ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM RASKIN (BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN) PADA RUMAH TANGGA PETANI PADI MISKIN DI KABUPATEN MAGELANG Ditta Dwi Andina, Darsono, Widiyanto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta JalanIr. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected] Telp. 085728348636 Abstract :This research aims to analyze the effectiveness of Raskin Program in terms of targeted, quantity, price, and times, and also to analyze the perception of poor rice farmer households on the implementation of Raskin Program in Magelang Regency. The method of this research is descriptive analytical technique survey. The location of this research is in Grabag District, Magelang Regency because the highest number of recipents Raskin in this region. Samples were taken at 30 farmer respondents. Data were used include the primary and secondary data. Methods of data analysis using descriptive analysis, the percentage of effectiveness, and the average score. The result of this research shows the effectiveness of the program is on target (164,5%) is not satisfacroty and quantity (71,67%) is good category. While the exact terms of price and time is satisfactory (100%). Respondent’s perception of the implementation of the program viewed from precision targeting, pricing, and administration are include in both categories. While the respondent’s perception viewed from quantity, time, and the quality are enough category. Thus, the perception of rice farmer poor households to Raskin Program is enough category (3,37). Keywords :Efectiveness, perception, Raskin, poor farmer, household Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan Program Raskin dari segi tepat sasaran, jumlah, harga, dan waktu dan menganalisis persepsi rumah tangga petani padi miskin terhadap pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten Magelang. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan teknik survei. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang karena jumlah penerima Raskin tertinggi berada di wilayah ini. Sampel petani yang diambil yaitu 30 responden. Data yang digunakan meliputi data primer dan sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif, persentase efektivitas, dan rataan skor. Hasil penelitian menunjukkan tingkat efektivitas program ini dari tepat sasaran (164,5%) tidak memuaskan dan jumlah (71,67%) baik. Sedangkan dari segi tepat harga dan waktu, efektivitasnya memuaskan (100%). Persepsi responden terhadap pelaksanaan program ini dilihat dari ketepatan sasaran, harga, dan administrasi termasuk dalam kategori baik. Sedangkan persepsi responden dilihat dari jumlah, waktu, dan kualitas cukup. Dengan demikian, persepsi rumah tangga petani padi miskin terhadap pelaksanaan Program raskin adalah cukup (3,37). Kata Kunci: Efektivitas, persepsi, Raskin, petani miskin, rumah tangga
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mampu menjaga pertumbuhan ekonominya ditengah ancaman krisis global. Keadaan tersebut membuat Indonesia terus melakukan upaya pembangunan nasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Menurut Todaro dan Stephen (2006), inti permasalahan dalam pembangunan di negara berkembang selalu dilatarbelakangi oleh kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan yang ditandai oleh masih banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Data BPS (2013) menunjukkan tingkat kemiskinan di Indonesia dari tahun 2008 hingga Maret 2013 mengalami penurunan (lihat Gambar 1). Namun, penurunan kemiskinan ini tidak signifikan. Kekayaan sumber daya alam Indonesia seharusnya mampu dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak banyak masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan. Data BPS Indonesia (2013) menjelaskan bahwa Provinsi Jawa Tengah menempati posisi kedua terkait dengan banyaknya jumlah penduduk miskin desa dan kota. Menurut data PPLS (2011), sekitar
3,3% penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah tinggal di Kabupaten Magelang. BPS Kabupaten Magelang (2013) juga menjelaskan bahwa 137.896 rumah tangga merupakan rumah tangga petani padi. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai program perlindungan bagi rumah tangga miskin, salah satunya adalah Program Raskin. Menurut Sudiarso (2012), Program Raskin adalah salah satu usaha pemerintah untuk memberikan jaminan sosial masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan. Kemenko Kesra (2013) menjelaskan bahwa keberhasilan program ini berdasarkan pada pencapaian indikator 6T yakni tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, adminstrasi, dan kualitas. Namun dalam pelaksanaannya, program ini juga tidak luput dari penyimpangan, diantaranya tidak tepat sasaran, harga, jumlah, maupun kualitas beras yang diterima. Evaluasi terkait pelaksanaan program ini di Kabupaten Magelang perlu dilakukan mengingat wilayah titik distribusi padi daerah tersebut paling tinggi dan wilayah ini merupakan penyangga pangan di Jawa Tengah. Selain itu, petani padi sebagai orang yang membudidayakan tanaman padi justru menjadi rumah tangga sasaran yang paling banyak menerima bantuan ini.
