ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI PETERNAKAN SAPI TERPADU (PESAT) KABUPATEN KUTAI TIMUR
RANGGA LAWE SANDJAYA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014
Rangga Lawe Sandjaya NIM D14100117
iv
ABSTRAK RANGGA LAWE SANDJAYA. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur. Dibimbing oleh RUDY PRIYANTO dan LUCIA CYRILLA ENSD. Usaha penggemukan sapi Bali di Kalimantan Timur memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Namun perlu dilakukan analisa usaha yang baik untuk mengetahui prospek usahanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha penggemukan sapi Bali berdasarkan analisa rentabilitas usaha, Break Event Point (BEP), dan R/C rasio. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2014 di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Metode pengumpulan data menggunakan metode studi kasus dan data yang diperoleh dibedakan kedalam analisis ekonomi dan analisis finansial. Hasil analisis kelayakan usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) menunjukan bahwa nilai rentabilitas berdasarkan analisis ekonomi dan analisis finansial masing-masing adalah sebesar -10.21% dan 1.70%. Nilai BEP volume, BEP unit dan BEP penjualan masing-masing adalah sebesar 5 808 kg, 25.81 ekor dan Rp 259 556 547 pada analisis ekonomi sedangkan pada analisis finansial sebesar 4 850 kg, 21.55 ekor dan Rp 217 322 867. Analisa R/C rasio pada analisis ekonomi menunjukan nilai sebesar 0.89 dan pada analisis finansial adalah sebesar 1.02. Secara umum usaha penggemukan sapi Bali PT YSB dapat dikatakan belum memberikan keuntungan dikarenakan beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah skala usaha masih tergolong kecil dan tingginya biaya produksi. Kata kunci: break even point (BEP), kelayakan usaha, rentabilitas, R/C rasio, sapi bali.
ABSTRACT RANGGA LAWE SANDJAYA. Business Analysis of Fattening Bali Cattle in Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) East Kutai Regency. Supervised by RUDY PRIYANTO and LUCIA CYRILLA ENSD. Bali cattle business in East Kalimantan has good prospect for development. However it should be analyzed to determine good business prospects and profitability. The aim of this study was to determine the feasibility of Bali cattle based on analysis of business profitability, Break Even Point (BEP), and R/C ratio value. This study was conducted in February-March 2014 in Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) East Kutai Regency, East Kalimantan Province. Methods of data collection using the case study method and data obtained into economic and financial analysis. The results of the analysis of the feasibility of Bali cattle in PESAT shows that the value of profitability based on the analysis of economic and financial analysis, respectively by -10.21% and 1.70%. The result of Break Even Point (BEP) and sales volume respectively amounted to 5 808 kg, 25.81 Bali cattle and Rp 259 556 547 in economic analysis,
v
while the financial analysis 4 850 kg, 21.55 Bali cattle and Rp 217 322 867. Analysis of R/C ratio on the economic analysis showed a value of 0.89 and the financial analysis is 1.02. In generally that Bali cattle business of PT YSB was disadvantage dua to several factors include the business is still relatively small scale and high cost of production. Key words: bali cattle, break even point (BEP), business feasibility, profitability, R/C ratio.
vii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI BALI DI PETERNAKAN SAPI TERPADU (PESAT) KABUPATEN KUTAI TIMUR
RANGGA LAWE SANDJAYA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
viii
vii
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur. Nama : Rangga Lawe Sandjaya NIM : D14100117
Disetujui oleh
Dr Ir Rudy Priyanto Pembimbing I
Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2014 ialah Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu Kabupaten Kutai Timur. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rudy Priyanto dan Ibu Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, tenaga, saran, bimbingan, dan kesabaran dalam penyusunan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Bapak Edit Lesa Aditia S.Pt, MSc atas saran dan bimbingannya selaku dosen pembahas seminar, serta penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Afton Atabany, M.Si selaku penguji ujian sidang yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi saya. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan tim Beasiswa Utusan Daerah Institut Pertanian Bogor (BUD IPB) atas pembiayaan selama masa studi melalui program beasiswa utusan daerah PT KPC. Terima kasih kepada ibu, ayah, adik, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada Ibu Nurul Karim, Bapak Achmad Sholehoedin, Bapak Panji Setyadi, Puguh Dwi Jaya dan Yusi Ariska atas bantuannya selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih juga kepada Yusup Sopian, Bayu RF, Egha Jaka, Mujahid, Fahrul, Sela Pratiwi dan teman-teman D’ Protector IPTP 47 yang telah memberikan dukungan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014
Rangga Lawe Sandjaya
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Prosedur Persiapan Pengambilan Data Analisa Data Rentabilitas Usaha Analisis Break Even Point (BEP) Analisis Return Cost Ratio (R/C Rasio) HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Karakteristik Usaha Penggemukan Sapi Bali Kondisi Lingkungan Kualitas Sapi Bakalan Tatalaksana Pemeliharaan ternak Aspek Pasar Ternak Kelayakan Usaha Rentabilitas Usaha Break Even Point (BEP) Return Cost Ratio (R/C rasio) SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
vi vii 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 7 7 9 10 11 11 12 13
x
DAFTAR TABEL 1 2 3
Analisa biaya produksi usaha penggemukan sapi Bali PT YSB Rincian penerimaan yang diterima oleh PT YSB Hasil analisis kelayakan usaha berdasarkan analisis ekonomi dan finansial
8 9 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Keadaan umum lokasi penelitian Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB per periode
14 16
