ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA CHRISTIAN PAULUS
Drs. P. BASUKI HADIPRAJITNO, Akt, MBA, MSA
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influence of the factors that affect the earnings quality, namely Investment Opportunity Set (IOS) and corporate governance mechanisms, which include: the proportion of independent board, managerial ownership and institutional ownership. This research used samples from 60 manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange, by using purposive sampling method which were published financial report among 2008-2010. The analysis method of this research used multi regression and single regression. The results of this research show that (1) there is a positive and significant effect of IOS on the earnings quality, (2) there is no significant effect of Independent Commissioner on the earnings quality, (3) there is no significant influence of Managerial Ownership on the earnings quality, (4) there is a negative and significant effect of Institutional Ownership on the earnings quality, and (5) there is a significant effect IOS, Independent Commissioner, Managerial Ownership and Institutional Ownership on the earnings quality. Key Words: Investment Opportunity Set, Independent Commissioner, Managerial Ownership, Institutional Ownership, and, earnings quality.
1. PENDAHULUAN Tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan nilai perusahaan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Fama (1978) dalam Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005). Kualitas laba adalah laba yang secara benar dan akurat menggambarkan profitabilitas operasional perusahaan Sutopo (2009). Menurut Penman dan Cohen (2003) dalam Wibowo (2009) diungkapkan bahwa laba tahun berjalan memiliki kualitas yang baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang, atau berhubungan secara kuat dengan arus kas operasi di masa mendatang (future operating cash flow). Demikian juga, Hodge (2003) dalam Sutopo (2009) memberikan definisi kualitas laba sebagai “the extent to which net income reported on the income statement differs from “true” (unbiased and accurate) earnings” . Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian kualitas laba dalam perspektif kebermanfaatan dalam pengambilan keputusan (decision usefulness). Schipper dan Vincent (2003) dalam Sutopo (2009) mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara menentukan kualitas laba, yaitu berdasarkan: sifat runtun-waktu dari laba, karakteristik kualitatif dalam rerangka konseptual, hubungan laba-kas-akrual, dan keputusan implementasi. Kelompok penentuan kualitas laba ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut.:
1. Berdasarkan sifat runtun-waktu laba, kualitas laba meliputi: persistensi, prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas. 2. Kualitas laba didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan akrual total, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/ DA), dan estimasi hubungan akrual-kas. 3. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual (Financial Accounting Standards Board, FASB, 1978). 4. Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi. Isu yang terkait erat dengan kualitas laba adalah Investment Opportunity Set. Investment Opportunity Set menunjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada discretionary expenditure manajer. Manajemen investment opportunities membutuhkan pembuatan keputusan dalam lingkungan yang tidak pasti dan konsekuensinya tindakan manajerial menjadi lebih unobservable (Smith dan Watts, 1992 dalam Wah, 2002). Tindakan manajer yang unobservable dapat menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui apakah manajer telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan prinsipal atau tidak. Isu yang juga terkait erat dengan kualitas laba adalah mekanisme tata kolola perusahaan yang baik (good corporate governance). Good corporate governance
secara
definitive
merupakan
system
yang
mengatur
dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
(managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998) dalam Herawaty (2008) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors) serta memaksimalkan fungsi komite audit yang ada dalam perusahaan. Dechow et al. (1996) dalam Herawaty (2008) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Selain itu juga ditemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba”. 2. TELAAH TEORI Teori Agensi Teori agensi adalah teori yang menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of contract” Jensen dan Meckling (1976) . Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Kualitas Laba Kualitas laba, dalam akuntansi, merujuk kepada kemasukakalan seluruh laba yang dilaporkan Knechel, Salterio, dan Ballou (2007) dalam Rinawati (2011). Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana laba sebuah perusahaan itu dapat diperoleh berulang-ulang, dapat dikendalikan, dan laik bank (memenuhi
