ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI DESA KUPU KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
NITA NUR LISTIANAWATI 109092000033
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1436 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI DESA KUPU KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES
Oleh
Nita Nur Listianawati 109092000033
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1436 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN.
Jakarta,
November 2014
Nita Nur Listianawati 109092000033
CURRICULUM VITAE NITA NUR LISTIANAWATI Data Diri Nama
: Nita Nur Listianawati
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat / Tanggal lahir : Brebes, 24 Desember 1991 Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Berat Badan
: 44 kg
Tinggi Tinggi
: 158 cm
Alamat
: Jl. Syeh Junaedi RT. 003 RW. 02 No. 29 Kel. Randusanga Wetan Kec. Brebes Kab. Brebes, 52212
Hand Phone
: 085742666863 / 08998730091
E-mail
:
[email protected]
IPK
: 3,42
Pendidikan Formal
2009 - sekarang
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Sosial Ekonomi / Agribisnis
2006 - 2009
: SMA Negeri 2 Brebes
2003 - 2006
: SMP PGRI 01 Brebes
1997 - 2003
: SD Negeri 01 Randusanga Kulon Brebes
1995-1997
: TK Pertiwi 01 Brebes
Pengalaman Kegiatan dan Organisasi 2003 - 2006
: Drum Band SMP PGRI 01 BREBES
2010 - 2011
: Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009-2013
: Anggota Saman Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010
: Panitia Family Camp dalam Jurusan Agribisnis
2010
: Panitia Acara Agri’s Event dalam Jurusan Agribisnis 2010
RINGKASAN NITA NUR LISTIANAWATI, ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI DESA KUPU KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES. DI BAWAH BIMBINGAN EDMON DARIS DAN RIZKI ADI PUSPITA SARI Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini mempunyai prospek yang sangat cerah, mempunyai kemampuan untuk menaikan taraf hidup petani, nilai ekonomis yang tinggi , berpeluang ekspor, dapat membuka kesempatan kerja. Kabupaten Brebes salah satu daerah Jawa Tengah yang menjadi sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Wanasari. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan karakterisitik petani bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes
(2)
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes (3) Mengetahui respon produksi yang disebabkan oleh perubahan faktor- faktor produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Brebes kabupaten Brebes. Penelitian ini dilakukan di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara responden dengan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang berkaitan dengan penelitian. Pengolahan data dilakukandengan menggunakan analisis regresi linear berganda bentuk logaritma natural menggunakan software SPSS 14 dan elastisitas produksi Cobb Douglas. Hasil analisis data menunjukkan bahwa 92,9% produksi bawang merah dapat dijelaskan oleh seluruh faktor dalam penelitian ini. Sisanya sebesar 7,1% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Uji-F menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati dengan tingkat kepercayaan 90% yaitu luas
i
lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Uji-t menunjukkan bahwa luas lahan berpengaruh sangat nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu, sedangkan bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair dan pestisida padat kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu. Hasil perhitungan elastisitas produksi bawang merah didapat elastisitas luas lahan bersifat elastis dengan nilai elastisitas sebesar 1.097, yang berarti produksi bawang merah di desa Kupu respon terhadap luas lahan. Sedangkan elastisitas produksi bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat bersifat inelastis dengan nilai elastisitas masing-masing sebesar 0.365, 0.170, 0.058, 0.008, 0.058 sehingga produksi bawang merah di desa Kupu tidak respom terhadap bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat, motivasi, saran, dukungan, dan dorongan moril maupun materil. Semoga adinda dapat membalas semua perjuangan Ayah Akhmad Ghozali dan mama Jamroni. 2. Adik tersayang (Fikri Falakudin) yang telah memberikan motivasi, dukungan, doa, dan keceriaan. 3. Bapak Dr. Agus Salim M. Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
4. Bapak Drs. Acep Muhib MM, selaku ketua program studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing untuk memberikan arahan dan pemikiran, memberikan saran dan nasihat, memberikan tenaga dan waktu, memberikan doa, serta dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA, selaku pembimbing II yang telah membimbing untuk memberikan arahan dan pemikiran, memberikan saran dan nasihat, memberikan tenaga dan waktu, memberikan doa, serta dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Dr. Taswa Sukmadinata, selaku dosen penguji I dalam siding munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi ini. 8. Ibu Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si, selaku dosen penguji II dalam siding munaqosyah skripsi penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang berharga untuk perbaikan skripsi ini. 9. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan. 10. Seluruh jajaran pimpinan dan staff Fakultas Sains dan Teknologi atas bantuan dalam persiapan pelaksanaan seminar proposal dan seminar hasil.
iv
11. Bapak Imam Turmudzi selaku ketua Gapoktan serta bapak kholidin selaku seksi produksi desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. 12. Bapak Agus, selaku kepala bagian Produksi di Balai Penyuluh Pertanian yang telah membantu penulis dalam hal pengambilan data sekunder untuk melakukan penelitian di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes serta motivasi, doa, dan dukungannya. 13. Keluarga besar di desa Randusanga Wetan, kabupaten Brebes khususnya Kakek Darup, Paman Hurry,Tante Kholipah, Mba Gita, Tante Nur, Tulang Paung, Om Ali yang telah membantu dan memberikan motivasi, nasihat, saran, doa, dan dukungan. 14. Ivan Putra Koesdjiono sebagai teman jiwa yang selalu menemani, mendampingi, dan mendengarkan keluh kesah penulis. Terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan, dukungan dan doanya. 15. Salwati Syarifah, SP yang telah memberikan pelajaran dan pemahaman dalam penulisan skripsi ini. 16. Sahabat-sahabatku tercinta Mia, Tiana, Ika, Nauli, Nunung, Selvi, Kiki, terimakasih banyak atas doa, motivasi, dukungan serta dorongan yang telah kalian berikan, serta arti persahabatan dan arti kekeluargaan yang selama ini kalian ajarkan.
v
17. Teman-teman Agribisnis 2009 (Arum, Dewi, Eka, Hana, Benita, Pipeh, Elis, Dian, Sarah, Uki, Vinka, Silvi, Nena, Ponika, Ka Laeli, Riska, Bambang, Tio, Daeng, Amin, Eriza, Jamal, Hariri, Bimbim, Gembul, Jajil, BM, Ucon, Azam, Rahman, Slamet, Hilman, Anto, Arif, terimakasih atas kebesamaan dan keceriaan yang telah dihadirkan, serta arti persahabatan dan arti kehidupan yang telah diajarkan. 18. Novi Yulianti sebagai teman satu motor yang selalu menemani dari awal kuliah hingga wisuda bareng, terimakasih banyak atas doa, dukungan, motivasi, kebersamaa serta dorongan yang telah diberikan. 19. Senior-senior Agribisnis mulai dari angkatan 2002-2008 dan junior-junior dari angkatan 2010-2012 atas doa dan dukungannya. 20. Ella Purwanti dan M. Iswanto terimakasih atas doa dan dukungannya. 21. Semua pihak yang telah membantu yang belum disebutkan tanpa mengurangi rasa hormat. Terima kasih banyak. Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kekurangan dan keterbatasan, penulis menyadari bahwa penelitian ini mungkin masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.
vi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak. Semoga Allah SWT memberi keberkahan kepada kita semua. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Allamin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, November 2014
Nita Nur L
vii
DAFTAR ISI RINGKASAN .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR....................................................................................
iii
DAFTAR ISI................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................
4
1.5 Batasan Penelitian ...............................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bawang Merah .....................................................................................
6
2.2 Fungsi Produksi....................................................................................
8
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani.......
9
2.4 Elastisitas Produksi ..............................................................................
12
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................
16
2.6 Kerangka Pemikiran.............................................................................
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................................
20
3.2 Jenis dan Sumber Data .........................................................................
20
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................
21
3.4 Metode Pengambilan Sampel...............................................................
21
3.5 Metode Pengolahan Data .....................................................................
22
3.5.1 Uji Asumsi Klasik ....................................................................
24
3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda............................................
28
3.5.3 Elastisitas Produksi Cobb Douglas .........................................
30
viii
3.6 Definisi Operasional.............................................................................
32
BAB IV GAMBARAN DESA KUPU 4.1 Lokasi, Penduduk dan Mata Pencaharian ............................................
33
4.2 Kondisi Pertanian .................................................................................
35
4.2.1 Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu ....................................
36
4.2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Desa Kupu .....
39
4.3 Gambaran Umum Gapoktan Maju Bersama ........................................
40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden .....................................................................
43
5.1.1 Umur Petani ...............................................................................
44
5.1.2 Pengalaman Bertani ...................................................................
45
5.1.3 Status Kepemilikan Lahan .........................................................
47
5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu ...........................................................................................
49
5.3 Elastisitas Produksi ..............................................................................
55
5.4 Pembahasan .........................................................................................
56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .........................................................................................
63
6.2 Saran.....................................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
65
LAMPIRAN ...................................................................................................
68
ix
DAFTAR TABEL 1. Luas Tanam, Produksi dan Rata-Rata Produksi Bawang Merah di Kecamatan Wanasari Brebes Tahun 2011 ............................................. 2 2. Keterangan ............................................................................................ 23 3. Uji Multikolinearitas .............................................................................. 25 4. Jumlah Penduduk Desa Kupu Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2012 .......................................................................................... 34 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya Tahun 2012 ...... 35 6. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur ...........
44
7. Hasil Olahan Independent Sampel Test Berdasarkan Perbedaan Umur ..............................................................................................................
44
8. Tingkat Pengalaman Bertani Responden dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu .............................................................................. 45 9. Hasil Olahan Independent Sampel Test ................................................
46
10. Distribusi Status Kepemilikan Lahan Responden di Desa Kupu.........
47
11. Hasil Olahan Anova Satu Arah ............................................................
48
12.Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Gapoktan Maju Bersama ....................................................... 50 13. Elastisitas Produksi .............................................................................
56
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Grafik Produksi dengan Satu Variabel Input ...............................
13
2. Kerangka Pemikiran......................................................................
19
3. Uji Normalitas...............................................................................
24
4. Scatterplot .....................................................................................
27
5. Struktur Organisasi Kepengurusan Gapoktan Maju Bersama, 2011 ......................................................................................................
41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Daftar Pertanyaan Kuisioner ..................................................... 68 2. Lembar Data Karakteristik Petani Responden ....................................... 73 3. Lembar Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sebelum di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln) ................................ 77 4. Lembar Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln) .................. 79 5. Lembar Output Analisis Regresi Berganda ............................................... 82
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di
Indonesia yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk tanpa memperhatikan tingkat sosial. Komoditas ini mempunyai prospek yang sangat cerah, mempunyai kemampuan untuk menaikan taraf hidup petani, nilai ekonomis yang tinggi , merupakan bahan baku industri, dibutuhkan setiap saat sebagai bumbu masak, berpeluang ekspor, dapat membuka kesempatan kerja, dan merupakan sumber kalsium dan fosfor yang cukup tinggi (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1999). Kabupaten Brebes adalah salah satu daerah Jawa Tengah yang menjadi sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Kabupaten Brebes terdiri dari 17 kecamatan, salah satunya yaitu kecamatan Wanasari. Berdasarkan data monografi Desa kecamatan Wanasari tahun 2013, menyatakan bahwa salah satu wilayah yang berpotensi dalam pengembangan usahatani bawang merah di kecamatan Wanasari adalah Desa Kupu, berikut sebaran distribusi luas lahan, produksi dan produktivitas bawang merah tahun 2013.
1
Tabel 1. Luas Tanam, Produksi dan Rata-rata Produksi Bawang Merah di Kecamatan Wanasari Tahun 2011. Desa Luas Tanam (Ha) Produktivitas (Ton/Ha) Dumeling
250
13
Kupu
326
14
Keboledan
156
12
Sumber: Monografi Desa Kecamatan Wanasari, 2013
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa desa Kupu dengan produktivitas sebesar 14 ton merupakan produsen yang terbesar dibandingkan dengan desa yang lainnya. Data pada Tabel 1 tersebut menyajikan tiga desa dari 20 desa yang produktivitasnya tertinggi. Desa
Kupu
adalah
salah
satu
desa
yang
berpotensi
dalam
membudidayakan bawang merah, hal ini sesuai dengan data monografi desa pada kecamatan Wanasari yang menyatakan bahwa desa Kupu memiliki produktivitas terbesar. Kecamatan Wanasari yang terdiri dari 20 desa, memiliki produsen bawang merah yang berproduksi tinggi salah satunya yaitu desa Kupu, sedangkan desa lainnya memiliki produktivitas yang masih rendah. Adanya perbedaan produktivitas antar desa maka peneliti melakukan suatu penelitian dimana tingkat produktivitas bawang merah sangat terkait dengan penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor produksi yang berbeda akan menghasilkan jumlah produksi yang berbeda pula. Selain penggunaan faktor produksi, karakteristik petani juga bisa mempengaruhi hasil produksi. Salah satunya umur, dalam batasbatas tertentu, semakin bertambah umur seseorang maka tenaga yang dimiliki
2
semakin produktif dan setelah pada batas tertentu produktivitasnya semakin menurun. Jika dilihat dari pemaparan tersebut, telah dijelaskan bahwa faktor produksi memberikan kontribusi terhadap proses produksi yang sedang dijalankan. Pada proses produksi bawang merah ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terkait dengan input produksi akan mempengaruhi output yang dihasilkan. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa
permasalahan adalah: 1. Bagaimana karakteristik petani bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes? 2. Bagaimana peranan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes? 3. Bagaimana respon produksi bawang merah terhadap faktor-faktor produksi di Desa Kupu kecamatan Brebes kabupaten Brebes?
