PERPUSTAKAAN 40097.pdf UNIVERSITAS
TERBUKA
KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA MAKROZOOBENTOS (MOLLUSCA DAN CRUSTACEA) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN KONSUMEN
TE R
BU
KA
(Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Muara Angke, .Jakarta)
U
N
IV
ER
SI
TA
S
MAMAN RUMANTA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini
saya menyatakan bahwa
disertasi
Kandungan Timbal pada
Makrozoobentos (Mollusca dan Crustacea) dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Konsumen (Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta), adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
KA
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
B~aret2005
/ MLbhmanta NIM
IJ)21~~ I0221
40097.pdf
ABSTRAK
U
N IV E
R
SI T
AS
TE R
BU KA
MAMAN RUMANT A. Kandungan Timbal (Pb) pada Makrozoobentos (Mollusca dan Crustacea) dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Konsumen (Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta). Dibimbing oleh MUCHAMMAD SRI SAENI, DANIEL DJOKOSETIYANTO, dan SRI BUDIARTI. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kandungan Pb pada makrozoobentos dan pengaruhnya terhadap kesehatan konsumen di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta. Sebanyak 4 jenis hewan dari setiap kelompok (Mollusca dan Crustacea), ditentukan sebagai sampel dan setiap jenis sampel diambil 3 ulangan (tripJo). Pengambilan sampel tersebut dilakukan dalam 4 periode, yaitu musim timur, musim peralihan dari timur ke barat (musim peralihan I), musim barat, dan musim peralihan dari barat ke timur (musim peralihan II). Sampel nekton (ikan dan Cephalopoda) juga diambil sebagai data tambahan. Sampling darah konsumen dilakukan dengan bantuan seorang paramedis dari Puskesmas Pluit. Setiap sampel darah dimasukkan ke dalam tabung khusus (vacutainer) yang telah berisi antikoagulan EDTA. Kandungan Pb pada setiap sampel makrozoobentos dan nekton yang terkumpul, diuji dengan menggunakan metode AAS-flame, sedangkan uji timbal darah menggunakan metode AAS-grafit furnace. Data mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat diperoleh dengan metode survai, menggunakan angket dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan Pb pada Mollusca lebih rendah dari konsentrasi maksimum yang diusulkan CCFAC (Codex comite on/ood and aditive contaminant), kecuali pada Mytilus viridis di l11usim timur dan Anadara antiquata di musim peralihan II; sedangkan pada Crustacea, di setiap perioda sampling, telah melebihi konsentrasi maksimum yang diusulkan CCFAC. Eksoskeleton, merupakan bagian tubuh Crustacea yang paling banyak mengakumulasi Pb. Seperti pada Crustacea, kandungan Pb pada ikan, dalam setiap periode pengambilan sampel telah melebihi konsentrasi maksimum yang diusulkan CCFAC, sedangkan pada Cephalopoda masih di bawah konsentrasi maksimum CCFAC untuk Mollusca. Asupan mingguan (weekly intake) Pb pada masyarakat yang bersumber dari konsumsi hasil perikanan laut telah melampaui PTWI (provisional tolerable weekly intake), khususnya bagi anak-anak. Kondisi ini menyebabkan kandungan Pb darah konsumen cukup tinggi, yaitu 20% sampel darah anak telah melebihi LOAEL (low observable adverse effect level) yang ditetapkan CDC/WHO, sedangkan pada dewasa hanya 10%. Selain itu terdapat 26,7 % sampel darah anak yang mempunyai kandungan Pb antara 5 - 9,99 ~g/dl, yang menurut beberapa hasil penelilian akhir-akhir ini telah berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya. Kandungan Pb darah berkorelasi cukup signifikan terhadap konsumsi hasil perikanan laut secara keseluruhan. Tidak ada korelasi yang signifikan antara kandungan Pb darah dengan kondisi sosial ekonomi dan penyakit yang diderita konsumen terkait efek toksik Pb, kecuali dengan penyakit darah tinggi. Dapat disimpulkan bahwa kandungan Pb pada Mollusca secara umum masih di bawah konsentrasi maksimum, sedangkan pada Crustacea dan ikan telah melampaui konsentrasi maksimum yang diusulkan CCFAC. Kondisi seperti ini menyebakan kandungan Pb darah konsumen telah melebihi LOAEL yang ditetapkan CDC/WHO, khususnya pada anak-anak, sehingga dikhawatirkan pendedahan Pb secara kronis dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan konsumen. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
ABSTRACT
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
MAMAN RUMANT A. Concentration of Lead (Pb) on Macrozoobenthos (Molluscs and Crustaceans) and Its effects on Consumer Health (A Case Study in Fisherman's Village of Muara Angke, Jakarta). Under the direction of MUCHAMMAD SRI SAENI, DANIEL DJOKOSETIYANTO, and SRI BUDIARTI. The study was conducted to observe the concentration of lead on macrozoobenthos and its effects on consumer health in fisherman's village of Muara Angke, Jakarta. Four species of each molluscs and crustaceans were selected as sample. Each sample was triple and collected in four sampling period [east monsoon, transition period from east to west monsoon (transition period I), west monsoon, and transition period from west to east monsoon (transition period II)]. Nekton was also sampled as additional data. The blood sampling was taken by a paramedic staff of Puskesmas Pluit and collected with blood collection tube (vacutainer) plus EDTA as anticoagulant. Collected samples of macrozoobenthos were tested for lead concentration using flame AAS and graphite furnace AAS for blood lead level. Data about human health and social economic conditions were collected by survey method using questionnaire and interview. The result indicated that concentration of lead on all mollusc bivalves was lower than maximum level proposed by CCFAC (Codex comite on food and aditive contaminant), except on Mytilus viridis in east monsoon and Anadara antiquata in transition period II; while the concentration on the crustaceans, each of sampling period, was higher than maximum level stated by CCFAC. Exoskeleton was the area of crustacean's body where lead the highest accumulated. As the same as crustaceans, the concentration of Pb on meat of fish was higher than maximum level of CCFAC, while on meat of cephalopods was lower than maximum level proposed by CCFAC for molluscs. Weekly intake lead of the people from fishery product consumed was higher than its PTWI (provisional tolerable weekly intake), especially for children. The condition caused blood lead level (BLL) on the consumer was high, especially for children whose 20 % of their blood sample was higher than LOAEL (low observable adverse effect level) stated by CDC/WHO, but only 10% in the adult. There was also 26,7% of children's blood sample had BLL between 5 - 9,99 Ilg/dl, which could cause negative effects on their cognitive development, based on the result of some researches recently. BLL correlated significantly with the level of fishery product consumed, but not for the level of macrozoobenthos nor nekton consumed partially. There is not significantly correlation between BLL and social economic conditions, so do BLL and the diseases which relation to toxic effect of lead except with hypertension. It can be concluded that concentration of lead on meat of molluscs was lower than maximum level, but on crustaceans and fish were higher than maximum level CCFAC. The condition caused the level of BLL on the consumer was higher than LOAEL stated by CDC/WHO, especially for children, so it was worried that the chronically exposure could cause negative impact on the consumer health.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
TE R
BU KA
40097.pdf
© Hak cipta milik Maman Rumanta, tahun 2005
U
N IV E
R
SI T
AS
Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogar, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA MAKROZOOBENTOS (MOLLUSCA DAN CRUSTACEA) DAN PENGARUHNYA TERHADAPKESEHATAN MASYARAKAT
R
BU
KA
(Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta)
TA S
TE
MAMAN RUMANTA
U
N IV
ER SI
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Judul Disertasi
: Kandungan Timbal (Pb) pada Makrozoobentos (Mollusca dan Crustacea) dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Konsumen (Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta)
Nama NIM
Maman Rumanta
P026010221
Disetujui
TE
R
BU
KA
Komisi Pembimbing
Dr. dr Sri Budiarti Anggota
U N
IV
Dr.Ir. D
ER
SI
TA
S
Prof. Dr. Ir. Mucharnmad Sri Saeni, MS. Ketua
Diketahui,
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkung
1
~J~ Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS
Tanggal Ujian: 30 Maret 2005 Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
~=;;;;~~Dr.
Ir. Syafrida Manuwoto, MSc
Tanggal Lulus: 0 9 MAY 2005
40097.pdf
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian • yang dilaksanakan sejak
bulan September
2003 hingga bulan Agustus 2004 ini,
adalah pencemaran lingkungan, dengan judul "Kandungan Timbal (Pb) pada Makrozoobentos (Mollusca dan
Crustacea) dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan
Konsumen (Studi Kasus di Perkampungan Nelayan Muara Angke, Jakarta)".
KA
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Muchammad Sri Saeni, MS, sebagai ketua komisi Pembimbing, Dr. Ir. Daniel Djokosetiyanto, DEA dan Dr. dr. Sri
BU
Budiarti, selaku· anggota komisi Pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan,
R
arahan, masukan, semangat, dan dorongan dengan penuh kesabaran, sehingga karya
TE
ilmiah ini dapat terwujud. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, dan Ketua Program Studi PSL beserta
TA S
Staf, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan Studi Program Doktor dan memberikan pelayanan terbaiknya. Di samping itu, penghargaan Luar Komisi, yaitu
Dr. drh. Clara M.
ER SI
juga penulis sampaikan kepada Penguji
Kusharto, M.Sc. (Fateta, GMSK IPB) dan Dr Ir. Andin H. Taryoto (Setjen Departemen Kelautan dan Perikanan RI) atas kesediaannya mempelajari, memberikan kritik dan
N IV
saran yang membangun guna penyempumaan Disertasi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drh. Darrnono, MSc. APU, Bapak Agus Safwan, dan
U
staf Balitvet-Bogor, Dr. A. Hidayat, MSc. beserta staf Lab. Balitbio Bogor, Drs. Komar Sutriah, MS dan staf Lab Terpadu IPB, Ibu Rochimah beserta staf Lab. BBIA Bogor, yang telah membantu penulis dalam analisis sampel dan memberikan masukan yang cukup berarti; Dr. Asikin Djamali, MSc.APU Oseanologi Jakarta, yang telah membantu penulis dalam mendapatkan literatur yang berhubungan dengan kelautan terutama berkenaan dengan kondisi perairan
Teluk Jakarta;
dr. Silvie
A. Ulaan
beserta staf Puskesmas Kelurahan Pluit, Bapak Maad Sari dan staf RW 11, Bapak Arie Munandar dan staf RW 01, Ibu Anita Perrnatasari dan staf Kelurahan Pluit, R. Muljana Dj, AMPd sebagai Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf SDN Pluit 03,
serta semua pihak yang yang telah membantu penulis
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
selama pengumpulan data.
40097.pdf
Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ibunda, ayahanda (AIm), ibunda mertua dan ayahanda mertua (AIm), istriku (Tiktik Kuswati) dan anak-anakku (Ghany, Ghyna, dan Harris),
serta seluruh keluarga
atas segala bantuan, doa, dan kasih
sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2005
U N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
Maman RumanIa
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 9 Mei 1963 sebagai anak kedua pasangan Marsita dan Nengsih.
Pendidikan
sarjana ditempuh
di Program Studi
Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Bandung, lulus pada tahun 1988. Pada tahun 1992 penulis diterima di Progran Studi Biologi pada Program Pascasarjana ITB dan menamatkannya pada tahun 1994. Kesempatan untuk melanjutkan studi pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB diperoleh pada
KA
tahun 200 1. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional, melalui beasiswa BPPS. Staf
Pengajar di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
BU
Penulis beker:ia sebagai
pendidikan Biologi.
Sampai saat ini,
TE
penulis adalah
R
Universitas Terbuka, sejak tahun 1989. Bidang studi yang menjadi tanggung jawab
U N
IV
ER
SI
TA
S
Perhimpunan Biologi Indonesia.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
penulis
menjadi anggota
40097.pdf
DAFTARISI
Halaman
DAFTAR TABEL
,
Xll
DAFTAR GAMBAR
XIV
DAFTAR LAMPIRAN
XVll
KA
PENDAHULUAN Latar Belakang Perrnasalahan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Hipotesis
S
TE R
BU
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Logam Berat di Teluk Jakarta................................. Akumulasi Logam Berat oleh Organisme Perairan Karakteristik dan Kegunaan Timbal Pencemaran dan Distribusi Timbal Pengaruh Timbal terhadap Kesehatan ................................ .. Pencegahan dan Perawatan terhadap Masyarakat yang Terkena Efek
toksik Timbal
ER
SI
TA
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Pengambilan Data..... .. . Analisis Data. ..... .........................................
........... ... ....
1
1
4
5
5
6
7
7
10
13
14
16
25
28
28
28
29
37
38
38
38
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
98
Kesimpulan Saran
98
99
U
N
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap I Kandungan Timbal pada Lingkungan Kandungan Timbal pada Hasil Perikanan Laut (Makrozoobentos dan
Nekton)........................................................................... Penelitian Tahap II Kondisi Umum Wilayah Perkampungan Nelayan Muara Angke Karakteristik Responden Persepsi Masyarakat terhadap Pencemaran di Perairan Teluk
Jakarta... Konsumsi Hasil Perikanan Laut, Asupan Mingguan Pb, dan Kondisi
Kesehatan Masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke Hubungan antara Kandungan Timbal Darah Konsumen dengan Kon sumsi Hasil Perikanan Laut (Makrozoobentos dan Nekton) dan
Kondisi Sosial Ekonominya
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
43
55
55
56
62
74
88
40097.pdf
100
LAMPIRAN
108
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
DAFTAR PUSTAKA
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
DAFTAR TABEL
Halaman
9
2. Kadar logam berat di perairan Teluk Jakarta.................................
10
3. Cara penanganan dan pencegahan penyakit pada masyarakat yang terkena
dampak negatif pencemaran Pb berdasarkan diagnostik Pb darah
26
4. Teknik pengambilan contoh untuk pengujian timbal (Pb) pada
makrozoobentos dan nekton hasil tangkapan laut nelayan Muara
Angke.................................................................................
31
KA
1. Perbandingan kadar logam berat dalam sedimen Teluk Jakarta, Cilacap,
dan Teluk Banten.................................................................
38
6. Kandungan Pb pada sedimen (bobot kering), air laut dan muara sungai
Angke
40
7. Kandungan Pb pada air l11inul11 masyarakat Kampung Nelayan
Muara Angke
41
8. Kandungan Pb pada sayuran yang sering dikonsumsi warga masyarakat
Kampung Nelayan Muara Angke
43
TA S
TE R
BU
5. Konsentrasi Pb udara ambien pada wilayan penelitian
9. Kandungan Pb pada kerang-kerangan berdasarkan periode pengam bilan sampel
44
SI
10. Kandungan Pb pada kepiting dan rajungan berdasarkan periode
IV ER
pengambilan sampel
11. Kandungan Pb pada udang jerbung dan udang mantis berdasarkan
periode pengambilan sal11pel
46
49
U N
]2. Kandungan Pb pada bagiCln tuhuh ikan laut berdasarkan periode
pengambilan sampel 13. Kandungan Pb pada cumi-cumi dan sotong berdasarkan periode
pengambilan sampel
51
54
]4. Jumlah dan komposisi penduduk di Perkarnpungan Nelayan Muara
Angke
56
15. Rata-rata konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat
Karnpung Nelayan Muara Angke
74
16. Rata-rata konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Karnpung
Nelayan Muara Angke
76
17. Jenis air yang digunakan untuk keperluan masak dan minum
masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke
78
18. Rata-rata asupan mingguan (weekly intake) Pb dari 3 sumber (hasil Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
79
19. Rata-rata asupan mingguan Pb dari 3 sumber, dengan memperhi tungkan perbandingan konsumsi makanan antara anak dan orang dewasa pada warga Kampung Nelayan Muara Angke
81
20. Penyakit yang diderita Masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke
84
21. Jenis kelainan fisik dan mental yang diderita warga masyarakat di Perkampungan Nelayan Muara Angke
85
22. Kandungan timbal darah konsumen, kelompok anak-anak (umur 6-12 tahun
86
23. Kandungan timbal darah konsumen kelompok dewasa..............
87
KA
perikanan laut, sayuran, dan jenis air yang dikonsumsi) Masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke
90
25. Korelasi antara kandungan timbal darah responden dengan jenis dan gejala penyakit
92
26. Korelasi antara kandungan timbal air minum dan rokok
94
TE
R
BU
24. Korelasi antara konsumsi ikan, jenis ikan yang dikonsumsi, dan asal ikan yang dikonsumsi dengan kandungan timbal darah konsumen . . ... . .. . . . .. . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. ...
S
darah dengan konsumsi sayur,
U
N IV
ER
SI
TA
27 Korelasi antara kandungan timbal darah konsumen dengan kondisi sosial ekonominya............................................................
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
96
40097.pdf
DAFTAR GAMBAR
Halaman
7
2. Pendekatan ekotoksikologi untuk meneliti mekanisme bioakumulasi
logam berat pada tingkat ekosistem
12
3. Model pencemaran timbal.
15
4. Distribusi dan masuknya timbal (Pb) pada tubuh manusia
]8
5. Diagram metabolisme timbal
19
KA
]. Jaringan sungai yang berrnuara di Teluk Jakarta
24
7. Pola kedatangan nelayan di Perkampungan Nelayan Muara Angke
57
8. Komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaannya
58
TE R
BU
6. Hubungan konsentrasi timbal darah dengan kesehatan manusia......
59
10. Jenis pendidikan responden berdasarkan pekerjaannya
59
11. Penghasilan keluarga berdasarkan jenis pekerjaan responden
60
TA S
9. Komposisi tingkat pendidikan responden
6]
13. Hubunganjumlah anak per kduarga dengan keikutsertaan program
KB pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke...
62
ER
SI
12. Keikutsertaan warga masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke dalam program KB berdasarkan profesi responden
62
15. Pengetahuan masyarakat terhadap kondisi perairan Teluk Jakarta
berdasarkan tingkat pendidikannya
63
N
IV
14. Pendapat masyarakat mengenai kondisi perairan Teluk Jakarta.......
64
17. Pendapat masyarakat mengenai sumber pencemar Perairan Tduk
Jakarta...............................................
65
18. Pengetahuan masyarakat terhadap sumber pencemar perairan Teluk
Jakarta berdasarkan tingkat pendidikannya
65
U
16. Pengetahuan masyarakat terhadap kondisi perairan Teluk Jakarta,
berdasarkan jenis pekerjaannya
19. Pengetahuan masyarakat terhadap sumber pencemar perairan Teluk
Jakarta berdasarkanjenis pekerjaannya ...... ...... ......... ...... ... ...... 20. Persepsi masyarakat terhadap pencemaran logam berat di Teluk
Jakarta 21. Pengetahuan masyarakat terhadap pencemaran logam berat di perairan
Teluk Jakarta berdasarkan tingkat pendidikannya 22. Pengetahuan masyarakat terhadap pencemaran logam berat di perairan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
66
67
68
40097.pdf
Teluk Jakarta berdasarkan jenis pekerjaannya
68 69
24. Pengetahuan masyarakat terhadap jenis logam berat yang mence mari perairan Teluk Jakarta berdasarkan tingkat pendidikannya ........