40000000 30000000 20000000 10000000 0 2008
2009
2010
2011
Sep-12
Penduduk Miskin Kota
Maret 2013
Penduduk Miskin Desa Penduduk Miskin Desa+Kota
Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2008-2014 Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis efektivitas pelaksanaan Program Raskin terhadap rumah tangga miskin di Kabupaten Magelang dari segi tepat sasaran; jumlah; harga; dan waktu, 2) menganalisis persepsi rumah tangga miskin terhadap pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten Magelang. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan teknik survey. Pemilihan lokasi penelitian dipilih dengan metode purposive (sengaja) dengan dasar pertimbangan bahwa Kecamatan Grabag merupakan daerah yang menerima bantuan Program Raskin paling tinggi. Sampel rumah tangga petani padi miskin dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang berasal dari Desa Citrosono dan Desa Seworan, Kecamatan Grabag. Rumus perhitungan efektivitas program ini adalah: .........................(1) Dimana, IKS adalah indeks kinerja ketepatan sasaran (%); Sa adalah jumlah rumah tangga yang aktual menerima; Ss adalah jumlah rumah
tangga yang seharusnya menerima (terdaftar dalam DPM-I). .........................(2) Dimana, IKJ adalah indeks kinerja ketepatan jumlah (%); Ja adalah jumlah beras yang aktual diterima responden (kg/RTM/bulan); Js adalah jumlah beras yang seharusnya diterima responden (15 kg/RTM/bulan). .............................(3)
Dimana, IKH adalah indeks kinerja ketepatan harga (%); Ha adalah harga beras yang aktual dibayar responen (Rp/kg); Hs adalah harga beras yang seharusnya dibayar responden (Rp 1.600/kg). .......................(4) Dimana, IKW adalah ndeks ketepatan waktu (%); Wa adalah jumlah waktu aktual yang diterima responden; Ws adalah jumlah waktu seharusnya menerima Raskin (15 kali dalam setahun). Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui persepsi rumah tangga responden terkait pelaksanaan program ini dengan menggunakan alat skala likert. Persepsi rumah tangga responden terdiri atas 5 kriteria yaitu sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk. Item pertanyaan pada
kuisioner diuji dengan menggunakan uji validitas dengan metode korelasi product moment dan uji reliabilitas dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha. Pengujian ini menggunakan aplikasi SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Karakteristik rumah tangga responden merupakan suatu gambaran yang menjelaskan kondisi dan latar belakang rumah tangga petani padi sampel. Berikut karakteristik-karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain: Umur Berikut data rumah tangga responden berdasarkan pada umur (Tabel 1.) Tabel 1. Menjelaskan bahwa rumah tangga responden yang menerima bantuan program ini sebagian besar pada kelompok usia 30-40 tahun dan 41-50 tahun. Dengan demikian, rumah tangga responden sebagian besar merupakan kelompok usia produktif pada kelompok usia 30-50 tahun, sehingga mereka dapat bekerja dan meningkatkan kesejahteraannya, khususnya dalam hal menjamin kebutuhan pangan. Jumlah Tanggungan Keluarga Berikut data rumah tangga responden berdasarkan pada jumlah tanggungan keluarga (Tabel 2.) Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga responden yang menerima bantuan ini paling tinggi yakni 50% merupakan keluarga dengan jumlah tanggungan keluarga lebih dari atau sama dengan
5. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya jumlah tanggungan keluarga maka kebutuhan terhadap beras akan semakin tinggi. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengetahui karakteristik kemiskinan. Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan pada tingkat pendidikan (Tabel 3.) Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar kepala keluarga rumah tangga responden merupakan tamatan SD dengan persentase 80%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah ini akan menyulitkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi. Menurut kriteria kemiskinan BPS dalam Bappenas (2010), maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah tangga responden layak untuk mendapatkan bantuan ini. Tingkat Penerimaan Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan pada tingkat penerimaan (Tabel 4.) Tabel 4 menjelaskan bahwa tingkat penerimaan rumah tangga responden sebanyak 40% berada pada kisaran Rp 300.000,00-Rp 450.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat penerimaan rumah tangga maka semakin besar kesempatannya untuk memperoleh bantuan ini. Dengan demikian, sebagian besar responden memenuhi kriteria kemiskinan BPS dalam hal penerimaan dalam sebulan ≤ Rp 600.000,00 (Bappenas, 2010).
