PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
ANALISIS GRANULOMETRI, MORFOLOGI BUTIR, DAN BATUAN ASAL PADA ENDAPAN PASIR-KERAKAL DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI PROGO, D.I. YOGYAKARTA Cendi Diar Permata Dana1* Muhammad Rizki Sudirman1 Arvida Noviana1 Rahmadi Hidayat1 1
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta, Indonesia *corresponding author:
[email protected]
SARI Sungai Progo merupakan salah satu lokasi yang menjadi sumber penambangan pasir dan batu di wilayah D.I. Yogyakarta. Analisis granulometri dan studi provenance menjadi penting dilakukan untuk mengetahui karkteristik mekanisme tansportasi dan sedimentasi serta batuan asal sehingga dapat menghasilkan endapan tesebut dengan kelimpahan yang cukup besar. Pengambilan data lapangan secara administrasi berada di sepanjang aliran sungai Progo. Pengambilan data dilakukan di dua belas stasiun pengamatan dengan total sampel yang diambil berjumlah 300 butir kerakal dan 12 sampel pasir. Pengolahan data dilakukan di laboratorium, yang meliputi analisis data ukuran butir, analisis morfologi butir kerakal dan pasir, sertakomposisi partikel sedimen. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata ukuran butir berubah dari 0,43ø (pasir kasar) di bagian hulu menjadi 2,07ø (pasir halus) di bagian hilir, dengan nilai skewness antara +1,18ø (didominasi ukuran butir lebih kasar) hingga -0,45ø (didominasi ukuran butir lebih halus) dan nilai kurtosis antara 2,29ø (very leptocurtic) hingga 4,92ø (extremely leptocurtic). Hal ini menunjukkan bahwa semakin menuju hilir nilai rata-rata ukuran butirnya memiliki kecenderungan menghalus. Nilai sortasi berkisar antara 0,67ø (cukup baik) hingga 1,19ø (cukup), nilai sortasi yang didapatkan cenderung semakin baik di daerah hilir. Untuk morfologi butir kerakal dan pasir didapatkan hasil bahwa bentuk butirnya cenderung semakin spheris seiring mendekati hilir dengan derajat kebundaran yang semakin tinggi. Sedangakan berdasarkan data komposisi partikel sedimen, didapatkan hasil bahwa provenance sampel pasir sungai Progo berasal dari batuan beku basa. Kata kunci: Granulometri, Morfologi Butir, Batuan Asal
I.
PENDAHULUAN
Sungai Progo merupakan salah satu sungai yang berada di D.I. Yogyakarta yang memiliki hulu di gunung Sindoro dan hilir di Samudera Hindia dengan panjang 138 km dengan luas DAS 2380 km2. Daerah aliran sungai ini dibatasi oleh beberapa gunung seperti gunung Sumbing di sebelah barat dan gunung Merapi serta Merbabu di sisi timur. Mekanisme sedimentasi dari suatu proses aliran sungai merupakan hal menarik untuk diteliti dalam melihat perubahan karakteristik sedimen dari hulu menuju hilir. Pada penelitian ini dilakukan analisis granulometri di sepanjang Sungai Progo untuk mengetahui perubahan karakteristik sedimen di daerah penelitian berdasarkan
nilai-nilai statistika. Parameter yang digunakan adalah ukuran butir, nilai sortai, skewness, dan kurtosis untuk menginterpretasi mekanisme sedimentasi Sungai Progo. Posisi dari hulu sungai yang sebagian besar berada di lereng gunungapi aktif membuat morfologi sungai Progo sangat dinamik, seiring dengan aktivitas dari gunungapi tesebut (Mananoma, dkk, 2003). Penelitian ini menggunakan sampel sedimen pasir dan kerakal yang telah diambil di sepanjang Sungai Progo. Pengolahan data dilakukan di laboratorium, yang meliputi data ukuran butir, morfologi butir kerakal dan pasir, serta komposisi partikel sedimen. Seperti yang diketahui bahwa keberadaan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA endapan pasir dan kerakal yang berada di sungai Progo menjadi salah satu sumber penambangan pasir dan batu untuk keperluan bahan bangunan. Kualitas dari bahan tersebut harus memiliki kandungan lempung dan zat organik sedkit dimana akan sangat ditentukan oleh mekanisme aliran dan transportasi sedimen yang berlangsung (Sukandarrumidi, 2004 dalam Wisnubroto, 2009). Oleh karena itu hasil dari penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan model mekanisme sedimentasi yang berlangsung di Sungai Progo.