70
25. Pengetahuan masyarakat terhadap jenis logam berat yang mence mari perairan Teluk Jakarta berdasarkanjenis pekerjaannya ..
71
26. Sumber pengetahuan masyarakat terhadap adanya pencemaran 10 gam berat di Perairan Teluk Jakarta.........................................
72
27. Sumber pengetahuan masyarakallerhadap adanya pencemaran 10 gam berat di perairan Teluk Jakarta berdasarkan tingkat pendi dikannya
72
28. Sumber pengetahuan masyarakat terhadap adanya pencemaran logam berat di perairan Teluk Jakarta berdasarkan jenis pekerjaan nya
73
R
BU
KA
23. Pendapat masyarakat mengenai jenis logam berat yang mencemari perairan TeluK JaKarta.........................................................
TE
29. Ragam konsumsi hasil perikanan laut masyarakat di Perkam pungan Nelayan Muara Angke
75
Muara Angke
TA S
30. Ragam konsumsi jenis sayuran pada masyarakat Kampung Nelayan 77 83
32. Konsentrasi Pb darah konsumen pada warga Kampung Nelayan Muara Angke
89
U
N IV
ER
SI
31. Komposisi anggota keluarga pengkonsumsi rokok pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
DAFTAR LAMPlRAN Halaman
I. Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Nelayan
109 III
3. Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pedagang
112
4. Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok : Karyawan Swasta
114
5. Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Ne1ayan Muara Angke, kelompok: PNS dan ABRI...
115
6. Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Lain-lain........
liS
TE R
BU
KA
2. Tabe1 konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok : Pengolah Hasil Laut........
7. Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Nelayan Muara Angke, kelompok: NeJayan
Kampung 116 118
9. Tabe1 konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Nelayan Muara Angke, kelompok: Pedagang...........
119
Kampung
SI
TA S
8. Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pengolah Hasil Laut........................
121
II. Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok : PNS dan ABRI
122
12 Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Ndayan Muara Angke, kelompok: Lain-lain...............................
122
U
N
IV
ER
10. Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung l'Je1ayan Muara Angke, kelompok: Karyawan Swasta........................ ...
13. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Nelayan
123
14. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pengolah hasil Laut........
124
15. Tabe1 asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Ne1ayan Muara Angke, kelompok: Pedagang :. . .. . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . ..
125
16. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Karyawan Swasta... . .
126
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
127
18. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan
laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok:
Lain-lain...........................................................................
128
19. Tabel asupan mingguan (weeklyi11lake) Pb dari konsumsi sayuran
pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, . kelompok :
Nelayan...........................................................................
129
20. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran
pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok:
Pengolah Hasil Laut..............................................................
129
KA
17. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan
laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, ketompok: .
PNS dan ABRI............................
130
22. Tabel asupan mingguan (weekly i11lake) Pb dari konsumsi sayuran
pada masyarakat Kampung Nelayan !\luara Angke, kelompok:
!........................... Karyawan Swasta
130
23. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran
pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok:
PNS dan ABRI.........
131
24. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran
pada masyarakat Kampurig Nelayan Muara Angke, kelompok:
Lain-lain...
131
25. Gambar sampel kerang-kerangan
132
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
21. Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran
pada masyarakat Kampung Nelayan ~luara Angke, kelompok:
Pedagang...........
132
27. Gambar sampel ikan ..
133
U
N
26. Gambar sampel Crustacea...................................................
28. Gambar sampel Cephalopoda...............................................
133
29. Peta lokasi penelitian
134
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER SI
TA
S
TE
R BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran Logam Berat di Teluk Jakarta Teluk Jakarta merupakan wilayah perairan dengan pantai yang membentang dari Tanjung Kait di bagian
barat hingga Tanjung Karawang di bagian timur, dengan panjang ± 89 km. Daerah ini dibatasi oleh garis bujur 1060 33' hingga 1070 03' BT dan garis lintang 50 48'30"LS hingga 60 10'30" LS (Suyarso 1995). Teluk ini merupakan tempat bermuaranya sekitar 13 sungai yang umumnya
sungai tersebut
BU KA
sudah melalui pemukiman yang padat penduduk dan daerah industri. Di antara terdapat beberapa sungai yang besar, yaitu Sungai Cisadane di
bagian barat, Sungai Ciliwung di bagian tengah, serta Sungai Citarum dan Sungai Dari dasar perairan Teluk Jakarta tumbuh
R
Bekasi di bagian timur (Gambar 1).
TE
pulau-pulau karang yang sebagian besar berada di bagian barat, membujur dengan arah utara selatan, misalnya, Pulau Bidadari, Pulau Damar, Pulau Ayer, dan Pulau
4
AS
r--------------------- u
SI T
Lancang.
~
U
N
IV ER
Teluk Jakarta
Gambar 1 Jaringan sungai yang bermuara di Teluk Jakarta (Modifikasi KLH 1989 dalam Diniyah 1995)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
8
TeJuk Jakarta banyak menenma 13
buah sungai
yang
limbah industri maupun domestik
melalui
umumnya dijadikan tempat pembuangan limbah
dari
berbagai industri dan pemukiman padat di Jabotabek, ataupun kegiatan industri dan pemukiman yang berkembang di sepanjang pantai dan aliran sungai, serta kegiatan di pelabuhan-pelabuhan nelayan tradisional
maupun
pelabuhan
kapal-kapal
komersial di Tanjung Priok. Kurangnya kesadaran lingkungan pada masyarakat dan para industriawan Jakarta
terse but,
telah
menyebabkan
dari tahun ke tahun semakin parah.
pencemaran perairan Teluk
Berdasarkan penelitian Sungai
Cisadane,
Sungai
BU KA
Pengairan, dalam rangka prokasih, terungkap bahwa
Puslitbang
Ciliwung, dan Kali Sunter telah mengalami pencemaran dengan kondisi sangat mengkhawatirkan, bahkan
pada beberapa lokasi
badan sungai, sudah terjadi
R
pencemaran yang sangat berat. Pencemaran logam berat di Teluk Jakarta ini telah
LIPI, Batan, IPB, dan
KLH) yang umumnya mengungkapkan
tercemar oleh logam berat
mengkhawatirkan.
bahwa perairan
dengan tingkat yang
sangat
AS
tersebut telah
TE
banyak diteliti baik secara perorangan, maupun lembaga (misalnya, Oseanologi
Bahkan akhir-akhir ini, Yun (2002) mengemukakan bahwa
SI T
pencemaran Teluk Jakarta tclah melampaui ambang batas. Khusus untuk kadar Pb
IV ER
dari hasil penelitian dalam periode 80-an
telah berada di atas 2,5 !J.g/ml, jauh
melampaui baku mutu air laut untuk budidaya penkanan (0,01 !J.g/ml). Hutagalung (1999) yang meneliti kandungan logam berat pada sedimen
di Kolam Pelabuhan
N
Tanjung priok, Jakarta, mengungkapkan bahwa kadar logam berat (Cd, Pb, Cr, Cu, Kolam
U
dan Ni) di
Pelabuhan Minyak Pertamina menunjukkan kadar
tertinggi.
Terungkap pula bahwa kadar logam berat pada sedimen di kolam pelabuhan lebih tinggi daripada kadar logam berat pada sedimen di luar kolam pelabuhan. Kejadian ini dikarenakan adanya masukan bahan pencemar dan kali Sunter dan aktivitas pelabuhan. Hasil penelitian Martin et al (1985 dalam Hutagalung 1994), terungkap bahwa kadar logam berat dalam sedimen di Teluk Jakarta sudah sangat tinggi, jauh lebih tinggi daripada kadar logam berat di perairan Cilacap dan Teluk Banten (Tabel 1). Pada tabel tersebut tampak jelas bahwa kadar Pb dalam sedimen Teluk Jakarta jauh lebih tinggi daripada kadar Pb pada sedimen Teluk Banten. Kandungan Pb pada
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
9 Tabel 1 Perbandingan kadar logarn berat dalam sedimen Teluk Jakarta., Cilacap dan Teluk Banten Parameter
Teluk Jakarta
Hg (lJ.g!g)
0,544-0,427
0,196-0,132
0,056-0,028
Pb (lJ.g!g)
104,9-27,8
15,2-3,0
10,4-3,2
Cd (Ilg!g)
1,72-0,52
< 0,53
< 0,5
Cu (Ilg!g)
27,4-13,4
8,7-1,8
4,2-1,3
17,1-3,7
7,3-2,8
5,9-3,9
Cr (lJ.g/g)
Perairan Cilacap
Teluk Banten
BU KA
(Sumber: Martm et af. 1985 dalam Hutagalung 1994)
sedimen Teluk Jakarta juga jauh lebih tinggi daripada kandungan Pb di
R
Cilacap, yaitu mencapai lebih kurang 7 kalinya.
Perairan
logam berat
Hg, Cd, dan Pb
TE
Hasil penelitian Diniah (1995) yang meneliti tentang korelasi antara kandungan pada beberapa ikan konsumsi
dengan tingkat
AS
pcncematan di Teluk Jakarta, terungkap bahwa kadar logam berat, khususnya Pb
SI T
dan Cd air laut, secara berurutan berkisar antara 1,57 sampai denganl,75 lJ.g!ml dan 0,014 sampai dengan 0,096 Ilg/ml, padahal
baku mutu air laut untuk budidaya
IV ER
perikanan adalah::S 0,001 IJ.g/ml untuk Cd dan::S 0,008 IJ.g/ml untuk Pb (Kep Men LH no 51 tahun 2004).
Kadar Hg pada perairan tersebut masih sangat rendah
N
dengan rentang konsentrasi antara tidak terdeteksi sampai dengan 0,0008 lJ.g!ml, Pb pada air laut untuk budidaya pcrikanan adaiah
U
sedangkan batas maksimum
::s 0,001 IJ.g/ml (Tabel 2). Dengan demikian
jelaslah bahwa
saat
Inl
peraIran Teluk Jakarta
sudah
tercemar logam berat dengan tarap yang cukup mengkhawatirkan terutama Pb dan Cd. Pencemaran Pb berdasarkan penelitian tersebut merupakan yang paling parah, sehingga sangat merisaukan banyak kalangan yang peduli lingkungan, karena Pb merupakan salah satu jenis logam berbahaya bagi kesehatan Pendedahan Pb pada tubuh
manusia dapat
menyebabkan
masyarakat.
berbagai gangguan
kesehatan, seperti penurunan kecerdasan anak, gangguan perturnbuhan, gangguan fungsi hati dan ginjal, gangguan hematologis, gangguan fungsi saraf pusat dan tepi,
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
10
Tabel 2 Kadar logam berat di Perairan Teluk Jakarta
Hg (I-lg/ml)
Contoh air dari pennukaan sedimen ttd* - 0,00216
ttd* - 0,00088
Cd (I-lg/ml)
0,09000 - 0,10400
0,08400 - 0,09600
S;
0,001
Pb (I-lg/ml)
1,32000 -1,63000
1,57000 - 1,75000
S;
0,008
ttd* = tldak terdeteksi
Contoh air dari badan perairan
Baku mutu air laut untuk budidaya perikanan (Kepmen LH no 51 tahun 2004) ~ 0,001
(Sumber: modlfikasl dari Dmiah, 1995)
BU KA
Parameter
dan menyebabkan kematian pada am bang batas tertentu ( Tuormaa 1995; Juberg et
al. 1997; Hu 2002).
dari Teluk Jakarta juga tercemar logam berat.
Seperti terungkap dari hasil
TE
laut
R
Pencemaran Pb di perairan TeJuk Jakarta telah menyebabkan hasil perikanan
penelitian YLKI bekerjasaman dengan Fakultas Perikanan IPB (1997 dalam bahwa sebagian besar
sampel ikan telah tercemar logam berat
AS
Nurjanah 1997)
khususnya Pb, dengan kondisi yang telah melampaui ambang batas yang diusulkan 1 I-lg/g untuk Mollusca Bivalvia dan Cephalopoda, 0,05
SI T
CCFAC (1999), yaitu
IV ER
I-lg/g untuk Crustacea, dan 0,2 flg/g untuk daging ikan.
Tingginya pencemaran logam berat dan hasil lautnya juga diperparah oleh tingginya kadar Pb di udara Kota Jakarta yang padat lalu lintas. Hal ini terungkap
Urban Development Project, yang mengungkapkan
konsentrasi Pb di udara Jakarta juga sudah cukup parah dan diperkirakan
U
bahwa
Jakarta
N
dari hasil penelitian
pada tahun 2005 kandungan Pb di udara Jakarta, jika bensin bertimbal tidak dihapuskan,
akan mencapai 1,7 sampai dengan 3,5 f-Lg/m 3 (Pusdokinfo-PSDAL,
2000).
Akumulasi Logam Berat oleh Organisme Perairan Salah satu bahaya logam bagi kehidupan adalah diakumulasi oleh organisme hidup.
karena sifatnya yang dapat
Dalam sistem perairan, bioakumulasi logam
berat ditentukan oleh adanya interaksi 3 faktor, yaitu faktor kontaminasi, faktor abio tik, dan faktor biotik. Faktor kontaminasi berhubungan dengan kondisi paparannya
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
11 secara langsung atau melalui jalur tropik (ekosistem); faktor abiotik berhubungan dengan karakteristik fisikokimia kolom air dan sedimen; dan
faktor biotik
berhubungan dengan kekhasan struktur dan fungsi dari organisme hidup (Boudou & Ribeyre 1989, dalam Boudou et al. 1998).
Bioakumulasi logam berat pada organisme uniseluler dan multiseluler berdasar pada beberapa hal,
yaitu mekanisme asupan (uptake), yang meJibatkan
proses
adsorpsi dan absorpsi melalui barrier biologis (seperti membran sel dan struktur epiteJ lainnya seperti insang, dinding usus, dan integumen); distribusinya ke dalam
BU KA
kompartemen intemal (organela, jaringan, dan organ) melalui sistem peredaran darah; ekskresi logam rrielalui berbagai mekanisme, seperti melalui jalur ginjal, sistem pencemaan, atau melalui proses pergantian kulit (moulting).
R
Dalam sudut pandang ekotoksikologi, bioavailabilitas logam berat memegang Bioavailabilitas logam berat ini
TE
peranan penting dalam proses bioakumulasi.
tergantung pada proses-proses biogeokimia yang menentukan kemampuan logam biologis
dengan lingkungan ekstemal
dan juga tergantung pada asupan logam berat melalui
SI T
struktur biologis ( Gambar 2).
yang memisahkan antara organisme hidup
AS
terse but melewati barrier
IV ER
Bioakumulasi logam berat dalam tubuh orgamsme ini dapat terjadi karena adanya sejenis
protein dalam tubuh organisme yang bersangkutan yang berfungsi
sebagai pengikat logam berat. Protein tersebut
yang mempu
bobot molekul yang rendah (6 - 7 kilo Dalton), yang mengandung 26 - 33 %
U
nyal
merupakan sejenis protein (polipeptida)
N
protein. Metalotionein
adalah metalotionein dan binding
sistein dan tidak mempunyai asam amino aromatik atau histidin (Lasut, 2002). Menurut Bryan (1984 dalam Dannono 1995) ada beberapa faktor yang mem pengaruhj kekuatan racun logam berat pada ikan dan organisme air lainnya, yaitu: 1)
bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut dalam air;
2) pengaruh interaksi antara logam dengan jenjs racun lainnya; 3) pengaruh lingkungan seperti suhu, kadar garam, pH, atau kadar oksigen dalam air; 4) kondisi hewan, fase siklus hjdup (telur, larva, dewasa), besarnya organisme, jenjs kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi;
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
12
E T (input dari alam dan
antropo nik)
BADAN AIR
TE
R
BU KA
FAKTOR ABIOTIK -pH -suhu - pCI - kesadahan - zat organik terlarut - partikel tersuspensi
8 ib kimiawi logam dalam kolom air dan sedimen:
SI T
*
AS
FAKTOR KONTAMI
IV ER
- truktur kimia - Transpormasi kimia metilasi dan
dem tilasi)
BIOAVAIL ABILITAS
U
N
• Tingkal kontaminasi
I
SEDIMEN
Gambar 2 Pendekatan ekotoksikologi untuk meneliti mekanisme bioakumulasi logam berat pada tingkat ekosistem. Aksi dan interaksi antara 3 faktor utama: faktor kontaminasi, faktor abiotik, dan faktor biotik (Boudou et al. 1998). 5) kemampuan hewan untuk menghindar dan kondisi buruk (pencemar), misalnya bergerak untuk pindah tempat; 6) kemampuan hewan untuk beradaptasi terhadap racun, misalnya detoksikasi.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
13
Karakteristik dan Kegunaan Timbal (Pb) Timbal merupakan logam berat yang
berwarna putih kebiruan dan berkilau
seperti perak, tidak berasa, tidak berbau, bertekstur lunak, mudah dibentuk, dan bersifat sebagai penghantar arus listrik (Irwin 1997; Kelafant 1988; Winter 2002, Chemsoc 2003). Logam ini mempunyai bobot molekul 207,19; bobot jenis 11,34 pada suhu 20°C; titik didih
1740 °C; dan titik lebur 327°C (Kelafant 1988;
Wagenet & Lemley] 993). sangat populer dan
mengherankan, karena Pb
banyak dikenal orang awam.
Hal ini tidak
banyak digunakan dalam berbagai industri dari sejak
zaman dahulu hingga sekarang.
BU KA
Timbal
Diperkirakan sejak ribuan tahun yang lalu manusia
telah mengunakan Pb dalam kehidupannya. Pada zaman Romawi Pb digunakan
R
sebagai komponen pemanis dan pengawet makanan. Merekajuga menggunakannya
TE
untuk membuat peralatan makan, pipa air, dan wadah untuk menyimpan anggur. Orang Romawi merupakan penemu pipa air yang terbuat dari Pb. Pada tahun 370
pekerja yang bekelja sebagai pengekstrak
penderita kolik akut pada
logam. Pada abadtersebut,
SI T
seorang
AS
sebelum Masehi, Hipokrates telah menemukan adanya
tampaknya pengaruh keracunan Pb terhadap para pekerja
diabaikan, karena
IV ER
kebanyakan pekerja adalah para budak (Tuormaa 1995; Chetboddy 2002). Kini penggunaan Pb semakin besar dengan semakin berkembangnya industri dunia. Penggunaan Pb, antara lain dalam industri cat, barang-barang dari keramik,
N
baterai, pelapis logam,
alat-alat listrik,
bahan pematri
kaleng makanan dan
U
penyambung pipa ledeng, kosmetik dan pewarna rambut, krayon, pestisida, plastik, dan bahan pencampur bensin yang berfungsi sebagai anti letup (Manahan 1994; Darmono, 1995; Saeni 1997; Cheminfo 2001; Hu 2002). Produksi Pb dunia akhir-akhir ini setiap tahunnya mencapai 5,4 juta ton dan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Sekitar 60% Pb digunakan dalam industri
baterai khususnya
aki,
sisanya
digunakan untuk produksi pigmen,
plastik, pelapis logam, amunisi, pencampur bensin, dan berbagai produk lainnya (Hu 2002). Dengan demikian jelaslah bahwa Pb
digunakan
Luasnya penggunaan Pb ini, telah menyebabkan air, dan udara) dengan sebaran yang cukup luas.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
dalam berbagai industri.
pencemaran lingkungan (tanah,
40097.pdf
14
Pencemaran dan distribusi Timbal Timbal
merupakan zat pencemar yang secara alami maupun akibat aktivitas
manusia (antropogenik)
banyak mencemari lingkungan. Pencemaran secara alami
jumlahnya jauh lebih rendah, yaitu sekitar 19.000 ton/tahun dibandingkan dengan pencemaran antropogenik yang dapat mencapai 126.000 tonltahun (WHO 2003). Umurnnya pencemaran Pb secara alami terjadi akibat adanya pelapukan batuan dan letusan gunung berapi; sedangkan pencemaran antropogenik dapat teIjadi pada saat penambangan, peleburan, dan pemakaian dalam berbagai industri.