Tabel 1. Karakteristik Responden menurut Umur No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria Jumlah (orang) 30-40 tahun 11 41-50 tahun 11 51-60 tahun 5 ≥ 61 tahun 3 30 Jumlah Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Persentase (%) 36,67 36,67 16,67 10,00 100,00
Tabel 2. Karakteristik Responden menurut Jumlah Tanggungan Keluarga No. 1. 2. 3.
Kriteria ≤2 3-4 ≥5 Jumlah
Jumlah (orang) 6 9 15 30
Persentase (%) 20,00 30,00 50,00 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah (orang) 1 24 3 1 1 30
Persentase (%) 3,33 80,00 10,00 3,33 3,33 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 4. Karakteristik Responden menurut Tingkat Penerimaan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria Rp 300.000,00 – Rp 450.000,00 Rp 450.001,00 – Rp 600.000,00 Rp 600.001,00 – Rp 750.000,00 Rp 750.001,00 – Rp 900.000,00 ≥ Rp 900.001,00 Jumlah
Jumlah (orang) 12 9 2 5 2 30
Persentase (%) 40,00 30,00 6,67 16,67 6,67 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Luas Kepemilikan Lahan Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan pada luas kepemilikan lahan (Tabel 5.)
Tabel 5 menjelaskan bahwa sebagian besar rumah tangga responden tidak memiliki lahan, baik sawah maupun tegal. Menurut hasil Musyawarah Desa (Mudes), rumah
tangga yang menerima bantuan program ini adalah rumah tangga yang luas kepemilikan lahannya kurang dari 0,5 Ha atau tidak memiliki lahan. Dengan demikian, rumah tangga responden memenuhi syarat tersebut dan layak mendapat bantuan Raskin. Luas Lantai Bangunan Menurut BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang menerima bantuan dari pemerintah yakni yang mempunyai luas lantai bangunan 8 m2 per orang. Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan luas lantai bangunan (Tabel 6.) Tabel 6 menjelaskan bahwa sebanyak 56,67% rumah tangga responden memiliki luas bangunan 51-80 m2. Rata-rata rumah tangga responden memiliki luas lantai bangunan 14 m2 per orang, sehingga dalam hal ini sebagian besar rumah tangga responden dikategorikan tidak miskin. Jenis Lantai Bangunan Berikut data responden berdasarkan jenis lantai bangunan (Tabel 7.) Tabel 7 menjelaskan bahwa sebanyak 83,33% rumah tangga responden telah menggunakan ubin sebagai jenis lantai bangunan. Meskipun demikian, ada juga responden yang menggunakan ubin dan tanah sebagai lantai bangunan tempat tinggal mereka. Biasanya tanah digunakan sebagai lantai bangunan di dapur. Jenis Dinding Bangunan Berikut data mengenai responden berdasarkan jenis dinding bangunan (Tabel 8.) Tabel 8 menjelaskan bahwa sebanyak 93,33% rumah tangga
responden telah menggunakan tembok sebagai jenis dinding bangunan mereka. Sedangkan yang menggunakan bambu hanya 6,67%. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan jenis dinding bangunan menurut kriteria BPS, sebagian besar rumah tangga responden masuk dalam kategori tidak miskin. Aset Harta Bergerak Berikut data mengenai responden berdasarkan aset harta bergerak (Tabel 9.) Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 9 menjelaskan bahwa sebanyak 63,33% rumah tangga responden memiliki kendaraan bermotor berupa sepeda motor. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dari semua responden, ada juga yang memiliki sepeda dan motor. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), seharusnya yang menerima bantuan ini rumah tangga yang kepemilikan asset harta bergeraknya ≤ Rp 600.000,00, sehingga dalam hal ini rumah tangga responden termasuk dalam kategori tidak miskin. Sumber Penerangan Rumah Berikut data mengenai rumah tangga responden berdasarkan sumber penerangan rumah (Tabel 10.) Tabel 10 menjelaskan bahwa seluruh responden telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), seharusnya yang menerima bantuan ini rumah tangga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber penerangan rumah, sehingga dalam hal ini rumah tangga responden termasuk dalam kategori tidak miskin.
