UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA-1 MEDAN
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA TIGA EMITEN TERBAIK 2006
DRAFT SKRIPSI OLEH SAHALA IAN PATRA NAPITUPULU 030502137 DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
ABSTRAK Sahala Ian Patra Napitupulu (2007), Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Pada Tiga Emiten Terbaik 2006. Pembimbing Dr.Isfenti Sadalia,SE,ME. Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Prof.Dr.Hj. Ritha F. Dalimunthe,SE,MSi. Dosen Penguji I Dr.Muslich Lutfi,SE,MBA. Dosen Penguji II Dra.Ramona R.I Hasibuan,MP. Economic Value Added (EVA) berfungsi untuk mengukur nilai tambah ekonomis suatu perusahaan berdasarkan laba setelah pajak atau juga pengembalian aktiva bersih (Return On Net Asset) dikurangi dengan biaya modal tertimbang (Weighted Average Cost Of Capital) yang terpakai. Para ahli ekonomi yang setuju dengan metode ini mengklaim bahwa metode EVA dapat membantu menyesuaikan kepentingan para manajer dengan shareholder. Market Value Added (MVA) merupakan indikator eksternal yang dapat mengukur kekayaan perusahaan yang tercipta untuk para shareholder dimana banyak praktisi yang menganggap MVA menjadi tolok ukur yang berdasarkan pada nilai yang terpenting yaitu nilai pasar. MVA merupakan single measures yang paling cocok untuk menilai kesuksesan atau kegagalan manajemen untuk menciptakan kekayaan bagi para shareholder. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa berdasarkan analisis EVA dan MVA, apakah ke tiga emiten terbaik 2006 versi majalah Investor (ASII, ANTM, PGAS) telah mampu untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi perusahaannya. Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa dengan aplikasi EVA dan MVA yang diterapkan pada perusahaan maka ke tiga emiten terbaik 2006 telah mampu untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya. Metode yang digunakan untuk membuktikan hipotesis adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari tiga emiten terbaik 2006 versi majalah Investor (ASII, ANTM, PGAS) dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya. Berdasarkan analisis dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan metode EVA dan MVA didapatkan hasil bahwa ke tiga emiten terbaik 2006 (ASII, ANTM, PGAS) selalu mampu untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya yang tercermin dari nilai EVA dan MVA yang selalu bernilai positif selama periode penelitian 2003-2006, sehingga pernyataan bahwa emiten terbaik harus dapat memberikan nilai (value) kepada pemodal publik telah terpenuhi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ketiga emiten terbaik 2006 telah memperhatikan sepenuhnya kepentingan para shareholder yang tercermin dari nilai EVA dan MVA yang selalu bernilai positif. Kata kunci : Return On Net Asset (RONA), Weighted Average Cost Of Capital (WACC), Nilai pasar, Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA).
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan cinta-Nya yang sangat berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar kesarjanaan (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin sekali mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1)
Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga,M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2)
Ibu Prof.Dr.Hj.Ritha Fatimah Dalimunthe,SE,MSi, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3)
Ibu Dra.Nisrul Irawaty,MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4)
Ibu Dr.Isfenti Sadalia,SE,ME, selaku Dosen Pembimbing yang telah sangat banyak memberikan bimbingan, saran serta petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5)
Bapak Dr.Muslich Lutfi,SE,MBA, selaku Dosen Pembanding/Penguji I.
6)
Ibu Dra.Ramona R.I Hasibuan,MP, selaku Dosen Pembanding/Penguji II dan juga selaku Dosen Wali yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.
7)
Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak membantu penulis.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
8)
Orangtuaku, Ayahanda M. Napitupulu dan Mama H. Aritonang yang selalu ada untuk penulis dalam keadaan apapun dan selalu memberikan dorongan moril dan materil serta doa demi kesuksesan penulis.
9)
Saudara-saudaraku yang kusayangi, buat abang Jendry Simon,ST, Dedy, ST dan Roy, buat Kakak Meryana Nora,SE.Ak dan adik Soneta yang selalu memberikan semangat, saran, kritikan dan doa kepada penulis.
10) Buat sahabat-sahabat baikku: anak-anak Andalan (Moik Lapok, Babal), anak-anak Naga Terbang (Iman, Rizki, Arief, Dearbin, Chaidir, As’sari,
Daniel, Cody,Indra), anak-anak
Ipol (Ery, Rudy, Ivan, Fajar,Sigit) dan juga Berdian, Harto, Donny, Suar, Toga, Eed. Heri, Habibi, Dll. Semoga persahabatan ini dapat terjaga selamanya. 11) Buat teman-teman seperjuangan dari manajemen keuangan : Junita Elisabet, Farida (makasih datanya), Jonris, Pesta, Rizkan, Siska, Elisabet, Tangi, Hanna dan Dira (makasih atas bantuannya) 12) Buat teman-teman di manajemen stambuk 2003 serta para senior dan junior yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih banyak. Dan akhirnya. Penulis sangat berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melimpahkan berkat, kasih dan karunianya kepada kita semua.
Medan,
November 2007 Penulis,
( Sahala Ian Patra Napitupulu )
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR........................................................................................ i DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 7 1.3. Kerangka konseptual......................................................................... 7 1.3.1. Economic Value Added ( EVA) .............................................. 7 1.3.2. Market Value Added ( MVA).................................................. 8 1.4. Hipotesis ........................................................................................... 9 1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ....................................................... 10 1.6. Metodologi Penelitian ...................................................................... 10 1.6.1. Batasan Operasional ................................................................ 10 1.6.2. Definisi Operasional ............................................................... 11 1.6.3. Waktu penelitian .................................................................... 15 1.6.4. Jenis Data ................................................................................ 15 1.6.5. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 15 1.6.6. Metode Analisis Data............................................................... 16 Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
BAB II URAIAN TEORITIS ........................................................................... 17 2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 17 2.2. Pengertian EVA Dan MVA ............................................................. 18 2.2.1. Pengertian Economic Value Added (EVA) ............................. 18 2.2.2. Pengertian Market Value Added (MVA)................................. 20 2.3. Metodologi Perhitungan EVA Dan MVA ...................................... 21 2.3.1. Perhitungan Economic Value Added (EVA) .......................... 21 2.3.1.1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT) ................. 22 2.3.1.2. Weighted Average Cost Of Capital (WACC).............. 23 2.3.1.3. Modal Yang Di Investasikan ( Invested Capital) ........ 24 2.3.2. Perhitungan Market Value Added (MVA) .............................. 24 2.4. Hubungan Antara EVA Dan MVA................................................... 26 2.5. Manfaat Penerapan EVA Dan MVA … ........................................... 26 2.6. Keterbatasan Pengukuran Kinerja Berdasarkan EVA Dan MVA .... 30 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN............................................ 32 3.1. Sejarah Perkembangan Bursa Efek Jakarta....................................... 32 3.2. Majalah Investor ............................................................................... 33 3.2. Profil Perusahaan Yang di Teliti....................................................... 36 3.2.1. PT. Astra International Tbk (ASII).......................................... 36 3.2.2. PT. Aneka Tambang Tbk (ANTM) ......................................... 38 3.3.3. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)................................ 40 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI ............................................................ 43 4.1. Analisis Dan Evaluasi EVA.............................................................. 43 4.1.1.Analisis Dan Evaluasi EVA Pada ASII ................................... 43 4.1.2. Analisis Dan Evaluasi EVA Pada ANTM ............................. 50 Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
4.1.3. Analisis Dan Evaluasi EVA Pada PGAS................................ 54 4.2. Analisis Dan Evaluasi MVA.............................................................. 60 4.2.1. Analisis Dan Evaluasi MVA Pada ASII .................................. 61 4.2.2. Analisis Dan Evaluasi MVA Pada ANTM .............................. 64 4.2.3. Analisis Dan Evaluasi MVA Pada PGAS................................ 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 70 5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 71 5.2. Saran ................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................viii LAMPIRAN
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1 Langkah-Langkah Perhitungan EVA ...................................................12 Tabel 1.2 langkah-Langkah Perhitungan MVA ....................................................14 Tabel 4.1 Perhitungan RONA Pada PT.Astra International Tbk (ASII) ..............44 Tabel 4.2 Perhitungan WACC Pada PT.Astra International Tbk (ASII)...............45 Tabel 4.3 Perhitungan Invested capital pada PT.Astra International Tbk.............46 Tabel 4.4 Perhitungan EVA Pada PT.Astra International Tbk (ASII) ..................47 Tabel 4.5 Perhitungan RONA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM)...............50 Tabel 4.6 Perhitungan WACC Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) ..............51 Tabel 4.7 Perhitungan Invested Capital Pada PT.Aneka Tambang Tbk ...............52 Tabel 4.8 Perhitungan EVA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) ..................53 Tabel 4.9 Perhitungan RONA Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) .....55 Tabel 4.10 Perhitungan WACC Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)...56 Tabel 4.11 Perhitungan Invested Capital Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk.57 Tabel 4.12 Perhitungan EVA Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) ......58 Tabel 4.13 Perhitungan MVA Pada PT.Astra International Tbk (ASII) ..............61 Tabel 4.14 Perhitungan MVA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM)...............64 Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Tabel 4.15 Perhitungan MVA Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) .....66 Tabel 4.16 Nilai EVA Dan MVA Pada Tiga Emiten terbaik 2006 ..................... 69
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Untuk EVA Dan MVA................................ 9 Gambar 3.1. Proses Pemilihan Emiten Terbaik 2006 ..........................................35
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Perubahan pesat yang terjadi dalam dunia bisnis sekarang ini, disaat perusahaan mulai
berlomba untuk berinvestasi keseluruh penjuru dunia, tujuan perusahaan yang berorientasi pada maksimalisasi laba sudah kurang relevan lagi. Masa persaingan ketat yang terjadi saat ini membuat perusahaan dituntut untuk menetapkan tujuan dengan selalu mempertimbangkan suara para stakeholdernya. Setiap perusahaan bertanggung jawab untuk selalu mengutamakan setiap kepentingan seluruh stakeholder dan hal ini menuntut perusahaan untuk selalu menimbang semua strategi yang akan diambil dan dampaknya kepada para stakeholder. Hal ini mendasari tujuan perusahaan yang semula berorientasi pada laba berubah menjadi lebih berorientasi pada nilai. Tujuan perusahaan publik yang sahamnya telah diperdagangkan pada bursa (emiten) adalah memaksimalkan nilai saham karena nilai saham yang ada dapat menggambarkan kekayaan para shareholdernya. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan, namun Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
kinerja keuangan yang diukur dengan rasio-rasio keuangan kurang dapat dipertanggung jawabkan karena rasio keuangan yang dihasilkan sangat bergantung pada metode akuntansi yang digunakan. Hal inilah yang menimbulkan beberapa kritik tentang seberapa valid pengukuran kinerja berdasarkan rasio keuangan dapat menunjukkan kinerja sebenarnya dari manajemen perusahaan. Pengukuran berdasarkan rasio ini tidak dapat diandalkan dalam mengukur nilai tambah yang yang tercipta dalam periode tertentu. Banyak perusahaan yang pada saat ini menggunakan ukuran kinerja keuangan yang lebih menekankan pada nilai perusahaan (value) atau yang populer disebut Value Based Management (VBM). VBM memiliki dua kegunaan penting. Pertama, penciptaan nilai bagi pemegang saham sebagai tujuan utama dari perusahaan. Kedua, sebagai ukuran kinerja intenal perusahaan yang mampu memotivasi manajemen mengejar tujuan perusahaan tersebut. Varian dari Value Based Management (VBM) yang sering digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan yang menekankan pada penciptaan nilai perusahaan adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan dan dipatenkan oleh Stewart & Company menjadi sangat relevan untuk mengukur kinerja yang berdasarkan pada nilai (value),karena pada dasarnya EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Young & O Byrne (2001:17) menyatakan bahwa EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan kepada shareholder dengan memperhitungkan biaya modal (cost of capital). Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan diatas biaya modal perusahaan. Logika dasarnya adalah bahwa tidak ada modal yang didapat dengan gratis dan tingkat resiko perusahaan dalam melakukan investasipun berbeda-beda. EVA merupakan pengukuran kinerja yang mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menambahkan nilai kedalam investasi shareholder. EVA juga merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pengukur keberhasilan kinerja manajemen dari perusahaan. McDaniel, Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Gadkari dan Viksel (2000) berpendapat bahwa, ada tiga hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan yang lain yaitu : 1)
EVA tidak dibatasi oleh oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pengguna EVA dapat menyesuaikan dengan kondisi spesifik.
2)
EVA dapat mendukung setiap keputusan dalam sebuah perusahaan, mulai dari investasi modal, kompensasi karyawan dan kinerja unit bisnis.
