ANALISIS KEJADIAN HIPERTENSI BERDASARKAN ASUPAN KOPI PADA ANGGOTA RESERSE KEPOLISIAN RESOR TASIKMALAYA KOTA Juju Julaeha Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Hubungan kopi dengan hipertensi masih menjadi perdebatan. Terdapat beberapa penelitian yang mengatakan bahwa kafein yang terkandung di dalam kopi dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian lainnya mengtakan bahwa kafein dalam kopi tidak menimbulkan dampak yang berarti terhadap peningkatan tekanan darah. Profesi yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat cenderung mempunyai stress kerja yang tinggi seperti polisi. Polisi reserse sering minum kopi untuk menghilangkan kantuk akibat lembur kerja. Sehingga konsumsi kopi pada Reserse lebih banyak dibandingkan dengan bagian lain dari kepolisian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan kopi dengan status hipertensi pada anggota Reserse Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian sebanyak 62 orang. Subjek penelitian adalah Polisi anggota Reserse. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square untuk menguji hubungan antara asupan jenis kopi dengan status hipertensi. Sedangkan untuk menganalisis perbedaan antara frekuensi minum kopi, asupan jumlah kafein dari kopi, dan asupan lama minum kopi dengan status hipertensi menggunakan uji Anova. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi dan asupan jenis kopi terhadap kejadian hipertensi (p=0,048), tidak ada perbedaan antara frekuensi minum kopi dengan kejadian hipertensi (p= 0,364), tidak ada perbedaan antara asupan jumlah kafein dengan kejadian hipertensi (p=0,999), tidak ada perbedaan antara lama minum kopi dengan kejadian hipertensi (p=1,000). Disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara asupan kopi dengan kejadian hipertensi, sehingga kopi boleh dikonsumsi asal jumlah kafeinnya tidak lebih dari 600 mg/hari. Kata kunci : hipertensi, asupan kopi, anggota reserse Kepustakaan : 1996-2012
ABSTRACT The relationship of coffee with hypertension is still being debated. There are some research that says that the caffeine in coffee can increase blood pressure. Other research said that the caffeine in coffee did not cause significant impact on the increase in blood pressure. Coffee was usually used to relieve sleepiness and lower levels of stress. Meanwhile professions related to public services tend to have a high stress job like a cop. Reserse police often drink coffee to relieve sleepiness due to working overtime. Therefore, coffee consumption of reserse police more than the other police officer. The purposes of this research was to analyze the differences in coffee intake with the incidence of hypertension in members of reserse police Tasikmalaya City. The method used in this research was survey of the analytical method. Research design used a cross-sectional approach. Sampling technique in this study used purposive sampling. The sample in this research consisting of 62 people. Subjects of this research was members of the reserse police. Statistical analysis was performed using ChiSquare test to examine between types of coffee intake with hypertension incident. While to analyze the difference between the habitual intake of coffee and type of coffee consumtion with incidence of hypertension frequency of drinking coffee, the amount of caffeine intake from coffee, and old coffee intake with hypertension incident using ANOVA test. Statistical test results be engaged between intake of different types of coffee with incidence of hypertension (p = 0.048), there was no difference between the frequency of drinking coffee with incidence of hypertension (p = 0.364), there was no difference between the amount of caffeine intake with the incidence of hypertension (p = 1.000), there was no difference between the old coffee with incidence of hypertension (p = 0.722). It can be concluded that there was no difference between coffee intake with the incidence of hypertension, so coffee may be consumed the origin of caffeine amount was not more than 600 mg / day. Key Word Reference
: Hypertension, Intake of Coffee, a Member of Reserse : 1996-2012
PENDAHULUAN Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2010, hipertensi masuk ke dalam urutan 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4,81%. Berdasarkan hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2007 Prevalensi hipertensi pada lanjut usia di provinsi Jawa Barat mencapai 40,8%. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya angka kejadian Hipertensi untuk kasus lama dan baru tahun 2011 mencapai 9,98 %. Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7) tahun 2003, hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah 120-139/8089 mmHg dikatagorikan sebagai prehipertensi. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor
genetik, umur, jenis kelamin, etnis, obesitas, asupan garam, kebiasaan merokok dan stress (Anggraini dkk, 2009). Selain faktor di atas konsumsi kopi juga dianggap mempengaruhi terjadinya hipertensi. Keterkaitan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi masih diperdebatkan (Hamer, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Klag (2002), konsumsi satu cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah 0,19 mmHg untuk sistolik dan 0,27 mmHg untuk diastolik, namun penelitian yang dilakukan oleh Johanna (2008) membuktikan bahwa konsumsi kopi tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi. Kopi menjadi salah satu minuman digemari di seluruh dunia. Saat ini kopi merupakan komoditi nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi (Health Secret, 2012). Pengaruh kopi sekecil apapun terhadap tekanan darah akan menimbulkan dampak pada kesehatan masyarakat, karena kopi dikonsumsi secara luas di masyarakat (Martini, 2012). Kopi mengandung zat yang disebut kafein. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsumsi kefein 10 mg per Kg berat badan secara signifikan meningkatkan kolesterol total, meningkatkan LDL dan menurunkan HDL darah (Adebayo et al, 2007). Kowalski (2010) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingginya kolesterol dengan kejadian hipertensi, karena itulah kafein kopi sering dikaitkan sebagai pemicu timbulnya hipertensi. Kopi biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa kantuk dan keletihan saat bekerja. Kopi membuat seseorang tetap terjaga sepanjang waktu dengan cara menghambat aktivitas adenosin (Weinberg dan Bealer, 2010).
Aroma kopi juga digunakan untuk
menghilangkan stress (Health Secret, 2012). Reserse adalah salah satu divisi kepolisian yang mempunyai fungsi dan peranan dalam proses penyidikan tindak pidana serta hal-hal yang berkaitan dengan administrasi penyidikan (Secapa Polri, 1996). Berdasarkan pengamatan penulis anggota reserse mempunyai tanggung jawab yang tinggi sehingga dapat memicu stress. Menurut KUHAP No 8 Tahun 1981 pasal 19, anggota reserse diwajibkan mencari bukti penangkapan dalam waktu 24 jam, sehingga pada divisi reserse biasanya terdapat jadwal untuk lembur. Dan menurut pengamatan penulis mereka yang mempunyai tugas lembur akan sering mengkonsumsi kopi untuk menghilangkan rasa kantuk. Konsumsi kopi pada divisi reserse lebih tinggi
dibanding dengan divisi lain. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada anggota Reserse Polisi Resort Kota Tasikmalaya. Berdasarkan data survey awal yang dilakukan penulis pada tanggal 31 Desember 2012 pada 25 orang anggota Reserse Polres Kota Tasikmalaya, didapat bahwa yang memiliki tekanan darah normal ada 8 orang (32%), yang mengalami hipertensi ada 3 orang (12 %), sedangkan yang paling banyak adalah pada status prehipertensi yaitu 14 orang (56 %). Menurut Kowalski (2010), orang dengan status prehipertensi akan mudah berkembang menjadi hipertensi apabila tidak segera ditangani. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Reserse Polisi Resort Kota Tasikmalaya yang berjumlah 72 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Analisis statistik bivariat yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu uji ANOVA dan uji chi-square. Uji ANOVA dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis perbedaan frekuensi minum kopi, jumlah kafein kopi dan lama minum kopi dengan status hipertensi. Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan jenis kopi dengan status hipertensi. Perhitungan dan analisis data menggunakan SPSS for Windows versi 16,0. HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Karakteristik Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 62 anggota reserse 11,3% mengalami hipertensi, 43,5% mengalami prehipertensi dan 45,2% memiliki tekanan darah normal. responden yang minum kopi terdapat 37 orang (59,67%) dan yang tidak minum kopi 25 orang (40,3%). Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan pada umumnya responden memiliki kebiasaan merokok (67,7%), responden yang memiliki kebiasaan olahraga terdapat 61,3%, responden dengan IMT normal terdapat 66,1% rata-rata umur responden adalah 33,69 tahun. Responden yang jarang mengkonsumsi kalium mencapai 96,8%. Dan yang sering mengkonsumsi sumber sodium hanya 3,2% nya saja. Variabel bebas dalam penenlitian ini adalah asupan jenis kopi, frekuensi minum kopi, asupan jumlah kafein kopi, dan lama minum kopi.