syarat untuk mengajukan kredit/pinjaman pada bank), di antara faktor-faktor lainnya. Kualitas laba mengakui fakta bahwa dampak ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam diantara perusahaan sebagai fungsi dari karakter dasar bisnis mereka, dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam memperkirakan arus kas atau juga dapat diramalkan. Investments Opportunity Set Munculnya istilah IOS dikemukakan oleh Myers (1977) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Menurut Myers (1977) IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value (NPV) positif. Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Evana (2009) pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan, sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang memiliki net present value positif. Menurut kedua penelitian tersebut, IOS juga dapat meningkatkan ukuran perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities mampu menghasilkan net present value positif. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Elvana (2009), IOS merupakan nilai perusahaan yang besamya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. Good Corporate Governance Menurut Sutedi (2011) Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Direktur, manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan
perusahaan
di
lingkungan
tertentu)
untuk
meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai- nilai etika. Menurut Cadburry dalam Sutedi (2011), Good Corporate Governance adalah
prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Komisaris Independen Komisaris independen menurut Penjelasan Pasal 120 ayat (2) UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas (UUPT) adalah “Komisaris dari pihak luar”. Pasal 120 ayat (2) UUPT juga mengatur bahwa komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono
dan Soebiantoro, 2007) dalam Sabrina (2010). Para
pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris dimasukkan dalam kepemilikan manajerial (managerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakankebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et.al. 2006) dalam Sabrina (2010). Menurut Wening (2007) dalam Sabrina (2010), kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.
Hipotesis Investments Opportunity Set dan Kualitas Laba Investment Opportunity Set menunjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada discretionary expenditure manajer. Manajemen investment opportunities membutuhkan pembuatan keputusan dalam lingkungan yang tidak pasti dan konsekuensinya tindakan manajerial menjadi lebih unobservable (Smith dan Watts, 1992 dalam Wah, 2002). Tindakan manajer yang unobservable dapat menyebabkan prinsipal tidak dapat mengetahui apakah manajer telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan prinsipal atau tidak. Hal ini didasarkan pada teori agensi yang mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Sehingga manajemen dapat memanfaatkan IOS untuk kepentingannya sendiri. Hasil penelitian Wah (2002) juga investment
opportunity
yang
tinggi
lebih
menyatakan perusahaan dengan mungkin
untuk
mempunyai
discretionary accrual (akrual kelolaan) yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H : IOS berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. 1
Komisaris Independen dan Kualitas Laba Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Manfaat corporate governance akan dilihat dari premium yang bersedia dibayar oleh investor atas ekuitas perusahaan (harga pasar). Jika ternyata investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance juga akan lebih tinggi dibanding perusahaan yang tidak menerapkan atau mengungkapkan praktek good corporate governance mereka (Kusumawati dan Riyanto, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H : Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba. 2
Kepemilikan Manajerial dan Kualitas Laba Struktur
kepemilikan
(kepemilikan
manajerial
dan
kepemilikan
institusional) oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kontrol yang mereka miliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006) Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan (Boediono, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H : Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba. 3
Kepemilikan Institusional dan Kualitas Laba Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Sylvia dan Sidharta, 2005). Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajeman laba. Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik
dibandingkan investor individual. Menurut Lee et al., (1992) dalam Widiatmaja (2010) menyebutkan dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap kualitas laba. 4
3. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (variabel bebas).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas laba. Kualitas laba dapat diukur melalui discretionary accruals yang dihitung dengan cara menselisihkan total accruals (TAit) dan nondiscretionary accruals (NDAit). DA digunakan sebab estimasi discretionary accruals dapat diukur secara langsung untuk menentukan kualitas laba. Semakin kecil discretionary accruals semakin tinggi kualitas laba dan sebaliknya. Discreationary Accrual sebagai proksi kualitas laba dihitung dengan menggunakan rumus Dechow et al, (1995).Langkah-langkah dalam menghitung discretionary accruals sebagai berikut : TA (total accrual) = Net income – Cash flow from operation………….(1) Tat/At-1=α1 (1/At-1) + α2 (ΔREVt/At-1) + α3 (PPEt/At-1) + ε……….(2) Keterangan: At-1 = Total aset pada periode t-1 ΔREVt = Perubahan pendapatan dalam periode t PPEt = Property, Plant, and Equipment α1, α2, α3 = koefisien regresi NDA = α1 (1/At-1) + α2 (ΔREVt-ΔRECt)/At-1) + α3 (PPEt/At-1)…….(3) Keterangan: ΔRECt = Perubahan piutang bersih dalam periode t Selanjutnya dapat dihitung nilai discretionary accruals sebagai berikut:
