154
PENGARUH NILAI BELANJA HEDONIS DAN UTILITARIAN TERHADAP LOYALITAS DESTINASI WISATA DENGAN KEPUASAN BELANJA SECARA KESELURUHAN SEBAGAI VARIABEL MEDIASIPADA DESTINASI WISATA KOTA SABANG IRBAHANI SAMIRNA1, SYARIFAH EVI ZUHRA2 1,2)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected] ABSTRACT
The aims of this study are to investigate the effect of hedonic shopping value and utilitarian shopping value on destination loyalty with overall shopping satisfaction as mediation variable. Tourist of travel destination in Sabang city is taken as sample in this study. The method of this study’s non-probability technique. Hierarchical Linear Modeling methods of analysis are used to determine influence of the variables involved. The result of this study indicates that hedonis shopping value have positive effect on destination loyalty, utilitarian shopping value have positive effect on destination loyalty, hedonic shopping value and utilitarian shopping value have positive effect on destination loyalty with overall shopping satisfaction as mediation variable. In addition obtained results that overall shopping satisfaction has partial mediated the effect of hedonic shopping value to destination loyalty and overall shopping satisfaction has partial mediated the effect of utilitarian shopping value to destination loyalty. Keyword: Hedonic Shopping Value, Utilitarian Shopping Value,Overall Shopping Satisfaction, Destination Loyalty
PENDAHULUAN Keragaman budaya dan perbedaan lingkungan membuat banyak orang dibelahan dunia ini yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat yang belum pernah dikunjunginya.Melihat sesuatu yang unik yang memiliki nilai keindahan merupakan suatu kebutuhan dari manusia karena manusia juga memiliki sifat ingin tahu.Kepadatan rutinitas dan segala aktivitas yang dijalani setiap harinya juga mendorong manusia untuk berlibur sejenak melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari dan menyegarkan kembali pikiran nya dengan berwisata. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara, dari tempat tinggal ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menikmati objek dan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
155
daya tarik wisata serta tujuan-tujuan lainnya. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang menjadi perhatian pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia yaitu untuk meningkatkan pendapatan devisa negara pada khususnya dan pendapatan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja, dan mendorong kegiatankegiatan industri penunjang dan industri-industri sampingan lainnya. Serta memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.Selain itu juga dapat meningkatkan persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional. Di Indonesia sendiri banyak destinasi wisata yang ditawarkan tak terkecuali destinasi wisata dari provinsi Aceh. Salah satu destinasi wisata di Aceh yang cukup menarik perhatian wisatawan adalah kota Sabang. Yang mana Sabang adalah salah satu kota di ujung barat Indonesia, tepatnya di provinsi Aceh. Pariwisata di kota sabang terus mengalami pertumbuhan dan peningkatan setiap tahun nya, baik dalam jumlah wisatawan yang datang berkunjung maupun jumlah tempat perbelanjaan souvenir dan oleh-oleh. Jumlah wisatawan baik lokal maupun asing sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 terus meningkat. Pada tahun 2014 jumlah wisatawan asing dan lokal yang datang mencapai 516.616 wisatawan, dan jumlah ini lebih banyak bila di bandingkan 5 tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 125.578 wisatawan dan jumlah ini terus bertambah hingga mencapai 404.606 wisatawan pada tahun 2013. Jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke Kota Sabang pada tahun 2014 sejumlah 512.992, yang berarti lebih banyak dibandingkan dengan jumlah wisatawan asing yang hanya berjumlah 3.624 wisatawan. Selama tahun 2014 jumlah wisatawan lokal naik cukup signifikan. Kedatangan wisatawan lokal biasanya lebih banyak pada bulan tertentu, yaitu awal dan akhir tahun, bulan libur sekolah dan bulan libur lebaran. (Sumber: sabangkota.bps.go.id). Seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan, maka juga terjadi peningkatan pertumbuhan pelaku-pelaku usaha souvenir, oleh-oleh, kerajinan tangan dan juga toko-toko yang menyediakan barang utilitarian yang lebih mudah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
