perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
oleh: Hendra Widi Utomo F1109012
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jangan menyerah, walau banyak kegagalan itu adalah proses pembelajaran karena sesungguhnya kita baru di uji untuk jadi orang yang hebat (penulis)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyiroh 5-8)
Kesabaran adalah kunci menuju kemenangan (al-hadist)
Teruslah berlari mengejar mimpi, walaupun jalan yang terjal harus kita lalui (laskar pelangi)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persembahan
Karya ini kupersembahkan Untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Karya ini kuhadiahkan untuk: 1. Ayah dan Ibuku Tercinta 2. Keluargaku yang kusayangi 3. Teman-teman dan sahabatku 4. Almamaterku
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS DAMPAK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN BANJARSARI KE PASAR KLITIKAN NOTOHARJO SURAKARTA”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Guntur Riyanto,M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semoga Allah SWT membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya. 2. Dr. Wisnu Untoro.,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Drs. Supriyono.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. Sutanto.,M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 5. Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan beserta Staff yang telah memberikan bantuan dalam pemberian data yang penulis perlukan. 6. Lurah Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi beserta Staff dan seluruh pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi terimakasih atas kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data yang penulis perlukan. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya. 8. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Ayah dan Ibuku yang selalu member dorongan, motivasi dan doanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Mas Hari dan Mbak Nita yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 10. Pakde budhe sekalian sekeluarga yang telah memberikan kasih sayang, tempat tinggal selama penulis menyelesaikan skripsi ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Arya Wardhana, Sarjianto dan Bapak Slamet Riyanto yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar 12. My lovely MiYu (Risma Intan Pertiwi) yang selalu memberi kehangatan hati, semangat, dan curahan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 13. Teman-teman seperjuanganku Ucon, Bambang, Adhi dan seluruh penghuni kos Anso, terimaksih atas bantuan, semangat, motivasi, dan rasa persahabatan yang hangat. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, 08 Agustus 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii HALAMAN MOTTO........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v KATA PENGANTAR....................................................................................... vi DAFTAR ISI...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xv ABSTRAKSI..................................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian............................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian............................................................................. 11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori……………............................................................. 12 1. Pengertian Pasar..………............................................................. 12 2. Pengertian Pedagang Kaki Lima.................................................. 13 3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi........................................... 20 4. Teori permintaan……................................................................... 20 5. Teori Produksi............................................................................... 22 6. Pengertian Pendapatan.................................................................. 25 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Kurva Konsumsi dan Kurva Anggel............................................. 33 8. Keseimbangan Pasar................................................................... 37 9. Infestigasi Penelitian Terdahulu dalam tabel.............................. 39 B. Penelitian Terdahulu……………………………………………… 41 C. Kerangka Pemikiran……………………………………………… 48 D. Hipotesis Penelitian………………………………………………. 50 BAB III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 51 B. Metode Pengumpulan Data................................................................ 51 C. Jenis dan Sumber Data....................................................................... 52 D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………………….. 53 E. Definisi Operasional Variabel............................................................ 54 1. Omset penjualan............................................................................ 54 2. Keuntugan..................................................................................... 55 3. Jumlah Tenaga Kerja................................................................... 56 4. Kuantitas Penjualan Barang…………………………………… 56 5. Retribusi dan Pungutan Pasar………………………………….. 56 F. Alat Analisis Data………................................................................ 57 BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta....................................... 60 1. Keadaan Geografis …………........................................................ 60 a. Letak Geografis…………………………………………….. 60 b. Luas Wilayah……………………………………………….. 60 2. Pemerintahan………………......................................................... 61 3. Penduduk dan Tenaga Kerja…………………………………….. 62 a. Kependudukan....................................................................... 62 b. Tenaga Kerja…....................................................................... 63 4. Sosial……..................................................................................... 65 a. Pendidikan…………………………………………………. 65 commit to user 5. Transportasi dan Komunikasi....................................................... 66
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Transportasi………………………………………………… 66 b. Komunikasi…………………………………………………. 68 6. Industri dan Perdagangan...........................................................
68
a. Industri.................................................................................. 68 b. Perdagangan........................................................................
69
7. PDRB dan Inflasi.......................................................................... 69 a. PDRB………………………………………………………. 69 b. Inflasi……………………………………………………… 71 B. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................... 72 C. Analisis Data dan Pembahasan…………………….......................... 77 1. Hasil Pengumpulan Data.............................................................. 78 a. Variabel Omset Penjualan………………………………….. 79 b. Variabel Keuntungan Pedagang……………………………. 85 c. Variabel Jumlah Tenaga Kerja……………………………... 91 d. Variabel Kuantitas Penjualan Barang………………………. 93 e. Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar…………………….. 95 2. Hasil Analisis Uji t (paired sample t test)..................................... 98 a. Omset Penjualan……………………………………………. 98 b. Keuntungan Pedagang……………………………………… 100 c. Jumlah Tenaga Kerja…………………………….................. 102 d. Kuantitas Penjualan Barang………………………………... 104 e. Retribusi dan Pungutan Pasar……………………………… 106
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................ 109 B. Saran.................................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 116 LAMPIRAN commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel Tabel 1.1.
Halaman Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009……………………2
Tabel 1.2
Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di Kota Surakarta Tahun 2009……………………….............. 3
Tabel 2.1
Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi..……………………….... 39
Tabel 2.2
Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Hukum..………………………….. 40
Tabel 4.1
Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta tahun 2009 (ha)………………………….. 61
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk,Rasio Jenis Kelamin Dan Tingkat kepadatan di Surakarta th 2009………………… 62
Tabel 4.3
Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Surakarta th 2009…………………………………… 63
Tabel 4.4
Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum Dan Upah Minimum Kota Surakarta th 2000-2009…………………….. 64
Tabel 4.5
Penduduk Usia 5 th Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta th 2009………. 66
Tabel 4.6
Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta……… 67
Tabel 4.7
PDRB Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta th 2008-2009………….. 70
Tabel 4.8
Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB Kota Surakarta th 2008-2009…………. 71
Tabel 4.9 Tabel 4.10
Laju Inflasi di Kota Surakarta th 2005-2009 (%)……………. 72 commit to di user Jumlah Pedagang Kaki Lima Pasar Klitikan
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Notoharjo Menurut Jenis Dagangan tahun 2010…………….. 75
Tabel 4.11
Rata-rata Omset Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………………. 80
Tabel 4.12
Presentase perubahan Omset Pedagang kaki lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………… 81
Tabel 4.13
IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010…………………… 84
Tabel 4.14
Rata-rata Omset Pedang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari (data deflasi) dan di Notoharjo… 84
Tabel 4.15
Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo……………… 86
Tabel 4.16
Persentase Perubahan Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 88
Tabel 4.17
Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 90
Tabel 4.18
Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 91
Tabel 4.19
Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Kai Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 92
Tabel 4.20
Rata-rata Kuantitas Barang dagangan yang terjual Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 94
Tabel 4.21
Tarif Pungutan Listrik Menurut Penggunaan Di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi……………………… 95
Tabel 4.22
Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan commit to user saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 96
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.23
digilib.uns.ac.id
Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 97
Tabel 4.24
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Omset Penjualan (per bulan)………………………………… 99
Tabel 4.25
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan)……………….. 101
Tabel 4.26
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Hari Orang Kerja (HOK) ……………………………………. 103
Tabel 4.27
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Kuantitas Barang yang Terjual (per bulan)………………….. 105
Tabel 4.28
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Retribusi dan Pungutan Pasar (per bulan)…………………… 107
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 1.1
Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta……………………………. 4
Gambar 2.1
Kurva Permintaan……………………………………………. 21
Gambar 2.2
Proses Produksi………………………………………………. 22
Gambar 2.3
Kurva Total, Marginal, dan Average Produk…………………23
Gambar 2.4
Kurva Permintaan Tanah……………………………………...26
Gambar 2.5
Kurva Pertumbuhan Modal…………………………………... 27
Gambar 2.6
Kurva Konsumsi Pendapatan………………………………… 34
Gambar 2.7
Kurva Engel………………………………………………….. 35
Gambar 2.8
Kurva Demand and Supply……………………………………….. 37
Gambar 2.9
Skema Kerangka Pemikiran………………………………...... 49
Gambar 4.1
Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta………….. 65
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo………..74
Gambar 4.3
Denah Lokasi Penelitian……………………………………... 76
Gambar 4.4
Kerangka Hipotesis…………………………………………... 78
Gambar 4.5
Uji 2 fihak Variabel Omset Penjualan……………………….. 99
Gambar 4.6
Uji 2 fihak Variabel Keuntungan…………………………….. 102
Gambar 4.7
Uji 2 fihak Variabel Tenaga Kerja…………………………… 104
Gambar 4.8
Uji 2 fihak Variabel barang yang terjual……………………... 106
Gambar 4.9
Uji 2 fihak Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar………….. 108
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta Hendra Widi Utomo F.1109012 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari Surakarta ke Pasar Klitikan Notoharjo terhadap omset penjualan, keuntungan pedagang, jumlah karyawan yang dihitung dalam satuan HOK, kuantitas barang yang dijual, dan reribusi dan pungutan pasar. arti kata dampak disini adalah untuk mengetahui perubahan variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas terhadap kondisi pedagang saat ini (di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi) dengan cara membandingkan antara di Notoharjo dan saat masih di Banjarsari. Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi sedangkan data primer dihimpun dari studi literatur Dinas Pengelolaan Pasar, dan BPS Kota Surakarta.jumlah data Primer yang telah dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji paired sample t test dengan derajat keyakinan sebesar 95%. Dari hasil penghitungan data diperoleh hasil t hitung sebagai berikut: a) variabel omset Penjualan (-6,447), b) variabel keuntungan pedagang (-7,017), c) variabel tenaga kerja (-0,872), d) variabel kuantitas penjualan (-5,778), variabel retribusi dan pungutan pasar (23,961) dengan t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984. Asumsi t hitung> t tabel maka H0 ditolak. dari kelima variabel yang mengalami perubahan secara signifikan (H1 diterima) adalah variabel omset,keuntungan,kuantitas penjualan, dan retribusi dan pungutan pasar. Hasil uji yang menunjukan hasil yang sama atau tidak ada perubahan secara signifikan adalah variabel tenaga kerja dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari 5 pekerja, dan kebanyakan dari mereka adalah anggota keluarga dan biasanya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Kata Kunci : omset, keuntungan, tenaga kerja, kuantitas penjualan, retribusi dan pungutan pasar
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan dataran rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten Sukoharjo dan disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai untuk pemukiman sebesar 61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada. Penduduk merupakan salah satu faktor produksi dan dapat menjadi konsumen yang potensial, semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka semakin tinggi tingkat konsumsinya pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil estimasi penduduk antar sensus (2005) penduduk kota Surakarta mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 11.988 jiwa/km². Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005 - 2009 Jenis Kelamin Tahun
Jumlah Total
Rasio Jenis Kelamin
3
4
5
250.868
283.672
534.540
88,44
2006
254.259
258.639
512.898
98,31
2007
246.132
269.240
515.372
91,42
2008
247.245
275.690
522.935
89,68
2009
249.287
278.915
528.202
89,38
Laki – laki
Perempuan
1
2
2005
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011 Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya transaksi atau tempat dimana terjadinya pertemuan antara demand dan suplay. Pasar adalah sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa pembeli berperan sebagai suatu kelompok yang menentukan seberapa banyak permintaan barang dan penjual berperan sebagai kelompok yang menentukan seberapa banyak penawaran akan barang tersebut (Mankiw,2004;78). Salah satu bentuk pasar adalah pasar kompetitif yaitu pasar yan didalamnya terdapat banyak pembeli dan penjual sehingga masing-masing pembeli atau penjual memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap harga pasar. (Mankiw, 2004;78). Di Kota Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sendiri memiliki 44 pasar yang tersebar di Kota Surakarta pasar yang terkenal di Kota Surakarta antara lain Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Singosaren, Pasar Notoharjo, dan Pasar Ngarsopuro. Pendapatan pasar terbesar di Pasar Legi sebesar Rp. 1.437.132.840,00 ( Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta; desember 2010). Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di kota Surakarta tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pasar Nama Legi Klewer Notoharjo Singosaren Gede Nusukan Harjodaksino Jongke Ngarsopuro Rejosari Turisari Purwosari Sidodadi Ledoksari Pucangsawit PKL Jebres Kadipolo Tanggul Depok Kabangan Penumping Ayam Kliwon Jebres Kembang Ayu Balapan Proliman Mebel
Luas Tanah M² 16.640,00 14.000,00 10.800,00 4.900,00 5.820,50 6.531,00 8.997,00 12.253,00 247,70 2.750,00 1.272,00 844,00 499,00 149,60 2.400,00 4.480,00 1.833,00 1200,00 11.220,00 2.301,00 1.460,50 1.409,00 6.820,00
Kelas IA IA IB IB IB IB IB IB IB IIA IIA IIA IIA IIA IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB
commit to user
Potensi Los Kios 1.545 205 2.210 1.018 254 633 108 666 108 979 80 786 97 71 161 24 253 36 189 14 247 29 42 20 53 211 439 7 145 9 281 132 47 114 2 320 168 91 120 18 80 38 35 154 67 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Windu Jenar IIB 1.530,50 30 Ngemplak IIIA 947,00 31 Mojosongo IIIA 1.088,00 32 Bangunharjo IIIA 1.116,00 33 Sidomulyo IIIA 3.365,00 34 Gading IB 2.293,00 35 Sangkrah IIIA 1.122,00 36 Tanggul Sari IIIA 740,00 37 Jurug IIIA 700,00 38 Dawung IIIA 39 Mojosongo Perumnas IIIA 1.458,00 40 Ngumbul IIIA 450,00 41 Bambu IIIA 42 Besi IIIA 15.120,00 43 Joglo IIIA 100,50 44 Cinderamata IIIA 2.153,00 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,2011
Sumber: DPP Kota Surakarta, 2011 Gambar 1.1 Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta
commit to user
212 57 180 44 59 192 140 145 128 42 255 61 121