DACit = TAt /At-1-NDA………………………………………………..(4) Keterangan: DACit = Discretionary accruals pada periode t NDA = Non discretionary accruals Variabel Independen Variabel
independen
(variabel
bebas)
merupakan
variabel
yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Investments Opportunity Set, dan mekanisme corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai corporate governance, yaitu komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial. Investments Opportunity Set Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain (Nonpratiwi, 2004). Dalam penelitian ini IOS diukur dengan menggunakan Book Value to Market Value of Assets Ratio. (BV/MV) Mekanisme corporate governance 1. Komisaris Independen Komisaris independen diangkat dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris lainnya (Penjelasan Pasal 120 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas (UUPT). Komposisi Komisaris Independen dihitung dengan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris. 2. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono,
2005). Para pemegang saham yang mempunyai kedudukan di manajemen perusahaan disebut sebagai kepemilikan manajerial (managerial ownership). Adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan menimbulkan suatu pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Kepemilikan Manajerial dihitung dengan besarnya persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. 3. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan investment banking (Sylvia dan Sidharta, 2005). Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005). Kepemilikan Institusional dihitung dengan besarnya persentanse saham yang dimiliki oleh investor institusional. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian dilakukan dari tahun 2008-2010. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling), yaitu : 1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2010. 2. Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2008-2010. 3.Memiliki
data
mengenai
kepemilikan
institusional,
manajerial, dan dewan komisaris independen.
kepemilikan
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan berupa nilai rata-rata dari tahun 2008 – 2010. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari Pojok BEI Universitas Diponegoro Semarang, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu data diperoleh dari beberapa literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, penelusuran data ini dilakukan dengan cara: 1. Penelusuran secara manual untuk data dalam format kertas hasil cetakan. Data yang disajikan dalam format kertas hasil cetakan yang antara lain berupa jurnal, buku, skripsi dan thesis. 2. Penelusuran dengan menggunakan komputer untuk data dalam format elektronik. Data yang disajikan dalam format elektronik ini antara lain berupa laporan keuangan, Indonesian Capital Market Directory (ICMD) katalog perpustakaan, laporan-laporan BEI, dan situs internet lainnya. 4. HASIL PENELITIAN Deskripsi Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah saham-saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2008-2010 dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria seperti pada bab III. Adapun saham perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria tersebut ada 60 perusahaan (lihat lampiran). Statistik Deskripsi Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, variance, maksimum, minimum, kurtosis, skewnes (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan
mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan data, serta penyajian hasil peningkatan tersebut (Ghozali, 2005) Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil pengujian terhadap kenormalan data pada tabel 4.3(lihat lampiran), terlihat bahwa nilai Asymp Sig sebesar 0,104 lebih besar dari 0,05, sehingga berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Dari hasil pengujian multikolinieritas pada table diatas, terlihat tidak ada variable yang tereliminasi.karena semua variable independen (IOS, Komisaris Independen, Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional) memiliki nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga semua variabel bebas dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya. 3. Uji Autokorelasi Pada model nilai DW-test adalah 1,849 berada diantara dU (batas dalam) dan 4-dU. Nilai tersebut berada pada daerah ‘’No Autocorrelation’’, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model penelitian. 4. Uji Heteroskedastisitas Dalam uji heterokedastisitas, dari hasil uji terhadap variabel dependen dengan Regression Standadized Residual terlihat tidak membentuk suatu pola sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Tidak terjadi heteroskedastisitas apabila penyebaran data dalam scatterplot menyebar atau tidak membentuk suatu pola tertentu dan jika membentuk pola-pola tertentu, seperti garis.
