ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA GILANG TAMAN SIDOARJO Rosalina Febriyanti, Dwi Ernawati S.Kep., Ns., M.Kep.
Mahasiswa Prodi S1-Keperawatan Tahun ajaran 2014/2015
ABSTRACT Exclusive breastfeeding is an effort to obtain good growth and development of infants , as breast milk contains all the essential nutrients needed baby. Often the mother can not breastfeed the child with either caused by factors of knowledge, education, health and employment. The aimed of the study to analyze the factors that influence exclusive breastfeeding in Gilang Taman village. This study design using analytical research design correlation with cross - sectional approach. Population is the mother in the village of 32 people in Gilang Taman village. Sampling using probability sampling with Simple randome obtained 16 respondents. The variables of this study is the factor of education , health , employment and exclusive breastfeeding . The research instrument using demographic data and questionnaire data were analyzed using the Test Binary Regression Analysis with ρ ≤ 0.05 significance level . The results showed no effect between mother's maternal education factor with exclusive breastfeeding ( p = 0.392 ). There is influence between maternal employment factors with exclusive breastfeeding ( p = 0.013 ). There is influence between health factors with exclusive breastfeeding ( p = 0.013 ). The most dominant factor affecting exclusive breastfeeding is the employment factor . The implications of this study that employment and health factors affecting breastfeeding mothers so that the future can be disseminated about the importance of exclusive breastfeeding for both mother and baby to the mother more motivated . Keywords : Exclusive breastfeeding , Factors
Pendahuluan Pemberian ASI secara Eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa bahan makanan dan minuman tambahan lainya pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Pemberian ASI Ekskluisf dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya seperti
diare dan gizi buruk (Puspitorini, 2011). Namun, pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Banyak alasan ibu yang menjadi faktor penyebab kenapa ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya diantara lain karena tingkat pengetahuan ibu yang masih kurang terhadap pentingnya pemberian ASI secara Eksklusif dan rendahnya tingkat pendidikan seorang ibu. Selain itu kondisi
kesehatan ibu seperti puting susu lecet, ASI yang tidak keluar juga turut mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yang dapat mempengaruhi pemberian ASI secara Eksklusif ialah karena ibu yang bekerja. Alasan pekerjaan menjadi salah satu penyebab yang cukup besar bagi ibu-ibu yang tinggal diperkotaan. Sebagai alasan lain adalah karena kelelahan akibat bekerja sehingga produksi ASI mengalami penurunan, yang akibatnya bayi tidak lagi mau disusui dan saluran ibu menjadi tersumbat (Yuliarti, 2010). Berdasarkan pengamatan peneliti di desa Gilang Taman Sidoarjo, sebagian ibu menyusui mempunyai tingkat pendidikan yang cukup kurang, hal tersebut mimicu pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI secara Eksklusif. Disamping itu banyak ibu menyusui di Desa gilang yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan pabrik yang menyebabkan ibu cenderung memberikan susu formula dibandingkan ASI Eksklusif. Terdapat juga ibu yang mengalami masalah pada kesehatan yang juga sering kali membuat ibu enggan memberikan ASI secara Eksklusif. Namun sejauh ini faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di desa Gilang Taman Sidoarjo secara terperinci belum pernah diteliti. Fenomena yang terjadi pada masa menyusui yang terdata pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 cakupan ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan hanya 32%. Mengalami penurunan sebanyak 8% dibandingkan laporan SDKI 2002. Pada saat yang sama, jumlah bayi dibawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet, kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara selama kehamilan, masa menyusui serta pengetahuan ibu yang kurang tentang
