ANALISIS KETERKAITAN ANTARA ATRIBUT KEMASAN TEH CELUP DAN ETNIK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN Analysis Relationship between Packaging Attributes of Tea Bags and Ethnic towards Customer Satisfaction Firda Suci Sugiyanto1), Sucipto2), Siti Asmaul M2). Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran_Malang 65145 1)
Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menentukan kesukaan etnik Jawa, Sunda dan Madura terhadap atribut kemasan teh celup dan menentukan pengaruh hubungan atribut kemasan teh celup terhadap kepuasan konsumen. Objek penelitian adalah teh celup merek Sariwangi, Tongtji, Sosro, dan Poci. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif untuk menerangkan sifat kesukaan etnik terhadap atribut kemasan teh celup dan metode Generalized Structured Component Analysis (GSCA) untuk mengetahui pengaruh hubungan atribut kemasan teh celup dengan kepuasan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan etnik Jawa, Sunda, Madura lebih menyukai merek, warna dan ilustrasi teh celup Sariwangi. Etnik Jawa dan Sunda lebih menyukai isi 25 teh celup dengan bentuk dus berbahan karton dinilai sudah memudahkan dalam menyimpan dan membuka. Etnik Madura lebih menyukai isi 5 teh celup bentuk sachet dari bahan plastik dinilai sudah memudahkan dalam penyimpanan tapi masih cukup sulit dalam membuka. Ketiga etnik menyatakan sangat suka dengan adanya pencantuman label halal dan mutu pada kemasan. Hasil GSCA menunjukkan nilai goodness of fit (FIT dan AFIT) di bawah 0,5 sehingga model struktural cukup baik menjelaskan keragaman atribut kemasan, sertifikasi, dan kepuasan konsumen. Model hubungan yaitu Y= 0,646X1 + 0,187X2. Menurut setiap etnik, atribut kemasan dan sertifikasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Menurut seluruh etnik, atribut kemasan berpengaruh positif signifikan, namun sertifikasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Kata Kunci:, Etnik, GSCA, Atribut Kemasan, Teh Celup ABSTRACT This study was aimed aims to analyze and determine the preferences of ethnic Javanese, Sundanese and Madurese to teabag packaging and determine the effect of the relationship packaging attributes of teabag towards customer satisfaction. As the research of objects have been teabag brand Sariwangi, Tongtji, Sosro, and Poci. Data were analyzed using descriptive method to describe the nature of ethnic preferences towards teabag packaging attributes and Generalized Structured Component Analysis method (GSCA) to determine the relationship effect of packaging attributes with customer satisfaction. The results showed that Javanese, Sundanese, Madurese ethnic more like a teabag merk, color, and illustrations Sariwangi. The Javanese and Sundanese ethnic preferred content 25 teabags made carton shape of cardboard material is considered to be easier in storage and opening. The Madurese ethnic preferred contents 5 teabag sachets of plastic material is considered to be easier in storage but it is still quite difficult to open. These three ethnic states are like very much with the labeling of halal and quality on the packaging. The GSCA results showed that value of goodness of fit (FIT and AFIT) below 0.5 so the structural model good enough to explain the diversity of packaging attributes, certification, and customer satisfaction. Model the following equation Y= 0,646X1 + 0,187X2. According to each ethnic the packaging attributes and certifications not effect to customer satisfaction. According all of ethnic, packaging attributes significant positive effect and certification not effect to customer satisfaction. Keywords: Ethnic, GSCA, Packaging Attributes, Teabag PENDAHULUAN Kemasan tidak hanya berfungsi sebagai pelindung produk, namun juga perlu untuk pemasaran. Kemasan yang efektif tidak hanya tergantung ukuran dan kekuatanya, tetapi juga faktor lain seperti desain kemasan (Lye,
2003). Desain kemasan terdiri dari berbagai komponen simbolik seperti warna, desain, bentuk, ukuran, material fisik, serta informasi pada label (Shimp, 2003). Kemasan produk yang baik dapat memberi peran cukup besar mempengaruhi konsumen untuk membeli
