ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA
EZRIA EKAFADHINA ADYAS
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
ABSTRACT EZRIA EKAFADHINA ADYAS. Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet among Adult Males in Indonesia. Supervised by CLARA M. KUSHARTO and HARDINSYAH. The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among adult males in Indonesia. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas 2010. Data was collected in MayAugust 2010 by applying a cross-sectional study design. Research area consists of 441 regencies/cities of 33 provinces in Indonesia. The final data used in this research consists of 55946 samples from 62652 adult males (20-55 y) used by Riskesdas 2010. Data processing and analysis were conducted in Bogor in JuneSeptember 2011. The results showed that the mean of total water intake was 1757.5±589.9 mL/day in young adult (20-39 y) and 1797.5±586.7 mL/day in older adult (40-55 y). Percentage of water from beverages, food, and metabolism in young adult was 54.9±13.5%, 34.2±11.4%, and 10.9±3.5% respectively, while in older adult was 55.2±13.5%, 34.1±11.4%, and 10.1±3.4% respectively. The mean of total water requirement in young adult was 3369.2±417.2 mL/day and 3214.4±399.5 mL/day in older adult. The adequate level of total water intake was 52.9±19.0% and 56.8±20.0% in young and older adult, respectively (p<0.01). Half of samples (49.4%) nutritional quality of diet scores were in very low category. The mean of nutritional quality of diet score in young and older adult was 55.4±13.9 and 56.4±14.0, respectively. Water intake was associated (p<0.01) with education (r=0.019) and economic status (r=0.095). Nutritional quality of diet score was also associated (p<0.01) with education (r=0.148) and economic status (r=0.200). Independent sample t test showed that there was a significant difference of water intake and nutritional quality of diet score between samples who lived in urban and rural area. Keywords: Adult, water intake, water requirement, water adequacy level, nutritional quality of diet
iii
RINGKASAN EZRIA EKAFADHINA ADYAS. Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia. (Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO dan HARDINSYAH) Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa (20-55 tahun) di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu (1) menganalisis asupan air pada pria dewasa, (2) menganalisis kebutuhan dan tingkat kecukupan air pada pria dewasa, (3) menganalisis mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa, (4) menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa. Penelitan ini menggunakan data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, sehingga desain penelitian secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian tersebut (cross-sectional study). Wilayah penelitian terdiri atas 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data oleh tim Riskesdas dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Juni–September 2011. Data sekunder yang digunakan diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan tim Riskesdas 2010. Data karakteristik sosial ekonomi keluarga, antropometri, dan konsumsi pangan diperoleh dari entry data kuesioner Riskesdas, sedangkan data status ekonomi, serta konsumsi zat gizi diperoleh dari hasil pengolahan tim Riskesdas 2010. Jumlah keseluruhan sampel Riskesdas 2010 sebanyak 251388 orang. Sebanyak 62652 sampel adalah pria dewasa. Proses cleaning dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data konsumsi pangan, berat badan, dan tinggi badan. Proses cleaning juga dilakukan terhadap sampel dengan asupan air dari makanan dan minuman 0 mL, serta konsumsi energi kurang dari 3% dan lebih dari 300% dari BMR. Tingkat kecukupan zat gizi yang lebih dari 400% kebutuhan juga menjadi dasar dalam proses cleaning sampel. Setelah dilakukan cleaning, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 55946 orang pria dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Sampel dikelompokkan menjadi dewasa muda (20-39 tahun) dan madya (40-55 tahun). Sumber utama asupan air sampel berasal dari minuman dengan rata-rata 989.8±466.1 mL pada dewasa muda dan 1017.0±469.7 mL pada dewasa madya. Air dari makanan menyumbangkan sebesar 585.3±277.9 mL pada dewasa muda dan 598.0±277.6 mL pada dewasa madya, sedangkan air metabolik menyumbangkan 182.3±63.5 mL pada dewasa muda dan 182.5±62.1 mL pada dewasa madya. Rata-rata total asupan air yang didapatkan dari ketiga sumber tersebut pada dewasa muda dan madya masing-masing sebesar 1757.5±589.9 mL dan 1797.5±586.7 mL. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara total asupan air dewasa muda dan madya (p<0.01). Rata-rata estimasi asupan air dari minuman sebesar 1791.1±739.4 mL pada dewasa muda dan 1821.3±737.3 mL pada dewasa madya, sehingga didapatkan rata-rata total asupan air sebesar 2558.7±1056.4 mL pada dewasa muda dan 2601.8±1053.2 mL pada dewasa madya. Rata-rata kebutuhan air dewasa muda sebesar 3369.2±417.2 mL, sedangkan pada dewasa madya sedikit lebih rendah, yaitu sebesar 3214.4±399.5 mL. Konsumsi air sampel hanya memenuhi 52.9±19.0% dari kebutuhan dewasa muda dan 56.8± 20.0% dari kebutuhan dewasa madya.
iv
Perbedaan tingkat kecukupan air dewasa muda dan madya signifikan (p<0.01) berdasarkan uji beda t. Skor mutu gizi asupan pangan (MGP) sampel paling banyak masuk dalam kategori sangat kurang, yaitu 50.3% pada kelompok dewasa muda, dan 47.9% pada kelompok dewasa madya. Dewasa muda dengan kategori skor MGP kurang sebanyak 34.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 34.8%. Selebihnya 12.8% dewasa muda dan 14.0% dewasa madya masuk dalam kategori cukup, serta hanya 2.6% dewasa muda dan 3.2% dewasa madya dalam kategori baik. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP dewasa muda dan madya (p<0.01). Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.01) antara pendidikan terakhir dengan asupan air (r=0.019) dan MGP (r=0.148). Hubungan yang signifikan (p<0.01) juga ditunjukkan antara status ekonomi dengan asupan air (r=0.095) dan MGP (r=0.200). Pengumpulan data konsumsi pangan pada Riskesdas di masa datang sebaiknya mengumpulkan data konsumsi yang lebih komperhensif dengan fokus tidak hanya pada asupan makanan, tetapi juga asupan minuman. MGP pria dewasa pada umumnya masih rendah, terutama karena rendahnya asupan zat gizi mikro, sehingga perlu diperbaiki dengan peningkatan konsumsi pangan hewani, buah, dan sayur.
v
ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA PRIA DEWASA DI INDONESIA
EZRIA EKAFADHINA ADYAS
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Nama NIM
: :
Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia Ezria Ekafadhina Adyas I14070132
Disetujui :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc NIP: 19510719 198403 2 001
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP: 19590807 198303 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP: 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus :
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ithaca New York, Amerika Serikat, pada tanggal 8 Mei 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Dasmansyah Adyas, MBA dan Ibu Prof. Satriyas Ilyas, PhD. Penulis mengawali pendidikan di Play Group Geneva New York, pada tahun 1991-1993. Tahun 1995, penulis bersekolah di TK Tri Bhakti Bogor, kemudian melanjutkan studi di SDN Sukadamai 3 pada tahun 1995-2001. Tahun 2001-2004 penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMPN 5 Bogor, kemudian menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2004-2007 di SMAN 6 Bogor. Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur SPMB. Semasa kuliah, penulis pernah menjabat sebagai Ketua Divisi Kartunis Majalah Emulsi tahun 2008-2009, anggota Klub Kulinari Himagizi 2008-2010, dan Pimpinan Redaksi Majalah Emulsi tahun 2009-2010. Penulis juga ikut serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Himagizi, BEM FEMA, Emulsi, dan Ilmagi.
Penulis terpilih sebagai Best Crew Emulsi periode 2008-
2009. Penulis menjadi juara favorit dalam Business Plan FEMA 2009. Penulis juga pernah menjadi juri karikatur pada IPB Art Contest 2010. Penulis menjalani Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, pada tahun 2010. Tahun 2011, penulis menjalani Internship Dietetik di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ilmu Bahan Makanan dan Percobaan Makanan tahun ajaran 2011/2012.
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dan saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, MSc selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis sejak masa awal perkuliahan dalam pengisian Kartu Rencana Studi, hingga penyelesaian penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan, arahan, dan nasehatnya selama penyusunan skripsi ini, dan kepada Ibu dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen penguji atas kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada April, Shifa, Chyntia, dan Meilita selaku pembahas seminar. Terima kasih juga kepada kedua orangtua (mommy dan bapak), serta Cornell, si adik semata wayang, atas doa, dukungan, semangat, nasehat, dan kasih sayang yang kalian berikan selama ini. Terima kasih kepada nenek, tante May, keluarga besar Ilyas Wahab, serta keluarga besar Ahmad Dahlan. Ita, Mutia, Desi, dan Cici, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih, akhirnya perjuangan kita membuahkan hasil. Luminaire (Nonly, Ima, Aul, Yunda, Aomi, dan semuanya) juga Ruri Setianti yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih banyak, doa dan dukungan kalian sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, November 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan .......................................................................................................... 3 Kegunaan ..................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4 Dewasa ........................................................................................................ 4 Status Gizi .................................................................................................... 4 Air dalam Tubuh ........................................................................................... 5 Distribusi Cairan Tubuh ............................................................................ 5 Regulasi Cairan Tubuh ............................................................................. 6 Fungsi Air bagi Tubuh................................................................................... 7 Sumber Asupan Air bagi Tubuh Manusia ..................................................... 8 Kebutuhan Air Orang Dewasa ...................................................................... 9 Ketidakseimbangan Cairan ......................................................................... 10 Kecukupan Zat Gizi .................................................................................... 11 Kecukupan Zat Gizi Makro ..................................................................... 12 Kecukupan Zat Gizi Mikro ...................................................................... 13 Mutu Gizi Asupan Pangan ......................................................................... 14 KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................................. 16 METODE........................................................................................................ 18 Desain, Tempat, dan Waktu ....................................................................... 18 Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel ...................................................... 18 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 20 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................... 21 Karakteristik Sosial Ekonomi .................................................................. 21 Status Gizi .............................................................................................. 22 Asupan Air dari Minuman ....................................................................... 22 Asupan Air dari Makanan ....................................................................... 23 Asupan Air Metabolik.............................................................................. 23
x
Estimasi Asupan Air ............................................................................... 23 Faktor Aktivitas ....................................................................................... 25 Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi .................................................... 25 Tingkat Kecukupan Air ........................................................................... 26 Kebutuhan Protein, Lemak, dan Karbohidrat .......................................... 26 Kebutuhan Zat Gizi Mikro ....................................................................... 26 Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ................................................. 27 Mutu Gizi Asupan Pangan ...................................................................... 27 Analisis Data .......................................................................................... 28 Definisi Operasional.................................................................................... 28 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 30 Karakteristik Sosial Ekonomi ...................................................................... 30 Status Gizi .................................................................................................. 32 Asupan Air dari Minuman............................................................................ 33 Asupan Air dari Makanan............................................................................ 34 Asupan Air Metabolik .................................................................................. 35 Total Asupan Air ......................................................................................... 36 Estimasi Asupan Air.................................................................................... 37 Kebutuhan dan Tingkat Kecukupan Air ....................................................... 38 Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro ............................................................... 39 Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro dan Mikro............................................. 41 Mutu Gizi Asupan Pangan ......................................................................... 45 Hubungan Antar Variabel............................................................................ 47 Implikasi pada Riskesdas dan Program Mendatang ................................... 47 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 50 Kesimpulan ................................................................................................. 50 Saran .......................................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52 LAMPIRAN .................................................................................................... 55
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Kadar air tubuh total terhadap berat badan ........................................ 5
Tabel 2
Variabel, cara pengumpulan, dan sumber data ................................ 21
Tabel 3
Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi pria dewasa menurut status gizi ........................................................................... 25
Tabel 4
Angka kecukupan zat gizi mikro pria dewasa berdasarkan kelompok usia .................................................................................................. 27
Tabel 5
Sebaran sampel pria dewasa menurut karakteristik individu dan kelompok usia .................................................................................. 31
Tabel 6
Status gizi pria dewasa menurut kelompok usia ............................... 32
Tabel 7
Rata-rata asupan air dari minuman (mL/Kap/hari) pada pria dewasa menurut sumber dan kelompok usia................................................. 33
Tabel 8
Rata-rata asupan air dari makanan (mL) pada pria dewasa menurut sumber dan kelompok usia............................................................... 34
Tabel 9
Rata-rata asupan zat gizi makro, energi, dan air metabolik per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia .......................... 35
Tabel 10
Asupan air pada pria dewasa mL per kapita per hari (%) menurut sumber dan kelompok usia............................................................... 36
Tabel 11
Estimasi asupan air (mL) pada pria dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi makanan .......................................................................... 37
Tabel 12
Tingkat kecukupan air pada pria dewasa menurut kelompok usia .... 39
Tabel 13
Asupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia ................................................................................. 40
Tabel 14
Tingkat kecukupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia.................................................................... 42
Tabel 15
Skor mutu gizi asupan pangan (MGP) pada pria dewasa menurut kelompok umur ................................................................................ 46
Tabel 16
Hubungan antar variabel ................................................................. 47
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia ......................................... 17
Gambar 2
Tahapan proses cleaning sampel .................................................. 19
Gambar 3
Perhitungan estimasi total asupan air ............................................ 24
Gambar 4
Grafik asupan air pada pria dewasa mL per kapita per hari (%) menurut sumber dan kelompok usia .............................................. 37
Gambar 5
Mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa menurut usia ............ 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010………………………. 56
Lampiran 2
Kuesioner Riskesdas 2010…………………………………………. 58
Lampiran 3
Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari daftar komposisi pangan luar negeri………………………………………. 83
Lampiran 4
Uji beda-t (Independent sample t-test) menurut kelompok usia...84
Lampiran 5
Rata-rata (median) berat badan dan tinggi badan pria dewasa menurut status gizi dan kelompok usia…………………………… 85
Lampiran 6
Kebutuhan zat gizi makro, vitamin, dan mineral pada remaja menurut kelompok usia………………………………………………86
Lampiran 7
Jenis dan berat (g) minuman yang dikonsumsi lebih dari atau sama dengan 1.0% sampel menurut kelompok usia…………….. 87
Lampiran 8
Jenis dan berat (g) makanan yang dikonsumsi lebih dari atau sama dengan 1.0% sampel menurut kelompok usia…………….. 88
Lampiran 9
Uji beda-t (Independent sample t-test) menurut daerah perkotaan dan perdesaan……………………………………………………….. 91
PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Setiap harinya, tubuh membutuhkan air dalam jumlah yang lebih banyak dibanding zat gizi lainnya. Air memiliki peran pada hampir seluruh proses tubuh termasuk pencernaan, penyerapan, sirkulasi, dan pembuangan. Asupan air yang cukup bermanfaat untuk menghindari gangguan kesehatan (Mann & Stewart 2007) dan mempertahankan
fungsi
homeostatik
tubuh.
Fungsi
homeostatik
tubuh
dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen, konsentrasi air dan elektrolit, tekanan osmotik, suhu dan keseimbangan lain dalam cairan intestin (Poedjiadi 2006). Minuman adalah sumber asupan utama cairan tubuh, namun tubuh juga mendapat asupan air dari sumber lain. Proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh, dan air yang terkandung di dalam makanan merupakan sumber asupan air selain minuman (Barasi 2009). Asupan air dari minuman yang biasa dikonsumsi adalah sekitar 550-1500 mL (Mann & Stewart 2007). Asupan air tersebut dibutuhkan tubuh untuk menjaga kondisi homeostatis karena adanya cairan tubuh yang terbuang. Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa tubuh kehilangan sekitar 2.6 L air melalui urin, feses, kulit (keringat), dan paruparu (pernapasan). Kebutuhan air berbeda-beda pada setiap individu, bergantung pada usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Asupan air yang kurang dari kebutuhan dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi adalah kondisi kekurangan cairan tubuh akibat jumlah air yang dikonsumsi tidak seimbang dengan jumlah air yang keluar dari tubuh. Penelitian-penelitian
mengenai
dehidrasi
yang
telah
dilakukan
menunjukkan bahwa sebagian besar individu mengalami kekurangan cairan akibat kurangnya konsumsi air. Penelitian yang dilakukan oleh The Indonesian Hydration Study (THIRST) pada tahun 2008 terhadap 400 sampel menunjukkan kejadian dehidrasi sebanyak 15-42% (Messwati 2009). Penelitian THIRST pada tahun 2009 menunjukkan bahwa sebanyak 46% dari 1200 sampel remaja dan dewasa mengalami dehidrasi ringan (Hardinsyah et al. 2009) Selain
minuman,
asupan
makanan
juga
perlu
diperhatikan
pemenuhannya. Asupan makanan tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar
2
ataupun memenuhi selera, tetapi juga harus mencukupi kebutuhan gizi. Kecukupan gizi seseorang dapat dilihat dari mutu pangan yang dikonsumsinya. Bahan pangan yang dikonsumsi seseorang baik berupa makanan maupun minuman, dapat ditentukan mutunya berdasarkan mutu gizi asupan pangan (MGP). MGP merupakan persentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penentuan MGP didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010). Pengukuran MGP telah dilakukan di beberapa negara, seperti India yang mengukur MGP suplemen pada anak usia preschool (Jadhav & Vali 2010), sedangkan Hardinsyah et al (2000) menilai MGP pada ibu hamil dan balita di Indonesia. Asupan zat gizi yang diperoleh dari minuman maupun makanan yang dikonsumsi perlu diperhatikan. Perhatian ini ditujukan pada setiap tahapan hidup manusia, termasuk tahapan dewasa. Usia dewasa, merupakan usia yang paling produktif dibanding usia lainnya dalam siklus hidup manusia. Pada tahapan dewasa, aktivitas seseorang akan meningkat. Peningkatan aktivitas ini seharusnya diimbangi dengan pemenuhan zat gizi dari makanan dan minuman yang sesuai dengan kebutuhan. Selain peningkatan aktivitas, ukuran tubuh yang cenderung meningkat juga mempengaruhi kebutuhan zat gizi. Pria dewasa umumnya memiliki aktivitas yang lebih tinggi dan ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan wanita dewasa. Pemberian diet pada usia dewasa, berbeda dengan usia sebelumnya, tujuan utamanya lebih mengarah pada peningkatan derajat kesehatan, serta memperlambat terjadinya proses penuaan. Pemilihan jenis makanan yang tepat serta asupan air dalam jumlah yang cukup akan sangat membantu dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut (Brown 2008). Asupan air dan MGP yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut
tidak hanya
berdampak pada kesehatan tetapi juga kinerja dan kualitas sumber daya manusia. Penelitian yang telah dilakukan mengenai asupan air dan MGP masih kurang mengimbangi permasalahan yang ditimbulkan. Penelitian mengenai asupan air dan MGP pada pria dewasa juga belum pernah dilakukan dalam skala nasional, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai asupan air dan MGP pada pria dewasa di Indonesia sehingga diharapkan dapat memberikan informasi guna meminimalisir permasalahan yang ditimbulkan.
