1
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI LALA, PT TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS, INDRAGIRI HULU, RIAU
ANA YUNITA S A24061855
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
2
RINGKASAN
ANA YUNITA S. Analisis Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa
Plantations,
Indragiri
Hulu,
Riau.
(Dibimbing
oleh
ADE
WACHJAR). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan yang hingga saat ini masih menjadi komoditas unggulan Indonesia. Hal tersebut disebabkan kelapa sawit menghasilkan minyak nabati dengan kadar kolesterol yang rendah dan dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kelapa dan jarak pagar. Magang yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman lapangan. Selain itu, kegiatan magang juga
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dan meminimalisir faktor-faktor tersebut. Magang dilaksanakan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations selama empat bulan mulai dari bulan Februari hingga Juni 2010. Selama kegiatan magang, penulis bekerja sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan, sedangkan data sekunder meliputi data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan Univariate General Linear Model dan menggunakan uji Bonfferoni tingkat lanjut. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS v. 16 for windows. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah curah hujan, topografi, jenis pupuk, umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar (SPH), serta faktor penyebab kehilangan produksi, yaitu buah mentah dipanen dan buah busuk. Pemilihan fakor-faktor tersebut didasarkan pada asumsi dan kelengkapan data yang tersedia.
3
Curah hujan berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (CH > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada CH 60 – 100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada CH < 60 mm/bulan. Umur tanaman berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations salah satunya disebabkan oleh umur tanaman kelapa sawit yang masih muda karena adanya program peremajaan tanaman kelapa sawit. Tidak terdapat perbedaan nyata antara produktivitas tanaman kelapa sawit yang berumur 12 – 25 tahun dan tanaman kelapa sawit yang berumur di atas 25 tahun. Jenis pupuk yang digunakan berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kelapa sawit. Produksi tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk campuran (tunggal + majemuk) lebih besar daripada produksi tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk tunggal. Penurunan produksi tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala dipengaruhi juga oleh peningkatan jumlah buah mentah. Semakin banyak buah mentah dipanen, semakin besar pula penurunan produksi tanaman kelapa sawit. Pemanenan 1 % buah mentah akan menurunkan 0.488 % produktivitas tanaman kelapa sawit untuk periode pemanenan berikutnya. Curah hujan,
umur tanaman, jenis pupuk, dan buah mentah dipanen
merupakan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations. Interaksi jenis pupuk dan umur tanaman, interaksi curah hujan dan jenis pupuk, interaksi umur tanaman dan buah mentah, serta interaksi topografi dan buah mentah menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap penurunan produktivitas tersebut. Variasi variabel penentu produktivitas tanaman kelapa sawit dapat diterangkan sebesar 92.8 % oleh model.
4
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI LALA, PT TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS, INDRAGIRI HULU, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Ana Yunita S A24061855
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
5
Judul : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI LALA, PT TUNGGAL PERKASA PLANTATIONS, INDRAGIRI HULU, RIAU Nama : ANA YUNITA S NIM
: A24061855
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr Ir Ade Wachjar, MS NIP. 19550109 198003 1008
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr NIP. 19611101 198703 1003
Tanggal Lulus :
6
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Ana Yunita S, dilahirkan pada tanggal 11 Juni 1988 di Kuala Tungkal, Jambi. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sopwana dan Ibu Saidah. Penulis menjalani pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994 di SDN 25/V Serdang Jaya. Tahun 2000 penulis lulus dari sekolah dasar dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Betara dan lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui di SMAN 1 Kuala Tungkal dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Lalu penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan kampus. Penulis pernah menjabat sebagai sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007 - 2008) dan anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM) LISES Gentra Kaheman (2006 – 2010). Penulis juga aktif dalam kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB seperti Pagelaran KI Sunda Midang Empat dalam rangka memecahkan rekor MURI Rampak Suling Sunda pada tahun 2007, Masa Perkenalan Fakultas Pertanian pada tahun 2008 dan Festival Tanaman XXIX pada tahun yang sama. Selain itu penulis juga pernah menjadi peserta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang proposalnya didanai DIKTI pada tahun ajaran 2007 – 2008 dan tahun 2009 – 2010. Penulis mengakhiri masa studi di IPB dengan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis
Jacq.)
di
Kebun
Sei
Lala,
PT
Tunggal
Perkasa
Plantations, Indragiri Hulu, Riau”. Penulisan ini terlaksana dengan bimbingan Dr Ir Ade Wachjar, MS.
7
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul “Analisis Faktor Penyebab Penurunan Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1 pada Departemen Agronomi dn Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak dan mamak serta kakak dan adik-adik penulis, Bang Aan, Ria, dan Riski, atas doa, kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis. 2. Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Ir Supijatno, MSi. selaku dosen penguji. 4. Bapak Ir Abdul Qadir, MSt. selaku dosen penguji. 5. Bapak Ir Bambang Soemantri, MSi. atas bimbingannya dalam mengajarkan pengolahan dan analisis data. 6. Ibu Ani Kurniawati, SP, MSi. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi. 7. Bapak M. Nizam Tambusai, SP, MSi. selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing penulis selama menjalani magang. 8. Bapak Ir H. Sembiring, Bapak Suwandi dan keluarga besar PT Tunggal Perkasa Plantation, Indragiri Hulu, Riau. 9. Ardi Pratama yang selalu setia mendampingi dan memberikan warna dalam hidup penulis.
8
10. Yudha Asmara Adhi, Shut., Kamelia, Anif, Seri, Rani, Ade Raja, temanteman Agronomi dan Hortikultura angkatan 43, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, Oktober 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1 Tujuan ......................................................................................................................... 3 Hipotesis...................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4 Botani Kelapa Sawit..................................................................................................... 4 Kondisi Iklim ................................................................................................................ 5 Topografi ..................................................................................................................... 6 Curah Hujan................................................................................................................. 7 Umur Tanaman ........................................................................................................... 8 Populasi Tanaman ....................................................................................................... 8 Pemupukan ................................................................................................................. 9 Buah Mentah dan Buah Busuk .................................................................................. 10
METODE MAGANG ............................................................................................11 Tempat dan Waktu.................................................................................................... 11 Metode Pelaksanaan................................................................................................. 11 Pengumpulan Data.................................................................................................... 11 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 12
KEADAAN UMUM ..............................................................................................16 Sejarah Perusahaan................................................................................................... 16 Profil Perusahaan ...................................................................................................... 17 Letak Geografis ......................................................................................................... 18 Keadaan Iklim dan Tanah .......................................................................................... 18 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................................................... 19 Keadaan Tanaman dan Produksi ............................................................................... 20 Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan............................................. 20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .........................................................24 Aspek Teknis.............................................................................................................. 24
10
Aspek Manajerial....................................................................................................... 38
PEMBAHASAN ....................................................................................................41 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................55 Kesimpulan ................................................................................................................ 55 Saran ......................................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................58 LAMPIRAN ...........................................................................................................61
11
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Kebun Sei Lala ............ 20
2.
Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantation, Indragiri Hulu, Riau ...................................................................... 22
3.
Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau. ..................................................................... 26
4.
Kriteria Matang Panen Berdasarkan Tingkat Fraksi Buah Kelapa Sawit di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau. ..................... 33
5. Faktor Kualitas Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations ................................... 36 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit.................................. 42 7. Hasil Uji-F Faktor Penentu Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit .............................. 43 8. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations ........................................................................ 45 9. Pengaruh SPH terhadap Produktivitas Kelapa Sawit.................................................. 46 10. Pengaruh Curah Hujan terhadap Produktivitas Kelapa Sawit.................................... 47
11. Pengaruh Curah Hujan terhadap Penurunan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit..................................................................................................... 48 12. Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit pada Umur Tanaman yang Berbeda ................................................................. 52 13. Pengaruh interaksi Curah Hujan dan Jenis Pupuk terhadap Produktivitas Kelapa Sawit..................................................................................................... 53
12
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Penyiraman dengan Menggunakan Pipa Sumi Sansui ................................................ 25 2. Penyetekan dan Penanaman Mucuna bracteata. ...................................................... 27 3. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata 2 Minggu Setelah Tanam .................................. 28 4. Pemupukan Manual dan Pemupukan Mekanis .......................................................... 31 5. Pengarungan Berondolan dan Gagang Cangkem Kodok ............................................ 35 6. Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala Tahun 2002 – 2009 .............................. 37 7. Pemanenan Buah Mentah di Kebun Sei Lala .............................................................. 51
14
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Tahun 2000 - 2009 .................................................................... 62 2. Kelas Kesesuaian Lahan PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri
Hulu, Riau.. 63
3. Peta PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau ......................................... 64 4. Struktur Organisasi PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu,
Riau......... 65
5. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations .................................................................................... 66 6. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations ..................................................................................... 68 7. Sistem Pembibitan Double Stage di PT Tunggal Perkasa Plantations ......................... 71 8. Jenis dan Dosis Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Piringan ............................. 72 9. Jenis dan Dosis Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Gawangan.......................... 73 10. Sistem Perhitungan Premi Pemanen PT Tunggal Perkasa Plantations ....................... 74 11. Kriteria Kelas Pemanen PT Tunggal Perkasa Plantations ............................................ 75 12. Penggunaan Jenis Pupuk di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau .................................................................................................... 76 13. Tahun Tanam Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations 77
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati dengan berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol yang rendah, bahkan tanpa kolesterol (Sastrosayono, 2003). Pada tahun 2008, luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 7 363 847 ha atau meningkat 553.59 % jika dibandingkan dengan akhir tahun 1990 yang hanya 1 126 677 ha. Produktivitas kelapa sawit pada tahun 2008 adalah 3.33 ton/ha/tahun untuk perkebunan rakyat dan 3.42 ton/ha/tahun untuk perkebunan swasta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Produktivitas kelapa sawit tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas komoditas perkebunan lain seperti kelapa dan jarak pagar. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang hingga saat ini masih menjadi unggulan Indonesia, sehingga perluasan areal perkebunan kelapa sawit masih akan terus dilakukan. Akan tetapi perluasan areal perkebunan kelapa sawit seringkali
tidak
memperhatikan
kesesuaian
lahan
untuk
kelapa
sawit.
Ketidaksesuaian lahan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya penurunan produktivitas minyak kelapa sawit (CPO) nasional pada tahun 2008 sebesar 11.54 % dari tahun sebelumnya, yaitu dari 2.6 ton per ha menjadi 2.3 ton per ha. (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit, yaitu iklim, bentuk wilayah, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Selanjutnya Risza (2009) menambahkan bahwa umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, sistem pengawetan tanah, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen-angkut-olah, sistem pengamanan produksi, serta sistem premi panen juga
berpengaruh
terhadap produktivitas kelapa sawit. Dari sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit, tujuh faktor di antaranya akan menjadi bahan kajian penulis dalam pelaksanaan magang. Ketujuh faktor tersebut terdiri atas
2
topografi, curah hujan, umur tanaman, jenis pupuk, jumlah populasi tanaman per hektar, buah mentah dipanen, dan buah busuk. Topografi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap produktivitas kelapa sawit, terutama dalam sistem pengolahan pengawetan tanah. Walaupun pengaruh topografi merupakan faktor alami yang seolah-olah tidak dapat diubah, akan tetapi sampai tingkat tertentu hal tersebut masih dapat dikendalikan dengan pendekatan teknologi atau setidaknya dapat mengeliminasi dampak besar dari faktor penghambat menjadi lebih kecil. Dja’far, Anwar, dan Purba (2001) menyatakan bahwa pengaruh topografi lahan terhadap produksi adalah sebesar 14.56 persen. Topografi berpengaruh besar terhadap buah mentah dipanen dan buah busuk. Air hujan merupakan sumber air utama perkebunan kelapa sawit. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 2 500 – 3 000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun, tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hari hujan lebih dari 20 hari (Hadi, 2004). Pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa sawit. Water deficit merupakan suatu kondisi dimana suplai air tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman. Water deficit pada tanaman kelapa sawit akan mempengaruhi proses kematangan tandan bunga sehingga akan mengurangi jumlah tandan buah segar yang akan dihasilkan (Risza, 2009). Terdapat hubungan antara penurunan produksi dan kerapatan tanam, kelapa sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapat cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa populasi tanaman kelapa sawit yang banyak digunakan di perkebunan di Indonesia adalah 143 pokok/ha. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak berkualitas baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Untuk meningkatkan produksi maksimal kelapa sawit, maka
3
dalam pelaksanaan pemupukan harus mengacu pada tujuh tepat, yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara, penempatan, bentuk formulasi, dan rotasi. Menurut Risza (2009) produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur tanaman. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini berubah setiap tahunnya sehingga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektar per tahunnya. Tujuan Tujuan magang yang dilaksanakan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapangan. Selain itu, kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dan meminimalisir faktor-faktor tersebut.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam pelaksanaan magang adalah: 1. Curah hujan, topografi, jenis pupuk, jumlah populasi tanaman per hektar, umur tanaman, buah mentah dipanen, dan buah busuk merupakan faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. 2. Terdapat interaksi antara satu faktor dengan faktor lainnya yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit.
4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Embryophyta Siphonagama
Kelas
: Angiospermeae
Ordo
: Monocotyledonae
Famili
: Arecaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Batangnya lurus, berbentuk bulat panjang dengan diameter 25 - 75 cm dan tidak bercabang. Pada tanaman tua pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam meruas (Sunarko, 2007). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon, tetapi terletak terpisah satu sama lain. Masa masak atau anthesis bunga tidak serempak sehingga domiman terjadi penyerbukan silang (Lubis, 2008). Akar kelapa sawit berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan hingga 6 bulan, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan vertikal hingga mencapai 15 - 20 m ke dalam tanah. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder dengan diameter 2 - 4 mm yang mengarah ke atas mendekati permukaan tanah. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 1 - 2 mm dan membentuk akar kuartener yang berada di dekat pemukaan tanah dengan panjang 2 cm dan berdiameter 0.5 mm (PT Tania Selatan, 1997).
5
Jumlah pelepah daun tanaman kelapa sawit bergantung pada umur tanaman. Pada tanaman dewasa dapat dijumpai 40 - 56 pelepah. Setiap pelepah terdiri atas 100 – 160 pasang anak daun. Pada pelepah daun terbentuk dua baris duri pada kedua sisinya dengan duri yang sangat tajam (PT Tania Selatan, 1997). Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk dan mempunyai filotaksi 1/8 yang memutar ke kanan ataupun ke kiri, tetapi sebagian besar daun memutar ke kanan. Stomata umumnya terletak pada permukaan anak daun saja (Lubis, 1992). Buah kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 - 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten.
Kondisi Iklim Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 ºC dengan suhu maksimum 33 ºC dan suhu minimum 22 ºC sepanjang tahun. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan adalah 1 250 3 000 mm yang merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan). Curah hujan optimal berkisar 1 750 - 2 500 mm. Kelapa sawit lebih toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, meskipun demikian dalam kriteria klasifikasi kesesuaian lahan nilai tersebut menjadi faktor pembatas ringan. Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat. Adanya bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006). Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dengan kelembaban nisbi pada kisaran 50 – 90 % (optimal pada 80 %). Aspek iklim lainnya yang juga berpengaruh pada budidaya kelapa sawit adalah ketinggian tempat dari permukaan laut atau elevasi. Elevasi untuk pengembangan tanaman kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
6
Topografi Menurut Lubis (1992) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 400 m di atas permukaan laut. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) menambahkan bahwa bentuk wilayah yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah datar sampai berombak, yaitu wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 8 persen. Pada wilayah bergelombang sampai berbukit (kemiringan 8 - 30 %), kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui upaya pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiringan lebih dari 30 % tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengelolaannya, sedangkan produksi kelapa sawit yang dihasilkan relatif rendah. Bentuk wilayah merupakan faktor penentu produktivitas yang mempengaruhi kemudahan panen, pengawetan tanah dan air, pembuatan jaringan jalan, dan keefektivitasan pemupukan. Menurut Dja’far et al. (2001) topografi lahan yang tidak disertai penerapan kultur teknis yang standar berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit dan penggunaan tenaga pemanen. Perbedaan produksi pada areal yang bertopografi berombak dengan areal bertopografi berbukit bisa mencapai 3.96 ton TBS/ha/tahun. Pada daerah berbukit walaupun pemakaian tenaga panen 9.11 % lebih banyak dibandingkan di daerah berombak tetapi produksi yang dihasilkan akan tetap rendah. Hal tersebut dikarenakan oleh sekitar 13.31 % tandan buah segar (TBS) tidak dipanen serta kehilangan brondolan mencapai 51.36 persen.