14 11 5 33 4 19 36 3 11 29 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo merupakan pindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) dari monumen Perjuangan ‘45 Banjarsari. Pedagang Pasar Klithikan Solo dulunya merupakan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menempati salah satu ruang Publik di kota solo, mereka dulunya dikenal sebagai PKL Monumen Banjarsari, dan merupakan Komunitas PKL terbesar di Kota Solo, keberadaan PKL tersebut tidak bisa dilepaskan dari momentum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, semenjak terjadi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, jumlah PKL yang berada di kawasan monument perjuangan ’45 Banjarsari terus berkembang dari tahun ketahun, pada tahun 2003 dilakukan pendataan yang dilakukan Tim City Development Strategy (CDS) Kota Surakarta mencatat bahwa jumlah PKL di kawasan Banjarsari berjumlah sebanyak 610 PKL. Dan pada tahun 2005 dilakukan pedataan kembali oleh Kantor PPKL Pemkot Surakarta yang akan digunakan sebagai data based yang akan dijadikan dasar pemindahan PKL Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo, dari pendataan yang dilakukan didapatkan jumlah PKL menjadi 989 PKL. Dari hasil pendataan diketahui bahwa berdasarkan jenis dagangan PKL Monumen Banjarsari didominasi pedagang aksesori sepeda motor, mobil, dan barang elektronik pada tahun 2003 jumlahnya 250 pedagang, meningkat menjadi 370 pedagang pada tahun 2005(www.pasarklitikannotoraharjosolo.blog). Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh CDS kota Surakarta dengan PPKL Pemkot Surakarta menyatakan bahwa pertambahan pedagang tidak hanya terjadi pada jumlah atau kuantitasnya saja, akan tetapi jenis usaha juga mengalami peningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau penambahan. Berdasarkan pendataan yang dilakukan pada tahun 2003 jenis usaha PKL ini semakin bertambah dan bervariasi. Pedagang Kaki Lima tersebut tidak hanya menjual barang-barang bekas, tetapi juga menjual barangbarang baru. PKL yang berada di kawasan Monumen ‘45 Banjarsari hampir semuanya menempati bangunan permanen, artinya pedagang membangun lapak tetap, sehingga barang dagangan dapat ditinggal di dalam lapak, dan pedagang dapat pulang tanpa membawa barang dagangan. Di kawasan tersebut terdapat 1 (satu) unit fasilitas MCK Umum yang berada di belakang Pasar Banjarsari lama, yaitu di sisi Selatan JL. Abdulrahman Saleh. Kebutuhan akan air bersih dicukupi dengan penggunaan sumur pompa yang dipasang dilokasi, di kawasan Banjarsari terdapat 9 lokasi sumur pompa dan mengambil air dari sekolah yang dekat dengan Kawasan Monumen ‘45 Banjarsari. Sedangkan limbah berupa air kotor langsung dibuang ke selokan yang berada di pinggir jalan sepanjang jalan Kawasan Monumen 45 Banjarsari, karena sebagian besar pedagang dalam aktivitas ekonominya menjual barang klithikan sehingga limbah sisa aktivitas ekonomi tidak begitu banyak, limbah air sebagian besar di hasilkan dari kios makanan dan minuman. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi pedagang tidak banyak, dan bahkan hampir tidak ada. Masing-masing PKL dalam membersihkan sampah tersebut dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu sampah mereka dan untuk kemudian diambil oleh petugas sampah. Untuk layanan jasa kebersihan PKL membayar iuran tiap bulan yang dibayarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lewat paguyuban PKL. Sedangkan kebutuhan listrik dan penerangan sebagian PKL memasang sendiri terutama yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar seperti pedagang alat-alat elektronik, dan sebagian PKL menarik dari kios yang memasang bergenzer dengan memberikan iuran tiap bulan kepada pemilik begenzer sesuai dengan pemakaian. Semenjak tanggal 23 Juli 2006 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari tersebut tidak lagi menempati ruang publik, Pemerintah Kota Surakarta telah merelokasi 989 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari ke Kelurahan Semanggi RT 04 RW VI Kecamatan Pasar Kliwon dengan dibangunkan bagunan permanen. Pasar tersebut menempati lahan seluas 11.950 m2; pemerintah memberikan fasilitas kepada Pedagang antara lain kios yang berukuran 2 X 3 M, pelegalan tentang keberadaan usaha mereka dengan ditandai pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Hak Penempatan (SHP), Surat Izin Perusahaan (SIP), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Dalam Surat Keputusan Walikotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta Nomor: 462.3/094/1/1998 tentang Penutupan Kampung Silir Sebagai Tempat Resosialisasi, dimana salah satu keputusan tentang bekas lahan resosialisasi beserta perluasaannya sesuai dengan kebutuhan akan direncanakan untuk pembangunan fasilitas umum berupa pasar induk hasil bumi dan fasilitas transpotasi, maka pemkot telah membuat sebuah desain dimana eks resosialisasi Silir akan dijadikan pasar Klithikan Semanggi, pasar rakyat yang bertujuan untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Pembangunan pasar Klithikan selain untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan, pembangunan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga berupaya untuk penataan tata ruang kota Solo yang cenderung kumuh dan tidak tertata. Dengan penataan tata ruang dengan baik atau ke arah yang lebih baik, maka Pemkot Surakarta banyak merelokasi kawasan yang dianggap kumuh dengan tujuan untuk tata ruang kota yang lebih baik dan indah. Salah satunya adalah para PKL yang berada di sekitar Monumen 45 Banjarsari, untuk relokasi tersebut maka Pemkot telah menyiapkan lahan di Semanggi Seluas 11,950 meter persegi. Di atas lahan tersebut dibangun kios sebanyak 1.018 kios dan sarana prasarana lainnya, diantaranya parkir mobil dan sepeda motor, koridor, kantor pengelola, mushola dan sarana prasarana fasilitas umum lainnya. Pasar Klithikan Notoharjo dibagi menjadi 3 (tiga) Blok, rincian jumlah pedagang berdasarkan blok. Blok I (satu) berada di bagian depan pasar yang merupakan bangunannya terdiri dari bangunan berlantai 2 (dua), sehingga jumlah kiosnya paling banyak diantara blok lainnya. Blok II (dua) berada di tengah, sedangkan Blok III (tiga) berada di bagian belakang pasar. Persebaran pedagang berdasarkan blok dan jenis dagangan tersebut dirancang Pemkot Surakarta dengan tetap memperhatikan karakteristik jenis usaha pedagang, misalnya pedagang alat sepeda motor dan mobil ditempatkan di pinggir jalan akses di dalam pasar. Jumlah
pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo
berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah tiga golongan jenis dagangan tertentu saja yaitu meliputi; pedagang alat sepeda motor; pedagang alat mobil; dan pedagang elektronik, jumlahnya mencapai 570 pedagang, atau lebih dari 50 % dari jumlah total pedagang. Semenjak berpindah di lokasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang baru ini berlahan-lahan dengan penuh keyakinan ada pedagang-pedagang ini mencari keseimbangan dan kestabilan pendapatan dengan berjualan di Pasar Klithikan Nothoharjo. Pemilihan Semanggi bukan tanpa pertimbangan seksama, karena wilayah ini ditunjang beberapa potensi, diantaranya sarana dan prasarana transpotasi
lengkap;
adanya
pusat-pusast
kegiatan
sebagai
pemacu
pertumbuhan kawasan yang berupa pasar besi, pasar ayam, pasar klithikan, pasar rakyat, rumah toko (ruko), sub terminal dan bongkar muat, perumahan, penginapan, hotel dan restoran, rumah sakit serta tempat ibadah.di samping Semanggi juga terleta di kawasan pertumbuhan wilayah perbatasan. Proses pembangunan pasar sendiri memakan waktu kurang lebih 90 hari serta biaya Rp. 5.126.250.000,00. Relokasi PKL dari Banjarsari ke Semanggi dilakukan setelah tahap pembangunan fisik kios dan kelengkapan fasilitas pasar. Proses pembangunan sendiri selesai pada tanggal 27 juni 2006 dengan masa tenggang 14 hari sehingga pasar dapat digunakan mulai tanggal 11 juli 2006. B. Rumusan Masalah Dari gambaran umum di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap Omset Pedagang Kaki Lima tersebut? 2. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap Keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut? 4. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima tersebut? 5. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari dengan menggunakan uji t yaitu : 1. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap omset Pedagang Kaki Lima tersebut. 2. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut. 3. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut. 4. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima tersebut.. 5. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan, dalam hal ini Kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya. 2. Bagi Pemerintah Daerah, peneliti dan masyarakat. Mengetahui dampakdampak baik dampak negatif maupun dampak positif dalam suatu proyek khususnya Proyek revitalisasi PKL di kawasan Banjarsari. 3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti diharapkan penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian selanjutya dan dapat memberikan manfaat serta dapat memberikan wawasan bagi yang membacanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Pasar Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (Barang dan jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah atau kuantitas komoditas yang diperjual belikan. Pasar dimana penjual dan pembeli melakukan inetaraksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara para pembeli dan para penjual dari suatau komoditas dalam menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjual belikan. Pasar faktor adalah interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barangbanrang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industry adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. (Sugiarto dkk,2002:35) Pasar secara eksplisit didefinisikan bahwa penjual dan pembeli seharusnya diikut sertakan dalam suatu pasar (luas pasar atau extend of market). Luas pasar adalah sesuatu yang menunjukkan batas-batas dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengertian geografis maupun dalam pengertian rangkaian komoditas yang dapat dimasukkan kedalamnya. Definisi pasar penting karena beberapa alasan, dan diuraikan sebagai berikut: a. Memberi informasi bagi manajemen perusahaan, tentang pihak-pihak yang merupakan pesaing nyata dan pesaing potensial untuk komoditaskomoditas yang berbeda atau sama dengan komoditas yang diusahakannya atau akan diusahakannya nanti. b. Memberi acuan kepada pihak manajemen perusahaan tentang batasbatas dari sifat komoditas dan batas geografis pasarnya untuk keperluan penetapan harga, diskriminasi harga, penetapan anggaran belanja ataupun untuk keperluan investasi c. Memberi masukan bagi pemerintah dalam penetapan kebijakan yang terkait dengan kepentingan publik.(Sugiarto,dkk,2002:36) 2. Pengertian Pedagang Kaki Lima Secara umum, pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang dan
jasa-jasa
pertokoan
(okta
dalam
Rais,
1990
dalam
Faransiska.R.Korompis,2005). Adapun menurut McGee yang dikutip oleh Fransiska.R.Korompis,2005), mendefinisikan pedagang kaki lima adalah “The People who offer goods or services for sale from public places, primarily streetes and pavement”. Sedangkan Maning dan Tadjudin Noer Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Breman (1988) dalam Nurani Dwi Okti (2010) pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kaki lima ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminal pada batas-batas tertentu. Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasajasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989). Dari pengertian atau batasan tentang pedagang kaki lima sebagai mana dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa pedagang kaki lima merupakan bagian dari kelompok usaha kecil yang bergerak di bidang atau di sektor informal. Secara khusus, pedagang kaki lima dapat diartikan sebagai salah satu bagian pendistribusi barang dan jasa yang belum mempunyai ijin, usahanya biasanya berpindah-pindah atau tidak nomaden, belum mempunyai struktur organisasi yang jelas, dan belum ada deskripsi tenaga kerja yang jelas cenderung masih bersifat kekeluargaan.
a. Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Sethurahman (1985) yang dikutip dalam Nurani (2010) bahwa istilah pedagang kaki lima biasanya menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil, tetapi akan menyesatkan bila disebut dengan “Perusahaan” berskala kecil dikarenakan beberapa alasan antara lain : 1) Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan
rendah
(kebanyakan
pada
migran).
Hal
ini
menunjukkan bahwa mereka bukanlah Kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukanlah pengusaha seperti dikenal pada umumnya. 2) Cakupan mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan langsung pada dirinya sendiri. 3) Pedagang Kaki Lima dikota terutama harus dipandang sebagai unitunit berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam suatu proses evaluasi dari pada dianggap sebagai perusahaan yang berskala kecil dengan masukanmasukan (input) modal dan pengolahan besar. Selanjutnya menurut definisi International Labour Organization (ILO), pedagang kaki lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh keluarga yang mempunyai skala ekonomi kecil, menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh diluar bagku sekolah (pendidikan informal), tidak dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diatur oleh pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan sempurna (Korompis,2005 dalam Dwi Nurani, 2010) Pengertian pedagang kaki lima yang lain dari sektor marginal (kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut : 1) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam waktu, pemodalan maupun penerimanya. 2) Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatanya sering dikategorikan “Liar”). 3) Modal, peralatan dan kelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil dan diusahakan dasar hitungan harian. 4) Pendapatan tidak menentu dan pendapatan pedagang kaki lima tergolong dalam pendapatan yang rendah. 5) Tidak mempunyai tempat usaha yang tetap atau keterikatan dengan usaha-usaha yang lain. 6) Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. 7) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja. 8) Umumnya tiap-tiap satua usaha yang mempekerjakan tenaga kerja yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9) Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan, dan sebagainya. 10) Sebagai saluran arus barang dan jasa, pedagang kaki lima merupakan mata rantai akhir sebelum mencapai konsumen dari satu mata rantai yang panjang dari sumber utamanya yaitu produsennya (Ramli,1984 dalam Fransiska,2005 dalam Dwi Okti N,2010). Berdasarkan barang atau jasa yang diperjualbelikan, menurut Karafi dalam Umboh (1990) dalam Fransiska (2005) dan dikutip oleh Nurani,2010, pedagang kaki lima dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pedagang minuman, Pedagang makanan, Pedagang buah-buahan, Pedagang sayur-sayuran, Pedagang daging dan ikan, Pedagang rokok dan obat-obatan, Pedagang buku, majalah dan surat kabar, Pedagang tekstil dan pakaian, Pedagang kelontong, Pedagang loak, Pedagang onderdil kendaraan, bensin, dan minyak tanah., Pedagang ayam, kambing,
burung
,dan,
Pedagang
beras
serta,
Penjual
jasa
(Wirosardjoono, 1985 dalam Nurani, 2010). Pengertian pedagang kaki lima sebagai bagian dari sektor informal dapat dijelaskan melalui ciri-ciri sebagai berikut : Merupakan pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen. Ada yang menetap pada lokasi tetentu, ada yang bergerak dari tempat satu ketempat lainnya (menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan bahan makanan, minuman dan barang-barang konsumsi lainnya secara eceran. Umumnya bermodal kecil terkadang hanya merupakan alat bagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi atau sebagai imbalan jerih payahnya. Pedagang kaki lima di perkotaan tidak saja merupakan pelembagaan perilaku ekonomi semata tetapi juga merupakan pelembagaan sosial. (Kartini Kartono ,1980 dalam Nurani, 2010). b. Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut Kartini Kartono dalam Nurani,2010 adalah sebagai berikut : 1) Kekuatan Pedagang Kaki Lima a) Pedagang Kaki Lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat pada negara-negara yang sedang berkembang. b) Prakteknya mereka bisa menawarkan barang dan jasa dengan harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani oleh pajak. c) Sebagian besar masyarakat kita lebih sering berbelanja pada pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang yang ditawarkan lebih murah (terlepas dari pertimbangan kuantitas). d) Tempat berjualan merupakan tempat-tempat yang strategis.
2) Kelemahan pedagang kaki lima, antara lain : a) Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub marginal dengan modal yang relatif kecil mebyebabkan perolehan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
laba relatif kecil padahal pada umumnya banyak anggota keluarga yang bergantung pada hasil yang minim tersebut. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimana hasil mereka hanya pas untuk tetap bertahn hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi modal. b) Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan, maka unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan mempengaruhi kelancaran usaha. c) Adakalanya pedagang kaki lima yang melihat pedagang kaki lima lainnya yang sukses dengan barang dagangan tertentu, mereka akan mengikuti jejak mereka dan menyebabkan hal ini membuat suatu usaha menjadi padat sehingga menyebabkan dari mereka akan mengalami kerugian bahkan sampai gulung tikar. d) Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga yang tinggi, sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat yang sangat merugikan banyak pihak.
3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 2007: 954) revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Revitalisasi arti harfiahnya adalah menghidupkan kembali, maknanya bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar bahwa pasar tradisional harus diubah menjadi menjadi modern agar mampu bersaing dengan pasarpasar modern. Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia di terjemahkan adalah membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan pembangunan relokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat yang baru. (http://primatani.litbang.deptan.go.id/file/materi/pelepasan/rppk_kapusluh. pdf).
4. Teori Permintaan Hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu komoditas tersebut maka semakin tinggi permintaannya, sebaliknya semakin tinggi harga suatu komoditas maka semakin rendah permintaannya. Permintaan akan suatu barang komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Harga komoditas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut (harga barang subtitusi maupun barang komplementer) c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat e. Cita rasa atau selera masyarakat f. Jumlah penduduk g. Ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang, dll Secara matematis fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut: Qd = F (harga, harga komoditas lain, pendapatan, corak distribusi pendapatan,selera masyarakat). (Sugiarto dkk,2002:38) Harga
P1 P2 D 0
Q1
Q2
Kuantitas
Sumber: Sugiarto dkk,2002:40 Gambar 2.1 Kurva Permintaan
5. Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan produksi dalam dalam ekonomi sering dinyatakan dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang
dapat
dihasilkan
dari
pemakaian
sejumlah
input
dengan
menggunakan teknologi tertentu.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002:202 Gambar. 2.2 Proses Produksi Fungsi produksi dapat dituliskan secara matematis dengan persamaan sebagai berikut: Q = F(K,L,X,E), dimana Q adalah output sedangkan K,L,X,E adalah input kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian keusahawanan, untuk menghasilkan output tertentu perusahaan harus menentukan kombinasi dalam pemakaian input. Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menurut jangka waktu yaitu menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dan perusahaan berada dalam jangka pendek apabila sebagian faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Faktor produksi yang dianggap tetap adalah modal seperti mesin, peralatan dan bangunan, sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan (variabel input) adalah tenaga kerja. Analisis jangka panjang faktor produksi dapat mengalami perubahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Q Q3 Q2
TP I
Q1 0 L1
II L2
III L3
L
Q I
II
III
Qx Qz
APl 0
L1
L2
L3
MPl
Sumber : Sugiarto dkk,2002: 209 Gambar 2.3 kurva total, marginal, dan average produk
Total produk adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Pada umumnya total product dilambangkan dengan TP atau Q (Kuantitas). Marginal produk menunjukkan perubahan produksi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan variabel faktor produksi. Average product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata yang dihasilkan oleh setiap penggunaan variabel faktor produksi. Gambar 2.1 menjelaskan tentang hubungan variabel faktor produksi (tenaga kerja / labour) dengan output, dalam kurva dapat dibagi menjadi 3 bagian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(daerah) produksi yaitu pada saat APl naik hingga APl maksimum (daerah I); dari APl maksimum hingga TP maksimum (daerah II) dan daerah TP yang menurun (darah III). Daerah I dikatakan irrational region karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan masih dapat diperbesar. Daerah II adalah rational region karena pada daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, dan pada daerah ini juga tercapai TP maksimum, sedangkan daerah III adalah irrational region karena TP telah mengalami penurunan. Tinjauan dari pendekatan matematis menunjukkan bahwa Q maksimum akan dicapai pada saat Q’ (turunan pertama fungsi Q) = 0. MPl maksimum akan dicapai pada saat MPl = 0, dan APl maksimum dicapai pada saat APl = 0, pada sat APl mencapai maksimum, MPl berpotongan dengan APl hal ini disebabkan karena pola dari marginal product. Kurva menunjukkan bahwa pada saat MPl naik maka APl juga mengalami peningkatan, pada saat APl akan meningkat selama nilai MPl > APl penurunan dan nilai MPl < APl
pada saat MPl terus mengalami maka APl
juga akan mengalami
penurunan, karena pola seperti inilah MPl memotong APl pada saat APl maksimal. Ini sesuai dengan hukum pengembalian yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal return). Hukum ini adalah kaidah yang menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan MP dari suatu factor produksi, pada awalnya MP akan berubah dengan laju yang meningkat untuk kemudian jika faktor produksi ditambah terus maka kenaikannya akan menurun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Pengertian Pendapatan Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barangbarang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh: a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti modal, tenaga kerja dan bahan baku. b. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ; 1) Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu 2) Warisan atau pemberian c. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda : a. Tanah
(termasuk
didalamnya
kekayaan-kekayaan
yang
terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena: (a) naiknya harga barang-barang pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.
