MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PUKULAN FOREHAND DRIVE DALAM PERMAINAN TENIS MEJA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN DRILL PADA SISWA KELAS VIII6 SMP NEGERI 1 TAPA oleh
YUSTIAN DASA PUTRA NIM : 831409099 Pembimbing 1
: Risna Podungge, S.Pd,M.Pd
Pembimbing II
: Ucok Hasian Refiater,S.Pd,M.Pd
Penelitian ini adalah bentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Permasalahan dalam penelitian ini bahwa hasil belajar pukulan forehand drive tenis meja siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan strategi
pembelajaran drill dapat meningkatkan hasil belajar pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, dengan penerapan strategi pembelajaran drill hasil belajar siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA dalam melakukan pukulan forehand drive pada permainan tenis meja lebih meningkat. Indikator kinerja yang ditetapkan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini adalah 80%. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran drill hasil belajar pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA dapat meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada capaian nilai rata-rata hasil belajar siswa sebagai subyek penelitian, dengan rincian ratarata 60,67% pada perolehan data awal, kemudian naik sebesar 9,5% menjadi 70,17% pada siklus 1, dan bertambah 10,75% menjadi 80,92% pada perolehan siklus II. Perolehan tersebut tergolong dalam kategori BAIK SEKALI, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran drill dapat meningkatkan hasil belajar pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa dan Pembelajaran Drill
1
Pendahuluan Pendidikan Jasmani merupakan salah satu bidang studi yang diterapkan di sekolah baik di tingkat dasar, menengah maupun tingkat atas. Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam hal mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa. Dalam sebuah proses pembelajaran penjaskes tentunya banyak faktor yang menentukan sukses atau tidaknya kegiatan belajar mengajar tersebut, diantaranya adalah kompetensi guru, motivasi siswa, dan yang paling penting adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan harus sesuai dan mengarah pada aspek-aspek indikator yang ada dalam materi yang akan diajarkan. Metode pembelajaran berfungsi sebagai media untuk menyampaikan tentang apa dan bagaimana sebenarnya aspek gerak yang seharusnya dilakukan dalam proses pembelajaran penjaskes. Hal ini merupakan permasalahan serius yang terjadi saat ini, dimana banyak guru-guru yang dalam proses pembelajaran menerapkan sebuah metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan cakupan materi dan indikator gerak yang seharusnya dilakukan oleh siswa. Jika sudah begini tentunya hal ini akan membawa dampak yang serius nantinya, dimana siswa-siswa akan memiliki pemahaman yang keliru tentang aspek gerak dalam olahraga yang telah diajarkan, dan tidak menutup kemungkinan siswa tidak akan mampu melakukan gerakan-gerakan secara baik dan benar. Oleh karena itu, dalam pengaplikasiannya diharapkan guru dapat menerapkan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inovatif sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Selain itu guru penjaskes juga dituntut agar dapat merencanakan dan merancang kegiatan belajar mengajar yang inspiratif dan tidak terkesan mombosankan. Tuntutan akan keberhasilan kegiatan belajar mengajar menjadi sebuah keharusan dan itu tidak terlepas dari profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Berkaitan dengan itu, permasalahan yang juga penulis temui dalam proses belajar mengajar di sekolah khususnya mata pelajaran penjaskes, siswa lebih banyak yang bersikap pasif bahkan tidak jarang ada yang lebih berkeinginan untuk tidak
2
mengikuti kegiatan pembelajaran meskipun sudah ditunjang dengan fasilitas pendukung yang sudah cukup memadai. Tentunya hal itu mempengaruhi hasil capaian pemahaman siswa-siswa mengenai materi yang diajarkan dan itu terlihat bahwa dalam pengaplikasian gerak kebanyakan siswa kurang mampu melaksanakan aspek tersebut dengan baik dan benar. Pukulan dalam tenis meja khususnya forehand drive adalah bentuk pukulan yang membutuhkan ketepatan, dengan itu penulis berasumsi bahwa untuk meningkatkan hasil belajar pukulan forehand drive salah satu model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran drill, dimana drill itu sendiri adalah bentuk latihan yang dilakukan dengan cara berulang-ulang pada aspek gerak yang diajarkan, sehingganya dengan begitu diharapkan siswa akan memiliki keterampilan melakukan pukulan forehand drive tersebut. Oleh karena itu dengan berbagai pertimbangan dan keterkaitannya dengan kajian yang hendak diteliti, maka penulis memilih menggunakan strategi pembelajaran drill sebagai solusinya. Dan berkaitan dengan itu pula maka penulis mengangkat masalah ini kedalam suatu penelitian dan merumuskan judul sebagai berikut: “Meningkatkan Hasil Belajar Pukulan Forehand Drive Dalam Permainan Tenis Meja Melalui Strategi Pembelajaran Drill Pada Siswa Kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA”. Adapun tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja melalui strategi pembelajaran drill pada siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA. Penelitian ini berupaya untuk memberikan manfaat sebagai berikut: 1.Bagi peserta didik, (a) Peserta didik lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, (b) Membantu peserta didik untuk menguasai dan memahami meteri pelajaran dengan baik tentang indikator gerak pukulan forehand drive serta dapat menerapkannya. 2. Bagi guru, (a) Dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif, dan efisien. (b) Dapat mengetahui permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. (c) Sebagai acuan guna menyusun program keaktifan dalam pembelajaran. 3.Bagi sekolah, (a) Mendapat informasi tentang metode pembelajaran drill, dan sebagai
rekomendasi
untuk digunakan di sekolah tersebut. (b) Dapat meningkatkan kualitas dan mutu
3
pembelajaran di sekolah. 4. Bagi peneliti, (a) Sebagai masukan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki guna perbaikan kualitas diri menjadi lebih baik.