11 1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia secara tidak langsung memberi korelasi positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita penduduk. Hal ini menyebabkan pula meningkatnya permintaan dan konsumsi daging, salah satunya yakni daging sapi. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, maka kecukupan pangan hewani perlu ditingkatkan. Mengingat saat ini sumber daging sapi di negara Indonesia diperoleh dari 3 sumber yakni dari ternak sapi lokal, usaha penggemukan, dan impor dari negara lain sehingga perlu penguatan dari salah satu dari ketiga sumber tersebut (Diatmojo et al. 2012). Usaha penggemukan sapi perlu memperhatikan segi manajemen pemeliharaan yang baik. Selain itu analisa kelayakan usaha penggemukan sapi juga perlu diperhatikan agar tujuan usaha bisa tercapai. Penggemukan sapi pada prinsipnya masih menjadi salah satu sumber untuk memenuhi kebutuhan daging nasional yang kebutuhannya pada tahun 2012 masih mengimpor sapi sebesar 36.850 ton (DPKH 2012). Penguatan salah satu sumber penyediaan daging sapi tersebut harus disertai dengan manajemen usaha yang baik dan menguntungkan khususnya pada usaha penggemukan sapi Bali. Sapi Bali merupakan plasma nutfah yang memiliki potensi dalam usaha penggemukan sapi karena memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah adaptif terhadap lingkungan (Bandini 2003). Usaha penggemukan sapi tidak terlepas dari pengelolaan manajemen usaha yang baik dalam mencapai keuntungan. Salah satu upaya untuk menghindari terjadinya kerugian dalam usaha penggemukan sapi adalah melakukan analisis kelayakan usaha tersebut (Suharno dan Nazaruddin 1994). Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) merupakan lokasi pengembangan peternakan sapi Bali PT Kaltim Prima Coal dengan konsep terpadu. Konsep peternakan terpadu pada dasarnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi baik sumberdaya manusia (SDM), sumberdaya alam (SDA) dan produksi ternak sehingga dapat dipanen secara seimbang dan menguntungkan. Menurut Handaka et al (2019) sistem pertanian terpadu antara tanaman dan ternak merupakan sistem pertanian yang memiliki ciri adanya keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan usaha tani dalam mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara berkelanjutan. Secara umum PESAT bergerak dalam bidang pembibitan dan penggemukan sapi Bali. Penggemukan sapi merupakan usaha yang mulai diperkenalkan di peternakan ini, karena sebelumnya PESAT hanya mengembangkan usaha pembibitan. Peternakan tersebut beroperasi pada wilayah reklamasi tambang batubara dengan jumlah ternak yang dipelihara sebanyak 62 ekor sapi Bali. Manajemen pemeliharaan dilakukan oleh 5 orang petugas kandang yang dikepalai oleh 1 orang koordinator serta didukung oleh 1 orang kepala pengembangan ternak dan 1 orang sekretaris. PESAT memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan usaha penggemukan sapi Bali. Pengamatan mengenai keberlangsungan usaha tersebut perlu dilakukan sebagai acuan untuk mengembangkan skala usaha kearah yang lebih baik dan menguntungkan.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) Kabupaten Kutai Timur. Ruang Lingkup Penelitian Usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) merupakan usaha percobaan yang memiliki potensi yang cukup baik bila dikembangkan. Analisis kelayakan usaha difokuskan pada analisa rentabilitas usaha, Break Even Point (BEP), dan analisa R/C rasio.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 5 minggu, dimulai pada tanggal 3 Februari hingga 9 Maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) yang berlokasi di wilayah D2 Murung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Prosedur Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus di wilayah PESAT Kabupaten Kutai Timur. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum lokasi PESAT, manajemen tata laksana pemeliharaan ternak, dan karakteristik usaha penggemukan sapi potong Bali. Gambaran umum lokasi penelitian meliputi kondisi geografis lokasi secara umum. Manajemen tata laksana dideskripsikan dari informasi manajemen pemberian pakan, penanganan kesehatan, dan cara pengelolaan limbah. Karakteristik usaha penggemukan yang dideskripsikan meliputi biaya produksi, penerimaan, rentabilitas usaha, analisis Break Even Point (BEP), dan nilai R/C rasio dari usaha penggemukan tersebut. Persiapan Tahap persiapan meliputi pembuatan daftar pertanyaan (kusioner) yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan sapi Bali. Kusioner berisi daftar pertanyaan mengenai manajemen tata laksana pemeliharaan ternak yang dilakukan serta rincian biaya produksi, total penerimaan dan total pendapatan dari usaha penggemukan tersebut. Pengambilan Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 2 jenis yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara kepada kepala pengelola dan staf kandang yang ada di PESAT. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara mengenai aspek manajemen
3
pemeliharaan ternak yang meliputi manajemen pemberian pakan, manajemen penanganan penyakit dan teknik pengelolaan limbah. Data sekunder diperoleh dari catatan arus kas usaha selama 1 periode. Data mengenai karakteristik lokasi penelitian diperoleh dari arsip PT Kaltim Prima Coal. Analisa Data Data yang telah diperoleh baik data primer maupun sekunder ditampilkan secara deskriptif. Hasil data primer mengenai manajemen pemeliharaan ternak yang diperoleh dideskripsikan secara menyeluruh. Data sekunder berupa pencatatan kondisi keuangan usaha penggemukan sapi Bali dibagi kedalam 2 analisis yakni analisis ekonomi dan analisis finansial. Analisa kelayakan usaha menggunakan perhitungan rentabilitas usaha, nilai BEP (Break Even Point) dan perhitungan R/C rasio. Metode analisis tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi kelayakan usaha penggemukan sapi Bali di PESAT. Rentabilitas Usaha Kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dapat ditunjukan dengan menganalisis nilai rentabilitas usaha tersebut yakni dengan cara membandingkan laba dengan modal usaha yang digunakan dikalikan dengan 100%. Ningsih (2010) mengemukakan bahwa rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya. Menurut Riyanto (1989) rentabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
R = Rentabilitas (%) L = Laba (Rp/th) M = Modal (Rp)