3)
Struktur EVA yang cukup sederhana membuatnya dapat digunakan oleh bagian lain seperti engineering, environmental dan personil yang lain sebagai alat yang umum untuk mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan. Artikel yang dimuat pada Majalah SWA (2002) membahas mengenai penilaian EVA
perusahaan publik di Indonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002. Hasil dari perhitungan yang mereka lakukan menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu membukukan EVA positif semakin turun dari tahun ke tahun, yaitu 47 perusahaan pada tahun 2000, menjadi 33 perusahaan ditahun 2001 dan pada tahun 2002 hanya sebanyak 24 perusahaan. Majalah SWA yang terbit 2003 membahas mengenai emiten non bank dan lembaga keuangan lain dan mengukur kinerja keuangan mereka dengan menggunakan konsep EVA dan menemukan kenyataan bahwa tahun 2003 hanya 10,9% dari total emiten non bank dan lembaga keuangan lain yang menciptakan nilai (value) bagi para shareholdernya. Hal ini mungkin disebabkan untuk menanggung beban bunga dari hutang saja banyak perusahaan hanya mampu menghasilkan laba yang minim dan bahkan menderita kerugian apalagi kalau memperhitungkan beban ekuitas. Market Value Added (MVA) juga merupakan metode yang dipopulerkan oleh Stewart & company, dimana metode ini merupakan indikator eksternal yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk shareholder atau juga MVA dapat menunjukkan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai atau malah dihilangkan. MVA merupakan jenis pengukuran yang berdasarkan pada pasar (market based). Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Market Value Added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar akan
mencerminkan
ekspetasi
pasar
mengenai
kesuksesan
kinerja
manajer
dalam
menginvestasikan modal yang telah dipercayakan padanya dan mengubahnya menjadi lebih bernilai. Stewart & Company sebagai salah satu pencetus metode ini percaya bahwa MVA merupakan ukuran tunggal yang paling pas untuk menilai kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Lehn & Makhija untuk menguji sahih atas hubungan EVA dan MVA dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk pada peringkat pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stewart & Co, dan hasil pengujiannya menyimpulkan bahwa EVA dan MVA berkorelasi positif dan signifikan dengan stock return ( pengembalian saham) Majalah INVESTOR sebagai salah satu majalah investasi dan keuangan di Indonesia pada tahun 2006 telah mengeluarkan daftar emiten terbaik 2006 versi mereka, dimana yang menjadi pemenang adalah emiten yang dinilai memiliki kinerja teknikal dan fundamental yang sangat baik serta mendapat perhatian yang besar dari para pelaku pasar yang tercermin dari hasil polling yang dilakukan, dan yang menjadi tiga emiten terbaik 2006 versi majalah INVESTOR adalah PT.ASTRA INTERNATIONAL Tbk (ASII), PT.ANEKA TAMBANG Tbk (ANTM) dan PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk (PGAS). Ke tiga emiten ini merupakan emiten-emiten yang cukup mendapat apresiasi pelaku pasar untuk beberapa tahun belakangan ini. Tiga emiten ini terpilih sebagai peraih “Outstanding Performers 2006” versi majalah Investor disebabkan karena ketiga emiten ini memiliki kinerja fundamental dan teknikal yang sangat mengesankan dan juga berdasarkan hasil polling yang dilakukan majalah Investor terhadap responden yang terdiri dari analis, investor, manajer investasi dan pengamat pasar modal yang menunjukkan bahwa ke tiga emiten ini mendapat apresiasi yang cukup positif dari pelaku pasar modal. Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
PT.ASTRA INTERNATIONAL Tbk (ASII) merupakan emiten yang menghasilkan laba terbesar tahun 2005 sebesar Rp. 5,54 triliun atau meningkat 50% dari tahun sebelumnya, namun akibat inflasi mengakibatkan nilai penjualan otomotif ASTRA sejak akhir 2005 hingga kuartal I 2006 mengalami penurunan hingga 40% sampai tahun 2007, dan diperkirakan akan meningkat kembali pada 2008. ASII Sebagai group usaha yang memiliki banyak line bisnis memiliki dua strategi ekspansi yakni memperkuat value chain
disemua line bisnis yang ada dan
memanfaatkan peluang-peluang yang dapat memberikan value added. PT.ANEKA TAMBANG Tbk (ANTM) juga memiliki kinerja yang cukup baik dimana pada tahun 2005 laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp.841,93 miliar atau meningkat sebesar Rp.31 miliar dibanding tahun sebelumnya.
Periode 1 april 2005- 31 maret 2006 saham
perusahaan ini mampu memberikan return sebesar 92% ,dan salah satu hal yang sangat menarik dari perusahaan ini adalah cukup besarnya devidend yield yang dibagikan kepada para shareholder yaitu sekitar 6,51% Kinerja yang spektakuler juga dialami oleh PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk (PGAS) dimana pada tahun 2005 laba bersih perseroan meningkat dari Rp 474,33 miliar menjadi Rp 862,01 miliar atau naik sekitar 81% . Kinerja seperti inilah yang membuat saham emiten yang berkode PGAS sangat diminati para pemodal namun sangat disayangkan bahwa saham persero ini yang ditawarkan untuk umum pada bursa 90%nya dimiliki oleh pihak asing ( Investor, no.145,2006) Pemilihan emiten terbaik versi majalah INVESTOR ini sejak awal dibuat dengan mengacu pada kepentingan pemodal publik. Emiten terbaik harus dapat memberikan nilai ( value) yang sebesar-besarnya kepada pemegang saham (shareholder) dimana hal ini dapat diukur melalui metode EVA dan MVA. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
“Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Pada Tiga Emiten Terbaik 2006 “
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada sub bab sebelumnya,
maka rumusan pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Berdasarkan analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) , apakah ke tiga emiten terbaik 2006
yaitu
PT.ASTRA
INTERNATIONAL
Tbk,
PT.ANEKA
TAMBANG
Tbk,
PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk telah mampu untuk menciptakan nilai tambah (value added) yang sebesar-besarnya bagi perusahaan”
C.
Kerangka Konseptual
1.
Economic Value Added (EVA) S.David Young dan Stephen F O Byrne (2001:17) mendefinisikan EVA sebagai berikut:
“EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (residual income) yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal “. EVA dapat dinyatakan sebagai perhitungan profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangkan biaya operasi dari pendapatan yang ada namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan. Young & O’Byrne (2001) berpendapat bahwa EVA merupakan selisih antara NOPAT dengan biaya modal atau EVA merupakan selisih antara pengembalian aktiva bersih dengan biaya modal yang dikalikan dengan modal yang diinvestasikan, sehingga dapat dirumuskan bahwa EVA adalah : EVA = NOPAT – biaya modal Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
EVA = (RONA – WACC) modal yang diinvestasikan Berdasarkan rumus yang telah dikemukakan sebelumnya kita dapat melihat bahwa EVA akan meningkat, dan nilai dapat tercipta ketika sebuah perusahaan dapat mencapai hal berikut ini : a) Peningkatan pengembalian atas modal yang ada jika RONA meningkat sedangkan WACC dan modal yang diinvestasikan tetap b) Peningkatan RONA lebih besar daripada WACC ( RONA > WACC ) c) Pengurangan biaya modal
2.
Market Value Added (MVA) Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah
perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Definisi lain tentang MVA dinyatakan oleh Timothy J. Gallagher sebagai berikut : “Market Value Added is the market value of the firm ,debt plus equity, minus the total amount of capital invested in the firm” Market Value Added (MVA) = nilai pasar – modal yang diinvestasikan MVA = (nilai pasar dari ekuitas + nilai pasar dari utang + bunga minoritas) - ( modal yang diinvestasikan ) Rumus yang telah dikemukakan sebelumnya dapat memperlihatkan bahwa nilai MVA akan bernilai positif jika nilai pasar lebih besar daripada modal yang diinvestasikan. MVA dengan kata lain akan bernilai positif jika kapitalisasi pasar lebih besar dibandingkan modal yang diinvestasikan. Berikut adalah gambar model kerangka konseptual yang menyatakan hubungan antara EVA dengan penciptaan nilai tambah ekonomis perusahaan dan hubungan MVA dengan penciptaan nilai tambah pasar perusahaan yakni :
Return On Net Asset
Nilai pasar dari ekuitas
( RONA ) Weighted Average Cost Of Capital ( WACC )
Nilai pasar dari utang
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Modal Yang Diinvestasikan
Bunga minoritas
Modal yang diinvestasikan
Penciptaan nilai tambah ekonomis perusahan (EVA) • Peningkatan return atas modal yang ada • Peningkatan RONA yang lebih besar dari WACC • Pengurangan biaya modal
Penciptaan nilai tambah pasar perusahaan (MVA) •
Nilai pasar yang lebih besar daripada modal yang diinvestasikan
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual untuk EVA dan MVA Sumber
D.
: Young & O’Byrne ( 2001) (diolah)
Hipotesis Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah : “ Berdasarkan Aplikasi EVA dan MVA yang diterapkan perusahaan maka ke tiga emiten terbaik 2006 yakni PT.ASTRA INTERNATIONAL Tbk, PT.ANEKA TAMBANG Tbk, DAN PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk telah mampu untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan “
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
a. Memperkenalkan lebih jauh mengenai analisis economic value added (EVA) dan market value added (MVA) sebagai alat ukur kinerja dan keuangan perusahaan serta cara untuk mengukur EVA dan MVA tersebut b. Mengetahui dan menganalisis kemampuan dari tiga emiten terbaik 2006 (ASII, ANTM, PGAS) dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya.
2.
Manfaat penelitian
a) Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan/acuan dalam membuat kebijakan keuangan khususnya kebijakan yang berorientasi pada peningkatan nilai perusahaan. b) Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai konsep EVA dan MVA serta cara mengaplikasikannya. c) Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran dalam melakukan penelitian pada masa mendatang khususnya penelitian yang berkaitan dengan penciptaan nilai tambah bagi perusahaan.
F.
Metode Penelitian
1.
Batasan operasional Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dalam pembahasan dan
analisis masalah, maka penulis menetapkan batasan operasional penelitian pada beberapa hal yaitu : a. Batasan penelitian yang penulis tetapkan terbatas pada analisis EVA dan MVA sebagai ukuran penciptaan nilai dengan tujuan menghindari ketidak akuratan data dalam membahas dan menganalisis data. b. Perusahaan yang diteliti adalah emiten yang mendapat penghargaan sebagai “Outstanding Performers 2006” atau tiga emiten terbaik 2006 versi majalah INVESTOR dimana ke tiga
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
emiten tersebut adalah PT.ASTRA INTERNATIONAL Tbk (ASII), PT.ANEKA TAMBANG Tbk (ANTM), dan PT.PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk (PGAS).
2.
Definisi Operasional Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a)
Economic Value Added (EVA) Allen (2000:92) mendefinisikan EVA sebagai laba dikurang biaya modal tertimbang
dikali jumlah modal yang digunakan. Young & O ‘Byrne (2001:92) menyatakan bahwa Economic value added (EVA) merupakan selisih antara pengembalian aktiva bersih dengan biaya modal dikalikan dengan modal yang diinvestasikan, sehingga dapat dirumuskan bahwa : EVA = NOPAT – (WACC x capital) EVA = (RONA – WACC) Invested Capital
Dimana : NOPAT ( net operating profit after tax) WACC ( weighted average cost of capital) RONA ( return on net asset) Tabel 1.1 Langkah-Langkah Untuk Menghitung Nilai EVA NO 1
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN EVA LANGKAH METODE PERHITUNGAN KETERANGAN Menghitung RONA • NOPAT adalah NOPAT (Return On Net Asset) hasil penjumlahan RONA = dari laba usaha , Aktiva Bersih penghasilan dari bunga , beban / pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian laba/ rugi bersih anak perusahaan, laba/ rugi kurs dan laba/ rugi lainnya.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
•
2
Menghitung WACC • WACC= utang/pembiayaan (Weighted Average total (biaya utang) (1 – T) + Cost Of Capital) atau ekuitas/pembiayaan total biaya modal rata-rata (biaya ekuitas) tertimbang • WACC = (Ke x We) + [Kd x (1-T)]x Wd )
3
Menghitung modal IC = hutang bank jangka yang diinvestasikan pendek + pinjaman bank/ sewa guna usaha/obligasi jangka panjang + kewajiban pajak tangguhan + kewajiban jangka panjang lain + hak atas aktiva bersih anak perusahaan dan juga ekuitas
4
Penciptaan nilai
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital) EVA = (RONA – WACC) x Invested Capital)
Aktiva bersih adalah jumlah kas, modal kerja dan aktiva tetap yang dikurangi hutang Ke = biaya ekuitas yang dicari dengan metode CAPM. We = persentase ekuitas pada struktur modal. Kd = biaya hutang Wd = persentase hutang pada struktur modal. T = tingkat pajak
EVA > 0 maka nilai tambah ekonomis dari perusahaan akan tercipta
Sumber : Young & O’Byrne (2001) (Diolah)
b.
Market Value Added (MVA) Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa market value added (MVA) adalah
perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Timothy J Gallagher dalam media ekonomi,vol 11,2005 berpendapat bahwa “Market Value Added is the market value of firm, debt plus equity, minus the total amount of capital invested in the firm “, dan dari definisi-definisi tersebut maka dapat ditentukan rumus untuk mencari nilai MVA adalah : MVA = nilai pasar – modal yang diinvetasikan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
MVA =(nilai pasar dari ekuitas + nilai pasar dari utang + bunga minoritas) - ( modal yang diinvestasikan )
Tabel 1.2 Langkah-Langkah Untuk Menghitung nilai MVA NO 1
2
LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN MVA LANGKAH METODE PERHITUNGAN KETERANGAN Menghitung nilai pasar MV of Equity = ( harga saham dari ekuitas akhir tahun buku perusahaan) x ( jumlah saham perusahaan yang beredar pada periode tersebut) Menghitung nilai pasar dari utang
Nilai pasar dari utang dapat dilihat dari laporan keuangan
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
perusahaan yang di publikasikan oleh perusahaan, namun jika laporan tersebut tidak tersedia kita dapat memakai nilai buku dengan asumsi bahwa analisis diluar perusahaan akan lebih mengandalkan nilai buku dari hutang. 3
Menghitung nilai bunga minoritas
4
Menghitung modal Metode menghitung Invested yang diinvestasikan Capital dalam MVA sama dengan metode menghitung Invested Capital dalam EVA
5
Penciptaan nilai tambah pasar
Dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang di publikasikan
MVA> 0 maka nilai tambah pasar telah tercipta
Sumber : Young & O’Byrne (2001) (diolah)
3.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli 2007 sampai dan selesai.
4.
Jenis Data Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari
data sekunder. Data sekunder yang digunakan antara lain :
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
b.
Data yang diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Jakarta tentang data emiten, hasil publikasi majalah Investor, data publikasi dari emiten yang bersangkutan yakni laporan keuangan emiten periode 2003-2006
c.
Data Hasil publikasi media internet, jurnal- jurnal penelitian, buku-buku
referensi,
majalah dan surat kabar lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 5.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama
dilakukan melalui studi pustaka yakni dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal penelitian-penelitian, serta laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan data-data yang relevan tentang masalah yang akan diteliti. Tahap kedua dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan yaitu laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta dari emiten yang bersangkutan dimana data ini merupakan data expost (data historis) baik untuk pembentukan nilai EVA dan MVA maupun biaya modalnya. 6.
