MAINTENANCE COST ANALYSIS OF THE EFFECT OF NETWORK DISTRIBUTION AND TRANSMISSION OF VOLUME LOSS OF WATER ON PATRIOT CITY BEKASI TIRTA PDAM Riri Amalia Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keywords : Maintenance cost, Non Revenue Water volume ABSTRACT Since the development in all sectors of life grows quickly, cause the needs of clean water more increase. To provide clean water, the government needs to increase the capability especially distributing capability and it has to implement continually. On increasing the capability, the distribution and transmission network maintenance needs to be concerned. Recently, the implementation of distribution and transmission network maintenance on PDAM Tirta Patriot at Bekasi has a lack of concern. It causes many difficulties on water distribution process like pipe and water meter destruction and cause losing of revenue water. This research aims to find out the influence of distribution and transmission network maintenance cost to Non Revenue Water (NRW) volume, the relation between distribution and transmission network maintenance cost and Non Revenue Water (NRW) volume, and the method to control distribution and transmission network maintenance cost. Results indicate that distribution and transmission network maintenance cost has a significant effect on Non Revenue Water (NRW) volume. And the influence of distribution and transmission network maintenance cost to Non Revenue Water (NRW) volume amounts 11,5%, while 88,5% influenced by other factors besides distribution and transmission network maintenance cost. The correlation result is positive amounts 0,339, and it means that the closeness of correlation is low and in the same direction. It indicates that, if the distribution and transmission network maintenance cost increase, the Non Revenue Water (NRW) volume will increase too. The controlling of distribution and transmission network maintenance cost is done by compared between budget and the realization. Based on the controlling guidance implemented by the firm, the distribution and transmission network maintenance cost has already efficient enough because the comparison between budget and realization shows a profitable gain.
1
ABSTRAK Pesatnya pembangunan disemua sektor kehidupan, menyebabkan kebutuhan air bersih bagi masyarakat semakin meningkat. Untuk memberikan pelayanan penyediaan air bersih, peningkatan kemampuan khususnya kemampuan distribusi merupakan usaha yang harus terus dilakukan. Dalam meningkatan kemampuan tersebut pemeliharaan pada jaringan distribusi dan transmisi perlu menjadi perhatian. Akhir – akhir ini pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi kurang memperoleh perhatian. Akibatnya timbul berbagai kesulitan dalam proses pendistribusian air seperti kerusakan pipa dan meter air yang dapat menyebabkan kehilangan air. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air, hubungan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air, dan cara pengendalian biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi berpengaruh secara signifikan terhadap volume kehilangan air. Dan pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air adalah sebesar 11,5%, sedangkan 88,5% dipengaruhi oleh faktor lain selain biaya pemeliharaan jaringan distirbusi dan transmisi. Angka korelasi adalah positif 0,339, berarti keeratan korelasi adalah lemah dan searah, artinya apabila biaya pemeliharaan jaringan distirbusi dan transmisi mengalami kenaikan, volume kehilangan air juga naik. Pengendalian biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi dilakukan dengan membandingkan antara anggaran dengan realisasinya. Berdasarkan pedoman pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan tersebut, biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi sudah cukup efisien karena perbandingan antara anggaran dan realisasi menunjukan selisih yang menguntungkan. Kata Kunci : Biaya Pemeliharaan, Volume Kehilangan Air PENDAHULUAN Pesatnya pembangunan disemua sektor kehidupan menyebabkan kebutuhan air bersih bagi masyarakat semakin meningkat. Sistem penyediaan air bersih dalam mendukung peningkatan taraf hidup dan kesehatan diharapkan dapat menyediakan air minum kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan produksi, distribusi dan kebutuhan kondisi yang dapat diandalkan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya selama dua puluh empat jam. Untuk memberikan pelayanan penyediaan air bersih yang prima selama dua puluh empat jam kepada masyarakat, peningkatan kemampuan khususnya kemampuan distribusi merupakan usaha yang harus terus dilakukan. Dalam meningkatan kemampuan tersebut pemeliharaan pada jaringan distribusi dan transmisi perlu menjadi perhatian karena pemeliharaan peralatan pada jaringan distribusi dan transmisi yang baik akan menjamin bahwa fasilitas pelayanan air bersih akan beroperasi secara optimal sehingga seluruh cakupan pelayanan air bersih akan terpenuhi. Akhir – akhir ini pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi kurang memperoleh perhatian yang cukup dari 2
