ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA KUD SUMBERREJO UNIT SKT (SIGARET KRETEK TANGAN) SUKOREJO (Studi Kasus pada Bagian Pengelinting Rokok KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Wanda Ekki Himawan 0910213021
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA KUD SUMBERREJO UNIT SKT (SIGARET KRETEK TANGAN) SUKOREJO (Studi Kasus pada Bagian Pengelinting Rokok KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo)
Yang disusun oleh : Nama
:
Wanda Ekki Himawan
NIM
:
0910213021
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 10 September 2015
Malang, 10 September 2015 Dosen Pembimbing,
Dr. M. Pudjihardjo , SE., MS. NIP. 195204151974121001
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA KUD SUMBERREJO UNIT SKT (SIGARET KRETEK TANGAN) SUKOREJO (Studi Kasus pada Bagian Pengelinting Rokok KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo) Oleh: Wanda Ekki Himawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerjadan untuk mengetahui variabel apa yang mempunyai pengaruh lebih dominan terhadap produktivitas tenaga kerja. Variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini adalah upah (X1), masa kerja (X2), usia (X3), pendidikan (X4), dan beban tanggungan (X5), sedangkan variabel terikatnya adalah produktivitas tenaga kerja (Y). Penelitian dilakukan di KUD Sumberrejo Unit SKT (Sigret Kretek Tangan) Sukorejo, dengan mengambil sampel sebanyak 100 tenaga kerja di bagian pengelinting rokok. Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 2 (dua) cara, yaitu kuesioner dan wawancara. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh upah, masa kerja, usia, pendidikan, dan beban tanggungan terhadap produktivitas tenaga kerja. Hasil yang telah diperoleh pada persamaan regresi liniear berganda : Y = 136.9687 + 0.0004X1 + 0.2378X2 + 0.3178X3 + 0.1810X4 + 1.4002X5 + ε. Lalu dari hasil penelitian berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, kelima variabel bebas yang dipakai secara simultan berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, dan variabel upah (X1) adalah variabel yang berpengaruh lebih dominan terhadap produktivitas tenaga kerja, sedangkan variabel pendidikan (X4) berpengaruh tidak dominan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat menggambarkan bila upah, masa kerja, usia, pendidikan, dan beban tanggungan karyawan memberikan dampak yang cukup besar dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada KUD Sumberrejo Unit SKT di Sukorejo.
Kata kunci: Upah, Masa Kerja, Usia, Pendidikan, Beban Tanggungan, Produktivitas Tenaga Kerja.
A. PENDAHULUAN Meningkatkan daya saing bagi perekonomian di Indonesia sudah menjadi suatu keharusan dalam rangka menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas di berbagai sektor yang menopang perekonomian. Beberapa sektor perdagangan yang memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah industri tembakau dan rokok. Jawa Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang banyak terdapat pabrik rokok, memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan nasional dari sektor cukai rokok, dimana sebesar 75% cukai nasional ditopang dari Jawa Timur (Kominfo Jatim, 2014). Disamping itu peningkatan pendapatan dari cukai rokok juga terdapat peningkatan yang signifikan dari Rp 108 triliun di tahun 2013 menjadi sebesar Rp 120 triliun di tahun 2014 (Kominfo Jatim, 2014), atau terdapat peningkatan Rp 12 triliun selama periode tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa kinerja industri rokok di Jawa Timur cukup bagus dari sisi produktivitasnya, dari 330 miliar batang di tahun 2013 menjadi 350 miliar batang pada tahun 2014. Tentunya hasil produksi rokok tersebut tidak terlepas dari peran penting tenaga kerja di pabrik rokok, dimana tidak kurang dari 6,1 juta orang (Kemenperind, 2012) sebagai tenaga kerja yang bekerja pada industri rokok, yang tersebar ke 1063 perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tembakau di seluruh Indonesia. Di provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun 2012 sebanyak 181.137 tenaga berkerja di industri tembakau yang tersebar 552 perusahaan tembakau.