Metode Analisis data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
dan metode analisis kuantitatif.
a)
Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang ada
dikumpulkan, diklasifikasikan, dan kemudian dilakukan analisis sehingga dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
b)
Metode analisis kuantitatif Metode analisis kuantitatif adalah metode analisis yang menghasilkan output analisis yang
berupa besaran-besaran kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode analisis EVA dan MVA yang telah dikemukakan pada definisi operasional.
BAB II URAIAN TEORITIS
A.
Penelitian terdahulu
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Penelitian mengenai EVA dan MVA pernah dilakukan oleh Endri seorang dosen fakultas ekonomi universitas Trisakti yang dipublikasikan pada media ekonomi volume II 2005 dengan judul penelitian “Pengaruh Economic value added (EVA) terhadap market value added (MVA) pada perusahaan go public yang sahamnya tergolong Blue Chips di BEJ periode 2000-2004.” Kesimpulan dari hasil analisis untuk EVA menunjukkan bahwa konsep EVA meninjau pengukuran kinerja dan segi ekonomis dengan cara adil karena memperhatikan harapan-harapan para shareholder. Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan perhitungan unsur EVA khususnya WACC, dan secara rata-rata nilai EVA dari sampel penelitian selama periode penelitian mengalami kenaikan dari tahun ke tahun namun menurun pada tahun 2004. Kesimpulan dari analisis untuk MVA menunjukan bahwa nilai MVA juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun selama periode penelitian sama seperti nilai EVA dan mengalami penurunan ditahun 2004. Simpulan tentang analisis hipotesis penelitian ditemukan bahwa antara nilai EVA dan nilai MVA terdapat korelasi yang positif dan signifikan. Penelitian mengenai EVA yang dilakukan oleh Utomo dalam situs puslit.petra.ac.id pada tahun 1999 menghasilkan penelitian bahwa konsep EVA memiliki prinsip bahwa keberhasilan manajemen diukur berdasarkan nilai tambah ekonomis yang diciptakan selama periode tertentu. B.
Pengertian Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
1.
Pengertian Economic Value Added (EVA) Economic value added (EVA) didefinisikan secara umum sebagai laba yang tertinggal
setelah dikurangi dengan biaya modalnya ( cost of capital). Stewart (Utomo,1999:36) menyatakan : “ Economic Value Added (EVA) is a residual income measure that subtract the cost of capital from the operating profits generated in the business”. EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya pada periode tertentu. Tunggal (dalam Ramani,2005: 3) berpendapat bahwa EVA atau nilai tambah ekonomis adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomis dalam suatu perusahaan yang Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
menyatakan bahwa kesejahteraan hanya tercipta ketika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi ( operating cost ) dan biaya modalnya ( cost of capital ). Definisi EVA yang dikemukakan oleh Shawn Tully yang ditulis pada media ekonomi volume II 2005 menyatakan bahwa “ EVA is just a way of measuring an operations real profitability what makes it so revealing is the total cost of operation’s capital” Young & O’Byrne (2001: 17) berpendapat bahwa EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis namun hal ini merupakan formulasi yang sangat sempit karena EVA merupakan sebuah pengukuran kinerja yang berhubungan dengan setiap fungsi utama dari manajemen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan tersebut adalah, bahwa EVA merupakan perhitungan profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangi dengan biaya operasi namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan. Manajemen dapat melakukan beberapa hal untuk menciptakan nilai tambah ekonomis perusahaan sehingga meningkatkan ekspetasi pasar dan para shareholder, tetapi pada prinsipnya EVA dapat meningkat jika manajemen melakukan salah satu dari tiga hal berikut (Stewart,1993:118) a) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal dimana manajemen harus dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. b) Menginvestasikan modal baru kedalam proyek yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada. Berinvestasi pada proyek-proyek yang menerima return yang lebih tinggi dari biaya modal berarti manajemen harus mengambil proyek yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
c) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang kurang menguntungkan. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. EVA merupakan sisa laba setelah semua shareholder diberi kompensasi sesuai dengan tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya modal yang digunakan menghasilkan laba tersebut dibebankan. EVA = NOPAT – Capital Charges EVA = NOPAT – (WACC x Invested capital) EVA = (RONA – WACC) Invested capital Joel Stern dan G. Bennet Stewart (Allen 2001:87) menyatakan bahwa EVA yang dihitung berbasis tahunan mewakili selisih antara laba yang di hasilkan perusahaan dengan biaya modalnya. Konsep EVA atau nilai tambah ekonomis telah membantu para manajer pada semua level untuk menyelidiki aktivitas mana yang dapat menciptakan nilai yang melampaui biaya modalnya, perusahaan dan aktivitas mana saja yang tidak menciptakan nilai. EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan laba ekonomis perusahaan, dibandingkan ukuran lain. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran shareholder sepanjang waktu.
2.
Pengertian Market Value Added (MVA) Market Value Added (MVA) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai selisih antara
nilai pasar yang didalamnya termasuk ekuitas dan utang dengan modal keseluruhan yang telah diinvestasikan dalam perusahaan. Young & O’Byrne (2001:26) menyatakan bahwa Market value added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan pada perusahaan
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Timothy J Gallagher menyatakan bahwa “market value added is the market value of the firm,debt plus equity, minus the total amount of capital invested in the firm”. Rumus yang dapat diambil dari definisi-definisi diatas adalah : MVA = nilai pasar – modal yang diinvestasikan MVA = (nilai pasar dari ekuitas + nilai pasar dari utang + bunga minoritas) - (modal yang diinvestasikan)
C.
Metodologi perhitungan Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added
(MVA) 1.
Perhitungan EVA EVA sama dengan NOPAT dikurangi biaya modal. Biaya modal sama dengan modal
yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata-rata tertimbang dari biaya modalnya (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal seperti utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham diimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh keuangan perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tida menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan utang jangka panjang yang menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lain. Pengembalian yang diperoleh dari aktiva bersih (yaitu jumlah uang kas, kebutuhan modal kerja, dan aktiva tetap) selama masih melebihi biaya modal yang diinvestasikan, EVA adalah positif ( Young & O’Byrne, 2001:39-43) EVA = NOPAT – (WACC x invested capital) NOPAT EVA =
- WACC x modal yang diinvestasikan Aktiva Bersih
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
EVA = ( RONA –WACC) x modal yang diinvestasikan a.
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) NOPAT berasal dari penjumlahan laba usaha ditambah penghasilan bunga, ditambah
pajak penghasilan, ditambah tax shield atas beban bunga, ditambah bagian laba/rugi bersih anak perusahaan, ditambah laba/rugi kurs, ditambah laba/rugi lain. Perhitungan NOPAT, didalamnya tidak diikutsertakan faktor-faktor non operasional dan laba/rugi luar biasa seperti laba atau rugi dari penghematan usaha. Sartono (2001:100) menyatakan bahwa NOPAT atau laba operasi bersih sesudah pajak merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. NOPAT = EBIT ( 1- Tarif pajak ) Return On Net asset merupakan hasil dari pembagian antara NOPAT dengan aktiva bersih ( kas + modal + aktiva tetap – hutang) perusahaan. Kebaikan dari RONA adalah tidak hanya mengidentifikasi peningkatan produktivitas, tetapi juga mempertimbangkan aktiva yang digunakan.
b.
Weighted Average Cost Of Capital (WACC) Young & O’Byrne (2001:149) berpendapat bahwa biaya modal suatu perusahaan
bergantung tidak hanya pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing-masing komponen biaya modal itu dimiliki dalam struktur modal. Hubungan ini digabungkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang weighted average cost of capital (WACC). WACC dapat dihitung sebagai berikut :
WACC = utang/pembiayaan total(biaya utang)(1-T) + ekuitas/pembiayaan total (biaya ekuitas) Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
WACC dapat kita hitung setelah terlebih dahulu menghitung biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity) perusahaan. Biaya hutang pada umumnya adalah sama dengan tingkat bunga hutang yang harus dibayarkan kepada kreditur. Pembiayaan terhadap hutang akan memberikan keuntungan pajak bagi perusahaan. Rumus menghitung biaya hutang adalah : Kdt = Kd x(1-T) Dimana : Kdt = tingkat bunga hutang perusahaan T
= tingkat pajak
Biaya ekuitas dapat dihitung dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM), dimana model CAPM ini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: besarnya tingkat bunga bebas resiko (Rf), resiko sistematis yang ditunjukkan oleh koefisien beta (β), dan premium resiko pasar yang ditunjukkan oleh selisih antara return pasar dengan return saham (Rm-Rf), sehingga biaya ekuitas akan dihitung dengan rumus : E(Ri) = Rf + [β x(Rm-Rf)] Tingkat bunga bebas resiko pada penelitian ini diperoleh melalui suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) bulanan yang diperoleh melalui laporan BAPEPAM untuk tahun 20032006. Beta (β) di cerminkan melalui return saham perusahaan yang dapat dilihat dari pengembalian saham untuk beberapa periode. S&P 500 melakukan penaksiran terhadap beta perusahaan dengan menggunakan laporan pengembalian saham selama 5 tahun (60 bulan), sedangkan Blomberg hanya menggunakan laporan pengembalian selama 2 tahun saja. Jogiyanto (2003:232) berpendapat bahwa dalam menghitung beta (β) waktu
60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return
harian adalah periode yang optimal yang dapat digunakan. Market risk premium (Rm-Rf) yang merupakan selisih antara return pasar dengan return bebas resiko yang artinya investor akan memiliki tambahan sebesar risk premium atau dengan kata lain market risk premium sebagai faktor tambahan resiko perusahaan. Pada penelitian ini Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
disepakati bahwa market risk premium adalah sebesar 6 % sesuai dengan market risk premium yang ditetapkan oleh Surya (Surya,2002) dan juga Young & O’Byrne (2001:155). Nilai biaya hutang dan biaya ekuitas yang telah diketahui membuat kita dapat menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) yang dihitung dengan rumus: WACC = (Ke x We) +[Kd x (1-T)]x Wd) We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal dan Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal.
c.
Modal Yang Diinvestasikan (Invested Capital) Modal yang diinvestasikan adalah aktiva yang diinvestasikan dalam aktivitas operasi yang
berkelanjutan. Modal yang diinvestasikan terdiri dari jumlah hutang jangka pendek, pinjaman bank/sewaguna usaha/obligasi jangka panjang, kewajiban pajak tangguhan, kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas.
2.
Perhitungan MVA Market value added (MVA) merupakan selisih antara nilai pasar perusahaan ( termasuk
utang dan ekuitas) dengan modal keseluruhan yang diinvestasikan pada perusahaan atau rumusnya : MVA = Nilai pasar – modal yang diinvestasikan MVA = (nilai pasar dari ekuitas + nilai pasar dari utang + bunga minoritas) - (modal yang diinvestasikan) Langkah-langkah perhitungan MVA : Langkah 1 : Menghitung nilai pasar dari ekuitas Nilai pasar dari ekuitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
MV of equity = (harga saham akhir tahun buku perusahaan) x (jumlah saham yang beredar pada periode tersebut)
Langkah 2 : Menghitung nilai pasar dari utang Nilai pasar dari utang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan oleh perusahaan namun jika laporan tersebut tidak tersedia kita dapat menggunakan nilai buku dengan asumsi bahwa analisis diluar perusahaan akan lebih mengandalkan nilai buku dari hutang. Langkah 3 : Menghitung bunga minoritas Nilai bunga minoritas dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan. Langkah 4 : Menghitung modal yang diinvestasikan Modal yang diinvestasikan dapat dihitung dengan menjumlahkan jumlah hutang jangka pendek, pinjaman bank /sewa guna usaha/obligasi jangka panjang, kewajiban pajak tangguhan, kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan serta ekuitas. Langkah 5 : penciptaan nilai tambah pasar Penciptaan nilai tambah pasar akan terwujud bila nilai MVA positif (MVA> 0) dan hal ini akan menunjukkan bahwa perusahaan telah dapat menambah kekayaan bagi shareholdernya dan juga sebaliknya jika MVA < 0 berarti akan mengindikasikan seberapa besar kekayaan pemegang saham yang hilang.
D.
Hubungan Antara EVA dan MVA
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Economic value added (EVA) adalah pengukuran kinerja yang menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menambahkan nilai kepada investasi shareholder. EVA juga dapat dihubungkan secara langsung dengan nilai pasar perusahaan dimana ketika perusahaan membuat investasi atau strategi yang diharapkan akan mengantarkan aliran EVA yang lebih bernilai dibanding sebelumnya, efeknya adalah peningkatan dari MVA dan kelebihan pengembalian secara serempak dan Jika nilai EVA diproyeksikan dan di discount kedalam nilai sekarang (present value) maka hasilnya adalah nilai MVA. Stewart & co menjelaskan bahwa hubungan antara EVA dan MVA dapat dinyatakan sebagai berikut : MVA = Present value of all future EVA MVA = Market value – capital Dimana : MVA = Capital + Present value of all future EVA Young & O’Byrne (2001,38) berpendapat bahwa hubungan antara EVA dan MVA dapat ditunjukkan sebagai berikut : Nilai tambah pasar = nilai sekarang dari EVA mendatang
E.
Manfaat Penerapan EVA dan MVA Konsep Economic Value Added tidak hanya digunakan dalam penilaian suatu investasi
saja. Konsep EVA juga banyak berperan dalam hal goal setting, capital budgeting, performance assessment, dan incentive compensation (Utomo, 1999:38) 1.
