Ampisilin pada pencabutan gigi dalam kerja sosial di Lampung Slamet Djais dan Soeherwin Mangundjaja Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pendahuluan Kerja sosial adalah latihan lapangan bagi para mahasiswa. Mereka belajar meneliti lingkungan kesehatan didaerah, sarobil meng amalkan ilmuyang telah mereka pelajari.Didalam perumusan Tridharma perguruan Tinggi pengabdian pada masyarakat tercantum sebagai Dharma yang ketiga. pengabdian dapat juga diberikan dalaro bentuk pendidikan, kerja sosial.Kerja sosial disini adalah sebagai pendidikan yang sasarannya mahasiswa sedang pada pengabdian sasarannya adalah masyarakat waktu yang mahasiswa sumbangkan hanya dua minggu saja, namun dalam dua minggu ini bekerja sangat antusias sehingga lazim disebut merenggut bahaya. Latihan kerja lapangan selalu ditandai oleh volume amat besar. Sebagai contoh dapat kami ajukan kerja sosial yang telah dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia di daerah Ladang minyak P.T. Stanvac Indonesia di Lirik, kecamatan pasir penyu Kabupaten Rengat, Propinsi Riau,Sumatra. Pada latihan kerja kerja lapangan tersebut diperiksa: 2080 anak sekolah, diantaranya : 803 murid dirawat 606 murid dicabut gigi 153 orang penduduk, diantaranya : 126 orang dicabut gigi Dengan volume kerja yang terlalu besar ini, para mahasiswa tidak dapat berlatih dengan seksama, bahkan mereka tidak waspada lagi dan lupa, bahwa obat-obatan yang mereka pergunakan dapat menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki. Kerja sosial kedokteran seyogyanya berjalan terus. Para mahasiswa adalah tidak terlatih untuk menanggulangi efek samping obat-obatan. Dan tempat mereka bekerja dari puskesmas biasanya sudah diaturdiluar batas aman.
Menjadi amat penting untuk menekankan keamanan pada persiapan kerja sosial. Tidak menjadi berke1ebihan1ah, kalau para mahasiswa sebe1um berangkat kerja sosial diperingatkan untuk berhati-hati dan te1iti da1am pemberian obat. Disamping itu seyogyanya, para mahasiswa dibekali hanya jenis obatobatan yang : 1. Arnan, terutama untuk anak-anak. Efek samping obat serendah mungkin. 2. Jenis antibiotika mempunyai spektrum 1uas dan terutama berkhasiat terhadap jenis-jenis kuman penyebab peradangan mulut. 3. Berkhasiat terapi pada cara pemberian yang praktis untuk di daerah. Sikon daerah minta pemberian obat dua ka1i sehari, yaitu pagi dan sore (bukan 4x sehari atau 3x sehari). Efek samping obat. Uraian perihal efek samping obat oleh Soeharti Soeherman(1979) mempunyai nilai khusus untuk latihan kerja lapangan, justru karena uraian tersebut memakai data asal beberapa daerah di Indonesia. Dije1askannya, bahwa efek samping obat terdapat da1am berbagai bentuk dari reaksi yang ringan sampai pada yang berat, bahkan ada yang fatal. Antibiotika dinyatakan mempunyai presentasi efek samping sebesar 35,14, obat analgetik antipiretik sebesar 17,26, antihistamin sebesar 3,16 dan anestesi umum atau lokal sebesar 1,45 (Lihat tabel 1.) Efek samping berbagai antibiotika diterangkan melalui sebuah garnbar. Persentasi efek samping tersebut adalah penisilin semi sintetik sebesar 14,20, pen-strep sebesar 23,90, Kloramfenikol sebesar 6,35, eritromisin sebesar 1,90, kanamisin sebesar 1,70 rifamisin sebesar dan linkomisisn sebesar 1.50 (lihat gambar 1). Efek samping berbagai antibiotika ternyata dapat mengenai organ dan hal ini dijelaskannya dalam tabe1. Reaksi akibat ampisilin paling banyak mengenai organ kulit (lihat tabel 2). Penting untuk kerja sosial adalah uraiannya mengenai tetrasiklin, karena diantara jenis antibiotika yang diberikan per oral, tetrasiklinlah yang paling banyak dipakai. Tetrasiklin, temyata merupakan penyebab kedua dari efek samping obat yang dilaporkan. Efek samping tetrasiklin paling banyak mengenai kulit, seperti rash, urticaria dan beberapa kasus fotosensitifitas. Sistim gastro intestinum nampaknya juga dipengaruhi dengan gejala nausea, muntah; sakit epigastrium, diare dan perobahan warna pada lidah. Persentasi syok anafilaktik dilaporkan setinggi 10,75 dari 93 kasus syok dengan satu kematian. 2
Kelihatannya agak sulit untuk mencegah timbulnya efek samping obat dali hal ini di tegaskan oleh Suharti da1am kesimpulannya sebagai berikut : Kesimpulan : -
-
Antibiotik nampaknya masih merupakan golongan obat yang mempunyai presentasi tertinggi sebagai penyebab eso. Hal ini dapat mencerminkan bahwa obat ini paling banyak digunakan pada pengobatan penyakit, penisilin yang diberikan parenteral mempunyai presentasi paling tinggi,sedangkan untuk antibiotika yang umumnya diberikan per oral, tetrasiklin menunjukkan persentasi paling tinggi. Syok anafi1atik akibat antibiotika, nampaknya menunjukan persentasi yang kedua sesudah reaksi kulit.