Tabel 1 : Industri Tembakau di Jawa Timur Tahun Jumlah industri tembakau Jumlah tenaga kerja di industri rokok 2009 559 215.155 2010 523 202.339 2011 559 170.657 2012 552 181.137 Sumber Data : BPS Kota Malang, diolah Sebagai salah satu faktor produksi utama, tenaga kerja menempati posisi yang sangat vital dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi yang dibutuhkan oleh konsumennya, dalam arti bahwa tanpa sentuhan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja maka tidak akan tercipta produktivitas. Oleh karena itu peningkatan produktivitas kerja adalah fokus terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi karyawan selalu termotivasi dalam bekerja untuk kemudian diharapkan mereka akan mengorbankan waktu, tenaga dan perhatiannya demi tercapainya objective perusahaan khususnya berkaitan dengan produktivitas kerja karyawannya. Termasuk di KUD Sumberrejo unit SKT ini, yang sejak pertengahan tahun 1998 dipercaya oleh PT. HM Sampoerna untuk bermitra mengerjakan produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT), dengan lokasi KUD Unit SKT berada di jalan Dahlia no. 18 desa karangsono Sukorejo. Dengan total tenaga kerja mencapai 1.046 jiwa tentu produktivitas tiap tenaga kerja berbeda-beda. Untuk menyesuaikan kemauan perusahaan dan kemauan tenaga kerja perlu proses yang panjang. Perusahaan butuh produktivitas tenaga kerja yang tinggi agar produksi mereka sesuai target. Namun tidak sampai mengesampingkan kebutuhan tenaga kerja, dimana tenaga kerja merupakan faktor produksi. Untuk mencapai produktivitas tertentu yang sesuai target perusahaan, tidak akan tiba-tiba tercapai, melainkan membutuhkan proses yang melibatkan hampir semua faktor produksi yang ada, yaitu faktor sumber daya alam, sumberdaya manusia (tenaga kerja), permodalan dan kewirausahaan. Dari beberapa faktor produksi tersebut, faktor sumber daya manusia memegang peranan yang cukup besar dalam mengelola sumber daya alam dan permodalan untuk mencapai target produktivitas kerja. Karyawan sebagai salah satu penggerak roda perusahaan manufacturing termasuk pada KUD Sumberrejo Unit SKT, merupakan faktor penting dalam operasional perusahaan. Untuk itulah peneliti ingin mendalami dan mengkaji dalam suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada KUD Sumberrejo Unit SKT (Sigaret Kretek Tangan) Sukorejo (Studi kasus pada bagian produksi rokok KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo). Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor upah, masa kerja, usia, pendidikan, dan beban tanggungan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pada KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo? 2. Dari faktor upah, masa kerja, usia, pendidikan, dan beban tanggungan manakah yang berpengaruh dominan terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan pada KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo? B. KAJIAN PUSTAKA Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak (1985:2) pengertian tenaga kerja atau manpower mencakup penduduk (berusia antara 14-60 tahun) yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagaimana dijelaskan bahwa baik yang telah memiliki pekerjaan dan tidak bekerja merupakan tenaga kerja. Hal tersebut sesuai juga dengan tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Begitu pentingnya kontribusi peranan tenaga kerja, sehingga diberi payung hukum oleh negara melalui UU no. 12 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Disamping itu dalam undang-undang tersebut dijelaskan juga hak dan kewajiban tenaga kerja juga pengusaha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah jumlah penduduk dalam suatu Negara yang berusia sekitar 14-60 tahun yang memiliki kemampuan memproduksi barang atau jasa dan telah bekerja ataupun yang sedang mencari kerja baik untuk pemenuhan kebutuhan diri sendiri atau masyarakat.
Teori Human Capital Menurut Simanjuntak (1985:59) asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti, di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang, akan tetapi, di pihak lain menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Di samping penundaan menerima penghasilan tersebut, orang yang melanjutkan sekolah berkewajiban membayar biaya sekolah, pembelian buku-buku dan alat sekolah lainnya. Investasi di bidang sumber daya manusia atau human capital dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan oleh sebab itu untuk meningkatkan penghasilan. Sumber daya manusia sebagai penggerak perusahaan berperan penting dalam proses produksi. Dengan modal sumber daya manusia yang baik akan membuat pengaruh yang baik untuk perusahaan juga. Pengukuran human capital bukan dimaksudkan untuk menentukan nilai instrisik sumber daya manusia, melainkan dampak perilaku sumber daya manusia atas proses-proses organisasional. Pengukuran ini penting dilakukan untuk mengetahui efektivitas strategi yang dijalankan perusahaan terhadap seberapa besar kontribusi karyawan terhadap peningkatan kinerja. Disamping itu, pengukuran sumber daya manusia merupakan suatu manajemen kinerja yang sangat penting dan sebagai alat untuk melakukan perbaikan. Menurut Fitz-Enz (2000), perusahaan yang tidak melakukan pengukuran sumber daya manusia, maka perusahaan tersebut tidak akan dapat: 1. Mengkomunikasikan harapan kinerja yang spesifik 2. Mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dalam organisasi 3. Mengidentifikasi gap kinerja yang harus dianalisis dan dieliminasi 4. Memberikan umpan balik dengan membandingkan kinerja terhadap standar 5. Mengetahui kinerja yang harus diberi reward 6. Mendukung keputusan berkaitan dengan alokasi sumber daya, proyeksi, dan jadwal Teori Produksi Secara singkat pengertian produksi adalah membuat, menciptakan, atau menghasilkan. Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002:193). Elemen input dan output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian dalam pembahasan teori produksi. Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output seperti yang diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat dihasilkan sejumlah output tertentu. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Menurut Sukirno (1997:194) fungsi produksi selalu dinyatakan dalam rumus seperti berikut: Q = f(K,L,R,T) di mana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian kewirausahawan, R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktorfaktor tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Produktivitas Menurut pendapat yang dikemukakan Hasibuan (2003:126) produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efesiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Secara jelas kedua pendapat tersebut saling mendukung, bahwa produktivitas berhubungan dengan rasio antara Output dibagi dengan Input. Semakin tinggi produktivitas kerja seseorang artinya semua sumber daya (biaya, tenaga dan waktu) benar-benar digunakan secara efisien untuk menghasilkan suatu output tertentu. Pengukuran produktivitas menurut Sedarmayanti (2011:199) dibagi 2 yaitu produktivitas total dan produktivitas partial. Produktivitas total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan
total masukan (input) per satuan waktu. Sedangkan produktivitas partial adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input persatuan waktu. Cara pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Sedarmayanti (2011:197) memformulasikan pengukuran produktivitas kerja sebagai berikut: Produktivitas tenaga kerja = Output Input Selain itu Sedarmayanti (2011:198) mengemukakan bahwa kinerja sebagai suatu hasil atau output dari suatu proses pelaksanaan tugas akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Berdasarkan formulasi tersebut dapat diketahui bahwa produktivitas merupakan rasio antara jumlah yang dihasilkan atau yang diproduksi dengan jumlah input, pada satuan waktu tertentu, ataupun bisa dibandingkan dengan target yang ditetapkan spesifik oleh perusahaan. Hasil perbandingan tersebut akan menunjukkan seberapa baik pencapaian hasil produksi terhadap targetnya, jika tercapai diatas 100% maka dikatakan sesuai target, jika dibawah 100% maka dikatakan dibawah target yang perlu di lakukan tindakan perbaikan. Produktivitas kerja tersebut, tidak sama masing-masing orang, dimana hal itu akan sangat bergantung pada banyak faktor diantaranya menurut Simanjuntak (1985:30) yang mempengaruhi produktivitas karyawan perusahaan dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu kualitas dan kemampuan karyawan, sarana pendukung, supra sarana dimana selengkapnya diuraikan sebagai berikut: 1. Kualitas dan Kemampuan Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan. Semakin tinggi kualitas dan kemampuan seorang karyawan maka semakin tinggi tingkat produktivitasnya. 2. Sarana pendukung Sarana pendukung untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan perusahaan dapat dikelompok pada dua golongan, yaitu menurut lingkungan kerja dan kesejahteraan pekerja. Menyangkut lingkungan kerja seperti teknologi dan cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja serta serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri. Sedangkan menyangkut kesejahteraan pekerja tercermin dalam sistem penguapan dan jaminan social, serta jaminan kelangsungan kerja. 3. Supra Sarana Supra sarana disini meliputi kebijakan pemerintahan, hubungan antara pengusaha dan pekerja, dan manajemen perusahaan. Kebijakan pemerintah seperti kebijakan ekspor-import, pembatasanpembatasan dan pengawasan mempengaruhi ruang gerak pimpinan perusahaan dan jalannya aktivitas di perusahaan. Hubungan antara pengusaha dan pekerja juga mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Begitu pula dengan kemampuan manajemen menggunakan sumber-sumber secara maksimal dan menciptakan system kerja yang optimal, akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan. Upah Menurut UU No 13 tahun 2013 upah didefinisikan sebagai hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Dengan demikian jelaslah bahwa upah merupakan imbalan jasa dari perusahaan kepada karyawannya. Menurut Mauled (1993:85) pemberian upah yang memuaskan akan membantu organisasi menghasilkan, memelihara dan selalu memperkerjakan tenaga kerja yang produktif. Tanpa upah yang memadai ada kecenderungan tenaga kerja yang saat ini sudah aktif akan ramai-ramai meninggalkan tempat pkerjaannya alias pindah ketempat lain. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh beberapa hal antara lain Sukartawi (1994:8) adalah : 1. Mekanisme pasar dimana pasar yang tidak sempurna menjadikan upah tenaga kerja menjadi tidak menentu dan sering berubah-ubah. 2. Jenis kelamin. 3. Kualitas kerja juga menentukan upah. Mereka yang berpendidikan dan mempunyai keterampilan tinggi akan mendapatkan upah yang lebih besar bgitu pula sebaliknya. 4. Umur tenaga kerja di pedesaan sering menjadi penentu dalam penentuan besar kecilnya upah. Masa Kerja Faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan salah satunya adalah masa kerja. Dimana masa kerja merupakan lamanya seseorang bekerja pada suatu bidang yang berpengaruh
pada pengetahuan dan ketrampilan selama dia bekerja pada saat itu dan bisa membuat seseorang lebih baik dan menguasai bidang pekerjaannya. Salah satu ahli yang mencoba mendefinisikan masa kerja pada suatu kajian adalah Tulus (1992) yang mendefinisikan masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin lama seseorang bekerja pada suatu bidang pekerjaan maka semakin berpengalaman dan semakin menguasai pekerjaan tersebut. Anggapan dasar mengenai masa kerja adalah bahwa jika seseorang telah lama bekerja pada suatu posisi tertentu dianggap telah memiliki masa kerja tertentu. Hal tersebut didasarkan semakin lama seseorang bekerja diposisi tertentu akan sangat hafal sekali detail langkah per langkah dalam aktivitas spesifiknya, termasuk bagaimana cara melakukan setiap tahap aktivitasnya tersebut. Menurut Tulus (1992) lamanya masa kerja dikategorikan menjadi 3: 1. Masa kerja baru : <6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun 3. Masa kerja lama : >10 tahun. Usia Sebagaimana telah diterangkan pada pokok bahasan tenaga kerja di awal bab ini, bahwa tenaga kerja adalah penduduk pada usia 14-60 tahun yang telah memiliki pekerjaan atau mencari pekerjaan. Dari definisi tersebut dapat diketahui kriteria usia menjadi pertimbangan pokok dalam mengartikan tenaga kerja. Begitu pentingnya faktor usia tersebut tentu sangat beralasan mengingat tingkat Partisipasi kerja juga dipengaruhi oleh usia. Penduduk yang berusia muda dan belum berkeluara (menikah dan memiliki anak) umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarganya. Namun, setelah mereka memiliki keluarga tentunya akan dituntut lebih dari biasanya dimana mereka akan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hajat hidupnya sendiri dan keluarganya. Hal tersebut menjadi kajian penting sebagaimana yang dikemukakan oleh Simanjuntak (1985:40) mengemukakan bahwa peningkatan tingkat partisipasi kerja di pengaruhi oleh faktor usia ini pada dasarnya di pengaruhi oleh dua hal yaitu : 1. Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Dengan kata lain proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur muda lebih besar daripada proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Dengan demikian, TPK pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda 2. Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda, terutama yang belum kawin menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah kawin, pada dasarnya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Simanjuntak (1985:40) mengemukakan pendapat Oleh sebab itu produktivitas kerja akan meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan kemudian cenderung menurun kembali menjelang usia tua, karena kondisi fisik yang semakin lemah. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor usia mempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja. Pendidikan Menurut Poerwadarminta (1991) pendidikan adalah memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendaalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Beban Tanggungan Beban tanggungan yang dimaksud pada konteks pembahasan ini, adalah anggota keluarga yang menjadi tanggungan pekerja. Dalam prakteknya, beban tanggungan ini bagi perusahaan adalah mereka yang tercantum didalam bukti kependudukan yang sah. Menurut UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur yang dimaksud keluarga pekerja atau buruh adalah isteri atau suami, anak atau orang yang sah menjadi tanggungan pekerja berdasarkan perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Ketentuan perundangan tersebut memberikan panduan yang menjadi tanggungan pekerja adalah istri/suami, anak atau orang yang sah berdasarkan perjanjian kerja bersama antara pengusaha dan karyawan, biasanya tercantum di dalam data kependudukan pada Kartu Keluarga (KK). Terlepas dari ketentuan yang mengatur mengenai beban tanggungan, karyawan yang bekerja dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya. Oleh karena itu aspek upah
pada dasarnya oleh pekerja dijadikan sebagai sumber penghasilan utama menunjang kebutuhan hidupnya sendiri dan pihak yang menjadi tanggungannya. Menurut Simanjuntak (1985:114) Jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) sangat penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai dan demi kelangsungan hidup perusahaan. Semakin banyak jumlah beban tanggungan hidup seorang karyawan, maka akan semakin banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhinya. Tentunya hal tersebut mendorong seorang karyawan untuk tetap bertahan ditempat dirinya bekerja. Dengan persaingan yang cukup ketat saat ini tidak bisa seseorang bekerja secara sembarangan, karena jika memang demikian pihak perusahaan tentu akan mempertimbangkan untuk tetap mempekerjakan karyawan yang bersangkutan atau bahkan memberikan teguran. Kondisi yang seperti itu akan memotivasi karyawan untuk selalu meningkatkan produktivitasnya dengan harapan, kedepannya dia akan tetap dipekerjakan atau bahkan mungkin dipromosikan untuk naik jabatan. C. METODE PENELITIAN Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo, yang terletak di jalan Dahlia no. 18 desa Karangsono Sukorejo Jawa Timur, dengan menjadikan karyawan bagian pengelinting rokok sebagai sampel penelitiannya. Jumlah sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah 100 tenaga kerja. Metode Analisis Metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan statistik dengan teknik analisis regresi berganda. Teknik analaisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel teriktanya, pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda. Dikatakan berganda mengingat variabel bebas penelitian ini lebih dari 1 variabel sebagaimana telah diuraikan di atas, yaitu Upah (X1), Masa Kerja (X2), Usia (X3) Pendidikan (X4), Beban Tanggungan (X5). Untuk bentuk persamaan fungsionalnya adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e Dimana : Y = Produktivitas tenaga kerja β0 = Konstanta X1 = Upah X2 = Masa kerja X3 = Usia X4 = Pendidikan X5 = Beban tanggungan e = Eror D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 tenaga kerja, semuanya berjenis kelamin perempuan, dan sudah menikah. Sampel yang terpilih merupakan pilihan acak, dan telah mengisi kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan data pribadi dan 6 pertanyaan pendukung. Data pribadi seperti nama, usia, pekerjaan, pendidikan, dll untuk mengetahui variabel bebas yang digunakan. Sedangkan pertanyaan pendukung untuk mengumpulkan materi seputar pekerjaan responden. Berikut hasil dari kuesioner mengenai data pribadi responden terkait variabel bebas yang digunakan:
Tabel 2 : Deskripsi Upah Upah per Minggu 600.000-609.999 610.000-619.999 620.000-629.999 630.000-639.999 640.000-649.999
Jumlah 37 22 22 17 2 100
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Dari tabel di atas menunjukan ragam upah dari responden. Upah terendah senilai Rp. 600.000 dan yang tertinggi senilai Rp. 642.000. Mayoritas upah responden berada dikisaran Rp. 600.000 sampai
Rp. 609.999. Bila per minggu tenaga kerja memperoleh sekitar Rp. 600.00 an maka per bulannya tenaga kerja memperoleh kurang lebih sebesar Rp. 2.400.000 an.
