ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
Oleh : DYAH AYU UMI ROHMATEN LAMONGAN - JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Dyah Ayu Umi Rohmaten N I M : 141011101 Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 08 Nopember 1992 Alamat : Dsn Kalipang, RT/RW :002/016, Ds Sumberkepuh, Kec. Tanjunganom, Kab. Nganjuk. Telp./HP : 085736648298 Judul Skripsi : Pengaruh Tiga Jenis Plankton Yang Berbeda Sebagai Pakan Alami Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Pembimbing : 1. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. 2. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Proyek Dosen. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta kami bersedia : 1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga; 2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi; 3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolaholah hasil pemikiran saya sendiri Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, 21 Juli 2014 Yang membuat pernyataan
Dyah Ayu Umi Rohmaten NIM. 141011101
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh: DYAH AYU UMI ROHMATEN NIM : 141011101
Menyetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing Utama,
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. NIP. 19690912 199702 2 001
Skripsi
Pembimbing Serta,
Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. NIP. 19690621 199703 2 001
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
Oleh : Dyah Ayu Umi Rohmaten NIM : 141011101
Telah diujikan pada Tanggal : 21 Juli 2014
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Anggota : Sudarno, Ir., M.Kes. Sapto Andriyono, S.Pi., MT. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si.
Surabaya, 21 Juli 2014 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA NIP.19520517 197803 2 001
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN DYAH AYU UMI ROHMATEN. Pengaruh Tiga Jenis Plankton yang Berbeda sebagai Pakan Alami terhadap Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.). Dosen Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan gonad biota laut (Hasan, 2011), dimana diketahui bahwa untuk sintesis dan sekresi hormon reproduksi diperlukan bahan baku yang berasal dari makanan (Rohani, 1998). Teripang biasanya memakan plankton dari jenis diatom bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun mati pada permukaan karang, alga merah, copepoda dan gastropoda (Bakus, 1973). Diatom bentik, alga hijau, alga biru mempunyai komposisi kandungan gizi yang berbeda dan diduga berpengaruh terhadap perkembangan reproduksi dan kematangan gonad teripang (Phyllophorus sp.). Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian 3 jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp.) terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.). Penelitian dilakukan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Histologi gonad dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Perlakuan yang digunakan adalah pemberian plankton sebagai pakan alami pada induk teripang Phyllophorus sp., dan sebagai pakan kontrol yaitu campuran kotoran sapi dan dedak padi. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter utama dalam penelitian ini adalah tingkat kematangan gonad teripang melalui pengamatan histologi gonad. Parameter pendukung penelitian ini adalah data kualitas air dalam bak pemeliharaan yang meliputi DO, salinitas dan suhu, warna gonad dan berat tubuh Phyllophorus sp. Hasil histologi gonad dan uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan pakan plankton B (Chaetoceros sp.) berbeda nyata dengan perlakuan pakan A (kontrol), C (Chaetoceros sp.) dan D (Spirulina sp.). Perlakuan pakan tertinggi terdapat pada perlakuan pakan plankton B (Chaetoceros sp.). Sedangkan hasil Anova jumlah konsumsi pakan Chaetoceros sp. dan Chlorella sp. menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pakan kontrol. Sedangkan konsumsi pakan Spirulina sp. menujukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol. Parameter kualitas air selama penelitian dalam kondisi yang optimal. Salinitas selama penelitian berkisar antara 29-30 ppt, suhu berkisar antara 28-29°C, dan DO 6,5-8,2 ppm.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SUMMARY
DYAH AYU UMI ROHMATEN. Effect of Three Different Kinds of Plankton as Natural Food to Local Sea Cucumber Gonads Maturity Level (Phyllophorus sp.). Supurvisor Lecturer Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. and Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. The availability of food is one of the factors that affect gonad maturity of marine organism (Hasan, 2011), it is known that for synthesis and secretion of reproductive hormones necessary raw materials derived from food (Rohani, 1998). Usually, sea cucumbers feed plankton from some kinds of diatoms, benthic, green algae, filamentous blue algae that living or dead on the surface of the coral, red algae, copepods and gastropods (Bakus, 1973). Benthic diatoms, green algae, blue algae has the nutritional content of different composition and the alleged effect on reproductive development and maturity of gonads of sea cucumbers (Phyllophorus sp.). The study was conducted to determine the effect of three kinds of plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp., and Spirulina sp.) The maturity level of the local sea cucumber gonads (Phyllophorus sp.). The study was conducted at the Education Laboratory of Faculty of Fisheries and Marine Airlangga University. Histology of gonad performed at the Laboratory of Histology Faculty of Science and Technology Airlangga University Surabaya. The treatment used is giving plankton as natural feed to sea cucumbers brood Phyllophorus sp ., and a control diet is a mixture of cow dung and rice bran. This research was carried out experimentally using a completely randomized design (CRD). The main parameters in this study is the level of maturity of the gonads of sea cucumbers through histological observation of the gonads. Parameters supporting this research is the data in a tub of water quality maintenance which includes DO, salinity and temperature, the color of the gonad and body weight of Phyllophorus sp. The results of gonadal histology and Anova test showed that treatment B feed plankton (Chaetoceros sp.) significantly different feed treatment A (control), C (Chaetoceros sp.) And D (Spirulina sp.). Treatment of highest feed on treatment B (Chaetoceros sp.). While the results of Anova amount of feed intake Chaetoceros sp. and Chlorella sp. showed significant differences to the control diet. While feed consumption of Spirulina sp. showed results that were not significantly different to the control diet. Water quality parameters during the study in optimal conditions. Salinity during the study ranged from 29-30 ppt, temperatures range between 28-29 ° C, and DO from 6.5 to 8.2 ppm.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Pengaruh Tiga Jenis Plankton yang Berbeda sebagai Pakan Alami terhadap Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga, Surabaya. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya demi kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan.
Surabaya, 21 Juli 2014
Penulis
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian kegiatan dan penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti B.S., DEA., drh selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. 2. Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Wali yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam menempuh studi di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. 3. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Ibu Rr. Juni Triastuti, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dosen Pembimbing Serta yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan saran yang membangun dengan
penuh
kesabaran
mulai
dari
penyusunan
proposal
sampai
terselesaikannya Skripsi ini. 4. Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. selaku Ketua Penguji, Bapak Sudarno, Ir., M.Kes. selaku Sekretaris Penguji dan Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT. selaku Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan kritik serta Ibu Dr. Dwi Winarni, Dra., M.Si. yang sudah mengajari kami cara histologi gonad teripang dan interpretasi hasilnya hingga terselesaikannya Skripsi ini. 5. Progam Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Universitas Airlangga Tahun 2014 dengan tim yang beranggotakan Bapak Sapto Andriyono, S.Pi., MT., Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Ibu Dr. Dwi Winarni, Dra., M.Si. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan FPK UNAIR, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan dan terimasih banyak atas semua bantuannya selama menjadi mahasiswa di FPK tercinta ini. 7. Ayahanda dan ibunda tercinta (Alm. Bapak Komari dan Ibu Sanik). Skripsi ini dipersembahkan untuk ibu dan Alm. bapak. Sembah sujud dan pengabdianku untuk ibu dan bapak. Adik Dimas Lailatul Nengrum, Mar’atul Jannah dan keluarga besar Mak Yem, Mbak Ana dan Mas Endri Rudianto, S.Pi., yang
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
telah banyak memberikan dukungan moril dan materi serta semangat sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 8. Tim penelitian teripang, Binti Rumiyati, Noviana Masruroh, Gantri Gerta, Bapak Mad serta rekan-rekan di Lab Histologi, Firas, Krisda, Mbak Evi dan Mbak Melli yang sudah membantu selama proses penelitian dan histologi gonad teripang mulai dari awal hingga akhir. 9. Sahabat-sahabat terbaik, Siti Arifah dan Masrul serta sahabat Bala-Bala tersayang (Astrid, Arini dan Oktan), teman-teman Piranha 2010, para sahabat Nanca, Dwi (kakak), Mbah Eka (tante), Artika dan Yuniari (iie), rekan-rekan di PT. DIKA (Pak Nur Kholik, Mbak Nita, Destanto) dan Keluarga Besar PT. Arina terutama Mbak Dian serta saudari-saudari kos tercinta (Mbak Dama, Deka, Winning, Risa dan Tari)
dan bu parni yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Surabaya, 21 Juli 2014
Penulis
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN ..................................................................................................
v
SUMMARY .....................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
viii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
I
II
Skripsi
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................
3
1.3 Tujuan ................................................................................................
3
1.4. Manfaat ..............................................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
4
2.1 Klasifikasi ..........................................................................................
4
2.2 Morfologi Teripang Lokal (Phyllophorus sp.)...................................
4
2.3 Anatomi Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) .....................................
5
2.4 Cara Makan dan Jenis Pakan Teripang ..............................................
7
2.5 Reproduksi .........................................................................................
7
2.6 Tingkat kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.).......
8
2.7 Hubungan Pakan dengan Kematangan Gonad ...................................
12
2.8 Diatom................................................................................................ 2.8.1 Klasifikasi Chaetoceros sp. ...................................................... 2.8.2 Morfologi Chaetoceros sp. ....................................................... 2.8.3 Kandungan Nutrisi Chaetoceros sp. .........................................
14 14 14 15
2.9 Chlorella sp. .......................................................................................
15
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.9.1 Klasifikasi Chlorella sp. ........................................................... 2.9.2 Morfologi Chlorella sp. ............................................................ 2.9.3 Kandungan Chlorella sp. ..........................................................
15 15 16
2.10 Spirulina sp. ..................................................................................... 2.10.1 Klasifikasi Spirulina sp. .......................................................... 2.10.2 Morfologi Spirulina sp. ........................................................... 2.10.3 Kandungan Spirulina sp..........................................................
18 18 18 19
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ..................................
20
3.1 Kerangka Konseptual .........................................................................
20
3.2 Hipotesis ............................................................................................
21
IV METODOLOGI ........................................................................................
23
4.1 Tempat dan Waktu .............................................................................
23
4.2 Materi Penelitian ................................................................................ 4.2.1 Peralatan Penelitian .................................................................. 4.2.2 Bahan Penelitian .......................................................................
23 23 23
4.3 Metode Penelitian ............................................................................... 4.3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 4.3.2 Prosedur Kerja .......................................................................... A. Persiapan Alat ...................................................................... B. Manajemen Media ............................................................... C. Persiapan Stok Plankton untuk Pakan ................................. D. Pencarian dan Seleksi Induk ................................................ E. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan .................................... F. Pengukuran dan Pembedahan Induk .................................... G. Pembuatan Sediaan Histologi Gonad Teripang ................... H. Pengamatan Sediaan Gonad Teripang .................................
24 24 25 25 26 26 27 27 28 29 31
4.4 Parameter Penelitian .......................................................................... 4.4.1 Parameter Utama ...................................................................... 4.4.2 Parameter Pendukung ...............................................................
33 33 33
4.5 Analisis Data.. ....................................................................................
33
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
35
5.1 Hasil ................................................................................................... 5.1.1 Morfologi Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) .............. 5.1.2 Histologi Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) ............... 5.1.3 Konsumsi Pakan Teripang ........................................................
36 36 37 42
V
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
5.1.4 Kualitas Air Pemeliharaan Induk Teripang ............................. 5.1.5 Pembahasan...............................................................................
43 44
VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................
53
6.1 Kesimpulan .........................................................................................
53
6.2 Saran ...................................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
54
LAMPIRAN .....................................................................................................
60
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Phyllophorus sp. di Pantai Timur Surabaya .............................................
4
2.
Morfologi dan Antomi Teripang ...............................................................
6
3.
Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase Pemulihan (Recovery) ....
9
4.
Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan pada Fase Pertumbuhan (Growth) ................................................................................................... 10
5.
Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase Pertumbuhan Tingkat Lanjut (Advanced Growth) ................................... 11
6.
Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase Pematangan (Mature) ................................................................................ 12
7.
Chaetoceros sp. ......................................................................................... 14
8.
Chlorella sp. .............................................................................................. 16
9.
Spirulina sp. .............................................................................................. 19
10. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................... 22 11. Desain Penelitian ...................................................................................... 33 12. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 34 13. Morfologi Gonad Teripang Phyllophorus sp. A (Jantan) dan B (Betina) . 35 14. Grafik Rata-Rata Tingkat Kematangan Gonad Teripang Phyllophorus sp. .............................................................................................................. 37 15. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase Recovery (Perbesaran 100 x) .................................................................................... 38 16. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Growth (Perbesaran 100 x) ........................................................................................................ 39 17. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Advanced Growth (Perbesaran 100 x) .................................................................................... 40 18. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Mature ................... 41
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
Gambar
Halaman
1. Kandungan Bahan Organik, Mineral dan Vitamin pada Chlorella sp. ....... 17 2. Kandungan Gizi Beberapa Jenis Chlorella sp. ............................................ 17 3. Tingkat Kematangan Gonad Teripang Phyllophorus sp. Sebelum dan Setelah Perlakuan Pakan ............................................................................. 36 4. Hasil Uji ANOVA Tingkat Kematangan Gonada Teripang ....................... 39 5. Hasil ANOVA Rata-Rata Konsumsi Pakan Teripang Per Hari (%) ........... 43 6. Data Kualitas Air Selama Pemeliharaan Induk Phyllophorus sp. ............... 43
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Cara Menghitung Plankton yang Akan diberikan pada Teripang. ............. 57 2. Data Penghitungan ANOVA Tingkat Kematangan Gonad Teripang ........ 63 3. Data Konsumsi Pakan Teripang Perhari .................................................... 65 4. Data Penghitungan ANOVA Konsumsi Pakan Teripang .......................... 78 5. Data Pengamatan Kualitas Air Harian ....................................................... 79
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teripang atau yang juga disebut dengan mentimun laut (sea cucumber) (Madang, 2011), merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai prospek cukup baik dan bernilai ekonomis tinggi, baik di pasaran domestik maupun internasional (Sukmiwati dkk., 2012). Teripang digunakan sebagai bahan makanan, baik dikonsumsi mentah dengan pengolahan sederhana maupun dimasak kembali setelah proses pengeringan. Teripang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, yaitu 43,1% protein; 2,2% lemak; 27,1% kadar air dan 27,6% kadar abu (Rustam, 2006). Teripang juga mengandung riboflavin, mineral, fosfat, besi, arsen, iodin, kalsium, magnesium dan tembaga (Yulisti, 2000). Pemanfaatan teripang yang semakin meningkat mengakibatkan laju penangkapan semakin meningkat dari tahun ke tahun dan stok produksi saat ini masih tergantung pada penangkapan di alam oleh para nelayan. Upaya-upaya yang telah dilakukan guna meningkatkan produksi selalu mengalami penurunan, karena populasi teripang semakin menurun (Madang, 2011). Usaha pelestarian dan pemenuhan kebutuhan melalui pembudidayaan perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi teripang lokal (Phyllophorus sp.) berkualitas dan tidak mengurangi stok teripang di alam. Penyediaan pakan dalam jumlah yang cukup, waktu yang tepat dan kualitas yang baik merupakan aspek penting dalam efisiensi budidaya. Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan gonad biota laut (Hasan, 2011), dimana diketahui bahwa untuk
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sintesis dan sekresi hormon reproduksi diperlukan bahan baku yang berasal dari makanan (Rohani, 1998). Hartati dkk., (2005) menyatakan bahwa teripang memanfaatkan tiga macam sumber makanan, yaitu: kandungan zat organik dalam lumpur, detritus dan plankton. Teripang dari Ordo Dendrocerotida memiliki tipe tentakel bukal dendritik. Tentakel bukal ini secara aktif mengumpulkan plankton dan partikel tersuspensi (seston) langsung dari medium airlaut disekitarnya.Teripang biasanya memakan plankton dari jenis diatom bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun mati pada permukaan karang, alga merah, copepoda dan gastropoda (Bakus, 1973). Hartati dkk. (2006) mengatakan berdasarkan hasil analisa dan identifikasi terhadap isi saluran pencernaan pada 80 sampel teripang putih (Holothuria scabra) telah ditemukan beberapa phytobenthik, meliputi Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Diniphyceae. Tiga jenis plankton yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis diatom (Chaetoceros sp.), alga hijau yaitu Chlorella sp. dan alga biru yaitu Spirulina sp. yang memiliki kandungan gizi yang tinggi serta umum dibudidayakan. Perbedaan komposisi kandungan gizi Chaetoceros sp., Chlorella sp., dan Spirulina sp. diduga berpengaruh terhadap perkembangan reproduksi dan kematangan gonad teripang (Phyllophorus sp.).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pemberian 3 jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp.) dapat berpengaruh terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.) ? 2. Jenis plankton apakah yang memberikan pengaruh terbaik terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.) ?