Tabel 1 Persentasi Efek Samping Berbagai Golongan Obat. ====================================================== Obat
Persentasi
Antibiotika 35.14 Ana1getik, antipiretik/kombinasi 17.26 Antipsikotik dan anti emetik 7.40 Antitusiv/Antiasma 4.82 Harmon steroid 3.85 Vitamin/Anti enetik 5.05 Sulfonamid 3.70 Antihistamin 3.16 Kemoterapi parasit 1.96 Kemoterapi tbe kecuali strep dan rifamisin 1.50 Obat jantung,anti hipertensi/hipotensi 2.26 Anestesi umum/local 1.45 Obat golongan lain 12.45 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Jumlah 100 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Suharti Suherman K Medika, No.7 , 5 Juli 1979
3
GAMBAR 1 : PERSENTASE EFEK SAMPING BERBAGAI ANTIBIOTlKA -----------------------------------------------------------------------------------------------------------PENISILIN 23,90 TETRASIKLIN 19.50 STREPTOMISIN 17.20 PENISILIN SEMISINTETIK 14.20 PEN.STREP 6.35 ERITROMISIN 1.90 KANAMISIN 1.70 RIFAMISIN 1.50 LINKOMISIN 1.50 LAIN-LAIN 5.00 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Suharti Suherman K Medika, No.7 , 5 Juli 1979 - Nampaknya pemberian Antihistamin bersarna-sama dengan antibiotika untuk mencegah terjadinya syok anafi1atik tidak berguna, karena tidak dianjurkan. - Untuk mencegah atau rnengurangi kemungkinan terjadinya efek samping antibiotika, dapat diusahakan antara lain dengan membatasi penggunaannya, atau dengan rnengingat azas penggunaan antibiotika yang rasionil dan arnan seperti yang te1ah banyak diutarakan. - Perlu difikirkan lebih lanjut, untuk melakukan penelitian khusus mengenal. efek klorarnfenikol terhadap sistim darah pada orang Indonesia.
