i
ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA
MUTIA FERMANDA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ii
ABSTRACT MUTIA FERMANDA. An Analysis of Water Intake and Nutritional Quality of Diet among Adult Woman in Indonesia. Supervised by Hardinsyah and Sri Prihatini. The objective of this research was to analyze water intake and nutritional quality of diet among adult woman in Indonesia. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas collected in May-August 2010 by applying a cross-sectional study design. Research area consists of 441 regencies/cities in 33 provinces in Indonesia. Data processing and analysis were conducted in Bogor in June-September 2011. The final data used 57232 adult woman from 66630 adult woman (20-55 years), consist of 1995 pregnant woman and 55237 non pregnant woman. The result showed that the average total water intake in pregnant woman and non pregnant woman was 1586.0±608.1 mL/day and 1530.7±552.3 mL/day (p<0.01), respectively. Percentage of water from beverages, food, and metabolic in pregnant woman and non pregnant woman was 57.4%, 31%, 11.6% and 56.9%, 31.8%, and 11.4%, respectively. Water requirements of pregnant woman and non pregnant woman was 2829.3±343.5 mL/day and 2395.9±364.8 mL/day (p<0.01), respectively. Water adequacy level for pregnant woman and non pregnant woman was 56.8±22.9% and 65.4±25.9% (p<0.01), respectively. Water adequacy level for young adult and older adult was 64.3±25.4% and 66.4±26.6% (p<0.01), respectively. Nutritional quality of diet among pregnant woman and non pregnant woman in Indonesia was 48.6±16.4 and 53.2±15.9. Nutritional quality of diet among young adult and older adult was 53.0±15.9 and 53.1±16.0. Only 2.5% of pregnant woman and 3.1% of non pregnant woman had good nutritional quality of diet (p<0.01), respectively. Water intake was associated (p<0.01) with education (r=0.005) and economic status (r=0.119). MGP score also associated (p<0.01) with education (r=0.054) and economic status (r=0.219). Independent sample t test showed that there was a significant difference (p<0.01) of water intake and nutritional quality of diet score between samples who lived in urban and rural area.
Keywords :
adult woman, water intake, water requirement, water adequacy level, nutritional quality of diet
iii
RINGKASAN MUTIA FERMANDA. Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Wanita Dewasa di Indonesia. Dibimbing oleh Hardinsyah dan Sri Prihatini. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa (20-55 tahun) di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus sebagai berikut: (1) Menganalisis asupan air pada wanita dewasa; (2) Menganalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa; (3) Menganalisis mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa; (4) Menganalisis hubungan antara karakteristik sampel dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010, oleh karena itu desain penelitian ini secara keseluruhan mengacu pada desain penelitian tersebut (cross sectional study). Pengumpulan data dilakukan oleh Tim Riskesdas pada bulan Mei–Agustus 2010 pada 33 provinsi di Indonesia. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juni–September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder. Data diperoleh berupa electronic file yang terdiri dari data entrian dan data hasil olahan. Data terdiri atas variabel karakteristik sampel (usia, berat badan, tinggi badan, dan status kehamilan), karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, daerah, status ekonomi), asupan pangan serta konsumsi zat gizi makro, vitamin, dan mineral. Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excell dan SPSS. Proses pengolahan meliputi cleaning dan analisis. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Jumlah rumah tangga yaitu 69300 dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388, kemudian didapatkan 66630 orang wanita dewasa (usia 20-55 tahun). Cleaning data dilakukan untuk data berat badan, tinggi badan dan asupan pangan yang tidak lengkap, serta terhadap sampel yang asupan energinya <0.3 atau >3 kali dari energi basal dan memiliki tingkat kecukupan zat gizi >400%. Setelah dilakukan proses cleaning, maka jumlah sampel wanita dewasa yang digunakan untuk penelitian yaitu 57232 orang, yang terdiri dari 1995 orang wanita hamil dan 55237 orang wanita yang tidak hamil. Rata-rata total asupan air pada wanita dewasa hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1586.0±608.1 mL. Sementara itu, ratarata total asupan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 1530.7±552.3 mL. Adapun persentase air dari minuman, makanan, dan metabolik pada wanita hamil berturut-turut adalah 57.4±15.6%, 31.0±14.7%, dan 11.6±4.4%. Persentase air dari minuman, makanan, dan metabolik pada sampel yang tidak hamil adalah sebesar 56.9±15.2%, 31.8±14.1%, dan 11.4±4.1%. Rata-rata kebutuhan air pada wanita hamil adalah 2829.3±343.5 mL dan wanita yang tidak hamil adalah 2395.9±364.8 mL. Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil 56.8±22.9%, lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil 65.4±25.9% (p<0.01). Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada dewasa muda dan dewasa madya adalah 64.3±25.4% dan 66.4±26.6% (p<0.01). Total asupan air pada penelitian ini dianggap rendah. Rata-rata mutu gizi asupan pangan pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 48.6±16.4 dan 53.2±15.9. Sebanyak 67.2% wanita hamil dan 56.2%
iv
wanita tidak hamil memiliki skor mutu gizi pangan <55 dan tergolong sangat kurang. Umumnya sampel mengalami defisiensi (<70% AKG) pada seluruh zat gizi, kecuali fosfor dan vitamin A. Hanya 2.5% sampel hamil dan 3.1% sampel tidak hamil yang memiliki kategori MGP baik (≥85). Hasil uji korelasi Rank Spearman pada keseluruhan subjek menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.01) antara asupan air dengan pendidikan (r=0.005) dan status ekonomi (r=0.119), serta antara MGP dengan pendidikan (r=0.054) dan status ekonomi (r=0.219). Hasil uji beda-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel yang bertempat tinggal di desa dengan yang bertempat tinggal di kota (p<0.01). Hasil uji beda-t juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu gizi asupan pangan sampel yang bertempat tinggal di desa dengan yang bertempat tinggal di kota (p<0.01). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jumlah asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia. Wanita dewasa disarankan untuk mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan dan mengonsumsi pangan sumber hewani, sayur, dan buah untuk meningkatkan mutu gizi asupan pangan.
v
ANALISIS ASUPAN AIR DAN MUTU GIZI ASUPAN PANGAN PADA WANITA DEWASA DI INDONESIA
MUTIA FERMANDA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
vi
Judul Nama NIM
: Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Wanita Dewasa di Indonesia : Mutia Fermanda : I14070043
Disetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP. 19590807 198303 1 001
Ir. Sri Prihatini, MKes NIP. 19580128 198203 2 001
Diketahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus :
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, anak dari Bapak Ali Usman dan Ibu Helda Mulyani. Penulis dilahirkan di Kota Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 31 Agustus 1990. Tahun 1995, penulis menempuh pendidikan di TK Kemala Bhayangkari Kota Solok, kemudian melanjutkan ke SDN 16 Subarang Koto Baru pada tahun 1995-2001. Tahun 2001-2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Kota Solok, kemudian pada tahun 2004-2007 penulis menempuh pendidikan di SMAN 1 Kota Solok. Pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada berbagai organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai Sekretaris Departemen Kebudayaan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang Bogor (IPMM-Bogor) pada tahun 2008-2009, bendahara umum IPMM Bogor pada tahun 2009-2010, sekretaris II Badan Konsultasi Gizi (BKG) IPB tahun 2009-2010, sekretaris I BKG IPB tahun 2010, dan staff Divisi Pelayanan Klinik BKG IPB tahun 2011. Penulis juga ikut serta dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh Himagizi, BEM FEMA, BEM KM, dan IPMM Bogor. Penulis tercatat sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) terhitung dari 2010 s/d 2011. Penulis menjalani Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Nagari Balah Aie, Kecamatan VII Koto, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, bersama mahasiswa KKN Universitas Andalas tahun 2010. Tahun 2011, penulis menjalani Internship Dietetik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta. Penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Gizi Olahraga tahun ajaran 2010/2011.
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Asupan Pangan pada Wanita Dewasa di Indonesia” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan dan saran yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Ibu Ir. Sri Prihatini, MKes selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, masukan, serta kesabaran dalam membimbing penulis. Terima kasih juga kepada Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan kepada penulis selama penulis kuliah di Departemen Gizi Masyarakat IPB, dan kepada Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas masukan dan saran yang diberikan. Terima kasih kepada Mama (Helda Mulyani) dan Papa (Ali Usman) serta adik-adikku, Dwindry Formanda dan Nayomi Triamanda atas doa, dukungan, semangat, nasehat, dan cinta kasihnya kepada penulis. Sahabat seperjuangan, Cici, Ezria, Itni, dan Desi, terima kasih telah menjadi tempat berbagi seluruh suka duka
penelitian.
Sungguh
perjuangan
luar
biasa
akhirnya
kita
bisa
menyelesaikan ini semua. Sahabat tersayang Thresa Jurenzy dan sepupu tercinta Aklima Dhiska Suwanda, terima kasih selalu ada saat dibutuhkan. Terima kasih kepada teman-teman GM 44 (Sisil, Made, Hanum, Anti, Aomi, Erida, Mahmud), Hadi Septian (Statistika 45), sahabat-sahabat alumni Smansa 2007 dan Genk PMG allcrew, dunsanak di IPMM,teman-teman Perwira 44, yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua. Amin. Bogor, Oktober 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................. ix DAFTAR TABEL......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
PENDAHULUAN........................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan .......................................................................................................... 3 Kegunaan .................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4 Dewasa ........................................................................................................ 4 Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa.................................... 4 Perubahan Fisiologis pada Wanita Dewasa : Kehamilan dan Menyusui .................................................................................................. 5 Air di Dalam Tubuh ...................................................................................... 5 Fungsi Air dan Regulasi Air di Dalam Tubuh ............................................ 6 Sumber Air bagi Tubuh Manusia .............................................................. 7 Keseimbangan Cairan (Asupan dan Keluaran Air) ....................................... 9 Asupan Air ................................................................................................ 9 Keluaran Air............................................................................................ 10 Kebutuhan Air Orang Dewasa .................................................................... 10 Dehidrasi.................................................................................................... 11 Mutu Gizi Asupan Pangan.......................................................................... 12 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 14 METODE ..................................................................................................... 16 Desain, Waktu, dan Tempat ....................................................................... 16 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ...................................................... 16 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 17
x
Pengolahan Data ....................................................................................... 18 Karakteristik Sampel ............................................................................... 19 Status Gizi .............................................................................................. 19 Asupan Air .............................................................................................. 20 Estimasi asupan air ................................................................................ 21 Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi..................................................... 22 Faktor Aktivitas ....................................................................................... 23 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air ........................................................ 23 Kebutuhan Protein .................................................................................. 23 Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat ........................................................ 24 Kebutuhan Zat Gizi Mikro ....................................................................... 24 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Selain Air ................................ 24 Mutu Gizi Asupan Pangan ...................................................................... 24 Analisis data............................................................................................... 25 Definisi Operasional ................................................................................... 25 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 27 Karakteristik Sosial Ekonomi ...................................................................... 27 Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi .............................................. 30 Asupan Air dari Minuman ........................................................................... 32 Asupan Air dari Makanan ........................................................................... 34 Asupan Air Metabolik ................................................................................. 35 Total Asupan Air pada Wanita Dewasa ...................................................... 36 Estimasi Asupan Air Minuman.................................................................... 38 Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air ................................... 39 Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral ........................................................... 41 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral ...................... 43 Asupan Vitamin pada Wanita Dewasa ....................................................... 45 Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin .................................................... 47
xi
Mutu Gizi Asupan Pangan.......................................................................... 49 Analisis antara Karakteristik dengan Asupan Air dan MGP ........................ 51 Implikasi pada Riskesdas dan Program Masa Datang ............................... 52 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 54 Kesimpulan ................................................................................................ 54 Saran ......................................................................................................... 54 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 56 LAMPIRAN ................................................................................................. 59
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Kandungan air beberapa bahan makanan .................................. 7
Tabel 2
Jumlah air yang dihasilkan dari proses metabolisme (mL/100 gram) .......................................................................................... 8
Tabel 3
Keseimbangan cairan (asupan dan keluaran air) ...................... 10
Tabel 4
Jenis dan cara pengumpulan data ............................................ 18
Tabel 5
Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT .......................... 19
Tabel 6
Perhitungan kebutuhan energi wanita dewasa menurut status gizi dan kondisi fisiologis ................................................ 22
Tabel 7
Sebaran sampel wanita dewasa (hamil) menurut karakteristik sosial –ekonomi........................................................................ 28
Tabel 8
Sebaran sampel wanita dewasa (tidak hamil) menurut karakteristik sosial –ekonomi .................................................... 30
Tabel 9
Sebaran status gizi sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ....................................................................... 31
Tabel 10
Asupan air dari minuman pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari) .... 33
Tabel 11
Asupan air dari makanan pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/kap/hari)..... 34
Tabel 12
Asupan air metabolik pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari) ................... 35
Tabel 13
Total asupan air pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%) ............. 36
Tabel 14
Estimasi asupan air dari minuman pada wanita dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi .......................................... 39
Tabel 15
Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%) ........................................................................................... 40
Tabel 16
Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ... 42
Tabel 17
Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/haripada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ....................................................................... 44
Tabel 18
Asupan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ......................................... 46
Tabel 19
Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ... 48
Tabel 20
Mutu Gizi Asupan Pangan pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ......................................... 50
Tabel 21
Analisis korelasi antar variabel ................................................. 51
xiii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia ............... 15
Gambar 2
Jumlah sampel penelitian ...................................................... 17
Gambar 3
Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada wanita dewasa menurut usia dan kondisi fisiologis ...... 37
Gambar 4
Mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ..................................... 51
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010 ................ 60
Lampiran 2
Kuesioner Riskesdas 2010 .................................................. 62
Lampiran 3
Jenis pangan yang kandungan airnya diperoleh dari daftar komposisi pangan luar negeri .................................... 86
Lampiran 4
Berat badan, tinggi badan, dan status gizi wanita dewasa di Indonesia menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis... 87
Lampiran 5
Jenis dan berat (mL) minuman yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis .................................... 89
Lampiran 6
Jenis dan berat (gram) makanan yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis .................................... 90
Lampiran 7
Analisis regresi air dari minuman dengan air dari makanan+air metabolik ........................................................ 96
Lampiran 8
Uji beda t (Independent Sample t-Test)................................ 97
Lampiran 9
Kebutuhan zat gizi makro dan mineral pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis ............................................................................. 100
Lampiran 10 Kebutuhan vitamin pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis ................................. 101
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan zat gizi essensial yang sangat penting bagi tubuh manusia. Setiap harinya, tubuh membutuhkan air dalam jumlah yang lebih banyak dibanding zat gizi lainnya. Tubuh orang dewasa mengandung 35-45 liter air, yang akan membentuk 50-70% berat tubuh. Sebanyak tiga perempat dari berat tubuh adalah air yang terdapat pada lean mass, sedangkan seperempat bagian lainnya adalah lemak. Air di dalam tubuh manusia merupakan suatu cairan yang memainkan peranan yang sangat penting. Beberapa fungsi penting air menurut Mann dan Stewart (2007) adalah sebagai pengangkut zat gizi, berperan dalam reaksi metabolisme, sebagai pelarut vitamin dan mineral, mengatur suhu tubuh, serta mengatur tekanan darah. Fungsi tersebut sangat berhubungan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Artinya, mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup akan sangat bermanfaat bagi tubuh untuk menghindari terjadinya gangguan kesehatan. Menurut Hydration for Health (2010), tubuh kehilangan setidaknya 2.6 liter air melalui proses pernapasan, keringat, feses, dan urin. Kehilangan air tersebut harus digantikan dengan mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air bagi setiap individu berbeda-beda. Menurut Praboprastowo dan Dwiriani (2004), besarnya kebutuhan air dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik. Kebutuhan air dapat dipenuhi dari air minum itu sendiri dan minuman lainnya, air yang berasal dari bahan pangan, serta air yang dihasilkan oleh proses metabolisme (air metabolik). Bahan pangan yang dikonsumsi setiap harinya akan menyumbang sekitar 700-1000 mL air. Hasil metabolisme akan menghasilkan 200-300 mL air. Semakin banyak energi dari karbohidrat yang dihasilkan maka akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan. Adapun air dari minuman yang biasa dikonsumsi adalah sekitar 550-1500 mL (Mann & Stewart 2007). Selain minuman, asupan makanan juga harus selalu diperhatikan pemenuhannya agar kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat terpenuhi. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat ditentukan mutunya dengan mutu gizi asupan pangan (MGP). MGP diartikan sebagai persentase konsumsi zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penentuan mutu gizi asupan pangan didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010).
2
Usia dewasa merupakan usia yang paling produktif dibanding usia lainnya dalam life cycle. Wanita dewasa selain aktif, juga sangat memperhatikan kecantikan tubuh, yang salah satunya dapat dilihat dari kondisi kulit. Asupan zat gizi termasuk air menjadi perhatian penting akhir-akhir ini dalam kaitannya dengan upaya menjaga kesehatan dan kecantikan. Berdasarkan beberapa penelitian, meminum air dalam jumlah yang cukup memberikan efek positif terhadap kondisi kulit. Air yang dikonsumsi dan diserap tubuh akan melindungi dan melembabkan kulit yang kering (Hamidin 2010). Selain itu, pada tahapan usia dewasa, seorang wanita juga akan mengalami perubahan fisiologis seperti kondisi kehamilan dan menyusui. Asupan makanan dan minuman pada tahapan usia serta kondisi fisiologis tersebut sangat berkaitan dengan kualitas hidup bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, konsumsi makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup pada wanita dewasa penting diperhatikan (Brown 2008). Studi mengenai mutu gizi asupan pangan telah dilakukan di beberapa negara. Lairon (2009) telah meneliti mengenai mutu gizi asupan pangan organik di Perancis. Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Jadhav dan Vali (2010) mengenai mutu gizi asupan pangan, dalam hal ini suplemen makanan yang diberikan pada anak sekolah. Penelitian MGP juga pernah dilakukan di Indonesia oleh Hardinsyah et al. (2000) dengan subjek ibu hamil dan anak balita. Penelitian mengenai asupan air minum pernah dilakukan baik di dalam maupun luar negeri. Manz dan Wentz (2005) meneliti mengenai status hidrasi di USA dan Jerman. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa asupan air minum pada anak dan dewasa di Jerman meningkat selama 15 tahun terakhir. Sementara itu, asupan minuman penduduk USA yang berusia 20-64 tahun meningkat 10% berdasarkan Continuing Survey of Food Intakes by Individuals tahun 1994-1996. Penelitian serupa yang dilakukan di Indonesia oleh The Indonesian Hydration Study (THIRST) dalam Santoso et al. (2011), mengungkap bahwa sebanyak 46.1% dari subyek yang diteliti mengalami kekurangan air minum atau dehidrasi ringan. Hal ini memperlihatkan bahwa masih sangat banyak orang yang tidak memperhatikan kecukupan air minumnya. Padahal meminum air dalam jumlah yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan seseorang. Penelitian mengenai asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa yang berskala nasional belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai asupan air dan mutu gizi
3
asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia agar dapat memberikan informasi serta menambah ketersediaan data mengenai asupan air dan mutu gizi asupan pangan. Tujuan Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus yaitu 1) Menganalisis asupan air pada wanita dewasa; 2) Menganalisis kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa; 3) Menganalisis mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa; dan 4) Menganalisis hubungan karakteristik dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia. Kegunaan Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jumlah asupan air serta mutu gizi asupan pangan wanita dewasa di Indonesia. Berdasarkan informasi tersebut, masyarakat dapat mengambil tindakan korektif terhadap asupan air dan mutu makanan agar dapat meningkatkan kualitas hidup orang dewasa di Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memperkaya data di Kementrian Kesehatan.
4
TINJAUAN PUSTAKA Dewasa Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Menurut WHO (2009), usia wanita dewasa dimulai dari 20 hingga 59 tahun. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa madya dimulai pada usia 40 hingga 60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut dimulai pada usia 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004). Pemenuhan Kebutuhan Gizi pada Orang Dewasa Pemenuhan kebutuhan gizi pada orang dewasa sangat terkait dengan beberapa peran makanan. Orang dewasa sangat memperhatikan tujuan mereka dalam mengonsumsi suatu makanan, mulai dari fungsi utamanya sebagai penghasil tenaga, kesenangan, kenyamanan, simbol tradisi, atau perayaan tertentu. Gaya hidup merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan kualitas hidup di usia dewasa. Menurut Brown (2008), gaya hidup lebih berpengaruh dibanding faktor genetik, pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Adapun masalah yang dialami orang dewasa dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi adalah kesibukan yang semakin meningkat sehingga orang dewasa terkadang mengabaikan pemenuhan makanan dan minumannya.