pimpinan. Akibat dari kurangnya pemeliharaan menimbulkan kerusakan yang cukup fatal pada jaringan distribusi dan transmisi. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai kesulitan didalam proses pendistribusian air seperti kerusakan pada pipa-pipa yang mengakibatkan kebocoran dan kerusakan meter air yang mengakibatkan kesalahan pencatatan rekening air dan lain sebagainya. Kebocoran pipa dan kerusakan meter air dapat mengurangi jumlah air yang didistribusikan atau yang sering disebut dengan kehilangan air. Banyaknya volume kehilangan air menunjukkan bahwa pemeliharaan yang dilakukan tidak efektif dan efisien. Tidak adanya efisien dan efektifitas menunjukkan kurangnya pengendalian pada biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi, dan jika hal tersebut terjadi secara terus menerus tentu saja akan berdampak tidak baik bagi perusahaan baik dari segi pencapaian cakupan pelayanan maupun dari segi penghematan biaya. Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut, (1) Bagaimana pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi ? (2) Bagaimana hubungan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi ? (3) Bagaimana pengendalian biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi ?. Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan tentang bagaimana pengaruh dan hubungan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air, dan bagaimana pengendalian biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan sebagai gambaran evaluasi bagi perusahaan dalam menurunkan volume kehilangan air melalui pengendalian pada biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dibangun kerangka pemikiran sebagai berikut :
Biaya Pemeliharaan Jaringan
Volume Kehilangan Air
Distribusi dan Transmisi
Kontinuitas proses distribusi pada jaringan distribusi dan transmisi pada dasarnya mempunyai banyak variabel yang mempengaruhi antara lain tingkat pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi, keterampilan, tenaga kerja, dan persediaan perlataan distribusi dan transmisi. Untuk menjaga kontinuitas proses distribusi tersebut sangat diperlukan adanya tingkat pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi yang optimal dan peralatan distribusi dan transmisi yang dimiliki. Dalam penentuan tingkat pemeliharaan yang optimal perlu diperhatikan adalah variabel pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi. Tercapainya tingkat pemeliharaan yang optimal akan meningkatkan efisiensi biaya pemeliharaan dan menjaga efektivitas proses distribusi, sehingga mampu mengendalikan volume kehilangan air dengan baik dimana volume air yang didistribusikan sebanding dengan volume air yang terjual,
3
yang berarti bahwa tidak ada volume air yang hilang. Dan dalam jangka panjang kondisi yang demikian akan mampu meningkatkan penyediaan pelayanan air bersih perusahaan. LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen Sistem pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi, yang berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi. (Anthony & Govindarajan, 2005:8) Proses Pengendalian Manajemen Proses pengendalian manajemen meliputi kegiatan – kegiatan (Abdul Halim, 2003:26) : 1. Perencanaan strategi Perecanaan strategi (pemrograman) adalah proses memutuskan programprogram utama yang akan dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah sumber daya yang akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan datang. 2. Penyusunan anggaran Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasian rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter, untuk kurun waktu tertentu. Hasil dari penyusunan anggaran adalah anggaran. Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif, biasanya dalam unit moneter, meliputi periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran menunjukan jabaran dari program dengan menggunakan informasi terkini. Dalam anggaran, program dihubungkan terhadap pusat pertanggungjawaban, bukannya program secara individual, yaitu anggaran menggambarkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap manajer yang bertanggung jawab terhadap sebuah program atau bagian dari program. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan suatu proses negosiasi antar manajer pusat pertanggungjawaban dan atasannya. Hasil akhir proses negosiasi adalah persetujuan tentang perkiraan biaya yang akan terjadi selama satu tahun. (untuk pusat biaya), atau anggaran laba atau ROI yang disyaratkan (untuk pusat laba atau pusat investasi). Sebagai sebuah rencana tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan organisasi atau unit organisasi dengan cara membandingkan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan. Jika hasil sesungguhnya berbeda secara signifikan dari rencana, tindakan tertentu harus diambil untuk melakukan revisi yang perlu terhadap rencana.
3.