Tabel 5. Karakteristik Responden menurut Luas Kepemilikan Lahan No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria Tidak memiliki lahan 0,01 – 0,10 Ha 0,11 – 0, 20 Ha 0,21 – 0,30 Ha Jumlah
Jumlah (orang) 21 6 2 1 30
Persentase (%) 70,00 20,00 6,67 3,33 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 6. Karakteristik Responden menurut Luas Lantai Bangunan No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria < 20 m2 20 – 50 m2 51 – 80 m2 81 – 110 m2 Jumlah
Jumlah (orang) 2 6 17 5 30
Persentase (%) 6,67 20,00 56,67 16,67 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 7. Karakteristik Responden menurut Jenis Lantai Bangunan No. 1. 2. 3.
Kriteria
Jumlah (orang)
Jumlah
25 0 5 30
Ubin Kayu Tanah
Persentase (%) 83,33 0,00 16,67 100,00
Tabel 8. Karakteristik Responden menurut Jenis Dinding Bangunan No. 1. Kayu 2. Bambu 3. Tembok
Kriteria
Jumlah
Jumlah (orang) 0 2 28 30
Persentase (%) 0,00 6,67 93,33 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 9. Karakteristik Responden menurut Aset Harta Bergerak No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria Sepeda Sepeda motor Mobil Tidak punya Jumlah
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Jumlah (orang) 10 19 0 1 30
Persentase (%) 33,33 63,33 0,00 3,33 100,00
Tabel 10. Karakteristik Responden menurut Sumber Penerangan Rumah No. 1. 2.
Kriteria Listrik Bukan Listrik Jumlah
Jumlah (orang) Persentase (%) 30 100,00 0 0,00 30 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Sumber Bahan Bakar Memasak Berikut rumah tangga responden berdasarkan pada karakteristik sumber bahan bakar memasak (Tabel 11). Tabel 11 menjelaskan bahwa sebanyak 80% rumah tangga responden telah menggunakan gas sebagai bahan bakar memasak. Hal ini dikarenakan harga minyak tanah yang saat ini sangat mahal. Menurut kriteria BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang seharusnya mendapatkan bantuan ini adalah rumah tangga yang menggunakan minyak tanah/kayu bakar untuk bahan bakar memasak. Rumah tangga responden dalam kategori ini termasuk dalam tidak miskin. Sumber Air Minum Berikut data mengenai responden berdasarkan sumber air minum (Tabel 12.) Tabel 12 menjelaskan bahwa sebanyak 56,67% rumah tangga responden menggunakan PAM untuk sumber air minum. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang menerima bantuan dari pemerintah yakni yang sumber air minumnya berasal dari sumur, sumber mata air terlindungi/tidak terlindungi. Dengan demikian, sebagian besar rumah tangga responden tidak dapat dikategorikan miskin dari variabel ini.
