PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU Ali Musaddad L. E-mail:
[email protected] Dasa Ismaimuza E-mail:
[email protected] Sudarman Bennu E-mail:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yang berjumlah 28 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, wawancara dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yaitu dengan fase-fase: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasi, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Kata kunci: Quantum teaching, hasil belajar, keliling dan luas lingkaran. Abstract: The purpose of the research is to describe the application of quantum teaching to improve student learning outcomes in the perimeter and area of circle of material in class VIII SMP Negeri 13 Palu. Kind of this research is classroom action research. The design of research refered to the Kemmis and Mc. Taggarts is planning, implementation of the acting, observating and reflecting. The subject were students of class VIII SMP Negeri 13 Palu totaling 28 students. This research was conducted in two cycles. Data of this research was collected through observation sheet, interview and tes. The result of the research showed that the application of quantum teaching can improve student’s learning outcomes on perimeter and area of circle material in class VIII SMP Negeri 13 Palu that is with the phases: 1) arise, 2) happen, 3) mention, 4) demonstration, 5) repeat, and 6) celebration. Keyword: Quantum teaching, result of study, perimeter and area of circle.
Pembelajaran matematika bertujuan untuk membentuk kemampuan nalar dalam diri setiap siswa yang tercermin pada kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, jujur dan disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Matematika juga memiliki peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyaknya permasalahan dan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur dan lain-lain. Pentingnya matematika juga dapat dilihat ketika matematika merupakan matapelajaran yang diujikan secara nasional dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Satu diantara pokok bahasan matematika yang diajarkan di tingkat SMP/MTS adalah geometri. Materi geometri mendapatkan porsi yang besar dari keseluruhan isi kurikulum jika dibandingkan materi lain misalkan bilangan bulat, aljabar, peluang dan statistik. Namun masih banyak siswa yang menganggap materi geometri itu sulit. Sejalan dengan pendapat Sunardi (2000) yang mengungkapkan bahwa materi geometri cenderung sulit untuk dipahami siswa. Diantara materi geometri yang dipelajari siswa di tingkat SMP/MTs adalah materi mengenai lingkaran.
Ali Musaddad L, Dasa Ismaimuza, dan Sudarman, Penerapan Model … 87 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jufri (2009) menyatakan bahwa siswa di SMP Negeri Palolo mengalami kesulitan dalam menghitung keliling dan luas lingkaran. Sejalan dengan pendapat Merlin (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa siswa di SMP Negeri 16 Palu mengalami kesulitan dalam penggunaan rumus keliling dan luas lingkaran. Peneliti menduga bahwa siswa kelas VIII di SMP Negeri 13 Palu juga mengalami kesulitan pada materi keliling dan luas lingkaran. Kemudian peneliti melakukan observasi dan wawancara di sekolah tersebut untuk memperoleh keterangan lebih lanjut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang guru matapelajaran matematika di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu, diperoleh informasi bahwa siswa kesulitan dalam menghitung keliling dan luas lingkaran serta siswa juga sering lupa terhadap nilai phi ( ). Kesulitan yang dialami siswa mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Menindaklanjuti hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru SMP Negeri 13 Palu, untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan siswa pada materi keliling dan luas lingkaran maka peneliti memberikan tes identifikasi pada siswa kelas IX yang sudah pernah mempelajari materi tersebut. Soal tes identifikasi yang diberikan yaitu: 1) Tentukanlah diameter lingkaran yang kelilingnya 88 cm. 2) Sebuah kolam ikan berbentuk lingkaran dengan diameter 3,5 m, tentukanlah luas kolam tersebut? AATI 01