Tabel 2 Perbandingan Jumlah Efek Sarnping Berbagai Antibiotika Berdasarkan Sistim Organ yang Terkena Peni silin
Tetra siklin
Strepto misin
Pen semi
Peni silin
Strepto misin
Kloram feniko
Eritro misin
Kana misin
Rifa misin
Linko misin
jumlah
60 4 1
59 3 1
16 31 -
50 1 -
20 3 -
20 2 2
2 -
3 2 -
1 -
1 -
13 1 1
245 47 4
Tractus G I
7
25
14 9
7
6
5
4
1 1
1 1
-
5
16 70
Hati & empedu
-
-
-
-
-
-
1
-
4
-
-
5
-
3
3
25
1
-
-
1
-
-
34
-
3
3
5
1
-
-
1
-
-
15
-
2 -
-
-
-
3
-
-
1 -
-
-
3 3
50
10
25
11
22
9
-
4
-
2
2
135 577
Sistim organ
Kulit SSP & tepi Penglihatan Pendengaran & vestibular
Sistem Respiratorium 2 Trak Respiratorius 2 Traktur uragenitalis Sitem darah Tubuh secara keseluruhan Gannguan umum JUMLAH
4
Ampisilin sebagai antibiotika pilihan untuk kerja sosial Aktivitas ampisilin. Dosis hari rata-rata dari Ampisilin untuk orang dewasa adalah 1 gram yang sebaiknya diberikan 250 mg tiap 6 jam. Pada infeksi yang berat dosis tersebut dapat digandakan dua kali, jadi setiap 6 jamnya 500 mg. Dosis hari untuk anak-anak adalah 40-80 mg tiap kg berat badan. Sikon desa atau daerah pertanian transmigrasi tidak cocok untuk pemberian obat setiap 6 jam atau setiap 8 jam. Mudah dilaksanakan adalah minum obat pagi dan sore, cara minum obat dua kali sehari ini bermakna jika kadar obat dalam serum selama 10 sampai 12 jam setelah minum obat adalah cukup tinggi untuk menghambat pertumbuhan kuman penyebab peradangan. Dalarn hal pemberian Ampisilin, pemberian tunggal 500 mg pada orang dewasa, dosis mana adalah sesuai dengan 7,5 mg/kg berat badan, dalam serum akan dijumpai kadar antibiotika sebagai berikut : ½-1 1–2 2–4 4–6 6–8
jam setelah minum obat 0,2 - 4,9 mcg/ml jam setelah minum obat 0,8 - 5,0 mcg/ml jam setelah minum obat 0,6 - 1,6 mcg/ml jam setelah minum obat 0,4 - 0,8 mcg/ml jam setelah minum obat 0,8 mcg/ml
Pada peroberian berulang dapat diharapkan suatu kadar rata-rata diatas 0,8 mcg/ml da1am serum. Antara kadar antibiotika dalam serum afinitasnya pada jaringan mulut serta antara efek antibiotika in vitro dan efek in vito harus terdapat keserasian. Dalam gambar ini dapat dibaca efek ampisilin kadar hambat mini mum dalam mcg/ml terhadap pelbagai jenis kuman penyebab peradangan gigi dan mulut.
5
Kadar serum rata-rata Ampisilin per oral. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------Streptococcus 0.016 - 0.03 /250 mg D. pneumonie S. viridans S.aureus S.faecalis H.influenzae
0.03 – 0.06/250mg 0.24 – 0.5/250mg 0.06 – 0.12/250mg 1.0 – 2/250mg 0.24 – 1.0/250mg
N.go 0.06 – 0.5/250mg ------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau kita menilai Kadar hambat minimum dari kuman patogen dari rongga mulut, maka berdasarkan kadar yang dapat dipercepat pengobatan dosis 2 x 500 mg sehari, dapatlah diambil suatu ketentuan, bahwa ampisilin dapat bersifat bakterisida. Kepustakaan telah menerangkan, bahwa kuman kokus piogen yang dianggap sebagai penyebab radang gigi umumnya adalah dalam jang jangkauan kasiat ampisilin. Keterangan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Wood (1975) yang menggambarkan, bahwa kuman-kuman penyebab infeksi yang dapat diasingkan dari 80 peradangan abses gigi yang akut untuk lebih kurang 90,3% sampai 91,3% dapat dinyatakan sensitif. terhadap ampisilin. Hasil kami sendiri di Jakarta yang kami pero1eh pada tahun 