ABSTRAK SUMBER GALAKTOMANAN DARI FUNGI Aspergillus niger ISOLAT TANAH HUMUS dan KARAKTERISASINYA
Oleh Husniati Baristand Industri Bandar Lampung (
[email protected])
Galaktomannan dari fungi Aspergillus niger dari tanah humus perkampungan mahasiswa Universitas Lampung telah diisolasi dari medium padat PDA. Ekstraksi galaktomanan dari dinding sel Aspergillus niger menggunakan pelarut alkali (NaOH) dan diendapkan menggunakan pelarut iso propil alkohol (IPA). Galaktomannan hasil isolasi memiliki karakter tidak larut dalam air dan mudah larut dalam alkali. Galaktomanan adalah jenis polisakarida non serat yang tersusun atas struktur utama manosa dengan rantai samping galaktosa yang saling berikatan linier β (1,4) dan cabang α (1,6). Manfaat dalam bidang industri, galaktomanan berfungsi sebagai pengemulsi dan penstabil. Hasil identifikasi menggunakan spektrum infra merah menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi dari senyawa galaktomannan yaitu ditemukan serapan vibrasi O-H pada 3446,08 cm-1, serapan 3004,89 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur C-H alifatik dan diperkuat dengan puncak vibrasi ulur pada 1579 cm-1 yaitu CH alifatik, memiliki ikatan eter (CH2-O-CH2) yang muncul pada 924,55 cm1 . Rendemen yang dihasilkan pada kisaran 2,804 % - 5,925% berat dengan jumlah optimal pada fermentasi hari ke 6. Viskositas galaktomanan 1% diperoleh 0,749 mm2/s dan kestabilannya selama 5 hari memberikan viskositas 0,714 mm2/s .
1
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Galaktomannan terdiri dari rantai manosa dan galaktosa. Selama
beberapa tahun terakhir ini galaktomannan telah menjadi perhatian utama para peneliti karena aplikasinya yang praktis dalam bidang industri, sebagai contoh galaktomannan digunakan sebagai pengemulsi dan penstabil dalam makanan, farmasi, deterjen, tekstil dan industri bahan bakar
yang aktif dalam konsentrasi yang rendah (Changming and
Bingshou, 1998). Dalam penelitian sebelumnya, galaktomannan dihasilkan dari tanaman berbiji seperti funugreek, asam jawa dan tanaman polongan, galaktomannan juga dapat diperoleh dari ampas kelapa dan fungi (Veerapa dan Sirigeri, 2002). Galaktomannan dapat diperoleh dari hasil ekstraksi biji fenugreek Trigonellafoenum graecum yang merupakan anggota famili Leguminoceae. Kandungan galaktomannan dalam biji fenugreek ini sebanyak 25-30% . Selain itu, galaktomannan juga terdapat dalam ampas kelapa sekitar 20% (Zultiniar, 2005). Selain dari tanaman berbiji, galaktomanan juga dapat diperoleh secara bioteknologi. Pada penelitian lain galaktomannan telah diisolasi dari beberapa jenis fungi, yaitu fungi kelas Aspergillus dan Penicillium. Pada organisme ini galaktomannan ditemukan dalam kompleks dengan fosfat dan protein (Bardalaye et al., 1978). Berbeda jenis fungi dan sama jenis genusnya yang digunakan maka struktur galaktomannannya pun akan berbeda proporsi kedua gula serta susunan yang berbeda dari ikatan glikosidiknya, perubahan struktural galaktomannan terjadi sebagai fungsi dari kondisi dan sifat dari organisme yang digunakan. Isolasi galaktomannan dari Aspergillus niger sebelumnya
oleh
Bardalaye
et
al.
(1977).
telah dilakukan
Pada
penilitiannya,
2
galatomannan pada Aspergillus niger usia 5 hari dan dilaporkan tentang pemurnian dan karakterisasi galaktomannan.
