ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL PENDIRIAN INDUSTRI KECIL KERUPUK KALDU KUPANG PUTIH (Corbula Faba Hinds) Technical and Financial Feasibility Studyof Small Scale IndustryEstablishment Cracker White Mussels Broth (Corbula Faba Hinds) Septiana Wahyuningtyas1) Susinggih Wijana2) dan Ika Atsari Dewi2) 1)
Alumni Universitas Brawijaya Malang Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Penulis Korespondensi: email
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) 2)
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan mutu fisik, kimia dan organoleptik kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil dengan skala laboratorium, serta mengetahui kelayakan teknis dan finansial pendirian industriskala kecil. Metode penelitian dengan bahan baku 150 kali dari hasil terbaik skala laboratorium meliputi pengujian fisik (volume pengembangan dan daya patah), kimia (kadar air, kadar protein, dankadar abu), dan organoleptik. Aspek teknis yang dikaji meliputi penentuan lokasi, bahan baku dan pembantu, jenis teknologi, kapasitas produksi dan utilitas, tata letak fasilitas dan kebutuhan tenaga kerja. Aspek finansial yang dikaji meliputi perhitungan HPP, BEP, R/C ratio, NPV, IRR dan PP. Hasil penelitian diperoleh rerata karekteristik volume pengembangan 176,7%, daya patah 13,2 N, kadar air 5,341%, kadar protein 1,550% dan kadar abu 1,440%. Hasil uji organoleptik oleh 15 panelis terhadap warna, aroma, dan rasa menunjukkan tidak ada perbedaaan nyata antara produk skala industri kecil dan laboratorium. Berdasarkan aspek teknis yang dikaji perhitungan kebutuhan utilitas dan total biaya pengolahan, produksi kerupuk kaldu Kupang Putih ini layak secara teknis.Perhitungan kriteria investasi pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih layak secara finansial. Kata Kunci :Kaldu Kupang Putih, Kapasitas Produksi, Kriteria Investasi, Lokasi, Utilitas Abstract This study aimedtocompare thequality ofphysical, chemicalandorganolepticcrackerWhiteMussels brothasmallindustrialscale withlaboratoryscale, and to know thetechnicaland financialfeasibility ofthe establishmentof smallscaleindustries.The research methodwith150times theraw materialofthe best resultsincludephysical testing oflaboratoryscale(volume expansionandfractureenergy), chemical(moisture content, protein content, and ashcontent), andorganoleptic. The technical aspectsareexamined includedetermining the location, raw materialsandauxiliaries, the typeof technology, productioncapacityandutility, facility layoutandlabor requirements.Financialaspectsstudiedinclude the calculation ofHPP, BEP, R/C ratio, NPV, IRRandPP.The result showedthe averagecharacteristics ofvolume development is176.7%, 13.2Npowerbroken, 5.341%water content, 1.550% protein contentand1.440%ash content.The results oforganoleptic testby15panelistsfor color, smell, and theflavorshowsnorealdifferencebetween theproductsof small-scale industriesandlaboratories.Based onthe technicalaspects ofthestudiedcalculationutilityneedsandtotal cost ofprocessing, productioncracker White Musselsbrothistechnically feasible. Calculationcriteria forthe establishment ofsmall industrialinvestmentcrackerwhitemusselsbroth isfinancially feasible. Keywords: White Mussels Broth, ProductionCapacity, InvestmentCriteria, Location, Utility
PENDAHULUAN Kupang merupakan hasil perikanan laut yang merupakan binatang jenis kerangkerangan.Salah satu daerah potensial Kupang di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan hasil tangkapan tiap harinya, produksi rata-rata kupang mencapai32,5 ton (Prayitno dan Susanto, 2003). Ada dua jenis Kupang yang biasa ditangkap oleh nelayan yaitu Kupang Merah atau Kupang Rantai (Musculita senhausia) dan Kupang Putih atau Kupang Beras (Corbula faba Hinds). Mayoritas para nelayan lebih banyak menangkap Kupang Putih dari pada Kupang Merah. Hal ini terkait daya tahan hidup Kupang Putih lebih panjang yaitu sekitar 24 jam, lebih