perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG GLADAG LANGEN BOGAN SURAKARTA
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Unirvesitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh : Dany Esaningrat Artianto NIM : F1106003
FAKULTAS EKONOMI UNIRVESITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG MAKANAN DAN MINUMAN GLADAG LANGEN BOGAN SURAKARTA ABSTRAK Dany Esaningrat Artianto F1106003 Penelitian dengan judul Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Gladag Langen Bogan Surakarta untuk mengetahui deskripsi dan menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan lokasi terhadap jumlah pendapatan pedagang, serta untuk mengetahui manakah variabel bebas tersebut yang paling besar memberikan pengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuatitatif dengan survey terhadap responden melalui kuisioner dan wawancara.Penelitian dilakukan terhadap seluruh pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta. Dalam menganalisis digunakan tehnik analisis regresi berganda dengan mengunakan model linier, dengan uji ststistik (uji t, uji F, koefisien determinasi R 2 ), uji asumsi klasik. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta rata-rata memperoleh pendapatan sebesar Rp.150.000 s/d 300.000 tiap harinya,dengan modal rata- rata sebesar Rp.1000.000 s/d Rp.3000.000, lama usaha rata-rata kurang dari 10 tahun berdagang, jumlah tenaga kerja rata-rata 3 orang, tingkat pendidikan formal rata- rata lulus SMA, dan lokasi pedagang sebagian menempati area tengah serta barat dan timur dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial (uji t) menunjukkan 3 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yaitu modal, lama usaha, tenaga kerja, sedangkan variabel pendidikan dan lokasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Uji F menunjukkan bahwa secara bersamasama kelima variabel yaitu modal, lama usaha, tenaga kerja, pendidikan, lokasi berpengaruh terhadap pendapatan, selanjutnya dengan melihat Standardized Coefficients Beta untuk membuktikan hipotesis kedua ternyata dari kelima variabel tersebut variabel yang berpengaruh paling dominan yakni tenaga kerja. Karena tenaga kerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan pedagang maka diharapkan pedagang di Gladag Langen Bogan menambah jumlah tenaga kerja, tenaga kerja disini haruslah dicari tenaga kerja yang terampil, berkwalitas dan profesional agar dapat meningkatkan jumlah pendapatan.
Kata Kunci : Pedagang Makanan dan Minuman Gladag Langen Bogan Surakarta, Modal, Lama Usaha, Tenaga Kerja, Pendidikan , Lokasi, Regresi Linier.
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG MAKANAN DAN MINUMAN GLADAG LANGEN BOGAN SURAKARTA
Surakarta, 13Agustus 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
(Dwi Prasetyani, SE, M.Si) NIP. 19770217 2003122 003
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim Penguji Skripsi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 13 Agustus 2010 Tim Penguji Skripsi 1.
-------------------------
Ketua
(
)
2.
-------------------------
Pembimbing
(
)
3.
-------------------------
Anggota
(
)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Tetaplah
bermimpi dan teruslah berusaha untuk mewujudkannya” (penulis)
“Sesungguhnya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan” (Q.S.Al-Insyirah)
“Keberhasilan hanya dapat diraih dengan 99% usaha dan 1% doa” (penulis)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibuku 2. Semua Keluargaku 3. Inspirasiku 4. Sahabat
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Gladag Langen Bogan Surakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada : 1. Dwi Prasetyani, SE, M.Si, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis. 5. Seluruh pengelola, pedagang dan pegawai stand di Gladag Langen Bogan Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna bagi penyusunan skripsi ini. 6. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis. 7. Retno Putri yang telah senantiasa memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 dan semua sahabat baikku, terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangankekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 13Agustus 2010
commit to user
viii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
ABSTRAK
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
HALAMAN MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………..
1
B. Perumusan Masalah………………………………………….
7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………....
7
D. Manfaat penelitian…………………………………………. .
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori………………………………………………
9
B. Sektor Informal……………………………………………..
9
a. Pengertian Sektor Informal…………………………
14
b. Ciri-ciri Sektor Informal…………………………… commit to user
15
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Perkembangan Sektor Informal di Indonesia……… .
16
C. Pedagang Kaki Lima……………………………………….. .
18
a. Pengertian Pedagang Kaki Lima…………………… .
18
b. Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima………………………
20
c. Karateristik, Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima………………………………………….. ..
21
D. Pendapatan……………………………………………………
23
a. Teori Pendapatan……………………………………..
23
b. Faktor-faktor yang diduga Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima…………………………………..
25
E. Penelitian Terdahulu………………………………………….
30
F. Kerangka Pemikiran………………………………………….
33
G. Hipotesis………………………………………………………
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………
36
B. Jenis dan Sumber Data……………………………………….
36
C. Metode Pengumpulan Data………………………………… ..
36
D. Definisi Operasional variabel……………………………… ..
37
E. Tehnik Analisis Data…………………………………………
39
1. Uji Statistik……………………………………………….
41
a. Uji t………………………………………………..
41
b. Uji F……………………………………………….
43
c. Uji Koefisien Determinasi R 2 ……………………
44
2. Uji Asumsi Klasik…………………………………………
45
a. Multikolienaritas…………………………………..
45
b. Heterokedastisitas………………………………….
46
c. Autokorelasi……………………………………….
46
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian……………………………
49
1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam…………………
49
2. Kondisi Sosial dan Sumber Daya Manusia…………………
51
3. Aspek Sosial Ekonomi………………………………………
54
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………………….
55
B. Gambaran Umum Gladag langen Bogan………………………..
56
C. Analisis Deskriptif Data…………………………………………
59
D. Analisis Data dan Pembahasan…………………………………..
69
1. Model Regresi………………………………………………..
69
2. Hasil regresi………………………………………………….
70
a. Uji Statistik…………………………………………..
70
1. Uji t…………………………………………..
70
2. Uji F………………………………………….
72
3. Uji Koefisien Determinasi R 2 ………………
73
b. Uji Asumsi Klasik……………………………………
74
1. Multikolienaritas……………………………..
74
2. Heterokedastisitas……………………………
74
3. Autokorelasi………………………………….
76
E. Interprestasi Secara Ekonomi……………………………………
77
1. Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta…………………….
77
2. Pengaruh Lama Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta…………………….
78
3. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta……………………..
78
4. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta……………………..
79
5. Pengaruh Lokasi Terhadap Pendapatan Pedagang di Gladag Langen Bogan commitSurakarta…………………….. to user
xi
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………
83
B. Saran……………………………………………………………..
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta……………………………………………………….
4
4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2000-2008……………………………………………… ……. 52 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2007………….
53
4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio jenis Kelamin, dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008… 53 4.4 Penduduk Berumur 5 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Pendidikan di Kota Surakarta 2008…………………………………
55
4.5 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Atas Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2004-2008 ( Jutaan Rupiah)………….
56
4.6 Distribusi Frekuensi Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan……………………………………………
commit to user
xiii
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.7 Distribusi Frekuensi Modal Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan……………………………………………
61
4.8 Distribusi Frekuensi Lama Usaha Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan……………………………………………. 62 4.9 Distribusi Frekuensi Banyaknya Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan…………………………….
63
4.10 Distribusi Frekuensi Pedagang Tingkat Pendidikan Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan………………………………. 64 4.11Distribusi Frekuensi Lokasi Stand/Gerobak Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan…………………………….
65
4.12 Distribusi Frekuensi Usia dan Jenis Kelamin Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan.......................................
65
4.13 Distribusi Frekuensi Daerah Asal Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan…………………………………………
66
4.14 Distribusi Frekuensi Status Kegiatan Usaha Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan................................................................... commit to user
xiv
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.15 Distribusi Frekuensi Status Kegiatan Usaha Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan....................................................................
67
4.16 Hasil Analisis Linier Berganda…………………………………….
69
4.17 Hasil Analisis Uji F…………………………………………………
74
4.18 Hasil analisis Multikolinearitas…………….………………………
74
4.19 Hasil Analisis Heterokedastisitas……..…………………………….
75
4.20 Hasil Analisis Autokorelasi……..………………………………….
76
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran………………………………………
33
Gambar 3.1 Kriteria pengujian Uji t……………………………………
42
Gambar 3.2 Kriteria Pengujian Uji F……………………………………
44
Gambar 3.3 Kriteria Pengujian Autokorelasi……………………………
47
Gambar 4.1 Hasil Analisis Autokorelasi………………………………… 76
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara yang sedang berkembang dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi taraf hidup rakyatnya yang bertujuan untuk mencapai kesejahteran masyarakat. Kendala yang seringkali dialami adalah masalah ketenagakerjaan, dalam hal ini adalah meningkatnya jumlah pengangguran, karena tidak semua penduduk dapat menawarkan tenaga kerja yang dimilikinya. Selain itu semakin bekurangnya sektor formal dalam menyerap tenaga kerja.sehingga mereka lebih memilih bekerja di sektor informal. Pengangguran semakin banyak karena adanya kesulitan dalam mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja yang ada, atau yang disebut dengan pengangguran friksional, pengangguran friksional terjadi karena kurangnya mobilitas pencari kerja. Pengangguran stuktural terjadi kerena perubahan dalam struktur atau dalam komposisi perekonomian, perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan ketrampilan baru tersebut. Hal tersebut banyak terjadi dikota besar contohnya di Kota Surakarta. Terjadi pengangguran musiman karena pergantian musim, diluar musim panen banyak orang yang tidak mengerjakan sawah, sehingga banyak yang tidak memiliki kegiatan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
ekonomi, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru (Simanjuntak, 1985:1). Adanya badai krisis ekonomi pada tahun 1998 yang menambah semakin beratnya beban pemerintah dalam penyediaan lapangan pekerjaan di sektor formal, sektor informal merupakan alternatif yang digunakan untuk mengurangi angka pengangguran yang disebabkan semakin sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada, sektor informal yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah dipandang mampu menjadi mitra sektor formal dalam menyerap tenaga kerja, dengan demikian sektor informal perlu mendapat perhatian khusus karena peranannya cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pembangunan. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan usaha agar sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Dibalik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya peluang usaha yang ada harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini usaha di sektor informal tersebut dapat bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Dalam hal ini usaha di sektor informal diharapkan mampu mengidentifikasikan peluang yang muncul akibat adanya perubahan tersebut (Harsiwi:2003:2). Dalam situasi seperti ini masyarakat sudah tidak bisa berharap banyak lagi untuk mendapatkan pekerjaan disektor formal, masyarakat kini cenderung berlomba untuk mencari peluang bisnis yang diharapkan bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
menambah income keluarga yang semakin tinggi. Salah satu sektor informal yang tidak memerlukan ketrampilan khusus adalah berdagang, dalam hal ini adalah pedagang kaki lima. Kemudahan ini dapat berupa permodalan, perijinan dan ketrampilan yang diperlukan. Walaupun dengan syarat yang ringan dan mudah memasukinya, namun mereka yang bekerja disektor informal khususnya pedagang kaki lima harus mampu mandiri dan ulet dalam bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan mereka. Peranan sektor informal khususnya pedagang kaki lima ini sangat membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan usaha baru. Salah satu kegiatan usaha di sektor informal adalah berdagang, usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam
mewujudkan tujuan
pembangunan nasional. Ada berbagai macam jenis kegiatan berdagang di sektor informal, antara lain pedagang pasar, pedagang kaki lima, pedagang makanan (warung makan) dll. Surakarta merupakan salah satu kota yang sedang berkembang menuju kota Metropolitan maka banyak sekali pembangunan infrastruktur dan fasilitas–fasilitas umum untuk masyarakat, baik itu mall, taman, dan ruang publik sebagai tempat bagi masyarakat untuk melakukan sosialisasi. Surakarta merupakan kota yang sedang banyak berbenah dalam upaya pengembangan dan kemajuan kota . Di Surakarta sendiri sektor informal merupakan sektor yang digeluti oleh sebagian besar masyarakatnya, hal ini juga karena terbatasnya commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketersediaan lapangan pekerjaan pada sektor formal. Berbagai jenis usaha sektor informal dijalani oleh masyarakat Surakarta.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta 2008 Mata Pencaharian
Petani Sendiri Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Angkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain
JUMLAH
Kecamatan Laweyan 38 32 964 16421 12648 5387 2154 5027 3711 37644 84026
Serengan 0 0 1124 5264 4372 3713 1726 1307 647 17166 35319
Pasar Kliwon 0 0 2237 8894 7589 7751 4051 3333 1826 16611 52292
Jebres 81 0 1119 17653 16534 4478 1627 7167 8637 49155 106451
Banjarsari 337 0 2810 21802 21616 11045 6218 9590 7862 41714 122994
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008hal:36)
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Surakarta yang bekerja pada sektor informal lebih besar daripada penduduk yang bekerja pada sektor formal, mata pencaharian sektor informal menurut data diatas adalah petani sendiri, buruh tani, pengusaha, buruh bangunan, pedagang dan angkutan dengan jumlah 119.651 orang, lebih besar daripada penduduk yang bekerja di sektor formal yaitu buruh industri, PNS/TNI/Polri yang berjumlah 96.458 orang, melalui data diatas maka dapat disimpulkan masyarakat Surakarta banyak yang bermata pencaharian di sektor informal. Seperti salah satunya adalah berdagang makanan atau usaha makanan (warung makan). Banyak dari masyarakat Surakarta melakukan jenis usaha ini, kerena commityang to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selain mudah untuk dijalankan usaha ini mampu memberikan pekerjaan bagi sanak saudara atau kerabat pengusaha itu sendiri, sehingga juga bisa menopang perekonomian keluarga. Selain itu juga masyarakat Surakarta banyak yang menyukai untuk berwisata kuliner atau mencoba makanan–makanan baru atau makanan– makanan enak, sehingga pasarnya pun tersedia luas di Kota Surakarta. Belum ada penelitian yang sahih untuk mendukung hipotesis ini, tetapi sudah menjadi semacam informasi yang melekat pada top of mind masyarakat Surakarta. Hal ini ini dibuktikan dengan banyaknya tempat-tempat makan dan hampir semua warung/restoran yang ada di Kota Surakarta ini selalu ramai dikunjungi pembeli. (www.KOMPAS.com) Ada banyak warung makan yang tersedia di Kota Surakarta, mulai dari warung-warung baru atau warung–warung makan yang sudah lama berdiri dan sudah dikenal banyak orang. Jenis makanannya pun berbeda dan beragam, semua ada dari makan daerah sampai makanan dari luar daerah. Saat ini Surakarta sendiri sedang banyak melakukan usaha untuk dapat mengembangkan daerahnya yakni dengan melakukan banyak pembenahan, pembangunan, serta usaha–usaha untuk dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Surakarta. Salah satu usaha pemerintah Kota Surakarta dalam menarik wisatawan untuk berkunjung di Kota Surakarta adalah dengan membangun pusat wisata kuliner di Kota Surakarta, yakni Gladag Langen Bogan Surakarta. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengusaha yang ada di Gladag langen Bogan tersebut merupakan pengusaha di sektor informal, dan pengusaha- pengusaha makanan tersebut juga sering dihadapkan pada persoalan tentang bagaimana mencapai keberhasilan usaha melalui pemilihan kombinasi dari berbagai variabel keputusan.