menyusui, 25% ibu yang tidak menyusui bayinya karena mengalami pembengkakan payudara, dan 20% ibu tidak menyusui bayi secara ekslusif karena mengalami produksi ASI yang menurun sehingga ASI tidak keluar secara optimal. Tingginya angka masalah menyusui ini dapat mengakibatkan proses menyusui bayi tidak terlaksana dengan baik. (Subujaktosaja, 2011). Dari hasil wawancara dengan 7 orang ibu yang sedang menyusui yang dijumpai di posyandu desa Gilang, ternyata ada 4% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya karena kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu dan rendahnya pendidikan ibu, sehingga ibu tidak mau atau malas memberikan susu ASI untuk bayinya. Mayoritas ibu berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas dan ibu yang sibuk bekerja dengan pekerjaanya sehingga menghambat pemberian ASI. Terdapat juga 3% ibu menyusui yang menghentikan pemberian ASI dikarenakan terdapat masalah pada kesehatan ibu seperti puting kecil, puting lecet dan ASI yang tidak keluar sehingga ibu menghentikan untuk memberikan ASI dan beralih untuk memberikan susu formula. Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI 2003). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada. ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat puting melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui puting payudara (Nur Khasanah, 2011). Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosi oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel
khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, let down dapat tanpa rangsangan hisapan. Terdapat Faktorfaktor yang meningkatkan pengeluaran ASI adalah dengan melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Ada juga Faktorfaktor yang menghambat pengeluaran ASI adalah stres seperti keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas (Sunarsih, 2012). Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah faktor pendidikan, kesehatan serta pekerjaan ibu. Kesehatan ibu adalah suatu kondisi ibu yang bebas dari penyakit. Keadaan kesehatan ibu yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu serta adanya kelainan pada payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferus oleh karena tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan puting susu seperti puting susu terbenam dan cekung sehingga manyulitkan bagi bayi untuk menyusu, mastitis (suatu peradangan pada payudara disebabkan oleh kuman terutama staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu), tidak ada air susu (agalaksia), dan air susu sedikit keluar (oligogalaksia). Kurangnya dukungan sosial dan keluarga dalam mengatasi masalah diatas maka ibu cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi kurang dari enam bulan.hal tersebut menyebabkan seorang ibu untuk memberikan susu formula, karena banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat memberikan susu formula
bila merasa bahwa Sunarsih,2012 ).
ASI
kurang
(
Menyusui adalah cara alami memberikan makan pada bayi. Faktor mental dan psikologi ibu dalam menyusui sangat besar pengaruhnya terhadap proses menyusui dan produksi ASI. Perasaan stress dan tertekan yang dialami oleh seorang ibu dapat menghambat produksi ASI, sehingga jika ingin produksi ASI banyak, pemikiran ibu harus positif dan yakin bahwa ibu dapat menghasilkan ASI yang banyak. Ibu yang menyusui juga harus mengikuti penyuluhan tentang manfaat pemberian ASI serta memperhatikan cara merawat payudara dengan benar, karena perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan bayi menyusu. Perawatan ini juga bisa merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suryoprajogo, 2009). Hal yang sangat penting untuk keberhasilan seseorang memberikan ASI secara eksklusif adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga terutama ayah sangat penting dalam keberhasilan dan kegagalan pemberian ASI eksklusif ( Dian, 2008).