Karakterisasi di lakukan
dengan menggunakan metode kromatografi gas dan kalorimetri analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu senyawa dari Aspergillus niger memiliki fitur struktur umum yang mirip untuk kedua mannan dan galaktomannan yaitu terdiri dari galaktosa, manosa dan 12-14% glukosa. Pada penelitian tersebut didapatkan galaktomannan sebanyak 0,3 g / 5 g dinding kering beku atau 0,65 g / l00 g berat sel basah disiapkan langsung dari miselia. Pada penelitian kali ini galaktomannan akan diisolasi dari kapang Aspergillus niger yang diisolasi dari tanah humus perkampungan mahasiswa (Kampung Baru) Universitas Lampung
Bandar Lampung.
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies Aspergillus yang tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan (Gras, 2008). Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan Aspergillus niger disamping tidak membahayakan juga mudah untuk dikembangkan. Isolasi galaktomannan
dari Aspergillus niger menggunakan variasi usia
pertumbuhan Aspergillus niger 5, 6 dan 7 hari yaitu pada masa-masa aktif pembelahan selnya untuk berkembangbiak. Untuk mengidentifikasi struktur galaktomannan dilakukan analisis FTIR yang menunjukkan gugus fungsi dari galaktomanan.
B. 1.
Tujuan Penelitian Mengisolasi fungi jenis Aspergillus niger dari tanah humus perkampungan mahasiswa (Kampung Baru) Universitas Lampung, Bandar Lampung.
2.
Memproduksi senyawa galaktomannan dari fungi Aspergillus niger.
3.
Melakukan
karakterisasi senyawa
galaktomannan
dari fungi
Aspergillus niger dengan metode FTIR.
3
C.
Sasaran Memproduksi galaktomanan dari Aspergillus niger menggunakan
media padat PDA dan memperoleh rendemen maksimal.
D.
Ruang Lingkup Memproduksi galaktomannan dari
Aspergillus niger hasil isolat
lokal tanah humus dan mengkarakterisasinya.
E.
Hasil yang diharapkan Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh galaktomannan dari
isolat lokal Aspergillus niger yang bersifat GRAS dan dapat diaplikasi sesuai dengan karakter yang telah diketahui.
F.
Tinjauan Pustaka Aspergilus niger merupakan jamur dari filum ascomycetes yang berfilamen,
mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam. Biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35° - 37°C (optimum) dengan derajat keasaman pada pH 4,5 - 8,5 serta memerlukan oksigen yang cukup (aeorobik). Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat di sekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim extraseluler. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel dan mobilitas sel (Anonim, 2010).
4
Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat, dan telah digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat dan pembuatan beberapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase dan selulase sehinga kapang ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena kapang ini tidak menghasilkan mikotoksin yang membahayakan. Dinding sel A. niger terdiri atas kitin, kitosan, glukan, dan mannan. Galaktomanan merupakan kelompok polisakarida dari mannan yang mengandung galaktosa lebih dari 5% (Aspinal dalam Srivatava and Kapoor, 2005). Secara umum, galaktomanan memiliki rantai utama
ikatan
-
manopiranosa (man) dan menempel D-galaktopiranosa (gal) pada ikatan -1,6 (Srivatava and Kapoor, 2005; Ganter et.al., 2001; Cerquira et.al., 2009).
Galaktomanan telah dimanfaatkan untuk berbagai macam bentuk konsumsi manusia, berkaitan dengan struktur kimia dan perbedaan dari rasio man/gal yang menentukan sifat fungsionalnya maka galaktomanan memiliki sifat-sifat penting dan dimanfaatkan sebagai pengikat air, pengental, penggel, pengemulsi, pesuspensi, dan lain-lan. Dari berbagai karakter tersebut, maka pengembangan galaktomanan bermanfaat untuk industri kertas, tekstil, petroleum, farmasi, pangan, kosmetik, bahan peledak, dll. (Kapoor, 2005; Changming and Bingshou, 1998; Cerquira et.al., 2009). Pada Gambar 1 ditunjukkan struktur molekul senyawa galaktomanan.
