1 PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah suatu model pengakajian komprehensif untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku warga terkait dengan risiko kesehatan masyarakat. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perilaku, dipelajari halhal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan penyusunan hasil studi EHRA dikelola langsung oleh Tim EHRA Kabupaten Aceh Barat, berdasarkan pada Surat Keputusan Kepala Bappeda Kabupaten Aceh Barat Nomor: xxxxxx tentang Pembentukan Tim POKJA SANITASI Kabupaten Aceh Barat. Selanjutnya data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Aceh Barat dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program sanitasi kota. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi dengan unsur SKPD, akademisi dan LSM. Responden sebagai sumber data primer adalah ibu-ibu rumah tangga berusia antara 18-60 tahun. Segmentasi responden dilakukan demikian mengingat pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner banyak mengandung persoalan normatif dalam masyarakat yang muatan privasinya dinilai sangat sensitif, seperti tempat dan perilaku BAB. Selain itu diyakini bahwa perempuan atau ibu dipilih sebagai responden dalam EHRA karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan sosial di kawasan domisilinya. Dokumen ini merupakan Laporan EHRA Kabupaten Aceh Barat yang kegiatan pengumpulan datanya dimulai sejak tanggal 1 Nopember s/d 7 Nopember 2010 dengan melibatkan 28 orang enumerator dan 17 orang tim untuk entri data. Penyusunan laporan dilakukan oleh Tim EHRA difasilitasi oleh District Fasilitator PPSP Kabupaten Aceh Barat dengan mengakomodasi masukan berbagai pihak, khususnya Pokja Sanitasi Kabupaten Aceh Barat sebagai pemilik utama kegiatan, SKPD dan supervisor lapangan. Guna penyempurnaan penulisan laporan akhir, diperlukan penyelenggaraan suatu forum konsultatif dalam rangka menyerap masukan dan umpan balik.
2 C ATATAN METODO ETODOLOGI Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah studi mengenai penilaian risiko kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh Tim EHRA Kabupaten Aceh Barat. Survai ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu interview dan observasi. Petugas enumerator yang ditugaskan untuk mengumpulkan data ke lapangan adalah staf Bappeda, staf Dinas Kesehatan, unsur akademisi dan aktivis lingkungan yang telah dilatih dalam Lokakarya dan Pelatihan EHRA pada tanggal 29 dan 30 Nopember 2010. Dengan tingkat populasi rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat sebesar 41.471 KK serta dengan menggunakan tingkat Confidence level sebesar 95% dan tingkat Confidence Interval sebesar 2,4%, maka diperoleh sampel sejumlah 1.610 KK. Proses menentukan sampel ini menggunakan software sampel size calculator. Studi EHRA yang dilakukan mencakup 4 kecamatan yaitu Kecamatan Meureubo, Kecamatan Johan Pahlawan, Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Samatiga. Gampong yang ada di lingkungan Kabupaten Aceh Barat diberikan pembobotan berdasarkan tiga variabel yaitu tingkat kepadatan penduduk, jumlah KK miskin dan penyakit menular. Penetapan tiga variabel ini didasari pada asumsi bahwa variabel ini sangat berkaitan erat dengan gambaran sanitasi di lingkungan Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan data ini maka kemudian tiap gampong diberikan nilai skor yang kemudian didapatkan gampong dengan skor tinggi, sedang dan rendah. Sesuai dengan panduan dari buku manual sanitasi bila jumlah gampong di atas 50 gampong, maka lebih baik dilakukan survai. Maka kesepakatan yang diambil oleh Pokja Sanitasi Aceh Barat hanya diambil 30 gampong saja. Hal ini juga sangat berkaitan erat dengan terbatasnya dana yang dimiliki oleh Pokja Sanitasi. 30 gampong yang ditetapkan secara proporsional menurut strata sesuai dengan tiga variabel di atas berdasarkan jumlah gampong tiap kecamatan.
Primary Sampling Unit (PSU) yang digunakan adalah rumah tangga yang penentuan sampel untuk tiap gampong ditentukan secara proporsional sesuai dengan jumlah rumah tangga. Untuk menentukan rumah tangga di level gampong digunakan cara random sistematis. Responden yang dipilih di dalam EHRA adalah ibu rumah tangga. Alasan yang digunakan dalam penentuan responden ini adalah bahwa ibu rumah tangga lebih mengetahui masalah sanitasi di dalam rumah tangga dan di sekitar lingkungannya. Terlebih lagi dengan status sebagai ibu rumah tangga tersebut, memudahkan enumerator menemui mereka. Terminologi ibu yang digunakan dalam penelitian ini adalah perempuan yang berusia 18- 60 tahun dikaitkan secara langsung dengan kepala keluarga di dalam rumah tangga. Bila di dalam rumah tangga tersebut ada lebih dari satu ibu rumah tangga, maka digunakan variabel usia sebagai penentuan responden yang dipilih. Entri data dilakukan oleh Tim dari Bappeda Kabupaten Aceh Barat yang dibantu tenaga entri data dari Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat dengan beranggotakan 17 orang. Sebelum melalui proses pengentrian data, tim entri telah dilatih di Meulaboh dalam Pelatihan Study EHRA yang diselenggarakan oleh KMW1 Wilayah Sumatera pada tanggal 29-30 Nopember 2010. Selama pelatihan peserta diperkenalkan pada software SPSS yang menjadi alat analisis data EHRA. Data yang diterima dari enumerator kemudian dilakukan check kembali oleh tim EHRA. Langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah pembersihan data (data cleaning). Pembersihan data perlu dilakukan sebelum data di analisis. Pembersihan data yang dimaksud adalah mencakup tidak ada data (missing value), pilihan di luar opsi yang tersedia dan salah pilih. Pembersihan dilakukan dengan cara mengamati hasil analisis frekuensi dan cross tab pada variabel-variabel yang ingin dibersihkan.
3 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA / RESPONDEN Pada bab ini dipaparkan beberapa variable sosio-demografis dan hal-hal yang terkait dengan status rumah di Kabupaten Aceh Barat, seperti jumlah anggota rumah tangga, jumlah balita, status rumah, status lahan dan juga jumlah kamar yang disewakan oleh responden/rumah tangga. Variabel-variabel tersebut diatas perlu dikaji dan dipelajari karena memiliki keterkaitan yang erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water borne diseases), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki anak berusia dibawah lima tahun. Sementara variable yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan dan juga ketersediaan kamar yang disewakan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda pula. Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia antara 18–60 tahun. Batas usia, khususnya batas atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas atas, namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 60 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka responden dimaksud dapat dikeluarkan dari daftar calon yang akan diwawancarai.
Diagram 1 : Usia Responden
N = 1.610, Bobot : -, Filter : - wawancara, recoded, jawaban tunggal A4 Usia Responden
Ditinjau dari sisi usia responden, persentase terbesar adalah wanita berusia antara 50 tahun mencapai angka 11,5%, untuk urutan berikutnya adalah usia 30, 35, 4 dan 45 tahun dimana persentase masing-masing sebesar 7-5% dari total responden, selebihnya merupakan responden yang berusia di rentang 16 – 70 tahun. Adanya responden yang diambil dibawah umur 18 dan diatas 5 tahun adalah karena waktu untuk pelaksanaan survey ini yang sudah sangat terbatas, sehingga enumerator tidak punya waktu untuk mendatangi kembali lokasi yang sama untuk memawancarai responden yang berusia antara 18-50 tahun.
Diagram 2 : Jumlah Anggota Rumah Tangga
N = 1.610, Bobot : -, Filter : - wawancara, recoded, jawaban tunggal A9 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah ini?
Dari data yang tersaji diatas, terlihat jumlah anggota rumah tangga diatas 4 orang merupakan responden terbesar yaitu 30%, selanjutnya sebesar 20% merupakan keluarga yang memiliki jumlah anggota rumah tangga 3 dan 5 orang disusul dengan sebesar 12,5% adalah rumah tangga yang didiami oleh 6 orang dan 9% berangotakan 2 orang. Dengan demikian terlihat bahwa distribusi rumah tangga yang ada di Kabupaten Aceh Barat dalam rumah tangga besar yang memiliki kebutuhan fasilitas sanitasi dalam ukuran kapasitas yang relatif lebih besar pula. Studi EHRA juga mengidentifikasikan keberadaan balita di sebuah rumah tangga. Keberadaan balita menjadi faktor penting dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, balita adalah segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan sanitasi. Diare, misalnya adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dengan korban sekitas 40.000 balita per tahun. Di Provinsi Aceh selama tahun 2008 jumlah penderita diare pada anak usia balita sebanyak 58.116 kasus sehingga, sebaran balita dapat memberikan gambaran tentang kerentanan wilayah tertentu.
Diagram 3 : Keberadaan Balita
N = 1.610, Bobot : -, Filter : - wawancara, recoded, jawaban tunggal A10 Berapa tahun usia anak termuda yang tinggal di rumah ini?
Pada diagram diatas terkait dengan usia termuda, studi ini menemukan sekitar 60% rumah tangga memiliki anak termuda yang masih tergolong balita. Sebanyak 40% merupakan anak yang berusia di rentang 6–10 tahun. Proporsi anak balita ditonjolkan pada studi EHRA karena merekalah at-risk population terkait dengan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang kurang memadai.
Diagram 4 : Status Rumah
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini ibu tempati?
Terkait dengan status rumah yang ditempati responden, survai EHRA menjumpai mayoritas atau sekitar 85% dari total responden menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki sendiri. Sedangkan sisanya terbagi dalam 5 katagori masing-masing sebesar 5 % milik orang tua/keluarga, 8% rumah kontrak sewa tahunan, 1% rumah kontrak/sewa bulanan, dan sebesar 1% merupakan rumah dengan status dinas/instansi/jabatan/lainnya.
Diagram 5 : Status Lahan
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan / tanah yang saat ini ibu tempati?
Kepemilikan lahan/tanah memiliki kecendrungan yang sama dengan kepemilikan rumah, dimana sekitar 85% dari total responden menyatakan bahwa lahan/tanah yang ditempati saat ini dimiliki sendiri. Sementara lahan/tanah yang dimiliki orang tua/keluarga sebesar 8%. Selanjutnya sebesar 5% merupakan lahan/tanah kontrak/sewa tahunan, selebihnya sebesar 2% berupa lahan/tanah kontrak/sewa bulanan, kontrak/sewa harian dan lahan/tanah yang dimiliki oleh dinas/instansi/jabatan/lainnya.
Tabel Silang 1 : Status Rumah dan Lahan - frekuensi
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan/tanah yang saat ini ibu tempati? * A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini ibu tempati? Table 1 Apa status kepemilikan lahan / tanah di rumah yang saat ini Ibu tempati? Milik sendiri
Milik Dinas/ orang tua/ Kontrak/sewa: Kontrak/sewa: Kontrak/sewa: Instansi/ keluarga harian bulanan tahunan Jabatan 81
12
20
1610
1369
Milik orang tua/ keluarga
81
195
Kontrak/sewa: harian
0
5
Kontrak/sewa: bulanan
16
83
Kontrak/sewa: tahunan
129
165
Total
0
Total
Milik sendiri
Apa status Dinas/ kepemilikan Instansi/ rumah yang Jabatan saat ini Ibu tempati? Lainnya
129
Lainnya
16 16
15
1610
1610
Kepemilikan rumah dan lahan/tanah dapat dikaitkan dengan potensi rasa memiliki (sense of ownership) pada lingkungan rumahnya. Mereka yang memiliki rumah dan lahan yang dihuninya cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih besar. Karenanya, secara hipotetif untuk Kabupaten Aceh Barat dapat disimpulkan kebanyakan rumah tangga cenderung memiliki potensi rasa memiliki terhadap lingkungannya yang cukup besar. Hal ini terkait dari fakta bahwa rumah yang dimiliki oleh penghuninya jauh lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki rumah yang ditempatinya.
Diagram 6 : Sewa Kamar
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A7 Dirumah ini, apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain?
Berkenaan dengan pertanyaan tentang kamar yang disewakan pada orang lain, studi ini menemukan hanya sebagian kecil rumah tangga yang melaporkan memiliki kamar yang disewakan (1%). Mayoritas rumah tangga melaporkan tidak memiliki kamar yang disewakan pada orang lain (99 %). Rincian gambaran karakteristik per gampong dapat disimak di tabel-tabel berikut ini : Tabel Gampong 1 : Usia Ibu
N = 1.610, Bobot : Filter : - wawancara, jawaban tunggal A4 Usia responden KECAMATAN JOHAN PAJLAWAN Nama Kelurahan KATEGORI USIA
18 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 60 tahun TOTAL
Suak Padang Gampong Ujung Panggong Ujung Pasar Indra Seurahet Belakang Baroh Aceh (%) (%) Kalak(%) Puri (%) (%) (%) (%) 7 10 50 33 100
10 47 27 17 100
10 19 52 19 100
21 34 28 17 100
10 72 3 14 100
13 20 13 53 100
15 23 23 38 100
Kecamatan Johan Pahlawan Nama Kelurahan KATEGORI USIA
Kuta Rundeng Padang (%) (%) 14 31 28 28 100
18 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 60 tahun TOTAL
10 40 23 27 100
Suak Blang Suak Suak Leuhan Ribee Beurandang Raya Nie (%) (%) (%) (%) (%) 10 41 21 28 100
10 38 34 17 100
17 40 37 7 100
7 38 34 21 100
29 36 21 14 100
Kecamatan Johan Pahlawan KATEGORI USIA 18 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 60 tahun TOTAL
Nama Kelurahan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat (%) (%) (%) (%) 3 6 13 7 59 44 30 30 21 25 23 23 17 25 33 40 100 100 100 100
Seuneubok (%) 7 59 21 14 100
Kecamatan Samtiga, Meureubo dan Kaway XVI KECAMATAN KATEGORI USIA 18 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 60 tahun TOTAL
SAMA TIGA MEUREUBO KAWAY XVI Suak Cot Cot Pasi Ujong Pasie Alue Meureubo Marek Timah Darat Pluh Pinang Drien Jambu Tampak (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 0
16
0
10
4
5
8
12
4
36
28
30
31
41
9
36
50
33
40
34
21
23
22
48
34
22
31
24
22
49
35
33
39
22
16
31
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Tabel Gampong 2 : Jumlah anggota rumah tangga
N = 1.610, Bobot : Filter : - wawancara, jawaban tunggal A9 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah ini?