Hasil analisis univariat diketahi bahwa asupan jenis kopi yang palinga banyak adalah kopi instan (46,8%). Rata-rata frekuensi minum kopi responden adalah 1,06 ± 1,129 cangkir/hari. Rata-rata asupan jumlah kafein kopi pada responden adalah 138,571±2,007 mg/hari. Dan rata-rata lama minum kopi responden adalah 5,85 ± 8,108 tahun. b. Hasil Analisis bivariat 1) Hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi Tabel 1.1 Hubungan antara Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi Pada Anggota Reserse Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota Tahun 2013 Kebiasaan minum Kopi
Kejadian Hipertensi
Jml
Hipertensi N (%)
Prehipertensi N (%)
Normal N (%)
N
(%)
Ya
3
8,1
12
32,4
22
59,5
37
100
Tidak
4
16
15
60
6
24
25
100
Total
7
11,3
27
43,5
28
45,2
62
100
p
0,023
Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi. Dalam hal ini kopi merupakan faktor protektif terhadap hipertensi terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukan lebih sedikit orang yang mengalami hipertensi (8,1%) namun yang memiliki kebiasaan minum kopi lebih banyak 59,65%. Hal ini sejalan dengan penrnyataan Weinberg dan Bealer
(2010)
bahwa
kopi
merupakan
faktor
protektif
penyakit
kardiovaskuler. 2) Hubungan antara asupan jenis kopi denagn kejadian hipertensi Hasil analisis hubungan antara jenis kopi yang dikonsumsi dengan Kejadian hipertensi menunjukkan bahwa pada responden yang mengalami hipertensi lebih banyak yang tidak minum kopi (16%) dibandingkan dengan responden yang minum kopi, baik kopi instan maupun kopi hitam. Hasil uji statistik menunjukan adanya hubungan antara jenis kopi yang dikonsumsi dengan status hipertensi (p=0,048). Hal ini berarti minum kopi merupakan faktor protektif terhadap hipertensi.
Adapun hasil statistik uji hubungan antara asupan jenis kopi dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2 Hubungan antara Jenis Kopi dengan Kejadian Hipertensi Pada Anggota Reserse Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota Tahun 2013 Jenis Kopi
Hipertensi N (%)
Kejadian Hipertensi Prehipertensi Normal N (%) N (%)
Jml
p
N
(%)
Hitam
1
12,5
4
50
3
37,5
8
100
Instan Tidak Minum Kopi Total
2
6,9
8
27,6
19
65,5
29
100
4
16
1
60
6
24
25
100
7
11,3
27
43,5
28
45,2
62
100
0,048
Sebanyak 46,8% responden mengkonsumsi kopi instan. Kopi instan adalah minuman dari biji kopi yang telah diseduh, kemudian diekstrak sehingga menghasilkan kopi dalam butiran atau tepung bubuk (Admin, 2001 dalam Dwiyana, 2012). Karena proses pembuatannya, beberapa kandungan dalam kopi instan mengalami penurunan (Dini, 2010). Seperti kandungan kafein (Hilman 2010 dalam Dwiyana 2012). Meskipun ada beberapa kandungan dalam kopi instan yang berkurang akibat proses pembuatannya, ada keunggulan dari kopi instan yaitu kadar seratnya yang 2/3 lebih banyak. Serat membantu tubuh dalam menyerap polyphenol (Dini, 2010). Polyphenol berfungsi meningkatkan elastisitas dan daya penetrasi pembuluh darah halus, meningkatkan daya tahan pembuluh darah, menurunkan kandungan kolesterol dan trigleserida, juga berperan dalam menghilangkan penyumbatan pembuluh darah atau arteriosklerosis (Anonym, 2008).
