ABSTRAK Secara sosiokultural pariwisata relawan berasal dari kegiatan volunterisme yang mengakar di negara-negara maju. Pada awalnya aktivitas volunterisme didasarkan pada rasa kemanusiaan lalu bisnis datang mencampuri tindakan-tindakan altruistik. Motif-motif altruistik disertai dengan bisnis ternyata menimbulkan berbagai implikasi sosial. Fokus penelitian ini adalah bagaimana komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan. Untuk mendapatkan jawaban yang komprehensif disusun tiga rumusan permasalahan penelitian, sebagai berikut: (1) Bagaimana bentuk komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan?; (2) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan?; dan (3) Makna apa yang terdapat dalam komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan? Lokasi penelitian berada di daerah Bali Selatan dimana sebagian besar proyek sosial PT Bali Interships diselenggarakan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif intepretatif. Data primer diperoleh dari wawancara dan data sekunder berasal dari jurnal akademis, buku-buku referensi, dan media internet. Hasil penelitian ini menunujukkan ada empat bentuk komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan, yakni: perekrutan sukarelawan; pesan narasi kemiskinan sukarelawan muda; dan kegiatan sukarelawan. Faktor penyebab komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan, meliputi: komersialisasi nilai-nilai volunterisme; globalisasi; referensi pendidikan dan karir; dan perubahan paradigma leisure. Makna komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan, mencakup: makna objektivikasi kemiskinan, makna kemanusian, makna ekonomi pariwisata, makna globalisasi dan penyebaran ideologi global; dan makna gaya hidup dan pencitraan. Dengan demikian komodofikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan sudah seharusnya dilihat secara seimbang baik dampak positif dan negatifnya dalam rangka sebuah kebijakan publik yang tepat. Kata kunci: komodifikasi, kemiskinan, pariwisata, relawan.
ABSTRACT Socioculturally, volunteer tourism was derived from volunteerism activities have rooted in the developed countries. Initially, volunteerism activity was based on humanity until business came and interfere altruistic actions. Had altruistic actions been intruded by the business motives, consequently cause various social implications. The focus of this study was to see how commodification of poverty in volunteer tourism occured. In order to get comprehensive answers, three problem questions were formulated, namely 1) The forms of commodification of poverty in volunteer tourism; 2) Factors that affect the commodification of poverty in volunteer tourism; and 3) The meanings of commodification poverty in volunteer tourism. The research took place in South Bali area where large part of the social projects of PT Bali Internships is held. The method used is descriptive interpretative. Primary data was gathered from interviews; secondary data was collected from academic journals, reference books, and internet media. The results of the study have showed four forms of commodification of poverty in volunteer tourism comprised: volunteer recruitment; poverty naration message; young volunteers; and volunteer activities. Factors causing the commodification of poverty in volunteer tourism, comprehended: volunterism values commercialization; globalization; education and career references; and leisure paradigm shift. Meanings commodification of poverty in volunteer tourism consisted of: the objectification of poverty; humanity; tourism economics; globalization and global ideology dissemination; and lifestyle and image. In consequence, the commodification of poverty in volunteer tourism should be seen as both positive and negative balanced to create a public policy. Keywords: commodification, poverty, tourism, volunteer .
