PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Nety Putri Perdani NIM: 121224051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SiKttPSI ANAI′ ISIS
KOIIESI DAN KOIIEMNSI
DALAⅣ 賃KARANGAN GURU‐ GURU SEKOLAH DASAR AttAKAⅣ I Ⅳ隻
KA:BIIPATEN
ULU,KA■ `I卜IANTAN TIPIIUR
Tcltt di3
Dosen1l Pembimbing rじ III【 ,lI11じ lllじ ■ I,
ま峨一球一哺や 一一 F
NIⅣ l:121224051
,
レ 姿 Dr. B. Widharyanto, M.Pd.
Dosen Pembimbing
Tanggal, 8 L)esernber lii-i t5
II,
Dr. 1-. Kalnrin" ii'[.Pd.
'I'zrngga
I
8 1-)rsen
be
i' 20 1 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SK]IPSI ANAlノ ISISiKOHESI
DAN KOHERENSI
GURU― GURU SEK01」 AH 1)ASAR iKABUPATEN IIIAllAKAPI IJLU,KAI」 IⅣIANTA.■ 'TIⅣ質UR :DAl'Aル IK:ARANGAN
l
I)ipcl,siapkarl dan ditlllis olch: lヾ
Cty PLltri Perdani
NI卜 /1:121224051
Te13h dipt〕 iah(tnkall di dcpan ilDanitill I)cngl習 1)3(la t〔 lllgga1
1
9 Januari 20 17
dari dinyirlakan telatr memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama l-,engkap
)r. Yuliiiua
Set...raningsih, i\4.Ird.
Ketua
I
Sekreiaris
Dr'. I{. Kuttlaita Rahardi, M.}{urrr.
Anggota i
Dr, B. Wir.lhar5,an1o, lv{.Pd.
Anggota 2
Dr Y. Kannin.
Anggota
Dr
3
M.Pd.
R. l"rrrtjrrti.r Rahardi, N4.l:luur"
Yogyakarla, 9 .]ariuai'i 2017 sK、 cglln]an
dan lllnu Pcndidikan Dharlrla
Ftohallを li,Pll l).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
Jika kau tidak pernah mencoba, kau tidak akan pernah berubah (Stand By Me Doraemon)
Di dunia ini tidak ada yang instan, semuanya butuh proses dan kerja keras (Anne Ahira)
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya (Matius 21:22)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberi berkat-Nya. 2. Bapak Trialam Bambang Sulistyo dan Ibu Prang Dwi Budiati yang tak pernah lelah berjuang dan memberi dorongan moral maupun materiil sampai saat ini dengan penuh cinta kasih. 3. Adikku Yesika Indriyana yang selalu memberi semangat dan doa. 4. Semua yang membaca skripsi ini.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN IIARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsl yang saya mlis ini tidak mellnuat karya atau bagian karya orang lain,kecuali yang telah discbutkan dalaln kutlpan dan da■ ar mJukan sebagaimana layaknya karya ihiah.
Yogyakarta,8 Desember 2016 Pcllulis,
erdam
Vl
¬
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEPIBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILPIIIAⅡ UNTUK KEPENTINGAN AKADEⅣ
IIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nallla
Nomor Induk
: Nety Putri Perdani
Mahasiswa : 121224051
Demi pengembangan iknu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang be{udul:
ANALISIS KOHESI DAI\ KOIIERE,NSI
DALAM KARANGAI\ G[]RU-GT]RU SEKOLAH DASAR KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memnta izua dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenamya. Yogyakarta, 8 Desember 2016 Y N V‖
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Perdani, Nety Putri. 2016. Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. SKRIPSI. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Penelitian ini membahas kohesi dan koherensi dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam karangan yang disusun oleh guru-guru Seolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, (2)mendeskripsikan pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan yang disusun oleh guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini berupa karangan yang disusun oleh guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Data penelitian ini berupa kohesi dan koherensi dalam paragraf para karangan para guru. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumentasi atau mengumpulkan dokumen yang merupakan karangan para guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu. Data yang terkumpul diidentifikasi, kemudian dianalisis jenis-jenis kohesi dan koherensi serta ketepatan pemakaiannya. Dari analisis data, dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, kohesi yang ditemukan dalam karangan para guru yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Kohesi leksikal meliputi: repetisi, hiponimi, sinonimi, ekuivalensi. Kohesi gramatikal meliputi: referensi, substitusi, konjungsi. Koherensi yang ditemukan dalam karangan para guru yaitu koherensi berpenanda dan tidak berpenanda. Koherensi berpenanda meliputi: kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, kronologis. Jenis koherensi tidak berpenanda hanya koherensi perurutan. Kedua, kohesi dan koherensi yang cenderung digunakan dalam karangan para guru yaitu repetisi, konjungsi, kausalitas, dan perincian. Kekeliruan pemakaian kohesi dan koherensi cenderung dilakukan pada pemakaian repetisi, substitusi, konjungsi, kausalitas, dan kontras. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan saran kepada guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, pembelajaran menulis dan pengembangan ilmu wacana, serta peneliti lain. Guru SD Kabupaten Mahakam Ulu seharusnya lebih menguasai ilmu kohesi dan koherensi dengan lebih baik, supaya dapat menjadi teladan yang baik untuk siswanya. Bagi guru Bahasa Indonesia, pembelajaran menulis sebaiknya terus dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga ilmu wacana bisa terus dikembangkan melalui pengalaman yang diperoleh. Bagi peneliti lain sebaiknya terus mengembangkan penelitian dalam lingkup yang berbeda. Misalnya jenis karangan dibuat lebih spesifik seperti karangan narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, atau eksposisi. Kata kunci: kohesi, koherensi, karangan.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Perdani, Nety Putri. 2016. The Analysis of Cohesion and Coherence in Essays Written by Elementary School Teachers in Mahakam Ulu, East Kalimantan. UNDERGRADUATE THESIS. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. This research discussed about the cohesion and coherence in the essays made by the teachers at SD Kabupaten Mahakam Ulu, East Borneo. The purposes of this thesis were: (1) to describe the types of cohesion and coherence in the essays made by the teachers at SD Kabupaten Mahakan Ulu, East Borneo, (2) to describe the use of cohesion and coherence in the essays which were arranged by the teachers at SD Kabupaten Mahakan Ulu, East Borneo. This research was determined as qualitative descriptive. The sources of this research were the essays arranged by the teachers at SD Kabupaten Mahakam Ulu, East Borneo. The data of this research were the cohesions and coherences within the passages of the essays. The data collecting was done by documentation study or collecting the documents which were the essays made by the teachers at SD Kabupaten Mahakam Ulu. The colected data were identified to analyze the types of cohesion, coherence, and the precision of use. The conclusions from the analysis were, first, the cohesions found in the essays of the teachers were lexical and grammatical cohesions. The lexical cohesion included: repetition, hyponymy, synonymy, and equivalency. While the grammatical cohesion included: reference, substitution, and conjunction. The coherences found in the essays done by the teachers were marked and unmarked coherences. The marked coherences included causality, contrast, additive, detail, temporal, and chronology. The unmarked coherence included only sequence coherence. Second, the cohesions and coherences which were mostly used by the teachers were repetitive, conjunctive, causal, and detailed. The misused of the cohesions and coherences mostly happened in the use of repetitive, substitutive, conjunctive cohesion, causal, and contrastable. Based on the results of the research, the researcher gave suggestion to the teachers at SD Mahakam Ulu, to the learning process of writing and discourse knowledge development, and the other researchers. The teachers at SD Kabupaten Mahakam Ulu were suggested to have mastered in using cohesions and coherences better so that they could be the good examples of their students. The Indonesian language teachers, learning process of writing was better to be done more often whether it was inside or outside the class hours, so that the discourse knowledge could be developed through the gained experiences. For the other researchers, it was suggested to always develop the research on various circumstances. For example, the types of the essays were more specifically done as narrative, descriptive, argumentative, persuasive, or expositional essays. Keywords: cohesion, coherence, essay.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur ini dengan baik. Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skirpsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2.
Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3.
Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
4.
Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama yang dengan perhatian dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5.
Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan perhatian dan kesabaran, membimbing, memotivasi, dan memberi berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari awal hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Dr. Y. Karmin, M.Pd. dan Septina Krismawati, S.S. M.A., selaku triangulator yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7.
Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan, bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.
8.
Bapak Robertus Marsidiq sebagai karyawan sekretariat PBSI yang selalu sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan kuliah di PBSI sampai penyusunan skripsi ini.
9.
Bapak dan ibuku tercinta, Trialam Bambang Sulistyo dan Prang Dwi Budiati yang telah memberi cinta, doa, dan dukungan baik secara moral maupun material bagi penulis selama menjalani masa kuliah sampai selesai ini.
10.
Adikku tersayang, Yesika Indriyana yang sudah memberikan dukungan, doa, dan perhatian dalam menyelesaikan skripsi ini.
11.
Herningdyah Cahyaning Ratri, Maria Magdalena Damar Isti Nugraheni, Dewi Wulansari, Brigita Swaselia Kasita, dan Septian Purnomo Aji teman „sepayung‟ dan seperjuangan yang sudah bersama-sama berjuang untuk menyelesaikan skirpsi ini.
12.
Herpan Rico Sigalingging, yang sudah memberikan kasih sayang, doa, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.
Sahabat-sahabatku, Yuhacim Tito, Yohanes Krista, Karmelia Galih Runti, Finda Putri Liyana, Yusuf Pamuji Nugroho, Aghnin Nugroho, Monika Cahyaningrum yang selalu memberikan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
14.
Teman-teman di kos “coklat”, Kharina Lisa Dewi, Dian Andri Susanti, Pinaka Elda Swastika, Anggraini Sumarahati yang selalu memberikan doa, semangat, dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
15.
Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI) angkatan 2010, 2011 dan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terima kasih atas dinamika belajar yang pernah kita lalui mulai dari awal perkuliahan sampai penulis selesai menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa ada banyak pihak lainnya yang dengan berbagai
cara telah membantu dan mendukung penulis dalam keseluruhan proses pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini. Tanpa mengurangi rasa
hormat kepada berbagai pihak tersebut yang namanya tidak sempat disebutkan satu per satu di dalam tulisan
ini, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna.
ini
dapat memberikan manfaat bagi
Walaupun demikian, diharapkan karya
pembaca dan dapat menjadi referensi bagi siapa pun yang mempunyai minat pada
bidang kebahasaan, khususnya ilmu wacana untuk penelitian lebih laqiut.
Yogyakarta,8 Desember 2016
erdani
X‖
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5 1.5 Batasan Istilah ............................................................................................ 5 1.6 Sistematika Penyajian ................................................................................ 7
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ................................................................ 8 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 8 2.2 Landasan Teori ........................................................................................... 11 2.2.1 Karangan .......................................................................................... 11 2.2.1.1 Karangan Narasi ....................................................................... 12 2.2.1.2 Karangan Deskripsi .................................................................. 13 2.2.1.3 Karangan Persuasi .................................................................... 15 2.2.1.4 Karangan Argumentasi............................................................. 16 2.2.1.5 Karangan Eksposisi .................................................................. 18 2.2.2 Wacana ............................................................................................. 19 2.2.3 Kohesi .............................................................................................. 21 2.2.3.1 Kohesi Leksikal ........................................................................ 22 2.2.3.2 Kohesi Gramatikal ................................................................... 26 2.2.4 Koherensi ......................................................................................... 30 2.2.4.1 Koherensi Berpenanda ............................................................. 31 2.2.4.2 Koherensi Tidak Berpenanda ................................................... 35 2.2.5 Kompetensi Guru Sekolah Dasar ..................................................... 38 2.2.6 Kerangka Berpikir ............................................................................ 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 42 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 42 3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................... 43 3.3 Objek Penelitian ......................................................................................... 44 3.4 Instrumen Penelitian................................................................................... 45 3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 45 3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 46 3.7 Triangulasi.................................................................................................. 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 50 4.1 Deskripsi Data ........................................................................................... 50 4.1.1
Jenis Kohesi dan Koherensi ........................................................... 51 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.2
Pemakaian Kohesi dan Koherensi .................................................. 60
4.2 Analisis Data ............................................................................................. 64 4.2.1
Jenis Kohesi dan Koherensi ........................................................... 64
4.2.2
Pemakaian Kohesi dan Koherensi .................................................. 91
4.3 Pembahasan Hasil ..................................................................................... 127 4.3.1
Jenis Kohesi dan Koherensi ........................................................... 127
4.3.2
Pemakaian Kohesi dan Koherensi .................................................. 132
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 136 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 136 5.2 Implikasi ..................................................................................................... 137 5.3 Saran ........................................................................................................... 137 Daftar Pustaka .................................................................................................. 139 Lampiran ......................................................................................................... 141 Biografi Penulis ............................................................................................... 282
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Definisi Wacana ............................................................................... 21 Tabel 1.2 Nama Guru dan Judul Karangan ...................................................... 43 Tabel 1.3 Kode Kohesi leksikal ....................................................................... 47 Tabel 1.4 Kode Kohesi Gramatikal .................................................................. 47 Tabel 1.5 Kode Koherensi Berpenanda ........................................................... 48 Tabel 1.6 Kode Koherensi Tidak Berpenanda ................................................. 48 Tabel 1.7 Kode Paragraf ................................................................................. 49 Tabel 1.8 Jumlah Kohesi Leksikal ................................................................... 252 Tabel 1.9 Jumlah Kohesi Gramatikal ............................................................... 253 Tabel 1.10 Jumlah Koherensi Berpenanda....................................................... 255 Tabel 1.11 Jumlah Koherensi Tidak Berpenanda ............................................ 256
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 41
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Analisis dan Hasil Triangulasi ........................................... 141 Lampiran 2 Tabel Jumlah Data ........................................................................ 252 Lampiran 4 Data Karangan Para Guru ............................................................ 258
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan (KBBI, 1995: 326). Dalam hal ini, guru dan siswa merupakan pelaku yang terlibat sepenuhnya di dalam proses pengubahan sikap yang dilakukan. Pendidikan bukan hanya persoalan niat dari para siswa saja, tetapi guru mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar di dalamnya. Itulah sebabnya kualitas pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh peran guru di dalam kelas. Seperti yang dikemukakan oleh Tatang (2012: 18) bahwa di dalam sistem pendidikan terjadi proses transformasi, itu artinya guru terlibat sepenuhnya untuk mengantarkan peserta didik menjadi manusia terdidik sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kondisi pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Dapat diartikan demikian karena adanya kesenjangan antara kondisi pendidikan di kota besar dan daerah terpencil. Kesenjangan yang terjadi dimulai dari adanya fasilitas yang tidak memadai di daerah terpencil, keadaan fisik sekolah, hingga tenaga pengajarnya. Ketidakseimbangan itu juga dialami di wilayah Kalimantan khususnya daerah perbatasan yang sebenarnya perlu perhatian khusus. Di wilayah Mahakam Ulu, Kalimantan Timur aspek
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
pendidikan masih sangat perlu dibenahi. Kekuarangan tenaga pengajar merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi di wilayah tersebut. Selain itu guru-guru SD di sana banyak yang hanya lususan SMA atau SMA paket C, sehingga penguasaan
materi
tidak
memungkinkan
diperoleh guru
secara
luas
dan
mendalam
kurang
yang
berkompeten
(http://disdik.kaltimprov.go.id/read/news/2014/817/permasalahan-bidang-pendidikandi-kab.-mahulu.html, 20 April 2016, 11:20). Mengingat guru mempunyai peran
penting dalam dunia pendidikan dengan adanya kasus kekurangan guru tentu akan membuat proses belajar mengajar menjadi tidak efektif, karena guru-guru tersebut akan kewalahan dalam mengampu para siswanya. Para guru butuh tenaga ekstra untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Beberapa kasus yang dialami oleh para guru di Mahakam Ulu membuat mereka tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui kemampuan guru-guru SD dalam menyusun karangan. Idealnya, setiap pendidik sudah memahami akan kesatuan dan kepaduan setiap paragraf dalam suatu wacana. Namun faktanya masih ditemukan kekeliruan dalam karangan yang ditulis oleh guru-guru SD yang berasal dari Kabupaten Mahakam Ulu. Terdapat kalimat yang tidak padu, karena guru kurang memperhatikan penggunaan kohesi dan koherensi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui seberapa jauh guru-guru SD di Kabupaten Mahakam Ulu mampu menyusun karangan secara efektif dengan memperhatikan aspek kepaduan dan kerapian antar paragraf dalam suatu wacana. Namun sebelumnya peneliti harus mengetahui terlebih dahulu mengenai hakikat bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2011: 1). Sebagai suatu sistem, bahasa terbentuk oleh suatu aturan dan hasil kesepakatan. Di samping itu, bahasa bersifat arbitrer, tidak ada hubungan antara suatu lambang bunyi dengan benda yang dimaksud. Fungsi bahasa yang terutama yaitu dipahami sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi. Menurut Tarigan (2009: 2), untuk mengolah keterampilan berbahasa seseorang terdapat empat jenis keterampilan yang harus diasah, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam hal ini, peneliti akan meneliti lebih jauh mengenai menulis. Bahasa secara tertulis dapat diwujudkan dalam bentuk wacana. Para ahli menyepakati bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi (Rani, 2006: 3). Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh (Mulyana, 2005: 1). Wacana mempunyai bentuk dan makna. Kepaduan makna dan kerapian bentuk merupakan
faktor
penting untuk
menentukan
tingkat
keterbacaan
dan
keterpahaman wacana. Kajian kohesi dan koherensi merupakan salah satu bagian dari analisis wacana. Sebagaimana diutarakan oleh Rani (2006: 87), kajian kohesi belum banyak berkembang dalam bahasa Indonesia, lebih-lebih mengenai kaidah penggunaannya. Hal ini dapat dimaklumi karena analisis wacana baru berkembang sekitar tahun 1970-an. Pada paragraf sebelumnya dipaparkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
tingkat keterbacaan dan keterpaham wacana berhubungan dengan bagaimana penulis menuangkan ide atau gagasannya secara padu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menerapkan teori analisis wacana sebagai pisau analisisnya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: a.
Jenis kohesi dan koherensi apa sajakah yang terdapat dalam karangan yang disusun oleh guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur?
b.
Bagaimana pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan yang disusun oleh guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini selaras dengan rumusan masalah yang diangkat, yaitu sebagai berikut: a. Mendeskripsikan jenis-jenis kohesi dan koherensi yang terdapat dalam karangan
yang disusun oleh
guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten
MahakamUlu, Kalimantan Timur. b. Mendeskripsikan pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan yang disusun oleh guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
1.4 Manfaat Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi secara teoritis dan praktis yaitu bagi para guru, mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia dan bagi peneliti lain. a.
Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengajaran bahasa Indonesia supaya lebih tepat dan kreatif. Khususnya dalam pembelajaran menulis, baik menulis karangan, menulis laporan, dan pembelajaran menulis lainnya dengan memperhatikan ketepatan kohesi dan koherensi.
b.
Bagi mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, kiranya penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam suatu wacana. Dengan demikian, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia bisa mengetahui, memahami, dan membedakan jenis-jenis kohesi dan koherensi dari setiap wacana yang dibacanya.
c.
Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan memberikan gambaran untuk dapat meneliti lebih jauh mengenai jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam wacana bahasa Indonesia.
1.5 Batasan Istilah a. Karangan Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca (Gie, 2002: 3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
b. Wacana Wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi (Abdul Rani, 2006: 3). c. Kohesi Kohesi merupakan organisasi sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan (Tarigan, 2009:93). d. Kohesi Leksikal Kohesi leksikal adalah hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur secara kohesif (Mulyana, 2005: 29). e. Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa (Abdul Rani, 2006: 97). f. Koherensi Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl dalam Tarigan, 2009: 100). g. Koherensi Berpenanda Koherensi berpenanda adalah koherensi yang ditandai dengan adanya penanda-penanda kekoherensian dalam suatu wacana (Baryadi, 2002: 29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
h. Koherensi Tidak berpenanda Koherensi tidak berpenanda adalah koherensi yang tidak diungkapkan dengan penanda-penanda kekoherensian, namun dipahami lewat urutan kalimatnya (Baryadi, 2002: 29).
1.6 Sistematika Penyajian Pada sistematika penyajian, penulis memaparkan proses penyusunan bagian-bagian skripsi secara ringkas. Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan 6 hal, yaitu (1)latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penulisan, (4) manfaat penulisan, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian Bab II merupakan studi kepustakaan. Dalam bab ini dipaparkan 2 hal, yaitu (1)penelitian terdahulu dan (2) landasan teori. Bab III merupakan metodologi penelitian. Dalam bab ini dipaparkan 6 hal, yaitu : (1) jenis penelitian, (2) objek penelitian, (3) sumber data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data. Bab IV merupakan pembahasan. Dalam bab ini dipaparkan 3 hal, yaitu (1)deskripsi data penelitian, (2) analisis data, dan (3) pembahasan. Bab V merupakan penutup. Dalam bab ini dipaparkan 3 hal, yaitu (1)kesimpulan, (2) implikasi, dan (3) saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dyah Purnamasari (2009), Yunita Christantri (2011), dan Antonius Nesi (2011). Secara ringkas berikut uraian ketiga penelitian terdahulu yang relevan tersebut. Agnes Dyah Purnamasari (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang Tahun Ajaran 2008/2009. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tugas kepada siswa untuk menulis karangan narasi. Sumber data yang diperoleh yaitu karangan narasi 28 siwa kelas VIII semester 1 SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh yaitu pertama, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal ditemukan dalam karangan narasi siswa. Jenis kohesi leksikal yang ditemukan meliputi repetisi, sinonimi, hiponimi, antonimi, ekuivalensi. Jenis kohesi gramatikal yang ditemukan meliputi referensi dan konjungsi. Kedua, koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda ditemukan dalam karangan narasi siswa. Jenis koherensi berpenanda yang ditemukan meliputi koherensi kausalitas, koherensi aditif, koherensi temporal, koherensi kronologis, koherensi perurutan, koherensi
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
intensitas. Jenis koherensi tidak berpenanda meliputi koherensi perian dan koherensi dialog. Hubungan antara penelitian Agnes Dyah Purnamasari (2009) dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dyah Purnamasari meneliti kohesi dan koherensi pada karangan narasi siswa kelas VIII semester 1. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini membahas kohesi dan koherensi pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Karangan yang ditulis oleh para guru tidak hanya terpatok pada satu jenis karangan saja. Namun ada beberapa jenis karangan, seperti narasi, deskripsi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Yunita Christantri (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tugas untuk menyusun karangan deskripsi kepada siswa. Sumber data penelitian ini berupa karangan yang disusun oleh 107 siswa kelas X semester 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil data sebagai berikut, pertama, Kohesi leksikal dan kohesi gramatikal ditemukan dalam karangan deskripsi siswa. Kohesi leksikal yang ditemukan meliputi, repetisi, sinonimi, hiponimi, antonimi, dan ekuivalensi. Kohesi gramatikal yang ditemukan meliputi, referensi, dan konjungsi. Kedua, koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda ditemukan dalam karangan deskripsi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
Koherensi berpenanda meliputi, koherensi kausalitas, koherensin kronologis, dan koherensi intensitas. Koherensi tidak berpenanda meliputi, koherensi perincian, dan koherensi perian. Hubungan antara penelitian yang dilakukan oleh Yunita Christantri (2011) dengan penelitian ini yaitu bahwa keduanya memiliki kesamaan dalam menganalisis penanda kohesi dan koherensi dalam suatu karangan. Sedangkan perbedaannya terletak pada sumber data, penelitian yang dilakukan oleh Yunita Christantri sumber datanya yaitu karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa. Dalam penelitian ini sumber datanya tidak hanya karangan deskripsi, tetapi ada juga karangan narasi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi yang disusun oleh guru SD. Antonius Nesi (2011) melakukan penelitian yang berjudul Kohesi dan Koherensi
Wacana Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan catat, teknik tersebut diwujudkan dengan cara melakukan inventarisasi wacana, klasifikasi wacana, dan identifikasi kohesi dan koherensi. Sumber data yang diperoleh untuk penelitian yaitu dari wacana dalam surat kabar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) kohesi leksikal dan kohesi gramatikal ditemukan dalam wacana surat kabar, dan (2) koherensi kontekstual, ko-tekstual, dan logis ditemukan dalam wacana surat kabar. Hubungan antara penelitian Antonius Nesi (2011) dengan penelitian ini yaitu bahwa keduanya membahas mengenai penanda-penanda kohesi dan koherensi. Namun perbedaannya terletak pada sumber data, penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Antonius Nesi membahas kohesi dan koherensi dalam surat kabar. Sedangkan penelitian ini membahas kohesi dan koherensi dengan memfokuskan pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu.
2.2 Landasan Teori 2.2.1
Karangan Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa
tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (Gie, 2002: 3). Ide atau gagasan merupakan hal utama yang dibutuhkan penulis untuk kemudian dituangkan dalam sebuah karangan. Karangan itu sendiri ada lima jenis yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi. Masing-masing dari karangan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan mempunyai fungsi yang berbeda-beda juga. Gie (2002) memaparkan bahwa setiap butir ide perlu dilekatkan pada suatu kata, kata-kata dirangkai menjadi ungkapan atau frasa, beberapa frasa digabung menjadi anak kalimat, sejumlah anak kalimat membangun sebuah kalimat, serangkaian kalimat membentuk alinea, alinea-alinea akhirnya mewujudkan sebuah karangan. Itu merupakan alur ketika seseorang berusaha untuk menuangkan idenya menjadi sebuah karangan yang utuh. Pada awalnya bermula dari ide yang kemudian terbentuk menjadi sebuah karangan. Seperti yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya bahwa karangan dibagi menjadi lima jenis yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, argumentasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
dan eksposisi. Berikut ini akan dijabarkan kelima jenis karangan berdasarkan karakteristik dan fungsinya. 2.2.1.1 Karangan Narasi Menurut Gorys Keraf (2007: 135-136), narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Di samping itu, harus ada unsur lain yang perlu diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian narasi itu mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Berdasarkan hal itu, Keraf (2007) membatasi pengertian narasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Karangan narasi biasanya menjelaskan suatu kisah atau peristiwa baik yang benar-benar terjadi maupun yang hanya rekayasa. Banyak orang yang masih sukar membedakan mengenai karangan yang bersifat narasi atau deskripsi. Beberapa orang mengatakan bahwa kedua karangan tersebut memiliki perbedaan yang sangat tipis. Namun, pada dasarnya karangan narasi dan karangan deskripsi sangatlah berbeda. Karangan deskripsi sifatnya menggambarkan sesuatu, dalam hal ini penulis berusaha supaya pembaca bisa membayangkan apa yang digambarkan melalui kata-kata yang dirangkai dalam suatu karangan. Karangan narasi sifatnya menjelaskan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
mengisahkan sesuatu. Penulis tidak berusaha supaya pembaca mampu berandai-andai untuk menggambarkan suatu hal, namun penulis berusaha supaya pembaca mampu memahami maksud penulis sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan oleh penulis. Secara rinci, suatu karagan disebut sebagai karangan narasi jika karangan tersebut menyajikan serangkaian berita/peristiwa, disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir, menampilkan pelaku peristiwa/ kejadian, latar yang digambarkan secara hidup dan terperinci. Contoh untuk karangan narasi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (1) S menuturkan, siang itu tanggal 26 Mei 1985 ia sedang bersembahyang di dalam bloknya. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh, puluhan orang berhamburan keluar lewat pintu gerbang Rutan Salemba. Laki-laki yang belum menerima vonis itu langsung ikut kabur. (Nasucha, 2009: 49) Pada contoh karangan narasi di atas, penulis berusaha mengisahkan kronologis terjadinya suatu peristiwa. Penulis menceritakan suatu peristiwa mencekam yang terjadi di rutan siang itu. 2.2.1.2 Karangan Deskripsi Karangan deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincianperincian dari objek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1982: 93). Dalam karangan deskripsi, penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya kepada para pembaca. Orang pada umumnya memahami bahwa karangan deskripsi berisi suatu gambaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
terhadap suatu objek secara rinci. Sehingga karangan deskripsi tersebut mampu menimbulkan daya khayal terhadap pembacanya. Pengertian menulis tentang sesuatu atau memaparkan tentang sesuatu sebenarnya dapat juga berlaku bagi bentuk-bentuk tulisan lainnya, misalnya saja ekspositoris, argumentasi, narasi, karena memaparkan sesuatu atau mengisahkan sesuatu berarti membentangkan sesuatu melalui tulisan. Namun tetap terdapat perbedaan-perbedaan di antara beberapa jenis karangan tersebut. Dalam hal ini, karangan deskripsi jauh lebih kompleks dari jenis karangan lain. Karangan deskripsi identik dengan adanya imajinasi atau daya khayal terhadap suatu hal. Dalam deskripsi penulis menuangkan perasaan, sifat, dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan dalam suatu objek. Imajinasi atau daya khayal itulah yang menjadi sasaran oleh seorang penulis deskripsi. Secara rinci suatu karangan dapat dikatakan sebagai karangan deskripsi jika melukiskan/menggambarkan suatu objek, bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-oleh mereka melihat, sifat penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, penulisannya dapat menggunakan cara/metode realistis (objektif), impresionalistis (subjektif), atau sikap penulis. Contoh untuk karangan deskripsi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (2) Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia lebih tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidung bangur dan matanya berkilauan seperti mata seorang India. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba-lomba menyempurnakan kecantiikannya itu. (Nasucha, 2009: 49)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Contoh karangan deskripsi di atas mengajak pembaca untuk berimajinasi atau mengkhayal mengenai paras cantik seorang wanita. Setiap kalimat menggambarkan secara detail wajah wanita tersebut. 2.2.1.3 Karangan Persuasi Karangan persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu itu atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 2007: 118). Orang yang menerima persuasi harus mendapat keyakinan bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana dan dilakukan tanpa paksaan. Upaya yang biasa digunakan untuk meyakinkan khalayak adalah menyodorkan bukti-bukti yang ada. Dalam dipersuasikan,
rangka
meyakinkan
selain
menyodorkan
khalayak bukti-bukti
mengenai
apa
yang
penulis
juga
harus
menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur paling penting dalam karangan persuasi. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain, ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Oleh karena itu unsur kepercayaan merupakan unsur yang mendasar dalam persuasi. Suatu karangan dapat dikatakan sebagai karangan persuasi jika di dalam karangan berisi bujukan kepada pembaca agar mau mengkuti kemauan atau ide penulis disertai alasan, bukti, dan contoh konkrit. Contoh untuk karangan persuai dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
(3) Praktik berpidato memang luar biasa manfaatnya. Pengalaman setiap kali praktik merupakan pengalaman batin yang sangat berharga. Semakin sering praktik, baik dalam berlatih maupun dalam berpidato yang sesungguhnya, pengalaman batin itu semakin banyak. Dari pengalaman itu, pembicara dapat menemukan cara-cara berpidato yang efektif dan memikat. Semakin banyak daya pikat dan semakin sering diterapkan dalam praktik, semakin meningkat pula keterampilan pembicara Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam obat kuat untuk membangun rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri itu sudah semakin besar, pembicara dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, untuk meraih keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato, Anda harus melakukan praktik berpidato. (Nasucha, 2009: 51) Contoh karangan persuasi di atas isinya yaitu meyakinkan pembaca supaya mau mengikuti kehendak penulis. Penulis begitu meyakinkan pembaca bahwa dengan terus berpraktik pidato akan mengasah rasa percaya diri, sehingga semakin sering orang berpidato akan semakin terampil untuk berpidato. 2.2.1.4 Karangan Argumentasi Dalam
komunikasi
antara
anggota
masyarakat,
argumentasi
merupakan suatu cara yang sangat berguna, baik bagi perorangan maupun bagi anggota masyarakat secara keseluruhan. Menururt Keraf (2007: 100), argumentasi dipahami sebagai alat pertukaran informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan subjektif. Dengan menyodorkan fakta-fakta yang jelas, maka mereka yang menerima informasi merasa yakin bahwa apa yang disampaikan patut untuk diterima. Begitu pula argumentasi yang dituangkan dalam suatu karangan. Ketika seseorang berusaha untuk menuliskan argumentasinya, ia harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
berusaha untuk menyelidiki. Ia harus mengetahui apa penyebab masalah tersebut, apa tujuannya, apa keuntungannya, dan sebagainya. Pendeknya, penulis harus berusaha menyampaikan pendapatnya secara teratur dan kritis, sesudah menjawab semua pertanyaan tadi dengan objektif. Secara rinci, suatu karangan dapat dikatakan karangan argumentasi jika berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca, pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, dan gambar, pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat, atau pandangan pembaca, pengarag menghindari keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivtas, dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian. Contoh untuk karangan argumentasi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (4) Penebangan hutan harus segera dihentikan. Pohon-pohon di hutan harus dapat menyerap sisa-sisa pembakaran dari pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Jika hutan ditebang habis, maka tidak ada mesin yang bisa menyerap sisa-sisa pembakaran. Sisa-sisa pembakaran itu dapat meningkatkan pemanasan global. Pemanasan global itu akan melelehkan gunung es di kutub. Akibatnya, kota-kota di tepi pantai seperti Jakarta, Surabaya, Singapura, Bangkok dan lain-lain akan terendam air laut. Jika hutan kita terus ditebang demi kepentingan ekonomi, maka akan terjadi bahaya yang luas biasa hebatnya. Oleh sebab itu, hutan harus kita selamatkan sekarang juga. (Nasucha, 2009: 50) Dalam karangan argumentasi di atas, penulis menuangkan pendapatpendapat mengenai bahaya penebangan hutan. Dengan menyodorkan faktafakta yang jelas, pembaca yang menerima informasi merasa yakin bahwa apa yang disampaikan patut untuk diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
2.2.1.5 Karangan Eksposisi Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut (Keraf, 1982: 3). Tujuan yang paling menonjol dalam tulisan ekspositoris adalah memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang. Eksposisi sering dipergunakan untuk menyampaikan uraian-uraian ilmiah populer dan uraian-uraian ilmiah lainnya yang tidak berusaha mempengaruhi pendapat orang lain. Dalam tulisan ini penulis tidak memaksa pembaca untuk menerima pandanganan penulis, karena pembaca bisa saja pro atau kontra terhadap gagasan penulis. Penulis hanya memberikan informasi-informasi baru melalui pemaparan yang tulisnya tanpa adanya unsur pendoktrinan. Secara ringkas, suatu karangan dapat dikatakan sebagai karangan eksposisi jika menjelaskan informasi agar pembaca mengetahui, menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi, tidak terdapat unsur mempengaruhi dan memaksa kehendak, menunjukkan analisis/penafsiran secara objektif, menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu. Contoh untuk karangan eksposisi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (5) Dalam tubuh manusia terdapat aktivitas seperti pada mesin mobil. Tubuh manusia dapat mengubah energi kimiawi yang terkandung dalam bahanbahan bakarnya, yakni makanan yang ditelan menjadi energi panas dan energi mekanis. Nasi yang Anda makan pada waktu sarapan akan dibakar dalam tubuh persis sebagaimana bensin dibakar dalam silinder mesin mobil. (Nasucha, 2009: 50)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Karangan eksposisi di atas isinya memaparkan suatu informasi mengenai aktivitas pembakaran dalam tubuh manusia. Karangan di atas berfungsi untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang. Karangan tersebut bersifat informatif, tanpa ada unsur pendoktrinan.
2.2.2 Wacana Menurut Mulyana (2005: 1), wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Dalam linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan lingual yang berada di atas tataran kalimat (Stubbs 1983:10 dan McHoul 1994:940, melalui Baryadi, 2002: 2). Wacana berada pada posisi tertinggi, di bawahnya terdapat satuan-satuan bahasa seperti fona, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 2009: 26). Defini lain dari wacana menurut Anton M. Moeliono (1988: 334), adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya dalam kesatuan makna. Berbagai definisi-definisi yang diutarakan oleh para ahli mengenai wacana memang benar adanya. Para ahli berpendapat bahwa wacana merupakan tataran tertinggi yang berada di atas kalimat, bersifat kompleks, kalimat-kalimat yang menyusun wacana saling berkesinambungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
Berdasarkan pendapat para ahli yang beraneka ragam, dapat disederhanakan bahwa wacana merupakan suatu unsur kebahasaan secara tertulis yang menduduki tataran paling tinggi dari satuan-satuan bahasa seperti fona, fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat, serta saling berkesinambungan antara kalimat- kalimat yang menyusun suatu wacana, sehingga pembaca mampu memahami makna yang disampaikan penulis dalam wacana tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dilihat adanya unsurunsur penting wacana. Beberapa unsur penting wacana yaitu satuan bahasa, terlengkap dan terbesar/tertinggi, di atas kalimat/klausa, teratur/rapi/rasa koherensi, berkesinambungan, padu/rasa kohesi. Unsur pembeda antara bentuk wacana dengan bentuk bukan wacana adalah pada ada tidaknya kesatuan makna yang dimilikinya. Misalnya ketika seseorang di suatu warung makan mengatakan: “soto, es jeruk, dua”, ucapan itu dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung keutuhan makna yang lengkap. Keutuhan itu tersirat dalam hal: (1) urutan kata ditata secara teratur, (2) makna dan amanatnya berkesinambungan, (3) diucapkan di tempat yang sesuai (kontekstual), dan (4) antara penyapa dan pesapa saling dapat memahami maknanya. Selain ada kesatuan makna, suatu wacana juga harus menciptakan keutuhan yang saling berhubungan. Sejalan dengan pandangan bahwa bahasa itu terdiri dari bentuk (form) dan makna (meaning), hubungan antarbagian wacana dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hubungan bentuk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
disebut kohesi dan hubungan makna atau hubungan semantis yang disebut koherensi. Dalam hal ini, untuk menghasilkan wacana yang kohesif diperlukan keefektivitasan kalimat, ekonomis dalam penggunaan bahasa, dan mencapai aspek kepaduan wacana. Di samping itu, untuk menghasilkan wacana yang koherensi tidak hanya dilihat dari bentuk luarnya saja. Namun juga didukung oleh gagasan yang memiliki hubungan makna. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai kohesi dan koherensi.
