ABSTRAK
KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DAN KHROMIUM (Cr) PADA AIR DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM EKS TAMBANG BATUBARA DESA PETANGIS KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR.
Oleh: Bambang Surya Pamungkas Kegiatan pertambangan terbuka merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran dan kerusakan pada suatu lingkungan. Lubanglubang galian tambang yang dibiarkan terbuka terdapat banyak bahanbahan logam pencemar seperti logam Pb dan Cr. Tempat penelitian ini dilakukan di eks kolam tambang batubara PT Batu Hitam Permata Kandilo Coal Indonesia (PT BHP KCI) Desa Petangis Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam Pb dan Cr pada air dan daging ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif yaitu pengambilan sampel ke lapangan dengan empat titik pengambilan sampel pada air dan ikan. Uji kandungan Pb dan Cr pada air dan daging ikan nila (Oreochromis niloticus) di kolam eks tambang batubara dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Banjarmasin Kalimantan Selatan dengan menggunakan Automic Absorption Spectrophotometry (AAS). Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata kandungan Pb pada air kolam sebesar < 0,0095 mg/L dan rata-rata kandungan Cr sebesar <0,0105 mg/L. Kandungan Pb dan Cr masih dalam ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kalimantan Timur No.2 Tahun 2011 yaitu batas maksimal Pb 0,03 mg/L dan Cr 0,05 mg/L. Adapun rata-rata kandungan Pb pada daging ikan nila (Oreochromis niloticus) sebesar 0,1206 mg/Kg dan rata-rata kandungan Cr sebesar 0,0495 mg/Kg. Kandungan Pb pada ikan nila (Oreochromis niloticus) tersebut telah berada di atas ambang batas dan pada Cr masih dalam ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM No. 03725/SK/VII/1989 yaitu batas maksimal Pb 0,1 mg/Kg dan Cr 0,05 mg/Kg.
Kata kunci : Kandungan Pb ; kandungan Cr ; Ikan nila (Oreochromis niloticus)
77
PENDAHULUAN Kalimantan Timur merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia, baik dari segi produksi dan cadangan batubara. Permintaan batubara setiap tahunnya meningkat setelah terjadinya kenaikan harga minyak dunia,sehingga memaksa berbagai negara mencari
energi
alternatif
untuk
memenuhi
kebutuhan
energi.
Penambangan batubara setelah Otonomi Daerah menyebabkan setiap Daerah memiliki kewenangan untuk mengijinkan dan membuka lahan pertambangan secara luas yang dikelola oleh pihak Swasta. Masalah yang timbul dari pengelolaan pertambangan tidak hanya datang dari tambang batubara yang legal, namun tambang batubara yang dibuka secara liar dan tidak memikirkan dampak lingkungan secara luas. Kebanyakan dari sistem pengerukan yang dilakukan pihak perusahaaan di area Kalimantan Timur umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka
yang
banyak
menimbulkan
kerugian
diantaranya
adalah
kerusakan lahan, sumber mata air yang tercemar, udara tercemar dan dampak kesehatan bagi masyarakat sekitar. Menurut Puspita (2005), Sistem penambangan terbuka atau open pit mengakibatkan kerusakaan lingkungan dan menyisakan lubang galian yang sangat dalam dan luas. Sistem penambangan terbuka biasanya tidak hanya menyisakan lubanglubang besar melainkan juga pencemaran lingkungan area tambang, baik yang diakibatkan oleh batubara itu sendiri, logam lain yang terkikis saat penambangan dan perubahan komposisi tanah area tambang. Ketertarikan dilakukannya penelitian ini dikarenakan pemanfaatan kolam eks tambang batubara sebagai kolam pemancingan, dimana ikanikan yang ditebar dikhawatirkan telah tercemar oleh logam-logam berat diantaranya Pb dan Cr. Pemanfaatan lain yang dilakukan oleh masyarakat sekitar adalah sebagai suplai air bersih, terutama saat musim kemarau. Air dan daging ikan nila (Oreochromis niloticus) yang telah tercemar sangat berbahaya bila dikonsumsi manusia pada kadar yang berlebih. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar kandungan
78
logam berat Pb dan Cr yang ada dikolam eks tambang batubara tersebut dikarenakan belum adanya penelitian sejenis yang dilakukan disana. Logam berat Pb dan Cr adalah jenis logam yang dapat menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang banyak ditemukan bergabung dengan logam-logam lainnya seperti logam perak (Ag), seng (Zn), arsen (Ar), sedangkan Cr adalah jenis logam yang banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur logam lain (Palar, 1994). Logam Pb dan Cr yang terdapat pada area eks tambang batubara pada umumnya berasal dari kegiatan pertambangan diantaranya adalah pengerukan pengambilan batubara.Berbagai dampak pengerukan diantaranya lepasnya partikelpartikel Pb dan Cr yang terkandung dalam lubang galian tambang yang mengakibatkan mudahnya partikel Pb dan Cr tersebut larut terkena air saat hujan. Dikarenakan sifatnya logam berat Pb dan Cr yang dapat larut dalam air dalam bentuk ion menyebabkan organisme yang hidup disekitar kolam akan terkandung logam tersebut di dalam tubuhnya. Selain itu kandungan logam Pb dan Cr juga bisa berasal dari kegiatan manusia yang menggunakan dan membuang limbah logam berat tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas dan belum ada penelitian tentang kandungan air dan logam berat terhadap ikan yang pernah dilakukan di lokasi rencana penelitian, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Kandungan Timbal (Pb) dan Khromium (Cr) Pada Air dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis Kabupaten Paser Kalimantan Timur”.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data secara eksploratif yaitu mengamati secara langsung di lapangan dan pengambilan sampel untuk kemudian diuji kandungan logamnya
di
Laboratorium
dengan
Spectrophotometry (AAS).