1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh pemberian 3 jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp.) terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.) 2. Mengetahui jenis plankton yang memberikan pengaruh terbaik terhadap tingkat kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.)
1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menentukan plankton yang sesuai untuk meningkatkan kematangan gonad Phyllophorus sp. sehingga dapat menjadi salah satu cara efisiensi budidaya teripang lokal (Phyllophorus sp.).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi Klasifikasi teripang lokal (Phyllophorus sp.) menurut Grube (1840) dalam
O’Loughlin et al. (2012) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Animalia : Echinodermata : Holothuroidea : Dendrochirotida : Phyllophoridae : Phyllophorus : Phyllophorus sp.
Gambar teripang Phyllophorus sp. dapat dilihat pada Gambar 1.
B A C
Gambar 1. Phyllophorus sp. (Wild Fact sheets, 2010) Keterangan :
2.2
A : anus B : mulut C : kaki tabung
Morfologi Teripang Lokal ( Phyllophorus sp.) Teripang termasuk anggota hewan berkulit duri (Echinodermata) Grube
(1840) dalam O’Loughlin et al. (2012). Duri pada teripang tersebut sebenarnya merupakan rangka atau skelet yang tersusun dari zat kapur dan terletak di dalam kulitnya. Rangka dari zat kapur tersebut tidak dapat dilihat dengan mata biasa
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
karena sangat kecil. Rangka teripang dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Lapisan kapur pada teripang memiliki ketebalan tergantung umur (Madang, 2011). Ramadany dkk. (2012) menyatakan bahwa teripang lokal ( Phyllophorus sp.) yang memiliki nama lokal terung seringkali disebut teripang bola atau ball sea cucumber memiliki bentuk tubuh membulat dengan ukuran tubuh kira-kira 7 cm, berwarna krem kecoklatan. Kulit tubuhnya keras dan tebal, serta kasar karena terdapat papulae (filamen kecil) di tubuhnya. Mulut berada pada bagian anterior dan anus berada pada bagian posterior (Gultom, 2004). Storer et al. (1979) mengatakan mulut teripang dikelilingi oleh tentakel-tentakel berwarna transparan yang tipis dan gelap yang berfungsi untuk mengambil dan menangkap makanan. Anus berfungsi untuk mengeluarkan kotoran atau sisa metabolisme dan air. Tentakel-tentakel pada teripang merupakan modifikasi dari kaki tabung yang berfungsi sebagai alat respirasi, lokomotor dan syaraf penerima atau kombinasi ketiganya (Daut, 1992 dalam Sunarno, 1997). Teripang lokal (Phyllophorus sp.) yang termasuk Ordo Dendrochirotida memiliki tipe tentakel bukal dendritik (berbentuk pohon) untuk menangkap plankton langsung dari air laut di sekitarnya (Aziz, 1996). 2.3
Anatomi Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Menurut Biworo (1973) dalam Sunarno (1997) alat pencernaan teripang
berupa saluran berbentuk pipa panjang, yang memanjang secara longitudinal dan berkelok-kelok dalam rongga tubuh menuju ke bagian dubur. Saluran pencernaan teripang relative sederhana dan melekat dalam dinding tubuh dengan membran
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
yang tipis yang terdiri dari tentakel, mulut, pharynk, oesophagus, lambung, usus, kloaka dan anus. Aziz (1996) menyatakan bahwa usus pada teripang merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang, kurang lebih dua sampai tiga kali panjang total tubuh. Teripang mempunyai gonad pada bagian anterior rongga tubuh yang multitubular menyerupai sikat dengan tabung-tabung halus yang berhubungan dengan saluran tunggal pada bagian dorsal untuk mengeluarkan telur yang matang keluar tubuh Storer et al. (1979). Morfologi dan anatomi teripang dapt dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi dan Antomi Teripang (Yulisti, 2000) Keterangan: 1. Tentakel 2. Lingkaran kalkareus 3. Dinding tubuh 4. Perut besar 5. Gonad 6. Pernafasan pohon
7. Jaringan air radikal 8. Usus kecil 9. Usus halus 10.Otot kloaka 11.Kloaka
Gonad Phylloporus sp. terdiri dari beberapa tubulus yang memiliki panjang berfariasi setiap individu. Gonad betina umumnya berwarna hijau lumut dengan bentuk tubulus yang lebih menggembung dibandingkan dengan gonad jantan yang umumnya berwarna cokelat muda (Winarni dkk., 2012).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.4
Cara Makan dan Jenis Pakan Teripang Teripang
dibagi
menjadi
dua
yaitu
pemakan
plankton
(Ordo
Dendrochirotida) dan pemakan partikel/substrat (selain Ordo Dendrochirotida) (Darsono 1998). Aziz (1996) menyatakan teripang dari Ordo Dendrochirotida mempunyai tentakel bukal tipe dendritik yang memiliki percabangan berbentuk pohon dan berukuran relatif lebih panjang. Teripang pemakan plankton menyaring dan mengumpulkan plankton dengan bantuan tentakelnnya yang berlendir. Menurut Bakus (1973) teripang juga bersifat poliphagia yang memakan segala sesuatu yang terdapat di dasar perairan seperti detritus, partiel-partikel pasir, hancuran karang, diatomik bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun yang mati pada permukaan karang, alga merah, copepoda dan gastropoda. Hartati dkk. (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisa dan identifikasi terhadap isi saluran pencernaan pada 80 sampel teripang putih (Holothuria
scabra)
telah
ditemukan
beberapa
phytobenthik,
meliputi
Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Diniphyceae. Secara umum tidak ada perbedaan frekuensi kejadian pakan pada musim kemarau dan penghujan. Kebanyakan teripang bersifat nocturnal yaitu aktif mencari makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari (Bakus, 1973).
2.5
Reproduksi Teripang bersifat dioecius, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat
pada individu yang berbeda. Secara visual jenis kelamin ini sulit dibedakan (Hyman, 1995 dalam Rohani, 1998). Perbedaannya akan tampak jelas bila dilihat menggunakan mikroskop, akan tampak bahwa organ kelamin jantan berwarna
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bening keputihan dan organ kelamin betina berwarna kekuning-kuningan dan akan berubah menjadi kecoklatan apabila sudah matang (Gultom, 2004). Winarni dkk. (2012) menyatakan bahwa teripang Phyllophorus sp. memiliki pola reproduksi asinkron pada tingkat populasi sehingga dapat melakukan proses pemijahan sepanjang tahun. Waktu reproduksi ditentukan oleh kemampuan organisme dewasa dalam mendapatkan makanan yang selanjutnya akan diubah dalam bentuk energi dalam melakukan reproduksi (Saputra, 2001). Pemijahan pada teripang biasanya terjadi pada malam hari dimana teripang jantan akan memulai terlebih dahulu dengan mengeluarkan spermanya ke perairan kemudian teripang betina akan mengeluarkan telur karena rangsangan hormon. Sperma akan membuahi telur di luar tubuh teripang pada perairan. Telur yang sudah dibuahi akan tenggelam dan diangkat kembali oleh teripang betina dengan tentakelnya lalu dimasukkan dalam kantung pengeraman dan setelah terjadi pembelahan akan dikembalikan ke perairan (Bakus, 1979). Teripang jantan memijah dalam waktu lebih dari satu jam, dengan substansi pijah seperti benang putih menjulur dari gonopore. Sebaliknya betina memijah dalam waktu relatif pendek, dalam sekali atau dua kali semprotan sebstansi pijah (Darsono, 2009).
2.6
Tingkat Kematangan Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Effendi (1997) mengatakan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) diperlukan
untuk mengetahui organisme tersebut akan memijah, baru memijah atau sudah memijah. Menurut Handayani dan Hartati (2001) dalam Hartati (2006) bertambah pekatnya warna gonad disebabkan oleh bertambah padatnya jumlah sperma dan sel telur yang terbentuk.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Berdasarkan Rasolofonirina et al. (2005), untuk mengidentifikasi indeks gonad (GI), maka dilakukan pengukuran terhadap berat dinding tubuh dan berat gonad.
Nisa
(2012)
menjelaskan
fase
perkembangan
gonad
teripang
Phyllophorus sp. dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pemulihan (recovery), fase pertumbuhan (growth), fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth), fase pematangan (mature) dan fase setelah pemijahan (post spawning). Fase pemulihan (recovery) pada gonad jantan memiliki dinding tubulus yang menebal dengan sisa spermatozoa yang tidak dipijahkan terdapat di bagian tengah lumen, spermatosit terdapat di sekeliling dinding tubulus. Pada gonad betina dinding tubulus juga menebal dan ditemukan fagosit serta oosit previtellogenik di bagian lumen. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan pada fase pemulihan (recovery) dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase Pemulihan (Recovery) (Nisa, 2012) Keterangan : dt: dinding tubulus; sz: spermatozoa; sg: spermatogenik (garis skala 100 μm)
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Fase pertumbuhan (growth) pada gonad jantan ditandai dengan adanya lapisan spermatogenik yang berlekuk pada dinding tubulus jantan yang masih cukup tebal, sel-sel spermatogenik tampak berkembang menuju lumen. Pada betina
dapat
dijumpai
oosit
vitellogenik
dan
postvitellogenik.
Oosit
previtellogenik terdapat di dekat dinding tubulus. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan pada fase pertumbuhan (growth) dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan pada Fase Pertumbuhan (Growth) (Nisa, 2012) Keterangan : dt: dinding tubulus; sz: spermatozoa; sg: spermatogenik (garis skala 100 μm)
Fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth), pada jantan maupun betina memiliki dinding yang mulai menipis. Tubulus jantan dipenuhi oleh sel-sel spermatozoa namun masih ditemukan sel spermatosit di sekitar dinding tubulus. Pada tubulus betina ditemukan oosit vitellogenik dan postvitellogenik serta oosit previtellogenik di tepi dinding tubulus tambak berlekuk dan berdilatasi. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth) dapat dilihat pada Gambar 5.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
A
B
Gambar 5. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase Pertumbuhan Tingkat Lanjut (advanced growth) (Nisa, 2012) Keterangan : A: gonad jantan; B: gonad betina; dt: dinding tubulus; sz: spermatozoa; (garis skala 100 μm)
Fase pematangan (mature) ditandai dengan semakin tipisnya dinding pada tubulus. Dinding tubulus jantan telah berdilatasi secara maksimal dan spermatozoa memenuhi lumen. Sementara pada betina terdapat dinding tubulus yang tipis dan diikuti dengan meningkatnya jumlah oosit mature yang siap dipijahkan. Gambar gonad Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase pematangan (mature) dapat dilihat pada Gambar 6. Fase setelah pemijahan (post spawning), tubulus jantan pada fase ini berdinding tipis dan mengandung sisa spermatozoa di tengah lumen yang tidak dipijahkan. Sementara pada betina dinding juga tipis dan terdapat fagosit yang mendegradasi sel oosit sisa.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
A B Gambar 6. Histologi Gonad Phyllophorus sp. Jantan (A) dan Betina (B) pada Fase Pematangan (mature) (Nisa, 2012) Keterangan : A: gonad jantan; B: gonad betina; dt: dinding tubulus; vo: oosit vitellogenik sz: spermatozoa (garis skala 100 μm)
2.7
Hubungan Pakan dengan Kematangan Gonad Faktor lingkungan yang mempengaruhi siklus reproduksi teripang
diantaranya dalah suhu, siklus bulan dan kelimpahan fitoplankton sebagai makanannya (Nisa, 2012). Hasil penelitian Martinez et al. (2011) terhadap teripang Psolus patagonicus membuktikan bahwa ketika fitoplankton semakin melimpah, maka semakin banyak teripang yang melakukan pemijahan, meski suhu air laut 36-37 0C. Hal ini menunjukkkan bahwa pemijahan berlangsung bertepatan dengan peningkatan makanan yang tersedia dibandingkan dengan peningkatan suhu air laut. Mackey (2001) menyatakan senyawa kimia yang dilepas fitoplankton akan memicu saraf dan kondisi fisiologis sehingga teripang melakukan proses pemijahan. Selain itu plankton yang berlimpah merupakan makanan embrio teripang yang akan menjamin perkembangannya. Pakan digunakan untuk menyediakan nutrien yang sangat diperlukan bagi organisme budidaya yaitu pertumbuhan dan bereproduksi (Pascual, 1999 dalam
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hartati dkk., 2005), yang biasanya terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Izquierdo et al., 2001 ). Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan gonad biota laut selain suhu perairan dan lintang sebaran (berdasarkan letak geografis). Pakan
merupakan
komponen
penting dalam proses pematangan gonad khususnya ovarium karena pada proses vitelogenesis (akumulasi nutrisi dalam sel telur) sangat ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada dalam pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Basri, 2011). Ketersediaan
makanan
penting
untuk
berlangsungnya
proses
gametogenesis pada teripang, dimana diketahui bahwa untuk sintesis dan sekresi hormon reproduksi diperlukan bahan baku yang berasal dari makanan (Lam, 1983 dalam Rohani, 1998). Komposisi asam lemak dalam pakan induk diidentifikasi sebagai faktor utama dari nutrien yang menentukan keberhasilan reproduksi (Izquierdo et al., 2001). Watanabe at al. (1991) dalam Basri (2011) menyatakan bahwa lemak selain sebagai sumber energi juga digunakan untuk struktur sel, termasuk sel telur. Karbohidrat berperan dalam proses vitelogenesis dan spermiogenesis yang disintesis menjadi asam lemak jika mengalami kekurangan. Suastika dkk., (1998) dalam penelitiannya menyatakan dosis protein yang tepat dalam pemberian pakan yang dapat mempercepat proses pematangan gonad teripang pasir adalah sebesar 30 %.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.8
Diatom (Chaetoceros sp.)
