Jurnal Ekonomi (JE) Vol .1(1), April 2016 E-ISSN: 2503-1937 Page: 155-165
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PENGOLAHAN KOPRA DI KOTA RAHA La Idin Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Email:
[email protected]
ABSTRACT This study aims to find out the determinant of labor productivity of copra industry in Kusambi and Napano Kusambi District Raha City. This research analyzed through descriptive analysis. Sampel of this research is 12 labor, 8 labor of Kusambi District from 4 unit factory and 4 labor of Napano Kusambi District from 2 unit factory. The finding showed that labor productivity of Kusambi District higer than labor productivity of Napano Kusambi District. Determinant of labor productivity of copra industry in Raha City is training of labor. Labor participation proportion in training of copra production for Kusambi District is 62,5 percent; and for Napano Kusambi District is 50 percent. Keywords : labor, productivity, output
1. Pendahuluan Tenaga kerja merupakan faktor atau alat penggerak yang utama dalam memproduksi dan meningkatkan usaha kopra. Tenaga kerja akan lebih produktif bila faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya produktivitas tenaga kerja mendukung. Karena kualitas tenaga kerja dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, keterampilan, kesehatan, jenis kelamin dan usia. Semakin meningkat tingkat pendidikan, keterampilan, kesehatan, jenis kelamin dan usia maka akan semakin produktif pula kualitas tenaga kerja, dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan, keterampilan, kesehatan, jenis kelamin dan usia maka akan semakin rendah pula produktivitas tenaga kerja. Kota Raha merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa kecamatan, dan merupakan daerah-daerah yang banyak ditumbuhi tanaman kelapa, baik tanaman yang di budidayakan maupun kelapa yang tumbuh secara alami di kebun maupun di pekarangan rumah masyarakat. Masyarakat di wilayah ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Usaha kopra merupakan salah satu bentuk bidang mata pencaharian masyarakat petani yang ada di Kota Raha. Oleh sebab itu perlu dikembangkan karena memiliki potensi kelapa dengan jumlah yang banyak dan lahan yang cukup luas serta mampu mengolah kelapa dalam bentuk kopra. Kopra merupakan daging buah kelapa segar yang dapat dikeringkan dengan berbagai macam metode yaitu, menggunakan sinar matahari dan pengasapan. Pengolahan kopra meliputi proses penguapan air dari daging buah kelapa, dimana kadar air awal daging buah kelapa segar yang mencapai 50% diturunkan hingga kadar air 57% melalui proses pengeringan (Amin, 2009). Harga jual dalam bentuk kopra mencapai Rp 5.000 per kg, sedangkan dalam bentuk kelapa mencapai Rp 1.000 per biji. Namun usaha kopra ini memiliki perkembangan yang lebih lambat dibanding usaha lainnya. Lambatnya peningkatan http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
155
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
usaha kopra salah satunya didorong oleh rendahnya ketersediaan kinput (bahan baku dan tenaga kerja). Namun khusus input bahan baku, bukan merupakan kendala berarti bagi industri pengolahan kopra di Raha, sehingga hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana dengan produktivitas tenaga kerja pengolahan kopra itu sendiri, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada pengolahan kopra di Kota Raha. 2. Kajian Literatur Produktivitas adalah sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Produktivitas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara totalitas keluaran pada waktu tertentu dengan totalitas masukan selama periode tersebut, atau suatu tingkat efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa (Sinungan, 1997). Menurut Payaman Simanjuntak (2005) produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu. Sementara Supranto (2001) mengemukakan bahwa tenaga kerja yaitu sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 14 tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Menurut Payaman Simanjuntak (2005) beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja terdiri atas beberapa bagian, yakni: pendidikan, keterampilan, kesehatan, jenis kelamin dan usia. 1) Pendidikan. Pendidikan merupakan proses pembelajaran melalui