5
Perubahan Fisiologis pada Wanita Dewasa : Kehamilan dan Menyusui Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis normal yang dialami oleh seorang wanita dewasa. Kebiasaan makan dan status gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan sangat menentukan kesehatan bayi yang dilahirkannya. Pemenuhan kebutuhan zat gizi sangat penting karena pada masa kehamilan tersebut terbentuk seorang manusia baru. Melalui makanan yang dikonsumsi, ibu hamil menyalurkan kebutuhan gizi bagi janin tersebut sebagai awal dan keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangannya (Nix 2005). Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil sangat penting diperhatikan untuk mengurangi kasus kematian akibat kehamilan. Berdasarkan berbagai penelitian, sebanyak 20-45% wanita di negara berkembang mengalami kematian akibat kehamilan (Eastwood 2003). Semenjak tahun 1960, jumlah ibu yang melakukan praktek menyusui meningkat sebanyak 83% (Nix 2005). Selama proses menyusui, tubuh membutuhkan lebih banyak cairan yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Truswell (1999), ibu menyusui membutuhkan tambahan 850 mL air daripada kebutuhan normalnya. Kelebihan asupan air pada ibu menyusui tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan penurunan produksi dan kualitas ASI (Riordan 2005). Air di Dalam Tubuh Air merupakan suatu senyawa yang memiliki ikatan hidrogen sehingga afinitas molekulnya tinggi dan berwujud cairan (Agostoni 2010). Air merupakan zat gizi esensial yang pemenuhannya lebih penting dibanding zat gizi lainnya. Pentingnya air dapat dilihat dari seberapa lama individu dapat bertahan tanpa air. Seseorang masih bisa bertahan beberapa hari tanpa makanan, namun hanya bertahan beberapa hari tanpa air (Whitney & Rolfes 2008). Yuniastuti (2008) serta Whitney dan Rolfes (2008) menyatakan bahwa air merupakan komponen terbesar yang menyusun tubuh manusia. Jumlah air yang terdapat dalam tubuh adalah sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight), sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus), sekitar 65% dari berat badan (untuk anak). Agostoni et al. (2010) menjelaskan bahwa komposisi air dalam tubuh orang dewasa adalah 60% untuk pria dan 50-55% untuk wanita. Banyaknya air yang terdapat dalam tubuh seseorang tergantung kepada jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh. Proporsi air di dalam tubuh akan semakin berkurang jumlahnya pada wanita, individu yang mengalami
6
obesitas, serta lansia. Hal ini disebabkan karena pada individu tersebut jumlah lean mass semakin berkurang. Fungsi Air dan Regulasi Air di Dalam Tubuh Air sebagai zat gizi yang vital memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh. Menurut Almatsier (2003), Whitney dan Rolfes (2008) , serta Jequier dan Constant (2010) air memiliki fungsi sebagai zat pembangun, pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan pengatur tekanan darah. Air terdapat di setiap sel, jaringan, dan bagian lainnya dari tubuh. Fungsi air yang sangat primer ini menjadi acuan bagi rekomendasi gizi, bahwa air akan lebih banyak dibutuhkan pada periode pertumbuhan. Air di dalam tubuh berperan sebagai pelarut zat-zat gizi, kemudian mengangkut zat gizi tersebut ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, air juga berperan mengangkut sisa termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit, dan ginjal. Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologis dalam sel, termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh. Air sebagai bagian dari jaringan tubuh, diperlukan untuk pertumbuhan, yakni sebagai zat pembangun. Air memiliki kemampuan untuk menyalurkan panas, oleh karena itu air memegang peranan penting untuk mengatur distribusi panas dalam tubuh. Sebagian panas yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh pada 37oC sebagai suhu yang mendukung bekerjanya enzim secara optimal. Kelebihan panas yang diperoleh dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar.
Sebagian besar
pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri melalui penguapan air. Selain itu, air juga berperan untuk mengatur tekanan darah. Keseimbangan air tubuh dikontrol dengan pengaturan masukan dan ekskresi cairan. Secara normal, masukan air dipengaruhi oleh rasa haus, yang merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan cairan. Rasa haus merupakan keinginan yang sadar untuk minum air yang diatur oleh suatu pusat di midhipotalamus (Adelman & Solhung 1999). Namun, selain karena adanya rasa haus, manusia juga mengonsumsi cairan karena alasan kesukaan seperti saat mengonsumsi minuman manis dan alkohol (Popkin et al. 2010).
7
Keseimbangan cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatis yang dipengaruhi oleh status cairan tubuh. Defisiensi air meningkatkan konsentrasi ionik pada kompartemen ekstraseluler yang meyebabkan sel-sel mengerut. Pengerutan sel dideteksi oleh dua sensor otak, yang satu mengontrol minum dan yang lain mengontrol ekskresi urin (Popkin et al. 2010). Ekskresi cairan atau kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru-paru, kulit, traktus gastrointestinal, dan ginjal. Kehilangan wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna setiap hari untuk mempertahankan keseimbangan cairan (Adelman & Solhung 1999). Sumber Air bagi Tubuh Manusia Sebagian besar asupan air bagi tubuh diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 mL per hari dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya (Muchtadi et al. 1993). Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lainnya (IOM/FNB 2005). Berikut adalah persentase air di dalam bahan makanan: Tabel 1 Kandungan air beberapa bahan makanan Persentase
Bahan Makanan
100%
Air
90-99%
Susu bebas lemak, strawberi, semangka, selada, kol, seledri, bayam, brokoli
80-89%
Jus buah, yogurt, apel, anggur, jeruk, wortel
70-79%
Udang, pisang, jagung, kentang, alpukat
60-69%
Pasta, polong-polongan, salmon, es krim, dada ayam
50-59%
Daging sapi
40-49%
Pizza
30-39%
Keju cheddar, roti
20-29%
Cake, biscuit
10-19%
Margarin,mentega
1-9%
Cracker, sereal, selai kacang, kacang
0%
Minyak dan gula
Sumber : Whitney dan Rolfes 2008
Sumber air bagi tubuh manusia adalah air dari minuman dan air dari makanan (Whitney & Rolfes 2008). Santoso et al. (2011) menambahkan air hasil
8
metabolisme sebagai salah satu sumber air bagi tubuh. Bahan pangan yang dikonsumsi setiap harinya akan menyumbang sekitar 700-1000 mL air. Hasil metabolisme akan menghasilkan 200-300 mL air. Semakin banyak energi dari karbohidrat yang dihasilkan maka akan semakin banyak air metabolik yang dihasilkan. Sebagian besar sumber air dari makanan orang Indonesia adalah makanan pokok (46%) serta buah dan sayur (30%). Makanan pokok orang Indonesia pada umumnya adalah nasi yang mengandung kadar air 25-35%, sementara buah dikonsumsi dalam jumlah yang relatif sedikit meskipun banyak kadar airnya. Air metabolik adalah air yang dihasilkan dari proses metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat di dalam tubuh. Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dalam makanan padat menyumbangkan 750 mL dan air dari metabolisme (air yang dibentuk jika gula, lemak, dan protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi) sekitar 350 mL. Proses metabolisme tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Verdu& Navarrete 2009) : C6H12O6 (Glukosa)
+ O2
ATP + CO2 + H2O
CH3-(CH2)14-COOH (Asam palmitat)
+ O2
ATP + CO2 + H2O
H2N-CH-COOH | R (Asam amino)
+ O2
CH3-CH2OH (Etanol)
+ O2
NH2 ATP + CO2 + H2O+O=C NH2 ATP + CO2 + H2O
Sebanyak 200-300 mL air dihasilkan dari proses metabolisme. Jumlah air yang dihasilkan sangat ditentukan oleh banyaknya energi yang dihasilkan makanan. Semakin banyak energi dari karbohidrat maka semakin banyak pula air metabolik yang dihasilkan (Whitney & Rolfes 2008). Jumlah air yang dihasilkan dari metabolisme pemecahan lemak, protein dan karbohidrat per 100 gram dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Jumlah air yang dihasilkan metabolisme(mL/100 gram) Zat gizi Lemak Protein Karbohidrat Sumber: Verdu dan Navarrete (2009)
dari
proses
Air yang dilepaskan 107 40 55
9
Keseimbangan Cairan (Asupan dan Keluaran Air) Keseimbangan cairan adalah keadaan yang memperlihatkan asupan air yang sesuai dengan keluaran air (Whitney & Rolfes 2008, Agostoni 2010). Setiap sel di dalam tubuh mengandung cairan, baik intraselular maupun ekstraselular. Cairan ini secara berkelanjutan akan hilang dari sel kemudian digantikan kembali, namun komposisinya tidak akan sama seperti keadaan normal. Hal ini menyebabkan
terjadinya
ketidakseimbangan
yang
dapat
menyebabkan
kerusakan. Oleh karena itu, tubuh dengan mekanisme homeostatis akan merespon dengan cara mengatur asupan air dan ekskresi sehingga terjadi keseimbangan. Asupan Air Asupan air telah diatur secara homeostatis, namun juga tetap dipengaruhi oleh sosial, budaya, serta kebiasaan. Asupan air setiap orang berbeda-beda, dipengaruhi oleh usia, level aktivitas fisik, faktor lingkungan (suhu), dan diet (Agostoni 2010). Rasa haus dan kenyang akan mempengaruhi asupan air, yang berkaitan juga dengan rangsangan di mulut, hipotalamus, dan sistem syaraf. Apabila asupan air tidak cukup bagi tubuh, maka darah akan mengental, mulut kering, dan hipotalamus mengirimkan perintah untuk minum. Apabila asupan air berlebih, reseptor yang terdapat pada lambung akan mengirimkan sinyal untuk berhenti minum (Whitney & Rolfes 2008). Menurut Santoso et al. (2011), asupan air dapat berupa asupan air wajib dan elektif. Asupan air wajib berasal dari air minum volume minimal, air berasal dari makanan, dan air hasil oksidasi zat makanan. Air minum volume minimal adalah air minum yang dibutuhkan tubuh dalam keadaan basal (suhu badan dan lingkungan normal serta dalam istirahat), volumenya kurang lebih 400 mL. Air berasal dari makanan adalah kandungan air yang ada dalam makanan (daging mengandung 70% air sedangkan buah dan sayuran mengandung 100% air), volumenya kurang lebih 850 mL. Air hasil oksidasi zat makanan adalah air hasil oksidasi protein, hidrat arang, dan lemak, volumenya kurang lebih 350 mL. Volume air wajib adalah sebesar 1.600 mL. Asupan air selektif adalah banyaknya air yang harus diasup disesuaikan dengan kebutuhan akibat kemungkinan suhu lingkungan yang tinggi, suhu badan yang tinggi atau setelah melakukan latihan fisik yang merangsang pusat rasa haus sehingga individu tersebut ingin minum.
10
Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 28% berasal dari makanan dan 72% dari minuman, yang terdiri dari 28% air putih dan 44% minuman lain-lain (Institut of Medicine 2004 dalam Santoso et al. 2011). Hasil penelitian Fauji (2011) menunjukkan bahwa total asupan air pada dewasa laki-laki yaitu 71.9% dan pada dewasa perempuan yaitu 73.7%. Menurut EFSA (2010), total asupan air rata-rata pada wanita dewasa adalah 1.900-2.400 mL/hari. Keluaran Air Keluaran air dari tubuh yang utama berasal dari ginjal dan keringat. Pengeluaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti asupan air, diet, aktifitas fisik, dan temperatur (Agostoni 2010). Keluaran minimal air dari tubuh menurut Whitney dan Rolfes (2008) adalah sebanyak 500 mL sebagai urin yang membuang sisa metabolisme. Selain melalui urin, air juga dikeluarkan tubuh melalui proses pernapasan di paru-paru, keringat, dan feses. Setiap harinya, rata-rata kehilangan air dari tubuh adalah 2.5 liter. Berikut adalah tabel perbandingan asupan dan keluaran air: Tabel 3 Keseimbangan cairan (asupan dan keluaran air) Sumber air tubuh
Jumlah (mL)
1. Minuman/cairan 2. Makanan 3. Hasil metabolisme
550 – 1.500 700 – 1.000 200 – 300
Total 1.450 – 2.800 Sumber : Whitney dan Rolfes (2008)
Pengeluaran air tubuh 1. Urin/ginjal 2. Keringat/kulit 3. Pernafasan/paru 4. Tinja Total
Jumlah (mL) 500 – 1.400 450 – 900 350 150 1.450 – 2.800
Kebutuhan Air Orang Dewasa Pemenuhan kebutuhan air penting untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Tubuh menjaga keseimbangan cairan dengan mengganti cairan yang hilang melalui urin, feses, kulit, dan paru-paru (Barasi 2009). Salah satu metode untuk menghitung kebutuhan air adalah dengan menggunakan pendekatan intake kalori atau berat tubuh. The Food and Nutrition Board menganjurkan 1-1.5 mL air per kalori dari pencernaan makanan. Oleh karena itu, 2000 mL air atau cairan sangat dianjurkan untuk masyarakat yang mengonsumsi 2000 Kal. Beberapa rekomendasi yang berbasis kalori juga menyarankan bahwa intake cairan sekurang-kurangnya 1500 mL/hari. Jadi, mengonsumsi diet 1200 Kal berarti harus meminum 1500 mL atau lebih, bukan meminum 1200 mL atau lebih (Brown 2008). The National Research Council
11
diacu dalam Sawka et al. (2005) merekomendasikan asupan air harian yaitu sekitar 1 mL/Kal energi yang dikeluarkan. Kebutuhan air 1 mL/Kal merupakan kebutuhan air yang berasal dari intake air, yaitu air dari makanan dan air dari minuman. Kebutuhan air yang berasal dari total asupan air dari makanan, minuman dan air metabolik adalah sebesar 1.22 mL/Kal untuk wanita dewasa (Manz & Wentz 2005). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan air setiap orang. Faktor tersebut antara lain usia, jenis kelamin, kondisi fisiologis, suhu lingkungan, suhu tubuh, lama aktivitas, dan kondisi fisiologis (Praboprastowo & Dwiriani 2004, Santoso et al. 2011). Kebutuhan cairan di daerah dengan suhu 40oC dapat menjadi lebih tinggi daripada di daerah dengan suhu 20oC. Aktivitas fisik akan meningkatkan pengeluaran cairan akibat meningkatnya suhu tubuh (Sawka et al. 2005). Dehidrasi Dehidrasi adalah suatu keadaan terlalu banyaknya cairan tubuh yang hilang dan tidak dapat digantikan dengan baik. Menurut Mann dan Stewart (2007) dan Gavin (2006), dehidrasi disebabkan karena meningkatnya kehilangan cairan tubuh, kurangnya asupan air, atau oleh kedua hal tersebut. Dehidrasi ditandai oleh munculnya rasa haus. Apabila rasa haus tersebut tidak direspon dengan meminum air dalam jumlah yang cukup maka keadaannya akan semakin memburuk. Rasa haus ini akan semakin sulit diterima dan direspon seiring dengan bertambahnya usia. Akibatnya, rasa haus tersebut akan berkembang menjadi rasa lemah dan lemas, letih, kehilangan kesadaran, bahkan kematian (Whitney & Rolfes 2008). Dehidrasi
menimbulkan
gejala
yang
berbeda
menurut
tingkatan
dehidrasinya. Dehidrasi ringan menimbulkan gejala haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering. Dehidrasi tingkat sedang dapat mengakibatkan detak jantung semakin cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, konsentrasi urin menjadi pekat namun volumenya kurang. Sedangkan dehidrasi tingkat berat dapat mengakibatkan kejang, lidah membengkak, dan kegagalan fungsi ginjal (Mann & Stewart 2007). Survey yang dilakukan pada warga Amerika memperlihatkan bahwa sebagian besar masyarakat mengalami dehidrasi yang kronik. Hal ini disebabkan karena mereka terlalu sedikit mengonsumsi air dan terlalu banyak mengonsumsi minuman yang mengandung diuretik seperti kafein dan alkohol. Penelitian ini
12
menunjukkan bahwa rata-rata penduduk mengonsumsi 8 takaran saji dari kombinasi cairan yang meliputi jus, air, susu, soda tanpa kafein. Dari jumlah tersebut akan diperoleh sekitar 2000 mL cairan. Penelitian lain menunjukkan bahwa penduduk mengonsumsi 5 sajian minuman yang mengandung kafein dan alkohol (Insel et al. 2011). Mutu Gizi Asupan Pangan Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
Pemenuhan
kebutuhan
pangan
bukan
hanya
untuk
menghilangkan rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi (Bender 2002). Pangan juga memiliki fungsi sosial dalam menjaga hubungan manusia dengan lingkungannya mulai dari tingkat keluarga hingga tingkat masyarakat (Sediaoetama 1996). Pangan yang dikonsumsi dapat ditentukan kualitasnya dengan Mutu Gizi asupan Pangan (MGP). MGP secara sederhana diartikan sebagai suatu nilai untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak yang didasarkan pada kandungan zat gizi makanan berkaitan dengan kebutuhan dan tingkat ketersediaan secara biologis bagi tubuh. Mutu gizi asupan pangan diartikan pula sebagai persentase konsumsi zat gizi terhadap kecukupan atau kebutuhannya. Penentuan mutu gizi asupan pangan didasarkan pada jumlah zat gizi yang tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya (Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010). Kandungan gizi pangan merupakan salah satu ukuran mutu gizi asupan pangan. Perhitungan kandungan gizi pangan dilakukan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang menunjukkan berbagai kandungan zat gizi dari bahan pangan dalam 100 gram bagian yang dapat dimakan (BDD). Konsumsi zat gizi tertentu per hari yang diperoleh dari mengonsumsi aneka makanan adalah penjumlahan dari zat gizi yang sama yang diperoleh dari aneka makanan tersebut (Hardinsyah 2001). Setelah diperoleh kandungan zat gizi tertentu dalam bahan pangan, kemudian dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi tersebut. Penggunaan nilai tingkat kecukupan gizi lebih rasional dan mudah digunakan untuk menghitung
13
mutu gizi asupan pangan (Hardinsyah & Atmojo 2001). Selanjutnya perhitungan MGP dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : MGP = Keterangan : MGP
= Mutu Gizi Asupan pangan
TKGi
= Tingkat kecukupan zat gizi ke-I, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100
n
= Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGP
14
KERANGKA PEMIKIRAN Air merupakan salah satu zat gizi yang memiliki peranan yang sangat penting. Beberapa fungsi penting air menurut Mann dan Stewart (2007) adalah sebagai pengangkut zat gizi, berperan dalam reaksi metabolisme, sebagai pelarut vitamin dan mineral, mengatur suhu tubuh, serta mengatur tekanan darah. Oleh karena itu sangat penting bagi sesorang untuk mencukupi kebutuhan air agar dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal. Banyaknya air yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda-beda. Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, dan berat badan sangat mempengaruhi kebutuhan air setiap orang. Kebutuhan air dihitung didasarkan pada penelitian Manz dan Wentz (2005). Asupan harian wanita dewasa yaitu 1.22 mL/Kal. Perhitungan ini didasarkan pada angkat kebutuhan energi sampel. Pemenuhan kebutuhan air tersebut sangat diperlukan untuk menggantikan pengeluaran cairan dari pernapasan, kulit, ginjal, serta saluran pencernaan. Pemenuhan kebutuhan cairan yang diperoleh dari asupan air berasal dari air minum itu sendiri, air yang berasal dari bahan makanan, serta air yang dihasilkan dari proses metabolisme (air metabolik). Sekitar 20-40% dari kebutuhan cairan dapat dipenuhi dari bahan pangan. Hasil metabolisme tubuh menyumbang sebanyak 200-300 mL air. Sisanya diperoleh tubuh dari air minum. Oleh karena itu, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan air yang berasal dari minuman agar keseimbangan cairan tubuh tetap terjaga. Mutu gizi asupan pangan adalah nilai yang didasarkan pada jumlah kandungan gizi pangan dan kaitannya dengan kebutuhan dan tingkat ketersediannya secara biologis bagi tubuh. Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam perhitungan penilaian mutu gizi asupan yaitu sebanyak 16 komponen gizi. Komponen gizi tersebut adalah energi, protein, lemak, karbohidrat, air, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C.
15
Karakteristik sampel - Usia & kondisi fisiologis - Status gizi - Pendidikan - Pekerjaan - Status ekonomi - Tempat tinggal
Asupan air: - Air dari minuman - Air dari makanan - Air metabolik
Kebutuhan air
Mutu gizi asupan pangan - Asupan zat gizi - Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia
Keterangan gambar : : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti
16
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitan ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes RI). Desain penelitian ini mengikuti desain penelitian Riskesdas 2010 yaitu desain penelitian cross-sectional dengan menganalisis asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa di Indonesia. Pengumpulan data di beberapa daerah oleh tim pengumpul data Riskesdas dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada bulan Juni-September 2011 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Oleh karena itu jumlah dan cara pengambilan contoh penelitian mengikuti jumlah dan cara pengambilan contoh Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat kabupaten/kota berasal dari 441 kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk kedalam sampel Riskesdas karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan terdapat 1 kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga pada 33 provinsi di Indonesia. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling. Riskesdas mengambil sejumlah blok sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka sampel kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar 2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga. Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441 kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300 rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388
17
anggota. Dari 441 kabupaten/kota tersebut didapatkan 66630 orang wanita dewasa usia 20-55 tahun. Cleaning data dilakukan untuk data berat badan, tinggi badan, status kehamilan, konsumsi yang tidak lengkap, asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal, serta memiliki tingkat kecukupan gizi >400%. Total sampel yang digunakan berjumlah 57232 orang (90.0%), dengan 1995 orang sampel hamil dan 55237 orang sampel tidak hamil (Gambar 2). Jumlah anggota rumah tangga 251388 orang
66630 orang wanita dewasa (20-55 tahun)
Cleaning data: Cleaning data:
-
-
-
-
Nilai total kalori intake <0.3 dan >0.3 Angka Metabolisme Bassal : 5315 orang Asupan air dari minuman nol (0): 315 Asupan air dari makanan nol (0) : 6 orang Tingkat pemenuhan zat gizi >400% : 1632 orang
Sampel : 57232 wanita dewasa
-
Tidak ada data berat badan : 135 orang Tidak ada data tinggi badan: 9 orang Tidak ada data konsumsi pangan : 228 orang Tidak ada data status kehamilan : 466 orang
Kriteria eksklusi: - Kondisi konsumsi tidak biasa (diet,puasa,hajatan) : 1292 orang
orang
Gambar 2 Jumlah sampel penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder. Pengumpulan data telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 dengan kuesioner terlampir pada Lampiran 2 (Tabel 4). Data diperoleh dalam bentuk electronic file dalam
18
bentuk entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 4 Jenis dan cara pengumpulan data Peubah
Keterangan
Karakteristik sampel 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Status kehamilan
Kuesioner (RKD10.IND) -
Riskesdas
Wawancara
Blok IV No 7 Blok IV No 4 Blok IV No 10
Karakteristik sosial ekonomi 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Daerah
Cara pengumpulan data
Wawancara -
Antropometri
Blok IV No 8 Blok IV No 9 Blok I No 5 Kuesioner (RKD10.IND)
Riskesdas
Blok X No 1a,1b 1. Berat badan
2. Tinggi badan
Blok X No 2a, 2b
Asupan pangan
Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND) Blok IX Blok IX Hasil olahan data Riskesdas 2010
1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan 1. Konsumsi zat gizi makro dan mineral (E, P, L, Kh, Ca, P, Fe 2. Konsumsi vitamin (Vit A, Tiamin, Ribovlafin, Niacin,Vit B6, Folat, Vit B12, Vit C) 3. Statusekonomi
Pengukuran langsung - Diukur dengan timbangan berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g) - Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1) Food recall 1x24 jam
Dihitung menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
Hasil olahan data Riskesdas 2010 Hasil olahan data Riskesdas 2010
Pengolahan Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS. Proses cleaning dilakukan untuk memastikan data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan. Data yang digunakan salah satunya adalah data konsumsi, maka total asupan energi menjadi pertimbangan untuk cleaning data konsumsi. Total asupan energi yang di cleaning adalah total asupan energi yang <0.3 dan >3 kali dari total kebutuhan energi basal. Cleaning juga dilakukan terhadap data yang nilai tingkat kecukupan
19
zat gizinya lebih dari empat kali lipat dari 100% tingkat kecukupan (>400%). Cleaning juga dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data berat badan dan tinggi badan serta dalam kondisi konsumsi tidak biasa (sedang diet, puasa, dan dalam acara hajatan) (Gambar 2). Karakteristik Sampel Data mengenai pendidikan, pekerjaan, daerah, dan status ekonomi merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan Riskesdas 2010. Data karakteristik sampel diolah secara statistik deskriptif. Daerah tempat tinggal sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu perdesaan dan perkotaan. Pendidikan sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak pernah sekolah, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3 (Diploma) dan tamat PT (Perguruan Tinggi). Pekerjaan sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya. Status Gizi Data status gizi merupakan hasil olahan dari data pokok berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan rumus IMT =
Adapun pengkategorian status gizi dilakukan berdasarkan WHO (2007). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT
Status gizi Kurus (Underweight) Normal Gemuk (Overweight)
IMT (kg/m2) <18.5 18.5-24.9 ≥25.0
Nilai indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk dewasa berkisar antara 18.5-24.9 (kg/m2). Sampel dikatakan kurus (Kekurangan Energi Kronis/KEK) bila IMT < 18.5 (kg/m2) dan mengalami kegemukan bila IMT ≥ 25 (kg/m2) (WHO 2007). Kriteria status gizi bagi ibu hamil berdasarkan Institute of Medicine (IOM) tahun 1990. Sampel dikatakan kurus apabila IMT<19.8, normal bila IMT 19.8-26, dan gemuk dengan IMT≥26.
