Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
ANALISA PERBEDAAN MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI MAHASISWA DAN DOSEN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN ENTREPRENEURSHIP Tina Melinda Universitas Ciputra email:
[email protected]
ABSTRAK Pada era globalisasi ini, untuk meningkatkan daya saing suatu bangsa tidak cukup dilihat dari sumber daya konvensional yang dimiliki, yaitu 4 M (Men, Money, Material and Method) saja, tetapi ada satu sumberdaya yang lebih penting yaitu penguasan informasi. Informasi selain berfungsi sebagai faktor produksi, juga merupakan “bahan mentah” knowledge, sehingga orang yang menguasai informasi berpotensi menjadi bagian komunitas global yang cerdas. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh pada cara penyelengaraan pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas. Penelitian ini ingin melihat perbedaan manfaat teknologi informasi dan komunikasi bagi dosen dan mahasiswa di dalam proses pembelajaran. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 12 dosen pengajar mata kuliah Entrepreneurship dan 12 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut. Analisa data menggunakan statistik inferensi yaitu “Independent sample t test”. Sedangkan indikator yang diukur ada dua yaitu: Transaction Values dan Interaction Values dari dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam proses pembelajaran Entrepreneurship. Hasil yang diperoleh menunjukan ada perbedaan manfaat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bagi dosen dan mahasiswa di dalam meningkatkan proses pembelajaran Entrepreneurship. Kata kunci : Teknologi informasi dan komunikasi, Transaction values, Interaction values, Entrepreneurship
PENDAHULUAN Pada era globalisasi, sebuah Negara tidak cukup hanya menguasai sumber daya konvensional yang kerap dinyatakan 4 M (Men, Materials, Money dan Machines). Hal ini terlihat dari adanya sejumlah negara yang sangat minskin dipandang dari kacamata portfolio 4 M yang dimilikinya, tetapi berhasil mengembangkan dan membangun bangsanya. Sementara itu tidak kurang terlihat adanya negara yang kaya raya akan sumber daya 4 M, tetapi tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Hasil pengkajian terhadap fenomena memperlihatkan bahwa ada sumber daya kelima yang sangat penting untuk dikuasai yaitu, informasi. Informasi selain berfungsi sebagai faktor produksi penting juga merupakan potensi untuk membuat masyarkat global yang pintar dan cerdas, karena penerapan teknologi informasi di segala bidang sesuai dengan konteksnya agar daapt tercipta sebuah daya saing nasional. Meskipun disadari bahwa saat ini belum semua orang memiliki akses pada kemajuan teknologi informasi tersebut, namun kemajuan teknologi informasi telah
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
mendorong perkembangan proses pembelajaran, terutama dalam hal penyampaian materi pendidikan. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang semakin cepat tanpa terasa telah mempengaruhi cara-cara orang dalam melakukan aktivitasnya, mulai dari cara manusia melakukan pekerjaan, belajar dan segala aktivitas lainnya. Dunia pendidikan harus sedini mungkin diperkenalkan pada teknologi informasi. Untuk itu, kurikulum pendidikan harus dapat memasukkan program pengenalan teknologi informasi pada semua jenjang pendidikan. Dunia pendidikan harus cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan keadaan agar mampu bersaing secara kompetitif dan diterima kehadirannya oleh masyarakat sebagai produk pendidikan yang bermutu. TINJAUAN PUSTAKA Menginjak abad milenium ketiga ini, banyak yang merasa terperangah menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat. Pada saat ini, peranan tehnologi informasi dan komunikasi yang pertama muncul, yaitu sebagai enabler atau alat yang memungkinkan perguruan tinggi dapat menciptakan proses pendidikan yang cheaper, better dan faster. Informasi (Murdick, 1991) adalah data yang telah diambil kembali, diolah atau sebaliknya digunakan untuk tujuan informatif atau kesimpulan atau argumentasi untuk pengambilan keputusan. Sistem informasi manajemen (Davis, 1999), adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Menurut Indrajit dan Richardus (2006), ada 7 peranan strategies teknologi informasi bagi dunia pendidikan, sebagai berikut: (1) Teknologi informasi sebagi Gudang Ilmu Pengetahuan. Kurikulum yang disusun dan dikembangkan haruslah memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan terkini dan setiap dosen diharap dapat mengakses berbagai gudang ilmu pengetahuan di seluruh dunia untuk mendapatkan konten terbaik yang diinginkan. (2) Teknologi informasi sebagai alat bantu pembelajaran. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut adanya kreativitas dosen sebagi fasilitator dalam memilih pendekatan belajar mengajar yang efektif. Konsep pembelajaran secara interaktif perlu ditunjang dengan alat bantu media pembelajaran yang memanfaatkan kemajuan tehnologi.(3) Teknologi informasi sebagai fasilitas pendidikan. Pendidikan yang baik membutuhkan fasilitas yang handal, tehnologi informasi memberikan manfaat yang cepat dan murah memlalui akses internet. (4) Tehnologi informasi sebagai standar kompetensi. Pemanfaatan tehnologi informasi dapat berjalan dengan baik apabila dosen dan mahasiswa memiliki kompetensi, keahlian dan ketrampilan di dalam menggunakan tehnologi tersebut. (5) Tehnologi informasi sebagai penunjang administrasi pendidikan. Tehnologi informasi dapat digunakan untuk membantu berbagai proses dan aktivitas belajar mengajar. (6) Tehnologi informasi sebagai alat bantu manajemen sekolah. Tehnologi informasi dapat digunakan untuk mengambil keputusan sehari-hari. (7) Tehnologi informasi sebagai infrastruktur pendidikan. Dalam rangka membentuk sebuah komunitas masyarakat berbasis informasi dan pengetahuan yang baik, tehnologi informasi adalah salah satu infrastruktur pendidikan. Kehidupan pada abad 21 dapat diidentifikasi dengan 4 ciri utama (Tilaar,2002) yaitu: (1) dunia tanpa batas, (2) kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dan aplikasinya di dalam kehidupan manusia, (3) kesadaran terhadap hak dan kewajiban asasi manusia, (4) Mega competition society. Di dalam menghadapi globalisasi ada bangsa yang telah siap tetapi masih banyak bangsa yang masih perlu dipacu agar siap menghadapinya. Globalisasi
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-8-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
mempunyai dampak positif dan negative. Dampak positif dari globalisasi antara lain terbukanya peluang dan tantangan baru. Pada dasarnya setiap manusia, setiap bangsa mempunyai peluang yang sama untuk menghadapi tantangan baru tersebut. Disinilah letaknya peranan pendidikan yang dapat memberikan sumbangan dalam terwujudnya kegiatan ekonomi yang produktif dan mempunyai daya saing tinggi berkat penguasaan ilmu pengetahuan dari para pelakunya. Pendidikan dalam abad 21 mempunyai tanggung jawab moral untuk menunjang perkembangan ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan agar supaya dapat membantu masyarakat membangun suatu kehidupan yang lebih adil dan lebih makmur serta kompetitif. Seorang pakar ekonomi (thurow,1999) mengemukakan bahwa salah satu unsur penting dalam membangun kemakmuran ialah menciptakan ilmu pengetahuan (creating knowledge) dan mengembangkan skills yang pada hakekatnya tidak lain ialah menemukan ilmu pengetahuan baru. Untuk pembangunan pendidikan (Mulyasa, 2007)ada tiga syarat utama yang harus diperhatikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM, yaitu: (1) Sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga pendidikan yang profesional. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode survey, peneliti berusaha mengambil sampel dari suatu populasi dengan mengandalkan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah dosen yang mengajar mata kuliah Entrepreneurship dan mahasiswa yang mengambil mata kuliah Entrepreneurship di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Timur. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sample, dengan jumlah 12 orang dosen dan 12 orang mahasiswa. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder maupun data primer yang diperoleh dari: wawancara, kuesioner, dan dokumentasi atau kepustakaan. Identifikasi Variabel Vaiabel penelitian yang digunakan adalah Transaction Values dan Interaction Values (Wonohadijoyo, 2008). Transaction values terdiri dari 5 indikator yaitu: penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan proses belajar mengajar, bagaimana teknologi informasi dan komunikasi digunakan untuk kegiatan proses belajar mengajar, persepsi kepuasan menggunakannya, persepsi bahwa penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu setiap kegiatan lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, persepsi dukungan fasilitas yang disiapkan. Untuk Interaction Values digunakan 2 indikator yaitu: frekuensi penggunaannya dan faktor pendorong untuk berinteaksi dengan orang lain. Penentuan skor untuk setiap pertanyaan terhadap masalah yang diteliti menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 alternatif pilihan yaitu; sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), cukup setuju (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1).