3
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakterisitik petani bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten brebes. 3. Mengetahui respon produksi yang disebabkan oleh perubahan faktorfaktor produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Brebes kabupaten Brebes.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai
referensi
bagi
pemerintah
kabupaten
Brebes
dalam
menentukan kebijakan pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 2. Sebagai sumber informasi bagi petani di kabupaten Brebes khususnya dalam mengelola usahatani bawang merah. 3. Sebagai referensi penelitian dalam bidang yang sama. 1.5
Batasan Penelitian Desa Kupu 85,5% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani/buruh
tani. Desa Kupu memiliki gabungan kelompok tani yang sampai sekarang ini masih aktif dan dibantu oleh PPL (petugas penyuluh lapangan) sehingga pengetahuan petani dalam hal budidaya semakin meningkat. Menurut hasil
4
wawancara dengan ketua penyuluhan di BPP (Badan Penyuluh Pertanian) mengatakan bahwa Gapoktan Maju Bersama adalah Gapoktan yang paling aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang kaitannya dengan sertifikasi pembibitan bawang merah. Selain itu, Gapoktan Maju Bersama juga sering ditunjuk oleh BPP untuk mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh kantor koperasi provinsi kaitannya dengan budidaya tanaman organik hingga tahap pemasaran. Berdasarkan uraian tersebut batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian hanya dilakukan di Gapoktan Maju Bersama Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. 2. Obyek yang diteliti hanya sebatas faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Bawang Merah Rahayu dan Berlian (1999) menjelaskan bahwa bawang merah (Allium
cepa, grup Aggregatum) merupakan komoditas holtikultura yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini umumnya ditanam dua kali dalam satu tahun.
Sementara itu klasifikasi bawang merah berdasarkan
taksonominya adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Liliales
Family
: Liliaceae
Genus
: Alium
Spesises
: Alium ascalonicum L.
Akar tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar, 52 mm diameter, akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas
6
(titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelapahpelapah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah dan fungsi menjadi umbi lapis. Daun berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. (Wibowo, 1994). Adapun menurut Singgih (1994) menyatakan bahwa berdasarkan warna umbi, maka bawang merah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: a. Kelompok yang umbinya merah tua, seperti kultivar Medan, Sri Sakate, Maja dan Gurgur. b. Kelompok yang umbinya kuning muda pucat, seperti kultivar Sumenep. c. Kelompok yang umbinya kuning kemerahan, seperti kultivar Lampung, Bima, ampenan dan sebagainya. Berdasarkan sejarahnya, tanaman bawang merupakan berasal dari Syiria, beberapa ribu tahun yang lalu sudah dikenal umat manusia sebagai penyedap masakan. Sekitar abad VIII tanaman bawang merah ini mulai menyebar ke wilayah Eropa Timur, Eropa Barat dan Spanyol, kemudian menyebar luas ke
7
dataran Amerika, Asia Timur dan Asia Tenggara (Singgih, 1991). Abad XIX bawang merah telah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara di dunia. Negara-negara produsen bawang merah antara lain adalah Jepang, USA, Rumania, Italia, Meksiko dan Texas (Rahmat, 1994).
2.2
Fungsi Produksi Hernanto (1995) mengatakan bahwa pengertian dari fungsi produksi
adalah menunjukan berapa output yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah variabel input yang berbeda. Melalui fungsi produksi dapat dilihat secara nyata bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh sejumlah produksi, dan sekaligus menunjukan produktivitas dari hasil itu sendiri. Teori fungsi produksi juga dinyatakan oleh Trenggonowati (2011) bahwa fungsi produksi dari setiap komoditi menunjukan hubungan antara faktor produksi yang digunakan (input) dalam proses produksi dengan hasil produksi (output). Pernyataan lain tentang fungsi produksi dinyatakan oleh Tasman dan Aima (2013) bahwa setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat (atau kombinasi) penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi untuk ‘perusahaannya’: Q = f (X1, X2, X3, ..., Xn) Di mana Q = tingkat poduksi (output)
8
X1, X2, X3, ..., Xn = berbagai input yang digunakan.
Pengaruh suatu manajemen yang baik dapat mendukung proses produksi. Petani tradisonal sekalipun sebenarnya juga butuh manajemen dalam menjalankan usaha taninya, tetapi tidak dalam yang betul-betul dengan administrasi yang lengkap dan tertib, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, pengaturan sarana dan prasarana (Daniel, 2002). 2.3
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Usahatani Penelitian terdahulu menunjukan bahwa produksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dijabarkan menjadi beberapa variabel yang diduga mempunyai pengaruh terhadap produksi dengan menggunakan uji tertentu. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bisa menjadi acuan untuk pengembangan penelitian melalui peningkatan produksi yang diperoleh petani. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi yaitu sebagai berikut : 1.
Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pada penelitian Sumiyati (2006) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang
banyak berpengaruh terhadap tingkat produksi adalah luas lahan. Faktor ini merupakan faktor utama dalam usahatani karena terkait dengan keberlangsungan usahatani. Pendapat lain juga dikemukakan dari Mubyarto (1989) yang menjelaskan bahwa, lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas
9
sempitnya lahan yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Suciaty (2004) juga menyebutkan bahwa faktor lahan merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat produksi bawang merah. 2.
Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Input pertanian lain yang berpengaruh terhadap tingkat produksi usahatani
adalah bibit yang digunakan. Penggunaan jumlah bibit ini terkait dengan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada daya tumbuh dan hasil yang diperoleh (Hansen, 1981 dalam Gohong, 1993). Pendapat dari Sukiyono (2004) juga menjelaskan bahwa faktor penggunaan bibit merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya dalam menentukan jumlah produksi dalam usahatani. 3.
Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian Faktor lain yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani adalah tenaga
kerja (Sumiyati, 2006). Faktor tenaga kerja ini ada juga yang dijabarkan menjadi tenaga kerja rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga (Hamid, 2004). Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan
10
tidak pernah dinilai dengan uang, ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) (Mubyarto, 1989). 4.
Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap Produksi Jumlah pupuk yang digunakan juga mempengaruhi tingkat produksi suatu
tanaman (Hansen, 1981 dalam Gohong, 1993). Hal ini terkait dengan tingkat kesuburan lahan agar tanaman bisa tumbuh dan berproduksi dengan optimal. Pupuk adalah bahan bahan yang memberikan zat makanan kepada tanaman. Pemberian
pupuk
yang
tepat
dapat
menghasilkan
produk
berkualitas.
(Sudarmoto, 1997). (Sutejo dan Diah Retno, 2007) menjelaskan bahwa pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik, pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya pupuk urea, TSP, dan KCl. 5.
Pengaruh Penggunaan Pestisida Terhadap Produksi Pestisida pemberantas hama penyakit juga mempengaruhi tingkat
produksi. Penggunaan pestisida ini sangat dibutuhkan untuk menjaga produksi tanaman ( Hansen, 1981 dalam Gohong, 1993). Pestisida adalah bahan-bahan yang dapat membunuh organism penggunaan tanaman (hama, penyakit, gulma). Bahan-bahan ini dapat berupa zat kimia, mikroorganisme, maupun bahan tanaman
11
lainnya. Pestisida bersifat menguntungkan bagi pertanian, tetapi bisa juga menimbulkan bahaya bila pengelolaannya tidak benar dan tidak hati-hati (Pahan, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sahara dan Idris (2005) dengan judul Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi Pada Lahan Sawah Irigrasi Teknis, menunjukan bahwa pestisida berpengaruh nyata positif terhadap produksi padi. 2.4
Elastisitas Produksi Tasman dan Aima (2013) menyatakan bahwa elastisitas produksi input
(EI) yang mengukur persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan penggunaan kuantitas input. Elastisitas produksi input diukur: EI = (%∆Q) / (%∆I) EI = (∆Q / Q) / (∆I / I) Atau (Q / I) = MPI / API Keterangan: EI
= Elastisitas produksi input
∆Q
= Perubahan jumlah output yang diproduksi
Q
= Jumlah output yang diproduksi
∆I
= Perubahan input yang digunakan
I
= Input yang digunakan
MPI
= Marginal Product
API
= Average Product
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of Deminishing Return. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input
12
ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan, mulamula menaik tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah (Mubyarto, 1989). Secara grafik penambahan faktor-faktor produksi yang digunakan dapat dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Produksi Dengan Satu Variabel Input C
Output Per Periode
TP B I
II
III
A
Input Variabel
Output Per Periode
D E
AP
F 0
MP
Input Variabel
Sumber : Miller dan Meiners, 1997 Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tingkat permulaan penggunaan faktor produksi, TP akan bertambah secara perlahan-lahan dengan ditambahnya penggunaan faktor produksi. Pertambahan ini lama kelamaan menjadi semakin
13
cepat dan mencapai maksimum di titik A, nilai kemiringan dari kurva total produksi adalah marginal produk. Jadi, dengan demikian pada titik tersebut berarti marginal produk mencapai nilai maksimum. Sesudah kurva total produksi mencapai nilai kemiringan maksimum di titik A, kurva total produksi masih terus menaik hingga titik B. Titik B, bila jumlah faktor produksi variabel yang digunakan ditambah, maka produksi naik dengan tingkat kenaikan yang semakin menurun, dan ini terjadi terus sampai di titik C. Pada titik C ini, total produksi mencapai maksimum, dan lewat titik ini total produksi terus semakin berkurang sehingga akhirnya mencapai titik 0 kembali. Di sekitar titik C, tambahan faktor produksi (dalam jumlah yang sangat kecil) tidak mengubah jumlah produksi yang dihasilkan. Dalam daerah ini nilai kemiringan kurva total sama dengan 0. Jadi, marginal produk pada daerah ini sama dengan 0. Hal ini nampak dalam gambar dimana antara titik C dan titik F terjadi pada tingkat penggunaan faktor produksi yang sama. Lewat dari titik C, kurva total produksi menurun, dan berarti marginal produk menjadi negatif. Dalam gambar juga terlihat bahwa marginal produk pada tingkat permulaan menaik, mencapai tingkat maksimum pada titik D (titik di mana mulai berlaku hukum the law of diminishing return), kemudian menurun kembali. Marginal produk menjadi negatif setelah melewati titik F, yaitu pada waktu total produksi mencapai titik maksimum di C. Rata-rata produksi pada titik permulaan juga nampak menaik dan akhirnya mencapai tingkat maksimum di titik E, yaitu pada titik dimana marginal produk dan rata-rata produksi sama besar. Satu hubungan yang perlu diperhatikan ialah marginal produk lebih besar
14
dibanding dengan rata-rata produksi bilamana rata-rata produksi menaik, dan lebih kecil bilamana rata-rata produksi menurun. Gambar tersebut dapat membagi suatu rangkaian proses produksi menjadi tiga daerah , yaitu daerah I, II, dan III. Daerah I meliputi daerah penggunaan faktor produksi di sebelah kiri titik E, dimana rata-rata produksi mencapai titik maksimum. Daerah II meliputi daerah penggunaan faktor produksi di antara titik E dan F, dimana marginal produk di antara titik E dan F marginal produk dari faktor produksi variabel adalah 0. daerah III meliputi daerah penggunaan faktor produksi di sebelah kanan titik F, dimana marginal produk dari faktor produksi adalah negatif. Sesuai dengan daerah tersebut, maka jelas seorang produsen tidak akan berproduksi pada daerah III, karena dalam daerah ini ia akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor produksi yang lebih banyak. Ini berarti produsen tersebut bertindak tidak efisien dalam pemanfaatan faktor produksi. Daerah I, rata-rata produksi dari faktor produksi meningkat dengan semakin ditambahnya faktor produksi tersebut. Jadi, efisiensi produksi yang maksimal akan terjadi pada daerah produksi yang ke II (Ari Sudarman, 1999).
15
2.5
Penelitian Terdahulu Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini. 1.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widyananto (2010), “Analisis
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Putih”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani bawang putih di kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di kecamatan Sapuran yang berjumlah 99 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk manganalisis data penelitian ini. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua varibel yang secara signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk (X3), dan variabel tanaga kerja (X4) signifikan dalam mempengaruhi produksi bawang putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Nilai efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu penambahan penggunaan faktor produksi.
