ABSTRAK Siti Rohmatul Khusna. 2015. Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Program Studi Keperawatan, Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Suwarly Mobiliu S.Kp, M.Kep, Pembimbing II dr.Sri A. Ibrahim, M.Kes. Status Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus karena anak yang memiliki gizi baik, perkembangannya akan baik. Status gizi baik akan mempengaruhi perkembangannya dimana syaraf-syaraf anak dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus anak di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Jumlah sampel 45 anak. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 30 anak (66,7%) dan status gizi kurang 15 anak (33,3%). Anak yang memiliki perkembangan motorik halus dengan kategori baik sebanyak 28 anak (62,2%) dan anak yang memiliki perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 17 anak (37,8%). Berdasarkan analisis data menggunakan uji Chi-Square didapatkan P Value=0,000 menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak . Kesimpulannya ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik halus,. dan di sarankan orang tua menambah wawasan tentang kebutuhan nutrisi anak dan perkembangan motorik halus anak, sehingga orang tua dapat menerapkan pola asuh yang lebih baik, dan dapat memberikan stimulasi perkembangan anak secara optimal. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: (1998-2015)
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO Siti Rohmatul Khusna, Suwarly Mobiliu, Sri A. Ibrahim. Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email :
[email protected] ABSTRAK Status Gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus karena anak yang memiliki gizi baik, perkembangannya akan baik. Status gizi baik akan mempengaruhi perkembangannya dimana syaraf-syaraf anak dapat berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus anak di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Jumlah sampel 45 anak.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 30 anak (66,7%) dan status gizi kurang 15 anak (33,3%). Anak yang memiliki perkembangan motorik halus dengan kategori baik sebanyak 28 anak (62,2%) dan anak yang memiliki perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 17 anak (37,8%). Berdasarkan analisis data menggunakan uji Chi-Square didapatkan P Value=0,000 menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak . Kesimpulannya ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik halus,. dan di sarankan orang tua menambah wawasan tentang kebutuhan nutrisi anak dan perkembangan motorik halus anak, sehingga orang tua dapat menerapkan pola asuh yang lebih baik, dan dapat memberikan stimulasi perkembangan anak secara optimal. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus1
1
Siti Rohmatul Khusna,2015.Keperawatan UNG Pembimbing 1 Suwarly Mobiliu Pembimbing II Sry A.Ibrharim
PENDAHULUAN Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan dan jari yang terkoordinasi dengan penglihatan. Pada bayi, perkembangan motorik halus harus selalu dipantau dan dirangsang, sehingga bayi dapat berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik halus pada anak usia toddler merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan anak. Anak membutuhkan belajar menggunakan tangan dengan baik agar dapat menggerakkan mainan dan untuk ketrampilan hidup seperti makan dan memakai pakaian sendiri. Mereka belajar mengkoordinasikan mata dan gerakan tangan sehingga dapat menggunakan bermacam alat permainan (Toho Cholik Mutohir dan Gusril, 2005). Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Gangguan pada perkembangan motorik halus biasanya menyebabkan anak-anak mengalami kesulitan belajar (Santrock, 2007). Jadi secara anatomis, perkembangan akan terjadi pada struktur tubuh individu yang berubah secara proporsional seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan yang dialami individu, akibatnya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya yang pada akhirnya semua itu akan berimplikasi pada perkembangan aspek lain Mahendra dan Saputra ( dalam Lindawati , 2013). Usia toodler (1-3 tahun) merupakan masa awal anak berkembang, dimana mereka menjadi manusia yang utuh, yang belajar berjalan, berbicara, memecahkan masalah, berhubungan dengan orang dewasa dan anak seusianya. Usia 1-3 tahun anak sudah bisa melakukan apa yang mereka inginkan, sehingga perlu adanya perhatian khusus untuk menanganinya. Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan halus) serta fungsi ekskresi (Kemenkes, 2010). Menurut Lindawati (2013) dalam penelitiannya didapatkan hasil akhir analisis multivariat dari empat variabel (status gizi, pola asuh ibu, umur anak, dan lama Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ternyata variabel status gizi dan variabel umur merupakan variabel yang paling berhubungan dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah. Dari kedua variabel tersebut,2 variabel satus gizi merupakan variabel yang paling berhubungan dengan perkembangan motorik anak usia prasekolah.3