Tabel 3 : Deskripsi Masa Kerja Masa Kerja (thn) 0-5 6-10 >10
Jumlah 10 35 55 100
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Data yang dihasilkan dari kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas tenaga kerja sudah bekerja lebih dari 10 tahun. Sedangkan 10 tenaga kerja baru bekerja kurang dari 6 tahun.
Tabel 4 : Deskripsi Usia Usia (thn) 21-30 31-40 41-50
Jumlah 35 59 6 100
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Mayoritas usia responden adalah usia antara 31-40 tahun yaitu sejumlah 59 tenaga kerja. Jumlah paling sedikit adalah dengan umur 41-50 tahun.
Tabel 5 : Deskripsi Pendidikan Pendidikan (thn) 6 9 12
Jumlah 16 59 25 100
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 59 tenaga kerja merupakan lulusan SMP atau telah menyelesaikan 9 tahun pendidikan. Hanya 16 tenaga kerja yang menyelesaikan pendidikan sampai SD (6 tahun) dan sebanyak 25 tenaga kerja sampai SMA (12 tahun).
Tabel 6 : Deskripsi Beban Tanggungan Beban Tanggungan 2 3 4 5 6
Jumlah 12 25 35 20 8 100
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Tabel di atas menjelaskan berapa banyak jumlah beban tanggungan keluarga. Mayoritas sejumlah 35 responden memiliki 4 beban tanggungan. Terdapat 12 tenaga kerja yang memiliki 2 tanggungan, 25 tenaga kerja memiliki 3 tanggungan, 20 tenaga kerja memiliki 5 tanggungan, dan 8 tenaga kerja memiliki 6 tanggungan. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memilki distribusi normal. Pemeriksaan apakah residual berdistribusi normal atau tidak
dilakukan secara grafik dengan Normal P-P plot dan pengujian hipotesis statistik dengan uji one sample Kolmogrov-Smirnov. Data berdistribusi normal akan memiliki P-P plot membentuk satu garis lurus diagonal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka nilai residual dari model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 1 : Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Berdasarkan grafik Normal P-P Plot pada gambar 1 didapatkan bahwa data observasi berada di sekitar garis diagonal. Lalu nilai signifikansi dari pengujian one sample Kolmogorov-Smirnov sebesar 0.219 lebih besar dari α (0.05). Lalu hasil dari pengujian tersebut, diambil keputusan sebaran residual berdistribusi normal. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas merupakan uji yang ditunjukkan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinearitas. Salah satu metode yang digunakan dalam menguji ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka menunjukkan adanya multikolinieritas. Dan apabila sebaliknya VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 7 : Uji Multikolinieritas dengan VIF Variabel X1 (Upah) X2 (Masa Kerja) X3 (Usia) X4 (Pendidikan) X5 (Beban Tanggungan)
Tolerance 0.351 0.453 0.299 0.984 0.383
VIF 2.850 2.208 3.347 1.016 2.610
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Dari tabel 7 di atas didapatkan bahwa semua nilai VIF dari masing-masing variabel lebih kecil dari 10 dengan nilai tolerance lebih dari 0.1, maka asumsi bisa terpenuhi yang artinya antar variabel bebas tidak terdapat korelasi yang kuat (tidak terdapat multikolinieritas). Uji Heterokedastisitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi memiliki ragam (variance) residual yang sama atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki ragam residual sama (bersifat homogen). Cara untuk menguji heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Jika titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas (asumsi tidak terpenuhi). Sedangkan, jika tidak ada pola yang jelas, atau titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (asumsi terpenuhi).