79
alat
Atomic
Absorption
Waktu penelitian ini direncanakan
selama 6 bulan, yaitu pada
bulan januari 2013 sampai dengan bulan juni 2013.
Terhitung dari
persiapan, survei tempat, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian pengumpulan data sampai pada penyusunan laporan. Penelitian ini bertempat di kolam eks tambang batubara PT BHP KCI Desa Petangis Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
air
dan
ikan
nila
(Oreochromis niloticus) yang terdapat di kolam eks tambang batubara PT BHP KCI di Desa Petangis Kabupaten Paser Kalimantan Timur.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kolam sebanyak 800 ml secara keseluruhan yang diambil dari masing-masing titik sampel sebanyak 200 ml, dan daging ikan nila(Oreochromis niloticus) dari setiap titik dengan ukuran dan berat hampir sama dicampur, diambil 150 gram sebanyak 3 kali ulangan. Air dan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang digunakan sebagai sampel berasal dari kolam eks tambang batubara PT BHP KCI Desa Petangis Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Standar yang digunakan dalam pengambilan sampel air dan ikan ini menurut standar analisis laboratorium yang berlaku di Indonesia, yaitu SNI 06-2412-1991 tentang metode pengambilan sampel uji kualitas air. Pengambilan sampel bertujuan untuk mengetahui kualitas air yang ditentukan berdasarkan kondisi perairan yang ada di lokasi atau di sekitar lokasi
pengamatan.
Pengambilan
sampel
ikan
ditangkap
dengan
menggunakan lunta pada 4 titik yang berbeda. Sedangkan teknik pengambilan sampel air dengan menggunakan alat Kemmerer Water Samplerdan
pengambilan
sampel
air
juga
dihitung
berdasarkan
kedalaman bila kedalaman dibawah 2 meter diambil 1/2 dari total kedalaman, sedangkan bila kedalaman lebih dari 2 meter diambil 2/3 dari total kedalaman. Penentuan titik pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan perbedaan kondisi lokasi yang mewakili semua kondisi area kolam eks tambang batubara tersebut. Kondisi lokasi pengambilan titik
80
sampel 1 dimana hanya terdapat 1 tempat pemancingan dan hutan buatan dibelakangnya. Kondisi lokasi pengambilan titik sampel 2 terdapat 2 tempat pemancingan ikan, 2 bekas tambak ikan dan hutan buatan dibelakangnya. Kondisi lokasi pengambilan titik sampel 3 hanya terdapat tumbuhan air dan hutan buatan dibelakangnnya. Sedangkan untuk lokasi titik sampel 4 terletak ditengah kolam eks tambang batubara tersebut. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kemmerer water
sampler,Botol air mineral 1,5 L sebanyak 8 buah, Sterroform sebanyak 2 buah kapasitas 20 liter, Kertas label, Penggaris ,Termometer, Secchi disk, pH meter, Lunta, Perahu, Pelampung, Kamera, Meteran, AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:Air kolam eks tambang batubara Desa Petangis sebanyak 200 ml untuk setiap titik sampel, Daging ikan nila (Oreochromis niloticus) yang memiliki panjang atau lebar dan berat yang sama dicampur dicampur untuk semua sampel titik ikan yang di dapatkan dan diambil 150 gram sebanyak 3 kali ulangan dan Es batu. Prosedur penelitian dibawah diadopsi dari susanti (2013) dan telah dimodifikasi. Tahap persiapan : Observasi lokasi penelitian, mengurus surat izin penelitian dan mempersiapkan alat dan bahan penelitian. Tahap PenelitianMengukur kedalaman air kolam eks tambang batubara yang digunakan sebagai tempat penelitian. Menetapkan area pengambilan sampel air dan ikan. Menetapkan titik pengambilan sampel air dan sampel ikan sebanyak 4 titik yang berlokasi di kolam eks tambang batubara dengan jarak masing-masing titik 10 meter dari tepi, agar tidak terlalu surut dan tidak terlalu dalam, serta untuk mengetahui perbedaan kandungan logam pada jarak yang sama. Titik pertama diambil pada bagian selatan kolam dengan jarak 10 meter dari tepi kolam dan kedalaman 8,7 meter dan di sekitarnya terdapat 1 tempat pemancingan Titik kedua diambil pada bagian barat kolam dengan dengan jarak 10 meter dari tepi kolam dan kedalaman 9,6 meter dan di sekitarnya terdapat tempat pemancingan sebanyak 2 buah dan terdapat 2 buah tempat
81