EVA dan goal setting Masa persaingan usaha yang sangat ketat seperti saat ini maka tujuan perusahaan sudah
seharusnya adalah untuk meningkatkan Economic Value Added karena EVA merupakan satusatunya pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
dan kinerja perusahaan. Penetapan dari awal bahwa tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai perusahaan membuat para manajer akan menjadi lebih fokus terhadap aktivitas penciptaan nilai, sehingga dapat disatukan upaya untuk mendorong proses-proses yang menambah nilai dan mengeliminir kegiatan yang mengurangi nilai tambah perusahaan. Penetapan visi yang tepat menjadi pedoman arah bagi aktivitas dan strategi perusahaan. Fokus untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya merupakan tujuan yang jangka pendek saja namun tujuan maksimalisasi EVA merupakan tujuan untuk jangka panjang. 2.
EVA dan Capital Budgeting Banyak perusahaan yang pada umumnya menggunakan metode perhitungan Net Present
Value (NPV), dalam hal-hal yang berhubungan dengan Capital Budgeting, untuk mempertimbangkan menerima atau menolak suatu proyek. Metode ini dianggap cukup sederhana dan efektif karena analisis ini adalah mengeluarkan investasi awal dari jumlah nilai sekarang arus kas yang ditimbulkan oleh adanya proyek baru. Nilai sekarang atau Present Value digunakan karena adanya prinsip keuangan time value of money. Faktor diskonto arus kas dalam perhitungan NPV mengunakan WACC sama seperti dalam perhitungan EVA. Metode NPV menjelaskan bahwa proyek yang memberikan NPV positif akan diterima dan menolak proyek yang menghasilkan NPV negatif. Konsep EVA dalam hal investasi juga memiliki prinsip yang sama dengan NPV. NPV dapat diperoleh dari jumlah nilai sekarang dari EVA yang dihasilkan dari setiap proyek, dimana biaya modal baru yang digunakan untuk membiayai sebuah proyek dikurangi dari perhitungan EVA, sehingga pedoman EVA untuk Capital Budgeting adalah menerima proyek yang memberikan positif discounted EVA dan menolak proyek yang menghasilkan negatif discounted EVA. 3.
EVA dan Performance Assessment
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Shareholder akan menunjuk dan memberi wewenang kepada manajemen untuk menjalankan kegiatan operasional dari perusahaan, dimana manajemen cenderung memiliki kontrol penuh terhadap segala tindakan yang dilakukan walaupun masih ada sedikit campur tangan dari shareholder. Pemisahan antara kepemilikan dan pemegang kontrol perusahaan akan menyebabkan adanya konflik kepentingan antara kedua pihak ini, sehingga untuk mengurangi biaya-biaya yang terjadi karena konflik tersebut dibentuklah suatu performance assessment yang memberi insentif kepada strategi atau tindakan manajemen yang menambah nilai perusahaan. Perencanaan sistem evaluasi kinerja dan prestasi akan sangat penting untuk perencanaan sistem penggajian atau juga kompensasi. Penentuan kriteria-kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi akan mempengaruhi cara kerja dan juga sebagai motivator kerja para manajer. Penggunaan anggaran sebagai pedoman ukuran keberhasilan manajemen sudah tidak relevan lagi untuk tujuan penciptaan nilai. Tujuan perusahaan agar memaksimalkan nilai perusahaan memerlukan pedoman atau alat ukur dimana penciptaan nilai perusahaanlah yang melandasi kriteria nantinya sehingga EVA juga cukup sesuai untuk masuk kedalam kriteria pengukuran keberhasilan para manajer. 4.
EVA dan Incentive Compensation Sistem penggajian atau insentif yang baik akan menjadi motivasi kuat bagi manajer.
Perusahaan besar yang memiliki banyak pemilik dan bertujuan untuk menciptakan nilai perusahaan, sistem incentive compensation seharusnya ditujukan untuk mendorong aktivitas yang menambah nilai perusahaan dan untuk mendorong para manajer bertindak berdasarkan kepentingan perusahaan para shareholder dapat mengenalkan sistem insentif yang memberi kesempatan pada manajer menikmati sebagian dari kenaikan nilai perusahaan. Sistem kompensasi yang berpedoman pengukuran akuntansi mempunyai kelemahan karena adanya hubungan yang semu antara laba buku dan kehidupan ekonomis perusahaan. Manajer akan
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
mengambil tindakan yang meningkatkan laba dan tentu hal ini dapat menaikkan gaji mereka, tetapi menurunkan nilai keseluruhan perusahaan. Penggunaan suatu metode dalam penilaian persediaan, penyusutan, penilaian investasi, dan lainnya untuk mempermainkan jumlah laba yang diperoleh sangatlah tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Sistem kompensasi yang berpedoman pada maksimalisasi laba juga sangat dipengaruhi oleh keputusan yang bersifat jangka pendek saja. Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek yang menguntungkan atas investasi yang dilakukan saat ini dimasa yang akan datang. Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan dalam menganalisa kekayaan yang akan didapat dimasa mendatang. F.
Keterbatasan pengukuran kinerja yang berdasarkan EVA dan MVA EVA dan MVA memang memiliki keunggulan sebagai pengukur kinerja yang mampu
untuk menyatukan fungsi-fungsi utama manajemen serta merupakan metode yang dapat digunakan oleh seluruh personil yang ada dalam perusahaan, namun sebagai metode pengukuran EVA dan MVA juga memiliki beberapa keterbatasan yakni : 1.
Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak dapat memprediksi dampak strategi yang sekarang digunakan untuk masa depan perusahaan.
2.
Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek saja, sehingga manajer enggan untuk berinvestasi jangka panjang karena takut menurunkan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan , sehingga menurunkan daya saing perusahaan.
3.
EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya dapat meningkatkan kinerja keuangan seperti inovasi, teknologi informasi, kemampuan karyawan, dll.
4.
EVA kurang cocok diterapkan pada industri tertentu yakni perusahaan dengan tingkat pertumbuhan sangat tinggi seperti pada sektor teknologi,dll
5.
Metode MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
6.
MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak dapat diterapkan pada devisi operasi.
7.
MVA mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder dan juga mengabaikan kontribusi mereka.
8.
Penerapan metode EVA dan MVA memerlukan tambahan biaya, dll.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A.
Sejarah Perkembangan Bursa Efek Jakarta Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberi peluang investasi
dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil. Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19. Tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paralel di Surabaya dan Semarang, namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentera Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Bursa Saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebelum akhir tahun 1977, institusi baru di bawah Departemen Keuangan, kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta. Tanggal 13 Juli 1992, Bursa Saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT.BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru dan pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekwensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual (www.jsx.co.id).
B.
Majalah Investor Majalah Investor merupakan salah satu dari sedikit media cetak yang membahas khusus
mengenai investasi dan keuangan di Indonesia. Majalah ini selalu memberitakan informasi mengenai peristiwa serta perkembangan pasar modal dan pasar uang di Indonesia. Majalah Investor didirikan serta dikembangkan oleh bapak Mochtar Riady dengan bapak Wim Tangkilisan bertindak sebagai CEO majalah tersebut,namun sejak tahun 2005 majalah Investor bergabung dengan surat kabar Suara Pembaruan yang dipimpin oleh Sasongko Soedarjo dan sejak saat itu menjadi bagian dari Suara Pembaruan. Salah satu hal yang menarik dari majalah ini adalah pemeringkatan emiten yang mereka lakukan setiap tahunnya yang dapat menjadi sebuah Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
acuan bagi pemodal publik dalam berinvestasi di pasar modal. Emiten-emiten yang mereka anggap terbaik akan memperoleh Investor Award atau Outstanding Performers atau juga Top Performing Listed Company. Investor award telah diselenggarakan sebanyak tujuh kali, dimana tahun 2000 adalah tahun pertama pemberian award ini dan terakhir kali pada tahun 2006. Investor award merupakan suatu bentuk apresiasi untuk emiten yang memiliki kinerja yang baik serta untuk menjadi motivator bagi emiten untuk terus memperbaiki kinerjanya setiap tahun dan setelah melalui proses penilaian yang sangat ketat yang dilakukan oleh para juri Investor Award maka terpilihlah PT.Astra International Tbk (ASII), PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebagai emiten terbaik 2006 versi majalah Investor. Tim juri untuk Investor awards merupakan para pakar pada pasar modal Indonesia yang terdiri dari : 1.
Roy Sembel ( Dirut MM Finance Binus, pengamat pasar modal dan penulis buku mengenai pasar modal)
2.
Mustoffa (akuntan publik)
3.
Siddharta Utama (Pudek I, Fak. Ekonomi, UI)
4.
Eddy Praptono (Dirut Dana Pensiun Telkom, Ketua ADPI)
5.
Lily Widjaja (Ketua Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia)
6.
Adrian Rusmana Setiamihardja (Kepala Devisi Riset BNI Securities) Tim juri ini juga menyusun metode serta kriteria yang harus dipenuhi satu emiten untuk
memperoleh Investor award, sehingga tidaklah mudah untuk menggapai predikat sebagai emiten terbaik. Emiten harus dapat melewati seleksi awal, memiliki kinerja fundamental dan teknikal yang baik serta emiten tersebut juga harus mendapat apresiasi dari para pelaku pasar. Proses seleksi dimulai dengan penetapan kriteria pemeringkatan, yang didiskusikan dalam rapat dewan juri, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data dan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
pembahasan hasil pemeringkatan. Berdasarkan hasil pemeringkatan itu lalu ditetapkan para peraih nominasi dan untuk mendapatkan hasil yang optimal dilakukanlah polling guna melihat persepsi pelaku pasar terhadap emiten yang bersangkutan. Responden dari polling ini terdiri dari analis, manajer investasi, investor dan pengamat pasar modal. Hasil polling ini akan menjadi bagian dari penilaian dewan juri dalam menentukan pemenang Investor award.
Proses Pemilihan Emiten Terbaik 2006 (Investor Awards) Tahap I Seleksi awal
Top Performing Listed Company 2006 1) ASII 2) ANTM 3) PGAS
Tahap II Penilaian kinerja fundamental dan teknikal
Tahap III Polling peraih nominasi emiten terbaik 2006
Tahap V Pemilihan emiten terbaik
Tahap IV Interview peraih nominasi emiten terbaik 2006
Gambar 3.1 Proses Pemilihan Emiten Terbaik 2006 (Sumber : Majalah Investor Edisi No 145)
Investor Award merupakan apresiasi bagi para emiten yang mencatat kinerja terbaik dan dianggap memiliki prospek cerah di masa mendatang. Tim juri juga memfokuskan penerapan good corporate governance serta tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu penilaian. Roy Sembel (ketua tim juri) menyatakan, Investor Award dapat digunakan sebagai acuan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
investasi para pemodal hanya saja emiten penerima Investor Award memang belum merupakan emiten yang paling ideal karena emiten yang ideal harus memiliki triple bottom line yaitu menampilkan kinerja keuangan yang bagus, memiliki tanggung jawab sosial dan ramah terhadap lingkungan. Metode yang digunakan dalam menentukan emiten terbaik 2006 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena metode yang ada sudah cukup akurat dan memadai. Hasil pemeringkatan majalah Investor ini dapat memberikan informasi bagi Investor dan bisa menjadi cermin bagi emiten yang lain yang ingin melihat kinerja perusahaan publik karena emiten pemenang harus memiliki prospek yang cerah.
C.
Profil Perusahaan yang diteliti.
1.
PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk (ASII) PT. Astra International Tbk (ASII) berdiri pada tanggal 20 Februari 1957 dan mulai
menjadi perusahaan terbuka (emiten) sejak tanggal 4 April 1990 dimana yang menjadi under write IPO (Initial public offer) adalah PT. Danareksa Sekuritas. PT.Astra International Tbk merupakan salah satu perusahaan bluechip yang bergerak dalam aneka industri walaupun industri utamanya adalah dalam sektor otomotif dan komponen. Pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini adalah Jordine Cycle & Carriage Limit dengan 50.09% saham ASII adalah milik mereka dan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham, para pemegang saham menyetujui susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris: 1. Budhi Setiadharma 2. Akira Okobe Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
3. Anthony John Liddel N 4. Benjamin Williams Lewick 5. Chiew Sin Cheok 6. Djunaidi Hadisumarto 7. Mark Spencer Greenberg 8. M. Chotib Basri 9. Patrick Moris Alexander 10. Soemadi Djokomerdjono B
Dewan Direksi: 1. Michael Darmawan R 2. Gunawan Geniusaharja 3. Johny Darmawan Danusasmi 4. Maruli Gultom 5. Prijono Sugiarto 6. Simon John Mawson 7. Tossin Himawan Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Gedung AMDI Jl. Gaya Motor Raya No.8, Sunter,Jakarta,14330, Indonesia. PT.Astra International Tbk merupakan perusahaan market leader dalam pangsa pasar sektor otomotif, dan hal ini disebabkan karena prinsip 3W yang selalu menjadi pegangan manajemen perusahaan yakni winning concept, winning team, dan winning process. Pengembangan yang ingin dilakukan di masa mendatang dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat maka Astra sebagai group usaha yang memiliki banyak line bisnis, Astra memiliki dua strategi ekspansi, yaitu memperkuat value chain di semua line bisnis yang ada dan memanfaatkan peluang-peluang yang memberikan value added sehingga secara bertahap mampu Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
melepaskan ketergantungan terhadap prinsip sesuai catur dharma Astra yakni “ to be asset to the nation”
2.