cepat menyesuaikan diri pada udara bebas, sedikit bergerak dan jika mati kulitnya tidak membuka sehingga tidak begitu menimbulkan bau. Kupang Putih dimanfaatkan menjadi 3 jenis olahan, yaitu daging kupang dimanfatkan sebagai olahan makanan seperti petis kupang, bakso kupang, dan lontong kupang, cangkang kupang dimanfaatkan sebagai bahan campuran pakan udang.Kaldu Kupang Putih belum dimanfaatkan menjadi olahan yang lebih ekonomis.Menurut penelitian Fakhrudin (2009), kaldu Kupang Putih memiliki kandungan kadar protein 10,4%, kadar lemak 0,5%, kadar karbohidrat 5,5%, kadar abu 5,9% dan kadar air 77,7%.Untuk meningkatkan nilai jual Kupang Putih maka dilakukan pemanfaatan Kaldu Kupang Putih sebagai olahan kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu organoleptik, fisik, dan kimia kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil, serta mengetahui analisis kelayakan teknis dan finansial pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih adalah kaldu Kupang Putih yang didapatkan dari UKM penghasil petis di Desa Balongdowo, Sidoarjo. Bahan pembantu yang digunakan adalah tepung tapioka, gula, asam clorida, bawang putih, dan
natrium bikarbonat yang didapat di CV. Makmur Sejati Malang. Peralatan Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih skala indistri kecil adalah timbangan analitik kapasitas 300 g, timbangan kue kapasitas 2 kg, timbangan duduk kapasitas 5 kg, Mesin Molen, Mesin Cetak, Mesin Pemotong, nampan, alat kukus, baskom 29 cm, baskom 50 cm, alat pengukus kapasitas 60 kg, tungku, blender kering, plastik pengemas dan automatic sealer. Metode Prosedur penelitian tentang proses produksi kerupuk kaldu Kupang Putih terdiri dari beberapa tahapan. Penelitian pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih dilakukan berdasarkan penggandaan hasil terbaik skala laboratorium Menggunakan total proporsi 100% berat adonan utama yang merupakan jumlah berat antara kaldu Kupang Putih (Corbula faba Hinds) dan tepung tapioka sebesar 30 kg. Bahan tambahan natrium bikarbonat (NaCHO3) 0,6% (v/b), gula 1% (v/b), natrium clorida (NaCl) 2% (v/b) dan bawang putih 4% (v/b).Dari perlakuan terbaik dilakukan penggandaan skala pada skala industri kecil yaitu dengan pembuatan ±60 liter bahan baku (dua kali pengolahan), dengan tiga kali pengulangan. Adapun proses pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil tersaji pada Gambar 1. Penelitian lanjutan setelah didapatkan kualitas produk selanjutnya dilakukan analisis kelayakan perencanaan pendirian industri kecil terkait aspek teknis dan finansialnya.Analisis fisik dan kimia yang dilakukan meliputi uji daya patah, volume pengembangan, kadar air, kadar abu, dan kadar protein. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji t berpasangan dengan data skala laboratorium. Analisis teknis dan finansial yang dikaji meliputi penentuan lokasi, bahan baku dan bahan pembantu, jenis teknologi, kapasitas produksi dan utilitas, tata letak fasilitas, kebutuhan tenaga kerja, perhitungan HPP, BEP, R/C ratio, NPV, IRR dan PP.
Kaldu Kupang Putih (30 liter)
Gula 1% (v/b) Garam 2% (v/b) Bawang Putih 4% (v/b) Tepung Tapioka 60% (v/b) NaHCO3 0,6% (v/b)
Direbus ±100ºC
Dicampur
Adonan
Dimasukkan mesin pencetak
Diiris
Dikukus (±10 menit)
Dikeringkan Sinar Matahari (±6 jam)
Kerupuk Kaldu Kupang Putih
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Kerupuk Kaldu Kupang Putih. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Potensi Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi kerupuk kaldu Kupang Putih adalah kaldu Kupang Putih (Corbula faba H). Dipilihnya kaldu Kupang Putih daripada Kupang Merah karena daya tahan hidupnya lebih panjang.Potensi tangkapan Kupang Putih di Sidoarjo terdapat perairan berlumpur Tambak Agung tepatnya di daerah Bromo dan Cengoroh di muara Kali Kepetingan. Tabel 1.Potensi Tangkapan Kupang Putih di Desa Balongdowo Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 No.