16
Selain itu dengan adanya kondisi usahatani yang menunjukkan skala hasil yang meningkat maka dapat dikatakan bahwa kondisi usahatani bawang putih di daerah penelitian ini layak untuk dikembangkan atau dilanjutkan. Dalam proses produksi bawang putih, tingkat kesuburan tanah juga perlu diperhatikan karena lahan yang digunakan untuk penanaman bawang putih digunakan secara bergantian untuk menanam tanaman lain. 2.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gunistiyo (2009) , “Identifikasi
Faktor-Faktor Utama yang Berpengaruh Pada Efisiensi Usahatani Bawang Merah Di Desa Sisalem Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes”
Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani bawang merah, mengetahui batas produksi bawang merah, mengetahui pengaruh faktor produksi dan efisiensi yang terdiri atas lahan, bibit, tenaga kerja, dan pupuk terhadap produksi bawang merah, dan untuk mengetahui mekanisme pemasaran hasil usaha tani yang lebih efektif dan efisien di Desa Sisalem kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Berdasarkan hasil analisis usaha tani di desa Sisalam kecamatan Wanasari kabupaten Brebes Tahun 2009 dapat disimpulkan usaha tani bawang merah di desa Sisalam kecamatan Wanasari kabupaten Brebes menguntungkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis B/C ratio diperoleh rata-rata yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,52. Berdasarkan analisis break event point dapat diketahui bahwa jumlah produksi bawang merah selama ini sudah melebihi titik impas, yaitu dengan rata-rata titik impas sebesar 3.024,10 kg per hektar atau Rp13.608.438,78. Dengan demikian dapat disimpulkan tingkat produksi bawang merah pada usaha tani bawang merah di desa Sisalam
17
kecamatan Wanasari kabupaten Brebes sudah melampaui batas minimal produksi. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda dapat diketahui bahwa secara parsial hanya variabel bibit yang berpengaruh signifikan. Meskipun demikian seara bersama-sama variabel faktor produksi yang terdiri atas tanah, bibit, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil analisis efisiensi faktor produksi dapat disimpulkan pemakaian faktor produksi yang terdiri atas lahan, bibit, dan pupuk tidak efisien, sedangkan faktor produksi tenaga kerja belum efisien. Berdasarkan hasil analisis pemasaran dapat disimpulkan mekanisme pemasaran hasil usaha tani melalui pedagang di kecamatan lebih efisien dibandingkan dengan pengepul.
18
2.6
Kerangka Pemikiran Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input
dalam usahatani bawang merah adalah bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan lahan. Sementara output dari usahatani bawang merah adalah produksi bawang merah. input dalam usahatani tersebut mempunyai pengaruh terhadap produksi bawang merah. Kerangka pemikiran menjadi dasar bagi pelaksanaan penelitian sehingga penelitian akan menjadi terarah, kerangka pemikiran dalam penelitian adalah: Desa Kupu
Produksi Bawang Merah
Faktor-Faktor Produksi Bawang Merah 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Luas Lahan (X1) Bibit (X2) Tenaga Kerja (X3) Pupuk (X4) Pestisida cair (X5) Pestisida padat (X6)
1. Analisis Regresi Linear Berganda 1.1.1. 2. Analisis Elastisitas
Hasil Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah Gambar 2. Kerangka Pemikiran
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama, Desa
Kupu, Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai agustus 2013. Lokasi penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja), berdasarkan pemetaan daerah produksi bawang merah, dimana menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Brebes 2013, kecamatan Wanasari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki produksi bawang merah terbesar di Kabupaten Brebes. Pemilihan Desa Kupu sebagai daerah penelitian didasarkan antara lain karena Desa Kupu merupakan salah satu desa yang gabungan kelompok taninya masih sangat aktif dan merupakan produsen terbesar bawang merah di kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes. 3.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis data, yaitu
primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara responden dengan menggunakan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi atau dinas yang berkaitan dengan masalah penelitian.
20
3.3
Metode Pengumpulan Data Penulis mengumpulkan data dan keterangan melalui beberapa cara yaitu :
1.
Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam hal ini pengamatan langsung ke gabungan kelompok tani maju bersama dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah.
2.
Wawancara, yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai anggota gabungan kelompok tani Maju Bersama.
3.
Kuesioner (daftar pertanyaan), yaitu salah satu tekhnik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket (daftar pertanyaan) kepada responden anggota gabungan kelompok tani yang dijdikan sampel penelitian.
4.
Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada didalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, Departemen Pertanian, BPS dan departemen terkait, internet dan lain-lain.
3.4
Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, yaitu wawancara secara
langsung dengan petani bawang merah, dan melalui pengamatan di lapangan. Wawancara
dilakukan
secara
perorangan
dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaan yang tersusun dalam satu paket kuisioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu anggota gabungan kelompok tani di desa Kupu yang berjumlah 280
21
orang. Adapun untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus dari Slovin sebagai berikut (Riduwan dan Akdon, 2009) N n = ——— Nd² + 1 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10% Penghitungan jumlah sampel: 206 n = ——————— 206 (0,1)2 + 1 n = 67,32 = 67 responden
Jumlah 67 responden diambil dari lima kelompok tani diantaranya yaitu sumber rejeki, sumber pangan, sumber makmur, mulya tani, dan mekar tani. Adapun teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling berupa acak sederhana.
3.5
Metode Pengolahan Data Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data produksi
bawang merah yaitu analisis kuantitatif melalui model persamaan regresi linear berganda. Metode ini digunakan karena diharapkan dapat menjelaskan faktorfaktor yang berhubungan nyata dan tidak berhubungan nyata terhadap produksi bawang merah di gabungan kelompok tani Maju Bersama, desa Kupu kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes. Alat atau instrument perhitungan yang digunakan 22
dalam penelitiaan ini yaitu cara komputerisasi dengan menggunakan software Excell dan Statistical Product for Service Solution (SPSS). Suyanto (2004) menjelaskan bahwa analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variable independen terhadap variable dependen. Persamaan umum regresi linear berganda adalah sebgai berikut: Y= a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Tabel 2. Keterangan Variabel
Kode
Variabel
Skala Pengukuran
Dependen
Y
Output
Kg
Independen
X1
Luas Lahan
Ha
X2
Bibit
Kg
X3
Tenaga Kerja
HOK
X4
Pupuk
Kg
X5
Pestisida Cair
ml
X6
Pestisida Padat
Kg
a
Konstanta
b
Koefisien
e
Pengaruh galat atau residu
23
3.5.1 Uji Asumsi Klasik Adapun pengujian dalam uji kelayakan model antara lain yaitu: a. Normalitas Analisis normalitas suatu data ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali (Sunyoto, 2012).
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LNY
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 3. Uji Normalitas Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa titik-titik data mengikuti garis diagonal lurus. Hal ini menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Jadi model regresi linier berganda dalam bentuk logaritma natural memenuhi asumsi normalitas.
24
b. Multikolinearitas Suatu variabel menunjukan gejala multikolinearitas bisa dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang tinggi pada variabelvariabel bebas suatu model regresi dan nilai toleransi yang rendah. Uji VIF ini untuk melihat apakah nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk masing-masing variabel lebih >10 atau tidak. Bila nilai VIF lebih besar dari
10
maka
diindikasikan
model
tersebut
memiliki
gejala
multikolinearitas. Berikut merupakan hasil pengolahan SPSS 14 pada pengujian multikolonearitas. Tabel 3. Uji Multikolinearitas Model
Tolerance
VIF
Luas lahan (X1)
.041
24.577
Bibit (X2)
.044
22.904
Tenaga kerja (X3)
.129
7.761
Pupuk (X4)
.171
5.835
pestisida Cair (X5)
.562
1.779
Pestisida Padat (X6)
.563
1.776
(Costant)
Dependent Variabel: LnY
Hasil pengujian pada tabel 3, menunjukan bahwa tenaga kerja (X3), pupuk (X4), pestisida cair (X5), pestisida padat (X6) menunjukan nilai tolerance lebih > 0,1 yang berarti variabel-variabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Namun, luas (X1) dan bibit (X2) memiliki nilai tolerance <0.10 yang berarti variable-variabel tersebut terjadi multikolinearitas. jika dilihat dari nilai VIF, hasilnya pun sama seperti yang dilihat dari nilai 25
tolerance, yaitu tenaga kerja (X3), pupuk (X4), pestisida cair (X5), pestisida padat (X6) memiliki nilai VIF < 10 yang berarti variable-variabel tersebut tidak terjadi multikolinearitas. sedangkan luas (X1) dan bibit (X2) memiliki nilai VIF > 10 yang berarti variable-variabel tersebut terjadi multikolinearitas.
c. Heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang smaa disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama/ berbeda disebut Heteroskedastisitas (Sunyoto, 2012). Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi ─ Y riil). Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombanggelombang (Sunyoto, 2012).
26
Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji sama atau tidaknya varians dari residual dari observasi yang satu dengan yang lain. Cara pengujian heteroskedastisitas ini dengan melihat diagram seperti pada Gambar 4.
Scatterplot
Dependent Variable: LNY
Regression Studentized Deleted (Press) Residual
5
4
3
2
1
0
-1
-2 -2.5
0.0
2.5
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4. Scatterplot Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa pada scatterplot titiktitiknya menyebar secara acak, tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka, dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas dimana model regresi ini terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap.
27
3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan, yaitu dengan cara:
a. Uji Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji F Hitung) Uji F Hitung merupakan pengujian untuk mengetahui angka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Uji F dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: R2 : k Fn = (1 - R2) : (n - k- 1) Apabila : H0 : b1 = 0, berarti seluruh variabel independen dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Apabila : H1 : b1≠0, berarti seluruh variabel independen dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Kriteria uji : H0 ditolak apabila
: Fhitung > Ftabel, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila
: Fhitung > Ftabel, derajat bebas tertentu
Uji F
Hitung
digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel
bebas (luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat) pada penelitian ini secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat (produksi bawang merah) di Gapoktan
28
Maju Bersama. Uji ini membandingkan antara nilai F
Hitung
dengan F
Tabel,
yaitu: H0 ditolak jika F Hitung > F Tabel H0 diterima jika F Hitung < F Tabel b. Pengujian Individu (Uji t) Pengujian individu (Uji t) digunakan untuk menguji apakah nilai koefisien regresi mempunyai pengaruh yang signifikan. Hipotesis dari pengujian secara individu, yaitu: H0 = βi = 0 H1 = βi ≠ 0, i = 1,2,3,4,5 Statistik pengujian yang digunakan, yaitu:
tHitung =
(
)
Dengan stdev(βi) = (
)
σ2
Selanjutnya, nilai tHitung dibandingkan dengan nilai t(α/2,n-k), dengan keputusan (Setiawan dan Kusrini, 2010): a). Apabila nilai tHitung > t(α/2,n-k), maka H0 akan ditolak. Artinya, variabel independen ke-i memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel respons. b). Apabila nilai tHitung < t(α/2,n-k), maka H0 akan diterima. Artinya, variabel independen ke-i tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel respons.
29
c.
Uji Koefisien Determinsi (R2) Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang menunjukan
besarnya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebs secara bersama-sama. Rumus dari uji R2 adalah sebagai berikut: R2 =
∑(
∑(
)
)
Irianto (2004) menjelaskan bahwa R2 mempunyai interval dari 0 sampai 1. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), maka semakin baik hasil model regresi tersebut. Semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. 3.5.3 Elastisitas Produksi Cobb Douglas Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel indepeden, yang menjelaskan (X). Hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb Douglas. Secara sistematik, fungsi Cobb Douglas dapat dituliskan seperti persamaan (1). Y = aX1b1X2b2. . . Xibi. . .Xnbneu ………….
(1)
Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka: Y = f(X1,X2, . . ., Xi, . . ., Xn)
…………… (2)
Dimana: Y = variabel yang dijelaskan 30
X = variabel yang menjelaskan a,b = besaran yang akan diduga u
= kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural Memudahkan pendugaan terhadap persamaan 1, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persaman tersebut. Persamaan 1 dituliskan kembali untuk menjelaskan hal ini, yaitu: Y = f(X1.X2) Dan Y = aX1b1X2b2eu …………………………
(3a)
Logaritma dari persamaan tersebut adalah Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + v Y = a + b1X1 +b2X2 + v ………………….
(3b)
Dimana: Y = log Y X = log X v = log v a = log a Persamaan (3b) dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi berganda. Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap walaupun variabelyang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dimengerti karena b1 dn b2 pada fungsi Cobb Douglas adalah sekaligus menunjukan elastisitas X terhadap Y.
31
3.6
Definisi Operasional Nazir (2005) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan
kepada
suatu
variabel
dengan
cara
memberikan
arti,
atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu opersional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Produksi adalah total produksi bawang merah pada sebidang lahan dengan luasan tertentu dalam satu musim tanam dalam satuan kg.
2.
Bibit adalah total jumlah bibit yang digunakan dalam sekali musim tanam diukur dalam satuan kilogram.
3.
Luas lahan adalah total luas lahan yang digunakan oleh petani bawang merah diukur dalam satuan hektar.
4.
Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam sekali panen yaitu mulai dari pengolahan tanah sampai panen, baik yang berasal dari keluarga maupun luar keluarga, dan diukur dalam satuan HOK.
5.
Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kg. Jenis pupuk yang digunakan TSP, NPK dan Dap.
6.
Pestisida adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan liter dan kilogram.
7.