Banyak
faktor
yang
diduga
mempengaruhi
pendapatan
diantaranya modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi dsb. Dengan diketahuinya pengaruh faktor–faktor terhadap pendapatan usaha pedagang, diharapkan mereka dapat menggembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat. Dengan bertitik tolak pada masalah yang dihadapi masyarakat yang berkeinginan untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya disektor informal, karena kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal khususnya di Kota Surakarta dan uraian yang telah disimpulkan diatas, studi ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Padagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka penelitian ini dibahas suatu
topik
yaitu
“Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman Gladag Langen Bogan Surakarta”.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Perumusan Masalah Untuk memberikan pedoman yang jelas dalam arah penekanan dari latar belakang yang diuraikan, maka beberapa masalah akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Apakah modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi dapat mempengaruhi pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta ? 2. Dari variabel diatas manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah variabel modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan lokasi mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta. 2. Untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Memberikan informasi yang mendukung teori–teori tentang kesempatan kerja di sektor informal khususnya pedagang kecil dan menengah. 2. Bagi Pemerintah Daerah. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaaaan sektor informal khususnya pedagang makanan dan minuman di Langen Bogan Surakarta. 3. Bagi Masyarakat. Sebagai sumbangan pemikiran bagi peningkatan taraf hidup masyarakat golongan ekonomi lemah yang belum memiliki kesempatan kerja. 4. Bagi Pedagang Gladag Langen Bogan. Memberikan motivasi khususnya pedagang kaki lima untuk lebih meningkatkan
usahanya, memperbaiki menejemen usahanya dalam
rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh serta perkembangan usaha.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sektor Informal Di negara berkembang sektor informal telah menjadi pusat perhatian pemerintah, karena sektor ini dipandang sebagai salah satu alternatif yang cukup penting dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan dan kemiskinan. Di Indonesia sektor informal juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, hal ini dikarenakan menurunnya kemampuan sektor formal dalam menyerap angkatan kerja kota yang semakin lama semakin meningkat. Pertambahan angkatan kerja di kota disebabkan karena tingkat urbanisasi yang tinggi dan tidak disertai dengan bertambahnya jumlah kesempatan kerja, akibatnya tidak sedikit para urbanit yang datang ke kota hanya akan menambah jumlah pengangguran yang ada. Para urbanit ini sebagian besar termasuk penduduk usia muda dan alternatif yang diambil adalah masuk dalam usaha sektor informal. Keberadaan sektor informal yang umumnya tidak terorganisasi dan tertata secara khusus melalui peraturan resminya baru dikenal pada tahun 1970-an. Sesudah diadakannya serangkaian observasi di beberapa NegaraNegara Dunia Ketiga yang sejumlah besar tenaga kerja perkotaannya tidak memperoleh kesempatan atau pekerjaan disektor modern yang formal (Todaro, 2000:350)
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
Sektor informal sering dianggap menjadi penyebab kesemrawutan lalu lintas dan menjadikan lingkungan kotor. Meskipun demikian sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja secara mandiri, selain itu juga menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah kebawah dengan harga relatif murah. Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh sebab itu mereka yang berada di sektor informal tersebut tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitas- fasilitas kesejahteraan seperti yang dinikmati rekan-rekan yang berada di sektor formal, misalnya tunjangan keselamatan kerja dan dana pensiun (Todaro, 2000:352). Sektor informal muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks oleh kerena menyangkut jenis barang, tata ruang dan waktu. Berkebalikan dengan sektor formal pada umumnya menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan pemerintah. Sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan bawah. Sektor informal ini umumnya berupa usaha berskala kecil, dengan modal, ruang lingkup dan pengembangan yang terbatas (Harsiwi, 2002:1). Pada umumnya mereka yang berada disektor informal adalah pendatang baru dari daerah pedesaan atau pinggiran yang gagal memperoleh pekerjaan disektor formal. Motivasi kerja mereka semata–mata sebatas pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
upaya untuk memepertahankan kelangsungan hidup agar bisa makan hari ini dan hari esok, dan bukan untuk memupuk keuntungan dan meraih kekayaan. Sektor informal memiliki banyak keterkaitan dengan sektor–sektor lainnya dalam perekonomian perkotaan. Yang pertama, sektor informal terkait dengan sektor pedesaan merupakan sumber kelebihan tenaga kerja miskin, yang kemudian mengisi sektor informal di daerah perkotaan guna menghindari kemiskinan dan pengangguran di desa, walaupun sebenarnya kondisi kerja dan kualitas hidup dikota belum tentu lebih baik. Selain itu sektor informal dalam penyediaan input-input produksi dan tenaga kerja murah, sedangkan sektor informal sangat tergantung pada sektor formal dalam kedudukannya sebagai dasar pokok dari sebagian besar pendapatan yang mereka terima. Klasifikasi yang didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang bersifat informal (Manning dan Effendi, 1985:79-80). 1.
Kemungkinan kemungkinan pendapatan yang sah. Menurut Manning dan Effendi beberapa kemungkinan pendapatan
yang sah adalah sebagai berikut ini : 1) Kegiatan-kegiatan usaha primer dan sekunder, pertanian, perkebunan, untuk pasar, kontraktor bangunan serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengannya, tukang yang berdiri sendiri. 2) Badan–badan usaha tersier (tertiary enterprises) dengan input modal yang relatif besar, perumahan, pengangkutan, spekulasi barang. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Distribusi berlingkup kecil, petugas petugas pasar, pedagang kecil, penjaja di jalanan, pengusaha makanan dan minuman, agen–agen komisi dan pengecer. 4) Jasa-jasa lainnya, tukang musik, tukang semir sepatu, tukang cukur, tukang
potret,
tukang
reparasi
kendaraan,
serta
kerja-kerja
pemeliharaan lainnya, perantara dan makelar, jasa–jasa keagamaan, obat-obatan. 5) Pembayaran–pembayaran antar perorangan (private transfer payment), peminjaman barang antar orang perorang, pengemis. 2.
Kemungkinan – kemungkinan pendapatan informal yang tidak sah. Menurut Manning dan Effendi beberapa kemungkinan pendapatan
yang sah adalah sebagai berikut ini : 1) Jasa-jasa para penjual tenaga kerja-kerja parasit pada umumnya mereka yang menerima barang curian, kegiatan meriba dan kegiatan gadai menggadai (dengan tingkat bunga ilegal), menjual obat-obatan terlarang, pelacuran, kegiatan penyelundupan. 2) Pencurian, pencopetan, perampasan bersenjata, perjudian. Istilah sektor formal menurut Manning dan Effendi (1985:139) digunakan dalam pekerjaan permanen yang menimbulkan gaji tetap, seperti pekerjaan dalam perusahaan industri, kantor pemerintah dan perusahaan besar lainnya. Sektor informal meliputi (1) Sejumlah pekerjaan yang saling berhubungan yang merupakan bagian dari suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan terorganisir. (2) Pekerjaan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
resmi terdaftar dalam statistik perekonomian dan (3) Syarat-syarat bekerja yang dilindungi hukum. Kegiatan diluar kriteria tersebut sebagai sektor informal. Kutipan oleh Imam Subhkan dalam tulisannya pada wordpress.com dari hernando de Soto ekonom dari Peru, yang banyak dirujuk pemikirannya yang berkaitan dengan pemberdayaan sektor informal untuk dapat terintregasi dalam pasar. Kapitalisme yang bertumpu pada ekonomi pasar semestinya mampu memperkaya orang-orang yang terlibat didalamnya sebagaimana yang terjadi di dunia barat. Namun di negara-negara berkembang kapitalisme belum mampu membawa berkah kekayaan pada masyarakat kepada masyarakat. Menurut de Soto ekonom dari Peri,batu sandungan utama yang menahan di dunia barat untuk mendapatkan keuntungan dari kapitalisme adalah ketidakmampuan menghasilkan kapital. Kapital adalah kekuatan yang memunculkan produktifitas kerja dan menciptakan kemakmuran bagi bangsa. Ia adalah darah bagi kehidupan bagi sistem kapitalisme, dan pondasi bagi kemajuan. Ketidakmampuan mereka menghasilkan kapital bukan karena ketiadaan aset. Mereka punya aset bahkan melimpah yang diperlukan untuk kapitalisme. Namun semua aset yang dimiliki orang miskin tersebut mati, tidak dapat dirubah menjadi kapital. Aset- aset tersebut tidak dapat diperdagangkan masuk kepasar, tidak dapat digunakan untuk pinjaman dan tidak dapat dijadikan saham untuk investasi. Hal ini disebabkan aset-aset itu tidak dapat dipresentasikan secara formal sehingga mampu menghasilkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
kapital. Representasi adalah produk dari masyarakat yang telah mencapai tahap konsensus, dalam hal “siapa memiliki property apa“ dan bagaimana setiap pemilik dapat menciptakan nilai tambah dari propertinya tersebut. Mereka memiliki bisnis tanpa status usaha, mempunyai alat produksi tanpa ada surat kepemilikan, punya lapak tanpa surat izin formal. Sebagian alat-alat yang mati ini menimbun di sekor informal. Sektor informal adalah sektor yang tidak memiliki suatu hukum dan tidak dilindungi hukum. Itulah yang menyebabkan potensi sektor informal menjadi aset mati, terhambat dan tidak berkembang karena tidak bisa berinteraksi dengan sektor diluarnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menghidupkan atau mempresentasikan aset-aset sektor informal menjadi kapital adalah dengan mendorong formulasi aset-aset tersebut sehingga dapat terintegrasi kedalam pasar. Dengan kata lain, formulasi sektor informal menjadi jalan lain untuk menciptakan kekayaan bagi pelaku usaha sektor informal. Formalisasi yang dimaksud adalah pemberian status legal terhadap aset dan alat produksi yang dimiliki oleh pelaku usaha sektor informal.