2.8.1 Klasifikasi Chaetoceros sp. Kawaroe dkk. (2010) menyatakan klasifikasi Chaetoceros sp. sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Genus Spesies
2.8.2
: Chromista : Bacillariophyta : Bacillariophyceae : Chaetocerotaceae : Chaetoceros : Chaetoceros sp.
Morfologi Chaetoceros sp. Chaetoceros sp. merupakan fitoplankton yang berukuran 3-30 µm, ada
yang berbentuk bulat dengan diameter 4-6 µm, ada yang berbentuk segiempat dengan ukuran 8-12 dan 7-18 µm. Chaetoceros sp. memiliki bentuk rantai memanjang yang merupakan gabungan dari beberapa sel pada tepi luarnya (Idris, 2012). Berat kering satu sel Chaetoceros sp. adalah 0,0000385 µg (Hotos, 2002). Dinding sel diatom ini dibentuk dari silika. Pigmen yang dominan antara lain karotenoid dan diatomin sehingga mikroalga tersebut berwarna kuning kecoklatan (Fajriyani, 2006). Gambar Chaetoceros sp. dapat dilihat pada Gambar 7.
A
Gambar 7. Chaetoceros sp. (Fajriyani, 2006) Keterangan : A :dinding sel
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.8.3 Kandungan Nutrisi Chaetoceros sp. Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa Chaetoceros sp. memiliki kandungan kalsium sebesar 0,59 % dan pospor 0,57 %. Kalsium berperan untuk pembentukan dinding sel sedangkan pospor berperan dalam pembentukan protein. Chaetoceros sp. mengandung protein 35 %, lemak 6,9 %, karbohidrat 6,6 % dan kadar abu 28 %. Farhadian et al. (2009) menjelaskan, Chaetoceros sp. memilki kandungan asam amino tertinggi, antara lain fenilalanin 13,1 % dan alanin 9,8 % dari asam amino total.
2.9
Chlorella sp.
2.9.1 Klasifkasi Chlorella sp. Vashista (1999) dalam Prabowo (2009) menyatakan klasifikasi Chlorella adalah : Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Chlorococcales Famili : Chlorellaceae Genus : Chlorella Spesies: Chlorella sp.
2.9.2
Morfologi Chlorella sp. Chlorella sp. merupakan ganggang hijau bersel tunggal. Sel Chlorella sp.
berbentuk bulat, hidup soliter tapi kadang-kadang ada yang berkoloni dan tidak mempunyai flagella sehingga tidak dapat bergerka aktif (Sartika, 2010). Chlorella sp. memiliki diameter sel yang berukuran 3,5 µm, volume sel berukuran 22 µm3
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dan berat kering setiap selnya adalah 0,0000056 µg (Hotos, 2002). Chlorella sp. memiliki kandungan air sebanyak 90 % dari berat basah (Williams, 1959) Chlorella sp. memiliki klorofil, menyimpan tepung cadangan makanannya dalam kantung makan atau pirenoid dan memiliki dinding sel yang kuat yang tersusun atas polisakarida selulosa dengan matrik dari hemiselulosa dan pectin. Chlorella sp. hidup di air tawar, hanya sebagian kecil yang hidup di air payau dan laut (Sartika, 2010). Bentuk Chlorella sp. menurut Fachrullah (2011) dapat dilihat pada Gambar 8.
A B C
Gambar 8. Chlorella sp. (Fachrullah, 2011) Keterangan : A : nukleus
B: klorofil
C : dinding sel
2.9.3 Kandungan Chlorella sp. Secara umum Chlorella sp. mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, serat dan klorofil. Chlorella sp. kaya akan senyawa-senyawa bermanfaat, digunakan sebagai pakan untuk ikan, larva teripang dan larva mutiara dalam budidaya perikanan yang dapat meningkatkan hasil budidaya tersebut (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kandungan bahan organik, mineral dan vitamin yang terdapat pada Chlorella sp. dapat dilihat pada Tabel 1.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tebel 1. Kandungan bahan organik, mineral dan vitamin pada Chlorella sp. Kandungan
Kadar (dalam 100 gram)
Protein Lemak Karbohidrat Abu Serat kasar Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B6 Karoten Vitamin C Vitamin E Niasin Kalsium Magnesium Besi Fosfor Seng Iodium
50,4 gram 10,3 gram 23,2 gram 4,2 gram 0,3 gram 51,30 IU 1,7 mg 4,3 mg 1,4 mg 92,4 mg 10,4 mg 1,5 mg 23,8 mg 221,0 mg 315,0 mg 130,0 mg 895,0 mg 71,0 mg 0,4 mg
Sumber : Kendar (1998) dalam Permana (2002)
Kandungan gizi beberapa jenis Chlorella sp. menurut Nakayama (1992) dalam Saifuddin (2006) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan gizi beberapa jenis Chlorella sp. (Nakayama (1992) dalam Saifuddin (2006)
Jenis Chlorella
Protein
Lemak
Karbohidrat
Chlorella vulgaris
51-58
14-22
12-17
Chlorella pyrenoidosal
57,0
20
26,0
Chlorella sp.
40-60
10-30
10-25
Keterangan : dalam berat kering (%)
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.10 Spirulina sp. 2.10.1 Klasifikasi Spirulina sp. Klasifikasi Spirulina secara taksonomi menurut Bold dan Wyne (1978) dalam Saputra (2009) sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Protista : Cyanophyta : Cyanophyceae : Nostocales : Oscilatoriaceae : Spirulina : Spirulina sp.
2.10.2 Morfologi Spirulina sp. Spirulina sp. termasuk cyanobacteria atau yang lebih dikenal dengan alga hijau biru, ada di bumi sejak 3500 juta tahun lalu dan dapat ditemukan pada perairan tawar maupun laut. Mikroorganisme ini berukuran 3,5-10 mikron (Sari, 2013), bentuk tubuh Spirulina sp. yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer (Hariyati, 2008). Spirulina platensis memiliki berat basah 0,042gL-1 dengan jumlah filamen satu liter adalah 11,698x103 L-1 (Hariyati, 2008). Spirulina platensis memiliki kandungan air sebanyak 90 % dari berat basah setiap filamennya (Desmorieux dan Decaen, 2004). Gambar Spirulina sp. dapat dilihat pada Gambar 9. Spirulina sp. memiliki dinding sel yang lembut tersususun dari kompleks gula dan protein yang mudah dicerna, tidak seperti alga lain pada umumnya (Kozlenko dan Henson, 2007). Spirulina sp. tidak memiliki dinding sel selulosa
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
seperti pada alga hiAjau eukariot, karena itu lebih mudah dicerna. Selnya mengandung granula sianofisin merupakan polimer dari asam amino dengan penyusun utama asam aspartat dan arginina (Kurniasih, 2001).
A B C
Gambar 9. Spirulina sp. (Hariyati, 2008) Keterangan : A : dinding sel
B :sitoplasma
C: Nukleus
2.10.3 Kandungan Spirulina sp. Spirulina sp. dapat dimanfaatkan sebagai suplemen bahan pakan, makanan dan pengobatan serta telah lama digunakan sebagai sumber bahan makanan di Meksiko dan Afrika. Mikroalga ini mengandung semua nutrien makanan dalam konsentrasi yang tinggi dan telah diterima sebagai makanan yang mempunyai banyak fungsi, sebagai suplemen atau sebagai makanan pelengkap (Sari, 2013). Kandungan protein pada Spirulina sp. berkisar antara 63-68 %, karbohidrat 18-20 % dan lemak 2-3 % (Hariyati, 2008). Kandungan protein yang tinggi pada Spirulina sp. menjadi sumber protein yang potensial bagi makhluk hidup. Protein ini merupakan suatu senyawa kompleks yang kaya akan asam amino esensial, metionin (1,3-2,75 %), sistin (0,5-0,7 %), triptofan (1-1,95 %) dan lisin (2,6-4,63 %). Spirulina sp. mengandung kolesterol sekitar 32,5 mg/100 gram (Christwardana dkk., 2013).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual Lam (1983) dalam Rohani (1998) menyatakan bahwa perkembangan gonad pada kebanyakan hewan air dipengaruhi oleh faktor endogenous dan lingkungan exogenous. Faktor endogenous meliputi kondisi tubuh dan hormon reproduksi. Faktor exogenous yang mempengaruhi siklus reproduksi teripang adalah suhu, siklus bulan dan kelimpahan fitoplankton (Nisa, 2012), namun pada penelitian ini faktor suhu dan siklus bulan sudah terkontrol sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian. Hasil penelitian Martinez et al. (2011) terhadap teripang Psolus patagonicus membuktikan bahwa ketika fitoplankton semakin melimpah, maka semakin banyak teripang yang melakukan pemijahan. Mackey (2001) menyatakan senyawa kimia yang dilepas fitoplankton akan memicu saraf dan kondisi fisiologis sehingga teripang melakukan proses pemijahan. Teripang biasanya memakan plankton dari jenis diatom bentik, alga hijau, alga biru berfilamen yang hidup maupun mati pada permukaan karang (Bakus, 1973). Hartati dkk. (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisa dan identifikasi terhadap isi saluran pencernaan pada 80 sampel teripang putih (Holothuria
scabra)
telah
ditemukan
beberapa
phytobenthik,
meliputi
Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Diniphyceae. Plankton yang digunakan dalam penelitian adalah jenis diatom (Chaetoceros sp.), dan alga hijau yaitu Chlorella sp., dan Spirulina sp., Chaetoceros sp. mengandung protein 35 %, lemak 6,9 %, karbohidrat 6,6 % dan kadar abu 28 % (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Chlorella sp. memiliki kandungan protein pada 50,4 %, lemak 10,3 % dan karbohidrat 23,2 %. Kandungan protein pada Spirulina sp. berkisar antara 63-68 %, karbohidrat 18-20 %, dan lemak 2-3 % (Hariyati, 2008). Komposisi asam lemak dalam pakan induk diidentifikasi sebagai faktor utama dari nutrien yang menentukan keberhasilan reproduksi (Izquierdo et al., 2001). Watanabe et al. (1991) dalam Basri (2011) menyatakan bahwa lemak selain sebagai sumber energi juga digunakan untuk struktur sel, termasuk sel telur. Karbohidrat berperan dalam proses vitelogenesis dan spermiogenesis yang disintesis menjadi asam lemak jika mengalami kekurangan. Kebutuhan protein pada teripang untuk mendukung kematangan gonad adalah 30 %, sedangkan kebutuhan lemak dan karbohidrat belum diketahui. Perbedaan komposisi kandungan gizi Chaetoceros sp., Chlorella sp., dan Spirulina sp. diduga berpengaruh terhadap perkembangan reproduksi dan kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.). Shullia
(2013)
menjelaskan
fase
perkembangan
gonad
teripang
Phyllophorus sp. dibagi menjadi lima fase, yaitu fase setelah pemijahan (post spawning), fase pemulihan (recovery), fase pertumbuhan (growth), fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth), dan fase pematangan (mature). 3.2 Hipotesis 1. Pemberian 3 jenis plankton yang berbeda berpengaruh terhadap perkembangan kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.). 2. Terdapat jenis plankton yang paling efektif untuk meningkatkan perkembangan kematangan gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Budidaya teripang lokal (Phyllophorus sp.)
Pemijahan Kematangan gonad induk Phyllophorus sp.
Faktor endogeneus
Faktor Exogenous
Kondisi tubuh dan hormon reproduksi Suhu
Kelimpahan fitoplankton
Siklus bulan
Chaetoceros sp. Protein 35%* Karbohidrat 6,6%* Lemak 6,9%*
Chlorella sp. Protein 50,4%* Karbohidrat 23,2%* Lemak 10,3%*
Spirulina sp. Protein 63-68%* Karbohidrat 2-3%* Lemak 18-20%*
Kebutuhan nutrisi
Protein 30%*
Post spawning Recovery Growth Advanced growth
Mature Percepatan kematangan gonad Gambar 10. Kerangka konseptual penelitian Keterangan : = yang tidak diteliti = yang diteliti
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
IV METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga dan histologi gonad dilakukan Laboratorium Histologi Hewan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April–Juni 2014.
4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Peralatan Penelitian Alat-alat yang digunakan adalah sembilan akuarium berukuran 40x30x20 cm3, refraktometer, kertas pH, DO meter, thermometer, pompa air, aerator, selang aerasi, batu aerasi, penggaris, timbangan digital, baskom, jaring, pisau, satu set alat bedah, mikroskop, gelas penutup, gelas obyek, pipet tetes, botol kultur, erlenmeyer, haemocytometer, hand tally counter, sedgwick rafter, botol vial, sikat, spon, styrofoam, cutter, camera dan alat-alat tulis.
4.2.2 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk teripang Phyllophorus sp. yang berasal dari pantai timur Surabaya (Desa Sukolilo), Chaetoceros sp., Chlorella sp., dan Spirulina sp., detergen, larutan neutral buffered formalin 10%, etanol 70%, etanol 80 %, etanol 96 %, xylol I, xylol II, larutan eosin, parafin bath, parafin I, parafin II, parafin III, etanol asam, aquades, mayer’s albumin, pewarna harry’s hematoxylin, tissu, kertas saring, xylol murni, dan air laut.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 unit percobaan. Setiap unit percobaan akan diisi 3 ekor teripang lokal. Rancangan Acak Lengkap digunakan apabila media dan bahan percobaan seragam atau dapat dianggap seragam (Kusriningrum, 2008). Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Perlakuan A
: kontrol (diberikan pakan buatan)
Perlakuan B
: pemberian pakan induk dengan plankton Chaetoceros sp.
Perlakuan C
: pemberian pakan induk dengan plankton Chlorella sp.
Perlakuan D
: pemberian pakan induk dengan plankton Spirulina sp.
