ANALISIS DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWIDTH JARINGAN HOTSPOT PT. ANGKASA PURA AIRPORTS YOGYAKARTA BERBASIS MIKROTIK RB1100AH
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Rifqi Mizan Aulawi 11.11.4964
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2014
ANALISIS DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWIDTH JARINGAN HOTSPOT PT. ANGKASA PURA AIRPORTS YOGYAKARTA BERBASIS MIKROTIK RB1100AH Rifqi Mizan Aulawi1), Sudarmawan2), 1) 2)
Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta
Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta
Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283 Email :
[email protected]
management,
,
[email protected])
satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second [bps].[1]
Abstract - The spread of the Internet and rapid technological developments led to the Internet become a staple in every company. One of the spread of internet technology is the use of features hotspot, where someone can be connected with the network the internet wirelessly. Internet use in unnatural can result in bandwidth mutually scrambling and unstable. Thus the need of management system to regulate the use of the bandwidth or called with the management of bandwidth. Bandwidth management method used Queue tree and PCQ (Per Connection Queue) on Mikrotik RB1100AH. The method can be an alternative in managing bandwidth in PT. Angkasa Pura Yogyakarta. In this research discussed the analysis and the implementation of the bandwidth management hotspot network in PT. Angkasa Pura Yogyakarta. Throughput test results show that the bandwidth can be spread evenly. Latency test shows a very good value by standardizing TIPHON. While jitter test results Showed normal value by standardizing TIPHON. Keywords : Bandwidth Bandwidth, Hotspot.
1)
Semakin banyaknya pengguna hotspot menyebabkan terjadinya perebutan bandwidth internet. Oleh karena itu, perlu adanya sistem management yang mengatur lalu lintas bandwidth sehingga bandwidth dapat digunakan secara efektif. Alat yang digunakan untuk mengatur jaringan hotspot di kantor PT. Angkasa Pura I Yogyakarta yaitu Router Mikrotik RB1100AH. Konfigurasi hotspot menggunakan metode queue tree dan metode PCQ (Per Connection Queue) dapat menjadi alternatif dalam penerapan manajemen bandwidth. Metode queue tree dipilih karena dapat melakukan pembatasan bandwidth berdasarkan group bahkan secara hirarki.[2] Sedangkan metode PCQ (Per Connection Queue) cocok digunakan untuk jaringan dengan jumlah client yang sulit diperkirakan.[3] Mangle digunakan untuk menandai packet data untuk memudahkan manajemen bandwidth. Secara umum konsep PCQ berguna untuk menyeimbangkan traffic dengan membuat beberapa sub-sub, sehingga penyebaran bandwidth dapat merata. Seandainya bandwidth yang tersedia yakni 2 Mbps, dan ternyata ada 4 client yang online, maka bandwidth dibagi menjadi 512 kbps per client, jika 2 client online, maka bandwidth dibagi menjadi 1 Mbps per client dan seterusnya.
Mikrotik,
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bandara Adisutjipto adalah bandar udara yang terletak di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tanggal 1 April 1992 bandara ini berubah nama menjadi PT. Angkasa Pura sesuai peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1993. PT. Angkasa Pura Yogyakarta memiliki fasilitas diantaranya adalah teknologi wireless atau yang biasa disebut dengan hotspot.