156
dijangkau oleh wisatawan. Pada tahun 2012, jumlah toko souvenir meningkat menjadi 14 toko souvenir dan menjadikan Sabang berada di peringkat kedua sebagai Kota dengan toko souvenir terbanyak setelah Kota Banda Aceh (Sumber: acehprov.go.id). Hal ini juga memicu para pelaku usaha dalam memberikan produk yang lebih baik lagi baik dalam segi kreatifitas dan inovasi, kemudahan untuk dijangkau, dan lebih bervariasi. Pertumbuhan dan perkembangan jumlah toko souvenir dan para pelaku usaha di bidang ini tidak lepas dari tingginya minat wisatawan untuk berbelanja di Sabang. Pacific Association of Travel Agent (PATA) menyebutkan bahwa salah satu
alasan
sesorang
melakukan
perjalanan
wisata
yaitu
dikarenakan
pembelanjaan yang menarik (Good Shopping) (Sumber: pata.org). Bisa dibilang, belanja merupakan faktor penarik tujuan wisata penting untuk pengalaman perjalanan wisata (Littrell et al. 2004; Yu dan Littrell, 2005). Bahkan, belanja diperingkatkan sebagai kegiatan di waktu luang yang utama bagi para wisatawan (Hong dan Littrell, 2003). Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa pengeluaran belanja berjumlah hampir sepertiga dari total biaya perjalanan (Kim dan Littrell, 2001; Wong dan Law, 2003). Wisatawan membeli berbagai macam barang ketika mereka melakukan perjalanan wisata. Mereka berbelanja kerajinan tangan daerah, barang-barang seni, souvenir dan barang-barang utilitarian seperti pasta gigi dan sabun untuk penggunaan sehari-hari. Belanja juga menghibur wisatawan selagi mereka melihat-lihat pemandangan di sekitar toko-toko lokal dan pusat perbelanjaan ketika mencari kesenian dan makanan khas destinasi wisata tersebut. Selagi berbelanja, mereka dapat mengobrol dan melakukan tawar-menawar dengan pemilik atau penjaga toko, sehingga mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk setempat. Sehingga, kegiatan belanja tidak hanya menghibur namun juga dapat memperkaya pengalaman wisata. Pengalaman emosional turis (dalam hal berbelanja) memainkan peran penting dalam mempengaruhi kepuasan destinasi wisata dan niat untuk merekomendasikan (Hosany dan Gilbert, 2010). Belanja mempengaruhi keadaan emosional turis, merangsang interaksi antara tuan rumah dan tamu, dan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
157
memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Para peneliti pariwisata berpendapat bahwa belanja adalah kontributor utama dalam kepuasan pengunjung dan pengalaman destinasi secara keseluruhan (Croes et al, 2010; Dwyer et al. 2004; Fallon dan Schofield, 2006; Gallarza dan Gil Saura, 2006; Huang dan Sarigollu, 2008; Yuksel dan Yuksel, 2007. Memahami hubungan antara pengalaman belanja wisatawan dan loyalitas destinasi sangatlah penting mengingat persaingan destinasi wisata yang semakin kompetitif,
para
manajer
destinasi
wisata
dan
pejabat
pemerintahan
mendedikasikan lebih banyak sumber daya untuk meningkatkan kepuasan pengunjung dan loyalitas destinasi.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Nilai Belanja Hedonis Scarpi (2006) mendeskripsikan hedonisme sebagai sisi bergembira, fantasi, keingintahuan, kenikmatan, kesenangan dan hiburan dari kegiatan belanja itu sendiri daripada penyelesaian tugas atau pemenuhan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Babin dan Attaway (2000) bahwa nilai belanja hedonis menggambarkan nilai yang didapatkan dari pengalaman berbelanja itu sendiri terlepas dari kegiatan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas. Nilai belanja hedonis adalah perasaan senang, gembira dan puas yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Kepuasan dan kegembiraan tersebut menimbulkan pengalaman belanja yang menyenangkan sehingga cenderung akan diulangi lagi oleh konsumen kedepannya.
Nilai Belanja Utilitarian Scarpi (2006) mendeskripsikan utilitarianisme berhubungan dengan tugas dan pemenuhan kebutuhan daripada hiburan, dimana produk dibeli secara efisien dan rasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Babin dan Attaway (2000) bahwa nilai belanja utilitarian menggambarkan nilai yang berhubungan dengan penyelesaian
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
158
tugas dari pengalaman berbelanja tersebut. Ryu
et
al.