sehingga
membantu
menurunkan
tekanan
darah
3) Perbedaan antara Frekuensi Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi jumlah responden
20 15 Hipertensi
10
Prehipertensi
5
Normal
0 0
Grafik 2.1
1 2 3 4 frekuensi minum kopi (cangkir/hari)
5
Perbedaan Frekuensi Minum Kopi dengan Status Hipertensi pada Anggota Reserse Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota Tahun 2013
Berdasarkan grafik 2.1 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi minum kopi dengan kejadian hipertensi (F=1,209 ; p=364). Hasil statistik menunjukan tidak ada perbedaan antara frekuensi minum kopi dengan status hipertensi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Ernita (2011) yang mengatakan bahwa semakin tinggi frekuensi minum kopi maka semakin tinggi pula tekanan darahnya. Orang yang mengkonsumsi kopi >1 cangkir perhari memiliki risiko 4,3 kali lebih mungkin mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang minum kopi <1 cangkir perhari. Namun penelitian Uiterwaal et al (2007), mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara banyaknya minum kopi dengan peningkatan tekanan darah. Meskipun hubungan kopi dengan kejadian hipertensi masih belum jelas, bukti yang paling nyata adalah bahwa asupan kopi rutin berkafein tidak meningkatkan risiko hipertensi (Geleijnse Johanna M, 2008). Dan responden dalam penelitian ini 37 diantaranya pengkonsumsi rutin dengan rata-rata 1 cangkir perhari. 4) Perbedaan Antara Asupan Jumlah Kafein dengan Kejadian Hipertensi Hasil analisi perbedaan jumlah kafein dengan kejadian hipertensi dapat dilihat pada grafik 3.1
jumlah responden
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Hipertensi Prehiperten si
0
Grafik 3.1
500 1000 1500 asupan jumlah kafein dari kopi (mg/hari)
Perbedaan Jumlah Kafein dari Kopi dengan Status Hipertensi pada Anggota Reserse Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota Tahun 2013
Berdasarkan grafik 3.1 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah kafein yang dikonsumsi dengan kejadian hipertensi (F=0,000 ; p=1,00). Hasil uji statistik membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara asupan jumlah kafein dari kopi dengan dengan status hipertensi anggota Reserse. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh myers (2005), yang melakukan penelitian dengan memberikan asupan kafein rutin dosis 100-500 mg perhari. Disimpulkan bahwa kafein tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah secara terus menerus. Kafein mungkin akan meningkatkan tekanan darah pada saat minum kopi. Namun tubuh akan mentoleransi kafein dalam 2-3 hari, setelah itu tekanan darah akan kembali normal. Kafein berbeda dengan kopi. Kopi merupakan senyawa kompleks yang terdiri dari beberapa zat di dalamnya. Penelitian membuktikan tekanan darah meningkat 4 kali lebih tinggi pada orang yang minum tablet kafein dibandingkan dengan orang yang minum kopi berkafein (Noordzid et al, 2005). Penjelasan yang mungkin adalah karena kopi kaya senyawa bioaktif yang dapat menurunkan tekanan darah (Clarke dan Macrae 1985, Schaafma 1989, Mazur et al 1998, Bonita et al 2007 dalam Geleijnse 2008). Diperkirakan bahwa konsumsi 5 cangkir kopi perhari berkontribusi terhadap 12% asupan magnesium, 10% asupan harian mangan, 15% asupan niacin dan 26% asupan kalium (Geleijnse Johanna M, 2008).
Kalium dapat menurunkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dengan menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air sehingga tekanan darah menjadi turun (Adrogue, 1978 dalam Martini 2012). Kopi mengandung flavonoid yang tinggi dan flavonoid berfungsi menurunkan tingkat kolesterol jahat dalam darah (Dewi, 2012). Hal ini menjelaskan mengapa dalam penelitian ini asupan kafein dari kopi tidak menunjukkan perbedaan yang berarti terhadap status hipertensi anggota Reserse. Ada kemungkinan kandungan lain dalam kopi seperti flavonoid melebihi dampak buruk dari kafein (Winkelmayer et al, 2005).