20
Status gizi sampel digunakan dalam menentukan rumus perhitungan kebutuhan energi, yang lebih lanjut akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air berdasarkan Manz dan Wentz (2005) yaitu 1.22 mL/Kal. Asupan Air Data asupan air dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan sumbernya, yaitu air yang berasal dari minuman, makanan, dan air metabolik. Air yang berasal dari minuman diperoleh berdasarkan data foodrecall 1x24 jam yang diperoleh dari Riskesdas 2010. Air yang berasal dari minuman dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu air putih dan bukan air putih, seperti teh, kopi, susu kental manis, sirup, susu, jus, minuman karbonasi dan lainnya. Berat minuman bukan air putih yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya, serta menggunakan National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011). Jenis minuman yang kandungan airnya diperoleh dari National Nutrient Database for Standard Reference (USDA 2011) dapat dilihat pada Lampiran 3. Air yang berasal dari makanan diperoleh berdasarkan data food recall 1x24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu selingan. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan yang digunakan oleh Riskesdas 2010, yaitu (1) serealia, umbi dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; dan (11) makanan jajanan. Berat makanan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam kandungan air menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2007 dan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government 2009). Jenis makanan yang kandungan airnya dihitung berdasarkan Energy and Nutrient Composition of Foods (Health Promotion Board Singapore Government 2009) adalah jenis pangan yang tidak terdapat dalam DKBM (Lampiran 3). Konversi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
21
Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan : Kgij = kandungan zat-zat gizi-I dalam bahan makanan-j Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g) Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan
Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air, maka diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut : Air metabolik = (
)
(
(
)
)
Estimasi asupan air Estimasi total asupan air pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah air dari minuman yang seharusnya dikonsumsi oleh sampel jika data yang diketahui adalah jumlah air dari makanan dan air metabolik. Estimasi total asupan air yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik terhadap total asupan air sebesar 30%, sedangkan kontribusi air dari minuman terhadap total asupan air sebesar 70%. Persentase ini diambil berdasarkan penelitian Fauji (2011) dan Institute of Medicine(2005) dalam Santoso et al. (2011). Berdasarkan Institute of Medicine(2005) dalam Santoso et al. (2011), asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukan total asupan air 35% berasal dari makanan dan 65% dari minuman. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Fauji (2011) menyatakan bahwa kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air yaitu sebesar 73.7% pada sampel wanita dewasa, sedangkan ratarata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.3%.
22
x (asupan air dari makanan (mL) + asupan
Estimasi asupan air dari minuman (mL) =
air metabolik (mL)) Estimasi total asupan air (mL) =
estimasi asupan air dari minuman + asupan air dari makanan + asupan air metabolik
Keterangan:
asupan air dari makanan dan asupan air metabolik adalah data yang didapat dari Riset kesehatan dasar 2010
Kebutuhan Air dan Kebutuhan Energi Kebutuhan air dihitung didasarkan pada penelitian Manz dan Wentz (2005). Asupan harian wanita dewasa yaitu 1.22 mL/Kal. Perhitungan ini didasarkan pada kebutuhan energi sampel. Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford equation (Tabel 6). Tabel 6 Perhitungan kebutuhan energi wanita dewasa menurut status gizi dan kondisi fisiologis Rumus perhitungan kebutuhan energy
Kebutuhan energi
Dewasa perempuan (tidak hamil) Status gizi normal EER = TEE TEE = 354 – (6.91xU) + PA x (9.36xBB+726xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.12 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.45 (sangat aktif) Status gizi gemuk
TEE + 10% TEE
EER = TEE TEE = 448 – (7.95xU) + PA x (11.4xBB+619xTB) Keterangan: PA = 1.0 (sangat ringan) PA = 1.16 (ringan) PA = 1.27 (aktif) PA = 1.44 (sangat aktif) Dewasa perempuan hamil EER = EER perempuan dewasa + 160 kkal (8kkal/minggu*20 minggu) + 180 kkal Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan: U = usia (tahun), BB = berat badan (Kg), TB = tinggi badan (m) EER = Estimated Energi Requirement (estimasi kebutuhan energi) (Kal) TEE = Total Energi Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik
Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai jenis kelamin, status gizi, usia, faktor aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy
23
Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan asupan pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari TEE. Faktor Aktivitas Faktor aktivitas ditentukan oleh pekerjaan masing-masing sampel. Sampel yang tidak bekerja tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan, tergolong
kategori
aktivitas
ringan.
Setelah
ditentukan
kategori
faktor
aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) (Tabel 6). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas sampel. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Berdasarkan data asupan air, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan air dengan membandingkan antara asupan air dan kebutuhan air sampel yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air : Tingkat pemenuhan kebutuhan air (%) = Kebutuhan Protein Perhitungan data kebutuhan protein didasarkan pada formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) sesuai dengan kelompok usia dan jenis kelamin. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan aktual sampel serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein.
Keterangan: AKP wanita dewasa normal AKP wanita dewasa hamil Koreksi mutu secara umum Koreksi mutu bagi ibu hamil
= 0.80 g/kg bb = 1.1 g/kg bb = 1.2 = 1.1
24
Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat Perhitungan data kebutuhan lemak didasarkan pada perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak masing-masing adalah 5065%, 10-20% dan 20-30% (WNPG 2004). Berdasarkan perbandingan tersebut, wanita dewasa membutuhkan lemak sebanyak 25% dari kebutuhan energi. Setelah mengetahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat sampel. Perhitungan data kebutuhan karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total energi sampel yang dijelaskan sebagai berikut : Kebutuhan Karbohidrat =
–
Kebutuhan Zat Gizi Mikro Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) (WNPG 2004) sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis. Zat gizi mikro yang dihitung adalah kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Selain Air Berdasarkan data konsumsi zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi selain air dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dan kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 untuk zat gizi mikro yang dinyatakan dalam bentuk persen. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel : Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) = Mutu Gizi Asupan Pangan Penilaian mutu gizi asupan pangan (MGP) menggunakan metode ratarata tingkat kecukupan gizi secara lebih komprehensif pertama kali dilakukan oleh Medden. Selanjutnya diadopsi dan dikembangkan oleh Guthrie dan Scheer, Krebs-Smith et al., dan peneliti lainnya (Hardinsyah & Atmojo 2001). Secara umum rumus yang digunakan untuk penilaian MGP adalah sebagai berikut
25
MGP = Keterangan : MGP = Mutu gizi asupan pangan TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100 n = Jumlah zat gizi yang dipertimbangkan dalam penilaian MGM Dalam menghitung tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi bernilai maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan saling berinteraksi. Setelah diperoleh nilai MGP, lebih lanjut nilai tersebut dikategorikan berdasarkan empat kategori (Hardinsyah 1996), yaitu kategori <55 tergolong sangat kurang, 55-70 tergolong kurang, 70-85 tergolong cukup, dan ≥85 tergolong baik. Analisis data Hasil pengolahan data selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dianalisis secara statistik. Analisis statistik menggunakan uji beda-t (Independent Sample t-Test) untuk menganalisis perbandingan antara kelompok usia dan kondisi fisiologis pada sampel yang digunakan. Analisis statistik uji korelasi Rank Spearman juga digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik dengan asupan air dan mutu gizi asupan pangan pada sampel. Definisi Operasional Sampel adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 20-55 tahun, berjenis kelamin wanita yang menjadi sampel Riskesdas 2010 serta telah melalui proses cleaning data. Kebutuhan Air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan energi sampel. Asupan Air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh sampel yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air dari hasil metabolisme. Air dari Makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air bagi sampel. Air dari Minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang memberikan kontribusi asupan air bagi sampel.
26
Air Metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh sampel yang memberikan kontribusi asupan air. Pangan adalah segala macam jenis olahan atau mentah berupa makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi dan memberikan kontribusi energi serta zat gizi bagi tubuh sampel. Asupan Gizi adalah jumlah zat gizi yang dikonsumsi dan diperoleh dari asupan pangan. Mutu Gizi Asupan Pangan adalah nilai yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan gizi secara keseluruhan (energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, vitamin C, dan air) yang dikonsumsi oleh sampel.
27
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dewasa muda (20-39 tahun) dan dewasa madya (40-55 tahun). Selanjutnya sampel dikategorikan berdasarkan kondisi fisiologisnya, yaitu hamil dan tidak hamil. Pengelompokan sampel berdasarkan kondisi fisiologis menjadi dua kelompok didasarkan pada ketersediaan data Riskesdas 2010. Total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 57232 orang, yang terdiri dari 1995 orang wanita dewasa hamil dan 52237 orang wanita yang tidak hamil. Sebanyak 1828 orang dari total wanita dewasa hamil dikategorikan dewasa muda, sedangkan 167 orang lainya tergolong dewasa madya. Sebaran sampel hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 7. Karakteristik sosial ekonomi sampel terdiri dari aspek pendidikan, pekerjaan, daerah tempat tinggal, dan status ekonomi. Berdasarkan latar belakang pendidikan, sampel dapat dikelompokkan menjadi tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA, tamat D1/D2/D3, dan tamat perguruan tinggi. Persentase terbanyak pada dewasa muda dan madya berturutturut adalah 31.1% tamat SMA/MA dan 40.7% tamat SD/MI. Persentase terkecil pada kedua kelompok usia adalah tamat D1/D2/D3 yaitu sebanyak 5.2% dan 2.4%. Berdasarkan kerja/sekolah,
pekerjaan,
sampel
TNI/Polri/PNS/Pegawai,
dikelompokkan
menjadi
tidak
wiraswasta/layanjasa/dagang,
petani/nelayan, buruh, dan lainnya. Pengelompokkan tersebut mengikuti kategori yang telah dirumuskan Riskesdas 2010. Berdasarkan tabel sebaran sampel hamil (Tabel 7), diketahui bahwa persentase terbesar pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 52.4% dan 43.1%. Persentase terendah pada dewasa muda dan madya adalah buruh, yaitu sebesar 4.2% dan 3.0%. Karakteristik daerah atau tempat tinggal dibedakan menjadi daerah perkotaan dan perdesaan. Terlihat pada Tabel 7 bahwa pada kelompok usia dewasa muda, sebagian besar (54.0%) bertempat tinggal di daerah perkotaan. Adapun dewasa madya sebanyak 52.1% bertempat tinggal di daerah perdesaan.
28
Status ekonomi sampel berdasarkan Riskesdas 2010 dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kuintil 1, kuintil 2, kuintil 3, kuintil 4, dan kuintil 5. Jumlah sampel yang berasal dari kuintil 5 lebih banyak dibanding kuintil lainnya. Berdasarkan kelompok usia, sampel dewasa muda dan dewasa madya berturut-turut lebih banyak berasal dari kuintil 5 (23.6%) dan kuintil 4 (24.0%) dibanding kuintil lainnya. Sebaran sampel wanita dewasa (hamil) menurut karakteristik sosial – ekonomi Kelompok Umur Aspek Sosial – Ekonomi Total Dewasa Muda Dewasa Madya n (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 186 (10.2) 39 (23.4) 225 (11.3) Tamat SD/MI 415 (22.7) 68 (40.7) 483 (24.2) Tamat SMP/MTS 446 (24.4) 19 (11.4) 465 (23.3) Tamat SMA/MA 568 (31.1) 28 (16.8) 596 (29.9) Tamat D1/D2/D3 95 (5.2) 4 (2.4) 99 (5.0) Tamat PT 118 (6.5) 9 (5.4) 127 (6.4) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Pekerjaan Tidak kerja/Sekolah 958 (52.4) 72 (43.1) 1030 (51.6) TNI/Polri/PNS 127 (6.9) 11 (6.6) 138 (6.9) Wiraswasta/layan jasa/dagang 266 (14.6) 28 (16.8) 294 (14.7) Petani/Nelayan 214 (11.7) 37 (22.2) 251 (12.6) Buruh 76 (4.2) 5 (3.0) 81 (4.1) Lainnya 187 (10.2) 14 (8.4) 201 (10.1) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Daerah Perkotaan 988 (54.0) 80 (47.9) 1068 (53.5) Perdesaan 840 (46.0) 87 (52.1) 927 (46.5) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Status Ekonomi Kuintil 1 292 (16.0) 35 (21.0) 327 (16.4) Kuintil 2 342 (18.7) 32 (19.2) 374 (18.7) Kuintil 3 371 (20.3) 36 (21.6) 407 (20.4) Kuintil 4 392 (21.4) 40 (24.0) 432 (21.7) Kuintil 5 431 (23.6) 24 (14.4) 455 (22.8) Total 1828(100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0)
Tabel 7
Secara keseluruhan, hasil di atas memperlihatkan bahwa dewasa muda memiliki karakteristik sosial ekonomi yang lebih baik dibanding dewasa madya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, dewasa muda sebagian besar adalah tamatan SMA/MA, sedangkan dewasa madya sebagian besarnya hanya menempuh pendidikan hingga SD/MI. Dewasa muda paling banyak berasal dari kuintil 5, sedangkan dewasa madya paling banyak berasal dari kuintil 4. Aspek daerah atau tempat tinggal sampel memperlihatkan bahwa penduduk perkotaan lebih didominasi oleh kelompok usia dewasa muda. Sedangkan di wilayah perdesaan sebagian besarnya adalah dewasa madya. Berdasarkan karakteritik
29
pekerjaan, baik dewasa muda maupun dewasa madya sebagian besarnya tidak bekerja. Sebaran sampel wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil berdasarkan karakteristik sosial ekonomi disajikan pada Tabel 8. Adapun penggolongan dari setiap aspek sosial ekonomi tidak memiliki perbedaan dengan kategori pada sampel hamil seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan latar belakang pendidikan, persentase terbesar pada kedua kelompok usia adalah tamat SD/MI yaitu sebanyak 28.5% pada dewasa muda dan 36.9% pada dewasa madya. Adapun persentase terendah pada kelompok usia dewasa muda dan dewasa madya adalah tamat D1/D2/D3 dengan persentase 4.6% dan 2.9%. Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terbanyak pada aspek pekerjaan baik pada dewasa muda maupun dewasa madya adalah tidak bekerja, dengan persentase masing-masingnya 46.9% dan 38.5%. Adapun jenis pekerjaan dengan persentase paling rendah adalah buruh yaitu hanya sebanyak 6.8% pada dewasa muda dan 7.2% pada dewasa madya. Sebaran sampel berdasarkan daerah tempat tinggal menunjukkan bahwa wanita dewasa dengan kondisi fisiologis tidak hamil bertempat tinggal di daerah perkotaan dengan persentase sebanyak 53.0%. Adapun dewasa muda yang bertempat tinggal di daerah perkotaan adalah sebanyak 53.3%, sedangkan dewasa madya sebanyak 52.5%. Berdasarkan status ekonomi, sebaran sampel tidak hamil dari kedua kelompok umur hampir merata. Sebaran terbanyak pada dewasa muda adalah sebanyak 20.9% yaitu pada kuintil 2, dan sebanyak 20.4% dari kuintil 4 pada kelompok dewasa madya.
30
Tabel 8 Sebaran sampel wanita dewasa (tidak hamil) menurut karakteristik sosial – ekonomi Kelompok Umur Aspek Sosial - Ekonomi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Pendidikan Tidak tamat SD/MI 3935 (11.4) 6181 (29.7) 10116 (18.3) Tamat SD/MI 9802 (28.5) 7668 (36.9) 17470 (31.6) Tamat SMP/MTS 7310 (21.2) 2345 (11.3) 9655 (17.5) Tamat SMA/MA 10188 (29.6) 3145 (15.1) 13333 (24.1) Tamat D1/D2/D3 1586 (4.6) 608 (2.9) 2194 (4.0) Tamat PT 1626 (4.7) 843 (4.1) 2469 (4.5) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Pekerjaan Tidak kerja/Sekolah 16165 (46.9) 8003 (38.5) 24168 (43.8) TNI/Polri/PNS 2461 (7.1) 1477 (7.1) 3938 (7.1) Wiraswasta/layan jasa/dagang 5675 (16.5) 3449 (16.6) 9124 (16.5) Petani/Nelayan 4718 (13.7) 4756 (22.9) 9474 (17.2) Buruh 2358 (6.8) 1489 (7.2) 3847 (7.0) Lainnya 3070 (8.9) 1616 (7.8) 4686 (8.5) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Daerah Perkotaan 18372 (53.3) 10924 (52.5) 29296 (53.0) Perdesaan 16075 (46.7) 9866 (47.5) 25941 (47.0) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Status Ekonomi Kuintil 1 7170 (20.8) 4115 (19.8) 11285 (20.4) Kuintil 2 7197 (20.9) 4151 (20.0) 11348 (20.5) Kuintil 3 7069 (20.5) 4162 (20.0) 11231 (20.3) Kuintil 4 6869 (19.9) 4233 (20.4) 11102 (20.1) Kuintil 5 6142 (17.8) 4129 (19.9) 10271 (18.6) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0)
Status ekonomi sampel sangat beragam dan tersebar hampir merata di setiap kuintilnya. Kuintil idealnya membagi sampel menjadi lima kelompok yaitu sebanyak 20% di setiap kuintilnya. Akan tetapi hasil yang ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8 memperlihatkan persentase yang beragam. Hal ini diduga terjadi karena terbuangnya beberapa sampel dari masing-masing kuintil saat dilakukan proses cleaning data dan pengolahan selanjutnya. Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi Sebaran berat badan dan tinggi badan sampel terlampir pada Lampiran 4. Nilai rata-rata berat badan wanita dewasa hamil adalah 55.5±10.0 kg, sedangkan pada dewasa yang tidak hamil berat badan rata-rata adalah sebesar 53.9±10.1 kg. Adapun rata-rata tinggi badan sampel secara keseluruhan adalah sebesar 152.2±6.3 cm. Berdasarkan kondisi fisiologisnya, wanita dewasa yang sedang hamil memiliki rata-rata tinggi badan yang tidak jauh berbeda dengan wanita dewasa yang tidak hamil, yaitu sebesar 152.4±6.1 cm pada wanita hamil dan 152.2±6.3 cm pada wanita tidak hamil.
31
.
Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya dikalkulasikan dengan
menggunakan rumus perhitungan IMT. Nilai IMT yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan WHO (2007) menjadi status gizi kurang, normal, dan gemuk. Sebaran sampel berdasarkan status gizi tersaji pada Tabel 9. Secara keseluruhan, sampel memiliki status gizi normal dengan persentase sebanyak 61.4%. Sebagian besar sampel dengan kondisi fisiologis hamil dan tidak hamil memiliki status gizi normal, masing-masing sebanyak 58.5% dan 61.5%. Persentase paling kecil adalah status gizi kurang yaitu sebanyak 14.2% pada wanita hamil dan 9.4% pada wanita yang tidak hamil. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 27.3% sampel hamil yang mengalami kegemukan, dan 29.1% sampel yang tidak hamil mengalami kegemukan. Tabel 9 Sebaran status gizi sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Kelompok Umur Status Gizi Dewasa Muda Dewasa Madya Total n (%) n (%) Hamil 23.9±4.1 23.9±3.9 23.9±4.0 Kurus 264 (14.4) 20 (12.0) 284 (14.2) Normal 1060 (58.0) 107 (64.1) 1167 (58.5) Gemuk 504 (27.6) 40 (24.0) 544 (27.3) Total 1828 (100.0) 167 (100.0) 1995 (100.0) Tidak Hamil 22.8±4.0 24.0±4.3 23.3±4.2 Kurus 3574 (10.4) 1599 (7.7) 5173 (9.4) Normal 22411 (65.1) 11582 (55.7) 33993 (61.5) Gemuk 8462 (24.6) 7609 (36.6) 16071 (29.1) Total 34447 (100.0) 20790 (100.0) 55237 (100.0) Hamil dan Tidak Hamil 22.9±4.1 24.0±4.3 23.3±42.2 Kurus 3838 (10.6) 1619 (7.7) 5457 (9.5) Normal 23471 (64.7) 11689 (55.8) 35160 (61.4) Gemuk 8966 (24.7) 7649 (36.5) 16615 (29.0) Total 36275 (100.0) 20957 (100.0) 57232 (100.0)
Data Riskesdas 2010 telah mampu membedakan sampel berdasarkan status kehamilan. Akan tetapi, tidak terdapat data tambahan mengenai umur kehamilan. Hasil pengukuran IMT pada tabel di atas menggunakan kriteria dari Institute of Medicine (IOM) tahun 1990 untuk ibu hamil trimester 3. Sampel yang mengalami status gizi tidak normal lebih banyak berasal dari kondisi fisiologis yang tidak hamil. Secara keseluruhan, dewasa madya memiliki persentase kegemukan lebih besar dibanding dewasa muda, yaitu sebanyak 37.3%. Hal ini diduga karena semakin berkurangnya aktivitas fisik wanita dengan usia yang lebih tua sehingga terdapat kecenderungan menjadi lebih gemuk.