1.2
Setiap karyawan yang terhubung dengan hotspot bisa melakukan browsing, upload, streaming dan download menggunakan beberapa gadget, seperti smartphone, tablet, dan laptop secara bersamaan. Penggunaan hotspot download dan streaming secara tidak wajar dapat mengakibatkan bandwidth saling berebut antara client sehingga bandwidth yang telah di alokasikan untuk hotspot tidak cukup. Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per
Menerapkan konfigurasi sebagai salah satu cara dalam membuat sistem manajemen bandwidth di PT. Angkasa Pura yang memiliki keunggulan diantaranya : a. Pemerataan bandwidth b. Filtering
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dihasilkan rumusan masalah yaitu bagaimana membuat sistem manajemen bandwidth pada jaringan hotspot PT. Angkasa Pura Yogyakarta menggunakan Mikrotik RB1100AH? 1.3
Tujuan Penelitian
1.4 Metode Pengembangan Jaringan Metode pengembangan jaringan yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode PPDIO. Tahapan yang terdapat pada metode PPDIO yaitu Prepare, Plan,
1
Design, Implement, dan Operate. Metode ini sesuai dengan standar yang dikembangkan oleh Designing for Cisco Internetwork Solution. a. Prepare Pada fase prepare dilakukan proses persiapan ditinjau dari rumusan masalah dan mengidentifikasi sistem yang dibutuhkan. b. Plan Pada fase plan menetapkan perencanaan kerja dengan menentukan parameter, mempersiapkan kebutuhan infrastruktur dan kebutuhan pendukung lainnya. c. Design Pada fase design membuat sebuah model yang berfungsi untuk mengetahui jalannya sebuah sistem. d. Implement Pada fase implementasi yaitu menerapkan semua sistem yang telah direncanakan. Tahap ini mencakup semua konfigurasi sistem yang telah direncanakan. e. Operate Pada fase Operate yaitu tahap pengujian sistem yang telah diimplementasikan.
2.2.3 Mikrotik Hotspot Hotspot adalah salah satu dari sekian banyak fitur yang ada pada mikrotik. Hotspot pada mikrotik adalah sebuah sistem untuk memberikan fitur autentifikasi pada user yang menggunakan jaringan. Oleh karena itu, untuk bisa akses ke jaringan, client harus menggunakan username dan password pada login yang disediakan di web browser. Hotspot merupakan gabungan dari fungsi Proxy, Firewall, DNS, DHCP dan lain-lain yang berguna untuk membangun sistem autentifikasi. Dalam membuat hotspot mikrotik memberikan pilihan bantuan dalam bentuk Setup Wizard yang berguna untuk membuat sebuah hotspot server yang sangat komplek. Selain itu Hotspot pada mikrotik juga mempunyai fitur yang dapat diimplementasikan pada jaringan yaitu Limitasi, Plug and play connectivity, Walled Garden, Advertisement, Trial User, Voucher dan lain-lain. [6] 2.3 PPDIOO Merupakan metode analisis hingga pengembangan instalasi jaringan komputer yang di kembangkan oleh Cisco pada materi Designing for Cisco Internetwork Solutions (DESGN) yang mendefinisikan secara terus menerus siklus hidup layanan yang dibutuhkan untuk pengembangan jaringan komputer. Fase yang terdapat dalam metode PPDIOO adalah: prepare, plan, design, implement, operate, and optimize.
2. Dasar Teori 2.1 Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah himpunan “interkoneksi” antara 2 komputer autonomous atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel atau tanpa kabel (wireless). Bila sebuah komputer dapat membuat komputer lainnya restart, shutdown, atau melakukan control lainnya, maka komputer-komputer tersebut bukan autonomous (tidak melakukan control terhadap komputer lain dengan akses penuh). [4]
2.4 Througput Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut juga dengan bandwidth dalam kondisi yang sebenarnya. Bandwidth lebih bersifat fix, sementara throughput sifatnya adalah dinamis tergantung trafik yang sedang terjadi.[7]
2.2 Mikrotik Mikrotik adalah perusahaan kecil berkantor pusat di Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Pembentukannya diprakarsai oleh John Trully dan Arnis Riekstins. John Trully adalah seorang Amerika yang berimigrasi ke Latvia. Di Latvia ia berjumpa dengan Arnis, seorang sarjana Fisika dan Mekanik sekitar tahun 1995.[5] Tahun 1996 John dan Arnis memulai melakukan eksperimen dengan sistem Linux dan MS DOS yang dikombinasikan dengan teknologi Wireless LAN (WLAN) Aeronet berkecepatan 2Mbps di Molcova, kemudian mereka membuat satu perangkat lunak router yang handal dan tersebar di seluruh dunia.