2.2.3 Kohesi Dalam pembahasan di awal telah disinggung bahwa wacana terdiri atas kalimat-kalimat, dalam hal ini kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Untuk menciptakan keutuhan, bagian-bagian wacana harus saling berhubungan. Hubungan antarbagian wacana salah satunya dipengaruhi oleh kohesi. Penulis mengutip definisi kohesi dari dua ahli yaitu menurut Baryadi dan Tarigan yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1 Definisi wacana menurut Baryadi dan Tarigan Baryadi (2002: 17) Baryadi berpendapat bahwa kohesi berkenaan dengan hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana.
Tarigan (2009: 93) Tarigan berpendapat bahwa kohesi merupakan organisasi sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan.
Berdasarkan pendapat dari kedua ahli dapat disimpulkan bahwa kohesi merupakan hubungan bentuk antara bagian-bagian wacana yang terangkai dalam satu kesatuan yang saling terkait. Dalam hal ini, suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
wacana dapat dikatakan kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa. Kohesi dalam suatu wacana sangatlah penting. Kohesi memberikan rasa padu antara kalimat satu dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf dalam wacana. Terkadang tidak sedikit orang yang masih belum memahami mengenai kepaduan kalimat dalam suatu paragraf, sehingga kebanyakan orang tidak memperhatikan aspek kekohesifan tersebut, yang mengakibatkan kalimat-kalimat yang disusunnya hanya sekedar kalimat yang tidak padu sehingga sulit untuk dimengerti maknanya. Ada dua jenis piranti kohesi yang dapat digunakan supaya suatu wacana dapat dikatakan sesuai dan padu, yakni (1) kohesi leksikal, dan (2) kohesi gramatikal. 2.2.3.1 Kohesi Leksikal Menurut Baryadi (2002: 18), kohesi leksikal adalah keterikatan leksikal (kata) antara bagian-bagian wacana. Kohesi leksikal terdiri dari lima jenis, antara lain: (1) repetisi (pengulangan), (2) hiponimi (hubungan bagian atau isi), (3) sinonimi (persamaan), (4) antonimi (lawan kata), (5) kolokasi (sanding kata). Berbeda dengan pendapat dari Tarigan (2009: 98), beliau menambahkan satu lagi jenis kohesi leksikal yaitu ekuivalensi. Oleh karena itu berikut adalah penjabaran dari keenam jenis kohesi leksikal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
A. Repetisi Repetisi
(pengulangan)
adalah
kohesi
leksikal
yang
berupa
pengulangan konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002: 25). Contoh untuk kohesi repetisi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (6) Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Pada contoh di atas menggunakan pengulangan kata berfilsafat. Pengulangan kata tersebut berfungsi untuk memelihara kepaduan kalimat dan menekankan pentingnya kata tersebut. B. Hiponimi Hiponimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Relasi makna tersebut terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki makna yang umum dengan konstituen yang memiliki makna yang khusus. Konstituen yang bermakna umum disebut superordinat dan konstituen yang memiliki makna khusus disebut hiponimi (Baryadi, 2002: 26). Contoh untuk kohesi hiponimi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (7) Sering kita melihat ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah kepada ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi daripada lulusan IPS (Abdul Rani, dkk, 2006:133). Pada contoh di atas, ilmuwan merupakan kata superordinat, sedangkan ahli fisika nuklir sebagai subordinat. Kedua kata tersebut memiliki relasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
makna, ilmuan dalam kalimat di atas merupakan kata umum, sedangkan ahli fisika nuklir merupakan kata khususnya. C. Sinonimi Menurut Baryadi (2002:27), sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Contoh untuk kohesi sinonimi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (8) Jumlah orang Jawa perantauan ini selalu cenderung naik. Sensus yang dilakukan Inggris di tahun-tahun mereka berkuasa menunjukkan peningkatan itu. Pada contoh di atas, terdapat sinonimi berupa naik dan peningkatan. Kata naik memiliki makna yang sama dengan kata peningkatan. Persamaan kata tersebut berfungsi untuk menunjang kejelasan kalimat. D. Antonimi Antonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstit uen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002: 28). Contoh untuk kohesi antonimi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (9) Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya: lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif (Budiman, 1981: 3). Pada contoh di atas, terdapat tiga pasangan kata yang memiliki makna berlawanan. Ketiga kata tersebut yaitu rasional berlawanan dengan emosional, aktif berlawanan dengan pasif, agresif berlawanan dengan submisif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
E. Kolokasi Kolokasi (sanding kata) adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002: 28). Contoh untuk kohesi kolokasi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (10) Ada siswa yang mati karena dipukuli oleh teman-temannya. Kata gurunya, almarhum adalah siswa yang nakal dan suka menakut-nakuti teman-temannya dengan senjata tajam. Tetapi, menurut keluarga almarhumah, dia itu sangat soleh dalam hidupnya. Dia tidak pernah berbuat hal yang melanggar hukum. Pada contoh di atas, terlihat bahwa kata mati berkolokasi (bersandingan) dengan kata almarhum. Karena keduanya memiliki makna yang saling berdekatan, yaitu almarhum mengandaikan sudah mati. F. Ekuivalensi Ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding (senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak), atau merupakan suatu keadaan sepadan (KBBI). Keadaan yang sebanding menunjukan adanya persamaan pada kata yang dimaksud. Bisa jadi persamaan tersebut memiliki arti yang sama tetapi disajikan dalam bentuk yang berbeda. Contoh untuk kohesi ekuivalensi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (11) Pak Wahyu adalah seorang pengajar. Beliau mengajar di SMA Bentara Wacana. Pak Wahyu sangat senang belajar hal-hal baru, sehingga wawasannya luas. Kata pengajar, mengajar, dan belajar pada contoh di atas menunjukkan adanya akuivalensi atau suatu keadaan yang sepadan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
suatu kalimat. Keadaan tersebut bertujuan untuk mempertegas kata sehingga pembaca lebih mudah memahami pesan. 2.2.3.2 Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal adalah keterikatan gramatikal (tata bahasa) antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002: 18). Kohesi gramatikal terdiri dari beberapa jenis, yaitu (1) referensi (penunjukkan), (2) substitusi (penggantian), (3) elipsis (pelepasan), dan (4) konjungsi (kata hubung). A. Referensi Referensi (penunjukan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya (Baryadi, 2002: 18). Dalam bahasa Indonesia, baik penunjukan anaforis maupun kataforis, ditunjukan oleh kata-kata yang bersifat deiktis. Kata deiktis yaitu kata yang referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti tergantung pada konteksnya. Berdasarkan arah penunjukannya, kohesi penunjukan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu penunjukan anaforis dan kataforis. (a) Referensi Anaforis Referensi anaforis ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri (Baryadi, 2002: 18). Dengan kata lain referensi anaforis menunjuk pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Referensi anaforis ditunjukan oleh kata itu, ini, begini, begitu, tersebut, di atas, demikian. Contoh untuk kohesi referensi anaforis dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
(12) Banyak orang percaya bahwa wanita sudah sewajarnya hidup dilingkungan rumah tangga. Tugas yang diberikan kepada mereka adalah: melahirkan dan membesarkan anak-anak di lingkungan rumah tangga, serta memasak dan memberi perhatian kepada suaminya. Tugas itu bukanlah tugas yang mudah bagi wanita. Pada contoh di atas tampak bahwa kata itu dalam paragraf tersebut berfungsi sebagai penanda kohesi penunjuk anaforis. Kata itu menunjuk pada kalimat sebelumnya, yaitu tugas wanita dalam lingkungan rumah tangga. (b) Referensi Kataforis Referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu konstituen di sebelah kanan (Baryadi, 2002: 19). Dengan kata lain referensi kataforis mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Referensi kataforis ditunjukan oleh kata berikut, berikut ini,yakni, yaitu. Contoh untuk kohesi referensi kataforis dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (13) Jawablah pertanyaan berikut dan kemudian tulislah jawabannya pada kartu pos. “Siapa nama senopati yang gugur dalam pertempuran?” Pada contoh di atas tampak bahwa kata berikut dalam kalimat tersebut berfungsi sebagai penunjuk kataforis. Kata berikut menunjuk pada kalimat sesudahnya yaitu mengenai pertanyaan yang diajukan. B. Substitusi Kridalaksana (1978:36-45), melalui Baryadi (2002: 21) berpendapat bahwa substitusi adalah kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain. Substitusi juga disebut sebagai deiksis persona. ringkasnya Kridalaksana mengatakan bahwa substitusi merupakan penggantian komponen tertentu dengan komponen lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
penggantian tersebut dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda. Dalam kohesi ini terlibat dua unsur yaitu unsur terganti dan pengganti. Untuk kata pengganti orang contohnya dia, ia, mereka, -nya. Apabila unsur terganti berupa unsur bahasa yang menyatakan tempat (pronomina lokatif), maka unsur penggantinya berupa sini, situ, dan sana. Contoh untuk kohesi substitusi dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (14) Banyak anak kecil berkeliaran di pelabuhan. Orang tua mereka sudah tidak ada. Mata pencaharian mereka cuma menyemir sepatu dan mencari puntung rokok. Substitusi di atas menunjukan adanya penggantian terhadap unsur kata ganti orang. Kata ganti mereka menggantikan kata anak kecil. Penggantiian tersebut dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda. C. Elipsis Menurut Ramlan (1993), melalui Baryadi (2002: 24), Elipsis (pelepasan) adalah kohesi gramatikal yang berupa pelepasan (zero) konstituen yang telah disebut. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu unsur yang sebenanrnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan (Tarigan, 2009: 97). Contoh untuk kohesi elipsis dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (15) Kentang dikukus sampai matang, lalu x dikupas kemudian x dihaluskan. Setelah x halus, kentang dicampur susu, pala, lada, keju parut, garam. X Dimasak di atas api kecil sampai agak kering. Lambang x mempunyai referensi yang sama dengan kata kentang yang telah disebut. Elipsis/ pelepasan tersebut bermaksud agar tidak terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
pengulangan kata yang berlebihan yang menimbulkan kalimat menjadi tidak efektif. D. Konjungsi Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase. Klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1984: 105, dalam Tarigan (2009: 97). Dalam Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Chaer, 2011: 140) dipaparkan lebih jelas mengenai definisi dari konjungsi yaitu sebagai berikut. Beberapa jenis konjungsi antara lain adalah: (a) Konjungsi adversatif menunjukan adanya pertentangan misalnya namun, tetapi, sedangkan. (b) Konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat misalnya sebab, karena, maka, sehingga. (c) Konjungsi korelatif menunjukan adanya penegasan misalnya apalagi, demikian juga, bahkan, bahwa. (d) Konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat misalnya meskipun, kalau, jika, apabila. (e) Konjungsi
temporal
manyatakan
waktu
misalnya
sebelumnya,
sesudahnya, lalu, kemudian. (f) Konjungsi koordinatif yaitu menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya misalnya, dan (menyatakan hubungan penambahan) dan atau (menyatakan hubungan pemilihan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Berikut ini adalah contoh penggunaan konjungsi. Konjungsi yang diganakan yaitu konjungsi adversatif dan konjungsi kausalitas. (16) Badannya terasa lelah. Namun, ia tetap nerangkat ke kantor. Masuk atau tidak, pekerjaan harus rampung. Sebab bulan depan buku laporan proyek harus sudah selesai. Pada contoh di atas, konjungsi
yang digunakan yaitu konjungsi
adversaitif berupa namun dan konjungsi kausal berupa sebab. Kata namun menunjukkan adanya pertentangan, sedangkan kata sebab menunjukkan sebab akibat.
2.2.4
Koherensi Menurut Baryadi (2002: 29), koherensi adalah keterkaitan semantis
antara bagian-bagian wacana. Keterkaitan semantis dalam suatu wacana mendukung terbentuknya wacana yang baik, keterkaitan semantis dalam hal ini yaitu adanya keterkaitan makna dalam wacana tersebut. Wohl (1978: 25), dalam Tarigan (2009: 100) berpendapat bahwa koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya. Berdasarkan pendapat dari kedua ahli di atas dapat dikatakan bahwa koherensi adalah keterkaitan antara bagian-bagian wacana menjadi wacana yang logis sehingga pembaca mudah untuk memahami pesan yang dikandungnya. Istilah koherensi mengandung makna pertalian. Pertalian yang dimaksudkan tentunya merupakan pertalian makna atau pertalian isi. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
karena itu suatu wacana harus memperhatikan adanya keterkaitan kedua hal tersebut yaitu antara makna dan isi supaya menghasilkan wacana yang logis. Aspek kohesi dan koherensi dalam suatu wacana sangat penting untuk diperhatikan. Wacana yang memiliki kepaduan antara bentuk dan makna akan lebih mudah untuk dipahami. Pada dasarnya, sesuatu yang dipadukan dengan tepat dan sesuai akan menghasilkan karya yang baik. Tidak jauh berbeda dengan suatu wacana, jika seseorang mampu menyusun wacana secara kohesif dan koheren tentu akan menghasilkan wacana yang baik pula. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita untuk mempelajari lebih dalam mengenai kepaduan kalimat dan kerapian gagasan sehingga dapat diterima secara logis. Dalam hal ini, koherenasi dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) koherensi berpenanda dan 2) koherensi tidak berpenanda. Berikut perinciannya. 2.2.4.1
Koherensi Berpenanda Penanda-penanda yang membangun kekoherensian kalimat dalam
suatu wacana ada bermacam-macam. Baryadi (2002: 29) membagi koherensi berpenanda menjadi enam jenis, antara lain: 1) koherensi kausalitas, 2) koherensi kontras, 3) koherensi aditif, 4) koherensi rincian 5) koherensi temporal, 6) koherensi kronologis. A. Koherensi Kausalitas Koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat. Koherensi kausalitas biasanya ditandai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
adanya konjungsi yang menunjukkan hubungan sebab-akibat. Contoh untuk koherensi kausalitas dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (17) Kira-kira mulai tahun 1980-an perkembangan kajian bahasa Indonesia cenderung mengarah ke bidang analisis wacana. Namun, perkembangan tersebut menghadapi kendala, yaitu masih langkanya literatur berbahasa Indonesia mengenai wacana, baik mengenai teori maupun model analisisnya. Oleh sebab itu, penyusunan buku ini dimaksudkan untuk mengisi kerumpangan tersebut (Baryadi, 2002:29). Paragraf di atas ditandai dengan adanya koherensi kausaliatas, yaitu ditandai dengan kata oleh sebab itu. Kata tersebut menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. B. Koherensi Kontras Koherensi kontras adalah koherensi yang menunjukkan hubungan perlawanan. Biasanya ditandai oleh konjungsi yang menyatakan adanya hubungan perlawanan misalnya, akan teapi. Contoh untuk koherensi kontras dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (18) Pohon rumbia memperbanyak durinya dengan tunas di bawah tanah. Jika sudah berbuah, pohon palem yang bernama rumbia ini akan mati. Akan tetapi, rumbia mampu hidup antara sembilan sampai lima belas tahun. Dari daging batang rumbia inilah diambil pati yang kemudian menjadi sagu. Rumbia mengandung delapan puluh persen pati, enam belas persen air, dan dua persen senyawa nitrogen dan abu (Dharma Wanita no. 104: 51, dalam Baryadi, 2002:30). Koherensi kontras yang terdapat pada paragraf di atas menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Hubungan perlawanan ditandai melalui kata akan tetapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
C. Koherensi Aditif Koherensi aditif adalah adanya makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna penambahan tersebut misalnya, di samping itu. Contoh untuk koherensi aditif dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (19) Agar badan tetap sehat, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertamatama kita harus makan makanan bergizi, berikutnya kita harus berolah raga secara teratur. Di samping itu, kita harus memiliki cukup waktu untuk beristirahat (Baryadi, 2002:30). Pada paragraf di atas, koherensi aditif ditandai melalui penambahan kata di samping itu. Kata tersebut menunjukkan adanya makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. D. Koherensi Rincian Koherensi rincian adalah koherensi yang menyatakan hubungan makna rincian penjelasan suatu hal. Koherensi rincian biasanya ditandai dengan kata yaitu, antara lain. Contoh untuk koherensi rincian dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (20) Berdasarkan media yang digunakan, komunikasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan media berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan media yang berupa media bukan bahasa, baik media visual (bendera, cahaya, gambar) maupun media audio (sirene, kentongan, bel) (Baryadi, 2002:30). Paragraf di atas menunjukkan adanya perincian akan suatu hal yang ditandai dengan kata yaitu. Perincian tersebut bertujuan supaya kalimat memiliki arti yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
E. Koherensi Temporal Koherensi temporal yaitu hubungan makna waktu antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain (Baryadi, 2002: 30-31). Contoh untuk koherensi temporal dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (21) Sebelum ini saya menjalani kerja rangkap. Siang, jam 08.00 hingga jam 16.00 di kantor. Malam hari 20.00 hingga 02.00 kerja di sebuah kafe. Tiga bulan lalu saya berhenti kerja di kafe, hanya kerja di kantor pada siang hari. Aneh, sejak saat itu saya mudah sekali sakit. Minimal sudah lima kali saya ijin karena sakit (Minggu Pagi 2003, melalui Puspitasari, 2004:88). Pada contoh di atas, terdapat makna yang berhubungan dengan waktu . Koherensi temporal atau yang menunjukkan hubungan makna waktu dinyatakan dengan konjungsi siang, malam, tiga bulan lalu, dan siang hari. F. Koherensi Kronologis Koherensi kronologis
merupakan hubungan rangkaian waktu.
Koherensi ini sering ditunjukkan oleh konjungsi yang menyatakan hubungan temporal (lalu, kemudian, sesudah itu), penanda kala (dulu, sekarang), dan penanda aspek (akan, belum, sudah) (Baryadi, 2002:32). Contoh untuk koherensi kronologis dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (22) Setelah berlari Busrodin masuk ke dalam lobang perlindungan. Terengah-engah lalu meletkkan tubuh sahabatnya di atas tanah. Sekarang mereka terlindung dari tembakan senapan musuh (Diponegoro 1975: 6). Berdasarkan
contoh
di
atas,
koherensi
kronologis
yang
menghubungkan antarkalimat ditandai melalui konjungai setelah, lalu, sekarang. Koherensi kronologis menunjukkan urutan waktu dalam suatu peristiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
2.2.4.2 Koherensi Tidak Berpenanda Koherensi tidak berpenanda diungkapkan secara implisit, yaitu tidak diungkapkan dengan penanda. Koherensi yang diungkapkan secara implisit dapat dipahami lewat urutan kalimatnya (Baryadi, 2002:34). Koherensi tidak berpenanda ada dua jenis, yaitu 1) koherensi perurutan, 2) koherensi perian, 3) koherensi dialog. A. Koherensi Perurutan Koherensi perurutan atau pentahapan yaitu hubungan makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara beurutan. Koherensi perurutan birisi mengenai tahap-tahap terjadinya suatu peristiwa (Baryadi, 2002: 33). Contoh untuk koherensi perurutan dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (23) Prosedur membuat ramuan untuk mencerahkan bibir yaitu: (a) Ambillah segenggam daun sirih. Rebus sampai lunak. Lalu tumbuk sampai halus. (b) Campur tumbukkan daub sirih itu dengan pasta gigi sampai rata. Dengan perbandingan seimbang. (c) Oleskan ramuan itu pada bibir setiap menjelang tidur. Selama sepuluh hari. Selamat tersenyum cerah (Kartini No. 336:99). Pada contoh di atas, tampak hubungan antar kalimat melalui penjelasan secara berurutan mengenai suatu hal. Paragraf di atas menjelaskan urutan cara membuat ramuan untuk mencerahkan bibir. B. Koherensi Perian Koherensi perian merupakan hubungan makna yang menyatakan penjelasan suatu hal secara rinci dan jelas (Baryadi 2002:32). Contoh untuk koherensi perian dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
(24) Burung walet hitam berukuran lebih besar (14 cm) dengan sayap panjang dan ekor bercelah dalam (menggarpu). Warna tunggingnya bervariasi antara abu-abu sampai hitam gelap seperti punggungnya. Kakinya tidak berbulu atau hanya sedikit berbulu (Mackinnon 1990: 212). Pada paragraf di atas dijelaskan mengenai pendeskripsian burung walet hitam secara rinci dan jelas. Koherensi tidak berpenanda dipahami melalui urutan kalimatnya. C. Koherensi Dialog Koherensi
dialog didominasi
oleh
koherensi
stimulus-respon,
koherensi stimulus-respon misalnya 1) koherensi fatis, 2) koherensi informatif, 3) koherensi pengukuhan, 4) koherensi penolakan, dan 5) koherensi negosiatif. Koherensi dialog tidak diwujudkan dalam bentuk penanda sehingga harus dipahami dari hubungan antarkalimatnya (Baryadi 2002: 34) (a) Koherensi Fatis Koherensi fatis adalah koherensi yang merupakan hubungan makna yang menyatakan bentuk tetap dan memiliki fungsi untuk sekedar basa-basi (Baryadi 2002: 34). Contoh untuk koherensi fatis dapat dicermati pada percakapan sebagai berikut. (25) Selamat pagi, Pak! Selamat Pagi, Dik! Contoh di atas menunjukkan bahwa percakapan berfungsi untuk basabasi. Basa-basi tersebut dilakukan oleh seorang bapak dan anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
(b) Informatif Koherensi informatif adalah koherensi yang merupakan hubungan makna yang menyatakan suatu bentuk informasi (Baryadi, 2002: 35). Contoh untuk koherensi informatif dapat dicermati pada percakapan sebagai berikut. (26) Sekarang jam berapa Dik? Jam tujuh Bu! Contoh di atas menunjukkan bahwa kalimat-kalimat tersebut berfungsi memberikan informasi. Adik memberikan informasi kepada ibunya bahwa waktu saat itu menunjukkan pukul tujuh. (c) Koherensi Pengukuhan Koherensi pengukuhan adalah koherensi yang merupakan hubungan makna yang menyatakan penegasan, penguatan pendapat, peneguhan (Baryadi, 2002: 35). Contoh untuk koherensi pengukuhan dapat dicermati pada kalimat sebagai berikut. (27) Dia itu suka memberi komentar. Dia memang tidak bisa tutup mulut. Pada contoh kalimat di atas tampak menunjukkan adanya penjelasan yang bersifat menguatkan pendapat. Pendapat tersebut dipaparkan oleh seseorang bahwa si Dia memang suka berkomentar dan tidak bisa tutup mulut. (d) Koherensi Penolakan Koherensi penolakan adalah koherensi yang merupakan hubungan makna yang menyatakan adanya suatu penolakan (Baryadi, 2002: 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Contoh untuk koherensi penolakan dapat dicermati pada percakapan sebagai berikut. (28) Mari kita makan dan minum lebih dulu! Maaf Pak, saya masih kenyang. Pada contoh di atas menunjukkan adanya kalimat yang berfungsi untuk menyampaikan penolakan. Seorang anak yang menolak ajakan bapaknya untuk makan karena masih kenyang. (e) Koherensi Negosiatif Koherensi negosiatif adalah koherensi yang merupakan hubungan makna yang menyatakan adanya tawar-menawar (Baryadi, 2002: 35). Contoh untuk koherensi negosiatif dapat dicermati pada percakapan sebagai berikut. (29) Berapa harga durian ini Bu? Cuma dua puluh lima ribu rupiah. Boleh kurang? Kurang dikit lah. Lima belas ribu, ya, bu! Belum bisa, naik sedikit lah! Pada contoh di atas menunjukkan adanya negosiasi/tawar-menawar. Tawar menawar antara pedagang dan pembeli durian.
2.2.5
Kompetensi Guru Sekolah Dasar (SD) Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat
(10) dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Setiap guru harus memiliki kompetensi, dengan tujuan untuk menciptakan siswa yang berkualitas. Guru yang memiliki kompetensi dilihat dari penguasaan pengetahuan mereka, kemampuan mereka dalam mengikuti perkembangan ilmu, dan keterampilan yang dikuasai. Sebagai guru sekolah dasar, mereka dituntut untuk menguasai semua materi, termasuk materi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa sekolah dasar. Oleh karena itu guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam supaya dapat mengajarkan mata pelajaran ini dengan baik.
2.2.6 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut, kajian teori pada penelitian ini adalah karangan, jenis karangan, wacana, kohesi, dan koherensi. Teori-teori tersebut digunakan sebagai pisau analisis untuk melakukan analisis data. Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (Gie, 2002: 3). Ide atau gagasan merupakan hal utama yang dibutuhkan penulis untuk kemudian dituangkan dalam sebuah karangan. Gorys Keraf (2007) memaparkan bahwa karangan itu sendiri ada lima jenis yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 2009: 26). Baryadi (2002: 17) berpendapat bahwa kohesi berkenaan dengan hubungan bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana, sedangkan koherensi (Baryadi (2002: 29) adalah keterkaitan semantis antara bagianbagian wacana. Jadi, kohesi berkaiatn dengan bentuk (implisit), dan koherensi berkaitan dengan makna (eksplisit). Penelitian ini menganalisis tentang jenis-jenis kohesi dan koherensi yang terdapat dalam karangan guru-guru. Berikut ini akan digambarkan kerangka berpikirnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Bagan 1 Kerangka Berpikir
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN KARYA GURU-GURU SD KABUPATEN MAHAKAM ULU, KALIMANTAN TIMUR
Rumusan Masalah
1. Jenis kohesi dan koherensi apa sajakah yang
2. Bagaimana pemakaian kohesi dan koherensi
terdapat dalam karangan yang disusun oleh
dalam karangan yang disusun oleh guru-guru
guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu,
SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan
Kalimantan Timur?
Timur?
Klasifikasi
20 karangan yang terdiri dari karangan narasi, deskripsi, persuai, argumentasi, dan eksposisi (Gorys Keraf (2007) Analisis
Baryadi (2002: 17) berpendapat bahwa kohesi berkenaan dengan hubungan bentuk antara bagianbagian dalam suatu wacana. Adapun jenis-jenis konjungsi dalam kohesi gramatikal disesuaikan dengan teori Tarigan 2009) dan TBBI (2011). Analisis Hasil
Kesimpulan
(Baryadi (2002: 29) berpendapat bahwa koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang datanya berbentuk kata-kata atau gambar, dan tidak menekankan pada angka (Moleong, 2006: 11). Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenanrnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut. Penelitian ini disebut deskriptif kualitatif karena penelitian ini mendeskripsikan kohesi dan koherensi dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam ulu, Kalimantan Timur. Dengan demikian, laporan penelitian nantinya akan berisi kutipan-kutipan data yang berupa paragraf-paragraf untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Adapun penelitian kualitatif menurut Moleong (2006: 6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena berkaitan dengan fenomena kebahasaan dan data diperoleh dari karya guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah mengolah dan menganalisis data yang berisi deskripsi jenis-jenis kohesi dan koherensi yang terdapat dalam 20 karangan yang
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Data yang terkumpul yaitu berupa kata-kata yang disajikan dalam paragraf dalam karangan tersebut.
3.2 Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa paragraf yang mengandung kohesi dan koherensi. Peneliti akan menganalisis beberapa jenis karangan yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi. Sumber data penelitian ini adalah 20 karangan yang diperoleh dari pelatihan dan magang guru-guru SD Mahakam Ulu pada 30 Juli sampai dengan 28 September 2015. Pelatihan dan magang dilaksanakan di Hotel Museum Batik yang bertempat di jalan Dr. Sutomo 13 A Yogyakarta. Data yang berupa kohesi dan koherensi akan dipakai untuk kemudian dianalisis. Berikut akan dipaparkan nama dan judul karangan guru-guru SD Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Tabel 1.2 Nama Guru dan Judul Karangan
1 2
Antonius Anyeq Antonius Bunsu
Lingkungan Lingkungan
Jenis Karangan Eksposisi Narasi
3
Albertus Hajang
Lingkungan
Persuasi
4
Donatus Dia
No
5 6 7
Nama
Judul
Jagalah Kebersihan Eka Saptha Bahaya Banjir Havui Larah, Buanglah Sampah S.Pd Pada Tempatnya Jumsaber Oang Lingkungan
Asal Sekolah
Eksposisi
SDN 002 Ujoh Bilang SDN 004 Noha Silat, Kec. Long Apari SDN 008 Mandak Besar SDN 001 Lahan
Narasi Persuasi
SDN 001 Ujoh Bilang SDN 005 Long Lunuk
Narasi
SDN 003 Penareh
Long
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
8
Laan Lenjau
Lingkungan
Narasi
9
Narasi
12
Leris Uluk, S.Pd, Lingkungan SD Marta Hibau Lingkungan Rumahku Martha Tukau Lingkungan Luhau Monika H. Lingkungan
13
Muhamad Nasir
Lingkungan
Eksposisi
14
Natalia Hong
Lingkungan
Narasi
15
P. Jaang Ajat
Lingkungan
Eksposisi
16 17
Teofilius Ledok Theresia Hipui
(Tidak ada judul) Lingkungan
Persuasi Narasi
18
Theresia Novi Lingkungan Partiwi B. Luhung Huvat Menciptakan Lingkungan Sehat Ester Ms Libe Akibat Banjir
10 11
19 20
Eksposisi
SDN 004 Datah Bilang SDN 004 Datah Bilang SDN 003 Long Bangun SDN 008 Mahakam Teboq Ilir SDN 008 Mamahak Besar SDN 002 Muara Hatah SDN 002 Datah Bilang SDN 002 Long Pahangai SDN 001 Tiong Bu’u SDN 007 Mahakam Teboq SDN 001 Long Hubung SDN 003 Long Tuyoq
Narasi
SDN 011 Long Hurai
Eksposisi Narasi Narasi
Narasi
3.3 Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan peneliti yakni (1) jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam karangan para guru, dan (2) ketepatan pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan tersebut. Kedua objek tersebut terdapat pada karangan yang ditulis oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Keduanya dianalisis dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002). Objek penelitian tersebut berada dalam 20 karangan guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
3.4 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (Moleong, 2006: 9). Dalam penelitian ini, peneliti dengan bantuan orang lain terlibat dalam proses pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data, peneliti membuat soal beserta gambar berseri. Lalu peneliti memberikan soal tersebut kepada para guru SD yang sedang mengikuti diklat di Yogyakarta. Dalam prosesnya, peneliti berkedudukan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor (Moleong, 2006: 132). Peran serta peneliti dari awal hingga akhir penelitian memang sangat diperlukan. Dalam hal ini, baik atau tidaknya hasil penelitian yang dilakukan sangat dipengaruhi oleh proses awal ketika mencari data, lalu melakukan analisis, hingga akhirnya melaporkan hasil penelitiannya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara studi dokumentasi. Menurut Sugiyono (2009: 329), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi karena karangan guru-guru SD Mahakam Ulu termasuk dalam dokumen yang berbentuk tulisan. Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
a. Peneliti mengumpulkan karangan para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. b. Peneliti membaca karangan para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. c. Peneliti mengidentifikasi jenis kohesi dan koherensi dalam paragraf pada karangan para guru. d. Peneliti mengidentifikasi ketepatan pemakaian kohesi dan koherensi dalam setiap paragraf pada karangan para guru. e. Peneliti memberikan pengkodean terhadap jenis kohesi dan koherensi.
3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis jenis-jenis kohesi dan koherensi serta ketepatan pemakaiannya. Analisis data menurut Moleong (1989:112) adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Peneliti mengidentifikasi jenis-jenis serta ketepatan pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, kalimantan Timur. b. Paragraf yang sudah ditandai dan diidentifikasi kemudian dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
c. Peneliti menganalisis jenis-jenis kohesi dan koherensi serta ketepatan penggunaannya. d. Peneliti
melakukan
triangulasi
data,
data
hasil
penelitian
akan
dikonsultasikan kepada ahli untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan sahih. e. Setelah mendapat data yang valid, peneliti menyajikan data dalam bentuk deskrisi kata-kata sesuai dengan rumusan masalah. Sebelum peneliti memasukkan data ke dalam tabel, peneliti membuat pengkodean terlebih dahulu untuk memudahkan analisis data. Berikut ini dipaparkan tabel pengkodean data. Tabel 1.3 Kode Kohesi Leksikal No. 1 2 3 4 5 6
Kohesi Leksikal Kode Repetisi A Hiponimi B Sinonimi C Antonimi D Kolokasi E Ekuivalensi Eku Tabel 1.4 Kode kohesi Gramatikal
No.