32
Asupan Air dari Minuman Total asupan air pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita tidak hamil, yaitu sebesar 907.6±421.2 mL. Total asupan air dari minuman pada wanita tidak hamil adalah sebesar 874.7±407.4 mL. Jenis minuman yang menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air dari minuman adalah air putih dengan rata-rata 740.8±402.7 mL. Asupan air putih pada wanita hamil sebanyak 751.6±401.4 mL dan pada wanita tidak hamil sebanyak 740.4±402.8 mL. Golongan minuman yang paling sedikit dikonsumsi oleh sampel adalah minuman berkarbonasi, dengan rata-rata asupan sebanyak 0.8±15.2 mL pada wanita hamil dan 1.0±19.0 mL pada wanita tidak hamil (Tabel 10). Air dari minuman yang paling banyak dikonsumsi adalah air putih. Berdasarkan survey yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa sumber air tubuh yang paling utama adalah air putih (74%) (AFIC 1998). Selain air putih, terdapat jenis minuman lainnya yang dikonsumsi sampel dalam jumlah yang cukup banyak. Pada wanita dewasa yang tidak hamil, minuman teh dan kopi cukup banyak dikonsumsi yaitu sebanyak
85.0±150.6 mL minuman teh dan
26.1±92.6 mL minuman kopi. Teh dan kopi juga banyak dikonsumsi pada wanita hamil, hanya saja jumlah asupannya lebih sedikit. Berdasarkan hasil survey di Singapura menunjukkan bahwa teh dan kopi merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih (AFIC 1998). Selain minuman tersebut, pada wanita hamil terdapat golongan minuman lain yang dikonsumsi cukup banyak yaitu susu kental manis sebanyak 16.8±72.4 mL dan susu sebanyak 32.9±92.7 mL. Sampel hamil dengan usia tergolong dewasa muda lebih banyak mengonsumsi susu dibanding dewasa madya, yaitu sebanyak 34.7±94.5 mL. Asupan air minuman dari susu pada dewasa madya tidak mencapai setengah dari asupan dewasa muda, yakni hanya sebanyak 12.8±66.3 mL. Asupan air putih pada wanita hamil dan tidak hamil memiliki nilai rata-rata yang hampir sama. Perbedaan asupan paling besar adalah pada golongan minuman susu. Asupan air dari golongan minuman susu maupun susu kental manis lebih banyak pada wanita hamil. Hal ini menunjukkan masih rendahnya konsumsi wanita dewasa yang tidak hamil khususnya dan memberikan gambaran bagi pola konsumsi masyarakat terhadap konsumsi susu yang masih sedikit (Lampiran 5).
33
Tabel 10 Asupan air dari minuman pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari) Kelompok Minuman
Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
Hamil 1
Air Putih
757.5±402.5
686.8±384.1
751.6±401.4
2
Teh
74.3±134.8
96.5±165.5
76.1±137.7
3
Kopi
13.5±64.8
35.4±106.3
15.4±69.4
4
Susu kental manis
17.9±74.9
4.9±31.6
16.8±72.4
5
Susu
34.7±94.5
12.8±66.3
32.9±92.7
6
Sirop
1.3±19.7
2.2±28.2
1.3±20.5
7
Jus
7.2±56.3
4.5±38.8
7.0±55.1
8
Minuman karbonasi
0.9±15.9
0.0±0.0
0.8±15.2
9
Minuman lainnya
6.1±55.6
0.0±0.0
5.6±53.2
913.4±423.1
843.2±395.1
907.6±421.2
Total Tidak Hamil 1
Air Putih
746.7±402.2
730.1±403.5
740.4±402.8
2
Teh
80.9±143.8
91.9±161.1
85.0±150.6
3
Kopi
20.7±82.2
35.0±106.9
26.1±92.6
4
Susu kental manis
6.0±40.7
5.1±36.7
5.6±39.2
5
Susu
5.3±36.5
4.6±33.1
5.0±35.3
6
Sirop
2.7±32.3
1.7±26.4
2.3±30.2
7
Jus
5.6±44.7
3.8±40.0
4.9±43.0
8
Minuman karbonasi
1.1±20.0
0.7±17.3
1.0±19.0
9
Minuman lainnya Total
4.4±42.6 873.4±404.1
3.9±41.7 876.8±412.7
4.2±42.2 874.7±407.4
747.2±402.2
729.7±403.4
740.8±402.7
Hamil dan Tidak Hamil 1
Air Putih
2
Teh
80.5±143.3
92.0±161.1
84.7±150.2
3
Kopi
20.3±81.4
35.0±106.9
25.7±91.9
4
Susu kental manis
6.6±43.2
5.1±36.7
6.0±40.9
5
Susu
6.8±42.0
4.7±33.5
6.0±39.1
6
Sirop
2.6±31.8
1.7±26.4
2.3±29.9
7
Jus
5.6±45.4
3.8±40.0
5.0±43.5
8
Minuman karbonasi
1.1±19.8
0.7±17.2
1.0±18.9
9
Minuman lainnya
4.5±43.3
3.9±41.5
4.3±42.7
875.4±405.1
876.6±412.6
875.8±407.9
Total
Asupan air dari minuman menyumbangkan kontribusi terbesar dalam pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar 550-1500 mL (Whitney & Rolfes 2008). Hasil perhitungan asupan air dari minuman menunjukkan angka yang masih rendah dibanding temuan dari beberapa studi sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pengumpulan data yang dilakukan oleh tim Riskesdas 2010 belum menjadikan asupan minum sebagai salah satu fokus utama, sehingga dalam
34
proses wawancara masih belum bisa menggali informasi lebih dalam mengenai konsumsi minuman sampel. Asupan Air dari Makanan Total air dari makanan secara keseluruhan adalah sebanyak 493.5±323.4 mL dengan rincian 505.7±386.6 mL dari wanita hamil dan 493.1±320.9 mL. Kontribusi air makanan terbanyak adalah dari golongan serealia, umbi, dan hasil olahannya. Secara keseluruhan, asupan air dari golongan serealia adalah sebanyak 274.0±233.8 mL. Nilai rata-rata ini tidak berbeda jauh apabila dibandingkan dengan asupan air dari serealia pada wanita hamil dan tidak hamil yaitu 273.1±261.7 mL dan 274.0±232.7 mL. Asupan air makanan yang paling rendah adalah dari golongan olahan susu serta lemak dan minyak dengan nilai rata-rata 0.0±0.2 mL pada wanita hamil dan 0.0±0.1 mL pada wanita tidak hamil (Tabel 11). Tabel 11 Asupan air dari makanan pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis (mL/kap/hari) Golongan Bahan Makanan Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 3 Daging dan hasil olahannya 4 Telur dan hasil olahannya 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 6 Sayuran dan hasil olahannya 7 Buah-buahan 8 Olahan susu 9 Lemak dan minyak 10 Serba-serbi 11 Makanan jajanan Total air dari makanan Tidak Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 3 Daging dan hasil olahannya 4 Telur dan hasil olahannya 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 6 Sayuran dan hasil olahannya 7 Buah-buahan 8 Olahan susu 9 Lemak dan minyak 10 Serba-serbi 11 Makanan jajanan Total air dari makanan Hamil dan Tidak Hamil 1 Serealia, umbi, dan hasil olahannya 2 Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya 3 Daging dan hasil olahannya 4 Telur dan hasil olahannya 5 Ikan, hasil perikanan, dan hasil olahannya 6 Sayuran dan hasil olahannya 7 Buah-buahan 8 Olahan susu 9 Lemak dan minyak 10 Serba-serbi 11 Makanan jajanan Total air dari makanan
Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
271.6±257.4 28.9±80.2 8.1±22.9 12.7±24.1 21.4±70.3 108.7±259.4 26.8±62.1 0.0±0.0 0.0±0.2 4.1±12.7 23.6±69.2 505.9±385.2
290.2±305.4 22.9±40.7 5.5±18.7 11.6±25.1 20.7±45.0 116.7±261.8 22.8±59.8 0.0±0.0 0.0±0.0 3.1±10.1 10.7±36.0 504.3±403.0
273.1±261.7 28.4±77.7 7.9±22.6 12.6±24.2 21.4±68.5 109.3±259.5 26.5±61.9 0.0±0.0 0.0±0.2 4.1±12.5 22.5±67.2 505.7±386.6
274.7±235.2 31.5±64.7 7.8±23.3 11.6±22.8 20.8±70.7 102.8±194.8 15.8±43.7 0.0±0.0 0.0±0.1 4.3±13.6 22.6±60.8 491.9±320.6
272.9±228.6 36.4±64.9 7.3±23.4 9.9±21.5 21.0±73.5 109.3±201.1 19.3±48.1 0.0±0.0 0.0±0.1 4.5±48.6 14.5±48.6 495.1±321.3
274.0±232.7 33.4±64.8 7.6±23.3 11.0±22.3 20.9±71.7 105.2±197.2 17.1±45.4 0.0±0.0 0.0±0.1 19.5±56.7 19.5±56.7 493.1±320.9
274.5±236.4 31.4±65.6 7.8±23.3 11.6±22.9 20.9±70.6 103.1±198.6 16.3±44.8 0.0±0.0 0.0±0.1 4.3±13.5 22.7±61.3 492.6±324.2
273.1±229.4 36.3±64.7 7.3±23.3 10.0±21.5 21.0±73.3 109.3±201.6 19.4±48.2 0.0±0.0 0.0±0.1 4.5±13.2 14.4±48.6 495.2±322.0
274.0±233.8 33.2±65.3 7.6±23.3 11.0±22.4 20.9±71.6 105.4±199.7 17.4±46.1 0.0±0.0 0.0±0.1 4.4±13.4 19.6±57.1 493.5±323.4
35
Menurut Santoso et al. (2011) banyaknya air yang berasal dari makanan adalah 700-1000 mL. Hasil perhitungan menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil dibanding hasil studi sebelumnya. Hal ini diduga karena kemungkinan terjadi kehilangan informasi saat wawancara sehingga data yang dikumpulkan masih sangat minim. Besarnya asupan air dari makanan yang dihasilkan golongan serealia menunjukkan bahwa serealia dikonsumsi dalam frekuensi yang sering dan jumlah yang banyak (Lampiran 6). Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang menjadikan bahan pangan dari golongan serealia sebagai makanan pokok. Selain itu, kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki proporsi makanan pokok yang lebih besar dibanding lauk pada setiap waktu makan. Selain serealia, golongan makanan lain yang berkontribusi cukup banyak terhadap asupan air sampel adalah sayuran dan hasil olahannya. Rata-rata asupan air dari sayuran pada wanita hamil adalah 109.3±259.5 mL dan pada wanita tidak hamil sebanyak 105.2±197.2 mL. Besarnya nilai rata-rata asupan air dari sayuran dan olahannya tersebut dikarenakan banyaknya jenis sayuran di Indonesia yang disajikan dengan kuahnya yang ikut dikonsumsi bersama sayuran. Hal ini sesuai dengan Przyrembel (2006) dalam EFSA (2010) bahwa diet kaya sayur dan buah menyediakan kandungan air yang signifikan terhadap total asupan air, artinya sumber air dari makanan akan lebih tinggi. Asupan Air Metabolik Asupan air metabolik wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 172.7±67.2 mL dan 163.1±58.1 mL. Berdasarkan kelompok usia, asupan air metabolik pada dewasa muda dengan kondisi hamil adalah sebanyak 174.8±68.2 mL sedangkan pada dewasa madya sebanyak 149.9±48.4 mL. Pada kelompok yang tidak hamil banyaknya asupan air metabolik pada dewasa muda adalah sebanyak 163.8±58.5 mL dan pada dewasa madya 161.9±57.5 mL (Tabel 12). Tabel 12 Asupan air metabolik pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis (mL/Kap/hari) Asupan air metabolik
Kelompok Umur
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Hamil
174.8±68.2
149.9±48.4
172.7±67.2
Tidak hamil
163.8±58.5
161.9±57.5
163.1±58.1
Total
164.4±59.0
161.8±57.4
163.4±58.5
36
Nilai rata-rata asupan air metabolik dari seluruh sampel lebih rendah dibanding beberapa hasil studi sebelumnya. Menurut Whitney dan Rolfes (2008) banyaknya air yang dihasilkan dari proses metabolisme zat gizi adalah sebanyak 200-300 mL. Menurut Verdu (2008) menyatakan bahwa air yang berasal dari proses metabolisme adalah sebanyak 300 mL. Rendahnya asupan air metabolik diduga disebabkan karena rendahnya konsumsi zat gizi sampel, sehingga tubuh menghasilkan energi hasil metabolisme dalam jumlah yang sedikit pula. Selain itu, rendahnya asupan air metabolik juga dipengaruhi pola konsumsi masyarakat yang tergolong sedikit mengonsumsi karbohidrat dan lemak (Tabel 17). Total Asupan Air pada Wanita Dewasa Total asupan air dihitung sebagai total dari seluruh sumber asupan air, yaitu dari minuman, makanan, dan air metabolik. Rata-rata total asupan air dari seluruh sampel adalah sebanyak 1532.6±554.5 mL. Total asupan air pada wanita hamil dan wanita tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 1586.0±608.1mL dan 1530.7±552.3 mL (Tabel 13). Tabel 13 Total asupan air pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%) Asupan Air Hamil Air minuman Air makanan Air metabolik Total Tidak Hamil Air minuman Air makanan Air metabolik Total Hamil dan tidak hamil Air minuman Air makanan Air metabolik Total
Golongan Umur Dewasa Muda Dewasa Madya (%) (%)
Total (%)
913.7±423.4 (57.4±15.6) 505.6±385.1 (30.9±14.6) 174.8±68.2 (11.7±4.4) 1594.1±610.5 (100)
843.2±395.1 (56.7±15.9) 504.3±403.0 (32.3±15.3) 149.9±48.4 (11.0±4.3) 1497.4±574.7 (100)
907.8±421.5 (57.4±15.6) 505.5±386.6 (31.0±14.7) 172.7±67.2 (11.6±4.4) 1586.0±608.1 (100)
873.3±404.1 (56.9±15.2) 491.7±320.6 (31.0±14.1) 163.8±58.5 (11.4±4.2) 1528.8±552.9 (100)
876.8±412.8 (56.8±15.3) 495.0±321.3 (31.9±14.1) 161.9±57.5 (11.2±4.1) 1533.7±551.3 (100)
874.6±407.4 (56.9±15.2) 493.0±320.9 (31.8±14.1) 163.1±58.1 (11.4±4.1) 1530.7±552.3 (100)
875.3±405.2 (56.9±15.2) 492.4±324.1 (31.7±14.1) 164.4±59.0 (11.4±4.2) 1532.1±556.2 (100)
876.5±412 (56.8±15.3) 495.1±322.1 (31.9±14.1) 161.8±57.4 (11.2±4.1) 1533.4±551.5 (100)
875.8±407.9 (56.9±15.2) 493.4±323.4 (31.8±14.1) 163.4±58.5 (11.4±4.1) 1532.6±554.5 (100)
37
Persentase terbesar dalam pemenuhan asupan air sehari berasal dari minuman
yaitu
sebesar
56.9±15.2%
mencakup
keseluruhan
sampel.
Berdasarkan kondisi fisiologisnya, asupan air dari minuman adalah sebesar 57.4±15.6% pada wanita hamil dan 56.9±15.2% pada wanita yang tidak hamil. Air dari makanan memiliki persentase sebanyak 31.8±14.1% dari total asupan air. Adapun persentase air dari makanan pada sampel hamil dan tidak hamil yaitu 31.0±14.7% dan 31.8±14.1%. Air metabolik memiliki persentase paling rendah yaitu sebanyak 11.4±4.1%. Persentase air metabolik terhadap asupan air sehari pada wanita hamil adalah sebanyak 11.6±4.4% dan pada wanita yang tidak hamil sebanyak 11.4±4.1%. Berdasarkan kelompok usia, persentase masing-masing sumber asupan air tidak jauh berbeda masing-masingnya. Total asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil berbeda secara nyata (p<0.01) dengan asupan yang lebih tinggi pada wanita hamil, namun berdasarkan golongan usia tidak terdapat perbedaan yang nyata pada total asupan air (p>0.01) (Lampiran 8). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai asupan air
pada wanita secara keseluruhan (1532.6±554.5 mL)
lebih rendah
dibandingkan dengan hasil penelitian Adyas (2011) dengan subjek pria dewasa (1771.8±589.1 mL). Menurut EFSA (2010), total asupan air pada wanita lebih rendah dibanding pria. Grafik asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil disajikan pada Gambar 3. mL
1800
y = -21,984x + 1640,8 R² = 0,325
1600 1400 1200
y = 3,1034x + 1511,6 R² = 0,2862
1000 800 600 400 200 0
y = 1,9289x + 481,38 R² = 0,3846 y = -0,43x + 163,82 R² = 0,282 20 25 30 35
Air dari makanan (h) Air metabolik (h)
y = -21,99x + 986,85 R² = 0,4576 y = 1,6045x + 866,38 R² = 0,1098
Air dari minuman (h)
y = 4,0004x + 474,37 R² = 0,0146 y = -3,9943x + 179,6 R² = 0,4255
40
Usia (tahun)
45
50
55
Total asupan air (h) Air dari minuman (th) Air dari makanan (th) Air Metabolik (th) Total asupan air (th)
Keterangan: h = hamil th = tidak hamil
Gambar 3 Air dari makanan, air dari minuman, dan total asupan air pada wanita dewasa menurut usia dan kondisi fisiologis
38
Kajian asupan air pada populasi dewasa di Amerika Serikat menunjukkan total asupan air yang berasal dari minuman adalah 72%. Sedangkan air makanan dan metabolik memiliki persentase 28% (Santoso et al. 2011). Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa persentase air dari minuman masih sangat jauh dari angka yang ditunjukkan studi sebelumnya di negara luar sehingga diduga
perhitungan
jumlah
asupan
air
dari
minuman
underestimate.