3
Tujuan Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu (1) menganalisis asupan air pada pria dewasa di Indonesia, (2) menganalisis kebutuhan air dan tingkat kecukupan air pada pria dewasa di Indonesia, (3) menganalisis mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia, (4) menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia. Kegunaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan air serta MGP pada pria dewasa di Indonesia. Informasi yang diberikan melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat mengenai kecukupan asupan cairan dan MGP untuk meningkatkan kualitas hidup. Penelitian ini juga dapat menjadi referensi bagi pemerintah dan pihak terkait untuk memperhatikan asupan air dan MGP pada pria dewasa.
4
TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Istilah dewasa (adult) berasal dari istilah latin adultus yang memiliki arti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. WHO (2009) mengklasifikasikan dewasa dalam usia 20 sampai 60 tahun. Masa dewasa terdiri dari tiga fase, yaitu dewasa dini, dewasa madya, dan dewasa lanjut (Hurlock 2004). Masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 sampai 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang sangat pesat yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya perubahan kondisi fisik yang terjadi berupa penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Masa dewasa lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004). Orang
dewasa
sangat
memperhatikan
tujuan
mereka
dalam
mengonsumsi suatu makanan, baik sebagai penghasil tenaga, kesenangan, kenyamanan, simbol tradisi, atau perayaan tertentu. Orang dewasa tidak luput dari permasalahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi. Permasalahan utama yang dihadapi orang dewasa adalah aktivitas dan kesibukan yang tinggi sehingga terkadang pemenuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan sering terabaikan (Brown 2008). Status Gizi Status gizi seseorang dapat ditentukan melalui pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat dan tinggi badan, pengukuran lingkar bagian tubuh, serta pengukuran ketebalan kulit. Pengukuran berat dan tinggi badan digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh (IMT) pada orang dewasa, dan sebagai indikator tubuh kurus (wasting) dan tubuh
5
pendek (stunting) pada anak. Pengukuran menggunakan IMT paling banyak digunakan karena paling sederhana, namun ukuran IMT memiliki kelemahan yaitu hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak berlaku bagi individu berotot, serta pada lansia yang mengalami pengurangan tinggi badan dapat memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat. Dewasa yang memiliki IMT<18.5 kg/m2 dapat menjadi indikator adanya defisiensi energi kronik karena kurang makan atau penyakit kronik, sedangkan IMT<17.0 kg/m 2 dapat berdampak pada kemampuan fisik yang berkurang serta memungkinkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit (Barasi 2009). Air dalam Tubuh Air adalah salah satu zat gizi esensial. Tanpa makanan, tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu, namun tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari tanpa air (Barasi 2009). Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Yuniastuti (2008) serta Whitney dan Rolfes (2008) menyatakan bahwa komposisi air pada tubuh manusia bervariasi, misalnya sekitar 80% dari berat badan (pada bayi dengan low birth weight), sekitar 70-75% dari berat badan (pada bayi neonatus), sekitar 65% dari berat badan (pada anak). Kandungan air di dalam tubuh menurut Almatsier (2009), berkurang selama proses penuaan, karena adanya kehilangan cairan ekstraseluler. Komposisi air pada tubuh dewasa menjadi sekitar 55-60% sedangkan pada usia tua sekitar 50% dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). Tabel 1 menunjukkan kadar air tubuh berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain usia, faktor lain yang mempengaruhi perbedaan komposisi air di dalam tubuh manusia adalah proporsi jaringan tubuh. Tubuh atlet misalnya, memiliki komposisi air lebih banyak di tubuhnya karena proporsi jaringan ototnya lebih tinggi. Kandungan air di dalam sel otot lebih tinggi dibandingkan di dalam sel lemak, sehingga total cairan tubuh pada individu obesitas lebih rendah daripada yang tidak gemuk (UPK-PKB 2007). Tabel 1 Kadar air tubuh total terhadap berat badan Usia
Jenis kelamin Pria
Wanita
10-18
59%
57%
18-40
61%
51%
40-60
55%
47%
>60
52%
46%
Sumber: UPK-PKB (2007)
6
Distribusi Cairan Tubuh Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen besar, yaitu cairan intrasel dan ekstrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Sekitar 60% dari cairan tubuh total berupa cairan intrasel. Persentase cairan intrasel pada usia dewasa lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak karena jumlah sel semakin banyak dan ukuran sel lebih besar. Cairan intrasel berperan pada proses menghasilkan, menyimpan, penggunaan energi, serta proses perbaikan sel. Cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi serta sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel (UPK-PKB 2007). Cairan ekstrasel terletak di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri dari cairan intersistium (cairan antar sel), cairan intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah), serta cairan trans-sel (cairan dalam rongga khusus, seperti otak, bola mata, dan sendi). Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel, misalnya zat gizi dan oksigen. Cairan ekstrasel juga berperan sebagai pengangkut CO2, sisa metabolisme, serta bahan toksik (UPK-PKB 2007). Tingginya komposisi air dalam tubuh manusia menyebabkan cairan harus dikonsumsi setiap harinya untuk menjaga asupan tubuh dan mengganti cairan yang keluar dari tubuh berupa urin, keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Brown 2000 & Irianto 2007). Minuman, makanan, dan hasil metabolisme merupakan sumber air bagi tubuh manusia (Santoso et al 2011). Minuman memiliki kontribusi paling besar dalam pemenuhan kebutuhan cairan manusia (Brown 2000). Third National Health and Nutrition Survey (NHANES III) dalam Manz dan Wentz (2005) menyatakan bahwa sekitar 80% total asupan air diperoleh dari minuman, sedangkan sisanya diperoleh dari makanan. Regulasi Cairan Tubuh Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus (Adelman & Solhung 1999). Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010). Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi
7
ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010). Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempetahankan keseimbangan cairan (Adelman & Solhung 1999). Fungsi Air bagi Tubuh Air memiliki fungsi vital di dalam tubuh. Menurut Almatsier (2009) dan Barasi (2009), air di dalam tubuh berperan dalam melarutkan zat-zat gizi serta mengangkut zat gizi tersebut ke seluruh bagian tubuh. Air berperan dalam mengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. Air juga berperan dalam upaya mempertahankan gradien osmotik. Menurut UPK-PKB (2007) air adalah media utama reaksi intrasel. Air merupakan katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air merupakan pelarut terbaik pada solut polar dan ionik. Air merupakan
media
transpor
pada
sistem
sirkulasi,
ruang
intravaskuler,
intersistium, dan intrasel. Menurut Almatsier (2009) dan Barasi (2009), air berperan dalam memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Air merupakan pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. Sebagai bagian dari jaringan tubuh, air bahkan diperlukan untuk pertumbuhan sebagai zat pembangun. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37 oC sehingga kerja enzim dapat didukung secara optimal. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui keringat, yaitu proses penguapan air dari permukaan tubuh. Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air. Organ-organ tubuh terlindung dari benturan berkat air yang terkandung di dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan kantung ketuban. Air berperan dalam
memelihara
kelembaban
membran
mukosa.
Air
mempengaruhi
osomolaritas jaringan melalui perannya dalam usaha mempertahankan volume dan hematokrit darah, volume cairan ekstraseluler dan intraseluler. Air juga berperan dalam fungsi ginjal yang bergantung pada tekanan perfusi yang
8
adekuat. Pada proses pencernaan makanan, air juga memiliki peran penting, mulai dari ingesti, pencernaan, sampai absorbsi makanan. Air juga berperan dalam produksi berbagai zat untuk disekresi, pergerakan di sepanjang saluran cerna, dan pembuangan sisa makanan. Sumber Asupan Air bagi Tubuh Manusia Manusia memenuhi kebutuhan air dari luar tubuh melalui minuman dan makanan. Minuman memiliki kontribusi tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan air pada tubuh manusia. Penelitian Fauji (2011) di Indonesia yang dilakukan terhadap 1200 sampel di kota-kota tertentu, menunjukkan persentase konsumsi cairan yang berasal dari makanan dan metabolik pada pria dewasa sebesar 28.1%, dan pada wanita dewasa sebesar 26.2%, sedangkan persentase konsumsi cairan dari minuman pada pria dewasa 71.9%, dan wanita dewasa 73.8%. Studi yang dilakukan terhadap populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan asupan air dari makanan sebesar 28%, sedangkan asupan air dari minuman sebesar 72%. Jenis minuman yang banyak dikonsumsi menurut IOM (2004) dalam Santoso et al. (2011) sebanyak 28% berupa air putih, sedangkan 44% berupa minuman lainnya seperti minuman bersoda, minuman new age (misalnya, minuman isotonik, nutraceutical, minuman berenergi, minuman untuk kecerdasan), minuman dari sayur dan buah (misalnya jus), minuman aromatik (kopi dan teh), susu, dan alkohol. Teh dan kopi merupakan sumber asupan air tertinggi setelah air putih. Teh dan kopi menyumbangkan 32% asupan air dari minuman berdasarkan studi di Singapura (AFIC 1998). Jumlah asupan air dari makanan sebanyak 700-1000 mL per hari, tergantung pada pola konsumsi makan. Jika seseorang banyak mengonsumsi makanan lembek atau cair, sayur dan buah termasuk salad, maka asupan cairan tubuh yang bersumber dari makanan akan lebih tinggi. Sebaliknya, jika seseorang lebih banyak mengonsumsi makanan dari produk serealia, tepung dan daging yang kering, maka asupan air dari makanan menjadi lebih rendah (Santoso et al. 2011). Makanan pokok orang Indonesia menyumbangkan 46% asupan air, sedangkan buah dan sayur menyumbangkan 30% asupan air. Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah meskipun kadar airnya tinggi, dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit (Hardinsyah et al. 2010).
9
Menurut Muchtadi et al. (1993), selain asupan dari luar tubuh berupa minuman dan makanan, tubuh manusia juga memperoleh asupan air dari dalam tubuh yang diperoleh dari proses metabolisme, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Menurut Verdu (2009) proses metabolisme air dapat digambarkan sebagai berikut: C6H12O6 (Glukosa)
+ O2
ATP + CO2 + H2O
CH3-(CH2)14-COOH (Asam palmitat)
+ O2
ATP + CO2 + H2O
H2N-CH-COOH | R (Asam amino)
+ O2
CH3-CH2OH (Etanol)
+ O2
NH2 ATP + CO2 + H2O+O=C NH2 ATP + CO2 + H2O
Jumlah air yang dihasilkan sangat ditentukan oleh banyaknya energi yang dihasilkan makanan. Semakin banyak energi dari karbohidrat maka semakin banyak pula air metabolik yang dihasilkan (Whitney & Rolfes 2008). Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak sebanyak 1.07 mL/1 g, sedangkan pada metabolisme protein dan karbohidrat masing-masing sebanyak 0.41 mL/1 g dan 0.55 mL/1 g (Verdu 2009). Kebutuhan Air Orang Dewasa Manusia membutuhkan air untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Tubuh menjaga keseimbangan cairan dengan mengganti cairan yang hilang melalui urin, feses, kulit, dan paru-paru (Barasi 2009). Kebutuhan air dipengaruhi oleh
usia,
berat
badan,
asupan
energi,
dan
luas
permukaan
tubuh
(Praboprastowo & Dwiriani 2004). Suhu lingkungan turut mempengaruhi kebutuhan air. Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40 oC dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20 oC (Sawka et al. 2005). Kebutuhan air meningkat seiring bertambahnya usia, kebutuhan cairan sebanyak 0.6 L pada bayi akan meningkat menjadi sekitar 1.7 L pada anak-anak. Selain faktor usia, kebutuhan cairan juga dipengaruhi oleh faktor aktivitas. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka et al. 2005). Menurut Howard dan Bartram (2003), rekomendasi terhadap kebutuhan cairan pria dewasa pada kondisi normal adalah sebanyak 2.9 L per hari, dan menjadi 4.5 L per hari pada pekerja kasar yang bekerja di suhu tinggi.
10
Pada orang dewasa, kebutuhan air harian sekitar 2.5 L untuk aktivitas ringan, seperti duduk, dan meningkat hingga 3.2 L jika melakukan aktivitas sedang, sedangkan pada dewasa yang lebih aktif dan tinggal di daerah dengan suhu hangat kebutuhan airnya sekitar 6 L (Sawka et al. 2005). Kebutuhan air berdasarkan AKG (2004) sebanyak 2.5 L pada pria usia 19-29 tahun, 2.4 L pada pria usia 30-49 tahun, dan 2.3 L pada pria usia 50-64 tahun. Asupan air harian berdasarkan rekomendasi The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka et al. (2005) sebesar 1 mL/Kal energi yang dikeluarkan. Kebutuhan air 1 mL/Kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari konsumsi air, yaitu air dari makanan dan air dari minuman. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005). Ketidakseimbangan Cairan Keseimbangan cairan tubuh adalah usaha untuk mempertahankan jumlah volume cairan yang terdapat dalam kompartemen ekstrasel dan intrasel selalu dalam keadaan tetap. Keseimbangan cairan tubuh dipengaruhi oleh jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh, proses difusi melalui membran sel, serta tekanan osmotik yang dihasilkan oleh elektrolit pada kedua kompartemen. Ketidakseimbangan cairan mengindikasikan hubungan yang tidak seimbang antara asupan cairan dan kehilangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh atau menurunnya kandungan air tubuh hingga 2-6% (Messwati 2009). Gavin (2006) serta Mann dan Stewart (2007) menyatakan bahwa dehidrasi disebabkan meningkatnya cairan tubuh yang hilang melalui ginjal dan pencernaan, berkurangnya asupan air, atau gabungan keduanya. Rasa haus adalah sinyal untuk mengonsumsi cairan tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Barasi 2009). Rasa haus tersebut harus segera direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup, jika tidak keadaannya akan kian memburuk. Bertambahnya usia seseorang akan melemahkan respon terhadap rasa haus ini, akibatnya terjadi rasa lemah, lemas, letih, hilang kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008). Le Bellego (2009) diacu dalam Messwati (2009) menyatakan bahwa untuk menghindari dehidrasi volume cairan yang perlu diminum oleh setiap orang berbeda-beda jumlahnya. Kebijakan setiap negara terhadap anjuran konsumsi
11
cairan pun berbeda. WHO menganjurkan konsumsi cairan 1500 mL per hari, sementara Meksiko menganjurkan 2000 mL per hari, dan Kanada 3000 mL per hari. Dehidrasi dapat menimbulkan gejala yang bervariasi sesuai dengan tingkatan dehidrasinya. Dehidrasi ringan menimbulkan gejala haus, lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Dehidrasi tingkat sedang dapat mengakibatkan detak jantung menjadi cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas,
urin
pekat
dan
berkurang
volumenya.