pembibitan ikan. Titik ketiga diambil pada bagian utara kolam dengan dengan jarak 10 meter dari tepi kolam dan kedalaman 9,2 meter dan di sekitarnya terdapat hutan buatan. Titik keempat diambil pada bagian tengah kolam dengan kedalaman 13,6 meter. Mengambil sampel air dengan menggunakan Kemmerer Water Sampler pada titik pengambilan sampel yang telah ditetapkan. Memasukkan sampel air yang diambil ke dalam jerigen plastik yang bersih dan steril. Menangkap ikan dengan menggunakan jaring (lunta) pada masing-masing titik pengambilan sampel air dan ikan yang telah ditetapkan. Memasukkan ikan yang didapat ke dalam cool box, agar sampel ikan tetap segar. Memasukkan es batu ke cool box yang berisi sampel ikan yang berukuran sama. Mengukur parameter lingkungan/parameter tambahan yaitu kadar oksigen dalam air, suhu, kecerahan air dan derajat keasaman air dan kedalaman air. Menguji atau menganalisis kandungan Pb dan Cr pada seluruh sampel air dan ikan Tawes (bagian ikan yang diuji adalah dagingnya). Membuat dokumentasi penelitian. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis sebagai berikut : 1) Membandingkan data yang didapat pada air dengan Baku Mutu kualitas air menurut peraturan Daerah Kalimantan Timur No. 2 Tahun 2011 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air 2) Membandingkan data yang didapat pada daging ikan dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/1989 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam daging ikan. 3) Membandingkan data rata-rata yang didapat dengan menggunakan pustaka yang relevan
82
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Kandungan Pb dan Cr Pada Air Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis. Kandunga n Pb Ulangan No Sampel
(mg/L) pada daging Ikan Nila
Baku Mutu Logam Pb (mg/L)
Kandungan
Berdasarkan
Cr (mg/L) pada
Berdasarkan Dirjen
daging Ikan
POM No.
Nila
03725/SK/VII/1989
Baku Mutu Logam Cr (mg/L) Berdasarkan Berdasarkan Dirjen POM No. 03725/SK/VII/1989
1.
I
0,1489
0,1
0,0725
0,05
2.
II
0,1376
0,1
0,0163
0,05
3.
III
0,0752
0,1
0,0598
0,05
Rata-rata
0,1206
0,0495
Kandungan Pb dan Cr Pada Daging Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis. Kandunga n Pb Ulangan No. Sampel
(mg/L) pada daging
Baku Mutu Logam Pb (mg/L) Berdasarkan Berdasarkan Dirjen POM No.
Kandunga
Baku Mutu Logam
n Cr
Cr (mg/L)
(mg/L)
Berdasarkan
pada
Berdasarkan Dirjen
daging
POM No.
Ikan Nila
03725/SK/VII/1989
Ikan Nila
03725/SK/VII/1989
1.
I
0,1489
0,1
0,0725
0,05
2.
II
0,1376
0,1
0,0163
0,05
3.
III
0,0752
0,1
0,0598
0,05
Ratarata
0,1206
0,0495
83
Kondisi Fisika Kimia di Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan Titik sampel No
Parameter
1.
Suhu air (ºC)
2.
pH air
3.
Kecerahan air (cm)
4.
BOD (mg/L)
5.
COD (mg/L)
Oksigen 6.
terlarut/ DO (mg/ L)
1
2
3
4
27
27
27
28
6,4 6,4 6,5 6,5 8
3
9
7
54
48
52
43
9,2 8,8 8,4 8,4 0
8
8
7
23, 22, 21, 21, 09
29
29
26
6,5 6,5 6,6 6,5 1
9
2
9
Kisaran
Baku mutu Air
27-28
25-28*
6,43-6,59
6-9**
43-54
30-40 *
8,47-9,20
3 **
21,26-23,09
25 **
6,51-6,62
4 **
Keterangan *
Baku mutu air Kolam Berdasarkan Djarijah (1995)
**
Baku mutu air sungai Berdasarkan Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
84
Pembahasan Kandungan Pb dan Cr pada Air Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis Berdasakan hasil uji air kolam eks tambang batubara terhadap kandungan logam Pb dan Cr yang ada di air didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 4.1. Kandungan logam Pb yang terdeteksi pada air kolam <0,0095 mg/L pada semua titik. Pada kadar logam Cr didapatkan kandungan yang terdeteksi <0,0105 mg/L pada semua titik. Penyebab samanya kadar logam Pb pada semua titik dan Cr pada semua titik disebabkan alat yang terdapat di Laboratorium Banjarmasin, sensitifitas alatnya hanya mampu mendeteksi kadar kandungan logam minimal untuk Pb 0,0095 mg/L dan Cr 0,0105 mg/L. Sehingga kadar logam Pb dan Cr yang didapatkan tidak dapat dibedakan pada masingmasing titik. Kemungkinan besar pada masing-masing titik terdapat perbedaan kadar kandungan logam dikarenakan kondisi pertitik tidak sama. Dari hasil yang didapatkan bahwa kandungan logam Pb dan Cr pada air kolam masih dalam ambang baku mutu yang dibolehkan sesuai Peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
kadar
kandungan logam Pb dan Cr yang terdapat pada kolam masih di bawah baku mutu. Kandungan Pb dan Cr yang dibolehkan pada suatu perairan adalah 0,03 mg/L dan 0,05 mg/L. Kesamaan hasil uji kandungan Pb dan Cr di air bisa terjadi dikarenakan adanya pergerakan air yang menyebabkan kehomogenan hasil yang didapatkan. Pergerakan air yang terjadi di kolam eks tambang batubara tersebut tidak terjadi dikarenakan adanya arus langsung yang umum pada suatu perairan sungai. Pergerakan air yang terjadi di kolam eks tambang batubara yang menyebabkan terlarutnya kandungan logam Pb dan Cr di sebabkan oleh adanya hujan yang disertai angin yang menyebabkan air bergerak dan faktor lain yang berpengaruh adalah parameter suhu yang menyebabkan pergerakan di dalam air. Menurut
85