Perlakuan kontrol (A1-A3) mengacu pada perlakuan pemberian pakan pelatihan budidaya teripang (Rustam, 2006) yaitu diberikan pakan berupa campuran kotoran sapi dan dedak padi dengan perbandingan 1:1. Campuran bahan pakan tersebut dimasukkan ke dalam kantong goni, kemudian direndam di dalam areal budidaya selama 2-4 minggu, campuran pakan tersebut akan menjadi lengket lalu dibentuk menjadi gumpalan dan disebar ke media budidaya dan diberikan sebanyak 3 % dari biomassa. Perlakuan B, C, dan D diberikan plankton sebanyak 3 % dihitung dari berat basah selnya. Perhitungan jumlah plankton yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 1. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Variabel bebas
Skripsi
: jenis plankton (Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Spirulina sp.) Variabel tergantung
: tingkat kematangan gonad
Variabel terikat
: gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.) jantan dan betina, warna gonad dan kualitas air (suhu, DO, salinitas)
4.3.2 Prosedur Kerja A. Persiapan Alat Tahap awal dalam melakukan penelitian ini adalah menyiapkan akuarium dengan volume 40x30x20 cm3 sebanyak 12 buah. Akuarium, botol vial dicuci sampai bersih dan dibilas dengan air tawar kemudian didesinfeksi menggunakan alkohol 70 % dan dibilas menggunakan air serta dikeringkan. Akuarium dan peralatan tersebut direndam air selama 24 jam untuk menetralisir kandungan alkohol yang telah disemprotkan kemudian air rendaman dibuang (Yudha, 2009). Akuarium yang telah bersih dan kering kemudian diisi dengan air laut dan dipasang aerasi. Sterilisasi alat-alat yang berbahan kaca dengan menggunakan autoclave. Peralatan dicuci dengan sabun cair terlebih dahulu kemudian dibilas dengan air tawar, dikeringkan dan ditutup rapat dengan aluminium foil. Peralatan yang sudah dibungkus dengan aluminium foil dimasukkan dan diatur rapi dalam autoclave, autoclave ditutup rapat dan dioperasikan dengan suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Botol kultur yang sudah disterilisasi dengan autoclave kemudian dikeluarkan dan disimpan pada wadah yang bersih.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B. Manajemen Media Air laut yang digunakan untuk media pemeliharaan teripang berasal dari Pantai Timur Surabaya yang merupakan habitat asli Phyllophorus sp. Air laut yang akan digunakan ditampung terlebih dahulu di dalam bak fiber dan diendapkan selama satu minggu sehingga air laut jernih. Air laut yang sudah jernih dimasukkan ke dalam akuarium, setiap akuarium diisi sebanyak 33 liter air laut. Media dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan teripang, oleh karena itu media dikondisikan sama dengan lingkungan aslinya. Media pemeliharaan teripang pada bak pemeliharaan adalah 26-30°C, pH 6-9, salinitas 30-34 ppt, serta oksigen terlarut lebih dari 5-6 ppm (Darsono, 2009). C. Persiapan Stok Plankton untuk Pakan Teripang Pakan yang digunakan dalam penelitian adalah Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp. yang diperoleh dari hasil kultur. Bibit Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp. dimasukkan dalam botol-botol kultur yang berbahan kaca. Media kultur yang digunakan untuk plankton Chlorella sp. dan Spirulina sp. adalah air laut sebanyak 100 mL dan media Walne sebanyak 1 mL/L serta diberi aerasi sedangkan untuk plankton Chaetoceros sp. ditambahkan silikat sebanyak 1 mL/L. Plankton dimasukkan dalam botol dengan kepadatan 1x107 unit/mL kemudian diaklimatisasi ± 3 hari pada suhu kamar. Lingkungan kultur yang diharapkan dalam penelitian adalah suhu 30-35 oC, salinitas 30-35 ppt, pH 89,5 yang merupakan lingkungan kultur terbaik plankton. Penyinaran dengan menggunakan lampu neon 40 watt dengan periode penyinaran 12 jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam keadaan gelap.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
D. Pencarian dan Seleksi Induk Pencarian induk teripang Phyllophorus sp. dilakukan di Pantai Timur Surabaya (Desa Sukolilo) kemudian induk diseleksi. Secara morfologi teripang tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya. Induk yang akan diberi perlakuan pakan dipilih yang sehat, keras dan tidak memiliki luka pada permukaan kulitnya. Induk teripang kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital. Teripang dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat pada tubuhnya lalu mengukur panjang tubuh total (total length) dari bagian anterior tubuh ke bagian posterior tubuh dan menimbang berat total (total wet weight).
E. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan Induk teripang Phyllophorus sp. dipelihara di akuarium yang telah di pasang aerasi, masing-masing akuarium diisi 3 ekor induk selama 14 hari. Penggantian air harian, dilakukan setiap pagi hari sebanyak 30–50 % volume sedangkan pergantian air total (100 %) dilakukan setiap pekan/minggu (Darsono, 2009). Pergantian air dilakukan dengan cara menyipon media dengan selang yang biasa digunakan untuk selang aerasi. Pakan diberikan sebanyak 3 % dari biomas dan diberikan pada pukul 15.00 dan 20.00 karena menurut Perez-Ruzafa and Marcos (1987) dalam Navarro et al. (2013) teripang aktif bergerak untuk mencari makan mulai pukul 15.00-20.00 kemudian 20.00-01.00 dan terakhir pukul 01.00-06.00. Cara pemberian pakan yaitu dengan cara di tebar secara merata pada permukaan media. Perlakuan pemberian pakan induk menggunakan plankton Chaetoceros sp. (B1-B3), Chlorella sp. (C1-C3) dan Spirulina sp. (D1-D3) dengan diketahui jumlah berat
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kering 1 sel Chaetoceros sp. adalah 3,85 x 10-4 µg, 1 sel Chlorella sp. adalah 5,6 x 10-5 µg (Hotos, 2002) dan berat basah 1 unit Spirulina sp. adalah 3,59 x 10-2 µg (Hariyati, 2008). Berdasarkan berat keringnya dapat dihitung jumlah sel yang akan diberikan. Kepadatan plankton yang akan diberikan dihitung sebelum pakan diberikan. Penghitungan kepadatan plankton Chaetoceros sp. dan Chorella sp. menggunakan Haemocytometer, sedangkan Spirulina sp. menggunakan Sedgwick rafter, kemudian untuk mengetahui volume bibit yang dibutuhkan dihitung dengan menggunakan rumus : V1 = N2 xV2 N1 Keterangan : V1 = volume plankton yang ditebar (ml) V2 = volume media pemeliharaan induk (ml) N1 = kepadatan plankton yang ditebar (sel/ml) N2 = jumlah plankton yang diharapkan (sel/ml)
F. Pengukuran dan Pembedahan Induk Teripang Teripang yang telah diberikan perlakuan selama 14 hari dilakukan pengukuran panjang tubuh total (total length) dari bagian anterior tubuh ke bagian posterior tubuh dan menimbang berat total (total wet weight) setelah itu dilakukan pembedahan dengan peralatan bedah, pengambilan cairan coelom teripang dan kemudian menimbangnya lagi sehingga diperoleh berat tiris (drained weight). Selanjutnya mengeluarkan gonad dari tubuh dan mengukur beratnya serta melakukan pengamatan pada gonad untuk menentukan jenis kelamin teripang, kemudian yang terakhir adalah mengukur pula berat kulit tubuhnya (body wall weight).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
G. Pembuatan Sediaan Histologi Gonad Teripang Pembuatan sediaan gonad dilakukan dengan metode parafin sesuai dengan penelitian Damayanti (2012). Pembuatan sediaan diawali dengan memfiksasi gonad dalam cairan fiksatif larutan neutral buffered formalin selama minimal 24 jam. Setelah itu mengambil lima tubulus dari setiap gonad untuk diproses lebih lanjut. 1. Tahap processing Tahap ini diawali dengan memasukan tubulus yang telah difiksasi ke dalam wadah jaringan (kaset), kemudiam melakukan dehidrasi dengan merendam tubulus dalam etanol bertingkat, secara berurutan yaitu 3 x 15 menit etanol 70 %, 2 x 15 menit etanol 80 %, etanol 96 % selama 15 menit, etanol absolut selama 10 menit, xylol I selama 15 menit dan xylol II hingga larutan jernih. Perendaman etanol 70 % yang ketiga ditambahkan 1 tetes larutan eosin 0,5 %. 2. Tahapan infiltrasi dan penanaman (embedding) Tahapan ini diawali dengan memindahkan kaset yang berisi tubulus dari tahap processing ke dalam paraffin bath dengan urutan sebagai berikut: parafin : xylol (1:1) selama 15 menit; parafin I; parafin II; parafin III masing-maing selama 30 menit. Tubulus kemudian dikeluarkan dari paraffin dan menanamnya (proses embedding) dalam cetakan dari kertas yang diisi dengan parafin dari parafin III, lalu mendiamkan tubulus yang telah ditanam tersebut sampai memadat menjadi blok parafin (kurang lebih selama semalam).
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3. Tahap pemotongan (sectioning) dan penempelan (afixing) Tahap awal sebelum dilakukan sectioning adalah merekatkan blok parafin pada blok kayu holder, proses ini dinamakan proses trimming, selanjutnya memasang blok tersebut pada mikrotom bagian holder dan mengatur tebal irisan berukuran 4 µm. Blok paraffin dipotong secara teratur hingga terbentuk pita-pita memanjang yang siap untuk ditempel pada gelas obyek. Metode section yang digunakan adalah section berseri, yaitu melakukan sectioning dengan memberikan jarak yang sama untuk antar irisan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tubulus di beberapa bagian tubulus. Irisan satu dengan irisan berikutnya diberi jarak 40 µm dan total irisan yang ditempel pada obyek glas adalah sebanyak lima irisan. Potongan pita parafin tersebut terlebih dahulu dimasukan dalam water bath sebelum menempelkan pita pada gelas obyek, agar pita parafin tidak berkerut. Pita parafin dalam water bath diambil dengan gelas obyek yang telah dioles dengan mayer’s albumin agar pita parafin menempel pada permukaan gelas obyek. Langkah selanjutnya adalah memasukan sediaan dalam oven selama 1 jam untuk memfiksasi pita parafin pada gelas obyek. 4. Tahap pewarnaan (staining) Tahap ini pertama dilakukan dengan memasukan sediaan ke dalam xylol I, selanjutnya ke dalam xylol II masing-masing selama 10 menit untuk deparafinisasi dan clearing, kemudian mengeringkan sediaan dengan kertas saring atau tisu lalu melakukan proses rehidrasi dengan etanol bertahap yaitu etanol absolut, etanol 96 %, etanol 80 % dan etanol 70 % masing-masing selama 5 menit. Langkah selanjutnya adalah memasukan sediaan ke dalam pewarna
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Harry’s Hematoxylin selama 10 menit, kemudian membilas sediaan dengan mengalirkan air di atasnya. Sediaan dimasukkan ke dalam etanol asam selama 10 detik, lalu di bilas dengan akuades, selanjutnya memasukan sediaan ke pewarna eosin selama 10 menit. Proses dehidrasi dilakukan dengan mencelupkan sediaan ke dalam etanol bertahap dimulai dari etanol 70 %, etanol 80 %, etanol 96 % dan etanol absolut masing-masing selama 5 menit dan meniriskan sediaan dengan kertas saring atau tissu. Sediaan selanjutnya dimasukkan ke dalam xylol bekas (xylol I) dan xylol murni (xylol II) masing-masing selama 10 menit. Langkah terakhir adalah memberi entellan, menutupnya dengan gelas penutup dan menunggu hingga entellan benar-benar kering.
H. Pengamatan Sediaan Gonad dan Konsumsi Pakan Teripang Pengamatan sediaan histologi gonad dilakukan secara mikroskopis menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad dalam tubulus masingmasing dan untuk membedakan antara tubulus jantan dan betina. Hasil pengamatan selanjutnya dianalisis lebih lanjut. Pengamatan tingkat kematangan gonad mengacu pada penelitian yang dilakukan Nisa (2012), yaitu fase pemulihan (recovery) pada gonad jantan memiliki dinding tubulus yang menebal dengan sisa spermatozoa yang tidak dipijahkan terdapat di bagian tengah lumen, spermatosit terdapat di sekeliling dinding tubulus. Pada gonad betina dinding tubulus juga menebal dan ditemukan fagosit serta oosit previtellogenik di bagian lumen.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Fase pertumbuhan (growth) pada gonad jantan ditandai dengan adanya lapisan spermatogenik yang berlekuk pada dinding tubulus jantan yang masih cukup tebal, sel-sel spermatogenik tampak berkembang menuju lumen. Oosit vitellogenik dan postvitellogenik dapat dijumpai pada tubulus betina, sedangkan oosit previtellogenik terdapat di dekat dinding tubulus. Fase pertumbuhan tingkat lanjut (advanced growth), pada jantan maupun betina memiliki dinding yang mulai menipis. Tubulus jantan dipenuhi oleh sel-sel spermatozoa namun masih ditemukan sel spermatosit di sekitar dinding tubulus, sedangkan pada tubulus betina ditemukan oosit vitellogenik dan postvitellogenik serta oosit previtellogenik di tepi dinding tubulus tambak berlekuk dan berdilatasi. Fase pematangan (mature) ditandai dengan semakin tipisnya dinding pada tubulus. Dinding tubulus jantan telah berdilatasi secara maksimal dan spermatozoa memenuhi lumen. Gonad betina memiliki dinding tubulus yang tipis dan diikuti dengan meningkatnya jumlah oosit mature yang siap dipijahkan. Fase setelah pemijahan (post spawning), tubulus jantan pada fase ini berdinding tipis dan mengandung sisa spermatozoa di tengah lumen yang tidak dipijahkan sementara pada betina dinding juga tipis dan terdapat fagosit yang mendegradasi sel oosit sisa. Pengamatan konsumsi pakan teripang dilakukan dengan cara menghitung jumlah pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan, sehingga diperoleh jumlah pakan yang dimakan teripang.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.4 Parameter Penelitian 4.4.1 Parameter Utama Parameter utama yang diamati adalah tingkat kematangan gonad teripang melalui pengamatan histologi gonad yang diberi perlakuan 3 jenis plankton yang berbeda. 4.4.2 Parameter Pendukung Parameter pendukung penelitian ini adalah data kualitas air dalam bak pemeliharaan yang meliputi pH, DO, salinitas dan suhu, warna gonad dan berat tubuh Phyllophorus sp.
4.5 Analisis Data Data tingkat kematangan gonad dan konsumsi pakan teripang yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan uji ANOVA serta uji jarak berganda Duncan. Analisis secara deskriptif digunakan untuk mengetahui histologi gonad, persentase tingkat kematangan gonad dan skoring TKG. Histologi gonad yang diperoleh selama penelitian dideskripsikan secara terpadu dibandingkan dengan literatur yang ada. Persentase tingkat kematangan gonad teripang diperoleh dengan cara membandingkan antara jumlah teripang pada TKG tertentu dengan jumlah teripang yang hidup pada perlakuan tertentu dan dikalikan 100%. Skoring TKG dilakukan dengan cara memberi nilai 1 apabila TKG berada pada fase post spawning, nilai 2 untuk fase recovery, nilai 3 untuk fase growth, nilai 4 untuk fase advanced growth dan nilai 4 untuk fase mature. Uji ANOVA dilakukan untuk menguji data skoring TKG teripang.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Data konsumsi pakan teripang secara deskriptif dihitung dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi jumlah sisa pakan setiap harin. Data konsumsi pakan teripang selanjutnya dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji jarak berganda Duncan. Gambar desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.