Dehidrasi
tingkat
berat
mengakibatkan kejang, lidah membengkak, dan kegagalan fungsi ginjal (Mann & Stewart 2007). The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) pada tahun 2009 melakukan penelitian mengenai status hidrasi pada remaja dan dewasa dengan kondisi wilayah ekologi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi, yakni 49.5% dibandingkan dewasa 42.5%. Angka kejadian di dataran rendah lebih tinggi, yakni 52.9% lebih tinggi dibanding dataran tinggi 39.3%. Masalah ini terjadi akibat rendahnya pengetahuan sampel mengenai air minum (Hardinsyah et al. 2010). Kondisi lain yang mengindikasikan ketidakseimbangan cairan adalah asupan air yang berlebihan. Asupan cairan yang berlebih tidak dianjurkan pada kondisi tertentu, seperti peningkatan hormon ADH, penyakit ginjal kronik, gagal jantung, dan kadar albumin dalam serum rendah. Asupan air yang berlebihan juga tidak dianjurkan kelompok usia lanjut. Asupan air lebih dari 1500 mL/24 jam berpotensi menimbulkan hiponatremia pada usia lanjut (Siregar et al 2009 dalam Santoso et al 2011). Kecukupan Zat Gizi Kecukupan zat gizi merupakan nilai yang menggambarkan asupan zat gizi terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan dapat menyebabkan malgizi, yang berujung pada kondisi kesehatan yang buruk dan penyakit terkait gizi (Barasi 2009). Gizi kurang dapat memberikan dampak fisiologis dan fungsional, seperti gangguan pertumbuhan, fungsi imun menurun dan risiko infeksi meningkat, perkembangan kognitif terganggu, kemampuan kerja menjadi terbatas, risiko penyakit kronik meningkat, cedera dan trauma sulit sembuh, serta pada kehamilan berdampak buruk bagi ibu dan bayi. Sebaliknya, kelebihan gizi juga memiliki dampak buruk bagi
12
kesehatan. Gizi lebih dan tidak seimbang dapat menimbulkan penyakit tidak menular-terkait gizi, misalnya diabetes mellitus tipe II, penyakit kardiovaskuler, dan sindrom metabolik, yang dapat berujung pada peningkatan morbiditas dan mortalitas. Kecukupan Zat Gizi Makro Zat gizi dibedakan menjadi zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro diperlukan dalam jumlah besar oleh tubuh, sedangkan zat gizi mikro diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit oleh tubuh. Karbohidrat, protein, dan lemak tergolong dalam zat gizi makro. Karbohidrat memiliki peran utama sebagai sumber energi dalam bentuk glukosa sementara protein berperan dalam pembekuan darah dan proses pertumbuhan dan pemeliharaan berbagai struktur tubuh (Barasi 2009). Kualitas protein suatu bahan pangan dapat dilihat dari komposisi asam amino esensial yang dikandungnya. Protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan adalah protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Sebagian protein mengandung asam amino esensial dalam jumlah terbatas, yang cukup untuk perbaikan jaringan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas disebut asam amino pembatas. Metionin adalah asam amino pembatas pada kacang-kacangan, sedangkan lisin adalah asam amino pembatas pada beras (Gibney et al 2002). Proporsi sumber asupan protein berbeda tergantung keadaan geografis, kondisi sosial ekonomi, serta faktor budaya. Di negara maju, protein hewani menyumbangkan
60-70%
total
asupan
protein,
sedangkan
di
negara
berkembang, sekitar 60-80% asupan protein berasal dari protein nabati, yang didominasi asupan serealia (Gibney et al 2002). Menurut Hardinsyah et al. (2001) dalam Hardinsyah dan Tambunan (2004) kontribusi energi dari protein hewani di Indonesia terhadap total energi relatif rendah, hanya sebesar 4%. Kontribusi energi dari protein terhadap total energi seharusnya sekitar 15% (FAO RAPA 1989 dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Zat gizi makro memiliki peran penting sebagai penghasil energi bagi tubuh. Lemak merupakan penyumbang energi terbesar yaitu sebanyak 9 Kal/g atau 2.5 kali lebih banyak dibandingkan jumlah energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak (Almatsier 2009). Hasil studi di Inggris menunjukkan
13
bahwa
kelompok
pangan
serealia
dan
produk
olahannya
merupakan
penyumbang energi utama pada diet (Barasi 2009). Kecukupan Zat Gizi Mikro Zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tubuh dapat berfungsi normal. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Menurut Gibney et al. (2002) vitamin A memiliki fungsi utama dalam penglihatan, defisiensi vitamin A dapat menimbulkan penyakit rabun senja dan xeropthalmia. Defisiensi vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia, dan salah satu upaya paling preventif untuk mencegah kebutaan. Pangan hewani, terutama hati merupakan sumber vitamin A yang tinggi dalam bentuk retinol (Muhilal & Sulaeman 2004). Vitamin B1 (tiamin) berperan dalam metabolisme yang menghasilkan energi, terutama metabolisme karbohidrat. Tiamin banyak ditemukan pada serealia dan berbagai jenis kacang, hati, jantung, ginjal, dan daging (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Defisiensi tiamin dapat terjadi karena kurangnya konsumsi makanan, yang biasanya disertai kekurangan konsumsi energi. Defisiensi tiamin dapat menimbulkan penyakit yang mempengaruhi sistem saraf dan jantung. Penyakit tersebut dalam keadaan berat disebut beri-beri (Almatsier 2009). Defisiensi vitamin B2 (riboflavin) adalah masalah kesehatan masyarakat yang cukup signifikan di banyak tempat di dunia (Gibney et al. 2002). Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004) defisiensi riboflavin ditandai oleh beberapa gejala seperti, gangguan pertumbuhan, hilangnya nafsu makan, serta luka pada kulit.
Susu
dan
produk
olahannya
merupakan
sumber
penting,
yang
menyediakan 25% atau lebih dari total asupan riboflavin dari diet. Pangan lain yang kaya akan riboflavin adalah telur, daging, dan ikan. Vitamin B3 (niasin) dapat disintesis di dalam tubuh dari asam amino tryptophan (Gibney et al. 2002). Sumber niasin di dalam bahan pangan adalah produk whole grain, roti, susu, telur, daging, dan sayuran berwarna (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Jika defisiensi niasin berkaitan dengan pellagra, defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia, sementara defisiensi asam folat berkaitan dengan anemia megaloblastik. Menurut Gibney et al. (2002) defisiensi vitamin B12 ditemukan hanya pada vegan, karena vitamin ini didapatkan dari pangan hewani. Vitamin B6 (piridoksin) banyak ditemukan di dalam khamir, hati,
14
ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Defisiensi piridoksin menimbulkan gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein. Vitamin C (asam askorbat) ditemukan pada buah dan sayuran. Kurangnya asupan buah dan sayuran dapat menyebabkan asupan vitamin C ikut berkurang, yang mengakibatkan timbulnya gejala seperti scurvy. Kelebihan vitamin C dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Fosfor dapat ditemukan pada hampir semua bahan pangan, baik hewani maupun nabati, sehingga hipofosfatemia, atau defisiensi fosfor jarang terjadi. Asupan fosfor yang berlebih (hiperfosfatemia) dapat mempengaruhi penyerapan besi, tembaga, dan seng. Kelebihan fosfor jarang terjadi karena kelebihannya dikeluarkan melalui urin (Soekatri & Kartono 2004). Zat gizi memiliki peran penting dalam metabolisme tubuh. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat mengakibatkan defisiensi atau penyakit kurang gizi. Asupan zat gizi yang kurang dapat menganggu fungsi sistem imun dan kemampuan respon tubuh (Barasi 2009), bahkan dalam keadaan ekstrim menyebabkan penyakit dan kematian. Mutu Gizi Asupan Pangan Undang-Undang No 7 tahun 1996 menyatakan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia Manusia membutuhkan pangan bukan hanya untuk untuk menghilangkan rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi dan bahan bakar metabolik (Bender 2002). Pangan juga memiliki fungsi sosial dalam menjaga hubungan manusia dengan lingkungannya mulai dari tingkat keluarga hingga tingkat masyarakat (Sediaoetama 1996). Peran pangan terhadap status gizi dan kesehatan individu dan masyarakat tidak terlepas dari mutu gizi asupan pangan (MGP) itu sendiri. MGP merupakan suatu gambaran yang memperlihatkan apakah suatu makanan dapat memenuhi kebutuhan dan tingkat ketersediaan biologis tubuh. MGP juga
15
diartikan sebagai presentase asupan zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Pengukuran MGP didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001). Kandungan gizi dalam pangan yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). DKBM adalah daftar yang menunjukkan kandungan zat gizi dari berbagai jenis pangan dalam 100 g bagian yang dapat dimakan (BDD). Setelah diperoleh kandungan zat gizi tertentu dalam bahan pangan, kemudian dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi tersebut. Penggunaan nilai tingkat kecukupan gizi lebih rasional dan mudah digunakan untuk menghitung MGP (Hardinsyah & Atmojo 2001).
16
KERANGKA PEMIKIRAN Manusia membutuhkan pangan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa lapar. Pangan juga digunakan manusia sebagai sumber zat gizi. Jumlah dan jenis zat gizi yang diperlukan oleh setiap orang berbeda-beda tergantung karakteristik individu. Air adalah salah satu zat gizi yang sangat penting. Beberapa fungsi penting air menurut Mann dan Stewart (2007) adalah sebagai pengangkut zat gizi, berperan dalam reaksi metabolisme, sebagai pelarut vitamin dan mineral, mengatur suhu tubuh, serta pengatur tekanan darah. Pemenuhan kebutuhan cairan sehari-hari sangat penting untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal. Banyaknya air yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda-beda. Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan berat badan sangat mempengaruhi kebutuhan air setiap orang. Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005). Pemenuhan kebutuhan air tersebut sangat diperlukan untuk menggantikan pengeluaran cairan dari pernafasan, kulit, ginjal, serta saluran pencernaan. Hydration for Health (2010) menyatakan bahwa setiap hari, setidaknya 2.6 L air hilang melalui pernafasan, keringat, feses dan urin. Kebutuhan cairan tersebut dapat diperoleh dari asupan air yang berasal dari makanan, air hasil metabolisme tubuh, serta air dari minuman. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dikonsumsi dalam beberapa cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya. Selain air, makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia juga mengandung berbagai macam zat gizi seperti energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), asam folat, vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12 dan vitamin C. Kecukupan tubuh akan konsumsi zat gizi tersebut dapat diukur menggunakan mutu gizi konsumsi pangan (MGP).
17
Karakteristik sampel - Usia - Pendidikan - Status ekonomi
Asupan air: - Air dari minuman - Air dari makanan - Air metabolik
Kebutuhan air
Mutu gizi asupan pangan -
Gambar 1
Asupan zat gizi Tingkat kecukupan zat gizi
Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa di Indonesia
Keterangan gambar : : variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti
18
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian Riskesdas 2010 yaitu cross-sectional study dengan menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan (MGP) penduduk dewasa Indonesia dengan jenis kelamin pria. Wilayah penellitian terdiri dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Pengumpulan data dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas sejak bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Juni–September 2011 di Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk ke dalam sampel Riskesdas karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili 33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga. Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300
19
rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 anggota. Sebanyak 62652 anggota rumah tangga adalah pria dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Pria dewasa dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu, dewasa muda dan dewasa madya. Dewasa muda adalah pria dengan usia 20-39 tahun, sedangkan dewasa madya adalah pria dengan usia 40-55 tahun. Jumlah awal sampel pria dewasa sebanyak 62652, dengan 38120 sampel pada kategori dewasa muda dan 24532 sampel pada kategori dewasa madya. Total sampel yang tidak memenuhi syarat pada penelitian ini sebanyak 6706 sampel, dengan 2197 dewasa muda, dan 4509 dewasa madya.
Jumlah anggota rumah tangga 251388 orang (mencakup 441 kabupaten/kota dan 33 provinsi)
Jumlah calon sampel 62652 pria dewasa
Kriteria proses cleaning: -
Tidak ada data tinggi badan dan berat badan: 199 sampel Tidak ada data konsumsi: 1656 sampel Asupan air dari minuman 0 mL: 1518 sampel Asupan air dari makanan 0 mL : 6 sampel Nilai total asupan energi <3% dan >300% dari total kebutuhan energi basal: 3133 sampel Tingkat kecukupan zat gizi >400% : 194 sampel
-
Jumlah sampel yang digunakan 55946 pria dewasa
Gambar 2
Tahapan proses cleaning sampel
20
Proses cleaning dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data asupan pangan, berat badan dan tinggi badan. Proses cleaning juga dilakukan terhadap sampel dengan asupan air dari makanan dan minuman 0 mL, serta asupan energi kurang dari 3% dan lebih dari 300% dari kebutuhan energi basal. Tingkat kecukupan zat gizi yang lebih dari 400% kebutuhan juga menjadi dasar dalam proses cleaning sampel. Setelah dilakukan proses cleaning terhadap sampel yang tidak memenuhi syarat, didapatkan sampel dewasa muda sebanyak 35923, dan jumlah dewasa madya sebanyak 20023 sampel. Total sampel secara keseluruhan sebanyak 55946 sampel (Gambar 2). Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder. Data merupakan hasil wawancara dan pengolahan Riskesdas 2010. Tabel 2 menunjukkan variabel, cara pengumpulan, dan sumber data. Variabel data yang digunakan terdiri dari karakteristik sampel, karakteristik sosial ekonomi, data antropometri, asupan pangan, serta asupan energi dan zat gizi. Karakteristik usia, pendidikan, pekerjaan, dan domisili tempat tinggal sampel dikumpulkan dengan cara wawancara oleh tim Riskesdas berdasarkan kuesioner Riskesdas. Karakteristik status ekonomi didapatkan dari data BPS, sedangkan data antropometri berupa berat dan tinggi badan didapatkan dengan pengukuran langsung oleh tim Riskesdas. Jumlah dan jenis pangan dikumpulkan dengan metode Food Recall 1x24 jam. Asupan energi dan zat gizi dari pangan yang dikonsumsi kemudain dihitung oleh tim Riskesdas menggunakan Nutrisurvey software. Asupan zat gizi yang dikumpulkan tim Riskesdas terdiri dari asupan zat gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat) serta asupan zat gizi mikro, yang terdiri dari vitamin (vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, dan vitamin C) dan mineral (kalsium, fosfor, dan besi). Cara pengumpulan data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
21
Tabel 2
Variabel, cara pengumpulan, dan sumber data
Variabel Karakteristik sampel 1. Usia
Cara pengumpulan data Wawancara
Karakteristik sosial ekonomi1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Domisili 4. Status Ekonomi Antropometri 1. Berat badan
2. Tinggi badan
Asupan pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan Asupan energi dan zat gizi 1. Asupan energi 2. Asupan zat gizi makro (protein, lemak, karbohidrat) 3. Asupan zat gizi mikro: a. Konsumsi vitamin (Vit A, Tiamin, Ribovlafin, Niasin,Vit B6, Folat, Vit B12, Vit C) b. Asupan mineral (Ca, P, Fe)
Wawancara Wawancara Wawancara Data sekunder BPS
-
Diukur dengan timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2m dan ketelitian 0.1) Food recall 1x24 jam
Dihitung dengan menggunakan Nutrisurvey software
Sumber data Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IV No 7 Blok IV No 8 Blok IV No 9 Blok I No 5 BPS Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok X No 1a,1b
Blok X No 2a, 2b Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IX Blok IX Hasil olahan data Riskesdas 2010
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning, dan analisis data. Karakteristik Sosial Ekonomi Data karakteristik sosial ekonomi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data status ekonomi (kuintil) merupakan status ekonomi individu yang didasarkan dari pengeluaran uang
22
untuk asupan pangan. Data tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan kuesioner Riskesdas 2010. Pendidikan sampel dikelompokkan menjadi enam, yaitu tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, tamat SLTA/MA, tamat Diploma (D1/D2/D3) dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Sampel yang tidak pernah sekolah masuk ke dalam kelompok tidak tamat SD/MI. Pekerjaan sampel dikelompokkan menjadi enam, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Domisili sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu perkotaan dan perdesaan. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya. Kuintil dalam penelitian ini dibagi menjadi lima, kuintil 1 mewakili status ekonomi paling rendah, sedangkan kuintil 5 mewakili status ekonomi paling tinggi. Status Gizi Data status gizi diperoleh dari data Riskesdas 2010, yang dihitung berdasarkan standar penilaian status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT sebagai berikut (Riyadi 2003): IMT =
Status gizi kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan WHO (2007). Status gizi tergolong dalam kategori normal jika nilai IMT berkisar antara 18.5-24.9 (kg/m2).
Kategori kurus jika nilai IMT <18.5 (kg/m2) dan kategori
gemuk jika IMT ≥25 (kg/m2). Asupan Air dari Minuman Asupan air dari minuman didapatkan dari data food recall 1x24 jam Riskesdas 2010. Air minuman kemudian dikelompokkan menjadi air putih dan selain air putih (air berwarna dan berasa). Air minuman selain air putih dikelompokkan menjadi 8, yaitu teh, kopi, susu, susu kental manis, sirup, jus, minuman berkarbonasi, dan lain-lain. Data konsumsi air putih (g), langsung dihitung sebagai asupan air putih. Data konsumsi air minuman lain dihitung berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2008), Energy and Nutrition Composition of Food Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009),
dan National Nutrient Database for Standard Reference
(USDA 2011) dengan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya.
23
Asupan Air dari Makanan Asupan air dari makanan didapatkan dari data food recall 1x24 jam Riskesdas 2010. Asupan air dari makanan dikelompokkan menjadi 11 berdasarkan sumbernya, yaitu serealia, umbi, dan hasil olahannya; kacangkacangan, bij-bijian, dan hasil olahannya; daging dan hasil olahannya; telur dan hasil olahannya; ikan, kerang, udang, dan hasil olahannya; sayur dan hasil olahannya; buah-buahan; olahan susu; lemak dan minyak; serba-serbi; dan makanan jajanan. Konsumsi cairan yang berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan DKBM (2008), Energy and Nutrition Composition of Food Singapore (Health Promotion Board-Singapore Government 2009) dan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut : KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan : Kgi j
: kandungan air dalam bahan makanan j
Bj
: berat makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij
: kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j
BDDj
: bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Asupan Air Metabolik Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi (air hasil metabolik). Menurut Verdu (2009) rumus untuk menghitung produksi air metabolik adalah sebagai berikut: Air metabolik (mL) = Karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0.55 mL) + (Protein yang dikonsumsi (g) x 0.40 mL) + (Lemak yang dikonsumsi (g) x 1.07 mL) Estimasi Asupan Air Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%. Persentase ini diambil berdasarkan penelitian Fauji (2011) dan IOM (2005) dalam Santoso et
24
al. (2011). Menurut IOM (2005) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 35% berasal dari makanan dan 65% dari minuman. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 74% pada keseluruhan sampel, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26%. Perhitungan asupan air dari minuman dengan estimasi persentase air dari minuman 70% dan air dari makanan ditambah air metabolik 30%, jika data air dari makanan dan air metabolik berasal dari data Riskesdas 2010 (Gambar 3).