II.
KONDISI GEOLOGI REGIONAL
Secara regional, sungai Progo merupakan bagian dari zona pegunungan Kulon Progo, dimana terdapat fisiografi utama yang dilewati oleh Sungai Progo itu sendiri yaitu sisi timur dari dome pada zona pusat depresi yang merupakan bagian dari Plato Jonggrangan dan pusat depresi Jawa serta Zona Randublatung. Proses geomorfik yang mengontrol atau bekerja pada sungai Progo didominasi oleh proses fluvio-vulkanik yang disertai proses pesisir pada bagian hilir sungai. Stratigrafi regional daerah Kulon Progo dari yang paling tua sampai yang paling muda terdiri dari empat formasi utama yaitu, Formasi Nanggulan (Batupasir, sisipan lignit, napal pasiran, batu lempungan dengan konkresi limonit, batugamping, dan tuff), Formasi Andesit Tua (Breksi andesit, lapilli tuff, tuff, breksi lapilli, aglomerat, aliran lava, dan batupasir vulkanik), Formasi Jonggrangan (Tufa, napal, breksi, batulempung dengan sisipan lignit, batugamping yang diselingi napal, dan batugamping berlapis), dan Formasi Sentolo (Batupasir napalan, batugamping, napal tuffan). Hampir semua formasi tersebut dilewati oleh aliran sungai Progo seperti yang terlihat pada gambar 3. Selain formasi yang telah disebutkan di atas, terdapat juga beberapa jenis endapan yang terdapat disepanjang daerah aliran sungai progo, diantaranya, Endapan Koluvium, Endapan Sumbing Muda, Endapan Kerucut Gunung Api, Endapan Sumbing Tua, Endapan
Merbabu, dan Endapan Merapi Muda dan Tua (Rahardjo, 1995 dengan modifikasi dalam Wisnubroto, 2009). Struktur geologi yang berkembang di sekitar aliran Sungai Progo meliputi struktur lipatan antiklin yang berarah tenggara-barat laut, dimana antiklin ini berada di dekat hilir sungai serta struktur berupa sesar yang terdapat di sekitar hulu sungai. Sementara itu di sepanjang aliran Sungai Progo sendiri tidak terdapat stuktur geologi yang berkembang baik yang bersifat brittle maupun ductile.
III. SAMPEL DAN PENELITIAN
METODE
Metode penelitian yang dilakukan adalah analisis laboratorium pada sampel sedimen lepas berukuran pasir dan kerakal. Sampel sedimen diambil dari dua belas lokasi pengamatan di sepanjang aliran Sungai Progo, D.I. Yogyakarta. Analisis laboratorium yang dilakukan berupa analisis granulometri dan kompsisi dari endapan pasir dengan masing - masing sampel mewakili satu lokasi pengamatan. Analisis granulometri dilakukan dengan cara matematis sementara analisis morfologi butir dengan perbandingan visual. Proses pengayakan pada analisis granulometri ini menggunakan mesh yang berukuran 18 (pasir sangat kasar), 35 (pasir kasar), 60 (pasir sedang), 120 (pasir halus), 270 (pasir sangat halus) dan > 270 (wadah ayakan). Penentuan komposisi batuan asal dilakukan dengan pemisahan kandungan mineral berat dan ringan kemudian dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop binokuler.
