Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
1
ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL DAN RESIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI BEI Tami Anggraini Karunia Wati
[email protected] Wahidahwati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the influence of fundamental factors which cosist of Return on Asset (ROA),Return on Equity (ROE),Debt to Equity Ratio (DER),Price Earning Ratio (PER). Earning Per Share(EPS),Book Value (BV),Interest rate and Inflation rate to the stock price at food and beverage companies whicj go public in the Indonesia Stock Exchange. This research uses ecobdary data which is obtained from food and beverage companies financial statement which go public in the Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011. Multiple linear regression analysis is used as the analysis thechnique in this research.The result shows that Return on Asset (ROA),Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER). Earning Per Share(EPS),Book Value (BV) variables have significant influence while Interest rate, Inflation rate and Debt to Equity Ratio(DER) have insignificant influence to the stock price. Keywords : Return on Asset (ROA),Return on Equity (ROE),Debt to Equity Ratio (DER),Price Earning Ratio (PER). Earning Per Share(EPS),Book Value (BV),Interest rate and Inflation rate ABSTRAK Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Return On Asset (ROA),Return On Equity (ROE),Debt To Equity Ratio (DER),Price Earning Ratio (PER) Earning Per Share (EPS), Book Value (BV),Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan makanaan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda Hasil yang didapat ternyata menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA),Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) Earning Per Share (EPS), Book Value (BV) mempunyai pengaruh signifikan, sedangkan Tingkat Suku Bunga, Laju Inflasi dan Debt To Equity Ratio (DER), mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Kata Kunci : Return On Asset (ROA),Return On Equity (ROE),Debt To Equity Ratio (DER),Price Earning Ratio (PER) Earning Per Share (EPS), Book Value (BV),Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi PENDAHULUAN Suatu perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mencari laba yang sebesar-besarnya serta memaksimalkan nilai perusahaan. Salah satu tolak ukur peningkatan nilai perusahaan adalah dengan peningkatan harga saham akan tetapi hal tersebut tidaklah mudah untuk dicapai oleh suatu perusahaan karena hampir setiap saat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
2
terjadi fluktuasi harga saham. Dalam hal ini persoalan yang timbul adalah sejauh mana perusahaan mampu mempengarui harga saham di pasar modal dan variabel apa saja yang dapat dijadikan indikator sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengendalikannya dan tujuan meningkatkan nilai perusahaan akan tercapai sehingga dapat mencapai laba yang maksimal. Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjual belikan di pasar modal. Banyak faktor yang dapat mempengarui harga saham perusahaan, faktor yang dapat mempengarui harga saham dapat berasal dari faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor eksternal misalnya: tingkat suku bunga, kondisi laju inflasi situasi politik dan keamanan, nilai tukar mata uang dan faktor psikologi pasar lain yang membuat suasana pasar modal sulit untuk memperhitungkannya yaitu: rumor-rumor atau isu-isu yang sengaja disebarkan oleh spekulan atau orang yang ingin mereguk keuntungan dari situasi tersebut. Faktor eksternal tersebut bersifat uncontrollable (tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan) sedangkan faktor internal yang mempengarui harga saham yang bersifat controllable (dapat dikendalikan oleh perusahaan) adalah prospek perusahaan dalam meningkatkan keuntungan, kemampuan manajemen, kondisi keuangan dan prospek pemasaran. Investor saham mempunyai kepentingan terhadap informasi tentang berbagai faktor –faktor fundamental dan resiko sistematik dalam melakukan penentuan harga saham. Karena itu dirasa perlu mengkaji pengaruh faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham, mengingat pasar modal Indonesia semakin menuju kearah yang efisien sehingga semua informasi yang relevan bisa digunakan sebagai masukan untuk menilai harga saham. Dengan kondisi ekonomi makro yang semakin maju, setiap investor yang ingin melakukan investasi di pasar modal melakukan analisis terhadap saham yang ingin dibelinya karena mengharapkan keuntungan dari dana yang akan ditanamkannya, baik itu berupa dividend maupun capital gain. Kekuatan dan keakuratan analisis yang dilakukan investor mempengaruhi besar kecilnya keuntungan yang akan diterima. Kekuatan analisis ini akan memberikan informasi kepada investor, mengenai waktu yang paling tepat untuk membeli saham tertentu dan kapan harus menjual kembali saham tersebut ke pasar. Salah satu sektor pendukung untuk kelangsungan suatu industri adalah tersedianya dana. Sumber dana murah yang dapat diperoleh oleh suatu industri adalah dengan menjual saham kepada publik di pasar modal. Pasar modal di Indonesia, yaitu BEI dapat menjadi media pertemuan antara investor dan industri. Khusus untuk industri Makanan dan minuman dalam penelitian ini menggunakan sampel 15 perusahaan Makanan dan Minuman yang go public di BEI. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengangkat topik tersebut kedalam penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham,yang terdiri dari faktor fundamental (return on assets, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio,earning per share, book value ) dan risiko sistematik (suku bunga, inflasi) terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
3