Pelaksanaan Pelaksanaan selama satu tahun anggaran manajer melakukan program atau bagian dari program yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan yang buat hendaknya menunjukan dapat menyediakan informasi tentang program dan pusat pertanggungjawaban. Laporan pusat pertanggung jawaban juga harus menunjukan informasi tentang anggaran dan realisasinya baik itu informasi untuk mengukur kinerja keuangan maupun non keuangan, informasi internal maupun informasi eksternal.
4
4.
Evaluasi kinerja Kegiatan terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah menilai kinerja manajemen pusat pertanggungjawaban. Prestasi kerja pada intinya bisa dilihat dari efisiensi dan efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan kegiatan pemeliharaan dilaksanakan untuk menjaga fasilitas atau peralatan pabrik agar senantiasa selalu dalam kondisi baik dan siap pakai untuk menunjang kelancaran dan kontinuitas operasional perusahaan. Pemeliharaan adalah suatu fungsi dalam suatu perusahaan pabrik yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi dan distribusi. Peran penting dari kegiatan pemeliharaan baru diingat setelah mesin-mesin dan peralatan produksi maupun distribusi yang dipakai rusak dan tidak berjalan sama sekali. Oleh sebab itu hendaknya kegiatan pemeliharaan harus dapat menjamin bahwa selama proses produksi maupun distribusi berlangsung tidak akan terjadi kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh mesin dan peralatan produksi maupun distribusi. Pengertian Biaya Pemeliharaan Jaringan Distribusi dan Transmisi Biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi adalah upah kerja, biaya pemakaian bahan atau peralatan dan pengeluaran biaya lainnya yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan seluruh instalasi transmisi dan distribusi lainnya yang terdiri dari : 1. Bangunan dan tanah dilokasi transmisi dan distribusi 2. Reservoir dan tangki- tangki 3. Pipa transmisi dan distribusi 4. Pipa dinas 5. Instalasi pompa 6. Hydrant 7. Instalasi pipa transmisi dan distribusi lainnya Pengertian dan Sumber – Sumber Volume Kehilangan Air Volume kehilangan air adalah volume air yang tidak tercatat dan tidak menjadi pendapatan dan arti kehilangan air antara lain indikator kinerja PDAM, kerugian secara finansial, mengurangi kesempatan sebagian masyarakat memperoleh air minum dan indikator kelemahan manajemen. Sumber – sumber kehilangan air antara lain meliputi : 1. Kehilangan air secara fisik atau secara teknis Kehilangan air secara fisik ( Phisical Losess ) adalah kebocoran-kehilangan yang terjadi pada komponen sistem yakni : a. Kerusakan pada pipa Yang dimaksud kerusakan pada pipa adalah, terjadinya retak atau celah pada pipa sehingga menyebabkan dapat keluar masuknya air lewat celah tersebut. b. Kerusakan pipa secara mekanis Yang dimaksud kerusakan pipa dengan cara ini adalah, terjadinya retakan pada pipa akibat sebab – sebab atau bekerjanya gaya mekanis sejenis yang terlalu besar pada pipa. Gaya disebabkan oleh : Daya dukung tanah yang tidak merata, gempa, tebal
5
timbunan tanah, kurang baiknya sambungan pipa atau perlengkapannya. Penyambungan pipa yang kurang baik dapat menyebabkan kebocoran, walaupun pada saat penyambungan atau pengetesan tidak terjadi kehilangan akan tetapi dalam beberapa waktu dapat terjadi kebocoran. 2. Kehilangan air secara non fisik atau non teknis Kehilangan air secara non fisik ( Non Phisical Losess ) adalah kehilangan air fisik secara tidak terlihat, tetapi dapat diketahui dari diperhitungkan atau catatan yang didistribusikan kepada pelanggan. Kehilangan air non fisik ini mencakup berbagai kesalahan dan kelemahan administrasi. Pusat Pertanggungjawaban Secara garis besar pusat pertanggungjawaban ini dibedakan menjadi antara lain (Abdul Halim, 2003:25) : 1. Pusat pendapatan Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggungjawaban dimana outputnya diukur dalam unit moneter, tetapi tidak dihubungkan dengan inputnya. Karenanya pusat pendapatan adalah organisasi pemasaran yang tidak mempunyai tanggung jawab terhadap laba.. 2. Pusat biaya Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban dimana input atau biaya diukur dalam unti moneter namun outputnya tidak diukur dalam unti moneter. a. Pusat biaya teknik Pusat biaya teknik (pusat biaya standar) adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dengan output yang dihasilkan. Pusat biaya ini biasanya ditemukan pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan suatu barang, misalnya departemen produksi. Namun tidak menutup kemungkinan untuk biaya yang terjadi pada usaha jasa seperti jasa penyimpanan barang dan jasa distribusi. Pusat biaya teknik pada dasarnya mempunyai karakteristk sebagai berikut : 1. Inputnya dapat diukur dalam satuan moneter 2. Outputnya dapat diukur dalam bentuk fisik 3. Jumlah optimum dari