aspek Arsitektural Hal ini berkaitan dengan denah dan bentuk struktur yang dipilih dikaitkan dari segi arsitektur.
Aspek Fungsional Berkaitan dengan kegunaan dari struktur yang akan dibangun.
Kekuatan dan Stabilitas Struktur Berkaitan dengan kemampuan struktur untuk menerima beban-beban yang bekerja baik beban lateral maupun vertikal, dan kestabilan struktur.
Faktor Ekonomi dan Kemudahan Pelaksanaan Biasanya
dalam
perancangan
suatu
struktur
terdapat
berbagai
alternatif
pembangunan, maka salah satu faktor yang berperan di dalamnya adalah masalah biaya (yang dalam hal ini dikaitkan dengan keadaan ekonomi pada saat pembangunan) dan kemudahan pelaksanaan pembangunan di lapangan.
Faktor Kemampuan Struktur Mengakomodasi Sistem Layan Gedung Pemilihan sistem struktur yang digunakan juga harus mempertimbangkan kemampuan struktur dalam mengakomodasikan sistem layan yang digunakan. Sistem layan ini menyangkut masalah pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Maraknya kasus kegagalan konstruksi karena eksploitasi tanah yang melebihi
daya dukungnya tentulah amat disayangkan. Untuk menghindari kasus yang serupa maka ada beberapa point yang harus diperhatikan agar pelaksanaan suatu proyek dapat dikategorikan berhasil :
Input data dengan ketelitian tinggi
Perencanaan yang mantap dan pelaksanaan konstruksi dengan metode kerja yang tepat
Pengawasan pada saat pelaksanaan yang ketat.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 1
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana 2.2
KLASIFIKASI TANAH Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhnya penyaluran
beban yang ditimbulkan akibat dari konstruksi suatu bangunan yang dibuat diatasnya. Tanah mempunyai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang masalah tanah ini. Klasifikasi tanah diperlukan untuk memberikan gambaran sifat-sifat tanah dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu konstruksi. Beberapa metode klasifikasi tanah : 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO 3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED 2.2.1
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butir Kebanyakan sistem-sistem klasifikasi terdahulu banyak menggunakan ukuran
butir sebagai dasar pembuatan sistem klasifikasi. Dikarenakan deposit tanah alam pada umumnya terdiri atas berbagai ukuran-ukuran partikel, maka perlu dibuat suatu batasan-batasan berdasarkan distribusi ukuran butir yang kemudian menentukan prosentase tanah bagi setiap batasan ukuran. Meskipun ukuran butir tanah menyajikan cara yang sangat baik dalam mengkasifikasikan tanah, tetapi masih juga mempunyai kekurangan yaitu hanya sedikit sekali hubungan antara ukuran butir dan sifat-sifat fisis bagi tanah butir halus, misalnya karakteristik konsistensi dan plastisitas dari fraksi halus tanah yang ada. 2.2.2
Kasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem AASHTO Klasifikasi tanah berdasarkan sistem AASHTO pada mulanya dikembangkan
pada tahun 1929 sebagai Public Road Administration Clasification System. Sistem ini sudah mengalami beberapa perbaikan, versi yang saat ini berlaku adalah yang diajukan oleh Comittee on Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road of the Highway Research Board dalam tahun 1945 (ASTM Standard no D-3282, AASHTO metode M145). Sistem klasifikasi AASHTO yang dipakai saat ini diberikan dalam tabel 1. Pada sistem ini, tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai dengan A-7. Klasifikasi tanah A-1, A-2, dan A-3 adalah tanah berbutir di mana 35% atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No. 200. Tanah di mana lebih dari 35% butirannya lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 2
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung. Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria di bawah ini : a. Ukuran Butir Kerikil : Bagian tanah yang lolos ayakan Ø 75 mm dan tertahan pada ayakan No. 20 (2mm). Pasir : Bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2mm) dan tertahan pada ayakan No. 200 (0,075 mm). Lanau dan Lempung : Bagian tanah yang lolos ayakan No. 200 (0,075 mm). b. Plastisitas Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih. c. Apabila batuan (ukuran > 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasinya, maka batuan-batuan tersebut terlebih dahulu harus dikeluarkan. Persentase dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
2.2.3
Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem UNIFIED Sistem ini pada mulanya diperkenalkan oleh Cassagrande pada tahun 1942
dan dikenal sebagai sistem AIRFIELD. Sistem ini telah dipakai dengan sedikit modifikasi oleh U.S. Bureau of Reclamation dan U.S. Corps of Engineers pada tahun 1952. Pada tahun 1969, American Society for Testing and Material (ASTM) telah mengakui sistem UNIFIED sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah untuk maksud rekayasa. Sistem ini mengelompokkan tanah ke dalam 3 kelompok besar, yaitu : 1. Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), yaitu tanah kerikil dan pasir di mana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. 2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil), yaitu tanah di mana lebih dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan No. 200. 3. Tanah sangat organis, yaitu tanah yang memiliki kadar organik yang tinggi (gembur). Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 3
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Untuk klasifikasi yang benar, faktor-faktor berikut ini yang perlu diperhatikan : 1. Persentase butiran yang lolos ayakan No. 200 (ini adalah fraksi halus) 2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.40 3. Koefisien keseragaman (Uniformity Coefficient, Cu) dan koefisien gradasi (Gradation Coefficient, Cc) untuk tanah di mana 0-12% lolos ayakan No. 200 4. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No. 40 (untuk tanah di mana 5% atau lebih lolos ayakan No. 200). 2.3
KLASIFIKASI PONDASI Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan
bangunan diatas tanah dan meneruskan beban ke tanah dasar. Persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh pondasi antara lain : 1. Terhadap tanah dasar : Pondasi harus mempunyai bentuk, ukuran dan struktur sedemikian rupa sehingga tanah dasar mampu memikul gaya-gaya yang bekerja. Penurunan yang terjadi tidak boleh terlalu besar / tidak merata. Bangunan tidak boleh bergeser atau mengguling. 2. Terhadap struktur pondasi sendiri : Struktur pondasi harus cukup kuat sehingga tidak pecah akibat gaya yang bekerja. Pemilihan jenis pondasi yang akan digunakan sebagai struktur bawah (Sub Structure) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi tanah dasar, beban yang diterima pondasi, peraturan yang berlaku, biaya, kemudahan pelaksanaannya dan sebagainya. Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pondasi dalam (deep foundation) dan pondasi dangkal (Shallow Foundation).
2.3.1
Pondasi Dalam (Deep Foundation) Menurut Dr.Ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam
seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan perencanaan, tiang dapat dibagi menjadi dua golongan : a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point bearing pile). Tiang semacam ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya dukung tanah untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya. Untuk Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 4
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana tiang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada lapisan keras. Lapisan keras ini boleh dari bahan apapun, meliputi lempung keras sampai batuan keras. b. Tiang yang tertahan oleh pelekatan antara tiang dengan tanah (friction pile) Kadang-kadang diketemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam sehingga pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka untuk menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar ditimbulkan oleh gesekan antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang semacam ini disebut friction pile atau juga sering disebut sebagai tiang terapung (floating piles). Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang pancang maupun kaison (D/B ≥ 4).
Gambar 2.1 Pondasi Dalam (D/B ≥ 4)
2.3.2
Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) Dinamakan sebagai alas, telapak, telapak sebar / pondasi rakit (Mats).
Kedalaman pondasi dangkal pada umumnya D/B 1 tetapi mungkin agak lebih.
Gambar 2.2 Pondasi Dangkal (D/B 1)
Terzaghi mendefinisikan pondasi dangkal sebagai berikut :
Apabila kedalaman pondasi lebih kecil atau sama dengan lebar pondasi, maka pondasi tersebut bisa dikatakan sebagai pondasi dangkal.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 5
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Anggapan bahwa penyebaran tegangan pada struktur pondasi ke tanah dibawahnya yang berupa lapisan penyangga (bearing stratum) lebar pondasi.
Gambar 2.3 Pondasi Dangkal
Pada umumnya pondasi dangkal berupa pondasi telapak yaitu pondasi yang mendukung bangunan secara langsung pada tanah pondasi, bilamana terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dan berkualitas baik yang mampu mendukung suatu bangunan pada permukaan tanah. Pondasi telapak dapat dibedakan sebagai berikut :
Pondasi tumpuan
Pondasi menerus Pondasi kombinasi
Pondasi Telapak
Pondasi setempat
Pondasi pelat / Rakit / Mat
Pelat datar Pelat dengan pertebalan di bawah kolom Pelat dengan balok pengaku dua arah Pelat datar dengan kolom pendek Pelat dengan struktur seluler Pondasi pelat terapung
Sumber : Rekayasa Fundasi II Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam, penerbit Gunadarma & Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng Gambar 2.4 Flow Chart Klasifikasi Pondasi Telapak
Pondasi Pelat / Rakit (Raft / Mat Foundation) Merupakan pondasi gabungan yang sekurang-kurangnya memikul tiga kolom
yang tidak terletak dalam satu garis lurus, jadi seluruh bangunan menggunakan satu telapak bersama. Jika jumlah luas seluruh telapak melebihi setengah luas bangunan, lebih ekonomis digunakan pondasi rakit, dan juga untuk mengatasi tanah dasar yang Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 6
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana tidak homogen, misal ada lensa-lensa tanah lunak, supaya tidak terjadi perbedaan penurunan cukup besar. Secara struktur, pondasi rakit merupakan pelat beton bertulang yang mampu menahan momen, gaya lintang, geser pons yang terjadi pada pelat beton, tetapi masih aman dan ekonomis. Apabila beban tidak terlalu besar dan jarak kolom sama maka pelat dibuat sama tebal (gb.2.5a). Untuk mengatasi gaya geser pons yang cukup besar, dilakukan pertebalan pelat dibawah masing-masing kolom atau diatas pelat (gb.2.5b dan gb.2.5d). Pemberian balok pada kedua arah dibawah pelat bertujuan menahan momen yang besar (gb.2.5c) dapat juga dipakai pelat dengan struktur seluler (gb.2.5e). Sedangkan untuk mengurangi penurunan pada tanah yang kompresible dibuat pondasi yang agak dalam, struktur ini disebut pondasi pelat terapung / floating foundation (gb.2.5).
Sumber: Rekayasa Pondasi II, Ir Indrastono Dwi Atmanto, Meng Gambar 2.5 Tipe-Tipe Pondasi Rakit / Pelat / Mat (Raft) Footing
2.4
KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA
2.4.1
Tinjauan Umum Pondasi
KSLL
merupakan
kombinasi
konstruksi
bangunan
bawah
konvensional yang merupakan perpaduan pondasi plat beton pipih menerus yang di bawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tinggi dan sistem perbaikan tanah di antara rib-rib. Kombinasi ini menghasilkan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan sehingga membentuk sebuah pondasi yang memiliki kekakuan (rigidity) jauh lebih tinggi dibandingkan sistem pondasi dangkal lainnya. Dinamakan sarang laba-laba karena pembesian plat pondasi di daerah kolom selalu berbentuk sarang laba-laba. Juga bentuk jaringannya yang tarik-menarik bersifat monolit yaitu berada dalam satu kesatuan. Ini disebabkan plat konstruksi didesain untuk multi fungsi, Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 7
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana untuk septic tank, bak reservoir, lantai, pondasi tangga, kolom praktis dan dinding. Rib (tulang iga) KSLL berfungsi sebagai penyebar tegangan atau gaya-gaya yang bekerja pada kolom. Pasir pengisi dan tanah dipadatkan berfungsi untuk menjepit rib-rib konstruksi terhadap lipatan puntir. Sesuai dengan definisinya, maka Konstruksi Sarang Laba-Laba terdiri dari 2 bagian konstruksi, yaitu : 1. Konstruksi beton Konstruksi beton pondasi KSLL berupa pelat pipih menerus yang dibawahnya dikakukan oleh rib-rib tegak yang pipih tetapi tinggi. Ditinjau dari segi fungsinya, rib-rib tersebut ada 3 macam yaitu rib konstruksi, rib settlement dan rib pengaku. Bentuknya bisa digambarkan sebagai kotak raksasa yang terbalik (menghadap kebawah). Penempatan / susunan rib-rib tersebut sedemikian rupa, sehingga denah atas membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku (rigid).
Gambar 2.6 Konstruksi Sarang Laba-Laba Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 8
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Keterangan : 1a - pelat beton pipih menerus 1b - rib konstruksi 1c - rib settlement 1d - rib pembagi 2a - urugan pasir dipadatkan 2b - urugan tanah dipadatkan 2c - lapisan tanah asli yang ikut terpadatkan 2. Perbaikan tanah / pasir Rongga yang ada diantara rib-rib / di bawah pelat diisi dengan lapisan tanah / pasir yang memungkinkan untuk dipadatkan dengan sempurna. Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka pemadatan dilaksanakan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis tidak lebih dari 20 cm, sedangkan pada umumnya 2 atau 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum (Standart Proctor). Adanya perbaikan tanah yang dipadatkan dengan baik tersebut dapat membentuk lapisan tanah seperti lapisan batu karang sehingga bisa memperkecil dimensi pelat serta rib-ribnya. Sedangkan rib-rib serta pelat KSLL merupakan pelindung bagi perbaikan tanah yang sudah dipadatkan dengan baik. Pada dasarnya pondasi KSLL bertujuan untuk memperkaku sistem pondasi itu sendiri dengan cara berinteraksi dengan tanah pendukungnya. Seperti diketahui bahwa jika pondasi semakin fleksibel, maka distribusi tegangan / stress tanah yang timbul akan semakin tidak merata, terjadi konsentrasi tegangan pada daerah beban terpusat. Dan sebaliknya, jika pondasi semakin kaku / rigid, maka distribusi tegangan / stress tanah akan semakin merata. Hal ini mempengaruhi kekuatan pondasi dalam hal penurunan yang dialami pondasi. Dengan pondasi KSLL, karena mempunyai tingkat kekakuan yang lebih tinggi, maka penurunan yang terjadi akan merata karena masing-masing kolom dijepit dengan rib-rib beton yang saling mengunci. Menurut Lokakarya yang diadakan di Bandung pada pertengahan tahun 2004 oleh Puslitbang Depkimpraswil yang dihadiri oleh para pakar gempa dan tanah, disimpulkan kelebihan-kelebihan pondasi KSLL adalah sebagai berikut : 1. KSLL memiliki kekakuan yang lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (raft foundation). 2. KSLL memiliki kemampuan memperkecil differential settlement dan mengurangi irregular differential settlement apabila dibandingkan dengan pondasi rakit. Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 9
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana 3. KSLL mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi karena proses pemadatannya akan meniadakan pengaruh lipat atau lateral buckling pada rib. 4. KSLL berpotensi untuk digunakan sebagai pondasi untuk bangunan bertingkat rendah (2 lantai) yang dibangun di atas tanah lunak dengan mempertimbangkan total settlement yang mungkin terjadi. 5. Pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan sehingga cocok diterapkan baik di lokasi padat penduduk maupun di daerah terpencil. 6. KSLL mampu menghemat pengunaan baja tulangan maupun beton. 7. Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif lebih cepat dan dapat dilaksanakan secara padat karya. 8. KSLL lebih ekonomis dibandingkan pondasi konvensional rakit atau tiang pancang, lebih-lebih dengan pondasi dalam, sehingga cocok digunakan oleh negara-negara sedang berkembang sebab murah, padat karya dan sederhana. 2.4.2
Keistimewaan Sistem Konstruksi Dan Bentuk Pondasi Sarang LabaLaba Keistimewaan pondasi KSLL dapat dilihat dari aspek teknis, ekonomis dan
dari segi pelaksanaan. 1. Aspek Teknis Pelat Pipih Menerus Yang Di Bawahnya Dikakukan Oleh Rib-Rib Tegak, Pipih Dan Tinggi.
Gambar 2.7 Pelat Pipih Menerus Yang Dikakukan Oleh Rib Tegak, Pipih dan Tinggi di Bawahnya
Dengan, t
=
tebal plat
b
=
tebal rib
h
=
tinggi rib
te =
tebal ekivalen
tb =
tebal volume penggunaan beton untuk pondasi KSLL, seandainya dinyatakan sebagai pelat menerus tanpa rib
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 10
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Bentuk konstruksi seperti ini, dengan bahan yang relatif sedikit (tb) akan diperoleh pelat yang memiliki kekakuan/tebal ekivalen (te) yang tinggi. Pada umumnya te = 2.5 - 3.5 tb, dengan variasi tergantung desain. Bentuk ketebalan ekivalen tersebut tidak berbentuk merata, melainkan bergelombang.
Gambar 2.8 Tampak Denah, Potongan dan Diagram Penyebaran Beban dan Kekakuan Ekivalen pada Pondasi KSLL
Penempatan Pelat Di Sisi Atas Rib Dan Sistem Perbaikan Tanah. Dengan susunan konstruksi seperti di atas, akan dihasilkan penyebaran beban seperti pada gambar tersebut, di mana untuk mendapatkan luasan pendukung pada tanah asli selebar b cukup dibutuhkan pelat efektif selebar a. Hal ini disebabkan karena proses penyebaran beban dimulai dari bawah pelat yang berada pada sisi atas lapisan perbaikan tanah. Susunan Rib-Rib Yang Membentuk Titik-Titik Pertemuan Dan Penempatan Kolom / Titik Beban Pada Titik Pertemuan Rib-Rib. Dengan susunan rib seperti pada gambar 2.8 diperoleh ketebalan ekivalen yang tidak merata. Pada titik pertemuan rib-rib diperoleh ketebalan maksimum, sedangkan makin jauh dari titik pertemuan rib-rib ketebalan ekivalen makin berkurang. Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 11
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Dalam perencanaan pondasi KSLL sebagai pondasi bangunan gedung harus sedemikian rupa sehingga titik pertemuan rib-rib berimpit dengan titik kerja beban/kolom-kolom tersebut. Hal ini menghasilkan grafik penyebaran beban yang identik bentuknya dengan grafik ketebalan ekivalen, sehingga dimensi konstruksi yang dihasilkan (pelat dan rib) lebih ekonomis. Susunan rib yang membentuk petak-petak segitiga dengan hubungan yang kaku menjadikan hubungan antar rib menjadi hubungan yang stabil terhadap pengaruh gerakan / gaya horisontal. Rib-Rib Settlement Yang Cukup Dalam
Gambar 2.9 Rib Settlement
Penempatan rib yang cukup dalam diatur sedemikian rupa sehingga membagi luasan
konstruksi bangunan bawah dalam petak-petak segitiga yang masing-
masing luasnya tidak lebih dari 200 m2. Adanya rib-rib settlement memberi keuntungan-keuntungan yaitu mereduksi total penurunan, mempertinggi kestabilan bangunan terhadap kemungkinan terjadinya kemiringan, mampu melindungi perbaikan tanah terhadap kemungkinan bekerjanya pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan sekitar, misalnya kembang susut tanah dan kemungkinan timbulnya degradasi akibat aliran tanah dan yang terakhir yaitu menambah kekakuan pondasi dalam tinjauannya secara makro. Kolom Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib
Gambar 2.10 Kolom Yang Mencengkeram Pertemuan Rib-Rib Sampai Ke Dasar Rib
Hal ini membuat hubungan konstruksi bagian atas (upper structure) dengan konstruksi bangunan bawah (sub structure) menjadi lebih kokoh. Sebagai gambaran, misal tinggi rib konstruksi
120 cm, maka hubungan antara kolom
dengan pondasi KSLL juga akan setinggi 120 cm. Untuk perbandingan,
pada
pondasi tiang pancang, hubungan antara kolom dengan pondasi hanya setebal pondasinya (kisarannya antara 50 - 80 cm). Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 12
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Sistem Perbaikan Tanah Setelah Pengecoran Rib-Rib Pemadatan tanah baru dilakukan setelah rib-rib selesai dicor dan berumur sedikitnya 3 hari. Pemadatan sendiri harus dilaksanakan lapis demi lapis dan harus dijaga agar perbedaan tinggi antara petak yang sedang dipadatkan dengan petakpetak yang bersebelahan tidak lebih dari 25 cm, sehingga mudah untuk mencapai kepadatan yang tinggi. Di samping hasil kepadatan yang tinggi pada lapisan tanah di dalam petak rib-rib, lapisan tanah asli di bawahnya akan ikut terpadatkan walaupun tidak mencapai kepadatan setinggi tanah yang berada dalam petak ribrib. Hal itu pun sudah memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi peningkatan kemampuan daya dukung dan bagi ketahanan kestabilan terhadap penurunan (settlement). Adanya Kerja Sama Timbal Balik Saling Menguntungkan Antara Konstruksi Beton Dan Sistem Perbaikan Tanah. Rib-rib beton, di samping sebagai pengaku pelat dan sloof, juga sebagai dinding penyekat dari sistem perbaikan tanah, sehingga perbaikan tanah dapat dipadatkan dengan tingkat kepadatan yang tinggi (mencapai 100 % kepadatan maksimum Standar Proctor), dan setelahnya rib-rib akan berfungsi sebagai pelindung bagi perbaikan tanah terhadap pengaruh-pengaruh dari banjir, penguapan dan degradasi. Perbaikan tanah akan memberi dampak lapisan tanah menjadi seperti lapisan batu karang sehingga dapat memperkecil dimensi ribnya. 2. Aspek Ekonomis Di atas telah dijelaskan aspek-aspek teknis yang juga memberi keuntungan dilihat dari aspek ekonomis, seperti dimensi rib yang relatif kecil, penggunaan tanah sebagai bagian dari konstruksi yang menghemat pemakaian beton dan sebagainya. Aspek ekonomis yang juga dapat dilihat pada pondasi KSLL adalah pengerjaan pondasi yang memerlukan waktu yang singkat karena pelaksanaannya mudah dan padat karya serta sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.
Selain itu
pembesian pada rib dan plat, cukup dengan pembesian minimum, pada umumnya, hanya diperlukan volume beton 0,2 – 0,35 m3 beton/m2 luas pondasi, dengan pembesian 90 - 120 kg/m3 beton. Pondasi KSLL memanfaatkan tanah hingga mampu berfungsi sebagai struktur bangunan bawah dengan komposisi sekitar 85 persen tanah dan 15 persen beton. Dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum dalam point-point berikut : I.
Aspek Teknis
a) Pembesian pada rib dan pelat cukup dengan pembesian minimum. Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 13
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana b) Ketahanan terhadap differential settlement yang tinggi karena bekerjanya tegangan akibat beban sudah merata di lapisan tanah pendukung. Hal ini juga disebabkan oleh penyusunan rib yang sedemikian rupa sehingga membagi luasan pondasi KSLL menjadi petak-petak yang masing-masing luasnya tidak lebih dari 200 m2 sehingga pondasi KSLL memiliki ketahanan tinggi terhadap differential settlement. c) Total settlement menjadi lebih kecil karena meningkatnya kepadatan pada lapisan tanah pendukung di bawah KSLL akibat pengaruh pemadatan yang efektif pada lapisan tanah perbaikan di dalam KSLL serta bekerjanya tegangan geser pada rib terluar dari KSLL. d) Ketahanan terhadap gempa menjadi lebih tinggi sebab KSLL merupakan suatu konstruksi yang monolit dan kaku. e) Perbaikan tanah di dalam KSLL memiliki kestabilan yang bersifat permanen karena adanya perlindungan dari rib-rib KSLL f)
KSLL juga dapat menggantikan fungsi dari berbagai konstruksi selain fungsinya sebagai pondasi, antara lain : Sebagai pondasi kolom, dinding dan tangga Sebagai sloof/balok-balok pengaku Sebagai konstruksi pelat lantai (dasar) Urugan/perbaikan tanah dengan pemadatan tanah Dinding penahan urugan di bawah lantai Konstruksi pengaman terhadap kestabilan (kepadatan) perbaikan tanah yang ada di bawah lantai Pasangan dan plesteran tembok di bawah lantai dasar Kolom di bawah peil lantai dasar Septic tank dan resapan Bak reservoir (bila diperlukan) Pelebaran KSLL terhadap luas lantai dasar dapat diatur sedemikian rupa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai trotoar atau tempat parkir.
II. Sistem Pelaksanaan a) Karena bentuk dan sistem konstruksi sederhana, dimungkinkan untuk dilaksanakan dengan peralatan sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi. b) Pelaksanaan lebih cepat dibandingkan dengan sistem pondasi lainnya. III. Ekonomis Dibandingkan dengan sistem pondasi lain, KSLL dapat menekan biaya yang cukup besar. Secara umum diperoleh penghematan sebesar : Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 14
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana a) 30 % untuk bangunan 3 - 8 lantai b) 20 % untuk bangunan 2 lantai c) 30 % untuk bangunan gudang-gudang Kelas I Sumber : Konstruksi Sarang Laba-Laba, Ir. Sutjipto
2.4.3
Pengaruh Kekakuan Ekivalen dan Letak Pelat di Sisi Atas Rib pada Pondasi KSLL Terhadap Proses Penyebaran Beban
Gambar 2.11 Perbandingan Proses Penyebaran Beban
Proses penyebaran beban pada pondasi KSLL pada Gambar 2.11 di atas, kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Terdapat beban P1 dan P2 pada kolom
Melalui tulangan melingkar yang terdapat di sekeliling kolom, beban P1 dan P2 disebarkan ke pondasi KSLL (rib beton dan tanah yang dipadatkan)
Beban lalu diteruskan ke tanah dasar dengan sudut penyebaran beban sebesar 450. Pada gambar 2.11, beban P1 dan P2 diuraikan menjadi beban yang nilainya lebih kecil dan tersebar secara merata untuk melawan tekanan tanah w.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 15
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana 2.5
PEMBEBANAN PADA STRUKTUR ATAS Dalam perencanaan struktur pondasi, harus diketahui terlebih dahulu
pembebanan pada struktur bangunan atas (upper structure), setelah itu didapat beban yang bekerja pada struktur bawah (sub structure) yaitu pondasi tersebut.
2.5.1
Beban Statik Beban statik adalah beban yang bekerja secara terus-menerus pada suatu
struktur. Beban statik juga diasosiasikan dengan beban-beban yang secara perlahanlahan timbul serta mempunyai variabel besaran yang bersifat tetap (steady states). Dengan demikian, jika suatu beban mempunyai perubahan intensitas yang berjalan cukup perlahan sehingga pengaruh waktu tidak dominan, maka beban tersebut dikelompokkan sebagai beban statik (static load). Deformasi dari struktur akibat beban statik akan mencapai puncaknya jika beban ini mencapai nilai yang maksimum. Beban statis pada umumnya dibagi lagi menjadi beban mati, beban hidup, dan beban khusus. 1. Beban Mati Yaitu beban-beban yang bekerja vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai, alat mekanis, dan partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya dapat diitentukan dengan mudah dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan pembebanan. Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan komponen bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau Peraturan Tahun 1987. Adapun nilai-nilai berat satuan atau berat sendiri mati untuk gedung adalah : Baja
=
7850 kg/m3
Beton
=
2200 kg/m3
Batu belah
=
1500 kg/m3
Beton bertulang
=
2400 kg/m3
Kayu
=
1000 kg/m3
Pasir kering
=
1600 kg/m3
Pasir basah
=
1800 kg/m3
Pasir kerikil
=
1850 kg/m3
Tanah
=
1700 - 2000 kg/m3
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 16
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Berat dari beberapa komponen bangunan dapat ditentukan sebagai berikut : Atap genting, usuk, dan reng
=
50 kg/m2
Plafon dan penggantung
=
20 kg/m2
Atap seng gelombang
=
10 kg/m2
Adukan/spesi lantai per cm tebal
=
21 kg/m2
Penutup lantai/ubin per cm tebal
=
24 kg/m2
Pasangan bata setengah batu
=
250 kg/m2
Pasangan batako berlubang
=
200 kg/m2
Aspal per cm tebal
=
15 kg/m2
2. Beban Hidup Yaitu beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu waktu yang diberikan. Meskipun berpindah-pindah, beban hidup masih dapat dikatakan bekerja perlahan-lahan pada struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk beban penggunaan adalah berat manusia, perabot, dan sebagainya. Beban yang diakibatkan oleh salju atau air hujan, juga temasuk beban hidup. Semua beban hidup mempunyai karakteristik dapat berpindah atau bergerak. Secara umum beban ini bekerja dengan arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga berarah horisontal. Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut : Beban hidup pada atap
= 100 kg/m2
Lantai rumah tinggal
= 200 kg/m2
Lantai sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar, rumah sakit = 200 kg/m2 Panggung penonton
= 500 kg/m2
Lantai ruang olah raga, lantai pabrik, bengkel, gudang, tempat orang berkumpul, perpustakaan, toko buku, masjid, gereja, bioskop, ruang alat, atau mesin Balkon, tangga
= 400 kg/m2 = 300 kg/m2
Lantai gedung parkir : I.
Lantai bawah
II. Lantai atas
= 800 kg/m2 = 400 kg/m2
Pada suatu bangunan gedung bertingkat banyak, kecil kemungkinannya semua lantai tingkat akan dibebani secara penuh oleh beban hidup. Demikian juga kecil kemungkinannya suatu struktur bangunan menahan beban maksimum akibat pengaruh angin atau gempa yang bekerja secara bersamaan. Desain struktur dengan meninjau beban-beban maksimum yang mungkin bekerja secara bersamaan, adalah Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 17
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana tidak ekonomis. Berhubung peluang untuk terjadinya beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua elemen struktur pemikul secara serempak selama umur rencana bangunan sangat kecil, maka pedoman-pedoman pembebanan mengijinkan untuk melakukan reduksi terhadap beban hidup yang dipakai. Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal, ditentukan : Perumahan : Rumah tinggal, asrama hotel, rumah sakit
= 0,75
Gedung pendidikan : Sekolah, ruang kuliah
= 0,90
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop, restoran, ruang dansa dan pergelaran Gedung perkantoran : Kantor, bank
= 0,90 = 0,60
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan : Toko, pasar, toserba, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80 Tempat kendaraan : Garasi, gedung parkir
= 0,90
Bangunan industri : Pabrik, bengkel
= 1,00
3. Beban Khusus Yaitu beban yang dipengaruhi oleh penurunan pondasi, tekanan tanah, tekanan air atau pengaruh temperatur / suhu. Untuk beban akibat tekanan tanah atau air biasanya terjadi pada struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah, seperti dinding penahan tanah, terowongan atau ruang bawah tanah (basement). Struktur tersebut perlu dirancang untuk menahan tekanan tanah lateral. Jika strukturstruktur ini tenggelam sebagian atau seluruhnya, maka perlu juga diperhitungkan tekanan hidrostatis dari air pada struktur. Sebagai ilustrasi, di bawah ini diberikan pembebanan yang bekerja pada dinding dan lantai dari suatu ruang bawah tanah. Beban
Ruang Bawah Tanah
Muka air
Tekanan air ke atas
Tekanan lateral akibat beban
Tekanan tanah
Tekanan hidrostatis
Gambar 2.12 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Struktur Basement Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 18
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Akibat tanah dan air, pada dinding basement akan mendapat tekanan lateral berupa tekanan tanah dan tekanan hidrostatis. Sedangkan pada pelat lantai basement akan mendapat pengaruh tekanan air ke atas (uplift pressure). Jika pada permukaan tanah di sekitar dinding basement tersebut dimuati, misalnya oleh kendaraan, maka akan terdapat tambahan tekanan lateral akibat beban kendaraan pada dinding.
2.5.2
Beban Dinamik Yaitu beban yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumya,
beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state) serta mempunyai karakterisitik besaran dan arah yang berubah dengan cepat. Deformasi pada struktur akibat beban dinamik ini juga akan berubah-ubah secara cepat. 1. Beban Dinamik Bergetar Yaitu beban yang diakibatkan getaran gempa, angin atau getaran mesin. Beban Angin Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Akibatnya, energi kinetik angin akan berubah menjadi energi potensial berupa tekanan atau hisapan pada struktur. Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan, serta kekakuan struktur. Pedoman yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut : Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m2 Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil minimum 40 kg/m2 Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan berdasarkan rumus empris : p = V2/16 (kg/m2), dimana V adalah kecepatan angin (m/detik). Tekanan
Hisapan
Bangunan Kecepatan angin
Denah Bangunan Gambar 2.13 Pengaruh Angin pada Bangunan Gedung Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 19
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka berdasarkan percobaan-percobaan,
telah
ditentukan koefisien-koefisien
bentuk
tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari penggunaan koefisien-koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis. Sebagai contoh, pada bangunan gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur atap bangunan juga akan mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung dari bentuk dan kemiringan atap. Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak lebih dari 16 m, dengan lantai dan dinding yang memberikan kekakuan yang cukup, struktur utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap angin. 0,02+0,4
0,4 Kemiringan atap ()
0,9
0,4
Gambar 2.14 Koefisien Angin Untuk Tekanan dan Hisapan Pada Bangunan
Beban Gempa Menyusul maraknya peristiwa gempa bumi di Indonesia akhir-akhir ini, bangunan tahan gempa menjadi tren dalam permintaan desain gedung yang akan dibangun. Jika dulu beban gempa tidak terlalu dianggap penting, kecuali untuk daerahdaerah rawan gempa, maka sekarang beban gempa mendapat perhatian serius dari perencana-perencana bangunan. Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa faktor, yaitu massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan di mana struktur bangunan tersebut didirikan Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak dari Newton besarnya adalah : V = m.a = (W/g).a Dimana : a : percepatan pergerakan permukaan tanah akibat getaran gempa m : massa bangunan = berat bangunan dibagi percepatan gravitasi (W/g) Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 20
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Gaya gempa horisontal : V = W.(a/g) = W.C Dimana C = koefisien gempa (a/g). Dengan demikian gaya gempa merupakan gaya yang didapat dari perkalian antara berat struktur bangunan dengan suatu koefisien. Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada lantai-lantai bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap lantai tingkat. Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan
tanah.