IV.
DATA DAN ANALISIS
Data Granulometri Mean Mean merupakan nilai rata – rata ukuran butir. Berdasarkan perhitungan matematis, didapatkan hasil 7 sampel berukuran pasir sedang, 3 sampel berukuran pasir kasar, dan 2 sampel berukuran pasir halus. Berdasarkan grafik mean dapat diketahui bahwa ada
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA fluktuasi dari perubahan nilai rata-rata ukuran butir dari STA 1 sampai STA 12. Akan tetapi, secara umum kurva menunjukkan trend yang menghalus seiring mendekati hilir sungai dengan butirannya relatif berukuran pasir sedang. Sortasi Sortasi merupakan nilai standar deviasi ukuran butir yang menunjukkan tingkat keseragaman. Berdasarkan perhitungan matematis, didapatkan hasil 6 sampel memiliki sortasi moderately sorted, 4 sampel memiliki sortasi poorly sorted dan 2 sampel memiliki sortasi moderately well sorted. Berdasarkan grafik, nilai sortasi menunjukkan trend yang relatif stabil pada kisaran moderately sorted. Skewness Skewness menunjukkan nilai kesimetrian dari kurva frekuensi. Berdasarkan perhitungan matematis, didapatkan hasil 4 sampel berukuran menunjukkan very fine skewed, 3 sampel menunjukkan near symmetrical, 2 sampel menunjukkan very coarse skewed, 2 sampel menunjukkan coarse skewed dan 1 sampel menunjukkan fine skewed. Berdasarkan grafik, nilai skewness menunjukkan trend yang menurun yang artinya semakin mendekati hilir nilai skewness semakin mendekati coarse skewed. Hal tersebut berarti ukuran butir didominasi oleh ukuran yang lebih halus. Kurtosis Kurtosis merupakan nilai kepuncakan kurva. Berdasarkan perhitungan matematis, didapatkan hasil semua sampel memiliki nilai very leptokurtic. Berdasarkan grafik, nilai kurtosis menunjukkan trend yang semakin naik seiring mendekati arah hilir dengan didominasi oleh kelas leptokurtic yang menunjukkan bahwa sortasinya semakin baik. Morfologi Butir Pasir dan Kerakal Bentuk Butir Berdasarkan hasil tabulasi didapatkan hasil bahwa bentuk butir oblate dan equant mendominasi baik itu pada ukuran butir pasir maupun kerakal. Bentuk butir oblate
dicirikan oleh perbandingan sumbu terpanjang dan menengahnya yang relatif sama tetapi perbandingan kedunya dengan sumbu terpendek relatif berbeda. Sedangkan bentuk butir equant dicirikan dengan adanya perbandingan sumbu terpanjang, menengah dan terpendeknya yang relatif sama. Bentuk butir oblate dan equant yang ada bisa dibentuk oleh mekanisme transportasi yang bersifat suspensi atau bedload. Selain itu, bisa juga dikarenakan oleh bentuk awal butiran sebelum tertransportasi relatif sudah oblate atau equant. Kebolaan (Sphericity) Sphericity merupakan ukuran bagaiana suatu butiran mendekati bentuk bola. Berdasarkan penentuan sphericity butir pasir dengan cara membandingkan dengan gambar visual Rittenhouse didapatkan hasil sphericity bernilai antara 0,72 hingga 0,78 dengan kategori kelas equant hingga very equant. Sedangkan