1972 dan 1973 memberikan angka persentase yang agak rendah, yaitu antara 76,0% sampai 82,6%. Meskipun angka rata-rata tersebut ada1ah menggernbirakan, namun untuk dibekalkan kepada para mahasiswa bekerja sosia1 belum memuaskan seratus persen. Masih be1um dite1iti sego1ongan kurnan yang dapat juga dianggap sebagai radang gigi atau sebagai penyebab infeksi campuran atau sebagai penyebab infeksi sekunder. Kelompok kuman ini adalah kuman anaerob, bacteroides, fusobacterium, peptococcus, peptostrepcoccus, dan veillinella. Keterangan-keterangan diatas ini rnenggambarkan bahwa ampisilin merupakan jenis antibiotika yang dapat dibekalkan pada kerja sosial para mahasiswa kedokteran gigi karena disarnping ampisilin aman digunakan juga berkhasiat terapi pada dosis hari yang diberikan dua kali sehari, pagi dan sore. Kesimpulan ini kami terapkan pada kerja sosial di Lampung. 6
Hasil penelitian Ampisilin pada kerja sosial di Larnpung. Jenis ampisilin yang dipakai dalam penelitian adalah sediaan Ampisilin anhydrous (BANNSIPEN) dalam kemasan 500 mg Kelompok pertama diberi ampisilin dan analgetika. Kelompok kedua diberi ampisillin + anti-inflamasi + analgetika. Kelompok ketiga ampisilin + metronidazol + anti anflamasi + analgetika. Ampisilin diberikan 2x sehari @ 500 mg, metronidazol 2x sehari @ 250 mg, danzen (anti-inflarnasi) 2x sehari @ 5 mg dan magnopyrol (analgetika). Untuk dapat memastikan saat radang mereda, maka pasien diminta datang kembali setiap hari. Sebagai patokan radang telah mereda adalah hilangnya rasa nyeri pada perkusi dan tekanan dan di lakukannya extraksi. Kelompok pertama. Pada pasien pada kelompok pertama ini diberikan ampisilin dan kalau perlu diberikan analgetika. Hasil penelitian dituangkan dalam tabel I. Diperiksa 39 pasien dengan pelbagai jenis radang gigi. 30 Pasien (76,9%) dengan pencabutan gigi setelah pengobatan satu hari. 9 pasien (2311%) dengan pencabutan gigi setelah pengobatan dua hari. Kelompok kedua. Pada pasien pada kelompok kedua ini diberikan ampisilin dan obat anti-inflamasi (Danzen), kalau perlu juga diberikan analgetik. Hasil penelitian dimuat dalam tabel II diperiksa 47 pasien dengan pelbagai jenis radang gigi. 47 pasien (100%) dengan pencabutan gigi setelah satu hari. Kelompok ketiga. Dalam pasien pada kelompok ketiga ini diberikan ampisilin + me tronidazol + Danzen, dan kalau perlu juga diberikan analgetika. Hasil penelitian dicantumkan pada tabel III. Diperiksa 20 pasien dengan pelbagai jenis radang gigi. 12 pasien (60%) dengan pencabutan gigi setelah pengobatan satu hari.
7
1 pasien (5 %) dengan pencabutan gigi setelah pengobatan dua hari. Pada kelompok ini terdapat 7 pasien yang tidak datang lagi. TABEL 1 HASIL PENGOBATAN AMPICILLIN ANHYDROUS + ANALGETIKA
No.Nama 1. SKD 2. RTW 3. MTH 4. RBD 5. SMN 6. STI 7. SKI 8. SGO 9. SYI 10. FUD 11. TMT 12. MLO 13. PIO 14. DIM 15. DRN 16. SMI 17. IKA 18.ATM 19.KNI
Umur 25 14 20 40 38 35 39 19 24 29 21 24 34 25 25 35 34 40 36
Kelamin L P P L P P L L L L P P L P L P L L P
20.WDI 21.WDO 22.BWO 23.DTR
20 24 25 20
P P P P
24.HDO 25.SHO 26.STH
50 40 25
L L P
27.SMO 28.SDI 29.RBY 30.SMI 31.STI 32.MKR
35 35 24 27 16 12
L L P L L L
