ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIV/AIDS DI YAYASAN PELITA ILMU Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: RANITA ERLANTI HARAHAP NIM: 104051001920
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H. / 2008 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Agustus 2008
RanitaErlanti Harahap
ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIV/AIDS DI YAYASAN PELITA ILMU Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: RANITA ERLANTI HARAHAP NIM. 104051001920
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 150244766
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PEMYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H. / 2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Rabu, tanggal 17 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 Desember 2008
Panitia Sidang Munaqasyah,
Ketua Merangkap Anggota,
Drs. Mahmud Jalal, MA NIP. 150202342
Sekertaris Merangkap Anggota
Umi Musyarofah, MA NIP. 150281980
Penguji I
Penguji II
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150276299
Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP. 150270815
Pembimbing
Dra. Hj. Asriati Jamil, M. Hum NIP. 150244766
ABSTRAK
Ranita Erlanti Harahap 104051001920 Analisis Semiotik Pada Poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu Media massa merupakan salah satu contoh dari kemajuan teknologi, dengan bantuan teknologi khalayak dapat dengan mudah mengetahui sebuah informasi, informasi yang didapat sangat beragam. Kemajuan teknologi telah memberikan pengaruh yang positif namun tak sedikit pula pengaruh negatifnya. Dengan kemajuan teknologi yang serba canggih informasi yang cepat dan serentak serta sangat bebas, sehingga semua orang dapat melihat informasi yang disajikan. Contoh dari kemajuan tekhnologi yang berdampak negatif adalah dengan bantuan media prilaku seks bebas masuk dengan mudahnya terutama dikalangan remaja yang dahulu tabu namun sekarang menjadi tidak tabu, padahal dampak dari seks bebas salah satunya adalah terkena penyakit HIV/AIDS. Contoh tersebut hadir dan diadopsi oleh bantuan media, sudah sangat sewajarnya apabila media turut andil untuk kembali membentuk moral bangsa yang sesuai dengan adat ketimuran bukan dengan adat barat yang serba bebas. Lalu pertanyaan yang muncul adalah media apa yang bisa dengan mudah dan cepat dapat dijadikan sarana dalam menyampaikan pesan mengenai HIV/AIDS kepada khalayak? Poster adalah salah satu dari ragam media cetak yang bisa dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan, didalam poster terdapat tulisan dan gambar. Banyak terlihat dijalan umum yang ramai terpajang poster mengenai HIV/AIDS, mulai dari gambar yang unik, warna yang menarik ditambah dengan kalimat yang singkat namun mengandung berjuta makna. Kesemua bagian dari media tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga khalayak dapat dengan mudah mencerna maksud dari media tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik dengan metode Gillian Dyer, Torben Vestergaard, dan Judith Williamson yang memakai tiga dimensi yaitu objek, konteks, dan teks. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pesan atau makna yang terdapat pada poster HIV/AIDS yang dibuat oleh YPI. Dari hasil analisis ketiga poster HIV/AIDS yang dibuat oleh YPI poster ”Bunga Matahari”, poster, ”Remaja Hamil Mendekep Buku”, dan poster ”Tangan di Bawah Memegang Perut Hamil”, pesannya adalah melalui poster informasi yang disampaikan terbilang alternative dan efisien. Poster memiliki kelebihan tersendiri dibanding media lainnya, dengan penyajian pesan menggunakan
gambar, warna, dan kata-kata yang singkat namun unik sehingga membuat khalayak menjadi tertarik dengan makna yang terdapat dibalik poster tersebut.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah ‘Azza Wajalla, dan kesejahteraan serta kedamaian semoga dilimpahkan kepada makhlukNya yang paling mulia dan sebaik-baik manusia, yakni Nabi Muhammad Saw., para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan. Nikmat dan anugerah yang tak pernah berhenti diberikan Allah S.W.T. untuk penulis (You are all that I need), do’a dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis semiotik pada poster HIV/AIDS di Yayasan Pelita Ilmu”. Sebagai rasa syukur, penulis mengucapaka terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah dengan tulus membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Murodi, MA., Dr. Arief Subhan, M.Ag., (Pudek I), Drs. Mahmud Jalal, MA., (Pudek II), Drs. Studi Rizal LK, MA., (Pudek III), atas segala kebijakan akademik yang telah ditetapkan. 2. Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarrofah, MA., selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar selama penulisan skripsi ini. 4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA., selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 5. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Yayasan Pelita Ilmu terutama untuk wakil ketua dan sekretaris Badan Pengurus Harian YPI, Husein Habsyi, SKM, dan MHComm dan Usep Solehuddin, SKM, MTI yang telah memberikan informasi serta bersedia meluangkan waktunya. 7. Papa (Hasran Harahap) dan Mama (Ratna Juwita Nasution), yang telah mengajarkan arti hidup yang sesungguhnya, menjadikan contoh telan untuk anak-anaknya. Terima kasih untuk dukungannya, baik secara materil, moril dan do’a yang tak henti dipanjatkan kepada Allah S.w.t. Pa’ and ma’,I don’t wanna let you down. 8. Kakanda Abriansyah Harahap, yang selalu menjadi pendengar setia dan kakak yang bijak serta senantiasa memberikan dukungan dengan kata-kata mutiaranya, wish me luck brother. Adikku tersayang (Alm. Febriansyah Sukri Harahap), tenanglah disisi-Nya teriring doaku untukmu selalu, we are still love you. Dede Auliansyah Harahap dan si bungsu Muhammad Habibbullah Firmansyah Harahap, semoga jadi anak yang soleh, berguna bagi nusa, bangsa
dan agama. Opung tersayang dan tegar yang tak pernah lupa dengan kalimat saktinya, akan selalu penulis ingat dan insyaallah akan penulis jalankan. 9. “Making a thousand friends a year is not a miracle, the miracle is to make a friend who stand by you for a thousand year”. Sahabat terbaik yang pernah penulis miliki Dian Rafiqi Qudsi, Lala, Adewa, Ridwan, Fatma, eel, leni, nury, agien, alief, k’ novi, slim, irul, umi tidak ada kata terlambat sobat! 10. Someone special…I gonna miss you wherever you live. 11. Teman-teman satu kostan hanum, Iiek, merry, nunung, ve, fitri “jangan malas belajar ya, semoga jadi dokter yang beriman. 12. Keluarga besar PMII Fakultas Dakwah dan Komunikasi, bang mansyur, k’ alvian, Bung “A ”k’ opik, k’ hamdy, k’ syakur , k’ neneng, k’ abdul, Vino dan semuanya. “Tangan terkepal dan maju kedepan”. 13. Leptopku yang manis, setia menemani higga larut dan setia mendengarkan cerita-ceritaku. 14. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama KPI E, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada penulis. Sekali semangat tetap semangat. KPI E is my second family. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi ucapan terima kasih yang begitu besar. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah dilakukan, sengaja ataupun tidak disengaja, semoga yang dilakukan adalah hal yang terbaik dan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S. W.T. Amien.
Akhir kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien. Wassalaamu alaikum Wr.Wb. Ciputat, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
10
D. Metodologi Penelitian ..............................................................
11
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................
13
F. Sistematika Penulisan ..............................................................
14
TINJAUAN TEORI TENTANG POSTER .............................
15
A. Sekilas Tentang Media Cetak ................................................
15
1. Pengertian .......................................................................
16
2. Macam-macam ................................................................
18
3. Pengertian Poster ............................................................
20
4. Sejarah Poster .................................................................
21
5. Poster Sebagai Media Dakwah ........................................
24
B. Analisis Semiotik .................................................................
26
C. Sekilas Tentang HIV/AIDS .....................................................
36
BAB II
BAB III GAMBARAN UMUM POSTER YAYASAN PELITA ILMU
BAB IV
TENTANG HIV/AIDS ..............................................................
43
A. Latar Belakang Pembuatan Poster .........................................
43
B. Maksud dan Tujuan ..............................................................
44
C. Konsep Dasar Pembuatan Poster ...........................................
44
D. Dampak Yang Diterima Oleh Masyarakat .............................
45
E. Gambaran Umum YPI ..........................................................
45
PEMBAHASAN ........................................................................
49
A. Subyek Penelitian .................................................................
49
B. Hasil Analisis Poster .............................................................
50
1......................................................................................Poste r “ Bunga Matahari” .......................................
50
2......................................................................................Poste r “Remaja Hamil Mendekap Buku” ................
55
3......................................................................................Poste
BAB V
r “Tangan di Bawah Memegang Perut Hamil”
60
PENUTUP .................................................................................
64
A. Kesimpulan ...........................................................................
64
B. Saran-Saran ..........................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Metode Gillian Dyer, Torben Vestegaard, dan Judith Williamson ... 31 Tabel 2.2 Gambaran ”Berthes” Mengenai Aksi Tanda ............................... ....34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Tanda ....................................................................
32
Gambar 2.2 Elemen-elemen Makna Saussure .............................................
32
Gambar 2.3 Aksis Tanda ............................................................................
33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Poster YPI Terhadap HIV/AIDS “Bunga Matahari”
Lampiran 2
Poster YPI Terhadap HIV/AIDS “Remaja Hamil Mendekap Buku”
Lampiran 3
Poster YPI Terhadap HIV/AIDS “Tangan di Bawah Memegang Perut Hamil”
Lampiran 4
Foto-foto YPI dalam peringatan hari HIV-AIDS
Lampiran 5
Hasil Wawancara
Lampiran 6
Surat-surat Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Poster adalah media cetak yang bukan hanya menampilkan gambar tapi juga dapat memberikan informasi yang sesungguhnya kepada khalayak. Sekilas memang poster terihat hanyalah sekedar gambar yang biasa-biasa saja, melalui poster sebuah informasi akan terlihat lebih menarik karena khalayak akan sangat mudah memahami sebuah
informasi.
Poster
tidak
semata-mata
hanya
menampilkan gambar dan warna saja namun tampilan poster biasanya disandingkan
dengan
kalimat-kalimat
yang
singkat
namun
dibaliknya
mengandung beribu makna sehingga lebih memudahkan khalayak untuk memahami makna gambar yang terdapat pada poster. Poster merupakan salah satu dari kemajuan teknologi dalam bidang media cetak, kemajuan teknologi ini tidak lepas dari era globalisasi yang kian hari kian menunjukkan eksistensinya. Melalui kemajuan teknologi semua orang akan sangat mudah mendapatkan informasi hingga kepelosok daerah sekalipun, hanya dengan hitungan detik khalayak akan mendapatkan informasi yang diinginkan. Disatu sisi kemajuan teknologi ini menjadi sesuatu yang membanggakan namun bila dilihat dari sisi lain kemajuan teknologi ini akan menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bila khalayak tidak dengan benar memanfaatkannya, baik media cetak maupun media elektronik.