Bulan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Produksi Kupang Putih (kg) 1.047.168 979.776 969.408 891.648 863.655 932.083 726.396 737.164 735.092 748.569 867.802 868.839 10.367.600
Sumber: Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Dati II Sidoarjo (2013)
Dari Tabel 1Kupang Putih dimanfaatkan
sebagai bahan pembuat petis sebanyak 0,03% dari total tangkapan atau sebanyak 345.600 kg per tahun. Dengan pemakaian daging Kupang Putih sebagai petis di 16 UKM. Total limbah kaldu Kupang Putih yang dibuang tiap harinya sekitar ±960 liter. Pada pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih, tiap harinya dibutuhkan 0,0625% atau 60 liter kaldu Kupang Putih dari total limbah yang tersedia di Balongdowo. Hasil Uji Fisik Uji fisik meliputi volume pengembangan dan daya patah, pada Tabel 2 diketahui perbandingan kualitas kerupuk kaldu Kupang Putih skalalaboratorium dan industri kecil.
Tabel 2.Perbandingan Uji Fisik kerupuk Kaldu Kupang Putih Skala Laboratorium dengan Skala Industri Kecil Volume Daya Karekteristik Pengembangan Patah (%) (N) Rerata skala 176,7 13,2 Laboratorium *) Rerata skala 186,4 13,9 industri kecil **) tn thitung 0,075 0,092tn ttabel 0,05 4,303 4,303 Sumber: *) Sarah (2012) **) Data Primer (2014) Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
Volume Pengembangan Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rerata volume pengembangan skala laboratorium sebesar 176,7%, sedangkan rerata volume pengembangan skala industri kecil lebih besar daripada skala laboratorium, yaitu sebesar 186,4%.volume pengembangan pada skala industri kecil tidak berbeda nyata dengan yang dihasilkan pada penelitian skala laboratorium. Perhitungan uji t, nilai thitung (0,075) < ttabel (4,303) menunjukkan bahwa volume pengembangan skala industri kecil tidak berbeda nyata, peningkatan volume pengembangan kerupuk diakibatkan oleh jumlah bahan pengembang yang ditambahkan pada skala industri kecil lebih besar dibandingkan skala laboratorium. Sesuai dengan pendapat Yuwono (1998) bahwa,
semakin banyak jumlah bahan pengembang yang ditambahkan, maka kecepatan pelepasan CO2 yang berada di bahan pengembang (NaHCO3) lebih tinggi, sehingga mengakibatkan adonan pada skala industri kecil lebih elastis daripada adonan skala laboratorium.
Daya patah Pada Tabel 4.3 diketahui bahwa rerata nilai daya patah pada penelitian skala laboratorium sebesar 13,2 N. Rerata nilai daya patah kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil lebih tinggi jika dibandingkan dengan skala laboratorium yaitu 13,9 N.perhitungan uji t, nilai thitung (0,092) < ttabel (4,303) menunjukkan bahwa daya patah skala industri kecil tidak berbeda nyata dengan daya patah yang dihasilkan pada penelitian skala laboratorium. Peningkatan nilai daya patah ini diakibatkan oleh penurunan kadar air pada kerupuk, yang mengakibatkan tingkat kerenyahan kerupuk semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurwantoro (2004) bahwa kadar air merupakan komponen penting dalam bahan pangan karena dapat mempengaruhi acceptability dan tekstur, semakin baik tekstur kerupuk semakin baik pula daya patahnya. Hasil Uji Kimia Uji kimia meliputi kadar air, kadar protein, dan kadar abu pada Tabel 2 diketahui perbandingan kualitas kerupuk kaldu Kupang Putih skala laboratorium dan industri kecil. Tabel 3.
Perbandingan Uji Kimia Kerupuk Kaldu Kupang Putih Skala Laboratorium dan Skala Industri Kecil dengan SNI
Karakteristik Rerata penilaian skala laboratorium *) Rerata penelitian skala industri kecil **) SNI kerupuk ikan thitung ttabel 0,05
Kadar air (%)
Kadar protein (%)
Kadar abu (%)
6,213
5,440
1,910
5,341
1,550
1,440
Maks. 11 0,213tn 4,303
Maks. 6 1,374tn 4,303
Maks.1 0,401tn 4,303
Sumber: *) Sarah (2012) **) Data Primer (2014) Keterangan: tn = tidak berbeda nyata
Kadar Air Rerata kadar air kerupuk kaldu Kupang Putih skala laboratorium menunjukkan nilai sebesar 6,213%. Rerata nilai kadar air pada penelitian skala industri kecil lebih kecil jika dibandingkan dengan skala laboratorium yaitu 5,341%, menurut SNI 01-2713-2002, kadar air kerupuk ikan di pasaran maksimal 11% sehingga kadar air pada kerupuk kaldu Kupang Putih ini masih dalam batas normal. Perhitungan uji t, diketahui thitung (0,213) < ttabel (4,303). Dari hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa kadar air pada skala industri kecil tidak berbeda nyata dengan kadar air yang dihasilkan pada skala laboratorium. Kadar air terabsorbsi yang terserap pada permukaan koloid antarmolekul pati yang lebih besar akan mempengaruhi acceptability dan tekstur pada bahan pangan karena relatif mudah diuapkan. Prinsipnya, banyaknya kadar air yang tersimpan pada kerupuk menyebabkan serangan mikroba.