3
Toho Cholik Mutohir dan Gusril.2004.Jakarta: Depdiknas. Santrock, J.W. 2007.Jakarta: Erlangga. Lindawati. 2013 Kemenkes, 2010
Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk Negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan sebanyak 7,7 juta balita. Tahun 2011 prevalensi status gizi masih seperti tahun 2010 sebesar (4,9%)4 gizi buruk, gizi kurang (13%), walaupun tidak terjadi kenaikan akan tetapi5 prevalensi status gizi kurang di Indonesia masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO) sebesar 10%.(Kemenkes RI, 2012:345) Diketahui bahwa presentase balita pada tahun 2012 dengan status gizi buruk 4,18%, dan gizi kurang 13,15%. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo :2012).Sedangakan Di Provinsi Gorontalo prevalensi kasus gizi balita berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) dengan kasus gizi buruk sebesar 6,9% dan kasus gizi kurang sebesar 19,2% (Riskesdas:2013). Berdasarkan data awal yang diperoleh dari puskesmas Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo pada September 2014 prevalensi untuk gizi kurang dan gizi buruk yaitu: Dari prevalensi balita yang mengalami gizi buruk untuk BB/TB 4,49% dan BB/U 6,63% sedangkan balita yang mengalami gizi kurang untuk BB/TB 5,16% dan BB/U 8,8%. Dari 8 desa didapatkan bahwa didesa Tabumela yang paling banyak mengalami masalah gizi yaitu dari sebanyak 309 anak ,untuk gizi buruk sebanyak 9 anak, gizi kurang sebanyak 18 anak dan 282 gizi baik. Pada Bulan Maret 2015 untuk jumlah anak usia 1-3 tahun ada 49 anak, dimana penderita gizi kurang 18 anak, jumlah penderita gizi Buruk 5 anak, dan jumlah balita dengan gizi baik 26 anak. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Status Gizi Dengan perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia 1-3 tahun di Desa Tabumela kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo’’ METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak yang berusia 1-3 tahun di wilayah Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 45 balita.Sampel dalam penelitian ini adalah teknik total sampling, yaitu tehnik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (sugiono, 2009). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 balita. Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango dan waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada tanggal 18 sampai dengan 23 Mei 2015 dengan menggunakan data primer, diperoleh dari lembar kuesioner berisi pertanyaan yang akan ditanyakan langsung kepada ibu−ibu yang memiliki balita 1-3 tahun.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah checklist. Data 5
Kemenkes RI, 2012:345 Riskesdas:2013
dianalisis menggunakan analisa univariat dan bivariat derngan menggunakan uji statistic Chi-Square. HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Umur Frekuensi % 12 Bulan 12 26.7 15 Bulan 5 11,1 18 Bulan 4 8,9 21 Bulan 3 6,7 24 Bulan 12 26,7 30 Bulan 4 8,9 36 Bulan 5 11,1 Total 45 100 % Sumber : Data Primer 2015 Tabel 4.1 menunjukkan responden berdasarkan umur, dimana sebagian besar responden berumur 12 bulan 12 responden (26,7%) , Responden berumur 15 bulan responden (11,1%), responden berumur 18 bulan 4 responden (8,9%), responden berumur 21 bulan 3 responden (6,7%), responden berumur 24 bulan 12 responden (26,7%), responden berumur 30 bulan 4 responden (8,9%), dan responden berumur 36 bulan 5 responden (11,1%). Tabel 4.2 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Jenis Frekuensi % Kelamin Laki-laki 27 60,0 Perempuan 18 40,0 Total 45 100 % Sumber : Data Primer 2015 Tabel 4.2 menunjukkan jenis kelamin responden , sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebesar 27 responden (60,0%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 18 responden (40,0%). Tabel 4.3 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Pendidikan Jumlah % SD 22 48,9 SMP 20 44,4 SMA 3 6,7 Total 45 100 % Sumber : Data Primer 2015 Tabel 4.5 menunjukkan pendidikan ibu sebagian besar responden yang berpendidikan SD 22 responden (48,9%), SMP 20 responden (44,4%) dan SMA 3 responden (6,7%).