Kohesi Gramatikal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Referensi Referensi Anafora Referensi Katafora Substitusi Elipsis Konjungsi Konjungsi Adversatif Konjungsi Kausal Konjungsi Korelatif Konjungsi Subordinatif Konjungsi Temporal Konjungsi Koordinatif
Kode F F1 F2 G H I I1 I2 I3 I4 I5 I6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
Tabel 1.5 Kode Koherensi Berpenanda No. 1 2 3 4 5 6
Koherensi Berpenanda Koherensi Kausalitas Koherensi Kontras Koherensi Aditif Koherensi Rincian Koherensi Temporal Koherensi Kronologis
Kode J L M N O P
Tabel 1.6 Kode Koherensi Tidak Berpenanda No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Koherensi Tidak Berpenanda Koherensi Perurutan Koherensi Perian Koherensi Dialog Koherensi Fatis Koherensi Informatif Koherensi Pengukuhan Koherensi penolakan Koherensi Negosiatif
Kode Q R S S1 S2 S3 S4 S5
Tabel 1.7 Tabel Kode Paragraf No. 1 2 3 4 5 6
Paragraf Paragraf 1 Paragraf 2 Paragraf 3 Paragraf 4 Paragraf 5 Paragraf 6 – dst
Kode A B C D E f – dst
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
3.7 Triangulasi Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moelong, 2006: 330). Setelah peneliti menyelesaikan analisis data, peneliti harus melakukan triangulasi. Jadi, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data kepada ahli. Peneliti melakukan triangulasi kepada dua orang triangulator yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd. dan Septina Krismawati, S.S., M.A. Setelah peneliti memperoleh data yang valid, peneliti dapat segera menyajikan data dalam bentuk deskripsi kata-kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan dalam bab ini terdiri atas tiga bagian yaitu deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Pada bagian pertama, peneliti menjelaskan tentang deskripsi data penelitin. Pada bagian kedua, peneliti menjelaskan hasil temuan dari analisis data berdasarkan kedua rumusan masalah yaitu (1) jenis kohesi dan koherensi yang terdapat dalam karangan yang disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timu dan (2) pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan yang disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Pada bagian yang ketiga, peneliti menjelaskan pembahasan hasil-hasil temuan dari data yang telah dianalisis. 4.1 Deskripsi Data Data dalam penelitian ini berupa kohesi dan koherensi dalam paragraf. Kohesi dan koherensi yang ditemukan oleh penulis yaitu sebanyak 309 data. Jenis kohesi sebanyak 211 data, terdiri dari kohesi leksikal dan gramatikal dengan rincian sebagai berikut: (1) Jenis kohesi leksikal antara lain kohesi repetisi sebanyak 32 data, hiponimi sebanyak 3 data, sinonimi sebanyak 12 data, dan ekuivalensi sebanyak 3 data, (2) Jenis kohesi gramatikal antara lain kohesi referensi sebanyak 22 data, substitusi sebanyak 21 data, dan konjungsi sebanyak 118 data. Jenis koherensi yang ditemukan peneliti sebanyak 98 data, terdiri dari koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda dengan rincian sebagai
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
berikut: (1) Jenis koherensi berpenanda antara lain koherensi kausalitas sebanyak 48 data, koherensi kontras sebanyak 12 data, koherensi aditif sebanyak 2 data, koherensi kontras sebanyak 13 data, koherensi temporal sebanyak 6 data, dan koherensi kronologis sebanyak 14 data, (2) Jenis koherensi tidak berpenanda hanya koherensi perurutan sebanyak 3 data. Berdasarkan 309 data kohesi dan koherensi, peneliti menemukan ada 31 pemakian data yang tidak tepat. Pemakaian data kohesi yang tidak tepat sebanyak 21 data, terdiri dari kohesi leksikal dan gramatikal dengan rincian sebagai berikut: (1) Pemakaian kohesi leksikal yang tidak tepat yaitu kohesi repetisi sebanyak 6 data, (2) Pemakaian kohesi gramatikal yang tidak tepat antara lain kohesi substitusi sebanyak 3 data dan kohesi konjungsi sebanyak 12 data (konjungsi adversatif sebanyak 4 data, konjungsi kausal sebanyak 6 data, konjungsi subordinatif 1 data, konjungsi koordinatif sebanyak 3 data). Pemakaian data koherensi yang tidak tepat sebanyak 10 data koherensi berpenanda antara lain koherensi kausal sebanyak 6 data dan koherensi kontras sebanyak 4 data. Peneliti tidak menemukan kesalahan pada pemakaian koherensi tidak berpenanda. Berikut ini peneliti mencantumkan contoh data paragraf yang dimaksud. 4.1.1 Jenis Kohesi dan Koherensi Pada
bagian
ini,
peneliti
mencantumkan
contoh
paragraf
yang
mengandung kohesi dan koherensi supaya pembaca mempunyai gambaran data yang akan dianalisis oleh peneliti. Contoh data kohesi yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Contoh data koherensi yaitu koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
4.1.1.1 Kohesi Leksikal Kohesi leksikal yang ditemukan oleh peneliti yaitu kohesi repetisi, hiponimi, sinonimi, dan ekuivalensi. Contoh paragraf yang mengandung kohesi leksikal dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. A. Kohesi Repetisi (1) Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak ada sampah yang berserakan di mana-mana. Kebersihan sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan kebersihan yang akan menjaga kita dari ancaman-ancaman penyakit yang datang. (4-a) Kohesi repetisi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa kebersihan. Pengulangan tersebut bertujuan untuk memelihara kepaduan kalimat dan menekankan pentingnya kata tersebut. Jumlah kohesi repetisi yang ditemukan peneliti sebanyak 32 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. B. Kohesi Hiponimi (2) Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b) Kohesi hiponimi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa banjir. Kohesi hiponimi berfungsi untuk menunjang kejelasan kalimat. Jumlah kohesi hiponimi yang ditemukan peneliti sebanyak 3 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
C. Kohesi Sinonimi (3) Jadi semoga kita tidak kena musibah banjir, diharapkan pada semua warga sadar akan akibat atau dampak membuang sampah sembarangan. (8-d) Kohesi sinonimi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa akibat atau dampak. Kohesi sinonimi digunakan bermaksud untuk menunjang kejelasan kalimat. Jumlah kohesi sinonimi yang ditemukan peneliti sebanyak 12 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. D. Kohesi Ekuivalensi (4) Membuang sampah di sembarang tempat akan berakibat tidak baik bagi kesehat tubuh dan lingkungan sampah sebaiknya di buang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan . sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terserang berbagai penyakit. (6-a) Kohesi ekuivalensi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa buangpembuangan. Kohesi tersebut mempunyai nilai yang sepadan/sebanding yang bertujuan supaya kalimat lebih bervariatif. Jumlah kohesi ekuivalensi yang ditemukan peneliti sebanyak 3 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. 4.1.1.2 Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal yang ditemukan oleh peneliti yaitu kohesi referensi, substitusi, dan konjungsi. Contoh paragraf yang mengandung kohesi gramatikal dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. A. Kohesi referensi (a) Kohesi Referensi Anaforis (5) Akibat dari kejadian tersebut, banyak hal buruk menimpanya. Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akbiat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total. Belum lagi penyakit yang dideritanya akibat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
pasca banjir. Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (5-c) Kohesi pengacuan yang digunakan dalam paragraf di atas berupa tersebut. Referensi anaforis mengacu pada konstituen sebelumnya. Jumlah kohesi referensi anaforis yang ditemukan peneliti sebanyak 15 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (b) Kohesi Referensi Kataforis (6) Kebersihan lingkungan harus dijaga bersama dengan kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan nyaman tanpa polusi udara yang tercemar. Mencerminkan kebersihan adalah sebagian dari iman. (6-c) Kohesi pengacuan yang digunakan dalam paragraf di atas berupa adalah. Referensi kataforis mengacu pada konstituen sesudahnya. Jumlah kohesi referensi kataforis yang ditemukan peneliti sebanyak 7 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. B. Kohesi Substitusi (7) Akibat dari lingkungan yang kotor karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Cuaca pun menjadi kotor, cuaca yang kotor itu mengakibatkan banyak penduduk yang sakit. (17-c) Kohesi substitusi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa –nya pada kata tempatnya. Pengantian tersebut perfungsi untuk memperoleh unsur pembeda. Jumlah kohesi substitusi yang ditemukan peneliti sebanyak 21 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. C. Kohesi Konjungsi (a) Konjungsi Adversatif (8) Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b) Konjungsi adversatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa tetapi. Konjungsi tersebut memiliki makna yang bertentangan. Jumlah kohesi konjungsi adversatif yang ditemukan peneliti sebanyak 3 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (b) Konjungsi Kausal (9) Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak ada sampah yang berserakan di mana-mana. Kebersihan sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan kebersihan yang akan menjaga kita dari ancamanancaman penyakit yang datang. (4-a) Konjungsi kausal yang digunakan dalam paragraf di atas berupa karena. Konjungsi tersebut memiliki makna sebab akibat. Jumlah kohesi konjungsi kausal yang ditemukan peneliti sebanyak 48 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (c) Konjungsi Korelatif (10) Di Indonesia seing kita mendengar dari televisi, koran dan radio. Tentang bencana banjir Yang melanda di perkampungan bahkan di perkotaan Yang Struktur daratan lendah. (13-a) Konjungsi korelatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa bahkan. Konjungsi tersebut memiliki makna penegasan. Jumlah kohesi konjungsi korelatif yang ditemukan peneliti sebanyak 22 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (d) Konjungsi Subordinatif (11) Apabila kita membuang sampah kedalam sungai atau kali akan membuat polusi, sehingga ikan-ikan akan mati, dan terjadi pendangkalan terhadap kali tersebut. Demikian juga apabila sampah di buang kedalam parit, akan menyebabkan banjir, sebab pada saat musim hujan tiba, saluransaluran air akan tersumbat dan terjadilah banjir. (3-b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Konjungsi subordinatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa apabila. Konjungsi tersebut memiliki makna yang menyatakan syarat. Jumlah kohesi konjungsi subordinatif yang ditemukan peneliti sebanyak 7 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (e) Konjungsi Temporal (12) Dalam bermasyarakat kita sering dihadapkan pada suatu permasalahan alam yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Permasalahanpermasalahan tersebut timbul karena ulah manusia yang tidak mampu berterima kasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. Manusia pada dasarnya tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, setelah dinikmati/ menggunakan maka pada akhirnya manusia tidak pernah mempertimbangkan dampaknya kedepan. Bahkan manusia tidak pernah sadar bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan. (7-a) Konjungsi temporal yang digunakan dalam paragraf di atas berupa setelah. Konjungsi tersebut menyatakan adanya waktu yang akan datang. Jumlah kohesi temporal yang ditemukan peneliti sebanyak 6 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (f) Konjungsi Koordinatif (13) Bukan hanya itu lingkungan kotor pun terdapat di pemukiman padat, padat pabrik, padat pariwisata, hingga kontrakan sekali. Bagaimana tidak? Seharusnya warga sadar akan kebersihan lingkungan dengan membiasa kan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah rutin, dan membiasakan anak hidup dengan kebersihan, bukan dengan membiarkan nya dengan bermain di lingkungan yang penuh dengan kotoran. (1-b) Konjungsi koordinatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa dan. Konjungsi koordinatif berfungsi sebagai hubungan penambahan dua unsur yang sama pentingnya. Jumlah kohesi konjungsi subordinatif yang ditemukan peneliti sebanyak 23 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
4.1.1.3 Koherensi Berpenanda Jenis koherensi berpenanda yang ditemukan antara lain koherensi kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, dan kronologis. Contoh paragraf yang mengandung koherensi berpenanda dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. A. Koherensi kausalitas (14) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: Diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan buanglah sampah pada tempatnya. (3-c) Penanda koherensi kausal yang digunakan dalam paragraf di atas berupa oleh karena itu. Makna yang dihasilkan berupa sebab akibat. Jumlah koherensi kausalitas yang ditemukan peneliti sebanyak 48 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. B. Koherensi Kontras (15) Kala itu disuatu desa, mentari belum bangun dari Peraduannya, Ayamayam jagopun belum melakukan tugasnya. Namun, Lukman telah Keluar dari rumahnya. Hembusan angin Pagi yang dingin berusaha membekukannya. Tangannya yang kekar telah memegang sebuah ember yang hendak menimba air. (12-a) Penanda koherensi kontras yang digunakan dalam paragraf di atas berupa namun. Penanda tersebut mengandung makna yang menunjukkan adanya pertentangan. Jumlah koherensi kontras yang ditemukan peneliti sebanyak 12 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. C. Koherensi Aditif (16) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita. (14a) Penanda koherensi aditif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa selain. Penanda tersebut mempunyai makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Jumlah koherensi aditif yang ditemukan peneliti sebanyak 2 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. D. Koherensi Rincian (17) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: Diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan buanglah sampah pada tempatnya. (3-c) Penanda koherensi rincian yang digunakan berupa seperti. Penanda tersebut menyatakan adanya rincian yang bertujuan supaya kalimat lebih jelas. Jumlah koherensi rincian yang ditemukan peneliti sebanyak 13 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. E. Konjungsi Temporal (18) Pada suatu hari Andi di perintahkan Ibunya untuk Pergi membuang sampah di tempat pembuangan sampah. Andi pun bergegas mengambil sampah itu, namun pada saat Andi ingin membuang sampah, Andi melihat ada sungai, Andi berhenti sejenak lalu berfikir “dari pada saya Jauh-Jauh membuang Sampah lebih baik buang disini saja.” Andi pun Menuangkan Sampah yang dibawanya itu disungai tersebut, Padahal dipinggir sungai ada sebuah Papan yang bertuliskan larangan bahwa tidak boleh membuang sampah disungai tersebut. Karena sudah menjadi kebiasaan warga di sana tidak mempunyai rasa prihatin terhadap lingkungan ahirnya berdampak buruk bagi semua warganya. (18-a) Penanda koherensi temporal yang digunakan dalam paragraf di atas berupa dua pada suatu hari. Penanda tersebut mengandung makna yang menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
waktu yang berkesinambungan. Jumlah koherensi temporal yang ditemukan peneliti sebanyak 6 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. F. Konjungsi Kronologis (19) Kala itu disuatu desa, mentari belum bangun dari Peraduannya, Ayamayam jagopun belum melakukan tugasnya. Namun, Lukman telah Keluar dari rumahnya. Hembusan angin Pagi yang dingin berusaha membekukannya. Tangannya yang kekar telah memegang sebuah ember yang hendak menimba air. (12-a) Penanda koherensi kronologis yang digunakan dalam paragraf di atas berupa kala itu. Penanda tersebut mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Jumlah koherensi kronologis yang ditemukan peneliti sebanyak 14 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. 4.1.1.3 Koherensi Tidak Berpenanda Koherensi tidak berpenanda yang ditemukan peneliti yaitu koherensi perurutan. Contoh paragraf yang mengandung koherensi perurutan dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut A. Koherensi Perurutan (20) Langkah konkrit untuk menjaga agar lingkungan tetap sehat dan bersih adalah menyiapkan tempat pembuangan akhir pada lokasi yang jauh dari pemukiman. i. Menyiapkan tempat sampah dirumah atau dimana saja. ii. Mengurangi pemakaian plastik iii. Memanfaatkan sampah menjadi barang jadi sesuai dengan jenis sampah itu sendiri. iv. Membuat PERDA bagi pelanggaran yang tidak peduli dengan kebersihan lingkungan mendapat sangsi! v. Menyiapkan lokasi khusus tempat pembuangan akhir. vi. Memberi pembinaan dirumah dan disekolah tentang akibat pembuangan sampah. (19-j) Paragraf di atas merupakan jenis koherensi perurutan. Paragraf tersebut mengandung makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara berurutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Jumlah koherensi perurutan yang ditemukan peneliti sebanyak 3 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. 4.1.2
Pemakaian Kohesi dan Koherensi Pada bagian ini, peneliti mencantumkan contoh pemakaian kohesi dan
koherensi yang tidak tepat dalam paragraf yang ditulis oleh para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Contoh data kohesi meliputi kohesi leksikal dan gramatikal. Contoh data koherensi yang ditemukan hanya koherensi berpenanda. 4.1.2.1 Kohesi Leksikal Pemakaian kohesi leksikal yang tidak tepat yang ditemukan oleh peneliti yaitu kohesi repetisi. Contoh paragraf tidak tepat yang mengandung kohesi leksikal dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. A. Repetisi (21) Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang sampah dipinggir jalan. (2)padahal disitu ada tulisan yang berupa larangan yaitu “dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. (19-b) Kohesi repetisi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa Anto. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian kohesi repetisi yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian kohesi repetisi yang ditemukan peneliti sebanyak 6 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. 4.1.2.2 Kohesi Gramatikal Pemakaian kohesi gramatikal yang tidak tepat yang ditemukan oleh peneliti yaitu kohesi substitusi dan kohesi konjungsi. Contoh paragraf tidak tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
yang mengandung kohesi gramatikal dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. A. Substitusi (22) Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadipribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. (14-b) Kohesi substitusi yang digunakan dalam paragraf di atas berupa mereka. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian kohesi sinonimi yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian kohesi substitusi yang ditemukan peneliti sebanyak 3 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. B. Konjungsi (a) Konjungsi Adversatif (23) Kebersihan lingkungan/Lingkungan sehat adalah idaman setiap manusia. Tetapi sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? (19-c) Konjungsi adversatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa tetapi. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian konjungsi adversatif yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian konjungsi kausal yang ditemukan peneliti sebanyak 2 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (b) Konjungsi Kausal (24) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. (4-b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
Konjungsi kausal yang digunakan dalam paragraf di atas berupa sehingga. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian konjungsi kausal yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian konjungsi kausal yang ditemukan peneliti sebanyak 6 data, termasuk salah satunya data paragraf di atas. (c) Konjungsi Subordinatif (25) Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham bahwa jika membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. (7-b) Konjungsi subordinatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa jika. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian konjungsi subordinatif yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian konjungsi subordinatif yang ditemukan peneliti sebanyak 1 data yaitu pada paragraf di atas. (d) Konjungsi Koordinatif (26) Dampak banjir dapat membawa wabah penyakit, seperti diare atau penyakit malaria, karena akibat genangan air dapat membuat lingkungan jadi kotor, sehingga membuat rasa udara tidak sedap dan segar. (2) Jadi semoga kita tidak kena musibah banjir, diharapkan pada semua warga sadar akan akibat atau dampak membuang sampah sembarangan. (8-c) Konjungsi koordinatif yang digunakan dalam paragraf di atas berupa atau. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian konjungsi koordinatif yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian konjungsi koordinatif yang ditemukan peneliti sebanyak 3 data, salah satunya pada paragraf di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
4.1.2.3 Koherensi Berpenanda Pemakaian koherensi berpenanda yang tidak tepat yang ditemukan oleh peneliti yaitu koherensi kausal dan koherensi kontras. Contoh paragraf tidak tepat yang mengandung koherensi berpenanda dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. A. Koherensi Kausal (27) Dalam bermasyarakat kita sering dihadapkan pada suatu permasalahan alam yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Permasalahanpermasalahan tersebut timbul karena ulah manusia yang tidak mampu berterima kasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. Manusia pada dasarnya tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, setelah dinikmati/ menggunakan maka pada akhirnya manusia tidak pernah mempertimbangkan dampaknya kedepan. Bahkan manusia tidak pernah sadar bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan. (7-a) Koherensi kausal yang digunakan dalam paragraf di atas berupa maka. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian koherensi kausal yang tidak tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian koherensi kausal yang ditemukan peneliti sebanyak 6 data, salah satunya pada paragraf di atas. B. Koherensi kontras (28) Pada saat Lukman melangkahkan kakinya menuju ke sungai, langkahnya terhenti oleh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan. Dilihatnya Pak Hadi yang dengan seenaknya saja membuang sampah ke sungai. Tanpa rasa berdosa dan bersalah pak Hadi pun berlalu dari pandangannya. Lukman ingin sekali menegur pak Hadi, namun pak Hadi berlalu begitu cepat. Lukman kembali melanjutkan Langkah kakinya menuju sungai untuk mengambil air. Usai mengambil air Lukman pun kembali ke rumah. (12-b) Koherensi kontras yang digunakan dalam paragraf di atas berupa namun. Contoh data paragraf di atas merupakan pemakaian koherensi kontras yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
tepat. Jumlah kekeliruan pemakaian koherensi kontras yang ditemukan peneliti sebanyak 2 data, salah satunya pada paragraf di atas. Semua data yang dianalisis berasal dari 73 paragraf yang terdapat dalam 20 karangan karya guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Karangan tersebut terdiri dari 11 karangan narasi, 6 eksposisi, dan 3 persuasi. Karangan narasi ditemukan pada karangan 2, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 17, 18, dan 20. Karangan eksposisi ditemukan pada karangan 1, 4, 10, 13, 15, dan 19. Karangan persuasi ditemukan pada karangan 3, 6, dan 16. Peneliti tidak menemukan jenis karangan deskripsi dan argumentasi dalam 20 karangan. Sesuai dengan tema, sebagian besar karangan berjudul “Lingkungan”. Karangan tersebut berisi akibat yang terjadi apabila tidak menjaga kebersihan lingkungan.
4.2 Analisis Data Pada bab ini, peneliti memaparkan analisis dari data yang diperoleh. Peneliti menganalisis jenis kohesi dan koherensi serta ketepatan pemakaiannya dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. Peneliti hanya menyajikan beberapa data yang mewakili keseluruhan data. Data lain yang tidak dicantumkan oleh penulis dalam analisis data dapat dilihat dalam lampiran. 4.2.1
Jenis Kohesi dan Koherensi Berdasarkan
hasil
analisis,
peneliti
menemukan
paragraf
yang
mengandung kohesi dan koherensi. Berikut ini peneliti memaparkan jenis kohesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
dan koherensi yang ditemukan dalam paragraf pada karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. 4.2.1.1 Kohesi Leksikal Peneliti menemukan empat jenis kohesi leksikal yaitu (a) repetisi (pengulangan), (b) hiponimi (hubungan bagian atau isi), (c) sinonimi (persamaan), dan (d) ekuivalensi. Berikut ini dipaparkan keempat jenis kohesi leksikal tersebut. A. Repetisi Peneliti menemukan jenis kohesi repetisi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi repetisi dipaparkan pada paragraf 29, 30, dan 31 sebagai berikut. (29) Kebiasaan buruk dengan membuang sampah sembarangan sudah tak akan asing lagi, bahkan seakan sudah terbiasa lingkungan kotor sudah menjadi ciri khas warga kota. bagaimana tidak? Seperti masih banyak sampah yang berserakan di lingkungan, terlebih di sungai terlihat jelas banyak sampah, hingga hitam pekat warna air adanya pencemaran limbah. (1-a) (30) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. (4-b) (31) Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak ada sampah yang berserakan di mana-mana. Kebersihan sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan kebersihan yang akan menjaga kita dari ancaman-ancaman penyakit yang datang. (4-a) Dari hasil analisis pada paragraf (29) ditemukan kata sampah yang diulang sebanyak satu kali. Pengulangan tersebut bertujuan memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Dari hasil analisis pada paragraf (30) ditemukan kata menjaga kebersihan diri sendiri yang diulang sebanyak dua kali. Pengulangan tersebut bertujuan memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut. Dari hasil analisis pada paragraf (31) ditemukan kata kebersihan yang diulang sebanyak dua kali. Pengulangan tersebut bertujuan memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut. Fenomena yang sama dengan data 1a, 4a, dan 4b ditemukan juga pada data 2c, 3c, 5a, 6a, 9a, 9c, 10a, 12b, 12c, 13c, 14a, 15a, 15c, 16a, 17b, 19a, 19d, 19g, 20a, 20b yang dapat dicermati dalam lampiran. B. Hiponimi Peneliti menemukan jenis kohesi hiponimi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi hiponimi dipaparkan pada paragraf 32, 33, dan 34 sebagai berikut. (32) Bukan hanya itu lingkungan kotor pun terdapat di pemukiman padat, padat pabrik, padat pariwisata, hingga kontrakan sekali. Bagaimana tidak? Seharusnya warga sadar akan kebersihan lingkungan dengan membiasa kan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah rutin, dan membiasakan anak hidup dengan kebersihan, bukan dengan membiarkan nya dengan bermain di lingkungan yang penuh dengan kotoran. (1-b) (33) Penyakit tak datang dengan sendiri nya melainkan lingkungan yang kotor. Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat berkembangnya sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah pabrik, hingga ada pada air yang tergenang. Air yang tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit? air yang terlalu lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
tergenang dapat merangsang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak dengan cepat. (1-c) (34) Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b) Dari hasil analisis pada paragraf (32) ditemukan kata pemukiman padat yang mempunyai relasi makna dengan kata padat pabrik, padat pariwisata. Kohesi hiponimi mempunyai relasi makna antara pemukiman padat yang merupakan makna generik dan padat pabrik, padat pariwisata yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (33) ditemukan kata serangga yang mempuyai relasi makna dengan kata nyamuk. Kohesi hiponimi mempunyai relasi makna antara serangga yang merupakan makna generik dan nyamuk yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (34) ditemukan kata banjir yang mempuyai relasi makna dengan kata musibah. Kohesi hiponimi mempunyai relasi makna antara musibah yang merupakan makna generik dan banjir yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Kohesi hiponimi yang ditemukan oleh peneliti adalah 3 data, semua data telah dipaparkan pada analisis data di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
C. Sinonimi Peneliti menemukan jenis kohesi sinonimi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi sinonimi dipaparkan pada paragraf 35, 36, dan 37 sebagai berikut. (35) Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jangan membuang sampah sembarangan, seperti kekali atau sungai atau kedalam parit. (3-a) (36) Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. (7-c) (37) Jadi semoga kita tidak kena musibah banjir, diharapkan pada semua warga sadar akan akibat atau dampak membuang sampah sembarangan. (8-d) Dari hasil analisis pada paragraf (35) ditemukan kata kekali yang mempuyai persamaan dengan kata sungai. Kohesi sinonimi tersebut mempunyai makna yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (36) ditemukan kata membuang sampah sembarangan yang mempuyai persamaan dengan kata tidak pada tempatnya. Kohesi sinonimi tersebut mempunyai makna yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (37) ditemukan kata akibat yang mempuyai persamaan dengan kata dampak. Kohesi sinonimi tersebut mempunyai makna yang sama. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Fenomena yang sama dengan data 3a, 7c, dan 8d ditemukan juga pada data 2b, 9a, 10a, 10b, 13b, 17b, dan 19e yang dapat dicermati dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
D. Ekuivalensi Peneliti menemukan jenis kohesi ekuivalensi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi ekuivalensi dipaparkan pada paragraf 38, 39, dan 40 sebagai berikut. (38) Membuang sampah di sembarang tempat akan berakibat tidak baik bagi kesehat tubuh dan lingkungan sampah sebaiknya di buang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan . sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terserang berbagai penyakit. (6-a) (39) Pada saat Lukman melangkahkan kakinya menuju ke sungai, langkahnya terhenti oleh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan. Dilihatnya Pak Hadi yang dengan seenaknya saja membuang sampah ke sungai. Tanpa rasa berdosa dan bersalah pak Hadi pun berlalu dari pandangannya. Lukman ingin sekali menegur pak Hadi, namun pak Hadi berlalu begitu cepat. Lukman kembali melanjutkan Langkah kakinya menuju sungai untuk mengambil air. Usai mengambil air Lukman pun kembali ke rumah. (12b) (40) Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang sampah dipinggir jalan. padahal disitu ada tulisan yang berupa larangan yaitu “dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. (17-a) Dari hasil analisis pada paragraf (38) ditemukan kata buang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kedua kata pada kohesi ekuivalensi tersebut bersifat sepadan/sebanding. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif. Dari hasil analisis pada paragraf (39) ditemukan kata langkahnya yang mempuyai ekuivalensi dengan kata melangkahkan. Kedua kata pada kohesi ekuivalensi tersebut bersifat sepadan/sebanding. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Dari hasil analisis pada paragraf (40) ditemukan kata membuang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kohesi ekuivalensi tersebut bersifat sepadan/sebanding. Hal tersebut bertujuan kalimat tersebut lebih variatif. Peneliti menemukan 3 data jenis kohesi ekuivalensi, semua data telah dipaparkan pada analisis data di atas. 4.2.1.2 Kohesi Gramatikal Peneliti menemukan tiga jenis kohesi gramatikal yaitu (a) referensi (penunjukkan), (b) substitusi (penggantian), dan (c) konjungsi (kata hubung). Berikut ini dipaparkan ketiga jenis kohesi gramatikal tersebut. A. Referensi Berdasarkan arah penunjukannya referensi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu (a) referensi anaforis dan (b) referensi kataforis. (a) Referensi Anaforis Peneliti menemukan jenis kohesi referensi anaforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi referensi anaforis dipaparkan pada paragraf 41, 42, dan 43 sebagai berikut. (41) Suatu hari terjadi musim hujan yang berkepanjangan. Akibat ulah Baim, maka dikampungnya mengalami Banjir Bandang. Keadaan ini berlangsung cukup parah sehingga ketinggian banjir hampir melewati atap rumahnya.(5-b) (42) Akibat dari kejadian tersebut, banyak hal buruk menimpanya. Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akbiat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total. Belum lagi penyakit yang dideritanya akibat dari pasca banjir. Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (5-c) (43) Akibat dari itu, saat ini hutan telah kehilangan fungsinya, hutan tidak lagi menjadi tempat hidup para tumbuhan dan binatang. Bahkan sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat tinggal. Hutan juga kini tidak bisa lagi menyediakan sumber makanan bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
manusia. Habislah sumber daya di dalam hutan sehingga kini manusia tidak bisa di manfaatkan lagi. (14-c) Dari hasil analisis pada paragraf (41) ditemukan kata ini. Penunjukkan pada kata ini mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Kata ini dalam paragraf (41) menunjuk pada banjir bandang. Dari hasil analisis pada paragraf (42) ditemukan kata tersebut. Penunjukkan pada kata tersebut mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Kata tersebut dalam paragraf (42) menunjuk pada kejadian banjir. Dari hasil analisis pada paragraf (43) ditemukan kata itu. Penunjukkan pada kata itu mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Kata itu dalam paragraf (43) menunjuk pada akibat dari menebang pohon dan membunuh binatang di hutan. Fenomena yang sama dengan data 5b, 5c, dan 14c ditemukan juga pada data 2a, 4d, 7e, 10c, 11b, 16a, 17b, 18a, 19c, 19d, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. (b) Referensi Kataforis Peneliti menemukan jenis kohesi referensi kataforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi referensi kataforis dipaparkan pada paragraf 44, 45, dan 46 sebagai berikut. (44) Kebersihan lingkungan harus dijaga bersama dengan kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan nyaman tanpa polusi udara yang tercemar. Mencerminkan kebersihan adalah sebagian dari iman. (6-c) (45) Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. karena jika kita membuang sampah sembarangan, maka semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. (8-a) (46) Ada pun dampak yang sering terjadi , setelah kurang perhatian kita tentang kebersihan lingkungan adalah timbulnya berbagai macam jenis penyakit seperti diare, gatal-gatal, demam, dan berbagai macam penyakit lainnya. Maka hendaklah kita bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya serta Sampah yang dapat di daur ulang dapat Kita gunakan untuk Keperluan dan penghasilan hidup. (16-c) Dari hasil analisis pada paragraf (44) ditemukan kata adalah. Penunjukkan pada kata adalah mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Kata adalah dalam paragraf (44) menunjuk pada sebagian dari iman. Dari hasil analisis pada paragraf (45) ditemukan kata yaitu. Penunjukkan pada kata yaitu mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Kata yaitu dalam paragraf (45) menunjuk pada Dilarang membuang sampah sembarangan. Dari hasil analisis pada paragraf (46) ditemukan kata adalah. Penunjukkan pada kata adalah mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Kata adalah dalam paragraf (46) menunjuk pada timbulnya berbagai macam jenis penyakit. Fenomena yang sama dengan data 6c, 8a, dan 16c ditemukan juga pada data 2b, 11a, 17a, 19j yang dapat dicermati dalam lampiran. B. Substitusi Peneliti menemukan jenis kohesi substitusi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi substitusi dipaparkan pada paragraf 47, 48, dan 49 sebagai berikut. (47) Aku mempunyai seorang teman yang bernama Baim. Baim memiliki kebiasaan buruk yang dilakukannya. Seringkali Baim membuang sampah di sembarangan tempat. Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan depan rumahnya. Kebiasaan buruk ini sudah diperingati. (5-a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
(48) Setelah beberapa lama terdiam di atas atap rumahnya, Lukmanpun kembali ke tempat pengungsian dengan menggunakan sampannya. Di sana ada banyak warga yang telah mengungsi menyelamtkan diri dari luapan air sungai itu. Tiba-tiba tubuh Lukman menjadi sangat dingin dan lemas, matanya berkunang-kunang dan tak lama setelah itu iapun tak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian ini segera berlarian ke arah Lukman dan segera membawanya ke rumah sakit. (12-e) (49) Akibat dari lingkungan yang kotor karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya. Cuaca pun menjadi kotor, cuaca yang kotor itu mengakibatkan banyak penduduk yang sakit. (17-c) Dari hasil analisis pada paragraf (47) ditemukan penggantian berupa dilakukannya
dan
di
rumahnya. Penggantian tersebut
bertujuan
untuk
memperoleh unsur pembeda. Kata ganti –nya pada kata dilakukannya dan rumahnya mengacu pada Baim. Dari hasil analisis pada paragraf (48) ditemukan penggantian berupa di sana. Penggantian tersebut bertujuan untuk memperoleh unsur pembeda. Kata ganti tempat pada kata di sana mengacu pada tempat pengungsian. Dari hasil analisis pada paragraf (49) ditemukan penggantian berupa tempatnya. Penggantian tersebut bertujuan untuk memperoleh unsur pembeda. Kata ganti –nya pada kata tempatnya mengacu pada tempat pembuangan sampah. Fenomena yang sama dengan data 5a, 12e, dan 17c ditemukan juga pada data 6b, 9b, 9c, 12a, 14a, 14b, 15a, 16c, 17a, 18a, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. C. Konjungsi Peneliti menemukan jenis kohesi konjungsi dalam paragraf pada karangan para guru. Konjungsi
yang ditemukan
yaitu (a) konjungsi adversatif
(pertentangan), (b) konjungsi kausal (sebab akibat), (c) konjungsi korelatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
(penegasan), (d)konjungsi subordinatif (syarat), (e) konjungsi temporal (waktu), dan (f) konjungsi koordinatif (penghubung/pemilihan). (a) Konjungsi Adversatif Peneliti menemukan konjungsi adversatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi adversatif dipaparkan pada paragraf 50, 51, dan 52 sebagai berikut. (50) Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b) (51) Namun sekarang kurang lebih lima tahun terakhir ini telah datang orang-orang tidak kami kenal sebelumnya untuk mengambil dan merusak semua kekayaan alam yang kami miliki: tanah, hutan, Emas, batu bara, batu koral, pasir, dan kayu. Kayu yang kami miliki di ambil dengan cara membuka perusahaan yang berujung pada pembabatan dan penggrusakan terhadap hutan secara besar-besaran namun ujungnya selalu masyarakat pedesaan yang disalahkan dan ini lah buktinya yang kita rasakan sekarang kabut asap yang tebal menutupi alam, jagat raya ini dengan kejam seperti kejamnya para pengusaha kaya. tidak hanya itu banjirpun sering datang melanda sehingga segala macam penyakit pun datang tiba-tiba ha ha.. ha.. ha dengan kejamnya merenggut jiwa-jiwa tak berdosa. (11-c) (52) Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta Lingkungan hidup, tetapi bila berhadapan dengan sampah, nyalinya tak dapat berbuat banyak. Kita semua sudah membela diri bahwa kita hidup sehat, hidup bersih, tetapi malas mengusahakan kerbersihan itu sendiri. (19-f) Dari hasil analisis pada paragraf (50) ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut menunjukkan adanya makna perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu musibah banjir yang datang dianggap sepele, faktanya justru membawa kerugian besar. Dari hasil analisis pada paragraf (51) ditemukan konjungsi adversatif berupa namun. Konjungsi tersebut menunjukkan adanya makna perlawanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu perlawanan keadaan dulu dengan keadaan sekarang di pedalaman Kalimantan Timur. Dari hasil analisis pada paragraf (52) ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut menunjukkan adanya makna perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta lingkungan, faktanya bertentangan yaitu pada saat berhadapan dengan sampah mereka tidak berbuat banyak. Fenomena yang sama dengan analisis data 8b, 11c, dan 19f ditemukan juga pada data 12a, 17a, 18c, 19h, 20a, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. (b) Konjungsi Kausal Peneliti menemukan jenis konjungsi kausal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi kausal dipaparkan pada paragraf 53, 54, dan 55 sebagai berikut. (53) Apabila kita membuang sampah kedalam sungai atau kali akan membuat polusi, sehingga ikan-ikan akan mati, dan terjadi pendangkalan terhadap kali tersebut. Demikian juga apabila sampah di buang kedalam parit, akan menyebabkan banjir, sebab pada saat musim hujan tiba, saluran-saluran air akan tersumbat dan terjadilah banjir. (3-b) (54) Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak ada sampah yang berserakan di mana-mana. Kebersihan sangatlah penting untuk dilakukan, karena dengan kebersihan yang akan menjaga kita dari ancaman-ancaman penyakit yang datang. (4-a) (55) Suatu hari terjadi musim hujan yang berkepanjangan. Akibat ulah Baim, maka dikampungnya mengalami Banjir Bandang. Keadaan ini berlangsung cukup parah sehingga ketinggian banjir hampir melewati atap rumahnya. (5-b) Dari hasil analisis pada paragraf (53) ditemukan konjungsi kausal berupa sehingga dan sebab. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi sehingga yaitu polusi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
mengakibatkan ikan-ikan akan mati, sedangkan makna yang dihasilkan oleh konjungsi sebab yaitu membuang sampah sembarangan akan mengakibatkan banjir karena saluran air akan tersumbat. Dari hasil analisis pada paragraf (54) ditemukan konjungsi kausal berupa karena. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi karena yaitu dengan menjaga kebersihan akibatnya kita terhindar dari ancaman penyakit. Dari hasil analisis pada paragraf (55) ditemukan konjungsi kausal berupa maka dan sehingga. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi maka yaitu ulah Baim dengan membuang sampah sembarangan mengakibatkan kampungnya mengalami banjir, sedangkan makna yang dihasilkan oleh konjungsi sehingga yaitu keadaan banjir yang parah mengakibatkan ketinggian banjir hampir melewati atap. Fenomena yang sama dengan data 3b, 4a, dan 5b ditemukan juga pada data 2b, 2c, 3b, 3c, 4b, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 12d, 13c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. (c) Konjungsi Korelatif Peneliti menemukan jenis konjungsi korelatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi korelatif dipaparkan pada paragraf 56, 57, dan 58 sebagai berikut. (56) Penyakit tak datang dengan sendiri nya melainkan lingkungan yang kotor. Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat berkembangnya sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah pabrik, hingga ada pada air yang tergenang. Air yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit? air yang terlalu lama tergenang dapat merangsang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak dengan cepat. (1-c) (57) Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham bahwa jika membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. (7-b) (58) Sekarang Kisah Desaku yang nyaman, aman dan indah itu telah menjadi dongeng Sebelum tidur oleh ayahku tercinta, ayah selalu menceritakan kepada anak-anak dan cucu-cucunya bahwa dulu, kehidupan masyarakat sangatlah mudah baik dalam hal bercocok tanam, maupun usaha-usaha lainnya karena lingkungan hidup seperti air dan hutan di sekitar kampung sangatlah teduh dan nyaman. karena semua warga kampung sangat aktif dalam menjaga kebersihan kampung dan kelestarian hutannya. yang sangat hijau, rimbun dan teduh temoat segala hewanhewan berteduh. (11-b) Dari hasil analisis pada paragraf (56) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahkan. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahkan yaitu penyakit berkembang biak secara dahsyat. Dari hasil analisis pada paragraf (57) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahwa. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahwa yaitu jika membuang sampah sembarangan terutama di daerah aliran sungai akan menyebabkan banjir. Dari hasil analisis pada paragraf (58) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahwa. Konjungsi tersebut menyatakan adanya makna penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahwa yaitu kehidupan zaman dulu jauh lebih mudah. Fenomena yang sama dengan analisis data 1c, 7b, 11b ditemukan juga pada data 1a, 2a, 2c, 7a, 8a, 11b, 13a, 14b, 14c, 14d, 15b, 18a, 18c, 19e, 19f, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
(d) Konjungsi Subordinatif Peneliti menemukan jenis konjungsi subordinatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh konjungsi subordinatif dipaparkan pada paragraf 59, 60, dan 61 sebagai berikut. (59) Apabila kita membuang sampah kedalam sungai atau kali akan membuat polusi, sehingga ikan-ikan akan mati, dan terjadi pendangkalan terhadap kali tersebut. Demikian juga apabila sampah di buang kedalam parit, akan menyebabkan banjir, sebab pada saat musim hujan tiba, saluransaluran air akan tersumbat dan terjadilah banjir. (3-b) (60) Lukman duduk termenung diatas atap rumahnya. Melepaskan pandangannya ke sekeliling, hatinya sedih. Dalam hatinya menggerutu, kapankah manusia mempunyai kesadaran agar tidak membuang sampah Lagi ke sungai. Inilah salah satu akibat yang sering terjadi jika kita sering membuang sampah ke sungai, yang mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai sehingga menyebabkan banjir. (12-d) (61) Jika Kita tidak pernah ingin Sadar, tentang apa itu kebersihan Lingkungan Kita akan mengalami berbagai musibah Contohnya Kita membuang sampah dikali akan meng akibatkan penyumbatan pada lorong-borong, dan menumpuk berbagai macam sampah yang lambat laun akan membuat kali tersumbat dan terjadilah banjir dan banyak pula bencana-bencana lain yang terjadi jika kita tidak sadar tentang apa itu kebersihan. (16-b) Dari hasil analisis pada paragraf (59) ditemukan konjungsi subordinatif berupa apabila. Konjungsi tersebut menyatakan syarat. Makna syarat yang dihasilkan oleh konjungsi apabila yaitu syarat terjadinya polusi yaitu dengan membuang sampah ke dalam sungai. Dari hasil analisis pada paragraf (60) ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut menyatakan syarat. Makna syarat yang dihasilkan oleh konjungsi jika yaitu syarat banjir yaitu dengan membuang sampah sembarangan. Dari hasil analisis pada paragraf (61) ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut menyatakan syarat. Makna syarat yang dihasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