Kadar Protein Rerata kadar protein kerupuk kaldu Kupang Putih skala laboratorium menunjukkan nilai sebesar 5,440%. Rerata nilai kadar protein pada penelitian skala industri kecil lebih kecil jika dibandingkan dengan skala laboratorium yaitu 1,550%. Menurut SNI 01-2713-2002, kadar protein kerupuk ikan di pasaran maksimal 6% sehingga kadar protein pada kerupuk kaldu Kupang Putih ini masih dalam batas normal. Perhitungan uji t, diketahui thitung (1,374) < ttabel (4,303). Dari hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa kadar protein pada skala industri kecil tidak berbeda nyata dengan kadar protein yang dihasilkan pada skala laboratorium. Perbedaan kandungan kadar protein pada kerupuk yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah proporsi kaldu Kupang Putih dengan tepung tapioka yang dicampurkan. Prinsipnya, zat pada tepung tapioka mengandung materian antara (yaitu lipid dan protein).Lipid dan protein yang terkandung pada Tepung Tapioka jika dicampurkan dengan kaldu Kupang Putih pada suhu gelatinisasi menyebabkan pembengkakan granula pati (Winarno, 1997).
Kadar Abu Rerata kadar abu kerupuk kaldu Kupang Putih skala laboratorium menunjukkan nilai sebesar 1,910%. Rerata nilai kadar abu pada penelitian skala industri kecil lebih kecil jika dibandingkan dengan skala laboratorium yaitu 1,440%. Menurut SNI 01-2713-2002, kadar abu kerupuk ikan di pasaran maksimal 1% sehingga kadar abu pada kerupuk kaldu Kupang Putih ini tidak jauh berbeda dengan SNI. Pentingnya nilai maksimal 1% pada kadar abu karena tingginya kandungan kadar abu menunjukkan adanya campuran komponen organik atau mineral yang terkandung di dalamnya, sehingga perlu adanya batasan maksimal. Dari hasil perhitungan uji t dapat diketahui bahwa kadar abu pada skala industri kecil tidak berbeda nyata dengan kadar abu yang dihasilkan pada skala laboratorium karena thitung (0,401) < ttabel (4,303). Menurut Winarno (2004), salah satu kelompok garam mineral pada bahan pangan adalah bahan pengembang pangan. Pencampuran yang relatif lama untuk garam mineral menyebabkan peningkatan kadar abu pada bahan pangan. Hasil Uji Organoleptik Uji organoleptik mengunakan uji pembeda untuk menilai ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur yang dinilai oleh 15 orang panelis agak terlatih.
Warna Warna kerupuk kaldu Kupang Putih mentah yang dihasilkan pada penelitian ini adalah hijau kehitaman dan kusam. Warna hijau kehitaman disebabkan oleh kaldu Kupang Putih yang merupakan bahan baku utama berwarna putih keruh.Dari hasil uji pembedaan pasangan dengan jumlah 15 panelis, diketahui 13 panelis menyatakan sama dan 2 panelis menyatakan berbeda dengan tingkat kepercayaan 5%. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdeteksi adanya perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan proses penggandaan skala industri kecil produksi kerupuk kaldu Kupang Putih tercapai karena
tidak ada pebedaan warna dengan produk skala laboratorium.