Gambar 2 : Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Dari hasil scatterplot pada gambar diatas, terlihat titik-titik tersebar secara acak (tak berpola) baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga disimpulkan ragam residual homogen (asumsi terpenuhi). Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi berupa korelasi diantara faktor gangguan (error term). Model yang baik adalah dengan tidak terjadi masalah autokorelasi pada residualnya. Pengambilan keputusan dengan uji Durbin Watson dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendapatkan nilai dL dan dU pada tabel Durbin Watson untuk nilai k = 5 dan n = 100. Didapatkan nilai dL sebesar 1.571 dan nilai dU sebesar 1.780. Selanjutnya dibuat daerah keputusan sebagai berikut:
Tabel 8 : Uji Autokorelasi dengan Durbin Watson dL 1.571
dU 1.780
DW 2.102
4-dU 2.220
4-dL 2.429
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Dilihat dari durbin Watson nilai kritis durbin Watson untuk n = 100 dan k = 5 adalah du = 1.780 dan 4-du = 2.220. Karena nilai durbin-watson terletak di antara du dan 4-du maka dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi antar residual (asumsi terpenuhi). Analisis Regresi Berganda Setelah semua asumsi regresi sudah terpenuhi, maka dilakukan analisis regresi yang berguna untuk mendapatkan pengaruh variabel-variabel bebas (upah (X1), masa kerja (X2), usia (X3), pendidikan (X4), dan beban tanggungan (X5)) terhadap variabel Y (produktivitas tenaga kerja). Dalam pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 18 didapatkan ringkasan seperti berikut:
Tabel 9 : Uji Regresi Linier Berganda Variabel Konstanta Upah (X1) Masa Kerja (X2) Usia (X3) Pendidikan (X4) Beban tanggungan (X5) α r Koefisien Determinasi (R2) F-hitung F-tabel (F5,94,0.05) Signifikansi F t-tabel (t94,0.05)
B 136.9687 0.0004 0.2378 0.3178 0.1810 1.4002
thitung
Signifikan
Keterangan
9.094 2.108 2.970 1.210 3.409
0.000 0.038 0.004 0.229 0.001
Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
= 0.050 = 0.940 = 0.883 = 142.513 = 2.311 = 0.000 = 1.986
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Dari tabel 9 di atas, diperoleh model regresi sebagai berikut : Y = 136.9687 + 0.0004X1 + 0.2378X2 + 0.3178X3 + 0.1810X4 + 1.4002X5 + ε Interpretasi model regresi tersebut adalah sebagai berikut : 1. β0 = 136.9687. Koefisien regresi ini menunjukkan bahwa tanpa adanya pegaruh dari variabelvariabel bebas terhadap variabel Y (produktivitas), maka nilai dari variabel Y sudah meningkat sebesar 136.9687 unit. 2. β1 = 0.0004. Koefisien tersebut menunjukkan setiap kenaikan upah (X1) sebesar 1 rupiah dan variabel bebas lainnya dianggap tetap, maka produktivitas (Y) akan meningkat sebesar 0.0004 unit. Dapat dilihat bahwa koefisien yang diperoleh bernilai positif, jadi semakin tinggi upah, maka produktivitas juga semakin tinggi, dan sebaliknya. 3. β2 = 0.2378. Koefisien tersebut menunjukkan setiap kenaikan masa kerja (X2) sebesar 1 tahun dan variabel bebas lainnya dianggap tetap, maka produktivitas (Y) akan meningkat sebesar 0.2378 unit. Dapat dilihat bahwa koefisien yang diperoleh bernilai positif, jadi semakin bertambah masa kerja, maka produktivitas juga semakin tinggi. 4. β3 = 0.3178. Dapat dilihat bahwa koefisien yang diperoleh bernilai positif, jadi usia yang tinggi, maka produktivitas semakin meningkat sebesar 0.3178 per tahunnya. 5. β4 = 0.1810. Dapat dilihat bahwa koefisien yang diperoleh bernilai positif, jadi tahun pendidikan meningkat, maka produktivitas meningkat sebesar 0.1810 pula. 6. β5 = 1.4002. Koefisien tersebut menunjukkan setiap kenaikan beban tanggungan (X5) sebesar 1 orang dan variabel bebas lainnya dianggap tetap, maka produktivitas (Y) akan meningkat sebesar 1.4002 unit. Dapat dilihat bahwa koefisien yang diperoleh bernilai positif, jadi semakin bertambahnya beban tanggungan, maka produktivitas juga semakin meningkat, dan sebaliknya. Uji F Pengujian secara simultan dilakukan untuk menunjukan apakah semua variabel yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y (produktivitas). Semua variabel tersebut diuji secara serentak dengan menggunakan uji F. Hasill pengujian dapat dilihat dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Apabila nilai dari Fhitung lebih besar dari Ftabel maka secara simultan variabel bebas yang dipakai berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat. Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa diperoleh nilai Fhitung sebesar 142.513 dan nilai Ftabel sebesar 2.311, karena Fhitung jauh lebih besar dari Ftabel, maka artinya secara simultan / serentak, variabel upah (X1), masa kerja (X2), usia (X3), pendidikan (X4), dan beban tanggungan (X5) berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y (produktivitas). Uji T Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas pembentuk model regresi secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Untuk menguji hubungan tersebut, digunakan uji t, yakni dengan membandingkan nilai t hitung dengan ttabel.