proses dan prosedur yang sistematis yang terorganisir baik teknis maupun manajerial yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama. 2) Keterampilan. Menurut Ghazali (2010) keterampilan dianalogikan dengan seorang pengendara motor, mobil, atau kendaraan lain yang perlu mengetahui dimana alat pengendali, apa yang dikendalikan dengan tangan, apa yang dikendalikan dengan kaki, di mana letaknya dan bagaimana menjalankannya, semua itu merupakan latihan keseimbangan penggunaan otak kanan dan otak kiri. 3) Kesehatan. Kesehatan adalah salah satu bentuk yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dan tenaga kerja yang kurang sehat dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, yang pada akhirnya akan berdampak pada proses produksi yang akan berkurang karena kondisi badan dan pikiran tidak stabil. Maka dari itu, kesehatan mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan produktivitas. 4) Jenis kelamin. Jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya tidak dapat dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, seperti pada pengolahan kopra, tenaga kerja laki-laki lebih dibutuhkan karena lebih mengandalkan kekuatan fisik. 5) Umur. Umur seseorang ikut menentukan tingkat kerjanya, makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula tingkat kerjanya tetapi akan menurun pula pada usia tertentu sejalan dengan faktor kekuatan fisik yang makin menurun pula. Usia akan sangat berpengaruh pada pekerjaan yang sangat mengandalkan kekuatan dan http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
156
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
kemampuan fisik tenaga kerja. Seperti pada pengolahan kopra, usia akan sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya karena lebih dominan mengandalkan kekuatan fisik. Adapun faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas tenaga kerja meliputi : kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketetapan waktu. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang dicapai oleh pekerja dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahaan atau usaha. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh pekerja, dalam hal ini merupakan suatu kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan atau usaha. Sementara ketetapan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketetapan waktu diukur dari persepsi pekerja terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi output. Beberapa studi sebelumnya mengkaji tentang produktivitas faktor produksi. Pengukuran dan Analisis Produktivitas Total Faktor (PTF) Sektor Industri Pengolahan (Depnakertrans, 2003) menunjukkan bahwa pertumbuhan PTF sektor industri pengolahan selama tahun 1993-2002 semakin menurun. Hal ini juga menyebabkan menurunnya kontribusi pertumbuhan PTF dalam pertumbuhan PDB sektor industri pengolahan. Pada sisi lain, Lasmiatun (Kurniasari, 2011) dalam penelitiannya tentang efisiensi alokatif penggunaan input dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi industri kecil (studi kasus pada industri Genteng Press di Kabupaten Brebes) menemukan bahwa faktor-faktor input tanah liat, kayu bakar, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi genteng press di Kabupaten Brebes. Pemakaian faktor input ditinjau dari harga faktor produksi terhadap harga output belum atau tidak efisien. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden. Jumlah ressponden sebanyak 12 orang, yang ditentukan berdasarkan teknik penarikan sampel Cluster Sampling. Jumlah tenaga kerja yang menjadi responden pada pengolahan kopra di Kecamatan Kusambi 8 tenaga kerja pada 4 unit usaha. Sedangkan Kecamatan Napano Kusambi dengan jumlah tenaga kerja 4 pekerja pada 2 unit usaha. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan bantuan persentase terhadap jawaban responden atas variabel yang diproxi sebagai faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu variabel: pendidikan, keterampilan, kesehatan, jenis kelamin, dan umur. 4. Hasil Penelitian Hasil Produksi Tenaga Kerja pada Pengolahan Kopra Pengolaha kopra di Kota Raha dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu cara pengasapan dan cara penjemuran. Adapun hasil produksi masing-masing responden di Kecamatan Kusambi disajikan sebagaiama Tabel 1, yang menunjukkan http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