oleh konjungsi jika yaitu syarat terhindar dari musibah yaitu sadar kebersihan. Fenomena yang sama dengan data 3b, 12d, dan 16b ditemukan juga pada data 7c, dan 8a yang dapat dicermati dalam lampiran. (e) Temporal Peneliti menemukan jenis kohesi substitusi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi substitusi dipaparkan pada paragraf 62, 63, dan 64 sebagai berikut. (62) Dalam bermasyarakat kita sering dihadapkan pada suatu permasalahan alam yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Permasalahanpermasalahan tersebut timbul karena ulah manusia yang tidak mampu berterima kasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. Manusia pada dasarnya tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, setelah dinikmati/ menggunakan maka pada akhirnya manusia tidak pernah mempertimbangkan dampaknya kedepan. Bahkan manusia tidak pernah sadar bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan. (7-a) (63) Lingkungan Tempat tinggal kita merupakan hal yang tidak terlepas dari masyarakat banyak atau khalayak ramai, dimana kesadaran masingmasing anggota rumah berbeda antara yang satu dengan yang Lain. Supaya tercapai Lingkungan rumah yang sehat perlu ditanamkan rasa cinta Lingkungan kepada anak sejak masih balita dan selanjutnya masa anak-anak. Apabila anak sudah tertanam rasa cinta Lingkungan, pasti mudah selanjutnya kejenjang yang lebih tinggi , termasuk yang paling mudah kita ajari kepada anak bagaimana supaya rumah tetap bersih ? yaitu salah satu membuang sampah pada tempatnya, sampah harus dipilah pilah yaitu sampah organik dan organik. Sampah organik bisa kita olah menjadi hal yang berguna untuk lingkungan rumah . sampah organik diolah menjadi pupuk, digunakan untuk tanaman disekitar rumah supaya lingkungan rumah tetap hijau. (10-a) (64) Namun sekarang kurang lebih lima tahun terakhir ini telah datang orang-orang tidak kami kenal sebelumnya untuk mengambil dan merusak semua kekayaan alam yang kami miliki: tanah, hutan, Emas, batu bara, batu koral, pasir, dan kayu. Kayu yang kami miliki di ambil dengan cara membuka perusahaan yang berujung pada pembabatan dan penggrusakan terhadap hutan secara besar-besaran namun ujungnya selalu masyarakat pedesaan yang disalahkan dan ini lah buktinya yang kita rasakan sekarang kabut asap yang tebal menutupi alam, jagat raya ini dengan kejam seperti kejamnya para pengusaha kaya. tidak hanya itu banjirpun sering datang melanda sehingga segala macam penyakit pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
datang tiba-tiba ha ha.. ha.. ha dengan kejamnya merenggut jiwa-jiwa tak berdosa. (11-c) Dari hasil analisis pada paragraf (62) ditemukan konjungsi temporal berupa setelah. Konjungsi tersebut menyatakan waktu yang akan terjadi. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi setelah yaitu peristiwa yang akan terjadi dengan perilaku manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada. Dari hasil analisis pada paragraf (63) ditemukan konjungsi temporal berupa selanjutnya. Konjungsi tersebut menyatakan waktu yang akan terjadi. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi selanjutnya yaitu masa balita menuju masa anak-anak dan menuju ke jenjang yang lebih tinggi. Dari hasil analisis pada paragraf (64) ditemukan konjungsi temporal berupa sebelumnya. Konjungsi tersebut menyatakan waktu sebelum peristiwa terjadi. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi sebelumnya yaitu menyatatakan waktu sebelum lima tahun ini. Fenomena yang sama dengan data 7a, 10a, dan 11c ditemukan juga pada data 20a dan 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. (f) Konjungsi Koordinatif Peneliti menemukan jenis kohesi substitusi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh kohesi substitusi dipaparkan pada paragraf 65, 66, dan 67 sebagai berikut. (65) Bukan hanya itu lingkungan kotor pun terdapat di pemukiman padat, padat pabrik, padat pariwisata, hingga kontrakan sekali. Bagaimana tidak? Seharusnya warga sadar akan kebersihan lingkungan dengan membiasa kan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah rutin, dan membiasakan anak hidup dengan kebersihan, bukan dengan membiarkan nya dengan bermain di lingkungan yang penuh dengan kotoran. (1-b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
(66) Apabila kita membuang sampah kedalam sungai atau kali akan membuat polusi, sehingga ikan-ikan akan mati, dan terjadi pendangkalan terhadap kali tersebut. Demikian juga apabila sampah di buang kedalam parit, akan menyebabkan banjir, sebab pada saat musim hujan tiba, saluran-saluran air akan tersumbat dan terjadilah banjir. (3-b) (67) Kebersihan lingkungan harus dijaga bersama dengan kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan nyaman tanpa polusi udara yang tercemar mencerminkan kebersihan adalah sebagian dari iman. (6-c) Dari hasil analisis pada paragraf (65) ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut menyatakan penambahan unsur. Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu membersihkan rumah rutin dan membiasakan anak hidup dalam kebersihan. Dari hasil analisis pada paragraf (66) ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut menyatakan penambahan unsur. Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu ikan-ikan akan mati dan terjadi pendangkalan kali tersebut. Dari hasil analisis pada paragraf (67) ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut menyatakan penambahan unsur. Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu sehat dan nyaman. Fenomena yang sama dengan data 1b, 3b, dan 6c ditemukan juga pada data 2c, 4b, 5c, 6b, 8c, 10c, 11a, 11c, 12b, 13a, 14a, 14b, 18b, 19b, 19d, 19i, dan 20b yang dapat dicermati dalam lampiran. 4.2.1.3 Koherensi Berpenanda Peneliti menemukan enam jenis koherensi berpenanda yaitu (a) koherensi kausalitas, (b) koherensi kontras,
(c) koherensi aditif, (d) koherensi rincian,
(e)koherensi temporal, dan (f) koherensi kronologis. Berikut ini dipaparkan keenam jenis koherensi berpenanda tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
A. Koherensi Kausalitas Peneliti menemukan jenis koherensi kausalitas dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi kausalitas dipaparkan pada paragraf 68, 69, dan 70 sebagai berikut. (68) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: Diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan buanglah sampah pada tempatnya. (3-c) (69) Jadi pemerintah kota memberi himbauan kepada masyarakat agar berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dgn membersihkan parit-parit di lingkungan perumahan. Membuang sampah pada tempatnya, mengangkat sampah dari sungai adn pemerintah memberi dan mengajak masyarakat mengolah limbah sampah menjadi keasi Yang dapat di manfaatkan. (13-c) (70) Lukman duduk termenung diatas atap rumahnya. Melepaskan pandangannya ke sekeliling, hatinya sedih. Dalam hatinya menggerutu, kapankah manusia mempunyai kesadaran agar tidak membuang sampah Lagi ke sungai. Inilah salah satu akibat yang sering terjadi jika kita sering membuang sampah ke sungai, yang mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai sehingga menyebabkan banjir. (12-d) Dari hasil analisis pada paragraf (68) ditemukan koherensi kausalitas berupa oleh karena itu. Konjungsi tersebut mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi oleh karena itu yaitu dengan membuang sampah pada tempatnya mengakibatkan kesehatan terjaga. Dari hasil analisis pada paragraf (69) ditemukan koherensi kausalitas berupa jadi. Konjungsi tersebut mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi jadi yaitu pemerintah kota memberi himbauan kepada masyarakat akibatnya masyarakat berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Dari hasil analisis pada paragraf (70) ditemukan koherensi kausalitas berupa sehingga. Konjungsi tersebut mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi sehingga yaitu aliran sungai yang tersumbat mengakibatkan banjir. Fenomena yang sama dengan data 3c dan 13c ditemukan juga pada data 2b, 2c, 3b, 4a, 4b, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. B. Koherensi Kontras Peneliti menemukan jenis koherensi kontras dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi kontras dipaparkan pada paragraf 71, 72, dan 73 sebagai berikut. (71) Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadipribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. (14-b) (72) Akibat yang sangat fatal banyak warga yang diserang penyakit, baik anak-anak maupun orang dewasa. Namun hingga sekarang ini Masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Walaupun Mereka sudah mengetahui akibat dari perbuatan Yang tidak menjaga kebersihan lingkungan tersebut. (18-c) (73) Kala itu disuatu desa, mentari belum bangun dari Peraduannya, Ayamayam jagopun belum melakukan tugasnya. Namun, Lukman telah Keluar dari rumahnya. Hembusan angin Pagi yang dingin berusaha membekukannya. Tangannya yang kekar telah memegang sebuah ember yang hendak menimba air. (12-a) Dari hasil analisis pada paragraf (71) ditemukan koherensi kontras berupa namun. Konjungsi tersebut mengandung makna yang menunjukkan adanya pertentangan. Makna pertentangan yang dihasilkan oleh konjungsi namun yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
masa dulu ketika hutan masih lestari, bertentangan dengan masa sekarang dimana hutan kehilangan kelestariannya. Dari hasil analisis pada paragraf (72) ditemukan koherensi kontras berupa namun. Konjungsi tersebut mengandung makna yang menunjukkan adanya pertentangan. Makna pertentangan yang dihasilkan oleh konjungsi namun yaitu warga sudah memahami dampak dari tidak menjaga lingkungan, bertentangan dengan sikap warga tetap belum memahami pentingnya menjaga lingkungan setelah terkena musibah banjir. Dari hasil analisis pada paragraf (73) ditemukan konjungsi adversatif berupa namun. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan yaitu saat ayam jago belum melakukan tugasnya justru Lukman sudah bangun dan keluar dari rumahnya. Fenomena yang sama dengan data 14b, 18c, dan 12a ditemukan juga pada data 8b, 11c, 12a, 19f, 19h, 20a, 20c, 18c, 14b yang dapat dicermati dalam lampiran. C. Koherensi Aditif Peneliti menemukan jenis koherensi aditif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi aditif dipaparkan pada paragraf 74 dan 75 sebagai berikut. (74) Selain mejaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting untuk dilakukan. Membersihakan seisi rumah dan lingkungan sekitar akan membuat lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita seperti, mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup semua sumber air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak di sana. (4-c) (75) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita. (14a) Dari hasil analisis pada paragraf (74) ditemukan koherensi aditif berupa selain. Konjungsi tersebut mengandung makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi selain yaitu menjaga kebersihan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk dilakukan. Dari hasil analisis pada paragraf (75) ditemukan koherensi aditif berupa selain. Konjungsi tersebut mengandung makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi selain yaitu hutan sebagai tempat tumbuhan dan binatang berkembang juga tempat untuk menyediakan makanan. Peneliti menemukan dua data koherensi aditif, semuanya telah dipaparkan dalam paragraf di atas. Peneliti hanya menemukan 2 data jenis koherensi aditif, semua data telah dipaparkan dalam analisis data di atas. D. Koherensi Rincian Peneliti menemukan jenis koherensi rincian dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi aditif dipaparkan pada paragraf 76, 77, dan 78 sebagai berikut. (76) Bukan hanya itu lingkungan kotor pun terdapat di pemukiman padat, padat pabrik, padat pariwisata, hingga kontrakan sekali. Bagaimana tidak? Seharusnya warga sadar akan kebersihan lingkungan dengan membiasa kan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah rutin, dan membiasakan anak hidup dengan kebersihan, bukan dengan membiarkan nya dengan bermain di lingkungan yang penuh dengan kotoran. (1-b) (77) Akibat dari kejadian tersebut, banyak hal buruk menimpanya. Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akbiat banjir,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
kegiatan lainnya lumpuh total. Belum lagi penyakit yang dideritanya akibat dari pasca banjir. Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (5-c) (78) Hal terburuk yang terjadi akibat tersumbatnya air karena sampah ialah ketika hujan turun maka akan menyebabkan terjadinya banjir. Tentu saja dengan adanya banjir sangat berdampak buruk bagi manusia, misalnya rumah terendam air banjir, lingkungan menjadi kotor serta berdampak buruk bagi kesehatan manusia. (7-d) Dari hasil analisis pada paragraf (76) ditemukan koherensi rincian berupa seperti. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan rincian yang bertujuan supaya kalimat menjadi lebih jelas. rincian yang dihasilkan oleh konjungsi seperti yaitu mengenai kebiasaan hidup bersih. Dari hasil analisis pada paragraf (77) ditemukan koherensi rincian berupa adalah. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan rincian yang bertujuan supaya kalimat menjadi lebih jelas. rincian yang dihasilkan oleh konjungsi adalah yaitu mengenai dampak banjir. Dari hasil analisis pada paragraf (78) ditemukan koherensi rincian berupa misalnya. Konjungsi tersebut menyatakan hubungan rincian yang bertujuan supaya kalimat menjadi lebih jelas. rincian yang dihasilkan oleh konjungsi misalnya yaitu mengenai dampak banjir. Fenomena yang sama dengan data 1b, 5c, dan 7d ditemukan juga pada data 2a, 3a, 3c, 4b, 7e, 8c, 10a, 13b, 14d, 16c yang dapat dicermati dalam lampiran. E. Koherensi Temporal Peneliti menemukan jenis koherensi temporal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi temporal dipaparkan pada paragraf 79, 80, dan 81 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
(79) Namun sekarang kurang lebih lima tahun terakhir ini telah datang orang-orang tidak kami kenal sebelumnya untuk mengambil dan merusak semua kekayaan alam yang kami miliki: tanah, hutan, Emas, batu bara, batu koral, pasir, dan kayu. Kayu yang kami miliki di ambil dengan cara membuka perusahaan yang berujung pada pembabatan dan penggrusakan terhadap hutan secara besar-besaran namun ujungnya selalu masyarakat pedesaan yang disalahkan dan ini lah buktinya yang kita rasakan sekarang kabut asap yang tebal menutupi alam, jagat raya ini dengan kejam seperti kejamnya para pengusaha kaya. tidak hanya itu banjirpun sering datang melanda sehingga segala macam penyakit pun datang tiba-tiba ha ha.. ha.. ha dengan kejamnya merenggut jiwa-jiwa tak berdosa. (11-c) (80) Pada suatu hari Andi di perintahkan Ibunya untuk Pergi membuang sampah di tempat pembuangan sampah. Andi pun bergegas mengambil sampah itu, namun pada saat Andi ingin membuang sampah, Andi melihat ada sungai, Andi berhenti sejenak lalu berfikir “dari pada saya Jauh-Jauh membuang Sampah lebih baik buang disini saja.” Andi pun Menuangkan Sampah yang dibawanya itu disungai tersebut, Padahal dipinggir sungai ada sebuah Papan yang bertuliskan larangan bahwa tidak boleh membuang sampah disungai tersebut. Karena sudah menjadi kebiasaan warga di sana tidak mempunyai rasa prihatin terhadap lingkungan ahirnya berdampak buruk bagi semua warganya. (18-a) (81) Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. (20-a) Dari hasil analisis pada paragraf (79) ditemukan koherensi temporal berupa lima tahun terakhir. Konjungsi tersebut mengandung makna waktu yang berkesinambungan. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi lima tahun terakhir yaitu masa belakangan ini setelah dua puluh tahun berlalu. Dari hasil analisis pada paragraf (80) ditemukan koherensi temporal berupa dua pada suatu hari. Konjungsi tersebut mengandung makna waktu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
berkesinambungan. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi pada suatu hari yaitu waktu yang terjadi hari itu juga setelah Andi pergi membuang sampah di sembarang tempat. Dari hasil analisis pada paragraf (81) ditemukan koherensi temporal berupa hari Jumat yang lalu. Konjungsi tersebut mengandung makna waktu yang berkesinambungan. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi hari Jumat yang lalu yaitu waktu pada saat hari Jumat yang sudah yang terlewati pada saat pulang sekolah. Fenomena yang sama dengan data 11c, 18a, dan 20a ditemukan juga pada data 11a, 20b, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. F. Koherensi Kronologis Peneliti menemukan jenis koherensi kronologis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi kronologis dipaparkan pada paragraf 82, 83, dan 84 sebagai berikut. (82) Namun sekarang kurang lebih lima tahun terakhir ini telah datang orang-orang tidak kami kenal sebelumnya untuk mengambil dan merusak semua kekayaan alam yang kami miliki: tanah, hutan, Emas, batu bara, batu koral, pasir, dan kayu. Kayu yang kami miliki di ambil dengan cara membuka perusahaan yang berujung pada pembabatan dan penggrusakan terhadap hutan secara besar-besaran namun ujungnya selalu masyarakat pedesaan yang disalahkan dan ini lah buktinya yang kita rasakan sekarang kabut asap yang tebal menutupi alam, jagat raya ini dengan kejam seperti kejamnya para pengusaha kaya. tidak hanya itu banjirpun sering datang melanda sehingga segala macam penyakit pun datang tiba-tiba ha ha.. ha.. ha dengan kejamnya merenggut jiwa-jiwa tak berdosa. (11-c) (83) Kala itu disuatu desa, mentari belum bangun dari Peraduannya, Ayamayam jagopun belum melakukan tugasnya. Namun, Lukman telah Keluar dari rumahnya. Hembusan angin Pagi yang dingin berusaha membekukannya. Tangannya yang kekar telah memegang sebuah ember yang hendak menimba air. (12-a) (84) Setelah beberapa saat beristirahat diteras rumahnya tiba-tiba hujanpun turun dengan derasnya, yang disertai angin kencang. Hujan berlangsung sangat lama, air sungaipun mulai meluap. Rumah Lukman yang terletak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
tidak jaUh dari pinggir sungai, Lama-kelamaan tenggelam oleh luapan air sungai. Lukman sangat sedih dengan musibah yang menimpanya dan warga yang ada di desanya. Dalam sekejap saja desanya desanya tergenang oleh Luapan air sungai, bak pulau ditengah Lautan. (12-c) Dari hasil analisis pada paragraf (82) ditemukan koherensi kronologis berupa sekarang. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi sekarang yaitu rangkaian waktu yang terjadi saat ini pada waktu itu sekitar lima tahun terakhir. Dari hasil analisis pada paragraf (83) ditemukan koherensi kronologis berupa kala itu. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi kala itu yaitu waktu pada saat itu ketika pagi di suatu desa. Dari hasil analisis pada paragraf (84) ditemukan koherensi kronologis berupa setelah. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi setelah yaitu setelah Lukman mengambil air di sungai, ia beristirahat di teras rumah. Fenomena yang sama dengan data 11c, 12a, dan 12c ditemukan juga pada data 11b, 12e, 14a, 14b, 14d, 18b, 18c, 20a, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. 4.2.1.3 Koherensi Tidak Berpenanda Peneliti hanya menemukan satu jenis koherensi tidak berpenanda yaitu koherensi perurutan. Berikut ini dipaparkan satu jenis koherensi tidak berpenanda tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
A. Koherensi Perurutan Peneliti menemukan jenis koherensi perurutan dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh koherensi perurutan dipaparkan pada paragraf 85, 86, dan 87 sebagai berikut. (85) Langkah konkrit untuk menjaga agar lingkungan tetap sehat dan bersih adalah menyiapkan tempat pembuangan akhir pada lokasi yang jauh dari pemukiman. i. Menyiapkan tempat sampah dirumah atau dimana saja. ii. Mengurangi pemakaian plastik iii. Memanfaatkan sampah menjadi barang jadi sesuai dengan jenis sampah itu sendiri. iv. Membuat PERDA bagi pelanggaran yang tidak peduli dengan kebersihan lingkungan mendapat sangsi! v. Menyiapkan lokasi khusus tempat pembuangan akhir. vi. Memberi pembinaan dirumah dan disekolah tentang akibat pembuangan sampah. (19-j) (86) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. (4-b) (87) Selain mejaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting untuk dilakukan. Membersihakan seisi rumah dan lingkungan sekitar akan membuat lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita seperti, mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup semua sumber air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak di sana. (4-c) Dari hasil analisis pada paragraf (85) ditemukan jenis koherensi perurutan. Koherensi tersebut mengandung makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara berurutan. Hubungan tersebut terlihat dalam kalimat melalui penjelasan secara berurutan mengenai langkah konkrit menjaga lingkungan. Dari hasil analisis pada paragraf (86 dan 87) ditemukan jenis koherensi perurutan. Koherensi tersebut mengandung makna yang menyatakan perbuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
yang dilakukan secara berurutan.
Hubungan tersebut terlihat dalam kalimat
melalui penjelasan secara berurutan mengenai tata cara menjaga kebersihan. Peneliti menemukan 3 data jenis koherensi perurutan, semua data telah dipaparkan dalam paragraf di atas.
4.2.2
Pemakaian Kohesi dan Koherensi Pemakaian kohesi dan koherensi dalam paragraf berkenaan dengan
kecermatan penulis dalam menyusun karangannya. Pada bagian ini, peneliti menganalisis ketepatan pemakaian kohesi yang meliputi kohesi leksikal dan gramatikal serta koherensi yang meliputi koherensi berpenanda dan koherensi tidak berpenanda dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur. 4.2.2.1 Kohesi Leksikal Peneliti menemukan empat jenis kohesi leksikal yaitu (a) repetisi (pengulangan), (b) hiponimi (hubungan bagian atau isi), (c) sinonimi (persamaan), dan (d) ekuivalensi. Berikut ini dipaparkan keempat jenis pemakaian kohesi leksikal tersebut. A. Repetisi Peneliti menemukan pemakaian kohesi repetisi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi repetisi dipaparkan pada paragraf 88, 89, dan 90 sebagai berikut. (88) Setelah beberapa saat beristirahat diteras rumahnya tiba-tiba hujanpun turun dengan derasnya, yang disertai angin kencang. Hujan berlangsung sangat lama, air sungaipun mulai meluap. Rumah Lukman yang terletak tidak jaUh dari pinggir sungai, Lama-kelamaan tenggelam oleh luapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
air sungai. Lukman sangat sedih dengan musibah yang menimpanya dan warga yang ada di desanya. Dalam sekejap saja desanya tergenang oleh Luapan air sungai, bak pulau ditengah Lautan. (12-c) (89) Aku mempunyai seorang teman yang bernama Baim. Baim memiliki kebiasaan buruk yang dilakukannya. Seringkali Baim membuang sampah di sembarangan tempat. Ketika membuang sampah, Baim hanya membuang sampah di selokan depan rumahnya. Kebiasaan buruk ini sudah diperingati. (5-a) (90) Pada suatu ha ri Andi di perintahkan Ibunya untuk Pergi membuang sampah di tempat pembuangan sampah. Andi pun bergegas mengambil sampah itu, namun pada saat Andi ingin membuang sampah, Andi melihat ada sungai, Andi berhenti sejenak lalu berfikir “dari pada saya Jauh-Jauh membuang Sampah lebih baik buang disini saja.” Andi pun Menuangkan Sampah yang dibawanya itu disungai tersebut, Padahal dipinggir sungai ada sebuah Papan yang bertuliskan larangan bahwa tidak boleh membuang sampah disungai tersebut. Karena sudah menjadi kebiasaan warga di sana tidak mempunyai rasa prihatin terhadap lingkungan ahirnya berdampak buruk bagi semua warganya. (18-a) Dari hasil analisis pada paragraf (88) ditemukan kata Lukman yang diulang sebanyak satu kali. Pengulangan tersebut tepat, karena penulis bermaksud memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci. Selain itu, pengulangan juga bertujuan untuk menekankan pentingnya kata tersebut, sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan melalui pengulangan kata tersebut. Fenomena yang sama dengan data 12c ditemukan juga pada data 1a, 2c, 3c, 4a, 4b, 6a, 9a, 9c, 10a, 12b, 13c, 14a, 15a, 15c, 16a, 17b, 19a, 19d, 19g, 20a, 20b yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (89) ditemukan kata Baim yang diulang sebanyak tiga kali. Pengulangan tersebut tidak tepat, karena menimbulkan pemborosan kata dan menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif. Kohesi repetisi menurut Baryadi (2002: 25) yaitu kohesi leksikal yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebut. Para guru menggunakan kohesi repetisi karena bermaksud memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
untuk menekankan pentingnya kata tersebut. Namun pengulangan yang dilakukan terlalu berlebihan sehingga membuat kalimat menjadi tidak efektif. Penulis seharusnya melakukan substitusi supaya dapat memperoleh unsur pembeda, sehingga tidak terkesan melakukan pemborosan kata. Pembenaran paragraf (89) yaitu sebagai berikut. (89a) Aku mempunyai seorang teman yang bernama Baim. Baim memiliki kebiasaan buruk yang dilakukannya. Seringkali ia membuang sampah di sembarangan tempat. Ketika membuang sampah, ia hanya membuang sampah di selokan depan rumahnya. Kebiasaan buruk ini sudah diperingati. Dari hasil analisis pada paragraf (90) ditemukan kata Andi yang diulang sebanyak lima kali. Pengulangan tersebut tidak tepat, karena menimbulkan pemborosan kata dan menyebabkan kalimat menjadi tidak efektif. Kohesi repetisi menurut Baryadi (2002: 25) yaitu kohesi leksikal yang berupa pengulangan konstituen yang telah disebut. Para guru menggunakan kohesi repetisi karena bermaksud memelihara kepaduan kalimat dengan cara mengulang kata kunci dan untuk menekankan pentingnya kata tersebut. Namun pengulangan yang dilakukan terlalu berlebihan sehingga membuat kalimat menjadi tidak efektif. Penulis seharusnya melakukan substitusi supaya dapat memperoleh unsur pembeda, sehingga tidak terkesan melakukan pemborosan kata. Fenomena yang sama dengan data 5a dan 18a ditemukan juga pada data 2a, 7a, 8a, 17a, 19b yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf (90) yaitu sebagai berikut. (90a) Pada suatu hari Andi di perintahkan Ibunya untuk Pergi membuang sampah di tempat pembuangan sampah. Dia pun bergegas mengambil sampah itu, namun pada saat Andi ingin membuang sampah, dia melihat ada sungai, dia berhenti sejenak lalu berfikir “dari pada saya Jauh-Jauh membuang Sampah lebih baik buang disini saja.” Andi pun Menuangkan Sampah yang dibawanya itu disungai tersebut, Padahal dipinggir sungai ada sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Papan yang bertuliskan larangan bahwa tidak boleh membuang sampah disungai tersebut. Sudah menjadi kebiasaan warga di sana tidak mempunyai rasa prihatin terhadap lingkungan ahirnya berdampak buruk bagi semua warganya. B. Hiponimi Peneliti menemukan pemakaian kohesi hiponimi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi hiponimi dipaparkan pada paragraf 91, 92, dan 93 sebagai berikut. (91) Bukan hanya itu lingkungan kotor pun terdapat di pemukiman padat, padat pabrik, padat pariwisata, hingga kontrakan sekali. Bagaimana tidak? Seharusnya warga sadar akan kebersihan lingkungan dengan membiasa kan hidup bersih seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan rumah rutin, dan membiasakan anak hidup dengan kebersihan, bukan dengan membiarkan nya dengan bermain di lingkungan yang penuh dengan kotoran. (1-b) (92) Penyakit tak datang dengan sendiri nya melainkan lingkungan yang kotor. Sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat berkembangnya sumber penyakitpun terdapat pada penumpukan sampah, limbah pabrik, hingga ada pada air yang tergenang. Air yang tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit? air yang terlalu lama tergenang dapat merangsang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak dengan cepat. (1-c) (93) Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap rumah untuk menyelamatkan diri bersama kucingnya, musibah yang tidak disangkah-sangkah seperti ini, kalau dilihat sepeleh tetapi kadang membawa kerugian yang sangat besar. Seperti barang-barang yang tidak sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. (8-b) Dari hasil analisis pada paragraf (91) ditemukan kata pemukiman padat yang mempunyai relasi makna dengan kata padat pabrik, padat pariwisata. Kohesi hiponimi tersebut tepat, karena mempunyai relasi makna antara pemukiman padat yang merupakan makna generik dan padat pabrik, padat pariwisata yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002, 26) bahwa hiponimi merupakan relasi makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
yang terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki makna umum dengan khusus. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (92) ditemukan kata serangga yang mempuyai relasi makna dengan kata nyamuk. Kohesi hiponimi tersebut tepat karena mempunyai relasi makna antara serangga yang merupakan makna generik dan nyamuk yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002, 26) bahwa hiponimi merupakan relasi makna yang terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki makna umum dengan khusus. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (93) ditemukan kata banjir yang mempuyai relasi makna dengan kata musibah. Kohesi hiponimi tersebut tepat karena mempunyai relasi makna antara musibah yang merupakan makna generik dan banjir yang merupakan makna spesifik. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002, 26) bahwa hiponimi merupakan relasi makna yang terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki makna umum dengan khusus.Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. peneliti menemuka tiga jenis kohesi hionimi, semua data tersebut telah dipaparkan dalam analisis data pada paragraf di atas. Peneliti hanya menemukan 3 data pemakaian kohesi hiponimi, semua data telah dipaparkan para paragraf di atas. C. Sinonimi Peneliti menemukan pemakaian kohesi sinonimi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi sinonimi dipaparkan pada paragraf 94, 95, dan 96 sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
(94) Sampah tidak berguna atau tidak berfungsi ditanam didalam tanah , supaya tidak mencemari Lingkungan. Lingkungan yang tercemar menyebabkan timbulnya berbagai penyakit salah satu akibat, membuang sampah sembarangan berakibat parit/got meluap sehingga terjadi penumpukan sampah disungai, sungaipun menjadi dangkal sehingga waktu musim hujan air sungai tidak bisa tertampung dengan semana mestinya. (10-b) (95) Akibat dari membuang sampah tidak pada tempatnya Lingkungan akan semakin kotor, akibat dari itu terjadilah hujan, hujan itu mengakibatkan banjir, banjir terjadi akibat dari pembuangan sampah-sampah atau limbah-limbah yang dibuang tidak pada tempatnya. (17-b) (96) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat. Akibat ketidak sadaran dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat, seperti di selokan, parit, dan sungai, dari kesemuanya itu tampa kita sadari bahwa itu semua akan berakibat negarif bagi kita dan juga masyarakat. (2-a) Dari hasil analisis pada paragraf (94) ditemukan kata tidak berguna yang mempuyai persamaan dengan kata tidak berfungsi. Selain itu, ditemukan juga kata parit yang mempunyai persamaan dengan kata got. Kohesi sinonimi tersebut tepat karena kedua kata tersebut mempunyai makna yang sama. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Baryadi (2002: 27) bahwa sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen lain. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Dari hasil analisis pada paragraf (95) ditemukan kata sampah-sampah yang mempuyai persamaan dengan kata limbah-limbah. Kohesi sinonimi tersebut tepat karena kedua kata tersebut mempunyai makna yang sama. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Baryadi (2002: 27) bahwa sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen lain. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
Dari hasil analisis pada paragraf (96) ditemukan kata selokan, parit. Kohesi sinonimi tersebut tepat karena kedua kata tersebut mempunyai makna yang sama. Sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Baryadi (2002: 27) bahwa sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen lain. Hal tersebut bertujuan untuk menunjang kejelasan dalam kalimat. Fenomena yang sama dengan data 10b, 17b, dan 2a ditemukan juga pada data 2b, 3a, 7c, 8d, 9a, 10a, 13b, 19e yang dapat dicermati dalam lampiran. D. Ekuivalensi Peneliti menemukan pemakaian kohesi ekuivalensi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi ekuivalensi dipaparkan pada paragraf 97, 98, dan 99 sebagai berikut. (97) Membuang sampah di sembarang tempat akan berakibat tidak baik bagi kesehat tubuh dan lingkungan sampah sebaiknya di buang di tempat pembuangan sampah agar tidak menimbulkan banyak masalah pada lingkungan . sampah yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan terserang berbagai penyakit. (6-a) (98) Pada saat Lukman melangkahkan kakinya menuju ke sungai, langkahnya terhenti oleh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan. Dilihatnya Pak Hadi yang dengan seenaknya saja membuang sampah ke sungai. Tanpa rasa berdosa dan bersalah pak Hadi pun berlalu dari pandangannya. Lukman ingin sekali menegur pak Hadi, namun pak Hadi berlalu begitu cepat. Lukman kembali melanjutkan Langkah kakinya menuju sungai untuk mengambil air. Usai mengambil air Lukman pun kembali ke rumah. (12-b) (99) Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang sampah dipinggir jalan. padahal disitu ada tulisan yang berupa larangan yaitu “dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. (17-a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
Dari hasil analisis pada paragraf (97) ditemukan kata buang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kohesi ekuivalensi tersebut tepat karena kedua kata tersebut bersifat sepadan/sebanding. Sesuai dengan teori dalam KBBI (2008: 132) bahwa ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding (senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak), atau merupakan suatu keadaan sepadan. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif. Dari hasil analisis pada paragraf (98) ditemukan kata melangkahkan yang mempuyai ekuivalensi dengan kata langkahnya. Kohesi ekuivalensi tersebut tepat karena kedua kata tersebut bersifat sepadan/sebanding. Sesuai dengan teori dalam KBBI (2008: 132) bahwa ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding (senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak), atau merupakan suatu keadaan sepadan. Hal tersebut bertujuan supaya kalimat tersebut lebih variatif. Dari hasil analisis pada paragraf (99) ditemukan kata membuang yang mempuyai ekuivalensi dengan kata pembuangan. Kohesi ekuivalensi tersebut tepat karena kedua kata tersebut bersifat sepadan/sebanding. Sesuai dengan teori dalam KBBI (2008: 132) bahwa ekuivalensi merupakan suatu keadaan sebanding (senilai, seharga, sederajat, sama arti, sama banyak), atau merupakan suatu keadaan sepadan. Hal tersebut bertujuan kalimat tersebut lebih variatif. Peneliti menemukan 3 data jenis kohesi ekuivalensi, semua data telah dipaparkan dalam analisis data pada paragraf di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
4.2.2.2 Kohesi Gramatikal Peneliti menemukan tiga jenis kohesi gramatikal yaitu (a) referensi (penunjukkan), (b) substitusi (penggantian), dan (c) konjungsi (kata hubung). Berikut ini dipaparkan ketiga jenis pemakaian kohesi gramatikal tersebut. A. Referensi Berdasarkan arah penunjukannya referensi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu (a) referensi anaforis dan (b) referensi kataforis. Kedua penunjukkan tersebut dapat dicermati pada paragraf sebagai berikut. (a) Referensi Anaforis Peneliti menemukan pemakaian kohesi referensi anaforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi referensi anaforis dipaparkan pada paragraf 100, 101, dan 102 sebagai berikut (100) Di larang membuang sampah sembarangan, Anda tentunya. Sering membaca tanda larangan tersebut bukan. ! mengapa ada. Kata-kata larangan tersebut. ! dan apa tujuannya. ? Jawabannya. adalah mengapa terdapat tanda larangan tersebut, Karena Kita di ajak untuk bersamasama menjaga kebersihan bersama. dan agar lingkungan Kita selalu bersih dan enak dipandang, dan sehat untuk kehidupan Kita. (16-a) (101) Kebersihan lingkungan / Lingkungan sehat adalah idaman setiap manusia. Tetapi sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? (19-c) (102) Demikian cara hidup bersih dan bermanfaat yang bisa kita dapatkan. Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit yang mengancam. (4-d) Dari hasil analisis pada paragraf (100) ditemukan kata tersebut. Penunjukkan tersebut tepat karena kata tersebut mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Hal tersebut sesuai dengan teori Baryadi (2002: 18) bahwa referensi ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
disebelah kiri. Kata tersebut dalam paragraf (100) menunjuk pada tanda larangan dilarang membuang sampah sembarangan. Dari hasil analisis pada paragraf (101) ditemukan kata itu. Penunjukkan tersebut tepat karena kata itu mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Hal tersebut sesuai dengan teori Baryadi (2002: 18) bahwa referensi ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri. Kata itu dalam paragraf (101) menunjuk pada kebersihan lingkungan. Hasil analisis pada paragraf (102) ditemukan kata demikian. Penunjukkan tersebut tepat karena kata demikian mengacu pada konstituen sebelum kata yang ditunjuk. Hal tersebut sesuai dengan teori Baryadi (2002: 18) bahwa referensi ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen disebelah kiri. Kata demikian dalam paragraf (102) menunjuk pada tata cara hidup bersih dan bermanfaat. Fenomena yang sama dengan data 16a, 19c, dan 4d ditemukan juga pada data 2a, 5b, 5c, 7e, 10c, 11b, 14c, 16a, 17b, 18a, 19d, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. (b) Referensi Kataforis Peneliti menemukan pemakaian kohesi referensi kataforis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi referensi kataforis dipaparkan pada paragraf 103, 104, dan 105 sebagai berikut. (103) Suatu Sore Anto disuruh ibu nya membuang Sampah ditempat pembuangan Sampah , tapi Anto ternyata membuang sampah itu ditempat yang bukan tempat pembuangan sampah , Anto membuang sampah dipinggir jalan. padahal disitu ada tulisan yang berupa larangan yaitu “dilarang membuang sampah sembarangan”, akan tetapi Anto malah melanggar aturan itu. (17-a) (104) Sampah menumpuk di selokan, parit, dan sungai , ketiga datang musim penghujan maka meluaplah sampah-sampah yang bertumpuk di sungai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibat kan terjadinya banjir, karena sampah sudah memenuhi sungai parit dan yang merasakan dampak itu semua adalah kita semua terutama masyarakat yang berdomisili/ bertempat tinggal di sungai. (2-b) (105) Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu di pedalaman Kalimantan Timur tepatnya di sebuah Desa kecil yang terletak di pinggir perairan sungai mahakam yaitu kampung Mamahak Teboq yang sangat-sangat nyaman, aman, dan indah. (11-a) Dari hasil analisis pada paragraf (103) ditemukan kata yaitu. Penunjukkan tersebut tepat karena kata yaitu mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Baryadi (2002: 19) bahwa referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu konstituen disebelah kanan. Kata yaitu dalam paragraf (103) menunjuk pada dilarang membuang sampah sembarangan. Dari hasil analisis pada paragraf (104) ditemukan kata adalah. Penunjukkan tersebut tepat karena kata adalah mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Baryadi (2002: 19) bahwa referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu konstituen disebelah kanan. Kata adalah dalam paragraf (104) menunjuk pada kita semua terutama masyarakat yang tinggal di dekat sungai. Dari hasil analisis pada paragraf (105) ditemukan kata yaitu. Penunjukkan tersebut tepat karena kata yaitu mengacu pada konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Baryadi (2002: 19) bahwa referensi kataforis ditandai oleh adanya konstituen yang mengacu konstituen disebelah kanan. Kata yaitu dalam paragraf (105) menunjuk kampung mamahak teboq. Fenomena yang sama dengan data 17a, 2b, dan 11 a ditemukan juga pada data 6c, 8a, 16c, 19j yang dapat dicermati dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
B. Substitusi Peneliti menemukan pemakaian kohesi substitusi dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian kohesi substitusi dipaparkan pada paragraf 106, 107, dan 108 sebagai berikut. (106) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita. (14-a) (107) Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadipribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. (14-b) (108) Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. (20-a) Dari hasil analisis pada paragraf (106) ditemukan penggantian berupa di sana. Penggantian tersebut tepat, karena terdapat unsur pengganti terhadap suatu komponen. Sesuai teori yang dikemukakan Kridalaksana (1978: 36-45), melalui Baryadi (2002: 21) bahwa substitusi merupakan kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain. Penggantian pada paragraf (106) yaitu penggantian terhadap unsur tempat. Kata ganti di sana pada paragraf (106) mengacu pada hutan. Penggantian tersebut bertujuan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
memperoleh unsur pembeda. Fenomena yang sama dengan data 14a ditemukan juga pada data 5a, 6b, 9b, 9c, 12a, 12e, 14b, 15a, 16c, 17a, 17c, 18a, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (107) ditemukan penggantian berupa mereka. Penggantian tersebut tidak tepat. Kridalaksana (1978: 36-45), melalui Baryadi (2002: 21) menjelaskan bahwa substitusi merupakan kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain untuk memperoleh unsur pembeda. Namun, kata mereka merupakan unsur pengganti orang yang digunakan untuk menggantikan tempat. Oleh karena itu, referensi kataforis dalam paragraf (107) menyalahi teori Baryadi. Pembenaran untuk paragraf (107) dapat dicermati pada paragraf berikut. (107a) Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, hutan telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadipribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. (14-b) Dari hasil analisis pada paragraf (108) ditemukan penggantian berupa desaku, kakiku, dan teman sekelasku. Penggantian tersebut tidak tepat. Kridalaksana (1978: 36-45), melalui Baryadi (2002: 21) menjelaskan bahwa substitusi merupakan kohesi gramatikal yang berupa penggantian konstituen tertentu dengan konstituen lain untuk memperoleh unsur pembeda. Namun penggantian pada paragraf (108) tidak konsisten. Penulis menggunakan tokoh saya sebagai tokoh utama, tetapi unsur pengganti yang digunakan berupa –ku. Fenomena yang sama dengan data 14b dan 20a ditemukan juga pada data 18b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf (108) dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. (108a) Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desa saya dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kaki saya terhenti karena melihat Deni, teman sekelas saya membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. (20-a) C. Konjungsi Peneliti menemukan enam jenis konjungsi dalam paragraf pada karangan para guru. konjungsi tersebut yaitu (a) konjungsi adversatif (pertentangan), (b) konjungsi kausal (sebab akibat), (c) konjungsi korelatif (penegasan), (d) konjungsi subordinatif (syarat), (e) konjungsi temporal (waktu), dan (f) konjungsi koordinatif (penghubung/pemilihan). (a) Konjungsi Adversatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi adversatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi adversatif dipaparkan pada paragraf 109, 110, dan 111 sebagai berikut. (109) Banyak orang yang mengklaim dirinya pecinta Lingkungan hidup, tetapi bila berhadapan dengan sampah, nyalinya tak dapat berbuat banyak. Kita semua sudah membela diri bahwa kita hidup sehat, hidup bersih, tetapi malas mengusahakan kerbersihan itu sendiri. (19-f) (110) Akibat yang sangat fatal banyak warga yang diserang penyakit, baik anakanak maupun orang dewasa. Namun hingga sekarang ini Masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Walaupun Mereka sudah mengetahui akibat dari perbuatan Yang tidak menjaga kebersihan lingkungan tersebut. (18-c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
(111) Kebersihan lingkungan / Lingkungan sehat adalah idaman setiap manusia. Tetapi sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? (19-c) Dari hasil analisis pada paragraf (109) ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna pertentangan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi adversatif menunjukkan adanya suatu pertentangan. Makna pertentangan yang dihasilkan paragraf (109) yaitu musibah banjir yang datang dianggap sepele, faktanya justru membawa kerugian besar. Dari hasil analisis pada paragraf (110) ditemukan konjungsi adversatif berupa namun. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna pertentangan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi adversatif menunjukkan adanya suatu pertentangan. Makna pertentangan yang dihasilkan paragraf (110) yaitu adanya bencana banjir membawa musibah besar, faktanya masih saja banyak masyarakat yang tidak sadar akan kebersihan lingkungan. Fenomena yang sama dengan analisis data 19f dan 18c ditemukan juga pada data 8b, 11c, 12a, 19h, 20a, 18c, 14b yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (111) ditemukan konjungsi adversatif berupa tetapi. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena konjungsi tetapi digunakan untuk menghubungkan klausa bukan penghubung antar kalimat. Namun makna pertentangan yang dihasilkan tepat dan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi adversatif menunjukkan adanya suatu pertentangan. Makna yang hasilkan pada pargaraf (111) yaitu kebersihan lingkungan merupakan idaman setiap orang, faktanya apakah kita sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
memperhatikan kebersihan lingkungan. Fenomena yang sama dengan analisis data 19c ditemukan juga pada data 12b, 19c, 17a, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran.