2.5 Latency Delay atau disebut dengan latency, ini merupakan kondisi tertundanya atau terlambatnya packet data tiba di tujuan. Untuk aplikasi seperti Web, delay tidak akan memberikan pengaruh yang terlalu besar. Namun untuk aplikasi seperti VoIP, delay akan membuat komunikasi IP Phone akan bergema ataupun terputus-putus.[3] Adapun kategori Latency menurut Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) yaitu : Tabel 1. Standarisasi Delay/Latency versi TIPHON Kategori Besar Delay Latency Sangat Bagus < 150 ms
2.2.1 Mikrotik Router OS Mikrotik Router OS adalah Mikrotik dalam bentuk perangkat lunak yang dapat diinstal pada komputer rumahan (PC) melalui CD. Mikrotik Router OS ini dapat di unduh file image dari website resmi Mikrotik, www.mikrotik.com.[5] Namun saat ini, Mikrotik mempunyai perangkat keras sendiri berupa router yang disebut dengan RouterBoard.
Bagus 150 s/d 300 ms Sedang 300 s/d 450 ms Jelek < 450 ms (Sumber : TIPHON (Telecommunication and Internet Protocol Harmonization Over Networks)
2.2.2 Winbox Winbox merupakan aplikasi yang digunakan untuk menyeting mikrotik. Aplikasi ini berbasis GUI (Graphical User Interface). Aplikasi ini dapat mempermudah dalam menyeting mikrotik dimanapun.
2
bandwidth PT. Angkasa Pura Yogyakarta. Seperti penjelasan sebelumnya pada tahap prepare akan menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada sehingga sistem yang akan dibuat akan sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan..
2.6 Jitter Jitter merupakan variasi delay antara paket yang terjadi pada jaringan berbasis IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan tersebut. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion, dengan demikian nilai jitter - nya akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan menyebabkan nilai QoS semakin turun.[8] Kategori kinerja jaringan jitter versi Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) mengelompokkan menjadi empat kategori penurunan kinerja jaringan berdasarkan nilai jitter seperti terlihat pada table berikut : Tabel 2. Standarisasi Jitter versi TIPHON Kategori Peak Jitter Degradasi Sangat Bagus 0 ms Bagus 0 s/d 75 ms Sedang 75 s/d 125ms Jelek 125 s/d 225 ms
Tabel 3. Hasil Pengujian Sebelum Konfigurasi Uji Throughput (Mbps) Latency Jitter Client (ms) (ms) Download Upload 1 1,17 1,22 46,73 51,81 2 0,99 1,06 48,14 49,04 3 1,09 1,20 42,78 127,70 4 0,96 0,94 49,26 76,08 Rata-rata 1,05 1,11 46,73 76,15 3.2 Plan (Perencanaan) Plan adalah tahapan yang digunakan untuk menetapkan rencana kerja dengan menentukan parameter, mempersiapkan kebutuhan infrastruktur dan kebutuhan lainnya. 3.2.1 Konfigurasi Firewall Mangle : Membuat konfigurasi firewall mangle meliputi konfigurasi jump, connection mark, dan packet mark.