RINGKASAN Preferensi berwisata masyarakat global bergeser dan terus berubah mencari berbagai alternatif lain. Akhir-akhir ini kecenderungan berwisata yang dicari adalah aktivitas yang memberikan kesan mendalam dan bermakna. Salah satu yang menjadi perhatian adalah pariwisata relawan atau yang sering dikenal dengan istilah asingnya volunteer tourism. Pariwisata relawan menggabungkan kegiatan berwisata dengan kegiatan-kegiatan sosial. Pariwisata relawan atau volunteer tourism mulai bekembang awal tahun 2010-an di Bali. Hingga akhir ini ada banyak penyelenggara perjalanan yang mengorganisir kegiatan sukarelawan di Bali.PT Bali Internships merupakan perusahaan profit berbasis di Bali, yang telah berdiri sejak tahun 2009. Jasa utama dari perusahaan ini adalah memberikan layanan kepada individu-individu yang ingin datang ke Bali untuk melakukan perjalanan wisata sekaligus “berkontribusi” kepada komunitas lokal di Bali. PT Bali Internships merupakan agensi wisatawan-relawan pertama di Bali. Sejak awal agensi ini berdiri hingga sekarang, sudah lebih dari 400 relawan dan lebih dari 12 proyek sosial yang telah mendapat bantuan dari tahun ke tahun. Tren baru wisata ini dalam kenyataannya menimbulkan persoalan sosial, tidak saja dalam hal pendangkalan makna dari volunterisme. Pengaruhnya terhadap pihak yang terlibat sebagai pemeran utama dalam proyek sosial tersebut, hingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih kritis. Penelitian secara etnografi yang dilakukan oleh Dr. Mary Mostafanezhad dari Universitas Otago, menjelaskan bagaimana volunteer tourism sebagai praktik ideologis yang mencerminkan perilaku negara-negara superior merasa memiliki tanggung jawab moral untuk memperbaiki negara-negara yang lebih lemah. Mostafanezhad dalam penelitiannya di Thailand menemukan bahwa wisata kerja sukarela adalah depolitisasi kemiskinan. Isu lain adalah tentang kualitas relawan sendiri yang tidak memiliki pengalaman dalam proyek-proyek sosial yang mereka kerjakan. Sikap apriori ditunjukkan oleh masyarakat selama tujuan proyek sukarelawan, hubungan yang singkat tanpa tindak lanjut, dan mungkin berhenti di tengah jalan. Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dan mengkritisi agensi komersil dalam penempatan sukarelawan di Bali, di mana dalam penelitian-penelitian sebelumnya disebutkan bahwa para sukarelawan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan pihak komunitas lokal. Penelitian ini membantu untuk memahami dampak relawan wisatawan terhadap masyarakat tuan rumah terutama terhadap perkembangan anak-anak yang menjadi objek fenomena relawan-wisatawan. Untuk mendapatkan jawaban yang valid dan tepat, penelitian ini menyusun beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana bentuk komodifikasi kemiskinan dalam praktik
pariwisata relawan di Bali?
2) Apakah faktor penyebab komodifikasi kemiskinan dalam praktik
pariwisata relawan? dan 3) Bagaimana makna komodifikasi kemiskinan dalam praktik pariwisata relawan? Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini antaralain: teori komodifikasi; teori orientalisme; dan teori dekonstruksi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif intepretatif. Lokasi penelitian berada di Bali Selatan dimana sebagian besar proyek sosial PT Bali Internships dilakukan. Data primer diperoleh dari wawancara dari beberapa narasumber pelaku bisnis pariwisata relawan, dari volunter, dan tokoh masyarakat. Sebagai pendukung penelitian menyediakan data sekunder yang diperoleh dari buku referensi, jurnal akademis dan media internet. Hasil penelitian dan analisis data disajikan dalam bentuk naratif dan didukung dengan penjelasan secara kuantatif dalam bentuk tabel dan skema. Hasil penelitian menunjukan: Pertama, bentuk komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan yakni: (a) perekrutan sukarelawan. Proses perekrutan relawan menggunakan metode marketing modern layaknya sebagai sebuah institusi bisnis; (b) pesan kemiskinan. Komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan hakekatnya adalah bagaimana gagasan kemiskinan menjadi komoditas seperti benda-benda dalam pasar jual beli; (c) sukarelawan muda. Komodifikasi para volunter muda merupakan refleksi dari komodifikasi manusia dalam era kontemporer. Kegiatan ini menjadikan manusia sebagai objek bisnis dengan memanfaatkan tenaga mereka secara sukarela bahkan mereka harus membayar akan jerih payah yang mereka lakukan; dan (d) kegiatan sukarelawan. Yakni dengan menggabungkan aspek wisata dan kegiatan sosial. Kedua, faktor yang memengaruhi komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan meliputi: a) komersialisasi nilai-nilai volunterisme. Makna substansial volunterisme yang altruistik mengalami pergeseran dimana keputusan ekonomi bisnis lebih dominan dibandikan memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan; b) globalisasi. Globalisasi menjadi jalan berkembangnya pariwisata relawan. Di dalamnya terjadi pertukaran kebudayaan dan ideologi. Hal ini tidak terhindarkan melalui interaksi antara sukarelawan dengan masyarakat lokal sebagai sasaran program-program sosial; c) referensi pendidikan dan karir. Bagi mahasiswa pergi mengikuti program volunter ke luar negeri menawarkan kesempatan untuk jalan-jalan (traveling), memperoleh kredit belajar, dan mendapatkan pengalaman bekerja; dan d) perubahan paradigma leisure. Konsep leisure sepanjang waktu berubah mengikuti selera wisatawan yang terus berubah.Para wisatawan ini tidak sekedar berlibur tetapi mencari sesuatu yang bermakna dalam hidup (meaningful life). Ketiga, makna komodifikasi kemiskinan dalam pariwisata relawan mencakup: a) makna objektivikasi kemiskinan. Dalam pariwisata relawan masyarakat miskin menjadi tontonan keharuan