PT. ANEKA TAMBANG (PERSERO) Tbk (ANTM) PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan PP
No.22 tahun 1968 dengan nama Perusahaan Negara Aneka Tambang. Tanggal 14 September 1974, berdasarkan PP No.26 tahun 1974 status perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas dan sejak itu dikenal sebagai PT. Aneka Tambang (Persero). Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian tersebut. Perusahaan ini mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Tahun 1997, perusahaan melakukan penawaran saham kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham yang merupakan 35% modal saham ditempatkan dan disetor penuh. Penawaran saham kepada masyarakat tersebut dicatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 27 November 1997 dan pada tahun 2002, saham perusahaan diperdagangkan di Bursa Efek Australia sebagai Chess Depository Interest (CDI). Unit yang diperdagangkan adalah sejumlah 381.538.390 unit CDI yang merupakan 1.907.691.950 saham biasa seri B, dan pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah pemerintah Indonesia dengan kepemilikan 65% saham ANTM. RUPS yang telah dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2006 menetapkan susunan dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris : 1. Wisnu Askari Marantika 2. Suryontoro Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
3. Supriatna Suhala 4. Irwandy Arif 5. Yap Tjay Soen
Dewan Direksi : 1. Aditya Sumanagara 2. Kumiadi Atmosasmito 3. Alwin Syah Lubis 4. Darma Ambiar 5. Syahrir Ika Tujuan dari perusahaan ini dikenal dengan istilah triple bottom lines yaitu mengupayakan pertumbuhan kinerja perusahaan, kepedulian pada lingkungan serta penerapan konsep corporate social responsibility (CDR) dan sampai pada saat ini perusahaan dan anak perusahaan telah memiliki 2.749 karyawan tetap. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Aneka Tambang Jl.Letjend T.B simatupang No.1 Lingkar Selatan,Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia.
3.
PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) Tbk (PGAS) Perusahaan Gas untuk pertama kali didirikan pada tahun 1859 di Indonesia dengan nama
Firma LJN Eindhoven & Co. kemudian pada tahun 1863 dialihkan kepada NV. Neederland Indishe Gas Maatschappy (NVNIGM) dan pada tahun 1950 kepemilikan diambil oleh N.V Ogem. Perusahaan gas ini pada tahun 1958 berada di bawah Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara dan dengan di tetapkannya PP No.19 tahun 1965 tanggal 31 mei 1965 nama perusahaan gas ini berubah menjadi Perusahaan Gas Negara dan masuk ke dalam Departemen Pekerjaan Umum serta sekaligus ditetapkan sebagai HUT Perusahan Gas Negara.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Perusahaan ini bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang pengembangan pemanfaatan gas bumi untuk kepentingan umum serta penyediaan gas dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat.Tujuan tersebut dapat dicapai bila perusahaan dapat melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga; perencanaan, pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan,penyaluran dan distribusi gas buatan; atau usaha lain yang sesuai dengan UU yang berlaku. Kantor pusat perusahaan berkedudukan di Jl. K.H. Zainul Arifin No.20, Jakarta. Untuk mencapai sasaran penjualan yang lebih responsif maka perusahaan membagi wilayah usaha menjadi 4 SBU (strategic business unit) yang masing-masing terdiri dari beberapa distrik, yaitu: 1. SBU distribusi wilayah I, Jawa bagian barat. 2. SBU distribusi wilayah II, Jawa bagian timur. 3. SBU distribusi wilayah III, Sumatera bagian utara 4. SBU Transmisi Sumatera-Jawa Perusahaan memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan penawaran umum saham kepada masyarakat pada tanggal 5 Desember 2003 sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 saham dari divestasi saham pemerintah Indonesia dan 820.987.000 saham baru. Saham perusahaan telah dicatatkan di BEJ dan BES pada tanggal 15 Desember 2003. RUPS yang dilaksanakan pada tanggal 17 November 2006 menetapkan susunan dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Sumarno Surono 2. Bemby Uripto 3. Pudja Sunasa Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
4. Sahala Lumban Gaol 5. W.M.P. Simajuntak 6. Nenny Miryani 7. Rudy Tavinos
Dewan Direksi : 1. Sutikno 2. Djoko pramono 3. Adil Abas Reksoatmojo Pemegang saham terbesar perusahaan ini masih dipegang oleh Pemerintah Indonesia dengan 55,26% saham dan juga MS & Co Int Ltd Client Ac sebesar 8,22% saham. Jumlah karyawan tetap perusahaan adalah 1.486 karyawan.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A.
Analisis Dan Evaluasi EVA Nilai tambah ekonomis (EVA) merupakan nilai yang didapatkan shareholder akibat dari
hasil kinerja manajemen dalam mengelola modal yang diberikan padanya. Investor harus dapat menginvestasikan modalnya pada perusahaan yang bisa menghasilkan nilai EVA karena perusahaan yang memiliki nilai EVA yang positif mencerminkan kemampuan untuk menciptakan kekayaan yang cukup baik. Metode EVA dapat dihitung dengan rumus : Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
EVA = ( RONA – WACC) x Modal yang diinvestasikan. Perhitungan EVA pada tiga emiten terbaik 2006 versi majalah Investor (ASII, ANTM, PGAS) untuk periode 2003-2006 terdiri dari beberapa langkah yaitu sebagai berikut : 1.
Langkah 1: Menghitung nilai Return On net Asset (RONA) atau
pengembalian aktiva
bersih. 2.
Langkah 2: Menghitung nilai Weighted Average Cost Of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata tertimbang.
3.
Langkah 3: Menghitung modal yang diinvestasikan oleh perusahaan.
4.
Langkah 4: Menghitung nilai Economic Value Added (EVA).
1.
Analisis Dan Evaluasi EVA pada PT. Astra International Tbk (ASII) Langkah 1: Menghitung Return On Net Asset (RONA) atau pengembalian aktiva bersih
ASII. Tabel 4.1 Perhitungan RONA pada PT. Astra International Tbk (ASII) Periode 2003-2006 ( Juta Rp ) NO 1 2
Komponen EBIT Tax
3
(1 – Tax)
2003 7.695.306 1.891.568 (26,87%) 0,7313
2004 8.007.203 1.625.364 (20,3%) 0,7971
2005 8.627.603 1.872.786 (22,82%) 0,7718
2006 5.871.528 1.380.690 (23,52%) 0,7648
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
4
NOPAT 5.627.577,278 (1 x 3) 5 Current Asset 9.254.063 6 Fixed Asset 17.753.228 7 Total Asset 27.007.291 (5 + 6) 8 Total Liabilities 13.898.301 9 Net asset 13.108.990 (7 – 8) 10 RONA 0,4293 (4 : 9) (Sumber: Laporan Keuangan ASII) (Diolah)
6.382.541,511
6.658.783,995
4.490.544,614
13.576.532 25.030.891 38.607.423
16.171.141 30.303.103 46.474.244
15.731.494 41.635.901 57.367.395
19.425.440 19.181.983
22.754.709 23.719.535
31.498.444 25.868.951
0,3327
0,2807
0.1736
langkah 2: Menghitung Weighted Average Cost Of Capital (WACC) atau biaya modal rata-rata tertimbang ASII.
Tabel 4.2 Perhitungan WACC Pada PT.Astra International Tbk (ASII) Periode 2003-2006 ( Juta Rp) NO 1 2 3 4
Komponen Debt Equity Debt+Equity Debt
2003 6.165.477 11.701.712 17.867.189 0,3451
2004 6.189.975 16.485.126 22.675.101 0,273
2005 8.151.569 20.424.345 28.575.914 0,2853
2006 11.427.947 22.375.766 33.803.713 0,3381
9,37% 1.891.568 0,7313 6,85%
7,38% 1.625.364 0,7971 5,88%
6% 1.872.786 0,7718 4,63%
3,88% 1.380.690 0,7648 2,97%
Debt+Equity 5 6 7 8
Cost Of Debt Tax ( 1- Tax) Total Cost Of Debt
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
9
(5 x 7) Equity
0,6549
0,727
0,7147
0,6619
7,43% 1,152 6% 14,34%
12,75% 1,152 6% 19,66%
11,5% 1,152 6% 18,41%
12,03%
15,37%
13,5%
Debt+Equity 10 11 12 13
SBI Rate 8,31% Beta (β) 1,152 Risk Premium 6% Cost Of Equity 15,22% [10 + (11x12)] 14 WACC 12,33% [(4 x 8) + (9 x 13)] (Sumber : Laporan Keuangan ASII) (Diolah)
Keterangan : 1) Cost of debt : merupakan biaya utang yang dihitung berdasarkan .
bunga dari utang jangka pendek perusahaan. 2) Beta (β) : merupakan sensitivitas return perusahaan (Ri)
terhadap return
pasar (Rm) secara keseluruhan yang dapat dihitung dengan rumus: Ri = α + βRm 3) Risk premium : merupakan faktor tambahan resiko perusahaan. Pada penelitian disepakati bahwa Risk premium adalah sebesar 6% sesuai dengan yang ditetapkan oleh Surya (Surya, 2002) dan Young & O’Byrne (2001:155). 4) Cost of equity : merupakan biaya ekuitas yang dihitung dengan metode CAPM dengan rumus E(Ri) = Rf + [β x (Rm-Rf). langkah 3: Menghitung Modal yang diinvestasikan (Invested Capital). Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) untuk kegiatan operasional PT.Astra International Tbk (ASII) untuk periode 2003-2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Modal yang diinvestasikan oleh PT.Astra International Tbk (ASII) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO Komponen 2003 1 Total Liabilities 13.898.301 2 Total Equity 11.710.712 3 Invested Capital 25.609.013 (Sumber : Laporan Keuangan ASII) (Diolah)
2004 19.425.440 16.485.126 35.910.566
2005 22.754.709 20.424.345 43.179.054
2006 31.498.444 22.375.766 53.874.210
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Setelah kita mengetahui nilai dari komponen-komponen EVA yaitu nilai RONA, nilai WACC, dan modal yang diinvestasikan maka kita dapat menghitung nilai EVA untuk PT.Astra International Tbk (ASII) periode 2003-2006 adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Perhitungan EVA Pada PT.Astra International (ASII) Perode 2003-2006 (Rp) NO 1 2 3
Komponen 2003 RONA 0.4293 WACC 12,33% Spread EVA 0,306 (1 – 2) 21.905.601.500.000 4 Adjusted Capital 6.703.114.059.000 5 EVA (3 x 4) (Sumber : Laporan Keuangan ASII) (Diolah)
2004 0,3327 12,03% 0,2124
2005 0,2807 15,37% 0,127
2006 0,1736 13,5% 0,0386
27.791.025.000.000
34.544.321.000.000
43.128.466.000.000
5.902.813.710.000
4.387.128.767.000
1.664.758.788.000
Keterangan : Adjusted capital : merupakan modal rata-rata yang diinvestasikan pada suatu periode yang dapat dihitung dengan rumus : (Modal yang diinvestasikan awal tahun + Modal yang diinvestasikan akhir tahun) /2 Hasil perhitungan dari nilai EVA ASII menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan karena nilai EVA ASII yang tercipta selalu turun dari tahun ketahun selama periode penelitian (2003-2006). Hal ini mengindikasikan bahwa kekayaan yang mampu diciptakan manajemen perusahaan terhadap investasi para investor terus berkurang dari tahun ketahun dan hal ini akan mengurangi kepercayaan para pemodal publik untuk berinvestasi pada saham ASII, padahal saham ASII merupakan salah satu saham bluechip yang cukup menarik minat investor. Tahun 2004 terlihat bahwa nilai EVA mengalami penurunan sedikit menjadi Rp 5.902.813.710.000. Penurunan ini terjadi karena menurunnya nilai RONA menjadi hanya 0.3327 atau turun sekitar 0.096 dari tahun 2003, WACC sendiri juga menurun namun penurunan yang terjadi masih lebih kecil dari penurunan RONA sehingga spread EVA yang tercipta turun
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
menjadi 0.2124. Penurunan nilai RONA sendiri dipicu karena kenaikan NOPAT tidak sebanding dengan kenaikan net asset. Tahun 2005 kembali nilai EVA ASII mengalami penurunan dan penurunan yang terjadi mencapai 25% dari nilai EVA 2004. Nilai EVA ditahun 2005 hanya tinggal sekitar Rp 4.387.128.767.000, penurunan ini terjadi karena nilai RONA yang berkurang sedangkan nilai WACC malah meningkat sehingga menekan spread EVA yang tercipta. RONA sendiri berkurang akibat dari kenaikan net asset mencapai 25% sedangkan kenaikan NOPAT hanya sebesar 5% karena kenaikan pendapatan yang cukup rendah. Nilai WACC untuk tahun 2005 adalah sebesar 15,37% atau yang tertinggi selama periode penelitian yang dipicu besarnya nilai SBI rate yakni 12,73% sehingga WACC naik tajam. Kenaikan SBI rate sendiri mencapai 5,32% dari sebelumnya hanya 7,43% sehingga biaya modal naik cukup tinggi yang membuat nilai EVA menurun. Nilai EVA ASII mencapai titik terendah ditahun 2006 menjadi hanya tinggal Rp 1.664.758.788.000 dan pemicu utama penurunan ini adalah nilai EBIT yang turun sekitar 32% dari tahun 2005, padahal net asset selalu meningkat dari tahun ketahun. Spread EVA yang hanya sebesar 0,0386 mencerminkan bahwa penurunan RONA jauh lebih besar dari penurunan WACC, sehingga walaupun adjusted capital selalu meningkat rata-rata 25% setiap tahun tidak banyak membantu meningkatkan nilai EVA karena penurunan spread EVA yang jauh lebih besar. Akhir Tahun 2005 dan 2006 memang menjadi periode yang sulit bagi ASII karena pada periode tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan yang membuat penjualan ASII sangat menurun. Kebijakan tersebut adalah menaikkan harga BBM yang membuat naiknya inflasi sehingga memicu kenaikan suku bunga sampai level 12,75% atau naik sekitar 60%. Kondisi ini sangat mempengaruhi perkembangan industri otomotif karena hampir 70% penjualan adalah secara kredit dan hanya 30% kendaraan bermotor yang terjual secara tunai.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Nilai penjualan ASII untuk mobil maupun motor sejak akhir tahun 2005 hingga 2006 mengalami penurunan yang signifikan hingga 40%. Tahun 2006 penjualan mobil hanya mencapai sekitar 400.000 unit atau jauh menurun dibanding penjualan 2005 yang mencapai 530.000 unit. Keadaan ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai tahun 2007 dan akan kembali normal ditahun 2008. Investor sebaiknya melihat bahwa penurunan nilai EVA ASII yang terjadi belum tentu diakibatkan karena gagalnya manajemen mengelola modal yang diberikan tetapi mungkin saja bahwa investasi yang dilakukan baru mendatangkan hasil setelah beberapa tahun. Para investor harus dapat memberikan penilaian yang adil terhadap investasi mereka karena bisa saja modal yang diberikan diinvestasikan oleh manajemen pada proyek jangka panjang jadi hasilnya dapat dilihat setelah 5-6 tahun kedepan.