Kemajuan teknologi berdampak pada arus informasi yang demikian pesat dan tentunya menimbulkan masalah baru. Terpaan berbagai media massa cetak maupun elektronik sebagian besar telah mengiringi masyarakat mengikuti kebudayaan global. Media menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi yang sesungguhnya kepada khalayak dan keputusan atau opini terakhir tergantung pada khalayak sendiri. Tidak dapat dipungkiri banyak khalayak yang terpengaruh dengan informasi yang disajikan oleh media, seperti mulai mengadopsi perilaku yang bebas, gaya hidup hura-hura bahkan pikiran yang liberal dari dunia barat yang dianggap trend dan jauh dari adat ketimuran. Kebiasaan-kebiasan tersebut cukup tabu di awal kemunculannya, namun seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi dan dengan bantuan media pulalah lambat laun menjadi suatu yang wajar dan lumrah bahkan sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang. Contoh tersebut merupakan konsekuensi dari modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sekularisasi Alat penyambung lidah pada prilaku tersebut adalah media massa, baik cetak maupun elektronik. Tidak bermaksud menyalahkan, menyudutkan atau menjelekkan media, sebenarnya banyak juga hal positif yang dihasilkan oleh media namun kebiasan yang bisa dibilang negatif bagi adat ketimuran inilah yang sering disorot dan tentunya bila dibiarkan akan merusak akal mental bangsa serta merusak citra media itu sendiri. Di Indonesia contoh negatif tersebut merupakan pelanggaran dari nilai adat ketimuran umumya serta agama secara khusus. Kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang berlanjut dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang marak
berkembang dikarenakan menurunnya kekebalan tubuh. Virus ini berkembang sangat cepat, tidak hanya dalam hitungan tahun, bulan, minggu, hari dan tidak pula dalam hitungan jam; melainkan dalam hitungan menit, yaitu setiap menit 5 orang terinfeksi HIV. Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang menyengsarakan baik fisik, mental maupun sosial yang berakhir dengan kematian, karena gaya hidup bebas yang melampaui batas. Dalam perkembangan selanjutnya infeksi HIV/AIDS ini tidak hanya ditularkan melalui perzinaan, tetapi dapat pula melalui transfusi darah dan jarum suntik yang tercemar serta bayi dalam kandungan melalui tali pusat ibunya yang mengidap HIV. Meskipun demikian dalam penyebaran HIV/AIDS sebagian besar masih didominasi oleh perzinaan yaitu mencapai 97,5% (Warta UI, 1995). Penyakit ini merupakan penyakit kelamin yang mematikan; dikatakan ”penyakit kelamin” karena penularan penyebarannya terutama melalui hubungan seksual (perzinaan), dikatakan ”mematikan” karena hingga sekarang (2003) dan 10 tahun mendatang belum ditemukan obatnya dan yang bersangkutan akan meninggal karenanya. 1 Bila diteliti maka media massa mempunyai andil yang besar bagi penyebaran HIV/AIDS, oleh karena itu sudah sewajarnya bila media massa ikut mensosialisasikan HIV/AIDS. Seperti menyebarkan informasi bahaya HIV/AIDS melalui televisi, radio, internet (Media elektronik), majalah-majalah, koran, surat kabar, buku bahkan poster (Media cetak). Poster sekarang tidak hanya sebagai suatu yang komersil untuk mengiklankan produk, namun poster yang sebenarnya
1
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 366
memiliki daya magnet tersendiri dengan warna dan gambar yang unik dapat menginformasikan bahaya HIV/AIDS. Menurunnya minat masyarakat akan suatu informasi maka tidak salah bila poster dilirik untuk menginformasikan HIV/AIDS. Poster yang dahulu hanya dengan papan yang bergambar dengan cat, kini dapat dihiasi dengan cahaya listrik atau cat yang bersinar, dengan warna-warni yang mencolok dan mempesona, oleh karena itu tidak salah apabila sekarang poster menempati posisi yang penting dalam menyebarkan informasi bagi khalayak. Seiring dengan kehidupan manusia yang semakin modern, sejalan dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan akibat turunnya minat baca masyarakat, akhirnya para pemilik media atau pengusaha media mulai membuat terobosan baru, dengan menggunakan poster dalam menyampaikan informasi. Poster bisa dikatakan sebagai sarana informasi yang unik dan simpel namun mempunyai peran yang penting, karena dengan muatan yang sedikit namun makna dibalik gambar yang disampaikan oleh poster mewakili beribu bahasa. Kenyataan ini mulai tampak di kota-kota besar yang secara meraksasa, menjulang poster-poster berwarna-warni dan beraneka ragam yang digunakan untuk menyampaikan informasi, hanya dengan sedikit bahasa untuk memperjelas makna yang terdapat pada poster sehingga dapat diterima oleh masyarakat secara luas, tentu hal ini menjadi nilai lebih bagi sebuah poster. Dakwah sebagai proses menyeru kepada kebajikan dengan menyampaikan informasi-informasi Ilahi kepada manusia agar mereka mengikuti aturan-aturan Islam dan menjauhi apa yang dilarang hingga tercapai kebahagiaan hidup, baik di
dunia maupun di akhirat.2 Selain itu, kegiatan dakwah ini pun bertujuan mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik.3 Dr. Taufiq Al-Wa’i menjelaskan makna yang terkandung dalam dakwah Islamiyah yaitu, ”Mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj Allah di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, membimbing mereka dari shirathal mustaqim dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan. ” Ini sesuai dengan firman Allah:
ََ ََُِْْ أَِ ِ اَةَ وَأُْْ َُِْْوفِ وَاﻥَْ َِ اَُِْْ وَاﺹ . َِ أَﺹََ!َ إِن ذَِ!َ ِْ َ&ْمِ اْ)ُُ(ر Artinya: "Hai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah manusia mengerjakan yang ma’ruf, cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar, dan bersabarlah atas apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan.”(QS. Luqman: 17)4
Setelah berlangsung dalam kurun waktu berabad-abad, dakwah Islamiyah semakin mengalami perkembangan ditinjau dari metode penyebaran yang dilakukannya. Penyebar syi’ar Islam di era globalisasi ini diantaranya melalui media media cetak dan elektronik. Hal ini sebagai cara untuk mengimbangi sajian media yang semakin terbuka untuk menyajikan tayangan manca negara (barat)
2
Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke-5, h. 1. Ki Moesa Machfoed, Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), edisi ke-2. 4 Taufiq Al-Wa’i. 1409 H/ 1989 M. An-Nisa’ud Daa’yaat. Cet. Ke. 1, Kuwait: Kementerian Waqaf. 3
yang tentu saja bertolak belakang dengan norma-norma Islam, di samping meluaskan sarana (objek) dakwah tentunya.5 Dakwah Islam pada zaman ini sedang menghadapi berbagai macam tantangan karena begitu banyak ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan dakwah Islam dan hal yang tidak bisa dianggap enteng adalah kemajuan teknologi yang dihasilkan oleh era informasi yang serba canggih, oleh karena itu dibutuhkan keterampilan yang lebih untuk menguasai informasi agar proses dakwah dapat berjalan dengan lancar. Dengan perkembangan manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan, eksistensi media massa dapat menjadi salah satu media dakwah alternatif karena memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Fungsi menyiarkan informasi 2. Fungsi mendidik 3. Fungsi menghibur 4. Fungsi mempengaruhi6 Dalam waktu yang singkat informasi dari daerah yang terpencil sekalipun dapat langsung diketahui, tentu ini tidak lepas dari kemajuan teknologi. Dakwah sebagai sarana komunikasi dalam menyampaikan kebaikan tentang agama Islam dihadapakan pada kenyataan yang tidak mudah, dimana antara agama dan teknologi diharapkan dapat berjalan beriringan. Untuk terus dapat menyampaikan dakwah Islam, maka menuntut adanya sikap adaptasi dengan terapan media
5
A. Muis, Komunikasi Islam, (Bandung: Rosda Karya 2001), h. 155-156. Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek, (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-1, h. 28. 6
komunikasi sesuai dengan mad’u yang dihadapi, apapun media yang digunakan, media cetak ataupun media elektronik. Dakwah
sebagai
manifestasi
keimanaan
seorang
muslim
dapat
disosialisasikan dalam berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan dakwah. Salah satu media dakwah yang memiliki peluang besar di era informasi ini adalah dakwah melalui media cetak.7 Semua pesan yang disampaikan oleh media massa dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu seharusnya para mubaligh memiliki keahlian bertabligh melalui tulisan media massa, atau sebagian dari mereka membidangi aktivitas tabligh melalui tulisan. Jika tidak dikhawatirkan masyarakat akan terbentuk oleh pesan-pesan media yang “kering” tanpa nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi hal itu, diperlukan adanya pencerahan pesan media massa. Pesanpesan itu akan muncul dari penulis-penulis yang memang memiliki keterpanggilan akan nilai-nilai kebenaran. Dia adalah mubaligh yang tidak hanya mengisi mimbar-mimbar ceramah, tetapi juga terampil mengisi lembaran-lembaran koran, tabloid, majalah atau yang lebih dikenal tabligh bil al qalam8 Syner mengilustrasikan “karya tulis sendiri ibarat sebuah lautan yang seolah-olah tak bertepi”.9 Maksudnya segala macam bentuk tulisan dapat dituangkan secara leluasa kemudian dimuat untuk disampaikan kepada masyarakat dimana media yang digunakaan berupa tabloid, majalah, koran dan mungkin yang sering kita anggap sepele yaitu poster. Dakwah melalui poster 7
Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-1, h. 17-18. 8 Aep Kusnawan, Komunikasi Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), h. 23-24. 9 Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, (Bandung: Mujahid Press, 2004), h. 10.
salah satu jalan yang dapat ditempuh oleh da’i dan orang yang ingin menyampaikan informasi tentang kebaikan. Proses komunikasi yang menggunakan poster merupakan proses komunikasi secara primer, maksudnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.10 Banyak lembaga yang mengeluarkan poster mengenai HIV/AIDS namun hanya sedikit yang memperhatikan nilai pendidikan dan terkadang gambar, bahasa yang digunakan juga membuat khalayak bingung, sehingga pesan tidak dapat diterima dengan baik. Dengan alasan tersebut maka penulis memilih poster yang dikeluarkan oleh YPI, karena poster tersebut lebih mengedepankan nilai pendidikan, bahasa dan tentunya telah mengalami beberapa proses pegujian. Penempatan poster pun disesuaikan dengan target atau penerima pesan dan diuji terlebih dahulu. Selain itu poster yang dikeluarkan oleh YPI berbeda dari poster HIV/AIDS dari yayasan atau lembaga-lembaga lainnya, di mana poster yang dianalisis oleh penulis merupakan poster yang satu sama lain saling berhubungan dan yang menjadi nilai lebih dari poster ini yaitu poster tidak secara langsung menampilkan gambar HIV/AIDS tapi dengan cara menceritakan bagaimana HIV/AIDS dengan mudahnya tersebar. 10
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Rosdakarya, 1990) h. 11.
Dengan hal tersebut kita dapat mengetahui makna yang terdapat di balik gambar dan kata-kata, terutama pada poster YPI terhadap HIV/AIDS sehingga informasi dapat diterima oleh masyarakat luas. Agar komunikasi efektif untuk mempengaruhi khalayak terhadap pesan yang ditampilkan, maka pembuat poster mencoba menggunakan simbol yang mudah diterjemahkan oleh orang awam selain itu nilai-nilai estetika juga di utamakan sebagai sesuatu yang berkesan lebih baik sehingga pembuat poster mencoba menerjemahkan sendiri agar terkesan lebih baik. Sebaliknya komunikasi yang bermuatan simbol-simbol itu ditangkap dan dimaknakan sendiri pula oleh khalayak sebagai konsekuensi logis dalam interaksi simbolik. Poster-poster yang dibuat oleh YPI menampilan poster yang menceritakan relita yang terjadi pada remaja, berdasarkan penjelasan di atas, penulis ingin melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skripsi penulis yaitu: ANALISIS SEMIOTIK PADA POSTER HIV/AIDS DI YAYASAN PELITA ILMU.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka yang akan diteliti dalam penelitian ini terbatas pada makna-makna yang terdapat pada poster HIV/AIDS yang dikeluarkan oleh YPI. Karena banyaknya poster yang dikeluarkan oleh YPI maka penulis membatasi poster sebanyak tiga poster yang berseri.
Mengacu pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah Mengetahui makna yang terdapat pada poster YPI terhadap HIV/AIDS. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui makna dibalik gambar dan kata-kata pada poster YPI terhadap HIV/AIDS sehingga dapat mengatasi kesalah pahaman dalam mengartikan poster. Dengan tujuan di atas maka penulis berharap dapat memahami makna pada poster dan dapat mempelajari cara yang benar alam menentukan gambar serta kata-kata yang tepat pada poster. Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu, secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu penulis ingin mengaplikasikan teori ataupun model dan metode yang penulis gunakan agar dapat menjadi suatu teori yang memberikan pemahaman kepada penulis akan analisis media massa. Analisis ini berguna sebagai wacana positif dalam rangka menerapkan suatu bentuk pesan dalam media cetak yang sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada guna memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Selanjutnya kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu penulis dapat memberikan gambaran sebelum membuat poster dan dapat mengetahui makna secara jelas tentang poster (membaca poster). Penulis juga berharap penelitian ini dapat memberikan masukan kepada YPI dalam pembuatan poster mengenai HIV/AIDS, selain itu agar poster YPI dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada masyarakat mengenai penyebab penularan dan pencegahan HIV/AIDS.
D.
Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Semiotik,
pendekatan penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Macam semiotik yang digunakan adalah semiotik analitik. Pemaknaan hanya terjadi pada konsep mental pada tiap-tiap individu. Sebab, penelitian ini bersifat subyektif, seperti yang dikutip Agus Sudibyo, Ibnu Ahmad, dan Muhammad Qadari, Little Jhon mengemukakan “Jadi mesti disadari bahwa proses pemaknaan itu tidak bisa dilepaskan dari unsur subjektifitas sang pemberi makna. Namun, tidak perlu khawatir sebab teori-teori jenis ini memang mengizinkan seseorang peneliti melakukan interpretasi atas teks secara subjektif akibat pengaruh pengalaman hidupnya.”11 Penelitian kualitatif biasanya digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial yang berhubungan serta berinteraksi langsung dengan manusia dan dalam proses pemaknaan juga tidak lepasa dari unsure subjektifitas.
2. Populasi dan Sampling Populasi penelitian ini adalah poster-poster yang dikeluarkan oleh YPI, poster tersebut merupakan poster yang dalam pembuatan pertamanya digabung menjadi satu namun pada proses selanjutnya poster-poster ini dibagi menjadi tiga bagian, agar orang yang melihat poster tidak menjadi bingung dalam mengartikan pesan yang terdapat pada poster.
11
Agus Sudibyo, Ibnu Ahmad, dan Muhammad Qodari, Little John, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa, Institusi Studi Arus Informasi, Januari 2001, h.19
Sample sumber data yang dipilih oleh penelit adalah dalam penelitian ini ialah tiga poster YPI mengenai HIV/AIDS. Poster-poster tersebut adalah, poster “bunga matahari”, poster “ remaja hamil mendekap buku” dan poster “tangan dibawah memegang perut hamil”. Ketiga poster ini diambil karena menurut peneliti bisa dijadikan sample yang tepat untuk diteliti. 3. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah poster yang dikeluarkan oleh YPI terhadap HIV/AIDS. Unit pengamatannya adalah pesan yang terdapat pada poster, bagaimana tanda yang digunakan oleh YPI dalam menyatukan pesan kedalam poster HIV/AIDS sehingga terbentuk makna (analisis semiotic). 4. Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini menggunakan beberapa tahap, tahap pertama, pengumpulan data mengenai poster HIV/AIDS yang dikeluarkan oleh YPI. Kedua, pemilihan poster, dengan melihat keterkaitan antara ketiga poster tersebut serta mengenai penularan HIV/AIDS itu sendiri. Tahap ketiga, wawancara dengan Yayasan Pelita Ilmu dan dengan orang yang membuat poster, guna memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotik dengan metode Gillian Dyer, Torben Vestergaard, dan Judith Williamson yang menggunakan tiga dimensi yaitu objek, konteks, serta teks atau dialog sebagai penjelas objek atau konteks.
Dimensi objek berfungsi sebagai elemen tanda yang mempresentasikan objek atau segala sesuatu yang terdapat pada poster, seperti gambar, warna, ilustrasi dan bahasa. Pada konteks yang berfungsi sebagai elemen tanda yang memberikan atau diberikan konteks dan makna pada objek yang terdapat pada poster. Pada dimensi ini penulis memaparkan tanda-tanda yang terdapat pada objek. Selanjutnya teks atau kalimat yang digunakan pada poster, ini merupakan tanda yang berfungsi memperjelas dan menambatkan makna (anchoring).
E. Tinjauan Kepustakaan Dari pengamatan peneliti tentang analalisis semiotik pada poster HIV/AIDS belum diketemukan yang membahas tentang analisis tersebut namun terdapat penelitian yang membahas tentang analisis semiotik pada foto dan analisis semiotik pada iklan. Penelitian pertama yaitu “Makna Foto Berita Perjalanan Ibadah Haji (Analisis Semiotik Karya Zarqoni – Makna Pada Galeri.Foto Antara.co.id)" yang dijadikan judul skripsi oleh Fatimah, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, pada tahun 2009. Penelitian kedua dengan judul skripsi “Analisis Semiotik Kaidah Agama Pada Iklan Indomie di Televisi”, oleh Media Febryana Suliestyan, Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, pada tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Agar sistematisnya penelitian ini, peneliti membaginya dalam lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut: Bab I
PENDAHULUAN: meliputi, latar belakang masalah yang berisi tentang penjabaran masalah, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.
Bab II
TINJAUAN TEORI TENTANG POSTER: meliputi, Sekilas Tentang Media Cetak, Pengertian, Macam-macam Pengertian Poster, Sejarah Poster, Poster Sebagai Media Dakwah, Analisis Semiotik dan Sekilas Tentang HIV/AIDS .
BAB III
GAMBARAN UMUM POSTER YAYASAN PELITA ILMU TENTANG HIV/AIDS: meliputi, Latar Belakang Pembuatan Poster, Maksud dan Tujuan, Konsep Dasar Pembuatan Poster, Dampak Yang Diterima Oleh Masyarakat Serta Gambaran Umum YPI.
Bab IV
PEMBAHASAN: Meliputi, Subyek Penelitian, Hasil Analisis Pada Poster Hiv/Aids Di Yayasan Pelita Ilmu Dan Pembahasan Masalah.
Bab V
PENUTUP: meliputi, kesimpulan dari hasil penelitian dan saransaran.
BAB II TINJAUAN TEORI TENTANG POSTER Media adalah sarana yang membantu komunikator dalam menyampaikan informasi secara efektif dan efisien. Ini merupakan bentuk jamak dari bahasa latin yaitu ”median” yang berarti perantara. Media berarti segala macam alat perantara yang dapat digunakan komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Dalam kamus istilah Komunikasi BC. TT Ghazali mengatakan bahwa Media berarti sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila komunikan jauh tempatnya dan banyak jumlahnya. Jadi segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam berkomunikasi disebut media komunikasi. Sedangkan bentuknya beragam.12 A. Sekilas Tentang Media Cetak Media berasal dari kata latin ”medium” (tunggal) ”Media”(jamak) yang secara harfiah berarti: pertengahan, tengah, pusat (K. Prent CM, dkk. Kamus Latin-Indonesia. 1969: 525). Dengan demikian, menyebut ”media” sudah berarti jamak, tidak perlu media-media. Kosa kata Inggris mengambil ahli begitu saja dari Latin baik bentuk tunggal maupun jamaknya. Dalam Kamus Inggris-Indonesia (John M. Enchols dan Hassan Shadily, Gramedia Pustaka Utama, 2000: 377) kata media Menurut R. Masri Sareb Putra media berarti: alat jalur dari komunikasi (massa), atau perantara
12
BC. TT. Ghazali, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djambatan, 1992), h. 227.
yang mempertemukan seseorang dengan orang lain sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi (komunikasi massa). Cetak dalam arti harfiah bahasa Indonesia ”cetak” ialah cap, acuan. Dalam bahasa Inggris, cetak, yang berkaitan dengan produksi media cetak, ialah press. Press berarti: mesin untuk mencetak buku, media, surat kabar. 13 1. Pengertian Media Cetak Media massa pada zaman sekarang sudah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Media massa secara visual juga mengalami kemajuan yang signifikan hingga bermacam-macam jenisnya. Seperti koran, majalah, poster, buku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.”14 Untuk menjangkau khalayak yang relatif luas dan heterogen, komunikasi membutuhkan
media
massa,
yaitu
sarana
teknis
yang memungkinkan
terlaksananya komunikasi massa tertentu. Saluran media massa ini, jika dilihat bentuknya dapat dikelompokkan atas: a. Media cetak (Printed Media), yang meupakan surat kabar, majalah, tabloid, buku, pamflet, brosur, dan sebagainya. b. Media elektronik, seperti radio, TV, film, internet, slide, video, dan lain-lain.15
13
M. Masri Sareb Putra, MEDIA CETAK Bagaimana Merancang dan Memproduksi, edisi Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 4. 14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, h. 726. 15 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), h. 16.
Adapun yang dimaksud dengan ”media cetak adalah sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah, dan tabloid.”16 Media cetak di Indonesia semakin spesifik, spesifikasi itu merambah berbagai bidang hiburan, olahraga, anak-anak, remaja, politik, ekonomi, budaya, hukum, otomotif, agama, kesehatan, wanita, sampai majalah belanja.17 Ada beberapa karesteristik media cetak sebagai gejala komunikasi massa, yaitu: a. Komunikator dapat berupa perorangan atau melalui organisasi yang mempunyai institusi yang jelas. b. Message (pesan) diproduksi secara besar-besaran dan disebarluaskan kepada audience. c. Komunikasi pada umumnya merupakan publik yang bersifat anonim (tidak saling mengenal). d. Komunikasi biasa mengelompokkan pada suatu tempat atau karena suasana tertentu dan biasa juga terpencar pada wilayah yang luas. e. Feed back (umpan balik) umumnya bersifat tidak langsung atau tertunda, karena kontak langsung antara komunikator dengan komunikan terhalang oleh medium.18 Secara garis besar, isi media cetak terdiri dari fakta dan opini. Fakta adalah sesuatu yang bisa dilihat, diraba, dan dirasakan oleh setiap orang. Oleh
16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 726 Aceng Abdullah, Press Relation; Kiat Hubungan Dengan Media Massa, (Bandung:: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 10. 18 Redi Paju, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 118. 17
karena itu, laporan faktual adalah laporan wartawan dari lapangan berdasarkan sesuatu yang dilihatnya atau kesaksian orang lain, laporan faktual biasanya bersifat objektif. Isi media cetak yang berdasarkan fakta adalah berita. Misalnya berita kejadian kebakaran, tabrakan, kriminalitas, olagraga, dll, yang semuanya bisa dilihat kejadiannya, baik secara langsung oleh wartawan, atau melalui saksi. Sedangkan Opini artinya pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu opini bersifat subjektif, karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lain selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini antara orang yang satu dengan yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan.19 2. Macam-Macam Media Cetak Media cetak dapat dibedakan dari berbagai segi. Dapat dilihat dari format dan ukurannya, jumlah cetakannya, bahasa yang digunakan, segmen pembacanya, waktu terbitnya, serta dapat pula dibedakan dengan melihat spesifiknya. Media cetak berdasarkan jumlah cetakannya: 1. Booklet: Di Indonesia, booklet disamakan dengan buku kenangan. Ketika sebuah organisasi merayakan hari jadinya, biasanya diterbitkan booklet. 2. News letter: news letter dibuat oleh sebuah organisisasi untuk menjalin komunikasi dengan customer, atau siapa saja, yang ada kaitannya dengan organisasi yang bersangkutan. Biasanya, bersifat informasi penting. Sering pengantanya
ditandatangani
pimpinan
organisasi/perusahaan
yang
bersangkutan. Agar tampak lebih personal, biasanya tulisan pengantar menggunakan huruf mirip dengan tulisan tanggan.
19
Abdullah, Press Relation; Kiat Berhubungan dengan Media Massa, h. 14
3. Annual report: Secara harfiah annual repport berarti laporan tahunan. Bank Indonesia selalu membuat laporan tahunan. juga organisasi lain, dengan tujuan untuk memberikan informasi detail mengenai situasi keuangan, atau ihwal yang berisi pertanggungjawaban/laporan organisasi yang bersangkutan kepada masyarakat atau kepada pemenang saham. Bisa juga annual report dibuat sebuah Lembaran Swadaya Masyarakat (LSM), sebagai bentuk pertanggung jawaban tahunan kepada lembaga donor. 4. Katalog: Daftar harga,atau informasi lengkap tentang suatu produk, atau suatu kegiatan sebuah organisasi. 5. Surat Kabar: Terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita yang dimultiplikasi secara massal.Media cetak ini sifatnya komersial. 6. Buletin Intern: Sebuah holding company, atau perusahaan besar dengan unitunit tersendiri yang mempekerjakan banyak karyawan di berbagai tempat tempat dan lokasi, biasanya menerbitkan buletin intern sebagai media komunikasi antar karyawan. Di banyak perusahaan, buletin intern bahkan dikelola oleh bagian tersendiri, biasanya dikelola oleh Bagian Humas,atau Bagian Promosi. 7. Tabloid: Surat Kabar dalam bentuk (ukuran) yang lebih kecil, biasanya format tabloid setengah dari surat kabar biasa (A-3). 8. Media Cetak Lain: Dapat berupa terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, dilengkapi foto dan gambar. Bisa juga terbitan tidak tetap, namun berupa media cetak yang bertujuan mengomunikasikan sesuatu kepada khalayak.
9. Buku: Buku disebut sebagai ”jantung dan inti” media cetak karena di dalamnya dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia.20 3. Pengertian Poster Melihat poster tidak bisa hanya melihat hasil akhir berupa bendanya saja, karena di dalam poster terdapat banyak hal yang tak kelihatan, termasuk unsurunsur kreatif, komunikatif, dampak (media exposure), audience, dimana (place) ditempatkan, ukuran-ukuran keberhasilannya, biaya yang dikeluarkan, sampai pada indikator-indikator keberhasilan sebuah poster. Semua itu adalah mata rantai dari proses kreatif, sampai pada hasil dan tujuan pembuatannya. Poster mampu mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan berkesan. Sebuah poster yang bila dalam pemilihan antara gambar dan kata-kata yang disajikan tepat maka bisa memiliki nilai yang sama dengan ribuan kata, juga secara individual mampu untuk memikat perhatian. Berikut ini adalah pengertian mengenai poster: Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman atau iklan).21 Sedangkan menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary Poster adalah ”a large printed notice or picture.22 Merujuk pada pengertian di atas menurut hemat penulis poster adalah sebuah plakat atau surat yang berisikan pengumuman yang dipasang pada tempat-
20
M. Masri Sareb Putra, MEDIA CETAK Bagaimana Merancang dan Memproduksi, edisi Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 6-8. 21 Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, h. 890. 22 Oxpord University Press, Oxford Learner’s Pocket Dictionary third edition, (China: Oxford University Press, 2004), h. 334.
tempat umum atau ramai, yang berukuran cukup besar dan terdapat tulisan dengan gambar serta di dalamnya terdapat maksud untuk memperkenalkan sesuatu. Poster pada hakikatnya sama dengan iklan tetapi sasarannya lebih pada segi-segi sosial.23 Bila dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu pihak adalah produk kehumasan (pulicity announcing some event), namun di pihak lain juga merupakan produk bisnis atau komoditas (.....berupa iklan). Beda keduanya kadang-kadang sangat tipis, namun sebenarnya disparitas antara produk kehumasan dan produk bisnis bisa saja dibuat jelas-tegas, sesuai dengan tujuannya. a. Poster sebagai produk humas: yakni sebuah poster yang dirancang untuk mengkomunikasikan atau menjelaskan sesuatu kepada audience, tidak atau hanya sedikit sekali unsur komunikasi bisnis di dalamnya. Artinya, tidak ada sama sekali tujuan bisnis di dalam rancangan maupun kegiatan produksi maupun exposure-nya. b. Poster sebagai produk bisnis: Poster yang dengan sengaja dan sacara strategi dirancang untuk mengkomunikasikan suatu produk, atau perusahaan, agar khalayak sadar, dan akhirnya mengonsumsi, atau membeli suatu produk yang dikomunikasikan melalui poster tersebut.24 4. Sejarah Poster Sampai sekarang belum ada yang dapat menjelaskan siapa yang pertama kali memproduksi atau memasang poster. Juga tidak ditemukan catatan, yang pertama kali diproduksi. Poster bila dilihat dari sisi kreatif medianya, poster 23
Artini Kusmiati R, Teori Dasar Disain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan, 1999),
24
M. Masri Sareb Putra, MEDIA CETAK, h. 61.
h. 87.
merupakan perkembangan dari tulisan di dinding dan gua-gua yang sudah lebih maju dan modern, dengan menggunakan teknik tinggi yang lebih beradab. Meskipun bukan penemu, agaknya tokoh reformator abad 15, Martin Luther yang tercatat sebagai pengguna media cetak poster dengan exposure paling dahsyat. Karena merasa keberatan atas praktik tertentu dari Gereja Katolik (Paus Leo X) Luther menuliskan keberatan-keberatannya (yang dikenal dengan 95 Dalil atau Keberatan Luther yang ditulis dalam huruf latin), lalu menempelkan dalil itu di depan pintu gereja Wittenberg, Jerman. Penempelan poster itu dilakukan pada tanggal 30 Oktober 1517. ”On the Eve of All Saints, October 31st, 1517, Luther marched out of the Black Cloister gate towards the castke church. Inhis hands he held a poster, a hammer an some nails. He was spotted by a couple of university students who then followed him... the poster was printed by a local man who kept a copy from himself. Within two weeks the theses were reprinted and distributed throughout Germany, without Luther’s permission. Within another two weeks they had been transleted an were being read all over Europe. Little did Luther know they would eventually become the declaration of independence for the reformation movement that broke with the Catholic Church.”(Martin Luther: The German Monk Who Changed The Church: p.31)25 Melalui poster yang dibuat oleh Luther banyak jemaat dari gereja yang melihatnya kemudian jemaat terprovokasi oleh isi dari pesan yang termuat di dalam poster tersebut. Mereka yang belum sadar akhirnya bertindak, dari sini dapat dilihat letak keberhasilan poster. Setelah dua minggu maka dalil itu keluar di pintu gereja Wittenberg, pengaruh pikiran Luther tersebar ke seluruh Eropa, hingga akhirnya mendunia dan Luther mendapatkan simpati. Hal ini disebabkan isi dari Poster tersebut adalah memprotes Paus, inilah yang menyebabkan Luther dan pengikutnya dijuluki ”Protestan” dan pahamnya disebut ”Protestanisme”. Ada satu pelajaran yang dapat diambil dari protes Luther yaitu, orang menjadi terbuka pikirannya bahwa poster memiliki power, exposure, dan daya yang luar biasa untuk mempengaruhi khalayak. Setelah kejadian itu pula di serambi-serambi dan pintu-pintu masuk tempat ibadah dipasang semacam poster, 25
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, h. 62.
di tempat ibadah orang Yahudi semacam poster disebut ”anales”, di Masjid juga dapat ditemukan poster. Hingga kini seiring dengan kemajuan teknologi dan zaman kekreatifan untuk membuat poster lebih menarik lagi semakin dapat teruji dan dibuktikan. Dalam proses pembuatan poster mengalami proses kreatif yang panjang, dibutuhkan ketelitian dalam setiap detail gambar atau tulisan serta warna yang merupakan pelengkap kesempurnaan dari sebuah poster. Ukuran yang terbatas namun harus membuat banyak informasi dengan singkat, jelas dan padat tentu ini bukanlah hal mudah dalam proses pembuatan poster. Di dalam proses kreatif poster, biasanya dikenal adanya tiga macam pola pendekatan: 1. Dogmatis: Bahwasannya apa yang hendak kita sampaikan (what to say) dalam poster kepada audience, kita yakinin sebagai kebenaran yang mutlak, tak terbantahkan. Oleh karena itu diperlukan persuasi-persuasi yang meyakinkan, bahwa klaim yang bersifat dogmatis itu benar adanya. 2. Menjelaskan secara argumentatif (reason why): Dengan mengunakan logika yang
beruntut, dari kalimat pertama dan terakhir saling terkait. Pada
pendekatan ini, terdapat kaitan persoalan dan solusinya. 3. Menonjolkan daya tarik (appeal): memperlihatkan gambar/foto/kartun yang unik dan didukung dengan warna yang menarik sehingga yang melihat poster akan terpancing untuk melihat poster serta pesan yang disampaikan didalam poster.26
26
Ibid., h. 70-72.
Jadi dalam proses pembuatan poster maka ketiga hal ini tidak boleh diremehkan dan dapat dikatakan suatu kewajiban guna mendapatkan poster yang menarik. 5. Poster Sebagai Media Dakwah Media dakwah adalah segala sesuatu yang bisa digunakan sebagai alat guna mencapai tujuan dari dakwah yang telah ditentukan. Media dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan lain sebagainya. Media dakwah secara garis besar dapat digolongkan kepada: 1. Lisan, merupakan media yang paling mudah penggunaannya, yaitu dengan menggunakan lidah dan suara. 2. Tulisan, media ini berfungsi untuk menggantikan keberadaan da'i dalam proses dakwah, tulisan dapat menjadi alat komunikasi da'i dan mad’u. 3. Lukisan atau gambar atau ilustrasi, media ini berfungsi sebagai penarik lisan, merupakan media yang paling mudah penggunanya, yaitu dengan perhatian dan minat mad’u dalam mempertegas pesan dakwah. 4. Audio-Visual, media ini dapat merangsang indera penglihatan dan pandangan mad’u. 5. Akhlak, yaitu langsung dimanisfestasikan dalam tingkah laku da'i.27 Seperti yang telah dijelaskan di atas berdakwah tidak hanya dilakukan dari mimbar ke mimbar atau dari masjid ke masjid, berdakwah bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Berdakwah dengan menggunakan poster mungkin bisa dikatakan sebagai alternatif lain, dengan kalimat yang singkat namun 27
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam; Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), h. 13.
mengandung berjuta makna, didukung gambar yang unik dan warna yang berani tentu memerlukan keahlian khusus bagi pembuat poster. Pembuat poster harus menyatukan pesan yang ingin disampaikan, diserasikan dengan gambar dan warna bukanlah hal yang mudah agar khalayak dapat mengetahui maksud dari pesan itu lebih mendalam. Maraknya informasi yang disampaikan melalui media cetak telah membuka wacana baru atau meningkatkan kesadaran khalayak akan pentingnya pengetahuan melalui media cetak seperti buku, majalah, koran dan poster. Sebuah judul yang panjang, akan membuat orang malas berfikir dan cepat lupa, ingatan manusia pendek dan lagipula banyak hal yang jauh lebih penting untuk diingat, disamping pesan yang yang disampaikan poster. Jadi poster telah memiliki kelebihan sendiri dalam menyampaikan pesan dibanding media-media lain. Kekuatan informasi yang disampaikan media massa demikian hebat, sehingga aktivitas tabligh penting untuk bisa masuk ke dalam wilayah itu, artinya para mubaligh perlu menyiapkan dirinya untuk keahlian bertabligh melalui tulisan di media massa. Setidaknya harus ada sebagian di antara mereka yang membidangi aktifitas tablighnya melalui tulisan, di samping aktifitas di bidang lain, karena jika ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan masyarakat pembaca akan terbentuk oleh pesan ”kering” tanpa nilai-nilai agama.28 Para pengelola media massa kini yang umumnya lebih berpegang pada kebebasan dan keterbukaan serta dipicu oleh target bisnis, bukan hal yang aneh bila kekhawatian tadi akan terjadi. Dari kegelisahan yang diakibatkan oleh media
28
Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, h. 24.
massa maka untuk mengantisipasinya diperlukan pencerahan dalam media massa, dengan menggunakan berbagai media seperti poster, koran, majalah sehingga masyarakat tidak bosan hanya mendapatkan dakwah melalui mimbar dan tentunya media massa memiliki pesan-pesan kesadaran akan suatu kebenaran yang dilandasi dengan nilai-nilai agama. B. Analisis Semiotik Penulis Prancis Michel Butor beranggapan bahwa masalah manusia adalah mencari arti dari yang tidak mempunyai arti. Dinyatakan juga ”semua mempunyai arti, atau tidak satupun mempunyai arti.” Apakah semua mempunyai arti, atau tidak satupun mempunyai arti ini merupakan permasalahan filosofis atau permasalahan teologis yang tidak akan saya bicarakan dalam buku ini. Titik tolak saya adalah kenyataan tak terbantahkan bahwa manusia mencari arti dalam bendabenda dan gejala-gejala yang mengelilinginya dan bahwa dia, tepat atau tidak tepat, benar atau salah, memberikan arti. Karena manusia mampu, maka ia dapat memberikan arti pada benda-benda dan gejala-gejala. 29 Kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Maka semiotika berarti ilmu tanda. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.30 ”Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) 29
Art Van Zoest, Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya, (Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993), h. xv-xvi. 30 Aart Van Zoest, Semiotika Tentang Tanda, h. 1.
pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Misalnya: mengacungkan jempol kepada teman kita yang berprestasi. Dalam hal ini, tanda mengacu sebagi pujian dari pengacung dan ini diakui seperti itu baik oleh pengacung maupun teman yang berprestasi itu. Maka disampaikan dari pengacung kepada teman yang berprestasi maka komunikasi pun berlangsung.”31 Ada dua tokoh penting dalam semiotika, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charle Sanders Pierce. Meski semiotika sendiri sebenarnya sudah ada sejak masa sebelum mereka, tapi keduanya dianggap sebagai peletak dasar konsep semiotika. Selanjutnya sejumlah semiotisian, mengembangkan metode analisis tanda ini berdasarkan apa yang telah diletakkan oleh Saussure dan Pierce. “Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam course in General Linguistics, sebagai ”Ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.”32 Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ”tanda”. Saussure mengemukakan dua konsep dalam semiotika, yaitu penanda dan petanda. Keduanya, mengaklerisasi “tanda”. Jadi, dalam setiap “tanda” ada dua unsur “penanda” dan “petanda”. Penanda adalah konsep akustik/suara/kalimat. Sedangkan petanda adalah konsep mental. Pendapat Saussure mempengaruhi sejumlah pemikiran seperti Derrida, Barthes, Baudrillard.
31
Fahri Firdaus, Semiotika: Tanda dan Makna,www. Perspektif.htm. Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Mana, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003), h. 256. 32
Sedangkan Pierce melihat ada tiga hal penting dalam semiotika yang bisa dijelaskan melalui Tanda, objek, dan interpretan. Pierce juga berpendapat bahwa “Penginterpretasi harus mensulapi bagian dari sebuah tanda. Dia menulis bahwa tanda adalah sesuatu yang berdiri untuk seseorang atau sesuatu yang mencerminkan suatu kapasitas atau kepentingan tertentu.33 Aart Van Zoest seperti yang dikutip Sudjiman mengatakan, “Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, dan penerimanya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakannya.”34 Semiotika dapat diterapkan dalam bidang apa saja di mana tanda digunakan dan mencakup baik suatu representasi dan interpretasi, suatu denotantum dan interpretant.35 Menurut Dick Hartoko (1984, dalam Santosa, 1993:3) memberi batasan, semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang. Luxemburg (1984), seperti dikutip Santosa (1993:3) menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-sistemnya dan proses pelambangannya.36 Semiotika bisa juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari makna dari tanda yang disembunyikan maksud atau makna yang sebenarnya oleh si pembuat tanda, dan semiotik yang mempunyai peran untuk mengungkap makna di 33
Arthur Asa Berger, Media Analysis Technique: Second Edition, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), h. 4. 34 Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, Serba-serbi Semiotika, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 38. 35 Aart Van Zoest, Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya, (Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993), h. x. 36 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan analisis Framing, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 96.
belakang tersebut, bisa juga digunakan sebagai metode untuk mengetahui pemaknaan di belakang tanda yang bersifat audio-visual. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual. Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya (Noth, 1995:44). Dari beberapa kutipan di atas bahwa semiotika merupakan ilmu yang mendeteksi kebenaran suatu tanda serta hakikat konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dari tanda tersebut yang membuatnya memiliki arti tertentu mencerminkan arti untuk suatu kapasitas atau kepentingan tertentu. Hubungan antara tanda ini dapat dilihat dari sisi pengirim tanda maupun penerima tanda, serta efek yang terjadi pasca terjadinya pemahaman dari sisi penerima tanda. Merujuk teorinya Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol.
Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Contohnya: Garuda Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah burung yang memiliki perlambang yang kaya makna. Namun bagi orang yang memiliki latar budaya berbeda, seperti orang Eskimo, misalnya, Garuda Pancasila hanya dipandang sebagai burung elang biasa.37 Analisis semiotik pada iklan secara khusus dikembangkan oleh berbagai ahli, yaitu Gillian Dyer, Torben Vestegaard, dan Judith Williamson. Mereka berpendapat bahwa dalam semiotika poster/iklan terdapat tiga dimensi yaitu (1) Objek, yang merupakan unsur-unsur tanda dari sebuah poster, (2) Konteks, yang
37
www.google.com
merupakan, lingkungan, makhluk atau apapun yang memberikan tanda pada objek, dan (3) Teks, berupa tulisan yang memperkuat makna. Tabel 2.1 Metode Gillian Dyer, Torben Vestegaard, dan Judith Williamson38 Objek
Konteks
Teks
Entitas
Visual/Tulisan
Visual/Tulisan
Tulisan
Fungsi
Elemen tanda yang mempersentasikan objek atau produk yang diiklankan/ terdapat pada poster
Elemen tanda yang memberikan (atau diberikan) konteks dan makna pada objek yang iiklankan.
Tanda Linguistik yang berfungsi memperjelas dan menambatkan makna (anchoring)
Elemen
Signifier/Signified
Signifier/Signified
Signified
Tanda
Tanda Semiotik
Tanda Semiotik
Tanda Linguistik
Menurut Yasraf Amir Piliang mengenai elemen-elemen tanda adalah, “penggunaan metode semiotik dalam penelitian desain harus didasarkan pada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-elemen dasar semiotik. Elemen dasar
dalam
semiotik
(sintagma/system),
adalah
tingkat tanda
tanda
(penanda/petanda),
(denotasi/konotasi),
serta
aksis
tanda
relasi tanda
(metafora/metonimi).”39 Pada elemen tanda antara penanda (signifier), dan petanda (signified) tidak dapat dipisahkan penanda sebagai penjelas bentuk atau ekspresi dan petanda sebagai penjelas konsep atau makna.
38 39
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, h. 263. Ibid., h. 257.
Gambar 2.1 Komponen Tanda40
Penanda + Petanda = Tanda
Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilihan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Gambar 2.2 Elemen-elemen Makna Saussure41 sign
Composed of
Signifier (physical existence of the sign
Signified (mental concept)
Signification
Esternal reality Of meaning
Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis/dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubunganantara kedua tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification.
40 41
Ibid., h. 258. Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 125.
Kemudian pada elemen aksis tanda melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian (rule of combination), yang terdiri dari dua aksis yaitu aksis paradigmatik yaitu perbendaharaan tanda atau kata serta sintagmatik yaitu cara pemilihan
dan pengkombinasian tanda-tanda, berdasarkan aturan atau kode
tertentu, sehingga dapat menghasilkan ekspresi bermakna. Gambar 2.3 Aksis Tanda42
Sintagma
Paradigma Berdasarkan aksisis yang dikembangkan Saussure tersebut, Roland Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebut sistem, yaitu perbendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan sintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkakn aturan main tertentu. Barthes melukiskan berbagai relasi di dalam berbagai sistem bahasa tertentu sebagai berikut:
42
Yasraf Amir Piliang, Hipersemiotika, h. 260.
Tabel 2.2 Gambaran ”Barthes” Mengenai Aksi Tanda43 Sistem System garmen
Elemen-elemen
Sintagma pakaian Penjajaran
yang Tidak dapat dipakai pakaian
elemen-elemen
yang
berbeda
di
sekaligus pada waktu yang dalam satu setelan pakaian: sama: jas, jaket, rompi System makanan
jas-baju-celana
Elemen makanan yang tidak Menu makanan lazim dimakan pada waktu bersamaan: nasi, lontong, kentang
System furniture
Beragam gaya untuk jenis Penjajaran
furniture
yang
furniture yang sama: barok, berbeda di dalam ruangan rococo, art deco, posmodern System arsitektur
yang sama: meja-kursi-sofa
Beragam gaya pada elemen Detail dari seluruh bangunan arsitektur
yang
sama:
korintia, lonia, mediterania
Roland Berthes juga mengembangkan dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi yang merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. 43
Ibid., h. 260.
Kemudian tingkat konotasi yang merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka pada berbagai kemungkinan). Bagan 2.1 Tingkat Tanda dan Makna ”Berthes”44
Tanda
Denotasi
Konotasti (Kode)
Mitos
Selanjutnya relasi tanda ada dua bentuk interaksi utama yang dikenal, yaitu metafora yang merupakan sebuah model interaksi tanda, yang didalamnya sebuah tanda dari sebuah sistem yang lainnya. Dan metonimi yang merupakan interaksi tanda, yang didalamnya terdapat hubungan bagian dengan keseluruhan. Relasi antara metafora dan metonimi banyak digunakan di dalam iklan/poster sebagai dua figure of speech, untuk menjelaskan makna-makna secara tidak langsung. Perkembangan kajian semiotik sampai saat ini telah membedakan dua jenis semiotik, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Pada semiotika komunikasi bahwa jika seseorang melihat/mendengar sebuah iklan/ poster, yang dirasakan adalah bahwa dia sedang berkomunikasi, agar kita membeli barang yang dipromosikan tersebut, mempengaruhi orang untuk membeli suatu jasa atau produk, untuk menciptakan respon prilaku di pasaran, membawa pesan yang ingin disampaikan oleh produsen kepada khalayak ramai, 44
Ibid., h. 262.
dan tujuan yang dimaksud dalam poster yang sedang berkomunikasi itu adalah dalam jangka waktu panjang. Sedangkan dalam semiotika signifikasi merupakan suatu bentuk analisa dimana poster tersebut memberikan tekanan pada pemahaman sebagai bagian dari proses semiosis, yang terpenting dalam semiotika signifikasi ini adalah interpretant. Pada poster yang dikaji dari segi semiotika signifikasi ini biasanya pada poster
yang bersifat persuasif.
Sehingga pembuat poster sangat
memperhitungkan dampak komunikasi periklanan yang direncanakan. Dalam hal ini bisa disebut sebagai gethok tular, dimana dalam proses pengiklanan ini yang diharapkan dalam iklan adalah proses semiotik yang berjalan terus. Jadi dalam menganalisa sebuah poster tidak hanya gambar yang digunakan, analisa ini membutuhkan lambang dan ikon untuk diinterpretasikan. Bahasa memang menjadi alat dalam analisa ini tetapi yang terpenting adalah keseluruhan yang terdapat di dalam poster, mulai dari gambar, warna, dan bahasa.
C. Sekilas Tentang HIV/AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala-gejala penyakit yang didapat dikarenakan menurunnya kekebalan (imunitas) tubuh seseorang. Penyakit AIDS ini disebabkan karena virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Seseorang yang terjangkit HIV ini untuk jangka waktu tertentu (5-10 tahun) masih nampak sehat walafiat, namun barulah penyakit AIDS yang sesungguhnya muncul yang pada gilirannya berakhir pada kematian.
Pada tahun 1980 di kota San Francisco, Amerika Serikat para dokter dikejutkan oleh temuan penyakit yang belum pernah dikenal sebelumnya, yang hanya terdapat pada kaum homoseksual.
45
Penyakit AIDS kemudian melalui
kaum homeseksual yang berfungsi ganda (bisexsual) menulari perempaunperempuan pelacur, dari sini menulari lagi para pelanggannya laki-laki normal, kemudian menulari lagi laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan perzinahan (seks bebas, perselingkuhan dan pelacuran), dari sini pula lah kemudian menulari ibu-ibu rumah tangga dan bayi-bayi yang dikandungnya. Di Indonesia penyebaran penyakit ini terjadi pada tahun 1987, dengan kecepatan 1 menit 5 orang tertular.46 Penularannya dikarenakan teknologi transportasi yang canggih, yang memungkinkan orang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Penyakit HIV/AIDS adalah penyakit kelamin namun penularannya dapat pula melalui trasfusi darah, jarum suntik yang tercemar (pada pecandu narkotika), bayi dalam kandungan melalui tali pusat ibu dan lainnya sehingga orang yang tidak “nakal” pun dapat tertular penyakit ini. Pencegahan adalah yang paling baik yaitu tidak melakukan perzinahan dan tidak mengkonsumsi NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat akditif). Karena sebenarnya antara NAZA dan HIV/AIDS mempunyai keterkaitan erat. penyakit ini sampai sekarang belum ditemukan obatnya, namun saat ini pemerintah tengah mengembangkan obat ARV (Anti-Retro Virus) yaitu anti virus HIV. Tetapi, tidak bisa menuntaskan; hanya bisa menekan perkembangbiakan virus. Penderita yang mengonsumsi obat ini akan mengalami penurunan kadar virus HIV dalam 45
Dadang Hawari, Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi, (Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006), h. 2. 46 Ibid., h. 3.
darahnya, namun darahnya tetap mengandung HIV. Harga obat ini mahal. Sejauh ini masih mendapat subsidi pemerintah, namun bisa saja apabila semakin banyak ODHA akan membuat pemerintah susah dalam pengadaan obat dan mulai menetapkan tarif pada obat ARV, walaupun sejauh ini obat masih diberikan secara gratis. Namun tidak semua orang dapat diberi obat ini, harus memenuhi kriteria tertentu. Setelah dites kadar daya tahan tubuhnya, kalau muncul gejala ke AIDS, akan diberikan. Obat ini harus diminum seumur hidup, tidak boleh putus. Kalau putus atau berhenti mengonsumsinya, virusnya akan lebih ganas dan makin banyak. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tampak sehat, ODHA yang menulari dan ditulari tidak dapat merasakan penyakit ini. Penyebarannya sembunyisembunyi, tahu-tahu kita dapati orang itu sudah memasuki fase AIDS seperti badan mengurus, mencret-mencret dan lama sembuh, batuk kronis, jamur dimulutnya. Baru sadar, orang tersebut terinfeksi HIV/AIDS. Kepala Divisi Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) dan Advokasi
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Andrianus Tanjung di Jakarta Kamis (12/8) total orang yang terkena HIV/AIDS hingga 30 Juni 2004 sebanyak 4.389 dan yang menjadi korban kebanyakan adalah generasi muda. Kecenderungan generasi muda rentan terjerumus perilaku menyimpang seperti seperti seks bebas, perlu dikhawatirkan. Ketika remaja memasuki masa remaja dan mulai mengenal istilah pacaran, hal yang perlu diwaspadai jika muncul keinginan untuk menyalurkan hasrat seksual bersama pacar. Apabila
keinginan untuk berhubungan intim ditolak pacar, maka hasrat yang tak terpenuhi itu mungkin dialihkan ke PSK (pekerja seks komersil). Penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS sebaiknya di titik beratkan pada generasi muda karena pada masa remaja emosi remaja terbilang labil. Media massa juga diharapkan turut berperan aktif dalam penanggulangan penyakit ini, dimana media sebaiknya menyajikan informasi dengan mengikuti norma, etika yang berlaku dan teliti dengan informasi yang disampaikan sehingga kedepannya diharapkan penyebaran virus ini dapat menurun hingga tidak ada lagi orang yang terkena penyakit mematikan ini.