Uji Hipotesis Uji Hipotesis 1 Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.5 di atas, pengujian secara parsial IOS terhadap Kualitas Laba menghasilkan p_value sebesar 0,000, lebih kecil dari nilai level of significant 5% (∝= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara IOS terhadap Kualitas Laba tersebut secara populasi dikatakan signifikan. Selanjutnya untuk analisis regresi, berdasarkan hasil perhitungan nilai konstanta dan koefisien regresi, sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.5 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = -0,342 – 0,292X1 Dari persamaan ini tampak nilai konstanta (b) sebesar 0,292 yang berarti bahwa bila variabel X (IOS) bernilai 1, maka nilai discretionary accruals akan berkurang sebesar 0,292. Karena nilai b negatif, maka hal itu berarti setiap kenaikan IOS akan di imbangi dengan penurunan discretionary accruals sebesar 0,292. Hal ini berarti pula hipotesis pertama (H1) ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa IOS mempunyai pengaruh negatif terhadap Kualitas Laba ditolak. Uji Hipotesis 2 Pengujian secara parsial Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba menghasilkan p_value sebesar 0,660 lebih besar dari level of significant 5% (∝= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba tersebut secara populasi dikatakan tidak signifikan. Hal ini berarti pula hipotesis kedua (H2) ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa Komisaris Independen mempunyai pengaruh positif terhadap Kualitas Laba ditolak. Uji Hipotesis 3 Pengujian secara parsial Kepemilikan Managerial terhadap Kualitas Laba menghasilkan p_value sebesar 0,635 lebih besar dari level of significant 5% (∝= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara Kepemilikan Managerial terhadap Kualitas Laba tersebut secara populasi dikatakan tidak signifikan. Hal
ini berarti pula hipotesis ketiga (H3) ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap Kualitas Laba ditolak. Uji Hipotesis 4 Pengujian secara parsial Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba menghasilkan p_value sebesar 0,021 lebih kecil dari level of significant 5% (∝= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba tersebut secara populasi dikatakan signifikan. Selanjutnya untuk analisis regresi, berdasarkan hasil perhitungan nilai konstanta dan koefisien regresi, sebagaimana yang terlihat pada tabel 4.5 di atas, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ = -0,342 + 0,003X4 Dari persamaan ini tampak nilai konstanta (b) sebesar 0,003 yang berarti bahwa bila variabel X (Kepemilikan Institusional) bernilai 1, maka nilai discretionary accruals akan bertambah sebesar 0,003. Karena nilai b positif, maka hal itu berarti setiap kenaikan Kepemilikan Institusional akan di imbangi dengan kenaikan discretionary accruals 0,003. Hal ini berarti pula hipotesis keempat (H4) ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional mempunyai pengaruh positif terhadap Kualitas Laba ditolak. Uji Signifikasi Simultan Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.6 di atas, pengujian secara simultan menghasilkan p_value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant 5% (∝= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara IOS, Komisaris Independen, Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba tersebut secara populasi dikatakan signifikan. Hal ini berarti pula hipotesis nol (Ho) ditolak, artinya hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh antara IOS, Komisaris Independen, Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, maka Hipotesis didukung bukti empiris sehingga hipotesis alternatif diterima.
2
Uji Koefisien Determinasi (R ) Berdasarkan hasil uji regresi pada Tabel 4.7 di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,121. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (IOS, dan Kepemilikan Institusional) mampu menjelaskan variasi perubahan variabel dependen (Kualitas Laba) sebesar 12,1 %, sedangkan sisanya sebesar 87,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang diuraikan dalam bab IV (pembahasan), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan IOS terhadap kualitas laba. 2. Tidak terdapat pengaruh signifikan Komisaris Independen
terhadap
kualitas laba. 3. Tidak terdapat pengaruh signifikan Kepemilikan Managerial
terhadap
kualitas laba. 4. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan Kepemilikan Institusional terhadap kualitas laba. 5. Terdapat pengaruh signifikan IOS, Komisaris Independen, Kepemilikan Managerial dan Kepemilikan Institusional terhadap kualitas laba. Saran
Saran-saran yang membangun untuk peneltian ini akan diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian selanjutnya perlu meneliti dengan menggunakan variable lain seperti , firm size, leverage, kebijakan management, persentase saham yang ditawarkan ke masyarakat dan reputasi auditor. 2. Untuk penelitian selanjutnya dengan membandingkan perusahaan manufaktur
dengan perusahaan lain,
perbandingan. 3.