input yang ingin diproduksi untuk satu unit output bisa diukur. Efisiensi pusat biaya teknis dianalisi atas dasar hubungan antara masukan dengan keluaranya. Alat penilai efisiensi pusat biaya teknis adalah biaya standar. Biaya yang sesungguhnya terjadi pada pusat biaya ini dibandingkan dengan biaya standarnya, kemudian dihitung dan dianalisis penyimpangannya. Jika biaya sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan (favourable) yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja dengan efisien. Namur jika biaya sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya merugikan (unfavourable) yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja tidak efisien. Penyimpangan biaya yang terjadi harus dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat beban teknis yang dipimpinnya. Ukuran lain yang juga harus diperhatikan selain efisiensi, yakni apakah pusat biaya tersebut telah bekerja secara efektif. Efektif tidaknya suatu pusat biaya teknik diukur atas dasar kuantitas produk yang telah ditargetkan dengan tingkat kualitas dan waktu tertentu. Misalnya manajer pusat biaya bertanggung jawab pada kualitas produk, oleh karenanya tipe dan jumlah produksi dan standar mutu juga ditentukan
6
terlebih dahulu sehingga biaya yang dikeluarkan atau yang terjadi tidak mengurangi kualitas produk ataupun jumlah yang ditargetkan untuk dicapai. Lebih lanjut lagi, para manajer dari pusat biaya teknik juga bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas lain seperti pelatihan dan pengembangan pegawai yang tidak berhubungan dengan produksi sekarang. Penilaian atas kinerja mereka juga harus meliputi penilaian mengenai seberapa baiknya mereka menjalankan tanggung jawab mereka. b. Pusat biaya kebijakan Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biaya yang terjadi tidak mempunyai hubungan yang erat dengan output yang dihasilkan. Contoh pusat biaya kebijakan adalah unit administarsi dan unti pendukung lainnya (seperti departemen akuntansi, departemen hukum, departemen hubungan industrial, dan departemen hubungan masyarakat) dan departemen dan pengembangan serta departemen pemasaran. Output suatu pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur dengan nilai moneter. 3. Pusat laba Apabila suatu pusat pertanggungjawaban diukur prestasinya atas dasar laba yang diperoleh, maka pusat pertanggungjawaban tersebut disebut pusat laba. Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Dalam pusat laba, baik masukan atau biaya maupun keluaran atau pendapatan dinyatakan dalam satuan moneter. Kinerja keuangan pusat laba diukur berdasarkan laba, yang merupakan pengurangan antara pendapatan dan biaya. Laba sekaligus merupakan alat penilai efisiensi dan efektifitas pusat laba. Laba yang diperoleh suatu pusat laba perlu dibandingkan dengan anggarannya. Hal ini diperlukan oleh manajemen puncak sebagai langkah pengendalian pusat laba. 4. Pusat Investasi Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar laba yang diperoleh dibandingkan dengan investasi yang digunakan atau yang biasa disebut Return on investment (ROI)
Anggaran dan Realisasi Biaya Pemeliharaan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi Anggaran biaya pemeliharaan pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi adalah semua biaya yang direncanakan untuk dikeluarkan oleh perusahaan saat berlangsungnya kegiatan pemeliharaan pada jaringan distribusi maupun transmisi. Anggaran biaya pemeliharaan merupakan unsur perencanaan yang paling utama dalam pencapaian target pelayanan air bersih yang direncanakan oleh perusahaan, karena dengan anggaran yang telah sedemikian rupa diharapkan mampu sebagai alat pengendalian pemakaian biaya pemeliharaan perusahaan. Realisasi biaya pemeliharaan merupakan seberapa jauh anggaran dapat direalisasikan pada pelaksanaannya. Realisasi ini dibuat dengan tujuan untuk memperlihatkan perbandingan antara jumlah biaya pemeliharaaan yang dianggarakan dengan jumlah realisasinya. Hal tersebut menjadi tolok ukur dalam penyusunan anggaran ditahun berikutnya. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya merupakan laporan intern perusahaan untuk dapat mengukur kemajuan, perkembangan serta efisiensi yang dianggaap sangat berguna dalam menentukan hasil kerja dari setiap bagian perusahaan. Penyajian realisasi anggaran dibuat setiap bulan untuk membandingkan dengan anggaran setiap bulannya. Dengan mengetahui penyimpangan yang terjadi berserta penyebabnya, dapat dinilai apakah pelaksanaan
7
anggaran dapat berhasil atau kurang berhasil. Bilamana panyimpangan yang terjadi positif, maka perusahaan mengarahkan kebijakan untuk mempertahankannya, bila mungkin dapat ditingkatkan. Sebaliknya apabila penyimpangan yang terjadi negatif, maka kebijakan tindak lanjutnya diarahkan agar hal tersebut tidak terulang lagi dimasa yang akan datang.
METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian adalah Perusahaan Daerah Air Mimum (PDAM) Tirta Patriot Kota Bekasi. PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi berlokasi di Jalan Perjuangan No.99 Marga Mulya Bekasi Utara 17142. Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data primer, yaitu data kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi yang dilakukan dari 2007 sampai tahun 2009 2. Data skunder, yang terdiri dari data realisasi dan anggaran biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi, dan data volume kehilangan air dari tahun 2007 sampai tahun 2009. Teknis Analisis Data Teknis analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Uji Korelasi Uji korelasi merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan dan seberapa besar hubungan antar variabel. Analisis signifikan hubungan (uji korelasi) bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Sedangkan sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. 2. Uji Regresi Linear Analisis regresi linear memberikan keleluasaan kepada peneliti untuk menyusun model hubungan atau pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis ini dibentuk oleh persamaan regresi, yaitu : Y=a+bX Keterangan : Y = variabel dependen (variabel terikat). X = variabel independen (variabel bebas). a = koefisien konstan b = koefisien regresi Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut. Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 , maka Ho diterima. Jika probabilitas atau signifikansi < 0,05 , maka Ho ditolak. PEMBAHASAN
8
Uji Korelasi Berdasarkan data perkembangan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi serta volume kehilangan air diperoleh output sebagai berikut Tabel Hasil Pengujian Korelasi Correlations Biaya pemeliharaan
volume kahilangan air
Pearson Correlation
Volume
jaringan distribusi
kahilangan air
dan transmisi 1
Sig. (2-tailed)
.339
*
.043
N
36
36
*
1
biaya pemeliharaan jaringan
Pearson Correlation
.339
distribusi dan transmisi
Sig. (2-tailed)
.043
N
36
36
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Output diatas menunjukkan hubungan antara biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air. Berdasarkan pengujian korelasi yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ho : Biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi tidak berhubungan secara signifikan dengan volume kehilangan air. Ha : Biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi berhubungan secara signifikan dengan volume kehilangan air. Berdasarkan tabel hasil pengujian korelasi, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa angka Sig (2-tailed) untuk variabel biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap variabel volume kehilangan air adalah 0,043. Karena angka Sig (2-tailed) untuk kedua variabel tersebut lebih kecil dari level of significant 0,05. Dengan demikian Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi berhubungan secara signifikan terhadap volume kehilangan air. Angka korelasi antara biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi dengan volume kehilangan air adalah positif 0,339, berarti keeratan korelasi adalah lemah dan searah. Dengan kata lain apabila biaya pemeliharaan jaringan distirbusi dan transmisi mengalami kenaikan, volume kehilangan air juga akan meningkat. Uji Regresi linear Berdasarkan data perkembangan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi serta volume kehilangan air diperoleh output sebagai berikut.