1. Pengertian Sektor Informal Konsep sektor informal digunakan pertama kali oleh Keith Hart, sewaktu ia meneliti di Ghana, Afrika. Kemudian Organisasi Buruh Internasional (ILO) menerangkan konsep ini dalam berbagai penelitiannya di Negara–Negara Dunia Ketiga, terutama untuk membantu memperjelas proses kemiskinan, yang dikaitkan dengan pengangguran, migrasi dan urbanisasi. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengertian sektor informal dalam data sensus penduduk disebut sebagai pekerja yang berusaha sendiri dengan buruh tidak tetap atau keluarga sang pekerja keluarga tak dibayar (sensus penduduk 1971 dalam Jefta Leibo). Sedangkan menurut Aris Ananta (1985) mendefinisikan “Sektor informal adalah suatu kegiatan bisnis yang dilakukan sambilan, oleh seorang yang dibantu oleh sanak keluarga“. Pengertian sektor informal secara konsensus disepakati bahwa sektor informal adalah unit- unit usaha kecil yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi oleh pemerintah. Proteksi ekonomi menurut Mulyadi Subri (2003 : 93) adalah tarif proteksi, kredit dengan bunga rendah penyuluhan, perlindungan dan perawatan tenaga kerja, terjaminnya arus teknologi impor, hak paten dan sebagainya.
2. Ciri–ciri Sektor Informal. Menurut Aris Ananta (1985), ciri–ciri sektor informal adalah : a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik. b. Belum mempunyai surat ijin usaha yang resmi. c. Modal dan perputaran usahanya sangat terbatas. d. Teknologi yang digunakan sederhana. e. Pendidikan formal dari para pengelolanya tidak menjadi pertimbangan dalam mengelola usahanya. f. Usahanya bersifat mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga sendiri. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ciri–ciri sektor informal menurut Breman yang dikutip oleh Chris manning dan Tandjudin Noer Effendi (2001 : 142) adalah : a. Padat karya b. Tingkat produktifitas rendah c. Teknologi yang digunakan masih rendah d. Tingkat pendidikan formal yang rendah. e. Mudah sekali keluar masuk usaha f. Kurangnya dukungan serta pengakuan dari pemerintah. Dari beberapa ciri- ciri yang ada, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar dari ciri–ciri sektor informal menyatakan bahwa ciri-ciri sektor informal yakni modal kecil, teknologi yang digunakan sederhana, kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik, serta karyawan sedikit dan merupakan kerabat atau anggota keluarga dari pengusaha.
3. Perkembangan Sektor Informal di Indonesia. Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir bahkan dalam jangka waktu panjang, sektor informal di daerah perkotaan Indonesia menampakkan pertumbuhan pesat. Meningkatnya sektor ini, punya kaitan erat dengan menurunnya kemampuan sektor modern (industri) dalam menyerap membengkaknya angkatan kerja di kota, dan disisi lain pertumbuhan angkatan kerja di kota –kota sebagai akibat migran dari desa-kota lebih cepat dibandingkan dengan peluang kerja yang ada. Keadaan yang demikian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
menjadi sebab pengangguran, termasuk dikalangan penduduk usia muda serta semakin banyaknya muncul sektor informal dikota sendiri. Memekarnya sektor informal di kota-kota besar di Indonesia banyak ditanggapi sebagai “ganjalan“ oleh pihak penguasa (pemerintah kota) karena sektor ini beroperasi ditempat-tempat strategis dan dipandang merusak lingkungan serta keindahan kota. Bahkan sudah sangat biasa usaha ini dikaitkan dengan masalah seperti kemacetan lalu lintas, pemukiman liar, pelacuran, percaloan dan sejenisnya. Karena itu pihak penguasa kota sengaja membatasi ruang gerak sektor informal ini. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, dan Semarang misalnya pemerintah kota telah menempuh cara-cara yang kurang manusiawi yaitu dengan mengusir, menghancurkan peralatan usaha yang digunakan, atau boleh dikatakan kebijaksanaan pemerintah kota selama ini hanya melihat dengan “sebelah mata“ yaitu dari segi menata lingkungan fisik kota dan tidak melihat secara jeli bahwa sumbangan yang telah diberikan oleh sektor ini. Karena kalau mau dilihat, sektor informal telah memberikan tambahan penghasilan yang berarti bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah dikota. Sektor ini juga mempunyai kemampuan yang lumayan dalam memberikan kesempatan kerja bagi kaum pengangguran di kota-kota besar. Kenyataan diatas diperkuat oleh suatu survey yang dilakukan diberbagai kota di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia dimana ditentukan kurang lebih 20-70 % kesempatan kerja terdapat dalam kegiatan “kecil–kecilan“ dengan “label“ sektor informal (Sthuraman dalam Leibo 2004:11). commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di Indonesia sektor informal mulai dikenal sejak tahun 1970. Namun keberadaanya mulai diperhitungkan sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, karena sektor informal terbukti mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja yang mengalami PHK. Di perkotaan sektor informal menyediakan lapangan pekerjaan untuk kalangan miskin sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari– hari dalam krisis ekonomi. Tempat kerja sektor informal biasanya merupakan lingkungan yang kotor sehingga jaminan kesehatan tidak ada, walaupun telah ada usaha yang memberikan upah yang memadai kondisi kerja yang tidak layak akan mempengaruhi kualitas dan kondisi hidup, upah serta harapan hidup bagi sebagian masyarakat, selain itu, hal tersebut mengakibatkan rendahnya produktifitas, daya saing dan kinerja bisnis sektor informal berdampak pada ketidakpastian pendapatan yang diperoleh.
B. Pedagang Kaki Lima 1. Pengertian Pedagang Kaki Lima. Istilah “Pedagang Kaki Lima“ sudah sangat dikenal bagi masyarakat Indonesia, secara awam pedagang kaki lima adalah pedagang yang menjajakan jualannya di pinggir-pinggir jalan dalam skala kecil. Menurut Akhirudin dalam Kurniadi (2003:32) bahwa pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal relatif sedikit berusaha dibidang produksi dan berjualan barang-barang (jasa) untuk memenuhi kebutuhan commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat. Aktivitasnya dilaksanakan pada tempat-tempat yang strategis dalam suasana lingkungan yang informal. Pedagang kaki lima (street traiding atau street hawker) adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang kaki lima adalah orang yang bermodal relatif
rendah, berusaha dalam bidang
produksi dan barang–barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tertentu dalam masyarakat, usaha tersebut dilakukan pada tempattempat yang dianggap strategis dalam lingkungan (Harsiwi , 2002). Menurut Aris ananta (1985) pengertian pedagang kaki lima adalah orang–orang golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang–barang kebutuhan sehari- hari, makanan, atau jasa yang modalnya relatif sangat kecil, modal sendiri atau orang lain, baik berjualan ditempat terlarang maupun tidak. Pandangan pemerintah kota tentang keberadaan pedagang kaki lima sangat mempengaruhinya dalam membuat kebijakan mengenai penanganan pedagang kaki lima. Pandangan tesebut baru dipengaruhi oleh dua hal yaitu pandangan negatif dan positif. Pandangan negatif yang beranggapan bahwa pedagang kaki lima adalah sektor yang mengganggu dan menimbulkan kesemrawutan tata kota, hal ini akan menyebabkan pemerintah kurang dalam memberi perhatian dan pembinaan dalam menangani pedagang kaki lima, sebaliknya pandangan positif yang beranggapan bahwa pedagang kaki lima sebagai lapangan usaha yang potensial dalam membantu penyediaan lapangan pekerjaan bagi para pengangguran yang semakin hari semakin meningkat, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
dengan demikian maka pemerintah akan menyusun kebijakan yang berusaha mempertahankan eksistensinya. Pedagang kaki lima merupakan obyek yang sangat menarik untuk diteliti dan dipahami secara mendalam, mengingat golongan ini mampu bertahan dan bahkan jumlahnya semakin meningkat walaupun berbagai aturan– aturan kebijakan pemerintah membatasai ruang gerak mereka.
2. Ciri–Ciri Pedagang Kaki Lima Menurut Anis Ananta (1985). Ciri–ciri Pedagang Kaki Lima adalah : a. Kegiatan usahanya tidak terorganisasi dengan baik. b. Tidak memiliki surat ijin usaha. c. Tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja. d. Bergerombol di trotoar atau tepi jalan protokol, dipusat-pusat keramaian. e. Menjajakan barang dagangannya sambil teriak- teriak, kadang berlari sambil mendekati konsumennya. Pedagang kaki lima pada umumnya adalah self–employment, artinya mayoritas pedagang kaki lima hanya terdiri dari suatu tenaga kerja. Modal yang dimiliki tidak terlalu besar, dan terbagi atas modal tetap, berupa peralatan dan modal kerja. Dana tersebut jarang dipenuhi oleh lembaga keuangan resmi, biasanya berasal dari tabungan sendiri yang sangat sedikit. Ini berarti hanya sedikit dari mereka yang menyisihkan hasil usahanya, dikarenakan rendahnya keuntungan dan cara pengelolaan uang, sehingga kemungkinan untuk commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggandakan modal atau ekspansi usaha sangat kecil (Hidayat dalam Harsiwi:2002).
3. Karateristik, Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima. Ada beberapa macam karateristik Pedagang Kaki lima menurut Kartini Kartono yang dikutip oleh Imbang Sutrisno (2006) 1.
Merupakan
pedagang
pada
umumnya
namun
kadang-
kadang
memproduksi barang- barang atau menyelenggarakan jasa- jasa yang sekaligus dijual kepada konsumen. 2.
Mereka umumnya menjajakan barang dagangannya dengan gelaran tikar dipinggir–pinggir
jalan
atau
toko-toko
yang
dianggap
strategis,
menggunakan meja, kereta dorong, maupun kios kecil. 3.
Umumnya menjajakan bahan–bahan makanan, minuman, barang- barang konsumsi tahan lama secara eceran.
4.
Umumnya bermodal kecil , bahkan tidak jarang mereka hanya merupakan alat bagi pemilik modal, dengan mendapatkan sekadar komisi sebagai imbalan atas jerih payahnya.
5.
Pada umumnya kelompok pedagang kecil merupakan kelompok marginal, bahkan ada pula termasuk sub marginal.
6.
Umumnya kualitas barang yang diperdagangkan relatif rendah.
7.
Volume omset para pedagang kecil relaif tidak seberapa besar karena juga dipengaruhi jumlah modal kecil pula.
8.
Para pembeli umumnya mempunyai daya beli yang rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9.
22 digilib.uns.ac.id
Kasus pedagang kecil berhasil secara ekonomis, sehingga akhirnya memiliki tangga dalam hirarki pedagang yang sukses agak langka.
10. Pada umumnya usaha pedagang kecil merupakan family enterprises, yaitu ibu, anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. 11. Barang-barang yang diperdagangkan pedagang kecil biasanya tidak berstandar dan penggantian barang- barang yang diperdagangkan sering terjadi.
4. Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki Lima menurut Kartini Kartono yang dikutip oleh Imbang Sutrisnno (2006) adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan pedagang kaki lima meliputi : a. Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja pada umumnya sulit didapat pada negara- negara yang sedang berkembang. b. Dalam prakteknya mereka biasa menawarkan barang dan jasa dengan harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani pajak. c. Sebagian besar masyarakat kita lebih senang berbelanja pada pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang- barang yang ditawarkan relatif murah (terlepas dari pertimbangan kualitas). 2. Kelemahan pedagang kaki lima meliputi : a. Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub marginal dengan modal kecil. Modal yang relatif kecil menyebabkan laba relatif kecil padahal pada umumnya banyak anggota keluarga bergantung pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
hasil minim ini. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimana hasil yang mereka capai pas- pasan untuk sekedar hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi modal. b. Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya ketrampilan, maka unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan mempengaruhi kelancaran usaha. c. Ada kalanya pedagang kaki lima lainnya yang sukses dengan jenis barang dagangan tertentu mengikuti jejak mereka menyebabkan suatu jenis usaha tertentu menjadi terlampau padat, sehingga sebagian dari mereka berguguran dan terpaksa harus gulung tikar ditengah jalan. d. Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga yang tinggi sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat yang sangat merugikan banyak pihak
C. Pendapatan 1. Teori Pendapatan Pendapatan adalah merupakan hasil yang didapatkan dari usaha seseorang sebagai ganti jerih payah atas usaha yang dikerjakan, sedangkan pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor produksi yang dikelolanya, Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikalikan dengan harga jualnya atau dalam matematik dapat dinyatakan (A Eachern, 2001:98) : TR = Q P Dimana :
TR
: Penerimaan Total atau Pendapatan
Q
: Jumlah Produksi
P
: Harga Jual Produk
Pendapatan bersih merupakan pendapatan Bruto setelah dikurangi biaya-biaya dalam proses produksi. Biaya yang dimaksud disini adalah pengorbanan nilai yang memberikan sumbangan yang bermanfaat untuk produksi barang-barang. Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara ekonomi tidak dapat dihindarkan dalam proses produksi barang. Setiap pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan memperoleh laba atau menghindari kerugian dan untuk mengukur tingkat pendapatan dapt dicerminkan oleh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen. Apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan banyak dan mempunyai nilai jual yang tinggi dan biaya produksi rendah, maka dengan sendirinya tingkat keuntungan yang diperoleh akan tinggi pula. Tingkat pendapatan merupakan alat untuk mengukur tingkat tinggi rendahnya tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Demikian pula tingkat kemakmuran suatu negara dapat dilihat dari pendapatan perkapita dari penduduk negara tersebut, disamping perlu dilihat pula distribusi dari pendapatan itu sendiri. commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha setelah dikurangi oleh ongkos tersembunyi (Sadono Sukirno, 1995: 38). Pendapatan merupakan hasil yang didapat dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atau kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai pimpinan usaha dapat mengambil keputusan-keputusan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi.
B. Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan Pedagang Kaki Lima. Dalam kegiatan usaha pedagang kaki lima faktor-faktor yang bisa memberikan pengaruh keuntungan usahanya, faktor- faktor tersebut antara lain adalah : a. Modal Modal merupakan barang- barang hasil produksi tahan lama yang pada gilirannya digunakan sebagai input produktif untuk produksi lebih lanjut (Samuelson, 1996:317), Modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal adalah proses produksi tidak langsung, investasi barang modal dari penundaan konsumsi sekarang untuk meningkatkan konsumsi dimasa depan. Jadi modal juga terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan dalam menjalankan proses produksi, maka biaya itu temasuk kedalam modal. Modal adalah segala bentuk commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kekayaan berupa barang dan uang yang bisa didapatkan sendiri maupun pihak lain berupa pinjaman (Suparmoko. 1993 : 96). Modal terdiri dari : 1. Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung, untuk menambah output. Modal usaha pedagang kaki lima ini sendiri dari modal tetap seperti bangunan, peralatan dan modal lancar seperti uang kas dan barang dagangan. 2. Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai operasi sehari – hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contoh : uang muka, gaji pegawai. Dimana uang tersebut akan kembali lagi masuk ke perusahaan melalui hasil penjualan. Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debit dari neraca, yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Berdasarkan fungsi kerjanya, modal aktif dapat dibedakan dalam modal kerja dengan modal tetap. Perbedaan fungsional antara modal kerja dengan modal tetap ialah dalam aturan bahwa (Ismawan,1997:20) : 1. Jumlah modal kerja adalah lebih fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan modal tetap, sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil. Dalam keadaan gelombang ekonomi commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang menurun, modal kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat dengan segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktunya. Demikian pula sebaliknya dalam keadaan gelombang ekonomi naik, modal tetap tidak dapat segera diperbesar atau disesuaikan. 2. Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen- elemen modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan susunan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen- elemen dari modal tetap tidak segera mengalami perubahan- perubahan. 3. Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang. b. Lama Usaha Lama usaha merupakan usia dari berdirinya usaha pedagang kaki lima tersebut, dalam penelitian ini di Gladag langen Bogan merupakan cabang dari pedagang- pedagang makanan yang sudah lama berdiri di Kota Surakarta, jadi lama usaha dalam penelitian ini diukur dari awal usaha itu didirikan sebelum membuka cabang di Gladag Langen Bogan. Lama usaha ini diduga dapat memberikan pengaruh bagi pendapatan pedagang, karena semakin lama usaha berjalan maka usaha tersebut semakin terkenal. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut woodworth dan Marqus yang dikutip oleh Hapsari (2004), dalam hal pengalaman kerja ternyata menyangkut jumlah masa kerja saja, tetapi lebih itu juga perlu diperhitungkan jenis pekerjaan
yang
dihadapannya,
sejalan
dengan
bertumbuhnya
pengalaman kerja maka akan bertambah pula pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, karena penguasaan situasi dan kondisi dalam menghadapi calon pelanggan yang bervariasi. c. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di stand Galabo, baik itu pemilik sendiri atau ditambah pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atas tenaga yang digunakannya, jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data, yakni semua orang (pedagang atau pemilik sendiri jika ikut di Galabo dan pegawai) yang ada dalam stand di Galabo dalam jumlah orang. d. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang diduga akan mempengaruhi
pendapatan
yang
diterimanya
dalam
bekerja.
Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada disekitar demi kelancaraan pekerjan. Asumsi dasar teori Human Capital bahwa commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seseorang dapat meningkatkan penghasilan dengan cara meningkatkan tingkat pendidikannya (Simanjuntak,1985: 59). Apabila ketrampilan yang dimiliki meningkat maka pedagang akan dapat meningkatkan keuntungannya. e. Lokasi Lokasi usaha bagi pedagang kaki lima merupakan suatu yang sangat vital, karena disitulah tempat dia menggantungkan hidupnya. Dalam upaya mencari pembeli, pedagang akan mencari lokasi usaha yang sesuai atau strategis dilihat dari banyaknya konsumen, sehingga barang dagangannya mudah laku, dengan bertambahnya jumlah konsumen tentunya akan meningkatkan pendapatan bagi para pedagang kaki lima, yang berarti meningkat pula jumlah pendapatan yang diperolehnya. Dengan demikian, pemilihan lokasi usaha oleh pedagang akan berpengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang itu sendiri. Lokasi pedagang Kaki Lima sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kelangsungan usaha para Pedagang Kaki Lima, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pula volume penjualan dan tingkat keuntungan, secara garis besar kesulitan yang dihadapi oleh Pedagang Kaki Lima berkisar antara peraturan pemerintah mengenai penataan Pedagang Kaki Lima yang belum bersifat membangun/konstruktif, kekurangan modal, kekurangan fasilitas
pemasaran,
(M.Harsiwi,2003:3)
dan
belum
commit to user
adanya
bantuan
kredit
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan ini dummy lokasi usaha dibedakan menjadi 2, yaitu lokasi bagian tidak tengah yaitu stand yang berada di sebelah timur dan barat, dekat dengan tempat parkir dimana pengunjung datang dari arah sebelah situ, dan yang kedua yaitu lokasi tengah, yaitu stand yang berada di tengah- tengah area Gladag Langen Bogan yang jauh dari arah datangnya pengunjung.
D. Penelitian terdahulu Penelitian sebelumya mengenai pendapatan pedagang kaki lima dikota Surakarta telah dilakukan oleh Imbang Sutrisno (2006). Dalam penelitiannya berjudul
“Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Tingkat
Pendapatan Pedagang Kaki Lima Kota Surakarta 2005” mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh dari lama usaha, tingkat pendidikan, usia, modal, jam kerja, lokasi dan cara berdagang terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima di Kota Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode regresi yaitu dengan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima dikota Surakarta. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel modal, jam kerja, dan lokasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima Kota Surakarta, sedangkan variabel lama usaha, tingkat pendidikan, usia dan cara berdagang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Kota Surakarta. Penelitian oleh Rahmawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Kaki Lima Sektor Makanan dan Minuman (Study Kasus di Seputaran Alun-Alun Kota Madiun)” mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh dari modal, jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan dan usia terhadap keuntungan pedagang makanan dan minuman di seputaran alun-alun Kota Madiun. Dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa variabel modal, jam kerja, lama usaha, tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang makanan dan minuman diseputaran alun-alun Kota Madiun, sedangakan variabel usia berpengaruh tidak signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang makanan dan minuman diseputaran alun-alun Kota Madiun. Wijayanti (2005), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Sukoharjo (Study Kasus di Seputaran Alun-Alun Sukoharjo)” mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh dari umur, lama usaha, jam kerja, lokasi usaha, cara berdagang, jenis barang dagangan terhadap keuntungan yang diperoleh Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sukoharjo. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel jam kerja, lokasi dan cara berdagang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang kaki lima di seputaran alun-alun Kota commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Sukoharjo, sedangkan variabel lama usaha, umur dan jenis barang dagangan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di seputaran alun-alun Kota Sukoharjo. Penelitian oleh Tulus Haryono dan Supriyono, dalam jurnal ekonomi perspektif yang berjudul “Ketergantungan Usaha Pedagang kaki Lima dengan Lembaga Terkait di Kotamadya Surakarta” meneliti tentang pedagang kaki lima Di Surakarta dalam bentuk kegiatan usahanya, letak, karateristik, kelemahan dan kekuatannya. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, uji F dan uji t, dan analisis beda dua mean, penelitian ini menyimpulkan bahwa usaha dari pedagang kaki lima ini mempunyai efek yang positif terhadap pendapatan mereka, seperti harga, pengalaman usaha, tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan keuntungan pedagang kaki lima tesebut. Penelitian dengan judul “Kajian Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuhnya Pedagang Pada Suatu Kawasan : Studi Kasus Kawasan Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Surakarta” oleh Eko wahyu Ariyadi S, Laretno T Adhisakti dan Didik Kristiadi 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempercepat peertumbuhan pedagang kaki lima dikawasan Monumen Perjuangan 45 Banjarsari Surakarta, serta mempelajari dampak faktor-faktor tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan berfokus pada paradigma fenomologi, serta menggunakan metode eksplorasi untuk pengambilan data. Hasil penelitian mengidentifikasi faktor-faktor yang commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempercepat tumbuhnya pedagang kaki lima dan diklasifikasikan menjadi (1) faktor eksternal (dari Kota Surakarta dan sekitarnya) dan (2) faktor internal (daerah yang bersangkutan) penelitian menyimpulkan bahwa faktorfaktor tersebut dengan kuat mempercepat pertumbuhan. Semua faktor mempengaruhi pertumbuhan dalam hal jumlah, pembangunan spesial kios permanen, jenis ruang yang ditempati dan interaksi antara pedagang kaki lima di Monumen Perjuangan Banjarsari
E. Kerangka Pemikiran Modal
Lama Usaha
Jumlah tenaga Kerja
PENDAPATAN
Tingkat Pendidikan Lokasi
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada Gambar 2.1 kerangka pemikiran diatas maka dalam penelitian ini meneliti tentang faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan. Pendapatan pedagang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, lokasi. Modal dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin banyak modal yang dimiliki, maka seorang pedagang akan dapat memperbesar volume usahanya dan menambah pendapatan usaha. Lama usaha dapat mempengaruhi pendapatan pedagang karena semakin lama seorang pedagang menekuni usahanya, maka nama dari usahanya akan semakin terkenal dan dikenal banyak orang, sehingga banyak orang yang datang untuk membeli, hal ini akan berpengaruh terhadap omset penjualan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pedagang. Jumlah tenga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses produksi, diamana semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan yang terlibat dalam proses produksi dalam hal ini tanaga kerja berperan dalam melayani pembeli sehingga semakin banyak tenaga kerja maka semakin cepat sajian yang dihidangkan sehingga menambah pendapatan pedagang. Tingkat
pendidikan
pedagang
mempunyai
pengaruh
terhadap
pendapatan pedagang, karena semakin tingkat pendidikan, maka seseorang pedagang akan mempunyai pengetahuan pemahaman serta wawasan yang luas dalam mengelola usahanya sehingga menambah pendapatan pedagang. Lokasi tempat berdagang mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang,dikarenakan semakin strategis tempat pedagang berjualan maka commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan semakin banyak konsumen yang datang sehingga menambah pendapatan yang diterima pedagang.
F. Hipotesis Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara tehadap pertanyaan yang diujikan kebenarannya. Dalam penelitian ini ditemukan hipotesis sebagai berikut : 1. Faktor modal, lama usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan dan lokasi diduga berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta. 2. Diduga faktor lama usaha mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan unit analitis pengertian pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta.
B. Jenis dan Sumber data Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey terhadap seluruh pedagang yang ada di Gladag Langen Bogan Surakarta yang berjumlah 70 pedagang. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer : Data tentang pedagang kaki lima yang dikumpulkan dengan wawancara. Dari responden menggunakan kuisioner kepada responden. Adapun responden adalah pedagang makanan dan minuman di Langen Bogan Surakarta. 2. Data Sekunder : Data tentang pedagang kecil dan sektor informal yang mendukung penelitian ini, diperoleh dari BPS Kota Surakarta, juga dari literatur dan sumber–sumber lain yang masih terkait dengan data yang digunakan. commit to user
36
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara : Yaitu pengumpulan data dan informasi dengan cara menanyakan secara langsung kepada para pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta untuk melengkapi data yang diperlukan dan telah tertulis dalam kuisioner. 2. Observasi : Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung keadaan umum respoden yang diteliti sehingga diperoleh data seakurat mungkin. 3. Studi Pustaka : Yaitu pengumpulan data empirik dan teori yang ada hubungan dengan masalah yang akan diteliti.