Gambar 1. Struktur molekul senyawa Galaktomanan (Sharma, 2005)
5
Galaktomanan dapat diperoleh dari hasil ekstraksi biji fenugreek Trigonellafoenum
graecum
yang
merupakan
anggota
famili
Leguminoceae. Kandungan galaktomanan dalam biji fenugreek ini sebanyak 25-30%. Galaktomanan juga terdapat pada ampas kelapa sebanyak
20%.
Ekstraksi
galaktomanan
dari
ampas
kelapa
menggunakan pelarut metanol telah dilaporkan oleh Zultiniar (2005) sementara Cerquira et.al. (2009) telah melaporkan ekstraksi, purifikasi, dan
karakterisasi
galaktomanan
dari
sumber
biji-bijian
spesies
Leguminosae. Bardalaye et. al. (1977) telah melaporkan karakterisasi struktur kimia galaktomanan dari dinding sel Aspergillus niger terdiri dari sejumlah equimolar galaktosa dan manosa ditambah 12-14% glukosa. Rendemen galaktomannan yang terdapat dalam miselia adalah sebanyak 0,3 g / 5 g dinding kering beku atau 0,65 g / l00 g berat sel basah.
II. METODE PENELITIAN
A.
Alat dan Bahan Perlengkapan alat yang digunakan adalah cawan petri, jarum ose, mikro
pipet, pompa vakum, penangas air (water bath), autoclave, laminar air flow, inkubator, oven, membran selofan, pH meter, HACH Turbidimeter 2100 AN, senrifugasi, fortex, mikroskop,
alat spektroskopi FTIR Varian Scimitar 2000,
pompa vakum, Cannon-Fenske Opaque Viskometer tipe NVS210, dan peralatan gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspergillus niger dari tanah humus. Sampel tanah humus yang digunakan, diperoleh dari tempat sampah wilayah perkampungan mahasiswa Universitas Lampung Bandar Lampung, PDA (Potato Dextrose Agar), akuades, NaBH4, asam asetat, NaOH, IPA (isopropil alkohol), Potato Water (PW), kloromfenikol, laktofenol, pati.
6
B.
Prosedur Kerja
1.
Perbanyakan Sel Aspergillus niger Isolat Aspergillus niger dipindahkan ke dalam media PDA untuk
perbanyakan sel. Media PDA disiapkan dari 3,9 gram PDA yang dilarutkan dalam 100 ml akuades, selanjutnya media dipanaskan dan disterilkan dengan autoclave pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 30 menit. Media PDA steril dituangkan ke cawan petri sebanyak 20 mL, setelah media ini padat Aspergillus niger isolat tanah humus ditanam menggunakan jarum ose dengan metode tusuk, media lalu diinkubasi pada suhu 37 oC selama 5, 6, dan 7 hari.
2.
Isolasi Galaktomanan dari dinding sel Aspergillu niger (modifikasi Bardalaye et. al., 1977) Hasil biakan Aspergillus niger pada media PDA sebanyak 100 gram
(berat basah) diekstraksi dengan air mendidih sebanyak 250 mL. Suspensi disaring menggunakan pompa vakum, dan residu dicuci berulang kali dengan air mendidih hingga bebas nigeran. Hilangnya nigeran dibuktikan oleh kurangnya kekeruhan pada filtrat dingin diamati menggunakan alat Turbidimeter. Residu bebas nigeran disuspensi dalam 50 mL akuades dan 50 mg NaBH4, kemudian penambahan ke dua NaBH4 sebanyak 50 mg. Campuran diinkubasi selama semalam pada suhu ruang. Kelebihan NaBH4 dihilangkan dengan penambahan asam asetat dingin setetes demi setetes hingga mencapai pH 5. Residu dipisahkan dengan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm pada 4 oC selama 20 menit, kemudian dicuci dengan air dan disuspensikan ke dalam 100 mL air dan 100 mL NaOH 2N. Proses ekstraksi berlangsung di autoclave selama 3 jam tanpa tekanan, kemudian larutan didinginkan dan filtrat dipisahkan dengan sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm pada 4 oC selama 20 menit.