Bahan dan Metode Penelitian Desain penelitian menggunakan metode penelitian Analitik Observasional,dengan pendekatan Cross Sectional yang merupakan jenis penelitian menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu faktor pendidikan, faktor kesehatan dan faktor ibu bekerja. dan variabel dependen yaitu pemberian ASI eksklusif Populasi pada penelitian ini adalah Semua Ibu menyusui yang mengikuti posyandu di Desa Gilang Taman Sidoarjo dalam bulan april 2015 sebanyak 32 orang dan jumlah sampel 17 responden. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan Probability Sampling dengan teknik Simpel Randon
Sampling. Yaitu terknik dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama dengan semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel ( Setiadi, 2007). Pada teknik ini setiap responden yang memenuhi kriteria inklusi : a. Ibu menyusui b. Ibu yang bisa membaca dan menulis c. Ibu yang tidak bisu d. Ibu yang mempunyai anak umur 624 bln e. Ibu yang datang ke posyandu yang bersedia di teliti Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan april di Posyandu desa Gilang. Instrumen penelitian adalah alat atau cara yang diperlukan untuk pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, andal ( realiabel), dan aktual. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner berisikan data demografi, Tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, Kesehatan ibu, dan status pekerjaan yang disajikan dalam bentuk pertannyaan yang tertutup. Variabel data yang terkumpul kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut : a. Editing (Pemeriksaan Data) Memeriksa lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian memastikan kelengkapan jawaban, jika ditemukan lembar kuesioner yang tidak terisi secara lengkap maka lembar kuesioner dianggap hangus. b. Coding (Memberi Kode) 1. Tingkat Pendidikan Mengklasifikan jawaban dari responden berdasarkan kriteria scoring yang telah didapat dari lembar kuesioner. Kemudian memberi kode berbentuk angka pada masing-masing scoring sebagai berikut: Kode 1 : SD, Kode 2 : SMP, Kode 3 : SMK/Sederajat, Kode 4: PerguruanTinggi 2. Faktor Kesehatan Mengklasifikan jawaban dari responden berdasarkan kriteria scoring yang telah didapat dari lembar kuesioner. Kemudian
memberi kode berbentuk angka pada masing-masing scoring sebagai berikut : Kode 1: Adanya masalah pada saat menyusui. Kode 2: Tidak adanya masalah saat menyusui. 3. Faktor Pekerjaan Ibu Mengklasifikan jawaban dari responden berdasarkan kriteria scoring yang telah didapat dari lembar kuesioner. Kemudian memberi kode berbentuk angka pada masing-masing scoring sebagai berikut : Kode 1 : Ibu Bekerja. Kode 2 : Ibu Tidak Bekerja. Hasil Penelitian Data Umum 1. Karakteristik responden berdasarkan usia Ibu Tabel 5.1 Tabel frekuensi Usia responden di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17) Usia 21- 25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun Total
Frekuensi (f) 6 6 5 17
Presentase (%) 35,3 35,3 29,4 100
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang berusia 21-25 tahun sebanyak 6 orang (35,3%), usia 26- 30 tahun sebanyak 6 orang (35,3%), dan 31-35 tahun sebanyak 5 orang (29,4%). 2. Karakteristik responden berdasarkan Usia Anak Tabel 5.2 Tabel frekuensi Usia Anak responden di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17) Usia Anak 6-12 bulan >12 bulan Total
Frekuensi (f) 13 4 17
Presentase (%) 76,5 23,5 100
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 17 responden, anak yang berusia
6-12 bulan sebanyak 13 orang (76,5%), >12 bulan sebanyak 4 orang (23,5%). 3. Karakteristik responden berdasarkan Dukungan Suami Tabel 5.3 Tabel frekuensi Dukungan suami responden di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17) Dukungan suami Mendapat dukungan Tidak mendapat dukungan Total
Frekuensi (f)
Presentase (%)
8
47,1
9
52,9
17
100 %
Total
Frekuensi Presentase (f) (%) Ada gangguan 11 62,5 Tidak ada gangguan 6 37,5 Total 17 100 Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang mempunyai gangguan menyusui sebanyak 11 orang (62,5%), tidak mempunyai gangguan 6 orang (37,5 %). Gangguan Menyusui
4. Karakteristik responden berdasarkan Jumlah Anak Ibu Tabel 5.4 Tabel frekuensi jumlah Anak Ibu di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17).
1-2 Anak 3-4 anak Total
Frekuensi (f) 13 4 17
Presentase (%) 76,5 23,5 100
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang memiliki 1-2 anak sebanyak 13 orang (76,5 %), 3-4 anak sebanyak 4 orang (23,5%). 5. Karakteristik responden berdasarkan Bentuk Puting Susu Ibu Tabel 5.5 Tabel frekuensi Bentuk Puting Susu responden di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17). Bentuk Putting Normal tidak normal
Frekuensi (f) 10 7
100
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa responden yang memiliki bentuk puting susu normal sebanyak 10 anak (58,8%), tidak normal sebanyak 7 orang ( 41,2%). 6. Karakteristik responden berdasarkan Gangguan Menyusui Tabel 5.6 Tabel frekuensi Gangguan Menyusui responden di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17).