AATI 06 AATI 07
AATI 02
AATI 03
AATI 04
AATI 08
AATI 05
AATI 09
Gambar 1. Jawaban AA pada soal nomor 1
Gambar 2. Jawaban AA pada soal nomor 2
Gambar 1 menunjukkan bahwa AA menuliskan keliling lingkaran = 2 r pada (AAT1 01). Selanjutnya AA mensubtitusikan nilai ke dalam rumus yaitu 2 r = 88 pada (AAT1 02) dan 2 × r = 88 pada (AAT1 03). Jawaban (AAT1 01), (AAT1 02), dan (AAT1 03) benar. Kemudian AA mengoperasikan jawabannya menjadi r = 88 pada (AAT1 04). Sehingga AA memperoleh nilai r = 14 pada (AAT1 05). Jawaban AA pada (AAT1 04) dan (AAT1 05) benar. Namun AA tidak melanjutkan pekerjaannya untuk mencari diameter, seharusnya untuk mencari diameter AA menuliskan rumus d = 2r sehingga d = 28 cm. Gambar 2 menunjukkan bahwa AA menuliskan luas lingkaran = pada (AAT1 06) dan mensubtitusikan nilai ke dalam rumus menjadi ( pada (AAT1 07). Jawaban AA pada (AAT1 06) benar. Namun jawaban pada (AAT1 07) salah karena AA langsung mensubtitusikan nilai diameter ke dalam jari-jari seharusnya AA mencari terlebih dahulu nilai jari-jarinya. Sehingga jawaban pada (AAT1 08) dan (AAT1 09) juga salah. Seharusnya luas lingkaran adalah 9,61 . Hasil analisis jawaban siswa menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi keliling dan luas lingkaran. Masalah tersebut disebabkan karena siswa sering lupa dengan materi yang diajarkan oleh guru dan sering terlambat dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa terhadap matapelajaran matematika masih rendah. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menciptakan suasana menyenangkan dalam ruang
88 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
kelas sehingga siswa tidak sering terlambat dalam mengikuti pembelajaran matematika dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran agar siswa dapat mengingat materi yang diajarkan dalam waktu yang cukup lama. Terkait dengan informasi-informasi yang telah diperoleh, satu diantara model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Menurut DePorter (2010) model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan daya serap siswa secara signifikan karena siswa lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran melalui enam langkah pembelajaran yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi dan rayakan yang dikenal dengan istilah TANDUR. Beberapa penelitian yang telah menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2013) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang bangun ruang di kelas V SD Negeri Mewek Purbalingga. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sri (2013) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri Madurejo pada pokok bahasan pengurangan pecahan berpenyebut taksama. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran Quantum Teaching yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi keliling dan luas lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 13 Palu? METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu yang berjumlah 28 siswa, terdiri atas 15 laki-laki dan 13 perempuan. Berdasarkan hasil tes awal dan konsultasi dengan guru matematika dipilih tiga orang informan. Ketiga informan tersebut adalah M, PS dan Z. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu tes, observasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching minimal berkategori baik. Kriteria keberhasilan pada siklus I yaitu siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi keliling lingkaran dengan benar sedangkan pada siklus II siswa dapat menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi luas lingkaran dengan benar. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra pelaksanaan tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan. Tes awal yang diberikan adalah materi tentang unsur-unsur lingkaran. Pemberian tes awal bertujuan mengetahui pemahaman awal siswa dan hasilnya dijadikan sebagai alat untuk pembentukan kelompok belajar yang bersifat heterogen. Hasil analisis tes awal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mengetahui unsur-unsur lingkaran. Oleh karena itu, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal tes awal sebelum masuk tahap pelaksanaan tindakan.