Tabel 4.4 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Pekerjaan Jumlah % IRT 45 100,0 Total 45 100 % Sumber : Data Primer 2015 Tabel 4.6 menunjukkan pekerjaan ibu sebagian besar responden yang memiliki pekerjaan IRT 45 responden (100,0%). Analisa Univariat Tabel 4.5 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Status Gizi Jumlah Presentase % Gizi Baik 30 66,7 Gizi Kurang 15 33,3 Total 45 100 % Sumber : Data Primer 2015 Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik status gizi responden, dimana sebagian besar responden berstatus gizi baik berjumlah 30 responden (66,7%), status gizi kurang 15 responden (33,3%). Tabel 4.6 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Perkembangan Motorik Halus di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabaputen Gorontalo Perkembangan Jumlah % Kurang 17 37,8 Baik 28 62,2 Total 45 100 % Sumber : Data Primer 2015 Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan motorik halus sebagian besar responden yang memiliki perkembangan motorik halus dengan kategori kurang 17 responden (37,8%), dan perkembangan motorik halus dengan kategori baik 28 responden (62,2%). 4.4 Analisis Bivariat Tabel 4.7 Tabel Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 45 responden di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, memiliki distribusi responden Status Gizi baik dan perkembangan Motorik Halus dengan kategori Kurang sebanyak 3 Responden (17,7%), responden yang memiliki Status Gizi baik dan Perkembangan Motorik Halus dengan kategori Baik sebanyak 27 Responden (96,4%), responden yang memiliki Status Gizi kurang dan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 14 responden (82,3%), dan responden yang memiliki status gizi kurang dan perkembangan motorik halus dengan kategori baik sebanyak 1 responden (3,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p=0.000 atau ≤ 0.05. Artinya terdapat hubungan antara Status Gizi dengan perkembangan motorik halus Anak Usia 1-3 tahun di Desa tabumela Kecamatan Tilango kabupaten Gorontalo. PEMBAHASAN 4.1.Status Gizi pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Berdasarkan karakteristik responden status gizi di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dari 45 responden didapatkan untuk kategori Status gizi baik sebanyak 30 responden (66,7 %), dan Status Gizi Kurang sebanyak 15 responden (33,3%). Menurut asumsi peneliti, Status gizi kurang akan mengakibatkan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lambat, dimana menandakan ketidakseimbangan antara jumlah asupan gizi yang didapat dengan kebutuhan penggunaan zat-zat gizi oleh tubuh terutama oleh otak, akibatnya akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan motorik halus memerlukan kinerja otak dan otot yang baik, karena itu tubuh sangat memerlukan asupan nutrisi yang baik. Sesuai hasil observasi yang dilakukan sebagian rumah warga yang lantainya masih terbuat dari tanah, lingkungannya yang masih kotor dan berdekatan dengan danau Limboto, anak mudah untuk terkena penyakit sehingga sistem imun anak akan menurun yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak tersebut akan terganggu. Berdasarkan hasil wawancara kepada orang tua anak sebagian besar pekerjaan ayah dari anak adalah Nelayan. Begitu pula dengan penghasilannya sangat mempengaruhi status gizi dan perkembangan motorik halus anak. Sebab apabila ekonomi keluarga rendah, maka asupan makanan yang diberikan kepada
anak juga rendah, hal ini dapat mengakibatkan anak kekurangan gizi sehingga perkembangan motorik halus anak akan terhambat sehingga anak tidak dapat berkembang sesuai dengan umurnya. Menurut Almastsier (2010) rendahnya status gizi di sebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab langsung salah satunya adalah konsumsi makanan yang kurang, sedangkan penyebab tidak langsung yang dominan meliputi tingkat ekonomi dan pendidikan gizi yang kurang .Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita merupakan proses yang teramat penting dalam menentukan masa depan anak baik secara fisik, mental maupun perilaku. Laju pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak sama, tergantung dari faktor keturunan, konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan lingkungan terhadap anak (Sunartyo, 2007). Menurut Anwar (2000), zat-zat gizi yang dikonsumsi anak akan berpengaruh pada status gizi anak. Perbedaan status gizi anak memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak, dimana jika gizi yang dikonsumsi tidak terpenuhi dengan baik maka perkembangan anak akan terhambat. 