Jika : Jumlah air dari makanan dan air metabolik (A) datanya diketahui Jumlah estimasi air dari minuman (B) data belum diketahui Total estimasi asupan air (C) data belum diketahui
30% + 70% = 100% A+B=C
A+B=
x 100% = 30% C =
xAB=
xA
A–AB= A
Jadi : Estimasi asupan air dari minuman (mL) = x (asupan air dari makanan (mL) + asupan air metabolik (mL))
Estimasi total asupan air (mL) = estimasi asupan air dari minuman + asupan air dari makanan + asupan air metabolik
Gambar 3 Perhitungan estimasi total asupan air
25
Faktor Aktivitas Faktor aktivitas ditentukan oleh pekerjaan masing-masing sampel. Sampel yang tidak bekerja termasuk dalam kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, tergolong kategori aktivitas ringan. Setelah ditentukan kategori faktor aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) (Tabel 3). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas sampel. Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi Kebutuhan
air
dihitung
berdasarkan
kebutuhan
energi
sampel.
Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005). Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation. Tabel 3 Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi pria dewasa menurut status gizi Status gizi
Rumus perhitungan kebutuhan energi
Kebutuhan energi
Normal
EER = TEE TEE = 662 – (9.53xU) + PA x (15.91xBB+ 539.6xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.11 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.25 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.48 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5
TEE + 10% TEE
Gemuk
EER = TEE TEE = 1086 – (10.1xU) + PA x (13.7xBB+ 416xTB) Keterangan; PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.12 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.29 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.59 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5
TEE + 10% TEE
Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan: U = umur (tahun) BB = berat badan (kg) TB = tinggi badan (m) EER = Estimated Energy Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal) TEE = Total Energy Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal) PA = koefisien Physical Activity (aktivitas fisik)
26
Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Physical Activity Level (PAL) dan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE (Mahan & Escoot-stump 2008). Tingkat Kecukupan Air Tingkat kecukupan air menggambarkan seberapa besar asupan air memenuhi kebutuhan air harian. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air : Tingkat kecukupan air (%) =
Kebutuhan Protein, Lemak, dan Karbohidrat Kebutuhan
protein
dihitung
berdasarkan
WNPG
(2004)
dengan
memperhatikan kelompok usia dan jenis kelamin. Perhitungan protein juga disesuaikan dengan berat badan sampel dan dikoreksi dengan faktor koreksi mutu. Berikut rumus perhitungan kebutuhan protein sampel: Kebutuhan protein
= 0.8g/kg BB/hari x 1.2
Keterangan : 1.2 adalah faktor koreksi mutu
Kebutuhan lemak dihitung berdasarkan WNPG (2004), yaitu 20% dari kebutuhan energi untuk pria dewasa. Kebutuhan karbohidrat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Kebutuhan Karbohidrat =
-
–
Kebutuhan Zat Gizi Mikro Kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada angka kecukupan gizi (AKG) dan dihitung berdasarkan WNPG 2004 sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C (Tabel 4).
27
Tabel 4 Angka kecukupan zat gizi mikro pria dewasa berdasarkan kelompok usia Kelompok Usia (tahun)
Zat Gizi
19-29
30-49
50-64
Vitamin A (RE)
600
600
600
Vitamin B1/Tiamin (mg)
1.3
1.2
1.2
Vitamin B2/Riboflavin (mg)
1.3
1.3
1.3
Vitamin B3/Niasin (mg)
16
16
16
Asam Folat (µg)
400
400
400
Vitamin B6/Piridoksin (mg)
1.3
1.3
1.7
Vitamin B12 (µg)
2.4
2.4
2.4
Vitamin C (mg) Mineral
90
90
90
Kalsium (mg)
800
800
800
Fosfor (mg)
600 13
600 13
600 13
Vitamin
Besi (mg) Sumber: WNPG (2004)
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Tingkat kecukupan zat gizi merupakan persentase asupan zat gizi berbanding kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk energi, zat gizi makro (protein, lemak dan karbohidrat), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 untuk zat gizi mikro yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah rumus perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan gizi sampel. Tingkat kecukupan zat gizi (%) = Mutu Gizi Asupan Pangan Mutu gizi asupan pangan (MGP) dihitung dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut (Hardinsyah 2001): MGP = Keterangan : TKGi
= Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi ke-i,
n
= Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGP, yaitu 16 zat gizi meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, vitamin C, kalsium, besi, dan fosfor.
28
Dalam menghitung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Setelah diperoleh nilai MGP, lebih lanjut nilai tersebut dikategorikan berdasarkan empat kategori (Hardinsyah 1996), yaitu kategori <55 tergolong sangat kurang, 55-69 tergolong kurang, 70-84 tergolong cukup dan >84 tergolong baik. Analisis Data Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif (persentase dan rata-rata) dilakukan terhadap data karakteristik sosial ekonomi, status gizi, serta konsumsi makanan dan minuman. Uji statistik menggunakan uji beda t (independent sample t-test) dan uji korelasi Rank Spearman. Uji beda t digunakan untuk mengetahui perbedaan dari setiap variabel pada penelitian ini yaitu kebutuhan air, asupan air, tingkat kecukupan air, dan MGP. Uji beda t juga dilakukan untuk mengetahui perbedaan asupan air dan MGP berdasarkan domisili sampel. Hubungan antar variabel yang dianalisis dengan uji korelasi Rank Spearman yaitu analisis hubungan antara karakteristik sampel dengan asupan air dan MGP. Karakteristik yang digunakan dalam uji hubungan yaitu pendidikan, dan status ekonomi (kuintil). Definisi Operasional Pria Dewasa adalah seluruh penduduk pria Indonesia yang berusia 20-55 tahun yang menjadi sampel Riskesdas 2010 Kebutuhan Air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan energi sampel. Asupan Air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh individu pria dewasa yang diperoleh dari 3 sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme Air dari Minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang dikonsumsi yang memberikan kontribusi asupan air pria dewasa Air dari Makanan adalah air yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang memberikan kontribusi asupan air pria dewasa
29
Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh yang memberikan kontribusi asupan air pria dewasa Tingkat Kecukupan Air adalah persentase yang menggambarkan seberapa besar asupan air dapat memenuhi kebutuhan air pria dewasa Pangan adalah segala macam jenis olahan atau mentah yang dapat dimakan dan memberikan kontribusi energi serta zat gizi bagi tubuh individu pria dewasa Asupan Zat Gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari konsumsi pangan pria dewasa Tingkat Kecukupan Zat Gizi adalah persentase yang menggambarkan seberapa besar asupan zat gizi dapat memenuhi kebutuhan zat gizi pria dewasa Mutu Gizi Asupan Pangan adalah nilai yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, dan besi) yang dikonsumsi oleh pria dewasa
30
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi pendidikan terakhir, pekerjaan, domisili, dan status ekonomi (kuintil), yang disajikan dalam Tabel 5. Pendidikan terakhir sampel paling banyak tamat SLTA/MA (29.9%) dan tamat SD/MI (28.1%). Pendidikan terakhir sampel paling sedikit tamat D1/D2/D3 (3.2%) dan tamat PT (5.6%). Jumlah sampel tidak tamat SD/MI sebanyak 14.5%, sedangkan tamat SLTP/MTS sebanyak 18.7%. Sampel dengan golongan usia dewasa muda paling banyak tergolong tamat pendidikan menengah atas (34.6%). Sampel dengan golongan usia yang lebih tua, yaitu dewasa madya, paling banyak hanya mencapai tingkat pendidikan dasar yaitu SD/MI (33.5%). Persentase sampel dewasa muda yang tamat PT lebih sedikit (5.2%) dibandingkan dewasa madya (6.5%). Persentase tamat D1/D2/D3 dan PT sampel lebih sedikit dibandingkan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Jenis
pekerjaan
sampel
paling
banyak,
yaitu
wiraswasta/layan
jasa/dagang (33.7%) dan petani/nelayan (26.0%). Pekerjaan sampel paling sedikit yaitu pada kategori lainnya (3.8%) dan tidak bekerja/sekolah (7.5%). Jumlah
sampel
dengan
pekerjaan
TNI/PNS/pegawai
sebanyak
11.6%,
sedangkan buruh sebanyak 17.4%. Sampel dewasa madya paling banyak bekerja sebagai petani atau nelayan, yaitu sebanyak 32.8%, sedangkan dewasa madya yang bekerja sebagai wiraswasta, layan jasa, dan pedagang, yaitu sebanyak 31.0%. Berbeda dengan golongan dewasa madya, dewasa muda lebih banyak bekerja sebagai wiraswasta, layan jasa, dan pedagang, yaitu sebanyak 35.3%, sampel yang bekerja sebagai petani dan nelayan, dengan persentase lebih rendah yaitu 22.1%. Hanya sedikit sampel yang tidak bekerja/sekolah, yaitu 10.3% pada dewasa muda, dan 2.3% pada dewasa madya. Sebanyak 53.0% sampel berdomisili di daerah perkotaan, sedangkan 47.0% sampel tinggal di daerah pedesaan. Status ekonomi sampel dibagi dalam 5 kuintil, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Sebanyak 19.6% sampel berada pada kategori kuintil 1, 20.6% pada kuintil 2, 20.5% pada kuintil 3, 20.3% pada kuintil 4, dan 19.0 pada kuintil 5.
31
Tabel 5 Sebaran sampel pria dewasa menurut karakteristik individu dan kelompok usia Karakteristik Pendidikan Tidak tamat SD/MI Tamat SD/MI Tamat SLTP/MTS Tamat SLTA/MA Tamat D1/D2/D3 Tamat PT Pekerjaan Tidak bekerja/sekolah TNI/PNS/pegawai Wiraswasta/layan jasa/dagang Petani/nelayan Buruh Lainnya Domisili Kota Desa Status Ekonomi Kuintil 1 Kuintil 2 Kuintil 3 Kuintil 4 Kuintil 5 Total
Dewasa muda n (%)
Kelompok usia Dewasa madya N (%)
Total n
(%)
3650 9027 7816 12420 1153 1153
(10.2) (25.1) (21.8) (34.6) (3.2) (5.2)
4446 6713 2671 4283 616 1294
(22.2) (33.5) (13.3) (21.4) (3.1) (6.5)
8096 15740 10487 16703 1769 3151
(14.5) (28.1) (18.7) (29.9) (3.2) (5.6)
3712 3619 12674 7956 6498 1464
(10.3) (10.1) (35.3) (22.1) (18.1) (4.1)
469 2855 6199 6583 3256 661
(2.3) (14.3) (31.0) (32.8) (16.3) (3.3)
4181 7082 18873 13589 10704 2125
(7.5) (11.6) (33.7) (26.0) (17.4) (3.8)
19354 16569
(53.9) (46.1)
10309 9714
(51.5) (48.5)
19663 26283
(53.0) (47.0)
7040 7490 7388 7311 6694 35923
(19.6) (20.9) (20.6) (20.4) (18.6) (64.2)
3918 4040 4076 4044 3945 20023
(19.6) (20.2) (20.4) (20.2) (19.7) (35.8)
10958 11530 11464 11355 10639 55946
(19.6) (20.6) (20.5) (20.3) (19.0) (100.0)
Tingkat kuintil menggambarkan tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita. Tingkat pengeluaran rumah tangga per kapita digunakan sebagai indikator keadaan ekonomi rumah tangga. Tingkat kuintil yang semakin tinggi menandakan keadaan ekonomi rumah tangga yang semakin baik, sebaliknya semakin rendah kuintil maka semakin rendah keadaan ekonomi rumah tangga. Penentuan kuintil dilakukan dengan membagi ke dalam 5 tingkatan dengan persentase sama besar. Persentase kuintil seharusnya masing-masing 20%, namun adanya proses cleaning data membuat persentase masing-masing kuintil berubah menjadi lebih dari 20% dan kurang dari 20%. Persentase lebih rendah ditemukan pada kuintil 5 dan 1, hal ini menggambarkan bahwa proses cleaning terhadap data yang tidak lengkap banyak menghilangkan data sampel pada kuintil 5 dan 1. Artinya data yang tidak lengkap lebih banyak pada sampel dengan keadaan ekonomi rumah tangga pada tingkat paling rendah dan paling tinggi.
32
Status Gizi Sebagian besar sampel dewasa muda (73.8%) maupun madya (69.6%) tergolong memiliki status gizi normal. Rata-rata skor IMT dewasa muda sebesar 22.0±3.3, sedangkan dewasa madya 22.7±3.4. Dewasa yang memiliki IMT<18.5 kg/m2 dapat menjadi indikator adanya defisiensi energi kronik karena kurang makan atau penyakit kronik, sedangkan IMT<17.0 kg/m2 dapat berdampak pada kemampuan fisik yang berkurang serta memungkinkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit (Barasi 2009). Dewasa muda lebih banyak yang tergolong gemuk, dibandingkan yang tergolong kurus, yaitu 14.9% (gemuk) dan 11.2% (kurus). Sebaran status gizi pada dewasa madya juga menunjukkan persentase sampel dengan status gizi gemuk 22.1%, lebih tinggi dibandingkan status gizi kurus 8.4% (Tabel 6). Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status gizi menurut kelompok usia (p<0.01) (Lampiran 4). Tabel 6 Status gizi pria dewasa menurut kelompok usia Status gizi Kurus Normal Gemuk Rata-rata skor IMT
Dewasa muda n (%) 4033 (11.2) 26523 (73.8) 5376 (14.9) 22.0±3.3
Kelompok usia Dewasa madya n (%) 1678 (8.4) 13927 (69.6) 4418 (22.1) 22.7±3.4
Total n (%) 5711 (10.2) 40450 (72.3) 9785 (17.5) 22.2±3.3
Kategori status gizi berdasarkan IMT memperhitungkan berat badan dan tinggi badan individu (WHO 2007). Semakin besar perbandingan berat badan terhadap
tinggi
badan,
maka
skor
IMT
semakin
besar.
Pengukuran
menggunakan IMT paling banyak digunakan karena paling sederhana, namun ukuran IMT memiliki kelemahan yaitu hubungan antara kelebihan berat dan deposit lemak mungkin tidak berlaku bagi individu berotot, serta pada lansia yang mengalami pengurangan tinggi badan dapat memberikan hasil pengukuran yang tidak tepat (Barasi 2009).