Berdasarkan
pedoman
yang
berlaku
di
Indonesia
yaitu
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-17262003), besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan sebagai berikut :
V =
C .I R
Wt
Dimana, C : Koefisien gempa, besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar struktur Harga C ditentukan dari
Diagram Respon Spektrum, setelah terlebih dahulu
dihitung waktu getar dari struktur I
: Faktor keutamaan struktur
R : Faktor reduksi gempa Wt : Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan sebagai berikut :
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, hotel, asrama, rumah sakit
= 0,30
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah
= 0,50
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pergelaran
= 0,50
Gedung perkantoran : kantor, bank
= 0,30
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko, toserba, pasar, gudang, ruang arsip, perpustakaan
= 0,80
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir
= 0,50
Bangunan industri : pabrik, bengkel
= 0,90
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 21
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Besarnya nilai faktor keutamaan struktur (I) ditentukan pada tabel berikut : Kategori Gedung / Bangunan Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran. Monumen dan bangunan monumental. Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, pembangkit tenaga listrik, instalasi air bersih, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi. Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun. Cerobong, tangki di atas menara
Faktor Keutamaan I1 I2 I 1,0 1,0 1,0 1,0 1,4
1,6 1,0
1,6 1,4
1,6
1,0
1,6
1.5
1,0
1,5
Tabel 2.1 Faktor Keutamaan Struktur Ditinjau Dari Kategori Bangunannya
2. Beban Impak Yaitu beban akibat ledakan atau benturan, getaran mesin dan pengereman kendaraan. Secara sistematis, klasifikasi beban tersebut diuraikan sebagi berikut : Beban Mati : Beban akibat berat sendiri struktur Beban akibat berat elemen struktur
Beban Statik
Beban Hidup : Beban akibat hunian atau penggunaan (peralatan, kendaraan) Beban akibat air hujan Beban pelaksanaan / konstruksi
Beban Khusus : Pengaruh penurunan pondasi Pengaruh tekanan tanah/tekanan air Pengaruh temperatur / suhu
Beban Pada Struktur
Beban Dinamik
Beban Dinamik (Bergetar) : Beban akibat getaran gempa/angin Beban akibat getaran mesin Beban Dinamik (Impak) : Beban akibat ledakan atau benturan Beban akibat getaran mesin Beban akibat pengereman kendaraan
Gambar 2.15 Klasifikasi Beban pada Struktur Atas Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 22
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Pada umumnya perencanaan suatu bangunan memperhitungkan kombinasi beban untuk mendapat hasil perhitungan yang aman. Kombinasi beban ditentukan berdasarkan kondisi daerah tempat bangunan dibangun, keadaan angin, fungsi bangunan, zona wilayah gempa tempat bangunan dibangun dan faktor-faktor lainnya. Hal penting dalam menentukan beban desain pada struktur adalah apakah semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak. Beban mati akibat berat sendiri dari struktur harus selalu diperhitungkan. Sedangkan beban hidup besarnya selalu berubah tergantung dari penggunaan dan kombinasi beban hidup. Sebagai contoh, tidak wajar merancang struktur bangunan untuk mampu menahan beban maksimum yang diakibatkan oleh gempa dan beban angin maksimum, sekaligus memikul beban hidup dalam keadaan penuh. Kemungkinan bekerjanya beban-beban maksimum pada struktur di saat yang bersamaan sangat kecil. Struktur bangunan dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang bekerja secara simultan. Tetapi struktur yang dirancang demikian akan mempunyai kekuatan yang sangat berlebihan untuk memikul kombinasi pembebanan yang secara nyata mungkin terjadi selama umur rencana struktur. Dari sudut pandang rekayasa struktur, desain struktur dengan pembebanan seperti ini tidak realistis dan sangat mahal. Berkenaan dengan hal ini, maka banyak peraturan yang merekomendasikan untuk mereduksi beban desain pada kombinasi pembebanan tertentu. Untuk pe mbebanan pada bangunan gedung bertingkat banyak, tidak mungkin pada saat yang sama semua lantai memikul beban hidup yang maksimum secara simultan. Oleh karena itu diijinkan untuk mereduksi beban hidup untuk keperluan perencanaan elemen-elemen struktur dengan memperhatikan pengaruh dari kombinasi pembebanan dan penempatan beban hidup. Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang dipakai untuk struktur portal menurut Tatacara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung – SNI 03-2847-2002 :
Kombinasi Beban Tetap U = 1.4 D U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R)
Kombinasi beban Sementara U = 1.2 D + 1.0 L 1.6 W + 0.5 (A atau R) U = 0.9 D 1.6 W U = 1.2 D + 1.0 L 1.0 E U = 0.9 D 1.0 W U = 1.4 (D + F) U = 1.2 (D + T) + 1.6 L + 0.5 (A atau R)
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 23
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Dimana : D = Beban mati
L
= Beban hidup
A = Beban atap
F
= Tekanan fluida
R = Beban hujan
W = Beban angin
E = Beban gempa T
= Perbedaan penurunan pondasi, perbedaan suhu, rangkak dan susut beton. Koefisien 1.0, 1.2, 1.4, 1.6, merupakan faktor pengali dari
beban-beban
tersebut, yang disebut faktor beban (load factor). Sedangkan faktor 0.5 dan 0.9 merupakan faktor reduksi. Sistem dan elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua kombinasi pembebanan, yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Momen lentur (Mu), momen torsi atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi pada elemen-elemen struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang ditinjau, dipilih yang paling besar harganya, untuk selanjutnya digunakan pada proses desain. Untuk keperluan analisis dan desain suatu struktur bangunan gedung, perlu dilakukan perhitungan mekanika rekayasa dari portal beton dengan dua kombinasi pembebanan yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Kombinasi pembebanan untuk perencanaan struktur bangunan gedung yang sering digunakan di Indonesia adalah U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R) dan U = 1.2 D + 1.0 L 1.0 E. Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau bekerja pada sistem struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih besar dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur dapat berarah bolak-balik, oleh karena itu pengaruh ini perlu ditinjau di dalam perhitungan. Beban mati dan beban hidup selalu berarah ke bawah karena merupakan beban gravitasi, sedangkan beban angin atau beban gempa merupakan beban yang berarah horisontal.
2.6
ANALISIS DAN PERANCANGAN STRUKTUR BAWAH
2.6.1
Daya Dukung Tanah Daya dukung tanah (bearing capacity) adalah kemampuan tanah untuk
mendukung beban baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan di atasnya tanpa terjadi keruntuhan geser. Daya dukung batas (ultimate bearing capacity) adalah daya dukung terbesar dari tanah. Daya dukung ini merupakan kemampuan tanah untuk mendukung beban dengan asumsi tanah mulai mengalami keruntuhan. Besar daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas dibagi angka keamanan ; Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 24
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana qu =
qult FK
Dimana nilai FK berkisar 1.5 - 3.0. Kapasitas daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh parameter φ, c dan γ serta bentuk alas pondasi. Terdapat berbagai metode untuk menghitung kapasitas dukung tanah dasar dan metode yang sering digunakan dalam mekanika tanah adalah analisis Terzaghi yang kemudian disempurnakan oleh Schultse. Persamaan daya dukung batas yang disarankan oleh Terzaghi adalah sebagai berikut :
Pondasi menerus : qu = c Nc + q Nq + 0,5 B γ Nγ
Pondasi bujur sangkar : qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,4 B γ Nγ
Pondasi lingkaran : qu = 1,3 c Nc + q Nq + 0,3 B γ Nγ
Dimana, c
= Kohesi (kg/m2)
Ø = Sudut geser dalam ( ) B = Lebar alas pondasi (m) Q = γ . Df = Effective Overburden Pressure Nc, Nq, Nγ = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi. Nq = a
a2 2 cos 2 (45 / 2)
= e tan ( 0.75 - / 2 )
Nc = ( Nq - 1 ) cot g. Ng =
tan . ( Kp/cos2 - 1 ) 2
Nilai Sc dan Sg : Bentuk :
Sc
Sg
a. Menerus
1.0
1.0
b. Lingkaran
1.3
0.6
c. Bujur sangkar
1.3
0.8
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 25
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Nilai-nilai N untuk sebesar 340 dan 480 adalah nilai Terzaghi yang asli dan digunakan untuk menghitung balik Kpg Faktor Bentuk
Nilai Sc = 1 + 0.2 Kp
L
Sq = s = 1 + 0.1 Kp Sq = s = 1 Kedalaman
dc = 1 + 0.2
Untuk Semua
B
Kp
D
B L
> 10o =0 Semua
B
o dq = d = 1 + 0.1 > 10
Kp
D
=0
B
dq = d = 1 Kemiringan
Ic = iq = 1
0 90 0
0
i = 1 0
Semua > 10o =0
i = 1 Di mana Kp = tan2 ( 450 + /2 ) Tabel 2.2 Faktor-Faktor Bentuk, Kedalaman dan Kemiringan Untuk Persamaan Daya Dukung Meyerhof
Ø 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Nc 5,7 7,3 9,6 12,9 17,7 25,1 37,2 57,8 95,7
Nq 1,0 1,6 2,7 4,4 7,4 12,7 22,5 41,4 81,3
Nγ 0,0 0,5 1,2 2,5 5,0 9,7 19,7 42,4 100,4
Nq/Nc 0,18 0,22 0,28 0,34 0,42 0,51 0,60 0,72 0,85
Tan Ø 0,00 0,08 0,18 0,27 0,36 0,47 0,56 0,70 0,84 Sumber : Diktat Kuliah Rekayasa Pondasi II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto, M.Eng. Tabel 2.3 Faktor Kapasitas Daya Dukung Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya dukung ialah : 1. Kedalaman pondasi 2. Lebar / alas pondasi 3. Berat satuan tanah (bila tanah terendam γ berkurang, maka daya dukung berkurang) 4. Apabila sudut geser dalam (Ø), kohesi (c) dan kedalaman (Df) makin besar, maka makin tinggi daya dukungnya. Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 26
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Pada studi kasus dalam analisa ini adalah pola keruntuhan geser setempat (local shear failure). Hal ini dikarenakan kondisi tanah relatif sangat lunak, sehingga setelah beban pondasi bekerja akan terjadi penurunan.
2.6.2
Pengaruh Muka Air Tanah Sejauh
ini
kita
membahas
persamaan
daya
dukung
tanah
yang
mengasumsikan bahwa permukaan air tanah berada pada kedalaman lebih besar dari lebar pondasi. Kapasitas daya dukung tanah berkurang dengan adanya muka air tanah yang tinggi. Dalam kasus ini ada tiga keadaan yang berbeda mengenai lokasi permukaan air tanah terhadap dasar pondasi seperti ditunjukkan dalam gambar 2.16. Sekarang kita akan membahas keadaan tersebut secara singkat. o
Keadaan I ( gambar 2.16 a ) Apabila permukaan air tanah terletak pada jarak D diatas dasar pondasi, harga dalam suku kedua dari persamaan daya dukung Terzaghi dihitung sebagai berikut : q = γ (Df – D) + γ ׳D Dengan : γ = ׳γsat – γw = berat volume efektif dari tanah
sat. =
Gs e 1 e
w
γ suku ketiga persamaan = γ׳ o
Keadaan II ( gambar 2.16 b ) Apabila permukaan air tanah berada tepat di dasar pondasi, maka : q = γ Df γ suku ketiga persamaan = γ׳ γ = ׳γsat – γw = berat volume efektif dari tanah
o
Keadaan III (gambar 2.16 c ) Apabila permukaan air tanah berada pada kedalaman D di bawah dasar pondasi, maka: q = γ Df γ suku ketiga persamaan = γrata-rata
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 27
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Gambar 2.16 Pengaruh Lokasi Muka Air Tanah Terhadap Daya Dukung Pondasi Dangkal (a) keadaan I, (b) keadaan II, (c) keadaan III
2.6.3
Daya Dukung Ijin Daya dukung ijin adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk
dibebankan pada tanah di bawah pondasi, agar kemungkinan terjadinya keruntuhan dapat dihindari. Beban tersebut termasuk beban mati dan beban hidup diatas permukaan tanah, berat pondasi itu sendiri dan berat tanah yang terletak tepat diatas pondasi. Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya dukung ijin adalah sebagai berikut :
Q ijin =
q u
Fs
Dimana, qu = daya dukung batas Fs = safety factor/angka aman Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 28
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Pada umumnya angka aman besarnya sekitar 3, digunakan untuk menghitung daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dalam keadaan yang sesungguhnya tanah tidak homogen dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameter-parameter dasar dari kekuatan geser tanah ini kita menemukan banyak ketidakpastian.
2.6.4
Analisis Tegangan Tanah
Metode Pengaruh Newmark Metode pengaruh Newmark digunakan untuk memperoleh tekanan tanah dibawah sudut suatu beban merata berbentuk persegi dengan dimensi 2a x 2b pada kedalaman z, seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.17 Beban Merata Berbentuk Persegi
Didapatkan persamaan : (σz)o = q ( 2mn(m2+n2+1)1/2 m2+n2+2 ) + tan-1 4π
m2+n2+m2n2+1 m2+n2+1
2mn(m2+n2+1)1/2 m2+n2-m2n2+1
Dengan : m = a/z dan n = b/z Atau
: (σz)o = KN . q
Dimana : KN = faktor pengaruh newmark (tabel 2.4) Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 29
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Tekanan vertikal di pusat sama dengan 4 kali tekanan vertikal di sudut O, dengan demikian untuk tekanan vertikal di pusat dapat ditentukan dengan persamaan : σz = 4lσ . q n
m
0.1 0.1 0.0047 0.2 0.0092 0.3 0.0132 0.4 0.0168 0.5 0.0198 0.6 0.0222 0.7 0.0242 0.8 0.0258 0.9 0.0270 1.0 0.0279 1.2 0.0293 1.4 0.0301 1.6 0.0306 1.8 0.0309 2.0 0.0311 2.5 0.0314 3.0 0.0315 5.0 0.0316 10.0 0.0316 ~ 0.0316
0.2 0.0092 0.0179 0.0259 0.0328 0.0387 0.0435 0.0474 0.0504 0.0528 0.0547 0.0573 0.0589 0.0599 0.0606 0.0610 0.616 0.0618 0.0620 0.0620 0.0620
0.3 0.0132 0.0259 0.0374 0.0474 0.0559 0.0629 0.0686 0.0731 0.0766 0.0794 0.0832 0.0856 0.0871 0.0880 0.0887 0.895 0.898 0.0901 0.0902 0.0902
0.4 0.0168 0.0328 0.0474 0.0602 0.0711 0.0801 0.0873 0.0931 0.0977 0.1013 0.1063 0.1094 0.1114 0.1126 0.1134 0.1145 0.1150 0.1154 0.1154 0.1154
0.5 0.0198 0.0387 0.0559 0.0711 0.0840 0.0947 0.1034 0.1104 0.1158 0.1202 0.1263 0.1300 0.1324 0.1340 0.1350 0.1363 0.1368 0.1374 0.1375 0.1375
0.6 0.0222 0.0435 0.0629 0.0801 0.0947 0.1069 0.1168 0.1247 0.1311 0.1361 0.1431 0.1475 0.1503 0.1521 0.1533 0.1548 0.1555 0.1561 0.1562 0.1562
0.7 0.0242 0.0474 0.0686 0.0873 0.1034 0.1168 0.1277 0.1365 0.1436 0.1491 0.1570 0.1620 0.1652 0.1672 0.1686 0.1704 0.1711 0.1719 0.1720 0.1720
0.8 0.0258 0.0504 0.0731 0.0931 0.1104 0.1247 0.1365 0.1461 0.1537 0.1598 0.1684 0.1777 0.1836 0.1874 0.1899 0.1915 0.1938 0.1947 0.1956 0.1958
0.9 0.0270 0.0528 0.0766 0.0977 0.1158 0.1311 0.1436 0.1537 0.1619 0.1684 0.1777 0.1836 0.1874 0.1899 0.1915 0.1938 0.1947 0.1956 0.1958 0.1958
1.0 0.0279 0.0547 0.0794 0.1013 0.1202 0.1361 0.1491 0.1598 0.1684 0.1752 0.1851 0.1914 0.1955 0.1981 0.1999 0.2024 0.2034 0.2044 0.2046 0.2046
Tabel 2.4 Faktor Pengaruh Untuk Tekanan Vertikal Dengan Beban Merata Berbentuk Luasan Persegi Berdasarkan Persamaaan Newmark
2.6.5
Penurunan / Settlement Penurunan pondasi akibat beban yang bekerja pada pondasi dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis penurunan, yaitu : a) Penurunan Seketika I Immediately Settlement Penurunan seketika adalah penurunan yang langsung terjadi begitu pembebanan bekerja atau dilaksanakan, biasanya terjadi berkisar antara 0 – 7 hari dan terjadi pada tanah lanau, pasir dan tanah liat yang mempunyai derajat kejenuhan (Sr %) < 90%.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 30
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma hal 48 Gambar 2.18 Penurunan seketika (Immediately Settlement)
Rumus penurunan seketika / Immediately Settlement dikembangkan berdasarkan teori elastis dari Timoshenko dan goodier ( 1951 ), sebagai berikut : Si = q . B 1 – µ2 . Iw Es Dimana : q
=
besarnya tegangan kontak
B =
lebar pondasi
Iw =
faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi (tabel 2.5)
µ =
angka poisson ratio (tabel 2.6)
Es =
sifat elastisitas tanah (tabel 2.7) qekstrim = R/A ± My/Wy + Mx/Wx + γ x d
Dimana : qekstrim
= besarnya tegangan
R =
∑P
A =
B x L = luas bidang pondasi
My =
∑P.x = momen total sejajar respektif terhadap sumbu y
Mx =
∑P.y = momen total sejajar respektif terhadap sumbu x
= resultante beban vertikal
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 31
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Wy =
1/6 BL3 = momen inersia respektif terhadap sumbu y
Wx =
1/6 LB3 = momen inersia respektif terhadap sumbu x
γ
=
berat isi beton
d
=
tebal plat pondasi
Dalam perhitungan penurunan seketika / Immediately Settlement diperlukan faktor pengaruh bentuk pondasi dan kekakuan pondasi (Iw), angka poisson ratio (µ), dan sifat elastisitas tanah (Es), yang dapat dilihat pada Tabel 2.5, Tabel 2.6, dan Tabel 2.7. Flexible
Circle Square Rectangle : L/B = 0.2 0.5 1.5 2.0 5.0 10.0 100.0
Rigid
Shape
Center
Average
Iw
Im
1.0 1.12
0.04 0.56
0.85 0.95
0.88 0.82
6.0 3.7
1.36 1.53 2.10 2.54 4.01
0.68 0.77 1.05 1.27 2.00
1.15 1.30 1.83 2.25 3.69
1.06 1.20 1.70 2.10 3.40
2.29 3.33 4.12 4.38 4.82 4.93 5.00
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma, hal 50 Tabel 2.5 Faktor Pengaruh Yang Tergantung Dari Bentuk Pondasi dan Kekakuan Pondasi (Iw)
Type of soil Clay saturated Clay unsaturated Sandy clay Silt Sand (dense) Coarse (void ratio = 0.4-0.7) Fined-grained (void ratio = 0.4–0.7) Rock Loess Ice Conerate
µ 0.4 – 0.5 0.1 – 0.3 0.2 – 0.3 0.3 – 0.35 0.2 – 0.4 0.15 0.25 0.1 – 0.4 (depends somewhat on type of rock) 0.1 – 0.3 0.36 0.15
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbit Gunadarma, hal 50 Tabel 2.6 Angka Poisson Ratio (µ) Menurut Jenis Tanah
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 32
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Soil Clay : Very soft Soft Medium Hard Sandy Glacial till : Loose Dense Very dense Loess Sand : Silty Loose Dense Sand and Gravel : Loose Dense Shale Silt
Es ksf 50 – 250 100 – 500 300 – 1000 1000 – 2000 500 – 5000 200 – 3200 3000 – 15000 10000 – 30000 300 – 1200 150 – 450 200 – 500 1000 – 1700 1000 – 3000 2000 – 4000 3000 – 3000000 40 - 400
MPa 2 – 15 5 – 25 15 – 50 50 – 100 25 – 250 10 – 153 144 – 720 478 – 1440 14 – 57 7 – 21 10 – 24 48 – 81 48 – 144 96 – 192 144 – 14400 2 - 20
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbir Gunadarma, hal 51 Tabel 2.7 Nilai Sifat Elastisitas Tanah (Es) Menurut Jenis Tanah
b) Penurunan Konsolidasi / Consolidation Settlement Yaitu penurunan yang diakibatkan keluarnya air dalam pori tanah akibat beban yang bekerja pada pondasi, besarnya ditentukan oleh waktu pembebanan dan terjadi pada tanah jenuh (Sr = 100%), mendekati jenuh (Sr = 90%-100%) atau pada tanah berbutir halus (K 10-6 m/s). Terzaghi (1925) memperkenalkan teori konsolidasi satu arah (one way) untuk tanah lempung jenuh air. Teori ini menyajikan cara penentuan distribusi kelebihan tekanan hidrostatis dalam lapisan yang sedang mengalami konsolidasi pada sembarang waktu setelah bekerjanya beban. Beberapa asumsi dasar dalam analisis konsolidasi satu arah antara lain :
tanah bersifat homogen,
derajat kejenuhan tanah 100 % (jenuh sempurna)
partikel / butiran tanah dan air bersifat inkompresibel (tak termampatkan)
arah pemampatan dan aliran air pori terjadi hanya dalam arah vertikal
Ketebalan lapisan tanah yang diperhitungkan adalah setebal lapisan tanah lempung jenuh air yang ditinjau.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 33
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Sumber : Rekayasa Fundasi II, Penerbir Gunadarma, hal 49 Gambar 2.19 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement)
Penurunan konsolidasi yang tejadi dibagi dua, yaitu : 1) Penurunan Konsolidasi Primer Penurunan yang terjadi ketika gradien tekanan pori berlebihan akibat perubahan tegangan didalam stratum yang ditinjau. Pada akhir konsolidasi primer kelebihan tekanan pori mendekati nol dan perubahan tegangan telah beralih dari keadaan total ke keadaan efektif. Penurunan tambahan ini disebut penurunan sekunder yang terus berlanjut untuk suatu waktu tertentu, dapat dilihat pada gambar 2.20 :
Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah) Edisi kedua, Joseph E. Bowles Gambar 2.20 Grafik penyajian penurunan konsolidasi primer dan konsolidasi sekunder Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 34
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Penurunan konsolidasi primer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : Tanah Normal Konsolidasi Apabila lengkungan bertambah secara tajam (patah) mendekati tekanan tanah efektif akibat beban yang berada diatasnya (Po), maka dapat dianggap bahwa tanah tersebut terkonsolidasi normal. Artinya struktur tanah terbentuk akibat akumulasi tekanan pada saat deposit yang ada bertambah dalam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.21.
Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah) Edisi kedua, Joseph E. Bowles Gambar 2.21 Metode Casagrande Untuk Menentukan Jenis Konsolidasi
Adapun syarat yang harus diperhatikan dalam perhitungan penurunan / settlement pada kondisi tanah normal konsolidasi, adalah sebagai berikut : Pc Po Scp = Cc.H (log Po + ΔP ) 1+eo Po Tv =
Cv H2
. t primer
Tv = ¼ . .U2
Dimana : Scp = penurunan / Settlement ( cm ) Cc
= indeks kompresi tanah
eo
= angka pori
Tv = ttotal = waktu perencanaan tprimer = waktu terjadinya penurunan konsolidasi H
= tebal lapisan tanah
Cv
= koefisien konsolidasi ( cm2/detik )
U
= derajat konsolidasi
ΔP
= tambahan tegangan
Po
= effective overburden layer
Pc
= preconsolidation pressure
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 35
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Tanah over konsolidasi Sedangkan apabila patahan yang terjadi pada tekanan yang lebih besar dari Po, maka dapat dianggap tanah tersebut mengalami over konsolidasi. Tanah over konsolidasi adalah tanah yang pernah menderita beban tekanan efektif yang lebih besar daripada tegangan yang sekarang. 2) Penurunan konsolidasi sekunder Penurunan sekunder didefinisikan sebagai tekanan yang terjadi pada saat terdapatnya tekanan pori yang berlebih pada lapisan yang ditinjau (atau pada contoh di laboratorium). Pada tanah yang jenuh tidak akan mungkin terdapat pengurangan angka pori tanpa terbentuknya sejumlah tekanan pori yang berlebih. Tingkat penurunannya sangat rendah sehingga tekanan pori yang berlebih tidak dapat diukur. Tekanan sekunder merupakan penyesuaian kerangka tanah yang berlangsung beberapa saat sesudah tekanan pori yang berlebih menghilang. Penurunan akibat konsolidasi sekunder dapat dihitung dengan persamaan : Scs = Cα . H (log t total + t primer) 1 + eo t primer Dimana : Scs = penurunan / Settlement (cm) Cα
= indeks pemampatan sekunder
eo
= angka pori
H
= tebal lapisan tanah
Jadi penurunan total (St) yang terjadi adalah : St = Si + Scp + Scs Dimana : St
= penurunan total
Si
= penurunan seketika
Scp = penurunan konsolidasi primer Scs = penurunan konsolidasi sekunder 2.6.6
Perancangan Struktur Bawah Struktur bawah atau sub structure mempunyai fungsi meneruskan beban
kedalam tanah pendukung. Perancangannya harus benar-benar optimal, sehingga keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik sekaligus Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 36
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana ekonomis. Selain itu beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas ketentuan yang dapat menyebabkan kegagalan struktur. Oleh karena itu, pemilihan sistem struktur merupakan sesuatu yang penting karena menyangkut faktor resiko dan efisiensi kerja baik waktu maupun biaya. Suatu bangunan yang didirikan di atas tanah akan berdiri tegak kalau tanah dasar di bawahnya cukup kuat untuk mendukungnya. Beban bangunan akan dilimpahkan kepada tanah dasar melalui pondasi. Karena itu, letak pondasi harus cukup kokoh di dalam tanah dasar. Untuk itu, jenis pondasi harus dipilih sesuai dengan kondisi tanahnya, sedangkan konstruksi pondasi itu sendiri harus cukup kokoh untuk menerima beban dan melimpahkannya ke tanah dasar. Sebelum menentukan jenis pondasi maka terlebih dahulu diadakan penyelidikan tanah untuk menentukan kekuatan daya dukung tanah. Yang termasuk perancangan sub struktur dalam proyek ini adalah : 1. Perancangan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba Pondasi berfungsi menyalurkan semua beban yang bekerja pada struktur ke dalam tanah, yaitu sampai kedalaman tertentu yang mampu menerima beban tanpa mengalami deformasi yang membahayakan bangunan. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan, antara lain
Beban yang bekerja pada bangunan
Kondisi tanah di bawah bangunan
Faktor ekonomi
Peralatan dan teknologi yang tersedia Dengan memperhatikan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas baik yang
sifatnya teknis maupun non teknis, maka digunakan pondasi Konstruksi Sarang LabaLaba yang memadai untuk mendukung beban yang telah direncanakan, tetapi juga ekonomis dan mudah untuk dilaksanakan serta tidak menimbulkan banyak dampak yang merugikan lingkungan sekitar. Adapun bagian dari Konstruksi Sarang Laba-Laba adalah sebagai berikut :
Rib Settlement, merupakan rib utama yang memiliki dimensi paling besar dan diasumsikan akan menerima beban paling besar, terletak pada tepi bangunan serta pada bentang-bentang utama.
Rib Konstruksi, memiliki dimensi penampang yang bervariasi. Rib ini membentuk diagonal ruang pada pertemuan antar rib pembagi, dan antara rib pembagi dengan rib settlement.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 37
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Rib Konstruksi Bervoute, dibuat membentuk sudut 45° tehadap arah vertikal rib settlement pada sudut tegak lurus pertemuan antar rib settlement dan pada perpanjangan rib pembagi yang tegak lurus dengan rib settlement pada sisi dalam atau luar rib settlement.
Rib Pembagi, rib ini dibuat mengikuti denah ruangan dari bangunan yang dibuat dengan fungsi untuk mendukung dalam beban diatasnya.
Pelat Penutup, Pelat ini dibuat menutupi seluruh permukaan lantai dasar. Pelat penutup ini berfungsi untuk menyebarkan beban yang diterimanya dari kolom ke seluruh rib dan tanah urug di dalamnya.
2. Perancangan pekerjaan urugan dan pemadatan Dalam pondasi KSLL setelah rib dikerjakan selanjutnya dilakukan pekerjaan pengurugan. Pengurugan dengan tanah dan sirtu dilakukan pada lubang bekas galian rib anti penurunan (rib settlement) bagian bawah sampai rata dibawah rib konstruksi atau pembagi. Pengurugan dilanjutkan pada lubang atau rongga antar rib sampai di bawah lapisan urugan pasir lalu diatasnya diurug dengan urugan pasir atau sirtu. Urugan tanah menggunakan tanah bekas galian atau tanah yang dari luar yang tidak mengandung bahan organik. Urugan dipadatkan lapis demi lapis dengan tamping rammer, setiap lapisan tidak boleh lebih tebal dari 20 cm. Pada umumnya 2 s/d 3 lapis teratas harus melampaui batas 90% atau 95% kepadatan maksimum (standard proctor).
2.7
PERHITUNGAN KONSTRUKSI SARANG LABA-LABA
2.7.1
Ketebalan Ekivalen Pada Konstruksi Sarang Laba-Laba Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba pengaruh
dari perbaikan tanah = 0
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 38
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana Statis momen terhadap sisi atas : 2
π.Rt 2 4b(hk t 2 )
y
2π.Rt 8b(hk t)
Ix
1
3
12
te 3
(2π.R)(t e )
12.I x 2 π.R
Dimana : R > 0,5a1 a1 = lebar kolom untuk R ≤ 0,5a1 2.7.2
te = hk
Perkiraan Daya Dukung Tanah Untuk Konstruksi Sarang Laba-Laba, perkiraan kapasitas daya dukung tanah
ditentukan berdasarkan perumusan : qa (KSLL) = 1,5 . qa (pondasi rakit) Dimana :
qa pondasi rakit =
qult
q ult n
(n = angka keamanan = 3)
= c.Ncsc.ic.dc + g.Df.Nqsq.iq.dq + 0,5 g.B.Ngsg.i g.dg
Untuk Ø = 0, maka :
qult
= 5,14 c (1 + sc’ + dc’ + ic’) + q
B
= jarak terkecil antara kolom
Df
= kedalaman rib settlement KSLL
Nc, Nq, Ng = faktor-faktor kapasitas daya dukung Terzaghi
ic, iq, ig qa
= faktor-faktor inklinasi pembebanan
(KSLL)
diambil 1,5 qa
(pondasi rakit)
karena bekerjanya faktor-faktor yang
menguntungkan pada KSLL, dibandingkan pondasi rakit sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 39
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Untuk beban dan luasan yang sama, KSLL memiliki kekakuan lebih tinggi daripada pondasi rakit.
Sistem pemadatan tanah yang efektif didalam KSLL ikut memperbaiki dan menambah kepadatan / meningkatkan daya dukung dari tanah pendukung.
Bekerjanya tegangan geser pada rib keliling terluar dari KSLL.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat dibagian atas rib, yang menyebabkan tegangan yang timbul akibat beban sudah merata pada lapisan tanah pendukung.
KSLL memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan tanah didalamnya.
2.7.3
Perhitungan Tegangan Tanah Maksimum Yang Timbul Tegangan Tanah Maksimum dihitung dengan rumus :
qo R(
1 A
eX IY
X
eY
Y
IX
)
Dimana : = ∑P = Resultante dari gaya-gaya vertical dari beban-beban kolom dan beban-
R
beban dinding diatas KSLL. A
= Luasan KSLL
Ix,Iy = Momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y Ix
=
LB3 12
Iy
=
BL3 12
ex,ey = Eksentrisitas dari gaya-gaya vertical terhadap titik pusat luasan pondasi x,y
2.7.4 a)
= Koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau
Perhitungan Rib Konstruksi Asumsi
1. Tebal ekivalen maksimum diambil : te (maks) = 0,7 hk hk = tinggi rib konstruksi 2. Proses penyebaran beban dimulai dari ketinggian t e diatas pelat KSLL 3. Sudut penyebaran beban = 45° 4. Penyebaran beban dianggap sudah merata pada jarak 0,50 m dibawah rib konstruksi. 5. Diagram penyebaran beban membentuk limas terpancung Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 40
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana b)
Perhitungan Tinggi Rib Konstruksi ( hk ) a,b = lebar kolom (meter) F
= luas daerah penyebaran beban = (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)
Keseimbangan Beban : P
= F.q0 = q0 (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1)
qo = tegangan yang bekerja pada lapisan tanah yang ditinjau qa = tegangan ijin Untuk qo = qa, maka : P
= F.qa = qa (a + 3,4 hki + 1) (b + 3,4 hki + 1)
Dari persamaan di atas akan didapatkan hki atau tinggi rib konstruksi ideal di mana beban terdistribusi habis. Untuk memperoleh desain yang ekonomis atau menggunakan pembesian minimum, ditentukan : hk
=
maka,
0,8 hki q0 =
P (a 3,4 h
1)(b 3,4 h 1) ki ki
P1 = qa (a + 3,4 hk + 1) (b + 3,4 hk + 1) Dimana P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis Ps = P - P1 Ps = Psisa
Gambar 2.22 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum memikul Momen
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 41
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana c)
Dimensi dan Penulangan Rib Konstruksi
p Luas penyebaran F 1 q a
Gambar 2.23 Luasan Daerah Penyebaran Beban setelah Memikul Momen
P q a (a 3,4h k 2c 1)(b 3,4h k 2c 1) Dari persamaan diatas didapat c : c = lebar beban yang dianggap memikul momen M
p 1 . c n 2
dimana, n = jumlah rib (pada umumnya 8) Dengan momen tersebut, biasanya didapat pembesian minimum
2.7.5
Perhitungan Pelat
Gambar 2.24 Pembebanan Lajur pada Pelat selebar C Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 42
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB II DAFTAR PUSTAKA
Tirta Rahman
Maulana
Beban yang diperhitungkan = qa
Lebar pelat yang ditinjau = c
Bentang pelat = jarak antar rib
Dengan pembebanan lajur (sebesar c), akan diperoleh dimensi dan pembesian pelat yang minimum
2.7.6
Kontrol KSLL
1. Kontrol Pons (Geser) a) Asumsi Dalam perhitungan kontrol terhadap pons, yang diperhitungkan hanya kekuatan konstruksi betonnya saja. Bidang geser (pons) berada pada jarak 0,7 hk dari sisi luar kolom. b) Perhitungan F n.h .b (a b 2,8 h ) 2t geser(pons ) k k
t = tebal pelat kontrol : Fτ ≤ p
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
II - 43
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB iii metodologi
Tirta Rahman Maulana
BAB III METODOLOGI 3.1
TINJAUAN UMUM Dalam analisis suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi
yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai agar sesuai dengan tujuan yang ada. Data-data yang diperoleh kemudian diolah sehingga diketahui sifat-sifat dan karakteristik yang ada. Dari hasil tersebut dapat dilakukan analisis untuk pemecahan masalah dari data tersebut.
3.2
METODE PENGUMPULAN DATA Data-data yang akan digunakan sebagai dasar dalam pembuatan serta
penyusunan laporan tugas akhir dapat dikelompokkan dalam dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
3.2.1
Data Primer Data primer adalah data-data yang didapatkan melalui peninjauan dan
pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan ini mencakup lokasi rencana proyek, luas areal proyek, kondisi topografi dan keadaan umum proyek. Pengamatan langsung tersebut didapat data-data sebagai berikut : 1. Data Proyek Nama Proyek
:
Proyek
Pembangunan
Gedung
Kantor
Wilayah 05 Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Semarang. Lokasi Proyek
:
Jl. Dr. Cipto 128 Semarang.
Fungsi Bangunan
:
Kantor Wilayah 05 Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Semarang.
Pemilik Proyek
:
PT. Bank Negara Indonesia 1946 Tbk.
Kontraktor Pelaksana
:
PT. Hutama Karya (Persero).
Jumlah Lantai
:
6 (enam).
Penyelidikan Tanah
:
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.
Struktur Bangunan bawah
:
Konstruksi Sarang Laba-Laba dibawahnya dikakukan dengan rib-rib.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
III - 1
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB iii metodologi
Tirta Rahman Maulana
2. Struktur Utama Struktur utama pada bangunan gedung terdiri dari pelat, balok, dan kolom, menggunakan beton ready mix k275, sedangkan untuk struktur bawah (pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba) menggunakan beton ready mix K-225. 3. Data Tanah Data tanah yang diperoleh dari hasil penyelidikan dan pengujian tanah oleh Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang, terdiri dari: Data Sondir Data Boring Direct Shear Test Atterberg Limits Grain Size Analysis Consolidation Dari data tanah diatas dapat dianalisis karakteristik tanah, kkususnya pada struktur bawah bangunan (pondasi).