Analisis Break Even Point (BEP) Analisis BEP (Break Even Point) dapat memberikan gambaran pada pelaku usaha terhadap berapa volume produksi dan penjualan yang harus diusahakan oleh suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Menurut Kasmir (2010) analisa break even point dapat memberikan informasi hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat keuntungan yang diinginkan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Sigit (1992) mengemukakan bahwa cara menentukan BEP volume dan BEP penjualan adalah sebagai berikut:
Keterangan : TFC = total biaya tetap AVC = biaya variabel rata-rata per kg bobot hidup Py = harga jual per kg bobot hidup
4
Analisis Return Cost Ratio (R/C Rasio) Analisis dengan metode R/C rasio digunakan untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh dari setiap satu rupiah biaya yang dibayarkan. Suatu usaha dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan jika nilai R/C rasio > 1 dan tidak layak dijalankan jika nilai R/C rasio < 1. Perhitungan R/C rasio menggunakan rumus :
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) yang berada di wilayah D2 Murung PT Kaltim Prima Coal (KPC). Luas areal PESAT adalah ± 22 ha yang terbagi menjadi lahan penggembalaan ternak, kebun hijauan, dan bangunan peternakan. PESAT merupakan salah satu program yang dikelola oleh departemen Community Empowerment PT KPC yaitu salah satu departemen yang bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Wilayah PESAT merupakan areal bekas tambang yang telah direklamasi untuk mendukung pengembangan peternakan di Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan pendirian PESAT adalah untuk pemanfaatan lahan pasca tambang, percontohan peternakan sapi terpadu, pelestarian plasma nutfah dan pelestarian sapi Bali, pelatihan usaha peternakan kepada masyarakat, pengolahan pupuk padat, pupuk cair, dan biogas, serta sebagai sarana praktikum dan praktek kerja lapang. Hal ini merupakan salah satu tujuan dari PT KPC dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dalam bidang peternakan yang erat kaitannya dengan skema penutupan tambang pada tahun 2021. Pada awal pendiriannya salah satu bidang yang dikembangkan di PESAT adalah pembibitan sapi Bali untuk pelestarian plasma nutfah sapi lokal di Kabupaten Kutai Timur, namun kini PESAT bergerak pula dalam bidang usaha penggemukan sapi Bali. Usaha penggemukan sapi Bali di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) dinaungi oleh satu unit anak perusahaan dari PT KPC yaitu PT Yakin Sukses Bersama (YSB). Secara teknis PT YSB bergerak dengan koordinasi dari departemen Community Empowerment PT KPC. Perusahaan tersebut secara spesifik didirikan untuk mengelola unit-unit usaha yang dilakukan oleh perusahaan PT KPC selain batubara. Perusahaan PT YSB dipimpin oleh seorang direktur utama dan seorang manajer pengembangan peternakan. Inisiasi usaha penggemukan sapi Bali di PESAT merupakan langkah percobaan yang hasilnya nanti akan diproyeksikan untuk penggemukan sapi Bali dengan kapasitas yang lebih besar. Peran pengembangan usaha tersebut adalah untuk turut andil dalam meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Kutai Timur secara mandiri dengan penerapan usaha agribisnis peternakan di
5
masyarakat serta menyiasati ketergantungan masyarakat terhadap perusahaan tambang PT KPC. Karakteristik Usaha Penggemukan Sapi Bali Usaha penggemukan sapi PT YSB merupakan suatu usaha percobaan untuk mengetahui bagaimana prospek usaha di bidang penggemukan sapi Bali khususnya di Kabupaten Kutai Timur. Secara umum usaha penggemukan sapi Bali di Kabupaten Kutai Timur dikatakan menguntungkan karena harga jual ternak tidak berdasarkan bobot per kg sehingga harga jual cenderung lebih tinggi dan ketersediaan hijauan yang cukup dapat menjadi daya dukung untuk usaha penggemukan. Keberhasilan usaha ternak potong dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Santoso (2008) keberhasilan pemeliharaan sapi ditentukan oleh faktor kualitas bakalan, sistem usaha yang diterapkan, serta teknik pemeliharaan yang meliputi seleksi bibit, pemberian pakan, pemberian air minum, kebersihan kandang, serta pemberian obat-obatan. Secara umum faktor yang mempengaruhi usaha penggemukan sapi Bali PT YSB diantaranya adalah kondisi lingkungan, performa sapi bakalan, tata laksana pemeliharaan, serta aspek pasar ternak. Kondisi lingkungan Wilayah di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) memiliki karakteristik tanah yang bertekstur liat dan masam. Menurut Murjanto (2011) tekstur tanah pada seluruh lahan reklamasi didominasi oleh liat dan debu. Selain itu curah hujan cukup tinggi dan beriklim basah dengan kelembaban relatif berkisar antara 63%-100% (Kaltim Prima Coal 2005). Areal di PESAT merupakan area tertutup karena terletak dalam lingkup areal penambangan PT KPC. Terbatasnya akses bagi masyarakat konsumen untuk melihat langsung kondisi ternak di kandang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kegiatan usaha yang dilakukan. Kondisi tersebut menyebabkan sulitnya kegiatan pemasaran ternak yang siap jual karena calon konsumen tidak bisa melihat kondisi ternak melainkan PT YSB hanya menampilkan foto ternak kepada calon konsumen tersebut. Hal ini terkait dengan peraturan (golden rules) perusahaan PT KPC yang mengikat pada semua kegiatan yang dilakukan dalam usaha tersebut. Kualitas Sapi Bakalan Sapi bakalan yang terdapat di PESAT merupakan bakalan sapi Bali yang berasal dari Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Provinsi Sulawesi Selatan. Harga bakalan per ekornya memiliki rataan sebesar Rp 6 809 100 dengan rataan bobot badan sebesar 170 kg. Bakalan yang digemukkan memiliki umur I1 (24- 30 bulan). Sugeng (2000) menyatakan bahwa penggemukan sebaiknya dilakukan pada ternak sapi usia 12 hingga 18 bulan atau paling tua umur 2.5 tahun karena mampu merespon pakan dengan baik. Bakalan sapi Bali yang terdapat di PESAT tergolong memiliki performa yang baik karena pada saat pembelian bakalan diseleksi. Kriteria bakalan sapi Bali yang dipilih yakni ternak dalam kondisi sehat, umur bakalan maksimal 2.5 tahun, memiliki bulu halus dan mengkilat, kaki kokoh dan tegak.