BU KA
Penggunaan Pb dalam berbagai industri di kota-kota besar dunia termasuk di Jakarta telah menimbulkan masalah pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan masyarakat.
Hal ini terjadi karena di kota-kota besar inilah umumnya
pencemaran
lingkungan
di negara berkembang seperti Indonesia
TE
Umumnya
R
berdiri industri-industri yang banyak menggunakan Pb sebagai bahan produksinya.
diperparah oleh lemahnya kontrol terhadap pencemaran lingkungan, sehingga tidak kota terkotor ketiga di
dunia.
AS
heran jika Jakarta menyandang julukan Dibandingkan Indonesia, negara
maju seperti Amerika Serikat, kontrol terhadap
SI T
pencemaran lingkungan dilakukan dengan baik. Sebagai contoh, penggunaan bensin
IV ER
tanpa Pb di Amerika telah dilakukan sejak tahun 1978. Ini merupakan perwujudan dari kontrol lingkungan yang cukup ketat.
Bagaimana di Indonesia? Rencananya
Indonesia akan menghapus bensin bertimbal
pada awal tahun 2002, kemudian
N
diundur menjadi Juli tahun 2003 itupun masih belum jelas, karena adanya catatan
U
bila tercapai 2001).
kesepakatan antara pemerintah dengan instansi pemberi dana (Een
Hingga saat ini
pertamina
dan pemerintah
belum mengumumkan
penghapusan hensin bertimbal di seluruh Indonesia, melainkan baru di daerah-daerah tertentu khususnya Jawa dan Bali.
Distribusi dan transformasi Pada umurnnya Pb yang dideposisikan ke lingkungan (udara, tanah, dan air) baik secara alami maupun antropogenik tidak akan jauh dari sumber pencemamya, tetapi
partikel Pb yang ada di udara dengan diameter kurang dari 2 mm, dapat
terdistribusi jauh dari sumber pencemarnya. Partikel Pb yang ada di udara pada
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
akhirnya akan turon ke pennukaan bruni dan mencemari tanah dan air. Timbal yang masuk ke dalam perairan terutama berasal dari udara, limpasan dari pennukaan tanah, atau buangan industri. Timbal selanjutnya akan diendapkan dalam sedimen perairan atau tetap di dalam badan air, tergantung dan pH, kadar garam, keberadaan agen
pengkelat Pb,
kondisi redoks, komposisi partikulat terlarut dan sedimen,
konsentrasi Pb, dan mikroorgarusme yang dapat memetilasi Pb (Irwin 1997). Timbal yang mencemari udara, tanah, dan perairan tawar pada akhirnya akan menceman
perairan laut baik secara langsung ataupun tidak langsung. Di lautan
bentik dapat meremobilisasi terbentuk
BU KA
Pb juga akan diendapkan dalam sedimen. Biometilasi Pb oleh mikroorganisme Pb ke dalam kolom air, bahkan Pb-tetrametil yang
dari proses biometilasi Pb
oleh organisme anaerob dalam
sedimen
R
perairan bersifat relatif volatil dan dapat menguap ke udara (Kelafant 1988; Irwin
Terestrial/air ta war
N
-'-'.~-'
IV ER
SI T
AS
TE
1997). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
estuari
Sedjmen
U
Sedimen
Delta,
Laut
Dalam Ketemngan; = =
jalur utama jumlahnya sedikit
Gambar 3 Model pencemaran timbal (modifikasi dan Hund 2003)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
16
Pengaruh Pb terhadap kesehatan manusia
Pendedahan dan absorpsi Pb Pendedahan Pb pada tubuh manUSla
dapat terjadi secara langsung
melalui
saluran pernapasan ketika udara tercemar memasuki paru-paru, saluran pencernaan, dan pendedahan melalui kulit, khususnya Pb organik.
Menurut Kelafant (1988)
pendedahan Pb yang lebih besar terutama terjadi melalui oral bersama makanan dan minuman yang terce mar. Makanan dan minuman dapat tercemar Pb dari berbagai sumber, antara lain:
BU KA
1) Dari bahan makanannya yang sudah tercemar, misalnya dari hasil perikanan laut yang banyak mengandung timbal. Hal ini terungkap dari hasil penelitian
YLKI
bekerjasama derigan Faperikan IPB (1997 dalam Nurjanah dan Widiastuti 1997)
R
yang mengungkapkan sebagian besar hasil laut yang diteliti tercemar Pb dalam
Pb
pada
antara lain Saeni
Sedangkan
sayuran juga terungkap dari berbagai hasil
dan Wuryandari (1997)
AS
pencemaran
yang diperbolehkan.
TE
konsentrasi yang telah melewati ambang batas
penelitian
yang mengungkapkan tingginya
SI T
kandungan Pb pada sayuran bayam (28,5 ~g/g) dan kangkung (22,2 ~g/g) dari Kodya Bogor.
IV ER
Air minum dapat tercemar Pb secara langsung dari limbah industri yang meresap ke dalam air tanah, ataupun dari pipa-pipa penyalur air yang menggunakan bahan
yang mengandung Pb,
N
menggunakan solder
seperti bahan penyambung pipa
bertimbaL dari pipa itu sendiri, dan
U
lainnya yang menggunakan
Pb lebih dari 8%. Timbal
ledeng yang
peralatan
air ledeng
tersebut akan terkikis ke
dalam air ledeng terutama dari instalasi yang berumur kurang dari 5 tahun, dan jika air ledeng tersebut agak asam, lunak, serta hangat (McElgunn 1996). 2)
Karena
makanan
penanganan makanan dan minuman sebelum dikonsumsi,
dan minuman
kaleng
dapat
tercemar dari
seperti
pematri kaleng yang
menggunakan bahan pematri yang mengandung Pb. Timbal juga dapat mencemari anggur yang disimpan dalam wadah yang terbuat dari kristal dan makanan atau minuman yang disimpan dalam wadah yang terbuat dan keramik. 3) Debu dan tanah
tercemar. Debu
dapat mengandung
Pb dari
udara yang
tercemar dan dari serpihan-serpihan yang besaral dari cat interior. Debu dan tanah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
17 sangat
berbahaya terutama bagi anak-anak, karena anak-anak biasanya senang
memasukkan tangan atau benda-benda lain ke dalam mulutnya (Schrey et al. 2000; CDC 2002; Belinger 2004). Absorpi Pb ke dalam tubuh manusia tergantung pada jenis ikatan kimia, ukuran partikel, dan kelarutannya dalam larutan tubuh. Absorpsi Pb juga tergantung pada jalur pendedahan
dan umur organisme.
Kemampuan saluran penapasan dalam
mengabsorpsi Pb jauh lebih besar (30-50 %) daripada kemampuan saluran pencemaan (5-15 %). Pada anak-anak terutama yang berumur di bawah 6 tahun,
BU KA
daya serap Pb melalui saluran pencemaan jauh lebih besar daripada orang dewasa, yaitu sekitar 40 - 50 % dari Pb yang masuk ke dalam saluran pencemaannya. Keadaan ini terjadi karena metabolisme pada anak-anak lebih cepat daripada orang
Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia
lewat saluran pencemaan dan
TE
R
dewasa (Wagenet & Lemley 1993; J uberg et al. 1997; Chern info 2001).
Tempat akumulasi Pb di dalam
pemapasan, serta sedikit lewat permukaan kulit akan masuk ke pembuluh darah,
tubuh manusia terutama
AS
kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
hati, ginjal, dan tulang, disamping organ tubuh lainnya
SI T
seperti otak, limpa, dan rambut. Pada ibu hamil, Pb dapat melewati barrier plasenta
IV ER
menuju janin yang dikandungnya (Blakley 2002; Anonim 2003b). Selama masa kehamilan dan menyusui, simpanan Pb dalam tulang seorang ibu akan dimobilisasi ke dalam darah, sehingga pertumbuhan dan perkembangan mental janin dalam yang sedang disusui akan terganggu. Timbal tidak
N
kandungan ataupun bayi
U
berikatan dengan lemak, sehingga konsentrasi Pb dalam air susu lebih rendah daripada konsentrasinya di
dalam darah (NRDC
2003).
Untuk memahami
pendedahan Pb dan distribusinya dalam tubuh manusia dapat dilihat pada Gambar 4. Karena Pb merupakan logam berat yang berbahaya bagi tubuh manusia, maka WHO/FAO
menetapkan provisionally tolerable weekly intake (PTWI) untuk Pb
pada orang dewasa
sebesar 50 flg/kg bobot badan,
sedangkan untuk bayi dan
anak-anak sebesar 25 I-lg/kg bobot badan ( Rahde 1994; McElgunn 1996; Schrey 2000; Subendrayatna 2001).
Ini berarti seorang anak yang memiliki bobot 10 kg,
boleh mengkonsumsi Pb sebanyak
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
36 flglhari dengan aman, padahal dengan
40097.pdf
18
CEREBELLUM
asupan melalui pernapasan ..
I:I:EI!I
asupan melalui dip.l makanan ~
asupan melalui &kulil
disimpan dalam
TE
R
BU KA
lulang
feses
URINE
/
SI T
AS
\
mengkonsumsi Pb
sebesar itu
N
IV ER
Gambar 4 Distribusi dan masuknya timbal (Pb) pada tubuh manusia (Modifikasi Moore 1986 dalam Sustriawan 1999)
~gldl
U
darah anak-anak sekitar 6 LOAEL
Pb darah sebesar
mengungkapkan bahwa menyebabkan
gangguan
10
diperkirakan dapat menyebabkan kandungan Pb (CCFAC 1999). Walaupun ~gldl,
pada dosis
namun
kenyataannya
lebih rendah
CDC menetapkan beberapa peneliti
dari itu, masih
dapat
kecerdasan anak (Hu 2002; Canfield et al. 2003).
Lanphear et al. (2000) yang meneliti hubungan konsentrasi timbal darah dengan kognitif anak-anak dan
remaja di
konsentrasri Pb darah kurang 5
~gldl
Amerika Serikat,
menyimpulkan
bahwa
berpengaruh negatif terhadap kemampuan
akademis dan kognitif anak-anak dan remaja. Walaupun demikian masih banyak peneliti yang mendukung CDC dan WHO yang menetapkan konsentrasi Pb darah 10
~gldl,
sebagai dosis yang perlu diperhatikan (Bernard 2003).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
19
Metabolisme Timbal
Timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia, selanjutnya akan masuk ke dalam pembuluh darah dan diperkirakan 70 % Pb akan tetap di dalam darah, sedangkan 30 % Pb akan segera diserap oleh jaringan lunak (Hursh 1970 dalam Irwin 1997). Akhimya Pb akan dideposisikan ke dalam tulang, sehingga timbunan terbesar Pb di dalam tubuh manusia terdapat di dalam tulang, yaitu sekitar 95% (Gambar 4 dan 5). Timbal yang tertimbun di dalam tulang akan bertahan hingga puluhan tahun dan mengalami
BU KA
sewaktu-waktu dapat diremobilisasi ke dalam darah jika seseorang
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
fraktur, osteoporosis, kehamilan, dan hipertiroidisme (Anorum 2003a).
Gambar 5 Diagram metabolisme timbal (Ratdiffe 1981, dalam Saeni 1997)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Timbal dalam darah terutama terdapat di dalam eritrosit, yang mencapai 16 kali dari konsentrasinya di dalam plasma darah. Di dalam eritrosit, Pb terutama terikat pada
hemoglobin, selain itu Pb dapat terikat pada membran sel dan membran
mitokondria. Waktu paruh biologis Pb di dalam darah dan jaringan lunak manusia dewasa antara 26 - 36 hari, sedangkan pada tulang antara 10-20 tahun (Kelafant 1988; WHO 2003). Waktu paruh Pb dalam darah mencapai keadaan stabil setelah lebih kurang 6 bulan. Keadaan ini penting untuk terjadinya akumulasi Pb dalam jaringan tubuh manusia (Rahde 1991).
BU KA
Laju eksresi Pb oleh tubuh sangat rendah. Timbal terutama diekresikan lewat urine, yaitu mencapai 75 % dari ekskresi harian, 16 % diekskresikan lewat saluran 8 % diekskresikan melalui rambut, kuku, keringat, serta rute
gastrointestinal dan
TE
R
lainnya (Rahde 1991).
Efek toksik timbal
pad~
jalur pendedahan, dosis, dan tahap perkembangan makbluk hidup
yang terkena dampak.
Dosis akut
SI T
tergantung
AS
Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat toksik. Toksisitas Pb
yang mematikan bagi manusia dewasa
IV ER
diperkirakan terjadi j ika 500 mg Pb terabsorbsi ke dalam tubuh (Rahde 1991). Gosselin (1984 dalam Rahde 1991) mengungkapkan pula bahwa pendedahan Pb asetat atau Pb karbonat dengan dosis lebih dari 30 g dapat menimbulkan kematian Toksisitas kronis teIjadi jika setiap hari
N
bagi manusia.
U
mengabsorpsi Pb lebih dari 0,5 mg/hari.
tubuh seseorang
Anak-anak lebih rentan
terhadap Pb
dibanding orang dewasa. Pada konsentrasi Pb darah sebesar 10 flg/dl sudah dapat menyebabkan teIjadinya penurunan
kecerdasan anak.
dapat teIjadi pada konsentrasi Pb darah mencapai 125 Hu (2002). Keracunan akut
Kematian pada anak-anak
~g/dl
Pb dapat menyebabkan
atau lebih (Rahde 1991; gangguan sistem saraf,
gangguan hematologis, gangguan fungsi hati, disfungsi ginjal, ganguan fungsi tulang, dan gangguan terhadap sistem reproduksi. Gangguan sistem saraf (neurotoksik), teIjadi karena
Pb dapat mengganggu
struktur dan fungsi saraf tepi maupun saraf pusat. Gangguan fungsi saraf tepi teIjadi karena Pb
dapat
mengganggu
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
pembentukan selaput mielin pada
akson,
40097.pdf
21 sehingga akson dapat kehilangan selaput mielinnya. Keadaan ini dapat mengganggu penghantaran impuls saraf dari reseptor menuju efektor, sehingga menyebabkan kelemahan otot dan gangguan pada indera peraba. Gangguan saraf pusat terjadi karena Pb dapat mempengaruhi: (1) fungsi mitokondria pada sel otak, sehingga metabolisme sel-sel otak terganggu yang pada akhimya dapat merusak sel-sel tersebut;
(2) pelepasan neurotransmiter (dopamin, norepinefrin, dan asetilkolin),
sehingga mengganggu aktivitas sel saraf, bahkan dapat menyebabkan penyakit Parkinson (Carola el al.
1992; Martinez el al.
2001); (3) fungsi normal
BU KA
oligodendrosit, menyebabkan hilang atau cacatnya selaput mielin pada serabut saraf; dan (4) struktur pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan pendarahan dan pembesaran otak" secara abnormal.
terjadinya gangguan terhadap enzim pembentuk galaktolipid
R
saraf terjadi karena
Rusak atau cacatnya selaput mielin pada sel
1996; Flora & Seth 2000;
TE
yang merupakan pembentuk selaput mielin (Tong el al.
Deng & Portez 2001). Timbal mempengaruhi banyak bagian otak, seperti korteks, gangguan pertumbuhan
AS
serebelum, dan hipokampus. Timbal juga menyebabkan
dan fungsi otak karena Pb dapat mengganggu fungsi protein kinase, sintesis dan
SI T
pelepasan neurotransmitter, dan pembentukan selaput mielin, yang sangat penting
IV ER
dalam penghantaran impuls saraf (Goldstein 1990; Murakami el al 1993; Chen el al 1999; Walls 2004).
Timbal dapat menimbulkan gangguan hematologis yang ditandai adanya gejala Anemia
terjadi
karena
Pb
yang terikat
eritrosit
N
anemia dan hipertensi.
dapat
U
menyebabkan mudah pecalmya sel darah merah (dosis akut) dan pada dosis kronis mengganggu proses eritropoiesis
dan
sintesis hemoglobin (WHO 1972;
Vettorazzi 1982). Timbal juga menyebabkan gangguan atau disfungsi ginjal dan hati (Manahan 1994).
Kerusakan sel hati, yang ditandai adanya abnorrnalitas fungsi dan dapat
menimbulkan penyakit hepatitis;
sedangkan
gangguan Pb pada sel ginjal dapat
mengakibatkan kerusakan pada dinding tubulus ginjal bagian proksimal (Juberg el
al. 1997; ATSDR 2003; Cullen el al. 2005). Timbal
mengganggu proses
pembentukan dan
fungsi tulang, karena
Pb
mengganggu metabolisme vitamin 0 yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
22 pemanjangan tulang. Gangguan metabolisme vitamin 0 terjadi padaanak-anak dengan konsentrasi Pb darah 12
~g/dl
atau lebih, sehingga
pertumbuhan anak
tersebut dapat terganggu Efek toksik Pb juga dapat menyebabkan gangguan reproduksi baik pada pria maupun wanita. Pengaruh Pb pada organ reproduksi wanita dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Pada ibu hamil, Pb
dapat menyebabkan kelainan
Janm,
kematian bayi yang dilahirkan, dan hambatan pertumbuhan dan kecerdasan jika bayi terlahir dengan selamat (Tuormaa 1995; Juberg et af 1997). Pb juga dapat Hal ini terjadi karena pendedahan Pb dapat
BU KA
menyebabkan infertilitas pada pria. menyebabkan
penurunan kualitas semen, kelainan pada
morfologi
sperma,
penurunan jumlah dan motilitas sperma, serta merusak epitel tubulus seminiferus
pengontrol utama proses spermatogenesis
hormonal dalam sistem reproduksi.
TE
dan hipofisis yang merupakan
R
(HSEC 1992; Anonim 1999; Erikson 1999). Timbal juga mengganggu hipotalamus
Akibatnya dapat menyebabkan ganguan
AS
spermatogenesis dan produksi hormon reproduksi, sehingga prostat) juga terganggu.
fungsi organ seksual
Penurunan hormon seksual pada pria,
SI T
lailU1ya (seperti
dan
diindikasikan dengan menurunnya libido dan fertilitas.