yang go public di bursa efek Indonesia dan yang menjadi Obyek dalan penelitian ini adalah laporan keuangan periode 2009-2011 TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Investasi Investasi adalah suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (initial investment).(Moeljadi,2006:121). Menurut Lukviarman (2006:185) investasi adalah suatu pengorbanan dari beberapa nilai sekarang (certain present value) untuk menilai masa datang (future value) yang belum bisa dijamin kepastiannya (possible ancertain).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi menyangkut 2 (dua) dimensi waktu yaitu waktu sekarang dan waktu dimasa yang akan datang. Pengertian yang dimaksud sebenarnya didasari oleh konsep nilai waktu dari uang (the time value of money concept) yang melibatkan unsur ketidakpastian.Tujuan investasi pada saham menurut Sunariyah (2004:48-49) yaitu. mendapatkan dividen Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham,mendapatkan capital gain,Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual suatu saham. Sedangkan resiko investasi menurut Sunariyah (2004:49-50) yaitu tidak mendapat dividen Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan,Capital loss dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi artinya jika suatu perusahaan bangkrut maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist.,Saham didelist dari bursa (delisting) adalah Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek atau didelst. Suatu saham perusahaan di delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lain sesuai peraturan pencatatan bursa efek. Saham Saham didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.(Anoraga dan Pakarti,2003:58).Sedangkan menurut Darmadji & Hendy (2001:5) saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.Menurut Samsul (2006:45) saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham.faktorfaktor yang mempengaruhi adalah faktor fundamental yaitu faktor yang menggambarkan keadaan suatu perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut. Antara lain: prospek perusahaan, prospek pemasaran, kemempuan menghasilkan keuntungan, manfaat terhadap perekonomian, kebijakan pemerintah, hak-hak investor. Yang kedua adalah faktor teknis yaitu informasi yang merupakan pasaran suatu efek baik secara individu maupun kelompok, antara lain:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
4
perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi, kekuatan pasar. Yang ketiga adalah faktor-faktor lingkungan sosial, ekonomi dan politik Faktor ini merupakan faktor diluar faktor fundamental dan teknis. Antara lain: tingkat inflasi, kebijaksanaan moneter, neraca pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, dan keadaan politik. ` Menurut Darmadji & Hendy (2001:6) jenis-jenis saham dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain diitinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham dibagi atas Saham biasa (common stock) merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas.Sahan preferen (preferred stock) yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Dilihat dari cara pemeliharaannya saham dapat dibedakan atas Saham atas unjuk (bearer stocks) artinya pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari investor ke investor lainnya.Saham atas nama (registered stocks) merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. Pendekatan Harga Saham Menurut Sunariyah (2004:168-179) ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi 2 (dua) pendekatan yang dikenal yaitu yang pertama pendekatan tradisional Analisis teknikal Yaitu suatu teknik analisis yang menggunakan data atau penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta sektorsektor lain yang bersifat teknis. Pendekatan traditional yang kedua Analisis fundamenta pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap perusahaan memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang kombinasi untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Ada 2 (dua) pendekatan fundamental yang umum digunakan untuk melakukan penilaian saham yaituPenilaian saham berdasarkan pada pendekatan laba (price-earning ratio approach) dan Pendekatan nilai sekarang (present value). Selain itu pendekatan itu harga saham juga dapat menggunakan Pendekatan portopolio modern pendekatan ini menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenal bursa yaitu hipotesis pasar efisien . bila seorang pemodal atau analisis ingin menggunakan pendekatan analis secara cermat maka dia memerlukan kerangka kerja. Kerangka kerja tersebut berupa tahapan analisis yang harus dilakukan secara sistematik. Tahapan analisis diantaranya yaitu analisis ekonomik analisis ini bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek bisnis suatu perusahaan,analisis industry dalam analisis ini perlu diketahui kelemahan dan kekuatan jenis industri perusahaan yang bersangkutan,analisis perusahaan analisis ini digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Para penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto (1998: 109),return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
5
terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko.return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya Manajemen Keuangan menurut Sutrisno (2009:4) manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.Fungsi manajemen keuangan terdiri dari 3 (tiga) keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen.pertama keputusan investasi yaitu masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang.kedua keputusan pendanaan keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Ketiga keputusan dividen keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend,stabilitas dividen yang dibagikan,dividen saham (stock dividend),pemecahan stock (stock split),penarikan saham kembali yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk menngkatkan kemakmuran para pemegang saham. Analisis Rasio Keuangan Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak digunakan. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan simpton (gejala-gejala) yang tampak suatu keadaan.(prastowo & Juliaty,2005:80)selain itu analisis rasio keuangan adalah alat yang paling bermanfaat untuk menentukan bagaimana aktivitas usaha dijalankan.(Luviarman,2006:20). Kinerja keuangan emiten berpengaruh terhadap kinerja pasar modal. Dalam hal ini kinerja keuangan emiten mempengaruhi permintaan dan penawaran investor terhadap saham suatu perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik perusahaan sehingga sangat berkepentingan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
6
terhadap jalannya perusahaan, kinerja perusahaan dan pengembangan usaha perusahaan. Pemegang saham menginginkan dana yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan. Akan tetapi pemegang saham tidak dapat langsung terlibat dalam pengelolaan perusahaan, sehingga tidak dapat memonitor secara langsung kegiatan perusahaan. Oleh karena itu pihak investor membutuhkan informasi keuangan suatu perusahaan sebagai pedoman pengambilan keputusan apakah mereka akan melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Dalam menentukan apakah seorang investor akan melakukan transaksi di pasar modal, maka ia akan mendasarkan keputusannya pada berbagai informasi yang dimilikinya, termasuk diantaranya informasi akuntansi. Informasi akuntansi merupakan sumber informasi intern bagi investor atau masyarakat yang didapat dari laporan keuangan suatu perusahaan. Menurut Munawir (1998: 4) menyatakan bahwa para investor berkepentingan pada laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau rate of return yang cukup baik. Jadi dalam mengambil keputusan investasi, para investor harus memutuskan untuk membeli atau menjual sekuritas berdasarkan analisis laporan keuangan Faktor Fundamental Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut (Murtanto dan Harkivent, 2000). Kinerja keuangan perusahaan dituangkan dalam bentuk laporan keuangan dan diukur dengan alat ukur dalam bentuk rasio.Menurut Jones (2004), faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik saham dapat berasal dari dalam perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro antara lain Debt to Equity Ratio yaitu imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya,Return On Asset Yaitu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT Return On Equity Yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT Earning Per Share Yaitu ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perushaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para pemegang saham . Book Value RatioSecara sederhana bisa dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar Resiko sistematik Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterimadengan return yang diharapkan.Semakinbesar kemungkinan perbedaannya, maka akan semakin besar pula risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi. Sumbersumber tersebut antara lain adalah, risiko suku bunga, risiko pasar, risiko inflasi, risiko bisnis, risiko finansial, risiko likuiditas, risiko nilai tukar mata uang dan risiko negara (Tandelilin, 2001).Menurut Siamat (1995:456) suku bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan uang yang dipinjam tersebut.Bunga
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
7
yaitu harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus bibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).(Kasmir,2002:121) dalam kegiatan perbankan ada 2 (dua) macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya yaitu:Bunga simpanan Yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.kedua bunga pinjaman Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank,sedangkan inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Penelitian terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh:Noer Sasaongko dan Nila Wulandari (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2008) dalam jurnal mengenai pengaruh EVA dan rasio-rasio profitabilitas terhadap return saham . Permasalahan dalam jurnal ROA,ROE,ROS,EPS,BEP dan EVA berpengaruh terhadap return saham, Sedangkan Hipotesis dalam jurnal yaitu diduga ROA , ROE,ROS EPS,BEP dan EVA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham di BEJ. Kesimpulan dalam jurnal ini adalah bahwa terdapat pengaruh secara parsial EPS terhadap return saham dan tidak terdapat pengaruh secara parsial antara ROA , ROE, ROS,BEP dan EVA terhadap return saham tetapi secara simultan semua variable memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham dengan periode penelitian mulai tahun 2006 sampai dengan 2010 dan perusahaan yang di teliti adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.Gede Priana Dwipratma (Universitas Gunadarma 2009) yang meneliti tentang pengaruh PBV,DER,EPS DPR dan ROA terhadap Return Saham (Studi Empiris pada perusahaan Food and beverage yang terdaftar di BEI) dengan sampel 14 perusahaan pada sector industry Food dan Beverage yang Listing di BEI pada tahu n 2003-2007 menyimpulkan bahwa pada uji regresi secara parsial hanya vaiabel EPS yang memiliki Pengaruh positif terhadap return saham sedangkan pada uji regresi secara simultan diketahui bahwa semua variable berpengaruh secara signifikan terhadap return saha.Almas Hijriyah (Sekolah Pasca Srajana Universitas Sumatera Utara Medan 2008 ) yang meneliti tentang “Analisi Faktor Fundamental dan Resiko Sistematis Terhadap return saham” Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang go public di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa Secara empiris terbukti bahwa faktor fundamental (ROA,ROE,BV,DER,r) dan risiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham perusahaan properti secara bersama-sama.Secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham perusahaan properti secara parsial Perumusan Hipotesis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Menurut penelitian Noer Sasaongko dan Nila Wulandari (2008) Return On Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara rasio rentabilitas/profitabilitas yang lainnya. Indikator ROA