jumlah responden
5) Perbedaan Antara Lama Minum Kopi dengan Kejadian Hipertensi 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Hipertensi Prehipertensi Normal
0
Grafik 4.1
10 20 Lama minum kopi (tahun)
30
40
Perbedaan Lama Minum Kopi dengan Status Hipertensi pada Anggota Reserse Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota Tahun 2013
Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama minum kopi dengan kejadian hipertensi (F=0,328 ; p=0,722). Menurut hasil uji statistik, tidak ada perbedaan antara lama minum kopi dengan status hipertensi anggota Reserse. Rata-rata lama minum kopi pada responden normal adalah 5,79 tahun, responden dengan status prehipertensi adalah 5,33 tahun, dan responden dengan status hipertensi rata-rata lama minum kopinya 8,14 tahun. Orang yang memiliki kebiasaan minum kopi, mampu mentoleransi paparan kafein. Tubuh manusia memiliki seperangkat kompleks hormon counterregulatory, yang mempertahankan tekanan darah dan dapat
menyebabkan toleransi terhadap efek humoral dan hemodinamik kafein (Zhenzhen et al, 2011). Setiap individu merespon berbeda terhadap kafein yang masuk ke dalam tubuh. Kafein dimetabolisme oleh sitokrom P450 1A2 atau CYP1A2 (Zhenzhen et al, 2011). Dilihat dari deskripsi responden dalam penelitian ini, responden yang minum kopi jauh lebih banyak dibanding dengan responden yang tidak minum kopi, namun yang mengalami hipertensi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki tekanan darah normal. Hal ini menunjukan bahwa hipertensi tidak dipengaruhi oleh kebiasaan minum kopi saja. Kebiasaan merokok, kebiasaan hidup aktif lewat olah raga rutin juga dapat mempengaruhi kejadian hipertensi seseorang. Olahraga memperbaiki fungsi endotelium. Lapisan endotel pada dinding pembuluh darah berfungsi mengatur elastisitas pembuluh darah (Martini, 2012). Seorang
anggota
polisi
dituntut
untuk
mempunyai
kodisi
kesehatan yang baik dan prima. Kesehatan merupakan modal utama seorang
anggota
kepolisian
dalam
melaksanakan
tugas
yang
diembannya (Martaliza, 2010). Sebelum menjadi anggota polisi terdapat pemeriksaan fisik mulai dari pemeriksaan berat badan, tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, mata, gigi geligi, buta warna dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh (Fauzi, 2012) sehingga hanya yang sehat yang lolos seleksi menjadi polisi. Selain itu di kepolisian Resor Tasikmalaya Kota ini dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk para anggotanya dan setiap satu minggu sekali dilakukan senam kesegaran jasmani dengan tujuan untuk menjaga tubuh anggota supaya tetap proporsional.
Hal
ini
terlihat
dari
distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan IMT. Diketahui bahwa responden dengan IMT normal lebih banyak dibanding dengan IMT lebih. Menurut beberapa penelitian menunjukan
bahwa
risiko
yang
paling
rendah
untuk
penyakit
kardiovaskular adalah mereka yang memiliki IMT 21-25 atau IMT Normal (Bungawati dan Pratama, 2011). Hal ini mungkin menjadi alasan walaupun asupan kopi, tingkat stress dan beban kerja anggota Reserse tinggi namun diimbangi dengan faktor lain yang mampu menjaga agar tekanan darah tetap normal.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Resor Tasikmalaya Kota, dapat diambil kesimpulan terdapat hubungan antara jenis kopi yang dikonsumsi dengan status hipertensi, tidak ada perbedaan antara frekuensi minum kopi dengan status hipertensi, tidak ada perbedaan antara asupan jumlah kafein dari kopi dengan status hipertensi, tidak ada perbedaan antara lama minum kopi dengan status hipertensi. Secara
keseluruhan
tidak
terdapat
perbedaan
kejadian
hipertensi