IV ER
Mekanisme gangguan Pb terhadap organ reproduksi adalah sebagai berikut: 1) Mengganggu fungsi sel Leydig,
yang merupakan sel
Testosteron ini merupakan hormon yang
berperan
penghasil testosteron. penting dalam
N
spermatogenesis (Johnson & Everitt 1988). Dengan demikian
proses
gangguan
U
terhadap sel Leydig akan menyebabkan gangguan pada proses spermatogenesis yang pada akhimya akan menyebabkan gangguan produksi sperma. 2) Mengganggu fungsi hipotalamus dan hipofisis dalarn mengontrol pembentukan hormon
testosteron.
Keadaan ini men):.ebabkan
gangguan pada proses
spermatogenesis dan konsentrasi testosteron di dalarn testis. 3) Menurunkan stabilitas kromatin di dalarn sperma. 4) Mengganggu
spermiogenesis yang mempengaruhi morfologi dan motilitas
sperma yang dihasilkannya, sehingga dapat mengurangi kemarnpuan sperma untuk melakukan penetrasi "terhadap sel telur yang akan dibuahinya.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
23 Kuo et at. (1996) mengungkapkan bahwa pengaruh pendedahan Pb terhadap fertilitas mencit jantan dihentikan.
segera pulih jika perlakuan
bersifat sementara dan
Hal ini disimpulkan dari hasil penelitiannya dengan cara pemberian
Pb asetat pada mencit secara intraperitoneal (dosis 50 atau 100 mg/kg bobot badan). Perlakuan tersebut dapat menurunkan kemampuan kawin dan fertilitas mencitjantan selama 2 minggu setelah perlakuan, tetapi pada minggu ketiga setelah perlakuan kemampuan
kawin dan fertilitasnya puJih kembaJi.
Irwin (1997) yang meneliti
pengaruh Pb pada sejumlah pria pekerja tambang mengungkapkan bahwa gangguan pria terjadi pada konsentrasi
sedangkan pada konsentrasi
Pb darah
74,5 ± 26
bahkan 50% di antaranya menjadi infertil.
mencapai lebih dari 41
~g/d I;
BU KA
seksual
~g/dl
menyebabkan hipofertil (75%),
Peningkatan Pb darah pada anak dan gangguan pematangan seksual,
R
remaja (umur 8 - 18 tahun) dapat menyebabkan
adanya keterlambatan masa pubertas dan keterlambatan
TE
yang ditandai dengan
menarche pada remaja putri (Rogan & Ware 2003; Geller 2003; Denham et al. Terganggunya infertilitas pada pria dapat teIjadi karena Pb mengganggu
AS
2005).
sperma, sehingga
mengakibatkan
azoospermia
dan
SI T
produksi dan transportasi
IV ER
oligospermia (Metha 2003)
Hubungan Pb darah dengan kesehatan manusia Dalam penelitian akhir-akhir ini
terungkap adanya hubungan
yang erat antara
lebih
U
darah
N
konsentrasi Pb dalam darah dengan gangguan kesehatan manusia. Konsentrasi Pb dari 40
~g/dl
menyebabkan ganguan saraf, otak, ginjal,
reproduksi, dan hati; sedangkan jika konsentrasinya kurang dari 40
~g/dl
organ darah
merupakan penyebab utama hipertensi dan gangguan kecerdasan (Hu 2002). Untuk lebih jelasnya
mengenai hubungan antara konsentrasi Pb dalam darah dengan
kesehatananak-anak dan dewasa dapat dilihat pada Gambar 6. Pada gambar tersebut nampak jelas bahwa anak-anak lebih rentan
terhadap Pb dibandingkan
dengan orang dewasa. Pada anak-anak, konsentrasi Pb darah yang cukup rendah, yaitu kurang
dari
10
~g/dl,
telah menyebabkan gangguan
pertumbuhan,
pendengaran, dan IQ atau kecerdasan yang tidak teIjadi pada orang dewasa.
Efek
lailUlya juga teIjadi pada konsentrasi Pb darah yang lebih rendah daripada orang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
24
Anak-anak
Dewasa
Konsentrasi timbal darah (Jlg/dl)
t
Kematian Ensefalopati Ensefalopati Nefropati Anemia Frank
BU KA
Anemia Frank Penunman usia harapan hidup
Kolik
R
Sintesis Hb ...
TE
Neuropati periferal Infertilitas laki-Iaki Nefropati
SI T
Metabolisme Vit D ..
AS
Sintesis Hb ..
Tekanan darah sistolik (laki-Iaki) Ketajaman Pendengaran .. Eritrosit Protoporfirin (Laki-laki)
t
t
Kecepatan hantar saraf ..
t
IV ER
Eritrosit Protoponlrin
MetaboJisme vit 0 (?)
Eritrosit Protoporfirin
t
(Perempuan)
..
N
Toksik terhadap Perkembangan
Hipertensi (?)
U
IQ .. Pendengaran .. Pertumbuhan ..
t
Transfer transpJansenta
i
meningkat
~
menunm
Gambar 6 Hubungan konsentrasi timbal darah dengan kesehatan (Hu 2002)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
manusla
40097.pdf
25 dewasa.
Keadaan ini terjadi karena
absorpsi Pb pada anak-anak lebih cepat,
sebagai akibat tingginya kecepatan metabolisme dibandingkan dengan metabolisme pada orang dewasa dan karena sistem saraf serta
pembuluh darah otak yang
masih dalam tahap perkembangan. Lajis (I996) mengungkapkan pula hubungan antara konsentrasi Pb dalam darah dengan kesehatan manusia. Konsentrasi Pb dalam darah di bawah 25flg/dl tidak menunjukkan gejala khusus, walaupun pada beberapa penelitian menyebabkan pe nurunan IQ anak. Konsentrasi Pb darah antara 25-50 Ilg/dl menyebabkan gangguan
BU KA
ginja!. Gejala kurang darah, sembelit, dan kolik terjadi bi la konsentrasi Pb dalam darah mencapai 70llg/d!. Pada wanita hamil, konsentrasi Pb darah 25 flg/dl dapat
R
menyebabkan gangguan perkembangan mental dan fisik janin yang dikandungnya.
TE
Pencegahan dan Perawatan Masyarakat yang Terkena Efek Toksik Timbal Untuk mencegah bahaya yang ditimbulkan masyarakat yang berada di daerah
AS
sebaiknya
akibat adanya efek kronis Pb,
rawan
gangguan keracunan Pb,
SI T
mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat.
Penguj ian timbal
darah sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kandungan Pb pada darah tercemar Pb, sehingga
IV ER
masyarakat, khususnya yang berada di daerah
penyakit kronis akibat logam berat, khususnya Pb, selanjutnya ditindaklanjuti masyarakat
N
demikian,
wabah
dapat segera diketahui untuk
dengan penanganan medis
yang
memadai.
Dengan
di daerah rawan pencemaran akan merasa aman dan
U
terlindungi dari gangguan yang menghantui mereka. Dengan mengetahui seberapa besar kandungan Pb darah masyarakat tersebut, maka
pemerintah daerah, melalui dinas kesehatan setempat dapat dengan mudah
melakukan tindakan medis guna menanggulangi dan mencegah keracunan kronis Pb yang umum terjadi akibat dengan pendedahan Pb dosis subleta!. Jika kandungan Pb darah masyarakat cukup tinggi, maka pemerintah, melalui dinas kesehatan setempat wajib melakukan penyuluhan guna mencegah terjadinya wabah penyakit, dan pengobatan pada penderita dengan menggunakan agen pengkelat. Pemerintah juga dapat
melakukan evaluasi, dari mana sumber pencemar
tersebut dan menangani sumber pencemar, sehingga efek kronis Pb dapat ditekan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
26 bahkan dapat dihilangkan.
CDC (1991, dalarn AAP 1998) merekomendasikan
cara penanganan dan pencegahan efek toksik Pb, dengan melakukan pemeriksaan Pb darah (TabeI3).
Tabel3 Cara penanganan dan pencegahan penyakit pada masyarakat yang terkena dampak negatif pencemaran Pb berdasarkan diagnostik Pb darah Pb darah
Tindakan yang diperlukan:
(~gldl)
<10 10-14
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
Tidak memerlukan tindakan medis - Perlu uji konfirrnasi Pb darah, dalam selang 1 bulan. Jika Pb darah masih dalam rentang yang sama, diperlukan penyuluhan pada masyarakat guna mengurangl pendedahan Pb pada darah. Perlu uji ulang Pb darah setelah 3 bulan. Perlu uji konfirmasi Pb darah dalam selang 1 bulan 15-19 Jika Pb darah masih dalam rentang yang sama, diperlukan penyuluhan kepada masyarakat guna menurunkan pendedahan dan absorpsi Pb ke dalam darah. Mengulang uji Pb darah dalam selang waktu 2 bulan. 20 - 44 Perlu uji konfirrnasi Pb darah dalam selang waktu 1 minggu. Jika Pb darah masih berada pada rentang konsentrasi tersebut, harus dilakukan cek lengkap sejarah medisnya (terrnasuk evaluasi lingkungan dan nutrisi) dan lakukan pula pemeriksaan fisiknya. Diperlukan penyuluhan untuk menurunkan pendedahan dan absorpsi Pb ke dalam darah. Jika Pb darah lebih besar dari 25 J.lgldl, hendaknya dipertimbangkan untuk melakukan pengobatan dengan menggunakan agen kelat, setelah berkonsultasi dengan doktcr yang berpengalaman menangani pasien keracunan Pb. Lakukan cek ulang Pb darah dalam selang 2 hari 45 - 69 Jika Pb darah masih dalarn rentang konsentrasi yang sarna, lakukan cek lengkap sejarah medisnya (termasuk evaluasi lingkungan dan nutrisi) dan lakukan pula pemeriksaan fisiknya. Lakukan tindakan terapi dengan menggunakan agen kelat dengan terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter yang berpengalaman dalarn menangani pasien akibat efek toksik Pb. Lakukan uji konfirrnasi Pb darah dengan segera. Rawatlah pasien tersebut di rumah sakit, lakukan tindakan medis >70 dengan segera, setelah konsultasi dengan dokter yang berpengalaman. Lakukan segera tes konfirmasi Pb darah. (CDC 1991, dalarn AAP 1998)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
27
Agen pengkelat yang biasa digunakan untuk terapi terhadap pasien yang menderita penyakit akibat efek toksik logam berat terutama Pb, antara lain:
kalsium disodium
versenat (CaNa2EDTA), British Anti-Lewisite (BAL) atau dimerkaprol, Cuprimine (d-Penisilamin), dan chemet (succimer atau asam 2,3-dimerkapto-suksinat). Kalsium disodium versenat merupakan agen kelat yang diberikan secara intra muskular atau intra vena. Agen kelat ini relatif tidak spesifik, sehingga menurunkan
dapat
mineral esensial seperti Zn, Mg, Cu, Ca, dan Fe dalam tubuh pasien.
enchepalopathy, yang disebabkan Kombinasi
oleh
terapi dengan dosis awal
BU KA
Jika diberikan secara tunggal dapat menyebabkan gejaJa yang berhubungan dengan adanya redistribusi Pb ke dalam otak. menggunakan kelator BAL, dilanjutkan
R
dengan kalsium disodium versenat secara penuh, akan mengurangi efek samping
TE
yang mungkin terjadi.
BAL atau dimerkaprol merupakan agen kelat logam berat ( antara lain Pb), yang Terapi Pb
AS
diberikan secara intra muskular dan diberikan setiap 4 jam sekali.
dengan dimerkaprol dapat membuat pasien kesakitan, sehingga sangat sukar untuk pada anak-anak dapat diberikan bersamaan
kalsium disodium versenate untuk
lebih memaksimalkan efisiensi
dan
IV ER
dengan
BAL
SI T
diterapkan pada anak-anak.
mengurangi efek toksik dari kedua agen kelat tersebut.
Cuprimine (d-penisilamin) merupakan agen kelat yang diberikan secara oral.
N
Obat ini dapat menyebabkan kontra indikasi terhadap pasien yang sensitif terhadap
U
penisilin. Selain itu, cuprimine dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi pada tubuh pasien (33 %).
Chemet (succimer)
merupakan kelator Pb yang diberikan secara
oral dan
mempunyai efek samping yang paling rendah. Obat ini lebih spesifik terhadap Pb dan tidak menyebabkan penurunan mineral esensial dari tubuh pasien.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: 1. Penelitian tahap I, merupakan penelitian untuk mengetahui kandungan Pb pada makrozoobentos dan nekton hasil perikanan laut nelayan tradisional Muara Angke kandungan Pb di lingkungan (udara, air laut dan sedimennya) dan
serta
bahan
makanan (air minum dan sayuran) yang sering dikonsumsi masyarakat. Pengambilan sampel dilakukan di Perkampungan Nelayan Muara Angke dan sekitamya. Analisis
KA
Pb untuk sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu IPB, dan Balai Penelitian
R BU
Veteriner Bogor..
2. Penelitian tahap II. merupakan penelitian untuk mengetahui pengaruh pencemaran timbal pada makrozoobentos terhadap kesehatan masyarakat, persepsi masyarakat
terutama dilakukan di Perkampungan Muara Angke
AS
masyarakat. Penelitian ini
TE
terhadap pencemaran teluk Jakarta dan hasil lautnya, dan kondisi sosial ekonomi
Jakarta, Kelurahan Pluit. Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Uji timbal darah
SI T
dilakukan di Laboratorium BBIA-Bogor.
Penelitian ini dilakukan selama satu tahun, dimulai pada bulan September
N IV
ER
2003 hingga bulan Agustus 2004.
Bahan dan Alat
U
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah makrozoobentos yang biasa dikonsumsi masyarakat dan sampel darah. Bahan penunjang berupa sedimen dan air laut, air minum dan sayuran yang banyak dikonsumsi, serta sampel Pb di udara pada lokasi penelitian.
Dalam penelitian ini juga diperlukan bahan-bahan
kimia, yaitu untuk pengambilan sampel darah diperlukan alkohol 70%; untuk pengambilan sampel air diperlukan HN03 pekat (65%); sedangkan bahan yang diperlukan untuk analisis Pb di laboratorium dengan menggunakan AAS, antara lain: HN0 3 pekat (65%), HCI0 4, ammonium pirolidin ditiokarbamat (APDC), metil
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
29 isobutil keton (MIBK), aquabides, kertas saring Whatman ukuran 42, dan larutan Pb standar.
Alat Peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain: wadah untuk
pengambilan sampel makrozoobentos: seperangkat alat untuk mengambil sampel udara, yang terdiri dari alat penghisap udara dengan saringan khusus dan diesel atau jenset sebagai sumber listrik. Untuk pengambilan sampel darah, diperlukan siring
KA
sekali pakai ukuran 3 ml, tabung sampel darah yang telah mengandung antikoagulan EDTA, pengikat (belt) untuk mempermudah pengambilan sampel darah; sedangkan
timbangan analitik. oven, pipet volumetrik, labu takar, gelas
TE R
AAS, antara lain:
BU
peralatan yang diperlukan untuk analisis Pb di laboratorium dengan menggunakan
Erlenmeyer, gelas arloji, hotplate, stirrer,
kolom bebas asam
dari resin, dan
spektrofotometer serapan atom (AAS), yaitu jlame-AAS merk Varian, tipe AA 1275
TA S
dan graphite furnace-AAS merk JBC tipe 906. Angket dan pedoman wawancara juga diperlukan untuk mengetahui jumlah konsumsi hasil laut, persepsi masyarakat
SI
terhadap pencemaran lingkungan di Teluk Jakarta, kondisi kesehatan, dan keadaan
ER
sosial ekonomi masyarakat.
IV
Prosedur Pengambilan Data
U
N
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut. Penelitian Tahap I I. Pengambilan sampel a. Sampel untuk analisis Pb pada makrozoobentos dan nekton Pertarna-tama menentukan 2 kelompok makrozoobentos yang biasa dikonsumsi Masyarakat, yaitu
kelompok
udangan (Crustacea).
hewan berbadan lunak (Mollusca) dan
Selanjutnya menentukan
dijadikan contoh, dari setiap kelompok diperkirakan
banyak dikonsumsi
4 spesies
hewan
yang te1ah ditentukan
oleh Masyarakat
udang
yang akan
tersebut,
yang
Kampung Nelayan Muara
Angke. Sampe1 nekton berupa ikan (3 spesies) dan Cephalopoda (2 spesies), juga
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
30 Diambil sebagai data tambahan.
Makrozoobentos
dan nekton yang dijadikan
sampel merupakan hasil tangkapan ne1ayan dari perairan Te1uk Jakarta,
dibe1i
dari nelayan tradisional Muara Angke yang beroperasi di sekitar Teluk Jakarta. Sampe1 tersebut selanjutnya dikemas dalam wadah
dan diberi es untuk. menjaga
kesegaran sampel, se1anjutnya di bawa ke laboratorium.
Pengambilan
contoh
dilakukan dalam empat periode, yaitu musim timur, musim peralihan dari timur ke barat (musim peralihan I), musim barat dan musim peralihan dari barat ke timur (musim peralihan II). Penentuan periode pengambilan sampel tersebut berdasarkan
KA
asumsi bahwa dinamika perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh arus laut yang berbeda antara musim barat dan musim timur.
Teknik pengambilan sampel
pada bulan Juni sampai dengan bulan
TE R
Secara nonnal musim timur terjadi
BU
makrozoobentos dan nekton secara rinci dirangkum pada Tabel4.
Agustus, musim peralihan timur-barat (dalam pene1itian ini disebut musim peralih an I) terjadi pada bulan September sampai dengan Nopember,
musim barat terjadi
AS
pada bulan Desember sampai dengan bulan Pebruari, dan musim peralihan barat
SI T
timur (dalam penelitian ini disebut musim peralihan II) terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei setiap tahunnya (Suyarso 1995; Nontji 2002).
ER
b. Kandungan timbal di lingkungan dan sayuran I) Sampe1 Pb di udara
IV
Pengambilan sampe1
udara dilakukan
di 4
lokasi, yaitu di tengah-tengah
U N
pemukiman, tenninal bis Muara Angke. tempat pelelangan ~kan, dan di tepi pantai. Sampe1 udara
diambil dengan alat penyedot udara yang didisain khusus
dan
dilengkapi alat penyaring partikel menggunakan kertas saring fiber (ester selulosa) dengan diameter pori 0,8 Jlm. Kecepatan hisap diatur pada 1 sampai dengan 4 liter/menit, dengan total sampe1 udara antara 200 hingga 1500 liter dan total partike1 yang terhisap tidak lebih dari 2 mg (Anonim 1994). 2) Sampel sedimen dan air laut Sampel sedimen diambil dari dasar perairan di tiga lokasi, yaitu di Pelabuhan Ne1ayan Muara Angke, Pantai Muara Angke, dan Muara Sungai Angke (Peta Lokasi lampiran 32). Sedimen tersebut selanjutnya dikemas dalam botol polietilen (yang
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
31 telah direndam dalam asam nitrat 10% semalaman), kemudian diberi beberapa tetes larutan asam nitrat pekat dan ditutup.