D1
B2 C3
D3
B3 B1
D2
A3
C1
C2
2 A2 A1
Gambar 11. Desain penelitian Keterangan : 1. Aerator 2. Akuarium
Skripsi
1
3. Selang aerasi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
3
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Persiapan alat dan bahan
Sterilisasi alat
Manajemen media (salinitas 29-30 ppt, suhu 28-290C dan DO 6,5-8 ppm)
Seleksi induk teripang (Phyllophorus sp.)
Kultur plankton
Pemeliharaan induk (Phyllophorus sp.) Pemberian jenis pakan (3% dari biomassa)
kontrol
Chaetoceros sp.
Chlorella sp.
Spirulina sp.
Pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, DO)
Pembedahan Gonad
Pembuatan sediaan histologi gonad
Pengamatan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Analisa data
Kesimpulan
Gambar 12. Diagram alir penelitian
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Hasil Hasil penelitian berupa morfologi gonad teripang lokal (Phyllophorus sp.), histologi gonad, data konsumsi pakan teripang dan data parameter kualitas air meliputi suhu, salinitas dan oksigen terlarut.
5.1.1 Morfologi Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Berdasarkan hasil pengamatan, gonad teripang Phyllophorus sp. terdiri dari tubulus-tubulus (tubuli) yang memanjang sekitar 1-2 cm dan ukuran tubulus homogen pada satu individu. Gonad jantan berwarna putih, dan putih kekuningan, sedangkan gonad betina berwarna hijau lumut. Gonad jantan bentuknya lebih ramping dan panjang dibandingkan gonad betina. Gambar morfologi gonad jantan dan betina pada teripang Phyllophorus sp. dapat dilihat pada Gambar 13.
A
B
a b
a
Gambar 13. Morfologi gonad teripang Phyllophorus sp. A (jantan) dan B (betina) Keterangan : a : b:
Skripsi
tubulus oosit
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5.1.2 Histologi Gonad Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Histologi gonad teripang dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad masing-masing individu. Hasil pengamatan tingkat kematangan gonad induk Phyllophorus sp. sebelum diberikan perlakuan menunjukkan bahwa gonad induk berada pada fase growth dan advanced growth. Gonad teripang Phyllophorus sp. yang diberikan perlakuan pakan plankton, beberapa ekor teripang menunjukkan perubahan tingkat kematangan gonad menuju fase mature, dan recovery. Pengamatan tingkat kematangan gonad berdasarkan hasil histologi gonad teripang Phyllophorus sp. disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Kematangan Gonad Teripang Phyllophorus sp. Sebelum dan Setelah Perlakuan Pakan Perlakuan Sebelum perlakuan A (kontrol) B (Chaetoceros sp.) C (Chlorella sp.) D (Spirulina sp.) Keterangan : r : recovery g : growth ps : post spawning
Tahap Kematangan Gonad (%) r g Ag m ps 0 67 33 0 0 0 60 40 0 0 0 0 33 67 0 12 20 37 20 0 0 33 67 0 0
Teripang yang hidup (ekor) 9 5 9 8 9
SR (%) 100 56 100 89 100
m : mature ag : advanced growth
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa tingkat kematangan gonad teripang Phyllophorus sp. yang terlihat adalah fase recovery (pemulihan), growth (pertumbuhan), advanced growth (pertumbuhan tingkat lanjut), dan mature (pematangan). Teripang sebelum diberikan perlakuan, dilakukan pengamatan histologi gonad yang menunjukkan 67% berada pada fase growth dan 33% pada
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
fase advanced growth. Perlakuan pakan A (kontrol) menunjukkan fase growth dengan persentase 60% dan fase advanced growth dengan persentase 40%. Perlakuan pakan B (Chaetoceros sp.) menunjukan fase mature dengan persentase 67% dan fase advanced growth dengan persentase 33%. Perlakuan pakan C (Chlorella sp.) menunjukkan fase recovery (12,5%), fase growth (25%), fase advanced growth (37%), dan fase mature (25%). Sedangkan perlakuan pakan D (Spirulina sp.) menunjukkn fase advanced growth (67%) dan fase growth (33%). Grafik tingkat kematangan gonad teripang Phyllophorus sp. yang sudah diberikan perlakuan pakan dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil uji ANOVA tingkat kematangan gonad teripang Phyllophorus sp. yang sudah diberikan perlakuan pakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tingkat Kematangan Gonad
67%
25%
4 40%
33%
37%
67%
3 60%
25%
33%
2
Fase recovery Fase growth
12,5% 1
Fase advanced growth Fase mature
0
A (kontrol) BB(Chaetoceros (Chaetocerossp.) sp.)CC(Chlorella (Chlorella D (Spirulina A (kontrol) sp.)sp.) D (Spirulina sp.)sp.) Perlakuan
0
Gambar 14. Grafik Tingkat Kematangan Gonad Teripang Phyllophorus sp. Keterangan: 1. fase recovery 3. fase advanced growth 2. fase growth 4. fase mature
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 4. Hasil Uji ANOVA Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Pengamatan
A (kontrol) 3,6b
Tingkat Kematangan Gonad
Perlakuan Jenis Pakan B C (Chaetoceros sp.) (Chlorella sp.) 4,8a 3,6b
D (Spirulina sp.) 3,8b
Keterangan : Superskrip berbeda dalam satu baris menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0,05)
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa perlakuan pakan plankton B (Chaetoceros sp.) berbeda nyata dengan perlakuan pakan A (kontrol), C (Chaetoceros sp.) dan D (Spirulina sp.). Perlakuan pakan tertinggi terdapat pada perlakuan pakan plankton B (Chaetoceros sp.). Data penghitungan ANOVA tingkat kematangan gonad teripang Phyllophorus sp. dapat dilihat pada lampiran 2. Histologi gonad teripang Phyllophorus sp. jantan pada fase recovery dapat dilihat pada Gambar 15.
A
rs
dt 100 µm
Gambar 15. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Jantan Fase ecovery (perbesaran 100 x) Keterangan : A : jantan rs : relict spermatozoa
Skripsi
dt : dinding tubulus
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Berdasarkan Gambar 15, fase recorvery pada gonad teripang Phyllophorus sp. jantan memiliki dinding tubulus yang tebal dengan sisa spermatozoa (relict spermatozoa) yang tidak dipijahkan terdapat di bagian tengah lumen. Histologi gonad teripang Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase growth dapat dilihat pada Gambar 16. A
B
sz
dt 100 µm 100 µm
Gambar 16. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Growth (perbesaran 100 x) Keterangan : A : jantan B : betina vo : oosit vitellogenik
dt : dinding tubulus sz : spermatozoa po : oosit post vitellogenik
l : lumen
Berdasarkan Gambar 16, fase growth pada jantan memiliki dinding tubulus yang masih cukup tebal, sel-sel spermatogenik tampak berkembang menuju lumen. Fase growth pada betina memiliki dinding tubulus yang sangat tebal, terdapat oosit previtellogenik di dekat dinding tubulus yang jumlahnya sedikit. Lumen dipenuhi oleh oosit vitellogenik dan oosit post vitellogenik. Histologi gonad teripang Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase advanced growth dapat dilihat pada Gambar 17.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
B
A
dt po sz l
dt
100 µm
100 µm
Gambar 17. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Advanced Growth (perbesaran 100 x) Keterangan : A : jantan B : betina vo : oosit vitellogenik l : lumen
dt : dinding tubulus sz : spermatozoa po : oosit post vitellogenik
Berdasarkan Gambar 17, fase advenced growth pada jantan memiliki dinding tubulus yang cukup tebal, terdapat spermatozoa yang memenuhi lumen. Gonad betina memiliki dinding tubulus yang melekuk dan tipis, terdapat oosit previtellogenik di dekat dinding tubulus dan oosit vitellogenik dan post vitellogenik di dalam lumen. Histologi gonad teripang Phyllophorus sp. jantan dan betina pada fase mature dapat dilihat pada Gambar 18.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
A
dt
l oo
100 µm
100 µm
Gambar 18. Tingkat Kematangan Gonad Phyllophorus sp. Fase Mature (perbesaran 100 x) Keterangan : A : jantan B : betina l : lumen
dt : dinding tubulus sz : spermatozoa oo: oosit
Berdasarkan Gambar 18, fase mature pada jantan memiliki dinding tubulus yang tipis karena terdesak oleh spermatozoa yang memenuhi lumen. Gonad betina memiliki dinding tubulus yang tipis dan tidak berlekuk terdapat oosit dalam jumlah yang banyak.
5.1.3 Konsumsi Pakan Teripang Data konsumsi pakan digunakan untuk mengetahui jenis pakan yang paling disukai oleh teripang Phyllophorus sp.. Hasil pengamatan rata-rata konsumsi pakan teripang Phyllophorus sp. selama penelitian disajikan dalam Tabel 5. Data konsumsi pakan teripang perhari dapat dilihat pada Lampiran 3.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 5. Hasil ANOVA Rata-Rata Konsumsi Pakan Teripang Per Hari (%) Perlakuan Jenis Pakan Pengamatan Konsumsi Pakan (%)
Kontrol
Chaetoceros sp.
Chlorella sp.
Spirullina sp.
36,77±1,17c
75,09±1,91a
59,06±0,78b
38,00±0,99c
Keterangan : Superskrip berbeda dalam satu baris menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0,05)
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa konsumsi pakan Chaetoceros sp. dan Chlorella sp. menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pakan kontrol. Sedangkan konsumsi pakan Spirulina sp. menujukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol. Data penghitungan Anova konsumsi pakan teripang dapat dilihat pada Lampiran 3.
5.1.4 Kualitas Air Pemeliharaan Induk Teripang Lokal (Phyllophorus sp.) Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, salinitas dan oksigen terlarut (DO). Pengukuran kualitas air selama penelitian dilakukan pada pukul 06.00 dan 16.00 WIB. Data kisaran kualitas air selama pemeliharaan induk teripang Phyllophorus sp. dapat dilihat pada Tabel 6. Data lengkap pengamatan kualitas air dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel 6. Data Kualitas Air Selama Pemeliharaan Induk Phyllophorus sp. Perlakuan A B C D
Skripsi
Suhu (0C) 27-29 28-29 28-29 28-29
Salinitas (ppt) 29-30 29-30 29-30 29-30
DO (ppm) 6,5-8,1 7,7-8,1 7,8-8,0 7,8-8,2
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
5.2 Pembahasan Berdasarkan penelitian perlakuan tiga jenis plankton sebagai pakan alami pada induk teripang lokal (Phyllophorus sp.) mempengaruhi tingkat kematangan gonad pada teripang. Teripang sebelum diberikan perlakuan menunjukkan fase growth 67% dan fase advanced growth 33%, perlakuan pakan A (kontrol) menunjukkan fase growth dengan persentase 60% dan fase advanced growth dengan persentase 40%. Perlakuan pakan B (Chaetoceros sp.) menunjukan fase mature dengan persentase 67% dan fase advanced growth dengan persentase 33%. Perlakuan pakan C (Chlorella sp.) menunjukkan fase recovery (12,5%), fase growth (25%), fase advanced growth (37%), dan fase mature (25%). Sedangkan pada perlakuan pakan D (Spirulina sp.) menunjukkan fase advanced growth dengan persentase 67% dan fase growth dengan persentase 33%. Perbedaan fase pada masing-masing induk teripang sebelum perlakuan disebabkan karena teripang memiliki pola reproduksi ansinkroni. Hal ini sesuai dengan Winarni dkk. (2012), teripang lokal (Phyllophorus sp.) memiliki pola reproduksi ansinkroni pada tingkat populasi sehingga dapat melakukan proses pemijahan sepanjang tahun. Waktu reproduksi ditentukan oleh kemampuan organisme dewasa dalam mendapatkan makanan yang selanjutnya akan diubah dalam bentuk energi dalam melakukan reproduksi (Saputra, 2001). Perbedaan fase setelah perlakuan diduga disebabkan oleh pemberian pakan yang berbeda. Pakan merupakan
komponen
penting dalam proses pematangan gonad khususnya
ovarium karena pada proses vitelogenesis (akumulasi nutrisi dalam sel telur)
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
sangat ditentukan oleh kandungan nutrien yang ada dalam pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya (Basri, 2011). Perlakuan pakan A (kontrol) persentase tertinggi tingkat kematangan gonad tidak menunjukkan perubahan jika dibandingkan dengan persentase tingkat kematangan gonad sebelum diberikan perlakuan pakan yaitu berada pada fase growth dengan persentase 60% dan fase advanced growth dengan persentase 40% dan didapatkan survival rate 56%, sedangkan pada perlakuan plankton B (Chaetoceros sp.), C (Chlorella sp.) dan D (Spirulina sp.), didapatkan SR yang lebih tinggi. Rendahnya SR teripang pada perlakuan A diduga karena teripang diberi pakan berupa campuran kotoran sapi dan dedak yang nilai nutrisinya lebih rendah dibandingkan dengan nilai nutrisi plankton. Jumlah konsumsi pakan pada parlakuan pakan A (kontrol) juga lebih rendah dibandingkan dengan jumlah konsumsi pakan pada perlakuan B (Chaetoceros sp.), C (Chlorella sp.) dan D (Spirulina sp.), yaitu 36,77% perhari, sedangkan pada perlakuan pakan B (Chaetoceros sp.) persentase konsumsi pakan perhari sebanyak 75,09%, perlakuan C (Chlorella sp.) 59,06% dan D (Spirulina sp.) 38%. Teripang memiliki tentakel bukal yang terdapat di seputar mulut dan merupakan alat yang penting untuk menangkap makanan. Jumlah konsumsi pakan teripang lokal (Phyllophorus sp.) terhadap pakan plankton lebih tinggi dibandingkan pakan kontrol. Hal ini diduga karena plankton merupakan pakan yang lebih sesuai untuk teripang lokal (Phyllophorus sp.) dibandingkan pakan yang berada di substrat. Hal ini sesuai dengan Aziz (1996) yang menyatakan bahwa teripang dari Ordo Dendrochirotida mempunyai tentakel bukal berbentuk