Ketidaksempurnaan pengumpulan data Riskesdas 2010 mengenai asupan minuman dapat menyebabkan terjadinya underestimate ini. Selain itu, masih rendahnya asupan makanan dan minuman masyarakat menyebabkan secara keseluruhan total asupan air menjadi kecil (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Estimasi Asupan Air Minuman Hasil perhitungan asupan air minum sampel menunjukkan nilai yang jauh lebih kecil apabila
dibandingkan dengan banyaknya asupan air
yang
dikemukakan oleh Santoso et al. (2011) yaitu sebesar 2300 mL. Salah satu penyebab rendahnya total asupan air tersebut adalah hasil perhitungan asupan air dari minuman yang sangat rendah. Oleh karena itu, dilakukan estimasi asupan air minuman berdasarkan pendekatan konsumsi makanan untuk mengkoreksi berapa besar kekurangan air minuman tersebut. Berdasarkan Institut of Medicine (2004) dalam Santoso et al. (2011) pada penelitiannya di Amerika Serikat, kontribusi asupan air dari air metabolik dan air makanan sekitar sepertiga total asupan air (35%), sehingga kontribusi air dari minuman yang diperlukan oleh tubuh sekitar dua pertiga (65-70%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fauji (2011), kontribusi asupan cairan dari air putih dan minuman lainnya terhadap total asupan air adalah sebesar 73.7% pada wanita dewasa, sedangkan rata-rata konsumsi air dari makanan dan air metabolik terhadap total asupan air sebesar 26.3%. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan estimasi asupan air dari minuman dengan persentase kontribusi air dari makanan dan metabolik sebanyak 30%. Persentase tersebut di atas dapat digunakan untuk pengestimasian dan dianggap tepat setelah dilakukan analisis regresi. Adapun analisis regresi yang dilakukan adalah melihat hubungan antara jumlah air metabolik dan air dari makanan dengan air dari minuman. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa terdapat hubungan positif (p<0.05) antara air dari makanan dan metabolik dengan air dari minuman dengan Y=785.082 + 1.084X (Lampiran 7). Oleh
39
karena itu, perhitungan air estimasi dengan persentase 70% bisa dilakukan. Hasil perhitungan estimasi air dari minuman tersaji pada Tabel 14. Rata-rata estimasi air dari minuman pada seluruh sampel adalah sebesar 1532.6±822.9 mL. Air dari minuman hasil estimasi pada dewasa hamil adalah sebanyak 1582.4±976.4 mL dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak 1530.8±816.8 mL. Hasil estimasi asupan air dari makanan berimplikasi terhadap total asupan air yaitu meningkat menjadi 2189.4±1175.6 mL secara keseluruhan. Total asupan air setelah dilakukan estimasi pada wanita dewasa hamil adalah 2260.6±1394.8 mL dan pada dewasa yang tidak hamil sebanyak 2186.8±1166.8 mL. Tabel 14 Estimasi asupan air dari minuman pada wanita dewasa berdasarkan pendekatan konsumsi Asupan Air
Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
Hamil Air dari makanan+metabolik Air dari minuman Total Asupan Air
680.4±418.3 1587.5±976.0 2267.9±1394.3
654.2±420.5 1526.5±981.3 2180.7±1401.8
678.2±418.4 1582.4±976.4 2260.6±1394.8
Tidak Hamil Air dari makanan+metabolik Air dari minuman Total Asupan Air
655.5±349.6 1529.6±815.8 2185.1±1165.5
656.9±350.7 1532.7±818.3 2189.6±1169.0
656.0±350.0 1530.8±816.8 2186.8±1166.8
Hamil dan Tidak Hamil Air dari makanan+metabolik Air dari minuman
656.8±353.5 1532.5±824.7
656.9±351.3 1532.7±819.7
656.8±352.7 1532.6±822.9
2189.3±1178.2
2189.6±1171.0
2189.4±1175.6
Total Asupan Air
Asupan air dari minuman hasil estimasi pada kelompok dewasa muda lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini diduga karena kelompok usia yang lebih muda biasanya lebih aktif sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak. Perbedaan juga terdapat antara kelompok wanita dewasa dengan kondisi hamil dengan yang tidak hamil. Wanita hamil memiliki nilai estimasi asupan air dari minuman yang lebih tinggi dibanding yang tidak hamil. Hal ini akan sangat terkait dengan terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan asupan air yang lebih banyak dari kondisi normal (Nix 2005). Kebutuhan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Air Berdasarkan rumus
perhitungan kebutuhan air,
diketahui
bahwa
kebutuhan air rata-rata dari seluruh sampel adalah 2411.0±372.7 mL. Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu
40
2829.3±343.5 mL. Adapun kebutuhan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 2395.9±364.8 mL (Tabel 15). Berdasarkan uji beda dengan Independent sample test, terdapat perbedaan pada sampel hamil dan tidak hamil dengan kebutuhan air serta tingkat pemenuhan kebutuhan air (p<0.01). Kebutuhan air pada wanita hamil lebih tinggi namun tingkat pemenuhan kebutuhan airnya lebih rendah. Begitu pula antara dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01), kebutuhan air dewasa muda lebih tinggi dengan tingkat pemenuhan yang lebih rendah (Lampiran 8). Tabel 15 Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis, mL/Kap/hari (%) Asupan Air Hamil Konsumsi air (Riskesdas 2010) Konsumsi air (Estimasi) Kebutuhan
Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
1594.1±610.5 2267.9±1394.3 2836.1±340.7
1497.4±574.7 2180.7±1401.8 2754.9±364.9
1586.0±608.1 2260.6±1394.8 2829.3±343.5
Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi) Tidak Hamil
56.9±22.9
55.2±22.6
56.8±22.9
80.9±51.0
80.8±55.2
80.9±51.4
Konsumsi air (Riskesdas 2010) Konsumsi air (Estimasi)
1528.8±552.9 2185.1±1165.5
1533.7±551.3 2189.6±1169.0
1530.7±552.3 2186.8±1166.8
Kebutuhan Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi) Hamil dan Tidak Hamil Konsumsi air (Riskesdas 2010) Konsumsi air (Estimasi) Kebutuhan Tingkat pemenuhan kebutuhan (Riskesdas) Tingkat pemenuhan kebutuhan (Estimasi)
2412.9±354.5 64.7±25.5
2367.7±379.7 66.5±26.6
2395.9±364.8 65.4±25.9
92.5±51.4
94.7±52.9
93.3±52.0
1532.1±556.2 2189.3±1178.2 2434.2±365.7 64.3±25.4
1533.4±551.5 2189.6±1171.0 2370.8±381.2 66.4±26.6
1532.6±554.5 2189.4±1175.6 2411.0±372.7 65.1±25.8
91.9±51.4
94.5±52.9
92.9±52.0
Rendahnya asupan air dari minuman pada orang Indonesia terlihat pada rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan air yaitu sebesar 65% pada keseluruhan subjek. Hardinsyah et al. (2010) menyatakan bahwa alasan utama orang Indonesia tidak meminum air dalam jumlah yang cukup adalah kurang mengerti pentingnya asupan air yang cukup bagi kesehatan tubuh, serta sulitnya memperoleh akses air minum. Tingkat pemenuhan kebutuhan air mengalami peningkatan setelah dilakukan pengestimasian asupan air dari minuman. Tingkat pemenuhan kebutuhan air keseluruhan sampel adalah sebesar 65.1±25.8%, kemudian
41
mengalami peningkatan setelah diestimasi menjadi 92.9±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil meningkat dari 56.8±22.9% menjadi 80.9±51.4%. Pemenuhan kebutuhan air pada wanita tidak hamil setelah dilakukan estimasi yaitu sebesar 93.3±52.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan air yang paling rendah adalah pada sampel dengan kondisi fisiologis hamil. Hal ini disebabkan karena tingginya kebutuhan air yang hampir mencapai 3000 mL. Tingginya kebutuhan air tersebut disebabkan oleh terjadinya perubahan fisiologis pada wanita hamil sehingga membutuhkan tambahan energi yang lebih besar. Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Analisis asupan zat gizi makro dan mineral dilakukan dengan menghitung rata-rata zat gizi yang diasup setiap orang per hari. Hasil pengolahan data disajikan pada Tabel 16. Rata-rata asupan energi pada sampel hamil adalah sebanyak 1361±530 Kal. Nilai ini sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata asupan pada wanita tidak hamil, yaitu sebanyak 1285±459 Kal. Asupan protein rata-rata dari keseluruhan sampel adalah sebanyak 44.3±21.3 g, dengan rincian 47.2±24.0 g pada wanita hamil dan 44.2±21.2 g pada wanita yang tidak hamil. Rata-rata asupan lemak adalah sebanyak 38.4±27.1 g. Asupan lemak pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil, yaitu 40.1±30.0 g. Adapun asupan lemak pada kelompok sampel yang tidak hamil adalah sebanyak 38.4±27.0 g. Rata-rata asupan karbohidrat dari seluruh sampel adalah 190.2±71.5 g. Rata-rata asupan karbohidrat pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita tidak hamil dengan nilai masing-masingnya adalah sebesar 202.0±79.1 g dan 189.8±71.2 g. Secara keseluruhan, rata-rata asupan air adalah sebanyak 1532.6±554.5 mL. Asupan air pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1586.0±608.1 mL. Adapun asupan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 1530.7±552.3 mL. Asupan kalsium pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 324.1±388.9 mg dan 249.5±295.2 mg. Asupan fosfor pada wanita hamil adalah sebanyak 702.0±347.8 mg, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 636.0±294.1 mg. Adapun asupan zat besi pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 9.5±17.7 mg dan 7.8±12.8 mg.
42
Tabel 16 Asupan zat gizi makro dan mineral per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Kelompok Umur Dewasa Muda
Dewasa Madya
Energi (Kal)
1377±538
1179±379
1361±530
Protein (g)
47.8±24.4
40.3±18.5
47.2±24.0
Asupan Zat Gizi
Total
Hamil
Lemak (g)
40.8±30.5
31.5±21.6
40.1±30.0
203.8±80.2
181.9±62.6
202.0±79.1
1594.1±610.5
1497.4±574.7
1586.0±608.1
Kalsium (mg)
329.3±396.7
267.6±284.8
324.1±388.9
Fosfor (mg)
711.7±352.8
595.1±264.1
702.0±347.8
9.7±18.1
7.8±12.4
9.5±17.7
Energi (Kal)
1292±462
1273±455
1285±459
Protein (g)
44.6±21.2
43.6±21.2
44.2±21.2
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg) Tidak Hamil
Lemak (g)
38.5±27.1
38.2±26.9
38.4±27.0
190.6±72.0
188.5±69.8
189.8±71.2
1528.8±552.9
1533.7±551.3
1530.7±552.3
Kalsium (mg)
247.7±295.7
252.4±294.2
249.5±295.2
Fosfor (mg)
640.9±294.4
628.1±293.6
636.0±294.1
7.7±12.9
7.9±12.7
7.8±12.8
Energi (Kal)
1296±467
1273±454
1288±462
Protein (g)
44.7±21.3
43.6±21.2
44.3±21.3
Lemak (g)
38.6±27.3
38.1±26.9
38.4±27.1
191.3±72.5
188.4±69.7
190.2±71.5
1532.1±556.2
1533.4±551.5
1532.6±554.5
Kalsium (mg)
251.8±302.2
252.5±294.1
252.1±299.3
Fosfor (mg)
644.4±298.0
627.8±293.3
638.3±296.4
7.8±13.2
7.9±12.7
7.8±13.0
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg) Hamil dan Tidak Hamil
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg)
Meskipun energi bukan tergolong zat gizi, namun tetap menjadi salah satu pembahasan utama saat melakukan analisis asupan zat gizi. Energi merupakan hasil metabolisme zat gizi yangberasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga yang selanjutnya digunakan tubuh untuk berbagai keperluan seperti kegiatan fisik, pertumbuhan, dan metabolisme (WNPG 2004). Asupan karbohidrat, protein, dan lemak sangat berhubungan dengan asupan energi seseorang. Semakin banyak asupan zat gizi makro tersebut, maka semakin banyak pula asupan energi individu tersebut. Adapun pangan yang merupakan sumber zat gizi makro adalah serealia sebagai sumber
43
karbohidrat, kacang-kacangan dan pangan hewani sebagai sumber protein dan lemak (WNPG 2004). Mineral yang dianalisis dalam penelitian ini mengikuti data yang tersedia dari Riskesdas 2010, yaitu kalsium, fosfor, dan besi. Kalsium dan fosfor merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dan fosfor yang baik untuk pertumbuhan tulang, serta besi yang berfungsi untuk perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh, sedangkan zat besi bermanfaat untuk pembuatan sel darah merah (WNPG 2004). Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa asupan energi, zat gizi makro, dan mineral pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena terjadinya perubahan fisik dan fisiologis pada wanita hamil yang mendorong terjadinya peningkatan asupan zat gizi. Asupan zat gizi sampel berdasarkan kelompok usia, terlihat bahwa dewasa muda mengonsumsi zat gizi makro dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dewasa madya. Hal ini menunjukkan bahwa golongan umur yang lebih muda pada dewasa cenderung lebih banyak mengonsumsi zat gizi dibanding wanita dengan umur yang lebih tua. Salah satu faktor yang diduga terkait dengan hal ini adalah kesadaran akan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi pada wanita yang lebih muda lebih tinggi dibanding wanita yang lebih tua. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral tersaji pada Tabel 17. Tingkat pemenuhan konsumsi energi secara keseluruhan, tanpa membedakan kelompok usia dan kondisi fisiologis adalah sebesar 66.7±26.1%. Tingkat pemenuhan kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut adalah sebesar 87.2±44.6%, 71.8±52.3%, dan 61.4±25.2%. Adapun tingkat pemenuhan air dari keseluruhan sampel adalah sebesar 65.1±25.8 %. Mineral yang dianalisis, meliputi kalsium, fosfor, dan zat besi, masing-masing nilai tingkat kecukupannya adalah sebesar 31.2±36.4%, 106.2±48.6%, dan 29.7±48.5%. Tingkat pemenuhan energi pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu sebesar 59.5±24.2%. Sementara itu tingkat pemenuhan kebutuhan energi pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 67.0±26.2%. Tingkat pemenuhan kebutuhan protein pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah 71.8±38.2% dan 87.8±44.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan lemak pada wanita hamil adalah 63.1±47.6%, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah 72.2±52.4%. Sebanyak 55.9±23.2% dari kebutuhan
44
karbohidrat dapat terpenuhi pada wanita hamil, sementara persentase kebutuhan yang dapat terpenuhi pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 61.6±25.2%. Tabel 17
Tingkat pemenuhan zat gizi makro dan mineral per kapita/haripada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Asupan Zat Gizi
Kelompok Umur
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Energi (Kal)
60.1±24.6
52.9±17.8
59.5±24.2
Protein (g)
72.8±38.8
61.2±28.6
71.8±38.2
Lemak (g)
64.2±48.5
50.7±35.0
63.1±47.6
Karbohidrat (g)
56.2±23.5
52.0±19.3
55.9±23.2
Air (ml)
56.9±22.9
55.2±22.6
56.8±22.9
Kalsium (mg)
34.3±41.0
28.2±30.0
33.8±40.2
117.7±56.3
99.2±44.0
116.2±55.6
27.6±51.7
22.3±35.3
27.2±50.5
Energi (Kal)
66.7±26.0
67.3±26.5
67.0±26.2
Protein (g)
89.9±45.5
84.4±43.2
87.8±44.8
Lemak (g)
71.7±51.9
72.9±53.4
72.2±52.4
Karbohidrat (g)
61.1±25.0
62.4±25.6
61.6±25.2
Air (ml)
64.7±25.5
66.5±26.6
65.4±25.9
Kalsium (mg)
30.8±36.3
31.4±36.3
31.1±36.3
Hamil
Fosfor (mg) Besi (mg) Tidak Hamil
Fosfor (mg)
106.6±48.4
104.4±48.1
105.8±48.3
Besi (mg) Hamil dan Tidak Hamil
29.6±48.6
30.1±48.0
29.8±48.4
Energi (Kal)
66.4±25.9
67.2±26.5
66.7±26.1
Protein (g)
89.0±45.4
84.2±43.1
87.2±44.6
Lemak (g)
71.4±51.7
72.7±53.3
71.8±52.3
Karbohidrat (g)
60.8±25.0
62.3±25.5
61.4±25.2
Air (ml)
64.3±25.4
66.4±26.6
65.1±25.8
Kalsium (mg)
31.0±36.6
31.4±36.2
31.2±36.4
107.2±48.9
104.4±48.1
106.2±48.6
29.5±48.8
30.1±47.9
29.7±48.5
Fosfor (mg) Besi (mg)
Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 56.8±22.9% dan 65.4±25.9%. Tingkat pemenuhan kebutuhan kalsium pada wanita hamil lebih besar dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 33.8±40.2% pada wanita hamil dan 31.1±36.3% pada wanita yang tidak hamil. Tingkat pemenuhan kebutuhan fosfor pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 116.2±55.6% dan 105.8±48.3%. Sementara itu, tingkat pemenuhan kebutuhan zat besi pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 27.2±50.5% dan 29.8±48.4%.
45
Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral merupakan perbandingan antara konsumsi energi, zat gizi makro, dan mineral dengan kebutuhannya. Tingkat pemenuhan kebutuhan ini dinyatakan dalam persentase. Data Riskesdas mengenai asupan zat gizi makro dan mineral kemudian ditentukan kebutuhannya berdasarkan karakteristik (berat badan, tinggi badan, aktivitas) dan kondisi fisiologisnya Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa tingkat pemenuhan energi, zat gizi makro, dan mineral pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena terjadi peningkatan kebutuhan energi, zat gizi makro, dan mineral yang besar, namun tidak diiringi dengan peningkatan konsumsi yang besar pula (Lampiran 9). Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan kebutuhan energi, zat gizi makro, dan mineral pada semua kelompok usia dan kondisi fisiologis belum mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa asupan zat gizi belum mampu memenuhi kebutuhan individu tersebut. Kekurangan zat gizi tersebut apabila tidak dikoreksi akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Tercapainya tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi terutama pada ibu hamil sangat berkaitan dengan kondisi kesehatan anak baik saat lahir maupun jangka panjang. Asupan Vitamin pada Wanita Dewasa Rata-rata asupan vitamin berdasarkan kelompok usia dan kondisi fisiologis disajikan pada Tabel 18. Rata-rata asupan vitamin A dari seluruh sampel adalah sebanyak 506.1±652.9 RE. Asupan vitamin A pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 604.5±741.0 RE. Adapun asupan vitamin A pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 502.6±649.2 RE. Asupan tiamin pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 0.5±0.3 mg dan 0.4±0.3 mg. Asupan riboflavin pada wanita hamil adalah 0.6±0.4 mg, sedangkan asupan pada wanita yang tidak hamil adalah 0.5±0.4 mg. Asupan niasin pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebanyak 8.5±5.4 mg dan 8.2±5.1 mg. Asupan vitamin B6 pada wanita hamil memiliki nilai yang hampir sama dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1.0±0.6 mg pada wanita hamil dan 0.9±0.5 mg pada wanita yang tidak hamil. Asupan folat pada wanita hamil adalah sebanyak 145.0±140.3 µg, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 126.9±117.1 µg. Rata-rata asupan vitamin B12 pada wanita hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 2.1±1. 9 µg. Sementara itu, asupan vitamin B12 wanita yang tidak
46
hamil adalah sebanyak 1.9±1.8 µg. Asupan vitamin C pada wanita hamil dan wanita tidak hamil adalah sebanyak 34.2±48.2 mg dan 27.6±41.7 mg. Tabel 18
Asupan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Asupan Zat Gizi
Kelompok Usia Dewasa Muda Dewasa Madya
Total
Hamil Vitamin A (RE)
611.6±749.0
527.2±643.5
604.5±741.0
Tiamin (mg)
0.5±0.3
0.4±0.3
0.5±0.3
Riboflavin (mg)
0.6±0.5
0.5±0.3
0.6±0.4
Niasin (mg)
8.7±5.5
7.2±4.0
8.5±5.4
Vitamin B6 (mg)
1.0±0.6
0.8±0.5
1.0±0.6
146.3±142.7
131.2±110.6
145.0±140.3
Folat (µg) Vitamin B12 (µg)
2.1±1.9
1.8±1.6
2.1±1.9
34.2±45.8
34.6±69.3
34.2±48.2
505.6±659.0
497.5±632.7
502.6±649.2
Tiamin (mg)
0.4±0.3
0.4±0.3
0.4±0.3
Riboflavin (mg)
0.5±0.4
0.5±0.3
0.5±0.4
Niasin (mg)
8.2±5.1
8.3±5.0
8.2±5.1
Vitamin B6 (mg)
0.9±0.5
0.9±0.5
0.9±0.5
126.1±118.0
128.1±115.6
126.9±117.1
2.0±1.9
1.9±1.8
1.9±1.8
26.9±42.2
28.8±40.8
27.6±41.7
511.0±664.2
497.7±632.8
506.1±652.9
Tiamin (mg)
0.4±0.3
0.4±0.3
0.4±0.3
Riboflavin (mg)
0.5±0.4
0.5±0.3
0.5±0.4
Niasin (mg)
8.2±5.1
8.3±5.0
8.2±5.1
Vitamin B6 (µg)
0.9±0.5
0.9±0.5
0.9±0.5
127.1±119.4
128.2±115.6
127.5±118.0
2.0±1.9
1.9±1.8
2.0±1.8
27.2±42.4
28.9±41.1
27.8±41.9
Vitamin C (mg) Tidak Hamil Vitamin A (RE)
Folat (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg) Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE)
Folat (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg)
Vitamin yang menjadi fokus penelitian ini adalah vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat, vitamin B12, dan vitamin C. Vitamin A merupakan
vitamin
yang
sangat
berperan
penting
dalam
kemampuan
penglihatan. Sumber vitamin A adalah sayuran hijaun, buah-buahan berwarna orange, akar, dan umbi-umbian. Vitamin B kompleks sangat berperan dalam bekerjanya sistem syaraf tubuh. Sedangkan vitamin C berhubungan dengan imunitas. Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa asupan vitamin pada wanita hamil lebih banyak dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga
47
berkaitan dengan disadarinya terjadi peningkatan kebutuhan vitamin di saat hamil oleh sampel. Adanya kesadaran diri tersebut selanjutnya menyebabkan sampel
meningkatkan
asupan
zat
gizinya
dibanding
sebelum
hamil.
Perbandingan asupan vitamin menurut kelompok usia pada sampel hamil menunjukkan bahwa dewasa muda mengasup vitamin dalam jumlah yang lebih banyak
dibanding
dewasa
madya.
Berkaitan
juga
dengan
penjelasan
sebelumnya, diduga terdapatnya kesadaran diri pada individu yang hamil sehingga asupannya meningkat. Wanita dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memiliki kesadaran yang tinggi sehingga lebih memperhatikan asupan makanannnya dibandingkan dengan wanita hamil dengan usia yang tua. Selain itu, kehamilan yang terjadi pada usia dewasa muda biasanya merupakan kehamilan yang direncanakan secara matang sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu dan anak juga lebih besar dibanding wanita yang hamil pada usia dewasa madya. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin tersaji pada Tabel 19. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin A pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 75.4±92.6% pada wanita hamil dan 100.3±128.8% pada wanita yang tidak hamil. Tingkat pemenuhan kebutuhan tiamin pada wanita hamil dan tidak hamil adalah sebesar 40.1±24.3% dan 48.9±29.0%. Tingkat pemenuhan kebutuhan riboflavin pada wanita hamil adalah 44.3±31.4%, sedangkan pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 47.3±31.8%. Sebanyak 47.2±29.5% dari kebutuhan niasin sampel hamil mampu dipenuhi dari konsumsinya. Sementara itu, 58.6±35.7% dari kebutuhan niasin pada wanita yang tidak hamil telah mampu dipenuhi dari konsumsinya. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B6 pada wanita hamil dan tidak hamil berturut-turut adalah sebesar 56.5±34.7% dan 68.0±39.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan folat pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 24.1±23.3%. Tingkat pemenuhan kebutuhan folat pada wanita yang tidak hamil adalah sebesar 31.6±28.8%. Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin B12 pada sampel hamil dan tidak hamil masing-masing adalah sebesar 80.8±72.1% dan 81.0±76.8%. Sementara itu, tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin C pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 40.0±56.5% dan 36.7±55.4%.
48
Tabel 19 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin per kapita/hari pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Asupan Zat Gizi
Kelompok Usia
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Vitamin A (RE)
76.3±93.6
65.9±80.4
75.4±92.6
Tiamin (µg)
40.6±24.6
34.7±21.1
40.1±24.3
Riboflavin (µg)
45.0±31.9
37.1±24.2
44.3±31.4
Niasin (µg)
47.8±30.0
39.9±22.5
47.2±29.5
Vitamin B6 (µg)
57.1±35.3
49.6±26.9
56.5±34.7
Folat (µg)
24.3±23.7
21.9±18.4
24.1±23.3
Vitamin B12 (µg)
81.9±72.9
68.4±61.4
80.8±72.1
Vitamin C (mg)
40.0±53.7
40.7±81.5
40.0±56.5
Hamil
Tidak Hamil Vitamin A (RE)
100.9±130.6
99.3±125.8
100.3±128.8
Tiamin (µg)
49.0±29.3
48.6±28.5
48.9±29.0
Riboflavin (µg)
48.0±32.1
46.2±31.3
47.3±31.8
Niasin (µg)
58.4±35.9
58.9±35.2
58.6±35.7
Vitamin B6 (µg)
67.4±39.3
69.1±40.7
68.0±39.8
Folat (µg)
31.4±28.9
32.0±28.6
31.6±28.8
Vitamin B12 (µg)
82.7±77.2
78.2±76.0
81.0±76.8
Vitamin C (mg)
35.8±56.0
38.4±54.2
36.7±55.4
Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE)
99.6±129.1
99.1±125.6
99.4±127.8
Tiamin (µg)
48.6±29.2
48.5±28.4
48.5±28.9
Riboflavin (µg)
47.8±32.1
46.1±31.2
47.2±31.8
Niasin (µg)
57.8±35.7
58.8±35.2
58.2±35.5
Vitamin B6 (µg)
66.9±39.2
68.9±40.6
67.6±39.7
Folat (µg)
31.1±28.7
31.9±28.5
31.4±28.6
Vitamin B12 (µg)
82.7±77.0
78.1±75.9
81.0±76.6
Vitamin C (mg)
36.0±55.9
38.4±54.5
36.9±55.4
Berdasarkan Tabel 19, terlihat bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin pada wanita hamil lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil. Hal ini diduga karena peningkatan kebutuhan vitamin saat hamil (Lampiran 10) tidak diikuti dengan peningkatan asupan pangan sumber vitamin tersebut. Wanita hamil memiliki nilai tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil. Perbandingan tingkat konsumsi pada dua kelompok usia menunjukkan bahwa wanita hamil dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan bayinya sehingga asupan zat gizi juga meningkat.