(2010)
mengemukakan
bahwa
konsumsi
utilitarian
dideskripsikan sebagai konsumsi yang berorientasi pada tujuan dimana terutama didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar atau untuk menyelesaikan tugas fungsional.
Loyalitas Destinasi Wisata Secara umum loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan seseorang terhadap suatu produk atau jasa tertentu. Bodet (2008 dalam Nunkoo, 2013) mengindikasikan pembelian ulang atau merekomendasikan ke orang lain umumnya sering diartikan sebagai loyalitas konsumen. Griffin (2005) menyatakan “loyalty is defined as non random purchase expressed over time by some decision making unit”, yaitu loyalitas merupakan wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus-menerus terhadap barang atau jasa dari suatu perusahaan yang dipilih. Oliver dalam Hurriyati (2005) menyatakan bahwa loyalitas adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Morais (2005) mengemukakan bahwa loyalitas konsumen adalah komitmen terhadap suatu merek toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.
Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan Kotler (2001) mendeskripsikan kepuasan konsumen sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari pembandingan suatu produk atau jasa dengan harapan. Jika produk dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas, namun sebaliknya jika produk melebihi harapan maka konsumen akan merasa puas dan senang. Basu Swastha (2000) mendefinisikan kepuasan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
159
konsumen sebagai suatu dorongan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.Mowen dan Minor (2002) mengartikan kepuasan pelanggan sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukan konsumen atas barang dan jasa setelah pelanggan tersebut memperoleh atau menggunakannya.Kotler dan Keller (2007) menjelaskan bahwa kepuasan berhubungan dengan perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja produk yang dirasakan terhadap kinerja yang diharapkan. Kotler (2000) menjelaskan pandangannya mengenai Satisfaction sebagai salah satu indikator terbaik untuk meraih laba di masa yang akan datang. Hal tersebut dikarenakan fakta yang menunjukan menarik konsumen baru lebih mahal daripada mempertahankan konsumen yang ada sehingga menjadi pemicu para pelaku wisata berupaya untuk menjaga kepuasan konsumen. Konsumen yang puas akan memiliki rasa sensitif yang kecil dengan harga, berpeluang sedikit untuk terpengaruh oleh serangan kompetitor dan setia kepada perusahaan lebih lama dari pelanggan yang tidak puas. (Dimitriades, 2006).
Hipotesis Berdasarkan fenomena dan dari landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat dinyatakan hipotesis yaitu: Ha1: Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata H2:
Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata
H3:
Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Kepuasan Belanja secara Keseluruhan
H4: Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Kepuasan Belanja secara keseluruhan H5: Kepuasan Belanja secara Keseluruhan berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata H6:
Nilai Belanja Hedonis berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata dimediasikan oleh Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan
H7:
Nilai Belanja Utilitarian berpengaruh terhadap Loyalitas Destinasi Wisata
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
160
dimediasikan oleh Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan
METODE PENELITIAN Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004).Populasi penelitian adalah wisatawan destinasi wisata Kota Sabang. Penarikan Sampel Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara non probability sampling. Jenis non probability sampling yang dipilih adalah purposive samplingyaitusetiap responden yang memenuhi kriteria sampel dimasukan dalam penelitian ini dalam waktu yang telah ditentukan dengan kecenderungan peneliti untuk memilih responden yang dianggap mengetahui informasi dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Dalam menentukan jumlah sampel, penulis menggunakan tabel tabel frekuensi untuk pengambilan jumlah sampel dalam pengujian mediasi, dimana semakin besar frekuensi nya maka semakin baik ukuran sampel dari populasi tersebut.Ferdinand (2002) mengatakan ukuran sampel yang baik adalah 100200.Mengingat jumlah populasi yang tidak diketahui maka sampel ditentukan sebanyak 100 sampel dimana jumlah ini sesuai dengan tabel frekuensi ukuran sampel untuk pengujian mediasi MacKinnon dan Fritz (2007) dengan frekuensi sejumlah 31.