berdasarkan asupan kopi sehingga kopi boleh diminum asal jumlah kafeinnya tidak boleh lebih dari 600 mg/hari. Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini disempurnakan dengan mengambil sampel pada profesi yang bukan merupakan pekerja sehat, sehingga tidak terjadi bias pekerja sehat. DAFTAR PUSTAKA Adebayo et al., Effect of Caffeine on The Risk of Coronary Heart Disease- A ReEvaluation, Jornal of Clinical Biochemistry, Vol. 22 No. 1, 29-32, (2007). Anggraini, Ade Dian dkk, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. Faculty of Medicine University of Riau, (2009) Anonym, Kandungan Polyphenol dan Orac Value pada Bee Pollen, http://tikotea.wordpress.com/2008/12/31/kandungan-polyphenol-dan-oracvalue-pada-bee-pollen/, . [1 Juni 2013], (2008). Bungawati, Dahlia dan Pratama, Kayetanus Aldy, Kajian Indeks Masa Tubuh (IMT) terhadap Tekanan Darah pada Perawat di Rumah Sakit Baptis Kediri, Jurnal STIKES RS> Baptis Kediri, Vol 4 No. 2, (2011). Casey, Aggie dan Benson, Herbert, Menurunkan Tekanan Darah. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, (2012). Dempsey, S.J & Forst, S.L. An Introduction to Policing, Fifth Edition. USA: Delmar, (2010). Dini, Mending Kopi Instan atau Kopi Tubruk? http://female.kompas.com/read/2010/10/12/09022525/Mending.Kopi.Instan .atau.Kopi.Tubruk. [03 Maret 2012], (2010) Dwiyana, Anna Ratih, Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia Produktif di Puskesmas Tawang Kota Tasikmalaya Tahun, Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi, (2011).
Ernita, Association between The Habit of Drinking Coffee and The Prevalence Of Hypertension In Men at Lhokseumawe Municipality Nanggroe Aceh Darussalam. Thesis Postgraduate Program Faculty of Medicine Gadjah Mada University Yogyakarta, (2011). Fauji, Syarat Daftar Polisi Polri, http://fauzi-army.blogspot.com/2012/11/syaratdaftar-polisi-polri.html, [14 Juni 2013] Geleijnse, Johanna M., Habitual coffee consumption and blood pressure: An epidemiological perspective. Vascular Health and Risk Management”, Journal of Vascular Health and Risk Management, Vol. 4. No. 5, 963-970, (2008), Hamer M., Coffee and Health. Explaining Conflicting Results in Hypertension. Journal of Human Hypertension, Vol. 20, 909-912, (2008). Klag, Michael J et al, Coffee Intake and Risk of HypertensionThe Johns Hopkins Precursors Study. The Journal of American Medical Association, Vol. 162. No. 6, 657-662, (2002). Kowalski, Robert E. Terapi Hipertensi Program 8 Minggu. PT. Mizan Puataka, Bandung, (2010). Martini, Ayu, Faktor Risiko Hipertensi ditinjau dari Kebiasaan Minum Kopi. Journal of Nutrition College, Vol.1 No.1, 470-485, (2012). Martaliza, Rira Wahdani, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih pada Polisi di Kepolisian Resort Kota Bogor. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (2010). Redakasi Health Secret, Khasiat Bombastis Kopi. PT. Gramedia, Jakarta, (2012). Uiterwaal, Cuno S.P.M., Verschuren, W.M.M., De Mesquita, H.B.B., Ocke, Marga., Geleijnse, J.M., Boshuizen, H.C., Peeters, P.H.M., Feskens, E.J.M., Grobbee, D.E. Coffee Intake and Incidence of Hypertension. Am J Clin Nutr, 85: 7, (2007). Weinberg, Bennet Alan dan Bealer Bonnie K, The Miracle of Caffeine. PT. Mizan Pustaka, Bandung, (2010). Zhang Zhenzhen, Hu Gang, Caballero Benjamin, Appel Lawrence, Chen Liwei. Habitual Coffee Consumption and Risk of Hypertension: A Sistematic Riview and Meta-Analysis of Prospective Observational Studies. American Journal of Clinical Nutrition, (2011). Winkelmayer WC, Stampfer Mj, Willett WC, Curhan GC, Habitual Coffee Intake and The Risk of Hypertension in Women, JAMA, 294: 2330-2335, (2005)