penentuan sphericity butir kerakal dengan rumus perhitungan dari Sneed dan Folk (1958) didapatkan hasil sphericity bernilai antara 0,61 hingga 0,73 dengan kategori kelas elongate hingga equant. Nilai tersebut menandakan bahwa butiran semakin mendekati bentuk bola. Material yang mendekati bentuk bola akan cenderung lebih mudah terdeposisi. Untuk butiran berukuran kerakal perubahan bentuk yang terjadi lebih bervariasi karena lebih banyak mengalami perubahan bentuk akibat abrasi dan pemecahan selama transportasi dibandingkan butiran berukuran pasir. Kebundaran (Roundness) Roundness berkaitan dengan ketajaman pinggir dan sudut dari butiran sedimen. Berdasarkan penentuan roundness dengan cara membandingkan dengan tabel visual foto Powers (1953) didapatkan hasil roundness bernilai antara 0,25 hingga 0,4 dengan kategori kelas subangular hingga subrounded. Sedangkan penentuan roundness butir kerakal yang juga dengan cara membandingkan dengan tabel visual foto Powers (1953) didapatkan hasil
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA roundness bernilai antara 0,17 hingga 1,00 dengan kategori kelas angular hingga well rounded. Nilai tersebut menandakan bahwa butiran yang berukuran kecil seperti pasir lebih sulit mengalami pembulatan dibandingkan dengan material yang berukuran kerikil – berangkal. Data Komposisi Butir Pasir dan Kerakal Sampel butiran pasir yang dianalisis untuk pengamatan berjumlah 12 sampel dari semua lokasi pengamatan. Dari 12 sampel tersebut, masing –masing diambil sekitar 100 gram sampel pada mesh 60. Berdasarkan analisis komposisi butir pasir didapatkan hasil mineral ringan yaitu kuarsa, feldspar dan litik. Mineral ringan didominasi oleh kuarsa. Sedangkan pada analisis mineral berat didapatkan mineral hematit, magnetit, piroksen, rutil, pirit, ilmenit, turmalin, olivin dan amfibol. Mineral berat didominasi oleh magnetit dan piroksen. Sementara untuk sampel kerakal berdasarkan hasil deskripsi petrologi secara megaskopis secara keseluruhan menjukkan tipe batuan beku intermediet dengan warna abu-abu, holokristalin, dengan tekstur afanitik maupun porfiroafanitik dimana komposisi mineralya berupa plagioklas, kuarsa, amfiol, dan mineral mafik sehingga dapat dikelompokkan ke dalam jenis batuan andesit. Tipe Batuan Asal Dalam penentuan tipe batuan asal digunakan diagram segitiga QtFL (Qt = total kuarsa, F = feldspar, L = litik) berdasarkan Dickinson dan Suczek (1979). Hasil dari pengeplotan didapatkan bahwa batuan asal berasal dari dissected arc yang dapat diinterpretasikan sebagai hasil material gunungapi yang berderet pada island arc yang masih aktif dan juga berasal dari gunungapi yang tererosi pada batas kontinen. Sedangkan dalam penentuan paleoiklim didasarkan pada diagram segitiga QFL (Q = kuarsa, F = feldspar, L = litik) Suttner dkk (1981). Hasil pengeplotan didapatkan bahwa batuan asal terbentuk pada iklim lembab.
V.