Kajian Teoritis & Hipotesis Tindakan Hakekat Tenis meja Tenis meja adalah permainan bola tangkis diatas meja yang dimainkan oleh dua atau empat orang dengan menggunakan bet (raket kayu yang dilapisi karet) dan bola sebesar jeruk nipis. Ditengah-tengah meja terbentang tegak lurus net yang memisahkan bidang permainan pemain, Sarjana & Sunarto (2010 : 39). Selain itu Mashar & Dwinarhayu (2010 : 24) juga menjelaskan bahwa tenis meja merupakan permainan bola kecil yang menggunakan meja sebagai lapangannya. Selain meja, perlengkapan yang dibutuhkan adalah bola dan pemukul bola (bet). Tenis meja dimainkan oleh dua atau empat pemain. Penulis menyimpulkan bahwa tenis meja merupakan suatu cabang olahraga yang dimainkan pada sebidang meja dengan dibatasi oleh net di sisi tengah meja tersebut, dimainkan dengan cara memukul bola dengan menggunakan bet/raket ke arah lawan di sisi meja lain (diawali dengan pukulan servis sampai salah satu pemain tidak dapat mengembalikan bola ke arah lawan). Hakekat Forehand Drive Sarjono & Sumarjo (2010 : 25), mendefinisikan bahwa pukulan drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup. Hidayat, Bumi, & Alamsyah, (2010 : 19) menjelaskan mengenai cara melakukan pukulan forehand drive tenis meja yaitu: 1) Kaki kiri di depan, badan menyerong ke kanan 45 derajat, lutut dibengkokkan. 2) Bet di samping badan dengan posisi agak ke belakang, kepala bet menghadap tanah dengan lengan ke bawah.
4
3) Pada saat bola menuju arah pemain, lengan diayunkan ke depan dengan menggesekkan di bagian belakang bola untuk bola kosong dan di bagian bawah untuk bola isi. 4) Pergelangan tangan ikut membantu menggesek bola ke atas, sehingga bet berhenti di samping kiri atas kepala. Hakekat Pembelajaran Program pembelajaran harus dirancang terlebih dahulu oleh guru dengan memperhatikan berbagai prinsip yang telah terbukti keunggulannya. (Aunurrahman 2012 : 34-35). Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan belajar, Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berintraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berintraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang di pakai untuk tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “ Bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “ Apa yang dipelajari siswa “. (Uno, 2011 : 2). Sehingga dapat disimpulan bahwa proses pembelajaran merupakan sebuah upaya menanamkan pemahaman-pemahaman kepada siswa tentang pengetahuanpengetahuan, baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui, dengan begitu siswa akan memiliki pengetahuan yang mendalam, mengerti dan paham tentang hal yang dipelajari itu. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran. Uno, (2011 : 45). Berkaitan dengan tujuan pembelajaran, langkah awal yang harus dilaksanakan adalah perumusan tujuan pembelajaran. Menurut Hardini & Puspitasari, (2012 : 113114), bahwa pada dasarnya perumusan tujuan pembelajaran penting dilakukan karena hal-hal berikut:
5
1. Dengan dirumuskan tujuan pembelajaran, siswa dapat mengaur waktu, energy, dan pemusatan perhatiannya pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Dengan dirumuskannya tujuan pembelajaran, guru dapat lebih baik mengatur kegiatan pembelajaran yang digunakan dan dapat memberikan respon yang lebih baik terhadap kegiatan belajar siswa. 3. Dengan dirumuskannya tujuan pembelajaran, para pengelola dapat menyediakan sumber-sunber belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4. Dalam system pelatihan industry, perumusan tujuan pembelajran dapat digunakan sebagai alat bagi manager atau direktur untuk memberikan motivasi kepada peserta pelatihan guna mengkomunikasikan harapan-harapan dari perusahaan. 5. Dengan dirumuskan tujuan pembelajaran, akan lebih mudah dalam melakukan evaluasi hasil pembelajaran. 6. Pernyataan tujuan pembelajaran yang jelas dan sempurna dapat digunaka sebagai alat validasi derajat keberhasilan unjuk kerja siswa. Hakekat Drill Model latihan atau drill, juga biasa disebut dengan metode training. Model pembelajaran ini digunakan guru untuk mengajar dalam upaya menanamkan berbagai kebiasaan atau keterampilan tertentu kepada para siswa. Dengan begitu mereka akan menguasai keterampilan atau kebiasaan baru sehingga dapat dijadikan bekal dalam kehidupan mereka kelak. Hamid, (2011 : 216) Adapun prinsip dan petunjuk penggunaan model pembelajaran drill menurut Hardini & Puspitasari, (2012 : 39) adalah sebagai berikut: 1. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu. 2. Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifai diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna. a. Latihan tidak perlu lama asal sering dilakukan. b. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa. c. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
6
Disamping itu juga,guru wajib memahami apa dan bagaimana kedudukan metode ini. Adapun kelebihan dan kelemahan metode drill menurut Hamid, (2011 : 216-217). Kelebihan 1. Siswa dapat memperoleh kecakapan motorik seperti menulis, menghafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat 2. Siswa
dapat
memperoleh kecakapan
mental,
misalnya
dalam perkalian,
penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/symbol, dan lain sebagainya. 3. Siswa dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan ataupun kecepatan dalam pelaksanaan. Kelemahan 1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena ia lebih banyak dibawah pada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian 2. Menimbulkan penyesuaian secara statis pada lingkungan 3. Terkadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan membosankan. 4. Dapat menimbulkan verbalisme Penggunaan teknik latihan agar berhasil dan berdaya guna perlu ditanamkan pengertian bagi instruktur maupun siswa,yaitu: a. Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda dengan latihan yang sebelumnya. Hal itu disebabkan karena situasi dan pengaruh latihann yang lalu berbeda juga. Kemudian perlu diperhatikan juga adanya perubahan kondisi/situasi belajar yang menuntut daya tangkap/respon yang berbeda pula.bila situasi latihan berubah, sehingga timbul tantangan yang dihadapi berlainan dengan situasi sebelumnya, maka memerlukan tanggapan/sambutan yang berbeda pula. Perlu pula disadari bahwa dalam segala perbuatan manusia, kadang-kadang ada keterampilan yang sederhana yang bisa dikuasai dalam waktu singat, seperti memakan nasi, mengepel lantai, dalam waktu singkat latihan minimal itu segera dikuasai, tetapi sebaliknya ada keterampilan yang sukar sehingga memerlukan
7
latihan dengan jangka waktu yang lama serta latihan yang maksimal, sepeti memperbaiki mesin motor, membangun rumah, dan sebagainya. b. Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelum memasuki latihan guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengertidan memahami apa tujuan latihan dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran-pelajaran lain yang diterima. Persiapan yang baik sebelum latihan mendorong/memotivasi siswa agar responsive yang fungsional, berarti dan bermakna bagi penerima pengetahuan dan akan lama tinggal dalam jiwanya karena sifatnya permanen, serta siap untuk digunakan dalam kehidupannya. Untuk pelaksanaan pelaksanaan teknik ini perlu diperhatikan pula kelemahankelemahannya seperti dalam latihan sering terjadi cara-cara/gerak yang tidak bisa berubah, karena merupakan cara yang telah dibakukan. Maka hal itu akan menghambat bakat dan inisiatif siswa. Mereka tidak boleh menggunakan cara lain atau cara menurut pikirannya sendiri. Hal itu sangat terasa bila latihan itu dilakukan bersama. Juga dalam latihan individual kadang-kadang perlu bakat anak itu dikembangkan dengan penuh inisiatif untuk didorong sejauh tidak menyimpang dari penguasaan keterampilan yang akan tercapai. Hal itu tidak bisa terjadi bila sifat/cara latihan itu kaku/tidak fleksibel. Suatu latihan yang dijalankan dengan cara tertentu yang telah dianggap baik dan tepat sehingga tidak boleh diubah, mengakibatkan keterampilan yang diperoleh siswa umumnya juga menetap/pasti, yang merupakan kebiasaan yang kaku atau keterampilan yang salah. Sehingga bila situasi berubah siswa itu sukar sekali menyesuaikan diri atau tidak bisa mengubah cara latihannya untuk merubah situasi tersebut. Kadang-kadang latihan itu langsung dijalankan tanpa penjelasan sebelumnya, sehingga pada siswa tidak terjadi pemahaman. Selanjutnya siswa melakukan saja tanpa mengerti maksud dan tujuan latihan tersebut. Hal semacam itu terjadilah verbalisme. Maka diharapkan agar latihan itu berhasil, instruktur perlu memiliki cara/teknik lain
8
yang menunjang teknik latihan ini, sehingga kelemahannya bisa disempurnakan atau dilengkapi oleh teknik lain.