Harga Sewa S Tanah P1
P2
P3
D3
D1 D2
Faktor produksi tanah
Sumber: Budiono, 1997:49 Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung
(saving)
dan
kemudian
sektor
produksi
akan
menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membeli mesin – mesin ( yaitu investasi). Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal akan dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintan akan baranng-barang jadi, pada gilirannya depengaruhi oleh dua faktor utama : 1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju, perumahan dan sebagainya). 2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita). Harga barang Modal
S1
S2 S3 P1
P3 P2
D1
D2
0
D3
Modal
Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal). Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) hal ini menyebabkan harga tenaga kerja semakin menurun. Permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat seiring perkembangan industri, dan perusahaan tersebut juga menerapkan hukum the law of diminishing return (akan menambah jumlah tenaga kerja selam total produksinya masih bisa meningkat dan akan mulai mengurangi jumlah tenaga kerja jika total produksinya sudah mengalami penurunan) dalam menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerjanya. d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor
ini
diluar
kemampuan
ilmu
ekonomi
untuk
menganalisa,misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah : 1) Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian, perumahan ) 3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara (misalnya rumah sakit, klinik ) 4) Memperkecil pengangguran 5) Pendidikan yang murah dan merata 6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal ).
d. Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna Pasar Persaingan Sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap sistem pasar yang akan menjamin terwujud kegiatan memproduksi barang dan jasa yang efisien. Dalam analisis ekonomi sering dimisalkan bahwa perekonomian pasar persaingan sempurna. Akan tetapi dalam prakteknya tidak untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya dapat digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu ciricirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan atau di pasar sektor pertanian.
Interaksi produsen dan seluruh pembelian di
pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen hanya menerima harga yang sudah ditentukan tersebut. Ini berarti berapapun barang yang sudah diproduksi dan dijual untuk produk ini akan dapat merubah harga yang ditentukan di pasar, karena jumlah tersebut hanya sebagaian kecil dari jumlah yang diperjualbelikan di pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kurva permintaan pada dasarnya digambarkan dengan tujuan menjelaskan tentang jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai harga barang. Disamping itu dengan menganalisa kegiatan perusahaan menunjuk hasil jual rata-rata yang diterima produsen di berbagai tingkat produksi. Untuk produsen dalam pasar persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR ) adalah seperti Macam Ongkos dan Penerimaan 1) Macam Ongkos Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan produsen (pada sumbu vertikal) dan tingkat output (pada sumbu horizontal). Dari segi sifat ongkos dalam hubungannya dengan tingkat output, ongkos produksi bisa dibagi menjadi : a) Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah jumlah ongkos-ongkos yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya : penyusutan sewa gedung dan sebagainya). b) Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total, adalah jumlah onkos-ongkos yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan. (Misalnya : ongkos untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Total Cost (TC) atau ongkos total adalah penjumlahan dari baik ongkos tetap maupun ongkos variabel. TC = TFC + TVC. d) Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit output.
(dimana Q = tingkat output) Sumber: Sugiarto dkk, 2002 e) Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata adalah semua ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002 f) Average Total Cost (ATC) atau onkos total rata-rata, adalah ongkos produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g) Margiinal Cost (MC) atau ongkos marginal,adalah kenaikan dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Dan karena produksi 1 unit ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan TC = TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi 1 unit output tambahan.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
2) Penerimaan (Revenue) Revenue
yang
dimaksudkan
adalah
penerimaan
produsen dari hasil penjualan outputnya. Ada beberapa konsep Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen. a) Total Revenue (TR) Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya.Total Revenue adalah output kali harga output. TR = Q.P
Q
Sumber: Sugiarto dkk, 2002 b) Average Revenue (AR) Yaitu penerimaan produsen perunit output yang dijual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber: Sugiarto dkk, 2002 Jadi Ar tidak lain adalah harga (jual) output perunit (=P ). Q
c) Marginal Revenue (MR) Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
7. Kurva Konsumsi Pendapatan Dan Kurva Engel Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi permintaan adalah pendapatan konsumen pembeli.Kurva permintaan adalah kurva yang mnunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu sendiri. Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dari dari komoditas yang diminta, manfaat ini yang sering disebut dengan utilitas (utility). Permintaan menggambakan akan manfaat akan komoditas tersebut atau permintaan merupakan penurunan (derefikasi) dari manfaat yang diberikan oleh komoditas tersebut. Secara rasional konsumen ingin mengkonsumsi barang sebanyak mungkin akan tetapi keinginan tersebut dibatasi oleh pendapatannya, dengan suatu tingkat pendapatan tertentu maka konsumen harus mengatur komposisi komoditas sehingga manfaatnya optimal. Kendala pendaptan sering disebut dengan garis anggaran (budget line).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kuantitas Barang Y
E1 E0 I1 I0 X0
X1
KA0 KA1
Kuantitas Barang X
Gambar 2.6 (Kurva Konsumsi Pendapatan) Dengan logika yang sama kita juga dapat menggambarkan kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang normal,kura ini berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi lebih banyak barang barang dan jasa-jasa. Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva indiferensi. Kurva Engel menggambarkan hubungan anatara pendapatan dengan jumlah komoditas yang diminta (Ernest Engel adalah orang yang pertama mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah komoditas yang dikonsumsi), dalam kurva Engel sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan sedangkan sumbu horizontal adalah kuantitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendapatan N1
B
N0
A
X0 X1 Sumber : Sugiarto dkk, 2002:175
Kuantitas Barang X
Gambar 2.7 Kurva Engel a.
Pendekatan Teori Permintaan Konsumen Individual Dua pendekatan mencoba menjelaskan hukum permintaan
yaitu teori daya guna marginal dan pendekatan kurva indiferensi. Keduanya didasarkan pada upaya pilihan barang-barang konsumsi oleh konsumen individual untuk memaksimumkan kepuasan (daya guna) total dengan batasan pendapatan yang jumlahnya tertentu. Daya guna marginal mengalami penurunan bila semakin banyak suatu barang dikonsumsi. Pendekatan daya guna marginal menggunakan anggapan-anggapan sebagai berikut. Para konsumen merupakan subyek rasional dimana ia membelanjakan semua kepuasan (daya guna) total maksimum. Mereka mempunyai preferensi yang jelas akan barang-barang dan jasa-jasa yang daya guna marginal serta totalnya. Harga barang konsumsi sudah tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan tetap tak berubah berapapun yang dibeli. Keseimbangan konsumen atau posisi kepuasan maksimal sedemikian rupa hingga daya guna marginal per rupiah dari pendapatan yang dibelanjakan sama untuk setiap barang yang dikonsumsi.
Kurva permintaan konsumen individual akan suatu barang dapat diperoleh dengan mengubah harga barang bersangkutan, hingga dapat diperoleh posisi keseimbangan baru dengan pendekatan kurva indiferensi. Cara yang sama, dengan merubah harga,juga dapat digunakan untuk memperoleh kurva permintaan konsumen individual dengan pendekatan daya guna marginal.Bila posisi keseimbangan pada harga berbeda dihubungkan pada analisis pendekatan kurva indiferensi,maka diperoleh kurva harga komsumsi. Bila posisi titik keseimbangan pada tingkat pendapatan berbeda,dengan pendekatan ini,dihubungkan maka diperoleh kurva pendapatan konsumsi. Selanjutnya (q) bila kuantitas keseimbangan serta tingkat pendapatan yang bersangkutan digambarkan maka diperoleh kurva Engel berlereng menanjak naik pada barang normal.
8. Keseimbangan Pasar Istilah keseimbangan atau equilibrium artinya suatu keadaan dimana tidak terdapat suatu kekuatan yang dapat menyebabkan terjadi perubahan keadaan dipasar dapat dikatakan dalam keseimbangan apabila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah supply para penjual pada suatu tingkat harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian harga suatu barang dan jumlah yang diperjual belikan ditentukan dengan melihat keseimbangan suatu pasar. Jika dilihat secara grafik keadaan keseimbangan pasar tercapai pada perpotongan Kurva Demand dan Supply Harga (P) S
Px
E
D
0
Qx
Kuantitas (Q)
Sumber : Sugiarto dkk, 2002 Gambar 2.8 (Gambar Kurva Demand dan Supply)
Keterangan pada gambar diatas, jika dimisalkan harga suatu barang sebesar Px pembeli bersedia membeli sebesar Qx satuan dan penjual bersedia menjual sebanyak Qx satuan. Jadi pada saat harga Px tidak ada barang yang ditawarkan lagi di pasar. Dalam keadaan ini dikatakan pasar kaos sudah dibersihkan (cleared).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada keadaan keseimbangan ini tidak ada tekanan terhadap harga dan jumlah berubah lagi. Dalam kenyataannya supplay dan demand tidak selalu berada dalam keadaan keseimbangan, bahkan beberapa pasar mungkin tidak akan mencapai keseimbangan apabila kondisi berubah tibatiba. Namun kecenderungan pasar biasanya menuju kearah keseimbangan. a. Gaji dan Upah Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan. b. Pendapatan dari Usaha Sendiri Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diberhitungkan. c. Pendapatan Dari Usaha Lain Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain: 1) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, Bunga dari uang ,Sumbangan dari pihak lain, Pendapatan dari pensiun dan lain-lain. 9. Investigasi Penelitian Terdahulu dalam Tabel Tabel 2.1. Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi Keinginan PKL
Keinginan Warga
Keinginan Pemkot
commit to user
Konsep Penataan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
2
Kesempatan berusaha dalam perdagangan barang dan jasa yang dijamin oleh pemerintah dengan jaminan perlindungan, pembinaan dan pengaturan Mendapat penghasilan yang cukup dari usaha sektor informal PKL Usaha PKL menjadi pekerjaan pokok yang berkembang dan menjanjikan
3
- Terpenuhinya beberapa kebutuhan dari pelayanan PKL - Terbukanya kesempatan kerja bagi masyarakat kota
- Terciptanya usaha mandiri sebagai bentuk kreatifitas usaha rakyat kecil - Terciptanya lapangan kerja di sektor informal yang dapat mengurangi angka pengangguran - Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota yang signifikan. - Peningkatan kesejahteraan warga kota. - Restribusi untuk sumber PAD
Pendapatan bagi warga sekitar lokasi PKL Layanan jasa PKL lebih baik dan memuaskan
- Prospek pertumbuhan ekonomi kota terjamin - Beban sosial Pemkot lebih ringan.
4 Memberdayakan usaha sektor informal PKL dengan jaminan perlindungan, pembinaan dan pengaturan usaha agar lebih berdaya guna dan berhasil guna serta dapat meningkatkan kesejahteraan PKL khususnya dan masyarakat kota umumnya. Pemkot beserta seluruh elemen masyarakat mendukung usaha PKL dengan menciptakan kondisi yang kondusif dan melakukan pembinaan dan upaya mengembangkan kemampuan manajerial, agar usaha PKL lebih berkembang Pemkot beserta stakeholders kota menjalin kerjasama dalam permodalan dan kemitraan usaha dengan PKL yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175
Konsep penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta mengikut sertakan pedagang, masyrakat, dan pemerintah tujuan memasukkan tiga unsur tersebut dikarenakan sesuai dengan tujuan program penataan PKL di Kota Surakarta dengan program perwajahan Kota Surakarta menuju kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha Pedagang Kaki Lima. Konsep dari penataan PKL di Kota Surakarta antara lain: a) memperdayakan
usaha
sektor
informal
(PKL)
dengan
jaminan,
perlindungan, pembinaan, dan pengaturan usaha agar lebih berdaya guna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan berhasil guna serta dapat meningkatkan kesejateraan PKL khususnya dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. b) Pemerintah Kota beserta seluruh elemen masyarakat mendukung usaha PKL dengan menciptakan kondisi yang kondusif dan melakukan pembinaan dan upaya mengembangkan usaha manajerial agar usaha PKL lebih berkembang. c) Pemkot beserta stakeholders kota menjalin kerjasama dalam permodalan dan kemitraan usaha dengan PKL yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Tabel 2.2 Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Hukum 1 Kepastian hukum atas usaha dan lokasi tempat berdagang yang tidak akan digusur serta memiliki akses untuk mencari modal dari lembaga pembiayaan formal (Bank)
2 - Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kota yang asri dan tertib - Tersedianya fasilitas umum yang memadai
3 - Mengarahkan usaha sektor informal menjadi sektor formal - Ketaatan warga kota terhadap peraturanperaturan yang berlaku, seperti PERDA, RUTRK dan program SALA BERSERI. - Menjamin pelayanan untuk seluruh warga kota dalam mendapatkan fasilitas umum
4 - Program legalisasi usaha dan penempatan lokasi tanah kekayaan negara dengan menerbitkan ijin - Menyusun Perda dan atau peraturan-peraturan lainnya tentang penataan PKL yang mengakomodasi kepentingan para PKL dan warga kota, sehingga lebih solutif dan akseptabe
Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175 Selain ditinjau dari aspek ekonomi relokasi pedagang kaki lima di Kota Surakarta juga memperhatikan tentang aspek hukum, seperti yang tertera pada tabel diatas konsep penataan PKL di Kota Surakarta memiliki konsep yaitu: a) Program legalisasi usaha dan penempatan lokasi tanah kekayaan Negara dengan menerbitkan izin. b) Menyusu Perda atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peraturan-peraturan lainnya tentang penataan PKL yang mengakomodasi kepentingan PKL dan warga Kota Surakarta sehingga lebih solutif.
B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang terkait dengan menggunakan uji t test adalah sebagai berikut : 1. Hutabarat (2009) Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Super Market terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan menyebutkan bagai mana dampak dari kehadiran pasar modern terhadap pasar tradisional dengan perumusan masalah sebagia berikut: a)Bagai mana perkembangan pasar modern dengan pasar tradisional di Kota Medan? b) Bagaimana aspek jumlah omset pedagang,perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin labapedagang tradisional di Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?. Variabel yang digunakan adalah Jumlah pedagang, Jumlah jam buka, Jumlah omset, Sirkulasi barang, dan Margin laba. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired sample t test). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : a. Pasar modern di medan mengalami perkembangan sejak tahun 2000 sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%. Sedangkan untuk
jumlah pasar tradisional di kota medan tidak
terdapat perubahan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 69 buah..
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata sirkulasi barang, rata-rata laba margin pedagang buah-buahan, dan rata-rata margi laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing
sebelum
dan
sesudah
berdirinya
pasar
Brastagi
Supermarket. c. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang buah-buahan dan pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing antara
sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi
Supermarket. 2. Wijayanti (2008) dampak revitalisasi pasar terhadap interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar, menyebutkan bagaimana pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi di Kota Blitar, bagaimana kondisi fisik dan keramaian Pasar Legi setelah dilaksanakan revitalisasi, dan bagaimana dampak interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi dilaksanakan pada tahun 2003 hingga Oktober 2004, pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi awalnya juga diwarnai dengan kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah, pada akhirnya para pedagang menyetujui dilaksanakannya revitalisasi.