Elastisitas produksi diartikan sebagai proporsi perubahan output sebagai akibat proporsi perubahan input variabel yang digunakan.
32
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA KUPU
4.1
Lokasi, Penduduk dan Mata Pencaharian Desa Kupu terletak di dataran rendah, termasuk dalam kecamatan
Wanasari, kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Jarak Desa Kupu dengan ibukota kecamatan 5 km, jarak desa ini dengan ibukota Kabupaten Brebes 7 km, sedangkan jarak desa dengan ibukota Provinsi 140 km. Batas-batas wilayah Desa Kupu sebagai berikut : a) Sebelah Utara
: Desa Dumeling
b) Sebelah Selatan
: Desa Klampok
c) Sebelah Timur
: Desa Pesantunan
d) Sebelah Barat
: Desa Keboledan
Desa Kupu dengan luas 427,295 ha yang terdiri dari : 34,785 ha merupakan pemukiman, 194,010 merupakan persawahan, 1 ha merupakan kuburan, 2 ha merupakan pekarangan, 0,5 merupakan perkantoran, 1 ha merupakan prasarana umum lainnya, 149,285 ha merupakan sawah irigasi teknis, dan 44,715 ha merupakan irigasi ½ teknis. Desa kupu letaknya di daerah dataran rendah, suhu udara rata-rata di desa Kupu cukup tinggi, yakni mencapai 320C sehingga cocok untuk budidaya bawang merah. Curah hujan di daerah ini rata-rata mencapai 2000 – 3000mm/tahun. Jenis tanah yang paling dominan adalah tanah lampungan dan sebagian besar tanahnya berwarna hitam dengan ph tanah berkisar 4,5 – 6.
33
Jumlah penduduk desa ini hingga tahun 2012 tercatat 8.379 jiwa (2.249 kepala keluarga), dengan kepadatan penduduk mencapai 241 jiwa/km. Komposisi penduduk antara laki-laki dan perempuan cukup berimbang, yakni terdiri dari 4.114 laki-laki dan 4.238 perempuan. Jumlah penduduk desa Kupu berdasarkan usia dan jenis kelamin tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kupu Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2012. Jenis Kelamin Kelompok Umur Jumlah Laki-laki Prempuan (tahun) 0–9
894
867
1761
10 – 19
1165
1091
2252
20 – 29
672
712
1384
30 – 39
521
580
1101
40 – 49
386
623
1009
50 – 59
259
204
460
>60
217
158
375
Jumlah
4114
4238
8379
Sumber : Monografi Desa Kupu, 2012
Dilihat dari mata pencahariannya, penduduk desa Kupu mempunyai mata pencaharian yang cukup beragam. Pada umumnya penduduk desa setempat bekerja di bidang pertanian sebagai petani maupun buruh tani. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani 4.897 orang (85,54 %) , petani 715 orang (12,49 %) , pedagang 16 orang (0,28 %) , pegawai negeri sipil 18 orang (0,31 %) , peternak 27 orang (0,47 %) , dan lain-lain sebanyak 52 orang (0,91 %). Tabel 5 menyajikan jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya.
34
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya Tahun 2012 Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Presentase (%) Buruh Tani
4.897
85,54
Petani
715
12,49
Pedagang
16
0,28
Pegawai Negeri Sipil
18
0,31
Peternak
27
0,47
Lain – lain
52
0,91
Sumber : Monografi Desa Kupu, 2012
4.2
Kondisi Pertanian Umumnya petani di lokasi penelitian menjadikan padi dan bawang merah
sebagai tanaman utama yang mereka budidayakan. Mereka juga menanam tanaman cabe, kacang panjang (untuk jenis sayuran), ubi dan jagung (untuk jenis tanaman palawija) sebagai selingan atau sela di tanaman bawang merah maupun padi. Disamping bercocok tanamam di sawah, masyarakat setempat juga ada yang beternak. Ternak yang dikembangan cukup beragam meskipun dalam skala yang masih relative kecil, seperti : kambing, ayam, kuda, angsa, kucing . Adapun populasi ternak yang dikembangkan adalah kambing sebanyak 324 ekor, ayam sebanyak 2398 ekor, kuda sebanyak 5 ekor, angsa dan kucing masing-masing sebanyak 14 ekor dan 85 ekor. Berdasarkan data dari monografi desa Tahun 2013, pertanian di Desa Kupu dinilai maju, hal ini terlihat dari produksi hasil-hasil pertanian khususnya untuk bawang merah yang cukup tinggi. Adanya kelompok-kelompok tani di desa 35
tersebut telah mampu meningkatkan tingkat produksi dan kesejahteraan petani setempat. Di Desa Kupu terdapat lima kelompok tani yang masing-masing telah mengikuti SLPHT (sekolah lapang pengendalian hama terpadu), yakni kelompok tani Sumber Rejeki, Mekar Tani, Sumber Pangan, Sumber Makmur, Mulya Tani. 4.2.1 Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu Kegiatan budidaya atau usahatani di Desa Kupu dimulai dari pengolahan tanah,
pemupukan,
penanaman
dan
pemeliharaan
tanaman.
Pembibitan
merupakan salah satu kegiatan di luar usahatani, yang menjadi kegiatan rutin petani setelah panen. Pembibitan adalah mengusahakan pertanaman yang hasilnya diarahkan untuk digunakan sebagai bahan untuk ditanam kembali pada pertanaman yang akan datang. Tarigan (1997) menyatakan bahwa pembibitan merupakan syarat yang mutlak untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Dalam hal pengadaan bibit, di Desa Kupu umumnya dilakukan oleh petani sendiri. Petani di desa setempat mengadakan pemilihan secara langsung terhadap hasil produksi yang dihasilkan dari lahannya. Bibit yang baik petani biasanya melakukan pengamatan terhadap tanaman yang akan dijadikan bibit selama pertumbuhannya, jadi sebelum panen telah dilakukan seleksi terhadap tanaman (umbi) yang akan dijadikan bibit. Hasil seleksi selama pertumbuhan tersebut petani akan mendapatkan bibit-bibit yang mempunyai sifat-sifat yang baik seperti tahan terhadap serangan hama, mempunyai anakan yang banyak dan dapat menghasilkan umbi yang besar-besar. Petani lebih menyukai umbi bibit dengan ukuran sedang dan kebanyakan petani Brebes menggunakan bibit bima. Penyimpanan umbi untuk bibit dilakukan selama 50 – 60 hari setelah tanam. Bibit
36
yang akan dijadikan bibit diolesi Dhitan untuk mencegah serangan jamur sebelum disimpan di tempat penyimpanan. Cara penyimpanan umbi biasanya dilakukan petani dengan menggantungkan umbi bibit yang sudah diikat di atas para-para dapur atau disimpan di gudang. Umbi bibit yang telah disimpan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi maka sudah siap untuk ditanam. Usahatani bawang merah dimulai dengan kegiatan pengolahan tanah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya tanaman bawang merah selain itu juga untuk memperbaiki drainase, meratakan permukaan tanah, dan mengendalikan gulma. Pengolahan tanah yang dilakukan pada petani Gapoktan Maju Bersama terdiri dari empat tahap, yaitu : pembuatan bedengan dan saluran air (nyolok), pengolahan tanah tahap I (ngungkab pertama), pengolahan tahap II (ngungkab kedua), dan penggemburan (necrek). Pada tanah bekas tanaman padi pengolahan tanah harus melalui keempat tahapan di atas, sedangkan untuk tanah bekas tanaman bawang merah cukup melakukan tahap tiga dan tahap empat. Saat pengolahan tanah, khususnya pada lahan yang masam dengan ph kurang dari 5,6 disarankan untuk memberikan dolomite minimal 2 minggu sebelum tanam. Pemberian Dolomit dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara. Pada lahan yang digunakan oleh petani Desa Kupu memiliki ph sebesar 6 - 6,5 sehingga tidak perlu dilakukan adanya penambahan Dolomit. Kegiatan selanjutnya adalah pemberian pupuk dasar. Pupuk dasar yang digunakan oleh petani di desa tersebut menggunakan pupuk Urea dan TSP yang diaplikasikan 2 – 3 hari sebelum tanam dengan cara disebar lalu diaduk secara
37
merata dengan tanah. Pemupukan ke 2 atau pupuk susulan 1 berupa Urea, Dap dan NPK dilakukan pada umur 10 – 15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan sesudah tanam. Penanaman dilakukan sehari setelah pengolahan tanah. Sebelum dilakukan penanaman tanah disiram terlebih dahulu.hal ini bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang cukup lembab dan memudahkan dalam penanaman. Umumnya penanaman dilakukan pagi hari, yakni pada pukul 06.00 – 09.00 pagi. Tahap selanjutnya adalah pemeliharaan tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyiraman, penyiangan, penyemprotan hama/penyakit tanaman, pengambilan telor (larva) hama (nguler), dan penambahan tanah pada dinding bedengan (malem). Penyiraman tanaman dilakukan hingga tanaman berumur 20 – 30 hari. Intensitas penyiraman tergantung kondisi cuaca. Saat musim kemarau (ketiga) penyiraman dilakukan setiap hari, sedangkan pada musim penghujan dilakukan 2 – 3 hari sekali. Intensitas kegiatan penyemprotan dan pengambilan telor/larva hama (nguler) tergantung pada tingkat serangan hama/penyakit tanaman. Penambahan tanah pada dinding bagian atas bedengan (malem) dilakukan dengan tujuan untuk menahan air pada saat penyiraman, sehingga air yang disiramkan akan deserap terlebih dahulu oleh tanaman sebelum jatuh di selokan. Intensitas kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pemanenan tanaman bawang merah biasanya tergantung pada bibit yang digunakan. Petani di desa Kupu menggunakan bibit Bima Brebes, sehingga bawang merah yang ditanam dapat dipanen pada umur 60 hari.
38
4.2.2 Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Desa Kupu Hama tanaman bawang merah yang banyak merugikan petani di desa Kupu adalah ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua HBN). Daun bawang merah yang terserang hama ini akan tampak berbecak putih memanjang, lalu kemudian layu, berlubang dan di dekat lubang tersebut terdapat kotoran ulat. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang efektif. Penyakit tanaman yang paling dominan dan paling banyak merugikan petani bawang merah di Desa Kupu adalah bercak ungu atau trotol (Alternaria porrl) dan Antraknose (Colletotrichum gloesporioidesi Penz). Tanaman bawang merah yang terserang trotol biasanya diawali dengan munculnya bercak putih sampai kelabu pada daun. Selanjutnya bercak tersebut membesar dan berwarna ungu disertai dengan mulai keringnya ujung-ujung daun. Infeksi yang disebabkan oleh trotol ini menyebabkan pembusukan umbi. Pengendalian yang efektif dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida seperti Antracol dan Dithane. Penyakit tanaman bawang merah yang lain adalah antraknose. Gejala umum dari tanaman yang terserang otomatis antara lain terbentuknya bercak putih pada daun. Selanjutnya akan membentuk lekukan sehingga menyebabkan daun bawang patah serentak. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida efektif seperti antracol 70 WP, daconil 75 WP, dan brestan 60.
39
4.3
Gambaran Umum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Bersama terletak di jalan
Raya Kupu Utara Gg. Anggrek No: 26 Rt 06 Rw 05 , Desa Kupu, kecamatan Wanasari, kabupaten Brebes. Sejarah berdirinya Gapoktan Maju Bersama didirikan oleh Ir. Masrukhi Bachro yang menjabat sebagai anggota DPR pada tahun 2004. Pada tahun 2005 Bapak Kholidin yang menjabat sebagai sekertaris Desa mendirikan kelompok tani Mekar Tari dan diresmikan oleh Kepala Desa Kupu. Saat itu tahun 2005 sampai tahun 2009 hanya ada dua kelompok tani yaitu Mekar Tani dan Sumber Rejeki. Tahun 2010, gapoktan Maju Bersama berubah kepengurusannya dan seiring berjalanya waktu jumlah kelompok tani pun bertambah menjadi lima kelompok tani, diantaranya yaitu Mekar Tani yang beranggotakan sebanyak 43 orang , Mulya Tani sebanyak 53 orang, Sumber Pangan sebanyak 31 orang, Sumber Makmur sebanyak 35 orang dan yang terakhir yaitu Sumber Rejeki sebanyak 44 orang. Jumlah keselurhan anggota Gapoktan yaitu sebanyak 206 orang. Tahun 2011 telah diadakan pergantian kepengurusan Gapoktan. Susunan pengurus baru yang menjabat hingga saat ini (2013), yaitu sebagai berikut:
40
Ketua Imam Turmudzi ki
Bendahara Takwadi
Sekretaris Sobri ki
ki
Seksi. Humas Tobari, SH ki ki ki Gapoktan Maju Bersama, ki Gambar 5. Struktur Organisasi Kepengurusan 2011 Seksi. Produksi Kholidin
Seksi. Ekonomi Masroni, ST
Seksi. OPT Nasrul Huda
Seksi. Penguatan SDM Watmonadi
Gambar 5 menyajikan struktur organisasi kepengurusan Gapoktan ki Maju Bersama. Struktur organisasi Gapoktan Maju Bersama terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan lima seksi yang membantu program kerja Gapoktan Maju Bersama. Gapoktan Maju Bersama diketuai
oleh Bapak Imam
Turmudzi yang berperan untuk memimpin dan mengkoordinasikan kegiatankegiatan dibawah pelindung dari Camat dan Kades, serta dibantu oleh seorang sekretaris Bapak Sobri, seorang bendahara Bapak Takwadi dan lima seksi yang meliputi seksi produksi, seksi ekonomi, seksi OPT, seksi penguatan SDM, dan seksi humas. Gapoktan Maju Bersama memiliki tujuan dan azaz yaitu: 1. Tujuan a. Untuk meningkatkan kesejahteraan anggota gabungan kelompok tani
41
b. Mendapatkan nilai tambah bagi kemajuan gabungan kelompok tani c. Menumbuhkan semangat berwirausaha bagi masyarakat di lingkungan setempat pada khususnya dan masyarakat Brebes pada umumnya. 2. Azaz Gabungan kelompok tani ini berazazkan kegotong-royongan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, secara adil demokrasi efisien dan professional guna memenuhi keberlanjutan fungsi dan manfaatnya untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
Anggota Gapoktan Maju Bersama memilik kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan produksi bawang merah, antara lain yaitu: 1.