Fardiaz (2006), arus air merupakan salah satu penyebab kandungan logam pencemar dalam suatu lingkungan dapat tersebar merata disuatu perairan dan penyebab terjadinya arus air dapat dikarenakan perbedaan ketinggian, angin yang disertai hujan, dan perbedaan suhu yang menyebabkan tekanan yang menyebabkan arus. Rendahnya kandungan logam Pb yang didapatkan <0,0095 mg/L dan Cr <0,0105 mg/L, tidak lepas dari rendahnya aktivitas warga disekitar kolam. Aktivitas yang terlihat hanya terbatas pada pemanfaatan air bersih dan pemanfaatan sebagai area pemancingan. Sehingga dari gambaran aktivitas warga tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber Pb dan Cr kecil kemungkinan bersumber dari aktivitas tersebut. Kandungan logam yang terdapat dalam kolam kemungkinan besar berasal dari kegiatan eks penambangan berupa galian-galian lubang yang dibiarkan terbuka. Galian tambang yang terbuka tersebut menyisakan limbah bahan-bahan logam diantaranya Pb dan Cr. Kandungan logam Pb dan Cr tersebut biasanya dalam bentuk partikel kecil atau endapan. Menurut Darmono (1995), kandungan logam yang terdapat disuatu lingkungan perairan eks tambang sebagian besar berasal dari kegiatan pertambangan. Kandungan logam pada kolam eks tambang batubara PT. BHP KCI masih memiliki kadar kandungan logam berat Pb dan Cr dalam jumlah yang sedikit. Kadar kandungan logam pada kolam eks tambang tersebut juga dipengeruhi oleh umur kolam eks galian tersebut. Semakin lama kolam eks tambang tersebut maka kemungkinan besar kadar kandungan logam yang ada dalam kolam akan berkurang. Menurut Puspita (1999), semakin tua usia kolong maka kadar logam akan semakin berkurang dan ditandai dengan banyaknya keanekaragaman jenis jasad renik, plankton, ikan, dan organisme perairan lainnya yang ditemukan di kolong tersebut. Pengaruh parameter terhadap kandungan logam pada air berpengaruh secara langsung dikarenakan kadar logam tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya kandungan logam di air yang berasal dari
86
aktivitas manusia tapi dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Parameter suhu yang di dapatkan pada semua titik berkisar antara 27-280C. Kisaran ini masih dalam ambang baku mutu menurut tabel 4.3. Dikaitkan dengan sedikitnya
kandungan
logam
yang
diperoleh
kemungkinan
besar
dipengaruhi oleh kisaran suhu yang didapatkan. Suhu yang rendah berdampak pada penurunan konsentrasi logam pada air, dikarenakan proses penguapan tidak terjadi. Sedangkan kenaikan suhu yang terlalu signifikan akan meningkatkan konsentrasi logam di air dikarenakan adanya proses penguapan. Pada kisaran suhu yang normal kandungan logam dalam air akan lebih stabil.Menurut Darmono (1995) dinamika kandungan logam Pb dan Cr dalam air berbeda-beda dan sangat tergantung pada suhu lingkungan dan iklim, pada saat musim hujan kandungan Pb dan Cr akan lebih kecil karena proses pelarutan sedangkan pada musim kemarau kandungan akan lebih besar karena terjadi penguapan air. Pengukuran parameter pH pada semua titik didapatkan kisaran antara 6,43-6,59. Pada semua titik berdasarkan pengukuran di dapatkan pH asam. Derajat keasaman atau pH merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkankeseimbangan antara asam dan basa dalam perairan tersebut. Nilai pH berkisar antara 1-14, pH 7 adalah batasan tengah antara asam dan basa (netral). Semakin tinggi pH suatu perairan maka makin besar sifat basanya, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai pH maka semakin asam suatu perairan (Effendi, 2003). Pengaruh pH terhadap kandungan logam Pb dan Cr dalam perairan adalah bila adanya kandungan logam di dalam air cukup tinggi akan menyebabkan pH air berubah. Menurut Wardhana (1995), limbah dari aktivitas pertambangan merupakan salah satu penyebab berubahnya nilai pH. Namun pH yang berubah tidak hanya terjadi akibat adanya kandungan logam dalam air. Sumber penyebab lain adalah pembusukan bahan organik yang terdapat dalam perairan. Selain itu pH dipengaruhi oleh beberapa parameter,
87
antara lain aktivitas biologi, suhu dan kandungan oksigen. Berdasarkan hasil pengukuran pH rata-rata masih dalam ambang baku mutu yang ditetapkan pada tabel 4.3. Sehingga pH pada air kolam menandakan air kolam tersebut masih dalam batas aman. Ketersedian oksigen/ DO dalam air merupakan hal yang sangat dibutuhkan karena erat kaitannya dengan BOD dan COD dalam mengurai bahan buangan organik dan anorganik yang terdapat disuatu perairan. Kaitannya dengan kadar logam dalam air kolam adalah oksigen dibutuhkan oleh mikroorganime untuk menguraikan kandungan limbah logam. Semakin tinggi limbah yang terdapat di kolam baik berupa organik dan anorganik maka oksigen yang dibutuhkan semakin banyak. Sehingga kadar oksigen yang sedikit menyebabkan sulit terurainya buangan limbah organik mapun anorganik tersebut dalam air. Kandungan DO yang didapatkan pada semua titik adalah kisaran 6,51-6,62 mg/L. Kandungan tersebut masih berada dalam ambang minimal DO yang ada diperairan yaitu sekurang-kurangnya 4 mg/L. Kondisi oksigen yang terdapat pada air kolam
tersebut
masih
dalam
ambang