Lampiran 5 menunjukkan bahwa dewasa madya
memiliki rata-rata berat badan yang cenderung lebih besar (59.8±10.4 kg) dibandingkan dewasa muda (58.7±9.8 kg). Tinggi badan dewasa madya, sebaliknya lebih rendah (162.2±6.6 cm) dibandingkan dewasa muda (163.4±6.4 cm). Rata-rata berat badan sampel dengan status gizi kurus sebesar 46.7±4.7 kg. Rata-rata berat badan sampel dengan status gizi normal sebesar 57.3±6.3 kg, dan gemuk 73.5±9.3 kg. Tinggi badan pada sampel dengan status gizi kurus,
33
normal, dan gemuk masing-masing 163.7±7.3 cm, 162.8±6.2 cm, dan 163.0±7.2 cm. Asupan Air dari Minuman Manusia memenuhi kebutuhan air dari luar tubuh melalui minuman dan makanan. Minuman memiliki kontribusi tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan air pada tubuh manusia. Penelitian Fauji (2011) di Indonesia yang dilakukan terhadap 1200 sampel di kota-kota tertentu, menunjukkan persentase konsumsi cairan yang berasal dari makanan dan metabolik pada pria dewasa sebesar 28.1%, sedangkan persentase konsumsi cairan dari minuman pada pria dewasa 71.9%. Tabel 7 Rata-rata asupan air dari minuman (mL/Kap/hari) pada pria dewasa menurut sumber dan kelompok usia Kelompok usia
Kelompok minuman Dewasa muda
Dewasa madya
751.0±437.5
744.6±437.4
748.7±437.5
Teh
90.9±164.8
100.9±194.8
94.5±176.1
Kopi
121.5±196.9
152.3±216.7
132.6±204.7
Susu
4.5± 35.3
4.4± 35.2
4.5± 35.2
Susu kental manis
5.8± 39.7
5.3± 37.6
5.6± 38.9
Sirup
2.4± 31.4
1.1± 22.8
1.9± 28.6
Jus Minuman berkarbonasi
5.6± 45.8 2.4± 31.9
3.5± 37.3 1.1± 20.1
4.8± 43.0 1.9± 28.3
Lain-lain
5.6± 47.0
3.8± 39.2
4.9± 44.4
989.8±466.1
1017.0±469.7
999.5±467.6
Air putih
Total
Total
Asupan air dari minuman pada pria dewasa didapatkan dari konsumsi air putih dan air minuman lainnya, atau air minum yang berasa dan berwarna. Asupan utama air dari minuman berasal dari air putih. Rata-rata konsumsi air putih pada dewasa muda sebanyak 751.0±437.5 mL per hari, sedangkan dewasa madya sebanyak 744.6±437.4 mL per hari. Asupan air, selain didapatkan dari air putih, juga didapatkan dari asupan air selain air putih. Rata-rata konsumsi minuman selain air putih paling tinggi didapat dari konsumsi minuman kopi dan teh. Asupan air dari minuman kopi sebanyak 121.5±196.9 mL pada dewasa muda, dan sebanyak 152.3±216.7 mL pada dewasa madya. Asupan air dari minuman teh pada dewasa muda sebanyak
90.9±164.8
mL,
sedangkan
pada
dewasa
madya
sebanyak
100.9±194.8 mL. Hasil studi di Singapura juga menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi (32%) setelah air putih (AFIC 1998). Rata-rata konsumsi minuman paling rendah didapat dari konsumsi
34
minuman berkarbonasi dan sirup. Asupan air dari minuman berkarbonasi pada dewasa muda sebanyak 2.4±31.9 mL, dan sebanyak 1.1±20.1 mL pada dewasa madya. Asupan air dari minuman sirup pada dewasa muda sebanyak 2.4±31.4 mL, dan sebanyak 1.1±22.8 mL pada dewasa madya. Rata-rata total asupan air sebesar 989.8±466.1 mL pada dewasa muda, dan 1017.0±469.7 mL pada dewasa madya (Tabel 7). Asupan Air dari Makanan Rata-rata asupan air dari makanan paling banyak dari kelompok serealia, umbi, dan hasil olahannya, yaitu sebanyak 330.0±129.8 mL pada dewasa muda, dan 330.7±128.7 mL pada dewasa madya. Kelompok sayur dan hasil olahannya menyumbangkan rata-rata asupan air sebanyak 129.5±215.7 mL pada dewasa muda, dan 140.8±215.9 mL pada dewasa madya (Tabel 8). Makanan pokok Indonesia, yang umumnya berupa nasi menyumbangkan 46% asupan air, sedangkan buah dan sayur menyumbangkan 30% asupan air (Hardinsyah et al. (2010). Tabel 8 Rata-rata asupan air dari makanan (mL) pada pria dewasa menurut sumber dan kelompok usia Kelompok makanan Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya Daging dan hasil olahannya Telur dan hasil olahannya Ikan, kerang, udang, dan hasil olahannya Sayur dan hasil olahannya Buah-buahan
Dewasa muda 330.0±129.8
Kelompok usia Dewasa madya 330.7±128.7
Total 330.3±129.4
34.0± 66.4
37.5± 68.8
35.3± 67.3
9.2± 26.1
9.1± 27.1
9.2± 26.4
13.1± 25.0 37.7± 79.8
10.6± 22.6 39.0± 80.4
12.2± 24.2 38.1± 80.0
129.5±215.7
140.8±215.9
133.5±215.8
14.1± 42.1
18.0± 49.6
15.5± 45.0
Olahan susu
0.0±
0.0
0.0±
0.0
0.0±
0.0
Lemak dan minyak
0.0±
0.1
0.0±
0.1
0.0±
0.1
Serba-serbi Makanan jajanan Total
4.5± 13.6
4.7± 13.5
4.6± 13.6
13.3± 47.6
7.7± 35.4
11.3± 43.7
585.3±277.9
598.0±277.6
589.9±277.9
Urutan asupan terbanyak air dari makanan menurut sumbernya setelah air dari serealia, umbi, dan hasil olahannya, serta sayur dan hasil olahannya adalah ikan, kerang, udang, dan hasil olahannya (38.1±80.0 mL); kacangkacangan, biji-bijian dan hasil olahannya (35.3±67.3 mL); buah-buahan (15.5±45.0 mL); telur dan hasil olahannya (12.2±24.2 mL); makanan jajanan (11.3±43.7 mL), daging dan hasil olahannya (9.2±26.4 mL); serba-serbi (4.6±13.6
35
mL). Asupan air dari makanan paling sedikit berasal dari lemak dan minyak serta olahan susu. Rata-rata total asupan air dari makanan sebanyak 585.3±277.9 mL pada dewasa muda, dan 598.0±277.6 mL pada dewasa madya (Tabel 8). Jumlah asupan air dari makanan dipengaruhi oleh pola konsumsi makan. Pola konsumsi makan yang didominasi makanan lembek atau cair, sayur dan buah yang tinggi kandungan airnya akan menyumbangkan asupan air dari makanan yang tinggi pula. Sebaliknya, pola konsumsi yang didominasi makanan yang rendah kandungan airnya seperti serealia, tepung, dan daging yang kering, maka sumbangan asupan air dari makanan juga akan rendah (Sherwood 1998 dalam Santoso et al 2011). Asupan Air Metabolik Makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia, selanjutnya akan dimetabolisme. Selain menghasilkan energi, asupan zat gizi makro tersebut juga menghasilkan air, yang disebut air metabolik. Metabolisme zat gizi pangan yang dikonsumsi, selain menghasilkan energi berupa ATP, juga menghasilkan air. Menurut Verdu (2009), air metabolik dalam tubuh didapatkan dari metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak. Tabel 9 menunjukkan rata-rata asupan protein sampel sebanyak 47.5±21.9 g, lemak sebanyak 40.3±28.5 g, dan karbohidrat sebanyak 218.8±78.6 g. Asupan protein, karbohidrat, dan lemak tersebut menyumbangkan rata-rata 1432.7±495.0 Kal energi. Tabel 9
Rata-rata asupan zat gizi makro, energi, dan air metabolik per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia Kelompok usia Zat gizi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Energi (Kal) Air metabolik (mL)
Dewasa muda
Dewasa madya
47.6± 22.0
47.2± 21.8
Total 47.5± 21.9
40.5± 28.8
39.8± 28.1
40.3± 28.5
218.1± 79.1
220.1± 77.7
218.8± 78.6
1433.5±499.4
1431.1±487.1
1432.7±495.0
182.3± 63.5
182.5± 62.1
182.4± 63.0
Air metabolik dihasilkan dari metabolisme zat gizi makro, sehingga asupan air metabolik berkaitan dengan asupan zat gizi makro. Semakin rendah asupan zat gizi makro, maka semakin rendah pula asupan air metaboliknya. Tabel 9 memperlihatkan rata-rata asupan air metabolik pada dewasa muda sebanyak 182.3±63.5 mL, dan pada dewasa madya sebanyak 182.5±62.1 mL. Air metabolik menyumbangkan 200-300 mL asupan air bagi tubuh (Whitney & Rolfes 2008)
36
Total Asupan Air Berdasarkan uji beda t (Lampiran 4) terdapat perbedaan antara total asupan air kelompok dewasa muda dan dewasa madya (p<0.05). Rata-rata total asupan air pada dewasa muda yaitu 1757.5±589.9 mL lebih rendah dibandingkan rata-rata total asupan air pada dewasa madya 1797.5±586.7 mL. Asupan air utama keseluruhan sampel didapatkan dari minuman yaitu sebanyak 55.0±13.5% dari total asupan air, sementara masing-masing asupan air dari makanan dan metabolik sebanyak 34.2±11.4% dan 10.8±3.5% (Tabel 10). Tabel 10 Asupan air pada pria dewasa mL per kapita per hari (%) menurut sumber dan kelompok usia Kelompok usia Sumber asupan Air dari minuman Air dari makanan Air metabolik Total
Dewasa muda 989.8±466.1 (54.9±13.5) 585.3±277.9 (34.2±11.4) 182.3±63.5 (10.9±3.5) 1757.5±589.9
Dewasa madya 1017.0±469.7 (55.2±13.5) 598.0±277.6 (34.1±11.4) 182.5±62.1 (10.1±3.4) 1797.5±586.7
Total 999.5±467.6 (55.0±13.5) 589.9±277.9 (34.2±11.4) 182.4±63.0 (10.8±3.5) 1771.8±589.1
Persentase asupan air dari minuman terhadap total asupan air lebih rendah dbandingkan penelitian lain. IOM (2005) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 35% berasal dari makanan dan 65% dari minuman. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 72% pada keseluruhan sampel, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 28%. Persentase asupan air dari minuman terhadap total asupan air lebih rendah dibandingkan dengan penelitian lainnya diduga disebabkan oleh food recall 1x24 jam yang dilakukan oleh tim pengumpul data Riskesdas 2010, hanya fokus kepada makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Recall terhadap konsumsi air putih dan air dari minuman lainnya tidak dilakukan wawancara secara detail dan mendalam.
37
air makanan
air minuman
air metabolik
total air
2000 y = -0.0879x + 1751.3 R² = 0.0336
1800
Asupan air (mL)
1600 1400 1200
y = 0.3054x + 977.73 R² = 0.2851
1000 800
y = -0.3679x + 595.11 R² = 0.3946
600 400
y = -0.0254x + 178.51 R² = 0.1197
200 0 20
Gambar 4
25
30
35 40 Usia (tahun)
45
50
55
Grafik asupan air pada pria dewasa mL per kapita per hari menurut sumber dan kelompok usia Estimasi Asupan Air
Tabel 11 menunjukkan perhitungan estimasi dengan menggunakan pendekatan konsumsi makanan. Rata-rata estimasi asupan air dari minuman sebesar 1791.1±739.4 mL pada dewasa muda, dan
1821.3±737.3 mL pada
dewasa madya, sehingga didapatkan rata-rata total asupan air sebesar 2558.7±1056.4 mL pada dewasa muda, dan 2601.8±1053.2 mL pada dewasa madya. Tabel 11
Estimasi asupan air (mL) pada pria dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi makanan
Sumber asupan air Air dari makanan dan metabolik Air minum estimasi Total
Dewasa muda 767.6± 316.9
Kelompok usia Dewasa madya 780.5± 316.0
Total 772.3± 316.6
1791.1± 739.4 2558.7±1056.4
1821.3± 737.3 2601.8±1053.2
1801.9± 738.8 2574.2±1055.4
Estimasi total asupan air lebih besar jumlahnya jika dibandingkan dengan total asupan air yang diperoleh dari data Riskesdas 2010. Lebih rendahnya total asupan air berdasarkan data Riskesdas 2010 diduga karena fokus penelitian
38
Riskesdas yang tidak ditujukan untuk menganalisis asupan minuman, sehingga data konsumsi minuman menjadi tidak lengkap. Estimasi
asupan
air
adalah
perkiraan
asupan
air
dengan
memperhitungkan jumlah air dari makanan dan metabolik. Persentase ini digunakan setelah dilakukan estimasi dan uji regresi berdasarkan penelitian IOM (2005) dalam Santoso et al. (2011) dan Fauji (2011). Penelitian IOM (2005) dilakukan pada sampel di Amerika dengan pola konsumsi yang berbeda dengan penduduk Indonesia pada umumnya, sedangkan studi yang dilakukan Fauji (2011) hanya mencakup daerah perkotaan dengan sampel 1200 orang, sehingga persentase kontribusi asupan airnya tidak dapat diimplikasikan pada skala nasional. Kontribusi total asupan air pada penelitian ini ditentukan oleh peneliti dengan estimasi asupan air dari makanan dan proses metabolisme sebesar 30% dari asupan air secara keseluruhan, atau dengan kata lain asupan air dari minuman sebesar 70% dari total asupan air. Kebutuhan dan Tingkat Kecukupan Air Tabel 12 menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan air sampel dewasa muda sebesar 3369.2±417.2 mL, sedangkan kebutuhan air dewasa madya ratarata sebesar 3214.4±399.5 mL. Tubuh membutuhkan air karena air adalah salah satu zat gizi esensial. Tanpa makanan, tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu, namun tidak dapat bertahan lebih dari 10 hari tanpa air (Barasi 2009). Air merupakan komponen utama pada tubuh manusia. Kandungan air dalam tubuh pria usia 18-40 tahun sebanyak 61% dan pada usia 40-60 sebanyak 55% (UPK-PKB 2007). Tingginya komposisi air dalam tubuh manusia menyebabkan cairan harus dikonsumsi setiap harinya untuk menjaga asupan tubuh dan mengganti cairan yang keluar dari tubuh berupa urin, keringat, uap air, maupun cairan yang keluar bersama tinja (Brown 2000 & Irianto 2007). Kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, berat badan, asupan energi, dan luas permukaan tubuh (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik pada pria dewasa adalah sebesar 1.3 mL/Kal (Manz & Wentz 2005). Tingkat kecukupan air menggambarkan seberapa besar konsumsi air mampu memenuhi kebutuhan individu akan air. Semakin besar tingkat kecukupannya berarti semakin terpenuhi kebutuhannya. Tabel 12 menunjukkan, tingkat kecukupan air dewasa muda berdasarkan perhitungan data konsumsi Riskesdas 2010 hanya mencapai 52.9±19.0 mL, sedangkan tingkat kecukupan
39
air pada dewasa madya hanya sedikit lebih tinggi (p<0.01), yaitu sebesar 56.8± 20.0 mL. Tabel 12 Tingkat kecukupan air pada pria dewasa menurut kelompok usia
Asupan air data Riskesdas (mL) Asupan air estimasi (mL) Kebutuhan air (mL) Tingkat kecukupan air Riskesdas (%) Tingkat kecukupan air estimasi (%)
Dewasa muda 1757.5± 589.9 2558.8±1056.4 3369.2± 417.2 52.9±19.0
Kelompok usia Dewasa madya 1797.5± 586.7 2601.8±1053.2 3214.4± 399.5 56.8± 20.0
Total 1771.8± 589.1 2574.2±1055.4 3313.8± 417.6 54.3±19.4
77.0±32.9
82.1±34.5
78.8±33.6
Tingkat kecukupan air dengan estimasi pendekatan konsumsi makanan menunjukkan persentase yang lebih baik, meskipun belum mencapai 100%. Tingkat kecukupan air dewasa muda berdasarkan estimasi sebesar 77.0±32.9 mL, dan dewasa madya sebesar 82.1±34.5 mL. Tingkat kecukupan air yang tidak memenuhi kebutuhan dapat menimbulkan ketidakseimbangan cairan. Dehidrasi merupakan pertanda adanya keseimbangan negatif pada cairan tubuh atau menurunnya kandungan air tubuh hingga 2-6% (Messwati 2009). Gavin (2006) serta
Mann dan Stewart (2007) menyatakan bahwa dehidrasi disebabkan
meningkatnya cairan tubuh yang hilang melalui ginjal dan pencernaan, berkurangnya asupan air, atau gabungan keduanya. Penelitian THIRST (2009) menunjukkan jumlah remaja yang mengalami dehidrasi ringan lebih tinggi, yakni 49.5% dibandingkan dewasa 42.5%. Masalah ini terjadi akibat rendahnya pengetahuan sampel mengenai air minum (Hardinsyah et al. 2010). Rasa haus adalah sinyal untuk mengonsumsi cairan tambahan. Rasa haus dipicu oleh menurunnya volume cairan tubuh, yang merupakan pertanda telah terjadi dehidrasi (Barasi 2009). Rasa haus tersebut harus segera direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup, jika tidak keadaannya akan kian memburuk. Bertambahnya usia seseorang akan melemahkan respon terhadap rasa haus ini, akibatnya terjadi rasa lemah, lemas, letih, hilang kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008). Asupan Zat Gizi Makro dan Mikro Makanan dan minuman yang dikonsumsi selain berkontribusi dalam menyumbangkan asupan air bagi tubuh, juga menyumbangkan energi, zat gizi makro, dan mikro (vitamin dan mineral). Tabel 13 menunjukkan asupan energi, protein, dan lemak dewasa muda berturut-turut sebesar 1433.5±499.4 Kal,
40
47.6±22.0 g, dan 40.5±28.8 g. Asupan tersebut lebih rendah pada dewasa madya, yaitu berturut-turut sebesar 1431.1±487.1 Kal (energi), 47.2±21.8 g (protein), dan 39.8±28.1 g (lemak). Total asupan karbohidrat dan air sebaliknya lebih rendah pada dewasa muda, yaitu karbohidrat (218.1±79.1 g), dan air (1757.5±589.9 mL), sedangkan pada dewasa madya karbohidrat (220.1±77.7 g), dan air (1797.5±586.7 mL). Asupan zat gizi mikro terdiri dari asupan vitamin dan mineral. Asupan vitamin A sebesar 492.2±659.5 RE pada dewasa muda, dan sebesar 505.1±661.8 RE pada dewasa madya. Vitamin A memiliki banyak peran penting dalam tubuh, diantaranya dalam penglihatan, diferensiasi sel, kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, serta pencegahan kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2009). Tabel 13
Asupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia Asupan zat gizi
Kelompok usia Total
Dewasa muda
Dewasa madya
1433.5±499.4
1431.1±487.1
1432.7±495.0
Protein (g)
47.6± 22.0
47.2± 21.8
47.45± 21.9
Lemak (g)
40.5± 28.8
39.8± 28.1
40.3± 28.5
218.1± 79.1 1757.5±589.9
220.1± 77.7 1797.5±586.7
218.8± 78.6 1771.8±589.1
492.2±659.5
505.1±661.8
496.8±660.4
Zat gizi makro Energi (Kal)
Karbohidrat (g) Air (mL) Vitamin Vitamin A (RE) Vitamin B1/Tiamin (mg)
0.5±
0.3
0.5±
0.3
0.5±
0.3
Vitamin B2/Riboflavin (mg)
0.6±
0.4
0.5±
0.3
0.5±
0.4
Vitamin B3/Niasin (mg)
9.4±
5.7
9.6±
5.5
9.5±
5.6
Asam Folat (µg)
126.4±111.9
130.5±114.7
127.9±112.9
Vitamin B6/Piridoksin (mg)
0.9±
0.6
0.6±
1.0
0.9±
0.6
Vitamin B12 (µg)
2.1±
1.9
2.0±
1.9
2.0±
1.9
Vitamin C (mg)
25.5± 40.0
28.4± 43.5
26.5± 41.3
Kalsium (mg)
248.9±287.4
256.5±272.1
251.6±282.0
Fosfor (mg)
692.8±310.1 7.8± 11.2
687.4±307.1 8.1± 11.5
690.8±309.0 7.9± 11.3
Mineral
Besi (mg)
Asupan vitamin B1 (tiamin) sebesar 0.5±0.3 mg pada dewasa muda dan dewasa madya. Angka kebutuhan tiamin didasarkan pada kebutuhan energi, karena peran pentingnya dalam metabolisme karbohidrat. Asupan riboflavin sebesar 0.6±0.4 mg pada dewasa muda dan 0.5±0.3 mg pada dewasa madya.