Diagnosa /6 Abses 5/ periodentitis /6 Gangren radix dengan abses 6/ periodentitis kronis 8/ Periodentitis kronis 64/457 Gangren radix dengan abses 7/ Gangren pulpa 7/ Gingival abses 65/ Ganqren radix dengan abses /7 Periodontitis akuta /78 Gingival abses 65/ Gingival abses 765/ Gangren radix dengan abses /6 Gingival abses /8 Pulpitis akuta /8 Gangren radix dengan periodentitis kronis /56 Derrto alveolar abses 654/ Gangren pulpa dengan abses 6/ Gangren pulpa dengan abses /34 Gangren pulpa dengan periodentitis /6 Buccal abses /8 Gangren pulpa dengan abses /4 Gangren radix periodentitis kronis /67 Periodontal abses dengan periodontitis /6 Gangren radix dengan abses 7/ Gangren radix dengan periodentitis 654/ Periodontitis akuta dengan fistula /8 Gangren pulpa dengan abses /8 Gangren radix periodontitis akut /5 Ginqival abses /23 Periodontitis akuta 7/ Pulpitis kronis 23/6 Gangren radix
Pencabutan gigi /pengobatan 1 - 2 hari * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
8
33.SPM 34.INI 35.TKO 36.SKR 37.SYO 38.IRI 39.YTM
25 10 40 47 55 24 16
P L L L L P L
8/ Pericoronitis kronis 6/ Pulptis kronis 8/ Submukus abses 7/ Pulpitis kronis 654/78 Gangren radix dengan periodontitis 8/ Impacted dengan periodontitis /6 Gingival abses
* * *
* * *
Keterangan : * Ekstraksi TABEL II HASIL PENGOBATAN AMPICILLIN ANHYDROUS + DANZEN + ANALGETIKA Pencabutan gigi /pengobatan No.Nama Umur Kelamin Diagnosa 1 - 2 hari 1. KPO 60 L 76/ Periodentitis marginalis + 2. ANI 40 P 7/ Dento alvelorar abses + 3. EDH 13 P 6/ Dento alvelorar abses + 4. HTH 14 P 1/ Gingivitis + 5. SLH 40 L 4/ Gangren oral dengan oral fistula + 6. IDA 24 P /6 Submukus abses + 7. TIN 40 P /8 Periodentitis marginalis + 8. PLL 50 L /6 Pulptis kronis + /8Gangren pulpa 75/ Radix + 9. LIN 30 P /6 Periodontitis + 10.SUI 60 L Gangren radis dengan periodontitis + 11. MLN 25 L 876/ Abses dan 6 gingival abses + 12. PDO 70 P 6/ Periostal abses + 13. SYO 18 L 6/6 Dento alveolar abses + 14. PIO 33 L 8/ Periostal abses dan 7/Submukus abses + 15. HYA 19 P /7 Pulpitis kronis + 16. TIA 28 P 8/7 Pulpitis kronis + 17. AWA 15 P /4 Gangren pulpa dengan abses + 18.IDH 25 P 8/ Periodontitis dan 6/ Gangren pulpa + 19.SAO 23 L 6/ Gangren pulpa + gingivitis kronis + 20.HSN 50 L /6 Gangren radix + 21.SWI 35 L 7/ Pulpitis 2/2 Gingival abses + 22.STN 29 P 86/6 Gangren radix dengan abses + 23.PIO 18 L /7 Gingival abses dan /6 Gangren radix + 24.SGO 50 L /6 Periodontitis dan /5 Ganfren radix + 25.KTH 45 P 8/ Gingival abses + 26.STH 25 L /6 Gangren radix dan abses +
9
27.SIH 27 P 28.SMO 25 L 29.DMI 19 L 30.WHN 30 L 31.KNO 60 L 32.TMN 17 L 33.SPN 23 L 34.SIN 23 L 35.AYO 28 L 36.TWO 30 L 37.MDR 50 P 38.SPO 40 L 39.SHR 25 P 40.PID 35 L 41. MJK 23 P 42.BIM 25 P 43.KIH 25 P 44.SWH 38 L 45.KTO 40 L 46.TKN 65 L 47.WYN 50 P Keterangan : + Ekstraksi
/7 Periodontitis kronis /4 Gangren radix dengan abses /6 Periodontitis kronis /6 Periodontitis kronis /7 Periodontitis akuta 6/56 Abses 6/ Gingival abses 6/ Gingival kronis 8/ Gingival abses 6/ Gangren radix demgam abses 6/ Gingival abses 76/ Gangren radix dengan abses 7/ Pulpa poliup 4/ Submukus abses /3 Dento alveolar abses 876/678 Abses 6/ Gingival abses 65/ Gingival abses 63/ Gingren radix 8/Gamgren pulpa dengan periodontitis 6/ Gingival abses kronis
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
TABEL III HASIL PENGOBATAN AMPICILLIN ANHYDROUS + METRONIDAZOL + ANTI INFLAMASI + ANALGETIKA