Selama
pelaksanaan revitalisasi para
pedagang dipindahkan di tempat relokasi yang letaknya tidak jauh dari lokasi pasar, yaitu di Jalan Mawar, Jalan Kerantil, Jalan Mayang, Jalan Merdeka dan di belakang pasar (terminal lama Kota Blitar) (2) setelah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilaksanakannya revitalisasi pasar menjadi berih, rapi, tidak becek, tidak gelap dan lebih aman. Pedagang yang berjualan dalam pasar bertambah dari 1111 pedagang menjadi 1738 pedagang, sehingga terjadi kenaikan jumlah pedagang sebesar 627 pedagang. Setelah dilaksanakannya revitalisasi kondisi pasar terlihat lebih sepi, permasalahan ditambah dengan keberadaan pedagang kaki lima yang tidak mau menempati kiosnya, struktur organisasi pasar juga berubah yaitu yang semula di bawah Dinas Pendapatan Daerah menjadi berdiri sendiri berupa Dinas Pengelolaan Pasar. (3) pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi memberikan dampak yang bersiat positif dan negatif. Dengan pelaksanaan revitalisasi, interaksi sosial dan pendapatan pedagang juga mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari tidak adanya perkumpulan para pedagang setelah dilaksanakannya revitalisasi, jika dilihat dari segi ekonominya, pendapatan pedagang yang kiosnya berada dalam pasar banyak yang mengalami penurunan, sehinga para pedagang tidak hanya mengandalkan hidupnya dengan berjualan di Pasar Legi. Sedangkan pedagang yang letak kiosnya berada di luar/lokasi strategis mengalami kenaikan pendapatan. 3. Xinmeng (2001) the informal sector and rural urban migration A Chinese case study sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1990 pendatang atau imigran ke kota di china masih sangat besar. Terdapat dua alasan yang mendasari tentang penelitian ini yaitu yang pertama adalah konsep dari penelitian yang mencakup kegiatan ekonomi sektor informal, dan alasan lain atau alasan yang ke dua adalah diduga peran sektor informal sangat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bergantung pada tahapan pembangunan ekonomi dan lingkungan lembaga ekonomi. Sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: upah yang rendah, bergerak di industry atau jenis usaha kecil, bersifat kekeluargaan bebas masuk kedalam pasar (ferdom of entry), tidak ada kepastian hubungan tenaga kerja dengan pemilik usaha, dan mengabaikan kepemilikan (Todaro,1969; Fields,1975; Masumdar, 1977; ILO, 1977; Benerjee,1983). Permintaan akan jasa sektor informal di kota China sudah sangat kurang di jasa industri sebelum perbaikan system ekonominya. Perbaikan sistem ekonomi mengubah keadaan ini, tetapi surplus permintaan untuk jasa bisnis mikro seperti, penjual eceran, penjahit, tukang reparasi, dan rumah makan masih terdapat surplus permintaan. Keadaan ini menyediakan untuk para imigran beberapa kesempatan kerja disektor informal. Dengan keistimewaan tersesebut antara sektor formal dan informal di china dapat ditarik beberapa hipotesis. Pertama pekerja disektor formal diduga tidak mendapatkan pendapatan atau keuntungan yang lebih besar dibandingkan oleh pekerja yang bekerja disektor informal. Hipotesis yang ke dua setelah hipotesis yang pertama di sektor informal khususnya untuk pekerja itu sendiri diduga tidak bertransisi kesempatan kerja untuk imigran. Metodologi yang digunakan adalah dengan multinominal logit. Multinominal logit model dispesifikasi variabel-variabel
yang
mempengaruhi
permintaan
pekerjaan
dan
penawaran pekerjaan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan variabel dependent adalah upah, variabel independentnya adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lama belajar (pendidikan), pengalaman bekerja, pengalaman diluar pertanian, pengalaman di bidang pertanian, lama hari dalam pelatihan formal, variabel dummy (petani atau bukan sebelum migrasi), status pernikahan, dan jumlah anak. Jumlah perpindahan dari desa ke kota di China adalah cukup besar. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diuji dengan 1 (satu) aspek dari isu yang berkembang, yaitu peranan dari sektor informal dalam proses migrasi desa ke kota. Hasil dari penelitian ini hal yang terlihat bahwa (a) kualitas individual yang lebih tinggi dalam peningkatan tenaga kerja karena lebih mudahnya untuk mendapatkan pekerjaan dalam mendirikan perusahaan sendiri di sektor informal daripada mendapatkan pekerjaan di perusahaan orang lain, (b) kebanyakan dari imigran bekerja di kota lebih memilih untuk pindah dari informal ke formal sektor. Hal ini memperlihatkan bahwa untuk mendapatkan upah di sektor informal dilakukan dengan adanya kesempatan mendapatkan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang bagi para imigran, (c) diantara para imigran yang bekerja dengan mendirikan usaha/perusahaan sendiri adalah yang dapat merasakan kepuasan dengan kondisi mereka saat ini dengan pendapatan mereka di sektor informal dan para imigran yang bekerja di sektor formal merasa kurang puas daripada mereka yang bekerja di sektor informal. Kesimpulan terakhir adalah mereka yang bekerja di sektor formal mendapatkan penghasilan yang lebih kecil. Perbedaan upah di sektor formal dan sektor informal adalah sebagian besar disebabkan oleh perbedaan sumbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
individu dalam evaluasi pasar yang lebih baik daripada perbedaan dalam sumbangan-sumbangan di bidang lainnya. Hal ini mengartikan bahwa pasar tenaga kerja di sektor formal dapat lebih diatur daripada di sektor informal, dan yang terpenting adalah masing-masing individu yang bekerja di sektor formal adalah lebih buruk sebagai akibat langsung yang dirasakan individu tersebut. 4. Komollo (2010), pengaturan kegiatan sektor informal jua kalli di Nairobi untuk pembangunan yang berkelanjutan. Data menunjukkan lebih dari separuh penduduk hidup didaerah perkotaan (UNCHS-HABITAT,2009). Masalah yang sering timbul akibat adanya kegiatan dari sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sering terjadinya pelanggaran penggunaan tempat dalam berdagang seperti kasus yang ditemukan di jalan landhies dan jalan jogoo fasad, banyak pedagang yang menggunakan badan jalan sebagai tempat berjualan sehingga ini mengganggu bagi pengguna jalan terutamanya adalah pejalan kaki.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan hasil observasi adalah sebagai berikut ekonomi informal tidak dapat diabaikan di Kenya dari 61% angkatan kerja 14 juta bekerja di sektor non pertanian sementara 35 % dari 59% penduduk di desa dan perkotaan terlibat dalam bisnis sektor informal. Di Naerobi 58% PKL berusia 35 tahun kebawah, dan 68 % adalah wanita yang sudah menikah, tujuan dari PKL ini adalah hanya untuk mempertahankan hidup mereka. kesimpulan Pengaturan yang pertama adalah untuk menguatkan informal sektor jua kalli. Memasukkan sektor usaha kecil kedalam system
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perencanaan kota yang akan menciptakan citra yang positif dalam sektor tersebut. Mengurangi konflik antara otoritas kota dengan pedagang kaki lima. Intervensi pemerintah dapat menciptakan peningkatan output perkotaan secara signifikan. 5. Liu,et all (2006), pengaturan dan strategi revitalisasi sektor informal di kota Yangzhou china. Pola pertumbuhan dan kondisi
lapangan kerja
informal dalam bentuk sementara, musiman, kasual, paruh waktu atau jampekerjaan yang dibayar telah lama ada di China, meskipun pada skala yang lebih kecil dari tahun-tahun terakhir. Ini ditemukan di peternakan, di pabrik, di sektor pemerintah dan publik organisasi untuk pekerjaan tambahan,
dan
dalam
marjinal
ekonomi
swasta
dan
sekalipun
terpinggirkan. Konsep penataan PKL di Kota Yangzhou menggunakan sistem 2 (dua) tempat yaitu PKL yang terevitalisasi atau di relokasi mendapatkan tempat baru atau tempat permanen dan tempat yang lama yang bersifat temporary, cara yang digunakan adalah meninggikan harga di tempat lama dan merekomendasi konsumen ke tempat yang baru dengan harga yang lebih murah sehingga konsumen perlahan-lahan akan ikut berpindah ke pasar yang baru. Dalam proses ini dibuat dewan pengawas relokasi yang akan menindak tegas terhadap pedagang yang melanggar aturan yang telah dibuat. Di pasar yang lama hanya bersifat sementara atau temporary hal ini bertujuan untuk memindahkan konsumen ke pasar yang baru, setelah dipasar yang baru sudah mulai ramai maka secara resmi pasar PKL lama resmi ditutup. Konsep ini di Kota Yangzhou China terbukti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhasil. Di Kota Shanghai China konsep penataan PKL dengan cara merelokasi pedagang ke tempat yang lebih baik dan nyaman, dalam penelitian ini para pedagang dipindahkan kedalam sebuah mall atau gedung yang disediakan untuk pusat perbelanjaan. Pedagang Kaki Lima yang semula menempati ruang publik secara bertahap di relokasi dalam sebuah gedung dengan fasilitas lengkap yang di konsepkan untuk pedagang di sektor informal. Kesimpulan penelitian revitalisasi sektor informal di Kota shanghai ini mendapatkan hasil yang positif dan memuaskan untuk pemeritah, masyarakat, dan pedagang itu sendiri. Hasil yang dapat dicapai antara lain dapat menciptakan harmonisasi lingkungan dengan lebih stabil baik untuk penataan perwajahan kota yang lebih rapi maupun untuk kepastian usaha PKL di Kota Shanghai China.
C. Kerangka Pemikiran Dari uraian teori yang dikemukakan diatas mengenai “Analisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari Solo” dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
PKL di Kawasan Banjarsari
Revitalisasi
Sebelum Revitalisasi
commit to user
Setelah Revitalisasi
Omset
Omset
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.9 Skema Kerangka Pemikiran. Kerangka pemikiran diatas dapat diasumsikan bahwa ada dampak revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Solo terhadap pendapatan, Jumlah pekerja, Jumlah pedagang kaki lima, Jumlah konsumen, dan Kuantitas barang yang dijual.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian teori diatas dan studi yang pernah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sementara untuk dijadikan hipotesis yaitu : 1.
= Diduga tidak terdapat perbedaan omset penjualan antara sebelum dan = Diduga terdapat perbedaan omset
sesudah dilakukan revitalisasi.
penjualan antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
= Diduga tidak terdapat perbedaan keuntungan pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
= Diduga terdapat perbedaan
keuntungan pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi. 3.
= Diduga tidak terdapat perbedaan Jumlah tenaga kerja yang dihitung dalam HOK antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
= Diduga terdapat
perbedaan Jumlah tenaga kerja yang dihitung dalam HOK antara sebelum dan sesudah revitalisasi. 4.
= Diduga tidak terdapat perbedaan kuantitas barang terjual antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
= Diduga terdapat perbedaan
kuantitas barang terjual antara sebelum dan sesudah Revitalisasi. 5.
= Diduga tidak terdapat perbedaan retribusi dan pungutan pasar yang harus dibayarkan pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
=
Diduga terdapat perbedaan retribusi dan pungutan pasar yang harus dibayarkan pedagang antara sebelum dan sesudah Revitalisasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan revitalisasi PKL di Kawasan Monumen ’45 Banjarsari solo yang sekarang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipindah (direlokasi) di Pasar Notoharjo Semanggi Surakarta dan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Juni 2011 hingga 4 Juli 2011. Penelitian di lokasi Dinas Pengelolaan Pasar dilakukan dengan metode studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan objek penelitian pada tanggal 21-23 Juni 2011. Metode wawancara dan observasi lapangan dilakukan di Lokasi Pasar Notoharjo dari tanggal 24 Juni 2011 hingga 4 Juli 2011.
B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) cara: 1. Wawancara Metode wawancara adalah metode penelitian dengan melakukan interaksi langsung dengan narasumber, dimana narasumber yang dimaksud adalah para pedagang yang ada di Pasar Klithikan Notoharjo dan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
2. Observasi Metode observasi adalah metode dengan melakukan pengamatan langsung pada lapangan, yaitu Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta. 3. Studi Pustaka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metode ini dilakukan dengan melakukan pencarian data dari berbagai referensi buku teks maupun website yang berhubungan dengan masalah penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini data diperoleh melalui teknik wawancara langsung dan penyebaran kuisioner penelitian kepada Pedagang Kaki Lima di kawasan Revitalisasi Pasar Banjarsari Solo. Data primer yang diambil meliputi jenis usaha, besarnya modal awal, omset penjualan dalam satu bulan, Keuntungan atau profit yang diterima dalam satu bulan, jumlah karyawan (Tenaga Kerja), Jumlah kuantitas penjualan barang dalam satu bulan dan besarnya biaya yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Retribusi) dalam satu bulan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran, 2006). Data sekunder meliputi jumlah penduduk, sumber pendapatan, tarif pungutan, jumlah dan jenis usaha Pedagang di pasar Notoharjo semanggi, dan lain-lain. Data tersebut dapat diperoleh dari: a. Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengelola atau kepala Pasar Banjarsari. c. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (DISPERINDAGKOP) Kota Surakarta. d. Kantor Pelayanan Terpadu Kota Surakarta. e. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta.
D. Teknik Pengambilan sample Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti unuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam yang lain (sugiyono,2010:61). Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak digunakan (Djawanto dan Pangestu,1996:107). Sample adalah sebagian populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap
bisa
mewakili
Pangestu,1996:108).
Metode
keseluruhan
populasi
pengambilan
(Djarwanto
sample
dan
menggunakan
proportionate random sampling adalah populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau segmen yang mutually exclusive yang disebut strata (lapisan), berdasarkan kategori-kategori dari satu atau lebih variabel yang relevan, baru kemudian dilakukan simple random sampling atau sistematik random sampling pada setiap kelompok dalam hal ini peneliti membagi popoulasi menjadi 8 kelompok antara lain; variasi dan peralatan mobil, las dan cat, sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil, variasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peralatan motor, barang rupa-rupa, dan konter handphone. Dalam hal ini sebagai subyek responden adalah Pedagang Kaki Lima yang merupakan Pedagang Kaki Lima (PKL) pindahan dari pasar Banjarsari ke Pasar Notoharjo Berkaitan dengan hal ini, dimaksudkan untuk mendapatkan responden seperti yang ditentukan, baik dalam arti memenuhi jumlah persyaratan minimum sampel maupun kriteria lainnya. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 (Roscoe dalam sugiono 2010:74) peneliti menentukan jumlah responden yang akan diteliti adalah sebanyak 100 responden. E. Definisi Operasional Variabel 1. Omset Penjualan Omset penjualan adalah jumlah permintaan dari konsumen yang diajukan kepada produsen atau ke pedagang yang biasanya diukur atau dihitung dengan kuantitas barang dan jumlah uang (Rp) yang didapat oleh produsen atau pedagang. Dalam penelitian ini omset yang diteliti adalah omset Pedagang Kaki Lima di Pasar Notoharjo Semanggi. Dalam penelitian ini peghitungan omset dihitung per bulan dan satuan yang digunakan adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp) omset didasarkan oleh rata-rata penjualan barang yang bisa didapatkan, Untuk data omset pada saat di Banjarsari (2006) perlu dideflasikan agar nilainya sesuai dengan data pembanding data di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi (2011). Penghitungan deflasi menggunakan angka indek, angka indek yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan adalah angka indeks harga konsumen Kota Surakarta dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. 2. Keuntungan Keuntungan atau profit adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat yang merupakan hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Keuntungan atau profit yang dimaksud dalam hal ini adalah pendapatan bersih yang diterima oleh pedagang kaki lima saat masih di Banjarsari (nilainya disesuaikan dengan nilai sekarang) dan saat setelah pindah di pasar Notoharjo Semanggi. Keuntungan adalah Total Revenue (TR) atau jumlah penerimaan dikurangi oleh biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variable (Variable Cost), dalam penelitian ini penghitungan keuntungan atau profit dihitung dalam bulan dan satuan yang digunakan adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp). Untuk data keuntungan pada saat di Banjarsari (2006) dilakukan pendeflasian agar nilainya sesuai dengan data pembanding data di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi (2011). Penghitungan nilai deflasi keuntungan menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
angka indek, angka indek yang digunakan adalah angka indeks harga konsumen Kota Surakarta tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. 3. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah input dalam proses produksi. Permintaan dan penawaran tenaga kerja dikendalikan oleh kekuatan pasar (Mankiw, 2006:467). Dalam hal ini adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini baik secara keseluruhan maupun per lapak. Variabel ini satuan yang digunakan adalah satuan Hari Orang Kerja (HOK) 1 HOK adalah 7 jam kerja dan data dihitung pada saat penelitian. 4. Kuantitas Penjualan Barang Variabel ini menerangkan tentang jumlah atau kuantitas barang yang dijual oleh Pedagang Kaki Lima pada saat di Banjarsari dan setelah dipindah di pasar Notoharjo Semanggi. Satuan yang digunakan adalah jumlah barang yang bisa dijual dalam satu bulan. 5. Retribusi dan Pungutan Pasar Retribusi dan pungutan pasar adalah besarnya biaya yang harus pedagang bayarkan kepada pemerintah atau kepada pengelola pasar. variabel ini membandingkan jumlah biaya yang harus dibayarkan pedagang kepada pemerintah atau kepada pengelola pasar di pasar Notoharjo atau saat masih di pasar Banjarsari. Satuan yang digunakan adalah dalam satuan uang (Rupiah/Rp) dan penghitungan pungutan retribusi dan pasar dihitung dalam 1 (satu) bulan. Variabel retribusi dan pungutan pasar pada saat di Banjarsari (2006) perlu dideflasikan agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilainya sesuai dengan data pembanding data di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi (2011). Penghitungan nilai deflasi retribusi dan pungutan pasar menggunakan angka indeks harga konsumen Kota Surakarta dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
F. Alat Analisis Data Hipotesis diuji menggunakan metode analisis Uji-t berpasangan (Paired t-test). Uji-t berpasangan adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri-ciri yang paling sering ditemui adalah satu individu (Objek penelitian) dikenai 2 berlakuan yang berbeda. (Djalal, dkk 2002). Untuk rumusan t-test yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010)
: Rata-rata sampel di Pasar Notoharjo : Rata-rata sampel di Banjarsari
: Simpangan Baku sampel di Pasar Notoharjo
: Simpangan Baku Sampel di Banjarsari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
: Varians Sampel di Pasar Notoharjo
: Varians Sampel di Banjarsari : Korelasi antara 2 sampel (antara di Pasar Notoharjo dan di Banjarsari )
=
=
=
≠
Kriteria Uji : t- hitung ≤ t-tabel…………………………
diterima (
ditolak)
-t- hitung ≥ -t-tabel………………………..
diterima (
ditolak)
t-hitung ≥ t table…………………………
ditolak (
diterima)
-t-hitung ≤ - t table…………………………
ditolak (
diterima)
Keterangan : Diduga tidak ada perbedaan omset penjualan, keuntungan pedagang, jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK, kuantitas barang yang terjual, dan retribusi dan pungutan pasar yang harus pedagang bayarkan antara sebelum (saat masih di Banjarsari) dan sesudah revitalisasi (saat di Pasar Klitikan Notoharjo) : Diduga terdapat perbedaan atau perubahan terhadap omset penjualan, keuntungan pedagang, jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK, kuantitas barang yang terjual, dan retribusi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pungutan pasar yang harus pedagang bayarkan antara sebelum (saat masih di Banjarsari) dan sesudah revitalisasi (saat di Pasar Klitikan Notoharjo). : Rata-rata dari omset, keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas barang yang dijual, dan retribusi dan pungutan pasar yang harus pedagang bayarkan
sesudah revitalisasi (saat di Pasar Klitikan
Notoharjo Semanggi).