DISKUSI Mekanisme Sedimentasi Interpretasi mekanisme sedimentasi yang terjadi pada endapan pasir dan kerakal di sepanjang sungai progo di dasarkan pada hasil analisis ukuran butir dan morfologi butir. Hasil analisis menunjukkan bahwa material endapan yang terbentuk terendapkan melalui mekanisme transportasi secara bedload yang merupakan kombinasi antara rolling, sliding dan saltasi, akan tetapi terdapat juga mekanisme transportasi berupa suspension pada sebagian kecil partikel sedimen yang berukuran sangat halus. Dalam analisis ini terdapat beberapa ketidaksesuaian data yang diperoleh di lapangan dengan teori, hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantara pengaruh adanya groundsill, aktivitas penambangan pasir dan proses pengambilan sampel yang berbeda untuk tiap lokasi pengamatan. Jika dilihat berdasarkan morfologi butir baik pasir maupun kerakal menujukkan kecenderungan perubahan yang semakin mendekati bentuk equant dan oblate yang mengindikasikan bahwa proses transportasi yang terjadi lebih di dominasi secara rolling dan suspensi ketika mendekati hilir sungai. Demikian pula untuk sphericity, dimana secara umum trend menunjukkan bentuk yang semakin mendekati bentuk bola yang artinya material akan cenderung untuk terdeposisi. Pada dasarnya, butiran spheris dan prolate lebih mudah tertransport daripada bladed dan oblate. Hal ini dapat dibuktikan jika kita melihat trend dari kurva perubahan bentuk butir kerakal, dimana bentuk prolate jumlahnya terus meningkat seiring dengan bertambahnya jarak dengan hulu, sebaliknya dengan trend dari grafik bladed. Perubahan kelas roundness dari endapan kerakal menunjukkan pola yang normal. Sementara untuk sphericity terdapat anomali pada STA1 yang kemungkinan karena lokasi pengambilan sampel yang dilakukan di endapan banjir. Sesuai dengan teori butiran sedimen apabila mendekati hilir sungai akan menunjukkan tingkat kebundaran dengan
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA bentuk mendekati rounded yang mengindikasikan bahwa material telah tertransport jauh dari asalnya. Akan tetapi dalam hal ini faktor resistensi partikel juga sangat berpengaruh, sehingga partikel dengan resistensi tinggi akan cenderung mempertahankan bentuk asalnya meskipun telah mengalami transportasi yang cukup jauh. Material sedimen yang memiliki bentuk oblate dan bladed akan lebih cenderung mengalami transportasi dengan mekanisme suspended load sehingga tingkat erosi yang terjadi jauh lebih kecil daripada material yang tertransportasi secara bedload yaitu yang memiliki bentuk prolate dan equant. Dengan tingkat erosi yang lebih rendah maka derajat kebundaran material tersebut juga akan lebih rendah pula.
berat yang menunjukkan tipe material yang bersifat andesitik sesuai dengan tipe afinitas batuan hasil erupsi ketiga gunung tersebut yang bersifat andesitik. Adanya beberapa anak sungai yang melewati formasi lain dengan tipe litologi yang berbeda juga terlihat dari variasi komposisi mineral yang menunjukan adanya beberapa mineral hasil proses alterasi seperti pirit, hematit, dan ilmenite. Mineral-mineral tersebut diinterpretasikan berasal dari batuan yang berada pada formasi andesit tua (old andesite formation) dimana litologi penyusunnya merupakan batuan hasil proses volkanisme yang telah mengalami alterasi.
VI.
1. Endapan pasir sepanjang Sungai Progo memiliki nilai rerata ukuran butir di dominasi pasir sedang, dengan sortasi dominan moderately sorted, skewness didominasi oleh coarse skewed hingga very coarse skewed, dan nilai kurtosis very leptokurtic hingga extremely leptokurtic.
Interpretasi Sumber Material Endapan Keberadaan beberapa mineral yang kurang stabil seperti olivin dan piroksen yang dijumpai pada jarak yang cukup jauh dari sumber mengindikasikan bahwa relief daerah asal partikel berada di daerah yang berelief tinggi. Mineral tersebut masih dapat dijumpai pada jarak yang sudah cukup jauh karena adanya suplai mineral dari batuan yang masih segar meskipun tingkat pelapukan yang terjadi tinggi (Surjono et al., 2010). Berdasarkan data asosiasi mineral berat menurut Mc Lane (1985) dapat diketahui bahwa sampel pasir di sepanjang sugai Progo memiliki tipe provenance yang didominasi oleh batuan beku intermediet. Jika dilihat dari hasil plotting pada diagram triangular Dickinson (1985) dapat diketahui bahwa tipe provenance berasal dari daerah dissected arc yang mewakili zona busur magmatik dengan iklim pengendapan berada pada iklim lembab sesuai hasil plotting pada diagram Suttner et al (1981). Kandungan mineral yang mencirikan material volkanik mengindikasikan bahwa sumber utama endapan yang berada di sepajang sungai progo berasal dari material hasil erupsi gunungapi kuater yang berada di hulu-hulu sungai yakni gunung Merapi, gunung Sumbing dan gunung Merbabu. Hasil analisis kandungan mineral ringan dan
KESIMPULAN
2. Bentuk butir pasir didominasi oleh kelas oblate dan equant, nilai kebolaan dominan equant hingga very equant, dan nilai kebundaran dominan subangular hingga subrounded. Sementara bentuk butir kerakal didominasi oleh kelas equant dan oblate, nilai kebolaan elongate hingga equant dan nilai kebundaran angular hingga well rounded. 3. Tipe batuan asal endapan pasir dan kerakal adalah batuan beku intermediet (andesit) pada tatanan busur magmatik yang berasal dari hasil erupsi gunung Merapi, Merbabu dan Sumbing serta campuran dari batuan dari formasi andesit tua. 4. Proses sedimentasi endapan pasir dan kerakal di sepanjang aliran Sungai Progo didominasi oleh mekanisme bedload dengan kombinasi rolling, sliding dan saltasi.