49
Secara keseluruhan, tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin bernilai di bawah 100% dan dinyatakan defisit (<70% AKG). Hal ini menunjukkan bahwa asupan vitamin belum mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin tersebut. Keadaan ini apabila terus dibiarkan secara individual akan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan dan secara umum menyebabkan status kesehatan masyarakat memburuk. Pentingnya terpenuhinya kebutuhan tubuh akan vitamin terutama pada ibu hamil sangat berhubungan dengan kesehatan bayi setelah lahir bahkan ikut menentukan keadaan kesehatan anak jangka panjang. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin pada wanita dewasa dapat dikoreksi dengan meningkatkan asupan pangan hewani, sayur, dan buah (WNPG 2004). Mutu Gizi Asupan Pangan Rata-rata skor MGP dari seluruh sampel adalah 53.1±15.9. Sebanyak 32377 orang (56.6%) dari seluruh sampel memiliki skor MGP <55. Banyaknya sampel dengan skor MGP 55-70 adalah sebanyak 16150 orang (28.2%). Sebanyak 6949 orang (12.1%) dari seluruh sampel memiliki skor MGP 70-85. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki skor >85 yaitu sebanyak 1756 orang (3.1 %) (Tabel 20). Skor MGP rata-rata pada kelompok wanita yang hamil adalah sebesar 48.6±16.4 dan tergolong buruk. Banyaknya sampel hamil yang memiliki skor MGP <55 adalah sebanyak 1340 orang (67.2%). Sebanyak 444 orang (22.3%) dari sampel hamil memiliki skor MGP 55-70. Sebanyak 162 orang (8.1%) memiliki skor 70-85. Hanya sebanyak 2.5% atau 49 orang saja yang memiliki skor MGP ≥85. Skor MGP rata-rata pada sampel yang tidak hamil adalah sebesar 53.2±15.9. Sebanyak 31037 orang (56.2%) dari jumlah sampel yang tidak hamil memiliki nilai rata-rata skor MGP <55. Jumlah sampel dengan skor MGP 55-70 orang adalah sebanyak 15706 orang (28.4%). Sebanyak 6787 orang (12.3%) sampel memiliki skor MGP 70-85. Hanyak sebanyak 3.1% atau 1707 orang yang memiliki skor dengan kategori baik (≥85). Berdasarkan uji beda dengan Independent sample t-test, terdapat perbedaan yang nyata pada sampel hamil dan tidak hamil dengan mutu gizi asupan pangan, begitu juga pada sampel dewasa muda dan dewasa madya (p<0.01) (Lampiran 8).
50
Tabel 20 Mutu Gizi Asupan Pangan pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Skor Mutu Gizi Makanan
Kelompok Usia
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
49.0±16.5
44.3±14.0
48.6±16.4
1209 (66.1)
131 (78.4)
1340 (67.2)
55-70
416 (22.8)
28 (16.8)
444 (22.3)
70-85
157 (8.6)
5 (3.0)
162 (8.1)
46 (2.5)
3 (1.8)
49 (2.5)
1828 (100.0)
167 (100.0)
1995 (100.0)
53.2±15.8
53.2±16.0
53.2±15.9
Hamil <55
≥85 Total Tidak Hamil <55
19334 (56.1)
11703 (56.3)
31037 (56.2)
55-69
9828 (28.5)
5878 (28.3)
15706 (28.4)
70-84
4231 (12.3)
2556 (12.3)
6787 (12.3)
1054 (3.1)
653 (3.1)
1707 (3.1)
34447 (100.0)
20790 (100.0)
55237 (100.0)
≥85 Total Hamil dan Tidak Hamil
53.0±15.9
53.1±16.0
53.1±15.9
<55
20543 (56.6)
11834 (56.5)
32377 (56.6)
55-69
10244 (28.2)
5906 (28.2)
16150 (28.2)
70-84
4388 (12.1)
2561 (12.2)
6949 (12.1)
≥85 Total
1100 (3.0)
656 (3.1)
1756 (3.1)
36275 (100.0)
20957 (100.0)
57232 (100.0)
Hasil perhitungan mutu gizi asupan pangan seluruh sampel menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki mutu gizi yang sangat kurang. Skor mutu gizi pangan pada kelompok sampel hamil lebih rendah dibanding kelompok sampel yang tidak hamil. Rendahnya skor mutu gizi pangan tersebut diduga disebabkan karena kurang beragamnya jenis makanan yang dikonsumsi sampel. Sebagian besar sampel (33%) mengonsumsi bahan makanan dari golongan serealia, sedangkan sampel yang mengonsumsi pangan hewani, sayur, dan buah masih sangat rendah (Lampiran 6). Rendahnya mutu gizi pangan sampel juga berkaitan dengan asupan sampel dan tingkat pemenuhan kebutuhan energi, zat gizi makro, mineral, dan vitamin secara keseluruhan masih sangat rendah (Tabel 17 dan Tabel 19). Nilai MGP pada tingkatan usia disajikan pada Gambar 4.
51
60
y = 0,0599x + 52,667 R² = 0,2482
mL
50 40
MGP wanita dewasa hamil
y = -0,8358x + 50,558 R² = 0,4747
MGP wanita dewasa tidak hamil
30 20
Linear (MGP wanita dewasa hamil)
10
Linear (MGP wanita dewasa tidak hamil)
0 20
25
30
35
40
45
50
55
Usia (tahun)
.
Gambar 4 Mutu gizi asupan pangan pada wanita dewasa menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Analisis antara Karakteristik dengan Asupan Air dan MGP Hasil pengolahan data sebelumnya, selanjutnya dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Adapun variabel yang diuji hubungannya adalah pendidikan, status ekonomi (kuintil), total asupan air, dan mutu gizi asupan pangan. Hasil uji korelasi ditampilkan pada Tabel 21. Tabel 21 Analisis korelasi antar variabel Pendidikan Tidak tamat SD/MI=1, tamat SD/MI=2, tamat SMP/MTS=3, tamat SMA/Ma=4, tamat D1/D2/D3=5, tamat PT=6 Status ekonomi
Total Asupan Air 0.005**
MGP 0.054**
0.000 0.119** 0.000
0.000 0.219** 0.000
** Correlations is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan yang bernilai positif serta signifikan dengan total asupan air. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan dan status ekonomi (kuintil) seseorang maka total asupan air juga semakin banyak. Berdasarkan nilai r, variabel status ekonomi memiliki hubungan yang lebih kuat dibanding status pendidikan (r=0.119). Variabel pendidikan dan status ekonomi memiliki hubungan yang bernilai positif serta signifikan terhadap mutu gizi asupan pangan. Artinya semakin tinggi status pendidikan dan status ekonomi seseorang makan semakin baik pula mutu gizi asupan pangannya. Berdasarkan nilai correlation coefficient nya, status
52
ekonomi (kuintil) memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap mutu gizi konsumsi pangan (r=0.219). Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.01). Hasil uji beda juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu gizi asupan pangan sampel yang bertempat tinggal di desa dan di kota (p<0.01) (Lampiran 8). Implikasi pada Riskesdas dan Program Masa Datang Data Riskesdas 2010 merupakan data pertama yang dikumpulkan oleh tim Riskesdas mencakup data asupan pangan per individu pada setiap anggota rumah tangga dalam skala nasional. Kekuatan dari data Riskesdas 2010 adalah 1) data pertama yang representatif (mewakili setiap kabupaten/kota), 2) cakupan variabel yang luas, 3) adanya data kandungan zat gizi pangan hasil Recall 1x24 jam, sehingga 4) dapat digunakan untuk berbagai keperluan terkait informasi asupan pangan dan kandungan gizinya, serta 5) dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam penentuan kebijakan. Proses pengumpulan data Riskesdas 2010 merupakan tahapan yang rumit, karena mencakup variabel dan skala penelitian yang sangat luas (nasional).
Adapun
kendala-kendala
yang
dihadapi
Riskesdas
dalam
pengumpulan data asupan pangan berupa 1) kesulitan memperoleh tenaga profesional (tenaga gizi) terutama untuk kabupaten/kota yang aksesnya sulit dijangkau sehingga berimplikasi pada kualitas data yang dikumpulkan, 2) sampel tidak seluruhnya dapat diwawancara karena tidak berada di tempat, 3) blok sensus yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses transportasi, serta 4) kabupaten/kota yang tidak memenuhi syarat, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT. Meskipun data Riskesdas 2010 memliki berbagai macam kelebihan, namun masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu 1) data yang tidak lengkap pada beberapa sampel, seperti: data berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan, 2) tidak adanya pemisahan kuesioner makanan dan minuman, 3) beberapa data berat bahan pangan (gram atau mL) yang tidak logis, sehingga berimplikasi pada kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah, 4) tenaga pengumpul data asupan pangan tidak seluruhnya dilakukan oleh tenaga profesional dalam bidang gizi, dan 5) tidak adanya data mengenai faktor aktivitas sampel.
53
Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan oleh tim Riskesdas 2010. Kendala-kendala yang dialami dalam pengumpulan data Riskesdas berimplikasi pada hasil penelitian ini, yaitu 1) kandungan zat gizi dari bahan pangan yang cenderung terlalu tinggi atau terlalu rendah karena beberapa data asupan pangan yang tidak logis, 2) terdapat beberapa pangan yang data kandungan airnya tidak terdapat pada DKBM, 3) terdapat beberapa sampel Riskesdas yang tidak digunakan sebagai sampel penelitian karena terdapat data yang tidak lengkap dan tidak logis (cleaning data). Sebelum data diterima oleh peneliti, Riskesdas telah melakukan proses manajemen data berupa receiving batching, edit, entri, penggabungan data, cleaning, dan imputasi. Meskipun imputasi telah dilakukan guna penanganan data-data missing dan outlier, namun masih terdapat data yang tidak lengkap seperti pada berat badan, tinggi badan, dan asupan pangan. Riskesdas 2010 tidak memisahkan kuesioner recall 1x24 jam antara makanan dan minuman, sehingga wawancara terhadap minuman yang dikonsumsi sampel menjadi kurang mendalam. Kurang mendalamnya wawancara terhadap asupan minuman sampel berimplikasi pada data minuman yang missing, seperti beberapa sampel tidak memiliki data asupan minuman. Untuk meningkatkan kualitas data yang dihasilkan Riskesdas di masa yang akan datang, disarankan beberapa hal berikut, yaitu 1) tim Riskesdas sebaiknya melibatkan tenaga profesional di bidang gizi dalam jumlah yang lebih banyak mencakup seluruh daerah pengambilan sampel Riskesdas, 2) tenaga pengumpul data seharusnya lebih teliti dalam proses entry data, sehingga tidak ada data yang missing, 3) kuesioner Riskesdas dipisahkan berdasarkan asupan makanan dan minuman, dan 4) pengumpulan data asupan panga tidak hanya dengan metode Recall 1x24 jam namun juga disertakan frekuensi makanan (food frequency).
54
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Rata-rata total asupan air pada wanita dewasa hamil lebih tinggi dibanding wanita yang tidak hamil, yaitu 1586.0±608.1 mL. Sementara itu, ratarata total asupan air pada wanita yang tidak hamil adalah sebanyak 1530.7±552.3 mL. Adapun persentase air dari minuman, makanan, dan metabolik pada wanita hamil berturut-turut adalah 57.4±15.6%, 31.0±14.7%, dan 11.6±4.4%. Persentase air dari minuman, makanan, dan metabolik pada sampel yang tidak hamil adalah sebesar 56.9±15.2%, 31.8±14.1%, dan 11.4±4.1%. Rata-rata kebutuhan air pada wanita hamil adalah 2829.3±343.5 mL dan wanita yang tidak hamil adalah 2395.9±364.8 mL. Tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil 56.8±22.9% lebih rendah dibanding wanita yang tidak hamil 65.4±25.9. Total asupan air pada penelitian ini dianggap rendah. Rata-rata mutu gizi asupan pangan pada wanita hamil dan tidak hamil adalah 48.6±16.4 dan 53.2±15.9. Sebanyak 67.2% wanita hamil dan 56.2% wanita tidak hamil memiliki skor mutu gizi pangan <55 dan tergolong sangat kurang. Umumnya sampel mengalami defisiensi (<70% AKG) pada seluruh zat gizi, kecuali fosfor dan vitamin A. Hanya 2.5% sampel hamil dan 3.1% sampel tidak hamil yang memiliki kategori MGP baik (≥85). Hasil uji korelasi Rank Spearman pada keseluruhan subjek menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan status ekonomi terhadap total asupan air dan mutu gizi asupan pangan. Hubungan pendidikan dan status ekonomi dengan mutu gizi pangan lebih kuat dibanding hubungan kedua variabel tersebut dengan total asupan air. Hasil uji beda-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan air sampel dan MGP sampel yang bertempat tinggal di desa dengan yang bertempat tinggal di kota (p<0.01). Saran Perkiraan underestimate pada data asupan air minum dari Riskesdas 2010 ditunjukkan oleh rendahnya persentase air dari minuman (56%). Nilai tersebut lebih rendah dibanding temuan studi lain di Indonesia (73%) dan studi di Amerika (72%). Salah satu cara menyempurnakan data ini adalah dengan menghitung asupan air minum yang dikoreksi dengan proporsi air dari minuman sekitar 70%.
55
Pengumpulan data asupan pangan pada Riskesdas di masa mendatang sebaiknya mengumpulkan data konsumsi minuman yang lebih detail dan komprehensif. Hal ini dapat dilakukan salah satunya dengan memisahkan formulir konsumsi makanan dan minuman. Selain itu disarankan untuk mengumpulkan data mengenai umur kehamilan dan berat badan sebelum kehamilan agar dapat dilakukan perhitungan status gizi bagi ibu hamil. Rendahnya tingkat konsumsi energi, zat gizi makro, vitamin, dan mineral pada wanita termasuk ibu hamil berimplikasi pada perlunya peningkatan, penyediaan, promosi, dan asupan pangan hewani, sayur, dan buah sebagai sumber zat gizi tersebut.
56
DAFTAR PUSTAKA Adelman D, Solhung J. 1999. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi Cairan. Dalam: Wahab S, editor. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. Adyas EE. 2011. Analisis Asupan Air dan Mutu Gizi Konsumsi Pangan pada Pria Dewasa di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. [AFIC] Asian Food Information Centre. 1998. Survey shows Singaporean need to drink more fluid. http://www. AFIC.org/. [25Oktober 2011]. Agostoni, et al. 2010. Scientific opinion on dietary reference values for water. EFSA Journal 8 (3) : 1459. Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Barasi ME. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Hermin Halim, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Nutrition at a Glance Bender DA. 2002. Introduction to Nutrition and Metabolism: Third Edition. London: Taylor & Francis Brown JE. 2008. Nutrition Throµgh the Life Cycle. USA : Thomson Corp. Eastwood M. 2003. Principle of Human Nutrition Second Edition. Edinburgh: Blackwell Publishing. European Food Safety Authority (EFSA). 2010. Scientific opinion on dietary reference values for water. EFSA Journal 8(3):1459 Fauji M. 2011. Aktivitas Fisik dan Kaitannya dengan kebutuhan dan tingkat konsumsi cairan pada remaja dan dewasa [skripsi]. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Gavin M. 2006. Recognizing dehydration in children. http://www.nlm.nih.go. [21 Maret 2010]. Hamidin AS. 2010. Kebaikan Air Putih. Yogyakarta : Media Pressindo. Hardinsyah. 1996. Measurement and Determinants of Food Diversity: Implication for Indonesia’s Food and Nutrition Policy [Disertation]. Brisbane: Faculty of Medicine. University of Queendsland. Hardinsyah, Atmojo, editor. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan. Jakarta: Pergizi Pangan. ________ , Mailoa M, Herawati N. 2000. Cara sederhana penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan ibu hamil dan anak balita. Media Gizi dan Keluarga Juni XXIV (1) : 98-103.
57
________ , Briawan D, Dwiriani C M, Dvi M,Aries M. 2010. Studi Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda. Bogor: Perhimpunan Peminat Gizi dan pangan Indonesia (PERGIZI PANGAN INDONESIA). Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. IPB. HPB
Online. 2009. Energy and Nutrient Composition www.hpb.gov.sg/hpb/ere/ere070101.asp [19 Juli 2011]. Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hydration for Health. 2010. About http://www.h4hinitiative.com. [5 Oktober 2010].
Healthy
of
Foods.
Hydration.
Insel P, Ross D, McMahon K, Bernstein M. 2011. Nutrition. USA : Jones and Bartlett Publisher . [IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary reference intakes for water, potassium, sodium, chloride, and sulfate. http://www.nap.edubooks0309091691html [25 Okt 2011]. Jadhav K, Vali SA. 2010. Index of nutritional quality of foods served to preschool children under supplementary feeding programme in a health promoting school of ngapur city. J. Dairying, Foods & H.S 29(1) : 68-73. Jequier E, Constant F. 2010. Water as an essential nutrient : the physiological basis of hydration. European Journal of Clinical Nutrition 64 : 115-123. Lairon. 2009. Nutritional quality and safety of organic food. A review. Agron. Sustain. Dev. 30 : 33-41. Mahan K. dan Escott-Stump. 2008. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA. W.B Saunders Company.Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi: Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Mann J, Stewart A.T. 2007. Essential of Human Nutrition Third Edition. USA : Oxford University Press Inc. Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi: Sumber, Fungsi dan Kebutuhan bagi Tubuh Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Nix S. 2005. William’s Basic Nutrition & Diet Theraphy. China: Mosby Inc. Manz F, Wentz A. 2005. Hydration status in the United States and Germany. International Life Science Institue (II) : S55-S62. Popkin BM, D’Anci KE, Rosenberg IH. 2010. Water, hydartion and health. Nutr Rev 68(8) : 439-458. Proboprastowo S M, Dwiriyani C M. 2004. Angka Kecukupan Air dan Elektrolit. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi.
58
Riordan J. 2005. Breastfeeding and Human Massachusetts: Jones and Bailett Publisher.
Lactation
Third
Edition.
Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede SO. 2011. Air Bagi Kesehatan. Jakarta: Centra Communications. Sawka M, Samuel NC, Robert C. 2005. Human water needs. Nutr Rev 63: 3039. Sediaoetama A. D. 1996. Ilmu Gizi Jilid 1. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Truswell AS. 1999. ABC of Nutrient Third Edition. London: BMJ Publishing. [USDA] United State Department of Agriculture. 2011. National Nutrient Database for Standard Reference. www.nal.usda.gov/fnic/foodcamp/search [10 September 2011]. Verdu JM, Navarrete GR. 2009. Physiology of Hydration and Water Nutrition. Spanyol: Published in partnership with coca cola Espana. Whitney E, Rolfes SR. 2008. Understanding Nutrition, Eleventh Edition. USA : Thomson Wadsworth Corp. [WHO] World Health Organization. 2007. WHO Antroplus for Personal Computers Manual. http://www.who.int [02 Agustus 2011] [WHO] World Health Organization. 2009. Women’s Health. http://www.who.int. [20 Maret 2011]. Yuniastuti A. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. [WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi. Jakarta, 17-19 Mei 2004.
59
LAMPIRAN
60
Lampiran 1 Cara pengumpulan data karakteristik, antropometri dan recall pangan 1x24 jam oleh tim Riskesdas 2010 Jenis data Cara pengumpulan data Karakteristik sampel Jenis kelamin
Usia
Status pendidikan
Status pekerjaan utama
Status kehamilan Antropometri
Keterangan
Jenis kelamin tidak boleh diduga Tuliskan kutipan ke dalam kotak berdasarkan nama, untuk yang tersedia dan isikan satu kode meyakinkan, ditanyakan apakah jawaban sesuai jawaban anggota rumah tangga tersebut responden (kode 1 jika laki-laki, laki-laki atau perempuan kode 2 jika perempuan) Usia di hitung dalam hari, bulan Jika usia <1 bulan dicatat dalam dan tahun, sesuai dengan cara hari pengisian. Untuk umur dalam Jika usia <5 tahun dicatat dalam bulan dan tahun dengan bulan pembulatan ke bawah atau usia Jika usia ≥5 tahun dicatat dalam pada waktu ulang bulan atau tahun ulang tahun yang terakhir. Jika usia ≥97 tahun dicatat 97 Perhitungan usia didasarkan tahun pada kalender masehi. Status pendidikan tertinggi yang Kode 1 = tidak pernah sekolah ditamatkan ditanyakan kepada Kode 2 = tidak tamat SD/MI setiap ART (khusus ART >5 Kode 3 = tamat SD/MI tahun) Kode 4 = tamat SLTP/MTs Kode 5 = Tamat SLTA/MA Kode 6 = Tamat D1, D2, D3 Kode 7 = Tamat Perguruan tinggi Ditanyakan kepada ART >10 Kode 1 = tidak bekerja tahun. Kode 2 = sekolah Kode 3 = TNI/Polri Pekerjaan utama adalah Kode 4 = PNS/pegawai (termasuk pekerjaan yang menggunakan pegawai swasta) waktu terbanyak responden atau Kode 5 = Wiraswsta/ pelayanan pekerjaan yang memberikan jasa/pedagang penghasilan terbesar Kode 6 = petani Kode 7 = nelayan Kode 8 = buruh Kode 9 = lainnya Ditanyakan kepada ART Kode 1 jika ya dan kode 2 jika tidak perempuan 10-54 tahun
Berat badan
Penimbangan berat badan menggunakan timbangan berat badan digital merek AND dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g.
Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan menggunakan alat multifingsi dengan kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1 cm
Berat badan diisikan pada formulir RKD 10.IND. blok X. nomor 1b. Angka hasil penimbangan dibulatkan menjadi 1 digit. Penimbangan anak usia <2 tahun atau anak yang belum bisa berdiri adalah selisih antara berat badan ibu dan anak dengan berat badan ibu Hasil pengukuran diisikan pada formulir RKD 10.IND. blok X. nomor 2b.
61
Tabel Cara pengumpulan data konsumsi pangan oleh tim Riskesdas 2010 Cara pengumpulan data konsumsi pangan 1. Penjelasan kepada yang mewakili keluarga bahwa wawancara mengenai konsumsi pangan akan dilakukan terhadap setiap anggota keluarga. 2. Sebelum wawancara mengenai konsumsi pangan, terlebih dahulu diisi hari mengonsumsi pangan, yaitu sehari sebelum wawancara, dilingkari hari yang sesuai dan diisikan kodenya pada kotak yang disediakan. Kode “1” = Senin-Jumat, “2” = Sabtu-Minggu. 3. Kondisi responden saat diwawancara diisi pada kotak yang disediakan. Kode “1” = Biasa, “2” = Hajatan, “3” = Hari Raya, “4” = Puasa, “5” = Sakit, dan “6” = Diit. 4. Saat dilakukan wawancara mengenai konsumsi pangan anggota rumah tangga, informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi ditanyakan kepada sampel pada kurun waktu sehari sebelumnya. 5. Semua jenis pangan yang dikonsumsi setiap anggota rumah tangga ditanyakan, kecuali bumbu. Cara pengumpulan data recall pangan 1x24 jam 1. Sampel ditanya mengenai makanan (masakan) maupun minuman yang dikonsumsi pada pagi, siang dan malam pada hari kemarin, baik yang merupakan makanan utama (makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan), atau makanan selingan (kue jajanan, snack, dan lainnya) maupun minuman seperti kopi, susu, coca cola, dan lainnya. 2. Makanan/masakan yang belum ada di buku kode pangan, dilakukan estimasi berat makanan yang dikonsumsi dengan cara menimbang masing-masing bahan makanannya. Kode yang diisikan adalah kode dari masing-masing jenis bahan makanannya. Contoh sate padang yang terdiri dari daging sapi dan tepung kanji. Perlu ditimbang berat daging dan berat tepung kanji yang dikonsumsi. Kode bahan makanan yang diisikan adalah kode bahan makanan daging sapi dan kode tepung kanji. 3. Bahan makanan/masakan sudah ada di buku kode tidak dilakukan estimasi berat per masing-masing jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Kode bahan makanan yang diisikan adalah kode masakan/makanan matang tersebut. Contoh sayur sop terdiri dari kentang, wortel, dan kol, maka kode yang dituliskan hanya kode sayur sopnya yaitu PF051 dan berat yang dituliskan adalah berat sayuran sop yang dikonsumsi tanpa kuah. 4. Jenis bahan makanan/masakan yang tidak terdapat di buku kode, dicari makanan/masakan yang hampir menyerupai. Contoh empal gentong dari Cirebon menyerupai gulai daging sapi. 5. Jumlah makanan disebutkan dalam ukuran rumah tangga, seperti 1 centong, sendok makan, sendok sayur, ikat, gelas dan sebagainya, perlu dicari padanan beratnya dengan cara menimbang bahan makanan sesuai jenis ukuran rumah tangga sampel atau dibeli dari warung terdekat. Contoh 1 potong tempe goreng sedang = 30 gram dan 1 centong nasi = 100 gram. 6. Minuman yang dikonsumsi dicatat berdasarkan banyaknya gelas/botol setiap anggota rumah tangga yang meminumnya pada hari kemarin. Untuk memudahkan sampel mengingat jumlah minuman yang dikonsumsi, maka ditanyakan pada setiap waktu makan. Minuman yang dikonsumsi dicatat berdasarkan berat air bukan volumenya, maka disepakati berat 1 gelas sedang = 200 gram, 1 gelas besar = 300 gram. Bila yang diminum adalah air dalam kemasan, maka dicatat volumenya (mL) yang diterjemahkan untuk setiap mL setara dengan 1 gram. Jadi, 1 botol air kemasan yang berisi 200 mL beratnya setara dengan 200 gram.
62
Lampiran 2 Kuesioner Riskesdas 2010
86
Lampiran 3 Jenis pangan yang kandungan airnya diperoleh dari daftar komposisi pangan luar negeri Sumber Health Promotion Board Singapore Government
Jenis Bahan Pangan 1. Mie Soun 2. Misoa 3. Santan 4. Daging itik 5. Hati ayam 6. Jerohan 7. Cendol 8. Cake 9. Getuk singkong 10. Kue bolu 11. Kue lapis 12. Dodol 13. Kue dadar 14. Ongol-ongol 15. Onde-onde 16. Tahu goreng 17. Wafer 18. Wajik 19. Gula merah 20. Sambal
United State Department of Agriculture(USDA)
1. Minuman berkarbonasi 2. Bubur nasi 3. Bir (minuman beralkohol) 4. Lemonade 5. Biskuit 6. Minyak kelapa sawit
87
Lampiran 4 Berat badan, tinggi badan, dan status gizi wanita dewasa di Indonesia menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Rata-rata (median) dan standar deviasi berat badan wanita dewasa Indonesia Kelompok Usia Status Gizi
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Total
n (%)
n (%)
n (%)
Kurus
40.8(41.0)±5.2
39.6(39.8)±5.1
40.7(41.0)±5.2
Normal
51.4(51.0)±5.4
52.1(52.4)±5.6
51.4(51.1)±5.4
Gemuk
65.3(64.0)±8.3
64.3(63.7)±8.1
65.2(64.0)±8.3
55.6(54.5)±10.0
55.1(54.0)±9.4
55.5(54.4)±10.0
Kurus
40.9(41.0)±4.7
39.7(40.0)±4.9
40.6(40.6)±4.8
Normal
50.5(50.0)±5.4
50.9(50.6)±5.8
50.7(50.2)±5.6
Gemuk
64.8(63.5)±8.5
65.1(64.0)±8.3
64.9(63.8)±8.4
Total
53.1(52.0)±9.7
55.3(54.5)±10.5
53.9(52.8)±10.1
Kurus
40.9(41.0)±4.7
39.7(40.0)±4.9
40.6(40.6)±4.8
Normal
50.6(50.1)±5.4
50.9(50.6)±5.8
50.7(50.2)±5.6
Gemuk
64.8(63.6)±8.5
65.0(64.0)±8.3
64.9(63.8)±8.4
Total
53.2(52.0)±9.7
55.3(54.5)±10.5
54.0(52.9)±10.1
Hamil
Total Tidak Hamil
Hamil dan Tidak Hamil
Rata-rata (median) dan standar deviasi tinggi badan wanita dewasa Indonesia Kelompok Usia Status Gizi
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Total
n (%)
n (%)
n (%)
Kurus
153.0(153.0)±9.5
150.7(148.7)±5.9
152.8(153.0)±9.3
Normal
152.7(152.1)±5.7
153.0(153.0)±6.2
152.7(152.3)±5.7
Gemuk
151.8(152.0)±6.0
150.6(150.0)±6.9
151.7(152.0)±6.1
Total
152.4(152.0)±6.1
152.1(152.0)±6.5
152.4(152.0)±6.1
Kurus
153.7(154.0)±7.8
152.0(151.7)±7.7
153.2(153.0)±7.8
Normal
152.7(153.0)±5.9
152.1(152.0)±6.2
152.5(152.4)±6.0
Gemuk
151.5(151.7)±6.2
151.3(151.3)±6.1
151.4(151.5)±6.2
Total
152.5(152.5)±6.3
151.8(151.9)±6.3
152.2(152.0)±6.3
Kurus
153.7(154.0)±7.9
152.0(151.6)±7.7
153.2(153.0)±7.9
Normal
152.7(152.8)±5.9
152.1(152.0)±6.2
152.5(152.4)±6.0
Gemuk
151.6(151.8)±6.2
151.3(151.3)±6.1
151.4(151.5)±6.2
Total
152.5(152.5)±6.2
151.8(151.9)±6.3
152.2(152.0)±6.3
Hamil
Tidak Hamil
Hamil dan Tidak Hamil
88
Rata-rata (median) dan standar deviasi Indeks Masa Tubuh wanita dewasa Indonesia
Kelompok Usia Status Gizi Hamil Kurus Normal Gemuk Total Tidak Hamil Kurus Normal Gemuk Total Hamil dan Tidak Hamil Kurus Normal Gemuk Total
Dewasa Muda n (%)
Dewasa Madya n (%)
Total n (%)
17.3(17.6)±1.0 22.0(22.2)±1.7 26.3(27.5)±2.9 23.9(23.5)±4.1
17.4(17.9)±1.3 22.2(22.3)±1.7 28.3(27.6)±3.0 23.8(23.4)±3.9
17.3(17.6)±1.0 22.0(22.2)±1.7 28.3(27.6)±2.9 23.9(23.4)±4.1
17.3(17.6)±2.6 21.6(21.6)±1.7 28.2(27.3)±3.0 22.8(22.2)±4.0
17.2(17.5)±1.3 22.0(22.1)±1.7 28.4(23.5)±4.3 24.0(23.5)±4.3
17.3(17.6)±2.3 21.8(21.8)±1.7 23.3(22.7)±4.2 23.3(22.7)±4.2
17.3(17.6)±2.6 21.7(21.6)±1.7 28.2(27.3)±3.0 22.9(22.3)±4.1
17.2(17.5)±1.3 22.0(22.1)±1.7 28.4(27.6)±3.1 24.0(23.5)±4.3
17.3(17.6)±2.3 21.8(21.8)±1.7 28.3(27.4)±3.1 23.3(22.7)±4.2
89
Lampiran 5 Jenis dan berat (mL) minuman yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis Tabel Jenis dan berat (mL) minuman yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kelompok usia Kelompok Usia Jenis Minuman
Dewasa Muda
Total
Dewasa Madya
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
Air Putih
34560 (95.3)
827±101
19813 (94.5)
954.3±101
54373 (95)
873.6±101
Teh manis
10029 (27.6)
76.6±36
5967 (28.5)
83.4±40
15996 (27.9)
79±38
Teh
1402 (3.8)
0.4±21
1069 (5.1)
0.6±18
2471 (4.3)
0.5±20
Kopi+Gula
1039 (2.8)
1.1±5
1027 (4.9)
1.9±6
2066 (3.6)
1.4±6
Susu Kental Manis
930 (2.6)
0.7±6
422 (2.0)
0.5±6
1352 (2.5)
0.7±6
Kopi (Powder)
688 (1.9)
0.4±7
713 (3.4)
0.7±8
1401 (2.4)
0.5±7
Kopi Susu
584 (1.6)
0.5±6
462 (2.2)
0.7±9
1046 (1.8)
0.6±7
Tabel Jenis dan berat (mL) minuman yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kondisi fisiologis Kondisi Fisiologis Jenis Minuman Air Putih
Hamil
Total
Tidak Hamil
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
1910 (95.7)
826.6±103
52463 (95)
724.2±101
54373 (95)
803.6±101
Teh manis
539 (27)
75.9±31
15457 (28)
79.2±38
15996 (27.9)
79±38
Teh
53 (2.7)
0.4±29
2418 (4.4)
0.5±20
2471 (4.3)
0.5±20
Kopi+Gula
42 (2.1)
0.9±8
2024 (3.7)
1.4±5
2066 (3.6)
1.4±6
Susu Kental Manis
118 (5.9)
1.7±6
1234 (2.2)
0.6±6
1352 (2.4)
0.7±6
Kopi (Powder)
36 (1.8)
0.3±7
1365 (2.5)
0.5±7
1401 (2.4)
0.5±7
Kopi Susu
19 (1.0)
0.3±4
1027 (1.9)
0.6±7
1046(1.8)
0.6±7
Susu Segar
41 (2.1)
5.6±27
346 (0.6)
1.4±32
387 (0.7)
1.6±32
Jus Jeruk Peras
23 (1.2)
5.5±38
394 (0.7)
3±75
417 (0.7)
3±73
90
Lampiran 6
Tabel
Jenis dan berat (gram) makanan yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis
Jenis dan berat (gram) makanan yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kelompok usia Kelompok Usia Bahan Makanan
Dewasa Muda
Total
Dewasa Madya
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
35029 (96.6)
551.3±73
20324 (97)
425.7±72
55353 (96.7)
459.5±73
Kerupuk Aci
3271 (9.0)
2±17
1940 (9.3)
2±15
5211 (9.1)
2±16
Nasi Goreng
3209 (8.8)
17±58
1531 (7.3)
14.1±59
4740 (8.3)
16±59
Supermie
2627 (7.2)
6±22
1035 (4.9)
4.1±25
3662 (6.4)
5.3±23
Sarimie
1886 (5.2)
4.4±22
841 (4.0)
3.3±28
2727 (4.8)
4±24
Nasi Uduk
1739 (4.8)
8.2±68
694 (3.3)
5.6±68
2433 (4.3)
7.2±68
Cireng/Bakwan
1603 (4.4)
2.9±33
823 (3.9)
2.7±35
2426 (4.2)
2.8±34
Roti Manis
1198 (3.3)
2.3±42
577 (2.8)
1.8±34
1775 (3.1)
2.1±40
Roti Choklat
1173 (3.2)
2.3±36
527 (2.5)
1.7±34
1700 (3.0)
2.1±36
Lontong
999 (2.8)
4.1±74
498 (2.4)
3.4±77
1497 (2.6)
3.8±75
Kerupuk Singkong
776 (2.1)
0.9±39
383 (1.8)
0.7±28
1159 (2.0)
0.8±35
Roti Tawar
648 (1.8)
1.1±36
362 (1.7)
1±34
1010 (1.8)
1.1±36
Krupuk Asin
653 (1.8)
0.5±19
405 (1.9)
0.5±16
1058 (1.8)
0.5±18
Krupuk Rambakl
569 (1.6)
0.4±16
444 (2.1)
0.5±13
1013 (1.8)
0.5±15
Singkong Kukus
481 (1.3)
2±99
506 (2.4)
3±79
987 (1.7)
2.4±90
Nasi Jagung
565 (1.6)
6.7±102
315 (1.5)
6.1±98
880 (1.5)
6.5±100
Krupuk Jantan (Tapioka, U
532 (1.5)
0.4±18
302 (1.4)
0.4±19
834 (1.5)
0.4±18
Ubi Goreng
408 (1.1)
1.1±73
317 (1.5)
1.2±53
725 (1.3)
1.1±65
Kentang
409 (1.1)
0.9±39
235 (1.1)
1±65
644 (1.1)
0.9±50
Mie Basah
439 (1.2)
1.4±77
181 (0.9)
0.9±81
620 (1.1)
1.2±78
Perkedel Jagung
405 (1.1)
0.8±33
227 (1.1)
0.8±33
632 (1.1)
0.8±33
Bubur Ayam
385 (1.1)
2.2±85
182 (0.9)
1.8±78
567 (1.0)
2±83
11367 (31.3)
24.8±26
7700 (36.7)
29.4±25
19067 (33.3)
26.5±26
6549 (18.1)
14.5±30
4344 (20.7)
17±30
10893 (19.0)
15.4±30
902 (2.5)
1.5±27
507 (2.4)
1.4±29
1409 (2.5)
1.5±28
Serealia, umbi, dan hasil olahannya Nasi Putih
Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya Tempe Goreng Tahu Goreng Tempe Oreg/Sayur/Sambal Daging dan olahannya Daging Ayam Goreng
3776 (10.4)
9.4±30
1856 (8.9)
8.2±30
5632 (9.8)
9±30
Daging Ayam
635 (1.8)
1.6±33
317 (1.5)
1.5±34
952 (1.7)
1.6±33
Sate Ayam
462 (1.3)
1.1±58
224 (1.1)
0.9±62
686 (1.2)
1±59
Rendang
393 (1.1)
0.8±29
234 (1.1)
0.9±29
627 (1.1)
0.8±29
Telor Dadar
4098 (11.3)
7.4±19
2023 (9.7)
6.3±21
6121 (10.7)
7±20
Telur Ceplok
3007 (8.3)
5.4±17
1467 (7.0)
4.5±15
4474 (7.8)
5.1±16
Telur Goreng
1509 (4.2)
3±20
737 (3.5)
2.5±18
2246 (3.9)
2.8±19
Telur Ayam
1206 (3.3)
2.2±16
597 (2.8)
1.9±19
1803 (3.2)
2.1±17
Telur dan hasil olahannya
91
Kelompok Usia Bahan Makanan
Dewasa Muda
Total
Dewasa Madya
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
Ikan Goreng
6100 (16.8)
19.4±31
3325 (15.9)
18.3±32
9425 (16.5)
19±31
Ikan Asin Goreng
2329 (6.4)
4.1±24
1599 (7.6)
4.6±26
3928 (6.9)
4.3±25
Ikan Bandeng
1189 (3.3)
3.2±29
668 (3.2)
3.3±28
1857 (3.2)
3.3±29
Ikan Tongkol
1119 (3.1)
3.1±26
626 (3.0)
3±25
1745 (3.0)
3.1±26
Ikan, hasil perikanan, dan olahannya
Sayur dan olahannya Sayur Bayam
3915 (10.8)
14±50
2053 (9.8)
12.4±49
5968 (10.4)
13.4±50
Sayur Asem
2875 (7.9)
11.2±54
1937 (9.2)
13.2±49
4812 (8.4)
11.9±52
Sayur Sop
2481 (6.8)
9.1±51
1289 (6.2)
8.1±55
3770 (6.6)
8.8±53
Sayur Daun Singkong
1974 (5.4)
7.1±48
1306 (6.2)
8.3±49
3280 (5.7)
7.5±49
Sayur Kangkung
1997 (5.5)
6.1±48
1146 (5.5)
6.4±48
3143 (5.5)
6.2±48
Sayur Lodeh
1746 (4.8)
6.4±47
1256 (6.0)
8.6±43
3002 (5.2)
7.2±45
Tumis Kangkung
1836 (5.1)
5.4±48
1004 (4.8)
5.1±44
2840 (5.0)
5.3±46
Tumis Kacang Panjang Belu
1735 (4.8)
5.1±50
1062 (5.1)
5.2±41
2797 (4.9)
5.1±47
Tumis Sawi
1459 (4.0)
4.2±45
939 (4.5)
4.9±49
2398 (4.2)
4.5±47
Sayur Bening Campur
1438 (4.0)
5.4±54
793 (3.8)
5.1±54
2231 (3.9)
5.3±54
Sayur Nangka Belu
948 (2.6)
3.2±53
607 (2.9)
3.7±46
1555 (2.7)
3.4±51
Sayur Tahu
798 (2.2)
2.5±47
478 (2.3)
2.6±51
1276 (2.2)
2.6±48
Ketimun Mentah
599 (1.7)
1±41
386 (1.8)
1.2±41
985 (1.7)
1.1±41
Soto Ayam
611 (1.7)
2.8±84
318 (1.5)
2.8±77
929 (1.6)
2.8±81
Sayur Labu
584 (1.6)
2±51
340 (1.6)
2.1±45
924 (1.6)
2±49
Sayur Tempe
552 (1.5)
1.6±41
391 (1.9)
2±38
943 (1.6)
1.8±40
Daun Singkong Mentah
510 (1.4)
1.5±58
322 (1.5)
1.6±64
832 (1.5)
1.6±61
Toge Kacang Hijau Mentah
476 (1.3)
0.5±33
293 (1.4)
0.6±26
769 (1.3)
0.5±30
Tumis Terong Belu
468 (1.3)
1.4±55
302 (1.4)
1.6±54
770 (1.3)
1.5±55
Rebus Daun Singkong Belu
415 (1.1)
1.1±65
293 (1.4)
1.4±64
708 (1.2)
1.2±65
Kangkung
418 (1.2)
1±51
217 (1.0)
0.9±40
635 (1.1)
1±47
Sayur Daun Kelor
324 (0.9)
1.4±50
236 (1.1)
1.8±57
560 (1.0)
1.5±53
Sayur Sop Ayam
394 (1.1)
1.5±60
192 (0.9)
1.2±61
586 (1.0)
1.4±60
Tumis Daun Singkong Belu
344 (0.9)
1.2±52
212 (1.0)
1.2±40
556 (1.0)
1.2±48
Pisang Goreng
2640 (7.3)
7±63
1903 (9.1)
8.5±59
4543 (7.9)
7.5±61
Jeruk
1143 (3.2)
3.4±60
686 (3.3)
3.3±56
1829 (3.2)
3.3±59
Pisang Ambon
718 (2.0)
2.1±48
587 (2.8)
2.9±52
1305 (2.3)
2.4±50
Pepaya
543 (1.5)
1.5±64
407 (1.9)
2.1±54
950 (1.7)
1.7±60
Apel
512 (1.4)
1.6±61
352 (1.7)
2±68
864 (1.5)
1.7±64
Pisang Raja
331 (0.9)
1.1±75
281 (1.3)
1.6±70
612 (1.1)
1.3±73
Pisang Kepok
265 (0.7)
1.1±108
232 (1.1)
1.5±87
497 (0.9)
1.3±98
Semangka
305 (0.8)
1±64
171 (0.8)
1±83
476 (0.8)
1±71
6821 (18.8)
4.6±16
4090 (19.5)
4.7±15
10911 (19.1)
4.6±15
Buah-buahan
Serba-serbi Sambal
92
Kelompok Usia Bahan Makanan
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Total