baku
mutu,
namun
bila
ketersediannya pada area bekas tambang maka harus disesuaikan kebutuhan BOD dan COD yang diperlukan. Menurut Wardhana (1995), perairan yang tercemar akan membutuhkan oksigen yang lebih banyak dari pada perairan yang tidak tercemar. Kandungan BOD pengertian adalah Kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan dalam air. Hasil yang didapatkan untuk BOD pada tabel 4.3 adalah 8,47-9,20 mg/L. Kisaran BOD tersebut melebihi
ambang baku mutu yang ditetapkan yaitu maksimal disuatu
perairan 3 mg/L. Kaitannya dengan suhu dan DO adalah bila suhu tinggi maka DO akan kurang, bila suhu sedang DO akan normal. Dampaknya bila DO rendah maka BOD yang diperlukan akan terganggunya proses pemecahan bahan buangan organik dalam air. BOD membutuhkan DO dalam air untuk memecah bahan buangan organik dalam air, sehingga
88
semakin tinggi BOD yang diperlukan maka semakin banyak bahan buangan yang ada dalam air (Wardhana, 1995). Sedangkan hubungan suhu, DO dengan COD hampir sama dengan BOD, bila suhu terlalu tinggi DO akan rendah dan mempengaruhi COD. COD memiliki arti kebutuhan oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air. Dari tabel 4.3 didapatkan kandungan COD kisaran 21,26-23,09 mg/L dan kisaran COD masih dalam ambang baku mutu 25 mg/L. Kebutuhan oksigen yang tinggi yang dibutuhkan oleh reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air akan mempengaruhi kadar oksigen yang tersedia dalam air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Dampaknya ketersedian DO dalam air tidak sesuai dengan kebutuhan COD yang diperlukan, sehingga berakibat bahan buangan dalam air tidak dapat diproses dengan baik. COD kaitannya dengan kadar kandungan logam dalam air sangat erat dikarenakan COD mampu menetralisir kandungan logam berat Pb dan Cr yang terdapat dalam air kolam. Menurut (Wardhana, 1995), COD tidak hanya mampu memecah bahan buangan organik tapi bahan buangan anorganik seperti kandungan logam dalam air. Perbedaan reaksi pemecahan
BOD
dan
COD
adalah
bila
BOD
menggunakan
mikroorganisme serta membutuhkan waktu yang cukup lama, sedangkan COD menggunakan reaksi kimia serta membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat.
Kandungan Pb dan Cr Pada Daging Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian terhadap kandungan Pb dan Cr yang terdapat pada daging ikan nila (Oreochromis niloticus) di kolam eks tambang batubara Desa Petangis didapatkan data pada tabel 4.2. Kandungan Pb pada pengulangan pertama 0,1489 mg/ L, pengulangan kedua 0,1376 mg/L dan pengulangan ketiga 0,0752 mg/L dengan rata-rata 0,1206 mg/L. Pada kandungan logam Cr didapatkan
89
pada pengulangan pertama 0,0725 mg/L, pengulangan kedua 0,0163 mg/L, dan pengulangan ketiga 0,0598 dengan rata-rata 0,0495. Pengujian kandungan logam Pb dan Cr yang terdapat pada daging ikan nila(Oreochromis niloticus) dilakukan dengan cara mencampur daging ikan. Daging ikan nila(Oreochromis niloticus) yang telah dicampur diaduk rata dan diambil secara acak sebanyak 150 gr/ masing-masing ulangan sampai ulangan ketiga. Berdasarkan Dirjen POM No. 03725/SK/VII/1989 penetapan ambang baku mutu logam Pb dan Cr yang terdapat di dalam tubuh ikan adalah 0,1 mg/L dan 0,05 mg/L. Dari data tabel 4.2 didaptkan hasil Pb pada pengulangan pertama dan ketiga melebihi batas ambang baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan pada Cr didapatkan hasil pada pengulangan pertama dan ketiga yang melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan. Dari hasil pengamatan kandungan Pb dan Cr yang ada di dalam air lebih sedikit dari pada hasil yang ada di dalam tubuh ikan. Kandungan logam yang terdapat pada ikan akan bertambah dari waktu kewaktu karena sifat logam yang bioakumulatif, sehingga logam yang terkandung dalam tubuhnya akan lebih tinggi daripada di dalam air (Darmono, 1995). Sumber masuknya logam Pb dan Cr ke dalam tubuh ikan melalui makanan dan air. Namun berdasarkan jumlah terbesar sumber masuknya Pb dan Cr ke dalam tubuh ikan melalui makanan berupa tumbuhtumbuhan, hewan air, dan plankton yang terdapat pada kolam tersebut. Sedangkan logam yang berasal dari dalam air sangat kecil dalam jumlah, namun dikarenakan sifat logam yang bioakumulatif maka konsentrasi logam pada tubuh ikan dari waktu kewaktu akan bertambah.Logam berat bersifat bioakumulasi terhadap mahluk hidup. Bioakumulasi adalah pemupukan pencemar yang terus menerus dalam organ tubuh (Soemirat, 2003). Selain itu masuknya logam pada tubuh ikan lebih tinggi di bandingkan dalam air disebabkan ikan menduduki trofik III pada piramida
90