Aroma Aroma yang khas pada kerupuk berasal dari bahan baku utama yang digunakan yaitu kaldu Kupang Putih. Dari hasil uji pembedaan dengan jumlah 15 panelis. Diketahui 9 panelis menyatakan sama, sedangkan 6 panelis menyatakan berbeda dengan tingkat kepercayaan 5%. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdeteksi adanya perbedaan aroma kerupuk kaldu Kupang Putih skala laboratorium dengan skala industri kecil.Kerupuk ini menggunakan bahan baku berupa kaldu Kupang Putih asli tanpa bahan perasa/essence. Proses pencampuran bahan baku dengan bahan tambahan yang dilakukan pada proses produksi menyebabkan aroma pada produk lebih kuat.Hal ini sesuai dengan pendapat Haryoto (1998), bahwa aroma akan menunjukkan tingkat kesegaran dan keaslian bahan baku yang digunakan.
Rasa Dari hasil uji pembeda pasangan dengan jumlah 15 panelis, didapatkan 11 panelis sama dan 6 tidak sama. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rasa antara skala laboratorium dan skala industri kecil kerupuk kaldu Kupang putih. Berarti rasa menunjukkan kekhasan atau keaslian bahan baku yang digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kumalaningsih (1986) yang menyebutkan bahwa bentuk rasa suatu bahan pangan dapat berasal dari bahan pangan itu sendiri dan apabila telah mendapat perlakuan atau pengolahan, maka rasanya dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang ditambahkan selama proses pengolahan. Aspek Teknis
Letak Geografis Lokasi Pemilihan lokasi proyek pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif subyektif penialian alternatif lokasi.
Tabel 4. Alternatif Lokasi Berdasaran Nilai Bobot Masing-Masing Faktor Alternatif lokasi yang akan dipilih Faktor-faktor yang dinilai
Bangil SM
Sidoarjo
Ketersediaan tenaga kerja
4 4
B 0,3 0,3
SA 1,2 1,2
SM 5 5
B 0,3 0,3
SA 1,5 1,5
Sarana transportasi
5
0,1
0,5
5
0,1
0,5
Sarana komunikasi
4
0,1
0,4
5
0,1
0,5
Air dan Listrik
5
0,1
0,5
4
0,1
0,4
Letak pasar yang dituju
2
0,1
0,2
4
0,1
0,4
2 26
0,1 -
0,1 4,1
3 31
0,1 -
0,3 5,1
Ketersediaan bahan baku
Iklim dan keadaan tanah Total
Sumber: Data Primer (2014) Keterangan: SM = Skor mula-mula B = Bobot SA = Skor akhir
Bahan
Baku
dan
Ketersediaan kaldu Kupang Putih di Balongdowo sekitar 960 liter per hari. Setiap proses pengolahan kerupuk menggunakan sebanyak ±30 liter kaldu Kupang Putih. Perhitungan kebutuhan bahan baku diasumsikan 26 hari kerja per bulan. Jika dalam satu bulan terdapat 26 hari kerja, maka jumlah kebutuhan bahan baku kaldu Kupang Putih sebanyak 1.560 liter. Perencanaan kebutuhan bahan baku layak karena bahan baku tersedia di pemasok secara terus menerus dan terhindar dari kontaminan mikroba.
Tepung Tapioka Gula Garam Bawang Putih NaHCO3
Presentase (b/v) (%) 60,0 1,0 0,3 4,0 0,6 Total
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk produksi kerupuk kaldu Kupang Putih meliputi timbangan, ketel uap, mesin molen, mesin cetak, mesin pemotong, blender, nampan, baskom, troli, sealer, garuk, kursi duduk kecil, serbet, pengukus, oven penjemuran, dan ember kecil. Perencanaan jenis teknologi yang digunakan, layak karena sesuai dengan lingkungan internal dan eksternal pabrik. Teknologi yang digunakan sesuai dengan lingkungan internal dan eksternal pabrik penting dilakukan dalam melaksanakan proses produksi, sehingga berfungsi memberi kemudahan pekerja dalam melakukan proses produksi (Suratman, 2004).
Kapasitas Produksi dan Utilitas Perencanaan kapasitas ini menggunakan metode kapasitas efektif dan aktual, karena pada penelitian ini menggunakan penghitungan output aktual pada suatu jangka waktu tertentu yaitu satuan waktu bulan. Kapasitas mesin yang digunakan sebagai ukuran produksi kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil yaitu kapasitas mesin pencampur atau mesin molen 30 kg. Pelaksanaan produksi dilakukan oleh 25 tenaga kerja langsung dengan 2 batch proses produksi selama 18 jam. Tabel 6. Perencanaan Kebutuhan Bahan Bakar
Tabel 5. Jumlah Bahan Pembantu Jenis Bahan
Dari Tabel 4.6, diketahui kebutuhan bahan pembantu yang ditambahkan untuk satu hari kerja adalah sebanyak 20,28 kg. Bahan pengemas pada pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih adalah plastik dengan kapasitas 5 kg yang didapat dari supplier di Pasar Tulangan. Perencanaan kebutuhan bahan pembantu dan pengemas layak karena bahanbahan tersebut selalu tersedia di pasar.