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 17 responden yang mendapatkan dukungan suami sebanyak 8 orang (47,1%), dan tidak mendapat dukungan 9 orang (52,9 %).
Jumlah anak
17
7. Karateristik Responden Menurut Faktor Variabel Penelitian Tabel 5.7 Karateristik Responden Menurut Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17). No 1
2
Presentase 3 (%) 58,8 41,2
Jenis Variabel Faktor Kesehatan Ada Masalah Tidak Ada masalah Faktor Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Sarjana Faktor Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja
Frekuensi (f)
Presentase (%)
11 6
62,5 37,5
1 5 10 1
5,9 29,4 58,8 5,9
11 6
64,7 35,2
Tabel 5.7 Menunjukkan bahwa faktor pada faktor kesehatan yaitu sebanyak 11 responden (62,5%) berpendidikan ada masalah pada kesehatan, 6 responden (37,5%) tidak ada masalah pada kesehatan. Faktor pendidikan yaitu sebanyak 1 responden (5,9%) pendidikan SD, 5 responden (29,4%) SMP, 10 responden (58,8%) SMA dan 1 responden ( 5,9%) PT. Faktor pekerjaan yaitu sebanyak 11 responden (64,7%) ibu yang bekerja sedangkan 6 responden (35,2%) ibu yang tidak bekerja. 5.1.3 Data Khusus 1. Faktor pendidikan Tabel 5.8 Faktor Pendidikan yang mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo
2. Faktor Kesehatan Tabel 5.9 Faktor Kesehatan Yang mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Faktor Kesehat an Ada Masala h Tidak Ada Masala h Total
Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif Eksklusif (f) % (f) %
(f)
%
2
18,2
9
80,8
11
100
5
83,3
1
16,7
6
100
7
41,2
10
58,8
17
100
P value
Total
0,009
Tabel 5.9 berdasarkan data diatas P didapatkan dari 11 responden ibu yang ada Faktor value Total masalah kesehatan memberikan ASI tidak Pendi eksklusif sebanyak 9 responden (80,8%), 2 dikan (f) % responden ( 18,2%) memberikan ASI SD 1 100 eksklusif sedangkan Pada ibu yang tidak ada SMP 5 100 masalah kesehatan dari 6 responden 1 0,337 SMA 10 100 responden (16,7%) ibu yang tidak PT 1 100 memberikan ASI eksklusif dan 5 responden Total 17 100 (83,3%) yang memberikan ASI eksklusif. Hasil chi square menunjukkan nilai p = 0,009 (p value> 0,05) maka disimpulkan Tabel 5.8 Data menunjukkan ibu yang terdapat hubungan bermakna antara faktor bependidikan SD yang memberikan ASI tidak Kesehatan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif sebanyak 1 responden (100%). Pada Eksklusif. ibu yang berpendidikan SMP dari 5 responden ada 3 responden (60%) tidak memberikan ASI 3. Faktor Pekerjaan eksklusif, 2 responden (40%) memberikan ASI Tabel 5.10 Faktor Pekerjaan yang eksklusif. Pada ibu yang berpendidikan SMA mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di dari 10 responden ada 7 responden (70%) yang Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo tidak memberikan ASI eksklusif, 3 responden (30%) membeikan ASI eksklusif. Sedangkan Pemberian ASI P pada ibu yang berpendidikan PT yang Eksklusif value Total Faktor memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 Pekerj Tidak Eksklusif responden (100%). Berdasarkan Hasil chi aan Eksklusif square menunjukkan nilai p = 0,337 (p value> (f) % (f) % (f) % 0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan Beker 80, 10 2 18,2 9 11 0,009 bermakna antara faktor Pengetahuan dengan ja 8 0 Pemberian ASI Eksklusif. 16, 10 5 83,3 1 6 Tidak 7 0 Pemberian ASI Tidak Eksklusif Eksklusif (f) % (f) % 1 100 0 0 2 40 3 60 3 30 7 70 1 100 0 0 7 41,2 10 56,2
Beker ja Total
7
41,2 %
10
58, 8
10 0
17