rantai makanan.Pengaruh besarnya masuknya bahan pencemar logam melalui rantai makanan lebih besar di bandingkan dengan absorbsi melalui insang serta melalui kulit.Ikan nila(Oreochromis niloticus) sebagai organisme yang menduduki tofik III menyebabkan masuknya logam Pb dan Cr lebih besar beberapa kali lipat.Berdasarkan perbandingan logam pada air dengan logam yang terkandung di dalam daging ikan nila(Oreochromis niloticus) memiliki kenaikan sebesar 13 kali pada Pb dan Cr 5 kali. Berdasarkan tingkatan trofiknya, trofik I merupakan tumbuhan produsen, tingkat trofik II merupakan hewan herbivora (mendapatkan energi dari trofik I), tingkat trofik III adalah karnivora hewan herbivora (terkadang bisa memperoleh langsung energi dari trofik I) dan trofik terakhir merupakan karnivora trofik II, dan I (Campbell&Neil, 2004). Pengaruh Parameter lingkungan terhadap kandungan logam Pb dan Cr yang ada di dalam tubuh ikan sangat berkaitan. Parameter suhu sangat erat dengan kadar logam dalam air dikarenakan bila suhu tinggi kadar logam dalam air akan semakin tinggi dan bila suhu rendah kadar logam berat akan berkurang. Suhu yang tinggi menyebabkan ikan akan bernafas lebih cepat dari pada suhu yang normal. Pada suhu normal insang
ikan
akan
membuka-menutup
secara
lambat
sehingga
mangakibatkan ion logam Pb dan Cr yang masuk lebih sedikit. Dari data tabel 4.3 terlihat suhu 25-280C dikisaran ambang baku mutu. Menurut Connel & Miller (1995), kandungan logam dapat terkandung dalam tubuh ikan melalui insang, kemudian ke terserap ke dalam organ dan tubuh ikan yang dikuti dengan proses metabolisme dan penyimpanan (bioakumulasi). Sedangkan masuknya logam pada ikan nila (Oreochromis niloticus) melalui rantai makanan dipengaruhi oleh suhu. Menurut
Kordi (2004),
Suhu yang rendah menyebabkan ikan akan kehilangan nafsu makan, sehingga pertumbuhan terhambat, sebaliknya bila suhu terlalu tinggi ikan akan stres bahkan mati kekurangan oksigen. Suhu yang baik bagi ikan adalah 25-270C. Suhu yang didapatkan berdasarkan pengamatan juga dipengaruhi oleh kerimbunan pohon disekitar kolam yang sangat lebat dan
91
memiliki hutan buatan yang cukup teduh sehingga kondisi ini baik untuk pertumbuhan ikan disekitarnya. Parameter pH yang diukur sangat mempengaruhi masuknya kandungan logam Pb dan Cr pada tubuh ikan nila (Oreochromis niloticus). Untuk parameter pH yang terdapat di kolam pada tabel 4.3 dengan kisaran 6,5-6,59 termasuk dibawah ambang baku mutu. Berdasarkan hasil penelitian pH yang didapat masih ditolerir oleh ikan nila (Oreochromis niloticus). Menurut Arie (2003), pH yang masih bisa ditolerir ikan nila adalah pH 5-11, namun untuk pertumbuhan optimum kisaran pH 7-8 . Bila dikaji dari tinggi rendahnya
pH,
sangat berpengaruh terhadap kadar
kandungan logam yang ada di dalam daging ikan nila(Oreochromis niloticus). Bila pH asam maka akan meningkatkan kadar kandungan yang ada diperairan yang kemudian diserap oleh ikan. Sehingga bila kadar pH selalu asam maka kandungan logam dalam tubuh ikan akan tinggi. Menurut Kordi (2004), mengelompokkan hubungan pH air dengan kehidupan ikan sebagai berikut : apabila pH air< 4,5 berarti air bersifat racun bagi ikan, pH 5-6,5 berarti pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif pada bakteri dan parasit, pH 6,5-9,0 berarti ikan mengalami pertumbuhan optimal, dan pH >9,0 menunjukkan pertumbuhan ikan terhambat. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH air pada kolam eks tambang batubara tersebut berada pada keadaan asam. Kecerahan air dalam hal ini bagi ikan adalah batas pandangan/ penglihatan ikan dalam air. Kecerahan yang baik bagi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah kisaran antara 30-40 cm dikarenakan bila dibawah dari 30 cm ikan akan mengalami kesulitan pandangan dikarenakan pandangan ikan akan terganggu. Terganggunya ikan dalam melihat akan menyebabkan kesulitan ikan dalam mencari makan. Sedangkan kecerahan air diatas 40 cm menandakan ketersedian makanan jasad-jasad renik dan plankton sangat sedikit sehingga menyebabkan
ikan
kekurangan
makanan
dan
menyebabkan
pertumbuhannya terganggu. Menurut Kordi (2004), kecerahan yang baik
92
bagi ikan adalah 40 cm dimana ikan dapat melihat dengan jelas dan ketersedian jasad renik atau plankton tersedia cukup untuk pertumbuhan ikan. Dari hasil pengamatan di dapatkan kecerahan air berkisar antara 43 – 54 cm. Kisaran tersebut melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan sehingga menggangu pertumbuhan ikan. Ketersedian plankton yang sedikit menyebabkan ikan akan mengais dasar kolam dan memakan tumbuhan air dikolam, sehingga kadar logam Pb dan Cr pada beberapa pengulangan melebihi ambang baku mutu. Kandungan DO yang di dapatkan dari hasil pengukuran didapatkan masih dalam ambang minal. Kisaran DO yang diperoleh adalah 6,51-6,62 mg/L masih dalam ambang baku mutu minimal yaitu 4 mg/L
dalam
suatu
perairan.