Pembenaran untuk paragraf (111) dapat dicermati pada paragraf
sebagai berikut. (111a) Kebersihan lingkungan / Lingkungan sehat adalah idaman setiap manusia. Namun sudah kita berjuang melawan kebersihan lingkungan itu? (19-c) (b) Konjungsi Kausal Peneliti menemukan pemakaian konjungsi kausal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi kausal dipaparkan pada paragraf 112, 113, dan 114 sebagai berikut. (112) dari menumpuknya sampah di sungai dan parit-parit itu juga mengakibatkan tumbuh dan berkembang jentik-jentik nyamuk, dari situ pula kita dapat terserang penyakit DBD dan lain-lain. Tampa kita sadari dari bahwa dari ulah kita maka kita sendiri yang menanggung akibatnya, maka semoga kedepat kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempatnya apalagi di sungai. (2-c) (113) Demikian cara hidup bersih dan bermanfaat yang bisa kita dapatkan. Oleh karena itu, marilah kita semua menjaga kebersihan baik kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan agar kita menjadi sehat dan terhindar dari penyakit yang mengancam. (4-d) (114) Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. (7-c) Dari hasil analisis pada paragraf (112) ditemukan konjungsi kausal berupa maka. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi maka yaitu ulah kita sendiri mengakibatkan kita menanggung akibat dari pencemaran lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Dari hasil analisis pada paragraf (113) ditemukan konjungsi kausal berupa agar. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi agar yaitu dari menjaga kebersihan akan mengakibatkan kita menjadi sehat. Fenomena yang sama dengan analisis data 2c dan 4d ditemukan juga pada data 2b, 3c, 3b, 4a, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 13c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (114) ditemukan konjungsi kausal berupa maka. Konjungsi maka tidak tepat, karena tidak ada makna yang menyatakan sebab akibat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) yang menyataka bahwa konjungsi kausal menyatakan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi maka dihilangkan. Fenomena yang sama dengan analisis data 7c ditemukan juga pada data 4b, 7a, 8a yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran paragraf (114) dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. (114a) Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. (7-c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
(c) Konjungsi Korelatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi korelatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi korelatif dipaparkan pada paragraf 115, 116, dan 117 sebagai berikut. (115) Di Indonesia masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat. Akibat ketidak sadaran dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat, seperti di selokan, parit, dan sungai, dari kesemuanya itu tampa kita sadari bahwa itu semua akan berakibat negarif bagi kita dan juga masyarakat. (2-a) (116) dari menumpuknya sampah di sungai dan parit-parit itu juga mengakibatkan tumbuh dan berkembang jentik-jentik nyamuk, dari situ pula kita dapat terserang penyakit DBD dan lain-lain. Tampa kita sadari dari bahwa dari ulah kita maka kita sendiri yang menanggung akibatnya, maka semoga kedepat kita akan semakin sadar dan tidak ada lagi masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempatnya apalagi di sungai. (2-c) (117) Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadipribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. (14-c) Dari hasil analisis pada paragraf (115) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahwa. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna penegasan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi korelatif menunjukkan adanya penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahwa yaitu membuang sampah sembarangan akan berakibat negarif bagi kita dan juga masyarakat. Dari hasil analisis pada paragraf (116) ditemukan konjungsi korelatif berupa apalagi. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna penegasan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi korelatif menunjukkan adanya penegasan. Makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi apalagi yaitu menekankan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di sembarang tempatnya terlebih di sungai. Dari hasil analisis pada paragraf (117) ditemukan konjungsi korelatif berupa bahkan. Konjungsi tersebut tepat, karena menunjukkan adanya makna penegasan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi korelatif menunjukkan adanya penegasan. Makna penegasan yang dihasilkan oleh konjungsi bahkan yaitu keadaan hutan yang sudah parah. Fenomena yang sama dengan analisis data 2a, 2c, dan 14c ditemukan juga pada data 1a, 7a, 7b, 8a, 11b, 13a, 14b, 14d, 15b, 18a, 18c, 19e, 19f, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. (d) Konjungsi Subordinatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi subordinatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi subordinatif dipaparkan pada paragraf 118, 119, dan 120 sebagai berikut. (118) Semakin sering manusia membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya maka semakin banyak sampah yang akan menumpuk dan pada akhirnya siklus air tersumbat. Jika hal tersebut dibiarkan terus menerus maka seluruh komponen hidup yang ada didalam air akan mati akibat air yang sudah tercemar. (7-c) (119) Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. Karena jika kita membuang sampah sembarangan, maka semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir, terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. (8-a) (120) Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham bahwa jika membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. (7b) Dari hasil analisis pada paragraf (118) ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan syarat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat. Makna syarat yang dihasilkan oleh konjungsi jika yaitu komponen hidup dalam air akan mati dengan syarat sampah menumpuk di sungai. Dari hasil analisis pada paragraf (119) ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan syarat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat. Makna syarat yang dihasilkan oleh konjungsi jika yaitu kita akan terkena dampak banjir dengan syarat kita membuang sampah disungai. Fenomena yang sama dengan analisis data 7c dan 8a 3b ditemukan juga pada data 12d dan 16b yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (120) ditemukan konjungsi subordinatif berupa jika. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena tidak ada makna syarat yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2011: 140) bahwa konjungsi subordinatif menyatakan adanya syarat. Penemuan peneliti bertolak belakang dengan teori tersebnut. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi jika dihilangkan. Fenomena yang sama dengan analisis data 7b ditemukan juga pada data 4b yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf (120) dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
(120a) Dari sekian banyak kegiatan manusia yang sering merusak lingkungan dan alam. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan salah satu hal terburuk yang dilakukan. Jelas sekali manusia begitu paham bahwa membuang sampah sembarangan terutama didaerah aliran sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir. (7-b) (e) Temporal Peneliti menemukan pemakaian konjungsi temporal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi temporal dipaparkan pada paragraf 121, 122, dan 123 sebagai berikut. (121) Dalam bermasyarakat kita sering dihadapkan pada suatu permasalahan alam yang terjadi dilingkungan sekitar kita. Permasalahanpermasalahan tersebut timbul karena ulah manusia yang tidak mampu berterima kasih atas nikmat yang telah alam ini berikan. Manusia pada dasarnya tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, setelah dinikmati/ menggunakan maka pada akhirnya manusia tidak pernah mempertimbangkan dampaknya kedepan. Bahkan manusia tidak pernah sadar bahwa hal yang dilakukan berdampak sangat fatal bagi kehidupan. (7-a) (122) Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut. Tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. (20-a) (123) Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Tetapi sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. (20-c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Dari hasil analisis pada paragraf (121) ditemukan konjungsi temporal berupa setelah. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan waktu yang sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Chaer (2009: 97) bahwa konjungsi temporal menyatakan waktu. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi setelah yaitu peristiwa yang akan terjadi dengan perilaku manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada. Dari hasil analisis pada paragraf (122) ditemukan konjungsi temporal berupa ketika. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan waktu yang sedang berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Chaer (2009: 97) bahwa konjungsi temporal menyatakan waktu. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi ketika yaitu Jumat lalu pada saat pulang sekolah. Dari hasil analisis pada paragraf (123) ditemukan konjungsi temporal berupa ketika dan akhirnya. Konjungsi tersebut tepat, karena konjungsi ketika menyatakan waktu yang
sedang berlangsung, sedangkan konjungsi akhirnya
menyatakan pungkasan waktu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Chaer (2009: 97) bahwa konjungsi temporal menyatakan waktu. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi ketika yaitu saat saya sampai di rumah sakit untuk menjenguk Deni. Makna waktu yang dihasilkan oleh konjungsi akhirnya yaitu Deni sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari diopname. Fenomena yang sama dengan data 7a, 20a, dan 20c ditemukan juga pada data 10a dan 11c yang dapat dicermati dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
(f) Konjungsi Koordinatif Peneliti menemukan pemakaian konjungsi koordinatif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian konjungsi koordinatif dipaparkan pada paragraf 124, 125, dan 126 sebagai berikut. (124) Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jangan membuang sampah sembarangan, seperti kekali atau sungai atau kedalam parit. (3-a) (125) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. (4-b) (126) Akibat semua itu banjir melanda perkampungan dan rumahpun menjadi bulan-bunan air tergenang. (2)Semuanya ini menyebabkan penyakit salah satunya diare dll. (10-c) Dari hasil analisis pada paragraf (124) ditemukan konjungsi koordinatif berupa atau. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena tidak sesuai dengan makna yang dihasilkan. Menurut Chaer (2009: 97), konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan (menyatakan hubungan penambahan) dan atau (menyatakan hubungan pemilihan). Pada paragraf (124) makna yang dihasilkan yaitu penambahan unsur sehingga konjungsi yang seharusnya digunakan berupa dan. Fenomena yang sama dengan data 3a ditemukan juga pada data 8c dan 16b yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf (124) dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. (124a) Untuk menjaga Lingkungan agar tetap bersih, indah dan sehat, kita harus membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Jangan membuang sampah sembarangan, seperti kekali atau sungai dan kedalam parit. (3-a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Dari hasil analisis pada paragraf (125) ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan penambahan unsur. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2009: 97), konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan (menyatakan hubungan penambahan) dan atau (menyatakan hubungan pemilihan). Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu tubuh kita akan sehat dan tidak mudah terserang penyakit Dari hasil analisis pada paragraf (126) ditemukan konjungsi koordinatif berupa dan. Konjungsi tersebut tepat, karena menyatakan penambahan unsur. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chaer (2009: 97), konjungsi koordinatif berfungsi untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, misalnya dan (menyatakan hubungan penambahan) dan atau (menyatakan hubungan pemilihan). Kedua unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dan yaitu perkampungan dan rumah. Fenomena yang sama dengan data 4b dan 10c ditemukan juga pada data 1b, 2c, 3b, 5c, 6b, 7c, 8c, 10c, 11a, 11c, 12b, 13a, 14a, 14b, 18b, 19b, 19d, 19i, dan 10b yang dapat dicermati dalam lampiran. 4.2.2.3 Koherensi Berpenanda Peneliti menemukan enam jenis koherensi berpenanda yaitu (a) koherensi kausalitas, (b) koherensi kontras,
(c) koherensi aditif, (d) koherensi rincian,
(e)koherensi temporal, dan (f) koherensi kronologis. Berikut ini dipaparkan keenam jenis koherensi berpenanda tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
A. Koherensi Kausalitas Peneliti menemukan pemakaian koherensi kausalitas dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi kausalitas dipaparkan pada paragraf 127, 128, dan 129 sebagai berikut. (127) Sampah menumpuk di selokan, parit, dan sungai , ketiga datang musim penghujan maka meluaplah sampah-sampah yang bertumpuk di sungai di selokan dan di parit-parit dan itu mengakibat kan terjadinya banjir, karena sampah sudah memenuhi sungai parit dan yang merasakan dampak itu semua adalah kita semua terutama masyarakat yang berdomisili/ bertempat tinggal di sungai. (2-b) (128) Akibat dari kejadian tersebut, banyak hal buruk menimpanya. Diantaranya adalah seluruh harta bendanya rusak akibat banjir, kegiatan lainnya lumpuh total. Belum lagi penyakit yang dideritanya akibat dari pasca banjir. Baim harus terbaring lemas di rumah sakit karena terkena penyakit diare dan demam berdarah. (5-c) (129) Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. Karena jika kita membuang sampah sembarangan, maka semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir, terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. (8-a) Dari hasil analisis pada paragraf (127) ditemukan koherensi kausalitas berupa karena. Konjungsi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi tersebut paragraf (127) mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 29) bahwa koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adamua hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi karena yaitu banjir terjadi akibat dari sampah yang sudah memenuhi sungai. Dari hasil analisis pada paragraf (128) ditemukan koherensi kausalitas berupa karena. Konjungsi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
tersebut paragraf (128) mengandung makna yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 29) bahwa koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adamua hubungan sebab akibat. Makna sebab akibat yang dihasilkan oleh konjungsi karena yaitu Baim terbaring lemas di rumah sakit yang disebabkan oleh penyakit yang diderita pasca banjir. Fenomena yang sama dengan data 2b dan 5c ditemukan juga pada data 2c, 3c, 3b, 4a, 4c, 4d, 5b, 5c, 6b, 7a, 7d, 8a, 8c, 9a, 9b, 10b, 11b, 11c, 13c, 14b, 14c, 15a, 15b, 16a, 16c, 17c, 18a, 18b, 19e, 19h, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (129) ditemukan koherensi kausalitas berupa karena dan maka. Konjungsi tersebut tidak tepat, karena tidak menyatakan adanya hubungan sebab akibat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 29) bahwa koherensi kausalitas adalah koherensi yang menunjukkan adamua hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, sebaiknya konjungsi tersebut dihilangkan. Fenomena yang sama dengan data 8a ditemukan juga pada data 4b, 7a, dan 7c yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf (129) dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. (129a) Dimana-mana kita sering melihat tulisan, baik dipinggir jalan, maupun di Sekolah, di Kantor, bahkan di rumah kita sekalipun, ada tulisan yang membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut yaitu, Dilarang membuang sampah sembarangan. Jika kita membuang sampah sembarangan, semua kita akan terkena dampaknya yaitu banjir akan melanda kita karena sampah membuat selokan-selokan air tersumbat, sehingga air hujan tidak lancar mengalir, terjadilah genangang air meluap hingga meluap dengan ketinggian yang tidak diduga masyarakat. (8-a)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
B. Koherensi Kontras Peneliti menemukan pemakaian koherensi kontras dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi kontras dipaparkan pada paragraf 130, 131, dan 132 sebagai berikut. (130) Saat musim kemarau sampah bukan hal yang dipermasalahkan, tetapi bila musim hujan tiba maka kita mulai uring-uringan dan cenderung menyalahi orang lain karena banjir, penyakit dan sebagainya. (19-h) (131) Hari Jumat yang lalu, ketika saya pulang dari sekolah dan melewati jembatan keci yang membatasi desaku dengan desa tetangga, tiba-tiba langkah kakiku terhenti karena melihat Deni, teman sekelasku membuang sampah di Sungai Belawan yang merupakan Sumber air bersih bagi kami. Padahal, ketika kami di sekolah selalu dinasehati oleh guru kami agar tidak membuang sampah di sembarang tempat. Seketika saya berteriak menghentikan tindakan Deni tersebut, tetapi Deni malah menjawab, “biarkan saja nanti juga akan hanyut terbawa arus sungai”. Saya kemudian hanya bisa menghela nafas panjang melihat kejadian tersebut, melihat sampah – sampah itu hanyut pelan tapi pasti hanyut dan mulai tenggelam ke dasar sungai. (20-a) (132) Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Tetapi sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. (20-c) Dari hasil analisis pada paragraf (130) ditemukan koherensi kontras berupa tetapi. Koherensi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi tersebut paragraf (130) mengandung makna yang menunjukkan adanya perlawanan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi kontras menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan oleh konjungsi tetapi yaitu saat musim kemarau sampah bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
hal yang dipermasalahkan, sebaliknya pada saat musim hujan sampah menjadi sumber permasalahan. Dari hasil analisis pada paragraf (131) ditemukan koherensi kontras berupa tetapi. Koherensi yang digunakan tepat, karena melalui konjungsi tersebut paragraf (131) mengandung makna yang menunjukkan adanya perlawanan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi kontras menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan oleh konjungsi tetapi yaitu saya berteriak menghentikan tindakan Deni, faktanya Deni tetpai membuang sampah di sungai. Fenomena yang sama dengan data 19h dan 20a ditemukan juga pada data 8b, 11c, 12a, 14b, 19f, 19h, 20a, 17a, 18c yang dapat dicermati dalam lampiran. Dari hasil analisis pada paragraf (132) ditemukan koherensi kontras berupa tetapi. Koherensi yang digunakan tidak tepat, karena konjungsi tetapi dalam paragraf (132) digunakan sebagai penghubung antar kalimat. namun makna yang dihasilkan dalam paragraf tersebur tepat, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahawa koherensi kontras menunjukkan adanya hubungan perlawanan. Makna perlawanan yang dihasilkan oleh konjungsi tetapi yaitu tokoh saya merasa senang karena banjir mulai surut, hal tersebut bertentangan dengan kabar menyedihkan bahwa Deni sakit dan dirawat di rumah sakit. Fenomena yang sama dengan data 20c ditemukan juga pada data 12b, 19c, 17a yang dapat dicermati dalam lampiran. Pembenaran untuk paragraf (132) dapat dicermati dalam paragraf sebagai berikut. (132a) Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
Namun sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. (20-c) C. Koherensi Aditif Peneliti menemukan pemakaian koherensi aditif dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi aditif dipaparkan pada paragraf 133 dan 134 sebagai berikut. (133) Selain mejaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting untuk dilakukan. Membersihakan seisi rumah dan lingkungan sekitar akan membuat lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita seperti, mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup semua sumber air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak di sana. (4-c) (134) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita. (14-a) Dari hasil analisis pada paragraf (133) ditemukan koherensi aditif berupa selain. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi aditif menyatakan adanya makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi selain yaitu menjaga kebersihan tubuh dan menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
Dari hasil analisis pada paragraf (134) ditemukan koherensi aditif berupa selain. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi aditif menyatakan adanya makna penambahan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi selain yaitu hutan sebagai tempat tumbuhan dan binatang berkembang juga tempat untuk menyediakan makanan. Peneliti hanya menemukan 2 data jenis koherensi aditif pada paragraf dalam karangan para guru, keduanya telah dipaparkan dalam paragraf (133) dan (134). D. Koherensi Rincian Peneliti menemukan pemakaian koherensi rincian dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi rincian dipaparkan pada paragraf 135, 136, dan 137 sebagai berikut. (135) Membuang sampah sembarangan juga akan menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti: Diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. Oleh karena itu untuk menjaga kesehatan buanglah sampah pada tempatnya. (3-c) (136) Banjir biasanya sangat identik dengan timbulnya berbagai pemyakit yang menyerang tubuh manusia dan akibat dari penyakit-penyakit tersebut manusia sering dirawat dirumah sakit. Penyakit yang sering timbul dikala banjir yaitu DBD, malaria, penyakit gatal-gatal, diare, muntaber, cacar dan masih banyak penyakit lainnya. (7-e) (137) Kini hutan bahkan seakan marah kepada manusia. Mereka tidak mau lagi bersahabat, akibatnya terjadilah bencana-bencana alam yang mengerikan seperti tanah longsor dan kekeringan di mana-mana. Tidakkah kita kita sering mendengar jeritan mereka. Marilah kita bersahabat kembali dengan mereka demi keberlangsungan hidup kita dan anak cucu kita kelak. (14-d) Dari hasil analisis pada paragraf (135) ditemukan koherensi rincian berupa seperti. Koherensi yang digunakan tepat, karena menyatakan hubungan rincian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
yang bertujuan supaya kalimat menjadi lebih jelas. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi rincian menyatakan adanya hubungan makna rincian penjelasan suatu hal. Makna rincian yang dihasilkan oleh konjungsi seperti yaitu diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain. Dari hasil analisis pada paragraf (136) ditemukan koherensi rincian berupa yaitu. Koherensi yang digunakan tepat, karena menyatakan hubungan rincian yang bertujuan supaya kalimat menjadi lebih jelas. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi rincian menyatakan adanya hubungan makna rincian penjelasan suatu hal. Makna rincian yang dihasilkan oleh konjungsi yaitu adalah DBD, malaria, penyakit gatal-gatal, diare, muntaber, cacar dan masih banyak penyakit lainnya. Dari hasil analisis pada paragraf (137) ditemukan koherensi rincian berupa seperti. Koherensi yang digunakan tepat, karena menyatakan hubungan rincian yang bertujuan supaya kalimat menjadi lebih jelas. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi rincian menyatakan adanya hubungan makna rincian penjelasan suatu hal. Makna rincian yang dihasilkan oleh konjungsi seperti adalah tanah longsor dan kekeringan di mana-mana. Fenomena yang sama dengan data 3c, 7e, dan 14d ditemukan juga pada data 1b, 2a, 3a, 3c, 4b, 5c, 7e, 8c, 10a, 13b, 16c yang dapat dicermati dalam lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
E. Koherensi Temporal Peneliti menemukan pemakaian koherensi temporal dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi temporal dipaparkan pada paragraf 138, 139, dan 140 sebagai berikut. (138) Kurang lebih dua puluh tahun yang lalu di pedalaman Kalimantan Timur tepatnya di sebuah Desa kecil yang terletak di pinggir perairan sungai mahakam yaitu kampung mamahak Teboq yang sangatsangatnyaman, aman, dan indah. (11-a) (139) Ternyata apa yang saya takutkan benar-benar terjadi. Musim Kemarau telah berlalu dan mulai musim hujan pun menghadang dihadapan mata. Semenjak pulang dari sekolah dan sampai dirumah, hujanpun turun membasahi bumi dengan deras disertai kilat yang menyambar-nyambar. Kira-kira dua jam sudah berlalu, terlihat jelas Sungai Balawan mulai tinggi menggenangi halaman rumah para warga dan tampaklah sampahsampah yang mengapung dipermukaan air, menyumbat aliran parit yang ada di depan rumahku. (20-b) (140) Dua hari desa kami terendam banjir yang sangat mengerikan. Setelah sungainya surut, kami mulai membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Tetapi sungguh menyedihkan karena ketika Saya sedang membatu orang tua saya membersihkan rumah, tiba-tiba Boni datang berlari mendekati Saya dan mengatakan Deni Sakit dan Sekarang Sudah dibawa ke Rumah Sakit. Secepat kilat saya membersihkan badan dan mengajak Boni untuk menjenguk. Ketika sampai di rumah sakit, baru kami mengetahui bahwa Deni terserang penyakit muntaber yang memang sangat cepat berkembang biak di tempat yang lembab. Setelah beberapa hari diopname di Rumah Sakit akhirnya Deni diperbolehkan pulang ke rumahnya lagi. (20-c) Dari hasil analisis pada paragraf (138) ditemukan koherensi temporal berupa dua puluh tahun yang lalu. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna waktu yang berkesinambungan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi temporal menyatakan adanya hubungan makna waktu antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi dua puluh tahun yang lalu yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
suasana di pedalaman Kalimantan Timur dimasa lampau sekitar dua puluh tahun yang lalu. Dari hasil analisis pada paragraf (139) ditemukan koherensi temporal berupa dua jam. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna waktu yang berkesinambungan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi temporal menyatakan adanya hubungan makna waktu antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi dua jam yaitu kondisi hujan yang terus turun selama dua jam sehingga menyebabkan volume air sungai bertambah. Dari hasil analisis pada paragraf (140) ditemukan koherensi temporal berupa dua hari. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna waktu yang berkesinambungan. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi temporal menyatakan adanya hubungan makna waktu antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi dua hari yaitu setelah diguyur hujan akhirnya desa tersebut terendam banjir selama dua hari lamanya. Fenomena yang sama dengan data 11a, 20b, dan 20c ditemukan juga pada data 11c, 18a, 20a yang dapat dicermati dalam lampiran. F. Koherensi Kronologis Peneliti menemukan pemakaian koherensi kronologis dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi kronologis dipaparkan pada paragraf 141, 142, dan 143 sebagai berikut. (141) Setelah beberapa lama terdiam di atas atap rumahnya, Lukmanpun kembali ke tempat pengungsian dengan menggunakan sampannya. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
sana ada banyak warga yang telah mengungsi menyelamtkan diri dari luapan air sungai itu. Tiba-tiba tubuh Lukman menjadi sangat dingin dan lemas, matanya berkunang-kunang dan tak lama setelah itu iapun tak sadarkan diri. Warga yang melihat kejadian ini segera berlarian ke arah Lukman dan segera membawanya ke rumah sakit. (12-e) (142) Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah. Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia. Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan tumbuhan yang ada di sana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita. (14-a) (143) Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, Mereka telah hancur bahkan hilang dengan beralih Fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang rakus. Mereka dengan keinginan yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadipribadi dan kantong-kantong mereka sendiri. (14-b) Dari hasil analisis pada paragraf (141) ditemukan koherensi kronologis berupa setelah. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi kronologis menyatakan adanya hubungan rangkaian waktu. Koherensi ini sering ditunjukkan oleh konjungsi yang menyatakan hubungan temporal. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi setelah yaitu Lukman kembali ke pengungsian, yang diparagraf sebelumnya dijelaskan bahwa Lukman duduk di atas atap rumah. Dari hasil analisis pada paragraf (142) ditemukan koherensi kronologis berupa dahulu. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi kronologis menyatakan adanya hubungan rangkaian waktu. Koherensi ini sering ditunjukkan oleh konjungsi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
menyatakan hubungan temporal. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi dahulu yaitu ketika hutan masih lestari dan indah. Dari hasil analisis pada paragraf (143) ditemukan koherensi kronologis berupa kini. Konjungsi tersebut tepat, karena mengandung makna yang berhubungan dengan waktu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 30) bahwa koherensi kronologis menyatakan adanya hubungan rangkaian waktu. Koherensi ini sering ditunjukkan oleh konjungsi yang menyatakan hubungan temporal. Makna yang dihasilkan oleh konjungsi kini yaitu waktu sekarang saat hutan kehilangan kelestariannya. Fenomena yang sama dengan data 12e, 14a, dan 14b ditemukan juga pada data 11b, 11c, 12a, 14b, 14d, 18b, 18c, 20a, 20c yang dapat dicermati dalam lampiran. 4.2.2.2 Koherensi Tidak Berpenanda Peneliti hanya menemukan satu jenis koherensi tidak berpenanda yaitu koherensi perurutan. Berikut ini dipaparkan satu jenis koherensi tidak berpenanda tersebut. A. Koherensi Perurutan Peneliti menemukan pemakaian koherensi perurutan dalam paragraf pada karangan para guru. Contoh pemakaian koherensi perurutan dipaparkan pada paragraf 144, 145, dan 146 sebagai berikut. (144) Langkah konkrit untuk menjaga agar lingkungan tetap sehat dan bersih adalah menyiapkan tempat pembuangan akhir pada lokasi yang jauh dari pemukiman. i. Menyiapkan tempat sampah dirumah atau dimana saja. ii. Mengurangi pemakaian plastik iii. Memanfaatkan sampah menjadi barang jadi sesuai dengan jenis sampah itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
iv.
Membuat PERDA bagi pelanggaran yang tidak peduli dengan kebersihan lingkungan mendapat sangsi! v. Menyiapkan lokasi khusus tempat pembuangan akhir. vi. Memberi pembinaan dirumah dan disekolah tentang akibat pembuangan sampah. (19-j) (145) Yang pertama adalah menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari , memotong kuku dan menggosok gigi akan membuat tubuh kita selalu bersih. Sehingga jika kebersihan telah didapat, maka tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak akan mudah terserang oleh penyakit. (4-b) (146) Selain mejaga kebersihan tubuh, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting untuk dilakukan. Membersihakan seisi rumah dan lingkungan sekitar akan membuat lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan berkembang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan kita seperti, mengubur barang-barang bekas, menguras bak mandi dan menutup semua sumber air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak di sana. (4-c) Dari hasil analisis pada paragraf (144) ditemukan jenis koherensi perurutan. Koherensi tersebut tepat, karena mengandung makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara berurutan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 33) bahwa koherensi perurutan menunjukkan adanya hubungan makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara berurutan. Koherensi perurutan berisi mengenai tahap-tahap terjadinya suatu peristiwa. Hubungan tersebut terlihat dalam kalimat melalui penjelasan secara berurutan mengenai langkah konkrit menjaga lingkungan. Dari hasil analisis pada paragraf (145 dan 146) ditemukan jenis koherensi perurutan. Koherensi tersebut tepat, karena mengandung makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara berurutan. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002: 33) bahwa koherensi perurutan menunjukkan adanya hubungan makna yang menyatakan perbuatan yang dilakukan secara berurutan. Koherensi perurutan berisi mengenai tahap-tahap terjadinya suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
peristiwa. Hubungan tersebut terlihat dalam kalimat melalui penjelasan secara berurutan mengenai tata cara menjaga kebersihan. Peneliti hanya menemukan 3 data jenis koherensi perurutan pada paragraf dalam karangan para guru, semua data telah dipaparkan pada paragraf 144, 145, dan 146.