66
Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Usaha penggemukan sapi Bali di PESAT memiliki jumlah ternak yang digemukkan sebanyak 22 ekor. Periode penggemukan sapi Bali dilakukan selama 120 hari yakni pada bulan Mei hingga Agustus 2013. Kandang yang digunakan dalam penggemukan sapi Bali ini yakni menggunakan 2 unit kandang koloni. Setiap kandang diisi 11 ekor ternak dengan memisahkan ternak yang dominan agar tidak mendominasi ternak lain di dalam kandang tersebut. Pemeliharaan ternak dilakukan secara intensif yaitu ternak tidak digembalakan di padang penggembalaan namun masih tetap diberi hijauan. Aspek pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha penggemukan sapi. Sistem pemberian pakan di PESAT adalah dengan memberi dua jenis pakan yakni pakan konsentrat dan pakan hijauan pada ternak. Setiap hari pakan konsentrat diberikan pada ternak sebanyak 7 kg per ekor. Pakan konsentrat diberikan sebanyak dua kali yakni pada pagi dan sore hari. Pakan konsentrat yang diberikan pada ternak merupakan pakan komersial yang didatangkan dari wilayah Jawa dengan harga Rp 3 500 per kg. Pakan hijauan diberikan pula pada ternak namun jumlahnya tidak diukur pada saat diberikan. Hijauan makanan ternak diperoleh dari kebun rumput dengan sistem cut and carry. Hijauan yang diberikan pada ternak yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan sebagian rumput yang diangkut dengan menggunakan gerobak angkut. Pemberian pakan hijauan diberikan apabila pakan konsentrat telah dihabiskan oleh ternak ditempat pakannya. Pananganan kesehatan ternak selama digemukkan dilakukan dengan pengecekan ternak setiap hari. Kegiatan penanganan kesehatan dilakukan pada fase pra produksi dan fase produksi. Penanganan kesehatan ternak pada fase pra produksi meliputi kegiatan mengistirahatkan ternak dari stres perjalanan selama 8 jam dari kota Balikpapan ke Sangatta. Kegiatan untuk merekondisi bakalan sapi Bali dari stres dilakukan dengan pemberian air gula, pemberian hijauan, pemberian obat cacing dan pemberian vitamin. Apabila terdapat ternak yang sakit, maka akan langsung ditangani. Secara umum ternak yang digemukkan tidak terjangkit penyakit yang serius. Namun pada masa awal pemeliharaan, ternak sapi banyak terjangkit penyakit mata yakni sebanyak 30% dari populasi sehingga mengakibatkan menurunnya performa ternak. Aspek penanganan limbah di PESAT dilakukan dengan mengolah limbah padat dan limbah cair. Limbah padat diolah dengan cara pengomposan yakni dengan mencampurkan starter dengan kotoran. Bahan pembuatan starter terdiri atas campuran tapai singkong, gula, susu cair, dan tempe basi dan dicampur air dengan perbandingan 1:10 kemudian didiamkan selama 2 minggu. Pembuatan pupuk cair tidak menggunakan teknik khusus, yakni hanya perlakuan penampungan dan penyaringan. Hasil samping lainnya ialah biogas yang berasal dari penampungan sebagian limbah padat dan cair ternak kedalam instalasi biogas yang telah tersedia. Hasil dari pengolahan limbah di PESAT berupa pupuk padat, pupuk cair, dan biogas. Produk pupuk padat dan pupuk cair yang telah dibuat dijual secara komersial kepada masyarakat umum. Pupuk padat dijual dengan harga Rp 2 500 per kg sedangkan pupuk cair dijual dengan harga Rp 5 000 per liter. Biogas tidak dijual secara komersial melainkan hanya digunakan untuk kebutuhan memasak karyawan PT YSB.