Harga bibit unggul yang relatif mahal membuat petani sulit untuk mendapatkannya.
2.
Tidak adanya bantuan pemasaran dari pihak Desa, sehingga petani masih sering kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya.
3.
Kurangnya permodalan.
4.
Perlunya regenerasi untuk mempertahankan eksistensi pertanian khususnya di Desa Kupu.
5.
Ketersediaan air pada musim kemarau sulit didapatkan.
42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian sebanyak 67 orang yang terdiri dari 5
kelompok tani. Umumnya responden bawang merah yang ada di wilayah Desa Kupu berusahatani sebagai pekerjaan utama mereka. Karakteristik setiap petani dibutuhkan untuk mengenal keadaan status sosial ekonomi, serta tingkat pendidikan petani agar bisa mengetahui bagaimana cara pandang petani dalam memajukan kegiatan usahataninya. Petani yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk diberi pengertian dan pembinaan serta lebih baik cara berpikir dan bertindaknya. Jenis kelamin petani memang paling banyak berjenis kelamin pria hal ini disebabkan wanita hanya membantu tidak menjadi anggota kelompok tani. Karakteristik individu petani yang diteliti terdiri dari umur petani, pengalaman petani, dan status kepemilikan lahan pertanian. 5.1.1 Umur Petani Berdasarkan data dari kuesioner, pembagian golongan umur responden pada penelitian ini dikelompokkan ke dalam 2 kelompok umur , yaitu kelompok dewasa dengan usia 26 – 45 tahun dan kelompok lansia dengan usia 46 – 68 tahun. Adapun jumlah dan presentase responden dari masing-masing kelompok umur tersebut disajikan pada Tabel 6.
43
Tabel 6. Jumlah Responden Petani Bawang Merah Berdasarkan Umur Kelompok Umur (tahun)
Jumlah Responden (Orang)
Presentase (%)
26 - 45
39
58,2
46 - 68 Jumlah
28 67
41,8 100
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa persentase terbesar pada umur 26 – 45 tahun yaitu sebesar 58,2% dan pada umur 46 – 68 tahun memiliki presentase sebesar 41,8%. Departemen kesehatan (2009), mengatakan bahwa umur 26 – 45 tahun tergolong dalam kategori umur dewasa sedangkan umur 46 – 68 tergolong dalam kategori umur lansia. Melihat perbedaan umur tersebut, maka dilakukan uji beda dua rata-rata dimana uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan kategori dewasa dan lansia. Hipotesis dari uji ini adalah sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia H1 : Ada perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia. Tabel 7. Hasil Olahan Independent Sampel Test Berdasarkan Perbedaan Umur T Produksi
Equal -.127
Df
Sig. (2-tailed)
65
.899
variances assumed Sumber: Data Primer diolah, 2014
44
Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai t hitung sebesar -.127, sedangkan nilai df 65 dan nilai Sig.(2-tailed) 0.899. Dilihat dari nilai Sig.(2-tailed) menyatakan bahwa nilai Sig. tersebut lebih besar dari taraf nyata 0.05 yang berarti terima Ho. Artinya tidak ada perbedaan rata-rata tingkat produksi petani dewasa dengan rata-rata tingkat produksi petani lansia. Hal ini sesuai dengan Soekartawi (1993) yang menyatakan bahwa petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam berusahatani. 5.1.2 Pengalaman Bertani Berdasarkan
pengalaman
bertani,
responden
pada
penelitian
ini
dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu responden pengalaman 1 – 9 tahun, 10 – 19 tahun, 20 – 40 tahun. Adapun jumlah dan presentase responden dari masingmasing kelompok umur tersebut dapat disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Pengalaman Bertani Responden dalam Usahatani Bawang Merah di Desa Kupu Tingkat Pengalaman Jumlah Orang Presentase (%) 1 - 9 tahun 8 11,9 10 – 19 tahun 20 – 40 tahun Jumlah
17 42 67
25,4 62,7 100
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian
Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pengalaman bertani selama 20 hingga 40 tahun. Tigkat pengalaman bertani terendah yaitu selama satu tahun.
45
Tingkat pengamalan bertani terlihat berbeda dari sisi lamanya berusahatani oleh karena itu dilakukan uji anova satu arah dimana uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata lebih dari dua sampel yang bersifat bebas satu sama lain. Hipotesis akan ditolak jika probabilitas < 0,05. Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho : Tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 – 19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. H1 : Ada perbedaan rata-rata tingkat produksi antara petani dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 – 19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. Tabel 9. Hasil Olahan Uji Anova Satu Arah Berdasarkan Tingkat Pengalaman Bertani ANOVA produksi Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
809576.989
2
404788.495
117928517.787 118738094.776
64 66
1842633.090
F .220
Sig. .803
Sumber: Data Primer diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 0.220 dan nilai signifikan sebesar 0.803. Nilai signifikan lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata sebesar 0.05 (0.803 > 0.05). yang berarti terima Ho, hipotesis Ho diterima artinya bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat produksi antara petani
46
dengan tingkat pengalaman 1 - 9 tahun dan pengalaman 10 – 19 tahun serta petani dengan tingkat pengalaman 20 – 40 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa faktanya, kondisi di lapangan kebanyakan petani memiliki ilmu bertani turun temurun dari nenek moyangnya, dimana petani di pedesaan belajar pertaniannya melalui caracara yang praktis dan sederhana, sebagai contoh meniru orang tua nya, atau bahkan tetangganya yang bekerja sebagai petani sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara mereka. 5.1.3 Status Kepemilikan Lahan Status kepemilikan lahan responden dibagi menjadi tiga bagian yang terdiri dari lahan milik sendiri, sewa dan bagi hasil. Berikut sebaran distribusi responden menurut status kepemilikan lahan petani. Tabel 10. Distribusi Status Kepemilikan Lahan Responden di Desa Kupu Status Lahan Responden Jumlah Persentase (100%) Milik Sendiri
22
32,8
Sewa
17
25,4
Bagi Hasil
28
41,8
Jumlah
67
100
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian
Mayoritas lahan yang dikelola oleh petani adalah lahan dengan sistem bagi hasil, yaitu bagi hasil 10% dengan yang punya lahan. Selanjutnya lahan milik sendiri yaitu dengan jumlah 22 orang (32,8%),lahan tersebut biasanya milik keluarga petani yang sejak kecil di ajarkan bertani oleh orang tuanya, dan yang lainnya 17 orang (25,4%) ini mengelola sawahnya dengan sistem menyewa. Adapun untuk sewa lahannya dikenakan biaya sekitar 2,5 juta per tahunnya.
47
Adanya perbedaan status kepemilikan lahan tersebut menarik untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata lebih dua sampel yang bersifat bebas satu sama lain. Hipotesis akan ditolak jika probabilitas < 0,05. Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat produksi antara petani dengan lahan milik sendiri, dan petani dengan lahan menyewa serta petani dengan lahan bagi hasil . H1 : Ada perbedaan tingkat produksi antara petani dengan lahan milik sendiri, dan petani dengan lahan menyewa serta petani dengan lahan bagi hasil . Pengujian hipotesis probabilitas < 0,05 maka kesimpulan Tolak H0 probabilitas > 0.05 maka kesimpulannya Terima H0 Tabel 11. Hasil Olahan Anova Satu Arah Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan ANOVA
produksi Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F 2.621
9047203.210
2
4523601.605
110449966.193 119497169.403
64 66
1725780.722
Sig. .081
Sumber: Data Primer diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 2.621 dan F tabel sebesar 3.140 dan nilai probabilitas sebesar 0.081. Nilai probabilitas sebesar 0.081 lebih besar dibandingkan dengan taraf nyata sebesar 0,05 sesuai dengan hipotesis awal yaitu terima H0 artinya tidak terdapat perbedaan tingkat
48
produksi antara lahan milik sendiri, menyewa dan bagi hasil. Tidak adanya perbedaan tersebut dikarenakan sesuai dengan kondisi di lapangan bahwasannya petani yang menggarap lahan baik milik sendiri, menyewa ataupun bagi hasil mereka memiliki motivasi dan kemauan yang cukup tinggi dikarenakan oleh tekanan-tekanan di dalam keluarga seperti pemenuhan kebutuhan hidup sehingga mereka tidak membeda-bedakan lahan yang digarap baik milik sendiri, menyewa maupun bagi hasil.
5.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Produksi akan suatu barang merupakan suatu fungsi yang dipengaruhi oleh
banyak faktor atau variabel. Begitu pula halnya dengan produksi bawang merah, ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah. Faktor tersebut akan mempengaruhi sejauh mana tingkat produksi bawang merah, dan faktor itu pula merupakan variabel dalam penelitian ini. Akan tetapi tidak semua variabel dapat mempengaruhi tingkat produksi bawang merah secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis akan diketahui variabel apa saja yang dapat mempengaruhi produksi bawang merah secara nyata pada Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes. Pengambilan data untuk variabel penelitian ini dilakukan dengan mengambil jumlah sampel 67 responden dari populasi sebanyak 206 petani. Adapun faktor-faktor produksi yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap produksi bawang merah adalah luas lahan (X1), bibit (X2), tenaga kerja (X3), pupuk (X4), pestisida cair (X5), pestisida padat (X6). Menganalisis faktor-faktor
49
yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah, model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan data primer yang telah didapatkan melalui wawancara, kuesioner dan observasi langsung dari lapangan maka data tersebut ditabulasi kemudian diolah dengan menggunakan SPSS 14. Hasil yang diperoleh untuk perhitungan regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di desa Kupu disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Gapoktan Maju Bersama Variabel
Koefisien
Thitung
Fhitung
Konstanta
6,982
3,500
0,001
Luas lahan
1,097
4,501
0,000
Bibit
0,365
1,546
0,127
Tenaga kerja
-0,170
-0,832
Pupuk
0,058
0,475
0,636
Pestisida cair
0,008
0,120
0,905
Pestisida padat
0,058
0,990
0,326
144,533
Sig
0,409
Adjusted R2 = 0,929 Ttabel = 1,996 Ftabel = 3,140 (α = 0,05%) Sumber : Data Primer, 2013 (Diolah).
Berdasarkan Tabel 12, persamaan model regresi untuk model fungsi produksi bawang merah di desa Kupu, diperoleh persamaan sebagai berikut:
50
LnY = 6.982 + 1.097 LnX1 + 0.365 LnX2 + -0.170 LnX3 + 0.058 LnX4 + 0.008 LnX5 + 0.058 LnX6 Persamaan tersebut kemudian dikembalikan ke bentuk asli sehingga bentuknya menjadi: Y = e6.982 X11.097.X20.365.X3-0.170.X40.058.X50.008.X60.058 Y = 1.077 X11.097.X20.365.X3-0.170.X40.058.X50.008.X60.058 Keterangan : Y : Produksi bawang merah (kg / musim tanam) X1 : Luas Lahan (Ha / musim tanam) X2 : Bibit ( kg / musim tanam) X3 : Tenaga Kerja ( HOK / musim tanam) X4 : Pupuk ( kg / musim tanam) X5 : Pestisida Cair ( ml / musim tanam) X6 : Pestisida Padat ( kg / musim tanam) Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai konstanta (Constant) sebesar 6,982. Angka tersebut berarti bahwa produksi bawang merah akan bernilai 6,982 bila faktor lain bernilai sama dengan nol. Selain konstanta, pada persamaan regresi juga terdapat koefisien dari masing-masing variabel. Koefisien ini akan menentukan nilai variabel jika terjadi perubahan. Koefisien regresi luas lahan (X1) sebesar 1,097 bernilai positif ini menunjukan pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara luas lahan dengan jumlah produksi bawang merah. dengan kata lain apabila ada penambahan luas lahan sebesar 1 ha maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 1,097 kg. Koefisien regresi bibit (X2) sebesar 0,365 bernilai positif ini menunjukan pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara luas lahan dengan jumlah produksi bawang merah. Dengan kata lain apabila ada penambahan bibit sebesar 1 kg maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,365 kg. 51
Koefisien regresi tenaga kerja (X3) sebesar -0,170 bernilai negatif yang menunjukan adanya pengaruh yang berlawanan atau berbanding terbalik antara tenaga kerja dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan tenaga kerja sebesar 1 hok maka terjadi penurunan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,170 kg. Koefisien regresi pupuk (X4) sebesar 0,058 bernilai positif yang berarti menunjukan adanya pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara pupuk dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan pupuk sebesar 0,058 kg maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,058 kg. Koefisien regresi pestisida cair (X5) sebesar 0,008 bernilai positif yang berarti adanya pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara pestisida cair dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan pestisida cair sebesar 0,008 ml maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,008 kg. Koefisien regresi pestisida padat (X6) sebesar 0,058 bernilai positif yang berarti adanya pengaruh yang searah atau berbanding lurus antara pestisida padat dengan jumlah produksi bawang merah di desa Kupu. Dengan kata lain apabila ada penambahan pestisida padat sebesar 0,058 kg maka terjadi penambahan jumlah produksi bawang merah sebesar 0,058 kg. Adapun hasil uji kelayakan model (signifikansi) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah adalah sebagai berikut:
52
a.
Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar
variable independen (luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, pestisida padat) menjelaskan variable dependen (produksi). Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,929 yang berarti 92,9% perubahan dalam variable produksi bawang merah di desa Kupu bisa dijelaskan oleh seluruh variabel bebas yang digunakan dalam model. Sisanya sebesar 7,1% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian ini. Nilai tersebut menggambarkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah hampir sepenuhnya dapat mejelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah. b.
Uji Serentak (Uji F) Uji signifikasi serentak parameter dugaan (uji F) digunakan untuk
mengetahui apakah variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di Desa Kupu. Uji ini membandingkan antara nilai Fhitung dengan Ftabel atau dari perbandingan probabilitasnya. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa diperoleh pengujian serentak seluruh parameter dugaan pada tingkat kepercayaan 95% menunjukan bahwa nilai Fhitung sebesar 144,533 lebih besar dari Ftabel sebesar 1,875 dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,000 < 0,05). Berdasarkan hasil olahan data tersebut, dapat dikatakan bahwa variable bebas yang meliputi luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu.
53
c.
Pengujian Individu ( Uji t) Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diteliti
secara individual terhadap produksi bawang merah di desa Kupu. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair dan pestisida padat. Maka digunakan uji statistic t dengan membandingkan t tabel dengan t hitung dengan asumsi H0 ditolak apabila thitung > ttabel atau H1 diterima apabila thitung < ttabel , berdasarkan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut: H0 : Tidak ada pengaruh signifikan antara masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) H1 : Ada pengaruh signifikan antara masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) Dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Variabel luas lahan (X1) nilai thitung sebesar 4.501 lebih besar daripada ttabel sebesar 1.996. Maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menjelaskan bahwa luas lahan mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu pada taraf kepercayaan 95%. b. Variabel bibit (X2) nilai thitung sebesar 1.546 lebih kecil daripada ttabel sebesar 1.996. Maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa bibit tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu pada taraf kepercayaan 95%.
54
c. Variabel tenaga kerja (X3) nilai thitung sebesar 0.832 lebih kecil daripada ttabel sebesar 1.996. Maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu pada taraf kepercayaan 95%. d. variabel pupuk (X4) nilai thitung sebesar 0.475 lebih kecil daripada ttabel sebesar 1.996. Maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa pupuk tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu pada taraf kepercayaan 95%. e. variabel pestisida cair (X5) nilai thitung sebesar 0.120 lebih kecil daripada ttabel sebesar 1.996. Maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa pestisida cair tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu pada taraf kepercayaan 95%. f. variabel pestisida padat (X6) nilai ttabel
sebesar 1.996. Maka
H0
thitung
sebesar 0.990 lebih kecil daripada
diterima dan
H1
ditolak. Hal ini menjelaskan
bahwa pestisida padat tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu pada taraf kepercayaan 95%.
5.3
Elastisitas Produksi Respon faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di
Gapoktan Maju Bersama dapat diukur dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi mengukur perbandingan perubahan relative antara jumlah bawang merah yang diproduksi dengan perubahan relative jumlah faktor produksi yang digunakan.
Nilai
elastisitas
dari
masing-masing
variable
yang
diduga
55
mempengaruhi produksi bawang merah di desa Kupu dapat diketahui dari nilai masing-masing koefisiensi regresi variable penduganya. Hal tersebut sesuai dengan Joesron dan Fathorazzi (2012 ) yang menjelaskan bahwa didalam fungsi produksi Cobb Douglas elastisitas produksi relatif lebih mudah untuk diperoleh, karena elastisitas produksi dapat diketahui dengan melihat besarnya koefisien pada setiap variabel independen. Elastisitas produksi bawang merah di desa Kupu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Elastisitas Produksi Variabel
Elastisitas
Interpretasi
Luas
1.097
Elastis
Bibit
0.365
Inelastis
Tenaga Kerja
0.170
Inelastis
Pupuk
0.058
Inelastis
Pestisida Cair
0.008
Inelastis
Pestisida Padat
0.058
Inelastis
5.4 Pembahasan Berdasarkan penjelasan pengujian statistik, dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) pada penelitian ini adalah sebesar 0.929 yang berarti 92.9% produksi bawang merah dapat dijelaskan oleh seluruh faktor dalam penelitian ini. Selanjutnya, dari hasil uji Fhitung, dapat diketahui bahwa variabel bebas (luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisida padat) mempunyai pengaruh yang signifikan secara serempak atau bersama-sama terhadap variabel terikat (produksi bawang merah) di desa Kupu. Dari hasil uji t,
56
hanya ada 1 faktor yang berpengaruh sangat nyata terhadap produksi bawang merah pada tingkat kepercayaan 95%. Faktor tersebut adalah luas lahan .Sedangka faktor lainnya yaitu bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair serta pestisida padat kurang berpengaruh nyata. Hasil analisis masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Luas lahan (X1) Faktor pertama yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah adalah luas lahan. Luas (X1) adalah Total luas lahan yang digunakan oleh petani bawang merah. Luas lahan yang dibahas pada penelitian ini satuannya adalah hektar. Hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai koefisien regresi sebesar 1.097. Hasil perhitungan tersebut sesuai dengan pendapat Mubyarto (1989) yang menerangkan bahwa, lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Luas lahan bawang merah yang semakin berkurang berakibat pada turunnya produksi bawang merah. Pendapat lain juga dikemukakan pada hasil pengujian Damanah (2008) yang menyatakan bahwa luas lahan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi bawang merah. nilai elastisitas variable luas lahan terhadap
produksi bawang merah
mempunyai nilai elastisisitas lebih dari satu, yaitu 1.097 yang menandakan bahwa nilai elastisitas luas lahan bersifat elastis yang artinya bahwa produksi bawang merah di desa Kupu respon terhadap penambahan luas lahan. Oleh karena itu
57
penambahan luas lahan perlu ditambahkan agar hasil dari produksi bawang merahnya pun semakin meningkat. Akan tetapi hal ini mungkin sulit dilakukan karena pada kenyataan di lapangan bahwa penambahan luas lahan itu ternyata tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan lahan merupakan faktor yang terbatas jumlahnya apalagi dengan banyaknya penggunaan lahan sawah yang sekarang ini sering dijadikan untuk perumahan. 2. Bibit (X2) Faktor kedua yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah adalah bibit. Total jumlah bibit yang digunakan dalam sekali panen diukur dalam satuan kilogram. Hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor bibit kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah pada tingkat kepercayaan 95% dan nilai koefisien regresi sebesar 0365. Hal ini bertolak belakang dengan Sukiyono (2004) yang menjelaskan bahwa faktor penggunaan bibit merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya dalam menentukan jumlah produksi dalam usahatani. Variabel bibit mempunyai nilai elastisitas kurang dari satu, yaitu 0.365 yang berarti bibit memiliki nilai elastisitas bersifat inelastis. Hal ini menunjukan bahwa produksi bawang merah di desa Kupu tidak respon terhadap penambahan bibit. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa ternyata petani lebih sering menggunakan bibit dari hasil panennya sendiri yang digunakan secara berulang kali sehingga mutu bibit menurun dan rentan terhadap penyakit. Sehingga apabila bibit ditingkatkan pemakaiannya maka hasil yang diperoleh akan sedikit menambahkan hasil produksi. Hal tersebut dilakukan petani
58
karena keterbatasan modal, untuk menggunakan varietas bibit yang unggul diperlukan pula modal yang cukup. 3. Tenaga Kerja (X3) Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah adalah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam sekali panen yaitu mulai dari pengolahan tanah sampai panen, baik yang berasal dari keluarga maupun luar keluarga, satuan pengukurannya adalah HOK. Hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor tenaga kerja kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa jumlah tenaga kerja terlalu banyak tetapi mutu serta kualitas mereka dalam bekerja masih kurang. Selain itu di Desa Kupu rasa belas kasihan terhadap sesama pun masih kental, misalnya saja ketika salah satu tetangga yang tidak di undang untuk bekerja maka petani yang mengundang tersebut merasa tidak enak atau iba, hal seperti ini lah yang menyebabkan tenaga kerja berlebihan atau tenaga kerja di luar kebutuhan karena faktor sosial sehingga dapat menimbulkan ketidak efisienan dalam bekerja. Pada penelitian ini, tenaga kerja mempunyai nilai elastisitas sebesar 0.170 < 1 yang berarti tenaga kerja memiliki nilai elastisitas bersifat inelastis. Hal ini menunjukan bahwa produksi bawang merah di desa Kupu tidak respon terhadap penambahan tenaga kerja. 4. Pupuk Faktor keempat yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah adalah pupuk. Pupuk (X4) adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam proses
59
produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor pupuk kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah pada tingkat kepercayaan 90%. Sesuai dengan pendapat Budiono, (2002) yang mengatakan bahwa tingkat produktivitas usahatani pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produktivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi mengalami penurunan, oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Hasil penelitian dari Kebede (2005) juga menyatakan bahwa pemberian pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi. Variabel pupuk mempunyai nilai elastisitas kurang dari satu, yaitu 0.058 yang berarti pupuk memiliki nilai elastisitas bersifat inelastis. Hal ini menunjukan bahwa produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes tidak respon terhadap penambahan pupuk. 5. Pestisida Cair Faktor kelima yang diduga berpengaruh terhadap produksi bawang merah (Y) adalah pestisida cair (X5). Pestisida cair (X5) adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan mili liter. Hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor pestisida cair kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah
60
pada tingkat kepercayaan 90%. Kurang berpengaruhnya variabel independen pestisida cair dengan produksi bawang merah di desa Kupu disebabkan karena petani di daerah sampel melakukan perawatan tanaman bawang merah secara maksimal, mereka sangat rajin dan teliti dalam hal perawatan, setiap hari area tanaman bawang merah mendapat perawatan dari para petani, apabila pada tanaman bawang merah terlihat ada daun yang membusuk, maka daun itu akan langsung segera di potong atau dicabut oleh petani, untuk mencegah penularan hama penyakit yang disebabkan oleh jamur. Selain itu penggunaan pestisida yang tidak tepat, dosis yang tidak tepat, spuyer (nozzle) yang tidak standar dapat menimbulkan masalah yang serius, seperti kesehatan, pemborosan, resistensi (ketahanan), dan pencemaran lingkungan. Adapun salah satu cara yang dianjurkan adalah tidak mencampurkan beberapa jenis pestisida, memakai konsentrasi pestisida yang dianjurkan, memakai spuyer (nozzle) standar dengan tekanan pompa yang cukup (Hidayat 2004). Berbeda dengan pendapat (Subyakto, 1991) yang menyatakan bawha pestisida sebagai salah satu faktor produksi mempunyai kontribusi terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh pestisida yang digunakan. Variabel pestisida cair mempunyai nilai elastisitas kurang dari satu, yaitu 0.008 yang berarti pestisida cair memiliki nilai elastisitas bersifat inelastis. Hal ini menunjukan bahwa produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes tidak respon terhadap penambahan pestisida cair.
61
6.
Pestisida padat Faktor keenam yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah (Y)
adalah pestisida padat (X6). Pestisida padat (X6) adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam dan diukur dalam satuan kilogram. Hasil perhitungan regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor pestisida padat kurang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel pestisida padat kurang berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap produksi bawang merah di desa Kupu disebabkan oleh petani di daerah sampel melakukan perawatan tanaman bawang merah secara maksimal, setiap hari area tanaman bawang merah mendapat perawatan dari para petani, apabila pada tanaman bawang merah terlihat ada daun yang membusuk, maka daun yang busuk tersebut akan langsung di potong, untuk mencegah penularan hama penyakit. Adanya organisme pengganggu tanaman di sekitar bawang merah akan menimbulkan kerugian karena terjadi persaingan antara tanaman bawang merah dengan organisme pengganggu tanaman. Faktor persaingan itu dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah menjadi terhambat sehingga akan menurunkan produksi bawang merah. Variabel pestisida padat mempunyai nilai elastisitas kurang dari satu, yaitu 0.058 yang berarti pestisida padat bersifat inelastis. Hal ini menunjukan bahwa produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes tidak respon terhadap penambahan pestisida padat .