produk. Pengaruh tersebut dapat berupa kesukaan dan kepuasan konsumen terhadap atribut kemasan produk. Kepuasan konsumen merupakan keadaan di mana kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen dapat terpenuhi melalui produk yang dikosumsi (Gaspersz, 2003). Keberagaman etnik di Indonesia memungkinkan konsumen memiliki perilaku yang beragam. Menurut Umar (2005), faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi. Etnik dikenal berdasarkan pada bahasa percakapan, pakaian yang dipakai, makanan dan minuman khas, serta adat istiadat yang mereka miliki (Liliweri, 2005). Di Indonesia terdapat berbagai jenis etnik, seperti etnik Jawa, Sunda, dan Madura. Etnik-etnik tersebut dapat memiliki kesukaan yang berbeda terhadap tampilan fisik kemasan. Karena itu, perlu mengetahui kesukaan setiap etnik terhadap atribut fisik kemasan, serta perlu menentukan pengaruh hubungan antara atribut kemasan terhadap kepuasan konsumen. Objek penelitian untuk mengetahui kesukaan dan kepuasan konsumen terhadap atribut kemasan yaitu teh celup merek Sariwangi, Sosro, Tongtji, dan Poci karena merek teh celup tersebut sudah populer di kalangan masyarakat. Metode Generalized Structured Component Analysis (GSCA) digunakan untuk mendapatkan model struktural yang powerfull dengan kerangka model building dan model struktural dirancang tanpa adanya landasan teori yang kuat, sehingga lebih diutamakan untuk tujuan prediksi (Nur, 2014). Menurut Ningsih dkk., (2013), metode GSCA menyediakan criteria global least square optimization yang dilengkapi dengan ukuran goodness-fit model secara keseluruhan yang akan membantu menentukan baik buruknya model penelitian yang terbentuk. Tujuan penelitian yaitu menganalisis dan menentukan kesukaan etnik terhadap atribut kemasan teh celup, serta menentukan pengaruh hubungan atribut kemasan teh celup terhadap kepuasan kosumen. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di kota Malang. Atribut kemasan hanya terkait visual fisik kemasan, meliputi merek, isi, warna,
gambar/ilustrasi, bentuk, bahan, kemudahan menyimpan dan membuka, pencantuman label halal dan mutu, tanpa mempertimbangkan rasa, bau, dan warna. Responden hanya terdiri dari etnik Jawa, Sunda, dan Madura. Pengambilan sampel dilakukan dengan unproportionate stratified simple random sampling, yaitu sampel diambil dengan simple random sampling dan dengan proporsi yang tidak sama. Sampel penelitian terdiri dari masyarakat umum lebih mengarah ke mahasiswa di kota Malang. Sampel untuk analisis deskriptif sebanyak 110 sampel yang terdiri dari 70 etnik Jawa, 20 etnik Sunda, 20 etnik Madura. Paling banyak Jawa karena etnik Jawa paling mendominasi di kota Malang. Sampel untuk analisis GSCA sebanyak 60 sampel masing-masing 20 sampel untuk setiap etnik. Hal tersebut mempertimbangkan kemudahan pengolahan data GSCA yang tidak memerlukan jumlah sampel terlalu besar. Metode deskriptif untuk menerangkan sifat kesukaan responden terhadap atribut kemasan. Metode GSCA untuk mengetahui pengaruh hubungan variabel atribut kemasan terhadap kepuasan konsumen. Variabel diukur dangan skala likert (skala 1 menyatakan pernyataan sangat tidak setuju sampai skala 5 menyatakan sangat setuju). Data penelitian diuji validitas, reliabilitas, dan linearitas dengan bantuan SPSS 18 for Windowns. Analisis GSCA dilakukan dengan bantuan program www.semgesca.org/gsca.php. Model struktural penelitian digambarkan seperti Gambar 1. Atribut kemasan dan sertifikasi bersifat formatif, sedangkan kepuasan konsumen bersifat reflektif. Atribut Kemasan (X1 )
Kepuasan Konsumen (Y)
Sertifikasi (X2 )
Gambar 1. Model struktural Berdasarkan model struktural diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Atribut kemasan berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. H2: Sertifikasi berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Atribut Kemasan Teh Celup Desain kemasan teh celup terkait warna, ilutrasi/gambar, dan informasi disajikan pada Gambar 2. Pembahasan fokus pada teh celup isi 25, karena disediakan oleh keempat merek teh celup dan gambar/ilustrasi tampak lebih jelas. Berdasarkan warna, teh celup merek Sosro dan Poci menunjukan warna panas dengan warna kemasan merah kuning dan coklat. Teh celup merek Sariwangi dan Tongtji menunjukan warna dingin dengan warna biru dan hijau kuning. Menurut Vila (2006), warna panas membuat suatu objek kelihatan lebih besar, lebih dekat, memberi rasa menggugah dan kehangatan. Warna dingin mempunyai sifat tenggelam, kalem, tenang, dan memberi kesan tentram.