9
T
Tabel Hasil Pengujian Regresi Linear abe a Coefficients l diat Unstandardized Standardized as Coefficients Coefficients me nun Model B Std. Error Beta T Sig. juk 1 (Constant) 71796.795 7824.187 9.176 .000 an pen biaya pemeliharaan .002 .001 .339 2.104 .043 gar jaringan distribusi dan uh transmisi ant ara a. Dependent Variable: volume kahilangan air bia ya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air. Berdasarkan pengujian regresi yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ho : Biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi tidak berpengaruh secara signifikan dengan volume kehilangan air. Ha : Biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi berpengaruh secara signifikan dengan volume kehilangan air. Berdasarkan table hasil pengujian regresi linear, maka dapat dianalisis sebagai berikut : Dari tabel tersebut dapat diketahui angka Sig 0,043 untuk variabel biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air adalah lebih kecil dari level of significant 0,05. Dengan demikian Ho ditolak. Jadi biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi berpengaruh secara signifikan terhadap volume kehilangan air. Persamaan linear yang terbentuk dari output tersebut adalah Y=71.796,795+0,002X. Persamaan tersebut mengartikan bahwa jika ada penambahan biaya pemeliharaan distribusi dan transmisi sebesar Rp 1, maka volume kehilangan air akan meningkat sebesar 0,002 m3. Dan nilai konstanta sebesar 71.796,795 mengartikan bahwa jika tidak ada penambahan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi, maka besarnya volume kehilangan air adalah 71.796,795 m 3 Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel Hasil Pengujian Regresi Linear Model Summary Std. Error of the Model 1
R
R Square .339
a
.115
Adjusted R Square .089
Estimate 35163.028
a. Predictors: (Constant), biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,115 atau 11,5%. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh biaya pemeliharaan jaringan
10
distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air sebesar 11,5%, sedangkan 88,5% dipengaruhi oleh faktor lain selain biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi. Evaluasi Sistem Pengendalian Biaya Pemeliharaan Jaringan Distribusi dan Transmisi Pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi Berdasarkan keeratan hubungan yang lemah dan searah serta persentase pengaruh yang hanya sebesar 11,5% menunjukan bahwa pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi belum bekerja dengan efisien. Hal ini dikarenakan biaya yang digunakan belum mampu menekan kehilangan air secara signifikan karena tingkat kehilangan air masih cukup tinggi Oleh karena itu diperlukan evaluasi mengenai sistem pengendalian biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi yang diterapkan oleh perusahaan dan untuk kemudian diambil tindakan perbaikan. Tipe pengendalian efisiensi biaya yang diterapkan oleh PDAM adalah dengan membandingkan biaya standar (anggaran) dengan biaya sesungguhnya (realisasi). Perbandingan tersebut menghasilkan suatu penyimpangan atau selisih yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Apabila penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan yang menguntungkan maka biaya yang digunakan sudah bekerja dengan efisien dan jika penyimpangan yang digunakan merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan maka biaya yang digunakan tidak efisein dan perlu perlu diambil tindak perbaikan.
Hasil Evaluasi Tahun 2007 Pada tahun 2007 keseluruhan penyimpangan yang terjadi merupakan penyimpangan yang menguntungkan. Penyimpangan yang menguntungkan : Pemeliharaan pipa distribusi dan transmisi Rp. 93.441.853 Pemeliharaan water meter Rp. 135.587.317 Pemeliharaan distribusi dan transmisi lainnya Rp. 9.741.924 Pemeliharan instalasi pompa Rp. 39.909.966 Perbaikan oleh pihak ke III Rp. 500.000 Total penyimpangan yang menguntungkan Rp. 279.181.060 Pada tahun 2007 yang terjadi adalah selisih yang menguntungkan sebesar Rp.279.181.060.
Hasil Evaluasi Tahun 2008 Pada tahun 2008 keseluruhan penyimpangan yang terjadi penyimpangan adalah yang menguntungkan dan penyimpangan yang tidak menguntungkan. Penyimpangan yang menunguntungkan : Pemeliharaan pipa distribusi dan transmisi Rp. 120.660.680 Pemeliharaan distribusi dan transmisi lainnya Rp. 7.653.912 Total penyimpangan yang menguntungkan Rp. 128.314.592 Penyimpangan yang tidak menguntungkan : Pemeliharaan pipa distribusi dan transmisi Rp. 21.053.613 Pemeliharaan water meter Rp. 6.007.288 Pemeliharan penyempurna tanah Rp. 1.829.117 Pemeliharaan reservoir Rp. 960.000 Total penyimpangan yang tidak menguntungkan Rp. 29.850.081
11
Perbandingan antara total penyimpangan yang menguntungkan dengan total penyimpangan yang tidak menguntungkan sebesar (Rp. 128.314.592 – Rp.29.850.081) = Rp 98.464.574.