:
Rata-rata dari omset, keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas
barang yang dijual, dan retribusi dan pungutan pasar yang harus pedagang bayarkan sebelum revitalisasi (saat masih di Banjarsari).
: Jumlah Sampel di Pasar Notoharjo : Jumlah Sampel di Banjarsari
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Kota Surakarta terletak antara 110º45’ 15” dan 110º45’ 35” Bujur Timur dan antara 7º36’ dan 7º56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kotakota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan dataran rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten Sukoharjo dan disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. b. Luas Wilayah Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai untuk pemukiman sebesar 61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada. Persentase pembagian penggunaan lahan atau tanah di Surakarta selain untuk pemukiman sebesar ±61,68%, Perusahaan 7%, Indusri 2%, Sawah 3%,Taman Kota 1%, Kuburan 2%, Tegalan 2%, Tanah Kosong 1%, lap OR 1%, lain-lain 9%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 (ha) Kecamatan
Pemukiman
1 Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah Kecamatan
2 563,83 210,43 308,94
3 88,61 17,17 37,69
4 42,20 30,16 39,73
673,37 980,91 2.737,48 Sawah
176,75 106,91 427,13 Kuburan
87,00 88,39 287,48 Lap. OR
8 40,90 0 3,36
9 6,05 1,38 1,67
21,33 80,58 146,17
38,98 24,78 72,86
1 Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
Jasa
Perusahaan
Industri
Tegalan
5 39,40 6,11 9,77
Tanah Kosong 6 7,28 2,52 16,38
10 12,24 2,61 9,55
25,38 20,76 101,42 Taman Kota 11 0,15 0 0
16,19 11,01 53,38 Lainlain 12 63,20 49,02 54,43
81,46 2,50 83,96 Luas Total 13 863,86 319,40 481,52
10,51 30,23 65,14
22,60 8,85 31,60
104,61 126,18 397,44
1.258,18 1.481,10 4.404,06
7 0 0 0
Sumber : Badan Pertanahan Kota Surakarta, 2009
2. Pemerintahan a. Pembagian Wilayah Administrasi Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51 kelurahan, jumlah RW sebanyak 595 dan jumlah RT sebanyak 2.669 dengan jumlah KK sebesar 134.811 Kepala Keluarga. Rata-rata jumlah Kepala Keluarta per RT berkisar 50 Kepala Keluarga. (Surakarta Dalam Angka 2009).
3.
Kependudukan dan Tenaga Kerja a. Kependudukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil dari estimasi Survei Penduduk Antar Sensus (2005) penduduk kota Surakarta mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 11.988 jiwa/km². Pada tahun 2008 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.959. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 Jumlah Penduduk Kecamatan 1 Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
Perempuan
Total
Rasio Jenis Kelamin
Tingkat Kepadatan
4 56.423 32.281
5 110.555 63.695
6 95,94 97,20
7 12.729 19.956
43.276
44.786
88.044
96,67
18.266
71.001 86.894 286.681
72.318 88.378 294.168
143.319 175.272 580.849
98,18 98,32 97,45
11.393 11.835 13.189
Laki – laki 3 54.132 31.378
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009 Data diatas menunjukkan bahwa daearah terpadat penduduknya adalah daerah serengan yaitu sebesar 19.956 jiwa/Km², sedangkan secara rata-rata tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan sebesar 13.189 jiwa/Km².
b. Tenaga Kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jumlah Penduduk bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 246.768 jiwa atau sebesar 46,71% dari jumlah seluruh penduduk Kota Surakarta. Penduduk Wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 43,57% dari jumlah penduduk Kota Surakarta yang bekerja, hal ini menunjukkan bahwa peran wanita atau perempuan di Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.
Tabel. 4.3 Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta 2009 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Petani Sendiri 478 Buruh Tani 452 Pengsaha 9.399 Buruh Industri 68.556 Buruh Bangunan 58.346 Pedagang 33.526 Angkutan 18.644 PNS / TNI / POLRI 26.935 Pensiunan 19.602 Lain – Lain 194.011 Jumlah 429.949 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
Persentase (%) 0,11 0,11 2,19 15,95 13,57 7,80 4,34 6,26 4,56 45,12 100
Data tabel diatas mayoritas penduduk Surakarta bermata pencaharian sebagai buruh industri dengan prosentase 15,95% atau sebanyak 68.556 orang. Buruh bangunan menempati urutan kedua setelah buruh industri dengan besar prosentasenya sebesar 13,57% dari jumlah tenaga kerja di Kota Surakarta setelah buruh industri dan buruh bangunan mata pencaharian pedagang menempati urutan ketiga dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besar prosentase 7,80 atau 33.526 orang yang bermata pencaharian sebagai pedagang di Kota Surakarta.
Tabel 4.4 Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) dan Upah Minimum Kota (UMK) di Kota Surakarta Tahun 2000-2009 Tahun KMH (Rp.) 1 2 2000 251.695 2001 385.705 2002 370.516 2003 466.950 2004 483.360 2005 562.300 2006 640.014 2007 646.775 2008 647.315 2009 736.423 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
UMK (Rp.) 3 153.000 185.000 333.300 378.000 407.000 427.000 510.000 590.000 674.300 723.000
Tingkat Kebutuhan Hidup Minimum (KMH) di Kota Surakarta mengalami peningkatan dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya adanya faktor inflasi tercatat pada tahun 2000 Kebutuhan Hidup Minimum (KMH) sebesar Rp.251.695 dan terus meningkat. Tercatat pada tahun 2001 Kebutuhan Hidup Minimu (KHM) mengalami peningkatan sebesar 53,24% dari nilai Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)
menjadi
Rp.
385.705,00.
Rata-rata
pertumbuhan
atau
peningkatan Kebutuhan Hidup Minimum (KMH) di Kota Surakarta adalah sebesar 13,77%, dengan rata-rata peningkatan sebesar 13,77% maka Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) di Kota Surakarta sebesar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rp.736.423,00.
Upah
Minimum
Kota
(UMK)
juga
mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Sumber : BPS Kota Surakarta, Surakarta Dalam Angka 2009 Gambar 4.1 Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta
4. Sosial a. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan sumber daya manusia. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat baik dalam meningkatkan pendidikan. Tahun 2009 tercatat jumlah lulusan atau yang mendapatkan gelar sarjana di Kota Surakarta sebanyak 33.292 orang atau sekitar 6,74% dari jumlah total penduduk usia 5 tahun keatas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta. Lulusan SMU di Kota Surakarta adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah tingkat pendidikan yang ditamatkan terbanyak dengan nilai 106.416 orang atau sekitar 21,55% dari jumlah total. Tabel 4.5 Penduduk Usia 5 tahun ke atas menurut Pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta Tahun 2009 Pendidikan Tertinggi Tdk Punya Ijasah SD SD SMP Umum/ Kejuruan SMU Madrasah Aliyah SMK DI/II DIII/Sarmud DIV/SI SII/SIII Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 44.472 61.224 39.359 49.550 37.903 48.116 54.667 51.749 243 485 26.000 20.899 1.457 4.374 8.987 8.744 17.251 16.041 1.457 729 231.796 261.911
Jumlah 105.629 88.909 86.019 106.416 728 46.899 5.831 17.731 33.292 2.186 493.707
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009 5. Transportasi dan Komunikasi a. Transportasi Peningkatan berbagai aspek ekonomi menuntut peningkatan di bidang transportasi, khususnya peningkatan jalan. Pajang jalan diwilayah Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 675,86 Kilometer. Jalan aspal di Kota Surakarta di bagi menjadi 3 golongan yaitu jalan Negara dengan panjang 13,15 kilometer, jalan Propinsi dengan panjang 16,33 , dan jalan Kabupaten atau Kota dengan panjang 468,73 kilometer. Panjang jalan aspal dari tahun 2008 tidak mengalami perubahan. Secara rata-rata jalan aspal yang ada di Kota Surakarta masih dalam kondisi yang baik penigkatan kualitas jalan hingga tahun 2011 terus ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kunatitasnya (panjang jalan). Tabel 4.6 Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keadaan Jalan
Status Jalan Jalan Negara
Jalan Propinsi
Jalan Kab/Kota
2008
2009
2008
2009
2008
2009
1
2
3
4
5
6
7
Aspal
13,15
13,15
16,33
16,33
468,73
468,73
Kerikil
97,55
97,55
Tanah
0,57
0,57
Tidak diperinci
109,01
109,01
675,86
675,86
Jumlah
13,15
13,15
16,33
16,33
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2009
Perkembangan transportasi dalam Kota Surakarta juga mengalami peningkatan kuantitas atau jumlah armada terutamanya untuk taksi dan bus perkotaan. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 jumlah armada taksi secara terus menerus mengalami peningkatan dari 387 armada pada tahun 2005 mejadi 389 armada pada tahun 2006 dan terus mengalami penigkatan sampai pada tahun 2009 hingga mencapai 430 armada. Angkutan umum mengalami penurunan armada pada tahun 2005 tercatat jumlah armada angkutan umum sebanyak 443 armada dan pada tahun 2009 menjadi 423 armada angkutan umum. Angkutan umum untuk bus juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 dari 277 armada bus dan pada tahun 2009 menjadi 281 armada bus. Secara garis besar Angkutan umum Kota di Kota Surakarta mengalami peningkatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Komunikasi Perkembangan tekologi komunikasi menyebabkan pelayanan oleh Kantor Pos makin berkurang. Jumlah surat yang dikirim melalui kantorpos semakin berkurang dari tahun ke tahun. Sedangkan perkembangan penggunaan jasa jaringan telekomunikasi semakin meningkat.
6. Industri dan Perdagangan a. Industri Industri di Kota Surakarta tercatat sebanyak 215 perusahaan dengan skala besar dan sedang. Perusahaan industri dengan tenaga kerja lebih 20 orang dikategorikan sebagai perusahaan sedang dan besar. Penyerapan tenaga kerja pada perusahaan industry sedang dan besar pada tahun 2009 sebesar 16.585 pekerja. Kelompok indusri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah kelompok industri tekstil dengan jumlah karyawan sebesar 4.590 tenaga kerja. Kelompok industri tekstil di Kota Surakarta tercatat sebanyak 58 perusahaan, sedangkan untuk industry yang mengolah pakaian jadi sebanyak 36 perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 3.494 orang. Di Kota Surakarta perusahaan yang banyak member kontribusi kepada peerintah adalah perusahaan tekstil dan pakaian jadi salah satunya adalah dengan banyak menyerap tenaga kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Perdagangan Guna
menunjang
kegiartan
perdagangan,
Kota
Surakarta
memiliki 44 pasar tradisional yang tersebar di Kota Surakarta antara lain, pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Notoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Gede, Pasar Nusukan, Pasar Harjodaksino, Pasar Jongke, Pasar Ngarsopuro, Pasar Rejosari, Pasar Turisari, Pasar Purwosari, Pasar Sidodadi, Pasar Ledoksari, Pasar Pucangsawit, PKL Jebres, Pasar Kadipolo, Pasar Tanggul, Pasar Depok, Pasar Kabangan, Pasar Penumping, Pasar Ayam, Pasar Kliwon, Pasar Jebres dll. Pasar yang memiliki luas pasar terbesar adalah pasar legi dengan luas pasar sebesar 16.640 M² dengan jumlah los sebanyak 1.545 los dan 205 kios. Sedangkan untuk pendapatan terbesar terbesar terdapat pada Pasar Klewer dengan realisasi pendapatan sebesar Rp. 3.224.013.835,00 (DPP Kota Surakarta 2010).
7. PDRB dan Inflasi a. PDRB Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah atau regional dalam periode tertentu ditunjukan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah dalam periode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu tertentu. Nilai PDRB Kota Surakarta pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 4.549.342,95. Tabel 4.7 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta tahun 2008-2009 (Jutaan Rupiah) Tahun 2008 2.886,18 1.905,23 1.200.606,83 103.020,58
Lapangan Usaha 1. 2. 3. 4.
Pertanian Penggalian Indusrti Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 583.069,88 6. Perdagangan, Hotel, 1.211.208,49 dan Restoran 7. Pengangkutan, dan 449.973,94 Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan 449.992,44 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 546.699,38 PDRB 4.549.362,95 Sumber: BPS Kota Surakarta, 2009
2009 2.900,41 1.862,50 1.235.952,77 111.391,58 625.624,26 1.288.066,95 428.827,89 481.987,12 585.264,16 4.761.887,63
Kontribusi sektor terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta adalah sektor 6 yaitu sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan kontribusi sebesar Rp1.211.208,49 (juta) pada tahun 2008 dan Rp. 1.288.066,95 (juta) pada tahun 2009. Kontribusi terbesar kedua yaitu pada sektor 3 Industri Pengolahan. Industri tekstil cukup berkembang di Surakarta khususnya Batik yang menjadi komoditi ekspor yang cukup memberikan devisa kepada daerah Kota Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB Kota Surakarta Tahun 2008-2009 Lapangan Usaha
Tahun 2008
1. 2. 3. 4.
Pertanian Penggalian Indusrti Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan, dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa PDRB Sumber: BPS Kota Surakarta, 2009
0,06% 0,04% 26,39%
2009 0,06% 0,04% 25,96%
2,26% 12,82%
2,34% 13,14%
26,62%
27,05%
9,89%
9,01%
9,89% 12,02% 100%
10,12% 12,29% 100%
Sektor yang tidak mengalami perubahan atau hamper sama adalah sektor 1 dan sektor 2 yaitu sektor pertanian dan penggalian, dengan nilai 0,06% untuk sektor pertanian, dan 0,04% untuk sektor penggalian. Di Wilayah Kota Suakarta sektor unggulannya adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan kontribusi sebesar 26,62% pada tahun 2008 dan 27,05% pada tahun 2009. b. Inflasi Inflasi di Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009 inflasi Kota Surakarta tercatat sebesar 2,63%. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,69%. Kelompok Transoortasi, Komunikasi, dan Keuangan mengalami deflasi sebesar -4,3%, walaupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi inflasi sebesar 2,28% inflasi yang terjadi pada kelompok perumahan cukup kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang menembus dua digit yaitu sebesar 11,89%. Pada kelompok bahan makanan besarnya inflasi mengarah pada inflasi yang terjadi pada tahun 2007 yang merupakan inflasi terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Tabel 4.9 laju Inflasi di Kota Surakarta tahun 2005-2009 (Persen) Tahun
Kelompok
2005
1. Bahan Makanan 12,35 2. Makanan Jadi, Rokok, 5,82 dan Tembakau 3. Perumahan 12,05 4. Sandang 2,69 5. Kesehatan 1.92 6. Pendidikan, Rekreasi, 8,24 dan Olah Raga 7. Transportasi dan 44,33 Komunikasi Umum /Inflasi Komulatif 13,88 Sumber: BPS Kota Surakarta, 2009
2006
2007
2008
2009
18,13 2,12
6,01 1,15
9,62 3,73
6,25 5,65
3,65 1,44 2,88 2,72
2,87 3,82 2,58 2,23
11,89 2,98 6,65 1,82
2,28 0,72 2,21 1,79
0,56
2,09
4,14
-4,30
6,18
3,28
6,96
2,63
B. Deskripsi Lokasi Penelitian Pasar Klithikan Notoharjo merupakan salah satu pasar yang dikelola di bawah Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta. Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta terletak di bagian timur selatan Kota Surakarta, tepatnya di daerah Semanggi Pasar Kliwon Surakarta. Pasar yang dibangun berlantai dua serta dipetak-petak menjadi kios ini, sebelumnya merupakan PKL yang berjualan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Monumen 45 Banjarsari hingga menggeser fungsi dari monumen tersebut. Keberadaan Pasar Klithikan Notoharjo
membuat daerah Semanggi, yang
sebelumnya tergolong kumuh, telah berubah menjadi salah satu pusat aktivitas usaha mikro di daerah tersebut. Kota Surakarta memberi perhatian yang serius terhadap keberadaan PKL ini. Meskipun menghadapi berbagai kendala, upaya penataan dan pembinaan PKL terus dilakukan. Perhatian Pemkot terhadap PKL ini semakin meningkat dalam era kepemimpinan Jokowi (Joko Widodo, Walikota Surakarta). Dimulai dengan sosialisasi di tahun 2005 yang dilanjutkan dengan realisasi penataan PKL pada tahun 2006, membuktikan kerja keras semua pihak. Relokasi PKL ”Klitikan” dari Lapangan Banjarsari ke bangunan Pasar Klithikan Notoharjo yang megah dan permanen dilengkapi upacara ”boyongan” dengan prosesi kirab budaya, menunjukkan pendekatan yang humanis dalam penataan PKL. Rencana penataan PKL Monumen 45 Banjarsari ini merupakan tindak penataan ulang tata ruang dan perwajahan Kota Surakarta menuju kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL. Pasar Klithikan Notoharjo memilki kantor sendiri yang dipimpin oleh seorang Kepala atau Lurah Pasar, dimana kantor tersebut bukanlah merupakan badan struktural, tetapi hanya kepanjangan tangan dari Dinas Pengelolaan Pasar untuk
menangani masalah-masalah yang terjadi di Pasar Klithikan
Notoharjo tersebut. Adapun struktur Organisasinya adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kepala Pasar
Staff Administrasi
Staff Penarik Retribusi
Staff Keamanan
Staff Kebersihan
Anggota Keamanan
Gambar 4.2 Struktur organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo
Kawasan Pasar Klithikan Notoharjo merupakan lahan yang memiliki luas 17.276 M² atau kurang lebih 1,8 hektar yang kemudian dibangun dengan berbagai blok-blok kios dengan ukuran 2x3 M atau sama dengan 1.018 unit, mushola, lavatori (kamar mandi&toilet umum), gedung Kantor Pengelolaan, koridor: 3M, jalur hijau, Area parkir, area bongkar muat, jalan lingkar dalam pasar, pintu utama dan pintu samping pasar. Yang kemudian secara teratur PKL ditempatkan pada blok-blok sesuai jenis dagangan mereka. Dengan jumlah pedagang 989 pedagang. Blok pertama 396 kios, blok kedua 272 kios, blok ketiga 344 kios.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel. 4.10 Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Klitikan Notoharjo Menurut Jenis dagangan tahun 2010 Jenis Dagangan
Jumlah PKL
Alat Mobil
100 pedagang
Alat motor
222 pedagang
Accu
9 pedagang
Ban
20 pedagang
Sepatu & sandal
78 pedagang
Helm
25 pedagang
Pakaian
64 pedagang
Elektronik
148 pedagang
Makanan & minuman
66 pedagang
Handphone
20 pedagang
Alat bangunan
35 pedagang
Barang antik
19 pedagang
Cassete/cd
64 pedagang
Lain-lain
72 pedagang
Total
989 Pedagang
Sumber : Kantor Lurah Pasar Klithikan Notoharjo
Pasar Klitikan Notoharjo yang merupakan Padagang Kaki Lima pindahan dari monument perjuangan 45’ Banjarsari didominasi oleh pedagang peralatan motor pada data yang tercatat terdapat 222 pedagang yang menjual barang berupa peralatan motor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Block 1 Block 2
U
Block 1 Block 3 3
P 3
Gedung MUI
M
Sumber : Kantor Lurah Pasar Klitikan Notoharjo, 2011 Gambar 4.3 Denah Lokasi Penelitian Gambar 4.2 menggambarkan denah lokasi penelitian di Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi. Pasar Klithikan ini memiliki 3 (tiga) blok yang terdiri dari blok 1, 2 dan blok 3. Blok 1 terdiri dari 436 kios dalam 2 lantai, blok 2 sebanyak 278 kios namun hanya 1 lantai serta blok 3 sebanyak 344 kios juga dalam 1 lantai. Penelitian dilakukan pada 3 blok tersebut dengan populasi 1.058 pedagang. Pindahan yang berasal dari Banjarsari sebanyak 989 pedagang. Fasilitas lainnya yang ada di pasar Klithikan Notoharjo ini antara lain seperti mushola yang terletak di sebelah barat ujung, kantor pengelola pasar, toilet sebanyak 12 ruang serta lahan parkir yang cukup luas untuk menampung pengunjung serta pedagang. Huruf M pada gambar 4.2 menjelaskan tempat mushola, huruf P menjelaskan kantor pengelola pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi letaknya bersebelahan dengan gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berada di sebelah selatan pasar klithikan Notoharjo Semanggi.