62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Karakteristik petani yang mempengaruhi produksi bawang merah di Desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, pengalaman bertani dan status kepemilikan lahan. Hasil analisis menyatakan bahwa ketiga faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair, dan pestisda padat. Faktor yang paling berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi yaitu luas lahan dengan nilai koefisien yaitu 1.097. Lima variabel lainnya tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu kecamatan Wanasari kabupaten Brebes.
3.
Elastisitas produksi luas lahan bersifat elastis dengan nilai 1.097, yang berarti produksi bawang di desa Kupu respon terhadap penambahan luas lahan. 63
Sedangkan elastisitas lima variabel lain yakni bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida cair dan pestisida padat bersifat inelastis dengan masing-masing nilai 0.365, 0.170, 0.058, 0.008, 0.058.
6.2
Saran Melihat dari hasil perhitungan regresi yang menyatakan bahwa luas lahan sangat berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di desa Kupu dan produksi bawang merah respon terhadap penambahan luas lahan, maka disarankan agar menambahkan luas lahan
untuk meningkatkan
produksi bawang merah.
64
DAFTAR PUSTAKA AAk, 2004. Pedoman Bertanam Bawang, Kanisius, Yogyakarta. Bimas, 1990. Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali BIMAS. Daniel, Moechtar. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara. Debertin, David L. Agricultural Production Economics. (Amerika :Macmillan publishing Company, 1986) (Transliterasi, Interpretasi, dan Penulisan kembali oleh tatiek Koerniawati, SP. MP) Direktorat Bina Produksi Hortikultura. 1999. Profil Komoditi Unggulan: Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta Hamid, azwar. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Usahatani Bawang Merah. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Hardjowigeno.2004. Pupuk dan pemupukan Tomat. Kanisius:Yogyakarta Hernanto F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Hidayat, A. dan R. Rosliani. 2003. Pengaruh jarak tanam dan ukuran umbi bibit bawang merah terhadap hasil dan distribusi ukuran umbi bawang merah. Lap. Hasil Penel. Balitsa Lembang. Iswardono. 1990. Ekonomi mikro. Yogyakarta :UPP AMP YPKN. Kebede, T. A. 2005. Farm Household Technical Efficiency: A Stochastic Frontier An Alysis, Departemen of Economics and Social Sciencies. Agricultural University of Norway. Meiner, Roger E. 2000. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo. Mubyarto. 1989. Pengantar ekonomi pertanian. LP3ES. Jakarta. Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta. Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar swadaya, Jakarta. Rahardja P. dan Manurung M. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
65
Rahmat Rukmana. 1994. Bawang merah, budidaya dan pengolahan pasca panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Riduwan dan Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Alfabeta, Bandung. Rismunandar. 1986. Membudidayakan lima jenis bawang. Penerbit Sinar Baru Bandung. Rukmana, R, 1995. Bawang merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca panen. Kanisius, Jakarta. Singgih Wibowo. 1991. Budidaya bawang putih, bawang merah, bawang Bombay. PT. Penebar Swadaya Jakarta. Sitepoe, Mangku. 2008. Corat-Coret Anak Desa Berprofesi Ganda. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi CobDouglas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Soekartawi. 1993, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Grafindo Persada. Stallen, M. P. K. and Y. Hilman. 1991. Effect plant density and bulb size on yield and quality of shallot. Bul. Penel. Hort. XX Ed. Khusus (1)1991. Sudarmo, Subyakto. 1991. Pestisida. Kanisius:Yogyakarta Sudarmoto A.S 1997. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius:Surabaya Sumarni, Nani. 2005. Budidaya Bawang Merah. Bandung. Balai penelitian Tanaman Sayuran. Sumiyati. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Bawang Daun. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Sunarjono, H. dan P. Soedomo. 1989. Budidaya Bawang Merah. Penerbit Sinar Baru Bandung. Sutarya, R. dan G. Grubben. 1995. Pedoman bertanam sayuran dataran rendah. Gadjah Mada University Press. Prosea Indonesia – Balai Penel. Hortikultura Lembang. Tasman A. dan Aima H. 2013. Edisi Revisi Ekonomi Manajerial. Rajawali Pers. Jakarta. Trenggonowati. 2011. Teori Ekonomi Mikro Edisi Dua. BPFE. Yogyakarta.
66
Wibowo, S, 1994. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar Swadaya, Jakarta.
67
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Kuisioner
KUISIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI GAPOKTAN MAJU BERSAMA DESA KUPU KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES
KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama
: ……………..
Umur
: ………………
Jenis Kelamin
: ………………
Status
: Menikah/Belum Menikah
Status dalam keluarga
: Suami/Istri/Anak/Lainnya…..
Nama kelompok tani
: ……………..
Status Usahatani
: (a) Utama
Jika (b) apa pekerjaan utamanya?
(b) Sampingan ……………………….
Jumlah anggota keluarga : ………….. Pekerjaan istri
: (a) Ibu Rumah tangga
(b) Bekerja di Sawah (c) Lainnya
Pendidikan terakhir
: Tidak sekolah/SD/SMP/SMA/Diploma/Sarjana/Pasca Sarjana
Sudah berapa tahun anda melakukan usaha tani ini? … tahun
68
Lanjutan Lampiran 1.
I.
Produksi Bawang Merah 1. Berapa jumlah produksi bawang merah yang dihasilkan dalam sekali panen? 2. Hasil produksi bawang merah dijual kemana? 3. Berapa harga jual (Rp/Kg)? 4. Bagaimana sistem penjulan hasil produksinya? Uraian
Produksi (Kg)
Harga (Rp/Kg)
Alasannya
Ijon Tebasan Lainnya Jumlah II.
Lahan 1. Berapa luas lahan yang digarap? 2. Bagaimana status lahan yang digunakan? a. Milik sendiri b. Menyewa c. Bagi hasil d. Lainnya 3. Berapa biaya menyewa lahan? 4. Bagaimana pengelolaannya? (a) digarap sendiri
(b) digarap orang lain
5. Bagaimana proses pengolahan lahannya? 6. Bagaimana jenis lahannya? (a) Irigasi
(b) Tadah Hujan
7. Berapa Ph yang digunakan untuk menanam bawang merah? 8. Iklim yang seperti apa yang baik untuk menanam bawang merah? III.
Bibit 1. Berapa jumlah bibit yang digunakan dalam sekali panen? 2. Jenis bibit apa yang anda tanam? 3. Pada waktu umur berapa hari bibit digunakan? 4. Berasal dari mana bibit yang digunakan? 5. Berapa harganya? …….. Kg 69
Lanjutan Lampiran 1. IV.
Tenaga Kerja 1. Berapa banyak tenaga kerja yang digunakan untuk, a. Penanaman 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan? a. Laki-laki
= ……
b. Perempuan
= ……
2. Berasal dari mana tenaga kerja yang digunakan? a. Tenaga kerja sendiri
b. Tenaga kerja Orang lain
b. Perawatan 1. berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan? a. laki-laki
= …….
b. Perempuan
= …….
2. Berasal dari mana tenaga kerja yang digunakan? a. Tenaga kerja sendiri
b. tenaga kerja orang lain
c. Pemanenan 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan a. laki-laki
= ……..
b. perempuan = …….. 2. Berasal dari mana tenaga kerja yang digunakan? a. tenaga kerja sendiri
b. Tenaga kerja Orang lain
2. Dalam 1 hari kerja, berapa jumlah jam kerja yang digunakan? 3. Selain tenaga kerja manusia, apakah tenaga kerja mesin juga digunakan? 4. Apabila iya, tenaga kerja mesin apa yang digunakan? 5. Berasal dari mana mesin yang digunakan? a. Milik Sendiri b. Menyewa 6. Apabila menyewa, berapa harga sewanya?
70
Lanjutan Lampiran 1.
V.
Pupuk 1. Berapa jumlah pupuk yang digunakan dalam sekali panen? 2. Sumber perolehan pupuk dari mana? 3. Waktu Pemupukan, a. Pemupukan I dilakukan pada umur tanam …… hari, jenis pupuk yang digunakan ….. b. Pemupukan II dilakukan pada umur tanam …… hari, jenis pupuk yang digunakan ….. c. Pemupukan III dilakukan pada umur tanam …… hari, jenis pupuk yang digunakan ….. 4. Input Pupuk Jenis Pupuk
Jumlah Pupuk (Kg) I
II
III
Organik
Non Organik
lainnya VI.
Pestisida 1. Jenis pestisida apa sajakah yang digunakan? 2. Apakah fungisida digunakan? 3. Apabila iya, jenis fungisida apa yang digunakan? 4. Berapa dosisnya? 5. Apakah insectisida juga digunakan? 6. Jenis insectisida apa yang digunakan? 7. Berap dosisnya? 8. Jenis hama dan penyakit apa yang biasanya sering menyerang tanaman? 71
Lanjutan Lampiran 1. 9. Bagaimana pengendaliannya? a. Pengendalian I
: Saat umur tanaman …..hari, jenis pengendaliannya …
b. Pengendalian II
: Saat umur tanaman …..hari, jenis pengendaliannya …
c.Pengendalian III
: Saat umur tanaman …..hari, jenis pengendaliannya …
10. Input yang digunakan Jenis Pestisida
Jumlah Pestisida (Kg) I
II
III
Padat
Cair
VII.
Gambaran lokasi desa 1. Apakah di desa terdapat sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) ? 2. Sejak kapan Koperasi Unit Desa tersebut didirikan? 3. Apakah Koperasi Unit Desa masih berjalan sampai sekarang? 4. Apakah di desa menyediakan baik toko alsintan (alat mesin pertanian) maupun saprotan (sarana produksi pertanian)? 5. Apakah pihak desa membantu memasarkan hasil pertaniannya? 6. Adakah penyuluh yang sering berkunjung ke desa? 7. Berapa bulan sekali penyuluh datang ke desa?