Fasilitas Tempat Buang Air Besar Berikut data mengenai responden berdasarkan ketersediaan fasilitas tempat buang air besar (Tabel 13.) Tabel 13 menjelaskan bahwa seluruh responden telah memiliki fasilitas tempat buang air besar. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang mendapatkan bantuan dari pemerintah adalah rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar atau menumpang di tempat orang lain. Dengan demikian, rumah tangga responden tidak masuk dalam kategori miskin apabila dilihat dari variabel ini. Kemampuan untuk Membayar Berobat Ke Puskesmas Atau Dokter Berikut rumah tangga responden berdasarkan pada kriteria kemampuan untuk membayar berobat ke puskesmas atau dokter (Tabel 14.) Tabel 14 menjelaskan bahwa 50% responden menyatakan mampu untuk membayar berobat ke puskesmas atau dokter. Sementara sebagian rumah tangga responden lebih memilih menggunakan jasa tukang pijat atau membeli obat di warung apabila jatuh sakit. Menurut BPS dalam Bappenas (2010), rumah tangga yang mendapat bantuan dari pemerintah adalah rumah tangga yang tidak mempunyai kemampuan untuk membayar berobat ke
puskesmas atau dokter. Dengan demikian, rumah tangga responden dapat dikategorikan rumah tangga miskin pada variabel ini. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji ini menggunakan 10 sampel sehingga diperoleh nilai r tabel 0,632. Adapun hasil uji validitas adalah sebagai berikut (Tabel 15). Sedangkan uji reliabiltas menunjukkan nilai Conbach’s Alpha sebesar 0,936, artinya reliable sempurna. Efektivitas Program Raskin Tepat Sasaran Penetapan sasaran atau rumah tangga penerima manfaat program ini berdasarkan pada Basis Data Terpadu yang dikelola oleh TNP2K (Kemenko Kesra, 2013).Berdasarkan pada hasil survey lapang menunjukkan tingkat ketepatan sasaran di lokasi penelitian sebagai berikut (Tabel 16). Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas program ini dilihat dari tingkat ketepatan sasaran mencapai 164,5% atau masuk dalam kategori tidak memuaskan. Data tersebut menjelaskan bahwa di salah satu wilayah, yakni Desa Seworan jumlah rumah tangga yang menerima bantuan ini rumah tangga yang terdaftar dalam DPM 1 dan rumah tangga lainnya yang tidak terdaftar. Hal tersebut disebabkan oleh pemerataan yang dilakukan petugas desa setempat dan disepakati oleh seluruh warga. Menurut Walujo (2009), keberhasilan dalam efektivitas ketepatan sasaran program ini dipengaruhi kualitas sumberdaya manusia aparat kelurahan.
Tepat Jumlah Jumlah yang seharusnya diterima oleh masing-masing rumah tangga yakni 15 kg/KK/bulan (Kemenko Kesra, 2013). Namun, hasil survey lapang menunjukkan bahwa salah satu wilayah sampel menerima jumlah beras kurang dari ketetapan (tabel 17.). Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tingkat ketepatan jumlah di wilayah sampel sebesar 71,67% atau efektivitas program ini baik. salah satu lokasi penelitian yakni Desa Seworan membagikan Raskin dengan jumlah yang lebih rendah dari ketetapan. Prinsip pemerataan yang dilakukan di wilayah sampel ini mengakibatkan rumah tangga responden hanya mendapat kurang dari setengahnya. Menurut PPKBK LPM UNS (2013), salah satu alasan pembagian merata Raskin dikarenakan adanya semangat kegotongroyongan dan rasa kedekatan antar sesama warga, khususnya warga miskin. Selain itu, pemerataan dilakukan untuk menghindari konflik dan kecemburuan sosial ditengah-tengah masyarakat. Tepat Harga Salah satu indikator yang menentukan tingkat efektivitas pelaksanaan program ini adalah tepat harga. Menurut Kemenko Kesra (2013), harga tebus Raskin sebesar Rp 1.600,00/kg. Berikut data mengenai efektivitas pelaksanaan program ini dilihat dari tepat harga (Tabel 18.).
Tabel tersebut menjelaskan bahwa tingkat ketepatan tebus Raskin mencapai 100%, artinya efektivitas program ini dilihat dari segi ketepatan harga adalah memuaskan. Hasil wawancara dengan seluruh responden menjelaskan bahwa mereka membayar beras Rp 1.600/kg dan dibayarkan kepada petugas saat pengambilan beras. Menurut Hastuti, dkk (2012) ketepatan harga Raskin ditentukan oleh jarak titik distribusi dari penerima manfaat dan fungsi titik distribusi. Berdasarkan hasil survey lapang, titik distribusi dikedua desa ini sangat mudah dijangkau tidak perlu membayar biaya tambahan. Tepat Waktu Rumah tangga penerima manfaat menerima bantuan program ini sebanyak 15 kali di tahun 2013.Menurut keterangan dari Satker Raskin, pada bulan Juli hingga September beras yang dibagikan 2 kali lipat karena adanya kenaikan harga BBM dan hari raya Idul Fitri. Berikut tingkat efektivitas pelaksanaan program ini dilihat dari ketepatan waktu (Tabel 19.). Tabel 19 menjelaskan bahwa rata-rata tingkat ketepatan waktu distribusi bantuan beras ini mencapai 100%, artinya efektivitas dari program ini memuaskan. Hal tersebut menunjukkan pihak terkait mampu melaksanakan tugas distribusi dengan baik dan lancar. Selain itu, ketepatan waktu dalam pembayaran juga mempengaruhi distribusi Raskin.