Curah Hujan Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan. Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1 250 – 2 500 mm/tahun, sedangkan Hadi (2004) menyatakan bahwa curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 2 500 – 3 000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat
7
bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar. Hadi (2004) menambahkan kekurangan air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan buah terlambat masak, berat tandan buah berkurang, jumlah tandan buah menurun hingga sembilan bulan kemudian, serta meningkatkan jumlah bunga jantan dan menurunkan jumlah bunga betina. Pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) sangat besar pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Water deficit merupakan suatu kondisi dimana suplai air tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman. Batas pengaruh water deficit pada tanaman kelapa sawit adalah 400 mm, jika lebih besar dari 400 mm akan berpengaruh pada produksi secara langsung, yaitu tandan bunga yang telah muncul akan terganggu proses kematangannya serta dapat mengganggu munculnya bunga dan sex differentiation (Risza, 2009). Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006) terdapat beberapa pengaruh musim kering terhadap produksi kelapa sawit, yaitu sebagai berikut: a. Pengaruh terhadap produksi semester II 1. Jika sampai batas stadia I (water deficit 200 – 300 mm), hal ini belum berpengaruh terhadap produksi. 2. Jika sampai batas stadia II (water deficit 300 – 400 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 10 – 20 persen. 3. Jika sampai batas stadia III (water deficit 400 – 500 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 20 - 40 persen. 4. Jika sampai batas stadia IV (water deficit 500 mm), maka kemungkinan kehilangan produksi semester II berkisar 40 - 60 persen. Akibat kekeringan, buah menjadi lebih cepat matang tetapi akan berakibat turunnya rendemen minyak dan jumlah buah parthenocarpi meningkat. Kemungkinan serangan tikus juga meningkat yang akan merusak bunga jantan dan betina untuk mengambil air dari tandan bunga.
8
b. Pengaruh terhadap produksi tahun II dan III 1. Jika sampai batas stadia I, maka pengaruhnya terhadap produksi tahun II tidak ada. 2. Jika seluruhnya terkena stadia II, maka kemungkinan kehilangan produksi tahun II mencapai 0 - 10 persen. 3. Jika seluruhnya terkena stadia III, maka kemungkinan kehilangan produksi semester I tahun II mencapai 10 - 20 % karena mengganggu sex differentiation.
Umur Tanaman Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tanaman tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.
Populasi Tanaman Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit. Menurut Risza (2009) terdapat hubungan antara penurunan produksi dan kerapatan tanam, kelapa sawit yang hidup di tempat yang terlindung dan kurang mendapat cahaya matahari pertumbuhannya akan meninggi, tidak normal, habitusnya kurus, lemah, jumlah daun sedikit, dan produksi bunga betina berkurang. Intensitas cahaya matahari optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut jenis tanaman. Salah satu dari pengaruh kualitas dari intensitas dan lama penyinaran adalah perubahan morfologi dan fisiologi tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa populasi tanaman kelapa sawit yang banyak digunakan di perkebunan di Indonesia adalah 143 pokok/ha.
9
Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Upaya pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi TBS yang maksimal serta menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) yang tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya (Mangoensoekarjo, 2007). Dalam kegiatan pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan, dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno, 2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan. Adiwiganda (2002) menyatakan bahwa tidak kurang dari 50 % biaya pemeliharaan adalah merupakan biaya pemupukan mulai dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan. Sugiyono et al. (2005) menambahkan bahwa pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30 % terhadap biaya produksi atau sekitar 60 % terhadap biaya pemeliharaan. Akan tetapi dipihak lain pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Pemupukan yang tidak baik akan mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Manajemen pupuk dan pemupukan harus direncanakan dengan baik, dipersiapkan dengan matang, dilaksanakan secara terencana, dan diawasi dengan ketat sehingga aplikasi pupuk dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Dewasa ini terjadi penggolongan jenis-jenis pupuk berdasarkan kandungan unsur haranya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Menurut Purwa (2007) pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara primer (N, P, atau K), sementara itu unsur lain yang terkandung di dalamnya hanya berperan sebagai pengikat atau juga sebagai katalisator. Sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung dua atau lebih unsur hara primer.
10
Buah Mentah dan Buah Busuk Kehilangan hasil produksi dalam suatu perkebunan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan, tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan perbaikan teknik budidaya dan manajemen panen yang baik. Buah mentah dipanen dan buah matang tidak dipanen (buah busuk) merupakan faktor penyebab kehilangan hasil produksi. Semakin banyak buah mentah dipanen dan buah busuk maka kehilangan hasil produksi semakin tinggi.
11
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantation, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, selama empat bulan mulai dari bulan Februari hingga Juni 2010. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan yang dilakukan penulis adalah dengan cara melakukan kegiatan di lapangan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling serta dengan cara mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di kebun Sei Lala. Pada bulan pertama dan kedua, penulis bertugas sebagai pendamping mandor dengan tugas melaksanakan instruksi dari asisten afdeling. Pada bulan ketiga dan keempat penulis bertugas sebagai pendamping asisten afdeling dengan tugas sebagai berikut: (1) menyusun rencana kerja dan anggaran biaya afdeling, (2) melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, (3) mengawasi pelaksanaan kerja, (4) mengevaluasi pelaksanaan kerja, dan (5) membuat laporan hasil pelaksanaan kerja dan biaya yang telah digunakan. Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan magang terdiri atas dua, yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Aspek teknik budidaya yang secara khusus diamati adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan produktivitas kelapa sawit, yaitu pemupukan dan jumlah populasi tanaman per hektar. Data sekunder meliputi data yang telah tersedia di perusahaan yang menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan kondisi umum perusahaan, data iklim, peta, kondisi lahan, varietas
12
tanaman kelapa sawit dan data lain yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan tanaman, kondisi pertanaman dan produksi, faktor tenaga kerja (jumlah, prestasi, dan keterampilan), sarana serta prasarana yang tersedia, norma kerja di perusahaan, serta aspek manajerial perusahaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan yang dilakukan). Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan menganalisis laporan manajerial yang ada (laporan bulanan, laporan triwulanan, dan laporan tahunan) serta studi pustaka. Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data topografi, curah hujan, pemupukan, jumlah tanaman per hektar (SPH), umur tanaman, buah mentah, dan buah busuk. Data yang digunakan merupakan data selama enam tahun terakhir, yaitu mulai dari bulan Januari 2004 hingga bulan Desember 2009. Data curah hujan yang digunakan dalam analisis merupakan rata-rata jumlah curah hujan per bulan. Data topografi disesuaikan dengan klasifikasi yang telah dibuat oleh PT Tunggal Perkasa Plantations untuk tiap blok tanaman. Data kelompok umur diperoleh dari hasil pengurangan tahun yang digunakan untuk analisis (2002 – 2009) dengan tahun tanam kelapa sawit. Data SPH merupakan hasil rata-rata jumlah SPH per blok tanam. Data pemupukan merupakan data jenis pupuk yang digunakan oleh Kebun Sei Lala. Data buah mentah dan buah busuk merupakan hasil rata-rata jumlah buah mentah dan buah busuk per blok tanam. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan untuk setiap satuan terkecil yang ada di kebun, yaitu blok. Metode yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan Univariate General Linear Model dan menggunakan uji Bonferroni tingkat lanjut. Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah SPSS v. 16 for windows. Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobbdouglas, yaitu:
13
Y = a X1.1
b1.1
X1.2 b1..2 X1.3
X3..2b3.2 X3.3b3.3X4.1
b4.1
b1.3
X2.1
X4.2
b2.1
b4.2
X2.2
X4.3
b2.2
b4.3
X2.3
X5.1
b2.3
b5.1
X2.4b2.4 X3.1
X5.2
b5.2
b3.1
X5.3b5.3
X5.4b5.4 X6 b6 X7 b7 eu dimana : Y
= produktivitas tanaman kelapa sawit. Satuan pengukurannya adalah kg/ha/bulan.
X 1.1 = kelompok curah hujan < 60 mm/bulan. X 1.2 = kelompok curah hujan 60 – 100 mm/bulan. X 1.3 = kelompok curah hujan > 100 mm/bulan. X 2.1 = kelompok umur tanaman kelapa sawit < 7 tahun. X 2.2 = kelompok umur tanaman kelapa sawit 7 – 11 tahun. X 2.3 = kelompok umur tanaman kelapa sawit 12 – 25 tahun. X 2.4 = kelompok umur tanaman kelapa sawit > 25 tahun. X 3.1 = kelompok topografi flat/datar. X 3.2 = kelompok topografi rolling/bukit. X 3.3 = kelompok topografi rendahan. X 4.1 = kelompok jenis pupuk tunggal. X 4.2 = kelompok jenis pupuk campuran (tunggal dan majemuk). X 4.3 = kelompok jenis pupuk majemuk. X 5.1 = kelompok standar pokok per hektar (SPH) < 130 pokok. X 5.2 = kelompok SPH 130 – 135 pokok. X 5.3 = kelompok SPH 136 – 143 pokok. X 5.4 = kelompok SPH > 143 pokok. X6
= Buah mentah dipanen.
X7
= Buah busuk.
a
= intersep, merupakan besaran parameter.
bij
= koefisien produksi yang juga merupakan elastisitas produksi.
i
= 1, 2, 3, 4, 5, 6.
j
= subfaktor produksi.
u
= pengganggu.
e
= 2.7182 (bilangan natural).
14
Bentuk persamaan di atas dapat diubah ke dalam bentuk linier Ln, sebagai berikut: Ln Y = Ln a + b1.1 Ln X1.1 + b1.2 Ln X1.2 + b1.3 Ln X1.3 + b2.1 Ln X2.1 + b2.2 Ln X2.2 + b2.3 Ln X2.3 + b2.4 Ln X2.4 + b3.1 Ln X3.1 + b3.2 Ln X3.2 + b4.1 Ln X4.1 + b4.2 Ln X4.2 + b4.3 Ln X4.3 + b5.1 Ln X5.1 + b5.2 Ln X5.2 + b5.3 Ln X5.3 + + b5.4 Ln X5.4 +
b6 Ln X6 +
b7 Ln X7 + U Peubah curah hujan, topografi, kelompok umur, SPH, dan jenis pupuk untuk memudahkan pengamatan diubah menjadi peubah kualitatif, yakni kategorik dengan bantuan peubah boneka (dummy). Sandi boneka yang digunakan adalah 1 untuk pengamatan yang masuk satu kategori dan 0 untuk pengamatan yang masuk kategori lain. Jika peubah bebasnya berjumlah k, misal D1, D2, D3,..., Dk, maka peubah bonekanya berjumlah k-1. Hasil perhitungan dari fungsi Cobb-Douglas diuji pengaruhnya, baik pengaruh keseluruhan parameter regresi maupun pengaruh masing-masing faktor secara tersendiri, menggunakan uji-F dan uji-t. Hipotesis yang diajukan dalam melakukan analisis dengan menggunakan uji F adalah: H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 F hitung = KT bi
𝐾𝑇 𝑏𝑖 𝐾𝑇 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
, dimana
: kuadrat tengah variabel ke-i.
KT galat : kuadrat tengah galat variabel ke-i. Bila
: F hitung > F tabel maka tolak H0. F hitung < F tabel maka terima H0. Jika H0 ditolak berarti secara bersama-sama variabel dalam proses produksi
mempunyai hubungan terhadap proses produksi, sebaliknya jika H0 diterima berarti secara bersama-sama variabel dalam proses produksi tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Pengujian koefisien produksi bertujuan untuk mengetahui apakah faktor produksi tertentu berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit.
15
Hipotesis yang diajukan dalam melakukan analisis dengan menggunakan uji-t adalah: H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 t - hitung =
𝑏𝑖 𝑠𝑏𝑖
, dimana
bi
: koefisien regresi variabel ke-i.
sbi
: standar error variabel ke-i.
Bila
: t - hitung > F tabel maka tolak H0. t - hitung < F tabel maka terima H0. Jika H0 ditolak berarti faktor produksi yang digunakan berpengaruh nyata
terhadap hasil produksi dan jika H0 diterima maka faktor produksi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.
16
KEADAAN UMUM
Sejarah Perusahaan Pada tahun 1918 terdapat tiga perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan luas lahan sebesar 28 000 ha yang berada di Air Molek, Riau. Perusahaan tersebut adalah NV Cultur Maatachappij Indragiri milik Swiss, Indragiri Rubber Limited (IRL), dan Klawat Syndicate yang merupakan joint venture antara perusahaan Inggris dengan Strut Company Malaysia. Ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasikan oleh pemerintah Republik Indonesia (RI)
pada tahun 1963 dan pengelolaannya diserahkan kepada
PT Perkebunan Indragiri (PT PI) yang kemudian dilikuidasi kembali oleh pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Kulit Aceh Raya Kapten Markam (PT Karkam). Pada tahun 1964 PT Karkam diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Setelah itu, pada tahun 1966 - 1968 perkebunan tersebut diserahkan kepada PT Aslam Karkam II (PT Askar II) dan pada tahun 1968 - 1969 perkebunan tersebut diserahkan kembali kepada PT Perkebunan Indragiri. Pada Tahun 1969 - 1971 perkebunan ini dilikuidasi kembali oleh Pemerintah RI dan diserahkan kepada PT Berdikari Jakarta dengan status Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1971, PT Berdikari diserahkan kepada pemilik lama yaitu IRL – CMI (PT Plantagen) yang berpusat di Zurich, Swiss serta Kelawat Cyndicate dan diubah namanya menjadi PT Indragiri Raya. Pada tahun 1973 masa kontrak PT Indragiri Raya telah habis sehingga PT Indragiri Raya dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian pada tahun 1973, dan luas arealnya dibagi menjadi: 1. PTP IV
: 11 228 ha
2. NES II
:
2 063 ha
3. Perluasan desa
:
604 ha
4. PT Tunggal Investment
:
9 799 ha
Pada tahun 1975 PT Tunggal Investmen mulai beroperasi dengan komoditi olah berupa karet dan kelapa sawit. Pada tahun 1979 nama PT
Tunggal
Investmen diubah menjadi PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP). Pada bulan
17
September 1983, Astra Group masuk dalam PT TPP, dan sejak saat itu PT TPP hanya memfokuskan perusahaan pada pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi 60 ton/hari. Sadang Mas yang merupakan joint venture antara Salim Mas Group dan Sinar Mas Group juga ikut ambil bagian dalam PT TPP dan kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 60 ton/jam. Lalu pada bulan Juni 1991, Astra Group melalui PT Astra Agro Niaga membeli 100 % saham, sehingga sekarang PT TPP resmi dimiliki secara total oleh Astra Agro Niaga. Pada tahun 1998, PT Astra Agro Niaga, sebagai Holder PT Tunggal Perkasa Plantations mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan namanya diubah menjadi
PT Astra Agro
Lestari Tbk.