VII.
ACKNOWLEDGEMENT Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Mahasiswa Teknik Geologi angkatan 2014 yang telah
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA membantu dalam penyediaan sampel penelitian serta asisten Laboratorium Sedimentografi yang telah mendampingi
dalam proses preparasi dan pengamatan sampel.
DAFTAR PUSTAKA Boggs, Sam, 2009. Petrology of Sedimentary Rock 2nd Edition. Cambridge University Press, Cambridge. Boggs, S., 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy 4th Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey. Folk, Robert L., 1968. Petrology of Sedimentary Rock. Hemphill Publishing Company, Texas. Giyantoro, T. S., 2009, Karakteristik Mineral Sepanjang Sungai Progo, Daerah Kalibawang-Pantai Trisik, Daerah Istimewa Yogyakarta, skripsi, Dept.Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, tidak dipublikasikan. Harjanto, Agus. 2011. Vulkanostratigrafi di Daerah Kulon Progo dan Sekitarnya, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmiah MTG. Vol.4 No.2. Krumbein, W. C., 1941. Measurement and geological significance of shape and roundness of sedimentary particles, Journal of Sedimentary Petrology, v.11, p.64-72. Lewis, D. W., McGonchie D., 1994, Practical Sedimentology 2nd Edition, Chapman & Hall,New York. Manonama, T., D. Legono, dan A. P. Rahardjo, 2003, Fenomena Alamiah Erosi dan Sedimentasi Sungai Progo Hilir, Jurnal dan Pengembangan Keairan, No.1-Tahun 10. Nichols, G., 2009, Sedimentology and Stratigraphy 2nd Edition. John Wiley and Sons, Ltd, New York. Nugroho, S. H., Basit A, 2014, Sediment Distribution Based on Grain Size Analyses in Weda Bay, Northern Maluku, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, pp. 229-240. Rahardjo, Wartono et al., 1995, Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Badan Geologi, Bandung. Rittenhouse, G. 1943, A Visual Method of Estimating Two Dimensional Sphericity, Journal of Sedimentary Petrology, vol.13. Satria, Muchammad Dani. 2013. Proses Pembentukan Endapan Pasir Besi Di Kulon Progo. UNDIP 7pp Sudirman, M. Rizki dan Rahmadi Hidayat. 2015. Studi Provenance Dan Granulometri Pada Singkapan Batupasir Formasi Balikpapan Pada Daerah Palaran Dan Sanga-Sanga Cekungan Kutai, Kalimantan Timur. Proceeding Seminar Nasional ke 8 2015 UGM Sunandar, Priyo. 2009. Profil Daerah Aliran Kali Progo. Departemen Geografi, FMIPA Universitas Indonesia. Surjono, S. S., et al., 2010, Analisis Sedimentologi, Pustaka Geo, Yogyakarta. Tucker, Maurice E., 1991, Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary Rocks 3rd Edition, Blackwell Science, Ltd., Victoria. Visher, G.S., 1969. Grain Size Distributrion and Depositional Processes. Journal of Sedimentary Petrology, V.39, No.3, p.1074-1106, Tulsa.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA Wisnubroto, Bayu. 2009. Studi Geokimia Endapan Sedimen Sepanjang Sungai Progo D.I. Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