157
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
bahwa produktivitas tertinggi responden yaitu 5.500 kg/tahun yang diproduksi pada perusahaan-4 dengan tenaga kerja/responden 3 orang. Sementara terdapat seorang responden yang hanya menghasilkan output 600 kg/tahun. Pada sisi lain, hasil produksi kopra di Kecamatan Napano Kusambi sebagaimana Tabel 2 tertinggi menghasilkan 2.200 kg/tahun dihasilkan pada usaha 2. Secara rata-rata, produktivitas tenaga kerja di Kecamatan Kusambi sebesar 1.350 kg per tenaga kerja per tahun; sementara produktivitas rata-rata responden pada Kecamatan Napano Kusambi sebesar 800 kg per tenaga kerja per tahun. Dengan demikian, produktivitas tenaga kerja pada Kecamatan Kusambi jauh lebih tinggi dibanding produktivitas tenaga kerja pada Kecamatan napano Kusambi. Tabel 1 Responden Berdasarkan Hasil Produksi Kopra di Kecamatan Kusambi Usaha Responden Jumlah Hasil Produksi (Kg) 1 Responden 1 1 600 2 Responden 2 2 2.200 Responden 3 3 Responden 4 2 2.500 Responden 5 4 Responden 6 3 5.500 Responden 7 Responden 8 Jumlah 8 10.800 Sumber : Data primer, diolah 2016 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Produksi Kopra di Kecamatan Napano Kusambi Usaha Responden Jumlah Hasil Produksi (Kg) 1 Responden 1 2 1.000 Responden 2 2 Responden 3 2 2.200 Responden 4 Jumlah 4 3.200 Sumber : Data primer, diolah 2016 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan sebagaimana disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 untuk responden yang berada pada Kecamatan Kusambi, dan Tabel 4 untuk responden di Kecamatan Napano Kusambi. Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden di Kecamatan Kusambi adalah tamatan SD sebanyak 5 responden (62,5%). Berpendidikan SLTP sebanyak 2 responden (25%). Sedangkan yang berpendidikan SLTA sebanyak 1 responden (12,5%). Dengan demikian maka tingkat pendidikan responden kurang memadai sehingga kurang dapat menyerap informasi dengan baik demi peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pendapatan. Adapun Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden pada pengolahan kopra di Kecamatan Napano Kusambi berpendidikan SLTP atau sebanyak 2 responden (50%). http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
158
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kusambi No Tingkat Pendidikan Responden (Orang) Persentase (%) 1 SD 5 62,50 2 SLTP 2 25,00 3 SLTA 1 12,50 Jumlah 8 100,00 Sumber : Data primer, diolah 2016 Tabel 4 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Napano Kusambi No Tingkat Pendidikan Responden (Orang) Persentase (%) 1 SD 1 25,00 2 SLTP 2 50,00 3 SLTA 1 25,00 Jumlah 4 100,00 Sumber : Data primer, diolah 2016 Keterampilan Pengelolaan kelapa menjadi kopra membutuhkan keterampilan pekerja agar hasil produksi yang dicapai memuaskan atau lebih produktif. Dengan kata lain, tenaga kerja harus melakukan pelatihan-pelatihan agar menjadi lebih terampil, karena pada dasarnya pelatihan berorientasi pada praktek yang bersifat penerapan langsung dalam meningkatkan kecakapan sebagai keterampilan dalam bekerja. Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Pekerja di Kecamatan Kusambi No Tingkat Keikutsertaan Responden Persentase Pelatihan (Orang) (%) 1 Pernah 5 62,5 2 Belum Pernah 3 37,5 Jumlah 8 100 Sumber : Data primer, diolah 2016 Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Pekerja di Kecamatan Napano Kusambi No Tingkat Keikutsertaan Responden Persentase Pelatihan (Orang) (%) 1 Pernah 2 50 2 Belum Pernah 2 50 Jumlah 4 100 Sumber : Data primer, diolah 2016 Hasil penelitian mengenai keterampilan pekerja dalam pengolahan kopra pada Kecamatan Kusambi sebagaiamana Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 5 pekerja atau 65,50 persen pernah mengikti pelatihan, sementara 3 lainnya belum pernah. Pada http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
159
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