4.3 Pembahasan Hasil 4.3.1
Jenis Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Dari analisis data, dapat diketahui jenis-jenis kohesi dan koherensi yang
digunakan oleh para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu untuk menyusun karangan. Jenis kohesi leksikal yang ditemukan peneliti yaitu kohesi repetisi, hiponimi, sinonimi, dan ekuivalensi. Jenis kohesi gramatikal yang ditemukan yaitu kohesi referensi, substitusi, dan konjungsi. Keseluruhan jenis kohesi yang ditemukan sebanyak 211 data. Jenis koherensi berpenanda yang ditemukan yaitu koherensi kausal, kontras, aditif, rincian, temporal, dan kronologis. Jenis koherensi tidak berpenanda yang ditemukan yaitu koherensi perurutan. Keseluruhan jumlah koherensi yang ditemukan sebanyak 98 data. Kohesi dan koherensi memiliki tingkat keseringan muncul yang berbedabeda. Jenis kohesi leksikal yang sering muncul adalah kohesi repetisi yaitu sejumlah 32 data. Jenis kohesi gramatikal yang sering muncul adalah kohesi konjungsi kausal yaitu sejumlah 48 data. Jenis koherensi berpenanda yang sering muncul adalah koherensi kausalitas yaitu sejumlah 48 data. Jenis koherensi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
berpenanda yang ditemukan hanya satu jenis yaitu koherensi perurutan yang jumlahnya 3 data. Wacana yang baik akan mengandung hubungan bentuk dan menghasilkan makna yang sesuai. Hubungan bentuk ditandai dengan adanya kohesi yang menyebabkan adanya kepaduan paragraf dalam suatu wacana. Ketika suatu paragraf telah dikatakan padu, maka makna yang dihasilkan juga sesuai. Oleh karena itu, untuk menghasilkan wacana yang baik, harus ada pertalian antara kedua hal tersebut yaitu pertalian kohesi dan koherensi. Karangan para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu mengandung penanda yang membangun kekohesifan dan kekoherensian suatu paragraf. Mereka mampu menggunakan penanda kohesi dan koherensi dalam karangan yang mereka susun. Namun, tidak semua penanda digunakan oleh para guru untuk menyusun karangan, mungkin dikarenakan pengetahuan kohesi dan koherensi para guru tidak optimal. Dari karangan para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, peneliti menemukan dua jenis kohesi yang terdiri dari kohesi leksikal dan gramatikal. Peneliti menemukan empat jenis kohesi leksikal yaitu kohesi repetisi, hiponimi, sinonimi, dan ekuivalensi serta tiga jenis kohesi gramatikal yaitu kohesi referensi, substitusi, dan konjungsi. Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002), hanya saja ada beberapa jenis kohesi yang tidak ditemukan oleh peneliti dalam karangan para guru. Menurut Baryadi (2002: 18) kohesi leksikal terdiri atas lima jenis yaitu repetisi, hiponimi, sinonimi, antonimi, kolokasi, dan satu jenis kohesi leksikal yang ditambahkan oleh Tarigan (2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
yaitu ekuivalensi. Kohesi gramatikal terdiri atas empat jenis yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Dari perbandingan tersebut, jenis kohesi yang tidak ditemukan oleh peneliti yaitu antonimi dan kolokasi pada kohesi leksikal serta elipsis pada kohesi gramatikal. Itu artinya para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu kurang menguasai teori antonimi, kolokasi, dan elipsis sebagai penanda hubungan bentuk dalam suatu wacana. Berkaitan dengan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, ada tiga jenis penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dyah Purnamasari (2009), Yunita Christantri (2011), dan Antonius Nesi (2011). Posisi peneliti dalam penelitian ini yaitu mengukuhkan penelitian yang terdahulu. Agnes Dyah Purnamasari (2009) menemukan dua jenis kohesi yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Jenis kohesi leksikal yang ditemukan yaitu kohesi repetisi, sinonimi, hiponimi, antonimi, dan ekuivalensi. Jenis kohesi gramatikal yang ditemukan yaitu referensi dan konjungsi. Data penelitian Agnes Dyah Purnamasari diperoleh dari karangan siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Srumbung Magelang. Yunita Christantri (2011) menemukan dua jenis kohesi yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Jenis kohesi leksikal yang ditemukan yaitu repetisi, sinonimi, hiponimi, antonimi, dan ekuivalensi. Jenis kohesi gramatikal yang ditemukan yaitu referensi dan konjungsi. Data penelitian Yunita Christantri diperoleh dari karangan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Antonius Nesi (2011) menemukan dua jenis kohesi yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Jenis kohesi leksikal yang ditemukan yaitu pengulangan, sinonimi, antonimi, hiponimi, ekuivalensi, dan kolokasi. Jenis kohesi gramatikal yang ditemukan yaitu referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Data penelitian Antonius Nesi diperoleh dari wacana dalam surat kabar. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu yang relevan. Perbedaan tersebut terlihat pada hasil temuan dan sumber darimana data diperoleh. Posisi peneliti dalam hal ini yaitu mengukuhkan dan melengkapi penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis, peneliti juga menemukan jenis koherensi yang menandai karangan para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Peneliti menemukan dua jenis koherensi yang terdiri atas koherensi berpenanda dan tidak berpenanda. Koherensi berpenanda yang ditemukan yaitu koherensi kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, dan kronologis. Koherensi tidak berpenanda yang ditemukan yaitu koherensi perurutan. Penelitian ini relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002), hanya saja ada dua jenis koherensi tidak berpenanda yang tidak ditemukan oleh peneliti. Menurut Baryadi (2002) ada enam jenis koherensi berpenanda yaitu koherensi kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, dan kronologis. Koherensi tidak berpenanda ada tiga jenis yaitu koherensi perurutan, perian, dan dialog. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu dapat menguasai penanda-penanda yang membangun kekoherensian kalimat dalam wacana. Namun, peneliti hanya menemukan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
jenis koherensi tidak berpenanda yaitu koherensi perincian. Peneliti berpendapat bahwa guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu cukup kesulitan untuk membangun makna yang diungkapkan secara implisit, sehingga hanya satu jenis koherensi tidak berpenanda yang ditemukan oleh peneliti. Berkaitan dengan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, ada tiga jenis penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dyah Purnamasari (2009), Yunita Christantri (2011), dan Antonius Nesi (2011). Posisi peneliti dalam penelitian ini yaitu mengukuhkan dan melengkapi penelitian yang terdahulu. Agnes Dyah Purnamasari (2009) menemukan dua jenis koherensi yaitu koherensi berpenanda dan tidak berpenanda. Jenis koherensi berpenanda yang ditemukan yaitu kausalitas, aditif, temporal, kronologis, perurutan, dan intensitas. Jenis koherensi tidak berpenanda yang ditemukan yaitu perian dan dialog. Data penelitian Agnes Dyah Purnamasari diperoleh dari karangan siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Srumbung Magelang. Yunita Christantri (2011) menemukan dua jenis koherensi yaitu koherensi berpenanda dan tidak berpenanda. Jenis koherensi berpenanda yang ditemukan yaitu kausalitas, kronologis, dan intensitas. Jenis koherensi tidak berpenanda yang ditemukan yaitu perincian dan perian. Data penelitian Yunita Christantri diperoleh dari karangan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu. Antonius Nesi (2011) menemukan tiga jenis koherensi yaitu koherensi kontekstual, ko-tekstual, dan logis. Jenis koherensi kontekstual yang ditemukan yaitu wacana promotif, dan normatif. Jenis koherensi ko-tekstual yang ditemukan yaitu ko-tekstual endofora anaforis dan endofora kataforis. Jenis koherensi logis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
yang ditemukan yaitu kausalitas, pengontrasan, definisi, dan simpulan. Data penelitian Antonius Nesi diperoleh dari wacana dalam surat kabar. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan dalam hal hasil temuan dan sumber darimana data diperoleh. Oleh karena itu, perbedaan tersebut dapat dikatakan mengukuhkan dan melengkapi penelitian terdahulu
4.3.2
Pemakaian Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan
paragraf yang padu dan paragraf yang tidak padu dalam karangan guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Untuk memberikan kepaduan dalam karangan, para guru cenderung menggunakan jenis kohesi leksikal berupa kohesi repetisi, kohesi gramatikal berupa konjungsi kausal, koherensi berpenanda berupa koherensi kausalitas, dan koherensi tidak berpenanda berupa koherensi perurutan. Selain itu, peneliti juga menemukan jenis kohesi dan koherensi lain yang digunakan oleh para guru untuk menyusun karangan. Jenis kohesi leksikal yang digunakan yaitu kohesi hiponimi, sinonimi, dan ekuivalensi. Jenis kohesi gramatikal yang digunakan yaitu kohesi referensi dan substitusi. Jenis koherensi berpenanda yang digunakan yaitu koherensi kontras, aditif, rincian, temporal, dan kronologis. Jenis koherensi tidak berpenanda yang digunakan hanya koherensi perurutan. Suatu wacana yang baik harus mengandung kohesi dan koherensi yang sesuai. Para guru SD dapat menggunakan jenis-jenis kohesi dan koherensi dengan cukup baik. Akan tetapi, penulis juga menemukan beberapa kekeliruan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
membuat karangan menjadi tidak kohesif dan tidak koheren. Mereka cenderung melakukan kekeliruan dalam pemakaian kohesi dan koherensi dengan rincian sebagai berikut. Kekeliruan dalam pemakaian kohesi repetisi yaitu sebanyak 6 data, kohesi substitusi 3 data, kohesi konjungsi 14 data, koherensi kausalitas 6 data, dan koherensi kontras 4 data. Hal tersebut menimbulkan paragraf menjadi tidak efektif dan tidak padu. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, diketahui kecenderungan penggunaan kohesi dan koherensi oleh para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu. Para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu dapat menerapkan penanda kekohesifan dan kekoherensian dengan cukup baik. Mereka cenderung lebih banyak menggunakan jenis kohesi repetesi untuk memelihara kepaduan kalimat dalam paragraf dan menunjang pentingnya kata kunci melalui pengulangan tersebut. Di samping itu, mereka banyak menggunakan kohesi konjungsi untuk menghubungkan klausa/kalimat dan memelihara kepaduan kalimat. Konjungsi yang paling banyak digunakan yaitu konjungsi kausal, dimana konjungsi tersebut menghasilkan makna sebab akibat sehingga mampu membuat paragraf menjadi koheren. Pada koherensi tidak berpenanda para guru hanya menggunakan koherensi perurutan yang isinya tentang urutan melakukan suatu hal. Selain itu, mereka pun banyak menggunakan jenis kohesi subtitusi, mereka menggunakan kohesi subtitusi untuk memperoleh unsur pembeda sehingga kalimat tidak monoton. Kecederungan kekeliruan yang dilakukan oleh para guru SD Mahakam Ulu yaitu dalam hal penggunaan repetisi, substitusi, dan konjungsi. Kekeliruan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
yang paling sering dilakukan yaitu dalam hal penggunaan konjungsi. Konjungsi yang mereka gunakan cenderung tidak sesuai dengan makna yang dihasilkan. Hal tersebut menimbulkan paragraf menjadi tidak koheren. Selain itu, ada juga kekeliruan dalam pengulangan kata kunci. Para guru cenderung melakukan kekeliruan dalam pemakaian repetisi karena mereka bermaksud melalui banyak pengulangan kata kunci, pembaca akan lebih mudah dalam menangkap informasi pada paragraf. Namun, terlalu banyak mengulang kata kunci justru menimbulkan pemborosan kata dan kalimat menjadi tidak efektif. Kekeliruan yang paling sedikit dilakukan yaitu dalam penggunaan substitusi. Para guru sedikit kesulitan dalam membedakan unsur kata ganti orang maupun tempat. Secara keseluruhan, kekeliruan yang dilakukan dalam pemakaian kohesi dan koherensi disebabkan karena para guru tidak memperhatikan pemakaian kohesi dan koherensi dengan baik. Di samping itu, pengetahuan mereka mengenai kesatuan dan kepaduan paragraf tidak mendalam, sehingga dalam pemakaiannya cenderung keliru. Pemakaian kohesi dan koherensi berkenaan dengan bagaimana ketepatan penerapan kohesi dan koherensi dalam paragraf pada karangan. Ketepatan pemakaian kohesi dan koherensi dalam paragraf para guru SD Kabupaten Mahakam Ulu dapat dikatakan cukup baik, karena mereka dapat menerapkan jenis-jenis kohesi dan koherensi dalam paragraf pada karangan. Namun peneliti menemukan beberapa kesalahan dalam pemakaian kohesi dan koherensi tersebut, sehingga ditemukan beberapa paragraf yang kurang ideal. Pemakaian kohesi dan koherensi dalam paragraf relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Baryadi (2002), bahwa paragraf yang baik mengandung kohesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
dan koherensi dalam paragraf. para guru dapat menggunakan kohesi dan koherensi untuk membangun kepaduan paragraf. Mereka mampu membangun hubungan bentuk dan menghasilkan makna yang sesuai, meskipun peneliti menemukan adanya kekeliruan dalam kekohesifan dan kekoherensian. Peneliti menemukan perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dyah Purnamasari (2009), Yunita Christantri (2011), dan Antonius Nesi (2011). Perbedaan tersebut yaitu bahwa ketiga penelitian terdahulu tidak menyinggung mengenai pemakaian kohesi dan koherensi. Dalam hal ini, peneliti tidak hanya menganalisis jenis-jenis kohesi dan koherensi, tetapi juga menganalisis pemakaian kohesi dan koherensi dalam karangan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikatakan memperbarui penelitian terdahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
Dalam bab penutup ini, peneliti memaparkan tiga hal yang terdiri atas kesimpulan, implikasi, dan saran. Pada bagian pertama, peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan. Pada bagian kedua, peneliti menjelaskan penerapan hasil penelitian. Pada bagian ketiga, peneliti memberikan saran-saran kepada pembaca maupun pihak yang bersangkutan. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab IV, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kohesi yang ditemukan dalam karangan para guru yaitu kohesi leksikal dan gramatikal. Kohesi leksikal yang ditemukan yaitu repetisi, hiponimi, sinonimi, ekuivalensi. Kohesi gramatikal yang ditemukan yaitu referensi, substitusi, konjungsi. Koherensi yang ditemukan dalam karangan para guru yaitu koherensi berpenanda dan tidak berpenanda. Koherensi berpenanda yang ditemukan yaitu kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, kronologis. Jenis koherensi tidak berpenanda hanya koherensi perurutan. Kedua, kohesi dan koherensi yang cenderung digunakan dalam karangan para guru yaitu kohesi repetisi, kohesi konjungsi, koherensi kausalitas, dan koherensi perincian. Kekeliruan pemakaian kohesi dan koherensi cenderung dilakukan pada pemakaian kohesi repetisi, kohesi substitusi, kohesi konjungsi, koherensi kausalitas, dan koherensi kontras. 136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
5.2 Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diketahui bahwa karangan yang disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur telah mengandung penanda kohesi dan koherensi. Namun, peneliti tidak menemukan semua jenis kohesi dan koherensi dalam karangan tersebut. Di samping itu, peneliti juga menemukan beberapa kekeliruan dalam pemakaian kohesi dan koherensi. Hal tersebut menjadi indikator bahwa karangan yang disusun oleh guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu tidak mencapai titik ideal, tetapi dapat dikatakan cukup baik. Kohesi dan koherensi dalam suatu wacana memang sangatlah penting, karena memberikan kepaduan antara bentuk dan makna dalam suatu wacana. Penerapan kohesi dan koherensi dalam karangan para guru menunjukkan bahwa pengetahuan para guru mengenai cara menyusun karangan yang kohesif dan koheren belum sepenuhnya dikuasai. Meskipun mereka adalah guru sekolah dasar, seharusnya mereka mampu menguasai teknik untuk menyusun karangan yang baik. Oleh karena itu, diklat dan magang guru-guru sekolah dasar sebaiknya terus dilaksanakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan para pengajar.
5.3 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan saran kepada guru sekolah dasar, pembelajaran menulis dan pengembangan teori wacana, serta kepada peneliti lain. Berikut saran dari peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
1.
Guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Sebagai seorang guru SD sudah seharusnya menguasai semua ilmu bidang studi, begitu juga pada bidang stusi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bukan sebuah alasan untuk tidak bisa menguasai ilmu bahasa Indonesia, karena dengan menguasai semua bidang studi sudah menjadi kewajiban para guru sekolah dasar.
2.
Guru Bahasa Indonesia dan Pengembangan Ilmu Wacana Pembelajaran menulis di dalam kelas atau pelatihan menulis di luar kelas sebaiknya terus dilaksanakan dengan bantuan guru bahasa Indonesia. Hal tersebut bertujuan untuk menggali potensi menulis dan menambah pengetahuan dari dalam diri si penulis. Selain itu, penelitian ini sekiranya dapat mengembangkan studi linguistik, khususnya pada ilmu wacana.
3.
Peneliti Lain Dalam penelitian ini, peneliti baru menjangkau pada karangan para guru sekolah dasar. Hendaknya peneliti lain mampu menjangkau pada lingkup karangan yang lebih spesifik misalnya karangan narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, atau eksposisi. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Baryadi, Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondo Suli. Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Christantri, Yunita. 2011. “Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Semester 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Tahun Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Dyah Purnamasari, Agnes. 2009. “Analisis Kohesi dan Koherensi Karangan Narasi Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Pangudi Luhur Srumbung, Magelang Tahun Ajaran 2008/2009”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahas dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. http://disdik.kaltimprov.go.id/read/news/2014/817/permasalahan-bidangpendidikan-di-kab.-mahulu.html, diunduh pada 20 April 2016, pukul 11:20 WIB. Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Jakarta: Nusa Indah. . 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja Karya CV. Nasucha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia: untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
Nesi, Antonius. 2011. “Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar”. Skripsi.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsono, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV. Widya Karya. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Tatang.
2012.
Ilmu
Pendidikan.
Bandung:
Pustaka
Setia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
Analisis Data dan Hasil Triangulasi Pendapat Peranti Unsur
Triangulator
serta kode No.
Data
Analisis
kohesi dan
Perbaikan
koherensi
Triangul Triangul ator 1
ator 2
S
S
TS
Karangan 1 1
a. (1) Kebiasaan buruk
-
Sampah (A)
-
Tepat, karena
dengan membuang
memelihara kepaduan
sampah sembarangan
kalimat dan
sudah tak akan asing lagi,
menekankan
bahkan seakan sudah
pentingnya kata
terbiasa lingkungan kotor
sampah tersebut.
sudah menjadi ciri khas
-
Bahkan (I3)
-
Tepat, konjungsi
warga kota. bagaimana
bahkan menegaskan
tidak? (2) Seperti masih
kebiasaan tidak
banyak sampah yang
menjaga lingkungan.
berserakan di
-
√
√
TS
Alasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
lingkungan, terlebih di sungai terlihat jelas banyak sampah, hingga hitam pekat warna air adanya pencemaran limbah. b. (1) Bukan hanya itu
-
Pemukiman
-
Tepat, karena
lingkungan kotor pun
padat, padat
mengandung makna
terdapat di pemukiman
pabrik, padat
generik yaitu
padat, padat pabrik,
pariwisata
Pemukiman padat dan
padat pariwisata,
(B)
makna spesifik yaitu
hingga kontrakan sekali
padat pabrik, padat
bagaimana tidak?
pariwisata.
(2)Seharusnya warga
-
sadar akan kebersihan lingkungan dengan
Tepat, karena kata seperti menyatakan
-
Seperti (N)
hubungan rincian dari
membiasa kan hidup
kebiasaan hidup
bersih seperti membuang
bersih.
sampah pada tempatnya,
-
-
Tepat, konjungsi dan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
membersihkan rumah
menyatakan
rutin, dan membiasakan
penambahan unsur
anak hidup dengan
-
Dan (I6)
yaitu membersihkan
kebersihan, bukan
rumah rutin, dan
dengan membiarkan nya
membiasakan anak
dengan bermain di
hidup dengan
lingkungan yang penuh
kebersihan.
√
√
√
√
dengan kotoran. c. (1) Penyakit tak datang
-
Bahkan (I3)
-
Tepat, konjungsi
dengan sendiri nya
bahkan menegaskan
melainkan lingkungan
panyakit berkembang
yang kotor, sumber
secara dahsyat.
penyakit dapat tumbuh
-
dengan cepat bahkan dahsyat berkembangnya
-
Tepat, karena mengandung makna
-
Nyamuk (B)
generik yaitu
sumber penyakitpun
serangga dan makna
terdapat pada
spesifik yaitu nyamuk
penumpukan sampah,
yang bertujuan untuk
limbah pabrik, hingga
menunjang kejelasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
ada pada air yang
dalam kalimat
tergenang. (2) Air yang
tersebut.
tergenang kenapa dapat menimbulkan penyakit? air yang terlalu lama tergenang dapat merangsang serangga nyamuk untuk dapat berkembang biak dengan cepat. Karangan 2 2
a. Di Indonesia masih
-
Dari
-
Pengulangan kata dari Di Indonesia masih
banyak masyarakat yang
kesemuanya
kesemuanya itu tidak
banyak masyarakat
membuang sampah di
itu (A)
tepat, karena
yang membuang
sembarang tempat.
menimbulkan
sampah di sembarang
Akibat ketidak sadaran
pemborosan kata.
tempat. Akibat ketidak
Kata seperti dalam
sadaran dari masyarakat
paragraf tersebut
yang membuang
tepat, karena
sampah di sembarang
dari masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat,
-
Seperti (N)
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
seperti di selokan, parit,
menyatakan
tempat, seperti di
dan sungai, dari
hubungan rincian
selokan atau parit, dan
kesemuanya itu tampa
yaitu selokan, parit,
sungai, tampa kita
kita sadari bahwa itu
dan sungai supaya
sadari bahwa itu
semua akan berakibat
kalimat lebih jelas.
semua akan berakibat
Tepat , konjungsi
negarif bagi kita dan
bahwa dalam
juga masyarakat.
negarif bagi kita dan juga
-
masyarakat. -
Bahwa (I3)
paragraf tersebut menegaskan membuang sampah sembarangan akan berakibat negatif. -
Kohesi sinonimi berupa selokan, parit
-
Selokan,
tidak tepat karena
parit (C)
seharusnya menggunakan konjungsi atau bukan tanda koma (,).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
-
Tepat, kata itu mengacu pada kalimat sebelumnya yaitu
-
Itu (F1)
membuang sampah sembarangan.
b. sampah menumpuk di
-
Maka (I2/J)
-
Tepat, konjungsi
selokan, parit, dan sungai
maka menyatakan
, ketiga datang musim
makna sebab akibat
penghujan maka
yaitu sampah
meluaplah sampah-
menumpuk di selokan
sampah yang bertumpuk
mengakibatkan
di sungai di selokan dan
banjir.
di parit-parit dan itu mengakibat kan
-
Karena (I2/J)
Tepat, konjungsi karena menunjukkan
terjadinya banjir, karena
hubungan akibat
sampah sudah memenuhi
sebab yaitu banjir
sungai parit dan yang
yang diakibatkan
merasakan dampak itu
sampah yang sudah
semua adalah kita semua
memenuhi sungai.
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
terutama masyarakat
-
Tepat, kata adalah
yang berdomisili/
mengacu pada kata
bertempat tinggal di
sesudahnya yaitu kita
sungai.
-
Adalah (F2)
semua terutama masyarakat yang berdomisili/ bertempat tinggal di sungai. -
Tepat, kohesi sinonimi berupa berdomisili/ bertempat tinggal
-
c. dari menumpuknya
-
Berdomisili/
berfungsi untuk
bertempat
menunjang kejelasan
tinggal (C)
kalimat.
Kita (A)
-
Tepat, pengulangan
dari menumpuknya
sampah di sungai dan
kata kita berfungsi
sampah di sungai dan
parit-parit itu juga
untuk memelihara
parit-parit itu juga
mengakibatkan tumbuh
kepaduan kalimat dan
mengakibatkan tumbuh
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
dan berkembang jentik-
menekankan
dan berkembang jentik-
jentik nyamuk, dari situ
pentingnya kata
jentik nyamuk, dari situ
pula kita dapat terserang
tersebut.
pula kita dapat
Tepat, konjungsi
terserang penyakit DBD
Bahwa,
bahwa menegaskan
dan lain-lain. Tampa
apalagi (I3)
dari ulah kita maka
kita sadari dari bahwa
maka kita sendiri yang
kita yang akan
dari ulah kita maka
menanggung akibatnya,
menanggung
kita sendiri yang
maka semoga kedepat
akibatnya dan
menanggung akibatnya,
kita akan semakin sadar
konjungsi apalagi
semoga kedepat kita
dan tidak ada lagi
menegaskan tidak ada akan semakin sadar
masyarakat yang
lagi yang membuang
sehingga tidak ada lagi
membuang sampah di
sampah disembarang
masyarakat yang
sembarang tempatnya
tempat terlebih
membuang sampah di
apalagi di sungai.
sungai.
sembarang tempatnya
Tepat, konjungsi
apalagi di sungai.
penyakit DBD dan lainlain. Tampa kita sadari
-
dari bahwa dari ulah kita
-
maka menyatakan hubungan sebab -
Maka (I2/J)
akibat yaitu dari ulah
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
kita akibatnya kita sendiri yang menanggung akibatnya, sedangkan konjungsi maka yang dicetak miring tidak menunjukkan hubungan sebab akibat sehingga tidak perlu digunakan. -
Konjungsi dan tidak tepat karena makna yang dihasilkan yaitu sebab akibat yaitu dengan adanya musibah banjir kita
-
Dan (I6)
akan semakin sadar akibatnya tidak ada lagi masyarakat yang
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
membuang sampah sembarangan. Karangan 3 3
a. (1) Untuk menjaga
-
Seperti (N)
Tepat, kata seperti
(1) Untuk menjaga
Lingkungan agar tetap
berfungsi menyatakan
Lingkungan agar tetap
bersih, indah dan sehat,
hubungan rincian
bersih, indah dan sehat,
kita harus membuang
berupa kekali atau
kita harus membuang
sampah pada tempat
sungai atau kedalam
sampah pada tempat
yang sudah disediakan.
parit yang bertujuan
yang sudah disediakan.
(2) Jangan membuang
supaya kalimat lebih
(2)Jangan membuang
sampah sembarangan,
jelas.
sampah sembarangan,
Tepat, kohesi
seperti kekali atau
Kekali atau
sinonimi berupa
sungai dan kedalam
sungai (C)
kekali atau sungai
parit.
-
seperti kekali atau sungai atau kedalam
-
-
parit.
berfungsi untuk menunjang kejelasan kalimat. -
Atau (I6)
Konjungsi atau dalam kata sungai atau
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
kedalam parit tidak sesuai, seharusnya menggunakan konjungsi dan karena menyatakan penambahan unsur.
b. (1) Apabila kita
-
Apabila (I4)
-
Tepat, kata apabila
membuang sampah
menyatakan syarat
kedalam sungai atau kali
yaitu dengan
akan membuat polusi,
membuang sampah ke
sehingga ikan-ikan akan
dalam sungai
mati, dan terjadi
membuat polusi.
pendangkalan terhadap kali tersebut. (2)Demikian juga
-
Tepat, kata sehingga
Sehingga
menyatakan
(I2/J)
hubungan akibat yaitu
apabila sampah di buang
polusi yang
kedalam parit, akan
mengakibatkan ikan-
menyebabkan banjir,
ikan akan mati.
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
sebab pada saat musim
-
Tepat, konjungsi dan
hujan tiba, saluran-
menyatakan
saluran air akan
penambahan unsur
tersumbat dan terjadilah
-
Dan (I6)
yaitu ikan-ikan akan
banjir.
mati dan terjadi pendangkalan terhadap kali tersebut. -
Tepat, kata demikian juga menunjukkan adanya penegasan jika membuang sampah
-
Demikian
kedalam parit akan
juga (L)
menyebabkan banjir. -
Tepat, kata sebab menunjukkan hubungan sebab akibat yaitu membuang sampah
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
sembarangan akan mengakibatkan banjir -
Sebab (I2/J)
karena saluran air akan tersumbat.
c. (1) Membuang sampah
-
Sampah (A)
-
Tepat, pengulangan
sembarangan juga akan
kata sampah
menimbulkan berbagai
berfungsi untuk
macam penyakit, seperti:
memelihara kepaduan
Diare, demam berdarah,
kalimat dan
tipus, dan lain-lain.
menekankan
(2)Oleh karena itu
pentingnya kata
untuk menjaga kesehatan
tersebut.
buanglah sampah pada tempatnya.
-
Seperti (N)
-
Tepat, kata seperti menyatakan adanya rincian yaitu diare, demam berdarah, tipus, dan lain-lain supaya kalimat lebih jelas.
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
-
Kata oleh karena itu
Oleh karena
menunjukkan
itu (I2/J)
hubungan sebab akibat yaitu dengan √
membuang sampah
√
pada tempatnya akan mengakibatkan kesehatan terjaga. Karangan 4 4
a. (1) Kebersihan adalah suatu keadaan dimana tak
-
Kebersihan
-
(A)
Tepat, pengulangan kata kunci berupa
ada sampah yang
kebersihan berfungsi
berserakan di mana-
untuk memelihara
mana. (2) Kebersihan
kepaduan kalimat dan
sangatlah penting untuk
menekankan
dilakukan, karena
pentingnya kata
dengan kebersihan yang
tersebut.
akan menjaga kita dari ancaman-ancaman
-
Tepat, kata karena menyatakan adanya
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
penyakit yang datang.
-
Karena (I2/J)
hubungan sebab akibat yaitu dengan menjaga kebersihan menyebabkan kita terhindar dari ancaman penyakit.
b. (1) Yang pertama adalah
-
Menjaga
-
Tepat, pengulangan
(1) Yang pertama
menjaga kebersihan diri
kebersihan
kata kunci berupa
adalah menjaga
sendiri. (2)Menjaga
diri sendiri
menjaga kebersihan
kebersihan diri
kebersihan diri sendiri
(A)
diri sendiri berfungsi
sendiri. (2)Menjaga
seperti mandi dua kali
untuk memelihara
kebersihan diri sendiri
sehari , memotong kuku
kepaduan kalimat dan
seperti mandi dua kali
dan menggosok gigi akan
menekankan
sehari , memotong kuku
membuat tubuh kita
pentingnya kata
dan menggosok gigi
selalu bersih.
tersebut.
akan membuat tubuh
Konjungsi sehingga
kita selalu bersih.
kebersihan telah didapat,
tidak tepat karena
(3)Kebersihan telah
maka tubuh kita akan
tidak ada makna yang
didapat, maka tubuh
menunjukkan akibat.
kita akan menjadi sehat
(3)Sehingga jika
menjadi sehat dan tidak
-
-
Sehingga
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
akan mudah terserang
(I2/J)
oleh penyakit.
Konjungsi yang
dan tidak akan mudah
digunakan berlebihan,
terserang oleh penyakit.
karena sudah ada konjungsi maka. -
Konjungsi jika maka seharusnya tidak digunakan secara bersamaan karena memiliki makna yang
-
Jika (I4)
berbeda yaitu
-
Maka (I2/J)
menyatakan syarat dan sebab akibat. Makna dalam kalimat tersebut menyatakan sebab akibat yaitu kebersihan telah didapat akibatnya tubuh menjadi sehat. -
Tepat, kata seperti
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
menyatakan hubungan rincian yaitu mandi dua kali sehari, memotong kuku, dan menggosok gigi. -
Seperti (N)
Tepat, kata dan menyatakan penambahan unsur yaitu tubuh kita akan menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit.
-
Tepat, koherensi perurutan menyatakan
-
Dan (I6)
suatu rangkaian yang berupa prosedur menjaga kebersihan.
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
-
Koherensi perurutan (Q)
c. (1) Selain mejaga
-
Selain (M)
-
Tepat, kata selain
kebersihan tubuh,
menyatakan adanya
menjaga kebersihan
makna penambahan,
lingkungan tempat
kata tersebut
tinggal juga sangat
merupakan rangkaian
penting untuk dilakukan.
prosedur menjaga
(2) Membersihakan seisi
kebersihan yang
rumah dan lingkungan
kedua.
sekitar akan membuat
-
lingkungan menjadi bersih dan tidak menjadi sarang bagi penyakit untuk tumbuh dan
Tepat, kata sehingga menyatakan
-
Sehingga
hubungan sebab
(I2/J)
akibat yaitu dengan menjaga kebersihan
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
berkembang. (3) Ada
lingkunagn
beberapa cara yang dapat
menyebabkan nyamuk
dilakukan untuk menjaga
tidak bisa
kebersihan lingkungan
berkembang.
kita seperti, mengubur barang-barang bekas,
√
√
√
√
menguras bak mandi dan menutup semua sumber air sehingga nyamuk tidak bisa berkembang biak di sana. d. (1) Demikian cara hidup bersih dan bermanfaat
-
Demikian
-
(F1)
Tepat, Kata demikian menunjuk pada
yang bisa kita dapatkan.
kalimat sebelumnya
(2) Oleh karena itu,
mengenai tata cara
marilah kita semua
hidup bersih dan
menjaga kebersihan baik
bermanfaat.
kebersihan diri maupun kebersihan lingkungan
-
-
Konjungsi agar tepat karena menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
agar kita menjadi sehat dan terhindar dari
makna sebab akibat -
Agar (I2/J)
yaitu dari menjaga
penyakit yang
kebersihan akan
mengancam.
mengakibatkan kita menjadi sehat. Karangan 5
5
a. (1) Aku mempunyai
-
Baim (A)
-
Terdapat
(1)Aku mempunyai
seorang teman yang
ketidaktepatan
seorang teman yang
bernama Baim. (2) Baim
yaitu pada bagian
bernama Baim. (2) Baim
memiliki kebiasaan
pengulangan kata
memiliki kebiasaan
buruk yang
Baim yang
buruk yang dilakukan.
dilakukannya.
menimbulkan
(3)Seringkali ia
(3)Seringkali Baim
kalimat tidak
membuang sampah di
membuang sampah di
efektif, karena
sembarangan tempat. (4)
sembarangan tempat.
terjadi pemborosan
Ketika membuang
(4)Ketika membuang
kata. Penulis bisa
sampah, ia hanya
sampah, Baim hanya
saja melakukan
membuang sampah di
membuang sampah di
substitusi supaya
selokan depan rumahnya.
selokan depan
dapat memperoleh
(5)Kebiasaan buruk ini
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
rumahnya. (5)
unsur pembeda,
Kebiasaan buruk ini
sehingga tidak
sudah diperingati.
terkesan
sudah diperingati.
melakukan pemborosan kata. -
Dilakukannya, -
Tepat, kata
rumahnya (G)
dilakukannya dan
√
√
rumahnya dalam kalimat tersebut merupakan suatu penggantian terhadap Baim. Penggantian tersebut bermaksud untuk memperoleh unsur pembeda. b. (1) Suatu hari terjadi musim hujan yang berkepanjangan.
-
Maka, sehingga (I2)
-
Tepat, konjungsi maka dan sehingga
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
(2)Akibat ulah Baim,
menunjukkan
maka dikampungnya
adanya hubungan
mengalami Banjir
sebab akibat.
Bandang. (3)Keadaan ini
Makna sebab
berlangsung cukup parah
akibat yang
sehingga ketinggian
ditunjukkan
banjir hampir melewati
konjungsi maka
atap rumahnya.
yaitu ulah Baim dengan membuang sampah sembarangan mengakibatkan kampunya mengalami banjir. Makna sebab akibat yang ditunjukkan konjungsi sehingga yaitu keadaan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
banjir yang parah mengakibatkan ketinggian banjir hampir melewati atap. -
Ini (F1)
-
Kata ini tepat,
√
√
√
√
karena mengacu pada pada kalimat sebelumnya yaitu keadaan banjir. c. (1) Akibat dari kejadian
-
Tersebut (F1)
-
Tepat, kata
tersebut, banyak hal
tersebut menunjuk
buruk menimpanya.
pada kalimat
(2)Diantaranya adalah
sebelumnya, yaitu
seluruh harta bendanya
kejadian banjir.
rusak akibat banjir,
-
Adalah (N)
-
Tepat, kata adalah
kegiatan lainnya lumpuh
merupakan
total. (3) Belum lagi
koherensi rincian
penyakit yang
karena menyatakan
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
dideritanya akibat dari
hubungan rincian
pasca banjir. (4) Baim
mengenai dampak
harus terbaring lemas di
banjir, hal tersebut
rumah sakit karena
bertujuan supaya
terkena penyakit diare
kalimat lebih jelas.
dan demam berdarah.
-
Karena (I2/J)
-
Tepat, kata karena menunjukkan hubungan sebab akibat yaitu Baim terbaring lemas di rumah sakit dikarenakan terkena penyakit.
-
Dan (I6)
-
Tepat, kata dan menunjukkan adanya penambahan unsur dalam kalimat yaitu diare dan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
demam berdarah. Karangan 6 6
a. (1) Membuang sampah di
-
Sampah (A)
-
Tepat, karena
sembarang tempat akan
pengulangan kata
berakibat tidak baik bagi
kunci sampah
kesehat tubuh dan
berfungsi untuk
lingkungan sampah
memelihara kepaduan
sebaiknya di buang di
kalimat dan
tempat pembuangan
menekankan
sampah agar tidak
pentingnya kata
menimbulkan banyak
tersebut.
masalah pada lingkungan. (2) Sampah
-
Pembuangan (Eku)
-
Tepat, kata pembuangan
yang dibuang tidak pada
menyatakan suatu
tempatnya akan
keadaan yang
menyebabkan terserang
sebanding atau
berbagai penyakit.
memiliki arti yang sama dengan kata buang.
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
b. (1) Menjaga lingkungan
-
Agar (I2/J)
-
Tepat, kata agar
agar tetap bersih dan
memiliki makna
terhindar dari berbagai
sebab akibat yaitu
macam penyakit, Sampah
dengan menjaga
harus di buang pada
lingkungan akan
tempatnya.
mengakibatkan
(2)Kesadaran akan
lingkungan tetap
pentingnya lingkungan
bersih dan terhindar
bersih dan sehat bebas
dari penyakit.
dari sampah masyarakat harus disiplin dalam
-
Dan (I6)
Tepat, kata dan dalam kalimat tersebut
menangani sampah agar
menyatakan adanya
tidak menjadi sumber
penambahan unsur
penyakit.
yaitu bersih dan terhindar dari berbagai macam penyakit. -
Tepat, kata tempatnya mengacu
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
pada pada kata -
Tempatnya
sebelumnya, yaitu
(G)
tempat pembuangan sampah.
c. (1) Kebersihan
-
Dan (I6)
-
Tepat, konjungsi dan
lingkungan harus dijaga
menyatakan adanya
bersama dengan
penambahan unsur
kesadaran masyarakat
yaitu sehat dan
akan hidup sehat dan
nyaman.
nyaman tanpa polusi udara yang tercemar.
-
Adalah (F2)
-
√
√
Kohesi referensi kataforis berupa
(2)Mencerminkan
adalah tepat, karena
kebersihan adalah
menunjuk pada
sebagian dari iman.
konstituen sesudah kata yang ditunjuk. Karangan 7
7
a. (1) Dalam bermasyarakat
-
Kita (A)
-
Pengulangan kata
(1) Dalam
kita sering dihadapkan
kunci kita berfungsi
bermasyarakat kita
pada suatu permasalahan
untuk memelihara
sering dihadapkan pada
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
alam yang terjadi
kepaduan kalimat dan
suatu permasalahan
dilingkungan sekitar
menekankan
alam yang terjadi
kita. (2) Permasalahan-
pentingnya kata
dilingkungan sekitar
permasalahan tersebut
tersebut.
kita. (2)Permasalahan-
Tepat, konjungsi
permasalahan tersebut
setelah mempunyai
timbul karena ulah
mampu berterima kasih
makna yang berkaitan
manusia yang tidak
atas nikmat yang telah
dengan waktu yaitu
mampu berterima kasih
alam ini berikan.
peristiwa yang akan
atas nikmat yang telah
(3)Manusia pada
terjadi dengan
alam ini berikan. (3)
dasarnya tidak pernah
perilaku manusia
Manusia pada dasarnya
puas dengan apa yang
yang tidak pernah
tidak pernah puas
sudah ada, setelah
puas dengan apa
dengan apa yang sudah
dinikmati/
yang sudah ada.
ada, setelah dinikmati
Tidak tepat, kata
dan menggunakan pada
pada akhirnya manusia
dinikmati/
akhirnya manusia tidak
tidak pernah
menggunakan bukan
pernah
Dinikmati/
kohesi sinonimi,
mempertimbangkan
menggunaka
karena kata tersebut
dampaknya kedepan.
timbul karena ulah manusia yang tidak
-
Setelah (I5)
-
menggunakan maka
mempertimbangkan dampaknya kedepan.
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
(4)Bahkan manusia
n (C)
seharusnya memiliki
(4) Bahkan manusia
tidak pernah sadar
makna penambahan
tidak pernah sadar
bahwa hal yang
bukan pemilihan. Jadi
bahwa hal yang
dilakukan berdampak
seharusnya
dilakukan berdampak
sangat fatal bagi
menggunakan
sangat fatal bagi
kehidupan.
konjungsi dan.
kehidupan.
-
Terdapat konjungsi yang tidak sesuai, yaitu pada kata maka. Konjungsi maka sebenanrnya tidak
-
Maka (I2/J)
perlu digunakan karena tidak terdapat makna sebab akibat pada kalimat tersebut. -
Tepat, konjungsi karena menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yaitu
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
permasalahan yang berhubungan dengan alam timbul -
Karena (I2/J)
diakibatkan ulah manusia. -
Kata bahkan dan √
bahwa yaitu menegaskan suatu hal. Kata bahkan dan bahwa menegaskan manusia memang tidak pernah sadar akan dampak yang -
Bahkan,
berakibat fatal bagi
bahwa (I3)
lingkungan akibat tidak menjaga alam.
b. (1) Dari sekian banyak kegiatan manusia yang
-
Jika (I4)
-
Konjungsi jika tidak
(1) Dari sekian banyak
tepat, karena
kegiatan manusia yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
sering merusak
konjungsi yang
sering
lingkungan dan alam.
digunakan berlebihan.
lingkungan dan alam.
(2)Pembuangan sampah
Jadi, lebih baik
(2)Pembuangan sampah
tidak pada tempatnya
konjungsi jika
tidak pada tempatnya
merupakan salah satu hal
dihilangkan supaya
merupakan salah satu √
terburuk yang dilakukan.
kalimat lebih efektif.
hal
(3) Jelas sekali manusia
Makna yang
dilakukan.
begitu paham bahwa
dihasilkan pun sebab
sekali manusia begitu
jika membuang sampah
akibat bukan syarat.
paham
bahwa
Kata bahwa tepat
membuang
sampah
karena menekankan
sembarangan terutama
jika membuang
didaerah aliran sungai
sampah sembarangan
dapat
terutama di daerah
terjadinya banjir.
sembarangan terutama
-
didaerah aliran sungai dapat menyebabkan
-
Bahwa (I3)
terjadinya banjir.
merusak
terburuk
yang
(3)
Jelas
menyebabkan
aliran sungai akan menyebabkan banjir. c. (1) Semakin sering
-
Membuang
-
Tepat, Kohesi
(1) Semakin sering
manusia membuang
sampah
sinonimi yang berupa
manusia membuang
sampah sembarangan
sembarangan
membuang sampah
sampah sembarangan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
atau tidak pada
atau tidak
sembarangan atau
atau tidak pada
tempatnya maka
pada
tidak pada
tempatnya maka
semakin banyak sampah
tempatnya
tempatnya berfungsi
semakin banyak
yang akan menumpuk
(C)
untuk menunjang
sampah yang akan
kejelasan kalimat.
menumpuk dan pada
Tidak tepat, kata
akhirnya siklus air
hal tersebut dibiarkan
maka menyatakan
tersumbat. (2) Jika hal
terus menerus maka
hubungan sebab
tersebut dibiarkan terus
akibat. Konjungsi
menerus, seluruh
yang ada didalam air
dalam kalimat
komponen hidup yang
akan mati akibat air yang
tersebut menyatakan
ada didalam air akan
sudah tercemar.
syarat.
mati akibat air yang
Tepat, konjungsi jika
sudah tercemar.
dan pada akhirnya siklus air tersumbat. (2) Jika
seluruh komponen hidup
-
-
Maka (I2)
-
menyatakan syarat yaitu dengan -
Jika (I4)
banyaknya sampah yang menumpuk, seluruh komponen hidup dalam air akan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
mati. d. (1) Hal terburuk yang
-
Karena (I2/J) -
Tepat, kata karena
terjadi akibat
menyatakan
tersumbatnya air karena
hubungan sebab
sampah ialah ketika
akibat yaitu sampah
hujan turun maka akan
mengakibatkan air
menyebabkan terjadinya
tersumbat.
banjir. (2) Tentu saja dengan adanya banjir
-
Maka (I2/J)
Tepat, kata maka menyatakan
sangat berdampak buruk
hubungan sebab
bagi manusia, misalnya
akibat yaitu air yang
rumah terendam air
tersumbat karena
banjir, lingkungan
sampah akan
menjadi kotor serta
menyebabkan banjir
berdampak buruk bagi
ketika hujan turun.
kesehatan manusia.
-
Tepat, kata misalnya dalam paragraf
-
Misalnya (N)
tersebut berfungsi menyatakan
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
hubungan rincian yaitu mengenai dampak banjir supaya kalimat lebih jelas e. (1) Banjir biasanya
-
sangat identik dengan
Tersebut
-
(F1)
Tepat, kata tersebut mengacu pada kalimat
timbulnya berbagai
sebelumnya yaitu
pemyakit yang
penyakit-penyakit
menyerang tubuh
yang menyerang
manusia dan akibat dari
tubuh manusia.
penyakit-penyakit
-
tersebut manusia sering dirawat dirumah sakit.
Tepat, kata yaitu berfungsi menyatakan
-
Yaitu (N)
-
hubungan rincian
(2) Penyakit yang sering
yaitu DBD, malaria,
timbul dikala banjir yaitu
penyakit gatal-gatal,
DBD, malaria, penyakit
diare, muntaber,
gatal-gatal, diare,
cacar dan masih
muntaber, cacar dan
banyak penyakit
masih banyak penyakit
lainnya supaya
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
lainnya.
kalimat lebih jelas. Karangan 8
8
a. (1) Dimana-mana kita
-
Kita (A)
Tidak tepat, terdapat
(1) Dimana-mana kita
sering melihat tulisan,
pemborosan pada
sering melihat tulisan,
baik dipinggir jalan,
pengulangan kata
baik dipinggir jalan,
maupun di Sekolah, di
kunci kita sehingga
maupun di Sekolah, di
Kantor, bahkan di
membuat kalimat
Kantor, bahkan di
rumah kita sekalipun,
menjadi tidak efektif.
rumah sekalipun, ada
Tepat, kata maupun
tulisan yang membuat
dan bahkan tepat
kita sadar dan harus
Maupun,
karena penulis
mepikirkan akibat
bahkan (I3)
bermaksud
perbuatan tersebut
yaitu, Dilarang
menekankan
yaitu, Dilarang
membuang sampah
pentingnya tulisan
membuang sampah
sembarangan. (2)Karena
yang menyatakan
sembarangan. (2) Jika
jika kita membuang
dilarang membuang
membuang sampah
sampah sembarangan,
sampah
sembarangan, semua
maka semua kita akan
sembarangan.
akan terkena
Tepat, kata yaitu
dampaknya yaitu banjir
ada tulisan yang
-
-
membuat kita sadar dan harus kita pikirkan akibat perbuatan tersebut
terkena dampaknya yaitu
-
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
banjir akan melanda kita
dalam paragraf
akan melanda karena
karena sampah membuat
tersebut menunjuk
sampah membuat
pada kata sesudahnya
selokan-selokan air
tersumbat, sehingga air
yaitu dilarang
tersumbat, sehingga air
hujan tidak lancar
membuang sampah
hujan tidak lancar
mengalir, terjadilah
sembarangan.
mengalir, terjadilah
Konjungsi karena
genangang air meluap
hingga meluap dengan
tidak sesuai, karena
hingga meluap dengan
ketinggian yang tidak
tidak menunjukkan
ketinggian yang tidak
diduga masyarakat.
adanya hubungan
diduga masyarakat.
selokan-selokan air
-
Yaitu (F2)
genangang air meluap
-
-
Karena (I2/J)
sebab akibat. -
Konjungsi jika dan maka tidak dapat digunakan secara bersamaan karena menyatakan makna
-
Jika (I4)
yang berbeda. Makna
-
Maka (I2/J)
yang dihasilkan dalam kalimat tersebut yaitu
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
syarat bukan sebab akibat. Maknanya yaitu dengan membuang sampah sembarangan menimbulkan banjir. -
Konjungsi sehingga tepat karena mengandung makna √
sebab akibat yaitu sampah membuat selokan tersumbat mengakibatkan air hujan tidak lancar -
Sehingga
mengalir.
(I2/J) b. (1) Dengan adanya banjir, warga terpaksa mengungsi keatas atap
-
Banjirmusibah (B)
-
Tepat, kata banjir dan musibah mempunyai hubungan
-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
rumah untuk
yang sama yaitu
menyelamatkan diri
banjir adalah suatu
bersama kucingnya.
musibah.
(2)Musibah yang tidak disangkah-sangkah
-
Tetapi (I1/L)
Tepat, konjungsi tetapi menunjukkan
seperti ini, kalau dilihat
hubungan perlawanan
sepeleh tetapi kadang
yaitu musibah banjir
membawa kerugian yang
terlihat sepele tapi
sangat besar. (3) Seperti
membawa kerugian
barang-barang yang tidak
besar.
√
sempat diselamatkan, atau peliharaan, tentu membuat kita merasa resah dan kecewa. c. (1) Dampak banjir dapat
-
Seperti (N)
-
Tepat, kata seperti
(1) Dampak banjir
membawa wabah
dalam paragraf
dapat membawa wabah
penyakit, seperti diare
tersebut berfungsi
penyakit, seperti diare
atau penyakit malaria,
menyatakan
dan penyakit malaria,
karena akibat genangan
hubungan rincian
akibat genangan air
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
air dapat membuat
yaitu diare atau
dapat membuat
lingkungan jadi kotor,
malaria supaya
lingkungan jadi kotor,
sehingga membuat rasa
kalimat lebih jelas.
sehingga membuat rasa
Konjungsi atau tidak
udara tidak sedap dan
segar. (2) Jadi semoga
sesuai, karena kalimat
segar. (2) Jadi semoga
kita tidak kena musibah
tersebut menyatakan
kita tidak kena musibah
banjir, diharapkan pada
penambahan kata
banjir, diharapkan pada
semua warga sadar akan
bukan pemilihan.
semua warga sadar
Konjungsi karena
akan akibat atau
tepat, karena
dampak membuang
menujukkan
sampah sembarangan.
udara tidak sedap dan
-
Atau (I6)
-
-
akibat atau dampak membuang sampah sembarangan.
-
Karena (I2/J)
hubungan sebab akibat yaitu genangan air mengakibatkan lingkungan menjadi kotor. -
konjungsi sehingga tepat karena menyatakan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
-
Sehingga
hubungan sebab
(I2/J)
akibat yaitu lingkungan yang kotor menyebabkan udara tidak sedap dan segar. -
Tepat, kata dan menyatakan adanya penambahan unsur yaitu sedap dan
-
Dan (I6)
segar. -
Kohesi sinonimi berupa kata akibat atau dampak tepat karena berfungsi untuk menunjang
-
Akibat atau
kejelasan kalimat.
dampak (C) Karangan 9
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
9
a. Di Indonesia masih
-
Sampah (A)
-
Tepat, pengulangan
banyak masyarakat
kata kunci sampah
kurang memperhatikan
berfungsi untuk
tempat membuang
memelihara kepaduan
sampah sehingga ada
kalimat dan
sungai yang tercemar
menekankan
oleh sampah. Akibat
pentingnya kata
membuang sampah
tersebut. -
sembarangan atau tidak membuang sampah pada
-
Tepat, kata sehingga
Sehingga
menyatakan
(I2/J)
hubungan sebab
tempatnya sehingga di
akibat yaitu
selokan, parit dan
masyarakat kurang
sungai dari kesemuanya
memperhatikan
itu tanpa kita sadari akan
tempat membuang
membawa dampak
sampah akibatnya
Negatif bagi masyarakat.
sungai tercemar oleh sampah. -
Tepat, kohesi
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
sinonimi berupa kata membuang sampah -
Membuang
sembarangan atau
sampah
tidak membuang
sembarangan
sampah pada
atau tidak
tempatnya, Selokan-
membuang
parit berfungsi untuk
sampah pada
menunjang kejelasan
tempatnya,
kalimat.
√
√
Selokan-parit (C) b. Sampah menumpuk di
-
Karena (J)
-
Tepat, kata karena
selokan, parit dan sungai
menyatakan
ketika datang musim
hubungan sebab
hujan maka meluaplah
akibat yaitu sampah
sampah-sampah yang
menumpuk di selokan
bertumpukan di selokan,
mengakibatkan
parit-parit dan sungai
bencana banjir.
terjadilah banjir karena
-
Tepat, kata situ
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
sampah-sampah sudah
-
Situ (G)
merupakan referen
memenuhi selokan, parit
yang mengacu pada
dan sungai dan yg merasa
suatu tempat dimana
dampak itu masyarakat
masyarakat
yang berdomisili di
berdomisili.
sekitar situ c. dari penumpukan sampah
-
Nyamuk (A)
-
Tepat, pengulangan
di sungai dan diparit-
kata kunci nyamuk
parit itu juga
berfungsi untuk
mengakibatkan tumbuh
memelihara kepaduan
dan berkembang jentik-
kalimat dan
jentik nyamuk dan akibat
menekankan
nyamuk tersebut, bisa
pentingnya kata
terserang penyakit
tersebut.
Demam berdarah (DBD) masyarakat yang ada di
-
Disitu (G)
Tepat, kata disitu merupakan referen
sekitar / yang berdomisili
yang memgacu pada
disitu
suatu tempat dimana masyarakat
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
berdomisili. Karangan 10 10
a. (1) Lingkungan Tempat
-
Masyarakat
-
Tepat, kohesi
tinggal kita merupakan
banyak atau
sinonimi berupa kata
hal yang tidak terlepas
khalayak
masyarakat banyak
dari masyarakat banyak
ramai (C)
atau khalayak ramai
atau khalayak ramai,
berfungsi untuk
dimana kesadaran
menunjang kejelasan
masing-masing anggota
kalimat.
rumah berbeda antara yang satu dengan yang Lain. (2) Supaya tercapai
-
-
Tepat, kata
Selanjutnya
selanjutnya
(I5)
merupakan konjungsi
Lingkungan rumah yang
yang menyatakan
sehat perlu ditanamkan
rangkaian waktu yang
rasa cinta Lingkungan
akan terjadi yaitu
kepada anak sejak masih
masa balita menuju
balita dan selanjutnya
masa anak-anak dan
masa anak-anak.
kejenjang yang lebih
(3)Apabila anak sudah
tinggi.
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
tertanam rasa cinta
-
Tepat, kata yaitu
Lingkungan, pasti mudah
dalam paragraf
selanjutnya kejenjang
tersebut berfungsi
yang lebih tinggi ,
-
Yaitu (N)
menyatakan
termasuk yang paling
hubungan rincian
mudah kita ajari kepada
yaitu membuang
anak bagaimana supaya
sampah pada
rumah tetap bersih ?
tempatnya, memilah
yaitu salah satu
sampah supaya
membuang sampah pada
kalimat lebih jelas
tempatnya, sampah
-
Tepat, pengulangan
harus dipilah pilah yaitu
kata kunci berupa
sampah organik dan
sampah dan sampah
organik. (4) Sampah
organik berfungsi
organik bisa kita olah
-
Sampah (A)
untuk memelihara
menjadi hal yang
-
Sampah
kepaduan kalimat dan
organik (A)
menekankan
berguna untuk lingkungan rumah.
pentingnya kata
(5)Sampah organik
tersebut.
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
diolah menjadi pupuk, digunakan untuk tanaman disekitar rumah supaya lingkungan rumah tetap hijau. b. (1) Sampah tidak
-
Tidak
-
Tepat, kohesi
berguna atau tidak
berguna atau
sinonimi berupa kata
berfungsi ditanam
tidak
tidak berguna atau
didalam tanah , supaya
berfungsi,
tidak berfungsi,
tidak mencemari
Parit/got (C)
Parit/got berfungsi
Lingkungan.
untuk menunjang
(2)Lingkungan yang
kejelasan kalimat.
tercemar menyebabkan
-
timbulnya berbagai penyakit salah satu akibat, membuang
Tepat, kata sehingga menunjukkan adanya
-
Sehingga
hubungan sebab
(I2/J)
akibat yaitu
sampah sembarangan
membuang sampah
berakibat parit/got
sembarangan
meluap sehingga terjadi
mengakibatkan
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
penumpukan sampah
sampah menumpuk di
disungai, sungaipun
sungai.
menjadi dangkal sehingga waktu musim hujan air sungai tidak bisa tertampung dengan semana mestinya. c. (1) Akibat semua itu
-
Itu (F1)
-
Tepat, kata itu
banjir melanda
merupakan referen
perkampungan dan
yang mengacu pada
rumahpun menjadi bulan-
kata sebelumnya yaitu
bunan air tergenang.
akibat membuang
(2)Semuanya ini
sampah
menyebabkan penyakit
sembarangan.
salah satunya diare dll.
-
Dan (I6)
Kata dan merupakan konjungsi yang menghubungkan dua unsur yaitu banjir melanda
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
perkampungan dan rumah menjadi tergenang air. Karangan 11 11
a. Kurang lebih dua puluh
-
Dua puluh
-
Tepat, kata dua
tahun yang lalu di
tahun yang
puluh tahun yang
pedalaman Kalimantan
lalu (O)
lalu menyatakan
Timur tepatnya di sebuah Desa kecil yang terletak
-
waktu lampau. -
Yaitu (F2)
-
Tepat, kata yaitu
di pinggir perairan sungai
dalam paragraf
mahakam yaitu kampung
tersebut menunjuk
mamahak Teboq yang
kata sesudahnya yaitu
sangat-sangat nyaman,
kampung Mamahak
aman, dan indah.
Teboq. -
Dan (I6)
-
Tepat, kata dan merupakan konjungsi yang menghubungkan dua yaitu nyaman, aman, dan indah.
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
b. (1) Sekarang Kisah Desaku yang nyaman,
-
Sekarang (P) -
Tepat, kata sekarang
-
Dulu (P)
dan dulu menyatakan
aman dan indah itu telah
hubungan rangkaian
menjadi dongeng
waktu antara keadaan
Sebelum tidur oleh
desa yang sekarang
ayahku tercinta, ayah
dengan yang dulu
selalu menceritakan
yaitu dua puluh tahun
kepada anak-anak dan
yang lalu.
cucu-cucunya bahwa
-
Tepat, konjungsi
dulu, kehidupan
bahwa berfungsi
masyarakat sangatlah
menegaskan
mudah baik dalam hal
-
Bahwa (I3)
kehidupan zaman
bercocok tanam,
dulu jauh lebih
maupun usaha-usaha
mudah.
lainnya karena
-
Tepat, kata itu
lingkungan hidup seperti
merupakan referen
air dan hutan di sekitar
yang mengacu pada
kampung sangatlah teduh dan nyaman. (2) Karena
-
Itu (F1)
kata sebelumnya yaitu desaku.
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
semua warga kampung
-
Tepat, kata maupun
sangat aktif dalam
merupakan konjungsi
menjaga kebersihan
yang menegaskan
kampung dan kelestarian
kehidupan dulu
hutannya. yang sangat
-
Maupun (I3)
sangatlah mudah
hijau, rimbun dan teduh
untuk bercocok tanam
temoat segala hewan-
maupun usaha lain.
hewan berteduh.
-
Tepat, kata karena menyatakan hubungan sebab akibat yaitu kehidupan masyarakat dulu mudah untuk
-
Karena (I2/J)
bercocok tanam yang diakibatkan lingkungan hidup sangatlah teduh dan nyaman.
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
c. (1) Namun sekarang
-
kurang lebih lima tahun
Namun
-
(I1/L)
Tepat, kata namun dalam kalimat
terakhir ini telah datang
tersebut menunjukkan
orang-orang tidak kami
adanya hubungan
kenal sebelumnya untuk
perlawanan, yaitu
mengambil dan merusak
antara keadaan dulu
semua kekayaan alam
dan keadaan
yang kami miliki: tanah,
sekarang.
hutan, Emas, batu bara,
-
batu koral, pasir, dan kayu. (2) Kayu yang
Tepat, kata sekarang menyatakan
-
Sekarang (P)
rangkaian waktu saat
kami miliki di ambil
ini pada waktu itu.
dengan cara membuka
-
Tepat, kata lima
perusahaan yang
tahun terakhir
berujung pada
menyatakan makna
pembabatan dan
yang berhubungan
penggrusakan terhadap hutan secara besarbesaran namun ujungnya
-
-
Lima tahun
dengan waktu yaitu
terakhir (O)
lima tahun belakangan ini pada
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
selalu masyarakat
waktu itu.
pedesaan yang
-
Tepat, kata
disalahkan dan ini lah
sebelumnya
buktinya yang kita
merupakan konjungsi
rasakan sekarang kabut
yang berhubungan
asap yang tebal menutupi
-
alam, jagat raya ini
Sebelumnya
dengan waktu yang
(I5)
menyatakan waktu
dengan kejam seperti
sebelum lima tahun
kejamnya para pengusaha
ini.
kaya. tidak hanya itu
-
Tepat, kata dan
banjirpun sering datang
merupakan konjungsi
melanda sehingga segala
yang menyatakan
macam penyakit pun
penambahan unsur
datang tiba-tiba ha ha..
yaitu mengambil dan
ha.. ha dengan kejamnya merenggut jiwa-jiwa tak berdosa
-
Dan (I6)
merusak. -
√
Tepat, kata sehingga menyatakan hubungan sebab akibat yaitu banjir
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
yang datang menyebabkan segala -
Sehingga
penyakit datang.
(I2/J) Karangan 12 12
a. (1) Kala itu disuatu desa,
-
Kala itu (P)
-
Tepat, kata kala itu
mentari belum bangun
menyatakan makna
dari Peraduannya, Ayam-
yang berhubungan
ayam jagopun belum
dengan waktu yang
melakukan tugasnya.
terjadi saat itu yaitu
(2)Namun, Lukman
ketika pagi di suatu
telah Keluar dari
desa.
rumahnya. (3)Hembusan angin Pagi yang dingin berusaha
-
Tepat, kata
Rumahnya
rumahnya dalam
(G)
kalimat tersebut
membekukannya.
merupakan suatu
(4)Tangannya yang kekar
penggantian terhadap
telah memegang sebuah
Lukman. Penggantian
ember yang hendak
tersebut bermaksud
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
menimba air.
untuk memperoleh unsur pembeda. -
Tepat, kata namun √
menyatakan hubungan perlawanan -
Namun
karena pada saat
(I1/L)
ayam jago belum
√
melakukan tugasnya, lukman sudah bangun dan keluar dari rumahnya.
b. (1) Pada saat Lukman
Tepat, kata
(1) Pada saat Lukman
langkahnya
melangkahkan kakinya
menuju ke sungai,
mempunyai
menuju
langkahnya terhenti oleh
ekuivalensi atau
langkahnya
suatu pemandangan yang
kesamaan dengan kata oleh
suatu
tidak mengenakkan.
melangkahkan.
yang
melangkahkan kakinya
-
Langkahnya (eku)
-
ke
pemandangan
sungai, √ terhenti
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
(2)Dilihatnya Pak Hadi
Tepat, kata dan
tidak mengenakkan. (2)
menyatakan adanya
Dilihatnya
saja membuang sampah
penambahan unsur
yang dengan seenaknya
ke sungai. (3) Tanpa rasa
yaitu berdosa dan
saja membuang sampah
berdosa dan bersalah pak
bersalah.
ke sungai. (3) Tanpa
Kata namun tidak
rasa
tepat karena kata
bersalah pak Hadi pun
Namun
namun seharusnya
berlalu
(I1/L)
dipakai setelah tanda
pandangannya.
namun pak Hadi berlalu
titik. Konjungsi yang
Lukman
ingin
sekali
begitu cepat. (5) Lukman
digunakan seharusnya
menegur
pak
Hadi,
kembali melanjutkan
tetapi. Namun
tetapi pak Hadi berlalu
Langkah kakinya menuju
maknanya sesuai
begitu
sungai untuk mengambil
yaitu menyatakan
Lukman
kembali
air. (6) Usai mengambil
hubungan perlawanan
melanjutkan
Langkah
air Lukman pun kembali
yaitu Lukman ingin
kakinya menuju sungai
ke rumah.
menegur Pak Hadi,
untuk mengambil air.
karena Pak Hadi
(6)Usai mengambil air
berlalu begitu cepat
Lukman pun kembali
yang dengan seenaknya
-
Dan (I6)
Hadi pun berlalu dari
-
pandangannya. (4)Lukman ingin sekali menegur pak Hadi,
-
Pak
berdosa
Hadi
dan
dari (4) √
cepat.
(5)
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
Lukman tidak bisa
ke rumah.
menegurnya. -
Tepat, pengulangan kata kunci berupa air berfungsi untuk memelihara kepaduan kalimat dan menekankan pentingnya kata
c. (1) Setelah beberapa saat
-
Air (A)
-
Setelah (P)
tersebut. -
Tepat, kata setelah
beristirahat diteras
menyatakan
rumahnya tiba-tiba
hubungan rangkaian
hujanpun turun dengan
waktu yaitu setelah
derasnya, yang disertai
Lukman mengambil
angin kencang. (2) Hujan
air di sungai, ia
berlangsung sangat lama,
beristirahat di teras
air sungaipun mulai
rumah.
meluap. (3) Rumah
-
Tepat, pengulangan
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
Lukman yang terletak tidak jaUh dari pinggir
kata kunci berupa -
Lukman (A)
Lukman berfungsi
sungai, Lama-kelamaan
untuk memelihara
tenggelam oleh luapan
kepaduan kalimat dan
air sungai. (4) Lukman
menekankan
sangat sedih dengan
pentingnya kata
musibah yang
tersebut.
√
√
menimpanya dan warga yang ada di desanya. (5)Dalam sekejap saja desanya tergenang oleh Luapan air sungai, bak pulau ditengah Lautan. d. (1) Lukman duduk
-
Jika (I4)
-
Tepat, kata jika
termenung diatas atap
menyatakan adanya
rumahnya.
hubungan syarat yaitu
(2)Melepaskan
membuang sampah ke
pandangannya ke
sungai merupakan
sekeliling, hatinya sedih.
syarat terjadinya
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
(3) Dalam hatinya
-
menggerutu, kapankah
Sehingga (I2/J)
banjir. -
Tepat, kata sehingga
manusia mempunyai
menyatakan
kesadaran agar tidak
hubungan sebab
membuang sampah Lagi
akibat yaitu aliran
ke sungai. (4) Inilah
sungai yang
salah satu akibat yang
tersumbat
sering terjadi jika kita
mengakibatkan
sering membuang
banjir.
√
sampah ke sungai, yang mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai sehingga menyebabkan banjir. e. (1) Setelah beberapa
-
Setelah (P)
-
Tepat, kata setelah
lama terdiam di atas atap
menyatakan
rumahnya, Lukmanpun
hubungan rangkaian
kembali ke tempat
waktu yang akan
pengungsian dengan
terjadi. Di paragraf
-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
menggunakan
sebelumnya
sampannya. (2) Di sana
menjelaskan bahwa
ada banyak warga yang
Lukman duduk di atas
telah mengungsi
atap rumah, setelah
menyelamtkan diri dari
itu Lukman kembali
luapan air sungai itu.
ke pengungsian.
(3)Tiba-tiba tubuh
-
Lukman menjadi sangat dingin dan lemas,
Tepat, kata di sana merupakan referen
-
Di sana (G)
yang mengacu pada
matanya berkunang-
suatu tempat yaitu di
kunang dan tak lama
pengungsian.
setelah itu iapun tak sadarkan diri. (4) Warga yang melihat kejadian ini segera berlarian ke arah Lukman dan segera membawanya ke rumah sakit. Karangan 13
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
13
a. (1) Di Indonesia seing
-
Dan (I6)
-
Tepat, kata dan
kita mendengar dari
menyatakan adanya
televisi, koran dan radio.
penambahan unsur
(2) Tentang bencana
yaitu televisi, koran,
banjir Yang melanda di
dan radio.
perkampungan bahkan di perkotaan Yang
-
Bahkan (I3)
-
√ √
Tepat, konjungsi bahkan bermaksud
Struktur daratan lendah.
menegaskan di perkotaan juga bisa terkena dampak banjir.
b. (1) Banjir terjadi diakibat
-
kan oleh sampah-sampah
Sungai/kali-
-
kali (C)
Tepat, kohesi sinonimi berupa kata
warga Yang tertampung
sungai/kali-kali
di sungai atau pun di
berfungsi untuk
kali-kali perkotaan.
menunjang kejelasan
(2)Banyaknya sampah
kalimat.
Yang tertampung hingga musim hujan air sulit
-
Yaitu (N)
-
-
Tepat, kata yaitu dalam paragraf
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
mengalir dengan
tersebut berfungsi
sempurna, hingga air
menyatakan
dalam parit pun
hubungan rincian
meluas/meluap hingga
yaitu rumah
terjadi bencana banjir
tergenang, penyakit
Yang banyak membuat
diare pun
warga harus menanggung
bermunculan supaya
resiko Yaitu rumah
kalimat lebih jelas
√
√
tergenang, penyakit diare pun bermunculan. c. (1) Jadi pemerintah kota memberi himbauan
-
Jadi (I2/J)
-
Agar (I2/J)
-
Tepat, kata jadi dan
-
agar memiliki makna
kepada masyarakat agar
sebab akibat yaitu
berpartisipasi dalam
pemerintah kota
menjaga lingkungan dgn
memberi himbauan
membersihkan parit-parit
kepada masyarakat
di lingkungan
akibatnya masyarakat
perumahan.
berpartisipasi dalam
(2)Membuang sampah
menjaga lingkungan.
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
pada tempatnya,
-
Tepat, pengulangan
mengangkat sampah dari
kata kunci
sungai adn pemerintah
lingkungan berfungsi
memberi dan mengajak
-
masyarakat mengolah
Lingkungan
untuk memelihara
(A)
kepaduan kalimat dan
limbah sampah menjadi
menekankan
keasi Yang dapat di
pentingnya kata
manfaatkan.
tersebut. Karangan 14
14
a. (1) Dahulu hutan kami
-
Dahulu (P)
-
Tepat, kata dahulu
sangat lestari dan indah.
menyatakan
(2) Di sanalah terdapat
hubungan rangkaian
ribuan jenis tumbuhan
waktu yaitu dulu
dan binatang yang saling
ketika hutan masih
hidup berdampingan.
lestari dan indah.
(3)Selain menjadi tempat tinggal para tumbuhan
-
Dan (I6)
Tepat, konjungsi dan menyatakan adanya
dan binatang, hutan juga
penambahan unsur
merupakan sumber utama
yaitu tumbuhan dan
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
bagi kehidupan manusia.
binatang.
(4) Hutanlah yang
-
menyediakan sumber makanan bagi kita.
Tepat, kata selain menunjukkan adanya
-
Selain (M)
penambahan antara
(5)Binatang dan
kalimat pertama dan
tumbuhan yang ada di
selanjutnya yaitu
sana menjadi sumber
hutan sebagai tempat
makanan yang tidak
tumbuhan dan
terbatas bagi kita.
binatang berkembang serta tempat untuk menyediakan makanan. -
Tepat, pengulangan kata kunci berupa sumber makanan berfungsi untuk memelihara kepaduan
-
Sumber
kalimat dan
makanan (A)
menekankan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204
pentingnya kata tersebut. -
Di sana (G)
-
Tepat, kata di sana merupakan referen yang menunjuk pada hutan.
b. (1) Namun, kini hutan
-
Tepat, kata namun
Namun, kini hutan
menunjukkan adanya
telah kehilangan
kelestariannya, Mereka
hubungan perlawanan
kelestariannya, hutan
telah hancur bahkan
antara masa dulu
telah hancur bahkan
hilang dengan beralih
ketika hutan masih
hilang dengan beralih
Fungsi menjadi
lestari dan sekarang
Fungsi menjadi
perkebunan dan
dimana hutan
perkebunan dan
pemukiman penduduk.
kehilangan
pemukiman penduduk.
(2) Hal ini disebabkan
kelestariannya.
Hal ini disebabkan oleh
Tepat, kata kini
manusia-manusia yang
yang rakus. (3) Mereka
menyatakan
rakus. Mereka dengan
dengan keinginan yang
hubungan rangkaian
keinginan yang tidak
waktu sekarang saat
bisa di bendung,
telah kehilangan
Namun (I1/L)
oleh manusia-manusia
tidak bisa di bendung,
-
-
-
Kini (P)
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205
menebang pohon dan
hutan kehilangan
menebang pohon dan
membunuh binatang-
kelestariannya.
membunuh binatang-
Terdapat
binatang demi
kepentingan pribadi-
ketidaktepatan pada
kepentingan pribadi-
pribadi dan kantong-
kata ganti mereka
pribadi dan kantong-
kantong mereka sendiri.
yang mengacu pada
kantong mereka sendiri.
binatang demi
-
-
Mereka (G)
hutan. Kata ganti yang digunakan salah, karena kata mereka digunakan sebagai kata ganti orang. -
Tepat, kata kelestariannya dalam kalimat tersebut merupakan suatu penggantian terhadap hutan. Penggantian
-
Kelestariann
tersebut bermaksud
ya (G)
untuk memperoleh
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
unsur pembeda. -
√
Tepat, konjungsi
√
bahkan berarti -
Bahkan (I3)
menegaskan keadaan hutan yang sudah parah. -
Tepat, konjungsi dan menyatakan adanya
-
Dan (I6)
penambahan unsur yaitu perkebunan dan pemukiman.
c. (1) Akibat dari itu, saat
-
Itu (F1)
-
Tepat, kata itu
ini hutan telah
merupakan referen
kehilangan fungsinya,
yang menunjukkan
hutan tidak lagi menjadi
kata sebelumnya yaitu
tempat hidup para
akibat dari menebang
tumbuhan dan binatang.
pohon dan membunuh
(2) Bahkan sebagian dari
binatang di hutan.
mereka ikut punah akibat
-
Tepat, konjungsi
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
kehilangan tempat
-
Bahkan (I3)
bahkan menyatakan
tinggal. (3) Hutan juga
adanya penegasan
kini tidak bisa lagi
terhadap hutan yang
menyediakan sumber
benar-benar telah
makanan bagi manusia.
kehilangan fungsinya.
(4) Habislah sumber daya
-
sehingga menyatakan
kini manusia tidak bisa di
hubungan sebab -
√
Tepat, konjungsi
di dalam hutan sehingga
manfaatkan lagi.
√
Sehingga
akibat yaitu sumber
(I2/J)
daya di dalam hutan habis akibatnya manusia tidak bisa dimanfaatkan lagi.
d. (1) Kini hutan bahkan
-
Kini (P)
-
Tepat , konjungsi kini
seakan marah kepada
menyatakan
manusia. (2) Mereka
hubungan rangkaian
tidak mau lagi
waktu yang
bersahabat, akibatnya
menandani perbedaan
terjadilah bencana-
waktu yaitu sekarang
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
bencana alam yang
hutan seakan marah
mengerikan seperti tanah
karena teah dirusak
longsor dan kekeringan
oleh manusia.
di mana-mana.
-
(3)Tidakkah kita kita sering mendengar jeritan
Tepat, konjungsi bahkan menyatakan
-
Bahkan (I3)
adanya penegasan
mereka. (4) Marilah kita
bahwa hutan benar-
bersahabat kembali
benar marah kepada
dengan mereka demi
manusia.
keberlangsungan hidup
-
Tepat, kata seperti
kita dan anak cucu kita
dalam paragraf
kelak.
tersebut berfungsi menyatakan -
Seperti (N)
hubungan rincian yaitu tanah longsor dan kekeringan supaya kalimat lebih jelas Karangan 15
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
15
a. (1) Lingkungan
-
Manusia (A)
-
Tepat, pengulangan
merupakan istana
kata kunci manusia
pertama tempat manusia
berfungsi untuk
menaruh kehidupannya.
memelihara kepaduan
(2) Namun banyak
kalimat dan
manusia yang belum
menekankan
menyadari tentang
pentingnya kata
lingkungannya, sehingga
tersebut.
perbuatan manusia sering merusak lingkungan, yang tidak ia
-
Tepat, kata
Kehidupanny
kehidupannya dalam
a (G)
kalimat tersebut
sadar akan kejadian yang
merupakan suatu
timbul atas tindakannya
penggantian terhadap
terhadap lingkungan.
manusia. Penggantian tersebut bermaksud untuk memperoleh unsur pembeda. -
Tepat, konjungsi
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
sehingga dalam -
Sehingga
kalimat tersebut
(I2/J)
menyatakan adanya hubungan sebab akibat yaitu banyak manusia yang belum menyadari lingkungannya akibatnya perbuatan manusia sering merusak lingkungan. -
Tepat, kata ia dalam kalimat tersebut merupakan penggantian terhadap manusia.
-
Ia (G)
Penggantian tersebut bermaksud untuk memperoleh unsur
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
pembeda. b. Membabat hutan untuk
-
mengambil kayu, dengan
Sehingga
-
(I2)
Tepat, konjungsi sehingga
tidak bertanggung jawab,
menunjukkan adanya
sehingga terjadi banjir
hubungan sebab
yang melanda di mana-
akibat yaitu
mana daerah Indonesia
membabat hutan
yang korban harta benda
untuk mengambil
bahkan nyawa, wabah
kayu mengakibatkan
penyakit menyerang
terjadinya banjir.
warga.