Kandungan
oksigen
yang
sedikit
menyebabkan ikan akan bernafas dengan cepat, sehingga menyebabkan insang membuka dan menutup lebih cepat dan mengakibatkan masuknya ion logam melalui insang. Masuknya logam Pb dan Cr dalam tubuh ikan akan terhambat pengeluarannya bila kebutuhan oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh ikan kurang. Sedangkan hubungannya dengan BOD dan COD adalah bila mana kedua parameter tersebut melebihi ambang baku mutu berarti proses oksidasi bahan limbah organik dan anorganik di perairan tersebut terganggu. Dihubungkan dengan DO maka ikan akan bersaing merebutkan kebutuhan oksigen dengan mikroorganisme dan reaksi kimia yang membutuhkan oksigen untuk proses oksidasi limbah organik dan anorganik yang terdapat dikolam. Sehingga ketersedian oksigen akan berkurang dan menyebabkan proses oksidasi limbah organik dan anorganik di perairan akan terganggu.
Bioakumulasi kandungan Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Eks Tambang Batubara Desa Petangis Menurut Dharmono (1995), Sumber masuknya logam berat Pb dan Cr pada tubuh ikan hingga terakumulasi melalui 2 cara yaitu biokonsentrasi dan biomagnifikasi. Biokonsentrasi ikan melalui insang,
93
mulut dan kulit, Sedangkan biomagnigikasi memalui rantai makanan berupa tumbuhan, plankton baik itu fitoplankton dan plankton. Masuknya logam dalam tubuh ikan biokonsentrasi yang pertama adalah melalui insang dimana insang akan terbuka dan tertutup yang menyebabkan ion logam Pb dan Cr akan mudah masuk. Menurut Connel & Miller (1995), kandungan logam dapat terkandung dalam tubuh ikan melalui insang, kemudian terserap ke dalam organ dan tubuh ikan yang dikuti dengan proses metabolisme dan penyimpanan (bioakumulasi). Selain itu insang juga berperan dalam proses osmoregulasi pada ikan. Dimana ikan saat menyerap air dari lingkungannya dengan caraosmosis, yang terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Saat ikan menahan agar garam tidak keluar dari tubuhnya maka ikan akan menahanya agar tetap dalam tubuhnya. Sehingga ikan akan mengeluarkan urin yang banyak dan meminum air sedikit namun melakukan osmosis lewat insangnya. Menurut Palar (1994) dikarenakan logam berat memiliki kemampuan untuk merubah dirinya menjadi bentuk lain yang dibutuhkan oleh tubuh ikan, sehingga logam Pb dan Cr yang telah memanipulasi menjadi bentuk lain. Logam Pb saat masuk ke dalam tubuh ikan akan berubah menjadi protein sehingga akan mudah terserap oleh tubuh. Selain itu logam Pb yang terdapat di dalam tubuh ikan dapat menggantikan
ion kalsium dalam
tubuh sehingga dapat terakumulasi pada tulang selain itu logam ini dapat masuk ke dalam peredaran darah dengan merubah menjadi enzim. Enzim yang ditiru oleh Pb ada 2 macam enzim yaitu enzim ALAD dan enzim ferrokhelatase. Sehingga dalam pembentukan hemoglobin dalam darah yang tercampur logam Pb akan mempengaruhi banyak jaringan dan organ tubuh. Logam Cr masuk kedalam tubuh ikan dalam bentuk senyawa kalsium sehingga dengan mudah terserap oleh tubuh dan dikarenakan logan ini bersifat bioakumulatif maka logam Cr yang terserap di dalam tubuh ikan akan bertambah dari waktu-kewaktu dan dapat merusak organ ikan. Sedangkan masuknya logam biokonsentrasi yang ke 2 melalui
94
permukaan kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) melalui proses osmosis dan biokonsentrasi yang 3 melalui mulut dimana logam yang masuk tidak dapat langsung masuk ke dalam tubuh ikan karena akan disaring oleh insang. Masuknya logam Pb dan Cr melalui biomagnifikasi adalah melalui rantai makanan berupa plankton dan tumbuhan air yang telah terpapar oleh logam Pb dan Cr yang dimakan oleh ikan.Ikan nila(Oreochromis niloticus)termasuk dalam organisme dalam piramida trofik. Berdasarkan piramida trofik ikan nila(Oreochromis niloticus) termasuk ke dalam trofik III sebagai
hewan
pada
tingkatan
tersebut
kemungkinan
masuknya
kandungan logam lebih besar dan bisa dilihat dari perbandingan logam pada air lebih sedikit dibandingkan dengan logam pada tubuh ikan. Ikan nila
(Oreochromis
niloticus)
memakan
organisme
tingkat
trofik I
(fitoplakton) dan ke II (Zooplankton) sehingga kadar logam Pb dan Cr yang terakumulasi dalam tubuhikan
akan lebih besar (Campbell&Neil,
2004).