3.2.2
Data Sekunder Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam proses dan
penyusunan Laporan Tugas Akhir. Yang merupakan klasifikasi data sekunder adalah data tanah, literatur-literatur penunjang, grafik, tabel, dan peta/denah yang berkaitan erat dengan proses perancangan struktur bangunan. Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah : a. Observasi Observasi yaitu pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan langsung di lapangan. b. Dokumentasi Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan mengambil data-data dari hasil penyelidikan, tes, uji laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun standart yang diperlukan dalam perencanaan bangunan melalui perusahaan ataupun instansi pemerintah terkait.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
III - 2
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB iii metodologi
3.3
Tirta Rahman Maulana
METODE PERHITUNGAN DAN ANALISIS Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, dapat dilakukan proses
perhitungan
pondasi
sarang
laba-laba
dan
analisis
terhadap
struktur
pada
pembangunan Gedung Kantor Wilayah 05 BNI 1946 Tbk Semarang. Yaitu : 1. Perhitungan Struktur Atas Perihitungan pembebanan maksimum pada kolom-kolom yang ditumpu langsung oleh pondasi konstruksi sarang laba-laba. 2. Perhitungan Desain Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba Melakukan perhitungan desain pondasi konstruksi sarang laba-laba sesuai dengan langkah-langkah dalam literatur Konstruksi Sarang Laba-Laba karangan pencipta pondasi KSLL, Ir. Ryantori dan Ir. Sutjipto. 3. Analisis Pondasi konstruksi sarang laba-laba Menganalisis hasil perhitungan struktur pondasi konstruksi sarang laba-laba yang terjadi. Flowchart :
Start Perumusan Masalah Survey Lapangan & Pengumpulan Data Analisis Data Menentukan Nilai-Nilai Beban Terpusat (p) Pada Struktur Atas Yang Membebani Pondasi Perhitungan Pondasi KSll, Meliputi : Tebal Ekivalen, Tegangan Tanah Maksimum, Perhitungan Rib Konstruksi /Settlement, Perhitungan Pelat, Control Pons Rib Konstruksi / Settlement Perhitungan Penurunan Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Analisis Hasil Perhitungan
Kesimpulan & Saran Selesai
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Analisis Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
III - 3
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB iii metodologi
3.4
Tirta Rahman Maulana
PENYAJIAN LAPORAN Penyajian Laporan Tugas Akhir ini disesuaikan pedoman Laporan Tugas
Akhir yang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang yang terdiri dari sistematika penulisan, penggunaan bahasa dan bentuk laporan.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
III - 4
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
BAB IV ANALISIS DATA DAN PERHITUNGAN
4.1
ANALISIS DATA Merupakan hasil analisis beberapa data yang diperlukan untuk memprediksi
besarnya penurunan / settlement yang terjadi. Data-data yang dianalisis antara lain analisis data tanah, analisa beban, analisa daya dukung tanah, analisa tegangan tanah dan analisa tekanan tanah efektif.
4.2
ANALISIS DATA TANAH Analisis data tanah merupakan hasil penyelidikan tanah di lokasi proyek
pembangunan gedung Bank Negara Indonesia (BNI) ’46 Wilayah 05 Semarang, yang berlokasi di Jl. Dr. Cipto 128 Semarang. Analisis ini terdiri dari analisis data sondir, boring, direct shear test, atterberg limits, grain size dan data konsolidasi. Pengolahan data tersebut dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Pengolahan data tanah diperlukan untuk memprediksi besarnya penurunan / settlement yang terjadi. Penyelidikan Boring pada tanah di lokasi proyek pembangunan gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang, dilakukan sebanyak 2 (dua) titik. Dari hasil penyelidikan didapatkan jenis tanah dasar sebagai berikut :
Titik Bor
Kedalaman ( m )
BH. I ±0,00m s/d -3,00m -3,00m s/d -8,50m -8,50m s/d -16,45m -16,45m s/d -24,00m -24,00m s/d -29,45m -29,45m s/d -32,60m -32,60m s/d -34,20m -34,20m s/d -47,50m -47,50m s/d -60,00m
Jenis Tanah Dasar
N – SPT
Lempung kepasiran lunak – (coklat) Pasir lepas mengandung cangkang 5 – 10 (abu-abu) Lempung kelanauan sangat lunak 2–3 mengandung humus (abu-abu) Lempung kelanauan teguh mengandung pasir 6–8 halus (abu-abu) Lempung kepasiran sangat kaku 20 – 30 (abu-abu kekuningan) Lempung sangat kaku mengandung pasir 35 (hitam) Pasir kelempungan padat 29 (abu-abu kecoklatan) Lempung sangat kaku sampai sangat kaku 23 – 27 (abu-abu kecoklatan) Lempung kelanauan sangat kaku sedikit pasir 26 – 34 halus dan kerikil (abu-abu kekuningan)
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 1
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana BH. II ±0,00m s/d -1,00m -1,00m s/d -2,00m -2,00m s/d -8,00m -8,00m s/d -21,80m -21,80m s/d -26,00m -26,00m s/d -30,00m -30,00m s/d -31,00m -31,00m s/d -33,90m -33,90m s/d -40,00m -40,00m s/d -44,50m -44,50m s/d -60,00m
Pasir mengandung krakal – (keabu-abuan) Lempung lunak – (coklat keabu-abuan) Pasir lepas sampai setengah padat 7–8 mengandung cangkang (abu-abu kecoklatan) Lempung sangat lunak sampai lunak 3–9 (abu-abu) Pasir setengah padat 28 (abu-abu) Lempung kepasiran kaku sampai sangat kaku 25 (coklat kehitaman) Pasir kelempungan padat mengandung kerikil 28 (coklat) Pasir setengah padat 26 (coklat keabua-abuan) Lempung kepasiran kaku mengandung kerikil 18 – 23 (hitam) Lempung sangat kaku 26 (abu-abu kecoklatan) Lempung kelanauansangat kaku mengandung 25 – 34 sedikit pasir halus (abu-abu kecoklatan)
Berdasarkan data soil test didapatkan : Titik Bor BH. I
Kedalaman Water (m) content (%) -04,50 – 50,00 27.70 -09,50 – 10,00 51.58 -14,50 – 15,00 59.70 -19,50 – 20,00 66.82 -24,50 – 25,00 35.23 -29,50 – 30,00 44.40 -34,50 – 35,00 44.08 -39,50 – 40,00 44.40 -44,50 – 45,00 41.96 -49,50 – 50,00 43.48 -54,50 – 55,00 38.91 -59,50 – 60,00 44.00 BH. II -04,50 – 50,00 23.15 -09,50 – 10,00 44.99 -14,50 – 15,00 59.08 -19,50 – 20,00 59.79 -24,50 – 25,00 33.13 -29,50 – 30,00 36.20 -34,50 – 35,00 43.42 -39,50 – 40,00 30.32 -44,50 – 45,00 33.55 -49,50 – 50,00 32.13 -54,50 – 55,00 33.58 -59,50 – 60,00 32.91
Gs 2.7058 2.6398 2.6196 2.5989 2.6396 2.6964 2.6160 2.6447 2.6496 2.6597 2.6575 2.6632 2.7051 2.6455 2.6374 2.6312 2.6289 2.6381 2.6282 2.6155 2.7083 2.6574 2,6522 2.6712
γ (gr/cm3) 1.7661 1.6514 1.6359 1.6085 1.6774 1.7044 1.6890 1.6962 1.7077 1.7270 1.7226 1.7344 1.7361 1.6391 1.6295 1.6430 1.7000 1.7058 1.7010 1.7125 1.7088 1.7194 1.7108 1.7463
γd (gr/cm3) 1,3830 1.0895 1.0243 0.9642 1.2404 1.1803 1.1723 1.1746 1.2030 1.2037 1.2401 1.2044 1.4097 1.1305 1.0243 1.0282 1.2769 1.2524 1.1869 1.3141 1.2795 1.3013 1.2808 1.3139
Porositas Void ratio (%) (e) 48,89 0,9564 58.73 1.4230 60.90 1.5573 62.90 1.6954 53.10 1.1280 56.23 1.2845 55.19 1.2315 55.59 1.2516 54.60 1.2025 54.74 1.2097 53.34 1.1430 54.77 1.2111 47.89 0.9189 57.27 1.3402 61.16 1.5748 60.92 1.5589 51.43 1.0588 52.53 1.1064 54.84 1.2144 49.76 0.9904 52.76 1.1167 51.03 1.0421 51.71 1.0708 50.81 1.0331
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 2
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Berdasarkan data direct shear test disimpulkan : Titik Bor BH. I
BH. II
4.2.1
C (kg/cm2) 0.05 0.10 0.11 0.13 0.32 0.33 0.34 0.30 0.34 0.33 0.31 0.34 0.03 0.11 0.13 0.14 0.14 0.28 0.32 0.36 0.34 0.33 0.32 0.36
Kedalaman (m) -04,50 – 05,00 -09,50 – 10,00 -14,50 – 15,00 -19,50 – 20,00 -24,50 – 25,00 -29,50 – 30,00 -34,50 – 35,00 -39,50 – 40,00 -44,50 – 45,00 -49,50 – 50,00 -54,50 – 55,00 -59,50 – 60,00 -04,50 – 05,00 -09,50 – 10,00 -14,50 – 15,00 -19,50 – 20,00 -24,50 – 25,00 -29,50 – 30,00 -34,50 – 35,00 -39,50 – 40,00 -44,50 – 45,00 -49,50 – 50,00 -54,50 – 55,00 -59,50 – 60,00
Ø (°) 25° 7° 8° 9° 18° 19° 16° 14° 25° 15° 18° 18° 23° 6° 7° 9° 28° 18° 19° 18° 20° 17° 20° 20°
Hasil Penyelidikan Laboratorium Dari hasil penyelidikan tanah sampai kedalaman -15.00 m pada proyek
pembangunan gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang, didapatkan data-data sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6
Titik Kedalaman Gs Bor (m) HB.I -5.00 2.7056 HB.II -5.00 2.7051 Rata - Rata 2.7054 HB.I -10.00 2.6398 HB.II -10.00 2.6455 Rata - Rata 2.6427 -15.00 HB.I 2.6196 -15.00 HB.II 2.6374 Rata - Rata 2.6285
γb (gr/cm3) 1,7661 1,7361 1,7511 1,6514 1,6391 1,6453 1,6359 1,6295 1,6327
γd (gr/cm3) 1,3830 1,4097 1,3964 1,0895 1,1305 1,1100 1,0243 1,0243 1,0243
e
IP
0.9564 0.9189 0.9377 1.4230 1.3402 1.3816 1.5573 1.5748 1.5661
32.14 38.43 35.285 31.85 34.38 33.115
C φ (kg/cm2) ( ° ) 0,05 25 0,03 23 0,04 24 0,10 7 0,11 6 0,105 6,5 0,11 8 0,13 7 0,12 7,5
Cc
0.5301 0,5670 0,5486 0,4608 0,5382 0,4995
Tabel 4.1 Summary Of Soil Data Gedung BNI ’46 Semarang
Keterangan : Gs : Spesific Gravity
e
: AngkaPori
IP : Indeks Plastisitas
Cc : Indeks Pemampatan
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 3
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Indeks Plastisitas ( IP ) menunjukkan tingkat keplastisan tanah. Apabila nilai Indeks Plastisitas tinggi, maka tanah banyak mengandung butiran lempung. Klasifikasi jenis tanah menurut Atterberg berdasarkan nilai Indeks Plastisitas dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.
IP
Jenis Tanah
Plastisitas
Kohesi
0
Pasir
Non Plastis
Non Kohesif
<7
Lanau
Rendah
Agak Kohesif
7- 17
Lempung berlanau
Sedang
Kohesif
> 17
Lempung murni
Tinggi
Kohesif
Sumber : Mekanika Tanah II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M.Eng Tabel 4.2 Hubungan Indeks Plastisitas dengan Jenis Tanah Menurut Atterberg
Berdasarkan hasil penyelidikan di Laboratorium didapatkan nilai rata-rata Indeks Plastisitas pada kedalaman -10.00 m sebesar 35.285 dan pada kedalaman 15.00 m sebesar 33.115, maka dapat diklasifikasikan sebagai jenis tanah Lempung Murni yang bersifat kohesif dengan kadar plastisitas tinggi.
4.2.2
Hasil Penyelidikan Sondir Tidak ditemukan tanah keras (dengan batasan nilai konus qc lebih dari 150
kg/cm2). Nilai konus qc sampai kedalaman -60,00 m antara 2 - 90 kg/cm2, nilai jumlah hambatan pelekat 1858,67 - 2160,00 kg/cm’. Dalam analisa ini data sondir digunakan untuk memprediksi lapisan-lapisan tanah yang berada di bawah, hingga elevasi terdalam pengujian sondir dilakukan. Tanah dapat diasumsikan memiliki perilaku yang sama jika memiliki jangkauan nilai qc dan Rf yang sama. Sehingga dengan cara menginterpolasikan nilai qc dan Rf pada Gambar 4.1, menurut Robertson dan Campanella (1983) dapat diprediksi jenis tanah dengan kedalaman tertentu.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 4
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Sumber : Analisis dan Desain Pondasi Jilid I, Joseph E. Bowles Gambar 4.1 Bagan Klasifikasi Tanah
Dari pembacaan grafik dan data sondir mulai kedalaman -15,00 sampai 35,00 m, tanah dibagi dalam 3 (tiga) lapis, yaitu :
Lapis 1
:
-15,00 s/d -20,00 m
Lapis 2
:
-20,00 s/d -25,00 m
Lapis 3
:
-25,00 s/d -35,00 m
Hasil pembacaan grafik dan data sondir ketiga lapisan tersebut diatas, dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Parameter
Kedalaman (m) -15,00 s/d -20,00
-20,00 s/d -25,00
-25,00 s/d -35,00
fr SM.1 (%)
4,44 – 8,89
3,03 – 6,67
5,33 – 6,49
fr Rata-rata (%)
5,00 – 7,00
4,00 – 5,00
6,00
fr SM.2 (%)
6,67 – 10,00
0,74 – 10,00
4,64 – 7,41
fr Rata-rata (%)
7,00 – 9,00
1,00 – 9,00
5,00 – 6,00
fr SM.3 (%)
6,67 – 13,33
3,92 – 6,49
fr Rata-rata (%)
7,00 - 12,00
3,92 – 10,00 4,00 – 9,00
fr SM.4 (%)
2,67 – 8,89
3,92 – 8,00
4,44 – 6,67
fr Rata-rata (%)
3,00 – 7,00
4,00 – 7,00
5,00
7,00
4,00
5,00
fr analisis (%)
4,00 – 5,00
Tabel 4.3 fr (friction ratio) Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 5
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Kedalaman (m)
Parameter 2
qc SM.1 (kg/cm ) 2
qc Rata-rata(kg/cm ) 2
qc SM.2 (kg/cm )
-15,00 s/d -20,00
-20,00 s/d -25,00
-25,00 s/d -35,00
2,00 – 8,00
8,00 – 24,00
30,00 – 74,00
3,00 – 4,00
4,00 – 15,00
35,00
2,00 – 8,00
10,00 – 20,00
24,00 – 76,00
3,00
5,00
27,00 - 35,00
2,00 – 8,00
10,00 – 12,00
24,00 – 74,00
2,00 - 3,00
4,00 - 5,00
28,00 – 35,00
2,00 – 8,00
10,00 – 16,00
30,00 – 90,00
2,00 – 5,00
10,00 – 15,00
32,00 – 35,00
3,00
5,00
35,00
2
qc Rata-rata(kg/cm ) 2
qc SM.3 (kg/cm ) 2
qc Rata-rata(kg/cm ) 2
qc SM.4 (kg/cm ) 2
qc Rata-rata(kg/cm ) 2
qc analisis (kg/cm )
Tabel 4.4 qc (conus resistence)
Dengan cara menginterpolasikan nilai qc analisis dan fr analisis pada Gambar 4.1, dapat diprediksi jenis tanah setiap lapis sebagai berikut :
Lapis 1
:
lanau berlempung
Lapis 2
:
lempung
Lapis 3
:
lempung
Dengan mengkorelasikan jenis tanah tersebut diatas dengan tabel 4.5 didapatkan nilai Gs (spesific grafity), yang ditunjukkan pada tabel 4.6. Tanah Kerikil Pasir Lanau, anorganik Lempung, organik Lempung, anorganik
Gs 2,65 – 2,68 2,65 – 2,68 2,62 – 2,68 2,58 – 2,65 2,68 – 2,75
Sumber : Analisis dan Desain Pondasi Jilid I, Joseph E. Bowles Tabel 4.5 Korelasi antara Jenis tanah – Nilai Gs
Kedalaman (m) -15,00 s/d -20,00 -20,00 s/d -25,00 -25,00 s/d -35,00
Jenis tanah Lanau berlempung Lempung Lempung
Gs 2,6151 2,6343 2,6221
Tabel 4.6 Hasil korelasi antara Jenis Tanah – Nilai
Menurut Miki dalam Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, 2000, untuk pengujian penetrasi dengan bikonus Belanda (Dutch Cone Penetration Test) harga qc dapat dikorelasikan untuk mencari harga N (jumlah tumbukan yang dilakukan untuk mengambil sampel) yaitu dengan rumus : Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 6
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
qc = 3N atau N =
qc 3
Harga N menunjukkan kekuatan tanah, dan menurut Bowles dalam sifat-sifat fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), 1991, harga N dikorelasikan kembali untuk mendapatkan nilai-nilai parameter tanah seperti ditunjukkan dalam tabel 4.7. Hasil korelasi antara qc dan γ dapat dilihat pada tabel 4.8. Tanah Tidak Kohesif N
0 -10
11 -30
31 -50
> 50
12 -16
14 – 18
16 -20
18 -23
Sudut geser φ
25 – 32
28 -36
30 -40
> 35
Keadaan
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat
Berat isi γ, KN/m
3
Tanah Kohesif N Berat isi γ, KN/m
3
qu , KPa Konsistensi
<4
4–6
6 -15
16 - 25
> 25
14 – 18
16 – 18
16 -18
16 - 18
> 20
< 25
20 – 50
30 -60
40 - 200
>100
Sangat lunak
Lunak
Sedang
Kenyal (Stiff)
Keras
Sumber : Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Bowles, 1991 Tabel 4.7 Korelasi Uji Penetrasi Standart ( N - SPT )
Kohesif
qc (kg/cm2) 3,00
γ (KN/m3) 14 – 18
γb (KN/m3) 16,26
γd (KN/m3) 9,96
20,00 – 25,00
Kohesif
5,00
14 – 18
16,89
12,59
25,00 – 35,00
Kohesif
35,00
14 – 18
16,95
11,80
Kedalaman (m)
Sifat Tanah
15,00 – 20,00
Tabel 4.8 Hasil korelasi antara qc - γ
Dengan mengkorelasikan jenis tanah dengan Tabel 4.9 didapatkan nilai angka pori (e), yang ditunjukkan pada tabel 4.10. Jenis Tanah
Angka pori (e)
Tanpa pori
0,00
Pasir
0,35 – 1,00
Lempung
0,67 – 1,50
Tanah organik
9,00
Sumber : Mekanika tanah II, Ir. Indrastono Dwi Atmanto M. Eng Tabel 4.9 Korelasi antara Jenis Tanah - Angka Pori (e) Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 7
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Kedalaman (m)
Jenis Tanah
Angka Pori (e)
15,00 – 20,00
Lanau berlempung
1,50
20,00 – 25,00
Lempung
1,09
25,00 – 35,00
Lempung
1,22
Tabel 4.10 Hasil Korelasi antara Jenis Tanah - Angka Pori (e)
Menurut Nagaraj dan Murthy (1985), persamaan untuk Indeks kompresi dapat dinyatakan sebagai berikut : Cc = 0.2343 x e Dengan memasukkan nilai e pada rumus diatas akan didapatkan nilai Cc, yang ditunjukkan pada tabel 4.11. Kedalaman (m)
Angka Pori (e)
Cc
15,00 – 20,00
1,50
0,3515
20,00 – 25,00
1,09
0,2554
25,00 – 35,00
1,22
0,2858
Tabel 4.11 Korelasi antara e – Cc
Dari analisa sondir, data-data yang diperoleh dirangkum sebagai berikut :
2,6151
φ o () 9
γb 3 (t/m ) 1,626
γd 3 (t/m ) 0,996
20,00 – 25,00
2,6343
23
1,689
25,00 – 35,00
2,6221
17,5
1,695
Kedalaman (m) 15,00 – 20,00
Gs
1,50
γsat 3 (t/m ) 1,6460
0,3515
C 2 (Kg/cm ) 0,135
1,259
1,09
1,7820
0,2554
0,23
1,180
1,22
1,7307
0,2858
0,33
e
Cc
Tabel 4.12 Hasil Analisa Sondir
Sehingga dari hasil boring dan sondir didapatkan Summary of Soil Data dari kedalaman -0.00 m s/d -35.00 m, sebagai berikut :
2,7054
φ o () 24
γb 3 (t/m ) 1,7511
γd 3 (t/m ) 1,3964
5,00 – 10,00
2,6427
6,5
1,6453
10,00 – 15,00
2,6285
7,5
15,00 – 20,00
2,6151
20,00 – 25,00 25,00 – 35,00
Kedalaman (m) 0,00 – 5,00
0,9377
γsat 3 (t/m ) 1,8801
0,2197
C 2 (Kg/cm ) 0,04
1,1100
1,3816
1,6897
0,5486
0,105
1,6327
1,0243
1,5661
1,6346
0,4995
0,12
9
1,626
0,996
1,50
1,6460
0,3515
0,135
2,6343
23
1,689
1,259
1,09
1,7820
0,2554
0,23
2,6221
17,5
1,695
1,180
1,22
1,7307
0,2858
0,33
Gs
e
Cc
Tabel 4.13 Tabel Summary of Soil Data sampai -35.00 m Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 8
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 4.3
ANALISA PEMBEBANAN Analisa pembebanan penting untuk mengetahui beban-beban apa saja yang
berpengaruh terhadap terjadinya suatu penurunan / settlement. Dan untuk mengetahui berapa besar beban terpusat yang terjadi pada masing-masing kolom.
4.3.1
Beban Balok Ukuran atau dimensi balok yang digunakan pada konstruksi bangunan
Gedung BNI ’46 wilayah 05 Jl. Dr. Cipto 128 Semarang adalah sebagai berikut :
Type balok B1
: 20 x 40
Type balok B2
: 15 x 30
Type balok B3
: 30 x 50
Type balok B4
: 30 x 65
Type balok B5
: 30 x 60
(gambar terlampir)
4.3.2
Beban Kolom Type kolom yang digunakan pada konstruksi bangunan Gedung BNI ’46
wilayah 05 Semarang adalah sebagai berikut :
Type kolom K1
: 80 x 80
Type kolom K2
: 60 x 60
Type kolom K2A
: 60 x 60
Type kolom K3
: 40 x 40
Type kolom K4
: 30 x 70
Type kolom K4A
: 65 x 65
Type kolom K5
: 40 x 80
Type kolom K5A
: 40 x 80
Type kolom K5B
: 40 x 80
Type kolom K6
: 25 x 70
Type kolom K7
: 30 x 70
Type kolom KL
: 35 x 35
Type kolom KL1
: 30 x 40
(gambar terlampir)
Setelah itu perhitungan pembebanan dilakukan dengan menggunakan Program SAP 2000, sehingga didapatkan beban terpusat pada masing-masing kolom sebagai berikut:
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 9
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 93
94
95
96
97
98
99
100
85
86
87
88
89
90
91
92
77
78
79
80
81
82
83
84
69
70
71
72
73
74
75
76
63
64
65
66
67
68
P63
=
106,181 ton
P81
=
177,245 ton
P64
=
173,073 ton
P82
=
123,935 ton
P65
=
173,592 ton
P84
=
123,040 ton
P66
=
136,237 ton
P85
=
179,676 ton
P67
=
86,459 ton
P86
=
265,677 ton
P68
=
48,138 ton
P87
=
268,008 ton
P69
=
179,733 ton
P88
=
222,096 ton
P70
=
265,689 ton
P89
=
156,064 ton
P71
=
268,033 ton
P90
=
114,731 ton
P72
=
222,198 ton
P92
=
132,902 ton
P73
=
156,383 ton
P93
=
106,205 ton
P74
=
109,871 ton
P94
=
173,146 ton
P76
=
61,860 ton
P95
=
173,630 ton
P77
=
207,070 ton
P96
=
136,206 ton
P78
=
303,219 ton
P97
=
86,376 ton
P79
=
306,465 ton
P98
=
65,663 ton
P80
=
254,570 ton
P100
=
66,046 ton
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 10
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 4.4
ANALISA DAYA DUKUNG PONDASI Analisa Daya Dukung Tanah pada konstruksi sarang laba-laba ditentukan
berdasarkan perumusan sebagai berikut : qa (KSLL) = 1,5 . qa (pondasi rakit) Dimana : q ult → n = angka keamanan = 3 a(pondasirakit) n
q
qult
= c.Nc.Sc.ic.dc + γ.D.Nq.sq.iq.dq + 0,5.γ.B.Nγ.sγ.iγ.dγ
B
= jarak terkecil antara kolom
D
= Kedalaman rib settlement KSLL M.T γb = 1,7511 gr/cm3 Ø = 24° c = 0,04 kg/cm
2
Gs = 2,7054
1,75 m
D
0,15 m L = 22 m
B = 22 m
Gambar 4.2 Pondasi Rakit
Panjang pelat pondasi (L)
= 22 m
Lebar pelat pondasi (B)
= 22 m
Tebal pelat pondasi
= 0,15 m
Kedalaman penanaman pondasi = 1,9 m Nilai Nq, Nc, dan Nγ dapat dicari dengan berdasarkan rumus Meyerhof
(Analisis dan Desain Pondasi, Joseph E. Bowles), untuk Ø = 24° : Nq
= eπ tan Ø tan2 (45 + Ø/2) = eπ tan 24° tan2 (45 + 24/2) = 9,6
Nc
= (Nq – 1) cot Ø = (9,6 – 1) cot 24° = 19,3
Nγ
= (Nq – 1) tan (1,4 Ø) = (9,6 – 1) tan (1,4 . 24°) = 5,7
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 11
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Faktor – faktor bentuk, kedalaman, dan kemiringan didapat dari rumus Meyerhof sebagai berikut : Kp
= tan2 ( 45° + Ø/2 ) = tan2 ( 45° + 24°/2 ) = 2,3712
sc
= 1 + 0,2 . Kp ( B/L ) = 1 + 0,2 . 2,3712 ( 22/22 ) = 1,4742
sq
= 1 + 0,1 . Kp ( B/L ) = 1 + 0,1 . 2,3712 (22/22 ) = 1,2371
sγ
= sq = 1,2371
Nilai dc, dq, dan dγ didapat dari rumus sebagai berikut : dc
= 1 + 0,2 . { Kp0,5 . ( D/B ) } = 1 + 0,2 . { 2,37120,5 . ( 0,15/22 ) } = 1,0021
dq
= 1 + 0,1 . { Kp0,5 . ( D/B ) } = 1 + 0,1 . { 2,37120,5 . ( 0,15/22 ) } = 1,001
dγ
= dq = 1,001 Beban dianggap beban vertikal sehingga tidak membentuk sudut, maka nilai
dari ic = i q = iγ = 1. qult
= c . Nc . sc . ic . dc + q . Nq . sq . i q . dq + ½ . B. . N . sγ . iγ . dγ
q
= γb . 190 = ( 1,7511 . 10-3 . 190 ) = 0,3327 kg/cm2
qult
= 0,04 . 19,3 . 1,4742 . 1 . 1,0021 + 0,3327 . 9,6 . 1,2371 . 1 . 1,001 + ½ . 2200 . (1,7511 . 10-3) . 5,7 . 1,2371 . 1 . 1,001 = 1,1405 kg/cm2 + 3,9553 kg/cm2 + 13,5962 kg/cm2 = 18,692 kg/cm2 = 186,92 t/m2
qa (pondasi rakit) = =
qult SF 186,92 3
=
62,307 t/m2
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 12
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana qa (KSLL)
= 1,5 . qa (pondasi rakit) = 1,5 . 62,307 = 93,46 t/m2
Tegangan Tanah Maksimum Tegangan tanah maksimum yang timbul dihitung berdasarkan perumusan
dibawah ini :
1
e x e y y x A Iy Ix
qo R
R My.x Mx.x qo Iy Ix A
atau
Dimana,
R = ∑ P : resultante dari gaya-gaya vertikal dari beban-beban kolom dinding diatas KSLL.
A
: Luasan KSLL.
Ix, Iy
: momen inersia dari luasan KSLL terhadap sumbu x dan y.
ex, ey
: eksentrisitas dari gaya-gaya vertikal terhadap titik pusat luasan pondasi.
x, y
: koordinat dari titik, dimana tegangan tanah ditinjau.
A 93
94
95
96
85
86
87
88
79
80
y ex
77
ey
78
x
y = 10,335 m 1
69
70
71
72
x = 11,515 m
Panjang pelat pondasi (L)
=
22 m
Lebar pelat pondasi (B)
=
22 m
Tebal pelat pondasi (D)
=
0,15 m
Kedalaman penanaman pondasi
=
1,9 m
γbeton
=
2,5 t/m3
γtanah
=
1,7 t/m3
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 13
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Ix =
L.B 3 12
2200.2200 3 12 12
= 1,952.10 cm4 Iy =
L3 .B 12
2200 3.2200 12
= 1,952.1012 cm4 R = ∑P = (P69+P70+P71+P72+P77+P78 + P79 + P80+P85+P86+P87+P88+P93+P94+P95+P96) + (q . L) =(179,733+265,689+268,033+222,198+207,070+303,219+306,465+254,570+179,6 76+265,677+268,008+222,096+106,205+173,146+173,630+136,206) + (4,54.22) = 3531,621 t My = ∑P . x = (P67+P77+P85+P93) (-11) + (P70+P78+P86+P94) (-4) + (P71+P79+P87+P95) (4) + (P72+P80+P88+P96) (11) = (179,733+207,070+179,676+106,205)(-11)(265,689+303,219+265,677+173,146) (-4) + (268,033+306,465+268,008+173,630) (4) + (222,198+254,570+222,096+ 136,206) (11) = 1816,866 tm Mx = ∑P . y = (P69+P70+P71+P72) (-11) + (P77+P78+P79+P80) (-3) + (P85+P86+P87+P88) (5) + (P93+P94+P95+P96) (11) = (179,733+265,689+268,033+222,198)(11)+(207,070+303,219+306,465+254,570) (-3)+(179,676+265,677+268,008+222,096)(5)+(106,205+173,146+173,630+ 136,206) (11) = -2347,817 tm Menentukan nilai eksentrisitas : Statis momen terhadap as 1 = 0 y
= {(P77+P78+P79+P80).8 + (P85+P86+P87+P88).16 + (P93+P94+P95+P96).22} .
1 R
={(207,070+303,219+306,465+254,570).8+(179,676+265,677+268,008+222,096).1 6+(106,205+173,146+173,630+136,206).22)}.
=
1 3531,621
8570,592 14967,312 12962,114 3531,621
= 10,335 m Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 14
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Statis momen terhadap as A = 0 x
={(P70+P78+P86+P94).7 + (P71+P79+P87+P95).15 + (P72+P80+P88+P96).22} .
1 R
={(265,689+303,219+265,677+173,146).7+(268,033+306,465+268,008+173,630).1 5 + (222,198+254,570+222,096+136,206).22}.
=
1 3531,621
7054,117 15242,04 18371,54 3531,621
= 11,515 m Eksentrisitas ex dan ey : ex = 11,515 – 11 = 0,515 m ey = 10,335 – 11 = -0,665 m
R My.x Mx.y qo Iy Ix A
3531,621 1816,866x 2347,813y = 1 1 22.22 3 3 .22.22 .22.22 12 12 = (7,297 ± 0,093x ± (-2,575.10-3y))
Kolom
x (m)
y (m)
69 70 71 72 77 78 79 80 85 86 87 88 93 94 95 96
-11 -11 -11 -11 -3 -3 -3 -3 5 5 5 5 11 11 11 11
-11 -4 4 11 -11 -4 4 11 -11 -4 4 11 -11 -4 4 11
q max (t/m2) 6,302 6,284 6,264 6,246 7,046 7,028 7,008 6,989 7,790 7,772 7,752 7,734 8,348 8,330 8,310 8,292
q min (t/m2) 8,292 8,309 8,330 8,348 7,548 7,566 7,586 7,604 6,804 6,822 6,842 6,860 6,246 6,294 6,284 6,302
Jadi, dari hasil perhitungan diatas didapat tegangan tanah maksimum sebesar 8,348t/m2. Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 15
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 4.5
ANALISA PENURUNAN / SETTLEMENT Dalam menganalisa penurunan / settlement diperlukan faktor-faktor antara
lain : tegangan tanah akibat beban bangunan (ΔP) dan tekanan tanah efektif (Po).
4.5.1
Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan Tegangan tanah terjadi karena pembebanan secara vertikal dari bangunan di
atas pondasi. Metode pengaruh Newmark digunakan untuk memperoleh tekanan tanah dibawah sudut suatu beban merata berbentuk persegi dengan dimensi 2a x 2b pada kedalaman z.