Tabel4 Teknik pengambilan contoh untuk pengujian timbal (Pb) pada makrozoobentos dan nekton hasil tangkapan laut nelayan tradisional MuaraAngke
(n)
3
3. Kerang darah
(n)
2. Rajungan
3
3
3
,.,
,.,
-'
,.,
,.,
,.,
-'
3
(n)
3
3
3
3
(n)
3
3
3
3
SI
3. Udangjerbung
mar~uiensis)
ER
-'
-'
(Portunus pela~icus) (Penaeus
3
-'
TA
(Scylla serrata)
3
(n)
(Meretrix meretrix) Crustacea 1. Kepiting
3
S
4. Kerang tahu
3
,.,
TE R
(Anadara ~ranosa)
-'
3
2. Kerang bulu
(Anadara antiquafa)
Musim peralihan II
Musim peralihan I
KA
(n)
(Mytilus viridis)
Musim barat
Musim timur
BU
Kelompok Makro zooben tos
Jenis sampel Bivalvia: 1. Kerang hijau
,.,
(n)
-'
3
3
3
(n)
3
3
3
3
(n)
3
3
3
3
(n) (n)
3 3
-'
3 3
3
3
(n)
-'
3
-'
4. Udang mantis
IV
N
U
Kelom pok nekton
(Harpiosquilla sp) Ikan 1. Ikan beronang (Si~anus sp) 2. Ikan kerapu (Epinephelus sp) 3. Ikan cekong Cephalopoda 1. Cumi-cumi (Loli~o sp) 2. Sotong (Sepia sp)
,.,
,.,
3
,.,
-'
,.,
(n) 3 3 3 3 Catatan: Analisis kandungan Pb untuk : - Bivalvia dilakukan terhadap keseluruhan bagian tubuhnya, kecuali cangkang. - Crustacea dilakukan per bagian tubuh (daging, insang, kerangka luar) - ikan dilakukan per bagian tubuh (daging, insang, kulit-sisik-sirip) - Cephalopoda: pemefiksaan Pb per bagian tubuh (dagingdan kepala-Iengan)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
32
Sampel air laut diambil secara komposit dari dasar hingga permuakaan badan air di 3 lokasi yang sarna seperti pada pengarnbilan sampel sedimen. Sampel air sebanyak lebih kurang 500 ml dimasukan ke dalam botol polietilen (yang telah direndam dengan asam nitrat 10% semalarnan), kemudian diberi beberapa tetes asam nitrat pekat, ditutup dengan penutupnya dan siap di bawa ke laboratorium. 3) Sampel air minum Air minum yang
dijadikan sampel adalah air yang banyak dikonsumsi
masyarakat. Sampel air minum sebanyak lebih kurang 500 ml dikemas dalam
KA
botol polietilen dan diberi perlakuan sarna seperti air laut hingga siap di bawa ke laboratoriurn.
BU
4) Sampel sayuran
dikonsumsi masyarakat.
Jems sayuran yang
senng
TE R
Sayuran yang dijadikan sampel diambil dari
Sampel sayuran dikemas tanpa perlakuan khusus, hanya
TA S
kesegarannya perlu dijaga agar tidak membusuk saat di bawa ke laboratorium.
2. Analisis Pb dalam sampel
SI
Analisis Pb sampel secara umum memerlukan beberapa tahapan, yaitu tahap
IV ER
destruksi, pembuatan larutan blanko, pembuatan larutan standar,
pengukuran, dan
penghitungan Pb dalarn sampel yang dianalisis menggunakan AAS. a. Analisis Pb pada makrozoobentos dan nekton
U N
Bagian tubuh makrozoobentos dan nekton yang akan dianalisis kandungan Pb nya sesuai tabel 4, masing-masing diambil sebanyak 5 gram. Selanjutnya setiap sampel dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer kering yang telah dicuci dalam asam semalaman. Ke dalam labu ditambahkan HN03 pekat (65%) sebanyak 15 ml dan dibiarkan semalaman (untuk melepaskan ion-ion dalam bahan), selanjutnya dipanaskan di atas pemanas (hot plate) selama 5-6 jam pada suhu 110
0
C. Jika
sediaan tcrlihat menghitam, ditambahkan beberapa tetes HN03 pekat (65%) sarnpai berwarna jemih kembali, kemudian disaring dengan kertas Whatman 42 dalam labu takar 10 ml. Basil saringan diencerkan dengan aquabides sampai tanda tera dan dikocok dengan stirrer hingga tercampur merata. Larutan blanko dibuat dengan cara yang sama hanya menggunak,!n HN03 pekat. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
33 Pembacaan dilakukan dengan menggunakan jlame-AAS dengan lampu sebagai sumber energi dan menggunakan panjang gelombang 228,8 nm. Larutan standar Pb yang digunakan adalah 0, 0,5, 1,0, dan 2,0 f-lg/ml. Larutan standar Pb dibuat dengan cara mengencerkan Pb working solutuion (l0 f-lg/ml) dengan 1 N HCl sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Kadar Pb (f-lg/g) hasil bacaan menggunakan AAS, selanjutnya dihitung dengan cara sebagai berikut: ( Konsentrasi hasil bacaan sampel - blanko) x (faktor pengenceran )
Kadar logam berat (f-lg/g) =
BU
b. Analisis Pb pada lingkungan dan sayuran
KA
Berat basah sampel
TE R
Pada dasarnya langkah-langkah analisis Pb dari udara, air laut, sedimen, air minum, dan sayuran sama dengan analisis Pb pada makrozoobentos, hanya berbeda dalam destruksinya. Perbedaan destruksi ini dilakukan karena komposisi kimia dari
TA
S
bahan-bahan tersebut juga berbeda-beda (Darmono 1995). 1) Destruksi sampel Pb dari udara
SI
Kertas saring yang telah digunakan untuk mengambil sampel partikel Pb di
ER
udara dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam, kemudian ditimbang. Kertas saring tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam beaker glass
dengan 3 ml HN03 pekat dan 1 ml H20 2 30 %, kemudian ditutup dengan
IV
ditambah
bersih,
U
N
gelas arloji. Sediaan tersebut selanjutnya dipanaskan dalam hot plate pada suhu 40°C hingga volumenya mencapai 0,5 ml. Hal tersebut
diulang sebanyak 2 kali
lagi, dengan menggunakan 2 ml HN03 pekat dan 1 ml H202 30 %. Jika sampel mengering, dinding gelas arloji dan beaker glass dibilas dengan 3 - 5 ml HN03 5 %. Selanjutnya sediaan dibiarkan menguap sampai kering. Sediaan didinginkan dan ditambahkan 1 ml HN03 pekat untuk melarutkan kembali residu yang terbentuk. Larutan
yang terjadi selanjutnya dimasukkan ke dalam labu takar
10 ml dan
ditambahkan aquabides hingga tanda tera (Anonim 1994) 2) Destruksi air laut Sampel air laut disaring dengan membran bebas asam ukuran 0,45 f-lID. - Sebanyak 100 ml sampel dilewatkan melalui kolom bebas asam dan resin, dengan Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
34 Iaju aliran maksimun 2 mVmenit. Ion Pb yang terikat dalam resin,
kemudian
dibilas dengan 50 ml asam nitrat 10 % dan ditampung dalam labu takar 50 mI, selanjutnya ditambahkan
aquabides sampai tanda tera (Denton & Burdon-Jones
1986; Darmono 1995). 3) Destruksi sedimen Sampel sedimen dimasukkan ke dalam cawan porselen bersih, dikeringkan dalam oven 60°C, kemudian dihitung berat keringnya. Sampel didinginkan, ditambah HNO J pekat, kemudian dipanaskan di atas hot plate
dengan suhu
KA
dinaikan secara perlahan-Iahan hingga mencapai 100°C atau Iebih. Setelah kering, sediaan dilarutkan dalam 10 % HNO J. kemudian disaring dengan kertas Whatman sediaan dimasukkan ke dalam Iabu takar
BU
42. Selanjutnya
TE R
dengan akuabides hingga tanda tera.
50 mI dan ditambah
4) Destruksi air tawar
Air tawar tidak memerlukan destruksi khusus, cukup ditambahkan beberapa tetes terlihat kotor, maka air tersebut perlu disaring
TA S
HNO J pekat. Bila kondisi air
5) Destruksi sayuran
SI
terlebih dahulu dengan menggunakan kertas Whatman 42 sebelum diberi perlakuan.
ER
Sampel sayuran yang akan diuji kandungan Pb-nya ditimbang terlebih dahIu, kemudian dikeringkan pada cawan porselen bersih, di dalam oven selama Iebih
IV
kurang 3 hari. Setelah sampel sayuran menjadi kering, selanjutnya ditimbang
U
N
kembali untuk mengetahui kadar aimya. diletakkan dalam cawan, kemudian
Sebanyak
5 gram
sampel
ditambah 10 ml campuran HNO J
kering :
HCI0 4
dengan perbandingan 4:1. Selanjutnya sediaan dipanaskan dalam hot plate pada suhu 115°C.
Setelah kering sempuma,
ditambahkan HNO J 10% dan dibilas
dengan aquabides. Disaring dengan kertas Whatman 42 kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 mI dan ditambahkan aquabides sampai tanda tera. Perhitungan kandungan Pb sayuran menggunakan berat basah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
35
Penelitian Tahap JJ 1. Untuk mengetahui
jumlah konsumsi perikanan laut (makrozoobentos) per
minggu, asupan mingguan Pb, persepsi masyarakat terhadap pencemaran lingkungan di Teluk Jakarta, kondisi kesehatan, dan sosial ekonomi masyarakat.
Penelitian ini dilakukan dengan cara survai menggunakan angket, wawancara, dan studi dokumentasi. Data mengenai Jumlah konsumsi persepsi
masyarakat tentang
hasil perikanan
laut,
pencemaran logam berat di Teluk Jakarta, kondisi
KA
kesehatan, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat, diperoleh dengan cara survai (menggunakan angket dan wawancara). Jumlah sampel ditentukan sebanyak 10% kepala keluarga (KK), sehigga diperoleh
BU
dari jumlah populasi sebanyak 2.240
TE R
sampel sebanyak 224 KK. Sampel diambil dengan menggunakan teknik sampling
petala proporsional (Nugraha, 1985), berdasarkan jenis pekerjaannya, sehingga diperoleh komposisi: nelayan (58 KK), pengolah hasil laut (27 KK), pedagang (80
Studi dokumentasi
TA
S
KK), karyawan swasta (37 KK), PNS dan ABRI (10 KK), dan Lainnya (12 KK). dilakukan untuk memperoleh data kependudukan Kampung
SI
Nelayan Muara Angke di Kelurahan setempat dan data kesehatan masyarakat di
ER
Puskesmas yang ada disekitamya.
berikut.
diamati, dihitung dengan menggunakan rumus
IV
Beberapa parameter yang
U
N
Jumlah konsumsi pangan (hasillaut dan sayuran) per minggu, untuk setiap orang Jumiah konsumsi pangan per keluarga dalam setiap minggu Jumlah anggota keluarga
Asupan mingguan (weekly intake = WI) Ph pada masyarakat Kampung Nelayan MuaraAngke WI = jumlah konsumsi pangan setiap orang per minggu (g) x kadar Pb pada pangan (j.tg/g)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
36 2. Uji kandungan timbal darah a. Pengambilan sampel darah Sampel
diambil dengan teknik purposive sampling,
terhadap 2 kelompok
masyarakat, yaitu (l) kelompok anak-anak (berusia 6 -13 tahun) dan (2) kelompok dewasa
(berusia usia di atas 20 tahun).
dengan pertimbangan bahwa ekstrim, yaitu
Dipilihnya kedua kelompok tersebut,
kedua kelompok tersebut merupakan kelompok
anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang
paling rentan
terhadap efek toksik Pb, sedangkan dewasa merupakan kelompok yang paling tahan
KA
terhadap efek toksik Pb (Hu 2002). Dipilihnya kelompok anak-anak usia 6-13 tahun, dengan pertimbangan untuk kemudahan memperoleh sampel darah. Jumlah sampel
dan
pertimbangan jumlah masyarakat (KK) yang biasa
TE R
formula Yamane
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
BU
ditentukan sebanyak 50 orang
mengkonsumsi makrozoobentos.
Adapun formula Yamane (1967
AS
Sukandarrumidi 2002):
dalam
Keterangan: n = jumlah sampel
SI T
N
N= jumlah populasi d = presisi (koefisien konfidensi)
N IV
ER
n=
jumlah populasi sebanyak 2.240 KK,
dan dengan menggunakan
U
Dengan
koefisien konfidensi 10%, maka diperoleh hasil 99,56 atau dibulatkan ]00 KK, dan dengan mempertimbangkan bahwa jumlah
keluarga yang biasa mengkonsumsi
makrozoobentos kurang dari setengahnya ( Lampiran 1-6), maka jumlah responden ditentukan sebanyak 50 orang mewakili setiap keluarga. Selanjutnya jumlah sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 orang untuk anak-anak dan 20 orang untuk dewasa,
dengan
memperhatikan
variasi
tingkat
(makrozoobentos) dan tingkat kesejahteraan keluarganya.
konsumsi
hasil
laut
Sampel darah diambil
dengan bantuan seorang paramedis yang ada di Puskesmas setempat. Siring yang digunakan untuk mengambil sampel adalah siring sekali pakai agar tidak terjadi penularan penyakit yang berbahaya. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Sampel darah yang telah diambil dengan
40097.pdf
37 menggunakan siring ukuran 3 ml,
dimasukan ke dalam
tabung sampel khusus
(vacutainer) ukuran 3 ml yang telah berisi antikoagulan EDTA.
Sampel siap
dianalisis di laboratorium. b. Analisis Pb darah Analisis Pb dalam darah keseluruhan (whole blood) memerlukan preparasi sebagai berikut. Pertama-tama
2 ml darah dimasukkan ke dalam tabung kultur (16
x 150 mm), kemudian ditambahkan 0,8 amonium pirolidin ditiokarbamat (APDC), ditutup kemudian diaduk
selama 10 detik. Selanjutnya ditambahkan pula 2 ml
KA
MIBK, ditutup kemudian diaduk selama 2 menit. Sediaan dipusing dengan setrVuge pada kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Larutan siap dianalisis dengan graphite Blanko dibuat dengan menggunakan 2 ml air bebas ion
R BU
furnace-AAS.
dengan
TE
perlakuan yang sarna (Smallwood et al. 1994).
Analisis Data
pada tubuh
hasil perikanan laut
antar bagian tubuh dan antar musim pengambilan
SI T
(makrozoobentos dan nekton)
AS
Analisis uji beda kandungan Pb
sampel menggunakan uji analisis variansi (Anova) satu arah. Jika hasil uji tersebut
ER
terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji LSD. Sebelum dilakukan uji anova, terlebih dahulu data tersebut diuji normalitas distribusi dan homogenitas
N IV
variansinya. Jika distribusi sampel tidak normal maka dilakukan uji Kruskal Walis,
U
sedangkan jika distribusi data bersifat normal, tetapi berdasarkan uji homogenitas variansi teryata tidak homogen dilakukan uji 't-Student (Walpole & Myers 1986; Santoso 2000). Uji korelasi antara kandungan Pb darah dengan kondisi kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat menggunakan uji tau-b Kendall, karena data yang diuji sebagian besar berupa data kualitatif (Santoso 2000). Data lainnya, seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat, konsumsi pangan, kondisi kesehatan,
asupan mingguan Pb, dan persepSI masyarakat
pencemaran di Perairan Teluk Jakarta,
diolah
deskriptif, yang dibantu dengan perangkat lunak exel.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
dengan mengunakan
terhadap statistik
SPSS versi 11.5 dan program
U N
IV
ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV E
R
SI T
AS
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV E
R
SI T
AS
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV
ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV E
R
SI T
AS
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV E
R
SI T
AS
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV E
R
SI T
AS
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV
ER SI
TA
S
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV
ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV
ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV
ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE
R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV
ER
SI TA
S
TE
R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA S
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV
ER SI
TA
S
TE R
BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV
ER
SI
TA S
TE R BU KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV ER
SI T
AS
TE R
BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER SI
TA
S
TE
R BU
KA
40097.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
pernbahasan yang telah dilakukan,
dapat diambil beberapa
kesirnpulan sebagai berikut. 1 a. Rata-rata kandungan Pb pada kerang-kerangan cukup rendah, kecuali pada kerang hijau rnusirn tirnur dan kerang bulu rnusirn peralihan II; sedangkan kandungan Pb pada Crustacea pada setiap periode pengambilan sarnpel sudah
KA
rnelebihi ambang batas rnaksirnurn yang diusulkan CCFAC (1999). Bagian tubuh rnakrozoobentos, khususnya Crustacea, yang rnernpunyai kandungan Pb
R BU
paling tinggi adalah rangka luar dan insang .
b. Secara urnurn kandungan Pb pada rnakrozoobentos cenderung tinggi pada
TE
rnusirn tirnur dan rnencapai terendah pada rnusirn barat.
2. Persepsi rnasyarakat Kampung Nelayan Muara Angke terhadap
pencernaran
AS
khususnya logam berat di Teluk Jakarta rnasih rendah dan rnerata pada setiap jenjang pendidikan dan jenis profesinya.
SI T
3. Rata-rata konsurnsi hasil perikanan laut pada rnasyarakat Kampung Nelayan
ER
Muara Angke telah rnenyebabkan asupan Pb rnelebihi PTWI-nya terutama bagi anak-anak dan proporsi konsurnsi rnakrozoobentos lebih rendah daripada
N IV
konsurnsi nekton.
4. Kandungan Pb darah konsurnen pada rnasyarakat Kampung Nelayan Muara
U
Angke cukup tinggi terutama pada anak-anak, yaitu sekitar 20% sampel darah anak rnengandung Pb rnelebihi batas rnaksirnum yang ditetapkan WHO d,an CDC dan 27% sampel darah anak rnernpunyai kandungan Pb antara 5-10Ilg/dl, yang rnenurut penelitian terakhir rnasih berpengaruh buruk
terhadap perkern
bangan kognitif anak. Pada responden dewasa hanya 10 % sampel darah yang telah rnelebihi batas rnaksirnum WHO dan CDC. 5. a. Konsumsi
hasil perikanan laut
secara keseluruhan
berkorelasi
positif
terhadap kandungan Pb darah konsumen pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
99 b. Tidak ada korelasi yang nyata antara kandungan Pb darah dengan jumlah penderita penyakit (akibat efek toksik Pb) pada setiap keluarga konsumen di Perkampungan nelayan Muara Angke. c. Kandungan Pb darah konsumen tidak berkorelasi nyata dengan tingkat sosial ekonominya
Saran 1. Masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi hasil perikanan laut dari Teluk Ja
memasaknya,
terIebih dahulu mengolah hasil laut tersebut sebelum
antara lain dengan
KA
karta, hendaknya
membuang bagian tubuh yang banyak
BU
mengakulumasi Pb, seperti insang, sisik, dan rangka luamya.
R
2. Pemerintah diharapkan dapat mengurangi sumber pencemar Teluk Jakarta. dan
TE
merehabilitasi perairan Teluk Jakarta dari pencemar berbahaya seperti logam berat khususnya Pb. Untuk mengurangi pencemaran, antara lain dengan cara
S
menegakkan sanksi dari setiap peraturan yang
TA
pengelolaan limbah, khususnya limbah
industri yang berhubungan dengan
SI
pencemaran logam berat seperti industri tekstil, cat, pestisida, plastik,
pelapisan logam,
industri
pewama atau tinta, dan industri
ER
baterai, elektronik,
ada berkenaan dengan
otomotif. Sedangkan untuk merehabilitasi Teluk Jakarta, diperIukan waktu yang
IV
cukup lama, antara lain dengan penanaman kembali hutan mangrove dan tidak
N
melakukan reklamasi pantai yang akan menggusur lahan mangrove.
U
3. Pemerintah diharapkan melakukan pemeriksaan
kandungan Pb darah
kesehatan Masyarakat di sekitar Teluk Jakarta secara Kampung Nelayan
dan
rutin, khususnya di
Muara Angke, untuk menghindari terjadinya keracunan
kronis yang berbahaya bagi kelangsungan hidup masyarakat yang bersagkutan. 4. Pemerintah Daerah DKI Jakarta, hendaknya memberikan penerangan secara intensif berkenaan dengan pencemaran logam berat
berbahaya seperti Pb di
Teluk Jakarta, sehingga masyarakat mengetahui persis tingkat pencemarannya di perairan Teluk Jakarta dan bahayanya terhadap kesehatan.
". Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
---
--------,
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS
f 40097.pdf
TERBUr<" ·.'X
!
_.._:,.}.
DAFTAR PUSTAKA
[AAP] American Academy of Pediatrics. 1998. Screening for elevated blood lead levels (RE 9815). Pediatrics 101 (6): 1076-1078. Anonim. 1994. Lead by flame AAS method 7082. NIOSH Manual of Analytical Methods. 4 th ed. HIm 1-7.
KA
Anonim. 1999. Effect of lead on the male reproductive system. http:// www orion.oac.uci.edu/-epinet/the lead page/Male reproductive effect.html. [20 April 2003].
BU
Anonim. 2002. Limbah B3 di Jakarta tidak dikelola dengan baik. http//www. mediaindo.co.id.lcetak/berita.asp?id=200208l50344l0xx. (28 Pebruari 2003).
TE R
Anonim. 2003a. Lead. Course modules. Departement of environmental and occupational health. http://www.srhp.tamushsc.edu/courses/pheo/moore/pheo 630/course modules/81ead/LEAD%20 class.ppt. [23 April 2003].
TA
S
Anonim. 2003b. Developmental damage & toxic metals. Chelation for life. http://www.chelationforlife.comlchildren.htm. [28 Pebruari 2003].
ER
SI
[ATSDR] Agency for toxic substances and disease registry. 2003. Case study in environmental medicine: Lead toxicity. http:// www.atsdr.cdc.govIHEC/CSEMI lead/physiologic effects.html. [16 Pebruari 2005]
IV
Bapedalda DKI. 2000. Buku II Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah. Jakarta: Bapedalda DKI.
U
N
Bellinger, D.C. 2004. Lead. Pediatrics 113 (4): 1016 - 1022. Bernard, S.M. 2003. Should the centers for disease control and prevention's childhood lead poisoning intervention level be lowered? Am. J. Public Health. 93: 1253-1260. Blakley, B. 2002. Lead poisoning expositor. Hague: PDS.
10
Saskatchewan livestock. Anomal Health
Boudou, A, B. Inza, S. Hemaire-Gony, R. Maury-Brachet, M. Odin, and F. Ribeyre. 1998. Ecotoxicology. NewYork: John Willey & Sons, Inc. him. 451 479. Buono, A., A Hartana, A Turyani, B.M. Sinaga, L. Arianti, M. Rachmaniah, Siswandi, T. Rustandi, AW. Gunawan, A. Susnanto, B. Juanda, H.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
101 Dannasetiawan, L. Kolopaking, R. Boer, S.S. Achmadi, dan Y. Koesmaryono. 2001. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Bogor: IPB Pres. Canfield, R.L., C.R. Henderson, D.A. Cory-Slechta, C. Cox, T.A. Jusko, and RP. Lanphear. 2003. Intellectual impairment in children with blood lead concentration below 10 Ilg per deciliter. N. Engl. J. Med. 348: 1517-1526. Carola, R., J.P. Harley, and C.R. Noback. 1992. Human anatomy & physiology. 2nd ed. New York: McGraw-Hill. Inc. Carrington, C., M. Balger, J.C. Larsen, and R Peterson. 2000. Safety evaluation of certain food additives and contaminant. Geneva: WHO. 46 hIm.
BU
KA
[CDC] Centers for Disease Control. 2002. Childhood lead poisoning associated with tamarind can~y and folk remedies-California MMWR. 51 (31): 684-686.
TE R
Cheminfo. 2001. Lead. http://www.gov.calgarv.ab.ca/fire/about/division/hazardous. materials/ news/lead. pdf. [17 April 2003].
TA S
Chemsoc. 2003. Lead. http://W\\'w.chemsoc.org/viselements/pages/lead.html. [23 April 2003]. Chen, H.H., T. Ma, and I.K. Ho. 1999. Protein kinase C in rat brain is altered by developmental lead exposure. Neurochem. Res. 24(3 ):415-21.
IV ER
SI
Chet Boddy. 2002. Lead hazards in your home. http://www.chetboddy.com/Page /leadhazards.html.[16 April 2003].
U N
[CCFAC] Codex committee on food additives and contaminants. 1999. Joint FAO/WHO food standards program. Draft maximum level for lead. The Hague The Netherlands. Connell, D.W. and GJ. Miller. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran. Terjem. Koestoer Y. Jakarta: UI-Press. Cullen, G., A. Dines, and S. Kolev. 2005. Lead. IPCS INTOX- Data bank. London: National Poison Information Service. Dannono. 1995. Logam berat dalam sistem biologi makhluk hidup. Jakarta: UI Press. Dawson, E.B., D.R Evans, W.A. Harris, M.C. Teter, and W.J. McGanity. 1999. The effect of ascorbic acid supplementation on the blood lead levels of smokers. J. Am. ColI. Nutr. 18(2): 166-170. Denham, M., L.M. Schell, G. Deane, M.V.Gallo,· J. Ravenscroft, and A.P. DeCaprio. 2005. Relationship of lead, mercury, mirex, dichlorodiphenyldichlo Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
102 roethylene, hexachlorobenzen, and polycWorinated biphenyls to timing of menarche among Akwesasne Mohawk girls. Pediatrics. p 1161 - 1180. Deng, W. and R.D. Portez.2001. Lead exposure effects levels of galactolipid metabolic enzymes in the developing rat brain. Toxicol. appl. Pharmacol. 172(2): 98-107. Denton, G.L. W. and C. Burton-Jones. 1986. Trace metals in surface water from the Great Barrier Reef. Marine Pollution Bulletin 17 (3): 96 - 98.
KA
Dietrich, K.N., J.H. Ware, M. Salganik, J. Radcliffe, W.1. Rogan, G.G. Rhoads, M.E. Fay, C.T. Davoli, and M.B. Denckla. 2004. Effect of chelation therapy on the neuropsychological and behavioral development of lead-exposed children after school entry. Pediatrics 114 (1) : 19-26.
R
BU
Diniyah. 1995. .Korelasi antara kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada beberapa ikan konsumsi dengan tingkat pencemaran di Teluk Jakarta [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
S
TE
Een. 2001. Kewajiban baru pemilik mobil penumpang pribadi di propinsi DKI Jakarta. [serial on line]. http://www.dki.goid/citrabu/th2/cit3h.htm. [27 Mei 2003]
TA
Nugraha, E. 1985. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Permadi
ER
SI
EFSA. 2004. Opinion of the scientific panel on contaminants in the food chain on a request from the commission related to lead as undesirable substance in animal feed. J. the EFSA. 71: 1-20.
U N
IV
Erikson. 1999. Effects of lead on the male reproductive system. http://orion.oac.uci. edu/~epinet/the-Iead-page/male-reproductive-effects.html. [20 April 2003]. Ettinger, A.S. 2003. Chelation therapy for childhood lead poisoning: does excretion equal efficacy? http://www.hsph.harvard.edu/organizations/DDIL/chelation.htm [17 April 2003]. Farley, D. 2004. Lead dangers still linger. US food and drug administration. http//:www stop getting sick.comlconditions/condition template.cfml2177 /235/1. [25 September 2004] Filidei. M.D. 2003. Toxic metals and mental health. San Francisco: San Francisco Preventative Medical Group. HIm 1-5. Fitzpatrick, F.L. 2003. Udang, Kepiting dan Kerabatnya Ilmu Populer. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi. HIm 231-238.
Pengetahuan
Flora, G.1., and P.K. Seth. 2000. Alteration in some membrane properties in rat brain following exposure to lead. Cytobios. 103(403):103-9. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
103
Geller, B. 2003. Even low blood lead level can have bad consequences. J. watch. Psych 18(2): 166 -70. Ginneken, L.V., MJ. Chowdury, and R. Blust. 1999. Bioavaillability of cadmium and zinc to the common carp, Cyprinus carpio, in complexing environments: a test for the validity ofthe free on activity model. J. Env. Toxicol. An. Chern., 8 (I 0): 2295-2304. Goldstein, G.W. 1990. Lead poisoning and brain cell function. Environ. Health Perspect. 89: 91-4.
KA
Hague, P. 1995. Merancang Kuesioner. Terjemahan Nugroho FD. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
TE
R
BU
Handajani, S.U., A. Soegianto, dan R. Yuliani . 2001. Pengaruh salinitas terhadap akumulasi kadmium pada insang udang (Macrobrachium sintangese). Math. & Sci. 6 (3): 159-163.
S
Houston, D.K. and M.A. Johnson. 2000. Does vitamin C intake protect against lead toxicity? Nur. Rev. 58(3): 73-75.
SI
TA
HSEC.1992. The royal society of chemistry professional brief reproductive risks of chemicals at work. http://www.rsc.org/pdf/esch/reproductive.pdf.[23 April 2003].
ER
Hu, H. 2002. Life Support: the environment and human health. MIT pres. p. 1-12.
N
IV
Humble, W. 2002. Health effect of lead. Washington: Environmental health center. 8 hIm.
U
Hund, A. 2003. Heavy metals. http://www.amap.no/assess/soarer7.htm. [2 Pebruari 2003]. Hutagalung, H.P. 1994. Kandungan logam berat dan sedimen di perairan Teluk Jakarta. Da1am proseding seminar Pemantauan Pencemaran Laut. Jakarta, 7-9 Pebruari 1994. Jakarta: Puslitbang Oseanologi-Lipi. HIm 1-6. ------------------, 1999. Kandungan logam berat da1am sedimen di kolam pe1abuhan Tanjung Priok, Jakarta. Da1am proseding seminar Oseanologi dan Ilmu Lingkungan Laut, dalam rangka penghargaan kepada Prof. Dr. Apri1ani Soegiarto, M.Sc, APU. Jakarta: Puslitbang Oseano10gi-Lipi. HIm 9-14. Irwin, R.J. 1997. Environmental contaminants encyclopedia lead entry. Colorado: National Park Service, Water Resources Divisions, water operations Brach. 117 hIm.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
104
Johnson, M. and B. Everitt. 1988. Essential Reproduction., 3 Blackwell Scientific Publ. 377 hIm.
lh
ed. Oxpord:
Juberg, D.R., C.F. Kleiman, and S.C. Kwan. 1997. Lead and human health. New York: American council on science and health. HIm 1-42. Kelafant, G. 1988. Lead. SRP. http://www.occenvmed.netJeshsg/leadhsdb.htm. [17 April 2003]. Kuo, TF, C.H. Chang, and C.F. Lau. 1996. Effect of lead on the fertility of male mice. J. Chin. Socc. Vet. Sci. 22 (3) : 145-152.
KA
Kurniasih, Y. 2002. Studi kandungan Pb dan Cu pada ikan mujair (Til/apia mossambica) di muara sungai Badung. J. Kim. Lingk.3:97-100.
TE R
BU
Lajis, R. 1996. 'Keracunan logam berat plumbum. http://www.prn2.usm.my/main site/bulletin/kosmik/1996/kosmik 10.html. (28 Pebruari 2003)
AS
Lanphear, B.P., K. Dietrich, P. Auinger, and C. Cox . 2000. Cognitive deficits associated with blood lead concentration < 10 Ilg/dl in US children and adolescents. Public Health Reports. 115:521-529.
SI T
Lasut, M.T. 2002. Metallothionein: suatu parameter kunci yang penting dalam penerapan baku mutu air laut (BML) Indonesia. Ekoton 2 (1): 61-68.
ER
Lidsky, T.!. and l.S. Schneide. 2003. Lead neurotoxicity in children: basic mechanisms and clinical correlates, Brain. 126:5-19.
U N
IV
Manahan, S.E. 1994. Environmental Chemistry. 6th ed. London: Lewis Pub!. HIm 183-184. Martinez, R. N., MJ. Gandur, N. Soria, and V.N. Martinez. 2001. Behavioral and dopaminergic evaluation of mice alterations with low lead concentration. Rev. Toxico!. 18(2): 87-91. McElgunn, B.1996. Watch out for lead. Child & family Canada. http://www.cfc efc.ca/docs/ldac/00000367.htm. [23 April 2003]. Metha, R.H. 2003. Occupational hazard to male fertility. Infertility Clinic. HIm. 1-5.
Bangalore: Hope
Mulyanigsih, T.R. 1998. Penentuan tingkat pencemaran logam berat Pb, Cd, dan Hg pada hasil laut dan konsumennya (studi kasus keluarga nelayan kelurahan Kalibaru kecamatan Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara) [thesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
105 Murakami, K., G. Feng, and S.G. Chen. 1993. Inhibition of brain kinase subtypes by lead. J. Pharmacol. Exp. Ther. 264(2):757-61. Nontji , A. 2002. Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Jakarta: Djambatan. 367 hIm. NRDC. 2003. Healthy milk, healthy chemI3.asp. (25 Pebruari 2003).
baby.
http://www.nrdc.org/breastmilk/
Nurjanah dan Widiastuti R. 1997. Lagi-lagi tercemar logam berat. Konsumen. Nopember 1997.
Warta
KA
Permatasari, A. 2003. Laporan pembinaan dan kegiatan pemerintah kelurahan Pluit. Jakarta Utara. Jakarta: Kelurahan Pluit. Press release.
Jakarta:
BU
Pertarnina. 2001. Bensin tanpa timbal untuk Jabotabek. Pertamina. .
TE
R
Pusdokinfo-PSDAL. 2000. Pencemaran makin mengkhawatirkan. http://www. indonet.idlpsdal/info 23.htm. [27 Mei 2003].
S
Rahde, A.F. 1991. Lead Inorganic. IPCS INCHEM. HIm 1-24.
TA
Reddy, G.R. and N.H. Zawia. 2000. Lead exposure alters Egr-l DNA - binding in the neonatal rat brain. Int. J. Dev. Neurosci. 18(8): 791-5.
ER
SI
Rogan, W.J. and J.H. Ware. 2003. Exposure to lead in children- how low is low enough? N. Engl. J. Med. 17 (348): 1515 - 1516.
U
N IV
Saeni, M.S. 1997. Penentuan tingkat pencemaran logam berat dengan analisis rambut. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan. Bogor: FMIPA IPB. 45 hIm. Saeni, M.S. dan H.R. Wuryandari. 1997. Pencemaran Pb, Cd, dan Cu dalam kangkung, bayam, dan air terhadap pencemaran dalam rambut di Kotamadya Bogor. Buletin Kimia 12:55-65. Santoso, S. 2000. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Professional. ketiga. Jakarta: PT Gramedia. 432 hlm.
Cetakan
Sarmiento. 2003. Cigarette smoking can cause penile dysfunction. http//:www abs cbn news.com/abs news-body.asp?section=orovincial & oid: 17026. [8Juni 2004] Schrey, P., J. Wittsiepe, U. Budde, B. Heinzow, H. Idel, and M. Wilhelm. 2000. Dietary intake of lead, cadmium, copper and zinc by children from the German North Sea island Arnrum. Int. J. Hyg. Environ. Health. 203: 1-9.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
106 Senapati, S.K., S. Dey, S.K. Dwivedi, R.C. Patra, and D. Swamp. 2000. Effect of thiamine hydrochloride on lead induces lipid peroxidation in rat liver and kidney. Vet. Hum. Toxicol. 42(4): 236-237. Silbergeld, E.K., J. Schwart, and K. Mahaffey. 1988. Lead and osteoporosis: mobilization of lead from bone in postmenopausal women. J. Environ. Res. 47 (1): 79-94. Simon, J.A. and E.S. Hudes. 1999. Relation of ascorbic acid to blood lead levels. JAMA 281(24): 2340 - 2342. Cetakan kedua.
Yogyakarta: Gadjah
KA
Slamet, J.S. 1996. Kesehatan Lingkungan Mada Univ. press. 225 him.
BU
Smalwoods, A.W., F.C.Phipps, P.M. Eller, and M.B. Millson. 1994. Lead in blood and urine. NtOSH Manual of Analytical Method.
TE R
Storer, T.I., R.L. Usinger, J.W. Nybakken, and R.C. Stebbins. 1977. Elements of Zoology. 4 th ed. Auckland: McGraw-Hill Int. Book Co. 520 him.
TA S
Suhendrayatna. 2001. Bioremoval logam berat dengan menggunakan mikroorganisme: suatu kajian kepustakaan. Japan: ISTECS. Him. 1-9.
SI
Sukandarrumidi. 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajahmada University Press. 202 him.
IV
ER
Sustriawan, B. 1999. Pengaruh logam berat timbal (Pb) terhadap pertumbuhan serta kondisi organ hati dan ginjal tikus percobaan [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dan
U
N
Suyarso. 1995. Atlas oseanologi Teluk Jakarta. Jakarta: Pusat Pengembangan Oseanologi-LIPI. Him 1-35.
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997. The Ecology of The Indonesian Seas. Part 2 (VIII). Sidney: Periplus Ed. Tong, S., P. Baghurst, A. McMichael, M. Sawyer, and J. Mudge. 1996. Life time exposure to environmental lead and children intelligence at 11-13 years: the Port Pirie cohort study. BMJ. 132: 1569-1575. Tuormaa, T.E. 1995. The adverse effects of lead. J. Orthomol. Med. 10 (3) : 149 164. Tzong-Fu, K.U.O., C.B. Chang, and C.F. Lau. 1996. Effect of lead on fertility of male mice. J. Chin. Soc. Vet. Sci. 22 (3): 145 - 152.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
107 Ulaan, S.A. 2004. Laporan Hasil Kegiatan Puskesmas Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan , Jakarta Utara Jakarta: Puskesmas Pluit. Vettorazzi, G. 1982. Lead as a food contaminant. Presented on: international prog rame on chemical safety- WHO. 30 September-l Oktober 1982. Him 303-312. Wagenet, L. and A. Lemley. 1993. Lead in drinking water. College of Human Ecology. Him 1-7.
NewYork: State
Walpole, R.E. and R.H. Myers. 1986. llmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan. TeIjemahan Sembiring R.K. Terbitan ke-2. Bandung: ITB. Him. 506-532.
BU
KA
Watt, G.C.M., A. Briton, W.H. Gilmour, M.R. Moore, G.D. Murray, S.J. Robertson and J. Womersley. 1996. Is lead in tap water still a public health problem? An observation 'study in Glasgow. BMJ. 313: 979-981.
TE
R
Webber, H.H. and H.V. Thurman. 1991. Marine Biology. 2nd ed. NewYork: Harper Collins Publ. 424 him.
TA
S
WHO. 1972. Evaluation of mercury, lead, cadmium, and food additives amaranth diethylpirocarbonat. Geneva: WHO food additives series. 4: 1- 20.
SI
WHO. 2003. Lead poisoning overview.http://www.leadpoison.netltreat loverview. Htm [2 Mei 2003].
ER
Winter, M. 2002. Lead. http://www.webelements.com. (25 Pebruari 2003).
IV
Yun. 2002. Pencemaran Teluk Jakarta lampaui ambang batas. Kompas cyber media.
U
N
Zailina, H., Bahari S.S., dan J.H. Hisham. 1999. Pengaruh plumbum darah terhadap perkembangan cerdik pandai (lQ) kanak-kanak di Malaysia. Buletin Kasihatan Masyarakat Isu Khas. Malaysia: Fakulti Parubatan. Him 35-49.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
R
BU
KA
40097.pdf
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE
LAMPIRAN
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
109
Lampiran 1 Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Nelayan Jenis hasil laut yang dikonsumsi [pram/(orang.min gull Nomor responden Kepiting Rajungan Udang Kerang Cumi-eumi Ikan
Jumlah [gram/(orang.minggu)l Makrozoobentos
Nekton
Total
I
0
0
750
0
1250
1500
750
2750
2
0
0
0
0
0
800
0
800
800
3
0
0
0
0
0
400
0
400
400
3500
4
0
0
0
0
0
1250
0
1250
1250
5
0
0
0
0
0
778
0
778
778
0
0
0
0
0
250
0
250
250
7
0
0
0
0
0
625
0
625
625
8
167
333
83
667
667
667
1250
1334
2584
9
0
0
0
0
0
500
0
500
500
0
0
571
714
0
1285
1285
250
0
250
250
833
333
833
1166
250
500
500
750
1250
1400
1400
10
KA
6
0
0
0
0
0
0
0
0
333
0
0
0
0
0
500
0
18
0
0
0
0
0
1400
0
200
0
14
15
16
0
0
0
0
0
800
200
800
1000
0
0
0
750
0
750
750
0
0
TA
19
20
S
17
TE R
13
BU
II
12
0
0
1000
0
0
1000
1000
0
0
0
0
0
83
0
83
83
23
0
200
200
200
200
600
600
800
1400
0
1000
0
0
600
1000
1000
1600
2600
0
0
250
0
250
250
250
500
750
500
500
500
500
250
500
2000
750
2750
0
0
0
0
0
700
0
700
700
600
IV ER
27
28
N
25
26
U
24
SI
21
22
0
0
0
0
0
600
0
600
0
125
125
125
125
250
375
375
750
31
0
0
750
0
500
750
750
1250
2000
32
0
250
0
0
0
500
250
500
750
33
0
0
0
0
714
1071
0
1785
1785
36
0
0
0
0
778
111
778
889
37
0
0
0
0
0
1000
0
1000
1000
38
0
0
143
0
0
1000
143
1000
1143
39
0
0
0
0
0
200
0
200
200
40
0
0
0
0
0
500
0
500
500
41
0
0
0
0
0
500
·0
500
500
667
0
0
667
667
0
167
0
167
167
29
30
34
35
III
42
0
0
0
0
43
0
0
0
0
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
ItO
Lampiran 1 lanjutan Jenis hasil laut yang dikonsumsi [gram/(orang.min ~gu)l Nomor responden Kepiting Rajungan Udang Kerang Cumi-eumi Ikan
44
0
400
400
0
0
Jumlah [gram/(orang.minggu)] Nekton
Makrozoobentos
600
800
600
Total
1400
167
0
0
167
167
167
334
334
668
0
0
0
0
0
1000
0
1000
1000
47
0
167
167
0
333
667
334
1000
1334
48
0
0
0
0
0
2500
0
2500
2500
49
0
0
0
0
200
200
0
400
400
50
0
0
0
0
0
1667
0
1667
1667
5\
0
0
0
0
0
57\
0
571
571
52
250
250
250
250
250
250
1000
500
1500
" II 2250
2222
0
0
0
111\
0
0
1I1I
54
0
0
0
0
500
1750
0
0
0
0
143
0
0
200
0
0
57
0
0
0
0
0
1084
3558
5740
1909
71.16 114.80
38.18
1\1\
667
Jumlah Rata-rata
21.68
1000
U
N
IV ER
SI
500
TA
Konsumsi tertillggi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
2250
714
0
857
857
200
200
400
1000
0
1000
1000
8637
34863
1229\
43500
55791
172,74
697,26
245.82
870.00
1115.82
2500
2000
2750
3500
S
58
111I
200
TE R
S5 56
BU
53
KA
45 46
1250
40097.pdf
111
Lampiran 2 Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kam pung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pengolah Hasil Laut Jumlah [eram/(orang.minggu)]
Jenis hasil laut yang dikonsumsi reram/(orang.minggul] Nomor responden Kepiting Rajunl!an Udang Kerang Cumi-cumi Ikan
Nekton
Makrozoobentos
Total
I
0
0
0
0
7\
714
0
785
785
2
0
0
0
0
0
56
0
56
56
3
0
0
0
750
0
500
750
500
1250
4
0
0
0
0
0
2142
0
2142
2142
5
0
667
333
667
333
667
1667
1000
2667
6
0
0
0
0
100
200
0
300
300
7
0
0
0
0
0
2500
0
2500
2500
8
0
0
0
0
1000
1200
0
2200
2200
1000
250
1250
0
1750
1750
0
250
250
250
250
125
125
0
0
0
0
500
1250
1\
0
0
0
0
0
1750
1750
1750
12
0
0
0
0
0
167
0
167
167
13
0
200
200
200
400
800
600
1200
1800
14
0
125
125
125
250
375
375
625
1000
0
0
0
250
250
250
17
500
750
250
2500
IS
0
500
500
0
19
0
0
20
0
0
0
0
0
250
23
0
0
24 0
26 27
Jumlah
Rata-rata Konsumsi tertinggi
BU
0
1000
1000
500
750
750
1500
750
1250
4000
2000
6000
500
500
1000
1000
2000
0
0
0
875
0
S75
875
0
0
500
250
500
750
0
0
0
4000
0
4000
4000
250
0
625
635
500
1260
1760
0
0
0
1000
0
1000
1000
0
0
0
500
0
500
500
0
0
0
0
222
0
222
222
0
0
0
0
500
500
0
1000
1000
2992
2408
4742
5404
23928
10892
29332
40224
115.08 92,62
182,38
207,85
920,31
418,92
1128.20
1547,08
2500
1000
4000
4000
4000
6000
U
28
1000
0
0
N IV
25
0
250
250
ER
21 22
TE R
0 0
SI TA S
15 16
KA
9 \0
750
28.85 500
750
500
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
112
Lampiran 3 Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kam pung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pedagang Jumlah re.ramJ(orane..minggull
Jenis hasil laut yang dikonsumsi [e.ram/(orang.mine.eu)l Nomor responden Kepitine Ikan RaiuOl~an Udane Kerane Cumi-eumi
Nekton
Makrozoobentos
Total
I
0
0
0
0
0
2333
0
2333
2333
2
0
0
0
0
0
455
0
455
455
3
0
0
0
0
0
1000
0
1000
1000
4
125
125
250
I ~5
250
250
625
500
1125
6~5
0
1250
625
1250
1875
0
625
0
625
625
0
0
0
0
0
0
U
7
0
0
400
0
0
600
400
600
1000
8
0
167
83
0
83
167
250
250
500
125
250
375
0
750
750
9
0
0
0
1~5
0
250
10
0
0
0
0
0
750
KA
5 6
0
0
0
0
0
167
0
167
167
12
167
0
167
u
167
250
334
417
751
13
0
0
0
U
0
333
0
333
333
R BU
II
0
0
0
0
0
1667
0
1667
1667
0
0
0
U
0
750
0
750
750
16
0
0
0
0
0
143
0
143
143
17
0
0
0
0
0
600
0
600
600
0
143
0
0
0
20
0
0
0
21
0
0 0
0
24
0
25 27
28 29
429
143
429
572
429
0
429
429
0
0
833
0
833
833
0
0
0
400
0
400
400
0
0
0
83.3
0
83.3
83.3
0
0
0
0
500
0
500
500
0
0
0
100
0
100
100
0
0
0
0
0
0
1750
0
1750
1750
0
0
0
0
0
250
0
250
250
667
0
667
667
0
0
0
0
0
333
167
167
167
167
167
834
334
1168
0
1000
1000
U
26
0 0
SI T
0
0
0
ER
22 23
AS
0
N IV
18 19
TE
14 15
30
0
0
0
0
0
1000
0
100
100
200
400
200
600
800
0
0
0
125
0
125
125
31
0
32
0
33
0
0
0
0
0
500
0
500
500
34
0
0
250
0
125
750
250
875
1125
36
0
0
0
0
0
625
0
625
625
0
35 37
0
0
83.3
0
167
333
83.3
500
583.3
38
0
0
0
0
0
250
0
250
250
39
0
0
0
0
0
500
0
500
500
40
0
0
0
.
0
0
750
0
750
750
0
0
0
0
0
556
0
556
556
41 42
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
113
Lampiran 3 lanjutan Jenis.hasil laut yan~ dikonsumsi [graml(oran~.min~u)l Jumlah I~raml(orang.minggu)l Nomor responden Kepitinl!, Raiunoan Udanl!, Kerang Cumi-cumi Ikan Makrozoobentos Nekton Total 43 1000 1000 0 0 0 0 0 0
1000
44
0
0
0
0
0
667
0
667
667
45
0
0
0
0
100
200
0
300
300
46
0
0
71.4
143
429
714
214.4
1143
1357
47
0
0
333
0
667
1667
333
2334
2667
0
0
0
0
125
250
0
375
375
0
0
0
0
0
400
0
400
400
50
0
0
0
0
250
500
0
750
750
500
0
500
0
143
143
51 0
0
500
0
0
0
53
0
0
0
0
0
143
BU
52
KA
48 49
54
0
0
0
0
0
55
0
0
0
0
667
56
0
0
250
0
125
750
250
875
1125
57
0
0
0
0
0
1000
0
1000
1000
167
333
0
800
600
0
1000
0
0
61
0
0
68
0
R
2000
3000
0
250
250
0
0
0
2000
0
2000
2000
0
0
250
500
0
750
750
0
0
0
0
500
0
500
500
0
0
0
0
800
0
800
800
0
0
0
0
625
0
625
625
0
0
0
0
667
0
667
667
0
0
0
0
0
556
0
556
556
N
69
2400
1000
ER SI
IV
0
1833
1000
250
0
0
1333
1400
1000
0
67
500
1000
0
0
66
833
0
1000
0 0
500
0
63 64
400 1500
0
62
65
400 1500
0
TA
60
0 0
TE
0 0
S
58 59
400
833
33.3
1000
33.3
167
1667
1066.6
1834
2901
143
286
0
286
571
572
857
1429
72
0
0
0
0
0
200
0
200
200
73
0
0
0
0
0
125
0
125
125
0
0
0
0
0
250
0
250
250
0
200
200
500
750
1250
71
U
0
143
70
74 75 76
0
0
0
0
0
200
77
0
250
250
0
250
500
78
0
0
0
0
0
333
0
333
333
79
0
0
250
500
375
1750
.750
2125
2875
0
0
0
0
600
0
600
600
1852.3 6516.7 1818.3
6350
46438
10955.3
52788
63744
80
0
Jumlah
768
Rata-rata Konsumsi tertinggi
10,38
25,03
88,06
24,57 ...
85,81
627,54
148,04
713,36
861,40
333
800
1000
625
1000
2333
1400
2334
3000
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf 114
Lampiran 4 Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kam pung Nelayan Muara Angke, kelompok: Karyawan Swasta Nomor
Jenis hasil laut
ang dikonsumsi rgram/(orang.minggu)l Ikan
Makrozoobentos
Nekton
Total
0
0
250
0
250
250
250
500
750
responden Kcpitinl!. Rajun<>an Udang Kcranl!. Cumi-cumi I
Jumlah gram/(orang.minggu)l
0
0
0
0
0
1667
0
1667
1667
0
0
0
0
0
125
0
125
125
4
0
0
0
0
0
62.5
0
62.5
62.5
5
0
0
0
0
0
750
0
750
750
6
0
0
0
0
0
750
0
750
750
7
0
0
0
0
0
1000
0
1000
1000
8
167
333
lD
667
667
400
1250
1067
2317
9
0
0
0
0
0
1000
0
1000
1000
0
KA
2 3
0
0
0
0
0
1250
1250
1250
0
0
0
0
0
333
0
333
333
0
0
0
125
125
250
125
375
500
200
200
400
600
250
0
750
250
600
0
1000
1000 812.5
R BU
10 II
13 14
0
0
200
0
200
15
0
0
0
0
0
0
0
0
0
400
250
500
62.5
750
0
500
0
500
500
500
500
750
500
1250
1750
0
0
0
100
0
100
100
83.3
0
83.3
83.3
166.6
166.6
333.2
62.5
0
0
0
0
0
0
0
20
0
0
0
22
0
0
23
0
SI T
18 19
N IV
24
ER
21 83.3
25 26
AS
16 17
TE
12
0
0
0
0
0
400
0
400
400
0
0
0
0
0
333
0
333
333
0
0
0
0
0
333
0
333
333
0
0
0
0
0
250
0
250
250
0
0
0
0
1333
600
0
1933
1933
31
0
0
0
0
0
167
0
167
167
32
0
0
0
0
0
333
0
333
333
0
0
0
0
0
500
0
500
500
0
0
0
0
0
667
0
667
667
Jumlah
230
416
616
1292
3808
14404
2554
17379
19933
Rata-rata
7,91
14,36
131,32
496,68
88,07
628,00
716,08
167
333
1333
1667
1250
1933
2317
U
27
28 29 30
33 34 35 36 37 21,25 44,55
Konsumsi tertinggi
200
667
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
115
Lampiran 5 Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu pada masyarakat Kam pung Nelayan Muara Angke, kelompok: PNS dan ABRI Nomor Responden
Jenis hasil laut yang dikonsumsi [~ram/(oranglminggu)l udang Kerang Cumi-cumi
Kepiting Rajungan
rl rarn/(orang.minggu)l
Jumlah Makrozoobentos
Ikan
Nekton
Total
I
0
0
500
0
0
1625
500
1625
2125
2
0
0
0
0
0
83
0
83
83
0
0
0
0
0
125
0
125
125
0
0
100
0
200
200
100
400
500
3 4 5 6
0
0
167
0
167
133
167
300
467
0
143
143
0
143
714
286
857
1143
9
56
56
III
III
III
222
334
333
667
56
199
1021
III
621
3102
1387
3723
5110
24.88 127,63
13.88
77.63
387,75
173,38
465,38
638.75
11/
200
1625
500
1625
2125
Jumlah
7.00
Konsumsi tertinggi
56
143
500
AS
TE
Rata-rata
R BU
10
KA
7 8
Nomor
SI T
Lampiran 6 Tabel konsumsi hasil perikanan laut per minggu, pada masyarakat Kam pung Nelayan Muara Angke, kelompok: Lain-lain Jenis hasil laut vgn dikonsumsi [oram/(orang.minggu)]
0 0
3
Makrozoobentos
Nekton
Total
0
0
0
200
0
200
200
0
0
0
0
250
0
250
250
0
0
0
0
0
250
0
250
250
0
0
0
0
0
833
0
833
833
0
0
0
0
429
0
0
429
429
6
U
4
Ikan
0
N IV
I
2
ER
responden Kepiting Raiungan Udang Kerang Cumi-eumi
Jumlah [gram/(oranlY.minggu)]
83
0
167
0
667
1000
250
1667
1917
7
0
0
0
250
0
125
250
125
375
8
0
0
0
0
0
500
0
500
500
9
0
0
50
0
50
400
50
450
500
10
0
0
0
0
0
83
0
83
83
5
II
0
0
0
0
0
250
0
250
250
12
0
0
0
0
0
5000
0
5000
5000
Jumlah
83
a a a
217
250
1146
8891
550
10037
10587
18,08 167
20,83 250
95,50 667
740,92 5000
45,83 250
836,42 5000
882,25 5000
Rata-rata Konsumsi tertinggi
6,92 83
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
116
Lampiran 7 Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Nelayan Jenis sayuran yang dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Nomor responden kangkung bavam wortel kentang Kol dan kubis Lainnya 1
750
a
2
a
200
3
4
200
a
a
667
a a a a
a a a a
250
a a
a a
a a
a a a
Jumlah [gram/(orang.minggu)]
a a a a
1000
a a a a
250
375
200
200
667
6
7
250
a
a
375
8
333
167
333
167
250
500
333
583
a
a
71
36
143
a
11
12
13
500
a
a
a
14
a
83
83
83
16
375
375
375
375
17
167
a a a a a a
a a a a a a
200
200
125
400
333
200
100
250
125
500
a
a
167
200
200
200
25
63
28
ER 600
63
IV
U
29
500
200
400
N
26
27
SI
22
23
24
a a
a a a a a a a a
a
a a a a a a a a a
0
0
TE R
18
19
20
21
500
200
400
a
a a
TA S
15
a a
a
BU
9
10
KA
5
2000
667
250
500
250
a
0 0
1500
167
333
300
375
500
167
1000
1000
250
a a a a a a
a 0
a a
a a
1000
400
a
0
800
0 0
0 167
a
30
167
0
31
333
32
250
429
500
250
286
250
0
0
250
714
a a
0
0
833
1000
1429
33
34
0
333
35
36
37
0
200
a
0
a
0
200
38
39
40
200
400
a
0
500
250
a a
0
0
600
750
41
83
83
a a a
0
0
a
167
42
0
0
0
0
a
42
42
43
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
-
40097.pdf
117
Lampiran 7 lanjutan
Jenis savuran yang dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Jumlah Nomor responden kangkung bavam wortel kentang Kot dan kubis Lainnya [gram/(orang.minggu)] 44 143 429 857 286 0 0 0 45 46
167
167
167
167
333
500
0
0
0
0 0
1000
1000
83
333
167
0
917
47 48
167
500 167
49
100 167
100 167
200 83
200 167
200 167
0 167
800 917
143 167
0 167
0 167
0 333
0 167
143
52
0 167
1167
53
278
0
0
0
0
0
278
55
143
143
0
0
0
56 57
100
100
286
0
0 0
0 0 0
50 51
8390
2219
4261
186,4
49,3
94,7
konsumsi
750
667
375
714
286 200 286
2034
500
27353
45,2
11 ,1
582,0
583
167
2000
U
N
IV
ER
SI T
AS
tertinqqi
0 0
BU
9950 221,1
TE
jml rata-rata
R
58
0 0
KA
54
.~-
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
118
Lampiran 8 Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pengolah Hasillaut. Jenis sayuran \ ang dikonsumsi [,,-am/(orang.ming u)]
Nomor responden
kangkung bayam
kentang kol
wortel
Jumlah Lainnya [gram/(orang.minggu)]
kubis
28
0
0
0
0
0
0
28
250
0
0
0
0
0
250
500
4
0
714
0
0
0
0
0
714
5
667
333
167
167
167
0
1667
3168
6
100
100
100
0
100
100
0
500
7
750
0
0
0
0
0
0
750
8
143
143
143
286
143
0
0
858
9
0
500
250
125
125
125
0
1125
11
250
0
0
0
0
0
0
250
12
83
83
83
0
0
0
0
249
100
0
0
700
0
0
0
1250
KA
2
3
BU
1
200
375
125
500
15
0
600
0
16
250
750
250
0
0
0
0
600
250
250
250
0
2000
17
250
500
250
0
250
0
0
1250
18
250
250
500
500
500
0
0
2000
19
125
0
250
375
125
0
0
875
20
0
22
250
24
0
U
27
1000
0
0
0
0
1000
125
250
250
0
250
1375
167
0
0
0
0
0
167
28
0
0
0
0
0
0
28
0
125
0
0
0
0
0
125
N
25
26
0
250
IV ER
21
23
i
TE
100
250
S
!
100
14
TA
I
13
200
SI
i
R
10
28
Jumlah
3774
4990
3443
2653
2010
475
2167
19512
Rata-rata
171,5
226,8
156,5
120,6
91,4
21,6
98,5
886,9
Konsumsi tertinggi
750
750
1000
500
500
250
1667
3168
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
119
Lampiran 9 Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pedagang Jenis sayuran yan:> dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Nomor Kol dan responden kangkung bayam wortel ketang kubis Lainnya
Jumlah [gram/(orang.minggu)]
875
0
0
0
0
2
0 750
182
0
0
182
0
0 750
0
750
0
0
2250
0 250
0 125
0 125
0 0
0
250
0
625
0
0
0
0
750
0
0 167
0
0 0 0
600 417
63
0 0
0
125
5
125
6 7
375 200
375 400
8 9
83 63
83 63
83 63
10 11
250
0
0
12
167
42
42
42
0 0
167
117
0
17
0 0
0 200
250 143
0 0
18
71
71
19 20 21
286
286
83
83
22 23
0 250
I
14 15 16
27
400
0 0 0
250 143
0
200
0
429
429
0
286 1857
0 0
0 0
0
0
200
0 250
0
125
0 0
0 0
0 200 167 0
625
200
0
0
0
0
200
0
875
0
0
125
0
0
0 0
875
0
0 0
167
167
167
0
167
0
667
ER
SI T
AS
0
0
U
28
0 0
117
0
IV
26
292
143
N
25
0
0 429
0
24
0
0 0
250 375
0
TE
13
0
BU
250
875
R
3 4
0
KA
1
0
167 167
125
29
167
167
167
333
333
167
1333
30 31
0
200 200
0 100
0 200
0
0 0
200
0 125
250 0
250 125
125
125
125
·400 83 125 500
0 333 125
0 0 125
250 0
0 0
32 33 34
200 0 125 125
0 250
700 750
0
0 0
375
o.
0
500
0 83
0
800 542
0 250 250
0 0
500 1500
35 36 37
400 42
38 39 40 41
125 500 0
500
0
..
,
750
42
0
286
0
0
0
0
286
43
83
500
500
0
83
0
1167
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
120
Lampiran 9 lanjutan Jenis sayuran yan dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Nomor Kol dan responden kangkung bayam wortel ketang kubis Lainnya
Jumlah [gram/(orang.minggu)]
44
50
67
100
0
0
0
217
45 46
100 286 333 125
100 286
0 143
0 286
0 286
0 0
200 1286
333 125
333 125
667
0 0
2333 375
0
50
50
0
667 0 100
0
200
500
250
0
0
0
0
750
47 48 49 50
0
,
51
400 417 167
55 56 57
667
0 0
0 0
0 0
0
0
750
0
0
0 250
0 250
0 167
0 167
0 0
36 400 1250
167 667 83
167
167
0 0
0 0
667 1333
500 0
167
0
600 125
0 0
1000 1800
0
0
438 125
0
0
1250
125
0
0
500
400
400
0
0 0 0
0 0 0
0
1800 500
0 0
200 111
400
400
0
0
83 400
400
0 167 400
63 125
63 0
63 0
125
63 64
0
750
0
500
65 66 67
125
125 400
125
200 250
400 0
SI
250
100 0
100 111
0
429
400 286
400 0
0 0
0 188
0 0
125
125
0 250
200
77
250
125 0 250
78
0
0
56
ER
68 69
IV
U
73 74
N
72
400
75 76
TE
61 62
0
S
59 60
TA
58
0
KA
54
36
BU
750
R
52 53
70 71
0
0
2000 714
0
0 0
200 0
400 188
0
500
875
0 500 111
0 0
0 0 0
200 1250
111
0
278
0 200
79 80
Jumlah Rata-rata Konsumsi tertinggi
1
200
400
400
0
0
0
1000
40511
33779
19576
13365
53195
47586
46853
176,3
202,9
99,2
100,3
80,1
10,6
624,7
875
875
500
750
667
200
2333
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
121 Lampiran 10 Tabe1 konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Ne1ayan Muara Angke, kelompok: Karyawan Swasta Jenis sayuran yan dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Nomor Kol dan responden kangkung bayam wortel ketang kubis Lainnya
Jumlah [gram/(orang.minggu)]
250
0
250
250
200
0
750
700
700
0
0
0
0
650 200
0
0
0
0
2050 200
200 200
0 100
0 100
0 100
0 200
0 0
200 700
250
100
0
0
0
250
250
0
0 60
0 0
500
0 154
0 170
400
0 100
300
0 0
10
123
150
60
70
70
11
234
170
670
100
90
250
250
250
500
5 6 7 8 9
0
200
350 400 424
0
473
50
1314
0
1250
123
150
0
0
70
0
343
16
200
200
200
200
200
0
1000
17
200 125
0 125
0 0
0
200
0
400
125
0
0
375
20 21
250
150
250
0
250
0
900
22
200
0
200
100
0
400
23 24
18
143
143
150
286
0
864
0 167
0 167
0 170
0 350
0 170
0 0
0 1023
0
0
0
0
100
80
80
0 0
1000
0
430 433
U N
27
0
143
IV
25 26
SI T
19
AS
15
ER
13 14
TE R
12
0
BU
3 4
KA
1 2
28 29
150
100
100
0
250
50 250
70
30
250
31
220
130
0
80
250 100
180
153
0
100
430
32 33 34
500
0
0
0 70
150
0 0
35
0
63
0
70
100
0
650 218
36 37
170.0
150.0
225.0
150.0
100.0
0.0
695
38 Jumlah
4989
3820
3968
2835
3396
130
13740
Rata-rata
172,0
131,7
136,8
97,8
117,1
4,5
659,9
Konsumsi tertinggi
700
650
700
500
300
80
2050
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
122 Lampiran 11 Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarak:at Kampung Nelayan Muara Angke kelompok: PNS dan ABRI Jenis savuran yan dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Nomor Kol dan responden Kangkung bayam Lainnya wortel ketang kubis
Jumlah [gram/(orang/minggu)]
1
750
500
750
750
0
0
2750
2
83
83
83
83
83
0
415
4
100
200
50
200
83
0
633
3 5
100
100
200
200
200
0
800
6
50
0
0
200
0
100
350
167
167
83
333
42
0
792
143
143
143
286
143
0
858
9
143
167
50
200
83
0
1359
2252
Rata-rata Konsumsi Tertinggi
170,7
188,1
151,0
250,2
750
500
750
750
0
643
0
BU
0
1693
333
634
100
7574
70,4
11,1
841,6
100
2750
R
333
1536
200
TA S
10
0
TE
0
Jumlah
KA
7 8
ER SI
Lampiran 12 Tabel konsumsi sayuran per minggu pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Lain-lain Jenis sayuran yang dikonsumsi [gram/(orang.minggu)] Nomor koldan responden kangkung bayam wortel ketang kubis lainnya 1 3
U
4 5
200
0
0
0
0
600
125
250
0
125
0
0
500
400
N IV
2
Jumlah [gram/(orang.minggu)]
0
250
0
0
0
0
0
167
0
0
0
0
0
167
0
0
0
429
0
0
429
0
0
1000
1333
143
0
0
689
6
0
0
333
7
143
260
143
8
100
100
100
100
100
0
500
9
200
250
100
200
100
0
850
0
10
0
50
0
0
0
11
100
230
50
200
0
12
167
163
0
83
0
0
~umlah
ata-rata konsumsi ertinggi
50 580 413
1402
1753
726
1280
200
1000
6111
116,8
146,1
60,5
106,7
16,7
90,9
501,1
400
260
333
429
100
1000
1333
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Lampitan 13 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan lau pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Nelayan
Nekton
0,66
0,64
1,06
0,61
Rata-rata jumlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
38,20
21,70
71,20
114,80
Asupan Pb [Ilg/( orang.minggu)]
25,06
13,93
75,19
. Ikan
0,42
0,81
172,70
697,30
71,84
567,60
SI
TA
S
TE
Rata-rata kandungan Pb pada daging (Ilg/g berat basah)
Cumi-cumi dan sotong
R BU
Kerang Kepiting Raiungan Udang Jumlah
KA
Makrozoobentos
Jumlah
639,45
823,31
ER
69,68 183,861
Total asupan
U
N
IV
Calalan: Dengan asumsi konsumen hanya memakan bagian daging dari hasil pel'ikanol1.
N
w
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
KA
Lampiran 14 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pengolah Hasil Laut
Makrozoobentos
Rata-rata jumlah konsumsi 182,40 gram/(orang.minggu)]
r
TE R BU
0,81
92,70
207,90
920,30
86,49
749,12
28,90
115,10
18,55
121,55
56,27
316,02
Jumlah
835,61
1.151,63
IV
119,65
0,42
1,06
Asupan Pb [~lg I(orang.minggu)]
0,61
0,64
Jumlah
TA S
0,66
Ikan
udang
SI
Rata-rata kandungan Pb pada daging (J.!g/g berat basah)
Total asupan
Cumi-cumi dan sotong
Rajungan
ER
Kerang Kepiting
. Nekton
U
N
Catatan: Dengan asumsi konsumen hanya memakan bagian daging dari hasil perikanan.
Iv
+>.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Lampiran 15 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok : Pedagang
Kerang
Rajungan Udang
0,656
0,642
1,056
24,600
10,400
25,000
16,138
6,677
26,400
Jumlah
0,607
OA16
0,814
85,800
627,500
35,693
510,785
Total asupan Jumlah
TE
Rata-rata kandungan Pb pada daging (!J.gl g berat basah)
Kepiting
Nekton Cumi-cumi dan Sotong Ikan
R BU KA
Makrozoobentos
TA 88,100
SI
ER
Asupan Pb [!J.g I(orang.minggu)]
S
Rata-rata jumlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
53,477
102,691
546,478
649,169
U
N
IV
Catatan: Dengan asumsi konsumen hanya memakan bagian daging dari hasil perikanan.
tv
VI
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Lampiran 16 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Ne1ayan Muara Angke, kelompok: Karyawan Swasta Makrozoobentos
TE
0,656
0,642
1,056
44,600
7,900
14,400
21,300
29,258
5,072
15,206
12,929
0,607
ER SI
TA
Rata-rata jumlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
Asupan Pb
Ikan
Jum1ah Total asupan
0,416
0,814
131,300
496.700
62,465
54.621
404,314 458,935
521,400
IV
[Ilg/( orang.minggu)]
Jumlah
BU KA
Rajungan Udang
S
Rata-rata kandungan Pb pada daging (llg1 g berat basah)
Kepiting
Cumi cumi/sQtong
R
Kerang
Nekton
U
N
Catatan: Dengan asumsi konsumen hanya memakan bagian daging dari hasil perikanan
l-v 0\
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Lampiran 17 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: PNS dan ABRI Makrozoobentos
Total asupan ~umlah
Rata-rata kandungan Pb pada daging IJ,g/g berat basah) 0,642
1,056
0,607
Rata-rata j umlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
15,900
8,000
28,400
145,900
Asupan Pb [lJ,g/(orang.minggu)]
10,430
5,136
29,990
0,416
0,814
88,700
387,800
36,899
315,669
SI
TA
S
0,656
TE R
BU
Rajungan Udang
Icumi-cumi Jumlah dan sotong ~kan
KA
~epiting
Kerang
Nekton
134,118
352,568
486,687
ER
88,561
U
N IV
Catatan: Dengan asumsi konsumen hanya memakan bagian daging dari hasil perikanan
N
-.l
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
Lampiran 18 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi hasil perikanan laut pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Lain-lain Makrozoobentos Udang
0,656
0,642
1,056
0.607
22,700
7,500
0,000
14,891
4,815
Ikan
Total asupan Jumlah
TE R
TA S 19,700
0,416
0,814
104,200
740,900
43,347
603,093
SI
Rata-ratajumlah konsumsi [gram/(prang.minggu)]
0,000
11,958
31,664
646,440
678,104
U
N
IV
Asupan Pb [lJ.gI (orang.minggu)]
Jumlah
KA
Raiungan
Cumi-cumi dan sotong.
BU
Kerang Kepiting
ER
Rata-rata. kandungan Pb pada daging (lJ.g/g berat basah)
Nekton
tv 00
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
129
Lampiran 19 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, Kelompok : Nelayan Jenis sayuran Kangkung
Bayam
0.79
0,46
221.10
186,40
Kol dan Wortel Kentang kubis
Jumlah
85,74
11,68
0,16
94,70
45,20
13,26
7,10
291,79
SI TA
S
174.01
TE
Asupan Pb [J-lg/( orang.minggu)]
49,30
R
Rata-rata jumlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
0,14
BU
0,24
KA
Rata-rata kandungan Pb sayuran (J-lg/g berat basah)
U N
IV ER
Lampiran 20 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran, pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kelompok: Pengolah Hasil Laut Jenis sayuran
Kangkung Bayam
Wortel
0,46
0,24
Kol dan kentang kubis
Jumlah
Rata-rata kandungan Pb sayuran (J-lgi g berat basah) 0,79
0,14
0,16
Rata-rata jumlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
Asupan Pb [J-lg/(orang.minggu)]
I
171.50
226,80
156,50
120,60
113,00
134,97
104,33
37,09
16,88
17,74
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
311,01
40097.pdf
130
Lampiran 21 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsurnsi sayuran, pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke keompo I k Pedagang Jenis sayuran Kol dan Jumlah Kangkung Bayam Wortel kentang kubis
0,79
0,46
176.30
202,90
99,20
100,30
80,10
138,75
TE R
Rata-rata kandungan Pb sayuran (Ilg/g berat basah) 0,16
14,04
12,58
0,14
Rata-rata jumlah konsumsi [gram/(orang.minggu)]
93,33
23,51
282,21
TA S
Asupan Pb mingguan [Ilg/(orang.minggu)]
BU
KA
0,24
N
IV
ER
SI
Lampiran 22 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran, pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke, kl eompo kKaryawan Swasta Jenis sayuran Jumlah Kol dan Kangkung Bayam Wortel Kentang kubis
U
Rata-rata kandungan Pb sayuran (Ilg/g berat basah) 0,79
0,46
0,24
0,14
0,16
Rata-rata jurnlah konsurnsi [grarn/(orang.minggu)]
Asupan Pb [Ilg/( orang.minggu)]
172,00
131,70 136,80
97,80
72,80
135,36
60,58
32,42
13,69
11,43
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
253,49
40097.pdf
131
Lampiran 23 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran, pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke keompo I k PNS dan ABRI Jenis sayuran Kol dan Jumlah Kangkung Bayam Wortel Kentang kubis
0,79
0,46
0,24
0,14
170,70
188,10
151,00
KA
134,34
TE
Rata-rata kandungan Pb sayuran (Jlg/g berat basah)
Asupan Pb
70,40
86,53
35,79
35,03
11,05
302,73
TA
S
[Jlg/(orang.minggu)]
250,20
R BU
Rata-rata jumlah konsumsi [grarn/(orang.minggu)]
0,16
N IV
ER
SI
Lampiran 24 Tabel asupan mingguan (weekly intake) Pb dari konsumsi sayuran, pada masyarakat Kampung Nelayan Muara Angke kelompok: Lain-lain Jumlah Jenis sayuran Kol dan Kangkung Bayam Wortel Kentang kubis
U
Rata-rata kandungan Pb sayuran (ug/g berat basah)
0,79
0,46
0,24
0,14
0,16
Rata-rata jumlah konsumsi [grarn/(orang.minggu)]
116,80
146,10
60,50
106,70
16,70
Asupan Pb [Jlg/(orang.minggu)]
91,92
67,21
14,34
14,94
2,62
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
I
191,03
40097.pdf
132
Lampiran 25 Gambar sampel kerang-kerangan: A. Kerang hijau (Milylus viridis), B. Kerang bulu (Anadara antiquata), C Kerang darah (Anadara granosa), D. Kerang tahu (Meretrix meretrix)
B
SI T
AS
TE
R
BU KA
A
U
N
IV ER
Lampiran 26 Gambar sampel Crustacea: A. Rajungan (Portunus pelagicus), B. Kepiting (Scylla serrata), C. Udangjerbung (Penaeus marguiensis) D. Udang mantis (Harpiosquila sp)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
40097.pdf
133
Lampiran 27 Gambar sampel ikan: A. Ikan beronang (Siganus sp), B. Ikan kerapu (Epinephelus sp), C. Ikan cekong A
SI T
AS
TE
R
BU KA
B
U
N
IV ER
Lampiran 28 Gambar sampel Cephalopoda: A. Curni-cumi (Loligo sp), B. Satang (Sepia sp)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
R TE AS SI T IV ER N U Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
\ 40097.pdf i
TBR RU _------.-r 134
UNTVER SlT AS
BU KA
\
-PE~;USTA0N