Teknik Pengumpulan Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama.Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan objek penelitian ini, penulis melakukan kegiatan metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner atau angket. Adapun keusioner adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
161
untuk mengumpulkan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden untuk diberikan jawabannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Validitas Variabel dependent dalam penelitian ini adalah loyalitas destinasi wisata, dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 7 item pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel terikat memiliki 7 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai eigen 4,212dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,830 hingga 0,911. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 57,607%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel endogen sebesar 0,825 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah emosi positif, dimana untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan menjadi 8 item pertanyaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mediasi (emosi positif) memiliki 8 item pertanyaan yang menunjukkan korelasi yang baik, artinya semua item pertanyaan menunjukkan korelasi yang baik. Hal ini dilihat dari nilai eigen 4,700 dengan muatan faktor yang memiliki interval 0,728 hingga 0,851. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor sebesar 60,175%. Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Samplig Adequency pada variabel mediasi sebesar 0,863 dan hasil uji Barlett’sTest of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel independen X1 dalam penelitian ini adalah nilai belanja hedonis. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 6 item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen (4,053) yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
162
(loading factor) yang memiliki interval 0,854 hingga 0,933. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 67,549%. Nilai Kaiser-MeyerOlkin Measure of Sampling Adequency pada variabel X1 sebesar 0,882dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01). Variabel eksogen X2 dalam penelitian ini adalah nilai belanja utilitarian. Untuk mengukur konstruk dari variabel tersebut telah dikembangkan dengan 5 item pertanyaan, yang mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 item pertanyaan berkorelasi dengan baik terhadap konstruk. Hasil uji menunjukkan semua item yang terlibat dalam muatan faktor tersebut memiliki korelasi terhadap konstruk sehingga dapat menjadi suatu pengukuran yang tepat. Hal ini dilihat dari nilai Eigen (3,357) yang lebih besar dari pada dengan muatan faktor loading (loading factor) yang memiliki interval 0,691 hingga 0,896. Varians yang dapat dijelaskan (variance explained) pada faktor adalah 67,146%. Nilai Kaiser-MeyerOlkin Measure of Sampling Adequency pada variabel independen sebesar 0,749dan hasil uji Barlett’s Test of Sphercity menunjukkan signifikan yaitu 0,00 (p<0,01).
Reliabilitas Reliabilitas untuk mengukur apakah instrument (kuisioner) dari penelitian ini dapat dipercaya/handal atau tidak sebagai hasil penelitian yang baik maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Suatu konstruk atau variabel dikatakan handal apabila nilai Cronbach Alphanya > 0,60 menurut Malhotra (2003). Berikut hasil pengujian reliabilitas.
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
163
No
Variabel
Rata-rata
Item Variabel
Nilai
Kehandalan
Alpha 1
Loyalitas Destinasi
3,957
7
0,888
Handal
3,483
6
0,901
Handal
3,498
5
0,875
Handal
3,585
4
0,917
Handal
Wisata 2
Nilai Belanja Hedonis
3
Nilai Belanja Utilitarian
4
Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan
Dari hasi uji reliabilitas yang ditunjukkan pada Tabel 1, diperoleh nilai Cronbach’s alpha masing-masing sebesar 0,888, 0,901, 0,875, dan 0,917. Dengan demikian seluruhpertanyaan yang digunakan dalam variabel penelitian ini reliabel (handal), karena telahmemenuhi Cronbanch’s Alpha dengan nilai alpha yang lebih dari 0,60.
Regresi Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Coeffici entsa
Model 1
(Constant) NBH(X1) NBU(X2)
Unstandardized Coef f icients B Std. Error ,591 ,258 ,426 ,077 ,432 ,092
Standardized Coef f icients Beta ,464 ,392
t 2,294 5,533 4,678
Sig. ,024 ,000 ,000
a. Dependent Variable: KB (Z)
Menurut Hair, et. al., (2006) jika dalam penskalaan digunakan skala likert, maka untuk koefisien korelasi digunakan nilai standardized coefficients, di mana nilai konstantanya tidak perlu diinterpretasikan. Dari hasil output SPSS tersebut dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Z = 0,464 X1+ 0,392 X2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
164
Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) bernilai positif (0,464) artinya semakin baik nilai belanja hedonis, maka akan meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan para wisatawan. Koefisien regresi nilai belanja utilitarian (X2) bernilai positif (0,392) artinya nilai belanja utilitarian di destinasi wisata Kota Sabangakan meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan yang dimiliki wisatawan.