Proses
pengendapan
galaktomannan
dilakukan
dengan
penambahan isopropil alkohol (IPA) sebanyak 3 kali volume pada 7
campuran sebelumnya. Didiamkan semalam pada suhu kamar dan endapannya dipisahkan dengan sentrifugasi 8000 rpm selama 3 menit, kemudian dicuci dengan menambahkan asam asetat dingin 1N
hingga
pH netral selanjutnya filtrat didialisis menggunakan membran selofan dalam pelarut aquades selama 24 jam pada suhu 4
o
C dan filtrat
dikeringkan menggunakan oven selama semalam pada suhu 50 oC.
3.
Uji Kelarutan dan Kestabilan Senyawa Galaktomannan Senyawa
galaktomannan
menggunakan air dan NaOH.
hasil
isolasi
diuji
kelarutannya
Selanjutnya diuji kestabilannya dengan
mengamati perubahan warna dalam waktu beberapa hari. a.
Uji Viskositas Pengukuran dilakukan dengan metode viskositas kinematik dalam
satuan mm2/s. (ASTM) Pengukuran viskositas dilakukan membandingkan
galaktomannan
yang
dilarutkan
dalam
dengan air
dan
galaktomannan yang dilarutkan dalam NaOH. Dimana larutan yang akan diuji dimasukan ke dalam tube viscometer lalu dihitung waktu alir dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. b.
Karakterisasi dengan Spekroskopi FTIR Senyawa yang didapat dari hasil isolasi dari fungi Aspergillus niger
dikarakterisasi dengan spektroskopi infra merah untuk mengetahui ikatanikatan atau gugus molekul senyawa.
Pengamatan
8
Menghitung rendemen Rendemen merupakan proporsi berat galaktomanan kering yang dihasilkan terhadap berat bahan (dinding sel Aspergilus niger) segar yang digunakan dan persen rendemen dihitung sesuai dengan formulasi berikut : Berat kering galaktomanan (g) x 100%
%Rendemen = Berat dinding sel Aspergilus niger) segar (g)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Perbanyakan Sel Aspergillus niger
Pada jam ke 72, Aspergillus niger sudah tumbuh dan terlihat hifa pada permukaan media PDA.
Media PDA termasuk media yang selektif
untuk pertumbuhan fungi, dimana hanya fungi yang dapat tumbuh dengan baik sementara bakteri akan terhambat pertumbuhannya. Menurut Pelzer (1986 ) media PDA memberikan nutrisi berupa karbohidrat tinggi yang cocok untuk kehidupan fungi. Pada media PDA, nutrisi yang terkandung pertumbuhan
di
dalamnya fungi,
tetapi
adalah
nutrisi
yang
dibutuhkan
untuk
bukan
nutrisi
yang
dibutuhkan
untuk
pertumbuhan bakteri.
9
Tabel 1. Perbanyakan sel Aspergillus niger pada media PDA Aspergillus niger di PDA
Aspergillus niger (hasil
(literatur)
penelitian)
Pengamatan Mikroskopik Aspergillus niger Tabel 2. Bentuk morfologi Aspergillus niger dilihat dengan mikroskop Aspergillus niger di PDA
Aspergillus niger
Aspergillus niger
(literatur)
(hasil penelitian)
(hasil penelitian)
B.
Isolasi senyawa Galaktomannan dari Fungi Aspergillus niger
Aspergillus niger
ditumbuhkan pada media PDA dengan variasi
waktu 5, 6, dan 7 hari. Aspergillus niger yang siap diisolasi kemudian 10
dikerik menggunakan jarum ose (berat basah). Dinding sel Aspergillus niger
diekstraksi
menggunakan
air
dengan
air
mendidih
mendidih. berfungsi
Proses
ekstraksi
untuk memisahkan
awal
seluruh
komponen media dari sel maupun pembebasan hipa dari nigeran, spora yang ada di konidia Aspergillus niger.
Proses ekstraksi berikutnya
menggunakan NaOH untuk memperoleh polisakarida galaktomanan yang terlarut
pada
kondisi
basa.