Kecamatan Johan Pahlawan KELURAHAN JUMLAH KELUARGA
Suak Indra Puri (%)
Pasar Aceh (%)
13 37 50 100
23 33 43 100
Dibawah 4 orang 4 orang diatas 4 orang TOTAL
Gampon Padang g Ujung Seurahe Panggon Belakan Kalak t (%) g (%) g (%) (%)
35 30 35 100
14 31 55 100
34 41 24 100
Ujung Baroh (%)
45 26 29 100
42 35 23 100
Kecamatan Johan Pahlawan KELURAHAN JUMLAH KELUARGA
Runde ng (%)
Kuta Padan g (%)
Suak Ribee (%)
Blang Beurand ang (%)
Suak Raya (%)
Suak Nie (%)
Leuha n (%)
14 54 32 100
13 43 43 100
21 24 55 100
20 37 43 100
32 39 29 100
38 34 28 100
25 32 43 100
Dibawah 4 orang 4 orang diatas 4 orang TOTAL
Kecamatan Johan Pahlawan KELURAHAN Drien JUMLAH KELUARGA Rampak Gampa (%) (%)
Suak Sigadeng (%)
Kampung Darat (%)
Seuneubok (%)
Diatas 4 orang
28 34 38
16 34 50
27 43 30
17 47 37
34 31 34
TOTAL
100
100
100
100
100
Dibawah 4 orang 4 orang
Kecamatan Samatiga, Meureubo dan Kaway XVI KECAMATAN KATEGORI USIA
Dibawah 4 orang 4 orang diatas 4 orang
SAMA TIGA Cot Cot Suak Darat Pluh Timah (%)
50 12 38
(%)
(%)
38 13 50
29 38 33
MEUREUBO KAWAY XVI Pasi Ujong Pasie Alue Meureubo Marek Pinang Drien Jambu Tampak (%) (%) (%)
(%)
39 14 47
11 39 50
30 11 59
48 27 25
(%)
(%)
39 27 33
27 22 51
100
TOTAL
100
100
100
100
100
100
Tabel Gampong Gampong 3 : Keberadaan Balita
N = 1.603, Bobot : Filter : - wawancara, jawaban tunggal A10 Berapa tahun usia anak termuda yang tinggal di rumah ini?
NO
KELURAHAN
(%)
Tidak Ada Balita (%)
38 87 100 64 64 93 61 100 62 41 81 61 83 100 75 100 100 82 100
62 13 0 36 36 7 39 0 38 59 19 39 17 0 25 0 0 18 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
94 94 100
6 6 0
100 100 100
100 100 96
0 0 4
100 100 100
86 87 84
14 13 16
100 100 100
Ada Balita
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
100
100
Tabel Gampong 4 : Status Rumah
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini ibu tempati? Table 2
NO
KELURAHAN
MILIK SENDIRI (%)
MILIK ORANG TUA (%)
93 83 96 66 83 87 77 83 83 86 80 80 93 89 72 84 87 93 93
0 7 4 21 0 6 0 7 0 10 17 7 3 0 3 0 7 7 3
7 10 0 14 17 6 23 10 17 3 3 13 3 11 24 16 7 0 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
86 94 98
2 6 2
4 0 0
8 0 0
100 100 100
94 70 93
6 9 7
0 22 0
0 0 0
100 100 100
90 94 80
6 4 12
4 0 6
0 2 2
100 100 100
KONTRAK
LAINNYA
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
Tabel Gampong 5 : Status Lahan
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan / tanah yang saat ini ibu tempati?
NO
KELURAHAN
MILIK SENDIRI (%)
MILIK ORANG TUA (%)
93 83 96 66 83 87 77 83 83 86 80 80 93 89 72 84 87 93 93
0 7 4 21 0 6 0 7 0 10 17 7 3 0 3 0 7 7 3
7 10 0 14 17 6 23 10 17 3 3 13 3 11 24 16 7 0 3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
86 94 98
2 6 2
4 0 0
8 0 0
100 100 100
94 70 93
6 9 7
0 22 0
0 0 0
100 100 100
90 94 80
6 4 12
4 0 6
0 2 2
100 100 100
KONTRAK
LAINNYA
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
Tabel Gampong 6 : Sewa Kamar
N = 1.610, Bobot : besar populasi gampong, Filter : - wawancara, jawaban tunggal A7 Di rumah ini, apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain? Table 3
NO
KELURAHAN
DISEWAKAN (%)
TIDAK (%)
TOTAL (%)
0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 100 95 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
2 4 0
98 96 100
100 100 100
4 0 0
96 100 100
100 100 100
2 0 0
98 100 100
100 100 100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
4 SUMBER AIR MINUM Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Ada 2 (dua) aspek yang dielaborasi, yakni 1) Jenis sumber air minum yang digunakan rumah tangga dan 2) Kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber itu. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman. Seperti air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Dengan demikian, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitankesakitan seperti gejala diare. Pada suplai air minum, studi EHRA mempelajari kelangkaan yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Kelangkaan diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air minum utama rumah tangga atau tidak bisa digunakannya air yang keluar dari sumber air minum utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden. Hasil survei EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Aceh Barat terdapat 2 (dua) sumber utama air minum, yaitu 1) penjual air isi ulang, dan 2) sumur gali terlindungi. Selain kedua sumber tersebut, proporsinya sangat kecil dan relatif bisa tidak diperhitungkan. Seperti tampak pada diagram dibawah.
4 SUMBER AIR MINUM Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Ada 2 (dua) aspek yang dielaborasi, yakni 1) Jenis sumber air minum yang digunakan rumah tangga dan 2) Kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber itu. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman. Seperti air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Dengan demikian, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitankesakitan seperti gejala diare. Pada suplai air minum, studi EHRA mempelajari kelangkaan yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Kelangkaan diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air minum utama rumah tangga atau tidak bisa digunakannya air yang keluar dari sumber air minum utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden. Hasil survei EHRA menunjukkan bahwa di Kabupaten Aceh Barat terdapat 2 (dua) sumber utama air minum, yaitu 1) penjual air isi ulang, dan 2) sumur gali terlindungi. Selain kedua sumber tersebut, proporsinya sangat kecil dan relatif bisa tidak diperhitungkan. Seperti tampak pada diagram dibawah.
Tabel 1 : Sumber Air Minum
N = 1.610, Filter : - Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak ibu gunakan?
Diagram 1 : Sumber Air Minum - recode
N = 1.603, Filter : - Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak ibu gunakan?
Berdasarkan data diatas terkait dengan keamanan sumber air minum, hasil analisis data EHRA menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 98,5% rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat memiliki sumber air minum relatif aman. Pengguna sumber air minum yang relatif tidak aman sekitar 2%. Hal yang lain perlu dipelajari dalam EHRA adalah apakah rumah tangga mengeluarkan dana untuk mendapatkan air minum. Hasilnya, mayoritas rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat atau sekitar 55% melaporkan mengeluarkan uang untuk mendapatkan air minum. Sekitar 43% melaporkan sebaliknya, yakni tidak mengeluarkan dana untuk mendapatkan air minum. Data lengkapnya tersaji pada diagram 2 berikut ini. Diagram 2 : Pembayaran
N = 1.6010, Filter : - Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum?
Untuk kasus kelangkaan air, studi menemukan sekitar 4,1% rumah tangga yang mengalami kelangkaan dari sumber air utama dalam dua minggu terakhir. Bila rentang waktu kelangkaan diperpanjang menjadi satu tahun, maka kasus kelangkaan yang dijumpai meningkat menjadi 95,4%. Diagram dibawah menunjukkan informasi tentang kelangkaan air. Diagram 3 : Kelangkaan
N = 1.610, Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber utama air untuk minum (P01) tak menghasilkan air/tak bisa dipakai sama sekali/tidak tersedia selama satu hari satu malam atau lebih? P09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber utama air untuk minum (P01) tak menghasilkan air/tak bisa dipakai sama sekali/tidak tersedia selama satu hari satu malam atau lebih?
Tabel Gampong 1 : Sumber Air Minum
N = 1.603, Filter : - Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P01 Untuk keperluan air minum, apa sumber air yang paling banyak ibu gunakan?
Table 4 Air Air Ledeng/ Air Air Sumur Ledeng/ PDAM: Ledeng/ Ledeng / bor Sumur Mata PDAM: sampai PDAM: PDAM (pompa gali air sampai di Penjual Penjual KELURAHAN di halaman/ Umum/ dari tangan, Sumur tidak tidak Penjual Penjual air: air: NO dalam Hidran tetangga mesin) gedung ter Air air: Isi air: Isi Kereta/ Truk Air botol gali ter ter rumah lindungi lindungi lindungi hujan ulang ulang gerobak air kemasan
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Air (sungai / danau/ DAM/ aliran/ kanal/ saluran irigasi)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
JOHAN PAHLAWAN 1
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak
17
0
0
0
10
52
10
3
0
0
7
0
0
0
0
3
3
0
0
7
17
0
3
0
0
67
0
0
0
0
35
0
0
0
0
30
17
0
0
0
17
0
0
0
0
4
0
0
0
15
26
0
0
0
0
56
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
4
0
0
0
93
0
0
0
0
6 7 Ujung Baroh 8 Rundeng 9 Kuta Padang 10 Suak Ribee
8 23 3 3 7
0 0 0 0 0
4 0 3 3 3
0 0 0 0 21
24 4 3 13 7
32 0 38 33 10
0 8 7 7 3
0 0 0 0 0
0 0 0 3 0
0 0 0 0 28
32 58 41 33 17
0 8 0 0 0
0 0 0 0 3
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
11 Blang Beurandang
3
3
7
0
13
30
7
3
0
0
30
0
0
0
3
12 Suak Raya 13 Suak Nie 14 Leuhan 15 Gampa
0 0 0 7
0 3 0 0
0 0 4 0
0 0 0 0
4 3 11 14
11 7 36 0
7 0 7 0
0 0 0 0
0 0 0 0
7 0 0 0
71 86 43 79
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
16 Drien Rampak
22
0
0
0
19
3
3
0
0
0
44
0
9
0
0
17 Sigadeng
Suak
3
0
0
0
17
17
3
0
0
0
60
0
0
0
0
18 Darat
Kampung
0
0
0
0
37
30
0
0
0
13
0
0
0
0
19 Seuneubok
0
0
7
0
20 0
3
3
0
0
3
79
0
0
3
0
4 0 6
0 0 6
0 0 0
64 35 2
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
71 41 32
0 0 0
0 0 0
0 0 2
0 0 0
2 0 0
0 0 0
10 2 0
27 39 16
0 0 0
0 0 0
0 2 0
0 2 4
2 3 4 5
SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
2 0 0
26 63 46
4 2 40
MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo
2 2 14
0 0 0
2 0 0
0 0 0
8 2 11
16 41 41
0 14 0
KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
0 0 4
0 0 0
0 4 0
0 0 2
0 8 4
52 39 57
8 4 12
Tabel Gampong 2 : Sumber Air Minum - recode
N = 1.603, Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak ibu gunakan?
NO
KELURAHAN
Aman
Tidak Aman
(%)
(%)
Tidak Dapat dispesfikkan (%)
90 100 83 100 96 100 85 90 87 66 90 86 100 93 100 88 97 70 93
10 0 17 0 4 0 8 7 10 31 7 14 0 7 0 3 3 30 7
0 0 0 0 0 0 8 3 3 3 3 0 0 0 0 9 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
96 98 54
4 2 46
0 0 0
100 100 100
100 86 100
0 14 0
0 0 0
100 100 100
81 92 84
19 6 12
0 2 4
100 100 100
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
Tabel Gampong 3 : Kelangkaan N = 1.610, Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal - P08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber utama air untuk minum (P01) tak menghasilkan air/tak bisa dipakai sama sekali/tidak tersedia selama satu hari satu malam atau lebih? - P09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber utama air untuk minum (P01) tak menghasilkan air/tak bisa dipakai sama sekali/tidak tersedia selama satu hari satu malam atau lebih? KELANGKAAN AIR
NO
DALAM 2 MINGGU TERAKHIR
KELURAHAN
DALAM 2 MINGGU TERAKHIR
PERNAH TIDAK PERNAH TIDAK TAHU TOTAL PERNAH TIDAK PERNAH TIDAK TAHU TOTAL (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) JOHAN PAHLAWAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok
0 10 0 0 0 7 35 0 0 3 3 7 3 0 22 13 0 0 14
100 90 100 100 100 93 57 93 100 93 86 86 97 100 78 88 100 100 86
0 0 0 0 0 0 9 7 0 3 10 7 0 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 7 0 0 0 8 31 0 0 0 0 11 0 0 21 13 0 0 14
100 87 100 100 104 104 50 97 100 90 83 86 100 96 76 84 77 100 86
0 7 0 0 0 0 8 3 0 10 13 0 0 0 0 3 10 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
4 8 0
86 92 100
8 0 0
100 100 100
4 25 6
88 75 94
6 0 0
100 100 100
6 2 0
92 98 100
2 0 0
100 100 100
6 0 9
88 105 91
2 0 0
100 100 100
9 0 0
87 96 100
4 4 0
100 100 100
15 2 0
75 96 0
6 2 0
100 100 100
SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
5 CUCI TANGAN PAKAI SABUN Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa tempat, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Sejumlah kelompok masyarakat di Aceh menamakannya dengan istilah peu eleih-eleih. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat di Jawa pun mempercayai hal-hal semacam itu (Laporan ESP Formative Research, 2007). Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002; dikutip dari facts sheet ISSDP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan pakai sabun (Curtis & Cairncross, 2003). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga.
Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehari-harinya, EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin.
Diagram 1 : Pemakaian Sabun N = 1.610, Bobot besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban tunggal P11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin?
Studi EHRA menemukan hampir semua rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat memiliki akses pada sabun. Rumah tangga yang melaporkan menggunakan sabun pada hari diwawancara atau sehari sebelumnya mencakup sekitar 95% dari populasi. Hanya kurang dari 5% saja yang melaporkan tidak menggunakan sabun pada hari saat diwawancara atau sehari sebelumnya dan ada dibawah 0,5% yang tidak memberikan jawaban.
Diagram 2 : Cuci Tangan Pakai Sabun – Ibu dengan Balita N = 605, Filter; P11 = ya, Bobot : besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban ganda. P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai dengan hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12i Cuci tangan sesudah BAB; P12j Cuci tangan sesudah menceboki anak; P12k Cuci tangan sebelum menyuapi anak; P12l Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan; P12m Cuci tangan sebelum makan.
Akses terhadap sabun adalah satu hal. Mereka yang memiliki akses tidak serta merta akan memanfaatkan akses itu untuk kepentingan higinitas, khususnya cuci tangan di waktu-waktu penting. Seperti terlihat pada diagram 2, proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan mencakup sekitar 44,5% dari total populasi. Sekitar 47,4% melaporkan mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB dan sekitar 37% melaporkan melakukannya sebelum menyiapkan makanan. Dengan demikian, terlihat bahwa cakupan ibu-ibu yang belum mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting masih kurang dari 50%. Belum mencapai separuh ibu-ibu di Kabupaten Aceh Barat yang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun sesudah BAB. Angka yang hampir sama dijumpai pada waktu penting lain, yakni sebelum makan. Yang masih jarang adalah di waktu sebelum menyiapkan makanan yakni sekitar seperempat ibu-ibu di Kabupaten Aceh Barat.
Meski merupakan populasi paling penuh risiko, praktik cuci tangan pakai sabun agak berkurang pada kelompok Ibu yang memiliki anak balita (umur di bawah lima tahun), khususnya pada waktu setelah BAB. Di waktu sesudah BAB, proporsi untuk kelompok ibu secara umum adalah sekitar 14%. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius, karena mencuci tangan tidak menggunakan sabun pada saat seteleh menbersihkan kotoran anak adalah peluang menimbulkan berbagai macam resiko penyakit paling tinggi.
Pada
waktu-waktu lain, proporsi agak lebih rendah. Di waktu sebelum makan, proporsi ibuibu umum adalah 47%.
Diagram 3 : Skor Cuci Tangan Pakai Sabun - Umum N = 1.586, Filter; P11 = ya, Bobot : besar populasi gampong, wawancara, recoded, jawaban ganda. P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai dengan hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12i Cuci tangan sesudah BAB; P12l Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan; P12m Cuci tangan sebelum makan.
Bila dibuatkan skor, maka dalam kelompok ibu-ibu secara umum, mereka yang tidak mencuci tangan pakai sabun sama sekali yakni sekitar 8,7%. Proporsi terbanyak adalah mereka yang tidak melaporkan apakah mereka mencuci tangan pakai sabun atau tidak (59,7%) dan diikuti oleh mereka yang mencuci tangan pakai sabun di lima waktu penting (31,5%).
Diagram 4: Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun N = 1.610, Filter: -, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal datangi jamban/ wc yang paling banyak digunakan anggota rumah tangga amati & catat kondisi jamban / wc.
Halangan ibu-ibu untuk mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting lebih merupakan faktor non-fisik. Yang dimaksud sebagai faktor non-fisik dapat mencakup pengetahuan, sikap, maupun norma. Data tentang fasilitas cuci tangan yang didapat melalui kegiatan pengamatan (observation) sedikit banyak mengonformasi faktor non-fisik itu. Pengamatan untuk fasilitas cuci tangan pakai sabun difokuskan pada tempat strategis yang terkait erat dengan saat di mana tangan tercemar tinja ataupun patogen dari tinja masuk mulut. Sejumlah ahli higinitas mengemukakan bahwa tempat yang paling strategis adalah di dalam atau di dekat WC atau di dekat tempat makan. Untuk EHRA, tempat cuci tangan yang dipelajari adalah yang berada di dalam atau dekat WC. Di sini fasilitas WC dan sekitarnya harus memiliki sejumlah komponen, yakni 1) air 2) gayung untuk mengalirkan air (khususnya bila rumah tidak memiliki kran untuk mencuci tangan), 3) sabun, dan 4) kain atau handuk kering yang bersih. Terkait dengan ciri-ciri tempat cuci tangan pakai sabun yang strategis, temuan EHRA menujukkan bahwa ketersediaan kain/ handuk yang kering merupakan kekurangan yang paling banyak dijumpai. Hanya sekitar 49,8% WC yang diamati memilikinya. Meski kelihatan sepele, komponen pengering merupakan komponen yang penting, khususnya untuk menjaga agar tangan tidak terkontaminasi kembali oleh patogen penyebab
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Seperti diketahui luas, seringkali seseorang yang telah mencuci tangan pakai sabun justru mengontaminasi kembali tangannya dengan patogen penyebab penyakit ketika dia mengeringkan tangannya pada celana ataupun kain yang kotor. Beberapa fasilitas lain, seperti terbaca pada diagram di atas, proporsinya masih dapat ditingkatkan. Ketersedian air mencakup 57%. Gayung atau alat pengguyur, sekitar 70,5% dan sabun 60,4%.
Tabel Gampong 1: Cuci Tangan Pakai Sabun – Umum N = 1.586, Filter: P11 = ya, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan. CUCI TANGAN PAKE SABUN
N O
SETELAH BAB
KELURAHAN YA
TIDAK
(%)
(%)
TIDAK MENJAWAB (%)
100 100 100 100 100 100 80 100 100 100 100 100 100 100 83 53 100 100 100
0 0 0 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 17 47 0 0 0
100 100 98
SETELAH MENCEBOKI ANAK TOTAL
YA
TIDAK
(%)
(%)
(%)
TIDAK MENJAWAB (%)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 7 0 0 0 7 35 0 0 0 0 11 0 0 21 13 0 0 14
100 87 100 100 100 93 57 97 100 90 86 86 100 100 79 84 88 100 86
0 7 0 0 0 0 9 3 0 10 14 4 0 0 0 3 12 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 0 2
0 0 0
100 100 100
4 25 6
90 75 94
6 0 0
100 100 100
58 20 0
42 80 100
0 0 0
100 100 100
6 0 9
91 100 91
2 0 0
100 100 100
100 96
0 0
0 4
100 100
15 2
77 96
9 2
100 100
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN 1 Suak Indra Puri 2 Pasar Aceh 3 Padang Seurahet 4 Panggong 5 Gampong Belakang 6 Ujung Kalak 7 Ujung Baroh 8 Rundeng 9 Kuta Padang 10 Suak Ribee 11 Blang Beurandang 12 Suak Raya 13 Suak Nie 14 Leuhan 15 Gampa 16 Drien Rampak 17 Suak Sigadeng 18 Kampung Darat 19 Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu
28 Alue Tampak
100
0
0
100
2
94
4
100
Table 5 CUCI TANGAN PAKE SABUN
SEBEUM MENYIAPKAN SEBELUM MAKAN MAKAN TIDAK TIDAK TIDAK YA TIDAK TOTAL YA TIDAK YA TIDAK MENJAWAB MENJAWAB TOTAL MENJAWAB TOTAL (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
SEBELUM MENYUAPI ANAK KELURAHAN
JOHAN PAHLAWAN Suak Indra Puri
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Pasar Aceh
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Padang Seurahet 100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Panggong
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Gampong Belakang
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Ujung Kalak
100
0
0
100
0
100
0
100
100
0
0
100
Ujung Baroh
0
100
0
100
100
0
0
100
88
13
0
100
Rundeng
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Kuta Padang
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Suak Ribee
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Blang Beurandang
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Suak Raya
83
17
0
100
94
6
0
100
100
0
0
100
Suak Nie
100
0
0
100
100
0
0
100
94
6
0
100
Leuhan
0
100
0
100
60
40
0
100
100
0
0
100
Gampa
27
73
0
100
8
92
0
100
85
15
0
100
Drien Rampak
100
0
0
100
100
0
0
100
35
65
0
100
Suak Sigadeng
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Kampung Darat
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Seuneubok
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Suak Timah
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Cot Darat
88
13
0
100
98
2
0
100
100
0
0
100
Cot Pluh
4
96
0
100
13
88
0
100
100
0
0
100
Pasi Pinang
10
90
0
100
23
77
0
100
31
69
0
100
Ujong Drien
0
100
0
100
0
100
0
100
27
73
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
0
100
0
100
Marek
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Pasie Jambu
100
0
0
100
100
0
0
100
100
0
0
100
Alue Tampak
59
41
0
100
80
20
0
100
100
0
0
100
SAMATIGA
MEUREUBO
Meureubo KAWAY XVI
6 PEMBUANGAN SAMPAH Dalam masalah persampahan, EHRA mempelajari sejumlah hal pokok, yakni: 1) cara pembuangan sampah yang utama, 2) frekuensi dan pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah, 3) praktik pemilahan sampah, dan 4) penggunaan wadah sampah sementara di rumah. Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 22 (dua puluh dua) opsi jawaban. Dua puluh dua opsi itu dapat dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok besar, yakni 1) Dikumpulkan di rumah lalu diangkut keluar oleh pihak lain, 2) Dikumpulkan di luar rumah/di tempat bersama lalu diangkut oleh pihak lain, 3) Dibuang di halaman/pekarangan rumah, dan 4) Dibuang ke luar halaman/pekarangan rumah. Di antara empat kelompok itu, cara-cara yang berada di bawah kategori 1 dan 2 atau yang mendapat layanan pengangkutan merupakan cara-cara yang memiliki risiko kesehatan paling rendah. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus, baik di halaman atau di luar rumah, merupakan cara yang aman pula. Namun, dalam konteks wilayah perkotaan, di mana kebanyakan rumah tangga memiliki keterbatasan ruang dan lahan, penerapan cara-cara itu dinilai dapat mendatangkan risiko kesehatan yang cukup besar. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan dan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak kota di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. Terakhir, emunerator studi EHRA mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Wadah yang mengandung risiko kecil adalah wadah yang permanen atau setidaknya terlindungi dari capaian binatang seperti ayam atau anjing. Bak permanen atau keranjang yang tertutup dapat dikategorikan sebagai wadah yang relatif terlindungi dibandingkan dengan kantong plastik yang mudah sobek. Secara rinci tabel di bawah menggambarkan cara-cara utama membuang sampah rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Dalam tabel di bawah terlihat bahwa yang paling banyak dijumpai adalah rumah tangga yang membuang sampahnya di dalam rumah atau di tempat bersama untuk kemudian diangkut petugas, yakni sebesar 24,8%. Persentase ini terdiri dari pengangkutan oleh petugas pemda/gampong (21,8%), petugas RT/RW (2,7%) dan perusahaan swasta (0,3%). Mengingat tidak semua warga dapat mengidentifikasi asal
petugas pengangkut sampah, untuk selanjutnya tiga cara di atas dikatagorikan kedalam 2 (dua) katagori saja, yakni membuang di rumah dan diangkut oleh petugas. Kelompok kedua yang cukup besar adalah mereka yang membuang sampah ke halaman rumah mereka untuk kemudian dibakar, dikubur atau didiamkan saja. Persentase kelompok ini adalah sebanyak 49,5%. Sementara, mereka yang membuang ke tempat terbuka mencakup sekitar 25,8%, terdiri dari mereka yang membuang ke sungai, kali kecil, selokan dan kolam ikan/tambak. Tabel 1: Cara Pembuangan Sampah
N = 1603, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga Cara Pembuangan Sampah
%
1
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari pemerintah / pemda/ kelurahan
12,6
2
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari masyarakat/ dikelola RT atau RW
0,9
3
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari perusahaan swasta
1,7
4
Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari pemerintah / pemda / kelurahan
2,9
5
Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari masyarakat / dikelola RT atau RW
0,7
6
Dikumpulkan disebuah tempat bersama, diangkut petugas dari perusahaan swasta
1,5
7
Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dikubur
6,4
8
Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dibakar
34,5
9
Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang dan didiamkan
2,4
Dibuang di halaman rumah: Tidak ada lubang / ditumpuk
10 & didiamkan
Dibuang di halaman rumah: tidak ada lubang / ditumpuk
1,4
11 lalu dibakar
20,6
12 Dibuang dihalaman rumah, ke kolong rumah
0,4
Dibuang di luar halaman rumah: ke tempat pembuatan
13 sampah (TPS Resmi) /Depo
Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang sampah /
1,0
14 tempat pembuangan
0,7
15 Dibuang ke luar halaman rumah: ke sungai
1,9
16
Dibuang ke luar halaman rumah: ke kali/ sungai kecil
17 Dibuang di luar halaman rumah: ke selokan/ parit 18 19 20 21 22 23
0,6 0,5
Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang galian/ kolam ikan/ tambak
0,7
Dibuang di luar halaman rumah: ke ruang terbuka
1,7
Dibuang di luar halaman rumah: tidak tahu dimana
0,3
Langsung dibakar
5,3
Langsung dikubur
0,5
Lainnya (sebutkan)
0,4
Total
100,0
Data tabel 1 (Cara Pembuangan Sampah) memang kurang bermakna dalam memberikan gambaran mengenai tingkat risiko kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti telah disampaikan sebelumnya, penanganan sampah yang aman adalah di mana rumah tangga mendapat layanan pengangkutan yang memadai. Untuk kepentingan identifikasi tingkat risiko kesehatan lingkungan, rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua kategori besar, yakni 1) penerima layanan sampah dan 2) non penerima layanan sampah. Diagram 1: Penerima Layanan
N = 1603, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga
Terkait dengan penerimaan layanan pengangkutan sampah, diagram di atas menunjukkan bahwa sekitar 21,4% dari total rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat mengakui menerima layanan pengangkutan. Sementara, sekitar 78,1% melaporkan belum menerima layanan pengangkutan dan sebesar 0,5% tidak memberikan komentarnya. Bagi yang mendapatkan layanan, maka frekuensi pengangkutan yang diterima adalah pengangkutan setiap hari 7,2%. Sekitar 9,2 % rumah tangga melaporkan sampahnya diangkut beberapa kali dalam seminggu. Sekitar 1,2% rumah tangga melaporkan sampahnya diangkut sekali dalam seminggu. Sekitar 1,0% yang menerima layanan beberapa kali dalam sebulan dan setiap bulan sekitar 0,4%. Sisanya rumah tangga yang lain dan maypritas yaitu 79,4% yang tidak tahu seberapa sering sampah diangkut oleh petugas. Standar minimum dalam indikator-indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga adalah seminggu sekali. Dengan demikian, maka kebanyakan rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat yang menerima layanan pengangkutan sampah sebetulnya dapat dikategorikan telah mendapat layanan yang memadai. Hanya sedikit yang belum mendapatkan layanan yang memadai dalam hal frekuensi pengangkutan.