Ali Musaddad L, Dasa Ismaimuza, dan Sudarman, Penerapan Model … 89 Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama peneliti melaksanakan pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran Quantum Teaching yang terdiri atas enam fase, yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasi, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Kegiatan pendahuluan meliputi fase tumbuhkan. Fase alami, namai, demontrasi dan ulangi dilaksanakan pada kegiatan inti. Sedangkan pada kegiatan penutup meliputi fase rayakan. Pertemuan kedua peneliti melakukan tes akhir tindakan. Kegiatan pendahuluan dimulai peneliti dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa. Peneliti menyiapkan siswa dengan meminta siswa untuk menyimpan perlengkapan yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang sedang berlangsung serta menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I siswa dapat menghitung keliling lingkaran sedangkan pada siklus II siswa dapat menghitung luas lingkaran. Melalui penyampaian ini siswa mengetahui tujuan dari kegiatan pembelajarannya. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan cara mengingatkan kembali materi prasyarat siswa tentang unsur-unsur lingkaran pada siklus I dan keliling lingkaran pada siklus II. Apersepsi yang dilakukan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan prasyarat siswa. Selanjutnya kegiatan pada fase tumbuhkan adalah peneliti menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar dengan cara menyampaikan manfaat mempelajari keliling dan luas lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantara manfaatnya seperti jika mengetahui ukuran keliling roda sepeda, maka dengan menerapkan konsep keliling lingkaran dapat mengetahui ukuran ban yang akan digunakan roda sepeda tersebut. Setelah siswa mengetahui manfaat dari apa yang mereka pelajari siswa akan termotivasi dalam belajar. Kegiatan inti dimulai pada fase alami. Pada fase ini peneliti membentuk siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang setiap kelompoknya terdiri atas 5 sampai 6 siswa dalam 1 kelompok. Peneliti menentukan anggota kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen. Selanjutnya peneliti membagikan LKS dan alat peraga kepada setiap kelompok. Alat peraga yang digunakan pada siklus I yaitu kaleng berbagai ukuran yang berbentuk lingkaran sedangkan pada siklus II yaitu karton yang berbentuk lingkaran. Pada siklus I Setiap kelompok mengerjakan LKS terstruktur untuk menemukan rumus keliling lingkaran. Sedangkan pada siklus II setiap kelompok mengerjakan LKS terstruktur untuk menemukan rumus luas lingkaran. Selama siswa mengerjakan LKS, peneliti memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menemukan rumus keliling dan luas lingkaran dan akan mengurangi secara perlahan bimbingan tersebut setelah siswa dapat melakukannya. Pada siklus I, siswa disetiap kelompoknya berani menanyakan tentang hal yang belum dipahaminya kepada peneliti namun kerja sama antar kelompok masih kurang. Pada pembelajaran siklus II, siswa terlihat lebih aktif dan kerja sama kelompok yang lebih baik dalam mengerjakan LKS. Kerja sama kelompok yang lebih baik terlihat dari setiap kelompok yang dapat membagi tugas kepada setiap anggota kelompoknya sehingga setiap anggota dapat terlibat aktif dalam penyelesaian LKS. Setelah fase ini siswa dapat menemukan sendiri rumus keliling dan luas lingkaran. Selanjutnya kegiatan pada fase namai. Pada fase ini siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan bahasa sendiri. Pada siklus I terdapat satu siswa yang mewakili kelompoknya yaitu siswa F dari kelompok V. Pada siklus II terdapat dua siswa yang mewakili kelompoknya
90 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