sisi lain, 2 diantara 4 responden di Kecamatan Napano Kusambi sebagaimana Tabel 6, belum pernah mengikuti pelatihan pengolahan kopra. Kesehatan Kesehatan tenaga kerja merupakan hal penting yang diperlukan oleh para pengolah kopra kerja. Oleh karena itu dengan kondisi yang sehat, pekerja akan lebih meningkat produksinya dibandingkan dengan kondisi badan yang tidak sehat. Tabel 7 menunjukan bahwa karakteristik responden yang sehat pada Kecamatan Kusambi sebanyak 6 responden dan yang tidak sehat sebanyak 2 orang. Dengan demikian maka tingkat kesehatan responden cukup memadai sehingga dapat menyerap informasi dan mengolah kopra dengan baik demi peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pendapatan. Begitupun hal dengan kondisi responden pada Kecamatan Napano Kusambi dengan distribusi responden yang sehat sebanyak 3 orang sedangkan yang tidak sehat sebanyak 1 orang. Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Kesehatan Pekerja di Kecamatan Kusambi No Kondisi Kesehatan Responden Persentase (Orang) (%) 1 Sehat 6 75 2 Tidak Sehat 2 25 Jumlah 8 100 Sumber : Data primer, diolah 2016 Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Kesehatan Pekerja di Kecamatan Napano Kusambi No Kondisi Kesehatan Responden Persentase (Orang) (%) 1 sehat 3 75 4 tidak sehat 1 25 Jumlah 4 100 Sumber : Data primer, diolah 2016 Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu faktor pendukung atau penentu produktivitas tenaga kerja karena dalam pengolahan kopra tenaga kerja laki-laki lebih produktif dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan seperti dalam mempersiapkan bahan baku. Tabel 9 menunjukan bahwa karakteristik responden menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 5 orang dan perempuan sebanyak 3 orang untuk Kecamatan Kusambi dan sebanyak 3 orang laki-laki untuk Kecamatan Napano Kusambi.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
160
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pekerja di Kecamatan Kusambi No Jenis Kelamin Responden (Orang) Persentase (%) 1 Laki-Laki 5 62,5 2 Perempuan 3 37,5 Jumlah 8 100,0 Sumber : Data primer, diolah 2016 Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pekerja di Kecamatan Napano Kusambi No Jenis Kelamin Responden (Orang) Persentase (%) 1 Laki-Laki 3 75,0 2 Perempuan 1 25,0 Jumlah 4 100,0 Sumber : Data primer, diolah 2016 Umur Umur merupakan salah satu dimensi dari modal manusia dan sangat penting untuk memahami bagaimana umur berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja pada pengolahan kopra. Tabel 11 menunjukkan bahwa pada Kecamatan Kusambi responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 1 orang, aantara 20-30 tahun sebanyak 3 orang, selebihnya lebih besar dari 30 tahun. Adapun distribusi responden pada Kecamatan Napano Kusambi menunjukkan bahwa responden dengan usia kurang dari 20 tahun sebanyak 1 orang, antara 20-30 tahun sebanyak 1 orang, dan sisanya berusia diatas 30 tahun. Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja di Kecamatan Kusambi No Umur Responden (Orang) Persentase (%) 1 < 20 Tahun 1 12,5 2 20-30 Tahun 3 37,5 3 31-40 Tahun 2 25,0 4 > 40 Tahun 2 25,0 Jumlah 8 100,0 Sumber : Data primer, diolah 2016 Berdasarkan Tabel 3 sampai Tabel 11 maka perbedaan karakteristik tenaga kerja Kecamatan Kusambi dan Napano Kusambi disajikan sebagaimana Tabel 12 yang menunjukkan bahwa kondisi responden pada Kecamatan Napano Kusambi masih lebih baik dari Kecamatan Kusambi khususnya dalam hal tingkat pendidikan, begitupun halnya dengan jenis kelamin. Sementara untuk indikator usia den kesehatan berada dalam status yang sama. Namun pada aspek produktivitas, tenaga kerja pada Kecamatan Kusambi memiliki prduktivitas yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja pengolahan kopra di Kabupaten Muna bukan didorong oleh pendidikan, kesehatan, jenis kelamin dan usia; namun lebih didorong oleh variabel pelatihan. Sebagaimana yang disajikan pada Tabel 12 yang menunjukkan proporsi
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
161
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan pada Kecamatan Kusambi sebanyak 62,5 persen, sementara pada Kecamatan Napano Kuambi 50 persen. Tabel 12 Rekapitulasi Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Uraian Kecamatan Kecamatan Kusambi Napano Kusambi 1.350 800 Produktivitas rata-rata Karakteristik Pendidikan SMA 12,5% 25,0% Pernah Mengikuti Pelatihan 62,5% 50,0% Kondisi Sehat 75,0% 75,0% Jenis Kelamin Laki-laki 62,5% 75,0% Usia < 40 tahun 75,0% 75,0% Sumber : Data primer, diolah 2016 5. Simpulan dan Saran 1.