2.
Analisis dan Evaluasi EVA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Langkah 1: Menghitung RONA (Return On Net Asset) atau pengembalian aktiva bersih
dari ANTM. Tabel 4.5 akan menunjukkan nilai RONA dari PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk periode 2003-2006 :
Tabel 4.5 Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Perhitungan RONA pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1 2
Komponen EBIT Tax
3 4
2003 321.706,388 94.990 (29,53%) 0,7047 226.706,491
(1- Tax) NOPAT (1 x3) 5 Current Asset 2.548.841 6 Fixed Asset 1.715.000 7 Total Asset 4.263.841 (5 +6) 8 Total Liabilities 2.543.332 9 Net Asset 1.720.509 (7 -8) 10 RONA 0,1318 (4 : 9) (Sumber : Laporan Keuangan ANTM) (Diolah)
2004 1.158.308,568 351.199 (30,32%) 0,6968 807.109,410
2005 1.228.237,911 360.741 (29,99%) 0,7001 859.889,361
2006 2.219.889 667.111 (30,05%) 0,6995 1.552.812,356
2.992.480 2.955.000 5.947.480
2.087.512 4.192.000 6.279.512
3.317.603 3.808.000 7.125.603
3.564.426 2.383.054
3.373.069 2.906.443
3.009.300 4.116.303
0,3387
0,2958
0,3772
Langkah 2: Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital) atau biaya modal rata-rata tertimbang PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk periode 2003-2006. Tabel 4.6 Perhitungan WACC Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1 2 3 4
Komponen Debt Equity Debt+Equity Debt
2003 2.094.613 1.783.512 3.878.125 0,5401
2004 2.524.002 2.478.141 5.002.143 0,5046
2005 2.593.663 3.029.643 5.623.306 0,4612
2006 1.829.784 4.281.602 6.111.386 0,2994
0,0368% 94.990 0,7047 0,0259%
0,00001% 351.199 0,6968 0,000007%
0,0001% 360.741 0,7 0,00007%
0 667.111 0,7 0
0,4122
0,4101
0,4732
0,5873
SBI Rate 8,31% Beta (β) 1,214 Risk Premium 6% Cost Of Equity 15,6% [10 + ( 11 x 12)] 14 WACC 7,18% [(4 x 8) + (9 x 13)] (Sumber : Laporan Keuangan ANTM) (Diolah)
7,43% 1,214 6% 14,71%
12,75% 1,214 6% 20%
11.5% 1,214 6% 18,78%
7,29%
10,78%
13,16%
Debt+Equity 5 6 7 8 9
Cost Of Debt Tax (1- Tax) Total Cost Of debt (5 x 7) Equity Debt+Equity
10 11 12 13
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Keterangan : 1) Cost of debt : merupakan biaya utang yang dihitung berdasarkan .
bunga dari utang jangka pendek perusahaan. 2) Beta (β) : merupakan sensitivitas return perusahaan (Ri)
terhadap return
pasar (Rm) secara keseluruhan yang dapat dihitung dengan rumus: Ri = α + βRm 3) Risk premium : merupakan faktor tambahan resiko perusahaan. Pada penelitian disepakati bahwa Risk premium adalah sebesar 6% sesuai dengan yang ditetapkan oleh Surya (Surya, 2002) dan Young & O’Byrne (2001:155). 4) Cost of equity : merupakan biaya ekuitas yang dihitung dengan metode CAPM dengan rumus E(Ri) = Rf + [β x (Rm-Rf). Langkah 3: Menghitung Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) Modal yang Diinvestasikan pada PT.AnekaTambang Tbk (ANTM) untuk periode 20032006 yaitu : Tabel 4.7 Modal yang diinvestasikan oleh PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO Komponen 2003 1 Total Liabilities 2.543.332 2 Total Equity 1.783.512 3 Invested Capital 4.326.844 (Sumber : Laporan Keuangan ANTM) (Diolah)
2004 3.564.426 2.478.141 6.042.567
2005 3.373.069 3.029.643 6.402.712
2006 3.009.300 4.281.602 7.290.902
Setelah kita mengetahui nilai dari komponen-komponen EVA yaitu nilai Return On Net Asset (RONA), nilai Weighted Average Cost Of Capital (WACC), dan modal yang diinvestasikan maka dapat dihitung nilai EVA untuk PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk periode 20032006 yaitu:
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Tabel 4.8 Perhitungan EVA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Periode 2003-2006 (Rp) NO 1 2 3
Komponen 2003 RONA 0.1318 WACC 7,18% Spread EVA 0,06 (1 – 2) 3.207.351.500.000 4 Adjusted Capital 192.441.090.000 5 EVA (3 x 4) (Sumber : Laporan Keuangan ANTM) (Diolah)
2004 0.3387 7,29% 0,2658
2005 0.2958 10,78% 0,188
2006 0,3772 13,16% 0,2456
4.960.346.000.000
5.702.428.500.000
6.457.105.000.000
1.318.459.967.000
1.072.056.558.000
1.585.864.988.000
Keterangan : Adjusted capital : merupakan modal rata-rata yang diinvestasikan pada suatu periode yang dapat dihitung dengan rumus : (Modal yang diinvestasikan awal tahun + Modal yang diinvestasikan akhir tahun) /2 Hasil perhitungan EVA pada ANTM menunjukkan bahwa nilai EVA ditahun 2004 telah mengalami peningkatan yang sangat tinggi, sampai tujuh kali lipat bila dibandingkan dengan tahun 2003. Peningkatan yang terjadi memang sangat tinggi dan keadaan ini disebabkan oleh naiknya tingkat pendapatan (EBIT) sampai sebesar 400% dari tahun sebelumnya, sedangkan untuk nilai WACC relatif stabil dan dengan naiknya pendapatan maka otomatis RONA juga meningkat sehingga mendorong kenaikan nilai EVA. Nilai
EVA
mengalami
penurunan
sedikit
ditahun
2005
menjadi
sebesar
Rp1.072.056.558.000 karena kenaikan EBIT labih kecil dari kenaikan net asset nya. Penurunan nilai EVA juga terjadi karena kenaikan nilai WACC yang cukup tinggi akibat dari tingginya SBI rate yang mencapai 12,75%, namun di tahun 2006 ANTM berhasil membukukan nilai EVA tertingginya (selama periode penelitian) menjadi sebesar Rp 1.585.864.988.000. Peningkatan ini dipicu karena di tahun 2006 ANTM sama sekali tidak memiliki biaya utang sehingga biaya modal hanya terdiri dari biaya ekuitas saja dan juga akibat dari naiknya pendapatan.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Nilai EVA ANTM selama periode penelitian (2003-2006) mengalami kenaikan dari tahun ketahun, hanya menurun ditahun 2005 saja. Secara rata-rata peningkatan nilai EVA ANTM didorong oleh keberhasilan manajemen untuk selalu meningkatkan pendapatan perusahaan serta keinginan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya untuk menghindari adanya biaya utang seperti terlihat pada tahun 2006. Kenaikan pendapatan ANTM didorong oleh peningkatan kapasitas produksi ferronickel dan kenaikan harga emas serta nikel yang berada pad titik tertinggi selama beberapa tahun belakangan ini.
3.
Analisis dan Evaluasi EVA pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Langkah 1: Menghitung RONA (Return On Net Asset) atau pengembalian aktiva bersih
PGAS. Tabel 4.9 berikut ini akan menunjukkan hasil perhitungan RONA pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk periode 2003-2006. Tabel 4.9 Perhitungan RONA pada PT.Perusahaan GasNegara Tbk (PGAS) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1 2
Komponen EBIT Tax
3 4
2003 906.624,189 230.511 (30,55%) 0,6945 629.650,499
(1- Tax) NOPAT (1 x 3) 5 Current Asset 3.537.891 6 Fixed Asset 5.467.144 7 Total Asset 9.005.035 (5 + 6) 8 Total Liabilities 5.350.992 9 Net Asset 3.654.043 (7 – 9) 10 RONA 0,1723 (4 : 9) (Sumber : Laporan Keuangan PGAS) (Diolah)
2004 683.101,607 201.785 (29,54%) 0,7046 481.313,392
2005 1.615.291,407 478.848 (35%) 0,65 1.049.939,415
2006 2.164.140 553.950 (25,6%) 0,744 1.610.120,16
4.804.649 6.067.674 10.872.323
5.071.205 7.109.108 12.180.313
3.079.657 11.102.391 14.182.048
7.299.889 3.572.434
7.554.874 4.625.439
8.466.537 5.715.511
0,1347
0,227
0,2817
Langkah 2 : menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital) atau biaya modal rata-rata tertimbang PGAS. Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan WACC pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk periode 2003-2006 yaitu: Tabel 4.10 Perhitungan WACC pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1 2 3 4
Komponen Debt Equity Debt+Equity Debt
2003 4.388.590 3.315.610 7.704.200 0,5696
2004 5.854.844 3.177.611 9.032.455 0,6482
2005 6.141.485 4.198.301 10.339.786 0,594
2006 6.562.560 5.161.096 11.723.656 0,5598
0,57% 230.511 0,6945 0,39%
0,53% 201.785 0,7046 0,37%
1,65% 478.848 0,65 1,07%
2,52% 553.950 0,744 1,87%
0,4304
0,3518
0,406
0,4402
SBI Rate 8,31% Beta (β) 0,305 Risk Premium 6% Cost Of Equity 10,14% [10 +(11 x 12)] 14 WACC 4,59% [(4 x 8) + (9 x 13)] (Sumber: Laporan Keuangan PGAS) (Diolah)
7,43% 0,305 6% 9,26%
12,75% 0,305 6% 14,58%
11,5% 0,305 6% 13,33%
3,5%
6,55%
6,9%
Debt+Equity 5 6 7 8 9
Cost Of Debt Tax (1- Tax) Total cost Of Debt (5 x 7) Equity Debt+Equity
10 11 12 13
Keterangan : 1) Cost of debt : merupakan biaya utang yang dihitung berdasarkan .
bunga dari utang jangka pendek perusahaan. 2) Beta (β) : merupakan sensitivitas return perusahaan (Ri)
terhadap return
pasar (Rm) secara keseluruhan yang dapat dihitung dengan rumus: Ri = α + βRm 3) Risk premium : merupakan faktor tambahan resiko perusahaan. Pada penelitian disepakati bahwa Risk premium adalah sebesar 6% sesuai dengan yang ditetapkan oleh Surya (Surya, 2002) dan Young & O’Byrne (2001:155). 4) Cost of equity : merupakan biaya ekuitas yang dihitung dengan metode CAPM dengan rumus E(Ri) = Rf + [β x (Rm-Rf). Langkah 3 : Menghitung Modal yang diinvestasikan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Modal yang diinvestasikan pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) untuk periode 2003-2006 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Modal yang diinvestasikan pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO Komponen 2003 1 Total Liabilities 5.350.992 2 Total Equity 3.315.610 3 Invested Capital 8.666.602 (Sumber : Laporan Keuangan PGAS) (Diolah)
2004 7.299.889 3.177.611 10.477.500
2005 7.554.874 4.198.301 11.753.175
2006 8.466.537 5.161.096 13.627.633
Setelah kita mengetahui nilai komponen-komponen EVA yakni nilai RONA, nilai WACC, dan modal yang diinvestasikan maka dapat dihitung nilai EVA untuk PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) periode 2003-2006 yaitu: Tabel 4.12 Perhitungan EVA pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Periode 2003-2006 (Rp) NO 1 2 3
Komponen 2003 RONA 0,1723 WACC 4,59% Spread EVA 0,1264 (1 – 2) 4 Adjusted Capital 6.618.197.500.000 836.540.164.000 5 EVA (3 x 4) (Sumber : Laporan Keuangan PGAS) ( Diolah)
2004 0,1347 3,5% 0,0997
2005 0,227 6,55% 0,1615
2006 0,2817 6,9% 0,2127
9.391.542.000.000
10.737.633.000.000
12.394.502.500
936.336.737.400
1.734.127.730.000
2.636.310.682.000
Keterangan : Adjusted capital : merupakan modal rata-rata yang diinvestasikan pada suatu periode yang dapat dihitung dengan rumus : (Modal yang diinvestasikan awal tahun + Modal yang diinvestasikan akhir tahun) /2 Tabel 4.12 menunjukkan bahwa manajemen perusahaan PGAS selalu dapat meningkatkan nilai EVA nya. Tahun 2003 nilai EVA PGAS adalah sebesar Rp 836.540.164.000 dan ditahun 2004 mengalami peningkatan menjadi Rp936.336.737.400 akibat dari penurunan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
RONA yang didorong oleh berkurangnya pendapatan PGAS sebesar 32% dari tahun 2003 masih lebih kecil bila dibandingkan dengan penurunan WACC yang mengalami penurunan sebesar 1% akibat berkurangnya total cost of capital apalagi adjusted Capital meningkat tajam keposisi Rp 9.391.542.000.000. Tahun 2005 nilai EVA mengalami peningkatan hampir 200% yang didorong akibat EBIT yang meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan tahun 2004, sedangkan nilai net asset hanya bertambah sekitar 30% saja, hal ini membuat melonjaknya RONA ke posisi 0,227. WACC juga meningkat 150% akibat nilai SBI rate mencapai 12,75% namun kenaikan ini tidak terlalu mempengaruhi peningkatan nilai EVA karena adjusted capital juga selalu meningkat. Nilai EVA PGAS ditahun 2006 merupakan nilai yang tertinggi selama periode penelitian (2003-2006) yakni mencapai Rp 2.636.310.682.000, kenaikan yang mencapai dua kali lipat ini disebabkan karena kenaikan pendapatan PGAS sampai 200% yang mengakibatkan naiknya nilai RONA PGAS sedangkan kenaikan net asset tidak lebih dari 24%, untuk WACC sendiri relatif stabil. Hal-hal inilah yang membuat mengapa nilai EVA mencapai nilai tertingginya. Nilai EVA PGAS selama periode penelitian 2003-2006 selalu mengalami peningkatan yang akan menaikkan ekspetasi pasar terhadap saham PGAS karena kemampuan PGAS untuk selalu meningkatkan kekayaan shareholdernya. Peningkatan nilai EVA ini disebabkan kenaikan nilai RONA yang dari tahun ke tahun terus membaik dan peningkatan nilai RONA selalu jauh lebih baik daripada peningkatan WACC. Peningkatan nilai EVA akan terjadi hanya bila peningkatan RONA lebih besar daripada peningkatan WACC. RONA yang meningkat diakibatkan kemampuan PGAS untuk menaikkan pendapatan dari bisnis distribusi dan bisnis tranmisi. Hasil perhitungan EVA yang telah dikemukakan sebelumnya menunjukkan bahwa nilai EVA dari ketiga emiten terbaik 2006 selalu bernilai positif yang mencerminkan bahwa emitenemiten tersebut selalu mampu untuk menciptakan nilai tambah investasi para shareholder. Satu hal yang sangat mengejutkan dari analisis dan evaluasi nilai EVA ini adalah bahwa nilai EVA Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
ASII yang selalu mengalami penurunan selama 4 tahun terakhir yang berakibat berkurangnya kekayaan para shareholder. Hal ini dapat berdampak berkurangnya apresiasi pasar terhadap saham ASII dan berbanding terbalik dengan ASII, PGAS malah mampu untuk selalu meningkatkan nilai EVAnya dari tahun ketahun yang membuat investor sangat ingin berinvestasi di saham PGAS. Dampak dari peningkatan ini dapat dilihat dari harga saham PGAS yang terus melesat selama empat tahun terakhir bahkan hanya selang waktu setahun (1 April 2005-29 Maret 2006) saham PGAS melesat dari Rp 2745 menjadi Rp 10.000 karena kepercayaan investor akan kemampuan PGAS untuk meningkatkan kekayaanya. ANTM sendiri juga memiliki kemampuan menciptakan kekayaan yang baik hanya saja kekayaan yang mereka ciptakan masih memiliki volatilitas yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari nilai EVA ANTM yang mengalami turun naik dengan interval yang cukup besar yang mencerminkan bahwa adanya kemungkinan naiknya kekayaan investor dengan sangat tinggi pada satu periode namun bisa menurun dengan sangat tinggi juga pada periode berikutnya sehingga resiko yang ditanggung investor masih cukup tinggi.