4.2 Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 1-3 Tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Berdasarkan Karakteristik responden menunjukan bahwa responden dengan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 17 responden (37,8%). Menurut asumsi peneliti berdasarkan observasi yang dilakukan anak terlihat tidak dapat melakukan beberapa tahapan perkembangan motorik halus seperti anak pertama usia 36 bulan tidak bisa membuat garis sesuai perintah, anak kedua usia 24 bulan tidak dapat memegang sendiri cangkir/gelas sehingga anak meminumnya dengan tumpah, dan anak yang ketiga anak usia 30 bulan tidak dapat meletakkan 4 buah kubus satu persatu diatas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus. Rendahnya status gizi di sebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung, penyebab langsung salah satunya adalah konsumsi makanan yang kurang, sedangkan penyebab tidak langsung yang dominan meliputi tingkat ekonomi dan pendidikan gizi yang kurang (Almatsier :2010). Responden yang memiliki perkembangan baik sebanyak 28 responden (62,2%), menurut asumsi peneliti berdasarkan observasi yang dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, anak yang memiliki perkembangan baik dapat melakukan sebagian besar tahapan perkembangan anak bisa melakukan sesuai instrument yang diperintahkan. Hal tersebut terjadi mengingat adanya faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dengan perkembangan motorik halus anak. Untuk yang termasuk dalam kategori status gizi baik tetapi mempunyai perkembangan motorik halus yang tidak sesuai dipengaruhi oleh faktor pola asuh, lingkungan, kesehatan dan stimulasi (Soetjiningsih, 2012). 6 6
Almatsier, S, 2010.Jakarta: Gramedia Sunartyo, 2007,Jakarta: UI Press Anwar, H. 2000.Jakarta: Rineka Citra Soetjiningsih. 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
4.3 Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan hasil P Value= 0,000 ≤ 0,05, artinya ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan karakteristik responden yang memiliki Status gizi baik dengan perkembangan motorik halus dengan kategori baik sebanyak 27 responden (96,4%), hal ini disebabkan anak yang memiliki gizi baik maka perkembangannya pun akan baik. Sesuai instrument penelitian yang digunakan sebagian besar responden memiliki Status gizi baik perkembangan motorik halusnya juga baik, dan responden yang mempunyai status gizi kurang perkembangan motorik halusnya juga kurang. Peneliti berasumsi bahwa Semakin baik status gizi seseorang maka semakin baik pula tingkat perkembangan motorik halus anak. Karena status gizi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan otot-otot kecil yang sesuai dengan perkembangan anak, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Hal ini sesuai dengan teori Hasdianah (2014), anak yang mendapatkan asupan gizi yang baik biasanya terlihat lebih aktif dan cerdas. Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2007). Status gizi baik dan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 3 responden (17,7%), hal ini disebabkan karena pola asuh orang tua dan kurang stimulasi. Mnurut Asumsi peneliti Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulasi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak semakin optimal (Herawati,2011). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam perkembangan anak.Ibu yang mempunyai pengetahuan kurang maka tidak akan memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya sehingga perkembangan anak akan terhambat,7 7
Hasdianah,2014.Yogyakarta : Nuha Medika. Hidayah, A. 2008. Jakarta : Salemba Medika Herawati.2011.Bandung :PGTK UPI
sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan baik maka akan memberikan stimulasi pada perkembangan anaknya. Anak yang mempunyai ibu yang kurang berpengaetahuan baik akan cenderung8 baik pula perkembangannya karena mendapatkan stimulasi yang terarah ibunya (Soetjiningsih,2010). Pengetahuan ibu dalam mengatur konsumsi makanan dengan pola menu seimbang sangat diperlukan pada masa tumbuh kembang balita, karena kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua,khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan ( Balawati, 2004 ). Responden yang memiliki status gizi kurang dengan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 14 responden (82,3%).Menurut asumsi peneliti, anak dengan status gizi kurang maka perkembangannya anak pun kurang. Hal ini didukung oleh teori Menurut Depkes (2005) kualitas perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor dari luar dan dari dalam. Salah satu faktor luar yang mempengaruhi perkembangan yaitu status gizi atau pemenuhan kebutuhan nutrisi. Responden Status Gizi kurang dan perkembangan motorik halus dengan kategori baik sebanyak 1 responden (3,6%), hal ini disebabkan dari pengaruh stimulasi yang diberikan orang tua terhadap anak sesuai dengan tahapan perkembangan. Laju pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak sama, tergantung dari faktor keturunan, konsumsi gizi, perlakuan orang tua dan lingkungan terhadap anak (Sunartyo, 2007). Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola, atau memainkan alat-alat mainan lainnya (Hurlock, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Nyoman (2012) dari 111 responden menunjukan hasil uji statistik dengan pendekatan Cross Sectional diperoleh hasil p=0,000 (p<α), yang menunjukan terdapat hubungan antara status gizi dengan tingkat perkembanagan usia Toddler (12-36 bulan) di Kelurahan Sanur wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Selatan.9