a. Merek Sosro
b. Merek Sariwangi
terdapat di merek Sariwangi. Pencantuman slogan hanya terdapat di merek Sariwangi “ Lebih Segar, Lebih Nikmat” dan merek Sosro “Quality Tea, Quality Life”. Informasi penghargaan hanya terdapat pada merek Tongtji berupa Superbran ds Indonesia’s Choice 2010-2011 dan Satria Brand Award 2012 (Merek Pilihan Jawa Tengah). Menurut Shimp (2003), pencantuman informasi dalam kemasan berguna untuk menstimulasi pembelian uji coba, mendorong perilaku membeli ulang, dan menyediakan berbagai instruksi penggunaan produk. Selain itu, informasi pada kemasan sebagai media informasi produk, brand image, dan juga sebagai bagian dari promosi (Susanti, 2002). Deskripsi Responden Karakteristik responden disajikan pada Tabel 1. Responden penelitian sebanyak 110 orang yang sedang di Kota Malang. Resonden terbesar dari Jawa Timur (74,55%). Paling banyak berjenis kelamin perempuan (75,45%) dibandingkan laki-laki (24,55%). Usia responden paling banyak usia 21 s/d 26 tahun (57,27%). Tabel 1 Karakteristik Responden No 1.
c. Merek Tongtji d. Merek Poci Gambar 2. Desain kemasan teh celup Berdasarkan ilustrasi/gambar, setiap teh celup menampilkan ilustrasi teh dalam cangkir putih ditampilkan dengan gambar yang berbeda-beda. Selain itu, ditampilkan daun teh kecuali pada merek Poci. Shimp (2003) menyatakan ilustrasi kemasan yang efektif akan memungkinkan arus mata yang sehat dan menyediakan fokus bagi konsumen. Pencantuman logo merek setiap kemasan disajikan dengan desain tulisan dan ukuran yang berbeda untuk menciptakan kesan tersendiri dibenak konsumen. Beberapa produk mampu berkembang dengan baik di benak konsumen karena keberhasilannya dalam membuat ruang dipikiran konsumen melalui komunikasi visual (Susanti, 2002). Terkait informasi kemasan teh celup terdapat pencantuman rasa, isi, berat bersih, alamat perusahaan, saran penyajian, tanggal kadaluarsa, komposisi, label halal dan mutu pada masing-masing merek. Informasi label halal dilihat dari logo yang diberikan oleh LPPOM dan informasi label mutu dilihat dari pencantuman nomor dari LPOM. Pencantuman informasi nilai gizi hanya
2.
3.
4.
5.
Responden Daerah Asal Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Luar Jawa JenisKelamin Perempuan Laki-laki Usia(Tahun) 15 s/d 20 21 s/d 26 27 s/d 32 33 s/d 38 > 38 Pekerjaan Mahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Wirausaha Wiraswasta Pelajar PNS Petani Pendapatan (Rp) 300rb - 550rd 600rb - 850rb 900rb - 1,2jt 1,3jt - 1,5 jt > 1,5jt tidak tercantum
Total
(%)
82 3 22 3
74,55 2,73 20 2,73
83 27
75,45 24,55
30 63 6 2 9
27,27 57,27 5,45 1,82 8,18
70 4 5 4 7 3 5 3
63,64 3,64 4,55 3,64 6,36 2,73 4,55 2,73
16 27 15 5 7 40
14,55 24,55 13,64 4,55 6,36 36,36
Responden paling banyak berprofesi sebagai mahasiswa (63,64%) dan tidak mencantumkan pendapatan (36,36%) dengan alasan privasi. Pendapatan terbanyak kedua Rp 600.000,- - Rp 850.000,- (24,55%).