No.Nama 1. PIM 2. BBG 3. NNO 4. RMN 5. AGG 6. MDN 7. NDN 8. SNT 9. SGM 10.SRT 11. STN 12. SMI 13. BST 14. SMN 15. SAM
Umur 31 18 16 20 18 30 40 30 20 30 30 17 13 16 30
Kelamin L L L P L L L P P P L L P P p
Diagnosa 8/ Gangren pulpa /8 Dento alveolar abses 8/ Gingival abses /2 Fistula 8/ gangren radix + periodontitis /7 Periodontitis kronis 7/ Gangren radix /8 Gangren radix /6 Gangren pulpa + periodontitis /6 Gangren pulpa + gingival abses 8/ Pulpitis kronis + 6/ gingival abses 876/ Gingival abses 76/ Gangren pulpa dengan abses 6/ Pulpitis kronis /6 Periodontitis marginalis /4 Gangren radix + abses
Pencabutan gigi /pengobatan 1 - 2 hari + + + + + + + + + + + + ** ** **
10
16. SKT
20
P
17. MKI 18.IDI 19.STR 20.TLN
35 35 13 27
L P L P
Keterangan :
/6 Gangren radix /8 Gangren radix abses 87/ Gangren pulpa + abses 6/ Periodontitis akut /7 Periodontitis 7/ Gangren pulpa abses
+ ** ** ** **
+ = Ekstraksi ** = Tidak datang
Kesimpulan. Dalam menjalankan kerja sosial atau kerja lapangan didaerah perlu sekali diperhatikan bahaya efek sampingan. Meskipun jarang dijumpai, mungkin karena tidak mendapatkan perhatian secukupnya, maka efek sampingan dapat berakibat tidak menguntungkan baik bagi penderita maupun bagi yang memberi pengobatan. Seyogianya para mahasiswa diberi penerangan terlebih dahulu dan dilatih untuk menghadapi efek sampingan, sebelum mereka diberangkatkan untuk bekerja di lapangan. Lebih utama adalah untuk membekali mereka dengan jenis obat-obatan yang telah teruji rendah persentasi efek smnpingannya disamping mendapat latihan tersebut, karena tindakantindakan pencegahan efek sampingan masih diragukan khasiatnya. Ampisilin dapat diajukan sebagai antibiotika pilihan untuk kerja sosial. Antibiotika tersebut adalah cukup aman dan dapat dikombinasi dengan Danzen sebagai obat anti inflamasi akan mempercepat proses reda radang. Dalam kasus pada mana kuman anaerob diperkirakan berperan dapat ditambahkan metronidazol. Karena obat analgetika mempunyai efek samping dalam persentase yang cukup tinggi, seyogianya obat tersebut diberikan kalu perlu saja. Dalam suasana yang kurang menguntungkan dosis harian dapat di berikan dalam dua bagian dengan waktu interval 12 jam, memakai dosis tiap kalinya bagi infeksi yang tidak berat 500 mg. Dari pemberian pagi dan sore tersebut dapat diharapkan suatu hasil yang cukup memuaskan.
11
Kepustakaan 1. BALLEY, WR dan SCOTT, EG, Diagnostic Microbiology 4th Ed 1974 The CV Mosby & Co. 2. ENNY MARWATI, ANI TRlMARTATI dan JULIA MARIA 1978: Kerja Sosial Kesehatan Gigi dan Mu1ut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia di Lirik Riau 3-10 Juli 1978. Perpustakaan FKGUI. 3. NICHOLS, RL. et al 1977. Preoperatif bowel preparation Ach.Surg. 1977: 122;149 4. SLAMET DJAIS. Bakteremia setelah pelbagai tindakan kedokteran gigi. Laporan proyek Penelitian No.065/PKR/Respus/UI/76 Perpustakaan FKGUI. 5. SULISTIA GAN dan KAWAN, Farmakologi dan Terapi Edisi 2, 1980, Bagian Farmakologi, FKUI. 6. SUHARTI SUHERMAN K. Efek samping antibiotika. Medika,1979, Tahun 5., No.7; 298. 7. WALTER, A.M ., HEILMEYER, L 1969. Antibiotika Fibel.1969, edisi ke 3 George Thieme Verlag, Stuttgart. 8. WOODS,R 1975. An assessment of antibiotics for the treatment of pyogenic dental infection. Aust. Dental Journal, 1975, p.10. ---000--Dokumentasi Perpustakaan FKG UI 1978
12