D. Definisi Operasional Variabel Variabel dari penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebasnya. Dan variabel yang mempengaruhi variabel terikat, variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat pendapatan ,pendapatan adalah hasil yang diterima setiap harinya oleh pedagang makanan dan minuman di Gladang Langen Bogan, diukur dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel independennya adalah : a. Modal Adalah besarnya dana yang dimiliki oleh pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan untuk menjalankan usahanya atau seperangkat saran yang digunakan berupa barang maupun uang dengan satuan rupiah.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Lama Usaha Adalah jangka waktu yang telah ditempuh pedagang mulai dari sebelum membuka cabang di Gladag Langen Bogan sampai pada saat penelitian ini dilakukan. Lama usaha diukur dalam satuan tahun. c. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja, yaitu orang yang bekerja di stand Gladag langen Bogan, baik itu pemilik sendiri atau ditambah pegawai pembantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atau tenaga kerja yang digunakannya, jadi dalam variabel tenaga kerja ini yang masuk dalam pengolahan data yakni semua yang terlibat di stand Gladag Langen Bogan Surakarta. d. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jangka waktu yang ditempuh oleh pedagang kaki lima menempuh pendidikan formal. Tingkat pendidikan diukur dalam satuan tahun. e. Lokasi Dummy lokasi adalah tempat dimana pedagang kaki lima berjualan, yaitu dibedakan menjadi dua tempat yaitu sebelah barat dan timur (tidak tengah) dan diberi simbol D=1, dan sebelah tengah diberi simbol D=0, dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Tehnik Analisis Data Dalam menguji hipotesa, dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda yaitu analisis peramalan yang menggunakan lebih dari satu macam variabel bebas. a. Analisis Model Linier Berganda Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang kaki lima di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka digunakan model regresi berganda (Multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan variabel yang lebih dari satu (Multivariabel), dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut :
Y = F ( X1, X 2 , X 3 , X 4 , X 5 ) (3.1)
Dimana : Y = Tingkat pendapatan pedagang kaki lima
X 1 = Modal
X 2 = Lama Usaha X 3 = Jumlah Tenaga Kerja
X 4 = Tingkat Pendidikan X 5 = lokasi
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai berikut :
Y 0 1 X 1 2 X 2 3 X 3 4 X 4 5 X 5 e (3.2)
Dimana : Y
0
= Keuntungan = Intersep/Konstanta
1 , 2 , 3 , 4 , 5 = Koefisien Regresi X1
= Modal
X2
= Lama Usaha
X3
= Jumlah Tenaga Kerja
X4
= Pendidikan
X5
= Lokasi
D 1 = Lokasi Tidak Tengah D 0 = Lokasi Tengah
e
= Variabel pengganggu
Selanjutnya dengan ordinary least square akan diperoleh koefisiean regresi tersebut dilakukan pengujian. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti menguji dengan uji t, uji F dan uji asumsi klasik. 1. Alat uji yang digunakan Selain menganaliasis hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebas maka diadakan pengujian terhadap hipotesis. Teori pengujian commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hipotesis berkenaan dengan pengembangan aturan atau periode untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis. Dalam penelitian ini menggunakan pengujian sbb : a. Uji Statistik 1. Uji t Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini masing–masing koefisien regresi dengan hipotesa sbb: a. Menguji Hipotesis 1. Hipotesis Ho : 1 0 (berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen). 2. Hipotesis Ho : 1 ≠ 0 (berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen) b. Menentukan nilai α c. Melakukan perhitungan nilai t sbb : t tabel Dimana :
2
; dF N K
= Derajat signifikan
N = Banyaknya data yang digunakan
K = Banyaknya parameter dan koefisien regresi
plus Konstanta commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1 1 (3.3) Se ( 1 )
t hitung
dimana :
1 = koefisien regresi variabel ke-i S e = Standard eror
a. Kriteria pengujian
Daerah Tolak Daerah Terima
Gambar 3.1. Kriteria Pengujian Uji t Ho diterima apabila t hitung < t tabel Ho ditolak apabila t hitung > t tabel
b. Kesimpulan 1. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2. Jika t hitung > maka t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Uji F Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama–sama ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama- sama mempengaruhi variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan dalam uji F ini dengan ketentuan sebagai berikut : a. Menentukan hipotesis Ho : 1 2 3 4 5 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen) Ha : 1 ≠ 2 ≠ 3 ≠ 4 ≠ 5 ≠ 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen) b. Menentukan nilai α c. Melakukan perhitungan nilai F F tabel → F α : ( N – K ) : ( K – I ) Dimana
= Derajat signifikasi
N
= Jumlah data
K
= Jumlah parameter dalam modal termasuk konstanta
F hitung rumusnya :
F
R 2 /( K 1) (3.4) (1 R 2 ) / N K commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana : R 2 = Koefisien determinasi K = Jumlah variabel independent plus konstanta N = Jumlah sampel d. Kriteria pengujian
Ho ditolak Ho diterima F tabel Gambar 3.2. Kriteria Pengujian Uji F
Ho diterima apabila F hitung ≤ F tabel Ho ditolak apabila F hitung >F tabel e. Kesimpulan 1. Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
koefisien
regresi
variabel
independen
secara
bersama–sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan 2. Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen secara bersamasama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Koefisien Determinasi ( R 2 ) Untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh veriasi variabel independen. Semakin besar ( R 2 ) menunjukkan bahwa asumsi akan semakin mendekati kenyataan yang sebenarnya. Nilai R berkisar antara -1 hingga 1, nilai R 2 dapat dinotasikan
dalam
bilangan
%.
Para
ahli
statistik
merekomendasikan untuk menggunakan untuk menggunakan Adjusted R 2 dalam melihat pengaruh yang ditimbulkan dalam linier regresi berganda. Alasannya, jika peneliti menggunakan nilai R 2 ,nilai R 2 pasti akan mengalami penambahan nilai ketika dimasukkan variabel baru walaupun variabel baru itu secara parsial tidak signifikan. Nilai Adjusted R 2 dinilai lebih mempresentasikan nilai pengaruh yang sebenarnya. Hal ini akan terlihat dari nilai adjusted R 2 yang dapat bertambah atau berkurang ketika ada penambahan variabel baru. b. Uji Asumsi Klasik Dalam regresi linier klasik terdapat faktor pengganggu, model yang baik mengharapkan faktor–faktor pengganggu tidak muncul. Untuk mengetahui ada tidaknya faktor pengganggu dalam suatu model, maka digunakan pengujian asumsi klasik terhadap model commit to useradalah : tersebut. Uji asumsi yang digunakan
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Multikolinearitas Uji Multikolienaritas diketahui dari nilai VIF untuk masingmasing prediktor. Persyaratan untuk dapat dikatakan terbebas dari multikolinier adalah apabila nilai VIF prediktor berkisar pada nilai 1 atau tidak melebihi nilai 10. Uji Multikolienaritas juga dapat diketahui dari matriks interkorelasi dengan korelasi Pearson maupun meregresikan antar variabel bebas secara bergantian. 2. Heterokedastisitas Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir ordinary least square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heterokeastisitas yaitu dengan menggunakan Scatter Plot nilai
residual
variabel
dependen.
Pengambilan
kesimpulan
diketahui dari memperhatikan sebaran Plot data, Jika sebaran data tidak mengumpul di satu sudut/bagian maka disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga dikatakan data adalah homogen. 3. Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu asumsi penting dari model linear klasik. Hal ini menandakan suatu kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbansi Ui yang masuk kedalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang. Dalam hal ini asumsinya adalah autokorelasi tidak terdapat dalam diturbansi atau gangguan Ui. Adanya autokorelasi antara variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar. Uji autokorelasi dapat diketahui dari nilai Durbin – Watson (DW). Jika nilai DW hitung lebih besar dari nilai DU pada tabel DW maka disimpulkan tidak terjadi Autokorelasi. Hipotesis yang akan dibuktikan adalah : H o = “Tidak terdapat autokorelasi positif dalam model regresi.”
Berikut daerah penerimaan atau penolakan
H o dan nilai
DW untuk mengetahui autokorelasi :
Daerah penolakan Daerah I
III II
dl
du
V IV
4-du
4-dl
Gambar 3.3. Kriteria Pengujian Autokorelasi.
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daerah penolakan H o dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika DW hitung terletak didaerah I disimpulkan terjadi autokorelasi negatif. Jika DW hitung masuk ke daerah II maupun IV maka tidak dapat disimpulkan karena masuk daerah ragu-ragu. Jika DW hitung masuk daerah III maka disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Daerah ini merupakan daerah penerimaan Ho
.
Jika DW hitung terletak didaerah IV maka disimpulkan terjadi autokorelasi positif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam a. Kondisi Geografis Kota Surakarta. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Propinsi Jawa Tengah. Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah yang terletak di lereng pegunungan Lawu dan dan pegunungan Merapi dengan ketinggian sekitar 92 meter diatas permukaan air laut. Dengan luas wilayah sekitar 44 KM 2 , kota Surakarta secara astronomis terletak diantara 110045'15'' 110045'35'' bujur timur dan 70 36'00'' 70056'00'' 0
lintang selatan. Kota Surakarta dibelah oleh tiga aliran sungai besar yaitu Bengawan Solo, Kali Jenes, dan Kali Pepe. Wilayah kota Surakarta ini mempunyai suhu udara rata-rata 260 C 280 C dengan tekanan udara rata-rata 1.010,9 MBS, kelembaban udara 71%, kecepatan angin 4 knot dan arah angin 2400 dan beriklim tropis. Wilayah administratif Kecamatan,
yaitu
Kota Surakarta terdiri dari lima
Kecamatan
Laweyan,
Kecamatan
Serengan,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari dan terdiri dari 51 Kelurahan yang mencakup 592 RW dan 2644 RT.
commit to user
82
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Batas administratif Kota Surakarta : a. Sebelah Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
b. Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo. d. Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo da Kabupaten Karanganyar.
Letak wilayah Kota Surakarta yang diapit oleh wilayah lain menjadikan Kota Surakarta merupakan wilayah yang strategis. Selain itu posisi posisi Kota Surakarta berada dalam jalur stategis diantara Yogyakarta dan Semarang (Joglo Semar). Hal ini tentu saja menyebabkan sektor perdagangan terutama sektor informal mudah untuk dikembangkan di Kota Surakarta, selain sektor pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan bahwa perkembangan perdagangan sektor informal dari tahun ketahun semakin meningkat terutama Pedagang Kaki Lima. b. Sumber Daya Alam Pemerintah kota Surakarta merupakan urban area sehingga potensi Sumber daya alam yang terkandung didalamnya relatif terbatas sebagaimana karateristik daerah perkotaan lainnya, sektor pertanian di Kota Surakarta memiliki peranan dan kontribusi yang semakin lama semakin menurun dalam pembentukan produksi daerah bahkan untuk kepentingan penyediaan hasil bumi. Pemerintah Kota Surakarta mengandalkan dari daerah sekitar, baik produk pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kondisi Sosial dan Sumber daya Manusia Kondisi sosial politik selama tahun 2004 lalu dapat relatif tenang dan stabil. Modal dasar ini nampaknya tidak di sia-siakan oleh para pelaku ekonomi. Pulihnya pasar Gedhe juga memberikan andil bergeraknya pembangunan di Kota Surakarta. Keadaan diatas merupakan tahun dengan situasi sosial politik yang paling kondusif sejak terjadinya kasus multidimensi beberapa waktu yang lalu. Keadaan ini mendorong para pelaku ekonomi tumbuh kembali secara sehat. Jumlah penduduk yang besar disuatu wilayah merupakan unsur penting bagi pembangunan. Penduduk yang besar jika dibina dan dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi potensi dan sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung pembangunan. Jumlah penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun terus bertambah. Penduduk merupakan sumber daya manusia yang secara potensial dan dinamis mampu mengolah sumber daya alam dan sumber daya buatan yang ada untuk mencapai tingkat produktifitas yang optimal sehingga akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2000-2008 Tahun
Perempuan
2000
Lakilaki 238.158
Rasio Jenis Kelamin
252.056
Jumlah Total 490.214
2003
242.591
257.643
497.234
95,27
2004
249.278
261.433
510.711
95,35
2005
250.868
283.672
534.540
88,44
2006
254.259
258.639
512.898
98,31
2007
246.132
269.240
515.375
91,42
2008
247.245
275.690
522.935
89,68
94,49
Sumber : BPS Kota Surakarta (diolah dari hasil Susenas 2007)
Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2008 adalah 522.935 jiwa, terdiri dari 247.245 laki-laki dan 275.690 perempuan. Jumlah penduduk tahun 2008 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tujuh tahun sebelumya pada tahun 2000 hasil sensus sebesar 490.214 jiwa, berarti tujuh tahun terakhir kota Surakarta mengalami kenaikan sebanyak 32.721 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk di Jawa Tengah Kota Surakarta termasuk dalam kota yang cukup maju dan berkembang dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah. Kondisi pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta sudah relatif rendah yaitu hingga tahun 2007 mencapai rata-rata sebesar 0,48% pertahun (BPS Kota Surakarta). Kepadatan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2004 sebesar 11,599 penduduk per KM 2 . commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1980-2007 Tahun
Jumlah penduduk
1980 1990 1995 2000 2003 2004 2005 2006 2007 2008
469.532 503.827 516.594 490.214 497.234 510.711 534.540 512.898 515.375 522.935
Pertambahan Jiwa Dari Tahun Sebelumnya 34.295 12.767 -26.380 7.020 13.477 23.829 -21.642 2.474 7.563
Pertumbuhan Penduduk 0,73 0,51 -1,02 0,48 2,71 4,66 -4,05 0,48 1,47
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)
Apabila jumlah penduduk tersebut dibandingkan dengan luas wilayah yang sebesar 4.403 KM 2 , kepadatan adalah sebesar 12.716 jiwa/KM 2 yang tersebar di 5 (lima) Kecamatan, 51 Kelurahan yang mencakup 529 RW dan 2645 RT. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor perdagangan juga sektor industri dan jasa.
Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2008 Kecamatan
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
Luas Wilayah KM 2 8,64 3,19 4,82 12,58 14,81 44,81
Jumlah Penduduk 109.930 63.558 87.980 142.292 162.093 565.853
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka)
commit to user
Rasio Jenis Kelamin 97,13 96,80 96,35 98,11 98,08 97,08
Tingkat Kepadatan 12.723 19.899 18.272 11.311 10.945 12.845
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data diatas dapat diketahui tingkat kepadatan kecamatan di Kota Surakarta, wilayah yang terpadat adalah Kecamatan Serengan yaitu dengan tingkat kepadatan 19.899/ KM 2 dengan luas wilayah sebesar 3,19 KM 2 dan jumlah penduduk sebesar 63.558 Jiwa, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan terkecil yaitu Kecamatan Banjarsari yaitu dengan luas wilayah sebesar 14,81 KM 2 dan jumlah penduduk sebesar 162.093 Jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 10.945/KM 2 .
3. Aspek Sosial Ekonomi Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah dan sedang ditempuh. Dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.4 Penduduk berumur 5 Tahun Keatas yang bekerja Menurut Pendidikan di Kota Surakarta 2008 Pendidikan Belum Pernah Sekolah Tidak Tamat SD SD/MI SMP/Tsanawiyah SMP/Kejuruan SMU/MA SMK Diploma I/II Akademi/D.III D.IV/S1/S2/S3 Jumlah
Laki-laki 916 3.163 19.669 30.358 1.512 39.666 23.443 590 6.501 14.804 14.804
perempuan 4.100 5.885 22.708 22.786 920 21.486 13.122 2.940 7.071 9.461 110.461
Jumlah 5.016 9.148 42.377 53.144 2.432 61.152 36.565 3.530 13.572 13.572 24.265
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)
Berdasarkan pada Tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pendidikan tenaga kerja yang bekerja di sektor formal dan informal di Kota Surakarta sebagian besar merupakan lulusan SMP/Tsanawiyah dengan jumlah sebesar 55.576 jiwa dan lulusan SMA/SMK dengan jumlah sebesar 97.717 jiwa.
4. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah. Perhitungan PDRB dilakukan dengan harga konstan, berarti dalam perhitungan telah dihidangkan pengaruh-pengaruh terhadap merosotnya nilai mata uang. Perhitungan PDRB Kota Surakarta tahun 2006-2008 berdasarkan harga konstan 2000 dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.5 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT SEKTOR ATAS HARGA KONSTAN 2000 KOTA SURAKARTA TAHUN 2004-2008 (JUTAAN Rupiah) No
1 2
3 4
5 6
7
8
9
LAPANGAN USAHA
2004
2005
2006
2007
2008
(1) PERTANIAN AGRICULTURE PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN MINNING & QUARRYING SEKTOR PRIMER/PRIMARY SECTOR INDUSTRI/INDUSTRIES LISTRIK GAS,AIR BERSIH ELECTRICITY,GAS & WATER SUPPLY BANGUNAN CONTRUCTION PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN TRADE,HOTEL & RESTAURANT PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI TRANSPORT & COMMUNICATION KEUANGAN,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN FINANCIAL,OWNERSHIP & BUSINNESS SERVICE JASA-JASA/SERVICE SEKTOR TERSIER/TERTIER SECTOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO/ GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT
(2) 2.2796,91 1.732,80
(3) 2.821,39 1.790,63
(4) 2.855,22 1.786,83
(5) 2.899,10 1.828,17
(6) 2.866,18 1.905,23
4.529,71
4.612,04
4.642,05
4.727,27
4.771,41
1.089.912,64 80.416,81
1.105.952,91 83.995,71
1.134.134,37 91.764,94
1.173.422,60 96.867,33
1.200.606,83 103.020,58
42.965,63 920.675,34
455.657,84 990.436,08
482.295 1.059.091,72
528.770,39 1.126.471,69
583.069,88 1.211.208,49
362..003,52
381.853,29
404.594,41
425.590,18
449.992,44
354.389,36
378.286,92
401.749,42
425.90,18
449.992,44
436.480,36 2.073.548,66
457.375,87 2.207.951,16
489.257,66 2.354.693,21
519.573,14 2.500.499,78
546.699,38 2.657.874,25
3.669.373,45
3.858.169,67
4.067.529,94
4.304.287,37
4.549.342,95
Sumber : BPS (Surakarta Dalam Angka 2008)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2006-2008 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi paling besar pada PDRB Kota Surakarta. Dan yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor penggalian.
B. Gambaran umum Gladag Langen Bogan Pedagang kaki lima merupakan istilah yang pasti sudah tidak asing bagi kita, pedagang kaki lima merupakan pedagang yang menjajakan barang commit to user dagangannya di pinggir-pinggir jalan dan dalam skala yang kecil. Ada berbagai
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jenis barang yang diperdagangkan oleh pedagang kaki lima tersebut, mulai dari makanan atau minuman, sampai barang-barang kebutuhan lain seperti pakaian, sembako dan lain-lain. Dikota Surakarta sendiri banyak terdapat pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir-pinggir jalan di Kota Surakarta, terutama yang paling banyak adalah pedagang makanan dan minuman. Saat ini, menerapkan ide dari Walikota Surakarta Ir. Joko Widodo, maka pedagang makanan dan minuman dijadikan satu pada suatu kawasan yang diberi nama Gladag (nama wilayah) Langen (tempat) Bogan (makanan) atau disingkat menjadi Galabo. Tempat wisata kuliner ini diresmikan pada 13 april 2008 oleh menteri perdagangan Mari Elka Pengestu. Galabo ini terletak di Jalan Mayor Sunaryo, didepan Pusat Grosir Solo (PGS), yang menjadi pusat belanja oleh-oleh selain Pasar Klewer, hanya beberapa menit dari Keraton Surakarta, dan berbatasan langsung dengan jalan utama Kota Surakarta Jalan Slamet Riyadi. Di Galabo ini terdapat sebanyak 70 pedagang makanan dan minuman, yang sebagian besar merupakan pedagang-pedagang makanan yang sudah punya nama di Kota Surakarta. Jadi kebanyakan pedagang yang berjualan di Galabo tersebut merupakan cabang dari warung-warung makan utama di kota Surakarta. Pedagang yang berjualan di sini adalah 60% pedagang yang sudah terkenal namanya di Solo, 20% adalah pedagang hasil seleksi pemkot, dan 20% lagi untuk pengelola. Terhitung ada sekitar 70 pedagang dengan gerobak yang sama, dengan komposisi pedagang memang hampir sama. Lebih dari separuh commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang adalah pedagang yang sudah punya nama di bidang usaha kuliner di kota Solo. Beberapa pedagang yang berdagang di Gladag Langen Bogan merupakan pedagang yang sudah terkenal dan mempunyai nama di Kota Solo antara lain: Nasi Liwet Keprabon, Gudeg Ceker Margoyudan yang biasanya di Margoyudan buka pukul 0130 dini hari, Sate Kere Yu Rebi, Tengkleng Klewer Bu Edi, Rawon Penjara, Bebek Pak Slamet, Nasi Tumpang Bu Mun, Harjo Bestik, Susu Segar Shi Jack, Bakso Alex, Tahu Kupat Bu Sri, Gempol Plered Bu Yami, dan masih banyak lagi warung- warung baru dengan menu makanan yang sangat variatif, sehingga pengunjung bisa memilih berbagai menu yang disukai dengan harga yang relatif terjangkau. (www.Liburan Info.com). Perkembangan Gladag Langen Bogan sejak dibuka pada tahun 2008 mengalami perkembangan yang luar biasa, hal ini dapat ditunjukkan dengan semakin ramainya pengunjung yang berwisata kuliner di Gladag Langen Bogan, baik itu pengunjung dari dalam kota maupun wisatawan dari dalam dan luar negeri, apalagi waktu hari libur atau weekend, pengunjung bisa bertambah dua kali lipat dari hari biasanya,Gladag Langen Bogan sendiri telah menjadi daerah
tujuan
utama
apabila
wisatawan
berkunjung
ke
Solo.(www.sinarharapan.com) Sebanyak 70 pedagang tersebut setiap harinya ditarik biaya oleh pengelola sebesar 16.000 rupiah, serta ada juga PPn (Pajak Penghasilan) yang harus dibayar oleh pedagang sebesar 5%. Menurut pengelola biaya Rp.16.000 yang haruis dikeluarkan oleh pedagang setiap harinya adalah untuk biaya commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengelolaan kawasan Galabo tersebut. Dimana semua pengelolaan fasilitas dikelola sepenuhnya oleh pihak pengelola seperti gerobak, fasilitas air, meja, kursi, tenda, selain juga tersedia 7 petugas keamanan ditambah 2 orang yang bertugas sampai pagi, serta 12 orang petugas penarik gerobak dan penata tenda dan beberapa petugas kebersihan, sehingga pedagang tinggal berjualan saja di Gladag Langen Bogan.
C. Analisis Deskriptif Data Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden dan dan hasil kuisioner dalam penelitian ini, diperoleh data tentang pedagang makanan dan minuman
di Gladag Langen Bogan. Data-data tersebut antara lain mengenai
pendapatan, modal, lama usaha, pendidikan dan lokasi tempat stand berjualan. Data-data tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Pendapatan Dari data Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langan Bogan Surakarta, diketahui bahwa pendapatan tertinggi adalah Rp.700.000 dan terendah adalah Rp.100.000 perhari, dari data tersebut didapatkan pembagian kelas dan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.6 Pendapatan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3 4 5
Pendapatan >150.000 150.000- < 300.000 300.000- < 450.000 450.000- < 600.000 ≥600.000 Jumlah
Jumlah 10 33 19 7 1 70
Presentase (%) 14,2 47,2 27,2 10 1,4 100
Sumber : Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 70 responden terdapat 10 responden (14,2%) yang memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp.150.000, pada pendapatan antara Rp.150.000 sampai lebih kecil dari Rp.300.000 berjumlah 33 responden (47,2%), pada pendapatan antara Rp.300.000 sampai lebih kecil dari Rp.450.000 terdapat 19 responden (27,2%) pada pendapatan antara Rp.450.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.600.00 terdapat 7 responden (10%) sedangkan responden yang memiliki pendapatan lebih besar sama dengan Rp.600.000 sebesar 1 responden (1,4%). Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pendapatan yang terbesar pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta antara Rp.150.000 sampai lebih kecil dari Rp.300.000 dan pada kelas berikutnya frekuensi pendapatan antara Rp.300.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.450.000 juga cukup besar, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta memperoleh pendapatan rata-rata yaitu antara Rp.150.000 s/d Rp.300.000 tiap harinya. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Modal Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usahanya. Modal terdiri dari modal lancar berupa uang kas dan barang dagangan berupa makanan ataupun minuman, sedangkan modal tetap berupa tenda atau gerobak dan peralatan seperti piring, gelas, panci, kompor, bleder, termos dan perlengkapan lainnya. Modal merupakan modal awal pada saat membuka usaha yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan dalam melakukan usaha pada tiap harinya dan diukur dalam satuan rupiah. Dari hasil penelitian dapat diketahui modal tertinggi adalah sebesar Rp.5.000.000 dan modal terendah sebesar Rp.500.000 dari data tersebut didapatkan kelas dan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Modal Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3 4 5
Modal < 1000.000 1.000.000 – < 2.000.000 2.000.000 – < 3.000.000 3.000.000 – < 4.000.000 ≥ 4000.000 Jumlah
Jumlah 3 29 23 4 11 70
Presentase (%) 4,3 41,4 32,9 5,7 15,7 100
Sumber : Data Primer, diolah.