9
Soetjiningsih. 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Baliwati,Y. F, dkk. 2004.Jakarta: Penebar Swadaya Depkes 2005 Sunartyo, 2007,Jakarta: UI Press Hurlock, 2010. Jakarta: EGC Dewi, P. P. & Nyoman, N. 2012
Penelitian lainnya yang dilakukan oleht Khasanah (2009). Tentang hubungan antara status gizi dengan perkembangan usia toddler (1-3 tahun) desa Karangwungu Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan crosseksional. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengetahui hubungan status gizi anak dengan perkembangan anak usia toddler, dan perbedaanya pada variabelnya yaitu dengan memiliki riwayat BBLR. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa responden memiliki status gizi baik dan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 3 responden (17,7%), responden yang memiliki status gizi baik dan perkembangan motorik halus dengan kategori Baik Sebanyak 27 responden (96,4%), responden yang memiliki status gizi kurang dan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang sebanyak 14 responden (82,3%), dan responden yang memiliki status gizi kurang dan perkembangan motorik halus dengan kategori baik sebanyak 1 responden (3,6%), SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun di Tabumela Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Status Gizi pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo didapatkan Status Gizi baik (66,7%), dan status gizi kurang (33,3%). Perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo didapatkan perkembangan motorik halus dengan kategori baik (62,2%) dan perkembangan motorik halus dengan kategori kurang (37,8%).Terdapat hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.Dengan uji Chi-Square nilai p value = 0,000 atau ≤ 0.05. SARAN Berdasarkan Kesimpulan hasil penelitian hubungan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 1-3 tahun di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Responden Diharapkan orang tua dapat menambah wawasan tentang kebutuhan nutrisi anak dan perkembangan motorik halus anak, sehingga orang tua dapat menerapkan pola asuh yang lebih baik, dapat memberikan stimulasi perkembangan anak secara optimal dan menjamin tubuh kembang anak dapat berlangsung dengan baik dari segi fisik, mental maupun psikososial.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan,khususnya pemantauan status gizi anak dan upaya deteksi dini penyimpangan perkembangan anak secara rutin. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti variabel yang belum diteliti. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S, 2010. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Anwar, H. 2000. Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkat Kualitas Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Rineka Citra Baliwati,Y. F, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Dewi, P. P. & Nyoman, N. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Perkembangan Usia Toddler (12-36 Bulan) di Kelurahan Sanur Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Selatan. Fatoni, Ridwan. 2010. Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Tingkat Perkembangan Personal Sosial pada Anak Usia Prasekolah di TK PDHI Banguntapan Bantul Yogyakarta. Hidayah, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan Jakarta : Salemba Medika. Hasdianah, H. R., Siyoto, S., & Peristyowati, Y. 2014. Gizi, Pemanfaatan Gizi, Diet dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha Medika. Hurlock, 2010. Perkembangan motorik. Jakarta: EGC Herawati.2011.Psikologi Perkembangan III.Bandung :PGTK UPI Lindawati. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perkembangan Motorik Anak UsiaPra Sekolah.(http://www.poltekkesjakarta1.ac.id/). Diakses Tanggal 28 Februari 2015. Mustika, Dewi.2014. Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.Bandung: Alfabeta. Santrock, J.W. 2007. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). (Penerj. Achmad Chusairi, Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga, Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga. Sunartyo, 2007, Pangan, Gizi, dan Pertanian, Jakarta: UI Press Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Supariasa,Dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Toho Cholik Mutohir dan Gusril. (2004). Perkembangan Motorik pada Masa Anak-anak. Jakarta: Depdiknas.