Hipotesis Berdasarkan kerangka teoritik, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “dengan penerapan strategi pembelajaran drill hasil belajar siswa kelas VIII6 SMP NEGERI 1 TAPA dalam melakukan pukulan forehand drive pada permainan tenis meja lebih meningkat”.
Indikator Kinerja Menurut Kunandar, (2011 : 127), indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari Kegiatan Belajar Mengajar dalam meningkatkan atau memperbaiki hasil belajar siswa. Indikator kinerja harus realistik dan dapat diukur (jelas cara mengukurnya). Sedangkan menurut Badrujaman & Hidayat, (2010 : 156), penentuan indikator kinerja sebagai berikut: 1. Indikator keberhasilan pada aspek proses a. Terdapat kesesuaian prosedur pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru. b. Siswa aktif dalam kegiatan yang diikuti. c. Siswa-siswa puas dalam mengikuti kegiatan penelitian. 2. Indikator keberhasilan pada aspek hasil Indikator keberhasilan pada aspek hasil adalah terdapatnya peningkatan hasil belajar siswa melalui proses pembelajaran. Dan dalam penelitian ini yang menjadi indikator penilaian yakni pukulan forehand drive dalam permainan tenis meja pada siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA. Penentuan keberhasilan dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar melalui lembar penilaian. Dan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah dengan persentase capaian 80 % nilai rata-rata.
9
Metode Penelitian Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 TAPA. Penempatan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan diantaranya bahwa tempat tersebut mudah dijangkau, dan juga ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII6 SMP Negeri 1 TAPA. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut: Variabel Input, yaitu proses sebelum pembelajaran dilaksanakan yang terkait dengan beberapa faktor yaitu: 1. Siswa 2. Guru 3. Rencana pelaksanaan pembelajaran 4. Sumber belajar 5. Prosedur evaluasi 6. Lingkungan belajar Variabel Proses, yaitu proses selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yang meliputi: 1. Interaksi belajar mengajar 2. Keterampilan bertanya 3. Gaya guru mengajar 4. Implementasi berbagai metode mengajar Variabel Output, yaitu proses sesudah pembelajaran berlangsung, meliputi: 1. Rasa keingintahuan siswa 2. Kemampun siswa mengaplikasikan pengetahuan 3. Motivasi siswa
10
4. Sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui
tindakan
perbaikan. Tahapan - Tahapan Penelitian Tahap Persiapan Kegiatan persiapan awal yang dilakukan yaitu: 1) Menghubungi kepala sekolah SMP Negeri 1 TAPA, guna meminta rekomendasi pelaksanaan sekaligus berkonsultasi dengan guru yang akan menjadi mitra kerja. 2) Mendiskusikan rencana kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan besama kepala sekolah dan guru mitra. 3) Membuat lembar observasi dan evaluasi baik, baik untuk guru maupun siswa. 4) Melakukan observasi awal tentang subyek penelitian. 5) Pengkajian masalah didasarkan pada skenario pembelajaran yang sesuai dengan teknik pemecahan masalah yang telah ditetapkan serta menentukan waktu pelaksanaan tindakan. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru di sekolah. Agar pelaksanaan berjalan dengan lancar maka diperlukan kegiatan: 1. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan 2. Menyusun prosedur pelaksanaan yaitu urutan dan rincian kegiatan 3. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi agar tidak terjadi penyimpangan prosedural 4. Jika terjadi penyimpangan segera dilakukan perbaikan untuk menjamin tercapainya tujuan Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini yaitu dilakukan analisa hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan hasil yang digunakan untuk merefleksi diri apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar teknik dasar pukulan forehand drive pada permainan tenis meja. Kemudian hasil analisa tersebut digunakan untuk tindakan pada siklus berikutnya.
11
Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini telah terwujud dengan mengoptimalkan penggunaan strategi pembelajaran drill baik pada siklus 1 maupun siklus II dengan mengacu pada indicator yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan pada siklus berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada tahap evaluasi di setiap siklus. Bentuk peningkatan hasil belajar tersebut dapat digambarkan pada hasil yang ditunjukkan pada lampiran observasi awal, hasil evaluasi siklus I dan evaluasi siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada capaian nilai rata-rata hasil belajar siswa sebagai subyek penelitian, dengan rincian rata-rata 60,67% pada perolehan data awal, kemudian naik sebesar 9,5% menjadi 70,17% pada siklus 1, dan bertambah 10,75% menjadi 80,92% pada perolehan siklus II. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil observasi awal, rata-rata hasil belajar pukulan forehand drive siswa dengan nilai 60,67% pada masing-masing aspek: 1. Aspek posisi badan saat menerima bola rata-rata 62,75. 2. Aspek cara memegang bet, rata-rata 60,5. 3. Aspek gerakan saat memukul bola, rata-rata 58,75. Pada tahap observasi ini masih jauh dari capaian indikator kinerja 80%. b. Hasil siklus 1, rata-rata hasil belajar pukulan forehand drive siswa dengan nilai 70,17% pada masing-masing aspek: 1. Aspek posisi badan saat menerima bola, memperoleh rata-rata sebesar 72,25. 2. Aspek cara memegang bet, memperoleh rata-rata sebesar 68,75. 3. Aspek gerakan saat memukul bola, memperoleh rata-rata sebesar 69,5. Terdapat peningkatan sebesar 9,5% dari tahap observasi awal, akan tetapi masih belum mencapai indikator kinerja 80%.
12
c. Hasi siklus II, rata-rata hasil belajar pukulan forehand drive siswa dengan nilai 80,92% pada masing-masing aspek: 1. Aspek posisi badan saat menerima bola, memperoleh rata-rata sebesar 82,5. 2. Aspek cara memegang bet, memperoleh rata-rata sebesar 80,25. 3. Aspek gerakan saat memukul bola, memperoleh rata-rata sebesar 80. Terdapat peningkatan sebesar 10,75% dari tahap sebelumnya pada siklus 1. Capaian ini sudah memenuhi indikator kinerja 80% sehingga penelitian dinyatakan berhasil. Saran Berdasarkan kesimpulan, maka dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Diharapkan guru penjaskes dapat memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan indikator yang akan dituju, sehingga dalam penerapannya nanti akan dapat mencapai hasil yang maksimal. 2. Penggunaan strategi pembalajaran drill pada permainan tenis meja hendaknya melalui perencanaan dan persiapan yang matang agar dapat menjadi metode yang relevan dan baik untuk digunakan. 3. Diharapkan guru dapat menggunakan strategi pembelajaran drill sebagai salah satu opsi
guna
memperbaiki
perkembangannya
kelak
kualitas siswa
hasil
memiliki
belajar
keterampilan
mengaplikasikan pemahaman yang dimiliki secara tepat.
13
siswa,
sehingga siap
dan
dalam mampu
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman. 2012. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta Atmasubrata, Ginanjar. 2012. Serba tahu dunia Olahraga. Surabaya : Dafa Publishing Badrujaman & Hidayat. 2010. Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas (untuk guru mata pelajaran dan guru kelas). Jakarta : Trans Info Media Djamarah & Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Hamid, Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta : Diva Press Hardini & Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia Hidayat, Bumi, & Alamsyah. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk kelas X SMA/MA/MK. Jakarta : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (sebagai pengembangan profesi guru). Jakarta : Rajagrafindo Persada Mashar & Dwinarhayu. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Sarjana & Sunarto. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
untuk
SMP/MTs kelas IX. Jakarta : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Sarjianto & Sujarwadi. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas VIII SMP/MTs. Jakarta : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Sarjono & Sumarjo. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/ MTs Kelas IX. Jakarta : Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan
Nasional Sutrisno & Khafadi. 2010. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 untuk SMP/MTs kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Uno, B Hamzah. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT, Bumi Aksara
14
15