Tabel 3. Analisis Pengaruh Nilai Belanja Hedonis dan Nilai Belanja Utilitarian Terhadap Loyalitas Destinasi Wisata dengan Kepuasan Belanja Secara Keseluruhan Sebagai Variabel Mediasi Coeffi ci entsa
Model 1
2
(Constant) NBH(X1) NBU(X2) (Constant) NBH(X1) NBU(X2) KB (Z)
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 1,920 ,231 ,270 ,069 ,313 ,083 1,758 ,227 ,153 ,076 ,195 ,088 ,275 ,087
St andardized Coef f icients Beta ,382 ,369 ,217 ,229 ,356
t 8,302 3,915 3,783 7,735 2,024 2,219 3,151
Sig. ,000 ,000 ,000 ,000 ,046 ,029 ,002
Collinearity Statistics Tolerance VI F ,580 ,580
1,725 1,725
,441 ,473 ,395
2,269 2,114 2,530
a. Dependent Variable: LDW(Y)
Dari tabel tersebut (model 2) dapat dibuat garis persamaan linear adalah sebagai berikut: Y = 0,382 X1 + 0,369 X2
Maka dari persamaan tersebut dapat menjelaskan bahwa berdasarkan hasil nilai standardized coefficients tidak terdapat nilai konstanta, hanya terdapat nilai koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) yaitu sebesar 0,382, dan koefisien regresi nilai belanja utilitarian (X2) sebesar 0,369. Koefisien regresi nilai belanja hedonis (X1) bernilai positif (0,382) artinya semakin nilai belanja hedonis yang dirasakan para wisatawan maka akan semakin tinggi terjadinya loyalitas destinasi wisata. Koefisien regresi nilai belanja utilitarian (X2) bernilai positif (0,369) artinya ketika nilai belanja utilitarian para wisatawan baik maka dapat meningkatkan terjadinya loyalitas destinasi wisata. Sedangkan pada tabel selanjutnya (model 3), dapat dibuat garis persamaan linear sebagai berikut:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
165
Y =0,217 X1+ 0,229 X2 + 0,356 Z Maka dari persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan bahwa koefisien regresi kepuasan belanja secara keseluruhan (Z) bernilai positif (0,356) artinya semakin baik kepuasan belanja secara keseluruhan yang dirasakan oleh wisatawan destinasi wisata Kota Sabang, maka akan semakin tinggi terjadinya loyalitas destinasi wisata.
PENUTUPAN Berdasarkan analisis hasil yang telah dilakukan pada penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Nilai belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi wisata.
2.
Nilai belanja utilitarian berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi wisata.
3.
Nilai belanja hedonis berpengaruh signifikan terhadap kepuasan belanja secara keseluruhan.
4.
Nilai belanja utilitarian berpengaruh signifikan terhadap kepuasan belanja secara keseluruhan.
5.
Kepuasan belanja secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas destinasi wisata.
6.
Kepuasan belanja secara keseluruhan memediasi secara parsial (partial mediation) pengaruh nilai belanja hedonis terhadap loyalitas destinasi wisata.
7.
Kepuasan belanja secara keseluruhan memediasi secara parsial (partial mediation) pengaruh nilai belanja utilitarian terhadap loyalitas destinasi wisata. Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut: 1.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai belanja hedonis dan nilai belanja utilitarian memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap loyalitas destinasi wisata. Nilai belanja hedonis merupakan faktor internal
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
166
yang dapat dikendalikan dan faktor yang sangat penting diperhatikan oleh manajer destinasi wisata dan pemerintah kota Sabang, karena nilai belanja hedonis merupakan faktor internal yang dapat dikontrol dan berpengaruh dalam keputusan pemilihan destinasi wisata yang dilakukuan oleh wisatawan. Oleh karenanya untuk dapat terus meningkatkan terjadinya loyalitas destinasi wisata dari wisatawan makanilai belanja hedonis dan nilai belanja utilitarian pada destinasi wisata kota Sabangharus terus dikembangkan dan ditingkatkan. 2.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor kepuasan belanja secara keseluruhan dapat memperkuat terjadinya loyalitas destinasi wisata pada wisatawan destinasi wisata kota Sabang, oleh karena itu diharapkan agar manajer destinasi wisata dan pemerintah kota Sabang dapat meningkatkan
pengalaman
berbelanja
wisatawan
yang
dapat
meningkatkan kepuasan belanja secara keseluruhan wisatawan yang akan menikngkatkan loyalitas destinasi wisata kota Sabang.