41
Asupan niasin sebesar 9.4±5.7 mg pada dewasa muda dan 9.6±5.5 mg pada dewasa madya. Asupan asam folat sebesar 126.4±111.9 µg pada dewasa muda dan 130.5±114.7 µg pada dewasa madya. Asupan piridoksin sebesar 0.9±0.6 mg pada dewasa muda dan 0.6±1.0 mg pada dewasa madya. Asupan vitamin B12 sebesar 2.1±1.9 µg pada dewasa muda dan 2.0±1.9 µg pada dewasa madya, sedangkan Asupan vitamin C sebesar 25.5±40.0 mg pada dewasa muda dan 28.4±43.5 mg pada dewasa madya. Asupan kalsium pada dewasa muda (248.9±287.4 mg) sedikit lebih rendah dibandingkan asupan dewasa madya (256.5±272.1 mg). Asupan fosfor dewasa muda (692.8±310.1 mg) sebaliknya sedikit lebih tinggi dibandingkan asupan dewasa madya (687.4±307.1 mg). Asupan besi dewasa muda sebesar 7.8±11.2 mg, sedangkan dewasa madya sebesar 8.1±11.5 mg. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Makro dan Mikro Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, kondisi fisiologis, juga aktivitas. Zat gizi yang dikonsumsi individu dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kecukupan zat gizi. Semakin besar tingkat kecukupan gizi maka semakin besar kebutuhan zat gizi terpenuhi. Berdasarkan Tabel 14, rata-rata tingkat kecukupan protein dewasa muda sebesar 113.8±54.0%, sedangkan dewasa madya sebesar 110.9±52.9%. Persentase tersebut menunjukkan kebutuhan protein harian rata-rata sampel sudah terpenuhi. Asupan protein yang tinggi tidak menjamin kualitas protein yang baik. Kualitas protein suatu bahan pangan dapat dilihat dari komposisi asam amino esensial yang dikandungnya. Protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan adalah protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein yang memiliki nilai biologi tinggi. Sebagian protein mengandung asam amino esensial dalam jumlah terbatas, yang cukup untuk perbaikan jaringan tubuh, namun tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Asam amino yang terdapat dalam jumlah terbatas disebut asam amino pembatas. Metionin adalah asam amino pembatas pada kacang-kacangan, sedangkan lisin adalah asam amino pembatas pada beras (Gibney et al. 2002).
42
Tabel 14
Tingkat kecukupan zat gizi per kapita per hari pada pria dewasa menurut kelompok usia Kelompok usia Asupan zat gizi
Dewasa muda
Dewasa madya
%
%
Total %
Zat gizi makro Energi
51.1± 19.1
53.5±19.7
52.0± 19.3
Protein
113.8± 54.0
110.9±52.9
112.8± 53.6
Lemak
65.3± 47.7
67.4±49.1
66.1± 48.2
Karbohidrat
42.0± 16.1
44.7±16.7
43.0± 16.4
Air
52.9± 19.0
56.8± 20.0
54.3± 19.4
Vitamin A
82.0±109.9
84.2±110.3
82.8±110.1
Vitamin B1/Tiamin
38.0± 23.7
39.8± 23.6
38.7± 23.7
Vitamin B2/Riboflavin
43.1± 28.8
41.6± 27.1
42.6± 28.2
Vitamin B3/Niasin
59.0± 35.3
60.3± 34.5
59.5± 35.0
Asam Folat
31.6± 28.0
32.6± 28.7
32.0± 28.2
Vitamin B6/Piridoksin
62.7± 38.1
63.0± 39.4
62.8± 38.6
Vitamin B12
85.3± 78.8
83.1± 78.6
84.5± 78.8
Vitamin C
28.4± 44.4
31.5± 48.3
29.5± 45.9
31.1± 35.9
32.1± 34.0
31.5± 35.3
115.5± 51.7
114.6± 51.2
115.1± 51.5
60.1± 85.9
62.1± 88.7
60.8± 86.9
Vitamin
Mineral Kalsium Fosfor Besi
Asupan protein sampel paling banyak didapatkan dari sumber protein nabati. Sampel paling banyak mengonsumsi sumber protein nabati berupa tempe goreng
(33.3%)
dan
tahu
goreng
(18.8%),
sedangkan
sampel
yang
mengonsumsi protein hewani seperti ayam goreng dan telur dadar masingmasing hanya 11.0% dan 10.9% (Lampiran 8). Proporsi sumber asupan protein berbeda tergantung keadaan geografis, kondisi sosial ekonomi, serta faktor budaya. Di negara maju, protein hewani menyumbangkan 60-70% total asupan protein, sedangkan di negara berkembang, sekitar 60-80% asupan protein berasal dari protein nabati, yang didominasi asupan serealia (Gibney et al 2002). Menurut Hardinsyah et al. (2001) dalam Hardinsyah dan Tambunan (2004) kontribusi energi dari protein hewani di Indonesia terhadap total energi relatif rendah, hanya sebesar 4%. Tingkat kecukupan lemak dewasa muda sebesar 65.3±47.7 dan dewasa madya sebesar 67.4±49.1%. Asupan lemak banyak didapatkan dari makanan yang diolah dengan cara digoreng menggunakan minyak. Berdasarkan Lampiran 8, kelompok pangan kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya paling banyak
43
dikonsumsi adalah tempe goreng (33.3%) dan tahu goreng (18.8%). Kelompok pangan daging, unggas, dan olahannya, telur dan olahannya serta ikan, hasil perikanan, dan olahannya juga paling banyak dikonsumsi dalam bentuk digoreng, seperti ayam goreng (11.0%), telur dadar (10.9%), ikan goreng (10.9%). Konsumsi buah-buahan dan olahannya pun paling banyak dalam bentuk pisang goreng (7.7%) Tingkat kecukupan karbohidrat masih rendah, pada dewasa muda hanya sebesar 42.0±16.1% sedangkan dewasa madya sebesar 44.7±16.7%. Asupan karbohidrat dari serealia, umbi-umbian, dan hasil olahannya paling banyak didapatkan dari nasi putih. Sebanyak 97.0% sampel mengonsumsi nasi putih, namun rata-rata asupan hanya sebanyak 221.4±77 g per hari. Zat gizi makro berperan dalam menghasilkan energi dari proses metabolisme. Tingkat kecukupan zat gizi makro yang rendah berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi. Zat gizi makro memiliki peran penting sebagai penghasil energi bagi tubuh. Lemak merupakan penyumbang energi terbesar yaitu sebanyak 9 Kal/g atau 2.5 kali lebih banyak dibandingkan jumlah energi yang dihasilkan karbohidrat dan lemak (Almatsier 2009). Hasil studi di Inggris menunjukkan bahwa
kelompok
pangan
serealia
dan
produk
olahannya
merupakan
penyumbang energi utama pada diet (Barasi 2009). Rata-rata tingkat kecukupan energi dewasa muda sebesar 51.1±19.1%, dewasa madya sebesar 53.5±19.7% artinya rata-rata sampel hanya memenuhi setengah dari kebutuhan tubuhnya akan energi. Zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin merupakan zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tubuh dapat berfungsi normal. Vitamin dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Tingkat kecukupan vitamin sampel rata-rata berada di bawah 100% kebutuhan. Tingkat kecukupan paling tinggi didapat dari vitamin B12 yang mencapai 85.3±78.8% pada dewasa muda, dan 83.1±78.6% pada dewasa madya. Menurut Gibney et al. (2002) defisiensi vitamin B12 biasanya ditemukan hanya pada vegan, karena vitamin ini didapatkan dari pangan hewani. Tingkat kecukupan vitamin A dewasa muda sebesar 82.0±109.9%, dan sedikit lebih tinggi pada dewasa madya, yaitu sebesar 84.2±110.3%. Pangan hewani, terutama hati merupakan sumber vitamin A yang tinggi dalam bentuk retinol (Muhilal & Sulaeman 2004).
44
Tingkat kecukupan tiamin dewasa muda hanya mencapai 38.0±23.7% sedangkan dewasa madya hanya mencapai 39.8±23.6%. Defisiensi tiamin dapat terjadi karena kurangnya konsumsi makanan, yang biasanya disertai kekurangan konsumsi
energi.
Defisiensi
tiamin
dapat
menimbulkan
penyakit
yang
mempengaruhi sistem saraf dan jantung. Penyakit tersebut dalam keadaan berat disebut beri-beri (Almatsier 2009). Tingkat kecukupan riboflavin dewasa muda hanya mencapai 43.1±28.8% dan dewasa madya 41.6±27.1%. Defisiensi vitamin B2 (riboflavin) adalah masalah kesehatan masyarakat yang cukup signifikan di banyak tempat di dunia (Gibney et al. 2002). Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004) susu dan produk olahannya merupakan sumber penting, yang menyediakan 25% atau lebih dari total asupan riboflavin dari diet. Pangan lain yang kaya akan riboflavin adalah telur, daging, dan ikan. Tingkat kecukupan niasin sedikit lebih tinggi, yaitu 59.0±35.3% pada dewasa muda, dan 60.3±34.5% pada dewasa madya. Kecukupan niasin yang sedikit lebih tinggi diduga karena niasin dapat disintesis di dalam tubuh dari asam amino tryptophan (Gibney et al. 2002). Sumber niasin di dalam bahan pangan adalah produk whole grain, roti, susu, telur, daging, dan sayuran berwarna (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Tingkat kecukupan asam folat hanya mencapai 31.6±28.0% pada dewasa muda, dan 32.6±28.7% pada dewasa madya. Defisiensi asam folat berkaitan dengan anemia megaloblastik (Gibney et al. (2002). Tingkat kecukupan vitamin B6 (piridoksin) dewasa muda sebesar 62.7±38.1% dan dewasa madya sebesar 63.0±39.4%. Piridoksin banyak ditemukan di dalam khamir, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacangan, kentang, dan pisang. Defisiensi piridoksin menimbulkan gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein. Tingkat kecukupan vitamin C paling rendah dibandingkan vitamin lainnya, hanya mencapai 28.4±44.4% pada dewasa muda, dan 31.5±48.3% pada dewasa madya. Tingkat kecukupan yang rendah disebabkan asupan buah-buahan dan sayuran yang rendah (Lampiran 8), padahal buah dan sayuran segar adalah sumber utama vitamin C (Setiawan & Rahayuningsih 2004). Tingkat kecukupan mineral kalsium dan besi belum mencapai 100% kebutuhan. Tingkat kecukupan kalsium dewasa muda dan madya masing-masing hanya sebesar 31.1±35.9% dan 32.1±34.0%. Tingkat kecukupanhan besi
45
dewasa muda dan madya lebih tinggi (60.1±85.9% dan 62.1±88.7%), namun tingkat pemenuhan ini belum dapat dikategorikan baik. Tingkat kecukupan mineral fosfor dewasa muda dan madya melebihi kebutuhan, yaitu 115.5±51.7% dan 114.6±51.2%. Fosfor dapat ditemukan pada hampir semua bahan pangan, baik hewani maupun nabati, sehingga hipofosfatemia, atau defisiensi fosfor jarang terjadi. Asupan fosfor yang berlebih (hiperfosfatemia) dapat mempengaruhi penyerapan besi, tembaga, dan seng. Kelebihan fosfor jarang terjadi karena kelebihannya dikeluarkan melalui urin (Soekatri & Kartono 2004). Tingkat kecukupan zat gizi mikro sampel kecuali fosfor secara keseluruhan belum mencapai 100% kebutuhan. Zat gizi memiliki peran penting dalam metabolisme tubuh. Asupan zat gizi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat mengakibatkan defisiensi atau penyakit kurang gizi. Asupan zat gizi yang kurang dapat menganggu fungsi sistem imun dan kemampuan respon tubuh (Barasi 2009), bahkan dalam keadaan ekstrim menyebabkan penyakit dan kematian. Defisiensi tiamin, misalnya dapat mempengaruhi otak dan sistem saraf yang dapat mengakibatkan perubahan pada susunan saraf pusat, sementara defisiensi niasin dapat menimbulkan pellagra, dengan gejala dermatitis, diare, dan demensia. Mutu Gizi Asupan Pangan Mutu gizi asupan pangan (MGP) memberikan gambaran mutu gizi dari pangan yang dikonsumsi. Semakin tinggi skor MGP, maka semakin baik mutu gizi pangan yang dikonsumsi. Berdasarkan uji beda t terdapat perbedaan antara MGP kelompok dewasa muda dan dewasa madya (p<0.05). Rata-rata skor MGP sampel secara keseluruhan sebesar 55.8±14.0. Skor MGP kelompok usia madya sedikit lebih tinggi (56.4±14.0) dibandingkan dengan kelompok usia muda (55.4±13.9). Rata-rata sampel masih memiliki skor MGP dengan kategori sangat kurang. Berdasarkan kategorinya, sampel paling banyak memiliki skor MGP pada kategori sangat kurang, yaitu 50.3% pada kelompok dewasa muda, dan 47.9% pada kelompok dewasa madya. Dewasa muda dengan kategori skor MGP kurang sebanyak 34.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 34.8%. Selebihnya 12.8% dewasa muda dan 14.0% dewasa madya masuk dalam kategori cukup, serta hanya 2.6% dewasa muda dan 3.2% dewasa madya dalam kategori baik (Tabel 15).
46
Tabel 15
Skor mutu gizi asupan pangan (MGP) pada pria dewasa menurut kelompok umur Kelompok usia
Dewasa muda Dewasa madya Total (%) (%) (%) N n n (2.6) (3.2) (2.8) >84 (baik) 934 640 1574 70-84 (cukup) (14.0) 4598 (12.8) 2811 7409 (13.2) 55-69 (kurang) (34.8) 19301 (34.5) 12324 (34.3) 6977 <55 (sangat kurang) 18067 (50.3) 9595 (47.9) 27662 (49.4) Rata-rata ±SD 55.4±13.9 56.4±14.0 55.8±14.0 Skor MGP
Skor MGP yang rendah dapat disebabkan kurangnya asupan zat gizi sampel yang mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi sampel yang ditandai oleh rendahnya tingkat kecukupan zat gizi. Asupan zat gizi sampel tergolong defisit, kecuali asupan protein dan fosfor. Skor MGP yang rendah juga disebabkan asupan pangan yang kurang beragam. Jenis pangan yang paling banyak dikonsumsi sampel berasal dari golongan serealia, yaitu nasi (97.0%), kacang-kacangan berupa tempe goreng (33.3%) serta ikan goreng (17.7%). Konsumsi buah-buahan paling tinggi hanya sebesar 7.7% yang didapatkan dari pisang goreng, sedangkan konsumsi sayuran paling tinggi didapatkan dari sayur bayam (9.7%). 58
Skor MGP
57 56 55
y = 0.0525x + 54.86 R² = 0.5802
54 53 52 20
Gambar 5
25
30
35 40 Usia (tahun)
45
50
55
Mutu gizi asupan pangan pada pria dewasa menurut usia
Skor MGP digunakan untuk menentukan apakah makanan yang dikonsumsi bergizi atau tidak berdasarkan kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan bagi tubuh (Hardinsyah & Atmojo 2001). Semakin rendah skor MGP, menandakan semakin banyak zat gizi yang tidak terpenuhi. Banyaknya zat
47
gizi yang tidak terpenuhi dapat mengakibatkan defisiensi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap MGP menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.01). Semakin bertambahnya usia, rata-rata MGP sampel semakin meningkat (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi sampel dewasa madya lebih dapat terpenuhi dibandingkan dewasa muda. Hubungan Antar Variabel Hasil uji korelasi Rank Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan total asupan air (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi pendidikan maka semakin besar pula total asupan airnya. Hasil uji korelasi Rank Spearman, juga menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status ekonomi (kuintil) dengan total asupan air (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi status ekonomi (kuintil) maka total asupan air nya juga semakin tinggi. Tabel 16 Hubungan antar variabel Karakteristik Pendidikan Status ekonomi
Koefisien korelasi Signifikan (2-tailed) Koefisien korelasi Signifikan (2-tailed)
Asupan air 0.019** 0.000 0.095** 0.000
MGP 0.148** 0.000 0.200** 0.000
Hasil korelasi uji Rank Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir dengan MGP (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan maka MGP akan semakin baik. Hasil uji korelasi Rank Spearman, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status ekonomi (kuintil) dengan MGP (p<0.01), artinya terdapat kecenderungan semakin tinggi status ekonomi (kuintil) maka MGP juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil uji beda t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel di daerah perkotaan dan perdesaan (p=0.011). Hasil uji beda t juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara MGP sampel di daerah perkotaan dan perdesaan (p=0.000). Implikasi pada Riskesdas dan Program Mendatang Riskesdas merupakan riset pertama yang mengukur asupan pangan berskala nasional di Indonesia, namun suatu penelitian tidak akan terlepas dari kendala-kendala yang ditemui baik pada pengumpulan data, data yang diperoleh dan digunakan, maupun dalam pengolahan data yang berimplikasi menjadi
48
kelemahan dari suatu penelitian. Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh tim Riskesdas 2010. Kendala-kendala yang dihadapi Riskesdas dalam pengumpulan data ini berupa kesulitan memperoleh tenaga profesional untuk kabupaten/kota yang aksesnya sulit dijangkau seperti kabupaten/kota yang berada di provinsi papua, sampel tidak seluruhnya dapat diwawancara karena tidak berada di tempat, dan blok sensus yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses transportasi. Kekuatan dari penelitian ini dan kekuatan dari pengumpulan data konsumsi pangan oleh tim Riskesdas adalah 1) pengumpulan data konsumsi Riskesdas sudah dilakukan pada setiap anggota rumah tangga, dan 2) perhitungan asupan air dan mutu gizi asupan pangan dilakukan pada setiap sampel. Kelemahan dari penelitian ini dan kelemahan dari pengumpulan data konsumsi pangan oleh tim Riskesdas 2010 adalah 1) data yang tidak lengkap pada beberapa sampel, seperti; data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan, 2) tidak adanya pemisahan kuesioner makanan dan minuman, 3) beberapa data berat bahan pangan (gram atau mL) yang tidak logis, sehingga berimplikasi pada kandungan zat gizi dari bahan makanan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah, 4) tenaga pengumpul data konsumsi pangan tidak seluruhnya dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidang gizi, 5) tidak adanya data mengenai faktor aktivitas sampel. Sebelum data diterima oleh peneliti, Riskesdas telah melakukan proses manajemen data berupa receiving batching, edit, entri, penggabungan data, cleaning, dan imputasi. Meskipun imputasi telah dilakukan guna penanganan data-data missing dan outlier, namun masih terdapat data yang tidak lengkap seperti pada berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan. Riskesdas 2010 tidak memisahkan kuesioner recall 1x24 jam antara makanan dan minuman, sehingga wawancara terhadap minuman yang dikonsumsi sampel menjadi kurang mendalam. Kurang mendalamnya wawancara terhadap asupan minuman sampel berimplikasi pada data minuman yang missing, seperti beberapa sampel tidak memiliki data asupan minuman. Penggunaan tenaga yang tidak profesional dalam pengambilan data recall makanan dan minuman, berimplikasi pada data berat bahan makanan (gram atau mL) yang tidak logis, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kandungan zat gizi dari bahan makanan tersebut. Berdasarkan kelemahan-
49
kelemahan dari penggunaan data Riskesdas 2010, diperlukan saran-saran yang membangun agar perolehan data Riskesdas kedepannya dapat lebih baik lagi. Saran untuk pengumpulan data Riskesdas selanjutnya adalah 1) kuesioner Riskesdas dipisahkan berdasarkan konsumsi makanan dan minuman, 2) tenaga pengumpul data konsumsi pangan seharusnya dilakukan oleh tenaga profesional di bidang gizi, sehingga data konsumsi pangan yang diperoleh lebih spesifik dalam segi kuantitas, dan 3) tenaga pengumpul data seharusnya lebih teliti dalam proses entry data, sehingga tidak ada data yang missing.