TABEL Tabel.1 Tabulasi keseluruhan nilai mean, sortasi, skewness, dan kurtosis Kode Sampel G.01 G.02 G.03 G.04 G.05 G.06 G.07 G.08 G.09 G.10 G.11
Nilai Mean 1,70 0,43 1,46 0,45 2,28 0,95 1,08 1,15 1,30 1,89 2,07
Nilai Sortasi 0,89 1,03 1,14 0,94 0,67 0,71 1,12 0,96 0,96 0,84 0,84
Nilai Skewness -0,34 1,18 -0,16 0,92 0,03 1,36 0,62 0,29 0,01 -0,30 -0,45
Nilai Kurtosis 2,75 3,98 2,35 3,51 3,23 4,92 2,98 2,61 2,45 3,15 3,76
G.12
1,45
1,19
0,07
2,29
Tabel.2 Tabulasi morfologi butir pasir Sampel
Bentuk Butir
G.01 G.02 G.03 G.04 G.05 G.06 G.07 G.08 G.09 G.10 G.11
Kuarsa Equant Prolate Bladed Oblate Equant Equant Oblate Prolate Bladed Prolate Equant
Fedspar Equant Prolate Equant Oblate Prolate Equant Oblate Equant Equant Prolate Equant
Litik Bladed Equant Bladed Oblate Oblate Equant Oblate Equant Bladed Bladed Equant
G.12
Oblate
Oblate
Oblate
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA Tabel.3 Tabulasi komposisi mineral berat pada endapan pasir STA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ilmenit Magnetit 72 194 70 101 9 252 50 181 27 198 8 349 34 132 140 230 51 150 33 231 18 253 26
198
Olivin 98 35 86 89 67 121 161 250 89 143 178 170
Mineral Berat Piroksen Hematit 195 105 436 54 229 7 96 146 196 61 192 9 188 139 0 92 233 94 157 170 193 2 203
15
Pirit 16 3 38 33 17 5 6 38 8 0 2 6
Turmalin Ampibol 23 43 42 5 12 111 52 97 83 96 43 21 27 54 0 0 20 51 12 4 39 36 0 132
GAMBAR
Gambar 1. Lokasi penelitian berada di sepanjang sungai Progo
Rutile 4 4 6 6 5 2 9 0 54 0 29 0
Jumlah 750 750 750 750 750 750 750 750 750 750 750 750
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 2. Dokumentasi lapangan: A) Kenampakan struktur silang siur (planar cross bedding) pada endapan pasir STA 12. B) Kenampakan struktur laminasi pada endapan pasir STA 8 C) Endapan kerakal pada STA 7 D) Kondisi hilir sungai pada STA 12
Gambar 3. Variasi kenampakan komposisi dan morfologi partikel sedimen ukuran pasir tiap STA
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA A
B
C
D
Gambar 4. Grafik perhitungan analisis ukuran butir pasir secara matematis. (A) Mean (B) Sortasi (C) Skewness (D) Kurtosis A
B
Gambar 5. Grafik perhitungan analisis morfologi butir pasir. (A) Kebolaan (sphericity) (B) Kebundaran (roundness)
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
A
B
C
Gambar 6. Grafik perhitungan analisis morfologi butir kerakal. (A) Bentuk butir (B) Kebolaan (sphericity) (C) Kebundaran (roundness)
A
B
Gambar 7. Analisis QFL sampel Sungai Progo D.I. Yogyakarta. (A) Butir pasir berasal dari tatanan tektonik dissected arc. (B) Butir pasir terbentuk pada iklim lembab