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
8
merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROA, maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, dan return saham semakin meningkat sehingga ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan return saham. Earning per share (EPS) merupakan jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. EPS hanya dihitung untuk saham biasa tergantung dari struktur modal perusahaan.(Prastowo & Rifka,2005:99) Perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi para pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan akan memperoleh komponen earning per share (EPS) bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling dasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa depan.(Tandelilin,2001:232-233).Jika nilai EPS meningkat, investor akan menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah dimasa yang akan datang sehingga nilai perusahaan naik dan tercermin pada return saham perusahaan yang dihargai lebih tinggi oleh pasar sehingga return saham akan semakin besar. Demikian juga sebaliknya, jika EPS turun maka investor akan menganggap perusahaan telah kehilangan kemampuan menghasilkan keuntungan sehingga nilai perusahaan menjadi turun dan return saham menjadi turun juga. Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham, dan merupakan indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm). Semakin tinggi rasio PER, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodal Rasio ini menunjukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh investor dibandingkan dengan laba per lembar saham. Price earning ratio memiliki hubungan positif dengan return saham, sehingga jika price earning ratio meningkat maka return saham juga akan semakin besar.(Prastowo & Rifka,2005:103) Dengan mengetahui besarnya nilai Earning Per Share Investor dapat memprediksi hasil yang diterimanya apabila berivestasi pada perusahaan tersebut dengan demikian EPS mencerminkan pendapatan di masa yang akan datang dan Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan yang dapat mempengaruhi return saham Return On Equity menunjukkan tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham menurut sutrisno (2009:223) ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga Investor akan sangat tertarik untuk mengetahui berapa besar tingkat pengembalian yang akan diterima dari perusahaan atas ekuitas yang dimilikinya Debt To Equity Ratio mengidentifikasi sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditur dari prepektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya dalam penelitian Gede Priana Dwipratma (2009) DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham Secara sederhana Book Value bisa dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar.BV tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena didasarkan pada data
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
9
historis yang ada di dalam perusahaan tetapi BV dapat digunakan sebagai titik permulaan untuk dibandingkan dengan analisa yang lain .(Prastowo & Rifka,2005:106) H1 : Faktor fundamental (ROA,ROE,EPS,PER,DER,BV) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Harga saham Pengaruh Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham Menurut penelitian Almas Hijriyah (2008)Resiko Sistematik yaitu tingkat suku bunga dan nilai inflasi yang Meningkat akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi. Risiko yang relevan dalam perhitungan risiko suatu saham adalah risiko sistematik , maka sebagai akibatnya tingkat keuntungan diharapkan dari suatu saham haruslah dihubungkan dengan risiko sistematiknya dan bukan risiko totalnya. Dengan demikian, semakin besar nilai tingkat suku bunga dan tingkat Inflasi maka semakin beresiko pula saham tersebutdan harga saham akan semakin menurun . Dengan kata lain semakin berisiko suatu investasi semakin rendah pula return sahamnya H2: Risiko sistematik (tingkat suku bunga, nilai inflasi) memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode penelitian korelasional. Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Gay dalam Sukardi (2008:166) menyatakan bahwa; penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi Dengan menggunakan penelitian korelasional maka akan dapat dibangun Suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gelaja. Bentuk hubungan yang ada dalam penelitian ini adalah hubungan kausal atau hubungan yang bersifat sebab-akibat. Dimana terdapat variable Independen (Variabel yang mempengaruhi) dan Variabel dependen (Variabel yang di pengaruhi) Populasi yang dijadikan obyek penelitian perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 yang berjumlah 15 (Lima belas) perusahaan. Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai bahan penelitian. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Dimana sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan diantaranya Merupakan perusahaan Makanan dan Minuman yang go public di BEI tahun 2009-2011.Memiliki kelengkapan laporan keuangan di BEI.Dari sejumlah populasi yang dijadikan obyek penelitian diambil 15 (Lima Belas) perusahaan Makanan dan minuman yang terdaftar pada BEI untuk dijadikan sampel.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