REFERENSI Ailawadi, K. L., Neslin, S. A., & Gedenk, K. (2001). Pursuing the valueconscious consumer: store brands versus national brand promotions. Journal of marketing, Vol. 65 (1), 71-89. Babin, B. J., Lee, Y. K., Kim, E. J., & Griffin, M. (2005). Modeling consumer satisfaction and word-of-mouth: restaurant patronage in Korea. Journal of Services Marketing, Vol. 19 (3), 133-139. Baron, R. M., & Kenny, D. A. (1986). The moderator–mediator variable distinction in social psychological research: Conceptual, strategic, and statistical considerations. Journal of personality and social psychology, Vol. 51 (6), 1173. Bigne, J. E., Sanchez, M. I., & Sanchez, J. (2001). Tourism image, evaluation variables and after purchase behaviour: inter-relationship. Tourism management, Vol. 22 (6), 607-616. Carpenter, J. M. (2008). Consumer shopping value, satisfaction and loyalty in discount retailing. Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 15 (5), 358-363.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
167
Cassel, C., & Eklöf, J. A (2001) Modelling customer satisfaction and loyalty on aggregate levels: Experience from the ECSI pilot study. Total quality management. Vol. 12 (7-8), 834-841. Chen, J. S., & Gursoy, D (2001) An investigation of tourists' destination loyalty and preferences. International Journal of Contemporary Hospitality Management. Vol. 13 (2), 79-85. Chi, C. G. Q., & Qu, H. (2008). Examining the structural relationships of destination image, tourist satisfaction and destination loyalty: An integrated approach. Tourism management, Vol. 29 (4), 624-636 del Bosque, I. R., & San Martín, H. (2008). Tourist satisfaction a cognitiveaffective model. Annals of tourism research, Vol. 35 (2), 551-573. Dimitriades, Z. S. (2006). Customer satisfaction, loyalty and commitment in service organizations: Some evidence from Greece. Management Research News, Vol. 29 (12), 782-800. Dwyer, L., Mellor, R., Livaic, Z., Edwards, D., & Kim, C. (2004). Attributes of destination competitiveness: A factor analysis. Tourism Analysis, Vol. 9, 1– 2. Fallon, P., & Schofield, P. (2006). The dynamics of destination attribute importance. Journal of Business Research, Vol. 59, 709–713. Ferdinand, A. (2002). Structural equation modeling dalam penelitian manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Griffin, J. (2005). Customer Loyalty: How To Keep It, How To Earn It. Edisi Revisi. Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Gallarza, M. G., & Gil Saura, I. (2006). Value dimensions, perceived value, satisfaction and loyalty: An investigation of university students' travel behaviour. Tourism Management, Vol. 27, 437–452. Hawkins, D. I., Best, R. J., & Coney, K. A. (2010). Consumer behavior. Mcgraw Hill Higher Educat. Hennig-Thurau, T., Gwinner, K. P., & Gremler, D. D. (2002). Understanding relationship marketing outcomes an integration of relational benefits and relationship quality. Journal of service research, Vol. 4 (3), 230-247. Hong, Y., & Littrell, M. A. (2003). Product and process orientations to tourism shopping. Journal of Travel Research, Vol. 42, 11-25.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
168
Hosany, S., & Gilbert, D. (2010). Measuring tourists' emotional experiences toward hedonic holiday destinations. Journal of Travel Research, Vol. 49, 513–526. Huang, R., & Sarigöllü, E. (2008). Assessing satisfaction with core and secondary attributes. Journal of Business Research, Vol. 61, 942–949. Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Pelanggan. Bandung: CV. Alfabeta. Imam, G. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jang, S. S., & Feng, R. (2007). Temporal destination revisit intention: The effects of novelty seeking and satisfaction. Tourism management, Vol. 28 (2), 580590. Kim, S., & Littrell,M. A. (2001). Souvenir buying intentions for self versus others. Annals of Tourism Research, Vol. 28, 638–657. Kotler, P. (2009). Marketing management: A south Asian perspective. India: Pearson Education. Kotler, P., & Zaltman, G. (2001). Targeting prospects for a new product. Marketing: Critical Perspectives on Business and Management, Vol. 4 (1), 328-350. Littrell, M. A., Paige, R. C., & Song, K. (2004). Senior travellers: Tourism activities andshopping behaviours. Journal of Vacation Marketing, Vol.10, 348–362. Malhotra, N. K., Agarwal, J., & Peterson, M. (1996). Methodological issues in cross-cultural marketing research: A state-of-the-art review. International marketing review, Vol. 13 (5), 7-43. Mohamad, M., Ali, A. M., Ab Ghani, N. I., Abdullah, A. R., & Mokhlis, S. (2013). Positioning Malaysia as a tourist destination based on destination loyalty. Asian Social Science, Vol. 9 (1), 286. Morais, D. B., Dorsch, M. J., & Backman, S. J. (2005). Building loyal relationships between customers and providers: A focus on resource investments. Journal of Travel & Tourism Marketing, Vol. 18 (1), 49-57. Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Alih Bahasa Lina Salim, Edisi Kelima. Jakarta: PT. Erlangga.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
169
Nunkoo, R., Smith, S. L., & Ramkissoon, H. (2013). Residents’ attitudes to tourism: A longitudinal study of 140 articles from 1984 to 2010. Journal of Sustainable Tourism, 21(1), 5-25. Olaru, D., Purchase, S., & Peterson, N. (2008). From customer value to repurchase intentions and recommendations. Journal of Business & Industrial Marketing, Vol. 23 (8), 554-565. Overby, J. W., & Lee, E. J. (2006). The effects of utilitarian and hedonic online shopping value on consumer preference and intentions. Journal of Business research, Vol. 59 (10), 1160-1166. Overby, J. W., & Lee, E. J. (2006). The effects of utilitarian and hedonic online shopping value on consumer preference and intentions. Journal of Business research, Vol. 59 (10), 1160-1166 Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Malhotra, A. (2005). ES-QUAL a multipleitem scale for assessing electronic service quality. Journal of service research, Vol. 7 (3), 213-233. Rintamäki, T., Kuusela, H., & Mitronen, L. (2007). Identifying competitive customer value propositions in retailing. Managing Service Quality: An International Journal, Vol. 17 (6), 621-634. Scarpi, D. (2006). Fashion stores between fun and usefulness. Journal of Fashion Marketing and Management: An International Journal, Vol. 10 (1), 7-24. Setiadi, I., & Warmika, I. (2015). Pengaruh Fashion Involvement Terhadap Impulse Buying Konsumen Fashion Yang Dimediasi Positive Emotion Di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, Vol. 4 (6). Severt, D., Wang, Y., Chen, P. J., & Breiter, D. (2007). Examining the motivation, perceived performance, and behavioral intentions of convention attendees: Evidence from a regional conference. Tourism Management, Vol. 28 (2), 399-408. Sun, X., Chi, C. G. Q., & Xu, H. (2013). Developing destination loyalty: The case of Hainan Island. Annals of tourism research, Vol. 43, 547-577. Swastha, B., & Handoko, H. (2000). Manajemen pemasaran: Analisa perilaku konsumen. BPFE, Yogyakarta. Tjiptono, F. (2003). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi. Tjiptono, F. (2004). Kepuasan dalam Pelayanan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017
170
Wong, J., & Law, R. (2003). Difference in shopping satisfaction levels: A study of tourists in Hong Kong. Tourism Management, Vol. 24, 401–410. Yoon, Y., & Uysal, M. (2005). An examination of the effects of motivation and satisfaction on destination loyalty: a structural model. Tourism management, Vl. 26 (1), 45-56. Yu, H., & Littrell, M. A. (2005). Tourists' shopping orientations for handcrafts. Journal of Travel & Tourism Marketing, Vol. 18, 1–19. Yüksel, A., & Yüksel, F. (2007). Shopping risk perceptions: Effects on tourists' emotions, satisfaction and expressed loyalty intentions. Tourism Management, Vol. 28, 703–713.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Vol. 2, No. 1, Februari 2017