(Sumber : TIPHON (Telecommunication and Internet Protocol Harmonization Over Networks)
3.2.1.1 Jump Jump berfungsi untuk melempar paket data ke cahin lain sesuai dengan parameter jump-targetnya.
2.7 Mangle Mangle merupakan metode untuk memberi tanda pada paket data (marking) yang bertujuan untuk management bandwidth. Menurut Rendra T. dalam bukunya yang berjudul Mikrotik Kunfu Kitab 2 (2014) dijelaskan bahwa mangel merupakan salah satu fitur pada firewall Router Mikrotik yang digunakan untuk memberi tanda (mark) pada paket data. Tujuan memberikan tanda ini dimaksudkan agar paket tersebut lebih mudah dikenali lagi, yang pada akhirnya akan mempermudah untuk menerapkan filter, masquerade, routing maupun pada saat melakukan manajemen bandwidth.[9]
3.2.1.2 Connection Mark Connection Mark digunakan untuk memberi tanda pada paket data yang pertama kali keluar. Penelitian ini menggunakan settingan konfigurasi yang dinamakan Hotspot connection. 3.2.1.3 Packet Mark Packet Mark adalah memberikan marking pada paket lanjutan dalam stream data setelah Connection Mark. Packet mark meliputi tiga bagian yakni Hotspot packet, Mark facebook dan Mark download.
2.8 Queue Tree Queue Tree, cara ini relatif lebih rumit, namun dapat melakukan pembatasan bandwidth berdasarkan group bahkan secara hirarki. Harus menggunakan fitur Mangel pada Firewall jika akan menggunakan Queue Tree.
3.2.2 Konfigurasi Layer 7 Protocols : Membuat konfigurasi Layer 7 Protocol, Layer 7 Protocol atau sering disebut dengan L7-Protocol adalah fitur pada mikrotik untuk memfilter data yang ada pada paket.
2.9 Per Connection Queue (PCQ) Per Connection Queue (PCQ) adalah metode untuk membagi bandwidth secara merata, sehingga metode ini sangat cocok digunakan untuk jaringan dengan jumlah client yang sulit diperkirakan. Seandainya bandwidth yang tersedia 1 Mbps, dan ternyata ada 4 client yang online, maka bandwidth dibagi menjadi 256 kbps per client, jika 2 client online, maka bandwidth dibagi menjadi 512 kbps per client dan seterusnya.[9]
3.2.3 Queue Tree : Membuat konfigurasi Queue tree yang bertujuan untuk membagi queue berdasarkan parent sehingga jalur packet akan terlihat lebih rapi dan jelas. Secara teori, biasanya queue tree tidak terlepas dari prinsip Hierarchical Token Bucket (HTB) sehingga alokasi bandwidth yang akan diterima oleh client dapat diterima secara maksimum dan minimum. 3.3 Design Tahapan design merupakan tahapan awal pembuatan sebuah model yang berfungsi untuk mengetahui jalannya sebuah sistem manajemen bandwidth yang akan di terapkan nantinya.
3. Meode Penelitian 3.1 Prepare (Persiapan) Pada tahap prepare diawali dengan mencari kebutuhan sistem yang akan dibuat dan diaplikasikan dalam sistem manajemen
3
3.3.1 Firewall Mangle Diagram firewall mangle postrouting dan prerouting pada hotspot PT. Angkasa Pura Yogyakarta yaitu sebagai berikut :
4.1 Implementasi Langkah implementasi menerapkan semua sistem yang telah direncanakan. Tahap ini mencakup semua konfigurasi sistem yang telah direncanakan.
Gambar 5. Hasil konfigurasi firewall mangle
Gambar 1. Design Firewall Mangle Postrouting dan Prerouting
3.3.2 Queue tree
Gambar 6. Setting akhir firewall Layer-7 Protocols
Gambar 3. Diagram Queue tree Upload
Gambar 7. Setting akhir PCQ Upload dan Download
Gambar 9. Setting akhir Queue tree
4.2 Operate Tahap Operate atau tahap pengoperasian merupakan tahap kelima dari metode PPDIOO network life cycle. Tahap Operate pada penelitian ini adalah tahap pengujian sistem manajemen bandwidth yang telah diimplementasikan di atas. Tabel 10. Hasil Pengujian Throughput, Latency dan Jitter Uji Throughput (Mbps) Latency Jitter Client (ms) (ms) Download Upload 1 0,92 0,87 43,96 68,48 2 0,95 0,86 40,31 99,01 3 0,90 0,88 34,22 133,29
Gambar 4. Diagram Queue tree Download
4. Pembahasan Pengujian manajemen bandwidth dilakukan selama 25 kali pengujian. Setiap kali pengujian terdiri dari 4 client. Pengujian tersebut meliputi pengujian Throughput, Latency dan Jitter. Hasil data setiap client pengujian berasal dari rata-rata 25 kali pengujian.