C. Analisis Data dan Pembahasan Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Monumen juang 45’ Banjarsari
didasarkan beberapa aspek, antara lain dari aspek ekonomi
memberikan ruang berjualan atau berdagang yang layak dan peningkatan pendapatan Pedagang Kaki Lima yang berada di kawasan tersebut. Disisi lain selain dari aspek ekonomi juga terdapat aspek penataan tata ruang kota agar tercipta linkungan Kota Surakarta yang berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL. Pelaksanaan program pemerintah ini di realisasikan pada tanggal 3 juli 2006 dengan merelokasi 989 Pedagang Kaki Lima dari kawasan monumen 45 Banjarsari ke Pasar klitikan Notoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari kebijakan pemerintah merevitalisasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Monumen 45 Banjarsari dengan cara merelokasi Pedagang Kaki Lima dari Kawasan Monumen Juang 45 Banjarsari ke Pasar klitikan Notoharjo Semanggi. Penelitian ini akan membahas tentang perubahan omset penjualan yang dihitung dalam satuan Rupiah, keuntungan yang dihitung dalam satuan Rupiah, jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK, jumlah barang yang dijual, jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pendapatan Retribusi oleh pemerintah sebelum dan sesudah Revitalisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di Banjarsari
Di Notoharjo
Omset Penjualan
Omset Penjualan
Keuntungan
Keuntungan
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah Barang yang Terjual
Jumlah Barang yang Terjual
Pungutan Retribusi dan pungutan pasar
Pungutan Retribusi dan pungutan pasar
Keterangan
: Ada pengaruh atau tidak ada pengaruh Gambar. 4.4 Kerangka Hipotesis
1. Hasil Pengumpulan Data Metode pengumpulan data seperti yang telah dijelaskan dalam Bab III dengan menggunakan metode wawancara melalui daftar pertanyaan pada kuesioner. Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling. Subyek responden dalam hal ini adalah Pedagang Kaki Lima yang merupakan pindahan dari pasar Banjarsari ke Pasar Notoharjo. Berkaitan dengan hal ini, untuk mendapatkan responden
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperti yang ditentukan, baik dalam arti memenuhi jumlah persyaratan minimum sampel maupun kriteria lainnya. Hasil pengumpulan data berupa kuisioner yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden. a. Variabel Omset Penjualan Penelitian tentang Analisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima ini menggunakan 100 responden yang terbagi dalam beberapa kelompok pedagang. Dalam penentuan variabel omset penjualan penulis membaginya menjadi 8 (delapan) jenis usaha antara lain; variasi dan perlengkapan mobil, las dan cat, sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil, variasi motor, barang rupa-rupa, dan konter handphone. Penelitian ini menggunakan pedagang variasi dan peralatan motor dengan jumlah sampel yang terbanyak yaitu 20 sampel dari total sampel yang berjumlah 100 sampel yang terbagi menjadi 8 kategori jenis usaha. Penetapan jenis usaha variasi dan peralatan motor menjadi sampel yang terbanyak dikarenakan mayoritas pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo berjenis usaha variasi dan peralatan motor. Tingkat perubahan omset penjualan dari data diatas menunjukkan bahwa jenis dagangan yang bisa berkembang di Pasar Notoharjo dari pada saat masih di Pasar Banjarsari adalah, Variasi dan Peralatan Mobil, Las dan Cat sedangkan jenis barang dagangan lain seperti jenis barang dagangan sepatu dan peralatan olah raga, pakaian, elektonik dan audi mobil, variasi dan peralatan motor, barang lain-lain, dan konter
commit to user
masih menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penurunan omset di Pasar Klitikan Notoharjo dari pada saat berjualan di Banjarsari.
Tabel. 4.11 Rata-rata Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo No 1
Jumlah Responden
Jenis Dagangan
Rata-rata Omset / bulan (Rp.) Notoharjo Banjarsari
Variasi dan Peralatan Mobil Las dan Cat
10
14.875.000
8.250.000
10
7.050.000
5.925.000
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
3.395.000
3.550.000
10
2.700.000
4.080.000
15
14.200.000
15.240.000
30
8.100.000
9.991.666
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Rupa-rupa
10
5.800.000
7.450.000
8
Konter handphone
5
2.900.000
4.200.000
2 3 4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011
jenis dagangan yang paling mengalami penurunan adalah jenis dagangan pakaian. Hal ini dikarenakan di tempat baru yaitu di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami banyak penurunan permintaan atau omset dikarenakan tempat dari Pasar Klitikan Notoharjo berada di pinggiran Kota Surakarta dan menyebabkan berkurangnya jumlah konsumen dikarenakan salah satu faktornya adalah tempat yang baru agak susah untuk dijangkau dan lebih jauh sehingga memerlukan usaha yang lebih untuk menuju ke pasar Klitikan, selain itu daerah yang baru juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan daerah yang sedang berkembang maka diperlukan waktu dan usaha dari pedagang dan khususnya bagi pemerintah Kota Surakarta untuk dapat memulihkan keadaan pedagang yang telah direlokasi ke kawasan Semanggi agar tujuan dari revitalisasi pedagang kaki lima di Kawasan Banjarsari dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan untuk masayarakat sekitar dan khususnya bagi pedagang yang terrevitalisasi.
Tabel. 4.12 Persentase Perubahan Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo No 1
Jumlah Responden
Jenis Dagangan
Persentase perubahan (%) Omset/bulan
Variasi dan Peralatan Mobil Las dan Cat
10
80%
10
19%
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
-4%
10
-34%
15
-9%
30
-13%
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Rupa-rupa
10
-22%
8
Konter handphone
5
-31%
2 3 4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011
Variasi dan Peralatan Mobil mengalami peningkatan Kurang lebih 80% dari omset penjualan pada saat di Banjarsari ini disebabkan oleh beberapa factor antara lain; laju pertumbuhan kendaraan roda empat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau mobil di Kota Surakarta mengalami peningkatan, menurut beberapa pedagang yang dikutip oleh penulis peningkatan pendapata ini dikarenakan adanya permintaan dari showroom-showroom
Mobil di
Kota Surakarta, Pasar mobil bekas di area Sriwedari hal ini yang menyebabkan peningkatan omset untuk Variasi dan Peralatan Mobil di Pasar Notoharjo begitu juga utuk jenis usaha las dan cat juga mengalami peningkatan omset dikarenakan adanya permintaan dari variasi dan peralatan mobil. Omset penjualan para pedagang kaki lima tersbut juga dipengaruhi letak blok atau kios yang ditempatinya untuk berdagang, semakin kedalam atau semakin kebelakang maka tingkat pendapatan atau omsetnya juga akan semakin berkurang ini dikarenakan konsumen sudah terserap di pedagang-pedagang bagian depan. Pedagang Kaki Lima pada awal dipindah atau direlokasi juli tahun 2006 omset di Pasar Notoharjo Semaggi rata-rata masih sangat kecil, bahkan hal itu menyebabkan pedagang merugi karena hampir tidak adanya omset pejualan, hal itu bahkan berlanjut sampai kurang lebih kurun waktu 2 tahun setelah itu baru pendapatan menanjak, ini dikarenakan masih kurang tahunya masyarakat akan keberadaan Pasar klitikan Notoharjo yang secara letak memang jauh dari pusat kota atau jauh dari daerah asal (Banjarsari). Pemerintah sangat berperan dalam mempromosikan Pasar Klitikan Notoharjo melalui beberapa cara antara lain; pemberian tanda jalan ke Pasar Klitikan Notoharjo, membuat beberapa event untuk mengenalkan pasar Notoharjo kepada masyarakat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
promosi dilakukan melalui beberapa media antara lain; media cetak (Koran, poster, spanduk ,dll) dan media elektronik (Radio, televisi, internet). Omset rata-rata pedagang mengalami penurunan tetapi masih banyak pedagang yang memilih bertahan di Pasar Klitikan Notoharjo dikarenakan mendapat fasilitas ruko, tempat sudah tetap,dan sudah mendapat ijin usaha, selain mendapatkan fasilitas yang sudah disediakan pedagang juga mendapat pinjaman modal dari kementrian perindustrian, perdagangan dan koprasi pada awal berdirinya setiap pedagang mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan angsuran Rp.270.833,00 per bulan, dan sekarang dikelola oleh koprasi Pasar Klitikan Notoharjo. Data yang diperoleh diatas belum dideflasikan, dalam pendeflasian nilai tersebut penulis menggunkan indek harga konsumen. Angka indeks konsumen Kota Surakarta dimasukkan kedalam hitungan dikarenakan untuk mencari nilai omset sekarang pada saat di Banjarsari, data yang didapatkan penulis adalah data dari hasil wawancara dengan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi dan data tersebut diasumsikan adalah data terakhir pada saat di Banjarsari yaitu tahun 2006 maka untuk menyesuaikan dengan data pembanding (data pada saat di Pasar Notoharjo) dan di asumsikan data omset di Pasar Klitikan Notoharjo adalah data pada saat dilaksanakannya wawancara yaitu tahun 2011. Angka indeks konsumen yang digunakan adalah angka indeks Kota Surakarta dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel. 4.13 IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010 Tahun 2007 2008 IHK 5,51% 11,06% Sumber: BI Kota Surakarta, 2010
2009 2,78%
2010 6,96%
Total 26,31%
Metode yang digunakan adalah dengan mengkalikan total IHK dari tahun 2007 s/d 2010 yaitu sebesar 26,31% dengan nilai omset saat di Banjarsari. Tabel. 4.14 Rata-rata Omset Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari (data dideflasikan) dan di Notoharjo No 1
Jumlah Responden
Jenis Dagangan
Rata-rata Omset / bulan (Rp.) Notoharjo Banjarsari dng IHK
Variasi dan Peralatan Mobil Las dan Cat
10
14.875.000
10.420.575
10
7.050.000
7.483.867
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
3.395.000
4.484.005
10
2.700.000
5.153.448
15
14.200.000
19.249.644
30
8.100.000
12.620.474
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Rupa-rupa
10
5.800.000
9.410.095
8
Konter handphone
5
2.900.000
5.305.020
2 3 4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011 Nilai indek dari penghitungan dengan menggunakan angka indek harga konsumen didapat angka sebesar 126,31% ini menunjukkan ada penurunan nilai uang sebesar 26,31% dari saat pindah sampai sekarang, maka dari itu nilai omset di Banjarsari dikalikan dengan hasil penghitungan angka indek dan didapatkan hasil omset di Banjarsari yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telah disesuaikan yang dituliskan pada tabel diatas. Data yang telah disesuaikan dengan data pembanding terdapat peningkatan nilai omset penjualan di Banjarsari, dari data tabel diatas omset penjulan yang mengalami peningkatan adalah jenis usaha variasi dan peralatan mobil, las dan cat jenis usaha ini (variasi dan peralatan mobil, las dan cat) dengan jarak waktu kurang lebih 5 tahun setelah direvitalisasi secara signifikan telah mengalami peningkatan omset di Pasar klitikan Notoharjo dari pada saat di Banjarsari, sedangkan jenis usaha lain seperti variasi dan peralatan motor, sepatu dan alat olah raga, pakaian, elektronik dan audio mobil, barang rupa-rupa, konter hendphone belum menunjukkan peningkatan bahkan masih terlihat mengalami penurunan omset penjualan. b. Variabel Keuntungan Pedagang Keuntungan adalah jumlah penerimaan kotor atau Total Revenue (TR) dikurangi oleh jumlah biaya pengeluaran atau Total Cost (TC). Pendapatan / revenue pedagang adalah barang yang bisa terjual, penggunaan jasa, sedangkan untuk biaya / cost adalah biaya tenaga kerja dan pajak (retribusi, dan pungutan lainnya). Kolompok yang memiliki atau mendapatkan Keuntungan yang terbanyak dan usahanya dapat berkembang di pasar klitikan Notoharjo adalah kelompok pedagang variasi dan peralatan mobil. Peneliti mengambil sampel 10 sampel untuk variasi dan peralatan mobil, 10 sampel untuk las dan cat, 10 sampel untuk sepatu dan peralatan olah raga, 10 sampel untuk pakaian, 15 sampel untuk elektronik dan audio mobil, 20 sampel untuk variasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peralatan motor, 10 sampel untuk barang rupa-rupa, dan 5 sampel untuk koter handphone. Tabel. 4.15 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo Rata-rata Keuntungan / Jumlah bulan (Rp.) No Jenis Dagangan Responden Notoharjo Banjarsari 1 Variasi dan 10 2.975.000 1.650.000 Peralatan Mobil 1.410.000 1.185.000 2 Las dan Cat 10 3
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
1.018.500
1.065.000
10
774.000
1.224.000
15
2.840.000
3.048.000
30
2.047.500
2.377.083
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Rupa-rupa
10
1.160.000
1.490.000
8
Konter Handphone
5
870.000
1.260.000
4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011 Penerimaan keuntungan atau profit terbanyak dalam penelitian ini adalah kelompok variasi dan peralatan mobil, secara rata-rata kelompok yang mengalami peningkatan keuntungan di pasar klitikan Notoharjo adalah kelompok dengan jenis dagangan variasi dan peralatan mobil, las dan cat. Kedua kelompok ini adalah jenis usaha yang dapat berkembang di pasar klitikan Notoharjo sesuai dengan omset yang diperolehnya maka keuntungannya juga akan berkembang atau bergerak sesuai dengan omsetnya. Dari 8 (delapan) jenis usaha yang sudah penulis kelompokkan hanya 2 (dua) jenis usaha yang mengalami peningkatan keuntungan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasar Notoharjo sedangkan 6 jenis dagangan mengalami penurunan keuntungan hal ini disebabkan karena permintaan barang di Pasar Klitikan Notoharjo tidak sebanyak permintaan pada saat di Banjarsari. Permintaan di Pasar Notoharjo juga dipengaruhi oleh letak dari blok dan kios pedagang semakin kedalam letak kios maka jumlah permintaannya juga semakin berkurang. Keuntungan pedagang juga dipengaruhi oleh jenis dagangannya merupakan barang baru atau barang bekas, keuntungan pedagang yang menjual barang-barang baru lebih besar dari pada pedagang yang menjual barang-barang bekas. Rata-rata Keuntungan setiap bulan padagang di Pasar Notoharjo adalah antara Rp.700.000 sampai Rp. 3.000.0000, untuk rata-rata keuntungan pedagang variasi dan peralatan mobil adalah sebesar Rp. 2.975.000,00 dengan jumlah responden sebanyak 10 responden range
keuntungan terendah
Rp.1.500.000 dan tertinggi adalah sebesar Rp. 5.000.000,00, rata-rata keuntungan pedagang sepatu dan alat olah raga adalah sebesar Rp. 1.018.500,00 dengan range
keuntungan terendah Rp.750.000 dan
tertinggi adalah sebesar Rp. 1.350.000,00, rata-rata keuntungan kelompok terendah di Pasar Klitikan Notoharjo adalah kelompok yang menjual pakaian dengan nilai rata-ratanya adalah sebesar Rp. 774.000,00 dengan jumlah responden adalah 10 responden dengan keuntungan terendah untuk kelompok pakaian adalah sebesar Rp. 540.000 dan tertinggi adalah sebesar Rp. 1.080.000. Di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi pedagang terctat sebanyak 989 pedagang kaki lima yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan pindahan dari daerah Banjarsari dan pada saat penelitian ini tahun 2011 pedagang sudah 5 tahun menenpati tempat tersebut akan tetapi kebanyakan pedagang di pasar Notoharjo masih banyak yang mengalami penurunan keuntungan. Tabel. 4.16 Persentase Perubahan Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo Persentase perubahan Jumlah (%) No Jenis Dagangan Responden Keuntungan/bulan 1 Variasi dan 10 80% Peralatan Mobil 19% 2 Las dan Cat 10 3
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
-4%
10
-37%
15
-9%
30
-12%
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Rupa-rupa
10
-22%
8
Konter handphone
5
-31%
4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011 Jenis dagangan variasi dan peralatan mobil yang mengalami peningkatan rata-rata keuntungan sebesar 80% (dari hasil pengolahan data primer), sedangkan yang mengalami penurunan keuntungan terbesar terdapat jenis usaha pakaian yang mengalami penurunan pendapatan sebesar -37% dari keuntungan sebelumnya pada saat masih di Banjarsari. Penurunan keuntungan ini disebabkan berkurangnya permintaan akan barang tersebut di Pasar Klitikan Notoharjo Semanngi. Berkurangnya pendapatan
juga
dipengaruhi
oleh
commit to user
jumlah
konsumen,
hal
ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disebabkannya jauhnya lokasi pasar Klitikan Notoharjo dari pusat bisnis di Kota Surakarta ditambah karena daerahnya merupakan daerah pinggiran kota maka akses menuju ke lokasi juga kurang seperti akses jalan masuk dan angkutan umum yang menuju ke Pasar Notoharjo. Data diatas merupakan data yang dihimpun pada saat wawancara (2011) dan data keuntungan di banjarsari masih diasumsikan data pada tahun terakhir di banjar sari yaitu tahun 2006 untuk menyetarakan dengan data pembanding pada saat di Notoharjo maka diperlukan penghitungan dengan angka indek. Rumus yang digunakan adalah sama pada saat menghitung omset yaitu dengan menggunakan indek harga konsumen dari tahun 2007s/d 2010. Nilai indek dari penghitungan dengan menggunakan angka indek harga konsumen didapat angka sebesar 126,31% ini menunjukkan ada penurunan nilai uang sebesar 26,31% dari saat pindah sampai sekarang, maka dari itu nilai keuntungan di Banjarsari dikalikan dengan hasil penghitungan angka indek dan didapatkan hasil keuntungan di Banjarsari yang telah disesuaikan yang dituliskan pada tabel 4.17 (rata-rata keuntungan pedagang kaki lima menurut jenis dagangan saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo). Data di Banjarsari yang telah disesuaikan atau yang telah dideflasikan terdapat peningkatan nilai sehingga menyebabkan semakin jauhnya perbaedaan pendapatan bersih (profit) pedagang antara di Notoharjo dan pada saat di banjarsari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel. 4.17 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo Rata-rata Keuntungan / bulan (Rp.) Jumlah No Jenis Dagangan Responden Notoharjo Banjarsari dng IHK 1 Variasi dan 10 2.975.000 2.084.115 Peralatan Mobil 1.410.000 1.496.773 2 Las dan Cat 10 3
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
1.018.500
1.345.201
10
774.000
1.546.034
15
2.840.000
3.849.928
30
2.047.500
3.002.493
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Rupa-rupa
10
1.160.000
1.882.019
8
Konter Handphone
5
870.000
1.591.506
4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011 Rata-rata dari hasil penghitungan rata-rata keuntungan pedagang (profit) mengalami penurunan hal tersebut dikarenakan pedagang belum secara maksimal dapat beradaptasi dengan keadaan di Pasar Klitikan Notoharjo sehingga diperlukan peran pemerintah melalui dinas terkait untuk melakukan kajian terhadap pedagang agar pendapatan bersih atau keuntungan
pedagang
dapat
meningkat
sehingga
kesejahteraan
pedagangpun dapat tercapai, dengan peningkatan kesejahteraan pedagang maka dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian untuk daerah sekitar khususnya daerah disekitar Pasar Notoharjo. selain meningkatkan pertumbuhan perekonomian pemaksimalan program revitalisasi PKL yang direalisasikan dengan relokasi pedagang kaki lima dapat meningkatkan penawaran tenaga kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Variabel Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor dari faktor produksi, faktor prodiksi dalah input-input yang digunakan oleh produsen untuk memprodusi barang dan jasa (Mankiw, 2006). Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan di Pasar Notoharjo antara 1-5 orang pekerja jenis usaha ini digolongkan kedalam industri kecil dikarenakan memiliki pekerja kurang dari 20 orang Tabel. 4.18 Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo Rata-rata Tenaga Kerja Jumlah (orang) No Jenis Dagangan Responden Notoharjo Banjarsari Variasi dan 3 2 10 1 Peralatan Mobil 2
Las dan Cat
10
2
1
3
Sepatu dan Alat Olah Raga
10
1
1
4
Pakaian
10
1
1
15
2
2
30
2
3
5 6
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor
7
Barang Lain-lain
10
1
2
8
Konter
5
1
2
Sumber : Data Diolah 2011 Pekerja yang digunakan atau dipekerjakan oleh tiap-tiap pedagang di Pasar Notoharjo kurang dari 10 orang atau pekerja, kebanyakan usaha ini dikerjakan sendiri atau dengan keluarga sehingga sistem pembayaran upah tenaga kerjanya belum mengacu kepada standar pengupahan dan kebanyakan dari para pedagang di Pasar Notoharjo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan system pembayaran tenaga kerjanya dengan system kekeluargaan atau istilah yang sering digunakan oleh pedagang di Pasar Notoharjo dengan istilah “sambatan”. Dari segi jumlah pekerja banyak pedagang di Pasar klitikan Notoharjo yang merupakan pindahan PKL dari Banjarsari mengurangi jumlah tenaga kerjanya atau karyawannya di karenakan omset pedagang tersebut mengalami penurunan.
Tabel. 4.19 Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo Rata-rata HOK (HOK) Notoharjo Banjarsari
No
Jenis Dagangan
Jumlah Responden
1
Variasi dan Peralatan Mobil
10
3,51
1,94
2
Las dan Cat
10
2,06
1,45
3
Sepatu dan Alat Olah Raga
10
1,21
1,57
4
Pakaian
10
1,21
1,21
15
2,30
2,90
30
2,81
3,03
5 6
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor
7
Barang Lain-lain
10
1,69
2,18
8
Konter
5
1,21
2,18
Sumber : Data Diolah 2011 Data HOK (Hari Orang Kerja) di dapatkan dengan menggunakan rumus 1 HOK = 7 jam kerja. di Pasar Kltikan Notoharjo rata-rata jam buka dari jam 08.00 – 16.30 jadi rata-rata jam kerjanya kurang lebih 8,5 jam atau jika dihitung dengan menggunakan HOK maka didapatkan nilai 1,21 HOK. Nilai HOK yang telah didapatkan dikalikan jumlah pekerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dipekerjakan dan didapatkan hasil pada tabel 4.18 (Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo), dari data di tabel didapatkan nilai ratarata HOK menurut jenis dagangan. Nilai HOK yang mengalami peningkatan di Pasar Klitikan Notoharjo dibandingkan pada saat di Banjarsari adalah jenis usaha variasi dan peralatan mobil, las dan cat dan rata-rata jenis usaha lain masih mengalami penurunan nilai HOK. d. Variabel Kuantitas Penjualan Barang Kuantitas penjualan barang juga dapat diartikan banyaknya barang yang dapat dijual oleh pedagang kepada konsumen, dalam penelitian ini penulis menghitung jumlah barang yang dijual dalam satu bulan. Dari segi kuantitas atau jumlah barang yang dijual kepada konsumen di Pasar Notoharjo mengalami penurunan kuantitas. Peningkatan atau penurunan kuantitas barang yang dijual dipengaruhi oleh beberapa faktor anatara lain banyaknya pengunjung di Pasar Notoharjo, harga barang, dan kualitas barang. Barang-barang yang dijual di Pasar Klitikan Notoharjo kebanyakan adalah barang pelengkap (Komplementer) seperti onderdil kendaraan bermotor, onderdil alat elektronik, jadi peningkatan kuantitas penjualan barang juga dipengaruhi oleh perkembangan indutri terkait salah satu contohnya adalah perkembangan kendaraan roda 4 (mobil) akan meningkatkan permintaan akan variasi dan perlengkapan mobil hal tersebut akan meningkatkan kuantitas barang yang dapat dijual oleh pedagang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel. 4.20 Rata-rata Kuantitas Barang yang Terjual Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo No 1
Jumlah Responden
Jenis Dagangan
Rata-rata Q brng yg terjual / bln (buah/item) Notoharjo Banjarsari
Variasi dan Peralatan Mobil Las dan Cat
10
16
10
10
9
8
Sepatu dan Alat Olah Raga Pakaian
10
72
79
10
54
82
15
14
16
30
75
93
7
Elektronik dan Audio Mobil Variasi dan Peralatan Motor Barang Lain-lain
10
28
37
8
Konter
5
12
21
2 3 4 5 6
Sumber : Data Diolah 2011 Rata-rata kuantitas barang yang dijual di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan, secara kuantitas barang dagangan yang paling banyak terjual adalah jenis dagangan variasi dan peralatan kendaraan bermotor besarnya adalah 93 item/barang dalam satu bulan yang terjual pada saat di Banjarsari, dan mengalami penurunan menjadi 75 item/barang dalam satu bulan pada saat di Pasar klitikan Notoharjo Semanggi. Hampir rata-rata kuantitas penjualan di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan di bandingkan pada saat di Banjarsari namun jenis usaha yang sudah mengalami peningkatan adalah jenis usaha variasi dan peralatan mobil, las dan cat, peningkatan pada jenis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
usaha ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain peningkatan permintaan otomotif khususnya mobil di Kota Surakarta. e. Variabel Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar Pungutan retribusi daearah adalah pungutan daerah yang tidak hanya didasarkan atas objeknya, tetapi juga berdasarkan perbedaan atas pendekatan tarif. Penelitian ini variabel retribusi yang digunakan adalah pungutan yang dibayarkan oleh pedagang kepada pemerintah. Pasar Klitikan Notoharjo membagi tarif retribusinya menjadi 3 (tiga) tarif, pembedaan tarif retribusi dikarenakan pemakaian listrik tiap pedagang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pedagang. Tabel. 4.21 Tarif pungutan listrik menurut Penggunaan di Pasar Klitikan Notoharjo per bulan Tarif penggunaan Listrik Biaya Non Amper
Rp. 0
½ Amper
Rp. 660/ hari
1 Amper
Rp.1.270/hari
Sumber: Kantor lurah Pasar Klitikan Notoharjo Selain pungutan tarif listrik pedagang di pasar notoharjo juga masih dibebani beberapa pungutan yang sudah ditentukan antara lain; retriusi pasar sebesar Rp. 1.125/hari, pemakaian listrik lingkungan sebesar Rp. 600/hari, kebersihan sebesar Rp. 180/hari, keamanan Rp.13.000/bulan, parkir Rp. 10.000/bulan. Total pengeluaran pedagang yang harus dikeluarakan untuk pembayaran retribusi dan pungutan pasar sebesar Rp. 80.150 per bulan untuk pemakaian listrik non amper,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rp.99.950 per bulan untuk pemakaian listrik ½ amper, dan Rp.118.250 untuk pemakaian listrik 1 amper. Pungutan pasar pada saat di Banjarsari sebesar Rp.1.000, pungutan tersebut sudah termasuk biaya karcis pasar, kebersihan dan parkir per harinya. Tarif pungutan pasar di pasar banjarsari yaitu air bersih, listrik lingkungan dengan tarif yang berbedabeda, besarnya pengeluran rata-rata tiap bulan Pedagang pada saat di Banjarsari adalah sebesar Rp.40.500,00 sampai dengan Rp. 63.000,00 dalam satu bulan. Tabel. 4.22 Rata-rata Retribusi dan Pungutan Pasar Yang dibayarkan Pedagang tiap bulan saat di Banjarsari dan di Notoharjo No
Jumlah Responden
ketrangan
1
Retribusi dan Pungutan Pasar Sumber : Data Diolah 2011
100
Rata-rata pungutan / bln (Rp) Notoharjo Banjarsari 103.247
51.645
Reribusi dan pungutan pasar di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami peningkatan sebesar 99,92% dari besarnya pungutan pada saat di Banjarsari. Besarnya pungutan di Pasar klitikan Notoharjo dikarenakan untuk biaya
peningkatan dan perawatan fasilitas-fasilitas pasar yang
sudah disiapkan untuk menunjang kegiatan para pedagang. Pemerintah Kota Surakarta menargetkan pendapatan Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 1.715.128.000/ tahun dan realisasi pada desember 2010 adalah sebesar Rp. 534.297.230 dengan persentase pencapaian target sebesar 31,15% (DPP Kota Surakarta,2011) . Penghitungan nilai retribusi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pungutan pasar juga mengalami penurunan nilai uang sehingga diperlukan pendeflasian agar sesuai dengan data pembanding pendeflasian juga menggunakan indeks harga konsumen Kota Surakarta. Tabel.4.23 Rata-rata Retribusi dan Pungutan Pasar Yang dibayarkan Pedagang saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo No
Jumlah Responden
ketrangan
1
Retribusi dan Pungutan Pasar Sumber : Data Diolah 2011
100
Rata-rata pungutan / bln (Rp) Notoharjo Banjarsari dng IHK 103.247
65.233
Perbedaan yang mencolok antara retibusi dan pungutan pasar saat di Notoharjo dan saat di Banjarsari di kerenakan di Pasar Klitikan Notoharjo pedagang sudah mendapatkan fasilitas yang jauh lebih baik dari pada saat di Banjarsari yang berupa bangunan tetap, lokasi pasar yang lengkap dengan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan pasar dan perijinan yang jelas dan lebih baik dari pada saat di Banjarsari. Dari hasil observasi dan wawancara masih ditemui keluhan-keluhan dari beberapa pedagang dengan jumlah pungutan yang lebih besar akan tetapi pendapatan pedagang itu sendiri menurun. Banyak pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo mengaku keberatan akan kenaikan tarif retribusi dan pungutan pasar akan tetapi pedagang juga tetap memilih berjualan di Pasar Klitikan Notoharjo dikarenakan di pasar Notoharjo mereka sudah mendapatkan tempat yang tetap bangunannya sudah permanen dan sudah mendapatkan ijin resmi dari pemerintah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Hasil Analisis Uji t (Paired Sample t Test) Penelitian ini menggunakan software SPSS Versi 17 dalam menganalisis Dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari Surakarta. Uji yang akan dilakukan adalah uji t (Paired Sample t Test) adalah uji t untuk dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sampel dengan subyek yang sama namun mengalami perlakuan dan pengukuran yang berbeda. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95%. Data yang digunakan adalah data di Banjarsari yang telah disesuaikan dengan data pembandingnya (di Notoharjo) dengan menggunakan penghitungan angka indeks. Angka indeks yang digunakan adalah angka indek harga konsumen (IHK). Data yang dideflasikan adalah data omset penjualan, keuntungan, dan retribusi dan pungutan pasar. a. Omset Penjualan Penelitian ini terdapat rata-rata omset pedagang kaki lima saat di Banjarsari maupun di Notoharjo, rata-rata omset pedagang kaki lima pada saat di Banjarsari dengan IHK adalah Rp. 10.634.038,90 sedangkan omset pada saat di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 8.087.000,00. Omset antara Kawasan Banjarsari yang sudah dimasukkan IHK dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar - Rp.2.547.038,90 hal ini menunjukkan terjadi penurunan omset di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Klitikan Notoharjo atau omset penjualannya lebih banyak di Kawasan Banjarari. Tabel. 4.24 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Omset Penjualan (per bulan) Lokasi
N
Rata-rata Correlation Sig. omset (Rp) 8.087.000 0,745 0,00 10.634.038,9
Notoharjo 100 100 Bajarsari Sumber : Analisis Data Primer, 2011
t
df
Sig (2 tailed)
-6,447
99
0,000
Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,745 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara omset di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob < 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar - 6,447 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984),
t hitung (-6,447) H0 diterima H0 ditolak
H0 ditolak
-t α/2 (-1,984) Sumber : Analisis Data Primer, 2011
t α/2 (1,984)
Gambar. 4.5 uji 2 fihak variabel omset penjualan
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel dengan uji 2 (dua) pihak maka H0 ditolak atau H diterima sehingga ratarata sampel omset penjualan saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata dengan beda mean sebesar - Rp.2.547.038,90 perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai –Rp. 3.330.911,99
dan upper/ batas
atasnya -Rp.1.7631.165,80. Uji t menerima H menunjukkan perbedaan mean
-Rp.2.547.038,90
cukup
berarti
untuk
menyatakan
bahwa
perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi
Omset
pedagang
dalam
hasil
penghitungan
ini
menunjukkan nilai negative (-) ini menunjukkan bahwa omset di Pasar Klitikan
Notoharjo
mengalami
penurunan
Omset
penjualan
jika
dibandingkan pada saat di Banjarsari. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jumlah konsumen yang tidak sebanyak pada saat di Banjarsari. b. Keuntungan Pedagang Rata-rata keuntungan pedagang pada saat di Banjarsari (2006) dan nilainya sudah disetarakan dengan data pada saat di Notoharjo (2011) dengan memasukkan IHK kedalam hitungan. Nilai keuntungannya adalah sebesar Rp.2.393.227,15 dan pada saat observasi keuntungan pedagang di pasar Notoharjo sebesar Rp.1.817.500, jadi terdapat perbedaan keuntungan anatara pasar Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi sebesar -Rp.575.727,15 , tanda negatif pada beda mean tersebut menunjukkan bahwa nilai keuntungan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel. 4.25 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan) Lokasi
N
Notoharjo Banjarsari
100 100
Rata-rata Correlation Sig. Keuntungan (Rp) 1.817.500 0,727 0,00 2.393.227,15
T
df
Sig (2 tailed)
-7,017
99
0,006
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Keuntungan yang didapatkan oleh pedagang antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -Rp.575.727,15 ini menunjukkan bahwa keuntungan pedagang yang sekarang menempati Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan keuntungan pada saat di Banjarsari. hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah omset di Notoharjo. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,727 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara keuntungan di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,000 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar - 7,017 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984),
Hasil tabel
mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel maka H0 ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel keuntungan penjualan saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata t hitung (-7,017) H0 diterima
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H0 ditolak
H0 ditolak
-t α/2 (-1,984)
t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.6 uji 2 fihak variabel keuntungan
Beda mean sebesar -Rp.575.727,15 perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai - Rp.738.519,61 dan upper/ batas atasnya -Rp.412.934,69 Uji t yang menolak H0
menunjukkan
perbedaan -Rp.575.727,15 cukup berarti untuk menyatakan bahwa perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi keuntungan pedagang hal ini juga ditunjukkan t hitung lebih besar dari pada t tabel sehingga menyebabkan H1 diterima dengan hipotesis bahwa keuntungan mengalami perubahan secara signifikan dengan hasil t hitung -7,017 menunjukkan perubahan yang negatif atau menunjukkan adanya penurunan keuntungan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi. c. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja secara rata-rata tidak mengalami perubahan secara signifikan perubahan jumlah pekerja yang dimiliki antara1-3 orang saja. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang dimiliki sekarang (di Pasar Klitikan Notoharjo) mengalami penurunan dari jumlah tenaga kerja sebelumnya saat masih di Banjarsari. Jenis usaha yang mengalami penurunan antara lain jenis usaha variasi dan peralatan motor, pakaian,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sepatu dan alat olah raga, barang rupa-rupa, dan konter handphone, penurunan jumlah tenaga kerja dikarenakan salah satu faktornya adalah berkurangnya omset penjualan.