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-8-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, analisa data menggunakan Statistik inferensi yaitu “Independent sample t test”, karena tujuan uji dua sampel (Santoso, 2007) adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata antara dua populasi yang berbeda dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Tabel 1. Group Statistik jabatan N Mean 3.7500 Transaction dosen 12 Values mhs 12 3.3333 3.5000 Interaktion dosen 12 Values mhs 12 3.4000 Sumber : data diolah Pada Tabel 1 terlihat bahwa gambaran penilaian dosen terhadap Ttransaction Values memperlihatkan respons yang positif dengan nilai sebesar 3,7500 (skala 1-5). Hal ini menunjukan bahwa responden telah memberikan respon cukup baik terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan proses belajar mengajar, kepuasan penggunaan tehnologi informasi dan komunikasi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu setiap kegiatan lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, dukungan fasilitas yang disiapkan. Pada Tabel 1, terlihat bahwa gambaran penilaian mahasisiwa terhadap Ttransaction Values memperlihatkan respons yang positif dengan nilai sebesar 3,3333 (skala 1-5). Hal ini menunjukan bahwa responden telah memberikan respon cukup baik terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan proses belajar mengajar, kepuasan penggunaan tehnologi informasi dan komunikasi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu setiap kegiatan lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, dukungan fasilitas yang disiapkan. Pada Tabel 1, terlihat bahwa gambaran penilaian dosen terhadap Interaction Values memperlihatkan respons yang positif dengan nilai sebesar 3,5000 (skala 1-5). Hal ini menunjukan bahwa responden telah memberikan respon cukup baik terhadap frekuensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dan faktor pendorong untuk berinteaksi dengan orang lain. Pada Tabel 1, terlihat bahwa gambaran penilaian dosen terhadap Interaction Values memperlihatkan respons yang positif dengan nilai sebesar 3,4000 (skala 1-5). Hal ini menunjukan bahwa responden telah memberikan respon cukup baik terhadap frekuensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dan faktor pendorong untuk berinteaksi dengan orang lain. Selanjutnya dilakukan Uji t dua sample (Santoso, 2007), uji ini dilakukan dalam dua tahapan: tahapan pertama adalah menguji apakah varians dari dua populasi bisa dianggap berbeda. Setelah itu baru dilakukan pengujian untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata populasi. Tabel 2. Independent Sample Test Levene's Test for Equality of Variances Transaction Equal variances assumed Values Equal variances not assumed Interaktion Equal variances assumed Values Equal variances not assumed Sumber: data diolah
F 5.923
Sig. .024
5.500
.028
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-8-4
t 2.244 2.244 3.071 3.071
df 22 17.666 22 16.585
Sig. (2-tailed) .035 .038 .006 .007
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Pada Tabel 2, terlihat bahwa F hitung untuk Transaction Values dengan Equal Variance Assumed adalah sebesar 5,923 dengan sig 0,024 artinya bahwa kedua varians adalah benar-benar berbeda. Demikian juga untuk Interaction Values dengan Equal Variance Assumed adalah sebesar 5,500 dengan sig 0,028 artinya bahwa kedua varians adalah benar-benar berbeda. Setelah uji asumsi kesamaan varians selesai, selanjutnya dilakukan analisis dengan memakai t test untuk mengetahui apakah Transaction Values dan Interaction Values dosesn dan mahasiswa berbeda secara signifikan. Pada Tabel 2, terlihat bahwa t hitung untuk Transaction Values sebesar 2,244 dengan sig 0,38 artinya rata-rata Transaction Values dosen benar-benar berbeda dengan rata-rata Transaction Values mahasiswa. Pada Tabel 2, terlihat bahwa t hitung untuk Interaction Values sebesar 3,071 dengan sig 0,06 artinya rata-rata Interaction Values dosen benar-benar berbeda dengan rata-rata Transaction