Tabel 10 : Uji Hipotesis Koefisien Regresi Variabel Bebas Variabel a. X1 Y b. X2 Y c. X3 Y d. X4 Y e. X5 Y
t hitung 9.094 2.108 2.970 1.210 3.409
t tabel 5% 1.986 1.986 1.986 1.986 1.986
Sig. t 0.000 0.038 0.004 0.229 0.001
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
Sumber Data : Data Primer yang diolah Dari hasil table 10 bisa dilihat, bila variabel upah, masa kerja, usia, dan beban tanggungan berpengarug signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Sedangkan variabel pendidikan berpengaruh namun tidak signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Uji Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran ketepatan atau kecocokan garis regresi yang diperoleh dari hasil pendugaan parameter berdasarkan contoh. Selain itu, koefisien determinasi juga dapat digunakan untuk mengukur besar proporsi keragaman total di sekitar nilai tengah yang dapat dijelaskan oleh garis regresi. Besarnya kontribusi dari variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.9 dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.883. Hasil tersebut menjelaskan sumbangan atau kontribusi dari variabel-variabel bebas (upah (X1), masa kerja (X2), usia (X3), pendidikan (X4), dan beban tanggungan (X5)) yang disertakan dalam persamaan regresi terhadap variabel Y (produktivitas), adalah sebesar 88.3%, sedangkan 11.7% lainnya disumbangkan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan ini. Uji Dominan Untuk menentukan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja, dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien regresi (β) antara variabel yang satu dengan yang lain. Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel Keputusan Pembelian adalah variabel yang memiliki koefisien regresi yang paling besar
Tabel 11 : Hasil Analisis Regresi Peringkat 1 2 3 4 5
Variabel Upah (X1) Beban tanggungan (X5) Usia (X3) Masa Kerja (X2) Pendidikan (X4)
Koefisien BETA 0.541 0.194 0.191 0.110 0.043
Pengaruh Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan
Sumber Data : Data Primer yang diolah, 2015 Berdasarkan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 4 variabel yang berpengaruh secara nyata (signifikan) secara parsial terhadap variabel produktivitas (Y) dari 5 variabel bebas yang digunakan dalam penelitian. Variabel upah (X1) merupakan variabel yang memiliki koefisien terstandarisasi Beta paling besar, yaitu sebesar 0.541. Hal ini menunjukkan bahwa variabel produktivitas (Y) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel upah (X1). Koefisien yang dimiliki oleh variabel upah (X1) bertanda positif yang berarti jika terjadi peningkatan pada variabel upah (X1) maka terjadi peningkatan pula pada variabel produktivitas (Y) dan sebaliknya jika terjadi penurunan pada upah (X1) maka terjadi penurunan juga pada variabel produktivitas (Y).
Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Pengaruh Variabel Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa variabel upah merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap produktivitas tenaga kerja di KUD Sumberrejo unit SKT Sukorejo dengan nilai signifikansi sebesar 9.094. Semakin tinggi upah yang diperoleh maka semakin tinggi pula semangat untuk berkerja dan hasilnya produktivitas tenaga kerja tersebut juga
meningkat. Menurut Mauled (1993:85) pemberian upah yang memuaskan akan membantu organisasi menghasilkan, memelihara dan selalu memperkerjakan tenaga kerja yang produktif. 2.
3.
4.
5.
6.