Gula Pasir
n (%) 1615 (4.5)
mean±SD 0.9±8
n (%) 1207 (5.8)
mean±SD 1.2±8
n (%) 2822 (4.9)
mean±SD 1.1±8
Gula Kopi
764 (2.1)
0.9±31
913 (4.4)
1.8±23
1677 (2.9)
1.2±26
Kecap
472 (1.3)
0.2±11
277 (1.3)
0.2±23
749 (1.3)
0.2±17
Sambal Tomat Belu
320 (0.9)
0.2±11
238 (1.1)
0.2±22
558 (1.0)
0.2±17
Mie+Kuah
1467 (4.0)
6.5±84
537 (2.6)
4±79
2004 (3.5)
5.6±83
Biscuit
1051 (2.9)
1.3±32
445 (2.1)
0.9±27
1496 (2.6)
1.1±31
Kue Bolu
767 (2.1)
1.2±35
455 (2.2)
1.2±30
1222 (2.1)
1.2±33
Mie Bakso+Kuah
854 (2.4)
5.1±81
259 (1.2)
2.7±85
1113 (1.9)
4.2±82
Donat
585 (1.6)
1.1±40
313 (1.5)
0.9±36
898 (1.6)
1±39
Mie Bakso
668 (1.8)
3.6±75
263 (1.3)
2.4±83
931 (1.6)
3.2±77
Mie Ayam
585 (1.6)
3.1±81
202 (1.0)
2±94
787 (1.4)
2.7±84
Bakso Daging Sapi
547 (1.5)
2.2±79
189 (0.9)
1.3±85
736 (1.3)
1.9±80
Baso
567 (1.6)
2.3±86
197 (0.9)
1.3±83
764 (1.3)
2±85
Biscuit Roma
396 (1.1)
0.4±33
155 (0.7)
0.3±23
551 (1.0)
0.4±30
Risoles
360 (1.0)
0.6±33
163 (0.8)
0.4±28
523 (0.9)
0.5±31
Wafer
370 (1.0)
0.4±27
95 (0.5)
0.2±37
465 (0.8)
0.3±29
Jajanan
93
Tabel Jenis dan berat (gram) makanan yang dikonsumsi oleh sama dengan atau lebih dari 1% sampel menurut kondisi fisiologis Kondisi Fisiologis Bahan Makanan
Hamil n (%)
Total
Tidak Hamil
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
434.6±77
53435 (96.7)
362.1±72
55353 (96.7)
420.5±73
Serealia, umbi, dan hasil olahannya Nasi putih
1918 (96)
Kerupuk aci
174 (8.7)
2±18
5037 (9.1)
2±16
5211 (9.1)
2±16
Nasi goreng
161 (8.1)
15.6±55
4579 (8.3)
16±59
4740 (8.3)
16±59
Supermie
139 (7.0)
5.8±20
3523 (6.4)
5.3±23
3662 (6.4)
5.3±23
Sarimie
97 (4.9)
3.9±37
2630 (4.8)
4±23
2727 (4.8)
4±24
Nasi uduk
83 (4.2)
7.4±76
2350 (4.3)
7.2±67
2433 (4.3)
7.2±68
Cireng/bakwan
87 (4.4)
3.2±37
2339 (4.2)
2.8±34
2426 (4.2)
2.8±34
Roti manis
78 (3.9)
2.5±40
1697 (3.1)
2.1±40
1775 (3.1)
2.1±40
Roti choklat
63 (3.2)
2.1±33
1637 (3.0)
2.1±36
1700 (3.0)
2.1±36
Lontong
62 (3.1)
4.2±55
1435 (2.6)
3.8±76
1497 (2.6)
3.8±75
Kerupuk singkong
44 (2.2)
0.8±28
1115 (2.0)
0.8±36
1159 (2.0)
0.8±35
Roti tawar
46 (2.3)
1.6±36
964 (1.7)
1±35
1010 (1.8)
1.1±36
Krupuk asin
33 (1.7)
0.4±9
1025 (1.9)
0.5±18
1058 (1.8)
0.5±18
Krupuk rambakl
29 (1.5)
0.4±22
984 (1.8)
0.5±15
1013 (1.8)
0.5±15
Singkong kukus
35 (1.8)
2.5±95
952 (1.7)
2.4±90
987 (1.7)
2.4±90
Nasi jagung
21 (1.1)
3.4±41
859 (1.6)
6.6±101
880 (1.5)
6.5±100
Krupuk jantan (tapioka. u
21 (1.1)
0.2±12
813 (1.5)
0.4±19
834 (1.5)
0.4±18
Ubi goreng
25 (1.3)
1.5±111
700 (1.3)
1.1±63
725 (1.3)
1.1±65
Kentang
22 (1.1)
1±33
622 (1.1)
0.9±51
644 (1.1)
0.9±50
Mie basah
23 (1.2)
1.3±77
597 (1.1)
1.2±79
620 (1.1)
1.2±78
Perkedel jagung
22 (1.1)
0.7±25
610 (1.1)
0.8±33
632 (1.1)
0.8±33
Bubur ayam
29 (1.5)
2.9±92
538 (1.0)
2±82
567 (1.0)
2±83
Bihun goreng
23 (1.2)
1±61
472 (0.9)
0.6±67
495 (0.9)
0.7±67
Bubur nasi Kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya
30 (1.5)
3±80
489 (0.9)
1.7±83
519 (0.9)
1.8±83
Tempe Goreng
550 (27.6)
22.2±27
18517 (33.5)
26.6±26
19067 (33.3)
26.5±26
Tahu Goreng
297 (14.9)
11.2±28
10596 (19.2)
15.6±30
10893 (19.0)
15.4±30
Tempe Oreg/Sayur/Sambal
38 (1.9)
1.0±38
1371 (2.5)
1.5±28
1409 (2.5)
1.5±28
Tempe Bacem
13 (0.7)
0.4±25
539 (1.0)
0.7±32
552 (1.0)
0.7±32
228 (11.4)
10.5±35
5404 (9.8)
8.9±29
5632 (9.8)
9.0±30
Daging Ayam
23 (1.2)
1.3±29
929 (1.7)
1.6±33
952 (1.7)
1.6±33
Sate Ayam
27 (1.4)
1.2±72
659 (1.2)
1.0±58
686 (1.2)
1.0±59
Rendang
17 (0.9)
0.6±21
610 (1.1)
0.9±29
627 (1.1)
0.8±29
Daging Sapi
17 (0.9)
0.6±23
374 (0.7)
0.5±33
391 (0.7)
0.5±33
Daging Babi Goreng
23 (1.2)
1.3±53
389 (0.7)
0.8±37
412 (0.8)
0.8±39
226 (11.3)
7.8±16
5895 (10.7)
6.9±20
6121 (10.7)
7.0±20
Daging dan olahannya Daging Ayam Goreng
Telur dan olahannya Telor Dadar
94
Kondisi Fisiologis Bahan Makanan
Hamil n (%)
Total
Tidak Hamil
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
Telur Ceplok
173 (8.7)
5.7±14
4301 (7.8)
5.1±16
4474 (7.8)
5.1±16
Telur Goreng
98 (4.9)
3.5±15
2148 (3.9)
2.7±20
2246 (3.9)
2.8±19
Telur Ayam
75 (3.8)
2.5±20
1728 (3.1)
2.1±17
1803 (3.2)
2.1±17
374 (18.7)
21.8±33
9051 (16.4)
18.9±31
9425 (16.5)
19.0±31
Ikan, hasil perikanan, dan olahannya Ikan Goreng Ikan Asin Goreng
112 (5.6)
3.6±20
3816 (6.9)
4.3±25
3928 (6.9)
4.3±25
Ikan Bandeng
72 (3.6)
3.9±30
1785 (3.2)
3.2±29
1857 (3.2)
3.3±29
Ikan Tongkol
51 (2.6)
2.3±33
1694 (3.1)
3.1±25
1745 (3.0)
3.1±26
Ikan Teri Goreng Belu
36 (1.8)
0.5±9
1178 (2.1)
0.8±11
1214 (2.1)
0.8±11
Ikan Kembung Goreng
45 (2.3)
2.9±30
957 (1.7)
1.8±29
1002 (1.8)
1.8±29
Ikan Asin Kering
34 (1.7)
1.0±22
940 (1.7)
1.0±18
974 (1.7)
1.0±18
Ikan Asin Teri
29 (1.5)
0.5±11
865 (1.6)
0.5±10
894 (1.6)
0.5±10
Ikan Lele
16 (0.8)
0.7±16
761 (1.4)
1.4±26
777 (1.4)
1.3±26
Ikan Kuah Rebus Belu
31 (1.6)
1.6±32
798 (1.4)
1.7±38
829 (1.4)
1.7±38
Ikan Mas Goreng
35 (1.8)
1.9±34
785 (1.4)
1.5±34
820 (1.4)
1.5±34
Ikan Segar
20 (1.0)
1.2±43
694 (1.3)
1.6±44
714 (1.2)
1.6±44
Udang Segar
36 (1.8)
1.5±32
666 (1.2)
1.0±45
702 (1.2)
1.0±44
Ikan Kembung
22 (1.1)
1.5±32
604 (1.1)
1.3±33
626 (1.1)
1.3±33
Mujair
25 (1.3)
1.4±27
625 (1.1)
1.3±33
650 (1.1)
1.3±33
Kerupuk Udang
22 (1.1)
0.2±13
583 (1.1)
0.2±16
605 (1.1)
0.2±15
Sayur Bayam
255 (12.8)
16.4±44
5713 (10.3)
13.3±50
5968 (10.4)
13.4±50
Sayur Asem
135 (6.8)
9.8±63
4677 (8.5)
12.0±52
4812 (8.4)
11.9±52
Sayur Sop
133 (6.7)
8.8±55
3637 (6.6)
8.7±53
3770 (6.6)
8.8±53
Sayur Daun Singkong
135 (6.8)
8.6±52
3145 (5.7)
7.5±48
3280 (5.7)
7.5±49
Sayur Kangkung
111 (5.6)
6.3±44
3032 (5.5)
6.2±48
3143 (5.5)
6.2±48
Sayur dan olahannya
Sayur Lodeh
85 (4.3)
5.6±43
2917 (5.3)
7.3±45
3002 (5.2)
7.2±45
Tumis Kangkung
100 (5.0)
4.6±39
2740 (5.0)
5.3±47
2840 (5.0)
5.3±46
Tumis Kacang Panjang Belu
105 (5.3)
5.6±41
2692 (4.9)
5.1±47
2797 (4.9)
5.1±47
Tumis Sawi
90 (4.5)
4.9±40
2308 (4.2)
4.5±47
2398 (4.2)
4.5±47
Sayur Bening Campur
87 (4.4)
6.5±61
2144 (3.9)
5.3±54
2231 (3.9)
5.3±54
Sayur Nangka Belu
55 (2.8)
3.7±44
1500 (2.7)
3.4±51
1555 (2.7)
3.4±51
Sayur Tahu
38 (1.9)
2.9±81
1238 (2.2)
2.6±47
1276 (2.2)
2.6±49
Ketimun Mentah
38 (1.9)
1.2±46
947 (1.7)
1.1±41
985 (1.7)
1.1±41
Soto Ayam
28 (1.4)
2.3±78
901 (1.6)
2.8±81
929 (1.6)
2.8±81
Sayur Labu
44 (2.2)
2.8±88
880 (1.6)
2.0±46
924 (1.6)
2.0±49
Sayur Tempe
33 (1.7)
1.9±40
910 (1.6)
1.8±40
943 (1.6)
1.8±40
Daun Singkong Mentah
38 (1.9)
2.2±54
794 (1.4)
1.5±61
832 (1.5)
1.6±61
Toge Kacang Hijau Mentah
31 (1.6)
0.7±26
738 (1.3)
0.5±31
769 (1.3)
0.5±30
Tumis Terong Belu
28 (1.4)
1.6±79
742 (1.3)
1.5±54
770 (1.3)
1.5±55
Rebus Daun Singkong Belu
20 (1.0)
0.9±95
688 (1.2)
1.2±64
708 (1.2)
1.2±65
95
Kondisi Fisiologis Bahan Makanan
Hamil n (%)
Total
Tidak Hamil
mean±SD
n (%)
mean±SD
n (%)
mean±SD
Kangkung
33 (1.7)
1.3±32
602 (1.1)
1.0±48
635 (1.1)
1.0±47
Sayur Daun Kelor
12 (0.6)
0.5±24
548 (1.0)
1.6±53
560 (1.0)
1.5±53
Sayur Sop Ayam
20 (1.0)
1.1±49
566 (1.0)
1.4±60
586 (1.0)
1.4±60
Tumis Daun Singkong Belu
21 (1.1)
1.5±97
535 (1.0)
1.1±45
556 (1.0)
1.2±48
Kacang Panjang Mentah
19 (1.0)
0.6±27
491 (0.9)
0.5±41
510 (0.9)
0.5±40
Pisang Goreng
159 (8.0)
9.2±80
4384 (7.9)
7.5±60
4543 (7.9)
7.5±61
Jeruk
102 (5.1)
6.1±81
1727 (3.1)
3.2±57
1829 (3.2)
3.3±59
Pisang Ambon
63 (3.2)
3.0±35
1242 (2.2)
2.4±51
1305 (2.3)
2.4±50
Pepaya
46 (2.3)
2.1±80
904 (1.6)
1.7±59
950 (1.7)
1.7±60
Apel
54 (2.7)
2.9±65
810 (1.5)
1.7±64
864 (1.5)
1.7±64
Pisang Raja
20 (1.0)
0.8±69
592 (1.1)
1.3±73
612 (1.1)
1.3±73
Pisang Kepok
24 (1.2)
2.2±92
473 (0.9)
1.2±99
497 (0.9)
1.3±98
Semangka
30 (1.5)
1.9±71
446 (0.8)
0.9±71
476 (0.8)
1.0±71
Jeruk Manis
28 (1.4)
1.9±73
388 (0.7)
0.9±70
416 (0.7)
0.9±70
Salak
21 (1.1)
1.1±58
350 (0.6)
0.5±48
371 (0.6)
0.5±49
333 (16.7)
4.4±16
10578 (19.2)
4.6±15
10911 (19.1)
4.6±15
Buah-buahan
Serba-serbi Sambal Gula Pasir
98 (4.9)
1.1±9
2724 (4.9)
1.1±8
2822 (4.9)
1.1±8
Gula Kopi
32 (1.6)
0.6±34
1645 (3.0)
1.3±26
1677 (2.9)
1.2±26
Kecap
22 (1.1)
0.2±7
727 (1.3)
0.2±17
749 (1.3)
0.2±17
Sambal Tomat Belu
15 (0.8)
0.1±10
543 (1.0)
0.2±17
558 (1.0)
0.2±17
Mie+kuah
78 (3.9)
7.6±99
1926 (3.5)
5.5±82
2004 (3.5)
5.6±83
Biscuit
83 (4.2)
1.8±21
1413 (2.6)
1.1±31
1496 (2.6)
1.1±31
Kue bolu
42 (2.1)
1.1±22
1180 (2.1)
1.2±33
1222 (2.1)
1.2±33
Mie bakso+kuah
34 (1.7)
4.1±82
1079 (2.0)
4.2±82
1113 (1.9)
4.2±82
Donat
30 (1.5)
1.0±38
868 (1.6)
1.0±39
898 (1.6)
1.0±39
Mie bakso
40 (2.0)
4.6±103
891 (1.6)
3.1±76
931 (1.6)
3.2±77
Mie ayam
35 (1.8)
3.3±77
752 (1.4)
2.7±85
787 (1.4)
2.7±84
Bakso daging sapi
29 (1.5)
2.0±72
707 (1.3)
1.9±81
736 (1.3)
1.9±80
Baso
15 (0.8)
0.8±75
749 (1.4)
2.0±85
764 (1.3)
2.0±85
Biscuit roma
34 (1.7)
0.8±39
517 (0.9)
0.4±30
551 (1.0)
0.4±30
Risoles
19 (1.0)
0.5±24
504 (0.9)
0.5±32
523 (0.9)
0.5±31
Wafer
24 (1.2)
0.6±50
441 (0.8)
0.3±28
465 (0.8)
0.3±29
Jajanan
96
Lampiran 7 Analisis regresi air dari minuman dengan air dari makanan+air metabolik Model Summary R 0.672*
R Square 0.452
Adjusted R Square 0.452
Std. Error of the Estimate 429.48791
Anova Model Regression Residual Total
Sum of Squares 9.890E9 1.201E10 2.190E10
df 1 65117 65118
Mean Square 9.890E9 184459.864
F 5.362E4
Sig 0.000*
Coefficients Model
Unstandardised coefficients B
(Constant) Air dari makanan dan metabolisme
785.082 1.084
Std. Error 3.407 0.005
Standardizzed Coefficients Beta
0.672
t
Sig
230.405
0.000
231.550
0.000
97
Lampiran 8 Uji beda t (Independent Sample t-Test) Hasil uji beda t total asupan air pada dewasa muda dan dewasa madya
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
df
Sig. (2tailed
Mean differences
1.155
0.283
-0.572
57.232
0.567
-2.7158
-0.573
4.505E4
0.567
-2.7158
Hasil uji beda t total asupan air pada wanita hamil dan tidak hamil
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances F 15.536
Sig. 0.000
t-test for equality of means
t 4.499
Df 57.232
Sig. (2tailed 0.000
Mean differences 56.0195
4.127
2.180E3
0.000
56.0195
Hasil uji beda t kebutuhan air pada dewasa muda dan dewasa madya
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
146.315
0.000
20.049
57.232
0.000
52.337
19.834
4.341E4
0.000
52.337
Hasil uji beda t kebutuhan air pada wanita hamil dan tidak hamil
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances F 34.81
Sig. 0.000
t-test for equality of means
t 52.891
Df 57.232
Sig. (2tailed 0.000
Mean differences 355.0478
56.051
2.227E3
0.000
355.0478
98
Hasil uji beda t madya
tingkat pemenuhan kebutuhan air pada dewasa muda dan dewasa
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
41.196
0.000
-9.627
57.232
0.000
-2.6024
-9.502
4.311E4
0.000
-2.6024
Hasil uji beda t tingkat pemenuhan kebutuhan air pada wanita hamil dan tidak hamil
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
19.266
0.000
-10.564
57.232
0.000
-15.0182
-10.733
2.212E3
0.000
-15.0182
Hasil uji beda t MGP pada dewasa muda dan dewasa madya
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
17.34
0.000
2.463
57.232
0.000
0.0155
2.447
4.397E4
0.000
0.0155
Hasil uji beda t MGP pada wanita hamil dan tidak hamil
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
122.129
0.000
8.203
57.232
0.000
0.1032
8.96
2.239E3
0.000
0.1032
99
Hasil uji beda t total asupan air pada daerah perkotaan dan perdesaan
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
127.973
0.000
15.012
57.232
0.000
69.5885
15.078
5.709E4
0.000
69.5885
Hasil uji beda t MGP pada daerah perkotaan dan perdesaan
Total asupan air
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene’s test for qualityof varoances
t-test for equality of means
F
Sig.
t
Df
Sig. (2tailed
Mean differences
107.772
0.000
23.217
57.232
0.000
3.0771
23.297
5.698E4
0.000
3.0771
100
Lampiran 9 Kebutuhan zat gizi makro dan mineral pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis Kebutuhan Zat Gizi
Kelompok Umur
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
Energi (Kal)
2324±279
2258±299
2319±282
Protein (g)
67.2±12.1
66.8±11.4
67.2±12.1
Lemak (g)
64.6±7.8
62.7±8.3
64.4±7.8
Hamil
Karbohidrat (g)
368.7±48.7
356.6±53.6
367.7±49.2
2325.3±279.9
2258.1±299.1
2319.7±282.1
Kalsium (mg)
950.0±0.0
950.0±0.0
950.0±0.0
Fosfor (mg)
600.0±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
35.0±0.0
35.0±0.0
35.0±0.0
1978±291
1941±311
1964±299
51.0±9.3
53.1±10.1
51.8±9.7
Air (ml)
Besi (mg) Tidak Hamil Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g)
54.9±8.1
53.9±8.6
54.6±8.3
319.8±51.6
310.8±55.7
316.4±53.4
1977.8±290.5
1940.7±311.2
1963.8±299.0
Kalsium (mg)
800.0±0.0
800.0±0.0
800.0±0.0
Fosfor (mg)
600.0±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
26.0±0.0
26.0±0.0
26.0±0.0
Energi (Kal)
1995±300
1943±312
1976±305
Protein (g)
51.8±10.1
53.2±10.2
52.3±10.2
Karbohidrat (g) Air (ml)
Besi (mg) Hamil dan Tidak Hamil
Lemak (g) Karbohidrat (g) Air (ml) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg)
55.4±8.3
54.0±8.7
54.9±8.5
322.3±52.5
311.2±55.9
318.2±54.0
1995.3±299.8
1943.2±312.4
1976.2±305.5
807.6±32.8
801.2±13.3
805.2±27.5
600.0±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
26.5±2.0
26.1±0.8
26.3±1.7
101
Lampiran 10 Kebutuhan vitamin pada wanita dewasa menurut sumber, kelompok usia, dan kondisi fisiologis Kebutuhan Zat Gizi
Kelompok Usia
Total
Dewasa Muda
Dewasa Madya
800.0±0.0
800.0±0.0
800.0±0.0
Thiamin (mg)
1.2±0.0
1.2±0.0
1.2±0.0
Riboflavin (mg)
1.4±0.0
1.4±0.0
1.4±0.0
18.0±0.0
18.0±0.0
18.0±0.0
1.7±0.0
1.7±0.0
1.7±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
600.0±0.0
2.6±0.0
2.6±0.0
2.6±0.0
85.0±0.0
85.0±0.0
85.0±0.0
500.0±0.0
500.0±0.0
500.0±0.0
0.9±0.0
0.9±0.0
0.9±0.0
Hamil Vitamin A (RE)
Niasin (mg) Vitamin B6 (mg) Folate (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg) Tidak Hamil Vitamin A (RE) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin B6 (mg) Folate (µg) Vitamin B12 (µg) Vitamin C (mg)
1.1±0.0
1.1±0.0
1.1±0.0
14.0±0.0
14.0±0.0
14.0±0.0
1.3±0.0
1.3±0.0
1.3±0.0
400.0±0.0
400.0±0.0
400.0±0.0
2.4±0.0
2.4±0.0
2.4±0.0
75.0±0.0
75.0±0.0
75.0±0.0
515.1±65.6
502.4±26.7
510.5±55.0
0.9±0.1
0.9±0.0
0.9±0.1
Hamil dan Tidak Hamil Vitamin A (RE) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin B6 (mg) Folate (µg)
1.1±0.1
1.1±0.0
1.1±0.1
14.2±0.9
14.0±0.4
14.1±0.7
1.3±0.1
1.3±0.0
1.3±0.1
410.1±43.8
410.6±17.8
407.0±36.7
Vitamin B12 (µg)
2.4±43.8
2.4±0.0
2.4±0.0
Vitamin C (mg)
75.5±2.2
75.1±0.9
75.3±1.8