Pengunaan
NaBH4
bertujuan
untuk
memproteksi rantai polisakarida dan terhindar dari degradasi selama penggunaan alkali, karena NaBH4 dapat mereduksi senyawa yang memiliki ikatan C=N, C=N,
atau N=O namun kurang reaktif tehadap
senyawa yang memiliki ikatan C=C dan C=O (Anonim, 2010). Proses pemisahan polisakarida ini berikutnya menggunakan pelarut isopropil alkohol, galaktomanan mengendap dan
selanjutnya dilakukan proses
pencucian dengan pelarut ini sebanyak tiga kali bertujuan untuk melarutkan pengotor. Wootton et al. (1993), menyatakan bahwa IPA (isopropil alkohol) adalah pelarut organik yang dipilih karena lebih efisien dari pada pelarut lain seperti dietil eter, metanol, serta pelarut kimia seperti kalium tiosianat yang digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi glukomanan. Selain itu, IPA memiliki pertimbangan aman untuk digunakan dalam proses pengendapan sehingga cocok dikembangkan untuk industri pangan. Rendemen senyawa galaktomannan ditunjukkan pada Tabel 3. Rendemen galaktomannan yang dihasilkan optimal pada usia 6 hari.
Tabel 3. Rendemen senyawa galaktomannan.
11
Pengulangan
Berat awal dinding sel Aspergillus niger 160,32 gr 85,32 gr
Berat tepung galaktomanan yang dihasilkan 4,56 gr 2,64 gr
Hasil Rendemen yang didapat 2,844 % 3,094 %
Cawan hari ke 5
1 2
Cawan hari ke 6
1 2
163,3 gr 150,20 gr
4,58 gr 8,9 gr
2,804 % 5,925%
Cawan hari ke 7
1 2
225,25 gr 120,08 gr
4,98 gr 2,68 gr
2,210 % 2,231 %
Tepung galaktomannan yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu berwarna putih seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Senyawa Galaktomannan hasil isolasi berwarna putih. Senyawa galaktomannan hasil isolasi dari fungi Aspergillus niger ini memiliki pH sebesar 5 dan kelarutan yang kecil pada air dingin, sedikit larut pada air mendidih namun larut dengan larutan NaOH. Berikut adalah gambar dari kelarutan senyawa galaktomannan pada suhu 80 oC dengan variasi waktu 5,10, 20, 30 dan 40 menit :
12
Tabel 4. Kelarutan Senyawa Galaktomannan Hasil Isolsi t = 5 menit
t = 10 menit
t = 20 menit
t = 30 menit
t = 40 menit
++
++
+++
++++
++++
Dari gambar pada Tabel 4 merupakan gambar dari kelarutan senyawa galaktomannan.
Tanda plus (+) menandakan kelarutan,
semakin banyak tanda plus maka senyawa tersebut semakin larut. Adanya variasi waktu dari 5,10, 20, 30 hingga 40 menit terhadap suhu tersebut menandakan tidak terjadi perubahan banyaknya galaktomannan yang dapat larut di dalam air. Berdasarkan hasil kelarutan senyawa galaktomannan hasil isolasi dari fungi Aspergillus niger maka diprediksi struktur galaktomannannya adalah galaktomannan-1,5 yaitu struktur galaktomannan dengan manosa pada rantai utama disubstitusi oleh galaktosa setiap 5 unit manosa. Karakter galaktomanan untuk struktur ini adalah sukar larut dalam air dingin dan memiliki viskositas yang rendah. Berdasarkan pernyataan di atas galaktomannan larut sempurna dalam larutan alkali seperti larutan NaOH.