Values mahasiswa Transaction values bagi dosen dan mahasiswa berbeda karena bagi dosen penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan proses belajar mengajar, seperti menyiapkan bahan-bahan pengajaran, dan mencari bahan-bahan lewat internet untuk melaksanakan penelitian. Sedangkan bagi mahasiswa menggunakan proses pencarian bahan untuk membantu pembuatan laporan-laporan yang ditugaskan kepada mereka. Interaction Values bagi dosen dan mahasiswa berbeda karena bagi dosen penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan berinteraksi dengan rekan kerja untuk menunjang proses belajar mengajar, seperti mendiskusikan bahanbahan pengajaran dengan sesama dosen. Sedankan mahasiswa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk berinteraksi dengan sesama mahasiswa dan juga sosialisasi. KESIMPULAN Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi yang semakin cepat tanpa terasa telah mempengaruhi cara-cara orang dalam melakukan aktivitasnya, mulai dari cara manusia melakukan pekerjaan, belajar dan segala aktivitas lainnya. Dunia pendidikan harus sedini mungkin diperkenalkan pada teknologi informasi. Untuk itu, kurikulum pendidikan harus dapat memasukkan program pengenalan teknologi informasi pada semua jenjang pendidikan. Pada saat ini, peranan tehnologi informasi dan komunikasi yang pertama muncul, yaitu sebagai enabler atau alat yang memungkinkan perguruan tinggi dapat menciptakan proses pendidikan yang cheaper, better dan faster. Gambaran penilaian dosen dan mahasiswa terhadap Transaction Values dan Interaction Values memperlihatkan respons yang positif telah memberikan respon cukup baik terhadap penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan proses belajar mengajar, kepuasan penggunaan tehnologi informasi dan komunikasi, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu setiap kegiatan lebih cepat, lebih baik dan lebih murah, dukungan fasilitas yang disiapkan. frekuensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dan faktor pendorong untuk berinteaksi dengan orang lain. Transaction values bagi dosen dan mahasiswa berbeda karena bagi dosen penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan proses belajar mengajar, seperti menyiapkan bahan-bahan pengajaran, dan mencari bahan-bahan lewat internet untuk melaksanakan penelitian. Sedangkan bagi mahasiswa menggunakan proses pencarian bahan untuk membantu pembuatan laporan-laporan yang ditugaskan kepada mereka. Interaction Values bagi dosen dan mahasiswa berbeda karena bagi dosen penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk kegiatan berinteraksi dengan rekan kerja untuk menunjang proses belajar mengajar, seperti mendiskusikan bahan-
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-8-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
bahan pengajaran dengan sesama dosen. Sedankan mahasiswa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk berinteraksi dengan sesama mahasiswa dan juga sosialisasi. DAFTAR PUSTAKA Davis, Gordon B., 1999, Sistem Informasi Manajemen, PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta. Indrajit, Richardus Eko dan Richardus Djokopranoto, 2006, Manajemen Perguruan Tinggi, Penerbit Andi, yogyakarta. Mulyasa, 2007, Menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Murdick, Robert G., Joel E. Ross., James R Claggett, 1991, Sintem Informasi Untuk Manajemen Modern, Penerbit Erlangga. Singgih Santoso, 2007, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15, PT Elex Media Komputindo, Jakarta Tilaar,H.A.R, 2002, Membenahi Pendidikan Indonesia,PT.Rinema Cipta, Jakarta. Thurow. Lester C., 1999,Building wealth, The New Rules for individuals, Company, and nations in a knowledge-based economy, New York: Harper Collins Wonohadidjojo, D. M., & Melinda, T. 2008, The Successfulness of Entrepreneurial Education in Affective Domain by Applying Hybrid Teaching and Learning Method. Asia Pacific Educational Research Association 2008. Singapore.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-8-6