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pohon dan berukuran relatif lebih panjang, pemakan suspensi (suspension feeder) dan pemakan plankton (plankton feeder). Perlakuan pakan B (Chaetoceros sp.) menunjukkan tingkat kematangan gonad tertinggi yaitu fase mature, dimana pada fase mature tubulus jantan dipenuhi oleh spermatozoa dan tubulus betina dipenuhi oleh oosit yang siap dipijahkan. Tingkat konsumsi pakan Chaetoceros sp. juga tertinggi diantara konsumsi pakan perlakuan lainnya yaitu sebanyak 75,09% perhari. Hal ini diduga karena teripang lokal (Phyllophorus sp.) lebih menyukai diatom. Kesukaan teripang lokal (Phyllophorus sp.) memakan plankton jenis diatom dibandingkan plankton jenis lainnya mirip dengan teripang
Holothuria hilla, Holothuria
leucospilota, Holothuria impatiens. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agusta, dkk. (2012) tentang kebiasaan makan teripang, didapatkan persentase komposisi makanan secara keseluruhan
menunjukkan
bahwa
nilai
persentase
terbesar
adalah
Bacillaroiphyceae yaitu sebesar 46,2%. Menurut Yusron dan Sjafei (1997), makanan utama teripang Holothuroidea adalah plankton dari kelompok diatom. Ito and Kitamura (1998), menyatakan bahwa diatom Chaetoceros gracilis memiliki peranan penting sebagai pakan primer yang sesuai pada fase larva hingga juvenil teripang Stichopus japonicas. Izquierdo et al. (2001) mengatakan beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Chaetoceros sp. memiliki kandungan kalsium sebesar 0,59%, pospor 0,57% protein 35%, lemak 6,9%, karbohidrat 6,6% dan kadar abu
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28% (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Farhadian et al. (2009) menjelaskan, Chaetoceros sp. memilki kandungan asam amino tertinggi, antara lain fenilalanin 13,1% dan alanin 9,8% dari asam amino total. Chaetoceros sp. juga mengandung silikat yang penting dalam pembentukan eksoskeleton (kerangka luar) pada teripang. Tingkat konsumsi pakan teripang terhadap plankton Chaetoceros sp. yang lebih tinggi dibandingkan jenis plankton lainnya menyebabkan semakin banyak nutrisi yang dimakan oleh teripang yang dapat dimanfaatkan dalam proses reproduksi. Kebutuhan protein pada teripang untuk mendukung kematangan gonad adalah 30% (Suastika dkk., 1998). Watanabe et al. (1991) dalam Basri (2011) menyatakan
bahwa
lemak
selain
sebagai sumber
energi
juga
digunakan untuk struktur sel, termasuk sel telur. Karbohidrat berperan dalam proses vitelogenesis dan spermiogenesis yang disintesis menjadi asam lemak jika mengalami kekurangan. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam sel Chaetoceros sp. diduga sudah memenuhi kebutuhan nutrisi teripang untuk bereproduksi. Hal ini sesuai dengan Chotipuntu (2005) yang menyatakan bahwa nilai gizi Chaetoceros calcitrans cukup dan memenuhi persyaratan untuk gametogenesis tiram Crassostrea belcheri karena Chaetoceros sp. mengandung PUFA, yaitu asam docosahexaenoic (22:06 n-3, DHA), asam eicosapentaenoic (20:05 n-3, EPA) dan asam arakhidonat (AA) yang merupakan asam amino essensial bagi bivalvia. Perlakuan pakan C (Chlorella sp.) rata-rata tingkat kematangan gonad tertinggi adalah fase advanced growth, namun beberapa ekor juga mengalami fase mature. Dimana fase mature adalah fase terbaik diantara fase-fase yang lain.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tingkat konsumsi pakan C (Chlorella sp.) relatif tinggi yaitu sebanyak 59,06%, namun lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi pakan B (Chaetoceros sp.) sebesar 75,09%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agusta, dkk. (2012) tentang kebiasaan makan teripang, didapatkan persentase komposisi makanan Holothuriidae sebanyak 19,83% terhadap plankton Chlorophyceae. Lebih lanjut Hartati (2005) menyatakan bahwa diantara phytobenthik yang ditemukan di saluran pencernaan teripang putih, Bacillariophyceae adalah yang terbanyak ditemui, dan diikuti dengan Chlorophyceae. Perlakuan D (Spirulina sp.) rata-rata tingkat kematangan gonad teripang berada pada fase advanced growth. Laju konsumsi pakan D (Spirulina sp.) tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan kontrol, yaitu rata-rata 38,00% perhari, sedangkan pada perlakuan kontrol adalah 36,77%. Pada perlakuan ini ditemukan banyak Spirulina sp. yang tidak dimakan oleh teripang sehingga banyak yang terlihat menempel pada tubuh teripang. Laju konsumsi pakan teripang Phyllophorus sp. terhadap plankton Spirulina sp. merupakan laju konsumsi pakan terendah dibandingkan dengan laju konsumsi pakan teripang terhadap plankton perlakuaan lainnya. Hal ini mirip dengan teripang Holothuria hilla. Berdasarkan penelitiannya tentang kebisaan makan teripang, Agusta, dkk. (2012) menyatakan jenis makanan Holothuria hilla yang paling rendah yaitu Cyanophyceae dengan nilai persentase 0,6%. Histologi gonad teripang Phyllophorus sp. menunjukkan bahwa fase recovery terlihat pada perlakuan pakan Chlorella sp.. Fase recorvery pada gonad teripang Phyllophorus sp. jantan memiliki dinding tubulus yang tebal dengan sisa
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
spermatozoa (relict spermatozoa) yang tidak dipijahkan terdapat di bagian tengah lumen. Hal ini sesuai dengan Nisa (2012) dan Shullia (2013) yang menyatakan bahwa fase pemulihan (recovery) pada gonad jantan memiliki dinding tubulus yang menebal dengan sisa spermatozoa yang tidak dipijahkan terdapat di bagian tengah lumen, spermatosit terdapat di sekeliling dinding tubulus. Fase growth terlihat pada perlakuan pakan Chlorella sp., Spirulina sp. dan kontrol. Pada jantan memiliki dinding tubulus yang tebal, sel-sel spermatogenik tampak berkembang menuju lumen. Hal ini sesuai dengan Shullia (2013), fase growth pada gonad jantan ketebalan dinding tubulus mulai berkurang, tetapi epitel germinal masih melekuk. Spermatogonia berada di sepanjang permukaan epitel germinal, terdapat selapis sel spermatosit dan spermatozoa ditengah lumen. Gonad betina juga memiliki dinding tubulus yang sangat tebal, terdapat oosit previtellogenik, oosit vitellogenik dan oosit post vitellogenik. Winarni, dkk. (2012), menyatakan bahwa oosit previtellogenik memiliki diameter <150 µm, terletak melekat di dinding, sangat eosinofilik, tidak ditemukan sel-sel folikuler dan zona radiata di sekelilingnya, belum memiliki germinal vesicle, nukleus bulat dan berada di tengah. Oosit vitellogenik memiliki ukuran diameter 150-350 µm, ada yang terletak di dekat dinding dan di tengah lumen, eosinofilik, tidak ditemukan sel-sel folikuler dan zona radiata di sekelilingnya, belum memiliki germinal vesicle, memiliki nukleus bulat dan berada di tengah. Sedangkan oosit post vitellogenik memiliki ukuran diameter >350 µm, terletak di tengah lumen dan nukleus terletak di tepi bentuknya memanjang.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Fase advenced growth terlihat pada seluruh perlakuan yaitu A (kontrol), B (Chaetoceros sp.), C (Chlorella sp.) dan D (Spirulina sp.). Gonad jantan memiliki dinding tubulus yang tebal dan terdapat spermatozoa yang memenuhi lumen. Gonad betina memiliki dinding tubulus yang melekuk dan tipis, terdapat oosit previtellogenik di dekat dinding tubulus dan oosit vitellogenik dan post vitellogenik di dalam lumen. Hal ini sesuai dengan Nisa (2012), gonad jantan maupun betina memiliki dinding yang mulai menipis. Tubulus jantan dipenuhi oleh sel-sel spermatozoa namun masih ditemukan sel spermatosit di sekitar dinding tubulus sedangkan pada tubulus betina ditemukan oosit vitellogenik, postvitellogenik dan oosit previtellogenik serta dinding tubulus tampak berlekuk dan berdilatasi. Fase mature terlihat pada perlakuan pakan Chaetocheros sp. dan Chlorella sp.. Gonad jantan memiliki dinding tubulus yang tipis dan spermatozoa memenuhi lumen. Gonad betina memiliki dinding tubulus yang tipis dan tidak berlekuk terdapat oosit dalam jumlah yang banyak. Shullia (2013) menyatakan bahwa pada fase mature tubulus berdilatasi, dinding tubulus tipis dan epitel germinal tidak berlekuk, lumen dipenuhi oosit mature. Setiap oosit mengandung satu hingga empat nucleoli dan ditemukan vesikel germinal yang memenuhi 3050% oosit dan tidak dijumpai oosit previtellogenik. Pada jantan dinding tubulus halus dan tidak dijumpai sel spermatosit. Organisme akuatik memiliki kisaran kualitas air tertentu yang disukai untuk pertumbuhannya (Martoyo dkk., 2007). Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) dan suhu pada pemeliharaan induk teripang Phyllophorus sp. adalah 6,5-8,2
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ppm dan 27-29 0C. Menurut Darsono (2009), kebutuhan oksigen terlarut pada teripang adalah lebih dari 5-6 ppm sedangkan kisaran suhu pada bak pemeliharaan teripang adalah 26-30
0
C. Peningkatan suhu dari kisaran optimum akan
mempengaruhi biologi reproduksi dan kecepatan makan dari teripang itu sendiri bahkan teripang akan kehilangan selera makan sama sekali (Agusta, dkk. 2012). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan salinitas yang didapatkan adalah 29-30‰. Menurut Darsono (2009), teripang pada umumnya menyesuaikan diri pada salinitas 30-34‰. Menurut James et al, (1988) dalam Hana (2011), teripang pada umumnya menyukai perairan yang bersih dan jernih. Perubahan salinitas melebihi 3‰ dari kisaran ekstrim dapat menyebabkan terjadinya pengelupasan kulit yang dalam kondisi ekstrim dapat menyebabkan kematian teripang. Berdasarkan pengamatan kualitas air pada perlakuan A (kontrol) didapatkan nilai suhu dan DO yang lebih fluktuatif dibandingkan dengan nilai suhu dan DO pada perlakuan pakan plankton yang diduga juga mempengaruhi SR. Pada perlakuan pakan plankton nilai suhu dan DOnya lebih stabil. Hal ini sesuai dengan Erlina, 2006 yang menyatakan bahwa fitoplankton selain sebagai makanan bagi organisme akuatik budidaya juga berfungsi sebagai penyeimbang lingkungan. Sebagai penyangga kualitas air maka fitoplankton berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksigen di tambak melalui proses fotosintesa, menyerap zat-zat beracun seperti amoniak dan hidrogen sulfat, sehingga mengurangi peluang keracunan bagi hewan yang dipelihara dan menstabilkan suhu air akibat intensitas sinar matahari.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hasil pengamatan suhu menunjukkan bahwa fluktuasi suhu pada kontrol lebih tinggi (27-29 0C) dibandingkan perlakuan ketiga plankton (28-29 0C). Diduga hal ini disebabkan peranan plankton sebagai penstabil suhu. Perairan yang mengandung plankton, fluktuasinya relative lebih rendah dibandingkan perairan tanpa plankton. Sel plankton memiliki kemampuan menyimpan panas lebih lama, sehingga pada saat suhu lingkungan turun, suhu perairan tidak langsung turun. Efek oksigen terlarut (DO) dan suhu yang lebih stabil pada perlakuan B, C, D (adanya plankton), diduga menyebabkan SR yang dihasilkan menjadi lebih tinggi dibandingkan A (Kontrol=tanpa plankton). Selain sebagai penstabil kualitas air, diduga plankton juga memberikan efek peneduh bagi teripang sehingga menunjang kelangsungan hidupnya.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian plankton Chaetoceros sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp. dapat berpengaruh terhadap tingkat kematangan gonad teripang Phyllophorus sp. 2. Jenis plankton terbaik yang dapat meningkatkan kematangan gonad teripang Phyllophorus sp. adalah Chaetoceros sp.