Uji Validitas, Reliabilitas, dan Linearitas Kuesioner valid bila memiliki nilai Pearson Correlation lebih besar dari pada r-table (Soegoto, 2008). Pada penelitian ini semua pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih besar dari r tabel 0,3120 (interval kepercayaan 95%), sehingga semua item kuesioner valid. Pertanyaan kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha di atas 0,6 (Sunyoto, 2009). Hasil analisis menunjukan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,897 lebih besar dari dari 0,6, sehingga kuesioner reliabel terhadap penelitian. Menurut Handaru dan Nailul (2012), kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear jika signifikansi (linearity) kurang dari 0,05. Hasil analisis menunjukan hubungan antara atribut kemasan dan kepuasan konsumen memiliki nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga kedua variabel memiliki hubungan yang linaer. Begitupun variabel sertifikasi dan kepuasan konsumen memiliki sig 0,023 lebih kecil dari 0,05, sehingga kedua variabel memiliki hubungan yang linear.
memberi kesan yang baik karena perpaduan desain kemasan yang cocok/kontras dan adanya pencantuman sertifikat brand dikemasan, serta warna hijau menunjukan kesegaran dan menggambarkan produk teh. Pilihan ketiga yaitu merek Sosro (18,25%) alasanya desain kemasan menarik dengan komposisi warna yang serasi. Pilihan terakhir yaitu merek poci (10,32%). Menurut Rosalina, dkk (2012) desain kemasan perlu dibuat semenarik mungkin baik dari segi material kemasan, grafis, dan informasi untuk menarik perhatian konsumen.
Deskripsi Kesukaan Responden Rekapitulasi kesukaan disajikan pada Tabel 2.
Gambar 3. Bentuk kemasan berdasarkan isi teh celup Pada Gambar 3 menunjukan contoh isi teh celup dari keempat merek. Etnik Jawa dan Sunda paling banyak menyukai isi 25 teh celup dengan alasan untuk persediaan jangka lama dan efisiensi pengunaan. Isi yang semakin banyak akan semakin ekonomis (tanpa harus sering membeli teh celup). Ada yang perpendapat ilustrasi/gambar terlihat lebih jelas, mudah ditata, ditutup ulang dan disimpan karena dikemas dalam bentuk dus. Etnik Madura lebih menyukai isi 5 teh celup alasannya kemasan lebih praktis, simpel, dan ringan. Penggunaan isi 5 teh celup lebih cepat habis, namun kemasan sachet tidak dapat ditutup ulang. Oleh karena itu responden berharap adanya kemasan sachet yang dapat di tutup ulang. Melihat keberagaman konsumen menilai produk teh celup, perusahaan perlu melakukan pengembangan produk untuk mempertahankan reputasi perusahaan. Menurut Hasibuan dan Saefudin (2005), dengan melakukan pengembangan kemasan produk maka perusahaan dinilai mampu mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Etnik Jawa dan Sunda lebih menyukai bentuk dus dan etnik Madura suka bentuk sachet. Alasan memilih bentuk dus karena lebih mudah disimpan, kokoh, mudah ditutup
responden
Tabel 2 Rekapitulasi Kesukaan Responden No 1.
2.
3.
4.