10
Tabel 1 Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Go Public Di BEI Nomor
Nama Perusahaan
9
PT. Ades Water Indonesia, Tbk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. PT. Cahaya Kalbar, Tbk PT. Delta Djakarta, Tbk. PT. Fast Food Indonesia, Tbk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk PT. Mayora Indah, Tbk PT. Prasidha Aneka Niaga, Tbk
10
PT. Pioneerindo Gourmet International,Tbk
1 2 3 4 5 6 7 8
PT. Sekar Laut, Tbk 12 PT. Siantar Top, Tbk 13 PT. Smart,Tbk 14 PT. Davomas Abadi, Tbk 15 PT. Ultra Jaya Milk, Tbk Sumber : Bursa Efek Indonesia Teknik Pengumpulan Data Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan dari dokumen-dokumen dan catatan-catatan keuangan perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia(BEI) Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data dari BEI berupa data laporan keuangan, buku,jurnal, majalah,hasil penelitian sejenis dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian. Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara menggunakan dan mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Definisi Operasi dan Pengukuran Variabel Variabel sebagai pengukur harga saham dalam penelitian ini menggunakan return saham sebagai variabel terikat Return Saham (RS) yang digunakan adalah Return Saham perusahaan makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia , sedangkan variabel bebasnya adalah Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER),Price Earning Ratio (PER),Earning Per Share (EPS), Book Value (BV) , Resiko 11
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
11
Sistematik (Tingkat suku bunga , tingkat inflasi).Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Return Saham (S) Return saham yang digunakan adalah Return saham perusahaan Makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan 2011 dan menggunakan skala rasio. 2. Return On Asset (ROA) Yaitu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: EBIT Return On Asset = X 100% Total Aktiva 3. Return on Equity(ROE) Yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah: EAT Return On Equity = X 100% Modal Sendiri 4. Debt to Equity Ratio(DER) Yaitu imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio bisa menggunakan rumus sebagai berikut: Total Hutang Debt to Equity Ratio = Modal 5. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini mengukur seberapa besar perbandingan anatara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh investor Price Earning Ratio = Harga Saham Harga Per Lembar Saham 6. Earning Per Share (EPS) Merupakan rasio dari laba bersih terhadap jumlah lembar saham pemilik laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik. EPS yang digunakan adalah EPS perusahaan Jasa Makanan dan Minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Satuan yang digunakan adalah satuan rupiah (Rp) dan menggunakan skala rasio. Earning Per Share =
Laba bersih Lembar saham
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
12
7. Book Value (BV) Secara sederhana bisa dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar Book Value = Total Aktiva – Total Utang Jumlah Saham yang Beredar 8. Resiko Sistematik (Tingkat suku Bunga dan Inflasi) Menurut Siamat (1995:456) suku bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan uang yang dipinjam tersebut. Bunga yaitu harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus bibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).(Kasmir,2002:121) Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Teknik Analisis Untuk mengetahui pengaruh (return on assets, return on equity, debt to equity ratio, price earning ratio,earning per share, book value, ) dan risiko sistematik (beta) dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan dalam penelitian karena dapat menerangkan ketergantungan satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis ini juga untuk menduga besar dan arah dari hubungan tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Sebelum menentukan regresi berganda,harus diperhatikan asumsi-asumsi regresi linier yang berlaku , dalam praktek beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut dalam buku teks ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik yaitu ada tidaknya multikolinearitas,autokorelasi, heterokedasitas, dan Uji Normalitas. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah suatu analisa yang digunakan utuk melihat adanya hubungan variable independen dengan variable dependen Adapun bentuk umum dari analisis regresi berganda secara sistematis adalah sebagai berikut: RS=ß0 +ß1ROA + ß2EPS + ß3PER + ß4DER + ß5ROE + ß6BV + ß7Beta + e .…(Setiawan, Endah .2010:61) Keterangan: RS: Retuen Saham,ROA: Return On Asset,EPS : Earning Per Share,PER: Price Earning Ratio,DER: Debt To Equity Ratio,ROE: Return On Equity,BV: Book Value,Beta: Resiko Sistematik,ß : Konstanta / intersep,ß1,ß2,ß3: Koefisien regresi variabel untuk variabel bebas,ei :variabel pengganggu yang mewakili faktor lain yang berpengaruh terhadap Y tetapi tidak dimasukkan kedalam model. Pengujian Signifikansi Untuk Analisis Regresi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
13