Diagram 2: Frekuensi Pengangkutan
N = 1610, Filter: P13 = 11 - 23, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P14 Seberapa sering sampah diangkut?
NO
Frequency
Percent
1 Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu 2
71 98
7,2 9,9
3 Sekali dalam seminggu
12
1,2
10
1,0
4 9 786 990
0,4 0,9 79,4 100,0
4
Pelayanan
Beberapa kali dalam sebulan
5 Setiap bulan 6 Lainnya (catat) 7 Tidak tahu Total
Bila rumah tangga diminta menilai layanan pengangkutan dalam sebulan terakhir, maka seperti tampak pada diagram di bawah, kebanyakan menilainya cukup positif. Sekitar 48,0% menilai layanan yang mereka terima selalu tepat waktu atau kebanyakan tepat waktu sekitar 18 %. Diagram 3: Ketepatan Waktu Pengangkutan
N = 1610, Filter: P13 = 11 - 23, Bobot per gampong, wawancara, jawaban tunggal P15 Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu?
Sementara, seperti terlihat dalam diagram terdahulu, proporsi rumah tangga yang melaporkan dengan nada kurang puas juga terlihat cukup banyak. Sekitar 18,8% dari total rumah tangga menilai layanan pengangkutan sampah yang mereka terima dalam sebulan terakhir kadang tepat waktu kadang tidak. Sekitar 6% bahkan menilainya sering atau selalu terlambat dan selebihnya tidak tahu sekitar 12%. Diagram 4: Pemilahan Sampah 1
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P19 Apakah Ibu memisah-misah sampah sebelum dibuang
Seperti diketahui secara luas, rumah tangga sebetulnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup populer adalah dengan melakukan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah sampah-sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA mencoba mengetahui praktik pemilahan sampah pada rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Kajian EHRA memperoleh gambaran bahwa hanya sekitar 4% dari total rumah tangga melakukan pemilahan sampah dan mayoritasnya sebesar 96% menyatakan tidak pernah memilah sampah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa proporsi ini masih sedikit untuk membantu pengurangan volume sampah kota. Dengan kata lain, masih banyak kerja yang diperlukan untuk mengajak warga berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Masih sedikitnya rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat yang berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga juga terpantau selama pengamatan di rumah. Seperti terbaca pada diagram di bawah hanya sekitar 2,5% rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat yang diamati tengah membuat kompos dari sampah basahnya. Dengan kata lain, mayoritas rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat masih membuang sampah rumah tangga begitu saja tanpa mempertimbangkan potensi-potensi ekonomi dengan memanfaatkan kembali sampah, misalnya sebagai bahan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Diagram 6: Pemilahan Sampah
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal M23 Terlihat sampah dibuat kompos?
Diagram selanjutnya menggambarkan kebersihan rumah tangga dan lingkungannya dari keberadaan sampah. Seperti yang dapat disimak, hanya sekitar 12,1% rumah tangga yang dijumpai memiliki sampah berserakan dirumahnya. Sekitar 36,3% dilaporkan memiliki sampah berserakan di lingkungan pekarangan. Sementara, sekitar 51,7% dilaporkan memiliki sampah berserakan di depan pekarangan rumahnya.
Diagram 7: Kebersihan
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M20A Sampah berserakan di dalam rumah M20B Sampah berserakan di pekaranan rumah M20C Sampah berserakan di depan pekarangan rumah
Pola yang semacam ini tentu tidak mengagetkan mengingat ini sangat konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya yang umumnya menggambarkan bahwa dibandingkan dengan pekarangan atau di luar pekarangan, kebersihan di dalam rumah lebih diutamakan oleh warga. Diagram 8 : Wadah Sampah
N = 1603, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban ganda; M21A Pengumpulan sampah: kantong plastik-di dalam pekarangan rumah; M21B Pengumpulan sampah: kantong plastik-di gantung di pagar; M21C Pengumpulan sampah: kantong plastik-di tumpuk di luar rumah; M21D Pengumpulan sampah: keranjang-di dalam rumah; M21E Pengumpulan sampah: keranjang-di pekarangan rumah M21F Pengumpulan sampah: keranjang-di luar rumah; M21G Pengumpulan sampah: bak permanentertutup; M21H Pengumpulan sampah: bak permanen-terbuka; M21I Pengumpulan sampah: lobang M21J Pengumpulan sampah: ditumpuk saja tanpa wadah
Diagram di atas menyajikan informasi tentang wadah sementara yang digunakan rumah tangga untuk menyimpan sampah. Secara umum, rumah tangga yang mewadahi sampahnya secara kurang aman terlihat cukup banyak, semisal penggunaan kantong plastik (38,7%) yang terdiri, 1) kantong plastik ditumpuk di luar rumah, kantong plastik di dalam pekarangan rumah dan di gantung dipagar. Dari opsi-opsi yang ada, wadah sampah berupa bak permanen yang tertutup merupakan yang paling aman. Namun, di Kabupaten Aceh Barat, proporsinya masih sedikit, yakni hanya sekitar 17,3%.
Tabel Gampong 1: Cara Pembuangan Sampah
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara ibu membuang sampah rumah tangga Perlakuan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari pemerintah / pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari masyarakat/ dikelola RT atau RW Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari perusahaan swasta Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari pemerintah / pemda / kelurahan Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari masyarakat / dikelola RT atau RW Dikumpulkan disebuah tempat bersama, diangkut petugas dari perusahaan swasta Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dikubur Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dibakar Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang dan didiamkan Dibuang di halaman rumah: Tidak ada lubang / ditumpuk & didiamkan Dibuang di halaman rumah: tidak ada lubang / ditumpuk lalu dibakar Dibuang dihalaman rumah, ke kolong rumah Dibuang di luar halaman rumah: ke tempat pembuatan sampah (TPS Resmi) /Depo Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang sampah / tempat pembuangan Dibuang ke luar halaman rumah: ke sungai Dibuang ke luar halaman rumah: ke kali/ sungai kecil Dibuang di luar halaman rumah: ke selokan/ parit Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar halaman rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar halaman rumah: tidak tahu dimana Langsung dibakar Langsung dikubur Lainnya (sebutkan) TOTAL
Suak Indra Puri (%)
Nama Kelurahan Pasar Padang Pang Gampong Ujung Aceh Seurahet gong Belakang Kalak (%) (%) (%) (%) (%)
10
50
26
24
41
16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
3
0
0
3
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
33
3
0
0
3
0
40
27
30
10
24
13
3
0
4
0
0
0
0
0
0
7
3
3
0 0
3 0
26 0
41 0
24 0
55 0
3
0
0
0
0
0
0 0
0 0
4 0
3 0
0 0
3 6
0 0
0 0
0 0
0 3
0 0
0 0
0 0
0 13
0 0
7 0
0 0
0 0
0 0 0 0 100
0 0 0 0 100
0 4 4 0 100
0 3 0 0 100
0 0 0 0 100
0 0 0 0 100
Perlakuan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari pemerintah / pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari masyarakat/ dikelola RT atau RW Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari perusahaan swasta Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari pemerintah / pemda / kelurahan Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari masyarakat / dikelola RT atau RW Dikumpulkan disebuah tempat bersama, diangkut petugas dari perusahaan swasta Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dikubur Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dibakar Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang dan didiamkan Dibuang di halaman rumah: Tidak ada lubang / ditumpuk & didiamkan Dibuang di halaman rumah: tidak ada lubang / ditumpuk lalu dibakar Dibuang dihalaman rumah, ke kolong rumah Dibuang di luar halaman rumah: ke tempat pembuatan sampah (TPS Resmi) /Depo Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang sampah / tempat pembuangan Dibuang ke luar halaman rumah: ke sungai Dibuang ke luar halaman rumah: ke kali/ sungai kecil Dibuang di luar halaman rumah: ke selokan/ parit Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar halaman rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar halaman rumah: tidak tahu dimana Langsung dibakar Langsung dikubur Lainnya (sebutkan) TOTAL
Nama Kelurahan Ujung Kuta Suak Blang Suak Rundeng Baroh Padang Ribee Berandang Raya (%) (%) (%) (%) (%) (%) 0
21
3
14
0
36
0
0
0
17
10
0
4
0
0
0
0
0
0
14
23
3
0
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
21
23
3
7
11
15
25
37
24
30
21
4
4
7
31
0
0
0
4
0
0
0
0
23 0
0 0
0 0
0 0
27 0
14 0
0
4
7
0
0
0
0 15
0 0
0 0
0 0
7 3
0 0
0 0
0 4
0 0
0 0
7 0
0 0
0 4 4 31 0 0 100
0 4 0 0 0 0 100
0 0 0 0 0 0 100
3 0 3 0 0 0 100
0 3 3 3 0 0 100
0 0 0 4 0 4 100
Perlakuan
Nama Kelurahan Suak Leuh Gam Drien Suak Kampung Seuneu Nie an pa Rampak Sigadeng Darat (%) bok (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari pemerintah / pemda/ kelurahan 41 Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari masyarakat/ dikelola RT atau RW 0 Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari perusahaan swasta 0 Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari pemerintah / pemda / kelurahan 7 Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari masyarakat / dikelola RT atau RW 0 Dikumpulkan disebuah tempat bersama, diangkut petugas dari perusahaan swasta 0 Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dikubur 7 Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dibakar 31 Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang dan didiamkan 0 Dibuang di halaman rumah: Tidak ada lubang / ditumpuk & didiamkan 0 Dibuang di halaman rumah: tidak ada lubang / ditumpuk lalu dibakar 3 Dibuang dihalaman rumah, ke kolong rumah 0 Dibuang di luar halaman rumah: ke tempat pembuatan sampah (TPS Resmi) /Depo 0 Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang sampah / tempat pembuangan 0 Dibuang ke luar halaman rumah: ke sungai 0 Dibuang ke luar halaman rumah: ke kali/ sungai kecil 0 Dibuang di luar halaman rumah: ke selokan/ parit 0 Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang galian/ kolam ikan/ tambak 3 Dibuang di luar halaman rumah: ke ruang terbuka 0 Dibuang di luar halaman rumah: tidak tahu dimana 0 Langsung dibakar 7 Langsung dikubur 0 Lainnya (sebutkan) 0 TOTAL 100
21
10
56
13
7
24
0
0
3
0
0
0
0
7
13
0
0
0
0
7
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
18
0
0
0
3
14
39
21
9
43
27
14
7
3
0
7
0
3
0
0
0
0
0
0
7 0
0 0
13 0
10 0
47 0
45 0
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 13
3 0
0 0
4 0
0 0
0 0
0 0
7 0
0 0
0 4
0 7
3 3
0 7
0 0
0 0
0 0 0 0 100
0 0 0 0 100
0 3 3 0 100
0 0 0 0 100
0 0 0 41 0 0 0 0 100 100
SAMATIGA
Perlakuan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari pemerintah / pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari masyarakat/ dikelola RT atau RW Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas dari perusahaan swasta Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari pemerintah / pemda / Dikumpulkan di sebuah tempat bersama, diangkut petugas dari masyarakat / dikelola RT atau Dikumpulkan disebuah tempat bersama, diangkut petugas dari perusahaan swasta Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dikubur Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang lalu dibakar Dibuang di halaman rumah: ke dalam lubang dan didiamkan Dibuang di halaman rumah: Tidak ada lubang / ditumpuk Dibuang di halaman rumah: tidak ada lubang / ditumpuk lalu Dibuang dihalaman rumah, ke kolong rumah Dibuang di luar halaman rumah: ke tempat pembuatan sampah (TPS Resmi) /Depo Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang sampah / tempat pembuangan Dibuang ke luar halaman rumah: ke sungai Dibuang ke luar halaman rumah: ke kali/ sungai kecil Dibuang di luar halaman rumah: ke selokan/ parit Dibuang di luar halaman rumah: ke lubang galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar halaman rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar halaman rumah: tidak tahu dimana Langsung dibakar Langsung dikubur Lainnya (sebutkan) TOTAL
Suak Timah (%)
MEUREUBO
KAWAY XVI
Cot Pasi Pasie Alue Cot Ujong Meureubo( Marek Darat Pinang Jambu Tampak Pluh (%) Drien (%) %) (%) (%) (%) (%) (%)
0
0
0
2
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
22
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
12
0
0
0
2
0
0
0
0
0
30
0
0
0
0
2
6
2
10
2
0
15
4
0
14
88
52
51
9
89
46
27
46
0
0
0
0
0
0
4
2
0
2
0
0
8
0
5
0
0
4
64
0
40
6
4
0
17
37
44
2
0
6
0
0
0
0
0
0
2
4
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
7
6
2
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
4
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
8 0 0 100
2 0 0 100
0 0 0 100
0 0 4 100
22 4 0 100
0 0 0 100
2 0 2 100
16 2 0 100
2 0 0 100
Tabel Gampong 2: Penerima Layanan
N = 1603, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga
Kec. Johan Pahlawan Pelayanan
Nama Kelurahan Gampong Ujung Ujung Panggong Belakang Kalak Baroh (%) (%) (%) (%)
Suak Pasar Padang Indra Aceh Seurahet Puri (%) (%) (%)
Menerima Pelayanan Tidak Menerima Pelayanan
Rundeng (%)
Kuta Padang (%)
23
53
26
24
45
19
4
39
33
77
47
74
76
55
81
96
61
67
Kec. Johan Pahlawan Nama Kelurahan Pelayanan Menerima Pelayanan Tidak Menerima Pelayanan
Suak Blang Suak Ribee Berandang Raya (%) (%) (%)
Drien Suak Suak Nie Leuhan Gampa Rampak Sigadeng (%) (%) (%) (%) (%)
Suak Ribee (%)
34
10
46
48
21
28
72
20
34
66
90
54
52
79
72
28
80
66
Kecamatan Samatiga, Meureubo dan Kaway XVI Pelayanan Menerima Pelayanan Tidak Menerima Pelayanan
SAMATIGA MEUREUBO KAWAY XVI Cot Pasi Ujong Pasie Alue Cot Meureubo Marek Suak Darat Pinang Drien Jambu Tampak Pluh (%) (%) Timah (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 24
2
4
0
16
59
0
4
2
76
98
96
100
84
41
100
96
98
7 KONDISI JALAN DI DEPAN RUMAH Bagian ini adalah laporan pengamatan emunerator pada kondisi jalan di depan rumah yang mereka kunjungi. Ada tiga aspek yang diamati atau diukur, yakni 1) lebar jalan, 2) kondisi permukaan jalan, dan 3) apakah terdapat genangan air di dekat rumah atau tidak. Lebar jalan merupakan salah satu indikator tidak langsung untuk status ekonomi rumah tangga. Rumah tangga yang terletak di ruas jalan yang lebar, mempunyai keleluasaan untuk dimasuki mobil, umumnya memiliki kondisi ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan rumah-rumah yang berada di lorong-lorong sempit. Seperti umum diketahui, lebar jalan di depan rumah adalah salah satu penentu nilai ekonomi. Selain indikator tidak langsung dari status ekonomi rumah tangga, lebar jalan pun menjadi masukan yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan model teknologi dan proses konstruksi fasilitas sanitasi. Lebar jalan juga merupakan salah satu indikator tidak langsung kepadatan penduduk di sebuah wilayah. Terkait dengan risiko kesehatan lingkungan, telah diketahui luas bahwa mereka yang tinggal di perumahan padat, misalnya di lorong-lorong sempit, akan memiliki risiko kesehatan lingkungan yang lebih besar daripada mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang padat. Penyakit-penyakit seperti TBC dan Influenza adalah contoh penyakit-penyakit yang mudah menyebar di antara warga yang tinggal di rumah-rumah padat dan berdempetan. Dalam studi EHRA, lebar jalan diukur dengan menggunakan langkah kaki emunerator di mana satu langkah kaki dikonversikan menjadi setengah (1/2) meter.