7
Aspek Pasar Ternak Salah satu faktor keberhasilan suatu usaha penggemukan sapi adalah kondisi pasar yang mendukung. Hal ini berpengaruh langsung terhadap permintaan ternak sapi siap jual. Usaha penggemukan di PESAT mengincar pasar hari raya Idul Adha. Hal ini karena permintaan ternak sapi pada hari tersebut tergolong tinggi. Permintaan ternak sapi di Kabupaten Kutai Timur berkisar 400600 ekor pada hari Idul Adha. Hal ini merupakan salah satu acuan bagi PT YSB untuk memasarkan ternak pada hari raya Idul Adha untuk mengetahui bagaimana pengembangan usaha yang akan dilakukan. Pada usaha penggemukan ini produk yang dihasilkan oleh PT YSB adalah berupa ternak sapi Bali jantan dengan kisaran umur I1- I2 dengan rataan bobot jual 225 kg per ekor. Harga jual ternak memiliki rataan harga sebesar Rp 10 136 363. Selain itu produk yang dihasilkan dari usaha penggemukan sapi Bali tersebut adalah berupa pupuk padat dan pupuk cair. Proses pemasaran ternak yang dilakukan yakni kepada masyarakat umum di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan para karyawan perusahaan PT KPC. Adapun teknik pemasaran ternak dilakukan dengan menampilkan foto ternak pada calon pembeli yakni berupa foto kondisi ternak dan riwayat kesehatan ternaknya. Hal ini dilakukan untuk menyiasati terbatasnya akses konsumen untuk masuk ke area peternakan. Kelayakan Usaha Menurut Soekartawi (2006) analisis kelayakan usaha peternakan dapat diketahui dengan cara menghitung biaya produksi dari usaha yang dilakukan. Biaya produksi dari usaha penggemukan sapi Bali PT YSB terdiri atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Analisa biaya tetap dilakukan cara mengukur terlebih dahulu nilai penyusutan dari masing-masing investasi. Total biaya tetap yang dikeluarkan merupakan hasil dari biaya penyusutan yang disesuaikan dengan lamanya periode penggemukan sapi Bali yakni 4 bulan. Rincian biaya produksi disajikan ke dalam 2 bentuk analisis data yakni analisis ekonomi dan analisis finansial seperti pada Tabel 1. Berdasarkan rincian biaya pada Tabel 1 bahwa biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT YSB terbagi menjadi 2 jenis yakni biaya tetap (fixed cost) dan dan biaya variabel (variable cost). Menurut Soekartawi (2006) biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap. Biaya tersebut relatif konstan selama aktivitas produksi tersebut berlangsung dan tidak terpengaruh dengan volume produksi yang dihasilkan. Sedangkan biaya variabel adalah biayabiaya yang secara proporsional dipengaruhi oleh jumlah output produksinya (Pujawan 2009). Total biaya tetap pada analisis ekonomi lebih besar dibandingkan dengan analisis finansial yakni Rp 176 498 452 dan Rp 149 952 778 serta total biaya variabel cenderung lebih besar yakni Rp 72 576 500 pada analisis ekonomi dan Rp 69 957 333 pada analisis finansial. Hal tersebut mengakibatkan total biaya produksi usaha penggemukan sapi Bali PT YSB berbeda yakni pada analisis ekonomi sebesar Rp 249 074 952 dan Rp 219 910 111 pada analisis finansial.
8
Tabel 1 Analisa biaya produksi usaha penggemukan sapi bali PT YSB Analisis kelayakan usaha Komponen biaya Analisis ekonomi Analisis finansial Jumlah Total biaya Jumlah Total biaya per periode per periode Komponen biaya tetap Bakalan 22 ekor 149 800 000 22 ekor 149 800 000 Gaji pegawai 3 orang 13 500 000 Sewa lahan 1.8 ha 6 000 000 Penyusutan kandang 2 unit 7 045 674 Penyusutan cangkul 3 unit 25 000 3 unit 25 000 Penyusutan sabit 4 unit 30 000 4 unit 30 000 Penyusutan parang 2 unit 15 000 2 unit 15 000 Penyusutan skop 3 unit 25 000 3 unit 25 000 Penyusutan arco 2 unit 57 778 2 unit 57 778 Total 176 498 452 149 952 778 Komponen biaya variabel Pakan hijauan 26 400 kg 2 640 000 Pakan konsentrat 18 800 kg 65 800 000 18 800 kg 65 800 000 Transportasi 1 kali 2 200 000 1 kali 2 200 000 Obat-obatan 2 000 ml 1 909 000 2 000 ml 1 909 000 Ember 3 unit 5 000 3 unit 15 000 Sapu lidi 2 unit 5 000 2 unit 10 000 Garukan sampah 2 unit 17 500 2 unit 23 333 Total 72 576 500 69 957 333 Total biaya produksi 249 074 952 219 910 111 Total biaya produksi pada analisis ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan analisis finansial dikarenakan pada analisis finansial data yang digunakan merupakan data yang sebenarnya yakni biaya untuk sewa lahan, sewa kandang, pakan hijauan, serta gaji karyawan tidak dibayarkan oleh PT YSB. Sedangkan pada analisis ekonomi data yang digunakan merupakan data estimasi dari biaya produksi sehingga jumlahnya lebih besar dibandingkan data analisis finansial (Soekartawi 2006). Berdasarkan analisis ekonomi biaya terbesar dalam usaha penggemukan sapi Bali PT YSB adalah biaya pengadaan bakalan yakni 60.14% namun berdasarkan analisis secara finansial persentase biaya pengadaan bakalan sebesar 68.12%. Biaya kedua terbesar adalah biaya pakan konsentrat yakni sebesar 26.42% secara analisis ekonomi dan 29.92% secara analisis finansial. Biaya variabel meliputi biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya transportasi serta biaya beberapa peralatan. Biaya transportasi digunakan untuk proses pengiriman ternak ke konsumen di kota Samarinda. Penerimaan dari usaha yang dijalankan PT YSB bersumber dari beberapa komponen penerimaan yakni penjualan ternak, penjualan pupuk, serta penjualan sisa pakan dan obat-obatan yang tidak habis terpakai. Total penerimaan yang diterima oleh PT YSB adalah sebesar Rp 223 630 000. Rincian penerimaan yang diterima oleh PT YSB disajikan pada Tabel 2.