2.
Secara rata-rata, produktivitas tenaga kerja di Kecamatan Kusambi sebesar 1.350 kg per tenaga kerja per tahun; sementara produktivitas rata-rata responden pada Kecamatan Napano Kusambi sebesar 800 kg per tenaga kerja per tahun. Dengan demikian, produktivitas tenaga kerja pada Kecamatan Kusambi jauh lebih tinggi dibanding produktivitas tenaga kerja pada Kecamatan Napano Kusambi. Produktivitas tenaga kerja pengolahan kopra di Kabupaten Muna bukan didorong oleh pendidikan, kesehatan, jenis kelamin dan usia; namun lebih didorong oleh variabel pelatihan. Proporsi tenaga kerja yang pernah mengikuti pelatihan pada Kecamatan Kusambi sebanyak 62,5 persen, sementara pada Kecamatan Napano Kusambi 50 persen.
Daftar Pustaka Allorerung, D. dan Lay, A. 1998. Kemungkinan Pengembangan Pengolahan Buah Kelapa Secara Terpadu Skala Pedesaaan. Bandar Lampung : Prosiding Konferensi Nasional Kelapa IV Amin, S. 2009. Cocopreneurship Aneka Peluang Bisnis dari Kelapa. Edisi Pertama. Yogyakarta Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bima Asara Asnawi, S. dan S.N. Darwis. 1999. Prospek Ekonomi Tanaman Kelapa dan Masalahnya di Indonesia. Manado : Balai Penelitian Kelapa Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Jakarta : PT Retika Aditama Hasibuan, Malayu S.P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Herjanto, E. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
162
La Idin: Analisis Produktivitas Tenaga Kerja.........
Husein, Umar. 1998. Riset Sumber Daya Manusia Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Kardiman, 2003. Ekonomi. Jakarta: Yudhistira. Kusnendi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : PPUT Kurniasari, Panca. 2011. Analisis Efisiensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Industri Kecil Kabupaten Kendal, Studi Kasus pada Industri Kecil Genteng Press di Desa Meteseh Kecamatan Boja. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang Oglesby. 1999. Productivity Improvement in construction. McGraw-Hill Book Company : New York Ravianto, J. 1995. Produktivitas dan Manajemen Mutu. Jakarta : Erlangga Sondang, P. Siagian. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Simanjuntak, Payaman. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ……... 2005. Manajemen Dan Evaluasi Kerja. Jakarta : FEUI Sinungan, Muchdarsyah. 1997. Produktivitas. Jakarta : Bumi Aksara Sondang, P. Siagian. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara Supadi, dan Rozany.A. Nurmanaf. 2005. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Pedesaan dan Kaitannya Tingkat Kemiskinan. Bogor : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Suprianto. 1998. Ekonomi. Jakarta : Yudhistira Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Uniba Press Wursanto. 1991. Manajemen Kepegawaian. Yogyakarta : Kanisius
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JE
163