Persepsi Rumah Tangga Petani Padi Miskin terhadap Pelaksanaan Program Raskin Persepsi rumah tangga responden terhadap pelaksanaan program ini dibedakan menjadi 5 kriteria yakni sangat buruk, buruk, cukup, baik, dan sangat baik. Adapun persepsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 menjelaskan bahwa persepsi rumah tangga responden terhadap pelaksanaan program ini termasuk dalam kategori cukup. Meskipun demikian, persepsi responden terhadap ketepatan sasaran, harga beras, dan administrasi dalam program ini adalah baik. Sebagian besar responden menilai bahwa jumlah beras sebesar 15 kg/kk/bulan masih dinilai kurang. Begitu pula pada frekuensi waktu pemberian dan kualitas bantuan ini dinilai cukup. Responden menilai sebaiknya jumlah Raskin yang diberikan kepada rumah tangga mengalami penambahan menjadi 3035 kg/KK/bulan.Responden juga menilai bahwa kualitas beras yang mereka terima belum terlalu baik meskipun layak untuk dimakan. Dengan demikian, pemerintah perlu memperlakukan perbaikan program ini agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rumah tangga sasaran penerima manfaat.
Tabel 11. Karakteristik Responden menurut Sumber Bahan Bakar Memasak No. Kriteria 1. Kayu 2. Minyak Tanah 3. Gas Jumlah
Jumlah (orang) 6 0 24 30
Persentase (%) 20,00 0,00 80,00 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 12. Karakteristik Responden menurut Sumber Air Minum No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kriteria
Jumlah (orang) 5 0 0 17 8 30
Sumur Sungai Air Hujan PAM Sumber mata air Jumlah
Persentase (%) 16,67 0,00 0,00 56,67 26,67 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 13. Karakteristik Responden menurut Fasilitas Buang Air Besar No. Kriteria 1. Ada 2. Tidak ada Jumlah
Jumlah (orang) 30 0 30
Persentase (%) 100,00 0,00 100,00
Tabel 14. Karakteristik Responden menurut Kemampuan untuk Membayar Berobat Ke Puskesmas atau Dokter No. 1. 2.
Kriteria Mampu Tidak mampu Jumlah
Jumlah (orang) 15 15 30
Persentase (%) 50,00 50,00 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 15. Hasil Uji Validitas Kuisioner No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Variabel Ketepatan sasaran program Raskin Jumlah Beras Program Raskin Harga Beras Program Raskin Waktu Pembagian Beras Program Raskin Administrasi Program Raskin Kualitas beras Program Raskin
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Banyaknya Item 2 1 1 1 2 1
Corrected item total correlation 0,667/0,882 0,917 0,741 0,767
Ket. Valid Valid Valid Valid
0,756/0,826 Valid 0,791 Valid
Tabel 16. Efektivitas Ketepatan Sasaran Program Raskin No.
Wilayah Sampel
Penerima Aktual
1. 2.
Desa Citrosono Desa Seworan
685 271 Rata-rata
Penerima Terdaftar (DPM 1) 685 118
Tingkat Ketepatan Sasaran (%) 100,00 229,00 164,50
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 17. Efektivitas Ketepatan Jumlah Program Raskin No. 1. 2.
Rataan Jumlah Aktual (kg) Desa Citrosono 15,00 Desa Seworan 6,50 Rata- rata Wilayah Sampel
Tingkat Ketepatan Jumlah (%) 100,00 43,33 71,67
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 18. Efektivitas Ketepatan Harga Tebus Program Raskin No. 1. 2.
Rataan Harga Aktual (Rp) Desa Citrosono 1.600 Desa Seworan 1.600 Rata- rata Wilayah Sampel
Tingkat Ketepatan Harga (%) 100,00 100,00 100,00
Sumber: Analisis Data Primer, 2014 Tabel 19. Efektivitas Ketepatan Waktu Program Raskin No Wilayah . Sampel 1. Desa Citrosono 2. Desa Seworan
Waktu Aktual Penerimaan (kali/tahun) 15 15 Rata- rata
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Tingkat Ketepatan Waktu (%) 100,00 100,00 100,00
Tabel 20. Persepsi Rumah Tangga Petani Padi Miskin terhadap Pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten Magelang No. 1.