σy = q . Iσ dimana : σy = tegangan tanah, q
= beban merata pada pondasi
q
= qmax = 8,348 t/m2
Iσ = nilai pengaruh Newmark. D
E
A
H
C
F
G
I
B
22 m
22 m Gambar 4.3 Denah Floating Foundation yang Dianalisis 22 m D
C 22 m
A
B Z
Gambar 4.4 Beban merata berbentuk persegi di titik B pada kedalaman ( Z ) -3,0 m Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 16
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Bidang
L
M=L/Z
B
N=B/Z
I
Tegangan
ABCD
22
7,333
22
7,333
0,249
2,0787
2
Tegangan tanah di titik B pada kedalaman ( Z ) -3,0 m = 2,0787 t/m 11 m D
H 22 m
A
I Z
Gambar 4.5 Beban merata berbentuk persegi di titik I pada kedalaman ( Z ) -3,0 m
Bidang
L
M=L/Z
B
N=B/Z
I
Tegangan
IHCB
11
3,667
22
7,333
0,249
2,0787
IADH
11
3,667
22
7,333
0,249
2,0787
Tegangan tanah di titik I pada kedalaman ( Z ) -3,0 m adalah : = IHCB + IADH = 2,0787 ton/m2 + 2,0787 ton/m2 = 4,1574 ton/m2 11 m D
H
11 m E
F Z
Gambar 4.6 Beban merata berbentuk persegi di titik F pada kedalaman ( Z ) -3,0 m
Bidang
L
M=L/Z
B
N=B/Z
I
Tegangan
FGBI
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
FIAE
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
FEDH
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
FHCG
11
3,667
11
3,667
0,249
2,0787
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 17
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Tegangan tanah di titik F pada kedalaman ( Z ) -3,0 m adalah : = FGBI + FIAE + FEDH + FHCG = 4 . (2,0787 ton/m2 ) = 8,3148 ton/m2 22 m D
C 11 m
E
G Z
Gambar 4.7 Beban merata berbentuk persegi di titik G pada kedalaman ( Z ) -3,0 m
Bidang
L
M=L/Z
B
N=B/Z
I
Tegangan
GBAE
22
7,333
11
3,667
0,249
2,0787
GEDC
22
7,333
11
3,667
0,249
2,0787
Tegangan tanah di titik G pada kedalaman ( Z ) – 3,0 m adalah : = GBAE + GEDC = 2,0787 ton/m2 + 2,0787 ton/m2 = 4,1574 ton/m2
Dalam analisa tegangan tanah yang terjadi, digunakan Metode Newmark dimana terdapat faktor pengaruh Newmark yang dapat dilihat pada tabel 4.14 :
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 18
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana N =B/y 0.100
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.8 2.0 2.5 3.0 5.0 10.0
0.005 0.009 0.013 0.017 0.020 0.022 0.024 0.026 0.027 0.028 0.029 0.029 0.030 0.030 0.030 0.031 0.031 0.031 0.032 0.032 0.032
N =B/y 1.200
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.8 2.0 2.5 3.0 5.0 10.0
0.029 0.057 0.083 0.106 0.126 0.143 0.157 0.168 0.178 0.185 0.191 0.196 0.200 0.203 0.205 0.210 0.212 0.215 0.216 0.217 0.218
0.200 0.009 0.018 0.026 0.033 0.039 0.043 0.047 0.050 0.053 0.055 0.056 0.057 0.058 0.059 0.059 0.061 0.061 0.062 0.062 0.062 0.062
0.300 0.013 0.026 0.037 0.047 0.056 0.063 0.069 0.073 0.077 0.079 0.082 0.083 0.085 0.086 0.086 0.088 0.089 0.089 0.090 0.090 0.090
0.400 0.017 0.033 0.047 0.060 0.071 0.080 0.087 0.093 0.098 0.101 0.104 0.106 0.108 0.109 0.110 0.111 0.113 0.114 0.115 0.115 0.115
0.500 0.020 0.039 0.056 0.071 0.084 0.095 0.103 0.110 0.116 0.120 0.124 0.126 0.128 0.130 0.131 0.134 0.135 0.136 0.137 0.137 0.137
1.300 0.030 0.058 0.085 0.108 0.128 0.146 0.160 0.171 0.181 0.189 0.195 0.200 0.204 0.207 0.209 0.215 0.217 0.220 0.221 0.222 0.223
1.400 0.030 0.059 0.086 0.109 0.130 0.147 0.162 0.174 0.184 0.191 0.198 0.203 0.207 0.210 0.213 0.218 0.221 0.224 0.225 0.226 0.227
1.500 0.031 0.061 0.086 0.110 0.131 0.149 0.164 0.176 0.186 0.194 0.200 0.205 0.209 0.213 0.216 0.221 0.224 0.227 0.228 0.230 0.230
1.800 0.031 0.061 0.088 0.113 0.134 0.152 0.167 0.180 0.190 0.198 0.205 0.210 0.215 0.218 0.221 0.227 0.230 0.233 0.235 0.237 0.237
M=L/y 0.600 0.022 0.043 0.063 0.080 0.095 0.107 0.117 0.125 0.131 0.136 0.140 0.143 0.146 0.147 0.149 0.152 0.153 0.155 0.156 0.156 0.156 M=L/y 2.000 0.031 0.062 0.089 0.113 0.135 0.153 0.169 0.181 0.192 0.200 0.207 0.212 0.217 0.221 0.224 0.230 0.232 0.236 0.238 0.240 0.240
0.700 0.024 0.047 0.069 0.087 0.103 0.117 0.128 0.137 0.144 0.149 0.154 0.157 0.160 0.162 0.164 0.167 0.169 0.170 0.171 0.172 0.172
0.800 0.026 0.050 0.073 0.093 0.110 0.125 0.137 0.146 0.154 0.160 0.165 0.168 0.171 0.174 0.176 0.80 0.181 0.183 0.184 0.185 0.185
0.900 0.027 0.053 0.077 0.098 0.116 0.131 0.144 0.154 0.162 0.168 0.174 0.178 0.181 0.184 0.186 0.190 0.192 0.194 0.195 0.196 0.196
1.000 0.028 0.055 0.079 0.101 0.120 0.136 0.149 0.160 0.168 0.175 0.181 0.185 0.189 0.191 0.194 0.198 0.200 0.202 0.203 0.204 0.205
2.500 0.031 0.062 0.089 0.114 0.136 0.155 0.170 0.183 0.194 0.202 0.209 0.215 0.220 0.224 0.227 0.233 0.236 0.240 0.024 0.244 0.244
3.000 0.031 0.062 0.090 0.115 0.137 0.155 0.171 0.184 0.195 0.203 0.211 0.217 0.222 0.226 0.230 0.237 0.240 0.244 0.246 0.249 0.249
5.000 10.000 0.032 0.032 0.062 0.062 0.090 0.090 0.115 0.115 0.137 0.137 0.156 0.156 0.172 0.172 0.185 0.185 0.196 0.196 0.204 0.205 0.212 0.212 0.217 0.218 0.222 0.223 0.226 0.227 0.230 0.230 0.237 0.237 0.240 0.240 0.244 0.244 0.246 0.247 0.249 0.249 0.249 0.249
1.100 0.029 0.056 0.082 0.104 0.124 0.140 0.154 0.165 0.174 0.181 0.186 0.191 0.195 0.198 0.200 0.205 0.207 0.209 0.211 0.212 0.212
Tabel 4.14 Faktor Pengaruh Newmark
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 19
-
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Hasil perhitungan tegangan tanah akibat beban merata bangunan gedung 6 lantai BNI ‘46 Semarang sebesar q = 8,348 t/m2, ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Adapun titik yang diamati yaitu 3 m sampai 35 m karena titik 1 m dan 2 m belum ada pengaruh pembebanan bangunan. Kedalaman (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
B
G
I
F
Rata-rata
2,0787 2,0787 2,0787 2,0787 2,0787 2,0369 2,0369 2,0035 1,9367 1,9367 1,9367 1,8032 1,7531 1,7030 1,6362 1,6362 1,5527 1,5527 1,4609 1,4609 1,3524 1,3524 1,2188 1,2188 1,2188 1,0685 1,0685 1,0685 1,0685 0,8932 0,8932 0,8932 0,8932
4,1574 4,1239 4,0738 4,0070 3,8401 3,6898 3,5896 3,4895 3,3392 3,2056 3,0220 2,7381 2,7048 2,4376 2,3875 2,3875 2,0703 2,0703 2,0035 2,0035 1,6362 1,6362 1,5528 1,5528 1,5528 1,1520 1,1520 1,1520 1,1520 1,0518 1,0518 1,0518 1,0518
4,1574 4,1239 4,0070 4,0070 3,8401 3,7065 3,5896 3,4895 3,3726 3,2056 3,0220 2,7381 2,7048 2,4376 2,3875 2,3875 2,0703 2,0703 2,0035 2,0035 1,6362 1,6362 1,5528 1,5528 1,5528 1,1520 1,1520 1,1520 1,1520 1,0518 1,0518 1,0518 1,0518
8,3148 8,1476 8,0141 7,7469 7,2127 6,8120 6,5448 6,2109 5,8436 5,4095 4,8752 4,2742 4,2742 3,5729 3,5729 3,5729 2,8049 2,8049 2,8049 2,0035 2,0035 2,0035 2,0035 2,0035 1,2355 1,2355 1,2355 1,2355 1,2355 1,2355 1,2355 1,2355 1,2355
4,6771 4,6206 4,5434 4,4599 4,2429 4,0618 3,9402 3,7984 3,6230 3,4394 3,2140 2,8884 2,8592 2,5378 2,4960 2,1246 2,1246 2,0682 2,0682 1,6571 1,6571 1,5820 1,5820 1,5820 1,1520 1,1520 1,1520 1,1520 1,1520 1,0518 1,0518 1,0518 1,0518
Tabel 4.15 Hasil Analisis Tegangan Tanah Akibat Beban Bangunan ( ∆P )
4.5.2
Tekanan Tanah Efektif (Po) Tinjauan tekanan tanah efektif (Po) dihitung sampai pada kedalaman -35 m
Untuk data hasil penyelidikan tanah sampai pada kedalaman -35 m dapat dilihat pada gambar Soil Profil berikut ini : Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 20
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana M.T 4,5 m
Titik BM1 eo = 0,9377 kg/cm
M.A.T
5m
Gs = 2,7054 eo = 1,3816 kg/cm
10m
25m
2
3
; γsat = 1,8801 t/m
3
; Gs = 2,6427
2
3
; Gs = 2,6285 ; γsat = 1,6346 t/m
3
; Gs = 2,6151 ; γsat = 1,6460 t/m
Cc = 0,3515 eo = 1,36 kg/cm
= 1,7511 t/m
; γb
; γsat = 1,6897 t/m
Cc = 0,4995 eo = 1,50 kg/cm
20m
2
Cc = 0,5486 eo = 1,5661 kg/cm
15m
2
2
; Gs = 2,6343 3
Cc = 0,2554
; γsat = 1,7820 t/m
eo = 1,22 kg/cm2
; Gs = 2,6221
Cc = 0,2858
; γsat = 1,7307 t/m
3
35m
Kedalaman + 0.00 m ;Po
= 0 t/m2
Kedalaman - 1.00 m ; Po1
= γb . h1 = 1,7511 t/m3 . 1 m = 1,7511 t/m2
Kedalaman - 2.00 m ; Po2
= Po1 + γb . h2 = 1,7511 t/m2 + 1,7511 . 1 m = 3,5022 t/m2
Kedalaman - 3.00 m ; Po3
= Po2 + γb . h3 = 3,5022 t/m2 + 1,7511 t/m3 . 1 m = 5,2533 t/m2
Kedalaman - 4.00 m ; Po4
= Po3 + γb . h4 = 5,2533 t/m2 + 1,7511 t/m3 . 1 m = 7,0044 t/m2
Kedalaman - 5.00 m ; Po5
= Po4 + ( γsat - γw ) . h5 = 7,0044 t/m2 + ( 1,8801 t/m3 – 1 t/m3 ).1m = 7,8845 t/m2
Kedalaman - 6.00 m ; Po6
= Po5 + ( γsat - γw ) . h6 = 7,8845 t/m2 + ( 1,6897 t/m3 – 1 t/m3 ).1m = 8,5742 t/m2
keterangan :
γ = Berat jenis tanah h = Tebal lapisan tanah ( m )
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 21
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Hasil perhitungan tekanan tanah efektif (Po) sampai kedalaman -35,00 m : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Kedalaman Tekanan tanah efektif / Po 2 (m) ( t/m ) 1 1,7511 2 3,5022 3 5,2533 4 7,0044 5 7,8845 6 8,5742 7 9,2639 8 9,9536 9 10,6433 10 11,333 11 11,9676 12 12,6022 13 13,2368 14 13,8714 15 14,506 16 15,152 17 15,298 18 16,444 19 17,09 20 17,736 21 18,518 22 19,3 23 20,082 24 20,864 25 21,646 26 22,3767 27 23,1074 28 23,8381 29 24,5688 30 25,2995 31 26,0302 32 26,7609 33 27,4916 34 28,2223 35 28,953 Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Tekanan Efektif Tanah (Po)
Dari perhitungan didapatkan Tegangan Tanah Efektif (Po) pada kedalaman 35 m sebesar 28,953 ton/m2 atau sebesar 289,530 kN/m2. 4.5.3
a)
Perhitungan Penurunan / Settlement Penurunan segera / langsung. Ialah penurunan yang disebabkan oleh adanya pembebanan baik itu beban
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi tanpa disertai dengan keluarnya air pori didalam tanah sebagai perletakan pondasi. Adapun persamaan untuk mencari besarnya penurunan langsung ialah : Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 22
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Si = q. B 1 – µ2 . Iw Es Dimana, q
= beban merata yang bekerja pada pondasi
B = lebar pondasi Iw = faktor pengaruh yang tergantung dari bentuk pondasi dan kekakuan pondasi ( tabel 2.5 ) µ
= angka poisson ratio ( tabel 2.6 )
Es = sifat elastisitas tanah ( tabel 2.7 ) Iw = 1,15 µ
= 0,1 – 0,3 ( clay unsaturated ) → diambil 0,2
Es = 5 – 25 MPa ( soft clay ) → diambil 15 MPa = 15000 kN/m2
8,348 kN/m
22 m
22 m
Gambar 4.8 Distribusi beban merata pada luas bangunan
Si q . B .
1 µ2 Es
. I w 8,348kN/m 2 . 22m .
1 0,2 2 15000kN/m 2
. 1,15
= 0,0135 m = 1,35 cm
Jadi Penurunan segera/langsung ialah sebesar : 1,35 cm.
b)
Penurunan Konsolidasi Ialah penurunan yang disebabkan oleh pembebanan baik itu beban / berat
bangunan yang berada diatas pondasi maupun berat sendiri pondasi yang disertai dengan keluarnya air pori. Adapun persamaan mencari penurunan / settlement akibat konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) yaitu: S=
p Δp log o 1 eo po C c .H
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 23
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Keterangan : S = Penurunan / settlement ( cm ) Cc = Indeks kompresi tanah H = Tebal lapisan tanah eo = Angka pori po = Tekanan efektif ( ton/m2 ) ∆p = Perubahan tekanan ( ton/m2 ) Tv = Faktor waktu t
= Waktu ( detik )
U = Derajat konsolidasi
Settlement pada kedalaman -1.00 m S=
Cc .H1 1 e0
log
p0 Δp p0
S=
0,2197.1m 1 0,9377
log
1,7511t/m 2 0t/m 2 1,7511t/m 2
S = 0,1134 m . log 1 S = 0 cm.
Settlement pada kedalaman -2.00 m S=
Cc .H2 1 e0
log
p0 Δp p0
S=
0,2197.1m 1 0,9377
log
3,5022t/m 2 0t/m 2 3,5022t/m 2
S = 0,1134 m . log 1 S = 0 cm.
Settlement pada kedalaman -3.00 m S=
Cc .H3 1 e0
log
p0 Δp p0
S=
0,2197.1m 1 0,9377
log
5,2533t/m2 4,6771t/m2 5,2533t/m2
S = 0,1134 m . log 1,8903 S = 0,03136 m = 3,136 cm
Settlement pada kedalaman -4.00 m S=
Cc .H4 1 e0
log
p0 Δp p0
S=
0,2197.1m 1 0,9377
log
7,0044t/m2 4,6206t/m2 7,0044t/m2
S = 0,1134 m . log 1,6597 S = 0,02495 m = 2,495 cm
Settlement pada kedalaman -5.00 m S=
Cc .H5 1 e0
log
p0 Δp p0
S=
0,2197.1m 1 0,9377
log
7,8845t/m2 4,5434t/m2 7,8845t/m2
S = 0,1134 m . log 1,5761 S = 0,02241 m = 2,241 cm Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 24
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Settlement pada kedalaman -6.00 m S=
Cc .H6 1 e0
log
p0 Δp p0
S=
0,5486.1m 1 1,3816
log
8,5742t/m 2 4,45991t/m2 8,5742t/m2
S = 0,2303 m . log 1,5202 S = 0,04189 m= 4,189 cm Untuk perhitungan penurunan (settlement) selanjutnya sampai dengan kedalaman 35 m bisa dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini. Kedalaman (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Po ∆p 2 2 ( t/m ) ( t/m ) 0,2197 0,9377 1,7511 0,2197 0,9377 3,5022 0,2197 0,9377 5,2533 4,6771 0,2197 0,9377 7,0044 4,6206 0,2197 0,9377 7,8845 4,5434 0,5486 1,3816 8,5742 4,4599 0,5486 1,3816 9,2639 4,2429 0,5486 1,3816 9,9536 4,0618 0,5486 1,3816 10,6433 3,9402 0,5486 1,3816 11,333 3,7984 0,4995 1,5661 11,9676 3,6230 0,4995 1,5661 12,6022 3,4394 0,4995 1,5661 13,2368 3,2140 0,4995 1,5661 13,8714 2,8884 0,4995 1,5661 14,506 2,8592 0,3515 1,50 15,152 2,5378 0,3515 1,50 15,298 2,4960 0,3515 1,50 16,444 2,1246 0,3515 1,50 17,09 2,1246 0,3515 1,50 17,736 2,0682 0,2554 1,09 18,518 2,0682 0,2554 1,09 19,3 1,6571 0,2554 1,09 20,082 1,6571 0,2554 1,09 20,864 1,5820 0,2554 1,09 21,646 1,5820 0,2858 1,22 22,3767 1,5820 0,2858 1,22 23,1074 1,1520 0,2858 1,22 23,8381 1,1520 0,2858 1,22 24,5688 1,1520 0,2858 1,22 25,2995 1,1520 0,2858 1,22 26,0302 1,1520 0,2858 1,22 26,7609 1,0518 0,2858 1,22 27,4916 1,0518 0,2858 1,22 28,2223 1,0518 0,2858 1,22 28,953 1,0518 Tabel 4.17 Hasil perhitungan Penurunan / Settlement Cc
eo
Settlement ( cm ) 0 0 3,136 2,495 2,241 4,189 3,771 3,423 3,15 2,891 2,236 2,040 1,838 1,599 1,521 0,946 0,923 0,863 0,716 0,691 0,562 0,540 0,421 0,406 0,374 0,363 0,370 0,264 0,256 0,249 0,242 0,217 0,211 0,206 0,201
Jadi besarnya penurunan / settlement total yang diakibatkan adanya konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi) ialah sebesar 43,551 cm.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 25
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Dari perhitungan diatas diketahui bahwa penurunan / settlement total akibat konsolidasi sebesar 43,551 cm dengan faktor waktu ’U’ sebesar 90%, maka waktu penurunan terjadi ialah : Tv =
Cv
Tv =
¼ . .U2 ; bila U = 90 %
Tv =
¼ . .U2
Tv =
¼ . 3,14 . ( 0,9 ) 2
Tv =
0,63585
Tv =
H
Cv H2
2
.t
.t
Tv.H 2
t
=
t
=
0,63585.(3 5 m 2 ) 0,0045cm 2 / det
t
=
2 778,91625 m 0,00000045 m 2 / det
t
=
1730925000 det
t
=
t
= 54,887 tahun
Cv
1730925000 det 365 x 24 x 60 x 60
Besarnya penurunan / settlement yang diakibatkan adanya konsolidasi sekunder diabaikan sebab konsolidasi sekunder berlangsung dalam waktu yang lama dan penurunan yang terjadi sangat kecil. Jadi penurunan / settlement total adalah : =
Penurunan segera + Penurunan konsolidasi primer (tanah normal konsolidasi)
=
1,35 cm + 43,551 cm
=
44,901 cm
4.6
PERHITUNGAN RIB KONSTRUKSI
4.6.1
Tebal Ekivalen Rib Konstruksi Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba, pengaruh
dari perbaikan tanah dianggap = 0.
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 26
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Kolom
= 80 x 80 (cm2)
Asumsi, tebal pelat = 15 cm tebal rib
= 15 cm
hk
= 200 cm
A
P qa
Dimana, A = luas lingkaran akibat pengaruh beban kolom qa = daya dukung tanah = 93,46 t/m2 P = beban terpusat pada kolom diambil nilai yang terbesar 306,465 t A
R
check
P qa
→ .R 2
306,465
.93,46
P qa
= 1,02 m = 102 cm
:
R > 0,5 . a1 102 cm > 0,5 . 80 cm 102 cm > 40 cm Maka, diambil nilai R = 102 cm Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :
1 hk t t 2R . t 8b (hk t) . t 2R.t 8b hk t y 2 2 y
=
Rt 2 4b (hk 2 t 2 ) 2Rt 8b (hk t)
π.102.15 2 4.15. (200 2 15 2 ) 2π.102.15 8.15.(200 15)
= 77,28 cm
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 27
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 2
1 1 hk t 3 Ix .2Rt 2Rt y t 8. .b hk t 8b hk t t y 12 2 12 2 1
=
2
3
2
1 1 3 . 2 .102 .15 3 + 2 . 102.15 . 77,28 .15 + 8. .15 200 15 + 8 12 12 2 1
.15.
1 (200 – 15) .200 15 15 77,28 2
2
= 180248,8785 + 46809416,71 + 63316250 + 20274114,48 = 130580030,1 cm4 1
1
Ix 3 130580030, 1 3 t e 12. = 12. = 134,72 cm ≈ 135 cm 2 .102 2R
te (max)
= 0,7 . hk = 0,7 . 200 = 140 cm
Diambil, te = 135 cm. 4.6.2
Tinggi Rib Konstruksi
Gambar 4.9 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen
a, b = Lebar kolom (m) F
= Luas daerah penyebaran beban
qo
= tegangan tanah maksimum
F
= (a + 3,4.hk + 1,3) . (b + 3,4.hk + 1,3)
Keseimbangan beban : P
= F . qo
P
= qo ( a + 3,4 hk + 1,3 ) . ( b + 3,4 hk + 1,3 )
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 28
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Dimana, a
= b = 0,80 m
hk
= 2m
qo
= 8,348 t/m
Pmax = 8,348.(0,80 + 3,4 . 2 + 1,3 ) . ( 0,80 + 3,4 . 2 + 1,3 ) = 661,245 t Untuk qo = qa, maka : Pmax = F . qa Pmax = qa ( a + 3,4 hki + 1,3 ) . ( b + 3,4 hki + 1,3 ) 661,245 = 93,46.(0,80 + 3,4 . hki + 1,3)2 661,245 = 93,46 (4,41+14,28 hki +11,56 hki2) 0 = 11,56 hki2 + 14,28 hki - 2,665 Dari persamaan tersebut didapatkan nilai : hki
= 0,165 m
Untuk memperoleh desain yang ekonomis (dengan memanfaatkan pembesian minimum), maka ditentukan :
Maka,
hk
= 0,8 . hki = 0,8 . 0,165 = 0,132 m
qo
Pmax a 3,4.hk 1,3 b 3,4.hk 1,3
qo
661,245
0,80 3,4.0,132 1,30,80 3,4.0,132 1,3
qo = 101,787 t/m2 P1 = qa ( a + 3,4.hk + 1,3 ) . ( b + 3,4.hk + 1,3 ) = 93,46 ( 0,80 + 3,4 . 0,132 + 1,3 )2 = 607,152 t Ps = P – P1 = 661,245 – 607,152 = 54,093 t Dimana, Ps = Psisa P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis 4.6.3
Dimensi Dan Penulangan Rib Konstruksi
Luas penyebaran F
P qa
Dimana, F = (a + 3,4 hk + 2c + 1,3) . (b + 3,4 hk + 2c + 1,3) 661,245 = 93,46 (0,8 + 3,4 . 0,132 + 2c + 1,3)2 0
= 4c2 + 10,195c – 0,579
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 29
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Dari persamaan tersebut didapatkan nilai : c = 0,056 m Luas penyebaran beban : F = (0,8 + 3,4 . 0,132 + 2 . 0,056 + 1,3)2 = 7,08 m2 Check : q
Pygbekerja F
306,465 7,08
q ijin
93,46 t/m2
43,286 t/m2 ≤ 93,46 t/m2...........................Aman !! Dengan memodelkan RIB sebagai balok yang ditumpu oleh dua tumpuan jepit, diberi beban q (tegangan maksimum yang terjadi). Maka dapat diketahui gayagaya dalam terbesar yang bekerja. q q
= tegangan maksimum = 8,348 t/m
7,5 m
Bidang Momen
Bidang Momen : M
39,131 tm
39,131 tm
=
1 . 12
q.L2
=
1 . 12
8,348 . 7,52
= 39,131 tm -
-
Mmax =
1
=
1
+
24
. q.L2
24
. 8,348 . 7,52
= 19,566 tm
19,566 tm
Bidang Geser
Bidang Geser D
31,305 t
=
1
=
1
2
. q.L
2
. 8,348 . 7,5
= 31,305 t 31,305 t Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 30
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Cek Tulangan Lapangan Rib Konstruksi Diketahui : Ø 10 – 15 cm 15
4 Ø 16 Ø 10 – 15 cm 200 Ø 10 – 15 cm 4 Ø 19
15
Mutu beton (f’c) = 17,89 Mpa = 178,9 kg/cm2 ~ (K-225) Mutu baja (fy)
= 240 MPa
b
= 0,15 m
= 15 cm
h
= 2m
= 200 cm
p
= 40 mm
= 4 cm
Ø tulangan utama
= 2400 kg/cm2 ~ (U-24)
= 19 mm = 1,9 cm
Ø tulangan sengkang = 10 mm = 1 cm As’ = 8,04 cm2 (4Ø16) As = 11,34 cm2 (4Ø19) d
= h – ½ . Øtul. utama – Øsengkang – p = 200 – ½ . 1,9 – 1 – 4 = 194,05 cm
d’ = h – d = 200 – 194,5 = 5,95 cm
4500 f' c ρmax β . .0,85. 1 6000 fy fy = 0,85. ρ ρ'
As b.d As' b.d
ρmin
6000 2400
11,34 15.193
14 fy
4500
8,04 15.193
.0,85.
178,9 2400
= 0,0289
0,0039 0,0028
14 2400
0,0058
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 31
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Syarat : - ρ < ρmin, berarti penampang tidak mencukupi, sehingga ρ diperbesar : As = 22,68 cm2 (8 Ø 19) ρ
As b.d
22,68 15.193
0,0078
- ρ > ρmin, berarti penampang mencukupi. ρ – ρ’ = 0,0078 – 0,0028 = 0,005
Rl 0,85.f' c 0,85.178,9 152,065
Rl d' 6000 152,065 5,95 6000 β . . . 0,85. . . = 0,0028 1 fy d 6000 fy 2400 194,05 6000 2400 Rl d' 6000 ρ – ρ’ > β . . . dan ρ – ρ’ < ρmax, maka : 1 fy d 6000 fy F ρ ρ' .
K F 1
fy Rl
0,005.
2400 152,065
0,079
F
0,079 0,079 1 0,076 2 2
M K.b.d 2 .Rl As'.fy.d d' = (0,076.15.194,052.152,065) + (8,04.2400.(194,05-5,95)) = 6527718,411 + 3629577,6 = 10157296,01 kgcm
Mu φ.M 0,8.101572 96,01 8125836,80 9 kgcm Mu = 8125836,809 kgcm > momen yg terjadi = 1956600 kgcm...........Aman!!! Cek Daerah Tumpuan Rib Konstruksi Diketahui : Ø 10 – 15 cm 15
4 Ø 16 Ø 10 – 15 cm 200 Ø 10 – 15 cm 4 Ø 19
15 Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 32
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Karena tulangan simetris, maka :
M K.b.d 2 .Rl As'.fy. d d' = (0,076.15.1932.152,065) + (8,04.2400.(193-7)) = 6457266,871 + 3589056 = 10046322,87 kgcm
Mu φ.M 0,8.100463 22,87 8037058,29 6 kgcm Mu = 8037058,296 kgcm > momen yg terjadi = 3913100 kgcm...........Aman!!! Cek Tulangan Geser Rib Konstruksi Vu = 31,305 t = 313,05 kN d
= 193 cm
= 1940,5 mm
b
= 15 cm
= 150 mm
q
= 8,348 t
= 83,48 kN
Pada jarak sejauh d dari tumpuan, maka :
Vu
terpakai
Vn
Vu
Vu (q.d) 313,05 (83,48.0,19405) 296,851 kN
terpakai φ
296,851 0,6
494,752 kN
Vc 0,17. f' c .b.d 0,17. 17,89 .150.1940, 5 209295,070 N = 208,163 kN
2 3
. f' c .b.d
2 3
. 17,89 .150.1940, 5 820764,979 N = 820,765 kN
Vn – Vc = 494,752 – 209,295 = 285,457 kN Vn – Vc <
2 3
. f' c .b.d
285,457 kN < 820,765 kN, berarti penampang cukup. φ.
Vc 2
0,6.
Vu > φ.
209,925 2
62,789 kN
Vc 2
313,05 kN > 62,789 kN
→ berarti perlu tulangan geser.
φ.Vc 0,6.209,295 125,577 kN Vu > φ.Vc 313,05 kN > 125,577 kN Vn – Vc = 285,457 kN = 285457 N
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 33
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
0,33. f' c .b.d 0,33. 17,89 .150.1940, 5 406278,665 N = 406,279 kN Akan digunakan sengkang dengan diameter 1 cm = 10 mm 1 Av = jumlah luas penampang dua kali sengkang = 2. π.10 2 = 157 mm2 4
s
Av.d.fy
Vn Vc
S = 254 mm <
157.1940,5 .240 285457 d 2
1940,5 2
256 mm
970,25 mm
Penulangan Pelat
Diketahui : Wu = qa . c = 93,46 . 0,056 = 5,234 tm
f’c = 17,89 MPa
fy
= 240 Mpa
t
p
= 40 mm
Ø tul. Utama = 4 cm = 40 mm
max β1.
4500
6000 fy
= 0,85.
min
14 fy
.0,85.
4500
6000 2400 14
2400
= 15 cm = 150 mm
f' c fy
.0,85.
178,9 2400
= 0,0289
0,0058
Tinggi efektif tulangan : dx = t – 2p – 2 . ½ Ø tul. atas = 150 – 2 . 40 – 2 . ½ . 10 = 60 mm dy = t – 2p – 2 . ½ Ø tul. atas - Ø tul. bawah = 150 – 2 . 40 – 2 . ½ . 10 - 2 . 10 = 40 mm Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 34
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Berdasarkan SKSNI :
Ly Lx
=
0,132 0,056
= 2,4
Mlx = 0,001. Wu . Lx2 . x
→ x = 99,4
Mly = 0,001. Wu . Lx2 . x
→ x = 21,6 → x = 112
2
Mty = - 0,001. Wu . Lx . x Mtx = ½ . Mlx Momen lapangan arah x Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x
= 0,001 . 5,234 . 0,0562. 99,4 = 0,0016 tm Mlx b.dx 2 Mlx b.dx 2
=
0,0016
= 0,444 t = 444 kg
1.0,06 2
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy f' c
444 = ρ . 0,8 . 2400 1 - 0,588
2400 178,9
0 = 15145,355 ρ 2 - 1920 . 104 ρ + 444
= 2 . 10-5 ρ < ρ min, maka : As = ρ min . b . dx = 0,058 . 1. 0,06 = 3,48 . 10-4 m2 = 348 mm2 As = 348 mm2, akan digunakan tulangan Ø 10 - 150 (As = 524 mm2) Check : ρ =
As b.dx
=
5,24.10 4 1.0,06
= 0,0087 ρ min < ρ < ρ max 0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!! Momen lapangan arah y Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x = 0,001 . 5,234 . 0,0562. 21,6 = 3,5 . 10-4 tm Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 35
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Mly b.dy 2 Mly b.dy 2
=
3,5 . 10 - 4 1.0,04 2
= 0,21875 t = 218,75 kg
fy f' c
= .0,8.fy 1 - 0,588
218,75 = .0,8.2400 1 - 0,588
2400 178,9
0 = 15145,355 ρ 2 - 1920 . 104 ρ + 218,75 ρ = 1 . 10-5 ρ < ρ min, maka : As = ρ min . b . dy = 0,058 . 1 . 0,04 = 2,32 . 10-4 m2 = 232 mm2 As = 232 mm2, akan digunakan tulangan Ø 10 - 150 (As = 524 mm2) Check : ρ=
As b.dy
=
5,24.10 4 1.0,04
= 0,0131 ρ min < ρ < ρ max 0,0058 < 0,0131 < 0,0289...........Aman!!! Momen tumpuan arah y Mty = 0,001. Wu . Lx2 . x = 0,001 . 5,234 . 0,0562. 112 = 3,28 . 10-3 tm Mty b.dy 2 Mty b.dy
2
=
3,28 . 10 - 3 1.0,04 2
= 2,05 t = 2050 kg
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy f' c
2050 = .0,8.2400 1 - 0,588
2400 178,9
1 = 15145,355 ρ 2 – 1920 . 104 ρ + 2050 ρ = 1,07 . 10-4 m2 Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 36
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana ρ < ρ min, maka : As = ρ min . b . dy = 0,0058 . 1. 0,04 = 2,32 . 10-4 m2 = 232 mm2 As = 232 mm2, akan digunakan tulangan Ø 10 - 150 (As = 524 mm2) Check : ρ =
As
5,24.10 4
=
b.dy
1.0,04
= 0,0131
ρ min < ρ < ρ max 0,0058 < 0,0131 < 0,0289...........Aman!!! Momen tumpuan arah x Mtx = ½ . Mlx = ½ . 0,0016 = 8 . 10-4 Mtx b.dx 2 Mtx b.dx 2
=
8 . 10 - 4
= 0,2222 t = 222,2 kg
1.0,06 2
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy f' c
222,2 = .0,8.2400 1 - 0,588
2400 178,9
1 = 15145,355 ρ 2 – 1920 . 104 ρ + 222,2 ρ = 1,16 . 10-5 m2 ρ < ρ min, maka : As = min . b . dy = 0,0058 . 1. 0,06 = 3,48 . 10-4 m2 = 348 mm2 As = 348 mm2, akan digunakan tulangan Ø 10 - 150 (As = 524 mm2) Check : ρ =
As b.dx
=
5,24.10 4 1.0,06
= 0,0087 ρ min < ρ < ρ max 0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!!
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 37
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 4.7
PERHITUNGAN RIB SETTLEMENT
4.7.1
Tebal Ekivalen Rib Settlement Didalam perhitungan tebal ekivalen Konstruksi Sarang Laba-Laba, pengaruh
dari perbaikan tanah dianggap = 0.
Kolom
= 80 x 80 (cm2)
Asumsi, tebal pelat = 15 cm tebal rib
= 15 cm
hk
= 250 cm
A
P qa
Dimana, A = luas lingkaran akibat pengaruh beban kolom qa = daya dukung tanah = 93,46 t/m2 P = beban terpusat pada kolom diambil nilai yang terbesar 306,465 t A
R
P qa
→ .R 2
306,465
.93,46
P qa
= 1,02 m = 102 cm
Check : R > 0,5 . a1 102 cm > 0,5 . 80 cm 102 cm > 40 cm Maka, diambil nilai R = 102 cm Statis momen terhadap sisi atas pada gambar diatas :
1 hk t t 2R . t 8b (hk t) . t 2R.t 8b hk t y 2 2
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 38
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana
Rt 2 4b (hk 2 t 2 ) 2Rt 8b (hk t)
y
=
Ix
π.102.15 2 4.15. (250 2 15 2 ) 2π.102.15 8.15.(250 15)
1 12
.2Rt 3 2Rt y
= 100,72 cm
2
1 1 hk t 3 t 8. .b hk t 8b hk t t y 2 12 2
2
2
1 1 3 = . 2 .102 .15 + 2 . 102.15 . 100,72 .15 + 8. .15 250 15 + 12 12 2 1
3
8.15.