4
4 Rata-rata
0,93 0,92
0,87 0,87
44,07 40,64
72,90 93,42
Hasil pengujian konfigurasi menunjukkan dari ketiga parameter yang diamati mengalami perubahan yang siginifikan. Data throughput download dari table di atas menunjukkan penyebaran trafik secara merata begitupula data throughput upload sehingga metode PCQ yang diterapkan berhasil. Adapun perbedaan trafik sebelum dan sesudah konfigurasi dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini :
Gambar 4.3 Grafik Uji Delay/Latency Uji latency pada grafik di atas mengalami penurunan antara sebelum dan sesudah dikonfigurasi. Hampir semua client mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini diduga karena algoritma yang digunakan berpengaruh untuk menurunkan delay/latency. Sistem lama yang digunakan pada PT. Angkasa Pura menggunakan metode simple queue yakni packet akan diurutkan terlebih dahulu dan harus melewati setiap queue sebelum packet keluar, berbeda dengan queue tree dimana packet melewati trafik tanpa harus diurutkan terlebih dahulu, sehingga metode simple queue akan menghasilkan delay/latency yang lama dan metode queue tree menghasilkan delay/latency yang lebih cepat. Menurut TIPHON bahwa latency yang baik adalah latency yang memiliki nilai rendah, semakin rendah nilai latency maka semakin baik manajemen bandwidth tersebut. Menurut versi TIPHON (Joesman 2008). [10]
Gambar 12. Grafik Uji Throughput Download
Gambar 13. Grafik Uji Throughput Upload Uji throughput download dan upload sebelum dan sesudah konfigurasi memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari grafik diatas bahwa perbedaan throughput download dan upload antara masing-masing client tidak jauh berbeda. Hal ini diduga karena metode PCQ yang diterapkan dapat mengubah ketidakstabilan throughput menjadi lebih baik sehingga antara client mendapat porsi masing-masing secara adil.
Gambar 14. Grafik Uji Jitter Pada grafik di atas menunjukkan bahwa jitter mengalami perubahan yang signifikan. Client 1 dan 2 mengalami kenaikan sedangkan client 3 dan 4 mengalami penurunan. Dalam penelitian ini data jitter mengalami kenaikan dan terdapat perbedaan antara client. Perbedaan ini diduga karena perbedaan start antara client. Selain itu parameter sinyal wireless yang ditangkap kurang baik. Nilai jitter yang semakin tinggi dapat berpengaruh terhadap hilangnya data, sehingga nilai jitter seharusnya turun bukan naik. 4.2.1 Pengujian Mark Download Pengujian dilakukan dengan cara mendownload software adobe reader 11.0.10 dari http://filehippo.com/download_adobe_reader dengan
5
menggunakan software Internet Download Manager (IDM) pada tiap client dalam waktu bersamaan. Adapun ukuran software adobe reader 11.0.10 sebesar 72,34 MB. Tabel 11. Pengujian Mark Download Client Client 2 Client 3 Client 4 1 Tanpa 14,722 104,600 28,026 41,688 Manajemen KB/sec KB/sec KB/sec KB/sec Bandwidth Dengan 45,279 42,039 47,969 44,875 Manajemen KB/sec KB/sec KB/sec KB/sec Bandwidth