Yang dimaksud dengan kondisi permukaan jalan adalah apakah jalan di depan rumah dilapisi dengan suatu bahan atau tidak. Pelapisan jalan dapat dilakukan dengan pengaspalan, penyemenan, pemasangan paving block dan lain-lain. Yang dimaksud dengan tidak dilapisi adalah jalan yang dibiarkan hanya sekedar tanah saja. Pelapisan yang memadai dapat mencegah munculnya genangan air yang menjadi salah satu sumber penularan berbagai penyakit bersumber binatang, misalnya Leptosperosis yang ditularkan melalui genangan air yang mengandung kencing tikus. Dalam EHRA, emunerator mengamati apakah jalan dilapisi atau tidak. Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa pengamatan hanya dilakukan di depan rumah yang terpilih saja. Jadi, angka yang didapatkan dalam analisis menunjukkan proporsi rumah yang memiliki jalan yang dilapisi ataupun tidak, sama sekali tidak menunjukkan panjang jalan di sebuah kota yang telah dilapisi ataupun tidak.
Objek pengamatan ketiga adalah ada atau tidaknya genangan air di jalan didepan rumah terpilih. Dibandingkan dengan kondisi permukaan jalan, indikator ini merupakan faktor risiko yang lebih dekat untuk terjadinya penyakit bersumber binatang. Untuk mengidentifikasi faktor risiko ini, emunerator diminta untuk berdiri didepan rumah dan melihat kurang lebih sejauh sepuluh meter dari rumah yang tengah dikunjunginya.
Untuk lebar jalan, EHRA menjumpai bahwa mayoritas rumah di Kabupaten Aceh Barat berada di depan jalan yang lebarnya antara 2 sampai dengan 10 meter. Hasil pengukuran emunerator menunjukkan bahwa cakupannya adalah sekitar 85% dari total rumah atau lebih setengah dari rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Yang kedua adalah rumah yang terletak di jalan berlebar antara 10 meter atau lebih dengan cakupan sekitar 14%. Yang ketiga adalah rumah yang terletak di jalan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 1 meter, dengan cakupan sekitar 1%. Rincian dapat disimak pada diagram di bawah. Diagram 1: Lebar Jalan Depan Rumah
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M24 Ukur lebar jalan/gang/lorong di depan rumah
Ket: 1 = Lebar Jalan kurang dari 1 meter 2 = Lebar Jalan antara 2-10 meter 3 = lebarj jalan lebih besar dari 10 meter Aspek lain yang diamati dari jalan adalah apakah jalan itu dilapisi atau tidak. Berdasarkan pengamatan emunerator-emunerator di Kabupaten Aceh Barat, sekitar 74% rumah tangga memiliki jalan di depan rumah yang dilapisi, umumnya dengan aspal. Sedangkan sisanya atau 24,9% rumah tangga saja yang jalan didepan rumahnya adalah tanah atau belum dilapisi. Diagram di halaman berikut menggambarkan lebih rinci.
Diagram 2: Lapisan Jalan Depan Rumah
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M25 Lihat kondisi jalan
Diagram 3: Genangan Air
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M19 Dalam jarak sekitar 10 m dari rumah, apakah terlihat genangan air?
Pengamatan emunerator terhadap lingkungan rumah menemukan bahwa sekitar 20% rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat memiliki lingkungan yang terdapat genangan air. Seperti dapat dibaca pada diagram di atas, sekitar 80% rumah tangga dijumpai tidak memiliki genangan air di sekitar 10 m dari rumahnya. Di sini, secara umum dapat digambarkan bahwa risiko lingkungan akibat genangan air dilingkungan rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat dapat dikategorikan rendah. Tabel Gampong 1: Lebar Jalan Depan Rumah
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal; M24 Ukur lebar jalan/gang/lorong di depan rumah NO
KELURAHAN
Lebar Jalan <1 meter (%)
Lebar Jalan 2- Lebar Jalan >10 TOTAL (%) 10 meter (%) meter (%)
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok
0 0 5 0 7 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 3 0 10 0
60 93 90 88 59 91 100 61 50 75 78 85 93 69 100 88 100 76 83
40 7 5 12 33 9 0 39 50 13 22 15 7 31 0 9 0 14 17
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 0 0
98 100 100
2 0 0
100 100 100
0 0 0
64 44 85
36 56 15
100 100 100
5 2 3
90 98 92
5 0 5
100 100 100
SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
Tabel Gampong 2: Lapisan Jalan Depan Rumah
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M25 Lihat kondisi jalan kondisi Jalan
NO
KELURAHAN
Tanah (%)
Diaspal (%)
Lainnya (%)
TOTAL (%)
3 17 35 4 14 13 46 11 3 7 14 30 14 7 39 31 27 56 24
97 83 65 96 86 87 54 89 97 93 86 70 86 93 61 69 73 44 76
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
4 19 2
96 81 98
0 0 0
100 100 100
35 43 2
65 57 93
0 0 5
100 100 100
72 61 44
28 39 53
0 0 2
100 100 100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
Tabel Gampong 3: Genangan Air
N = 1610, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M19 Dalam jarak sekitar 10 m dari rumah, apakah terlihat genangan air? kondisi Jalan
NO
KELURAHAN
Tanah (%)
Diaspal (%)
TOTAL (%)
41 47 13 42 14 35 35 18 21 14 31 4 14 27 25 19 57 14 17
59 53 87 58 86 65 65 82 79 86 69 96 86 73 75 81 43 86 83
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
9 10 4
91 90 96
100 100 100
29 0 7
71 100 93
100 100 100
32 27 12
68 73 88
100 100 100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
8 JAMBAN DAN BAB Kebiasaan BAB (buang air besar) di tempat yang tidak memadai adalah salah satu faktor risiko menurunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/kali/got/kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan dan kondisinya. Untuk jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 3 (tiga) katagori besar, yakni jamban siram/leher angsa, jamban/non siram/tanpa leher angsa, dan tak ada fasilitas jamban. Pilihan-pilihan pada dua katagori pertama kemudian dispesifikasikan pembuangan khusus (sewerage), tangki septik, cubluk, lobang galian, sungai/kali/parit/got. Sementara, katagori ketiga, ruang terbuka, pilihannya mencakup sungai, kali, parit atau got. Karena informasi tentang jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Padahal yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke tanah. Karenanya EHRA juga mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud antara lain, Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?, Kapan tangki septik dikosongkan?, dan Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Lebih jauh tentang kondisi jamban, studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/WC yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/fasilitas yang diamati oleh emunerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau gayung, dan handuk. Emunerator yang berpartisipasi dalam survai EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah ada tinja menempel atau tidak? Selain itu, emunerator juga mengamati apakah ada lalat beterbangan di jamban atau sekitarnya dan hal lain, seperti apakah ada pembalut perempuan? Terakhir, bab ini pun memaparkan informasi tentang jumlah pengguna jamban yang mengindikasikan besarnya beban yang ditanggung oleh fasilitas sanitasi rumah tangga.
Tabel 1 : Tempat BAB
N = 976, Filter: - Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P34 Maaf bu, boleh tahu di mana terakhir kali ibu BAB? Perilaku BAB
Frequency 98
Percent 9,9
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke septik tank
714
71,2
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke cubluk / jumbleng
15
1,5
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke lobang galian
19
1,9
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke sungai/ kali/ parit / got
66
6,7
Jamban siram/leher angsa salurkan ke kolam
9
0,9
Jamban siram/leher angsa salurkan ke tidak tahu kemana
3
0,3
Jamban non siram/ tanpa leher angsa ke lobang galian
20
2,0
Jamban non siram / tanpa leher angsa ke sungai/kali/parit / got
7
0,7
Tidak ada fasilitas: Di sungai/ got / parit / irigasi
28
2,8
Tidak ada fasilitas: Lapangan, semak
12
1,2
Tidak ada fasilitas: Kantong plastik
2
0,2
Di fasilitas jamban umum
3
0,3
Lainnya (catat)
12
0,12
Total
976
98,6
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke pipa pembuangan / sewerage
Survai EHRA menemukan fasilitas BAB di Kabupaten Aceh Barat yang paling umum dilaporkan oleh rumah tangga adalah jamban siram/leher angsa yang disalurkan ke tangki septik. Proporsinya adalah sekitar 71,2% (tempat terakhir kali BAB). Sementara, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 17,1%, yang terdiri dari 1) Jamban siram disalurkan ke sungai/kali/parit atau kolam (6,48%), 2) Jamban nonsiram yang disalurkan ke sungai/kali/parit (2%), 3) Tidak ada fasilitas : di sungai/got/parit/irigasi (2,8%), 4) tidak ada fasilitas: lapangan/ semak (1,2%), dan 5) lainnya 0,17%. Dari hasil wawancara diperoleh sekitar 69,8% rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat yang melaporkan menggunakan tangki septik. Namun, data yang didasarkan pada laporan verbal ini tidak memberi petunjuk tentang kualitas atau keamanan tangki septik yang digunakan rumah tangga. Untuk melihat apakah yang dilaporkan sebagai tangki septik adalah benar tangki septik. EHRA kemudian menindaklanjuti dengan pertanyaan: Apakah tangki septik itu pernah dikosongkan?; Kapan tangki septik dikosongkan?; dan Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Secara mudah klaim tangki septik diragukan atau dicurigai keliru bila tangki septik dibangun lebih dari lima tahun lalu namun belum pernah dikuras atau dikosongkan sekalipun. Bila pernah dikosongkan, EHRA berpendapat bahwa klaim responden itu benar.