yang menggugah rasa kemanusian. Nilai-nilai kemanusian juga menjadi kedok motif “imperialis” ekonomi dan menjadi bagian dari agenda imperialis ekonomi modern melalui komodifikasi aspek kehidupan; b) makna kemanusiaan. Kedatangan para relawan ke tempat-tempat di mana kantong kemiskinan berada, menolong dan menunjukkan sikap empati merupakan tindakan kemanusiaan; c) makna globalisasi dan penyebaran ideologi global. Pariwisata relawan merupakan jalan masuk penyebaran gagasan global dan ideologi negara-negara Barat. Para relawan merupakan agen yang memperkenalkan budaya Barat baik secara langsung melalui interaksi dengan masyarakat lokal, maupun secara tidak langsung melalui simbol-simbol Barat yang mereka hadirkan sebagai representatif masyarakat Barat; d) makna ekonomi pariwisata. Para pelaksana perjalanan wisata volunter sudah menghitung untung rugi dan membuktikan margin keuntungan yang cukup menjanjikan; dan e) makna gaya hidup dan pencitraan. Berwisata tidak lagi dipandang sebagai kegiatan menghabiskan waktu senggang dengan bersenang-senang di sebuah tempat objek wisata. Masyarakat di negara-negara Barat merasakan kejenuhan terhadap gaya wisata bersenang-senang dan mulai mencari sesuatu yang bermakna dalam perjalanan wisata mereka. Wisata relawan juga merupakan ajang pencitraan dan menjadi faktor “pembeda” dari sebuah stratifikasi sosial baru.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...i PRASYARAT GELAR………………………………………………………..ii LEMBAR PENGESAHAN……………...........................................................iii LEMBAR PERSETUJUAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI……...........iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………………………………………….v UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………….vi ABSTRAK.......................................................................................................viii RINGKASAN...................................................................................................ix DAFTAR ISI...................................................................................................xiv DAFTAR TABEL.........................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................. 2 1.2 Masalah Penelitian....................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 8 1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................ 8 1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 8 1.4.1 Manfaat Teoretis................................................................................. 8 1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN...........................................................................................10 2.1 Kajian Pustaka...............................................................................................10 2.2 Konsep yang Digunakan.............................................................................. 14 2.2.1 Pariwisata Relawan.............................................................................14 2.2.2 Kemiskinan........................................................................................16 2.2.3 Komodifikasi Kemiskinan.................................................................17 2.3 Landasan Teori............................................................................................. 18 2.3.1 Teori Komodifikasi............................................................................... 19 2.3.2 Teori Orientalisme ..............................................................................19 2.3.3 Teori Dekonstruksi..............................................................................21
2.4 Model Penelitian...........................................................................................23 BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 25 3.1 Pendekatan Penelitian................................................................................... 25 3.2 Lokasi Penelitian...........................................................................................26 3.3 Jenis dan Sumber data...................................................................................26 3.3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................26 3.3.2 Sumber Data.........................................................................................27 3.4 Penentuan Informan...................................................................................... 27 3.5 Instrumen Penelitian..................................................................................... 28 3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 29 3.6.1 Teknik Observasi................................................................................. 29 3.6.2 Teknik Wawancara............................................................................... 30 3.7 Teknis Analisis Data.................................................................................... 31 3.8 Teknis Penyajian Analisis Data....................................................................32 BAB IV TINJAUAN UMUM VOLUNTERISME DI BALI SELATAN DAN WILAYAH PENELITIAN........................................................................33 4.1 Kemiskinan, Pariwisata dan Volunterisme di Bali....................................... 33 4.1.1 Kemiskinan di Bali...........................................................................