6.2 Saran Hasil penelitian disarankan untuk : 1. Menggunakan plankton Chaetoceros sp. sebagai pakan induk dalam budidaya teripang Phyllophorus sp. untuk mempercepat kematangan gonad. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kepadatan Chaetoceros sp. yang tepat sebagai pakan alami pada pemeliharaan induk teripang.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, O. R., B. Sulardiono dan S. Rudiyanti. 2012. Kebiasaan Makan Teripang (Echinodermata: Holothuriidae) Perairan Pantai Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Journal of Management of Aquatic Resources. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang, 1(1): 8 hal. Aziz, A. 1996. Makanan dan Cara Makan berbagai Jenis Teripang. Oseana, 21 (4) : 43-59. Bakus, G. J. 1973. The Biologi and Ecology of Tropical Holothurians. In Jones, OA. And R. Endean (Eds.) Biologi and Ecologi of Coral Reefs. Academic Press. London. 326-367. Basri, Y. 2011. Pemberian Pakan dengan Kadar Protein yang Berbeda terhadap Tampilan Reproduksi Induk Ikan Belingka (Puntius belinka). Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Sumatra Barat. 12 hal. Cristwardana, M., M. M. A. Nur dan Hadiyanto. 2013. Spirulina platensis: Potensinya sebagai Bahan Pangan Fungsional. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang. www.journal.ift.or.id. 25 November 2013. 4 hal. Chotipuntu, P. 2005. Marine Diatom (Chaetoceros calcitrans) as a Monospecies Diet for Conditioning Oyster (Crassostrea belcheri Sowerby) Broodstock. School of Agricultural Technology. Walailak University. Thasala. Thailand. Hal 201-206. Damayanti, H. 2013. Pola Reproduksi Teripang Paracaudina australis di Pantai Timur Surabaya pada Periode Bulan Februari, Maret dan April. Skripsi. Progam Studi S-1 Biologi. Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya. 50 hal. Darsono, P. 2009. Pemeliharaan Induk Teripang Pasir, Holothuria scabra, dalam Bak Pemeliharaan. Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI, 35(2): 257-271. Darsono, P. 1998. Pengenalan Secara Umum Tentang Teripang (Holothurians). Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI, 1 : 1-8. Desmorieux, H dan N. Decaen. 2004. Convective Drying of Spirulina in Thin Layer. Journal of Food Engineering (66). hal 497–503. Effendie, D. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. hal 14-15.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Erlina, A. 2006. Kualitas Perairan Di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau dari Aspek Produktivitas Primer sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang Dan Ikan. Tesis. Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Pantai. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 98-189. Fachrullah, M. R. 2011. Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil Penambangan Timah di Pulau Bangka. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institus Pertanian Bogor. 102 hal. Fajriyani, D. 2006. Studi Pertumbuhan Mikroalga Laut Chaetoceros sp. pada Beberapa Kandungan CO2 dan NaHCO3 yang Berbeda. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 63 hal. Farhadian, O., F. M. Yusoff and S. Mohamed. 2009. Nutritional Values Of Apocyclopp dengizicus (Copepoda: Cyclopoida) Fed Chaetoceros calcitrans and Tetraselmis tetrathele. www.onlinelibrary.wiley.com. 23 November 2013. Gultom, C. P. 2004. Laju Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Bio-ekologi Teripang Pasir (Holothuria scabra) dalam Kolam Pembesaran di Laut Pulau Kongsi, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 67 hal. Hana. 2011. Evaluasi Pemacuan Stok Teripang pada Habitat Konservasi Lamun Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Ilmu Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institus Pertanian Bogor. Bogor. 58 hal. Hariyati, R. 2008. Pertumbuhan dan Biomassa Spirulina sp. dalam Skala Labolatoris. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Diponegoro; 10(1). hal. 19-22. Hartati, R., Widianingsih dan D. Pringgenies. 2005. Teknologi Penyediaan Pakan bagi Teripang Putih (Holothuria scabra). Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. hal 1-2. Hartati, R. dan H. Yanti. 2006. Kajian Gonad Teripang Getah (Holothuria vagabunda) pada Saat Bulan Penuh dan Bulan Baru di Perairan Bandengan, Jepara. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang, 11(3): 126-132. Hotos, G. N. 2002. Selectivity of The Rotifer Branchionus plicatilis Fed Mixtures of Algal Spesies With Various Cell Volumes and Cell Densities. Departement of Culture Euryhaline Fish. Tecnological Educational Institution of Messolonghi. Mesolonghi. Greece. hal 949-947.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Idris, M. K. 2012. Efektivitas Penyerapan Karbondioksida (CO2) Oleh Fitoplankton (Chaetoceros sp.) pada Fotobioreaktor. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 41 hal. Isnansetyo, A. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton: Pakan Alami untuk Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta. hal 36-52. Ito, S. dan H. Kitamura. 1998. Technical development in seed production of the Japanese sea cucumber, Stichopus japonicas. Beche-de-mer. Bulletin. Hal 24-28. Izquierdo, M. S., H. Fernandes-Palacios and A. G. J. Talcon. 2001. Effect of Broodstock Nutrition on Reproductive Peformance of Fish. Reproductive Biotechnology in Finfish Aquaculture:197. pp 25-42. Kawaroe, M., T. Prartono, A. Sunuddin, D. W. Sari dan D. Augustine. 2010. Mikroalga, Potensi dan Pemanfaatanya untuk Produksi Bio Bahan Bakar. IPB Press. Bogor. 150 hal. Kozlenko, R. and R. H. Henson. 2007. The Study of Spirulina: Effect on the AIDS, Cancer and Immune System. J Heal and Immune System. J Heal and Nat. hal 1-2. Kurniasih. 2001. Komposisi Nutrisi Pigmen Spirulina platensis Galur Lokal INK pada Berbagai Konsentrasi Nitogen. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal. Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan. Surabaya: Pusat penerbitan dan Percetakan Unair (AUP). hal 43-55. Madang, H. M. 2011. Ekobiologi dan Dinamika Stok Teripang Pasir (Holothuria scabra, Jeager) Teripang Hitam (Holothuria edulis) serta Hubungannya dengan Eksploitasi di Desa Laluin, Provinsi Maluku Utara. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal 88-92. Martoyo, J., N. Aji dan T. Winanto. 2007. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Jakarta. 69 hal. Navarro, P. G., S. Garcia-Sanz., J. M. Barrio and F. Tuya. 2013. Feeding and Movement Pattern of the Sea Cucumber Holothuria sanctori. Marine Biology. International Journal on Life in Oceans and Coastal Waters. 9 hal. Nisa, M. 2012. Pola Reproduksi Teripang Lokal Phyllophorus sp. di Pantai Timur Surabaya pada Periode Februari, Maret dan April 2012. Skripsi. Program Studi S1 Biologi. Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya. 44 hal.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
O’Loughlin, P. M., S. Barmos and D. V. Spiegel. 2012. The Phyllophorid Sea Cucumber of Southern Australia (Echinodermata : Holothuroidea : Dendrochirotida : Phyllophoridae). Memoirs of Museum Victoria, 69 : 269-308. Permana, A. Y. 2002. Populasi Chlorella sp. dalam Kultur dengan Konsentrasi Sumber Nutrien Cacing Lumbricus rubellus yang Berbeda. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. Semarang. 42 hal. Prabowo, D. A. 2009. Optimasi Pengembangan Media untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala Laboratorium. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Institut Pertanian Bogor. http://www.repository.ipb.ac.id. 29 September 2013. 108 hal. Ramadany, H. M., D. Winarni dan H. Soepriandono. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tiga Jenis Teripang Lokal Pantai Timur Surabaya terhadap Hepar Mencit (Mus musculus) setelah Infeksi Escherichia coli. Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya. 9 hal. Rasolofonirina, R., D. Vaitilingon., I. Eeckhaut and M. Jangoux. 2005. Reproductive Cycle of Edible Echinoderms from the South-Western Indian Ocean. Western Indian Ocean J. Mar. Sci: 4(1). pp 61-75. Rohani, A. R. 1998. Sebaran Ukuran dan Kematangan Gonad Teripang Pasir (Holothuria scabra, Jeager) pada Berbagai Kedalaman Perairan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 98 hal. Rustam. 2006. Pelatihan Budidaya Laut (Coremap Fase II Kab. Selayar). Yayasan Mattirotasi. Makassar. 11 hal. Saifuddin. 2006. Pengolahan Limbah Cair Industri Pupuk Urea Menggunakan Chlorella pada Berbagai Konsentrasi Fosfat. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal. Saputra, D. A. 2001. Struktur Komunitas Teripang (Holothuoidea) di Perairan Pulau Tikus dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saputra, A. T. 2009. Komposisi Kimia dan Pigmen Spirulina fusiformis pada Umur Panen yang Berbeda. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal 4-10. Sari, O. F. 2013. Formula Biskuit Kaya Protein Berbasis Spirulina dan Kerusakan Mikrobiologi Selama Penyimpanan. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. hal 3-11.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sartika, D. 2010. Aktivitas Antioksidan Lipid Mengandung Pigmen dan Komposisi Kimia dari Chlorella vulgaris pada Umur Panen yang Berbeda. Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 3-5. Shullia, N. I. 2013. Pola Reproduksi Teripang Phyllophorus sp. di Selat Madura pada Periode Mei, Juni dan Juli 2012. Skripsi. Progam Studi S-1 Biologi. Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya. 50 hal. Sunarno. 1997. Laju Konsumsi Oksigen Teripang Pasir (Holothuria scabra, Jaeger) pada Tingkat Salinitas yang Berbeda. Skripsi Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Diponegoro. Semarang. hal 6-12. Storer, T. I. R. C., R. L. Stebbins., Usinger and J. W. Nibakken. 1979. General Zoology. Sixth Edition. Mc Graw-Hill Inc. New York. 902 hal. Suastika, M., S. B. Moria and Darmansyah. 1998. Effect of Protein Levels in Diet Gonadal Development and Spawning of Sea Cucumber (Holothuria scabra) Broodstock. Food and Agriculture Organization of the United Nations. http://agris.fao.org/agris-search/index.do. 20 Januari 2014. Sukmiwati, M., S. Salmah., S. Ibrahim., D. Handayani dan P. Purwanti. 2012. Keanekaragaman Teripang (Holothuroidea) di Perairan Bagian Timur Pantai Natuna Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia, 14(2): 131-137. Winarni, D., M. Affandi, E. D. Masithah dan A. N. Kristanti. 2010. Eksplorasi Potensi Teripang Pantai Timur Surabaya sebagai Modulator Imunitas Alami terhadap Mycobacterium tuberculosis. Laporan Akhir Hibah Strategis Nasional Batch II. Lanjutan Tahun 2010. UniversitasAirlannga. 33 hal. Winarni, D., M. Affandi, E. D. Masithah dan H. Damayanti. 2012. Tahap Kematangan Gonad Teripang Paracaudina australis pada Bulan Februari, Maret dan April 2012. Universitas Airlangga. Surabaya. 10 hal. Williams, L. G. 1959. Uptake of Cesium by Cell and Detritus of Euglena and Chlorella. Taft Sanitary Engineering Center. Cincinnati 20. Ohio. hal 301-311. Yudha, A. P. 2009. Efektifitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Arwana (Sceleropages formosus) di Akuarium. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 57 hal. Yulisti, M. 2000. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama Penjemuran terhadap Mutu Produk Fermentasi Usus Teripang Pasir Holothuria scabra. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 79 hal.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Yusron, E. dan D. S. Sjafei. 1997. Studi Analilis Makanan dari Beberapa Jenis Teripang (Holothuroidea) di Perairan Pulau Ambon. Balitbang Sumberdaya Laut. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 781785.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LAMPIRAN
Lampiran 1. Cara menghitung plankton yang akan diberikan pada teripang 1. Chaetoceros sp. Berat kering Chaetoceros sp. 3,85 x 10-5 µg (Hotos, 2002). Kadar air Chaetoceros sp. 90% (Williams, 1960) Berat total Chaetoceros sp. per sel Presentase berat kering x berat basah = berat kering Berat basah
= berat kering : presentase berat kering = 3,85 x 10-5 µg : 10% = 3,85 x 10-4µg
Apabila berat teripang 100 gram maka pakan yang dibutuhkan adalah 3% x 100 gram = 3 gram = 3 x 106 µg Jumlah plankton yang dibutuhkan = 3 x 106 µg : 3,85 x 10-4µg = 7 x 109 sel 2.
Chlorella sp.
Berat kering Chlorella sp. 5,6 x 10-6 µg (Hotos, 2002). Kadar air Chlorella sp. 90% (Williams, 1960) Berat total Chlorella sp. per sel Presentase berat kering x berat basah = berat kering Berat basah
= berat kering : presentase berat kering = 5,6 x 10-6 µg :10% = 5,6 x 10-5µg
Apabila berat teripang 100 gram maka pakan yang dibutuhkan adalah 3% x 100 gram = 3 gram = 3 x 106 µg
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Jumlah plankton yang dibutuhkan = 3 x 106 µg : 5,6 x 10-5µg = 5,3 x 1010 sel 3.
Spirulina sp.
Berat basah Spirulina sp. 0,042gL-1 dengan jumlah filamen satu liter adalah 11,698x103 L-1 1 unit Spirulina sp. 0,042x106 µg/mL : 11,698x103 unit/mL = 3,59x10-2 µg 3% x 100 gram = 3 gram = 3 x 106 µg Jumlah plankton yang dibutuhkan = 3 x 106 µg : 3,59 x 10-2 µg = 8,35 x 107 unit
Lampiran 2. Data Penghitungan ANOVA Tingkat Kematangan Gonad Teripang Between-Subjects Factors N perlakuan Chaetoceros sp.
5
Chlorella sp.
5
kontrol
5
Spirulina sp.
5
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:TKG F
df1
df2
Sig.
2.863 3 16 .069 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Perlakuan
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:TKG Type III Sum of Squares Df
Mean Square F
Sig.
Corrected Model
5.800a
3
1.933
3.867
.030
Intercept
304.200
1
304.200
608.400 .000
Perlakuan
5.800
3
1.933
3.867
Error
8.000
16
.500
Total
318.000
20
Source
Corrected Total 13.800
.030
19
a. R Squared = ,420 (Adjusted R Squared = ,312) perlakuan Dependent Variable:TKG 95% Confidence Interval perlakuan Mean
Lower Std. Error Bound
Upper Bound
Chaetoce 4.800
.316
4.130
5.470
Chlorell
3.600
.316
2.930
4.270
kontrol
3.400
.316
2.730
4.070
Spirulin
3.800
.316
3.130
4.470
TKG Subset a
Duncan
perlakuan
N
1
kontrol
5
3.400
Chlorella sp. 5
3.600
Spirulina sp. 5
3.800
Chaetoceros 5 sp. Sig.
Skripsi
2
4.800 .410
1.000
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,500. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 ratarata
Skripsi
36,5686 36,7979
36,97
73,89
74,3029 77,3957 59,2293 58,2036 59,7421 38,7821 36,8771 38,3514
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
DYAH AYU UMI ROHMATEN
Lampiran 3. Data konsumsi pakan teripang
Hari
Konsumsi Pakan (%) Kontrol Chaetoceros sp. Chlorella sp. Spirulina sp. ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 35,14 36,28 36,76 58,97 67,09 67,09 56,92 56,92 56,92 48,21 39,32 47,24 35,14 36,28 36,76 58,97 67,09 67,09 56,92 56,92 56,92 48,21 39,32 47,24 35,14 36,28 36,76 58,97 67,09 67,09 56,92 56,92 56,92 48,21 39,32 47,24 36,78 36,76 36,52 67,09 75,33 84,27 58,12 56,92 58,12 48,21 38,43 48,21 36,78 36,76 36,52 67,09 75,33 84,27 58,12 56,92 58,12 48,21 38,43 48,21 36,78 36,76 36,52 67,09 75,33 84,27 58,12 56,92 58,12 48,21 38,43 48,21 36,36 37,58 38,19 84,27 84,27 75,33 61,71 58,12 64,1 27,68 48,21 38,43 36,36 37,58 38,19 84,27 84,27 75,33 61,71 58,12 64,1 27,68 48,21 38,43 36,36 37,58 38,19 84,27 84,27 75,33 61,71 58,12 64,1 27,68 48,21 38,43 38,14 36,83 36,17 84,27 75,33 84,27 56,92 61,71 61,71 38,43 27,68 27,68 38,14 36,83 36,17 84,27 75,33 84,27 56,92 61,71 61,71 38,43 27,68 27,68 38,14 36,83 36,17 84,27 75,33 84,27 56,92 61,71 61,71 38,43 27,68 27,68 36,35 36,41 37,33 75,33 67,09 75,33 64,1 56,92 56,92 27,68 27,68 26,12 36,35 36,41 37,33 75,33 67,09 75,33 64,1 56,92 56,92 27,68 27,68 26,12
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 3. Cara Penghitungan Konsumsi Pakan Teripang (Lanjutan) 1. Chaetoceros sp. ulangan I a. Hari ke- 1, 2 dan 3 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 2,5 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 2,5.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 75 . 108 sel : 3 hari = 25. 108 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 25 . 108 x 3,85 . 10-4 µg = 962500 µg = 0,96 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,96 gr = (1,38 / 2,34) 100% = 58,97 %
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 2 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 2.108 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 60 . 108 sel : 3 hari = 20 . 108 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 20 . 108 x 3,85 . 10-4 µg = 770.000 µg = 0,77 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase %
= 2,34 gr - 0,77 gr = (1,57 / 2,34) 100% = 67,094
c. Hari ke- 7, 8, 9 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 3 . 109 sel : 3 hari = 1. 109 sel/per hari
Skripsi
Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 3,58 x 105 µg = 0,358 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,358 gr = (1,972 /2,34) 100% = 84,27 %
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = = = 1 x 105 sel/ml Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 3 . 109 sel : 3 hari = 1. 109 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 3,58 x 105 = 0,358 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,358 gr = (1,972 / 2,34) 100% = 84,27%
e. Hari ke- 13, 14 dan 15 Sisa Pakan Chaetoceros sp. =
=
= 1,5 x 105 sel/ml
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1,5.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 4,5 . 109 sel : 3 hari = 1,5. 109 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1,5 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 5,37 x 105 = 0,537 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,537 gr = (1,803 / 2,34) 100% = 75,33%
2. Chaetoceros sp. ulangan II a. Hari ke- 1, 2 dan 3 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 2 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 2.108 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 60 . 108 sel : 3 hari = 20 . 108 sel/per hari
Skripsi
Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 20 . 108 x 3,85 . 10-4 µg = 770.000 µg = 0,77 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,77 gr = (1,57 / 2,34) 100% = 67,094%
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1,5 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1,5.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 4,5 . 109 sel : 3 hari = 1,5. 109 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 1,5 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 5,37 x 105 = 0,537 gr Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,537 gr = (1,803 / 2,34) 100% = 75,33%
c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 3 . 109 sel : 3 hari = 1. 109 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 3,58 x 105 = 0,358 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,358 gr = (1,972 / 2,34) 100% = 84,27%
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1,5 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1,5.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 4,5 . 109 sel : 3 hari = 1,5. 109 sel/per hari
Skripsi
Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1,5 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 5,37 x 105 = 0,537 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,537 gr = (1,803 / 2,34) 100% = 75,33%
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
e. Hari ke- 13 dan 14 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 2 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 2.108 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 60 . 108 sel : 3 hari = 20 . 108 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 20 . 108 x 3,85 . 10-4 µg = 770.000 µg = 0,77 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,77 gr = (1,57 / 2,34) 100% = 67,094%
3. Chaetoceros sp. ulangan III a. Hari ke- 1, 2 dan 3 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 2 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 2.108 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 60 . 108 sel : 3 hari = 20 . 108 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 20 . 108 x 3,85 . 10-4 µg = 770.000 µg = 0,77 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
= 2,34 gr - 0,77 gr = (1,57 / 2,34) 100% = 67,094% =
= 1 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 3 . 109 sel : 3 hari = 1. 109 sel/per hari
Skripsi
Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 3,58 x 105 = 0,358 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,358 gr = (1,972 / 2,34) 100% = 84,27%
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1,5 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1,5.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 4,5 . 109 sel : 3 hari = 1,5. 109 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1,5 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 5,37 x 105 = 0,537 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,537 gr = (1,803 / 2,34) 100% = 75,33%
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 3 . 109 sel : 3 hari = 1. 109 sel/per hari Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 3,58 x 105 = 0,358 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,358 gr = (1,972 / 2,34) 100% = 84,27%
e. Hari ke- 13 dan 14 Sisa Pakan Chaetoceros sp. = sel/ml
=
= 1,5 x 105
Sisa pakan Chaetoceros sp. dalam satu akuarium = 1,5.105 x 30.000 ml Sisa pakan Chaetoceros sp. per hari = 4,5 . 109 sel : 3 hari = 1,5. 109 sel/per hari
Skripsi
Berat sisa pakan Chaetoceros sp. per hari
= 1,5 . 109 x 3,58 . 10-4 µg = 5,37 x 105 = 0,537 gr
Pakan Chaetoceros sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,537 gr = (1,803/ 2,34) 100% = 75,33 %
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Chlorella sp. 1. Chlorella sp. ulangan I a. Hari ke- 1, 2 dan 3 Sisa Pakan Chlorella sp. sp. = sel/ml
= 18 x 105
Sisa pakan Chlorella sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18.1085 x 30.000 ml = 54 . 109 sel : 3 hari = 18 . 109 sel/per hari
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 1008000 µg = 1,008 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 1,008 gr = (1,332 / 2,34) 100% = 56,92 %
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Chlorella sp.