2. 3. 4.
5.
Variabel Persepsi terhadap ketepatan sasaran Program Raskin Persepsi terhadap jumlah beras Raskin Persepsi terhadap harga beras Program Raskin Persepsi terhadap waktu pembagian Program Raskin Persepsi terhadap adminstrasi Program Raskin
6.
Persepsi terhadap kualitas beras program Raskin Jumlah
Skor Total (a) 7,86
∑ Pertanyaan (b) 2
Skor (a/b)
Kategori
Ket.
3,93
Baik
2,74
1
2,74
Cukup
3,54
1
3,54
Baik
2,77
1
2,77
Cukup
7,13
2
3,56
Baik
2,94
1
2,94
Cukup
Kriteria dan penentuan RTS sesuai 15 kg/bulan dinilai kurang Harga Rp 1.600/kg sangat murah Frekuensi sebulan sekali dinilai kurang Sistem cash on carry dan pembagian kupon Raskin dinilai baik Warna beras kuning dan berbau apek
3,37
Cukup
26,98
Ket.: 1,00-1,80 (Sangat Buruk) 4,21-5,00 (Sangat Baik) 3,41-4,20 (Baik) Sumber: Analisis Data Primer, 2014 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rumah tangga responden termasuk dalam kategori miskin hanya dilihat dari 4 variabel kemiskinan menurut BPS yakni lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga, luas kepemilikan lahan, kemampuan berobat ke puskesmas atau dokter, dan tingkat pendidikan terakhir kepala keluarga, oleh karena itu perlu adanya peninjauan kembali. Efektivitas pelaksanaan Program Raskin dari segi tepat sasaran adalah tidak memuaskan (164,5%) dan dari tepat jumlah adalah baik (71,67%),hal ini dikarenakan adanya pemerataan. Sementara efektivitas program ini
8
2,61-3,40 (Cukup) 1,81-2,60 (Buruk)
dari tepat harga dan waktu adalah memuaskan (100%). Tingkat persepsi responden terhadap pelaksanaan program ini adalah cukup (3,37) karena jumlah, waktu pembagian, dan kualitas beras yang diterima tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Saran Sebagai upaya untuk mencapai tingkat efektivitas pelaksanaan Program Raskin dari segi tepat sasaran dan tepat jumlah maka perlu adanya peninjauan kembali terkait kriteria kemiskinan yang digunakan oleh BPS , terutama terkait dengan sumber bahan bakar memasak, sumber penerangan rumah, dan jenis dinding serta lantai bangunan. Sebaiknya untuk memperbaiki persepsi rumah tangga
sasaran mengenai Program Raskin, maka Pemerintah melalui Bulog perlu meningkatkan kualitas beras yang layak konsumsi dan mempertimbangkan jumlah beras yang diterima sesuai dengan jumlah tanggungan keluarga (10kg/orang/bulan). Sebaiknya dilakukan peninjauan kembali terkait data penerima manfaat program pemerintah sehingga lebih tepat sasaran. DAFTAR PUSTAKA. Bappenas. 2010. Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan keluarga Sejahtera-I/ KS-I. Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak. BPS (Badan Pusat Statistik). 2013. Kemiskinan. http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 20 September 2013. BPS Provinsi Jawa Tengah. 2011. Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 2011 (PPLS 2011) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. BPS Kabupaten Magelang. 2013. Hasil Sensus Pertanian 2013. Berita Resmi Statistik. Magelang.
Hastuti, Bambang Sulaksono, Sulton Mawardi. 2012. Tinjauan Efektivitas Pelaksanaan RASKIN Dalam Mencapai Enam Tepat. SMERU. Jakarta. Kemenko Kesra (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat). 2013. Pedoman Umum Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah 2013 (PEDUM RASKIN). Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia. Todaro Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Erlangga. Jakarta PPKBK LPM UNS. 2013. Analisis Indikator Keberhasilan Program Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) di Jawa Tengah. UNS. Surakarta. Sudiarso. 2012. Kajian Efektivitas Program Raskin di Jawa Timur. Pangan Media Komunikasi dan Informasi 1 (21) : 59-69. Walujo Hari Sedjati. 2009. Pelaksanaan Program Penjualan Raskin di Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Paradigma 1 (13): 1-14.