Secara visual proses mengidentifikasi kasus suspek (dicurigai) tangki septik ataupun cubluk/bukan tangki septik adalah sebagai berikut : Dasar mengidentifikasi suspek tangki septik atau cubluk dalam studi EHRA menggunakan rentang waktu pengurasan atau pengosongan tinja di tangki septik. Untuk ukuran dan teknologi tangki septik yang paling umum, tangki septik perlu dikosongkan atau dikuras paling tidak sekali dalam setiap 5 tahun. Bila dalam kurun waktu 5 tahun tangki septik belum pernah dikuras atau dikosongkan, maka dicurigai bahwa yang diklaim responden sebagai tangki septik sebetulnya adalah cubluk. Bila diringkas maka kriterianya adalah sebagai berikut : Diagram 1 : Kualitas Tangki Septik 2 - Indikatif
N = 1610, Filter: - bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan. Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf bu, boleh tahu di mana terakhir kali ibu BAB? P27 Kapan tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu dibangun; P28 Pernahkah tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu di kosongkan/disedot; P29 Kapan terakhir kali tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu dikosongkan/disedot. Melaporkan menggunakan tangki septik (71,2%)
Dibangun kurang dari 2 thn lalu (11,4%) atau antara 2-5 thn lalu (34%) Tidak bisa dispesifikasika n
Suspek cubluk N=199 Suspek tangki septik
N=1610
Dibangun lebih dari 5 thn lalu (25,8%)
Tidak pernah dikosongkan (54,7%)
Dikosongkan 2 thn lalu (12,4%)
N=763
Pernah dikosongkan (19,2%)
Dikosongkan 2-5 thn lalu (3,5%)
Suspek tangki septik
N=760
Dikosongkan 5 thn lalu (2,3%)
Suspek cubluk
Kriteria suspek aman adalah sbb., 1. Dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/ dikosongkan kurang dari lima tahun lalu Kriteria suspek tidak aman adalah sbb., 1. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras lebih dari lima tahun lalu Sebagaimana tersaji pada diagram di atas, dari sekitar 71,2% yang melaporkan menggunakan jamban siram ke tangki septik, sekitar 25,8% melaporkan tangki septiknya dibangun lebih dari 5 tahun lalu. Dari sejumlah itu sekitar 54,7% melaporkan bahwa tangki septiknya belum pernah dikosongkan sama sekali sehingga mengindikasikan bahwa yang mereka digunakan bukan tangki septik melainkan cubluk atau tangki yang tidak kedap udara alias merembes ke luar tangki.
Dari sekitar 199 rumah tangga yang melaporkan pernah mengosongkan tangki septik, sekitar 2,3% melaporkan mengosongkannya lebih dari 5 tahun lalu. Kasus yang masuk dalam 2,3% ini pun dapat diindikasikan sebagai suspek cubluk. Sebaliknya, rumah tangga yang masuk kategori pernah mengosongkan 2 tahun lalu atau antara 2–5 tahun lalu dikategorikan sebagai kasus suspek aman. Diagram 2 : Kualitas Tangki Septik 2 - Indikatif
N = 378, Filter: - bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan. Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf bu, boleh tahu di mana terakhir kali ibu BAB? P27 Kapan tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu dibangun; P28 pernahkah tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu di kosongkan/disedot; P29 Kapan terakhir kali tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu dikosongkan/disedot.
Dari penelusuran menggunakan rentang waktu pengosongan diperoleh bahwa dari 1146 rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat yang melaporkan memiliki akses pada tangki septik yang suspek aman sekitar 45,4%, yang menggunakan cubluk atau tangki septik yang tidak kedap (suspek tidak aman) sebesar 25,8%. Sekitar 28,8% tidak bisa dispesifikasi apakah menggunakan tangki septik atau cubluk. Selain cemaran akibat tangki septik yang tidak aman, risiko lingkungan juga dapat diakibatkan oleh pembuangan isi tinja yang tidak tepat, seperti membuang kotoran ke sungai atau lahan di rumah yang tidak diolah lebih lanjut. Sebelum melihat tempat-tempat pembuangan tinja yang telah dikumpulkan di tangki septik, EHRA terlebih dahulu mengidentifikasi cara pengurasan/pengosongan tangki septik. Seperti dapat dilihat pada diagram di bawah, dari mereka yang melaporkan pernah mengosongkan tangki septik, mayoritas meminta jasa layanan pengosongan sedot tangki/truk tinja, yakni sekitar 90,4%. Sementara, proporsi yang melaporkan menyuruh tukang untuk melakukannya, yakni sebesar 2,7%. Sementara rumah tangga yang mengosongkan sendiri tangki septiknya hanya sebesar 0,4%. Diagram 3 : Cara Pengosongan Tangki Septik
N = 378, Filter: - bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan. Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf bu, boleh tahu di mana terakhir kali ibu BAB? P28 Pernahkah tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu di kosongkan/disedot; P32 Terakhir kali, siapa yang mengosongkan/mengambil keluar isi septik tank?
Diagram 4 : Tempat Pembuangan Isi Tangki Septik
N = 141, Filter: - bertahap berdasarkan urutan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan. Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf bu, boleh tahu di mana terakhir kali ibu BAB? P28 Pernahkah tangki septik/septik tank/tangki limbah BAB itu di kosongkan/disedot? P32 Terakhir kali, siapa yang mengosongkan/mengambil keluar isi septik tank? P33 Terakhir kali, kemana isi itu dibuang?
Hal lain yang dipelajari EHRA adalah tempat pembuangan isi tangki septik. Pada umumnya mereka yang menggunakan truk sedot tinja tidak ditanya tentang tempat pembuangan tinja dengan asumsi bahwa mereka sulit mengetahui ke mana truk itu pergi dan membuang/mengolah tinja hasil sedotannya. Tetapi ada juga sebagian dari responden yang menyatakan sekitar 46% melaporkan isi tangki septik ke sungai/kali/parit/got, tidak dapat diidentifikasikan dalam studi ini apakah yang dimaksud tersebut adalah truk sedot tinja yang membuang isi septic tank ke sungai/kali/parit/got atau bukan . Sisanya sekitar 54% temuan lain juga mengkhawatirkan, ketika responden menjawab “tidak tahu”. Diagram 5 : Waktu ke Jamban
N = 1610, Filter: - selain P34 = 31, 41, 42, 43, Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf bu, boleh tahu di mana terakhir kali ibu BAB? P39 Berapa lama yang dibutuhkan untuk jalan dari rumah ke jamban dan kembali lagi? Berikan jawaban dalam menit jamban pribadi atau umum
Ket: Katagori 1 = 1-5 Langkah Katagori 2 = 6-10 Langkah Katagori 3 = 11-20 Langkah Katagori 4 = 12 – 300 Langkah Hal lain yang dipelajari adalah waktu yang dibutuhkan untuk pergi ke WC. Kebanyakan rumah tangga memiliki WC di dalam. Sekitar 78% rumah tangga tidak perlu waktu karena WC berada di dalam rumahnya sendiri. Sekitar 17 % membutuhkan hanya 1 – 2 menit (6-10 langkah) untuk pergi ke WC. Sementara, sekitar 4,0% melaporkan membutuhkan waktu antara 3-5 menit atau lebih (10-20 langkah). Selebihnya sekitar 1% yang melaporkan membutuhkan waktu lebih dari 5 menit ke fasilitas BAB mereka.
Diagram 6 : Kebersihan Jamban
N = 1401, Filter: Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; M04 Datangi jamban/WC yang paling banyak digunakan anggota rumah tangga, amati & catat kondisi jamban/WC. a. Ada tinja di dalam/di dinding jamban? b. Ada pembalut perempuan di sekitar jamban? c. Ada lalat di sekitar jamban?
Terkait dengan kondisi kebersihan fasilitas WC di rumah, apapun jenis WC-nya, tenaga survai EHRA masih menjumpai WC yang terlihat kotor. Dari pengamatan emunerator, sekitar 10,0% terlihat terdapat lalat beterbangan, sekitar 7,8% WC yang terlihat memiliki tinja di dalam/dinding jamban, dan sekitar 7,5% terlihat ada pembalut perempuan di dalamnya. Diagram 7 : Jumlah Pengguna WC
N = 1610, Filter: Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P38 Berapa banyak orang yang menggunakan jamban / WC yang ibu pakai?
Ket:
Kategori 1 = Jumlah pemakai 1-5 orang
Kategori 2 = Jumlah Pemakai 6-9 orang
Untuk jumlah pengguna, dari semua rumah tangga yang memiliki jamban, sekitar 68% memiliki jamban yang digunakan oleh 1 – 4 orang. Sekitar 32% digunakan oleh 5 – 9 orang. Tidak ada jamban yang digunakan oleh lebih dari sepuluh orang Untuk rincian per gampong, silahkan cermati tabel-tabel di berikut ini : Tabel 1 : Tempat BAB
N = 1610, Bobot : besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal; P34 Maaf bu, boleh tahu dimana terakhir kali ibu BAB?
NO
KELURAHAN
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke pipa pembuangan / sewerage
Jamban siram/ Jamban leher siram/ angsa Jamban leher salurkan Jamban siram/ angsa ke Jamban siram/leher Jamban siram/ leher angsa salurkan sungai/ siram/leher angsa leher angsa salurkan ke ke kali/ angsa salurkan ke salurkan ke cubluk / lobang parit / salurkan ke tidak tahu got kemana septik tank jumbleng galian kolam
Jamban non siram/ tanpa leher Jamban non angsa siram / tanpa ke leher angsa ke lobang sungai/kali/parit galian / got
Tidak ada fasilitas: Di Tidak sungai/ Tidak ada ada Di got / fasilitas: fasilitas: fasilitas parit / Lapangan, Kantong jamban Lainnya irigasi semak plastik umum (catat) TOTAL
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
1 Suak Indra Puri
0
93
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
2 Pasar Aceh
3
90
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
3 Padang Seurahet
39
52
0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
4 Panggong
0
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
Gampong Belakang
10
79
3
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
100
6 Ujung Kalak
6
84
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
7 Ujung Baroh
0
85
4
0
0
0
0
0
8
0
0
4
0
0
100
8 Rundeng
36
54
11
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
9 Kuta Padang
0
86
14
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
10 Suak Ribee
7
31
0
10
31
7
3
7
3
0
0
0
0
0
100
Blang Beurandang
7
37
0
3
33
17
0
0
0
0
3
0
0
0
100
12 Suak Raya
0
89
0
4
0
4
0
0
0
0
0
0
0
4
100
13 Suak Nie
3
97
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
14 Leuhan
0
93
0
4
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
15 Gampa
0
97
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
16 Drien Rampak
9
88
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
0
0
100
17 Suak Sigadeng
17
63
0
0
20
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
18 Kampung Darat
46
43
0
0
7
0
0
0
0
0
0
4
0
0
100
19 Seuneubok
7
62
0
0
7
0
0
3
0
17
3
0
0
0
100
JOHAN PAHLAWAN
5
11
Jamban siram/ leher angsa Jamban salurkan ke Jamban siram/ leher pipa siram/ leher angsa pembuanga salurkan ke angsa n/ salurkan ke cubluk / sewerage septik tank jumbleng NO
KELURAHAN
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke lobang galian
Jamban siram/ leher angsa salurkan ke sungai/ kali/ parit / got
Jamban siram/leh er angsa salurkan ke kolam
Jamban siram/leh er angsa salurkan ke tidak tahu kemana
Jamban non siram/ tanpa leher angsa ke lobang galian
Jamban non siram / tanpa leher angsa ke sungai/kali/pa rit / got
Tidak ada fasilitas: Di Tidak Tidak sungai/ ada ada Di got / fasilitas: fasilitas: fasilitas parit / Lapanga Kantong jamban Lainnya irigasi n, semak plastik umum (catat)
TOTAL
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
20 Suak Timah
0
90
0
2
2
0
0
2
2
0
0
0
0
2
100
21 Cot Darat
13
69
0
2
0
0
0
0
0
17
0
0
0
0
100
22 Cot Pluh
0
73
0
6
0
0
0
10
0
2
8
0
0
0
100
23 Pasi Pinang
39
53
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0
100
24 Ujong Drien
17
83
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
25 Meureubo
0
95
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
100
26 Marek
0
40
0
2
31
2
4
6
6
4
2
0
0
2
100
27 Pasie Jambu
20
39
0
4
22
0
0
4
0
6
6
0
0
0
100
28 Alue Tampak
4
51
0
11
9
0
0
9
0
15
2
0
0
0
100
SAMATIGA
MEUREUBO
KAWAY XVI
9 KOTORAN ANAK Pembuangan tinja anak adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diberi perhatian justru karena masyarakat umumnya kerap menganggap masalah ini sepele. Berbeda dengan tinja orang dewasa, masyarakat kerapkali menganggap kotoran anak sebagai hal yang tidak atau kurang berbahaya, dan karenanya, kotoran anak ditoleransi untuk dibuang kemanapun, termasuk ke ruang-ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang, ataupun keranjang tempat pembuangan sampah rumah tangga. Persepsi semacam itu tentu keliru. Kotoran manusia, dari kelompok usia berapapun, tetaplah berbahaya karena mencemari lingkungan dengan berbagai patogen penyebab berbagai penyakit. Dalam praktiknya, kotoran anak menjadi cemaran bagi lingkungan melalui dua hal, 1) praktik anak yang BAB di tempat-tempat terbuka, baik dibantu oleh orang dewasa maupun atas inisiatif anak itu sendiri, dan 2) praktik orang dewasa yang membiarkan atau membuang kotoran anak di ruang-ruang terbuka. Praktik dikatagorikan aman bagi lingkungan bila 1) anak BAB di jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai, atau 2) kotoran anak yang tertinggal di penampung (seperti popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana) dibuang ke jamban atau fasilitas sanitasi lain yang memadai. Jika dicuci, maka airnya harus dibuang ke fasilitas sanitasi. Diagram 1 : Kemampuan Anak Menggunakan Menggunakan Jamban
N = 1.610, Bobot : -, Filter : - wawancara, recoded, jawaban tunggal P40 Bila memiliki anak dibawah 10 tahun, apa Si……………(sebut nama anak termuda) dapat BAB sendiri di jamban?