Uji Signifikansi t Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat (terikat secara parsial) digunakan uji t dengan tingkat signifikansi 0.05 atau 5%besarnya koefisien korelasi (r) adalah -1 ≤ r ≤ 1 ß1, ß2, ß3, = 0 tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebas Y. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negative, ß1, ß2, ß3, ≠ 0 ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas terhadap variabel bebas Y. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif Interprestasi dari koefisien korelasi jika nilai r = -1 atau mendekati -1 maka hubungan antara kedua variable kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan,jika nilai r = +1 atau mendekati +1 maka hubungan antara kedua variable kuat dan mempunyai hubungan yang searah Uji Signifikansi F Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji F dengan signifikansi 0.05 atau 5% ,dengan criteria ß1, ß2, ß3, ß4 = 0 tidak ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 terhadap variabel tidak bebas Y,DAN Jika salah satu ß1, ß2, ß3, ß4 ≠ 0 ada pengaruh yang nyata antara variabel bebas X1, X2, X3 dan X4 terhadap variabel bebas Y. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik non-probabilitas yang setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, yang memiliki ciri-ciri yang terseleksi berdasarkan sifat-sifat khusus dan relevan dengan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, berikut ini adalah rekapitulasi data : Tabel 2 Descriptive Statistics Variabel Variabel
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Return Saham (RS) Return On Asset (ROA) Return on Equity (ROE)
-0.87 0.43 -64.14
3.08 51.06 95.66
0.56 12.96 16.35
0.84 11.47 24.78
Debt To Equity Ratio (DER) Price Earning Ratio (PER)
0.22 -34.66
8.44 32.97
1.47 12.45
1.44 10.71
0.00 3.58
10.09 10.51
4.84 6.58
2.38 1.81
6.50 6.96
6.49 4.51
0.05 1.80
Earning Per Share (EPS) Book Value (BV)
Tingkat Suku Bunga (TSB) 6.25 Tingkat Inflasi (TI) 2.78 Sumber : Bursa Efek Indonesia data diolah
Berdasarkan Tabel Return saham perusahaan Makanan dan minuman yang go public di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai rata-rata sebesar 0.559 serta nilainya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
14
berkisar antara -0,867 sampai 3.08. Nilai minimum return saham sebesar -0,867 yaitu oleh PT. Mayora Indah, Tbk pada tahun 2011. Sedangkan nilai maximum return saham sebesar 3,079 yaitu oleh PT. Mayora Indah, Tbk pada tahun 2009. Menurut Darmadji & Hendy (2001:5) saham (stock) merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.Return On Asset (ROA) memiliki nilai rata-rata sebesar 12,96 serta nilainya berkisar antara 0,434 sampai 51,058. Nilai minimum Return On Asset (ROA) sebesar 0,434 yaitu oleh PT. Davomas Abadi, Tbk pada tahun 2009. Sedangkan nilai maximum Return On Asset (ROA) sebesar 51,058 yaitu oleh PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk pada tahun 2009, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) memiliki nilai rata-rata sebesar 16.352 serta nilainya berkisar antara -64.140 sampai 95.660. Nilai minimum Return on Equity (ROE) sebesar 64.140 yaitu oleh PT. Pionerindo Gourmet international, Tbk pada tahun 2009. Sedangkan nilai maximum Return on Equity (ROE) sebesar 95.660 yaitu oleh PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk pada tahun 2011, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. Debt To Equity Ratio (DER) memiliki nilai rata-rata sebesar 1,470 serta nilainya berkisar antara 0,220 sampai 8,440. Nilai minimum Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 0,220 yaitu oleh PT. Delta Djakarta, Tbk pada tahun 2011. Sedangkan nilai maximum Debt To Equity Ratio (DER) sebesar 8,440 yaitu oleh PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk pada tahun 2009, hal ini menunjukkan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Price Earning Ratio (PER) memiliki nilai rata-rata sebesar 12,447 serta nilainya berkisar antara -34,660 sampai 32,970. Nilai minimum Price Earning Ratio (PER) sebesar 34,660 yaitu oleh PT. Davomas Abadi, Tbk pada tahun 2010. Sedangkan nilai maximum Price Earning Ratio (PER) sebesar 32,970 yaitu oleh PT. Ultra Jaya Milk, Tbk pada tahun 2010, hal ini menunjukkan seberapa besar perbandingan anatara return saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh investor. Earning Per Share (EPS) memiliki nilai rata-rata sebesar 4,842 serta nilainya berkisar antara 0,000 sampai 10,090. Nilai minimum Earning Per Share (EPS) sebesar 0,000 yaitu oleh PT. Davomas Abadi, Tbk pada tahun 2011. Sedangkan nilai maximum Earning Per Share (EPS) sebesar 10,090 yaitu oleh PT. Multi Bintang Indonesia,Tbk, Tbk pada tahun 2011, hal ini menunjukkan seberapa besar perbandingan anatara return saham perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh investor. 5 Book Value (BV) memiliki nilai rata-rata sebesar 6,584 serta nilainya berkisar antara 3,580 sampai 10,510. Nilai minimum Book Value (BV) sebesar 3,580 yaitu oleh PT. Davomas Abadi, Tbk pada tahun 2009. Sedangkan nilai maximum Book Value (BV) sebesar 10,510 yaitu oleh PT. Delta Djakarta, Tbk. pada tahun 2009, hal ini menunjukkan selisih antara total aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Tingkat suku bunga memiliki nilai rata-rata sebesar 6,489 serta nilainya berkisar antara 6,250 sampai 6,500. Sedangkan tingkat inflasi memiliki nilai rata-rata sebesar 4,510 serta nilainya berkisar antara 2,780 sampai 6,960. Analisis dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal, salah satunya dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Jika hasil K-S mempunyai nilai P-value > 0,05 maka dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
15