sehingga
bisa dijadikan
DAFTAR PUSTAKA Boediono, Gideon.2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo. Brown, Lawrence D., dan Marcus L. Caylor. 2004. Corporate Governance and Firm Performance. http://papers.ssrn.com. Chtourou S.Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper. http://papers.ssrn.com. Elqorny, Ahmad.2009. “Mengenal Teori Keagenan” .http://elqorny.wordpress.com/. Diakses 20 April 2012. Evana, Einde. 2009. “Analisis Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) Berdasarkan Nilai Pasar dan Nilai Buku Dengan Realisasi Pertumbuhan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 14 Nomor 2, Juli 2009. Hal 167-186 Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gurajati, Damodar, 2003 “Basic Econometrics”, Third edition, Mc Graw-Hill Inc, International Edition. Singapore. Herawaty, Vinola.2008.” Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap NilaiPerusahaan” JAAI Vol 10. Isnanta,Rudi.2008.”Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Skripsi. Yogyakarta.Universitas Islam Indonesia. Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. hal. 305-360. Kusuma, Jefri Riyadi (2008) “Investment Opportunity Set (IOS) dan Realisasi Pertumbuhan Perusahaan Dalam Menerapkan Kebijakan Pendanaan dan Kebijakan Dividen : Studi Kasus Pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia (2004 – 2007). Tesis. Jakarta. Universitas Indonesia.
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo. Morck, R. And A. Shleifer, and R.W. Vishny (1988), “Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis”. Journal of Financial Economics, 20, p. 293-315. . Myers, S., 1977, “Determinant of Corporate Borrowing”, Journal of Financial Economics. No. 5, 147-175. Nonpratiwi, Agustina.2004. “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Return Saham ( Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan)”. Yogyakarta. STIE YPKN.
Praditia, Okta.2010.” Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) Pada Tahun 20052008” . Skripsi. Semarang. Universitas Diponegoro. Peraturan Bapepam Nomor IX.I.5. Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit butir 1 b Rinawati, A. 2011. “Kualitas Laba”. http://annyriwayati.blogspot.com/.. Diakses 5 Juli 2011. Rachmawati, Andri & Triatmoko, Hanung. 2007. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Sabrina, Anindhita. 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan”. Skripsi. Semarang. Universitas Diponegoro. Santoso, Singgih, 2006, “Mengatasi Masalah Statistik dengan SPSS versi 11,5“, Gramedia. Jakarta. Seitiarini, Aprilia.2006. “Korelasi Investment Opportunity Set (IOS) Perusahaan Tumbuh dan Tidak Bertumbuh Terhadap Abnormal Return Perusahaan” Skripsi. Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia. Siallagan, Hamonangan dan M. Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang.
Siregar, Silvia Veronica N.P., dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Simposium Nasional Akuntansi (VIII) Solo. Suranta, Eddy dan Machfoedz, M. 2003. Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VI. Sutedi, Adrian. 2011.Good Corporate Governance. Jakarta : Sinar Grafika. Sutopo, Bambang.2009. ”Manajemen Laba dan Manfaat Kualitas Laba dalam Keputusan Investasi”. Pidato Guru Besar. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi 3. Jogjakarta: BPFE. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoran Terbatas (UUPT). Penjelasan Pasal 120 ayat (2) Wah, Lai Kam. 2002. Investment Opportunity and Audit Quality. Journal of Accounting and Public Policy. No. 28, 33 - 50 Wahyudi, Untung dan Hartini P. Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX Padang. Wibowo, Nina. 2009 “Analisis Pengaruh Komponen-Komponen Akrual Diskresioner Sebagai Ukuran Kualitas Laba Terhadap Abnormal Return Saham” Skripsi. Yogyakarta.Universitas Islam Indonesia Widi,W. 2010. “Good Corporate Governance”. http://widinugroho21.blogspot.com/Diakses 20 Juli 2011 Widiatmaja, Bayu. 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Konsekuensi Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan” . Skripsi. Semarang. Universitas Diponegoro