Perencanaan Jenis Teknologi
Berdasarkan Lampiran 15 didapatkan bahwa lokasi yang tepat untuk pemilihan lokasi proyek adalah di kota Sidoarjo. Hal ini terkait daerah Sidoarjo memiliki total nilai tertinggi berdasarkan faktor-faktor yang ditentukan dan nilai bobot dari masing-masing faktor yang ditetapkan berdasarkan penilaian subyektif peneliti. Hasil tersebut diperkuat dengan pendapat Hasibuan (2003) bahwa lokasi terbaik bagi proyek adalah lokasi yang mampu memberikan total biaya produk yang minimal dan mendatangkan keuntungan yang maksimal dengan penentuan lokasi yang benar.
Perencanaan Pembantu
Sumber: Data Primer (2014)
Komponen Jumlah (kg) 18 0,3 0,6 1,2 0,18 20,28
Ketel Uap
Lain-lain
Arang
Bensin
Jenis bahan bakar Waktu proses (jam) Jumlah alat Kebutuhan bahan bakar per alat Kebutuhan
15 2
Sumber: Data Primer (2014)
1 -
3,75 kg
2 liter
7,5 kg
2 liter
Dari Tabel 6 diketahui bahwa kebutuhan bahan bakar arang sebanyak 7,5 kg per hari dan bensin sebanyak 2 liter per hari. Jika dalam satu bulan diasumsikan 26 hari kerja, maka kebutuhan bakan bakar arang tiap bulannya sebanyak 195 kg and kebutuhan bensin sebanyak 52 liter per bulan. Bensin digunakan untuk kebutuhan lain-lain seperti jika terjadi pemadaman listrik maka dibutuhkan bahan bakar untuk mesin Diesel sebagai sumber tenaga listrik agar tidak terjadi pemutusan proses produksi. Tabel 7. Perencanaan Kebutuhan Listrik Peralatan
Daya (kWh)
Jumlah per alat
Daya total
Jam per hari
Kebutuhan per hari (kWh)
Blender
0,35
2
0,7
0,33
0,231
Ketel Uap
1,5
2
3
1,84
5,52
Mesin molen Mesin cetak Mesin pemotong Sealer Penerangan Pompa Air Lain-lain
0,765 0,89 0,62 0,43 0,018 0,21 0,06
1 2 1 2 3 1 -
0,765 1,78 0,62 0,86 0,054 0,21 0,06
0,4 0,1 0,83 1,2 15 2 1
0,306 0,178 0,5146 1,032 0,81 0,42 0,06
TOTAL
9,0716
Sumber: Data Primer (2014)
Perencanaan kebutuhan listrik meliputi kebutuhan untuk peralatan seperti blender, ketel uap, mesin molen, mesin cetak, mesin pemotong, sealer, penerangan, dan pompa air. Kebutuhan listrik per hari sekitar 9,0716 kWh, sehingga dalam satu bulan dibutuhkan dibutuhkan tegangan listrik sebanyak 235,8616 kWh. Sesuai dengan pendapat Ichsan dkk (2010) bahwa, kapasitas produksi ditentukan oleh kapasitas sumber daya yang dimiliki seperti kapasitas mesin, tenaga kerja, serta bahan baku sehingga dapat mengetahui jumlah produk dalam satuan waktu tertentu.
Layout Penentuan tata letak fasilitas berdasarkan product layout. Mesin dan peralatan diatur menurut urutan proses produksi kerupuk kaldu Kupang Putih. Pola aliran bahan berbentuk serpentine/zig-zag (S flow), dimana bahan masuk mengikuti jalan proses produksi yang berbentuk huruf S. Hal ini terkait aliran proses produksi lebih panjang dibandingkan dengan panjang area yang tersedia, untuk itu aliran bahan dibelokkan guna mengurangi panjang garis aliran yang ada.