Hasil Evaluasi Tahun 2009 Pada tahun 2009 keseluruhan penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan yang menguntungkan dan penyimpangan yang tidak menguntungkan. Penyimpangan yang menguntungkan : Pemeliharaan pipa distribusi dan transmisi Rp.301.082.142 Pemeliharaan water meter Rp. 16.790.912 Pemeliharaan distribusi dan transmisi lainnya Rp. 435.000 Pemeliharaan instalasi pompa Rp. 5.250.000 Perbaikan oleh pihak ke III Rp. 750.000 Total penyimpangan yang menguntungkan Rp.324.308.054
Penyimpangan yang tidak menguntungkan : Pemeliharaan pipa distribusi dan transmisi Rp. 3.156.830 Total penyimpangan yang tidak menguntungkan Rp. 3.156.830 Perbandingan antara total penyimpangan yang menguntungkan dengan total penyimpangan yang tidak menguntungkan sebesar (Rp.324.308.054 – Rp.3.156.830 ) = Rp 321.151.224. Jika dilihat secara keseluruhan biaya pemeliharaan dalam periode pertahun bahwa efisiensi perusahaan dalam penggunanan biaya pemeliharaan sudah terjadi karena penyimpangan yang terjadi seluruhnya menunjukan penyimpangan yang menguntungkan. Hal ini menunjukan bahwa pengendalian terhadap biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi sudah baik karena pada dasarnya perusahaan dalam menetapkan anggaran biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi perusahaan berpedoman pada situasi dan kondisi yang terjadi pada jaringan pipa distribusi dan transmisi sehingga penyimpangan yang tidak menguntungkan dapat semaksimal mungkin ditekan. Pengendalian biaya dengan membandingkan antara anggaran dengan realisasi cocok diterapkan oleh PDAM karena pada dasarnya PDAM merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dimana tujuan utama didirikannya bukan hanya berorientasi pada perolehan hasil (profit oriented) tetapi juga pengabdian kepada masyarakat dalam memberikan layanan air bersih secara kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Dari penjabaran diatas dapat diambil suatu keputusan bahwa perusahaan tidak perlu melakukan tindak perbaikan karena anggaran biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi sudah cukup efisien berdasarkan pedoman pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian perusahaan, yaitu : 1. Dalam mengatasi kehilangan air secara teknis untuk kasus kerusakan pipa yang besar dengan tingkat kesulitan tinggi perusahaan belum bisa mengatasinya dengan baik, hal ini terilihat dari biaya yang digunakan untuk mengatasi kebocoran tersebut cukup besar. Kekurangan ini disebabkan oleh sumber daya manusia atau pekerja yang digunakan oleh perusahaan belum cukup handal dan terlatih.
12
2.
3.
4.
Efektifitas perusahaan dalam penanganan kebocoran pipa masih rendah, hal ini terlihat dari rata-rata volume kehilangan air yang masih cukup tinggi. Kurangnya efektifitas ini disebabkan oleh kelayakan barang atau material yang digunakan perusahaan masih berstandar perusahaan dan belum berstandar nasional atau berstandar internasional. Selain itu kurang lengkapnya data-data penunjang yang berhubungan dengan kualitas jaringan seperti peta jaringan, ukuran diameter jaringan pipa maupun posisi kedalaman pipa dan penggunaan alat pendeteksi kebocoran yang belum berbasis komputeris. Dalam hal pembacaan meter perusahaan belum memiliki sistem pembacaan meter yang handal, karena dalam praktik pembacaan meter masih menggunakan sistem house to house (belum sistem online) dimana pekerja harus mendatangi rumah-rumah pelanggan untuk melakukan pembacaan meter. Sistem yang seperti ini rentan terhadap bebagai bentuk penyimpangan dalam proses pembacaan meter seperti timbulnya kesepakatan yang tidak baik dengan pelanggan sehingga jumlah air yang dicatat lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya. Walaupun pengendalian sudah baik dan cocok untuk diterapkan namun sistem pengendalian yang dipakai dirasa kurang tepat. Hal ini dikarenakan pada dasarnya pembelian barang atau material untuk pemeliharaan jaringan memerlukan suatu perencanaan yang matang agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan barang yang dibeli. Pembelian yang terlalu sedikit dapat berakibat pada kekurangan barang sehingga proses pemeliharaan jaringan dapat terhambat, sebaliknya pembelian yang terlalu banyak akan menimbulkan biaya tambahan yaitu biaya penyimpanan barang digudang. Selain itu dalam pembelian juga perlu diperhatikan tentang harga barang atau material yang akan dibeli. Dengan adanya fluktuasi harga yang sering dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar perusahaan, maka perusahaan harus cermat dalam penentuan harga standar. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi berpengaruh secara signifikan terhadap volume kehilangan air. Dan besarnya pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi terhadap volume kehilangan air sebesar 11,5%, sedangkan 88,5% dipengaruhi oleh faktor lain selain biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi. 2. Dari hasil uji korelasi diketahui bahwa angka korelasi antara biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi dengan volume kehilangan air adalah positif 0,339. Angka tersebut menunjukan hubungan yang lemah dan searah. Dengan demikian, apabila biaya pemeliharaan jaringan distirbusi dan transmisi mengalami kenaikan, volume kehilangan air juga meningkat. 3. Pengendalian biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi dilakukan dengan membandingkan antara anggaran dengan realisasinya. Berdasarkan pedoman pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan tersebut, biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi sudah cukup efisien karena perbandingan antara anggaran dan realisasi menunjukan selisih yang menguntungkan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan tindak perbaikan.
13
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut 1. Perlu ditingkatkan standar kualitas sumber daya manusia dengan melakukan pelatihan-pelatihan dan mengadakan study banding atau seminar yang berhubungan dengan upaya penurunan volume kehilangan air dengan mempersertakan para pekerja bagian distribusi agar kerusakan pipa dengan tingkat kesulitan yang tinggi dapat diatasi dengan baik. 2. Perusahaan sebaiknya melakukan kelayakan ulang terhadap penggunaan material dan barang-barang yang sesuai dengan standar nasional atau standar internasional, dan ditingkatkan kelengkapan data-data penunjang kualitas jaringan serta menggunakan alat pendeteksi kebocoran dengan berbasis komputer agar proses perbaikan kebocoran menjadi lebih efektif. 3. Perusahaan sebaiknya membuat sistem pembacaan meter yang handal (berbasis online) agar bentuk penyimpangan dalam proses pembacaan meter tidak terjadi, sehingga hasil pembacaan meter menjadi lebih tepat dan akurat. 4. Dalam mengendalikan biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi sebaiknya perusahaan menggunakan sistem biaya standar dengan metode dua selisih yaitu selisih harga dan selisih kuantitas agar selisih antara standar dan realisasinya tidak terlalu besar sehingga kelancaran dan efisiensi pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi tetap terjaga. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, 2003, Sistem Pengendalian Manajemen, YKPN, Yogyakarta. Anthony & Govindarajan, 2005, Management Control System, Salemba Empat, Jakarta. Allan Lambret, 2000, Non Revenue Water (NRW) Workshop, PERPAMSI Prop. DKI Jakarta. Arief Suadi, 1995, Sistem Pengendalian Manajemen, UGM-Fakultas Ekonomi, Yogyakarta. A.S. Corder, 2000, Maintenance Management Technique, Erlangga, Jakarta. Bhuono Agung Nugroho, 2005, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Andi, Yogyakarta. B.Chatib, 2000, Upaya Penurunan Air Tak Berekening Untuk Peningkatan Pelayanan Air Minum, PERPAMSI Prop. DKI Jakarta. Harold T. Amrine, John A. Richey, Eliver S-Hulley, 2000, Manufacturing Organization and Management, Four Edition, Ahli Bahasa Sedyana, Erlangga Jakarta. Heizer Jay, Render Barry, 2006, Operation Manajemen, Salemba Empat, Jakarta. Melda Safitri, 2009, Analisis Anggaran Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan, Skripsi USU Medan. Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi Lima, YKPN, Yogyakarta. R.A Supriyono, 2003, Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta. Sofyan Assauri, 2000, Manajemen Produksi dan Operasi, LPFE, Jakarta. T. Hani Handoko, 2000, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFEUGM, Yogyakarta.
14