yaitu siswa R dari kelompok 4 dan CK dari kelompok 2. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Setelah penyajian kelompok, peneliti mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pekerjaannya. Melalui fase ini siswa diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil temuannya yaitu rumus mengenai keliling dan luas lingkaran yang telah mereka peroleh melalui diskusi kelompok. Setelah fase ini, siswa dapat menyimpulkan hasil temuannya dengan menggunakan bahasa sendiri. Kegiatan yang dilakukan pada fase demonstrasi yaitu peneliti memberikan latihan soal kepada siswa. Latihan soal digunakan sebagai usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran bagi siswa. Pada fase ini siswa menerapkan konsep yang telah diperoleh dari fase namai ke dalam kegiatan latihan soal dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan jawabannya di papan tulis. Pada siklus I siswa berani menampilkan jawabannya di papan tulis tanpa ditunjuk oleh peneliti namun masih didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan sedang. Pada siklus II siswa menunjukkan keaktifannya untuk bertanya kepada peneliti tentang hal yang belum dipahami dan setiap siswa telah dapat menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti juga melakukan perbaikan jika terdapat kekeliruan pada jawaban siswa. Setelah fase ini, siswa dapat mengerjakan soal yang terdapat pada LKS dengan menggunakan pemahaman matematika yang telah dimilikinya meskipun belum diberikan contoh penerapannya dalam mengerjakan soal. Kegiatan pada fase ulangi yaitu peneliti membimbing siswa untuk menyampaikan kembali konsep mengenai keliling dan luas lingkaran yang telah ditemukan dan peneliti memberikan penguatan kembali kepada siswa terkait materi yang telah dipelajari. Selanjutnya peneliti memberikan soal terkait materi yang telah dipelajari kepada siswa sebagai latihan mandiri di rumah. Kondisi siswa pada fase ini yaitu siswa sangat antusias menyimpulkan kembali hasil belajarnya. Hal ini ditandai dengan peneliti tidak menunjuk lagi siswa yang akan menyimpulkan materi melainkan siswa sendiri yang mengacungkan tangan untuk menyimpulkan hasil belajarnya. Selanjutnya kegiatan pada fase rayakan yaitu pada siklus I peneliti memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan. Pada siklus II selain pujian dan tepuk tangan peneliti juga memberikan hadiah coklat yang dibungkus dalam kertas kado kepada kelompok terbaik. Siswa diberikan penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu. Hasil tes yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 28 siswa yang mengikuti tes, 12 siswa tuntas dan 16 siswa tidak tuntas. Adapun soal tes akhir tindakan pada siklus I terdiri atas 4 nomor soal. Dua diantara soal yang diberikan yaitu: 1) Sebuah kertas digunting berbentuk lingkaran dengan diameter 25 cm. Hitunglah keliling kertas tersebut. 2) Permukaan sebuah meja yang berbentuk lingkaran dengan panjang jari-jari 35 cm. Hitunglah keliling permukaan meja tersebut? MS1 04 MS1 01 MS1 05 MS1 02 MS1 06 MS1 03 Gambar 3. Jawaban M pada soal nomor 1 Gambar 4. Jawaban M pada soal nomor 2
Ali Musaddad L, Dasa Ismaimuza, dan Sudarman, Penerapan Model … 91 Gambar 3 menunjukkan bahwa M menuliskan rumus keliling lingkaran = pada (MS1 01). Setelah itu M mensubtitusikan nilai ke dalam rumus menjadi 25 × 3,14 pada (MS1 02). Kemudian M mengoperasikan jawabannya dan diperoleh nilai K = 78,50 cm pada (MS1 03). Jawaban pada (MS1 01), (MS1 02) dan (MS1 03) benar. Namun, M tidak memperoleh skor maksimal karena M tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan. Gambar 4 menunjukkan bahwa M menuliskan rumus keliling lingkaran = pada (MS1 04). Kemudian M menuliskan 35 × 3.14 pada (MSI 05). Jawaban M pada (MS1 04) benar. Namun jawaban pada (MS1 05) salah karena M kurang lengkap saat mensubtitusikan nilai ke dalam rumus. Sehingga keliling lingkaran yang diperoleh yaitu 10.90 cm pada (MS1 06) salah. Seharusnya keliling lingkaran adalah 219,8 cm. Selanjutnya siswa M juga melakukan kesalahan yang sama dengan soal nomor 1 (Gambar 5) yakni tidak menuliskan diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan. Selanjutnya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan M peneliti melakukan wawancara dengan M, sebagaimana transkip wawancara berikut: M S1 20 P: M S1 21 S: M S1 22 P: M S1 23 S: M S1 24 P: M S1 25 S: M S1 26 P: M S1 27 S:
coba M perhatikan lembar jawabannya (sambil memperlihatkan lembar jawaban M), dimana letak kesalahnya? pada nomor 1 dan nomor 2 saya tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal kak. kenapa tidak dituliskan yang diketahui dan ditanyakan? lupa saya kak. coba perhatikan soal nomor 2, kenapa M tidak mengalikan dengan 2? iya, saya kurang teliti mengerjakan soal kak. Nah sekarang jika dikalikan 2 hasilnya berapa? 219, 8 cm kak.