9
Tabel 2 Rincian penerimaan yang diterima oleh PT YSB Komponen Jumlah Nilai jual (Rp) Penjualan ternak (ekor) 22 223 000 000 Penjualan pupuk (kg) 420 630 000 Jumlah 223 630 000 Berdasarkan rincian penerimaan pada Tabel 2 penjualan ternak mencapai Rp 223 000 000 sehingga dapat dikatakan rata-rata harga jual ternak per ekornya adalah Rp 10 136 364. Penjualan pupuk sebesar Rp 630 000 berdasarkan hasil penjualan pupuk padat. Pupuk padat yang dihasilkan tidak diolah secara khusus melainkan hanya dengan perlakuan pengomposan tanpa penambahan starter. Harga pupuk padat per kg adalah Rp 1 500. Analisis kelayakan usaha penggemukan sapi Bali PT YSB digambarkan dengan hasil perhitungan nilai rentabilitas usaha, Break Even Point (BEP), dan nilai R/C rasio. Hasil analisis kelayakan usaha disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil analisis kelayakan usaha berdasarkan analisis ekonomi dan finansial Komponen Analisis ekonomi Analisis finansial Total biaya produksi (Rp) 249 074 952.00 219 910 111.00 Penjualan ternak (Rp) 223 630 000.00 223 630 000.00 Keuntungan (Rp) - 25 444 952.00 3 719 889.00 Rentabilitas (%) -10.21 1.70 BEP volume (kg) 5 808.00 4 850.00 BEP unit (ekor) 25.81 21.55 BEP penjualan (Rp) 259 556 547.00 217 322 867.00 R/C rasio 0.89 1.02 Data analisis kelayakan usaha pada Tabel 3 menunjukan bahwa berdasarkan hasil analisis ekonomi, PT YSB mengalami kerugian yakni sebesar Rp 25 444 952. Sedangkan secara finansial PT YSB mendapatkan keuntungan sebesar Rp 3 719 889. Secara ekonomi PT YSB mengalami kerugian yang cukup besar disebabkan biaya produksi yang terlalu tinggi bila dibandingkan dengan volume penjualan ternak. Kondisi tersebut secara langsung dapat berpengaruh pula terhadap nilai rentabilitas usaha, Break Even point (BEP), dan nilai R/C rasio pada usaha penggemukan sapi Bali PT YSB tersebut. Rentabilitas Usaha Rentabilitas usaha merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu. Menurut Riyanto (2004) rentabilitas usaha peternakan menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba. Rentabilitas dari suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian dari suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah modal perusahaan. Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus sehingga perlu dianalisis demi memperoleh penilaian atas rentabilitas suatu perusahaan (Riyanto 2004). Berdasarkan hasil
10 10
analisis ekonomi nilai rentabilitas usaha penggemukan sapi Bali PT YSB menghasilkan persentase sebesar -10.21%. Hal tersebut berarti bahwa usaha penggemukan PT YSB mengalami kerugian karena modal yang ditanamkan tidak menghasilkan keuntungan. Menurut Ningsih (2010) hal yang menyebabkan kerugian dalam suatu usaha ternak adalah biaya produksi terlalu tinggi serta kurang efisien dalam penggunaan modal dan pengadaan sarana produksi. Namun nilai rentabilitas usaha berdasarkan analisis finansial yaitu sebesar 1.70%. Secara finansial dapat diartikan bahwa setiap modal yang ditanamkan dalam usaha penggemukan sapi Bali ini akan menghasilkan keuntungan masing-masing sebesar 1.70%. Secara umum dapat dikatakan bahwa berdasarkan hasil analisis ekonomi dan analisis finansial usaha penggemukan sapi PT YSB belum mampu menghasilkan laba secara maksimal. Hasil analisis ekonomi menunjukan bahwa nilai rentabilitas usaha yang diperoleh PT YSB lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Ardhani (2006) mengenai usaha sapi potong di Kalimantan Timur yakni sebesar 15.97% pada skala kepemilikan 20 ekor ternak sapi Bali dan Peranakan Ongole (PO). Ningsih (2010) mengemukakan pada penelitiannya bahwa nilai rentabilitas usaha ternak sapi potong di Kabupaten Malang mencapai 34.04% pada skala ternak 30 ekor. Secara umum nilai rentabilitas dipengaruhi oleh jumlah keuntungan yang diperoleh serta besarnya biaya produksi yang dibayarkan dalam suatu usaha. Jumlah kepemilikan ternak yang dipelihara dapat menentukan besarnya keuntungan dan nilai rentabilitas suatu usaha. Menurut Pambudi (2013) semakin banyak ternak yang dipelihara akan meningkatkan nilai keuntungan dan secara langsung dapat meningkatkan nilai rentabilitas usaha. Break Even Point (BEP) Analisis Break Even Point (BEP) merupakan indikator peternak dalam mengetahui pada titik berapa kapasitas produksi maupun penerimaan usaha sehingga tidak mengalami kerugian ataupun keuntungan. Analisa BEP pada usaha penggemukan sapi Bali PT YSB terbagi ke dalam 2 jenis yakni BEP volume, BEP unit, serta BEP penjualan. Data analisis kelayakan pada Tabel 3 menunjukan bahwa berdasarkan analisis ekonomi, nilai BEP volume ternak adalah sebesar 5 808 kg sehingga apabila dikonversi kedalam jumlah ternak, maka nilai BEP unit adalah 25.81 ekor dan analisis BEP penjualan yang diperoleh adalah sebesar Rp 259 556 547. Hasil analisis BEP tersebut dapat diartikan bahwa pada skala kepemilikan ternak sebanyak 25.81 ekor serta total penjualan sebesar Rp 259 556 547 PT YSB tidak mengalami kerugian dan tidak pula menerima keuntungan. Berdasarkan hasil tersebut, usaha penggemukan sapi Bali PT YSB masih berada dibawah titik impas sehingga PT YSB mengalami kerugian karena skala usaha berada pada volume sebesar 4 950 kg, jumlah ternak 22 ekor dan pada titik penjualan sebesar Rp 223 630 000. Hasil tersebut berbeda dengan analisis finansial yang dilakukan. Berdasarkan analisis finansial usaha penggemukan sapi Bali PT YSB memperoleh nilai BEP volume ternak sebesar 21.55 ekor sedangkan untuk nilai BEP penjualan sebesar Rp 217 322 867. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa secara finansial usaha penggemukan sapi Bali PT YSB cenderung memberikan keuntungan positif dibandingkan dengan hasil secara ekonomi karena hasil analisis BEP volume dan
11
BEP penjualan masih berada dibawah skala usaha PT YSB. Secara umum hasil analisa BEP menunjukan bahwa usaha PT YSB tidak efisien dalam penggunaan modal dan belum dikatakan menguntungkan dikarenakan selisih skala usaha dan nilai BEP masih sangat rendah dikarenakan skala usaha masih tergolong kecil. Menurut Kasmir (2010) faktor yang mempengaruhi nilai BEP terdiri atas besarnya biaya tetap, biaya variabel satuan produk, harga jual satuan, serta jumlah penjualan produk. Return Cost Ratio (R/C rasio) Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha peternakan. Menurut Soekartawi (2006) analisis R/C rasio digunakan untuk menganalisa kelayakan suatu usaha dengan membandingkan antara total penerimaan (revenue) dan total biaya. Kriteria yang digunakan adalah usaha dikatakan memberikan keuntungan dan layak dijalankan jika nilai R/C rasio > 1 dan usaha dikatakan tidak layak dijalankan apabila nilai R/C rasio < 1 serta usaha dikatakan impas apabila nilai R/C rasio = 1 (Soekartawi 2006). Usaha penggemukan sapi Bali PT YSB menghasilkan nilai R/C rasio sebesar 0.89 pada analisis ekonomi, sedangkan pada analisis finansial nilai R/C rasio yang diperoleh ialah sebesar 1.02. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara ekonomi, usaha PT YSB tidak menguntungkan dan tidak layak dijalankan. Menurut Soekartawi (2006) usaha dikatakan tidak layak dijalankan apabila nilai R/C rasio < 1. Namun secara finansial, usaha PT YSB memiliki nilai R/C rasio sebesar 1.02. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa skala usaha berada pada titik impas sehingga dapat dikatakan usaha penggemukan sapi Bali PT YSB belum dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan.
SIMPULAN Simpulan Hasil analisis kelayakan usaha menggunakan parameter rentabilitas usaha, Break Even Point (BEP) dan R/C Rasio menunjukan bahwa secara ekonomi dan secara finansial usaha penggemukan sapi Bali PT YSB belum layak dijalankan. Hal tersebut disebabkan skala usaha masih tergolong kecil karena masih merupakan usaha percobaan dari PT YSB. Selain itu tingginya biaya produksi menyebabkan usaha tersebut belum memberikan keuntungan secara maksimal. Saran Saran untuk penelitian ini adalah perlu meningkatkan skala usaha dengan menambah jumlah ternak yang digemukkan agar memperoleh keuntungan yang lebih baik. Pengolahan konsentrat berbahan baku lokal diharapkan dapat menekan jumlah biaya produksi usaha penggemukan sapi Bali di PT YSB.