dikonfigurasi berbah menjadi 93,42. Hal ini menunjukkan bahwa nilai jitter sedang menurut standarisasi TIPHON. 5.2 Saran Dengan adanya kelemahan dalam manajemen bandwidth seperti yang telah dijelaskan diatas sebaiknya perlu mengoptimalkan proxy server yang sudah tersedia di PT. Angkasa Pura Yogyakarta selain itu diterapkannya Sistem WDS (Wireless Distribution Sistem) yang dapat mengoptimalkan sinyal wireless. DAFTAR PUSTAKA [1]
Asri, nadia. 2009. Implementasi Bandwidth Managemen pada Sistem Jaringan Kampus di Universitas Guna Darma. Yogyakarta. Universitas Guna Darma. [2] T, Rendra. 2013. Mikrotik Kungfu Kitab 1. Jakarta. Jasakom. [3] T, Rendra. 2013. Mikrotik Kungfu Kitab 3. Jakarta. Jasakom. [4] Syafrizal, melwin. 2005. Pengantar Jaringan Komputer. Yogyakarta. Andi Publisher. [5] Herlambang, M. L., L. Catur, aziz. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Router Masa Depan Menggunakan Mikrotik RouterOs. Yogyakarta. Andi Publisher. [6] Pujo Dewobroto, Fitur-fitur Hotspot Mikrotik, diakses dari http://mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=49 , pada tanggal 7 Mei 2014 pukul 09.37 WIB [7] Anonim. Modul 9 Pengukuran QoS Streaming Server. diakses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 16.45 WIB. [8] M. Didit A.W. 2014. Analisis dan Implementasi Quality Of Service (Qos) Menggunakan Ipcop di Smk Muhammadiyah Imogiri. STMIK AMIKOM, Yogyakarta. [9] T, Rendra. 2013. Mikrotik Kungfu Kitab 2. Jakarta. Jasakom. [10] Joesman 2008, Simulasi Jaringan berbasis paket dengan mempergunakan simulator OPNET. https://joesman.wordpress.com/2008/04/03/simulasijaringan-berbasis-paket-dengan-mempergunakansimulator-opnet/. diakses tanggal 03 juni 2015 pukul 14.15 WIB.
4.2.2 Pengujian Mark Facebook Pengujian dilakukan dengan cara melihat traffic yang ada pada firewall mangle facebook.
Gambar 15. Statistik Mark Facebook 5. Penutup 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yakni : 1) Hasil uji throughput download sebelum konfigurasi pada client 1,2,3 dan 4 berturut-turut 1,17; 0,99; 1,09 dan 0,96. Sedangkan setelah konfigurasi menjadi 0,92; 0,95; 0,90 dan 0,93. Dilihat dari nilai setelah konfigurasi disimpulkan bahwa data menunjukkan penyebaran bandwidth merata. 2) Hasil uji throughput upload sebelum konfigurasi pada client 1,2,3 dan 4 berturut-turut 1,22; 1,06; 1,20 dan 0,94. Sedangkan setelah konfigurasi menjadi 0,87; 0,86; 0,88 dan 0,87. Dilihat dari nilai setelah konfigurasi disimpulkan bahwa data menunjukkan penyebaran bandwidth merata. 3) Adapun uji latency sebelum dikonfigurasi dari keempat client memiliki rata-rata 46,73. Sedangkan setelah dikonfigurasi berbah menjadi 40,64. Hal ini menunjukkan bahwa nilai latency sangat bagus menurut standarisasi TIPHON. 4) Adapun uji jitter sebelum dikonfigurasi dari keempat client memiliki rata-rata 76,15. Sedangkan setelah
Biodata Penulis Rifqi Mizan Aulawi, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S. Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2015 Sudarmawan, memperoleh gelar S1 Teknik Elektro UGM Yogyakarta, Training Instruktur CCNA Cisco Network Academy ITB, dan S2 Magister Teknik Elektro UGM Yogyakarta. Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM Yogyakarta dan menjabat sebagai Ketua Jurusan STMIK AMIKOM Yogyakarta.
6