Tabel 5.10 berdasarkan data diatas didapatkan dari 11 responden ibu yang bekerja yang memberikan ASI tidak eksklusif 9 orang (80,8%) , 2 orang (18,2%) memberikan ASI eksklusif. Pada ibu yang tidak bekerja dari 6 responden 1 responden (16,7%) ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan 5 responden (83,3%) yang memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan Hasil chi square menunjukkan nilai p = 0,009 (p value> 0,05) maka disimpulkan terdapat hubungan antara faktor Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif. 4. Faktor Dominan Yang Paling Mempengaruhi Pemberian ASI secara Eksklusif di Desa Gilang. Tabel 5.11 Tabel Hasil Regresi Logistik Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pemberian ASI secara Eksklusif di Desa Gilang. Variables in the Equation 95,0% C.I.for EXP(B) Sig. Step 1a
Lower
Upper
1.000
TingkatPendidi kan(1)
1.000
5.953
.000
.
TingkatPendidi kan(2)
1.000
2.385E9
.000
.
TingkatPendidi kan(3)
1.000
9.493
.000
.
Pekerjaan(1)
.174
.105
.004
2.694
KesehatanIbu(1 )
.999
.000
.000
.
Constant Step 2a
Exp(B)
TingkatPendidi kan
1.000
.677
Pekerjaan(1)
.083
.069
.003
1.417
KesehatanIbu(1 )
.083
.069
.003
1.417
Constant
.034
10.008
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa dari 17 responden dengan menggunakan hasil Uji Refgresi Logistik Binary yang sudah
dilakukan koreksi multivariate, variabel yang menunjukan nilai p sig value < 0,05, maka dapat disimpulkan didapatkan hasil faktor dominan yang paling mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif didapatkan adalah faktor pekerjaan dan kesehatan ibu,hasil ρ = 0,009 dengan nilai OR .004. Hal ini menunjukkan bahwa factor pekerjaan dan kesehatan 4 kali mempengaruhi dari faktor lainnya. 5. Karateristik Responden Menurut Pemberian ASI Tabel 5.12 Karateristik Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Desa Gilang Taman Sidoarjo Periode 18 Mei 2015 (n = 17). No
Jenis variabel
1
Pemberian ASI ASI Eksklusif Non Eksklusif Total
Frekuensi (f)
Presentase (%)
7 10 17
41,2 58,8 100
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa terdapat 7 responden (43,8%) memberikan ASI secara Eksklusif, sedangkan sisanya sebanyak 9 responden (56,2%) Tidak memberikan ASI secara Eksklusif. 5.2 Pembahasan Penelitian ini dirancang untuk memberikan gambaran interpretasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekskluisf di Desa Gilang Taman Sidoarjo. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan dibahas halhal sebagai berikut : 5.2.1 Faktor Pendidikan ibu yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian pada tabel 5.8 Data menunjukkan ibu yang bependidikan SD yang memberikan ASI tidak eksklusif sebanyak 1 responden (100%). Pada ibu yang berpendidikan SMP dari 5 responden ada 3 responden (60%) tidak memberikan ASI eksklusif, 2 responden (40%) memberikan ASI
eksklusif. Pada ibu yang berpendidikan SMA dari 10 responden ada 7 responden (70%) yang tidak memberikan ASI eksklusif, 3 responden (30%) membeikan ASI eksklusif. Sedangkan pada ibu yang berpendidikan PT yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 1 responden (100%). Berdasarkan Hasil chi square menunjukkan nilai p = 0,009 (p value> 0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara faktor Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Peneliti berasumsi bahwa ibu yang berpendidikan SMA yang tidak memberikan ASI eksklusif kemungkinan tidak mendapatkan akses informasi yang dapat diperoleh dari poster, iklan atau penyulahan tentang ASI eksklusif sehingga ibu lebih cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui tidak ada pengaruh yang signifikan anatar pemberian ASI dengan faktor pendidikan didesa gilang.
Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan sebanyak 3 ibu yang berpendidikan SMA lebih banyak yang memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang berpendidikan SMP sebanyak 2 ibu. Teori yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Depkes, 2001). Seleras juga dengan pendapat Notoatmojo (2007) bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan, dimana seseorang dengan pendidikan tinggi, maka seseorang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peneliti berasumsi bahwa ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dari pada ibu yang berpendidikan rendah, sehingga ibu lebih memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif yang diberikan kepada bayi.
5.2.2
Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan sebanyak 7 ibu yang berpendidikan SMA lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif dari pada ibu yang berpendidikan SMP sebanyak 3 ibu. Teori pendapat Notoatmojo (2007) bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi.Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yaitu mayoritas ibu yang berpendidikan SMA justru tidak memberikan ASI secara Ekslusif. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh wahyuni (2005) di medan, diperoleh bahwa kecenderungan ibu berpendidikan sekolah menengah atas untuk
Faktor Kesehatan yang mempengaruhi pemberian ASI Ekskluisf Hasil penelitian pada tabel 5.10 Data menunjukan bahwa dari 11 responden ibu yang ada masalah kesehatan memberikan ASI tidak eksklusif sebanyak 9 responden ( 80,8%), 2 responden ( 18,2%) memberikan ASI eksklusif sedangkan Pada ibu yang tidak ada masalah kesehatan dari 6 responden 1 responden (16,7%) ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan 5 responden (83,3%) yang memberikan ASI eksklusif. Hasil chi square menunjukkan nilai p = 0,009 (p value> 0,05) maka disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara faktor Kesehatan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan tabulasi silang didapatkan hasil 9 responden memiliki masalah pada kesehatan. Insiden sering ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa baik karena faktor interem dari ibu seperti bentuk puting yang tidak menonjol, puting lecet yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu menyusui bayinya . luka pada puting susu sering menyebabkan rasa nyeri sewaktu bayinya menyusui. Demikian juga ibu yang gizinya yang tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang relatif sedikit dibandingkan ibu yang mempunyai kondisi gizinya baik (Reni,2012). Hal ini selaras dengan penelitian didesa sukoharjo magelang yang menyatakan bahwa faktor kesehatan mempengaruhi faktor pemberian ASI diantaranya adalah produksi ASI yang sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi oleh bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak dan puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit
menghisap (Astari dan djuminah,2012). Peneliti berasumsi bahwa kesehatan merupakan faktor yang penting dalam pemberian ASI karena status kesehatan yang baik akan meningkatkan produksi ASI. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui ada pengaruh yang signifikan anatar pemberian ASI dengan faktor kesehatan didesa gilang. 5.2.3 Faktor pekerjaan ibu yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian pada tabel 5.11 menunjukan bahwa dari 11 responden ibu yang bekerja yang memberikan ASI tidak eksklusif 9 orang (80,8%) , 2 orang (18,2%) memberikan ASI eksklusif. Pada ibu yang tidak bekerja dari 6 responden 1 responden (16,7%) ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan 5 responden (83,3%) yang memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan Hasil chi square menunjukkan nilai p = 0,009 (p value> 0,05) maka disimpulkan terdapat hubungan antara faktor Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan hasil ibu yang bekerja sebanyak 9 ibu lebih banyak memberikan ASI tidak eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja sebanyak 2 ibu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prehatni (2009), yang menyatakan ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. Beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja yaitu susui bayi sebelum bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja, ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu bekerja, pada saat ibu di rumah sesering mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui diganti sehingga banyak menyusui di malam hari, minum dan makan makanan yang bergizi selama bekerja dan menyusui,dimana komponen tersebut diatas dapat membentuk suatu kekuatan yang utuh, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif ( Arini,2012). Menurut teori mengatakan bekerja bukan merupakan
alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila memungkinkan hingga 6 bulan, meski cuti hamil hanya 3 bulan, namun ibu yang bekerja lebih cenderung memberikan ASI eksklusif dikarenakan ibu menghabiskan waktu lebih banyak ditempat kerja dibandingkan dirumah sehingga kurang untuk memperhatikan anak dalam memberikan ASI eksklusif ( Roesli,2005). Peneliti berasumsi bahwa ibu yang bekerja tidak memilik waktu yang banyak sehingga ibu lebih cenderung tidak memberikan ASI eksklusif. 5.2.5 Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 17 responden dengan menggunakan hasil Uji Refgresi Logistik Binary yang sudah dilakukan koreksi multivariate, variabel yang menunjukan nilai p sig value < 0,05, maka dapat disimpulkan didapatkan hasil faktor dominan yang paling mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif didapatkan adalah faktor kesehatan dan pekerjaan ibu, hasil ρ= 0,009 dengan nilai OR .004. Hal ini menunjukkan bahwa factor pekerjaan dan kesehatan 4 kali mempengaruhi dari faktor lainnya namun faktor tersebut tidak bermakna. Di daerah perkotaan dimana relatif lebih banyak ibu yang bekerja untuk mencari nafkah mengakibatkan ibu tidak dapat menyusui bayinya dengan baik dan teratur. Hal ini menjadi signifikan karena situasi tempat kerja belum mendukung praktik pemberian ASI, misalnya tidak tersedianya tempat memerah dan menyimpan ASI, belum banyak tersedia atau tidak adanya tempat penitipan bayi agar ibu pekerja dapat menyusui bayinya pada saat-saat tertentu (Tumbelaka, 2005). Beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja yaitu susui bayi sebelum bekerja, ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja, ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu bekerja, pada saat ibu di rumah sesering
mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui diganti sehingga banyak menyusui di malam hari, minum dan makan makanan yang bergizi selama bekerja dan menyusui,dimana komponen tersebut diatas dapat membentuk suatu kekuatan yang utuh, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam memberikan ASI eksklusif ( Arini,2012). Menurut teori bekerja bukan merupakan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila memungkinkan hingga 6 bulan, meski cuti hamil hanya 3 bulan, namun ibu yang bekerja lebih cenderung memberikan ASI eksklusif dikarenakan ibu menghabiskan waktu lebih banyak ditempat kerja dibandingkan dirumah sehingga kurang untuk memperhatikan anak dalam memberikan ASI eksklusif. Pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih rendah dari pada responden yang tidak bekerja. Hal ini terjadi karena ibu yang bekerja diluar rumah tidak mendapatkan akses informasi yang lebih baik, termasuk mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif. (Depkes RI,1999). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sr.Paula Athu, OSA yang mengatakan bahwa perilaku pemberian ASI tidak eksklusif lebih banyak dijumpai pada responden yang bekerja dibanding responden yang tidak bekerja, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja tidak mempunyai kemauan yang kuat untuk menyusui bayinya dibanding ibu yang tidak bekerja. Maka hal itu faktor pekerjaan lebih mempengaruhi pemberian ASI dari pada faktor pengetahuan,pendidikan dan kesehatan. Kesehatan ibu adalah suatu kondisi yang bebas dari penyakit ( Dani,2002). Keadaan kesehatan ibu yang menyebabkan ibu tidak dapat memeberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu serta adanya kelainan pada payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu karena penyempitan