Profil Perusahaan PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit yang berada di bawah naungan PT Astra Agro Lestari Tbk. Produk utama yang dihasilkan oleh PT TPP adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan inti sawit (kernel). PT TPP terletak di Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. PT TPP memiliki areal kebun kelapa sawit dengan luas hak guna usaha (HGU) sebesar 14 935.40 ha dengan areal tanam seluas 14 153.56 ha dan memiliki pabrik pengolahan crude plam oil (CPO) dan kernel dengan kapasitas olah 60 ton/jam. Jumlah karyawan PT TPP adalah 3 016 orang yang terdiri atas 50 orang staf, 482 orang karyawan bulanan, 1 045 karyawan harian tetap, dan 1 439 karyawan harian lepas. Sehingga diketahui indeks tenaga kerja (ITK) PT Tunggal Perkasa Plantations sebesar 0.202. Kebun Sei Lala terletak di Kecamatan Sungai Lala dengan luas areal sebesar 3 377.48 ha. Jumlah karyawan Kebun Sei Lala adalah 823 orang, yang terdiri atas enam orang staf, 52 orang karyawan bulanan, 273 orang serikat karyawan utama (SKU), dan 492 orang buruh harian lepas (BHL). ITK Kebun Sei Lala sebesar 0.24.
18
Letak Geografis Secara geografis PT Tunggal Perkasa Plantations berada antara 0°22’12” 0°12’36” Lintang Selatan dan antara 102°9’36” - 102°19’48” Bujur Timur yang terletak di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lirik dan Kecamatan Pasir Penyu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah barat berbatasan dengan Desa Sungai Lala dan Jati Rejo, Kecamatan Sungai Lala; sebelah timur berbatasan dengan Desa Sungai Sagu, Desa Sungai Karas Desa Japura Kecamatan Lirik, Desa Kongsi Empat Kecamatan Pasir Penyu; sebelah utara berbatasan dengan Desa Radang Seko, Desa Banjar Balam Kecamatan Lirik, serta sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kembang Harum, Desa Air Molek Kecamatan Pasir Penyu.
Keadaan Iklim dan Tanah PT Tunggal Perkasa Plantations mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Oktober dan November, sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juni dan Juli. Temperatur udara rata-rata antara 28 - 31 °C. Rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir (2000 – 2009) adalah 2 763.5 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 135 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.9 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.2 bulan/tahun. Menurut klasifikasi Schimdth-Ferguson, iklim di PT TPP termasuk tipe iklim B (basah). Keadaan curah hujan bulanan di PT Tunggal Perkasa Plantation dapat dilihat pada Lampiran 1. Jenis tanah PT TPP terdiri atas dua ordo, yang menurunkan lima subgroup, yaitu Inceptisol (Fluvaquepts, Aquic Dystrudepts) dan Ultisols (Typic, Hapludults, Typic Kanhapludults, Typic kandiudults) dengan fisiografi pada sebagian areal berbentuk flat, rolling, dan rendahan. Sifat-sifat tanah lapisan atas dari kebun kelapa sawit PT TPP semuanya bereaksi sangat masam dengan pH-H2O (1:5) < 4.5. Keadaan tanah yang sangat masam tersebut juga disertai dengan kandungan kation-kation basa (Ca, Mg, K, dan Na) yang sangat rendah, sehingga kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basanya (KB) juga rendah atau sangat rendah. Kemampuan tanah yang
19
rendah dalam pertukaran kation tersebut diperburuk oleh adanya tekstur tanah yang kasar, yaitu tanah pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy). Kandungan fosfor (P) dan kalium (K) potensial tanah ekstrak HCl 25 % semua contoh tanah termasuk sangat rendah. Sedangkan P tersedia ekstrak Bray 1 dan K dapat ditukar bervariasi dari sangat rendah sampai sedang atau tinggi, walaupun demikian sebagian besar termasuk sangat rendah. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit di PT TPP terdiri atas dua kelas, yaitu Kelas S2 (cukup sesuai) dan Kelas S3 (sesuai marjinal). Kelas S2 mencakup areal seluas 7 318 ha (49.1 %) dengan pembatas utama retensi hara (pH masam dan sebagian KTK rendah). Kelas S3 seluas 7 580 ha (50.9 %) dengan pembatas utama adalah lereng agak curam, tekstur agak kasar serta drainase terhambat. Klasifikasi kelas kesesuaian lahan PT TPP berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh USDA tahun 2003. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas hak guna usaha PT Tunggal Perkasa Plantations adalah 14 935.4 ha dengan areal tanam seluas 14 153.56 ha yang terbagi atas lima kebun, yaitu Kebun Sei Sagu
(3 234.88 ha), Kebun Sei Meranti (3 029.79 ha), Kebun
Sei Lala (3 377.48 ha), Kebun Redang Seko (4 511.46 ha), dan Kebun Plasma KKPA (1 393.02 ha). Peta PT Tunggal Perkasa Plantations dapat dilihat pada Lampiran 3. PT TPP memiliki pabrik pengolahan crude palm oil (CPO) dan kernel dengan kapasitas 60 ton/jam. Kebun Sei Lala terdiri atas lima afdeling, yaitu Afdeling Kilo (601.26 ha) yang terbagi atas 23 blok, Afdeling Lima (644.08 ha) terbagi atas sembilan blok, Afdeling Mike (750.62 ha) terbagi atas 15 blok, Afdeling Nency (686.34 ha) terbagi atas 23 blok, dan Afdeling Oscar (695.18 ha) yang terbagi atas 22 blok. Areal pembibitan terdapat di Afdeling Mike dengan luas 25 ha.
20
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di PT Tunggal Perkasa Plantations adalah varietas Tenera yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT Socfindo Tenera Gathering and Tour. Jarak tanam yang digunakan adalah 9 m x 9 m x 9 m dengan jarak antar barisan 7.79 m dan jarak dalam barisan 9 m sehingga populasi tanaman per hektarnya 143 pokok. Akan tetapi di lapangan menunjukkan bahwa populasi tanaman rata-rata lebih rendah dari populasi yang seharusnya, yaitu 117 pokok. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan tempat, dan kondisi lahan lainnya yang tidak mungkin ditanami. Terdapat tujuh tahun tanam kelapa sawit di Kebun Sei Lala, yaitu tahun 1975, 1983, 1984, 1985, 1986, 1987, dan 2006. Produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Sei Lala setiap tahunnya bervariasi, dengan produksi tertinggi selama delapan tahun terakhir (2002 – 2009) dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 80 210.64 ton. Penurunan produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit terjadi pada tahun 2007, dan 2009 (Tabel 1). Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Kebun Sei Lala No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Produksi TBS (ton) (janjang) 49 196.23 2 513 579 56 336.63 2 802 476 69 681.42 3 417 077 73 978.51 3 622 489 70 484.34 3 306 224 69 819.09 3 002 413 80 210.64 3 160 846 72 359.82 2 918 988
Produktivitas (ton/ha) 14.57 16.68 20.63 21.90 20.87 20.67 23.75 21.42
Sumber: Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan Perkebunan Kelapa sawit PT Tunggal Perkasa Plantations merupakan salah satu unit usaha dari PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL). Struktur organisasi PT AAL berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi dipegang
21
oleh presiden komisaris, sedangkan operasional perusahaan dipegang oleh presiden direksi, direktur area, dan administratur. PT Tunggal Perkasa Plantations dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab kepada dewan direksi. Administratur dibantu oleh seorang deputi administratur, kepala tata usaha (KTU), kepala pabrik, kepala kebun, kepala teknik, dan staf administratur. Struktur organisasi PT Tunggal Perkasa Plantations dapat dilihat pada Lampiran 4. Administratur bertugas sebagai penjamin kesinambungan pertumbuhan perusahaan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi kebun dan pabrik, menjamin operasionalisasi kebun dan pabrik agar berjalan efektif dan efisien guna mencapai target yang ditetapkan dengan menerapkan aturan yang berlaku, baik internal maupun eksternal perusahaan atau pemerintah, menjamin keselarasan operasional kebun dan pabrik dengan lingkungan di sekitarnya termasuk masalah territorial dan community development, serta menjamin ketersediaan kader pimpinan di unit organisasinya. Kepala kebun berperan untuk menjamin kualitas dan kuantitas panen yang disesuaikan dengan target yang ditetapkan, menjamin aplikasi perawatan, menjamin terjadinya peningkatan produktivitas tanaman, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif, efisien, dan mengikuti kaidah sistem manajemen yang berlaku, serta menjamin ketersediaan kader pimpinan dan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, kepala kebun dibantu oleh kepala afdeling yang bertugas menjamin tercapainya target minimal produksi kebun sesuai dengan kualitas yang ditetapkan, menjamin produksi yang dihasilkan terangkut ke pabrik, menjamin tercapainya kondisi perawatan standar kebun dan tanaman bebas hama dan penyakit, menjamin tersedianya tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan produksi serta menjamin produktivitas tenaga kerja, menjamin keamanan unit kerja, serta menjamin perencanaan dan pemakaian biaya sesuai dengan kebutuhan atau perencanaan. Kepala afdeling bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal teknis maupun administrasi afdeling. Pengelolaan teknis meliputi pengarahan dan instruksi kerja kerani afdeling,
22
mandor satu, mandor, dan pekerja, melakukan pengawasan dan pengontrolan pelaksanaan pekerjaan serta mengevaluasi hasil kerja lapangan. Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh asisten divisi meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor satu, mandor panen, dan mandor rawat untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan serta kerani afdeling yang bertugas menangani dan mencatat seluruh kegiatan administrasi dan keuangan afdeling. Setiap mandor panen memiliki satu orang kerani panen yang bertugas untuk mencatat seluruh produksi buah matang dan jumlah janjangan yang didapat oleh setiap pemanen. Status pegawai di PT Tunggal Perkasa Plantation terdiri atas staf, karyawan bulanan, serikat karyawan utama (SKU), dan buruh harian lepas (BHL). Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan jumlah karyawan (Tabel 2), maka dapat diketahui indeks tenaga kerja (ITK) dari Kebun Sei Lala dan PT TPP tersebut, yaitu hasil pembagian antara jumlah karyawan dengan luas areal. Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau No. Status Pegawai 1. 2. 3. 4.
Staf Karyawan Bulanan Serikat Karyawan Utama (SKU) Buruh Harian Lepas (BHL) Jumlah ITK
Jumlah (orang) Kebun Sei Lala PT TPP 6 50 52 482 273 1 045 498 1 439 823 3 016 0.24 0.20
Sumber : Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah 6 hari dengan lama jam kerja 7 jam/hari kecuali hari Sabtu yaitu 5 jam/hari. Buruh harian lepas bekerja sesuai dengan ada tidaknya pekerjaan atau bergantung pada rotasi kerja suatu kegiatan,
23
bila pekerjaan telah selesai BHL diliburkan dan akan mulai bekerja kembali pada rotasi baru. PT
Tunggal
Perkasa
Plantations
dalam
menunjang
kesejahteraan
karyawannya menyediakan perumahan yang dilengkapi sarana air bersih dan listrik, tempat peribadatan, klinik kesehatan, lapangan olahraga, koperasi, dan sarana pendidikan. Koperasi yang berada dalam lingkungan perusahaan menyediakan kebutuhan sehari-hari
bagi karyawan. Keberadaan koperasi
diharapkan dapat membantu karyawan dalam memperoleh barang-barang kebutuhan pokok. Sarana pendidikan yang berada dalam lingkungan perusahaan adalah taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Perusahaan juga menyediakan kendaraan antar jemput bagi anak-anak karyawan yang berada pada jenjang sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
24
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Selama menjalani kegiatan magang di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations penulis berstatus sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan pembibitan, perawatan tanaman, dan pemanenan. Kegiatan sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten tertera pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.
Pembibitan Pada saat penulis melaksanakan kegiatan magang, di PT Tunggal Perkasa Plantations (PT TPP) sedang tidak melaksanakan kegiatan penanaman kecambah sehingga penulis hanya melakukan pengawasan terhadap penyiraman dan pemupukan bibit kelapa sawit. Pengawasan dilakukan terhadap bibit kelapa sawit yang diintroduksi dari Kamerun, Afrika Barat. Bibit tersebut dikenal dengan nama bibit kamerun. Bibit kamerun termasuk varietas Dura yang memiliki cangkang tebal. Potensi bibit kamerun belum diketahui secara pasti dan masih dalam penelitian. Penanaman bibit kamerun ditujukan untuk kepentingan penelitian. Pemeliharaan yang dilakukan sama dengan bibit kelapa sawit lainnya. Sistem pembibitan yang digunakan di PT TPP adalah sistem double stage dengan tahapan pada Lampiran 7. Penyiraman bibit. Penyiraman di pembibitan kelapa sawit di PT TPP dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari dengan kebutuhan air sebanyak 1 – 2 l/hari. Semakin tua umur bibit, semakin besar pula debit air yang diberikan. Penyiraman tidak mesti dilakukan setiap hari, jika pada malam hari hujan dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka penyiraman pagi hari ditiadakan, sedangkan jika hujan pada pagi hari dengan debit air lebih besar dari 8 mm maka tidak dilakukan penyiraman.
25
Penyiraman menggunakan dua sistem, yaitu sumi sansui dan drip irrigation. Mekanisme penyiraman dengan menggunakan sumi sansui, yaitu dengan memanfaatkan tekanan sehingga air yang masuk ke dalam pipa akan tersebar melalui lubang kecil yang terdapat pada pipa bagian atas. Pipa sumi sansui berdiameter 2 inci dengan banyak lubang halus yang dirancang ke arah kanan kiri secara berselang-seling. Drip irrigation atau irigasi tetes merupakan sistem penyiraman dengan meletakkan selang infus pada setiap media pembibitan. Sistem tersebut memiliki kelebihan, yaitu efisiensi dalam penggunaan air dan meminimalkan kehilangan media tanam dan pupuk. Sistem penyiraman dengan menggunakan pipa sumi sansui dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Penyiraman dengan Menggunakan Pipa Sumi Sansui
Pemupukan bibit. Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis dan umur bibit yang mengikuti standar rekomendasi pemupukan, seperti tertera pada Tabel 3. Pupuk diaplikasikan dengan cara menabur pupuk di atas tanah polybag secara melingkar dengan jarak 4 – 5 cm dari pangkal bibit dan tidak boleh mengenai daun atau akar. Akar yang terbuka terlebih dahulu harus dibumbun dengan tanah halus. Pemupukan dilakukan dan diselesaikan petak demi petak. Pemupukan dilakukan setelah 1 jam penyiraman pertama.
26
Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Umur (minggu) 4 5, 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34, 36,40 42 44, 46, 48 51 54, 57 60
Dosis (gram) 30.0 60.0 75.0 90.0 3.5 3.5 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 7.0 15.0 15.0 15.0 15.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0 30.0
Jenis Pupuk Urea (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 (dilarutkan dalam 18 liter air) NPK 15-15-6-4 + 30 g Humega crumbles NPK 15-15-6-4 NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 + TE NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 + TE + 7 g Kieserite NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 + TE NPK 12-12-17-2 + 7 g Kieserite NPK 12-12-17-2 + TE NPK 15-15-6-4 NPK 12-12-17-2 + TE NPK 15-15-6-4 + 15 g Kieserite NPK 12-12-17-2 + TE Kieserit NPK 12-12-17-2 + TE Kieserit NPK 12-12-17-2 + TE NPK 12-12-17-2 + TE + 30 g Kieserit
Keterangan : Total NPK-15 = 75 gram/pokok NPK-12 = 321 gram/pokok Kieserit = 149 gram/pokok
Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit dibagi atas dua, yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada fase TBM dan TM hampir sama, hanya tujuannya yang berbeda. Pasa fase TBM, pemeliharaan dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan jagur atau mengacu pada pertumbuhan vegetatif, sedangkan untuk fase TM pemeliharaan ditujukan untuk memperoleh produksi optimal.
27
Penanaman dan pemeliharaan Mucuna bracteata. Mucuna
bracteata
merupakan tanaman penutup tanah yang dibudidayakan di PT TPP untuk tanaman belum menghasilkan. Mucuna bracteata memiliki ciri-ciri, yaitu berdaun lebar yang berwarna hijau, batang berwarna ungu untuk batang muda dan berwarna hijau dan berbulu untuk batang tua, serta berkembang biak dengan menggunakan stolon. Seperti halnya tanaman penutup tanah lainnya, Mucuna sp. berfungsi sebagai penyimpan air, menahan terjadinya erosi, dan menahan pertumbuhan gulma. Perbanyakan Mucuna bracteata dilakukan dengan cara stek batang, dengan tahapan penyetekan sebagai berikut: (1) tanah digemburkan, disiram, lalu diaduk hingga agak terapung; (2) batang Mucuna sp. diulurkan dan distek mulai dari pangkal dengan cara membengkokkan batang hingga 2 – 3 buku saling bertemu; serta (3) tanah digumpalkan dan diaplikasikan ke Mucuna sp. yang telah dibengkokkan dan ditutup dengan plastik lalu diikat dan dilubangi. Setelah 2 minggu stek dapat langsung ditanam di lapangan. Penyetekan dan penanaman Mucuna sp. dapat dilihat pada Gambar 2. Hari kerja yang diperoleh saat penulis mengawasi BHL yang melakukan penyetekan Mucuna bracteata adalah sebesar 1 HK/125 stek.
(a)
(b)
Gambar 2. Penyetakan (a) dan Penanaman Mucuna bracteata (b)
Setiap satu pokok TBM ditanami empat stek Mucuna bracteata. Mucuna bracteata ditanam dengan jarak sekitar 3 m dari tanaman kelapa sawit. Mucuna bracteata memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu sekitar
28
15 cm/hari sehingga membutuhkan pemeliharaan khusus agar pertumbuhan teratur dan tidak menutupi tanaman kelapa sawit. Penanaman dan pemeliharaan Mucuna sp. membutuhkan tenaga khusus dengan kebutuhan tenaga 2 hari kerja (HK). Pemeliharaan Mucuna sp. meliputi penyiraman, penyulaman, dan mengarahkan sulur Mucuna sp. agar tidak membelit tanaman kelapa sawit. Penanaman Nephrolepis biserrata. Penanaman Nephrolepis biserrata hanya dilakukan untuk tanaman kelapa sawit telah menghasilkan. Tujuan penanaman Nephrolepis biserrata adalah untuk menjaga kelembaban daerah sekitar tanaman dan sebagai tanaman inang untuk predator ulat api. Bibit Nephrolepis biserrata diperoleh dari tanaman Nephrolepis sp. yang telah tumbuh sebelumnya. Penanaman dilakukan dengan cara mencabut bibit Nephrolepis sp. yang kemudian ditanam di areal yang telah ditentukan. Jumlah Nephrolepis biserrata yang ditanam disesuaikan dengan kondisi areal tanam. Penanaman dilakukan di gawangan mati sehingga tidak mengganggu proses pemanenan. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pertumbuhan Nephrolepis biserrata 2 Minggu Setelah Tanam
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan pengendalian diarahkan pada pengendalian secara manual. Pengendalian secara kimiawi dilakukan untuk
29
piringan, pasar pikul, dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta untuk pengendalian ilalang (Imperata cylindrica). Rawat piringan, pasar pikul, dan TPH (CPT). Piringan merupakan areal di sekeliling pohon dengan jari-jari 2 – 2.5 meter dari pohon. Piringan harus dibersihkan dari semua jenis gulma, hal ini bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh untuk tanaman, sebagai tempat penaburan pupuk, serta untuk memudahkan pemanenan. Pengendalian gulma di piringan dikendalikan dengan cara Circle Weeding Chemis (CWC) dan Circle Weeding Manual (CWM). Pengendalian CWM dengan cara garuk piringan lebih diutamakan daripada CWC guna menuju pertanian ramah lingkungan. Pengendalian CWC dengan menggunakan herbisida disesuaikan dengan umur tanaman dan jenis gulma yang tumbuh di piringan, seperti tertera pada Lampiran 8. Pasar pikul merupakan jalan diperuntukan
bagi
pemanen
panen di tengah barisan tanaman yang
guna
memudahkan
pelaksanaan
panen,
mempermudah pengangkutan hasil, dan juga memudahkan dalam perawatan. Pemberantasan gulma di gawangan dilakukan secara kimiawi dengan rotasi 60 hari dan kebutuhan hari kerja (HK) sebesar 0.3 HK. Jenis dan dosis herbisida tertera pada Lampiran 9. TPH merupakan tempat untuk mengumpulkan TBS dan brondolan sehingga memudahkan dalam pengangkutan buah ke pabrik kelapa sawit. TPH berukuran 3 m x 2 m. Pengendalian gulma di TPH dilakukan secara manual. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari TBS dan brondolan terkontaminasi herbisida. Rotasi pengendalian gulma disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan gulma. Pemberantasan Imperata cylindrica dan Clidemia hirta. Imperata cylindrica dan Clidemia hirta merupakan jenis gulma berbahaya yang harus diberantas. Hal ini disebabkan Imperata cylindrica dan Clidemia hirta dapat tumbuh dengan cepat, baik secara generatif maupun vegetatif. Selain itu kedua jenis gulma tersebut juga memiliki alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Pengendalian Imperata cylindrica dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual yaitu dengan cara membabad lalu dicangkul atau digarpu. Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan cara
30
penyemprotan herbisida maupun pengusapan (wiping) dengan herbisida. Herbisida yang digunakan adalah Biosat dengan dosis 112.5 l/ha untuk penyemprotan dan 0.02 l/ha untuk wiping dengan rotasi 90 hari. Kebutuhan HK yang diperoleh penulis untuk pengendalian Imperata cylindrica secara kimiawi adalah sebesar 0.3 HK. Sedangkan pengendalian Clidemia hirta dilakukan dengan cara dongkel anak kayu (DAK) dengan rotasi disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Pengendalian Clidemia hirta dilakukan dengan menggunakan sistem target dengan kebutuhan HK disesuaikan dengan jumlah Clidemia hirta dan areal target. Kegiatan pengendalian Clidemia hirta yang diawasi penulis saat pelaksanaan magang dilakukan di Afdeling Kilo dengan kebutuhan HK sebesar 1.4 HK. Pemupukan. Aplikasi pupuk merupakan salah satu upaya untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi TBS. Aplikasi pupuk yang dilakukan di PT TPP disesuaikan dengan hasil analisis daun yang dilakukan setiap tahun yaitu pada akhir semester satu (bulan Juni). Hasil analisis daun digunakan sebagai rekomendasi pemupukan pada tahun berikutnya. Analisis daun dilakukan per blok tanaman, sehingga dosis dan konsentrasi pupuk per blok tidaklah sama. Pemupukan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun. Tujuan pemupukan adalah untuk
memacu
pertumbuhan
vegetatif
tanaman
pada
tanaman
belum
menghasilkan (TBM) dan untuk meningkatkan produksi untuk tanaman menghasilkan (TM). Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk majemuk (NPK), RP, MOP, Borate, dolomit, dan Kieserit. Penaburan pupuk NPK dilakukan pada awal musim hujan (Maret dan September) dengan kisaran curah hujan 100 – 200 mm/bulan, sedangkan penaburan pupuk RP, MOP, Borate, dolomite, dan Kieserit dilakukan berdasarkan jadwal aplikasi pupuk yang telah ditentukan, yaitu pada bulan Maret atau bulan September. Aplikasi pupuk NPK dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun, yaitu pada semester satu (Januari – Juni) dan semester dua (Juli – Desember), sedangkan aplikasi pupuk tambahan (RP, MOP, Borate, dolomite, dan Kieserit) dilakukan sebanyak satu kali dalam satu tahun, yaitu pada semester satu atau semester dua.
31
Pemupukan dilakukan secara manual dan mekanis. Pemupukan secara manual dilakukan pada daerah bergelombang atau rolling dengan menggunakan sistem target. Pada saat penulis melakukan pengawasan pemupukan di Afdeling Kilo Blok Sembilan target yang dicapai adalah 358 pokok/orang/hari atau sekitar 18 baris/orang/hari dengan dosis pemupukan sebesar 3 kg/pokok, sedangkan target yang dicapai di Afdeling Lima Blok Empat adalah 401 pokok/orang/hari atau sekitar 21 baris/orang/hari dengan dosis pemupukan sebesar 2.5 kg/pokok. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk NPK (16:4:25). Pemupukan dilakukan secara berkelompok yang terdiri atas beberapa orang tenaga penguntil, satu orang pengumpul karung, empat orang pelangsir pupuk, dan beberapa orang penabur yang disesuaikan dengan jumlah pupuk yang akan ditabur. Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah ember plastik, kain untuk menggendong, takaran, dan ayakan yang terbuat dari jerigen 10 liter yang dilubangi dengan diameter 2 mm dengan jumlah lubang yang disesuaikan. Ayakan berfungsi untuk menghindari penumpukan pupuk pada piringan dan menghindari pemberian pupuk beku di piringan. Pemupukan secara mekanis menggunakan fertilizer spreader dan hanya dilakukan untuk daerah datar atau flat. Dosis pupuk yang digunakan untuk pemupukan secara manual maupun mekanis adalah sama. Pemupukan secara manual dan mekanis dapat dilihat pada Gambar 4.
(a)
(b)
Gambar 4. Pemupukan Manual (a) dan Pemupukan Mekanis (b)
32
Pemanenan Pemanenan merupakan rangkaian terakhir dari budidaya kelapa sawit. Pemanenan adalah kegiatan memotong tandan buah segar (TBS) matang, pengumpulan, dan pengangkutannya ke pabrik untuk selanjutnya diolah dengan harapan diperoleh rendemen minyak yang tinggi, dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Umur panen. Buah yang dapat dipanen adalah buah matang yang telah membrondol secara alamiah, yang ditunjukkan dengan adanya brondolan normal di piringan. Pemanenan TBS tanaman kelapa sawit di PT TPP dimulai ketika tanaman berumur 18 – 30 bulan yang disebut panen sanitasi. Pada saat panen sanitasi, buah yang dipanen adalah buah pasir. Buah pasir merupakan buah yang memiliki berat janjang rata-rata (BJR) kurang dari 2 kg. kandungan minyak yang dimiliki buah pasir sangat rendah. Ketika tanaman memasuki masa panen perdana tandan buah segar memiliki berat janjang berkisar 2 – 3 kg. Kriteria matang panen. Tujuan utama pemanenan TBS tanaman kelapa sawit adalah mendapatkan minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti (KPO) dalam jumlah yang maksimal dan kualitas yang baik. Fraksi dua merupakan kriteria panen yang digunakan di PT TPP. Hal tersebut dikarenakan kandungan minyak yang tinggi dan kualitas yang baik diperoleh ketika buah kelapa sawit berada pada fraksi dua, yaitu 25 – 50 % buah telah membrondol atau terdapat lima brondolan per piringan. Buah yang terlalu muda mengandung sedikit minyak dengan kandungan asam lemak bebas (ALB) yang rendah, sedangkan buah yang kelewat matang mengandung minyak yang tinggi dan kandungan ALB yang tinggi pula. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar. Kriteria panen kelapa sawit dapat ditentukan dengan melihat jumlah buah matang yang memberondol. Buah disebut matang jika terdapat 2 brondolan per kg berat janjang. Kriteria matang panen dapat dilihat pada Tabel 4.
33
Tabel 4. Kriteria Matang Panen Berdasarkan Tingkat Fraksi Buah Kelapa Sawit di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Fraksi 00 0 1 2 3 4 5
Persentase (%) Brondolan 0 1 – 12.5 12.5 – 25 25 – 50 50 – 75 75 – 100 Buah dalam memberondol
Derajat Kematangan Sangat mentah Mentah Matang Matang I Matang II Lewat matang I Buah lewat matang II
Sumber: Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
Sensus dan taksasi buah. Penetapan rencana produksi enam bulan harus dilakukan sensus bunga dan buah dengan rotasi empat bulan sekali. Sensus produksi bulanan dilakukan terhadap buah 6a, 6b, dan 6c yang bertujuan untuk mempertajam akurasi taksasi produksi bulanan yang diperoleh dari taksasi empat bulanan. Penetapan rencana produksi harian dilakukan oleh mandor panen, sedangkan penetapan rencana produksi bulanan dilakukan oleh mandor panen, mandor satu, dan asisten. Buah 6a merupakan buah yang akan dipanen satu bulan kemudian dengan ciri-ciri buah masih berwarna hitam. Buah 6b merupakan buah merah yang akan dipanen satu minggu kemudian. Sedangkan buah 6c adalah buah yang akan dipanen keesokan harinya dengan ciri-ciri sudah terdapat brondolan buah di piringan. Rotasi dan sistem panen. Rotasi panen merupakan waktu yang diperlukan antara satu masa panen sampai masa panen berikutnya pada tempat yang sama. PT Tunggal Perkasa Plantations menerapkan rotasi panen 6/7 yang artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari panen satu hari libur dan diulangi pada hari berikutnya. Rotasi panen tersebut dapat berubah hingga maksimum 10 hari (rotasi 8/10). Sistem rotasi 6/7 atau 8/10 diperlukan untuk mendapatkan 1 atau 2 hari dimana pabrik tidak menerima buah dan melakukan pengolahan (hari minggu dan hari libur nasional). Luas areal yang akan dipanen dalam satu hari disebut seksi panen. Seksi panen dibuat dengan mengikuti rotasi panen, sehingga rotasi panen yang direncanakan dapat terjaga periodiknya. Sistem ancak tetap merupakan sistem panen yang digunakan di PT TPP. Sistem ancak tetap yaitu setiap pemanen
34
diberikan ancak yang sama dengan luasan areal tertentu dan harus selesai pada hari yang telah ditentukan. Kerapatan panen. Kerapatan panen adalah jumlah pokok yang dapat dipanen pada luas areal tertentu dalam satu hari. Kerapatan panen ditujukan untuk memperkirakan jumlah TBS yang dapat dipanen pada hari tersebut. Kerapatan panen ditentukan berdasarkan jumlah buah 6c dan jumlah pokok contoh. Rumus kerapatan panen adalah sebagai berikut: Kerapatan panen =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑏𝑢𝑎 ℎ 6𝑐 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜 ℎ
x 100 %
Pelaksanaan panen. Pemanenan merupakan prioritas kebun, dan bila diperlukan pekerja rawat dapat dipindahkan untuk membantu panen guna menjaga rotasi panen. Sarana pemanenan di PT Tunggal Perkasa Plantations terbagi dua, yaitu fasilitas panen dan alat panen. Fasilitas panen terdiri atas piringan yang bersih, kontur, jalan angkong, dan TPH. Alat yang digunakan untuk memanen adalah dodos (atau egrek untuk tanaman tinggi) yang berfungsi untuk memotong pelepah penyangga TBS dan tangkai TBS, fiber yang berfungsi sebagai gagang egrek, tali atau karet ban untuk menyambung egrek dan fiber, kapak tomasun yang berfungsi untuk memotong tangkai TBS hingga berbentuk seperti Huruf V (cangkem kodok), gancu untuk mengangkat TBS, batu asah untuk mengasah dodos atau egrek, karung untuk tempat brondolan, kapur warna atau arang kayu untuk menulis angka kode pemanen di tangkai buah, dan angkong yang berfungsi untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH. Dalam pelaksanaan panen, setiap pemanen dibantu oleh satu orang pengutip brondolan. Pemanen memotong TBS dan mengutip brondolan yang ada di piringan, pelepah (ketiak daun), dan sekitarnya. Brondolan kemudian dimasukkan ke dalam karung. TBS yang telah dipanen, dipotong gagangnya hingga berbentuk huruf V (cangkem kodok). Pengarungan brondolan dan TBS dengan gagang cangkem kodok dapat dilihat pada Gambar 5. Setelah itu brondolan dan TBS diangkut ke TPH dengan menggunakan angkong. Pemanenan pada pokok muda umumnya dilakukan dengan cara mencuri buah, yaitu dengan cara tidak memotong pelepah penyangga buah. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga jumlah pelepah tetap dalam keadaan optimal, berkisar 56 – 64 pelepah per pokok.
35
(a)
(b)
Gambar 5. Pengarungan Brondolan (a) dan Gagang Cangkem Kodok (b)
Basis dan premi panen. Pada kegiatan panen dalam suatu perkebunan dikenal istilah basis. PT Tunggal Perkasa Plantations menerapkan basis borong. Basis borong adalah target tonase berdasarkan BJR tertentu yang harus didapatkan oleh seorang pemanen dalam satu hari sebagai dasar untuk meghitung premi panen. Premi panen merupakan pemberian pendapatan tambahan di luar gaji pokok yang disesuaikan dengan prestasi kerja (PK). Sistem perhitungan premi pemanen dapat dilihat pada Lampiran 10. Besarnya basis borong ditentukan oleh tahun tanam dan topografi areal panen. Besarnya pemberian premi ditentukan oleh kriteria kelas pemanen. Kriteria kelas pemanen dapat dilihat pada Lampiran 11. Premi panen selain diberikan kepada pemanen juga diberikan kepada mandor panen, kerani panen, mandor transportasi, dan mandor satu. Premi mandor panen adalah 1.5 kali dari rata-rata premi pemanen yang diawasi dikali faktor kualitas, premi mandor satu adalah 1.5 kali dari rata-rata premi mandor panen yang ada di afdeling dikali faktor kualitas, serta premi kerani panen dan mandor transportasi adalah 1.25 kali dari rata-rata pendapatan premi pemanen yang ada di wilayahnya dikali faktor kualitas. Faktor kualitas diberikan sebagai denda atau insentif atas kualitas buah dan mutu pengawasan panen. Faktor kualitas ditentukan berdasarkan rendemen dan kandungan asam lemak bebas (ALB) harian pabrik, seperti tertera pada Tabel 5.
36
Tabel 5. Faktor Kualitas Kelapa Sawit PT Tunggal Perkasa Plantations Rendemen (%) > 23.5 23 – 23.5 22 – 23 Berapapun < 22
No. 1. 2. 3. 4. 5.
ALB (%) <3 <3 <3 >3 Berapapun
Faktor Kualitas (%) 125 100 75 50 50
Sumber : Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
Pengawasan panen. Pengawasan panen dilakukan saat proses pemanenan berlangsung dan setelah pemanenan selesai. Pengawasan bertujuan untuk mengetahui kelas pemanen dan premi yang akan diterima oleh para pemanen. Pengawasan panen dilaksanakan oleh mandor panen, kerani panen, mandor satu, asisten, dan kepala kebun. Mandor panen bertugas mengawasi mutu buah, ketuntasan panen, dan melakukan taksasi produksi untuk panen pada rotasi berikutnya. Kerani panen bertugas mencatat jumlah TBS dan brondolan dari setiap pemanen serta menjaga mutu TBS dengan cara mencatat dan memberi sanksi jika terdapat TBS di luar kriteria panen. Asisten bertugas untuk mengawasi semua kegiatan panen serta memberi teguran dan sanksi kepada mandor satu, mandor panen, dan kerani panen yang berbuat kesalahan dalam pemanenan. Tugas kepala kebun adalah mengawasi seluruh kegiatan panen hingga buah diterima di pabrik. Transportasi panen. Pencatatan buah yang telah dipanen dilakukan oleh kerani panen dan mandor panen yang kemudian dilaporkan kepada mandor satu dan asisten untuk persetujuan nota angkut buah yang akan dibawa ke pabrik. Pengangkutan dilakukan secepatnya setelah pemanenan dilakukan dan paling lambat 12 jam setelah pemanenan dilakukan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari peningkatan asam lemak bebas yang akan menurunkan kualitas CPO yang dihasilkan. Pangangkutan TBS ke pabrik dilakukan dengan menggunakan truk, setelah buah sampai di pabrik kemudian buah ditimbang dan disortasi. Hasil penimbangan dan sortasi dilaporkan kepada afdeling yang bersangkutan setiap harinya.
37
Analisis Produktivitas Analisis produktivitas dilakukan untuk mengetahui produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations. Analisis produktivitas dilakukan terhadap produktivitas kebun selama enam tahun terakhir (2004 – 2009) yang dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6 penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit hanya terjadi pada tahun 2007 dan 2009.
Tandan Buah Segar (ton/ha)
25 20 15 10 produktivitas 5 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 6. Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Sei Lala Tahun 2002 – 2009 Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah hujan, topografi, jenis pupuk, umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar, buah mentah, dan buah busuk. Pendugaan tersebut didasari oleh pengamatan penulis di lapangan dan kelengkapan data yang tersedia.
38
Aspek Manajerial
Karyawan Karyawan adalah tenaga kerja yang bertugas membantu menjalankan kegiatan, baik kebun maupun administrasi kantor. Tenaga kerja yang termasuk karyawan adalah mandor satu, mandor panen, mandor rawat, mandor transportasi, kerani afdeling, dan kerani panen. Mandor satu. Setiap afdeling memiliki seorang mandor satu. Mandor satu bertugas membantu asisten afdeling dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Tugas mandor satu, yaitu membuat rencana kerja afdeling, baik kegiatan rawat tanaman maupun kegiatan panen hingga buah diterima pabrik kelapa sawit (PKS), mengkoordinir dan mengawasi seluruh kegiatan dan pekerjaan di afdeling, serta melaporkan seluruh kegiatan kepada asisten afdeling. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh mandor satu adalah dengan cara mengawasi setiap kegiatan yang berlangsung. Mandor satu memeriksa kualitas pekerjaan dan mencatat prestasi kerja setiap pekerja. Waktu pengawasan setiap kegiatan tidak sama, hal tersebut disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Pekerjaan yang memerlukan ketelitian diawasi lebih lama, seperti pemanenan dan penunasan. Mandor panen. Setiap afdeling memiliki tiga orang mandor panen. Mandor panen mempunyai tugas melakukan sensus buah, merencanakan pemanenan dan tenaga pemanen yang dibutuhkan, mengatur ancak panen, melakukan pengawasan panen, baik saat pemanenan berlangsung maupun setelah kegiatan panen, menjamin ketuntasan ancak, memeriksa kualitas pemanen, serta menghitung premi pemanen. Mandor panen bertanggung jawab kepada mandor satu dan asisten afdeling. Mandor rawat. Mandor rawat bertanggung jawab kepada mandor satu dan asisten afdeling. Mandor rawat bertugas merencanakan dan mengawasi seluruh kegiatan perawatan, mengatur ancak perawatan, mengatur kebutuhan tenaga kerja dan material yang akan digunakan, memeriksa kualitas pekerjaan, serta melaporkan hasil kerja. Mandor rawat berjumlah dua orang dalam satu afdeling.
39
Mandor transportasi. Tugas dan tanggung jawab mandor transportasi adalah menyediakan angkutan sesuai dengan kebutuhan, mengatur pelaksanaan angkutan panen, serta menjamin tidak ada buah restan. Mandor transportasi bertanggung jawab kepada mandor satu dan asisten afdeling. Kerani afdeling. Tugas kerani afdeling, yaitu membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan, membuat usulan permintaan bahan atau material yang dibutuhkan di lapangan, membuat anggaran biaya bulanan, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian, serta membuat dan merekap data produksi harian afdeling. Seorang kerani afdeling menangani dua afdeling dan bertanggung jawab kepada kerani kebun, mandor satu, dan asisten. Kerani panen. Tugas dan tanggung jawab kerani panen adalah mencatat hasil dan kualitas panen, menjamin buah busuk tidak terangkut ke pabrik, menjamin tidak ada buah restan, serta mengawasi angkutan buah. Kerani panen bertanggung jawab kepada mandor panen, mandor satu, dan asisten.
Staf Kebun Asisten afdeling. Asisten afdeling merupakan tenaga kerja tingkat staf. Asisten afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab mengelola seluruh kegiatan afdeling untuk mencapai target produksi afdeling, mengelola kegiatan afdeling mulai dari persiapan lahan, penanaman, perawatan tanaman, pemanenan, dan pengiriman buah ke pabrik, mengelola administrasi afdeling yang meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Asisten afdeling bertanggung jawab kepada kepala kebun dan administratur. Asisten afdeling bertugas membantu kepala kebun dalam menyusun anggaran biaya bulanan, semesteran, dan tahunan. Rencana kerja yang disusun kepala kebun meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan perawatan dan pemanenan. Seorang kepala kebun bertugas menjamin tercapainya target produksi sesuai dengan kualitas yang ditetapkan. Selain itu, asisten afdeling juga bertugas untuk mempromosikan karyawan berprestasi. Asisten afdeling
40
bertanggung jawab penuh selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di afdeling maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Kepala kebun. Tugas dan tanggung jawab kepala kebun adalah menjamin kualitas dan kuantitas panen, menjamin aplikasi perawatan, menjamin keefektifan dan efisiensi operasional kebun, mengikuti kaidah sistem manajemen yang berlaku, menjamin ketersediaan kader pimpinan dan sumberdaya manusia di unit organisasinya, serta membuat rencana kerja dan anggaran biaya kebun. Kepala kebun membawahi secara langsung asisten afdeling dan bertanggung jawab kepada administratur. Administratur. Administratur bertanggung jawab kepada dewan direksi. Tugas dan tanggung jawab administratur adalah menjamin kesinambungan pertumbuhan perusahaan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi kebun dan pabrik, menjamin keefektifan dan efisiensi pengoperasian kebun dan pabrik guna mencapai target yang ditetapkan dengan menerapkan aturan yang berlaku, menjamin keselarasan kebun dan pabrik dengan lingkungan sekitarnya termasuk teritorial dan community development, serta menjamin ketersediaan kader pimpinan di perusahaan.
41
PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations adalah curah hujan, topografi, jenis pupuk, umur tanaman, jumlah populasi tanaman per hektar (SPH), dan faktor penyebab kehilangan produksi seperti buah mentah dan buah busuk. Pemilihan faktor-faktor tersebut didasarkan pada asumsi dan kelengkapan data yang tersedia. Fungsi produksi merupakan hubungan antara hasil produksi (output) terhadap penggunaan faktor produksi (input). Faktor produksi terdiri atas faktor lingkungan, tanaman, dan teknik budidaya tanaman (Doll and Orazem, 1984). Dalam menentukan fungsi produksi maka penulis menggunakan model fungsi produksi Cobb-douglas yang kemudian diolah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan pendekatan Univariate General Linear Model yang diolah dengan menggunakan alat bantu SPSS v. 16 for windows dan menggunakan uji Bofferoni tingkat lanjut. Berdasarkan analisis diketahui bahwa curah hujan, topografi, jenis pupuk, umur tanaman, SPH, buah mentah dipanen, buah busuk, dan interaksi antar beberapa variabel merupakan faktor-faktor penentu produksi kelapa sawit (Tabel 6). Dari Tabel 6 diperoleh fungsi produksi sebagai berikut: Y = 2 494 – 104.714 D3.1 – 154 D3.2 – 1 793 D2.1 + 5.124 D2.3 – 385.512 D5.1 – 197. 429 D5.2 – 533.48 D5.3 – 217.562 D4.1 – 75.113 D1.1 – 106.333 D1.2 + 226.444 D2.1 D4.1 – 191.713 D2.3 D4.1 – 141.599 D1.1 D4.1 + 3.775 D2.3 X6 + 1.663 D3.1 X6 + 5.651 D3.2 X6 + 0.121 D3.1 X7 + 0.972 D3.2 X7 – 0.488 X6 + 0.121 X7
42
Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit No.
Variabel
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Dummy topografi flat (D3.1) Dummy topografi rolling (D3.2) Dummy kelompok umur tanaman < 7 tahun (D2.1) Dummy kelompok umur tanaman 12 – 25 tahun (D2.3) Dummy SPH < 130 pokok (D5.1) Dummy SPH 130 – 135 pokok (D5.2) Dummy SPH 136 – 143 pokok (D5.3) Dummy jenis pupuk tunggal (D4.1) Dummy curah hujan < 60 mm/bulan (D1.1) Dummy curah hujan 60 – 100 mm/bulan (D1.2) Interaksi dummy umur tanaman < 7 tahun (D2.1) dan dummy jenis pupuk tunggal (D4.1) Interaksi dummy umur tanaman 12 – 25 tahun (D2.3) dan dummy jenis pupuk tunggal (D4.1) Interaksi dummy jenis pupuk tunggal (D4.1) dan dummy curah hujan < 60 mm/bulan (D1.1) Interaksi dummy umur tanaman 12 – 25 tahun (D2.3) dan buah mentah (X6) Interaksi dummy topografi flat (D3.1) dan buah mentah (X6) Interaksi dummy topografi rolling (D3.2) dan buah mentah (X6) Interaksi dummy topografi flat (D3.1) dan buah busuk (X7) Interaksi dummy topografi rolling (D3.2) dan buah busuk (X7) Konstanta buah mentah (X6) Konstanta buah busuk Intersep
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Koefisien Regresi -104.714 -154.000 -1 793.000 5.124 -385.512 -197.429 -533.480 -217.562 -75.113 -106.331 226.444
Nilai Signifikan 0.000 0.008 0.000 0.945 0.000 0.012 0.000 0.004 0.204 0.000 0.207
-191.713
0.015
-141.599
0.036
3.775
0.000
1.663
0.000
5.651
0.070
0.121
0.138
0.972
0.138
-0.488 0.121 2 494.000
0.138 0.787
Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari model tersebut adalah sebesar 0.928. Hal tersebut berarti bahwa 92.8 % produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala dapat diterangkan oleh variasi variabel curah hujan, umur tanaman, topografi, jenis pupuk, SPH, buah mentah dipanen, buah busuk, dan interaksi antara variabel penentu produksi. Sekitar 7.2 % dari variasi produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut dipengaruhi oleh faktor lain di luar faktor penentu produktivitas kelapa sawit yang tercantum dalam model, seperti jenis tanah, varietas tanaman, serangan hama dan penyakit, serta ketersediaan hara dalam tanah.
43
Hasil koefisien regresi dari faktor penentu produktivitas tanaman kelapa sawit yang dikelompokkan (dummy) merupakan nilai perbandingan antara faktor penentu produksi tersebut dengan faktor pembanding (redundant) dalam kelompok yang sama dengan nilai nol, sehingga tidak ditampilkan dalam Tabel 6. Pada kolom nilai signifikan yang tertera dalam Tabel 7 diketahui bahwa topografi, umur tanaman, SPH, jenis pupuk, curah hujan, buah mentah, interaksi kelompok umur tanaman dan kelompok jenis pupuk, interaksi kelompok umur tanaman dan buah mentah, serta interaksi kelompok topografi dan buah mentah berpengaruh sangat signifikan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Interaksi kelompok jenis pupuk dan kelompok curah hujan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit, sedangkan variabel buah busuk serta interaksi kelompok topografi dan buah busuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations. Tabel 7. Hasil Uji-F Faktor Penentu Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Variabel Kelompok topografi Kelompok umur tanaman Kelompok SPH Kelompok jenis pupuk Kelompok curah hujan Buah mentah Buah busuk Interaksi kelompok umur dan kelompok jenis pupuk Interaksi kelompok umur dan buah mentah Interaksi kelompok jenis pupuk dan kelompok curah hujan Interaksi kelompok topografi dan buah mentah Interaksi kelompok topografi dan buah busuk
Nilai Signifikan 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.604 0.003 0.000 0.036 0.000 0.225
Topografi Topografi lahan yang tidak disertai penerapan kultur teknis yang standar berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit dan penggunaan tenaga
44
pemanen. Topografi di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations terdiri atas tiga, yaitu topografi flat (kemiringan lahan < 30 °), topografi rolling (kemiringan lahan > 30 °), dan topografi rendahan atau rawa. Hal tersebutlah yang mendasari pengkategorian dummy topografi. Koefisisen regresi dummy topografi flat sebesar - 104.714, sedangkan koefisien regresi dummy topografi rolling sebesar - 154.398, artinya produktivitas tanaman kelapa sawit pada topografi flat lebih tinggi dibandingkan pada topografi rolling. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah kehilangan hasil produksi pada areal rolling lebih besar daripada areal flat. Dja’far et al. (2001) menyatakan bahwa perbedaan produksi pada areal yang bertopografi berombak dengan areal bertopografi berbukit bisa mencapai 3.96 ton TBS/ha/tahun. Pada daerah berbukit walaupun pemakaian tenaga panen 9.11 % lebih banyak dibandingkan di daerah berombak tetapi produksi yang dihasilkan tetap rendah. Hal tersebut disebabkan oleh sekitar 13.31 % TBS tidak dipanen serta kehilangan brondolan mencapai 51.36 persen. Tidak terdapat perbedaan antara topografi pada tahun 2004 hingga tahun 2009, sehingga dapat diduga bahwa topografi tidak berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut disebabkan kultur teknis yang dilakukan seperti pembuatan teras individu dan kontur di Kebun Sei Lala sudah cukup baik.
Umur Tanaman Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit di suatu kebun dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman yang ada di kebun tersebut. Semakin luas komposisi umur tanaman remaja dan tua, semakin rendah pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman berubah setiap tahunnya sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produksi per hektar per tahunnya (Risza, 2009). Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun. Hal tersebut mendasari pengkategorian dummy umur tanaman kelapa sawit. Selain itu adanya tanaman kelapa sawit yang berumur lebih dari umur ekonomis tanaman kelapa sawit
45
(umur tanaman > 25 tahun) juga turut mendasari pengkategorian dummy umur tanaman kelapa sawit. Koefisien regresi dummy umur tanaman < 7 tahun sebesar - 1 793, sedangkan koefisien regresi dummy umur tanaman 12 – 25 tahun sebesar 5.124. Hal tersebut berarti, produktivitas tanaman pada tanaman kelapa sawit yang berumur 12 – 25 tahun lebih tinggi dibandingkan produktivitas tanaman kelapa sawit yang berumur < 7 tahun. Terdapat perbedaan produktivitas tanaman kelapa sawit untuk kelompok umur tanaman yang berbeda (Tabel 8). Rata-rata produktivitas tanaman kelapa sawit tertinggi dicapai pada saat tanaman berumur 12 tahun dan produktivitas terendah terjadi saat tanaman berumur kurang dari tujuh tahun. Nilai signifikan antara produktivitas tanaman kelapa sawit yang berumur 12 – 25 tahun dan tanaman kelapa sawit yang berumur di atas 25 tahun sebesar 1.000 lebih besar dari 0.05 (α = 5 %) (Tabel 8). Hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas tanaman kelapa sawit yang berumur 12 – 25 tahun dan tanaman kelapa sawit yang berumur di atas 25 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa penyebab penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala dipengaruhi oleh umur tanaman yang masih remaja. Hal ini disebabkan adanya areal replanting pada beberapa blok. Tabel 8. Pengaruh Umur Tanaman terhadap Produktivitas Kelapa Sawit di Kebun Sei lala, PT Tunggal Perkasa Plantations No.
Umur Tanaman
1
Umur < 7 tahun
Rata-rata Produktivitas kg/ha/bln ton/ha/th 608.2 7.298 Umur 12 – 25 tahun Umur > 25 tahun
2
3
Umur 12 – 25 tahun Umur < 7 tahun Umur > 25 tahun Umur > 25 tahun Umur < 7 tahun Umur 12 – 25 tahun
Nilai Signifikan 0.000 0.000
2 066.0
24.792 0.000 1.000
2 067.0
24.804 0.000 1.000
46
Populasi Tanaman Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit (Penebar Swadaya, 1999). Menurut Risza (2009) terdapat hubungan antara penurunan produksi dan kerapatan tanam. Kerapatan tanam berpengaruh terhadap kualitas intensitas dan lama penyinaran matahari yang akan berpengaruh terhadap morfologi dan fisiologi tanaman serta akan berpengaruh terhadap produksi bunga betina. Lubis (1992) menyatakan bahwa populasi tanaman kelapa sawit yang banyak digunakan di perkebunan di Indonesia adalah 143 pokok/ha. Hal tersebutlah yang mendasari pengkategorian dummy populasi tanaman per hektar (SPH). Jumlah populasi tanaman per hektar yang berbeda-beda tiap blok tanaman, juga turut mendasari pengkategorian dummy SPH. Koefisien regresi dummy SPH < 130 pokok sebesar - 385.512, koefisien regresi dummy SPH 130 - 135 pokok sebesar - 197.429, dan koefisien dummy SPH 136 – 143 pokok sebesar - 533.480. Hal tersebut berarti produktivitas tanaman kelapa sawit dengan SPH 130 – 135 pokok lebih tinggi daripada produktivitas tanaman kelapa sawit dengan SPH < 130 pokok. Produktivitas tanaman kelapa sawit dengan
SPH < 130 pokok lebih tinggi daripada
produktivitas tanaman kelapa sawit dengan SPH 136 – 143 pokok. Perbedaan jumlah SPH menghasilkan produksi yang berbeda pula. Rata-rata produktivitas maksimal dicapai ketika SPH tanaman maksimal pula. Perbedaan rata-rata produktivitas antara jumlah SPH dapat dilihat pada Tabel 9. Penurunan produktivitas di Kebun Sei Lala tidak dipengaruhi oleh SPH tanaman, karena jumlah SPH tanaman setiap tahunnya tidak mengalami perubahan. Tabel 9. Pengaruh SPH terhadap Produktivitas Kelapa Sawit No.
Variabel SPH
1 2 3
SPH < 130 pokok SPH 130 – 135 pokok SPH 136 – 143 pokok
Rata-rata Produktivitas kg/ha/bln ton/ha/th 1 482 17.784 1 669 20.028 1 332 15.984
47
Curah Hujan Air hujan merupakan sumber air utama untuk tanaman perkebunan. Menurut Hadi (2004) curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar 2 500 – 3 000 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari. Handoko (1995) menyatakan bahwa klasifikasi yang umumnya digunakan untuk perkebunan di Indonesia adalah klasifikasi yang dibuat oleh SchmidthFerguson. Schmidth-Ferguson mengklasifikasikan curah hujan menjadi tiga jenis, bulan kering dengan curah hujan (CH) < 60 mm/bulan, bulan lembab dengan CH 60 – 100 mm/bulan, dan bulan basah dengan CH
> 100 mm/bulan. Hal
tersebutlah yang mendasari pengkategorian dummy curah hujan. Menurut Arsyad (1989), air hujan merupakan faktor yang menentukan tingkat produksi tanaman juga stabilitasnya. Pada tanaman kelapa sawit diketahui bahwa semakin tinggi curah hujan, maka produktivitasnya akan semakin tinggi (Tabel 10). Tabel 10. Pengaruh Curah Hujan terhadap Produktivitas Kelapa Sawit No. Variabel Curah Hujan (mm/bulan) 1 CH < 60 CH 60 – 100 CH > 60 2 CH 60 – 100 CH < 60 CH > 60 3 CH > 100 CH < 60 CH 60 -100
Rata- rata Produktivitas kg/ha/bln ton/ha/th 1 495 17.940
Nilai Signifikan 0.109 0.000
1 569
18.828 0.109 0.000
1 677
20.124 0.000 0.000
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit tertinggi dicapai saat CH > 100 mm/bulan, sedangkan produktivitas terendah terjadi saat CH < 60 mm/bulan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lubis (1986), pada periode curah hujan yang tinggi diperoleh produktivitas yang tinggi
48
dan pada periode curah hujan yang rendah diperoleh produktivitas yang rendah pula. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit pada CH < 60 mm/bulan dan CH 60 – 100 mm/bulan. Hal tersebut dibuktikan dari nilai signifikannya yang besar dari 0.05 (α = 5 %). Meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara produktivitas tanaman kelapa sawit pada CH < 60 mm/bulan dan CH 60 – 100 mm/bulan, produktivitas tanaman kelapa sawit pada CH < 60 mm/bulan lebih tinggi daripada produktivitas yang dihasilkan pada CH 60 – 100 mm/bulan. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi dummy CH < 60 mm/bulan (-75.113) yang lebih besar dari pada koefisien regresi dummy CH 60 – 100 mm/bulan (- 106.331). Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tertinggi dicapai saat curah hujan tertinggi, yaitu pada tahun 2008 dengan produktivitas 23.75 ton/ha saat curah hujan 4 696 mm/tahun (Tabel 11). Dengan demikian dapat diduga bahwa curah hujan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Lala. Tabel 11. Pengaruh Curah Hujan terhadap Penurunan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2005 2006 2007 2008 2009
Curah Hujan (mm/tahun) 3 015 2 427 2 546 4 696 2 856
Produktivitas (ton/ha) 21.90 20.87 20.67 23.75 21.42
Sumber : Curah hujan (PTPN V, 2010) Produktivitas Kelapa Sawit (PT Tunggal Perkasa Plantations, 2010)
Jenis Pupuk Pemupukan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi. Pemupukan yang tidak baik akan mengakibatkan tidak tercapainya target produksi. Menurut Setyamidjaja (2006) pemupukan tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk menyediakan unsur-unsur hara yang
49
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan generatif sehingga diperoleh hasil yang optimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan bahwa berdasarkan kandungan haranya pupuk terbagi atas dua jenis, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Hal tersebutlah yang mendasari pengkategorian dummy jenis pupuk. Kebun Sei Lala mulai menggunakan pupuk campuran (tunggal + majemuk) sejak semester II tahun 2008, sedangkan sebelumnya pupuk yang digunakan berupa pupuk tunggal. Rata-rata produktivitas tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk tunggal sebesar 16.57 ton/ha/tahun sedangkan, ratarata tanaman kelapa sawit yang dipupuk dengan menggunakan pupuk campuran (tunggal + majemuk) sebesar 21.36 ton/ha/tahun. Produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk) lebih besar daripada produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk tunggal. Sutarta dan Winarna (2001) menyatakan bahwa penggunaan pupuk majemuk lebih efektif daripada pupuk tunggal, hal tersebut disebabkan oleh kehilangan unsur hara untuk setiap jenis pupuk tunggal tergolong dominan, yaitu 4 – 17 % untuk N, 10 – 15 % untuk K, 4 – 8 % untuk Mg, dan sekitar 2 % untuk P. Kehilangan tersebut berupa kehilangan melalui penguapan dan aliran permukaan (run off). Kehilangan melalui jerapan oleh logam Al atau Fe dan logam lain, serta yang terjerap dalam mineral liat belum termasuk dalam perhitungan. Penggunaan
pupuk
majemuk
mempunyai
beberapa
keunggulan
dibandingkan dengan penggunaan pupuk tunggal. Pupuk majemuk formulanya dapat disusun sedemikian rupa sehingga satu formula pupuk majemuk sudah mengandung semua jenis unsur hara yang diperlukan untuk kelapa sawit tertentu di suatu tempat tertentu pula. Dengan demikian dapat dikembangkan rekomendasi pemupukan yang spesifik lokasi dan tanaman (crop and site specific recommendation). Di samping itu pupuk majemuk dapat dibuat dengan bentuk yang mudah untuk penempatan (pembenaman) ke dalam tanah, sehingga dapat mengatasi kehilangan pupuk akibat aliran permukaan dan penguapan (PT Astra Agro Lestari, 2008). Selain memiliki beberapa keunggulan, pupuk majemuk juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu beberapa jenis pupuk majemuk tidak dapat
50
bertahan lama dalam penyimpanan karena sifat menggumpal yang kemudian mengeras. Penggunaan pupuk campuran (tunggal + majemuk) dapat menutupi kekurangan pupuk tunggal dan majemuk. Penurunan produktivitas pada tahun 2009 (Tabel 11) seharusnya tidak terjadi karena pada semester II tahun 2008 dan semester I dan II tahun 2009 Kebun Sei Lala sudah menggunakan pupuk campuran (tunggal + majemuk). Penurunan tersebut disebabkan oleh faktor lain seperti umur tanaman dan curah hujan sehingga pengaruh jenis pupuk tidak terlalu terlihat. Data jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Lala dapat dilihat pada Lampiran 12.
Buah Mentah Nilai koefisien regresi buah mentah adalah – 0.488 (Tabel 6) yang artinya pemanenan satu persen buah mentah dapat menurunkan produktivitas kelapa sawit sebesar 0.488 % untuk pemanenan periode berikutnya. Satu TBS kelapa sawit umumnya ditopang oleh satu atau dua buah pelepah (songgo satu atau songgo dua). Pada saat memanen TBS pada umumnya pemanen memotong pelepah penyangga TBS tersebut. Dengan demikian pemanenan buah mentah akan menurunkan jumlah pelepah melebihi jumlah pelepah yang seharusnya dibuang. Pengurangan jumlah pelepah secara berlebihan mengakibatkan terjadinya over prunning yang mengakibatkan tanaman menjadi stres. Stres tanaman dapat mengakibatkan
peningkatan
abortus
bunga
betina
dan
terjadinya
sex
differentiation sehingga jumlah buah yang terbentuk berkurang, selain itu stress tanaman juga mengakibatkan terjadinya penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Pada tahun 2008 terjadi peningkatan produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Lala, yaitu sebesar 14.87 % (Tabel 11). Hal tersebut disebabkan oleh turunnya jumlah buah mentah dipanen pada tahun 2008 sebesar 0.8 %, dimana jumlah buah mentah dipanen pada tahun 2007 sebesar 2.37 % (Gambar 7). Akan tetapi pada tahun 2009 terjadi penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala sebesar 9.788 % (Tabel 11). Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah buah mentah dipanen pada tahun tersebut, dimana pada tahun 2008 jumlah buah mentah dipanen sebesar 0.8 % dan pada tahun 2009 meningkat menjadi
51
0.9 % (Gambar 7), sehingga dapat diduga bahwa buah mentah merupakan salah
Buah Mentah Dipanen (%)
satu penyebab penurunan produktivitas kelapa sawit. 7 6 Buah Mentah Dipanen
5
4 3 2 1 0
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun Gambar 7. Pemanenan Buah Mentah di Kebun Sei Lala
Buah Busuk Buah busuk merupakan salah satu faktor penyebab kehilangan produksi tanaman kelapa sawit. Dalam studi ini, buah busuk diartikan sebagai buah matang yang tidak dipanen atau buah tinggal. Buah busuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit (Tabel 7). Dengan demikian dapat diketahui bahwa buah busuk juga tidak berpengaruh terhadap penurunan produktivitas
tanaman
kelapa
sawit.
Hal
tersebut
dikarenakan
adanya
pengetrekkan buah busuk pada periode panen berikutnya. Meskipun tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit, buah busuk mempengaruhi jumlah kandungan asam lemak bebas pada minyak kelapa sawit yang dihasilkan. Semakin lambat buah dipanen, semakin tinggi kandungan asam lemak bebas. Kandungan ALB yang tinggi akan menurunkan kualitas CPO yang dihasilkan, karena pada suhu kamar CPO akan mudah membeku.
52
Interaksi Jenis Pupuk dan Umur Tanaman Jenis pupuk mempengaruhi produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya interaksi antara umur tanaman dan jenis pupuk yang diberikan. Produktivitas tanaman kelapa sawit pada umur < 7 tahun yang diberi pupuk tunggal lebih tinggi daripada produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk) pada umur yang sama. Produktivitas tertinggi dicapai saat tanaman berumur antara 12 - 25 tahun dan diberi pupuk campuran (Tabel 12). Tabel 12. Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit pada Umur Tanaman yang Berbeda No. Jenis Pupuk
Umur Tanaman
1
Pupuk tunggal
2
Pupuk campuran (tunggal + majemuk)
Umur < 7 tahun Umur 12 – 25 tahun Umur > 25 tahun Umur < 7 tahun Umur 12 – 25 tahun Umur > 25 tahun
Rata-rata Produktivitas kg/ha/bln ton/ha/tn 596 7.153 1 779 21.348 1 804 21.648 543 6.520 2 038 24.456 1 987 23.844
Koefisien regresi dummy interaksi antara jenis pupuk tunggal dan umur tanaman < 7 tahun sebesar 226.444, sedangkan koefisien regresi dummy interaksi jenis pupuk tunggal dan umur tanaman 12 – 25 tahun sebesar – 191.713, artinya penggunaan pupuk tunggal pada tanaman kelapa sawit yang berumur < 7 tahun akan meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit dibandingkan jika diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk). Demikian juga sebaliknya, penggunaan pupuk tunggak pada tanaman kelapa sawit yang berumur 12 – 25 tahun akan menurunkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Dengan demikian dapat diduga bahwa penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit pada tahun 2007 dan 2009 disebabkan oleh ketidaktepatan jenis pupuk yang diberikan.
Interaksi Curah Hujan dan Jenis Pupuk Produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberikan pupuk campuran (tunggal + majemuk) pada curah hujan kurang dari 60 mm/bulan maupun lebih
53
dari 100 mm/bulan lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas kelapa sawit yang diberi pupuk tunggal pada curah hujan yang sama (Tabel 13). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemupukan tunggal atau campuran terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit bergantung pada besarnya curah hujan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), pemupukan yang tepat waktu harus dikaitkan dengan pola curah hujan. Tidak terdapat curah hujan antara 60 – 100 mm/bulan pada saat pemupukan menggunakan pupuk campuran (tunggal + majemuk) (tidak ada curah hujan antara 60 – 100 mm/bulan sejak semester II tahun 2008). Tabel 13. Pengaruh Interaksi Curah Hujan dan Jenis Pupuk terhadap Produktivitas Kelapa Sawit No.
Jenis Pupuk
1
Pupuk tunggal
2
Pupuk campuran (tunggal + majemuk)
Curah Hujan (mm/bulan) CH < 60 CH 60 – 100 CH > 100 CH < 60 mm/bulan CH 60 – 100 CH > 100
Rata-rata Produktivitas kg/ha/bln ton/ha/th 1 795 21.540 1 660 19.920 1 837 22.044 1 956 23.472 2 019 24.228
Interaksi Umur Tanaman dan Buah Mentah Terdapat interaksi antara umur tanaman dan buah mentah yang dipanen (Tabel 7). Umur tanaman berkorelasi langsung dengan tinggi tanaman Semakin tua umur tanaman, semakin tinggi tanaman tersebut. Tinggi tanaman berpengaruh terhadap pengamatan buah matang dan kemudahan panen. Pokok yang terlalu tinggi akan menghambat penglihatan pemanen dalam melihat kematangan buah. Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Lala dipengaruhi oleh interaksi umur tanaman dan buah mentah dipanen. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya beberapa blok tanaman yang melebihi umur ekonomis tanaman kelapa sawit (umur tanaman 35 tahun) dengan kondisi fisik tanaman yang sangat tinggi. Umur tanaman kelapa sawit untuk tiap blok tanaman di tiap afdeling dapat dilihat dari tahun tanam kelapa sawit yang tertera pada Lampiran 13.
54
Interaksi Topografi dan Buah Mentah Koefisien regresi dummy interaksi topografi flat sebesar 1.663, sedangkan koefisien regresi dummy interaksi topografi rolling sebesar 5.651, artinya pemanen buah mentah di areal rolling lebih tinggi daripada pemanenan buah mentah di areal flat. Hal tersebut berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan panen, dimana pada areal rolling pengamatan dan pemanen buah matang lebih sulit jika dibandingkan dengan areal flat. Selain itu keakuratan taksasi produksi juga turut mempengaruhi jumlah buah mentah yang dipanen. Berdasarkan pengamatan penulis, sebagian besar taksasi produksi dilakukan di areal flat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemanenan buah mentah dapat menurunkan produktivitas tanaman kelapa sawit.
Interaksi Topografi dan Buah Busuk Koefisien regresi dummy interaksi topografi flat dan buah busuk 0.121, sedangkan koefisien regresi dummy interaksi topografi rolling dan buah busuk 0.972. Jumlah buah busuk pada areal rolling lebih tinggi daripada jumlah buah busuk pada areal flat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis jumlah buah busuk pada areal rolling 35 % lebih besar daripada areal flat. Sama halnya dengan interaksi topografi dan buah mentah. Adanya buah busuk juga dipengaruhi oleh kemudahan dalam pengamatan dan pelaksanaan panen. Pengawasan panen yang lebih ketat merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan guna mengurangi tingginya angka kehilangan produksi ( buah busuk dan buah mentah).
55
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Curah hujan, jenis pupuk, topografi, umur tanaman, SPH, buah mentah, interaksi jenis pupuk dan umur tanaman, interaksi curah hujan dan jenis pupuk, interaksi umur tanaman dan buah mentah, serta interaksi topografi dan buah mentah merupakan faktor-faktor yang menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit, sedangkan penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit disebabkan oleh curah hujan, jenis pupuk, umur tanaman, buah mentah, dan interaksi antar beberapa faktor. Variasi variabel produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut dapat diterangkan sebesar 92.8 % oleh model. Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh curah hujan. Produktivitas tanaman kelapa sawit terbesar diperoleh saat curah hujan terbesar pula (CH > 100 mm/bulan). Akan tetapi pada CH 60 – 100 mm/bulan produktivitas tanaman kelapa sawit yang dihasilkan lebih kecil daripada produktivitas tanaman pada CH < 60 mm/bulan. Produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk) lebih tinggi daripada produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk tunggal. Umur tanaman yang masih muda, yaitu < 7 tahun merupakan faktor terbesar yang menyebab penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal tersebut dilihat dari nilai koefisien regresi dummy umur tanaman yang paling besar dibandingkan nilai koefisien regresi untuk variabel yang lainnya. Semakin banyak buah mentah dipanen, semakin tinggi penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit untuk periode pemanenan berikutnya. Hal tersebut disebabkan oleh pemanenan 1 % buah mentah akan menurunkan produktivitas tanaman kelapa sawit sebesar 0.488 persen. Meskipun topografi dan SPH tidak menjadi faktor penyebab penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit. Kedua faktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit. Produktivitas tanaman kelapa sawit untuk areal flat lebih tinggi daripada produktivitas tanaman
56
kelapa sawit pada areal rolling. Jumlah populasi tanaman per hektar mempengaruhi jumlah produktivitas tanaman kelapa sawit. SPH optimal untuk memperoleh produktivitas maksimal adalah 130 – 135 pokok/ha. Buah busuk tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit, keberadaan buah busuk cukup merugikan. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya kandungan asam lemak bebas pada buah busuk. Kandungan ALB yang tinggi akan menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar. Pada tanaman kelapa sawit yang berumur < 7 tahun dan diberi pupuk tunggal akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk). Akan tetapi pemberian pupuk tunggal pada tanaman yang berumur > 7 tahun akan menghasilkan produktivitas yang lebih rendah daripada tanaman yang diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk). Produktivitas tanaman kelapa sawit yang diberi pupuk campuran (tunggal + majemuk) pada CH < 7 tahun maupun pada CH > 100 mm/bulan lebih tinggi daripada produktivitas kelapa sawit yang diberi pupuk tunggal pada curah hujan yang sama. Terdapat interaksi antara umur tanaman dan buah mentah. Semakin tua umur tanaman semakin besar jumlah buah mentah yang dipanen. Selain dipengaruhi oleh umur tanaman, pemanen buah mentah juga dipengaruhi oleh kemiringan lahan. Pada daerah bertopografi rolling jumlah pemanenan buah mentah lebih tinggi daripada daerah flat. Semakin tinggi kemiringan suatu lahan, semakin tinggi pula jumlah buah mentah yang dipanen.
Saran Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit yang terjadi di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations disebabkan oleh faktor curah hujan, jenis pupuk, umur tanaman, dan buah mentah dipanen, sehingga perlu dilakukan manajemen terhadap faktor-faktor tersebut. Manajemen air dapat dilakukan untuk mengatasi ketidaktersediaan air di saat musim kemarau. Manajemen topografi yang baik dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Penggunaan jenis pupuk yang disesuaikan dengan umur tanaman dan pola curah hujan dapat
57
meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Replanting tanaman berumur tua dapat menghindari pemanenan buah mentah sehingga penurunan produksi dapat diminimalisir.
58
DAFTAR PUSTAKA Adiwiganda, R. 2002. Field management on fertilizer application at oil palm plantation. Seminar on Fertilizer Management for Oil Palm, Organized by PT Sentana Adidaya Pratama, Canadian Potash Exporter (Canpotex), Potash and Phosphate Institut (PPI) and Indonesia Oil Palm Research Institut (IOPC). Bali. p. 40. dan M. M. Siahaan. 1994. Kursus Manajemen Perkebunan Dasar Bidang Tanaman. Lembaga Pendididkan Perkebunan Kampus Medan. Medan. 68 hal. Arsyad, S. 1989. Pemanfaatan Iklim dalam Mendukung Pengembangan Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistika Perkebunan Indonesia 2008 – 2010 Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 57 hal. Dja’far, S. Anwar, dan P. Purba. 2001. Pengaruh topografi lahan terhadap produksi dan kapasitas tenaga panen kelapa sawit. Warta Kelapa Sawit, 9 (3): 17 – 18. Doll, J. P. and J. W. Orazem. 1984. Production Economics Theory with Applications Second Edition. Jhon Wiley and Sons. New York. 470 p. Hadi, M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta. 175 hal. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta. 192 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta. 286 hal. Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 1. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar. 435 hal. . 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 360 hal. Lubis, S. 1986. Hubungan iklim dengan produksi kelapa sawit di kebun bukit sentang. Buletin Perkebunan, 17 (40: 185 – 194).
59
Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal. dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 424 hal. Penebar Swadaya. 1999. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 218 hal. PT Astra Agro Lestari. 2008. Laporan Akhir Survey Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit Tingkat Semi Detail Skala 1 : 25 000 Areal Perkebunan PT Tunggal Perkasa Plantations Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. PT AAL. Jakarta. 310 hal. PT Tania Selatan. 1997. Pedoman Teknik Kultur Tanaman Kelapa Sawit. PT Tania Selatan. Jambi. 147 hal. Purwa, D. 2007. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta. 123 hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 153 hal. Risza, S. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. Yogyakarta. 189 hal. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 63 hal. Sugiyono, E.,S. Sutarta, W. Darmosarko, dan H. Santoso. 2005. Peranan perimbangan K, Ca, dan Mg tanah dalam penyusunan rekomendasi pemupukan kelapa sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005, Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Vol. 1:44-56. Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengelolaan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sugiyono, E., S. Sutarta, W. Darmosarkoso, dan H. Santoso. 2005. Peranan perimbangan K, Ca, dan Mg tanah dalam penyusunan rekomendasi pemupukan kelapa sawit. Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005, Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Melalui Pemupukan dan Pemanfaatan Limbah PKS. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Vol. 1:44-56.
60
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal. Sutarta, E. S. dan Winarna. 2001. Langkah alternatif di bidang teknis pemupukan di masa krisis ekonomi. Seminar Kelapa Sawit 11 Tahun 2001, Efektivitas Aplikasi Pupuk di Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 15 hal.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1. Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Tahun 2000 – 2009 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BK
2000 CH HH 227 10 98 10 123 5 263 16 95 6 210 7 92 7 42 7 163 9 139 8 161 17 156 10 1769 112 8 1
Keterangan : CH
2001 CH HH 194 14 130 10 75 8 249 15 101 4 25 2 70 5 42 5 261 9 292 16 357 17 142 14 1938 119 8 2
2002 CH HH 239 11 48 5 357 10 27 11 18 6 10 4 20 5 13 6 18 6 276 8 358 16 346 19 1730 107 5 7
= Curah Hujan
2003 CH HH 315 18 226 11 322 12 261 17 271 12 86 6 81 9 146 10 128 11 119 9 659 18 917 30 3531 163 10 0
2004 CH HH 390 17 173 9 260 18 272 20 202 12 303 17 81 7 380 14 357 19 365 18 344 17 3127 168 10 1
Q
2005 CH HH 122 7 49 7 235 17 366 14 409 15 137 8 74 10 418 10 270 11 410 12 324 12 201 13 3015 142 10 1
=
2006 CH HH 326 13 162 11 214 11 501 16 196 8 199 8 103 5 41 4 80 5 80 10 218 14 307 14 2427 119 9 1
2007 CH HH 136 7 107 12 150 11 618 13 386 16 91 7 154 10 63 5 116 9 126 14 352 10 247 12 2546 126 10 1
Rata −rata BK Rata −rata BB 1.9
HH = Hari Hujan = 9.2 BB = Bulan Basah = 0.1739 (Tipe Iklim B) BK = Bulan Kering Q = Nilai untuk menentukan batas-batas tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schimdth-Ferguson Klasifikasi Iklim menurut Schimdth-Ferguson A = Daerah sangat basah E = Daerah agak kering B = Daerah basah F = Daerah Kering C = Daerah agak basah G = Daerah sangat kering D = Daerah sedang H = Daerah ekstrim kering Sumber
: Stasiun Klimatologi PT Perkebunan Nusantara V (2010)
2008 CH HH 196 15 169 7 933 19 425 13 146 8 327 13 204 14 113 14 283 12 468 14 1280 16 152 12 4696 157 12 0
2009 CH HH 205 11 196 11 462 17 306 12 139 5 15 6 27 3 329 9 215 10 122 9 382 17 458 20 2856 130 10 2
Rataan CH HH 235 12 135.8 9 313.1 13 328.8 15 196.3 9 110 6 112.8 9 128.8 8 191.4 10 238.9 12 445.6 16 327 16 2763.5 135 9.2 1.9
63
Lampiran 2. Kelas Kesesuaian Lahan PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Persyaratan tumbuh/Karakteristik Lahan Suhu (tc) Suhu tahunan rata-rata (°C)
S1
Kelas Kesesuaian Lahan S2 S3
N
25 – 28
22 -25 28 – 32
20 - 22 32 - 35
< 20 > 35
1700 – 2500 <2
1450 – 1700 2500 – 3500 2–3
1250 – 1450 3500 – 4000 3-4
< 1250 >4000 >4
Baik – sedang
Agak Terhambat
Terhambat, agak cepat
Sangat terhambat, cepat
Halus, agak halus, sedang < 15 >100
-
Agak kasar
Kasar
15 – 35 75 - 100
35 – 55 50 - 75
>55 <50
< 60 < 140
60 – 140 140 – 200
140 – 200 200 – 400
>200 >400
Sapric*
Sapric, hemic*
Hemic, fibric*
Fibric
>16 >20 5.0 – 6.5
< 4.2 >7.0 -
-
>0.8
≤ 16 ≤ 20 1.2 – 5.0 6.5 – 7.0 ≤ 0.8
<2
2–3
3-4
>4
-
-
-
-
>125
100 - 125
60 - 100
< 60
<8
8 – 16
16 – 30
>30
Very low
Low -moderat
severa
Very severe
F0
F1
F2
>F2
<5
5 – 15
15 – 40
>40
Singkapan batuan (%) <5 5 – 15 Sumber : Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
15 – 25
> 25
Ketersediaan Air (wa) Curah hujan tahunan rata-rata (mm) Jumlah bulan kering (bulan) Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase
Keadaan Perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Fraksi kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Gambut: Kedalaman (cm) Kedalaman (cm), bila berlapis dengan bahan mineral/pengkayaan mineral Kematangan Ketersediaan Hara (nr) KTK liat (meq(+)/kg) Kejenuhan Basa (%) pH H2 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) Bahaya Erosi (eh) Lereng (%) Tingkat bahaya erosi (eh) Bahaya Banjir (fh) Banjir Penyiapan Tanah (lp) Batuan permukaan (%)
-
64
Lampiran 3. Peta PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau
utara
Areal Kebun Sei Lala meliputi OK, OL, OM, ON, OO. OK
: Afdeling Kilo. Alfa OA = Afdeling
OL
OW = Afdeling : Afdeling Lima. Wisky
OM
: Afdeling Mike.