Dalam analisis data pembuangan kotoran anak fokus akan diberikan pada anak-anak yang tidak bisa BAB sendiri dimana peran orang dewasa menentukan apakah cara yang diterapkan aman ataukah justru mencemari lingkungan. Pada diagram diatas, rumah tangga yang memiliki anak yang belum bisa BAB mencakup sekitar 18,0% dari total rumah tangga.
Diagram 2 : Tempat BAB Anak
N = 753, Bobot : Besar populasi gampong, Filter : P40 = 2, wawancara, jawaban tunggal P42 Terakhir kali, dimana Si……………(sebut nama anak termuda) buang air besar?
Lebih lanjut, hasil wawancara emunerator menggambarkan bahwa, secara umum rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat telah menggunakan fasilitas jamban rumah yakni sekitar 46%. Diagram diatas sekaligus menunjukkan proporsi rumah tangga yang menggunakan tempat-tempat lain, diantaranya di celana 13,3%, pampers 13,0%, dan gurita 3% dan lahan/ruang terbuka penampung sebesar 4,5%. Dari pilihan-pilihan yang ada, jamban adalah tempat yang paling aman. Bila praktik-praktik yang mirip di kelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni BAB di jamban, tempat terbuka dan penampung sementara, maka dijumpai gambaran seperti yang dapat disimak pada diagram berikut : Diagram 3 : Tempat BAB Anak 2
N = 953, Bobot : Besar populasi gampong, Filter : P40 = 2, wawancara, jawaban tunggal P42 Terakhir kali, dimana Si……………(sebut nama anak termuda) buang air besar?
Sejumlah 44,8% rumah tangga disurvai memiliki anak yang terakhir kali BAB telah menggunakan fasilitas aman yaitu jamban. Kriteria aman yang dimaksud yaitu anak yang diantar untuk BAB di jamban dan anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana), kotoran dibuang ke jamban, dan penampung dibersihkan di WC. Sedangkan kriteria yang relatif tidak aman berupa jika anak BAB di ruang terbuka (lahan di rumah atau diluar rumah), anak yang BAB di penampung (popok sekali pakai/pampers, popok yang dapat dicuci, gurita, ataupun celana), kotorang di buang ke ruang terbuka/tidak di jamban dan dibersihkan bukan di jamban. Untuk BAB yang menggunakan fasilitas penampung sementara sebesar 32,62% dan rumah tangga yang membiarkan anaknya BAB di ruang terbuka yaitu sebesar 9,68%. Dari kriteria diatas yang menggunakan fasilitas penampungan sementara dapat dikatagorikan ke dalam kriteria aman jika kotoran BAB di buang ke dalam jamban dan penampungnya dibersihkan di WC, sebaliknya jika kotoran BAB di buang ke ruang terbuka/tidak di jamban dan dibersihkan bukan di jamban dapat dikatagorikan dalam kriteria yang relatif tidak aman. Sedangkan rumah tangga yang memiliki anak yang BAB di ruang terbuka jelas memiliki risiko kesehatan lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang telah menggunakan fasilitas. Dari perhitungan dengan kriteria di atas di dapatlah hasil seperti terlihat dalam bagan berikut. Seperti yang terlihat 77,42% dikatagorikan sebagai penanganan yang aman dan 9,68% sebagai penanganan yang tidak aman dan sisanya tidak dapat dispesifikan. Diagram 4 : Keamanan Penanganan Kotoran Anak
N = 953, Bobot : Besar populasi gampong, Filter : P40 = 2, wawancara, recoded, jawaban tunggal P42 Terakhir kali, dimana Si……………(sebut nama anak termuda) buang air besar? P43 Terakhir kali, dimana tinja Si…..(sebut nama anak balita termuda) dibuang? Jika dibersihkan kemana air kotor dibuang?; Jika langsung dibuang kemana kotoran dibuang?
Untuk detail per gampong, silahkan simak tabel-tabel berikut ini : Tabel Gampong 1 : Kemampuan Anak Menggunakan Jamban
N = 1.603, Bobot : -, Filter : - wawancara, recoded, jawaban tunggal P40 Bila memiliki anak dibawah 10 tahun, apa Si……………(sebut nama anak termuda) dapat BAB sendiri di jamban?
NO
KELURAHAN
Ya, bisa
Tidak / belum bisa
(%)
(%)
Tidak ada anak di bawah 10 tahun di rumah (%)
26 31 42 40 35 75 41 44 30 50 35 35 44 20 63 19 29 39 48
0 31 11 45 4 20 18 7 0 33 6 20 4 27 0 33 24 17 8
63 38 37 15 61 5 41 30 43 17 59 40 52 53 37 48 48 43 44
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
28 16 21
26 5 0
46 78 79
100 100 100
26 59 74
21 31 26
53 9 0
100 100 100
29 44
33 7
38 48
100 100
TOTAL
(%)
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu
28 Alue Tampak
53
13
30
100
Tabel Gampong 2 : Tempat BAB Anak
N = 953, Bobot : Besar populasi gampong, Filter : P40 = 2, wawancara, jawaban tunggal P42 Terakhir kali, dimana Si……………(sebut nama anak termuda) buang air besar? Table 6
KELURAHAN
NO
Jamban Popok pakai rumah Penampung ulang/ (=fasilitas gurita p17)
Di ruang Popok terbuka sekali Di celana di pakai/ halaman pampers rumah
Di lahan/ ruang terbuka di luar Lainnya Tidak rumah (catat) tahu
TOTAL
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
100 67 58 61
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 17
0 33 8 17
0 0 17 0
0 0 17 0
0 0 0 6
0 0 0 0
100 100 100 100
20
7
0
20
33
13
7
0
0
100
74 46 42 50 12
0 0 0 17 0
11 0 17 0 12
5 31 17 17 0
5 0 17 17 36
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
5 15 0 0 8
0 8 8 0 32
100 100 100 100 100
17
6
6
17
11
11
6
6
22
100
27 67 50 87 31 35 47 28
13 0 0 0 6 0 0 6
0 0 25 0 6 0 7 0
27 6 0 7 31 6 0 17
13 17 25 0 13 18 13 17
7 0 0 0 6 6 7 17
0 0 0 0 0 12 13 17
13 0 0 0 0 0 7 0
0 11 0 7 6 24 7 0
100 100 100 100 100 100 100 100
50 38 47
0 0 0
0 0 0
9 0 0
18 13 0
5 0 0
0 0 0
9 25 18
9 25 35
100 100 100
57 79 52
0 0 0
0 0 0
14 14 45
0 7 0
5 0 3
0 0 0
24 0 0
0 0 0
100 100 100
9 42
9 4
0 0
14 8
9 15
9 15
14 12
32 4
5 0
100 100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu
28 Alue Tampak 48 3 Tabel Gampong 3 : Tempat BAB Anak 2
0
3
14
10
7
0
14
100
N = 953, Bobot : Besar populasi gampong, Filter : P40 = 2, wawancara, jawaban tunggal P42 Terakhir kali, dimana Si……………(sebut nama anak termuda) buang air besar?
NO
KELURAHAN
(%)
PENAMPUNG SEMENTARA (%)
RUANG TERBUKA (%)
(%)
TIDAK TAHU (%)
TOTAL (%)
100 67 58 61 20 74 46 42 50 12 17 27 67 50 87 31 35 47 28
0 33 8 33 60 21 31 50 50 48 39 53 22 50 7 56 24 20 39
0 0 33 0 20 0 0 0 0 0 17 7 0 0 0 6 18 20 33
0 0 0 6 0 5 15 0 0 8 6 13 0 0 0 0 0 7 0
0 0 0 0 0 0 8 8 0 32 22 0 11 0 7 6 24 7 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
50 38 47
27 13 0
5 0 0
9 25 18
9 25 35
100 100 100
57 79 52
14 21 45
5 0 3
24 0 0
0 0 0
100 100 100
9 42 48
32 27 21
23 27 17
32 4 0
5 0 14
100 100 100
JAMBAN
LAINNYA
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
Tabel Gampong 4 : Keamanan Penanganan Penanganan Kotoran Anak
N = 953, Bobot : Besar populasi gampong, Filter : P40 = 2, wawancara, recoded, jawaban tunggal P42 Terakhir kali, dimana Si……………(sebut nama anak termuda) buang air besar? P43 Terakhir kali, dimana tinja Si…..(sebut nama anak balita termuda) dibuang? Jika dibersihkan kemana air kotor dibuang? Jika langsung dibuang kemana kotoran dibuang?
NO
KELURAHAN
TIDAK DAPAT TOTAL DISPESIFIKASIKAN (%) (%)
AMAN
TIDAK AMAN
(%)
(%)
100 100 67 94 80 95 77 92 100 60 56 80 89 100 93 88 59 67 67
0 0 33 0 20 0 0 0 0 0 17 7 0 0 0 6 18 20 33
0 0 0 6 0 5 23 8 0 40 28 13 11 0 7 6 24 13 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
77 50 47
5 0 0
18 50 53
100 100 100
71 100 97
5 0 3
24 0 0
100 100 100
41 69 69
23 27 17
36 4 14
100 100 100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Suak Indra Puri Pasar Aceh Padang Seurahet Panggong Gampong Belakang Ujung Kalak Ujung Baroh Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Blang Beurandang Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Suak Sigadeng Kampung Darat Seuneubok SAMATIGA
20 Suak Timah 21 Cot Darat 22 Cot Pluh MEUREUBO
23 Pasi Pinang 24 Ujong Drien 25 Meureubo KAWAY XVI
26 Marek 27 Pasie Jambu 28 Alue Tampak
10 SALURAN AIR DAN KEBANJIRAN Bagian ini memaparkan kondisi saluran air rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Saluran air merupakan objek yang perlu diperhatikan EHRA karena saluran air yang tidak memadai berisiko memunculkan berbagai penyakit, termasuk polio yang sempat merebak kembali di satu kota di Indonesia beberapa tahun lalu. Dalam masalah saluran air, EHRA meminta emunerator mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah terpilih. Saluran yang dimaksud adalah yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water). Bila ada, emunerator juga mengamati dari dekat apakah air di saluran itu mengalir, apa warna airnya, dan melihat apakah terdapat tumpukan sampah di dalam saluran air itu. Saluran air yang memadai ditandai dengan aliran air yang lancar, warna yang cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Diagram 1 : Keberadaan Saluran Air
N = 1610, Filter: - Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M16 Apakah ada saluran air hujan/limbah di sekitar rumah (depan, belakang, samping, tidak terhalang bangunan)
Hasil pengamatan studi EHRA di Kabupaten Aceh Barat menunjukkan bahwa sekitar 58% rumah tangga telah memiliki akses pada saluran air di depan atau di sekitar rumahnya. Sementara sekitar 42% rumah tangga yang teramati tidak memiliki akses pada saluran air limbah.
Diagram 2 : Kondisi Saluran Air 1
N = 1610, Filter: M16 = 1, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M17 Lihat saluran untuk limbah rumah tangga?
Dari 1610 rumah tangga yang memiliki akses terhadap saluran air, sekitar 58,0% diamati memiliki saluran yang airnya mengalir. Sekitar 10% dilaporkan didapati tidak berair/kering. Di sini dapat diindikasikan, sekitar 80% atau mayoritas dari rumah tangga yang memiliki akses pada saluran air, memiliki saluran air yang cukup memadai (mengalir atau tidak ada air). Rumah tangga yang diamati memiliki masalah dengan saluran airnya, yakni air dalam saluran tidak mengalir, mencakup sekitar 22% dari total rumah tangga yang memiliki akses pada saluran air limbah.
Diagram 3 : Kondisi Saluran Air 2
N = 826, Filter: M16 = 1 M17 = 1 atau 3, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal; M18 Kondisi saluran untuk limbah rumah tangga, a. Warna air di saluran?
Warna air di saluran yang paling banyak dijumpai adalah kecoklatan dan kehitaman, sekitar 30% dan 27%. Warna Kecoklatan dan kehitaman ini mengindikasikan adanya proses pembusukan bahan organik. Sementara, warna putih atau abu-abu mencakup 18%. Warna ini mengindikasikan penggunaan detergent atau sabun yang berlebihan dan terbuang ke saluran air. Kondisi paling rendah adalah yang berwarna bening/bersih, yakni sebesar 4,6% dari rumah tangga yang diamati. Hal lain dari saluran air yang diamati adalah apakah terdapat tumpukan sampah di dalamnya ataukah saluran itu bersih dari sampah.
Diagram 4 : Kondisi Saluran Air 3
N = 826, Filter: M16 = 1, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M18 Kondisi saluran untuk limbah rumah tangga, b. Ada tumpukan sampah disalurkan?
Temuan EHRA menunjukkan sekitar 50,6% saluran air yang bisa diamati relatif bebas dari sampah. Sekitar 32,2% dijumpai memiliki sampah di dalam salurannya. Sisanya adalah saluran yang dilaporkan tidak bisa diamati oleh emunerator atau tidak ada data. Pokok kedua dalam bagian ini adalah kebanjiran yang didefinisikan secara sederhana yakni datangnya air ke lingkungan atau ke dalam rumah yang tengah disurvai. Air yang datang bisa berasal dari manapun termasuk luapan sungai, laut ataupun air hujan. Besarnya banjir tidak dibatasi. Artinya, air bisa setinggi dada ataupun lebih rendah dari tinggi tumit orang dewasa. Studi EHRA di Kabupaten Aceh Barat menemukan proporsi rumah tangga sekitar 33,4% yang melaporkan pernah mengalami banjir. Seperti terlihat pada diagram berikut ini, proporsi terbesar, sekitar 62,3% rumah tangga, melaporkan tidak pernah mengalami banjir, sisanya menjawab tidak tahu dan tidak ada data. Diagram 5: Pengalaman Banjir
N = 1610, Filter: - , Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P46 Apakah rumah yang ibu tempati saat ini atau lingkungan rumah ibu pernah terkena banjir?