Tabel. 4.26 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk HOK Lokasi
N
Rata-rata TK (orang) 2,19 2,28
Correlation Sig.
Notoharjo 100 0,464 Banjarsari 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2011
0,00
t
df
- 0,872
99
Sig (2 tailed) 0,385
Penghitungan variabel tenaga kerja antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo menggunakan satuan HOK (Hari Orang Kerja) 1 HOK = 7 jam kerja, di Pasar banjarsari maupun Pasar Klitikan Notoharjo jam buka – jam tutup antara jam 08.00 sd 16.30 atau jam kerja sekitar 8,5 jam dalam 1 hari, jika dithitung dalam satuan HOK maka nilainya adalah 1,21 HOK (8,5 jam/7jam). Variabel tenaga kerja memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -0,096 perbedaan meannya sangat kecil maka perbedaan tersebut dianggap tidak ada, walau secara nyata jumlah tenaga kerja yang dihitung dengan satuan HOK lebih banyak di Kawasan Banjarari. Korelasi antara kedua variabel menghasilkan nilai 0,522 dengan signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara jumlah tenaga kerja di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,385 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung yang di hitung dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan soft ware spss 17 menghasilkan nilai sebesar -0,872 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984), t hitung (-0,872) Ho diterima Ho ditolak
Ho ditolak
-t α/2 (-1,984)
t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.7 uji 2 fihak variabel Tenaga Kerja
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung < (lebih keci dari) t tabel maka Ho diterima atau H ditolak sehingga rata-rata sampel jumlah tenaga kerja saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo tidak mengalami perubahan secara nyata. Akan tetapi terdapat beda mean sebesar - 0,096
perbedaan ini mempunyai range antara
lower/batas bawah dengan nilai - 0,317 dan upper/ batas atasnya 0,123. Uji t yang menolak H menunjukkan perbedaan 0,96 dengan range > 0 sampai 0,123 tidak cukup berarti untuk menyatakan bahwa perpindahan pedagang dari Banjarsari Ke Pasar Klitikan Notoharjo mempengaruhi Jumlah tenaga kerjanya yang dihitung dengan HOK. d. Kuantitas Penjualan Barang Rata-rata Kuantitas barang yang dapat terjual oleh pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo rata-rata mengalami penururunan. Nilai rata-rata kuantitas (jumlah barang yang terjual) di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebanyak 42,82 dibulatkan menjadi 43 barang dalam satu bulan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedangkan di Banjarsari rata-rata barang yang terjual adalah sebanyak 54,08 dan dibulatkan menjadi 54 barang dalam satu bulan. Tabel. 4.27 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Kuantitas Barang yang Terjual (per bulan) Lokasi
N
Notoharjo Banjarsari
100 100
Q Rata-rata Correlation Sig. (barang) 42,82 0,887 0,00 54,08
t
df
-5,778
99
Sig (2 tailed) 0,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Jumlah kuantitas barang yang dapat terjual antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar -11,25 perbedaan meannya yang cukup terlihat perbedaannya antara di Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo. Korelasi antara kedua variabel
menghasilkan nilai 0,887 dengan
signifikansi output sebesar 0,00 < 0,05 berarti korelasi antara jumlah kuantitas barang yang terjual di banjarsari dan di Notoharjo sangat erat kaitannya dan berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung yang dihitung dengan software spss 17 menghasilkan nilai sebesar -5,778 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984), Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar dari) t tabel maka Ho ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel kuantitas barang yang dapat terjual saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata. t hitung (-5,778)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ho diterima Ho ditolak
Ho ditolak
-t α/2 (-1,984)
t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.8 uji 2 fihak variabel kuantitas barang yang terjual
Perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai -15,120 dan upper / batas atasnya. -7,389. Ini menunjukkan permintaan akan barang di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami penurunan secara kuantitas jika di bandingkan ketika masih di Banjarsari. e. Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar Penelitian ini terdapat rata-rata pungutan retribusi dan pasar yang dibayarkan oleh pedagang kaki lima saat di Banjarsari maupun di Pasar Klitikan Notoharjo, rata-rata retribusi dan punguta pasar pedagang kaki lima pada saat di Banjarsari adalah Rp. 65.232,80 / bulan (data telah disesuaikan/ telah dideflasikan dengan IHK) sedangkan pada saat di Pasar Klitikan Notoharjo adalah sebesar Rp. 103.247,00. Terdapat penigkatan pungutan retribusi dan pasar saat di pasar Klitikan Notoharjo besarnya peningkatan adalah sebesar Rp. 38.014,20 ini dikarenakan fasilitas yang terdapat di Pasar Klitikan Notoharjo jauh lebih baik dan lebih tertata secara rapi tempat maupun secara perijinannya. Tabel. 4.28 Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar (per bulan) Lokasi
N
Rata-rata
Correlation Sig.
commit to user
t
df
Sig (2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Notoharjo Banjarsari
100 100
ret (Rp) 103.247 65.232,80
tailed) 0,109
0,282
23,961
99
0,00
Sumber : Analisis Data Primer, data diolah, 2011
Jumlah pungutan retribusi dan pungutan pasar antara Kawasan Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo memiliki perbedaan rata-rata atau beda mean sebesar Rp. 38.014,20 perbedaan meannya yang cukup terlihat perbedaannya antara di Banjarsari dengan Pasar Klitikan Notoharjo hal ini disebabkan perbedaan penetapan jumlah retribusi dan pungutan pasar yang dibebankan kepada pedagang. Biaya ini digunakan untuk biaya perawatan fasilitas dan operasional pasar. Biaya penetapan retribusi dan pungutan pasar lebih tinggi di Pasar Klitikan Notoharjo dikarenakan fasilitas dan tempat pasar yang jauh lebih bagus dan tertata dari pada saat di Banjarsari yang terkesan masih liar dan tempat yang digunakan saat di Banjarsari merupakan tempat untuk umum bukan tempat yang disediakan untuk berdagang sehingga para pedagang belum mendapat ijin usaha dari pemerintah, dan hal ini yang menyebabkan peningkatan jumlah retribusi dan pungutan pasarnya. Korelasi antara kedua variabel
menghasilkan nilai 0,109 dengan signifikansi output
sebesar 0,282 > (lebih besar) dari 0,05 berarti korelasi antara jumlah pungutan pasar dan retribusi di banjarsari dan di Pasar Klitikan Notoharjo tidak ada kaitannya dan tidak berhubungan secara nyata. Nilai Probabilitas menunjukkan nilai 0,00 (Prob > 0,05) dan nilai t hitung menghasilkan nilai sebesar 23,961 (t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
t hitung (23,961) Ho diterima Ho ditolak
Ho ditolak
-t α/2 (-1,984)
t α/2 (1,984)
Sumber : Analisis Data Primer, 2011 Gambar. 4.9 uji 2 fihak variabel Pungutan Retribusi dan Pungutan Pasar
Hasil tabel mendapatkan hasil t hitung > (lebih besar) t tabel maka Ho ditolak atau H diterima sehingga rata-rata sampel pungutan pasar dan retribusi saat masih di Banjarsari dan setelah pindah di Pasar Klitikan Notoharjo mengalami perubahan secara nyata. Perbedaan ini mempunyai range antara lower/batas bawah dengan nilai 34.866,21 dan upper / batas atasnya 41.162,18.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Kesimpulan Berdasarkan analisis dengan mengunakan metode uji t (Paired sample t test) menggunakan software spss 17 dapat disimpulkan dampak revitalisasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari dan sekarang direlokasi di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi berpengaruh terhadap omset, keuntungan, jumlah tenaga kerja, kuantitas barang yang dijual dan retribusi dan pungutan pasar. Hasil anailisis sebagai berikut : 1. Variabel Omset Penjualan Pedagang Variabel omset penjualan pedagang sebelum dan sesudah revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan. Nilai dari t hitung menunjukkan nilai yang negatif hal ini menunjukkan adanya penurunan omset di Pasar Notoharjo jika di bandingkan dengan jumlah omset ketika di Banjarsari. 2. Variabel Keuntungan Pedagang Variabel keuntungan pedagang sebelum dan sesudah revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan. Nilai dari t hitung menunjukkan nilai yang negatif hal ini menunjukkan adanya penurunan keuntungan di Pasar Notoharjo jika di bandingkan dengan jumlah omset ketika di Banjarsari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Variabel Jumlah Tenaga Kerja Variabel jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah revitalisasi dan relokasi yang dihitung dengan satuan HOK (Hari Orang Kerja) tidak menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan. Revitalisasi dan relokasi kurang berpengaruh atau tidak ada perbedaan secara signifikan terhadap jumlah tenaga kerja antara sebelum dan sesudah direvitalisasi dan direlokasi. 4. Variabel Kuantitas Barang yang dijual Variabel kuantitas barang yang dijual sebelum dan sesudah revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan. Nilai dari t hitung menunjukkan nilai yang negatif hal ini menunjukkan adanya penurunan kuantitas penjualan di Pasar Notoharjo jika di bandingkan dengan jumlah omset ketika di Banjarsari. 5. Variabel Pungutan Pasar dan Retribusi Variabel pungutan pasar dan retribusi secara signifikan mengalami perubahan antara sebelum dan sesudah revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo menunjukkan perbedaan secara nyata pada tahun pengamatan.
F. Saran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Kota Surakarta merupakan program pemerintah Kota Surakarta dalam penataan ulang tata ruang dan perwajahan Kota Surakarta menuju kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL, berdasrkan kesimpulan diatas untuk kepastian usaha Pedagang Kaki Lima (PKL) kususnya PKL yang terevitalisai belum secara signifikan menunjukkan peningkatan bahkan dalam penelitian ini penulis menemukan rata-rata pendapatan pedagang mengalami penurunan setelah direvitalisasi dan direlokasi. Secara umum revitalisasi dan relokasi pedagang kaki lima yang secara waktu sudah berjalan kurang lebih 5 tahun, dillihat dari pendapatan pedagang sudah mengalami peningkatan dari tahun ketahun, tetapi jika dibandingkan dengan pendapatan di banjarsari masih mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan uraian diatas agar program pemerintah Kota Surakarta (Kota Surakarta menuju kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha PKL ) dapat terlaksna secara maksimal maka diajukan saran sebagai berikut : 1. Dilhat dari kesimpulan pertama, kedua dan keempat tentang penurunan omset, keuntugan ,dan kuatitas barang yang terjual
menunjukkan
kesejahteraan pedagang tersebut mengalami penurunan, dari hasil penelitian
rata-rata
pendapatan
pedagang
mengalami
penurunan
pendapatan jika dibandingkan dengan pendapatan sebelumnya atau pada saat di Banjarsari, dan dari penelitian didapatkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang di bulan pertama hampir tidak ada sehingga pedagang mengalami kerugian. Pemerintah Kota Surakarta perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggunakan strategi yang hampir serupa yang diterapkan pada penelitian terdahulu oleh liu di kota Yangzhou yaitu dengan menggunakan konsep dua tempat yaitu PKL yang terevitalisasi atau direlokasi mendapatkan tempat baru (lokasi relokasi) dan tempat yang lama yang bersifat temporary, cara yang digunakan adalah meninggikan harga di tempat lama dan merekomendasi ke tempat yang baru dengan harga yang lebih murah sehingga konsumen perlahan-lahan akan ikut berpindah ke pasar yang baru dan dengan dibentuk badan pengawas proses relokasi, jika ada pelanggaran maka diadakan tindakan tegas, atau dengan cara mereloksai PKL ke dalam pasar modern atau ketempat yang lebih strategis. Kebanyakan keluhan dari pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo adalah berkurangnya jumlah konsumen. 2. Segi lokasi tempat, hanya terdapat jalan pintu utama masuk yang terdapat di sebelah timur atau bagian depan pasar sehingga distribusi pendapatan pedagang kurang merata, pedagang yang mendapat tempat didepan atau didekat pintu utama pendapatannya lebih tinggi dari pada pedagang yang mendapat tempat dibelakang, saran untuk Pemerintah Surakarta, Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta atau dengan Dinas terkait, sebaiknya diadakan
penataan ulang pasar dengan salah satu cara antara lain
perbaikan jalan disebelah selatan pasar dan dapat dijadikan pintu masuk utama yang ke 2 sehingga konsumen tidak hanya terserap didepan pasar dan bisa terserap secara merata baik didepan dan dibelakang atau dengan penempatan lokasi lahan parkir di belakang pasar sehingga PKL yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendapatkan lapak di belakang juga mendapatkan kesempatan yang lebih untuk memperoleh pendapatan. 3. Jalan raya kearah Pasar Klitikan Notoharjo sebaiknya diperbaiki karena banyak terdapat kerusakan-kerusakan jalan, memperluas jalan menuju ke Pasar Klitikan Semanggi dengan kondisi jalan yang lebih bagus maka akan semakin banyak orang yang akan berkunjung kesana. 4. Lingkungan sekitar pasar yang kurang mendukung karena tempatnya sebelah pasar hewan kadang menimbulkan polusi udara sehingga membuat konsumen kurang nyaman, dan terkesan kumuh. 5. Memperbanyak program promosi untuk mengenalkan Pasar Klitikan Notoharjo sehingga dapat meningkatkan jumlah konsumen yang datang kepasar Klitikan Notoharjo. 6. Lokasi Pasar Klitikan Notoharjo yang jauh dari Pusat kota menyediakan atau menambah angkutan umum yang bertujuan ke Pasar Notoharjo. 7. Membuat papan jalan kearah pasar Notoharjo semenarik mungkin sehingga dapat menarik minat konsumen untuk dating ke pasar Notoharjo. 8. Mengikut sertakan Pedagang Kaki Lima dalam event-event yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta untuk mengembangkan jaringan usaha pedagang.
commit to user