33
4.1.2 Pariwista di Bali……………………………………………………
35
4.1.3 Volunterisme dinegara Barat............................................................
36
4.2 PT Bali Internships dalam Proyek Tourisme Volunteer...............................40 4.2.1 Profil PT. Bali Internships................................................................40 4.2.3 Jangkauan Proyek-proyek Volunterisme PTBali Internships..........
41
4.3 Kondisi Bali Selatan......................................................................................43 4.3.1 Topografi..........................................................................................
44
4.3.2 Demografi.........................................................................................
45
BAB V BENTUK-BENTUK KOMODIFIKASI KEMISKINAN DALAM PARIWISATA RELAWAN.....................................................................48 5.1 Perekrutan Sukarelawan................................................................................48 5.2 Pesan Narasi Kemiskinan..............................................................................52 5.3 Sukarelawan Muda........................................................................................59 5.4 Kegiatan Sukarelawan...................................................................................62 BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KOMODIFIKASI
KEMISKINAN DALAM PARIWISATA RELAWAN...........................68 6.1 Komersialisasi Nilai-nilai Volunterisme...................................................... 69 6.2 Globalisasi.....................................................................................................75 6.3 Referensi Pendidikan dan Karir.................................................................... 80 6.4 Perubahan Paradigma Leisure...................................................................... 85 BAB VII MAKNA KOMODIFIKASI KEMISKINAN PARIWISATA RELAWAN DI BALI SELATAN............................................................90 7.1 Makna Objektivikasi Kemiskinan.................................................................91 7.2 Makna Kemanusiaan.....................................................................................97 7.3 Makna Globalisasi dan Penyebaran Ideologi Global....................................99 7.4 Makna Ekonomi Pariwisata..........................................................................102 7.5 Makna Gaya Hidup dan Pencitraan..............................................................105 BAB VIII PENUTUP.........................................................................................111 8.1 Simpulan.......................................................................................................111 8.2 Saran.............................................................................................................114 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 116 LAMPIRAN........................................................................................................123
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Asal Negara Peserta Pariwisata Relawan di PT Bali Internships 2012-2015............................................................................................
2
Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011 – 2013....................................................
34
Tabel 4.2 Rekapitulasi Penempatan Volunteer dan Mahasiswa Internships Tahun 2012-2015..................................................................................
41
Tabel 4.3 Kegiatan Volunterisme PT Bali Internship 2015-2016..................... 42 Tabel 4.3 Persentase Penduduk di Atas 15 Tahun Berdasarkan Ijazah Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar Tahun 2013................................................................
46