B.
Analisis Dan Evaluasi MVA Nilai tambah pasar (MVA) merupakan metode yang diyakini merupakan single measures
yang paling pas untuk menilai kesuksesan atau kegagalan suatu perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi shareholder. Hal disebabkan MVA melakukan penilaian yang melibatkan nilai pasar dari perusahaan yang merupakan nilai terpenting bagi shareholder. MVA merupakan selisih antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dengan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA = Nilai pasar – modal yang diinvestasikan MVA = (Nilai pasar dari ekuitas + Nilai pasar dari utang + bunga Minoritas ) – (Modal yang diinvestasikan ) Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Berikut ini merupakan perhitungan MVA pada tiga emiten terbaik 2006 versi majalah Investor (ASII, ANTM, PGAS) untuk periode 2003-2006.
1.
Analisis Dan Evaluasi MVA Pada PT.Astra International Tbk (ASII) Tabel 4.13 dibawah ini akan menunjukkan hasil perhitungan MVA pada PT.Astra
International Tbk (ASII) untuk periode 2003-2006 yaitu: Tabel 4.13 Perhitungan MVA pada PT.Astra International Tbk (ASII) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1 2 3 4
Komponen 2003 Nilai pasar dari ekuitas 20.170.000 Nilai pasar dari utang 13.898.301 Bunga minoritas 1.795.295 Total nilai pasar 35.863.596 (1 + 2 + 3) 5 Modal yang 25.609.013 diinvestasikan 6 MVA 10.254.583 (4 – 5) (Sumber : Laporan Keuangan ASII) (Diolah)
2004 38.860.800 19.425.440 3.234.487 61.520.727
2005 41.289.600 22.754.709 3.806.808 67.851.117
2006 63.553.600 31.498.444 4.055.080 99.107.124
35.910.566
43.179.154
53.874.210
25.610.161
24.672.063
45.232.914
Keterangan : Nilai pasar dari ekuitas = (Harga saham akhir tahun buku perusahaan x Jumlah saham yang beredar pada periode tersebut). Tabel 4.13 yang menunjukkan nilai MVA dari PT.Astra International Tbk (ASII) untuk periode 2003-2006 terlihat jelas bahwa nilai MVA mengalami volatilitas yang cukup tinggi. Tahun 2004 nilai MVA melonjak lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi Rp25.610.161.000.000, hal paling signifikan yang menyebabkan kenaikan ini adalah melonjaknya harga saham ASII dari Rp5000 di tahun 2003 menjadi Rp9.600 untuk tahun 2004 apalagi saham ASII yang beredar justru meningkat dari 4.034.000.000 lembar saham ditahun 2003 meningkat menjadi 4.048.000.000 lembar saham untuk tahun 2004 yang menyebabkan Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
nilai pasar ekuitas melonjak dari Rp20.170.000.000.000 menjadi Rp38.860.800.000.000. Kenaikan nilai pasar dari utang dan bunga minoritas juga turut andil dalam meningkatkan nilai MVA karena nilai utang mengalami kenaikan hingga sekitar Rp5.527.138.000.000 dibandingkan tahun 2003, dan bunga minoritas juga naik menjadi Rp3.234.487.000.000, walaupun modal yang diinvestasikan untuk tahun 2004 mengalami peningkatan sampai Rp10.301.553.000.000 namun kenaikan ini tidak sebesar kenaikan nilai pasar yang mencapai Rp18.690.800.000.000 sehingga membuat nilai MVA meningkat cukup besar. Tahun 2005 menjadi tahun dimana nilai MVA ASII mengalami penurunan menjadi hanya
Rp.24.672.063.000.000,
padahal
ditahun
2004
nilai
MVA
mencapai
Rp25.610.161.000.000 dan hal ini disebabkan peningkatan nilai pasar tidak sebanding dengan peningkatan
modal
yang
diinvestasikan.
Nilai
pasar
hanya
meningkat
sebesar
Rp6.330.390.000.000 sedangkan modal yang diinvestasikan malah meningkat sebesar Rp7.268.488.000.000. Harga saham sendiri meningkat dari Rp9600 menjadi Rp10.200 namun peningkatan ini tidak terlalu membantu peningkatan nilai MVA meskipun jumlah saham ASII yang beredar tetap jumlahnya, sedangkan untuk nilai utang dan nilai bunga minoritas tetap meningkat seperti tahun-tahun sebelumnya namun peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Modal yang diinvestasikan shreholder terus mengalami peningkatan yang membuat nilai MVA justru tertekan dimana modal yang diinvestasikan untuk tahun 2004 masih hanya sebesar Rp35.910.566.000.000 dan naik sangat tinggi menjadi Rp43.179.054.000.000 untuk tahun 2005 Selama periode penelitian yaitu dari tahun 2003-2006, pada tahun 2006 merupakan tahun dimana ASII mampu memberikan nilai MVA tertinggi bagi para shareholdernya. Nilai MVA sendiri untuk tahun 2006 mencapai Rp45.232.914.000.000 yang berarti bahwa per Desember 2006 ASII memiliki nilai pasar Rp45.232.914.000.000 lebih besar dari jumlah modal yang diinvestasikan kepada perusahaan. Nilai MVA ASII yang meningkat sampai hampir dua kali lipat dibanding tahun 2005 dipicu oleh naiknya harga dari saham yang beredar. Harga saham Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
ASII sendiri meningkat dari Rp10.200 ditahun 2005 menjadi Rp15.700 atau meningkat sampai sekitar 55%, sedangkan saham yang beredar tetap seperti tahun sebelumnya. Nilai utang sendiri dari ASII juga mengalami peningkatan sebesar Rp8.743.735.000.000 dari tahun 2005 dan bunga minoritas memberikan kenaikan sebesar Rp248.272.000.000 dan kenaikan kedua komponen ini membantu meningkatkan nilai MVA mejadi cukup tinggi. Kenaikan modal yang diinvestasikan yang hanya 25% tidak terlalu mengurangi nilai MVA karena kenaikan nilai pasar yang sangat tinggi.
2.
Analisis Dan Evaluasi MVA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Berikut ini adalah tabel perhitungan MVA pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk
periode 2003-2006 yaitu : Tabel 4.14 Perhitungan MVA Pada PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1 2 3 4
Komponen 2003 Nilai pasar dari ekuitas 3.672.900 Nilai pasar dari utang 2.543.332 Bunga Minoritas 1 Total Nilai Pasar 6.216.233 (1 + 2 + 3) 5 Modal Yang 4.326.844 Diinvestasikan 6 MVA 1.889.389 (4 x 5) (Sumber : Laporan Keuangan ANTM) (Diolah)
2004 3.291.300 3.564.426 2 6.855.728
2005 6.821.100 3.373.069 3 10.194.172
2006 15.264.000 3.009.300 3 18.273.303
6.046.567
6.402.712
7.290.902
813.161
3.791.460
10.982.401
Keterangan : Nilai pasar dari ekuitas = (Harga saham akhir tahun buku perusahaan x Jumlah saham yang beredar pada periode tersebut). Tabel 4.14 menunjukkan bahwa manajemen PT.Aneka Tambang Tbk (ANTM) belum berhasil untuk selalu meningkatkan nilai MVA untuk periode 2003-2006, yang berarti manajemen belum dapat meningkatkan nilai dari modal yang telah diinvestasikan kedalam perusahaan setiap tahunnya. Tahun 2003 ANTM mampu memberikan nilai MVA sebesar Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Rp1.889.389.000.000 kepada para shareholder, namun tahun 2004 nilai MVA mengalami penurunan menjadi hanya sebesar Rp813.161.000.000, hal ini disebabkan penurunan nilai pasar dari ekuitas yang mencapai Rp381.600.000.000 dan penurunan ini diakibatkan harga saham yang turun dari Rp1925 untuk tahun 2003 menjadi Rp1725 (harga saham ANTM yang terendah selama periode penelitian) di tahun 2004. Nilai pasar sendiri meningkat hanya sedikit dikarenakan naiknya nilai utang dan bunga minoritas. Hal yang cukup menarik ditahun 2004 adalah bahwa nilai utang menjadi komponen utama yang memberikan andil terbesar dalam membentuk nilai MVA yang berarti bahwa perusahaan masih lebih bergantung pada utang daripada nilai ekuitasnya. Modal yang diinvestasikan ANTM sendiri untuk tahun 2004 meningkat hampir 50% dibandingkan tahun 2003 yang mengakibatkan penurunan nilai MVA. Tahun 2005 nilai MVA meningkat hingga 400% diakibatkan oleh naiknya harga saham dari Rp1725 menjadi Rp3575 atau naik tiga kali lipat yang membuat nilai ekuitas naik sampai lebih dari 200%. Modal yang diinvestasikan sendiri hanya meningkat sedikit yakni Rp360.145.000.000 sehingga hanya sedikit mengurangi nilai MVA. Selama periode penelitian (2003-2006) pencapaian nilai MVA terbesar ANTM terjadi di tahun 2006 dimana nilai MVA mencapai Rp10.982.401.000.000 dan kembali kenaikan harga saham menjadi penyebab utama kenaikan tersebut. Harga saham ANTM di tahun 2006 menembus level Rp8000 per saham membuat kenaikan nilai ekuitas menjadi sangat tinggi. Nilai utang dan bunga minoritas memang kurang memberikan andil namun hal ini sama dengan andil modal yang diinvestasikan yang tidak banyak mengurangi nilai MVA ANTM.
3.