duktus laktiferus. Pada hasil penelitian didesa gilang didapatkan hasil p value 0.009 (< 0,05) yang menunjukan hasil terdapat hubungan antar kesehatan ibu dengan pemberian ASI. Hal ini selaras dengan penelitian yang menyatakan bahwa faktor kesehatan mempengaruhi faktor pemberian ASI diantaranya adalah produksi ASI yang sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi oleh bayi, infeksi pada payudara, payudara bengkak dan puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap (Astari dan djuminah,2012). Kurangnya dukungan sosial juga mempengaruhi pemberian ASI, karena hal tersebut ibu lebih cenderung tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi kurang dari enam bulan. 5.3 Keterbatasan Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Peneliti menggunakan iji regresi logistic yang dapat menyimpulkan hubungan satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variable dependen yang bersifat dikotom/ binary. 2. Instrumen yang digunakan adalah bentuk kuesioner. Kejujuran dan relativitas pendapat responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. 3. Beberapa responden tidak berada dirumah sehingga membutuhkan waktu untuk mendatangi rumah responden kembali. 4. Peneliti hanya mengambil 3 faktor , sedangkan teori banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, disebabkan keterbataan yang baik dari segi waktu, biaya,tenaga dan ruang lingkup penelitian. Simpulan Berdasarkan Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada Ibu menyusui berdasarkan pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan
penegtahuan di Desa Gilang Taman Sidoarjo, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak Ada hubungan Faktor pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Gilang Taman Sidoarjo 2. Ada hubungan Faktor Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Gilang Taman Sidoarjo 3. Ada hubungan Faktor pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Gilang Taman Sidoarjo .
Astutik, Sri (2013). “Pembengkakan pada payudara ibu Post section saesar pada masa menyusui di rumah sakit umum”. Jurnal Media Sains, 2013,89-90
Saran Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Responden Diharapkan agar ibu mengetahui pentingnya pemberian ASI secara Eksklusif dan dharapkan masyarakat sering mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh lembaga kesehatan.
Dahlan, M. Sopiyudin. (2010). Besar Sample Dan Cara Pengambilan Sample Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Bagi Profesi Keperawatan Profesi di bidang Keperawatan sangat penting dalam upaya memerikan penyuluhan tentang Pemberian ASI secara Eksklusif sehingga diharapkan dengan bertambahnya pengetahuan pemberian ASI dapat meminimalisir bertambahnya angka kejadian pemberian ASI secara tidak Ekskluisf. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk meneruskan judul ini dengan topik faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI secara Eksklusif. 4. Bagi Tempat pekerjaan Menyaarankan untuk didirikan tempat penitipan anak supaya ibu bekerja lebih tenang dalam dalam bekerja,serta anak mendapatkan Hak untuk mendapatkan ASI secara eksklusif Daftar Pustaka Ambarwati, ER. dan Diah W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Aziz, A.(2008). Pengantar Keperawatan Anak. Jakarta:Salemba Medika. Budiaman, dan Riyanto Agus. ( 2013). Kapita Selekta Kuisioner: Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba medika.
Heryani, Reni. (2012). Buku Asuhan Kebidanan- Ibu Nifas & Menyusui. Jakarta : TIM Jane Coad, Merlvyn Dunstall. ( 2007). Anatomi & Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : ECG. Laelatul Badriah,Prof. Dr. Hj Dewi. (2011). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : Aditama. Notoatmodjo, S(2010). Metodologi Pennelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta. Nursalam. 2008. Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:Salemba Medika. Nursalam. 2011. Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:Salemba Medika Rakyat, Dian (2008). Menyusui Bayi Anda. Marshal Editions Developments : Breastfeeding your baby. Roesli, U. (2005). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara.
Roesli U. ( 2008). Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka Bunda ( Grup puspa Swara). Saryono. (2009). Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cedika. Sri Purwanti, Hubertin. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : ECG. Setiadi. 2007. Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Sunarsih, Tri. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Supyayogo, Nadine. ( 2009). Keajaiban Menyusui. Yogyakarta : The Miracles Of Breastfeeding Your baby. Wulandari. SR dan Handayani, Sri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta Gosyen Publishing.
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI .