ISSN 2406-7601
Jurnal
AGAMA BUDDHA DAN
ILMU PENGETAHUAN Hesti Sadtyad Sujiono
Pengembangan Instrumen Motivasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Guru Pendidikan Agama Buddha. Penerapan Metode SQ3R Pada Pembelajaran Komptensi Membaca Kritis
Suhartoyo, dkk
Korelasi Antara Upacara Pelimpahan Jasa (Pattidana) dengan Bhakti Anak Kepada Leluhur Di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah
Mujiyanto, dkk
Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Buddha Tersertifikasi Terhadap Pembinaan Umat Di Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung
Mujiyanto
Pengaruh Disiplin Belajar Dan Keaktifan Kegiatan ekstrakurikuler Pendalaman Kitab Suci (PKS) Agama Buddha Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012
Hariyanto
Pengaruh Media Gambar dan Lagu Buddhis Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha
Sukodoyo
Motivasi Bekerja di Vihâra Pada Wanita Dewasa Awal (Studi Kasus Di Vihâra Tanah Putih Semarang)
Tri Yatno, dkk Untung Suhardi
Volume 1
Pengembangan Model Asesmen Otentik Pada Pendidikan Agama Buddha di Sekolah Dasar dalam Rangka Peningkatan Kinerja Guru Eksistensi Perempuan Hindu Kajian Nilai Pendidikan Etika Hindu Tentang Kedudukan Perempuan dalam Kitab Sarasamuccaya
Nomor 1
September 2014
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
1
PENGEMBANGAN INSTRUMEN MOTIVASIONAL, KEPUASAN KERJA DAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA AN INSTRUMENT DEVELOPMENT OF MOTIVASIONAL, TASTE AND PERFORMANCE RELIGION BUDDHIS’T SCHOOL TEACHERS Hesti Sadtyadi
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen dengan menemukan dan mengetahui komponen yang berpengaruh terhadap motivasional, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha, serta indikator komponen dari motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. Penelitian ini dikembangkan dengan metode research and development, berdasarkan model pengembangan pembelajaran Borg and Gall, yang disesuaikan. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas, instrumen tersebut valid dan reliabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen motivasi dapat disusun berdasarkan indikator sub komponen ektrinsik yang meliputi 1) kebijakan dan administrasi, 2) pengawasan, dan 3) kondisi kerja, serta dari faktor instrinsik yang terdiri dari 1) pengembangan, 2) pekerjaan dan 3) tanggung jawab. Komponen kepuasan kerja dapat disusun dari indikator 1) penggunaan jam kerja, 2) keadilan, 3) kedisiplinan, 4) penghargaan dan 5) stres kerja. Komponen kinerja dapat disusun dari indikator yang meliputi tugas guru dalam mengajar, tugas guru dalam mendidik, serta tugas guru dalam membimbing dan melatih. Kata Kunci : instrumen motivasional, kepuasan kerja, kinerja, guru agama Buddha ABSTRACT The purposes of this research are to develop an instrument with find and know the components that affect the motivational, satisfaction, and performance of Buddhism religious teacher and components indicators of the motivation, job satisfaction and performance of Buddhism religious teachers. This research developed with research and development methods based on the Borg and Gall’s learning development model, which is adjusted. Based on validity and reliability test, these instruments are valid and reliabel, so that it can be concluded that the motivation instrument can be composed based on the indicator of extrinsic factor which includes of 1) policy and administration, 2) supervision, and 3) working conditions, as well as from intrinsic factors of which consists of 1) development, 2) job and 3) responsibilities. The job satisfaction components can be composed from the indicator of 1) use of working hours, 2) justice, 3) discipline, 4) reward, and 5) work stress. The performance components can be composed from indicators of teachers’ duties in teaching, teachers’ duties in educational, and teachers’ duties in guiding and coaching. Keywords: motivational instrument, job satisfaction, performance, Buddhism religious teacher
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
2
Pendahuluan Peningkatan mutu pendidikan tidak akan terlepas dari keadaan guru. Memahami guru dengan upaya mamahami karakter yang ada, dalam kaitannya dengan motivasionalnya dapat menyebabkan proses pendidikan akan berjalan sangat baik. Terlebih jika berbagai faktor penunjang bekerja seiring mengerakkan kearah positip kemajuan pendidikan. Kita pahami bahwa motivasional dapat kita bagi menjadi dua bagian yakni motivasional ekstrinsik dan instrinsik. Jika pemahaman kita pada bagaimana mengembangkan faktor ektrinsik dan instrinsik, tentunya adalah bagaimana dapat dipetakan motivasional guru tersebut. Dipahami bahwa kebijakan pemerintah terkait dengan pemberian tunjangan yang cukup mengiurkan seperti tunjangan sertifikasi merupakan faktor yang mampu memberikan dorongan guru untuk berpacu dan termotivasi seperti tujuan dalam sertifikasi yakni profesional. Namun pemahaman dalam pemetaan motivasi disini diharapkan akan mampu memberikan pandangan bahwa dengan pencapaian tunjangan dimaksud, guru akan tetap termotivasi untuk tetap terdorong menjadi lebih profesional, atau dalam makna evaluasi bagaimana kinerja yang akan dicapai atas dorongan tunjangan sertifikasi atau faktor eksternal tersebut. Meningkatkan kinerja melalui motivasi diri guru tentunya yang terpenting adalah melalui pemetaan motivasional intrinsik guru. Faktor apa yang akan meningkatkan kinerjanya, dan melalui keadaan bagaimana dapat dicapai? Mengembangkan faktor instrinsik, dengan penekanan pada lebih profesional, merupakan motivasional yang tidak akan pernah berhenti, dan tentunya dengan pemahaman demikian akan mampu meningkatkan secara terus menerus profesional guru. Teori Maslow yang disederhanakan oleh Herzberg dari lima tingkatan kebutuhan menjadi dua faktor ektrinsik dan instrinsik, jika kita sesuaikan dengan bidang pekerjaan guru, tentunya merupakan upaya untuk memberikan dorongan dari dalam pribadi guru untuk mencapai apa yang diinginkan melalui proses pembelajaran. Dengan proses pemotivasian guru tentunya akan memberikan dorongan dalam capaian proses pembelajaran yang semakin baik dan berkualitas serta akan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
selalu bersesuaian dengan target atau hasil yang akan dicapai. Meningkatkan motivasi, berarti meningkatkan dorongan, jika hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kinerja, maka berarti kinerja yang diharapkan akan berubah, seperti yang diharapkan. Hal ini juga terkait dengan proses pembagian waktu dalam kerja, yang masih dipengaruhi oleh pekerjaan yang bersifat administratif diantaranya; penyelesaian administrasi guru, administrasi terkait dengan sekolah, tugas yang diberikan kepala sekolah, komite sekolah, maupun dari dinas atau departemen terkait, selain adanya fungsi dan peran kontrol pengawas pendidikan, yang kadang juga menuntut akan kriteria pekerjaan guru. Pembagian waktu kerja akan memiliki dampak pada pekerjaan itu sendiri, dan penempatan sekala prioritas dalam pekerjaan yang menunjukkan atau menggambarkan adanya motivasi instrinsik. Motivasional pada bagian intrinsik guru, yang berdampak pada kinerja. Motivasional juga akan mengarah pada proses pembelajaran yang baik, tentunya akan berdampak pada peningkatan kinerja atau motivasional siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran yang baik, tentunya akan berdampak pada motivasional siswa yang baik pula, dengan gambaran bahwa siswa akan terbangun motivasinya dalam proses pembelajaran. Dampak motivasi siswa dalam berbagai hasil proses pembelajaran akan tampak pada kemampuan yang tergambar dalam struktur taksonomi Bloom, baik dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Terpenting disini adalah bagaimana mengupayakan dorongan tersebut untuk menjadi motivasional yang tidak pernah padam, sehingga akan berpengaruh positip pada lingkungan sekolah khususnya siswa. Guru sebagai tulang punggung keberhasilan pendidikan dengan kondisi penting terkait dengan bagaimana motivasional dapat dikedepankan, merupakan hal yang utama, nilai penting ini dapat dilihat dengan berbagai permasalahan mendasar guru, sebagai contoh dalam Tabel 1. yang terlihat bahwa 45 % guru yang dimiliki untuk guru SD berstandar DII, SLTP sebanyak 21 % dengan standar DIII dan 29 % pada SLTA dengan kualifikasi Sarjana (S1).
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
3
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Motivasi guru, yang merupakan kajian penting, yang sudah seharusnya dipahami dari awal, yang dimulai dari penilaian formal, sudah seharusnya dapat dilihat dan dipahami sejak dini. Namun keadaan penilaian tersebut khususnya terkait dengan kinerja, secara umum masih dalam bentuk penilaian formalitas saja, dan belum berkembang kearah pengkajian atas hasil dari penilaian tersebut. Sudah sepantasnya penilaian tersebut menjadi penilaian yang memiliki nilai guna yang dapat digunakan untuk mengkaji kedudukan dan posisi motivasional guru. Tabel 1. Daftar Kebutuhan Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkatan Kategori Pendidikan Prosentase SD DII 45% SMP DIII 21% SMA S1 29% Sumber Data : Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Th2004. Pentingnya pemahaman motivasional, akan meningkatkan kinerja, pada satu sisi, yang merupakan keharusan seoarang guru, sehingga tugas dan peran utamanya dapat dicapai. Meningkatkan kinerja bukan berarti hanya terkait bagaimana mengeksploitasi guru sebagai tenaga pendidik, tetapi sekaligus memahami guru dengan motivasinya, sehingga dapat dicapai kepuasan kerja. Bentuk pemahaman ini akan membawa bentuk keseimbangan, pada satu sisi tujuan atas pekerjaan dan sisi yang lain, apa yang menjadi tujuan guru dapat terpenuhi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan penelitian dengan upaya memahami motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha dengan mengembangkan instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja yang disesuaikan dengan karakteristik guru yang ada, sehingga dapat disajikan struktur motivasional guru, kinerja maupun kepuasan kerjanya. Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah 1). Faktor apa sajakah yang mempengaruhi motivasional, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha? 2). Indikator apa sajakah yang mempengaruhi
motivasi, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mengetahui: 1). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasional, kepuasan dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. 2). Indikator komponen dari motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi informasi dan referensi bagi pihak – pihak terkait dalam membuat kebijakan mengenai motivasi kinerja guru dalam usaha penentuan kebijakan terkait dengan motivasional dan memberikan kepuasan kerja serta meningkatkan kinerja. Diharapkan pula, penelitian ini menjadi masukan dan bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut terkait dengan motivasi guru , kepuasan kerja, dan kinerja guru. Dalam studi pendahuluan beberapa teori terkait dengan variabel dilakukan pembahasan seperti teori Motivasi Herzberg, yang membagi faktor kebutuhan menjadi dua faktor penting dalam lingkungan kerja, salah satu diantaranya adalah faktor ekstrinsik, yang terdiri dari upah, keamanan pekerjaan, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu penyeliaan, dan mutu hubungan interpersonal antara sesama rekan kerja, atasan dan bawahan. Keberadaanya terhadap kepuasan tenaga kerja tidak selalu memotivasi mereka, tetapi ketidak beradaanya menyebabkan ketidak puasan bagi tenaga kerja. (Gibson, et al.,1996,p. 197). Kepuasan kerja juga diartikan sebagai suatu derajat dimana individu merasakan positip atau negatip tentang pekerjaanya, kondisi tersebut sebagai seperangkat pernyataan emosional terhadap tugasnya yang disebabkan oleh kondisi fisik dan sosial di lingkungan pekerjaan. (Osborn et al., 1991, p.55). Kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu respon efektif emosional yang mengarah kepada berbagai tampilan dari suatu pekerjaan (Kreitner, 1995, p. 159). Dalam pengembangan instrumen kepuasan kerja juga mempertimbangkan dari Minnesofa Satisfaction Questionare (MSQ). Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja individu terhadap aspek pekerjaannya (Baron, & Greenberg,1990 ; Osborn et al., 1991). Menurut Dunham et al.(1977) seperti dikutip Praptini (2000) MSQ versi pendek dengan dua puluh (20) item
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
4
pernyataan, memiliki instrumen yang sudah lengkap dan telah teruji validitasnya. Motif diartikan sebagai dorongan atau tenaga yang menggerakkan jiwa dan jasmani untuk berbuat sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa motif adalah yang melatar belakangi individu dalam berbuat untuk mencapai tujuan tertentu atau dapat dikatakan bahwa motif merupakan pendorong dalam mencapai suatu tujuan tertentu dan motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan motif. Jadi motivasi kerja adalah sesuatu yang memberikan semangat atau dorongan seseorang untuk bekerja. Kuat lemahnya motivasi kerja seseorang akan ikut menentukan besar kecil prestasi kerjanya. (As’ad, 1995, p. 44). Arah dan tujuan dari pemberian motivasi adalah memberikan dorongan agar apa yang menjadi tujuan suatu organisasi tersebut dapat tercapai. Dalam hal ini menunjukkan bahwa motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri guru atau dapat pula berasal dari lingkungan luar mereka. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya motivasi dapat dikategorikan menjadi dua yaitu motivasi internal dan eksternal. The Liang Gie, (Martoyo, 1996, p. 155) dengan rumusannya sebagai berikut : “Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini tenaga kerjanya, untuk menggambil tindakan – tindakan. Pemberian dorongan itu bertujuan untuk mengiatkan orang – orang atau tenaga kerja agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang – orang tersebut.“ (Martoyo, 1996, p. 155) Herzberg, (Dessler, 1997, p. 332) membagi faktor kebutuhan menjadi dua faktor penting dalam lingkungan kerja, yaitu dissatisfiers atau hygiene factors dan satisfiers atau motivators. 1. Dissatisfiers atau hygiene factors, merupakan kebutuhan tingkat rendah, seperti : kebutuhan fisiologis, rasa aman, dan sosial,.yaitu suatu kondisi pekerjaan dimana apabila suatu faktor tidak dipenuhi akan dapat menimbulkan ketidakpuasan para pegawai, tetapi bila kondisi tersebut ada tidak akan memotivasi pegawai. 2. Satisfiers atau motivators, merupakan kebutuhan tingkat tinggi, seperti : kebutuhan ego dan perwujudan diri, yaitu
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
suatu kondisi yang apabila dipenuhi akan menimbulkan kepuasan kerja dan akan menggerakkan motivasi yang kuat sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik, tetapi bila faktor – faktor tersebut tidak ada tidak menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Dalam hal penilaian kinerja dilakukan terhadap hasil kerja, yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas-tugas keguruanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru, yang meliputi tugas mendidik, mengajar (menilai, dan mengevaluasi), membimbing, mengarahkan dan atau melatih, peserta didik yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan atau kemampuan, pengalaman, kesanggupan serta waktu. Hasil kerja guru pendidikan agama Buddha adalah berupa output yang berwujud hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru pendidikan agama Buddha, yang dilaksanakan berdasarkan kemampuannya. Penilaian kinerja didasarkan atas instrument kinerja guru dapat dibandingkan dengan sejumlah pertanyaan pengetahuan yang berdiri sendiri tanpa menguji aplikasi atas pengetahuan guru pada saat mengajar. Penilaian kinerja didasarkan pada pertanyaan yang diinginkan dalam penggunaan untuk menentukan profesionalitas kualitas kinerja, sebab tidak ada satu jawaban yang benar seperti dalam test objektive. Metode pertanyaan kinerja dinilai oleh ahlinya dan disusun oleh penilai yang mempergunakan rubrik menulis skala yang berarti tingkatan atas kualitas kinerja yang berstandar dapat digunakan untuk membuat keputusan terhadap kualitas kinerja (Coggshall, 2008, p. 1). Tugas guru yang pertama adalah tugas profesional, kedua adalah tugas kemanusiaan, yang menunjukkan bahwa guru adalah orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Dengan tugas memberikan pengawasan dan pendidikan kepada para siswa (Suharjo, 2006, p. 61-62). Tugas ketiga adalah kemasyarakatan, yang berarti guru mempunyai tugas menyiapkan siswa agar menjadi warga negara yang baik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah pola relasi dalam keluarga, relasi antar manusia dan pandangan tentang hidup dan kehidupan. Jadi guru pendidikan agama Buddha memiliki tugas kemasyarakatan untuk memberikan pendidikan dan menyiapkan peserta didik dan warga masyarakat menjadi warga negara yang baik
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
5
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (Suharjo, 2006: 61-62). Bentukan hasil belajar yang merupakan proses yang terjadi secara terus menerus, menghasilkan perubahan tingkah laku yang merupakan interaksi keseluruhan proses, sebagai hasil atas proses belajar dalam hal tingkah laku dapat berupa a. Tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial, b. Kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relative lama c. kemampuan diperolah melalui usaha (Sudjana, 1990; p. 5). Melihat tugas guru pendidikan agama Buddha dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkannya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, pada pendidikan agama Buddha. Kinerja guru pendidikan agama Buddha adalah hasil pelaksanaan tugas guru dalam mendidik, mengajar, melatih dan mengarahkan, membimbing serta mengevaluasi peserta didiknya. Dengan wujud berupa indikator kinerja yang berkaitan dengan tugas pokok guru pendidikan agama Buddha, yang dapat berupa kedisiplinan, kuantitas, kualitas kerja guru, pengetahuan, kemandirian, kerja sama, loyalitas, kebiasaan dan sikap serta manajerial. Untuk melakukan penilaian motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha, maka dilakukan pengembangan instrumen, yang dapat digunakan sebagai asesmen terhadap komponen tersebut. Menurut TGAT dalam Djemari Mardapi (2007,p.1), asesmen mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Pengertian asesmen atau penilaian berbeda dengan evaluasi. Penilaian menunjuk pada proses memperoleh informasi, sedangkan evaluasi menunjuk pada proses menentukan kualitas kerja. Asesmen bertujuan untuk menyediakan informasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan evaluasi (Lutan, 2000, p. 9). Worthen and Sanders (1984, p.19) mendefinisikan evaluasi sebagai ...the determination of worth of a thing. It includes obtaining information for use in judging the worth of a program, product, procedure, or objective, or potential utility alternative approach desiged to attain sepcified objective. Hal ini berarti bahwa evaluasi adalah pengumpulan dan pengunaan informasi untuk
membuat keputusan mengenai program pendidikan (Worthen dan Sanders, 1984,p. 19). Berarti evaluasi mencakup semua proses kegiatan belajar yang terjadi didalamnya. Evaluasi menurut Guba dan Lincoln (1991,p.35-36) adalah “a process for describing an evaluation and judging its merit and wort” Evaluasi dalam hal ini diartikan sebagai usaha untuk menguraikan karakteristikkarektesitik yang akan dievaluasi. Pendapat Gay (1981, p.61) menyebutkan bahwa : (1) Evaluation is systematic proses of collecting and analyzing data in order to determine whether, and to what degree, objective have been or are being achieved ; (2) evaluation is systematic process of collecting and analyzing data in order to make decision. Asesmen dan evaluasi memiliki perbedaan dan persamaan, perbedaan terletak pada fokus kegiatannya yakni asesmen memfokuskan pada proses pengumpulan data sedangkan evaluasi memfokuskan pada pengambilan keputusan. Hubungan asesmen dan evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Jadi asesmen merupakan bagian dari evaluasi, jika membicarakan evaluasi maka asesmen sudah termasuk di dalamnya. Demikian halnya menurut Griffin dan Nix dalam Djemari Mardapi (2008, p. 1) menyatakan bahwa pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki. Membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria disebut sebagai pengukuran, sedangkan asesmen adalah penjelasan dan penafsiran atas hasil pengukuran, sedangkan penetapan nilai atau implikasinya terhadap suatu perilaku baik individu atau lembaga disebut sebagai evaluasi. Demikian juga menurut Allen Yen (1979, p. 2), yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka dengan cara yang sistematis untuk menyatakan keadaan yang dimiliki individu. Sedangkan Penilaian (assessment) merupakan proses menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran. Oleh karena itu, pengukuran dan penilaian merupakan suatu rangkaian proses. Dalam proses penilaian selalu didahului oleh pengukuran. Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut O’Malley & Pierce (1996) antara lain 1. Asesmen kinerja (performance asessment), 2. Observasi dan pertanyaan (observation and question), 3. Presentasi dan diskusi (presentation and Discussion), 4. proyek/
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
6
pameran (Project/Exhibition), 5. Exsperimen/ demontrasi (experimen/demontration), 6. bercerita (story or text reteling) 7.Evaluasi diri (self assesment) 8. Portofolio dan jurnal. Asesmen kinerja guru adalah merupakan performance assessment., yang menekankan pada apa yang dapat dikerjakan oleh guru sekolah dalam bentuk kinerja. Asesmen kinerja merupakan penilaian pada kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Jadi asesmen kinerja merupakan cara untuk menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang seperti tingkatan, nilai guna dan keunggulannya (Badarudin, 2010). Asesmen kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk menilai kinerja guru pendidikan agama Buddha secara periodik yang ditentukan oleh organisasi. Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengembangan diri, menjadi reward, perencanaan, kompensasi dan motivasi. Berdasarkan rumusan tentang motivasional, yang disusun berdasarkan indikator dari komponen motivasional dari Herzberg, yang dapat dipilah menjadi komponen intrinsik dan ekstrinsik. Pengembangan ini akan mengembangkan instrumen dari kedua komponen tersebut. Berdasarkan teori tentang kepuasan kerja, maka akan dikembangkan intrumen, dari intrumen yang sebelumnya ada, yaitu dari minesofa satisfaction questionary, instrumen akan disesuaikan dengan kondisi guru pendidikan agama Buddha. Berdasarkan rumusan tentang asesmen kinerja guru adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis data tentang kualitas pekerjaan sebagai guru kelas pendidikan agama Buddha dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Tugas pokok guru pendidikan agama Buddha adalah mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing. Penilaian kinerja guru pendidikan agama Buddha bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab sebagai guru dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing di tempat tugasnya. Pengembangan asesmen yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu dari petunjuk Borg and Gall sebagai berikut, bahwa model penelitian dan pengembangan selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan menemukan pengetahuan-
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
pengetahuan baru melalui “ basic research” atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui applied research yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Pengembangan dimaksud adalah merupakan pengembangan instrumen dengan menggabungkan beberapa instrumen yang ada, baik intrumen kinerja yang digunakan oleh pengawas sekolah, yang dipadukan dengan teori terkait dengan kinerja guru, serta peraturan perundangan yang berlaku. Perbedaan instrumen yang dihasilkan adalah, instrumen kinerja guru yang dihasilkan berdasarkan atas hasil kerja guru dalam wujud hasil pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru, meliputi tugas guru dalam mendidik, mengajar, melatih dan membimbing yang bersifat lebih melengkapi asesmen yang dipergunakan dalam operasional penilaian kinerja, sedangkan komponen motivasi di kembangkan dari teori Herzberg, serta kepuasan kerja dari Minesofa Satisfaction Questionary. Pengembangan intrumen yang dibentuk, dengan mengembangkan intrumen yang ada, sehingga menghasilkan intrumen yang dapat mendukung dan membantu intrumen sebelumnya, serta lebih mudah dalam penerapannya, selain lebih praktis. Rencana mekanisme penilaian juga lebih sederhana, yaitu dari guru itu sendiri, siswa, serta pihak pengguna yang terdiri dari masyarakat Buddha, ataupun pengguna pendidikan agama Buddha lainnya. Penilaian dilakukan setiap bulan atau tengah semester, sehingga penilaian tersebut dapat menjadi masukan dan perubahan positip pada guru tersebut, tahap berikutnya. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan. Menurut Borg and Gall yang dimaksud model penelitian dan pengembangan adalah “a process used to develop and validate educational product” atau disebut juga sebagai research based development. Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and Development juga bertujuan menemukan pengetahuanpengetahuan baru untuk menjawab pertanyaan khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui applied research yang
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
7
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian ini mempergunakan sepuluh langkah dari model Borg & Gall (1983, p.772), yang disesuaikan. Sampel penelitian adalah guru pendidikan agama Buddha di wilayah Temanggung, Semarang, Boyolali dan Wonogiri, siswa dan masyarakat Budhis dari lingkungan sekitar guru tersebut berdomisili. Teknik pengambilan sampel adalah Quota proportional random sampling, dengan masingmasing kabupaten kota diambil berdasarkan proporsi sesuai dengan jumlah guru pendidikan agama Buddha yang dimiliki. Berdasarkan pokok masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dikelompokan sebagai berikut : Penelitian ini terdiri dari 3 (Tiga) variabel utama, yaitu : Pertama. Kinerja Kedua Variabel kepuasan kerja sebagai variabel antara. Dan ketiga. Variable motivasi. Variabel motivasi sebagai variabel X, adalah merupakan motivasi guru pendidikan agama Buddha, Variabel ini merupakan kondisi intrinsik atau motivator dari Herzberg, yang meliputi indikator prestasi, pengakuan lingkungan terhadap keberhasilan dan penghargaanya atas pekerjaanya, pekerjaan yang menantang, pemberian tanggung jawab yang diberikan dari sekolah, dan kemungkinan untuk mewujudkan potensi diri atau mengembangkan diri dalam lingkungan pekerjaan dalam usaha untuk ikut mengembangkan sekolah, yang dinyatakan dengan angka. Variabel ini sebelumnya akan dilakukan pengkajian atas faktor-faktor manakah yang berlaku pada guru pendidikan agama Buddha, dengan isntrumen dari faktorfaktor tersebut manakah yang dapat digunakan sebagai komponen penilaian motivasi kinerja guru. Variabel kedua kepuasan kerja (X), merupakan variabel antara, pengukuran dilakukan dengan mempergunakan Minnesofa Satisfaction Questionare (MSQ), versi pendek, dengan 15 item pernyataan, yang telah dilakukan perubahan dan disesuaikan dengan keperluan dalam penelitian ini. Variabel ketiga yaitu kinerja guru, yang merupakan variable independent. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data Dalam penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan, dengan maksud untuk mengetahui hal – hal yang lebih mendalam
mengenai responden yang akan diteliti, yang dilakukan dengan metode inventory. Tahap selanjutnya seperti dalam tujuan penelitian, dilakukan penelitian terhadap Guru pendidikan agama Buddha, sebagai sumber data dalam penelitian ini, yang akan memberikan jawaban atas instrumen melalui kuesioner. Pertanyaan – pertanyaan tersebut mengenai variabel motivasi, kepuasan kerja dan kinerja yang selanjutnya jawaban tersebut merupakan data primer yang akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan. Selain data Primer, penelitian ini didukung pula dengan data sekunder yang diperoleh dari literatur sebagai penunjang data primer. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian pengembangan ini adalah: a. Instrumen yang dihasilkan dari kajian teoritis sebagai panduan pelaksanaan Focus Group Discussion. b. Instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja, guru yang dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. Validitas dan Reliabilitas Mehrens & Lehmann (1973, p. 124) mengatakan bahwa ada beberapa jenis validitas diantaranya validitas kontruk dan validitas isi. Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan ketepatan suatu tes mengukur sebuah konstruk. Validitas konstruk menunjuk pada sejauh mana muatan instrumenn dapat mewakili faktor sebagaimana yang diidentifikasikan berdasarkan konstruk teorinya (Sugiyono, 2003, p.270). Kriteria yang dijadikan dasar pengujian validitas kontruk mengunakan analisis faktor dengan tujuan untuk menemukan komposisi butir terbaik. Kim & Muller (1978, p. 70), dan Coakes & Steed, (1996, p. 124), demikian halnya Syamsul Bachri Thalib (2010, p. 315) serta Eko Putro Widoyoko (2012, p. 180), bahwa kriteria yang dijadikan dasar untuk menentukan valid tidaknya intstrumen dengan melihat muatan factor setiap indicator, bahwa setiap intrumen harus memiliki muatan factor lebih besar dari 0,3. Validitas isi menunjuk pada seberapa jauh muatan intrumen/tes sesuai jika dibanding dengan materi yang ada. Dalam menetapkan validitas isi seorang harus melihat topik atau pokok bahasan yang dicakup oleh tes. Validitas isi diperoleh dari keputusan para
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
8
ahli tentang hubungan antara bagian-bagaian tes konstruk yang diukur (Sukardi, 2007,p. 123). Reliabilitas intrumen menunjuk tingkat keandalan instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila ia digunakan berkali-klai, maka data yang diperoleh sama. Dengan kata lain intrumen reliabel adalah instrumen yang dapat dipercaya (konsisten). Kriteria digunakan dengan cronbach alpha, reliabilitas 0,65 atau lebih maka intrumen tersebut handal (Mehrens & Lehmann, 1973,p. 122: Nunally, 1981,p. 230). Keandalam tes model evaluasi kinerja guru diperoleh melalui uji reliabilitas interrater. Untuk menghitung koefisien reliabilitas inter-rater, penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS. Teknik Analisis Data Hasil pengumpulan data survai dan dari FGD dianalisis dengan metode kualitatif. Sedangkan data hasil pengembangan asesmen dianalisis secara kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan inventory dan rating scale. Instrumen pengumpulan data dianalisis dengan EFA (Exploratory Faktor Analysis), (Eisengart, 2006), model akan dilakukan analisis diskriptif berdasarkan penilaian guru sekolah dasar, siswa, dan masyarakat Buddhis. Pengujian atas kecocokan model teoritis dengan data empiris, model pengukuran dan asesmen didasarkan atas indikator yaitu 1). KMO. 2.Uji Bartlet, dan secara butir dari loading faktornya.. Analisis data yang terkumpul akan juga dipergunakan teknik statistik deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. Teknik statistik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berapa responden yang hadir dan memberi masukan, berapa responden yang hadir tetapi tidak memberi masukan, serta berapa responden yang tidak hadir. Sementara itu, teknik statistik deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kata, kalimat, dan atau substansi apa saja yang harus dihilangkan atau ditambahkan pada draf asesmen, selain proses mengkonversikan nilai dari kuantitatif menjadi kualitatif, sehingga didapatkan makna yang berarti bagi pengembangan asesmen kinerja guru sekolah dasar. Penentuan batasan kriteria guru dengan motivasional, kepuasan kerja dan kinerjanya mempergunakan pembagian berdasarkan kurve normal, dengan didasarkan standar kualifikasi guru dengan kinerja yang tinggi, dengan
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
pelaksanaan tugasnya. Penentuan cut off score atas kinerja salah satunya dilakukan dengan mempergunakan kajian teori, pendapat ahli maupun nilai aktual, sehingga didapatkan nilai cut off score yang sesuai, dengan batasan ini akan dapat diklasifikasikan kedalam bentuk nilai : Sangat tinggi, tinggi, kurang, rendah dan sangat rendah. Dari batasan dapat dirunut guru yang bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja sangat tinggi, bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja tinggi, bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja cukup, bermotivasi, kepuasan kerja dan berkinerja rendah, maupun sangat rendah. Teknik ini sekaligus untuk memahami dan mendapatkan bagaimana sesungguhnya guru yang berkinerja tinggi, yang sesuai bagi guru sekolah dasar, dengan tidak meninggalkan tujuan, metode pembelajaran, kemampuan yang seharusnya bagi siswa sekolah dasar, dan kesesuaiannya dalam proses pembelajaran bagi siswa sekolah dasar. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian diawali dengan penyusunan indikator melalui telaah teoritis dan telaah empirik. Telaah empirik dilakukan dengan menggunakan Foccus Group Discussion (FGD) yang dilakukan sebanyak dua kali. FGD I dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2013 di Dharmasala Vihara Cipta Sarana Budhi diikuti oleh sejumlah nara sumber yang memiliki pengalaman dalam bidangnya. Selain itu dilakukan telaah oleh sejumlah sejumlah mahasiswa STAB N Raden Wijaya pada tanggal 27 Agustus 2013, dengan maksud untuk mendapatkan masukan berkaitan dengan instrumen yang telah disusun dan direvisi. FGD II yang dilaksanakan pada tanggal 26 September 2013 di Lab Bahasa STAB N Raden Wijaya. Dalam FGD ini dilakukan oleh sejumlah Dosen STAB N Raden Wijaya serta mahasiswa, dan tidak terlepas peneliti, selaku penanggung jawab. Uji coba instrumen kinerja guru dilaksanakan dua kali, yaitu uji coba I pada bulan Agustus sampai dengan September 2013, yang dilaksanakan dalam wilayah Wonogiri dan Boyolali jumlah sampel 55 orang responden. Uji coba II dilaksanakan pada bulan September-Nopember 2013 jumlah sampel 110 orang responden. Instrumen yang diujicobakan adalah instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru dengan model Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
9
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
inventori dengan skala summated ratings atau skala Likert. Instrumen yang dikembangkan adalah tentang motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru yang meliputi tugas guru dalam mengajar, dalam mendidik,dalam melatih dan mengarahkan, dalam membimbing serta dalam evaluasi. Dimensi yang diukur disesuaikan dengan teori-teori tentang motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 03/V/PB/2010, No. 14 Tahun 2010, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Permendiknas No. 35 Tahun 2010, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta hasil FGD. Instrumen yang disusun dianalisis dengan analisis faktor yang ada pada program SPSS versi 15,0. Analisi faktor untuk mengukur validitas konstrak, yaitu menemukan butir soal yang cocok atau mempunyai bobot faktor evaluatif tertinggi berdasarkan korelasi antar faktor dengan skor butir soal, kemudian menemukan faktor dan butir soal yang mewakili dalam faktor yang ditentukan secara empiris (berdasarkan uji coba instrumen) sesuai dengan indikator dalam kinerja guru yang tersusun dalam tugas pokok dan fungsi guru. Pengujian reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen konsisten dan stabil untuk mengukur suatu konstrak pengujian reliabilitas untuk instrumen dengan formula koefisien Alpha dari Cronbach. Indeks reliabilitas ditentukan 0,70, artinya jika berdasarkan uji statistik koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70, maka instrumen tersebut memliki konsistensi/kepercayaan yang tinggi Focus Group Discussion dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis dilakukan dengan mencermati setiap tanggapan peserta FGD melalui rekaman diskusi yang dituangkan ke dalam tulisan. Hasil analisis FGD I dan FGD II kemudian dibandingkan dengan kajian teoritis dan selanjutnya dilakukan analisis akhir untuk menentukan indikator-indikator motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru yang berasal dari tugas pokok dan fungsi guru, sesuai dengan
Permendiknas No. 35 Tahun 2010, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Hasil Uji Coba Tahap I Komponen Motivasional Instrumen motivasional, kepuasan kerja dan kinerja guru terdiri dari 3 intrumen meliputi : instrumen motivasional, instrumen kepuasan kerja dan instrumen kinerja guru. Dalam uji coba I berjumlah 50 butir dengan 5 alternatif jawaban. Tiap alternatif jawaban merupakan sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru. Pernyataan yang sesuai adalah pernyataan yang mampu memisahkan antara mereka yang masih dalam kelompok responden yang bermotivasi, memiliki kepuasan, serta berkinerja tinggi dan mereka yang termasuk dalam kelompok responden yang berkinerja rendah. Dengan wujud intrumen tersebut memiliki kehandalan. Dalam uji tahap I untuk instrumen motivasional memiliki KMO > 0,5 yaitu 0,743, yang menunjukkan bahwa indikator dapat dianalisis, didukung dengan nilai Bartlett’s test, yang menunjukkan signifikan. Jika dilihat berdasarkan loading faktor tampak dalam tabel nilai loading faktor > 0,5, yang menunjukkan bahwa tiap intrumen tersebut valid. Hal ini didukung dengan nilai koefisien korelasinya, yang memiliki nilai > 0,5. Besaran nilai loading faktor yang lebih dari 0,5 menunjukkan bahwa tiap butir instrumen sudah sangat baik. Hal ini menunjukkan jika instrumen yang disusun merupakan instrumen yang sesuai digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru pendidikan agama Buddha. Tabel 3 menunjukkan bahwa faktor kebijakan dan administrasi memiliki varian sebesar 17,21%, artinya faktor kebijakan dan administrasi mengukur konstrak teori motivasi guru yang berada pada komponen ektrinsik guru, pada bagian kebijakan dan administrasi sebesar 17,21% yang diwakili oleh instrumen (item) nomor 1 sampai dengan 4. Faktor-faktor yang lain dapat dijelaskan seperti cara menjelaskan faktor pertama dengan melihat nama faktor, varian, dan nomor butir pernyataan yang mewakili faktor yang bersangkutan.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
10
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Motivasi Loading
Indikator
Motiva1
0,9488806
BMOTIVA1
Loading 0,9101488
Motiva2
0,9644376
BMOTIVA2
0,9195299
Motiva3
0,9717431
BMOTIVA3
0,9036597
Motiva4
0,9532978
BMOTIVA4
0,9384499
Motiva5
0,959631
BMOTIVA5
0,9100835
Motiva6
0,9141513
BMOTIVA6
0,8705096
Motiva7
0,9707199
BMOTIVA7
0,921603
Motiva8
0,9693874
BMOTIVA8
0,8866176
Motiva9
0,9411134
BMOTIVA9
0,9313376
Motiva10
0,9090804
BMOTIVA10
0,9103091
Motiva11
0,9171071
BMOTIVA11
0,9036291
Motiva12
0,9317767
Indikator
Sumber : Hasil olahan SPSS
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Motivasi dalam Besaran Varian
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan jam kerja memiliki varian sebesar 18,124%, artinya faktor penggunaan jam kerja mengukur konstrak teori kepuasan kerja, pada bagian kepuasan kerja sebesar 17,21% yang diwakili oleh instrumen (item) nomor 1 sampai dengan 3. Faktor-faktor yang lain dapat dijelaskan seperti cara menjelaskan faktor pertama dengan melihat nama faktor, varian, dan nomor butir pernyataan yang mewakili faktor yang bersangkutan. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kepuasan Kerja Component
Berdasarkan Tabel 2 dan 3 tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat intrumen untuk komponen ekstrinsik yang mempengaruhi motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari: 1. Kebijakan dan administrasi, 2.Pengawasan, dan 3. Kondisi kerja. Indikator komponen motivasional instrinsik yang dapat digunakan untuk menyusun instrumen motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari: 1. Pengembangan, 2. Pekerjaan, dan 3. Tanggung jawab.
Komponen Kepuasan Kerja Berdasarkan uji tahap I terhadap komponen kepuasan kerja, dihasilkan nilai KMO sebesar 0,717, berarti analisis dapat dilanjutkan, karena sudah sesuai dengan kriteria yang diinginkan, untuk nilai KMO > 0,5. Faktor loding untuk tiap indikator lebih besar dari 0,5, hal ini menunjukkan bahwa tiap indikator valid untuk mengukur komponen kepuasan kerja. Artinya masing-masing indikator tersebut telah mengukur sesuai dengan komponen yang seharusnya diukur. Berdasarkan Tabel 4, tersebut tampak bahwa tidak terdapat nilai loding faktor yang kurang dari 0,5.
Rotated Component Matrix(a)
Total Variance Explained Component
Rotation Sums of Squared Loadings
3
% of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
1
26,608592
26,608592
3,9586195
17,211389
2
19,655188
46,26378
3,7739585
16,408515
3
13,774717
60,038497
3,6730774
15,969902
4
12,453397
72,491894
3,4909985
15,178254
5
9,6317638
82,123658
3,3448954
14,543024
6
8,5805268
90,704185
2,6204132
11,393101
1
4
2
5
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
PUAS1
.864
PUAS2
.918
PUAS3
.928
PUAS4
.935
PUAS5
.958
PUAS6
.858
PUAS7
.871
PUAS8
.918
PUAS9
.882
PUAS10
.933
PUAS11
.919
PUAS12
.955
PUAS13
.903
PUAS14
.874
PUAS15
.864
11
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kepuasan Kerja dalam Besaran Varian Total Variance Explained Component
Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
1
33,02068
33,0207
2,718539
18,1236
2
17,2017
50,2224
2,691764
17,9451
3
15,57536
65,7977
2,640158
17,6011
4
11,72435
77,5221
2,538725
16,9248
5
9,958876
87,481
2,532959
16,8864
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kinerja Guru Component 1
2
4
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji I Komponen Kinerja Guru dalam Besaran Varian Total Variance Explained Component
Komponen Kinerja Guru
3
Berdasarkan uji tahap I, menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran memiliki varian sebesar 19,214%, artinya faktor perencanaan pembelajaran mengukur konstrak tugas guru dalam mengajar, pada bagian perencanaan pembelajaran sebesar 17,21% yang diwakili oleh instrumen (item) nomor 1 sampai dengan 3. Faktor-faktor yang lain dapat dijelaskan seperti cara menjelaskan faktor pertama dengan melihat nama faktor, varian, dan nomor butir pernyataan yang mewakili faktor yang bersangkutan.
Rotated Component Matrix(a) AJAR1
0,8513
AJAR2
0,9041
AJAR3
0,7924
DIDIK1
0,8589
DIDIK2
0,8834
DIDIK3
0,8361
BIMBING1
0,7594
BIMBING2
0,7927
BIMBING3
0,6694
BIMBING4
0,6784
LATIH1
0,8992
LATIH2
0,9402
Berdasarkan uji tahap I komponen kinerja guru, menunjukkan bahwa komponen kinerja guru memiliki KMO sebesar 0,643, yang lebih besar dari 0,5, berarti tiap indikator dalam intrumen tersebut dapat dianalisis. Hal ini ditunjang pula dengan Bartlet’s test yang dignifikan. Loding faktor tiap indiator yang menyusun kinerja guru pendidikan agama Buddha memiliki nilai yang cukup valid, hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai masing-masing loding faktor dalam indikator komponen tugas guru yang lebih besar dari 0,5.
Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
1
25,10974
25,1097
2,305651
19,2138
2
19,15759
44,2673
2,290231
19,0853
3
18,31462
62,582
2,287913
19,0659
4
11,6045
74,1865
2,018579
16,8215
Kumulatif muatan faktor berdasarkan rotation sums of sequared loading sebesar 74,186% untuk instrumen kinerja guru, artinya instrumen kinerja guru yang terdiri dari komponen tugas guru dalam mengajar, mendidik, melatih dan mengarahkan, dan membimbing dapat dijelaskan oleh 4 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 74,186%. Validitas dan Reliabilitas instrumen uji tahap I. Berdasarkan analisis terhadap validitas dan reliabilitas intrumen dapat menunjukkan bahwa indikator yang menyusun tiap komponen memiliki nilai yang valid. Nilai validitas tersebut dapat ditunjukkan berdasarkan nilai loading faktor yang lebih besar dari 0,5. Artinya indikator dalam tiap instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Nilai reliabilitas dapat dilihat dari koefisien Cronbach Alpha. Kriteria yang digunakan dalam mengukur validitas tersebut adalah sebesar 0,7, dapat dijelaskan hasilnya
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
12
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Motivasi Component
Hasil Uji Tahap II
laten pada uji Scree terdapat 6 indikator komponen yang dapat dianalisis. Jika dilihat berdasarkan loading faktor, tampak bahwa ke 23 pernyataan atau butir tersebut tergolong baik (100%) untuk semua butir.
Component
sebagai berikut : Nilai Cronbach Alpha untuk intrumen motivasi sebesar 0,807, artinya bahwa intrumen tersebut reliabel, berarti intrumen memiliki reliabilitas yang baik. Nilai reliabilitas untuk instrumen kepuasan kerja sebesar 0,848, yang dapat menunjukkan bahwa intrumen tersebut reliabel, artinya intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur kepuasan kerja guru pendidikan agama Buddha. Nilai reliabilitas untuk intrumen kinerja guru pendidikan agama Buddha sebesar 0,702. Nilai koefisien ini masih lebih besar dari 0,7, yang menunjukkan bahwa intrumen kinerja guru reliabel. Berdasarkan analisis uji tahap I memberikan gambaran bahwa intrumen telah memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang cukup baik, tetapi tahapan dalam penelitian tetap akan melakukan uji sampai dengan dua kali uji. Uji tahap ke dua sekaligus merupakan uji implementasi. Berdasarkan uji tahap I dapat memberikan pendapat bahwa komponen motivasi dapat diukur berdasarkan indikator motivasi yang terdiri dari 3 indikator komponen ektrinsik dan 3 indikator komponen intrinsik. Komponen kepuasan kerja dapat diukur dengan mempergunakan lima indikator kepuasan kerja dan komponen kinerja guru dapat diukur dengan empat indikator yang terdiri dari mengajar, mendidik, membimbing dan melatih.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Rotated Component Matrix(a) Motiv1 Motiv2
3
5
0,868
BMotiv1
0,911
0,849
BMotiv2
0,871
BMotiv3
0,907
2
Motiv3
0,883
Motiv4
0,882
BMotiv4
0,897
Motiv5
0,840
BMotiv5
0,918
Motiv6
0,790
BMotiv6
0,923
BMotiv7
0,934 0,938
Motiv7
4
Rotated Component Matrix(a)
0,838
1
Motiv8
0,875
BMotiv8
Motiv9
0,877
BMotiv9
0,941
Motiv10
0,820
BMotiv10
0,896
Motiv11
0,810
BMotiv11
0,946
Motiv12
0,855
6
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Motivasi Guru dalam Besaran Varian
Komponen Motivasi Total Variance Explained Component
Berdasarkan perbaikan yang dilakukan berdasarkan saran dalam uji tahap I, serta FGD tahap II, serta diskusi dengan guru dan mahasiswa juga masyarakat pengguna, maka dalam Instrumen motivasi kerja guru, uji coba II berjumlah 23 butir dengan 5 alternatif jawaban yang dapat dibagi dalam rentang nilai Termotivasi Sangat Tinggi, Memiliki motivasi Tinggi, Sedang, Kurang, dan Sangat Kurang. Hasil dari uji II dengan mempergunakan analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori dengan exctraction method: maximum likelihood. Berdasarkan hasil analisis untuk kedua kalinya menunjukkan bahwa instrumen motivasi guru pendidikan agama Buddha, memiliki indeks determinan tidak sama dengan nol. KMO_MSA sebesar 0,857, uji Bartlett’s signifikan. Berdasarkan eigen values dan akar
Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
1
34,735
34,735
3,645
15,848
2
18,343
53,078
3,568
15,514
3
11,675
64,753
3,429
14,908
4
8,404
73,157
3,314
14,407
5
7,524
80,680
3,233
14,057
6
6,161
86,842
2,785
12,108
Kumulatif muatan faktor berdasarkan rotation sums of sequared loading sebesar 86,842% untuk instrumen motivasi guru, artinya instrumen motivasi guru yang terdiri Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
13
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
dari 23 butir komponen dapat dijelaskan oleh 6 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 86,842%. Komponen Kepuasan Kerja
Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kepuasan Kerja dalam Besaran Varian Total Variance Explained Component
Hasil uji II dengan mempergunakan analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori dengan exctraction method: maximum likelihood. Untuk kedua kalinya menunjukkan bahwa instrumen kepuasan kerja guru pendidikan agama Buddha, memiliki indeks determinan tidak sama dengan nol. KMO_MSA sebesar 0,815, uji Bartlett’s signifikan. Berdasarkan eigen values dan akar laten pada uji Scree terdapat 5 indikator komponen yang dapat dianalisis. Jika dilihat berdasarkan loading faktor, tampak bahwa ke 15 pernyataan atau butir tersebut tergolong baik (100%) untuk semua butir.
instrumen mengukur apa yang sehusnya diukur. Hal ini menunjukkan bahwa tiap butir instrumen memiliki nilai validitas yang sangat baik. Berarti instrumen sesuai untuk mengukur kepuasan kerja guru pendidikan agama Buddha. Berdasarkan kumulatif muatan faktor rotation sums of sequared loading sebesar 88,265% untuk instrumen kepuasan kerja guru, artinya instrumen kepuasan kerja guru yang terdiri dari15 butir komponen dapat dijelaskan oleh 5 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 88,265%.
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kepuasan Kerja Component 2
1
3
5
4
Rotated Component Matrix(a) Puas1
0,902
Puas2
0,835
Puas3
0,936
Puas4
0,949
Puas5
0,872
Puas6
0,924
Puas7
0,892
Puas8
0,840
Puas9
0,917
Puas10
0,923
Puas11
0,821
Puas12
0,875
Puas13
0,904
Puas14
0,857
Puas15
0,896
Berdasarkan data uji tahap II komponen kepuasan kerja memiliki loding faktor diatas 0,7, yang menunjukkan bahwa tiap butir intrumen tersebut valid. Artinya tiap butir
Rotation Sums of Squared Loadings % of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
1
34,207
2,797
18,649
18,649
2
58,668
2,683
17,888
36,536
3
71,396
2,664
17,763
54,299
4
80,582
2,575
17,169
71,468
5
88,265
2,52
16,797
88,265
Komponen Kinerja Hasil dari uji II dengan mempergunakan analisis faktor dengan pendekatan konfirmatori dengan exctraction method: maximum likelihood, di hasilkan analisis yang menunjukkan untuk kedua kalinya instrumen kinerja kerja guru pendidikan agama Buddha, memiliki indeks determinan tidak sama dengan nol. KMO_MSA sebesar 0,850, uji Bartlett’s signifikan. Berdasarkan eigen values dan akar laten pada uji Scree terdapat 3 indikator komponen yang dapat dianalisis. Jika dilihat berdasarkan loading faktor, tampak bahwa ke 12 pernyataan atau butir tersebut tergolong baik (100%) untuk semua butir. Tampak dalam Tabel 12, yang menunjukkan bahwa loading faktor tiap butir instrumen lebih besar dari 0,5, berarti tiap butir intrumen tersebut valid. Perbedaan berdasarkan uji I dan II menunjukkan bahwa terdapat saran yang diberikan melalui analisis ini, bahwa indikator ke 3 dan ke 4 bergabung menjadi satu
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
14
dan diberi nama membimbing dan melatih. Artinya komponen tersebut menjadi satu indikator membimbing dan melatih. Butir dalam komponen tetap valid karena faktor loding yang lebih besar dari 0,5. Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kinerja Guru Component
3
2
1
Rotated Component Matrix(a) Ajar1
0,934
Ajar2
0,801
Ajar3
0,875
Didi1
0,902
Didik2
0,819
Didik3
0,905
Bimb1
0,787
Bimb2
0,798
Bimb3
0,907
Bimb4
0,901
Latih1
0,717
Latih2
0,660
Total Variance Explained Component
Rotation Sums of Squared Loadings Cumulative %
Uji tahap II, menghasilkan nilai reliabilitas untuk intrumen motivasi sebesar 0,912, dan reliabilitas instrumen komponen motivasi sebesar 0,863, serta reliabilitas instrumen komponen kinerja sebesar 0,898. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga instrumen memiliki nilai reliabilitas instrumen diatas 0,7. Artinya instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik. Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji II Komponen Kinerja Guru dalam Besaran Varian
% of Variance
Reliabilitas dan Validitas Indikator yang digunakan dalam menyusun tiap komponen, pada Uji tahap II.
Total
% of Variance
1
45,500
4,111
34,259
34,259
2
62,271
2,580
21,499
55,758
3
75,766
2,401
20,009
75,766
Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa rotation sums of sequared loading sebesar 75,66% untuk instrumen kinerja guru, artinya instrumen kinerja guru yang terdiri dari12 butir komponen dapat dijelaskan oleh 3 komponen dan konstruk teoritis yang tercermin dalam butir pernyataan yang mewakili faktor yang ada sebesar 75,66%.
Instrumen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru sekolah dasar dikembangkan berdasarkan model skala likert. Diawali dalam pengajuan instrumen yang berjumlah 50, yang terbagi dalam instrumen motivasi sebanyak 23 butir, intrumen kepuasan kerja sebanyak 15 butir dan intrumen kinerja sebanyak 12 butir, yang terbagi dalam komponen tugas pokok dan fungsi guru dalam mengajar, mendidik, membimbing, serta melatih dan mengarahkan. Langkah yang ditempuh sebelum dilakukan uji tahap 1, adalah dilakukan FGD serta diskusi dalam kelompok terbatas, dihasilkan sejumlah saran dan masukan, sehingga menghasilkan perubahan intrumen, baik dalam model atau bentuk, serta jumlah intrumennya. Jumlah Instrumen/pernyataan pada uji coba I adalah 50 butir dan pada uji coba II adalah tetap berjumlah 50 butir, masing-masing dengan 5 alternatif jawaban. Instrumen ini dianalisis dengan analisis program SPSS dengan mempergunakan analisis faktor. Berdasarkan analisis dengan program SPSS dengan mempergunakan analisis faktor dihasilkan bahwa ke 50 intrumen tersebut layak untuk digunakan, sedangkan ke 50 intrumen tersebut membentuk 6 sub komponen atau indikator motivasi, 4 sub komponen atau indikator kepuasan kerja dan 3 sub komponen atau indikator kinerja. Analisis dilanjutkan dengan membuat skala hasil penilaian dari uji 2, kedalam tiap komponen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha. Untuk melihat apakah tiap komponen tersebut sesuai dalam membentuk dimensi-dimensinya, digunakan analisis faktor. Berdasarkan rotated faktor matrix terdapat 14 indikator valid yang terbagi
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
15
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
dalam komponen motivasi 6 indikator, komponen kepuasan kerja 5 indikator, dan komponen kinerja 4 indikator, yang memenuhi kriteria nilai communality dan factor loading yaitu lebih dari 0,5 dan setiap butir-butir instrumen tersebut memuat satu faktor. Berdasarkan Uji ke 1 dan Uji ke 2, dapat disimpulkan bahwa ke 50 butir intrumen tersebut layak untuk digunakan, yang membentuk 15 faktor dalam uji 1 dan 14 faktor dalam uji 2, yang terangkum dalam 3 komponen. Selanjutnya hasil penilaian tersebut dibawa ke dalam 3 komponen dalam wujud motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru. Berdasarkan analisis faktor tampak bahwa 14 faktor tersebut memiliki kecenderungan dalam membentuk 3 komponen tugas guru sekolah dasar, dalam komponen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru. Hasil akhir instrumen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru sekolah dasar dilengkapi dengan norma yang dijadikan patokan untuk memaknai hasil pengukuran. Berdasarkan analisis faktor dengan mempertimbangkan nilai validitas dan reliabilitas intrumen dapat memberikan gambaran bahwa komponen motivasi terdiri dari 6 sub indikator yang meliputi : 1. Kebijakan dan administrasi, 2. Pengawasan, 3. Kondisi kerja. Faktor instrinsik yang mempengaruhi motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari, 1. Pengembangan, 2.Pekerjaan, dan 3.Tanggung jawab. Berdasarkan analisis faktor untuk komponen kepuasan kerja memiliki 5 indikator kepuasan kerja yang meliputi : 1. Penggunaan jam kerja, 2. Keadilan, 3. Kedisiplinan, 4. Penghargaan dan 5. Stres kerja. Kesemua indikator komponen tersebut valid, dan intrumen reliabel. Berdasarkan analisis faktor komponen kinerja guru, dihasilkan bahwa indikator kinerja guru yang dilaksanakan melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru terdiri dari tiga indikator, yang meliputi tugas guru dalam mengajar, tugas guru dalam mendidik, serta tugas guru dalam membimbing dan melatih. Hasil ini dapat dilihat dari nilai validitasa tiap butir instrumen serta nilai reliabilitas intrumen, yang menunjukkan bahwa instrumen reliabel.
Simpulan dan Saran Memperhatikan nilai validitas dan reliabilitas intrumen, dan kriteria dihasilkan simpulan sebagai berikut: Komponen motivasi dapat disusun dari instrumen sub komponen ektrinsik yang memiliki indikator : Kebijakan dan administrasi, Pengawasan, dan Kondisi kerja, serta dari faktor instrinsik yang mempengaruhi motivasional guru pendidikan agama Buddha yang terdiri dari: pengembangan, pekerjaan dan tanggung jawab. Komponen kepuasan kerja dapat disusun dari indikator, penggunaan jam kerja, keadilan, kedisiplinan, penghargaan dan stres kerja. Komponen kinerja dapat disusun dari indikator yang meliputi tugas guru dalam mengajar, tugas guru dalam mendidik, serta tugas guru dalam membimbing dan melatih. Berdasarkan penelitian dan pengembangan terhadap instrumen motivasi, kepuasan kerja dan kinerja guru pendidikan agama Buddha dapat disarankan untuk pemanfaatan produk sebagai berikut. 1. Instrumen motivasi kerja guru pendidikan agama Buddha seharusnya mempergunakan instrumen yang mempertimbangkan faktor intrinsik dan ekstrinsik guru tersebut. 2. Untuk mendalami kondisi kerja guru pendidikan agama Buddha yang sesungguhnya, perlu mempertimbangkan kepuasan kerja guru tersebut. 3. Seharusnya kinerja guru pendidikan agama Buddha mempertimbangkan kinerja guru berdasarkan tugas pokok dan fungsi guru sebagai upaya untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kinerjanya.
Daftar Pustaka Allen,
M.J., & Yen, W.M., (1979), Instroduction to measurement theory.: Wardsworth, Inc. Monterey.
Badarudin, (2010), Penilaian Kinerja,Diambil 2 April 2010, http://badarudinalbana, worldpress.com/2010/02/14 Baron, R.A., & Greenberg, J., 1990, Behaviour in Organizations: Understanding and Managing the Human Side of Work,
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
16
Third Edition, Allyn and Bacon, Massacgusetts. Borg,W.R.,& Gall,M.D. (1983). Education research: an introduction: Longman inc. New York Coakes, S.J. & Steed. D. (1996). SPSS for Window: analysis without anguish.: Jacaranda Wiley LTD. Cambera. Coggshall, J. and Jeffrey, M. (2008). Key Issue : Using Performance-Based Assessment to Identify and Suport High-Quality Teachers, The National Comprehensive Center for Teacher Quality is a collaborative effort of Education Commissioan of the states, ETS, Learning Point Associates, and Vanderbit University. Dessler, Garry.,1997, Manajemen Personalia, Edisi Ke tiga.,Erlangga, Jakarta. -----------------, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Prenhalindo, Jakarta. Gibson, James L., et al., 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur, dan Proses. Edisi Kedelapan, Binarupa Aksara, Jakarta. Gay, L, R. (1981) Education Research, Competencies for Analysis & Application. Charles E. Merril Publication. London. Guba,E.G., & Lincolln, Y.S., (1991), Effective Evaluation, Improving the Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic Approaches.Jossey-Bass Publisher-San Francisco. Kim, J.O., & Muller, C.M. (1986). Factor analysis, statistical methods & practical issues. Sage Publications.Inc. London. Luthans, 1995,Organisasi Behaviour, McGrawHill, Inc., Singapore Mardapi. D., (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes.Mitra Cendekia Press, Yogjakarta.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Mehrens,W.A, & Lehmann, I, J. (1973), Measurement and Evaluation in education and psycology.Holt, Rinehart and Winston, Inc. New York. Nunnally, J. C. (1981). Psychometric Theory (2nd Ed). McGraw-Hill. New York. O’Malkey & Pierce (1996). Pengertian Asesmen bentuk asesmen dan langkah penerapan asesmen. Diambil dari http://mectabied. worldpress. com/2011/01/14 tanggal 29 Desember 2011. Osborn, R. N., et al., 1991, Managing Organizational Behavior, Fourth Edition, John Wiley & Sons Inc., Canada. Praptini, Y., 2000, Pengaruh Sumber – Sumber Stres Kerja Terhadap kepuasan Kerja Tenaga Edukatif tetap Fakultas Ilmu Sosial Universitas Airlangga Di Surabaya, Tesis Pada Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Suharjo, M.S., (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar, Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Sudjana,N., (1990). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.Jakarta. Sugiyono. (2003). Statistika Untuk Penelitian: Alfabeta. Bandung. Syamsul Bahri, (2009).Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Dasar di Dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, TESIS, Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Worthen, B. R., & Sanders, J. R., (1984). Educational evaluation: Theory and practice. OH: Charles A Jones Publishing Company. Worthington.
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol I No. 1 September 2014
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN
1. Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan memuat hasil hasil penelitian, maupun
kajian yang terkait dengan hasil penelitian pengembangan, maupun penelitian penerapan dalam bidang Agama Buddha maupun Ilmu Pengetahuan. Artikel yang dikirim ke redaksi belum pernah dipublikasikan dan dikemas kembali sesuai dengan format artikel jurnal. 2. Panjang naskah + 20 halaman A4, satu setengah spasi, Times New Roman, font 11, dan ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Artikel ditulis dengan ketentuan sebagai berikut: a. Judul maksimal 15 kata, dengan font 14. Peringkat judul disusun sebagai berikut: PERINGKAT SATU (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, font 14, di tengah-tengah halaman) PERINGKAT DUA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah) PERINGKAT TIGA (HURUF BESAR, TEBAL, di tengah-tengah) b. Nama penulis tanpa gelar ditulis di bawah judul: untuk Tim semua nama penulis dicantumkan c. Nama instansi ditulis di bawah nama: email ditulis di bawah nama instansi d. Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, satu spasi, 100-200 kata, satu paragraf dan font 11. e. Kata kunci merupakan inti permasalahan, bisa satu kata atau lebih, ditulis miring di bawah abstrak dengan jarak satu spasi. f.
Batang tubuh artikel: artikel kajian terdiri dari Pendahuluan (permasalahan, kerangka pikir, dan atau kerangka analisis), sub-sub judul pembahasan, dan kesimpulan; sedangkan artikel hasil penelitian terdiri dari pendahuluan ( latar belakang permasalahan, dan landasan teori), metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan, dan saran.
4. Kutipan harus disebutkan nama pengarang, tahun ,dan p. nomor halaman. Contoh: (Triyatno, 2014, p.89). kutipan langsung (persis aslinya) lebih dari tiga baris ditulis satu spasi, rata kiri dan menjorok ke kanan 7 ketukan. 5. Artikel rangkap dua disertai soft copynya dikirim ke sekretariat redaksi Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan, penulis dari lar kota bisa mengirimkan artikel secara elektronik melalui email:
[email protected] 6. Daftar pustaka disusun dengan tata cara s merujuk pada APA style dan diurutkan secara alfabetis nama pengarang.
Penerbit Yayasan Cipta Sarana Budhi Bekerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah