ABSTRAK Arifaturufaida. 2015. Penerapan Metode Diskusi Kelompok Dengan Menggunakan Media Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III di Madrasah Ibtida'iyah Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015). Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida'iyah Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Retno Widyaningrum, S.Si, M.Pd. Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Permainan Ular Tangga, Hasil Belajar Pada proses pembelajaran IPS yang berlangsung 75% dari 26 siswa kurang memperhatikan proses pembelajaran tersebut dan cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga ketika diberikan pertanyaan oleh guru seputar materi yang telah disampaikan, banyak siswa yang kurang tepat dalam menjawabnya. Hal ini mengakibatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa kurang maksimal. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran, yang mana siswa mampu menjelaskan kembali konsep tersebut menggunakan kata-katanya sendiri yang lebih dipahami, namun tidak mengubah makna dari konsep tersebut dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah mereka yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional. Metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga adalah pembelajaran yang dilakukan secara kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga yang mengusahakan siswa dapat bekerja atau belajar dalam kelompok, dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran untuk menemukan dan memahami sendiri konsep dari materi yang dipelajari dengan cara bertukar pendapat, pengetahuan, pengalaman yang dimiliki masing-masing anggota kelompok. Untuk mengungkapkan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. (1)Apakah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba’ul Huda AlIshlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015? (2)Apakah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015? Untuk menjawab pertanyaan diatas, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disajikan dalam 2 siklus. Dalam setiap siklusnya melalui daur PTK yang terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanakan, 1
2
observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi partisipasi, dan tes. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data model alur, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di siswa kelas III MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Prosentase penguasaan konsep siswa pada siklus I sebanyak 42.30% atau 11 dari 26 siswa prosentase. Pada siklus II prosentase penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan sebanyak 88.46% atau 23 dari 26 siswa. Sedangkan prosentase hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 57.70% atau 15 dari 26 siswa. Pada siklus II prosentase nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebanyak 100% atau 26 dari 26 siswa.
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini, biasanya mereka akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru dan mereka juga akan merasa cukup puas bila anakanak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tertentu.1 Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.2 Dalam pelaksanakan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah, pada umumnya masih banyak menghadapi masalah-masalah, salah satunya adalah pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang kurang 1
Muhibbin,Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 89. 2 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), 59.
4
tepat. Sering kita jumpai sejumlah guru menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pengajaran. Tidak jarang juga dalam kenyataan sehari-hari kita temukan sejumlah guru yang mampu memilih metode yang tepat untuk mengajarkan materi tertentu, namun kurang mampu mengaplikasikannya secara baik.3 Guru merupakan salah satu penentu yang mempengaruhi dalam keberhasilan belajar. Seorang guru akan memperoleh kepuasan, apabila telah melaksanakan tugas pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan materi yang disampaikan kepada siswa apakah dapat diterima dengan baik atau tidak, sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satu komponen yang dinilai memberikan pengaruh besar terhadap proses interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar adalah metode mengajar. Metode merupakan salah satu komponen pengajaran yang tak kalah pentingnya dengan komponen lain. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Hal ini dikarenakan metode
berfungsi
sebagai
alat
perangsang
dari
luar
yang
dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa.4
3
Muhibbin,Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2003), 201. 4 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 82.
5
Proses belajar mengajar baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien jika telah terbentuk komunikasi antara pendidik dan peserta didik, baik di kelas maupun diluar kelas, yang berlangsung dalam kegiatan psikologis secara timbal balik antara pendidik dan peserta didik, yang saling memberi dan menerima pengaruh secara dialogis. Pendidik atau guru memberikan pengaruh melalui kewibawaannya dalam bentuk sikap, perilaku edukatif, dan keilmuannya yang dialihkan kepada peserta didik dengan metode yang tepat guna, sehingga mudah diterima, dipahami, dimengerti dan dihayati serta dikembangkan oleh peserta didik lebih lanjut.5 Guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar yang melibatkan intelektual, dan emosional siswa, agar intensitas keaktifan dan motivasi siswa menjadi meningkat sehingga tujuan pembelajaran
dapat
tercapai
dengan
efektif.
Pembelajaran
yang
mengikutsertakan siswa di dalamnya akan sangat bermakna bagi siswa itu sendiri. Siswa merasa menjadi bagian dari pembelajaran dan ikut menemukan pengetahuan baru yang melibatkan kemampuan berpikir mereka. Hal ini akan mempermudah siswa dalam mengingat materi yang telah dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan kunci keberhasilan dari suatu proses pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengusahakan penggunaan metode yang lebih baik yaitu metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, materi yang diajarkan sesuai dengan
5
M.Arifin, Aminuddin, Modul:Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Ditjen Pembinann Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1991), 92.
6
kemampuan siswa dan kemampuan guru, sesuai juga dengan waktu yang tersedia dan sasaran yang ada.6 Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Untuk jenjang pendidikan SD/MI, pengorganisasian materi pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada aspek kehidupan nyata peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya.7 Pembelajaran IPS ini sendiri mempunyai tujuan diantaranya, mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan, dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
6
Mansyur, Modul:Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1992), 45. 7 Sapriya, Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran , (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), 194.
7
global.8 Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan hanya sebatas pada upaya mencekoki siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Seiring tuntutan perkembangan jaman hendaknya dalam proses pembelajaran
didunia
pendidikan
utamanya
pelajaran
IPS
mampu
memberikan solusi yang terbaik, akan tetapi kenyataan di lapangan sangat berbeda. Oleh karena itu muncul beberapa masalah yang menyebutkan bahwa pelajaran IPS terlalu sarat materi, bersifat hafalan dan kognitif, peserta didik banyak mengakumulasi fakta dan gagasan dari guru, sehingga pembelajaran IPS tidak aplikatif dan kurang bermakna dalam konteks riil di masyarakat. Pendapat yang sama juga diungkapkan Utami, bahwa dalam pendidikan penekanannya lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses berpikir tingkat tinggi termasuk berfikir kreatif jarang dilatih.9 Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar
8
BSNP. 2006. Standar Isi, (Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006). Jakarta: BSNP. Utami Munandar, Pengembangan kreatifitas anak berbakat, (Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas dan PT Renika Cipta, 2004), 8. 9
8
pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.10 Pada sekolah dasar mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang kurang diminati siswa, sebab kebanyakan siswa memandang pelajaran ini sulit untuk dipelajari karena memuat begitu banyak materi ajar, bersifat abstrak dan materinya diambil dari lingkungan kehidupan sehari-hari yang umumnya disajikan guru dengan cara yang kurang menarik. Mereka cenderung pasif dalam pembelajaran IPS didalam kelas, karena yang terbayang dalam benak siswa pembelajaran IPS itu adalah mata pelajaran yang mencatat, dan menghafal. Menurut teori kerucut belajar Dare dalam lufri, yang dikemukakan oleh Woods, pembelajaran yang membuat siswa pasif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi hanya 50%, akan tetapi jika pembelajaran yang menuntut siswa terlibat aktif, kecenderungan mereka bisa mengingat materi yang telah dipelajari sebanyak 70% - 90%.11 Dalam proses pembelajaran, metode, media yang diterapkan diusahakan sesuai dengan dunia anak anak Sekolah Dasar yang suka bermain. Ketepatan memilih metode dan media sangat besar pengaruhnya bagi anakanak sekolah dasar dalam upaya menguasai konsep IPS. Penyajian pembelajaran ini dapat dilakukan dalam suatu bentuk permainan yang
10
Etin solihatin, Raharjo, Cooperatif Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 15. 11 Lufri. “Mengembangkan Skill Mengajar (Teaching Skill) Mahasiswa Calon Guru Menggunakan Multystrategis.” Jurnal kependidikan, Vol.15 (Juni, 2102), 16.
9
membuat anak-anak lebih bersemangat dan tidak bosan, karena bermain memang dunia anak-anak. Hal ini dapat dilihat dari tingkat perkembangan motorik anak usia Sekolah Dasar. Upaya mempermudah belajar IPS dilakukan dengan menggunakan media dan metode yang tepat. Mengingat bahwa Media dan metode dalam IPS sangatlah
penting,
maka
Pembelajaran
IPS
dilaksanakan
dengan
menyenangkan melalui media permainan yang menarik bagi mereka. Dalam penjajagan awal di lokasi penelitian yaitu MI Mamba'ul Huda Ngabar Ponorogo, masalah yang ditemukan oleh peneliti yakni siswakurang memperhatikan saat proses pembelajaran IPS berlangsung, diskusi antar siswa tidak berjalan, dan lemahnya motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat ketika proses pembelajaran IPS berlangsung, banyak yang berbicara dengan temannya, ramai sendiri, dan mengantuk.12 Hal tersebut karena siswa sudah menganggap bahwa mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang sulit dipelajari karena memuat banyak materi yang bersifat abstrak yang selama ini disajikan guru dengan cara yang kurang tepat dan kurang menarik. Pembelajaran IPS yang dilakukan selama ini kebanyakan hanya terpaku dengan kegiatan mencatat dan menghafal saja, yang membuat siswa menjadi tegang dalam proses pembelajaran seperti yang telah mereka alami selama ini.
Hasil Observasi di MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo, 06 Nopember 2014, Pukul 09.00. 12
10
Dalam
pembelajaran
IPS
ini,
kebanyakan
guru
mengajar
dengan
menggunakan metode tradisional yakni metode ceramah, sehingga proses belajar mengajar berpusat pada guru, sedangkan
siswa hanya berperan
sebagai pendengar saja. Metode ceramah ini banyak digunakan oleh guru, karena mudah, murah dan praktis. Penggunaan metode yang kurang tepat dan monoton ini, mengakibatkan siswa menjadi cenderung pasif, bosan, kurang mampu mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru, siswa hanya cenderung mencatat dan menghafal materi konsep dari guru, sehingga ketika diberi pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari tersebut, kebanyakan siswa tidak bisa menjawabnya dengan tepat. Hal tersebut berdampak terhadap penguasaan materi dan nilai hasil belajar siswa yang rendah dan kurang maksimal pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan. Untuk meningkatkan penguasaan konsep dan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan tersebut, maka seorang guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang aktif, variatif dan inovatif, yang dapat membangkitkan motivasi siswa dan memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan bebas sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan karakteristik siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga. Metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga ini meruapakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan
11
media permainan ular tangga untuk menemukan dan memahami konsepkonsep dari materi yang dipelajari dengan cara bertukar pendapat, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompoknya. Metode pembelajaran ini mengusahakan siswa dapat berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar kelompok serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran, yang mana sesuai dengan karakteristik anak usia SD.13 Dengan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga ini dalam pembelajaran IPS, dapat membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Sebab, dalam metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga ini pembelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan tidak hanya berupa hafalan dari buku, tetapi siswa bekerjasama dalam kelompoknya secara langsung untuk menemukan konsep sendiri dari materi yang dipelajari. Dalam metode ini siswa dapat belajar sekaligus bermain, sehingga anak-anak menjadi lebih antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan yang memuat banyak materi tersebut. Dengan begitu, pandangan siswa terhadap mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan yang membosankan dan terlalu banyak menghafal serta mencatat dapat berubah ketika metode yang digunakan tepat dan sesuai dengan karakteristik mereka,
13
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 35.
12
sehingga mereka merasa antusias untuk mengikuti proses pembelajarannya dan dengan demikian mereka dengan mudah dapat menangkap apa yang telah mereka pelajari.14 Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas mengenai PENERAPAN METODE DISKUSI
KELOMPOK
DENGAN
MENGGUNAKAN
MEDIA
PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas III di Madrasah Ibtida'iyahMamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015). B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Kurang maksimalnya penguasaan konsep terhadap materi pembelajaran 2. Menurunnya hasil belajar siswa 3. Metode pembelajaran monoton Untuk menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pembahasan objek penelitian ini, maka perlu diadakan pembatasan terhadap ruang lingkup penelitian. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah“Kurang maksimalnya penguasaan konsep dan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan pada siswa kelas III di Madrasah
Hasil Observasi di MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo, 07 Nopember 2014, Pukul 09.00. 14
13
Ibtida'iyahMamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015." C. Rumusan Masalah 1. Apakah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Apakah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat perubahan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPS setelah diterapkannya metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga di kelas III MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui tingkat peningkatan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS setelah diterapkannya metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga di kelas III MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
14
E. Kontribusi Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas akan memberikan manfaat bagi proses pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut: 1. Secara teoritis Penelitian tindakan kelas ini sebagai khazanah keilmuwan. 2. Secara praktis a. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kreativitas dalam melaksanakan proses pembelajaran. b. Bagi sekolah Sebagai masukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana, serta media dalam pembelajaran. c. Bagi peneliti Sebagai pengalaman praktis dalam melakukan penelitian. d. Bagi masyarakat Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih lembaga yang berkualitas. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari lima Bab, yaitu: Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian tindakan kelas, manfaat penelitian tindakan kelas, dan sistematika pembahasan.
15
Bab pertama ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memaparkan data. Bab kedua adalah kajian pustaka yang berisi tentang deskripsi teori, telaah pustaka terdahulu, kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam menjawab hipotesis. Bab ketiga adalah metode penelitian, yang meliputi objek penelitian tindakan kelas, lokasi dan karakteristik subyek penelitian tindakan kelas, variabel yang diamati, prosedur pelaksanakan penelitian tindakan kelas, dan jadwal pelaksanakan tindakan kelas. Bab keempat adalah temuan dan hasil penelitian tindakan kelas yang berisi gambaran singkat tentang lokasi penelitian, penjelasan per- siklus, proses analisis data per-siklus, dan pembahasan. Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bab ini dimaksudkan agar pembaca dan penulis mudah dalam melihat inti hasil dari penelitian.
16
BAB II LANDASAN TEORITIK, TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori 1. Penguasaan Konsep Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep. Pengertian penguasaan dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan,
kepandaian,
dan
sebagainya).15
Pemahaman
adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat.
Pemahaman bukan saja berarti
mengetahui yang berupa hafalan saja, tetapi mampu memberikan penjelasan dalam bentuk lain atau menggunakan kata-kata sendiri sehingga mudah dimengerti makna materi yang dipelajari, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya.16 Sedangkan konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang
yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk
pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan
15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 534 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
16
2012), 50.
17
berfikir abstraksi.17 Sementara menurut Bruner, Goodnew dan Austin, konsep dapat diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam obyek, kejadian, dan lain sebagainya, yang mempunyai ciri-ciri tetap dan dapat diamati.18 Konsep itu sendiri dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata, yang mewakili suatu pengertian tertentu. Semua konsep atau pengertian yang diperoleh, dapat dituangkan dalam bentuk suatu lambang verbal atau kata yang kemudian disimpan dalam ingatan. Semua kata- kata itu kemudian dapat diingat dan dihubungkan satu sama lain serta menjadi alat dalam
berpikir.19
Konsep
diperlukan
untuk
mengkomunikasikan
pengetahuan, karena dalam menguasai konsep kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas. Dahar mendefinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep menurut Bloom yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.20
17
Syaiful Sagala, Konsep dan makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), 71. Djuju Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, 2000), 131. 19 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran , (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 76. 20 Bajongga Silaban," Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan Kreativitas Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis," Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Vol.20 (Januari-Februari, 2014), 66. 18
18
Lanjut, menurut Sumaya yaitu seseorang dapat dikatakan menguasai konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep dari materi
yang
menggunakan
dipelajarinya kata-kata
sehingga
sendiri
sesuai
mampu dengan
menjelaskan pengetahuan
dengan yang
dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya.21 Penguasaan konsep bukan sekedar dapat mengingat kembali. Hal ini didukung oleh pendapat Sudjana yang mengemukakan pengertian penguasaan konsep dalam tiga hal yaitu penguasaan konsep yang berarti kemampuan menerjemahkan, kemampuan menafsirkan dan kemampuan ekstrapolasi. Maksud dari kemampuan menerjemahkan apabila seseorang mampu memberikan ide tentang suatu persoalan. Pengertian yang kedua, seseorang dikatakan memiliki kemampuan menafsirkan apabila dapat menggunakannya dalam berbagai tujuan, misalnya penggaris yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Sedangkan maksud yang ketiga, seseorang dikatakan memiliki kemampuan ekstrapolasi apabila orang itu mampu menggeneralisasi fakta-fakta yang ada dan melihat tujuannya yang ada dalam berbagai situasi. Sesuai dengan uraian pendapat di atas, maka penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk tidak hanya sekedar menyebutkan atau menghafal objekobjek yang dipelajari. Melainkan juga mampu memahami, menganalisis, menyederhanakan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi dan 21
Ibid, 66.
19
persoalan.22 Menganalisis pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep tidak hanya sekedar memahami, tetapi juga mampu menerapkan konsep yang diberikan dalam suatu permasalahan. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui benar suatu materi pembelajaran. Penguasaan konsep diperoleh dari proses belajar. Seseorang yang tidak mengusai konsep kata-kata tertentu akan mengalami kesulitan memahami suatu kalimat yang dibaca. Sebab belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman.23 Ausubel mengemukakan bahwa konsep dapat diperoleh melalui pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep erat kaitannya dengan perolehan pengetahuan melalui proses induktif. Dalam proses induktif anak dilibatkan belajar penemuan (discovery learning). belajar melalui penemuan akan membuat apa yang dipelajari siswa bertahan lebih lama dibandingkan dengan belajar secara hafalan. sedangkan perolehan konsep melalui asimilasi erat kaitannya dengan proses deduktif. dalam proses deduktif ini, siswa akan belajar arti konseptual baru dengan memperoleh penyajian atribut-atribut kriteria konsep, kemudian mereka akan menghubungkan atribut-atribut ini dengan
22
Linda Retnowati, "Perbandingan Hasil Belajar Dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Anatara Penggunaan Simulasi Dan Eksperimen," (Skripsi Retnowati, UNILA, 2013), 14. 23 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran , (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 92.
20
gagasan-gagasan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif mereka.24 Di
dalam
pembentukan
konsep
siswa
harus
membaca,
mendengarkan, dan menuliskan konsep baru yang dikenalkan padanya. Sebab, dengan menggunakan rasa, penglihatan, pendengaran, dan berbicara secara bersama-sama dapat meningkatkan penangkapan dan ingatan kita tentang berbagai pengetahuan. Untuk membangun konsep, siswa melakukan dengan cara pengamatan atau membayangkan sesuatu yang konkret terlebih dahulu. Siswa tersebut dikatakan dapat membangun konsep jika dapat membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan contoh dari suatu ide abstrak. Dalam pengajaran konsep tidak dapat dipisahkan dari generalisasi sebab mengajar konsep lewat generalisasi akan lebih bermakna. Pada dasarnya baik konsep maupun generalisasi adalah serupa, keduanya membantu individu untuk memahami secara teratur lingkungan pisik dan sosialnya. Bagaimana konsep dapat disusun sedemikian rupa sehingga dapat membentuk suatu generalisasi. Proses belajar konsep dengan generalisasi harus selalu dikaitkan dengan pengalaman yang dimiliki individu.25 Dalam proses
menerima
berkesinambungan, 24
dan
menafsirkan
pikiran
peserta
stimuli didik
pada
waktu
melakukan
yang
kegiatan
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran , (Jakarta: Erlangga, 1989), 64. Ahmad Syaikhudin, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012), 55-57. 25
21
mengabstraksi, memformulasi, membanding-bandingkan, atau merangkai stimuli itu. Kegiatan tersebut dilakukan secara otomatis dan terkoordinasi sehingga peserta didik dapat belajar untuk memahami konsep serta untuk menggunakan konsep itu dalam kehidupan sehari-hari.26 Ini berarti belajar konsep mempunyai arti penting bagi keberhasilan belajar. Menurut Bloom, kemampuan kognitif penguasaan konsep meliputi: a. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan proses untuk mengingat dan menyebutkan kembali suatu informasi pada suatu waktu jika dibutuhkan. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 1) Mengetahui sesuatu yang khusus a) Mengetahui terminologi Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal atau nonverbal. b) Mengetahui fakta tertentu Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang, tempat, dan lain-lain.
26
Djuju Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, 2000), 132.
22
2) Pengetahuan tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu. a) Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman. b) Mengetahui urutan atau kecenderungan yaitu proses, arah, dan gerakan suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan. c) Mengetahui
penggololongan
atau
pengkategorian,
yaitu
mengetahui kelas, kelompok, perangkat atau susunan yang digunakan dalam bidang tertentu atau memproses sesuatu. d) Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta, prinsip, pendapat atau perlakuan. e) Mengetahui metodologi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk mencari, menemukan, atau menyelesaikan masalah. f) Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu, yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu fenomena atau pikiran. g) Mengetahui prinsip dan generalisasi. h) Mengetahui teori dan struktur. b. Pemahaman (comprehension) Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah ”mengerti”. Pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajarinya. Siswa tidak hanya hafal secara
23
verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang dipelajarinya. Seseorang siswa dikatakan telah mempunyai kemampuan mengerti atau memahami apabila siswa tersebut dapat menjelaskan suatu konsep tertentu dengan kata-kata sendiri, dapat membedakannya, dan dapat memberikan contoh dari konsep tersebut. Siswa tahu apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang diberikan. Kemampuan yang tergolong dalam kemampuan mamahami adalah: 1) Terjemahan, yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa perubahan makna. Misalnya simbol berupa kata-kata (verbal) diubah menjadi gambar, bagan atau grafik. 2) Interpretasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di dalam simbol, baik simbol verbal maupun nonverbal. Misalnya kemampuan menjelaskan konsep atau prinsip dan teori tertentu. 3) Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelanjutan dari suatu temuan. c. Penerapan (application) meliputi kemampuan: Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur
atau
teori
tertentu.
Seseorang
dikatakan
menguasai
kemampuan ini jika dia dapat memberi contoh, menggunakan,
24
mengklarifikasikan,
memilih,
menghubungkan,
mengembangkan,
menyusun, memanfaatkan, menyelesaikan, dan mengidentifikasikan mana yang sama. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan suatu fenomena atau bahan pelajaran ke dalam bagian-bagiannya, sehingga struktur keseluruhan suatu fenomena atau bahan pelajaran tersebut dapat dipahami dengan baik. Menurut Bloom, ada tiga jenis kemampuan analisis yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsipprinsip yang terorganisasi. e. Sintesis (synthesis) meliputi: Sintesis adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan semua unsur atau bagian, sehingga membentuk satu keseluruhan secara utuh. Dengan kata lain, suatu kemampuan intelektual yang mengkombinasikan bagian-bagian dari pengalaman sebelumnya dan dilanjutkan dengan mengkonstruksi ke dalam suatu materi baru sehingga terbentuk suatu pola atau sruktur. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi, yaitu kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.27
27
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta,2013), 26.
25
Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa penguasaan konsep harus didasarkan pada pemahaman konsep. Jika dua hal tersebut dapat dipahami dan dikuasai maka suatu materi dapat mudah diingat oleh peserta didik dan jika suatu saat ditanya oleh guru tentang konsep yang telah ia pelajari maka peserta didik akan mudah untuk mengungkapkannya. Agar siswa dapat mengingat suatu konsep IPS untuk jangka waktu yang lama maka siswa harus memperoleh konsep tersebut dengan cara menemukan sendiri konsep tersebut berdasarkan pengalaman yang dimilikinya dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, tentunya dengan bantuan guru sebagai fasilitator. Herman Hudojo menyatakan bahwa, penguasaan konsep dalam IPS, siswa harus membentuk konsep atau struktur melalui pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Konsep atau struktur baru haruslah bermakna bagi siswa artinya konsep tersebut cocok dengan kemampuan yang dimiliki siswa serta relevan dengan kemampuan kognitif. 28 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dengan menjelaskan suatu konsep tertentu dengan kata-kata sendiri dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan siswa mendefinisikan atau menjelaskan, maka siswa tersebut 28
Nuri Rokhayati, "Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiri Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Sleman," (Skripsi, UNY, Yogyakarta, 2010), 34.
26
telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan akan tetapi maksud dan maknanya sama serta mampu menerapkan konsep yang diperolehnya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Adapun salah satu indikator siswa menguasai konsep pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan konsep Aspek ini mengacu kepada kemampuan memahami makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang ditandai antar lain dengan kemampuan menjelaskan arti dari suatu konsep dengan katakata sendiri.29 Cara menjelaskannya adalah dengan cara mengutarakannya dengan kata-kata sendiri dengan mengambil pokok pikiran dari apa yang telah dibaca dan telah dipelajari. Mengutarakan kesan-kesan yang baru didapatkan dari kegiatan belajar menurut gaya bahasa sendiri dan tidak perlu menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat seperti yang terdapat dalam buku. Pengutaraan kesan harus dihubungkan dengan
29
72.
R. Ibrahim & Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),
27
ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki sehingga ilmu pengetahuan yang dipunyai lebih hidup.30 2. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam
interaksi
aktif
dengan
lingkungan,
yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.31 Belajar dapat didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Aktivitas di sini dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju ke perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotorik).32 Dalam kegiatan belajar yang terpogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru.
30
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 67. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), 59. 32 Modul Lapis PGMI, Hakikat Psikologi Belajar , Pertemuan 1, 12.
31
28
b. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah mereka yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuantujuan intruksional.33Benyamin S. Bloom, mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu: a) Ranah kognitif, berkenann dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. b) Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan ternalisasi. c) Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
33
Mulyono, Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar , (Jakarta:Rineka Cipta,2003), 37-38.
29
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.34 Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai manakah perubahan itu dapat berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor-fakktor, yang mana faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a) Faktor yang ada pada diri pelajar itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Faktor ini meliputi faktor kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b) Faktor yang datang dari luar diri individu yang disebut faktor sosial, yang meliputi faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.35 c. Tujuan hasil belajar 1) Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. 34
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , (Bandung:Remaja Rosakarya,
2009), 22. 35
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1997), 102.
30
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. 3) Menentukan tindak lanjut untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanakannya. 4) Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan orang tua siswa.36 d. Bentuk-bentuk hasil belajar Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:37 1) Informasi verbal, yakni kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon
secara
spesifik
terhadap
rangsangan
spesifik.
Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2) Keterampilan intelektual, yakni kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Konsep tersebut terdiri dari kemampuan
36
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Remaja Rosakarya,
2009), 4. 37
Wowo, Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif (Perkembangan Ragam Berpikir) , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), 79.
31
mengkategorisasi, kemampuan analisis sintesis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. e. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor eksternal.38 1) Faktor internal a) Fisiologis Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhdap kemampuan belajar seseorang. Kondisi fisiologis meliputi bagaimana kondisi fisiknya, panca inderanya, dan sebagainya. Siswa yang tidak sehat tentu tidak bisa belajar karena konsentrasinya terganggu, sehingga pelajaran sukar masuk. Begitu juga anak yang badannya lemah, sering pusing dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar dan lekas capek.39 b) Psikologis Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah yang meliputi tingkat kecerdasan, bakat, minat, 38
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi , (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), 21. 39
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), 284.
32
motivasi, emosi dan kemampuan kognitifnya. Faktor-faktor tersebut merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar siswa, sebab dapat mempengharuhi proses dan hasil belajarnya. 2) Faktor eksternal a) Lingkungan Selama hidup siswa tidak bisa menghindari dari lingkungan alami dan lingkungan sosial. Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Lingkungan alam adalah lingkungan tempat tinggal peserta didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Sebagai anggota masyarakat, siswa tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku peserta didik untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku di masyarakat. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata merupakan salah satu sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan siswa di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tidak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas, pabrik-pabrik menimbulkan kebisingan di dalam kelas sehingga mengganggu konsentrasi belajar siswa. untuk itu, akan sangat bijaksana apabila pembangunan sekolah
33
di tempat yang jauh dari lingkungan pabrik, pasar, arus lalu lintas dan sebagainya. b) Instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Semuanya dapat
diperdayagunakan
menurut
fungsi
masing-masing.
Faktor-faktor instrumental tersebut meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si pelajar.40 3. Kajian tentang IPS a. Pengertian IPS 41 Istilah studies yang berasal dari Bahasa Inggris
diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi IPS. Pada perkembangan dan pengembangannya di Indonesia, ide-ide dasarnya banyak diambil dari pendapat yang berkembang di amerika serikat. Sedangkan yang menyangkut tujuan, materi, dan penangannya dikembangkan sendiri sesuai
40 41
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 106. Modul Lapis PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosisal 1-Konsep Dasar , Pertemuan 1, 9-10.
34
dengan tujuan nasional dan aspirasi masyarakat Indonesia. Banyak sekali pandangan tentang pengertian IPS menurut para ahli. Pendapat tersebut antara lain: 1) Menurut S Nasution, IPS merupakan suatu fusi atau panduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Dapat juga dikatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang menggunakan bagian-bagian tertentu dari ilmu sosial. 2) Menurut Moeljono Cokrodikarjo, IPS merupakan perwujudan dari suatu pendekatan interdisiplin dari ilmu-ilmu social. Ia merupakan integrasi
dari
ilmu-ilmu
sosial
seperti
sosiologi,antropologi
budaya,psikologi, sejarah, geografi,ekonomi, ilmu politik, dan ekologi manusia. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan instruksional dengan materi sederhana mungkin,menarik,mudah dimengerti, dan dipelajari. Dari pendapat-pendapat diatas, maka dapat dimengerti bahwa IPS dan lingkungan adalah bidang studi yang merupakan fusi (paduan) dan integrasi
ilmu
sosial
yang
dikemas
dengan
materi
yang
sederhana,menarik,mudah dimengerti, dan dipelajari untuk tujuan instruksional sekolah. b. Ruang Lingkup IPS Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya, yakni cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan materi, budaya,
35
dan kejiwaannya, memanfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya, dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas,maka pembelajaran IPS pada jenjang peendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS terbagi menjadi
pengajaran IPS pada
jenjang dasar,menengah dan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar ruang lingkup IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial terutama dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar yang dapat dijangkau dalam geografi dan sejarah. 42 c. Tujuan IPS Arah mata pelajaran IPS ini dilatar belakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehodupan masyarakat yang global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
42
Modul Lapis PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosial 1-Konsep Dasar , Pertemuan 1, 11.
36
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Tujuan dari pembelajaran IPS ini sendiri adalah mengenal konsepkonsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan, dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.43 Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS ini adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. d. Pembelajaran IPS Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan 43
Sapriya, Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 194.
37
peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Untuk jenjang pendidikan SD/MI, pengorganisasian materi pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun mengacu pada aspek kehidupan nyata
peserta
didik
sesuai
dengan
karakteristik
usia,
tingkat
perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Dalam permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi.44 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Sekolah Dasar(SD) telah merumuskan beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam pembelajaran IPS kelas III semester genap khususnya pokok bahasan pekerjaan. Salah satu kompetensi dasar adalah memahami jenis pekerjaan dengan kompetensi dasar yakni mengenal jenis-jenis pekerjaan dan memahami pentingnya semangat kerja. Dari rumusan kurikulum tersebut diharapkan guru diharapkan dapat membelajarkan kepada siswa tentang berbagai macam jenis pekerjaan, sehingga siswa dapat memahami perbedaan antara pekerjaan satu dengan lainnya.45
44
Ibid, 194. BSNP. 2006. Standar Isi, (Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006), (Jakarta:
45
BSNP).
38
Martorella
mengatakan
bahwa
pembelajaran
IPS
lebih
menekankan pada aspek pendidikan daripada transfer konsep, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS, siswa-siswi diharapkan memperoleh pemahaman sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimiliki.46 Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan hanya sebatas pada upaya mencekoki siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.47 4. Metode Pembelajaran a. Pengertian Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan sebagai suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 46
Modul Lapis PGMI, Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran IPS, Pertemuan 1, 10. Etin solihatin, Raharjo, Cooperatif Learning:Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), 15. 47
39
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.48 Dalam kegiatan belajar mengajar, metode merupakan salah satu komponen pengajaran yang tidak kalah pentingnya dengan komponen lain. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Hal ini dikarenakan metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.49Oleh karena itu, terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan
metode,
yaitu
prinsip
agar
pembelajaran
dapat
dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi sehingga materi pembelajaran tersebut menjadi lebih mudah untuk diterima peserta didik.50 Suatu metode bisa dikatakan efektif jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat guna, dimana dengan memakai metode tertentu tetapi dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Agar metode yang akan digunakan dalam suatu 48
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008),8. 49 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 82. 50 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008),18
40
pembelajaran bisa lebih efektif maka guru harus mampu melihat situasi dan kondisi siswa, termasuk perangkat pembelajaran.Untuk itu, seorang guru sebelum memutuskan untuk memilih suatu metode agar lebih efektif maka ia harus juga mempertimbangkan hal-hal diantaranya tujuan, karakteristik siswa, kemampuan guru, situasi kelas, kelengkapan fasilitas, kelebihan dan kelemahan metode.51 Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menentukan metode yang tepat guna yang sesuai dengan situasi dan kondisi pengajaran. Di dalam penggunaan satu atau beberapa metode, terdapat syaratsyarat
yang harus diperhatikan, yakni: metode mengajar yang
dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah siswa, harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa, harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan), harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi, harus dapat mentiadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantikan dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan, harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
51
Ibid, 32.
41
dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari.52 b. Metode Diskusi Kelompok 1) Pengertian Diskusi Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat, pengetahuan, dan pengalaman tentang sesuatu masalah atau bersamasama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran dari suatu masalah. Dalam diskusi kelompok ini guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas, dapat pula dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil. Yang perlu diperhatikan dalam diskusi adalah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi aktif dalam setiap forum diskusi.53 Tujuan
dibentuknya
kelompok
tersebut
adalah
untuk
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat
52
Abu Ahmadi, dkk, SBM (Strategi Belajar Mengajar) Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 53. 53 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah , (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 167.
42
secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama belajar
secara
kelompok,
mereka
diajarkan
keterampilan-
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya,
seperti
menjadi
pendengar
aktif,
memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi kegiatan yang berisi suatu pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.54 Dengan metode diskusi kelompok sebagai salah satu metode pengajaran, siswa belajar bagaimana belajar dari orang lain, bagaimana menanggapi pendapat orang lain, bagaimana memelihara kesatuan kelompok, dan belajar tentang teknik-teknik pengambilan keputusan yang amat berguna bagi mereka dalam kehidupan bermasyarakat. Pengalaman belajar yang demikian tidak akan terjadi jika guru menyajikan pelajaran dengan metode ceramah.55 2) Bentuk-bentuk Diskusi Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk dan dengan bermacam-macam tujuan, anatra lain sebagai berikut: 54
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), 57. 55 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 135.
43
a) Diskusi kelas Diskusi kelas ini semacam brainstorming (pertukaran pendapat). b) Diskusi kelompok Guru mengemukakan suatu masalah, kemudian masalah dipecah ke dalam sub-masalah. Siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok kecil untuk mendiskusikan sub-sub masalah tersebut. hasil diskusi dilaporkan di depan kelas dan ditanggapi. Kesimpulan akhir adalah kesimpulan hasil laporan kelompok yang sudah ditanggapi oleh seluruh siswa. c) Panel Merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja, biasanya antara 3 sampai 7 orang panelis, siswa lain hanya bertindak sebagai pendengar. Dengan diskusi yang dilakukan oleh panelis tersebut, audiensi dapat memahami maksud yang terkandung pada masalah yang didiskusikan secara lebih lanjut. d) Konferensi Dalam
konferensi
anggota
duduk
saling
menghadap,
mendiskusikan suatu masalah. Setiap siswa harus memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan diajukan.
44
e) Simposium Pelaksanakan simposium dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, mengundang dua orang pembicara atau lebih. Setiap pembicara dimintakan untuk menyajikan prasaran yang sudah ditulis. Masalah yang dibahas setiap pembicara adalah sama. Namun, masing-masing menyoroti dari sudut pandang yang berbeda. Kedua, membagi masalah ke dalam beberapa aspek yang mana dari setiap aspek dibahas oleh seorang pemasaran. Selanjutnya disiapkan penyanggah umum yang akan menyoroti prasaran-prasaran
tersebut.
Setelah
penyanggah
umum
menyampaikan sanggahannya, baru diberikan kesempatan memberikan jawaban sanggahan. f) Seminar Merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dengan meletakkan dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas. Pelaksanakannya sering diawali dengan pandangan umum
atau
pengarahan
dari
pihak
tertentu
berkepentingan.56 3) Tujuan Diskusi Kelompok Tujuan yang diharapkan dalam diskusi kelompok ini, yakni:
56
2011), 63.
Ngainun, Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
yang
45
a) Dengan
diskusi
siswa
didorong
untuk
menggunakan
pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, menemukan dan memahami konsep yang sulit dengan cara bertukar pendapat. Mungkin ada perbedaan segi pandangan, sehingga memberi jawaban yang berbeda. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah asalkan pendapat itu logis dan mendekati kebenaran. Jadi siswa dilatih berpikir kritis dan memecahkan masalah sendiri. b) Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan. Hal ini dapat melatih siswa untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu masalah bersama. c) Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama.57 4) Manfaat Diskusi Kelompok a) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah. b) Melatih kemampuan memecahkan masalah
secara verbal,
memupuk sikap demokratis. dan memudahkan penguasaan materi
57
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 6.
46
c) Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat, menghargai perbedaan, mengelola kebersamaan dan menemukan solusi terhadap persoalan yang dihadapi. d) Siswa belajar tentang teknik-teknik pengambilan keputusan. e) Siswa belajar bagaimana belajar dari orang lain.58 5) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diskusi Kelompok a) Sifat anggota kelompok yang sok tahu, yang selalu tidak setuju dan tidak menghargai pendapat orang lain, dapat menghambat proses kerja, mengurangi kekompakan dan interaksi dalam kelompok. b) Anggota yang suka bicara, berbicara terlalu banyak sehingga anggota lain bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai pendengar. c) Kepopuleran anggota. anggota yang menjadi favorit anggota kelompok, umumnya pendapatnya selalu diterima meskipun pemikiran itu sendiri kurang memadai. Dan sebaliknya, ada orang yang tidak
populer
dalam
kelompok
sehingga
pemikirannya
ditolak, walaupun pemikirannya cukup andal.
d) Status sosial anggota. Ada anggota yang statusnya lebih rendah dan kurang mampu mengintegrasikan
58
2011), 65.
diri
dengan
anggota-
Ngainun, Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
47
anggota lain, kehadirannya sering membuat anggota lain merasa terancam, takut, merasa tidak tentram. e) Perasaan ragu. Interaksi antar anggota dapat juga terhambat karena ada anggota yang ragu-ragu mengemukakan pendapatnya karena terlalu memperhitungkan reaksi orang lain terhadap apa yang akan dikemukakan. f) Merasa rendah diri sehingga mudah tersinggung jika dikritik, reaksi berlebihan jika mendapat pujian, menganggap bahwa semua kecaman atau kritik diarahkan pada dirinya, suka merendahkan orang lain. g) Anggota yang selalu siap membantu, baik dalam memberikan informasi, saran, atau tenaga yang diperlukan dalam proses kerja kelompok. h) Besarnya suatu kelompok juga mempengaruhi interaksi dalam kelompok diskusi. makin besar kelompok diskusi, makin kurang intensif interaksi dan
makin
lama
proses
kerja
yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.59 6) Langkah-langkah Metode Diskusi Kelompok a) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan
seperlunya
mengenai
pemecahannya. 59
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), 130.
cara-cara
48
b) Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompokkelompok diskusi. c) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar setiap anggota kelompok berpartisispasi aktif, dan agar diskusi kelompok berjalan lancar. d) Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. e) Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadapa laporan tersebut. f)
Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan gutru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.60
7) Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi Kelompok61 a) Kelebihan-kelebihan metode diskusi kelompok Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik sebagai partisispan, penanya, penyanggah, maupun sebagai ketua atau moderator diskusi. Menimbulkan kreatifitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.
60
J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), 23. 61
Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), 88.
49
Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan partisipasi demokratis. Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak sendiri sehingga tercipta "take and give". Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berfikir sendiri. b) Kekurangan-kekurangan metode diskusi kelompok Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik dan yang memiliki referensi dengan lingkungan. Diskusi umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar membaca. Siswa yang pasif cenderung melepaskan tanggung jawab.
Banyak waktu yang terbuang, tapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan. Sukar diterapkan pada sekolah tingkat rendah.
5. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa
50
sehingga proses belajar terjadi. Menurut Gagne dan Briggs, mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari anatar lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Peranan media pembelajaran dalam proses komunikasi dikelas membantu mengatasi apabila terjadi hambatan yang disebabkan hambatan psikologis, contohnya tidak suka dengan pelajaran, gurunya, malas, bosan. Media pembelajaran juga membantu mengatasi adanya perbedaan kultur yang ada pada siswa dalam menjalin komunikasi dikelas.62 b. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Kriteria pemilihan media bersumber dari onsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secar keseluruhan. Untuk 62
Azhar, Asyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 3-4.
51
itu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yaitu sebagai berikut: 1) Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang ingin dicapai. 2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. 3) Praktis, luwes, dan bertahan. 4) Guru terampil menggunakannya dalam proses pembelajaran. 5) Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya. 6) Mutu teknis.63 c. Jenis-jenis Media Pembelajaran 1) Media berbasis visual Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi, sketsa, gambar garis, grafik, bagan, chart, papan, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih.64 2) Media berbasis audio-visual. Merupakan
cara
menyampaikan
materi
dengan
menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual, seperti mesin proyektor
63 64
Ibid, 72. Ibid, 104.
52
film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Pengajaran melalui audio-visual adalah prosuksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengeran serta tidak seluruhnya tergantung
kepada pemahaman kata atau simbol-
simbol yang serupa.65 3) Media berbasis komputer Merupakan
penggunaan
komputer
sebagai
media
pengajaran. Komputer digunakan untuk menyajikan isi pelajaran, bisa berbentuk tutorial, drill and practise, dan permainan.66 4) Multimedia berbasis komputer dan interaktive video Merupakan kombinasi dari beberapa media, yakni kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video yang secara bersamasama menampilkan informasi, pesan, atau isis pelajaran. Perpaduan dan kombinasi dua tau lebih jenis media ditekankan kepada
kendali
komputer
sebagai
penggerak
keseluruhan
gabungan media itu.67 6. Media Permainan Ular Tangga a. Pengertian Permainan Salah satu upaya menciptakan situasi belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa SD adalah dengan mengajak siswa belajar 65
Ibid, 30. Ibid, 156. 67 Ibid, 169. 66
53
sambil bermain., santai, namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif.68 Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula. Permainan adalah modal awal bagi pembinaan awal kecerdasan dan mental-emosional anak, sehingga cara dan pola bermain yang diterapkan dalam pembelajaran akan memiliki efek positif bagi pertumbuhan kecerdasan dan emosional anak. Permainan dapat membantu suasana lingkungan belajar menjadi senang, bahagia, santai, namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif. Dengan bermain, banyak kemampuan keterampilan dapat dipraktekkan secara berulang-ulang sehingga bisa dikuasai dengan baik.69 Hurlock mengatakan bahwa anak usia Sekolah Dasar adalah anak usia bermain, dimana dunia mereka dalam melakukan aktivitas disertai dengan bermain. Belajar dengan bermain merupakan cara mereka dalam mengetahui segala sesuatu baik tentang diri sendiri, lingkungan, maupun teman sesamanya.70
68
Conny R. Semiawan, Belajar dan pembelajaran Prasekolah Dasar , (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008), 22. 69 Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 75. 70 Hurlock, E.B. Perkembangan anak. (Jakarta : Erlangga. 1978), 40.
54
Bermain adalah suatu kebutuhan bagi anak, dengan merancang pembelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya. Kebutuhan bermain tidak terpenuhi pada satu tahap perkembangan yang berfungsi kurang baik dan hal ini akan terlihat ketika anak menjadi remaja.71 Media Permainan ular tangga merupakan salah satu media pembelajaran yang berbentuk visual. Permainan ular tangga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Siswa akan cenderung tertarik mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran
yang melibatkan kecenderungan anak-anak untuk
bermain jauh lebih efektif karena siswa merasa lebih santai. b. Asal-usul Permainan Ular Tangga Permainan ular tangga dalam bahasa inggris disebut “chute and ladders”. Permainan ini berupa kotak berisi berbagai macam gambar dengan sebagian gambar satu dengan yang lain dihubungkan dengan menggunakan gambar tangga atau gambar ular. Permainan ular tangga pada awalnya berasal dari india dengan sebutan “Moksha Patamu” sebelum abad ke 16. Pada awalnya permainan ini dikembangkan
71
Ahmad Syaikhudin, Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar , (Penelitian Individu Ponorogo: Tarbiyah STAIN Ponorogo 2013), 15.
55
menggunakan dasar agama hindu sebagai bentuk pengajaran moral dan agama pada anak-anak.72 c. Perkembangan Permainan Ular Tangga di Indonesia Ular tangga menjadi bagian dari permainan tradisional di Indonesia meskipun tidak ada data yang lengkap mengenai kapan munculnya permainan tersebut. Pada zaman dulu, banyaknya anak-anak Indonesia yang bermain ular tangga membuat permainan ini menjadi sangat populer di masyarakat. Permainan ini ringan, sederhana, mendidik, menghibur dan sangat berinteraktif jika dimainkan bersamasama.73 Media permainan ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga atau ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Tidak ada bentuk standart dari papan permainan ular tangga ini. Setiap orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Guru dapat membuat sendiri media
72
Ahmad Syaikhudin, Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar , (Penelitian Individu Ponorogo: Tarbiyah STAIN Ponorogo 2013), 25. 73 Ibid, 25.
56
permainan ular tangga ini dengan menyesuaikan tujuan dan materi pembelajaran.74 Permainan ular tangga memerlukan sebuah medan permainan adalah sebuah papan atau karton bergambar kotak-kotak biasanya berukuran 10 x 10 kotak. Tiap kotak diberi nomor urut mulai dari nomor 1 dari sudut kiri bawah sampai nomor 10 di sudut kanan bawah, lalu dari kanan ke kiri mulai nomor 11 baris kedua sampai nomor 20 dan seterusnya sampai nomor 40 di sudut kiri atas. Kotak-kotak tertentu berisi gambar yang mengandung pesan atau perbuatan. Ada pesan atau perbuatan baik, ada yang buruk. Pesan atau perbuatan baik bisaanya diganjar dengan kenaikan ke kotak yang lebih tinggi lewat tangga, sedangkan pesan atau perbuatan buruk dihukum dengan penurunan ke kotak lebih rendah melewati ular. Karena itu dinamakan Ular Tangga.75 Pada saat sekarang pengenalan kembali permainan ular tangga ditengah-tengah masyarakat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya dengan merubah muatan pengetahuan atau pesan nilainilai kehidupan yang akan disampaikan. Modifikasi pada permainan ular tangga sebagai media pembelajaran IPS dilakukan dengan cara merubah gambar-gambar dalam kotak dengan gambar sesuai dengan konsep IPS 74
Freddy Widya Arista, "Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Strategi Peer Lessons Dengan Media Ular Tangga Pada Siswa Kelas IV SDN Pakintekan 03 Semarang," (Skripsi, UNS, Semarang, 2011), 39. 75 Ahmad Syaikhudin, Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar , (Penelitian Individu Ponorogo: Tarbiyah STAIN Ponorogo 2013), 25.
57
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Modifikasi pada konsep atau pesan dirubah berdasarkan kesesuaian materi yang tidak banyak memerlukan praktek pembuktian percobaan. Tujuan permainan ular tangga ini adalah untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa agar senantiasa mempelajari atau mengulang kembali materi-materi pelajaran sebelumnya. Media permainan ular tangga ini dinilai sangat efektif untuk mempelajari atau mengulang bab-bab tertentu dalam pelajaran yang dianggap paling sulit untuk dipahami oleh siswa. Media Permainan ular tangga ini, selain menarik perhatian peserta didik, juga dapat membantu dalam mengembangkan keterampilan proses. d. Cara Memainkan Permainan Ular Tangga Sistem permainan ini diawali dengan penentuan urutan bermain melaui hompimpah. Setiap pemain memiliki hak yang sama secara berurutan melakukan kocokan dadu satu kali setiap putaran kecuali bila dadu muncul angka enam pemain berhak melakukan permainan dua kali dalam satu kali putaran.76 Permainan mulai dari start kemudian berdasarkan hasil kocoan dadu, bidak dijalankan sesuai arah bilangan naik pada setiap gambar berhenti pada hitungan terakhir jumlah mata dadu yang muncul. Tanda naik atau turun secara lompat dari posisi bidak menetap pada hitungan 76
Ibid, 27.
58
terakhir jumlah mata dadu. Gambar dan petunjuk yang dituliskan dalam papan permainan memberikan informasi aturan dalam bermain ular tangga sebagai tanda naik lompat, maupun turun lompat, bahkan melakukan atraksi dalam kelompok.77 Bila pemain mendarat di ujung bawah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir (kotak finish).78 Dalam penelitian ini, hitungan pada papan mulai dari kotak bertanda start bilangan terkecil 1 menuju posisi gambar atau kotak terakhir bertuliskan finish pada bilangan 36. e. Manfaat Media Permainan Ular Tangga79 1) Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran bermain sambil belajar. 2) Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa agar mampu menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik. 3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman, dan menyenangkan.
77
Ibid, 34. Freddy Widya Arista, "Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Strategi Peer Lessons Dengan Media Ular Tangga Pada Siswa Kelas IV SDN Pakintekan 03 Semara ng," (Skripsi, UNS, Semarang, 2011), 43. 79 Nafiah Nurul Ratnaningsih, "Penggunaan Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Kelas III A SDN Nogopuro Sleman," (Skripsi, UNY, 2014), 67. 78
59
4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak dalam perkembangan fisik, motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, maupun emosional. f. Keunggulan dan Kelemahan Permainan Ular Tangga80 Penggunaan permainan ular tangga membawa dampak positif bagi pembelajaran di kelas. Keunggulannya antara lain: 1) Permainan ular tangga dapat dipergunakan di dalam kegiatan belajar mengajar karena kegiatan ini menyenangkan siswa sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain. 2) Siswa dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara langsung. 3) Permainan ular tangga dapat dipergunakan untuk membantu semua aspek
perkembangan
siswa
salah
satunya
mengembangkan
kecerdasan logika matematika. 4) Permainan ular tangga dapat merancang siswa memecahkan masalah. 5) Penggunaan permainan ular tangga dapat dilakukan baik dalam kelas maupun diluar kelas. 6) Penggunaan permainan ular tangga mudah dilakukan/mudah dimengerti, sederhana peraturannya, mendidik jika diberikan tema
80
Ap Massri M Kusumawardhana, "Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Aplikasi Adobe Flash CS4 Profesional Berbentuk Game Pendidikan Ular Tangga Pintar Untuk Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi Dan Keuangan Kelas XI SMKN 2 Purworejo Tahun Ajaran 2014/2015." (Skripsi, UNY, 2014), 32-33.
60
yang baik dan benar, menghibur siswa dengan cara yang positif dan interaktif. Penggunaan permainan ular tangga dalam proses pembelajaran merupakan cara yang cukup efektif apabila dilihat dari beberapa keunggulan permainan tersebut. Namun permainan ular tangga juga mempunyai beberapa kelemahan, yakni: 1) Penggunaan permainan ular tangga memerlukan banyak waktu untuk menjelaskan kepada siswa. 2) Permainan ular tangga tidak dapat mengembangkan semua materi pembelajaran. 3) Kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan kericuhan. 4) Bagi siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami kesulitan dalam bermain. B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Rencana penelitian ini berangkat dari kajian penelitian terdahulu. Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut: telaah peneliti pertama Indah Setianingsih (21060809) dengan judul Penerapan Strategi Reading Aloud Dan Card Sort Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi Dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam di SD Kedung Panji Lembeyan Magetan Kelas IV Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil dari penelitian tindakan kelas tersebut
61
yakni Melalui strategi reading aloud dan card sort pada pembelajaran IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi dalam memanfaatkan sumber daya alam telah mengalami peningkatan pada pemahaman konsep belajar siswa.81 Sedangkan telaah dari penelitian kedua Amida Jazilaturrohmah (210609032) dengan judul Implementasi Strategi True Or False Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Pekerjaan Di Masyarakat Siswa Kelas III SDN Kedung Panji 3 Lembeyan Magetan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil dari penelitian tindakan kelas tersebut yakni Penerapan strategi true or false dapat meningkatkan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPS pokok bahasan Pekerjaan Di Masyarakat Siswa Kelas III SDN Kedung Panji 3 Lembeyan Magetan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.82 Berdasarkan judul dan hasil penelitian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian tindakan kelas yang saya lakukan,yakni Metode pembelajaran, Pokok bahasan yang diteliti, batasan masalah, spetting, subyek penelitian berbeda.
81
Indah Setianingsih, Penerapan Strategi Reading Aloud Dan Card Sort Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi Dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam di SD Kedung Panji Lembeyan Magetan Kelas IV Tahun Ajaran 2012/2013, (Skripsi STAIN, Ponorogo, 2013), 73. 82 Amida Jazilaturrohmah, "Implementasi Strategi True Or False Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Pekerjaan Di Masyarakat Siswa Kelas III SDN Kedung Panji 3 Lembeyan Magetan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013." (Skripsi STAIN, Ponorogo, 2013), 79.
62
C. Kerangka Berpikir Berangkat dari landasan teori dan telaah hasil penelitian terdahulu diatas,maka dapat diajukan kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Jika penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPS, maka akan terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran IPS pokok di kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun pelajaran 2014/2015. 2. Jika penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPS, maka akan terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun pelajaran 2014/2015. D. Pengajuan Hipotesis Tindakan 1. Metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga
dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata
pelajaran IPS pada kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun pelajaran 2014/2015. 2. Metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
63
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Tindakan Kelas Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi objek tindakan kelas adalah mencakup seluruh kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, kemampuan yang dimaksud adalah: 1. Penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun ajaran 2014/2015. 2. Hasil belajar siswa-siswi dalam pembelajaran IPS pada kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun ajaran 2014/2015. B. Setting Subyek Penelitian Tindakan Kelas 1. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi dan muncul dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS di MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015. 2. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, subyek pelaku penelitian adalah peneliti itu sendiri, sedangkan subyek penerima penelitian adalah siswa kelas III MI
64
Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 anak. C. Variabel yang Diamati 1. Variabel Proses
: Penguasaan Konsep: a. Kemampuan
menjelaskan
konsep
dengan
kalimatnya sendiri. 2. Variabel Hasil
: Nilai hasil belajar siswa
D. Prosedur Penelitian 1. Prosedur Pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Per-Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observasing), dan refleksi (reflecting).83 Secara keseluruhan empat tahapan tersebut berbentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Yang mana siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua dilaksanakan apabila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga dilaksanakan karena siklus kedua belum bisa mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya. Logika empat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas), (Ponorogo: STAIN Press, 2009), 5. 83
65
Identifikasi masalah
Perencanaan (Planning)
Refleksi
Tindakan
(Reflecting)
(Acting)
Siklus I
Observasi
Perencanaan Ulang
(Observasing)
Siklus II Dst.