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada air dan daging ikan nila (Oreochromis niloticus) di kolam eks tambang batubara Desa Petangis
Kabupaten
Paser
Kalimantan
Timur,
maka
didapatkan
kesimpulan yaitu : 1. Kandungan logam Pb pada air air kolam eks tambang batubara desa petangissebesar <0,0095mg/L dan kandungan logam Cr pada air sebesar<0,0105mg/L. Berdasarkan peraturan Daerah Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011, kandungan logam Pb<0,0095mg/L dan Cr<0,0105 mg/L pada air berada dibawah ambang batas baku mutu normal yaitu untuk logam Pb sebesar 0,03 mg/L dan untuk logam Cr 0,05 mg/L.
95
2. Kandungan Logam Pbpada Daging Ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki rata-rata sebesar 0,1206mg/Kgdan kandungan logam Cr dalam
daging
ikan
nila
(Oreochromis
niloticus)sebesar
0,0495mg/Kg.Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen POM Nomor 03725/VII/1989 kandungan logam Pb (0,1206mg/Kg ) dan Cr (0,0495mg/Kg) untuk Pb berada diatas ambang baku mutu normal yaitu 0,1 mg/Kg dan untuk Cr masih dalam ambang baku mutu 0,05 mg/Kg.
Saran 1. Daging
ikan
yang
dijadikan
sampel
sebaiknya
dihaluskan
menggunakan blender agar jika ikan untuk semua titik di campur akan lebih homogen. 2. Penelitian bila dilakukan pada tempat serupa atau mendekati kesamaan lokasi lebih baik menggunakan alat penangkap ikan berupa lunta untuk ikan sejenis ikan nila(Oreochromis niloticus) dikarenakan tingkat agresif ikan ini tidak seagresif ikan jenis lainnya sehingga bila menggunakan
pancingan
dan
rengge
akan
lebih
lama
mendapatkannya. 3. Penelitian selanjutnya pada tempat yang sama agar penelitiannya dilakukan pada musim kemarau agar terlihat perbedaan kadar logam Pb dan Cr antara musim penghujan dan kemarau.
DAFTAR PUSTAKA Arie, Usni. 2007. Pembenihan dan Pembesaran Nila. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Cahyono, Bambang. 2001. Budi Daya Ikan Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta. Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga Connel, D. W. & G.J. Miller.1995. Kimia Ekotoksikologi Pencemaran. Universitas Indonesia Press. Jakarta 96
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Makhluk Hidup. Universitas Indonesia Press. Jakarta Djarijah, Abbas Siregar. 1995. Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Penerbit Kanasius.Yogyakarta. Fardiaz, Srikandi. 2006. Polusi air dan udara. Kanisius. Yogyakarta. Halang, Bunda. 2007.Kandungan Cu dan Pb Pada Air dan Ikan Puyau (Puntius huguenini) di Bendungan Sungai Tabaniao Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Fakultas FKIP UNLAM. Di Publikasikan Jangkaru, Zulkifli. 1995. Pembesaran Ikan Air Tawar dan Berbagai LingkunganPemeliharaan. PT. Penebar Swadaya, anggota Ikapi. Jakarta Kairuman dan Khairul, Amri.2008.Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.PT Agro Media Pustaka. Jakarta Kordi, K. Gufran, M. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta Bina Adiaksara. Jakaarta Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta Puspita, L. 2005.Lahan Basah Buatan di Indonesia. Wetlands International -Indonesia Programme. Bogor. Sastrawijaya, A. T. 2009. Pencemaran lingkungan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Binatjipta. Bogor Susanti, Evi.2013. KandunganChromium (Cr) danZink (Zn) Pada Airdan Ikanpuyau (Osteochillus hasselti) diPerairan SungaiAlalak Kawasan Berangas Barat Kabupaten Barito Kuala. Skripsi Sarjana Fakultas FKIP UNLAM: Banjarmasin. Tidak Di Publikasikan. Sutrisno, C. Totok. 1991. Teknologi penyediaan air bersih. Rineka cipta. Jakarta
97
Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Wardhana. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta Wulandari, Endah Sri. 2008. Pemetaan Kasawan Wisata Danau Gentung Dayo Di Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Fakultas Teknik UNLAM: Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
98