=
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Chlorella sp.
Skripsi
=
=
= 17,5 x 105 sel/ml = 17,5 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 980000 µg = 0,98 gr = 2,34 gr - 0,98 gr = (1,36 g/ 2,34) 100% = 58,12 %
= 16 x 105 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 16 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 896000 µg = 0,896 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr – 0,896 gr = (1,444 / 2,34) 100% = 61,71%
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Chlorella sp. =
= 18 x 105 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 1008000 µg = 1,008 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 1,008 gr = (1,332 / 2,34) 100% = 56,92%
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
e. Hari ke- 13 dan 14 Sisa Pakan Chlorella sp.
=
= 1,5 x 106 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 1,5 . 1010 x 5,6 . 10-5 µg = 840000 µg = 0,84 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,84 gr = (1,50 / 2,34) 100% = 64,12 %
2. Chlorella sp. ulangan 1I
Skripsi
a. Hari ke- 1, 2 dan 3 Sisa Pakan Chlorella sp. sp. = sel/ml
=
Sisa pakan Chlorella sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18.105 x 30.000 ml = 54 . 109 sel : 3 hari = 18 . 109 sel/per hari
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 1008000 µg = 1,008 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 1,008 gr = (1,332 / 2,34) 100% = 56,92 %
= 18 x 105
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Chlorella sp. sp. = sel/ml
=
Sisa pakan Chlorella sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18.1085 x 30.000 ml = 54 . 109 sel : 3 hari = 18 . 109 sel/per hari
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 1008000 µg = 1,008 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 1,008 gr = (1,332 / 2,34) 100% = 56,92 %
= 18 x 105
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Chlorella sp.
=
= 17,5 x 105 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 17,5 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 980000 µg = 0,98 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,98 gr = (1,36 g/ 2,34) 100% = 58,12 %
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Chlorella sp. =
= 16 x 105 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 16 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 896000 µg = 0,896 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr – 0,896 gr = (1,444 / 2,34) 100% = 61,71%
e. Hari ke- 13 dan 14 Sisa Pakan Chlorella sp.
= 1,5 x 106 sel/ml
=
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 1,5 . 1010 x 5,6 . 10-5 µg = 840000 µg = 0,84 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,84 gr = (1,50 / 2,34) 100% = 64,12 %
3. Chlorella sp. ulangan III
Skripsi
a. Hari ke- 1, 2 dan 3 Sisa Pakan Chlorella sp. sp. = sel/ml
=
Sisa pakan Chlorella sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18.105 x 30.000 ml = 54 . 109 sel : 3 hari = 18 . 109 sel/per hari
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 1008000 µg = 1,008 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 1,008 gr = (1,332 / 2,34) 100% = 56,92 %
= 18 x 105
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Chlorella sp.
= 17,5 x 105 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 17,5 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 980000 µg = 0,98 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,98 gr = (1,36 g/ 2,34) 100% = 58,12 %
c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Chlorella sp.
Skripsi
=
=
= 1,5 x 106 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 1,5 . 1010 x 5,6 . 10-5 µg = 840000 µg = 0,84 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 0,84 gr = (1,50 / 2,34) 100% = 64,12 %
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Chlorella sp. =
= 16 x 105 sel/ml
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 16 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 896000 µg = 0,896 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr – 0,896 gr = (1,444 / 2,34) 100% = 61,71%
e. Hari ke- 13 dan 14 Sisa Pakan Chlorella sp. sp. = sel/ml
=
Sisa pakan Chlorella sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18.105 x 30.000 ml = 54 . 109 sel : 3 hari = 18 . 109 sel/per hari
Berat sisa pakan Chlorella sp. per hari
= 18 . 109 x 5,6 . 10-5 µg = 1008000 µg = 1,008 gr
Pakan Chlorella sp. yang dimakan teripang Persentase
= 2,34 gr - 1,008 gr = (1,332 / 2,34) 100% = 56,92%
= 18 x 105
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1. Spirulina sp. (ulangan 1) a. Hari ke- 1, 2, 3 dan 4, 5, 6 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
= 3375,80 unit
Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 3375,80 unit x 30.000 ml = 101.247.000 : 3 hari = 33,758 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 33,758 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,2119 gr = 2,34 gr - 1,2119 gr = (1,1281 / 2,34) 100% = 48,21%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
b. Hari ke- 7, 8, 9 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
= 4713,3758
unit Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 4713,3758 unit x 30.000 ml = 141401270 : 3 hari = 47,1338. 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 47,1338. 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,6921 gr = 2,34 gr - 1,6921 gr = (0,6479 / 2,34) 100% = 27,68%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
c. Hari ke- 10, 11, 12 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
= 4012,7388
unit Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
d. Hari ke- 13 dan 14 Sisa Pakan Spirulina sp.
= 40,13 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,4407 gr = 2,34 gr - 1,4407 gr = (0,8990 / 2,34) 100% = 38,43 %
=
= 4713,3758
unit Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium
Skripsi
= 4713,3758 unit x 30.000 ml
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 141401270 : 3 hari = 47,1338. 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 47,1338. 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,6921 gr = 2,34 gr - 1,6921 gr = (0,6479 / 2,34) 100% = 27,68%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
2. Spirulina sp. ulangan 1I a. Hari ke1, 2 dan 3 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
= 3949,0446
unit Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 3949,0446 unit x 30.000 ml = 118471338 : 3 hari = 39,4904 . 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 39,49. 106 x 3,59 . 10-2 µg = 141,7691 . 104 µg = 1,4177 gr = 2,34 gr - 1,4177 gr = (0,9222 / 2,34) 100% = 39,32%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Spirulina sp. unit Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase % c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Spirulina sp.
Skripsi
=
= 4012,7388
= 40,13 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,4407 gr = 2,34 gr - 1,4407 gr = (0,8990 / 2,34) 100% = 38,43
=
= 3375,80 unit
Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 3375,80 unit x 30.000 ml = 101.247.000 : 3 hari = 33,758 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 33,758 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,2119 gr
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
d. Hari ke- 10, 11, 12, 13 dan 14 Sisa Pakan Spirulina sp.
= 2,34 gr - 1,2119 gr = (1,1281 / 2,34) 100% = 48,21%
=
= 4713,3758
unit Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 4713,3758 unit x 30.000 ml = 141401270 : 3 hari = 47,1338. 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 47,1338. 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,6921 gr = 2,34 gr - 1,6921 gr = (0,6479 / 2,34) 100% = 27,68%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
3. Spirulina sp. ulangan 1II a. Hari ke- 1,2 dan 3 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
= 3439, 4904
unit Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 3439, 4904 unit x 30.000 ml = 103184712: 3 hari = 34,3949 . 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
= 34,3949 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,2346 gr = 2,34 gr - 1,2346 gr = (1,094 / 2,34) 100% = 47,24%
b. Hari ke- 4, 5 dan 6 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 3375,80 unit x 30.000 ml = 101.247.000 : 3 hari = 33,758 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 33,758 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,2119 gr = 2,34 gr - 1,2119 gr = (1,1281 / 2,34) 100% = 48,21%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
Skripsi
= 3375,80 unit
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
c. Hari ke- 7, 8 dan 9 Sisa Pakan Spirulina sp.
=
= 4012,7388
unit Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
d. Hari ke- 10, 11 dan 12 Sisa Pakan Spirulina sp.
= 40,13 . 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,4407 gr = 2,34 gr - 1,4407 gr = (0,8990 / 2,34) 100% = 38,43 %
=
= 4713,3758
unit Sisa pakan Spirulina sp. dalam satu akuarium Sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 4713,3758 unit x 30.000 ml = 141401270 : 3 hari = 47,1338. 106 unit/per hari
Berat sisa pakan Spirulina sp. per hari
= 47,1338. 106 x 3,59 . 10-2 µg = 1,6921 gr = 2,34 gr - 1,6921 gr = (0,6479 / 2,34) 100% = 27,68%
Pakan Spirulina sp. yang dimakan teripang Persentase
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran 4. Data Penghitungan ANOVA Konsumsi Pakan Teripang Descriptives Konsumsi Pakan 95% Confidence Interval for Mean N 1 2 3 4 Total
Std. Deviation
Mean
3 3 3 3 12
36.7733 75.1933 59.0567 38.0033 52.2567
Std. Error
Lower Bound
1.16779 .67422 1.91338 1.10469 .78450 .45293 .99631 .57522 16.67587 4.81391
Upper Bound
33.8724 70.4402 57.1079 35.5284 41.6613
39.6743 79.9464 61.0055 40.4783 62.8520
Min
Max
36.04 73.89 58.20 36.88 36.04
38.12 77.39 59.74 38.78 77.39
ANOVA Konsumsi Pakan Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
3045.665
3
13.266 3058.931
8 11
F
1015.222 612.240
Sig. .000
1.658
Konsumsi Pakan Duncan Subset for alpha = 0.05 Pakan 1 4 3 2 Sig.
Skripsi
N
1
2
3
3 36.7733 3 38.0033 3 59.0567 3 75.1933 .276 1.000 1.000
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI DYAH AYU UMI ROHMATEN PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
12 13 14
30 30 30
30 30 30
Skripsi
30 30 30
29 29 30
29 30 30
30 30 30
30 29 29
30 30 30
30 30 30
30 30 30
30 30 30
30 30 30
30 30 30
30 30 30
29 30 30
29 30 30
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
30 30 30
30 30 30
30 29 29
30 29 29
30 30 30
30 30 30
30 30 30
30 30 30
DYAH AYU UMI ROHMATEN
Lampiran 5a. Data Kualitas Air (salinitas)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A1 A2 A3 B1 B2 pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 29 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 29 30 30 29 30 30 30 30 30 29 29 29 30 30 29 29 30 30 30 30 30 30
Perlakuan (ppt) B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 29 29 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Hari ke
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Skripsi
A1 A2 A3 B1 B2 pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr 28 29 28 29 28 28 29 28 28 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 29 28 28 28 28 28 28 28 27 28 28 28 28 28 28 28 28 28 27 28 28 28 28 28 28 28 28 28 27 28 28 28 28 28 28 28 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 29 29 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 29 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 27 28 28 28 28 28
Perlakuan B3 C1 C2 C3 D1 D2 D3 pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr pg sr 28 29 28 29 28 29 28 29 28 29 28 29 28 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 29 28 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
DYAH AYU UMI ROHMATEN
Lampiran 5b. Data Kualitas Air (suhu)
Hari ke
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Skripsi
A1 pg sr 7,4 7,3 6,9 6,9 7,3 6,9 6,9 6,9 6,9 7,9 7,8 7,9 7,7 7,7 7,7 7,7 6,9 7,2 7,4 7,2 7,7 7,7 7,7 7,7 6,8 6,8 6,8 6,8
A2 pg sr 7,6 7,7 7,6 7,8 7,6 8,1 7,4 7,2 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,5 6,9 6,9 7,2 6,8 7,2 6,8 7,2 7,2 7,2 7,2 7,3 7,3 7,2 7,2
A3 pg sr 7,3 7,3 7,3 7,3 6,9 6,9 6,9 6,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,7 7,7 7,7 7,7 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 6,8 6,8 6,8 6,8
B1 pg sr 8,1 8,1 8,1 8,1 8 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 7,8 8,1 7,9 8,1 8,1 8 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1 8,1
B2 pg sr 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
Perlakuan B3 C1 pg pg pg sr 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,9 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,8 7,8 7,8 7,9 7,8 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9 7,8 7,8 7,9 7,9
C2 pg sr 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 8 8 8 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
C3 pg sr 7,9 8 7,9 8,1 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 8 7,9 8,1 7,9 8 7,9 8 8 8 8 7,9 7,9 8 7,9 8 8 8,1 8,1
D1 pg sr 7,7 7,7 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
D2 pg sr 7,8 7,8 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 8 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 8 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
D3 pg sr 7,7 7,7 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 8 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9
DYAH AYU UMI ROHMATEN
Lampiran 5c. Data Kualitas Air (DO)
Hari ke
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
PENGARUH TIGA JENIS PLANKTON YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD TERIPANG LOKAL (Phyllophorus sp.)
DYAH AYU UMI ROHMATEN