Gambar 3.1 Prosedur PTK
Sebelum melakukan pembelajaran berbasis PTK, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk: 1) Menemukan masalah 2) Melakukan identifikasi masalah 3) Menemukan batasan masalahkan 4) Menentukan masalaha dengan menemukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah 5) Merumuskan
gagasan-gagasan
pemecahan
masalah
dengan
merumuskan hipotesis-hipotesis sebagai pemecahan 6) Menentukan pemilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah 7) Merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK dirumuskan, langkah berikutnya adalah sebagai berikut:
66
1) Perencanaan (planning) Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah: a. Membuat rencana pelaksanakan pembelajaran b. Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas c. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.84 2) Pelaksanakan tindakan kelas (acting) Pada tahap ini, harus melakukan tindakan yang telah di rumuskan pada rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 3) Pengamatan (observasi) Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah: a. Mengamati kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri siswa dalam kerja kelompok pada proses pembelajaran. b. Mengamati perolehan nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4) Refleksi (reflecting) Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.85 Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah:
84 85
Ibid,6 Zainal, Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru , (Bandung: Yrama Widya, 2006), 129
67
a. Mencatat hasil observasi b. Mengevaluasi hasil observasi c. Menganalisis hasil pembelajaran d. Mencatat
kelemahan-kelemahan
untuk
dijadikan
bahan
memperbaiki siklus berikutnya.86 Empat langkah tersebut ketika diterapkan dalam kelas akan berubah menjadi tiga tahap,yakni tahap pertama adalah perencanaan,tahap kedua adalah melakukan pelaksanakan dan pengamatan secara bersamaan, dan tahap ketiga adalah refleksi, sebagaimana pada gambar berikut:87 SIKLUS I Tindakan dan observasi 1
Perencanaan 1
Refleksi 1 SIKLUS II
Tindakan dan observasi II
Refleksi II
Perencanaan II
SIKLUS III SELESEI
Gambar 3.2 prosedur pelaksanakan PTK
Dari tiga tahapan perencanaan prosedur Pelaksanakan Tindakan Kelas
Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK( Penelitian Tindakan Kelas), (Ponorogo: STAIN Press, 2009), 6. 87 Ibid, 7. 86
68
tersebut,yaitu siklus I sampai dengan siklus III dapat diuraikan sebagai berikut: Siklus I: Tabel 3.1 Prosedur Pelaksanakan PTK Siklus I Perencanaan Menyusun RPP PTK
Tindakan
Pengamatan
Guru membagi siswa
berbasis
Mengamati
menjadi dua kelompok.
dengan Guru membagikan hand out
Refleksi Merefleksikan
kemampuan
hasil
masing-masing
pengamatan
dalam kegiatan
pokok bahasan
materi pada tiap-tiap kelompok
siswa
pekerjaan.
sebagai bahan dalam menjawab
MENJELASKAN
pertanyaan
KONSEP dengan konsep dari
Menyiapkan
menjelaskan
sumber/bahan/ Guru meminta tiap kelompok
memberikan
alat
menunjuk salah satu temannya
contereng (√) pada dipelajarinya,
digunakan
untuk perwakilan maju ke
lembar
dalam kegiatan
depan berperan sebagai pion
tersetruktur.
pembelajaran.
dalam permainan ular tangga.
yang
Menyiapakan
Perwakilan
instrumen
kelompok
penilaian yang akan
dari
materi yang
observasi menganalisis nilai perolehan hasil belajar,
tiap-tiap Mencatat
NILAI dengan
PEROLEHAN
menggunakan
permainan dengan suit terlebih
HASIL
tolak ukur yang
dahulu, yang menang akan
BELAJAR.
telah ditentukan
tersebut
memulai
69
digunakan
mengocok
untuk
dahulu.
mengukur
dadu
terlebih
untuk membuat keputusan
Pemain yang menang langsung
apakah
pencapaian
mulai berjalan diatas bidak
diperlukan
kompetensi.
sesuai dengan angka dadu yang
siklus II atau
telah keluar.
tidak.
Menyiapkan kriteria
Jika pemain berhenti di salah
ketuntasan
satu kotak dalam bidak, maka
minimal
dia harus mengambil kartu
pencapaian
yang berisi pertanyaan dan
kompetensi
membacakan
serta instrumen
tersebut kepada kelompoknya,
tolak ukur.
kemudian
Menyiapkan
pertanyaan
kelompoknya
mendiskusikan jawaban dari
lembar
pertanyaan tersebut dan ditulis
perekam
pada lembar kertas yang telah
proses
disediakan.
pengumpulan
Kemudian giliran perwakilan
data yang akan
dari kelompok satunya untuk
digunakan
mengocok
dalam kegiatan
menjalankan permainan. Begitu
dadu
dan
70
pembelajaran.
seterusnya hingga sampai finish (jika dadu yang keluar aalah angka enam, maka pemain tersebut mendapat kesempatan untuk
mengocok
dadu
sebanyak dua kali). Pemain
yang sampai
pada
finish terlebih dahulu, maka dialah
yang
menang
dan
mendapatkan reward. Setelah
itu,
masing-masing
siswa menarik kesimpulan dari jawaban-jawaban
yang
diperoleh kelompoknya dengan ditulis
pada
kertas
yang
tersedia. Siswa
menjelaskan
konsep
yang diperoleh dari kesimpulan hasil
diskusi
kelompok
tersebut. Guru memberikan klarifikasi
71
dan penguatan terkait materi yang telah dipelajari.
Tabel 3.2 Prosedur Pelaksanakan PTK Siklus II Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Menyusun RPP Guru membagi siswa menjadi Mengamati berbasis dengan
PTK
dua kelompok.
pokok Guru membagikan hand out
Refleksi Merefleksikan
kemampuan
hasil
masing-masing
pengamatan
dalam kegiatan
bahasan
materi
pekerjaan.
kelompok, sebagai panduan
MENJELASKAN
dalam menjawab pertanyaan.
KONSEP dengan konsep dari
Menyiapkan
pada
tiap-tiap
siswa
menjelaskan
sumber/bahan/a Guru meminta masing-masing
memberikan
lat
kelompok hompimpah untuk
contereng (√) pada dipelajarinya,
digunakan
menentukan
lembar
dalam kegiatan
perwakilan maju ke depan
yang
pembelajaran. Menyiapakan instrumen
yang
menjadi
observasi menganalisis
Perwakilan dari tiap-tiap
penilaian yang
kelompok tersebut memulai
akan digunakan
permainan
dengan
suit
nilai perolehan
tersetruktur.
berperan sebagai pion dalam Mencatat permainan ular tangga.
materi yang
NILAI hasil belajar,
PEROLEHAN
dengan
HASIL
menggunakan
BELAJAR.
tolak ukur yang telah ditentukan
72
untuk
terlebih dahulu, yang menang
untuk membuat
mengukur
akan mengocok dadu terlebih
keputusan
pencapaian
dahulu
apakah
kompetensi.
Pemain
Menyiapkan
yang
menang
diperlukan
langsung mulai berjalan diatas
siklus
kriteria
bidak sesuai dengan angka
selanjutnya atau
ketuntasan
dadu yang telah keluar. Jika
tidak.
minimal
pemain berhenti di salah satu
pencapaian
kotak
kompetensi
pemain mengambil kartu soal
serta instrumen
dalam kotak soal yang berada
tolak ukur.
di meja yang telah disediakan.
Menyiapkan
Jika
lembar perekam
karena berhenti di kotak yang
proses
terdapat
pengumpulan
pemain
data yang akan
mengambil kartu soal.
digunakan
dalam
pemain
ekor
bidak
harus
ular,
tidak
Kemudian
maka
turun
maka boleh
kelompoknya
dalam kegiatan
mendiskusikan jawaban dari
pembelajaran.
pertanyaan tersebut dengan cara
bergantian
masing-
73
masing
anggota
kelompok
mencarinya dalam kotak kartu jawaban
yang
disediakan. menemukan yang
telah
Jika
telah
kartu
jawaban
cocok
pertanyaan
dengan
tersebut,
maka
kartu jawaban tersebut diisi sesuai jawaban yang telah didiskusikan dan ditempelkan pada kertas yang tersedia. Kemudian giliran perwakilan dari kelompok satunya untuk mengocok
dadu
menjalankan Begitu
dan
permainan.
seterusnya
hingga
sampai finish (jika dadu yang keluar aalah angka enam, maka
pemain
tersebut
mendapat kesempatan untuk mengocok dadu sebanyak dua
74
kali). Pemain yang sampai pada finish terlebih dahulu, maka dialah
yang
menang
dan
mendapatkan reward. Guru
mengklarifikasi
hasil
diskusi kelompok tersebut. Siswa menarik kesimpulan dari hasil
diskusi
yang
sudah
diklarifikasi oleh guru. Siswa menjelaskan konsep dari materi yang dipelajari dalam diskusi kelompok. Guru memberikan penguatan terkait
materi
yang
dipelajari.
2. Teknik Pengumpulan Data
telah
75
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, dan tes. a. Teknik Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan diteliti.88 Dalam
penelitian
tindakan
kelas,
observasi
merupakan
instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data. Hal ini disebabkan
observasi
sebagai
proses
pengamatan
langsung,
merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran baik perilaku guru maupun perilaku siswa.89 Observasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi langsung atau partisipasi aktif yaitu mengamati atau menatap kejadian gerak atau proses dari data lapangan dan ikut serta kegiatan-kegiatan di dalamnya.90 Jadi, peneliti bertindak aktif sebagai peneliti dan pengajar. Observasi aktif ini digunakan untuk mengetahui peningkatan pada rumusan masalah yang pertama dan kedua yakni tingkat kemampuan diskusi siswa, dan kemampuan menarik kesimpulan pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan serta 88
Wina, sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
86. 89
Ibid, 87. Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK( Penelitian Tindakan Kelas), (Ponorogo: STAIN Press, 2009), 124. 90
76
kendala yang dihadapi saat diterapkannya metode OVJ dalam proses pembelajaran. b. Teknik Tes Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, tingkat penguasaan materi pembelajaran. Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas seandainya dapat mengukur apa yang hendak diukur.91 Tes adalah cara yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda ini merupakan
alat
penilaian
yang
digunakan
untuk
mengukur
pemahaman siswa atas konsep secara kompleks (lengkap), bukan untuk mengukur kinerja siswa dalam suatu soal. Sedangkan tes uraian 91
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 99.
77
digunakan untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa tentang suatu konsep dapat juga digunakan untuk menilai kinerja siswa dalam suatu soal. Teknik tes ini digunakan untuk menilai rumusan masalah yang ketiga yakni hasil belajar pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan. Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: 1) Sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 2) Sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.92 3. Analisis data Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor satu dengan faktor-faktor lainnya.93 Menganalisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan mendudukkan berbagai informasi sesuai 92
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
93
Ibid, 51.
67.
78
dengan fungsinya sehingga memiliki arti dan makna yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, reduksi data, yakni kegiatan menyeleksi data sesuai fokus masalah. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data dari hasil observasi dan data hasil tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah. Tahap kedua, mendiskripsikan data yang telah diorganisir tersebut ke dalam bentuk tabel. Pada tahap ketiga, membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data, yakni melalui interpretasi data.94 E. Jadwal Pelaksanakan Tindakan Kelas Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanakan Tindakan Kelas No 1. 2.
3.
4.
94
Jenis Kegiatan Perencanaan Persiapan Menyusun konsep pelaksanakan Menyusun instrumen Pelaksanakan Melakukan Tindakan Siklus I Melakukan Tindakan Siklus II Penyusunan Laporan Menyusun Konsep Laporan Menyempurnakan Draf Laporan
Waktu Minggu Ke 1 2 3 4 5 6 √ √ √ √
√ √
√
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 106-107.
79
a. Belajar sambil bermain Media Permainan ular tangga merupakan salah satu media pembelajaran yang berbentuk visual. Salah satu upaya menciptakan situasi belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa SD adalah dengan mengajak siswa belajar sambil bermain. Hurlock mengatakan bahwa anak usia Sekolah Dasar adalah anak usia bermain, dimana dunia mereka dalam melakukan aktivitas disertai dengan bermain. Belajar dengan bermain merupakan cara mereka dalam mengetahui segala sesuatu baik tentang diri sendiri, lingkungan, maupun teman sesamanya.95 Bermain adalah suatu kebutuhan bagi anak, dengan merancang pembelajaran tertentu untuk dilakukan sambil bermain, maka anak belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya. Kebutuhan bermain tidak terpenuhi pada satu 95
Hurlock, E.B. Perkembangan anak. (Jakarta : Erlangga. 1978), 40
80
tahap perkembangan yang berfungsi kurang baik dan hal ini akan terlihat ketika anak menjadi remaja.96 Sebagaimana dikemukakan Clark, anak yang kurang bermain pada masa anak-anak kelak akan tumbuh dengan memiliki sikap yang cenderung bermusuhan (hostile attitude) terhadap sesama teman atau orang lain. Hal tersebut menunjuk pada suatu pertumbuhan mental yang kurang sehat. Belajar sambil bermain adalah suatu condition sine qua non, bila mau tumbuh secara sehat mental, bahkan sampai dengan umur 13 atau 14 tahun bermain adalah penting bagi anak. Permainan yang diterapkan dalam membelajaran memiliki efek positif bagi pertumbuhan kecerdasan dan emosional anak. Permainan dapat membantu suasana lingkungan belajar menjadi senang, bahagia, santai, namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif.97 Pembelajaran yang melibatkan kecenderungan anakanak untuk bermain jauh lebih efektif karena siswa merasa lebih santai. Seorang peneliti pendidikan bernama Peter Kline bahkan
96
Ahmad Syaikhudin, Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar , (Penelitian Individu Ponorogo: Tarbiyah STAIN Ponorogo 2013), 16 97 Conny R. Semiawan, Belajar dan pembelajaran Prasekolah Dasar , (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008), 22
81
meyakinkan
kepada kita bahwa belajar akan efektif jika
dilakukan dalam suasana menyenangkan.98
98
Rahina Nugrahaini, "Media Pembelajaran Berbasis Visual Berbentuk Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar di Sekolah," Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, 36 (Juni, 2007), 36
82
BAB III METODE PENELITIAN F. Obyek Tindakan Kelas Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi objek tindakan kelas adalah mencakup seluruh kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, kemampuan yang dimaksud adalah: 3. Penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun ajaran 2014/2015. 4. Hasil belajar siswa-siswi dalam pembelajaran IPS pada kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo semester genap tahun ajaran 2014/2015. G. Setting Subyek Penelitian Tindakan Kelas 3. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang terjadi dan muncul dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS di MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015. 4. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini, subyek pelaku penelitian adalah peneliti itu sendiri, sedangkan subyek penerima penelitian adalah siswa kelas III MI
83
Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 26 anak. H. Variabel yang Diamati 1. Variabel Proses
: Penguasaan Konsep: b. Kemampuan
menjelaskan
konsep
dengan
kalimatnya sendiri. 2. Variabel Hasil
: Nilai hasil belajar siswa
I. Prosedur Penelitian 4. Prosedur Pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Per-Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observasing), dan refleksi (reflecting).99 Secara keseluruhan empat tahapan tersebut berbentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Yang mana siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus kedua dilaksanakan apabila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga dilaksanakan karena siklus kedua belum bisa mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya. Logika empat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas), (Ponorogo: STAIN Press, 2009), 5 99
84
Identifikasi masalah
Perencanaan (Planning) Siklus I
Refleksi
Tindakan
(Reflecting
(Acting) Observasi
Perencanaan Ulang
Siklus II
Dst. Gambar 3.1 Prosedur PTK
Sebelum melakukan pembelajaran berbasis PTK, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk: 8) Menemukan masalah 9) Melakukan identifikasi masalah 10) Menemukan batasan masalahkan 11) Menentukan masalaha dengan menemukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah 12) Merumuskan
gagasan-gagasan
pemecahan
masalah
dengan
85
merumuskan hipotesis-hipotesis sebagai pemecahan 13) Menentukan pemilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah 14) Merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK dirumuskan, langkah berikutnya adalah sebagai berikut: 5) Perencanaan (planning) Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah: d. Membuat rencana pelaksanakan pembelajaran e. Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas f. Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.100 6) Pelaksanakan tindakan kelas (acting) Pada tahap ini, harus melakukan tindakan yang telah di rumuskan pada rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 7) Pengamatan (observasi) Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah: c. Mengamati kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri siswa dalam kerja kelompok pada proses pembelajaran. d. Mengamati perolehan nilai hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 100
Ibid,6
86
8) Refleksi (reflecting) Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.101 Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah: e. Mencatat hasil observasi f. Mengevaluasi hasil observasi g. Menganalisis hasil pembelajaran h. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan memperbaiki siklus berikutnya.102 Empat langkah tersebut ketika diterapkan dalam kelas akan berubah menjadi tiga tahap,yakni tahap pertama adalah perencanaan,tahap kedua adalah melakukan pelaksanakan dan pengamatan secara bersamaan, dan tahap ketiga adalah refleksi, sebagaimana pada gambar berikut:103 SIKLUS I Perencanaan 1
Tindakan dan observasi 1
Refleksi 1 SIKLUS II
Refleksi II
Tindakan dan observasi II
Perencanaan II
SIKLUS III SELESEI 101
129
Zainal, Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru , (Bandung: Yrama Widya, 2006),
Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK( Penelitian Tindakan Kelas), (Ponorogo: STAIN Press, 2009), 6 103 Ibid, 7 102
87
Gambar 3.2 prosedur pelaksanakan PTK
Dari tiga tahapan perencanaan prosedur Pelaksanakan Tindakan Kelas tersebut,yaitu siklus I sampai dengan siklus III dapat diuraikan sebagai berikut: Siklus I:
Tabel 3.1 Prosedur Pelaksanakan PTK Siklus I Perencanaan Menyusun RPP PTK
Tindakan
Pengamatan
Guru membagi siswa
berbasis
Mengamati
menjadi dua kelompok.
dengan Guru membagikan hand out
pokok bahasan
materi
pekerjaan.
kelompok
Menyiapkan
pada
tiap-tiap
sebagai
bahan
dalam menjawab pertanyaan
sumber/bahan/ Guru
meminta
tiap
Refleksi Merefleksikan
kemampuan
hasil
masing-masing
pengamatan
dalam kegiatan
siswa
MENJELASKAN
menjelaskan
KONSEP dengan konsep dari materi yang
memberikan
kelompok menunjuk salah
contereng (√) pada dipelajarinya,
digunakan
satu
lembar
dalam kegiatan
perwakilan maju ke depan
pembelajaran.
berperan sebagai pion dalam
alat
yang
Menyiapakan instrumen
temannya
untuk
permainan ular tangga.
Perwakilan
dari
tiap-tiap
observasi menganalisis nilai perolehan
tersetruktur. Mencatat
hasil belajar, NILAI dengan
PEROLEHAN
menggunakan
penilaian yang
kelompok tersebut memulai
HASIL
tolak ukur yang
akan
permainan
BELAJAR.
telah ditentukan
digunakan
terlebih
dengan dahulu,
suit yang
untuk membuat
88
untuk
menang
mengukur
dadu terlebih dahulu.
pencapaian kompetensi.
Menyiapkan
Pemain
langsung
mengocok
angka
ketuntasan
keluar.
yang
menang
diperlukan
mulai
berjalan
siklus II atau
dadu
yang
telah
Jika pemain berhenti di salah
pencapaian
satu kotak dalam bidak,
kompetensi
maka dia harus mengambil
serta instrumen
kartu yang berisi pertanyaan
tolak ukur.
dan membacakan pertanyaan
Menyiapkan
tersebut
kepada
lembar
kelompoknya,
perekam
kelompoknya
proses
mendiskusikan jawaban dari
pengumpulan
pertanyaan
data yang akan
ditulis pada lembar kertas
digunakan
yang telah disediakan.
kemudian
tersebut
dalam kegiatan Kemudian pembelajaran.
dan
giliran
perwakilan dari kelompok satunya dadu
untuk dan
permainan.
keputusan apakah
diatas bidak sesuai dengan
kriteria
minimal
akan
mengocok menjalankan Begitu
seterusnya hingga sampai finish (jika dadu yang keluar aalah angka enam, maka pemain tersebut mendapat
tidak.
89
kesempatan untuk mengocok dadu sebanyak dua kali).
Pemain yang sampai pada finish terlebih dahulu, maka dialah yang menang dan mendapatkan reward.
Setelah itu, masing-masing siswa menarik kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diperoleh
kelompoknya
dengan ditulis pada kertas yang tersedia.
Siswa menjelaskan konsep yang
diperoleh
kesimpulan
dari
hasil
diskusi
kelompok tersebut.
Guru memberikan klarifikasi dan penguatan terkait materi yang telah dipelajari.
Tabel 3.2 Prosedur Pelaksanakan PTK Siklus II Perencanaan
Menyusun RPP Guru berbasis dengan
PTK
Tindakan membagi
Pengamatan
siswa Mengamati
menjadi dua kelompok.
pokok Guru membagikan hand out
bahasan
materi
pekerjaan.
kelompok, sebagai panduan
pada
tiap-tiap
Refleksi Merefleksikan
kemampuan
hasil
masing-masing
pengamatan
siswa
dalam kegiatan
MENJELASKAN
menjelaskan
90
Menyiapkan sumber/bahan/a lat
menjawab
pertanyaan.
yang Guru
meminta
masing
dalam kegiatan
hompimpah
Menyiapakan
KONSEP dengan konsep dari memberikan
digunakan
pembelajaran.
masingkelompok untuk
materi yang
contereng (√) pada dipelajarinya, lembar
observasi menganalisis
tersetruktur.
menentukan yang menjadi Mencatat
nilai perolehan NILAI hasil belajar,
perwakilan maju ke depan
PEROLEHAN
dengan
instrumen
berperan
penilaian yang
dalam
akan digunakan
tangga.
untuk
sebagai
pion
HASIL
menggunakan
permainan
ular
BELAJAR.
tolak ukur yang
Perwakilan dari tiap-tiap
telah ditentukan untuk membuat
mengukur
kelompok tersebut memulai
keputusan
pencapaian
permainan
apakah
kompetensi.
terlebih
Menyiapkan kriteria ketuntasan
dalam
dengan dahulu,
suit yang
diperlukan
menang akan mengocok
siklus
dadu terlebih dahulu
selanjutnya atau
Pemain
yang
menang
mulai
berjalan
minimal
langsung
pencapaian
diatas bidak sesuai dengan
kompetensi
angka dadu
serta instrumen
keluar.
tolak ukur.
berhenti di salah satu kotak
Menyiapkan
dalam bidak maka pemain
lembar perekam
mengambil
kartu
soal
proses
dalam kotak soal
yang
pengumpulan
berada di meja yang telah
data yang akan
disediakan.
digunakan
harus turun karena berhenti
yang telah
Jika
Jika
pemain
pemain
tidak.
91
dalam kegiatan
di kotak yang terdapat ekor
pembelajaran.
ular, maka pemain tidak boleh
mengambil
kartu
soal.
Kemudian
kelompoknya
mendiskusikan
jawaban
dari
tersebut
pertanyaan
dengan
cara
bergantian
masing-masing kelompok
anggota mencarinya
dalam kotak kartu jawaban yang telah disediakan. Jika telah
menemukan
jawaban
yang
kartu cocok
dengan pertanyaan tersebut, maka
kartu
jawaban
tersebut
diisi
jawaban
yang
didiskusikan
sesuai telah dan
ditempelkan pada kertas yang tersedia.
Kemudian
giliran
perwakilan dari kelompok satunya untuk mengocok dadu
dan
menjalankan
permainan.
Begitu
seterusnya hingga sampai finish
(jika
dadu
yang
92
keluar aalah angka enam, maka
pemain
mendapat untuk
tersebut
kesempatan
mengocok
dadu
sebanyak dua kali).
Pemain yang sampai pada finish
terlebih
dahulu,
maka dialah yang menang dan mendapatkan reward.
Guru mengklarifikasi hasil diskusi kelompok tersebut.
Siswa menarik kesimpulan dari hasil diskusi yang sudah diklarifikasi oleh guru.
Siswa menjelaskan konsep dari materi yang dipelajari dalam diskusi kelompok.
Guru
memberikan
penguatan terkait materi yang telah dipelajari.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, dan tes. c. Teknik Observasi
93
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati dan diteliti.104 Dalam
penelitian
tindakan
kelas,
observasi
merupakan
instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data. Hal ini disebabkan
observasi
sebagai
proses
pengamatan
langsung,
merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran baik perilaku guru maupun perilaku siswa.105 Observasi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi langsung atau partisipasi aktif yaitu mengamati atau menatap kejadian gerak atau proses dari data lapangan dan ikut serta kegiatan-kegiatan di dalamnya.106 Jadi, peneliti bertindak aktif sebagai peneliti dan pengajar. Observasi aktif ini digunakan untuk mengetahui peningkatan pada rumusan masalah yang pertama dan kedua yakni tingkat kemampuan diskusi siswa, dan kemampuan menarik kesimpulan pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan serta kendala yang dihadapi saat diterapkannya metode OVJ dalam proses pembelajaran.
104
Wina, sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
86 105
Ibid, 87 Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK( Penelitian Tindakan Kelas), (Ponorogo: STAIN Press, 2009), 124 106
94
d. Teknik Tes Tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, tingkat penguasaan materi pembelajaran. Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas seandainya dapat mengukur apa yang hendak diukur.107 Tes adalah cara yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. Tes pilihan ganda ini merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa atas konsep secara kompleks (lengkap), bukan untuk mengukur kinerja siswa dalam suatu soal. Sedangkan tes uraian digunakan untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa tentang suatu konsep dapat juga digunakan untuk menilai kinerja 107
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 99
95
siswa dalam suatu soal. Teknik tes ini digunakan untuk menilai rumusan masalah yang ketiga yakni hasil belajar pada mata pelajaran IPS pokok bahasan pekerjaan. Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: 3) Sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 4) Sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.108 6. Analisis data Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor satu dengan faktor-faktor lainnya.109 Menganalisis data merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki arti dan makna yang jelas sesuai 108
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
109
Ibid, 51
67
96
dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, reduksi data, yakni kegiatan menyeleksi data sesuai fokus masalah. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data dari hasil observasi dan data hasil tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah. Tahap kedua, mendiskripsikan data yang telah diorganisir tersebut ke dalam bentuk tabel. Pada tahap ketiga, membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data, yakni melalui interpretasi data.110
J. Jadwal Pelaksanakan Tindakan Kelas Tabel 3.3 Jadwal Pelaksanakan Tindakan Kelas No
Jenis Kegiatan
1. 2.
Perencanaan Persiapan 110
Waktu Minggu Ke 1 2 3 4 5 6 √
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 106-107
97
3.
4.
Menyusun konsep pelaksanakan Menyusun instrumen Pelaksanakan Melakukan Tindakan Siklus I Melakukan Tindakan Siklus II Penyusunan Laporan Menyusun Konsep Laporan Menyempurnakan Draf Laporan
√ √ √
√ √
√
98
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Setting Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan rencana penelitian tindakan kelas dengan peningkatan pada unsur desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan adalah penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada siswa kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut: a. Menyusun perencanaan (planning) yaitu meliputi penetapan materi pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dan menetapkan alokasi waktu pelaksanakan yaitu pada bulan maret 2015. b. Melaksanakan tindakan (acting) yaitu meliputi seluruh kegiatan proses belajar mengajar melalui metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga. c. Melaksanakan pengamatan (observing) yaitu dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran dan penguasaan konsep siswa.
99
d. Melakukan
refleksi
(reflecting)
yaitu meliputi
kegiatan analisis
penguasaan konsep dan hasil belajar siswa, sekaligus menyusun rencana pada siklus berikutnya. 1. Visi dan Misi MI Mamba’ul Huda Al-Islamiyah a) Visi MI Mamba’ul Huda al-Islamiyah Terciptanya generasi yang beriman dan bertaqwa, berakhlakul karimah,cerdas berjiwa seni dan pesantren.111 b) Misi MI Mamba’ul Huda al-Islamiyah 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga madrasah baik dalam prestasi akademik maupun non-akademik dengan berbasis IPTEK berlandaskan IMTAQ. 3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan dinamis baik intra maupun ekstrakurikuler. 4) Menciptakan lingkungan madrasah yang aman, sehat, bersih, dan indah. 5) Membantu dan menfasilitasi setiap siswa untuk mengenali dan mengembangkan potensi dirinya (khusunya bidang seni dan olah raga), sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal. 111
Doku e ka tor MI Ma ba’ul Huda dikutip 07 Maret 2015
100
6) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan komite madrasah. 7) Menanamkan sikap santun, berbudi pekerti luhur dan berbudaya, budaya hidup sehat, cinta kebersihan, cinta kelestarian lingkungan dengan dilandasi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.112 2. Letak Geografis MI Mamba’ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo MI Mamba’ul Huda al-Islamiyah terletak di desa Ngabar kecamatan Siman kabupaten Ponorogo kurang lebih 8 KM dari pusat kota Ponorogo. Untuk menuju ke MI Mamba’ul Huda dapat ditempuh 2 jalur yaitu jalur timur dan jalur barat yang akhirnya bertemu di Kecamatan Jetis.MI Mamba’ul Huda Al-Islamiyah berlokasi di Jalan Sunan Kalijaga no. 9 Ngabar Ponorogo.Adapun batas-batas lokasi.MI Mamba’ul Huda AlIslamiyahadalah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Beton b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Demangan c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Winongo d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Demangan. Letak lingkungan alam
sekitarMI Mamba’ul Huda Al-Islamiyah
Ngabar Ponorogo berdekatan dengan area Pondok Pesantren Wali Songo. B. Penjelasan Per-siklus 112
Dokumen MI Mambaul Huda Al-Ishlamiah dikutip 07 Maret 2015
101
1. Siklus I a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan rumusan masalah bab III, maka penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial pokok bahasan pekerjaan. Adapun perencanaanya adalah sebagai berikut: 1) Menyusun deskripsi rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) berbasis Penetian yindakan kelas yang mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. 2) Menyiapkan sumber, bahan, alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 3) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi. 4) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pencapaian kompetensi serta instrumen tolak ukur keberhasilan tindakan. 5) Menyiapkan lembar perekam proses pengumpulan data yang akan dalam kegiatan pembelajaran.
b. Tindakan (acting) Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Kelas pada mata pelajaran ilmu pngetahuan sosial pokok bahasan pekerjaan. 1) Kegiatan awal
102
a) Guru masuk kelas mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa. b) Guru menanyakan kehadiran siswa melalui absensi c) Guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan diajarkan. d) Guru memberikan klarifikasi terkait dengan topik yang akan disampaikan. e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. 2) Kegiatan inti a) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok. b) Guru membagikan hand out materi pada tiap-tiap kelompok sebagai panduan untuk menjawab pertanyaan. c) Guru meminta tiap kelompok menunjuk salah satu temannya untuk perwakilan maju ke depan berperan sebagai pion dalam permainan ular tangga. d) Perwakilan
dari
tiap-tiap
kelompok
tersebut
memulai
permainan dengan hompimpah terlebih dahulu, yang menang dalam hompimpah akan mengocok dadu terlebih dahulu. e) Pemain yang menang langsung mulai berjalan diatas bidak sesuai dengan angka dadu yang telah keluar. Jika pemain
103
berhenti di salah satu kotak dalam bidak, maka dia harus mengambil kartu yang berisi pertanyaan. f) Pemain tersebut membacakan pertanyaan tersebut kepada kelompoknya,
kemudian
kelompoknya
mendiskusikan
jawaban dari pertanyaan tersebut dan ditulis pada lembar kertas yang telah disediakan. g) Kemudian giliran perwakilan dari kelompok satunya untuk mengocok
dadu
dan
menjalankan
permainan.
Begitu
seterusnya hingga sampai finish (jika dadu yang keluar adalah angka enam, maka pemain tersebut mendapat kesempatan untuk mengocok dadu sebanyak dua kali). h) Pemain yang sampai pada finish terlebih dahulu, maka dialah yang menang dan mendapatkan reward. i) Setelah itu, masing-masing siswa menarik kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diperoleh kelompoknya tersebut dan dipresentasikan ke depan kelas. i. Guru memberikan klarifikasi dan penguatan terkait materi yang telah dipelajari. 3) Kegiatan akhir a) Siswa merefleksikan apa yang telah diperoleh dari materi yang telah diajarkan.
104
b) Guru membagikan soal ujian kompetensi pada masing-masing siswa. c) Guru memberikan motivasi dan pengarahan kepada siswasiswi untuk selalu belajar. d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdoa dan dilanjutkan dengan mengucapkan salam. c. Pengamatan (observing) Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam proses penguasaan konsep, maupun pada hasil belajar siswa. evaluasi dilakukan terhadap pengaruh dari penerapan metode OVJ (ular tangga orang) selam proses belajar mengajar terhadap penguasaan konsep dan hasil belajar siswa.
1) Penguasaan Konsep Tabel 4.1 Data Pengamatan Penguasaan Konsep Siklus I
NO
NAMA
ASPEK YANG DIAMATI Kemampuan menjelaskan
JUMLAH
105
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Ahmad Zaky Fuadi Mahfudz Arsyadani Hamdan Rafi'i Bagas Bangun Hermawan Dharma Sayekti Farelza Aleyandri M. Izhar Pramana Wisnu M. Rifky Hermawan M. Rizqi Rahmadhany Muhammad Azkiya M. Candra Jaya Kususma M. Erlangga Radja s. M. Faza Mustofa M. Ikhsanul Hakim Muhammad Irvanda M.Panjalu Aji Pamungkas M. Rafli Maulana Zuhri M.Rendi Cahyana Negyzam Yunian Ikhwan Ridwan Ahmad Al-Fauzi Septyan Adi Nugroho Wahyu Luqman Ardiansyah Adam Nugraha Gilang Abdurrahman Jamal Hermawan Sultan Esya Saputra Ahmad Faisal Ghany
Keterangan: Angka 1 bila Kurang tepat Angka 2 bila Cukup tepat Angka 3 bila Tepat
konsep dengan kalimatnya sendiri 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 3 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3
2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 1 3 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3
106
Keterangan Penilaian: 1. Kurang tepat Dikatakan kurang tepat dikarenakan siswa dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri, masih belum tepat sesuai dengan makna konsep dalam materi pelajaran. 2. Cukup tepat Dikatakan cukup tepat dikarenakan siswa dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri, cukup tepat hampir mendekati makna konsep dalam materi pelajaran. 3. Tepat Dikatakan tepat dikarenakan siswa dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri sudah sesuai dengan makna konsep dalam materi pelajaran.
2) Hasil Belajar Tabel 4.2 Data Tes Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siklus I NO
NAMA
JENIS KELAMIN NILAI L P
KETERANGAN Tuntas/Tidak
107
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Ahmad Zaky Fuadi Mahfudz Arsyadani Hamdan Rafi'i Bagas Bangun Hermawan Dharma Sayekti Farelza Aleyandri M. Izhar Pramana Wisnu M. Rifky Hermawan M. Rizqi Rahmadhany Muhammad Azkiya M. Candra Jaya Kususma M. Erlangga Radja s. M. Faza Mustofa M. Ikhsanul Hakim Muhammad Irvanda M.Panjalu Aji Pamungkas M. Rafli Maulana Zuhri M.Rendi Cahyana Negyzam Yunian Ikhwan Ridwan Ahmad Al-Fauzi Septyan Adi Nugroho Wahyu Luqman Ardiansyah Adam Nugraha Gilang Abdurrahman Jamal Hermawan Sultan Esya Saputra Ahmad Faisal Ghany Jumlah Rata-rata Tidak Tuntas
Keterangan: Angka 1 bila Kurang baik Angka 2 bila Cukup baik
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
72 72 70 72 72 85 70 72 68 72 62 75 54 74 66 60 55 75 61 50 66 40 86 80 60 70 1.759 67.6 11
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
108
Angka 3 bila Baik Keterangan Penilaian: 1. Kurang baik Dikatakan kurang dikarenakan dari 15 pertanyaan siswa dapat menjawab 8 pertanyaan. 2. Cukup baik Dikatakan cukup dikarenakan dari 15 pertanyaan siswa dapat menjawab 11 pertanyaan. 3. Baik Dikatakan baik dikarenakan dari 15 pertanyaan siswa dapat menjawab 13 pertanyaan. d. Refleksi (reflecting) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial pokok bahasan pekerjaan dengan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan dikarenakan: 1. Penguasaan konsep siswa masih kurang maksimal, karena masih 57.70% dari 26 siswa yang belum tepat dalam menjelaskan konsep dari materi pelajaran.
109
2. Nilai hasil belajar siswa masih kurang maksimal, sehingga masih 42.30% dari 26 siswa yang belum tuntas belajar. Dengan demikian diperlukan siklus ke II untuk meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa, yaitu dengan menambah media dan menyempurnakan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga. 2. Siklus II Berdasarkan hasil pelaksanakan pembelajaran siklus I, maka perlu Penelitian Tindakan Kelas siklus II dilaksanakan sebagai upaya guru lebih meningkatkan penguasaan konsep belajar siswa. Pada siklus II guru masih menerapkan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga, akan tetapi pada kegiatan inti ada penambahan media dan penyempurnaan langkah-langkah metode pembelajaran. Adapun dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Berdasarkan rumusan masalah bab III, maka penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial pokok bahasan pekerjaan. adapun perencanaanya adalah sebagai berikut: 1) Menyusun deskripsi rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) berbasis Penetian yindakan kelas yang mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
110
2) Menyiapkan sumber, bahan, alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 3) Menyiapkan instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian kompetensi. 4) Menyiapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pencapaian kompetensi serta instrumen tolak ukur keberhasilan tindakan. 5) Menyiapkan lembar perekam proses pengumpulan data yang akan dalam kegiatan pembelajaran. b. Tindakan (acting) Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran ilmu pngetahuan sosial pokok bahasan pekerjaan. 1) Kegiatan awal a) Guru masuk kelas mengucapkan salam dan dilanjutkan dengan berdoa. b) Guru mrnanyakan kehadiran siswa melalui absensi c) Guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan diajarkan. d) Guru memberikan klarifikasi terkait dengan topik yang akan disampaikan. e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. 2) Kegiatan inti
111
a) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok. b) Guru membagikan hand out materi pada tiap-tiap kelompok, sebagai panduan dalam menjawab pertanyaan. c) Guru meminta masing-masing kelompok hompimpah untuk menentukan yang menjadi perwakilan maju ke depan berperan sebagai pion dalam permainan ular tangga. d) Perwakilan dari tiap-tiap kelompok tersebut memulai permainan dengan suit terlebih dahulu, yang menang akan mengocok dadu terlebih dahulu e) Pemain yang menang langsung mulai berjalan diatas bidak sesuai dengan angka dadu yang telah keluar. Jika pemain berhenti di salah satu kotak dalam bidak maka pemain mengambil kartu soal dalam kotak soal yang berada di meja yang telah disediakan.jika pemain harus turun karena berhenti di kotak yang terdapat ekor ular dan jika pemain maka guru yang akan memberikan pertanyaan. f) Kemudian
kelompoknya
mendiskusikan
jawaban
dari
pertanyaan tersebut, kemudian secara bergantian masingmasing kelompok mencocokkan jawaban
yang telah di
diskusikan tersebut dengan mencarinya dalam kotak kartu jawaban yang telah disediakan. Jika telah menemukan kartu
112
jawaban yang cocok dengan jawaban yang telah didiskusikan maka jawaban tersebut ditempelkan pada kertas yang tersedia. g) Kemudian giliran perwakilan dari kelompok satunya untuk mengocok dadu dan mkenjalankan permainan. Begitu seterusnya hingga sampai finish (jika dadu yang keluar aalah angka enam, maka pemain tersebut mendapat kesempatan untuk mengocok dadu sebanyak dua kali). h) Pemain yang sampai pada finish terlebih dahulu, maka dialah yang menang dan mendapatkan reward. i) Setelah itu, masing-masing siswa menarik kesimpulan dari jawaban-jawaban
yang
diperoleh
kelompoknya
dengan
menulisnya pada lembar kertas. j) Siswa menjelaskan materi yang telah dipelajarinya tersebut. k) Guru memberikan klarifikasi dan penguatan dari hasil presentasi tersebut. 3) Kegiatan akhir a) Siswa merefleksikan apa yang telah diperoleh dari materi yang telah diajarkan. b) Guru membagikan soal ujian kompetensi pada masing-masing siswa. c) Guru memberikan motivasi dan pengarahan kepada siswasiswi untuk selalu belajar.
113
d) Guru
mengakhiri
pembelajaran
dengan
berdoa
dan
dilanjutkan dengan mengucapkan salam. c. Pengamatan (observing) Teknik observasi dilakukan secara terus menerus dalam proses penguasaan konsep, maupun pada hasil belajar siswa. evaluasi dilakukan terhadap pengaruh dari penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga selama proses belajar mengajar terhadap penguasaan konsep dan hasil belajar siswa. 1) Penguasaan Konsep Tabel 4.3 Data Pengamatan Penguasaan Konsep Siklus II
NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Ahmad Zaky Fuadi Mahfudz Arsyadani Hamdan Rafi'i Bagas Bangun Hermawan Dharma Sayekti Farelza Aleyandri M. Izhar Pramana Wisnu M. Rifky Hermawan M. Rizqi Rahmadhany Muhammad Azkiya M. Candra Jaya Kususma M. Erlangga Radja s. M. Faza Mustofa M. Ikhsanul Hakim Muhammad Irvanda M.Panjalu Aji Pamungkas
ASPEK YANG DIAMATI Kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
JUMLAH
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
114
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
M. Rafli Maulana Zuhri M.Rendi Cahyana Negyzam Yunian Ikhwan Ridwan Ahmad Al-Fauzi Septyan Adi Nugroho Wahyu Luqman Ardiansyah Adam Nugraha Gilang Abdurrahman Jamal Hermawan Sultan Esya Saputra Ahmad Faisal Ghany
3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
Keterangan: Angka 1 bila Kurang tepat Angka 2 bila Cukup tepat Angka 3 bila Tepat Keterangan Penilaian: 1. Kurang tepat Dikatakan kurang tepat dikarenakan siswa dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri, masih belum tepat sesuai dengan makna konsep dalam materi pelajaran. 2. Cukup tepat Dikatakan cukup tepat dikarenakan siswa dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri, cukup tepat hampir mendekati makna konsep dalam materi pelajaran. 3. Tepat
115
Dikatakan tepat dikarenakan siswa dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri sudah sesuai dengan makna konsep dalam materi pelajaran. 2) Hasil Belajar Tabel 4.4 Data Tes Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siklus II NO
NAMA
JENIS KELAMIN
KETERANGAN NILAI
1
Ahmad Zaky Fuadi Mahfudz
L
91
Tuntas/Tidak Tuntas Tuntas
2
Arsyadani Hamdan Rafi'i
L
95
Tuntas
3
Bagas Bangun Hermawan
L
85
Tuntas
4
Dharma Sayekti
L
89
Tuntas
5
Farelza Aleyandri M.
L
82
Tuntas
6
Izhar Pramana Wisnu
L
90
Tuntas
7
M. Rifky Hermawan
L
97
Tuntas
8
M. Rizqi Rahmadhany
L
80
Tuntas
9
Muhammad Azkiya
L
82
Tuntas
10
M. Candra Jaya Kususma
L
77
Tuntas
11
M. Erlangga Radja s.
L
85
Tuntas
12
M. Faza Mustofa
L
90
Tuntas
13
M. Ikhsanul Hakim
L
78
Tuntas
14
Muhammad Irvanda
L
99
Tuntas
15
M.Panjalu Aji Pamungkas
L
80
Tuntas
16
M. Rafli Maulana Zuhri
L
90
Tuntas
17
M.Rendi Cahyana
L
80
Tuntas
18
Negyzam Yunian Ikhwan
L
90
Tuntas
19
Ridwan Ahmad Al-Fauzi
L
80
Tuntas
L
P
116
20
Septyan Adi Nugroho
L
90
Tuntas
21
Wahyu Luqman Ardiansyah
L
98
Tuntas
22
Adam Nugraha
L
72
Tuntas
23
Gilang Abdurrahman J.
L
99
Tuntas
24
Hermawan
L
85
Tuntas
25
Sultan Esya Saputra
L
85
Tuntas
26
Ahmad Faisal Ghany
L
85
Tuntas
Jumlah
2.254
Rata-rata
86.70
Tidak Tuntas
0
Keterangan: Angka 1 bila Kurang baik Angka 2 bila Cukup baik Angka 3 bila Baik Keterangan Penilaian: 1. Kurang baik Dikatakan kurang dikarenakan dari 15 pertanyaan siswa dapat menjawab 8 pertanyaan. 2. Cukup baik Dikatakan cukup dikarenakan dari 15 pertanyaan siswa dapat menjawab 11 pertanyaan.
3. Baik
117
Dikatakan baik dikarenakan dari 15 pertanyaan siswa dapat menjawab 13 pertanyaan. d. Refleksi (reflecting) Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pokok bahasan pekerjaan dengan menggunakan metode OVJ (ular tangga orang), peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah mencapai hasil yang memuaskan dikarenakan: 1. Penguasaan konsep siswa sudah maksimal, karena siswa sudah sangat tepat dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri. 2. Perolehan nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sudah maksimal, secara keseluruhan sudah tuntas semua. C. Proses Analisis Data Per-Siklus 1. Siklus I Dalam kegiatan pembelajaran siklus pertama, kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan, pelaksanakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan telah diperoleh dua jenis data, yaitu hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan data nilai tes akhir Ilmu pengetahuan Sosial. Metode yang dipilih adalah diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga. Hasil penelitian siklus I dapat dilihat sebagaimana pada tabel berik a. Penguasaan Konsep
118
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Penguasaan Konsep Siklus I Aspek yang Diamati Kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri
F
%
11 Siswa
42.30
Interpretasi penguasaan konsep belum maksimal, karena 11 dari 26 siswa sudah sangat tepat dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri, dan 15 dari 26 Siswa belum begitu tepat dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri. b. Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Tabel 4.6 Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I Aspek yang Diamati Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa
F
%
15 Siswa
57.70
Interpretasi Nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 70, masih terdapat 11 dari 26 siswa yang belum tuntas belajar. Maka proses pembelajaran harus diulang pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
119
Dalam kegiatan pembelajaran siklus
kedua, kegiatan yang dilakukan
adalah perencanaan, pelaksanakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan telah diperoleh dua jenis data, yaitu hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan data nilai tes akhir Ilmu pengetahuan Sosial. Metode yang dipilih adalah OVJ (ular tangga orang).Hasil penelitian siklus II dapat dilihat sebagaimana pada tabel berikut: a. Penguasaan Konsep Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Penguasaan Konsep Siklus II Aspek yang Diamati Kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri.
F
%
23 Siswa
88.46
Interpretasi Penguasaan konsep sudah maksimal, karena Siswa sudah sangat tepat dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri. Meskipun belum 100% namun sudah dapat dikatakan maksimal. b. Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Tabel 4.8 Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II Aspek yang Diamati Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa
F
%
26 Siswa
100
120
Interpretasi Nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 70, maka proses pembelajaran sudah dikatakan maksimal. D. Pembahasan 1. Penguasaan Konsep Tabel 4.9 Perbandingan Pengamatan Kemampuan Menarik Kesimpulan Tiap Siklus Aspek yang Diamati
Siklus I
Siklus II
F
%
F
%
11 Siswa
42.30
23 Siswa
88.46
Kemampuan menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri.
Pada penelitian tindakan kelas siklus I, siswa belum tepat dalam menjelaskan konsep dengan kalimatnya sendiri dari materi yang telah dipelajarinya, sehingga penguasaan konsep yang dicapai belum maksimal. Pada siklus I ini hanya beberapa siswa saja yang tepat menjelaskan materi yang dipelajarinya. Kemudian pada siklus II, setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan pada media dan metode pembelajarannya,
maka
penguasaan
konsep
siswa
mengalami
peningkatan dan sudah mencapai maksimal. Meskipun belum 100%, namun sudah dapat dikatakan maksimal. Seseorang dapat dikatakan
121
menguasai konsep jika orang tersebut benar-benar memahami konsep dari materi yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada di dalamnya.113 2. Nilai Hasil Belajar Tabel 4.10 Perbandingan Tes Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Tiap Siklus Siklus I
Aspek yang Diamati
Siklus II
F
%
F
%
15 Siswa
57.70
26 Siswa
100
Perolehan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
Pada penelitian tindakan kelas siklus I, perolehan nilai hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM),
yaitu
70.
Setelah
dilakukan
perbaikan
serta
penyempurnan media dan metode, maka pada siklus II, perolehan nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. dengan demikian nilai hasil belajar siswa dikatakan tuntas dan sudah maksimal. Hasil belajar ini sangat penting, karena untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran itu tercapai dan apakah sudah berhasil dengan baik atau belum.Oleh karena itu, hasil belajar ini 113
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,2013), 26.
122
digunakan sebagai patokan untuk mengetahui apakah siswa tersebut tuntas atau belum dalam mengikuti pembelajaran.114 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terjadi pada kegiatan pembelajaran siklus I adalah dalam menggunakan diskusi kelompok dengan media permainan ular tangga belum maksimal karena masih terdapat kekurangan pada metode dan media yang digunakan. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya penguasaan materi siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan nilai hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Perbaikan dan penyempurnaan pada media serta metode yang terjadi pada pembelajaran siklus II adalah dalam menerapakan metode diskusi kelompok dengan media permainan ular tangga sudah tepat dan sesuai dengan materi yang dipelajari. Siswa menjadi lebih aktif dan bergerak dengan leluasa untuk mengekspresikan diri dan kemampuannya dalam melakukan diskusi kelompok sehingga siswa mampu menguasai konsep dari materi yang dipelajarinya tersebut serta nilai hasil belajar siswa menjadi meningkat dan mencapai Kriteria Ketuntasan maksimal. Dengan menggunakan metode diskusi kelompok dengan media permainan ular tangga secara maksimal dalam pembelajaran, berakibat pada kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran ilmu
114
Mulyono, Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:Rineka Cipta,2003), 37-38.
123
pengetahuan sosial menjadi lebih mudah sehingga nilai hasil belajar siswa yang diperoleh menjadi meningkat. Hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak dua siklus dalam menguasai materi dan hasil pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan metode diskusi kelompok dengan media permainan ular tangga memperlihatkan hasil yang memuaskan. Jika disajikan dalam bentuk diagram, maka profil hasil penelitian pada tabel 4.5, 4.6, dan 4.7 diatas dapat dilihat pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar.4.1 Diagram Profil Hasil Penelitian
124
125
126
127
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan dapatditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan
metode diskusi kelompok dengan media
permainan ular tangga pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo, penguasaan konsep siswa terjadi perubahan secara bertahap. Pada siklus I sebanyak 11 dari 26 siswa dengan jumlah prosentase 42.30%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 23 dari 26 siswa dengan jumlah prosentase 88.46%. 2. Dengan menggunakan
metode diskusi kelompok dengan media
permainan ular tangga pada mata pelajaran IPS di kelas III MI Mamba'ul Huda Al-Ishlamiyah Ngabar Ponorogo, nilai hasil belajar siswa terjadi perubahan secara bertahap. Pada siklus I sebanyak 15 dari 26 siswa dengan jumlah prosentase 57,70%. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 26 dari 26 siswa dengan jumlah prosentase 100% tuntas.
128
B. Saran Dari hasil kesimpulan diatas dapat disarankan hal-hal berikut: 1. Bagi Lembaga Dengan melihat hasil pembelajaran melalui penerapan metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga, tentunya harus dikembangkan dengan inovasi dan memadukan berbagai variasi metode dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial maupun proses pembelajaran mata pelajaran yang lain, sehingga dapat dijadikan sebagai wahana dan peluang untuk selalu meningkatkan keprofesionalan guru serta mempertahankan eksistensi lembaga Mi Mamba'ul Huda AlIshlamiah Ngabar Ponorogo berdasarkan visi dan misi. 2. Bagi Guru a. Guru Tidak boleh berhenti berusaha untuk selalu meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan selalu mengupayakan peningkatan secara terus-menerus. b. Untuk mendapatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa yang maksimal, hambatan di dalam memperjuangkan peningkatan mutu dan nilai dari kegiatan pembelajaran haruslah dijadikan motivasi untuk mencapai keberhasilan dari tujuan pembelajaran.
129
c. Peran guru dalam mencapai problema penguasaan konsep dan hasil belajar siswa perlu keikhlasan lahir batin khususnya dari guru itu sendiri dan para siswa pada umumnya. d. Proses Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode konvensional, sudah saatnya diubah menjadi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, seperti metode diskusi kelompok dengan menggunakan media permainan ular tangga. 3. Bagi Siswa Setelah mengikuti proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menerapkan metode diskusi kelompok dengan media permainan ular tangga diharapkan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial serta penguasaan konsep dan hasil belajar siswa dapat meningkat. 4. Bagi Peneliti Berikutnya Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial membutuhkan metode yang bervariasi dalam proses pembelajarannya, hal ini dilakukan agar siswa tidak cepat jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Maka dari itu, peneliti berikutnya diharapkan dapat menerapkan metode yang tepat guna dan menyenangkan bagi siswa.
130
DAFTAR PUSTAKA
Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Djamarah, Syaiful Bahri, Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar , Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Aminuddin,M.Arifin, Modul: Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1991. Mansyur, Modul:StrategiBelajarMengajar, Jakarta: DitjenPembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama, 1992. Ahmadi, Abu, Dkk, SBM (StrategiBelajarMengajar) Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Sapriya, Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. BSNP.2006. Standar Isi, (Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006). Jakarta: BSNP. Raharjo, Etin Solihatin, Cooperatif Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Lufri. Mengembangkan Skill Mengajar (Teaching Skill) Mahasiswa Calon Guru Menggunakan Multystrategis. Jurnal kependidikan,(online),Vol.15, Juni Tahun 2012.
131
Desmita,
Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: RemajaRosdakarya, 2010. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Op cit. Sudjiono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Sagala, Syaiful, Konsep dan makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2013. Sudjana,Djuju, Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production, 2000. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004. Silaban, Bajongga, " Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika dan Kreativitas Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis," Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan,(online), Volume Tahun 2014. Linda Retnowati, "Perbandingan Hasil Belajar dan Penguasaan Konsep Fisika Siswa Antara Penggunaan Simulasi dan Eksperimen," Skripsi, UNILA, 2013. Dahar, RatnaWilis, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 1989. Syaikhudin, Ahmad, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2012. Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2013. Nuri Rokhayati, "Peningkatan Penguasaan Konsep Matematika Melalui Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiri Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Sleman," Skripsi, UNY, Yogyakarta, 2010. B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Naim, Ngainun, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar , Jakarta: Rineka Cipta, 2001. W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar , Jakarta: PT. Grasindo, 2002. Modul Lapis PGMI, Hakikat Psikologi Belajar , Pertemuan 1. Mulyono, Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar , Jakarta:Rineka Cipta,2003. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , BandungRemaja Rosakarya, 2009. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. Wowo, Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif (Perkembangan Ragam Berpikir), Bandung: RemajaRosdakarya, 2012. Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Ahmadi,Abu, Psikologi Sosial, Jakarta:Rineka Cipta, 1999. Modul Lapis PGMI, Ilmu Pengetahuan Sosisal 1-Konsep Dasar , Pertemuan 1. Modul Lapis PGMI, Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran IPS, Pertemuan 1.
132
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Group, 2008. Asyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Arista, Freddy Widya "Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Strategi Peer Lessons Dengan Media Ular Tangga Pada Siswa Kelas IV SDN Pakintekan 03 Semarang," .Skripsi, UNS, Semarang, 2011. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Basuki, As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK (Penelitian Tindakan Kelas), Ponorogo: STAIN Press, 2009. Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Bandung: Yrama Widya, 2006. Sanjaya,Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.