dikatakan Unstandardized residualnya normal. nilai signifikan diatas 0,05, berarti hal itu menunjukkan bahwa data variabel penelitian terdistribusi normal karena tingkat signifikansinya > 0,05. Uji Autokorelasi Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti, apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan dL dan dU yang ada dalam tabel.Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,804. Berdasarkan table DW dengan jumlah sample n = 45 dan jumlah variabel bebas k = 8 diperoleh nilai dL = 0,991 dan dU = 2,041. Nilai DW 1,804 terletak antara dL (0,991) dan 4-dU (1,959) dengan demikian dapat dianggap bahwa asumsi tidak terjadi autokorelasi dapat dipenuhi. Multikolinieritas Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF) dan diperoleh hasil bahwa nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, artinya seluruh variabel penelitian tidak ada gejala multikolinier, dimana jika VIF < 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka tidak terjadi gejala Multikolinearitas. (Ghozali 2005:92) Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel tergantung yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.Grafik scatterplot memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi yang diperoleh layak digunakan.Selain itu bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil perhitungan adalah diketahui bahwa nilai signifikansinya untuk variabel Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Inflasi (TI) lebih dari 5%, ini berarti bahwa tidak ada hubungan variabel Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Inflasi (TI) dengan nilai residunya, maka penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisiitas pada penelitian ini, karena tingkat signifikansinya > 0,05. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan dengan komputer dengan aplikasi program SPSS 20.0 (Statistical Program for Social Science) adalah sebagai berikut diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : RS=-0,853 – 0,059ROA + 0,007ROE + 0,003DER + 0,010PER + 0,465EPS - 0,497BV + 0,504TSB - 0,098TI Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan nilai o (konstanta) sebesar -0,853 dan mempunyai nilai negatif. Nilai tersebut berarti bahwa jika variabel bebas yaitu variabel Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Inflasi (TI) 0 (nol) atau konstan, return saham adalah sebesar 0,853.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
16
Nilai 1 sebesar -0,059 tersebut mempunyai arti bila terjadi penurunan variabel Return On Asset (ROA), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,059. Nilai 2 sebesar 0,007 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan variabel Return on Equity (ROE), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,007. Nilai 3 sebesar 0,003 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan variabel Debt To Equity Ratio (DER), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,003. Nilai 4 sebesar 0,010 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan variabel Price Earning Ratio (PER), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,010. Nilai 5 sebesar 0,465 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan variabel Earning Per Share (EPS), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,465. Nilai 6 sebesar -0,498 tersebut mempunyai arti bila terjadi penurunan variabel Book Value (BV), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,498. Nilai ebesar 0,504 tersebut mempunyai arti bila terjadi kenaikan variabel Tingkat Suku Bunga (TSB), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,504. Nilai 8 sebesar -0,098 tersebut mempunyai arti bila terjadi penurunan variabel Tingkat Inflasi (TI), maka akan terjadi kenaikan return saham sebesar 0,098. Uji Kecocokan Model Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fit. Secara statistik, setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, statistik uji F dan nilai statistik uji t Koefisien determinasi Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Nilai Koefisien Determinasi adalah antara nol dan satu. Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0,528, yang berarti bahwa Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Inflasi (TI) mampu mempengaruhi return saham sebesar 52,8%. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan angka F hitung 7,159 dengan Sig.0,000 < 0,05:, maka ho ditolak dan ha diterima. artinya Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Debt To Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Tingkat Suku Bunga (TSB) dan Tingkat Inflasi (TI) secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham Uji t Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara variable X dan Y, berdasarkan Tabel 4.6. didapat bahwa Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Book Value (BV), berpengaruh signifikan terhadap return saham mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan dan Debt To Equity Ratio (DER), Tingkat Suku Bunga (TSB) dan tingkat inflasi (TI) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 Pembahasan Return On Asset (ROA), berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa Return On Assets (ROA) yang digunakan untuk mengukur efektifitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
17
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya memiliki pengaruh positif terhadap return saham. Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara rasio rentabilitas/profitabilitas yang lainnya. Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Semakin besar ROA, maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, dan harga saham semakin meningkat sehingga return saham akan semakin tinggi Return on Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang artinya ROE merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi perubahan saham. Return On Equity menunjukkan tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham, ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri, sehingga Investor akan sangat tertarik untuk mengetahui berapa besar tingkat pengembalian yang akan diterima dari perusahaan atas ekuitas yang dimilikinya. Debt To Equity Ratio (DER), tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa meningkatnya resiko finansial yang dihadapi oleh pemegang saham/investor tidak memiliki pengaruh positif terhadap return saham karena penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan dikatakan dapat meningkatkan resiko finansial yang harus ditanggung oleh