-
Tepat, konjungsi bahkan menunjukkan
-
Bahkan (I3)
-
adanya suatu penekanan bahwa tidak hanya harta benda yang menjadi korban banjir, nyawa dan wabah penyakitpun menjadi
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
akibat dari banjir. c. Memahami tentang
-
Manusia (A)
-
Tepat, pengulangan
lingkungan dilaksanakan
kata kunci berupa
oleh sebagian orang,
manusia berfungsi
mudahan manusia sadar
untuk memelihara
akan lingkungan yang
kepaduan kalimat dan
sering mengancam
menekankan
manusia akibat
pentingnya kata
perbuatan manusia
tersebut.
-
√
sendiri. Karangan 16 16
a. (1) Di larang membuang sampah sembarangan,
-
Tersebut
-
(F1)
Tepat, kata tersebut menunjuk pada
Anda tentunya. (2)Sering
kalimat sebelumnya,
membaca tanda larangan
yaitu mengenai tanda
tersebut bukan. !
larangan membuang
(3)Mengapa ada kata-
sampah
kata larangan tersebut. !
sembarangan.
dan apa tujuannya. ?
-
Tepat, konjungsi
-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213
(4)Jawabannya adalah mengapa terdapat tanda
karena menyatakan -
Karena (J/I2)
hubungan sebab
larangan tersebut,
akibat yaitu adanya
Karena Kita di ajak
tanda larangan
untuk bersama-sama
dilarang membuang
menjaga kebersihan
sampah sembarangan
bersama. (5) dan agar
sebabnya yaitu untuk
lingkungan Kita selalu
mengajak masyarakat
bersih dan enak
menjaga kebersihan.
dipandang, dan sehat
-
untuk kehidupan Kita.
√
Tepat, pengulangan kata kunci berupa kita berfungsi untuk memelihara kepaduan kalimat dan menekankan
-
Kita (A)
pentingnya kata tersebut.
b. Jika Kita tidak pernah ingin Sadar, tentang apa
-
Jika (I4)
-
Tepat, konjungsi jika
Jika Kita tidak pernah
menyatakan adanya
ingin Sadar, tentang apa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214
itu kebersihan
makna syarat yaitu
itu kebersihan
Lingkungan Kita akan
kita harus sadar
Lingkungan Kita akan
mengalami berbagai
tentang kebersihan
mengalami berbagai
musibah Contohnya Kita
lingkungan supaya
musibah Contohnya
membuang sampah dikali
lingkungan tidak
Kita membuang sampah
akan meng akibatkan
mengalami berbagai
dikali akan meng
penyumbatan pada
musibah.
akibatkan penyumbatan
Terdapat
pada lorong-borong,
menumpuk berbagai
ketidaktepatan pada
dan menumpuk
macam sampah yang
penggunaan
berbagai macam
konjungsi dan.
sampah yang lambat
membuat kali tersumbat
Kalimat tersebut
laun akan membuat kali
dan terjadilah banjir dan
memiliki makna
tersumbat sehingga
banyak pula bencana-
sebab akibat, tetapi
terjadilah banjir dan
bencana lain yang terjadi
penulis menggunakan
banyak pula bencana-
jika kita tidak sadar
konjungsi dan yang
bencana lain yang
tentang apa itu
seharusnya digunakan
terjadi jika kita tidak
kebersihan.
untuk kalimat yang
sadar tentang apa itu
memiliki makna
kebersihan.
lorong-borong, dan
lambat laun akan
-
-
Dan (I6)
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215
penambahan unsur. c. (1) Ada pun dampak
-
Adalah (F2)
-
Kata adalah
yang sering terjadi ,
merupakan referen
setelah kurang perhatian
yang menunjuk pada
kita tentang kebersihan
kalimat sesudahnya
lingkungan adalah
yaitu timbulnya
timbulnya berbagai
berbagai macam jenis
macam jenis penyakit
penyakit.
seperti diare, gatal-gatal, demam, dan berbagai
-
Seperti (N)
Tepat, kata seperti dalam paragraf
macam penyakit lainnya.
tersebut berfungsi
(2) Maka hendaklah kita
menyatakan
bersama-sama menjaga
hubungan rincian
kebersihan lingkungan
yaitu diare, gatal-
dengan membuang
gatal, demam, dan
sampah pada tempatnya
berbagai penyakit
serta Sampah yang dapat
lainnya supaya
di daur ulang dapat Kita
kalimat lebih jelas.
gunakan untuk Keperluan
-
Tepat, konjungsi
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216
dan penghasilan hidup.
-
Maka (I2/J)
maka menyatakan hubungan sebab akibat yaitu dampak dari banjir yaitu timbulnya berbagai macam penyakit akibatnya kita harus bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan. -
Tepat, kata tempatnya dalam kalimat tersebut
-
Tempatnya
merupakan suatu
(G)
penggantian terhadap tempat sampah. Penggantian tersebut bermaksud untuk memperoleh unsur
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217
pembeda. Karangan 17 17
a. (1) Suatu Sore Anto
Terdapat
Suatu Sore Anto
disuruh ibu nya
ketidaktepatan pada
disuruh ibu nya
membuang Sampah
pengulangan kata
membuang Sampah
ditempat pembuangan
Anto. Pengulangan
ditempat pembuangan
Sampah , tapi Anto
tersebut terlalu
Sampah , tapi Anto
ternyata membuang
berlebihan sehingga
ternyata membuang
sampah itu ditempat yang
kalimat menjadi tidak
sampah itu ditempat
bukan tempat
efektif. Penulis bisa
yang bukan tempat
pembuangan sampah ,
saja melakukan
pembuangan sampah ,
Anto membuang sampah
substitusi supaya
dia membuang sampah
dipinggir jalan.
dapat memperoleh
dipinggir jalan. padahal
(2)padahal disitu ada
unsur pembeda,
disitu ada tulisan yang
tulisan yang berupa
sehingga tidak
berupa larangan yaitu
larangan yaitu “dilarang
terkesan melakukan
“dilarang membuang
membuang sampah
pemborosan kata.
sampah sembarangan”,
Tepat, kata ibunya
tetapi dia malah
dalam kalimat
melanggar aturan itu.
sembarangan”, akan tetapi Anto malah
-
Anto (A)
-
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218
melanggar aturan itu.
tersebut merupakan suatu penggantian -
Ibunya (G)
terhadap ibu Anto. Penggantian tersebut
√
bermaksud untuk memperoleh unsur pembeda. -
Tepat, kata pembuangan memiliki ekuivalen dengan kata membuang.
-
Pembuangan
-
an (Eku)
Tepat, kata di situ merupakan referen yang menunjukkan pada pinggir jalan.
-
Disitu (G)
Tepat, kata yaitu dalam paragraf tersebut menunjuk
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219
pada kata sesudahnya √
yaitu dilarang -
Yaitu (F2)
membuang sampah √
sembarangan. -
Pemakaian konjungsi akan tetapi tidak tepat. Seharusnya konjungsi yang digunakan yaitu tetapi bukan akan tetapi.
-
Akan tetapi
Karena konjungsi
(I/1L)
tidak mengawali kalimat.
b. (2) Akibat dari
-
Itu (F1)
-
Tepat, kata itu
membuang sampah tidak
merupakan referen
pada tempatnya
yang menunjuk kata
Lingkungan akan
sebelumnya yaitu
semakin kotor. (2)akibat
membuang sampah
dari itu terjadilah hujan,
sembarangan.
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220
hujan itu mengakibatkan banjir, banjir terjadi
-
akibat dari pembuangan
Tepat, pengulangan
Hujan, banjir
kata kunci berupa
(A)
hujan dan banjir
sampah-sampah atau
berfungsi untuk
limbah-limbah yang
memelihara kepaduan
dibuang tidak pada
kalimat dan
tempatnya.
menekankan
√ √
pentingnya kata tersebut. -
Tepat, kohesi sinonimi berupa kata
-
Sampah-
sampah-sampah
sampah atau
atau limbah-limbah
limbah-
berfungsi untuk
limbah (C)
menunjang kejelasan kalimat.
c. (1) Akibat dari
-
Karena (I2/J) -
Tepat, konjungsi
lingkungan yang kotor
karena menyatakan
karena pembuangan
hubungan sebab
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221
sampah yang tidak pada
akibat yaitu
tempatnya. (2) Cuaca
lingkungan kotor
pun menjadi kotor, cuaca
disebabkan oleh
yang kotor itu
pembuangan sampah
mengakibatkan banyak
tidak pada tempatnya.
penduduk yang sakit.
-
√ √
Tepat, kata tempatnya dalam
-
Tempatnya
kalimat tersebut
(G)
merupakan suatu penggantian terhadap tempat sampah. Penggantian tersebut bermaksud untuk memperoleh unsur pembeda. Karangan 18
18
a. (1) Pada suatu hari Andi di perintahkan Ibunya untuk Pergi
-
Pada suatu hari (O)
-
Tepat, kata pada suatu Pada suatu hari Andi hari memiliki makna
di perintahkan Ibunya
waktu yang terjadi
untuk Pergi membuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222
membuang sampah di
hari itu juga saat
sampah di tempat
tempat pembuangan
Andi pergi membuang
pembuangan sampah.
sampah. (2) Andi pun
sampah disembarang
Dia pun bergegas
bergegas mengambil
tempat.
mengambil sampah itu,
Terdapat
namun pada saat Andi
ketidaktepatan pada
ingin membuang
pengulangan kata
sampah, dia melihat
Andi melihat ada sungai,
Andi. Pengulangan
ada sungai, dia berhenti
Andi berhenti sejenak
terlalu berlebihan
sejenak lalu berfikir
lalu berfikir “dari pada
sehingga kalimat
“dari pada saya Jauh-
saya Jauh-Jauh
menjadi tidak efektif.
Jauh membuang
membuang Sampah lebih
Penulis bisa saja
Sampah lebih baik
baik buang disini saja.”
melakukan substitusi
buang disini saja.”
(3) Andi pun
supaya dapat
Andi pun Menuangkan
Menuangkan Sampah
memperoleh unsur
Sampah yang
yang dibawanya itu
pembeda, sehingga
dibawanya itu disungai
disungai tersebut,
tidak terkesan
tersebut, Padahal
Padahal dipinggir sungai
melakukan
dipinggir sungai ada
ada sebuah Papan yang
pemborosan kata.
sebuah Papan yang
sampah itu, namun pada
-
saat Andi ingin membuang sampah,
-
Andi (A)
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223
bertuliskan larangan
-
Tepat, kata itu dan
bertuliskan larangan
bahwa tidak boleh
tersebut merupakan
bahwa tidak boleh
membuang sampah
referen yang
membuang sampah
disungai tersebut. (4)
menunjuk pada
disungai tersebut.
Karena sudah menjadi
kalimat sebelumnya.
Sudah menjadi
kebiasaan warga di sana
-
Itu (F1)
Kata itu menunjuk
kebiasaan warga di sana
tidak mempunyai rasa
-
Tersebut
pada sampah dan kata
tidak mempunyai rasa
(F1)
tersebut menunjuk
prihatin terhadap
pada sungai.
lingkungan ahirnya
Tepat, kata di sini
berdampak buruk bagi
merupakan referen
semua warganya.
prihatin terhadap lingkungan ahirnya berdampak buruk bagi
-
semua warganya.
yang menunjukkan suatu tempat yaitu di sungai. -
Tepat, kata dibawanya dalam
-
Disini (G)
kalimat tersebut merupakan suatu penggantian terhadap
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224
Andi. Penggantian tersebut bermaksud -
Dibawanya
untuk memperoleh
(G)
unsur pembeda. -
Tepat, konjungsi bahwa berfungsi untuk menegaskan mengenai tulisan yang berada di pinggir jalan.
-
Tepat, konjungsi karena menyatakan
-
Bahwa (I3)
hubungan sebab akibat yaitu sudah menjadi kebiasaan warga tidak mempunyai rasa prihatin terhadap
-
Karena (I2/J)
lingkungan akibatnya
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225
berdampak buruk bagi lingkungan. b. Warga sangat sering
-
Karena (I2/J) -
Tepat, konjungsi
Warga
Tertimpa banjir, karena
karena menyatakan
Tertimpa
Itulah dampak dari sikap
hubungan sebab
karena Itulah dampak
warga yang tidak ingin
akibat yaitu warga
dari sikap warga yang
menjaga lingkungannya.
sangat sering
tidak
Rumah dan segalanya
tertimpa banjir yang
lingkungan
terlelap oleh banjir. Pada
disebabkan sikap
Rumah dan segalanya
saat itu warga hanya bisa
warga tidak ingin
terlelap
merenungkan dan
menjaga lingkungan.
Pada saat itu warga
Tidak tepat, kata
hanya
bisa
dilingkungannya
merenungkan
dan
Lingkungann
menunjukkan kata
meratapi
ya (G)
ganti persona yang
daerah
terdiri dari satu orang.
selalu tertimpa banjir.
meratapi nasib di daerah
-
mereka yang selalu tertimpa banjir.
-
Namun, dalam paragraf tersebut kata ganti digunakan untuk
sangat
sering banjir,
ingin
menjaga mereka. √
oleh
banjir.
nasib mereka
di yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226
menggantikan kata warga yang berarti lebih dari satu orang. -
Tepat, penggunaan kata pada saat itu menunjukkan hubungan rangkaian
-
Pada saat itu
waktu yang terjadi
(P)
saat itu ketika warga tertimpa bencana banjir dan hanya bisa merenungkan dan meratapi. -
Tepat, konjungsi dan menyatakan adanya penambahan unsur yaitu merenungkan dan meratapi.
-
Dan (I6)
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227
c. (1) Akibat yang sangat
-
fatal banyak warga yang
Namun
-
(I1/L)
Tepat, kata namun menunjukkan
diserang penyakit, baik
hubungan perlawanan
anak-anak maupun orang
yaitu warga sudah
dewasa. (2) Namun
memahami dampak
hingga sekarang ini
dari tidak menjaga
Masih banyak
lingkungan, namun
masyarakat yang belum
setelah tertimpa
memahami betapa
banjir warga tetap
pentingnya menjaga
belum memahami
kebersihan lingkungan.
pentingnya menjaga
(3) Walaupun Mereka
lingkungan.
sudah mengetahui akibat
-
menunjukkan
tidak menjaga kebersihan
hubungan rangkaian -
Sekarang (P)
√ √
Tepat, kata sekarang
dari perbuatan Yang
lingkungan tersebut.
-
waktu yang terjadi setelah banyak warga yang belum memahami
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228
√
pentingnya menjaga lingkungan. -
Tepat, konjungsi walaupun mengandung makna pertentangan yaitu warga belum juga bisa memahami
-
Walaupun
pentingnya menjaga
(I3)
lingkungan. Karangan 19
19
a. (1) Lingkungan sehat, bersih dan asoi adalah
-
Lingkungan (A)
-
Tepat, Pengulangan
√
kata kunci berupa
idaman setiap manusia.
lingkungan berfungsi
(2) Karena lingkungan
untuk memelihara
yang sehat dan bersih
kepaduan kalimat dan
akan memberikan hal
menekankan
yang sehat dan positif
pentingnya kata
pula bagi kita.
tersebut.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229
b. (1) Pertanyaan dan
-
Dan (I6)
Tepat, kata dan
Pertanyaan
renungan bagi kita
menyatakan adanya
renungan
“Apakah kita semua
penambahan unsur
“Apakah kita semua
sudah sadar dengan
yaitu pertanyaan dan
sudah
kearipan lingkungan
renungan.
kearipan
Tidak tepat,
yang bersih dan sehat
pengulangan kata
?? Apakah kita sudah
bertanggung jawab
kunci berupa kita
bertanggung
dengan diri kita sendiri
terlalu berlebihan
dengan diri sendiri dan
dan dengan orang lain?
sehingga
dengan orang lain?
yang bersih dan sehat ?? (2) Apakah kita sudah
-
-
Kita (A)
dan bagi
sadar
kita
dengan
lingkungan √ √
jawab
menimbulkan kalimat menjadi tidak efektif. c. (1) Kebersihan
-
Tetapi (I1)
-
Tidak tepat, konjungsi (1) Kebersihan
lingkungan / Lingkungan
yang digunakan
lingkungan /
sehat adalah idaman
seharusnya namun,
Lingkungan sehat
setiap manusia.
karena mengawali
adalah idaman setiap
(2)Tetapi sudah kita
kalimat. Namun
manusia. (2)Namun
berjuang melawan
makna yang
sudah kita berjuang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230
kebersihan lingkungan
dihasilkan tepat,
melawan kebersihan
itu?
karena menunjukkan
lingkungan itu?
adanya perlawanan yaitu kebersihan lingkungan adalah idaman setiap manusia, faktanya sudahkah manusia merealisasikan hal tersebut. -
Tepat, kata itu merupakan referen
-
Itu (F1)
yang menunjuk pada kalimat sebelumnya yaitu kebersihan lingkungan.
d. Pada zaman modern dan
-
Dan (I6)
-
Tepat, konjungsi dan
teknologi secanggih ini,
menyatakan adanya
ternyata ”sampah”
penambahan unsur
-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231
menjadi momok bagi
yaitu zaman modern
kita, kemampuan
dan teknologi
teknologi tidak
secanggih ini.
sepenuhnya membantu
-
kita untuk lepas dari masalah kebersihan
√
Tepat, kata ini merupakan referen
-
Ini (F1)
√
yang menunjuk pada
lingkungan, terutama
masa yang
sampah.
berlangsung saat itu. -
Tepat, pengulangan kata kunci berupa kita berfungsi untuk
-
Kita (A)
memelihara kepaduan kalimat dan menekankan pentingnya kata tersebut.
e. (1) Meningkatnya
-
Bahkan (I3)
-
Tepat, kata bahkan
kebutuhan manusia
menyatakan adanya
terhadap hal-hal yang
penegasan tentang
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232
praktis, ternyata tanpa
peningkatan
disadari dampak dari
kebutuhan manusia
kebutuhan itu pula yang
terhadap hal yang
pelan tapi pasti
praktis yang membuat
menambah beban sampah
sampahnya semakin
itu sendiri. (2) Tempat
bertambah.
minuman, makanan
-
karena dan sehingga
pangan juga berkontrusi
menyatakan
untuk menambah
hubungan sebab
sampah sembarangan.
-
√
Tepat, konjungsi
bahkan sandang dan
lengkapnya pembuangan
√
Karena,
akibat. Konjungsi
sehingga (I2)
karena yaitu
(3)Yang lebih ironis lagi
ditunjukkan pada
karena kita tidak
masyarakat
memiliki rasa kepedulian
membuang sampah
terhadap kebersihan
sembarangan
lingkungan masing-
diakibatkan mereka
masing, sehingga parit
tidak memiliki rasa
(got), bantaran sungai,
peduli terhadap
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 233
pinggir jalan, bahkan
lingkungan.
sungai menjadi tong
Konjungsi sehingga
sampah terindah bagi
yaitu ditunjukkan oleh
kita.
masyarakat yang
√
tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan mengakibatkan parit, sungai, dan pinggir jalan menjadi tempat pembuangan sampah. -
Parit (got)
-
(C)
Tepat, kohesi sinonimi berupa kata parit/got berfungsi untuk menunjang kejelasan kalimat.
f. (1) Banyak orang yang
-
Tetapi (I1)
-
Tepat, kata tetapi
mengklaim dirinya
merupakan konjungsi
pecinta Lingkungan
yang menunjukkan
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234
hidup, tetapi bila
hubungan perlawanan
berhadapan dengan
yaitu banyak orang
sampah, nyalinya tak
yang mengklaim
dapat berbuat banyak.
dirinya pecinta
(2)Kita semua sudah
lingkungan, faktanya
membela diri bahwa kita
ketika berhadapan
hidup sehat, hidup bersih,
dengan sampah
tetapi malas
mereka tidak berbuat
mengusahakan
banyak.
kerbersihan itu sendiri.
-
Bahwa (I3)
-
√ √
Tepat, konjungsi bahwa berfungsi untuk menegaskan kita sudah hidup sehat dan bersih.
g. Akibat dari ketidak
-
Kita (A)
-
Tepat, pengulangan
pedulian kita terhadap
kata kunci berupa
Lingkungan akhirnya
kita berfungsi untuk
dapat merugikan diri kita
memelihara kepaduan
sendiri.
kalimat dan
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235
menekankan pentingnya kata tersebut. h. Saat musim kemarau
-
Tetapi (I1)
-
Tepat, kata tetapi
sampah bukan hal yang
merupakan konjungsi
dipermasalahkan, tetapi
yang menunjukkan
bila musim hujan tiba
hubungan perlawanan
maka kita mulai uring-
yaitu saat musim
uringan dan cenderung
kemarau sampah
menyalahi orang lain
bukan hal yang
karena banjir, penyakit
dipermasalahkan,
dan sebagainya.
saat musim hujan
-
√ √
kebalikannya sampah menjadi sumber permasalahan. -
Tepat, konjungsi maka dan karena menyatakan
-
Maka, karena
hubungan sebab
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236
(I2)
akibat. Konjungsi √
maka maknanya bila musim hujan akibatnya kita mulai menyalahkan orang lain dan . konjungsi karena maknanya kita cenderung menyalahi orang lain yang diakibatkan banjir datang dan membawa wabah penyakit. i. (1) Sebaiknya masalah
Tepat, konjungsi atau
(1) Sebaiknya masalah
sampah atau kebersihan
menyatakan adanya
sampah atau
lingkungan itu menjadi
pemilihan suatu unsur
kebersihan lingkungan
tanggung jawab pribadi
yaitu masalah sampah itu menjadi tanggung
untuk mau bersahabat
atau kebersihan
jawab pribadi untuk
dengan lingkungan,
lingkungan.
mau bersahabat dengan
Terdapat
lingkungan, dengan
dengan bersahabat maka
-
Atau (I6)
-
-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237
kita kita pun saling
-
Maka (I2)
ketidaktepatan dalam
bersahabat maka kita
menghargai, maka
pemakaian konjungsi
kita pun saling
dengan menghargai
maka. Konjungsi
menghargai, dengan
maka antara manusia
maka yang digunakan menghargai antara
dengan lingkungannya
terlalu berlebihan
manusia dengan
juga akan saling
sehingga
lingkungannya juga
berkonstribusi positif.
menyebabkan kalimat
akan saling
(2)Masing-masing
menjadi tidak efektif.
berkonstribusi positif.
pribadi memiliki
(2) Masing-masing
kesadaran untuk bersikap
pribadi memiliki
bijak dengan kebersihan
kesadaran untuk
lingkungan.
bersikap bijak dengan kebersihan lingkungan.
j. (1) Langkah konkrit
-
Adalah (F2)
-
Tepat, kata adalah
untuk menjaga agar
merupakan referen
lingkungan tetap sehat
yang menunjuk pada
dan bersih adalah
kalimat sesudahnya
menyiapkan tempat
yaitu menyiapkan
pembuangan akhir pada
tempat pembuangan
-
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238
lokasi yang jauh dari
akhir.
pemukiman.
menyatakan suatu
sampah dirumah
perurutan
prosedur.
atau dimana saja.
(Q)
Mengurangi
Memanfaatkan sampah menjadi barang jadi sesuai dengan jenis sampah itu sendiri.
Membuat PERDA bagi pelanggaran yang tidak peduli dengan kebersihan lingkungan mendapat sangsi!
-
Koherensi perurutan
Koherensi
Menyiapkan tempat
pemakaian plastik
-
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239
Menyiapkan lokasi khusus tempat pembuangan akhir.
Memberi pembinaan dirumah dan disekolah tentang akibat pembuangan sampah. Karangan 20
20
a. (1) Hari Jumat
-
Tepat, kata hari
(1) Hari Jumat yang lalu,
jumat yang lalu
ketika saya pulang dari
saya pulang dari
menyatakan makna
sekolah dan melewati
sekolah dan
waktu pada saat
jembatan keci yang
melewati jembatan
hari jumat sepulang
membatasi desa saya dengan
keci yang membatasi
sekolah.
desa tetangga, tiba-tiba
Tepat, konjungsi
langkah kaki saya terhenti
tetangga, tiba-tiba
ketika menyatakan
karena melihat Deni, teman
langkah kakiku
adanya makna
sekelas saya membuang
yang lalu, ketika
desaku dengan desa
Hari Jumat
-
yang lalu (O)
-
Ketika (I5)
-
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240
terhenti karena
waktu yang sedang
sampah di Sungai Belawan
melihat Deni, teman
berlangsung yaitu
yang merupakan Sumber air
sekelasku
Jumat lalu ketika
bersih bagi kami. (2)Padahal,
membuang sampah
pulang sekolah.
ketika kami di sekolah selalu
Tepat, konjungsi
dinasehati oleh guru kami
yang merupakan
karena
agar tidak membuang sampah
Sumber air bersih
menunjukkan
di sembarang tempat.
bagi kami.
hubungan sebab
(3)Seketika saya berteriak
(2)Padahal, ketika
akibat yaitu langkah
menghentikan tindakan Deni
kami di sekolah
kakiku terhenti yang
tersebut. Tetapi Deni malah
selalu dinasehati
disebabkan melihat
menjawab, “biarkan saja
oleh guru kami agar
Deni, teman
nanti juga akan hanyut
tidak membuang
sekelasku
terbawa arus sungai”. Saya
sampah di
membuang sampah
kemudian hanya bisa
sembarang tempat.
di Sungai Belawan.
menghela nafas panjang
Tepat, konjungsi
melihat kejadian tersebut,
tetapi menyatakan
melihat sampah – sampah itu
menghentikan
adanya perlawanan
hanyut pelan tapi pasti hanyut
tindakan Deni
yaitu saya berteriak
dan mulai tenggelam ke dasar
di Sungai Belawan
-
Karena (I2/J) -
(3)Seketika saya berteriak
-
Tetapi (I1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241
tersebut, tetapi Deni
menghentikan
malah menjawab,
tindakan Deni,
“biarkan saja nanti
alhasil Deni tetap
juga akan hanyut
membuang sampah
terbawa arus
di sungai.
sungai”. (4)Saya
-
kemudian hanya bisa menghela nafas
Tepat, kata
sungai.
√ √
kemudian -
panjang melihat
Kemudian
menunjukkan
(P)
hubungan rangkaian
kejadian tersebut,
waktu yaitu aktivitas
melihat sampah –
yang saya lakukan
sampah itu hanyut
melihat Deni
pelan tapi pasti
membuang sampah
hanyut dan mulai
sembarangan.
tenggelam ke dasar
-
sungai.
Tepat, pengulangan kata kunci berupa saya dan Deni berfungsi untuk
-
Saya, Deni
memelihara
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242
(A)
kepaduan kalimat dan menekankan pentingnya kata tersebut. -
Terdapat ketidaktepatan dalam menggunakan
-
Desaku,
pengacuan dan
kakiku,
situasi tuturan. Kata
teman
desaku, kakiku,
sekelasku
dan teman
(G)
sekelasku mengacu kepada tokoh saya dalam paragraf tersebut. Namun pengacuan tidak konsisten, karena kata saya digantikan dengan kata “ku”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243
√
Situasi tuturan
√
dalam wacana tersebut bersifat formal, sehingga pengacuan yang digunakan yaitu saya. -
Tersebut
-
(F1)
Tepat, kata tersebut merupakan referen yang menunjuk pada kalimat sebelumnya yaitu kejadian Deni yang membuang sampah sembarangan.
b. (1) Ternyata apa
-
Musim (A)
-
Tepat, pengulangan
yang saya takutkan
kata kunci berupa
benar-benar terjadi.
musim berfungsi
(2) Musim Kemarau
untuk memelihara
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244
telah berlalu dan
kepaduan kalimat
mulai musim hujan
dan menekankan
pun menghadang
pentingnya kata
dihadapan mata.
tersebut.
(3)Semenjak pulang dari sekolah dan
-
Dan (I6)
Tepat, konjungsi dan menyatakan
sampai dirumah,
adanya penambahan
hujanpun turun
unsur yaitu kemarau
membasahi bumi
berlalu dan mulai
dengan deras disertai
musim hujan.
kilat yang
-
menyambarnyambar. (4)Kira-
Tepat, kata dua jam menyatakan
-
Dua jam O)
hubungan makna
kira dua jam sudah
waktu yang
berlalu, terlihat jelas
berlangsung selama
Sungai Balawan
dua jam ketika
mulai tinggi
hujan turun.
menggenangi halaman rumah para
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245
warga dan tampaklah sampah-sampah yang mengapung dipermukaan air, menyumbat aliran parit yang ada di depan rumahku. c. (1) Dua hari desa
-
Dua hari (O)
-
Tepat, Kata dua
kami terendam banjir
hari menyatakan
yang sangat
hubungan makna
mengerikan.
waktu yang
(2)Setelah
berlangsung selama
sungainya surut,
dua hari diguyur
kami mulai
hujan.
membersihkan
-
Setelah (P)
-
Tepat, kata setelah
rumah dan
menyatakan
lingkungan sekitar.
hubungan rangkaian
(3) Tetapi sungguh
waktu yang telah
menyedihkan
terjadi yaitu setelah
√ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246
karena ketika Saya
sungai surut yang
sedang membatu
sebelumnya selama
orang tua saya
dua hari terendam
membersihkan
banjir.
rumah, tiba-tiba Boni datang berlari
-
Tetapi (I1)
√
√
Tidak tepat, konjungsi yang
mendekati Saya dan
digunakan
mengatakan Deni
seharusnya namun,
Sakit dan Sekarang
karena mengawali
Sudah dibawa ke
kalimat. Namun,
Rumah Sakit. (4)
makna yang
Secepat kilat saya
dihasilkan sesuai
membersihkan badan
yaitu menyatakan
dan mengajak Boni
adanya hubungan
untuk menjenguk.
perlawanan yaitu
(5) Ketika sampai di
ketika saya sedang
rumah sakit, baru
membersihkan
kami mengetahui
rumah karena banjir
bahwa Deni
sudah surut, saya
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247
terserang penyakit
mendengar kabar
muntaber yang
menyedihkan bahwa
memang sangat
Deni dirawat di
cepat berkembang
rumah sakit.
biak di tempat yang
-
Tepat, kata
lembab. Setelah
sekarang
beberapa hari
menyatakan
diopname di Rumah
-
Sekarang (P)
√
hubungan rangkaian
Sakit akhirnya Deni
waktu yang terjadi
diperbolehkan
saat itu juga yaitu
pulang ke rumahnya
saat Deni sudah
lagi.
dibawa ke rumah sakit. -
Tepat, kata ketika menyatakan hubungan rangkaian
-
Ketika (I5)
waktu yang sedang berlangsung saat saya sampai di
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248
rumah sakit untuk menjenguk Deni. -
Tepat, konjungsi bahwa berfungsi untuk menegaskan kami baru
-
Bahwa (I3)
mengetahui penyakit Deni. -
Tepat, kata akhirnya menyatakan hubungan rangkaian
-
Akhirnya
waktu yang
(I5)
menyatakan suatu peristiwa yang akan berakhir yaitu saat Deni sudah diperbolehkan pulang.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 250
Tabel 1.8 Jumlah Kohesi Leksikal dalam Karangan Guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Kode Judul Karangan Karangan K. 1 Lingkungan
Repetisi
Hiponimi
Sinonimi
Antonimi
Kolokasi
Ekuivalensi
1
2
-
-
-
-
K. 2
Lingkungan
2
-
2
-
-
-
K. 3
Lingkungan
1
-
1
-
-
-
K. 4
Jagalah Kebersihan
2
-
-
-
-
-
K. 5
Bahaya Banjir
1
-
-
-
-
-
K. 6
Buanglah Sampah pada Tempatnya
1
-
-
-
-
1
K. 7
Lingkungan
1
-
1
-
-
-
K. 8
Lingkungan
1
1
2
-
-
-
K. 9
Lingkungan
2
-
1
-
-
-
K. 10
Lingkungan Rumahku
2
-
2
-
-
-
K. 11
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
K. 12
Lingkungan
2
-
-
-
-
1
K. 13
Lingkungan
1
-
1
-
-
-
K. 14
Lingkungan
1
-
-
-
-
-
K. 15
Lingkungan
2
-
-
-
-
-
K. 16
Lingkungan
1
-
-
-
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 251
K. 17
Lingkungan
3
-
1
-
-
1
K. 18
Lingkungan
1
-
-
-
-
-
K. 19
Akibat Banjir
4
-
1
-
-
-
K. 20
Menciptakan Lingkungan Sehat
3
-
-
-
-
-
32
3
12
0
0
3
Jumlah
Tabel 1.9 Jumlah Kohesi Gramatikal dalam Karangan Guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Referensi Ref. Ref.K Anf ataf -
Kode Karan gan K. 01
Lingkungan
K. 02
Lingkungan
1
K. 03
Lingkungan
K. 04
Judul Karangan Narasi
Konjungsi Korel. Sub.
Substitusi
Elipsis
Adv.
Kau.
-
-
-
-
2
1
-
-
-
3
-
-
-
-
-
JagalahKebersihan
1
-
-
-
K. 05
BahayaBanjir
2
-
2
K. 06
BuanglahSampahpadaTempatnya
-
1
K. 07
Lingkungan
1
K. 08
Lingkungan
K. 09
Lingkungan
Temp.
Koord.
-
-
1
3
-
-
1
3
-
1
-
2
-
5
-
1
-
1
-
-
3
-
-
-
1
1
-
-
1
-
-
-
2
-
-
-
-
5
3
2
1
1
-
1
1
-
1
5
2
1
-
2
-
-
2
-
-
2
-
-
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 252
K. 10
LingkunganRumahku
1
-
-
-
-
1
-
-
1
1
K. 11
Lingkungan
1
1
-
-
1
2
2
-
1
2
K. 12
Lingkungan
-
-
2
-
2
1
-
1
-
1
K. 13
Lingkungan
-
-
-
-
-
2
1
-
-
1
K. 14
Lingkungan
1
-
3
-
1
2
3
-
-
2
K. 15
Lingkungan
-
-
2
-
-
2
1
-
-
-
K. 16
Lingkungan
1
1
1
-
-
2
-
1
-
-
K. 17
Lingkungan
1
1
3
-
1
1
-
-
-
-
K. 18
Lingkungan
2
-
3
-
1
2
2
-
-
1
K. 19
Akibat Banjir
2
1
-
-
3
5
2
-
-
3
K. 20
Menciptakan Lingkungan Sehat
1
-
1
-
2
1
1
-
3
1
15
7
21
-
12
48
22
7
6
23
Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 253
Tabel 1.10 Jumlah Koherensi Berpenanda dalam Karangan Guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Kode Judul Karangan Narasi Karangan K. 01 Lingkungan
Kausalitas
Kontras
Aditif
Rincian
Temporal
Kronologis
-
-
-
1
-
-
K. 02
Lingkungan
3
-
-
1
-
-
K. 03
Lingkungan
3
-
-
2
-
-
K. 04
JagalahKebersihan
5
-
1
1
-
-
K. 05
BahayaBanjir
3
-
-
1
-
-
K. 06
BuanglahSampahpadaTempatnya
1
-
-
-
-
-
K. 07
Lingkungan
5
-
-
2
-
-
K. 08
Lingkungan
5
1
-
1
-
-
K. 09
Lingkungan
2
-
-
-
-
-
K. 10
LingkunganRumahku
1
-
-
1
-
-
K. 11
Lingkungan
2
1
-
-
2
3
K. 12
Lingkungan
1
2
-
-
-
3
K. 13
Lingkungan
2
-
-
1
-
-
K. 14
Lingkungan
2
1
1
1
-
3
K. 15
Lingkungan
2
-
-
-
-
-
K. 16
Lingkungan
2
-
-
1
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 254
K. 17
Lingkungan
1
1
-
-
-
-
K. 18
Lingkungan
2
1
-
-
1
2
K. 19
Akibat Banjir
5
3
-
-
-
-
K. 20
Menciptakan Lingkungan Sehat
1
2
-
-
3
2
48
12
2
13
6
14
Jumlah
Tabel 1.11 Jumlah Koherensi Tidak Berpenanda dalam Karangan Guru-guru SD Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur Kode Karangan
Judul Karangan Narasi
Perurutan
Perian
Fatis
Dialog Informatif Pengukuh an -
Penolak an -
Negosi atif -
K. 01
Lingkungan
-
-
-
K. 02
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 03
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 04
JagalahKebersihan
2
-
-
-
-
-
-
K. 05
BahayaBanjir
-
-
-
-
-
-
-
K. 06
BuanglahSampahpadaTempatnya
-
-
-
-
-
-
-
K. 07
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 08
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 09
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 255
K. 10
LingkunganRumahku
-
-
-
-
-
-
-
K. 11
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 12
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 13
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 14
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 15
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 16
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 17
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 18
Lingkungan
-
-
-
-
-
-
-
K. 19
Akibat Banjir
1
-
-
-
-
-
-
K. 20
Menciptakan Lingkungan Sehat
-
-
-
-
-
-
-
3
-
0
0
0
0
0
Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 256
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 257
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 258
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 259
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 260
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 261
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 262
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 263
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 265
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 267
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 268
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 270
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 271
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 272
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 273
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 274
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 275
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 276
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 277
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 278
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 279
BIOGRAFI PENULIS
Nety Putri Perdani atau biasa disapa Nety adalah putri sulung dari pasangan Trialam Bambang Sulistyo dengan Prang Dwi Budiati yang lahir di Cilacap, 12 Mei 1994. Awalnya menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Binangun, Cilacap pada tahun 2000. Setelah itu menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Binangun, Cilacap, lulus tahun 2006. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP N 2 Binangun, Cilacap, lulus tahun 2009. Pada tahun 2009 melanjutkan sekolah di SMA N 1 Kroya, Cilacap. Setelah lulus SMA pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Guru-guru Sekolah Dasar Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.