1 (250 – 15) .250 15 15 100,72 2
2
= 180248,8785 + 83539043,11 + 129778750 + 28481108,88 = 241979150,9 cm4 1
1
Ix 3 241979150, 9 3 t e 12. = 12. = 165,47 cm ≈ 166 cm 2 .102 2R
te (max)
= 0,7 . hk = 0,7 . 250 = 175 cm
Diambil, te = 166 cm. 4.7.2
Tinggi Rib Settlement
Gambar 4.10 Luasan Daerah Penyebaran Beban Sebelum Memikul Momen
a, b = Lebar kolom (m) F
= Luas daerah penyebaran beban
qo
= tegangan tanah maksimum
F
= (a + 3,4.hk + 1,3) (b + 3,4.hk + 1,3)
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 39
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Keseimbangan beban : P
= F . qo
P
= qo ( a + 3,4 hk + 1,3 ) . ( b + 3,4 hk + 1,3 )
Dimana, a
= b = 0,80 m
hk
= 2,5 m
qo
= 8,348 t/m
Pmax = 8,348 . (0,80 + 3,4 . 2,5 + 1,3 ) . ( 0,80 + 3,4 . 2,5 + 1,3 ) = 937,98 t Untuk qo = qa, maka : Pmax = F . qa Pmax = qa ( a + 3,4 hki + 1,3 ) . ( b + 3,4 hki + 1,3 ) 937,98 = 93,46 . (0,80 + 3,4 . hki + 1,3)2 937,98 = 93,46 . (4,41+14,28 hki +11,56 hki2) 0 = 11,56 hki2 + 14,28 hki - 5,626 Dari persamaan tersebut didapatkan nilai : hki
= 0,3 m
Untuk memperoleh desain yang ekonomis (dengan memanfaatkan pembesian minimum), maka ditentukan :
Maka,
hk
= 0,8 . hki = 0,8 . 0,3 = 0,24 m
qo
Pmax a 3,4.hk 1,3 b 3,4.hk 1,3
937,98
0,80 3,4.0,24 1,30,80 3,4.0,3 1,3
= 110,31 t/m2 P1 = qa ( a + 3,4.hk + 1,3 ) ( b + 3,4.hk + 1,3 ) = 93,46 ( 0,80 + 3,4 . 0,24 + 1,3 )2
= 794,70 t
Ps = P – P1 = 937,98 – 794,70 = 143,28 t Dimana, Ps = Psisa P1 = sebagian dari beban yang terdistribusi habis 4.7.3
Dimensi Dan Penulangan Rib Settlement
Luas penyebaran F
P qa
Dimana, F = (a + 3,4 hk + 2c + 1,3)(b + 3,4 hk + 2c + 1,3) Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 40
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana = 93,46 (0,8 + 3,4 . 0,132 + 2c + 1,3)2
937,98
= 4c2 + 11,664c – 1,533
0
Dari persamaan tersebut didapatkan nilai : c
= 0,13 m
Luas penyebaran beban : F
= (0,8 + 3,4 . 0,24 + 2 . 0,13 + 1,3)2 = 10,087 m2
Check : q
Pygbekerja F
306,465 10,087
q ijin
93,46 t/m2
30,38 t/m2 ≤ 93,46 t/m2...........................Aman !! Dengan memodelkan RIB sebagai balok yang ditumpu oleh dua tumpuan jepit, diberi beban q (tegangan maksimum yang terjadi). Maka dapat diketahui gayagaya dalam terbesar yang bekerja. q q = tegangan maksimum = 8,348 t/m 8m
Bidang Momen 44,523 tm
Bidang Momen : 44,523 tm
-
M
+
=
1 . 12
q.L2
=
1 . 12
8,348 . 82
= 44,523 tm Mmax =
1
=
1
22,261 tm
24
. q.L2
24
. 8,348 . 82
= 22,261 tm Bidang Geser
Bidang Geser D
33,392 t
=
1
=
1
2
. q.L
2
. 8,348 . 8
= 33,392 t 33,392 t Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 41
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Cek Tulangan Lapangan Rib Konstruksi Diketahui : Ø 10 – 15 cm 15
4 Ø 16 Ø 10 – 15 cm 250 Ø 10 – 15 cm 4 Ø 19
15
Mutu beton (f’c) = 17,89 Mpa = 178,9 kg/cm2 ~ (K-225) Mutu baja (fy)
= 240 MPa
b
= 0,15 m
= 15 cm
h
= 2,5 m
= 250 cm
p
= 40 mm
= 4 cm
Ø tulangan utama
= 2400 kg/cm2 ~ (U-24)
= 19 mm = 1,9 cm
Ø tulangan sengkang = 10 mm = 1 cm As’ = 8,04 cm2 (4Ø16) As = 11,34 cm2 (4Ø19) d
= h – ½ . Øtul. utama – Øsengkang – p = 250 – ½ . 1,9 – 1 – 4 = 244,05 cm
d’ = h – d = 250 – 244,5 = 5,95 cm
4500 f' c ρmax β . .0,85. 1 6000 fy fy = 0,85. ρ ρ'
As b.d As' b.d
ρmin
4500
6000 2400
11,34 15.244,05
8,04 15.244,05
14 fy
14 2400
.0,85.
178,9 2400
= 0,0289
0,0031 0,0022
0,0058
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 42
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Syarat : - ρ < ρmin, berarti penampang tidak mencukupi, sehingga ρ diperbesar : As = 22,68 cm2 (8 Ø 19) ρ
As b.d
22,68 15.244,05
0,0062
- ρ > ρmin, berarti penampang mencukupi. ρ – ρ’ = 0,0062 – 0,0022 = 0,004
Rl 0,85.f' c 0,85.178,9 = 152,065 Rl d' 6000 152,065 5,95 6000 β . . . 0,85. . . = 0,0022 1 fy d 6000 fy 2400 244,05 6000 2400 Rl d' 6000 ρ – ρ’ > β1. . . dan ρ – ρ’ < ρmax, maka : fy d 6000 fy F ρ ρ' .
K F 1
fy Rl
0,004.
2400 152,065
0,0631
F
0,0631 0,0631 1 0,0611 2 2
M K.b.d 2 .Rl As'.fy.d d'
= (0,0611.15.244,052.152,065) + (8,04.2400.(244,05-5,95)) = 12895166,31 kgcm
Mu φ.M 0,8.12895166,31 = 10316133,05 kgcm Mu = 10316133,05 kgcm > momen yg terjadi = 2226100 kgcm...........Aman!!! Cek Daerah Tumpuan Rib Konstruksi Diketahui : Ø 10 – 15 cm 15
4 Ø 16 Ø 10 – 15 cm 250 Ø 10 – 15 cm 4 Ø 19
15 Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 43
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Karena tulangan simetris, maka :
M K.b.d 2 .Rl As'.fy. d d' =(0,0611.15.244,052.152,065) + (8,04.2400.(244,05 – 5,95)) =12895166,31 kgcm
Mu φ.M 0,8.128951 66,31 10316133,0 5 kgcm Mu = 10316133,05 kgcm > momen yg terjadi = 4452300 kgcm...........Aman!!! Cek Tulangan Geser Rib Konstruksi Vu = 33,392 t
= 333,92 kN
d
= 244,05 cm = 2440,5 mm
b
= 15 cm
= 150 mm
q
= 8,348 t
= 83,48 kN
Pada jarak sejauh d dari tumpuan, maka : Vu
terpakai
Vn
Vu
Vu (q.d) 333,92 (83,48.0,2 4405) 313,547 kN
terpakai 313,547 522,578 kN φ 0,6
Vc 0,17. f' c .b.d 0,17. 17,89 .150.2440, 5 263223,199 N = 263,223 kN
2 3
. f' c .b.d
2 3
. 17,89 .150.2440,5 1032247,83 9 N = 1032,248 kN
Vn – Vc = 522,578 – 263,223 = 259,355 kN Vn – Vc <
2 3
. f' c .b.d
259,355 kN < 1032,248 kN, berarti penampang cukup.
φ.
Vc 2
0,6.
Vu > φ.
263,223 2
78,967 kN
Vc 2
333,92 kN > 78,967 kN
→ berarti perlu tulangan geser.
φ.Vc 0,6.263,223 157,934 kN Vu > φ.Vc 333,92 kN > 157,934 kN Vn – Vc = 259,355 kN = 259355 N
0,33. f' c .b.d 0,33. 17,89 .150.2440, 5 510962,68 N = 510,963 kN Akan digunakan sengkang dengan diameter 1 cm = 10 mm Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 44
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana 1 Av = jumlah luas penampang dua kali sengkang = 2. π.10 2 = 157 mm2 4
s
Av.d.fy
Vn Vc
S = 355 mm <
157.2440,5 .240 259355 d 2
2440,5 2
355 mm
1220,25 mm
Penulangan Pelat
Diketahui : Wu = qa . c = 93,46 . 0,13 = 12,15 tm
f’c = 17,89 MPa
fy
= 240 MPa
t
p
= 40 mm
Lx = 0,13 m
Ø tul. atas
= 1 cm = 10 mm
= 15 cm = 150 mm
Ly = 0,24 m
Ø tul. bawah = 1 cm = 10 mm
max β1.
4500
6000 fy
= 0,85.
.0,85.
4500
6000 2400
f' c fy
.0,85.
178,9 2400
= 0,0289
min
14 fy
14 2400
= 0,0058
Tinggi efektif tulangan : dx = t – 2p – 2 . ½ Ø tul. atas = 150 – 2 . 40 – 2 . ½ . 10 = 60 mm dy = t – 2p – 2 . ½ Ø tul. bawah - Ø tul. atas = 150 – 2 . 40 – 2 . ½ . 10 - 2 . 10 = 40 mm Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 45
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Berdasarkan SKSNI :
Ly
=
Lx
0,24 0,13
= 1,8
Mlx = 0,001. Wu . Lx2 . x
→ x = 99,4
Mly = 0,001. Wu . Lx2 . x
→ x = 21,6 → x = 112
2
Mty = - 0,001. Wu . Lx . x Mtx = ½ . Mlx Momen lapangan arah x Mlx = 0,001 . Wu . Lx2 . x = 0,001 . 12,15 . 0,132. 99,4 = 0,015 tm
Mlx 0,015 = = 4,1667 t = 4166,7 kg 2 1.0,06 2 b.dx Mlx b.dx
2
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy f' c
4166,7 = . 0,8 . 2400 1 - 0,588
2400 178,9
0 = 15145,355 2 - 1920 . 104 + 4166,7 ρ = 2,17 . 10-4 ρ < ρ min, maka : As = min . b . dx = 0,0058 . 1. 0,06 = 3,48 . 10-4 m2 = 348 mm2 As = 348 mm2, akan digunakan tulangan Ø 10 - 150 (As = 524 mm2) Check : ρ =
As b.dx
=
5,24.10 4 1.0,06
= 0,0087
ρ min < ρ < ρ max 0,0058 < 0,0087 < 0,0289...........Aman!!! Momen lapangan arah y Mly = 0,001 . Wu . Lx2 . x = 0,001 . 12,15 . 0,0132. 21,6 = 5,54 . 10-3 tm Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 46
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB IV ANALISIS DATA & PERHITUNGAN
Tirta Rahman Maulana Mly b.dy 2 Mly b.dy 2
=
5,54 . 10 - 3 1.0,04 2
= 3,465 t = 3465 kg
= .0,8.fy 1 - 0,588
fy f' c
3465 = .0,8.2400 1 - 0,588
2400 178,9
0 = 15145,355 ρ 2 - 1920 . 104 ρ + 3465 ρ = 1,8 . 10-4 ρ < ρ min, maka : As = min . b . dy = 0,0058 . 1 . 0,04 = 2,32 . 10-4 m2 = 232 mm2 As = 232 mm2, akan digunakan tulangan Ø 10 - 150 (As = 524 mm2)
Laporan Tugas Akhir Analisis P enggunaan Struktur P ondasi S arang Laba-Laba P ada Gedung Bni ’46 Wilayah 05 Semarang
IV - 47
2-5
1
Lt 2,50 5,00 2,50 1,13 2,50 2,50 0,81 1,80 2,50 2,50 5,00 2,50 0,80 4,00 2,50 1,35 3,00 2,50 0,20 2,00 2,50 0,78 3,10 1,25 0,63 2,50 0,63
2,50 5,00 2,50 1,13 2,50 2,50 0,81 1,80 2,50 2,50 5,00 2,50 0,80 4,00 2,50 1,35 3,00 2,50 0,20 2,00 2,50
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7
Ly m
Lx m
10
10 10 10 10 10 10 10
5,00 5,00 5,00 5,00 2,50 5,00 5,00 1,80 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00 5,00 5,00 3,00 5,00 5,00 2,00 5,00
10
10
10
10
10
10
10
10
m
Ø
2,50 2,50 2,50
5,00 3,10 5,00
5,00 2,00 5,00
5,00 3,00 5,00
5,00 4,00 5,00
5,00 5,00 5,00
5,00 1,80 5,00
5,00 2,50 5,00
5,00 5,00 5,00
Pjg arah x Pjg arah y Tump Lap Tump Lap Type m m m m
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
50
50
50
50
50
50
50
25
50
50
50
50
50
50
50
50
33
33
33
33
33
33
33
17
33
33
33
33
33
33
33
33
21 14
20
28
34
13
18
34
18
22
14
21
28
34
13
18
34
30
40
50
18
25
50
25
31
20
30
40
50
18
25
50
124,36
1
12196,56
435,77
516,23
737,77
263,97
2003,00
8115,47
13256,19
146,82
543,92
124,36
435,77
516,23
737,77
263,97
2003,00
8484,36
kg
Volume
2
2
2
2
11
23
2
3
1
2
2
2
2
11
23
Jrk tul x Jrk tul y Jml tul x Jml tul y Tum Tum Tum Tump Lap Lap Lap Lap Jml p p p plat mm mm mm mm btg btg btg btg
4. Plat lantai
VI - 14
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana
BAB V RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT 5.1
SYARAT – SYARAT UMUM Pasal 1 Nama Proyek
Nama Proyek adalah Proyek Pembangunan Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang yang berlokasi di Jl. Dr. Cipto 128, Semarang. Pasal 2 Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam proyek ini adalah Pembangunan Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang yang diuraikan di bagian syarat-syarat teknik. Pasal 3 Pemberi Tugas Yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dengan alamat Jl. Dr. Cipto 128, Semarang. Pasal 4 Perencana 1. Yang bertindak sebagai Perencana (Pembuat Desain) adalah PT. Wastu Adi Olahrupa dengan alamat Jl. Hang Jebat VII / 9A, Kebayoran Baru, Jakarta. 2. Perencana berkewajiban juga mengadakan pengawasan berkala dalam bidang struktur dan pelaksanaan pekerjaan. 3. Tidak dibenarkan mengubah ketentuan-ketentuan pelaksanaan sebelum mendapat ijin atau pengawasan dari pemimpin proyek. Pasal 5 Direksi Yang bertindak sebagai direksi adalah Tim Direksi dari owner / pemilik yang diangkat oleh PT. Bank Negara Indonesia selaku pemilik proyek dengan surat keputusan. Pasal 6 Waktu Pekerjaan 1. Pekerjaan harus sudah dimulai dengan nyata paling lambat 10 (sepuluh) hari sesudah penunjukan pemenang pelelangan. 2. Waktu
pekerjaan
adalah
jumlah
hari
kalender
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan sempurna dan diterima baik oleh pemberi tugas. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-1
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 3. Tanggal
permulaan
pekerjaan
adalah
tanggal
yang
dipastikan
dalam
pemberitahuan untuk memulai pekerjaan. Bila tidak ada pemberitahuan untuk memulai pekerjaan, maka berlaku tanggal yang ditetapkan dalam Surat Perjanjian Pekerjaan. Pasal 7 Yang Diperkenankan Ikut Sebagai Peserta atau Penjamin Dalam Penawaran 1. Pemborong / rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu. 2. Tidak diperkenankan ikut serta dalam penawaran adalah Pegawai Negeri, Pegawai Badan Usaha Milik Negara dan Pegawai Bank Milik Pemerintah. Pasal 8 Syarat – Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Peserta Pelelangan 1. Pemborong / rekanan yang mempunyai tanda lulus Prakualifikasi, sesuai dengan kualifikasi dan tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu. 2. Dapat menyediakan / mempunyai peralatan kerja. 3. Mempunyai Surat Fiskal yang masih berlaku dan mempunyai NPWP. 4. Adalah nasabah bank yang baik. 5. Tunduk dalam ketentuan yang termuat dalam ketentuan ini. 6. Telah menyerahkan Surat Jaminan Bank, Polis asuransi jasa raharja, atau Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, yang besarnya ditentukan menurut pasal 10 ayat 1 peraturan ini. 7. Pemborong / rekanan harus memilih dengan pasti tempat kediaman / domisili pada Pengadilan Negeri setempat. 8. Diundang oleh Panitia Pelelangan dengan penjelasan. Pasal 9 Surat Penawaran 1. Surat penawaran harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : bermaterai cukup, ditandatangani oleh Direktur Utama Perusahaan, dicap perusahaan, bertanggal dan diajukan dalam sampel tertutup. 2. Surat penawaran beserta lampiran-lampirannya harus dibuat sebagai berikut : a. Surat Penawaran rangkap 3 (tiga) dan untuk asli dari kertas HVS tanpa kop perusahaan, tembusannya kertas doorslag, untuk aslinya memakai materai Rp. 2.000,00,
diberi
tanggal,
stempel,
dan
tandatangan
Direktur
Utama
Perusahaan. b. Lampiran I berisi perincian biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag. c. Lampiran II berisi daftar analisa biaya rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-2
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana d. Lampiran III berisi harga satuan bahan dan upah tenaga rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag. e. Fotocopy prakualifikasi dari Pemerintah Kotamadya Semarang yang masih berlaku. f.
Tanda bukti surat jaminan asli 1 (satu) lembar.
g. Fotocopy surat fiscal yang masih berlaku 1 (satu) lembar pada waktu pembukaan pelelangan, surat fiscal asli diperlihatkan oleh pemborong atau rekanan pada waktu pelelangan. h. Rencana kerja 1 (satu) lembar. i.
Daftar peralatan yang diperlukan rangkap 3 (tiga) lembar.
j.
Daftar tenaga ahli (full timer) yang dipakai bila mendapatkan pekerjaan rangkap 3 (tiga) dari kertas doorslag.
k. Referensi bank asli, bahwa pemborong adalah nasabah bank yang baik. l.
Daftar kontrak pekerjaan yang sedang dikerjakan tahun ini meliputi lokasi pekerjaan, besarnya harga borongan, kemajuan prestasi pada saat mengikuti penawaran dan keterangan lainnya.
3. Surat penawaran beserta lampirannya tersebut ayat 1 pada pasal ini dimasukkan dalam sampul tidak tembus baca yang berukuran 25 cm x 40 cm kemudian di bagian belakang di lem, dan tidak boleh diberi kode cap preusan atau kode lainnya. Sampul Surat Penawaran di sebelah kiri atas dan sebelah kanan supaya ditulis “Surat Penawaran”. Surat penawaran tidak sah, jika : a. Tidak memenuhi pasal 7, pasal 8 ayat 2 dan pasal 10 ayat 3. b. Tidak jelas besarnya jumlah penawaran baik dengan huruf penawaran maupun dengan angka. c. Harga-harga yang tercantum dalam angka tidak sesuai dengan yang tercantum dalam huruf. 4. a. Pemasukan surat penawaran paling lambat pada : Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Jam
:
b. Pembukaan surat penawaran akan dilaksanakan pada : Hari
:
Tanggal
:
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-3
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Tempat
:
Jam
: Pasal 10 Jaminan Penawaran
1. Penawar harus menyediakan Jaminan Penawaran berupa Jaminan Bank dari bank pemerintah atau bank yang ditunjuk. Besarnya jaminan penawaran ditentukan sebesar minimum 2% dari harga penawaran dan berjangka waktu selama 90 hari. 2. Jaminan penawaran dimaksudkan agar penawar apabila dinyatakan
menang,
dalam 10 (sepuluh) hari setelah menerima Surat Penunjukan Pemenang, dapat segera melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan. Pada Jaminan Penawaran tersebut dicantumkan tujuan dikeluarkannya jaminan tersebut. 3. Apabila dalam waktu 10 (sepuluh) hari tersebut, pemenang lelang yang ditunjuk gagal melakukan penandatanganan Surat Perjanjian Pemborongan, maka Jaminan Penawarannya disita dan dicairkan untuk pemilik. Semua peserta pelelangan dengan ini menyatakan setuju tidak melakukan gugatan atau meminta kembali uang jaminan penawarannya baik sebagian maupun seluruhnya, apabila gagal melaksanakan kewajibannya sebagai peserta lelang atau pemenang lelang. 4. Semua jaminan penwaran akan dikembalikan bagi peserta yang tidak berhasil menang begitu Surat Perjanjian Pemborongan ditandatangani oleh pemenang lelang. Pasal 11 Pemberian Penjelasan dan Pelelangan 1. Pelelangan dilakukan secara terbatas dengan undangan tertulis, kepada pemborong atau rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu menurut bidang usaha dan klasifikasinya. Para undangan mendapat gambar-gambar Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pada waktu yang telah ditentukan. 2. Pemberian penjelasan dan penunjukan akan diadakan pada : Hari
:
Tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
3. Pada waktu pemberian penjelasan mengenai gambar, rencana kerja dan syaratsyarat (RKS) serta keterangan perubahan-perubahan lainnya yang menjadi dasar pelaksanaan pekerjaan, dibuat Berita Acara yang ditandatangani oleh Panitia dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari peserta. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-4
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 4. Berita Acara Penjelasan merupakan bagian dari dokumen pelelangan ditetapkan 1 (satu) minggu setelah hari pemberian penjelasan pada : Hari
:
Tanggal
:
Waktu
:
Tempat
:
5. Bagi pemborong / rekanan yang berhalangan hadir sendiri dalam mengikuti pelelangan dapat mewakilkan orang lain dengan menyerahkan Surat Kuasa diatas materia Rp. 2.000,00 dan ditandatangani kedua belah pihak. Pasal 12 Penyampaian Surat Penawaran 1. Surat penawaran beserta lampirannya termaktup dalam pasal 9 ayat 1 dan 2 sekaligus dimasukkan dalam kotak tertutup yang terkunci dan tersegel. 2. Kotak disediakan oleh panitia di tempat yang telah ditentukan sesuai pasal 9 ayat 5. 3. Surat penawaran tidak boleh dikirim atau dialamatkan kepada panitia atau pejabat. Pasal 13 Pembukaan Surat Penawaran 1. Pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pasal 9 ayat 5, panitia estela menyatakan dihadapan para peserta lelang bahwa saat penyampaian surat penawaran telah ditutup, maka selanjutnya membuka kotak dan sampul surat penawaran. 2. Setelah saat penyampaian surat-surat penawaran ditutup, tidak lagi dapat diterima surat penawaran, surat keterangan dan sebagainya dari para peserta. 3. Pembukaan surat penawaran dilakukan oleh panitia disaksikan oleh semua yang hadir. Perubahan dan susulan pemberian bahan serta penjelasan secara lisan atau tertulis juga atas dasar surat penawaran yang telah disampaikan tidak diterima, kecuali untuk memenuhi kekurangannya pada pasal 8 ayat 1. 4. Semua surat penawaran dan surat keterangan dibaca dengan keras sehingga terdengar oleh semua yang hadir dan kemudian dilampirkan pada Berita Acara. Pembukaan surat penawaran termaktub dalam pasal 13 ayat 1. 5. Panitia menyatakan dari semua surat penawaran yang disampaikan, mana yang sah dan mana yang tidak serta menyatakan Berita Acara yang bersangkutan. 6. Kelainan-kelainan dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai dalam surat penawaran dinyatakan pula Berita Acara yang bersangkutan. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-5
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 7. Surat-surat penawaran yang disampaikan lepada panitia setelah pembacaan dan penetapan sah serta tidaknya surat-surat penawaran tersebut panitia segera membuat berita acara pembukaan surat penawaran yang memuat hal-hal tersebut diatas dan keterangan-keterangan lainnya. 8. Berita Acara tersebut setelah dibaca keras ditandatangani oleh panitia yang hadir dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang wakil dari peserta. 9. Pada Berita Acara tersebut disertakan semua surat penawaran dengan semua lampirannya dan surat keterangan serta sampulnya. Pasal 14 Penetapan Calon Pemenang Pelelangan 1. Apabila dalam harga penawaran telah dianggap wajar dan dalam batas ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan serta telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, maka panitia menetapkan 3 (tiga) peserta yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan dalam artian : a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. b. Perhitungan harga dapat dipertanggungjawabkan. c. Penawaran tesebut hádala terendah diantara penawar-penawar lainnya yang memenuhi syarat-syarat dalam sub ayat 1a dan sub ayat 1b. 2. Keputusan tersebut diambil oleh panitia dalam suatu rapat yang dihadiri lebih 2/3 dari jumlah anggota. Apabila rapat pertama tidak tercapai kuorum, maka rapat berikutnya dapat diambil keputusan apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota. 3. Apabila kepada para peserta diberikan rumus-rumus yang digunakan dan sebagainya sampai pada penentuan calon pemenang, Berita Acara hasil pelelangan tersebut ditandatangani oleh ketua dan semua anggota panitia. 4. Setelah Berita Acara hasil pelelangan selesai, panitia membuat laporan kepada pejabat berwenang untuk mengambil keputusan penetapan pemenang pelelangan dengan disertai usul berikut penjelasan-penjelasan tambahan yang didasari penetapan calon pemenang pelelangan dan keterangan-keterangan lainnya yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini pejabat yang berwenang adalah Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia. Pasal 15 Penetapan Pemenang Pelelangan 1. Pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan pemenang pelelangan adalah Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-6
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Termaktub dalam pasal 14 ayat 4, pejabat berwenang menetapkan pemenang pelelangan dan cadangan pemenang atau pemenang utama kedua diantara caloncalon yang diusulkan oleh panitia. Pasal 16 Pengumuman Pemenang Lelang 1. Keputusan pejabat yang berwenang tentang penetapan pemenang pelelangan diumumkan kepada para peserta dalam suatu pertemuan yang diadakan untuk keperluan tersebut. Penetapan pemenang pelelangan selanjutnya diumumkan secara luas 2. Kepada para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang pelelangan diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang, menetapkan pemenang selambat-lambatnya dalam 6 (enam) hari kerja setelah diterimanya keputusan tersebut dalam ayat 1 pasal ini. 3. Jawaban atas sanggahan diberikan secara tertulis selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah diterima sanggahan tersebut. Pasal 17 Penunjukan Pemenang Lelang 1. Penunjukan pemenang lelang hanya dapat dilakukan setelah tidak ada sanggahan atau telah ada sanggahan yang sudah diterima oleh Direktur PT. Bank Negara Indonesia. 2. Berdasrkan keputusan penetapan pemenang pelelangan termaktub dalam pasal 15 ayat 2, Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia menunjuk pemenang pelelangan tersebut sebagai pelaksana pekerjaan. 3. Peserta ysng menang wajib menerima penunjukan tersebut dalam ayat 1 pasal ini. Apabila tenyata peserta yang menang mengundurkan, dalam hal ini hanya dapat dilakukan dengan alasan yang dapat diterima oleh Direktur Utama PT. Bank Negara
Indonesia,
dalam
hal
yang
demikian
jaminan
penawaran
yang
bersangkutan menjadi pemilik proyek. 4. Dalam hal pemenang pertama pelelangan mengundurkan diri sebagaimana tersebut dalam ayat 3 diatas, maka pemenang urutan kedua ditunjuk sebagai pelaksana pemborongan, apabila pemenang yang bersangkutan menerima pelelangan ulang. 5. Apabila pemenang urutan kedua tidak bersedia menerima pernyataan tersebut, maka harus diadakan pelelangan ulang sesuai dengan pasal 15 peraturan ini.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-7
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 6. Surat keputusan untuk penunjukan harus dibuat paling cepat 8 (delapan) hari kerja setelah habisnya masa singgah. Surat keputusan penunjukan tersebut harus segera disampaikan kepada pemborong atau rekanan. 7. Penunjukan hanya berlaku untuk satu kali, ialah untuk melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan atau yang menjadi pelelangan. Untuk melaksanakan pekerjaan yang tidak termaktub dalam syarat-syarat atau tujuan pelelangan semula sekalipun untuk pekerjaan yang sejenis harus diadakan pelelangan tersendiri. 8. Surat keputusan tersebut pada ayat 6 pasal ini berikut keputusan penetapan pemenang, berita acara hasil pelelangan, berita acara pembukaan surat penawaran, dan berita acara penjelasan serta dokumen pelelangan lainnya merupakan dasar dari borongan yang akan diadakan. Pasal 18 Pelelangan Ulang 1. Suatu pelelangan mengalami kegagalan apabila : a. Penawaran yang memenuhi syarat yang diatur dalam pasal 7 dan 8 ternyata yang masuk kurang dari 5 (lima) pemborong dan yang sah kurang. b. Dilampauinya harga standar maksimum ataupun kurang dari harga standar minimum yang telah ditetapkan oleh pihak owner. c. Harga-harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar. d. Apabila sanggahan dari ternyata benar. e. Berhubung dengan berbagai hal tidak memungkinkan mengadakan pelelangan. 2. Dalam hal pelelangan gagal atau pemborong yang ditunjuk mengundurkan diri atau pemenang usulan kedua tidak bersedia ditunjuk sebagai pelaksana, maka panitia atas permintaan Pejabat yang berwenang mengadakan pelelangan baru ulang. Pasal 19 Penyelesaian Selanjutnya dan Bea Materia Surat keputusan penunjukan disertai berita acara pemberian penjelasan, berita acara pembukaan surat penawaran, berita acara hasil pelelangan dan surat perjanjian pemborongan disampaikan kepada : a. Pemilik Proyek (Owner) b. Pemborong / rekanan (salinan otentik bermaterai) c. Kantor Inspeksi Pajak d. Instansi lain yang bersangkutan dengan rekanan sebanding dengan jumlah borongan masing-masing. Bea materai tersebut dipungut oleh bendaharawan pada saat pembayaran uang muka atau pembayaran pertama. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-8
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 5.2
SYARAT – SYARAT ADMINISTRASI Pasal 1 Penawaran
1. Pemilik Proyek Pembangunan Gebung Bank BNI ’46 Wilayah 05 Semarang, dalam hal ini selanjutnya bertindak sebagai Pemberi tugas, mengundang pemborongpemborong untuk mengikuti pelelangan. 2. Penawaran harus dipersiapkan dan diajukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang tercantum dalam dokumen ini. Petunjuk-petunjuk bagi para penawar ini merupakan bagian dari dokumen kontrak. 3. Tanggal dan tempat penawaran ditetapkan dalam surat undangan. Surat penawaran yang asli dan tiga tembusannya termasuk lampiran-lampirannya, harus dimasukkan ke dalam satu amplop yang disediakan oleh pemberi tugas. 4. Berkas penawaran harus berupa :
Rencana anggaran dan biaya
Daftar harga satuan bahan dan upah
Analisa harga satuan untuk masing-masing mata pekerjaan
Daftar harga satuan pekerjaan
Usulan personil yang ditugaskan
Rencana umum pelaksanaan pekerjaan (analisa teknis)
Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan dengan kurva – S
Daftar peralatan yang akan digunakan
Foto copy referensi bank yang masih berlaku
Foto copy fiskal dan NPWP yang masih berlaku
Foto copy ijin usaha dari Kanwil Deperindag Propinsi Dati I
Foto copy anggota GAPENSI / KADIN yang masih berlaku
Foto copy PKP (Pengusaha Kena Pajak)
Foto copy surat pengakuan kualifikasi dan klasifikasi yang masih berlaku
Time Schedule
Gambar pelaksanaan yang terdiri dari gambar pokok dan gambar detail
Surat kesanggupan untuk bekerja sama dengan ekonomi lemah
Surat kesanggupan untuk mendaftarkan pekerjaan pada Perum Jamsostek
Surat kesanggupan untuk membayar restribusi bahan galian golongan C
Surat kesanggupan tunduk pada Peraturan Daerah setempat
Surat kesanggupan untuk menanggung segala kerusakan yang ditimbulkan selama berlangsungnya pekerjaan
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V-9
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Pasal 2 Jaminan Lelang 1. Jaminan Lelang atau Tender Garansi adalah sebesar Rp.......................................... (.................................................................................................................................... ....................................................................................................................................) 2. Berupa jaminan bank pemerintah atau bank lembaga keuangan lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, tanda terima akan diberikan oleh panitia lelang. 3. Bagi pemborong atau kontraktor yang tidak memenangkan pelelanga ini, jaminan lelang tersebut akan dikembalikan atau dapat diambil 10 (sepuluh) hari setelah pengumuman pemenang lelang. 4. Bagi yang memenangkan pelelangan ini, jaminan tersebut akan dikembalikan setelah menggantinya dengan jaminan pelaksanaan dan surat perjanjian pemborongan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pasal 3 Jaminan Pelaksanaan 1. Jaminan pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari besarnya nilai kontrak. 2. Jaminan pelaksanaan diterima oleh Pemilik Proyek pada saat pemborong atau kontraktor menerima Surat Perintah Kerja (Gunning). 3. Apabila kontraktor atau pemborong mengundurkan diri setelah menandatangani kontrak, maka Jaminan Pelaksanaan menjadi milik Pemilik Proyek. 4. Jaminan pelaksanaan dapat dikembalikan apabila pekerjaan sudah diserahkan yang pertama kalinya dan diterima baik oleh Pemilik Proyek (disertai Berita Acara Penyerahan Pertama). Pasal 4 Rencana Kerja (Time Schedule) 1. Pemborong atau kontraktor harus membuat Rencana Kerja Pelaksanaan Pekerjaan yang disetujui Pemilik Proyek selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterbitkan surat daftar nama para pelaksana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 2. Pemborong atau kontraktor harus melaksanakan pekerjaan menurut Rencana Kerja dan Syarat-syarat, Gambar Rencana beserta gambar-gambar penjelasannya yang telah dibuat dan disepakati tersebut. 3. Pemborong atau kontraktor tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas selesainya pekerjaan tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 10
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Pasal 5 Laporan Harian dan Mingguan 1. Pemborong diwajibkan membuat Laporan Harian dan Laporan Mingguan, yang menunjukkan prestasi kemajuan fisik pekerjaan lepada pemberi tugas, yang diketahui oleh Direksi Lapangan dan Pengelola Proyek lainnya. 2. Penilaian prestasi kerja atas dasar pekerjaan yang telah dikerjakan, tidak termasuk bahan-bahan bangunan di tempat pekerjaan dan tidak atas dasar besarnya pengeluaran uang yang telah dilaksanakan pemborong atau kontraktor. 3. Laporan
tersebut
memuat
laporan
penandatanganan
bahan
bangunan,
penggunaan mesin-mesin kerja, penggunaan alat-alat bantu kerja, pengerahan tenaga kerja, laporan keadaan cuaca, dokumentasi proyek dan lain sebagainya. Semua laporan tersebut dibuat sebenar-benarnya rangkap 6 (enam). Pasal 6 Pengawasan 1. Pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh konsultan pengawas yang telah ditunjuk oleh pemilik proyek. 2. Pada setiap saat konsultan pengawas maupun petugas-petugasnya harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, setiap bahan, pengelolaan maupun sumber-sumbernya. 3. Bagian-bagian yang telah dilaksanakan tetapi lepas dari pengawasan konsultan pengawas menjadi tanggung jawab pemborong atau kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya untuk kepentingan pemeriksaan termasuk bagian-bagian yang berjalan dalam jam kerja proyek. 4. Jika diperlukan pengawasan diluar jam kerja, maka pemborong / kontraktor harus memberitahukan atau mengajukan permohonan secara tertulis kepada konsultan pengawas. Permohonan harus dengan surat yang disampaikan kepada konsultan pengawas 2 (dua) hari sebelumnya. Konsultan pengawas dalam persetujuannya akan memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor yang bersangkutan dalam waktu 1 x 24 jam setelah diterimanya surat permohonan tersebut. Pasal 7 Jangka Waktu Pelaksanaan 1. Kesanggupan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan oleh peserta lelang harus dicantumkan dalam surat penawaran dan dihitung dalam hari kalender. 2. Kecuali ketentuan lain, maka jangka waktu pelaksanaan dihitung dari tanggal yang disebut dalam Surat Perintah Kerja. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 11
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Pasal 8 Keamanan Tempat Kerja 1. Sejas dimulainya pekerjaan hingga penyerahan tersebut pemborong / kontraktor harus benar-benar atau mematuhi peraturan-peraturan keamanan yang berlaku guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, pencurian dan lain-lain. 2. Untuk menjaga keamanan lokasi pekerjaan dibuat pagar pembatas dengan pintu yang kuat serta dibuat gardu penjagaan lengkap dengan petugas keamanannya. 3. Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan-bahan keperluan pekerjaan, kontraktor harus hati-hati dan teliti sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu dan menimbulkan kerusakan terhadap jalan-jalan yang sudah ada maupun prasarana-prasarana umum lainnya seperti jaringan listrik, air minum, telepon dan lain-lain. 4. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas apabila terjadi kerusakankerusakan dikarenakan kelalaiannya dan mengganti ongkos perbaikan kepada instansi yang bersangkutan. 5. Kontraktor harus melakukan segala usaha untuk mencegah pengotoran jalan umum oleh kendaraan-kendaraan yang dipergunakan untuk pekerjaan, baik pengotoran oleh bahan-bahan yang diangkut maupun oleh lumpur atau kotoran yang melekat pada roda kendaraan. 6. Apabila terjadi kerusakan-kerusakan peralatan di lokasi pekerjaan yang disebabkan kelalaian dalam pelaksanaan, kontraktor wajib memperbaiki dengan biaya sendiri. 7. Kontraktor harus mengurus penjagaan diluar jam kerja dalam lokasi pekerjaan termasuk bangunan yang sedang dikerjakan, gudang dan lainnya. 8. Untuk keamanan dan penjagaan perla diadakan penerangan lampu-lampu pada tempat-tempat tertentu serta ruang-ruang yang dipakai atas persetujuan direksi. 9. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan alat-alat yang disimpan dalam gudang dan halaman lokasi pekerjaan, apabila terjadi kebakaran atau pencurian.