VIII . Kendala dan masalah dalam produksi bawang merah 1. Terkait dengan input produksi (ketersediaan, harga, cara mendapatkan, dll) 2. Terkait
dengan
pemasaran
hasil
produksinya
(harga,
kesulitan
dalam
memasarkan, dll) 3. Terkait dengan usahataninya (hama dan penyakit, ketersediaan air, dll)
72
Lampiran 2. Daftar Karakteristik Petani Responden Karakteristik Petani
No
Nama
Kelompok Tani
Umur (Thn)
Anggota Keluarga
Pendidikan
Pengalaman Petani
Status Lahan
Luas Lahan
1 2
Sudirjo Darmo
Mekar Tani Mekar Tani
43 55
3 orang 3 orang
SMA SD
15 Tahun 30 Tahun
Milik Sendiri Milik Sendiri
0,2 Ha 0,4 Ha
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Siswoyo Kamali Supardi Gozali Kholidin Nuridin Sakuri Suwali Ruslani Tarli Diman Agus Imam
42 43 41 32 42 35 38 43 36 40 30 50 35
5 Orang 4 Orang 5 Orang 4 Orang 4 Orang 3 Orang 3 Orang 4 Orang 3 Orang 4 Orang 4 Orang 6 Orang 3 Orang
SMA SD SD SD SMA SMA TS SMA SD SD SD SMP SMA
25 Tahun 10 Tahun 20 Tahun 10 Tahun 17 Tahun 5 Tahun 35 Tahun 15 Tahun 20 Tahun 15 Tahun 15 Tahun 10 Tahun 25 Tahun
Bagi Hasil Menyewa Bagi Hasil Bagi Hasil Menyewa Menyewa Menyewa Milik Serindi Milik Sendiri Menyewa Bagi Hasil Bagi Hasil Menyewa
0,4 Ha 0,1 Ha 0,2 Ha 0,2 Ha 0,4 Ha 0,2 Ha 0,5 Ha 0,2 Ha 0,05 Ha 0,4 Ha 0,05 Ha 0,15 Ha 0,15 Ha
16
36
4 Orang
SD
20 Tahun
Menyewa
0,2 Ha
17
Ahmad amirudin Rastani
41
5 Orang
SMP
35 Tahun
Milik Sendiri
0,2 Ha
18
Luwing
40
4 Orang
SD
10 Tahun
Bagi Hasil
0,2 Ha
19
Carto
30
3 Orang
SD
12 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha
20
Supendi
26
3 Orang
SMP
7 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha
21
Abdul Rohim
Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Mekar Tani Sumber Pangan Sumber Pangan Sumber Pangan Sumber pangan Sumber pangan Sumber pangan Sumber
55
6 Orang
SD
20 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha 73
Lampiran 2. Daftar Karakteristik Petani Responden
22
Tobari
23
Kasiri
24
Sarkim
25
Slamet
26
Tar’an
27
Damir
28
Sobirin
29
Kustoro
30
Murdo
31
Rakman
32
Udin
33
H. Rowi
34
Karta
35
Waryani
36
Edi
pangan Sumber pangan Sumber pangan Sumber pangan Sumber pangan Sumber pangan Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur Sumber Makmur
55
6 Orang
SD
25 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha
41
5 Orang
SMP
18 Tahun
Bagi Hasil
0,2 Ha
50
7 Orang
TS
30 Tahun
Bagi Hasil
0,2 Ha
45
5 Orang
SD
20 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha
50
4 Orang
SD
20 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha
41
5 Orang
SD
20 Tahun
Menyewa
0,15 Ha
42
5 Orang
SMA
6 Tahun
Milik Sendiri
0,2 Ha
44
5 Orang
S1
25 Tahun
Milik Sendiri
0,4 Ha
60
11 Orang
SD
20 Tahun
Bagi Hasil
0,2 Ha
47
5 Orang
SD
20 Tahun
Milik Sendiri
0,4 Ha
50
4 Orang
SD
18 Tahun
Bagi Hasil
0,1 Ha
55
6 Orang
TS
25 Tahun
Bagi Hasil
0,15 Ha
42
4 Orang
SD
15 Tahun
Bagi Hasil
0,1 Ha
63
8 Orang
SD
25 Tahun
Bagi Hasil
0,1 Ha
40
3 Orang
SD
25 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha
74
Lampiran 2. Daftar Karakteristik Petani Responden 37
Herman
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Tanuri Arjuna Harjo Masruhi Rastono Ridwan Topik Sefudin Mastoni Darudin Ratmono Sanawi Supardi Wahudin M. Waslim Siswoyo Nuridin Warjo Rahmat Suyud kasmui Nurkholis Dikin Solikin A. Syator i Nasrul Huda
63
Sumber Makmur Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Mulya Tani Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki
41
4 Orang
SMP
8 Tahun
Menyewa
0,2 Ha
40 26 46 26 50 45 60 46 30 40 56 60 30 41 35 50 40 48 40 64 38 43 65 50 60
5 Orang 1 Orang 6 Orang 1 Orang 5 Orang 5 Orang 6 Orang 5 Orang 4 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 5 Orang 4 Orang 4 Orang 4 Orang 4 Orang 6 Orang 4 Orang 5 Orang 5 Orang 2 Orang 2 Orang 2 Orang
SMP S1 SD SMP SD SD TS SD SMP SD SD SD SD SD SD SMP SD SMA SD SD SD SMA SD SD SD
5 Tahun 2 Tahun 25 Tahun 5 Tahun 30 Tahun 30 Tahun 30 Tahun 30 Tahun 10 Tahun 15 Tahun 30 Tahun 20 Tahun 15 Tahun 13 Tahun 25 Tahun 30 Tahun 25 Tahun 40 Tahun 25 Tahun 25 Tahun 20 Tahun 9 Tahun 20 Tahun 25 Tahun 30 Tahun
Bagi Hasil Menyewa Milik Sendiri Milik Sendiri Menyewa Bagi Hasil Bagi Hasil Milik Sendiri Menyewa Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Menyewa Bagi Hasil Milik Sendiri Milik Sendiri Bagi Hasil Milik Sendiri Bagi Hasil Bagi Hasil Bagi Hasil Bagi Hasil Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
0,05 Ha 0,2 Ha 0,2 Ha 0,2 Ha 0,3 Ha 0,2 Ha 0,1 Ha 0,4 Ha 0,2 Ha 0,05 Ha 0,1 Ha 0,2 Ha 0,2 Ha 0,2 Ha 0,08 Ha 0,2 Ha 0,1 Ha 0,08 Ha 0,1 Ha 0,1 Ha 0,2 Ha 0,2 Ha 0,1 Ha 0,3 Ha 0,15 Ha
Sumber Rejeki
50
3 Orang
SD
20 Tahun
Milik Sendiri
0,1 Ha 75
Lampiran 2. Daftar Karakteristik Petani Responden 64 65 66 67
Dali Sunar Samsudin Edi
Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki Sumber Rejeki
68 68 65 60
4 Orang 5 Orang 3 Orang 3 Orang
SMP SD SD SD
20 Tahun 25 Tahun 27 Tahun 30 Tahun
Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri
0,1 Ha 0,2 Ha 0,4 Ha 0,1 Ha
76
Lampiran 3. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sebelum di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Y
0.2 0.1 0.2 0.08 0.2 0.1 0.1 0.2 0.08 0.2 0.2 0.4 0.4 0.2 0.1 0.15 0.1 0.1 0.1 0.1 0.4 0.2 0.4 0.2 0.4 0.1 0.2 0.1 0.1 0.05 0.15 0.2 0.2 0.2 0.1 0.2 0.2 0.1
300 150 300 120 300 150 100 300 110 300 260 550 600 250 150 240 150 130 150 150 600 250 600 300 600 150 300 155 160 80 200 260 250 300 170 270 250 150
241 184 285 201 235 169 163 267 160 225 286 400 405 253 165 200 168 180 185 170 420 281 433 267 446 162 270 168 179 130 163 270 290 285 190 250 231 180
115 90 149 90 122 100 45 175 135 175 200 450 600 192 90 130 90 75 85 85 250 192 180 192 280 95 200 85 100 47 150 150 150 205 90 145 140 90
1700 2080 6720 2520 4320 6630 1530 2560 1800 2500 2600 5250 4165 2880 1600 2040 1200 1200 1200 1200 5760 2880 7200 7742 4040 867 1800 1750 1750 1000 4200 1800 2520 1600 1750 3000 1200 1200
1 0.5 1 0.3 1 0.5 0.5 1 0.3 1 1 3 4 1 0.5 0.75 0.6 0.5 0.5 0.5 4 1 3.5 1 3.5 0.5 1 0.7 0.8 0.2 0.75 1 1 1 0.6 1 1 0.5
1000 500 1000 400 1200 500 550 1200 350 1400 2000 3100 4000 1000 600 800 500 400 500 600 4000 1200 4000 1400 4000 450 1400 500 550 200 700 1300 1500 1400 700 1300 1000 600 77
Lampiran 3. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Sebelum di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).
0.1 0.2 0.2 0.2 0.2 0.4 0.2 0.05 0.2 0.3 0.1 0.15 0.5 0.2 0.2 0.1 0.05 0.4 0.05 0.15 0.3 0.15 0.1 0.1 0.2 0.4 0.1 0.2 0.1
Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
150 250 300 300 250 600 250 70 270 300 160 200 750 265 300 150 70 550 70 200 300 220 150 150 250 600 150 270 150
185 286 310 244 255 552 300 115 300 244 175 182 584 260 172 199 120 495 115 170 270 160 169 184 240 535 168 240 168
90 170 90 150 180 300 180 44 90 240 90 135 450 135 120 90 48 300 45 130 240 135 90 90 120 300 90 130 90
1050 2600 1500 750 2400 4800 2400 700 2700 1920 1250 1830 2400 2560 3200 2100 810 3200 760 1790 2000 1920 2010 2000 2000 4000 1100 2700 3650
0.5 1.5 1.5 1 1 4 1 0.2 1 2.6 0.5 0.75 5.5 1 1 0.5 0.2 3 0.2 0.75 2.6 0.75 0.5 0.5 1 4 0.5 1 0.5
550 2100 1400 1000 2000 4200 1200 175 1350 2600 800 900 5500 1450 1500 550 150 3000 165 1200 6500 1200 500 600 1200 4300 550 1300 850
: Produksi bawang merah (kg / musim tanam) : Luas Lahan (Ha / musim tanam) : Bibit ( kg / musim tanam) : Tenaga Kerja ( HOK / musim tanam) : Pupuk ( kg / musim tanam) : Pestisida Cair ( ml / musim tanam) : Pestisida Padat ( kg / musim tanam) 78
Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).
LN(Y)
LN(X1)
LN(X2)
LN(X3)
LN(X4)
LN(X5)
LN(X6)
6.91
-1.61
5.7
5.48
4.74
7.44
9.21
6.21
-2.3
5.01
5.21
4.5
7.64
8.52
6.91
-1.61
5.7
5.65
5
8.81
9.21
5.99
-2.53
4.79
5.3
4.5
7.83
8.01
7.09
-1.61
5.7
5.46
4.8
8.37
9.21
6.21
-2.3
5.01
5.13
4.61
8.8
9.77
6.31
-2.3
4.61
5.09
3.81
7.33
8.52
7.09
-1.61
5.7
5.59
5.16
7.85
9.9
5.86
-2.53
4.7
5.08
4.91
7.5
8.01
7.24
-1.61
5.7
5.42
5.16
7.82
9.21
7.6
-1.61
5.99
5.66
5.3
7.86
10.31
8.04
-0.92
6.31
5.99
6.11
8.57
9.9
8.29
-0.92
6.4
6
6.4
8.33
10.6
6.91
-1.61
5.52
5.53
5.26
7.97
9.21
6.4
-2.3
5.01
5.11
4.5
7.38
8.52
6.68
-1.9
5.48
5.3
4.87
7.62
9.92
6.21
-2.3
5.01
5.12
4.5
7.09
9.21
5.99
-2.3
4.87
5.19
4.32
7.09
9.21
6.21
-2.3
5.01
5.22
4.44
7.09
9.21
6.4
-2.3
5.01
5.14
4.44
7.09
9.21
8.29
-0.92
6.4
6.04
5.52
8.66
11.51
7.09
-1.61
5.7
5.64
5.26
7.97
9.21
8.29
-0.92
6.4
6.07
5.19
8.88
9.21
7.24
-1.61
5.7
5.59
5.26
8.95
9.21
8.29
-0.92
6.4
6.1
5.63
8.3
9.21
79
Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).
6.11
-2.3
5.01
5.09
4.55
6.77
8.52
7.24
-1.61
5.7
5.6
5.3
7.5
9.9
6.21
-2.3
5.04
5.12
4.44
7.47
9.24
6.31
-2.3
5.08
5.19
4.61
7.47
9.21
5.3
-3
4.38
4.87
3.85
6.91
9.21
6.55
-1.9
5.3
5.09
5.01
8.34
9.21
7.17
-1.61
5.7
5.6
5.01
7.5
9.21
7.31
-1.61
5.7
5.67
5.01
7.83
10.31
7.24
-1.61
5.7
5.65
5.32
7.38
9.9
6.55
-2.3
5.3
5.25
4.5
7.47
9.21
7.17
-1.61
5.6
5.52
4.98
8.01
10.31
6.91
-1.61
5.52
5.44
4.94
7.09
9.9
6.4
-2.3
5.01
5.19
4.5
7.09
9.21
6.31
-2.3
5.01
5.22
4.5
6.96
9.21
7.65
-1.61
5.99
5.66
5.14
7.86
9.9
7.24
-1.61
5.86
5.74
4.5
7.31
9.9
6.91
-1.61
5.7
5.5
5.01
6.62
9.21
7.6
-1.61
5.7
5.54
5.19
7.78
9.9
8.34
-0.92
6.4
6.31
5.7
8.48
10.6
7.09
-1.61
5.7
5.7
5.19
7.78
9.9
5.16
-3
4.25
4.74
3.78
6.55
9.21
7.21
-1.61
5.6
5.7
4.5
7.9
9.9
7.86
-1.2
5.7
5.5
5.48
7.56
10.31
6.68
-2.3
5.08
5.16
4.5
7.13
9.21
6.8
-1.9
5.52
5.2
4.91
7.51
9.9
8.61
-0.69
6.62
6.37
6.11
7.78
9.9
80
Lampiran 4. Data Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah di Desa Kupu Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes Setelah di Transformasi ke bentuk Logaritma Natural (Ln).
7.28
-1.61
5.7
5.56
4.91
7.85
9.21
7.31
-1.61
5.7
5.15
4.79
8.07
9.21
6.31
-2.3
5.01
5.29
4.5
7.65
9.21
5.01
-3
4.25
4.79
3.87
6.7
9.21
8.01
-0.92
6.21
6.2
5.7
8.07
10.6
5.11
-3
4.25
4.74
3.81
6.63
9.21
7.09
-1.9
5.52
5.14
4.87
7.49
8.92
8.78
-1.2
5.7
5.6
5.48
7.6
10.31
7.09
-1.9
5.52
5.08
4.91
7.56
8.92
6.21
-2.3
5.01
5.13
4.5
7.61
9.21
6.4
-2.3
5.01
5.21
4.5
7.6
9.21
7.09
-1.61
5.52
5.48
4.79
7.6
9.9
8.37
-0.92
6.4
6.28
5.7
8.29
10.6
6.31
-2.3
5.01
5.12
4.5
7
9.21
7.17
-1.61
5.6
5.48
4.87
7.9
9.9
6.75
-2.3
5.08
5.12
4.5
8.2
9.2
Keterangan : LnY LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 LnX5 LnX6
: Produksi bawang merah (kg / musim tanam) : Luas Lahan (Ha / musim tanam) : Bibit ( kg / musim tanam) : Tenaga Kerja ( HOK / musim tanam) : Pupuk ( kg / musim tanam) : Pestisida Cair ( ml / musim tanam) : Pestisida Padat ( kg / musim tanam)
81