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.3.1 Gambar Peta Wiyah Bali Selatan..................................................43 Gambar 4.3.2 Peta Wilayah Provinsi Bali...........................................................45 Gambar 5.1 Online Marketing PT Balinterships.................................................51 Gambar 5.2 Skema Siklus Pertukaran Nilai Pada Komodifikasi Kemiskinan Dalam Pariwisata Relawan...............................................................56 Gambar 5.3 Sukarelawan Muda Asal Eropa....................................................... 62 Gambar 6.1 Contoh Price Tags Program Volunter di PT Bali Internships........72 Gambar 6.2 Relawan Sedang Menggambar Karakter Disney di Rumah Yatim Piatu...................................................................... Gambar 6.3 Contoh Dokumen Pengakuan Volunteer......................................... 81
78
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Bali terus berkembang dalam berbagai dimensi yang kian kompleks. Perkembangan ini begitu cepat dan masif, seperti sebuah zona industri modern dengan mesin-mesin penghasil pemasukan jutaan dolar tiap tahunnya. Masfeld dan Pizam (2006:261) berpendapat, pariwisata di Bali telah menjadi sebuah industri dengan sistem yang modern dengan infrastruktur yang baik. Selain itu, Bali memiliki comparative advantage dengan kekayaan budaya, panorama yang indah dan kesiapan masyarakat dalam menjalankan bisnis pariwisata. Di awal tahun 1970-an, pariwisata Bali dicanangkan sebagai wisata kebudayaan (Ardika, 2004:23). Akan tetapi, preferensi masyarakat global berwisata semakin luas, sehingga perlu disiapkan berbagai alternatif lain. Sekarang ada banyak paket wisata yang ditawarkan seperti wisata alam (ecotourism), wisata pertanian (agrotourism), wisata laut, wisata kuliner, dan beberapa tahun terakhir adalah pariwisata relawan atau volunteer tourism. Volunteer tourism menggabungkan kegiatan berwisata dengan kegiatan-kegiatan sosial. Pariwisata relawan atau volunteer tourism mulai bekembang awal tahun 2010-an di Bali. Sedikitnya ada tiga lembaga yang menjadikan Bali sebagai tujuan kegiatan mereka seperti GreenLion di Ubud, Volunteer HQ dan PT Bali Internships. Umumnya para inisiator dari kegiatan ini adalah warga asing yang melihat fenomena volunterisme atau pekerjaan sukarela mampu memberi benefit bagi operator, wisatawan, maupun masyarakat dari proyek-proyek sosial mereka. PT Bali Internships merupakan perusahaan profit berbasis di Bali, yang telah berdiri sejak tahun 2009. Jasa utama dari perusahaan ini adalah memberikan layanan kepada individu-individu yang ingin datang ke Bali untuk melakukan perjalanan wisata sekaligus “berkontribusi” kepada komunitas lokal di Bali. PT Bali Internships merupakan agensi wisatawan-relawan pertama di Bali. Sejak awal agensi ini
berdiri hingga sekarang, sudah lebih dari 400 relawan dan lebih dari 12 proyek sosial mendapat bantuan dari tahun ke tahun. Tabel 1. Asal Negara Peserta Pariwisata Relawan di PT Bali Internships 2012-2015 Tahun Negara Amerika Australia Austria Belanda Denmark Indonesia Inggris Italy Jerman Malaysia Perancis Portugal Singapura Slovakia Spanyol Swiss Turki Vietnam Total
2012 1 4
2013
6 1
62
2 65 1
2 1
1 1 6
2014 1 9 10 1 2 1 4
2015
68 1 5 1 3
48
5 4
2 4
7
1 70 83 116 61 Sumber: PT Bali Internships (2016)
Proyek-proyek sosial yang dijalankan terus berkembang tiap tahunnya. Mulai dari pendidikan, konservasi lingkungan, community service, bisnis, dan proyek-proyek sosial lainnya. Volunterisme lahir dari moral virtue masyarakat Eropa, khususnya Anglo Saxon. Di Eropa, Amerika, dan Australia nilai-nilai filanthropisme dan volunterisme sudah menjadi elemen penting dalam pembangunan perekonomian negara dan masyarakat sipil (Van Leeuwen, 2000). Oleh karena itu, pengelolaaan kerelawanan menjadi salah satu prioritas negara. Di setiap provinsi di negara- negara Eropa, ada pusat pengelolaan kerelawanan. Bahkan di setiap lembaga yang membutuhkan jasa relawan pasti memiliki divisi khusus yang bertanggung jawab terhadap manajemen kerelawanan lembaga. Pada November 1997, Sekretaris Jenderal PBB menyatakan tahun 2001 sebagai International Year of