Kontraktor
harus
mendatangkan
gantinya
untuk
kelancaran
pelaksanaannya. 10. Kontraktor harus menjaga jangan sampai terjadi kebakaran, perusakan atau sabotase ditempat pekerjaan. Alat-alat pemadam kebakaran atau lainnya untuk keperluan yang sama harus ada ditempat pekerjaan. Pasal 9 Kebersihan dan Ketertiban Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 12
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 1. Selama berlangsung pembangunan, keadaan halaman, kantor, gudang-gudang, los-los kerja dan bagian bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan-bahan bekas maupun tanah dan lain-lain. Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan seluruh pekerjaaan dihentikan sementara. Akibat dari hal-hal sehubungan dengan ini seluruhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. 2. Pemborong atau kontraktor wajib membuat barak-barak dan WC khusus bagi pekerja. 3. Penimbunan bahan-bahan yang ada dalam gudang maupun yang berada di halaman bebas harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelancaran dan keamanan jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan dilakukan oleh Pengelola Proyek maupun konsultan pengawas. 4. Tidak diperkenankan : Pekerja menginap ditempat pekerjaan, kecuali dengan ijin konsultan pengawas. Memasak ditempat pekerjaan, kecuali dengan ijin dari pengawas proyek. Membawa masuk penjual-penjual makanan, minuman, rokok dan lain sebagainya di tempat pekerjaan. Keluar masuk proyek dengan bebas. Peraturan lain mengenai ketertiban akan dikeluarkan oleh konsultan pengawas pada waktu pelaksanaan. Pasal 10 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor maupun oleh sub kontraktor harus memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku menurut UndangUndang. 2. Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan pekerja. 3. Apabila terjadi kecelakaan, pemborong harus segera mengambil tindakan yang perla untuk keselamatan korban dengan segala biaya ditanggung kontraktor dan kontraktor harus segera memberitahukan kepada pemilik proyek. 4. Kontraktor harus menyediakan obat-obatan atau PPPK memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ditempat pekerjaan dan setiap kali selesai dipergunakan harus segera dilengkapi kembali. 5. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja seperti helm pengaman, safety shoes dan sebagainya yang diperlukan untuk keselamatan kerja. 6. Kontraktor harus melakukan pencegahan kecelakaan kerja semaksimal mungkin dengan papan-papan peringatan kerja di lokasi pekerjaan. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 13
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Pasal 11 Pertanggungan Asuransi 1. Semua resiko yang diakibatkan oleh keadaan force majeur seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, kerusuhan massa dan lain-lain yang dapat mengakibatkan kerugian pada pekerjaan dan masih dalam pemesanan pemborong adalah menjadi resiko pemborong. Oleh sebab itu, sebaiknya pemborong menyusutkan resiko ini sampai sekecil mungkin dengan jalan menutup pertanggungjawaban (asuransi). 2. Pemborong diharuskan mengikuti program Jamsostek pada PT. Jamsostek. 3. Dalam lingkungan pertanggungan asuransi harus telah tercakup baik kerugian yang disebabkan force majeur terhadap bagian-bagian pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pemborong atau kontraktor sendiri, yang diakibatkan oleh kelalaian pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya. 4. Surat polis tersebut harus mencantumkan nama pemberi tugas dan bersama dengan kuitansi dan premi yang telah dibayar pemborong harus diserahkan kepada pengelola proyek. 5. Kerusakan-kerusakan ataupun kerugian akibat kejadian tersebut harus segera diperbaiki dan dikembalikan dalam keadaan semula sesuai dengan perbaikan ini, uang asuransi yang telah diterima oleh pengelola proyek akan dibayarkan kepada kontraktor hingga jumlah maksimum yang telah dibayarkan maskapai asuransi kepada pemberi tugas. 6. Pemborong atau kontraktor diwajibkan untuk menyetorkan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) kepada PT. Jamsostek. Pasal 12 Permulaan Pekerjaan 1. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) minggu setelah Surat Perintah Kerja (SPK) dikeluarkan dari pemilik proyek, pekerjaan harus segera dimulai. 2. Kontraktor diwajibkan memberitahukan kepada Direksi, apabila memulai pekerjaan. 3. Apabila ketentuan dari pasal 12 ayat 1 tidak dipenuhi maka jaminan pelaksanaan dinyatakan hilang. Pasal 13 Pembayaran Pembayaran dilakukan berdasarkan pada prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan pemborong sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak maupun penilaian dari Direksi. 1. Pembayaran akan dilaksanakan sebagai berikut : Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 14
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana a. 10% dari nilai kontrak dibayarkan sebagai uang muka. Uang muka ini dibayarkan setelah Surat Perintah Kerja ditandatangani. b. Angsuran I (pertama) Dibayar 20% (dua puluh persen), bilamana pekerjaan telah mencapai 30% (tiga puluh persen). c. Angsuran II (kedua) Dibayar 30% (tiga puluh persen), bilamana pekerjaan telah mencapai 60% (enam puluh persen). d. Angsuran III (ketiga) Dibayar 35% (tiga puluh lima persen), bilamana pekerjaan telah mencapai 100% (seratus persen) dan seluruh pekerjaan telah diserahkan untuk yang pertama kalinya dan dapat diterima baik oleh Direksi. e. Angsuran IV (keempat) Dibayar 5% (lima persen), bilamana batas waktu pemeliharaan telah berakhir dan sesudah diserahkan untuk yang kedua kalinya (penyerahan terakhir) disertai penyerahan as built drawing dan dapat diterima baik oleh pihak direksi. 2. Tiap pengajuan pembayaran angsuran harus disertai Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dilampiri daftar hasil opname pekerjaan dan foto-foto dokumentasi proyek dalam album. 3. Tanda penerimaan pembayaran harus ditandatangani sendiri oleh pemimpin perusahaan. Dalam hal ini jika berhalangan dapat diwakilkan pada orang lain dengan memberi surat kuasa kepada orang tersebut diatas kertas bermaterai Rp. 2.000,00 yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Surat kuasa dilampirkan pada bukti pembayaran. Pasal 14 Perintah Pelaksanaan 1. Apabila terjadi ketidaksamaan antara peraturan ini dengan gambar bestek maka gambar rencana yang lebih mengikat. 2. Kontraktor tidak diperbolehkan untuk mengubah konstruksi yang telah ada kecuali mendapat ijin dari Direksi. 3. Kekurangan-kekurangan dan ketentuan-ketentuan yang belum tercantum dalam bestek ini dibuat pengaturan tersendiri. 4. Bila kontraktor tidak ada ditempat pekerjaan dimana direksi akan memberikan penjelasan atau petunjuk-petunjuknya maka petunjuk tersebut harus diikuti dan dilaksanakan oleh pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk oleh kontraktor. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 15
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 5. Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan-penjelasan tertulis secara lengkap apabila direksi memerlukan penjelasan tentang tempat pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaan. 6. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari Direksi. 7. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas atas macam pekerjaan yang akan dilaksanakan kepada Direksi harus agak longgar sehingga ada waktu yang memungkinkan untuk mengadakan pemeriksaaan. Pasal 15 Kenaikan Harga Bahan dan Upah 1. Untuk pekerjaan ini tidak akan diadakan penambahan biaya akibat kenaikan harga. 2. Kecuali kenaikan harga akibat tindakan Pemerintah dibidang moneter, maka pemborong dapat mengajukan klaim sampai dengan keputusan Pemerintah dan pedoman resmi dari Pemerintah Indonesia. Pasal 16 Penyerahan Pekerjaan 1. Pekerjaan diserahkan apabila selesai 100% dan dapat diterima dengan baik oleh Pemilik Proyek disertai dengan Berita Acara dan dilampirkan daftar kemajuan pekerjaan, paling lambat 756 hari kalender setelah dikeluarkan Surat Perintah Kerja. Pada penyerahan pertama, keadaan sekitar harus dalam keadaan bersih. 2. Sewaktu diadakan penelitian dan pemeriksaan secara teknis dalam rangka penyerahan pertama. Maka surat pernyataan teknis dijukan pemilik proyek serta dengan melampirkan : Daftar kemjuan pekerjaan 100% yang ditandatangani oleh direktur pemborong dan oleh konsultan pengawas. 1 (satu) album berisi foto-foto berwarna ukuran post-card, yang menyatakan prestasi pekerjaan telah mencapai 100%. Pasal 17 Perpanjangan Waktu Penyerahan 1. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan pertama yang dilakukan kepada pemilik proyek harus sudah diterima selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum batas waktu penyerahan yang pertama kali terakhir dan surat-surat tersebut dilampiri : Data lengkap Time schedule baru yang sudah direncanakan masak-masak Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 16
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Surat permohonan perpanjangan waktu penyerahan tanpa data yang lengkap tidak akan dipertimbangkan. 3. Permohonan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan yang pertama kalinya dapat diterima pemilik proyek apabila : Ada pekerjaan tambahan dan pengurangan yang tidak dapat dihindari setelah atau sebelum kontrak ditandatangani kedua belah pihak. Adanya surat perintah tertulis dari pemilik proyek untuk sementara waktu dihentikan. Adanya gangguan curah hujan yang terus menerus ditempat pekerjaan, dimana dalam hal ini harus diperkuat dengan persetujuan direksi lapangan. Adanya force majeur (bencana alam, gangguan keamanan dan sebagainya) dilokasi pekerjaan, dimana dalam hal ini dikukuhkan oleh Gubernur KDH Tk. 1 Jawa Tengah dengan Surat Pernyataan. Pasal 18 Masa Pemeliharaan 1. Jangka waktu pemeliharaan adalah 90 (sembilan puluh) hari kalender setelah penyerahan pertama. 2. Apabila
dalam
pemeliharaan
terjadi
kerusakan-kerusakan
akibat
kurang
sempurnanya mutu bahan yang digunakan, maka pihak pemborong harus segera memperbaiki
dan
menyempurnakan
kembali
setelah
pihak
pemborong
diperingatkan pertama kalinya secara tertulis oleh pemilik proyek. Pasal 19 Pekerjaan tambah dan Kurang 1. Hanya untuk pekerjaan tambahan yang diperintahkan secara tertulis oleh pemilik proyek, pemborong dapat mengajukan pembayaran tambahan. 2. Setelah pekerjaan tambahan dikerjakan, pemborong supaya mengajukan pemilik proyek mengenai daftar rencana anggaran biaya, agar pemilik proyek dapat memperhitungkan apakah pekerjaan tambahan tersebut dapat dibayar atau tidak. 3. Untuk memperhitungkan pekerjaan tambahan dan pengurangan mempergunakan harga satuan yang telah dimasukkan dalam penawaran atau kontrak. 4. Bilamana harga satuan belum tercantum dalam surat penawaran yang diajukan, maka digunakan harga satuan yang diajukan pada waktu pelelangan. 5. Untuk dapat memudahkan penelitian, sewaktu-waktu diadakan pemeriksaan teknis dalam rangka penyerahan pertama maka surat permohonan pemeriksaan teknis yang diajukan oleh kontraktor supaya dilampiri data sebagai berikut : Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 17
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Daftar kemajuan pekerjaan 100% Satu album berisi foto proyek sesuai prestasi pekerjaan Foto berwarna 15R sebanyak 5 bingkai 6. Surat permohonan pemeriksaan teknis harus sudah dikirim selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum batas waktu penyerahan yang pertama berakhir. Pasal 20 Denda Keterlambatan Pekerjaan 1. Apabila jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang telah disepakati diatas dilampaui maka pihak pemborong dikenakan denda 1/1000 per hari dari jumlah harga borongan, kecuali jika keterlambatan disebabkan oleh force majeur. 2. Besarnya denda maksimum yang diperkenankan adalah 10%. 3. Denda ayat 1 pasal ini diperhitungkan pada waktu pembayaran termijn penyelesaian 100%. Pasal 21 Pencabutan Pekerjaan 1. Sesuai dengan peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia, Direksi atau Pemilik Proyek berhak membatalkan atau mencabut pekerjaan dari tangan pemborong bila ternyata pemborong menyerahkan pada pihak ketiga, semata-mata hanya untuk memperoleh keuntungan dari pekerjaan tersebut. 2. Apabila ternyata pihak kedua tidak mengindahkan tanggung jawab dan perbaikanperbaikan selama masa pemeliharaan, maka pihak kesatu dapat memberikan waktu yang mana pihak kedua sekali lagi diberi kesempatan untuk dapat memenuhi kewajiban. 3. Jika pihak kedua tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang tercantum dalam ayat-ayat diatas sewaktu melaksanakan pekerjaan selanjutnya mengulangi lagi kesalahan-kesalahan yang sama, maka pihak kesatu akan melaksanakan sendiri pekerjaan tersebut atau menyerahkan kepada pihak lain dengan pembiayaan sepenuhnya dipikul pihak kedua. 4. Pada pencabutan pekerjaan, pihak kedua hanya menerima pembayaran sebatas pekerjaan yang telah diperiksa dan disetujui oleh pemilik proyek. Pasal 22 Dokumentasi 1. Sebelum kegiatan dimulai, keadaan lapangan atau tempat dimana pekerjaan akan dilaksanakan masih dalam keadaan fisik 0% atau dimana tanah masih dalam keadaan seperti semula serta belum adanya kegiatan ataupun bangunan. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 18
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Pemotretan supaya dipilih tempat-tempat yang dianggap penting menurut pertimbangan dan petunjuk Direksi Lapangan. 2. Pemborong diwajibkan membuat foto dokumentasi pada tahapan-tahapan fisik mencapai 0%, 50% dan 100%. Pengambilan foto proyek diusahakan pada tempat yang tetap, sehingga nantinya akan tampak dan diketahui dengan jelas perubahanperubahan dan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Pengambilan foto proyek sekurang-kurangnya 4 buah titik, pada tempat atau posisi yang berbeda. 3. Ukuran foto 9 x 13 cm berwarna atau ukuran post-card. Pemborong juga harus membuat dan menyerahkan foto proyek ukuran 10R untuk keadaan proyek 0% dan 100% masing-masing sebanyak 2 buah. 4. Khusus untuk penyerahan pekerjaan pertama atau yang telah mencapai fisik 100%, supaya dilampiri foto pemeriksaan oleh Badan Pengawas Pembangunan pada Berita Acara Pengajuan Permohonan Pembayaran Angsuran. 5. Semua foto dokumentasi proyek tersebut supaya dimasukkan dalam album khusus. Ukuran, warna dan bentuk album foto khusus tersebut ditentukan kemudian, sehingga diperoleh keseragaman. Pasal 23 Force Majeur 1. Yang dimaksud dengan force majeur adalah kejadian-kejadian bencana alam atau musibah yang terjadi pada saat pelaksanaan seperti gempa, kerusuhan, tanah longsor, banjir dan sebagainya yang terjadi diluar kekuasaan pemborong untuk mengatasinya yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. 2. Bila terjadi force majeur, maka pemborong diwajibkan membuat laporan kepada pemilik proyek selambat-lambatnya 7 x 24 jam setelah terjadinya force majeur. Apabila pemilik proyek tidak atau belum menjawab pengajuan pemborong, maka dianggap force majeur disetujui oleh pemilik proyek. 3. Untuk pekerjaan permanent atau pekerjaan sementara atau bahan-bahan didaerah kerja yang mengalami kehancuran atau kerusakan akibat force majeur, maka pemborong berhak atas biaya perbaikan pekerjaan permanent atau pekerjaan sementara yang telah diselesaikan atau telah dibayar oleh pemilik proyek dalam sertifikat bulanan sesuai dengan perhitungan biaya kerusakan oleh konsultan. Pasal 24 Perselisihan 1. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelesaian pekerjaan, maka penyelesaian perselisihan tersebut melalui jalan musyawarah. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 19
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak dapat diselesaikan maka akan dibentuk suatu panitia arbitrage yang terdiri dari : Satu wakil dari pihak pemberi tugas Satu wakil dari pihak pemborong Satu wakil dari pihak yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan tersebut dan penunjukannya disetujui oleh kedua belah pihak. 3.
Apabila perselisihan terpaksa harus diselesaikan di Pengadilan Negeri, maka akan dipilh Pengadilan Negeri dimana Pemberi Tugas berdomisili. Pasal 25 Tanggung Jawab
1. Pada keadaan apapun dimana pekerjaan yang telah dilaksanakan telah mendapat persetujuan oleh direksi tidak berarti membedakan kontraktor atas tanggung jawabnya kepada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak. 2. Tenaga-tenaga kerja yang digunakan harus tenaga yang ahli atau terlatih dan berpengalaman dalam bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku serta petunjuk-petunjuk dari direksi. 3. Kontraktor harus mengusahakan atas pertanggungjawaban, langkah-langkah, peralatan yang perlu untuk melindungi pekerja-pekerja, atau bahan-bahan yang digunakan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. 4. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan direksi untuk memperlancar pekerjaan serta menjamin kualitas pekerjaan. 5. Kontraktor harus selalu membuat laporan-laporan secara tertulis hal ikhwal yang terjadi dalam angka pelaksanaan proyek kepada direksi secara periodik. Pasal 26 Penyerahan Pekerjaan Pada Sub Kontraktor 1. Pada dasarnya pekerjaan harus diselesaikan oleh pihak kedua dan apbila bagianbagian pekerjaan tersebut oleh pihak kedua akan diborongkan kepada pihak ketiga atau sub kontraktor dan golongan ekonomi lemah setempat, maka terlebih dahulu mendapat persetujuan pihak kesatu atau direksi dan tanggung jawab penyelesaian pekerjaan tetap di pihak kedua. 2. Apabila terdapat kepastian bahwa pihak kedua telah diborongkan pada pihak ketiga tanpa persetujuan pihak kesatu, maka setelah pihak kesatu memberikan pernyataan tertulis pada pihak pemborong, pihak kedua
harus mengembalikan
keadaan sehingga sesuai dengan perjanjian pemborong ini dan semua biaya yang Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 20
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana telah dikeluarkan oleh pihak kedua atau pihak ketiga ditanggung seluruhnya oleh pihak kedua. 3. Dalam hal ini dimana ada bagian-bagian pekerjaan yang diborongkan kepada pihak ketiga dengan persetujuan pihak kesatu, maka pihak kedua tetap bertanggung jawab penuh kepada pihak kesatu terhadap segala tindakan dan pekerjaan yang telah dilakukan pihak ketiga. Pihak kesatu tidak mempunyai hubungan langsung dengan pihak ketiga melainkan selalu dengan pihak kedua. Pasal 27 Kerjasama Dengan Golongan Ekonomi Lemah Pemborong yang dipilih sebagai pelaksana pekerjaan, dalam syarat perjanjian untuk bekerjasama dengan rekanan golongan ekonomi setempat antara lain sebagai sub kontraktor atau leveransir barang, bahan dan jasa. Pasal 28 Penggunaan Bahan-Bahan Bangunan 1. Pemborong didalam melaksanakan pekerjaan ini supaya mengutamakan untuk menggunakan bahan-bahan produksi dalam negeri. 2. Semua bahan bangunan yang akan digunakan untuk pekerjaan ini sebelum digunakan harus mendapat persetujuan pemakaiannya terlebih dahulu dari pengawasan. 3. Semua bahan bangunan yang dinyatakan tidak dapat digunakan atau ditolak oleh direksi atau pengawas lapangan harus segera disingkirkan jauh-jauh dari lokasi pekerjaan dalam tempo 24 jam dan hal ini menjadi tanggung jawab pemborong. 4. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas kesamaan bahan, alat yang disimpan dalam gudang dan lokasi pekerjaan. Apabila terjadi kebakaran atau pencurian maka pemborong harus segera mendatangkan gantinya. Pasal 29 Lain-Lain 1. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam RKS akan dijelaskan dalam aanzwijzing. 2. Surat penawaran atau RAB supaya dibuat seperti contoh terlampir. 3. Apabila jenis pekerjaan yang tercantum dalam contoh daftar RAB ternyata kurang maka kekurangan tersebut dapat ditambahkan menurut pos-posnya masingmasing dengan cara menambah huruf abjad pada nomor terakhir pada pos yang bersangkutan misalnya pos terakhir 5, maka penambahannya tidak 6 tapi 5a, 5b dan seterusnya.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 21
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 5.3
SYARAT – SYARAT TEKNIS Pasal 1 Penjelasan Umum
1. Pemberian pekerjaan meliputi penyediaan, pengangkatan dan semua pengolahan bahan pengerahan tenaga kerja, pengadaan semua alat pembantu dan sebagainya, yang pada umumnya secara langsung atau tidak langsung termasuk didalam usaha menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menyerahkan pekerjaan dalam keadaan sempurna dan lengkap. Dalam hal ini termasuk pekerjaanpekerjaan yang walaupun tidak disebutkan dalam RKS dan gambar, tetapi masih berada dalam lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Pemilik Proyek. 2. Tanah bangunan termasuk segala perlengkapannya akan diserahkan kepada pemborong atau kontraktor dalam keadaan yang sama seperti pada waktu aanwijzing. 3. Pekerjaan haruslah diserahkan oleh pemborong atau kontraktor dalam keadaan selesai, termasuk juga pembersihan bekas-bekas bongkaran dan lain sebagainya. 4. Untuk
pekerjaan-pekerjaan
persiapan
dan
perlengkapan
untuk
keperluan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pemborong harus melaksanakan : Perawatan dan perbaikan perlengkapan selama berlangsungnya pekerjaan. Pengadaan air kerja untuk perlengkapan. Pembangunan yang dilaksanakan adalah pembangunan gedung BNI ‘46, yang pelaksanaan pekerjaannya meliputi : - Pekerjaan persiapan - Pekerjaan tanah - Pekerjaan struktur pondasi - Pekerjaan struktur kolom, balok, plat lantai dan dinding - Pekerjaan tangga - Finishing Pasal 2 Pembebasan Lahan Pembebasan lahan untuk lokasi proyek dilakukan sepenuhnya oleh pemberi tugas. Pasal 3 Pekerjaan Persiapan 1
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari setelah dikeluarkannya SPK, pihak pemborong harus sudah melaksanakan persiapan di lapangan.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 22
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan oleh pihak pemborong atau kontraktor meliputi penyediaan air bersih dan pengadaan penerangan di lokasi proyek. Pasal 4 Pekerjaan Pagar Proyek
1. Pagar pengaman dibuat sebagai batas bangunan (satu sisi) setinggi 2m terbuat dari seng gelombang. Pada jalan keluar dibuat pintu yang kuat dan dapat dibuka sempurna, serta dibuat pos penjagaan pada bagian tertentu. 2. Pagar proyek harus dijaga keutuhannya selama pembangunan. 3. Pembongkaran dilakukan setelah mendapat ijin dari pengawas dan bekas pembongkaran pagar proyek menjadi milik pemborong. Pasal 5 Gambar – Gambar Pekerjaan 1. Gambar-gambar rencana pekerjaan. Terdiri dari gambar bestek, gambar detail situasi dan lain sebagainya yang akan disampaikan kepada pemborong atau kontraktor beserta dokumen-dokumen lainnya. Kontraktor tidak boleh menambah atau mengurangi tanpa persetujuan dari pemilik proyek atau direksi, gambar-gambar tersebut tidak boleh diserahkan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan borongan ini atau digunakan untuk maksud-maksud lain. 2. Gambar-gambar tambahan. Pemborong atau kontraktor harus membuat gambar detail (gambar kerja) yang disahkan direksi, gambar-gambar tersebut menjadi milik direksi. 3. As-built drawing. Yang dimaksud dengan as-built drawing adalah gambar-gambar yang disesuaikan dengan yang dilaksanakan. Untuk pekerjaan ulang yang belum ada dalam bestek, kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang dilaksanakan dan memperhatikan perbedaan antara gambar kontrak dan gambar pelaksanaan. Gambar-gambar tersebut harus diserahkan rangkap tiga dan biaya pembuatannya ditanggung oleh kontraktor. 4. Gambar-gamabar ditempat pekerjaan. Pemborong harus menyimpan ditempat satu bendel gambar kontrak lengkap termasuk RKS, Berita Acara Aanwijzing, Time Schedule dan semuanya dalam keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas), termasuk perubahan-perubahan terakhir dalam masa pelaksanaan pekerjaan, hal ini untuk menjaga jika pemberi tugas atau wakilnya sewaktu-waktu memerlukannya. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 23
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Pasal 6 Mobilisasi Sebelum kegiatan pelaksanan dimulai, pemborong harus mengajukan rencana mobilisasi kepada direksi. Kegiatan yang dimaksud adalah :
Transportasi lokal alat-alat dan perlengkapan lain ke temapat kerja.
Bangunan dari pengamanan daerah kerja.
Pembuatan bangunan sebagaimana yang tercantum dalam uraian pekerjaan.
Penyaluran bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan. Pasal 7 Daerah Kerja
1. Areal tanah untuk daerah kerja pada dasarnya disediakan oleh Pemberi Tugas, penggunaan daerah yang disediakan menjadi tanggung jawab dan atas usaha pemborong. 2. Kontraktor harus menutup daerah kerja bagi umum untuk keamanan kerja alat dan bahan selama pelaksanaan kerja berlangsung. 3. Pada daerah yang telah disediakan, pemborong harus merencanakan penggunaan yang pada dasarnya akan membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Rencana tersebut harus disetujui oleh direksi, sebelum penggunaan areal kerja. 4. Pemborong diharuskan membuat kantor lapangan, gudang dan sebagainya guna menunjang pelaksanaan pekerjaan. 5. Sebelum pelaksanaan dimulai seluruh daerah kerja harus dibersihkan terlebih dahulu. Pasal 8 Peralatan Kerja 1. Pemborong harus menyediakan peralatan dengan baik dan siap dipakai yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan. 2. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini pemberi tugas atau direksi tidak menyediakan atau meminjamkan atau menyewakan peralatan kerja. 3. Untuk pengamanan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus menyediakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku. Pasal 9 Pengukuran 1. Ukuran-ukuran, patokan-patokan dan ketinggian telah ditetapkan dalam gambargambar dan peil bangunan ± 0.00 diambil pada permukaan tanah asli.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 24
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Jika terdapat perbedaan ukuan antara gambar utama dengan gambar detail, maka yang mengikat adalah gambar utama. 3. Pemborong harus mempelajari ukuran-ukuran dalam gambar apabila terjadi perbedaan ukuran baik gambar maupun di lapangan harus dilaporkan pada Pimpinan Proyek yang bersangkutan. Pengambilan dan pemakaian ukuran yang keliru selama atau setelah pekerjaan dilaksanakan, maka akan menjadi tanggung jawab dari pemborong. 4. Elevasi pokok ± 0.00 ditetapkan dengan tanda tetap (bench mark) minimal 4 buah yang tersebar dilokasi bangunan. Oleh pemborong tanda-tanda ini dijaga dan dipelihara dengan baik agar kedudukannya tidak berubah atau berpindah tempat. Tanda-tanda atau peil tersebut harus dari pasangan batu atau beton. 5. Penetapan ukuran dan sudut-sudut tetap, dijaga dan dipelihara ketelitiannya dengan menggunakan alat-alat ukur yaitu waterpass dan theodolit. 6. Ukuran-ukuran yang telah ditentukan ini pada nantinya akan dipakai sebagai pedoman oleh pemborong dalam melaksanakan pembangunan. Pasal 10 Pekerjaan Pembersihan Lapangan 1. Sebelum pelaksanaan pekerjaa, lapangan terlebih dahulu dibersihkan dari rumputrumput, semak belukar, akar-akar pohon khususnya yang terletak pada daerah batas. 2. Untuk penebangan pohon-pohon yang berada diluar daerah batas yang mungkin dapat mengganggu atau membahayakan pekerjaan harus seijin direksi. 3. Semua penebangan dan pembongkaran harus seijin direksi dan dilaksanakan sampai kedalaman tanah 30 cm dibawah permukaan tanah atau rencana akhir. 4. Selama pekerjaan berlangsung harus dijaga kebersihan dan penempatan bahanbahan proyek harus diatur. 5. Proses penebangan harus tidak boleh merusak titik tetap yang ada (point guiding). 6. Seluruh sisa penggalian yang tidak terpakai untuk penimbunan kembali, sisa penebangan, sisa semak belukar, puing-puing bekas bongkaran, rerumputan dan sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan. Pasal 11 Bowplank dan Papan Nama Proyek 1. Papan nama dan bowplank harus dipasang pada patok kayu yang kuat tertancap didalam tanah sehingga tidak dapat digerakkan. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 25
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Papan bangunan dibuat dari kayu kelas II dengan ukuran lebar 20 cm dan tebal 3 cm dengan bagian permukaan atas diserut rata. 3. Keseluruhan tinggi papan harus sama. 4. Pemasangan papan bangunan harus menunjukkan peil ± 0.00 rencana, kecuali menghendaki lain dengan persetujuan direksi. 5. Hasil akhir dari pemasangan papan ini harus dilaporkan pada direksi sebelum pekerjaan yang selanjutnya dilaksanakan. 6. Perletakan papan bangunan haruslah berjarak 2,5 m dari dinding luar bangunan induk rencana. 7. Papan nama proyek harus dibuat dari rangka kayu atau besi dan papan nama dari seng dan ditempatkan pada lokasi pinggir jalan. Ukurannya ditentukan kemudian hari. Pasal 12 Air Kerja 1. Pemborong atau kontraktor harus memperhitungkan air kerja untuk keperluan bangunan, air minum dan untuk keperluan lainnya dengan membuat sumur pompa atau dengan cara memenuhi persyaratan kebersihan. 2. Air kerja ini harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, sesuai dengan hasil penelitian laboratorium yang ditunjuk atau diijinkan oleh direksi. Pasal 13 Pekerjaan Galian 1. Tanah dimana bangunan akan didirikan harus dibersihkan dari segala kotoran tumbuhan
dan
lain-lain
yang
dapat
mengganggu
konstruksi
yang
akan
dilaksanakan. 2. Penggalian tanah untuk saluran, pondasi harus dilakukan dengan kedalaman sebagaimana tersebut dalam gambar, terkecuali ditetapkan lain oleh direksi berkenaan dengan keadaan tanah setempat. 3. Lebar galian harus cukup memberikan ruang kerja yang sesuai dengan lebar pondasi yang akan dibuat. 4. Kemiringan tebing harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi longsoran. Apabila terpaksa dibuat curam, maka perlu diambil tindakan-tindakan pengamanan. 5. Dalam pekerjaan penggalian ini termasuk juga pekerjaan pembersihan segala apa yang terdapat didalam tanah galian tersebut. 6. Untuk tanah galian yang tidak terpakai untuk timbunan tanah, maka harus dibuang ketempat lain dan diatur sebaik-baiknya sesuai petunjuk direksi. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 26
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 7. Bila tanah dasar dan sisi untuk pondasi bangunan belum mencapai tingkat seperti yang tercantum dalam gambar rencana, ternyata keadaan tanahnya cukup keras, maka penggalian tanah sementara dapat dihentikan sampai menunggu keputusan keputusan direksi. Demikian juga apabila penggalian tanah pondsi telah mencapai elevasi seperti gambar rencana yang ternyata keadaan penggalian tanah tersebut dipandang belum memenuhi persyaratan yang diminta. 8. Galian tanah untuk stripping minimal 0,25 m atau sampai terkupas akar-akar dari tumbuhan. Apabila ada pohon, minimal 0,5 m sampai tercabut pangkal batangnya. 9. Untuk pekerjaan urugan kembali dari sisa-sisa hasil galian tanah agar dipadatkan dengan alat pemadat mekanis. Pasal 14 Pekerjaan Konstruksi Beton Standart Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti semua ketentuan dalam PBBI 1971-NI-8 dan SKSNI T-15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksi lain oleh pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam peraturan tadi, maka ketentuanketentuan berikut ini dapat dipakai, dengan terlebih dahulu memberi tahu dan memintakan ijin dari pengawas. Semen 1. Kecuali ditentukan oleh pengawas, semen yang digunakan adalah semen tipe I sesuai ASTM C 150 dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71. Semen yang digunakan harus merupakan produk dari suatu pabrik yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu. 2. Kontraktor wajib menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman semen, yang menunjukkan bahwa produk itu telah memenuhi suatu tes standart yang lazim digunakan untuk material itu. 3. Bila diminta oleh pengawas, kontraktor wajib melakukan tes untuk semen, dimana biaya
pelaksanaan
ditanggung
oleh
kontraktor
dengan
pengawasan
dari
pengawas. Pengetesan harus dilakukan dari material yang diambil dari tempat penyimpanannya. Pengujian harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71, terutama untuk menentukan tingkat pengikatannya yang mana dapat diikuti tes dari ASTM C 227 dengan tidak memperlihatkan sesuatu yang merugikan beton dalam kurun waktu sedikitnya 3 bulan.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 27
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 4. Pengawasberhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau tidak semen-semen tersebut. 5. Kontraktor harus menyediakan tempat / gudang penyimpangan semen pada tempat-tempat yang baik, sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang dapat merusak semen, terutama sekali pada lantai tempat penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minmal 30 cm dari permukaan tanah. 6. Semen dalam kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 m. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dari penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara kronologi sesuai dengan penerimaan (first in first out). Kantongkantong semen yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan. 7. Bila dari hasil tes semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus segera menyingkirkan semen-semen yang ditolak tadi keluar areal kerja ke areal penyimpanan dengan biaya sendiri. 8. Timbunan-timbunan yang baik dan teliti harus disediakan Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang. Kontraktor juga melengkapi timbangan untuk pekerjaan penyelidikan. 9. Kontraktor harus memiliki personil pengelola gudang yang cakap untuk mengawasi gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya. Tindakan dari catatan-catatan harus disediakan untuk pengawas bila dikehendaki, jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian kerja harus tersaji dengan baik dan rapi. Air Untuk Adukan 1. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan grouting, bahan pencuci agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya dari penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat, bahan organik, garam dan silt (lanau). Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfatnya maksimum yang diperkenankan adalah 0,5% atau 15 gr/lt. 2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0,5 m dari permukaan atas air ke sisi tempat pengambilan tadi. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 28
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 3. Apabila diadakan perbandingan tes beton antara beton yang diaduk dengan aquades dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam mutu beton walaupun telah digunakan semen sama yang telah disetujui, maka air tes tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 15%. Tes dapat dibandingkan dari mutu kekuatan dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini, kontraktor diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui. Agregat Halus (Pasir) 1. Didalam spesifikasi ini dipakai bermacam-macam jenis untuk pekerjaan bangunan yang ditetapkan sebagai berikut : a. Pasir buatan : Pasir yang dihaluskan dari mesin pemecah batu. b. Pasir alam
: Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau pasir alam yang mendapat persetujuan pengawas.