BAB III GAMBARAN UMUM POSTER YAYASAN PELITA ILMU TENTANG HIV/AIDS DAN YPI
A. Latar Belakang Pembuatan Poster HIV/AIDS merupakan penyakit yang biasanya menular melalui hubungan intim yang tidak sehat, ada yang mengatakan penyakit kelamin yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit HIV/AIDS menular dengan sangat cepat, semakin hari semakin banyak saja korban yang terjangkit virus yang mematikan ini. Peningkatan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dikarenakan kurangnya media atau informasi tentang HIV/AIDS, kurangnya kewaspadaan atau kepedulian tentang HIV/AIDS terutama dikalangan remaja. Sebenarnya apabila dari dini anak atau remaja diberikan pengetahuan yang luas tentang HIV/AIDS, mulai dari apa itu HIV/AIDS, bagaimana proses penyebarannya, dampak yang diterima serta bagaimana agama sendiri memandangnya. Setidaknya ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) akan mengalami penurunan dan anak bisa atau remaja bisa menjaga dirinya sendiri. Pemerintah, yayasan atau lembaga-lembaga, serta masyarakat yang peduli dengan penyakit mematikan ini, secara terus menerus dan bersama-sama melakukan kampanye bahaya HIV/AIDS. Media yang digunakan pun bermacammacam. Mulai dari media cetak dan media elektronik dan penyuluhan di berbagai tempat yang membutuhkan informasi tentang HIV/AIDS.
Pemerintah dan para aktifis kesehatan telah menerbitkan berbagai jenis media promosi kesehatan. Diantara media promosi kesehatan yang diterbitkan termasuklah media cetak dan media eletronik. Diantara media yang diterbitkan seperti, buku kecil, poster, dokumentasi dan bahan pameran. Kesemua bahan promosi kesehatan ini digunakan oleh Pemerintah dan para aktifis kesehatan yang konsen dibidang HIV/AIDS untuk menjalankan aktfitas pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS.
B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari pembuatan poster yang dikeluarkan oleh YPI terhadap HIV/AID adalah agar semua orang tidak melakukan seks bebas, mencegah atau menunda hubungan seks sampai dengan menikah, setia pada satu pasangan, waspada dalam pergaulan, peduli dengan ODHA dengan memberikan dukungan serta tidak ikut menjauhinya, sadar akan dampak HIV/AIDS yang bisa menyerang siapa saja terutama remaja.
C. Konsep Dasar Pembuatan Poster Konsep dasar dibuatnya poster ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya penanganan masalah yang ada di masyarakat, khususnya tentang masalah HIV/AIDS yang kebanyakan tertular dikarenakan hubungan intim. pendidikan kesehatan reproduksi, serta pengenalan secara dini penyebab HIV/ AIDS pada remaja.
Poster harus sesuai dengan karakteristik khalayak pada umumnya yakni pada proses pembuatannya khalayak dilibatkan untuk memperbaiki draft poster yang telah dibuat oleh YPI.
D. Dampak Yang Diterima Oleh Masyarakat Dampak yang diterima oleh masyarakat terhadap poster yang dikeluarkan oleh YPI tentang HIV/AIDS sejauh ini mendapatkan respon yang baik. Banyak masyarakat terutama anak muda atau remaja yang berkunjung ke YPI awalnya hanya untuk mengetahui lebih dalam apa HIV/AIDS lalu berlanjut dengan konsultasi masalah kesehatan reproduksi hingga dalam berhubungan intim, ada juga yang melakukan tes HIV/AIDS, bahkan ada yang dengan berani mengakui bahwa dirinya terjangkit virus ini dan meminta bantuan dalam pengadaan obat.
E. Gambaran Umum Yayasan Pelita Ilmu 1. Sejarah Berdiri YPI Yayasan Pelita Ilmu (YPI) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat dan bersifat nirlaba yang didirikan pada tanggal 4 Desember 1989 di Jakarta atas prakarsa dua orang dokter dan seorang sarjana kesehatan masyarakat, berdasar pada kepedulian mereka terhadap permasalahan kesehatan di Indonesia. Tujuan utama YPI adalah berpartisipasi aktif dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan taraf hidup masyarakat, khususnya di sektor kesehatan di Indonesia. Saat ini YPI menekankan kegiatannya dalam usaha pendidikan, pencegahan dan pelayanan terhadap HIV/AIDS.
Yayasan Pelita Ilmu telah melakukan kerjasama dengan beberapa lembaga pemerintah, non pemerintah (LSM) dan lembaga donor, melalui beberapa kegiatan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. 2. Visi dan Misi Secara garis besar visi dan misi dari Yayasan Pelita Ilmu tidaklah berbeda jauh dengan lembaga atau yayasan yang berkaitan dengan HIV-AIDS lainnya, namun untuk memperjelas visi dan misi Yayasan Pelita Ilmu yang terperinci adalah sebagai berikut: a. Visi Pada tahun 2015 menjadi institusi terkemuka di Asia Pasifik yang mampu menjalankan upaya kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dengan semangat kemandirian. b. Misi 1) Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan informasi, kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan narkoba yang berkesinambungan 2) Meningkatkan kemandirian dan partisipasi anak, remaja, perempuan serta pasangannya dalam penanggulangan masalah kesehatan reproduksi, HIV/AIDS dan narkoba 3) Mengembangkan kemandirian Orang dengan HIV/AIDS (Odha) melalui program dukungan 4) Mengembangkan jejaring dan promosi dengan berbagai lembaga (pemerintah, LSM dan swasta) dalam dan luar negeri
5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan informal 6) Mengembangkan kegiatan sosial melalui penyediaan sekolah dan sarana layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat 7) Mengembangkan unit usaha untuk keberlanjutan program dan mendirikan lembaga pendidikan yang berorientasi pada bidang kesehatan.
3. Struktur Organisasi Yayasan Pelita Ilmu Susunan Pengurus Periode 2007 s/d 201047 a. Badan Pembina Prof. DR. Dr.Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD, KHOM Sri Wahyuningsih, SKM, MSi b. Badan Pengawas Drs. Bambang Hendro Samekto, MSc Ny. Siti Chamisah c. Badan Pengurus Harian
47
Ketua
: Dr. Toha Muhaimin, MSc.
Wakil Ketua
: Husein Habsyi, SKM, MHComm
Sekretaris
: Usep Solehuddin, SKM, MTI
Wakil Sekretaris
: Dr. Hilma Paramitha, SpKJ
Bendahara
: Enny Zuliatie, S.Sos, M.Kes
Wakil Bendahara
: Dini Nur Astari, S.Psi, MSc
4. Program dan Bentuk Kegiatan Yayasan Pelita Ilmu48 a. Program Utama Yayasan Pelita Ilmu 1) Program Pencegahan HIV/AIDS 2) Program Konseling, Tes HIV dan Layanan Kesehatan 3) Program Dukungan Masyarakat Untuk ODHA 4) Program Pengembangan b. Bentuk-bentuk Kegiatan 1) Program Peduli Kespro di Sekolah 2) Pendampingan Remaja Mall/Anak Gaul 3) Pendampingan Anak/Anak yang dilacurkan 4) Layanan Informasi Kesehatan Reproduksi, IMS dan HIV/AIDS 5) Layanan Informasi Narkoba 6) Klinik Remaja 7) Klinik Keluarga Mandiri 8) Klinik Sahabat Keluarga 9) Prevention of Mother To Child Transmission (PMTCT) 10) Penanganan Narkoba dan HIV/AIDS berbasis Masyarakat 11) Panti Uji Kesehatan dan Konsultasi 12) Layanan Rumah Singgah dan Kelompok Persahabatan ODHA 13) Pendampingan ODHA di rumah sakit dan keluarga 14) Pos Desa YPI Parung, Karawang, Indramayu 15) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat 16) Program Siaran Radio 17) Penerbitan Majalah Dwi Bulanan HIV/AIDS 'Support' 48
Hasil wawancara dengan pihak YPI, 19 Mei 2008
BAB IV PEMBAHASAN
A. Subyek Penelitian Yayasan Pelita Ilmu atau yang lebih sering disingkat dengan YPI merupakan yayasan yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat terutama menyangkut HIV/AIDS, mulai dari pengetahuan tentang pencegahan hingga pelayanan HIV/AIDS secara gratis. Dalam menjalankan tugasnya YPI, menggunakan berbagai macam cara dan salah satu cara yang rutin dilakukan oleh YPI dengan sosialisasi melalui poster, biasanya poster yang dipajang pada tempattempat strategis dan ramai untuk lebih mempermudah menyampaikan informasi kepada khalayak secara luas. Poster yang akan dianalisis oleh penulis sebanyak tiga buah poster. Ketiga poster tersebut adalah poster yang mempunyai keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Poster pertama adalah poster “Bunga matahari”, kedua poster “Remaja hamil mendekap buku” dan yang terakhir poster “Tangan di bawah memegang perut hamil”. Pada awalnya ketiga poster ini merupakan satu kesatuan yang utuh, namun setelah diuji untuk di pajang dilapangan terntaya poster yang semula dianggap akan lebih mempermudah khalayak dalam mendapatkan informasi malah membuat khalayak menjadi bingung. Akhirnya pihak YPI mencoba membuat ulang kembali poster tersebut lalu merubahnya menjadi tiga buah poster yang tetap menggunakan gambar dan bahasa yang sama.
B.
Hasil Analisis Poster 1. Poster “Bunga Matahari”
Poster yang pertama ini mempunyai warna dasar biru dengan gambar setangkai bunga matahari yang sedang mekar dan dengan kalimat “Jangan dulu ah
masa kamu harus menanggung dan mengandung dulu di tengah
indahnya masa remajamu.” Menurut konseptornya poster ini mengajak pada masyarakat untuk lebih berfikir sederhana dalam menjalankan kehidupan dengan tidak mengorbankan kehormatan sebagai seorang wanita, melakukan hal yang seharusnya belum pantas unuk dilakukan. Gambar yang digunakan pada poster ini merupakan kesepakatan
secara bersama – sama dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat dengan mudah memahami makna dari poster tersebut. Bahasa gambar yang terdapat pada poster menunjukkan bahwa keindahan masa remaja seorang perempuan terenggut karena kehamilan diluar pernikahan. a.
Objek Pada poster HIV/AIDS yang dikeluarkan oleh YPI yang menjadi objek
adalah poster “Bunga Matahari”. Gambar - gambar yang terdapat pada poster tersebut berupa: - Gambar pertama setangkai bunga matahari (simbol). - Gambar kedua janin manusia (ikon). - Warna atau background poster adalah biru langit dan sedikit warna putih (simbol). b.
Konteks Konteks pada poster “Bunga Matahari” ini juga akan diteliti pergambar: Gambar pertama, setangkai bunga matahari yang mekar berada pada
sudut kiri atas poster. Sesuai dengan objek diatas bahwa bunga matahari dikatakan sebagai simbol. Bunga biasanya diartikan sebagai seorang wanita atau yang lebih sering diibaratkan sebagai wanita yang masih muda atau belia. Bunga matahari adalah simbol dari cahaya, bila disatukan secara keseluruhan, bunga matahari adalah perempuan yang masih muda atau perempuan yang belia yang sedang menikmati segala keindahan dimasa remaja.
Gambar kedua, janin manusia yang sudah terlihat jelas anggota tubuhnya. Janin ini terdapat pada tengah - tengah bunga matahari, yang diibaratkan rahim seorang wanita. Warna biru dan sedikit warna putih yang merupakan warna dasar atau background dari poster. Biru adalah warna yang cerah dan warna dari langit yang sangat luas. Warna putih berarti kesucian namun pada poster ini warna putih dijadikan sebagai awan. Dari kedua warna yang terdapat pada poster diartikan sebagai masa depan yang seseorang yang masa depannya masih panjang harus terhambat karena adanya permasalahan yang dihadapi (hamil diluar nikah). c.
Teks Pada poster ini terdapat teks yang berupa tulisan untuk memperkuat makna
dari gambar tersebut. Teks atau tulisan yang digunakan adalah “Jangan dulu ah masa kamu harus menanggung dan mengandung dulu di tengah indahnya masa remajamu”. Tulisan yang sangat sederhana ini begitu dala m karena dengan kalimat yang singkat mewakili berjuta makna. Kalimat yang digunakan pada poster pertama menjadi awal dari poster yang kedua, sehingga kalimat yang digunakan tidak secara langsung pada permasalahannya hanya sebatas peringatan dan anjuran, bisa juga dikatakan sebagai ajakan kepada khalayak secara halus dengan tidak menggurui. Khalayak dibuat untuk berfikir dengan kalimat yang sederhana. Dari tulisan tersebut sudah sangat jelas melarang remaja putri secara khusus untuk tidak melakukan hubungan diluar nikah karena konsekuensi yang dihadapi akan begitu berat, menanggung malu diri sendiri, keluarga, bahkan
lingkungan sekitar dan agama. Keindahan di masa remaja harus tertunda akibat mengandung karena pergaulan diluar nikah. Secara keseluruhan makna pada poster pertama tiak diperlihatkan dengan jelas tentang HIV/AIDS , poster ini berawal dengan hanya ingin menyampaikan apa yang terjadi bila melakukan hubungan intim pada masa remaja Masa remaja masa yang penuh dengan keindahan, cita – cita, pengharapan, bermain bersama teman – teman. Tabel Hasil Analisis Poster Pertama “Poster Bunga Matahari” Per Gambar 1
Objek
Konteks
Teks / Dialog
Setangkai bunga
Bunga matahari berwarna
matahari mekar.
kuning, yang mekar diartikan sebagai remaja putri (belia).
2
Janin manusia yang berada ditengah-
Janin manusia yang sudah terlihat
jelas
anggota
Jangan dulu ah, Masa kamu harus
tengah kelopak bunga matahari
TEKS
tubuhnya. terdapat tengah
Janin pada
ini
tengahbunga
menaggung dan mengandung dulu ditengah indahnya masa remajamu
matahari,yang diibaratkan rahim seorang wanita.
3
Warna dasar yang terdapat pada poster
Diartikan langit yang luas dan cerah namun tertutupi
ada dua yaitu: warna biru dan sedikit warna putih
awan. Dari kedua warna yang terdapat pada poster menggambarkan
masa
depan remaja putri yang panjang harus terhambat dikarenakan diluar nikah.
kehamilan
2. Poster HIV/AIDS “Remaja Hamil Mendekap Buku”
Pada poster “Remaja hamil mendekap buku” menggambarkan siswi yang masih bersekolah, hal ini dikuatkan dengan terlihatnya tangan kanannya memegang buku pelajaran Tapi remaja ini dalam keadaan hamil. Kalimat yang memperjelas poster “Repotkan Masih sekolah sudah hamil? jangan pertaruhkan masa depanmu”. Masih menurut sumber yang sama pada poster pertama bahwa poster yang kedua ini adalah kelanjutan dari poster pertama. Postetr kedua menggambarkan remaja putri yang masih bersekolah harus mempertaruhkan masa depannya akibat hamil diluar nika
a.
Objek Poster kedua HIV/AIDS yang menjadi objek (Remaja hamil mendekap
buku) dan gambar-gambar yang terdapat pada poster dan gambar – gambrnya yaitu: - Gambar pertama wanita yang sedang berdiri (ikon). - Gambar kedua berapa macam buku pelajaran sekolah (ikon). - Warna dasar poster adalah warna coklat dan kuning (simbol). b. Konteks Gambar pertama yang terdapat pada poster adalah wanita yang berdiri di samping
kiri poster tanpa menggunakan busana dengan pandangan kebawah
dengan memegang erat buku di tangan kanan dalam keadaan hamil dan janin yang terdapat pada perut wanita itu terlihat jelas. Gambar pertama ini disebut icon, icon adalah hubungan sesuatu dengan kemiripan. Wanita yang terdapat pada poster kedua ini seolah-olah mengisyaratkan dengan bahasa tubuhnya. Tangan kanan memegang buku dan tangan kiri memegang perut, begitu berat beban yang harus ia jalankan. Kepala yang merunduk kabawah seakan ia menyesali apa yang telah ia lakukan. Bila dilihat pada gambar yang kedua bahwa wanita yang hamil tersebut adalah siswi SMU, ini terlihat dari buku-buku pelajaran SMU yang dipegangnya namun semua ini belum dapat juga dipastikan secara jelas, masih diartikan dengan makna yang lain untuk itu diperlukan kalimat yang memperjelas gambar pada poster.
Warna dasar poster kedua adalah coklat dan kuning. Warna coklat. Warna coklat menandakan keraguan atau kebimbangan sedangkan warna kuning diibartkan sebagi matahari yang terbenam di ufuk barat. Dari kedua warna ini makna yang terdapat pada poster dapat juga diartikan adanya sesuatu harapan yang sirna dan kedua warna menjelaskan keraguan atau kebimbangan seseorang akan kemampuan menjalankan masa depan. c.
Teks Teks atau kalimat yang terdapat pada poster kedua ini untuk mempertegas
makna di balik gambar dan membuat khalayak mudah untuk memahami makna dari gambar. Makna yang terdapat pada poster: “Repotkan Masih sekolah sudah hamil? jangan pertaruhkan masa depanmu”. Kalimat ini merupakan kalimat sambungan dari kalimat poster pertama, poster pertama memberikan peringatan tentang akibat yang akan diterima bila melakukan hubungan diluar nikah dan pada kalimat poster kedua ini adalah jawaban dari keadaan yang terjadi. Bahwa siswi tersebut harus mempertahankan masa depannya akibat kehamilan yang terjadi. Sama poster pertama, poster kedua juga tidak menggunakn kata HIV/AIDS karena klimaks atau puncak dari keseluruhan masalah terdapat pada poster ketiga dan juga penyelesaian masalah tentang HIV/AIDS. Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan poster kedua ini adalah masa depan ada ditangan masing – masing pribadi. Apabila melakukan kesalahan maka harus siap menerima kosekuansi dari apa yang dilakukan.
Tabel Hasil Analisis Poster Ke Dua ”Poster Remaja Hamil Mendekap Buku” Per gambar
1
Objek
Konteks
Wanita yang
Wanita yang berdiri tanpa
sedang berdiri.
busana dengan pandangan
Teks
menunduk kebawah dengan memegang erat buku di tangan kanan dalam keadaan hamil dan seakan menyesali kehamilannya. 2
Tiga buah buku
Buku yang didekap erat
pelajaran
oleh wanita itu menandakan bahwa wanita itu masih
“Repotkan Masih
bersekolah atau siswi
sekolah sudah hamil?
SMU, yang hamil diluar
jangan pertaruhkan
nikah akibat pergaulan
masa depanmu
bebas. 3
TEKS
Warna dasar
Warna coklat menandakan
poster ada dua
keraguan atau
yaitu: coklat dan
kebimbangan sedangkan
kuning.
warna kuning diibaratkan sebagai matahari yang tenggelam di ufuk barat dan dapat diartikan sebagai harapan seseorang yang sirna. Dari gabungan
kedua warna ini mempertegas akan keraguan atau kebimbangan seseorang akan kemampuan menjalankan masa depan
3. Poster HIV/AIDS “Tangan dibawah Memegang Perut Hamil”
Pada poster “Tangan dibawah memegang perut hamil” memperjelas tujuan dari poster pertama dan kedua. Gambar yang terlihat pada poster ketiga adalah poster terakhir atau penutupan dari kedua poster keduannya. Maksud dari poster ini dengan adanya kehamilan yang tidak diinginkan akibat dari seks bebas. Kalimat yang memperjelas poster ini adalah “HIV – AIDS”, “Berat” beban mereka jangan ditambah lagi dengan sikap kita. Inti dari poster pertma dan kedua adalah poster ketiga, pada poster ketiga terdapat dampak yang sangat berarti dari prilaku seks bebas diantaranya
adalahnya tertularnya pnyakit HIV/AIDS dan hukuman yang didapat dari lingkungan sekitar. a.
Objek Pada pada poster terakhir ini (poster tangan dibawah memegang perut
hamil), objek akan diteliti pergambar: - Gambar pertama perut hamil dan kedua tangan memegang perut (ikon). - Gambar kedua janin manusia (ikon). - Gambar terakhir: warna dasar poster putih (simbol). b.
Konteks Gambar pertama adalah wanita yang hamil sedang memegang perut yang
terlihat transparan janin manusia, yang anggota tubuhnya sepurna. Keseluruhan dari anggota tubuh wanita itu tidak terlihat jelas atau setengah badan saja, gambar lebih terfokus pada perut dan janin yang terdapat pada wanita dimana perut tersebut memperlihatkan janin manusia secara jelas atau transparan. Dari gambar pertama menjelaskan bahwa wanita tersebut malu dengan kehamilan yang dialaminya, sedangkan tangannya yang memegang perut mengandung arti kehamilan yang harus ditanggung seorang diri. Gambar kedua janin manusia yang terlihat jelas anggota tubuhnya. Janin terlihat lemah dan tak berdaya yang hanya berlindung pada rahim sang ibu. Gambar terakhir adalah warna dasar pada poster yaitu putih, yang berarti suci. Kesucian seorang wanita terletak pada kehormatan yang sangat di banggakan dan dijaga oleh seorang wanita yaitu keperawanannya. Seharusnya kehormatan itu terjaga samapi pada waktu yang tepat,ketika seorang wanita menikah secar sah
dimata agama dan hukum negara. Di Indonesia apabila kehormatan terenggut sebelum waktunya maka kosekuensi yang harus diterima dari masyarakat biasanya dikucilkan dari lingkungan. . c. Teks Teks atau kalimat yang terdapat pada poster terakhir untuk mempertegas makna di balik gambar, HIV/AIDS, Berat “beban” mereka jangan ditambah lagi dengan sikap kita, kalimat ini mmerupakan kalimat inti serta kalimat penyelesaian dari poster pertama dan kedua, pada kalimat ini terlihat jelas kata HIV/AIDS. Secara keseluruhan antara, warna dan kalimat poster ini memiliki arti bahwa kehamilan yang terjadi akibat seks bebas dapat berakibat sangat fatal. Anatara lain adalah bayi yang terdapat didalam rahim sang ibu bisa terinfeksi HIV/AIDS, selain itu beban yang harus ditanggunpun begitu berat dengan dikucilkannya dari lingkungan masyarakat pada umumnya.
Tabel Hasil Analisis Poster Ke tiga Poster “Tangan dibawah memegang perut hamil” Per gambar 1
Objek
Konteks
Perut hamil dan
Wanita hamil yang
tangan yang meme-
memegang perutnya dan
gang perut hamil.
perut yang hamil tersebut terlihat jelas berisi janin manusia. Tangan tersebut berarti
Teks
kehamilan yang merupakan beban karena tidak diharapkan. 2
Simbol kedua sebuah
Janin manusia yang
janin manusia
berada pada rahim, janin tersebut sudah
”HIV/AIDS” “Repotkan Masih
membentuk tubuh utuh
sekolah sudah hamil?
manusia dengan mata,
jangan pertaruhkan
hidung, telinga, ddl. Janin terlihat lemah dan tak berdaya yang hanya berlindung pada rahim sang ibu. 2
TEKS
Background poster
Warna putih yang
berwarna putih.
berarti suci. kesucian idientik dengan kehormatan seorang wanita dan kesucian wanita umumnya terjaga sampai wanita tersebut menikah. Apabila kesucian tersebut tidak bisa dijaga biasanya kosekuensi yang diterima dari masyarakat salah satunya dikucilkan dari lingkungan.
masa depanmu”
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pesan yang terdapat pada poster adalah pesan yang disampaikan kepada khalayak sasaran dalam bentuk tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal didekati dari ragam bahasa, gaya penulisan, tema dan pengertian yang didapatkan. Tanda visual dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksikal, atau simbolis. Analisis semiotik pada poster bila dimasukan dalam semiotik maka terdapat tiga dimensi yaitu (1) Objek, yang merupakan unsur-unsur tanda dari sebuah poster, (2) Konteks, yang merupakan, lingkungan, makhluk atau apapun yang memberikan tanda pada objek, dan (3) Teks, berupa tulisan yang memperkuat makna. Mengingat poster yang mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, maka pendekatan semiotika sebagai sebuah metode analisis tanda guna mengupas makna pada poster yang disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya. Poster saat ini juga dapat digunakan sebagai alat atau media dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak luas. Dakwah melalui poster bisa dijadikan alternative lain untuk menyampaikan pesan. Poster menyajikan pesan dengan kemasan yang berbeda yaitu menggunakan gambar,
warna, dan kata-kata yang singkat untuk menarik khalayak tanpa membuangbuang waktu. Setelah meneliti dan menjelaskan makna pesan yang terdapat didalam poster, maka penulis dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Poster YPI terhadap HIV/AIDS bisa dikatakan sebagai salah satu media dalam mensosialisasikan bahaya HIV/AIDS, poster juga mendapat perhatain yang cukup baik bagi khalayak karena dalam meyampaikan pesan, poster menggunakan kalimat yang singkat dan lebih menuju pada inti permasalahan. Penggunaan gambar dan warna yang terbilang unik hingga terkadang membuat orang tertarik untuk menganalisa atau mengetahui lebih dalam lagi makna yang terdapat dibalik poster. 2. Pesan dakwah memang tidak secara langsung memasukkan unsur-unsur religi pada poster, namun sebenarnya pesan dakwah ada di balik poster tersebut dan diwakili oleh gambar. Melalui poster ini diharapkan manusia dapat menjadi manusia yang berkualitas, dari segi akhlak dan aqidah. Selain itu dapat mengambil pelajaran dari pergaulan yang serba bebas (seks bebas) yang dapat mengakibatkan berbagai kerugian baik dunia maupun akhirat.
B. Saran-saran Dengan melihat tantangan dan peluang dakwah pada masa sekarang yang cukup bervarisi dan kompleks, ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dalam skripsi ini, antara lain:
1. Penulis berharap kepada Yayasan Pelita Ilmu untuk bisa memasukkan unsur-unsur religi, walaupun YPI bukanlah milik satu agama tertentu namun bisa disiasati dengan membuat berbagai macam poster sesuai dengan agama yang ada. Sehingga khalayak lebih merasa yakin dengan pesan yang disampaikan karena diperjelas dengan menggunakan unsurunsur religi, misalnya menambahkan potongan ayat suci Al-qur’an pada poster yang sesuai dengan penyakit HIV/AIDS. 2. Kepada Yayasan Pelita Ilmu dalam membuat poster tentang HIV/AIDS lebih meningkatkan kualitas poster yang dibuat, seperti gambar poster, warna yang terdapat pada poster, serta kalimat yang berfungsi mempertegas
pesan
yang
ingin
disampaikan
sehingga
dapat
mensosialisasikan HIV/AIDS secara jelas dan diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat. 3. Perlunya uji lapangan tentang poster YPI terhadap HIV/AIDS yang disajikan untuk khalayak sehingga pembuat
poster tahu apa saja
kekurangan dari poster-poster yang dibuat. 4. Poster tentang HIV/AIDS yang dikeluarkan YPI sebaiknya dipasang pada tempat-tempat yang strategis namun harus melihat dari segi umur, tingkat pendidikan, dan lingkungan sehingga pesan yang disampaikan tidak hanya sebuah pesan saja, namun dapat menjadi pesan yang bermakna dan pesan yang dapat merubah seseorang lebih baik
5. Dakwah melalui media cetak atau dalam hal ini poster harus lebih maksimal dalam penggarapannya untuk disampaikan kepada seluruh umat Islam sesuai dengan perkembangan zaman yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Aziz, Moh., Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004, Cet. Ke-1. Al-Munziri, Imam., Ringkasan Shahih Muslim, Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Al-Wa’i, Taufiq., 1409 H/ 1989 M. An-Nisa’ud Daa’yaat. Cet. Ke. 1, Kuwait: Kementerian Waqaf. Ardhana, Sutirman Eka., Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. Ke-1. Aziz, Jum’ah Amin Abdul., Fiqih Dakwah, Solo: Intermedia, 1998, Cet. Ke-1. Bachtiar, Wardi., Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Berger, Arthur Asa., Media Analysis Technique: Second Edition, Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000. Bin Nuh, Abdullah., Oemar Bakry, Kamus Arab-Indonesia Indonesia-Arab, Jakarta: Mutiara, 1983. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3. Firdaus, Fahri., Semiotika: Tanda dan Makna,www. Perspektif.htm. Ghazali, BC. TT., Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djambatan, 1992. Ghazali, M. Bahri., Dakwah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet. Ke-1 Hassanuddin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. Ke-1 Hawari, Dadang., Al-Qur’an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa. Hawari, Dadang., Global Effect HIV/AIDS Dimensi Psikoreligi, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006. Israr, M.H., “Retorika dan Dakwah Islam Era Modern”, Jakarta: Firdaus, 1986, Cet. Ke-1. Kusnawan, Aep., Berdakwah Lewat Tulisan, Bandung: Mujahid Press, 2004.
Kusnawan, Aep., Komunikasi Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Press, 2004. Lubis, Basri., Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: CV. Tursina, 1993. Machfoed, Ki Moesa., Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004, edisi ke-2. Muhtadi, Asep Saeful., Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. Ke-1.
Praktek, Ciputat:
Muis, A., Komunikasi Islam, Bandung: Rosda Karya 2001. Nasution, Zulkarnain., Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000. Nuh, Sayyid Muhammad., Dakwah Fardhiyah: Pendekatan Personal dalam Dakwah, Solo: Intermedia, 2000. Omar, Toha Yahya., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1992, Cet. Ke-5 Omar, Toha Yahya., Islam dan Dakwah, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004, Cet. Ke-1 Oxford University Press, Oxford Learner’s Pocket Dictionary third edition, China: Oxford University Press, 2004. Paju, Redi., Sistem Komunikasi Indonesia, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Piliang, Yasraf Amir., Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Mana, Yogyakarta: Jalasutra, 2003. Putra, M. Masri Sareb., Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007 Rafi’udddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Sidjiman, Panuti dan Aart van Zoest., Serba-serbi Semiotika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992. Sobur, Alex., Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Sudibyo, Agus., Ibnu Ahmad, dan Muhammad Qodari, Little John, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa, (Institusi Studi Arus Informasi, Januari 2001)
Surin, Bachtiar., Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an: Huruf dan Latin, (Bandung: Fa Sumatra, 1978) Syihab, Quraisy., Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. Ke-17 Syukir, Asmuni., Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, TT) Takariawan, Cahyadi., Yang Tegar Dijalan Dakwa, (Yogyakarta: Talenta, TT) Tasmara, Toto., Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaga Media Pratama, 1997) Uchjana effendi, Onong., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung : Rosdakarya, 1990) Van Zoest, Art., Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya, (Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993) Ya’qub, Hamzah., Publisistik Islam; Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) Zaidan, Abdul Karim., Dasar-Dasar Ilmu Dakwah 2, (Jakarta: Media Dakwah, 1981), Cet. Ke-2 Zoest, Aart van., Semiotika Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
:
Ranita Erlanti Harahap
Tempat Tanggal Lahir :
Bengkulu, 02 November 1987
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Alamat
:
Jl. Pertahanan Lorong Kelapa III, Depan Tk. Al-Kautsar. Plaju-Palembang.
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
TK Aisyah, Bengkulu
(1991-1992)
SD Muhammadyah 6, Palembang (1992-1998) MTsN 1, Palembang
(1998-2001)
MAN 2, Ciracas – Jakarta Timur (2001-2004)
Lampiran 1 Poster “Bunga Matahari”
Lampiran 2 Poster “Remaja Hamil Mendekap Buku”
Lampiran 3 Poster “Tangan dibawah Memegang Perut Hamil”
Lampiran 4
FOTO – FOTO DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI HIV/AIDS INTERNASIONAL DI BUNDARAN HI PADA TANGGAL 1 DESEMBER
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
NAMA JABATAN
: :
HARI/TANGGAL TEMPAT
: :
USEP SOLEHUDDIN SEKRETARIS BADAN PENGURUS HARIAN YAYASAN PELITA ILMU SENIN, 19 MEI 2008 KANTOR YAYASAN PELITA ILMU
T : Apa yang melatar belakangi YPI dalam pembuatan poster HIV-AIDS? J
: Semakin banyaknya penderita HIV-AIDS, yang kian hari kian menunjukkan peningkatan, Apalagi sampai sekarang belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini, hanya ada obat yang guna nya menekan peredaran virus tersebut. Sedikitnya media atau informasi mengenai kesehatan reproduksi karena masih dianggap tabu serta kurangnya penanaman bimbingan agama dari rumah, lingkungan, sekolah.
T : Apakah maksud dan tujuan dari poster tersebut? J
: Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat akan dampak dari pergaulan bebas, seperti KTD (Kehamilan yang tidak diinginkan) yang juga dapat mengakibatkan terkena penyakit kelamin, contohnya HIV-AIDS. Masyarakat mau mendukung atau membantu ODHA (orang dengan HIVAIDS). Masyarakat pada umumnya dan remaja pada khususnya berpikir terlebih dahulu untuk melakukan hubungan seks sampai dengan menikah. Selain itu diharapkan dengan poster ini masyarakat berani untuk bertanya dan memeriksakan diri apabila terdapat keganjilan pada sistem reposroduksi kepada pihak-pihak yang terkait (dokter, Yayasan yang bergerak dibidang kesehatan).
T : Lambang atau simbol apa yang digunakan dalam poster-poster yang dibuat YPI? J
: Dalam menjelaskan informasi mengenai HIV-AIDS, YPI menggunakan beberapa simbol, seperti makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan), lingkungan sekitar, benda-benda mati, kartun dan lain sebagainya.
T : Bagaimana konsep dasar pembuatan poster tersebut? J
: Mengenai konsep dasar poster ini adalah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya penanganan masalah yang ada di masyarakat, khususnya tentang masalah HIV-AIDS yang kebanyakan menular dikarenakan hubungan intim. pendidikan kesehatan reproduksi, serta pengenalan secara dini penyebab HIV-AIDS. Poster harus sesuai dengan
karakteristik khalayak pada umumnya; pada proses pembuatannya khalayak dilibatkan untuk memperbaiki draft poster yang telah dibuat oleh YPI. T : Bagian apa yang lebih diutamakan atau ditonjolkan pada poster YPI? J
: Pada poster HIV-AIDS yang dibuat YPI tentu lebih mengutamakan pesan yang ingin disampaikan untuk masyarakat luas. Semua unsur-unsur poster, mulai dari gambar, warna serta tulisan diutamakan dan disesuaikan sehingga dapat membuat orang tertarik untuk melihat kearah poster.
T : Seberapa besar afektifitas poster YPI terhadap HIV-AIDS dalam mempengaruhi khalayak? J
: Sejauh ini pihak YPI belum pernah mengukur secara jelas menggunakan pengukuran statistik, sehingga tidak dapat dilihat menggunakan jumlah persentase. Namun permintaan khalayak terhadap poster yang dikeluarkan oleh YPI terus meningkat. Contohnya pada tiga buah poster yang diteliti penulis, permintaan sekolah atau remaja terhadap poster ini untuk digunakan pada kegiatan dan tempat mereka cukup tinggi, 3000 poster yang kami cetak habis dalam sekitar 1 tahun. Setelah melihat poster ini pula ada masyarakat datang langsung ke kantor YPI untuk berkonsultasi dan ada juga yang berkonsultasi lewat telpon.
T : Apakah dalam pembuatan poster YPI memasukkan unsur-unsur religi? J
: Tidak tertulis langsung, karena YPI bukan milik suatu agama tetentu, YPI bersifat umum namun pencegahan hubungan seks yang dilakukann YPI merupakan perbuatan kebaikan yang menyeru untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, sehingga tidak perlu dimasukkan unsur-unsur religi secara tertulis.
T : Apakah dalil-dalil Al-Qur’an menjadi dasar dalam pembuatan poster YPI terhadap HIV-AIDS? J
: Tidak juga karena yang menjadi dasar dalam pembuatan poster ini dengan melihat realita yang terjadi pada masyarakat, yaitu seputar permasalahan kesehatan reproduksi, penyakit HIV-AIDS.
T : Apakah pesan dakwah dan pesan moral yang tersirat pada poster YPI terhadap HIV-AIDS pada seri “Bunga Matahari”, seri “Remaja hamil mendekap buku”, dan seri “Tangan dibawah memegang perut hamil”? J
: Jangan sampai keindahan masa remaja, terampas oleh KTD. Untuk itu remaja harus mencegah berhubungan seks sebelum menikah, Remaja disekolah (siswi) punya tugas belajar demi masa depannya, jangan sampai membebani dengan KTD apalagi bila ternyata kehamilan tersebut terinveksi HIV-AIDS, karena hubungan seks bebas sangat rentan dengan HIV-AIDS, yang tentunya akan merusak masa depan. Tidak mengucilkan, mengabakan, menghina dan sikap negatif lainnya yang justru akan menambah beban ODHA.
T : Menurut YPI, bagaimana peletakan citra komunikasi yang baik pada pembuatan poster HIV-AIDS? J
: Pesan mengenai HIV-AIDS harus jelas walaupun hanya menggunakan symbol dalam menyampaikan pesannya sehingga tidak membingungkan masyarakat. Tidak terkesan menakut-nakuti, pesan bisa diterima oleh semua karakteristik masyarakat, tidak mendiskriminasi perilaku tertentu. Pemberi pesan (pembuat poster) juga penyuluh atau penyebar poster harus menjadi role model (tauladan) dan menyediakan informasi untuk rujukan atu penjelasan lebih lanjut
Pewawancara
(Ranita Erlanti Harahap)
Yang Diwawancarai
(Usep Solehuddin)