Diagram 6: Pengalaman Banjir 2 – waktu terakhir kali
N = 538, Filter: P46 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P47 Kapan terakhir kali rumah ini mengalami kebanjiran?
Dari 538 rumah tangga yang melaporkan pernah mengalami banjir, kebanyakan atau sekitar 24% melaporkan banjir terjadi dalam dua minggu yang lalu dan 20% melaporkan terjadi banjir dalam minggu ini dan 17% menyatakan banjir baru sebulan yang lalu. Secara total ditemukan 92% dari 538 rumah tangga yang melaporkan mengalami banjir dalam tahun ini. Dengan kata lain, pengalaman banjir merupakan pengalaman yang belum lama berlalu dan kemungkinan besar masih kuat dalam ingatan warga. Diagram 7: Pengalaman Banjir 3 - rutinitas
N = 727, Filter: P46= 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P48 Biasanya, apakah banjir terjadi secara rutin?
Dari wawancara pun ditemukan bahwa bagi kebanyakan rumah tangga yang pernah mengalami kebanjiran (538 rumah tangga), sekitar 50% mengalaminya secara rutin dalam kurun waktu tertentu. Sementara, 46,5% rumah tangga melaporkan kejadian banjir tidak berlangsung rutin dan sisanya menyatakan tidak tahu dan tidak ada data. Dari sisi frekuensi, seperti dapat disimak pada diagram di bawah ini, yang paling umum dialami rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat adalah yang terjadi beberapa kali dalam setahun (80%). Meski demikian, proporsi rumah tangga yang mengalami sekali dalam setahun sekitar 12%. Yang sebulan sekali atau lebih dan tidak ada data tergolong kecil yaitu sekitar 8%.
Diagram 8: Pengalaman Banjir 4 - frekuensi
N = 360 Filter: P46 = 1, P48 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P49 Biasanya, berapakali dalam setahun ibu mengalami banjir?
Diagram 9: Pengalaman Banjir 5 – lama mengering
N = 360, Filter: P46= 1, P48 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P50 Umumnya, berapa lama banjir mengering?
Cukup banyak rumah tangga yang mengalami banjir dalam waktu cukup lama. Seperti terbaca pada diagram di atas, sekitar 45% rumah tangga yang mengalami banjir secara rutin, mengalaminya dalam waktu lebih dari sehari. Sekitar 32,2% mengalaminya dalam sehari. Proporsi rumah tangga yang mengalami banjir tidak lama (kurang dari sehari), yakni yang besarnya sekitar 20%. Proporsi ini terdiri dari rumah yang mengalami banjir beberapa jam (10%), setengah hari (5%), sekitar sejam (3,9%) dan kurang dari sejam (1,1%). Diagram 10: Pengalaman Banjir 6 – tinggi air di dalam rumah
N =360, Filter: P46 = 1, P48 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P51 Untuk banjir yang terakhir kali, berapa tinggi air yang masuk ke rumah?
Banjir yang kebanyakan dialami rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat pun terbilang rendah alias tidak tinggi. Yang paling banyak dilaporkan adalah banjir yang tidak masuk rumah, yakni sebesar 35,4%. Sekitar 27% melaporkan banjir biasanya setinggi tumit orang dewasa (<5 cm). Rumah tangga yang melaporkan airnya setinggi setengah lutut orang dewasa (sekitar 20-30 cm) sekitar 12,5%. Sementara yang melaporkan airnya lebih tinggi dari lutut orang dewasa adalah kurang dari 10%.
Diagram 11: Pengalaman Banjir 7 – tinggi tinggi air di lingkungan rumah
N = 360, Filter: P46 = 1, P48 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P52 Untuk banjir yang terakhir kali, berapa tinggi air yang masuk ke pekarangan/lingkungan dekat rumah ibu?
Dibanding di rumah tangga, air yang masuk di pekarangan atau di sekeliling rumah jauh lebih tinggi. Seperti teramati dari diagram di atas, yang paling banyak dilaporkan adalah banjir yang masuk setumit orang dewasa (sekitar 5 cm), yakni sebesar 28%. Sekitar 27,0% melaporkan banjir biasanya setinggi setengah lutut orang dewasa (20-30 cm) di luar rumahnya. Rumah tangga yang melaporkan airnya selutut orang dewasa (sekitar 40-50 cm) mencakup sekitar 16%. Proporsi rumah tangga yang mengalami banjir sepinggang atau lebih tinggi dil lingkungan rumahnya mencakup sekitar 29% dari total rumah tangga yang mengalami banjir secara rutin dan tidak ada data. Detail data gampong dapat disimak pada tabel-tabel berikut ini :
Tabel Gampong 1: Keberadaan Saluran Air
N = 990, Filter: - Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M16 Apakah ada saluran air hujan/limbah disekirar rumah (depan, belakan, samping, tidak terhalang bangunan) Tabel 1 Keberadaan Saluran Pembuangan air hujan atau air limbah disekitar rumah (depan, belakan, samping, tidak terhalang bangunan)
NO
KELURAHAN
YA (%)
TIDAK (%)
TOTAL (%)
95 87 53 8 60 63 59 56 39 50 21 38 0 35
5 13 47 92 40 37 41 44 61 50 79 63 100 65
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
57 45 18
43 55 82
100 100 100
50 2 10
50 98 90
100 100 100
0 8
100 92
100 100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pasar Aceh Panggong Gampong Belakang Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Blang Beranang Gampong Darat
15 Suak Timah 16 Cot Darat 17 Cot Pluh MEUREUBO
18 Pasi Pinang 19 Ujong Drien 20 Meureubo KAWAY XVI
21 Pasie Jambu 22 Alue Tampak
Tabel Gampong 2: Kondisi Saluran Air 1
N = 826, Filter: M16 = 1, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M17 Lihat saluran untuk limbah rumah tangga Table 2
Kondisi Saluran Air Limbah Rumah Tangga (Hasil Pengamatan Enumerator)
NO
KELURAHAN
Saluran Tertutup / TOTAL Tidak Bisa Diamati (%) (%)
Mengalir
Tidak Ada Air / Kering
Tidak Mengalir
(%)
(%)
(%)
68 62 33 33 71 20 64 69 73 100 50 89 38
16 0 17 0 6 5 18 0 9 0 0 0 0
11 4 4 67 0 70 18 31 18 0 38 11 63
5 35 46 0 20 5 0 0 0 0 13 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
72 71 80
20 6 0
4 18 20
4 6 0
100 100 100
10 0 100
40 100 0
50 0 0
0 0 0
100 100 100
60
0
0
40
100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pasar Aceh Panggong Gampong Belakang Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Gampong Darat SAMATIGA
14 Suak Timah 15 Cot Darat 16 Cot Pluh MEUREUBO
17 Pasi Pinang 18 Ujong Drien 19 Meureubo KAWAY XVI
20 Alue Tampak
Tabel Gampong 3: Kondisi Saluran Air 2
N = 826, Filter: M16 = 1 M17 = 1 atau 3, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal; M18 Kondisi saluran untuk limbah rumah tangga, a. Warna air di saluran?
Table 3 Kondisi saluran untuk limbah rumah tangga berdasarkan warna air di saluran (hasil pengamatan enumerator)
KELURAHAN NO
Cenderung Bening / Bersih
Cenderung Putih / Abuabu
Tak Bisa Kecoklatan Kehitaman Kehijauan Tidak Ada Diamati / Air Tertutup TOTAL
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
11 0 0 0 0 0 9 0 10 0 0 13 0
53 8 29 0 9 8 27 0 10 0 0 25 0
21 0 4 100 43 43 36 44 40 50 89 13 0
5 35 4 0 11 28 18 56 40 0 0 25 78
0 8 0 0 9 15 0 0 0 0 0 25 0
11 0 13 0 6 8 9 0 0 50 0 0 11
0 50 50 0 23 0 0 0 0 0 11 0 11
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
8 0 0
28 0 0
12 35 100
52 29 0
0 0 0
0 18 0
0 18 0
100 100 100
10 100 20
40 0 20
40 0 20
10 0 40
0 0 0
0 0 0
0 0 0
100 100 100
20
60
20
0
0
0
0
100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pasar Aceh Panggong Gampong Belakang Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Gampong Darat SAMATIGA
14 Suak Timah 15 Cot Darat 16 Cot Pluh MEUREUBO
17 Pasi Pinang 18 Ujong Drien 19 Meureubo KAWAY XVI
20 Alue Tampak
Tabel Gampong 4: Kondisi Saluran Air 3
N = 826, Filter: M16 = 1, Bobot: besar populasi gampong, pengamatan, jawaban tunggal M18 Kondisi saluran untuk limbah rumah tangga, b. Ada tumpukan sampah di saluran?
Table 4 Kondisi saluran untuk limbah rumah tangga berdasarkan tumpukan sampah di saluran (hasil pengamatan enumerator)
KELURAHAN
Ya
Tidak
(%)
(%)
Tak Bisa Diamati / Tertutup (%)
21 27 4 100 17 50 27 50 40 100 40 0 89
79 15 50 0 51 45 73 50 60 0 50 100 0
0 58 46 0 26 5 0 0 0 0 10 0 11
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
8 53 40
80 29 60
12 18 0
100 100 100
30 0 20
70 100 80
0 0 0
100 100 100
0
40
60
100
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN Pasar Aceh Panggong Gampong Belakang Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Gampong Darat SAMATIGA Suak Timah Cot Darat Cot Pluh MEUREUBO Pasi Pinang Ujong Drien Meureubo
KAWAY XVI Alue Tampak
Tabel Gampong 5: Pengalaman Pengalaman Banjir
N = 1610, Filter: - , Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P46 Apakah rumah yang ibu tempati saat ini atau lingkungan rumah ibu pernah terkena banjir?
Table 5 Kondisi Rumah yang pernah terkena Banjir
NO
KELURAHAN
Ya, pernah (%)
Tidak pernah (%)
Tidak tahu (%)
TOTAL (%)
15 93 44 46 0 40 35 32 41 83 29 13 100
85 7 56 38 98 60 65 68 44 17 71 88 0
0 0 0 15 0 0 0 0 15 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
39 33 3
61 67 97
0 0 0
100 100 100
3 100 10
97 0 90
0 0 0
100 100 100
0
100
0
100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pasar Aceh Panggong Gampong Belakang Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Blang Beranang SAMATIGA
14 Gampong Darat 15 Suak Timah 16 Cot Darat MEUREUBO
17 Cot Pluh 18 Pasi Pinang 19 Ujong Drien KAWAY XVI
20 Meureubo
Tabel Gampong 6: Pengalaman Banjir 2 – waktu terakhir kali
N = 727, Filter: P46 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P47 Kapan terakhir kali rumah ini mengalami kebanjiran? NO
KELURAHAN
Kemarin (%)
Dalam minggu ini (%)
Dalam dua minggu ini (%)
Beberapa Dalam Sebulan lalu bulan lalu sebulan ini (%) (%) (%)
Setengah Beberapa tahun lalu Setahun lalu tahun lalu (%) (%) (%)
Tidak tahu (%)
TOTAL (%)
JOHAN PAHLAWAN 1
Pasar Aceh
0
0
33
33
33
0
0
0
0
0
100
2
Panggong
56
44
0
0
0
0
0
0
0
0
100
3
Gampong Belakang
0
45
40
0
5
0
0
5
5
0
100
4
Rundeng
0
17
33
17
33
0
0
0
0
0
100
5
Suak Ribee
0
17
17
0
48
0
4
0
13
0
100
6
Suak Sigadeng
17
0
0
17
50
17
0
0
0
0
100
7
Suak Raya
0
75
0
25
0
0
0
0
0
0
100
8
Suak Nie
9
0
0
64
9
9
0
0
0
9
100
9
Leuhan
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
100
10 Gampa
20
30
0
10
30
10
0
0
0
0
100
11 Drien Rampak
0
0
0
0
0
50
0
0
50
0
100
12 Blang Beranang
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
100
13 Gampong Darat
0
13
50
0
13
25
0
0
0
0
100
7
20
20
27
13
0
0
0
0
13
100
15 Cot Darat
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
16 Cot Pluh
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
17 Pasi Pinang
0
11
72
6
0
0
0
0
0
6
100
18 Ujong Drien
0
0
0
0
20
0
0
80
0
0
100
19 Pasie Jambu
0
0
14
38
5
5
33
5
0
0
100
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
100
SAMATIGA 14 Suak Timah
MEUREUBO
KAWAY XVI 20 Alue Tampak
Tabel Gampong 7: Pengalaman Banjir 3 - rutinitas
N = 727, Filter: P46 = 1, Bobot: besar populasi gampong, wawancara, jawaban tunggal P48 Biasanya, apakah banjir terjadi secara rutin?
NO
KELURAHAN
Ya (%)
Tidak (%)
Tidak tahu (%)
TOTAL (%)
0 86 0 67 0 54 67 44 27 100 82 33 100
100 14 100 0 100 46 17 56 73 0 18 67 0
0 0 0 17 0 0 17 0 0 0 0 0 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
25 31 0
75 50 100
0 19 0
100 100 100
0 90 0
100 10 100
0 0 0
100 100 100
24
67
10
100
JOHAN PAHLAWAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pasar Aceh Panggong Gampong Belakang Rundeng Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Nie Leuhan Gampa Drien Rampak Blang Beranang SAMATIGA
14 Gampong Darat 15 Suak Timah 16 Cot Darat MEUREUBO
17 Cot Pluh 18 Pasi Pinang 19 Ujong Drien KAWAY XVI
20 Pasie Jambu