ON
: Afdeling Nency.
OO
: Afdeling Oscar.
Perbedaan warna menandakan perbedaan afdeling.
65
Lampiran 4. Struktur Organisasi PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau ADMINISTRATUR Deputi ADM
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CDO
Kepala Kebun
Kepala Pabrik
Kepala Teknik
Kepala Tata Usaha
Kerani Kebun PIC ATC
Asisten Afdeling
Asisten HPT
Asisten SHE
Asisten Pabrik
Asisten Teknik
PIC R&D
Kepala Bagian HRGA
Kerani CDO
Mandor 1 Afdeling
Mandor 1 HPT
Mandor 1 Transport
Mandor 1 Pabrik
Mandor 1 Teknik Kasir
Mandor Rawat
Kepala Poliklinik Admin ATC
Kerani Afdeling
Mandor Panen
Kerani Panen
Kerani Pabrik
Kerani 1
Asisten PPIC
Kerani HR Asisten bibit
Sekt. Administratur PIC DATA PMS
Mandor PPIC Mandor Bibit
Kerani HPT DEO Tanaman DEO Umum ---------------
Berhubungan Langsung Berhubungan Tidak Langsung
DEO Teknik DEO Pabrik
66
Lampiran 5 . Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations Tanggal
Kegiatan
18-02-2010 19-02-2010
Mandor pembibitan Apel pagi Mandor pembi bitan Mandor pembibitan Review kebun Mandor pembibitan Mandor satu Apel pagi Mandor satu Apel pagi Mandor satu Review Mandor rawat Mandor rawat Apel pagi Pembuatan peta kebun Apel pagi Mandor rawat Mandor rawat Apel pagi Mandor satu Pembuatan papan struktur organisasi Mandor rawat Riview kebun Mandor satu Mandor satu Mandor satu Riview kebun Mandor satu Apel pagi Mandor satu Apel pagi Mandor satu Mandor rawat Mandor panen
22-02-2010 24-02-2010 25-02-2010 26-02-2010 01-03-2010
03-03-2010 04-03-2010 05-03-2010
10-03-2010 11-03-2010 12-03-2010 15-03-2010
18-03-2010 19-03-2010 22-03-2010 24-03-2010 25-03-2010 26-03-2010 29-03-2010 31-03-2010 01-04-2010
Jumlah BHL yang Diawasi (orang)
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
2 2 2 2 6 6 6 11 12
39 6
11 6 6 6 6 6 6 9 10
Lama Kegiatan (jam) 9 1 6 6 3 9 7 1 6 1 6 3 9 7 1 8 1 8 7 1 9 3 3 3 7 9 4 3 9 1 6 1 2 9 7
67
Lampiran 5. (Lanjutan) Tanggal
Kegiatan
05-04-2010
Pembuatan papan struktur organisasi Review kebun Mandor panen Apel pagi Mandor transportasi Mandor panen Review kebun Mandor satu Apel pagi Apel pagi Mandor satu Review kebun Apel pagi Mandor satu Apel pagi Mandor satu Review Mandor satu Mandor satu Apel pagi Mandor satu Review Pelatihan mandor panen Pelatihan mandor panen Pelatihan mandor panen Review
08-04-2010 09-04-2010 12-04-2010 15-04-2010 16-04-2010 23-04-2010 26-04-2010 30-04-2010 05-05-2010 07-05-2010 10-05-2010 12-05-2010 13-05-2010 14-05-2010 17-05-2010 18-05-2010 19-05-2010 20-05-2010 31-05-2010
Jumlah BHL yang Diawasi (orang)
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Lama Kegiatan (jam) 5
15
15 5
5
5 5 5 5 5
3 7 1 1 6 3 7 1 1 1 3 1 9 1 6 3 9 7 1 6 3 9 9 9 3
68
Lampiran 6. Jurnal Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations
Tanggal 20-02-2010 21-02-2010 23-02-2010 25-02-2010 27-02-2010 02-03-2010 25-02-2010 06-03-2010 07-03-2010 09-03-2010 11-03-2010 13-04-2010 14-03-2010 17-03-2010 18-03-2010 20-03-2010 21-03-2010 22-03-2010 25-03-2010 26-03-2010 27-03-2010 28-03-2010 29-03-2010
30-03-2010 31-03-2010 01-04-2010 03-04-2010 06-04-2010 07-04-2010 08-04-2010 09-04-2010 10-04-2010
Kegiatan Olahraga Gotong royong Review kantor besar Kontrol Olahraga Review kantor besar Kontrol Olahraga Wisata pintar Review kantor besar Kontrol Olahraga Wisata pintar Review kantor besar Kontrol Olahraga Gotong royong Review kantor besar Kontrol Kalibrasi fertilizer spreader Tabligh akbar Wisata pintar Persiapan penutupan turnamen volly Penutupan turnamen volley Review kantor besar Sosialisasi pajak Training HACCP Kontrol Olahraga Review kantor besar Diskusi project Kontrol Kalibrasi kalix Olahraga
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Luas Areal Pengawasan (ha)
Lama Kegiatan (jam)
90.73
4 3
101.71
4 3
111.76
4 3
262.45
3
90.16 104.29
3 4
4 6
91.97
104.29
3
69
Lampiran 6. (Lanjutan) Tanggal
Kegiatan
11-04-2010 13-04-2010
Gotong royong Review kantor besar Kontrol rawat dan panen Manajemen dan kontrol rawat Kontrol Kontrol pemupukan Mekanis Olahraga Kontrol rawat dan panen Review Kontrol rawat dan panen Composting di blok OK9 Kontrol tempat Composting di Afd. OM, ON, dan OO Kontrol Olahraga Manajemen dan kontrol rawat Review kantor besar Planning rawat Kontrol Olahraga Review kantor besar Kontrol Olahraga Kontrol rawat dan panen Review kantor besar Kontrol Olahraga Review kantor besar Persiapan composting
14-04-2010 15-04-2010 16-04-2010 17-04-2010 19-04-2010 20-04-2010
21-04-2010 22-04-2010
24-04-2010 26-04-2010 27-04-2010 28-04-2010 29-04-2010 01-05-2010 03-05-2010 06-05-2010 08-05-2010 10-05-2010 11-05-2010 13-05-2010 15-05-2010 18-05-2010 24-05-2010
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Luas Areal Pengawasan (ha)
Lama Kegiatan (jam)
4 5
601.26
9
2
111.34 101.71
5
5
686.34
9
750.62
4
30.33
10 4
124.07
3
695.18
9
111.76
11 3
70.66 686.34
66.65
9
70
Lampiran 6. (Lanjutan) Tanggal
Kegiatan
25-05-2010 26-05-2010
Review kantor besar Composting di afdeling OO Composting di afdeling OM Kontrol Composting di afdeling OK Olahraga Review kantor besar Kunjungan pabrik Kunjungan pabrik Kantor besar Kantor kebun Review kantor besar Kantor kebun Kantor kebun Presentasi di kantor kebun Kantor besar Review kantor besar Presentasi kantor besar
27-05-2010
28-05-2010 29-05-2010 01-06-2010 02-06-2010 03-06-2010 04-06-2010 07-06-2010 08-06-2010 09-06-2010 10-06-2010 11-06-2010 13-06-2010 15-06-2010
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang)
Luas Areal Pengawasan (ha)
Lama Kegiatan (jam) 9 6
59.93
3 9
71
Lampiran 7. Sistem Pembibitan Double Stage di PT Tunggal Perkasa Plantations
Persiapan Lahan
Tanam Kecambah
Pengisian Baby Bag Pembuatan Bedengan Pembuatan Naungan Pembuatan Drainase Pembuatan Instalansi Air Penempatan Baby Bag
Perawatan Pre Nursery
Tanam
Pemupukan Penyiraman Pengendalian OPT Pengukuran Fisik.
Seleksi
Distribusi
Seleksi
Persiapan Lahan Pengisian Large bag Pancang Mata Lima Pembuatan Instalansi Air Pembuatan Draenase
Transplanting dan Perawatan Main Nursery
Pemupukan Penyiraman Pengendalian OPT Pengukuran Fisik.
72
Lampiran 8. Jenis dan Dosis Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Piringan Umur (Tahun) 1-2
Gulma Dominan
Herbisida
Rumput + LCC + Daun lebar Biosat + Biofuron Mekania 2.4-D Amine Rumput Biosat Alang-alang Biosat Pakis + krisan Gramoxon/Noxon + Biofuron Anak kayu Diameter < 5 cm Biosat + Biofuron 3–6 Rumput + LCC + Daun lebar Biosat + Biofuron Mekania 2.4-D Amine Rumput Biosat Alang-alang Biosat Pakis + krisan Gramoxon/Noxon + Biofuron Anak kayu Diameter < 5 cm Biosat + Biofuron >7 Rumput + LCC + Daun lebar Biosat + Biofuron Mekania 2.4-D Amine Rumput Biosat Alang-alang Biosat Pakis + krisan Gramoxon/Noxon + Biofuron Anak kayu Diameter < 5 cm Biosat + Biofuron Sumber: Kantor besar PT Tunggal Perkasa Plantations
Dosis (cc/ha/Rot)
Volume Larutan (l/ha)
Konsentrasi (%)
700 + 26.25 1,050 700 1,260 472.5+ 26.25 787.5 + 26.25 525 + 26.25 787,5 525 1,260 472.5+ 26.25 787.5 + 26.25 350 + 26.25 630 350 1,102.5 472.5+ 26.25 787.5 + 26.25
157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5 157.5
0.44+0.017 0.67 0.44 0.8 0.3+0.017 0.5+0.017 0.33+0.017 0.5 0.33 0.8 0.3+0.017 0.5+0.017 0.22+0.017 0.4 0.22 0.7 0.3+0.017 0.5+0.017
73
Lampiran 9. Jenis dan Dosis Herbisida untuk Pengendalian Gulma di Gawangan Umur (Tahun) 1–2
3–6
>7
Gulma Dominan Mekania Alang-alang Pakis + krisan Anak kayu Diameter < 5 cm Mekania Alang-alang Pakis + krisan Anak kayu Diameter < 5 cm Mekania Alang-alang Pakis + krisan Anak kayu Diameter < 5 cm
Herbisida 2.4-D Amine Biosat Gramoxon/Noxon + Biofuron Biosat + Biofuron 2.4-D Amine Biosat Gramoxon/Noxon + Biofuron Biosat + Biofuron 2.4-D Amine Biosat Gramoxon/Noxon + Biofuron Biosat + Biofuron
Sumber: Kantor besar PT Tunggal Perkasa Plantations
Dosis (cc/ha/Rot) 904.5 1,080 405+ 22.95 675 + 22.95 562.5 900 337.5 + 19.13 562.5 + 19.13 360 630 270 + 15.3 450 + 15.3
Volume Larutan (l/ha) 135.0 135.0 135.0 135.0 112.5 112.5 112.5 112.5 90.0 90.0 90.0 90.0
Konsentrasi (%) 0.67 0.8 0.3+0.017 0.5+0.017 0.5 0.8 0.3+0.017 0.5+0.017 0.4 0.7 0.3+0.017 0.5+0.017
74
Lampiran 10. Sistem Perhitungan Premi Pemanen PT Tunggal Perkasa Plantations
No.
Umur (tahun)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
> 18 16 – 18 11 – 15 10 9 8 7 6 5 4 3
BJR > 20 19.01 – 20 17.01 – 19 15.01 – 17 13.10 – 15 11.10 – 13 9.01 – 11 7.10 – 9 5.10 – 7 3.10 – 5 <3 Rata-rata
Flat Kg 1 210 1 348 1 375 1 403 1 430 1 320 1 210 1 100 935 715 600 1 150
Sumber: Kantor besar PT Tunggal Perkasa Plantations
Basis Borong Rolling Rendahan Kg kg 1 029 847 1 145 943 1 169 963 1 192 982 1 216 1 001 1 122 924 1 029 847 935 770 795 655 608 501 510 420 977 805
Tarif Premi (Rp/kg) Kelas Pemanen C B A 28.69 33.75 42.19 25.76 30.31 37.88 25.25 29.70 37.13 24.75 29.12 36.40 24.28 28.56 35.70 26.30 30.94 38.67 28.69 33.75 42.19 31.56 37.13 46.41 37.13 43.68 54.60 48.55 57.12 71.40 57.86 68.07 85.08 32.62 38.37 47.97
75
Lampiran 11. Kriteria Kelas Pemanen PT Tunggal Perkasa Plantations No.
Faktor Penilaian
Kriteria Penilaian
Kategori
Nilai
> 100 %
A
2
Bobot Penilaian 2
1.
Output pemanen
2.
Buah mentah dipanen
< 100 % 0%
C A
1 2
10
Persen diperoleh dari perbandingan jumlah janjang buah mentah dan total jumlah janjang panen
3.
Tangkai panjang
>0% 0%
C A
1 2
9
Persen diperoleh dari perbnadingan jumlah buah tangkai panjang dan buah yang dipanen
4.
Brondolan di TPH
1 2 1 2
Dilihat dari pengamatan di lapangan
Buah di TPH resmi
C A C A
3
5.
>0% Semua brondolan di dalam karung Brondolan tidak dikarungi 100 %
3
Persen diperoleh dari perbandingan jumlah buah di TPH resmi dan buah yang dipanen
6.
Brondolan di piringan
7.
Buah matang tinggal
8.
Susunan pelepah
9
Pemotongan pelepah
< 100 % ≤ 2 brondolan/tapak panen > 2 brondolan/tapak panen 0% >0% di gawangan mati tidak di gawangan mati Tidak over pruning over pruning
C A C A C A C A C
1 2 1 2 1 2 1 2 1
Sumber: Kantor besar PT Tunggal Perkasa Plantations Penentuan kelas pemanen: A : ≥ 100 % B : 100 % < x ≥ 95 % C : < 95 %
6 6 2 9
Keterangan persen kriteria penilaian diperoleh dari perbandingan tonase yang didapat dan target basis panen
76
Lampiran 12. Penggunaan Jenis Pupuk di Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau
Afdeling Kilo Lima Mike Nency Oscar
Luas (ha) 601.26 644.08 750.62 686.34 695.18
Jenis Pupuk 2005 Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
2006 Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
Sumber: Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations
Semester I 2007 Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
2008 Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
2009 Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran
2005 Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
2006 Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
Semester II 2007 2008 Tunggal Campuran Tunggal Campuran Tunggal Campuran Tunggal Campuran Tunggal Campuran
2009 Campuran Campuran Campuran Campuran Campuran
77
Lampiran 13. Tahun Tanam Kelapa Sawit Kebun Sei Lala, PT Tunggal Perkasa Plantations Blok 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kilo 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986 1986
Lima 1987 1987 1984 1984 1983 1985 1985 1975 1975
Afdeling Mike 1975 1975 1975 1975 1975 1975 1975 1975 1975 1984 1984 1984 1984 1984 1984
Sumber: Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
Nency 2006 1985 1984 1984 1084 2006 1984 1984 1084 1984 1984 1084 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987
Oscar 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987