c. Pasir paduan : Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butiran) yang dikehendaki. 2. Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan oleh kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber yang tidak dimiliki atau dikuasai kontraktor, kontraktor harus mengadakan persetujuan dengan pemiliknya dan harus membayar semua sewa atau lain-lain biaya yang bersangkutan dengan hal tersebut. 3. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut, dan kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas satu demi satu dari bahan sejenis yang dipakai dalam pekerjaan. 4. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata, stabil dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain. 5. Pasir yang ditolak oleh pengawas harus segera disingkirkan dari lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik untuk plesteran maupun grouting, pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan pengawas mengenai mutu dan jumlahnya. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 29
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 6. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis, bahanbahan organik dan kotoran-kotoran yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%. Agregat Kasar (Kerikil) 1. Agregat kasar untuk beton adalah batu pecah dengan kadar air merata dan stabil. Sebagaimana juga pasir, harus cukup keras, padat, tidak porous dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral dicuci dan diayak terlebih dahulu. 2. Kerikil ukuran berkisar 1-2 cm yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan dari pengawas mengenai mutu ataupun jumlahnya. 3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan baik dengan menimbang ataupun mengukur volume, agar dapat dicapai mutu beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maksimum, baik workability-nya dan memberikan kondisi water cement ratio yang optimum. Bahan Pencampur (admixture) Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari pengawas dan admixtures ini yang merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang dibuat. Besi Tulangan 1. Besi tulangan harus memenuhi ketentuan dalam PBBI 1971 dengan mutu fy = 400 Mpa dan fy = 240 Mpa. Kontraktor harus memberikan sertifikat dan hasil tes dari pabrik kepada pengawas untuk setiap pengiriman. 2. Semua besi tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat bebas dari kotorankotoran, lapisan lemak minyak, kasar dan tidak bercacat seperti retak dan lain-lain. 3. Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu besi tulangan yang akan dipakai sesuai dengan petunjuk pengawas. Batang percobaan diambil dengan disaksikan pengawas sejumlah minimum 3 batang untuk tiap-tiap jenis baik mutu maupun pengiriman masal atau bilamana terjadi keraguan terhadap mutu besi tulangan yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor, sedangkan panjang setiap benda uji adalah 100 cm. Pasal 15 Transportasi dan Penimbunan Material 1. Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung dari lembab dan sinar matahari. Semen dikirim ke lapangan dalam jumlah yang harus mendapat ijin dari pengawas, dengan memperhatikan kemajuan pekerjaan beton. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 30
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Segera setelah tiba di lapangan, semen harus disimpan dalam tempat penyimpanan yang kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai ventilasi baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus berada 500 mm diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan harus mendapat persetujuan pengawas dan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dengan mudah. 3. Semen dengan tipe dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang berbeda pula. Semen dalam kantong-kantong harus ditumpuk dengan tinggi tumpukan tidak melebihi 13 kantong untuk periode sampai 30 hari, atau tinggi maksimum 7 kantong untuk periode yang lebih lama. Semen yang sudah rusak atau yang kena lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan. 4. Agregat yang berbeda harus disimpan secara terpisah dengan mempertimbangkan kemungkinan terkena kotoran. 5. Agregat yang telah tercampur ataupun berubah gradasinya akibat transportasi, harus disingkirkan atau diganti dengan material yang baik atas biaya kontraktor. 6. Besi tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengenai tanah. Bila besi tulangan telah mengalami kemunduran dalam mutu akibat dari karat ataupun hal-hal lain akibat transportasi atau penyimpanan, maka besi tulangan tadi tidak dapat digunakan. Batang besi tulangan dengan mutu dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara terpisah dan diberi label mutunya dari tes pabrik. Pasal 16 Perbandingan Adukan 1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai yang diminta dalam spesifikasi. 2. Sedikitnya 8 minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton, kontraktor harus mengajukan usulan komposisi adukan yang akan digunakan kepada pengawas, usul-usul gradasi dari agregat, komposisi adukan, metode pengadukan yang dipakai, metode pengecoran, harus ikut diberitahukan kepada pengawas. Setelah itu kontraktor harus membuat trial tes (percobaan pendahuluan), dengan membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dilakukan dengan diawasi pengawas dan menggunakan peralatan, bahan, metode yang sesuai dengan kondisi yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan pekerjaan. 3. Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak pengawas puas dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang akan digunakan akan menghasilkan beton dengan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 31
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana diminta. Kekuatan silinder tes untuk dites di laboratorium seluruhnya harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam PBI ’71. Tidak satupun komposisi adukan beton dapat digunakan dalam pekerjaan, sebelum mendapat persetujuan dari pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus berdasarkan pada hasil adukan percobaan yang telah disetujui. 4. Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh pengawas berdasarkan hasil tes agregat dan tes beton. 5. Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten harus ditetapkan agar tercapai hal-hal sebagai berikut : a. Kekuatan beton rencana b. Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca c. Pengaruh kembang susut yang kecil Perbandingan air dan semen (water content ratio) untuk seluruh mutu beton tidak boleh lebih dari 0,6. 6. Penggunaan mutu beton untuk tiap bagian pekerjaan harus sesuai dengan rencana atau sebagaimana ditetapkan pengawas. Secara umum bila tidak dinyatakan lain, maka harus dipakai mutu beton yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. 7. Pada penggunaan beton ready mix, kontraktor harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pengawas, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama dan alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini kontraktor tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disuplai benar-benar memenuhi syarat-syarat didalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas serta kualitas yang kontinyu pada setiap pengiriman. Segala tes kubus dan atau silinder yang dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan dan diawasi supplier beton ready mix bilamana diragukan kualitasnya. Semua resiko dan biaya akibat dari hal tersebut diatas sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Pasal 17 Testing 1. Testing mutu beton harus dilakukan kontraktor dengan diawasi pengawas. Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar pengambilan sampel dapat diawasi dengan mudah. Pengambilan sampel harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI ’71. Mutu beton yang dipakai untuk semua pekerjaan beton adalah f’c = 35 Mpa. Benda uji yang dipergunakan harus berupa silinder diameter 15 cm setinggi 30 cm, cetakan untuk benda uji harus terbuat dari besi.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 32
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh pengawas untuk dapat dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi spesifikasi dan juga untuk menolak pekerjaan yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton. 3. Pengujian beton yang dilakukan adalah meliputi tes kekuatan (crushing test) dan kekentalan (slump test). Seluruh tes ini harus mengikuti ketentuan dalam PBBI ’71. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan sampel tes, selain mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBBI ’71 juga harus dilakukan bilamana ditentukan oleh pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan silinder harus segera mungkin disampaikan kepada pengawas. Untuk sampel tes kekuatan diambil setiap 1 m3. 4. Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran dan dilakukan sebagaimana yang ditentukan dalam PBBI ’71. Toleransi dalam kekentalan adukan harus didalam batas-batas sebagai berikut : Nilai slump untuk semua pekerjaan beton tidak boleh lebih besar dari 12cm ± 2cm. Bila hasil tes sampel beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang disyaratkan, maka pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sebagai berikut : a. Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa. b. Memperlama proses penjagaan dalam masa pengecoran beton. c. Non-destructive testing. d. Tes-tes yang dianggap relevan dengan masalahnya. Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam PBBI ’71 harus tetap diikuti. 5. Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas, dan ternyata mutu beton tidak dapat memenuhi spesifikasi, maka pengawas berhak memerintahkan pembongkaran beton yang tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin. 6. Semua biaya pengambilan sampel, pemeriksaan, pembongkaran pekerjaan, perbaikan dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Pasal 18 Pengadukan 1. Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk mekanis selalu dalam keadaan baik, sehingga dapat menghasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap-tiap bagian dari komposisi adukan harus diukur Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 33
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam molen dan diukur berdasarkan berat atau volume. 2. Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk dengan kapasitas 0,2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1,5 menit setelah semua bahan adukan dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat dimasukkan sebagian terlebih dahulu. Pengawas berhak memerintah untuk memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil pengadukan yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya dan kekentalan yang tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata keseluruhannya. 3. Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sewaktu dan sebelum pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses pengeluaran adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan air yang berlebihan dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan tidak dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil tidak dapat memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik. Pada alat pengaduk yang ditempatkan
secara
sebtral
atau
pada
batching
plant,
kontraktor
harus
menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan pengawas. 4. Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari pabriknya yang menunjukkan : Gross volume dari ruang pengaduk Maksimum dan minimum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dan lain-lain. 5. Alat pengaduk harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi bahan-bahan, dan harus segera dicuci bersih setelah selesai mengaduk. Pada saat memulai pengadukan yang pertama-tama dengan beton molen yang bersih, harus mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normal untuk menjaga adanya material halus dan semen tertinggal melekat pada bagian dalam beton molen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama harus dilakukan sedikitnya 1 menit lebih lama dari waktu pengadukan. 6. Pengadukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk jumlah yang kecil sekali dan hal ini diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 34
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing) harus dilakukan pada suatu platfoarm yang mempunyai tepi-tepi penghalang. Pada proses pengadukan ini bahan-bahan yang akan diaduk harus diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 kali pengadukan, kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang air dan setelah itu dilakukan kembali dengan sedikitnya 3 kali pengadukan sampai didapati suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini kekentalan dapat dinaikkan dengan 10%. Pasal 19 Transportasi 1. Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus mendapat persetujuan dari pengawas terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus menjaga
jangan
sampai
terjadi
pemisahan
bahan-bahan
adukan
beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan menjaga tidak timbulnya halhal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur atau berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut, serta penuangan adukan tidak diperkenankan dengan menjatuhbebaskan adukan dengan tinggi jatuh lebih dari satu meter. 2. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari metal dengan permukaannya halus dan kedap air. 3. Adukan beton harus sampai ditempat dan dituangkan dengan kondisi benar-benar merata (homogen), slump test yang dilakukan untuk sampel yang diambil pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas toleransi. Pasal 20 Pengecoran 1. Sebelum adukan dituangkan pada bekistingnya, kondisi permukaan dalam dari bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekasbekas beton tercecer pada besi tulangan dan bagian dalam bekisting harus segera dibersihkan. 2. Juga air yang tergenang pada bekisting harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus cegah dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang disetujui pengawas untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 35
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 3. Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor dan juga pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh pengawas. Setelah selesai diperiksa dan disetujui, maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui terkecuali dengan seijin pengawas. 4. Pada tiap pengecoran, kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksana ini harus hadir, mengawasi dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan. 5. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri pengawas. 6. Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan dan memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus. 7. Mengencerkan
adukan
beton
yang
sudah
diangkut
sama
sekali
tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan harus segera dibuang. 8. Seluruh pekerjaan-pekerjaan beton harus diselesaikan segera sebelum adukannya mulai mengeras dan segala langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras. 9. Dalam hal terjadinya kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan
plastis.
Bidang
pengakhiran
ini
harus
dalam
keadaan
lembab
sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pengawas. 10. Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan, juga mungkin air yang mengganggu beton Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 36
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui oleh pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam keadaan cuaca panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan pengawas. 11. Pengecoran terhadap struktur beton yang tidak selesai-selesai (kasus-kasus) harus seijin pengawas, terhadap bagian-bagian yang harus dibuang. Pasal 21 Pemadatan Adukan Beton 1. Adukan beton harus dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang maksimum sehingga didapat adukan beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara celah-celah koral, gelembung udara dan adukan tadi harus benar-benar memenuhi ruang yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya terbenam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisah unsur-unsur pembentuk beton. 2. Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai pengecoran dengan sedikitnya selama 2 hari. Pembasahan harus dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air untuk bahan adukan beton. Pasal 22 Pemeliharaan Beton 1. Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah pengecoran. 2. Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan air teru menerus selama 1 minggu atau lebih sesuai dengan ketentuan dalam SKSNI-T-16-1991-03. 3. Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan oleh pekerjaan lain. Pasal 23 Perbaikan Beton Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 37
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 1. Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa pengawas. Bila dianggap oleh pengawas perlu dilakukan perbaikan atau pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas biaya kontraktor. 2. Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-benar ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal yang kurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing. Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam sejak pembukaan bekisting. Tonjolan-tonjolan pada permukaan beton harus dihilangkan. 3. Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah dibongkarnya beton tadi untuk kemudian dilakukan pembersihan dan pengecoran ulang. Batasbatas daerah yang harus dibongkar tadi akan ditemukan oleh pihak pengawas, begitu juga langkah pengecoran dan material yang akan digunakan. 4. Keretakan-keretakan pada beton baik akibat panas hidrasi atau pembebanan awal harus diisi kembali dengan grouting beton. Pasal 24 Joints 1. Lokasi dan tipe dari construction joint harus sesuai dengan gambar rencana ditentukan pengawas. Penambahan construction joint yang dikehendaki kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus mendapat persetujuan pengawas terlebih dahulu. Penentu letak joint tadi harus memperhatikan gaya-gaya yang bekerja ataupun untuk menghindari terjadinya retak. 2. Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila terjadi penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada pengecoran nantinya beton baru tidak akan tercampur dengan beton lama, maka batas tadi harus diperlakukan seperti construction joint, dimana permukaan construction joint tersebut harus dikasarkan, dibersihkan dengan air hingga bersih. 3. Pengecoran struktur balok yang belum selesai dicor hendaknya tetap memberi penyangga terhadap balok yang sudah dicor (disampingnya) Pasal 25 Pekerjaan Pondasi 1. Pondasi yang dikerjakan adalah jenis pondasi sarang laba-laba yang disetujui pengawas.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 38
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 2. Konstruksi beton pada pondasi ini menggunakan mutu beton f’c = 17,89 Mpa dan mutu tulangan fy = 400 Mpa. 3. Untuk pekerjaan pondasi sarang laba-laba ini kontraktor harus menyediakan tenaga ahli yang disetujui pengawas agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. 4. Sebelum pelaksanaan penggalian dimulai, harus mendapat ijin dari pengawas. 5. Penggalian dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Penggalian sebisa mungkin dilakukan dengan memperhatikan kenyamanan dan keselamatan pekerja. 6. Setelah penggalian, dilakukan pekerjaan selubung beton untuk tiap segmen supaya tanah yang sudah digali tidak runtuh dan untuk melindungi pekerja. 7. Sebelum dilakukan pemasangan tulangan, tulangan harus dipastikan terbebas dari karat yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan. 8. Tulangan pada sisi vertikal dipasang dahulu sesuai gambar rencana kemudian dipasang tulangan arah melingkar lalu diikat dengan kawat bendrat supaya kuat. 9. Tulangan yang sudah terpasang dicek apakah sudah sesuai dengan gambar rencana atau belum baik jumlah maupun susunannya. 10. Setelah pekerjaan penulangan selesai dan sudah disetujui oleh pengawas kemudian dilakukan pekerjaan pengecoran pondasi. 11. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan pondasi sarang laba-laba menjadi tanggung jawab kontraktor. Pasal 26 Pekerjaan Pile Cap dan Sloof 1. Setelah pekerjaan pondasi sarang laba-laba selesai dan disetujui oleh pengawas, dilakukan pekerjaan pile cap dan sloof yang dimulai dengan pemasangan tulangan. 2. Tulangan harus dipastikan terbebas dari karat yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan. 3. Pengecoran dilakukan setelah penulangan selesai dan disetujui oleh pengawas. Pasal 27 Bekisting (Acuan Beton) Umum Kontraktor harus menyerahkan semua perhitungan dan gambar rencana dan bekistingnya kepada pengawas untuk mendapat persetujuan bilamana diminta pengawas. Dalam hal bekisting ini walaupun pengawas telah menyetujui untuk digunakan suatu rencana bekisting dari kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Material Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 39
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 1. Material untuk bekisting dibuat dari kayu, besi, atau material yang disetujui pengawas. Seluruh tipe material tadi bila digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata dan sesuai dimensi yang direncanakan. 2. Bekisting yang digunakan untuk beton exposed, harus benar-benar mempunyai permukaan yang halus. Dalam hal ini digunakan bekisting kayu, sambungan antara tepi-tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga didapatkan permukaan dalam bekisting yang benar-benar rata sesuai yang direncanakan. Pelaksanaan 1. Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan pengaku-pengaku dan pengikat untuk mencegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horisontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton untuk pengikatan dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya. 2. Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan teliti sebelum digunakan kembali, bekisting yang telah digunakan berulang kali harus segera disingkirkan atau bila mungkin diperbaiki agar kembali sempurna. 3. Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditarik 25 cm. Pembasahan dan Meminyaki Bidang Bekisting 1. Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-stining mineral oil dengan sepengetahuan pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan dengan hati-hati agar aliran tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga pembesian. 2. Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran. Pembongkaran Bekisting 1. Secara umum semua bekisting harus disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak tergantungnya kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan, bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyai kekerasan dan kekuatan. Bekisting bagian atas dari bidang Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 40
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana beton yang miring, harus segera dibongkar setelah beton mempunyai kekuatan untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton. Bila diperlukan perbaikan bidang atas beton yang miring, maka harus sesegera mungkin dan dilanjutkan dengan langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing). 2. Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahan. Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya kerusakan pada beton. Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikan harus sesegera mungkin dilakukan. Daftar ketentuan diperkenankannya dibuka suatu bekisting bila dihitung sejak selesai pengecoran : a. Sisi-sisi balok, dinding dan kolom yang tidak dibebani
: 3 hari
b. Tiang-tiang penyangga pelat bila pelat tidak mendapat beban
: 14 hari
c. Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani
: 21 hari
d. Tiang-tiang penjaga kantilever
: 28 hari
Untuk kondisi-kondisi dimana pelat dan balok yang masih ada sistem lain diatasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangga harus dengan persetujuan pengawas, dalam hal ini segala kemungkinan beton yang akan bekerja serta umur beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti. Pasal 28 Pekerjaan Besi Tulangan Umum Pemasangan besi tulangan harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PBI ’71. Besi tulangan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana atau seperti yang diinstruksikan pengawas. Pengukuran pada pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi tulangan. Besi tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk panjang, posisi dan banyaknya yang akan diperiksa setelah kondisi terpasang. Pembersihan Sebelum dipasang, besi tulangan harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat, kotoran, lemak atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada besi tulangan tadi yang dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara beton dan besi tulangan. Kebersihan ini harus dijaga sampai proses pengerasan beton. Pembongkaran
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 41
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana Besi tulangan harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bantuk dan dimensi sesuai gambar rencana dan disetujui pengawas. Semua proses pembengkokan harus dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Seluruh ujung-ujung pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentuka dalam PBI ’71. Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah mendapat ijin dari pengawas. Pelurusan Besi tulangan tidak dapat dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan kerusakan pada besi tulangan tersebut. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau bengkok tidak sesuai dengan gambar tidak diperkenankan dipakai. Pemasangan Besi tulangan harus dipasang dengan teliti agar sesuai gambar rencana dan harus diikat dengan kuat menggunakan kawat pengikat dan didudukkan pada support dari beton, besi ataupun dengan hanger agar posisinya tidak berubah. Pengikat dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting apabila beton yang dicor jenis beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada balok beton kecil, balok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya harus menjamin diperolehnya beton yang baik. Kekakuan pada pemasangan baja tulangan harus menjamin agar tidak terjadi perubahan bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat lokasi tersebut. Ujung-ujung dari kawat pengikat ditekuk kearah dalam beton dan tidak diperkenankan mengarak keluar. Selama proses pengecoran beton, kontraktor yang khusus mengawasi dan memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul, dan bila tidak dapat dihindari hal-hal tadi, maka harus segera diperbaiki. Pemasangan besi tulangan harus mengingat jarak bersih antar tulangan atau antar tulangan dengan angkur, atau antar benda-benda metal tertanam dengan tidak boleh kurang dari 25 mm atau sebagaimana yang ditentukan dalam PBI ’71. Selimut Beton Besi tulangan harus dipasang dengan minimum selimut beton sebagaimana tertera pada gambar rencana atau ditentukan pengawas. Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 20 mm. Sambungan Lewatan (Spilicing) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana, instruksi pengawas, atau minimal mengikuti ketentuan dalm PBI ’71. Bilamana perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh pengawas. Sambungan diperkenankan diletakkan pada lokasi Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 42
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana tegangan yang maksimum, dan penyambungan pada besi tulangan yang letaknya bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya. Bilamana dikehendaki suatu panjang tanpa sambungan, panjang dari batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam PBI ’71 terkecuali ditentukan lain. Pasal 29 Pekerjaan Dinding Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik. 2. Pekerjaan dinding ini bukan merupakan pekerjaan inti namun dapat berupa pekerjaan penunjang dari pekerjaan inti, meliputi seluruh detail yang ditunjukkan dalam gambar. Persyaratan Bahan 1. Batu bata harus memenuhi NI – 10 2. Semen portland harus memenuhi NI – 3 3. Pasir harus memenuhi NI – 3 pasal 14 ayat 2 4. Air harus memenuhi PUBI 1981 pasal 9 Syarat-Syarat Pelaksanaan 1. Pasangan batu bata, adukan menggunakan campuran 1 PC : 2 PS, untuk kondisi tidak kedap air. 2. Pasangan batu bata, adukan menggunakan campuran 2 PC : 3 PS, untuk kondisi kedap air. 3. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding didaerah basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang ada pada gambar menggunakan simbol adukan trassram / kedap air digunakan adukan rapat air dengan campuran 2 semen : 3 pasir. 4. Batu bata yang digunakan batu bata merah ex-lokal dengan kualitas yang terbaik yang disetujui pengawas / perencana, siku sama ukurannya 5 x 11 x 24 cm. 5. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air hingga jenuh. 6. Setelah bata terpasang dengan adukan, nad / siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi kemudian disiram air.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 43
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 7. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air dan siarsiar telah dikerok serta dibersihkan. 8. Pemasangan batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri dari maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom portal dan kolom praktis. 9. Bidang dinding ½ bata yang luasnya lebih besar dari ± 12 m2 ditambah kolom praktis. 10. Pembuatan lubang pada pemasangan perancah sama sekali tidak diperkenankan. 11. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm. 12. Tidak diperkenankan memasang batu merah yang patah melebihi 5%. Batu merah patah yang lebih dari dua tidak boleh dipakai. 13. Pasangan batu bata untuk dinding ½ bata menghasilkan dinding finish setebal 15 cm. Pelaksanaan pasangan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus. Pasal 30 Pekerjaan Plesteran Persyaratan Bahan 1. Semen portland harus memenuhi NI – 8 2. Pasir harus memenuhi NI – 3 pasal 14 ayat 2 3. Air harus memenuhi NI – 3 pasal 10 4. Penggunaan adukan plesteran :
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran rapat air dengan ditambah cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete.
Adukan 1 semen : 2 pasir dipakai untuk plesteran seluruh dinding lainnya dengan ditambah cairan additive sebagai bonding agent yang setara dengan abacrete. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1. Plesteran dilaksanakan sesuai dengan standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan pengawas / perencana, dan persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan. 2. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan bidang lantai beton atau pasangan dinding batu bata telah disetujui oleh pengawas / perencana persyaratan tertulis dalam uraian dan syarat pekerjaan. 3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua petunjuk dalam gambar arsitektur terutama pada gambar detail dan gambar potongan mengenai ukuran dan bentuk profilnya. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 44
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 4. Campuran adukan perekat yang dimaksud adalah campuran dalam volume, cara pembuatannya menggunakan mixer yang diaduk selama 3 menit. 5. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh bangunan. Pasal 31 Pekerjaan Cat Pekerjaan Plitur Kayu Hal-hal yang tercakup dalam pekerjaan ini ialah pemlituran sampai didapat hasil yang baik untuk seluruh kayu yang terlihat, bagian lis tepi dan sebagainya. Sebelum dilakukan pemlituran, bidang permukaan yang akan diplitur diamplas terlebih dahulu hingga rata dan halus. Pekerjaan Cat Tembok Hal-hal yang tercakup dalam pekerjaan ini ialah pekerjaan cat dinding tembok, kolomkolom, balok dan lain-lain dengan cat merk ICI. Pengecatan dilakukan sampai didapat hasil yang baik, rata dan memuaskan minimal dengan 3 kali kuas. Untuk pengecatan bagian luar digunakan cat weather shield dan bagian dalam dengan jenis emulsion. Pekerjaan Cat Plafond Hal-hal yang tercakup dalam pekerjaan ini ialah seluruh plafond asbes pelat. Cat yang digunakan adalah merk ICI. Cara pengecatan harus dilakukan dengan baik, minimal dengan 3 kali kuas. Sebelum dilakukan pengecatan, pemasangan asbes pelat harus dilakukan dengan baik dan kontraktor harus melaporkan pada Pimpinan Proyek untuk pemeriksaan dan persetujuan. Pasal 32 Pekerjaan Keramik 1. Untuk lantai digunakan ubin keramik ukuran 30 x 30 cm. 2. Ubin keramik yang dipasang adalah yang telah melalui proses seleksi dengan bentuk dan ukuran yang sama, tidak ada bagian yang retak dan pecah, dan mendapatkan persetujuan tertulis dari pengawas / perencana. 3. Ubin keramik yang dipasang dengan menggunakan adukan campuran 1 semen : 2 pasir minmal setebal 2 cm diatas pelat beton. 4. Jarak antara masing-masing unit harus sama dan membentuk garis lama. Bidang permukaan lantai keramik harus rata dan tidak ada bagian yang bergelombang. 5. Tiap hari setelah pemasangan ubin keramik selesai dengan rapi, dilaporkan kepada pengawas / perencana untuk memeriksa dan persetujuannya, dilakukan pengecoran lubang dengan menggunakan semen yang sesuai warna keramiknya. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 45
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 6. Pada bagian-bagian tertentu dipakai ubin keramik pinggul dengan ukuran, warna, kualitas yang sama dengan keramik tersebut diatas. 7. Seluruh bidang permukaan lantai harus dibersihkan, sehingga bidang permukaan keramik bebas dari noda-noda semen. Pasal 33 Pekerjaan Pintu dan Jendela 1. Untuk pintu, jendela dan lainnya digunakan kayu jati dengan kualitas antara lain sebagai berikut : Kayu jati harus yang kering dan telah diperiksakan pada pimpinan proyek terlebih dahulu sebelum dikerjakan. Kayu berkualitas baik, tidak berlubang dan harus memenuhi syarat plituran. 2. Setelah kayu terpasang bidang permukaan kusen harus rata dan dilot kemudian dibersihkan. 3. Semua bagian kusen yang tampak harus diserut rata dan licin hingga siap untuk dicat / diplitur. 4. Semua bidang-bidang yang akan dicat harus dimeni terlebih dahulu diratakan. 5. Untuk kaca digunakan kaca tebal 5 mm untuk semua kaca mati. Penggunaan masing-masing sesuai dengan gambar kerja. 6. Kaca pada rangka kayu dipasang pada sponningnya dengan dempul dan lis kaca. Pendempulan harus baik agar kaca cukup rapat dan tidak bergetar akibat tekanan angin. Kaca yang retak akibat pemasangan yang kurang hati-hati harus segera diganti. Pasal 34 Pekerjaan Plafond 1. Untuk plafond dipakai rangka plafond dari kayu, bentuk dan cara pemasangannya sesuai dengan gambar. 2. Seluruh rangka kayu bagian bawah diserut rata dan cara pemasangannya menggunakan sistem klos yang dibuat dari reng, seluruh rangka digantungkan dengan baik pada balok kayu dan plat yang kelihatan. 3. Pemasangan rangka plafond sesuai dengan gambar dengan bidang permukaan yang harus rata, harus waterpass dan tidak ada bagian yang berlubang. Kemudian diberi lapisan pengawet atau diberi garam wolman sampai rata untuk seluruh permukaan kayu. 4. Penutup plafond bangunan sesuai gambar digunakan asbes pelat 100 x 100 cm.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 46
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB V RENCANA KERJA & SYARAT-SYARAT
Tirta Rahman Maulana 5. Plafond terpasang harus menghasilkan bidang yang rata waterpass, nad / sponning harus rapi / baik dan merupakan garis lurus, yang kemudian diakhiri dengan cat tembok. Pasal 35 Pekerjaan Sanitasi 1. Meliputi pekerjaan kamar mandi, kloset, instalasi air kotor dan air bersih harus dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana dan petunjuk dari pengawas. 2. Untuk hal-hal yang belum tercantum dalam gambar rencana, seperti bahan finishing dan lainnya harus mendapat persetujuan tertulis dari pengawas. Pasal 36 Pekerjaan Drainase Pekerjaan drainase ini dimaksudkan supaya saluran air bisa mengalir secara lancar dan tidak terjadi genangan pada saat hujan yang dapat menimbulkan banjir disekitar lokasi. Saluran ini dipasang pada tepi bangunan atau sesuai gambar rencana. Pasal 37 Pekerjaan Jalan Keluar dan Masuk 1. Jalan masuk dan keluar dari dan ke lokasi gedung perkantoran harus dikerjakan sesuai dengan gambar rencana. 2. Permukaan jalan ditutup dengan paving block yang bermutu baik. Penentuan merk dan warna yang digunakan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari pimpinan proyek.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
V - 47
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA 6.1
6.2
DAFTAR HARGA SATUAN BAHAN BANGUNAN No
Jenis Bahan
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Batu kali Kerikil Batu bata Pasir urug Pasir pasang Pasir beton Kapur Portland cement Seng gelombang Seng plat Kayu dolken (8x10x400 cm) Kayu kruing Keramik (30x30 cm) Besi Kawat besi Multipleks Meni besi Paving block Kayu jati Angkur Kayu kamfer Lem kayu Kaca Cat tembok
m3 m3 bh m3 m3 m3 m3 zak lbr m' btg m3 m2 kg kg lbr kg bh m3 bh m3 ltr m2 kg
Harga Satuan Rp. 135.000 140.000 240 70.000 110.000 130.000 135.000 29.500 42.000 18.000 14.000 4.500.000 34.000 9.500 10.000 87.500 19.000 700 16.000.000 7.500 6.500.000 20.000 45.000 7.000
DAFTAR HARGA SATUAN UPAH PEKERJA No
Jenis Bahan
Satuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pekerja Mandor Tukang Kayu Kepala Tukang Kayu Tukang Batu Kepala Tukang Batu Tukang Besi Kepala Tukang Besi Tukang Cat Kepala Tukang Cat
Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr Org/hr
Harga Satuan Rp. 22.500 35.000 35.000 40.000 35.000 40.000 35.000 40.000 32.000 40.000
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 1
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 6.3
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN Hrg Satuan Rp 3
Upah Kerja Rp 4
No
Uraian Pekerjaan
1
Analisa / Satuan 2
I
PEKERJAAN PERSIAPAN
1
Pagar sementara dari seng gelombang per 1 m panjang, tinggi 2 m
2
3
1,250 0,072 2,500 0,005
btg m3 kg m3
0,009 0,060 0,450 1,200 0,020 0,020 0,200 0,400
Hrg Bahan Rp 5
Jumlah Rp 6
Kayu dolken Kayu kruing Portland cement Pasir beton
14.000 63.000 737,5 130.000
17.500 4.536 1.843,75 650
17.500 4.536 1.843,75 650
m kg kg lbr org
Kerikil Paku Meni besi Seng gelombang Mandor
140.000 8.000 18.000 42.000 35.000
1.260 480 8.100 48.000 700
1.260 480 8.100 48.000 700
org org org
Kep. Tukang kayu Tukang kayu Pekerja
40.000 35.000 25.000
800 7.000 10.000 18.500
800 7.000 10.000 100.869,75
3
82.369,75
Membersihkan lahan per 1 m3 0,050 0,050 0,050
org org org
Mandor Kep. Tukang kayu Tukang kayu
35.000 40.000 35.000
1.750 2.000 1.750
1.750 2.000 1.750
0,100
org
Pekerja
25.000
2.250
2.250
7.750
7.750
Pemasangan bouwplank per 1 m3 0,012 0,020 0,007
m3 kg m3
Kayu Kruing Paku Kayu papan Kruing
0,005 0,010 0,100 0,100
org org org org
Mandor Kep. Tukang kayu Tukang kayu Pekerja
63.000 8.000 4.500.000 35.000 40.000 35.000 25.000
756 160 31.500 175 400 3.500 2.500 6.575
II
PEKERJAAN TANAH
1
Galian tanah biasa sedalam 1 m 0,040 org Mandor 0,400
org
Pekerja
756 160 31.500 175 400 3.500 2.500
32.416
38.991
35.000
1.400
1.400
25.000
10.000
10.000
11.400
11.400
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 2
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 2
Urugan kembali per m3 0,019 0,192
3
org org
35.000 25.000
665 4.800
665 4.800
5.465
5.465
1.750 12.500
1.750 12.500
14.250
14.250
3
Tanah diratakan dan dipadatkan per m 0,050 0,500
4
Mandor Pekerja
org org
Mandor Pekerja
35.000 25.000
Urugan pasir per m3 1,200 0,010 0,300 0,300
m3 org org org
Pasir urug Mandor Pekerja Kep. Tukang batu
70.000 35.000 25.000 40.000
350 6.750 12.000
84.000 350 6.750 12.000
0,300
org
Tukang batu
35.000
10.500
10.500
84.000
29.600 III
PEKERJAAN PASANGAN
1
Pasangan batu bata 1 Pc : 3 Kp : 10 Ps per m3 tebal 1/2 bata 70,00 4,500 0,050 0,015 0,015
bh kg m3 m3 org/hr
Batu bata Portland cement Pasir pasang Kapur Mandor
0,320 0,100 0,010
org/hr org/hr org/hr
Pekerja Tukang batu Kep. Tukang batu
113.600
16.800 3.318,5 5.500 2.025
240 737,5 110.000 135.000 35.000
525
16.800 3.318,5 5.500 2.025 525
25.000 35.000 40.000
8.000 3.500 400
8.000 3.500 400
12.425 2
84.000
27.643,5
40.068,5
Pekerjaan tegel 20 x 20 dengan 1 Pc : 2 Kp : 3 Pc 1,000
m3
Tegel
0,020 0,016 0,032 0,025 0,025
zak m3 m3 org org
Portland cement Kapur Pasir pasang Mandor Kep. Tukang batu
0,250 0,500
org org
Tukang batu Pekerja
18.000
18.000
18.000
29.500 135.000 110.000 35.000 40.000
540 1.840 2.880 875 1.000
540 1.840 2.880 875 1.000
35.000 25.000
8.750 11.250
8.750 11.250
21.875 IV
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1
Pekerjaan beton 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr per m3 232,0 0,780
kg m3
Portland cement Kerikil
737,5 130.000
23.260
45.135
171.100 67.600
171.100 67.600
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 3
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 0,520 0,080 0,025 0,250 1,650
2
3
m org org org org
Pasir beton Mandor Kep.tukang batu Tukang batu Pekerja
140.000 35.000 40.000 35.000 25.000
109.200 2.800 1.000 6.750 41.250 53.800
1,050
kg
Besi
2,000 0,0003 0,0007 0,007 0,007
kg org org org org
Kawat beton Mandor Kep. Tukang besi Tukang besi Pekerja
7.000 8.000 35.000 40.000 35.000 25.000
7.350
120
120 10,5 28 245 175
7.470
7.928,5
160.000 32.000
10,5 28 245 175
Cetakan beton untuk 1 m3 beton bertulang 0,400 4,000 0,100 0,500
m3 kg org org
Kayu cetakan Paku Mandor Kep. Tukang kayu
5,000 2,000
org org
Tukang besi Pekerja
400.000 8.000 35.000 40.000
3.500 20.000
160.000 32.000 3.500 20.000
35.000 25.000
175.000 50.000
175.000 50.000
248.500 4
7.350
Pekerjaan tulangan besi
458,5 3
347.900
109.200 2.800 1.000 6.750 41.250 401.700
192.000
440.500
1 m2 bongkar bekisting 0,007
248.500
Pekerjaan cetakan
V
PEKERJAAN PLESTERAN
1
Plesteran 1 Pc : 3 Ps tebal 20 mm 9,300
kg
Portland cement
0,018 0,260 0,200 0,020
m3 org org org
Pasir pasang Pekerja Tukang batu Kep. Tukang batu
0,013
org
Mandor
737,5
6.858,75
6.858,75
110.000 25.000 35.000 40.000
1.980 6.500 7.000 800
1.980 6.500 7.000 800
35.000
455
455
14.755 VI
PEKERJAAN KAYU
1
Pekerjaan kusen-kusen pintu / jendela dari kayu jati 1,200
m3
Kayu jati, balok
0,300 6,000 20,00 2,000
org org org org
Mandor Pekerja Tukang kayu Kep. Tukang kayu
1.739,5
16.500.000 35.000 25.000 35.000 40.000
10.500 150.000 700.000 80.000
8.838,75
23.593,75
19.200.000
19.200.000 10.500 150.000 700.000 80.000
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 4
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 940.500 2
0,0196 0,030 0,300 1,000 0,600
m3 kg ltr lbr org
Kayu kamfer papan Paku Lem kayu Plywood Pekerja
2,000 0,200 0,030
org org org
Tukang kayu Kep. Tukang kayu Mandor
15.000
127.400 240 6.000 65.000 15.000
35.000 40.000 35.000
70.000 8.000 1.050
70.000 8.000 1.050 198.640
292.690
227.500
227.500
Pekerjaan pintu / jendela kaca rangka kayu kamfer per m2 0,035
m3
Kayu kamfer, papan
0,800 2,000 0,200 0,040
org org org org
Pekerja Tukang kayu Kep. Tukang kayu Mandor
6.500.000 25.000 35.000 40.000 35.000
20.000 70.000 8.000 1.400
20.000 70.000 8.000 1.400 227.500
326.900
Pekerjaan rangka langit-langit grid 30x30 cm bahan kayu kamfer per m2 0,027 0,200 0,250 0,350 0,035 0,0125
3
m kg org org org org
Kayu kamfer balok Paku Pekerja Tukang kayu Kep. Tukang kayu Mandor
6.000.000 8.000 25.000 35.000 40.000 35.000
PEKERJAAN PENGECATAN
1
Pekerjaan cat tembok per m2
162.000 1.600
162.000 1.600 6.250 12.250 1.400 437,5
163.600
183.937,5
900 700 13.000
6.250 12.250 1.400 437,5 20.337,5
VII
0,100 0,100 0,260 0,020
kg kg kg org
Plamir Cat dasar Cat penutup 2 kali Pekerja
9.000 7.000 50.000 25.000
500
900 700 13.000 500
0,063 0,0063 0,0025
org org org
Tukang cat Kep. Tukang cat Mandor
35.000 40.000 25.000
2.205 252 87,5
2.205 252 87,5
3.044 2
127.400 240 6.000 65.000
6.500.000 8.500 20.000 65.000 25.000
99.400 4
20.140.500
Pekerjaan pintu / jendela plywood rangkap kayu kamfer per m2
94.050 3
19.200.000
14.600
17.644,5
Pekerjaan cat kayu / besi per m2 0,200
kg
Cat meni
19.000
3.800
3.800
0,150 0,170 0,260
kg kg kg
Plamur Cat dasar Cat penutup 2 kali
12.000 13.000 27.000
1.800 2.210 7.020
1.800 2.210 7.020
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 5
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 0,0025 0,006 0,009 0,070
org org org org
Mandor Kep. Tukang cat Tukang cat Pekerja
35.000 40.000 35.000 25.000
87,50 240 3.675 1.750 2.392,5
VIII 1
17.222,5
35.000 11.000
35.000 11.000
46.000
10.000 700 800 700 58.200
Pekerjaan pasang paving block per m2 50,00 0,100
bh m3
Paving block Pasir pasang
700 110.000
0,400 0,020 0,020 0,020
org org org org
Pekerja Mandor Kep. Tukang batu Tukang batu
25.000 35.000 40.000 35.000
PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN
I.