Hasil tes akhir tindakan siklus I dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, M sudah mampu mengerjakan soal mengenai materi keliling lingkaran. Namun M masih melakukan kesalahan yaitu tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal (M S1 21 S). Siswa M juga kurang teliti dalam mengerjakan soal (M S1 25 S). Namun, setelah diberikan bimbingan untuk menjawab kembali soal tersebut siswa M dapat menyelesaikannya dengan benar (M S1 27 S). Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 28 siswa hanya 23 siswa yang mengikuti tes, 21 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas. Tes akhir tindakan terdiri atas 4 nomor soal. Dua di antara soal yang diberikan yaitu: 1) Sebuah taman berbentuk lingkaran mempunyai diameter 14 m. Berapakah luas taman tersebut. 2) Anto membuat sebuah lingkaran dari kertas dengan jari-jari 7 cm. Berapakah luas lingkaran tersebut? MS2 11
MS2 07
MS2 12
MS2 08 MS2 14 MS2 10
MS2 09
Gambar 5. Jawaban M pada soal nomor 1
MS2 13
Gambar 6. Jawaban M pada soal nomor 2
92 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Gambar 5 menunjukkan bahwa M menuliskan diketahui diameter = 14 m dan langsung mencari nilai jari-jari = 7 m pada (MS2 07). Jawaban M pada (MS2 07) benar. Selanjutnya M menuliskan rumus luas lingkaran = r2 pada (MS2 08). Setelah itu M mensubtitusikan nilai ke dalam rumus dan mengoperasikannya menjadi × pada (MS2 09) sehingga diperoleh nilai 2 luas lingkaran = 154 m pada (MS2 10). Jawaban pada (MS2 08), (MS2 09) dan (MS2 10) benar. Siswa M hanya kurang menuliskan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan. Gambar 6 menunjukkan bahwa M menuliskan diketahui jari-jari = 7 cm pada (MS2 11). Selanjutnya M menuliskan rumus luas lingkaran = r2 pada (MS2 12). Setelah itu M mensubtitusikan nilai ke dalam rumus dan mengoperasikannya menjadi × = × 49 = 2 × 7 pada (MS2 13) sehingga diperoleh nilai luas lingkaran = 154 cm pada (MS2 14). Jawaban pada (MS2 11), (MS2 12), (MS2 13) dan (MS2 14) benar. Siswa M hanya kurang menuliskan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan. Selanjutnya untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan M, peneliti melakukan wawancara dengan M sebagaimana transkip wawancara berikut: M S2 05 P: M S2 06 S: M S2 07 P: M S2 08 S: M S2 09 P: M S2 10 S:
secara keseluruhan M sudah menjawab dengan benar, tapi coba perhatikan apa yang kurang dari jawabanmu? saya tidak menuliskan apa yang ditanyakan kak. iya benar, kenapa M tidak menuliskan yang ditanyakan? maaf kak, saya kurang teliti lagi kak. lain kali harus lebih teliti lagi yah. iya kak.
Hasil tes akhir tindakan siklus II dan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa, M sudah mampu mengerjakan soal mengenai materi luas lingkaran. Namun M masih melakukan kesalahan yaitu tidak menuliskan yang ditanyakan dalam soal (M S2 06 S). Aspek-aspek aktivitas guru yang diamati oleh pengamat selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II meliputi: 1) membuka pembelajaran dengan salam dan mengajak siswa untuk berdoa, 2) mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar, 3) menyampaikan informasi tentang subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) melakukan apersepsi dan membimbing siswa dengan pertanyaan apersepsi, 5) memotivasi siswa dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari dan materi selanjutnya, 6) mengarahkan siswa membentuk kelompok belajar dan memberikan LKS kepada siswa, 7) menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan dengan bantuan LKS dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar sesuai dengan konsep materi yang akan dipelajari, 8) mengarahkan siswa untuk menemukan konsep melalui serangkaian kegiatan yang terdapat pada LKS dan guru memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa, 9) memilih perwakilan siswa dari beberapa kelompok untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya, 10) membimbing siswa untuk membuat kesimpulan yang benar tentang konsep keliling dan luas lingkaran, 11) mengarahkan dan membimbing siswa dalam menyelesaikan beberapa soal sesuai dengan konsep keliling dan luas lingkaran yang telah diajarkan, 12) menyajikan jawaban berkaitan dengan soal yang terdapat pada LKS, menjelaskannya kepada siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 13) membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan dengan melibatkan siswa, 14) memberikan evaluasi (PR) yang berkaitan dengan menyelesaikan permasalahan keliling dan luas lingkaran, 15) memberikan reward (penghargaan) atau pujian terhadap hasil kerja
Ali Musaddad L, Dasa Ismaimuza, dan Sudarman, Penerapan Model … 93 kelompok, 16) menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam, 17) efektivitas pengelolaan waktu, dan 18) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru pada siklus I yaitu: aspek nomor 2, 5, 9, 10,11, dan 17 memperoleh nilai 3; aspek nomor 6, 7, 13, 14, 15, dan 16 memperoleh nilai 4; aspek nomor 1, 3, 4, 8, 12 dan 18 memperoleh nilai 5. Jumlah skor yang diperoleh adalah 72 , sehingga aktivitas guru berkategori baik. Sedangkan hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru pada siklus II yaitu: aspek nomor 10 memperoleh nilai 3; aspek nomor 2, 5, 7, 15 dan 16 memperoleh nilai 4; aspek nomor 1, 3, 4, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 17 dan 18 memperoleh nilai 5. Jumlah skor yang diperoleh adalah 83, sehingga aktivitas guru berkategori sangat baik. Aspek yang diamati aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama-sama, 2) mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) menyimak penyampaian guru mengenai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) mengungkapkan pengetahuan secara lisan maupun tulisan, 5) menyimak penyampaian guru mengenai manfaat mempelajari materi keliling lingkaran, 6) membentuk kelompok belajar dan menerima LKS, 7) memperhatikan penjelasan dari guru mengenai hal-hal yang dilakukan dalam LKS, 8) melakukan kegiatan pembelajaran untuk menemukan konsep keliling lingkaran berdasarkan LKS, 9) mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, 10) menyimpulkan konsep keliling lingkaran yang baru saja mereka pelajari dengan bimbingan guru, 11) mengerjakan soal latihan tambahan yang terdapat dalam LKS, 12) memperhatikan penjelasan dari guru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya, 13) menyampaikan informasi mengenai poin-poin yang telah dipahaminya, 14) menerima tugas rumah yang diberikan oleh guru, 15) memperoleh reward atau penghargaan atas hasil kerjanya selama belajar, dan 16) menjawab salam. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I adalah aspek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 13 dan 16 memperoleh nilai 3. Aspek 8, 10, 11, 14 dan 15 memperoleh nilai 4. Nilai yang diperoleh adalah 53. Oleh karena itu, aktivitas siswa pada siklus I masuk kategori baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II adalah aspek 1, 2, 4, 7, 9, 10, 11, 13 dan 16 memperoleh nilai 3. Aspek 3, 5, 6, 8, 12, 14 dan 15 memperoleh nilai 4. Nilai yang diperoleh adalah 55. Oleh karena itu, aktivitas siswa pada siklus II masuk kategori baik. PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat. Hasil tes awal menjadi acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Hal ini sesuai dengan pendapat Paembonan (2014) bahwa pelaksanaan tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase model pembelajaran Quantum Teaching yang dikemukakan oleh DePorter (2010) yaitu: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Kegiatan pendahuluan pada fase tumbuhkan adalah peneliti menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar dengan cara menyampaikan manfaat mempelajari keliling dan luas lingkaran. Setelah siswa mengetahui manfaat dari apa yang mereka pelajari siswa akan termotivasi dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Aritonang (2007) bahwa dengan memberikan informasi tentang manfaat dari apa yang mereka pelajari siswa akan termotivasi dalam belajar.
94 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Kegiatan inti dimulai pada fase alami. Peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang setiap kelompoknya terdiri atas 5 sampai 6 siswa dalam 1 kelompok. Peneliti menentukan anggota kelompok yang anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto (2009) bahwa menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen. Selanjutnya peneliti membagikan LKS dan alat peraga kepada setiap kelompok. Selama siswa mengerjakan LKS, peneliti memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menemukan rumus keliling dan luas lingkaran dan akan mengurangi secara perlahan bimbingan tersebut setelah siswa dapat melakukannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Apriyanti (2011) yang menyatakan bahwa ketika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan, guru memberikan bimbingan kepada anak tersebut dan akan mengurangi bantuan itu setelah anak dapat melakukannya. Selanjutnya kegiatan pada fase namai. Pada fase ini siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan bahasa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Nur’aeni (2010) bahwa melalui presentasi di depan kelas, siswa berkesempatan untuk mengungkapkan hasil kerja kelompoknya dengan bahasa sendiri. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajarinya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain dalam pembelajaran matematika, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna. Kegiatan pada fase demonstrasi yaitu peneliti memberikan latihan soal kepada siswa. Latihan soal digunakan sebagai usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa latihan soal digunakan sebagai usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran bagi siswa. Kegiatan pada fase ulangi yaitu peneliti membimbing siswa untuk menyampaikan kembali konsep keliling dan luas lingkaran yang telah ditemukan dan peneliti memberikan penguatan kembali kepada siswa terkait materi yang telah dipelajari. Selanjutnya peneliti memberikan soal terkait materi yang telah dipelajari kepada siswa sebagai latihan mandiri di rumah. Pemberian latihan ini bertujuan agar pemahaman siswa dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Indrawati (2005) yang menyatakan bahwa guru dapat memberikan latihan mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Selanjutnya kegiatan pada fase rayakan yaitu pada siklus I peneliti memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan. Pada siklus II selain pujian dan tepuk tangan peneliti juga memberikan hadiah berupa coklat yang dibungkus dalam kertas kado kepada kelompok terbaik. Siswa diberikan penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2014) bahwa siswa diberikan suatu penghargaan bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hasil observasi pada siklus I diperoleh aktivitas guru dan aktivitas siswa masuk kategori baik. Sedangkan pada siklus II hasil observasi aktivitas guru masuk kategori sangat baik sedangkan pada aktivitas siswa masuk kategori baik. Hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa tuntas dan 16 siswa tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II diperoleh dari 23 siswa yang mengikuti tes, 21 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas.
Ali Musaddad L, Dasa Ismaimuza, dan Sudarman, Penerapan Model … 95 Berdasarkan hasil tes akhir tindakan dan wawancara menunjukkan bahwa siswa telah dapat menyelesaikan soal keliling dan luas lingkaran. Meskipun masih terdapat siswa yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal, namun secara umum siswa telah dapat menyelesaikan soal keliling dan luas lingkaran dengan benar. Hal ini mengindikasikan bahwa indikator keberhasilan tindakan berhasil. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu pada materi keliling dan luas lingkaran, melalui penerapan model pembelajaran Quantum teaching dengan fase-fase: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pitaloka (2014) bahwa penerapan model pembelajaran Quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Palu pada materi keliling dan luas lingkaran dengan mengikuti fase-fase: 1) tumbuhkan, 2) alami, 3) namai, 4) demonstrasikan, 5) ulangi, dan 6) rayakan. Kegiatan pada fase tumbuhkan yaitu peneliti menumbuhkan keinginan siswa untuk belajar dengan cara menyampaikan manfaat mempelajari keliling dan luas lingkaran. Selanjutnya pada fase alami, Peneliti mengelompokkan siswa ke dalam 5 kelompok belajar yang setiap kelompoknya terdiri atas 5 sampai 6 siswa dalam 1 kelompok serta membagikan LKS serta alat peraga kepada setiap kelompok. Kemudian pada fase namai, siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan menggunakan bahasa sendiri. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang diberikan temannya. Kegiatan pada fase demonstrasikan yaitu peneliti memberikan latihan soal kepada siswa. Latihan soal digunakan sebagai usaha untuk memantapkan penguasaan bahan pelajaran bagi siswa. Selanjutnya kegiatan pada fase ulangi, peneliti membimbing siswa untuk menyampaikan kembali konsep keliling dan luas lingkaran yang telah ditemukan dan peneliti memberikan penguatan kembali kepada siswa terkait materi yang telah dipelajari. Kemudian peneliti memberikan soal terkait materi yang telah dipelajari kepada siswa sebagai latihan mandiri di rumah. Kegiatan pada fase rayakan yaitu pada siklus I peneliti memberikan reward berupa pujian dan tepuk tangan. Pada siklus II selain pujian dan tepuk tangan peneliti juga memberikan hadiah coklat yang dibungkus dalam kertas kado kepada kelompok terbaik. Siswa diberikan penghargaan agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya. SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka sebaiknya guru hendaknya dapat menjadikan model pembelajaran Quantum Teaching sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siwa. Bagi calon peneliti berikutnya dapat menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada materi lain, dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Apriyanti, R. (2011). Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Teknik Scaffolding Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