Dalam penelitian ini
galaktomannan dilarutkan dalam NaOH 1 M, dengan persentase galaktomannan 1%. senyawa ini memiliki kestabilan yang baik, hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan warna pada hari pertama hingga hari ke empat. Kelarutan dan kestabilan senyawa galaktomannan dengan NaOH dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
13
Tabel 5. kelarutan dan kestabilan senyawa galaktomannan pada larutan NaOH Hari ke-1
Hari ke- 2
Hari ke-3
Hari ke-4
Hari ke-5
Dari proses uji kelarutan selanjutnya senyawa galaktomannan yang telah
dilarutkan
dalam
air dengan
suhu
80 oC dan
di larutkan
menggunakan pelarut alkali (NaOH 1M) maka dilakukan uji viskositas (kekentalan). Viskositas dari masing- masing larutan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis viskositas (kekentalan) senyawa galaktomannan
No
Suhu
Konsentrasi
(oC) 1
2
40
40
Uji
kestabilan Viskositas
kekentalan (hari)
(mm2/s)
2%
0 hari
0,8541
(gal + air)
5 hari
0,8278
1%
0 hari
0,749
(gal+NaOH)
5 hari
0,714
14
Dari
tabel
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
senyawa
galaktomannan yang dilarutkan dalam NaOH 1M memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi di bandingkan dengan senyawa galaktomannan yang dilarutkan dalam air.
Hal ini terlihat dari hasil nilai viskositas pada
galaktomannan 1% memiliki nilai viskositas yang tidak jauh beda dengan dengan galaktomannan 2%. Hal ini disebabkan oleh kelarutan suatu senyawa dalam pelarutnya, karena galaktomannan dalam air larut tidak sempurna maka viskositasnya pun lebih rendah dibandingkan dengan galaktomannan yang dilarutkan dalam NaOH
C.
Karakterisasi dengan FTIR
Karakterisasi menggunakan spektroskopi infra merah menunjukan puncak-puncak karakteristik dari suatu ikatan atau gugus tertentu. Data spektrum spektroskopi infra merah dari senyawa hasil isolasi ditunjukkan oleh gambar 3.
Gambar 3.
spektrum FTIR senyawa galaktomannan hasil isolasi
dari fungi Aspergillus niger.
15
Data spektrum infra merah senyawa galaktomannan hasil isolasi dari fungi Aspergillus niger isolat lokal ini menunjukkan adanya serapan vibrasi O-H pada 3446,08 cm-1 dengan adanya pelebaram peak (puncak). Hal ini juga didukung dengan munculnya spectrum O-H bebas pada daerah sidik jari 1340,76 cm-1.
Puncak dengan serapan 3004,89 cm -1
menunjukkan vibrasi ulur C-H alifatik hal ini diperkuat dengan adanya puncak vibrasi ulur pada 1579 cm -1 yaitu C-H alifatik. Hal ini diperkuat dengan munculnya serapan vibrasi tekuk C-H dari gugus metilen (CH2) pada bilangan gelombang 1340,76 cm-1. Senyawa ini memiliki karakteristik adanya ikatan eter (CH 2-O-CH2) yang muncul pada 924,55 cm-1.
Hal ini diperkuat dengan munculnya
puncak C-H alifatik pada 3004,80 cm-1.
Dari puncak-puncak yang
terdapat pada data hasil FTIR dapat disimpulkan bahwa gugus fungi yang teridentifikasi menunjukan gugus fungsi yang dimilki oleh senyawa galaktomannan dan diperkuat lagi oleh adanya puncak-puncak kecil pada bilangan gelombang 900-1200 cm-1 yang menunjukan bahwa senyawa yang teridentifikasi yaitu senyawa polisakarida (Prettyanti P, 2008).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Senyawa galaktomannan dapat diisolasi dari dinding sel fungi Aspergillus niger dengan metode ekstraksi menggunakan pelarut alkali (NaOH) dan pengendapan dengan menggunakan Isopropil Alkohol.
Senyawa
galaktomanan yang diperoleh yaitu berbentuk serbuk dengan tekstur
16
kasar, berwarna putih, sukar larut dalam air dingin namun larut pada larutan alkali seperti NaOH. 2. Senyawa galaktomannan teridentifikasi oleh spektrum IR mengandung gugus fungsi OH pada puncak 3446,08 cm-1.
Puncak dengan
serapan 1579 cm-1 yaitu C-H alifatik. Hal ini diperkuat dengan munculnya serapan vibrasi tekuk C-H dari gugus metilen (CH2) pada bilangan gelombang 1340,76 cm -1. Adanya ikatan eter (CH2O-CH2) muncul pada 924,55 cm-1.