50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rata-rata total asupan air dewasa muda (1757.5±589.9 mL) lebih rendah dibandingkan dewasa madya (1797.5±586.7 mL). Asupan air dari minuman pada dewasa muda sebesar 989.8±466.1 mL dan pada dewasa madya sebesar 1017.0±470.64 mL. Asupan air dari makanan pada dewasa muda sebesar 585.3±277.9 mL dan pada dewasa madya sebesar 598.0±277.6 mL. Asupan air metabolik pada dewasa muda sebesar 182.3±63.5 mL dan pada dewasa madya sebesar 182.5±62.1 mL. Air dari minuman menyumbangkan 54.9±13.5% dari total asupan air pada dewasa muda dan 55.2±13.5% pada dewasa madya. Air dari makanan menyumbangkan 34.2±11.4% dari total asupan air pada dewasa muda dan 34.1±11.4% pada dewasa madya. Air metabolik menyumbangkan 10.9±3.5% asupan air pada dewasa muda dan 10.1±3.4% pada dewasa madya. Rata-rata kebutuhan air dewasa muda 3369.2±417.2 mL/hari dan dewasa madya 3214.4±399.5 mL/hari dengan tingkat pemenuhan kebutuhan masingmasing 52.9±19.0% dan 56.8±20.0%. Total asupan air pada penelitian ini dianggap underestimate. Rata-rata mutu gizi asupan pangan dewasa muda 55.4±13.9 dan dewasa madya 56.4±14.0. Sebanyak 50.3% dewasa muda dan 47.9% dewasa madya memiliki skor MGP dalam kategori sangat kurang, hanya 2.6% dewasa muda dan 3.2% dewasa madya yang memiliki skor MGP dalam kategori baik. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir dengan asupan air dan MGP (p<0.01). Hubungan yang signifikan juga ditunjukkan antara status ekonomi dengan asupan air dan MGP (p<0.01). Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi maka total asupan air dan skor MGP juga semakin tinggi. Hasil uji beda t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.01) antara asupan air dan MGP pada sampel yang tinggal di perkotaan dan perdesaan. Saran Pengumpulan data konsumsi pangan pada Riskesdas di masa datang sebaiknya mengumpulkan data konsumsi yang lebih komperhensif dengan fokus tidak hanya pada asupan makanan, tetapi juga asupan minuman. Mutu gizi asupan pangan pria dewasa pada umumnya masih rendah, terutama karena
51
rendahnya asupan zat gizi mikro, sehingga perlu diperbaiki dengan peningkatan konsumsi pangan hewani, buah, dan sayur.
52
DAFTAR PUSTAKA Adelman D, Solhung J. 1999. Patofisiologi Jaringan Tubuh dan Terapi Cairan. Di dalam: Wahab S, editor. Jakarta: EGC [AFIC] Asian Food Information Centre. 1998. Survey shows Singaporean need to drink more fluid. http://www. AFIC.org/. [25 Okt 2011]. Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Barasi ME. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Hermin Halim, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Nutrition at a Glance Bender DA. 2002. Introduction to Nutrition and Metabolism: Third Edition. London: Taylor & Francis Brown A. 2000. Understanding Food: Principles and Preparation. USA: Wadsworth Brown JE. 2008. Nutrition Through the Life Cycle. USA : Thomson Corp. Fauji M. 2011. Aktivitas fisik dan kaitannya dengan kebutuhan dan tingkat konsumsi cairan pada remaja dan dewasa [skripsi]. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [FNRI] The Food and Nutrition Research Institute. 2002. Recommended energy and nutrient intakes in Phillipines. http://www.fnri.dost.gov.ph/. [22 Feb 2010]. Gavin M. 2006. Recognizing dehydration in children. http://www.nlm.nih.go. [11 Mar 2011]. Gibney MJ, Vorster HH, Kok FJ. 2002. Introduction to Human Nutrition. Malden, USA: Blackwell Hardinsyah, Mailoa M, Herawati M. 2000. Cara sederhana penilaian mutu gizi makanan ibu hamil dan anak batita. Media Gizi dan Keluarga 24(1):98103. ________, Atmojo, editor. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta: Pergizi Pangan. ________, Briawan D, Dwiriani CM, Dewi M, Aries M. 2010. Studi kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda. Bogor: Perhimpunan Peminat Gizi dan pangan Indonesia (PERGIZI PANGAN INDONESIA). Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. IPB. Health Promotion Board-Singapore Government. 2009. Energy and nutrient composition of foods. www.hpb.gov.sg/hpb/ere/ere070101.asp [19 Jul 2011].
53
Howard G, Bartram J. 2003. Domestic water quantity, service level and health. Geneva, Switzerland: World Health Organization. http://www.who.int. [25 Mar 2011] Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hydration for Health. 2010. About healthy hydration. http://www.h4hinitiative.com. [11 Mar 2011]. [IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary reference intakes for water, potassium, sodium, chloride, and sulfate. http://www.nap.edubooks0309091691html [25 Okt 2011]. Irianto DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi Jadhav K, Vali SA. 2010. Index of nutritional quality of foods served to preschool children under supplementary feeding programme in a health promoting school of ngapur city. J. Dairying, Foods & H.S 29(1) : 68-73. Mahan K. dan Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA: W.B Saunders Company. Mann J, Stewart AT. 2007. Essential of Human Nutrition Third Edition. USA : Oxford University Press Inc. Manz F, Wentz A. 2005. Hydration status in the United States and Germany. International Life Science Institue (II) : S55-S62. Messwati ED. 29 Oktober 2009. Kongres nutrisi internasional ke-19: dehidrasi dan kematian. Kompas:14 (kolom 1-4). Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi: Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Muhilal, Sulaeman A. 2004. Angka kecukupan vitamin larut lemak. Di dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. hlm 331-354 Poedjiadi A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press) Praboprastowo SM, Dwiriani CM. 2004. Angka Kecukupan Air dan Elektrolit. Di dalam: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Riyadi H. 2003. Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat kuliah]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede SO. 2010. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications.
54
Sawka M, Samuel NC, Robert C. 2005. Human water needs. Nutr Rev 63: 30-39 Sediaoetama A. D. 1996. Ilmu Gizi Jilid 1. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Soekatri M, Kartono D. 2004. Angka kecukupan mineral: kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Di dalam: Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. hlm 393-412 [UPK-PKB] Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. 2007. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan AsamBasa. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. [USDA] United State Department of Agriculture. 2011. National nutrient database for standard reference. www.nal.usda.gov/fnic/foodcamp/search [10 Sep 2011]. Verdu JM. 2009. Physiology of Hydration and Water Nutrition. Spanyol: Cocacola Whitney E, Rolfes SR. 2008. Understanding Nutrition, Eleventh Edition. USA : Thomson Wadsworth Corp. [WHO]. 2007. WHO Antroplus for personal computers .anual. www.who.int [2 Agu 2011] ______. 2009. Women’s health. http://www.who.int. [25 Mar 2011]. [WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi. Jakarta, 17-19 Mei 2004. Yuniastuti A. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1
Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010
Jenis data Cara pengumpulan data Karakteristik sampel Jenis kelamin
Usia
Status pendidikan
Jenis kelamin tidak boleh diduga berdasarkan nama, untuk meyakinkan, ditanyakan apakah anggota rumah tangga tersebut lakilaki atau perempuan Usia di hitung dalam hari, bulan dan tahun, sesuai dengan cara pengisian. Untuk umur dalam bulan dan tahun dengan pembulatan ke bawah atau usia pada waktu ulang bulan atau ulang tahun yang terakhir. Perhitungan usia didasarkan pada kalender masehi. Status pendidikan tertinggi yang ditamatkan ditanyakan kepada setiap ART (khusus ART >5 tahun)
Status pekerjaan utama
Ditanyakan kepada ART >10 tahun. Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak responden atau pekerjaan yang memberikan penghasilan terbesar
Status kehamilan Antropometri Berat badan
Ditanyakan kepada ART perempuan 10-54 tahun
Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan menggunakan alat multifingsi dengan kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1 cm
Penimbangan berat badan menggunakan timbangan berat badan digital merek AND dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g.
Keterangan Tuliskan kutipan ke dalam kotak yang tersedia dan isikan satu kode jawaban sesuai jawaban responden (kode 1 jika laki-laki, kode 2 jika perempuan) Jika usia <1 bulan dicatat dalam hari Jika usia <5 tahun dicatat dalam bulan Jika usia ≥5 tahun dicatat dalam tahun Jika usia ≥97 tahun dicatat 97 tahun
Kode 1 = tidak pernah sekolah Kode 2 = tidak tamat SD/MI Kode 3 = tamat SD/MI Kode 4 = tamat SLTP/MTs Kode 5 = Tamat SLTA/MA Kode 6 = Tamat D1, D2, D3 Kode 7 = Tamat Perguruan tinggi Kode 1 = tidak bekerja Kode 2 = sekolah Kode 3 = TNI/Polri Kode 4 = PNS/pegawai (termasuk pegawai swasta) Kode 5 = Wiraswsta/ pelayanan jasa/pedagang Kode 6 = petani Kode 7 = nelayan Kode 8 = buruh Kode 9 = lainnya Kode 1 jika ya dan kode 2 jika tidak
Berat badan diisikan pada formulir RKD 10.IND. blok X. nomor 1b. Angka hasil penimbangan dibulatkan menjadi 1 digit. Penimbangan anak usia <2 tahun atau anak yang belum bisa berdiri adalah selisih antara berat badan ibu dan anak dengan berat badan ibu Hasil pengukuran diisikan pada formulir RKD 10.IND. blok X. nomor 2b.
57
Cara pengumpulan data konsumsi pangan 1. Penjelasan kepada yang mewakili keluarga bahwa wawancara mengenai konsumsi pangan akan dilakukan terhadap setiap anggota keluarga. 2. Sebelum wawancara mengenai konsumsi pangan, terlebih dahulu diisi hari mengonsumsi pangan, yaitu sehari sebelum wawancara, dilingkari hari yang sesuai dan diisikan kodenya pada kotak yang disediakan. Kode “1” = SeninJumat, “2” = Sabtu-Minggu. 3. Kondisi responden saat diwawancara diisi pada kotak yang disediakan. Kode “1” = Biasa, “2” = Hajatan, “3” = Hari Raya, “4” = Puasa, “5” = Sakit, dan “6” = Diit. 4. Saat dilakukan wawancara mengenai konsumsi pangan anggota rumah tangga, informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi ditanyakan kepada sampel pada kurun waktu sehari sebelumnya. 5. Semua jenis pangan yang dikonsumsi setiap anggota rumah tangga ditanyakan, kecuali bumbu. Cara pengumpulan data recall pangan 1x24 jam 1. Sampel ditanya mengenai makanan (masakan) maupun minuman yang dikonsumsi pada pagi, siang dan malam pada hari kemarin, baik yang merupakan makanan utama (makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan), atau makanan selingan (kue jajanan, snack, dan lainnya) maupun minuman seperti kopi, susu, coca cola, dan lainnya. 2. Makanan/masakan yang belum ada di buku kode pangan, dilakukan estimasi berat makanan yang dikonsumsi dengan cara menimbang masing-masing bahan makanannya. Kode yang diisikan adalah kode dari masing-masing jenis bahan makanannya. Contoh sate padang yang terdiri dari daging sapi dan tepung kanji. Perlu ditimbang berat daging dan berat tepung kanji yang dikonsumsi. Kode bahan makanan yang diisikan adalah kode bahan makanan daging sapi dan kode tepung kanji. 3. Bahan makanan/masakan sudah ada di buku kode tidak dilakukan estimasi berat per masing-masing jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Kode bahan makanan yang diisikan adalah kode masakan/makanan matang tersebut. Contoh sayur sop terdiri dari kentang, wortel, dan kol, maka kode yang dituliskan hanya kode sayur sopnya yaitu PF051 dan berat yang dituliskan adalah berat sayuran sop yang dikonsumsi tanpa kuah. 4. Jenis bahan makanan/masakan yang tidak terdapat di buku kode, dicari makanan/masakan yang hampir menyerupai. Contoh empal gentong dari Cirebon menyerupai gulai daging sapi. 5. Jumlah makanan disebutkan dalam ukuran rumah tangga, seperti 1 centong, sendok makan, sendok sayur, ikat, gelas dan sebagainya, perlu dicari padanan beratnya dengan cara menimbang bahan makanan sesuai jenis ukuran rumah tangga sampel atau dibeli dari warung terdekat. Contoh 1 potong tempe goreng sedang = 30 gram dan 1 centong nasi = 100 gram. 6. Minuman yang dikonsumsi dicatat berdasarkan banyaknya gelas/botol setiap anggota rumah tangga yang meminumnya pada hari kemarin. Untuk memudahkan sampel mengingat jumlah minuman yang dikonsumsi, maka ditanyakan pada setiap waktu makan. Minuman yang dikonsumsi dicatat berdasarkan berat air bukan volumenya, maka disepakati berat 1 gelas sedang = 200 gram, 1 gelas besar = 300 gram. Bila yang diminum adalah air dalam kemasan, maka dicatat volumenya (mL) yang diterjemahkan untuk setiap mL setara dengan 1 gram. Jadi, 1 botol air kemasan yang berisi 200 mL beratnya setara dengan 200 gram.