Volunteer (IYV).Tujuan utama peringatan IYV adalah ditingkatkannya pengakuan (recognition), fasilitasi (facilitation), jaringan (networking) dan promosi (promotion) kerelawanan. IYV diharapkan dapat menciptakan suatu peluang unik untuk menunjukkan prestasi jutaan relawan di seluruh dunia dan dapat mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan kerelawanan. Pekerjaan sukarelawan pada awalnya dipelopori oleh Non Governmental Organisation (NGO) atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga seperti ini menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Mereka mampu mengirimkan sukarelawan yang mau bekerja di negara-negara berkembang. Namun, komersialisasi terjadi terhadap makna sukarelawan, kemudian berkembang menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan dengan mengaitkannya dengan kegiatan berwisata. Sejak awal 2000-an pasar pariwisata mengalami “volunteer tourism rush”. Hal ini berarti semakin banyak wisatawan yang terlibat dalam proyek-proyek sukarela di seluruh dunia (Novelli, 2005). Sementara pada tahun 2003, jumlah proyek sukarelawan secara keseluruhan tercatat dari 698 telah meningkat menjadi 3.441 proyek di tahun 2007 (Tomazos & Butler , 2009). Tercatat berbagai tujuan relawan-wisatawan yang melibatkan banyak organisasi: seperti kegiatan amal, operator tur dan agen swasta (Novelli, 2005). Seperti yang diungkapkan Novelli, faktor-faktor tersebut menyebabkan 'mass niche', di mana ada dua hal yang muncul saling kontradiktif. Di satu sisi, ini menjadi pertanda yang jelas mengundang ketertarikan para relawan-wisatawan sebagai konsumen, dan para peneliti yang mana keduanya sama-sama terus berkembang. Dengan meningkatnya kesadaran ketidaksetaraan global beserta dampaknya terhadap kehidupan anak-anak yatim piatu dan kurang mampu, banyak relawan berusia muda yang berasal dari berbagai penjuru dunia memilki keinginan untuk mempromosikan perdamaian dan berkontribusi untuk kesejahteraan (Sherraden et al., 2008). Fenomena ini menjadi sangat populer dengan sebutan volunteer tourism atau kombinasi dari turisme dan kerja sukarela. Hal ini menyebabkan pariwisata relawan berkembang ke arah industri komersil.
Tren baru wisata ini dalam kenyataannya menimbulkan persoalan-persoalan sosial. Di antaranya adalah pendangkalan makna dari volunteer tourism, dampak psikologis terhadap anak-anak yang terlibat sebagai pemeran utama dalam proyek sosial, dan secara ideologis membawah perubahan sosial sehingga perlu diberi perhatian lebih kritis. Penelitian secara etnografi yang dilakukan oleh Dr. Mary Mostafanezhad dari Universitas Otago menjelaskan bagaimana volunteer tourism merupakan praktik ideologis yang mencerminkan perilaku negara-negara superior yang merasa memiliki tanggung jawab moral memperbaiki negara-negara yang lebih lemah. “Others consider volunteer tourism to be, at best, an oversimplification of international development and, at worst, a perpetuation of colonialist behavior.” “Yang lain menganggap bahwa pariwisata relawan, terlalu menyederhanakan pembangunan internasional dan yang paling buruk adalah melanggengkan perilaku kolonial.“ (Pacific Standart, 2013) Mostafanezhad dalam penelitiannya di Thailand menemukan bahwa wisata kerja sukarela adalah depolitisasi kemiskinan: “that poverty was consistently described as a symptom of authenticity. A result of this association is the depoliticization of poverty". Menurut Mostafanezhad, secara ironis kemiskinan menjadi objek wisata: “where questions of why or how people became 'poor' are overshadowed by the aesthetic pleasure of the experience“. Dalam laporannya, Jack Palfrey mengatakan bahwa liburan bagi pekerja sukarelawan ke Afrika merupakan kegiatan yang mulia tetapi menimbulkan banyak persoalan. Umumnya para sukarelawan datang dengan membawa pandangan negatif terhadap masyarakat lokal. Mereka menganggap masyarakat lokal pemalas, bodoh, dan terbelakang. Pandangan sukarelawan ini menurut Palfrey belum menunjukkan adanya perubahan orang-orang Eropa (Barat) terhadap penduduk Afrika: " It's imperialistic in some ways – white people going out to Africa to help the Africans." Isu lain adalah kualitas relawan yang tidak memiliki pengalaman dalam proyek-proyek sosial yang mereka kerjakan. Pada umumnya para relawan bertujuan mencari pengalaman guna menjadi referensi bagi karir mereka, ketika kembali ke negara mereka. Keinginan untuk menjadi sukarelawan