Pengaruh Variabel Masa Kerja Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Meskipun memiliki tingkat signifikansi senilai 0.110, variabel masa kerja juga merupakan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Mayoritas tenaga kerja di KUD Sumberrejo unit SKT ini sudah berkerja selama lebih dari 10 tahun, yaitu sebanyak 55 tenaga kerja. Dengan begitu, terdapat tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang banyak, meskipun ada kecenderungan bila tenaga kerja tersebut jenuh dengan pekerjaannya. Lalu terdapat 35 tenaga kerja yang memiliki masa kerja selama 6-10 tahun. Bisa dibilang pada masa kerja seperti ini keterampilan dan pengalaman tenaga kerja sudah cukup baik. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 10 tenaga kerja baru memiliki masa kerja 0-5 tahun, artinya keterampilan dan pengalaman tenaga kerja tersebut masih sedikit, sehingga perlu menambah keterampilan. Pengaruh Variabel Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Variabel usia juga memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Menurut Simanjuntak (1998:40) peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi oleh faktor usia. Maka produktivitas kerja akan meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan kemudian cenderung menurun kembali menjelang usia tua, karena kondisi fisik yang semakin lemah. Hasil penelitian sesuai dengan teori yang ada, dimana mayoritas tenaga kerja di KUD Sumberrejo unit SKT Sukorejo berada di usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 59 tenaga kerja dan sebanyak 35 tenaga kerja di usia 21-30 tahun. Pengaruh Variabel Pendidikan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Dari kelima variabel bebas yang dipakai hanya pendidikan saja yang tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Pendidikan disini diartikan bahwa tenaga kerja telah menempuh pendidikan formal SD (6 tahun), SMP (9 tahun), atau SMA (12 tahun). Dalam pelaksanaan pengerjaan mengelinting rokok tidak diperlukan pendidikan yang tinggi, namun yang diutamakan adalah keterampilan tenaga kerja dalam mengelinting rokok itu. Pengaruh Variabel Beban Tanggungan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Dengan nilai signifikansi sebesar 0.194 maka membuat variabel beban tanggungan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja. Menurut Simanjuntak (1985:114) jaminan penghasilan yang lebih baik dari sekedar memenuhi KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) sangat penting bukan saja dalam rangka kemanusiaan, akan tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai dan demi kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya tanggungan keluarga maka membuat semangat bekerja lebih giat dan meningkatkan produktivitas. Pengaruh Faktor Upah Sebagai Faktor Dominan Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Faktor upah adalah faktor yang paling berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja di KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo. Upah menjadi faktor utama dalam produktivitas kerja, dikarenakan upah sebagai bentuk nyata imbalan dari perusahaan atas apa yang karyawan kerjakan. Adanya motivasi untuk mendapatkan upah yang besar dengan cara meningkatkan jumlah batang yang karyawan kerjakan. Semakin banyak yang bisa karyawan hasilkan tiap harinya maka ada imbalan dari perusahaan yang besar pula untuk karyawan. E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu upah, masa kerja, usia, pendidikan, dan beban tanggungan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja di KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo. 2. Variabel upah merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap produktivitas tenaga kerja di KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo. Hasil ini didapat pada uji Dominan dimana variabel upah memperoleh nilai signifikansi sebesar 0.541. Meskipun upah yang diperoleh tenaga kerja masih di bawah UMK Kabupaten Pasuruan. 3. Hanya variabel pendidikan saja yang tidak berpengaruh secara signifikan dalam penelitian ini. Dengan pekerjaan sebagai pengelinting rokok tidak menuntut untuk berpendidikan tinggi, karena yang dibutuhkan adalah keterampilan tangan untuk mengelinting rokok. 4. Variabel bebas yang digunakan yaitu upah, masa kerja, usia, pendidikan, dan beban tanggungan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan hubungannya terhadap produktivitas tenaga kerja
Saran Saran yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah: 1. Mengingat variabel upah mempunyai pengaruh yang dominan terhadap produktivitas tenaga kerja dan masih di bawah UMK Kabupaten Pasuruan, maka hendaknya KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo lebih memperhatikan masalah upah tenaga kerja. 2. Mengingat variabel beban tanggungan keluarga berpengaruh signifikan kedua, maka hendaknya KUD Sumberrejo Unit SKT Sukorejo ketika membutuhkan karyawan baru agar lebih mempertimbangkan yang sudah berkeluarga. 3. Bagi peneliti akan datang yang ingin meneliti dengan tema yang sama, diharapkan menambah faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja selain faktor yang sudah diteliti. DAFTAR PUSTAKA Andrianto, Rendy Akhmad. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah: Universitas Brawijaya Arikunto, Suharsimi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik. 2011. Jawa Timur Dalam Angka 2011. Malang: BPS Badan Pusat Statistik. 2012. Jawa Timur Dalam Angka 2012. Malang: BPS Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Timur Dalam Angka 2013. Malang: BPS Badan Pusat Statistik. 2014. Jawa Timur Dalam Angka 2014. Malang: BPS Djiuta, Puspa. 2011. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Palembang: Ilmiah volume III no. 2 Gujarati, Damodar N. 1995. Ekonometrika Dasar. Zain. Sumarna, Penerjemah. Jakarta : Erlangga Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Lestari, Berta dan Aris Setia Noor. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja pada Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Socioscientia Jurnal Ilmu Ilmu Sosial Juni 2012, Volume 4 Nomor 2. Manulang. 1984. Manajemen Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mulyono, Mauled, Se. 1993. Penerapan Produktifitas Dalam Organisasi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Priyanto, Wahyu. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Ilmiah: Universitas Brawijaya Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sedarmayanti. 2011. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju. Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: LP – FE,UI Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. 1995. Metodologi Survai. Jakarta : LP3ES. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sukartawi. 1994. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tulus MA. 1992. Manejemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wangke, Humphrey. 2014. Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional. Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014.