58
Lampiran 2
Kuesioner Riskesdas 2010
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
Lampiran 3
Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari daftar komposisi pangan luar negeri
Energy and Nutrient Composition of food (Health Promotion Board Singapore Government 2011) 1. Mie Soun 2. Misoa 3. Santan 4. Daging itik 5. Hati ayam 6. Jerohan 7. Bubur nasi 8. Cendol 9. Cake 10. Getuk singkong 11. Kue bolu 12. Kue lapis 13. Dodol 14. Kue dadar 15. Ongol-ongol 16. Onde-onde 17. Tahu goreng 18. Wafer 19. Wajik 20. Gula merah 21. Sambal 22. Melon 23. Minyak ikan 24. Garam
National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Minuman berkarbonasi Lemonade Alkohol Bubur nasi Biskuit Minyak kelapa sawit
84
Lampiran 4 Uji beda-t (Independent sample t-test) menurut kelompok usia t-test for Equality of Means T
df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
Status gizi
Equal variances assumed Equal variances not assumed
-21.782 -21.495
55944 3.980E4
0.000 0.000
0.100 0.100
0.005 0.005
Asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
-7.717 -7.729
55944 4.158E4
0.000 -40.06841 0.000 -40.06841
5.19238 5.18439
48.691
55944
0.000
154.7324 0
3.62445
43.221
4.292E4
0.000
154.7324 0
3.58001
-22.755
55944
0.000
-3.88271
0.12316
-22.405
3.953E4
0.000
-3.88271
0.12350
-7.455 -7.434
55944 4.106E4
0.000 0.000
-0.91819 -0.91819
0.17063 0.17063
Kebutuhan air Equal variances assumed Equal variances not assumed Tingkat Equal variances assumed kecukupan air Equal variances not assumed MGP
Equal variances assumed Equal variances not assumed
85
Lampiran 5
Rata-rata (median) berat badan dan tinggi badan pria dewasa menurut status gizi dan kelompok usia Kelompok usia
Karakteristik
Dewasa muda
Dewasa madya
Total
Kurus
47.2(47.3)±4.7
45.7(46.0)± 4.7
46.7(47.0)± 4.7
Normal
57.3(57.0)±6.2
57.3(57.0)± 6.6
57.3(57.0)± 6.3
Gemuk
74.0(72.0)±9.6
72.9(72.0)± 8.8
73.5(72.2)± 9.3
Total
58.7(57.5)±9.8
59.8(58.9)±10.4
59.1(58.0)±10.0
Kurus
164.4(165.0)±7.1
162.1(162.3)±7.5
163.7(164.5)±7.3
Normal
163.3(163.4)±6.1
162.1(162.0)±6.3
162.9(163.0)±6.2
Gemuk
163.4(164.0)±7.3
162.5(163.0)±6.9
163.0(163.4)±7.2
Total
163.4(163.8)±6.4
162.2(162.1)±6.6
163.0(163.0)±6.5
Berat badan (kg)
Tinggi badan (cm)
86
Lampiran 6
Kebutuhan zat gizi makro, vitamin, dan mineral pada remaja menurut kelompok usia Kelompok usia Zat gizi
Dewasa muda
Dewasa madya
2850.8±353.0
2719.9±338.0
Total
Zat gizi makro Energi (Kal)
2804.0±353.4
Protein (g)
42.6±
7.1
43.4±
7.5
42.9±
7.3
Lemak (g)
63.3±
7.9
60.4±
7.5
62.3±
7.8
Karbohidrat (g)
527.5± 69.7
500.6± 67.2
517.9± 70.1
3369.2±417.2
3214.4±399.5
3313.8±417.6
600.0±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
Vitamin B1/Tiamin (mg)
1.3±0.1
1.2±0.0
1.2±0.1
Vitamin B2/Riboflavin (mg)
1.3±0.0
1.3±0.0
1.3±0.0
16.0±0.0
16.0±0.0
16.0±0.0
400.0±0.0
400.0±0.0
400.0±0.0
Vitamin B6/Piridoksin (mg)
1.5±0.2
1.6±0.2
1.5±0.2
Vitamin B12 (mg)
2.4±0.0
2.4±0.0
2.4±0.0
90.0±0.0
90.0±0.0
90.0±0.0
Kalsium (mg)
800.0±0.0
800.0±0.0
800.0±0.0
Fosfor (mg)
600.0±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
13.0±0.0
13.0±0.0
13.0±0.0
Air (mL) Vitamin Vitamin A (RE)
Vitamin B3/Niasin (mg) Asam Folat (mg)
Vitamin C (mg) Mineral
Besi (mg)
87
Lampiran 7
Jenis dan berat (g) minuman yang dikonsumsi lebih dari atau sama dengan 1.0% sampel menurut kelompok usia Dewasa muda
Dewasa madya
Total
n (%)
Mean±SD
n (%)
Mean±SD
n (%)
Mean±SD
Air putih
33590(93.5)
751.0±437.5
18582(92.8)
744.6±437.3
52172(93.3)
748.7±437.5
Teh manis
10150(28.3)
78.9± 40.0
5485(27.4)
82.9± 40.0
15635(27.9)
80.3± 42.0
Kopi+gula
3673(10.2)
4.5±
5.0
2449(12.2)
5.5±
5.0
6122(10.9)
4.8±
Gula kopi Kopi (powder) Kopi susu
3055 (8.5) 2789 (7.8)
4.6± 35.0 1.7± 7.0
2225(11.1) 1878 (9.4)
6.1± 35.0 2.2± 7.0
5280 (9.4) 4667 (8.3)
5.2± 34.0 1.9± 7.0
2355 (6.6)
2.2±
5.0
1365 (6.8)
2.4±
5.0
3720 (6.6)
2.3±
Teh Kopi bag yg larut
1428 (4.0) 510 (1.4)
0.4± 16.0 0.2± 3.0
941 (4.7) 339 (1.7)
0.6± 16.0 0.3± 3.0
2369 (4.2) 849 (1.5)
0.4± 18.0 0.2± 3.0
5.0
6.0
88
Lampiran 8
Jenis dan berat (g) makanan yang dikonsumsi lebih dari atau sama dengan 1.0% sampel menurut kelompok usia
Dewasa muda Dewasa madya Bahan Makanan n (%) Mean±SD n (%) Mean±SD Serealia, umbi, dan hasil olahannya Nasi putih 34795(96.9) 221.7± 76 19452(97.1) 220.8± 77 Nasi goreng 3485 (9.7) 20.5± 58 1611 (8.0) 16.9± 59 Kerupuk aci 3103 (8.6) 10.4± 19 1729 (8.6) 7.4± 16 Supermie 2976 (8.3) 7.0± 21 1098 (5.5) 4.6± 22 Nasi uduk 1985 (5.5) 4.4± 74 783 (3.9) 3.6± 71 Sarimie 1914 (5.3) 4.5± 19 802 (4.0) 3.3± 27 Cireng/bakwan 1521 (4.2) 2.9± 41 688 (3.4) 3.2± 38 Roti manis 1069 (3.0) 3.0± 47 548 (2.7) 2.3± 44 Roti choklat 1052 (2.9) 2.3± 44 459 (2.3) 2.2± 40 Lontong 972 (2.7) 2.4± 77 473 (2.4) 1.8± 74 Krupuk rambak 539 (1.5) 2.2± 18 409 (2.0) 2.0± 18 Krupuk asin 553 (1.5) 2.2± 16 353 (1.8) 1.7± 19 Singkong kukus 406 (1.1) 1.5± 97 430 (2.1) 2.8± 95 Roti tawar 526 (1.5) 2.0± 40 306 (1.5) 1.6± 45 Nasi jagung 495 (1.4) 1.5±109 302 (1.5) 1.5±109 Krupuk jantan 520 (1.4) 1.3± 17 259 (1.3) 1.7± 26 (tapioka, u Kerupuk 466 (1.3) 1.0± 34 256 (1.3) 1.5± 28 singkong Ubi goreng 373 (1.0) 1.3± 67 290 (1.4) 0.9± 71 Mie basah 390 (1.1) 1.2± 85 164 (0.8) 1.1± 78 Bubur ayam 364 (1.0) 1.0± 82 190 (0.9) 1.0± 76 Kentang 357 (1.0) 0.8± 43 188 (0.9) 0.8± 57 Nasi soto 363 (1.0) 0.8± 89 156 (0.8) 0.6± 73 Perkedel jagung 342 (1.0) 0.6± 33 170 (0.8) 0.7± 33 Kacang-kacangan, biji-bijian dan hasil olahannya Tempe goreng 11648(32.4) 27.8± 30 6975(34.8) 30.8± 28 Tahu goreng 6516(18.1) 15.8± 35 4028(20.1) 17.8± 33 Tempe 923 (2.6) 1.6± 41 457 (2.3) 1.5± 35 oreg/sayur/sam bal Daging, unggas, dan hasil olahannya Daging ayam 4123(11.5) 10.6± 33 2021(10.1) 9.4± 31 goreng Daging ayam 694 (1.9) 1.9± 37 327 (1.6) 1.7± 36 Rendang 536 (1.5) 1.2± 39 288 (1.4) 1.1± 31 Sate ayam 479 (1.3) 1.3± 65 233 (1.2) 1.1± 60 Telur dan hasil olahannya Telur dadar 4145(11.5) 7.7± 22 1948(9.7) 6.3± 19 Telur ceplok 3169 (8.8) 5.9± 18 1460(7.3) 4.8± 17 Telur goreng 1696 (4.7) 3.5± 23 768(3.8) 2.8± 23 Telur ayam 1457 (4.1) 2.8± 23 619(3.1) 2.1± 24 Ikan, kerang, udang, dan hasil olahannya Ikan goreng 6377(17.8) 21.8± 35 3537(17.7) 21.8± 34 Ikan asin 2230 (6.2) 4.2± 26 1535 (7.7) 5.0± 26 goreng Ikan bandeng 1177 (3.3) 3.3± 31 674 (3.4) 3.5± 30 Ikan tongkol 1162 (3.2) 3.3± 27 611 (3.1) 3.2± 26 Ikan teri goreng 665 (1.9) 0.7± 11 397 (2.0) 0.7± 11 belu Ikan kembung 654 (1.8) 1.6± 41 347 (1.7) 1.7± 37 goreng Ikan asin kering 580 (1.6) 1.0± 20 364 (1.8) 1.1± 19 Ikan mas 544 (1.5) 1.6± 34 332 (1.7) 1.9± 43 goreng Ikan lele 547 (1.5) 1.5± 32 326 (1.6) 1.6± 28 Ikan asin teri 482 (1.3) 0.5± 11 270 (1.3) 0.5± 11 Ikan kuah rebus 473 (1.3) 1.6± 41 274 (1.4) 1.7± 37
Total n (%)
Mean±SD
54247(97.0) 5096 (9.1) 4832 (8.6) 4074 (7.3) 2768 (4.9) 2716 (4.9) 2209 (3.9) 1617 (2.9) 1511 (2.7) 1445 (2.6) 948 (1.7) 906 (1.6) 836 (1.5) 832 (1.5) 797 (1.4) 779 (1.4)
221.4± 77 19.2± 58 9.4± 18 6.1± 21 4.1± 73 4.0± 22 3.0± 40 2.7± 46 2.3± 43 2.2± 76 2.1± 18 2.0± 17 2.0± 96 1.8± 42 1.5±109 1.5± 20
722 (1.3)
1.2± 32
663 554 554 545 519 512
1.2± 1.2± 1.0± 0.8± 0.7± 0.6±
(1.2) (1.0) (1.0) (1.0) (0.9) (0.9)
69 83 80 48 85 33
18623(33.3) 10544(18.8) 1380 (2.5)
28.9± 29 16.5± 34 1.6± 39
6144(11.0)
10.1± 32
1021 (1.8) 824 (1.5) 712 (1.3)
1.8± 37 1.2± 36 1.2± 64
6093(10.9) 4629 (8.3) 2464 (4.4) 2076 (3.7)
7.2± 5.5± 3.3± 2.6±
21 18 23 23
9914(17.7) 3765 (6.7)
21.8± 34 4.5± 26
1851 (3.3) 1773 (3.2) 1062 (1.9)
3.4± 31 3.3± 27 0.7± 11
1001 (1.8)
1.6± 39
944 (1.7) 876 (1.6)
1.1± 19 1.7± 35
873 (1.6) 752 (1.3) 747 (1.3)
1.5± 31 0.5± 11 1.6± 39
89
Dewasa muda Bahan Makanan n (%) Mean±SD Ikan segar 447 (1.2) 1.7± 45 Udang segar 413 (1.1) 1.1± 47 Mujair 375 (1.0) 1.3± 41 Ikan kembung 404 (1.1) 1.4± 36 Kerupuk udang 385 (1.1) 0.2± 15 Sayur dan hasil olahannya Sayur bayam 3456 (9.6) 12.5± 48 Sayur asem 2898 (8.1) 11.4± 53 Sayur sop 2319 (6.5) 8.6± 55 Sayur daun 2023 (5.6) 7.6± 53 singkong Sayur kangkung 2027 (5.6) 6.7± 49 Sayur lodeh 1893 (5.3) 7.3± 46 Tumis kacang 1729 (4.8) 5.4± 48 panjang belu Tumis 1770 (4.9) 5.6± 52 kangkung Tumis sawi 1377 (3.8) 4.2± 46 Sayur bening 1235 (3.4) 4.8± 56 campur Sayur nangka 1060 (3.0) 3.5± 54 belu Sayur tahu 804 (2.2) 2.6± 51 Soto ayam 712 (2.0) 3.2± 77 Ketimun 657 (1.8) 1.1± 48 mentah Sayur tempe 610 (1.7) 2.1± 47 Sayur labu 545 (1.5) 1.9± 47 Daun singkong 523 (1.5) 1.6± 57 mentah Rebus daun 442 (1.2) 1.2± 62 singkong belu Toge kacang 450 (1.3) 0.6± 41 hijau mentah Tumis terong 411 (1.1) 1.3± 52 belu Kangkung 361 (1.0) 0.9± 39 Sayur sop ayam 338 (0.9) 1.4± 59 Tumis daun 319 (0.9) 1.2± 55 singkong belu Santan daun 320 (0.9) 1.2± 67 ubi+daun pepa Sayur daun 313 (0.9) 1.3± 44 kelor Lodeh tahu dan 275 (0.8) 1.1± 53 tempe Buah-buahan Pisang goreng 2589 (7.2) 7.5± 65 Pisang ambon 645 (1.8) 1.9± 57 Jeruk 730 (2.0) 2.1± 62 Pepaya 372 (1.0) 1.1± 55 Pisang raja 318 (0.9) 1.1± 77 Apel 277 (0.8) 0.9± 64 Lemak dan minyak Minyak kelapa 939 (2.6) 0.5± 9 sawit Minyak kelapa 522 (1.5) 0.3± 14 Serba-serbi Sambal 6878(19.1) 4.9± 16 Gula pasir 2955 (8.2) 2.2± 9 Kecap 437 (1.2) 0.2± 11
Dewasa madya n (%) Mean±SD 251 (1.3) 1.5±40 233 (1.2) 0.9±39 258 (1.3) 1.7± 37 210 (1.0) 1.4± 46 184 (0.9) 0.2± 15 1979 1839 1160 1230
(9.9) (9.2) (5.8) (6.1)
13.4± 13.9± 8.2± 8.7±
54 52 58 53
Total n (%) Mean±SD 698 (1.2) 1.6± 43 646 (1.2) 1.0± 45 633 (1.1) 1.4± 39 614 (1.1) 1.4± 40 569 (1.0) 0.2± 15 5435 4737 3479 3253
(9.7) (8.5) (6.2) (5.8)
12.8± 12.3± 8.4± 8.0±
50 53 56 53
1093 (5.5) 1205 (6.0) 958 (4.8)
6.6± 51 8.8± 47 5.8± 48
3120 (5.6) 3098 (5.5) 2687 (4.8)
6.6± 50 7.9± 46 5.5± 48
913 (4.6)
5.3± 53
2683 (4.8)
5.5± 53
826 (4.1) 721 (3.6)
4.8± 49 5.2± 56
2203 (3.9) 1956 (3.5)
4.4± 47 4.9± 56
586 (2.9)
3.9± 52
1646 (2.9)
3.6± 54
486 (2.4) 342 (1.7) 346 (1.7)
2.9± 49 2.8± 78 1.2± 46
1290 (2.3) 1054 (1.9) 1003 (1.8)
2.7± 50 3.1± 78 1.1± 47
362 (1.8) 328 (1.6) 304 (1.5)
2.2± 41 2.2± 53 1.7± 74
972 (1.7) 873 (1.6) 827 (1.5)
2.1± 45 2.0± 49 1.6± 64
257 (1.3)
1.4± 64
699 (1.2)
1.3± 63
243 (1.2)
0.6± 49
693 (1.2)
0.6± 44
266 (1.3)
1.5± 55
677 (1.2)
1.4± 53
196 (1.0) 198 (1.0) 213 (1.1)
0.8± 44 1.4± 57 1.2± 52
557 (1.0) 536 (1.0) 532 (1.0)
0.9± 41 1.4± 58 1.2± 54
187 (0.9)
1.3± 55
507 (0.9)
1.2± 63
194 (1.0)
1.5± 41
507 (0.9)
1.3± 43
191 (1.0)
1.4± 48
466 (0.8)
1.2± 51
1695 561 471 254 260 225
(8.5) (2.8) (2.4) (1.3) (1.3) (1.1)
8.8± 3.2± 2.4± 1.5± 1.7± 8.8±
64 60 55 64 82 65
4284 1206 1201 626 578 502
(7.7) (2.2) (2.1) (1.1) (1.0) (0.9)
8.0± 2.4± 2.3± 1.2± 1.3± 1.1±
65 58 60 59 79 64
497 (2.5)
0.5± 10
1436 (2.6)
0.5±9
337 (1.7)
0.3± 12
859 (1.5)
0.3± 14
4029(20.1) 1928 (9.6) 243 (1.2)
5.1± 16 2.7± 9 0.1± 11
10907(19.5) 4883 (8.7) 680 (1.2)
5.0± 16 2.4± 9 0.1± 12
90
Bahan Makanan Makanan jajanan Kue bolu Mie ayam Biskuit Donat Mie bakso+kuah Mie bakso Bakso daging sapi Baso
Dewasa muda n (%) Mean±SD
Dewasa madya n (%) Mean±SD
n (%)
585 647 499 487 512
356 177 245 227 166
941 824 744 714 678
(1.6) (1.8) (1.4) (1.4) (1.4)
1.1± 3.7± 0.7± 1.0± 3.1±
41 80 33 41 81
(1.8) (0.9) (1.2) (1.1) (0.8)
1.2± 1.9± 0.5± 0.8± 1.8±
41 80 33 41 81
Total
(1.7) (1.5) (1.3) (1.3) (1.2)
Mean±SD 1.2± 3.1± 0.6± 0.9± 2.6±
41 82 33 41 81
455 (1.3) 395 (1.1)
2.7± 86 1.7± 78
125 (0.6) 118 (0.6)
1.3± 86 0.9± 78
580 (1.0) 513 (0.9)
2.2± 87 1.4± 78
355 (1.0)
1.4± 85
106 (0.5)
0.7± 85
461 (0.8)
1.2± 86
91
Lampiran 9
Uji beda-t (Independent sample t-test) menurut daerah perkotaan dan perdesaan t-test for Equality of Means t
df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
Asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
-2.447 -2.447
55943 5.517E4
0.000 -12.20944 0.000 -12.20944
4.98980 4.98980
MGP
Equal variances assumed Equal variances not assumed
20.018 20.069
55943 5.560E4
0.000 0.000
0.11794 0.11764
2.36087 2.36087
t-test for Equality of Means t
df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
Asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
-2.447 -2.447
55943 5.517E4
0.000 -12.20944 0.000 -12.20944
4.98980 4.98980
MGP
Equal variances assumed Equal variances not assumed
20.018 20.069
55943 5.560E4
0.000 0.000
0.11794 0.11764
2.36087 2.36087