bukan datang dari sebuah hasrat untuk melakukan hal-hal yang mulia. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya sering terjadi penyimpangan tujuan dari volunterisme menjadi kegiatan bersenangsenang. Sikap apriori ditunjukkan oleh masyarakat, karena hubungan yang singkat tanpa tindak lanjut, bahkan mungkin berhenti di tengah jalan. Anak-anak panti asuhan sering merasakan hal ini. Mereka menunjukkannya dengan sikap dingin dan pesimis terhadap sukarelawan berikutnya. Hal lain, dari penelusuran Palfrey di Afrika ternyata volunteer tourism merupakan modus baru terhadap penculikan dan jual beli anak (childtrafficking). Berdasarkan fenomena sosial seperti yang telah disebutkan di atas, peneliti tertarik mengembangkan kajianyang lebih dalam tentang efek dari pariwisata relawan. Khususnya dampaknya terhadap komunitas lokal ‘tuan rumah’ dan bagaimana kemiskinan dikomodifikasi menjadi pleasure (bersenang-senang). Di lain sisi, masyarakat lokal yakni anak-anak sebagai subjek utama dalam proyek sosial merasa patah arang karena keinginan mereka tidak tercapai di tengah silih bergantinya sukarelawan yang datang. Penelitian ini merupakan sebuah riset dalam kajian budaya yang mengeksplorasi berbagai bentuk kekuasaan termasuk ras, kelas, kolonialisme, dan lain-lain digunakan untuk melakukan perubahan (Barker, 2007:9). Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi dan mengkritisi agensi komersial penempatan volunteer tourist di Bali. Dalam beberapa penelitian sebelumnya disebutkan bahwa para sukarelawan cenderung merugikan daripada menguntungkan komunitas lokal. Penelitian ini membantu untuk memahami dampak relawan-wisatawan terhadap masyarakat tuan rumah, terutama terhadap perkembangan anak-anak yang menjadi subjek utama dalam fenomena relawan-wisatawan dalam memenuhi tujuan pembangunan.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk memahami realitas sosial masyarakat terkait dengan keberadaan pariwisata relawan dalam konteks pariwisata global. Adanya pengaruh globalisasi berimplikasi pada praktik-praktik budaya kapitalisme, memunculkan pendangkalan makna jasa kesukarelawan. Kerelawanan mengalami komersialisasi, turistifikasi sebagai bentuk adaptif budaya global yang menghasilkan makna baru. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian disusun sebagai berikut. 1. Bagaimana bentuk komodifikasikemiskinan dalam praktik pariwisata relawan di Bali Selatan? 2. Apakah faktor penyebab komodifikasi kemiskinan dalam praktik pariwisata relawan di Bali Selatan? 3. Bagaimana makna komodifikasi kemiskinan dalam praktik pariwisata relawan
di Bali Selatan?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1TujuanPenelitian 1.3.1.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan penjelasan bahwa praktik wisata relawan berdampak sosial terhadap masyarakat lokal dan secara ideologis merupakan pelanggengan kolonialisme baru. 1.3.1.2 Tujuan Khusus a. Menjelaskan bentuk-bentuk komodifikasi kemiskinan dalam praktik pariwisata relawan b. Menjelaskan faktor penyebab komodifikasi kemiskinan dalam praktik pariwisata relawan terjadi. c. Menjelaskan makna komodifikasi kemiskinan dalam praktik pariwisata
relawan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4. 1 Manfaat Teoretis Memperkaya khazanah pengetahuan kajian budaya, khususnya penerapan teori-teori sosial kritis dalam membedah permasalahan kesadaran global akan pentingnya peran relawan dengan kaitannya dengan pariwisata di seluruh Indonesia. Kemudian, menjadi bahan referensi bagi penelitian serupa dalam ranah kajian budaya.
1.4. 2 Manfaat Praktis a. Dalam tingkat praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penyelenggara atau operator volunteer tourism dalam mengelola proyek-
proyek sosial yang ditawarkan kepada wisatawan
pekerja sukarela. Diharapkan operator peka terhadap unsur-unsur ideologis yang kemudian hari akan berdampak terhadap masyarakat lokal. b. Memberikan pemahaman kepada pihak terkait dengan proyek-
proyek pariwisata relawan. Dalam
hal ini untuk bersikap kritis terhadap bentuk penjajahan pemikiran melalui stereotipe sebagai bangsa yang miskin dan terbelakang sehingga dikemudian hari mengalami ketergantungan yang kuat pada bangsa asing. c. Masukan bagi pemeritah daerah mengawasi dan meregulasi praktik-praktik sehingga ekses-ekses negatif dapat dicegah.
pariwisata
relawan