Pekerjaan Persiapan 1. Pagar Proyek
=
10.000 700 800 700 12.200
( 28 + 43,246 ) x 2 = 142,492 m
2. Pembersihan Lapangan =
( 28 x 43,246 )
= 1210,888 m2
3. Pemasangan bouwplank =
( 63 + 33 ) x 2
= 192,000 m
4. Papan nama proyek
= 1 bh
Pekerjaan Tanah =
635,860 m3
2. Pekerjaan urugan tanah =
301,549 m3
1. Pekerjaan Galian
III.
14.830
PEKERJAAN PAVING BLOCK
6.4
II.
87,50 240 3.675 1.750
Pekerjaan Beton 1. Pekerjaan Plat Lantai Lantai 1 Type Plat
Tebal
Lx
Ly
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
1
0,15
5
5
23
86,25
2
0,15
2,5
5
11
20,625
3
0,15
1,8
5
2
2,7
4
0,15
5
5
2
7,5
5
0,15
4
5
1
3
6
0,15
3
5
2
4,5
7
0,15
2
5
1
1,5
8
0,15
3,1
5
3
6,975
9
0,15
2,5
2,5
2
1,875 134,925
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 6
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana Lantai 2 - 4 Type Plat
Tebal
Lx
Ly
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
1
0,15
5
5
22
82,5
2
0,15
2,5
5
11
20,625
3
0,15
1,8
5
2
2,7
4
0,15
5
5
2
7,5
5
0,15
4
5
1
3
6
0,15
3
5
2
4,5
7
0,15
2
5
1
1,5 122,325
Lantai 5 Type Plat
Tebal
Lx
Ly
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
1
0,15
5
5
23
86,25
2
0,15
2,5
5
11
20,625
3
0,15
1,8
5
2
2,7
4
0,15
5
5
2
7,5
5
0,15
4
5
2
3
6
0,15
3
5
2
4,5
7
0,15
2
5
1
1,5 126,075
2. Pekerjaan Balok Anak
Lantai 1 – Lantai atap Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
BA 1
10
0,2
0,4
11
8,8
BA 2
5
0,15
0,3
2
0,45
BA 3
2,5
0,3
0,5
2
0,75
BA 4
5,3
0,3
0,65
2
2,067
BA 5
5,14
0,3
0,60
2
1,850 13,917
3. Pekerjaan Balok Induk
Lantai 1 Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
BI 1
10
0,3
0,48
12
17,28
BI 2
5
0,3
0,48
39
28,08
BI 3
2,5
0,3
0,48
14
5,04
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 7
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana BI 4
5,3
0,3
0,48
2
1,53
BI 5
5,14
0,3
0,48
2
1,48
BI 6
5,1
0,3
0,48
4
2,94
BI 7
1,8
0,3
0,48
2
0,52
BI 8
3
0,3
0,48
2
0,86
BI 9
4
0,3
0,48
2
1,15 58,88
Lantai 2 – Lantai Atap Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
BI 1
10
0,3
0,48
12
17,28
BI 2
5
0,3
0,48
39
58,88
BI 3
2,5
0,3
0,48
14
5,04
BI 4
5,3
0,3
0,48
2
1,53
BI 5
5,14
0,3
0,48
2
1,48
BI 6
5,1
0,3
0,48
4
2,94
BI 7
1,8
0,3
0,48
2
0,52
BI 8
3
0,3
0,48
2
0,86
BI 9
4
0,3
0,48
2
1,15 89,68
4. Pekerjaan Kolom Lantai 1 – Lantai 2 Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
K1
4
0,8
0,8
8
19,24
K2
4
0,6
0,6
14
20,16
K2A
4
0,6
0,6
4
5,76
K3
4
0,4
0,4
4
2,56
K4
4
0,3
0,7
2
1,68
K4A
4
0,6
0,6
4
5,76
K5
4
0,4
0,8
12
15,36
K5A
4
0,4
0,8
8
10,24
K5B
4
0,4
0,8
4
2,56
K6
4
0,25
0,7
8
5,6
K7
4
0,3
0,7
8
6,72
KL
4
0,35
0,35
12
5,88
KL1
4
0,3
0,4
4
1,92 103,84
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 8
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana Lantai 3 – Lantai 5 Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
K1
4
0,75
0,75
10
20,76
K2
4
0,5
0,5
21
18,48
K2A
4
0,6
0,6
6
6,88
K4
4
0,3
0,7
3
2,52
K4A
4
0,6
0,6
6
7,76
K5A
4
0,4
0,7
12
12,80
KL
4
0,35
0,35
18
8,82
KL1
4
0,3
0,4
6
2,88 80,90
5. Pekerjaan Tangga Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
Bordes
3
1,4
0,12
12
6,048
Tangga
1,3
0,3
0,17
144
9,547
Plat tangga
4,12
1,3
0,12
12
7,713 23,308
6. Pekerjaan Poer Type
L
b
h
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
1
4,9
2,4
0,6
12
98,78
2
5,4
2,4
0,6
2
15,55
3
2,4
2,4
0,6
8
27,65
4
3,6
1,8
0,6
2
7,78
5
2,7
2,7
0,6
4
17,5
6
1,3
1,3
0,6
2
2,03 169,29
7. Pekerjaan Pondasi Type
Diameter
Jumlah
Kedalaman
Volume
(m)
(buah)
m
P1
2,2
28
2,45
150,92
P2
2,2
8
2,45
43,12
P3
1,6
4
2,45
15,68
P4
2,5
4
2,45
24,5
P5
1,1
2
2,45
5,39 239,61
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 9
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 8. Pekerjaan Sloof Type
IV.
b
h
Panjang
Jumlah
Volume
(m)
(m)
(m)
(buah)
(m3)
1
0,35
0,45
7,6
6
7,18
2
0,35
0,45
2,65
4
1,67
3
0,35
0,45
2,6
25
10,24
4
0,35
0,45
2,3
3
1,09
5
0,35
0,45
3,7
1
0,58
6
0,35
0,45
3,15
2
0,99
7
0,35
0,45
3,08
2
0,97
8
0,35
0,45
2,98
2
0,94
9
0,35
0,45
7,9
2
2,49
10
0,35
0,45
7,45
4
4,69
11
0,35
0,45
2,45
4
1,54
12
0,35
0,45
1,45
2
0,46
13
0,35
0,45
2,9
4
1,83
61
34,67
Pekerjaan Pembesian 1. Kolom Tulangan Utama Lt.
1 2 3 4 5
(mm)
Jumlah Tul. (btg)
Jumlah Kolom (btg)
10
4700
12
24
4039,142
K2
10
4900
12
20
3509,184
K5
10
4000
8
2
190,876
K3
10
4700
16
24
5385,523
Type
D
Panjang
(m) K1
Volume (kg)
K4A
10
4900
16
20
4678,912
K4
10
4700
20
24
6731,904
K5A
10
4900
24
20
7018,368
K1
10
4700
24
24
8078,285
K2
10
4900
24
20
7018,368
K2
10
5000
16
24
5729,28
K1
10
5250
12
20
3759,84
Ø 10 = 0,627 kg/m
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 10
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana Tulangan Sengkang Ø Lt Kolom b h p Sk mm mm mm mm K1 500 500 40 10 Joint 500 500 40 10 1 K2 500 500 40 10 Joint 500 500 40 10 K5 250 250 30 10 Joint 250 250 30 10 K3 500 500 40 10 2 Joint 500 500 40 10 K4A 500 500 40 10 Joint 500 500 40 10 K4 500 500 40 10 3 Joint 500 500 40 10 K5A 500 500 40 10 Joint 500 500 40 10 K1 500 500 40 10 4 Joint 500 500 40 10 K2 500 500 40 10 Joint 500 500 40 10 K2 500 500 40 10 5 Joint 500 500 40 10 K1 500 500 40 10 Joint 500 500 40 10 Ø 10 = 0,627 kg/
Pjg Sk mm 1680 1680 1680 1680 760 760 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680 1680
Tinggi Jarak Sk Jml Sk Jml Tump Lap Tump Lap Tump Lap Klm Vol. mm mm mm mm Btg Btg buah kg 2200 2200 50 100 45 23 24 1719,08 5 24 126,40 2200 200 50 200 45 12 20 1200,83 9 20 189,60 2200 200 50 100 45 23 2 3 2 0,00 2200 200 100 200 23 12 24 884,82 5 24 126,40 2200 200 75 150 30 16 20 969,09 9 20 189,60 2200 200 100 200 23 12 24 884,82 4 24 101,12 2200 200 75 150 30 16 20 969,09 8 20 168,54 2200 200 100 150 23 12 24 884,82 3 24 75,84 2200 200 75 200 30 16 20 969,09 8 20 168,54 2200 200 100 200 23 12 24 884,82 3 24 75,84 2200 200 75 150 30 16 20 969,09 5 20 105,34
2. Balok Anak Tulangan Utama Lt 1 2 3 4 5
D
L
mm mm 16 5000 16 5000 16 5000 16 5000 12 5000 Ø 16 = 1,578 kg/m Ø 12 = 0,888 kg/m
Tul. Tump Atas 4 4 4 4 4
Bawah 2 2 2 2 2
Tul. Lap Atas 2 2 2 2 2
Bawah 4 4 4 4 4
Jml Balok Buah 11 11 11 11 11
Pjg Tul Volume Tump Lap mm mm kg 2500 2500 520,740 2500 2500 520,740 2500 2500 520,740 2500 2500 520,740 2500 2500 293,040
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 11
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana Tulangan Sengkang
1
Ø Pjg Panjang Jarak Sk Jml Sk Jml L b h p Sk Sk Tump Lap Tump Lap Tump Lap Balok Vol. mm mm mm mm mm mm mm mm mm mm Btg Btg buah kg 5000 200 300 20 10 1040 2500 2500 100 200 26 14 11 180,752
2
5000 200 300
20
10 1040 2500 2500 100
200
26
14
11
180,752
3
5000 200 300
20
10 1040 2500 2500 100
200
26
14
11
180,752
4
5000 200 300
20
10 1040 2500 2500 100
200
26
14
11
180,752
5
5000 200 300
20
10 1040 2500 2500 100
200
26
14
11
180,752
Lt
Ø 10 = 0,627 kg/m 3. Balok induk Tulangan Tulangan Tumpuan Lapangan Lt mm mm Atas Bwh Atas Bwh 22 5000 5 3 2 2 5000 3 2 2 2 22 10000 8 5 3 5 10000 5 3 2 3 1 22 2500 5 3 2 2 2500 3 2 2 2 22 1800 4 3 2 2 22 3000 4 3 2 2 22 4000 4 3 2 2 D
22 22 2
22 22 22 22 22 22
3
22 22 22 22
L
Tul. Jml Bagi Balok D Pjg buah 10 5000 24 10 5000 20 10 10000 10 10 10000 2 10 2500 10 10 2500 2 10 1800 2 10 3000 2 10 4000 2
Tump 2500 2500 5000 5000 1250 1250 900 1500 2000
Pjg Tul.
5000 5000 10000 10000 2500 2500 1800 3000 4000
5 3 8 5 5 3 4 5 5
3 2 5 3 3 2 3 3 3
2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 5 3 2 3 2 2 2
10 5000 10 5000 10 10000 10 10000 10 2500 10 2500 10 1800 10 3000 10 4000
24 20 10 2 10 2 2 2 2
2500 2500 5000 5000 1250 1250 900 1500 2000
5000 5000 10000 10000 2500 2500 1800 3000 4000
5 3 8 5 5 3 4 5 5
3 2 5 3 3 2 3 3 3
2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 5 3 2 3 2 2 2
10 5000 10 5000 10 10000 10 10000 10 2500 10 2500 10 1800 10 3000 10 4000
24 20 10 2 10 2 2 2 2
2500 2500 5000 5000 1250 1250 900 1500 2000
Volume
Lap kg 2500 2.223,72 2500 1.405,50 5000 3.195,90 5000 400,46 1250 463,28 1250 77,74 900 61,34 1500 102,23 2000 136,31 8.066,48 2500 2.223,72 2500 1.405,50 5000 3.195,90 5000 400,46 1250 463,28 1250 77,74 900 61,34 1500 111,19 2000 148,25 8.087,36 2500 2.223,72 2500 1.405,50 5000 3.195,90 5000 400,46 1250 425,98 1250 77,74 900 61,34 1500 102,23 2000 136,31 8.029,18
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 12
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 22 22 4
22 22 22 22 19 19
5
19 19 19 19
5000 5000 10000 10000 2500 2500 1800 3000 4000
5 2 7 5 3 2 3 3 3
3 2 4 3 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 3 2 2
2 2 5 3 2 2 2 2 2
10 5000 10 5000 10 10000 10 10000 10 2500 10 2500 10 1800 10 3000 10 4000
24 20 10 2 10 2 2 2 2
2500 2500 5000 5000 1250 1250 900 1500 2000
5000 5000 10000 10000 2500 2500 1800 3000 4000
5 3 5 3 3 3 3 3 3
3 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2
3 3 5 3 3 3 3 3 3
10 5000 10 5000 10 10000 10 10000 10 2500 10 2500 10 1800 10 3000 10 4000
24 20 10 2 2 2 2 2 2
2500 2500 5000 5000 1250 1250 900 1500 2000
2500 2.223,72 2500 1.256,30 5000 2.897,50 5000 400,46 1250 351,38 1250 62,82 900 55,97 1500 84,33 2000 112,44 7.444,91 2500 2.402,76 2500 1.554,70 5000 2.449,90 5000 310,94 1250 388,68 1250 77,74 900 55,97 1500 93,28 2000 124,38 7.458,34
Ø 22 = 2,984 kg/m Ø 19 = 2,226 kg/m
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 13
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 14
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana V.
VI.
VII.
Pekerjaan Pasangan Batu Bata 1. Lantai 1
=
( 3,6 x 41,85 x 4,8 )
=
723,168 m2
2. Lantai 2
=
( 4,8 x 41,85 x 4,4 )
=
883,872 m2
3. Lantai 3
=
( 4,4 x 41,85 x 4,4 )
=
810,216 m2
4. Lantai 4
=
( 4,4 x 22 x 4,4 )
=
425,92 m2
5. Lantai 5
=
( 4,4 x 22 x 4,4 )
=
425,92 m2
=
3269,069 m2
Pekerjaan Plesteran (dinding dan lantai) 1. Lantai 1
=
(150,660 x 2) + 806,916 =
1108,236 m2
2. Lantai 2
=
(200,880 x 2) + 806,916 =
1208,676 m2
3. Lantai 3
=
(184,140 x 2) + 583,355 =
951,635 m2
4. Lantai 4
=
(96,800 x 2) + 586,586 =
780,186 m2
5. Lantai 5
=
96,800 + 586,586
=
683,386 m2
=
4732,119 m2
=
3370,359 m2
1. Kusen pintu dan jendela
=
20,092 m3
2. Daun pintu / jendela kaca
=
481,380 m2
3. Daun pintu dilapis tripleks dan aluminium =
56,000 m2
Pekerjaan Pemasangan Keramik Dihitung secara menyeluruh
VIII.
Pekerjaan Kayu
4. Langit-langit
IX.
X.
=
4686,090 m2
Pekerjaan Pengecatan 1. Cat tembok
= 10774,800 m2
2. Cat kayu
=
909,848 m2
=
285,531 m2
Pemasangan Paving Block
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 15
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 6.5 No
I
RENCANA ANGGARAN BIAYA Jenis Pekerjaan
Volume
Sat
142,492 1,000 1210,888 1,000 1,000 192,000 1,000 1,000
m ls m2 ls ls m bh ls
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pagar Proyek 2. Pengukuran 3. Pembersihan Lahan 4. Fasilitas Kerja 5. Mobilisasi Bahan dan alat 6. Pemasangan Bouwplank 7. Pekerjaan papan nama 8. Administrasi dan dokumentasi
100.869,75 3.000.000,00 7.750,00 15.000.000,00 10.000.000,00 38.991,00 100.000,00 5.000.000,00
14.373.132,42 3.000.000,00 9.384.382,00 15.000.000,00 10.000.000,00 7.486.272,00 100.000,00 5.000.000,00 64.343.786,42
No
II
Jenis Pekerjaan
Volume
Sat
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
PEKERJAAN TANAH 1.Galian tanah biasa 2.Mengurug tanah kembali 3.Tanah diratakan dan dipadatkan 4.Urugan pasir
635,860 301,549 301,549 301,549
m3 3 m m3 m3
11.400,00 5.465,00 14.250,00 113.600,00
7.248.804,00 1.647.965,29 4.297.073,25 34.255.966,40 47.449.808,94
No
III
Jenis Pekerjaan
Volume
Sat
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
PEKERJAAN PONDASI 1. Pekerjaan beton a. Pile cap b. Sloof c. Pondasi 2. Pekerjaan pembesian a. Pile cap b. Sloof c. Pondasi 3. Pekerjaan cetakan beton a. Pile cap b. Sloof c. Pondasi 4. Pekerjaan pembongkaran cetakan a. Pile cap b. Sloof c. Pondasi
169,290 34,670 239,610
m3 m3 m3
401.700,00 401.700,00 401.700,00
68.003.793,00 13.926.939,00 96.251.337,00
13.898,393 15.753,887 21.110,714
kg kg kg
7.928,50 7.928,50 7.928,50
110.934.408,90 124.904.693,10 167.376.295,90
3 169,290 m 3 34,670 m 3 239,610 m
440.500,00 440.500,00 440.500,00
74.572.245,00 15.272.135,00 105.548.205,00
3 169,290 m 3 34,670 m 3 239,610 m
1.739,50 1.739,50 1.739,50
294.479,96 60.308,47 416.801,60 1.035.420.436,00
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 16
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana No
IV
Jenis Pekerjaan
Volume
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
Sat
PEKERJAAN STRUKTUR 1. Lantai 1 a. Pekerjaan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga b. Pekerjaan tulangan besi • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga c. Pekerjaan cetakan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga d. Pekerjaan bongkar cetakan • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga
103,84 148,56 13,917 134,925 23,308
m3 m3 m3 3 m m3
401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00
41.712.528,00 59.676.552,00 5.590.458,90 54.199.372,50 9.362.823,6
10.975,112 8.066,48 701,492 13.256,19 265,638
kg kg kg kg kg
7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50
87.016.175,49 63.955.086,68 5.561.779,32 105.101.702,40 2.106.047,46
103,84 148,56 13,917 134,925 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00
45.741.520,00 65.440.680,00 6.130.438,50 59.434.462,50 10.267.174,00
103,84 148,56 13,917 134,925 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50
180.629,68 258.420,12 24.208,62 234.702,04 40.544,27 489.277.610,59
2. Lantai 2 a. Pekerjaan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga b. Pekerjaan tulangan besi • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga c. Pekerjaan cetakan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga
103,84 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00
41.712.528,00 59.676.552,00 5.590.458,90 49.137.952,50 9.362.823,60
12.234,35 8.807,36 701,492 12.196,56 265,63
kg kg kg kg kg
7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50
97.000.043,98 69.829.153,76 5.561.779,32 96.700.425,96 2.106.047,46
103,84 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00
45.741.520,00 65.440.680,00 6.130.438,50 53.884.162,50 10.267.174,00
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 17
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana d. Pekerjaan bongkar cetakan • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga
103,84 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
1.739,50 1.739,50 1.739.50 1.739,50 1.739,50
180.629,68 258.420,12 24.208,62 212.784,34 40.544,27 618.858.327,51
3. Lantai 3 a. Pekerjaan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga b. Pekerjaan tulangan besi • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga c. Pekerjaan cetakan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga d. Pekerjaan bongkar cetakan • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga
80,90 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00
32.497.530,00 59.676.552,00 5.590.458,90 49.137.952,50 9.362.823,60
15.873,85 8.029,18 701,49 12.196,56 265,63
kg kg kg kg kg
7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50
125.855.819,70 63.659.353,63 5.561.779,32 96.700.425,96 2.106.047,46
80,90 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00
35.636.450,00 65.440.680,00 6.130.438,50 53.884.162,50 10.267.174,00
80,90 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50
140.725,55 258.420,12 24.208,62 212.784,34 40.544,27 618.858.327,51
4. Lantai 4 a. Pekerjaan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga b. Pekerjaan tulangan besi • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga c. Pekerjaan cetakan beton • Kolom
80,90 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00
32.497.530,00 59.676.552,00 5.590.458,90 49.137.952,50 9.362.823,60
17.194,95 7.444,91 701,49 12.196,56 265,63
kg kg kg kg kg
7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50
136.330.161,10 59.026.968,94 5.561.763,47 96.700.425,96 2.106.047,46
80,90
m3
440.500,00
35.636.450,00
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 18
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga d. Pekerjaan bongkar cetakan • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai • Tangga
148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3
440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00
65.440.680,00 6.130.438,50 53.884.162,50 10.4267.174,00
80,90 148,56 13,917 122,325 23,308
m3 m3 m3 m3 m3
1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50
140.725,55 258.420,12 24.208,62 212.784,34 40.544,27 722.026.271,83
5. Lantai 5 a. Pekerjaan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai b. Pekerjaan tulangan besi • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai c. Pekerjaan cetakan beton • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai d. Pekerjaan bongkar cetakan • Kolom • Balok Induk • Balok anak • Pelat lantai
80,90 148,56 13,917 126,075
m3 m3 m3 m3
401.700,00 401.700,00 401.700,00 401.700,00
32.497.530,00 59.676.552,00 5.590.458,90 50.644.327,50
11.524,21 7.458,34 473,792 12.196,56
kg kg kg kg
7.928,50 7.928,50 7.928,50 7.928,50
91.369.698,99 59.133.448,69 3.756.459,87 96.700.425,96
80,90 148,56 13,917 126,075
m3 m3 m3 m3
440.500,00 440.500,00 440.500,00 440.500,00
35.636.450,00 65.440.680,00 6.130.438,50 55.536.037,50
80,90 148,56 13,917 126,075
m3 m3 m3 m3
1.739,50 1.739,50 1.739,50 1.739,50
140.725,55 258.420,12 24.208,62 219.307,46
562.755.169,66 No
Jenis Pekerjaan
V PEKERJAAN FINISHING 1. Pekerjaan pasangan a. Pasangan batu bata b. Keramik 2. Pekerjaan plesteran 3. Pekerjaan kayu a. Kusen-kusen pintu / jendela b. Daun pintu / jendela kaca c. Langit-langit 4. Pekerjaan pengecatan a. Cat tembok b. Cat kayu / besi
Volume
Sat
Harga Satuan
Harga
Rp
Rp
729,28 3.370,36 4.732,12
m3 m2 m2
40.068,50 45.135,00 23.593,75
29.221.155,68 152.121.198,60 111.648.456,30
20,09 481,38 4.686,09
m3 m3 lbr
20.140.500,00 326.900,00 183.937,50
404.622.645,00 157.363.122,00 861.947.679,40
10.774,80 909,85
m2 m2
17.644,50 17.222,50
190.115.958,60 15.669.891,63
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 19
Laporan Tugas Akhir Sari Cipto Haryono
Ratna
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tirta Rahman Maulana 5. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal a. Genset b. Instalasi kabel c. Fuse Box d. Sekering e. Lampu neon f. Stop kontak g. Saklar 6. Sanitasi a. Septic tank b. Kloset jongkok tipe C-1 c. Bak mandi d. Wastafel meja oval tipe L-2394 WMK-38 M e. Plumbing 7. Pekerjaan drainase 8. Pekerjaan paving block 9. Pembersihan lahan kembali
ls ls bh bh titik titik bh
5.000.000,00 10.000.000,00 50.000,00 5.000,00 50.000,00 4.500,00 10.000,00
5.000.000,00 10.000.000,00 2.500.000,00 50.000,00 6.000.000,00 337.500,00 750.000,00
2,00 unit 35,00 unit 35,00 bh
205.000 55.000,00 200.000,00
410.000,00 175.000,00 7.000.000,00
bh ls ls m2 ls
630.000,00 25.000.000,00 5.000.000,00 58.200,00 1.000.000,00
9.450.000,00 25.000.000,00 5.000.000,00 16.617.846,00 1.000.000,00
1,00 1,00 5,00 10,00 120,00 75,00 75,00
15,00 1,00 1,00 285,53 1,00
7.497.020.333,00
6.6
REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA
No
Jenis Pekerjaan
Harga (Rp)
I
Pekerjaan Persiapan
64.449.786,42
II
Pekerjaan Tanah
47.449.808,94
III
Pekerjaan Pondasi
1.035.420.436,00
IV
Pekerjaan Struktur
3.015.101.710,56
V
Pekerjaan Finishing
7.497.020.333,00
Sub Total
11.659.442.074,92
PPN 10%
1.165.944.207,00
Total
12.825.386.281,92
Dibulatkan
12.825.387.000,00
Terhitung : Dua belas milyard delapan ratus dua puluh lima juta tiga ratus delapan puluh tujuh ribu rupiah
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VI - 20
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB VII PENUTUP
Tirta Rahman Maulana
BAB VII PENUTUP 7.1
KESIMPULAN Dari hasil perhitungan pada analisis pondasi sarang laba-laba pada gedung
Bank Negara Indonesia 1946 Tbk Wilayah 05 Semarang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Daya dukung tanah KSLL (qa) sebesar 93,46 t/m2. Daya dukung yang dihasilkan menjadi lebih besar dari 1,5 kali daya dukung pada pondasi rakit. Hal ini disebabkan bekerjanya faktor-faktor yang menguntungkan dari Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) :
Memiliki kekakuan lebih tinggi dibandingkan dengan pondasi rakit.
Adanya pemadatan tanah yang efektif didalam Konstruksi Sarang Laba-Laba.
Bekerjanya tegangan geser pada rib settlement terluar dari Konstruksi Sarang Laba-Laba.
Penyebaran beban dimulai dari dasar pelat yang terletak di bagian atas rib, sehingga beban yang timbul sudah merata pada lapisan pendukung.
Memiliki kemampuan melindungi secara permanen stabilitas dari perbaikan tanah didalamnya.
2. Tebal ekivalen :
Rib konstruksi
= 135 cm
Rib settlement = 166 cm
Bentuk konstruksi sarang laba-laba akan menimbulkan kekakuan atau tebal ekivalen yang tinggi, sehingga mampu mereduksi differential settlement. 3. Tegangan tanah maksimum sebesar : 8,348 t/m2. Sama juga dengan perhitungan pada pondasi dangkal, yang perlu memperhatikan tegangan tanah maksimum yang timbul. Demikian juga dalam perhitungan pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba. 4. Dimensi dan penulangan rib konstruksi dan rib settlement, ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VII - 1
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB VII PENUTUP
Tirta Rahman Maulana Rib Konstruksi Ø 10 – 15 cm 15
4 Ø 16 Ø 10 – 15 cm 200
Ø 10 – 15 cm
4 Ø 19
As’ = 4 Ø 16 As = 4 Ø 19
15
Rib Settlement Ø 10 – 15 cm 15
4 Ø 16
Ø 10 – 15 cm 250 Ø 10 – 15 cm
4 Ø 19
As’ = 4 Ø 16 As = 4 Ø 19
15
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VII - 2
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB VII PENUTUP
Tirta Rahman Maulana Dari hasil perhitungan pada rib konstruksi maqupun rib settlement digunakan tulangan dengan Ø 10 – 15 cm (AS = 524 mm2) dengan syarat : ρ min < ρ < ρ max. Apabila syarat btersebut terpenuhi maka tulangan tersebut aman digunakan. Selain itu dari hasil perhitungan tampak sekali bahwa dimensi dari rib-rib yang akan dipasang sangat ekonomis, dengan menggunakan tulangan double (ganda) pada rib-rib konstruksi ataupun rib-rib settlement pada pelat. 5. Perbedaan tinggi dari rib konstruksi dengan rib settlement menjadikan perbaikan tanah didalam Konstruksi Sarang Laba-Laba memiliki kestabilan yang bersifat permanent, selain itu rib settlement juga memberikan perlindungan terhadap perbaikan tanah didalam rib-rib. 6. Kontrol terhadap tegangan geser sudah terpenuhi, F.τ ≥ P
Rib konstruksi : 308,136 t ≥ 306,465 t
Rib settlement : 453,950 t ≥ 306,465 t
7. Penurunan / settlement total yang dialami oleh tanah sebesar 44,901 cm 8. Hasil perhitungan total Rencana Anggaran Biaya pada proyek pembangunan gedung BNI 1946 Wilayah 05 Semarang sebesar Rp. 12.825.387.000,00 (Dua belas milyar delapan ratus dua puluh lima juta tiga ratus delapan puluh tujuh ribu rupiah), dengan perincian sebagai berikut : a) Pekerjaan Persiapan : Rp.
64.449.786,42
b) Pekerjaan Tanah
: Rp.
47.449.808,94
c) Pekerjaan Pondasi
: Rp. 1.035.420.436,00
d) Pekerjaan Struktur
: Rp. 3.015.101.710,56
e) Pekerjaan Finishing
: Rp. 7.497.020.333,00
Sehingga dapat dikatakan ekonomis untuk bangunan gedung bertingkat sedang.
7.2
SARAN Dari hasil analisis terhadap tugas akhir ini, maka diberikan beberapa saran
dan masukan sebagai berikut : 1. Dalam menganalisis secara manual diperlukan ketelitian dan pemahaman dalam menentukan rumus pendekatan yang akan digunakan. 2. Untuk bangunan gedung bertingkat sedang (3 – 8 lantai) disarankan menggunakan pondasi konstruksi sarang laba-laba, dengan alternatif lain yaitu pondasi plat penuh (mat foundation) dan pondasi rakit. 3. Untuk meningkatkan daya dukung tanah dan mengurangi penurunan pondasi dapat digunakan pondasi cerucuk dolken. Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
VII - 3
Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono daftar pustaka
Tirta Rahman Maulana DAFTAR PUSTAKA
1. Atmanto, Indrastono, Ir., Diktat Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa, Himpunan Mahasiswa Sipil, Semarang, 2005. 2. Bowles, Joseph E., Analisa dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992. 3. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1991. 4. DAS, Braja M., Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1993. 5. Hardiyanto, Christady, H., Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1987. 6. Indarto, Himawan, Ir., MS., Diktat Mata Kuliah Mekanika Getaran dan Gempa, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. 7. Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., dan Andriono, Takim, Dr., Ir., Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa Edisi Kedua Seri Beton 3, Erlangga, Jakarta, 1993. 8. Peck, Ralph B, Teknik Fondasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1986. 9. Rekayasa Fundasi II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam), Penerbit Gunadarma, Jakarta, 1997. 10. Ryantori, Ir., dan Sutjipto, Ir., Konstruksi Sarang Laba-Laba, Penerbit PT. Dasaguna, Surabaya, 1984. 11. Sunggono, Ir., K.H., Mekanika Tanah, Nova, Jakarta, 1984. 12. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SKSNI T15-199103, Jakarta, 1997. 13. Terzaghi, Karl, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid 1, Erelangga, Jakarta, 1987. 14. Udiyanto, Ir., Menghitung Beton Bertulang, Biro Pengembangan Profesionalisme Sipil Universitas Diponegoro, Semarang, 2000. 15. Vis, Ir., W.C., dan Kusuma, Gideon H., Ir., M.Eng., Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang Seri Beton 4, Erlangga, Jakarta, 1997. 16. Wesley, L.d., Mekanika Tanah, Badan Penerbit Umum, Jakarta, 1987. 17. Widjatmoko, Ir., Struktur Beton, Badan Penerbit Universitas Semarang, Semarang, 1999.
Laporan Tugas Akhir
Analisis Penggunaan Struktur Pondasi Sarang Laba-Laba
Pada Gedung BNI ’46 Wilayah 05 Semarang
xii