Hal ini diperkuat dengan
munculnya puncak C-H alifatik pada 3004,80 cm-1.
SARAN Penelitian ini perlu dilanjutkan terkait dengan
aplikasi
galaktomanan
pada dunia industri. Selain itu, penelitian ini dapat dikembangkan untuk peningkatan rendemen galaktomanan dari dinding sel Aspergillus niger menggunakan nutrisi penginduksi media fermentasi atau mengembangkan teknologi rekayasa genetik.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002. Guar Gum, FAO Prepared at the 46thJECFTA., http://apps3.fao.org
//jecfta/additive_specs
/docs/4/additive
0623.htm. 10 Oktober 2010.
17
Anonim, 2010. Aspergillus niger, http://en.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger. Diunduh pada tanggal 20 Juli 2010 pukul 10.39 WIB. Anonim, 2010. Chapter 5 Reduction http://www.chem.uh.edu/Courses/Thummel/Chem6352/Ch05/index. html. Chapter 5, p. 219-232. Diunduh pada tanggal 4 Desember 2010, pukul 10.00 WIB. Aspinall, G.O. 1959. Adv. Carbohydr. Chem. 14, p.429 ASTM D-445 : Viscocity Bardalaye, P.C. and John Nordin, H. 1977. Chemical Structure Of The Galactomannan from The Cell Wall Of Aspergillus Niger. University Of Massachvsetts. Mossachvsetts, USA. p.2584-2591. Cerquira, M.A., Pinheiro, A. C., Souza, B. W. S., Lima, A. M. P., Ribeiro, C., Miranda, C., Teixeira, J. A., Moreira, R. A., Coimbra, M. A., Goncalves, M. P., Vicente, A. 2009. Carbohydrate Polymer, 75, 408-414. Changming, D. and Bingshou, T. 1998. Studies On Preparation and Emulsifing Properties Of Guar Galactomannan ester Of Palmitic Acid. Wuhan University. China. Ganter, J. L. M. S., Sabbi, J. C., and Reed, W. F. 2001. Real-Time Monitoring of Enzymatic Hydrolysis of Galactomannans, Biopolymer, Vol. 59, 226-242. Ginanjar, I., Samson, R. A., Twceel-Vermeulen, K.V.D., Oetari, A. dan Santoso, I. 1999. Pengantar Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Gras, 2008, Aspergillus niger, http://www.cfsan.fda.gov/~rdb/opagras.html). Prettyanti,P,
Darso
dan
Sujana.
2008.
Pemanfaatan
Biji
Asam
(Tamarindus indica) Sebagai vahan Pengental Untuk Proses Pencapan Tekstil. Balai Besar Tekstil. Bandung.
18
Sharma, B. R., Dhuldhoya, N. C., Merchant, S. U.. and Merchant, U. C. 2005. Hydroxypropyl Galactomannan A New Entrant in Paint Industry. Rajasthan. India. Srivatava, M. and Kapoor, V. P. 2005. Seed Galactomannan : An Overview. Verlag Helvetica Acta AG, Vol. 2, p.295-316. Veerappa H. Mulimani and Sirigeri J Prashanth.2002. Investigating Plant Galactomannans. Departement of Biochemisty Gulbarga University. India Wootton A, Luker-Brown M, Westcott R, Cheetham P., 1993. The extraction of a glucomannan polysaccharide from konjac corms (elephant yam, Amorphophallus rivierii). Journal of Sci Food Agric., 61:429-33. Yanti M, Hesti P,Paulina R. 2010. Produksi Crude Lipase Dari Aspergillus niger Pada Substrat Ongok Menggunakan Metode Fermentasi Fasa Padat. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang. Jawa Timur. 3-4 hlm. Zultiniar, Gaffur, D., dan Casoni, S. M. 2005. Ekstraksi Galaktomanan Dari Ampas Kelapa. Universitas Riau. Pekanbaru.
19