96 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016 disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016
Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta. [Online]. Tersedia: http://resposItory. uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2636. [25 Juli 2016]. Aritonang, K.T. (2008). Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. [Online]. Jurnal Pendidikan Penabur. Vol. 1, No. 10, 11-21 halaman. Tersedia: http://www.p07jkt.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%201121%20Minat%20dan%20motivasi %20belajar.pdf. [12 September 2015]. Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. [Online]. Jurnal Forum Sosial. Vol. 6, No. 1, 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac id/22 68/2isi. Pdf. [25 Januari 2016]. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Matapelajaran Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. DePorter, B. 2010. Quantum Teaching (Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas). Bandung: Kaifa. Indrawati. (2005). Model Pembelajaran Langsung. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam (Science Education Development Centre). [Online]. Tersedia:http://www.p4tkipa.net/modul/Tahun2005/sms/Kimia/Model%20Pembelajaran %20Langsung.pdf. [15 Maret 2016]. Jufri. 2009. Penerapan Belajar Kelompok pada Pembelajaran Keliling dan Luas Lingkaran untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Palolo. Skripsi tidak diterbitkan. Palu: Universitas Tadulako. Kemis, S. dan Mc Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience.[Online]. Tersedia: https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kem is+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20mcta ggart&f=false. [8 September 2016]. Merlin. 2012. Penerapan Model Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Keliling dan Luas Lingkaran di Kelas VIII B SMP Negeri 16 Palu. Skripsi tidak diterbitkan. Palu: Universitas Tadulako. Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press. Nugroho, Budiyono, dan Subanti. (2014). Eksperimentasi Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) disertai Assessment For Learning Melalui Teman Sejawat Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Bantul. Jurnal elektronik Pembelajaran Matematika. [Online], Vol. 2, No. 1. Tersedia: http://jurnal. fkip.uns.ac.id. [18 September 2016]. Nuraeni, E. (2010). Pengembangan Kemampuan Komunikasi Geometris Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal Saung Guru. [Online]. Vol. 1, No. 2, 7 halaman. Tersedia:http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/SAUNG_GURU/V OL_1_NO._2/Hj._Epon_NuraeniPENGEMBANGAN_KEMAMPUAN_KOMUNIKAS
Ali Musaddad L, Dasa Ismaimuza, dan Sudarman, Penerapan Model … 97 I_GEOMETRIS_SISWA_SEKOLAH_DASAR_MELALUI_PEMBELAJARAN_BER BASIS_TEORI_VAN_HIELE.pdf. [27 Oktober 2016]. Paembonan, R. D. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Penarikan Kesimpulan Logika Matematika di Kelas X SMA GPID Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako. [Online]. Vol. 2, No. 1, 11 halaman. Tersedia:http://jurnal.untad.a c.id/jurnal/ index.php/JEPMT/article/view/3235/2290. [7 Oktober 2016]. Pitaloka, D.P. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perbandingan Kelas VII D SMP Negeri 9 Palu. Skripsi tidak diterbitkan. Palu: Universitas Tadulako. Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Dalam Journal FMIPA Unila. [Online]. Vol. 1, No. 1. 14 halaman. Tersedia: http:// journal.fmipa.unila.ac.id/.index.php/semirata/article/view/882/701. [27 Juli 2016]. Sri, I. (2013). Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching Tipe TANDUR dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika di Kelas IV SD Negeri Madurejo Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Kalam Cendekia PGSD Kebumen Universitas Negeri Semarang. [Online]. Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/artIcle/viewfile /1609/1184. [20 Oktober 2015]. Sunardi. (2000). Hubungan antara Usia, Tingkat Berfikir, dan Kemampuan Siswa dalam Geometri. Prosiding Seminar Nasional Matematika Jurusan Matematika ITS Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika. [Online]. Vol. 1, No. 4, 16 halaman. Tersedia: http://fkip.unila.ac.id//ojs/data/journals/ II/JPMUVol1No4/016-Sutrisno.pdf. [10 Nopember 2016]. Susanti, H.M., Joharman. dan Suripto. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Ruang Siswa Kelas V SD Negeri Mewek. [Online]. Jurnal Kalam Cendekia PGSD Kebumen Universitas Negeri Semarang. Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/pgsd kebumen/ article/viewFile/1609/1184. [20 Agustus 2015]. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.