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi modal terbesar adalah pada jumlah modal antara Rp.1000.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.2000.000 yaitu sebanyak 29 responden (41,4%),dan kelas diatasnya juga mempunyai commit jumlah toyang usercukup besar yakni 23 responden
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(32,9%) pada modal antara Rp.2000.000 sampai dengan lebih kecil dari Rp.3000.000. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata modal yang dikeluarkan oleh sebagian besar pedagang untuk berjulan di Gladag Langen Bogan adalah antara Rp.1000.000 sampai lebih kecil dari Rp.3000.000.
3. Lama Usaha Lama usaha adalah jangka waktu yang telah ditempuh pedagang dari sebelum membuka cabang di Gladag Langen Bogan Surakarta, sampai pada saat penelitian ini dilakukan di Gladag Langen Bogan Surakarta. Lama usaha diukur dalam satuan tahun. Dari hasil penelitian diperoleh data lama usaha pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan berkisar 0,5–35 tahun. Distribusi jumlah dan presentase lama usaha pedagang di Gladag Langen Bogan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.8 Lama Usaha Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3 4 5
Lama Usaha <10 10 - < 20 20 - < 30 30 - < 40 ≥ 40 Jumlah
Jumlah 49 11 3 5 2 70
Presentase (%) 70 15,7 4,3 7,1 2,9 100
Sumber : Data Primer, diolah
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa presentase terbesar adalah pada lama usaha kurang dari 10 tahun yakni 49 responden (70%) hal ini commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat disimpulkan bahwa rata-rata pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta memulai usahanya kurang dari 10 tahun.
4. Jumlah tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja yang dimaksud disini adalah jumlah orang yang bekerja pada setiap stand di Gladag Langen Bogan tersebut maka terhitung sebagai tenaga kerja. Dari tabel presentase tenaga kerja dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh setiap pedagang di Galabo paling sedikit adalah 2 orang, sedangkan yang paling banyak yaitu 6 orang. Sebagian besar pedagang Gladag Langen Bogan memiliki 2 orang tenaga kerja, hal ini ditunjukkan oleh tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Banyaknya Tenaga Kerja Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3 4 5
Tenaga Kerja 1 2 3 4 5–6 Jumlah
Jumlah 9 27 20 10 4 70
Presentase (%) 12,8 38,6 28,6 14,3 5,7 100
Sumber : Data Primer, diolah.
5. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jangka waktu yang ditempuh pedagang dalam menempuh pendidikan formal, diukur dalam satuan tahun. Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pendidikan formal pedagang makanan dan commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta yaitu tamat Sekolah Dasar, tamat Sekolah Tingkat Pertama, tamat Sekolah Tingkat Menengah, tamat Diploma maupun Sarjana, ada juga yang tidak mengenyam bangku sekolah. Untuk mengetahui kategori-kategori tersebut dapat dilihat distribusi frekuensi pada tabel berikut :
Tabel 4.10 Tingkat Pendidikan Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3 4 5
Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma/Sarjana Jumlah
Jumlah 1 4 10 40 15 70
Presentase (%) 1,4 5,7 14,3 57,1 21,3 100
Sumber : Data Primer, diolah.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kelas ke 4, yakni tingkat pendidikan SMA memiliki frekuensi yang paling besar yakni 40 responden, dengan presentase 57,1%
hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
pedagang di Gladag langen Bogan memiliki tingkat pendidikan hingga tamat SMA.
6. Lokasi Tempat Berdagang. Lokasi tempat berdagang adalah wilayah dimana pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan membuka stand dagangannya, seperti yang terlihat dibawah ini : commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Lokasi Stand/Gerobak Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2
Lokasi Tidak Tengah Tengah Jumlah
Jumlah 40 30 70
Presentase (%) 57,1 42,9 100
Sumber : Data Primer, diolah.
Berdasarkan data tentang lokasi pedagang di atas sebanyak 40 stand atau pedagang menempati stand tidak tengah berarti mereka menempati daerah sebelah timur maupun barat dari lokasi Galabo, sedangkan 30 pedagang lainnya menempati stand/gerobak bagian tengah dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta.
7. Kelompok usia dan jenis kelamin Dari data yang didapat diketahui usia pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta diketahui bahwa usia tertinggi adalah 80 tahun dan yang terendah adalah 20 tahun. Dari data tersebut didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.12 Usia dan Jenis Kelamin Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur (th) 20 – 30 30 – 40 40 – 50 50 – 60 60 - lebih Jumlah
Lakilaki 11 10 13 6 5 45
%
Perempuan
%
Total
%
24,4 22,2 29 13,3 11,1 100
5 7 5 8 25
20 28 20 32 0 100
16 17 18 14 5 70
22,9 24,3 25,7 20 7,1 100
Sumber : Data Primer, diolah.commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 70 pedagang yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 45 berjenis kelamin laki-laki dan 25 orang berjenis kelamin perempuan. Hal ini terjadi salah satunya dikarenakan laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah, sedangkan untuk perempuan seringkali bekerja hanya untuk mendapatkan uang belanja tambahan. Tabel tersebut menunjukkan pengelompokan pedagang kaki lima berdasarkan umur. Presentase jumlah laki-laki yang bekerja sebagai pedagang terpusat pada usia 40-50 tahun sebesar 29%.
8. Daerah Asal Pedagang di Gladag Langen Bogan ini tidak semuanya mempunyai daerah asal Surakarta, ada juga beberapa yang asalnya dari luar Surakarta, seperti Sukoharjo, Wonogiri, Klaten bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa, dengan demikian pedagang yang berasal dari dalam Kota Surakarta tetap mendominasi, yakni sebesar 85,7% dati total jumlah pedagang yang ada di Gladag Langen Bogan Surakarta, seperti tergambar pada tabel 4.14 dibawah ini:
Tabel 4.13 Daerah Asal Pedagang Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2
Daerah Asal Luar Kota Surakarta Dalam Kota Surakarta Jumlah commit to user
Sumber : Data Primer, diolah.
Jumlah 10 60 70
Presentase (%) 14,3 85,7 100
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Status Kegiatan Usaha Yang dimaksud status kegiatan usaha pada penelitian ini adalah mengenai kepemilikan usaha, apakah usaha di Gladag Langen Bogan tersebut merupakan usaha sendiri, usaha patungan atau merupakan orang lain sepenuhnya, mengenai distribusi frekuensinya dapat dijelaskan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 4.14 Status Kegiatan Usaha Makanan dan Minuman di Gladag Langen Bogan No 1 2 3
Status Kegiatan Usaha Usaha Sendiri Usaha Patungan Usaha orang lain sepenuhnya Jumlah
Jumlah 63 5 2 70
Presentase (%) 90 7,1 2,9 100
Sumber : Data Primer, diolah
Pada table 4.15 diatas ada 90% usaha di Gladag Langen Bogan merupakan usaha sendiri, hal ini menunjukkan bahwa usaha makanan dan minuman yang ada di Gladag Langan Bogan sebagian besar merupakan milik pribadi dan mandiri
10. Penerapan sistem Pembukuan Meskipun pedagang kaki lima di Gladag Langen Bogan sudah tertata rapi dan teratur namun masih banyak pedagang yang sistem kerjanya belum teratur dan terorganisir dengan baik, misalnya dengan menerapkan sistem pembukuan, penerapan sistem pembukuan di Gladag Langen Bogan masih commit yang to user sangat sedikit, dari total pedagang ada hanya sekitar 20% yang sudah
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menerapkan sistem pembukuan yang tersusun rapi, sedangkan sebagian besar lainnya yakni sebesar 80% belum menerapkan sistem pembukuan, gambaran diatas menunjukkan bahwa pedagang di Gladag Langen Bogan masih menerapkan cara lama dalam melakukan usahanya, meskipun tempat untuk mengelola sudah tertata rapi.
11. Hambatan Dalam menjalankan usahanya, Pedagang di Gladag langen Bogan Surakarta juga menghadapi berbagai macam kendala. Meskipun sudah mendapat tempat yang strategis dan ramai, serta dikelola dengan baik, namun masih ada kendala–kendala yang dihadapi oleh para pedagang. Beberapa masalah yang dikeluhkan dari pedagang kepada pengelola antara lain : 1. Belum adanya fasilitas yang memadai apabila musim hujan tiba, karena apabila hujan turun belum ada fasilitas yang mampu menahan air hujan sehingga pengunjung enggan untuk datang ke Gladag Langen Bogan Surakarta, hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang karena tidak adanya pemasukan bagi pedagang. 2. Harga sewa yang mahal, dengan harga sewa sebesar Rp.16.000/hari dirasa sangat memberatkan bagi pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta karena pedagang harus mengeluarkan biaya yang besar hanya untuk menyewa tempat untuk berdagang. commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Fasilitas listrik dan air yang bermasalah, melalui observasi didapatkan bahwa beberapa fasilitas yang ada di Gladag Langen Bogan tidak berfungsi dengan baik, misalkan kran air yang kadangkala mati dan fasilitas toilet yang sangat jauh dan hanya satu yang berada di pojok dari lokasi Gladag Langen Bogan Surakarta. 4. Persaingan antar pedagang, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pedagang yang menjual makanan dengan menu yang sama dan harga yang bersaing sehingga muncul persaingan antar pedagang itu sendiri sehingga menimbulkan ketidaknyamanan antar pedagang.
D. Analisis Data dan Pembahasan Berdasarkan data-data primer yang terkumpul dan dianalisis dengan regresi linier berganda maka didapatkan hasil regresi seperti dibawah ini : Tabel 4.15 : Hasil Analisis Linier Berganda Model Summary b Model 1
R ,644a
R Square ,415
Adjusted R Square ,369
St d. Error of the Estim ate 104975,058
DurbinWat son 1,910
a. Predictors: (Const ant ), Lokasi, Pendidikan, Modal, TK, LU b. Dependent Variable: Pendapatan
Model
Unstrandard Coefficients B
t
Sig
(Constant)
33332,51
,464
,644
Modal
,031
3,198
,002
1,098
LU
3351,909
2,356
.022
1,415
TK
38322,96
3,133
,003
1,259
Pendidikan
366,668
,076
,939
1,310
Lokasi
40163,76
1,521
,133
1,084
commit to user Sumber : Hasil Print Out Komputer program SPSS 13.
VIF
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari analisis data diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 33332,51 + 0,31Modal + 3351,909LU + 38322,98TK + 366,668Pendidikan + 40163,76Lokasi + e
Setelah diperoleh nilai dari persamaan regresi tersebut, maka di lakukan uji statistik dan uji ekonometrika sebagai berikut: a) Uji Statistik 1) Uji t Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regrsi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian terhadap koefisien regresi masing-masing variabel bebas dengan
= 5
% akan diperoleh sebagai berikut: 1. Jika |thitung| < |ttabel| pada tingkat signifikasi 5% maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2. Jika |thitung| > |ttabel| pada tingkat signifikasi 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Berikut ini adalah hasil pengujian parameter individual dengan tingkat signifikasi ( = 0,05): commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Modal Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh thitung sebesar 3,198,t-hitung yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan t-tabel,ini berarti t-hitung terletak pada daerah tolak,maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat modal dan pendapatan pedagang kaki lima.Selain dilihat dari t juga dapat dilihat dari probabilitasnya sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti koefisien regresi dari modal singnifikan pada tingkat 5%. 2. Lama Usaha. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh thitung sebesar 2,356,t-hitung yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan t-tabel,ini berarti t-hitung terletak pada daerah tolak,maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara lama usaha dan pendapatan pedagang kaki lima. Selain dilihat dari t juga dapat dilihat dari probabilitasnya sebesar 0,022 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti koefisien regresi dari lama usaha singnifikan pada tingkat 5%. 3. Tenaga Kerja. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% diperoleh thitung
sebesar
3,133,
t-hitung
yang
diperoleh
lebih
besar
dibandingkan dengan t-tabel,ini berarti t-hitung terletak pada daerah tolak, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
pengaruh yang signifikan antara jumlah tenaga kerja dan pendapatan pedagang kaki lima. Selain dilihat dari t juga dapat dilihat dari probabilitasnya sebesar 0,0o3 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti koefisien regresi dari tenaga kerja singnifikan pada tingkat 5%. 4. Tingkat pendidikan. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan pedagang kaki lima. 5. Lokasi. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara lokasi dan pendapatan pedagang kaki lima.