Analisis Dan Evaluasi MVA Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan MVA pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk
(PGAS) setelah terlebih dahulu mengolah data yang ada untuk periode 2003-2006. Tabel 4.15 Perhitungan MVA Pada PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Periode 2003-2006 (Juta Rp) NO 1
Komponen 2003 Nilai pasar dari 6.697.529,85 ekuitas 2 Nilai pasar dari utang 5.350.992 3 Bunga Minoritas 445.479 4 Total Nilai Pasar 12.494.000,85 (1 + 2 + 3) 5 Modal Yang 8.666.602 Diinvestasikan 6 MVA 3.827.398,85 (4 x 5) (Sumber : Laporan Keuangan PGAS) (Diolah)
2004 8.318.067,58
2005 30.953.088,15
2006 52.265.125,94
7.299.889 562.203 16.180.159,58
7.554.874 694.154 39.202.116,15
8.466.537 608.243 61.339.905,94
10.477.500
11.753.175
13.627.633
5.702.659,58
27.448.941,15
47.712.272,94
Keterangan : Nilai pasar dari ekuitas = (Harga saham akhir tahun buku perusahaan x Jumlah saham yang beredar pada periode tersebut) PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) masuk menjadi anggota Bursa Efek jakarta (BEJ) sejak tanggal 15 Desember 2003, namun pihak manajemen telah mampu untuk menciptakan nilai MVA PGAS untuk tahun 2003 sebesar Rp3.827.398.000.000 dan hal ini menunjukkan bahwa ekspetasi pasar terhadap saham PGAS cukup besar. Jumlah saham PGAS yang beredar di tahun 2003 memang cukup besar yakni 4.320.987.000 lembar saham dengan harga jual masih Rp1550 per lembar saham dan dengan harga saham yang masih rendah membuat nilai pasar dari ekuitas yang terbentuk tidak terlalu besar. Nilai utang dari PGAS memberikan andil sampai sebesar 40% dari nilai pasar sehingga masih menjadi salah satu pendorong utama dari pembentukan nilai MVA. Modal yang diinvestasikan PGAS sendiri yang jumlahnya mencapai Rp8.666.602.000.000 masih cukup besar untuk mengurangi nilai tambah pasar yang dibentuk. Tahun 2004 menjadi tahun kedua PGAS dalam usaha menciptakan nilai tambah pasar (MVA) dimana manajemen telah mampu untuk meningkatkan nilai MVA menjadi sebesar Rp5.705.659.580.000. Kenaikan ini sendiri dipicu oleh naiknya harga saham menjadi Rp1900 atau naik Rp 350 dibandingkan tahun 2003 karena jumlah saham PGAS yang beredar tidak mengalami perubahan yang berarti, walaupun kenaikan nilai pasar tahun 2004 sangat Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekuitas tapi kenaikan nilai utang dan bunga minoritas juga membantu meningkatkan nilai MVA karena kenaikan modal yang diinvestasikan bahkan masih lebih rendah daripada kenaikan nilai utang. Nilai MVA PGAS meningkat lagi ditahun 2005, bahkan kenaikannya mencapai Rp21.746.281.570.000 atau mencapai lima kali lipat dari tahun 2004. Harga saham PGAS yang meningkat tajam kembali menjadi pemicu kenaikan nilai MVA tersebut. Harga saham PGAS di tahun 2005 adalah senilai Rp6900 atau naik lebih dari tiga kali lipat sehingga kenaikan nilai MVA juga cukup besar, sedangkan nilai utang dan bunga minoritas sendiri tidak terlalu membantu dalam meningkatkan nilai pasar karena kedua komponen ini hanya mengalami peningkatan yang sangat kecil dan hal yang sama juga terjadi untuk modal yang diinvestasikan sehingga tidak terlalu mempengaruhi peningkatan nilai MVA. Tahun 2006, sama seperti ASII dan ANTM, merupakan periode dimana PGAS mampu membukukan nilai MVA terbesar. Nilai MVA PGAS mencapai Rp47.712.272.940.000 atau naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2005. Harga saham juga mencapai rekor tertingginya (selama periode penelitian) yakni mencapai Rp11.600 dan kembali hal ini menjadi pendorong utama dari peningkatan nilai MVA yang terjadi karena jumlah saham yang beredar tetap jumlahnya. Analisis dan evaluasi nilai MVA dari Tiga Emiten Terbaik 2006 Versi Majalah Investor yakni ASII, ANTM dan PGAS memperlihatkan bahwa selama periode penelitian tahun 20032006 ketiga emiten terbaik tersebut selalu mampu untuk menciptakan dan meningkatkan nilai MVA perusahaannya hanya nilai MVA ASII yang pernah mengalami penurunan di tahun 2005. Hal yang cukup mengejutkan yang terjadi selama periode penelitian tahun 2003-2006 adalah bahwa nilai terbesar MVA yang dapat diciptakan kepada shareholder justru diciptakan oleh PGAS yang notabene merupakan perusahaan yang tidak sebesar ASII. Perhitungan yang telah dilakukan untuk memperoleh nilai EVA dan MVA pada ke tiga emiten terbaik 2006 selama periode 2003-2006 akan diringkaskan pada tabel 4.16 berikut : Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Tabel 4.16 Nilai EVA dan MVA pada Tiga Emiten Terbaik 2006 versi Majalah Investor untuk periode 2003-2006. ( Ribu Rp) Tahun 2003 2004 2005 2006
ASII
ANTM
PGAS
EVA
MVA
EVA
MVA
EVA
MVA
6.703.114.059
10.254.583.000
192.441.090
1.889.389.000
836.540.164
3.827.398.850
5.902.813.710
25.610.161.000
1.318.459.967
813.161.000
936.336.737,4
5.702.659.580
4.387.128.767
24.672.063.000
1.072.056.558
3.791.460.000
1.734.127.730
27.448.941.150
1.664.758.788
45.232.914.000
1.585.864.988
10.982.401.000
2.636.310.682
47.712.272.940
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa nilai EVA dan nilai MVA untuk ASII mengalami volatilitas yang berbeda dari tahun ke tahun selama periode penelitian, terlihat bahwa nilai EVA ASII selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun (selama periode penelitian ), berbanding terbalik dengan nilai MVA yang selalu meningkat kecuali ditahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja internal ASII yang tidak terlalu baik (tergambar dari nilai EVA) ternyata tidak terlalu berdampak terhadap keinginan besar investor untuk menanamkan modalnya pada ASII terlihat dari nilai MVA yang selalu meningkat. Harga saham ASII sendiri tetap meningkat dan terjaga karena besarnya daya tarik saham ASII pada pemodal publik dan kemungkinan hal ini disebabkan oleh nama besar ASII. Nilai EVA sendiri mengalami penurunan disebabkan karena penurunan penjualan ASII akibat dari naiknya BBM yang menyebabkan terjadinya inflasi sehingga suku bunga juga meningkat sehingga penjualan kredit menurun tajam, padahal 70% pendapatan dari ASII adalah berasal dari penjualan melalui kredit. ANTM sendiri juga memiliki nilai EVA dan MVA yang mengalami volatilitas yang berbeda, terlihat dari nilai EVA dan MVA di tahun 2004 dan 2005. Tahun 2004 nilai EVA ANTM mengalami peningkatan namun sebaliknya dengan nilai MVA yang malah mengalami penurunan, demikian juga ditahun 2005 pada saat nilai MVA yang mengalami peningkatan, nilai EVA malah menurun. Hal ini menunjukkan kinerja internal ANTM (selama periode penelitian) tidak terlalu mempengaruhi pada tindakan pemodal publik untuk membeli atau menjual saham
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
ANTM yang beredar. Volatilitas nilai EVA ANTM disebabkan karena harga produk ANTM yang memiliki volatile yang sangat tinggi seperti nikel dan emas. PGAS menjadi satu-satunya emiten, dari ketiga emiten terbaik 2006, yang memiliki nilai EVA dan MVA yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan nilai EVA PGAS selalu diikuti juga dengan peningkatan nilai MVA dan hal ini terjadi setiap tahun (selama periode penelitian). Hal ini menunjukkan bahwa pemodal publik masih sangat terpengaruh terhadap kinerja internal PGAS dalam mentransaksikan saham PGAS. Kinerja internal yang terus membaik membuat nilai MVA semakin meningkat dan hal ini mencerminkan bahwa harga saham terus meningkat. Harga saham yang mengalami peningkatan yang sangat cepat membuat PGAS menjadi pencipta nilai MVA tertinggi selama periode penelitian. Investor memang wajar sangat bergantung kepada kinerja internal PGAS dalam mentransaksikan saham PGAS karena PGAS sendiri merupakan perusahaan yang masih tergolong baru dalam bursa efek. Keadaan ini membuat Investor hanya sangat sedikit memiliki gambaran mengenai saham PGAS, berbeda dengan ASII dan ANTM, dimana investor telah memiliki banyak informasi mengenai ASII dan ANTM yang telah lama menjadi anggota bursa. Investor sendiri harus dapat menganalisa kecemerlangan kinerja internal PGAS yang sangat terbantu oleh menguatnya nilai tukar rupiah.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data, analisis dan evaluasi yang telah dikemukakan oleh penulis mengenai penerapan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) dalam menganalisis kinerja keuangan Tiga Emiten Terbaik 2006 Versi Majalah Investor yakni ASII, ANTM dan PGAS maka pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran. A.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis berdasarkan analisis dan evaluasi yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut : 1.
Nilai EVA dan MVA dari ke tiga emiten terbaik 2006 (ASII, ANTM, PGAS) selama periode penelitian (2003-2006) selalu bernilai positif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan selalu dapat membuat investasi para shareholder menjadi lebih bernilai dan memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Hasil ini
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
juga membuktikan bahwa ke tiga emiten terbaik 2006 telah memperhatikan sepenuhnya kepentingan para shareholder. 2.
Nilai EVA dari ke tiga emiten terbaik 2006 selama periode penelitian mengalami volatilitas yang cukup tinggi dan yang cukup mengejutkan adalah nilai EVA ASII yang selalu turun dari tahun ke tahun selama periode penelitian yang berakibat berkurangnya kekayaan pemegang saham ASII dari tahun ketahun. Nilai EVA tertinggi dihasilkan oleh ASII ditahun 2004 dengan nilai Rp 6.753.496.942.000 dan nilai terendah dihasilkan oleh ANTM dengan nilai Rp 203.987.555.400. Volatilitas nilai EVA dipengaruhi oleh naik turunnya pendapatan, net asset dan biaya modal.
3.
Nilai MVA dari ke tiga emiten terbaik 2006 selama periode penelitian secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ketahun walaupun nilai MVA ASII untuk periode 2005 mengalami penurunan yang kecil dan untuk nilai MVA ANTM menurun ditahun 2004. Nilai MVA tertinggi dicapai oleh PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) pada tahun 2006 sebesar Rp.47.712.272.940.000, sedangkan nilai MVA terendah dicapai pada tahun 2004 oleh ANTM yakni sebesar Rp.813.161.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa PGAS memiliki kinerja yang sangat menakjubkan karena nilai MVA yang tertinggi yang dicapai mereka diraih dalam waktu yang sangat singkat (4 tahun) bahkan dapat mengalahkan perusahaan sebesar ASII.
4.
Nilai MVA yang terbentuk sebagian besar sangat dipengaruhi oleh nilai ekuitas karena kenaikan ataupun penurunan nilai utang dan bunga minoritas biasanya adalah kecil. Harga saham memegang peranan kunci dalam membentuk nilai ekuitas untuk itu manajemen harus dapat menjaga kestabilan harga saham.
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
B.
SARAN Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1.
Tiga emiten terbaik 2006 harus mempertimbangkan penggunaan metode EVA dan MVA dalam mengukur kinerja keuangan selain alat ukur konvensional seperti rasio keuangan, karena sebagai emiten terbaik ASII, ANTM dan PGAS harus dapat memberikan nilai (value) yang sebesar-besarnya kepada pemegang saham dan dengan konsep EVA dan MVA perusahaan dapat mengetahui seberapa besar nilai yang telah diciptakan bagi pemegang saham.
2.
Investor disarankan untuk menginvestasikan modalnya pada emiten yang dapat menghasilkan nilai EVA dan MVA yang cukup besar, karena emiten yang memiliki nilai EVA dan MVA yang besar mengindikasikan kemampuan perusahaan menciptakan kekayaan bagi investor adalah sangat baik dan nilai MVA perusahaan dapat
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
mencerminkan prospek yang menguntungkan atas investasi modal yang telah ditanamkan dimasa yang akan datang. 3.
Penggunaan metode yang lebih spesifik untuk mengukur perbandingan nilai EVA dan MVA dengan harga saham dan melibatkan variabel-variabel lain yang membentuk harga saham emiten.
DAFTAR PUSTAKA Alen, Michael. Business Portofolio Management. Alih Bahasa: Emil Salim, S.E, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000. Astuti, Dewi. Manajemen Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004. BAPEPAM. 2005. Laporan Tahunan BAPEPAM. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi kedelapan, Buku Kedua, Terjemahan Dodo Suharto, Herman Wibowo; Editor, Yati Sumiharti, Wisnu Chandra Krishaji, Penerbit Erlangga, Jakarta. Cahyono, E. Jaka. PT.Aneka Tambang Tbk: Emiten Peduli Lingkungan, Majalah Investor, Edisi No 145.Thn VIII. 26 April-8 Mei 2007. Darmawan, Komang. 2006. 3 Emiten Peraih ”Outstanding Performers 2006”. Majalah Investor, Edisi No 145. Tahun VIII. April-Mei 2006 Halaman 16-24. Endri. Analisis Pengaruh Economic value Added (EVA) Terhadap Market Value Added (MVA) pada 10 Perusahaan Go Public Yang Sahamnya Tergolong Blue Chips Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004 , media Ekonomi, Volume II, No.2, 2005. Fabozzi, J Frank. Manajemen Investasi, Buku Satu, Salemba 4, Jakarta, 1999. Jogi, Yanto. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, BPFE, Yogyakarta, 2003. Martono, Harjito. Manajemen Keuangan, Ekonisia, Yogyakarta, 2001. Nuryanti, Novi. PT.Perusahaan Gas Negara Tbk: Terdongkrak Faktor Eksternal, Majalah Investor, Edisi No 145. Thn. VIII. 26 April-8 Mei 2007. Pradhono,Christiawan, Yulius Jagi. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, Dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.6, No.2, Nopember 2004. Rodoni, Ahmad. Analisis Investasi Dan Teori Portofolio, Raja Grafindo Persada, 2002. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield dan Jeffrey Jaffe, Corporate Finance, Sixth Edition, Mc.Graw-Hill, New York,2002. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit :CV.Alfabeta, Bandung, 2003. Taorik, Mashud. PT.Astra International Tbk: Jurus Sukses Sang Juara Bertahan, Majalah Investor, Edisi No 145. Thn VIII. 26 Aptil- 8 Mei 2007. Tunggal, Amin widjaja Drs. Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) Dan Value Based Management (VBM). Harvarindo, Jakarta, 2001. Utomo,Lisa Linawati. Economic Value Added Sebagai Ukuran keberhasilan kinerja Manajemen Perusahaan.Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.1,Mei 1999. Young,S. david & Stephen F. O’Byrne. EVA Dan Manajemen Berdasarkan Nilai, Salemba Empat,Jakarta,2001. www.jsx.co.id (dikutip tgl 7 Oktober 2007, pukul 10.00 WIB) www.bes.com (dikutip tgl 10 Juli 2007, pukul 14.00 WIB) www.bloomberg.com ( dikutip tgl 23 Oktober 2007, pukul 17.00 WIB)
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
LAMPIRAN
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009
Sahala Ian Patra Napitupulu : Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)..., 2006 USU Repository © 2009