pemegang saham/investor. Leverage mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham, semakin tinggi hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai aktifitasnya dikatakan semakin tinggi leverage keuangan perusahaan, maka nilai return saham semakin rendah. resiko yang semakin besar pula, sehingga dikatakan resiko finansial dengan penggunaan leverage akan meningkat. Price Earning Ratio (PER), berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa Semakin tinggi rasio PER, semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodal Rasio ini menunjukkan seberapa tinggi nilai suatu saham dibeli oleh investor dibandingkan dengan laba per lembar saham. Price earning ratio memiliki hubungan positif dengan return saham, sehingga jika price earning ratio meningkat maka return saham juga akan semakin besar Earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling dasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa depan.(Tandelilin,2001:232-233).Jika nilai EPS meningkat, investor akan menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah dimasa yang akan datang sehingga nilai perusahaan naik dan tercermin pada harga saham perusahaan yang dihargai lebih tinggi oleh pasarsehingga return saham akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya, jika EPS turun maka investor akan menganggap perusahaan telah kehilangan kemampuan menghasilkan keuntungan sehingga nilai perusahaan menjadi turun dan return saham menjadi turun juga Book Value (BV), berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa Book Value bisa dihitung dengan cara membagi selisih antara total aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar.BV tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara keseluruhan karena didasarkan pada data historis yang ada di dalam perusahaan tetapi BV dapat digunakan sebagai titik permulaan untuk dibandingkan dengan analisa yang lain Resiko Sistematik yaitu tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa dengan meningkatnya tingkat suku bunga akan mengurangi minat investor karena return saham akan semakin menurun.. Dimana
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
18
suku bunga adalah jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan uang yang dipinjam tersebut Resiko Sistematik yaitu Tingkat Inflasi (TI) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, yang berarti bahwa meningkatnya risiko sistematik yaitu inflasi akan menurunkan minat investor karena return saham juga akan semakin menurun. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat inflasi suatu investasi semakin rendah return sahamnya. Dimana inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dari 45 perusahaan makanan dan minuman yang go public dan terdaftar di BEI periode 20092011. Faktor Fundamental yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS) dan Book Value (BV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham karena mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 tetapi untuk Faktor Fundamental Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap return saham dan resiko Sistematik yang terdiri dari Tingkat Suku Bunga (TSB) dan tingkat inflasi (TI) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham karena mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0, Saran Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut (1)Diharapkan dapat bermanfaat untuk memperoleh informasi dan dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan mengenai variable yang mempunyai pengaruh terhadap return Saham. (2)Dalam penelitian selanjutnya disarankan menambahkan variabel yang telah diuji serta membuat model analisis jalur yang lebih variatif dengan menambahkan variabel , karena banyaknya faktor lain diluar model yang mempengaruhi (3)Penelitian berikutnya menggunakan perusahaan selain Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan menambah periode pengamatan dan objek penelitian agar dapat diperoleh gambaran yang lebih baik dan akurat DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P,2003. Pengantar pasar modal, cetakan keempat, PT Rineka Cipta, Jakarta. Anastasia, N. 2001. Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen Petra Vol.5 No.2: 123-131. Darmadji,T. dan HM Fakhrudin, 2001. Pasar modal di Indonesia, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta. Darsono dan Ashari 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.Andi, Yogyakarta Gujarati, D, 1995. Ekonometrika dasar, penerbit Erlangga, Jakarta. Ghozali dan Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SSS. Cetakan Empat. Universitas Diponegoro. Semarang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 11 (2013)
19
Jogiyanto.2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam.BPFE. Yogyakarta Lukviarman,N. 2006. Dasar-dasar manajemen keuangan, penerbit Andalas University Press, Padang. Munawir,S.2010.Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat.Penerbit Liberty.Yogyakarta Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Varang Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia), Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, volume 15/3. Prastowo, D. dan Rifka J,2005. Analisis laporan keuangan, edisi kedua, penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Samsul, M. 2006. Pasar modal dan manajemen portopolio, penerbit Erlangga, Jakarta. Sunariyah, 2004. Pengantar pengetahuan pasar modal, edisi keempat, penerbit Akademi Manajemen YKPN, Yogyakarta. Sutrisno, 2009. Manajemen keuangan, edisi pertama, penerbit EKONOSIA, Yogyakarta. Setiawan, E. 2010. Ekonometrika, penerbit ANDI, Yogyakarta Suhartono.2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek. Yogyakrta :YKPN Tandelilin ,E.2009. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakrta : Kanisius