12 12
DAFTAR PUSTAKA Ardhani F. 2006. Prospek dan analisa usaha penggemukan sapi potong di Kalimantan Timur ditinjau dari sosial ekonomi. EPP.Vol.3.No.1:21-30 Bandini Y. 2003. Sapi Bali. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Diatmojo N, Emawati S, Sari AI. 2012. Analisis finansial usaha penggemukan sapi peranakan Friesian Holstein (PFH) jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Tropical Animal Husbandry. Vol 1 (1): 43-51. [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. 2012. Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Handaka, Hendriadi A, Alamsyah T. 2009. Perspektif pengembangan mekanisasi pertanian dalam sistem integrasi ternak- tanaman berbasis sawit, padi, dan kakao. Prosiding workshop nasional dinamika dan keragaan sistem integrasi ternak- tanaman. Puslitbang Peternakan. Bogor Irawan TC. 2013. Analisis ekonomi usaha peternakan sapi potong di Tulungagung. [skripsi]. Malang (ID). Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Kaltim Prima Coal PT. 2005. Analisis mengenai dampak lingkungan PT Kaltim Prima Coal untuk kegiatan peningkatan kapasitas produksi batubara. Jakarta (ID): PT Kaltim Prima Coal. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Kencana. Murjanto D. 2011. Karakterisasi dan perkembangan tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara PT Kaltim Prima Coal [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ningsih UW. 2010. Rentabilitas usaha ternak sapi potong di Desa Wonorejo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. JTT Vol. XI. No.2: 48-53. Pambudi TR, Edy O, Hidayat NN. 2013. Analisis keuntungan dan rentabilitas usaha ayam niaga pesaing. Jurnal Ilmiah Peternakan Vol. 1(3): 11281135. Pujawan IN. 2009. Ekonomi Teknik. Edisi Kedua. Surabaya (ID): Penerbit Guna Wijaya. Riyanto B. 2004. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta (ID): BPFE Yogyakarta. Santoso U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sigit. 1992. Analisa Break Even. Yogyakarta (ID): BFFE. Soekartawi. 2006. Analisis Usaha Tani. Jakarta (ID): UI Press. Sugeng YB. 2000. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Suharno, Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
13
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1991 di Karawang, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Dadang Suryana dan Ibu Iyoh Nurhayuni. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SDN 020 Kecamatan Sangatta. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SLTPN 1 Kecamatan Rantau Pulung dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMAN 1 Kecamatan Rantau Pulung. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah PT Kaltim Prima Coal. Penulis aktif di kegiatan organisasi kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak (HIMAPROTER) sebagai staf divisi keprofesian pada tahun 2011-2012 dan menjadi ketua keprofesian 2012-2013 serta mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan, pelatihan dan seminar yang di laksanakan di Institut Pertanian Bogor. Penulis pernah mengikuti magang di Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) PT Kaltim Prima Coal. Penulis juga ikut serta dalam pelaksanaan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang diselenggarakan oleh HIMAPROTER pada tahun 2013 dengan judul Biofermentor Kultivasi Padat untuk Biokonversi Cangkang Kakao sebagai Teknologi Pengayaan Pakan Sapi Terintegrasi dengan Tanaman Kakao.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Keadaan umum lokasi penelitian
(1) Area lokasi PESAT
(2) Kandang sapi
(3) Kandang koloni
(4) Fasilitas mess
(5) Kebun rumput
(6) Pengomposan
15
(7) Produk pupuk padat
(8) Produk pupuk cair
Umur ekonomis (Tahun) 50 1 1 2 2 1 2 1 2 3 -
Lampiran 2 Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB per periode
Tabel 4 Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB berdasarkan analisis ekonomi No Nama barang Jumlah Satuan Harga satuan Total harga (Rp) (Rp) 1 Sewa Lahan 1.8 ha 10 000 000 18 000 000 2 Penyusutan Kandang 1 unit 1 056 851 037 3 Bakalan 22 ekor 149 800 000 4 Gaji pegawai 4 orang 1 125 000 13 500 000 5 Ember 3 unit 15 000 45 000 6 Cangkul 3 unit 50 000 150 000 7 Sabit 4 unit 45 000 180 000 8 Sapu lidi 2 unit 15 000 30 000 9 Parang 2 unit 45 000 90 000 10 Garukan Sampah 2 unit 35 000 70 000 11 Skop 3 unit 50 000 150 000 12 Arco 2 unit 260 000 520 000 13 Pakan hijauan 26 400 kg 100 2 640 000 14 Pakan konsentrat 18 800 kg 3 500 65 800 000 15 Transportasi 1 rit 2 200 000 2 200 000 16 Obat-obatan 2 000 ml 955 1 909 000 Jumlah
16
Penyusutan/ tahun (Rp) 21 137 021 75 000 90 000 45 000 75 000 173 333 21 595 354
Total biaya/ 4 bulan (Rp) 6 000 000 7 045 674 149 800 000 13 500 000 5 000 25 000 30 000 5 000 15 000 17 500 25 000 57 778 2 640 000 65 800 000 2 200 000 1 909 000 249 074 952
Tabel 5 Cash flow usaha penggemukan sapi Bali PT YSB berdasarkan analisis finansial No Nama barang Jumlah Satuan Harga satuan Total harga Umur ekonomis (Rp) (Rp) (Tahun) 1 Bakalan 22 ekor 149 800 000 1 2 Ember 3 unit 15 000 45 000 1 3 Cangkul 3 unit 50 000 150 000 2 4 Sabit 4 unit 45 000 180 000 2 5 Sapu lidi 2 unit 15 000 30 000 1 6 Parang 2 unit 45 000 90 000 2 7 Garukan sampah 2 unit 35 000 70 000 1 8 Skop 3 unit 50 000 150 000 2 9 Arco 2 unit 260 000 520 000 3 10 Pakan konsentrat 18 800 kg 3 500 65 800 000 11 Transportasi 1 rit 2 200 000 2 200 000 12 Obat-obatan 2 000 ml 955 1 909 000 Jumlah Penyusutan/ tahun (Rp) 45 000 75 000 90 000 45 000 75 000 173 333 503 333
Total biaya/ 4 bulan (Rp) 149 800 000 15 000 25 000 30 000 10 000 15 000 23 333 25 000 57 778 65 800 000 2 200 000 1 909 000 219 910 111
17