Atribut Kemasan
Total (%)
Merek, Warna, Ilustrasi/ Gambar, Kemudahan membuka dan menyimpan Sariwangi 50,00 Tongtji 21,43 Sosro 18,25 Poci 10,32 Isi Isi 5 25,44 Isi 25 39,47 Isi 30 15,79 Isi 50 13,16 Isi 100 6,14 Bentuk Dus 61,54 Sachet 38,46 Bahan Karton 66,95 Plastik 33,05
Ketiga etnik paling banyak memilih merek Sariwangi (50%) dengan alasan merek Sariwangi menunjukan desain kemasan yang simpel tapi menarik, warna kemasan segar menggambarkan produk teh, dan memiliki bentuk kemasan serta isi beragam. Pilihan kedua merek Tongtji (21,43%) alasannya
Isi 100 (Dus)
Isi 25 (Dus)
Isi 50 (Dus)
Isi 30 (Dus)
Isi 5 (Sachet)
ulang, dibuka dan isi lebih banyak. Selain itu, bentuk dus lebih menunjukan ilustrasi jelas dan tidak akan berceceran sehingga mudah dalam penataan. Menurut Nugroho (2006), bentuk kemasan merupakan pendukung utama yang membantu terciptanya seluruh daya tarik visual. Tidak ada prinsip baku yang menentukan bentuk fisik dari sebuah kemasan karena ini biasanya ditentukan oleh sifat produk, pertimbangan mekanis, kondisi marketing, pertimbangan pemajangan, dan oleh cara penggunaan kemasan tersebut. Ketiga etnik lebih banyak menyatakan bentuk dus (30,51%) dan sachet (16,95%) memudahkan dalam penyimpanan. Menurut Cenadi (2010), bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan dalam penyimpanan dan tidak sulit dalam pemajangan. Selain kemudahan menyimpan, bentuk kemasan juga dipertimbangkan dari segi kemudahan membuka. Kemasan teh celup yang sudah terbuka dapat dilihat pada Gambar 4.
a. Bentuk dus
b. Bentuk sachet Gambar 4. Kemasan teh celup yang terbuka Pada merek Poci tidak tersedia bentuk sachet dan hanya menyediakan bentuk dus. Ketiga etnik paling banyak menyatakan bentuk dus sudah memudahkan dalam membuka (28,81%), sedangkan bentuk sachet cukup mudah dalam membuka (16,95%). Sangat penting mempertimbangkan kemasan yang mudah dibawa/dipegang, dibuka, dan diambil karena dapat mempengaruhi kenyamanan pemakaian produk (Sampurno, 2006). Bahan kemasan teh celup yang ada saat ini terdiri dari karton dan plastik. Nur (2009) menyatakan penggunaan bahan pengemas
disesuaikan dengan sifat bahan yang dikemas. Etnik Jawa dan Sunda menyukai kemasan dari bahan karton dan etnik Madura menyukai bahan plastik. Sampurno (2006) menyatakan kemasan karton memiliki keunggulan dari segi fungsinya sebagai alat promosi dan informasi karena bisa dibuat bidang cetak yang lebar. Menurut Sulchan dan Endang (2007), kemasan plastik memiliki keunggulan pada sifatnya yang kuat, tetapi ringan. Kelemahan kemasan plastik yaitu memungkinkan terjadinya migrasi zat monomer dari plastik ke dalam makanan terutama jika makanan tidak cocok dengan kemasan. Pada pencantuman label halal dan label mutu, ketiga etnik paling banyak menyatakan sangat suka dengan adanya pencantuman label halal (47,27%) dan label mutu (45,45%) pada kemasan. Hasan (2014) menyatakan bagi konsumen sertifikasi halal memiliki beberapa fungsi. Pertama, melindungi konsumen muslim dari produk pangan, obat-obatan dan kosmetik yang tidak halal. Kedua, secara kejiwaan perasaan hati dan batin konsumen akan tenang. Ketiga, mempertahankan jiwa dan raga dari keterpurukan akibat produk haram. Keempat, akan memberikan kepastian dan perlindungan hukum. Menurut Suyadi (2010), pencantuman label mutu mengarah kepada perlindungan konsumen terhadap hak-hak konsumen. Salah satu hak konsumen yang dilindungi yaitu hak atas kenyamanan, keamanan,dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Perusahaan yang mengetahui kepuasan kosumennya dapat menjadi masukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi serta peningkatan kepuasan pelanggan yang merasa belum puas (Musanto, 2004). Analisis Hubungan Pengaruh Variabel Atribut Kemasan Teh Celup terhadap Kepuasan Konsumen Variabel atribut kemasan (X1) bersifat formatif yang terbentuk dari indikator merek (X11), warna (X12), ilustrasi/gambar (X13), bentuk (X14), kemudahan membuka (X15), kemudahan menyimpan (X16), dan bahan (X17). Pada variabel sertifikasi (X2) berbentuk model pengukuran formatif yang terbentuk dari dua indikator, yaitu pencantuman label halal (X21) dan mutu (X22). Variabel kepuasan konsumen bersifat reflektif yang terdiri dari dua indikator yaitu memenuhi kebutuhan (Y1) dan sesuai keinginan (Y2).
Nilai FIT menjelaskan varian total dari semua variabel yang dapat dijelaskan oleh model struktural. Nilai FIT dipengaruhi oleh kompleksitas model, sehingga perlu dilihat nilai AFIT sebagai alternatif perbandingan karena adanya keragaman model. Semua nilai FIT dan AFIT setiap etnik di bawah 0,5, sehingga model struktural cukup baik menjelaskan keragaman atribut kemasan, sertifikasi, dan kepuasan konsumen. Berdasarkan penelitian Amanah (2010) dan Saidani (2012) menyatakan bahwa kepuasan konsumen juga dapat dipengaruhi oleh kualitas produk, harga produk dan kualitas layanan. Analisis goodness of fit pada GSCA melihat nilai FIT dan AFIT yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kesesuaian model struktural FIT AFIT
All 0,471 0,459
Model Fit Jawa Sunda 0,480 0,425 0,442 0,383
Atribut kemasan dan sertifikan mengunukan estimasi weight karena bersifat formatif yaitu indikator membentuk variabel laten (Solimun, 2011). Pada variabel atribut kemasan indikator bentuk kemasan memiliki nilai estimate paling tinggi, sehingga indikator bentuk kemasan yang paling tepat mendeskripsikan variabel atribut kemasan atau jika melakukan perbaikan maka bentuk kemasan menjadi prioritas. Dilihat dari nilai rata-rata skor bentuk kemasan memiliki nilai di atas 4, maka secara realitas bentuk kemasan sudah baik apabila digunakan untuk menggambarkan atribut kemasan teh celup. Begitupun variabel sertifikasi indikator dengan nilai tertinggi yang paling tepat mendeskrepsikan sertifikasi. Hasil analisis seluruh etnik menunjukan label halal yang memiliki nilai estimate paling besar dan ratarata skor di atas 4. Estimasi model pengukuran hasil GSCA disajikan pada Tabel 4.
Madura 0,471 0,432
Tabel 4. Hasil model pengukuran masing-masing etnik Variabel Atribut Kemasan (X1) Marek (X11) Warna (X12) Ilustrasi (X13) Bentuk (X14) K. membuka (X15) K. menyimpan (X16) Bahan (X17 Sertiffikasi (X2) Pen. Halal (X21) Pen. Mutu (X22)
Kepuasan Konsumen (Y) Me. kebutuhan (Y1) Ses. Keinginan (Y2)
All
Weight Estimate Jawa Sunda
0.303 -0.063 -0.216 0.641* 0,520 0.295 -0.662
0.121 -0.117 0.587 0.654* 0.028 0.451 -0.484
-0.625 -0.806 0.553 2.014* 0.199 -0.751 -0.449
0,717* 0,376
-0.771 1.027* 1.187* -1.470 Loading Estimate
Madura
All
Rata – rata Skor Jawa Sunda
0.421 0.562 -0.006 0.621* 0.176 0.341 -0.689
4,48 3,97 3,78 4,18 4,05 3,82 4,07
4,40 4,30 3,85 4,10 4,10 3,95 4,20
4,15 4,10 4,30 4,15 3,95 4,05 4,25
4,50 3,65 3,65 4,15 3,90 3,55 4,00
0.780* -0.285
4,38 4,15
4,45 4,30
4,35 4,50
4,25 3,95
4,00 3,92
3,75 3,95
3,85 3,70
3,95 3,65
All
Jawa
Sunda
Madura
0.928 0.950*
0.965* 0.901
0.886 0.903*
0.886 0.945*
Madura
Estimate* = nilai tertinggi Tabel 5. Path coefficients All
Estimate Sunda Jawa
Madura
Atribut Kemasan (X1)-> Kepuasan Konsumen (Y)
0.646*
0,819
0,612
0,894
Sertifikasi (X2)-> Kepuasan Konsumen (Y)
0.187
0,127
-0,219
0,105
* = signifikan pada level 0,05 Estimasi model pengukuran pada variabel kepuasan konsumen menggunakan loading estimate karena bersifat reflektif yaitu variabel laten membentuk indikatornya (Solimun, 2011). Nilai loading kedua indikator pada masing-masing etnik memiliki convergent validity yang baik dalam mendeskripsikan
variabel kepuasan konsumen karena memiliki nilai estimate loading di atas 0,6 dan semua nilai CR bersifat signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Kedua indikator kepuasan konsumen memiliki discriminant validity yang baik karena nilai lebih besar dari nilai korelasi antar variabel. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Mulyono, dkk (2007) bahwa kepuasan konsumen dapat dilihat dari seberapa besar kebutuhan mereka dapat terpenuhi oleh produk tersebut dan kesesuaian produk dengan keinginan mereka. Berdasarkan nilai koefisien jalur estimate Tabel 5 hasil seluruh etnik menunjukkan atribut kemasan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kepuasan konsumen. Pada setiap etnik, atribut kemasan tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan penelitian Hasibuan dan Saefudin (2005), desain kemasan yang baik dapat mempengaruhi penjualan produk dan setiap strategi pengembangan desain kemasan produk mempengaruhi naiknya penjualan perusahaan. Hal tersebut menunjukan atribut kemasan yang semakin baik dapat meningkatan kepuasan konsumen terhadap produk teh celup. Merek
0,303
Warna
Ilustrasi
-0,063
Bentuk
K. membu ka
K. menyim pan
Bahan
0,216 0,641 0,520 0,295 -0,662
Memenuhi Kebutuhan
0,928* Atribut Kemasan
Sesuai Keinginan
0,950*
0,646* Kepuasan Konsumen
Sertifikasi
0,187
Ket: * signifikan 0,717
Halal
0,376
Mutu
Gambar 5. Path Diagram Seluruh Etnik Menurut keseluruhan etnik, sertifikasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Hal tersebut menunjukkan pencantuman label halal dan mutu di kemasan tidak meningkatkan kepuasan konsumen terhadap produk teh celup. Pencantuman label halal dan mutu bernilai negatif pada model pengukuran menunjukkan pencantuman label tidak menjadi prioritas dalam pengembangan atribut kemasan, namun secara realitas pencantuman label halal dan mutu sudah baik dalam menggambarkan sertifikasi pada kemasan karena rata-rata skor di atas 4. Saat ini di Sunda teh sudah menjadi minuman populer yang mudah untuk diperoleh (Suryani, 2011). Menurut LPPOM MUI (2011), bahan pangan (nabati) berupa bahan pangan segar yang tidak mengalami pengolahan memiliki status halal. Tetapi bila telah mengalami proses pengolahan, maka hukumnya menjadi subhat (samar/ tidak jelas
haramnya). Oleh karena itu, perlu ditentukan kehalalannya dan dilakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap ada tidaknya kultivasi mikrobial. KESIMPULAN Ketiga etnik lebih menyukai merek, warna dan ilustrasi teh celup Sariwangi. Etnik Jawa dan Sunda lebih menyukai isi 25 teh celup dengan bentuk kemasan dus berbahan karton yang dinilai sudah memudahkan dalam menyimpan dan membuka. Etnik Madura lebih menyukai isi 5 teh celup dengan bentuk kemasan sachet dari bahan plastik dinilai sudah memudahkan dalam penyimpanan tapi masih cukup sulit dalam membuka. Ketiga etnik sangat suka dengan adanya pencantuman sertifikasi halal dan pencantuman sertifikasi mutu pada kemasan teh celup. Diperoleh nilai goodness of fit (FIT dan AFIT) di bawah 0,5 sehingga model struktural cukup baik menjelaskan keragaman atribut kemasan, sertifikasi, dan kepuasan konsumen. Model hubungan yaitu Y= 0,646X1 + 0,187X2. Menurut setiap etnik, atribut kemasan dan sertifikasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Menurut seluruh etnik, atribut kemasan berpengaruh positif signifikan, namun sertifikasi tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Saran penelitian lebih lanjut sebaiknya responden lebih mengarah kepada ibu rumah tangga dan perlu memperhatikan adanya kemungkinan efek moderasi dan mediasi pada model struktural. DAFTAR PUSTAKA Amanah, D. 2010. Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Majestyk Bakery & Cake Shop. Jurnal Keuangan & Bisnis 2 (1): 71-87 Cenadi, C.S. 2010. Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran. Nirmana 2 (1) : 92-103 Gaspersz, V. 2003. Ekonomi Pembuatan Keputusan Bisnis. Pustaka Utama, Jakarta
Manajerial Gramedia