Kebutuhan Tenaga Kerja Pada pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih dibutuhkan tenaga kerja yang bekerja secara full day.Waktu kerja diasumsikan 26 hari kerja dalam satu bulan, dimana setiap harinya melakukan 2 batch proses produksi kerupuk kaldu Kupang Putih. Per hari terdapat 10 jam kerja termasuk jam istirahat, sholat dan makan. Pada jam istirahat, pekerja dihimbau untuk melakukan istirahat secara bergantian dengan departemen proses lain, sehingga tidak terjadi waktu menganggur tenaga kerja. Tabel 8.Rincian Kebutuhan Tenaga Kerja Proses
Jumlah
Penimbangan Penghalusan bawang putih 1 orang Perebusan Pencampuran 1 orang Pencetakan Pengirisan 4 orang Penataan 12 orang Pengukusan 2 orang Penjemuran 3 orang Pengemasan 2 orang TOTAL WAKTU
Waktu 6 menit 10 menit 25 menit 12 menit 6 menit 25 menit 20 menit 30 menit 360 menit 45 menit 540 menit
Sumber: Data Primer (2014) Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial penting dilakukan untuk mengetahui perkiraan pendanaan, aliran kas serta untuk mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan dan kelayakan rencana pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih. Perhitungan analisis kelayakan finansial meliputi perhitungan harga pokok produksi, break event point, R/C Ratio, net present value, internal rate of return, dan payback period.
Biaya Investasi Modal untuk investasi dalam penelitian rencana pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih yang dibutuhkan terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Total modal aktiva tetap yang dibutuhkan untuk penelitian ini sebesar Rp992.195.000,00. Jumlah biaya tersebut merupakan jumlah biaya investasi yang dikeluarkan pada awal kegiatan usaha. Modal aktiva tetap untuk komponen biaya mesin dan peralatan produksi memiliki nilai penyusutan/depresisai.
Modal kerja pada penelitian ini meliputi biaya pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu, tenaga kerja, dan utilitas.Dari Tabel 9 diketahui bahwa biaya investasi untuk modal kerja per bulan sebanyak Rp30.649.750,00. Gaji tenaga kerja untuk tenaga kerja tetap tiap orangnya sebanyak Rp1.000.000,00 per bulan sedangkan gaji untuk tenaga kerja borongan tiap orangnya sebanyak Rp369.200,00 per bulan. Total biaya investasi adalah Rp1.022.844.750,00.
Break Event Point
Tabel 9. Modal Kerja per Bulan
Efisiensi Usaha
Jenis Biaya Bahan baku dan bahan tambahan Kaldu Kupang Putih (kg)
Kebutuhan per Bulan (26 hari)
Harga Per Satuan (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
1.560
700
1.092.000
936 16 31 62 9
9.000 13.000 5.000 25.000 15.000
8.424.000 208.000 155.000 1.550.000 135.000
4
50.000
200.000
235,862 195 52
960 4.500 6.500
226.850 877.500 338.000 17.443.400 30.649.750
Tepung Tapioka (kg) Gula (kg) Garam (kg) Bawang Putih (kg) NaHCO3 (kg) Bahan Pengemas Plastik (pcs) Utilitas Listrik (kwh) Arang (kg) Bensin (liter) Gaji tenaga kerja Total
Sumber: Data Primer (2014)
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih merupakan total biaya produksi dari jumlah produksi selama satu tahun. Total biaya merupakan akumulasi total biaya tetap dengan total biaya variabel. Penetapan harga pokok produksi mempengaruhi harga jual produk, dimana perhitungan harga jual ditetapkan berdasarkan metode naive cost plus pricing. Pada penelitian ini besar mark up diasumsikan 20%. Harga pokok produksi kerupuk kaldu Kupang Putih adalah Rp18.225,00 sehingga harga jualnya sebesar Rp43.750,00 per unit. Penjualan kerupuk per kemasan (per unit) sebesar 5 kg.
BEP produksi kerupuk kaldu Kupang Putih yang harus dihasilkan tiap tahunnya sebanyak 10.331 unit dengan total harga jual sebesar Rp105.370.600,00 atau presentase nilai BEP sebanyak 45%. Ibrahim (2009) menyatakan bahwa, Break event point penting dilakukan untuk mencoba mengetahui berapa minimal usaha harus bereproduksi dan menjual agar tidak mengalami kerugian atau rugi sama dengan Rp0,00.