2) Uji F Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama, dengan kriteria pegujian sebagai berikut: 1. Jika nilai Fhitung < Ftabel (pada
), maka Ho diterima dan Ha
ditolak, yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. 2. Jika nilai Fhitung > Ftabel (pada
), maka Ho ditolak yang berarti
bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.16 : Hasil Analisis Uji F ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 5E+011 7E+011 1E+012
df 5 64 69
Mean Square 9,992E+010 1,102E+010
F 9,067
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Lokasi, Pendidikan, Modal, TK, LU b. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Hasil Print Out Komputer program SPSS 13.0
Berdasarkan hasil pengolahan diketahui bahwa Fhitung adalah 9,067 lebih besar dari Ftabel 2.37 dengan probabilitas sebesar 0,000000 yang berarti signifikan pada
. Hal ini berarti bahwa variabel
modal, lama usaha, tenaga kerja, pendidikan dan lokasi bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan.
3) Koefisien Determinasi R 2 Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa persen perubahan variasi variabel independen dapat menjelaskan perubahan variabel dependennya. Hasil estimasi koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R-squared), sebesar 0,369 yang berarti 36,9 % variabel dependen Sedangkan sisanya sebesar 63,1 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar model misalnya antara lain harga menu makanan, jumlah pengunjung yang datang, dan faktor cuaca yang akan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan pedagang makanan dan minuman Gladag Langen Bogan Surakarta. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Tabel 4.17 : Hasil analisis Multikolinearitas Variabel
VIF
Kesimpulan
Modal
1,098
Tidak terjadi Multikol
Lama Usaha
1,415
Tidak terjadi Multikol
Tenaga Kerja
1,259
Tidak terjadi Multikol
Pendidikan
1,310
Tidak terjadi Multikol
Lokasi
1,084
Tidak terjadi Multikol
Sumber : Data Primer, Diolah Program SPSS 13.0.
Uji Multikolinearitas diketahui dari nilai VIF untuk masingmasing prediktor. Persyaratan untuk dapat dikatakan terbebas dari multikolinier adalah apabila nilai VIF tidak melebihi pada nilai 1 hingga kurang dari 10 sehingga disimpulkan bahwa model tidak terkena persoalan Multikolinieritas. 2. Heterokedastisitas Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir ordinary least square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun
besar.
Salah
satu
cara
untuk
mendeteksi
masalah
heterokeastisitas yaitu dengan menggunakan Scatter Plot nilai residual variabel
dependen.
Pengambilan
kesimpulan
diketahui
dari
memperhatikan sebaran Plot data, jika sebaran data tidak mengumpul commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di satu sudut/bagian maka disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga dikatakan data adalah homogen. Tabel 4.18 : Hasil Analisis Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Pendapatan 3
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Hasil Print Out Program SPSS 13.0
Berdasarkan plot data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi persoalan heterokedastisitas karena plot data yang didapatkan relatif menyebar ke segala bidang.
commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Autokorelasi Tabel 4.19 : Hasil Analisis Autokorelasi Model Summary b Model 1
R ,644a
R Square ,415
Adjusted R Square ,369
St d. Error of the Estimate 104975,058
DurbinWat son 1,910
a. Predictors: (Const ant ), Lokasi, Pendidikan, Modal, TK, LU b. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber : Hasil Print Out Program SPSS 13.0
Untuk mengetahui nilai DW tabel digunakan pedoman N dan jumlah prediktor.Dengan N = 70 dan prediktor 5 didapatkan nilai du=1,77 dan dl=1,46. Sehingga dapat dicari 4-dl=2,54 dan 4-du=2,23. Nilai DW hitung adalah 1,910. Dan berdasarkan nilai DW tabel yang telah diketahui diatas, dapat digambarkan batas penerimaan Ho.
Daerah I
III II
dl=1,46
du=1,77
V IV
4-du=2,23
4-dl=2,54
Gambar 4.1 : Hasil Analisis Autokorelasi
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan nilai DW hitung didapatkan nilai DW hitung sebesar 1,910.Tampak pada gambar bahwa nilai 1,910 terletak pada daerah III, seperti pada gambar diatas adalah daerah penerimaan Ho,sehingga dapat dikatakan bahwa model yang kita uji adalah terbebas dari masalah autokorelasi
E. Interprestasi Hasil Secara Ekonomi. Dari hasil analisis dan pembahasan tersebut diatas dapat diinterpresikan bahwa secara ekonomi pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh modal terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan. Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa variabel modal dengan tingkat signifikansi 5% berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. Semakin besar modal maka akan menyebabkan pendapatan semakin besar pula, temuan ini sesuai dengan hipotesis yaitu jika modal naik 1 rupiah maka pendapatan akan naik sebesar 0,31 rupiah. 2. Pengaruh lama usaha pedagang terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan. Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa variabel lama usaha dengan tingkat signifikansi 5% berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. Semakin lama commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pedagang tersebut berdagang maka akan menyebabkan pendapatan semakin besar pula, temuan ini sesuai dengan hipotesis yaitu jika lama usaha naik 1 tahun maka pendapatan akan naik sebesar 3351,909 rupiah. 3. Pengaruh tenaga kerja pedagang terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan. Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja dengan tingkat signifikansi 5% berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. Bertambahnya jumlah tenaga kerja maka akan menyebabkan pendapatan semakin besar pula, temuan ini sesuai dengan hipotesis yaitu jika tenaga kerja naik 1 orang maka pendapatan akan naik sebesar 38322,96 rupiah. 4. Pengaruh tingkat pendidikan pedagang terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan. Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan pada penelitian ini tingkat pendidikan tidak berpengaruh siginifikan terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta.Variabel pendidikan ini tidak berpengaruh karena sebagian besar pengunjung yang datang ke Gladag Langen Bogan Surakarta pada umumnya akan mencari warung yang sudah mempunyai nama yang sudah terkenal sehingga variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Gladag langen Bogan Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
5. Pengaruh lokasi pedagang terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan. Hasil estimasi regresi menunjukkan bahwa variabel lokasi pada penelitian ini tingkat pendidikan tidak berpengaruh siginifikan terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta.Variabel ini tidak berpengaruh karena dimungkinkan lokasi yang berada di tidak tengah atau wilayah barat dan timur dari Gladag Langen Bogan belum tentu lebih ramai daripada lokasi stand yang berada di wilayah tengah, kerena sebagian besar pengunjung yang datang ke Gladag Langen Bogan Surakarta akan berkeliling terlebih dahulu, yakni berjalan dari arah barat sampai timur begitu juga sebaliknya untuk memilih warung yang mereka sukai, jadi dimungkinkan tingkat keramaian lokasi yang berada di timur, barat dan tengah relatif sama. 6. Dari kelima variabel tersebut terdapat tiga variabel yaitu modal, lama usaha, tenaga kerja yang berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan yang
diperoleh pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta, sedangkan variabel pendidikan dan lokasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta. 7. Hasil analisis menunjukkan secara bersama-sama kelima variabel modal, lama usaha, tenga kerja, pendidikan dan lokasi dengan tingkat signifikansi 5% di dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Gladag Langen Bogan Surakarta. Terlihat dari commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
probabilitas F sebesar 0,0000 dan nilai F statistik sebesar 9,067 lebih besar dibandingkan dengan F tabel. 8. Dari hasil analisis terhadap hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel lama usaha bukan variabel yang dominan mempengaruhi variabel pendapatan, hasil analisis menunjukkan Standardized Coefficients Beta dari variabel lama usaha adalah 0,268. Hal ini menunjukkan bahwa ada variabel lain yang
lebih dominan mempengaruhi variabel pendapatan pedagang
makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta yakni variabel tenaga kerja yaitu sebesar 0,336, hasil menunjukkan bahwa Standardized Coefficients Beta tenaga kerja lebih besar bila dibandingkan dengan empat variabel lainnya.Hal ini disebabkan karena tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang makanan dan minuman di Gladag Langen Bogan Surakarta, karena pekerja di Gladag Langen Bogan akan berkeliling mencari pembeli untuk menawarkan menu makanan dari warung makannya, sehingga semakin banyak tenaga kerja maka akan semakin banyak orang yang akan berkeliling mencari pembeli sehingga penjualan meningkat, selain itu semakin banyaknya jumlah tenaga kerja maka dalam hal pelayanan kepada konsumen menjadi lebih cepat, misalkan dalam hal memasak, melayani dan menghidangkan makanan sehingga pengunjung merasa puas.
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Variabel modal memberikan pengaruh signifikan terhadap pendapatan di Gladag Langen Bogan Surakarta,ini berarti penambahan penggunaan modal yang digunakan akan menyebabkan peningkatan nilai pendapatan yang diperoleh oleh pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. Bila ingin meningkatkan
pendapatan
maka
dapat
dilakukan
dengan
menambah
modal.Hasil pengolahan tersebut sesuai dengan hipotesis awal dari penelitian, yakni modal memberikan pengaruh yang positif dan singnifikan terhadap pendapatan pedagang. 2. Variabel lama usaha memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Gladag langen Bogan Surakarta, hal ini menunjukkan bahwa semakain lama usaha tersebut berjalan, maka akan semakin mampu memperbaiki mutu dan kualitas sajiannya, serta akan lebih dikenal oleh konsumen karena warung tersebut akan semakin terkenal sehingga berpengaruh terhadap minat konsumen untuk membeli kepada pedagang yang sudah dikenalnya dan akan meningkatkan pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. Hasil perhitungan data sesuai dengan hipotesis awal commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penulis, bahwa lama usaha memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. 3. Variabel tenaga kerja memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta, Hai ini disebabkan karena tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta, karena pekerja di Gladag Langen Bogan Surakarta akan berkeliling mencari pembeli untuk menawarkan menu makanan dari warung tempat dia bekerja, sehingga seamakin banyak tenaga kerja maka akan semakin banyak orang yang berkeliling mencari pembeli sehingga penjualan meningkat, selain itu semakin banyak jumlah tenaga kerja maka dalam hal pelayanan kepada konsumen menjadi lebih cepat misalakan dalam hal memasak, melayani dan menghidangkan makanan sehingga pengunjung merasa puas. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, yakni variabel tenaga kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang do Gladag Langen Bogan Surakarta. 4. Variabel tingkat pendidikan tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta, variabel ini tidak berpengaruh terhadap pendapatan, kerena sebagian besar pengunjung yang datang ke Gladag Langen Bogan Surakarta pada umumnya akan mencari warung yang sudah mempunyai brand atau nama yang sudah terkenal sehingga variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
5. Variabel lokasi tidak memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta, variabel ini tidak berpengaruh karena dimungkinkan lokasi yang berada di tidak tengah atau wilayah barat dan timur dari Gladag Langen Bogan belum tentu lebih ramai daripada lokasi yang berada di wilayah tengah, kerena sebagian pengunjung yang datang ke Gladag Langen Bogan akan berkeliling terlebih dahulu, yakni berjalan dari arah barat dan timur,begitu juga sebaliknya untuk memilih warung yanmg mereka sukai, jadi dimungkinkan tingkat keramaian lokasi yang berada di barat, timur maupun tengah relatif sama.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran bagi pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta. 1. Faktor modal memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka disarankan kepada para pedagang untuk menambah modal agar dapat meningkatkan pendapatan, melalui wawancara yang dilakukan sebagian pedagang menggunakan modal sendiri, serta para pedagang kesulitan dalam memperoleh dana tambahan sebagai modal, maka hendaknya pedagang bisa melaukan pinjaman modal ke sumber lainnya misalakan Bank, Koperasi, BPR atau lembaga keuangan lainnya. 2. Faktor lama usaha memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta, maka commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disarankan para pedagang untuk meningkatkan pengalaman usaha mereka, karena semakin lama pedagang tersebut berjualan, maka warung mereka akan semakin terkenal serta mempunyai brand sehingga semakin banyak mempunyai konsumen yang bersifat langganan, hal ini dapat meningkatkan pendapatan pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta. 3. Faktor tenaga kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan tehadap pendapatan pedagang pedagang Gladag Langen Bogan Surakarta, maka disarankan kepada para pedagang untuk dapat menambah jumlah tenaga kerja sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan dan dapat meningkatkan pendapatan pedagang. Penambahan tenaga kerja tersebut diharapakan juga memperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut, sehingga didapatkan tenaga kerja yang trampil dan berkualitas dan mampu mendukung peningkatan pendapatan pedagang di Gladag Langen Bogan Surakarta.
commit to user