Handaru, A. W, dan Nailul, M. 2012. Pengaruh Kepuasan Gaji Dan Komitmen Organisasi Terhadap Intensi Turnover Pada Divisi PT JamSosTek.Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) 3(1): 119
Hasan, K. N. S. 2014. Kepastian Hukum Sertifikasi dan Labelisasi Halal Produk Pangan. Jurnal Dinamika Hukum 14(2): 227-238 Hasibuan, D. H. M, dan Saefudin Z. 2005. Analisis Strategi Pengembangan Kemasan Produk Terhadap Volume Penjualan. Jurnal Ilmiah Ranggagading 5(1) : 37-44 Liliweri, A. 2005. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. LkiS Pelangi Aksara, Yogyakarta LPPOM MUI. 2011. Mengenali Titik Kritis Haram Pada Bahan Nabati. Diakses 25 April 2011. http:// food.detik.com/ read/2011/04/25/153732/1624821/901/ mengenali-titik-kritis-haram-pada-bahannabati Lye, S. G. 2003. Design for Manual Packaging. International Journal of Physical Distribution & Logistict Management 33 (2): 163-189 Mulyono, B.H. dan Rini N., Mustofa K. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen. Jurnal Strudi Manajemen & Organisasi 4(2):91-100 Musanto, T. 2004. Faktor-Faktor Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan: Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan 6 (2): 123-136 Ningsih, P. N, Ketut J, dan I Putu E. 2013. Analisis Derajat Kesehatan Masyarakat Provinsi Bali Dengan Menggunakan Metode Generalized Structured Component Analysis (GSCA). E-Jurnal Matematika 2(2): 54-58 Nugroho, B. T. 2006. Menambah Daya Tarik Melalui Keindahan. Diakses 20 Nopember 2006 http:// mipa.uns.ac.id/ ~scienta/ tutorial.do Nur, I. M. 2014. Mammography Cceening Pada Kanker Payudara Dengan Generalized Structured Component Analysis. Statistika 2(1): 26-33 Nur, M. 2009. Pengaruh Cara Pengemasan, Jenis Bahan Pengemas, Dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, Dan Organoleptik Sate
Bandeng (Chanos Chanos). Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian 14(1): 1-11 Rosalina, Y., Alnopri, dan Prasetyo. 2012. Desain Kemasan Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Madu Bunga Kopi Sebagai Produk Unggulan Daerah. Jurnal Agroindustri 2(1): 8-13 Saidani. B. 2012. Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen dan Minat Beli Pada Ranch Market. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia 3 (1):1-22 Sampurno, R. B. 2006. Aplikasi Polimer Dalam Industri Kemasan. Jurnal Sains Materi Indonesia ISSN 1411-1098 : 15-22 Shimp, T. A. 2003. Periklanan Promusi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Erlangga, Jakarta Soegoto E. S. 2008. Marketing Research The Smart Way to Solve a Problem. Elex Media Komputindo, Jakarta Solimun. 2011. Testing for Mediation Variable. International Conference of Basic Science. FMIPA of Brawijaya University Sulchan, M, dan Endang N. W. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Jurnal Manajemem Kedokteran Indonesia 57(2): 54-59 Sunyoto, D. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Media Pressindo, Yogyakarta Suryani, E. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda. Ghalia Indonesia, Bogor Susanti, A. 2002. Aspek Legal dalam Desain, Federasi Pengemasan Indonesia. Proceeding Pra Konvensi Desain Nasional. Surabaya Suyadi. 2010. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Pangan Olahan yang Mengandung Bahan Rekayasa Genetik. Jurnal Dinamika Hukum 10(1) : 70-75 Suyanto. 2010. Pandangan Hidup Jawa. Dahana Prize, Semarang Taufiqurrahman. 2007. Identitas Madura. KARSA 11(1): 1-11
Budaya
Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Vila, O. A. N. 2006. Consumer Perceptions of Product Packaging. Journal of Consumer Markering 23 (2): 100-112