R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Besarnya laba bersih yang dihasilkan dalam usaha pembuatan kerupuk kaldu Kupang Putih ini sebanyak Rp1.653.250,00 per bulan. Berdasarkan kriteria usaha yang ditetapkan pada metode penelitian, maka pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih layak dilakukan.
Net Present Value Pada penelitian ini net cashflow tahun pertama sebanyak Rp18.422.100,00 tahun kedua Rp18.758.500,00 tahun ketiga Rp19.321.200,00 tahun keempat Rp19.900.900,00 dan tahun kelima sebanyak Rp20.497.900,00. Besar nilai investasi awal dari modal asing sebanyak Rp34.983.750,00 sehingga didapatkan nilai NPV sebesar Rp34.449.650,00. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil layak dijalankan karena NPV lebih dari nol. Perhitungan NPV tersebut menggunakan diskon faktor sebesar 12%, yang merupakan tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia (Persero) pada bulan Juli 2013.
Internal Rate of Return Pada penelitian ini tingkat suku bunga yang berlaku adalah bunga bank BRI sebesar 12%. Perhitungan IRR menggunakan pola aliran cashflow yang bersifat seragam (anuitas). Diskon faktor berdasarkan anuitas Rp 1 yang digunakan adalah 30%. Hal ini terkait hasil pembagian investasi awal dengan rataan net cashflow didapatkan 0,693. Nilai IRR dalam
penelitian ini sebesar 14,18%, maka pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih layak untuk dilakukan karena nilai IRR lebih dari 12%.
Payback Period Nilai payback period didapatkan 4 tahun 9 bulan, sehingga pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih layak dilakukan karena periode pengembalian kurang dari umur ekonomis proyek (yaitu 5 tahun). Sesuai dengan pendapat Suwarsono (2007) bahwa, penutupan pengeluaran investasi berdasarkan hitungan payback period (PP) atau periode pengembalian menunjukkan usaha yang berjalan tidak mengalami rugi karena sesuai dengan periode pengembaliannya. KESIMPULAN Produk kerupuk kaldu Kupang Putih skala industri kecil merupakan penggandaan skala laboratorium yaitu ±60 liter sebanyak 2 batch per hari. Analisis fisik dan kimia kerupuk kaldu Kupang Putih berupa volume pengembangan, daya patah, kadar air, kadar protein dan kadar abu skala industri kecil tidak berbeda nyata dengan skala laboratorium. Hasil uji organoleptik oleh 15 panelis terhadap warna, aroma, dan rasa menunjukkan tidak ada perbedaaan nyata antara produk skala industri kecil dengan skala laboratorium pada selang kepercayaan 5%. Pendirian industri kecil kerupuk kaldu Kupang Putih dikatakan layak secara teknis dan finansial. DAFTAR PUSTAKA Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Dati II Sidoarjo. 2013. Laporan Tahunan Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Dati II Sidoarjo. Sidoarjo. Fakhrudin, A. 2009. Pemanfaatan Air Rebusan Kupang Putih (Corbula faba Hinds) untuk Pengolahan Petis dengan Penambahan Berbagai Pati-Patian. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hasibuan, M. S. P. 2003. Manajemen Dasar Pngertian dan Masalah. Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim, Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Kumalaningsih, Sri. 1986. Kimia dan Analisa Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Prayitno dan Susanto, T. 2003. Kupang dan Makanan Tradisional Sidoarjo. Trubus Agrisarana. Surabaya. Sarah, RZ. 2012. Pemanfaatan Air Rebusan Kupang Putih (Corbula Faba Hinds) Pada Kerupuk Di Kecamatan Mulyorejo Kota Surabaya. Skripsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Standar Nasional Indonesia. 2002. SyaratMutu Kerupuk Ikan. No.01-2713-2002. Badan Standar Nasional Indonesia. Jakarta. Suratman. 2004. Studi Kelayakan Proyek Peningkatan Kualitas Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Jakarta. Winarno. 1997. Pangan, Gizi, Teknologi dan Kemasan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wiriono, H. 2004. Mekanisme dan Teknologi Pembuat Kerupuk. Departemen Perindustrian Balai Besar Industri Hasil Pertanian. Balai Pengembangan Makanan dan Phytokimia. Jakarta. Yuwono, S dan Susanto T. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Jurusan Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian UB. Malang.